ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilaca pTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankab upatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilK esehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahu n2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupate nCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKeseha tankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014 ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilaca pTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankab upatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCil acapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfil KesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatan kabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupate nCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapP rofilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKeseh atankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabu patenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilac apProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilK esehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatank abupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupaten CilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapPr ofilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKeseha tankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabup atenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilaca p ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilaca pTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankab upatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilK esehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahu n2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupate nCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKeseha tankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014 ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilaca pTahun2014ProfilKesehatankabupatenCilacapTahun2014ProfilKesehatankab DINAS KESEHATAN upatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCil Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor. 26B TELP (0282) 520474, 534078 E_mail :
[email protected] acapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfil CILACAP KesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatan kabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupate nCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapProfilKesehatankabupatenCilacapP
KATA PENGANTAR
Pertama dan paling utama mari kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rakhmat, taufik dan hidayah-Nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap
Tahun 2014 telah selesai disusun dan diterbitkan bagi
masyarakat umum. Buku profil kesehatan disusun berdasarkan data aplikasi dari Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi informatika yang bersumber dari UPT Puskesmas, Cilacap Dalam Angka Tahun 2014 dan unit kerja baik lintas program dilingkungan Dinas Kesehatan maupun lintas sektor yang terkait. Buku Profil Kesehatan sebagai salah satu media yang digunakan untuk melaporkan kinerja pelayanan kesehatan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan yang berorientasi pada Indikator derajat kesehatan, Indikator Upaya Kesehatan, Indikator Sumber Daya Kesehatan dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di Kabupaten Cilacap. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan profil kesehatan ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun serta partisipasi aktif dari semua pihak demi kesempurnaan buku profil kesehatan yang akan datang. Semoga dengan terbitnya “Buku Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap 2014” dapat bermanfaat dan Kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya penyusunan buku Profil tersebut kami memberikan apresiasi yang setinggi tingginya dan mengucapkan banyak terima kasih.
Cilacap, 27 Maret 2015 Kepala Bidang Managemen SDMK Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
TEGUH RIYADI, S.KM, M.Kes, Penata Tk. I NIP. 19670612 198903 1 013
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
i
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala taufik, hidayah dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Buku Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 dapat diselesaikan. Dan saya pun merasa gembira dengan terbitnya buku "Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap 2014" ini yang selesai tepat waktu dan tepat pada saat saya memasuki masa purna tugas karena buku tersebut bagi saya sebagai salah satu bukti kinerja dan media penyajian informasi hasil kegiatan upaya kesehatan periode bulan Januari sampai dengan Desember 2014 serta merupakan alat ukur keberhasilan dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Cilacap. Buku Profil kesehatan merupakan potret kinerja yang menyajikan data dan informasi kesehatan secara komprehensif tentang upaya dan hasil kegiatan yang berorientasi pada pencapaian Indikator derajat kesehatan yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan status Gizi. Indikator Upaya Kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat dan keadaan lingkungan serta Indikator Sumber Daya Kesehatan yang terdiri atas sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan maupun Indikator lainnya yang terkait dengan kesehatan. Dengan hadirnya “Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap 2014” ini, saya menghimbau kepada seluruh jajaran kesehatan khususnya agar dapat memanfaatkan profil kesehatan ini sebagai data dasar didalam menyusun rencana strategis pembangunan kesehatan dan bahan pertimbangan pada setiap pengambilan keputusan/policy. Pada kesempatan yang baik ini saya memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan profil ini dan berharap kedepan buku Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap tampil lebih sempurna.
Cilacap, 30 Maret 2015. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP
dr. H. BAMBANG SETYONO, MMR Pembina Utama Muda NIP. 19580524 198701 1 004
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i SAMBUTAN KEPALA DINAS ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii DAFTAR GRAFIK .......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. A.. Latar Belakang................................................................................................ B.. Sistematika Penyajian .....................................................................................
1 1 3
BAB II GAMBARAN UMUM ........................................................................................... 5 A. . Keadaan Geografi ........................................................................................... 5 B. . Keadaan Penduduk ........................................................................................ 6 1. Pertumbuhan Penduduk .......................................................................... 6 2. Kepadatan Penduduk............................................................................... 8 C. . Keadaan Ekonomi........................................................................................... 9 D. . Keadaan Pendidikan ....................................................................................... 10 1. Tingkat Pendidikan................................................................................... 10 2. Rasio Tingkat Pendidikan berdasarkan Gender ....................................... 12 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN .................................................................... A.. Situasi Derajat Kesehatan............................................................................... 1. Angka Kematian ....................................................................................... a. Angka Kematian Bayi ......................................................................... b. Angka Kematian Balita ....................................................................... c. Angka kematian Ibu ........................................................................... 2. Angka Kesakitan Umum ........................................................................... a. Penyakit Tidak Menular (PTM) .......................................................... 1) Neoplasma ................................................................................... 2) Diabetes Melitus ........................................................................... 3) Penyakit Jantung & Pembuluh Darah .................................... 4) Hipertensi ..................................................................................... 5) Asma Bronkial .............................................................................. b. Penyakit Menular .............................................................................. 1) Tubercolusis ................................................................................. 2) Pneumonia ................................................................................... 3) HIV/ AIDS ..................................................................................... 4) Diare ............................................................................................. 5) Kusta ............................................................................................ 6) Demam berdarah dengue ............................................................. 7) Malaria .......................................................................................... c. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) ..................... 1) Polio ............................................................................................. 2) Kasus Difteri ................................................................................. 3) Kasus Pertusis .............................................................................. 4) Kasus Tetanus Non neonatum...................................................... 5) Kasus Tetanus Neonatum ............................................................ 6) Kasus Campak ............................................................................. 7) Kasus Hepatitis B ......................................................................... d. Desa KLB ditangani < 24 jam) ........................................................... Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
14 14 15 15 18 20 24 25 26 34
36 41 42 43 43 50 51 52 53 56 57 59 59 61 62 62 63 63 64 64 iii
3.
Status Gizi ............................................................................................... a. Angka Balita Gizi Buruk ..................................................................... b. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR ............................................. B. Indikator Derajat Kesehatan............................................................................
67 68 69 70
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ........................................................................ 73 A.. Pelayanan Kesehatan ..................................................................................... 73 1. Pelayanan KIA dan KB ............................................................................. 73 a. Kunjungan Ibu Hamil (K1) .................................................................. 75 b. Kunjungan Ibu Hamil (K4) .................................................................. 76 c. Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan.............................................. 78 d. Ibu Nifas ............................................................................................ 81 1) Pelayanan Ibu Nifas...................................................................... 82 2) Ibu Nifas Mendapat Vitamin A .............................................. 82 e. Ibu hamil dengan imunisasi TT2 + ..................................................... 85 f. Wanita usia subur dengan imunisasi TT2 + ....................................... 86 g. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 ......................................................... 87 h. Kunjungan Kebidanan ........................................................................ 89 1) Penanganan Komplikasi Kebidanan ............................................. 89 2) Penanganan Komplikasi Neonatal ................................................ 93 i. Pelayanan KB .................................................................................... 94 1) Peserta KB Baru ........................................................................... 94 2) Peserta KB Aktif............................................................................ 98 j. Pelayanan Kesehatan Bayi ................................................................ 99 1) Kunjungan Neonatus 1 (KN1) ....................................................... 99 2) Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) .................................... 99 2. Pelayanan Kesehatan Anak ..................................................................... 100 a. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Dan Prasekolah....... 100 b. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat Oleh Tenaga Kesehatan............................................................................. 101 3. Pelayanan Imunisasi ................................................................................ 102 a. BCG ................................................................................................... 102 b. HB< 7 HARI ....................................................................................... 103 c. Polio 4 ................................................................................................ 104 d. DPT 3 + HB3...................................................................................... 104 e. Campak ............................................................................................. 105 4. Pelayanan Gizi ......................................................................................... 105 a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita ......................... 105 b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas .................................. 107 c. Bayi yang diberi ASI Eksklusif ............................................................ 108 d. Persentase Balita dengan Gizi Buruk ................................................. 110 5. Pelayanan Kesehatan Lansia ................................................................... 111 6. Program Pengobatan (Kuratif Dan Rehabilitatif) ....................................... 112 7. Perilaku Hidup Masyarakat ...................................................................... 114 8. Kesehatan Lingkungan ............................................................................ 116 a. Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih ...................... 116 b. Persentase Penduduk Dengan akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban ......................... 118 B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan........................................................... 118 1. Kepesertaan Jaminan Kesehatan ............................................................ 118 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN .......................................................................... 120 A. Sarana Kesehatan .......................................................................................... 120 1. Rumah Sakit ............................................................................................ 121 Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
iv
2. 3.
Puskesmas .............................................................................................. 122 Upaya Kesehatan Bersumber Daya Manusia (UKBM) ............................. 124 a. Desa Siaga Aktif ................................................................................ 124 b. Posyandu ........................................................................................... 125 B. Tenaga Kesehatan.......................................................................................... 129 1. Rasio Tenaga Dokter umum dan Dokter Spesialis per 100.000 Penduduk ............................................................................. 129 2. Rasio Tenaga Dokter gigi dan Dokter Spesialis Gigi per 100.000 Penduduk Penempatan Tenaga Kesehatan ......................... 129 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian per 100.000 Penduduk .............. 130 4. Jumlah Dan Rasio Bidan per 100.000 Penduduk ..................................... 130 5. Jumlah Dan Rasio Perawat per 100.000 Penduduk ................................ 130 6. Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan per 100.000 Penduduk ......... 130 7. Jumlah dan Rasio Ahli Kesehatan Lingkungan per 100.000 Penduduk .... 130 8. Jumlah dan Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 Penduduk ... 131 C. Pembiayaan Kesehatan .................................................................................. 132 BAB VI KESIMPULAN ................................................................................................... 135 A.. Derajat Kesehatan .......................................................................................... 135 1. Mortalitas / Angka Kematian .................................................................... 135 2. Morbiditas / Angka Kesakitan ................................................................... 135 3. Status Gizi ............................................................................................... 136 B.. Upaya Kesehatan ........................................................................................... 137 1. Pelayanan Kesehatan .............................................................................. 137 2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan .................................................... 138 C. Sumber Daya Kesehatan ................................................................................ 139 1. Sarana Kesehatan ................................................................................... 139 2. Tenaga Kesehatan ................................................................................... 139 3. Pembiayaan Kesehatan ........................................................................... 140 LAMPIRAN
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
v
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 2.1
Piramida Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Umur Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...........................................................
6
Rasio Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...........................................................
7
Tingkat Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...........................................................
8
Beban Tanggungan Penduduk Berdasarkan UPT Puskesmas Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...........................................................
9
Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
11
Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
12
Distribusi Penduduk Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...........................................................
13
Jumlah Kasus Kematian Bayi di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
17
Jumlah Balita di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
19
Grafik 3.3
Kematian Balita Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014.......
20
Grafik 3.4
Kematian Ibu Berdasarkan Kasus Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
22
Kematian Ibu Berdasarkan Usia Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
23
10 Penyakit Terbanyak Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
25
Jumlah Penderita PTM Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
26
Jumlah Kasus Ca Servick Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
27
Jumlah Kasus Ca Servick Di Rumah sakit Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
28
Grafik 3.10 Jumlah Kasus Ca Mammae Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
30
Grafik 2.2
Grafik 2.3
Grafik 2.4
Grafik 2.5
Grafik 2.6
Grafik 2.7
Grafik 3.1
Grafik 3.2
Grafik 3.5
Grafik 3.6
Grafik 3.7
Grafik 3.8
Grafik 3.9
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
vi
Grafik 3.11 Jumlah Kasus Ca Mammae Di Rumah sakit Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
30
Grafik 3.12 Jumlah Kasus DM Di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
35
Grafik 3.13 Jumlah Kasus angina Di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
37
Grafik 3.14 Jumlah kasus Decompensasi cordis di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
41
Grafik 3.15 Jumlah kasus Hipertensi Esensial di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
42
Grafik 3.16 Jumlah kasus baru TB BTA + di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
46
Grafik 3.17 Jumlah kasus baru pada usia 0-14 di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
48
Grafik 3.18 Distribusi Penemuan Dan Penanganan Kasus Pneumonia Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
51
Grafik 3.19 Prosentase perbandingan kasus diare terhadap penderita diare yang ditangani Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ................
52
Grafik 3.20 Jumlah Kasus Kusta Basah/ Multi Basiler(MB) Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
54
Grafik 3.21 Distribusi Frekuensi Penderita AFP Polio dan AFP Non Polio Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
61
Grafik 3.22 Jumlah penderita menurut jenis KLB Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
66
Grafik 3.23 Jumlah Penemuan Kasus Bawah Garis Merah Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
69
Grafik 3.24 Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Jenis Kelamin Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
70
Grafik 4.1
Grafik 4.2
Grafik 4.3
Grafik 4.4
Kunjungan ibu hamil (K1) di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
75
Kunjungan Ibu hamil (K4) UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
77
Distribusi Persalinan Tenaga Kesehatan Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .................................................................................
80
Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) & Pelayanan Persalinan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .........
80
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
vii
Grafik 4.5
Grafik 4.6
Grafik 4.7
Grafik 4.8
Grafik 4.9
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
82
Pencapaian Cakupan Pemberian Vitamin A Terhadap Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 .............................................
83
Distribusi Ibu Hamil Dengan Imunisasi TT2+ Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
85
Distribusi Imunisasi TT2+ Pada Wanita Usia Subur Di UPuskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
86
Distribusi Ibu Hamil Mendapatkan Fe1 dan Fe 3 Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
88
Grafik 4.10 Penanganan Komplikasi Kebidanan Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
91
Grafik 4.11 Penanganan Komplikasi Neonatus Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
94
Grafik 4.12 Peserta KB Baru di Wilayah Kecamatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
97
Grafik 4.13 Peserta KB Aktif Di Wilayah Kecamatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
98
Grafik 4.14 Prosentase Pencapaian Kunjungan Neonatus 1(KN1) dan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Tahun 2014 ............................
100
Grafik 4.15 Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
101
Grafik 4.16 Pencapaian Cakupan Imunisasi BCG di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
102
Grafik 4.17 Pencapaian Cakupan Imunisasi HB< 7 Hari Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
103
Grafik 4.18 Pencapaian Cakupan Imunisasi Polio Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
104
Grafik 4.19 Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT 3 + HB3 Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
104
Grafik 4.20 Pencapaian Cakupan Imunisasi Campak Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
105
Grafik 4.21 Cakupan Pemberian Vit A Pada Bayi Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
106
Grafik 4.22 Cakupan Pemberian Vit A Pada Balita Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
107
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
viii
Grafik 4.23 Cakupan Pemberian Vit A Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
108
Grafik 4.24 Pemberian ASI Eksklusif Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
109
Grafik 4.25 Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapatkan Perawatan di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................
110
Grafik 4.26 Komperasi Penemuan Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten Cilacap Tahun 2011 Sampai Dengan Tahun 2014 ...........................................................
111
Grafik.4.27 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
112
Grafik. 4.28 Rumah Tangga PHBS Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
115
Grafik. 4.29 Persentase Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................
117
Grafik. 4.30 Penduduk Dengan akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ..............................................................................................
118
Grafik 5.1
Indikator Kinerja Rumah Sakit di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ..............................................................................................
122
Grafik 5.2
Strata Desa Siaga Kabupaten Cilacap Tahun 2014..................................
125
Grafik 5.3
Komperasi Sarana Posyandu Kabupaten Cilacap Tahun 2013 s/d Tahun 2014 ....................................................................
126
Komperasi Strata Posyandu Kabupaten Cilacap Tahun 2013 s/d Tahun 2014 ....................................................................
127
Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
134
Grafik 5.4
Grafik 5.5
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Halaman Pola Sepuluh Besar penyakit di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ............................................................... 24 Frekuensi Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...........
65
Pencapaian Indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) Dinas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .....................................................
71
Data Dasar Program KIA Dan KB Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...............................................................
74
Pencapaian Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
84
Hasil Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...........................................................
92
Hasil Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...........................................................
113
Jumlah Kunjungan menurut Jenis Kunjungan Dan Kunjungan Tujuan Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ........................................
114
Tabel. 4.6
BPJS dan Jamkesda Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .........................
119
Tabel 5.1
Sarana Kesehatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .............................
120
Tabel 5.2
Indikator Kinerja Rumah Sakit Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ...........
121
Tabel 5.3
Rasio Tenaga Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 ......................
131
Tabel 5.4
Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .......
132
Tabel 3.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Peta Kabupaten Cilacap Tahun 2014 .....................................................
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
5
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sehat merupakan Karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga merupakan investasi
untuk
meningkatkan
produktifitas
kerja
guna
meningkatkan
kesejahteraan keluraga. Orang bijak mengatakan “Health is not everything but without Health everything is nothing” Sehat memang bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota keluarga, masyarakat pada umumnya serta diperjuangkan oleh semua pihak guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal . Determinan utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan meliputi 4
faktor yaitu a). Kondisi lingkungan yang tidak saniter, b). Perilaku yang tidak sehat, c). Pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau, dan d).keturunan (herediter) dalam hal ini. penyakit-penyakit yang sifatnya menurun/genetik, kecatatan dan kelainan bawaan
yang apabila tidak dikendalikan akan
menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Masalah Kesehatan yang terjadi bila berorientasi pada hasil evaluasi program upaya pelayanan kesehatan diketahui adanya beberapa
hasil
pencapaian derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator hasil pembangunan kesehatan yang masih dibawah target seperti Cakupan neonatal resti, Cakupan ibu hamil resti, Cakupan bumil resti yang dirujuk, Cakupan penanganan BBLR, Cakupan balita yang naik berat badannya (N/D), Cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, Cakupan kesembuhan penderita TBC BTA+, Cakupan rumah tangga sehat (PHBS) dan bila berorientasi pada Target MDGs angka kematian Ibu dan Angka kematian bayi masih diatas target. Mengantisipasi
permasalahan
kesehatan
yang
ada
Pemerintah
Kabupaten Cilacap segera mengambil langkah dan kebijakan melalui Peraturan Bupati Nomor 76/Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Gerakan Bangga Mbangun Desa
yang
melaksanakan
mengandung pembangunan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
maksud yang
dan
tujuan
berorientasi
memberi di
arah
dalam
pedesaan
tanpa 1
meninggalkan penataan kota dan sebagai pendorong semangat dalam pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan kemajuan desa menuju desa mandiri melalui 4 pilar pokoknya yaitu Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi dan lingkungan sosial budaya. Gerakan Bangga Mbangun Desa melalui pilar Kesehatan dalam implementasinya berupa gerakat MASYARAKAT SEMANGAT Bangga Mbangun Desa yang mengandung makna secara akronim dari SEMANGAT adalah SEhat, Mandiri dan NGATi-ati
dengan goalsnya adalah mewujudkan Masyarakat
Cilacap hidup dalam lingkungan pemukiman yang sehat, berperilaku hidup yang sehat, dan dapat menjangkau, memilih serta menggunakan pelayanan kesehatan secara adil dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal. Dalam upaya mewujudkan Kabupaten Cilacap Sehat melalui Pilar Keseharan gerakan Bangga Mbangun Desa, pembangunan kesehatan di Kabupaten Cilacap tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan sektor non kesehatan, peran serta swasta dan masyarakat. Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan tujuan dari Pilar Kesehatan Gerakan Bangga Mbangun Desa maka dalam implementasinya diperlukan manajemen yang benar sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya sistim managemen pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan, dalam suatu 2ndica informasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai dasar evidence based, diperlukan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan seperti halnya kesakitan dan kejadian penyakit. Tingkat kesakitan yang dituangkan dalam pola sepuluh besar penyakit yang ditemukan di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 adalah Penyakit Infeksi Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
2
Saluran Pernafasan Bagian Atas, Nasopharingitis Akuta (Common Cold), Gastristis, Myalgia,Hipertensi , Penyakit Kulit Alergi, Chepalgia, Diare (Termasuk Tersangka Kolera), Penyakit Pulpa dan jaringan periapikal dan Arthritis tidak spesifik. Ini menunjukkan bahwa pola penyakit masih didominasi oleh penyakit yang berbasis Lingkungan, termasuk keadaan sanitasi yang kurang baik . Kepedulian masyarakat terhadap informasi kesehatan akan memberikan dampak positif bagi pembangunan kesehatan . Data dari pengelola program mengenai keadaan pencapaian program kesehatan yang sesungguhnya, dapat memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan dikemas secara baik, sederhana, 3ndicator3e, dan tepat waktu. Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan, yang di susun dan disajikan dengan sederhana tetapi masih memenuhi unsur 3ndicator3e, yang memuat tentang hasil pencapaian derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian 3ndicator hasil pembangunan kesehatan dalam kurun waktu satu tahun. Dan digunakan sebagai tolok ukur penilaian dan evaluasi pembangunan program kesehatan sebagai bahan perencanaan pembangunan kesehatan di tahun selanjutnya .
B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN. Berisi Latar belakang dari penulisan Profil Kesehatan, sebagai bahan
informasi,
evaluasi
dan
perencanaan
pembangunan
kesehatan di Kabupaten Cilacap tahun 2014. BAB II
: GAMBARAN UMUM Menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Cilacap meliputi letak geografis, kependudukan, pendidikan dan keadaan sosial ekonomi, serta Gambaran Sarana Pelayanan Kesehatan dan Sumber daya Manusia kesehatan.
BAB III
: SITUASI DERAJAT KESEHATAN. Berisi uraian tentang pencapaian kinerja program kesehatan,yang berkaitan dengan 3ndicator angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
3
BAB IV
: SITUASI UPAYA KESEHATAN Membahas tentang pelayanan kesehatan dasar; pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang; pencegaha pengendalian penyakit menular dan tidak menular; pembinaan kesehatan lingkungan;, pembinaan perbaikan gizi masyarakat; pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh UPT Puskesmas.
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
BAB V
: PENUTUP Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan porgram/kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Jawa Tengah.
LAMPIRAN. Berisi resume atau angka pencapaian kegiatan Program Kesehatan di UPT Puskesmas dan 84 tabel data yang sebagian diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
4
BAB II GAMBARAN UMUM
A. KEADAAN GEOGRAFI Secara geografis Kabupaten Cilacap terletak Terletak di antara 108o 4’ 30”– 109o 30’ 30” garis bujur timur dan 7o 30’ – 7o 45’ 20” garis lintang selatan, dengan luas wilayah 225.361 Ha termasuk Pulau Nusakambangan seluas 11.511 Ha atau sekitar 6,94 % dari luas Propinsi Jawa Tengah, terletak di ujung barat bagian selatan Propinsi Jawa Tengah yang terbagi dalam 24 Kecamatan yang terdiri dari 269 Desa
dan 15 Kelurahan, dengan batas-batas: sebelah
Barat: Kabupaten Ciamis (Propinsi
Jawa Barat), Sebelah Utara: Kabupaten
Brebes dan Banyumas, Sebelah Timur: Kabupaten Kebumen dan Sebelah Selatan: Samudra Indonesia. Keadaan topografi dengan permukaan tanah tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian 198 M dari permukaan laut dan wilayah terendah adalah Kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 M dari permukaan laut. Adapun jarak terjauh 152 km, yaitu dari wiayah barat yakni Kecamatan Dayuehluhur ke wilayah timur yaitu Kecamatan Nusawungu, sedangkan bentang jarak wilayah dari utara ke selatan 35 km yaitu dari wilayah Kecamatan Sampang sampai dengan wilayah Kecamatan Cilacap Selatan. Gambar 2.1 Peta Kabupaten Cilacap Tahun 2014 LUAS W ILAYAH J ML PENDUDUK -KEPADATAN PERTUMB. PEND PEND. MISKIN PENGANGGURAN
KAB. BREBES
: : : : : :
225.360,84 Ha 1.768.502 J i wa 827 J i wa/Km2 1,3 % 141.978 KK/ 663.045 J IW A 72.523 J i wa
D Y .LUHUR M A JENA NG WA NA R EJA
C IM A NGGU
C IPA R I
W ILAYAH TERBAGI DALAM 24 KECAMATAN 284 DESA/KELUR AHAN
KR .PUC UNG
:
SID A R EJA KD .R EJA
JAWA
BARAT
KAB. BANYUMAS B A NTA R SA R I JE RUKLE GI
PA TIM UA N
KS . GIHAN
S AM P ANG M AOS
KW. NGANT E N
KROYA CIL- UT CIL- T E NG
NS . KAM BANGAN
ADIP ALA
NS . WUNGU BIANANGUN
CIL- S E L
SAMUDERA INDONESIA
Sumber : Simpus 2014 Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
5
B. KEADAAN PENDUDUKAN 1. Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 1.768.502 jiwa dengan perincian Laki-laki 895.633 jiwa dan Perempuan 872869 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 454.793 orang. Rata-rata kepadatan penduduk dalam kilometer persegi adalah 827 orang, dengan rasio penghuni dalam rumah tangga 1: 3,89 artinya dalam satu rumah rata-rata terdapat lebih dari 3 penghuni dan kurang dari 4 penghuni. Data jumlah penduduk dalam tampilan piramida penduduk yang merupakan cara penyajian dari struktur umur penduduk dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan menurut umur secara terperinci terdapat pada Grafik 2.1 di bawah ini : Grafik 2.1 Piramida Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Umur Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Cilacap dalam angka 2014
Berdasarkan grafik 2.1 tersebut diatas diketahui bahwa piramida penduduk pada kelompok umur 0 – 4 tahun terdapat pada dasar piramida terlihat membesar, ini berarti angka kelahiran nampaknya mengalami kenaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. jumlah penduduk terbanyak Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
6
berada pada kelompok umur 10 tahun sampai dengan umur 14 tahun, dimana jumlah laki-laki pada usia 10 tahun sampai 14 tahun sebanyak 83.099 jiwa dan pada usia yang sama di kelompok perempuan sebanyak 76.853 jiwa, ini berarti bahwa penduduk Kabupaten Cilacap di dominasi penduduk usia sekolah. Dari grafik tersebut juga Jika di lihat dari data tersebut, menunjukan bahwa penduduk Kabupaten Cilacap jumlahnya relatif lebih banyak penduduk laki-laki di banding jumlah penduduk perempuan dengan rasio 102,61 : 97.46 yang berarti bahwa dari setiap 97.46 penduduk perempuan terdapat 102,61 orang penduduk laki-laki. Sedangkan rasio penduduk berdasarkan kelompok umur, sangat bervariatif, sebagaimana tercantum pada lampiran data profil tabel 2, jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur .Untuk menggambarkan rasio jumlah penduduk tersebut, tergambar pada grafik dibawah ini : Grafik 2.2 Rasio Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Cilacap dalam angka 2014 Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
7
Dari grafik 2.2 tersebut di atas dapat diketahui bahwa kelompok umur kurang dari 25 tahun, rasio penduduk lebih dominan pada laki-laki, dan kelompok usia antara 25 sampai dengan 54 tahun dominan pada perempuan. Sedangkan pada usia 54 tahun lebih di banyak pada laki-laki, yang menggambarkan adanya kecenderungan peningkatan penduduk usia muda didominasi penduduk laki-laki. 2. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk terhadap suatu satuan luas (km²) sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk. Dari 24 Kecamatan, kepadatan Penduduk menurut data BPS Kabupaten Cilacap, untuk wilayah kecamatan denagn jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Majenang yaitu 127.275 jiwa, sedangkan untuk wilayah Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah di Kecamatan Kampung laut sebesar 17.163 jiwa. Data tingkat Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut
Kecamatan Di
Kabupaten Cilacap Tahun 2014 secara lengkap terdapat pada grafik 2.2 dibawah ini. Grafik 2.3 Tingkat Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Cilacap Dalam Angka 2014 Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
8
Berdasarkan grafik 2.3 diatas diketahui bahwa persebaran penduduk disetiap wilayah kecamatan berbeda-beda. Tingkat kepadatan penduduk terpadat berada di wilayah Kecamatan Cilacap Selatan dengan rasio 8.581,23 jiwa/km² Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah berada di wilayah Kecamatan Kampunglaut dengan rasio 117,44 jiwa/km2. C. KEADAAN EKONOMI Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) merupakan alat untuk ukur beban tanggungan perekonomian di suatu wilayah. Angka Ketergantungan atau ratio beban tanggungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0 – 14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun atau lebih (keduanya disebut penduduk bukan angkatan kerja / tidak produktif) dengan jumlah penduduk umur 15 -64 tahun (penduduk produktif atau penduduk yang memiliki potensi ekonomi atau penduduk yang berpotensi sebagai modal pembangunan). Angka Beban Tanggungan dirinci menurut wilayah kerja UPT Puskesmas tahun 2014 secara lengkap terdapat pada grafik 2.4 dibawah ini. Grafik : 2.4 Beban Tanggungan Penduduk Berdasarkan UPT Puskesmas Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber Simpus 2014 Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
9
Berdasarkan grafik 2.4 diatas dapat diketahui bahwa angka beban tanggungan tertinggi (29,26) berada diwilayah kerja UPT Puskesmas Majenang I sedangkan yang terendah (8.92) berada diwilayah kerja UPU Puskesmas Kampung laut. Angkatan usia produktif tahun 2014 di Kabupaten Cilacap sebanyak 1.163.598 jiwa (65,79%) dan usia tidak produktif sebanyak 604.904 jiwa (34,21%). Berorientasi pada perbandiangan angkatan usia produktif dan angkatan usia tidak produktif maka diketahui Angka Beban Tanggungan Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 51,98% yang berarti setiap terdapat 100 jiwa angkatan usia produktif terdapat 51,99 jiwa angkatan usia non produktif. D. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada umumnya mempunyai pengetahuian dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta berperan aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. 1. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat, dimana usia sekolah merupakan tolok ukur dalam standar perhitungan tingkat pendidikan. Di Kabupaten Cilacap jumlah penduduk yang berusia 5 – 54 tahun (usia sekolah) sebanyak 1.1.588.292 jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki lebih banyak dibanding dengan penduduk perempuan Jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah 810.029 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 778.263 jiwa Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar atau sederajat, penduduk laki-laki berjumlah 316.401 jiwa, sedangkan untuk penduduk perempuan dengan tingkat pendidikan yang sama berjumlah 303.994 jiwa. Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
10
Pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama atau sederajat,
penduduk laki-laki berjumlah 135.118 jiwa, sedangkan untuk
penduduk perempuan dengan tingkat pendidikan yang sama berjumlah 129.820 jiwa. Penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA atau sederajat, pada laki-laki sejumlah 90.859 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 87.296 jiwa, dan utuk tingkat diploma penduduk laki-laki ada 4.228 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4.062 jiwa. Adapun untuk tingkat universitas penduduk laki laki berjumlah 12.828 jiwa, dan 12.325 jiwa penduduk perempuan dengan tingkat pendidikan universitas. Data penduduk laki-laki berdasarkan tingkat pendidikan secara rinci tergambar pada grafik 2.4 tersebut di bawah ini. Grafik .2.5 Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 -
831.382
327.678 50.649
133.519
182.118
111.451
15.543 10.425
Sumber : Cilacap Dalam Angka 2014
Berdasarkan grafik 2.5 tersebut diatas diketahui bahwa secara keseluruhan penduduk laki-laki yang berpendidikan sebanyak 831.282 jiwa. Penduduk laki-laki terbanyak (527.678) jiwa berada pada tingkat pendidikan SD/MI dan yang paling sedikit (10.425) jiwa berada pada tingkat pendidikan Universitas (Sarjana). Data penduduk perempuan berdasarkan tingkat pendidikan secara rinci tergambar pada grafik 2.6 tersebut di bawah ini. Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
11
Grafik 2.6 Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 770.696 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 -
256.262 163.910 59.055
169.749
102.354 11.836
7.530
Sumber : Cilacap Dalam Angka 2014
Berdasarkan grafik 2.6 tersebut diatas diketahui bahwa secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan yang berpendidikan sebanyak 770.696. Penduduk perempuam terbanyak (256.262) jiwa berada pada tingkat pendidikan SD/MI dan yang paling sedikit (7.530.) jiwa berada pada tingkat pendidikan Universitas (Sarjana).
2. Rasio Tingkat Pendidikan berdasarkan Gender Rasio tingkat pendidikan berdasarkan gender merupakan perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yang menyelesaikan jenjang pendidikan dari tingkat dasar sampai pendidikan tingkat tinggi yang dibuktikan dengan kepemilikan ijazah. Di lihat dari rasio tingkat pendidikan berdasarkan jenis kelamin antara laki-kali dan perempuan tergambar pada grafik 2.7 sebagai berikut:
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
12
Grafik 2.7 Distribusi Penduduk Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 109.704
297.428
TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH TIDAK/ BELUM TAMAT SD/MI
583.940
1.602.078
SD/MI SMP/ MTs
351.868 27.378 17.955
SMA/ SMK/ MA
213.805
Sumber : Cilacap Dalam Angka 2014
Berdasarkan Grafik 2,7 diatas diketahui bahwa secara keseluruhan jumlah penduduk yang berpendidikan sebanyak 1.602.078 jiwat, tergambar bahwa ratio tingkat pendidikan tingkat SLTP/MA pada laki-laki lebih tinggi di bandingkan perempuan, yaitu untuk 109 laki-laki akan berbanding dengan perempuan 92, ( 102 : 92) dengan demikian jumlah dengan tingkat pendidikan SLTP/ MA laki-laki relatif lebih banyak di banding perempuan, dan untuk tingkat pendidikan lainnya, laki-laki relatif lebih tinggi.
Profil Kesehatan Kab. Cilacap Tahun 2014
13
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pencapaian pembangunan Kesehatan, dengan tolok ukur dari beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator tersebut pada umumnya dalam angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Cilacap digambarkan melalui pencapaian hasil kegiatan dan ukuran-ukuran epidemiologi seperti halnya mortalitas (angka kematian). yang terdiri dari perhitungan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan morbiditas (angka kesakitan) dari beberapa jenis penyakit dan status Gizi. Faktor–faktor
yang
mempengaruhi
terhadap
Derajat
kesehatan
masyarakat, tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti faktor pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan melainkan juga dipengaruhi faktor demografi yang meliputi ekonomi, pendidikan, faktor lingkungan sosial dan faktor keturunan, Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan
masyarakat
atau
perorangan.
Faktor-faktor
tersebut
dapat
digambarkan sebagai berikut: a) Lingkungan Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya b) Perilaku Perilaku
merupakan
faktor
kedua
yang
mempengaruhi
derajat
kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
14
istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilakuperilaku lain yang melekat pada dirinya. c) Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan. d) Keturunan Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial. 1. Angka Kematian. Angka kematian adalah bilangan yang menunjukkan jumlah kematian dari tiap seribu penduduk dalam waktu satu tahun. Kriteria angka kematian termasuk tinggi apabila di atas 19, angka kematian tergolong sedang apabila antara 14-18, dan angka kematian tergolong rendah apabila di bawah 13 Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, dan AKI a. Angka Kematian Bayi. Pengertian Bayi adalah manusia yang baru lahir dengan usia 0 bulan hingga 1 tahun yang terbagi menjadi masa neonatal dan masa pasca neotalal. Masa neonatal yaitu usia 0 – 28 hari yang meliputi 1). Masa
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
15
neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari. 2). masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari. Sedangkan Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun. Pada masa ini, manusia (bayi) sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun Kematian bayi ada dua katagori, yakni kematian neonatal (kematian bayi di umur 28 hari pertama hidup), dan post-neonatal (kematian bayi pada umur setelah 28 hari).. Faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi, dari sisi penyebab, kematian bayi ada dua macam yaitu 1). Endogen Kematian bayi endogen Disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. 2). Eksogen Kematian bayi eksogen Kematian post neo-neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Jumlah kelahiran di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 30.217 bayi, dengan kelahiran hidup sebanyak 30.023 bayi, dan kelahiran mati sebanyak 194 bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) Adalah merupakan jumlah kematian bayi (0 - <12 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Cilacap, sebanyak, 284 terdiri dari 194 neonatal dan 90 post-neonatal, dari 30.023 kelahiran hidup, atau dengan demikian Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,46 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Kabupaten tahun 2014 sudah cukup baik karena masih dibawah target atau tidak melampaui target maksimal MDGs. Hasil pencapaian program untuk Kematian Bayi neonatal dan kematian post-neonatal
dirinci menurut UPT Puskesmas tahun 2014
dapat di lihat pada grafik 3.1 sebagai berikut:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
16
Grafik 3.1 Jumlah Kasus Kematian Bayi di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014.
Berdasarkan grafik 3.1 diatas diketahui bahwa jumlah kasus kematian pada neonatus terbanyak terjadi d wilayah kerja UPT Puskesmas Sidareja jumlah 11 kasus kematian dan UPT Puskesmas Binangun, untuk kasus kematian neonatal tidak ada. Hasil pencapaian program untuk Kematian Bayi post-neonatal atau kematian bayi, dirinci menurut UPT Puskesmas tahun 2014, dari grafik tersebut di atas, untuk jumlah kematian terbanyak ada di UPT Puskesmas Cilacap Selatan II, dengan jumlah 9 kasus kematian, sedangkan untuk UPT yang tidak terdapat kasus kematian post neonatal ada 7 UPT yakni : 1) Cimanggu I 2) Karangpucung II 3) Patimuan 4) Nusawungu I 5) Cilacap Selatan I 6) Cilacap Utara II 7) Kampunglaut
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
17
AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah.
b. Angka Kematian Balita Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0 - 5 tahun. Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian anak berusia 0 - 5 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. AKABA merupaka indikator untk menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat
keberhasilan
program
KIA/Posyandu
dan
kondisi
sanitasi
lingkungan. Formula dari angka kematian balita adalah sebagai berikut:
AKABA=
X 1000
Jumlah balita di kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 135.100 balita dengan perincian balita laki-laki sebanyak 68.851 balita, dan jumlah balita perempuan sebanyak 66.249 balita, sebagaimana tergambar dalam grafik 3.2 jumlah balita di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
18
Grafik 3.2 Jumlah balita Di UPT Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Kasus kematian balita di Kabupaten Cilacap tahun 2014 secara keseluruhan sebanyak 333 kasus, yang terdiri dari kasus kematian neonatal sebanyak 194, kasus, kematian post-neonatal sebanyak 90 kasus dan kematian anak balita sebanyak 49 kasus.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
19
Berdasarkan jumlah kematian balita tersebut diatas, dapat diketahui bahwa angka kematian balita Kabupaten Cilacap sebesar 21,83 per 1000 kelahiran hidup,. Hal ini jika dibandingkan dengan target MDGs
ke 4
tahun 2015 yakni sebanyak 32/1.000 kelahiran hidup, maka pencapaian AKABA tahun 2014 masih jauh di bawah target MDGs. Grafik 3.3 Kematian Balita Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 3.3 diatas dapat diketahui bahwa angka kematian Balita di Kabupaten Cilacap tahun 2014 secara keseluruhan sebanyak 333 kasus dengan kasus terbanyak diwilayah UPT Puskesmas Bantarsari sebanyak 20 kasus, dengan jumlah kematian balita laki-laki sebanyak 14 anak dan balita perempuan 6 anak.
c. Angka Kematian Ibu. Kematian Ibu merupakan risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
20
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan
kesehatan
ibu
yang
bermutu,
terutama
pelayanan
kegawatdaruratan tepat waktu, yang dilatarbelakangi oleh 3T “ terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan serta terlambat mendapatkan pelayanan difasilitas kesehatan, “ selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria “4 Terlalu” yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun) terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun) terlalu banyak anak (>4 anak), dan terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup Kematian ibu Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebanyak 36 jiwa , yang terdiri dari : 1) Jumlah kematian ibu hamil berdasarkan usia sebanyak 8 kasus ( umur < 20 tahun sebanyak 0 kasus, umur 20-34 tahun sebanyak 5 kasus dan umur ≥35 tahun sebanyak 3 kasus.). 2) Jumlah kematian ibu bersalin sebanyak 4 kasus (umur < 20 tahun sebanyak 0 kasus, umur 20-34 tahun sebanyak 1 kasus dan umur ≥35 tahun sebanyak 3 kasus).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
21
3) Jumlah kematian ibu nifas sebanyak 22 kasus (umur < 20 tahun sebanyak 2 kasus, umur 20-34 tahun sebanyak 13 kasus dan umur ≥35 tahun sebanyak 8 kasus. Dari data tersebut di atas dapat lihat secara lengkap pada grafik 3.4 dibawah ini. Grafik 3.4 Kematian Ibu Berdasarkan Kasus Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 3.4 di atas dapat diketahui bahwa kematian ibu banyak terjadi pada kasus ibu nifas, yakn sejumlah 19 orang, terbanyak di wilayah kerja Poskesmas Majenang I sebanyak 4 orang. Sedangkan pada kasus Ibu hamil sebanyak 14 orang, dengan kasus berdasarkan umur di atas 20 tahun. Kasus kematian pada ibu bersalin sebanyak 3 orang, terjadi pada ibu berusia antara 20-34 terjadi di wilayah Bantarsari, Kedungreja, Majenang II, masing masing 1 kasus kematian ibu. Data kematian ibu di Kabupaten Cilacap Tahun 2014, dari 36 kasus terdapat pada
profil kesehatan 2014 pada tabel 5 Untuk gambaran
tersebut tersaji pada grafik 3.5 di bawah ini : Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
22
Grafik 3.5 Kematian Ibu Berdasarkan Usia Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Dari tabel 3.5 profil kesehatan 2014 kematian ibu pada kelompok umur 20 tahun sampai dengan usia 34 tahun terjadi kasus kematian sebanyak 22 jiwa, atau sebesar 61,1% dari 36 kasus kematian ibu, dan kasus kematian ibu terbanyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Sampang dan Puskesmas Majenang I, masing masik berkontribusi 4 kasus kematian ibu, dimana Puskesmas Majenang I terjadi pada ibu ibu nifas, dan di Puskesmas Sampang terjadi pada ibu hamil 2 kasus, dan ibu nifas 2 kasus. Dari data yang telah tersaji sebelumnya, angka Kematian Ibu (AKI) dapat ditentukan dengan formula : Rumus
Dari formula tersebut diatas, jumlah kelahiran hidup sebanyak 30.023 bayi, dan jumlah kematian ibu sebanyak 36 kasus, serta nilai konstanta (K) adalah 100,000 kelahiran hidup, maka dengan demikian didapatkan Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
23
angka kematian ibu di Kabupaten Cilacap tahun untuk 2014 sebesar 120 per 100.000 Kelahiran Hidup, artinya setiap 100.000 kelahiran hidup tersapat 120 kejadian kasus kematian ibu.
2. Angka Kesakitan umum Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan laporan Puskesmas penyakit yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Cilacap tahun 2014 adalah penyakit pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA) termasuk didalamnya adalah penyakit Nasopharingitis Akuta (Common Cold) , diikuti oleh gastritis dan Penyakit Myalgia serta penyakit Hipertensi / Penyakit Tekanan Darah Tinggi. Pola 10 penyakit terbanyak tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Pola Sepuluh Besar penyakit di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 No
Kode Penyakit
Penyakit PENY. LAIN PADA SALURAN PERNAFASAN BAGIAN
Jumlah
1
1807
2
1803
NASOPHARINGITIS AKUTA (COMMON COLD)
34233
3
2102
GASTRITIS
29328
4
1110
MYALGIA
23980
5
1601
HIPERTENSI / PENYAKIT TEKANAN DARAH TINGGI
19461
6
3214
PENYAKIT KULIT ALERGI
17061
7
1109
CHEPALGIA
12187
8
102
DIARE (TERMASUK TERSANGKA KOLERA)
11519
9
2002
PENY. PULPA DAN JARINGAN PERIAPIKAL
9616
10
3407
ARTHRITIS TIDAK SPESIFIK
9591
ATAS
97103
Sumber: Simpus 2014
Dalam bentuk grafik, data 10 penyakit terbanyak di wilayah Puskesmas Kabupeten Cilacap tahun 2014 adalah sebagaimana tergambar dalam grafik 3.6 di bawah ini : Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
24
Grafik 3.6 10 Penyakit Terbanyak Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Pola penyakit ini menggambarkan adanya transisi epidemiologi penyakit, dimana penyakit degeneratif (tidak menular) menunjukkan peningkatan kasus setiap tahunnya, untuk tahun 2014 di Kabupaten Cilacap salah satu penyakit degeneratif yakni Hipertensi / Penyakit Tekanan Darah Tinggi, masuk dalam kelompok 10 penyakit terbanyak, hal ini terjadi dikarenakan adanya pola gaya hidup masyarakat yang berisiko terhadap penyakit degeneratif. Penyakit yang berkaitan dengan hygiene sanitasi juga masih termasuk dalam kelompok 10 penyakit terbanyak, dalam hal ini adalah diare, dimana penyakit tersebut disebabkan adanya faktor kebersihan makanan dan minuman yang tidak hygienis. a. Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyakit tidak menular (PTM) yang mendapat perhatian meliputi golongan yakni : 1) N e o p l a s m a 2) Diabetes Mellitus 3) Peny. Jantung & Pembuluh Darah 4) PPOK 5) Asma Jumlah penderita penyakit tidak menular di kabupaten cilacap tahun 2014 tergambar pada grafik 3.7 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
25
Grafik 3.7 Jumlah Penderita PTM Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Dari lima golongan penyakit tidak menular yang menjadi perhatian dan prioritas dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tersebut, masih di bagi menjadi beberapa bagian jenis penyakit antara lain : 1) Neoplasma Berasal dari kata neoplasia yang berarti pertumbuhan baru, neoplasma merupakan
pertumbuhan
jaringan
baru
yang
berlebihan,
tidak
terkoordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus meskipun stimulus atau pencetus yang menimbulkannya telah hilang, tidak mempunyai tujuan, merugikan penderitanya dan tumbuh otonom. Seluruh populasi sel dalam tumor berasal dari sel tunggal (single cell) yang telah mengalami perubahan genetik. Istilah neoplasma dalam medis sering disebut juga sebagai tumor, yang berarti semua tonjolan abnormal pada tubuh atau pembengkakan yang disebabkan oleh inflammasi. “Kanker” (cancer) adalah merupakan terminologi umum untuk semua tumor ganas dan ditulis dengan ca. Neoplasma dalam pencatatan dan pelaporan pada profil 2014 terdiri dari 4 jenis antara lain
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
26
a). Ca. Serviks Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan kanker yang menyerang kaum perempuan dan menyerang daerah leher rahim atau
serviks
yang
disebabkan
infeksi
virus
HPV
(human
papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini. Beberapa gejala bisa diamati antara lain : 1) Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. 2) Cairan kekuningan yang berbau di area genital. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularan dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Penderita Ca serviks di wilayah Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 102 kasus dan jumlah penderita Ca serviks ditemukan di sarana kesehatan lain seperti Rumah sakit, sejumlah 41 kasus. Kasus Ca servik banyak ditemukan di wilayah Puaskesmas Kesugihan II sebanyak 30 kasus dan wilayak Puskesmas Majenang I sebanyak 81 kasus. Gambaran kasus penderita Ca servik dapat terlihat pada grafik 3.8 dibawah ini : Grafik 3.8 Jumlah Kasus Ca Servick Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
27
Grafik 3.9 Jumlah Kasus Ca Servick Di Rumah sakit Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Dari gambaran data pada grafik 3.9 di atas, pelaporan kasus Ca serviks di sarana kesehatan rumah sakit banyak ditemukan pada rumah sakit RSU Majenang 20 kasus dan RSI Fatimah Cilacap 14 kasus. b). Ca. Mammae Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara, yang bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara, dan merupakan sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh, pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. dimungkin adanya garis asimetris antara kedua payudara. Gejala umum Ca mamae adalah : 1) Teraba adanya benjolan pada payudara 2) Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul pembengkakan Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
28
3) Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara 4) Ada perubahan suhu pada kulit : kemerahan , panas 5) Ada cairan yang keluar dari puting susu 6) Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi retraksi 7) Kadar kalsium darah meningkat 8) Ada pembengkakan didaerah lengan 9) Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara. 10) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar. 11) Timbul luka pada payudara dan sulit sembuh meskipun diobati, puting susu seperti koreng dan tertarik ke dalam. 12) Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk. 13) Benjolan menyerupai bunga kobis dan muda berdarah. 14) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain Bila kanker sudah berkembang, tanda-tanda akan lebih nyata sepeti jaringan menjadi merah, borok, bengkak dan kanker terlihat dengan jelas. Kasus penderita Ca mammae di Kabupaten Cilacap yang dilaporkan Puskesmas dan Rumah sakit sejumlah 428 kasus, 320 kasus dilaporkan Puskesmas, paling banyak dilaporkan adanya kasus Ca serviks di wilayah Puskesmas Majenang I sejumlah 81 kasus dan wilayah Puskesmas kesugihan II sebanyak 80 kasus. Sedangkan kasus yang tercatat Rumah sakit sebanyak 108 kasus, dengan pelaporan terbanyak di Rumah sakit Pertamina Cilacap sebanyak 49 kasus, dan Rumah sakit umum Daerah Cilacap sebanyak 23 kasus. Gambaran kasus Ca mammae pada Puskesmas tergambar pada grafik 3.10 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
29
Grafik 3.10 Jumlah Kasus Ca Mammae Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sedangkan jumlah kasus Ca mammae yang terlaporkan di rumah sakit Kabupaten Cilacap tergambar sebagaimana pada grafik 3.11 berikut ini : Grafik 3.11 Jumlah Kasus Ca Mammae Di Rumah sakit Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
30
c). Ca. Hepar Ca hepar atau kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul dari hati, dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Kanker hati merupakan penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar, yang disebabkan karena hepatitis kronik dalam jangka panjang. Kanker hati berasal dari satu sel yang mengalami perubahan mekanisme kontrol dalam sel, mengakibatkan pembelahan sel yang tidak terkontrol atau abnormal. Sel abnormal tersebut akan menggandakan sampai jutaan. Hasil penggandaan sel tersebut dinamakan klon, dimana klon tersebut tidak dapat melakukan fungsi normal
sebagaimana
sel
hati,
dan
sel
terus
menerus
memperbanyak diri, sampai terbentuk tumor. Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala seperti : 1) Gangguan nutrisi :
penurunan berat badan yang cepat,
kehilangan daya tahan tubuh
(kekuatan,
anoreksia, dan
anemia.
2) Nyeri abdomen 3) Pembesaran hati yang cepat 4) Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang ireguler. Kasus ca hepar atau kanker hati di kabupaten cilacap dilaporkan sejumlah 12 kasus. Berdasarkan pelaporan Puskesmas sebanyak 6 kasus terjadi di wilayah kerja Puskesmas cimanggu I sebanyak 2 kasus, patimuan, adipala II, dan cilacap tengah II. Pelaporan kasus kanker hepar di rumah sakit di kabupaten cilacap tahun 2014 tercatat sejumlah 6 kasus.(terlampir pada tabel profil 83)
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
31
d). Ca. Paru Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa lapisan sel yang terletak pada saluran udara. Kanker paru-paru yang dini tidak menunjukkan gejala. Namun, seiring pertumbuhan kanker tersebut, beberapa gejala umumnya meliputi: 1) Batuk yang memburuk dan tidak pernah sembuh 2) Kesulitan bernafas, seperti kehabisan nafas / sesak nafas 3) Sakit di dada secara konstan 4) Batuk darah 5) Suara yang serak 6) Sering terkena infeksi paru, seperti pneumonia 7) Merasa letih setiap saat 8) Kehilangan berat badan tanpa sebab yang jelas Jika ditemukan adanya gejala tersebut, sebaiknya segera didiagnosa dan memperoleh perawatan sesegera mungkin. Ada dua jenis utama kanker paru, yakni kanker paru sel kecil atau small cell lung cancers (SCLC), dan kanker paru-paru non-sel kecil atau non-small cell lung cancers (NSCLC). Jenis ini didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop, dan lebih dari 80% kanker paru-paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil, yakni: a) adenokarsinoma, Sekitar 40% dari kanker paru-paru adalah adenokarsinoma. Kanker ini dimulai pada versi awal dari sel-sel yang biasanya akan mengeluarkan zat seperti lendir. Jenis kanker paru-paru yang terjadi terutama pada orang yang merokok (atau telah merokok), tetapi juga jenis kanker paru paru yang paling umum terjadi pada non-perokok. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dan lebih mungkin terjadi pada orang yang lebih muda daripada jenis kanker paru-paru yang lain. Adenocarcinoma biasanya ditemukan di daerah luar paru-paru. Pertumbuan kanker ini cenderung lebih lambat daripada jenis kanker paru yang lain, dan sering menyebar di luar paru lebih Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
32
dahulu.
Penderita
jenis
adenocarcinoma
disebut
adenokarsinoma in situ, dan memiliki harapan sembuh yang lebih baik dibandingkan dengan jenis kanker paru-paru yang lain. b) Karsinoma sel skuamosa Karsinoma sel skuamus (juga dikenal sebagai karsinoma epidermoid). Perkembangan jenis kanker ini dimulai di dalam sel-sel epitel yang melapisi saluran udara dengan gejala awal seperti batuk atau batuk darah (hemoptisis), sesak napas, kelelahan, atau gejala karena penyebaran kanker ke daerah lain dari tubuh (seperti nyeri tulang) mungkin lebih umum. Dimungkinan hal itu dapat berkembang di dalam pembuluh pernapasan yang lebih besar. Jika tidak diobati, kanker ini bisa bermetastasis (menyebar) ke kelenjar getah bening, kelenjar adrenal, hati, tulang dan otak. Penyebab paling umum dari karsinoma sel skuamosa adalah merokok. c)
Karsinoma sel besar Karsinoma sel besar adalah sejenis kanker paru-paru di mana terdapat sel-sel besar dan tidak menyerupai sel-sel kanker paru jenis lain. cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat yang jauh. Umumnya jenis ini terletak di perifer, mempunyai diferensiasi jelek dan mempunyai kecendrungan untuk bermetastase cepat. Sel kanker ini dapat muncul dalam setiap bagian dari paruparu sehingga lebih sulit untuk diobati. Kasus Ca paru di Kabupaten Cilacap untuk tahun 2014
dilaporkan sejumlah 29 kasus yang terdiri dari laporan Puskesmas sebanyak 16
kasus,
9
kasus dilaporkan
oleh
Puskesmas
Karangpucung I, 4 kasus dilaporkan Puskesmas Kesugihan II, 2 kasus dilaporkan Puskesmas Patimuan dan 1 kasus dilaporkan Puskesmas Kesugihan I. Laporan kasus di rumah sakit sejumlah 13 kasus, masingmasing dilaporkan oleh Rumah sakit Pertamina sejumlah 3 kaus, Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
33
Rumah sakit Daerah Majenang sejumlah 8 kasus, dan Rumah sakit RSI Fatimah Cilacap sejumlah 2 kasus, sebagaimana terlampir pada tabel 83. 2) Diabetes Mellitus Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh: ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau gabungan dari kedua. Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah pasien diabetes mellitus. Diabetes mellitus dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) Diabetes melitus tipe 1, Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin, dihancurkan oleh proses autoimun. Pada Diabetes miletus tipe ini suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Timbulnya penyakin tiba-tiba biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh pankreas. 2) Diabetes melitus tipe 2, Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI), disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah
menetap,
suplemen
dengan
preparat
hipoglikemik
(adalahmenurunkan kadar gula darah menjadi rendah). Kadar gula
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
34
darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Kasus Diabetes militus di kabupaten cilacap tercatat sebanyak 9.295 kasus. Dengan perincian dilaporkan oleh Puskesmas sebanyak 3.025 dengan 374 Diabetes militus tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI), dan 2.651 merupakan diabetes militus tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI). Untuk menggambarkan penyebaran penderita kasus Diabetes Militus di wilayah kerja Puskesmas dapat dilihat pada grafik 3.12 di bawah ini : Grafik 3.12
326
ID.DM
1
24 0
15 46 3
32
16
1
24
48 18
95 106 3 ADIPALA II
0 0
3
ADIPALA I
25
25 2
0
JERUKLEGI II
JERUKLEGI I
KESUGIHAN I
2
194
202
ND.DM
84
104 0 KAMPUNGLAUT
0 0 -
29
107
128
157
48 16 0
53 0
KEDUNGREJA
39
0
CIPARI
SIDAREJA
0 18 6 0 17
MAJENANG iI
2 0 7
0 5 WANAREJA II
2
100
10
78
200
118
155
241
400 300
390
Jumlah Kasus DM Di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
CILACAP UTARA I
CILACAP UTARA II
CILACAP TENGAH II
I CILACAP TENGAH
CILACAP SELATAN I
CILACAP SELATAN II
I NUSAWUNGU
NUSAWUNGU II
BINANGUN
KROYA I
KROYA II
SAMPANG
MAOS
KESUGIHAN II
KAWUNGANTEN
BANTARSARI
GANDRUNGMANGU II
PATIMUAN
GANDRUNGMANGU I
KARANGPUCUNG I
KARANGPUCUNG II
CIMANGGU I
CIMANGGU II
MAJENANG i
WANAREJA I
DAYEUHLUHUR I
DAYEUHLUHUR II
-
Dari grafik 3.12 tersebut tergambar penyebaran kasus DM tipe II di kabupaten Cilacap terbanyak sejumlah 390 kasus di wilayah Puskesmas cilacap tengah I, 326 kasus terdapat di Puskesmas Kesugihan I, sedang untuk tipe I terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kroya II sejumlah 95 kasus, dan 78 kasus di Wilayah kerja Puskesmas Dayeuhluhur II.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
35
3) Penyakit Jantung & Pembuluh Darah Penyakit jantung koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri atau arteri-arteri yang memasok aliran darah ke otot jantung. Penyempitan ini disebabkan oleh plak dimana kumpulan kolesterol pada dinding pembuluh darah, mengakibatkan ketidaknormalan dan penebalan garis arteri jantung berangsur-angsur (kondisi dikenal sebagai aterosklerosis). Penyempitan biasanya berkembang perlahan dalam beberapa tahun. Penyakit yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah antara lian : 1. angina Jantung memiliki tiga arteri utama jantung. Pasien dikatakan memiliki penyakit pembuluh darah single, double, atau triple, tergantung banyaknya pembuluh darah yang menyempit. Ketika penyempitan menjadi kritis, pasien dapat memiliki gejala seperti nyeri dada atau napas pendek, hal ini terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen. Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung. Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan
jantung
bekerja
lebih
berat
dan
karena
itu
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen pada jantung. Jika arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri, kejadian ini dalam istilah medis, ini disebut angina biasanya merupakan akibat dari penyakit arteri koroner, penyebabnya adalah: 1. Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta) 2. Regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta) 3. Stenosis subaortik hipertrofik 4. Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba) Tidak semua penderita iskemia mengalami angina. Iskemia yang tidak disertai dengan angina disebut silent ischemia. Masih belum dimengerti mengapa iskemia kadang tidak menyebabkan angina. Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang dada (sternum). Kasus angina di Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
36
Kabupaten Cilacap yang di laporkan sejumlah 285 kasus, dengan jumlah tersebar dan terlaporkan oleh Puskesmas sejumlah 187, sebagaimana tergambar paga grafik 3.13 di bawah ini : Grafik 3.13 Jumlah Kasus angina Di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Dari grafik 3.13 di atas jumlah terbanyak untuk kasus angina di wilayah kerja Puskesmas Adipala I sejumlah 69 kasus, majenang I 47 kasus, cilacap tengah I 28, dan Kroya I sebanyak 21 kasus. Sedangkan yang di laporkan oleh sarana kesehatan Rumah sakit sebanyak 98 kasus, dengan laporan terbanyak terjadi di RSUD Majenang 78 kasus sebagaimana terlampir pada tabel 83. 2. Acut Miocard Infark( AMI) Miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana otot jantung tiba-tiba
tidak
mendapat
suplai
darah
akibat
penyumbatan
mendadak arteri koroner oleh gumpalan darah karena pecahnya plak. Penyebab Akut Miokard Infark adalah terlepasnya suatu plak aterosklerosis dari salah satu arteri koroner, dan kemudian tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh miokardium
yang
diperdarahi
oleh
pembuluh
dan
dapat
menyebabkan infark miokardium. Infark miokardium juga dapat terjadi apabila lesi trombotik yang melekat ke suatu arteri yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara total aliran Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
37
darah ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigennya tidak dapat terpenuhi. gambaran klinis tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas infark miokardium (suatu serangan
jantung tersamar), biasanya
timbul manifestasi klinis yang bermakna, seperti nyeri dengan yang mendadak, dan dapat menyebar kebagian atas tubuh mana saja, tapi sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher, atau rahang. Istirahat dapat menghilangkan iskemia di luar zona nekrotik dengan menurunkan beban kerja jantung. Terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang untuk terkena AMI, yaitu: a. Faktor resiko yang bisa dimodifikasi Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi Merupakan faktor resiko yang bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Termasuk dalam kelompok ini diantaranya: i.
Merokok Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain:
menimbulkan
aterosklerosis;
peningkatan
trombogenesis dan vasokontriksi; peningkatan tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali dibanding yang tidak merokok. ii.
Konsumsi alcohol Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih controversial. Tidak semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
38
b. Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi Merupakan pactor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya: i.
Usia Resiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnya setelah menopause).
ii.
Jenis Kelamin Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen yang bersifat protective pada perempuan. Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki-laki pada wanita setelah masa menopause.
iii.
Riwayat Keluarga Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelum usia 70 tahun merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini. Terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset penderita PJK pada keluarga dekat.
Jumlah kasus Penderita AMI di kabupaten Cilacap sebagai mana terlampir pada tabel 83, tabel profil kesehatan tahun 2014 3. Decompensasi cordis Decompensasi cordis merupakan kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998). Penyebab timbulnya dekompensasi kordis adalah disebabkan adanya keadaan yang menyebabkan meningkatnya beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan penyebab yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
39
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati. Gagal jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah menurut menurut ahli (Price, Sylvia.2004) adalah sebagai berikut : a. Decompensasi cordis kiri Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari keadaan normal sehingga pada masa diastol berikutnya akan bertambah lagi mengakibatkan tekanan diastol semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan di daerah natrium kiri berakibat terjadi peningkatan tekanan dari batas normal pada atrium kiri ( normal 10-12 mmhg ) dan diikuti dengan peninggian tekanan vena pembuluh pulmonalis dan perubahan darah dalam atrium jumlah pembuluh pulmonalis dan perubahan darah dalam atrium dalam jumlah yang sesuai dalam waktu cepat tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi sehingga melampaui 12 mmhg. b. Dekompensasi cordis kanan Kegagalan
ventrikel
kanan
akibat
bilik
tidak
mampu
memompakan melawan tekanan yang naik pada sirkulasi paruparu, berakibat membaliknya kembali kedudukan sirkulasi sistemik, peningkatan volume vena dan tekanan mendorong cairan ke intertisial masuk ke dalam edema perifer. Kasus Decompensasi cordis yang dilaporkan Puskesmas dan Rumah sakit di Kabupaten Cilacap tahun ini, sebanyak 1.148 kasus, 781 kasus dilaporkan Puskesmas dengan kasus terbanyak di wilayah Puskesmas Kesugihan II sebanyak 155 kasus. Gambaran kasus Decompensasi cordis di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 seperti tergambar pada grafik 3.14 berikut ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
40
Grafik 3.14 Jumlah kasus Decompensasi cordis di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Laporan yang di dapat dari Rumah sakit untuk kasus yang sama sejumlah 367 kasus, dengan kasus terbanyak dilaporkan di Rumah Sakit Daerah Majenang sebanyak 285 kasus. Sebagaimana tertera pada lampiran tabel 83. 4) Hipertensi Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi meningkatnya tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang muncul akibat adanya penyakit lain seperti hipertensi ginjal, hipertensi kehamilan, dll. Jumlah kasus Hipertensi di kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 15.717 kasus yang terdiri dari hypertensi Essensial sebanyak 13.105 kasus, diantaranya dilaporkan oleh Puskesmas
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
41
sejumlah 9.590 kasus dan dilaporkan rumah sakit sejumlah 3.515 kasus. Sedangkan 2612 kasus merupakan kasus hypertensi lain. Grafik 3.15 Jumlah kasus Hipertensi Esensial di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Dari grafik 3.15 di atas, jumlah kasus tertinggi terjadi di Wilayah Puskesmas Cilacap Tengah I sejumlah 1315 kasus. Sedangkan kasus yang dilaporkan oleh Rumah sakit sejumlah 3.515 kasus, jumlah kasus terbanyak dilaporkan pada Rumah sakit Daerah Majenang sejumlah 1959 kasus sebagaimana tertera pada lampiran tabel 83. 5) Asma Bronkial Asma Bronkial terjadi akibat penyempitan jalan napas yang reversibel dalam waktu singkat oleh karena mukus kental, spasme, dan edema mukosa serta deskuamasi epitel bronkus/bronkeolus, akibat inflamasi eosinofilik dengan kepekaan yang berlebihan. Serangan asma bronkhiale sering dicetuskan oleh ISPA, merokok, tekanan emosi, aktivitas fisik, dan rangsangan yang bersifat antigen/allergen antara lain: Inhalan yang masuk ke dalam tubuh melalui alat pernafasan misalnya debu rumah, serpih kulit dari binatang piaraan, spora jamur dll. Ingestan yang masuk tubuh melalui mulut biasanya berupa makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dll. Kontaktan yang masuk tubuh melalui kontak kulit seperti obat-obatan dalam bentuk salep, berbagai logam dalam bentuk perhiasan, jam tangan. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
42
Kasus asma di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 sebesar 5.220, terdiri dari kasus dilaporkan Puskesmas sebanyak 3.573 kasus, dan dilaporkan oleh Rumahsakit sejumlah 1.647 kasus. Prevalensi kasus asma Bronkial adalah 29,52 per 10.000 penduduk.
b. Penyakit Menular Penyakit menular adalah penyakit yang dapat berpindah dari satu penderita kependerita lain, baik terjadi secara langsung maupun tidak langsung. penularan penyakit secara langsung terjadi apabila kita melakukan kontak langsung dengan si penderita, sedangkan secara tidak langsung biasanya melalui media, seperti air, udara, pakaian dan lainnya. Penyakit menular tentunya sangat membahayakan. disamping efek dari penyakit itu sendiri, juga akan membuat orang-orang disekeliling penderita terancam mengalami hal yang sama, sehingga sulit untuk memberi pertolongan. Tentunya kita dituntut untuk waspada dengan mengerti bentuk, penyebab dan macam-macam penyakit menular, tujuannya agar pertolongan yang diberikan kepada penderita benar-benar maksimal dan kita tidak ikut mengalami hal yang sama Hasil capaian program penyakit menular Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebagai berikut:
1) Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex. Tuberkulosis terdiri dari 2 jenis, yakni Tuberkulosis paru dan Tuberkulosis ekstra. a) Tuberkulosis Paru Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi atas:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
43
(1) Tuberkulosis paru BTA (+) adalah: Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif. (2) Tuberkulosis paru BTA (-) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis
tuberkulosis
aktif.
dan
kelainan
Hasil
radiologi
pemeriksaan
menunjukkan
dahak
3
kali
menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis. Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. b) Tuberkulosis Ekstra Tuberkulosis ekstra adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
Diagnosis
sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstra paru aktif. Gejala tuberkulosis ekstra tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan. Dalam menentukan pengobatan terhadap penderita, diperlukan adanya rekam medis atau riwayat pengobatan penderita. Tipe pasien yang
ditentukan
berdasarkan
kasus
dan
riwayat
pengobatan
sebelumnya diantaranya : Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
44
a) Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. b) Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis. c) Kasus defaulted atau drop out Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai d) Kasus gagal Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan. e) Kasus kronik Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik. f)
Kasus Bekas TB: Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.. (1) Jumlah kasus baru TB BTA+ Jumlah penemuan penderita kasus Tuberkulosis paru untuk kasus baru TB BTA+ di Kabupaten Cilacap tahun 2014 laporan pencatatan petugas wasor TB sejumlah 1.011 jiwa terdiri dari penderita laki-laki sejmlah 535 jiwa dan penderita perempian sejumlah 476 jiwa.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
45
Grafik 3.16 Jumlah kasus baru TB BTA + di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Dari Grafik 3.16 di atas terlihat bahwa jumlah penderita kasus TB BTA+ banyak terjadi pada laki-laki, dan terbanyak di wilayah Puskesmas Kawunganten sejumlah 150 kasus, 90 kasus pada laki-laki dan 60 kasus pada perempuan. (a) Proporsi kasus baru TB BTA+ Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu wilayah yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru. Tujuan dari Insidence Rate adalah 1) Mengukur angka kejadian penyakit, 2) Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas. 3) Perbandinagan antara berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda. 4) Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu FORMULA: P = ( d/n ) k. Dimana:
P= Estimasi incidence rate d= Jumlah incidence (kasus baru) n= Jumlah individu ( population at risk).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
46
Berdasarkan data yang diperoleh dari program TB paru di Kabupaten Cilacap Tahun 2014, di dapatkan data untuk jumlah Penderita Tuberkulosis paru BTA (+) tercatat sebanyak 1.011 jiwa terdiri dari penderita laki-laki sejumlah 535 jiwa dan penderita perempuan sejumlah 476 jiwa, sedangkan penemuan kasus suspek sebanyak 10.110 jiwa. Dengan demikian Proporsi kasus baru TB BTA+ sebesar 0,1 (b) CNR kasus baru BTA+ Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien BTA + baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Rumus =
X 100.000 Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Penderita Tuberkulosis paru BTA (+) di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sejumlah 1.011 jiwa, dengan demikian Angka Notifikasi kasus TB/Case Notification Rate (CNR) : 12,05.
(2) Jumlah seluruh kasus TB Jumlah TB paru di Kabupaten Cilacap tahun 2014 adalah 2.131 penderita, terdiri dari penderita kasus TB perempuan sejumlah 896 jiwa dan penderita kasus TB laki-laki sejumlah 1.235 jiwa. Dari jumlah tersebut jumlah terbanyak terdapat di Puskesmas Kawunganten sebanyak 275 jiwa, (12,9 %). CNR seluruh kasus TB adalah angka yang menunjukkan seluruh penderita kasus yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
47
Rumus =
X 100.000
Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Jumlah penderita Tuberkulosis paru di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sejumlah 2.131 jiwa, dengan demikian Angka Notifikasi kasus TB /Case Notification Rate (CNR) pada penderita TB Paru sebesar 120,5 artinya dalam 100.000 penduduk terjadi peningkatan
penemuan
penderita TB
sebesar 120,5. (3) Kasus TB anak 0-14 tahun Angka yang dilaporkan pada kasus TB pada anak tahun 2014 sejumlah 57 orang anak, dengan jumlah kasus dilaporkan terbanyak di Puskesmas Sampang sejumlah 14 kasus. Sebagaimana tergambar pada grafik 3.17 di bawah ini :
Grafik 3.17 Jumlah kasus baru pada usia 0-14 di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
48
(4) Persentase BTA+ terhadap suspek Pengertian suspek adalah Orang yang memiliki gejala utama yaitu batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Angka yang didapatkan dari kegiatan program TB untuk tahun 2014 didapat sejumlah 10110 jiwa. yang terdiri dari penderita laki-laki sebanyak 5.350 jiwa, dan penderita perempuan sejumlah 4.760
jiwa. Sedangkan untuk jumlah
BTA+ sejumlah 2131 jiwa, terdiri dari penderita laki laki sejumlah 1.235 jiwa, dan penderita perempuan sejumlah 896 jiwa. Sedangkan jumlah penderita BTA (+) yang di obati sejumlah 1.241 jiwa. Dengan demikian Persentase BTA+ terhadap suspek adalah Rumus =
X 100%
Dengan demikian Persentase BTA+ terhadap suspek Angka kesembuhan BTA+ sebanyak
81,47%, dengan pengertian
pengobatan terhadap penderita TB BTA+ belum semuanya terlayani. (5) Angka pengobatan lengkap BTA+ Pengertian pengobatan lengkap adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap tetapi tidak ada hasil
pemeriksaan
apusan
dahak
ulang
pada
akhir
pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya. Data tahun 2014 untuk kasus BTA + dengan pengobatan lengkap terhadap seluruh penderita TB BTA + sebanyak 46 jiwa dari jumlah penderita BTA + yang mendapat OAT (obat anti Tuberkoluse).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
49
(6) Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ Angka keberhasilan pengobatan merupakan jumlah pasien yang sembuh dan mendapatkan pengobatan lengkap. Dari data yang didapat jumlah keberhasilan dalam pengobatan terhadap penderita TB tahun 2014 ini sejumlah 1.170 jiwa, dari jumlah penderita BTA + yang di obati. (94,28%). (7) Angka kematian selama pengobatan Jumlah kasus Tuberkulosis Paru terbanyak terdapat di wilayah kerja UPT Puskesmas Kawunganten sebanyak 250 jiwa, dari jumlah penderita semua TB sejumlah 1.988 jiwa, dan yang di obati
sejumlah
1.257
jiwa.
Dalam
perjalanan
masa
pengobatan, sejumlah 6 orang meninggal dunia terjadi di wilayah Puskesmas Maos sebanyak 1 orang, Puskesmas Binangun sebanyak 2 orang, dan Puskesmas Cilacap Selatan II sebanyak 2 orang, dan Cilacap Utara II 1 orang.
2) Pneumonia Kejadian Pnemonia pada balita untuk tahun 2014 yang di temukan dan di tangani sebanyak 1.115 kasus dari perkiraan kejadian kasus di Kabupaten Cilacap sebanyak 13.510 kasus pneumonia pada balita. Kasus terbanyak terdapat pada UPT Puskesmas Cimanggu I sebanyak 224 kejadian kasus. Pencapaian cakupan terhadap penderita yang ditemukan dan ditangani dari perkiraan kejadian kasus tahun 2014 sebesar 3,5 %. Adapun gambaran pencapaian pencapaian tersebut dapat terlihat pada Grafik 3.18 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
50
Grafik 3.18 Distribusi Penemuan Dan Penanganan Kasus Pneumonia di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
3) HIV/AIDS HIV(Human Immunodeficiency Virus) seseorang yang hasil pemeriksaannya HIV positif dengan pemeriksaan 3 test. AIDS : (Acquired Immune Deficiency Syndrome) Dewasa bila terdapar 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak ada sebab-sebab immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau etiologi lainnya. Kasus pada anak bila terdpat paling sedikit 2 gejala mayor dan minor dan tidak ada sebab-sebab immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau etiologi lainnya. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan perilaku (STBP). Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2014 sebanyak 86 orang, yang terdiri dari penderita dengan golongan umur sebagamana terdapat pada tabel 11 (terlampir). Jumlah Kasus AIDS, Jumlah Kematian karena AIDS, Donor darah diskrining positif HIV, tidak terdapat kasus. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
51
4) Diare Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih,atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Jumlah kasus kesakitan diare yang di tangani di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 22.429, dari perkiraan kasus sebanyak 37.846. a) Penderita diare ditangani Kasus penyakit diare di Kabupaten Cilacap tahun 2014 di wilayah Puskesmas yang dilaporkan sebanyak 22.429 jiwa, yang terdiri dari penderita diare laki-laki sejumlah 10.750 jiwa, dan pada penderita perempuan sejumlah 11.679 jiwa. Jumlah perkiraaan kasus penyakit diare sebanyak 37.846 kasus denga
perincian
perkiraan kasus pada laki-laki sebanyak 19.167 kasus, dan pada perempuan sejumlah 18.679 kasus. b) Persentase Diare Dari data penderita diare yang dilaporkan, perbandingan antara jumlah perkiraan kasus penderita diare tahun 2014 dengan jumlah penderita yang ditangani dalam tahun yang sama, di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap, sebesar 59,26%. Sedangkan untuk gambaran masing masing Puskesmas adalah sebagaimana tergambar dalam grafik 3.19 di bawah ini : Grafik 3.19 Prosentase perbandingan kasus diare terhadap penderita diare yang ditangani di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
52
Dari data yang tergambar pada grafik 3.19 tersebut di atas pencapaian penderita diare yang di tangani terhadap jumlah perkiraan penderita diare di Puskesmas, Prosentase tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Jeruklegi II sebanyak 127 %, dan terendah di ilayah kerja Puskesmas Nusawngu II sebesar 4,49 %. Adapun jumlah pencapaian hasil pelayanan pada kasus penderita diare yang di tangani berdasarkan masing masing Puskesmas dapat dilihat pada tabel 13 profil Kesehatan tahun 2014 terlampir. 5) Kusta Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, ditemukan oleh seorang ahli fisika Norwegia bernama Gerhard Armauer Hansen, pada tahun 1873, merupakan bakteri aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai , tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga dinamakan sebagai bakteri “tahan asam”. Gejala awal penyakit kusta, ditandai dengan adanya kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan, berkurangnya rasa atau hilang rasa, tidak ditumbuhi bulu, tidak mengeluarkan keringat, tidak gatal, tidak sakit , dan biasanya penderita tidak merasa terganggu. penyakit kusta dibedakan menjadi 2 Jenis: a) Kusta Kering (PB) Kusta Kering disebut “Pausibasiler” (sedikit bakteri) atau disebut golongan PB apabila seseorang mempunyai daya tahan tubuh yang masih mampu sedikit melawan Mycobacterium leprae, bakteri tidak sempat menjadi terlalu banyak. Secara klinis penderita kusta golongan PB ditandai dengan adanya 1-5 bercak mirip panu pada kulit, tidak gatal, tidak terasa kalau di sentuh, tidak terdapat saraf yang tebal atau terganggu, dan hasil uji laboratorium BTA negatif. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
53
b) Kusta Basah (MB) Seseorang apabila daya tahan tubuhnya tidak melawan serangan Mycobacterum leprae sama sekali, dan bakteri berkembang biak dengan bebas, disebut “Multibasiler” (banyak bakteri) golongan jenis kusta basah (MB). Penatalaksanaan penanggulangan kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi: 1). Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa. 2). Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot. 3). Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif). c) Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) Jumlah kasus baru kusta jenis “Pausibasiler” atau kusta PB yang tercatat di Puskesmas Kabupaen Cilacap Tahun 2014 sejumlah 42 penderita, yang terdiri dari penderita laki-laki sejumlah 31 penderita, dan penderita perempuan sebanyak 11 penderita. Dari jumlah tersebut penderita dengan jenis kusta PB tidak ada, dan penderita jenis Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah sebanyak 42 penderita, laki-laki 31 penderita dan perempuan 11 penderita. Grafik 3.20 Jumlah Kasus Kusta Basah/ Multi Basiler(MB) di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
54
Dari grafik 3.20 diatas jumlah kasus MB atau kusta basah yang dilaporkan paling banyak 3 kasus terdapat di wilayah Puskesmas Majenang I, Majenang II, Cipari, dan kroya I. d) Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) Angka penemuan kasus baru kusta atau New Case Detection Rate (NCDR) adalah Kasus kusta baru yang ditemukan pada periode tertentu per 100.000 penduduk. NCDR =
X 100.000 Berdasarkan data jumlah kasus baru tercatat , dan dengan menggunakan formula sebagaimana tersebut diatas maka dapat diketahui angka penemuan kasus baru kusta, untuk Kabuapten Cilacap sebesar 2,37 per 100.000. Artinya dalam 100.000 penduduk di mungkinkan ditemukan penderita baru penyakit kusta antara 2 sampai 3 kasus. Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat kasus baru sebanyak 42 kasus dari tipe Multi Basiler. Sedangkan tipe Pausi Basiler tidak ada yang dilaporkan. Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2014 di Kabupaten Cilacap tidak ditemukan, demikian halnya untuk proporsi anak di antara penderita baru pada tahun 2014.
e)
Penderita Kusta Selesai Berobat
Jumlah kasus kusta yang tercatat dan terlaporkan keseluruhan dari kasus baru dan kasus lama sebanyak 82 kasus, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 71 dan perempuan sejumlah 11 kasus. Sedangkan jumlah penderita yang selesai dalam pengobatan dan dinyatakan sembuh sebanyak 37 kasus, penderita laki-laki sebanyak 24 kasus dan perempuan sebanyak 13 kasus, merupakan kasus kusta type MB. Untuk lebih jelasnya dalam melihat keadaan pencapaian program pencegahan PTM (penyakit tidak menular) khususnya kusta dapat di lihat pada table 17 profil kesehatan tahun 2014.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
55
6) Demam Berdarah Dengue (DBD) a) Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Kabupaten Cilacap, hal ini dibuktikan dengan masih adanya kasus DBD yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Cilacap. Tahun 2014 ini kasus DBD di Kabupaten Cilacap sebanyak 447 kasus yang tersebar di 24 Kecamatan. Wilayah kecamatan yang banyak terjadi kasus DBD adalah 90 kasus di Kecamatan Cilacap Utara. Dari jumlah kasus tersebut sebanyak 6 penderita meninggal. Setiap ada penderita DBD yang dilaporkan, dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi (PE) di lapangan serta upaya pengendalian. Penyebab tingginya angka kesakitan DBD dikarenakan adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup tinggi,
sehingga
dapat
menimbulkan
genagan
air
yang
merupakan tempat perindukan bagi vektor. nyamuk Aedes Aegipty penyebab DBD yang cukup potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak maksimalnya kegitan PSN di masyarakat, sehingga pemutusan rantai kehidupan dari vektor tidak tercapai dan berdampak pada kelangsungan kehidupan nyamuk Aedes Aegipty dan menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD. b) Case Fatality Rate DBD CFR atau Angka kefatalan kasus adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama CFR = Formula
X 1.000 atau
perhitungan
CFR
dapat
digunakan
untuk
mengetahui tingakat penyakit dengan tingkat kematian yang Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
56
tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain-lain. CFR atau angka kefatalan kasus untuk Demam berdarah tahun 2014 sebesar 13,4. Artinya dari jumlah penderita Demam berdarah dimungkinkan terjadi kematian sebanyak 13 sampai dengan 14 penderita setiap 1000 penderita Demam berdarah. 7) Malaria Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium
yang
menyerang
eritrosit
dan
ditandai
dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Malaria kecuali menyerang manusia , juga menyerang, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp, di tandai dengan gejala meriang. (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Kasus pada manusia, Plasmodium ini menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk anopheles betina. Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah : a) Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum) Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan penyebab penyakit malaria yang Malaria
tropika
paling berat, masa inkubasi
menyerang
semua
bentuk
9-14 hari.
eritrosit
oleh
Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin). b) Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae) Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmodium vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/rossete. Bentuk gametosit sangat Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
57
mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi. c) Malaria Ovale (Plasmodium Ovale) Malaria
Tersiana
(Plasmodium
Ovale)
bentuknya
mirip
Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari. d) Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam Di Kabupaten Cilacap tahun 2014, dari hasil catatan dan pelaporan program penanggulangan penyakit menular, khususnya penyakit malaria, didapatkan jumlah penderita malaria suspek sejumlah 23 penderita. Untuk mengetahui Angka kesakitan malaria didapat di ketahui di suatu wilayah dengan menggunakan formula API =
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
X 1000
58
Dari pencatatan dan pelaporan yang di peroleh dari sumber data Bidang PMK, seksi Pemberantasan Penyakit Menular didapatkan data antara lain : e) Case Fatality Rate Malaria Merupakan perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama. CFR Digunakan untuk mengetahui penyakit – penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi, dengan formula perhitungan adalah : CFR =
X 1.000
Dari jumlah penderita malaria pada tahun 2014 sebesar 23 orang tidak ada pasien yang meninggal dunia.
c. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak Difteri dan Hepatitis B, Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan Komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (Redcam), dan Eliminasi Tetanus Neonatorum. 1) Polio a) Kasus Polio Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian. Penyebab Polio (Poliomielitis) adalah virus polio. Penularan virus terjadi dengan cara: 1). Secara langsung dari orang ke orang, 2). Melalui percikan ludah penderita, 3). Tinja penderita. Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio: 1). Poliomielitis klinis: menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta berbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
59
terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis. Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam). 2). Poliomielitis non- paralitik: ditandai dengan gejala antara lain demam, sakit kepala, kaku kuduk, muntah, diare,kejang dan nyeri otot, ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri. Gejala Poliomielitis non- paralitik berlangsung selama 1-2 minggu. Dan 3). Poliomielitis paralitik: ditandai dengan gejala antara lain : demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya, kelemahan otot asimetrik dan diikuti dengan berkembang menjadi kelumpuhan lokasinya tergantung pada bagian korda spinalis yang terkena dan adanya perasaan ganjil/aneh di lokasi seperti tertusuk jarum, gangguan menelan, kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung. b) AFP Rate (non polio) < 15 th AFP merupakan Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit Polio, pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans AFP. Surveilans AFP merupakan
pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan
yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Guna mengetahui penderita AFP sudah terinfeksi virus polio liar atau tidak, perlu adanya pembuktian dengan langkah langkah: 1). Pelacakan terhadap anak usia di bawah 15 tahun yang mengalami lumpuh secara mendadak kurang dari 14 hari, dan menentukan diagnosa awal. 2). Mengambil spesimen tinja penderita, kurang dari 14 hari setelah penderita mengalami kelumpuhan, di ambil dua kali dengan interval waktu pengambilan pertama dan ke dua kurang dari 24 jam. Untuk
wilayah
jawa
tengah,
kedua
spesimen
dikirim
ke
laboratorium Bio Farma Bandung dengan perlakuan khusus ( pengemasan khusus). Hasil pemeriksaan laboratorium sebagai bukti ada atau tidaknya virus liar yang terdapat di spesimen tinja. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
60
Diagnosa akhir ditentukan setelah 60 hari sejak terjadinya kelumpuhan. Pemeriksaan terhadap penderita dilakukan oleh dokter spesialis anak atau dokter spesialis syaraf, guna menentukan masih adatidaknya kelumpuhan pada penderita. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 ini untuk penderita kelumpuhan AFP tidak ditemukan kasus diantara 100.000 anak usia < 15 Tahun. Sedangkan jumlah AFP non Polio sebanyak 12 penderita, Untuk menggambarkan kejadian AFP di Kabupaten Cilacap tahun 2014 seperti pada grafik 3.21 di bawah ini : Grafik 3.21 Distribusi Frekuensi Penderita AFP Polio dan AFP Non Polio di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
2) Kasus Difteri Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae yang sangat mudah menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi tidak hanya dari penderita saja, namun juga dari karier (pembawa) baik anak maupun dewasa yang tampak sehat kepada orang-orang di sekitarnya. dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat obstruksi larings atau miokarditis akibat aktivasi eksotoksin. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 tidak ditemukan kasus difteri. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
61
3) Kasus Pertusis Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella pertusis dengan gejala batuk beruntun dan pada akhir batuk menarik nafas panjang terdengar suara “hup” (whoop) yang khas, biasanya disertai muntah. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Akibat batuk yang berat dapat terjadi pedarahan selaput lendir mata (conjunctiva) atau pembengkakan di sekitar mata (oedema periorbital). Lamanya batuk bisa mencapai 1-3 bulan dan penyakit ini sering disebut penyakit 100 hari. Pemeriksaan lab pada apusan lendir tenggorokan dapat ditemukan kuman pertusis (Bordetella pertussis). Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 tidak ditemukan kasus pertusis.
4) Kasus Tetanus (non neonatorum) Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani. Kuman ini tersebar luas di tanah dan tahan hidup lama. Sering ditemukan dalam usus dan kotoran binatang memamah biak seperti kuda. Penyakit tetanus ini biasanya timbul lima hari sampai dua minggu setelah tubuh kena luka, tetapi ada pula yang timbul baru setelah beberapa minggu korban terluka. Semakin lambat timbul gejalanya semakin ringan penyakit itu.Tetanus yang ringan mula-mula ditandai oleh mulut yang kaku, sedangkan yang berat langsung ditandai dengan kejang-kejang yang hebat. gejala umum penyakit Tetanus ditandai oleh ketegangan otot yang semakin lama semakin kencang, terutama pada rahang dan leher.Kemudian mulut sukar dibuka, dan timbul kejangkejang. Makin lama makin sukar menelan, merasa gelisah, sakit kepala, suhu badan, mudah terangsang oleh suara yang keras atau sinar yang terang. Sedang pada bayi yang baru lahir gejalanya ia tidak mau menyusu serta timbul kejang-kejang. Gejala penyakit ini timbul karena racun kuman Clostridium tetani merangsang saraf, merusak sel darah merah dan sel darah putih. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 ditemukan 1 (satu) kasus tetanus non neonatum dan meninggal di wilayah UPT Puskesmas Wanareja 1.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
62
5) Kasus Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh basil Clostridium Tetani, yang memiliki
sifat an aerob, berbentuk spora
selama diluar tubuh manusia, dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan menyebabkan tetanospasmin, yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. Tetanus neonatorum harus memiliki kriteria, yaitu bayi lahir hidup, dapat menangis dan menetek dengan normal minimal 2 hari, pada bulan pertama kehidupan timbul gejala sulit menetek disertai kekakuan an/atau kejang otot. Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari, apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari biasanya penyakit lebih parah dan angka kematiannya tinggi. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 tidak ditemukan kasus tetatus neonatorium. 6) Kasus Campak Campak (Rubeola, Campak 9 hari) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama mengalami ruam kulit. Penyebab Campak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/Mumps, Measles, Rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
63
12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 tidak ditemukan kasus campak. 7) Kasus Hepatitis B Hepatitis B adalah penyakit peradangan hati akut atau kronik yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Sebagian besar dari kasus hepatitis B dapat berlangsung menjadi kanker hati atau serosis hati. Virus hepatitis B(HBV) dapat menular melalui intravena, penggunaan jarum suntik, tindik, melalui kontak seksual, dan dari ibu ke janin. Gejala Hepatitis B penderita merasakan gejala rasa tidak enak makan. Suhu tubuh penderita meningkat dan timbul nyeri sendi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran hati pada perut kanan atas, urin berubah warna menjadi merah, mata dan kulit menguning. Selain dilihat dari manifestasi-manifestasi yang timbul, perlu juga dilakukan petanda serologi untuk memperkuat diagnosis. Pada penderita hepatitis B, HBsAg positif, ALT meningkat, HBV DNA serum lebih tinggi dari 105 copy/ml. Untuk pencegahan, kelompok yang beresiko tinggi dapat mengikuti program vaksinasi hepatitis B yang diberikan sebanyak 3 kali. Interval Pemberian Vaksin Hepatitis B Pada bayi: 1). Vaksinasi I: baru lahir s.d. 2 bulan, 2). Vaksinasi II: usia 1 s.d. 4 bulan dan 3). Vaksinasi III: usia 6 s.d. 18 bulan. Pada orang dewasa: Pada usia 18 tahun atau lebih, terutama untuk pengguna narkoba suntik, tenaga kesehatan, pasien HIV, pasien liver kronis. Vaksin diberikan 3 kali dalam 6 bulan, yaitu pada bulan ke-0, 1 dan 6, atau pada bulan ke-0, 2, dan 4. Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatorum, dan Campak). Di Kabupaten Cilacap untuk tahun 2014 jumlah kasus PD3I yang dilaporkan sebagaimana terlampir pada tabel 19 profil 2014 (tabel terlampir ). Kejadian kasus PD3I terjadi pada wilayah kerja Puskesmas Wanareja I sejumlah 1 kasus terjadi pada Tetanus Non Neonatorum. d. Desa KLB ditangani < 24 jam Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
64
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur: 1). Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal, 2). Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturutturut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu), 3). Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun), dan 4). Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Kejadian luar biasa yang terjadi di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebagai mana tertera pada tabel 3.2 dibawah ini : Tabel 3.2 Frekuensi Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten Cilacap 2014 NO
JUMLAH SEBARAN KLB
JENIS KLB
KECAMATAN
DESA
PENDERITA
KEMATIAN
1
Keracunan makanan
3
3
43
-
2
DBD
1
1
1
1
3
HMFD
1
1
7
-
4
Chikungunya
4
5
250
-
5
Leptospirosis
1
1
1
-
6
Scabies
1
1
160
-
7
Diare
1
1
160
-
8
TN
1
1
1
1
9
Rubela
1
1
13
JUMLAH
636
2
Sumber : Simpus 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
65
Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat diketahui bahwa Penderita akibat Kejadian Luar Biasa secara keseluruhan berjumlah 636 penderita dengan korban meninggal sebanyak 2 orang. Gambaran secara terperinci tentang jumlah penderita menurut jenis KLB terdapat pada grafik 3.22 dibawah ini. Grafik 3.22 Jumlah penderita menurut jenis KLB di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014.
Berdasarkan grafik 3.22 diatas diketahui bahwa Penderita terbanyak pada ngan KLB Cikungunya sebanyak 40 % sedangkan KLB Diare dan Scabies sebesar 25 %. Penyakit Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya, dimana virus chikungunya memiliki masa inkubasi sekitar 2-4 hari. Gejalanya adalah demam tinggi sekitar 39-40° Celcius, tetapi tanpa pola yang khas seperti pada BBD (tapal kuda). Umumnya, demam berlangsung selama 3-5 hari dan setelah itu mereda. Selain demam, kulit penderita tampak kemerahan (ruam) yang muncul pada hari ke-3-5 hari, mata merah, muncul gejala flu, sering disertai kejang, mual, muntah, kadang disertai
diare.
Chikungunya
Bagian adalah
tubuh jaringan
yang ikat
rusak
akibat
sendi.
serangan
Chikungunya
virus tidak
mengakibatkan sindrom syok dan perdarahan seperti halnya DBD. Hanya saja, persendian dan otot biasanya mengalami rasa sakit luar biasa, sehingga membuat penderita tak bisa berjalan yang sering kali dicurigai
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
66
mengalami
kelumpuhan,
umumnya
penyakit
ini
tidak
sampai
menyebabkan kematian. Berdasarkan penyajian tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kejadian luar biasa tahun 2014, kasus terbanyak terjadi pada Cikungunya, tersebar di 4 kecamatan 5 desa, dengan jumlah 250 penderita. Scabies atau kudis merupakan penyakit kulit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabiei yang dicirikan dengan adanya keropeng, dan rasa gatal pada kulit. Proses penyakit kudis atau scabies di awali dengan : 1) Infeksi dari penyakit, adanya tungau betina atau nymfa stadium kedua yang secara aktif membuat terowongan di epidermis atau lapisan tanduk. Pada terowongan tersebut diletakkan 2-3 butir telur setiap hari. 2) Telur menetas dalam 2-4 hari yang kemudian menjadi larva yang berkaki 6. 3) Dalam 1-2 hari larva berubah menjadi nymfa stadium pertama kemudian berkembang menjadi nimfa stadium kedua, yang berkaki 8. Nymfa ini menjadi tungau betina muda, yang siap kawin dengan tungau jantan 4) Tungau berkembang menjadi tungau dewasa dalam 2-4 hari. 5) Pada bayi, gejala yang khas yaitu adanya bisul pada telapak kaki dan telapak Rasa
gatal
pada
scabies
disebabkan
adanya
terowongan
pada
permukaan kulit yang di buat untuk meletakan telur, ditandai dengan adanya warna kulit yang kemerahan dan ada infeksi sekunder, yang di akibatkan oleh akibat bakteri.
3. Status Gizi. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
67
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. a. Angka Balita Gizi Buruk. Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering reference. Baku Antopometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization–National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO-NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor. Pendataan gizi buruk di Kabupaten Cilacap didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U), dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan
berat
badan
dengan
umur
melalui
kegiatan
penimbangan, jika ditemukan balita yang beradadi bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas.Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka dirujuk ke rumah sakit. Hasil penemuan kasus timbang balita bawah kasus merah dapat terlihat pada grafik 3.23 berikut ini.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
68
Grafik 3.23 Jumlah Penemuan Kasus Bawah Garis Merah di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 3.23 diatas diketahui bahwa kasus bawah garis merah secara keseluruhan berjumlah 416 kasus dengan kejadian terbanyak berada diwilayah UPT Puskesmas Cilacap Utara II dengan 31 kasus dan UPT Cimanggu II sebanyak 28 kasus. Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuanstatus gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. b. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil yang mengalami anemia, kekurangan suply gizi dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
69
pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR). Kasus BBLR dirinci menurut jenis kelamin secara lengkap terdapat pada grafik 3.24 dibawah ini. Grafik 3.24 Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Simpus 2014
Berdasarkan grafik 3.24 diatas dapat diketahui bahwa kasus BBLR secara keseluruhan berjumlah 1.103 bayi atau 3,7 % dengan kasus BBLR dengan kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja UPT Puskesmas Kawunganten sebanyak 73 kasus.
B. INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN Indikator derajat kesehatan, salah satunya dapat dilihat dari hasil pencapaian pelaksanaan program kesehatan, dalam bentuk Standar Pelayanan Minimal (SPM). Adapun ketentuan tersebut sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 828/MENKES /SK/IX/2008, tentang Standar Pelayanan Minimum terdapat 18 indikator. Pencapaian Indikator SPM secara lengkap terdapat pada tabel 3.3 sebagai berikut :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
70
Tabel 3.3 Pencapaian Indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 NO.
INDIKATOR
CAPAIAN
TARGET
2014
2014
1
Cakupan Kunjungan Hamil K4
85,91
93
2
Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
89,38
83
91,29
93
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan
3
yang memiliki kompetensi kebidanan
4
Cakupan pelayanan ibu nifas
87,65
93
5
Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani
67,66
75
6
Cakupan kunjungan bayi
95,63
87
7
Cakupan desa / kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
100,00
100
8
Cakupan pelayanan anak balita
84,75
83
73,34
100
Cakupan pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga
9
miskin
10
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
100,00
100
11
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
98,96
100
12
Cakupan Peserta KB Aktif
74,00
69
13
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate/100.000 penduduk<15 tahun
2,53
10
b. Penemuan penderita pnemonia balita
4,79
100
c. Penemuan penderita baru TB BTA positif
78,67
70
d. Penderita DBD yang ditangani
100,00
100
3,51
60
e. Penemuan penderita diare 14
Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
24,71
100
15
Cakupan pelayanan rujukan pasien masyarakat miskin
24,71
100
100,00
100
100,00
100
100,00
100
16 17 18
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kab/kota Cakupan
Desa/kelurahan
mengalami
penyelidikan epidemiologi < 24 jam Cakupan Desa Siaga aktif
KLB
yang
dilakukan
Sumber: Simpus 2014
Berdasarkan tabel 3.3 diatas diketahui bahwa dari 18 indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) masih terdapat 11 (sebelas) indikator yang belum mencapai target. Pencapaian terget terendah berada pada indikator Cakupan Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
71
penemuan dan penanganan penderita penyakit. Dari lima indikator yang ada pada cakupan tersebut 3 diantara belum mencapai target yaitu 1)
indikator
penemuan penderita pnemonia balita hanya mencapai 4,79% dari target (100%), 2). Indikator penemuan penderita diare hanya mencapai 3,51% dari target (60%).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
72
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128 tahun 2004 dinyatakan bahwa fungsi Puskesmas dibagi menjadi tiga fungsi utama: Pertama, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di wilayahnya; Kedua, sebagai Pusat Penyedia Data Dan Informasi Kesehatan di wilayah kerjanya sekaligus dikaitkan dengan perannya sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, dan; Ketiga, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer/tingkat pertama yang berkualitas dan berorientasi pada pengguna layanannya. Artinya, upaya kesehatan di Puskesmas dipilah dalam dua kategori yakni : 1. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer Yakni puskesmas sebagai pemberi layanan promotif dan preventif dengan sasaran kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta pencegahan penyakit. 2. Pusat pelayanan kesehatan perseorangan primer Yakni peran Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada pelayanan kesehatan formal dan penakis rujukan sesuai dengan standard pelayanan medik. Program Pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
1.
Pelayanan KIA dan KB Pelayanan KIA
dan Peserta KB Baru yaitu program pelayanan
kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk melaksanakan program KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita. Dari hasil pencatatan dan laporan pelaksanaan kegiatan program KIA, diperoleh data data yang berkaitan dengan pelayanan KIA dan KB seperti tabel 4.1 di bawah ini: Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
73
Tabel 4.1 Data Dasar Program KIA Dan KB Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 N O
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
KECAMATAN
Dayeuhluhur Wanareja Majenang Cimanggu Karangpucung Cipari Sidareja Kedungreja Patimuan Gandrungmangu Bantarsari Kawunganten Jeruklegi Kesugihan Adipala Maos Sampang Kroya Binangun Nusawungu Cilacap Selatan Cilacap Tengah Cilacap Utara -
PUSKESMAS
JMLH IBU HAMIL
JUMLAH LAHIR HIDUP
PESERTA KB BARU
PESERTA KB AKTIF
Dayeuhluhur I
406
340
956
4.187
Dayeuhluhur II
285
288
214
4.056
Wanareja I
1.170
1.092
73
6.789
Wanareja II
484
478
1.264
7.433
Majenang I
2.042
1.842
933
15.941
Majenang II
709
714
480
6.446
Cimanggu I
835
812
482
8.408
Cimanggu II
830
753
495
7.668
Karangpucung I
746
654
558
6.545
Karangpucung II
476
450
4.111
4.701
Cipari Sidareja Kedungreja Patimuan
1.171 1.002 1.460 826
1.039 897 1.360 794
1.805 1.578 1.788 889
7.886 8.061 8.931 6.560
Gandrungmangu I
1.152
1.082
1.296
7.811
Gandrungmangu II
621
574
743
5.246
1.313 1.549 807
1.248 1.381 771
1.550 722 28
11.563 11.215 3.299
Jeruklegi II
395
396
1.014
6.539
Kesugihan I
999
889
370
3.187
Kesugihan II
1.230
1.132
1.175
3.670
Adipala I
1.064
970
1.020
8.079
Adipala II
677
618
1.789
7.728
Maos Sampang Kroya I
735 683 1.074
642 618 941
980 287
4.679 6.111 5.950
866
853
1.348
9.467
Binangun Nusawungu I
1.045 647
1.039 620
378 2.110
6.333 9.856
Nusawungu II
717
575
309
5.160
Cilacap Selatan I
698
642
826
5.229
Cilacap Selatan II
591
581
3.129
4.321
Cilacap Tengah I
814
747
511
4.530
Cilacap Tengah II
703
581
1.126
5.237
Cilacap Utara I
885
814
440
4.993
Cilacap Utara II
579
535
1.223
5.564
304 32.590
261 30.023
923 38.923
3.467 252.846
Bantarsari Kawunganten Jeruklegi I
Kroya II
38 Kampunglaut JUMLAH KABUPATEN
Kampunglaut
JUMLAH WUS (15-39 TAHUN)
6.034 5.653 18.380 7.956 23.005 7.895 13.581 12.148 11.404 7.228 16.817 15.044 12.343 20.992 16.329 9.875 17.677 20.435 11.677 6.068 13.929 15.345 12.942 8.285 11.335 10.285 15.719 10.487 17.029 11.783 12.185 9.594 9.831 11.961 8.788 9.854 7.549 3.972 461416
Sumber: Simpus 2014. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
74
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa jumlah Wanita Usia Subur (WUS) terbanyak: 23.005 jiwa berada di wilayah kerja Puskesmas Majenang I, jumlah ibu hamil terbanyak: 2.042 jiwa berada di wilayah kerja Puskesmas Majenang 1, Jumlah Bayi Lahir Hidup terbanyak: 1.842 jiwa berada di wilayah kerja Puskesmas Majenang 1
dan Jumlah Peserta KB Aktif
terbanyak : 15.941 jiwa berada di wilayah kerja Puskesmas majenang 1 juga. Hal ini disebabkan di Kecamatan Majenang pada Tahun 2014 jumlah penduduknya tertinggi dari 38 kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap a. Kunjungan Ibu Hamil (K1) Pelayanan kesehatan untuk ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan, dan pelayanan pasca persalinan (masa nifas). Pemantauan kegiatan cakupan untuk pelayanan baru ibu hamil (K1), sedangkan untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu sesuai standar pelayanan sedikitnya 4 kali pemeriksaan dalam kehamilannya (K4). Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pada awal kehamilannya, minimal pada trimsester pertama, dilanjutkan 1 kali pada triwulan kedua, 2 kali pada semester 3. Dari hasi pencatatan dan pelaporan pada program kesehatan ibu dan anak, pencapaian hasil kegiatan untuk pelayanan K1 di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 32.584, dari jumlah sasaran ibu hamil sejumlah 32.590, dengan demikian cakupan pencapaian kunjungan K1 sebesar 99,98 %. Dari jumlah kunjungan ibu hamil di Puskesmas tersebut, kunjungan terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Majenang I sebanyak 2.042 kunjungan ibu hamil. Pencapaian tersebut terlihat pada grafik 4.1 di bawah ini : Grafik 4.1 Kunjungan ibu hamil (K1) di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
75
Berdasarkan grafik 4.1 diketahui bahwa kunjungan ibu hamil (K1) terbanyak: 2042 kunjungan berada diwilayah kerja UPT Majenang I dan kunjungan terendah: 285 kunjungan berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Dayeuhluhur II. Kunjungan K1 terendah berada di Wilayah Kerja Puskesmas Dayeuhluhur II dimungkinkan karena secara geografis wilayahnya sulit untuk akses terhadap pelayanan kesehatan. b. Kunjungan Ibu Hamil (K4) K4 atau Kunjungan ke empat ibu hamil, mempunyai pengertian dari beberapa sumber yaitu : a) Berdasarkan indikator MDGs goal 5 Indikator Menyebutkan bahwa Kunjungan ibu hamil K-4 adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. b) Berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan Pedoman Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Kesehatan Tahun 2009 Depkes RI 2009 menyebutkan bahwa Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan
pemeriksaan
ibu
hamil
menggunakan pendekatan prospektif
dalam
ilmu
epidemiologi
atau biasa dikenal dengan
istilah kohor atau dalam program pencatatan dan pelaporan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) tercatat dalam buku register kohor ibu. Pencapaian kegiatan program KIA untuk kunjungan K4 di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebanyak 30.830 kunjungan ibu hamil, dari jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 32.590 ibu hamil, dengan demikian angka pencapaian cakupan kunjungan K4 sebesar 94,60 %. Data yang di dapatkan pada pencatatan dan pelaporan Puskesmas Tahun 2014, Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
76
untuk kunjungan K4 terbanyak ada di wilayah kerja Puskesmas Majenang I, sebanyak 1.984 kunjungan ibu hamil, dengan data jumlah ibu hamil di wilayah kerja Majenang I tersebut sebanyak 2.042 ibu hamil. Dengan demikian pencapaian cakupan kunjungan K4 di wilayah kerja Puskesmas Majenang I 97,2 %. Karena jumlah ibu hamil di Wilayah kerja puskesmas Majenang I tinggi jadi meskipun jumlah Kunjungan K4 tertinggi di Kabupaten Cilacap tapi pencapaian cakupan Kunjungan K4 tidak tertinggi di Kabupaten cilacap. Kunjungan K4 dapat dilihat sebagamana terlihat pada tabel 29 (terlampir) atau pada grafik 4.2 di bawah ini : Grafik 4.2 Kunjungan Ibu hamil (K4) UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa kunjungan ibu hamil (K4) terbanyak: 1984 kunjungan berada diwilayah kerja UPT Puskesmas Majenang I dan paling sedikit terdapat di Puskesmas Dayeuhluhur II, sebanyak 255 kunjungan.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
77
c. Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan Indikator global untuk menurunkan jumlah kematian ibu yaitu angka kematian ibu, Proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih, dan angka pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia subur 15-49
tahun.
Sedangkan
monitoring
lokal
Kabupaten/Kota
dan
Kecamatan digunakan proksi atau alat ukur indikator. Indikator global atau Nasional ini mempunyai target menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990-2015 (Berdasarkan indikator MDGs). Proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih atau cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah perbandingan antara persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, seperti dokter, bidan, perawat, dan tenaga medis lainnya dengan jumlah persalinan seluruhnya, dan dinyatakan dalam persentase. Untuk menghitung atau mengukur kematian ibu secara akurat adalah suatu hal yang tidak mudah, kecuali tersedia data registrasi yang sempurna tentang kematian dan penyebab kematian, maka sebagai proksi indikator digunakan proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih. Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah merupakan cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Adapun untuk menentukan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu dapat diperkirakan dengan formula: (CBR x jumlah penduduk di wilayah kerja.) X 1,1 Jumlah ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 32.590 dan sedangkan jumlah ibu bersalin di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 sejumlah 30.201 ibu, dengan jumlah persalinan terbanyak di Puskesmas Majenang I sejumlah 1.880 ibu, dari jumlah kunjungan ibu hamil (K4) sebanyak 1.984 kunjungan ibu, maka Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
78
pencapaian cakupan terhadap pertolongan persalinan di wilayah Majenang I sebesar 95 %,. Adapun dari jumlah persalinan tersebut, yang di tolong oleh tenaga kesehatan memiliki kompetensi kebidanan sejumlah 29.675, atau sebesar 98,26%. Untuk jumlah pelayanan persalinan terendah terdapat di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhluhur II, dengan jumlah persalinan sebanyak 276 ibu melahirkan dari jumlah ibu hamil yang memeriksakan (K4), sebanyak 265 ibu, dengan demikian capaian cakupan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhluhur II sebesar 104,15 %. Dari jumlah persalinan tersebut yang di tolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sejumlah 274 ibu melahirkan, dengan demikian cakupan pelayanan ibu bersalin oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kesehatan sebesar 99,28%. Dari data tersebut, terlihat bahwa pelayanan pertolongan persalinan yang terjadi di wilayah Puskesmas jika dibandingkan dengan jumlah pelayanan kunjungan ibu hamil (K4) tidak sama, hal ini sangat mungkin, mengingat definisi pelayanan kunjungan ibu hamil (K4) tidak sampai pada tahapan pelayanan persalinan, dengan demikian dimungkinkan adanya beberapa pelayanan persalinan di wilayah kerja Puskesmas yang lebih banyak dari jumlah pelayanan kunjungan ibu hamil (K4). Pencapaian cakupan ini dapat di gunakan sebagai salah satu indikator tingkat pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada tahun tertentu. Gambaran pelayanan pertolongan persalinan pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, terhadap pelayanan ibu hamil sesuai pelayanan antenatal sesuai standar (K4) , serta cakupan pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan terhadap pelayanan ibu hamil sesuai pelayanan antenatal sesuai standar (K4) dapat di lihat pada grafik 4.3 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
79
Grafik 4.3 Distribusi Persalinan Tenaga Kesehatan Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.3 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil dan persalinan ditolong tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak berada diwilayah UPT Puskesmas Majenang I dan jumlah terendah di wilayah kerja UPT Puskesmas Dayeuhluhur II. Berikut gambaran pelayanan pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, terhadap pelayanan ibu hamil (pelayanan antenatal) sesuai standar (K4) Grafik 4.4 Cakupan Pelayanan Antenatal (K4) & Pelayanan Persalinan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
80
Berdasarkan grafik 4.4 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar (K4) terbanyak berada diwilayah UPT Puskesmas Majenang I dan jumlah terendah di wilayah kerja UPT Puskesmas Dayeuhluhur II. d. Ibu Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Masa Nifas terbagi menjadi 3 Periode yakni : a) Puerperium Dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. b) Puerperium Intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c) Remote Puerperium Merupakan waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu bersalin mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan atau tahunan. Pelayanan yang diberikan meliputi : Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus), Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya, Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama dan Pelayanan KB pasca salin Tujuan pelayanan kesehatan pada ibu nifas atau asuhan keperawatan masa nifas adalah : Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologik,
Melaksanakan
skrining
yang
komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya dan Memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
kesehatan
diri,
nutrisi,
keluarga
berencana,
81
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat dan Memberikan pelayanan tentang program keluarga berencana. 1) Pelayanan Ibu Nifas Jumlah ibu melahirkan yang mendapatkan pelayanan ibu nifas sebanyak 28.766 ibu, dari jumlah keseluruhan ibu melahirkan sebanyak 30.201 ibu dengan kata lain pencapaian cakupan pelayanan ibu melahirkan terhadap ibu nifas sebesar 96,94 %. seperti terlihat pada grafik 4.5 dibawah ini: Grafik 4.5 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten CilacapTahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Pelayanan terhadap ibu nifas angka cakupan terendah terdapat di wilayah kerja Puskesmas Wanareja II sebesar 87,32 % dan tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Gandrungmangu I sebesar 99,90%. 2) Ibu Nifas Mendapat Vitamin A Vitamin A adalah suatu vitamin yang berfungsi dalam sistem penglihatan, fungsi pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi. Vitamin A perlu diberikan dan penting bagi ibu selama dalam masa nifas. Pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas dapat menaikkan Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
82
jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga pemberian kapsul vitamin A (200.000 unit) pada ibu nifas sangatlah penting, selain bermanfaat bagi ibu kapsul vitamin A juga bermanfaat pada bayi, karena pada masa nifas ibu menyusui bayinya sehingga secara tidak langsung bayi pun juga memperolehnya. Manfaat vitamin A selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat juga meningkatakan kelangsungan hidup anak serta membantu pemulihan kesehatan ibu nifas yang erat kaitanya dengan anemia dan mengurangi resiko buta senja pada ibu menyusui ini sering terjadi karena kurang vitamin A. Pencapaian Cakupan Pemberian vitamin A pada ibu nifas tahun 2014 di Puskesmas Kabupaten Cilacap seperti tergambar pada grafik di bawah ini : Grafik 4.6 Pencapaian Cakupan Pemberian Vitamin A Terhadap Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Sumber :Profile 2014
Dilihat dari grafik 4.6 di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa cakupan pencapaian terhadap pemberian vitamin A pada ibu nifas Tahun 2014 ada 15 Puskesmas yang mencapai 100% sebagaimana tersebut dalam tabel 4.2 di bawah ini : Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
83
Tabel 4.2 Pencapaian Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Kabupaten Tahun 2014 NO
PUSKESMAS
IBU NIFAS MENDAPAT VIT A
1
Dayeuhluhur I
99,12
2
Dayeuhluhur II
100,00
3
Wanareja I
100,00
4
Wanareja II
100,00
5
Majenang I
100,00
6
Majenang II
95,77
7
Cimanggu I
100,00
8
Cimanggu II
97,54
9
Karangpucung I
100,00
10
Karangpucung II
98,89
11
Cipari
100,00
12
Sidareja
94,27
13
Kedungreja
96,06
14
Patimuan
100,00
15
Gandrungmangu I
100,00
16
Gandrungmangu II
100,00
17
Bantarsari
96,88
18
Kawunganten
100,00
19
Jeruklegi I
100,00
20
Jeruklegi II
100,00
21
Kesugihan I
99,77
22
Kesugihan II
99,20
23
Adipala I
99,38
24
Adipala II
98,04
25
Maos
99,41
26
Sampang
99,36
27
Kroya I
100,00
28
Kroya II
100,00
29
Binangun
99,80
30
Nusawungu I
100,00
31
Nusawungu II
91,99
32
Cilacap Selatan I
97,28
33
Cilacap Selatan II
96,98
34
Cilacap Tengah I
90,00
35
Cilacap Tengah II
91,57
36
Cilacap Utara I
98,21
37
Cilacap Utara II
97,64
38
Kampunglaut
95,86
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
84
e.
Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) merupakan proses untuk membangun kekebalan dalam upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Manfaat imunisasi TT ibu hamil adalah melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan imunisasi pertama sebaiknya diberikan sejak di ketahui postif hamil dan untuk imunisasi kedua diberikan dengan interval antara minimal 4 minggu. Jadwal pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil. TT1
: Diberikan pada kunjungan awal/ Trimester I
TT2
: 4 Minggu setelah TT1 perlindungan 3 tahun
TT3
: 6 Bulan setelah TT2 perlindungan 5 Tahun
TT4
: 1 Tahun setelah TT3 perlindungan 10 Tahun
TT5
: 1 Tahun setelah TT4 perlindungan 25 Tahun
Jumlah Ibu hamil tahun 2014 ini sebanyak 32.590 dan yang telah dilakukan imunisasi TT 2+ sebanyak 17.720. Grafik 4.7 Distribusi Ibu Hamil Dengan Imunisasi TT2+ Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Profile 2014
Berdasarkan grafik 4.7 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2+ dengan jumlah terbanyak berada diwilayah UPT Puskesmas Gandrungmangu I dan jumlah terendah di wilayah kerja UPT Puskesmas Gandrungmangu II. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
85
f.
Wanita usia subur dengan imunisasi TT2+ Secara ideal setiap WUS mendapatkan Imunisasi TT sebanyak 5 kali dalam hidupnya, mulai dari TT I sampai dengan TT 5. Pemberian imunisasi TT pada Wanita usia subur diberikan pada saat : a) TT I adalah waktu imunisasi di klas I SD; b) TT II adalah waktu imunisasi di klas II SD; c) TT III adalah waktu imunisasi calon pengantin (caten) ; Sedangkan pemberian imunisasi pada d) TT IV adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil e) TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil. Apabila wanita usia subur pada saat sekolah SD, tidak mendapatkan imunisasi TT maka maka status imunisasinya adalah a) TT I adalah waktu imunisasi calon pengantin pertama. b) TT II adalah satu bulan setelah imunisasi TT I. c) TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil. d) TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil. Hasil pencatatan dan pelaporan pada program imunisasi TT imunisasi TT2+ pada wanita usia subur tahun 2014 di Puskesmas Kabupaten Cilacap seperti tergambar pada grafik 4.8 di bawah ini: Grafik 4.8 Distribusi Imunisasi TT2+ Pada Wanita Usia Subur Di UPuskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Profile 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
86
Berdasarkan grafik 4.8 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2+ dengan jumlah terbanyak berada diwilayah UPT Puskesmas Gandrungmangu II dan jumlah terendah di wilayah kerja UPT Puskesmas Gandrungmangu II. g.
Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 Zat besi adalah suatu zat dalam tubuh manusia yg erat dengan ketersediaan jumlah darah yg diperlukan (hemoglobin). Dalam tubuh manusia zat besi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu Untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke Jaringan dan berguna untuk Proses pembentukan energi di dalam sel. Saat keadaan tidak hamil zat besi bisa diperoleh dari menu makanan yang sehat dan seimbang tetapi saat masa kehamilan suplay zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga diperlukan suplemen berupa tablet Besi (fe). Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil karena pada masa kehamilan kebutuhan zat besi dalam tubuh akan meningkat mencapai 2 kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil, hal ini terjadi karena selama hamil volume darah meningkat 50%, dikarenakan adanya pertumbuhan janin dan plasenta yg sangat memerlukan zat besi. Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat menyebabakan anemia, dimana
pada
wanita
dikatakan
anemia
apabila
kondisi
kadar
haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan pada ibu hamil dikatakan amenia atau anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia kekurangan zat besi merupakan tahap yang paling parah, dengan ditandai adanya penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, serta konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun. Anemia defisiensi besi disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi selama kehamilan dimana kebutuhan zat besi sangat dibutuhkan atau meningkat,
berkurangnya
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
penyediaan
besi
untuk
eritropoesis 87
dikarenakan cadangan besi kosong (depleted iron store) yang mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil mempunyai dampak bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur atau prematur dan gangguan pada janin dismaturitas, mikrosomi, BBLR, dan kematian perinatal. Pengobatan anemia defisiensi besi pada wanita hamil dengan pemberian tambahan zat besi. Kebijakan program KIA di Indonesia saat ini menetapkan bahwa pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali 1 tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan, yaitu 100 mg. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan
tablet Fe1 dan Fe3 menurut
kecamatan dan puskesmas di Kabupaten Cilacap tahun 2014, untuk tablet Fe 1 (30 tablet ) sebanyak 32.364 ibu hamil, dan Fe 3 (90 tablet) sebanyak 30.081 dari jumlah ibu hamil sebanyak 32.590 ibu hamil. Cakupan pencapaian pemberian tablet Fe 1 sebesar 99,31%, sedangkan untuk pemberian Tablet Fe3 sebesar 92,30 %. Ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 di UPT Puskesmas secara lengkap terdapat pada tabel 4.9 sebagai berikut. Grafik 4.9 Distribusi Ibu Hamil Mendapatkan Fe1 dan Fe 3 Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Profile 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
88
Berdasarkan grafik 4.9 diatas diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang mendapatkan Fe1 dan Fe3 dengan jumlah terbanyak berada diwilayah UPT Puskesmas Majenang I dan jumlah terendah di wilayah kerja UPT Puskesmas Dayeuhluhur II. h. Kunjungan Kebidanan 1) Penanganan komplikasi kebidanan Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan
yang
adekuat
sedini
mungkin
merupakan
kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu. Faktor risiko pada ibu hamil meliputi : Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, Anak lebih dari 4, Jarak persalinan dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, Kurang energi kronis ( KEK ) dengan lingkar atas kurang dari 23.5 cm atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan, Anemia dengan Hemoglobin < 11 g/dl, Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang, Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini, Sedang atau pernah menderita penyakit kronis, riwayat kehamilan buruk (keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatinosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital), Riwayat persalinan dengan komplikasi dan Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan pasca persalinan, infeksi masa nifas, psikosis post partum. Pemantapan
pelayanan
KIA
khususnya
untuk
kesehatan
ibu
diutamakan pada kegiatan : a) Peningkatan pelayanan antenatal Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
89
Standar Pelayanan Kebidanana (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan. Ditetapkan bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan minimal satu kali pada triwulan pertama, minimal satu kali triwulan kedua, minimal dua kali pada triwulan ketiga. Dalam pelayanan antenatal, tindakan yang dilakukan terdiri atas : Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, Ukur tekanan darah,Nilai status gizi (ukur lengan atas), Ukur tinggi fundus uteri, Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid ( TT ) bila diperlukan, selama
Pemberian tablet besi minimal 90 tablet
kehamilan,Test
khusus),Tatalaksana
kasus
laboratorium dan
Temu
(rutin
wicara
dan
(konseling),
termasuk Perencanaan Persalinan dan pencegahan Komplikasi ( P4K ). b)
Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada prinsipnya penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pencegahan infeksi, Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar, Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ketingkat pelayanan yang lebih tinggi, Melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) dan Memberikan injeksi Vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir
c)
Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Pelayanan yang diberikan meliputi: Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu,
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
90
Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus), Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya, Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama. Jumlah Ibu hamil Kabupaten Cilacap tahun 2014 sejumlah 32.590, dari jumlah tersebut diperkirakan ibu hamil dengan komplikasi kebidanan sebanyak 6.518 ibu hamil. Jumlah penanganan komplikasi ibu hamil sejumlah 6.262 atau tercakup sebesar 96,07 %. Gambaran pelayanan terhadap penanganan komplikasi kebidanan terdapat pada grafik 4.10 di bawah ini : Grafik 4.10 Penanganan Komplikasi Kebidanan Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Profile 2014
Dari data grafik 4.10 tersebut terlihat beberapa puskesmas dalam penanganan komplikasi kebidanan melebihi dari perkiraan kejadian komplikasi kebidanan, sebagai mana terdapat pada tabel di bawah ini: Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
91
Tabel 4.3 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 NO
PUSKESMAS
JUMLAH IBU HAMIL
PERKIRAAN BUMIL DENGAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
1
2
3
4
5
% 6
406
81
85
104,68
PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
1
Dayeuhluhur I
2
Dayeuhluhur II
285
57
58
101,75
3
Wanareja I
1.170
234
304
129,91
4
Wanareja II
484
97
111
114,67
5
Majenang I
2.042
408
451
110,43
6
Majenang II
709
142
91
64,17
7
Cimanggu I
835
167
223
133,53
8
Cimanggu II
830
166
160
96,39
9
Karangpucung I
746
149
189
126,68
10
Karangpucung II
476
95
115
120,80
11
Cipari
1.171
234
245
104,61
12
Sidareja
1.002
200
213
106,29
13
Kedungreja
1.460
292
229
78,42
14
Patimuan
826
165
171
103,51
15
Gandrungmangu I
1.152
230
183
79,43
16
Gandrungmangu II
621
124
106
85,35
17
Bantarsari
1.313
263
329
125,29
18
Kawunganten
1.549
310
219
70,69
19
Jeruklegi I
807
161
136
84,26
20
Jeruklegi II
395
79
123
155,70
21
Kesugihan I
999
200
205
102,60
22
Kesugihan II
1.230
246
176
71,54
23
Adipala I
1.064
213
221
103,85
24
Adipala II
677
135
114
84,19
25
Maos
735
147
165
112,24
26
Sampang
683
137
159
116,40
27
Kroya I
1.074
215
219
101,96
28
Kroya II
866
173
165
95,27
29
Binangun
1.045
209
212
101,44
30
Nusawungu I
647
129
189
146,06
31
Nusawungu II
717
143
141
98,33
32
Cilacap Selatan I
698
140
81
58,02
33
Cilacap Selatan II
591
118
54
45,69
34
Cilacap Tengah I
814
163
112
68,80
35
Cilacap Tengah II
703
141
97
68,99
36
Cilacap Utara I
885
177
69
38,98
37
Cilacap Utara II
579
116
99
85,49
38
Kampunglaut
304
61
43
70,72
Sumber :Simpus 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
92
Berdasarkan grafik 4.3 diatas diketahui bahwa persentase terbesar (155,70%)
cakupan
lebih
dari
100%
penanganan
komplikasi
kebidanan berada diwilayah kerja UPT Puskesmas Jeruklegi II. 2) Penanganan komplikasi Neonatal Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 hari sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik difasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Resiko terbesar kematian neonatus terjadi 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama, dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir difasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi Baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen terpadu bayi Muda ( MTBM ) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat. Pelayanan kesehatan pada neonatus di kabupaten cilacap yang dilaksanakan oleh puskesmas tahun 2014, sesuai dengan pencatatan dan pelaporan dari Program KIA, jumlah perkiraan komplikasi neonatus sebanyak 4.503 kasus dari jumlah kelahiran hidup sebanyak 30.023 kelahiran, dengan penanganan terhadap komplikasi kasus neonatus
sebanyak
3.051
kasus
(67,7%).
Untuk
gambaran
penanganan komplikasi neonatus di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada grafik 4.11 sebagai berikut:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
93
Grafik 4.11 Penanganan Komplikasi Neonatus Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.11 diatas dari penanganan komplikasi neonatus yang ada di Puskesmas yang paling banyak adalah di wilayah kerja Puskesmas Majenang I sebanyak 261 penanganan komplikasi neonatus dari perkiraan penanganan kasus neonatus sejumlah 276.
i.
Pelayanan KB 1) Peserta KB Baru Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas ( kesuburan ) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak ( 2 anak lebih baik ) serta meningkatan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
94
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda ( merencanakan ) kehamilan. Bagi pasangan usia subur yang ingin menjarangkan dan atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Manuaba, 1998). Kontrasepsi adalah usaha-usaha mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Adapun macam dari kontrasepsi adalah : a) Kontrasepsi hormonal Kontrasepsi hormonal adalah pilihan KB yang paling banyak dipakai oleh akseptor yang terbagi dalam 3 cara KB yaitu suntik; pil ; dan implant. Kontrsepsi hormonal berisi estrogen, progestin atau campuran keduanya. b) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) AKDR atau yang lebih dikenal dengan IUD atau spiral, Beberapa alasan dalam pemilihan AKDR adalah penggunaannya dalam waktu jangka panjang, tidak mengganggu produksi ASI serta tidak memerlukan upaya tertentu untuk mempertahankan AKDR di dalam rahim. Banyak jenis AKDR yang pernah berkembang di Indonesia, diantaranya adalah bentuk spiral; tapal kuda; copper T. c) Kontrasepsi mantap wanita (tubektomi) Kontrasepsi mantap adalah pilihan untuk mengakhiri kehamilan, dianjurkan untuk ibu yang sudah memiliki cukup anak dan usia di atas 35 tahun. Pada tubektomi, dilakukan pemotongan tuba atau saluran yang berfungsi sebagai jalan lewat sel telur dari ovarium ke dalam rahim.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
95
d) Kontrasepsi mantap pria (vasektomi) Vasektomi merupakan kontrasepsi pada pria yang sangat efektif melindungi istri dari kehamilan dengan tingkat kegagalan 0.1 per 100 perempuan dalam tahun pertama. Vasektomi adaalah pemotongan vas deferens (saluran tempat keluarnya sperma dari testis). Mengakhiri kesuburan dan pilihan menjalani vasektomi harus secara sukarela, bahagia dan sehat. Untuk menilai 3 syarat tersebut, maka setiap calon akseptor vasektomi harus menjalani konseling dan seleksi kelayakan medik pratindakan. Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB diperlukan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai dengan standar dan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari metode teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB. Sedangkan
untuk
mencapai
keberhasilan
pelayanan
keluarga
berencana tidak terlepas pada dukungan anggota masyarakat sebagai pendukung gerakan keluarga berencana dengan berpartisipasi secara aktif sebagai peserta KB atau akseptor KB. Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau mencegah
kehamilan,
fase
penjarangan
kehamilan
dan
fase
menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur inilah yang lebih berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka kelahiran. Akseptor KB yang diikuti oleh Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
96
pasangan usia subur dapat dibagi menjadi :Akseptor atau peserta KB baru dan Akseptor atau peserta KB lama. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan. Peserta Keluarga Berencana di Kabupaten Cilacap Tahun 2014, jumlah pasangan usia subur sejumlah 340.224 jiwa. Dari jumlah tersebut, peserta KB baru sejumlah 35.297 pasangan usia subur atau 10,4 %. Gambaran peserta KB baru berdasarkan Kecamatan dapat di lihat pada grafik 4.12 di bawah ini : Grafik 4.12 Peserta KB Baru di Wilayah Kecamatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014 Berdasarkan grafik 4.12 diatas dari jumlah peserta KB baru yang ada di Puskesmas yang paling banyak adalah di Karangpucung II sebanyak 4.111 dan jumlah peserta KB baru paling sedikit adalah Puskesmas Jeruk legi II sebanyak 28.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
97
2) Peserta KB Aktif PUS menjadi peserta KB aktif adalah pasangan suami isteri yang sah yang isterinya atau suaminya masih menggunakan alat, obat atau cara kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dalam kurun waktu tertentu. Pencapaian peserta KB aktif di suatu Kabupaten/ Kota dihitung/ diperkirakan setiap tahun berdasarkan perkiraan perhitungan penurunan angka kelahiran total (Total Fertility Rate=TFR) yang telah ditetapkan secara Nasional dan didistribusikan ke Provinsi melalui Rapat Kerja Daerah program KB Provinsi dan atau Kabupaten/Kota. Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur (PUS) menjadi peserta KB aktif adalah jumlah peserta KB aktif dibandingkan dengan seluruh PUS dalam suatu di wilayah pada kurun waktu tertentu. Peserta KB Aktif adalah merupakan jumlah kumulatif dari peserta KB yang terus menerus menggunakan salah satu alat, obat dan cara kontrasepsi ditambah dengan jumlah peserta KB baru pada tahun berjalan. Pencatatan Pelaporan Program KB aktif dengan jumlah PUS sebanyak 340.224, dan jumlah akseptor KB baru sejumlah 35.297, dan akseptor KB aktif sebanyak 217.289. Cakupan sasaran PUS terhadap peserta KB aktif sebesar 63,86%. Untuk menggambarkan jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Cilacap berdasarkan Kecamatan dapat di lihat pada grafik di bawah ini : Grafik 4.13 Peserta KB Aktif Di Wilayah Kecamatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
98
Dari Grafik 4.13 diatas dapat terlihat bawa peserta KB aktif terbanyak berada di Wilayah Kerja Puskesmas Majenang I (15941) sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Kesugihan I (3187) merupakan Kecamatan dengan peserta KB aktif paling sedikit. j.
Pelayanan Kesehatan Bayi Masa bayi baru lahir (neonatal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia, dimana terjadi masa proses penyesuaian sistem tubuh bayi dari kehidupan dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Keadaan ini merupakan masa yang perlu mendapatkan perhatian dan perawatan yang ekstra karena pada masa ini terdapat mortalitas paling tinggi. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Tingginya angka kematian bayi dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik. Selain itu, penyebab tingginya kematian bayi dalam usia 28 hari pertama merupakan indikator terhadap penanganan dan perawatan bayi baru lahir. Perawatan bayi baru lahir meliputi: Pencegahan infeksi, Penilaian bayi baru lahir, Pencegahan kehilangan panas, Asuhan tali pusat, Inisiasi menyusu dini (IMD), Pencegahan perdarahan, Pemberian imunisasi dan Pemeriksaan bayi baru lahir. 1) Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu
tertentu.
Dengan
indikator
ini
dapat
diketahui
akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Cakupan kunjungan Neonatus 1 di Kabupaten Cilacap mencapai 99,3 % dengan cakupan kunjungan paling rendah terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kroya II sebesar 89,9 %. 2) Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kal pada hari ke 8 – har ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
99
Di Kabupaten Cilacap kunjungan Neonatus 3 kali rata-rata 97,9 %. Untuk menggambarkan Prosentase Pencapaian Kunjungan Neonatus 1(KN1) dan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) dapat di lihat pada grafik 4.14 di bawah ini : Grafik 4.14 Prosentase Pencapaian Kunjungan Neonatus 1(KN1) dan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.14 diatas dari prosentase pencapaian kunjungan neonatus 1(KN1) Tahun 2014 yang paling banyak ada di wilayah kerja Puskesmas Patimuan dan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Tahun 2014 yang ada di Puskesmas yang paling banyak adalah di UPT Puskesmas Gandrungmangu I. 2. Pelayanan kesehatan anak a. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Dan Prasekolah Yang dimaksud dengan tumbuh kembang anak balita dan prasekolah adalah Balita dan Anak prasekolah baru yang diperiksa kesehatannya sekaligus dideteksi atau cek tumbuh kembangnya oleh Petugas Puskesmas /Puskesmas Pembantu Polindes di dalam maupun diluar Institusi Kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah (1-5 th) yang dideteksi tumbuh kembangnya sesuai standar oleh tenaga kesehatan Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
100
yang ada di Kabupaten Cilacap tahun 2013, adalah, Jumlah Balita dan anak pra sekolah ( 1-4 tahun) sebanyak 107.324 anak, Jumlah balita dan anak pra sekolah ( 1-4 tahun ) yang dideteksi dini tumbuh kembang diperoleh dari register anak dan laporan LB 3 KIA
sebanyak 87.612
anak. Dari data tersebut maka, kinerja petugas penyelenggara pelayanan deteksi tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah dapat di ukur dengan keberhasilan nilai cakupan pelayanan deteksi Tumbuh kembang balita dan anak prasekolah yakni sebesar 81,6%. b. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat Oleh Tenaga Kesehatan Pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat (kelas 1) yang sesuai dengan Pedoman di wilayah kerja tertentu dalam kurun waktu tertentu yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / Guru UKS / Dokter kecil. Perbandingan jumlah siswa SD dan setingkat yang mendapat pemeriksaan penjaringan kesehatan yang sesuai pedoman dengan jumlah proyeksi Anak Usia Sekolah tingkat dasar yang mendapat pemeriksaan penjaringan kesehatan yang sesuai pedoman diperoleh dari laporan triwulan kesehatan anak, pada 38 Puskesmas di Kabupaten Cilacap tahun 2013, sebesar 37.961 anak, dari jumlah sasaran anak Sekolah dasar atau setingkat sebanyak 38.665 anak sekolah atau sebesar 98,2 %. Untuk menggambarkan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD & setingkat dapat di lihat pada grafik 4.15 di bawah ini : Grafik 4.15 Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
101
Berdasarkan grafik 4.15 diatas dari cakupan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD & setingkat yang ada di Puskesmas yang paling banyak adalah di UPT Puskesmas Majenang I. 3. Pelayanan Imunisasi Universal Child Immunization (UCI) adalah tercapainya kegiatan imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0 -11bulan), dengan indikator UCI adalah tercapainya cakupan imunisasi dasar ≥ 80% dan Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis
Polio, 3 dosis
Hepatitis B, 1 dosis Campak. Desa/Kelurahan UCI merupakan desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi campak. Dari hasil register dan pencatatan kegiatan imunisasi di 38 Puskesmas di Kabupaten Cilacap tahun 2013, pencapaian imunisasi adalah sebagai berikut: a. BCG Penilaian terhadap cakupan imunisasi ini bertujuan untuk menilai jangkauan program, imunisasi khususnya pada bayi. Cakupan imunisasi BCG di Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 97,04 % di atas dari target yang ditetapkan yaitu 90 %. Dari 38 Puskesmas yang semua sudah mencapai terget 90%. Adapun pencapaian target lebih dari 100 % sejumlah 19 Puskesmas. Hal ini jika dikaitkan dengan kunjungan neonatus akan jelas ada kaitannya, dikarenakan pemberian imunisasi BCG bersamaan dengan kunjungan neonatus. Untuk menggambarkan pencapaian cakupan imunisasi BCG dapat di lihat pada grafik 4.16 di bawah ini : Grafik 4.16 Pencapaian Cakupan Imunisasi BCG di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
102
Berdasarkan grafik 4.16 diatas dari cakupan Imunisasi BCG yang ada di Puskesmas yang paling tinggi adalah di UPT Puskesmas Cilacap Tengah II (111,19%) sedangkan pencapaian imunisasi BCG terendah berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Wanareja I (54,58%). b. HB< 7 HARI Penilaian terhadap cakupan imunisasi HB < 7 hari bertujuan untuk menilai jangkauan program imunisasi pada bayi. Cakupan Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 94,05%. Untuk menggambarkan pencapaian cakupan imunisasi HB < 7 hari dapat di lihat pada grafik 4.17 di bawah ini: Grafik 4.17 Pencapaian Cakupan Imunisasi HB< 7 Hari Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: SIMPUS 2014.
Berdasarkan grafik 4.17 diatas dari cakupan Imunisasi HB < 7 hari yang ada di Puskesmas yang paling tinggi adalah di UPT Puskesmas Dayeuhluhur I (106,8%) pencapaian imunisasi HB < 7 hari
terendah
berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Patimuan (73,7%). c. Polio 4 Secara keseluruhan cakupan imunisasi Polio 4 Kabupaten Cilacap tahun 2014, mencapai 96 % hal ini sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu 95 % Cakupan imunisasi Polio 4 secara lengkap terdapat pada grafik 4.18 dibawah ini. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
103
Grafik 4.18 Pencapaian Cakupan Imunisasi Polio Di UPT Puskesmas Kabupaten CilacapTahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.18 diatas diketahui cakupan Imunisasi Polio 4 tertinggi di UPT Puskesmas Dayeuhluhur I (132,4%) sedangkan pencapaian terendah di UPT Puskesmas Wanareja I (50,9%) . d. DPT 3 + HB3 Pencapaian imunisasi DPT3 dan HB 3, ini bertujuan untuk menilai cakupan program imunisasi pada bayi. Cakupan Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 102,0%, sudah terpenuhi target yang ditentutan yaitu sebesar 90%. Cakupan imunisasi DPT 3 dan HB 3 selengkapnya terdapat pada grafik dibawah ini. Grafik 4.19 Pencapaian Cakupan Imunisasi DPT 3 + HB3 Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: SIMPUS 2014. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
104
Berdasarkan grafik 4.19 diatas dari cakupan Imunisasi DPT 3 dan HB 3 yang ada di Puskesmas yang paling tinggi adalah di UPT Puskesmas Binangun (133%) sedangkan pencapaian imunisasi DPT 3 dan HB 3 terendah berada di wilayah kerja Nusawungu II (85%). e. Campak Cakupan Imunisasi Campak Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 96% sudah melampaui target yang ditetapkan sebesar 80%. Pencapaian cakupan imunisasi campak selengkapnya pada grafik 4.20 dibawah ini. Grafik 4.20 Pencapaian Cakupan Imunisasi Campak Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.20 diatas dari cakupan Imunisasi Campak yang ada di Puskesmas yang paling tinggi adalah di UPT Puskesmas Dayeuhluhur I sedangkan pencapaian imunisasi Campak terendah berada di wilayah kerja Cilacap Selatan II. 4. Pelayanan Gizi a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan “Nutrition Related Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
105
Diseases” yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak bayi – balita usia 6 bulan – 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000SI yang diberikan pada anak umur 0-12 bulan yang diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya. Cakupan pemberian Vit A bayi Kabupaten Cilacap Tahun 2013 mencapai 80,48 %. Sedangkan pada tahun 2014 ada peningkatan Cakupan pemberian Vit A pada anak balita Kabupaten Cilacap Tahun 2014 mencapai 99,89% Cakupan Pemberian Vit A pada bayi berdasarkan wilayah Kerja UPT Puskesmas secara lengkap terdapat pada grafik 4.21 dibawah ini. Grafik 4.21 Cakupan Pemberian Vit A Pada Bayi Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014
Sumber :Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.21 diatas diketahui Cakupan Pemberian Vit A pada bayi paling tinggi adalah di UPT Puskesmas Kedungreja. Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000SI yang diberikan pada anak umur 12 -59 bulan yang diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
106
Cakupan pemberian Vit A pada anak balita Kabupaten Cilacap Tahun 2014 mencapai 99,89%. Cakupan Pemberian Vit A pada anak balita berdasarkan wilayah Kerja UPT Puskesmas secara lengkap terdapat pada grafik 4.22 dibawah ini. Grafik 4.22 Cakupan Pemberian Vit A Pada Balita Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: SIMPUS 2014
Berdasarkan grafik 4.22 diatas diketahui bahwa cakupan pemberian Vit A tertinggi (101,0 %) berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Jeruklegi I dan cakupan terendah (96,4%) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kroya II. b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 99,89%,. Cakupan pemberian Vit Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
107
A ibu nifas berdasarkan wilayah Kerja UPT Puskesmas secara lengkap terdapat pada grafik 4.23 dibawah ini : Grafik 4.23 Cakupan Pemberian Vit A Ibu Nifas Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: SIMPUS 2014
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa cakupan pemberian Vit A Ibu Nifas tertinggi (100%) berada di 8 (Delapan) wilayah UPT Puskesmas DayeuhluhurII, Wanareja II, Majenang I, Cimanggu I, Karangpucung I, Cipari, Patimuan,Jeruklegi I dan Jeruklegi II. Sedangkan Cakupan terendah (89,76%) di wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap Tengah I. c. Bayi yang diberi ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
108
sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun. Kebijakan Nasional pemberian ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.450/Menkes/SK/IV/ 2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula kepada bayi dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut laporan mutakhir UNICEF (Fact About Breast Feeding) merupakan kekeliruan yang fatal, karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang diberi susu formula, namun pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak diberi ASI ternyata memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dll. Pencapaian rata-rata pemberian ASI Eksklusif Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebesar 36,16%.dengan cakupan persentase pemberian Asi Eksklusif terbanyak di UPT Puskesmas Cimanggu I (88,92%). Grafik 4.24 Pemberian ASI Eksklusif Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber :Simpus 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
109
d. Persentase Balita dengan Gizi Buruk Kejadian
gizi
buruk
perlu
dideteksi
secara
dini
melalui
intensifikasipemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuanstatus gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan
berat
badan
dengan
umur
melalui
kegiatan
penimbangan, jika ditemukan balita yang beradadi bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas.Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. Balita gizi buruk Tahun 2014 di Kabupaten Cilacap secara terperinci terdapat pada tabel 4.25 dibawah ini.. Grafik 4.25 Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapatkan Perawatan di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014.
Sumber :Simpus 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
110
Berdasarkan grafik 4.25 diatas diketahui bahwa secara keseluruhan jumlah kasus gizi buruk sebanyak 116 kasus dengan kasus terbanyak di wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap Selatan I dengan 11 kasus. Penanggulangan kasus Gizi buruk sebesar 100 %. Berikut perbandingan penemuan kasus gizi buruk dari tahun 2011 samapi dengan 2014 terlihat pada grafik 4.26 berikut ini : Grafik 4.26 Komperasi Penemuan Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten Cilacap Tahun 2011Sampai Dengan Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan Grafik 4.26 diatas diketahui bahwa terjadi kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk secara tajam pada tahun 2013 baik menimpa pada balita perempuan maupun laki-laki dan menurun pada tahun 2014. 5. Pelayanan Kesehatan Lansia Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia 60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar
oleh
tenaga
kesehatan,
baik
di
puskesmas
maupun
di
posyandu/kelompok usia lanjut. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 42 %. Pelayanan lansia secara lengkap terdapat pada Grafik 4.27 dibawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
111
Grafik 4.27 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan grafik 4.27 diatas diketahui bahwa jumlah lansia terbanyak berada
diwilayah
UPT
Puskesmas
Sidareja
dan
Lansia
terbanyak
mendapatkan pelayanan kesehatan berada diwilayah kerja UPT Puskesmas Cimanggu I. 6. Program Pengobatan (Kuratif Dan Rehabilitatif) Yaitu bentuk pelayanan
kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan
tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) tahun 2014, jumlah kunjungan di masing-masing Puskesmas dengan rincian secara lengkap seperti terdapat pada tabel 4.4 di bawah ini :
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
112
Tabel 4.4 Hasil Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA NO
SARANA PELAYANAN KESEHATAN
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
2 DAYEUHLUHUR I DAYEUHLUHUR II WANAREJA I WANAREJA II MAJENANG I MAJENANG II CIMANGGU I CIMANGGU II KARANGPUCUNG I KARANGPUCUNG II CIPARI SIDAREJA KEDUNGREJA PATIMUAN GANDRUNGMANGU I GANDRUNGMANGU II BANTARSARI KAWUNGATEN KAMPUNGLAUT JERUKLEGI I JERUKLEGI II KESUGIHAN I KESUGIHAN II ADIPALA I ADIPALA II MAOS SAMPANG KROYA I KROYA II BINANGUN NUSAWUNGU I NUSAWUNGU II CILACAP SELATAN I CILACAP SELATAN II CILACAP TENGAH I
RAWAT JALAN L P L+P 3 4 5 7.105 12.978 20.083 6.454 6.991 13.445 7.456 6.234 13.690 7.123 5.263 12.386 19.810 21.368 41.178 17272 17234 34.506 8658 9998 18.656 15.952 16.269 32.221 9.768 11.654 21.422 4.229 3.854 8.083 8587 10928 19.515 10.802 16.181 26.983 14.433 16.985 31.418 13.213 14.451 27.664 11183 11639 22.822 21131 20511 41.642 7.532 7.180 14712 2.145 2.071 4.216 3.751 4.076 7.827 2.570 3.693 6.263 7.105 12.978 20.083 22.037 21.172 43.209 10.851 14.608 25.459 6.180 11.722 17.902 4.556 5.025 9.581 3664 3884 7.548 21255 21900 43.155 8.922 15.660 24.582 11.096 13.194 24.290 10.618 11.421 22.039 8.621 17.038 25.659 7.673 11.509 19.182 12.748 20.334 33.082 8.760 13.128 21.888 27404 27102 54.506
36 37 38
CILACAP TENGAH II CILACAP UTARA I CILACAP UTARA II
5.245 13213 16473
7.169 14451 15854
12.414 27.664 32.327
RAWAT INAP P 7 0 0 31 38 223 230 0 0 0 0 0 0 457 699 0 0 494 682 0 0 1209 1540 1.730 2.036 0 0 0 0 536 592 0 0 0 0 812 1098 0 0 363 444 0 0 0 0 0 0 448 501 0 0 410 931 2431 2672 901 1.207 0 0 0 0 0 0 427 383 0 0 0 0 0 0 L 6
0 0 0
0 0 0
L+P 8
L 9
0 69 453 0 0 0 1.156 0 1.176 0 2.749 3.766 0 0 1.128 0 0 1.910 0 807 0 0 0 949 0 1.341 5103 2.108 0 0 0 810 0 0 0
0 4 0 0 83 0 0 8 0 1 9 17 0 0 35 0 0 9 4 0 0 0 55 45 0 0 0 0 0 0 44 0 0 0 2
0 0 0
0 0 0
JUMLAH P 10 0 6 0 0 41 0 0 2 0 1 4 18 0 0 25 0 0 0 2 0 0 0 45 47 0 0 0 0 0 0 103 0 0 0 2 0 0 0
L+P 11 0 10 0 0 124 0 0 10 0 2 13 35 0 0 60 0 0 9 6 0 0 0 100 92 0 0 0 0 0 0 147 0 0 0 4 0 0 0
Sumber data : Simpus 2014
Dari data tabel 4.4 di atas dapat terlihat bahwa jumlah kunjungan rawat jalan yang terbanyak ada di wilayah Puskesmas Cilacap Tengah I sebanyak 54.506 kunjungan dan kunjungan rawat inap yang terbanyak di Puskesmas Sampang sebanyak 5.108 kunjungan. Jumlah Kunjungan menurut jenis dan tujuan kunjungan secara terperinci terdapat pada tabel 4.5 dibawah ini:
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
113
Tabel 4.5 Jumlah Kunjungan menurut Jenis Kunjungan Dan Kunjungan Tujuan Di Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014 BPU BAYAR
ASKES
JPS
LAIN-LAIN
TOTAL
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
93838
24903
118741
24899
5197
30096
143968
9764
153732
7478
1113
8591
270183
40977
311160
BPG BAYAR
ASKES
JPS
LAIN-LAIN
TOTAL
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
13028
5567
18595
2158
621
2779
5920
605
6525
710
117
827
21816
6910
28726
KIA BAYAR
ASKES
JPS
LAIN-LAIN
TOTAL
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
43086
6869
49955
738
194
932
12991
746
13737
1035
148
1183
57850
7957
65807
KB BAYAR
ASKES
JPS
LAIN-LAIN
TOTAL
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
2437
255
2692
121
12
133
6784
182
6966
167
10
177
9509
459
9968
BUMIL BAYAR
ASKES
JPS
LAIN-LAIN
TOTAL
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
6466
416
6882
85
11
96
4682
148
339
448
65
513
11681
640
12321
LAB BAYAR
ASKES
JPS
LAIN-LAIN
TOTAL
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
67
7
74
3
0
3
20
0
20
6
0
6
96
7
103
KIR DOKTER BAYAR
ASKES
JPS
LAIN-LAIN
TOTAL
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
42
24
66
0
0
0
1
0
1
1
0
1
44
24
68
CAPENG / CATIN BAYAR
ASKES
JPS
LAIN-LAIN
TOTAL
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
513
97
610
0
0
0
4
1
5
0
0
0
517
98
615
TOTAL BAYAR
ASKES
JPS
LAIN-LAIN
TOTAL
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
Dalam
Luar
Total
11960
2693
14653
1747
324
2071
11244
480
11724
1566
199
1765
26517
3696
30213
Sumber :Simpus 2014
Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa tujuan kunjungan terbanyak terjadi pada kunjungan BPU sebanyak 311.160 dan jenis kunjungan terbanyak 14.553 pada kunjungan Bayar. 7. Perilaku Hidup Masyarakat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu
melakukan
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
PHBS
dalam
memelihara
dan
meningkatkan 114
kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga. Adapun 16 indikator PHBS tatanan Rumah tangga tersebut meliputi: a. Variabel KIA dan GIZI: persalinan nakes; ASI Eksklusif; penimbangan balita; gizi seimbang. b.
Variabel KESLING: air bersih; jamban; sampah; kepadatan hunian; lantai rumah.
c.
Variabel
GAYA
HIDUP:
aktifitas
fisik;
tidak
merokok;
cuci
tangan;kesehatan gigi dan mulut; miras/narkoba. d. Variabel upaya kesehatan mastarakat: jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Jumlah rumah tangga PHBS secara keseluruah adalah 412.834 rumah dan yang dipantau ada 240.180 rumah dengan pencapaian persentase rumah tangga sehat sebesar 89,7 % yaitu yang diwakili oleh rumah tangga yang mencapai rumah tangga PHBS secara lengkap terdapat pada grafik 4.28 dibawah ini. Grafik 4.28 Rumah Tangga PHBS Di UPT Puskesmas Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber : Profile 2014 Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
115
Berdasarkan grafik 4.28 diatas diketahui bahwa rumah tangga PHBS terbanyak (16.182) berada di wilayah UPT Puskesmas Binangun. 8. Kesehatan Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: (1) Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, (2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan, (3) Pengendalian Dampak Risiko Lingkungan, (4) Pengembangan Wilayah Sehat. Program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan
mutu
lingkungan
dan
tempat
umum
termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. a. Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian Pekerjaan Umum cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan diantaranya,
meliputi penerapan pendekatan
tanggap kebutuhan, peningkatan sumberdaya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan air bersih. Pada dasarnya negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari – hari guna memenuhi kehidupan Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
116
yang sehat, bersih dan produktif (UU No. 7 Tahun 2004, pasal 10). Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin masih tinggi, sehingga kemampuan untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air minum yang memenuhi syarat masih terbatas. Masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata membayar lebih besar untuk memperoleh air daripada masyarakat berpenghasilan tinggi, hal ini menunjukkan ketidakadilan dalam mendapatkan akses pada air minum. Walaupun terdapat program – program air minum dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah, namun akses terhadap air minum belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Perlu dukungan kebijakan yang lebih fokus untuk penyediaan sanitasi dan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Jumlah penduduk yang memiliki akses air minum adalah 879.762 jiwa dari 1.768.502 jiwa (50%) . Penggunaan sumber air bersih secara lengkap terdapat pada grafik dibawah ini. Grafik 4.29 Persentase Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: PROFILE 2014.
Berdasarkan grafik 4.28 diatas diketahui bahwa sumber air bersih yang digunakan dengan persentase terbesar (19,36%) adalah Sumur gali terlindung dan yang terendah (0,50%) adalah penampungan air hujan.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
117
b. Persentase Penduduk Dengan akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban. Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga salah satunya adalah Jamban sehat. Pada tahun 2014 di Kabupaten Cilacap Persentase Penduduk memiliki Jamban Sehat secara lengkap terdapat di grafik 4.30 di bawah ini. Grafik 4.30 Penduduk Dengan akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: PROFILE 2014.
Berdasarkan grafik 4.30 diatas diketahui bahwa Penduduk Dengan akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban yang terbanyak adalah jenis Komunal (90,6%) dan yang terendah jenis cemplung (22,3%)
B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Kepersertaan Jaminan Kesehatan. Dalam
rangka
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat,
pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran langsung (out of pocket) yang biasanya Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
118
dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan
yang
paripurna
berdasarkan
asas
usaha
bersama
dan
kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya. Di Indonesia, pada tahun 2014 semua bentuk kepesertaan jaminan kesehatan sudah masuk dalam BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014,
Kepesertaan jaminan kesehatan
secara lengkap terdapat pada tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6 BPJS dan Jamkesda Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
NO 1 1 2 3 4 5 6
JENIS JAMINAN KESEHATAN 2 JAMKESMAS (PENERIMA BANTUAN IURAN) PEKERJA PENERIMA UPAH (PPU) ASURANSI PERUSAHAAN (yang belum masuk JKN) ASURANSI SWASTA bukan pekerja (pensiunan) PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH (PBPU) JAMKESDA
JUMLAH KEPESERTAAN 3 766.559 107.669,00 824.558 28.696 41.025 472.409
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas diketahui bahwa jumlah kepesertaan Jaminan Kesehatan terbanyak pada PPU (Pekerja Penerima upah) dan terendah pada Asuransi swasta.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
119
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan salah satu pendukung di segala level pelayanan kesehatan. Dan dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan, diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat akan terjaga. Pada bab ini, sumber daya kesehatan diulas dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. A. SARANA KESEHATAN Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas pelayanan yang baik. Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Cilacap tahun 2014 meliputi rumah sakit pemerintah dan swasta, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poliklinik atau Balai Pengobatan, BKIA, Dokter dan Bidan Praktek Swasta, Posyandu, apotek dan laboratorium. Sarana kesehatan secara terperinci terdapat pada tabel 5.1 dibawah ini, Tabel 5.1 Sarana Kesehatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 No
Nama
1. Rumah Sakit Umum 2. Rumah Sakit Khusus 3. Puskesmas 1. Puskesmas Rawat Inap 2. Puskesmas Non Rawat Inap 3. Puskesmas Keliling 4. Puskesmas Pembantu 4. Rumah Bersalin 5. Balai Pengobatan/Klinik 6. Praktik Dokter Bersama 7. Praktik Dokter Perorangan 8. Praktik Pengobatan Tradisional 9. Laboratorium Kesehatan 10. Unit Transfusi Darah 11. Usaha Kecil Obat Tradisional 12. Apotek 13. Toko Obat 14. Desa Siaga 15. Posyandu Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
Pemda
BUMN 2
1
Swasta
Jumlah
4 3
7 3
15 23 38 73
3 1 2 284 2.127
3 62 62 221 81 2 12 102 18
15 23 38 73 3 62 62 221 81 5 1 12 104 18 284 2.127 120
16. Poskesdes Sumber : Simpus 2014
202
202
Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa sarana kesehatan terbanyak (2.127) adalah Posyandu dan sarana praktik dokter perorangan sebanyak 221 buah. 1. Rumah sakit Rumah Sakit (RS) merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang utamanya menyelenggarakan upaya kuratif dan rehabilitatif dan berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Jumlah Rumah Sakit Umum di Kabupaten Cilacap : 7 RS (RS Pemerintah 2 unit, RS BUMN 1 unit dan RS Swasta sebanyak 4 unit). Setiap rumah sakit perlu memperhatikan mutu dan kualitas pelayanan kesehatannya. Mutu pelayanan rumah sakit di antaranya dapat dilihat dari aspek-aspek penyelenggaraan pelayanan gawat darurat, aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan dan keselamatan pasien. Adapun jumlah pelayanan gawat darurat level satu rumah sakit di Kabupaten Cilacap Adapun jumlah pelayanan gawat darurat level satu rumah sakit Kabupaten Cilacap adalah 7 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 3 Rumah Sakit Khusus (RSK). Tabel 5.2 Indikator Kinerja Rumah Sakit Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Rumah Sakit RSUD Cilacap RSUD Majenang RSU Pertamina RSU Islam Fatimah RSU Santa Maria RSU Aprillia RSU Aghisna Medika RS Khusus Ibu dan Anak Afdilla RS Khusus Bersalin Annisa RS Khusus Ibu dan Anak Duta Mulya Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
Indikator Rumah Sakit BOR BTO TOI 58,91 83,31 29,78 7,84 0,00 29,65 59,02 0,00 0,00 56,82
58,19 83,37 35,76 89,81 0,00 83,16 47,04 0,00 0,00 93,46
2,58 0,73 7,17 3,75 0,00 3,09 3,18 0,00 0,00 1,69
ALOS 3,70 3,65 3,04 0,32 0,00 1,30 4,58 0,00 0,00 2,22
121
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa pencapaian BOR tertinggi (83,31%) berada di RSUD Majenang dan RSU Aghisna Medika (59,02%) sedangkan BTO tertinggi (93,46) kali dimiliki RS Khusus Ibu dan Anak Duta Mulya. Grafik 5.1 Indikator Kinerja Rumah Sakit di Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Simpus 2013
Berdasarkan Garfik 5.1 diatas terlihat bahwa Rumah sakit yang memiliki BOR terbesar adalah RSUD Cilacap (85,0425%) dan RSUD Majenang (85,0425%) sedangkan utuk nilai BTO terbesar adalah RSU Aprilia (231,38 kali). 2. Puskesmas Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
yang
bertanggung
jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas
berperan
menyelenggarakan
sebagian
dari
tugas
teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
122
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional: 1. Menggerakkan
pembangunan
berwawasan
kesehatan
di
wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan
di wilayah
kerjanya,
agar memperhatikan aspek
kesehatan yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan damapk negative terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat. 3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan sertameningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat. 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
123
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan. Kabupaten Cilacap memiliki Puskesmas Rawat inap 15 unit dengan 209 tempat tidur dan 23 puskesmas non rawat inap. Sedangkan jumlah puskesmas pembantu sebanyak 73 unit dan puskesmas keliling 38 unit. 3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) merupakan program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. UKBM terdiri atas Desa Siaga Aktif, Forum Kesehatan Desa, Poskesdes, Polindes, dan Posyandu. a.
Desa Siaga Aktif Desa
siaga
aktif
adalah
sebuah
desa/
kelurahan
yang
penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (PKD) atau sarana kesehatan lain yang ada di wilayah tersebut seperti Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya.
Selain
hal
tersebut
dalam
desa/kelurahan
siaga
aktif
penduduknya juga mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan, sehingga masyarakat menerapkan perilaku hidup besih dan sehat (PHBS). Strata desa siaga aktif menurut Kepmenkes RI No. 1529/Menkes/SK/X/2010 meliputi strata pratama, madya, purnama dan mandiri. Jumlah Desa Siaga kabupaten Cilacap pada tahun 2014 adalah 284 buah.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
124
Grafik 5.2 Strata Desa Siaga Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Sumber: Simpus 2013
Dari grafik 5.2 diatas terlihat bahwa prosentase terbesar strata desa siaga adalah madya (36 %) sedangkan desa siaga mandiri hanya sebesar 1 %.
b.
Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan memberikan
kesehatan kemudahan
guna kepada
memberdayakan masyarakat
masyarakat
dalam
dan
memperoleh
pelayanan kesehatan dasar, utamanya lima program prioritas yang meliputi (KB; KIA; Gizi; Imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA) dengan tujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Dasar
penghitungan
Strata/penilaian
tingkat
perkembangan
posyandu yang selama ini digunakan adalah: a. Manajemen ARRIF dengan 8 indikator yang meliputi : Frekuensi penimbangan; Rerata kader bertugas pada hari buka Posyandu; Rerata cakupan D/S; Cakupan kumulatif KB; Cakupan kumulatif KIA; Cakupan kumulatif imunisasi; Ada tidaknya program tambahan dan Cakupan dana sehat Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
125
b. Penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif berdasar Surat Gubernur Jawa Tengah nomor 411.4/05768, tanggal 20 Februari 2007 tentang Pedoman teknis penghitungan strata Posyandu secara kuantitatif yang dinilai meliputi: 1) Variabel Input: kepengurusan, kader,sarana, prasarana dan dana. 2) Variabel
Proses
:
pelaksanaan
program
pokok,
program
pengembangan dan administrasi 3) Variable Output: D/S; N/S; K/S; cakupan K4; pertolongan persalinan oleh nakes; Cakupan peserta KB, Imunisasi; dana sehat; Fe; Vit A; pemberian ASI eksklusif dan frekuensi penimbangan. Grafik 5.3 Komperasi Sarana Posyandu Kabupaten Cilacap Tahun 2013 s/d 2014
Sumber: Simpus 2013
Berdasarkan grafik 5.3 diatas dapat diketahui bahwa Jumlah posyandu di Kabupaten Cilacap tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 11 posyandu dibandingakan dengan tahun 2013. Penurunan jumlah Posyandu tidak diikuti dengan menurunnya strata Posyandu. Hal demikian dapat terlihat dari grafik 5.4 berikut ini.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
126
Grafik 5.4 Komperasi Strata Posyandu Kabupaten Cilacap Tahun 2013 s/d 2014
Sumber: Simpus 2014
Berdasarkan grafik 5.4 diatas diketahui bahwa strata Posyandu yang mengalami kenaikan di tahun 2014 adalah posyandu strata pratama, purnama dan mandiri. 1) Posyandu Pratama Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana sacara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Posyandu yang mencapai strata pratama mengalami kenaikan dari (6,03 %) pada tahun 2013 menjadi (10,44 %) pada tahun 2014. 2) Posyandu Madya Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
127
Posyandu yang mencapai strata Madya mengalami penurunan yaitu dari 56,74 % pada tahun 2013 menjadi 32,91 % pada tahun 2014. Intervensi yang dapatdilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu. Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain: a. Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Posyandu dengan metode simulasi. b. Menerapkan SMD dan MMD di Posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan cakupan Posyandu. 3) Posyandu Purnama Posyandu
Purnama
adalah
Posyandu
yang
sudah
dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Posyandu yang mencapai strata Purnama pada tahun 2014 sebanyak 977 (sebesar 45,93 %) meningkat dibanding tahun 2013 sebanyak 688 (32,18 %). Menurut SPM tahun 2010 Kabupaten Cilacap telah berhasil mencapai target diatas 40 %. Kegiatan revitalisasi posyandu masih perlu mendapat perhatian dari semua sektor/pihak terkait. Termasuk didalamnya adalah dengan mengoptimalkan fungsi Posyandu maupun Pokjanal Posyandu yang sudah terbentuk baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Kecamatan serta Pokja Posyandu di tingkat desa/kelurahan. 4) Posyandu Mandiri Posyandu Mandiri adalah Posyandu sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
128
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Posyandu yang mencapai strata mandiri juga mengalami kenaikan dari 108 (5,05 %) pada tahun 2013 menjadi 228 (10,72 %) pada tahun 2014. B. TENAGA KESEHATAN Gambaran keadaan sumber daya manusia kesehatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 adalah sebagai berikut : 1. Rasio Tenaga Dokter umum dan Dokter Spesialis per 100.000 Penduduk. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemerataan pelayanan kesehatan diperlukan tenaga dokter yang cukup. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 jumlah tenaga dokter umum yang bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 98 orang atau Rasio = 5,541/100.000 penduduk. Rasio tenaga dokter per 100.000 penduduk sesuai standar SPM adalah 40. Sedangkan jumlah dokter spesialis yang bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 50 orang atau Rasio = 2,827/100.000 penduduk. Rasio tenaga dokter spesialis per 100.000 penduduk sesuai standar SPM adalah 6. Dengan demikian keberadaan dokter umum dan dokter spesialis di kabupaten Cilacap masih jauh dari yang diharapkan. Penyebaran dokter spesialis belum menjangkau Pelayanan di tingkat Puskesmas, namun demikian telah diupayakan adanya program kunjungan dokter spesialis dalam rangka pelayanan kesehatan di tingkat Puskesmas. 2. Rasio Tenaga Dokter gigi dan Dokter Spesialis Gigi per 100.000 Penduduk. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 jumlah tenaga dokter gigi yang bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 34 orang atau Rasio = 1,9225/100.000. Target SPM Rasio tenaga dokter gigi per 100.000 penduduk sampai adalah 11. Artinya di kabupten Cilacap tiap 2 orang dokter menangani 100.000 penduduk, idealnya 1 orang dokter gigi.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
129
3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian per 100.000 Penduduk. Tenaga kefarmasian terdiri dari tenaga teknis farmasi dan tenaga apoteker. Jumlah tenaga teknis farmasi di kabupaten cilacap 2014 adalah 66 orang dan jumlah tenaga Apoteker di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 adalah 23 orang. Jumlah Penyebaran tenaga apoteker di
Tingkat Puskesmas
sebanyak 4 orang, Penyebaran tenaga apoteker di RS sebanyak 19 orang. Jumlah total tenaga kefarmasian di Kabupaten Cilacap tahun 2014 adalah 89 orang dengan rasio 5,0325 per 100.000 penduduk dan standar SPM adalah 10. Lampiran tabel 78. 4. Jumlah Dan Rasio Bidan per 100.000 Penduduk. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, serta meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, maka program Pemerintah menempatkan bidan sampai ke desa yang dikenal dengan Bidan Desa. Jumlah bidan yang ada di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan lain Tahun 2014 sebanyak 818 orang dan Ratio bidan per 100.000 penduduk sebesar 46,2538. Target rasio tenaga bidan per 100.000 penduduk adalah 100. 5. Jumlah Dan Rasio Perawat per 100.000 Penduduk. Tenaga perawat kesehatan memegang peranan yang sangat penting, karena pada umumnya tenaga perawat memberikan pelayanan langsung, baik kuratif maupun preventif. Jumlah tenaga perawat kesehatan di Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 1050 orang. Ratio jumlah perawat per 100.000 penduduk sebesar 59,3722. Target Rasio Tenaga Perawat per 100.000 penduduk adalah 117,5. Lampiran tabel 75. 6. Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan per 100.000 Penduduk. Tenaga Ahli Gizi di Kabupaten Cilacap tahun 2014 baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 31 orang dengan ratio jumlah tenaga Ahli Gizi per 100.000 penduduk sebesar 1,7528. Target Rasio Ahli Gizi per 100.000 penduduk 10 adalah 22. Lampiran tabel 76. 7. Jumlah dan Rasio Ahli Kesehatan Lingkungan per 100.000 Penduduk. Tenaga Ahli Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan lain sebanyak 38 orang, terjadi penurunan jumlah tenaga ahli kesehatan lingkungan dibandingkan Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
130
pada tahun 2013. Ratio jumlah Ahli Sanitasi per 100.000 penduduk untuk kabupaten Cilacap sebesar 2,1487. Target Rasio Ahli Sanitasi per 100.000 penduduk adalah 40. Lampiran Tabel 77. 8. Jumlah dan Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 Penduduk Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 30 orang, sehingga ratio jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk sebesar 1,6963. Target Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk adalah 40. Tabel 5.3 Rasio Tenaga Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 NO
JENIS
JUMLAH
Rasio (/100.000)
1
Dokter Spesialis
50
2,8272
2
Dokter Umum
98
5,5414
3
Dokter Gigi
34
1,9225
4
Bidan Total
818
46,2538
a. Bidan Puskesmas
671
b. Bidan Rumah Sakit
145
Perawat
1050
a. Perawat Puskesmas
471
b. Perawat Rumah Sakit
579
6
Perawat Gigi
41
2,3183
7
Tenaga Kefarmasian
89
5,0325
a. Teknis Farmasi
66
5
•
Teknik Farmasi Pusks
10
•
Teknik Farmasi RS
56
b. Apoteker
8
9
23
•
Apoteker Puskesmas
4
•
Apoteker Rumah Sakit
19
Kesehatan Masyarakat
30
a. Kesmas di Puskesmas
25
b. Kesmas di Rumah sakit
5
Kesehatan Lingkungan
38
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
59,3722
1,3005
1,6963
2,1487 131
10
11
a. Kesling di Puskesmas
35
b. Kesling di Rumahsakit
3
Tenaga Gizi
31
a. Tenaga Gizi di Pusks
14
b. Tenaga Gizi di RS
17
Tenaga Fisioterapis
12
a. Tenaga Fisioterapis di pusk
1
b. Tenaga Fisioterapis Di RS
11
1,7528
0,6785
Sumber : Simpus 2014
Berdasarkan tabel 5,3 diatas diketahui bahwa Jumlah tenaga kesehatan terbanyak adalah tenaga perawat (1050) dengan rasio per 100.000 penduduk sebesar 59,3722 % disusul tenaga bidan sebanyak 818 dengan rasio 46,2538 %.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan kesehatan bersumber dari anggaran APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN yang terdiri dari anggaran DAK, dan Dana tugas pembantuan Kabupaten/ Kota. Tahun 2014, Dinas Kesehatan mendapatkan anggaran sebesar Rp. 162.811.715.900,- (Seratus enampuluh dua milyar delapan ratus sebelas juta tujuh ratus lima belas ribu sembilan ratus rupiah), dengan rincian sebagaimana pada tabel 5.4 dibawah ini: Tabel 5.4 Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
NO
SUMBER BIAYA
1
2
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN Rupiah 3
% 4
REALIASASI Rupiah 5
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER: 1 APBD KAB/KOTA a. Belanja Langsung b. Belanja Tidak Langsung Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
152.725.065.900 88.794.132.900 63.930.933.000
93,80 54,54 39,27
110.608.948.311 52.587.171.681 58.021.776.630 132
1
2
3
4
-
0,00
10.086.650.000
6,20
6.594.950.000
4,05
6.129.260.890
3.491.700.000
2,14
3.489.300.000
-
0,00
-
0,00
2 APBD PROVINSI - Dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi 3 APBN : - Dana Alokasi Umum (DAU) - Dana Alokasi Khusus (DAK) - Dana Dekonsentrasi - Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota - Lain-lain (sebutkan) 4
5
PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) (sebutkan project dan sumber dananya) SUMBER PEMERINTAH LAIN
TOTAL ANGGARAN 162.811.715.900 KESEHATAN TOTAL APBD KAB/KOTA 2.536.499.430.600 % APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA ANGGARAN KESEHATAN 92.061,93 PERKAPITA
5
9.618.560.890
120.227.509.201 6,42
Sumber: Subbagian Perencanaan Dinkes Cilacap Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa total APBD Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebesar Rp 2.536.499.430.600 dengan alokasi anggaran Dinas kesehatan sebesar 6,42 % atau sebesar Rp. 162.811.715.900,- dengan realisasi anggarang sebesar Rp. 120.227.509.201.
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
133
Grafik 5.5 Alokasi Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
4% 2%
39%
APBD Belanja Langsung
APBD Belanja Tidak Langsung 55% APBN Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota
Sumber: Subbag Perencanaan Dinkes Cilacap.
Berdasarkan grafik 5.5 diatas terlihat bahwa anggaran kesehatan terbanyak bersumber dari APBD Belanja Langsung Kabupaten Cilacap sebesar Rp. 88.794.132.900,- (54,54%) diikuti dari APBD Belanja Tidak Langsung sebanyak
Rp. 63.930.933.000.- (39,27%) dan anggaran APBN Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 6.594.950.000.- (4,05%).serta APBN Dana tugas pembantuan Kabupaten/ Kota Rp. 3.491.700.000 (2,14 %).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
134
BAB VI KESIMPULAN A. Derajat Kesehatan 1. Mortalitas/Angka Kematian a. Kasus Kematian Bayi di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 284 kematian bayi dari 30.023 kelahiran hidup. b. Kasus Kematian Balita di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 333 kasus. c. Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 36 kasus. Meningkat dari tahun kemarin yang hanya 34 kasus kematian ibu. 2. Morbiditas/Angka Kesakitan a. Pada tahun 2014 di Kabupaten Cilacap ditemukan 12 penderita AFP, sehingga sudah memenuhi target (10 kasus). b. Case Detection Rate (CDR) atau angka penemuan penderita TB paru BTA (+)
di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 1011 penderita
dengan terdiri dari penderita laki laki sejumlah 535 jiwa, dan penderita perempuan sejumlah 476 jiwa, dengan jumlah kematian akbat TB paru sebanyak 6 penderita. c. Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 94% dibawah target nasional (85%). d. Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2014 sebesar 1.115 kasus dari perkiraan kejadian kasus di Kabupaten Cilacap sebanyak 13.510. e. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2014 sebanyak 86 kasus, lebih, sedangkan
Kasus
Aquiared
Immuno
Devisiency
Syndrome
(AIDS)
sebanyak 13 kasus f. Jumlah penemuan kasus diare di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebesar 42.429 dan penanganan diare sebesar 22.429 kasus. g. Jumlah kasus baru Kusta tipe Multi Basiler yang dilaporkan pada tahun 2014 sebanyak 42 kasus dan Kusta tipe Pausi Basiler tidak ada kasus. h. Penemuan kasus DBD di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 447 kasus dengan angka kematian 6 orang. CFR atau angka kefatalan kasus Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
135
untuk Demam berdarah tahun 2014 sebesar 13,4. Artinya dari jumlah penderita Demam berdarah dimungkinkan terjadi kematian sebanyak 13 sampai dengan 14 penderita setiap 1000 penderita Demam berdarah. i. Penemuan Kasus baru filariasis sebanyak 18 penderita terdiri dari 8 orang penderita laki-laki dan 10 perempuan. j. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 ini untuk penderita kelumpuhan AFP tidak ditemukan kasus diantara 100.000 anak usia < 15 Tahun. Sedangkan jumlah AFP non Polio sebanyak 12 penderita, dengan demikian AFP rate untuk (non polio) per 100.000 penduduk usia kurang dari 15 tahun (< 15 ) sebesar 2,53. k. Jumlah kasus Tetanus (Non Neonatorum) di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebanyak 1. l. Jumlah kasus Hipertensi di kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 15.717 yang terdiri dari hypertensi Essensial
sebanyak 13.105 kasus,
diantaranya dilaporkan oleh Puskesmas sejumlah 9.590 kasus dan dilaporkan rumah sakit sejumlah 3.515 kasus. Sedangkan 2612 kasus merupakan kasus hypertensi lain. m. Kasus asma di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 sebesar 5.220, terdiri dari kasus dilaporkan Puskesmas sebanyak 3.573 kasus, dan dilaporkan oleh Rumahsakit sejumlah 1.647 kasus. Prevalensi kasus asma Bronkial adalah 29,52 per 10.000 penduduk. n. Kasus Diabetes militus di kabupaten cilacap tercatat sebanyak 9.295 kasus. Dengan perincian dilaporkan oleh Puskesmas sebanyak 3.025 dengan 374 Diabetes militus tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI), dan 2.651 merupakan diabetes militus tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI). 3. Status Gizi a. Kasus bawah garis merah secara keseluruhan berjumlah 416 kasus dengan kejadian terbanyak berada diwilayah UPT Puskesmas Cilacap Utara II dengan 31 kasus dan UPT Cimanggu II sebanyak 28 kasus. b. Kasus BBLR secara keseluruhan berjumlah 1.103 bayi atau 3,7 % dengan kasus BBLR dengan kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja UPT Puskesmas Kawunganten sebanyak 73 kasus. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
136
B. Upaya Kesehatan 1. Pelayanan Kesehatan a. Dari hasi pencatatan dan pelaporan pada program kesehatan ibu dan anak, pencapaian hasil kegiatan untuk pelayanan K1 di Puskesmas Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebanyak 32.584, dari jumlah sasaran ibu hamil sejumlah 32.590, dengan demikian cakupan pencapaian kunjungan K1 sebesar 99,98 %. b. Pencapaian kegiatan program KIA untuk kunjungan K4 di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebanyak 30.830 kunjungan ibu hamil, dari jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 32.590 ibu hamil, dengan demikian angka pencapaian cakupan kunjungan K4 sebesar 94,60 %. c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebesar 98,26 %. d. Cakupan pelayanan ibu nifas terhadap ibu melahirkan sebesar 96,94 %. Pelayanan ibu nifas terhadap ibu melahirkan dengan angka cakupan terendah terdapat di wilayah kerja UPT Puskesmas Wanareja II sebesar 87,32%. e. Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sejumlah 32.590 ibu hamil, dari jumlah tersebut diperkirakan bumil dengan komplikasi kebidanan sebanyak 6.518 ibu hamil. Penanganan komplikasi kebidanan yang dilakukan pelayanan terhadap ibu hamil sejumlah 6.262 atau tercakup sebesar 96,07 %. f. Jumlah Ibu hamil tahun 2014 ini sebanyak 32.590 dan yang telah dilakukan imunisasi TT 2+ sebanyak 17.720 g. Cakupan kunjungan Neonatus 1 di Kabupaten Cilacap mencapai 99,2 % dengan cakupan kunjungan paling rendah terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kesugihan II sebesar 92,9 %. h. Cakupan kunjungan Neonatus 3 (KN-Lengkap) Di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 kunjungan Neonatus 3 kali rata-rata 97,4 %. i. Pencapaian rata-rata pemberian ASI Eksklusif Kabupaten Cilacap Tahun 2014 sebesar 36,16%. j. Cakupan imunisasi BCG di Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 97,04% di atas dari target yang ditetapkan yaitu 90 %. Dari 38 Puskesmas yang semua sudah mencapai terget 90%. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
137
k. Cakupan imunisasi HB < 7 hari bertujuan untuk menilai jangkauan program imunisasi pada bayi. Cakupan Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 94,05% l. Pencapaian imunisasi DPT3 dan HB 3, ini bertujuan untuk menilai cakupan program imunisasi pada bayi. Cakupan Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 102,0%, sudah terpenuhi target yang ditentutan yaitu sebesar 90%. m. Cakupan imunisasi Polio 4 Kabupaten Cilacap tahun 2014, mencapai 96% . n. Cakupan Imunisasi Campak Kabupaten Cilacap tahun 2014 mencapai 96% sudah melampaui target yang ditetapkan sebesar 80%. o. Cakupan pemberian Vit A pada anak balita Kabupaten Cilacap Tahun 2014 mencapai 99,89%. p. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 99,89%. q. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 42 %. r. Peserta Keluarga Berencana di Kabupaten Cilacap Tahun 2014, jumlah pasangan usia subur sejumlah 340.224 jiwa. Dari jumlah tersebut, peserta KB baru sejumlah 35.297 pasangan usia subur atau 10,4 % s. Pencatatan Pelaporan Program KB aktif dengan jumlah PUS sebanyak 340.224, dan jumlah akseptor KB baru sejumlah 35.297, dan akseptor KB aktif sebanyak 217.289. Cakupan sasaran PUS terhadap peserta KB aktif sebesar 63,86%. t. Jumlah rumah tangga PHBS secara keseluruah adalah 412.834 rumah dan yang dipantau ada 240.180 rumah dengan pencapaian persentase rumah tangga sehat sebesar 89,7 %. u. Jumlah penduduk yang memiliki akses air minum adalah 879.762 jiwa dari 1.768.502 jiwa (50%). 2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan a. Jumlah kunjungan rawat jalan yang terbanyak ada di wilayah Puskesmas Cilacap Tengah I sebanyak 54.506 kunjungan dan kunjungan rawat inap yang terbanyak di Puskesmas Sampang sebanyak 5.108 kunjungan. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
138
b. Jumlah kepesertaan Jaminan Kesehatan terbanyak pada PPU (Pekerja Penerima upah) sebanyak 107.669 dan terendah pada Asuransi swasta (28.696). C. Sumber daya Kesehatan 1. Sarana Kesehatan a. Kabupaten Cilacap memiliki 7 (tujuh) rumah sakit. Dari 7 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 3 (tiga) Rumah Sakit Khusus (RSK). b. Kabupaten Cilacap memiliki Puskesmas Rawat inap 15 unit dengan 238 tempat tidur dan 23 puskesmas non rawat inap. Sedangkan jumlah puskesmas pembantu sebanyak 73 unit dan puskesmas keliling 38 unit. c. Jumlah Desa Siaga pada tahun 2014 adalah 284 desa. Prosentase terbesar strata desa siaga adalah madya (36 %) sedangkan desa siaga mandiri hanya sebesar 1 %. d. Jumlah
posyandu
di
Kabupaten
Cilacap
tahun
2014
mengalami
peningkatan sebesar 2127 posyandu. 2. Tenaga Kesehatan a. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 jumlah tenaga dokter umum yang bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 98 orang atau Rasio = 5,541/100.000 penduduk. Rasio tenaga dokter per 100.000 penduduk sesuai standar SPM adalah 40. b. Di Kabupaten Cilacap tahun 2014 jumlah tenaga dokter gigi yang bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 34 orang atau Rasio = 1,9225/100.000. c. Jumlah dokter spesialis yang bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain adalah 50 orang atau Rasio = 2,827/100.000 penduduk. d. Jumlah tenaga teknis farmasi di kabupaten cilacap 2014 adalah 66 orang dan jumlah tenaga Apoteker di Kabupaten Cilacap Tahun 2014 adalah 23 orang. Jumlah Penyebaran tenaga apoteker di
Tingkat Puskesmas
sebanyak 4 orang, Penyebaran tenaga apoteker di RS sebanyak 19 orang. Jumlah total tenaga kefarmasian di Kabupaten Cilacap tahun 2014 adalah 89 orang dengan rasio 5,0325 per 100.000 penduduk. Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
139
e. Jumlah bidan yang ada di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan lain Tahun 2014 sebanyak 818 orang dan Ratio bidan per 100.000 penduduk sebesar 46,2538. f. Jumlah tenaga perawat kesehatan di Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 1050 orang. Ratio jumlah perawat per 100.000 penduduk sebesar 59,3722. g. Tenaga Ahli Gizi di Kabupaten Cilacap tahun 2014 baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 31 orang dengan ratio jumlah tenaga Ahli Gizi per 100.000 penduduk sebesar 1,7528. h. Tenaga Ahli Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan lain sebanyak 38 orang, terjadi penurunan jumlah tenaga ahli kesehatan lingkungan dibandingkan pada tahun 2013. Ratio jumlah Ahli Sanitasi per 100.000 penduduk untuk kabupaten Cilacap sebesar 2,1487. i. Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Cilacap tahun 2014, baik di Puskesmas, RS, dan Sarana Kesehatan Lain sebanyak 30 orang, sehingga ratio jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk sebesar 1,6963.
3. Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan bersumber dari anggaran APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN yang terdiri dari anggaran DAK, dan Dana tugas pembantuan Kabupaten/ Kota. Tahun 2014, Dinas Kesehatan mendapatkan anggaran sebesar Rp. 162.811.715.900,- (Seratus enampuluh dua milyar delapan ratus sebelas juta tujuh ratus lima belas ribu sembilan ratus rupiah). Sumber anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2014 : 1. APBD Kabupaten Cilacap sebesar Rp. 152.725.065.900,- (93,80%). 2. APBN sebesar Rp. 10.086.650.000.-(6,20%).
Profil Kesehatan Cilacap Tahun 2014
140
TABEL 71
NO 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
KECAMATAN 2 DAYEUHLUHUR WANAREJA MAJENANG CIMANGGU KARANGPUCUNG CIPARI SIDAREJA KEDNGREJA PATIMUAN GANDRUNGMANGU BANTARSARI KAWUNGANTEN KAMPUNGLAUT JERUKLEGI KESUGIHAN ADIPALA MAOS SAMPANG KROYA BINANGUN NUSAWUNGU CILACAP SELATAN CILACAP TENGAH CILACAP UTARA
PUSKESMAS 3 DAYEUHLUHUR I DAYEUHLUHUR II WANAREJA I WANAREJA II MAJENANG I MAJENANG II CIMANGGU I CIMANGGU II KARANGPUCUNG I KARANGPUCUNG II CIPARI SIDAREJA KEDNGREJA PATIMUAN GANDRUNGMANGU I GANDRUNGMANGU II BANTARSARI KAWUNGANTEN KAMPUNGLAUT JERUKLEGI II JERUKLEGI II KESUGIHAN I KESUGIHAN II ADIPALA I ADIPALA II MAOS SAMPANG KROYA I KROYA II BINANGUN NUSAWUNGU I NUSAWUNGU II CILACAP SELATAN I CILACAP SELATAN II CILACAP TENGAH I CILACAP TENGAH II CILACAP UTARA I CILACAP UTARA II
JUMLAH KABUPATEN
JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN KABUPATEN/KOTA CILACAP TAHUN 2014 DESA/KELURAHAN SIAGA JUMLAH DESA/ PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI KELURAHAN 4
5 9 5 11 5 11 6 8 7 7 7 11 10 11 7 8 6 8 12 4 7 6 9 7 9 7 10 10 11 6 17 9 8 3 2 3 2 3 2 284
6 0 3 0 0 0 0 8 0 0 5 6 7 2 0 0 6 2 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 10 3 0 0 2 0 0 3 2 72
7
8
7 2 0 0 11 2 0 7 4 0 0 3 7 4 6 0 2 8
2 0 11 5 0 4 0 0 3 2 3 0 2 3 2 0 4 2
0 3 9 5 0 0 0 1 4 0
5 3
2 0
2 7 0 10 9 0 6 7 5 0
0 2 7 0
1 8 0 0 1 0 0 95
0 2 1 0 100
0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 3 0 1 0 0 0 17
JUMLAH
%
9
10 9 5 11 5 11 6 8 7 7 7 11 10 11 7 8 6 8 12 4 7 6 9 7 9 7 10 10 11 6 17 9 8 3 2 3 2 3 2 284
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
ProfilKesehatankabupatenCilacapTah un2014ProfilKesehatankabupatenCil acapTahun2014ProfilKesehatankabu patenCilacapTahun2014ProfilKeseha tankabupatenCilacapTahun2014Profi lKesehatankabupatenCilacapTahun2 014ProfilKesehatankabupatenCilacap Tahun2014ProfilKesehatankabupate nCilacapTahun2014ProfilKesehatank abupatenCilacapTahun2014ProfilKes ehatankabupatenCilacapTahun2014P rofilKesehatankabupatenCilacapTahu n2014ProfilKesehatankabupatenCila capTahun2014ProfilKesehatankabup atenCilacapTahun2014ProfilKesehat ankabupatenCilacapTahun2014Profil KesehatankabupatenCilacapTahun20 SIKDA (Sistem Informasi Kesehatah Daerah) berbasis website. Mendukung manajemen Data Kesehatan Kabupaten Cilacap : Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), Sistem Informasi Manajemen Program (SPTP), Sistem Informasi Manajemen Obat (SIMO) dan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA).