Buletin Penginjilan Dwibulanan Gereja Yesus Sejati. April - Mei 2010. Vol.05/ N0.2
TUA AN
BULETIN
Pena Editor
Vol. 5/ No.2/ April - Mei 2010
3 4 12 15 18 22 26 31
Gocengan Bukan Berarti Kacangan
a
Artikel Utama Apa Arti Persembahan Kita?
Tips Tuaian Mengatur Pundi Uang
Tokoh Tuaian Ide 1$ Sehari Untuk Penginjilan
Tahukah Anda Orang Kristen dan Perpuluhan
Galeri Peristiwa Baptisan, Kebaktian Pujian Jatim, KKR Malang
Jendela Kanaan Bina Iman SDK Tangerang,, KPI SMA, KPI SMP, Kebaktian Padang SD, Doa Siang
Jejak Petualang Baptisan, Pelatihan Penginjilan
Pemimpin Redaksi Wakil Pem. Redaksi Redaktur Pelaksana Penyunting Desain Koresponden Sirkulasi
Hal 2
Gocengan bukan berarti
Pena Editor
Petrus Haryono Flora Chandra E. Damayanti Lina Alexandra Robby, Ratna Dewi Philip, Yohana Sekretariat Penginjilan GYS
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
!Kritik dan Saran?
[email protected]. GEREJA YESUS SEJATI. Jl. Danau Asri Timur Blok C3 No.3C. Jakarta 14350. Telp. 021 6530 4150. Website: http://gys.or.id No. Rekening: BCA an.GYS (Pusat): 262.3000.311 (DICETAK UNTUK KALANGAN SENDIRI)
Kacangan
pa arti uang “goceng-an” di dompet Anda? Mungkin hanya bisa untuk membeli semangkuk mie ayam di kaki lima atau habis dalam sekejap untuk membayar parkir kendaraan Anda. Tapi tahukah Anda bahwa selembar uang lima ribuan bisa menjadi sebuah kisah yang penuh inspirasi di kalangan orang Kristen? Uang sebesar 57 sen Amerika Serikat (AS), yang bila ditukarkan saat ini hanya menjadi sebesar lima ribu rupiah saja, dari seorang gadis kecil miskin telah menggugah hati banyak orang untuk memberikan persembahan hingga mencapai 250,000 dollar AS yang pada masa itu dapat membeli emas seberat 1 ton! Gerakan ini muncul karena hati si gadis kecil yang penuh ketulusan memikirkan bagaimana sebuah bangunan gereja dapat diperluas sehingga ia dan teman-teman yang senasib dengannya dapat berkebaktian. Di dalam sebuah dompet kumal milik gadis itu yang ditemukan oleh seorang pendeta ketika ia mati, ditemukan uang sejumlah 57 sen dan secarik kertas yang isinya: “Uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga lebih banyak anak anak bisa menghadiri Sekolah Minggu”. Mimpinya itu akhirnya terwujud dengan berdirinya sebuah gereja nan megah di Philadelphia, AS yang dapat menampung hingga 3.300 orang. Persembahan yang disertai hati yang penuh kasih akan memiliki arti besar bagi perkembangan gereja.
Gerakan “1 Dolar Bagi Penginjilan Dunia” yang dicanangkan oleh Majelis Pusat Internasional sejak tahun 2003 telah membuka mata rohani kita akan pentingnya peranan persembahan di dalam perintisan gereja di berbagai tempat. Gerakan ini kemudian dikenal sebagai gerakan “menyisihkan sisa uang saku” yang diprakarsai oleh Penatua Hou En Yuen guna mendorong persembahan bagi penginjilan dunia. Semuanya ini dapat terwujud dengan adanya kesadaran atas kewajiban kita untuk mengembalikan setidaknya sepersepuluh dari berkat Tuhan sebagai persembahan perpuluhan ke rumah-Nya. Pengelolaan keuangan yang baik tentunya menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam rangka pemenuhan kewajiban tersebut. Uang kita dapat menjadi investasi untuk menggenapkan kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini, sehingga memungkinkan Injil yang benar tersebar ke seluruh pelosok Indonesia, termasuk membiayai berbagai pelatihan untuk mengembangkan kapasitas laskar-laskar Injil sebelum diutus. Sesuatu yang besar seringkali berawal dari hal yang kecil. Demikian pula kabar baik bagi setiap bangsa akan dimulai dari diri Anda dan melalui persembahan yang Anda berikan bagi penginjilan dunia. Tuhan memberkati! (PH)
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 3
Artikel Utama
A pa
m
arti
Persembahan Kita
?
Oleh: Pdt. Petrus Haryono
Hal 4
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
emberi persembahan merupakan hal yang sudah biasa dalam kehidupan bergereja. Tetapi, jika ditilik lebih jauh, persembahan sesungguhnya bukanlah hal yang biasa-biasa saja. Persembahan bukan sekedar menyisihkan uang untuk dimasukan ke dalam kotak persembahan, namun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ibadah kita kepada Tuhan. Tiga kali setahun setiap lakilaki Israel harus pergi ke rumah Tuhan pada hari-hari raya yang telah ditetapkan dan mereka tidak boleh datang dengan tangan hampa. Masing-masing harus membawa persembahan dari berkat yang telah diterimanya dari Tuhan (Ul. 16:16-17). Abraham, sang bapa orang percaya, selalu membangun mezbah dan mempersembahkan korban bakaran setiap kali ia datang ke hadirat Tuhan (Kej. 12:78). Tahukah Anda bahwa kita bisa mendapatkan kata ‘mezbah’ sebanyak 374 kali di dalam Alkitab bahasa Indonesia versi terjemahan baru, mulai dari Kejadian hingga Wahyu? Hal ini menunjukkan bahwa persembahan merupa-kan sesuatu yang ada dari sejak masa awal kehidupan orang percaya hingga akhir zaman nanti. Tuhan menetapkan suatu standar rohani bagi persembahan yang diberikan oleh umat-Nya. Tuhan kita bukan seperti dewa-dewa atau berhala yang melahap begitu saja setiap persembahan yang diberikan, namun Ia melihat bagaimana iman dari sang pemberi persembahan. Persembahan Kain ditolak oleh Tuhan karena hati dan perbuatannya jahat (1Yoh. 3:12). Demikian pula, Tuhan
tidak suka dengan persembahan orang Israel karena mereka menolak perintah-Nya (Yer. 6:18-20). Jika persembahan adalah bagian dari ibadah kita kepada Tuhan, maka seharusnya motivasi kita dalam memberi persembahan kepada Tuhan haruslah rohani. Adakah di antara kita yang memberi persembahan seperti memberi sumbangan seolah-olah Tuhan begitu miskin dan memerlukan uang kita? Sesungguhnya, sekalipun umat-Nya tidak mau memberi persembahan, Ia yang Mahakuasa sanggup memerintahkan orang-orang yang tidak mengenal-Nya untuk memberikan persembahan, seperti yang terjadi saat orang Israel yang berada di pembuangan akan pulang ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Allah. Ketika itu, Tuhan memerintahkan Raja Koresy untuk menyediakan segala yang diperlukan bagi pembangunan Bait Allah (Ezra 1). Pada peristiwa yang lain, Tuhan memerintahkan burung gagak yang kotor untuk memelihara kehidupan nabi-Nya (1Raj. 17:4-6). Jika dilihat dari konteks saat ini, kita sungguh merasa malu jika keperluan gereja harus dicukupi oleh orangorang yang berada di luar Tuhan, ketimbang oleh umat-Nya sendiri.
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 5
Motivasi memberi persembahan Faktor apa yang seringkali mendorong umat untuk memberi persembahan kepada Tuhan? Motivasi yang paling umum adalah bersyukur atas berkat Tuhan yang telah diterima. Motivasi ini tentu sangat baik karena menunjukkan bahwa kita adalah umat yang tahu berterima kasih atas pemberian Tuhan. Tuhan pernah memberikan teguran keras kepada orang Yahudi tentang hal tahu berterima kasih ini melalui peristiwa penyembuhan sepuluh orang kusta. Kita semua mengetahui di akhir cerita bahwa hanya satu orang saja yang kembali kepada Tuhan Yesus untuk bersyukur dan menyembah Tuhan dan ia adalah seorang Samaria, yang oleh orang Yahudi seringkali dipandang sebelah mata (Luk. 17:15-18). Namun, ada pula motivasi lain yang juga kerap dimiliki oleh seseorang dalam memberi persembahan, yaitu mengharapkan suatu imbalan dari Tuhan. Entah disadari atau
hal 6
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
tidak, motivasi demikian seringkali muncul ketika kita hendak memberi perpuluhan yang diwajibkan oleh Tuhan. Ayat Alkitab yang seringkali dijadikan pegangan untuk menuntut Tuhan adalah Maleakhi 3:10: “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” Meskipun mengharapkan berkat Tuhan bukanlah hal yang salah, tetapi jika kita terobsesi dengan imbalan apa yang akan diperoleh, maka secara tidak langsung kita telah menjadikan pemberian persembahan sebagai sebuah transaksi dagang dengan prinsip ekonomi yang sangat tinggi, yaitu mengeluarkan uang sesedikit mungkin untuk mendapatkan
keuntungan yang berlipat ganda. Jika kita teliti lebih jauh, janji Tuhan tersebut diberikan pada saat itu ketika hati bangsa Israel sudah menjadi tegar tengkuk karena dosa-dosa mereka, antara lain menipu Tuhan dengan tidak lagi mau memberikan persembahan perpuluhan dan persembahan khusus (Mal. 3:8-9). Adakah kita sama seperti mereka yang menjadi keras hatinya sehingga memegang firman Tuhan itu untuk memancing kehadiran berkatNya? Kita tahu bahwa sepersepuluh dari berkat yang kita terima adalah milik-Nya yang harus dikembalikan. Kalau kita merenungkan baik-baik, sebetulnya berkat yang kita terima seluruhnya adalah milik Tuhan. Tetapi, karena kemurahan hati-Nya, Tuhan memberikan 90% menjadi milik kita dan hendak menguji ketaatan kita dengan meminta kembali sebanyak 10% saja. Dengan demikian, perpuluhan sebetulnya menjadi tanda kepatuhan dan iman kita kepada Tuhan (Ul. 14:23). Pada akhirnya, tingkatan motivasi yang tertinggi dalam memberi persembahan adalah hati yang tergerak untuk mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Gerakan hati
yang luar biasa ini terjadi saat Raja Daud mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi pembangunan rumah Tuhan. Meskipun Tuhan telah menolak niatnya untuk membangun bait Allah, Daud tetap memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk mewujudkan mimpinya itu. Maka, ia berinisiatif memberikan banyak persembahan untuk keperluan pembangunan tersebut (1Taw. 29:1-5). Selain itu, ia juga menggerakkan rakyatnya agar turut serta memberikan persembahan dengan segala kerelaan mereka sehingga terjadi suatu gerakan besar yang membawa sukacita yang luar biasa di hati seluruh umat (1Taw. 29:6-15). Apa yang mendorong Daud mencapai tataran tertinggi tersebut? Cinta kepada rumah Allah telah mendorongnya memberikan yang terbaik bagi Tuhan (1Taw. 29:3), ditambah dengan kerendahan hati dan kesadaran bahwa segala yang ia berikan itu adalah milik Tuhan (1Taw. 29:10-14). Daud tidak memiliki niat untuk memegahkan dirinya sendiri dengan melakukan segala sesuatunya sendirian saja (“one man show”) dalam membangun rumah Allah, namun sebaliknya ia menggerakkan seluruh rakyat untuk terlibat dalam proses tersebut.
Bagaimana persembahan kita disalurkan oleh gereja? Cinta kepada rumah Allah pula yang selama ini telah memampukan gereja kita - Gereja Yesus Sejati (GYS) - untuk membiayai sendiri segala keperluan yang ada. Program kerja dan kebutuhan rumah tangga sebuah gereja dibiayai dari perpuluhan dan persembahan khusus lainnya yang diberikan oleh jemaat di gereja yang bersangkutan. Kemudian setiap gereja cabang memberikan iuran ke
gereja pusat yang dipergunakan untuk membiayai program-program yang sifatnya nasional seperti persekutuan pemuda berkeluarga se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Departemen Pengembalaan, KKR Siswa yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan atau pelatihan penginjilan yang diselenggarakan oleh departemen penginjilan, membayar gaji para pekerja penuh waktu (full-time) di
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 7
Majelis Pusat yang mengkoordinasi berbagai kegiatan pada tingkat nasional dan juga mensubsidi gerejagereja yang lemah secara finansial. Subsidi ini dimungkinkan karena setiap gereja cabang secara rutin memberikan iuran kepada gereja pusat. Hingga saat ini, gereja kita hanya menerapkan sistem kotak persembahan yang diletakkan di pintu, tidak diedarkan secara langsung kepada jemaat dalam bentuk kantong. Hal ini didasari oleh keyakinan
bahwa persembahan haruslah berasal dari hati yang sukarela dan mencintai rumah Allah, seperti yang dinyatakan oleh Raja Daud. Sistem kotak persembahan ini menuntut komitmen dan kesadaran dari setiap jemaat untuk selalu mengingat kewajibannya dalam memberi persembahan tanpa harus dipaksa atau merasa terpaksa. Dengan demikian setiap jemaat dapat turut serta dalam membangun rumah Allah melalui kesadarannya dalam memberikan persembahan.
Persembahan penginjilan Persembahan lainnya yang tak kalah penting adalah persembahan bagi penginjilan dunia yang telah dicanangkan Majelis Pusat Internasional. Sejak tahun 2003 Penatua Hou En Yuen dari GYS Pusat Internasional mencanangkan gerakan “Sedolar (1 NT-mata uang Taiwan) Sehari Untuk Penginjilan Dunia”. Gerakan ini ditujukan untuk mendukung pembiayaan kegiatan penginjilan di seluruh dunia. Jika kita sempat terkesima dengan gerakan “Koin Prita” atau “Koin Bilqis” (lihat insert) dan sejumlah gerakan pengumpulan dana bagi korbankorban bencana alam di berbagai media massa, “Koin Penginjilan” ini rasanya jauh lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Mengapa? Karena untuk satu jiwa yang diselamatkan nilainya lebih besar daripada seluruh isi dunia ini. Jika dengan uang yang dikumpulkan satu gereja dapat dibangun di sebuah negara atau pulau yang sebelumnya belum ada gereja
Hal 8
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
kita, maka nama Tuhan tentunya akan dimuliakan. Saat ini daerah perintisan memerlukan dana yang tidak sedikit. Kita perlu menyewa sebuah tempat yang cukup permanen untuk membuat nama Gereja Yesus Sejati “eksis” di daerah tersebut. Kita perlu membeli sepeda motor atau mobil untuk memudahkan kunjungan dan penjemputan simpatisan baru. Kita perlu mengadakan Kebaktian Pekabaran Injil (KPI) untuk mengundang simpatisan baru. Kita perlu mengirim banyak relawan dan hamba Tuhan ke daerah perintisan dengan frekuensi yang lebih sering supaya tindak lanjut penginjilan lebih efektif. Sedangkan hasil persembahan penginjilan dunia yang dikumpulkan selama ini dirasakan masih sangat kurang dari yang diperlukan (lihat tabel). Hari ini, janganlah kita menyia-nyiakan berkat Tuhan hanya untuk sesuatu yang bersifat fisik semata. Sebagian harta Anda, baik
sedikit atau besar jumlahnya, diperlukan Tuhan untuk menyebarkan kabar kesukaan tentang keselamatan dari dosa ke seluruh pelosok negeri. Jika kita tidak dapat pergi mengabarkan Injil, maka persembahan yang kita berikan akan memungkinkan para utusan-Nya untuk pergi kepada jiwa-jiwa yang lapar dan haus akan kebenaran. Saat ini, 50% dari persembahan penginjilan dunia yang kita berikan disalurkan untuk perintisan di
Indonesia, sedangkan sisanya dipakai untuk penginjilan ke belahan dunia lainnya. Semoga kita bersama-sama dapat meningkatkan tataran rohani kita dalam memberi persembahan. Bukan karena kita telah menerima sesuatu dari Tuhan, bukan karena kita mengharapkan yang lebih besar dari Tuhan, tetapi karena hati kita tergerak untuk turut serta dalam pembangunan rumah Allah yang rohani. Segala kemuliaan bagi nama Tuhan Yesus! (PH)
Dana persembahan penginjilan GYS Indonesia (2009)
Perintisan 2009 31.1% Bali
50% ke Penginjilan Internasional
21.9% Batam
50% ke Penginjilan Indonesia 39.6% Asrama Palangkaraya (gaji pengurus asrama, konsumsi penghuni, biaya rumah tangga dan kegiatan asrama)
12.3% Kalimantan Timur 11.7% Kediri 5.3% Kalimantan Tengah 4.8% Balikpapan
34.4% Perintisan (biaya tiket, akomodasi)
3.1% Bontang 12.3% Majalah Tuaian (biaya cetak, distribusi)
1.6% Lampung
11.5% Pelatihan Penginjilan (biaya transportasi, konsumsi, pembicara)
1.4% Jambi 6.8% Lain - lain
1.8% Tim Apolos (biaya survei, operasional) 0.4% Sekretariat (biaya operasional)
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 9
Seribu Rupiah Setiap Minggu, Seribu Orang Diselamatkan Sehubungan dengan dampak pemanasan global yang semakin meluas, sejak beberapa tahun terakhir, Presiden SBY mencanangkan gerakan nasional “Seorang, Sepohon, Setaman, Sehutan”. Tujuannya adalah mendorong setiap orang untuk menanam satu pohon di setiap lahan kosong yang tersedia. Dengan cara itu, diharapkan bumi yang sudah semakin panas dan rusak oleh polusi kembali menjadi hijau dan nyaman untuk ditinggali. Cerita kemudian berpindah pada gerakan “Koin untuk Prita”. Seorang ibu rumah tangga bernama Prita Mulyasari yang telah divonis pengadilan karena dianggap mencemarkan nama baik sebuah rumah sakit di Jakarta berhasil memperoleh simpati yang demikian besar dari beragam kelompok masyarakat. Orang-orang berbondong-bondong dengan sukarela datang dan menyerahkan bungkusan berisi kepingan uang logam, mulai dari Rp 25 hingga Rp 1.000 demi membantu Prita membayar denda senilai 204 juta rupiah yang ditetapkan pengadilan. Sungguh tak dinyangka, kepingan-kepingan uang logam yang nampaknya tidak berharga itu dalam beberapa bulan saja telah berhasil dikumpulkan hingga mencapai jumlah 810 juta rupiah. Kisah fantastis lainnya yang muncul terakhir adalah pengumpulan “Koin Kehidupan” untuk Bilqis, seorang bocah laki-laki berusia 17 bu-
Hal 10 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
lan yang menderita kegagalan Funsgi saluran empedu. Kepedulian terhadap nasib Bilqis ini telah mendorong banyak orang untuk menyumbangkan koin demi koin yang mencapai jumlah mendekati 1 miliar rupiah sebagai bantuan bagi biaya operasi. Sungguh jumlah yang sangat fantastis! Ada sebuah benang merah yang bisa ditarik dari berbagai gerakan tersebut, apapun namanya. Pepatah mengatakan “sedikit-sedikit menjadi bukit”. Satu batang pohon nampaknya tidak berarti apa-apa untuk menghadirkan kesejukan. Namun, jika setiap orang menanam pohon, maka akhirnya akan dapat menciptakan hutan yang mampu menjadi cadangan air dan oksigen yang sangat berharga. Uang lima ratus rupiah mungkin hanya bisa membeli sebuah permen. Tetapi, jika setidaknya seribu orang memberikan sekeping saja, maka jumlahnya akan dapat membeli hampir sepuluh karung beras. Seorang bintang film terkenal, Jet Li, pada April 2007 mendirikan sebuah lembaga nirlaba “One Foundation” (“Yayasan Satu”). Tekadnya untuk membantu sesama ini muncul setelah ia dan puterinya berhasil selamat dari terjangan gelombang tsunami pada penghujung tahun 2004 ketika sedang berlibur di Kepulauan Maladewa yang juga menjadi salah satu tempat yang terkena bencana. Dasar pemikiran dari pendirian “One
Foundation” ini sangatlah sederhana. Seperti dikatakan oleh Jet Li, “Jika satu orang menyumbangkan 1 yuan atau 1 dollar per bulan, sumbangan itu akan memiliki daya yang dahsyat untuk membantu dan menyelamatkan orang” (Kompas, 9 Januari 2010). Sejak berdirinya, yayasan ini telah terlibat setidaknya dalam tujuh kegiatan pemulihan bencana di China. Kegiatan penginjilan yang sedang digalakkan oleh GYS di seluruh dunia, termasuk di Indonesia jelas membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kunjungan para relawan ke daerahdaerah perintisan yang jauh di pedalaman bahkan antar negara membutuhkan biaya perjalanan yang tidak sedikit. Sejumlah besar uang juga dibutuhkan untuk mencetak serta mengirimkan pamflet-pamflet kesaksian dan materi pemahaman Alkitab kepada saudara-saudara maupun para simpatisan yang tinggal di berbagai pelosok yang begitu merindukan firman Tuhan. Belum lagi misalnya untuk membeli makanan, alat tulis dan sebagainya dalam rangka penginjilan kepada anak-anak. Tidak banyak donatur yang bisa memberikan sumbangan dalam jumlah besar untuk membantu dana penginjilan. Namun, rasanya tidak sulit untuk mendapatkan sejumlah besar orang yang mau menyisihkan seribu rupiah saja setiap minggu untuk dipersembahkan. Seribu rupiah nampaknya sangat kecil, khususnya bagi orang-orang yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Kadangkala, untuk parkir kendaraan kurang dari
satu jam, kita harus memberikan dua lembar uang ribuan. Tetapi, pernahkah terpikir di benak kita jika setiap orang memberikan seribu rupiah saja untuk dana penginjilan setiap datang berkebaktian? Bayangkan jika 500 orang yang hadir setiap hari Sabat memberikan seribu rupiah saja, kemudian dikalikan empat (dalam sebulan) kemudian dikalikan lagi 52 (dalam setahun). Besar sekali jumlahnya, bukan? Hari ini, melalui kegiatan penginjilan yang dicanangkan oleh gereja, kita mengemban misi agung untuk memberitakan keselamatan kepada banyak orang. Bukan fisik mereka yang diselamatkan, tetapi jiwa-jiwa mereka yang sangat berharga di mata Tuhan. Nilai 1 yuan saat ini kira-kira berkisar Rp. 1.400 ,- saat ini. Jika kita bersedia menyumbangkan Rp. 1.000,- saja setiap minggu untuk dana penginjilan, maka niscaya akan banyak jiwa yang belum mengenal Tuhan yang akhirnya dapat mendengar Injil dan diselamatkan. Ingat, seribu rupiah setiap minggu dan seribu orang dapat diselamatkan, bahkan lebih banyak lagi!
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 11
Tips Tuaian Kehadiran uang telah mengubah peradaban manusia. Rasanya, dalam zaman modern ini, manusia akan sangat sulit, kalau bukan tidak mungkin, memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa uang. Sadar atau tidak, hampir apapun yang kita lakukan bersinggungan dengan uang. Bahkan, banyak orangtua yang berupaya menanamkan dalam pikiran anak-anaknya sedari dini bahwa jika kelak dewasa, mereka harus menjadi seorang yang sukses, yang umumnya diukur dengan jumlah harta kekayaan yang dimiliki. Bahwa manusia membutuh-
1 Pundi Uang
Oleh: Diaken Ferry Winarta, GYS Sunter Seorang manusia membutuhkan makanan, pakaian, tempat tinggal, hiburan dan sejumlah hal lainnya untuk bertahan hidup. Pada zaman purba, ketika mata uang belum ditemukan, manusia terbiasa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengambil langsung bahan-bahan dari alam tanpa membeli. Karena kebutuhan manusia semakin banyak dan kompleks, manusia kemudian melakukan tukar-menukar (barter) untuk memperoleh barang-barang yang tidak dimilikinya dari manusia lain.
Hal 12 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
UNTUK KALANGAN SENDIRI. FOTO: DOK. GYS. PENULIS: TIM GYS.
Mengatur
kan uang dalam menjalankan kehidupannya tentu bukanlah hal yang salah. Menjadi kaya pun tidak melanggar perintah Tuhan. Namun, hal yang menjadi masalah adalah ketika kita memiliki uang, Iblis bisa bekerja melalui ambisi kita yang berlebihan atas uang dan membuat kita jatuh ke dalam dosa (1Tim. 6 : 10). Oleh karena itu, sebagai anak-anak Allah, kita harus memiliki suatu pedoman dalam mengatur penggunaan uang dengan baik. Berikut adalah tips mengenai hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengelola uang yang kita miliki:
Allah adalah prioritas utama
Tuhan telah memberikan berkat kepada kita, termasuk dalam bentuk uang yang kita peroleh. Hal pertama yang harus kita ingat ketika menerima berkat Allah ini adalah bahwa semuanya merupakan milik Allah yang dipercayakan kepada kita untuk dikelola. Sebagai pengelola yang baik, sudah sebaiknya kita terlebih dahulu berterima kasih kepada Sang Pemberi. Dengan cara apa? Salah satunya adalah dengan memberikan perpuluhan, yaitu sepersepuluh dari uang yang kita dapatkan dan juga persembahan sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan. Sebagian orang merasa berat untuk memberikan 10% dari apa yang telah diterima dan juga persembahan karena berpandangan bahwa pendapatan mereka menjadi berkurang. Menjawab tantangan ini, ada dua hal yang perlu dicermati. Pertama, memberikan perpuluhan atau persembahan sama halnya dengan berolahraga. Jika kita hanya sesekali saja berolahraga, entah itu berlari atau melakukan jenis olahraga lainnya, tentu kita akan merasa sangat lelah dan perlu mengeluarkan begitu banyak energi untuk melakukannya. Tetapi, jika kita secara rutin mem biasakan diri berlatih, hal itu menjadi terasa ringan dan biasa biasa saja. Demikian pula dengan perpuluhan dan persemba han. Jika kita melatih diri kita untuk memberikannya, maka hati kita tidak akan terasa berat lagi. Hal kedua adalah janji Tuhan atas setiap uang yang kita persembahkan. Tuhan berjanji bahwa umat-Nya tidak akan pernah berkekurangan, terutama bagi mereka yang memberikan perpuluhan, malah sebaliknya berkat Tuhan akan dicurahkan sampai berkelimpahan (Ul. 28:12; Mal. 3:10).
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 13
2
Tokoh Tuaian
Mengatur pundi-pundi
Berkat yang dipercayakan Tuhan kepada kita harus dimanfaatkan dengan cermat dan sebaik-baiknya. Karena itu, akan sangat bermanfaat jika kita bisa membuat suatu anggaran keuangan. Tidak perlu anggaran yang terlalu rumit seperti halnya laporan keuangan suatu perusahaan, tetapi cukup memberitahukan seberapa banyak kita menggunakan penghasilan kita dan apakah memang digunakan untuk hal-hal yang tepat. Memang kita tidak akan serta-merta menjadi kaya dengan membuat anggaran. Namun, dengan membuat pencatatan dan perencanaan dalam anggaran tersebut, kita dapat membatasi keinginan kita untuk menghabiskan uang untuk hal-hal
yang sia-sia, dan bahkan membantu agar kita tidak terjerat dengan hutang. Hal ini penting karena saat ini banyak sekali bank yang menawarkan fasilitas kartu kredit dan pinjaman lainnya dengan syarat-syarat yang relatif sangat mudah. Anggaran tidak dimaksudkan untuk membentuk pribadi kita menjadi seseorang yang pelit dalam menggunakan uang. Sebaliknya, cara ini memungkinkan kita untuk menikmati hasil jerih payah kita dengan cara yang cermat. Tetapi untuk mewujudkan hal itu, tentunya diperlukan komitmen untuk menjalankan apa yang telah kita rencanakan dalam anggaran.
3
IDE $ 1 SEHARi UNTuK PENGiNJiLAN
PENATuA HO EN YuAN
IsTRi PENATuA HO EN YuAN
Berbagi kasih
Tidak semua orang menerima jumlah berkat yang sama. Sebagian orang mungkin bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai sarjana. Tetapi sebagian besar lainnya bahkan kesulitan untuk makan sehari tiga kali. Ada yang kaya, ada pula yang miskin. Karena itu, kita dapat menggunakan uang sebagai alat untuk berbagi kasih Allah dengan sesama kita yang kekuarangan. Rasul Paulus mengatakan bahwa Tuhan menghendaki agar yang kuat menanggung kelemahan mereka yang tidak mampu (Rm. 15:1). Cobalah buka mata kita. Masih banyak orang yang tidak mampu di sekeliling kita. Anak-anak yatim piatu, korban bencana, para pengemis di pinggir jalan, semuanya membutuhkan uluran tangan kita. Alangkah baiknya jika kita bisa membagi sebagian berkat yang dititipkan Tuhan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan demikian, kasih kita menjadi ‘lebar’ karena dapat menjangkau mereka yang berkekurangan.
Hal 14 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
ke ci l na mu n be ra rt i:
Penatua Ho En Yuan (71)
mengawali pelayanan kudusnya di Gereja Yesus Sejati (GYS) Taiwan semenjak empat puluh tahun silam. Bermula dari profesi sebagai seorang guru, beliau mulai mengenal Tuhan Yesus di GYS setelah diajak oleh seorang gadis sesama guru yang kini menjadi isterinya. Sosok beliau tidaklah asing bagi sebagian besar jemaat GYS di Indonesia karena sudah kerap kali datang melayani kebutuhan jemaat di Indonesia. Kunjungan beliau pertama kali dilakukan pada tahun 1990 dan hingga tahun 2008 lalu total berjumlah 11 kali. Beliau bahkan pernah melayani sebagai salah satu pengajar di Sekolah Tinggi Teologia GYS Indonesia. Setelah memasuki masa pensiun mulai tahun 2004, beliau tinggal di Taipei, Taiwan bersama isteri dan ketiga orang puterinya.
Masa Pensiun yang Berarti
Ketika umumnya orang mengisi masa pensiun dengan menikmati saat-saat yang menyenangkan bersama keluarga dan tidak lagi berniat melakukan pekerjaan apapun
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 15
gerakan 1 SIN$ (Dolar Singapura), 1 RM (Ringgit Malaysia), 1 £ (Poundsterling – mata uang Inggris), dan 1 US$ (Dolar Amerika Serikat). Untuk di Indonesia, Kongres memutuskan bahwa nominal uang yang dimaksud adalah Rp. 1,000 (Seribu Rupiah). Cara pengumpulannya bisa bermacam-macam, antara lain menggunakan celengan dan setelah beberapa lama dikumpulkan oleh majelis gereja setempat (GYS Daan Mogot); pencatatan sumbangan di buku catatan yang disetorkan oleh setiap jemaat kepada kepala urusan keuangan pada jangka waktu yang ditetapkan oleh gereja; penyediaan kotak kolekte khusus persembahan penginjilan dunia, baik yang permanen (GYS Banjarmasin, Tangerang, Bandung) maupun yang dibuka setiap bulan sekali
yang melelahkan, Penatua Ho justru memutuskan sebaliknya. Ia berinisiatif untuk melayani di tempat-tempat yang membutuhkan, khususnya terkait dengan bidang administrasi gereja. Dalam setahun, hanya sekitar 4-5 bulan beliau tinggal di Taiwan bersama keluarga. Selebihnya dihabiskan dengan melakukan pelayanan kudus di berbagai negara, yang dirasakan beliau memberikan sukacita tersendiri ketika memasuki usia senja dalam kehidupannya.
IDE $ 1 SEHARi UNTuK PENGiNJiLAN
Hal 16 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
cana ini adalah agar umat kudus di seluruh dunia dapat berpartisipasi dalam pekerjaan penginjilan dunia. Asalkan setiap orang setiap hari mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, memberi perhatian atas pekerjaan penginjilan dunia menurut kekuatan masing-masing, dengan sukarela dan sukacita memberi persembahan uang kecil, maka dana penginjilan dunia akan terkumpul.” Selain itu, beliau juga berharap dengan adanya persembahan khusus untuk penginjilan tersebut maka iuran yang disetorkan oleh setiap Majelis Pusat kepada Majelis Internasional akan berkurang dengan sendirinya karena dialihkan untuk membiayai kegiatan penginjilan di wilayahnya masing-masing tanpa menunggu uluran dari Majelis Internasional. Ide ini kemudian diterima oleh Kongres GYS pada tingkat internasional. Dengan demikian, Majelis Internasional berkewajiban untuk menerapkan keputusan tersebut di seluruh GYS yang disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing, sehingga muncullah
p
UNTUK KALANGAN SENDIRI. FOTO: DOK. GYS. PENULIS: TIM GYS.
Sekian lama terlibat dalam pelayanan kudus, Penatua Ho secara khusus memberikan perhatian atas upaya penginjilan. Ketika menjabat sebagai Ketua Majelis Internasional, melalui doanya, beliau memperoleh inspirasi tentang bagaimana dana penginjilan dunia dapat dikumpulkan sedikit demi sedikit dari uang kecil yang tersisa dari uang jajan harian. Selama ini, dana penginjilan GYS di seluruh dunia dialokasikan oleh Majelis Internasional yang bersumber dari iuran tahunan yang disetorkan oleh Majelis Pusat di tiap-tiap negara. Meskipun tidak ada yang salah, mekanisme ini sedikit banyak membuat jemaat merasa tidak bersentuhan secara langsung dalam kontribusi mereka terhadap kegiatan penginjilan. Karena itu, tercetus ide dalam benaknya bagaimana agar setiap jemaat, tanpa kecuali, dapat berpartisipasi aktif membantu upaya penginjilan, yang salah satunya dapat diwujudkan dengan memberikan persembahan sebesar NT$ 1 setiap hari. Seperti dituturkan oleh beliau: “Tujuan awal ren-
(GYS Jakarta, Sunter); atau menyisihkan sebagian keuangan gereja dan kemudian disetorkan kepada Majelis Pusat untuk persembahan penginjilan dunia. Di GYS Amerika Serikat bahkan jemaat sudah terbiasa melakukan transfer otomatis secara rutin setiap bulannya, seperti halnya pembayaran tagihan listrik dan telepon. Akhir kata, beliau berharap dapat kembali mengunjungi Indonesia dan melihat berbagai pekerjaan kudus, khususnya dalam bidang penginjilan, dapat terus berkembang seiring dengan meningkatnya partisipasi dari seluruh jemaat. Persembahan kita memang tidak dinilai dari banyak atau sedikit uang yang kita persembahkan, namun Allah melihat kesungguhan hati dari setiap orang yang memberi apapun sesuai dengan batas kemampuannya.
engumpulan Uang ‘Kecil’ Bagi Penginjilan Di Indonesia
Gerakan pengumpulan dana bagi penginjilan di Indonesia dan di dunia sebetulnya sudah dimulai sejak Mei 2003 sesuai dengan amanat yang diberikan melalui hasil keputusan Kongres Wakil-wakil Dunia Periode VIII ke-2 bulan April 2003. Pelaksanaannya dijalankan cara yang sangat fleksibel, tergantung pada keputusan dari masing-masing GYS cabang sesuai dengan kemampuan mayoritas jemaat setempat. Sayangnya meskipun ide tentang pengumpulan uang ‘kecil’ untuk dana penginjilan sebetulnya sudah dilontarkan cukup lama, namun sayang gaungnya belum banyak terdengar di Indonesia hingga saat ini. Pada kenyataannya, baru sebagian kecil saja GYS yang menerapkan hal ini. Hingga tahun 2009, hanya ada sekitar 11 gereja saja yang terlibat. Sedangkan hingga pertengahan tahun 2010 ini, tiga gereja dan satu pos pelayanan mulai melaksanakan pengumpulan dana penginjilan. Salah satu hal utama yang menghambat adalah masih minimnya pengetahuan jemaat tentang tujuan gerakan pengumpulan dana ini. Sosialisasi terutama dari para hamba Tuhan mengenai pentingnya partisipasi setiap jemaat untuk berkontribusi dalam dana dan doa masih harus terus dilanjutkan. Selain itu, diperlukan juga pengamatan tersendiri tentang metode pengumpulan dana mana yang paling cocok diterapkan di gereja setempat.
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 17
Tahukah Anda
Orang Kristen dan Perpuluhan k
ata “perpuluhan” diambil dari kata dalam bahasa Ibrani “Ba ’ ase” yang artinya ‘mengambil atau memisahkan yang ke-sepuluh dari penghasilan’. Maksudnya adalah di dalam setiap harta milik orang Israel, yang ke-sepuluh adalah milik Allah. Di dalam Perjanjian Baru, kata perpuluhan ini lebih mengacu kepada kata dalam bahasa Yunani “Dekate” yang berarti ‘sepersepuluh atau persepuluhan’. Berdasarkan catatan Alkitab, Abraham adalah orang pertama yang memberikan perpuluhan, yaitu ketika ia memberikan sepersepuluh dari hasil pampasan perangnya kepada Imam Besar Melkisedek setelah mengalahkan raja-raja di Timur (Kej. 14:18-20). Namun, pada saat itu, tindakan Abraham belum dapat dikatakan
Tahukah Anda
Jenis dan Bentuk Perpuluhan Perpuluhan dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
1. Perpuluhan Milik Orang Lewi (Im. 27:30; Bil. 18:21) sebagai orang-orang yang
dikhususkan untuk bertugas di Bait Allah dan merupakan milik pusaka Allah. 2. Perpuluhan Pesta (Ul. 12:10-11, 17-18) yang dipersembahkan oleh bangsa Israel untuk perayaan-perayaan keagamaan tertentu. Ada tiga ketentuan untuk persembahan ini, yaitu: harus diserahkan oleh orang Israel ke tempat di mana nama Allah ditegakkan (Ul. 12:5; 14:23); berawal dari ketentuan bahwa tiap lakilaki Yahudi yang berusia di atas 12 tahun untuk mengikuti perayaan tiga masa: Paskah, Pondok Daun dan Pentakosta; dan persembahan ini dimakan di hadirat Allah dengan bersukaria (Ul. 14:23-27) 3. Perpuluhan Sosial (Ul. 14:28-29) yang memiliki beberapa ketentuan pokok: a) diberikan sekali dalam tiga tahun; b) diberikan dari hasil tanah dalam tahun yang ketiga; c) harus dimakan bersama-sama dengan orang Lewi, para janda, anak yatim piatu dan orang asing. Dengan demikian, perpuluhan ini merupakan wujud tanggung jawab sosial orang Yahudi terhadap sesama manusia.
Secara umum, pepuluhan memiliki dua bentuk (Im. 27:30-31): 1. Bentuk Natura, berupa hasil tanah seperti gandum, padi-padian, jelai adas manis, jintan, selasih dan ingu, hasil buah pohon, buah anggur, ara, kurma, delima. Demikian pula hasil ternak, seperti lembu sapi, domba atau hewan peliharaan lainnya.
menjalankan kewajiban hukum Allah, tetapi lebih sebagai pajak sukarela yang diberikan kepada raja sebagai pajak hasil kemenangan perang. Tindakan kedua yang memberi perpuluhan sebagai bagian dari nazar (janji kepada Allah) dilakukan oleh Yakub (Kej. 28:20-22). Lagi-lagi, tindakan ini belum dikategorikan sebagai kewajiban yang ditetapkan Allah atas umat-Nya Israel. Perpuluhan baru kemudian mulai diterapkan sebagai hukum keagamaan yang sifatnya wajib pada zaman Musa (Im. 27:30, 32). Sebagai hukum, perpuluhan memiliki dua makna: 1) perpuluhan sebagai kewajiban mutlak terkait dengan tindakan keagamaan yang berujung pada ketaatan terhadap hukum Allah: 2) menekankan pada sepersepuluh (10%) dari semua penghasilan yang merupakan milik Allah.
Hal 18 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
2. Pengganti Natura, yang bisa diberikan berdasarkan beberapa aturan. Per-
tama, perpuluhan dalam bentuk uang hanya berlaku sebagai penebus perpuluhan Natura dari hasil benih di tanah dan buah pohon-pohon. Kedua,perpuluhan dalam bentuk uang ditambah seperlima (20%) dari harga nominal jenis yang ditebus sehingga hitungannya menjadi 30%. Ketiga, Perpuluhan dalam bentuk uang tidak dapat dipakai untuk menebus jenis perpuluhan natura dari jenis lembu sapi, domba, kambing.
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 19
Perpuluhan di Zaman Perjanjian Baru Tahukah Anda
Tahukah Anda
Perpuluhan di Zaman Perjanjian Baru
ngatakan bahwa para sejarawan gereja tidak bisa menemukan suatu khotbah tentang perpuluhan sebelum periode tersebut. Pada masa itu, pemberitaan Injil mulai dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan dana yang tidak sedikit. Meskipun perintah tentang perpuluhan sebagian besar ditemukan di Perjanjian Lama, bukan berarti hukum ini tidak berlaku lagi pada zaman Perjanjian Baru. Perpuluhan tetap berlaku baik dahulu, saat ini hingga masa yang akan datang. Setidaknya ada dua alasan yang mendukung pandangan ini. Pertama, perpuluhan adalah salah satu cara Tuhan untuk mengajar kita agar menempatkan Allah sebagai prioritas dalam hidup kita (Ul. 14:22-23). Pandangan ini bersumber dari perkataan Yesus sebagai pengesahan tentang pentingnya perpuluhan ketika Ia menegur orang-orang Farisi bahwa “yang satu (mengacu pada perpuluhan) harus dilakukan sedangkan yang lain jangan diabaikan” (Mat. 23:23; Luk. 11:42). Dari kejadian tersebut pula kita dapat mengetahui bahwa orang-orang Farisi
UNTUK KALANGAN SENDIRI. FOTO: DOK. GYS. PENULIS: TIM GYS.
Di masa Perjanjian Baru, berdasarkan catatan sejarah, orang-orang Kristen mula-mula kemungkinan besar tidak memiliki kebutuhan keuangan sebesar seperti saat ini. Kerasnya penganiayaan terhadap gereja nampaknya tidak memungkinkan umat Kristen untuk membangun gedung gereja seperti yang kita miliki sekarang. Pada zaman para rasul, kondisi yang tercipta adalah kondisi ideal ketika semua jemaat mempersembahkan milik pribadinya menjadi milik bersama yang dipakai untuk kepentingan seluruh jemaat. Gereja di masa modern menerapkan kembali prinsip perpuluhan diperkirakan sejak tahun 1800-an. Para pengkhotbah pada waktu itu mulai berpandangan bahwa praktek perpuluhan mempunyai dasar yang alkitabiah. Mereka antara lain berpendapat bahwa sama halnya dengan Sepuluh Perintah Allah, aturan tentang perpuluhan pun tetap berlaku dan bukan hanya bagian dari adat-istiadat bangsa Yahudi. Menurut Dr. Paul Merrit Bassett, seorang professor dalam bidang sejarah kristianitas di Nazarene Theological Seminary, me-
dan ahli-ahli Taurat sebagai pemimpin bangsa Yahudi tentu mengajarkan orangorang pada saat itu, bahkan mungkin terlalu menekankan (sehingga mengabaikan hukum yang lain) perihal memberikan perpuluhan ini.
Bukti lainnya adalah prinsip perpuluhan ini juga diangkat kembali oleh penulis kitab Ibrani (Ibr. 7:5-9). Selain itu, perkataan Rasul Paulus mengenai “mereka yang memberitakan Injil harus hidup dari pemberitaan Injil” (1Kor. 9:13-14) juga menegaskan bahwa umat Kristen memiliki tanggung jawab untuk memenuhi ketetapan Tuhan tersebut, yang tentunya melalui penerapan prinsip perpuluhan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan para hamba Tuhan dan gereja secara keseluruhan. Apa yang menjadi milik Tuhan, harus kita kembalikan kepada-Nya (Luk 20:25). Namun, hal yang paling penting adalah hati kita ketika memberikan perpuluhan. Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2Kor 9:7). Manakala muncul tantangan yang menghambat kita memberikan apa yang menjadi milik Allah, iman kita sesungguhnya sedang diuji. Satu hal yang perlu kita ingat: Allah kita bukanlah Allah yang tidak mengerti kondisi yang kita hadapi. Tetapi, Ia ingin melihat hati kita, karena iman sejatinya adalah tindakan nyata. Untuk itu, Ia pasti akan memberikan upah yang setimpal dengan tindakan iman kita (Yes. 61:8).
Perpuluhan di Zaman Perjanjian Baru Perpuluhan di Zaman Perjanjian Baru Perpuluhan di Zaman Perjanjian Baru
Hal 20 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
Sumber: Stephen M. Miller.Panduan Memahami Kitab Suci (Judul Asli: User’s Guide to the Bible). Yogyakarta: Kanisius, 2009, hal. 80. “Perpuluhan”, http://www.bibleinfo.com/ id/topics/perpuluhan http://www.sabdaspace.org/perpuluhan
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 21
Galeri Peristiwa
Galeri Peristiwa
Nama-nama penerima baptisan pada tanggal 9 Mei 2010 di pantai Pemaron Singaraja, Bali: 1. Juni Setiowati (39), isteri Sdr. Tjok Tji Kong. 2. Shiennyta Florensia Adiriyanto (7), putri Sdr. Aditya dan Yulis. 3. Stefan Farrel Adiriyanto (2), putra Sdr. Aditya dan Yulis 4. Peter Liman Putra (13)., putra Sdr. Tikno dan Ernawati Listiyani. 5. David Liman Putra (12), putra Sdr. Tikno dan Ernawati Listiyani. 6. Hana Gracia Angelica (7), putri Sdr. Tikno dan Ernawati Listiyani. 7. Elena Gloria Valerie (1), putri Sdr. Tikno dan Ernawati Listiyani.
Hal 22 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 23
KKR Malang:
Galeri Peristiwa
Kebaktian Persekutuan Pujian
RAIHLAH IMPIANMU SELAGI ADA KESEMPATAN
Galeri Peristiwa
Jatim
Geliat mulai terlihat di sisi timur pulau Jawa. Berawal dari talenta saudarasaudari di PP GYS Malang dalam memuji Tuhan, pada tanggal 23 Agustus 2009 diselenggarakan Kebaktian Persekutuan Pujian yang bertema “Menjadi Dewasa”. Acara ini pun dimeriahkan dengan kehadiran jemaat dan simpatisan dari GYS Surabaya, DP Blitar, DP Kediri dan DP Pasuruan.
Hal 24 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
Kemudian, pada tanggal 5-6 Maret 2010, PP GYS Malang mengadakan KKR yang mengangkat tema “Raihlah Impianmu Selagi Ada Kesempatan”. KKR yang dibawakan oleh Pdt. Viviana dan Pdt. Zefanya ‘menantang’ untuk menceritakan tentang impian masing-masing, baik dari segi jasmani maupun rohani. Inti dari KKR ini menekankan pada usaha setiap individu, termasuk bergumul di dalam doa untuk mewujudkan impian tersebut. Persembahan tarian turut mewarnai kemeriahan pesta rohani ini. Sukacita pun semakin meluap ketika dua remaja memperoleh karunia Roh Kudus.
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 25
Pdt. Petrus H
Jendela Kanaan
Jendela Kanaan
Kegiatan Bina Iman SDK Kanaan Tangerang “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di Sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di Sorga”. Dengan mengangkat tema “Yesus Sayang Semua”, pada tanggal 2-5 Februari 2010 SD Kristen Kanaan Tangerang mengadakan kebaktian Bina Iman yang ditujukan bagi anak-anak SD kelas 1 hingga 4. Acara Bina Iman ini diadakan setiap tahun untuk membangun iman para murid agar dapat lebih dekat kepada Tuhan. Dalam kesempatan kali ini, acara diselenggarakan di ruang kelas, berhubung gedung GYS Tangerang sedang direnovasi menjelang
persiapan peringatan Tahun Yobel. Khotbah singkat yang disampaikan oleh Pdt. Petrus Hardjono mengajak para murid yang masih belia itu untuk mengasihi teman-teman dan orang tua mereka. Namun, hal yang terpenting, Bapa Surgawi, yaitu Tuhan Yesus sangat menyayangi mereka semua. Setelah dibuka dengan kata sambutan oleh kepala sekolah SDK Kanaan Tangerang Ibu Dewi, serangkaian kegiatan dimulai seperti perlombaan gerak dan lagu, menyusun kata, menempel kertas berwarna (siswa kelas 1-2) dan membuat kartu ucapan yang ditujukan kepada orang-orang yang mereka sayangi (siswa kelas 3-4).
Guru Agama bercerita
Kelas 2-1
Kelas 1-2 Kelas 1-4 Hadiah Kreativitas Kelas 1-3
Kelas 2-3 Kepala Sekolah SDK Kanaan Tangerang, Ibu Dewi
Kelas 5 mendengarkan session Kelas 2-2 Kelas 3-1
Kegiatan kreativitas Kelas 5-2
Kelas 5-1 Kelas 3-2
Makan bersama
Hal 26 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 27
Jendela Kanaan
Kebaktian Pengkabaran Injil SMA Pada tanggal 22-23 Maret 2010, GYS Jakarta bekerjasama dengan Sekolah Kristen Kanaan Kran menyelenggarakan KPI bagi siswa SMA kelas 10 dan 11. Dipimpin oleh Pdt. Misael, KPI kali mengangkat tema “Akhir Zaman”. Meskipun topiknya nampak serius, namun pembawa acara berhasil menyajikannya dengan menarik sehingga mudah dicerna oleh para siswa. Melalui KPI ini, para siswa dibimbing untuk mengetahui tanda-tanda akhir zaman dan agar semakin bergiat dan mendekatkan diri pada Tuhan menjelang hari kedatangan-Nya. Sebanyak 88 siswa hadir pada hari pertama dan 62 siswa pada hari kedua, dan dua siswa memperoleh Roh Kudus.
Hal 28 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
Jendela Kanaan
Kebaktian Pekabaran Injil SMP Satu minggu setelah KPI SMA, tanggal 30-31 Maret 2010 diselenggarakan kegiatan serupa bagi siswa SMP kelas 7 dan 8, sementara kelas 9 menempuh ujian nasional. KPI SMP yang diselenggarakan di GYS Jakarta dipimpin oleh Pdt. Zefanya Parwoto dengan tema “Iman Yang Bertumbuh”. Melalui berbagai kesaksian yang disampaikan oleh Pdt. Zefanya, semangat para siswa kembali bangkit dan juga diperlengkapi dengan pengetahuan rohani tentang ‘musuh’ bagi iman mereka dan bagaimana melangkah untuk bertumbuh dalam iman. Hari pertama KPI dihadiri oleh 98 siswa dengan 15 siswa yang meneriman Roh Kudus. Kemudian, sebanyak 72 siswa dan 14 siswa menerima Roh Kudus, bahkan 3 orang di antaranya memperoleh penglihatan.
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 29
Jendela Kanaan
Kebaktian PADANG SD Pada tanggal 29 Maret 2010 SKK Jakarta mengadakan kegiatan kebaktian padang bagi para siswa kelas 5. Kebaktian yang diadakan di Kampoeng Men, Cibubur ini dipimpin oleh Pdt.Hana Viviana. Melalui tema “Sikap Hati”, para siswa diajarkan untuk menjaga sikap hati mereka yang terwujud dalam perkataan dan perbuatan yang memuliakan nama Tuhan. Acara juga diisi dengan kegiatan permainan yang dirancang untuk membentuk pribadi para siswa dalam hal menjaga kekompakan, kerja sama serta menahan diri dari perkataan dan perilaku tidak baik.
Hal 30 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
Jejak Petualang
Doa Siang Kegiatan doa siang sebetulnya sudah berlangsung di SKK selama bertahun-tahun. Namun, sejak bulan Maret 2010 lalu, kegiatan ini mendapatkan momentumnya kembali. Berawal dari inisiatif sekelompok siswa SD yang meminta kesempatan untuk berdoa dalam rangka persiapan menjelang ujian tengah semester, kegiatan beralih menjadi doa Mohon Roh Kudus. Mulai dari belasan siswa yang datang, saat ini sekitar 30-an siswa secara rutin bersamasama berdoa setiap hari.
BALI! Oleh: Pdt. Christian Suryanto
Masih ingatkah rekan-rekan dengan cerita para relawan ketika pertama kali menapakkan kaki di Pulau Dewata pada awal tahun 2007? Setelah sempat vakum selama beberapa waktu, Pendeta Christian Suryanto memutuskan ikut melayani perintisan di Bali agar dapat lebih berkembang. Berikut adalah sedikit cerita beliau tentang beberapa kunjungan yang dilakukan sejak Agustus 2009 hingga Mei 2010.
b
ali, yang kerap dikatakan sebagai salah satu tempat peristirahatan para dewata karena keindahan alamnya yang mempesona, merupakan salah satu daerah perintisan yang menghadirkan tantangan tersendiri bagi para relawan. Kuatnya agama dan budaya setempat menuntut kerja keras dan ketekunan para relawan dalam menaburkan benih Injil di sana. Hal inilah yang terutama menjadi kendala sehingga meskipun letaknya tidak terlalu jauh dari Jakarta (sekitar dua jam perjalanan dengan pesawat) dan bahkan hanya beberapa jam saja dengan mengendarai mobil dari Surabaya, perintisan di Bali belum dapat berjalan secara konsisten. Ketika memperoleh ajakan untuk mengisi pelayanan di Bali pada awal Agustus 2009, saya seb-
etulnya sedang bertugas di GYS Daan Mogot dan Tanjung Duren. Rencananya, jika memang dii-zinkan oleh Majelis di kedua cabang tersebut, saya bertekad untuk melayani satu kali dalam sebulan. Setelah mempersiapkan diri, pada tanggal 26 Agustus 2009 saya berangkat bersama dengan Pendeta Petrus Haryono. Dalam kunjungan yang hanya berlangsung selama tiga hari hingga tanggal 29 Agustus itu, saya berusaha mengenal para simpatisan dan jemaat dengan melakukan kunjung-
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 31
Jejak Petualang an. Dibekali dengan nama serta alamat lengkap, saya juga mulai menelusuri sejumlah keluarga yang berpotensi untuk menerima pemberitaan Injil, karena mereka sebagian besar adalah kerabat atau rekan dari jemaat GYS. Seorang pengusaha rumah makan ”Bumbu Warisan” yang sebelum pindah ke Bali adalah jemaat GYS Jakarta, Saudara Tji Kong menyediakan rumahnya untuk digunakan sebagai tempat kebaktian Sabat. Kemungkinan besar, bagi para jemaat dan simpatisan di sana, ini adalah kebaktian yang istimewa karena dipimpin oleh pendeta ”beneran”. Hari-hari Sabat biasanya mereka lalui dengan mendengarkan kaset khotbah yang dibawa oleh para relawan yang datang atau dikirimkan oleh Departemen Literatur. Kebaktian pun dilangsungkan sekali lagi pada hari Minggu di rumah pasangan suami-istri Tikno dan Ernawati.
Ibadah sebelum sea ruko
Jejak Petualang Kondisi ini mendorong saya untuk bertekad terus membantu perintisan di Bali. Pada awalnya, saya sempat ragu mengingat saya terbiasa melayani di gereja yang relatif sudah mapan dengan lokasi gedung gereja dan jemaat yang menetap. Saya merasa belum berpengalaman dalam hal ini. Namun demikian, saya yakin Tuhan terus bekerja untuk mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya. Dalam kondisi yang sulit tersebut, saya melihat benih-benih iman yang mulai bertumbuh. Beberapa keluarga kecil, seperti keluarga Saudara David, Aditya, Tji Kong dan pasangan Saudari Ernawati dan Tikno ingin agar anakanak mereka dapat segera dibaptis. Sungguh tetesan embun yang menyegarkan! Kunjungan kedua kali saya lakukan pada tanggal 24-29 September 2009, bertepatan dengan liburan bersama anak-anak ke Lombok sehingga dapat menghemat biaya
perjalanan. Karena memang sedang masa liburan, keluarga Saudara Aditya sedang berada di Lasem. Namun demikian, jemaat yang ada menerima kedatangan saya dengan sukacita. Saudari Juni (isteri Tji Kong) sangat membantu dengan menyediakan rumahnya untuk tempat kebaktian dan bahkan terlihat sangat antusias mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan, meskipun saat itu ia belum menjadi jemaat dan masih aktif sebagai guru sekolah minggu di gereja asalnya. Selang beberapa bulan, yaitu pada akhir bulan November, saya kembali lagi ke Bali. Keprihatinan saya muncul setelah mendengar dari Saudari Juni tentang jumlah jemaat yang semakin sedikit mengikuti kebaktian. Biasanya hanya keluarga Aditya dan ia sendiri yang berkebaktian, meskipun jika pada kebaktian Sabat suaminya seringkali hadir. Dengan jujur ia mengatakan bahwa mereka
umumnya merasa bosan dan sangat merindukan suasana kebaktian seperti yang biasanya dirasakan di gereja karena jika mendengarkan kaset saja tidak perlu bersusah-susah datang ke tempat kebaktian. Di tengah kelesuan itu, Tuhan memberikan petunjuk-Nya. Akhir bulan Desember, saya memperoleh berita bahwa Diaken Ju Meng sekeluarga akan pindah ke Bali untuk merintis usaha. Diaken ini berasal dari Pontianak tetapi sudah cukup lama tinggal di Kuching, Malaysia. Kehadiran beliau di sana sangat membantu pekerjaan perintis-an karena kebaktian dapat dilaksanakan setiap Sabat. Selain itu, beliau juga sangat membantu terutama dalam memberikan katekisasi bagi beberapa simpatisan. Tim relawan dari GYS Surabaya pun turut melayani setiap bulan. Dukungan tersebut mendorong saya bersama-sama dengan jemaat untuk membuat beberapa rencana,
Suasana berdoa
Ibadah sebelum sea ruko
Suasana ibadah Persekutuan di rumah lama
Suasana ramah tamah
Singaraja rumah baru
Hal 32 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
Sebagian jemaat Bali
Vol.5/ No.2 / April - mei 2010 Hal 33
Profil Jemaat & SImpatisan Bali
Jejak Petualang antara lain melaksanakan kebaktian Sabat secara rutin, kebaktian Jumat malam setiap dua minggu sekali, serta dalam jangka panjang diharapkan dapat melaksanakan kebaktian Sabat pagi. Selain itu, kebaktian di Singaraja juga ditingkatkan menjadi dua minggu sekali. Buah kerja keras dan penyertaan Tuhan pun mulai bermekaran. Meskipun saya baru saja selesai dirawat di rumah sakit, saya paksakan untuk segera berangkat ke Bali karena Diaken Ju Meng akan kembali ke Kuching. Karena katekisasi hampir selesai, saya dan Diaken Ju Meng menghubungi Diaken Filemon di GYS Surabaya untuk membantu pelaksanaan Sakramen Baptisan bagi lima orang simpatisan di Bali dan empat orang di Singaraja. Setelah melalui serangkaian persiapan, maka akhirnya baptisan dilangsungkan di Pantai Pemaron Singaraja, Bali pada tanggal 9 Mei 2010. Sebanyak tujuh orang menerima baptisan, yang terdiri atas satu orang dewasa dan 6 orang anak-anak. Setelah diadakan Sakramen Basuh Kaki dan Perjamuan Kudus, Saudari Erna tiba-tiba bercerita kepada saya bahwa suaminya ternyata ingin dibaptis. Saat itu saya mengatakan bahwa mungkin di kesempatan berikutnya karena seluruh rangkaian sakramen hari itu telah selesai dilaksanakan. Terakhir saya mendengar bahwa seorang siswa Teologi, yaitu Saudara Suwandi secara khusus ditugaskan untuk membantu melayani Pos Pelayanan Bali. Mari kita dukung dan doakan agar perintisan dapat terus berkembang di sana.
Hal 34 Vol.5/ No.2 / April - mei 2010
Bangun Damanik & Keluarga
Agus Sugianto & Andri Setiawan
Aditya Riyanto
Nama: Tjok Tji Kong Asal: jemaat asal GYS Jakarta, pindah ke Bali sejak tahun 1995 Pengusaha rumah makan ”Bumbu Warisan” Istri: Juni Setiowati Anak-anak: Juan Farel Natanael
Tjok Tji Kong & Istri
Hardi Sukamto David & Daniel
Yulis
Shiennyta & Stefan
Peter
Ernawati & Elena Tikno
David & Hana
Nama: David Asal: Bali, menjadi jemaat ketika sedang belajar di Australia, kembali ke Bali pada tahun 1995. Dibaptis pada tahun 1998 Istri: Felicia Anak: Daniel Christoper Morti
Nama: Aditya Asal: Balikpapan, pindah ke Bali sejak tahun 1999. Pengusaha oven kayu. Istri: Yulis (asal GYS Lasem) Anak: Shiennyta Florensia Adiriyanto Stefan Farrel Adiriyanto.
Nama: Tikno Asal: Bali Istri: Ernawati Listiyani (berasal dari Banjarmasin kemudian pindah ke Malang). Anak: Peter Liman Putra, David Liman Putra, Hana Gracia Angelica, Elena Gloria Valerie.
Bpk. Adrian & Arif
Nani Megawati
Maryati