MUHAMMAD IV AH P ADA MASA KEPEMIMPINAN KH. ABDUR RAZZAQ FACHRUDDIN (1969-1990)
SKRIPSI
Oleh: DIANA SALIM RAHl"1AN NIM: 102022024360
FAl~lll.TAS
ADAH DAN llllMANIORA
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH JAI
MUHAMMADIYAH PADA MASA KEPEMIMPINAN KH. ABDUR RAZZAQ FACRUDDIN
(1969- 1990) Skripsi Diajukan Kcpada Fakultas Adab dan Humaniorn untuk Memeuuhi Persyaratan Mcncapai Gelar Sarjana Strata Satu (SI)
Diana Salim Rahman NIM: 102022024360
Di Bawah Bimbingan
( DR.
.
NIP : 150 270 616
PENGESAHAN PANITA UJIAN
Skripsi
yang
berjudul
MUHAMMADIYAH
PADA
MASA
KEPEMIMPINAN K.H. ABDUR RAZZAQ FACHRUDDIN ( 1969-1990) telah diujikan dalam sidang munaqosyah fakultas ADAB dan HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA pada tanggal 23 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (SI) pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam. Jakarta, 22 Februari 2007
Sidang Munaqosyab
Ketua Sidang /
/~~
nr{ H.? udi Sulistiono, M.Hum NIP: 150 236 276
.Prs. HM. Ma'ruf Misbah, MA NIP: 150 247 010 Anggota
Penguf /
~~~MA NJ]>: 150 270 616
I
'
••
1
4<. (
,~ ,t
!-:
.. ".
. ................. .·s··4"~·" ·'
~·~,..-
.. .,..
"'· .:
\
:!\,("'
.
.l ·
I .
"
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kita diberikan
nikmat yang tak terhingga, dan atas sifat pemurah-Nya pula penulis dapat merampungkan penulisan skripasi ini. Shalawat serta Salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad saw, karena jasamu ummat Islam da,pat keluar dari zaman kebodohan. Karena kuasa-Nyalah penulis akhimya dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul MUHAMMADIYAH PADA MASA KEPEMIMPINAN KB. ABDUR RAZZAQ FACHRUDDIN (19169-1990).
Berka! dukungan dari berbagai pihak, terutama yang penulis sebutkan di bawah ini, penulis dapat menyelesaikannya. Penni.is sangat berterimakasih kepada :
1. Dr. H. Abdul Chair, Dekan Fakultas adab dan Humaniora yang telah menyetujui skripsi ini. 2. Drs. Budi Sulistiono, MA. selakn sekretaris jurusan sejarah ·dan peradaban Islam. Dan Ors. Ma'ruf Misbah, MA, selaku sekretaris Jurusan Sejarah dan peradaban Islam. Terima kasih atas waktunya melayanii keperluan akademik kami. 3. Dr. Didin saefuddin, MA, selaku pembimbing skripsi. Terimakasih yang sebesar-besamya penulis ucapkan atas kesediaan waktu Bapak rnenjadi pembimbing penulis dengan penuh ketulusan dan perhatian yang telah
tercurahkan dalam memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, dari awal hingga akhir. 4. Drs. Rizal Saeful Haq, MA, selaku pembimbing akademik, karena telah meluangkan wal.."tunya bagi saya untuk berkonsultasi kegiatan akademik 5. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta, _ay~handa H. Maman, ibunda Hj. Kulsum yang dengan doanya telah memberi semangat tersendiri bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Saudara-saudaraku tersayang; Teh Hj. Rohimah, Teh H_j. Odah, A' Hj. Ma'mun, Teh Idah, Teh Nurmah, Siti dan Alfi, Tak lupa juga, Ponakan-ponakanku yang lucu-lucu .... Yang telah menghibur di kala penulis jenuh. terimaksih atas segala do'a, dukungan, motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. A. Saha! yang dengan penuh ketulusan, keikhlasan dan rasa sayangnya memberikan doa, kesabaran, perhatian, motivasi dala.m .menyelesaikan skripsi ini. Makasih juga buat Zulfan rental nya .... Thanks for all. 7. Kawan-kawan di jurusan SPI yang juga berperan besar dalam pengumpulan sumber-sumber untuk penulisan skripsi saya.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi .masih mengandung banyak kekurangan didalamnya
terdapat
dan keterbatasan, bahkan tidak menutup kemungkinan kekeliruan
dan
kesalahan.
Oleh
karena
itu
penulis
mengharapakan kritik dan saran konstruktif menuju ke arah yang lebih baik guna mengembangkan wawasan intelektualitas dan produktifitas penu11is:
Semoga Allah SWT senantiasa membalas atas segala kebaikan clan sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis sebelwn dan selama penyusunan skripsi ini. Semoga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Jakarta 13 November 2006
Penulis
MUHAMMADIYAH PADA MASA KEPEMIMPINAN KH. ABDUR RAZZAQ FACHRUDDIN (1969-1990)
Halaman Kata Pengantar Daftar Isi
Bab I
1Jl
: PENDAHULUAN
.........
A. Latar Belakang Masalah
Bab II:
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
4
c.
Tujuan Penelitian
5
D. Metodologi Penelitian
5
E. Sistematika Penulisan
8
SELAYANGPANDANGTENTANGMUHAMMADIYAH
. ... ....
10
. . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I0
B. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .
14
C. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18
Bab III: BIOGRAFI KH. AR. FACHRUDDIN ... ... ... ... .. . ... ... ... ....... ..... .. ...
23
A. Latar Belakang Kelahiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
23
B. Latar Belakang Pendidikian
29
C. Aktivitas KH. AR. Fachruddin
35
A. Kebangkitan Dunia Baru Islam di Indonesia
Bab IV : Pemiltiran Politik Mnhammadiyah Pada Masa Kepemimpinan KH. Abdur Razzaq Fachruddin
41
A. Muhammadiyah diantara Nilai Agama Dan Politik
41
B. Pemikiran politik Muhammadiyah Periode KH Abdur Razzaq Fachruddin
Bab V :
44
Penutup
53
A Kesimpulan
53
B. Saran .
54
Daftar Pustaka Lampi ran
. . .. . . . . . . .. . . . . . . . .
55
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1 Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah , yang didirikan di Kauman Yogyakm1a pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 Nopember 1912 M oleh KH. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, berakidah Islam dan bersumber pada al-Qur'an dan as-Sunnah. Persyarikatan Muhammadiyah ini berazaskan Pancasila 2 . Bahwa sesungguhnya ketuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Be11uhan dan beribadah serta tunduk dan taata kepada Allah adalah satu-satunya yang wajib atas tiap-tiap mahluk, terutama manusia. 3
1
Sccara etymologis narna Muhammadiyah berasal dari "Muhammad" yaitu narna Rosulullah saw. Kemudiau meudapat tambahau Ya nisbah dan Ta' Marbutah yang artinya menjeniskan atau menisbatkan. Jadi yang dimaksud dengau Muharnrnadiyah yaitu ummat Muhammad saw, atau pengikut Muhammad saw yaitu semua orang yang beragarna Islam dan menyakini bahwa Nabi Muhanuuad saw adalah hamba dau pesuruh Allah terakhir, dengau kata lain siapa saja yang mengaku beragarna Islam maka sesungguhnya mereka adalah orang Muhanunadiyah tanpa dibatasi oleh adanya perbedaan golongau dalam masyarakat dau kedudukan kewargauegaraannya. Sedaugkan dari segi terminology, Muhamrnadiyah adalal1 gerakan Islam, dakwah autar ma'mf nalli munkar, yang beraqidah Islam dau bersumber pada al-Qur'au dau Sunnah, yang didirilam oleh KH. Altrnad Dahlau gerakan ini bernarna Muhanunadiyah, karena dengau narna ilu berharap atau bertafaul agar dapat mencontoh segala jejak perjuaugau dau pengabdiau Nabi Muhammad saw. Juga dimaksudkan agar semua auggota Muhammadiyah benar-benar menjadi seorang muslim yang penuh pengabdiau dau tauggung jawab terhadap agamauya serta merasa baugga dengau kelsl.amarmya. Lih Mustafa Kamal dkk, Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003, IL 53 2 Nur Altrnad & Pramono U. Tanthowi, .Muhammadiyah "Digugat" Prosisi di tengah Indonesia yang beruhah, Jakarta: Kompas. 2000, h. 32 3
MT. Arifin, Gagasan Pembaharu J.1uhammadiyah "J.1uqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah ",Jakarta: Pustaka Jaya, 1987, Cet.I, h. 173
2
Muhammadiyah ini berdiri sebagai alternatif berbagai persoalan yang dihadapi Ummat Islam Indonesia sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. James L Peacock menegaskan bahwa Muhammadiyah me:rupakan gerakan Islam terkuat yang ada di kalangan gerakan Islam di Asia Tenggara, bahkan mungkin di seluruh dunia Islam dengan melihat jumlah anggota gerakan. ini yang tersebar Iuas bukan saja di Indonesia melainkan juga Malaysia, Penang, dan Singapura. 4 Sebelum berdirinya Muhammadiyah telah muncul organisasi lain seperti SI (Sarekat Islam) yang lahir pada tahun I 905, Budi Utomo dan Jami' at Khair. Namun menurut Mukti Ali, salah satu ciri gerakan yang bernuansa Islam baru dapat disebut modern manakala gerakan keagamaan tersebut menggunakan metode organisasi. 5 Oleh karena Muhammadiyah sejak awal kelahirannya juga telah menggunakan metode organisasi, maka berdasarkan parameter diatas, Muhammadiyah dapat ppula disebut sebagai sebuah gerakan Islam yang modern. 6 Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dan semenjak dua tahun dari berdirinya telah mendapatkan pengakuan dari berdirinya telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda, dengan surat keputusan No. 81. tanggal 22 Agustus 1914, yang berubah dan disempumakan lagi dengan surat keputusan No. 36 tanggal 2 september 1921 menyebutkan:
4
James L. Peacock, Gerakan muhammad(vah Afenurnikan qiaran Islam di Indonesia, Jakarta: Citra Kreatif. 1986, h.5 5 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampail 908-0945, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1994), h.4 6 Alwi Shihab, Membendung Arus, Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998, h.61
3
"Mensyahkan berdirinya persyarikatan Muhammadiyah di Hindia Belanda untuk waktu 29 tahun sejak berdirinya dan diberi hak kerja melaksanakan missinya, mengakui bahwa Muhammadiyah berbadan hukum Barat (eroupesche rechts per.soon) disamakan kedudukannya dengan bangsa Belanda didalam dan
diluar pengadilan dan diluar setiap habis masa berlakunya dapat diperpanjang kembali". 7 Begitu juga pada masa pemerintahan Jepang, gerakan Muhammadiyah telah mendapatkan pengakuan, berdasarkan surat keputusan pemerintahan Jepang di Jawa Madura tanggal 10 bulan IX tahun Jepang 2603 (10 September 1943), persyarikatan Muhammadiayah di beri izin tetap berdiri meneruskan missinya sebagai " Perkumpulan Agama Islam" dengan syarat tidak boleh mendirikan kaum wanita, kaum pemuda. Pada masa pemerintahan Republik Indonesia. Sampai Muhammadiyah di pimpin oleh KH. Abdur Razzq Fachruddin dan hingga kini masih diakui keberadannya. 8 Masalah hubungan Muhammadiyah dengan politik sesungguhnya hingga kini belum dapat diberikan jawaban tuntas. Orang Muhammadiyah tidak mau dikatakan tidak berpolitik, dengan alsan Islam dan dakwah tidak dapat dipisahkan dengan politik. Hanya saja Muhammadiyah tidak melakukan politik praktis. Tetapi jika ditanya apakah politik praktis itu, maka Muhammadiyah hanya
7
Tim Pembina al -Islam dan Kemuhamrnadiyah, Muhammad1yah, Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Malang: Tiara Wacana Yogya. 1990, Crt. I, h. 39 8 Ibid .. h. 41
4
mampu memebrikan saru deskripsi tentang apa yang dilakukan Muhammadiyah sekarang ini dalam kaitannya dengan biudang ketatanegaraan dan pemerintahan. Mengapa Muhammadiyah tidak pernah menjadi organisasi politik, apakah pilihan tersebut merupakan refleksi teologis, bahwa Islam tidak membawa konsep negara tetapi konsep umat, atau hal tersebut merupakan refleksi teologis, bahwa Islam tidak membawa konsep negara tetapi konsep ummat, aatau ha! tersebut merupakan refleksi sosiologis bahwa kehidupan ummat Indonesia yang pembangunannya justru tidak strategis lewat jalur politik '.1 jawabannya terhadap kedua kemungkinan di atas mudah diperoleh dari publikasi resmi Muhammadiyah atau dari tokoh-tokoh Muhammadiyah tidak banyaj mengemukakan pikiranpikiran tentang politik. 9 Untuk itu mungkin
dapat dicari dari sejarah
perkembangan pemikiran Muhammadiyah Pada Masa Kepemimpinan KH> Abdur Razzaq Facluuddin.
B. Pembatasan dan Perumnsan Masalah Agar penulisan ini tidak melebar jauh dari permasalahan yang inti, maka penulis akan membatasinya pada usaha-usaha yang dilakukan KH. AR. Fahruddin dalam perkembangan Muhammadiyah pada kurun waktu 1969-1990. Pembatasan di atas dapat dirumuskan dengan bebernpa pertanyaan : I. Bagaimana kehidupan pribadi KH. Fachruddin dari masa kecil sampai dengan aktifnya dalam organisasi Muhammadiyah.
9
Din Syamsuddin, Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990, h. 175
5
2. langkah-langkah apa yang dilakukan KH. AR. Fachruddin sebagai pimpinan Muhammadiyah dalam menghadapi persoalan yang muncul di kalangan Ummat Islam Muhammadiyah.
C. Tuj uan Penelitian Membahas sejarah gerakan Muhammadiyah pacla masa kepemimpinan KH. AR. Fachruddin merupakan tugasa yang cukup menarik, gerakannya yang bersifat tajdid membuat para pemerhati masalah kelslaman berlombaO-lomba untuk membahas hal tersebut, baik dari penjelasan sejarahnya maupun sosok para tokohnya. Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk lebih mengenal pribadi KB.AR. Fachruddin, baik riwayat hidupnya, maupun perjuangannya sebagai pucuk pimpinan Muhammadiyah.selain itu juga karena masih kurangnya pembahasan mengenai salah seorang tokoh Muhammadiyah ini. Tujuan lain yaitu ingin menjabarkan bagaimana Muhammadiyah di masa awal berdirinya dan perkembangannya di masa KH. AR. Fachruddin. Dan memberikan informasi kepada pembaca tentang Muhammadiyah pada masa kepemimpinan antara tahun 1969-1970.
D. Metode Penelitian dan Penulisan
1. Sumber Data Peneltian yang dilaksanakan dengan dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Analisis Dokumen.
6
Untuk mewujudkan skripsi ini diperlukan data yang tidak sedikit jumlahnya disebabkan persoalan yang dikaji menyangkut peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, maka untuk memperoleh data dilakukan dengan pendekatan historis. Peneltian di sekretariat PP Muhammadiyah
rnerupak~n
sumber utama
yang menghimpun data.usaha memperoleh data tidak hanya terbatas pada publikasi Muhammadiyah, tetapi juga melalui berbagai literature lainnya, seperti majalah, artikel clan browsing internet. Penelitian kepustakaan dalam studi ini memegang peranan yang amat menentukan. Penelitian kepustakaan diperlukan sebagai bahan analisis, sekaligus bahan perbandingan terhadap objek kajian yang menjadi titik fokus skripsi ini, termasuk untuk mempetajam analisis terhadap data yang diperoleh. Dalam analisis dokumen, melihat tulisan-tulisan K.I-L Abdur Razzq Fachruddin dan menganalisa kandungan intelektualnya guna dijadikan bahan pelengkap dalam penulisan skripsi ini.
2. Langkah-langkah Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode Library Reseacrh, yaitu penelitian atau studi kepustakaan melalui buku-buku, majalah, artikel-artikel, surat kabar. Studi kepustakaan dilakukan terhadap referensi yang berhubungan dengan topik yang dibahas dalam penulisan skripsi. Studi kepustakaan ini adalah sebagai salah satu langkah penelitian yang esensial
7
dan
harus
dilakukan
guna
mendapatkan
konsep
dan
mempertajam
permasalahan penelitian yang akan dikaji lebih lanjut. 10 Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan survey keberbagai Perpustakaan UIN Syarif hidayatullah, :Perpustakaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Perpustakaan Nasional, dan lain-lain guna mencari sumber-sumber yang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini.
Langkah pertama, semua bahan-bahan literature dipelajari dengan seksama, kemudian dilakukan penilaian terhadap bahan-bahan tersebut. apakah dapat menjawab berbagai masalah yang akan dibahas dalam penulisan.
... .,
Langkah kedua, bahan-bahan tersebut dipilah-pilah sesuai dengan tema permasalahan, dengan menggunakan kritik interpretasi positif dan negatif, guna menilai kredilibitas dan refresentasifnya dengan masalah yang akan dibahas.
Langkah ketiga,
bahan-bahan
yang
sudah
dipilah
kemudian
dibandingkan antara satu dengan lain dengan rnenggunakan rnetode komfaratif, untuk mengetahui apakah antara satu bahan (data) yang lain ada persamaan atau kemiripan tentang masalah yang menjadi pokok pembahasan atau kemiripan tentang masalah yang menjadi pokok tersebut.
Langkah keempat, jawaban-jawaban yang sudah dirumuskan tersebut, dituangkan kedalam tulisan sesuai sitematika penulisan skripsi. '
0
Muhammad Nazir,Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, h. 54
8
Secara umum teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN (UIN Jakarta Press, 2000).
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah pembahasan pada skripsi ini,penulis membuat sistematika penyusunan secara berurutan sesuai dengan masing-masing bab. Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis membagi kedalam lima bab, masing-masing terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan penyusunannya adalah sebagai berikut
Bab Pertama, membahas tentang Pendah11/11a11, yang mengandung pokok pikiran antara lain: Latar Be/akang Masalah,Perumusan dan Pembatasan
Masalah,
Tujuan Pene!itian, Metode Penelitian dan Pembahasa11,
dan
Sistematika Penulisan. BabKedua,
membahas
tentang
Selayang
Pandang
tentang
Muhammadiyah, antara lain: Kebangkitan Dunia Ban.r Islam di Indonesia, Berdirinya Gerakan Muhammadiyah, Cita-cita dan Tujuan Muhammadiyah. Bab Ketiga, membahas tentang Biografi KH. AR.Fachruddin, antara lain : Latar Belakang keluarga, Latar Belakang Pendidikan, Aktivitas KH. AR Fachruddin. Bab Keempat, membahas tentang, Pemikiran Politik Muhammadiyah Pada Masa Kepimpinan KH. AR. Fachruddin, antara lain : Muhammadiyah Diantara
9
Nilai Agama Dan politik, Pemikiran Politik Muhammadiyah Periode KH Abdur Razzaq Fachruddin. Bab Kelima, Penutup, terdiri dari : Kesimpulan clan Saran.
BAB II SELA YANG PANDANG TENTANG MUHAMMADIYAH
A. Kebangkitan Dunia Baru Muslim Di Indonesia Benih pembaharuan dalam Islam sesungguhnya tel.ah muncul sekitar abad
..
ke-13 Masehi, suatu masa di mana kemunduran Islam dalam berbagai bidang dengan sangat drastisnya. Kemunduran dunia Islam tersebut ditandai dengan timbulnya penyakit rohani seperti keserakahan, dan tamak kekuasaan. Kerusakan dalam pemerintahan Islam di samping berbagai penyakit di atas, juga diakibatkan dari tidak konsistennya pengamalan ajaran Islam dalam memimpin negara. Akhirnya kejadian-kejadian tragis dan memilukan yang menimpa dunia Islam seakan-akan tak kunjung berhenti, baik yang terjadi di Andalusia, Bagdad, Yerussalem, dan tempat-tempat lainnya. Gejala deklinasi di dunia Islam di Andalusia dimulai sekitar abad ke-11, yang ditandai dengan direbutnya kembali kota Toledo (Spanyol) oleh raja Alfonso VI dari Leon dan Castilia pada tahun I 085, sementara di belahan Timur di tandai dengan direbutnya kekuasaan Abbasiyah oleh Turki pada tahun 1055. Mulai abad ke-11 dunia Islam mengalami berbagai macam krisis yang demikian parah, baik krisis keagamaan, krisis politik kenegaraan, krisis sosial ekonomi, krisis pendidikan dan kebudayaan dan lain sebagainya. 1
1
Mustafa Kamal Pasha clan Alunad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005, Cet.ket-1, 11. 14-28
11
Benih pembaharuan di awali dengan pemahaman tentang Islam yang baru di gagas oleh lbnu Taimiyyah yang hidup pada abad pera!;ihan ke-13 dan ke-14. Beliau sering disebut dengan Bapak Tajdid, sampai pada gerakan-gerakan tajdid yang ada di Saudi Arabia yang dipelopori oleh Muhammad Abdul Wahhab. 2 Kemudian di India oleh Sayyid Ahmad Khan dari Hindi yang kemudian diteruskan oleh Syeikh Waliyullah dari Delhi, kemudian adanya gerakan salafiyah yang lahir di Mesir pada sekitar abad ke-19 dan dipelopori oleh tiga tokoh Islam yaitu Sayyid Jamaluddin al-Afghani pada tahun 1838-1897, Syekh Muhammad Abduh 1849-1905, dan Rasyid Ridla pada tahun 1856- 1935. Pembaharuan yang mereka pelopori secara garis besar yaitu bahwa pintu ijtihad tetap terbuka, memerangi sikap syirik, bid' ah, khurafat, dan kembali pada al-Qur' an dan al-Hadist. Pembaharuan yang dilakukan bukan tanpa alasan, terjadinya kemunduran umat Islam telah jelas terlibat pada kurun waktu abad ke13 sampai abad ke- 19 yang ditandai dengan munculnya sikap keagamaan yang tidak menganut dari ajaran Islam yang semestinya. 3 Tajdid sebagai implikasi dari sikap fatalisme terhadap a3aran syariat menimbulkan sikap statis dan jumud. Sikap dinamis dan aktif telah hilang dari ajaran jihad, yang sebenarnya adalah semangat yang sama pada saat Islam klasik berkuasa, semua itu adalah alasan mendasar bagi pembaharu Islam untuk
2
Hamn Nasution, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah pemikiran dan Gerakan: Jakarta: Bulan Bintang, 1975, Cet.ket-9, h.74 3 Abu Bakar, Sekitar Masu/mya Islam ke Indonesia, Semarang: Ramdhani, 1982, h.12
12
berjuang. Sampai pada abad ke-30 atau awal ke-20 gerakan pembaharuan yang merupakan tanda kebangkitan Islam, kemudian merambah ke seluruh dunia Islam sampai akhirnya ke Indonesia. Perlu diketahui, bahwa agama Islam yang masuk ke Indonesia untuk pertama kalinya pada sekitar abad ke-13 M, seperti negara-negara pesisir Samutera, seluruh Jawa, Selebes Sulawesi dan sekeliling pantai Borneo (Kalimantan). Bukannya masyarakat yang bersih dari berbagai macam ragam keyakinan hidup. Masyarakat Pra-Islam adalah masyarakat yang telah memiliki kepercayaan, seperti animisme, dinamisme, Hindu maupun Budha yang di yakini telah menyatu dalam seluruh aspek hidupnya. Mereka percaya pada adanya kekuatan benda-benda ghaib, meminta perlindungan pada kuburan keramat untuk keselamatan dari malapetaka dan sebagainya. Hal ini ternyata berlangsung berabad-abad dan sulit untuk dipisahkan antara ajaran Is.lam yang benar dengan ajaran Hindu, Budha, animisme, dinamisme yang telah ada sebelumnya. 4 Melihat pengalaman ajaran Islam yang bercampur dengan tradisi lokal tersebut, maka bermunculanlah tokoh-tokoh agama Islam untuk mengadakan pemurnian dan pembaharuan faham keagamaan Islam yang semestinya. Di dalam Islam gerakan pembaharuan atau tajdid secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya baik secara individual maupun kelompok dalm kurun waktu dan situasi
'' Deliar Nocr, Gerakan Modern Islam di Indonesia tahun 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996, Cet.Ket-6, h.19
13
tertentu, untuk mengadakan perubahan di dalam persepsi dan praktek keislaman yang telah mapan kepada pemahaman dan pengamalan baru. 5 Pembaharuan yang dibawa oleh Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piabang yang pulang dari Mekah sekitar tahun 1803, 6 merupakan pengaruh ide dan gerakan dri Timur Tengah, yakni Mekkah dan Kairo yang menjacli pusat studi Islam. Mereka membawa semangat Islam Wahabi ke Minangkabau. Maka di Minangkabau muncul tokoh paderi yaitu Muhammad Syabbab, yang dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol. Kegiatan pembaharuan mereka adalah mengadakan perombakan masyarakat yang radikal, dalam banyak hal mereka menggunakan kekerasan. Maka tidak mengherankan terjadi konflik antara kaum paderi dengan sebagian kaum adat sehingga terjadinya perang pada tahun 1821-1837. Kaum adat yang selalu kalah berperang bekerja sama dengan Belanda, yang pada akhirnya perang yang semula melawan kaum adat berganti melawan Belanda. Aclapun pengaruh icle-ide pembaharuan keagamaan tetap berjalan clitandai dengan bermunculannnya tokoh-tokoh pembaharu seperti Syeikh Muhammad Jambek, abclul Karim Amrullah, Abdul Shamad, Ahmad Dahlan clan lain-lain. 7 Memasuki abad ke-20, perjungan Islam terutama di Jawa mulai terealisasikan secara konkrit yang dimulai clengan menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya. Maka bermunculan berbagai gerakan pembaharuan clalam Islam, baik yang bergerak clalam bidang politik kenegaraan seperti Partai 5
Din Syamsuddin (ed),Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: PustakaPanjimas, 1990, IL12 Mustafa dan Adaby, Muhammadiyah &bagai Gerakan Islam, h. 75 7 Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia tahun 1900-1942, h. 38
6
14
Serikat Islam (PSI), Partai Islam Masyumi (PIM), Partai Muslimim Indonesia (PMI), Partai Islam Indonesia (Pll), maupun yang bergerak dalam bidang bidang sosial kemasyarakatan seperti al-Ishlah wal- Irsyad atau yang popoler dengan sebutan al-Irsyad, Persatuan Islam (Persis) dan Muhammadiyah. 8
B. Latar Belakang Berdirinya-Muhammadiyah Muhammadiyah adalah suatu organisasi Islam yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan sosial keagamaan. Secara resmi persyarikatan ini berdiri pada hari Senin tanggal 18 Nopember 1912 Masehi bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyyah di Yogyakarta, yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang beberapa anggota Budi Utomo agar mendirikan suatu Iembaga pendidikan yang bersifat permanen.
9
Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk bertafaul (berpengharapan baik) agar dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad SAW. Juga dimaksudkan agar semua anggota Muhammadiyah benar-benar menjadi seorang Muslim yang penuh pengabdian dan tanggung jawab terhadap agamanya serta merasa bangga dengan keislamannya. 10
8
Musataf dan Adaby, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, h.77 Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia tahun 1900-1842, h. 84 0 ' Mustafa Kamal Pasha, Rosyad Sholeh, dan Yusnan YusnJ'. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid, Yogyakarta: CitraKarsaMandiri, 2003, h.44 9
15
Berdirinya organisasi Muhammadiyah ini tidak dapat lepas dari kondisi umat umat Islam Indonesia yang pada waktu sangat memperhatikan dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk mengetahui sejarah kelahiran Muhammadiyah, secara gans besamya dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu : I. Faktor Subyektif
Faktor subyektif adalah suatu faktor yang berasal dari pribadi pendiri Muhamamdiyah. Lahimya Muhamadiyah tidak dapat lepas dari pribadi pendirinya. Pemahaman KH. Ahmad Dahlan tentang agama Islam yang mendalam dan luas merupakan pendorong pendirian Muhammadiyah, apalagi pada kenyataannya beliau melihat bahwa praktek pelaksanaan ajaran Islam di Indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan apa yang telah dipahaminya. 11 Penelaahannya terhadap al-Qur' an beliau mulai dengan meneliti sebab-sebab turun ayat tersebut (Asbabun Nuzul), dipertanyakan apa yang mesti dilakukan. Sikap seperti inilah yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan ketika menatap surat al-Imron ayat 104, yang berbunyi :
11
Tim Pembina al-Islam dan Kcmuhammadiyahan UMM, Muhammadiyah &jarah Pemikiran dan Amal Usaha, Jakarta: Tiara Wacana Yogya dengan UMM Press, 1990, eetket-1, h.4
16
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeruh kepada yang ma'ruf dan mencegah kepada yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (Al-Tmran: 104).
Memahami seruan ayat di atas K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau perserikatan yang teratur untuk dan rapi yang tugasnya berkhidmat melakukan misi dakwah Islam Amar Ma'rufNahi Munkar di tengah masyarakat luas. 2. Faktor Obyektif Yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah, merupakan keadaan dan kenyataan sosial budaya maupun sosial keagamaan pada masa itu baik yang ada di Indonesia maupun di luar negeri. 12 Adapun
faktor-faktor yang melatarbelakangi lahirnya gerakan
pembaharuan Muhammadiyah, menurut Sholihin Salam yaitu adanya faktor intern dan ekstren yang mendorong lahirnya gerakan Muhammadiyah.
Adapun faktor intern itu meliputi : I. Kehidupan beragama tidak sesuai dengan al-Qur'an dan al-Hadits, karena
merajalelanya perbuatan syirik, bid'ah dan khurafat, akhlak masyarakat runtuh yang menyebabkan Islam menjadi beku. 2. Keadaan bangsa Indosesia umumnya dan ummat Islam khususnya yang hidup dalam kemiskinan, kebodohan, kekolotan, kemunduran.
12
Mustafa Kamal dan Aluuad Adaby, }vfuhamamdiyah sebagai Gerakan Islam, h.100
17
3. Tidak terwujudnya semangat ukhuwah islamiyah serta tidak adanya organisasi Islam yang kuat dan kompak. 4. Lembaga pendidikan Islam tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik, tidak efisien, juga sistem pesantren yang sudah kuno. Adapun faktor ekstren meliputi : I. Merajalelanya kolonialisme Belanda di Indonesia. 2.
Adanya kegiatan dan kemajuan yang dicapai oleh zending Kristen di Indonesia.
3. Sebagian kaum intelektual di Indonesia yang memandang Islam sebagai agama yang ketinggalan zaman. 4. Adanya rencana politik kristenisasi dari
pemerin1ah Belanda, untuk
kepentingan politik kolonialnya. 13 Gerakan Muhammadiyah lahir pada saat ummat Islam Indonesia sedang mengalami pembusukan secara sistematis dengan hilangnya spiritualitas Islam untuk menangani persoalan-persoalan rasional yang etrjadi . dalam hidup keseharian. Seperti kemiskinan, ketertindasan, kebodohan, keterbelakangan, dan lain-lain. Dalam ha! ini, Muhamamdiyah memiliki concern yang besar untuk memperdayakan ummat Islam Indonesia yang selama ratu:;an tahun mengalami marginalisasi kolonial di berbagai bidang kehidupan.
13
M. Margono Puspo Suwamo, Gerakan Islam Muhammadiyah, Yogyakarta: Persatuan, 1986, cet.ket-3, lt27
18
Dalam menangani
persolan kebodohan,
misalnya,
Muhammadiyah
mendirikan sekolah-sekolah yang menggunakan system moder, sehingga anakanak muslim bumuputera (yang pada masa kolonial disebut inlander) bias memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai persolan keduniaan yang rasioanal tanpa harus meninggalkan nilai-nilai dan spritual Islam. 14 Dalam persepektif ini, Muhammadiyah lahir didorong oleh kesadaran yang dalam tentang tanggung jawab social yang pada masa itu sangat terabaikan. Muhammadiyah tumbuh bersama gerakan rakyat dengan ideologis praktis yang sangat
kental.
Dimensi
keagaman
menjadi
penting
pada
perjalanan
Muhammadiyah, ini menjadi bagian terpenting dari identifikasi diri yang diwujudkan dalam
bentuk gerakan purifikasi yang :;angat kuat, karena
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan puritan.
C. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Adapun
rumusan dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri sampai
sekarang ini mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahsa dan istilah. Sekalipun begitu tidak sendirinya berubah isi dan jiwanya, kerana hakekatnya antara yang lama dan yang baru tetap sama. Pada waktu permulaan berdirinya dirumuskan sebagai berikut : a. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad penduduk bumu-putra, di dalam residensi Yogyakarta.
14
httpJ/www.muhammadiyah.or.id
saw kepada
19
b. Memajukkkan ha! agama Islam kepada anggota-a.nggotanya. 15
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjungjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yang menyangkut seluh aspek kehidupan meliputi Aqidah, ahlaq, dan mu'amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasi agama Islam menjadi
Rahmatan Lil Alamin dalam kehidupan di muka bumi ini. 16 Berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara rnerupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan dakwa.h amar ma' ruf nahi munkaar sebagaimana telah
menjadi
panggilan sejarahnya sejak zaman
pergerakan hingga masa awal dan setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut diwujudakn dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadiaaaan, keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittaah perjuangannya sebagai acuan gerakan serta wujud komitmen dan tanggung jawab dalam mewujudkan "Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun
Ghajur". Berkenaan
dengan
khittah
perjuangan
Muhammadiyah,
Tanwir
merumuskan pola dasar perjuangan yang dijelaskan dalam rumusan itu, bahwa 15 16
Mustafa kamal dkk., Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid, h.108 h.55 http://www.muhammadiyah.co.id
20
Muhammadiyah berjuang untuk mencapai dan mewujudkan suatu cita-cita dan keyakinan hidup yang bersumber sebagaimana yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad SA\V. Yang merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai cita-cita dan keyakinan hidup tersebut denga dakwah Islam dan amar ma,ruf nahi munkar yang bersumber kepada tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadits. Dakwah Islam dan amar ma'ruf nahi munkar yang yang dimaksud adalha harus dilakukan melalui dua saluran secra simultan, saluran politik kenegaraan (politik praktis), dan saluran bidang kemasyarakatan, sedangkan alat perjuangan dalam bidang politik kenegaraan (politik praktis ), Muhammadiyah membentuk satu partai politik di luar organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah merupakan organisasi yang telah berdiri semenjak zaman pejajahan Belanda dan Jepang, dalam ha! maksud dan tujuannya sejak berbiri hingga sekrang, telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan ini disebabkan oleh penyesuain-penyesuaian yang dilakukan berdasarkan keinginan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang di sesuaikan dengan kondisi pada keadaan yang berlaku di Indonesia. 17 Maksud dan tujuan persyarikatan Muhamamdiyah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Anggaran Dasar Muhamamdiyah hasil Muktamar ke-41 adalah sebagai berikut : Menegakkan dan menjungjung tinggi agama Islam sehingga
tenvujud masyarakat utama, adil dan malmmr yang
dirid~ai
Allah Subhanahu
wata 'ala. Dengan kata lain, bahwa maksud dan tujuan }vluhammadiyah ialah 17
Lukman Harun, Muhamamdiyah dan Asas Pancasila, h. 28
21
'membangun, memelihara, dan memegang teguh agama Islam dengan rasa ketaatan melebihi jaran faham-faham lainnya, untuk mendapatkan suatu kehidupan dalam diri, keluarga dan masyarakat yang sungguh adil, makmur, bahagia-sejahtera, lahir dan batin dalam naungan dan ridha Allah SWT Maksud
dan
tujuan... Muhammadiyah
dalam
Anggaran
Dasar
Muhammadiyah sejak didirikan pada tahun 1912, telah mengalami lima kali perubahan secara konstitusional dari enam kali perubahan. Namun hakekat maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah. Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benamya. Yang berubah hanyalah rumusannya, yaitu maksud 'menegakan agama Islam' dan tujuan 'kehidupan Islami'. Jadi maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak didirikan sampai sekarang, tidak berubah, yaitu menegakan agama Islam untuk tujuan kehidupan yang islami. Artinya dalam berbaga.i rumusan mengalami perubahan tetapi hakekat maksud dan tujuan tidak berubah. 18 Perubahan yang terjadi pada maksud dan tujuan Muhammadiyah dalam Anggaran Dasar itu, kuat dipengaruhi oleh suasana perhitungan dan tekana politik yang terjadi di Indonesia, seperti halnya asas yang pada awalnya memakai asas Islam, kemudian berubah menjadi asas pancasila dalam artian Muhammadiyah memasukkan asas Pancasila ke dalam anggaran dasar tanpa membuang asas Islam.
Namun
hal
ini
tidak
mengubah cita-cita,
maksud dan tujuan
Muhammadiyah dalam menegakkan agama Islam untuk tujuan kehidupan yang 18
Musatafa clan Adaby. Muhamamdiyah sebagai Gerakan Islam, h. 112
22
Islami, ha! itu justru Muhammadiyah ingin menyesuaikan cita-citanya dengan cita-cita bangsa Indonesia demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, yang di ridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa. Merumuskan asas pancasila dalam Anggaran Dasar, tidaklah memepengaruhi Muhammadiyah berkecimpung dalam pergulatan politik yang terjadi, tapi justru terobosan Muhammadyah terhadfap politik lebih sistematis yang sesuai dengan cita-cita bang!>a. Terlibat atau tidaknya Muhammadiyah ke dalam partai politik, itu demi memperjuangkan aspek politik dari cara muhammadiyah mancapai maksud dan tujuannya, yaitu sebagai penyaluran aspirasi, pemikiran, serta ide-ide untuk membangun bangsa. Keterlibatan orang-orang Muhammadiyah dalam partai politik adalah sutau cara memperjuangkan aspirasi politik tanpa terikat dengan partai politik. Muhammadiyah
hams
melakukan
politik
kebijakan,
dalam
arti
memberikan arahan, aspirasi maupun kritik terhadap kebikan pemerintah dan publik yang didasarkan apada paradigma amar ma' ruf nahi munkar. Maksud dan tujuan Muhammadiyah dalam bidang politik tidak dijelaskan dalam AD/ART, karena Muhammadiyah bukanlah organisasi politik melainkan organisasi masyarakat yang lebih menekankan pada dakwah keagamaan. Namun demikian Muhammadiyah bisa menampilkan diri menjadi payung semua kelompok masyarakt, baik atas dasar agama, aliran politik kebijakan, dalam arti memberikan arahan, aspirasi maupun kritik terhadap kekebijakan pemerintah dan publik.
BAB III BIOGRAFI KH. ABDUL RAZZAQ FACHRUDDIN
A. Latar Belakang Keluarga
Kiai Haji Abdur Razzaq Fachruddin adalah pemegang rekor yang paling lama memimpin Muhammadiyah, yaitu selama 22 tahun (1968-1990). Sosok sederhana yang kerap di sapa dengan sebutan Pak AR. Beliau dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1916, di Cilangkap, Purwanggan, Pakualam, Yogyakarta. Ayahnya bernama KH. Facruddin atau Kiai Imam Puro, seorang Lurah Naib atau penghulu dari Puro Pakualam yang diangkat oleh Kakek Sri Paduka Paku Alam VIII, yang berasal dari Bleberan, Brosot, Galur, Kulonprogo. Ibunya bernama Maimunnah binti KH. Idris Pakualam atau yang akrab dipanggil Nyai Fachruddin. 1 A.R. Facruddin dan saudara-saudaranya berjumlah 10 orang, di antaranya yang telah meninggal dua orang waktu masih kecil. Saudara.A.R. Facruddin seayah dan seibu di antarannya bernama: (1). \:Vakiyah di Blowong; (2). Umi Rohmah di Kedungpule, Srandakan; (3). Sukriyah di Bleberan, (4) Abdul Razzaq Facruddin atau Pak AR; (5) Lukman di Bleberan. Adapun :;audara seayah lain ibu ialah: (a) Saebani di Bleberan; (b) Mariyah di Bleberan; (c) Ismail di Bleberan. 2
1
Tim Pcnyusuu dan Pencrbit Profil Mul1ammadiyah 2000, Proji/ Muhammadiyah 2000, Jakarta; Smya Sarana Utama, 2000, Cet.ket-1, h. 25 2 M. Yunan Yusuf, Yusro Rozak dan Sudarnoto Adul Hakim, Ensik!opedi Muhammadiyah, Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2005, Cet.kct-1, h.103
24
Masa kanak-kanaknya Ia habiskan di Pakualam. Setelah berusia tujuh tahun Ia bersama orang tuanya pindah ke Purwangan dan disana Ia memasuki sekolah Standaard School Muhammadiyah. 3 Sejak kecil, Pak AR Facruddin sudah berkecimpung di Muhammadiyah. Setelah lulus dari bangku Standaard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah pada tahun 1928, AR kec.il melanjutkan sekolah ke Muallimin selama dua tahun. Tidak sampai selesai, kar·ena orang tuanya jatuh pailit. Pak AR pun dipanggil orang tuanya pulang ke desa, dan meneruskan mengngaji kepada para Kiai di desanya. Pada tahun 1930 ayahnya meninggal di Bleberan dalam usia 72 tahun. Dan dalam usia 16 tahun, Pak AR menjadi yatim. Setelah ayahnya meninggal, Pak AR Facruddin kembali ke bangku sekolah, la belajar di Wustho sampai tahun 1932 kemudian diteruskan ke M11a!limi11 hingga tahun 1935. 4 Sejak di bangku sekolah, Pak AR sudah dikenal pandai berpidato. Pada tahun 1937, ketika Pak AR sedang liburan Ramadhan di Yogyakarta. Pak AR dijodohkan oleh ibunya Nyai Facruddin, dengan Siti Komariyah putri pamannya Kiai Abu Amar. Pada tanggal 28 Ramadhan 1337 Hijriyyah atau 1 Desember 1937 Masehi, Pak AR melangsungkan pemikahan dengan Siti Komariyah. Pada waktu itu Siti Komariyah masih perlu meneruskan belajamya, maka ia pun belum diajaknya ke Ulak Paceh, Sekayu, Palembang. Baru pada
3 Tim Pcnyusun Ensiklopcdi Indoncsi, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ictiar Barn Van Hocvc, 1997,h. 326 1 • Hery Sucipto dan Nadjamuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad Dah/an hingga A. Syafii Maarif: AR Facruddin Jalan Terjal Dakwah Kultural, Jakarta: Grafindo, 2005, Cet.ket-I, h.
180
25
tahun 1940 bersamaan dengan Muktamar Muhammadiyah ke-29 di Yogyakarta Siti Komariyah diajak ke Pelembang. Pada tahun 1943 lahirlah putri pertamanya di Muara Maranjat, yang bernama Wasilah. Anak yang pertama itulah Pak AR mendapat pertolongan dari Ayuk Nyai H. Robbah Aisyiyah Talang Balai, Tanjung Raja, Ogan Ilir. Ketika Wasilah berumur tiga belas tahun, Pak AR sekeluarga kembali ke Kulonprogo Yogyakarta bersama-sama dengan guru Abdul Fatah Djasingan. Wasilah menikah dengan Ors. H Sutrisno Muhdam, dan mereka dikaruniai tiga orang putra. Pada tahun 1945, masih dalam zaman pendudukan Balatentara Jepang, Pak AR bertugas sebagai Azacho di Kelurahan Banaran. Saat itu, lahirlah putra kedua yang diberi nama Syukri. Nama ini adalah perwujudan rasa syukurnya kepada Allah karena sudah kembali ke Y ogyakarta dan sebagai peringatan adanya tentara dan pemuda-pemuda Indonesia yang tergabung dalam PUTRA (EMPAT SERANGKAI) dan Pembela Tanah Air. Di kemudian hari Syukri menikah dengan Dra. Khalifah binti H. Khozin asal Jember, Jawa Timur dan mereka dikaruniai lima orang putra. Pasca kemerdekaan tahun 1947, Pak AR masih tinggal di Bleberan, lahirlah putrinya yang ketiga, yang bernama Siti Zahanah. Di kemudian hari ia menikah dengan Sadikin dan dikaruniai tiga orang Putra. Ketika Pak AR di Bleberan dan sudah menjabat sebagai Penghulu Kabupaten Kulonprogo, pada tanggal 28 Desembar 1949 lahirlah putra yang keempat, diberi nama Lutfi Pumomo. Di kemudian hari menikah dengan Barkah Setiyawati dan memiliki dua
26
orang putra. Pada tahun 1952, ketika sudah bertempat tinggal di GM 1 atau 260 B 1 di Kauman, Yogyakarta, yang merupakan rumah sewa.an, lahirlah putra yang kelima, yang bernama Farchan. Di kemudian hari ia menikah dengan Dra. Budi Hartati dan di karuniai empat orang putra.
5
Pada tahun 1955, lahirlah putra yang keenam, yang bernama Fauzi. Di kemudian hari ia menikah dengan Uun Ilmiyati dan karuniai dua orang putri. Dua tahun kemudian tetapnya pada tahun 1957 lahirlah putra yang ketujuh, yang bernama Siti Wasthiyah. Di kemudian hari ia menikah dengan Agus Purwantoro, dan dikaruniai dua orang putra. Rumah tangganya tampak harmonis dan Islami. Shalat berjamaah selalu dianjurkan dalam keluarga. Dalam mengamalkan tuntunan agama Islam, Pak AR mengajak putra-putrinya melakukan puasa sunnah Senin dan Kamis. Pak AR sangat memperhatikan pendidikan putra-putrinya dan mela1:ih anak-anaknya untuk bertanggung jawab. Karena itu, sejak kecil mereka dibiasakan membantu pekerjaan di rumah. Di samping itu, putra-purinya dididik agar tidak menjadi orang yang gumunan (meresa heran). Mengingat gajinya terbatas dan tidak mencukupi untuk hidup sekeluarga, maka Ibu AR berjualan yang telah dilakukannya sejak kecil. 6 Ketika Pak AR di Palembang, Ia bekerja swasta dan pasca kemerdekaan Ia menjadi pegawai negeri. Oleh karena itu, walaupun dalam segi perekonomian
5 6
Yunan, (dkk.,), Ensik/opedi Muhammad(yah, h. 105 Ibid, h. 105
27
serba terbatas, akan tapi putra-putrinya berhasil menyelesaikan studinya. Dalam ha! memilih pendidikan dan jodoh, Pak AR memberi kebebasan menurut pilihan mereka sendiri-sendiri. Pak AR menganjurkan agar memilih pendidikan sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Kebebasan semacam itu juga diserahkan dalam memilih jodoh. Pak AR menyadari bahwa hidup berumah tangga hams ada keharmonisan dan keserasian antara suami dan istri. 7 Pengabdian Pak AR bukan saja di Iingkungan Muhammadiyah, tetapi juga di pemerintahan dan perguruan tinggi. Sedangkan di Muhammadiyah, dimulai sebagai pimpinan Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1939-1941. Beliau menjadi p1mpman mulai di tingkat ranting, cabang, wilayah, hingga menjadi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Jabatan sebagai ketua PP Muhammadiyah ·' -,~
dipegangnya pada tahun 1968 setelah di fail accompli menggantikan Faqih Usmat, yang meninggal. Dalam sidang Tanwir di Ponorogo Jawa Timur tahun 1969,
Pak
AR
dikukuhkan
menjadi
ketua
denitif sampai
Muktamar
Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan tahun 1971. Dan mulai saat itu Pak AR terpilih terns pada tiga mukhtamar lbrikutnya untuk periode 1971-1974, 1974-1978, 1978-1985. 8 Hampir seperempa.t abad beliau menjadi orang paling atas di Muhammadiyah, sebelum digantikan oleh Almarhum KH.
7
Ibid., h. 106 Nur Acluuad dan Prarnono U. Tanthowi, Muhammadiyah Digugat Refosisi ditengah Indonesia yang Berubah. Jakarta: Gramedia, 2000, h.203 8
28
Azhar Basyir ( setelah tidak lagi bersedia dicalonkan dalam Muktamar Muhammadiyah 1990) 9 Beliau dikenal masyarakat sebagai orang besar yang rendah hati, bersikap ngemong, ahli dakwah, penulis, pejuang (anggota pasukan Hizbu!Iah Yon 39 di bawah pimpinan H. Dawam Razi), mubalig. Ulama karismatik ini tidak bersedia dipilih kembali menjadi ketua Pimpinan Muhammadiyah pada Muktamar ke-42 di Yogyakarta, walaupun masih diharapkan banyak orang, karena kearifan dan keteladanannya dalam memimpin Muhammadiyah. Dan beliau pun berharap ada alih generasi yang sehat dalam Muhammadiyah. 10 Kesehatan Pak AR semakin menurun sejak Agustus 1988. saat. beliau dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Y ogyakarta karena stroke, beliau pun pernah berobatke Rumah Sakit Lins of Wales, Sidney, Australia pada 12 Desember 1989 karena sakit vertigo. Pada tahun 1995 Pak AR kembali sakit. Ketika Pak AR menjalani perawatan intensif di Rumah Saklt Islam (RSI) Jakarta dalam kondisi tidak stabil. Pak AR wafat hari Jum'at pada tanggal 17 Maret 1995 atau bertepatan dengan 15 Syawal 1415 Hijriyyah di Rumah Sakit Islam Jakarta pada jam 08. l 0 wib, dalam usia 79 tahun, yang meninggalkan tujuh putra - putri. Beliau berpulang ke rahmatullah dan dimakamkan di komplek pemakaman Karangkajen Yogyakarta. 9
Sucipto dan Rmnly, Tadjid Afuhammadiyah: AR Facruddin Jo/an Terjal Dakwah Kultural,
h.180 10
Aclunad dan Tanthowi, Muhammadiyah Digugat Refosisi ditengah Indonesia, h.203
29
B. Latar Balakang Pendidikan Dari kecil Pak AR sudah berkecimpung di Muhammadiyah. Pada usia tujuh tahun yaitu pada tahun 1923, A.R. memasuki sekolah formal di Standaard
School Muhammadiyah Bausasran, Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Setelah ayahnya tidak menjadi penghulu dan usaha dagang batiknya juga jatuh, maka Ia pulang ke desanya di Bleberan, Kelurahan Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo. Karena keinginannya menuntut ilmu, maka pada tahun 1925 Ia pindah ke sekolah Standaard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah Prenggan, Kotagede, Yogyakarta. Ketika duduk di kelas tiga, Ia tinggal bersama keluarga kakak perempuannya. I I Pada tahun 1928, A.R. Fachruddin menamatkan Standaard School Muhammadiyah Prenggan yang dipimpim oleh M. Djayadisantra. Sekarang sekolah ini terletak di sebelah Utara Masjid Perak Kotagede, Yogyakarta. Kemudian Ia melanjutkan ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah dua tahun belajar di Madrasah Muallimin, ayahnya memanggilnya untuk pulang ke Bleberan. Di tanah kelahirannya Bleberan, Ia belajar mengaji kepada beberapa Kiai di sana, seperti ayahnya sendiri KH. Fachruddin, KH. Abdullah Rosad dan KH. Abu Amar. Adapun kitab-kitab yang di pelajarinya antara lain;
11
hUp:f/ww\y.M.!ill!lffi\lladiyah.Abdul. Razak Fachruddin.ir.cod
30
Matan Tagrib, Syarah Tagrib, Qatrul Ghaits, Jurumiyah dan lain-lain. Sedangkan pada malam hari setiap ba'da Magrib kurang lebih jam 21.00, Ia belajar di
Madrasah Wustha Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur, Kulonprogo. Dua tahun setelah ayahnya meninggal dunia, yaitu pada tahun 1932, AR belajar di Madarasah Dami Ulum Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur yang menjadi Kepala Sekolah adalah H.Dawam Razi, seorang alumni Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah dan berhasil tamat pada tahun 1935. Kemudian AR melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Tablig School (Madrasah Muballigin) Muhammadiyah kelas tiga di Kampung Suronatan, Yogyakarta. Belajarnya dari pukul 19.00 sampai dengan pukul 22.00. 12 Sejak di bangku sekolah, AR sudah dikenal pandai berpidato. Dengan bekal pendidikan tersebut, pada tahun 1935 Pak AR dikirim oleh
Hoojd Bestuur Muhammadiyah (pada periode KH. Hisyam) ke Muhammadiyah Cabang Talangbalai (sekarang dikenal dengan Ogan Komering Ilir, Palembang, Sumatera Selatan) untuk mengembangkan gerakan daklvah Muhammadiyah. Di sana, Ia mendirikan Sekolah Wustha Mu 'allimin Muhammadiyah setingkat SMP. Pada tahun 1938, Ia pindah ke Cabang Muhammadiyah Kulak Pajek, Sekayu, Musi Ilir (sekarang dikenal dengan Kabupaten Muba, Musi Banyu Asin), juga untuk mengembangkan gerakan dakwahnya di Muhammadiyah. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1941, Ia pindah ke Sungai Batang, Sungai Gerong, 12
Yusuf Yunan (dkk.,), Ensiklopedi Muhammadiyah, h.103
31
Palembang sebagai pengajar HIS (Hollandese Inlandevs School) Muhammadiyah yang setingkat dengan SD. Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerbu pabrik minyak Sungai Gerong. Dengan sendirinya sekolah tempat mengajamya ditutup.
Kemudian
Abdur
Razaq
dipindahkan
menga3ar
di
Sekolah
Muhammadiyah Muara Maranjat, Tanjung Raja, Palembang, Sumatera Selatan sampai tahun 1944. Sampai akhimya Ia kembali ke Yogyakarta. 13 Berdasarkan uraian di atas sekitar kehidupannya maupun dalam perjalanan studinya, maka terlihatlah kalau Pak AR sejak kecilnya sudah berkecimpung dalam Muhammadiyah dan merupakan seorang yang arif bijaksana dan keteladanan baik dari segi keilmuan keisalamannya maupun dari segi yang lainnya. Kualitasnya sebagai seorang Muhammadiyah dinyatakan secara langsung oleh keluarga Muhammadiyah maupun yang lainnya. Meskipun Pak AR tidak bergelar Sarjana, akan tetapi tingkat ilmu keislamannya tidak kalah dengan yang bergelar sarjana. Apalagi dalam memberikan materi ceramah dalam pengajiannya berbobot dan bermutu. Adapun kelebihan dalam pendekatannya baik dengan umat sebagai obyek dakwah maupun dalam pendekatannya dengan birokrasi pemerintah sebagai kelancaran berdakwah sangat memikat. Pak AR dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, beliau juga dikenal sebagai penulis yang produktif Karya
ditulisnya banyak dibukukan untuk
dijadikan pedoman hidup anggota Muhammadiyah clan dalam beragama.Disini 13
AR. Facruddin, http://www.Mnhannnadiyah.ir.cod
32
akan dipaparkan bukti-bukti yang otentik akan kearifan dan kebijakan dalam ilmunya, yang ditandai dengan karya-karyanya, diantaranya adalah : ( 1) U11tuk Masuk Anggota Muhammadiyah;
(2) Mendirikan Ranting; (3) Jamaah Anggota Muhammadiyah; (4) Pedomann Bapak atau Jbu Jamaah; (5) Pedoman Khitan;
(6) Pedoman Perkawinan; (7) Pedoman Bagi ca/on Penga11ti11 Putra da11 Putri; (8) Kewajiba11 Suami Jstri; (9) Pedoman Sha/at;
(10) Pedoman Sesudah Sha/at; (11) Pedoman Sha/at Nawqfil; (12) Pedoman Ti/car Sembahyang;
(13) Pedoma11 Menasehati !stri dan Anak;
(l4)Mengatur Rumah Secara Modern;
(15) Pedoman Beradio; (16) Pedoman Membangun dan Memperbaiki Rumah; (17) Pedoman Sebagai Pimpinan Miuhammadiyah; (18) Pedoman Memimpin sidang Anggota Muhammadiyah atau Sidang Cabang; (19) Pedoman Melayani Menanggapi Pimpinan; (20). Pedoman Menghadap Pimpinan;
33
(21 ). Pedo111a11 Membaca Al-Qur 'an; (22). Pedoman Memelihara Kelangsungan Muhammadiyah; (23). Pedoman Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam dan lain; (24).
Pedoman Mengumpulkan Biaya Cabang; (25). Pedoman Membina dan Memakmurkan Ma.~iid; (26). Pedoman Memulyakan Tamu Sesama Keluarga; (27). Pedoman Menghadapi Orang Yang Akan Meninggal; (28). Pedoman di Waktu Miskin; (29). Pedoman di Waktu Kaya; (30). Pedoman Menjadi Anggota Pi111pi11a11; (31 ). Pedoma11 Menjaga Kemurnian Tu.Juan Muhammadiyah; (32). Pedoman Berdua.
Di samping pedoman-pedoman tersebut, Pak ARjuga menulis topik-topik umum dalam bidang keagamaan, antara lain; (1). Ukhuwah Islamiyah; (2) Propaganda Islam yang Istimewa; (3) Menuju Negara keabadian; (4). Jangan sampai Kumpul Keba; (5). Seperti Matinys Kucingdan Hewan; (6). Mencari Ketentraman Hidup; (7). Pancasila itu Buka11 Agama;
(8). Mengamati Gerakan Nasrani;
34
(9). Calon Pimpinan Muhammadiyah; (10). Pe11gajia11 Muihammadiyah;
( 11 ). Kesadaran Beragama dalam Muhammadiyah. 14
Disamping itu, Pak AR juga menulis beberapa. buku agama Islam dan Kemuhammadiyahan antara lain :
Pedoman Pertama Anggota A1uhammadiyah tahun 1971; Pedoman Kedua Anggota Muhammadiyah tahun 1971; Pedoman Ketiga Anggota Muhammadiyah tahun 1971; Naskah Kesyukuran tahun 1985; Naskah E/1the11g, Sera/ Kmvruh
Islam
Kml'edar,
Mubal/igh Muhammadiyah
(I.I.};
Upaya A1ew11j11dakan
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Amal, Pemikiran dan Dakwah Islam (I.I.}; Syahadatain
Kmvedar,
'
Tanya
Jawab
Entheng-Enthengan
tahun
1980;
Muhammadiyah atau Organisasi Dakwah Jslamiayah, A!-J'.slam Bagian Pertama tahun 1981; Menuju Muhammadiyah tahun 1970; Kembali Kepada Al-Qur 'an
dan Hadist tahun 1970; Jn Memoriam Pak A.R. Facruddin, Sha/at Hart Raya !du! Fitri 1408 secara Kenegaraan di Masjid Istiqlal tahun 1980; Sekaten dan Tunt1111a11 Sha/at Basa Jmvi tahun 1982; Khutbah Nikah dan Terjemahannya yang Tepat; Soal-Jmvab Entheng-Enthengan jilid l; Soal-Jawab Entheng-Enthengan jilid II; Soal-Jmvab Entheng-Enthengan jilid III; Sarono Entheng-Enthengan Pancasila tahun 1983; Ruh Muhammadiyah. 15
14
15
Yusuf Yunan, (dkk.,), Ensiklopedi Afuhammadiyah, h.109 Ibid., h. 109
35
Hingga Pak AR wafat, beliau tidak meninggalkan apa-apa untuk keluarga maupun kepada Muhammadiyah.
Beliau hanya meninggalkan kejujuran,
kesederhanaan dan kebajikan.
C. Aktivitas KH. Abdur Razzaq Fachruddin
Aktivitas sosial-keagamaan Pak
AR,
lebih banyak dilakukan di
Muhammadiyah seperti telah di paparkan di atas. Pada tahun 1933, Pak AR dikirim oleh Hoof Bestuur Muhammadiyah ke Palembang sebagai guru Sekolah Dasar Muhammadiyah Cabang Talangbalai, Tanjung raja, (Ogan Komering Ilir ), di sana juga beliau mengembangakn gerakan dakwah Muhammadiyah. Dan beliau mendirikan Sekolah Wustha Muallimin Muhammadiyah setingkat SMP. Pada tahun 1938 oleh Konsul Muhammadiyah Kulak Pajeh, Sekayu, Musi Ilir yang sekarang bernama Kabupaten Muba (Musi Bayu Asin). Tiga tahun kemudian, pada tahun 1941, beliau pindah ke kantor Muhammadiyah Sungai Batang, Sungai Gerong (Palembang) sebagai pengajar HIS (Hollands Indians School) Muhammadiyah yang setingkat dengan SD. Di sana selian mengajar beliau juga melanjutkan misinya untuk mengembangkan gerakan dakwah Muhammadiyah. Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerbu pabrik minyak sungai Gerong. Dengan sendirinya sekolah tempat mengajarnya ditutup. Kemudian Pak AR dipindahkan mengajar di sekolah Muhammadiyah Muara
36
Maranjat, Tanjung Raja, Palembang, Sumatera Selatan sampai dengan tahun 1944. Selanjutnya Pak AR akhirnya kembali ke Yogyakarta. 16 Sampai dengan tahun 1944 Pak AR memimpin Muhammadiyah di daerah Palembang, selanjutnya pindah ke Kulonprogo lagi dan menjadi guru di Madrasah Darul Ulum Muhammadiyah Wanapati waktu itu yang diketuai oleh Kiai Haji Dawan Razi. Ketika tinggal di Kauman Yogyakarta, Pak AR banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah. Karena Pak AR dikenal pandai berppidato, beliau sering diutus oleh Muhammadiyah untuk memberi ceramah di luar kota, seperti di Kebumen, Pemalang, Klaten, dan cabang-cabang Muhammadiyah
sekitar Y ogyakarta.
Pengabdian beliau tidak
hanya di
Muhammadiyah, akan tetapi di Pemerintah dan Perguruan Tinggi. Oleh karena itu selain mengajar Pak AR dijadikan Azacho (Kepala Rukun Tetangga) Kelurahan Banaran bersama saudara tertuanya M.Sabeni, menjadi Kucha (Kepala Desa), Lurah Banaran pada tahun 1945. Pada waktu Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, Pak AR ikut bergerak pada Barisan Keamanan Rakyat (BKR), ikut bergerak pada pasukan Hizbullah Yon 39 yang bermarkas di Wates Kulonprogo di bawah pimpinan Kiai Haji Dawan Razi. 17 Pada tahun 1949 Pak AR menjadi pejabat sebagai Penghulu (Kepala Kantor Urusan Agama) di Adikarto (Wates). Tidak lama kemudian di pindahkan ke Kulonprogo dalam jabatan yang sama. Beliau juga ikLJt bergerilya melawan AR Facruddin, http://W\\~v.Muhammadiyah.ir.cod Hcri Sucipto dan Ramly, Tajdid Muhammadiyah Dari Ahmad Dah/an hingga A. Syafii Ma 'arif h.180 16 17
37
Belanda tahun 1949. Selama sembilan tahun dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1959, Pak AR menjadi pegawai jawatan agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang berkantor di Kapatihan. Tahun 1959 pindah ke Semarang menjabat sebagai Kepala Kantor Penerangan Agama Propinsi Jawa Tengah Sambil merangkap menjadi dosen Islamologi luar biasa di Universitas Sultan Agung (Unissula), FKJP Universitas Dipenogoro (Undip) dan Sekolah Tinggi Olah Raga (STO), di Semarang. Pada tahun 1964 kembali ke Yogyakarta menjabat sebagai kepala Kantor Penerangan Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian pada tahun I 972 Pak AR mengakhiri kariernya sebagai Kepala Penerangan dengan hak Pensiun. Dalam organisasi Muhammadiyah jabatan yang mula-mula dipercayakan kepada beliau adalah ketua daerah Kota Mad ya Y ogyakarta (1950-1951 ), ketua wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) (1952-1953) dan menjadi pembantu PP Muhammadiyah. Sebagai pembantu Muhammadiyah Pak AR pernah ditunjuk mewakili PP Muhammadiyah dalam acara Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Propinsi Aceh tahun 1953. pada tahun 1956 Pak AR menjadi anggota PP Muhammadiyah dan sebagai wakil ketua. Dalam setiap Muktamar, seperti Muktamar, seperti Muktamar ke-35 (setengah abad Muhammadiyah) di
38
Jakarta, Muktamar ke-36 di Bandung tahun 1956, Pak Ar dipercayakan untuk menduduki jabatan tersebut. 18 Pak AR menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammacliyah pada tahunl968 setelah di-Fait Accomply untuk menjadi pejabat ketua PP Muhammadiyah sehubungan dengan wafatnya KH. Faqih Usmat. Dalam Sidang Tanwir di Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 1969, Pak AR akhirnya dikukuhkan menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai Mukatamar Muhammadiyah ke38 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tahun 1971. Sejak saat itulah Pak AR terpilih secara berturut-turut dalam tiga kali Muktamar Muhammadiyah untuk periode 1971-1974, 1974-1978, 1978- 1985. 19 Ulama berwajah sejuk dan bersahaja ini tidak bersedia lagi dipilih kembali menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Muktamr Muhammadiyah ke-42 di Yogyaka11a. Dan dalam Muktamar tahun 1990 Pak AR tidak bersedia dipilih lagi. Dengan demikian, genaplah 22 tahun menjadi ketua PP Muhammadiyah. 20 Pak AR merasa telah terlalu lama memimpin Muhammadiyah. Beliau mengatakan bahwa KH. A. Dahlan menjabat ketua PP Muhammdiyah 11 tahun (1912-1923). Kemudian Kiai Ibrahim memimpin dari tahun 1923-1933, Kiai Hisyam dari tahun 1933-1942, Ki Bagus Hadikusumo memimpin tahun 1942-
18 19
Ibid, h.326
Tim Pcnyusun dan Pcncrbit Profil Mnhammadiyah 2000, Profil Muhammad(vah 2000,
h.26 20
Ibid,
39
1953, Pimpinan Muhammadiyah diteruskan oleh A.R. Sultan Mansyur sampai
dengan tahun 1959. kemudian KH. Yunus Anis dari tahun 1959-1962; kemudia diteruskan oleh Kiai Badawi sampai tahun 1968. 21 KH. AR Facruddin berkali-kali ditawari untuk menjadi anggota DPR. Akan tetapi, karena khawatir tersita waktunya untuk megurus Muhammadiyah yang dipercayakan kepada beliau, Pak AR menolak tawaran tersebut. Namun demikian beliau menerima menjadi anggota DPA dan dilantik pada tanggal 14 Agustus I 988n Sebagai seorang Muslim, KH. AR Facruddin selalu berkecimpung dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan. Sebagai ketua PP Muhammadiyah, beliau telah memberi contoh teladan yang baik untuk para pengikutnya. Sebagai '
contoh, dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin beliau selalu menempuh cara kologial,
yaitu memusyawarahkan segala tindakan yang akan ditempuh
organisasi, sekalipun dalam hal yang kecil. Prinsip-prinsip musyawarah benarbenar dilaksanakannya, sehingga setiap anggota ikut bertanggung jawab terhadap suatu keputusan yang telah diputuskan bersama. Sikapnya yang merendah dan selalu optimis serta berserah diri kepada Allah S\VT membuat beliau lebih berwibawa. Pada tahun 1975, bel iau melakukan berdakwah (kuliah subuh) di Stasiun TVRI Yogyakarta, meskipun waktunya 20 menit, pengajian dilakukannya setiap
21
02
Ensiklopedi Muhammadiyah, h. l 08 Ensiklopedi Indonesia, h: 327
40
malam Jum' at. Kegiatan ini berlangsung sampai tahun 1985. Di samping itu beliau juga mengasuh acara tanya jawab soal agama di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakana dengan rubrik "Pak AR menjawab", setiap hari kamis. Kemudian dalam bidang keagamaan Pak AR telah melaksanakan suatu pemabaharuan, yaitu zakat yang telah terkumpul dibaginya pada saat paceklik dan beliau sendiri terjunlangsung ke desa-desa untuk melihat sendiri siapa saja yang sangat membutuhkan bantuan. Figur Pak AR adalah Kiai yang mengayomi, menyantuni, dan merengkuh ummat. Dengan gayanya, yang santun rendah hati diselingi humor, serta berwajah sejuk, oleh karena itu dengan kesejukannya sebagai pemimpin, ummat jadi tertarik dengan ajaran Islam yang menyejukkan, bahkan tidak hanya ummat Islam saja, pemeluk agama lain pun menjadi tertarik kepada Islam yang disampaikan dengan gaya Pak AR.
BAB JV PEMJKIRAN POLITJK MUHAMMADIYAH PADA MASA KEPEMIMPINAN K.H. ABDUL RAZZAQ FACHRUDDllN
Sebelum membahas lebih jauh, akan penulis paparkan terlebih dahulu beberapa pengertian berikut ini, untuk membatasi suatu pengertian pemikiran politik Muhammadiyah, beberapa pengertian itu, antara lain:
High Politics adalah politik tinggi dalam penge1tian yang luhur dan berdimensi moral etis, bersikap tegas terhadap korupsi, mengajak masyarakat luas untuk memerangi ketidakadilan, menghimbau pemerintah untuk terus menerus menggelindingkan proses demokrasi dan keterbukaan. Sedangkan Low Politik adalah politik yang terlalu praktis, berorientasikan kepada melakukan gerakan dan menuver politik untuk memperebutkan kursi DPR, minta bagian di lembaga eksekutif, membuat
kelompok
penekan,
membangun
Jobi
se1ta
berkasak
kusuk
mempertahankan atau memperluas adanya vested interest. Amin Rais mengungkapkan dalam buku Moralitas Politik Muhammadiyah,
sebagai berikut : " ... High Politik adalah politik yang luhur, adiluhung dan berdimensi moral etis. Sedangkan Low Politik adalah poltik yang terlalu praktis dan sering kali · nl cendrung msta.
1
Amin Rais, Moralitas Polilik Muhammadiyah, Yogyakarta: Dinamika, 1995, h. 43
42
Sedangkan alokatif politik, menurut Din Syamsuddin adalah mengalokasikan nilai-nilai keislaman kedalam kerangkan proses politik berda.sarkan konstitusi yang telah menjadi keonsensus bersama. 2
A. Muhammadiyah Diantara Nilai Agama Dan .Moral Politik
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan bagian dari daya kreatif hazanah keislaman. Oleh karena itu perkembangan Muhammadiyah adalah sebuah dinamika dan mekanisme hubungan anatara daya kreatif intelektual muslim dengan pasang surutnya gelombang persoalan hidupnya dengan nilai dan kaidah ajaran Islam. Kelahiran dan kemajuan Muhammadiyah mencerminkan suatu kerangka berpikir yang rasional dan metodologis yang berupa pola sikap dan tindakan anggota, kehidupan organisasi dan masyarakat luas secara universal. Perkembangan Muhammadiyah sebagai oerganisasi yang bercirikan Islam, dan tajdid mengendalikan suatu mata rantai hubungan histories dan dialog antara dimensi normative (wahyu Allah) dengan dimensi obyektifumat yang merupakan daya kreatifnya. Mata rantai dialogis tersebut mendorong dinamika sejarah yang senantiasa berkembang dan berubah. Aktivitas dakwah bagi Muhammadiyah adalah merupakan upaya kreatif mengatasi berbagai persoalan kehidupan masa depan Muhamadiyah juga umat Islam akan ditentukan oleh kemampuan sejauhmana dapat memberikan jawaban
2
M. Din Syarnsuddin, Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: P. Panjirnas, 1990, h.168
43
terhadap persoalan dan tantangan, disipilin kesediaannya menenma dan mengelola sikap kritis para warga Muhammadiyah. Maka sudah waktunya disadari bahwa Muhammadyah sebagai organisasi social kemasyarakatan yang bergerak dibidang dakwah dan hazanah pemikiran kelslaman tentu berbagai dampak modernisasi sosial, ekonomi dan politik tentulah sangat berpengaruh terhadap gerak dan dinamika persyarikatan. Bagi persyarikatan Muhammadiyah, dakwah adalah mengajak manus1a kepada Dinul Islam yang dapat dilakukan memalui berbagai aspek aktivitas Muhammadiyah dalam bidang tabligh, pendidikan, sosial-ekonomi dan politik yang di selenggarakan dalam rangka berupa mengembangkan potensi umat khususnya potensi warga Muhammadiyah yang berdimensi pengembangan masyarakat. Mengahadapi
tantangan
demi
tantangan,
adalah
keharuan
bagi
persyarikatan Muhammadiyah untuk menata kembali strategi dakwahnya, dalam arti berorientasi kemasa depan. Dalam konteks ini Din Syamsuddin mengatakan . "Agaknya Muhammadiyah perlu mengembangkan berbagai bentuk dan tipologi dakwah dengan memberikan penekanan pada : pertama; pendayagunaan media massa, guna menciptakan citra yang positif tentang Islam, bias disebutkan sebagai dakwah Lil al-shi 'ar (dakwah untuk syi'ar), dalam dalam bentuk ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana kondusif bagi terselenggaranya proses dakwah itu sendiri. Kedua; pengembangan peranan politik yang signifikan sebagai aktalisasi dari amar ma'ruf nahi munkar, bisa disebut dakwah bi al-Siyasah (dakwah dengan politik)." 3
3
Din Syamsuddin. Muhammadiyalt Kini dan Esok, h. X
44
Kesebawajahan organisasi Muhammadiyah sebagai persyarikatan yang bergerak di bidang dakwah dan menyentuh semua bidang, dalam ha! ini tak luput pula dimensi bidang politik. Keterlibatan Muhammadiyah dalam politik di sini perlu sedini mungkin dijelaskan bahwa politik yang dimaksudkan bukan dalam arti politik praktis, · yakni kerterlibatan pemilihan umum dan perwakilan di lembaga legistatif, politik seperti ini dapat juga dinamakan politik konstitusional yang biasanya dibedakan dengan politik alokatif
B. Pemikiran
Politik Muhammadiyah
Pada
Masa K.H. Abdul Razzaq
Fachruddin
Pada tahun 1982 merupakan ujian bagi gerakan Muhammadiyah termasuk ormas yang lainnnya, karena pada tahun itu diajukannya Ice DPR tentang recana undang-undang organisasi kemasyarakatan yang mengandung pokok persoalan menjadikan pancasila sebagai
satu-satuan azas bagj
seluruh organisasi
kemasyarakatan. Bagi persyarikatan Muhammadiyah mengandung arti dihilangkan azas Islam dari anggaran dasar oraganisasi yang sudah barang tentu membawa konsekwensi perubahan sifat gerak dan tujuan. Di kalangan Islam, baik kelembagaan maupun perorangan memberikan penentangan yang keras terhadap rencana
undang~undang
ini, meneurut mereka
dijadikannya Pancasila sebagai Azas Tunggal mengandung ancaman terhadap
45
keberagaman umat Islam itu sendiri di Indonesia. Penentangan itu ditampakkan dalam berbagai fomm-forum ilmiah dan keagamaan. Muhammadiyah mengambil langkah dengan sangat hati-hati dalam menghadapi prates politik ini. Kehati-hatian tersebut tampak dalam cara Muhammadiyah memberikan respon sejak pemerintah memberi isyarat bahwa sebuah undang-undang keormasan akan diajukan ke DPR hingga menetapkan penerimaan Pancasila sebagi azas organisasi dalam mu 'tamar ke-41 di Surakarta. Sebagai agenda sistematik dalam pemikiran politik, pemerintah setelah berhasil memberikan penerapan Azas llmgga! Pancasila bagi seluruh organisasi kekualan
Politik
berupaya
untuk
memberlakukannya
bagi
organisasi
kemasyarakatan. 4 Muhammadiyah memberikan tanggapan terhadap rnncana undang-undang tersebut dengan diadakannya Sidang Tanwir Muhammacliyah pada bulan Mei 1983. tentang permasalahan ini Muhammadiyah mengambil kesimpulan, antara lain : I. Muhamadiyah
setuju
memasukkan
Pancasila
dalam
anggaran
dasar
Muhammadiyah dengan ticlak merubah azas Islam yang ada sekarang. 2. Masalah tersebut adalah masalah nasional yang dihadapi oleh Pimpinan Pusat secara nasional. Oleh karena itu pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah dan lain-lain tidak dibenarkan untuk mengeluarkan penclapat ataupun mengambil sikap mengenal Azaz Tunggal tersebut . ., Lukman Harun, Muhammadiyah danAzas Pancasi/a, Jakarta: Panjimas, 1986, h. 33
46
3. Pembahasannya dilakukan dalam mu'tamar ke-41. 5
Dengan demikian Muhammadiyah cukup tanggap yakni segera mencan informasi mengenai issu tersebut dan segera membahasnya melalui forum-forum yang
berskala
nasional,
dengan
melibatkan
unsur
Muhammdiyah di seluruh Indonesia.
Pimpinan .
Untuk selanjutnya dalam muktamar ke-41
Wilayah
...
di Surakarta Pak AR
mengatakan, bahwa penerimaan Azas Pancasila adalah bagaikan memakai "Helm" (topi pengaman) bagi pengendara motor. 6 Tiga tahun setelah pengesahan undang-undangan keormasan, !obi Muhammadiyah
mendapat
tantangan
baru
pada
tahun 1988
dengan
mengajukannya kepada DPR Rencana Undang-undang tentang pendidikan Nasional, hal ini mendapat perhatian khusus dari Muhammadiyah, disamping karena organisasi Muhammadiyah bergerak dalam jumlah yang cukup banyak dibidang pendidikan, juga menurut pandangan Muhammadiyah RUU-PN tersebut mengyangkut ha! yang tidak sesuai dengan GBHN,, terutama eksistensi pendidikan Agama. Adapun pokok-pokok tanggapan Muhammadiyah mengenai ha! tersebut adalah antara lain :
5
Lukman Harun, Muhammadiyah dan Azas Pancasi/a, h. 38 Rusli Karim, (cd), Muhammad(vah dalam Kritik dan Komentar, Jakarta: CV. Rajawali, 1986, Cet. Ke-I, h. 325 6
47
1. Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan pendidikan
nasional tercantum pada RUU-PN adalah
Pendidikan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang be1iaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki kesegaran jasmani dan rohani, sedangkan dalam GBHN 1988 disebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indone:sia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkpribadian dan berdisiplin. Dari kutipan tersebut terdapat perbedaan mendasar yang menyangkut kata "beriman" yang dalam GBHN dicantumkan sebelum kata "bertaqwa", ternyata tidak ada sama sekali dalam RUU-Pn. Oleh karena itu rumusan tujuan pendidikan nasional dalam RUU-PN harus disesuaikan dengan GBHN. 7 Seperti
!obi
yang
dilakukan
Muhammadiyah . dalam
rangka
penyempurnaan RUU-PN ini ditujukan kepada pemerintah dan DPR. Disamping pertemuan dengan beberapa pejabat terkait secara formal. Dan juga pertemuan PP. Muhammadiyah dengan beberapa pejabat yang kahirnya diakhiri dengan pertemuan dengan Pimpinan Fraksi di DPR. 8
7
8
Rusli Karim, (cd)., lvfuhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, ha!. 13 Din Syamsuddin, lvfuhamamd(yah Kini dan Esok, h. 200
48
Semua butir dalam poko-pokok pikiran maupun sumbangan pemikiran Muhammadiyah tertampung dalam undang-undang yang kemudian bernama undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. 9 Demikianlah pemikiran politik Muhammadyah dalam kegiatan lobbying dengan pemerintah maupun DPR hingga RUU-PN ini disahkan. Bila kita ingin mengungkap secara tuntas tentang peran dan pemikiran politik Muhamamdiyah dalam berbagai kebijakan pemerintah masih banyak yang dapat dibahas dan disimak seperti Rencana Undang-undang Peradilan Agama dan lain-lainnya sebenarnya Muhamamdiyah senantiasa tanggap akan hal tersebut, yang semuanya terjadi pada masa
kepemimpinan K.H. AR.
F acruddin sampai akhir tahun 1990-an. Disamping itu penulis akan memaparkan secara singkat tentang Pokokpokok Pemikiran KH. Abdur Razzaq Facruddin. Tokoh ini dilihat dari sejarah perjuangannya dalam Muhammadiyah dan kariernya, telihat bahwa pada dirinya, seorang yang ngayomi .umat dan bijak. Kondisi ini sangatlah wajar karena pendidikan formalnya yang sejak kecil di Muhammadiyah serta Pak AR bergaul dan mengajar disana-sini ditambah lagi dengan latar belakang yang mendukung. Pak AR adalah seorang yang
ngerengkuh tentu yang dipikirkan masalah . umat dan rekayasa politik alokatifnya. Sebagimana yang diungkapkan Din Syamsuddin, politik alokafif
9
Syamsuddin, Muhammadiyah Kini dan Esokj, IL 202
49
adalah politik mengalokasikan nilai-nilai tertentu ke dalam kerangka proses politik berdasarkan konstitusi yang telah menjadi konsensus bersama. 10 Nilai-nilai tertentu disini dimaksudkan adalah nilai keislaman yang senantiasa dibawa kedalam misi dan perjuangannya secara matang dan sejarah merupakan alat pijakan yang mengakar. Setelah beberapa lama Pak AR menjabat sebagai ketua Rukun Tetangga (RT), selang beberapa waktu menjadi Kepala Penerangan Agama di Wilayah Daerah
Istimewa
Yogyakarta
dan
Jawa
Tengah.
Ketua
wilayah
Muhammadiyah, dan Pak AR diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DP A) Republik Indonesia. Dalam meniti perjuangan kariernya sebagai pejabat ini, napas Islam dan misi pergerakkan selalu terbawa, sehingga pak AR selalu memperjuangankan nilai-nilai Islam yang sudah tertanam dalam jiwanya.
2. Pemikiran Pak AR Tentang Rekayasa Politik Muhammadiyah Untuk Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Sebagai sarana untuk memperlancar dakwah, maka Muhammadiyah memerlukan "teman" (mitra kerja) sebagai tangan panjang dari gerakan Muhammadiyah, dipegang teguh oleh Muhammadiyah sesuai dengan Islam. Sesuai dengan Undang-undang ke-ormasan No. 8 tahun 1985, mengenal pemberlakuan Pancasila sebagai satu-satunya azas datl juga mu'tamar ke-41
10
Ibid., h. 168
50
di Surakarta, bahwa Muhammadiyah dengan tegas menyebutkan azas Pancasila pada bab II pasal 2 Anggaran Dasar Muhammadiyah, ini mendorong agar kepada Muhammadiyah agar bertambah sungguh-sungguh dalam
memurnikan
dalam
memperkokoh
akidah
Islam,
untuk
itu
Muhammadiyah harus mampu berhubungan dengan "siapa saja". Berikut ini ungkapan Pak AR., sesuai dengan kutipan : "Dengan anggaran dasar Muhammadiyah yang baru, mendorong kepada Muhammadiyah untuk dapat menjadikan Muhammadiyah untuk dapat menjadikan Muhamamdiyah suatu
persyarikatan yang terbuka dapat
berhubungan dan bekerjasama denga semua anggota masyarakat tanpa menggoyahkan kepribadian dan keyakinan serta keikhlasannya." 11 Untuk itu Muhammadiyah harus menjadi "kawan" orang banyak dan sekaligus mempunyai "pendekatan baik kepada umat sebagai obyek dakwah yang bersifat "merengkuh" dan "mengayomi" (meminjam istilah pak AR), maupun kepada organisasi kemasyarakatan yang lain dan kepada pemerintah sebagai kelancaran dalam berdakwah. Keserbawajahan Muhammadiyah kali ini, merupakan konsekwensi logis dari konsepsi dakwah yang dianutnya. Kerana Muhammadiyah adalah sebuah gerakan dakwah Islam sedangkan Islam adalah rahmatan lil'alamin.
11
h.186
K.H. AR Facruddin, Afengenal & Menjadi Muhammadiyah, Malang: UMM Press, 2005,
51
3. Pemikiran Pak AR Tentang Dakwah Untuk Mewujudkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Salah satu sisi persoalan pokok yang clihadapi umat Islam dewasa ini adalah datangnya masyarakat industri, teknologi dan informasi yang berdampak pada sosial-budaya. Masyarakat yang demikian ini cenderung manusia terperangkap kedalam perangkap sistem budaya clan teknologi yang sedemikian rupa sehingga dirinya menjadi komponen yang amat "dependent" dari sistem. Hal ini mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai yang seharusnya sebagai pencipta dan pengendali budaya teknologi malahan menjadi subordinate terhadap sistem budaya dan teknologi tersebut. Akibat lain dari hal tersebut di atas aclalah terjadinya kecenderungan pemikiran materialistik, rasinalistik, sekuralistik. Kecenclerungan tersebut pada gilirannya akan mendorong terjaclinya paham materialisme dan sekualrisme, ha! ini merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan religius masyarakat Indonesia. Di sisi lain persoalan yang dihadapi umat Islam adalah adanya masyarakat yang semakin tergeser kepinggiran, clan ha! ini kita kenal dengan nama kaum Dhu'afa. Masyarakat seperti ini sulit untuk menentukan jalan hidupnya, bahkan untuk memenuhi sehari-haripun terlalu terjal. Kalau Muhammadiyah melihat sejarah Nabi Muhammad saw, nampaknya Islam ini merupakan agama yang sangat memperhatikan kaum dhu'afa, seperti ungkapan Pak AR dalam tulisannya sebagai berikut :
52
"Nampaknya Islam ini merupakan agama yang sangat memperhatikan kaum dhu' afa. Bahkan nabi sendiri selama hidupnya selalu bersama-sama kaum dhu'afa. KH. Ahmad Dahlan ketika memperkenalkan Muhammadiyah pertama-pertama, surat al-ma'un yaitu surat yang tegas-tegas berpihak kepada kaum dhu'afa (anak-anak yatim dan orang-orang miskin). 12
Muhammadiyah rupanya segera perlu memiliki strattegi dakwah untuk masa yang ak!l.n datang. Jika Muhammadiyah tidak segera tanggap perkembangan selama ini tidak ada artinya. Oleh karena itu dakwah yang dilaksanakan selama bertahun-tahun akan dengan mudah dirusak oleh golongan lain yang menguasai informasi.
1 '
AR. Facruddin; Pcningkatan Kulitas Kcpcmimpinan dan Gcralmn dalam Muhammadiyah, dalam; Pergumulan Pemikiran da/am Muhammadiyah. Yogyakarta: Spress, 1990, h. 165
BABV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pembahasan
di
muka
pada
bab-bab
terdahulu
tentang
Muhammadiyah pada masa kepemimpinan KH. Abdur Razzaq, maka dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut : 1. Muhammadiyah adalah organisasi kemasyarakatan yang berdiri sebagai reaksi terhadap lingkungan yang kacau dalam menjalankan syariat Islam dan untuk mengimbangi kristenisasi dari kaum Nasrani. Maka KH. Ahmad Dahlan mempelopori beridirnya Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 Masehi atau bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyyah di Kauman Yogyakarta. 2. Dilihat pada masa kepemimpinan Muhammadiyah KH. Abdur Razzaq Fachrudin khususnya pada periode terakhir, merupakan periode "Pendalaman kepribadian" yaitu periode memuhammadiyahkan orang Muhammadiyyah. Hal dilakukan beliau adalah untuk mempersiapkan dan meninjau kembali apa yang selama ini telah dan sedang dikerjakan. 3. Muhammadiyah
meskipun
sebagai
organisasi
kemasyarakatan
tidak
menjalankan politik praktis sebagaimana halnya partai-partai politik yang ada. Akan tetapi Muhammadiyah cukup menjadi kekuatan politik dan mewarnai politik, dalam aktifitas dakwah amar ma' ruf nahi munkar dan Muhammadiyah
54
tidak pernah lepas dengan apa yang dinamakan politik, karena pengertian politik merupakan bagian atau sub sistem dari arti dakwah Islamiyah secara luas. Hanya politik disini mengalokasikan nilai-nilai Islam melalui organisasi Muhammadiyah ke dalam kerangka politik yang ada di Negara ini sebagai sebuah proses dan consensus di dalam bermuhammadiyah. 4. Muhammadiyah memfungsikan anggotanya untuk mengadakan !obi-Jobi politik dengan aparat terkait untuk mengadakan "dialog ide" maupun "dialog konsep" agar menghasilkan sebagiamana yang diharapkan oleh persyarikatan Muhammadiyah.
B. Saran
Demikianlah bahasan tentang Muhammadiyah pada masa KH. Abdur Razzag Fachruddin ini penulis sajikan dengan segala kekurangan di dalamnya. Dari penjelasan yang telah disimpulkan skripsi
1111
dapat
menjadi
bahan
diatas, penulis berharap besar agar
rujukan
dalam
sejarah
perpolitikan
Muhammadiyah. Selain itu penulis berharap skripsi ini dapat menjadi salah satu literature sejarah bagi para akademisi yang tertarik dengan pembahasan tentang Muhammadiyah, atau bagi kalangan internal Muhammadiyah sendiri. Terlebih dari itu berawal dari kesadaran penulis akan kekurangan skripsi ini penulis meminta bantuan saran, kritik dan masukannya bagi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.
55
DAFTAR PUSTAKA
Kamal Pasya, Mustafa, & Darban, Ahmad Adaby, Muhammadiyah sebagai Gerakan
Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005, Cet.ket-L
-----, Sholeh, Rosyad, & Yusuf, Yusnan, Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003.
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, Cet. Ket.9.
Bakar, Abu, Sekitar Masulmya Islam ke Indonesia lahun 1900·-1942, Jakarta:LP3ES, 1996, Cet. Ket-6.
Syamsuddin, Din, (ed), Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.
Ahmad, Nur & Tanthowi, Pramono U., Muhammadiyah "Digugat" Prosisi di tengah
Indonesia yang Berubah, Jaka1ia:Kompas, 2000.
Peacock, James L. Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia, Jakarta: Citra kreatif, 1986.
Tim Pembina al-Islam dan Kemuhammadiyah, Muhammadiyah, Sejarah. Pemikiran
dan Amal Usaha, Malang: Tiara Wacana Yogya, 1990, Cet. Ke-I.
56
Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai 1908-19./5, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.
Suwarno, M. Margono Puspo, Gerakan ls/am Muhammadiyah, Yogyakarta: Persatuan, 1986, cet Ke-3
Tim Penyusun dan Penerbit Profil Muhammadiyah 2000,
Projil Muhammadiyah
2000, Jakarta: Surya sarana Utama, 2000, Cet. Ket-!.
Yusuf,
Yunan,
Yusro
Rozak
&
Sudarnoto
Abdul
Hakim,
Ensiklopedi
Muhammadiyah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, Cetke-L Facruddin A.R., Mengenal dan Menjadi A1uhammadiyah, Malang: UMM Press, 2005.
Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Gerakan dalam Muhammadiyah, dalam ; Pergumulan Pemikiran dalam Muhammadiyah, Yogyakaiia: Spress, 1990.
Sucipto, Heri., & Ramly, Nadjamuddin, Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad J)ahlan
Hingga A. Syqfii Maarif : AR Fachruddin Jalan Terjal Dakwah Kultural, Jakarta: Grafindo, 2005, Cet Ket-L
Arifin, MT, Gagasan Pembaharuan A1uhammadiyah, Jakarta: Pustaka Jaya, 1987, Cet L
57
Shihab, Alwi, Membendung Arus Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Misi
Kristen di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998.
Karim, Rusli, M, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, Jakarta: Rajawali Pers, 1986.
Rais, Amin, Moralitas Politik Muhammadiyah, Yogyakarta: Dinamika, 1995.
Harun, Lukman, Muhammadiyah dan Azas Pancasila, Jakarta: Panjimas, 1986.
Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.