MEMAHAMI A.L-Qt.JlL\N MELAL~ TEORI ~
Mohammad Jloftqi Dosen Pusat Pengembangan Babasa (P2B) Universitas Islam Negerl Sunan Kalfjaga Yogyakana Email:
[email protected]
Al-Qunin is the comprehensive holy book as its verses and suras are supporting each other harmoniously. Yet its exp1'e$Sions were delivered in global form,tbere arestiJJ so~ difficulties .in lookingfor 1"ekItionslJip between suras and verses arrangement. Therefore, it is necessary to know a theory which can prepare certain steps to understand the relevance between words, sentences, verses, and sums in exegesis interest ofal-Quriincontent. Th.e tbeoryis known as muniisabab. In spite of pbilorophical and methodological controversy if muniisabab is a theory or a method, every exegesis style needs it to discover reasons behind al-Quriin arrangement. Tbis article, by using historical-pragmatic approach, will discuss about the theory of muniisabah in matter of its definition, fundamental assumption, and origin. Then it will analyze some methods to know relationship between verses and sums, munasabah categoryC4lassiflcation, and examples of its aPPlication in exegesis.
Keywords: Muniisabab theory, al-Qunin arrangement, historicalpragmatic approach.
24
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memahami AJ-Qur'an MelaJui Teori MilOi.sabali'
~.;. ~-.J:J·..ul JY \II '-=". ~I~ I aU, t,s- I.T U"..w
.~ ~ .AJ.YJ
,J:?
,-,l:S' iJIr :11 " iJl .
~I} J ~JJN'J I..&~Ij.PI~ .~J';>- \lIJ
J ~\.i.!J.1 ~ ~I..,AJI ~I~ ,a.l...s; I.H o~.J>-')1 ~I).~all iJ.fJJ ~p Jl iJ.J>-'~ I..u.J .~~\'IJ J.,,-JI ~} ~ U')\.JI If ~I ~~IJ ~ J iJI..,AJ1 ~WS-- ~ U'YuJ1 ~ J 4:;'. ~I)z>- ~ i~ .~lJ.I ~.a;Jr-- oJ§,lll ~plJ .d..i~ ~ ~ 0JJN'J
} ~p
~lJ.1 ~lS' 1.)1 ~IJ ~I J-~I ~y>:- J ~ ~)4
y~ \II a;r--
Js- aJJb-..U 4-:-11 Wb ~ ~ ft""lA:lI ..b\ii iJ~ ,~> .iJly4l1 ~~y ~} ~IJJ
~jU ~ J ~ ~lJ.1 ~p 4f'
il~4 ,~I ~~ .!JJ.)
aJlAli olA ~ J
J1 a;w,1
IN'
. LIt-"""iJ ~L.. \II ~I?IJ
,~~\'IJ J.,,-JI ~ U'YuJ1 a;r-- ~> 4f' '~JWI-~I ylp)11
.~I J 'eA_•.,bi ylp)11 ,iJI..,AJ1 iJ~ ~} ,~lJ.1 ~p
tl!..iJ
,~lJ.1 J) ,a.;J
: ~I y)1~ .~JWI-~I
A.
PENDAHULUAN'
Al-Quran adalah kalam Allah, sekaligus merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, yang sampai kepada umat manusia secara mutauiitir (langsung dari Rasul kepada umatnya) (al-ShiibfinI, 1999: 15). Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia (hudan Ii al-niis) dan mengandung seluruh aspek kehidupan seperti akidah, syari'ah dan akhlak (Shihab,
1994: 3).
VoL 2, No, 1,]uni 2014
25
Mohammad Rofiqi
Pada perkembangan selanjutnya, al-Quran ditulis dalam bentuk mushaf, yang kemudian dikenal dengan mushaf 'Utsmiim, karena penulisannya ditetapkan pada masa Khalifah 'Utsman bin 'Mfan (Anwar, 1999: 50). Mengenai penyusunannya, berbagai pendapat merebak di kalangan para ulama. Sebagian ada yang berpendapat bahwa al-Quran adalah tauxjifi, yakni bukan merupakan produk budaya manusia, akan tetapi telah ditetapkan oleh Allah (Anwar, 1999: 52). Dengan kata lain, ia tidak disusun dengan menggunakan metode sebagaimana metode penyusunan buku-buku ilmiah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesan bahwa al-Qudin, baik Dari aspek ajaran-ajaran dan hukum-hukumnya, merupakan satu kesatuan yang utuh (Shihab, 1994: 34), Pendapat lain menyatakan bahwa al-Qudin bukanlah tawqlfi, akan tetapi ia merupakan kreatifitas (ijtiood) panitia empat, yakni Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin aI-'Ash dan 'Abdurrahman bin al-Harits, atas persetujuan 'Utsman (Anwar, 1999: 53). Terlepas Dari pro dan kontra tentang penyusunan al-Quran di atas, adalah sebuah keniscayaan bagi para mufassirdan penuntut ilmu, dalam rangka ijtihad, untuk mengetahui rahasia-rahasia susunan ayat-ayat dan surat-surat al-Quran yang ada saat ini, sehingga dengan bekal pengetahuan tersebut al-Qudin dapat lebih dipahami secara komprehensif dengan cara atau metode baru dalam dunia ilmiah. karena itu, tulisan ini akan mengulas teorl muniisabab kemudian diaplikasikan pada benfuk model penafsiran alQuran.
B.
PENGERTIAN nom MVNASABAH
Secara menu rut al-Suyuthi seperti yang dikutip oleh Anwar, berarti al-musyakalah (keserupaan) dan al-muqarabah (kedekatan) (Anwar, 1999: 50). Contoh yang dikemukakan az-Zarkasyi dalam al-Burhiinfi '[]liim al-Quriin adalah
26
INSYIRAH, Jurnal I1mu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memabami Al-Qur'an MeJallli Teori Munasahah
fuliin yunasib fuliina, berarti Fulan mempunyai hubungan dekat dengan Fulan dan menyerupainya. Dari kata tersebut, muneul kata an-nasfb yang berarti kerabat yang mempunyai hubungan, seperti dua orang bersaudara, putra paman (keponakan), dan lain-lain. Istilah munasabah digunakan dalam 'illat dalam bab qiyiis yang· berarti al-washf al-muqiirlb li al-hukm (gambaran yang berhubungan dengan hukum) (al-ZarkasyI, 2001: 61). Sedangkan seeara terminologi, muniisabah, menurut beberapa ulama, dapat didefinisikan sebagai berikut: menurut alZarkasyi J~ U.b J#I ~ ~y:. \~} :J..,i- j'li ~w.J\. Jika diterjemahkan kurang lebih demikian: "munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami (masuk aka!), jika dihadapkan pada akal, maka akal akan dapat menerlmanya" (al-ZarkasyI, 2001: 61). Menurut Manna' al-Qattan munasabah adalah segi-segi hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara satu ayat dengan ayat lain dalam banyak ayat, atau antara satu surah dengan surah yang lain (al-Qattan, 2001: 138). Dan menurut Ibnu 'Araby, munasabah adalah keterikatan ayat-ayat al-Quran sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung (Anwar, 1999: 85). Sedangkan al-Biqa'i, seeara lebih komprehensif, mendefinisikannya sebagai berikut: 4J1 j::.\ ~Y Jk. ~ u yU r-k .:)..;iil ~i.k r-k. Maksud definisi di atas adalah bahwa munasabah adalah sebuah ilmu yang meneoba untuk mengetahui alasan-alasan balik susunan bagian-bagian dad aI-Quran Cal-Biqa'i, 1969: 6). di atas disimpulkan bahwa Dari beberapa -''''''-'tAU adalah suatu ilmu, atau juga disebut cara atau metode, untuk mengetahui korelasi makna antarayat atau antarkata lain, persesuaian, hubungan atau relevansi sural. antara ayat/surat yang satu dengan ayat/surat yang sebelum atau yang
Vol. 2, No.1, Juni 2014
27
Mohammad Rofiqi
taniisub al-iiyab wa al-suwar", yaitu menjelaskan persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang lain (Djalal, 2000: 154).
c.
ASUMSI DASAR nom MUNAsABAH AL-QURAN
Sebagai dasar pembahasan masalah munasabah ini adalah firman Allah (al-Qattan, 2001: 138):
Artinya: "(iniJab) sebuab kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijetaskan secara terpertnci, yang diturunkart Dart sist Allah yang Maba Bijaksana lagi Maha Tabu". (Q.S. Huud: 1).
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa keteraturan al-Qurlin (baca: penyusunan) yang ada telah disusun sedemikian rupa, sehingga tidak ada yang perIu diragukan tentang "campur tangan" orang lain dalam penyusunannya. Yang berkembang kemudian adalah adanya asumsi bahwa sistematika penyusunan al-Quran, sebagaimana termaktub dalam Musbaj 'Utsrniini, tidak berdasarkan fakta kronologis turunnya. Hal inUah yang menjadi penyebab terjadinya perdebatan di kalangan para ulama tentang urutan ayat-ayat dalam al-Quran. Beberapa pendapat seputar penyusunan ayat-ayat aI-Quran antara lain: L Pendapat pertama, sebagian ulama menyatakan bahwa adalah tawqifi. Ini adalah pendapat jumbiir ulama. Hal ini didukung dengan pendapat bahwa Nabi Muhammad memiliki beberapa penulis wahyu. Mereka menuUs al-Quran dengan ragam tuHsan ini (Rasm 'Utsrniini) dan diakui RasuluUah Cal-ZarqanI, it: 377). Mereka juga menisbahkan tawejift dalam penulisan al-Qurlin kepada sabda Nabi, yaitu "Mereka menyebutkan bahwa Nabi pernah 28
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memahami Al-Qur'an Melallli TeoD
Mun~
mengatakan kepada MU'awiyah, salah seorang penulis wahyu: "Letakkanlah tinta, pergunakan pena, tegakkan "ya''', bedakan "sin", jangan kamu miringkan "mim", baguskan tulisan lafal "Allah", panjangkan "ar-Rahman", baguskan "arRahIm" dan letakkan penamu pada telinga kirimu, karena yang demikian akan dapat lebih mengingatkan kamu." (al-Qattan, 2001: 214). Para ulama yang sepakat dengan pendapat ini, antara lain: Abu Bakar al-'Anbary, al-Karmani, at-Thaibi dan Abu Ja'far al-Nuhas (al-Rumi, 1996: 145-146). Abu Syuhbah juga menyatakan bahwa penyusunan ayat-ayat dalam berbagai surat adalah tawqfji. MalaikatJibril menyampaikan letak ayat-ayat kepada Nabi Muhammad (Syuhbah, tt: 317). 2. Pendapat kedua, beberapa ulama menyatakan bahwa rasm 'Utsmiini bukanlah tawqfji Dari Nabi, tetapi hanya merupakan satu eara penuHsan yang disetujui 'Utsman dan diterima umat dengan baik, sehingga menjadi suatu keharusan yang wajib dijadikan pegangan dan tidak boleh dilanggar (al-Qattan, 2001: 215). Senada dengan hal di atas, 'Iyadl mengatakan bahwa Nabi membaca surah al-Baqarah, an-Nisa' lalu Ali 'Imran keUka beliau shalat, merupakan bukti terhadap susunan surat-surat yang disusun melalui ijtibad para sahabat (al-Rumi, 1996: 147-148). 3. Pendapat ketiga, bahwa susunan sebagian surat-surat adalah tawqfji dan sebagiannya merupakan ijtihad para sahabat. Hal ini juga dinyatakan az-Zarkasyi dan Abu bin Az-Zubair (al-Rumi, 1996: ,1Ji~l~!1ai
perbedaan susunan dan surat mesebagairoana dikutip oleh as-Shiddieqy, adalah menyanDllrkan alasan pada hadits bahwa 'Ustman ibn berkata: "Aku duduk suatu han di sisi Rasul, tiba"Jibnl suatu
29
Mohammad ~ofiqi
datang kepadaku supaya letakkan ayat ini di tempat "ini" Dari surat ini, yaitu ayat 16 Dari surah al-Nahl." (Shiddieqy, 1980: 77). Begitu pula halnya dengan al-Zarkasyi, yang menyatakan bahwa pendapat yang kuat (rfijib) dalam hal penyusunan ayat dan surat dalam alQwin adalah lawqifl(al-Zarkasyi, 2001: 64 dan al-ShaUh, 1977: 70). Penyusunan al-Qurin yang sedemikian rupa nampaknya tidak akan dapat dipahami secara mendalam tanpa ada upaya untuk mengetahui maksud dan tujuan penyusunan tersebut. Surah-surah yang disusun tidaklah hanya mengaridung satu masalah saja, akan tetapi banyak masalah dan saling berkaitan satu sarna lain, sehingga maksud dan tujuannya akan dapat diketahui. Maka dalam memahami satu surah hendaklah keseluruhan ayat atau dengan kata lain memperhatikan awal dan akhir surah. Demikian yang diungkapkan oleh al-Syatibi (Rofi'i, 1997: 168).
D.
ASAL USUL TEOBI MUNAsABAH
Sejauh pengamatan penulis, tidak ada yang menyatakan secara langsung tentang asal usul munculnya teorl munasabah. Akan tetapi, Darl buku tafsir al-Mishbah, karangan Dr. Quraish Shihab dapat ditemukan indikasi munculnya teorl munasabah ini. Berawal Darl asumsi dasar teorl munasabah, bahwa susunan ayat-ayat dan surah-surah al-Quran adalah tawqifi-meskipun juga ada yang mengatakannya bukan taUX/ft, tetapi berasal Dari 'Ustmansebenarnya dapat dicermati bahwa di b
30
FakhruddIn ar-RazI(606 H/121 M). Ia menyatakan dalam tafsirnya, Mafotib al-Gbaib, bahwa siapa yang memperhatikan INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memabami AI-Quean Melalui TeoD Mllnasahah
susunan ayat dalam satu surah, ia akan mengetahui bahwa al-Quran, selain mengandung mukjizat Dari aspek bahasa, juga mengandung mukjizat Dari aspek susunan dan urutan ayat-ayatnya. 2. IbrahIm Ibn 'Umar al-Biqa'I(809-885 H/1406-1408 M) dengan karyanya Nazhm ad-Durarfi Tanasub al-Ayiit wa as-Suwar. Karya ini disusun begitu lama kurang lebih selama 14 tahun. Tafsir ini lebih mencermati hubungan urutan ayat. 3. Abu Ja'far Ahmad Ibn IbrahIm Ibn az-Zubair Cw. 708 H) dengan karyanya al-Mu 'allim Bi al-Burhiin fi Tarnb Suwar al-Quriin. Kitab ini berbicara tentang hubungan antarsurah saja dan bukan hubungan ayat dengan ayat maupun kata dengan kata. Kitab inilah yang menjadi rujukan al-Biqa'I. 4. BadruddIn Muhammad Ibn 'Abdullah az-ZarkasyICw.794 H) dengan karyanya al-Burhiin. Ia menulis tentang sistematika Al-Quran.
5. JalaluddIn as-SuyUthljuga tercatat sebagai ulama yang membahas tentang munasabah, dengan karyanya Asriir Tarnb al-Quriin dan al-Itqiin, meskipun karyanya ini dianulir oleh Muhammad Rasyld Ridha sebagai saduran Dari karya Abu Ja'far. Syekh Muhammad 'Abduh. Ulama abad 20 ini juga memberi perhatian kepada hubungan antarayat dan tema-tema pokok Yang menjadi patokannya dalam membahas hubungan-hubungan antarayat adalah kesatuan uraian surah. Dari penjelasan di atas, dapat diindikasikan bahwa susunan antarayat antarsurah memiliki di hati mufassir mereka. demikian dapat ....u;~ kan bahwa pada masa para mufassir itu hidup, pendekatan dalam sudah ada dan pengkajian al-Quran melalui ....,,"-
satu cara atau
Vol. 2, No.1,
2014
.-n"",~",rl""
31
Mohammad Hofiqi
memahami aI-Quran. Maka secara tidak langsung upaya untuk mengetahui penyusunan ayat dan surah tersebut dapat diketahui berdasarkan ijtihad (Azra, 2001: 77).
E.
CA.IlA MENGETAHUl MUNASAPAH AYAT DAN SUBAH
Untuk mengetahui muniisabab atau korelasi antarayat atau antarsurat diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. Beberapa la'P-gkah
1. Memperhatikantuj\lfln pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian, 2. Memperhatikan uraian ayat-ayatyang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat, 3. Menentukan tingkatan uraian-uraian itu, apakah ada hubungannya atau tidak, Dalam mengambil kesiropulannya, hendaknya memperhatikan ungkapan-ungkapan bahasannya dengan benar dan tidak berlebihan. Dan Nazbm adyang dikutip oleh pokok yang mengantar pada pengetaten.tanlg hubungan antarayat dalam seluruh aI-Quran adalah oleh surah diturunkan, serta yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut menyangkut t'lr"HTCl '"'vuLJ. ...a'v, 2006: xxv). I J " .........
tetapi selalu ada relevansi dengan sural menyatakan bahwa adalah hal mudah mencari hubungan ayat dengan tetapi sukar mencari hubungan sural dengan surat lain (Zuhdi, 1993: 196).
32
INSYlRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memabami AJ-Q]If'an MeJaJui TeoriMunisabab:
F.
BERBAGAI MACAM DAN KATEGORI MUNASABAH
Berikut adalah beberapa macam muniisabah dalam aI-Quran menurut beberapa ulama (Anwar, 1999: 86-99):
1. Munlsabah antara surat dengan surat sebelumnya. Berilmt adalah contoh munasabah antara surat dengan surat sebelumnya yang berfungsi menerangkan atau menyempumakan ungkapan pada surat sebelumnya. Pada surah al-Fatihah: 1, terungkap di dalamnya alhamdulilliih yang berkorelasi dengan surah al-Baqarah: 152.
Terjemahannya: "Dengan menyebut nama Allab yang Maba Pemurab lagi Maba Penyayang". (QS. al-Fatihah: 1).
~ ~..,;65" ~j ~ iJ.;W'(, rti1f ~J~U Terjemahannya: ''Karena itu, ingatlab kamu kepada-Ku niscaya
Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlab kepada-Ku, dan janganlab kamu mengingkari (nikmatJ-Ku". (QS. al-Baqarah: 152).
Contoh Iainnya terdapat pada ungkapan rabb 'alamfn dalam surah al-Fatihah yang berkorelasi dengan surah al-Baqarah: 21-22. ~~1.;1I.:.-,' '~~I '"
,.
4 ,~;;jl
'),;
Terjemahannya: "Segala Puji bagi Allah, Tuban semesta alam". (QS. al-Flitihah: 2).
:.YQ1.2,.No. 1, Juni 2014
33
Mohammad Rofiqi
Terjemahannya: 'Hai manusia, sembablab Tubanmu yang Telab menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialab yang menjadikan bumi sebagai bamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (bujan) DaTi langj~_lq,!u dia mengbf!§j!kt:!!l~gfl.n buj~n itu segala buah-buaban sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlab kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allab, padabal kamu mengetabui". (QS. al-Baqarah: 21-22). '
2. Mlmisabah. aotaI"a nama sUrat dan tujuan turunnya. Setiap surat memiliki tema pembicaraan tertentu, yang menunjukkan topik pembahasan sehingga mudah untuk mempelajarinya, seperti surah al-Baqarah, surah Yiisuf, surah an-Naml dan surah al-Jinn (alZarqani, tt: 351). Salah satu contoh adalah surah al-Baqarah: 67-71.
~
J","
J
~ GJ ~
-nt GJ t!1 Iyli ~ -.::,.,;:p ~ l.,ldl! ~'~ ~ ".,
..-.
J"
•
J
• J ''''''''''
,
~ ~~~ fj ~ 4S:;J &li ;1~i ;, i~ ttj J~ -'~J Jli ~4S~
Terjemahannya: "Dan (ingatlab), keUka Musa Berkata kepada kaumnya: "Sesunggubnya Allab menyurub kamu menyembelib seekor sap; betina. "mereka berkata: ''Apakab kamu bendak menINSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memahami AJ-Qur'an Me1aJui Teori Munasabah
jadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang Dari orang-orang yangjahil". Mereka menjawab: "mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar dia menerangkan kepada Kami; sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah beifirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu ". Mereka berkata: ''Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya. " Mereka berkata: ".il1ohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina ftu, Karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan Sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)." Musa berkata: "Sesungguhnya Allah beifirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. " mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu". (QS. al-Baqarah: 67-71).
Cerita tentang sapi betina dalam surah al-Baqarah ini mengandung pembicaraan tentang kekuasaan Allah, kebangkitan sesudah mati, dan lain sebagainya (Departemen Agama RI, : 7).
3. Munasabah antarbagian suatu ayat. Munasabah pada bagian ini perlawanan tadhadat). Contohnya adalah ....
fi
i.$j:::.1 ~
Vol. 2, No.1, Juni 2014
35
Mohammad Rofiqi
Terjemahannya: "Dialah yang menciptakan langtt dan bumi dalam enammasa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy, Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumt dan apa yang keluar Darlpadanya dan apa yang turun Dart !angit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan". CQS. al-Hadid: 4)
Kata yaliju (masuk) dan yakbruju (keluar), dan kata yanzilu (turun) dan ya'ruju (naik) merupakan korelasi perlawanan.
4.
Munlsabah anwayat yang Ietaknya berdampingan.
Munasabah antarayat terlihat dengan jelas dan umumnya menggunakan pola ta 'kid (penguat), tafsir (penjelas), i'tiriidh (bantahan) dan tasydfd (penegasan) (Anwar: 1999: 92). Contoh yang menggunakan pola ta 'kid (salah satu ayat memperkuat makna ayat atau bagian ayat yang di sampingnya) adalah surah al-Fatihah: 1-2 (Anwar: 1999: 92-93).
-...::. ~ .- :7':1 ;. ;j"1 '"....»..1, ~ ;r! .~J~
''·If'', ~~~~ ~ ",. ~f
Terjemahannya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha PepP:t~1}a1Ja'tla Segala puji bagi Allah, semesta
Kata
merupakan penguat
ar-Rabmiin dan ar-
Contoh pola satu ayat atau bagian ayat tertentu ditafsirkan oleh ayat atau bagian surah 1999: 93).
36
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memabami Al-Qur'an Melalui Teod Munasabah
Terjemahannya: "Kitab (AI Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menajkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka". CQS. al-Baqarah: 2-3).
Kata muttaq"in pada ayat kedua ditafsirkan maknanya oleh ayat ketiga. Contoh pola i'tiriidb (jika satu kalimat atau lebih yang tidak ada kedudukannya dalam struktur kaHmat, baik di pertengahan kalimat atau di antara dua kalimat yang berhubungan dengan maknanya) adalah surah an-Nah!: 57 (Anwar: 1999: 93-94),
Terjemahannya: "Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suei Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (vaitu anak-anak lakilaki}". CQS. an-Nahl: 57).
Kata Subhiinahii pada ayat di atas merupakan bentuk i'tiriidb Dari dua ayat yang mengantarnya. Kata itu merupakan bantahan bagi klaim orang-orang kafir yang menetapkan anak perempuan bagi Allah. Contoh pola tasydid (jika satu ayat atau bagian pertegas arti ayat yang terletak di surah 6-7 (Anwar: 1999: 94).
Vol. 2, No.1, Juni 2014
37
Mohammad Rofiqi
Ungkapan asb-sbiriitb al-mustaqfm pacla ayat 6 dipertegas oleh ungkapan sbiriitballadZina ... " Kedua ungkapan yang saling memperkuat itu terkaclang ditanclai dengan huruf athaf clan terkaclang tidak diperkuat.
5.
Muni.sabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat selanjutnya. Dalam hal ini, sejauh pengamatan penulis, TafSir al-Misbiib adalah tafsir yang menjelaskan hubungan atau korelasi seperti ini. Dalam surah al-Baqarah, Quraish Shihab, membaginya clalam beberapa kelompok ayat. Misalnya dalam kelompok ayat yang pertama, ayat 1-20, Allah menjelaskan tentang kebenaran al-Qudin bagi orangorang yang bertaqwa. Dan pacla kelompok ayat yang kedua, ayat 21-29, dijelaskan tentang tiga kelompok manusia clan snat yang berbecla-becla, yaitu mukmin, kafrr dan munaftk (Shihab, 2006: 85-119).
6.
Muni.sabah antara fiisbilab (pemisah) dan isi ayat. Jenis munasabah ini mengandung tujuan tertentu, di antaranya aclalah untuk menguatkan makna yang terkandung di clalamnya. Misalnya adalah ayat 25 Dari surah al-Ahzab. #"
~j
~
1'1
Jk
r
!.,J~ .;J /C~- ..) 4"
•
""
1'"
#
#'.#'
.. "
IJ';£ ~;UI
til:
, G ::
-J!
s"J
<$
.ull .ljj lL~...A
J'l4J1
-
"Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak keuntungan apapun. dan Allah menghinIJiirkan ora:nfl·-orllnfl mukmin Dari peperangan, dan adalah Allah Maha Re(,~aa,an
Perkasa". (QS. al-Ahzab: 25).
orang-orang mukmin Dari peperangan, bukan karena menganggap lemah, melainkan karena Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Aclanya fiisbilah dalam ayar ini bertujuan agar pemahaman terhadap ayar ini lurus dan sempurna (Anwar: 1999: 97-98). 38
INSYlRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memahami AI-Qur'an MelaJuj Tend Muniisabah
MUflasabah antara awal surat dengan akhir surat yang
7.
sarna.
Munasabah semacam ini dapat dilihat pada surah al-Qashash, yang mengawali kisahnya dengan penjelasan perjuangan Nabi Musa a.s. ketikaberhadapan dengan kekejaman Fir'aun. Dan pada akhir surah ditutup dengan berita gembira bagi Nabi Muhammad agar selaiu sabar menghadapi cobaan seperti itu. Dan pada awal surah al-'Ankabut diawali dengan hiburan kepada Nabi Muhammmad saw dan para sahabatnya (Departeman Agama R.I, 1971: 625).
8.
MUflasabah antara penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya. Contoh munasabah seperti ini dapat dilihat pada awal surah alBaqarah, ayat 1-2, yang bermunasabah dengan akhir surah al-Fatihah, ayat 7. Para ulama yang menekuni 'Um munasabiit al-Quranl keserasian hubungan-hubungan bagian-bagian al-Quriin, menurut Quraish Shihab, mengemukakan dan membuktikan keserasian yang dimaksud dalam enam hal berikut (Shibab, 2006: xxiii): 1. Keserasian kata demi kata dalam satu surah.
2.
Keserasian kandungan ayat dengan ffishilat, yakni penutup surah.
3. Keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya. Keserasian uraian awal penutupnya.
5. Keserasian penutup surah dengan
satu surah
u ..... uJ<..'n
awal (mukaddimah)
surah sesudahnya.
6. Keserasian lema surah dengan nama Manna Khalil al-Qaththan, terdapat juga munasabah yang terletak lawan seperti surah alGhasyiyah: 17-20.
Vol. 2, No.1, Juni 2014
39
Mohammad Rofiqi
Terjemahannya:''Maka-apaltabmerelta~ksn unto
mgatmana dia diciptakan, Dan 14ngtt, b4S4tmana ia ditinggtlean? Dan gunung1?unung mgaimana ia ditegakkan? Dan bumt bagaimana ia dibamparleanr (QS. al-Ghisyiyah: 17-20)
Pada ayat-ayat tersebut terdapat kata unta, ·langit dan gunung-gunung. Hal ini karena memperhatikan adat dan kebiasaan orang-orang yang tinggal eli padang pasir, eli mana kebidupan meteka bergantung pada unta sehingga mereka amat memperhatikannya. Keadaan demikian tidak akan berlangsung jika tidak ada air yang dapat menumbuhkan rumput untuk makanan dan juga minuman unta. Jika turon hujan mereka akan mencari tempat perlindungan dan tempat berlindung yang paling baik adalah di gunung-gunung. Mereka memerlukan air dan reromputan, sehingga mereka meninggalkan suatu daerah menuju daerah yang lain. Dengan mendengar ayat-ayat tersebut bati mereka akan menyatu al-Qattan, 2001: 139-140). Beberapa kategori sifat munasabah di antarariya adalah Zhahirnllrtibiith (persesuaian yang nyata), yaitu persesuaian antara bagian al-Quran yang satu dengan yang lain tampak jelas dan kuat, karena keeratan hubungan kalimat yang satu dengan yang lain. Misalnya, surah aI-Ism': 1 .
r=-ii J'\J ~~
,. 'iT ~ ..-'
~,..
~tl
'."
~ ~~
",f - 1f ~ ..... '
t:>J"'M 1..>"
;. .1~1 ""1;:IJ,; ~ ~ ~~ GS"'fi (.$) ~Vt ~:.. ;ir Terjemahannya: "Maba Suet Allah, yang Telab memperjalankan bamba-Nya pada suatu malam Dart Al Masjidtl Haram ke Al
Masjidil Aqsba yang Telab kamt berkabi sekelilingnya agar kamt
~,JumalllmuBahasa
Arab dan Studi Islam
Memabami Al-Qur'an MeJalui Tead Munasahah
perlihatkan kepadanya sehagian Dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. al-Isra'; 1), yang menjelaskan ism' Nabi
Muhammad, sedangkan ayat kedua .• ..,4
\..I"'"
lA~ J ,
1f
1'j:~1J
~,
-,j
~
~~ ~t;i;;... ~T ,..:.,~ ~I~. tJ J. ..., *
'"
\..;;t
:../I
Terjemahannya: ''Dan kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) dan kami jadikan Kitah Taurat itu petunjuk bagi Bani ]srail (denganflrman); 'Janganlah kamu mengambil penolong selain aku, "(QS, al-Isra': 2), menjelaskan diturunkannya kitab Taurat kepada Nabi Musa. Kedua ayat tersebut sarna-sarna rnenjelaskan diutusnya dua orang Nabi (Djalal: 2000: 155-156). Kategori yang kedua adalah Khaflyyul Irtibiith (persesuaian yang tidak jelas), yaitu persesuaian antara bagian al-Qudin yang satu dengan yang lain yang tidak tampak adanya pertalian antara keduanya, bahkan seolah-olah masing-masing ayatlsurat berdiri sendiri. Misalnya, surat al-Baqarah, ayat 189
'iJ1ereka bertanya kepadamu tentang
rumah-rumah itu kamu be1"Untung".
dengan ayat 190.
VoL 2, No.1,
2014
41
Mohammad Rofiqj
Terjemahannya: ''Dan perangilah di jalan Allah orang-orangyang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas". (QS. al-Baqarah: 190). Ayat pertama menjelaskan tentang bulan tsabit/tanggal-tanggal untuk tanda waktu dan jadwal ibadah haji, sedangkan ayat kedua menjelaskan perintah untuk menyerang orang-orang yang menyerang umat Islam. Kedua ayat tersebut seolah-olah tidak ada hubungan, tapi sebenarnya ada, yaitu jika pada musim haji umat Islam diserang musuh, maka harus dibalas, meskipun sebenarnya dilarang untuk berperang (Djalal: 2000: 156-157). Perhatian mengenai suatu hal, jarang bisa sempurna hanya dengan satu ayat saja. Oleh karena itu, beberapa ayat ada yang berfungsi sebagai penguat dan penerang Ctawkidan wa ta/siran), penghubung dan penjelas ( 'atb/an wa bajiinan), pengecualian dan pengkhususan (istitsnii-an wa basbran) dan penengah dan pengpembicaraan 'tiriidhan wa tazdjilan) (Zuhdi: 1993: 167).
G.
APllKASlTEOlU MUNASABAHDAIAM PENAFSmAN AL-
QURAN 'dhuhii
'dhan". AI-Qudin itu bagian-
bagiannya saling menafsirkan (Shihab, 2005: 10-11). Nampaknya ungkapan di atas merupakan impHkasi muniisabah, yang kemudian "bermuara" pada tafsir tematik (maudhii'O. Ta/sir al-Quriin hi al-Quriin merupakan model penafsiran
yang paling tinggi martabatnya (Zainu, 1995: 15). Dalam penafsiran al-Qurnn dengan al-Qurnn ini dikenal dua model metode tafsir, yaitu:
42
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
-
Memabami AJ-Qur'an MeJalui Teori MUlljsabab
1. TafSir Muttashil, yaitu penafsiran terhadap suatu ayat dengan ayat berikutnya secara berkaitan atau berhubungan (Shihab, 2005: 11-12). Contohnya adalah ayat 2 Dari surah al-Qadr.
~-1lil1 ~ ~.llJ);f"tj Terjemahannya: ''Dan tabukab kamu apakab rnalam kemuliaan itu?" CQS. al-Qadr: 2). Jika ayat ini diletakkan terpisah dengan ayat lainnya, maka tidak akan diketahui maksudnya. Maka kemudian dikaitkan (disambung) dengan ayat selanjutnya, yaitu dengan ayat 3,
Terjemahannya: ''Malam kemuliaan itu lebib baik Dart seribu bulan". CQS. al-Qadr: 3), sehingga dapat dipahami maksudnya. Contoh lain adalah surah al-Thanq: 1-3,
O~l!Ji ~I Qj~ttJi ~ ~j:)f"tj O~-l~'j :T~!'t Terjemahannya: Demi langit dan yang datang pada malam bart, Tabukab kamu apakab yang datangpada rnalam bart itu? (yaitu) bintang yang cabayanya menembuS'. CQS. al-Thiiriq: 1-3) yang mana ayat yang satu dengan yang lainnya saling menjelaskan cZainu, 1995: 15-16).
2. TafSir Munfashil, yaitu penafsiran terhadap satu ayat dengan ayat lain yang berbeda tempat; maksudnya ayat dengan ayat lain dalam surat yang lain. Contohnya adalah surah an-Nisa': 48
~j ~:1!.i~~IS 0J~ ~ ).~ ~~ ilAuf~J ~:&I0j
-2; No. 1, Juni 2014
43
Mohammad Rofiqi
Terjemahannya: "Sesunggubnya Allab tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain Dari (syirik) itu, bag; siapa yang dikebendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allab, maka sunggub ia telah berbuat dosa yang besar. "CQS. an~Nisi': 48) dengan surah az-Zumar: 53.
DJ~~j~j~ 1,t.:i1 ~ ~"t!Ji:,f ~ Ij~f~)iiS},l:~~. ~
'~ii'".JA ~11L1~ ,;..,. !~i;.6~~i , ~.-yy.,
''-tj ~r-ef .)
Terjemahannya: ''Katakanlab: ''Hai bamba-hamba-Ku yang malampaui batas terbadap diri mereka sendiri, janganlab kamu berputus asa Dari rabmat Allah. Sesunggubnya Allab mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesunggubnya Via-lab yang Maba Pengampun lag; Maba Penyayang. CQS. az-Zumar: 53).
Maksudnya adalah semua dosa akan diampuni oleh Allah, kecuali syirik. Di antara sekian tokoh yang mengembangkan teoti munasabah ini, sejauh pengetahuan penulis, adalah Fakhruddin ar-Rizi dengan karyanya Mafotih al-Ghaib, Ibriihim ibn 'U1llil:r al-Biqa'i dengan karyanya Nazhm al-Durarfi Taniisub al-A)iit wa al-Suwar, Badruddin Muhammad ibn 'Abdullah az-Zarkasyi dengan karyanya al-Burhiinfi 'OOm al-Quriin, JaIaluddin as-Suyiithi dengan karyanya Astiir Tarlfb al-Quriin~ dan lain-lain (Shihab, 2006: xxiii-XXV). Pada perkembangan selanjutnya, fenomena al-Qur'an yufassirn ba'dhubii ba'dhan, dikembanglGlfl secara luas oleh para ilmuwan dan para mufassir dalam tema-tema pokok surah ai-Quean, di antaranya adal~ Sayyid Quthub, Muhammad Hijazi, Ahmad BadawI, Syeikh Muhammad 'Ali Ash-Shabiini, dan lain-lain (Shihab, 2006: xxviii).
Dati sekian ilmuwan dan mufassir, nampaknya kita tidak bisa mengetepikan seorang Quraish Shihab, seorang mufassir Indonesia, yang telah mencoba "membumikan" al-Quean dengan
44
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memahami AJ-Qur'ao MeJaJuj Teori Muoisabah
karyanya "Wawasan al-Quran" yang banyak memberikan kontribusi dalam pengembangan wacana al-Quran. Metode tafsir tematik (maudbii 1) yang dikembangkan oleh Quraish Shihab melalui karyanya tersebut mencoba menjelaskan alQuran secara normatif-teologis, sehingga masing-masing pembaca bisa berdialog dan berkonsultasi dengan al-Quran sesuai dengan problem dan kebutuhannya (Hidayat, 1996: 198). Yang berkembang selanjutnya adalah tafsir tematik yang menjadi "trend" dan perbincangan hangat di kalangan para akademisi, sehingga muncul istilah konsep "intertekstual" yang menjadi kajian "menggiurkan", yang pada hakikatnya muncul sejak lahirnya semua kitab sud. Akan tetapi baru diperkenalkan oleh kritikus kontemporer baru-baru ini. Cara penafsiran silang atau mencari jawaban dengan menemukan makna pada ayat lain yang berbeda konteksnya dan dengan menggunakan metode interteks al-Quran, maka akan berkembang pada pemahaman konsep dan wawasan konteks (Hidayat, 1996: 121). Dengan demikian, al-Quran akan selalu berkembang dan sesuai dengan waktu dan tempat (sbalibun Ii kulli zamiin wa maJa:in). Tafsir semacam inilah yang dicoba dikembangkan oleh para mufassir kontemporer, semisal Muhammad Shahriir. Aplikasi Dari metode intratekstual, yang dikenal dengan tarnl dalam istilah Shaluiir -seorang pemikir kontemporer dengan karya monumentalnya yang sekaligus kontroversial al-Kifiib wa al-Qu1iin; Qi1ii 'ab Mu asbirab-, menurut Sahiron, adalah dengan memanfaatkan pendekatan semantik, yang dikenal dalam linguistik modern, dengan analisis paradigmo-sintagmatik. Metode intratekstual adalah dengan menggabungkan atau mengkomparasikan seluruh ayat yang memiliki topik pembahasan yang sarna. Adapun hubungan paradigmatik adalah sebuah analisa bahasa yang dipergunakan untuk memahami makna kata dengan cara membandingkannya dengan kata-kata lain yang memiliki kemiripan makna atau memiliki makna
Vol. 2, No.1, Juni 2014
45
Mohammad Rofiqi
yang bertentangan (Shahriir, 2004: 6-7). Sedangkan hubungan sintagmatik, seperti yang diungkap oleh Mustaqim, adalah hubungan yang dimiliki sebuah kata dengan kata-kata yang berada di depan atau di belakangnya (Mustaqim, 2003: 128). Berikut adalah salah satu contoh penafsiran "gaya baru" ala Muhammad Shahriir dalam surah Ali-'Imran: 14:
Terjemahannya: "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wan ita-wan ita, anak-anak, harta yang banyak Dan jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. ltulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-Iah tempat kembali yang baik (surga)". (QS. AU-'Imran: 14). Menurut Shahrilr, makna kata: Kata al-Nlis mencakup kedua jenis: Laki-laki dan perempuan. Sedangkan kata al-Nisii 'berarti yang datang atau sesuatu yang baru muncul CMuhdlor, merupakan bentuk jamak mudah yang benda-benda yang Berbeda penafsiran umum yang ,-,,,",,,au,," jamak Dari kata ai-Ibn asal katanya artinya adalah "anak" (ShahrUr, 1990: 638644 dan Harlin, 1969: Dad bisa dalam sebuah format baru: "Difithrahkan umat manusia kecenderungan untuk menyukai hasil kerjanya, bangunan-bangunan megah, harta berlimpah yang terbuat Dari emas dan perak, kuda pilihan dan bmatang-bmatang Dan jenis ternak serta pekerjaan/profesi yang menghasilkan keuntungan. Semua itu 46
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memabami Al-Qur'an Melaluj Teorj Munasabah
adalah kesenangan hldup dl dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." Dan penjelasan di atas, nampaknya ShahrUr ingin sesuatu yang lebih sesuai (baca: nuansa baru) dengan konteks yang ada, sehingga makna yang terkandung al-Quran akan terus hidup dan berkembang.
H.
PENUTUP
Teon Muniisabah (kesesuaian/keserasian) merupakan salah satu model pendekatan al-Quran secara tematik. Dengan mengkomparasikan ayat demi ayat, surah demi surah, maka akan diketahui hubungan-hubungan antar satu dengan yang lain. Oleh karena kesuHtan menemukan hubungan antarayat/antarsurah, maka dibutuhkan kejelian dalam menemukan maksud dan tujuan serta uraian ayat yang dimaksud. Memahami al-Quran melalui teon muniisabah ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh para mufassir. Dengan demikian, pintu ijtihad terbuka lebar untuk memahami al-Quran dengan cara ini, sehingga al-Quran semakin menarik untuk dikaji. Tafsir tematik (maudbii 'i), yang dikembangkan oleh beberapa mufassir dan pemikir kontemporer, merupakan aplikasi Dan teori munasabah. Dengan menggunakan pendekatan (nash) al-Quran akan selalu dan sejalan dengan perkembangan zaman.
Vol. 2, No.1,
2014
Mohammad Rofiqi
DAFfAR PUSTAKA
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer ArabIndoneSia, eel. V, Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Krapyak, 1999. Anwar, Rosihun, 'Ulumul Qur'an untuk lAIN, STAIN dan PTAIS, Bandung, Pustaka Setia, 1999. Azra, Azyumardi, (ed.), Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an, eel. III, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2ool. Biqa'I, BurhanuddIn Abr aI-Hasan IbrahIm bin 'Vmar al-, Nazhm al-Durar fi Taniisub al-Ayiit wa al-Suwar, jilid I, eet. I, Hiderabad: Dar al-Ma'arif al-'Vtsmaruyah, 1969. Departemen Agama R.I., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara PenteIjemah/Pentafsir Al-Qurlin, 1971. Djalal, Abdul, 'Ulumul Qur'an, eet. II, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000. Hamn, Abdus SaHlin Muhammad, (ed.) Mu 'jam Maqiiyis al Lughah Ii Abf al Husain Ahmad bin Faris bin Zakariyii, jilid I, .Mesir: Maktabah wa Mathba'ah Musthafa al Babi al Halabi, 1969. Hidayat, Komaruddin,Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, eel. I, Jakarta: Paramadina, 1996. """«uaj,,,,
IVlantna Khalil
Studt llmu-ilmu al-Qur'an,
Mudzakir
AntarNusa, 2001. Studt Kompleksitas
Amirul Hasan dan Muhammad Halabi, eet I, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996. al-Qur'an,
Shabuni, Muhammad Studi Ilmu al-Qur'an, eel. I, Bandung: Pustaka Setia, 1999. ShaUh, ShubhI JVfabiihitsfi al-'Um li al-MalayIn, 1977.
al-Quriin, eet.
Aminuddin, Beirut:
Muhammad, al-Kitiib wa al-Quriin; Qirii 'ah Mu ashirah, eeL II, Damaskus: aI-AhaII Ii al-Thiba'ah wa al-Nasyr, 1990.
48
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Memahami Ai-Qur'an Melalui Teod Munasabah
_____, Metodologi Fiqihls1am Kontemporer, eel. II, terj. Sahi-
ron Syamsudin dan Burhanudin, Yogyakarta: Elsaq Press, 2004. Shiddieqy, T.M. Hasbi ash-, Sejarab dan Pengantar Ilmu al-Quriinl Tafsi'r; eel. VIII, Jakarta: Bulan Bintang, 1980. Shihab, Quraish, lvfembumikan al-Quriin,. Fungsi danPeran Wahyu dalamKehidupanMasyarakat, eet. VI, Bandung: Mizan, 1994. _ _ _ _, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian alQuriin, eeL VI, voL I, Jakarta: Lentera Hati, 2006.
Shihab, Vmar, Kontekstualitas al-Qur'an: Kajian Tematik atas Ayatayat Hukum dalam al-Qur'an, eet. III, Jakarta: Penamadani, 2005. Syadali, Ahmad dan Ahmad Rofi'i, Ulumul Quran 1, eel. I, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Syamsudin, Sahiron, dkk, Hermeneutika al-Qur'an Mazhab Yogya, eel. I, Yogyakarta: Islamika, 2003. Syuhbah, Muhammad Muhammad Abu, al-1'vfadkhal Ii Diriisah alQuriin al-Katfm, eel. II, Kairo: Dar al-Fikr, Lt. Muhammad JamB, Bagaimana lvfemahami al-Qur'an, terj. Salafuddin Aj, eet I, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1995. BadruddIn Muhammad bin 'Abdullah al-, al-Burhiin al-Quriin, jilid I, 200l.
al1, eel.
Vol. 2, No.1, Juni 2014
49