Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN REMAJA PUTUS SEKOLAH ( Studi Kasus Di Desa Banyubang Solokuro Lamongan )
Moh. Ja’far Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Latar belakang Rendahnya tingkat dan kesadaran akan pentingnya pendidikan di Indonesia merupakan pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi pemerintah guna memajukan peradaban dan tingkat kehidupan yang lebih baik dan mandiri. Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia mendorong timbulnya berbagai permasalahan sosial yang kian hari semakin meresahkan bangsa Indonesia. Salah satu faktor yang dapat menjadi tolak ukur rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia adalah tingginya angka putus sekolah anak usia produktif (usia sekolah). Selain tingginya angka putus sekolah, rendahnya minat anak bahkan orang tua untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dirasakan masih sangat kurang. Adapun satu hal pokok di atas dapat menjadi satu alasan betapa rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia yang memang bila ditelaah lebih mendalam bukan hanya pemerintah saja yang perlu berpikir jauh, namun masyarakat dan tentunya para orang tua harus memahami benar betapa pentingnya pendidikan untuk bekal hidup maupun sebagai anggota dalam sistem tatanan masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Putus sekolah didefinisikan sebagai mereka yang pernah bersekolah di salah satu tingkat pendidikan, tetapi pada saat survey berlangsung mereka tidak terdaftar di salah satu tingkat pendidikan formal, Kelangsungan hidup bangsa kedepan berada ditangan anak-anak dimasa sekarang. Jika menginginkan kesenangan dimasa yang akan datang maka anak juga memperoleh haknya dimasa sekarang. Misalnya tempat bermain, pendidikan, jaminan kesehatan, dan lain sebagainya. Sebagai perwujudan rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa. Anak merupakan bagian dari generasi muda, penerus cita-cita, dan perjuangan bangsa. Disamping itu, anak merupakan sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan dari berbagai ancaman dan gangguan agar supaya hak-haknya tidak terabaikan. Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication
Angka Putus Sekolah mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu, hal ini sering digunakan sebagai salah satu indikator berhasil/tidaknya pembangunan di bidang pendidikan. Penyebab utama putus sekolah antara lain karena kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak sebagai investasi masa depannya; kondisi ekonomi orang tua yang miskin; dan keadaan geografis yang kurang menguntungkan. Pembelajaran akan bisa berjalan lancar jika diiringi motivasi yang berkelanjutan. Memberikan motivasi secara bertahap dan terus-menerus sangat diperlukan. Penekanan ini ditujukan untuk orang tua. Orang tua bertanggung jawab penuh atas kebutuhan yang diperlukan oleh anak. untuk mengembangkan anak, membutuhkan partisipasi secara menyeluruh dari orang tua. Karena dengan adanya partisipasi orang tua untuk memberikan dorongan belajar anak, akan menumbuhkan semangat belajar. Permasalahan yang muncul di desa Banyubang, Solokuro, Lamongan mengenai banyaknya remaja yang putus sekolah menjadikan paradigma masyarakat menganggap pendidikan tidak begitu penting, banyak hal yang menjadi dasar pemahaman masyarakat mengenai permasalahan putus sekolah seperti putus sekolah itu sudah menjadi kewajaran atau bisa di katakana sebagai culture karena hal ini berlangsung pada setiap periode masa sekolah. Dari problem yang dijelaskan di atas, mengambarkan begitu pentingnya sebuah pengambilan keputusan, Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga setiap manusia memerlukan pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan menjadi suatu hal yang biasa dilakukan karena setiap individu menghadapi berbagai permasalahan yang berbeda untuk dapat menatap masa depan yang lebih baik
Kajian Teori Pengambilan keputusan menurut Geoge R. Terry adalah pemilihan alternatif prilaku (kelakuan) dari dua atau lebih alternative yang ada. Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Pengertian keputusan yang lain dikemukakan oleh Prajudi Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication
Atmosudirjo bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif. Pembuatan keputusan atau desicion making ialah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan-kemungkinan dian tara situasi-siuasi yang tidak pasti. Pembuatan keputusan terjadi didalam situasi yang meminta seseorang harus a) membuat prediksi kedepan, b) memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih atau membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas. Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Margon dan cerullo, memberikan definisi sebagai berikut: “a desicion is a conclusion reached after consederation, it occurs when one option is selected, to the exclusion of other” (suatu keputusan adalah sebuah kesimpulan yang dipakai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sambil menyampingkan yang lain) Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Pengambilan keputusan sebagai kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi sebagai pangkal atau permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah secara individual dan secara kelompok baik secara institusional maupun secara organisasional. Di samping itu, fungsi pengambilan keputusan merupakan sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efek atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan berparadigma deskriptif-kualitatif, Bogdan dan Taylor mendefinisikan “metodelogi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-oarang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan ndividu tersibut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis tetapi, perlu memandangnya sebagai baian dari suatu keutuhan. Adapun jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian studi kasus. Menurut Suharsimi Arikunto penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Studi kasus atau Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication
penelitian kasus adalah penelitian tentang suatu subjek penelitian yang berenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat saja individu, kelompo, lembaga, masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interakasi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan studi kasus (cause study) yaitu
penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atu gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sempit, akan tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan subjeknya adalah remaja yang putus sekolah
Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian kualitatif ini bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan remaja putus sekolah dikarenakan,. faktor keluarga meliputi: Kurang perhatianya pihak keluarga kepada para remaja yang putus sekolah, kurangnya komunikasi sang anak dengan orang tua faktor sosial meliputi: Mengikuti kelompok acuan karena di lingkungan sosialnya banyak juga yang putus sekolah (reference group), dan ketergantungan kepada teman ketika mau berangkat sekolah karena tidak mempunyai transportasi sendiri. faktor psikologis meliputi: tidak ada motivasi, tidak ada minat dan, rasa tidak senang ketika ketemu gurunya. Faktor pribadi meliputi: merasa bosen sekolah, malas, ingin merasa bebas, suka keluar kelas waktu pelajaran hal ini berlaku berulang-ulang sehingga mereka memilih untuk tidak sekolah saja. Dan dalam penelitian ini ternyata politik dan ekonomi tidak mempengaruhi mereka putus sekolah. Dan dampak yang dirasakan secara langsung bagi mereka, yaitu merasa sulit untuk mencari pekerjaan, rasa kesepian, perasaan binggung sumpek karena tidak ada kegiatan rutin yang bisa di lakukan. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan didasarkan oleh beberapa aspek yaitu, structural, fisik, interpersonal, emosional, rasional dan practical. Sehingga kesimpulan yang dapat di ambil yaitu faktor-faktor tersebut yang menjadaikan remaja mengambil keputusan untuk puttus sekolah Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication
faktor dari luar yaitu pengaru teman sebaya, kelompok acuan yang menjadi cermin perilaku seseorang, keluarga yaitu kurang komunikasinya atau hubunganya remaja dengan keluarga terutama orang tua akan sehingga menjadikan sesorang ketika mendapat permasalahan akan merasa tidak ada sosok yang memberikan arahan dan nasehat dan ketika mengambil sebuah keputusan akan berfikir mengenai jangka pendeknya saja dengan mengesampingkan jangka panjang yang lebih penting. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu adanya permaslahan dengan guru-guru di sekolahan, sehingga sesorang akan mencoba menghindari untuk tidak ketemu dengan gurugurunya dengan tidak masuk sekolah dan dalam penelitian ini faktor ekonomi dan politik tidak berpengaruhi terhadap remaja yang putus sekolah.
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication