THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
MODEL PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM BERKEMAJUAN (STUDI KRITIS PADA IAIN SYEKH NURJATI CIREBON) Syuaeb Kurdie IAIN Syekh Nurjati Cirebon
[email protected]
Abstract IAIN Sheikh Nurjati Cirebon is the only College of Islamic Religion of State in the region III Cirebon. Existence from time to time dynamically has accompanied pace of people's lives in the region even more. As the development of a dynamic world of Islamic education, its existence is precisely not show the correspondence with the various demands of the progress of time. This study is a critical interpretative study on IAIN Sheikh Nurjati Cirebon. Through a qualitative descriptive approach explored a variety of information and findings that reinforce and prove the allegation. So that the ideas found on the model of Advanced College of Islamic Religion were able to adjust to the pace of development at the same time changing times. “Advanced” which means running Tri Dharma based on the Quran and Hadith as well a list of the rules of law which is made for college. Keywords: model, College of Islamic Religion, advanced. Secara gamblang dikatakan dalam Bab II mengenai Rumusan Filsafat Pendidikan Muhammadiyah (2010: 128) yakni, “Pendidikan Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran Allah SWT sebagai Robb dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Dengan kesadaran spiritual makrifat (iman/tauhid) dan penguasaan IPTEKS, seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, peduli sesama yang menderita akibat kebodohan dan kemiskinan, senantiasa menyebarluaskan kemakmuran, mencegah kemungkaran bagi pemuliaan kemanusiaan dalam kerangka kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah bangsa dan tata pergaulan dunia yang adil, beradab dan sejahtera sebagai ibadah kepada Allah. Pendidikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam modern yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara iman dan kemajuan yang holistik. Dari rahim pendidikan Islam yang untuk itu lahir generasi muslim terpelajar yang
1. PENDAHULUAN IAIN Syekh Nurjati Cirebon adalah satusatunya Perguruan Tinggi Islam Negeri di wilayah III Cirebon. Jejak eksistensi keberadaannya adalah jalan panjang sejarah berupa tekad yang kuat untuk membumikan nilai-nilai keislaman dan ilmu pengetahuan di Cirebon. Dalam perjalanannya, lembaga ini telah mengalami banyak perubahan tidak hanya sekedar status dan infrastruktur saja, namun juga sistem tata kelola dari masa ke masa sejak awal didirikannya. Meskipun demikian, fluktuasi yang terjadi selama keberadaannya tidak dapat dipungkiri menjadikan IAIN Syekh Nurjati Cirebon pun mengalami pasang surut eksistensi. Pergantian era kepemimpinan perguruan tinggi merupakan suatu hal yang lumrah terjadi dalam sebuah lembaga pendidikan. Namun konsep dasar yang menjadi ciri khas keberadaannya perlu terus dikokohkan seiring dengan perkembangan zaman. Jika hal ini tidak dilakukan, niscaya stagnasi bahkan kemunduran dari aspek fisik bahkan moral pengelola lembaga menanti seiring kemajuan zaman yang tidak terhindarkan. Adapun term “berkemajuan” yang diusung sebagai bagian dari judul penelitian ini penulis adopsi dari apa yang dirumuskan oleh Organisasi Massa Islam Muhammadiyah dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah.
THE 5TH URECOL
979
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus mampu menghadapi dan menjawab tantangan zaman. Inilah pendidikan Islam yang berkemajuan”. Seperti dikatakan oleh Budiyanto (Suara Muhammadiyah, 1-15 November 2016), bahwa peran Muhammadiyah dalam bidang kesehatan dan pendidikan telah mengantar bangsa ini menuju gerbang “berkemajuan”. Hal ini ditegaskannya dengan data dari Laporan Majelis Pendidikan Tinggi PP Muhammadiyah menyebutkan bahwa hingga tahun 2015, Muhammadiyah telah memiliki sebanyak 177 perguruan tinggi yang terdiri dari 166 perguruan tinggi Muhammadiyah dan 11 perguruan tinggi Aisyiyah meliputi 47 Universitas, 2 Institut, 99 Sekolah Tinggi, 20 Akademi dan 4 Politeknik. Paling tidak, konsep “berkemajuan” inilah yang terejawantahkan dengan pencapaianpencapaian tersebut. Pencapaian yang tentunya dimulai sejak rintisan hingga adanya saat ini bahkan ragam pencapaian lainnya di masa yang akan datang. Penelitian ini merupakan studi kritis tentang capaian kemajuan IAIN Syekh Nurjati Cirebon sebagai Perguruan Tinggi berlabel Islam menurut persepsi civitas akademisnya. Kemajuan yang seyogyanya dicapai sebagaimana Perguruan Tinggi yang dikelola oleh Organisasi Masyarakat Islam Muhammadiyah.
hingga tahun 2010 bahkan lebih (sekarang 2016).” Selain itu, satu ciri lain yang dikedepankan oleh Muhammadiyah dalam mengelola Pendidikan Tinggi yakni sikap pro-mutu. Sikap yang bukan saja slogan yang didengung-dengungkan sebagai kebijakan dari level atas ke bawah, melainkan sikap yang diaplikasikan dalam setiap elemen Perguruan Tinggi dari berbagai aspek penyertanya. Dikatakan oleh Budiyanto (2016), pada akhirnya, keberpihakan pada mutu di setiap level pengambil kebijakanlah yang mendorong Perguruan Tinggi untuk senantiasa berkemajuan. Dalam pada itu Perguruan Tinggi Muhammadiyah diusahakan menjadi alternatif masyarakat dalam memilih melanjutkan studi selain di Perguruan Tinggi Negeri. Bahkan bisa jadi pada beberapa program studinya bisa sejajar dengan program studi yang sama di berbagai Perguruan Tinggi Negeri favorit. Ihwal payung hukum dari penyelenggaraan Pendidikan Tinggi yang dijadikan sandaran dalam menggagas Model Perguruan Tinggi Agama Islam Berkemajuan diantaranya yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi serta Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Statuta Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon. Selain itu, beberapa kajian mengenai Pendidikan Islam pada umumnya dan Pendidikan yang Berkemajuan pada khususnya diketahui telah dikemukakan dalam sumber-sumber ilmiah yang dipublikasikan oleh beberapa orang sarjana. Dari mereka yang mengemukakan perihal bahasan tersebut yakni Sumarna (2001), Wahidin (2001), Suryatna (2001), Noor, dkk. (2013), Susanto (2015), Mustofa (2015) dan Ngalim (2015). Dimulai dengan Sumarna (2001), dalam artikelnya ia mengutip apa yang oleh Kony (2001) sebutkan sebagai lima kunci strategis dalam membangun dan mengembangkan
2. KAJIAN LITERATUR Ihwal Pendidikan Tinggi, dapat disarikan sebagai satu dari sekian amal usaha di bidang pendidikan sebagaimana yang Persyarikatan Muhammadiyah kembangkan mulai dari tingkat TK, SD, Sekolah Menengah sampai Perguruan Tinggi. Dikatakan kemudian di dalam Bab III mengenai Konsep Pendidikan Muhammadiyah (2010: 130) yakni, “amal usaha bidang pendidikan dalam Persyarikatan Muhammadiyah merupakan bidang yang paling strategis bagi upaya mewujudkan kemajuan umat dan bangsa. Lembaga pendidikan Muhammadiyah tercatat telah eksis dan bertahan selama kurun waktu seabad yakni sejak tahun 1911
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
980
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Perguruan Tinggi yaitu sekaitan dengan tata pamong (penyelenggara), infrastruktur, finansial, sumber daya manusia dan sistem informasi. Kajiannya ini membahas IAIN Syekh Nurjati (yang pada saat itu bernama STAIN Cirebon) yang ia sebut menghadapi problem utama dalam membangun IAIN, sebagaimana yang dikemukakan oleh Menteri Agama saat itu (Malik Fadjar) yakni kaburnya orientasi dan rendahnya semangat inovasi di kalangan para pimpinannya. Lalu Wahidin (2001) mengutarakan tinjauan mengenai Sekolah Tinggi Agama Islam berdasarkan Pemikiran Al Ghazali. Dikatakannya bahwa figur guru (dosen) amatlah vital dalam sebuah lembaga pendidikan. Tanpanya keberadaan pencari ilmu bagaikan orang berlayar tanpa kemudi. Figur Al Ghazali sebagaimana diungkapkannya merupakan teladan dalam profesi keguruan sekaligus pemikir ulung. Al Ghazali menurutnya ialah figur berintegritas yang patut ditiru oleh para guru. Jika hal ini dimafhumi oleh semua guru (dosen), menurutnya, niscaya dapat mendongkrak krisis kewibawaan yang dialami oleh sebagian besar lembaga pendidikan Islam sekaligus sebagai alternatif dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman. Kemudian Suryatna (2001) mengulas apa yang digagas oleh Fazlur Rahman sebagai Modernisasi Pendidikan Islam. Hal ini sebagai solusi atas berbagai problem yang dihadapi oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam antara lain; tujuan pendidikan Islam yang absurd, dikotomi sistem, munculnya generasi anak didik berkepribadian ganda, pendidik yang tidak kreatif dan minimnya sarana literasi. Kelima hal itulah yang oleh Fazlur Rahman dikatakan Suryatna mutlak untuk dimodernisasi. Selanjutnya Noor, dkk. (2013) mengetengahkan perihal transformasi dalam pengkajian Islam. Menurutnya transformasi merupakan sesuatu yang lumrah dalam kehidupan manusia. Apalagi ditambahkannya bahwa paradigma Islam menganjurkan untuk menghadapi perubahan tersebut dengan senantiasa mempelajari hal-hal baru sesuai dengan perkembangan jaman. Menghadapi
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
realitas globalisasi, sudah sepantasnya Perguruan Tinggi Islam sigap berbenah untuk dapat menyesuaikan diri, jika itu tidak dilakukan, menurutnya niscaya akan tertinggal jauh dengan laju perubahan yang begitu cepat. Berikutnya Susanto (2015) mengulas apa yang dikatakannya sebagai rekonstruksi hubungan agama dan ilmu. Kaitan di antara kedua hal tersebut menurutnya semakin mengemuka seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terbendung. Seolah tidak berimbang, minat mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat berbanding terbalik dengan minat untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam. Di sinilah ruang kompromi tersebut dibangun. Menurutnya, ilmu pengetahuan dalam Islam akan senantiasa menuju berkemajuan jika keberadaannya dikaitkan dengan eksitensi adanya Tuhan (tauhid). Ihwal lema “berkemajuan” juga dibahas Mustofa (2015) kaitannya dengan corak Islam di Nusantara. Dalam hal ini, ia hendak mempertemukan dua arus besar Islam di Indonesia yakni Islam Nusantara yang digagas oleh NU dan Islam Berkemajuan yang digagas oleh Muhammadiyah. Olehnya dikatakan bahwa baik NU dan Muhammadiyah dengan segenap daya upaya menghadirkan Islam sebagai jawaban atas berbagai problematika rakyat di Indonesia semisal korupsi, kekerasan, konflik, diskriminasi, kemiskinan, kebodohan dan problematika umat lainnya. Sehingga keberadaan organisasi Islam tersebut berjalan seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. Yang terakhir yaitu Ngalim (2015) yang mengaitkan antara visi berkemajuan dengan aplikasi nilai kesantunan dalam berbahasa di dunia pendidikan. Dikatakan olehnya bahwa satu dari sekian indikator lembaga pendidikan Islam yang berkemajuan yakni tuturan yang digunakan baik oleh pendidik maupun peserta didiknya berangkat dari prinsip-prinsip kesantunan berbahasa dalam Al Quran. Adapun penelitian ini mengkaji bagaimana Model Perguruan Tinggi Islam
981
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Berkemajuan. Dengan kata lain, Perguruan Tinggi Agama Islam, dalam hal ini IAIN Syekh Nurjati Cirebon dihadapkan dengan konsep berkemajuan yang digagas Perguruan Tinggi Muhammadiyah sekaligus dengan berbagai aturan perundang-undangan yang secara eksplisit mengatakan bahwa Pendidikan Tinggi sudah seharusnya memenuhi berbagai standar yang ditentukan oleh Pemerintah Republik Indonesia (Kemristekdikti/Diktis Kemenag) dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat dengan skala global.
100 angket isian dengan responden mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. d. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap 100 mahasiswa yang mengisi angket isian. Wawancara dilakukan secara terbuka dan bebas dengan pertanyaan sekait dengan pertanyaan penelitian. Hasil wawancara ditranskripsi dalam catatan untuk kemudian diinterpretasikan secara umum. e. Dokumentasi Dokumentasi dalam sebuah penelitian adalah sebagai salah satu cara pengumpulan data untuk mengetahui kondisi faktual objek yang diteliti. Dalam hal ini IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Data tersebut diperoleh dengan memfoto sarana dan prasarana yang ada. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Akan tetapi analisis dalam penelitian ini dimulai sejak pengumpulan data dan setelah proses pengumpulan data. Dimulai dengan reduksi data, penyajian data (display data), verifikasi dan pengecekan keabsahan data, sehingga simpulan atau interpretasi mendekati kebenaran yang diharapkan sebagai masukan.
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif menurut Moleong (1990) adalah “penelitian yang hasilnya berupa data deskriptif melalui pengumpulan fakta-fakta dari kondisi alami sebagai sumber langsung dengan instrumen dari peneliti sendiri”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain: a. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan peneliti untuk mencari informasi mengenai sumbersumber publikasi yang membahas isu yang senarai dengan tema yang diteliti. Dalam hal ini dikedepankan publikasi terkait IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan publikasi terkait tema berkemajuan sebagai paradigma pendidikan Muhammadiyah. b. Observasi Sebagai salah seorang Dosen Tetap di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, peneliti melihat dan menyaksikan dinamika kehidupan kampus setiap hari. Dari kegiatan sehari-hari itulah peneliti melakukan observasi dalam rangka melakukan penelitian ini. c. Angket Isian Angket isian peneliti sebarkan sebagai instrumen pengumpulan data penelitian. Hal ini dilakukan dalam rangka mencari informasi yang berkaitan dengan judul penelitian. Peneliti menyebar sebanyak
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggali persepsi mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon sekaitan dengan hal ihwal almamaternya. Persepsi diungkapkan dalam wawancara sembari mengisi angket isian yang peneliti berikan. Apa yang hendak digali merupakan suatu bentuk refleksi. Refleksi yang bisa jadi berangkat dari apa yang mereka dapati selama ini di IAIN Syekh Nurjati Cirebon sekaitan dengan term “berkemajuan”. Sebut saja beberapa diantaranya yakni fasilitas belajar mengajar yang kurang memadai, dosen yang performanya belum signifikan, pelayanan administrasi yang kurang memuaskan, sumber pustaka yang tidak lengkap, kegiatan mahasiswa yang berjalan sepihak, nilai akreditasi institusi dan program studi yang belum optimal, kerjasama antar lembaga yang nyaris tidak terdengar dan berbagai macam rupa situasi dan kondisi yang jauh dari berkemajuan.
982
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Beberapa mahasiswa mengatakan bahwa mereka kerap mendapati ruangan yang kekurangan kursi saat hendak digunakan untuk kuliah. Hal ini pun diperparah dengan kondisi ruangan yang terasa kurang nyaman saat siang hari karena tanpa pendingin udara. Malah terkadang ruangan yang ada semuanya penuh terisi sehingga kegiatan belajar dan mengajar dilakukan di lantai gedung Ma’had Al Jamiah (Asrama Mahasiswa). Berikutnya mahasiswa mengatakan bahwa masih ada saja dosen yang performa mengajarnya kurang signifikan. Maksudnya, dari sejak perkuliahan awal semester dimulai, mereka tidak diberikan silabus perkuliahan sebagai panduan belajar. Dalam jalannya perkuliahan pun, beberapa mahasiswa mengatakan bahwa tidak semua dosen hadir memenuhi kewajiban minimal 14 kali tatap muka. Ada saja dosen yang memberikan penugasan kepada mahasiwa tanpa ada kehadirannya di kelas. Ihwal pelayanan administrasi yang kurang memuaskan, mahasiswa mengeluhkan kinerja staff pegawai yang dirasa belum memiliki sense of service. Mahasiswa dalam hal ini sebagai pihak yang membutuhkan pelayanan atas keperluannya memenuhi dan atau menacari informasi mengenai administrasi akademik. Mahasiswa kadang tidak mendapati staff pegawai yang berwenang di ruangannya karena yang bersangkutan sedang berada di luar kampus untuk urusan lain. Sekaitan dengan sumber pustaka yang kurang lengkap, mahasiswa kerap dihadapkan pada ketidaktersediaan sumber pustaka yang dibutuhkan. Hal ini bisa jadi terkait dengan keterbatasan buku yang ada dengan tingginya intensitas mahasiswa dalam menggunakan buku tersebut. Di sisi lain, ada beberapa dosen yang belum mengarahkan mahasiswa untuk mencari sumber pustaka dari internet. Inilah yang sepertinya perlu disiasati oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam mengoptimalkan sumber literasi yang diperlukan untuk perkuliahan. Adapun yang dimaksud dengan kegiatan mahasiswa yang berjalan sepihak ini
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
diungkapkan mahasiswa sebagai klaim atas kurangnya dukungan dari pihak kampus. Mereka sering mengeluhkan realisasi pendanaan yang memerlukan bantuan pihak kampus untuk mengadakan kegiatan. Hanya saja karena ketentuan yang berbelit-belit, akhirnya memaksa mereka untuk menggalang dana secara swadaya. Artinya, dengan atau tanpa dukungan pendanaan pihak kampus kegiatan mesti tetap berjalan. Berkaitan dengan persepsi nilai akreditasi institusi dan program studi yang belum optimal ini diungkapkan mahasiswa sebagai harapan. Artinya, dengan realitas yang ada saat ini, sebenarnya mereka maklum atas pencapaian akreditasi baik institusi maupun program studi yang belum optimal. Hanya saja, tuntutan dunia kerja formal di lapangan dan prospek untuk melanjutkan studi ke jenjang magister ataupun doktor ada saja lembaga yang menuntut nilai akreditasi yang optimal, yaitu A. Demikian juga halnya dengan kerjasama antar lembaga yang nyaris tidak terdengar. Mahasiswa dihadapkan pada kenyataan bahwa jejaring IAIN Syekh Nurjati belum sedemikian signifikan. Mahasiswa belum pernah mendapati adanya dosen asing dan mahasiswa asing yang kuliah di IAIN atas dasar kerjasama antar lembaga misalnya. Yang ada mahasiswa justru mendapati ironi saat di kampus ada Pusat Pengembangan Bahasa Asing, namun di saat yang bersamaan mahasiswa diwajibkan mengikuti kursus bahasa Inggris di lembaga kursusan komersil di luar IAIN. Maka dari itulah kemudian pertanyaan dari angket isian yang diberikan kepada mahasiswa berbunyi “Bilamanakah sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam Dikatakan Berkemajuan”. Pertanyaan ini cenderung diarahkan kepada kondisi dan situasi Perguruan Tinggi Agama Islam yang ideal menurut persepsi mereka. Dengan kata lain, persepsi mahasiswa digali dari apa yang mereka dapati di almamaternya selama ini dengan parameter-parameter berkemajuan yang ada dalam persepsi mereka berdasarkan apa yang diketahui. Hasil dari penyebaran angket isian yang dilakukan menghasilkan beberapa temuan
983
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
sekaitan dengan persepsi tentang Model Perguruan Tinggi Agama Islam Berkemajuan. Dari 100 angket isian yang disebarkan kepada responden mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon didapati berbagai hal yang mereka kemukakan. Adapun angket yang disebarkan hanya berupa satu pertanyaan yakni “Menurut Anda, bilamanakah sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam dikatakan berkemajuan?”. Dari satu pertanyaan tersebut didapatilah berbagai macam pendapat yang terlihat dari apa yang mereka ungkapkan dalam tulisan pada angket yang terisi. Yang pertama paling banyak muncul yakni persepsi bahwa Perguruan Tinggi Agama Islam Berkemajuan bila menyediakan fasilitas yang menunjang kegiatan belajar dan mengajar secara lengkap dan berfungsi dengan baik. Artinya ketersediaan fasilitas tersebut membuat mahasiswa tidak menemui keterbatasan bahkan kesulitan dalam mengakses sumber belajar sekaitan dengan mata kuliah yang sedang ditempuh. Ihwal fasilitas penunjang kegiatan belajar dan belajar, mahasiswa juga menyinggung kaitannya dengan kesesuaiannya dengan perkembangan zaman. Hal ini diperjelas dengan diharapkannya segala urusan yang bersifat administratif mahasiswa dapat terkoneksikan dengan sarana internet. Sedemikian sehingga waktu yang kerap habis digunakan dalam mengurus hal ihwal administrasi dapat digunakan untuk belajar dan atau mengerjakan tugas perkuliahan. Selain itu pula, ketersediaan fasilitas sejogjanya seiring dengan keberfungsiannya yang baik. Dengan kata lain, adanya fasilitas bukan hanya sekedar memenuhi kehendak mahasiswa sesaat, tetapi juga mesti didukung dengan pemeliharaannya. Sedemikian sehingga segala fasilitas dapat selalu digunakan tanpa hambatan karena mengalami kerusakan atau kurang pemeliharaan. Yang kedua paling sering diungkapkan adalah ketersediaan dosen yang kompeten dan profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pengampu mata kuliah. Menurut mahasiswa, dosen hendaknya bukan hanya mampu menyampaikan apa yang
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
diketahuinya saja. Dosen diharapkan pula mampu menangkap potensi akademis yang dimiliki oleh mahasiswa yang diajarnya. Di sisi lain, mahasiswa pun sempat menyinggung tentang dosen yang mengajar mereka sudah seharusnya memiliki kecerdasan. Dengan kata lain, dosen dituntut bukan hanya pintar dalam menyampaikan materi perkuliahan, melainkan juga dituntut untuk mampu menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkatan oleh mahasiswa. Terlepas apakah pertanyaan tersebut berhubungan langsung dengan materi perkuliahan ataupun tidak sama sekali. Kebebasan akademik menjadi satu indikator Perguruan Tinggi berkemajuan. Di mana rasa ingi tahu mahasiswa sedapat mungkin dijawab oleh dosennya. Baik itu yang bersifat penjelasan lisan saja maupun yang memerlukan eksperimen sebagai pembuktian. Dosen yang cerdas akan menyambut berbagai pertanyaan mahasiswa dengan lapang dada dan kepala terbuka. Iklim yang diciptakan diantara dosen dan mahasiswa adalah kemitraan dalam mencari, menemukan sekaligus memverifikasi gejalagejala yang bersumber dari kedalaman ilmu pengetahuan. Selanjutnya yakni persepsi mengenai semangat untuk selalu bersih, terutama pada aspek moral dan akhlaq. Dengan kata lain, sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam dapat dikatakan berkemajuan apabila lingkungannya bersih dari sampah dalam arti sebenarnya sekaligus kiasan. Jika hal ini disosialisasikan secara massif, niscaya tidak akan ada kasus korupsi, kolusi, nepotisme, pelecehan seksual, plagiarism dan sebagainya. Kemudian ada pula yang menyebutkan bahwa suatu Perguruan Tinggi Agama Islam dapat dikatakan berkemajuan apabila paling tidak memenuhi beberapa hal. Adapun hal tersebut yakni memiliki fasilitas memadai, menjalin kerjasama dengan relasi luar lembaga, lulusannya terserap dalam dunia pekerjaan dengan cepat, koleksi buku perpustakaan yang memadai dan dan layanan administrasi berbasis Information Teknologi (IT).
984
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Kemudian angket isian lain menyatakan bahwa indikator berkemajuan dalam pengelolaan Perguruan Tinggi mencakup beberapa hal diantaranya yakni programprogram pembelajaran terstruktur dan terorganisir secara rapih. Ini berarti bahwa jalannya proses belajar mengajar sudah semestinya terjadwal dan terencana dengan baik. Dosen yang mengajar terjadwal dan memenuhi jadwalnya tersebut. Pembagian ruang kelas perkuliahan tidak saling tumpang tindih serta bukti daftar kehadiran beserta materi-materi perkuliahan terdokumentasikan dengan tertib. Hal lain yang diungkapkan mahasiswa sekaitan dengan Model Perguruan Tinggi Agama Islam Berkemajuan yaitu terakomodirnya kreativitas mahasiswa dalam beragam kepeminatan. Dalam hal ini berbagai bentuk kegiatan mahasiswa memiliki wadah penyaluran yang didukung penuh oleh pengelola perguruan tinggi. Demikian pula ada juga persepsi yang menyatakan tentang aturan kampus berlandaskan nilai keislaman. Mahasiswa berpendapat bahwa ihwal berkemajuan dapat dicapai dengan penerapan aturan akademik perguruan tinggi yang berlandaskan Al Quran dan Al Hadits. Penerapannya dapat digalakkan secara berkala dan menyeluruh baik kepada mahasiswa maupun dosen. Di samping itu terdapat mahasiswa yang mempersepsikan berkemajuan itu kaitannya dengan lulusan perguruan tingginya. Dalam pada itu, perguruan tinggi agama Islam dikatakan berkemajuan apabila lulusannya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Lulusan tersebut tentu saja berkarakter islami, akhlak yang mulia dan tutur sapa yang santun dalam interaksi kesehariannya. Lalu ada juga mahasiswa yang memiliki persepsi bahwa sebuah perguruan tinggi agama Islam dikatakan berkemajuan jika daya saingnya tinggi. Dengan kata lain, perguruan tinggi tersebut memiliki kualifikasi akreditasi unggul (A). Popularitasnya bukan sekedar sebatas daerah Provinsi, namun juga lingkup nasional bahkan International. Terakhir, di antara persepsi mahasiswa yang muncul mengenai perguruan tinggi
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
berkemajuan yakni berkaitan dengan korupsi. Di dalam angket disebutkan dengan jelas bahwa kata “berkemajuan” berbanding lurus dengan kata “korupsi”. Ini berarti jika masih ada kasus korupsi di suatu perguruan tinggi maka dengan sendirinya perguruan tinggi tersebut belumlah berkemajuan. Begitupun sebaliknya, suatu perguruan tinggi dikatakan berkemajuan jika di dalamnya tidak ada korupsi. Dari apa yang telah dibahas sebelumnya, Model Perguruan Tinggi Agama Islam Berkemajuan adalah Perguruan Tinggi Agama Islam yang dalam aktivitas kesehariannya menjadikan baik Al Quran dan Hadits maupun aturan PerundangUndangan Perguruan Tinggi sebagai landasan aturan akademik bagi seluruh civitas akademikanya. Sehingga diharapkan, segala hal yang bertentangan dengan nilainilai Islam dan aturan Undang-Undang tentang Pendidikan Tinggi sedapat mungkin bisa diminimalisir terjadi di lingkungan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Sebagai misal tindakan yang bertentangan dengan Al Quran dan Hadits adalah tindakan koruptif dengan berbagai modusnya. Perbuatan ini seakan bercokol dalam kelindan dunia pendidikan di berbagai level. Khususnya di ranah pendidikan tinggi, hal itu pernah ramai terjadi di selingkung proyekproyek pembangunan infrastruktur beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Alih-alih meningkatkan daya tampung dan fasilitas yang dibutuhkan, pengelola lembaga tidak jarang tersangkut masalah tersebut yang akhirnya berujung vonis tindak pidana korupsi. Gagasan IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang Berkemajuan sejogjanya juga mengikuti segala aturan Undang-Undang tentang Pendidikan Tinggi yang ada. Baik yang dibuat oleh Kemenristekdikti, Kemenag, BAN-PT, maupun oleh ketentuanketentuan masyarakat sejawat akademik pada lingkup akademik global. Sehingga dalam perjalanannya ke depan, segala hal yang terkait naskah perundang-undangan dan konsekuensinya tidak menjadi batu sandungan bagi semangat berkemajuan.
985
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Satu diantara dari sekian hal yang terkait aturan perundang-undangan tersebut yakni kewajiban untuk mempublikasikan hasil penelitian ilmiah ke jurnal internasional bereputasi. Mandegnya regenerasi Guru Besar di perguruan tinggi agama Islam secara langsung terkait dengan hal tersebut. Pencapaian derajat akademik sebagai Guru Besar dirasa semakin hari semakin berat. Padahal, mau tidak mau suka tidak suka hal tersebut sudah menjadi bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari Pendidikan/Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat merupakan sesuatu yang mutlak ditunaikan oleh dosen. Sesuai dengan Undang-Undang, tentunya profesi dosen memiliki konsekuensi hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Menunaikan hak dan kewajiban inilah yang akan berbanding lurus dengan kemajuan perguruan tinggi sebagai unit kerjanya. Maka, kinerja optimal dosen dalam menunaikan Tri Dharma niscaya membawa kemajuan bagi lembaganya. Perguruan tinggi tempat dimana seorang dosen berada akan melaju seiring dengan produktivitasnya dalam menunaikan Tri Dharma. Teori “berkemajuan” secara sederhana dapat ditakar dengan hasil-hasil pencapaian kongkrit dosen dalam mempublikasikan bahkan mempatenkan hasil-hasil penelitiannya kepada masyarakat ilmu lokal bahkan global. Hal di atas pun senada dengan apa yang diungkapkan oleh Struktur Pengelola IAIN Syekh Nurjati Cirebon bahwa Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri satu-satunya di Cirebon ini harus maju dan terus maju. Dalam pada itu Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. Sumanta Hasyim (2016) menggagas apa yang disebutnya sebagai Grand Design berupa pengembangan berbagai pembidangan kajian keilmuan yang sudah ada dengan persiapan pembukaan beberapa program studi bahkan fakultas baru. Tentu saja hal ini dapat juga dimaknai sebagai inisiatif berkemajuan. Senada dengan apa yang digagas Rektor tentang Grand Design di atas, Wakil Rektor 1 IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. Saefudin
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
Zuhri (2016) juga menyatakan bahwa IAIN Syekh Nurjati Cirebon mesti mentransformasi diri. Apa yang dimaksud dengan “transformasi diri” di sini yakni transformasi kelembagaan IAIN menjadi UIN. Transformasi kelembagaan yang menjadikan integrasi ilmu sebagai ruh dari ikhtiar para civitas akademisinya untuk berkemajuan. Masih terkait dengan hal di atas, akhirnya gagasan “berkemajuan” yang kemudian diikhtiarkan oleh seluruh elemen IAIN Syekh Nurjati Cirebon niscaya dapat menjadi suatu hal yang nyata. Betapa tidak, ini seperti yang diutarakan oleh Wakil Rektor 2 IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. Adib (2016) dan Wakil Rektor 3 IAIN Syekh Nurjati Cirebon Dr. Farihin Nur (2016). Yang disebutkan pertama di atas menggugah tanggungjawab lembaga pendidikan tinggi Islam ini sekaitan dengan kebermanfaatannya bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan Ciayumajakuning pada khususnya. Ajaranajaran Islam sekaligus prinsip keilmuan saintifik yang dikembangkan IAIN Syekh Nurjati Cirebon sedapat mungkin mereduksi adat-adat primitif yang identik dengan pikiran klenik dan irrasional yang ada pada masyarakat. Semangat ini tentu saja selaras dengan ide-ide berkemajuan. Yang terakhir disebutkan mengetengahkan betapa peran para alumni dalam hal ini guru begitu signifikan bagi masyarakat. Meskipun lembaga pendidikan tinggi Islam ini tidak hanya membidani lahirnya para guru saja, namun tidak dapat dipungkiri bahwa para alumni yang berperan sebagai guru di masyarakatlah yang secara signifikan membawa semangat berkemajuan. Kemajuan yang merupakan luaran dari tersampaikannya dakwah keagamaan Islam dan misi ilmu pengetahuan. Akhirnya, apa yang dibahas di atas merupakan buah penelitian sekaligus kajian pemikiran para penggiat Islam sekaligus ilmu pengetahuan. Berkemajuan adalah hak bagi seluruh lembaga pendidikan di semua level. Utamanya level pendidikan tinggi, IAIN Syekh Nurjati Cirebon mau tidak mau sudah berada dalam jalur kompetisi antar perguruan
986
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
tinggi di Cirebon, Indonesia, Asia bahkan dunia untuk bersama-sama berlomba dalam meraih kemajuan.
Berbasis Kesantunan Berbahasa. Dalam Tajdida, Vol. 13 (1), hlm. 6476. Noor, Md. Ruzman, dkk. (2013). Transformasi dan Pelan Strategik Pengajian Islam Menghadapi Cabaran Globalisasi. Prosiding International Conference on Islam in Malay World, UIN Bandung, Oktober, hlm. 31-49. Nur, Farihin. (2016). Guru Membawa Misi Keagamaan dan Misi Ilmu Pengetahuan. Dalam Wisuda XIV Sarjana dan Magister IAIN Cirebon, hlm. 22. Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (2010). Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. Yogyakarta: PP Muhammadiyah. Sumarna, Cecep. (2001). Membangun Paradigma Baru STAIN: Suatu Respons Logis yang Tidak Terhindarkan. Dalam Holistik, Vol. 1, Juli-Desember, hlm. 1-10. Suryatna, Yayat. (2001). Pembaharuan Pendidikan Islam (Studi Kritis atas Gagasan Fazl al-Rahman). Dalam Holistik, Vol. 1, Juli-Desember, hlm. 33-44. Susanto, Happy. (2015). Rekonstruksi Hubungan Agama dan Ilmu Pengetahuan Menuju Pendidikan Berkemajuan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan: Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan, FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, November, hlm. 730-738. Wahidin, Khaerul. (2001). Sekolah Tinggi Agama Islam (Suatu Tinjauan dalam Timbangan Pemikiran Al-Ghazali). Dalam Holistik, Vol. 1, JuliDesember, hlm. 11-23. Zuhri, Saefudin. (2016). Mengapa Integrasi Ilmu?. Dalam Wisuda XIV Sarjana dan Magister IAIN Cirebon, hlm. 1819. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.
5. KESIMPULAN IAIN Syekh Nurjati sudah seharusnya terus berbenah diri dalam laju perkembangan jaman. Era globalisasi mutlak menuntut pemangku kepentingan Perguruan Tinggi Agama Islam untuk maju. Tentu saja kemajuan yang berlandaskan nilai-nilai keislaman yang terpancang dari Al Quran dan Sunnah Rasulullah. Capaian kemajuan lainnya, secara kasat mata dapat dilihat dari kemampuannya untuk memenuhi kriteriakriteria yang disebutkan oleh berbagai produk hukum dari pemerintah dan masyarakat ilmu kaitannya dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan segala aspeknya. 6. REFERENSI Adib. (2016). Sarjana dan Magister Sejati: Perkuat Ideologi dan Kecendekiaan Islam. Dalam Wisuda XIV Sarjana dan Magister IAIN Cirebon, hlm. 2021. Budiyanto, Gunawan. (2016). PTM-PTA Berorientasi Kepada Mutu. Dalam Suara Muhammadiyah, Edisi No. 21, Tahun ke-101, 1-15 November 2016. Hasyim, Sumanta. (2016). Pengembangan Pendidikan IAIN Syekh Nurjati Cirebon menuju Pendidikan yang Ideal. Dalam Wisuda XIV Sarjana dan Magister IAIN Cirebon. Cirebon, hlm. 16-17. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. (2016). Wisuda XIV Sarjana dan Magister IAIN Cirebon. Cirebon: Nurjati Press. Moleong, Lexy. (1990). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Mustofa, Saiful. (2015). Meneguhkan Islam Nusantara untuk Islam Berkemajuan. Dalam Episteme, Vol. 10 (2), hlm. 405-434. Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Ngalim, Abdul. (2015). Pendidikan Muhammadiyah yang Berkemajuan
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
987
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Statuta Institut Agama Islam negeri Syeikh Nurjati Cirebon. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
THE 5TH URECOL
988
ISBN 978-979-3812-42-7