MODEL INTEGRASI ARSITEKTUR ENTERPRISE DAN IT GOVERNANCE (STUDI KASUS PERGURUAN TINGGI BANDUNG) HALAMAN JUDUL TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Oleh
EDRI YUNIZAL NIM : 23509042 Program Studi Magister Informatika
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2011
ABSTRAK MODEL INTEGRASI ARSITEKTUR ENTERPRISE DAN IT GOVERNANCE (STUDI KASUS PERGURUAN TINGGI BANDUNG) Oleh:
Edri Yunizal NIM: 23509042 (Program Studi Magister Informatika) Pengambilan keputusan dalam arsitektur enterprise yang dilakukan secara terpusat bisa memicu ketidakselarasan antara Teknologi Informasi (TI) dengan bisnis. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengintegrasikan arsitektur enterprise dengan IT Governance (Tata kelola TI). Pengambilan keputusan yang awalnya dilakukan secara terpusat oleh seorang kepala arsitektur sistem informasi, dipetakan kedalam pengambilan keputusan sesuai dengan tata kelola TI. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah model integrasi antara Enterprise Architecture Planning (EAP) sebagai arsitektur enterprise dengan Center for Information Systems Research Massachusetts Institute of Technology (CISR MIT) sebagai tata kelola TI. Model dibuat berdasarkan hubungan yang didapatkan dari 3 penelitian yang relevan yakni: kerangka kerja tata kelola dalam arsitektur enterprise, tata kelola dalam perencanaan strategis, dan pemetaan tata kelola terhadap arsitektur. Kemudian karakteristik matriks dan state gate system yang didapatkan dari penelitian tersebut digunakan sebagai karakteristik model. Selanjutnya, model diuji dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan pada 31 perguruan tinggi di kota Bandung. Pada tahap analisis dilakukan analisis korelasi untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan integrasi model. Terdapat korelasi positif dan signifikan antara keputusan TI, archetype, fase arsitektur enterprise sebagai variabel pada model integrasi yang diusulkan dengan tingkat kematangan arsitektur enterprise sebagai variabel dependen. Sehingga bisa disimpulkan model integrasi arsitektur enteprise yang dibuat bisa membantu dalam membuat pola pelaksanaan integrasi dengan menggunakan matriks fase arsitektur dan archetype, keputusan TI dan archetype dan fase arsitektur dan keputusan TI. Kata kunci
: Integrasi model, Arsitektur enterprise, tata kelola teknologi informasi, EAP, keselarasan bisnis dan TI i
ABSTRACT ENTERPRISE ARCHITECTURE AND IT GOVERNANCE INTEGRATION MODEL (CASE STUDY IN BANDUNG UNIVERSITIES) By:
Edri Yunizal NIM: 23509042
Centralized decision-making in enterprise architecture development could trigger misalignment of business and IT. This problem can be overcome by integrating enterprise architecture with IT Governance. Decision-making that originally performed centrally by chief architect, mapped into the decisionmaking according to IT governance setting.This study aims to produce an integration model of Enterprise Architecture Planning (EAP) as enterprise architecture with Center for Information Systems Research Massachusetts Institute of Technology (CISR MIT) as IT Governance. The model is based on relationships derived from the 3 relevant studies: enterprise architecture governance framework, governance in strategic planning, and IT governance mapping enterprise architecture. Then, the characteristic matrix and state gate system obtained from these studies used as model characteristics. Furthermore, model was tested with a quantitative approach carried out at 31 universities in Bandung. In the analysis phase conducted correlation analysis to test hypotheses related to the integration model. There are positive and significant correlation between IT decision, archetype, enterprise architecture phase as a variable in the proposed model of integration, with the enterprise architecture maturity level as the dependent variable. So it can be concluded: enteprise architecture and IT governance integration model can assist in making the implementation pattern of the integration by using 3 matrix: architecture enterprise phase and archetype, archetypes and IT decision, architecture enterprise phase and IT decision. Keywords
: Integration Model, Enterprise architecture, IT Governance, EAP, Business and IT Alignment
ii
MODEL INTEGRASI ARSITEKTUR ENTERPRISE DAN IT GOVERNANCE (STUDI KASUS PERGURUAN TINGGI BANDUNG) Oleh EDRI YUNIZAL NIM : 23509042
Program Studi Magister Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui Pembimbing Tanggal 15 Agustus 2011
______________________________ (Ir. Kridanto Surendro, M.Sc., Ph.D) iii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Dekan Sekolah Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
―Teruntuk Dedek dan Alid, love u 2‖
v
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena kuasa-Nya akhirnya tesis yang berjudul ―Model Integrasi Arsitektur Enterprise dan IT Governance: Studi Kasus Perguruan Tinggi Bandung‖ ini dapat saya selesaikan. Tesis ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga bantuannya dijadikan amal ibadah dan dibalas berlipat ganda, Amin. Terima kasih ditujukan kepada: 1. Bapak Ir. Kridanto Surendro, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan ide, tuntunan, masukan, saran, serta wawasan dalam penyelesaian tesis ini. 2. Bapak Dr.dr. Oerip S. Santoso, M.Sc dan Ibu Dra. Christine Suryadi, MT. selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik, saran, dan masukan untuk tesis ini. 3. Ibu Dr. Ayu Purwarianti, Ibu Dr. Nur Ulfa Maulidevi, ST., M.Sc., dan Bapak Dr.Ir. Husni Sastramihardja selaku dosen pakar yang telah memberikan penilaian, kritik, dan saran terhadap instrumen tesis ini. 4. Segenap pimpinan, dosen, dan karyawan program studi magister informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung 5. Apa dan Amak di Padang panjang yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan cinta dan motivasi, Papa dan Mama di Batusangkar yang selalu mendoakan dan memberi dukungan. 6. Istri dan Anakku tercinta, adik-adikku Ded Mery, Lily, Mike, dan Dola atas semangat yang selalu diberikan 7. Teman teman Angkatan SI-09, Andy dan Ade di Tim Pelesiran, Rio, Da Deski di genk Padang dan teman-teman yang tidak bisa saya sebut satu persatu selaku penyemangat, teman seperjuangan, dan rival dalam perjoeangan ini. vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i ABSTRAK ............................................................................................................... i ABSTRACT ............................................................................................................ ii PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS.................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii Bab I. Pendahuluan ......................................................................................... 16 I.1. Latar Belakang...................................................................................... 16 I.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 18 I.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 18 I.4. Batasan Masalah ................................................................................... 18 I.5. Kegunaan Hasil .................................................................................... 18 I.6. Metodologi ........................................................................................... 19 I.7. Sistematika Penulisan ........................................................................... 20 Bab II. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 22 II.1. Arsitektur Enterprise ............................................................................ 22 II.1.1. Arsitektur ............................................................................. 22 II.1.2. Enterprise ............................................................................. 23 II.1.3. Arsitektur Enterprise............................................................ 23 II.1.4. Kerangka Kerja Arsitektur Enterprise ................................. 24 II.1.5. Enterprise Architecture Planning ........................................ 26 II.2. Tata Kelola Teknologi Informasi ......................................................... 28 II.2.1. Best Practices Tata Kelola TI .............................................. 29 II.2.2. Tata Kelola CISR MIT ......................................................... 29 1. Keputusan TI ........................................................................ 30 2. Archetype ............................................................................. 34 3. Bagaimana Organisasi Mengelola TI-nya............................ 36 II.3. Hubungan Arsitektur dan Tata Kelola .................................................. 37 II.4. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 41 II.4.1. Kerangka Kerja Tata Kelola dalam Arsitektur Enterprise... 41 II.4.2. Tata Kelola dalam Perencanaan Strategis ............................ 43 II.4.3. Pemetaan Tata Kelola terhadap Arsitektur .......................... 45 II.5. Karakteristik Model .............................................................................. 47 II.5.1. Keputusan dan Archetype CISR MIT .................................. 48 1. Keputusan TI ........................................................................ 48 vii
Bab III. III.1. III.2. III.3.
III.4. III.5. III.6. III.7. III.8. III.9. III.10.
Bab IV. IV.1. IV.2. IV.3. IV.4. IV.5. IV.6. IV.7. IV.8. IV.9. IV.10.
2. Archetype CISR MIT ........................................................... 50 II.5.2. Fase EAP .............................................................................. 51 II.5.3. Usulan model integrasi......................................................... 53 Metodologi Penelitian .......................................................................... 61 Langkah pemecahan masalah ............................................................... 61 Paradigma Penelitian ............................................................................ 63 Kerangka Berfikir ................................................................................. 66 III.3.1. Indikator Penilaian Keputusan dan Archetype TI ................ 67 1. Keputusan TI ........................................................................ 67 2. Archetype TI ........................................................................ 68 III.3.2. Indikator Penilaian Fase Arsitektur Enterprise .................... 69 III.3.3. Indikator Penilaian Tingkat Kematangan Perencanaan Arsitektur Enterprise............................................................ 70 III.3.4. Matriks Integrasi .................................................................. 75 Hipotesis ............................................................................................... 79 Populasi ................................................................................................ 80 Teknik penarikan sampel ...................................................................... 80 Kisi-kisi Instrumen ............................................................................... 83 Skala pengukuran ................................................................................. 85 Instrumen Penelitian ............................................................................. 86 Pengujian dan Revisi instrumen ........................................................... 86 III.10.1. Tahap I ................................................................................. 86 1. Uji Pakar .............................................................................. 87 2. Uji Analisis Faktor ............................................................... 89 3. Wawancara tidak terstruktur dengan responden uji terbatas tahap I ..................................................................... 90 4. Revisi ................................................................................... 91 III.10.2. Tahap II ................................................................................ 92 1. Uji Analisis Faktor ............................................................... 92 2. Uji reliabilitas ....................................................................... 94 3. Matriks yang dihasilkan ....................................................... 95 4. Revisi ................................................................................... 97 Analisis Data dan Hasil ...................................................................... 103 Pengumpulan data .............................................................................. 103 Profil Responden ................................................................................ 104 Pengujian Normalitas data .................................................................. 107 Analisis Keputusan TI ........................................................................ 113 Analisis Fase Arsitektur Enterprise.................................................... 115 Analisis Archetype .............................................................................. 118 Analisis Tingkat Kematangan Arsitektur Enterprise ......................... 120 Analisis Pengaruh Keputusan TI terhadap Tingkat Kematangan Arsitektur Enteprise............................................................................ 123 Analisis Pengaruh Fase Arsitektur terhadap Tingkat Kematangan Arsitektur Enterprise .......................................................................... 125 Analisis Pengaruh Archetype terhadap Tingkat Kematangan Arsitektur ............................................................................................ 126 viii
IV.11. IV.12. IV.13. IV.14.
Analisis Pengaruh Keputusan TI terhadap Fase Arsitektur ................ 127 Analisis Pengaruh Archetype terhadap Fase Arsitektur ..................... 128 Analisa Pengaruh Keputusan TI terhadap Archetype ......................... 129 Analisis Pengaruh Keputusan TI, Fase Arsitektur, dan Archetype Secara Bersama terhadap Tingkat Kematangan Arsitektur Enterprise ........................................................................................... 130 IV.15. Finalisasi model .................................................................................. 132 IV.16. Bagaimana Perguruan Tinggi Mengelola Perencanaan Arsitekturnya 140 IV.16.1. Fase Arsitektur dan Archetype ........................................... 140 1. Tata Kelola pada Inisiasi Rencana ..................................... 140 2. Tata Kelola pada Permodelan Bisnis ................................. 141 3. Tata Kelola pada Sistem dan Teknologi Saat Ini ............... 141 4. Tata Kelola pada Arsitektur Data....................................... 142 5. Tata Kelola pada Arsitektur Aplikasi................................. 142 6. Tata Kelola pada Arsitektur Teknologi .............................. 143 7. Tata kelola pada rencana implementasi ............................. 143 IV.16.2. Keputusan TI dan Archetype .............................................. 143 1. Tata Kelola pada Prinsip TI ............................................... 144 2. Tata Kelola pada Arsitektur TI .......................................... 144 3. Tata kelola pada infrastruktur TI ....................................... 145 4. Tata kelola kebutuhan aplikasi bisnis ................................ 145 5. Tata kelola investasi dan prioritas TI ................................. 146 Perbandingan dengan tata kelola terbaik menurut Weill dan Ross ................................................................... 146 IV.16.3. Fase Arsitektur dan Keputusan TI ..................................... 147 1. Inisiasi rencana ................................................................... 148 2. Permodelan bisnis .............................................................. 148 3. Sistem dan teknologi saat ini ............................................. 148 4. Arsitektur data .................................................................... 148 5. Arsitektur aplikasi .............................................................. 149 6. Arsitektur teknologi ........................................................... 149 7. Rencana implementasi ....................................................... 149 IV.17. Panduan Penerapan Model Integrasi Arsitektur Enterprise dan Tata Kelola TI..................................................................................... 149 IV.17.1. Inisiasi rencana ................................................................... 150 IV.17.2. Permodelan bisnis .............................................................. 150 IV.17.3. Sistem dan teknologi saat ini ............................................. 150 IV.17.4. Arsitektur data .................................................................... 151 IV.17.5. Arsitektur aplikasi .............................................................. 151 IV.17.6. Arsitektur teknologi ........................................................... 151 IV.17.7. Rencana implementasi ....................................................... 151 Bab V. Kesimpulan ......................................................................................... 153 V.1. Kesimpulan ......................................................................................... 153 V.2. Saran ................................................................................................... 153 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 155 LAMPIRAN ........................................................................................................ 162 ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Cara pencarian teks dalam COBIT Mapping TOGAF ................ 162
Lampiran B
Daftar perguruan tinggi kota Bandung ........................................ 166
Lampiran C
Instrumen Penelitian .................................................................... 170
Lampiran D
Data uji terbatas survei untuk 7 responden.................................. 182
Lampiran E
Hasil pengujian butir pertanyaan tahap I ..................................... 183
Lampiran F
Revisi Instrumen I ....................................................................... 185
Lampiran G
Data uji terbatas tahap II untuk 5 responden ............................... 198
Lampiran H
Revisi Instrumen II ...................................................................... 199
Lampiran I
Raw Data Hasil Survei ................................................................ 209
Lampiran J
Surat Pengantar Validasi Pakar ................................................... 211
Lampiran K
Permohonan Pengambilan Data .................................................. 212
Lampiran L
Pemetaan EAP ke CISR MIT ...................................................... 215
Lampiran M Lembar validasi pakar ................................................................. 259
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1
Fase EAP (Spewak & Hill, 1993) ............................................... 27
Gambar II-2.
Kapabilitas solusi TI dari pendekatan tradisional (Ross, Weill, & Robertson, 2006) .......................................................... 39
Gambar II-3
Perencanaan strategis sebagai dasar perencanaan arsitektur enterprise (Jahani, Javadein, & Jafari, 2010). ............................. 40
Gambar II-4
Keterlibatan kelompok orang dalam perencanaan strategis (Cassidy, 2006) ........................................................................... 43
Gambar II-5
Urutan keputusan kiri-kanan ....................................................... 48
Gambar II-6
Urutan keputusan atas-bawah ..................................................... 49
Gambar II-7
Urutan keputusan atas-bawah ..................................................... 50
Gambar II-8
Stage-gate system (Cooper R. G., 1990) ..................................... 52
Gambar II-9
Metodologi Pemetaan Tata Kelola ke Arsitektur Enterprise berdasarkan COBIT Mapping TOGAF ....................................... 54
Gambar II-10
Keputusan arsitektur TI sebagai fase arsitektur enterprise ......... 58
Gambar II-11
Usulan model integrasi ................................................................ 59
Gambar III-1
Langkah pemecahan masalah ...................................................... 62
Gambar III-2
Paradigma Penelitian ................................................................... 63
Gambar III-3
Hubungan komponen keputusan TI dengan fase arsitektur enterprise .................................................................................... 76
Gambar III-4
Hubungan komponen fase arsitektur enterprise dengan komponen archetype ................................................................... 76
Gambar III-5
Hubungan komponen fase arsitektur enterprise dengan archetype ..................................................................................... 77
Gambar III-6
Contoh pertanyaan dalam instrumen........................................... 85
Gambar III-7
Instrumen untuk mengukur tingkat kematangan arsitektur enterprise .................................................................................... 86
Gambar III-8
Urutan pilihan archetype sebelum revisi II ............................... 100 xi
Gambar III-9
Urutan pilihan archetype setelah revisi II ................................. 101
Gambar III-10 Urutan keputusan TI sebelum revisi II ...................................... 101 Gambar III-11 Urutan keputusan TI setelah revisi II ........................................ 102 Gambar IV-1
Histogram kurva normal X1 (keputusan TI) ............................. 109
Gambar IV-2
Histogram kurva normal X2 (fase arsitektur) ........................... 109
Gambar IV-3
Histogram kurva normal X3 (archetype) .................................. 109
Gambar IV-4
Histogram kurva normal Y (tingkat kematangan arsitektur) .... 110
Gambar IV-5
Korelasi antar variabel .............................................................. 132
Gambar IV-6
Model integrasi.......................................................................... 138
Gambar IV-5
Tata kelola terbaik Weill dan Ross (2004) ................................ 146
xii
DAFTAR TABEL Tabel II-1
Definisi arsitektur .......................................................................... 22
Tabel II-2
Definisi Arsitektur Enterprise ....................................................... 24
Tabel II-3
Kerangka kerja arsitektur enterprise (Yunizal, 2010) ................... 25
Tabel II-4
Matriks tata kelola (Weill & Ross, 2004) ...................................... 30
Tabel II-5
Daftar pertanyaan keputusan TI (Weill & Ross, 2004) ................. 33
Tabel II-6
Pengelolaan TI di organisasi pada umumnya (Weill & Ross, 2004) .................................................................................... 36
Tabel II-7
Matriks pengambilan keputusan (Cassidy, 2006) ......................... 44
Tabel II-8
Gate pada Fase EAP ...................................................................... 53
Tabel II-9
Pemetaan Konseptual Tingkat Tinggi antara CISR MIT ke EAP . 55
Tabel II-10
Hasil Pemetaan CISR MIT ke EAP............................................... 58
Tabel III-1
Variabel Penelitian ........................................................................ 64
Tabel III-2
Indikator penilaian keputusan TI ................................................... 68
Tabel III-3
Indikator penilaian archetype ........................................................ 69
Tabel III-4
Indikator penilaian fase arsitektur ................................................. 70
Tabel III-5
Pengukuran tingkat kematangan Arsitektur Enterprise ................ 72
Tabel III-6
Tingkat Kematangan Arsitektur Enterprise (Jahani, Javadein, & Jafari, 2010) ................................................................................... 73
Tabel III-7
Indikator tingkat kematangan arsitektur enterprise ....................... 74
Tabel III-8
Matriks keputusan TI dengan archetype (Weill & Ross, 2004) .... 77
Tabel III-9
Matriks hubungan keputusan TI dengan fase arsitektur enterprise ....................................................................................... 78
Tabel III-10
Matriks hubungan fase arsitektur enterprise dengan archetype .... 79
Tabel III-11
Daftar STMIK di Bandung (Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), 2011) .................................................... 81
Tabel III-12
Daftar Universitas di Bandung (Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), 2011) .................................................... 82 xiii
Tabel III-13
Daftar Institut di Bandung (Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), 2011) .................................................... 83
Tabel III-14
Kisi-kisi instrumen ........................................................................ 83
Tabel III-15
Pola hubungan keputusan TI, fase arsitektur enterprise, dan archetype ....................................................................................... 84
Tabel III-16
Lembar validasi konstruk untuk uji pakar ..................................... 88
Tabel III-17
Hasil pengujian butir pertanyaan tahap II ..................................... 93
Tabel III-18
Skor untuk item pertanyaan ganjil ................................................. 95
Tabel III-19
Skor untuk item pertanyaan genap ................................................ 95
Tabel III-20
Kecenderungan pengisian pola fase arsitektur dan archetype ....... 96
Tabel III-21
Kecenderungan pengisian pola keputusan TI dan archetype ........ 96
Tabel III-22
Kecenderungan pengisian pola hubungan fase arsitektur dengan keputusan TI .................................................................................. 97
Tabel IV-1
Profil pribadi responden .............................................................. 106
Tabel IV-2
Profil perguruan tinggi ................................................................ 107
Tabel IV-3
Nilai skewness untuk variabel X1(Keputusan TI), X2 (Fase Arsitektur), X3 (Archetype), dan Y (Tk. Kematangan Arsitektur).................................................................................... 108
Tabel IV-4
Pengujian normalitas data keputusan TI dengan chi kuadrat ...... 110
Tabel IV-5
Pengujian normalitas data fase arsitektur menggunakan chi kuadrat ................................................................................... 111
Tabel IV-6
Pengujian normalitas data archetype menggunakan chi kuadrat ................................................................................... 112
Tabel IV-7
Pengujian normalitas data tingkat kematangan arsitektur dengan chi kuadrat ....................................................................... 112
Tabel IV-8
Skala tingkat pencapaian dalam nilai ideal 5 .............................. 113
Tabel IV-9
Skala tingkat pencapaian dalam nilai ideal 100% ....................... 113
Tabel IV-10
Pelaksanaan keputusan TI di perguruan tinggi Bandung ............ 114
Tabel IV-11
Pelaksanaan fase arsitektur pada perguruan tinggi responden .... 116
Tabel IV-12
Pelaksanaan archetype di perguruan tinggi responden ............... 119
Tabel IV-13
Tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi ... 121 xiv
Tabel IV-14
Korelasi keputusan TI (X1) dengan tingkat kematangan arsitektur (Y) ............................................................................... 124
Tabel IV-15
Korelasi fase arsitektur (X2) dengan tk. kematangan arsitektur (Y) ............................................................................... 125
Tabel IV-16
Korelasi archetype (X3) dengan tingkat kematangan arsitektur (Y) ............................................................................... 126
Tabel IV-17
Korelasi keputusan TI (X1) dengan fase arsitektur (X2) ............ 127
Tabel IV-18
Korelasi archetype (X3) dengan fase arsitektur (X2) ................... 128
Tabel IV-19
Korelasi keputusan TI (X1) dengan archetype (X3) .................... 129
Tabel IV-20
Korelasi antara indikator fase arsitektur dan keputusan TI ......... 133
Tabel IV-21
Korelasi antara indikator fase arsitektur dan archetype .............. 135
Tabel IV-22
Korelasi antara indikator keputusan TI dan archetype ................ 137
Tabel IV-23
Matriks fase arsitektur enterprise dan archetype ........................ 139
Tabel IV-24
Matriks keputusan TI dan archetype ........................................... 139
Tabel IV-25
Matriks fase arsitektur dan archetype .......................................... 140
Tabel IV-26
Matriks keputusan TI dan archetype ........................................... 144
Tabel IV-27
Pemetaan fase arsitektur kedalam keputusan TI ......................... 147
xv
Bab I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Saat ini setiap organisasi memiliki sistem informasi untuk mendukung bisnis. Inmon dkk (1997) menyatakan bahwa sistem informasi mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan, dan juga membantu manajer dan pekerja menganalisa masalah, memvisualisasikan subjek yang komplek dan membuat produk yang baru. Ketiadaan sistem informasi akan membuat organisasi sulit untuk berkompetisi. Perubahan lingkungan ekonomi yang sangat cepat, dan meningkatnya kebutuhan bagi organisasi untuk menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan tersebut membuat organisasi harus memiliki informasi terkini setiap waktu, sehingga organisasi bisa mengelola bisnisnya secara lebih efektif (International Business Machines, 1981). Meningkatnya kompleksitas dari organisasi haruslah diiringi dengan perkembangan dari sistem informasi. Pendapat ini didukung oleh Ramaraj (2010) yang menyatakan bahwa sistem informasi harus fleksibel untuk memuaskan kebutuhan pengguna, khususnya dalam lingkungan yang selalu berubah, dalam hal ini lingkungan bisnis. Zachman (1987) menyatakan bahwa peningkatan ukuran dan kompleksitas dari implementasi sistem informasi memerlukan penggunaan sebuah konstruksi logis (atau arsitektur) untuk mendefinisikan dan mengontrol antar muka dan integrasi dari semua komponen dari sistem. Zachman menawarkan sebuah konsep arsitektur sistem informasi melalui papernya dalam IBM System Journal pada tahun 1987 dengan nama kerangka kerja Zachman (Zachman, 1987). Istilah arsitektur sistem informasi kemudian berkembang menjadi arsitektur enterprise.
16
17
Arsitektur enterprise merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem informasi dalam sebuah perusahaan. Tanpa arsitektur ini perusahaan akan membeli dan membangun sistem yang penuh duplikasi, tidak kompatibel, dan membutuhkan biaya yang tidak perlu untuk integrasi dan pemeliharaannya (Chief Information Officer Council, 2001). Arsitektur enterprise mengintegrasikan semua komponen sistem dan merefleksikan arsitektur yang sebenarnya dari perusahaan. Namun, dalam kenyataannya belum bisa memberikan jaminan bahwa arsitektur enteprise akan mendukung bisnis. Arsitektur enterprise merupakan penjabaran bentuk keinginan pihak manajemen yang diwujudkan oleh bagian Teknologi Informasi (TI) organisasi. Harus ada jaminan bahwa arsitektur yang dibuat selaras dengan kebutuhan bisnis (manajemen). IT Governance (Tata kelola TI) adalah sebuah disiplin yang muncul karena ketidak selarasan antara TI dengan bisnis. Weill dan Ross (2004) menyatakan bahwa dari studi yang dilakukan oleh Center for Information System Research Massachusetts Institute of Technology (CISR MIT), ditemukan banyak manajer bisnis yang mengeluh karena tingginya biaya TI dengan manfaat yang tidak sesuai. Para manajer tidak bisa melakukan apa-apa karena mereka kebanyakan tidak terlalu memahami TI dan menyerahkan pengambilan keputusan kepada TI. Namun, walaupun para manajer menyaksikan sendiri bahwa orang-orang TI telah berkerja keras, namun belum bisa memenuhi kebutuhan bisnis yang sedang dikelola oleh manajer. Tata kelola TI menentukan siapa yang secara sistematis membuat dan berkontribusi terhadap setiap keputusan TI sehingga keselarasan bisnis dan TI bisa dicapai. Arsitektur enterprise dapat dikembangkan dengan mengintegrasikannya dengan Tata kelola TI. Pengambilan keputusan yang awalnya dilakukan secara terpusat oleh chief architect (kepala arsitektur sistem informasi), dipetakan kedalam pengambilan keputusan sesuai dengan tata kelola TI. Hasil integrasi ini adalah model yang mengemukakan siapa yang berhak dalam pengambilan
18
keputusan dalam pelaksanaan arsitektur enterprise, sehingga menghasilkan arsitektur enterprise yang menyelaraskan antara TI dengan bisnis.
I.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang menjadi fokus utama dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kapabilitas arsitektur enterprise dengan mengintegrasikannya dengan tata kelola TI. Hasil integrasi ini berupa sebuah model arsitektur enterprise yang disertai siapa saja yang sebaiknya dilibatkan dalam pengambil keputusan disetiap langkah-langkah pembuatan arsitektur.
I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model integrasi antara arsitektur enterprise dengan tata kelola TI. Hasil dari rancangan model tersebut berupa panduan integrasi kedua kerangka kerja tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi organisasi yang ingin menerapkan arsitektur enterprise dengan tata kelola TI secara bersama agar bisa memastikan bahwa arsitektur tersebut sesuai dengan kebutuhan bisnis organisasi.
I.4. Batasan Masalah Batasan masalah yang didefinisikan pada penelitian ini adalah: 1.
Kerangka kerja yang digunakan untuk arsitektur enterprise adalah Enterprise Architecture Planning (EAP).
2.
Kerangka kerja yang digunakan untuk tata kelola TI adalah CISR MIT.
3.
Penelitian ini tidak membahas mengenai proses transisi dan implementasi hasil dari rancangan model integrasi aristektur enterprise dan tata kelola TI, tetapi sebatas penetapan rekomendasi model integrasi.
4.
Untuk kebutuhan pengujian model, akan dilakukan survei untuk pengujian model kepada perguruan tinggi di kota Bandung.
I.5. Kegunaan Hasil Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan hasil sebuah panduan bagi enterprise berupa arsitektur yang lebih mendukung keputusan bisnis.
19
Sehingga selain bisa lebih menghemat sumber daya yang ada, harmonisasi komponen-komponen didalam perusahaan, juga melakukan integrasi enterprise secara penuh berdasarkan dengan kebutuhan bisnis.
I.6. Metodologi Penyusunan model perluasan kerangka kerja arsitektur enterprise dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini: 1.
Identifikasi awal Membaca buku, artikel jurnal, makalah dan sumber lainnya yang berkaitan
dengan arsitektur enterprise dan tata kelola TI, fase dalam EAP, model tata kelola CISR MIT, archetype dan keputusan TI, serta penelitian sebelumnya yang terkait dengan integrasi antara arsitektur enterprise dengan tata kelola teknologi informasi. 2.
Integrasi arsitektur enterprise dengan tata kelola TI Berdasarkan teori yang didapatkan selanjutnya dilakukan analisis pemetaan
arsitektur enterprise dan tata kelola TI. Bagaimana setiap fase dari EAP ditambahkan pengelolaan TI. Sehingga menghasilkan sebuah usulan model yang mengintegrasikan antara EAP dengan CISR MIT. Model ini menggunakan EAP sebagai landasan dan menyediakan pilihan pihak yang akan mengambil keputusan (archetype) berdasarkan CISR MIT. 3.
Pengujian model integrasi Model yang dikembangkan kemudian diuji menggunakan pendekatan
kuantitatif. Teori-teori yang berkaitan digunakan sebagai landasan untuk membuat paradigma penelitian kuantitatif. Hasil dari paradigma penelitian itu kemudian dibentuk rumusan masalah baru yang menghasilkan hipotesis mengenai hubungan masing-masing komponen yang digunakan dalam model integrasi. Masing-masing hipotesis ini kemudian diuji untuk membuktikan kebenarannya.
20
4.
Penyempurnaan model Dalam melakukan pengujian model integrasi dilakukan survei pada perguruan
tinggi, dalam survei tersebut diikutsertakan tentang bagaimana masing-masing organisasi (perguruan tinggi) mengelola pengambilan keputusan arsitektur enterprise-nya. Hasil dari pola pengelolaan ini akan digunakan untuk menyempurnakan model yang telah dibuat sebelumnya.
I.7. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari 5 bab yang merupakan satu kesatuan. Struktur penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut: Bab I, merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan alasan penelitian ini harus dilakukan. Pada bab ini juga dijelaskan tentang masalah yang harus dipecahkan, tujuan penelitian dilakukan, batasan dari masalah yang dibahas, dan kegunaan hasil penelitian. Bab II, merupakan bab tinjauan pustaka. Bab ini menjelaskan tentang teoriteori yang digunakan untuk mendukung penelitian. Dari teori yang ada kemudian dikembangkan sebuah model untuk mengintegrasikan arsitektur enterprise dan tata kelola TI. Bab III, merupakan bab metodologi penelitian. Bab ini menggambarkan tentang langkah pemecahan masalah yang dilakukan. Bagaimana model yang telah dibuat diuji dengan penelitian kuantitatif. Berdasarkan hasil tinjauan pustaka didapatkan paradigma penelitian yang digunakan untuk menguji model yang dibuat. Berdasarkan paradigma penelitian dibuat hipotesis untuk menguji paradigma tersebut. Hipotesis kemudian dijawab dengan melakukan penelitian survei. Populasi yang dipilih, dan proses pembuatan instrumen dijabarkan pada bab ini. Bab IV, merupakan bab analisa dan hasil. Pada bab ini dijelaskan tentang proses pengumpulan data, profil responden yang digunakan untuk survei,
21
pengujian normalitas data, dan analisa berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Bab V, merupakan bab kesimpulan. Pada bab ini dijelaskan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan. Dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
Bab II. Tinjauan Pustaka
II.1. Arsitektur Enterprise II.1.1. Arsitektur Istilah arsitektur berasal dari bahasa latin arkhitekton yang merupakan seni dan ilmu untuk mendesain bangunan dan struktur fisik lainnya. Dalam bidang TI arsitektur merupakan sebuah istilah yang populer karena istilah ini memiliki ruang lingkup yang cukup luas. Menurut Perks dan Beveridge (2003) arsitektur merupakan salah satu cara untuk berbagi (share) visi, visi ini harus dikomunikasikan , dipelihara, dan membatasi dunia fisik. Tabel II-1 Definisi arsitektur No. 1.
Definisi
Penulis
Arsitektur adalah pengorganisasian fundamental dari sistem
IEEE (2000)
dengan komponennya, hubungannya satu sama lain dan dengan lingkungan luarnya dan prinsip yang memandu desain dan evolusinya 2.
Arsitektur adalah desain dari berbagai jenis sruktur apakah fisik
O'Rourke dkk (2003).
atau konsep, riil atau maya 3.
Arsitektur adalah rekaman rencana, sebuah cetak biru dari
Minoli (2008)
struktur, arahan, konfigurasi, pemisahan fungsional, antar muka, data, protokol, fungsionalitas logis, integrasi, teknologi dan sumber daya TI yang dibutuhkan untuk mendukung perusahaan atau atau fungsi atau misi bisnis 4.
Arsitektur adalah kumpulan aturan dan model yang konsisten yang memandu desain dan penerapan dari proses, struktur organisasi, informasi, aplikasi dan inftrastruktur teknis dalam organisasi
22
Wagter dkk (2005)
23
Para ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi arsitektur. Tabel II-1 menunjukkan beberapa definisi arsitektur yang digunakan dalam dunia TI. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa arsitektur adalah bentuk pengorganisasian sistem dan komponen dalam bentuk cetak biru (blue print), dan digunakan sebagai desain dari sistem yang mengintegrasikan komponen yang dibutuhkan untuk mendukung perusahaan. II.1.2. Enterprise O'Rourke dkk (2003) menyatakan bahwa enterprise adalah bisnis atau organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan produk atau layanan. Pendapat ini didukung oleh Schekkerman (2004) yang menyatakan bahwa enterprise adalah semua koleksi dari organisasi yang memiliki kumpulan tujuan/ prinsip dan atau sebuah landasan. Sehingga enterprise bisa diartikan sebagai sebuah korporasi secara keseluruhan, divisi dari sebuah korporasi, organisasi pemerintah, sebuah departemen, atau organisasi yang secara geografis terhubung karena tujuan tertentu yang menghasilkan produk atau layanan. II.1.3. Arsitektur Enterprise Istilah arsitektur enterprise berasal dari arsitektur sistem informasi yang dikemukakan oleh John A. Zachman (1987). Ide awal munculnya arsitektur sistem informasi ini karena peningkatan ukuran dan kompleksitas organisasi sehingga dibutuhkan
konstruksi
logis
untuk
mendefinisikan
antarmuka
dan
mengintegrasikan semua komponen dari sistem. Tabel II-2 menunjukkan beberapa definisi arsitektur enterprise menurut beberapa ahli. Arsitektur enterprise memberikan kemampuan untuk memahami dan menentukan kebutuhan berkelanjutan dari integrasi, keselarasan, perubahan dan respon dari bisnis terhadap teknologi dan pasar (O'Rourke, Fishman, & Selkow, 2003). Esensi dari arsitektur enterprise lebih dari kumpulan model. Dibelakang setiap model terdapat kebijakan, proses, dan prosedur yang dilalui setiap bagian organisasi dari enterprise.
24
Tabel II-2 Definisi Arsitektur Enterprise No. 1.
Definisi
Penulis
Arsitektur enterprise adalah model, dokumen, dan alat-alat
Ambler (2002).
yang bisa digunakan kembali (seperti komponen, kerangka kerja, objek dan lain-lain) yang merefleksikan arsitektur yang sebenarnya 2.
Arsitektur enterprise adalah memahami semua elemen berbeda
The
yang membangun enterprise dan bagaimana elemen ini bisa
(2003)
Open
Group
saling berelasi. 3.
Arsitektur sistem informasi adalah kerangka kerja untuk
Zachman (1987)
merasionalisasi berbagai macam konsep dan spesifikasi arsitektural untuk menciptakan komunikasi profesional yang jelas,
untuk
memungkinkan
peningkatan
dan
metodologi dan alat bantu pengembangan,
integrasi
dan
untuk
menghasilkan kredibilitas dan kepercayaan dalam investasi sumber daya sistem. 4.
5.
Arsitektur
enterprise
merupakan
tahap
awal
dalam
Chief
Information
pengembangan sistem informasi dalam sebuah perusahaan.
Officer Council (2001)
Arsitektur enterprise adalah pengekspresian kompleks dari
Schekkerman (2004)
arsitektur, sebuah masterplan yang merupakan kolaborasi dari beberapa kekuatan, antara aspek perencanaan bisnis seperti tujuan, visi, strategi dan prinsip tatakelola, aspek operasi bisnis seperti kesepakatan bisnis, struktur organisasi, proses dan data, aspek otomasi seperti sistem informasi dan database dan infrastruktur teknologi yang menjalankan bisnis seperti komputer, sistem operasi, dan jaringan
II.1.4. Kerangka Kerja Arsitektur Enterprise Arsitektur enterprise yang digagas oleh Zachman merupakan skema klasifikasi yang terdiri dari baris dan kolom. Pertemuan baris dan kolom mengidentifikasi sebuah topik primitif (O'Rourke, Fishman, & Selkow, 2003). Ketika dikombinasikan, topik ini meliputi setiap detail yang dibutuhkan bisnis untuk membuat keputusan yang menghasilkan value (nilai tambah) bagi
25
enterprise dalam melaksanakan bisnis. Setelah Zachman, mulai bermunculan teknik-teknik penerapan arsitektur enterprise yang berbeda, sehingga melahirkan istilah kerangka kerja (framework) arsitektur enterprise. O‟Rourke dkk (2003) menyatakan bahwa kerangka kerja arsitektur enterprise adalah struktur untuk mengelompokkan dan mengorganisir topik yang berhubungan dengan manajer dari enterprise atau pembangunan dari sistem enterprise. Alat ini akan memudahkan pemahaman dan komunikasi dalam enterprise, dimana pada saat yang sama memungkin fokus pada variabel tertentu tanpa kehilangan pandangan keseluruhannya. Tabel II-3 menunjukkan beberapa kerangka kerja arsitektur enterprise yang ada. Tabel II-3 Kerangka kerja arsitektur enterprise (Yunizal, 2010) No.
Kerangka kerja arsitektur enteprise
1.
Extended Enterprise Architecture Framework (E2AF)
2.
Enterprise Architecture Planning (EAP)
3.
Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF)
4.
Treasury Enterprise Architecture Framework (TEAF)
5.
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
6.
Zachman Framework
7.
Integrated Architecture Framework (IAF)
8.
Joint Technical Architecture (JTA)
9.
Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (C4ISR) dan Departement of Defence Architecture Framework (DoDAF)
10.
Departement of Defence Technical Reference Model (Dod TRM)
11.
Technical Architecture Framework for Information Management (TAFIM)
12.
Computer Integrated Manufacturing Open System Architecture (CIMOSA)
13.
Purdue Enterprise Reference Architecture
14.
Standard and Architectures for eGovernment Application (SAGA)
15.
European Union—IDABC dan European Interoperability Framework
16.
ISO/IEC 14252 (IEEE Std 1003.0)
17.
IEEE Std 1471-2000 IEEE Recommended Practice for Architectural Description
26
Kerangka kerja arsitektur enterprise tidaklah selalu komprehensif, namun secara umum bisa menjadi titik awal dalam pengembangan arsitektur enterprise. Schekkerman (2004) menyatakan bahwa banyak organisasi yang menganggap arsitektur sebagai diagram yang tidak komprehensif karena tidak bisa diubah, karena terlalu banyak ketergantungan antar diagram. Pemilihan kerangka kerja arsitektur enterprise bukan berarti mengadopsi secara total arsitektur enterprise tersebut, tetapi bisa dilakukan penyesuaian agar sesuai dengan kebutuhan si penggunanya. II.1.5. Enterprise Architecture Planning Kerangka kerja Zachman tidak memberikan penjelasan tentang metode, metodologi atau artifak yang akan digunakan bagi yang akan mengadopsi (Pereira & Sousa, 2004). Tujuan utama dari kerangka kerja ini adalah memastikan adanya standar untuk membuat arsitektur enterprise ada dan terintegrasi dengan baik (Sowa & Zachman, 1992). Sehingga kerangka kerja ini hanya menawarkan taksonomi dari entiti informasi (Mrdalj & Jovanovic, 2005) (Session, 2007). Pendapat ini didukung oleh Steven H. Spewak (1993) yang menyebutkan bahwa Zachman menjelaskan tentang pendefinisian kerangka kerja konseptual tetapi tidak menjelaskan bagaimana mendefinisikan atau mengimplementasikan arsitektur tersebut. Karena masih merupakan taksonomi (taksonomi adalah kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek), maka berkembanglah kerangka kerja arsitektur enterprise untuk mengimplementasikannya. Salah satunya adalah kerangka kerja Enterprise Architecture Planning (EAP) yang dikembangkan oleh Steven H. Spewak dan Steven C. Hill pada tahun 1992. EAP mengupas tentang pembuatan arsitektur data, teknologi dan jaringan. Sebelum Spewak, Hill, dan Zachman, International Business Machines (IBM) dengan kerangka kerja Business System Planning-nya (BSP) telah membuat pendekatan menyeluruh (International Business Machines, 1981) tentang arsitektur sistem informasi. Beberapa teknik dalam EAP merupakan penerapan dari BSP.
27
EAP terdiri dari 7 fase yakni inisiasi rencana, permodelan bisnis, sistem dan teknologi saat ini, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi, dan rencana implementasi / migrasi. Hubungan masing-masing fase bisa dilihat pada Gambar II-1. Cara kerja dari EAP adalah dengan terlebih dahulu mendefinisikan arsitektur data, dari data yang telah didefinisikan, dipersiapkan arsitektur aplikasi dari data yang sudah di integrasikan dan distandarisasikan. Dari rancangan aplikasi yang dibutuhkan didapatkan keputusan tentang arsitektur teknologi yang dibutuhkan. Keterhubungan antara arsitektur data, aplikasi dan teknologi ditunjukkan dengan tanda panah pada Gambar II-1. EAP bertujuan untuk mendefinisikan arsitektur dan penggunaan informasi untuk mendukung bisnis dan rencana untuk mengimplementasikan arsitektur tersebut (Spewak & Hill, 1993). Spewak mendukung pendapat Zachman bahwa arsitektur digunakan sebagai media komunikasi, dengan mengikutsertakan rencana mengimplementasikannya. Berdasarkan perkembangan definisi dari arsistektur enterprise maka EAP juga bisa diperluas sebagai media penyelaras dari bisnis dan TI dalam organisasi, tentunya dengan menambahkan komponenkomponen yang bisa mendukung arsitektur enterprise mencapai kapabilitas tersebut.
Gambar II-1 Fase EAP (Spewak & Hill, 1993)
28
II.2.
Tata Kelola Teknologi Informasi
Organisasi mengelola banyak aset: orang, uang, relasi dan konsumen, namun informasi dan teknologi merupakan aset yang paling membingungkan. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi dan proses dasar enterprise tidak berjalan seiring. Lientz dan Larrsen(2004) menyatakan bahwa teknologi dalam sebuah organisasi bisa saja mengalami perkembangan, namun proses mendasar akan tetap karena ini merupakan sifat alami dari bisnis. Penerapan TI melibatkan investasi yang hasilnya tidak bisa diprediksi. Ketidakjelasan dan kompleksitas membuat banyak manajer melepaskan tanggung jawabnya kepada orang-orang TI dengan harapan mereka bisa menggunakannya secara efektif. Cara ini terbukti tidak terlalu berhasil. Hubungan erat antara TI dan organisasi untuk mendapatkan value dari TI membutuhkan kompetensi dari manajemen. Keselarasan antara bisnis dan teknologi informasi pun kemudian menjadi isu penting dalam penerapan teknologi informasi dalam organisasi. Salah satu bidang yang mengedepankan keselarasan antara bisnis dan teknologi adalah tatakelola TI, sebagaimana disampaikan oleh Brown dan Magill (1994) bahwa tatakelola TI memicu keselarasan strategis antara TI dan bisnis. Weill dan Ross (2004) menyatakan bahwa dari studi yang dilakukan oleh CISR MIT, ditemukan banyak manajer bisnis yang mengeluh karena tingginya biaya TI dengan manfaat yang tidak sesuai. Para manajer tidak bisa melakukan apa-apa karena mereka kebanyakan tidak terlalu memahami TI dan menyaksikan sendiri bahwa orangorang TI telah berkerja keras, namun tidak mendukung bisnis yang sedang di kelola si manajer. Tata kelola TI menurut Weill dan Ross (2004) adalah menentukan keputusan yang benar dan kerangka kerja akuntabilitas untuk memicu perilaku yang diharapkan dalam menggunakan TI. Tata kelola menentukan siapa yang membuat keputusan, manajemen dalam proses membuat dan mengimplementasikan keputusan. Sedangkan menurut IT Governance Institute (2007) tata kelola teknologi informasi bertujuan untuk memastikan bahwa TI enterprise menyokong
29
dan memperluas strategi dan tujuan dari organisasi dan mengintegrasikan dan menginstitusikan best practices untuk memastikan TI mendukung tujuan bisnis. II.2.1. Best Practices Tata Kelola TI Terdapat beberapa best practices dari tata kelola teknologi informasi. diantaranya adalah: 1. Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) COBIT merupakan best practices tata kelola TI yang dikembangkan oleh IT Governance Intitute. IT Governance Intitute (2007) menyatakan COBIT terdiri dari 5 fokus area yakni keselarasan strategis, penyampaian nilai, manajemen sumber daya, manajemen resiko dan pengukuran kinerja. COBIT dikelompokkan pada 4 area proses yakni plan and organize, acquiere and implement, deliver and support dan monitor and evaluate. Yang kemudian dijabarkan dalam 34 control objectives. 2. Information Technology Infrastructure Library (ITIL) ITIL merupakan best practices tata kelola TI yang dikembangkan oleh Office of Government Commerce (OGC). OGC (2008) menyatakan bahwa ITIL terdiri dari lima pendekatan terintegrasi yakni service strategy, service design, service transition, service operation, dan continual service improvement 3. CISR MIT CISR MIT merupakan tata kelola yang dikembangkan oleh Weill dan Ross (2004). II.2.2. Tata Kelola CISR MIT Dalam penelitian ini penulis mengkhususkan tata kelola yang digunakan adalah tata kelola CISR MIT yang dikembangkan oleh Weill dan Ross (2004). Pemilihan tata kelola ini dikarenakan karakteristiknya cocok dengan karakteristik kerangka kerja arsitektur enterprise EAP. CISR MIT lebih berfokus pada tata ikhtisar tata kelola, sedangkan EAP merupakan sebuah bentuk perencanaan strategis dari TI.
30
Pada tata kelola CISR MIT dikembangkan sebuah matriks tata kelola. Matriks tata kelola dapat dilihat pada Tabel II-4. Matriks ini terdiri atas perpotongan antara keputusan TI dan archetype. Kolom dari matriks merupakan keputusan TI. Keputusan TI saling berhubungan satu sama lainnya, mengalir dari kiri kekanan matrik. Prinsip TI memicu arsitektur yang memandu infrastruktur. Kapabilitas infrastruktur memungkinkan aplikasi untuk dibangun berdasarkan kebutuhan bisnis yang dispesifikasikan oleh pemilik proses bisnis. Kemudian investasi TI harus dipicu oleh keempat keputusan lainnya. Sedangkan baris dari matriks terdiri dari pola dasar (archetype) untuk menentukan siapa yang memiliki hak pengambilan keputusan. Setiap archetype mengidentifikasikan tipe orang yang terlibat dalam membuat keputusan TI. Tabel II-4 Matriks tata kelola (Weill & Ross, 2004) Keputusan TI Archetype Monarki bisnis
Prinsip TI
Arsitektur TI
Infrastruktur TI
Kebutuhan aplikasi bisnis
Investasi TI
Monarki TI Feodal Federal Duopoli TI Anarki
?
Tidak tahu
1. Keputusan TI Ada lima jenis keputusan TI yang digunakan dalam matriks tata kelola. Keputusan itu adalah prinsip TI, arsitektur TI, infrastruktur TI, kebutuhan aplikasi bisnis dan investasi dan prioritas TI. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing tipe keputusan tersebut: a.
Prinsip TI Perusahaan dengan fokus umumnya memproduksi hasil yang lebih baik. Hal ini juga berlaku untuk mendapatkan value bisnis dari TI. Organisasi yang sukses mendapatkan value dari TI memiliki beberapa prinsip TI. Davenport
31
(1989) menyatakan bahwa prinsip TI merupakan kumpulan statemen tingkat tinggi tentang bagaimana TI digunakan dalam bisnis. Setelah diartikulasi, prinsip TI menjadi bagian dari kamus manajemen dan bisa didiskusikan, didebat, didukung, diganti, dan berevolusi (Weill & Ross, 2004). Broadbent dan Weill (1997) menyebutnya sebagai pepatah TI (IT maxim). b.
Arsitektur TI Arsitektur menentukan cakupan praktis dari opsi teknis sehingga meningkatkan opsi bisnis (Keen, 1994) sehingga menjadikan arsitektur TI menjadi salah satu konsep sentral dalam evolusi TI dalam organisasi. Weill dan Ross (2004) menyatakan bahwa arsitektur TI adalah pengorganisasian logis dari data, aplikasi, dan infrastruktur, yang didapatkan dari kumpulan kebijakan, hubungan dan pilihan teknis untuk mencapai standarisasi dan integrasi bisnis dan teknis.
c.
Infrastruktur TI Infrastruktur
TI merupakan pondasi
untuk
kapabilitas
TI
yang
direncanakan (baik teknis dan manusianya) yang tersedia dalam bisnis sebagai layanan yang dipakai bersama dan digunakan oleh berbagai aplikasi (Weill & Ross, 2004). Meninjau dan membuat infrastruktur yang benar pada waktu yang benar memungkinkan implementasi elektronik masa depan yang mendukung inisiatif bisnis, menggabungkan dan mengurangi biaya dari proses bisnis saat ini. Investasi yang berlebihan terhadap infrastruktur atau menerapkan infrastruktur yang salah bisa menghabiskan sumberdaya, delay, dan tidak kompatibelnya sistem dengan partner bisnis. Sebaliknya, investasi yang kurang dalam infrastruktur menghasilkan kesibukan dalam implementasi untuk mencapai tenggat waktu bisnis, terciptanya pulau-pulau otomasi yang bertemu dengan kebutuhan lokal tanpa integrasi dalam perusahaan, dan keterbatasan berbagi sumber daya, informasi, dan kepakaran.
32
d.
Kebutuhan Aplikasi Bisnis Walaupun semua keputusan TI berhubungan dengan value yang diberikan TI kepada bisnis, ada keputusan yang khusus tentang kebutuhan bisnis yang benar-benar menghasilkan value yakni kebutuhan aplikasi bisnis. Identifikasi kebutuhan bisnis untuk aplikasi TI seringkali memiliki 2 tujuan yang saling bertentangan: kreatifitas dan disiplin. Kreatifitas merupakan mengidentifikasi cara yang baru dan yang lebih efektif untuk memberikan nilai tambah pada konsumen menggunakan TI. Kreatifitas melibatkan identifikasi aplikasi bisnis yang mendukung tujuan bisnis strategsi dan memfasilitasi eksperimen bisnis. Disiplin adalah mengenai integristas arsitektural, memastikan bahwa aplikasi diturunkan dan dibangun berdasarkan arsitektur. Disiplin juga tentang fokus, komitmen sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan proyek dan bisnis.
e.
Investasi dan prioritas TI Keputusan Investasi TI merupakan hal yang paling nampak dan kontroversial dari lima keputusan kunci TI. Beberapa proyek disetujui, yang lainnya ditolak, dan yang lainnnya ditolak secara halus. Perusahaan yang mendapatkan nilai tambah dari TI memfokuskan investasinya sesuai dengan prioritas strategis mereka, memperjelas perbedaan kapabilitas TI yang harus dimiliki dengan yang bagus untuk dimiliki. Masing-masing keputusan TI membutuhkan perhatian terpisah, namun tidak
satupun yang boleh diisolasi. Namun ketika semua keputusan membutuhkan perhatian manajemen, sebuah aritkulasi tata kelola yang jelas mendistribusikan proses pengambilan keputusan kepada orang dengan posisi yang paling tepat untuk
memahami
requirement
dan
implikasinya.
Sebagai
tambahan,
memformalisasi input ke keputusan melalui proses tata kelola memastikan komunikasi kritis dan umpan balik dalam keputusan kunci TI ini.
33
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang menunjukkan masing-masing keputusan TI. pertanyaan ini hanya bisa dijawab dengan efektif oleh orang yang tepat melalui desain tata kelola. Tabel II-5 Daftar pertanyaan keputusan TI (Weill & Ross, 2004) Keputusan TI Prinsip TI
Pertanyaan Kunci Apa model operasi enterprise? Apa peran TI dalam bisnis? Apa perilaku TI yang diharapkan? Bagaimana TI didanai?
Arsitektur TI
Apa proses bisnis inti dari enterprise?, bagaimana mereka berelasi? Apa informasi yang memicu proses bisnis inti tersebut?, bagaimana seharusnya data terintegrasi? Kapabilitas teknis apa yang harus distandarisasi dalam lingkungan enterprise untuk mendukung efisiensi TI dan memfasilitasi standarisasi proses dan integrasi? Aktifitas
apa
yang
harus
distandarisasi
dalam
lingkungan enterprise untuk mendukung integrasi data? Pilihan
teknologi
mana
yang
akan
memandu
pendekatan enterprise pada inisiatif TI? Infrastruktur TI
Layanan infrastruktur TI mana yang paling kritis untuk mencapai tujuan strategis dari enterprise? Untuk setiap bagian kapabilitas, layanan inftrastruktur apa yang harus diimplementasikan secara enterprise dan tingkat layanan apa yang dibutuhkan oleh layanan ini? Bagaimana seharusnya layanan infrastruktur dihargai? Apa rencana untuk menjaga teknologi dasar agar tetap dalam kondisi terkini? Layanan
infrastruktur
mana
yang
harusnya
di
outsource-kan? Kebutuhan Aplikasi Bisnis
Apa pasar dan peluang proses bisnis untuk aplikasi bisnis yang baru?
34
Keputusan TI
Pertanyaan Kunci Pengalaman
desain
yang
bagaimana
yang
menunjukkan bahwa mereka sukses? Bagaimana kebutuhan bisnis bisa dicapai dengan standar
arsitektur?,
kapan
kebutuhan
bisnis
menentukan pengecualian terhadap standar yang ada? Siapa yang akan menerima hasil dari setiap proyek dan mengubah lembaga organisasi untuk memastikan value? Investasi dan prioritas TI
Perubahan proses atau penyesuaian mana yang paling penting secara strategis untuk enterprise? Apa distribusi dari portfolio saat ini dan yang diusulkan?, apakah portfolio konsisten dengan tujuan strategis dari enterprise? Apa keterkaitan dari investasi keseluruhan enteprise atau unit?, apakah praktik investasi yang aktual menunjukkan keterkaitan tersebut?
2. Archetype Weill dan Ross menggunakan istilah politik archetype (monarki, feodal, federal, duopoli, dan anarki) untuk mendeskripsikan kombinasi orang yang memiliki hak untuk mengambil keputusan atau memberikan input terhadap pengambilan keputusan TI. a. Monarki Bisnis Monarki bisnis adalah kumpulan dari eksekutif bisnis atau eksekutif individu (CxO). Termasuk didalamnya panitia dari eksekutif bisnis senior (termasuk didalamnya CIO). Namun tidak termasuk eksekutif IT yang bergerak secara independen. Dalam monaki bisnis, eksekutif bisnis senior membuat keputusan TI keseluruhan enterprise. Eksekutif senior memimpin beberapa unit bisnis membuat sebuah panitia eksekutif. CIO berpartisipasi sebagai partner setara dengan pimpinan lainnya. Eksekutif senior mengambil keputusan sebagai sebuah kelompok.
35
b. Monarki TI Monarki TI adalah individu atau kelompok eksekutif TI. Dalam monarki TI, profesional TI membuat keputusan TI. Enterprise menerapkan monarki TI dengan banyak cara, kadang melibatkan profesional TI dari korporat dan unit bisnis. c. Feodal Feodal adalah pemimpin unit bisnis, individu kunci pemilik proses bisnis atau delegasi mereka. Model feodal berdasarkan gaya kerajaan, dimana raja atau ratu atau bawahan yang ditunjuknya membuat keputusannya sendiri. d.
Federal Federal merupakan eksekutif level C dan kelompok bisnis, juga mungkin
melibatkan eksekutif TI sebagai partisipan tambahan. Pusat dan bagian bekerja secara bersama secara sejajar. Pengambilan keputusan secara federal merupakan tradisi dari pemerintahan federal. Bentuk ini merupakan usaha untuk menyeimbangkan tanggung jawab dan akuntabilitas dari anggota pemerintahan negara federal, seperti negara dan negara bagian. Federal bisa didefinisikan sebagai pengambilan keputusan terkoordinasi antara pusat dan unit bisnis. Model federal merupakan pengambilan keputusan yang paling sulit karena pimpinan enterprise memiliki kepentingan yang berbeda dengan pimpinan unit bisnis. Sehingga dalam model ini, unit bisnis yang tebesar memiliki potensi paling diperhatikan. e.
Duopoli TI Duopoli TI merupakan eksekutif TI dengan salah satu grup lainnya (seperti
CxO atau unit bisnis atau pemimpin proses). Duopoli TI merupakan keputusan 2 pihak dimana keputusan menunjukkan kesepakatan bilateral antara eksekutif TI dengan grup lainnya.
36
f.
Anarki Anarki adalah pengambilan keputusan oleh setiap pengguna individu. Pada
pengambilan keputusan anarki, individu atau kelompok kecil membuat keputusan mereka berdasarkan hanya pada kebutuhan lokal mereka saja. 3. Bagaimana Organisasi Mengelola TI-nya Tabel II-6 menunjukkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Weill dan Ross tentang bagaimana persentasi perusahaan mengelola TI-nya untuk setiap keputusan. Persentase pada setiap kolom maksimal adalah 100%. Sel yang diberi bingkai hitam adalah adalah pola yang umum digunakan dalam tata kelola perusahaan. Tabel II-6 Pengelolaan TI di organisasi pada umumnya (Weill & Ross, 2004) Keputusan TI
Prinsip TI
Arsitektur TI
Infrastruktur TI
Kebutuhan Aplikasi Bisnis
Investasi TI
Input
Keputusan
Input
Keputusan
Input
Keputusan
Input
Keputusan
Input
Keputusan
Archetype Monarki bisnis Monarki TI
0
27
0
6
0
7
1
12
1
30
1
18
20
73
10
59
0
8
0
9
Feodal
0
3
0
0
1
2
1
18
0
3
Federal
83
14
46
4
59
6
81
30
93
27
Duopoli TI
15
36
34
15
30
23
17
27
6
30
Anarki
0
0
0
1
0
1
0
3
0
1
Tidak tahu
1
2
0
1
0
2
0
2
0
0
Tata kelola yang umum digunakan memungkinkan masukan (input) bagi dewan manajer tentang alokasi hak pengambilan keputusan kepada kelompok yang berbeda berdasarkan keputusannya. Bagi keputusan yang lebih berorientasi bisnis (prinsip, kebutuhan aplikasi bisnis dan investasi, lebih dari 80 persen dari perusahaan menggunakan input dari model tata kelola federal. Panitia, anggaran, dan tim proses yang lintas fungsi memberikan peluang untuk input dan umpan balik pada tipe keputusan ini. Struktur federal juga mendukung input kepada keputusan TI yang lebih teknis, tapi pendekatan perusahaan untuk memberikan input dalam isu teknis lebih bervariasi. Duopoli juga merupakan pendekatan yang
37
populer untuk memberikan keputusan teknis. Pendekatan duopoli untuk memberikan input pada keputusan teknis memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan federal, namun pendekatan federal melibatkan semua bisnis unit secara bersama sedangkan duopoli menggunakan kumpulan hubungan bilateral antara unit bisnis dengan TI.
II.3.
Hubungan Arsitektur dan Tata Kelola
Perencanaan strategis merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi saat ini. Sebagaimana disampaikan oleh Kirsten Astrup (2008) bahwa masing-masing bagian dari organisasi ingin mencapai hasil terbaik dengan cara yang berbeda, perencanaan
strategis
memberikan
peta
kebutuhan
individual
dan
mendeskripsikan praktik baik (best practices) dan prosedur, sehingga organisasi bisa berfikir kedepan dan menemukan solusi secara mutualisme. Drummond and Hodgson (2003) menyatakan bahwa 23% dari proyek TI dibatalkan sebelum diterapkan, dan 49% dari proyek TI melebihi anggaran yang telah ditetapkan atau kurang memberikan fungsionalitas yang dibutuhkan, dan tren ini terus berlanjut. Alasan dari kegagalan proyek TI tersebut sebagaimana disampaikan oleh Kagerman (2005) adalah perencanaan yang buruk dan ketidak selarasan proyek dengan strategi bisnis. Penelitian yang dilakukan oleh Robert L. Glass (2006) mendukung pernyataan tersebut dan menambahkan satu hal lagi yakni implementasi proyek yang buruk. Tiwana dan Konsynski (2010) menyatakan bahwa perkembangan teknologi yang cepat dalam proses bisnis semakin menuntut keselarasan aktifitas TI dengan tujuan dan aspirasi dari bisnis. Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam organisasi menghasilkan perubahan organisasi yang signifikan, dan saat ini merupakan suatu keniscayaan bagi sebuah organisasi untuk bisa bertahan. Sebagai bagian dari organisasi, penempatan TI dalam salah satu rencana strategis organisasi sebenarnya sudah disadari sejak lama. Blanks (1991) menyatakan bahwa kebutuhan dukungan teknologi membutuhkan pembangunan rencana sistem bisnis strategis. Hal ini didukung oleh Husler (1998) yang menyatakan bahwa aplikasi teknologi
38
informasi hanya bisa dicapai dengan perencanaan strategis yang benar. Ini meliputi penilaian dari sumber daya yang ada dan kebutuhan masa depan sebagai bagian dari pembangunan rencana strategis. Namun seperti disampaikan oleh McNish (2002), manajer organisasi seringkali terlalu sulit untuk memahami detail teknis dari implementasi TI. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya komunikasi yang baik antara bisnis dengan TI. Hal ini menghasilkan dejavu dalam penerapan teknologi informasi. Studi yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Alinean membandingkan pengeluaran yang dilakukan oleh 7500 perusahaan besar di Amerika, dan menemukan bahwa 25 perusahaan yang mendapatkan laba tertinggi hanya mengeluarkan 0.8% dari labanya untuk investasi TI, sedangkan perusahaan lainnya membelanjakan sampai 3,7% dari labanya (Carr, 2003). Hal ini disebabkan karena pendekatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. TI belum digunakan untuk mendigitalisasi proses inti dari organisasi. Pemanfaatan TI masih dilakukan secara parsial, tidak untuk tujuan organisasi secara keseluruhan. Survei yang dilakukan oleh Ross dkk. (2006) menunjukkan bahwa 34% dari 103 perusahaan eropa yang mendigitalisasi proses intinya memiliki keuntungan, pengalaman untuk waktu terjun ke pasar, dan mendapatkan value TI yang lebih tinggi dari para pesaingnya. 12% dari perusahaan itu lebih menekankan proyek TI yang tidak mendukung tujuan organisasi secara keseluruhan.
Sedangan
48%
perusahaan
yang lainnya
berusaha
untuk
meminimalisasi anggaran dari TI namun tidak mencari tahu bagaimana meningkatkan value dari TI. Gambar II-2 menunjukkan bagaimana pelaksanaan TI tradisional yang tidak melakukan digitalisasi proses inti dari organisasi, gambar tersebut memperlihatkan kesimpang siuran komponen data, aplikasi dan teknologi dalam sebuah perusahaan.
39
Gambar II-2. Kapabilitas solusi TI dari pendekatan tradisional (Ross, Weill, & Robertson, 2006) Proses mendigitalisasi proses inti dalam organisasi membutuhkan keselarasan antara proses bisnis dan TI, ini akan berdampak pada kecerdasan dan fleksibilitas dari organisasi untuk berubah sesuai dengan kebutuhan bisnis. Konsep keselarasan ini yang dimaksud dengan arsitektur enterprise, mengumpulkan bisnis dan TI secara bersama-sama (Sousa, Pereira, & Marques, 2005). Konsep arsitektur enterprise sebenarnya sama tuanya dengan perencanaan strategis sistem informasi itu sendiri. John A. Zachman (1987) menyampaikan bahwa peningkatan ukuran dan kompleksitas dari implementasi sistem informasi, memerlukan penggunaan sebuah konstruktsi logis (atau arsitektur) untuk mendefinisikan dan mengontrol antar muka dan integrasi dari semua komponen dari sistem. Dalam
penelitiannya
Jahani,
Javadein
dan Jafari
(2010)
menyampaikan hubungan langsung antara perencanaan strategis dengan arsitektur enterprise, bahwa perencanaan strategis haruslah menjadi basis perencanaan arsitektur enterprise (Jahani, Javadein, & Jafari, 2010). Gambar II-3 menunjukkan posisi perencanaan strategis sebagai basis dari arsitektur enterprise.
40
Gambar II-3 Perencanaan strategis sebagai dasar perencanaan arsitektur enterprise (Jahani, Javadein, & Jafari, 2010). Namun dalam pelaksanaanya, arsitektur enterprise saja belum cukup untuk memastikan keselarasan antara bisnis dan TI. Hal ini disebab karena peran senior manajer yang menjadi arsitek dari arsitektur enterprise, sebagaimana disampaikan oleh Finkelstein (2004) bahwa arsitek sebenarnya dari arsitektur enterprise adalah manajer senior. Hal ini membuat membuat arsitektur enterprise masih berada pada domain bisnis, sesuai dengan pernyataan Ross, Weill dan Robertson (2006) bahwa arsitektur bukanlah masalah TI tetapi merupakan masalah bisnis. Padahal dalam kondisi seharusnya manajer senior (bisnis) dan TI bersamasama membangun arsitektur enterprise, sehingga konsep bisnis dan TI bisa tercapai. Seperti disampaikan oleh Shupe dan Behling (2006) bahwa pembuatan rencana strategis dari teknologi harus dimulai dari dukungan penuh dari manajemen senior, arsitektur enterprise yang akan mengumpulkan TI dan bisnis secara bersama. Seperti juga telah disampaikan oleh Sousa, Pereira, dan Marques
41
(2005) sebelumnya. Sehingga posisi dari arsitektur enterprise tidak bisa diserahkan kepada bisnis saja, ataupun kepada TI saja, harus ada struktur dan komunikasi yang jelas yang mengkondisikan kedua unsur ini bisa membuat keselarasan yang bisa menghasilkan rencana strategis SI yang lebih efisien. Penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh Schmidt dan Buxmann akhirnya memberikan titik terang kenapa arsitektur enterprise tidak bisa memberikan keselarasan antara bisnis dengan TI. Bahwa penempatan arsitek dari arsitektur enterprise harus diserahkan kepada bisnis (manajer senior) tidaklah tepat. Schmidt dan Buxmann (2011) menyampaikan bahwa hasil dari penerapan arsitektur enterprise terbukti mendukung pembuatan dan menopang efisiensi dan fleksibilitas TI, dan faktor yang paling penting dari pencapaian tujuan ini adalah tata kelola dari arsitektur tersebut. Tata kelola adalah kerangka kerja untuk menentukan pengambilan keputusan dan akuntabilitas untuk mendorong perilaku yang diharapkan dalam penggunaan TI (Weill & Ross, 2004). Untuk menjamin keselarasan antara bisnis dan TI, tata kelola harus diikutsertakan dalam pembuatan rencana arsitektur enterprise.
II.4.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan sangat dibutuhkan untuk melihat usaha-usaha yang pernah dilakukan untuk membuat sebuah integrasi antara arsitektur enterprise dan tata kelola TI. Penelitian yang dilakukan oleh Casidy, Azis dkk, dan ITGI digunakan sebagai dasar untuk membuat usaha integrasi yang lebih komprehensif. II.4.1. Kerangka Kerja Tata Kelola dalam Arsitektur Enterprise Azis dkk (2005) menyatakan bahwa penerapan arsitektur yang sukses dan efektif mengandung 2 buah unsur yakni kerangka kerja isi arsitektur enterprise dan kerangka kerja tata kelola arsitektur enterprise. Kerangka kerja isi arsitektur enterprise adalah metodologi untuk mendefinisikan berbagai macam model yang akan mendeskripsikan
arsitektur
enterprise. Kerangka kerja ini meliputi
identifikasi, definisi, standar dan panduan untuk pembangunan artifak dan notasi permodelan yang memungkinkan pemahaman dan kolaborasi artifak arsitektur
42
enterprise. Telah banyak kerangka kerja isi arsitektur enterprise yang telah dibuat seperti Zachman, EAP, TOGAF dan lain-lain. Kerangka kerja-kerangka kerja tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya. Pada intinya mencoba untuk mendefinisikan kumpulan model menggunakan 4 dimensi arsitektur utama: bisnis, aplikasi, informasi dan teknologi yang merepresentasikan enterprise. Kerangka kerja tata kelola arsitektur enterprise adalah kumpulan mekanisme dimana arsitektur diterapkan dalam enterprise. Tata kelola arsitektur tidak hanya sekadar proses namun juga merupakan kumpulan integrasi yang memberikan mekanisme untuk mendefiniskan, menerapkan, mengelola dan mengukur efektifitas dari disiplin arsitektur enterprise. Tata kelola arsitektur memanfaatkan teknologi enterprise dan proses bisnis untuk memberikan arah dan pengendalian, memastikan
bahwa
value
yang
diharapkan
berdasarkan
investasi
bisa
direalisasikan. Tata kelola arsitektur juga bertanggung jawab terhadap pengaruh eksternal, pemicu bisnis global, tren industri dan strategi korporat, dan juga tren dan peluang teknologi dan mengidentifikasi bagaimana arsitektur enterprise beradaptasi untuk mengakomodirnya untuk menghilangkan batasan antara keadaan saat ini dengan kebutuhan masa yang akan datang. Proyek penyelarasan diskopkan dan diserahkan pada Enterprise Program Management Office untuk implementasinya. Dua kerangka kerja ini merupakan kombinasi yang akan meningkatkan kapabilitas dari arsitektur, tata kelola yang baik jika digunakan pada arsitektur yang tepat akan memungkinkan TI untuk menjadi kunci pembeda dari enterprise yang cepat beradaptasi. Konsep EAP yang ditawarkan Spewak hanya berisi panduan tentang isi dari arsitektur enterprise saja tidak mengandung poin tentang tata kelola dari arsitektur enterprise. Penelitian ini digunakan sebagai kunci bahwa kerangka arsitektur enterprise dan tata kelola bukan mustahil untuk digabungkan dan akan menghasilkan peningkatan kapabilitas. Dalam hal ini kerangka kerja isi adalah EAP, dan kerangka kerja tata kelola arsitektur adalah CISR MIT.
43
II.4.2. Tata Kelola dalam Perencanaan Strategis Anita Cassidy (2006) secara jelas membuat sebuah bagian dari tata kelola TI dalam perencanaan strategis sistem informasi. Tujuan dasar dari tata kelola SI adalah mengidentifikasi keputusan apa yang dibuat, oleh siapa, dan bagaimana memonitornya. Gambar II-4 menunjukkan keterlibatan sekelompok orang yang berbeda terlibat dalam tata proses perencanaan sistem infromasi. Organisasi mendokumentasikan tata kelolanya dengan menggaris bawahi siapa yang bertanggung jawab dalam keputusan tersebut Tanpa tata kelola pengambilan keputusan akan sangat lambat, karena tidak jelas siapa yang bertanggung jawab. Tata kelola akan memberikan pendekatan sistematis untuk meninjau ulang, mengevaluasi, memprioritaskan ,mengurutkan, mengkomunikasikan dan mengelola inisiatif sehingga organisasi tetap bisa fokus. Rencana strategis akan melibatkan bisnis yang dipandu dan dimonitor oleh tata kelola. Rencana tersebut haruslah menunjukkan gaya, ide, dan tujuan dari manajemen. Komunikasi merupakan aspek kunci dalam proses perencanaan.
Gambar II-4 Keterlibatan kelompok orang dalam perencanaan strategis (Cassidy, 2006) Cassidy menyarankan bahwa perlu penentuan tata kelola untuk organisasi, jangan biarkan ini terjadi begitu saja, karena tata kelola akan memberikan proses
44
eksekusi rencana yang sukses. Dalam proses tersebut harus diidentifikasi kelompok apa saja yang terlibat dan bagaimana mereka bisa terlibat. Pendokumentasian peran dan tanggung jawab dari kelompok yang berbeda harus dilakukan agar otoritas menjadi jelas. Berdasarkan karakteristiknya, penelitian yang dilakukan oleh Cassidy menggunakan konsep yang hampir sama dengan CISR MIT. Didalam perencanaan sistem infromasi terdapat beberapa langkah, masing-masing langkah akan berkaitan dengan kelompok orang. Posisi sama dengan keputusan TI yang ada pada tata kelola CISR MIT, begitu juga dengan kelompok orang sama dengan archetype pada tata kelola CISR MIT. Spewak dan Hill (1993) menyatakan bahwa EAP merupakan sebuah bentuk perencanaan strategis. Penelitian ini juga dijadikan landasan bahwa integrasi model tata kelola dan arsitektur enterprise sangat mungkin dilakukan dengan mengikuti cara yang sudah digagas oleh Cassidy. Tabel II-7 Matriks pengambilan keputusan (Cassidy, 2006)
Dewan pengarah Panitia pelaksana penghubung SI dan bisnis CIO
Infra struktur Sistem informasi
Aplikasi bisnis biasa
Aplikasi bisnis untuk unit
Anggaran sistem informasi
Standar dan proses sistem informasi
Perencan aan strategis SI Tgg. jawab
Prinsip SI
Konsultasi
Tgg. jawab
Informasi
Tgg. jawab
Konsultasi
Konsultasi
Konsultasi
Konsultasi
Tgg. jawab
Informasi
Informasi
Informasi
konsultasi
Informasi
Konsultasi
Konsultasi
Informasi
Informasi
Informasi
konsultasi
Tanggung jawab
Konsultasi
Konsultasi
Konsultasi
Tgg. jawab
Tgg. jawab
konsultasi
Landasan ini diperkuat dengan sebuah matriks pengambilan keputusan yang ditunjukkan Tabel II-7. Matriks ini sangat identik dengan matriks tata kelola CISR MIT. Kolomnya menyatakan bentuk pengambilan keputusan yang harus dilakukan, sedangkan baris menunjukkan kelompok orang yang akan melakukan keputusan tersebut. Masing-masing sel berisi dengan peran yang menunjukkan keterhubungan antara kelompok orang dengan keputusannya. Perannya adalah konsultasi, tanggung jawab, dan informasi. Cassidy menggunakan matriks tata
45
kelola CISR MIT yang digagas oleh Weill dan Ross (2004) sebagai dasar untuk membuat matriks pengambilan keputusanya ini. II.4.3. Pemetaan Tata Kelola terhadap Arsitektur IT Governance Institute melakukan proyek penelitian untuk memberikan perbandingan antara COBIT dengan standar dan best practices lainnya untuk mendukung pengembangan COBIT dan memberikan panduan untuk penerapan tata kelola COBIT. Hasil dari proyek penelitian bisa digunakan untuk meningkatkan definisi control objective dan keselarasan COBIT dengan standar dan best practices lainnya. Sebagai tambahan, hasil dari pemetaan membantu entitas yang berencana untuk mengaplikasikan standar dan panduan dalam organisasi mereka untuk mengharmonisasikan inisiatif mereka dan menggunakan COBIT sebagai kerangka kerja untuk tata kelolanya. Pemetaan ini terdiri dari 2 komponen: 1. Ikhtisar dari berbagai standar dan panduan 2. Beberapa dokumen detail dengan fokus terhadap masing-masing standar Salah satu dokumen pemetaan adalah COBIT Mapping TOGAF (IT Governance Institute, 2007), dokumen ini memberikan dokumen detail tentang pemetaan TOGAF 8.1 (sebagai arsitektur enteprise) dengan COBIT 4.0 (sebagai tata kelola TI). Pemetaan ini membantu arsitek enterprise dan auditor menggunakan kerangka kerja COBIT untuk mempertimbangkan requirement dan penambahan nilai dari The Open Group Architecture Framework (TOGAF) 8.1 dan sebaliknya. Metodologi pemetaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. COBIT digunakan sebagai struktur dan mambuat index: a. Kriteria informasi b. Sumber daya TI c. Area fokus tata kelola d. Detail control objectives
46
e. Panduan manajemen (masukan, keluaran, yang bertanggung jawab, yang bertanggung gugat, yang dikonsultasikan, yang diberi informasi (RACI Chart), tujuan, dan matriks) f. Konsep kunci (diidentifikasikan oleh penulis) 2. Isi dari TOGAF dibagi, bab dan referensi halaman digunakan untuk mengurutkan identifikasi sumber. 3. Pencarian teks menggunakan konsep kunci diidentifikasikan dengan COBIT dilakukan pada seluruh isi dari TOGAF (dengan konten yang terstruktur maupun tidak terstruktur) untuk mengidentifikasi pemetaan dua arah yang dihubungkan dengan control objectives dari COBIT. Tata pencarian teks selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A. 4. Sumber daya TI COBIT, yang didaftarkan pada bab 3, COBIT overview dipetakan pada domain arsitektur enterprise yang terdaftar pada bab 4, TOGAF Overview (contoh: sumber daya manusia TI dipetakan pada domain arsitektur bisnis) 5. RACI Chart COBIT 4.0 digunakan sebagai peran chief architect di index dan ditinjau. 6. Pemetaan pengelompokan primer, sekunder dan kontekstual dari hubungan dua arah dilakukan dimana: a. Pemetaan primer mengidentifikasi hubungan langsung antara control objective dengan isi dari TOGAF, sebagai contoh PO3.5 IT Architecture Board dalam appendix 1, Plan and Organise, dipetakan secara langsung pada bab 23: Architecture board b. Pemetaan sekunder digunakan untuk mendukung pemetaan utama yang telah dilakukan. Sebagai contoh, pada TOGAF Chapter 12: Fase F-Migration Planning, control objectie PO3.1 Technical direction planning digunakan sebagai pemetaan secondary untuk application architecture viewpoints dan merupakan pemetaan utama untuk application baseline descruption. Architecture viewpoints merupakan pemetaan utama untuk TOGAF bab 31: developing architecture views.
47
c. Pemetaan kontekstual memberikan panduan yang membentuk isian dari pengaturan poin pemetaan primer dan sekunder. Sebagai contoh COBIT Control objective PO4.4 Organizational Placement of The IT Function memberikan isi konteks untuk TOGAF bab 23: Architecture Board dan begitu juga sebaliknya d. Text TOGAF yang digunakan sebagai referensi dibatasi pada pemetaan primer untuk meningkatkan keterbacaan dokumen 7. Dilakukan Pemetaan konseptual tingkat tinggi Hasil diurutkan berdasarkan domain, proses, dan control objective dari COBIT, dan berisi:
Deskripsi COBIT dari domain, proses, dan control objective
Konsep kunci
Hasil pemetaan dari control objectives dalam format tabel
Penjelasan dari alasan dari kriteria informasi dipetakan dalam control objective.
Indeks ditambahkan dengan menggunakan konsep kunci, yang mendukung pemetaan balik dari TOGAF ke COBIT.
II.5.
Karakteristik Model
Model EAP dan CISR MIT merupakan dua buah model yang berbeda. Untuk mengintegrasikan kedua model tersebut harus dipahami karakteristik dari masingmasing model. Karakteristik ini dilihat berdasarkan produk yang dihasilkan oleh masing-masing model. Produk adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu; benda atau yang bersifat kebendaan seperti barang, bahan, atau bangunan yg merupakan hasil konstruksi; hasil; hasil kerja. Produk dipergunakan untuk mengetahui hasil yang didapat dari penerapan arsitektur enterprise dan tata kelola teknologi informasi. Usaha untuk mengintegrasikan kedua pendekatan ini
48
memerlukan produk yang bisa menghasilkan produk yang sama atau saling melengkapi. Produk dari arsitektur enterprise adalah peta (blue print) yang akan menjadi media komunikasi antara TI dengan bisnis, dan rencana mengimplementasikan peta tersebut. Sedangkan tata kelola TI menghasilkan produk pengukuran tata kelola TI dan arahan untuk memperbaikinya. Integrasi keduanya akan bisa menghasilkan blue print TI yang lebih selaras dengan strategi dan tujuan bisnis dan lebih accountable. II.5.1. Keputusan dan Archetype CISR MIT 1. Keputusan TI Keputusan dalam tata kelola CISR MIT merupakan keputusan yang saling berhubungan satu sama lainnya, ini merupakan objek-objek yang harus dikerjakan. Ada 3 karakteristik urutan pengambilan keputusan menurut Weill dan Ross (2004). a. Kiri-kanan Bentuk urutan pengambilan keputusan kunci tata kelola TI yang pertama menurut CISR MIT adalah kiri ke kanan. Ini disesuaikan dengan matriks susunan tata kelola yang diusulkan CISR MIT.
Keputusan TI Archetype Monarki bisnis
Prinsip TI
Arsitektur TI
Infrastruktur TI
Kebutuhan aplikasi bisnis
Monarki TI Feodal Federal Duopoli TI Anarki Tidak tahu
Gambar II-5 Urutan keputusan kiri-kanan
Investasi TI
49
Prinsip TI memicu arsitektur yang nantinya akan menjadi dasar dibangunnya
infrastruktur.
Kapabilitas
infrastruktur
yang
ada
memungkinkan pembangunan aplikasi bisnis yang dibutuhkan oleh pemilik proses bisnis. Kemudian investasi TI dipicu oleh keputusankeputusan yang lainnya. Bentuk urutan ini dapat dilihat pada Gambar II-5. b. Atas-bawah Bentuk urutan pengambilan keputusan yang kedua adalah atas ke bawah. Pengambilan keputusan ini didasarkan pada hubungan interkoneksi antar keputusan. Keputusan prinsip TI berada pada puncak, yang akan memberikan batasan dan menentukan arah dari keputusan lainnya. Keputusan arsitektur TI menerjemahkan prinsip TI kepada requirement untuk integrasi dan standarisasi dan memberikan peta kapabilitas yang dibutuhkan. Peta ini diwujudkan dalam keputusan infrastruktur TI dan keputusan aplikasi bisnis yang dibutuhkan. Keputusan investasi TI menetapkan sumberdaya yang akan digunakan untuk menerjemahkan prinsip menjadi sistem. Gambar II-6 menujukkan jenis urutan ini.
Gambar II-6 Urutan keputusan atas-bawah c. Bawah-atas Bentuk urutan pengambilan keputusan yang ketiga adalah bottom up, seperti pada Gambar II-7. Pengurutan ini dilakukan berdasarkan pada hubungan interkoneksi antara keputusan TI.
50
Ketika ada aplikasi baru yang dipandang bisa meningkatkan value bisnis terhadap TI. Maka keputusan aplikasi bisnis yang dibutuhkan akan mempengaruhi keputusan infrastruktur TI untuk membuat infrastruktur yang dibutuhkan. Dari kedua keputusan ini, harus disediakan ruang untuk menampungnya dalam investasi TI, dan keputusan arsitektur TI harus disesuaikan, begitu juga dengan prinsip TI. Keuntungan dari pendekatan ini adalah aplikasi yang baru dapat diakuisisi secepat mungkin sehingga bisa memberikan nilai tambah TI. Namun hal ini juga mengakibatkan perubahan arsitektur yang bisa mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan (strategis).
Gambar II-7 Urutan keputusan atas-bawah 2. Archetype CISR MIT Archetype merupakan kombinasi orang yang memiliki hak pengambilan keputusan atau memberikan input pada pengambilan keputusan. Berbeda dengan keputusan yang merupakan objek yang harus diselesaikan Weill dan Ross menggunakan archetype untuk merepresentasikan dan menganalisa pengambilan keputusan. Model tata kelola CISR MIT menggunakan pendekatan matriks (Weill & Ross, 2005). Weill & Ross merumuskan matriks antara keputusan dengan siapa yang akan mengambil keputusan tersebut (archetype).
51
Karakteristik dari model CISR MIT yang bisa digunakan sebagai alasan untuk integrasi adalah sebagai berikut: 1. Matriks kombinasi dari keputusan dan archetype 2. Keputusan dan archetype tidak selalu berurut 3. Keputusan dan archetype terpisah satu sama lainnya 4. Satu keputusan bisa dilakukan oleh masing-masing archetype 5. Satu archetype bisa mengambil lebih dari satu keputusan Tujuan dari matriks ini adalah untuk memetakan bagaimana sebuah organisasi melakukan tata kelolanya. Dari bukunya Weill & Ross (2004) memetakan tata kelola organisasi secara umum, dan tata kelola organisasi yang merupakan tata kelola terbaik. Tata kelola terbaik didapatkan dari penilaian kinerja dari tata kelola masing-masing organisasi tersebut. II.5.2. Fase EAP EAP menggunakan model operasional yang menghasilkan sebuah produk baru (blue-print), berdasarkan urutan tahapan-tahapan tertentu, masing-masing tahapan tidak bisa dilakukan jika tahapan sebelumnya belum selesai, dan disetiap akhir tahapan ada checkpoint atau gate yang menghasilkan deliverable tertentu. Model ini seperti yang dinyatakan oleh Cooper (1990) merupakan bentuk aplikasi dari stage-gate system. Tahapan atau fase dari EAP adalah inisiasi rencana, permodelan bisnis, sistem dan teknologi saat ini, arsitektur data, arsitektur teknologi, arsitektur aplikasi, dan rencana implementasi.. Masing-masing tahapan menghasilkan deliverable tertentu, contohnya pada tahapan inisiasi rencana akan menghasilkan dua deliverable yakni rencana kerja dan dukungan dari manajemen. Gambar II-8 menunjukkan bentuk sebuah star-gate system. Karakteristik dari stage-gate system adalah: 1. Memahami inovasi produk sebagai sebuah proses 2. Proses dibagi menjadi beberapa tahapan
52
3. Diakhir setiap tahapan ada pembatas dengan tahapan sesudahnya, pada pembatas ini deliverable yang harus dihasilkan sebelum melanjutkan pada tahapan selanjutnya (pembatas ini disebut dengan gate). 4. Tahapan merupakan dimana pekerjaan telah selesai, dan gate memastikan bahwa deliverable yang dihasilkan sudah mencukupi)
Gambar II-8 Stage-gate system (Cooper R. G., 1990) EAP memiliki urutan fase untuk menghasilkan arsitektur enterprise. Masingmasing fase ini saling berkaitan, dan harus diselesaikan satu persatu secara berurutan. EAP menempatkan arsitektur data sebagai yang pertama, diikuti dengan arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Berbeda dengan pendekatan tradisional yang menempatkan urutan dari: hardware (teknologi) yang bisa di gunakan, aplikasi yang bisa dijalankan dan kemudian data yang dibutuhkan oleh aplikasi tersebut. Ketiga fase arsitektur ini memang harus diurutkan karena jika diserahkan pada tiga tim yang berbeda dan dilaksanakan secara sekaligus akan berdampak: 1. Masing-masing tim memiliki perpektif dan pemahaman bisnis yang berbeda 2. Menimbulkan arsitektur yang overlap 3. Sedikitnya dorongan untuk kompatibel. 4. Tanpa arsitektur data, tidak ada dasar bagi perusahaan untuk mendefinisikan aplikasi dan teknologi.
53
5. Metodologi, peralatan dan konsultan berbeda, masing-masing ingin melakukan dengan caranya sendiri-sendiri 6. Tim yang terpisah tidak memungkinkan tim untuk bekerjasama. Dari-masing-masing tahapan itu menghasilkan deliverable tertentu yang digunakan sebagai gate. Tabel II-8 menunjukkan hasil dari masing-masing tahapan pada EAP. Tabel II-8 Gate pada Fase EAP No. 1.
Fase Inisiasi rencana
Deliverable Ruang lingkup, tujuan, visi, metodologi, alat bantu, tim perencana, presentasi, rencana kerja
2.
Permodelan bisnis
Struktur organisasi, model bisnis fungsional awal, model bisnis fungsional
3.
4.
Sistem dan teknologi saat
Information resource catalog (IRC), skema
ini
sistem
Arsitektur data
Definisi entitas, diagram E-R, matriks entiti ke fungsi, laporan arsitektur data
5.
Arsitektur aplikasi
Definisi aplikasi, matriks aplikasi, analisa dampak, laporan arsitektur aplikasi
6.
Arsitektur teknologi
Distribusi
data
dan
aplikasi,
laporan
arsitektur teknologi 7.
Rencana Implementasi
Urutan aplikasi, rencana migrasi, biaya dan keuntungan, faktor sukses dan rekomendasi
II.5.3. Usulan model integrasi Berdasarkan karakteristik yang didapatkan dari masing-masing model. Untuk mengintegrasikan keduanya maka model yang dibuat haruslah mendukung masing-masing karakteristik yang ada. Sebelum membuat model tersebut perlu dilakukan pengecekan keterhubungan antara EAP dengan CISR MIT. IT Governance Institute, organisasi yang mengembangkan kerangka kerja tata kelola COBIT, sudah pernah melakukan pemetaan antara tata kelola yang mereka kembangkan dengan salah satu kerangka kerja arsitektur enterprise (IT
54
Governance Institute, 2007). Dari pemetaan ini didapatkan peningkatan definisi dari tata kelola (COBIT) dan keselarasan dengan best practices atau standar lain, dalam hal ini arsitektur enterprise (TOGAF). Sehingga memungkinkan perencanaan yang dilakukan diharmonisasi dengan tata kelola. Keberadaan metodologi ini memungkinkan untuk mengecek kemungkinan pemetaan yang akan dilakukan, sebagai langkah awal untuk melakukan integrasi antara CISR MIT dengan EAP. Archetype
Keputusan
Tata kelola CISR MIT
Tugas 1 4 Keputusan
Archetype Tugas 2 EAP
Langkah 1
7 Fase
Tugas ... Langkah 2 Pertanyaan Pertanyaan Kunci 1 Kunci 2
Pertanyaan Kunci 21 Langkah 40
Pemetaan
Akumulasi Perlangkah
Pemetaan Konseptual Tingkat Tinggi
Gambar II-9 Metodologi Pemetaan Tata Kelola ke Arsitektur Enterprise berdasarkan COBIT Mapping TOGAF Langkah yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi setiap bagian TOGAF berdasarkan control objective yang ada pada COBIT. Control objective
55
ini dipisahkan berdasarkan ke 34 proses COBIT. Hal yang sama dapat dilakukan untuk menilai keterkaitan antara masing-masing komponen yang ada pada tata kelola CISR MIT dengan fase-fase yang ada pada EAP. Metodologi ini kemudian diadopsi, sebagaimana terlihat pada Gambar II-9. Karena model CISR MIT terdiri dari keputusan TI dan archetype, maka sesuai dengan kondisi EAP yang merupakan tugas dari chief architect dari organisasi. Maka komponen archetype tidak akan diperlihatkan keterhubungannya dengan keputusan TI, namun lebih berfokus pada keterkaitan antara keputusan TI dengan fase-fase dari EAP. Hasil dari langkah pemetaaan tata kelola ke arsitektur enterprise menghasilkan pemetaan konseptual tingkat tinggi. Pemetaan ini menunjukkan sejauh mana keterkaitan CISR MIT didalam masing-masing fase dari arsitektur enterprise. Fase ini dibagi menjadi langkah, dan berdasarkan langkah-langkah tersebut diidentifikasi keputusan yang diambil. Apakah keputusan primer (berhubungan langsung dengan keputusan TI), maupun keputusan sekunder (keputusan yang bersifat mendukung keputusan primer), atau keputusan kontekstual (merupakan isian, form, best practices untuk mendukung keputusan primer maupun sekunder). Pemetaan konseptual tingkat tinggi antara CISR MIT ke EAP adalah seperti pada Tabel II-9. Detailnya terdapat pada Lampiran L. Tabel II-9 Pemetaan Konseptual Tingkat Tinggi antara CISR MIT ke EAP Langkah EAP No Keputusan TI
Prinsip TI
Arsitekt ur TI
Infrastr uktur TI
Kebutuhan Aplikasi Bisnis
Investasi dan prioritas TI
Fase 1. Inisiasi Rencana 1
Menentukan Ruang Lingkup dan tujuan dari EA
10
1
0
0
2
2
Pembuatan Visi
8
3
0
0
0
3
10
1
6
1
1
0
8
7
8
0
5
Adaptasi metodologi Pengaturan Sumber Daya Komputer Susun Tim Perencana
0
1
25
0
0
6
Siapkan Rencana Kerja
13
0
0
2
0
4
56
Langkah EAP No Keputusan TI Perencanaan Dapatkan persetujuan manajemen Fase 2. Permodelan Bisnis 7
11
Dokumentasikan struktur organisasi Identifikasi dan Definisikan Fungsi Distribusikan Model Bisnis Awal Jadwalkan wawancara
12
Persiapan wawancara
8 9 10
Prinsip TI
Arsitekt ur TI
Infrastr uktur TI
Kebutuhan Aplikasi Bisnis
Investasi dan prioritas TI
14
0
0
0
0
0
8
0
1
0
0
18
0
0
0
0
6
0
0
0
0
10
0
0
0
0
9
0
1
0
11
0
1
0
8
0
0
0
7
0
0
0
0
6
0
0
0
0
13
0
0
0
0
6
0
0
0
0
5
0
0
0
0
11
0
0
0
0
5
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
4
0
0
13
Lakukan wawawancara 0 Memasukkan Data kedalam 14 0 Aplikasi Distribusikan Model Bisnis 15 0 yang Lengkap Fase 3. Arsitektur Sistem dan Teknologi Saat Ini
16
17 18 19 20 21 22
Tentukan ruang lingkup, tujuan dan rencana kerja katalog sumber daya informasi Persiapan untuk pengumpulan data Pengumpulan data Entri data Validasi informasi katalog sumber daya informasi dan hasilkan draf untuk katalog sumber daya informasi Buat Skema Distribusikan Katalog Sumber Daya Informasi
Adminitrasi dan Pelihara Katalog Sumber Daya Informasi Fase 4. Arsitektur Data 23
24
Buat Daftar Kandidat Entitas untuk Definisi
0
8
0
0
0
25
Definisikan Entitas, Atribut dan Relasinya
0
25
0
0
0
26
Hubungkan Entitas Data pada Fungsi Bisnis
0
11
0
0
0
57
Langkah EAP No Keputusan TI 27 Distribusikan Arsitektur data Fase 5. Arsitektur Aplikasi
Prinsip TI
Arsitekt ur TI
Infrastr uktur TI
0
3
0
Kebutuhan Aplikasi Bisnis 0
Investasi dan prioritas TI 0
28
Daftar kandidat aplikasi
0
10
0
3
0
29
Definisikan aplikasi Hubungkan Aplikasi dengan Fungsi
0
11
2
0
0
1
9
0
0
0
0
2
0
0
4
0
6
0
0
0
4
0
0
0
0
0
13
0
0
0
0
2
0
0
0
0
6
0
0
0
30 31
Analisa Pengaruh Terhadap Aplikasi Saat Ini
Distribusikan Arsitektur Aplikasi Fase 6. Arsitektur Teknologi 32
33
Identifikasi prinsip dan platform teknologi
Definisikan Platform Teknologi dan Distribusi dari Data dan Aplikasi Hubungkan Platform 35 Teknologi Pada Aplikasi dan Fungsi Bisnis Distribusikan Arsitektur 36 Teknologi Fase 7. Rencana Implementasi 34
37
Pengurutan Aplikasi
0
0
17
16
0
38
Estimasi Usaha, Sumber Daya, dan Hasilkan Jadwal
0
0
16
0
0
39
Estimasi Biaya dan Keuntungan dari Rencana
0
0
0
9
0
40
Tentukan Faktor Sukses dan Buat Rekomendasi
0
9
0
0
0
60 14%
256 58%
77 17%
42 10%
7 2%
Total Persentasi
Berdasarkan Tabel II-9, dilakukan summary terhadap langkah-langkah dari masing-masing fase EAP, sehingga dihasilkan hubungan antara masing-masing fase dari arsitektur enterprise dengan setiap keputusan TI CISR MIT. Pada Tabel II-10 ditunjukkan hasil pemetaan tersebut. Setiap baris menunjukkan 100%. Pemetaan CISR MIT ke EAP menunjukkan keputusan TI dominan dalam fase arsitektur enterprise adalah keputusan Arsitektur TI, hal ini dapat dilihat pada
58
keputusan-keputusan pada fase permodelan bisnis, sistem dan teknologi saat ini, arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Sehingga dengan mengabaikan inisiasi rencana dan rencana implementasi pada pemetaan tersebut, karena rendahnya tingkat signifikansinya, maka bisa dikatakan semua keputusan dalam EAP merupakan keputusan arsitektur TI, seperti ilustrasi pada Gambar II-10. Namun hal ini belum bisa dijadikan kesimpulan karena pengkajian hanya terbatas keterkaitan antara konsep di CISR MIT dengan konsep yang ada pada EAP. Pembuktiannya harus dilakukan survei yang akan memperlihatkan keterhubungan keputusan TI yang dilaksanakan dalam setiap fase arsitektur. Tabel II-10 Hasil Pemetaan CISR MIT ke EAP Fase Arsitektur
Keputusan TI
Sistem Inisiasi Permodelan dan Arsitektur Arsitektur Arsitektur Rencana rencana bisnis teknologi data aplikasi teknologi implementasi saat ini
Prinsip TI
45%
0%
0%
0%
2%
16%
0%
Arsitektur TI
12%
96%
93%
100%
79%
84%
13%
Infrastruktur TI
31%
0%
7%
0%
4%
0%
49%
Kebutuhan Aplikasi bisnis
9%
4%
0%
0%
6%
0%
37%
Investasi dan prioritas TI
2%
0%
0%
0%
8%
0%
0%
Gambar II-10 Keputusan arsitektur TI sebagai fase arsitektur enterprise
59
Keputusan arsitektur TI sebagai fase perencanaan arsitektur enterprise tersebut sudah membuktikan keterhubungan antara keputusan TI dengan fase dalam EAP secara konseptual tingkat tinggi. Untuk melihat cara kerja model ini secara penuh, diperlukan model yang mengintegrasikan kedua karakteristik model sebelumnya. Gambar II-11 adalah model yang diusulkan untuk integrasi dari model tersebut. Model integrasi ini mengacu salah satu model integrasi dari RAMS (reliability, availability, maintainability and supportability), analisis resiko, dan proses pengembangan (Markeset & Kumar, 2003). Markeset & Kumar mengidentifikasi salah satu model yang diintegrasikan adalah stage-gate system.
Gambar II-11 Usulan model integrasi Dari model yang diusulkan dapat dilihat bahwa EAP sebagai stage-gate system tetap dipertahankan, dan tata kelola CISR MIT berfungsi untuk membentuk pola pengambilan keputusan dan siapa yang mengambil keputusan tersebut (archetype). Dengan ini terdapat kaitan antara keputusan TI dengan
60
masing-masing fase, dan siapa yang mengambil keputusan dalam setiap fase tersebut. Berdasarkan model yang dibuat akan dapat dipetakan pola pengambilan keputusan organisasi dalam mengelola arsitektur enterprise-nya. Tata kelola terbaik dari Weill dan Ross dan organisasi yang memiliki tingkat kematangan arsitektur enteprise yang tinggi bisa dijadikan acuan / tolok ukur untuk pengembangan arsitektur enterprise organisasi yang lain. Pada model yang diusulkan terdapat 3 kombinasi yang bisa digunakan sebagai alat pengukur pelaksanaan integrasi arsitektur enterprise dengan tata kelola TI. Fase arsitektur dengan archetype, keputusan TI dengan archetype, dan fase arsitektur dengan keputusan TI. Fase arsitektur dan archetype didapatkan dari pola perencanaan strategis Annita Cassidy (2006) yang disertai dengan tata kelola. Cassidy memberikan penugasan kepada orang-orang tertentu dalam langkah-langkah perencanaan strategisnya, mengacu pada pendapat Jahani dkk (2010) bahwa perencanaan strategis TI merupakan basis dari arsitektur enterprise, maka langkah dari Cassidy juga diturunkan pada langkah-langkah dalam fase arsitektur. Hanya saja pengelompokan orang-orang tertentu tidak menggunakan cara Cassidy tetapi berdasarkan pada archetype dari CISR MI. Keputusan TI dengan archetype merupakan warisan dari tata kelola CISR MIT yang disampaikan oleh Weill dan Ross (2004). Kombinasi kedua ini dijadikan sebagai best practices untuk melihat pola tata kelola yang terbaik yang ditawarkan oleh Weill dan Ross. Sehingga ketika model diterapkan panduan yang harus digunakan sudah jelas. Fase arsitektur dengan keputusan TI didapatkan dari kombinasi yang ditawarkan oleh IT Governance Institute (2007). Pengurutan yang berlaku baik untuk fase arsitektur enterprise maupun keputusan TI dijadikan landasan untuk pemetaaan kombinasi ini.
Bab III. Metodologi Penelitian
III.1. Langkah pemecahan masalah Penelitian ini menggunakan 2 pendekatan yakni pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menghasilkan model integrasi antara arsitektur enterprise dan tata kelola TI, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji model tersebut sehingga bisa menghasilkan panduan model. Agar didapatkan ikhtisar tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan langkah-langkah pemecahan masalah yang ditunjukkan dengan Gambar III-1. Langkah ini dimulai dari studi tentang subjek penelitian yakni arsitektur enterprise dan tata kelola TI. Arsitektur enterprise yang digunakan adalah EAP, sedangkan tata kelola TI menggunakan CISR MIT. Selanjutnya dilakukan penelusuran penelitian yang relevan yang mengarah pada integrasi arsitektur enterprise dengan tata kelola TI, dan landasan teori yang menunjukkan bahwa integrasi ini harus dilakukan. Keempat langkah ini berada pada Bab II tesis ini. Berdasarkan 4 langkah sebelumnya kemudian dibuat model integrasi antara EAP dan CISR MIT. Model integrasi ini menghasilkan keterkaitan antara keputusan TI, fase arsitektur dan archetype. Bagian ini berada pada bagian akhir Bab II. Selanjutnya model ini diuji dengan menggunakan penelitian kuantitatif, menggunakan 3 variabel yang sudah ada dalam model. Kemudian digunakan variabel independen untuk mengukur tingkat pelaksanaan dari model ini menggunakan tingkat kematangan arsitektur. Keempat variabel ini kemudian digunakan dalam paradigma penelitian untuk menghasilkan kerangka berfikir dan hipotesis yang akan digunakan. Berdasarkan 61
62
hipotesis kemudian dibangun instrumen untuk survei. Setelah instrumen dibuat dilakukan uji pakar untuk melihat validitas dari instrumen tersebut, setelah itu dilakukan uji validitas dan reabilitas. Hasil pengujian dijadikan pedoman untuk merevisi instrumen yang digunakan. Kemudian dilakukan survei di 31 perguruan tinggi sampel. Langkah-langkah ini dilaporkan dalam Bab III.
Gambar III-1 Langkah pemecahan masalah Langkah terakhir adalah analisis dan hasil yang disajikan dalam Bab IV. Pada langkah ini dilakukan analisis deskriptif, analisis korelasi, dan analisis pola dari
63
masing-masing variabel dan hubungannya dengan variabel yang lain. Hasil dari analisis dan hasil kemudian digunakan untuk menyempurnakan model integrasi dengan menambahkan panduan penerapan model integrasi.
III.2. Paradigma Penelitian Dalam penelitian kuantitatif, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal, maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan pada beberapa variabel saja. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut disebut dengan paradigma atau model penelitan (Sugiyono, 2010). Gambar III-2 menunjukkan paradigma penelitian yang digunakan.
Gambar III-2 Paradigma Penelitian Berdasarkan usulan model integrasi, terdapat 3 variabel utama yang saling berkaitan yakni keputusan TI, fase arsitektur enterprise, dan archetype. Ketiga variabel tersebut akan digunakan sebagai variabel independen yang akan diuji keterkaitannya. Sebagaimana disampaikan oleh Delone dan McLean (1992), pentingnya mendefinisikan variabel terikat (dependen) dalam bidang sistem informasi sangat dibutuhkan. Tanpa penggunaan variabel terikat kebanyakan penelitian dalam bidang sistem informasi hanya dilakukan berdasarkan spekulasi
64
saja. Dalam penelitian ini akan digunakan variabel dependen tingkat kematangan perencanaan arsitektur enterprise. Pemilihan tingkat kematangan perencanaan arsitektur enterprise sebagai variabel dependen adalah untuk melihat hasil dari pelaksanaan model, tingkat kematangan arsitektur enterprise dibuat oleh Jahani dkk (2010). Setiap kombinasi dari keputusan TI, fase arsitektur, dan archetype akan menghasilkan tingkat kematangan yang berbeda. Semakin bagus kombinasinya, maka tingkat kematangan arsitektur akan semakin tinggi. Paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma ganda dengan tiga variabel independen (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2010). Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (keputusan TI, fase arsitektur enterprise, dan archetype) dan satu variabel dependen yakni tingkat kematangan arsitektur enterprise. Variabel-variabel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel III-1. Tabel III-1 Variabel Penelitian Variabel Keputusan TI
Definisi Keputusan TI yang
Jumlah
Peran dalam
Item
paradigma
5
Independen
harus dibuat oleh
Referensi Weill dan Ross (2004)
setiap organisasi Archetype Tata
Pengelompokan secara
Kelola
politik untuk
6
Independen
Weill dan Ross (2004)
mendeskripsikan orang yang mengambil keputusan Fase Architecture
Tahapan dalam
Enterprise
perencanaan arsitektur
7
Independen
Spewak & Hill (1993)
enterprise Tingkat
Tingkat kematangan
kematangan
arsitektur enterpise
arsitektur
dalam sebuah
enterprise
organisasi
9
Dependen
Jahani dkk (2010)
65
Penulis akan memfokuskan objek penelitian pada pelaksanaan integrasi arsitektur enterprise dan tata kelola TI pada perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi di kota Bandung. Selain karena pertimbangan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para calon responden, lokasi yang lebih mudah dijangkau oleh penulis, juga karena perguruan tinggi umumnya lebih mudah untuk bekerja sama terkait dengan sebuah penelitian. Berdasarkan paradigma yang digunakan, dihasilkan rumusan masalah. Pada tesis ini karena menggunakan paradigma ganda dengan 3 variabel independen maka terdapat 4 rumusan masalah deskriptif dan 6 rumusan masalah asosiatif (hubungan) yang sederhana, dan 1 rumusan masalah asosiatif ganda. Rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut: Rumusan masalah deskriptif: 1.
Bagaimana pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi?
2.
Bagaimana pelaksanaan fase arsitektur enteprise diperguruan tinggi?
3.
Bagaimana archetype tata kelola TI di perguruan tinggi?
4.
Bagaimana tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi?
Rumusan masalah asosiatif sederhana: 1. Apakah pengaruh keputusan TI terhadap kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi? 2. Apakah pengaruh fase arsitektur enterprise terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi? 3. Apakah pengaruh archetype tata kelola TI di perguruan tinggi terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi? 4. Bagaimana hubungan keputusan TI dengan fase arsitektur enterprise di perguruan tinggi? 5. Bagaimanakah hubungan fase arsitektur enterprise dengan archetype di perguruan tinggi?
66
6. Bagaimanakah hubungan keputusan TI dengan archetype di perguruan tinggi? Rumusan masalah asosiatif ganda: Apakah pengaruh fase arsitektur enterprise secara bersama dengan archetype tata kelola TI dan keputusan TI terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise diperguruan tinggi?
III.3. Kerangka Berfikir Dalam bukunya yang berjudul Research Methods for Business, Uma Sekaran (1999) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan / hubungan antar variabel yang diteliti dan ada teori yang mendasari. Ada 4 variabel yang saling terhubung satu sama lainnya. 3 variabel independen merupakan manifestasi dari model yang diusulkan. Yang bertitik tolak dari pendapat Azis dkk (2005) yang menyatakan bahwa perlunya sebuah kerangka tata kelola dalam sebuah arsitektur enterprise. Hubungan fase arsitektur enterprise dengan archetype adalah berdasarkan tata kelola SI yang ditawarkan oleh Annita Cassidy (2006) dalam perencanaan strategis sistem informasinya. Dimana Cassidy menggambarkan sebuah matriks yang menunjukkan keterkaitan langkah dengan kelompok orang yang akan mengambil keputusan dalam setiap langkah. Hal yang sama berlaku untuk fase arsitektur (langkah dalam penelitian Cassidy) dan archetype yang menunjukkan kelompok orang yang mengambil keputusan. Hubungan antara keputusan TI dan archetype adalah berdasarkan kerangka kerja CISR MIT yang dikemukakan oleh Weill dan Ross (2004). Weill dan Ross menawarkan beberapa kombinasi tata kelola terbaik berdasarkan best practices. Sedangkan Hubungan antara fase arsitektur enterprise dengan keputusan TI
67
bertitik tolak dari pemetaan antara EAP dengan CISR MIT menggunakan pendekatan COBIT mapping TOGAF yang ditawarkan oleh IT Governance Institute (2007). Ketiga variabel independen tersebut seharusnya memiliki pengaruh terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise. Akan ada kombinasi tertentu yang menunjukkan tingkat kematangan arsitektur yang optimal. Keempat variabel tersebut harus diwakili oleh angka agar bisa dilakukan penghitungan statistik untuk melihat besarnya keterkaitan antar variabel, oleh karena itu perlu dijabarkan indikator penilaian masing-masing variabel. III.3.1. Indikator Penilaian Keputusan dan Archetype TI Manajer selalu mengambil keputusan dalam kesehariannya, sebagian dengan melalukan analisis secara seksama dan sebagian lagi merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari. Agar keputusan TI bisa menjadikan TI sebagai aset strategis maka harus diidentifikasi keputusan fundamental yang harus dilakukan dan siapa yang akan melakukannya. 1.
Keputusan TI Menurut Weill dan Ross (2004) terdapat 5 keputusan TI yang harus dilakukan
dalam sebuah organiasasi: prinsip TI, arsitekur TI, infrastruktur TI, kebutuhan aplikasi bisnis dan investasi dan prioritas TI. Keputusan-keputusan ini saling berkaitan satu sama lainnya. Prinsip TI akan menentukan arah dari setiap keputusan lainnya, arsitektur TI menterjemahkan prinsip TI menjadi standar berupa sebuah blue print yang nantinya akan memberikan jalan tentang kapabilitas infrastruktur dan aplikasi yang dibutuhkan, dan investasi dan prioritas TI menerjemahkan prinsip menjadi sistem. Weill dan Ross tidak menyertakan cara mengukur bagaimana sebuah prinsip TI yang maksimal dilakukan. Oleh karena penulis akan membuat sebuah instrumen yang akan mengukur tingkat pemahaman responden terhadap masingmasing pengambilan keputusan TI. Apakah responden melakukan masing-masing
68
keputusan TI tersebut atau tidak. Organisasi yang baik tentunya memilah pengambilan keputusan agar bisa dicapai hasil yang maksimal. Setiap responden diminta untuk menjawab 5 (lima) pertanyaan yang berkaitan dengan masing-masing pengambilan keputusan. Berdasarkan survei yang dilakukan maka dapat disimpulkan bagaimana pemahaman pengambilan keputusan TI dalam sebuah organisasi. Indikator penilaian yang digunakan dalam keputusan TI sebagaimana terlihat pada Tabel III-2. Tabel III-2 Indikator penilaian keputusan TI No
2.
Indikator
Keterangan
1
Prinsip TI
2
Arsitektur TI
3
Infrastruktur TI
4
Kebutuhan aplikasi bisnis
5
Investasi prioritas TI
dan
Kemampuan organisasi untuk membuat sebuah pernyataan tingkat tinggi tentang bagaimana TI digunakan dalam organisasi yang menjelaskan model operasi perguruan tinggi, bagaimana TI mendukung model tersebut, dan bagaimana TI akan dibiayai Kemampuan organisasi untuk mengambil keputusan tentang bagaimana data, aplikasi, dan infrastruktur diorganisasikan secara logis untuk standarisasi data dan proses Kemampuan organisasi untuk merencanakan pondasi dari kapabilitas TI (teknis dan orang) yang dibutuhkan Kemampuan organisasi untuk membangun atau membeli aplikasi (software) yang selalu dipastikan untuk mengikuti prinsip yang ada pada arsitektur TI Kemampuan organisasi untuk menentukan berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk TI melalui portofolio TI dengan mempertimbangkan prioritas strategis dari organisasi
Archetype TI Weill dan Ross (2004) menyatakan ada 6 (enam) archetype dalam
pengambilan keputusan TI di sebuah organisasi. Masing-masing organisasi akan memiliki pola yang berbeda dalam pengambilan keputusan. Weill dan Ross menggunakan archetype untuk dapat melihat pola pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Seperti halnya keputusan TI Weill dan Ross juga tidak menjabarkan bagaimana pengukuran archetype yang maksimal dalam sebuah organisasi. Tapi tentu saja organisasi yang tidak mengelompokkan pengambilan keputusannya tidak akan bisa melakukan pengambilan keputusan yang maksimal, karena tidak
69
ada jenjang akuntabilitas yang jelas. Penulis mencoba membuat sebuah instrumen yang akan mengukur pemahaman archetype dalam sebuah perguruan tinggi. Semakin perguruan tinggi bisa memilah siapa yang akan melakukan pengambilan keputusan maka tingkat pemahaman mereka terhadap archetype akan semakin tinggi. Setiap responden diminta untuk menjawab 6 (enam) pertanyaan yang merupakan penjabaran dari archetype yang digunakan. Berdasarkan survei nantinya akan dapat bagaimana pemahaman archetype di masing-masing perguruan tinggi responden. Tabel III-3 menunjukkan indikator penilaian archetype. Tabel III-3 Indikator penilaian archetype No
Indikator
Keterangan
1
Monarki bisnis
2
Monarki TI
3
Federal
4
Feodal
5
Duopoli TI
6
Anarki
Tingkat pengambilan keputusan TI yang dilakukan oleh eksekutif bisnis senior dalam organisasi Tingkat pengambilan keputusan TI yang dilakukan oleh profesional TI dalam organisasi Tingkat pengambilan keputusan TI dilakukan oleh diskusi antara eksekutif bisnis senior dengan masing-masing unit dalam organisasi Tingkat pengambilan pengambilan keputusan TI yang dilakukan oleh masing-masing unit / bagian dalam organisasi Tingkat pengambilan keputusan TI dilakukan berdasarkan diskusi antara eksekutif bisnis senior atau masing-masing unit / bagian dengan profesional TI dalam organisasi Tingkat pengambilan keputusan TI yang dilakukan berdasarkan keputusan individu dalam organisasi
III.3.2. Indikator Penilaian Fase Arsitektur Enterprise Fase arsitektur enterprise yang dikembangkan oleh Spewak (1993) ada 7 yakni inisiasi rencana, permodelan bisnis, sistem dan teknologi saat ini, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi, dan rencana implementasi. Sebagian organisasi sudah menggunakan fase-fase ini berdasarkan rencana strategis TI nya, dan sebagian lagi hanya menggunakan satu atau beberapa dari fase ini tergantung kebutuhan organisasinya.
70
Tabel III-4 Indikator penilaian fase arsitektur No
Indikator
Keterangan
1
Inisiasi rencana
2
Permodelan bisnis
3
Sistem dan teknologi saat ini
4
Arsitektur data
5
Arsitektur aplikasi
6
Arsitektur teknologi
7
Rencana implementasi
Kemampuan organisasi dalam penetapan ruang lingkup, penetapan tujuan, penetapan visi, pemilihan metodologi, pemilihan alat bantu yang digunakan, dibentuk tim perencana, dan pembuatan rencana kerja arsitektur enterprise Kemampuan organisasi dalam melakukan: struktur organisasi, value chain, dan model bisnis fungsional Kemampuan organisasi dalam melakukan permodelan sistem dan teknologi saat ini seperti: katalog sumber daya informasi / information resource catalog (IRC), dan skema sistem Kemampuan organisasi dalam menggunakan arsitektur data seperti: definisi entitas data, diagram entity relationship (E-R), matriks entitas ke fungsi bisnis, dan laporan arsitektur data Kemampuan organisasi dalam menggunakan arsitektur aplikasi seperti: definisi aplikasi, matriks aplikasi, analisa dampak aplikasi dan laporan arsitektur aplikasi Kemampuan organisasi dalam menggunakan arsitektur teknologi seperti: distribusi data dan aplikasi, dan laporan arsitektur teknologi Kemampuan organisasi dalam melakukan rencana implementasi seperti: pengurutan aplikasi yang akan dibangun / beli, rencana migrasi, penghitungan biaya dan keuntungan, pencarian faktor sukses dan pembuatan rekomendasi
Berdasarkan model EAP dibuat instrumen survei untuk menilai pelaksanaan fase arsitektur enterprise dalam sebuah organisasi. Setiap responden diminta untuk menjawab 7 (tujuh) pertanyaan yang berkaitan dengan sudah atau belum dilaksanakannya
fase
tersebut
dalam
perencanaan
strategis
organisasi.
Berdasarkan survei akan dapat disimpulkan fase-fase arsitektur mana saja yang sudah dilaksanakan dalam organisasi. Indikator yang digunakan dapat dilihat pada Tabel III-4. III.3.3. Indikator Penilaian Tingkat Kematangan Perencanaan Arsitektur Enterprise Pengukuran tingkat kematangan dari arsitektur enterprise dilakukan dengan menggunakan model kesiapan arsitektur yang dikembangkan oleh Jahani dkk
71
(2010). Sebelumnya telah ada beberapa model dalam mengukur tingkat kematangan arsitektur enterprise. Sebagaimana dinyatakan oleh Delone dan McLean (1992), ada banyak pengukuran yang berbeda dalam bidang sistem informasi, tergantung fokus aspek dari peneliti sistem informasi itu sendiri. Beberapa model yang lain adalah Information Technology Capability Model (ITCMM), Enterprise Architecture Maturity Model (EAMM) dan Extended Enterprise Architecture Maturity Model (E2AMM). Pada tahun 2003 juga disusun model kematangan oleh Meidi Francisca dengan berdasarkan Capability Maturity Model Integration (CMMI), menggunakan pendekatan Analytic Hierarchial Process (AHP) (Francisca, 2003). Selengkapnya beberapa pengukuran tingkat kematangan arsitektur enterprise dapat dilihat pada Tabel III-5. Beragamnya pengukuran tingkat kematangan arsitektur enterprise disebabkan karena banyak hal. Belum ada standar yang pasti tentang arsitektur enterprise adalah salah satu penyebabnya. Tiwana & Konsynski (2010) menyatakan bahwa pemahaman interaksi tentang bagaimana arsitektur TI berinteraksi dengan tata kelola masih merupakan hal yang baru. Pemilihan model Jahani dkk dikarenakan model juga mengukur EAP sama dengan subjek penelitian ini yang juga menggunakan EAP sebagai topik arsitektur enterprise-nya. Jahani dkk memberikan judul modelnya sebagai tingkat kesiapan (readiness) arsitektur enterprise. Dua organisasi besar tata kelola teknologi informasi Office of Government Commerce (OGC) dengan produknya ITIL (2008) dan IT Governance Institute dengan produknya COBIT (2007) memiliki perbedaan dalam pengukuran produk tata kelola yang mereka buat.
72
Tabel III-5 Pengukuran tingkat kematangan Arsitektur Enterprise
Penulis
Deskripsi studi
Tipe
Deskripsi pengukuran
Jeanne W. Ross, Peter Weill, David C. Robertson (2006)
Ada pola yang jelas dalam membangun sebuah arsitektur enterprise (business silo, standardized technology architecture, optimized and core architecture, business modularity architecture) Mengukur tingkat kematangan arsitektur enterprise dengan menggunakan Capability Maturity Model Integration (CMMI), menggunakan pendekatan Analytic Hierarchial Process (AHP) Pengukuran tingkat kematangan arsitektur enterprise menggunakan tingkat kematangan yang dibuat oleh Scheckerman untuk Extended Entterprise Architecture Maturity Model (E2AMM) (Schekkerman J. , 2006), yang dikombinasikan dengan 9 faktor sukses arsitektur enterprise Pengukuran tingkat kematangan dengan menggunakan business tasks and activities and representations, and supportive technology components
Survei 103 perusahaan
Pengukuran dilakukan dengan membandingkan persentasi investasi TI berdasarkan aplikasi lokal, sistem enterprise, shared infrastruktur, dan shared data
Lab
Pengukuran dilakukan dengan identifikasi aktifitas dan hasil tiap tahapan EAP dan kemudian dikelompokkan sesuai dengan relevansinya, memanfaatkan AHP
Survey 50 academics, experts in the field, research centers and private companies
Indikator-indikator dalam 9 faktor sukses diukur dan dilihat tingkat kematangannya dengan menggunakan E2AMM
Lab
11 kriteria kematangan dengan 6 tingkat pengukuran
Meidi Francisca (2003)
Jahani dkk (2010)
Jaap Scheckkerman (2006)
OGC menggunakan readiness untuk menunjukkan siap / tidak nya organisasi dalam tata kelola, sedangkan IT Governance Institute memberikan klasifikasi yang lebih luas dalam bentuk tingkat kematangan. Perbedaan ini seperti mirip dengan pendekatan skala Likert dan Guttman, yang dibedakan oleh pendekatan interval yang digunakan, skala Likert menggunakan 3 sampai dengan 7 interval,
73
sedangkan Guttman menggunakan 2 interval saja (Guritno, Sudaryono, & Rahardja, 2011) (Sugiyono, 2010) (Sugiyono, 2009). Tabel III-6 Tingkat Kematangan Arsitektur Enterprise (Jahani, Javadein, & Jafari, 2010) Tingkat kematangan
Keterangan
Tingkat 0 – tidak ada program
Tidak ada kerangka kerja arsitektur yang terdokumentasi. Solusi dibangun dan diterapkan tanpa menggunakan standar atau practice tertentu. Organisasi benar-benar bergantung pada pengetahuan dari kontributor independen
Tingkat 1 – program informal
Kerangka kerja arsitektur dan standar dasar telah didefinisikan dan dilakukan secara tidak formal. Ada kesepakatan umum bahwa langkah arsitektur harus dilakukan, namun tidak terlalu diikuti. Organisasi dengan tingkat ini masih bergantung pada pengetahuan kontributor individual
Tingkat 2 – program yang berulang
Standar dan arsitektur dasar telah didefinisikan dan diikuti dan diverifikasi. Pada saat ini proses program telah berulang dan template yang bisa digunakan berulang kali mulai dibuat. Kebutuhan akan produk dan komponen yang sesuai dengan standar telah disepakati, dan metrik digunakan untuk melacak area proses kinerja.
Tingkat 3 – program yang telah terdefinisi dengan baik
Kerangka kerja arsitektur telah terdefinisi dengan jelas dengan menggunakan standar yang telah disepakati atau menggunakan versi yang telah diperbaiki. Proses didokumentasikan dalam organisasi. Metrik kinerja telah digunakan dan dimontor dengan praktek yang umum digunakan.
Tingkat 4 – program yang terkelola
Pada tahap ini metrik kinerja telah dikumpulkan dan dianalisa dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan tindakan. Metrik digunakan
untuk
memprediksi
kinerja
dan
memberikan
pemahaman yang lebih baik dalam proses dan kapabilitas Tingkat 5 – program yang meningkat berkelanjutan
Proses telah dewasa, target digunakan untuk mengatur efektifitas dan efisiensi berdasarkan tujuan bisnis dan teknis. Sudah ada peningkatan
yang
berkelanjutan
yang
berdasarkan
pemahaman dari dampak perubahan terhadap proses
pada
74
Javani dkk mengabaikan perbedaan antara OGC dan IT Governance Institute ini, walaupun dengan judul readiness, namun tetap menggunakan skala kematangan seperti terlihat pada Tabel III-7. Tingkat kematangan ini didapatkan dari model kematangan extended enterprise architecture maturity model (E2AMM). Tabel III-7 Indikator tingkat kematangan arsitektur enterprise
No
Indikator 1
Manajemen senior
2
Manajemen eksekutif
3
Strategi organisasi
4
Manajemen perubahan Ketersediaan sumber daya
5
6
Struktur organisasi
7
Teknologi informasi
8
Budaya organisasi
9
Sumber daya manusia
Keterangan Kemampuan manajemen senior dari organisasi untuk memberikan dukungan, rasa membutuhkan, kesadaran dan komitmen terhadap TI Kemampuan manajemen eksekutif organisasi dalam memberikan dukungan finansial, berkerjasama, intuisi sistematis, penerimaan TI, intuisi strategis, rasa memiliki organisasi, dan hubungan dari manajer eksekutif dengan TI Kemampuan organisasi menghasilkan strategi yang selaras dengan dengan strategi TI Kemampuan organisasi dalam memanajemen dan mengorientasikan perubahan TI Kemampuan organisasi dalam mengumpulkan sumber daya, metodologi, alat dan dokumentasi, konsultan yang digunakan untuk ketersediaan sumber daya TI Kemampuan organisasi dalam struktur organisasi, proses outsource, manajemen proyek, standar proses, perencanaan proyek, peraturan, dan proses bisnis Kemampuan organisasi dalam ketersediaan TI, produk arsitektur enterprise, kekuatan TI, dan posisi TI dalam struktur organisasi Kemampuan organisasi dalam penerimaan TI, organisasi, intuisi strategis, dan komitmen staf Kemampuan organisasi dalam sistem pelatihan staf, dan kehadiran pakar
Model yang dikembangkan oleh Jahani dkk ini terdiri dari 2 komponen yakni model dasar dan indikator kesiapan organisasi. 1. Model dasar yang berasal dari faktor sukses kritis, yang terdiri dari: a. Manajer senior b. Manajemen perubahan c. Ketersediaan sumber daya d. Manajer eksekutif
75
e. Strategi organisasi f. Sumber daya manusia g. Teknologi informasi h. Budaya organisasi i. Struktur organisasi 2. Indikator kesiapan organisasi yang bisa diukur dengan menggunakan kuisioner. Berdasarkan model tingkat kematangan arsitektur enterprise dibuat 9 (sembilan) pertanyaan yang akan digunakan sebagai instrumen untuk mengukur tingkat kematangan arsitektur sebuah organisasi. Setelah survei dilakukan akan dapat ditentukan bagaimana tingkat kematangan arsitektur organisasi tersebut. Indikator dalam tingkat kematangan dapat dilihat pada Tabel III-7. III.3.4. Matriks Integrasi Berdasarkan model integrasi, dikembangkan 3 buah pola integrasi arsitektur enterprise dan tata kelola TI: 1. Hubungan komponen keputusan TI dengan fase arsitektur enterprise 2. Hubungan komponen fase arsitektur enterprise dengan komponen archetype 3. Hubungan komponen fase arsitektur enterprise dengan archetype Pola ini dapat dilihat pada Gambar III-3, Gambar III-4, dan Gambar III-5. Gambar-gambar tersebut menunjukkan hubungan yang kompleks antara masingmasing komponen. Gambar III-5 menunjukkan hubungan antara keputusan TI dan archetype seperti model tata kelola CISR MIT yang dikemukakan oleh Weill dan Ross (2004). Weill dan Ross kemudian mengembangkan hubungan ini menjadi pola hubungan dalam bentuk matriks, melalui matriks ini Weill dan Ross bisa memetakan bagaimana organisasi melakukan tata kelolanya. Matriks ini menjawab hubungan pola ke 3 yakni hubungan keputusan TI dan archetype. Oleh
76
karena itu pendekatan yang sama akan dilakukan untuk kedua pola hubungan 1 dan 2.
Gambar III-3 Hubungan komponen keputusan TI dengan fase arsitektur enterprise
Gambar III-4 Hubungan komponen fase arsitektur enterprise dengan komponen archetype
77
Gambar III-5 Hubungan komponen fase arsitektur enterprise dengan archetype
Tabel III-8 menunjukkan hubungan antara keputusan TI dengan archetype. Weill dan Ross menggunakan matriks ini untuk memotret bagaimana pola organisasi dalam melakukan tata kelola TI matriks ini identik dengan matriks yang dibuat oleh Weill dan Ross pada Tabel II-4. dan menghasilkan pola tertentu pelaksanaan tata kelola. Kemudian dibuat pola khusus untuk organisasi yang sukses, sehingga bisa digunakan sebagai best practices bagaimana seharusnya tata kelola dilaksanakan. Tabel III-8 Matriks keputusan TI dengan archetype (Weill & Ross, 2004) Keputusan TI Prinsip TI Archetype Monarki Bisnis Monarki TI Feodal Federal Duopoli TI Anarki
Arsitektur
Infrastruktur
TI
TI
Kebutuhan Aplikasi bisnis
Investasi dan prioritas TI
78
Tabel III-9 menunjukkan keterhubungan antara keputusan TI dengan fase arsitektur enterprise. dari tabel ini bisa didapatkan bagaimana perguruan tinggi (organisasi) menempatkan setiap fase arsitektur enterprise dalam sudut pandang keputusan TI dan sebaliknya. Pola tertentu dalam hubungan ini akan sangat bermanfaat untuk melakukan seperti Weill dan Ross sehingga bisa dibuat pola khusus untuk perguruan tinggi yang sukses dan nantinya bisa dijadikan best practices untuk memposisikan baik fase arsitektur enterprise maupun keputusan TI. Tabel III-9 Matriks hubungan keputusan TI dengan fase arsitektur enterprise Keputusan TI
Fase
Prinsip
Arsitektur
Infrastruktur
TI
TI
TI
Arsitektur Enterprise
Kebutuhan Aplikasi bisnis
Investasi dan prioritas TI
Inisiasi rencana Permodelan bisnis Sistem & teknologi saat ini Arsitektur data Arsitektur aplikasi Arsitektur teknologi Rencana implementasi
Tabel
II-10
menunjukkan
bagaimana
perguruan
tinggi
melakukan
pengambilan keputusan dalam setiap fase dari arsitektur enterprise. Apakah langkah tersebut sudah tepat?, jika terdapat suatu pola tertentu bagi perguruan tinggi pada umumnya dan perguruan tinggi yang tergolong sukses, maka pola ini juga bisa dijadikan sebagai best practices agar fase arsitektur dalam rencana strategis TI bisa berjalan dengan lebih efektif dan efisien.
79
Tabel III-10 Matriks hubungan fase arsitektur enterprise dengan archetype Fase
Sistem
Arsitektur
Inisiasi
Permodelan
dan
Arsitektur
Arsitektur
Arsitektur
Rencana
Ent.
rencana
bisnis
teknologi
data
aplikasi
teknologi
Implementasi
Archetype
saat ini
Monarki Bisnis Monarki Ti Feodal Federal Duopoli TI Anarki
III.4. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2010). Berdasarkan rumusan masalah dari paradigma ganda dengan tiga variabel independen, didapatkan 11 rumusan masalah, 4 diantaranya adalah rumusan masalah deskriptif. Karena rumusan masalah deskriptif bisa tidak dibuatkan hipotesisnya maka untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah tersebut dibutuhkan 7 hipotesis yakni: 1. Terdapat pengaruh positif keputusan TI terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi 2. Terdapat pengaruh positif fase arsitektur enterprise terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi 3. Terdapat pengaruh positif archetype tata kelola TI terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi 4. Terdapat pengaruh positif keputusan TI terhadap fase arsitektur enterprise di perguruan tinggi 5. Terdapat pengaruh positif archetype terhadap fase arsitekur enterprise di perguruan tinggi
80
6. Terdapat pengaruh positif keputusan TI terhadap archetype tata kelola TI di perguruan tinggi 7. Terdapat pengaruh positif antara keputusan TI bersama dengan fase arsitektur enterprise, dan archetype tata kelola TI terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi.
III.5. Populasi Populasi diambil dari pengelola TI di perguruan tinggi di kota Bandung. Pemilihan pengelola TI karena belum ada kesepakatan istilah terhadap orang yang bisa memahami TI di perguruan tingginya. Berdasarkan data direktori perguruan tinggi di website EPSBED (2011) terdapat 142 perguruan tinggi di kota Bandung. Daftar lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.
III.6. Teknik penarikan sampel Karena jumlah dari populasi manajer TI tingkat menengah di perguruan tinggi kota bandung cukup besar. Penulis menggunakan sampel untuk mewakili populasi tersebut. Penulis akan menggunakan salah satu teknik dari nonprobability sampling yakni judgemental
sampling . Nonprobability sampling merupakan
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010).
Guritno dkk (2011) menyatakan bahwa judgemental sampling adalah
sampling yang dilakukan berdasarkan kriteria tertentu. Pemilihan teknik penarikan sampel tersebut disebabkan karena terbatasnya waktu dan biaya yang tersedia bagi penulis dan kemungkinan birokrasi partisipan yang akan dimintai datanya, serta mengurangi bias penelitian. Jika dipaksakan menggunakan probability sampling maka tingkat penerimaan partisipan belum tentu akan sama pada semua perguruan tinggi. Karena jumlahnya yang cukup banyak dan tersebar diseluruh kota Bandung, untuk mengurangi bias penelitian maka sampel dipilih hanya pada perguruan tinggi yang cukup besar dan diperkirakan telah menerapkan tata kelola dan arsitektur dalam pelaksanaannya. Berdasarkan kriteria tersebut, penulis berasumsi
81
bahwa ada 3 jenis perguruan tinggi yang bisa dijadikan sampel yakni Universitas (Tabel III-12), Institut (Tabel III-13), dan STMIK (Tabel III-11) sebanyak 38 perguruan tinggi. Jumlah sampel nantinya akan disesuaikan setelah kondisi riil di lapangan, jika terdapat kendala yang tidak bisa diselesaikan maka akan dilakukan penyesuaian jumlah sampel. Tabel III-11 Daftar STMIK di Bandung (Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), 2011) No. Nama Perguruan Tinggi 1. STMIK Amik Bandung 2.
STMIK Bandung
3.
STMIK Dharma Negara
4.
STMIK Ganesha Bandung
5.
STMIK IM
6.
STMIK Jabar
7.
STMIK LIKMI
8.
STMIK LPKIA Bandung
9.
STMIK Mardira Indonesia
10.
STMIK Padjadjaran
11.
STMIK Tulus Cendikia
Pertimbangan pemilihan ketiga jenis perguruan tinggi tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tata kelola arsitektur enterprise. Universitas dan institut merupakan gabungan dari beberapa fakultas / jurusan / perguruan tinggi, yang menggunakan teknologi informasi, tentu saja mutlak membutuhkan perencanaan strategis TI. Pemilihan STMIK sebagai bagian dari sampel karena keterlibatan para ahli TI dalam perguruan tinggi tersebut sebagai tenaga pengajar, dan juga posisinya sebagai perguruan tinggi yang mengajarkan tentang TI, sehingga STMIK dianggap memiliki keterwakilan perguruan tinggi yang mengggunakan TI dalam operasional sehari-harinya.
82
Tabel III-12 Daftar Universitas di Bandung (Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), 2011) No.
Nama Perguruan Tinggi
1.
Universitas Al-Ghifari
2.
Universitas Ars Internasional
3.
Universitas Bale Bandung
4.
Universitas Bandung Raya
5.
Universitas Informatika Dan Bisnis Indonesia
6.
Universitas Islam Bandung
7.
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati
8.
Universitas Islam Nusantara
9.
Universitas Katolik Parahyangan
10.
Universitas Kebangsaan
11.
Universitas Komputer Indonesia
12.
Universitas Kristen Maranatha
13.
Universitas Langlangbuana
14.
Universitas Nasional Pasim
15.
Universitas Nurtanio
16.
Universitas Padjadjaran
17.
Universitas Pasundan
18.
Universitas Pendidikan Indonesia
19.
Universitas Sangga Buana
20.
Universitas Wanita Internasional
21.
Universitas Widyatama
83
Tabel III-13 Daftar Institut di Bandung (Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), 2011) No.
Nama Perguruan Tinggi
1.
Institut Manajemen Telkom
2.
Institut Teknologi Bandung
3.
Institut Teknologi Harapan Bangsa
4.
Institut Teknologi Nasional Bandung
5.
Institut Teknologi Sains Bandung
6.
Institut Teknologi Telkom
III.7. Kisi-kisi Instrumen Titik tolak dari penyusunan instrumen penelitian adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Berdasarkan uraian sebelumnya terdapat 4 variabel yakni keputusan TI, fase perencanaan arsitektur, archetype, dan tingkat kematangan arsitektur enterprise. Indikator-indikator yang ada akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk memastikan bahwa model tersebut layak, susunan dari indikator masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel III-14. Tabel III-14 Kisi-kisi instrumen
Variabel Keputusan TI
Fase
perencanaan
arsitektur enterprise
No. Item
Indikator
instrumen
Prinsip TI
1
Arsitektur TI
2
Infrastruktur Strategis TI
3
Kebutuhan aplikasi bisnis
4
Investasi TI
5
Inisiasi rencana
6
Permodelan bisnis
7
Sistem dan teknologi saat ini
8
Arsitektur data
9
84
Variabel
Archetype
Tingkat
kematangan
arsitektur enterprise
No. Item
Indikator
instrumen
Arsitektur aplikasi
10
Arsitektur teknologi
11
Rencana Implementasi
12
Monarki bisnis
13
Monarki TI
14
Feodal
15
Federal
16
Duopoli TI
17
Anarki
18
Manajer senior
19
Manajemen perubahan
20
Ketersediaan sumber daya
21
Manajer eksekutif
22
Strategi organisasi
23
Sumber daya manusia
24
Teknologi informasi
25
Budaya organisasi
26
Struktur organisasi
27
Untuk mendapatkan pola hubungan antara keputusan TI, fase arsitektur enterprise, dan archetype ditambahkan item-item pertanyaan dari nomor 28 sampai dengan 46. Pola ini nantinya akan menghasilkan matriks seperti tabel Tabel III-8, Tabel III-9, dan Tabel III-10 Tabel III-15 Pola hubungan keputusan TI, fase arsitektur enterprise, dan archetype Pola Hubungan antara keputusan TI dan fase arsitektur
No. Item Instrumen 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46
enterprise Hubungan antara archetype dengan fase arsitekur
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34
enterprise Hubungan antara keputusan TI dengan archetype
35, 36, 37, 38, 39
85
III.8. Skala pengukuran Penulis akan menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi dari partisipan. Skala Likert juga berguna untuk mengetahui tingkat dari kesetujuan partisipan terhadap permasalahan. Keempat pengukuran sama-sama menggunakan skala 1-4. Penggunaan skala 1-4 bertujuan untuk memastikan pilihan partisipan secara jelas. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor 4,3,2, dan 1.Skala likert yang digunakan memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif: 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju Untuk mengukur keputusan TI, fase perencanaan arsitektur, dan archetype digunakan pilihan ganda agar memudahkan partisipan dalam memilih. Gambar III-6 menunjukkan contoh pertanyaan yang digunakan dalam instrumen.
Gambar III-6 Contoh pertanyaan dalam instrumen Sedangkan untuk mengukur tingkat kematangan arsitektur enterprise digunakan daftar centang. Untuk mengakomodir sub bagian dari indikator tingkat kematangan arsitektur enterprise pertanyaan dibagi menjadi sub-sub pertanyaan. Masing-masing pertanyaan akan terdiri dari sub-sub yang memiliki nilai tersendiri. Seperti contoh pada Gambar III-7, untuk item pertanyaan 19, terdiri dari sub-sub 19.1, 19.2, 19.3, dan 19.4.
86
Gambar III-7 Instrumen untuk mengukur tingkat kematangan arsitektur enterprise
III.9. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan berupa angket, sebagaimana disampaikan Riduan (2005) angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Sumber datanya adalah pengelola TI di perguruan tinggi responden. Instrumen penelitian awal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C. Instrumen terdiri dari 46 nomor pertanyaan. 5 pertanyaan untuk keputusan TI, 7 pertanyaan untuk fase arsitektur, 6 pertanyaan untuk archetype, dan 9 pertanyaan untuk tingkat kematangan arsitektur. 19 pertanyaan digunakan untuk membuat matriks integrasi.
III.10. Pengujian dan Revisi instrumen III.10.1. Tahap I Sebelum instrumen survei digunakan terlebih dahulu digunakan uji validitas dan realibilitas. Uji validitas digunakan untuk memastikan bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji realibilitas digunakan untuk memastikan jika instrumen yang sama digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas konstruk, sebagaimana disampaikan Jogiyanto (2008) bahwa validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil-hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukur sesuai dengan
87
teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk. Untuk menguji validitas konstruk bisa digunakan pendapat para ahli (uji pakar) dan menggunakan analisis faktor. 1.
Uji Pakar Uji pakar diberikan pada 3 orang Doktor Dosen Sekolah Teknik Elektro dan
Informatika
Institut
Teknologi
Bandung
(STEI-ITB).
Bapak
Husni
S.
Sastramiharja (Pakar 1), Ibu Ayu Purwarianti (Pakar 2), dan Ibu Nur Ulfa Maulidevi (Pakar 3). Pemilihan pakar dilakukan dengan pertimbangan bahwa masing-masing pakar sudah bergelar Doktor dan merupakan dosen STEI ITB yang pernah mempelajari / mengajar / membahas / menguji materi tentang arsitektur enterprise dan tata kelola teknologi informasi. Kepada masing-masing pakar diberikan lembar validasi, paradigma penelitian, rumusan masalah, hipotesis, kisi-kisi instrumen dan instrumen survei dengan surat pengantar sebagaimana terlampir pada Lampiran J. Lembar validasi yang diserahkan sebagaimana terlihat pada Tabel III-16. Pakar 1 menyatakan bahwa keseluruhan instrumen secara umum adalah valid secara konstruk. Hanya 1 bagian dari instrumen yang tidak valid pada bagian bahasa poin 1 yakni “Petunjuk dinyatakan dengan jelas”. Pakar 1 menyarankan perlunya menggunakan pengantar untuk instrumen agar para responden memahami apa yang mereka isi. Catatan bahwa perlu dipertimbangkan pilihan jawaban setuju / tidak setuju agar disesuaikan dengan pertanyaan, khususnya pertanyaan yang diawali dengan kata “apakah” harusnya berkaitan dengan jawaban “Ya” atau “Tidak” bukan jawaban “Setuju” atau “Tidak Setuju”. Pakar 2 juga menyatakan bahwa secara keseluruhan instrumen sudah valid secara konstruk. Hanya 1 bagian dari instrumen yang tidak valid yakni pada bagian bahasa poin ke 2 yakni “Mudah dipahami pengelola TI di perguruan tinggi”. Pakar 2 menyarankan perlu diberikan contoh yang lebih kongkrit agar partisipan bisa menyamakan persepsi dengan peneliti. Catatan diberikan bahwa
88
hasil survei digunakan sebagai bahan pertimbangan harus diolah terlebih dahulu agar bisa melihat keterhubungan antar variabel. Pola hubungan antara keputusan TI, fase arsitektur enterprise dan archetype masih dalam bentuk matriks, dan hasilnya tidak detil, sehingga perlu diberikan penjabaran secara deskriptif dari pola yang dihasilkan nantinya. Tabel III-16 Lembar validasi konstruk untuk uji pakar No.
Aspek yang Dievaluasi
Format 1. 2. 3.
Tampilan instrumen cocok dengan pengelola TI di perguruan tinggi Menggunakan huruf yang sesuai untuk pengelola TI di perguruan tinggi Memudahkan pengelola TI di perguruan tinggi untuk menggunakannya
Isi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8.
9.
Tepat untuk menilai topik tesis Dapat mengungkap pelaksanaan rencana arsitektur enterprise di perguruan tinggi Dapat mengungkap jenis-jenis keputusan TI yang digunakan di sebuah perguruan tinggi Dapat mengungkap siapa pengambil keputusan TI dalam perguruan tinggi Dapat mengungkap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi Dapat mengungkap pola hubungan perencanaan arsitektur enterprise dengan keputusan TI di perguruan tinggi Dapat mengungkap pola hubungan perencanaan arsitektur enterprise dengan pengambil keputusan TI di perguruan tinggi Dapat mengungkap mengungkap pola hubungan pengambilan keputusan TI dan siapa pengambil keputusan tersebut di perguruan tinggi Valid dari segi konstruksi
Bahasa 1. 2. 3. 4.
Petunjuk dinyatakan dengan jelas Mudah dipahami pengelola TI di perguruan tinggi Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar Menggunakan kalimat yang jelas dan sederhana
Ya
Tidak
Komentar
89
Pakar 3 menyatakan bahwa secara keseluruhan instrumen sudah valid secara konstruk. Bagian yang tidak valid adalah pada bagian bahasa poin 2 “Mudah dipahami pengelola TI di perguruan tinggi” dan poin 4 “Menggunakan kalimat yang jelas dan sederhana”. Pakar 3 menyatakan tidak yakin bahwa pertanyaanpertanyaan awal akan mudah difahami, dan menyarankan sebaiknya pertanyaanpertanyaan awal tidak menerjemahkan langusng dari bahasai inggris, tapi dibuat kalimat baru dalam bahasa indonesia yang lebih mudah dipahami. Berdasarkan uji pakar didapatkan kesimpulan bahwa: 1. Instrumen sudah valid secara konstruk 2. Perlunya perbaikan instrumen yang menghasilkan jawaban yang lebih cocok dari masing-masing pertanyaan 3. Penggunaan bahasa, khususnya istilah teknis harus diminimalkan, perlu digunakan contoh yang lebih kongkrit yang lebih difahami oleh partisipan nantinya. 2.
Uji Analisis Faktor Langkah berikut dari uji validitas instrumen adalah uji analisis faktor. Uji
analisis faktor dilakukan dengan uji terbatas pada 7 responden dosen / pengelola TI perguruan tinggi, data uji terbatas tahap I dapat dilihat pada Lampiran D. Uji analisis faktor mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan satu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Variabel penelitian yang digunakan adalah keputusan TI, fase perencanaan arsitektur enterprise, archetype, dan tingkat kematangan arsitektur enterprise. Keputusan TI terdiri dari 5 item pertanyaan dan diakumulasikan dalam faktor X1. Fase perencanaan arsitektur enterprise terdiri dari 7 pertanyaan yang diakumulasikan dalam faktor X2. Archetype terdiri dari 6 pertanyaan yang diakumulasikan dalam faktor X3. Sedangkan tingkat kematangan arsitektur enterprise terdiri dari 9 pertanyaan yang terdiri dari 36 sub pertanyaan yang diakumulasikan dalam faktor X4. Total semua pertanyaan diakumulasikan dalam faktor TOTAL.
90
Berdasarkan Lampiran D telah dihitung bahwa korelasi antara jumlah X1 dengan TOTAL=0,64 dan korelasi antara jumlah X2 dengan TOTAL=0,61 dan korelasi antara jumlah X3 dengan TOTAL=0,44 dan korelasi antara jumlah X4 dengan TOTAL= 0,85. Karena koefisien korelasi keempat faktor tersebut diatas 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan TI, fase perencanaan arsitektur, archetype dan tingkat kematangan arsitektur enterprise merupakan konstruk yang valid. Selanjutnya untuk menguji apakah setiap butir pertanyaan dari instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor TOTAL. Untuk keperluan ini terdapat 54 pertanyaan yang akan diuji. Jika harga korelasi dibawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan itu tidak valid sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Hasil dari pengujian korelasi antara butir pertanyaan dengan skor TOTAL dapat dilihat pada Lampiran E. Terdapat 22 butir pertanyaan yang tidak valid, yang artinya 41% dari total pertanyaan belum dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Banyaknya jumlah pertanyaan yang tidak valid diperkirakan karena kendala bahasa yang masih teknis, oleh karena itu harus dilakukan revisi untuk menyempurnakan instrumen yang dibuat. Sebelum melakukan revisi penulis melakukan wawancara tidak terstruktur dengan para responden agar dapat diketahui penyebab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak valid. Pada tahap I ini belum dilakukan pengujian reliabilitas, walaupun pada prinsipnya uji reliabilitas sudah dilakukan namun karena banyaknya pertanyaan yang tidak valid membuat uji reliabilitas dianggap hanya akan sia-sa. Uji reliabilitas akan dilaksanakan pada uji tahap II atau seterusnya jika instrumen yang digunakan sudah mencapai validitas yang diharapkan. 3.
Wawancara tidak terstruktur dengan responden uji terbatas tahap I Pada saat menyebarkan kuisioner untuk uji terbatas dilakukan wawancara
tidak terstruktur dengan responden untuk mendapatkan umpan balik tentang
91
instrumen yang digunakan. Masukan yang diterima cukup beragam, karena instrumen yang diberikan memiliki jumlah pertanyaan yang cukup banyak dan ada sub-sub pertanyaan, responden rata-rata menyatakan kesulitan dengan instrumen yang digunakan. Berikut ini adalah hasil wawancara tidak terstruktur yang telah dilakukan: a. Beberapa responden menyatakan bahwa perlunya pengubahan skala Likert yang digunakan. Penggunaan skala 1-4 dirasa tidak memenuhi semua pilihan responden, ada posisi netral yang tidak diakomodir. b. Responden juga menjelaskan bahwa perlunya penambahan demografi untuk profil responden. Usia, pendidikan terakhir, lama kerja, jenis kelamin sebaiknya digunakan untuk memperlengkap instrumen. c. Beberapa responden menyarankan penggunaan istilah manajemen senior dan manajemen eksekutif agar diberikan contoh yang tidak terlalu teknis seperti senat, rektor, PUREK, ketua program studi, ketua jurusan dan lain-lain. d. Istilah teknis seperti monarki bisnis, anarki, dan lain-lain membuat responden harus membolak-balik halaman kuisioner. Harus diberikan cara yang lebih mudah untuk responden bisa mengisi kuisioner dengan lebih mudah e. Pertanyaan nomor 19 sampai dengan 27 seharusnya bisa dibuat menjadi pertanyaan yang lebih sederhana tanpa melibatkan tabel-tabel. Sub-sub pertanyaan membuat responden menjadi ragu dalam menjawab. 4.
Revisi Berdasarkan uji pakar, uji analisis faktor, dan wawancara tidak terstruktur
dengan responden dilakukan perbaikan kuisioner penelitian. Masing-masing pertanyaan direvisi untuk memperbaiki bahasanya, dan untuk kemudahan responden maka pertanyaan yang terdiri dari sub-sub pertanyaan dijadikan satu pertanyaan tunggal agar lebih memudahkan. Revisi instrumen tahap I dapat dilihat pada Lampiran F.
92
III.10.2. Tahap II Setelah revisi instrumen dilakukan, selanjutnya dilakukan uji terbatas tahap II. Penulis mengujikan instrumen kepada 5 responden yang merupakan dosen / pengelola TI di perguruan tinggi. Hasil dari uji terbatas tahap II bisa dilihat pada Lampiran G. 1.
Uji Analisis Faktor Berdasarkan data uji terbatas tahap II kemudian dilakukan uji analisis faktor
untuk instrumen survei. Variabel penelitian yang digunakan adalah keputusan TI, fase perencanaan arsitektur enterprise, archetype, dan tingkat kematangan arsitektur enterprise. Keputusan TI terdiri dari 5 item pertanyaan dan diakumulasikan dalam faktor X1. Fase perencanaan arsitektur enterprise terdiri dari 7 pertanyaan yang diakumulasikan dalam faktor X2. Archetype terdiri dari 6 pertanyaan yang diakumulasikan dalam faktor X3. Sedangkan tingkat kematangan arsitektur enterprise terdiri dari 9 pertanyaan yang terdiri dari 36 sub pertanyaan yang diakumulasikan dalam faktor X4. Total semua pertanyaan diakumulasikan dalam faktor TOTAL. Menggunakan data dari Lampiran G dilakukan penghitungan korelasi masingmasing variabel dengan skor total. Setelah dilakukan penghitungan, didapatkan korelasi antara jumlah X1 dengan TOTAL=0,94 dan korelasi antara jumlah X2 dengan TOTAL=0,88 dan korelasi antara jumlah X3 dengan TOTAL=0,75 dan korelasi antara jumlah X4 dengan TOTAL= 0,76. Karena koefisien korelasi keempat faktor tersebut diatas 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan TI, fase perencanaan arsitektur, archetype dan tingkat kematangan arsitektur enterprise merupakan konstruk yang valid. Setelah penghitungan korelasi antara variabel dengan skor total, selanjutnya adalah menghitung korelasi butir pertanyaan dengan skor total. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel III-17. Terdapat 5 pertanyaan yang tidak valid yakni item pertanyaan nomor 7, 10, 17, 26, dan 27.
93
Tabel III-17 Hasil pengujian butir pertanyaan tahap II No
Butir Pertanyaan
r hitung
r kritis
Keterangan
1
p1
0,54
0,30
Valid
2
p2
0,83
0,30
Valid
3
p3
0,72
0,30
Valid
4
p4
0,59
0,30
Valid
5
p5
0,74
0,30
Valid
6
p6
0,80
0,30
Valid
7
p7
0,24
0,30
Tidak Valid
8
p8
0,62
0,30
Valid
9
p9
0,73
0,30
Valid
10
p10
0,22
0,30
Tidak Valid
11
p11
0,66
0,30
Valid
12
p12
0,46
0,30
Valid
13
p13
0,41
0,30
Valid
14
p14
0,71
0,30
Valid
15
p15
0,59
0,30
Valid
16
p16
0,46
0,30
Valid
17
p17
-0,03
0,30
Tidak Valid
18
p18
0,41
0,30
Valid
19
p19
,967**
0,30
Valid
20
p20
,903*
0,30
Valid
21
p21
0,46
0,30
Valid
22
p22
0,46
0,30
Valid
23
p23
0,80
0,30
Valid
24
p24
0,46
0,30
Valid
25
p25
0,72
0,30
Valid
26
p26
0,22
0,30
Tidak Valid
27
p27
0,22
0,30
Tidak Valid
Berdasarkan uji pakar pada tahap satu dapat disimpulkan bahwa masingmasing item pertanyaan seharusnya sudah valid, kemungkinan besar kesalahan terjadi pada pertanyaan yang menggunakan bahasa yang tidak tepat atau pertanyaan yang digunakan terlalu menggiring pada jawaban tertentu. Jika
94
pertanyaan yang tidak valid dieliminir, maka indikator dari masing-masing variabel akan hilang, sehingga tidak mewakili untuk hasil penelitian. Oleh karena itu pertanyaan yang tidak valid akan direvisi sehingga bisa dijadikan sebuah instrumen lengkap yang valid. 2.
Uji reliabilitas Instrumen penelitian selain valid juga harus reliabel. Instrumen yang reliabel
menurut Sugiyono (2010) adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untu mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Untuk menguji reliabilitas insrtumen digunakan uji split-half Spearman Brown. Pada uji ini item pertanyaan dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok genap dan ganjil. Kemudian total masing-masing kelompok di korelasikan dengan korelasi product moment. Dan kemudian dicari reliabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan rumus Spearman Brown seperti terlihat pada Rumus 1: Rumus 1 Spearman brown
Dimana: =reliabilitas internal seluruh instrumen =korelasi product moment antara pertanyaaan ganjil dan genap
Skor item pertanyaan untuk kelompok kelompok ganjil dapat dilihat pada Tabel III-18, skor item pertanyaan untuk kelompok genap dapat dilihat pada Tabel III-19. Selanjutnya dihitung korelasi antara total skor item pertanyaan ganjil dengan total skor item pertanyaan genap. Dari hasil perhitungan korelasi antara total skor genap dengan total skor ganjil maka didapatkan nilai korelasi Rb=0,79. Dengan menggunakan Rumus 1 dilakukan penghitungan reliabilitas instrumen.
95
Tabel III-18 Skor untuk item pertanyaan ganjil Responden
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
Total
1
2
4
5
2
1
2
4
1
4
3
4
3
4
4
43
2
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
45
3
3
3
3
3
3
3
5
3
4
3
3
3
3
3
45
4
4
4
5
3
5
4
5
4
4
5
4
4
4
4
59
Tabel III-19 Skor untuk item pertanyaan genap Responden
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
Total
1
2
4
3
5
4
4
4
3
1
4
4
4
4
46
2
3
4
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
43
3
3
3
3
3
3
3
1
4
1
3
3
3
3
36
4
5
4
5
5
4
4
4
4
2
5
4
4
4
54
Hasil dari reliabilitas instrumen adalah 0,88. Karena reliabilitasnya lebih besar dari 0,30 (batasan yang digunakan untuk menentukan reliabel tidaknya instrumen) maka instrumen yang digunakan reliabel. 3.
Matriks yang dihasilkan Walaupun tidak termasuk pada bagian dari paradigma penelitian, namun
matriks integrasi sangat diperlukan dalam penyempurnaan model yang diusulkan.. Oleh karena itu kuisioner yang diisi juga harus diperhatikan apakah responden cenderung mengisi pada isian tertentu. Pertanyaan yang terkait dengan matriks integrasi dimulai dari pertanyaan nomor 28 sampai dengan 46. Masing-masing kecenderungan pada tiap matriks akan dianalisa sehingga akan diperbaiki jika ternyata terdapat kekurangan tertentu dalam bentuk soal kusioner. Kecenderungan pengisian pola fase arsitektur enterprise dan archetype terdapat pada Tabel III-20. Responden sangat dominan mengisi pada pada 3 pilihan pertama yakni monarki bisnis, monarki TI, feodal. Hal ini dibuktikan dengan terisinya setiap fase perencanaan arsitektur dalam 3 archetype tersebut. Sedangkan archetype duopoli TI hanya diisi pada fase inisiasi rencana dan
96
arsitektur aplikasi. Federal dan duopoli TI sama sekali tidak dipandang oleh responden. Dominasi 3 archetype pertama yang merupakan jenis pengambilan keputusan yang dilakukan oleh satu orang atau bagian diduga karena sebagian besar responden menganggap pengambilan keputusan tidak dilakukan secara bersama sehingga federal dan duopoli TI cenderung terabaikan. Tabel III-20 Kecenderungan pengisian pola fase arsitektur dan archetype Fase Arsitektur
Archetype Monarki Bisnis
Sistem Inisiasi Permodelan dan Arsitektur Arsitektur Arsitektur Rencana rencana bisnis teknologi data aplikasi teknologi implementasi saat ini 10%
8%
4%
8%
8%
10%
6%
Monarki TI
4%
4%
4%
4%
4%
4%
4%
Feodal
2%
2%
4%
2%
2%
2%
2%
Federal
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Duopoli TI
2%
0%
0%
0%
2%
0%
0%
Anarki
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Kecenderungan pengisian pola keputusan TI dan archetype seperti ditunjukkan pada Tabel III-21 juga sangat mendukung analisa yang sebelumnya dilakukan pada Tabel III-20. Ketiga archetype rata-rata dilaksanakan dalam setiap keputusan TI. Kecuali bagian prinsip TI dalam monarki TI, hal ini diduga disebabkan oleh pengambilan keputusan prinsip TI yang berupa visi dan misi TI lebih diambil alih oleh pimpinan atau unit masing-masingnya. Tabel III-21 Kecenderungan pengisian pola keputusan TI dan archetype Keputusan TI
Archetype
Investasi Kebutuhan Prinsip Arsitektur Infrastruktur dan aplikasi TI TI TI prioritas bisnis TI
Monarki Bisnis
13%
10%
6%
10%
13%
Monarki TI
0%
10%
10%
3%
3%
Feodal
3%
3%
3%
3%
6%
Federal
0%
0%
0%
0%
0%
Duopoli TI
0%
0%
0%
3%
0%
Anarki
0%
0%
0%
0%
0%
97
Kecenderungan kedua tabel ini diduga karena posisi dari masing-masing archetype yang diurutkan berdasarkan monarki bisnis, monarki TI, feodal, federal, duopoli TI, dan anarki. Sehingga responden tidak terlalu memperhatikan 3 pilihan terbawah, urutannya harus diperbaiki agar responden mengetahui bahwa selain pengambilan keputusan secara individual juga dilakukan pengambilan keputusan secara kolektif. Tabel III-22 Kecenderungan pengisian pola hubungan fase arsitektur dengan keputusan TI Fase ArsitekTur Keputusan TI
Sistem Inisiasi Permodelan dan Arsitektur Arsitektur arsitektur Rencana rencana bisnis teknologi data aplikasi teknologi implementasi saat ini
Prinsip TI
6%
4%
4%
2%
6%
2%
2%
Arsitektur TI
8%
8%
6%
10%
4%
10%
4%
Infrastruktur TI Kebutuhan Aplikasi bisnis Investasi dan prioritas TI
0%
2%
4%
4%
2%
2%
4%
0%
0%
0%
2%
0%
2%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Seperti halnya 2 matriks sebelumnya, terdapat kecenderungan tertentu dalam pengisian kuisoner pola hubungan fase arsitektur dengan keputusan TI seperti ditunjukkan dalam Tabel III-22. Pada tabel ini 3 keputusan TI pertama mendapatkan dominasi yang lebih dibandingkan dengan 2 keputusan TI yang lainnya. Prinsip TI, arsitektur TI, dan infrastruktur TI terdapat dalam setiap fase perencanaan arsitektur, hanya infrastruktur TI yang tidak terdapat dalam inisiasi rencana. Kecenderungan ini diduga disebabkan oleh penyampaian bahasa yang masih kurang ringkas dalam menyajikan pilihan untuk responden. 4.
Revisi Berdasarkan uji analisis faktor, uji reliabilitas dan menganalisa matriks yang
dihasilkan, dilakukan revisi tahap II. Pengujian ini ditujukan pada pertanyaan yang tidak valid dan pertanyaan yang menggunakan archetype sebagai pilihan jawabannya. Pertanyaan yang tidak valid adalah pertanyaan 7, 10, 17 26, dan 27.
98
Sedangkan pertanyaan yang menggunakan archetype sebagai pilihan jawaban adalah pertanyaan nomor 28 sampai dengan pertanyaan 39. Pertanyaan terkait dengan fase arsitektur dan keputusan TI tidak dilakukan pengubahan, karena memang tidak ada indikasi bahwa masing-masing pilihan adalah pengurutan, sehingga semua kemungkinan bisa saja terjadi. Pada pertanyaan 7 item pertanyaan berbunyi: “Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu menggunakan diagram tertentu (struktur organisasi, value chain, system flowchart, document flowchart) untuk perencanaan jangka panjang TI?”. Ini merupakan pengembangan dari pertanyaan sebelumnya (uji tahap I) yakni “Apakah dalam membuat rencana strategis TI diperguruan tinggi anda dilakukan permodelan bisnis seperti: struktur organisasi, value chain, dan model bisnis fungsional?”. Dari hasil uji terbatas tahap II, 4 responden menjawab dengan kadang-kadang (poin 3) , dan 1 orang responden menjawab jarang / sebagian kecil (poin 2). Hal ini mungkin disebabkan karena contoh yang diberikan belum bisa mewakili tentang permodelan bisnis. Karena pada uji tahap I pertanyaan ini terkategori valid maka untuk memperbaiki pertanyaan 7 digunakan pertanyaan sebelumnya yang diujikan pada tahap I. Pertanyaan 10 berbunyi: “Apakah dalam merencanakan perangkat lunak aplikasi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan analisa hubungan aplikasi dengan pihak yang membutuhkan dan dampak aplikasi terhadap sistem yang sudah ada?”. Pada uji tahap I berbunyi: “Apakah dalam membuat rencana strategis TI di perguruan tinggi anda digunakan arsitektur aplikasi seperti: definisi aplikasi, matriks aplikasi, analisa dampak aplikasi dan laporan arsitektur aplikasi?”. Pada kedua uji validasi pertanyaan ini sama-sama tidak valid. Jawaban yang diberikan oleh responden adalah 3 baik / sering (poin 4), dan 2 kadang-kadang (poin 3). Terjadi peningkatan korelasi dari 0,04 pada uji tahap I menjadi 0,22 pada uji tahap II. Dapat disimpulkan bahwa jenis pertanyaan yang digunakan belum sederhana, dan perlu diganti dengan bahasa sederhana. Untuk kebutuhan penyederhanaan bahasa pertanyaan diganti dengan kalimat pernyataan, agar lebih bisa memperjelas maksud. Pernyataan yang digunakan
99
adalah sebagai berikut: “Perguruan tinggi Bapak / Ibu selalu meakukan analisa hubungan dan dampak (dengan perangkat lunak aplikasi yang lain dan unit yang menggunakan) dalam merencanakan perangkat lunak aplikasi” Kuisioner no. 17 berbunyi: “Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan berdasarkan Rapat / diskusi Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) dengan Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) atau Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain)”. Karena penjelasan kepala bagian TI, pimpinan, dan kepala bagian masing-masing disertai contoh, kemungkinan membuat responden menjadi ragu dalam memilih. 3 orang memilih sering / baik (poin 4), sedangkan 2 memilih kadang-kadang (poin 3). Oleh karena itu bentuk pertanyaan perlu disederhanakan dengan mnghilangkan contoh masing-masing pengambil keputusan menjadi: “Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan berdasarkan Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian?”. Hal ini dilakukan karena contoh masingmasing pengambil keputusan sudah diberikan pada item kuisioner 13, 14, dan 15. Pada item pertanyaan nomor 26 berbunyi: “Bagaimanakah komitmen staf terhadap TI dalam perguruan tinggi Bapak / Ibu?”. Pada uji tahap I pertanyaan ini berbunyi: “Bagaimanakah penerimaan TI, organisasi, intuisi strategis, dan komitmen staf dalam perguruan tinggi anda?”, pertanyaan ini dibagi dalam 4 sub pertanyaan dan keempat-empat item tersebut valid. Karena pertanyaan yang digunakan pada uji tahap I valid, maka pada pertanyaan ini digunakan pertanyaaan pada uji tahap I yang sudah disederhanakan menjadi: “Bagaimanakah penerimaan, intuisi strategis, dan komitmen staf terhadap TI dalam perguruan tinggi Bapak / Ibu?” Pada item pertanyaan nomor 27 berbunyi: “Bagaimanakah sistem pelatihan staf untuk TI di perguruan tinggi anda?”. Sedangkan pada uji tahap I pertanyaan ini berbunyi: “Bagaimanakah sistem pelatihan staf, dan kehadiran pakar di di perguruan tinggi anda?”. Pada uji tahap I karena menggunakan sub pertanyaan,
100
disimpulkan bahwa responden tidak menjawab dengan benar. Sedangkan pada uji tahap II karena bentuk pertanyaan yang hanya berfokus pada sistem pelatihan staf untuk TI, maka perlu diperjelas. Pertanyaan teresbut diperjelas menjadi “Bagaimanakah sistem pelatihan TI untuk staf, dan kehadiran pakar TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu?”. Pada pertanyaan item nomor 28 sampai dengan 39. Berdasarkan hasil analisa sebelumnya terdapat kecenderungan tidak terpilihnya federal, duopoli TI dan anarki, yang diduga disebabkan karena urutan pilihan seperti Gambar III-8. Responden cenderung memilih 3 pilihan pertama karena tidak menyadari bahwa dibawah pilihan keputusan yang dilakukan secara individu, ada keputusan yang dilakukan secara kolektif. Penggunaan bahasa yang ringkas juga harus menjadi perhatian, karena masing-masing archetype dijabarkan dalam kalimat 2 baris. Tentu saja ini akan membuat waktu pengisian kuisioner menjadi lebih lama.
Gambar III-8 Urutan pilihan archetype sebelum revisi II Pilihan-pilihan pada instrumen sebelumnya harus direvisi agar didapatkan hasil yang lebih sempurna, revisi ditunjukkan pada Gambar III-9. Masing-masing archetype sekarang diurutkan secara terbalik, dengan mendahulukan archetype yang merupakan pengambilan keputusan secara kolektif, dan baru kemudian diikuti oleh keputusan yang dilakukan secara masing-masing, kecuali individu diletakkan pada bagian awal pilihan. Bahasa yang digunakan sudah diringkaskan sehingga masing-masing pilihan hanya membutuhkan 1 baris. Dengan ini diharapkan responden bisa mengisi kuisioner dengan tidak tergesa-gesa karena tampilan dari pertanyaan yang rumit.
101
Gambar III-9 Urutan pilihan archetype setelah revisi II Sedangkan untuk pertanyaan nomor 39 sampai dengan 46 berdasarkan analisa sebelumnya terdapat kecenderungan tidak terpilihnya kebutuhan aplikasi bisnis dan investasi dan prioritas TI. Kecenderungan ini diperkirakan karena bentuk pilihan dari instrumen kuisioner masih belum menggunakan bahasa yang ringkas. Tampilan kuisioner seperti Gambar III-10 menunjukkan masing-masing keputusan TI terdiri dari lebih minimal 2 baris. Penyederhanaan kalimat menjadi sangat penting karena waktu responden yang sangat berharga, kalau responden mengisi dengan acak karena kuisioner yang terlalu rumit maka akan mengganggu hasil penelitian.
Gambar III-10 Urutan keputusan TI sebelum revisi II Revisi dilakukan dengan menyederhanakan masing-masing pengertian keputusan TI dengan bahasa yang sesederhana dan sesingkat mungkin sebagaimana terlihat pada Gambar III-11. Maksimal jumlah baris dari setiap keputusan adalah 2 baris, dengan jumlah minimal 1 baris. Dengan revisi ini diharapkan responden bisa mengisi kuisioner dengan cepat dan tepat.
102
Gambar III-11 Urutan keputusan TI setelah revisi II Selengkapnya revisi instrumen tahap II dapat dilihat pada Lampiran H.
Bab IV. Analisis Data dan Hasil
IV.1. Pengumpulan data Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian kuantitatif, yakni kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data (Sugiyono, 2009). Walaupun validitas dan reliabilitas dari instrumen sudah teruji, namun itu belum bisa menjamin apabila ketepatan cara dalam mengumpulkan datanya belum dilakukan dengan benar. Data yang dikumpulkan berasal dari sumber primer dan sekunder (Sugiyono, 2010). Sumber data primer adalah sumber yang memberikan informasi langsung pada pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang memberikan informasi secara tidak langsung kepada pengumpul data. Untuk data primer penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuisioner yang berisi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner digunakan karena responden tersebar di wilayah yang luas yakni pada kota Bandung. Kuisioner diberikan berupa pertanyaan tertutup. Sedangkan data sekunder didapatkan dari dokumen, situs web, dan wawancara dengan orang lain yang merupakan representasi dari sumber data seperti dosen, pegawai perguruan tinggi responden. Penyerahan, pengisian dan pengambilan kuisioner dilakukan dari tanggal 4 Juli 2011 sampai dengan 22 Juli 2011, kuisioner diserahkan secara acak kepada 38 perguruan tinggi responden. Penulis mengunjungi masing-masing perguruan tinggi, untuk mencocokkan data yang didapatkan dari website EPSBED (2011). Dari ke 38 responden yang telah ditetapkan 2 perguruan tinggi tidak dapat dihubungi baik alamat nomor telpon maupun websitenya tidak ditemukan, 2 perguruan tinggi tidak dikunjungi karena berada di luar wilayah kota Bandung. Sehingga jumlah sampel berkurang dari 38 menjadi 34. Dari 34 responden 1 103
104
perguruan tinggi menolak mengisi kuisioner dikarenakan kesibukan penerimaan mahasiswa baru, sedangkan 2 perguruan tinggi tidak bisa mengembalikan kuisioner dalam rentang waktu yang disediakan. Sehingga total kuisioner yang terkumpul adalah 31 dari 34 responden yang ada. Pada saat menyebarkan kuisioner pada masing-masing responden, masingmasing perguruan tinggi menanggapi dengan cara yang berbeda. Karena kuisioner ditujukan kepada orang yang memahami tata kelola dan arsitektur TI di masingmasing perguruan tinggi. Penulis mencoba menghubungi masing-masing bagian TI di perguruan tinggi. Sayangnya, masih belum terjadi kesamaan pendapat dalam istilah pengelola TI di perguruan tinggi. Istilah-istilah yang digunakan beragam seperti: PUSLAHTA (pusat pengolahan data), PUSKOM (pusat komputer), PTI (pusat teknologi informasi), UPT TIK (unit pengelola teknis teknologi informasi dan komputer), BTI (bagian teknologi informasi), dan lain sebagainya. Beberapa perguruan tinggi bahkan belum memiliki unit TI-nya sendiri, sebagian diposisikan dibawah bagian Administrasi, humas, atau urusan kemahasiswaan (BAUK). Sebagian lagi diserahkan kepada seseorang yang dianggap mahir dalam urusan TI walaupun bidang kerjanya tidak dijelaskan dalam struktur organisasi. Perbedaan istilah ini menjadi kesulitan tersendiri, bagi bagian yang tidak diketahui nama unit TI-nya maka kuisioner dititipkan pada bagian Resepsionis perguruan tinggi yang kadang membutuhkan waktu yang lama untuk proses pengembalian kuisioner. Proses pengembalian kuisioner yang nantinya juga dilakukan terhadap resepsionis membuat beberapa kendala dalam pengecekan kuisioner yang kadang tidak diisi dengan lengkap, khususnya pada bagian identitas responden. Pada bagian tersebut, dilakukan pemeriksaan menggunakan data sekunder untuk melengkapi data.
IV.2. Profil Responden Profil responden menunjukkan data tentang responden yang mengisi kuisioner. Profil terdiri dari profil pribadi dan profil perguruan tinggi. Profil pribadi terdiri dari jenis kelamin, taraf pendidikan, pekerjaan dan lama bekerja,
105
seperti terlihat pada Tabel IV-1. Sedangkan profil perguruan tinggi terdiri dari jumlah program studi, pegawai TI, dan jumlah mahasiswa. Profil pribadi responden terdiri dari jenis kelamin, taraf pendidikan, pekerjaan dan lama bekerja. 90,3% responden berjenis kelamin laki-laki. Hanya 3 orang (9,7%) dari responden yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Cooper (2000) bahwa laki-laki dalam TI lebih kompetitif karena berbasiskan tim yang menghargai kemampuan teknis dan kecerdasan bukan sekedar penampilan dan kemampuan atletis. 96,7 % dari pengelola TI di perguruan tinggi yang ada memiliki taraf pendidikan sarjana S1 dan S2, dengan rincian 40% S1 dan 56,7 % S2. Hanya 3,3 % dari pengelola TI yang memiliki pendidikan SLTA (1 orang). Jumlah pendidikan S2 yang sangat dominan menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting untuk bisa menduduki posisi di bagian pengelola TI di masing-masing perguruan tinggi. Masing-masing responden dari bagian TI tidak selalu fokus pada satu fungsi saja. Ada pengelola yang juga merupakan dosen TI, ketua program studi dan sebagainya. Dari keseluruhan responden, 43,2 % merupakan dosen TI di perguruan tingginya, 38,9 % merupakan pengelola TI, 25% merupakan dosen sekaligus pengelola TI dan 8,3% memiliki pekerjaan lain seperti bagian administrasi, operator, dan lain-lain.. 31% responden telah bekerja dalam perguruan tinggi lebih dari 10 tahun. Hanya 3,4% dari keseluruhan pengelola TI yang diberikan tanggung jawab setelah bekerja kurang dari 1 tahun. 13,8% telah bekerja 2 sampai dengan 4 tahun, 31% telah bekerja selama 5-7 tahun, dan 20,7% telah bekerja selama 7-10 tahun. Pengelola TI memang sangat dibutuhkan pengalamannya oleh industri, sebagaimana dinyatakan oleh Comeau dan Kemp
(2007) bahwa mundurnya
pengelola TI yang berpengalaman dalam sebuah industri merupakan kerugian besar dalam sumber daya manusia dan pengembangan masa depan dari industri
106
tersebut. Sehingga semakin lama pengelola TI bekerja dalam perguruan tinggi, maka menjadi aset yang lebih berharga bagi perguruan tinggi tersebut. Rata-rata umur dari responden adalah 37,6 tahun. Tabel IV-1 Profil pribadi responden Kel
Responden Jumlah
Pdd Terakhir
Pekerjaan
L
P SLTA
S1
S2
S3
Lama Kerja
Dsn. Peng. Lain
<1
2-4
5-7
7-10
>10
Universitas
17
15
2
1
10
5
0
5
8
2
0
2
3
5
5
Institut
5
4
1
0
1
4
0
0
5
0
1
1
1
0
2
STMIK
9
9
0
0
1
8
0
5
1
1
0
1
5
1
2
Total
31
28
3
1
12
17
0
10
14
3
1
4
9
6
9
Persentase
100% 90,3% 9,7% 3,3% 40,0% 56,7% 0,0% 37,0% 51,9% 11,1% 3,4% 13,8% 31,0% 20,7% 31,0% Keterangan Tabel IV-1: Kel = Jenis kelamin L = Laki-laki P = Perempuan Pdd Terakhir = Pendidikan terakhir Dsn. = Dosen Peng. = Pengelola TI
Program studi merupakan unit terkecil dari sebuah perguruan tinggi. Tidak ada kesepakatan tentang pengaturan tingkat dari pembagian diatas program studi, sebagian program studi menggunakan istilah fakultas atau sekolah, dibawahnya terdapat jurusan dan program studi. Dari 31 perguruan tinggi responden Profil (Tabel IV-2).dengan rincian 17 universitas, 5 institut dan 9 STMIK (satu institut ternyata statusnya telah diturunkan menjadi ST, sehingga dikategorikan menjadi STMIK), 51,6% diantaranya memiliki jumlah program studi kecil dari 10, 25,8% dari responden memiliki program studi sebanyak 11 sampai dengan 20, 16,1% dari responden memiliki jumlah program studi 21 sampai dengan 30, dan 6,5% perguruan tinggi memiliki program studi lebih dari 30. Status perguruan tinggi tidak menentukan jumlah program studi yang dibuka, masih ada 4 universitas yang memiliki jumlah program studi masih dibawah 10. Namun yang memiliki jumlah program studi terbanyak (lebih dari 30) tetap dipegang oleh universitas. Keseluruhan STMIK memiliki jumlah program studi kurang dari 10.
107
Jumlah pegawai paling banyak diduduki oleh universitas dan institut. 48,4% dari perguruan tinggi responden memiliki jumlah pegawai kurang dari 100. 9,7% memiliki jumlah pegawai antara 100-200, 12,9% memiliki jumlah pegawai 201300 pegawai. Dan 29% memiliki jumlah pegawai lebih dari 301 orang. Jumlah pegawai TI di perguruan tinggi responden sangat homogen. 70% dari responden memiliki pegawai TI kurang dari 10 orang. Hanya 23,3% yang memiliki jumlah pegawai TI antara 11 dan 50 orang. Dan 6,7% yang memiliki pegawai TI antara 51 dan 100 orang. Untuk jumlah mahasiswa 48,3% perguruan tinggi memiliki jumlah mahasiswa <1.000, Selebihnya berbagi angka 17,2% perguruan tinggi memiliki jumlah mahasiswa antara 1.001 dan 5.000 orang mahasiswa, antara 5001 dan 10.000 orang mahasiswa, dan lebih dari 10.000 mahasiswa. Tabel IV-2 Profil perguruan tinggi Jml Prodi
Responden
<10
Pegawai 101- 20111-20 21-30 >30 <100 >301 200 300
Pegawai TI
Mahasiswa 1001- 5000<10 11-50 51-100 >100 <1000 >10000 5000 10000
Universitas
4
7
4
2
5
2
4
6
10
6
1
0
7
2
3
4
Institut
3
1
1
0
1
1
0
3
3
1
1
0
0
2
2
1
STMIK
9
0
0
0
9
0
0
0
8
0
0
0
7
1
0
0
Total
16
8
5
2
15
3
4
9
21
7
2
0
14
5
5
5
Persentase 51,6% 25,8% 16,1% 6,5% 48,4% 9,7% 12,9% 29,0% 70,0% 23,3% 6,7% 0,0% 48,3% 17,2% 17,2% 17,2%
IV.3. Pengujian Normalitas data Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui bentuk distribusi data sampel yang digunakan dalam penelitian. Nurgiyantoro dan kawan-kawan (2009) menyatakan bahwa Data-data berskala interval sebagai hasil pengukuran pada umumnya telah mengikuti asumsi distribusi normal, namun untuk memastikannya haruslah dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Karena terpenuhinya
syarat
normalitas
data
akan
menjamin
dapat
108
dipertanggungjawabkannya
langkah-langkah
analisis
statistik
selanjutnya
sehingga kesimpulan yang diambil juga dapat dipertanggung jawabkan. Penulis menggunakan 3 kali pengujian normalitas data, yakni dengan nilai skewness, histogram kurva normal, dan chi kuadrat.: 1. Nilai skewness Sebagaimana disampaikan oleh Susetyo (2010) bahwa salah satu cara untuk melihat normalisasi data adalah dengan menghitung nilai skewness. Nilai skewness yang baik adalah yang mendekati angka (0) yang menandakan kemiringan kecenderungan seimbang atau mendekati distribusi normal, dan nilai ini bersifat mutlak (+/-). Nilai kurtosis tidak memberikan pengaruh terhadap penilaian distribusi normal. Tabel IV-3 Nilai skewness untuk variabel X1(Keputusan TI), X2 (Fase Arsitektur), X3 (Archetype), dan Y (Tk. Kematangan Arsitektur). N
Nilai Skewness
Kurtosis
Statistik
Statistik
Std. Eror
Statistik
Std. Eror
Keputusan TI
31
-0,245
0,421
-0,876
0,821
Fase Arsitektur
31
-0,272
0,421
-0,088
0,821
Archetype
31
-0,249
0,421
0,421
0,821
Tk Kematangan Arsitektur
31
-0,020
0,421
-0,713
0,821
Valid N (listwise)
31
Untuk menghitung nilai skewness penulis menggunakan perangkat lunak SPSS 19. Hasil dari penghitungan nilai skewness terhadap ke 4 variabel X1, X2, X3, dan Y sebagaimana terlihat pada Tabel IV-3. Hasil output SPSS terlihat keputusan TI sebesar -0,245, Fase arsitektur sebesar -0,272, archetype sebesar -0,249, dan tingkat kematangan sebesar -0,020. Keempat data memiliki nilai kecondongan (skewness) mendekati 0, maka masing-masing data memiliki kecenderungan distribusi normal. 2. Histogram kurva normal Susetyo (2010) menyatakan bahwa data yang berdistribusi normal juga dapat ditentukan berdasarkan bentuk gambar kurva yang kemiringannya
109
cenderung seimbang, antara sisi kiri dan kanan, dan kurva menyerupai lonceng.
Gambar IV-1 Histogram kurva normal X1 (keputusan TI)
Gambar IV-2 Histogram kurva normal X2 (fase arsitektur)
Gambar IV-3 Histogram kurva normal X3 (archetype)
110
Gambar IV-4 Histogram kurva normal Y (tingkat kematangan arsitektur) Gambar IV-1, Gambar IV-2, Gambar IV-3, dan Gambar IV-4 menunjukkan histogram kurva normal dari X1, X2, X3, dan Y. Keempat data menunjukkan kecondongan yang seimbang maupun tidak terlalu sempurna bentuknya, sehingga masih tergolong pada data yang berdistribusi normal. 3. Uji normalitas dengan chi kuadrat Pengujian normalitas data yang terakhir adalah dengan menggunakan chi kuadrat. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa untuk melakukan pengujian dengan chi kuadrat maka masing-masing variabel harus diubah dalam bentuk distribusi frekuensi
dan
menghitung
frekuensi
yang
diharapkan,
dan
kemudian
membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel. Tabel IV-4 Pengujian normalitas data keputusan TI dengan chi kuadrat Interval 10 - 12
2
1
1
1
1,615973
13 - 15
6
4
2
3
0,777377
16 - 18
8
11
-3
7
0,629278
19 - 21
6
11
-5
21
1,98285
22 - 24
8
4
4
14
3,453104
25 - 27
1
1
0
0
0,031743
31 Keterangan Tabel IV-4:
31
0
47
8,49
Harga
=2,7% x 31; 13,53% x 31; 34,13% x 31;34,13% x 31;13,53% x 31;2,7% x 31. *
angka dibulatkan
111
Berdasarkan Tabel IV-4 harga chi kuadrat hitung adalah 8,49. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga tabel chi kuadrat. Dengan derajat kebebasan (dk) 6-1 = 5. Bila dk 5 dan taraf kesalahan 5%, maka harga chi kuadrat tabel = 11,070. Karena harga chi kuadrat hitung lebih kecil dari harga chi kuadrat tabel (8,49 < 11,070), maka distribusi data keputusan TI tersebut normal. Berdasarkan Tabel IV-5 harga chi kuadrat hitung adalah 4,62. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga tabel chi kuadrat. Dengan derajat kebebasan (dk) 6-1 = 5. Bila dk 5 dan taraf kesalahan 5%, maka harga chi kuadrat tabel = 11,070. Karena harga chi kuadrat hitung lebih kecil dari harga chi kuadrat tabel (4,62 < 11,070), maka distribusi data fase arsitektur tersebut normal. Tabel IV-5 Pengujian normalitas data fase arsitektur menggunakan chi kuadrat
Interval 10 - 14
2
1
1
1
1,615973
15 - 19
4
4
0
0
0,009001
20 - 24
11
11
0
0
0,016649
25 - 29
7
11
-4
13
1,211549
30 - 34
5
4
1
1
0,15477
34 - 38
2
1
1
1
1,615973
31 Keterangan Tabel IV-5:
31
0
16
4,62
Harga
=2,7% x 31; 13,53% x 31; 34,13% x 31;34,13% x 31;13,53% x 31;2,7% x 31. *
angka dibulatkan
Berdasarkan Tabel IV-6 harga chi kuadrat hitung adalah 2,05. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga tabel chi kuadrat. Dengan derajat kebebasan (dk) 6-1 = 5. Bila dk 5 dan taraf kesalahan 5%, maka harga chi kuadrat tabel = 11,070. Karena harga chi kuadrat hitung lebih kecil dari harga chi kuadrat tabel (2,05 < 11,070), maka distribusi data archetype tersebut normal. Berdasarkan
Tabel IV-7 harga chi kuadrat hitung adalah 10,97. Harga
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga tabel chi kuadrat. Dengan derajat
112
kebebasan (dk) 6-1 = 5. Bila dk 5 dan taraf kesalahan 5%, maka harga chi kuadrat tabel = 11,070. Karena harga chi kuadrat hitung lebih kecil dari harga chi kuadrat tabel (10,97 < 11,070), maka distribusi data tingkat kematangan arsitektur tersebut normal. Tabel IV-6 Pengujian normalitas data archetype menggunakan chi kuadrat
Interval 10 - 12
1
1
0
0
0,031743
13 - 15
4
4
0
0
0,009001
17 - 19
10
11
-1
0
0,031828
20 - 22
11
11
0
0
0,016649
23 - 25
3
4
-1
1
0,340069
26 - 28
2
1
1
1
1,615973
31 Keterangan Tabel IV-6:
31
0
3
2,05
Harga
=2,7% x 31; 13,53% x 31; 34,13% x 31;34,13% x 31;13,53% x 31;2,7% x 31. *
angka dibulatkan
Tabel IV-7 Pengujian normalitas data tingkat kematangan arsitektur dengan chi kuadrat
Interval 18 - 22
3
1
2
5
5,589688
23 - 27
7
4
3
8
1,876822
28 - 32
5
11
-6
31
2,943182
33 - 37
12
11
1
2
0,1905
38 - 42
3
4
-1
1
0,340069
43 - 47
1
1
0
0
0,031743
31 Keterangan Tabel IV-7:
31
0
47
10,97
Harga
=2,7% x 31; 13,53% x 31; 34,13% x 31;34,13% x 31;13,53% x 31;2,7% x 31. *
angka dibulatkan
113
IV.4. Analisis Keputusan TI Untuk kebutuhan penilaian tingkat dari masing-masing variabel penulis membuat sebuah skala yang menunjukkan tingkat pencapaian dari masing-masing indikator. Tingkat pencapaian ini dibuat dalam bentuk distribusi bergolong yang menyatakan status indikator dari sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Skala tingkat pencapaian ditunjukkan dengan Tabel IV-8. Sedangkan untuk
pencapaian indikator, penulis
menggunakan skala
berdasarkan presentasi pencapaian dari masing-masing variabel. Tingkat pencapaian variabel ini dibuat dalam bentuk distribusi bergolong yang menyatakan status variabel dari sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Skala tingkat pencapaian masing-masing variabel ditunjukkan dengan Tabel IV-9 Tabel IV-8 Skala tingkat pencapaian dalam nilai ideal 5 Skala
Nilai
1,00 -
1,80 Sangat rendah
1,81 -
2,61 Rendah
2,62 -
3,42 Cukup
3,43 -
4,23 Tinggi
4,24 -
5,04 Sangat tinggi
Tabel IV-9 Skala tingkat pencapaian dalam nilai ideal 100%
Skala persentasi
Nilai
1,00
-
20,80
Sangat rendah
20,81
-
40,61
Rendah
40,62
-
60,42
Cukup
60,43
-
80,23
Tinggi
80,24
-
100,04
Sangat tinggi
Keputusan TI di perguruan tinggi Bandung dapat dilihat dengan menggunakan statistik deskriptif. Terdapat 5 pertanyaan yang mewakili masing-masing keputusan TI. Data pelaksanaan keputusan dapat dilihat pada Tabel IV-10. Secara
114
kontinum pelaksanaan keputusan TI diperguruan tinggi sudah mencapai angka rata-rata 18,35 dari 25 skor ideal (jika semua jawaban dijawab dengan skor 5). Hal ini menunjukkan 73% dari skor ideal keputusan TI sudah dicapai, yang menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan keputusan TI di perguruan tinggi responden sudah tergolong tinggi. Weill dan Ross (2004) menyatakan bahwa organisasi bisa mendapatkan nilai dari TI dengan menyediakan beberapa prinsip TI. Prinsip TI dalam masingmasing perguruan tinggi cukup beragam. Secara kontinum nilai dari prinsip TI responden adalah 3,35 dari nilai ideal 5, dengan kategori cukup. Masih ada perguruan tinggi yang sama sekali tidak menggunakan prinsip TI sebagai acuan dalam pengambilan keputusannya, namun jumlahnya tidak terlalu signifikan. Rata-rata perguruan tinggi responden sudah memahami bahwa perguruan tinggi perlu menggunakan prinsip TI yang menandakan bahwa perguruan tinggi sudah menggunakan fokus tertentu untuk mencapai tujuannya. Tabel IV-10 Pelaksanaan keputusan TI di perguruan tinggi Bandung Statistik
Simpangan
Minimum
Maksimum
Rata-rata
Prinsip TI (p1)
1,00
5,00
3,3548
1,14159
Cukup
Arsitektur TI (p2)
3,00
5,00
4,2581
0,81518
Sangat tinggi
2,00
5,00
3,6452
1,08162
Tinggi
2,00
5,00
3,4194
0,88597
Tinggi
2,00
5,00
3,6774
1,01282
Tinggi
11,00
25,00
18,3548
3,71975
Ttinggi
Keputusan TI
Infrastruktur TI (p3) Kebutuhan Apl. Bisnis (p4) Investasi dan prioritas TI (p5) Keputusan TI (X1)
Baku
Kategori
Perguruan tinggi responden sudah mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit. Secara kontinum nilai dari arsitektur TI responden adalah 4,25 dari nilai ideal 5, dengan kategori sangat tinggi. Perguruan tinggi sudah berfikir dengan menggunakan arsitektur TI. Tidak ada perguruan tinggi yang tidak menggunakan prinsip standarisasi ini.
115
Semuanya sudah memposisikan bahwa mereka menggunakan arsitektur TI agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh masingmasing unit. Infrastruktur TI sebagai pondasi dari kemampuan TI yang direncanakan. Nilai dari infrastruktur TI adalah 3,64, dengan kategori tinggi. Perguruan tinggi sudah terlebih dahulu menyediakan infrastruktur TI seperti tenaga ahli dan alat teknis sebelum menerapkan perangkat lunak aplikasi yang baru. Masih ada perguruan tinggi yang jarang melakukan hal tersebut, namun jumlahnya tidak signifikan, rata-rata perguruan tinggi sudah mempersiapkan infrastruktur TI-nya. Kebutuhan aplikasi bisnis adalah tingkat yang dicapai perguruan tinggi dalam menerapkan perangkat lunak aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan tetap menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada. Nilai dari kebutuhan aplikasi bisnis adalah 3,41, dengan kategori tinggi. Tidak ada perguruan tinggi yang tidak menggunakan kebutuhan aplikasi bisnis, ada sebagian kecil perguruan tinggi yang tidak menggunakan, jumlahnya tidak terlalu signifikan, namun lebih tinggi dari jumlah perguruan tinggi yang selalu menggunakan. Investasi dan prioritas TI menunjukkan bahwa investasi dilakukan dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi. Berdasarkan hasil survei didapatkan nilai 3,67 untuk investasi dan prioritas TI, yang berarti tergolong tinggi. Distribusi cukup merata, namun sebagian besar perguruan tinggi sudah melakukannya, dan tidak ada perguruan tinggi yang tidak melakukannya.
IV.5. Analisis Fase Arsitektur Enterprise Fase
arsitektur
enteperprise
menunjukkan
seberapa
langkah-langkah
perencanaan arsitektur enterprise dilaksanakan oleh masing-masing perguruan tinggi. Walaupun tidak dilaksanakan secara berurutan dan dengan mengikuti
116
panduan dari EAP. Namun perguruan tinggi sudah melaksanakan beberapa bagian dari langkah-langkah tersebut sebagai bagian dari rencana strategis TI mereka. Fase arsitektur enterprise di perguruan tinggi Bandung dapat dilihat dengan menggunakan statistik deskriptif. Terdapat 7 pertanyaan yang mewakili masingmasing fase arsitektur TI. Data pelaksanaan fase arsitektur dapat dilihat pada Tabel IV-11. Secara kontinum pelaksanaan fase arsitektur di perguruan tinggi responden sudah mencapai angka rata-rata 23,90 dari skor ideal 35 (jika semua jawaban dijawab dengan skor 5). Hal ini menunjukkan 68% dari skor ideal fase arsitektur sudah dicapai, yang menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan fase arsitektur di perguruan tinggi responden sudah tergolong tinggi. Tabel IV-11 Pelaksanaan fase arsitektur pada perguruan tinggi responden Statistik
Rata-
Simp.
rata
baku
5,00
3,5161
1,15097
Tinggi
1,00
5,00
3,3226
1,07663
Cukup
Sistem dan teknologi saat ini(p8)
1,00
5,00
3,7419
0,92979
Tinggi
Arsitektur data (p9)
1,00
5,00
3,2903
1,21638
Cukup
Arsitektur aplikasi (p10)
1,00
5,00
3,0323
1,27760
Cukup
Arsitektur teknologi (p11)
1,00
5,00
3,6774
1,19407
Tinggi
Rencana implementasi (p12)
1,00
5,00
3,3226
1,19407
Cukup
Fase arsitektur (X2)
10,00
35,00
23,9032
6,24689
Tinggi
Min.
Maks.
Inisiasi rencana (p6)
1,00
Permodelan bisnis (p7)
Fase Ars.
Kategori
Fase inisiasi rencana adalah fase dimana perguruan tinggi membuat sebuah perencanaan jangka panjang TI secara berkala. Nilai dari fase inisiasi rencana adalah 3,51 dengan kategori tinggi. Masih ada perguruan tinggi yang tidak menggunakan melaksanakan fase ini, namun jumlahnya sangat kecil. Jumlah yang paling besar adalah perguruan tinggi kadang-kadang melakukan dan kadangkadang tidak. Fase inisiasi rencana adalah fase dimana perguruan tinggi membuat sebuah perencanaan jangka panjang TI secara berkala. Berdasarkan survei nilai dari fase
117
inisiasi rencana adalah 3,51 dengan kategori tinggi. Masih ada perguruan tinggi yang tidak menggunakan melaksanakan fase ini, namun jumlahnya sangat kecil. Jumlah yang paling besar adalah perguruan tinggi kadang-kadang melakukan dan kadang-kadang tidak. Fase permodelan bisnis adalah fase dimana perguruan tinggi dalam membuat rencana strategisnya melakukan permodelan bisnis seperti struktur organisasi, value chain, dan model bisnis fungsional. Berdasarkan survei nilai dari fase permodelan bisnis pada perguruan tinggi responden adalah 3,31. Nilai ini termasuk kategori cukup. Sebagian perguruan tinggi menggunakan permodelan bisnis dan sebagian perguruan tinggi jarang menggunakannya. Perguruan tinggi yang sama sekali tidak menggunakan fase ini sangat sangat rendah. Fase sistem dan teknologi saat ini adalah fase dimana perguruan tinggi sudah melakukan dokumentasi sumber daya informasi yang dimilikinya. Berdasarkan survei nilai dari fase sistem dan teknologi saat ini pada perguruan tinggi responden adalah 3,74. Nilai ini termasuk kategori tinggi. Hanya 1 perguruan tinggi yang tidak mendokumentasikan sumber daya informasinya, selebihnya kadang-kadang, sering, dan selalu menggunakan fase ini. Fase arsitektur data adalah fase dimana perguruan tinggi responden melakukan pembuatan skema data dan menganalisa hubungan data tersebut dengan pihak yang membutuhkannya. Berdasarkan survei, nilai dari fase arsitektur data pada perguruan tinggi responden adalah 3,29. Nilai ini termasuk kategori cukup. Sebagian perguruan tinggi mengunakan, sebagian tidak. Distribusi yang ada cukup seimbang. Fase arsitektur aplikasi adalah fase dimana perguruan tinggi responden melakukan analisa hubungan dan dampak dalam merencanakan perangkat lunak aplikasi. Berdasarkan survei, nilai dari fase arsitektur aplikasi pada perguruan tinggi responden adalah 3,29.
Nilai ini termasuk kategori cukup. Sebagian
118
perguruan tinggi mengunakan, sebagian tidak. Distribusi yang ada cukup seimbang. Fase arsitektur teknologi adalah fase dimana perguruan tinggi responen dalam merencanakan teknologi yang akan digunakan melakukan distribusi data dan aplikasi pada masing-masing fihak yang membutuhkan. Berdasarkan survei, nilai dari fase arsitektur teknologi pada perguruan tinggi responden adalah 3,67. Nilai ini termasuk kategori tinggi. Sebagian besar perguruan tinggi sudah menggunakan arsitektur teknologi, walaupun masih ada sebagian kecil perguruan tinggi yang jarang menggunakan atau tidak menggunakannya sama sekali. Fase rencana implementasi adalah fase dimana perguruan tinggi responen merencanakan implementasi dari perencanaan TI di perguruan tinggi, dengan melakukan pengurutan aplikasi yang harus dibangun, melakukan analisa biaya dan keuntungan dan mencari faktor sukses dan rekomendasi dari rencana tersebut. Berdasarkan survei, nilai dari fase rencana implementasi pada perguruan tinggi responden adalah 3,32. Nilai ini termasuk kategori cukup. Distribusi yang ada cukup merata, walaupun hanya 1 perguruan tinggi yang benar-benar tidak menggunakan fase ini.
IV.6. Analisis Archetype Archeytpe adalah orang yang memiliki pengambilan keputusan TI dalam perguruan tinggi responden. Analisis ini akan menunjukkan seberapa baik perguruan tinggi memisahkan pengambilan keputusan TI dalam pelaksanaan kegiatan TI sehari-harinya. Archetype di perguruan tinggi responden dapat dilihat dengan menggunakan statistik deskriptif. Terdapat 6 pertanyaan yang mewakili masing-masing archetype. Data pelaksanaan archetype dapat dilihat pada Tabel IV-12. Secara kontinum pelaksanaan fase arsitektur di perguruan tinggi responden sudah mencapai angka rata-rata 19,7 dari skor ideal 30 (jika semua jawaban dijawab dengan skor 5). Hal ini menunjukkan
65% dari skor ideal archetype sudah
119
dicapai, yang menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pelaksanaan archetype di perguruan tinggi responden sudah tergolong tinggi. Tabel IV-12 Pelaksanaan archetype di perguruan tinggi responden Statistik
Rata-
Simp.
rata
baku
5,00
4,0323
1,01600
Sangat tinggi
1,00
5,00
3,5484
1,23393
Tinggi
Feodal(p15)
1,00
5,00
2,8710
1,14723
Cukup
Federal (p16)
1,00
5,00
3,3548
1,01812
Tinggi
Duopoli TI (p17)
1,00
5,00
3,6129
1,05443
Tinggi
Anarki (p18)
1,00
5,00
2,3226
1,10716
Rendah
Archetype (X3)
11,00
27,00
19,7419
3,51158
Tinggi
Min.
Maks.
Monarki bisnis (p13)
1,00
Monarki TI (p14)
Archetype
Kategori
Monarki bisnis adalah archetype dimana pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi responden dilakukan oleh pimpinan. Berdasarkan survei, nilai dari monarki bisnis pada perguruan tinggi responden adalah 4,03.
Nilai ini
termasuk kategori sangat tinggi. Hal ini dimungkinkan karena TI berkaitan dengan investasi yang cukup besar, membuat pimpinan harus turun tangan untuk setiap keputusan TI. hanya 1 perguruan tinggi yang tidak menggunakan archetype ini, selebihnya kadang-kadang, sering, atau selalu. Monarki TI merupakan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala bagian TI. Berdasarkan survei, monarki TI memiliki peringkat ketiga dari archetype yang digunakan oleh perguruan tinggi responden dengan nilai 3,54 archetype ini termasuk dalam kategori tinggi. Sebagian kecil perguruan tinggi tidak menyerahkan pengambilan kepada archetype ini. Feodal merupakan jenis pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala bagian dalam perguruan tinggi responden. Berdasarkan survei, feodal merupakan archetype yang memiliki nomor 2 terbawah dari yang dilakukan oleh responden. Dengan jumlah rata-rata 2,87, archetype ini termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dimungkinkan karena feodal tidak terlalu memahami tentang TI sehingga
120
pengambilan keputusan tidak terlalu ditekankan pada archetype ini. Distribusi archetype dominan pada kadang-kadang dilakukan. Federal merupakan jenis pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan diskusi antara para kepala bagian. Berdasarkan survei rata-rata archetype ini digunakan adalah 3,35, termasuk dalam kategori tinggi. Bentuk pengambilan keputusan TI ini dilakukan agar keputusan TI dapat didukung oleh unit yang akan melaksanakannya. Namun ini adalah archetype yang paling sulit dilakukan karena para kepala bagian memiliki kebutuhan dan tanggung jawabnya masing-masing. Duopoli TI merupakan pengambilan keputusan TI yang dilakukan berdasarkan diskusi antara bagian TI dengan pimpinan atau kepala bagian. Berdasarkan survei, rata-rata penggunaan archetype ini adalah 3,61 dan tergolong kategori tinggi. Pengambilan keputusan ini mendapatkan peringkat kedua dari archetype yang ada. Archetype ini populer karena melibatkan dua pihak, pihak bisnis dan pihak TI secara bersama mengambil keputusan. Anarki merupakan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh masingmasing individu yang akan menggunakan keputusan tersebut. Ini merupakan bentuk archetype yang paling tidak populer. Berdasarkan survei rata-rata penggunaan archetype ini adalah 2,32 dan tergolong kategori rendah. Pengambilan keputusan ini tidak populer karena susah mencari pertanggung jawaban dari masing-masing keputusan yang diambil.
IV.7. Analisis Tingkat Kematangan Arsitektur Enterprise Karena arsitektur enterprise merupakan sebuah program yang harus permanen dalam organisasi, maka arsitektur enterprise harus selalu dikelola dalam organisasi dan tidak bisa hanya diselesaikan dalam satu proyek saja, maka arsitektur enterprise harus di perbaiki berdasarkan kebutuhan dan perubahan organisasi (Jahani, Javadein, & Jafari, 2010). Melalui evaluasi pada tingkat kematangan dari arsitektur maka arsitektur enterprise bisa diarahkan pada transisi
121
dari kondisi saat ini ke kondisi yang diharapkan. Berdasarkan Tabel IV-13 dapat dilihat tingkat kematangan arsitektur enterprise perguruan tinggi. Tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi responden dapat dilihat dengan menggunakan statistik deskriptif. Terdapat 9 pertanyaan yang mewakili masing-masing indikator kematangan. Secara kontinum tingkat kematangan arsitektur di perguruan tinggi responden sudah mencapai angka ratarata 31,41 dari skor ideal 45 (jika semua jawaban dijawab dengan skor 5). Hal ini menunjukkan 70% dari skor ideal tingkat kematangan arsitektur enterprise sudah dicapai, yang menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pelaksanaan tingkat kematangan arsitektur di perguruan tinggi responden sudah tergolong tinggi. Tabel IV-13 Tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi Statistik Rata-
Simp.
rata
baku
5,00
3,5161
1,12163
Tinggi
2,00
5,00
3,9677
1,01600
Tinggi
Strategi organisasi (p21)
2,00
5,00
3,4839
0,85131
Tinggi
Manajemen perubahan (p22)
1,00
5,00
3,3871
0,91933
Cukup
Ketersediaan sumber daya (p23)
2,00
5,00
3,3871
0,71542
Cukup
Struktur organisasi (p24)
2,00
5,00
3,3548
0,83859
Cukup
Teknologi Informasi (p25)
2,00
5,00
3,4516
0,85005
Tinggi
Budaya organisasi (p26)
3,00
5,00
3,6452
0,75491
Tinggi
Sumber daya manusia (p27)
2,00
5,00
3,2258
0,80456
Cukup
Tk. kematangan arsitektur (Y)
20,00
45,00
31,4194
6,24913
Tinggi
Min.
Maks.
Manajemen senior (p19)
1,00
Manajemen eksekutif (p20)
Tk. Kematangan
Kategori
Manajemen senior menunjukkan tingkat dukungan dari manajemen senior terhadap TI di perguruan tinggi responden. Berdasarkan survei rata-rata tingkat kematangan manajemen senior responden adalah 3,51 dan tergolong kategori tinggi. Angka ini menunjukkan manajemen senior perguruan tinggi sangat mendukung TI dari masing-masing perguruan tinggi. Hanya 1 perguruan tinggi yang memiliki dukungan dari manajemen senior yang sangat rendah.
122
Tingkat kematangan manajemen eksekutif menunjukkan dukungan dari para eksekutif terhadap TI di perguruan tinggi responden. Berdasarkan survei rata-rata tingkat kematangan manajemen eksekutif responden adalah 3,96 dan tergolong kategori tinggi. Angka ini menunjukkan manajemen eksekutif perguruan tinggi sangat mendukung TI dari masing-masing perguruan tinggi. Tidak ada perguruan tinggi yang memiliki dukungan dari manajemen eksekutif yang sangat rendah. Sebagian besar perguruan tinggi mendapatkan dukungan yang sangat tinggi dari manajemen eksekutif. Tingkat kematangan strategi organisasi menunjukkan pelaksanaan dan keselarasan strategi TI dalam strategi organisasi di perguruan tinggi responden. Berdasarkan survei rata-rata tingkat kematangan strategi responden adalah 3,48 dan tergolong kategori tinggi. Angka ini menunjukkan strategi organisasi di perguruan tinggi dilaksanakan dengan baik dan sangat selaras dengan strategi TI di masing-masing perguruan tinggi. Tidak ada perguruan tinggi yang memiliki strategi organisasi yang sangat rendah. Sebagian besar organisasi memiliki tingkat kematangan strategi organisasi yang baik. Tingkat kematangan manajemen perubahan menunjukkan manajemen perubahan TI di dalam perguruan tinggi responden. Berdasarkan survei rata-rata tingkat kematangan manajemen perubahan perguruan tinggi responden adalah 3,38 dan tergolong kategori cukup. Hanya 1 perguruan tinggi yang memiliki manajemen perubahan sangat buruk, dan sebagian besar memiliki manajemen perubahan dalam kategori sedang. Tingkat kematangan ketersediaan sumber daya menunjukkan strategi agar sumber daya TI di perguruan tinggi responden selalu tersedia. Berdasarkan survei rata-rata tingkat kematangan ketersediaan sumber daya di perguruan tinggi responden adalah 3,38 dan tergolong kategori cukup. Tidak ada perguruan tinggi yang tidak memiliki strategi untuk mempersiapkan sumber daya TI nya.
123
Tingkat kematangan struktur organisasi menunjukkan struktur, proses, standar, dan manajemen proyek di perguruan tinggi responden. Berdasarkan survei rata-rata tingkat kematangan struktur organisasi di perguruan tinggi responden adalah 3,35 dan tergolong kategori cukup. Tidak ada perguruan tinggi yang tidak memiliki struktur, proses, standar, dan manajemen proyek TI. Tingkat kematangan teknologi informasi menunjukkan posisi dan kekuatan TI dalam struktur organisasi di perguruan tinggi responden. Berdasarkan survei ratarata tingkat kematangan teknologi informasi di perguruan tinggi responden adalah 3,45 dan tergolong kategori tinggi. Tidak ada perguruan tinggi yang memposisikan TI nya dalam posisi sangat rendah. Tingkat kematangan budaya organisasi menunjukkan penerimaan, intuisi strategis dan komitmen staf terhadap TI di perguruan tinggi responden. Berdasarkan survei rata-rata tingkat kematangan budaya organisasi di perguruan tinggi responden adalah 3,64 dan tergolong kategori tinggi. Tidak ada perguruan tinggi yang memposisikan budaya organisasinya dalam posisi sangat rendah. Tingkat kematangan sumber daya manusia menunjukkan sistem pelatihan TI untuk staf, dan kehadiran pakar TI di perguruan tinggi responden. Berdasarkan survei rata-rata tingkat kematangan sumber daya manusia di perguruan tinggi responden adalah 3,22 dan tergolong kategori cukup. Tidak ada perguruan tinggi yang memiliki tingkat kematangan sumber daya manusia yang rendah dan sangat rendah.
IV.8. Analisis Pengaruh Keputusan TI terhadap Tingkat Kematangan Arsitektur Enteprise Hubungan dua variabel yang berasal dari hipotesis asosiatif (hubungan) bisa diketahui dengan menggunakan teknik korelasi. Karena data yang digunakan adalah data interval maka teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif adalah korelasi product moment sebagaimana yang dicontohkan oleh Sugiyono (2010).
124
Hipotesis 1 berbunyi: “Terdapat pengaruh positif keputusan TI terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi”. Untuk menguji hipotesis tersebut dikorelasikan data variabel keputusan TI (X1) dengan data tingkat kematangan arsitektur enterprise (Y) sebagaimana yang tertera pada Lampiran I. Data kedua variabel tersebut dikorelasikan menggunakan SPSS sehingga menghasilkan data seperti Tabel IV-14. Tabel IV-14 Korelasi keputusan TI (X1) dengan tingkat kematangan arsitektur (Y) X1 X1
Korelasi Pearson
Y 1
Signifikansi (2-pihak) N Y
Korelasi Pearson Signifikansi (2-pihak) N
0,849
**
0,000 31
31
**
1
0,849
0,000 31
31
**. Korelasi signifikan pada level 0.01 (2-pihak).
Dari hasil perhitungan didapatkan korelasi antara keputusan TI dengan tingkat kematangan arsitektur sebesar 0,849. Selanjutnya apakah koefisien korelasi ini signifikan atau tidak maka perlu dikonsultasikan pada tabel r. Tabel r adalah tabel nilai-nilai
korelasi
product
moment
berdasarkan
jumlah
N
dan
taraf
signifikansinya, tabel r yang digunakan berdasarkan pada tabel r dalam buku Sugiyono (2010). SPSS sudah menyatakan bahwa sudah dilakukan uji dua pihak terhadap korelasi tersebut, dan dengan n=31 dan taraf kesalahan 1% maka diperoleh r tabel=0,456. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, kalau r hitung sama persis atau lebih kecil dari r tabel maka Ha diterima. Ternyata harga r hitung lebih besar dari r tabel (0,849 > 0,456). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keputusan TI dengan fase arsitektur. Positif artinya bila terjadi peningkatan pada pemahaman pengambilan keputusan dalam perguruan tinggi, akan dapat
125
meningkatkan tingkat kematangan arsitektur. Signifikan artinya kesimpulan dari sampel itu dapat digeneralisasi ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
IV.9. Analisis
Pengaruh
Fase
Arsitektur
terhadap
Tingkat
Kematangan Arsitektur Enterprise Hipotesis 2 berbunyi: “Terdapat pengaruh positif fase arsitektur enterprise terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi” Data yang dikorelasikan adalah data variabel fase arsitektur (X2) dan data tingkat kematangan arsitektur (Y) sebagaimana yang tertera pada Lampiran I. Data kedua variabel tersebut dikorelasikan menggunakan SPSS sehingga menghasilkan data seperti Tabel IV-15. Tabel IV-15 Korelasi fase arsitektur (X2) dengan tk. kematangan arsitektur (Y) X2 X2
Korelasi Pearson
Y 1
Sig. (2-pihak) N Y
Korelasi Pearson Sig. (2-pihak) N
0,822
**
0,000 31
31
**
1
0,822
0,000 31
31
**. Korelasi signifikan pada level0.01 (2-pihak).
Dari hasil perhitungan didapatkan korelasi antara fase arsitektur dengan tingkat kematangan sebesar 0,822. Selanjutnya apakah koefisien korelasi ini signifikan atau tidak maka perlu dikonsultasikan pada tabel r. SPSS sudah menyatakan bahwa sudah dilakukan uji dua pihak terhadap korelasi tersebut, dan dengan n=31 dan taraf kesalahan 1% maka diperoleh r tabel=0,456. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, kalau r hitung sama persis atau lebih kecil dari r tabel maka Ha diterima.
126
Ternyata harga r hitung lebih besar dari r tabel (0,822 > 0,456). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fase arsitektur dengan tingkat kematangan arsitektur. Positif artinya bila terjadi peningkatan pada fase-fase arsitektur yang dilakukan oleh perguruan tinggi, akan dapat meningkatkan tingkat kematangan arsitektur yang ada. Signifikan artinya kesimpulan dari sampel itu dapat digeneralisasi ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
IV.10. Analisis Pengaruh Archetype terhadap Tingkat Kematangan Arsitektur Hipotesis 3 berbunyi: “Terdapat pengaruh positif archetype tata kelola TI terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi” Data yang dikorelasikan adalah data variabel archetype (X3) dan data tingkat kematangan arsitektur (Y) sebagaimana yang tertera pada Lampiran I. Data kedua variabel tersebut dikorelasikan menggunakan SPSS sehingga menghasilkan data seperti tertera pada Tabel IV-16. Tabel IV-16 Korelasi archetype (X3) dengan tingkat kematangan arsitektur (Y) X3 X3
Korelasi Pearson
Y 1
Sig. (2-pihak) N Y
Korelasi Pearson Sig. (2-pihak) N
0,673
**
0,000 31
31
**
1
0,673
0,000 31
31
**. Korelasi signifikan pada level 0.01 (2-pihak).
Dari hasil perhitungan didapatkan korelasi antara archetype dengan tingkat kematangan sebesar 0,673. Selanjutnya apakah koefisien korelasi ini signifikan atau tidak maka perlu dikonsultasikan pada tabel r. SPSS sudah menyatakan
127
bahwa sudah dilakukan uji dua pihak terhadap korelasi tersebut, dan dengan n=31 dan taraf kesalahan 1% maka diperoleh r tabel=0,456. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, kalau r hitung sama persis atau lebih kecil dari r tabel maka Ha diterima. Ternyata harga r hitung lebih besar dari r tabel (0,673 > 0,456). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara archetype dengan tingkat kematangan arsitektur. Positif artinya bila terjadi peningkatan pada pemilahan archetype yang dilakukan oleh perguruan tinggi, akan dapat meningkatkan tingkat kematangan arsitektur yang ada. Signifikan artinya kesimpulan dari sampel itu dapat digeneralisasi ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
IV.11. Analisis Pengaruh Keputusan TI terhadap Fase Arsitektur Hipotesis 4 berbunyi: “Terdapat pengaruh positif keputusan TI terhadap fase arsitektur di perguruan tinggi” Data yang dikorelasikan adalah data variabel keputusan TI (X1) dan data fase arsitektur (X2) sebagaimana yang tertera pada Lampiran I. Data kedua variabel tersebut dikorelasikan menggunakan SPSS sehingga menghasilkan data seperti Tabel IV-17. Tabel IV-17 Korelasi keputusan TI (X1) dengan fase arsitektur (X2) X1 X1
Korelasi Pearson
X2 1
Sig. (2-pihak) N X2
Korelasi Pearson Sig. (2-pihak) N
0,846
**
0,000 31
31
**
1
0,846
0,000 31
**. Korelasi signifikan pada level 0.01 (2-pihak).
31
128
Dari hasil perhitungan didapatkan korelasi antara keputusan TI dengan fase arsitektur sebesar 0,846. Selanjutnya apakah koefisien korelasi ini signifikan atau tidak maka perlu dikonsultasikan pada tabel r. SPSS sudah menyatakan bahwa sudah dilakukan uji dua pihak terhadap korelasi tersebut, dan dengan n=31 dan taraf kesalahan 1% maka diperoleh r tabel=0,456. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, kalau r hitung sama persis atau lebih kecil dari r tabel maka Ha diterima. Ternyata harga r hitung lebih besar dari r tabel (0,846 > 0,456). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keputusan TI dengan fase arsitektur. Positif artinya bila terjadi peningkatan pada pemahaman pengambilan keputusan dalam perguruan tinggi, akan dapat meningkatkan fase arsitektur yang dilakukan. Signifikan artinya kesimpulan dari sampel itu dapat digeneralisasi ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
IV.12. Analisis Pengaruh Archetype terhadap Fase Arsitektur Hipotesis 5 berbunyi: “Terdapat pengaruh positif archetype terhadap fase arsitekur enterprise di perguruan tinggi”. Untuk menguji hipotesis tersebut dikorelasikan data archetype (X3) dengan data fase arsitektur (X2) sebagaimana yang tertera pada Lampiran I. Data kedua variabel tersebut dikorelasikan menggunakan SPSS sehingga menghasilkan data seperti Tabel IV-18. Tabel IV-18 Korelasi archetype (X3) dengan fase arsitektur (X2) X3 X3
Korelasi Pearson
X2 1
Sig. (2-pihak) N X2
Korelasi Pearson Sig. (2-pihak) N
0,585
**
0,001 31
31
**
1
0,585
0,001 31
**. Korelasi signifikan pada level 0.01 (2-pihak).
31
129
Dari hasil perhitungan didapatkan korelasi antara archetype dengan fase arsitektur sebesar 0,585. Selanjutnya apakah koefisien korelasi ini signifikan atau tidak maka perlu dikonsultasikan pada tabel r. SPSS sudah menyatakan bahwa sudah dilakukan uji dua pihak terhadap korelasi tersebut, dan dengan n=31 dan taraf kesalahan 1% maka diperoleh r tabel=0,456. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, kalau r hitung sama persis atau lebih kecil dari r tabel maka Ha diterima. Ternyata harga r hitung lebih besar dari r tabel (0,585 > 0,456). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara archetype dengan fase arsitektur. Positif artinya bila terjadi peningkatan pada pemahaman archetype dalam perguruan tinggi, akan dapat meningkatkan fase arsitektur yang dilakukan. Signifikan artinya kesimpulan dari sampel itu dapat digeneralisasi ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
IV.13. Analisa Pengaruh Keputusan TI terhadap Archetype Hipotesis 6 berbunyi: Terdapat pengaruh positif keputusan TI terhadap archetype tata kelola TI di perguruan tinggi”. Pengujian hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan mengkorelasikan data keputusan TI (X1) dengan data archetype (X3) sebagaimana yang tertera pada Lampiran I. Data kedua variabel tersebut dikorelasikan menggunakan SPSS sehingga menghasilkan data seperti Tabel IV-18. Tabel IV-19 Korelasi keputusan TI (X1) dengan archetype (X3) X1 X1
Korelasi Pearson
X3 1
Sig. (2-pihak) N X3
Korelasi Pearson Sig. (2-pihak) N
0,627
**
0,000 31
31
**
1
0,627
0,000 31
**. Korelasi signifikan pada level 0.01 (2-pihak).
31
130
Dari hasil perhitungan didapatkan korelasi antara keputusan TI dengan archetype sebesar 0,627. Selanjutnya apakah koefisien korelasi ini signifikan atau tidak maka perlu dikonsultasikan pada tabel r. SPSS sudah menyatakan bahwa sudah dilakukan uji dua pihak terhadap korelasi tersebut, dan dengan n=31 dan taraf kesalahan 1% maka diperoleh r tabel=0,456. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, kalau r hitung sama persis atau lebih kecil dari r tabel maka Ha diterima. Ternyata harga r hitung lebih besar dari r tabel (0,627 > 0,456). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keputusan TI dengan archetype. Positif artinya bila terjadi peningkatan pada pemahaman keputusan TI dalam perguruan tinggi, akan dapat meningkatkan pemahaman archetype yang digunakan. Signifikan artinya kesimpulan dari sampel itu dapat digeneralisasi ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
IV.14. Analisis Pengaruh Keputusan TI,
Fase Arsitektur, dan
Archetype Secara Bersama terhadap Tingkat Kematangan Arsitektur Enterprise Hipotesis 7 berbunyi: Terdapat pengaruh positif antara keputusan TI bersama dengan fase arsitektur enterprise, dan archetype tata kelola TI terhadap tingkat kematangan arsitektur enterprise di perguruan tinggi”. Pengujian hipotesis ini tidak bisa dilakukan dengan korelasi sederhana saja. Karena sudah melibatkan lebih dari dua variabel. Korelasi yang digunakan adalah korelasi ganda. Menurut Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki (2009) korelasi ganda digunakan untuk mengetahui bagaimana korelasi antara lebih dari satu variabel prediktor dengan variabel kriterium. Pada penelitian ini terdapat korelasi antara tiga variabel prediktor yakni keputusan TI (X1), fase arsitektur (X2), archetype (X3) secara bersama terhadap variabel kriterium tingkat kematangan arsitektur enterprise (Y), sebagaimana tertera pada Lampiran I. Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi ganda
131
dengan tiga variabel prediktor dan satu variabel kriterium seperti tertera pada Rumus 2. Rumus 2 Korelasi Ganda
adalah korelasi antara variabel Y dengan variabel X1 berdasarkan hasil perhitungan SPSS nilainya adalah 0,849
.
merupakan korelasi antara
variabel Y dengan variabel X2 dengan dikontrol oleh variabel X1, berdasarkan korelasi parsial dengan SPSS didapatkan nilainya adalah 0,365. merupakan korelasi antara variabel Y dengan variabel X3 dengan dikontrol oleh variabel X1 dan X2, dengan menggunakan perintah korelasi parsial didapatkan nilai 0,319. Berdasarkan Rumus 2 maka didapatkan hasil korelasi ganda sebesar 0,884. Selanjutnya apakah koefisien korelasi ganda ini signifikan atau tidak maka perlu dikonsultasikan pada tabel r. Berdasarkan tabel r, dengan n=31 dan taraf kesalahan 1% maka diperoleh r tabel=0,456. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, kalau r hitung sama persis atau lebih kecil dari r tabel maka Ha diterima. Ternyata harga r hitung lebih besar dari r tabel (0,884 > 0,456). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keputusan TI dengan archetype. Positif artinya bila terjadi peningkatan pada pemahaman keputusan TI, fase arsitektur, dan archetype dalam perguruan tinggi secara bersama-sama, akan dapat meningkatkan tingkat kematangan arsitektur enterprise. Signifikan artinya kesimpulan dari sampel itu dapat digeneralisasi ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi ganda ini dapat disimpulkan bahwa model yang diusulkan memiliki pengaruh positif terhadap pelaksanaan arsitektur enterprise diperguruan tinggi.
132
IV.15. Finalisasi model Berdasarkan analisis sebelumnya didapatkan keterhubungan masing-masing variabel yang digunakan dalam model yakni keputusan TI, fase arsitektur enterprise dan archetype yang digunakan. Keterhubungan ini masih ditunjukkan secara ikhtisar, belum secara detil perkomponen setiap variabel. Hasil dari korelasi antar variabel dapat dilihat pada Gambar IV-5.
Gambar IV-5 Korelasi antar variabel Model yang diusulkan masih menggunakan karakteristik dari eropa, berdasarkan data survei yang dikumpulkan, maka model ini bisa disempurnakan dengan menyesuaikannya dengan kondisi di Indonesia khususnya perguruan tinggi kota Bandung. Karena itu perlu dilakukan analisa korelasi antar indikator masing-masing variabel. Berdasarkan korelasi tersebut akan ditentukan indikator yang tidak dibutuhkan jika model ini digunakan di Indonesia. Pada hubungan antara keputusan TI dengan fase arsitektur enterprise terdapat indikator-indikator yang memperkuat dan memperlemah hubungan kedua variabel. Hubungan antara indikator keputusan TI dengan variabel fase arsitektur adalah prinsip TI sebesar 0,42, arsitektur TI sebesar 0,67, infrastruktur TI sebesar 0,73, kebutuhan aplikasi bisnis sebesar 0,62, dan investasi dan prioritas TI sebesar 0,77. Indikator yang paling berpengaruh adalah investasi dan prioritas TI dan infrastruktur TI.
133
Jika hubungan tersebut dibalik, faktor yang paling berpengaruh dalam indikator dari fase arsitektur dihubungkan dengan variabel keputusan TI didapatkan hasil sebagai berikut. Inisiasi rencana sebesar 0,77, permodelan bisnis sebesar 0,64, sistem dan teknologi saat ini sebesar 0,61, arsitektur data sebesar 0,54, arsitektur aplikasi sebesar 0,67, arsitektur teknologi sebesar 0,66, dan rencana implementasi sebesar 0,7. Indikator yang paling berpengaruh adalah inisiasi rencana dan rencana implementasi. Sedangkan yang paling buruk pengaruhnya adalah pada fase arsitektur data. Tabel IV-20 Korelasi antara indikator fase arsitektur dan keputusan TI Fase Arsitektur
Inisias i Renca na
Permode lan Bisnis
0,59
Arsitektur TI Infrastruktur TI
Keputusan TI Prinsip TI
Kebutuhan aplikasi bisnis Investasi dan Prioritas
Arsitek tur data
Arsitek tur aplikasi
Arsitek tur teknolo gi
Rencana implemen tasi
0,12
Sistem dan Teknol ogi saat ini 0,37
0,19
0,54
0,26
0,18
0,56
0,59
0,49
0,53
0,28
0,64
0,60
0,66
0,67
0,40
0,56
0,47
0,55
0,66
0,47
0,38
0,46
0,38
0,69
0,48
0,47
0,58
0,71
0,58
0,43
0,52
0,63
0,78
Tabel IV-20 menunjukkan hubungan indikator fase arsitektur dengan keputusan TI, korelasi antara dua variabel ini cukup tinggi yakni 0,846. Berdasarkan data ini didapatkan hubungan yang lebih detil antara indikator masing-masing variabel. Sel yang bergaris tebal merupakan sel-sel yang memiliki korelasi tidak signifikan atau berada dibawah angka 0,3. Terlihat pada keputusan prinsip TI ada 4 korelasi yang tidak signifikan yakni pada permodelan bisnis, arsitektur data, arsitektur teknologi dan rencana implementasi. Sedangkan pada keputusan arsitektur TI terdapat satu hubungan yang tidak signifikan yakni dengan fase arsitektur aplikasi. Hubungan yang lemah pada prinsip TI disebabkan karena EAP tidak menyertakan prinsip TI dalam setiap bagian dari fase-fasenya. EAP lebih memfokuskan pada pengurutan model bisnis menggunakan konsep value chain
134
yang kemudian menghasilkan sebuah model bisnis fungsional yang menunjukkan fungsi utama dan pendukung dari sebuah organisasi. Sedangkan prinsip TI lebih berupa pernyataan yang menunjukkan bagaimana TI digunakan dalam bisnis. Tujuan masing-masing fase dan keputusan ini sama yakni menghasilkan fokus TI dari organisasi. Perbedaanya adalah pada tahap pelaksanaanya, prinsip TI lebih mengkoordinir setiap keputusan TI yang lain, sedangkan value chain dari EAP akan disesuaikan mengikuti tahapan dari rencana implementasi nantinya. Pelaksanaan value chain yang kemudian menghasilkan urutan aplikasi yang menjadi landasan dari urutan pelaksanaan arsitektur tidak serta merta bisa dilaksanakan sebagaimana hasil teknis yang didapatkan. Namun harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari organisasi. Dengan mengikutsertakan prinsip TI dalam model walaupun memiliki tingkat korelasi yang rendah akan bisa memperkaya pelaksanaan fase-fase arsitektur. Korelasi antara arsitektur aplikasi dengan arsitektur TI sangat rendah. Nilai korelasi 0,28 menunjukkan bahwa kedua indikator ini saling tidak mempengaruhi dan memperlemah hubungan antara keputusan dengan fase arsitektur. Tetapi karena nilai dari keputusan TI yang lain memiliki korelasi yang cukup baik (diatas 0,3) maka nilai ini bisa diabaikan. Korelasi antara fase arsitektur dengan archetype adalah korelasi terendah dalam hubungan ke 4 variabel penelitian yakni 0,585. Korelasi ini bisa lebih didetilkan dengan melihat keterhubungan antara indikator dengan masing-masing variabel. Pertama adalah hubungan antara indikator fase arsitektur dengan variabel archetype. Hasil korelasinya adalah 0,69 untuk inisiasi rencana, 0,45 untuk permodelan bisnis, 0,5 untuk sistem dan teknologi saat ini, 0,34 untuk arsitektur data, 0,33 untuk arsitektur aplikasi, 0,49 untuk arsitektur teknologi, dan 0,42 untuk rencana implementasi. Indikator penyebab rendahnya hubungan antara dua variabel ini adalah pada arsitektur data dan arsitektur aplikasi. Sedangkan indikator yang menaikkan hubungan adalah pada fase inisiasi rencana.
135
Sedangkan hubungan yang kedua adalah indikator archetype dengan variabel fase arsitektur. Korelasinya adalah 0,34 untuk monarki bisnis, 0,32 untuk monarki TI, 0,27 untuk feodal, 0,48 untuk federal, 0,6 untuk duopoli TI, dan -0,1 untuk anarki. Duopoli TI sangat berpengaruh baik terhadap hubungan antara variabel ini, sedangkan yang berpengaruh buruk adalah pada anarki karena memiliki hubungan korelasi negatif. Peningkatan pemanfaatan anarki akan merendahkan nilai dari fase arsitektur. Tabel IV-21 Korelasi antara indikator fase arsitektur dan archetype Fase Arsitektur
Inisias i renca na
Permodel an bisnis
Arsitekt ur data
Arsitekt ur aplikasi
Arsitekt ur teknolog i
Rencana implement asi
Archetype Monarki bisnis Monarki TI
Sistem dan teknolo gi saat ini
0,53
0,20
0,47
0,21
0,08
0,17
0,24
0,29
0,26
0,07
0,07
0,37
0,37
0,26
Feodal
0,33
0,30
0,06
0,05
0,28
0,21
0,23
Federal
0,52
0,35
0,45
0,48
0,20
0,26
0,37
Duopoli TI
0,55
0,44
0,64
0,43
0,23
0,56
0,45
Anarki
0,02
-0,09
-0,01
-0,10
-0,13
-0,02
-0,18
Tabel IV-21 menunjukkan korelasi antara kedua indikator variabel tersebut. Duopoli TI adalah penyumbang korelasi yang signifikan yang mempengaruhi setiap fase arsitektur enterprise. Sedangkan archetype anarki TI adalah kebalikannya, pada setiap fase arsitektur enterprise cenderung menunjukkan korelasi yang negatif atau berlawanan. Peningkatan penggunaan archetype anarki justru malah akan menurunkan fase arsitektur enterprise. Pada monarki bisnis, fase-fase yang memiliki korelasi rendah adalah pada permodelan bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi dan rencana implementasi. Hanya fase inisiasi rencana dan sistem teknologi saat ini yang memiliki korelasi yang bisa meningkatkan hubungan antar dua variabel. Cenderung pada fase-fase yang banyak melibatkan bisnis archetype ini sangat berperan. Hal yang sama berlaku pada archetype feodal. Korelasi dengan sistem
136
dan teknologi saat ini, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi, dan rencana implementasi tergolong rendah. Pada archetype monarki TI, merupakan kebalikan dari feodal dan monarki bisnis. Hubungan justru akan sangat baik jika berhadapan dengan fase-fase yang bersifat teknis seperti arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi, dan rencana implementasi. Sedangkan fase yang bersifat bisnis memiliki hubungan yang tidak signifikan. Federal dan duopoli TI memiliki korelasi yang lebih baik dibandingkan dengan archetype yang lain, hanya arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi yang memiliki hubungan yang tidak signifikan pada federal. Sedangkan pada duopoli TI hubungan yang tidak signifikan adalah pada arsitektur aplikasi. Anarki memiliki hubungan yang bertolak belakang dengan fase arsitektur enterprise. Selain dari inisiasi rencana, setiap fase memiliki korelasi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa anarki tidak bisa mendukung fase arsitektur enterprise. Korelasi antara keputusan TI dan archetype bernilai 0,627. Korelasi ini signifikan dan lebih tinggi dari pada fase arsitektur dan archetype. Hasil korelasi dari indikator keputusan TI dengan variabel archetype adalah: 0,61 untuk prinsip TI, 0,52 untuk arsitektur TI, 0,35 untuk infrastruktur dan kebutuhan aplikasi bisnis, dan 0,51 untuk investasi dan prioritas TI. Prinsip TI memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meningkatkan hubungan kedua variabel ini. Sedangkan infrastruktur dan kebutuhan aplikasi bisnis memiliki nilai korelasi yang terendah yang menurunkan hubungan antara keputusan TI dan archetype. Indikator-indikator archetype juga memiliki hubungan dengan variabel keputusan TI. Monarki bisnis sebanyak 0,37, monarki TI sebesar 0,62, feodal sebesar 0,35, federal sebesar 0,34, duopoli TI sebesar 0,48, dan anarki sebesar 0,09. Monarki TI adalah indikator yang paling berpengaruh dalam meningkatnya hubungan dua variabel ini. Indikator yang paling berpengaruh dalam mengurangi hubungan dua variabel ini adalah anarki.
137
Tabel IV-22 Korelasi antara indikator keputusan TI dan archetype Keputusan TI
Prinsip TI
Arsitektur TI
Infrastruktur TI
Archetype Monarki bisnis
Kebutuhan aplikasi bisnis
Investasi dan prioritas
0,45
0,35
0,31
0,02
0,20
Monarki TI
0,35
0,35
0,30
0,54
0,52
Feodal
0,37
0,25
0,12
0,25
0,34
Federal
0,29
0,41
0,29
0,13
0,18
Duopoli TI
0,48
0,47
0,31
0,18
0,35
Anarki
0,04
-0,13
-0,21
-0,07
0,01
Detail dari korelasi antar masing-masing indikator dapat dilihat pada Tabel IV-22. Pada hubungan ini monarki TI memberikan sumbangan keterkaitan yang tertinggi. Kebalikan dari anarki yang keterkaitannya dengan masing-masing keputusan TI cenderung rendah bahkan minus. Monarki bisnis cenderung memiliki hubungan yang baik dengan keputusan pada prinsip arsitektur dan infrastruktur TI. Korelasi paling buruk (dibawah 0,3) adalah pada kebutuhan aplikasi bisnis dan investasi dan prioritas TI. Monarki TI memiliki hubungan yang lebih baik daripada monarki bisnis, setiap keputusan TI memiliki korelasi besar atau sama dengan 0,3. Pengambilan keputusan ini sangat berpengaruh pada hubungan antara dua variabel ini. Sedangkan feodal memiliki hubungan yang buruk dengan keputusan arsitektur, infrastruktur dan kebutuhan aplikasi bisnis. Federal hanya memiliki hubungan yang bagus dengan keputusan TI pada arsitektur TI. Sedangkan anarki tidak memiliki satupun korelasi yang baik dengan masing-masing keputusan TI. Agar dihasilkan model yang lebih sempurna yang cocok diterapkan di Indonesia, maka harus disesuaikan dengan karakteristik yang ada. Dari data hasil survei, korelasi antar variabel, korelasi indikator dengan variabel, dan korelasi antara indikator dengan indikator didapatkan kesimpulan bahwa Anarki memiliki pengaruh yang negatif dalam setiap hubungan dengan variabel lain. Hal ini
138
membuat model yang diusulkan harus disempurnakan dengan menghilangkan anarki dari usulan model. Pengaruh korelasi yang buruk juga dimiliki oleh federal. Hal ini sesuai dengan karakteristik budaya organisasi di Indonesia yang tidak menggunakan pendekatan otonomi penuh kepada masing-masing bagiannya seperti eropa. Archeytpe ini juga harus dihilangkan untuk menyempurnakan model tata kelola. Hasil dari penyempurnaan model bisa dilihat pada Gambar IV-6.
Gambar IV-6 Model integrasi Archetype federal dan anarki dihapuskan dari usulan model awal berdasarkan pertimbangan karakteristik kedaerahan yang didapatkan dari hasil survei. Perubahan model ini juga mengubah matriks integrasi antara matriks fase arsitektur dengan archetype dan matriks keputusan TI dengan archetype. Tabel IV-23 menunjukkan matriks yang digunakan untuk melihat pola pelaksanaan pengambilan keputusan untuk setiap fase arsitektur. Setiap fase
139
arsitektur enterprise dilakukan pengambilan keputusan yang diserahkan pada 4 bentuk pengambilan keputusan yakni monarki bisnis, monarki TI, feodal dan duopoli TI. Matriks ini menghapuskan archetype anarki dan federal. Tabel IV-23 Matriks fase arsitektur enterprise dan archetype Fase
Sistem
Arsitektur
Inisiasi
Permodelan
dan
Arsitektur
Arsitektur
Arsitektur
Rencana
Ent.
rencana
bisnis
teknologi
data
aplikasi
teknologi
Implementasi
Archetype
saat ini
Monarki Bisnis Monarki TI Feodal Duopoli TI
Tabel IV-24 menunjukkan matriks final yang digunakan dalam model integrasi. Pada matriks ini juga tidak digunakan archetype feudal dan federal karena tidak sesuai dengan karakteristik yang didapatkan dari hasil survei. Tabel IV-24 Matriks keputusan TI dan archetype Keputusan TI Prinsip TI Archetype Monarki Bisnis Monarki TI Feodal Duopoli TI
Arsitektur
Infrastruktur
TI
TI
Kebutuhan Aplikasi bisnis
Investasi dan prioritas TI
140
IV.16. Bagaimana
Perguruan
Tinggi
Mengelola
Perencanaan
Arsitekturnya Berdasarkan survei yang diberikan pada responden dilampirkan 3 bentuk matriks pola di perguruan tinggi. Matriks tersebut adalah matriks fase arsitektur dan archetype, matriks keputusan TI dan archetype, dan matriks fase arsitektur dan keputusan TI. Masing-masing matriks mendeskripsikan bagaimana perguruan tinggi responden mengelola perencanaan arsitekturnya IV.16.1. Fase Arsitektur dan Archetype Matriks pertama adalah fase arsitektur dengan archetype. Tabel IV-25 berisi daftar persentasi archetype tata kelola yang digunakan untuk setiap fase perencanan arsitektur enterprise di perguruan tinggi responden. Persentase pada setiap kolom berjumlah 100 persen, dengan mengabaikan pilihan federal dan anarki. Sel yang bergaris tebal menunjukkan pola yang biasa digunakan dalam pengambilan keputusan. Tabel IV-25 Matriks fase arsitektur dan archetype Fase Arsitektur
Archetype
Sistem Inisiasi Permodelan dan Arsitektur Arsitektur Arsitektur rencana rencana bisnis teknologi data aplikasi teknologi implementasi saat ini
Monarki Bisnis
31%
33%
17%
28%
26%
36%
23%
Monarki TI
22%
25%
34%
27%
24%
25%
37%
Feodal
12%
14%
17%
14%
7%
5%
13%
Duopoli TI
22%
19%
19%
20%
28%
22%
18%
1. Tata Kelola pada Inisiasi Rencana Inisiasi rencana sangat membutuhkan dukungan dari manajemen. Sebuah rencana strategis tidak akan bisa diwujudkan tanpa dukungan dari manajemen. 31% dari perguruan tinggi responden menggunakan pendekatan monarki bisnis, namun pengambilan keputusan juga sangat tinggi pada monarki TI dan duopoli TI. Walaupun monarki bisnis sangat dominan, namun pihak TI bagi sebagian
141
perguruan tinggi tetap merupakan bagian penting. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh keterbatasan manajemen dalam bidang TI. Bekerja dengan melibatkan pihak TI akan mengamankan pelaksanaan rencana, karena pihak yang akan bertanggung jawab memiliki komitmen terhadap rencana strategis. Bagi perguruan tinggi yang pihak pimpinannya menguasai TI tentu saja lebih memilih untuk mengambil keputusan sendiri sehingga rencana strategis TI bisa diselaraskan dengan rencana strategis dari perguruan tinggi. 2. Tata Kelola pada Permodelan Bisnis Pada permodelan bisnis 33% dari perguruan tinggi lebih menyerahkan kepada monarki bisnis (pihak manajemen). Hal ini disebabkan karena manajemen lebih memahami tentang value bisnis yang ingin dicapai dari TI. Permodelan bisnis seperti value chain, struktur organisasi dan model bisnis fungsional lebih dipahami oleh bagian manajemen. Dibawah monarki bisnis 25% perguruan tinggi melakukan pengambilan keputusan dengan melalui monarki TI. Karena penguasaan alat bantu atau pengalaman dari bagian TI membuat mereka bisa masuk ke wilayah bisnis. Kepala bagian TI memang harus menguasai manajemen agar bisa mengikuti alur strategi dari manajemen yang telah digariskan pada inisiasi rencana. 3. Tata Kelola pada Sistem dan Teknologi Saat Ini Pada sistem dan teknologi saat ini sebagian besar perguruan tinggi (34%) melakukan pengambilan keputusan melalui monarki TI. Pihak perguruan tinggi menyadari sepenuhnya bahwa sistem dan teknologi saat ini merupakan pekerjaan dari bagian TI. Tingkat pengambilan keputusan lain cukup rendah, karena ini merupakan kawasan TI sehingga TI di perguruan tinggi dominan pada fase arsitektur ini.
142
4. Tata Kelola pada Arsitektur Data Walaupun merupakan wilayah TI, namun pengambilan keputusan pada arsitektur data dominan pada monarki bisnis dan monarki TI. Dengan selisih hanya 1%, yakni 28% perguruan tinggi memilih monarki bisnis, dan 27% perguruan tinggi memilih monarki TI. Perguruan tinggi melibatkan monarki bisnis dikarenakan oleh hubungan data terkait dengan pihak yang membutuhkannya. Walaupun merupakan bagian TI tapi karena terkait dengan pihak-pihak dibawah manajemen membuat monarki bisnis tetap menjadi pilihan yang disukai. Karena unit-unit yang akan menggunakan seimbang posisinya dengan bagian TI. Pemilihan archetype ini menghindari perselisihan antar bagian. Dominannya monarki TI pada sebagian perguruan tinggi lainnya tidaklah mengherankan. Karena arsitektur data seperti halnya sistem dan teknologi saat ini menggunakan perangkat yang sepenuhnya dikuasai oleh bagian TI. Bagi perguruan tinggi yang TI-nya bersifat terpusat pada bagian TI lebih menyerahkan tugas ini pada bagian TI karena tidak terlalu menguasai perangkat yang akan digunakan. 5. Tata Kelola pada Arsitektur Aplikasi Pada arsitektur aplikasi 28% perguruan tinggi menggunakan archetype duopoli TI. Hal ini disebabkan karena dalam perencanaan perangkat lunak aplikasi tentunya bagian TI harus melakukan diskusi, observasi terhadap kebutuhan dari masing-masing unit atau bagian yang membutuhkannya. Akan sangat aman kalau sejak awal pihak yang akan menggunakan sudah dilibatkan, agar dapat mencapai manfaat TI yang diharapkan. Monarki bisnis memegang peranan penting bagi 26% perguruan tinggi. Hal ini bisa jadi disebabkan karena pemilihan aplikasi akan mengakibatkan pengeluaran yang tidak sedikir bagi pihak manajemen. Dengan dilibatkannya pihak manajemen
dalam
pengambilan
keputusan,
diharapkan
aplikasi
yang
dikembangkan benar-benar mempertimbangkan dampak yang akan terjadi jika suatu aplikasi yang baru dikembangkan atau dibeli. Biaya yang dibutuhkan untuk
143
pengelolaan aplikasi yang lama juga merupakan pertimbangan yang memperkuat posisi monarki bisnis pada arsitektur aplikasi. Sebagian perguruan tinggi menggunakan 24% archetype monarki TI untuk arsitektur aplikasi. Hal ini bisa jadi disebabkan karena mungkin unit / bagian belum bisa memahami kebutuhan mereka dari sisi teknologi. Sistem TI yang difokuskan pada satu bagian membuat pengguna lebih cenderung memilih untuk menyerahkan urusan data dan aplikasinya kepada bagian TI secara keseluruhan. 6. Tata Kelola pada Arsitektur Teknologi Monarki TI sangat dominan pada arsitektur teknologi. 36% perguruan tinggi memilih untuk mengambil keputusan berdasarkan archetype ini. Hal ini kemungkinan besar karena teknologi juga berkaitan dengan biaya yang akan dikeluarkan oleh perguruan tinggi. 25% perguruan tinggi menyerahkan pengambilan keputusan arsitektur teknologi pada monarki TI. Karena teknologi merupakan bagian dari TI sendiri. Perguruan tinggi memandang bahwa lebih baik menyerahkan teknologi kepada bagian TI agar tidak terjadi tumpang tindih dari teknologi yang digunakan. 7. Tata kelola pada rencana implementasi Pada fase rencana implementasi 37% perguruan tinggi lebih menyerahkan kepada monarki TI. Hal ini disebabkan karena pada fase ini dilakukan pengurutan aplikasi, analisa biaya dan keuntungan, serta pencarian faktor sukses dan rekomendasi dari rencana. Sudut pandang yang diberikan haruslah difahami dengan baik oleh pihak bisnis. Karena bagian TI lebih mengenal layanan yang mereka berikan, maka perguruan tinggi menyerahkan fase ini pada bagian TI. IV.16.2. Keputusan TI dan Archetype Matriks kedua adalah pola keputusan TI dengan archetype. Tabel IV-26 berisi daftar persentasi dari perguruan tinggi yang menggunakan archetype tata kelola untuk setiap keputusan TI. Persentase pada setiap kolom berjumlah 100 persen.
144
Sel yang bergaris tebal menunjukkan pola yang biasa digunakan dalam pengambilan keputusan. Tabel IV-26 Matriks keputusan TI dan archetype Keputusan TI
Archetype
Investasi Kebutuhan Prinsip Arsitektur Infrastruktur dan aplikasi TI TI TI prioritas bisnis TI
Monarki Bisnis
39%
20%
32%
30%
41%
Monarki TI
21%
32%
34%
28%
24%
Feodal
11%
15%
5%
10%
9%
Duopoli TI
21%
18%
23%
23%
21%
1. Tata Kelola pada Prinsip TI Monarki bisnis memiliki peran yang sangat dominan dalam pengambilan keputusan prinsip TI. Prinsip TI yang memiliki peran sebagai bagian strategis dari seluruh keputusan TI. 39% dari perguruan tinggi menggunakan monarki bisnis untuk keputusan ini, namun duopoli TI dan monarki TI juga digunakan. Komposisi teratas dari pola tata kelola ini sama seperti arahan tata kelola secara umum pada buku Weill dan Ross (2004). Monarki bisnis menjadi pihak yang dominan disebabkan karena manajer merasakan bahwa mereka harus menjadi pihak yang terdepan dalam penentuan prinsip TI. Karena hal ini terkait dengan keselarasan antara strategi bisnis yang diturunkan pada strategi TI. 2. Tata Kelola pada Arsitektur TI Seperti halnya Weill dan Ross (2004) untuk bagian arsitektur TI pihak yang dominan adalah monarki TI, walaupun angkanya tidak sama. Hal ini disebabkan manajer lebih memandang arsitektur sebagaia permasalahan teknis bukan strategis. Manajer lebih percaya pada profesional TI bisa menerjemahkan prinsip TI pada arsitektur. 32% dari perguruan tinggi memilih jenis archetype ini untuk pengambilan keputusan tentang arsitektur TI.
145
3. Tata kelola pada infrastruktur TI Pada infrastruktur TI 34% perguruan tinggi lebih menyerahkan keputusan ini kepada monarki TI. Hal ini disebabkan karena infrastruktur terkait dengan hal yang teknis. 32% lainnya perguruan tinggi menyerahkan keputusan ini kepada monarki bisnis. Pertimbangan biaya merupakan salah satu alasan dari monarki bisnis terlibat dalam infrastruktur TI. 23% perguruan tinggi lebih memilih mengadakan mediasi antara pimpinan dengan bagian TI melalui duopoli TI agar menyeimbangkan antara kemampuan teknis dari bagian TI dengan penyediaan dana dari pihak manajemen. Weill dan Ross (2004) menyatakan dalam bukunya bahwa pihak yang dominan adalah monarki TI dengan duopoli TI. Perbedaan pola pikir antara perusahaan di Eropa dengan Indonesia membuat perbedaan dalam keterlibatan monarki bisnis dalam pengambilan keputusan ini. Mungkin organisasi di Indonesia belum sepenuhnya percaya pada bagian TI-nya yang membuat perbedaan ini muncul 4. Tata kelola kebutuhan aplikasi bisnis Sekali lagi monarki bisnis tetap di pihak yang dominan, 30% dari perguruan tinggi menyerahkan keputusan kebutuhan aplikasi bisnis kepada manajemen. Hal ini terkait dengan kebutuhan strategis dari perguruan tinggi merupakan hal yang terdepan, selain dari sudut pandang investasi yang akan dikeluarkan. 28% perguruan tinggi sudah menyerahkan pengambilan keputusan pada monarki TI. Diikuti dengan 23% perguruan tinggi menggunakan duopoli TI. Pertimbangan melibatkan pengguna merupakan suatu keharusan melibatkan archetype duopoli TI. Terdapat perbedaan mendasar dengan pelaksanaan tata kelola umumnya di eropa berdasarkan buku Weill dan Ross. Di Eropa, archetype yang dominan adalah federal yang diikuti oleh duopoli TI. keterlibatan pengguna sangat dipentingkan disini.
146
5. Tata kelola investasi dan prioritas TI Berbicara tentang investasi, pihak yang dominan dalam perguruan tinggi responden adalah monarki bisnis. Karena investasi TI yang cukup besar dan susah untuk diukur, tidak mengherankan untuk keputusan ini perguruan tinggi responden lebih memilih keputusan yang diambil secara strategis oleh manejemen. 41% perguruan tinggi memilih monarki bisnis. 24% perguruan tinggi memilih monarki TI, dan 21% perguruan tinggi memilih duopoli TI. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Weill dan Ross adalah pada monarki TI dan federal. Monarki TI tidak dominan dalam penelitian Weill dan Ross, sebaliknya salah satu yang dominan adalah federal, yang mendapat peringkat terakhir dalam perguruan tinggi responden. Perbandingan dengan tata kelola terbaik menurut Weill dan Ross
Gambar IV-7 Tata kelola terbaik Weill dan Ross (2004) Masing-masing keputusan TI tidak harus menggunakan kerangka kerja yang sama, keputusan TI yang teknis sebaiknya diserahkan pada bagian TI, sedangkan yang lainnya sebaiknya mempertimbangkan pembagian tanggung jawab (Grover, Henry, & Thatcher, 2007). Weill dan Ross (2004) membuat 3 pola terbaik dalam pengambilan keputusan dengan archetype. Gambar IV-7 menunjukkan pola-pola
147
terbaik yang ada. Sayangnya 2 dari 3 pola tersebut menyarankan penggunaan archetype federal pada kebutuhan aplikasi bisnis. Sehingga satu-satunya pilihan yang memungkinkan bagi perguruan tinggi untuk bisa menghasilkan pola yang terbaik adalah dengan menggunakan pilihan pola yang kedua. Pembuatan prinsip TI dilakukan oleh duopoli TI, arsitektur oleh monarki TI, infrastruktur oleh monarki TI, kebutuhan aplikasi bisnis oleh duopoli TI dan investasi TI dilakukan oleh monarki bisnis. IV.16.3. Fase Arsitektur dan Keputusan TI Tabel IV-27 menunjukkan hasil pemetaan arsitektur dalam keputusan TI. Sebelumnya pemetaan yang sama telah dilakukan pada Tabel II-10 berdasarkan IT Governance Intitute (2007), dari hasil pemetaan tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa integrasi arsitektur dengan tata kelola bisa dilakukan. Terdapat perbedaan mendasar antara hasil pemetaan menggunakan pendekatan IT Governance Institute dengan data yang ada di lapangan. Penulis menduga ini disebabkan karena masih terjadi perbedaan antara teori dengan praktek. Pada dasarnya perguruan tinggi responden belum menggunakan konsep arsitektur enterprise secara keseluruhan dengan mengadopsi EAP, atau mengadopsi arsitektur enterprise tetapi tidak menggunakan kerangka kerja EAP. Tabel IV-27 Pemetaan fase arsitektur kedalam keputusan TI Fase Arsitektur
Keputusan TI
Sistem Inisiasi Permodelan dan Arsitektur Arsitektur Arsitektur Rencana rencana bisnis teknologi data aplikasi teknologi implementasi saat ini
Prinsip TI
20%
14%
11%
13%
11%
11%
10%
Arsitektur TI
18%
28%
27%
28%
25%
20%
24%
Infrastruktur TI
16%
17%
21%
19%
18%
20%
23%
Kebutuhan Aplikasi bisnis
23%
29%
23%
18%
22%
23%
25%
Investasi dan prioritas TI
23%
12%
18%
22%
24%
25%
17%
Namun perbedaan ini memperkuat pendapat bahwa dalam setiap fase arsitektur terdapat berbagai pilihan keputusan yang bisa diambil. Karena
148
keputusan dan fase arsitektur pada dasarnya memiliki karakteristik yang hampir sama yakni dilakukan secara berurut. 1. Inisiasi rencana Pada studi literatur terlihat bagian dominan pada inisiasi rencana adalah pada bagian prinsip TI dan infrastruktur TI. Berbeda dengan fakta di lapangan bahwa pemetaan paling dominan menurut perguruan tinggi responden adalah pada kebutuhan aplikasi bisnis dengan investasi dan prioritas TI. Distribusi pada survei lebih merata yang menunjukkan setiap bagian keputusan TI terlibat dalam fase inisiasi rencana. 2. Permodelan bisnis Pada studi literatur bagian paling dominan (mencapai angka 96%) dalam fase permodelan bisnis adalah keputusan tentang arsitektur TI. survei menunjukkan bahwa bagian yang dominan adalah pada arsitektur TI dan kebutuhan aplikasi bisnis, masing-masing dengan presentase 28% dan 29%. Distribusi pada survei lebih merata yang menunjukkan setiap bagian keputusan TI terlibat dalam fase permodelan bisnis. 3. Sistem dan teknologi saat ini Pada studi literatur bagian paling dominan pada fase sistem dan teknologi saat ini adalah arsitektur TI dengan tingkat capaian 93%. Survei menunjukkan bagian dominan dari keputusan TI dalam fase ini adalah arsitektur TI dengan presentase 27%. Distribusi pada survei lebih merata yang menunjukkan setiap bagian keputusan TI digunakan dalam fase sistem dan teknologi saat ini. 4. Arsitektur data Dalam studi literatur, fase arsitektur data 100% menggunakan keputusan arsitektur TI. Hal ini didukung dengan hasil survey yang menunjukkan keputusan TI paling banyak digunakan adalah arsitektur TI dengan tingkat presentase 28%. Distribusi pada survei lebih merata yang menunjukkan setiap bagian keputusan TI digunakan dalam fase sistem dan teknologi saat ini.
149
5. Arsitektur aplikasi Pada fase arsitektur aplikasi, keputusan arsitektur TI memiliki peran paling dominan dengan persentase 79%. Hal ini didukung oleh survei yang menyatakan bahwa keputusan paling banyak digunakan adalah arsitektur Ti dengan tingkat persentase 25%. Distribusi pada survei lebih merata yang menunjukkan setiap bagian keputusan TI digunakan dalam fase sistem dan teknologi saat ini. 6. Arsitektur teknologi Pada fase arsitektur aplikasi, keputusan arsitektur TI memiliki peran paling dominan dengan persentase 86%. Berbeda dengan hasil survei yang menyatakan bahwa keputusan paling banyak digunakan adalah investasi dan prioritas TI dengan tingkat persentase 25%. Distribusi pada survei lebih merata yang menunjukkan setiap bagian keputusan TI digunakan dalam fase sistem dan teknologi saat ini. 7. Rencana implementasi Pada fase rencana implementasi, keputusan TI yang dominan adalah infrastruktur TI (49%) dan kebutuhan aplikasi bisnis (37%). Survei juga menunjukkan bahwa keputusan TI yang dominan adalah kebutuhan aplikasi bisnis (25%), arsitektur TI (24%) dan infrastruktur TI (23%).
IV.17. Panduan Penerapan Model Integrasi Arsitektur Enterprise dan Tata Kelola TI Berdasarkan analisis dan hasil dari survei maka didapatkan kesimpulan best practices yang bisa digunakan untuk setiap tahap fase arsitektur enterprise. Setiap fasenya akan memiliki arahan archetype terbaik sesuai dengan best practices yang ditawarkan oleh Weill dan Ross. Untuk mendapatkan archetype yang terbaik maka dilakukan pengecekan tipe keputusan yang dominan dalam setiap fase berdasarkan data survei. Kemudian keputusan yang dominan tersebut dicari pasangan archetype terbaiknya berdasarkan tata kelola terbaik yang ditawarkan
150
oleh Weill dan Ross. Hal ini disebabkan karena tidak ada faktor yang paling dominan dalam tiap perpasangan keputusan TI dengan fase arsitektur. IV.17.1. Inisiasi rencana Inisiasi rencana sebagai fase awal dari sebuah perencanaan arsitektur enterprise memiliki peran vital dalam keberhasilan sebuah arsitektur enteprise. Pada fase ini karena yang dominan adalah tipe keputusan kebutuhan aplikasi bisnis dan investasi dan prioritas TI. Maka untuk keputusan kebutuhan aplikasi bisnis cara terbaik adalah dengan menggunakan archetype duopoli TI atau Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian. Sedangkan untuk keputusan yang berkaitan dengan investasi dan prioritas TI sebaiknya diserahkan kepada monarki bisnis atau Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET). IV.17.2. Permodelan bisnis Fase permodelan bisnis merupakan tahap dimana penentuan model bisnis fungsional awal. Pada fase ini keputusan yang dominan adalah arsitektur TI dan kebutuhan aplikasi bisnis. Untuk keputusan arsitektur TI cara terbaik dalam pengambilan keputusan adalah dengan menyerahkan pengambilan keputusan kepada Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) atau monarki TI. Sedangkan untuk keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan aplikasi bisnis sebaiknya diserahkan kepada Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian (duopoli TI). IV.17.3. Sistem dan teknologi saat ini Pada fase sistem dan teknologi saat ini yang bertujuan untuk menghasilkan katalog sumber daya informasi dan skema sistem terdapat 3 bentuk keputusan yang dominan yakni arsitektur TI, infrastruktur TI, dan kebutuhan aplikasi bisnis. Keputusan yang berkaitan dengan arsitektur dan infrastruktur TI sebaiknya dilakukan oleh Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) atau monarki TI. Sedangkan keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan aplikasi bisnis ditugaskan kepada duopoli TI yakni Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian.
151
IV.17.4.
Arsitektur data
Fase arsitektur data adalah proses pendefinisian entitas data. Keputusan yang dominan disini adalah arsitektur TI sehingga sebaiknya pengambilan keputusan dilakukan oleh Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) atau monarki TI. IV.17.5. Arsitektur aplikasi Fase arsitektur aplikasi adalah proses pendefinisian aplikasi, matriks aplikasi, analisa dampak, dan pembuatan laporan arsitektur aplikasi. Pada fase ini keputusan TI yang dominan adalah Arsitektur TI, kebutuhan aplikasi bisnis, dan investasi dan prioritas TI. Keputusan arsitektur TI sebaiknya dilakukan oleh Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) atau monarki TI. Keputusan tentang kebutuhan aplikasi bisnis sebaiknya dilakukan dengan Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian atau duopoli TI. Sedangkan keputusan tentang investasi diserahkan pada monarki bisnis yakni Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET). IV.17.6. Arsitektur teknologi Fase arsitektur teknologi merupakan proses pendistribusian data dan aplikasi, dan pembuatan laporan arsitektur teknologi. Pada fase ini keputusan TI yang dominan adalah arsitektur TI, infrastruktur TI, kebutuhan aplikasi bisnis dan investasi dan prioritas TI. Keputusan arsitektur dan infrastruktur TI sebaiknya diserahkan kepada Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) atau monarki TI. Keputusan tentang kebutuhan aplikasi bisnis diserahkan kepada Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian atau duopoli TI. Sedangkan keputusan tentang investasi TI paling tepat jika diserahkan pada Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET). IV.17.7. Rencana implementasi Fase rencana implementasi merupakan proses pengurutan aplikasi, pembuatan rencana migrasi, analisa biaya dan keuntungan, dan penentuan faktor sukses dan
152
rekomendasi. Pada fase ini keputusan yang dominan adalah arsitektur TI, infrastruktur TI dan kebutuhan aplikasi bisnis. Archetype yang paling baik digunakan untuk arsitektur dan infrastruktur TI adalah monarki TI atau Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP). Sedangkan keputusan tentang kebutuhan aplikasi bisnis diserahkan kepada duopoli TI atau Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian.
153
Bab V. Kesimpulan
V.1. Kesimpulan Berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Model integrasi arsitektur enteprise yang dibuat bisa membantu dalam membuat pola pelaksanaan integrasi dengan menggunakan matriks fase arsitektur dan archetype, keputusan TI dan archetype dan fase arsitektur dan keputusan TI. 2. Perguruan tinggi di kota Bandung bisa menggunakan salah satu dari 3 kombinasi tata kelola terbaik dari CISR MIT untuk pedoman penerapan tata kelola atau integrasi arsitektur enteprise dan tata kelola TI. Duopoli TI untuk prinsip TI, monarki TI untuk arsitektur dan infrastruktur TI, duopoli TI untuk kebutuhan aplikasi bisnis, dan monarki bisnis untuk investasi dan prioritas TI. 3. Archetype federal tidak biasa diterapkan di Indonesia. 4. Setiap fase arsitektur menunjukkan pelaksanaan masing-masing keputusan TI, sehingga fase arsitektur tidak akan optimal jika didelegasikan pada chief architect saja. Harus ada kombinasi pengambilan keputusan yang optimal dilaksanakan dalam setiap keputusan TI di setiap fase arsitektur.
V.2. Saran 1. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan melakukan observasi langsung ke beberapa perguruan tinggi terbaik (contoh: urutan perguruan tinggi berdasarkan webometrics) dan menggunakan model integrasi dan matriksnya untuk membuat pola integrasi arsitektur dan tata kelola terbaik yang bisa digunakan sebagai best practices bagi perguruan tinggi lainnya.
154
2. Instrumen survei yang digunakan masih melakukan penilaian setiap komponen indikator secara terpisah. Diperlukan perbaikan instrumen untuk dapat menilai setiap komponen secara komprehensif (contoh: seperti tingkat kematangan arsitektur enterprise). 3. Hasil dari penelitian ini memiliki keterbatasan karena penelitian ini hanya menggunakan perspektif para pengelola TI. Perspektif lain seperti: manajer diluar bagian TI, pemiliki proses bisnis, dan operator tidak dipertimbangkan.
155
DAFTAR PUSTAKA
Ambler, S. W. (2002). Agile Enterprise Architecture: Beyond Enterprise Data Modeling.
Diambil
kembali
dari
http://www.agiledata.org/essays
/enterpriseArchitecture.html Astrup, K. (2008). Spotlight on The Strategic Plan. International Journal of Government Auditing, 25-27. Azis, S., Obitz, T., Modi, R., & Sarkar, S. (2005, September). Enterprise Architecture: A Governance Framework. Dipetik 10 2, 2010, dari www.infosys.com: http://www.infosys.com/offerings/IT-services/ architecture-services/white-papers/Documents/EA-governance-1.pdf Blanks, E. E. (1991). Enterprise Analysis and Global Needs Assessment. Journal of System Management, 18-19. Broadbent, M., & Weill, P. (1997). Management by Maxim: How Business and IT Managers Can Create IT Infrastructures. Sloan Management Review, 7792. Carr, N. G. (2003). IT Doesn‟t Matter. Harvard Business Review, 5-12. Cassidy, A. (2006). A Practical Guide to: Information System Strategic Planning. New York: Auerbach. Chief Information Officer Council. (2001). A Practical Guide to Federal Enterprise Architecture Version 1.0. Dipetik May 14, 2010, dari http://www.cio.gov/docume nts/bpeaguide.pdf
156
Comeau, T. D., & Kemp, C. L. (2007). Intersections of age and masculinities in the information technology industry. Ageing & Society, 215–232. Cooper, M. (2000). Being the „go-to guy‟ : fatherhood, masculinity, and the organization of work in Silicon Valley. Qualitative Sociology, 379–405. Cooper, R. G. (1990). Stage-Gate Systems: A New Tool for Managing New Products. Business Horizons, 44-53. Davenport, T. H., Hammer, M., & Metsisto, T. J. (1989). How Executives Can Shape Their Company's Information Systems. Harvard Business Review, 130-134. DeLone, W. H., & McLean, E. R. (1992). Information Systems Success: The Quest for the Dependent Variable. Information System Research, 60-95. Drummond, H., & Hodgson, J. (2003). The chimpanzees' tea party: A new metaphor for project managers. Journal of Information Technology, 151158. Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED). (2011). Portal Informasi Pendidikan. Dipetik 06 08, 2011, dari Profil Perguruan Tinggi: http://evaluasi.or.id/profile.php?specProf=0 Finkelstein, C. (2004). Evolution to the 21st Century Enterprise. DM Review, 45 . Francisca,
M.
(2003).
Penyusunan
model
kematangan
untuk
proses
pengembangan EAP. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Glass, R. L. (2006). Looking into the challenges of complex IT projects. Association for Computing Machinery. Communications of the ACM, 1517. Grover, V., Henry, R. M., & Thatcher, J. B. (2007). Fix IT-Business Relationships Through Better Decision Rights. Communications of The ACM, 80-86.
157
Guritno, S., Sudaryono, & Rahardja, U. (2011). Theory and Application of IT Research: Metodologi Penelitian Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Husler, R. P. (1998). Integrating Technology into Strategic Planning. Dipetik 05 2011, dari Special Libraries Association: http://www.sla.org/pubs/serial/ io/1998/feb98/hulser.html IEEE. (2000). IEEE std 1471-2000 IEEE Recomended Practice For Architectural Description of Software-Intensive System-Description. Inmon, W. H., Zachman, J. A., & Geiger, J. G. (1997). Data Stores, Data Warehousing, and the Zachman Framework. McGraw-Hill. International Business Machines. (1981). Business System Planning: Information System Planning. New York: IBM . IT Governance Institute. (2007). COBIT 4.1. Rolling Meadows: IT Governance Institute. IT Governance Institute. (2007). COBIT Mapping: Mapping of TOGAF 8.1 with COBIT 4.0. Rolling Meadows: IT Governance Institute. Jahani, B., Javadein, S. R., & Jafari, H. A. (2010). Measurement of enterprise architecture readiness within organizations. Business Strategy Series, 177. Jahani, B., Javadein, S. R., & Jafari, H. A. (2010). Measurement of enterprise architecture readiness within organizations. Business Strategy Series, 177. Jogiyanto, H. (2008). Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogjakarta: Andi Offset. Kagerman, H. (2005). Building blocks of success. Manufacturing Engineer, 4-5.
158
Keen, P. G. (1994). Every Manager's Guide to Information Technology : A Glossary of Key Terms and Concepts for Today's Business Leader. Cambridge: Harvard Business School Press. Markeset, T., & Kumar, U. (2003). Integration of RAMS and risk analysis in product design and development work processes a case study. Journal of Quality in Maintenance Engineering, 393-410. McNish, M. (2002). Guidelines for managing change: A study of their effects on the implementation
of new information
technology projects
in
organisations. Journal of Change Management, 201-211. Minoli, D. (2008). Enterprise Architecture A to Z: Frameworks, Business Process Modelling, SOA, and Infrastructure Technology. New York: Auerbach Pubications. Mrdalj, S., & Jovanovic, V. (2005). Mapping the UML to the Zachman Framework. Americas Conference on Information Systems. NE: Omaha. Nurgiyantoro, B., Gunawan, & Marzuki. (2009). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Office of Government Commerce. (2008). ITIL Version 3 Service Transition. Office of Government Commerce. O'Rourke, C., Fishman, N., & Selkow, W. (2003). Enterprise Architecture Using The Zachman Framework. Boston: Thomson. Pereira, C. M., & Sousa, P. (2004). A Method to Define an Enterprise Architecture using the Zachman Framework. Symposium on Applied Computing. Nicosia: Cyprus. Perks, C., & Beveridge, T. (2003). Guide to Enterprise IT Architecture. New York: Springer.
159
Ramaraj, P. (2010). Information Systems Flexibility in Organizations: Conceptual Models and Research Issues. Global Journal of Flexible Systems Management, 1-12. Riduan. (2005). Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula . Bandung: Alfabeta. Ross, J. W., Weill, P., & Robertson, D. C. (2006). Enterprise Architecture as Strategy: Creating a Foundation for Business Execution. Boston: Harvard Business School Press. Schekkerman, J. (2004). How To Survive In The Jungle Of Enterprise Architecture Frameworks. Trafford. Schekkerman, J. (2006). Extended Enterprise Architecture Maturity Model Support Guide Version 2.0. Dipetik 06 2011, dari Institute for Enterprise Architecture
Development:
http://www.enterprise-architecture.info/
Images/E2AF/Extended%20Enterprise%20Architecture%20Maturity%20 Model%20Guide%20v2.pdf Schmidt, C., & Buxmann, P. (2011). Outcomes and success factors of enterprise IT architecture management: empirical insight from the international financial services industry. European Journal of Information Systems, 168. Sekaran, U. (1999). Research Methods for Business Third Edition. John Wiley & Sons. Session, R. (2007, Mei). A Comparison of the Top Four Enterprise-Architecture Methodologies.
Dipetik
Maret
24,
2011,
dari
MSDN
Library:
http://msdn.microsoft.com/en-us/library/bb466232.aspx Shupe, C., & Behling, R. (2006). Developing and Implementing a Strategy for Technology Deployment. Information Management Journal, 52-56.
160
Sousa, P., Pereira, C. M., & Marques, J. A. (2005, January). Enterprise Architecture Alignment Heuristics. Dipetik 05 2011, dari Microsoft Developoer Network: http://msdn.microsoft.com/library/default.asp?url=/ library/en-us/dnmaj/html/heuristics.asp Sowa, J. F., & Zachman, J. A. (1992). Extending and Formalizing the Framework for Information Systems Architecture. IBM Systems Business Journal, 31(3), 590-616. Spewak, S. H., & Hill, S. C. (1993). Enterprise Architecture Planning: Developing a Blueprint for Data, Applications, and Technology. Boston: QED Information Sciences, Inc. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama. The Open Group. (2003). TOGAF (The Open Group Architecture Framework) Version 8.1 "Enterprise Edition". The Open Group. Tiwana, A., & Konsynski, B. (2010). Complementarities Between Organizational IT Architecture and Governance Structure. Information Systems Research, 288-305. Wagter, R., Berg, M. v., & Steenbergen, J. L. (2005). Dynamic Enterprise Architecture: How to Make IT Work. John Wiley & Sons. Weill, P., & Ross, J. (2005). A Matrixed Approach to Designing IT Governance. MIT Sloan Management Review, 26-38.
161
Weill, P., & Ross, J. W. (2004). "IT Governance: How Top Performers Manage IT Decisions Rights for Superior Result". Boston: Harvard Business Schooll Press. Weill, P., & Ross, J. W. (2004). IT Governance: How Top Performers Manage IT Decisions Rights for Superior Result. Boston: Harvard Business Schooll Press. Yunizal,
E.
(2010).
Evolusi
Arsitektur
Enterprise.
Seminar
Nasional
Pascasarjana X – ITS (hal. 1-7). Surabaya: Insitut Teknologi Sepuluh November. Zachman, J. A. (1987). A Framework for Information Systems Architecture. IBM Systems Journal, 26(3), 276-292.
162
LAMPIRAN Lampiran A Cara pencarian teks dalam COBIT Mapping TOGAF Ada beberapa cara untuk melakukan pencarian Teks dalam COBIT Mapping TOGAF. Penulis sengaja tidak melakukan translasi bahasa agar dapat dilihat proses melakukan pencarian teksnya secara jelas. 1. Pencarian kata menggunakan konsep kunci Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi kalimat atau paragraf atau bahkan sebuah section yang menunjukkan bahwa sebuah control objective COBIT juga terdapat dalam langkah-langkah TOGAF. Berikut ini merupakan contoh pencarian kata pada control objective PO3.5 IT Architecture Board. Dengan konsep kunci:
a. Contoh kalimat Pemetaan COBIT control objective PO3.5 IT architecture board dengan konsep kunci: architecture review board , business strategy, compliance, continuity risk, design guidelines, dispensations pada TOGAF: Chapter 23. Isi dari TOGAF 23.2 yakni: ―Identifying divergence from the architecture and planning activities for realignment through dispensations or policy updates‖ Pada kalimat diatas terdapat konsep kunci yakni: dispensations.
163
b. Contoh paragraf Pemetaan COBIT Control Objective: PO3.5 IT architecture board dengan konsep kunci: architecture review board , business strategy, compliance, continuity risk, design guidelines, dan dispensations terhadap TOGAF: Chapter 3 Isi TOGAF 3.4 Architecture Governance yakni: “The ADM, whether adapted by the organisation or used as documented here, is a key process to be managed in the same manner as other architecture artefacts in the enterprise continuum. The architecture board should be satisfied that the method is being applied correctly across all phases of an architecture development iteration. Compliance with the ADM is fundamental to the governance of the architecture, to ensure that all considerations are made and all required deliverables are produced”
Pada paragraf diatas, terdapat beberapa konsep kunci yang diulang: - architecture board (konsep kunci: architecture board review) - architecture (konsep kunci: architecture board review) - compliance (konsep kunci: compliance)
Pemetaan COBIT Control Objective: PO3.5 IT Architecture Board dengan konsep kunci: architecture review board , business strategy, compliance, continuity risk, design guidelines, dan dispensations pada TOGAF: Chapter 4 Isi dari TOGAF 4.2.1:
164
“viii. Checkpoint—Check the original motivation for the architecture project and the statement of architecture work against the proposed business architecture, asking if it is fit for the purpose of supporting subsequent work in the other architecture domains. Refine the proposed business architecture only if necessary‖.
Pada paragraf diatas, konsep kunci yang digunakan: - architecture (dari konsep kunci architecture board review) - business (dari konsep kunci business strategy)
Dari dua contoh diatas dapat disimpulkan bahwa konsep kunci yang berupa frasa yang terdiri dari 2 kata atau lebih, bisa menggunakan pencarian dengan salah satu kata saja dari frase tersebut.
c. Contoh section: Pemetaaan COBIT Control Objective: PO3.5 IT Architecture Board dengan konsep kunci: Architecture review board , Business strategy, Compliance, Continuity risk, Design guidelines, dan Dispensations pada TOGAF: Chapter 7 TOGAF 7.2.2: Implementation Section ini seluruhnya di petakan ke control objective PO3.5 COBIT. 2. Pencarian kata tanpa konsep kunci: Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi kalimat, paragraf, dan section yang menunjukkan bahwa sebuah control objective COBIT juga terdapat dalam langkah-langkah TOGAF.
165
a. Contoh kalimat: Pemetaan COBIT Control Objective: PO3.5 IT Architecture Board dengan konsep kunci: architecture review board , business strategy, compliance, continuity risk, design guidelines, dan dispensations dengan TOGAF: Chapter 13. Pada TOGAF 13.4 terdapat Phase G Implementation Governance- Steps “…Obtain signature from all developing organisations and sponsoring organisation”. Kalimat tersebut tidak mengandung salah satu kata atau frase dari konsep kunci, namun kalimat tersebut bisa diartikan sebagai konsep kunci compliance. b. Contoh paragraf: Pemetaan COBIT control objective: PO4.1 IT Process Framework dengan konsep kunci: practices, process framework, process ownership, dan process structure dengan TOGAF: Chapter 1. Pada TOGAF 1.3 terdapat Freqwently Asked Questions: “‗The TOGAF [ADM]…explains how to derive an organisation-specific enterprise architecture that addresses business requirements. The ADM provides: -
A reliable, proven way of developing the architecture
-
Architecture views which enable the architect to ensure that a complex set of requirements are adequately addressed
-
Linkages to practical case studies
-
Guidelines on tools for architecture development‘”
Paragraf diatas tidak mengandung salah satu kata atau frase dari konsep kunci, namun kalimat tersebut bisa diartikan sebagai konsep kunci process framework
166
Lampiran B Daftar perguruan tinggi kota Bandung 1 - 001007 Universitas Padjadjaran 2 - 001034 Universitas Pendidikan Indonesia 3 - 002001 Institut Teknologi Bandung 4 - 003004 Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung 5 - 005001 Politeknik Manufaktur Bandung 6 - 005004 Politeknik Negeri Bandung 7 - 041002 Universitas Islam Bandung 8 - 041003 Universitas Islam Nusantara 9 - 041006 Universitas Katolik Parahyangan 10 - 041007 Universitas Kristen Maranatha 11 - 041008 Universitas Pasundan 12 - 041011 Universitas Advent Indonesia 13 - 041015 Universitas Langlangbuana 14 - 041016 Universitas Bandung Raya 15 - 041025 Universitas Nurtanio 16 - 041027 Universitas Komputer Indonesia 17 - 041031 Universitas Nasional Pasim 18 - 041034 Universitas Widyatama 19 - 041036 Universitas Kebangsaan 20 - 041037 Universitas Al-ghifari 21 - 041044 Universitas Sangga Buana 22 - 041046 Universitas Informatika Dan Bisnis Indonesia 23 - 041047 Universitas Wanita Internasional 24 - 041052 Universitas BSI 25 - 042002 Institut Teknologi Nasional Bandung 26 - 042005 Institut Teknologi Sains Bandung 27 - 042006 Institut Teknologi Harapan Bangsa 28 - 042008 Institut Teknologi Telkom 29 - 042009 Institut Manajemen Telkom 30 - 043001 Sekolah Tinggi Hukum Bandung 31 - 043018 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridharma 32 - 043021 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Inaba 33 - 043022 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekuitas 34 - 043026 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi STEMBI 35 - 043027 STMIK Mardira Indonesia
167
36 - 043035 Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari 37 - 043038 Sekolah Tinggi Sains Dan Teknologi Indonesia 38 - 043040 Sekolah Tinggi Teknologi Mandala 39 - 043042 Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bagasasi 40 - 043043 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan 41 - 043045 Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung 42 - 043046 Sekolah Tinggi Pertanian Jawa Barat 43 - 043049 Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia 44 - 043053 STISI TELKOM 45 - 043056 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata YAPARI 46 - 043059 Sekolah Tinggi Teknologi Bandung 47 - 043063 STMIK Bandung 48 - 043069 Sekolah Tinggi Teknologi YBS Internasional 49 - 043071 STMIK Likmi 50 - 043073 STMIK IM 51 - 043078 Sekolah Tinggi Pariwisata Ars Internasional 52 - 043079 Sekolah Tinggi Desain Indonesia Bandung 53 - 043086 STMIK Jabar 54 - 043104 STMIK Tulus Cendekia 55 - 043113 Sekolah Tinggi Teknologi Jawa Barat 56 - 043115 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung 57 - 043128 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gema Widya Bangsa 58 - 043135 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Bandung 59 - 043137 STMIK Amik Bandung 60 - 043141 Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bandung 61 - 043153 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Stan Im 62 - 043156 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Dharma Agung Bandung 63 - 043166 STKIP Persatuan Islam 64 - 043186 Sekolah Tinggi Kesehatan Indonesia Wirautama 65 - 043187 Sekolah Tinggi Seni Musik Bandung 66 - 043191 Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Bandung 67 - 043192 Sekolah Tinggi Teknologi Informatika Sony Sugema 68 - 043198 STMIK Ganesha Bandung 69 - 043203 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana 70 - 043205 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung 71 - 043208 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Bandung 72 - 043210 STMIK Padjadjaran
168
73 - 043212 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada 74 - 043243 STMIK LPKIA Bandung 75 - 043268 STMIK Dharma Negara 76 - 043269 STIE Dharma Negara 77 - 043275 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kridatama Bandung 78 - 043296 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa 79 - 043301 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus 80 - 043307 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali 81 - 043315 STIKEP PPNI Jawa Barat 82 - 043317 Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih 83 - 044002 Akademi Akuntansi Bandung 84 - 044022 Akademi Sekretari Manajemen Taruna Bakti 85 - 044033 Akademi Manajemen Informatika Dan Komputer Hass 86 - 044049 Akademi Sekretari Dan Manajemen Kencana Bandung 87 - 044050 Akademi Pariwisata Bandung 88 - 044051 Akademi Perdagangan Bandung 89 - 044071 Akademi Sekretari Dan Manajemen Ariyanti 90 - 044072 Akademi Tata Boga Bandung 91 - 044075 Akademi Industri Tekstil Bandung 92 - 044082 Akademi Pariwisata Sandhy Putra 93 - 044092 Akademi Teknologi Aeronautika Siliwangi 94 - 044093 Akademi Pariwisata Nasional Indonesia Bandung 95 - 044109 Akademi Perekam Medis & Informatika Kesehatan 96 - 044111 Akademi Pariwisata NHI Bandung 97 - 044113 Akademi Teknologi Telekomunikasi Bandung 98 - 044124 Akademi Keuangan dan Bisnis Indonesia Internasional 99 - 044133 Akademi Bahasa Asing Internasional Bandung 100 - 044142 Akademi Keperawatan Aisyiyah Bandung 101 - 044143 Akademi Keperawatan Kebonjati 102 - 044162 AMIK BSI Bandung 103 - 044168 Akademi Sekretari Dan Manajemen BSI Bandung 104 - 044180 Akademi Keperawatan Bhakti Kencana Bandung 105 - 044188 Akademi Kebidanan Ar-Rahmah Bandung 106 - 044216 Akademi Kebidanan Aisyiyah Bandung 107 - 044217 Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung 108 - 044224 Akademi Kebidanan Medica Obgin 109 - 044236 Akademi Pariwisata BSI Bandung
169
110 - 045001 Politeknik Industri Dan Niaga Bandung 111 - 045002 Politeknik Pajajaran Insan Cinta Bangsa Bandung 112 - 045008 Politeknik Komputer Niaga Lpkia 113 - 045009 Politeknik Pos Indonesia 114 - 045011 Politeknik Manufaktur Igasa Pindad 115 - 045013 Politeknik LP3I Bandung 116 - 045018 Politeknik Praktisi Bandung 117 - 045027 Politeknik Piksi Ganesha 118 - 045030 Politeknik Al-Islam Bandung 119 - 045031 Politeknik Kridatama Bandung 120 - 045034 Politeknik Kesehatan TNI-AU Ciumbuleuit 121 - 045035 Politeknik Telkom 122 - 045036 Politeknik Geologi Dan Pertambangan Agp 123 - 201004 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati
170
Lampiran C Instrumen Penelitian Identitas Responden Nama *) Umur Pekerjaan / Pengalaman **)
Dosen TI Pengelola TI Lainnya, sebutkan: .......................
Nama perguruan tinggi Jumlah Program Studi ***)
Jumlah Pegawai ***)
Jumlah Pegawai TI ***)
Jumlah Mahasiswa ***)
a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d.
< 10 11 - 20 21 - 30 > 31 <100 101 - 200 201 - 300 > 301 <10 11 - 50 51 - 100 > 100 <1000 1001 - 5000 5000 - 10000 > 10000
Keterangan: *) Nama tidak dipublikasikan **) Boleh pilih lebih dari satu ***) Pilih salah satu
171
Petunjuk: Untuk pertanyaan nomor 1 s.d 17 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda silang (X) (seperti contoh) pada pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu/ Sdr/i:
Contoh pengisian pertanyaan nomor 1 s.d 17 1.
Apakah perguruan tinggi memiliki prinsip TI (sebuah pernyataan tingkat tinggi tentang bagaimana TI digunakan dalam perguruan tinggi yang menjelaskan model operasi perguruan tinggi, bagaimana TI mendukung model tersebut, dan bagaimana TI akan dibiayai)? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
2.
Apakah data, aplikasi, dan infrastruktur dalam perguruan tinggi anda diorganisasikan secara logis untuk standarisasi data dan proses? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
3.
Apakah dalam perguruan tinggi anda sudah direncanakan pondasi dari kapabilitas TI (teknis dan orang) yang dibutuhkan? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
4.
Apakah aplikasi (software) yang dibangun / dibeli oleh perguruan tinggi anda selalu dipastikan untuk mengikuti prinsip yang ada pada arsitektur TI? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah
5.
Apakah dilakukan proses untuk menentukan berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk TI melalui portofolio TI dan pertimbangan prioritas strategis dari perguruan tinggi? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah
6.
Apakah dalam pembuatan rencana strategis TI di perguruan tinggi anda dilakukan inisiasi rencana seperti: penetapan ruang lingkup, penetapan tujuan, penetapan visi, pemilihan metodologi, pemilihan alat bantu yang digunakan, dibentuk tim perencana, dan pembuatan rencana kerja? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
7.
Apakah dalam membuat rencana strategis TI diperguruan tinggi anda dilakukan permodelan bisnis seperti: struktur organisasi, value chain, dan model bisnis fungsional? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
172
8.
Apakah dalam membuat rencana strategis TI di perguruan tinggi anda dilakukan permodelan sistem dan teknologi saat ini seperti: katalog sumber daya informasi / information resource catalog (IRC), dan skema sistem? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
9.
Apakah dalam membuat arsitektur data pada rencana strategis TI diperguruan tinggi anda digunakan arsitektur data seperti: definisi entitas data, diagram Entity Relationship (E-R), matriks entitas ke fungsi bisnis, dan laporan arsitektur data? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
10. Apakah dalam membuat rencana strategis TI di perguruan tinggi anda digunakan arsitektur aplikasi seperti: definisi aplikasi, matriks aplikasi, analisa dampak aplikasi dan laporan arsitektur aplikasi? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 11. Apakah dalam membuat rencana strategis TI di perguruan tinggi anda digunakan arsitektur teknologi seperti: distribusi data dan aplikasi, dan laporan arsitektur teknologi? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 12. Apakah dalam membuat rencana strategis TI di perguruan tinggi anda dilakukan rencana implementasi seperti: pengurutan aplikasi yang akan dibangun / beli, rencana migrasi, penghitungan biaya dan keuntungan, pencarian faktor sukses dan pembuatan rekomendasi? a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 13. Seberapa sering pengambilan keputusan TI dilakukan oleh eksekutif bisnis senior (rektor / ketua / pembantu rektor / pembantu ketua)? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 14. Seberapa sering pengambilan keputusan TI dilakukan oleh dilakukan oleh profesional TI (manajer TI, kepala bagian TI, kepala bagian EDP, pimpinan PUSDEK)? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 15. Seberapa sering pengambilan keputusan TI dilakukan oleh masing-masing unit / bagian (jurusan, program studi, fakultas)? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 16. Seberapa sering pengambilan keputusan TI dilakukan berdasarkan diskusi antara eksekutif bisnis senior (rektor / ketua / pembantu rektor / pembantu ketua) dengan masing-masing unit / bagian (jurusan, program studi, fakultas)? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah
173
17. Seberapa sering pengambilan keputusan TI dilakukan berdasarkan diskusi antara eksekutif bisnis senior (rektor / ketua / pembantu rektor / pembantu ketua) atau masing-masing unit / bagian (jurusan, program studi, fakultas) dengan profesional TI (manajer TI, kepala bagian TI, kepala bagian EDP, pimpinan PUSDEK)? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah 18. Seberapa sering pengambilan keputusan TI dilakukan berdasarkan keputusan individu atau bagian berdasarkan kebutuhan bagiannya? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah
Petunjuk: Untuk pertanyaan nomor 19 s.d 27 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda centang () pada setiap pilihan kolom yang tersedia sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu/ Sdr/ i:
Contoh pengisian pertanyaan nomor 19 s.d 27 19. Bagaimanakah dukungan, rasa membutuhkan, kesadaran dan komitmen dari manajer senior diperguruan tinggi anda? Jawaban No. Manajemen senior Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah 1. Dukungan terhadap TI 2. Rasa membutuhkan TI 3. Kesadaran TI 4. Komitmen terhadap TI 20. Bagaimanakah dukungan finansial, kerjasama, intuisi sistematis, penerimaan TI, intuisi strategis, rasa memiliki organisasi, dan hubungan dari manajer eksekutif di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Manajemen eksekutif Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah 1. Dukungan finansial terhadap TI 2. Kerjasama dengan TI 3. Intuisi sistematis terhadap TI 4. Penerimaaan TI 5. Intuisi strategis terhadap TI 6. Rasa memiliki TI dalam organisasi 7. Hubungan manajer eksekutif dengan bagian TI
174
21. Bagaimanakah strategi organisasi dan keselarasannya dengan strategi TI di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Strategi organisasi Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk 1. Strategi organisasi 2. Kesesuaian strategi TI dan strategi organisasi 22. Bagaimanakah manajemen dan orientasi perubahan TI di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Manajemen perubahan Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk 1. Manajemen perubahan 2. Orientasi perubahan 23. Bagaimanakah strategi pengumpulan sumber daya, metodologi, alat dan dokumentasi, konsultan yang digunakan untuk ketersediaan sumber daya TI di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Ketersediaan sumber daya Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk 1. Strategi pengumpulan sumber daya TI 2. Metodologi TI 3. Alat dan dokumentasi TI 4. Konsultan 24. Seberapa baik struktur organisasi, proses outsource, manajemen proyek, standar proses, perencanaan proyek, peraturan, dan proses bisnis di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Struktur organisasi Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk 1. Struktur organisasi 2. Proses outsource 3. Manajemen proyek 4. Standar proses 5. Perencanaan proyek 6. Peraturan 7. Proses bisnis 25. Bagaimana ketersediaan TI, produk arsitektur enterprise, kekuatan TI, dan posisi TI dalam struktur organisasi di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Teknologi informasi Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk 1. Ketersediaan TI 2. Cukupnya waktu untuk produk arsitektur enterprise 3. Kekuatan TI 4. Posisi TI dalam struktur organisasi
175
26. Bagaimanakah penerimaan TI, organisasi, intuisi strategis, dan komitmen staf dalam perguruan tinggi anda? Jawaban No. Budaya organisasi Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk 1. Penerimaan TI dalam organisasi 2. Organisasi TI 3. Intuisi strategis terhadap TI 4. Komitmen staf terhadap TI 27. Bagaimanakah sistem pelatihan staf, dan kehadiran pakar di di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Sumber daya manusia Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk 1. Sistem pelatihan TI untuk staf 2. Kehadiran pakar
Petunjuk: Untuk pertanyaan nomor 28 s.d 39 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda centang () pada setiap pilihan pengambilan keputusan yang dilakukan di perguruan tinggi sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu Sdr: 1. Monarki bisnis, keputusan diambil oleh eksekutif bisnis senior (rektor / ketua / pembantu rektor / pembantu ketua) 2. Monarki TI, keputusan diambil oleh profesional TI (manajer TI, kepala bagian TI, kepala bagian EDP, pimpinan PUSDEK) 3. Feudal, keputusan diambil oleh masing-masing unit / bagian (jurusan, program studi, fakultas) 4. Federal, keputusan diambil oleh diskusi / rapat antara eksekutif bisnis senior (rektor / ketua / pembantu rektor / pembantu ketua) dengan masing-masing unit / bagian (jurusan, program studi, fakultas) 5. Duopoli TI, keputusan diambil oleh diskusi / rapat antara eksekutif bisnis senior (rektor / ketua / pembantu rektor / pembantu ketua) atau masing-masing unit / bagian (jurusan, program studi, fakultas) dengan profesional TI (manajer TI, kepala bagian TI, kepala bagian EDP, pimpinan PUSDEK) 6. Anarki, keputusan diambil oleh individu atau bagian berdasarkan kebutuhan masing-masing
Contoh jawaban pertanyaan nomor 28 s.d 39
176
28. Siapakah yang mengambil keputusan dalam inisiasi (penetapan ruang lingkup, tujuan, visi, metodologi, presentasi dan rencana kerja) di perguruan tinggi anda? Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki
rencana arsitektur enterprise alat bantu, tim perencana, Jawaban Tidak setuju
Sangat tidak setuju
29. Siapakah yang mengambil keputusan dalam permodelan bisnis arsitektur enterprise (penetapan struktur organisasi, dan permodelan bisnis fungsional dalam rencana strategis TI) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki 30. Siapakah yang mengambil keputusan dalam pembuatan sistem dan teknologi saat ini (katalog sumber daya informasi dan pembuatan skema sistem) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki 31. Siapakah yang mengambil keputusan dalam pembuatan arsitektur data (definisi entitas data, membuat diagram E-R, membuat matriks entiti ke fungsi, membuat laporan arsitektur data) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki
177
32. Siapakah yang mengambil keputusan dalam pembuatan arsitektur aplikasi (definisi aplikasi, membuat matriks aplikasi, membuat analisa dampak aplikasi, membuat laporan arsitektur aplikasi) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki 33. Siapakah yang mengambil keputusan dalam arsitektur teknologi (pembuatan distribusi data dan aplikasi, dan laporan arsitektur teknologi dalam rencana strategis TI) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki 34. Siapakah yang mengambil keputusan dalam rencana implementasi (pembuatan urutan aplikasi, rencana migrasi, analisis biaya dan keuntungan, faktor sukses dan rekomendasi rencana strategis TI) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki 35. Siapakah yang mengambil keputusan tentang prinsip TI (rapat, diskusi, debat, pengubahan, dan evolusi prinsip TI) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki
178
36. Siapakah yang membuat keputusan tentang arsitektur TI (pengorganisasian logis data, aplikasi, dan infrastruktur untuk standarisasi data dan proses) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki 37. Siapakah yang mengambil keputusan tentang infrastruktur TI (merencanakan pondasi dan kapabilitas TI (teknis dan orang) yang dibutuhkan) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki 38. Siapakah yang mengambil keputusan tentang kebutuhan aplikasi bisnis (aplikasi yang akan dibangun / dibuat dalam perguruan tinggi anda dengan mengikuti prinsip yang ada pada arsitektur TI) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki 39. Siapakah yang mengambil keputusan tentang investasi dan prioritas TI (berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk TI, portofolio TI, dan pertimbangan prioritas strategis perguruan tinggi dalam pengeluaran TI) di perguruan tinggi anda? Jawaban Pengambil No. keputusan Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Monarki bisnis 2. Monarki TI 3. Feudal 4. Federal 5. Duopoli TI 6. Anarki
179
Keterangan: Pertanyaan nomor 40 s.d 46 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda centang () pada setiap pilihan keputusan TI sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu Sdr: 1. Prinsip TI, adalah sebuah pernyataan tingkat tinggi tentang bagaimana TI digunakan dalam perguruan tinggi yang didiskusikan, didebat, didukung, diubah, dan berevolusi. Prinsip TI ini digunakan sebagai alat untuk melatih eksekutif terhadap strategi teknologi dan keputusan investasi, dan menjelaskan model operasi perguruan tinggi, bagaimana TI mendukung model tersebut, dan bagaimana TI akan dibiayai 2. Arsitektur TI, adalah pengorganisasian secara logi data, aplikasi, dan infrastruktur dengan menggunakan kebijakan, relasi dan plihan teknis, yang bertujuan untuk standarisasi data dan proses 3. Infrastruktur TI, adalah pondasi dan kapabilitas TI (teknis dan orang) yang dibutuhkan, dan terdapat layanan seperti: jaringan telekomunikasi, manajemen komputer server atau mainframe, manajemen dokumen yang dishare secara bersama, riset dan pengembangan kepakaran untuk mengidentifikasi teknologi baru, dan pengidentifikasian cara baru yang efektif untuk memberikan value pada konsumen melalui TI 4. Kebutuhan aplikasi bisnis, adalah pembangunan / pembuatan aplikasi (software) selalu dipastikan untuk mengikuti prinsip yang ada pada arsitektur TI dan dilakukan pembedaan antara aplikasi inti perguruan tinggi dengan aplikasi yang tidak esensial dalam perguruan tinggi 5. Investasi dan prioritas TI, adalah proses untuk menentukan berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk TI, dibuat portofolio TI untuk mengalokasikan biaya TI, dan pengeluaran TI selalu mempertimbangkan prioritas strategis dari perguruan tinggi
Contoh jawaban pertanyaan nomor 40 s.d 46 40. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tentang inisiasi rencana (penetapan ruang lingkup, tujuan, visi, metodologi, alat bantu, tim perencana, presentasi dan rencana kerja) di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Keputusan TI Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Prinsip TI 2. Arsitektur TI 3. Infrastruktur TI 4. Kebutuhan Aplikasi Bisnis 5. Investasi dan prioritas TI
180
41. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk permodelan bisnis (penetapan struktur organisasi, dan permodelan bisnis fungsional) di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Keputusan TI Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Prinsip TI 2. Arsitektur TI 3. Infrastruktur TI 4. Kebutuhan Aplikasi Bisnis 5. Investasi dan prioritas TI
42. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk pembuatan sistem dan teknologi saat ini (katalog sumber daya informasi dan pembuatan skema sistem) di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Keputusan TI Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Prinsip TI 2. Arsitektur TI 3. Infrastruktur TI 4. Kebutuhan Aplikasi Bisnis 5. Investasi dan prioritas TI 43. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk pembuatan arsitektur data (definisi entitas data, membuat diagram E-R, membuat matriks entiti ke fungsi, membuat laporan arsitektur data) di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Keputusan TI Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Prinsip TI 2. Arsitektur TI 3. Infrastruktur TI 4. Kebutuhan Aplikasi Bisnis 5. Investasi dan prioritas TI 44. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk pembuatan arsitektur aplikasi (definisi aplikasi, membuat matriks aplikasi, membuat analisa dampak aplikasi, membuat laporan arsitektur aplikasi) di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Keputusan TI Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Prinsip TI 2. Arsitektur TI 3. Infrastruktur TI 4. Kebutuhan Aplikasi Bisnis 5. Investasi dan prioritas TI
181
45. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk pembuatan arsitektur teknologi (distribusi data dan aplikasi, laporan arsitektur teknologi) di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Keputusan TI Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Prinsip TI 2. Arsitektur TI 3. Infrastruktur TI 4. Kebutuhan Aplikasi Bisnis 5. Investasi dan prioritas TI 46. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk pembuatan rencana implementasi (urutan aplikasi, rencana migrasi, analisis biaya dan keuntungan, faktor sukses dan rekomendasi rencana) di perguruan tinggi anda? Jawaban No. Keputusan TI Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1. Prinsip TI 2. Arsitektur TI 3. Infrastruktur TI 4. Kebutuhan Aplikasi Bisnis 5. Investasi dan prioritas TI
182
Lampiran D Data uji terbatas survei untuk 7 responden Skor Skor faktor X2 no: Skor faktor X3 no: Skor faktor X4 no: faktor X1 No. no: X1 X2 X3 Res 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 21 21 22 22 23 23 23 23 24 24 24 24 24 24 24 25 25 25 25 26 26 26 26 27 27 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 .1 .2 .3 .4 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .1 .2 .1 .2 .1 .2 .3 .4 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .1 .2 .3 .4 .1 .2 .3 .4 .1 .2 1 3 2 3 2 2 12 3 3 3 3 2 2 3 19 4 3 2 2 1 2 14 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 1 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 11 2 2 2 2 2 2 4 16 2 2 2 2 2 2 12 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 12 3 3 2 3 3 2 3 19 2 3 2 2 3 2 14 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 2 3 3 20 2 3 3 2 3 3 16 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 3 5 2 3 2 2 1 10 3 2 3 3 2 2 3 18 2 3 1 3 3 3 15 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 4 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 6 3 2 3 3 3 14 3 2 3 4 2 3 4 21 3 2 2 3 3 2 15 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 7 3 3 3 3 2 14 2 3 2 3 3 3 2 18 3 3 2 3 3 3 17 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3
Keterangan: No. Res: Nomor responden
X4 TOTAL
100 95 102 108 95 91 92
145 134 147 159 138 141 141
183
Lampiran E Hasil pengujian butir pertanyaan tahap I
Nomor
Butir Pertanyaan
r hitung
r kritis
Keterangan
1
p.1
0,45
0,30
valid
2
p.2
0,28
0,30
tidak valid
3
p.3
0,31
0,30
valid
4
p.4
0,40
0,30
valid
5
p.5
0,60
0,30
valid
6
p.6
0,52
0,30
valid
7
p.7
0,69
0,30
valid
8
p.8
0,34
0,30
valid
9
p.9
0,25
0,30
tidak valid
10
p.10
0,04
0,30
tidak valid
11
p.11
0,40
0,30
valid
12
p.12
-0,29
0,30
tidak valid
13
p.13
-0,06
0,30
tidak valid
14
p.14
0,52
0,30
valid
15
p.15
0,75
0,30
valid
16
p.16
-0,42
0,30
tidak valid
17
p.17
0,18
0,30
tidak valid
18
p.18
0,28
0,30
tidak valid
19
p.19.1
0,19
0,30
tidak valid
20
p.19.2
,846
*
0,30
valid
21
p.19.3
0,35
0,30
valid
22
p.19.4
0,35
0,30
valid
23
p.20.1
0,47
0,30
valid
24
p.20.2
0,05
0,30
tidak valid
25
p.20.3
,801*
0,30
valid
26
p.20.4
-0,08
0,30
tidak valid
27
p.20.5
,787
*
0,30
valid
28
p.20.6
0,13
0,30
tidak valid
29
p.20.7
0,14
0,30
tidak valid
30
p.21.1
.a
0,30
valid
31
p.21.2
0,36
0,30
valid
32
p.22.1
0,52
0,30
valid
184
Nomor
Butir Pertanyaan
r hitung
r kritis
Keterangan
33
p.22.2
0,52
0,30
valid
34
p.23.1
0,14
0,30
tidak valid
35
p.23.2
0,35
0,30
valid
36
p.23.3
0,09
0,30
tidak valid
37
p.23.4
0,14
0,30
tidak valid
38
p.24.1
0,40
0,30
valid
39
p.24.2
-0,53
0,30
tidak valid
40
p.24.3
0,44
0,30
valid
41
p.24.4
0,34
0,30
valid
42
p.24.5
0,57
0,30
valid
43
p.24.6
-0,21
0,30
tidak valid
44
p.24.7
.a
0,30
valid
45
p.25.1
0,72
0,30
valid
46
p.25.2
-0,36
0,30
tidak valid
47
p.25.3
0,23
0,30
tidak valid
48
p.25.4
0,69
0,30
valid
49
p.26.1
,846
*
0,30
valid
50
p.26.2
0,40
0,30
valid
51
p.26.3
0,36
0,30
valid
52
p.26.4
0,35
0,30
valid
53
p.27.1
-0,55
0,30
tidak valid
54
p.27.2
0,26
0,30
tidak valid
185
Lampiran F Revisi Instrumen I Kata Pengantar Rencana strategis teknologi informasi (TI) berperan penting dalam penerapan TI di perguruan tinggi. Dengan merencanakan TI secara jangka panjang, TI perguruan tinggi yang kompleks diharapkan dapat harmonis secara efektif dan efisien dengan rencana jangka panjang dari perguruan tinggi itu sendiri. Tata kelola TI sama pentingnya dengan rencana strategis TI. Dengan menentukan siapa yang mengambil keputusan dalam setiap keputusan TI, diharapkan dapat menghasilkan TI yang lebih terkontrol dan selaras dengan setiap keputusan dari perguruan tinggi. Posisi rencana strategis dan tata kelola TI biasanya dilakukan secara terpisah. Melalui penelitian ini dilakukan pengembangan untuk membuat rencana strategis yang didukung oleh tata kelola TI. Penelitian ini tidak menentukan perguruan tinggi yang memiliki rencana strategis dan tata kelola yang terbaik. Namun lebih melihat kepada penggabungan rencana strategis dan tata kelola TI dalam satu kesatuan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melihat pola rencana strategis dan tata kelola TI di perguruan tinggi Bandung sehingga bisa digunakan sebagai perbandingan atau acuan untuk membuat rencana strategis dan tata kelola TI yang lebih baik dan mendukung setiap langkah-langkah dari perguruan tinggi. Bandung, Juni 2011 Hormat saya,
Edri Yunizal
186
Identitas Responden Nama *) Umur Jenis kelamin ***)
a. Laki-laki
Pendidikan Terakhir ***)
a. SLTA ke bawah b. S1
Pekerjaan / Pengalaman
Dosen TI Pengelola TI
**) Nama perguruan tinggi Lama bekerja
Jumlah
Program
Studi
***) Jumlah Pegawai ***)
Jumlah Pegawai TI ***)
Jumlah Mahasiswa ***)
a. b. c. d. e. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d.
< 1 tahun 2 s.d 4 tahun 5 s.d 7 tahun 7 s.d 10 tahun >10 tahun < 10 11 - 20 21 - 30 > 31 <100 101 - 200 201 - 300 > 301 <10 11 - 50 51 - 100 > 100 <1000 1001 - 5000 5000 - 10000 > 10000
Keterangan: *) Nama tidak dipublikasikan **) Boleh pilih lebih dari satu ***) Pilih salah satu
b.
Perempuan c. d.
S2 S3
Lainnya, .......................
sebutkan:
187
Petunjuk: Untuk pertanyaan nomor 1 s.d 17 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda silang (X) (seperti contoh) pada pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu/ Sdr/i:
Contoh pengisian pertanyaan nomor 1 s.d 27 1.
Apakah keputusan-keputusan Teknologi Informasi (TI) di perguruan tinggi Bapak / Ibu mengacu pada sebuah pernyataan ringkas (seperti: pernyataan visi dan misi TI) tentang bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai? a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil
2.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu melakukan pengorganisasian dokumen tertentu sehingga mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
3.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu menyediakan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh perangkat lunak di masingmasing unit / bagian? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
4.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu mengembangkan aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis perguruan tinggi dan kebutuhan operasional masing-masing unit dengan selalu menjaga agar aplikasi tersebut tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada? a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil
5.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu menggunakan mekanisme tertentu untuk melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi? a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil
6.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu membuat perencanaan TI secara berkala? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
188
7.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu menggunakan diagram tertentu (seperti: struktur organisasi, rantai nilai (value chain), system flowchart, atau document flowchart yang menunjukkan keterkaitan fungsi dalam perguruan tinggi dengan informasi) untuk berkomunikasi tentang TI dengan pihak luar bagian TI seperti rektor, ketua jurusan, ketua program studi, perpustakaan dan unit-unit lain? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
8.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu mendokumentasikan sumber daya informasi (perangkat keras , perangkat lunak, perangkat jaringan komputer) yang dimiliki saat ini oleh perguruan tinggi dan membuat skema aplikasi dengan menggunakan data flow diagram (DFD)? a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil
9.
Apakah dalam merencanakan data yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan pembuatan skema data (contoh: entity relationship diagram (ERD)) dan analisa hubungan data tersebut dengan masing-masing fungsi di perguruan tinggi? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
10. Apakah dalam merencanakan perangkat lunak aplikasi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan analisa aplikasi yang dibutuhkan oleh setiap fungsi serta analisa dampak dari aplikasi? a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil 11. Apakah dalam merencanakan teknologi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan analisa terhadap distribusi dari data dan perangkat lunak aplikasi di masing-masing unit / bagian / fakultas / jurusan / program studi? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 12. Apakah dalam merencanakan implementasi dari perencanaan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan pengurutan aplikasi mana yang dibangun terlebih dahulu, analisa biaya dan keuntungan, serta pencarian faktor sukses dan rekomendasi dari rencana tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 13. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan oleh pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 14. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan oleh pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP)? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
189
15. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan oleh pimpinan unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 16. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan berdasarkan rapat atau diskusi antara para pimpinan unit perguruan tinggi (Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain termasuk pimpinan unit TI)? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 17. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan berdasarkan rapat atau diskusi antara pimpinan TI (contoh: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP)) dengan salah satu dari Pimpinan (contoh: Senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan) atau pimpinan unit (Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain)? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 18. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan oleh masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 19. Bagaimanakah dukungan, rasa membutuhkan, kesadaran dan komitmen dari dewan senat terhadap TI diperguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat tinggi c. Sedang e. Sangat rendah b. Tinggi d. Rendah 20. Bagaimanakah dukungan finansial, kerjasama, intuisi sistematis, penerimaan, intuisi strategis, rasa memiliki dari Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan terhadap TI serta hubungan mereka dengan bagian TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat tinggi c. Sedang e. Sangat rendah b. Tinggi d. Rendah 21. Bagaimanakah pelaksanaan strategi organisasi dan keselarasannya dengan strategi TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk 22. Bagaimanakah manajemen dan orientasi perubahan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk
190
23. Bagaimanakah strategi pengumpulan sumber daya, metodologi, alat dan dokumentasi, serta konsultan yang digunakan untuk ketersediaan sumber daya TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk 24. Seberapa baik struktur organisasi, proses outsource, manajemen proyek, standar proses, perencanaan proyek, peraturan, dan proses bisnis di perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk 25. Bagaimana ketersediaan TI, produk arsitektur enterprise, kekuatan TI, dan posisi TI dalam struktur organisasi di perguruan tinggi Bapak Ibu? a. Sangat tinggi c. Sedang e. Sangat rendah b. Tinggi d. Rendah 26. Bagaimanakah penerimaan TI, organisasi, intuisi strategis, dan komitmen staf dalam perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk 27. Bagaimanakah sistem pelatihan staf, dan kehadiran pakar di perguruan tinggi anda? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk
Petunjuk: Untuk pertanyaan nomor 28 s.d 39 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda centang () pada setiap pilihan pengambilan keputusan yang dilakukan di perguruan tinggi sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu Sdr:
Contoh jawaban pertanyaan nomor 28 s.d 39 28. Siapakah yang mengambil keputusan dalam perencanaan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit
191
Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan 29. Siapakah yang mengambil keputusan dalam penggunaan diagram (seperti: struktur organisasi, rantai nilai (value chain), system flowchart, atau document flowchart yang menunjukkan keterkaitan fungsi dalam perguruan tinggi dengan informasi) untuk berkomunikasi tentang TI dengan pihak luar bagian TI seperti rektor, ketua jurusan, ketua program studi, perpustakaan dan unit-unit lain di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan 30. Siapakah yang mengambil keputusan dalam pendokumentasian sumber daya informasi (perangkat keras , perangkat lunak, perangkat jaringan komputer) yang dimiliki saat ini dan pembuatan skema aplikasi dengan menggunakan data flow diagram (DFD) di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan
31. Siapakah yang mengambil keputusan dalam perencanaan data yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan
192
32. Siapakah yang mengambil keputusan dalam perencanaan perangkat lunak aplikasi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan 33. Siapakah yang mengambil keputusan dalam perencanaan teknologi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan 34. Siapakah yang mengambil keputusan dalam merencanakan implementasi dari perencanaan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan
193
35. Siapakah yang mengambil keputusan tentang pernyataan visi dan misi TI bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai di perguruan tinggi anda? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan 36. Siapakah yang membuat keputusan tentang pengorganisasian dokumen tertentu sehingga mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan 37. Siapakah yang mengambil keputusan tentang penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh perangkat lunak di masing-masing unit / bagian di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan
194
38. Siapakah yang mengambil keputusan mengembangkan aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis perguruan tinggi dan kebutuhan operasional masing-masing unit dengan selalu menjaga agar aplikasi tersebut tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan 39. Siapakah yang mengambil keputusan tentang penggunaan mekanisme tertentu untuk melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pimpinan seperti: Dewan senat / Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan Monarki bisnis Pimpinan TI seperti: Manajer TI / Kepala bagian TI / Kepala bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) / Electronic Data Processing (EDP) Pimpinan Unit perguruan tinggi seperti: Ketua program studi / Kepala perpustakaan / Kepala labor / Ketua kelompok keilmuan / Kepala bagian keuangan / Pimpinan unit lain Rapat atau diskusi antara para Pimpinan Unit perguruan tinggi termasuk pimpinan unit TI Rapat atau diskusi antara Pimpinan TI dengan salah satu dari Pimpinan atau Pimpinan Unit Masing-masing unit / individu yang akan menggunakan keputusan Keterangan: Pertanyaan nomor 40 s.d 46 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda centang () pada setiap pilihan keputusan TI sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu Sdr:
Contoh jawaban pertanyaan nomor 40 s.d 46
195
40. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan perencanaan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas (seperti: pernyataan visi dan misi TI) tentang bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai Pengorganisasian dokumen tertentu sehingga mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh perangkat lunak di masing-masing unit / bagian Pengembangan aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis perguruan tinggi dan kebutuhan operasional masing-masing unit dengan selalu menjaga agar aplikasi tersebut tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Penggunaan mekanisme tertentu untuk melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi 41. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk penggunaan diagram (seperti: struktur organisasi, rantai nilai (value chain), system flowchart, atau document flowchart yang menunjukkan keterkaitan fungsi dalam perguruan tinggi dengan informasi) untuk berkomunikasi tentang TI dengan pihak luar bagian TI seperti rektor, ketua jurusan, ketua program studi, perpustakaan dan unit-unit lain di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas (seperti: pernyataan visi dan misi TI) tentang bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai Pengorganisasian dokumen tertentu sehingga mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh perangkat lunak di masing-masing unit / bagian Pengembangan aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis perguruan tinggi dan kebutuhan operasional masing-masing unit dengan selalu menjaga agar aplikasi tersebut tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Penggunaan mekanisme tertentu untuk melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi
196
42. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk pendokumentasian sumber daya informasi (perangkat keras , perangkat lunak, perangkat jaringan komputer) yang dimiliki saat ini dan pembuatan skema aplikasi dengan menggunakan data flow diagram (DFD) di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas (seperti: pernyataan visi dan misi TI) tentang bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai Pengorganisasian dokumen tertentu sehingga mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh perangkat lunak di masing-masing unit / bagian Pengembangan aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis perguruan tinggi dan kebutuhan operasional masing-masing unit dengan selalu menjaga agar aplikasi tersebut tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Penggunaan mekanisme tertentu untuk melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi 43. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk perencanaan data yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas (seperti: pernyataan visi dan misi TI) tentang bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai Pengorganisasian dokumen tertentu sehingga mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh perangkat lunak di masing-masing unit / bagian Pengembangan aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis perguruan tinggi dan kebutuhan operasional masing-masing unit dengan selalu menjaga agar aplikasi tersebut tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Penggunaan mekanisme tertentu untuk melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi 44. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk perencanaan perangkat lunak aplikasi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas (seperti: pernyataan visi dan misi TI) tentang bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai Pengorganisasian dokumen tertentu sehingga mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh perangkat lunak di masing-masing unit / bagian Pengembangan aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis perguruan tinggi dan kebutuhan operasional masing-masing unit
197
dengan selalu menjaga agar aplikasi tersebut tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Penggunaan mekanisme tertentu untuk melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi 45. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk perencanaan teknologi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas (seperti: pernyataan visi dan misi TI) tentang bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai Pengorganisasian dokumen tertentu sehingga mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh perangkat lunak di masing-masing unit / bagian Pengembangan aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis perguruan tinggi dan kebutuhan operasional masing-masing unit dengan selalu menjaga agar aplikasi tersebut tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Penggunaan mekanisme tertentu untuk melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi 46. Keputusan TI yang manakah yang dibutuhkan untuk merencanakan implementasi dari perencanaan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas (seperti: pernyataan visi dan misi TI) tentang bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai Pengorganisasian dokumen tertentu sehingga mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh perangkat lunak di masing-masing unit / bagian Pengembangan aplikasi berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis perguruan tinggi dan kebutuhan operasional masing-masing unit dengan selalu menjaga agar aplikasi tersebut tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Penggunaan mekanisme tertentu untuk melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi
198
Lampiran G Data uji terbatas tahap II untuk 5 responden No. Res
Skor faktor X1 no: 1 2 3 4 5
X1
1
2
2
4
4
5
2
4
3
3
4
3
3
3
3
4
4
5
5
4
5
Skor faktor X2 no:
X2
6
7
8
9
10
11
12
17
3
2
5
1
4
2
4
4
18
3
3
4
3
4
3
3
3
15
3
3
3
3
3
4
4
5
22
5
3
5
5
4
4
5
22
3
3
4
4
Keterangan: No. Res= Nomor responden
Skor faktor X3 no:
X3
13
14
15
16
17
18
21
4
4
1
3
4
1
3
23
3
3
3
3
3
3
3
21
5
1
3
4
4
4
4
30
5
4
4
3
3
3
23
5
4
5
Skor faktor X4 no:
X4
TOTAL
19
20
21
22
23
24
25
26
27
17
3
4
4
4
3
4
4
4
4
34
89
3
18
3
3
3
3
3
3
3
4
4
29
88
4
1
18
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
81
4
4
2
23
5
5
4
4
4
4
4
4
4
38
113
5
3
5
27
4
4
3
3
3
3
4
3
3
30
102
199
Lampiran H Revisi Instrumen II Kata Pengantar Rencana strategis teknologi informasi (TI) berperan penting dalam penerapan TI di perguruan tinggi. Dengan merencanakan TI secara jangka panjang, TI perguruan tinggi yang kompleks diharapkan dapat harmonis secara efektif dan efisien dengan rencana jangka panjang dari perguruan tinggi itu sendiri. Tata kelola TI sama pentingnya dengan rencana strategis TI. Dengan menentukan siapa yang mengambil keputusan dalam setiap keputusan TI, diharapkan dapat menghasilkan TI yang lebih terkontrol dan selaras dengan setiap keputusan dari perguruan tinggi. Posisi rencana strategis dan tata kelola TI biasanya dilakukan secara terpisah. Melalui penelitian ini dilakukan pengembangan untuk membuat rencana strategis yang didukung oleh tata kelola TI. Penelitian ini tidak menentukan perguruan tinggi yang memiliki rencana strategis dan tata kelola yang terbaik. Namun lebih melihat kepada penggabungan rencana strategis dan tata kelola TI dalam satu kesatuan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melihat pola rencana strategis dan tata kelola TI di perguruan tinggi Bandung sehingga bisa digunakan sebagai perbandingan atau acuan untuk membuat rencana strategis dan tata kelola TI yang lebih baik dan mendukung setiap langkah-langkah dari perguruan tinggi..
Bandung, Juni 2011 Hormat kami,
Peneliti
200
IDENTITAS RESPONDEN Nama *) Umur Jenis kelamin ***) Pendidikan Terakhir ***) Pekerjaan / Pengalaman **)
a. b. a. b.
Laki-laki Perempan SLTA ke bawah S1 Dosen TI Pengelola TI
c. S2 d. S3 Lainnya, sebutkan: ..................
Nama perguruan tinggi Lama bekerja Jumlah Program Studi ***) Jumlah Pegawai ***) Jumlah Pegawai TI ***) Jumlah Mahasiswa ***)
a. b. a. b. a. b. a. b. a. b.
< 1 tahun 2 s.d 4 tahun < 10 11 - 20 <100 101-200 <10 11- 50 <1000 1001- 5000
Keterangan: *) Nama tidak dipublikasikan **) Boleh pilih lebih dari satu ***) Pilih salah satu
c. 5 s.d 7 tahun e. >10 tahun d. 7 s.d 10 tahun c. 21 - 30 d. > 31 c. 201-300 d. > 301 c. 51 - 100 d. >100 c. 5001 - 10000 d. > 10000
201
Petunjuk Soal Kelompok A: & Tata Kelola TI
Arsitektur PETUNJUK PENGISIAN
Untuk pertanyaan nomor 1 s.d 27 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda silang (X) (seperti contoh) pada pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu/ Sdr/i: 47. Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian?
X a.
Selalu Tidak pernah
b. Sering
c. Kadang-kadang d. Jarang
1.
Apakah setiap keputusan Teknologi Informasi (TI) di perguruan tinggi Bapak / Ibu mengacu pada sebuah pernyataan ringkas (seperti:pernyataan visi dan misi TI) tentang bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai? a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil
2.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu mendorong agar data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
3.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibusudah terlebih dahulu menyediakan infrastruktur TI seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) sebelum menerapkan perangkat lunak aplikasi yang baru? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
4.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu menerapkan perangkat lunak aplikasi baru berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan tetap menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada? a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil
5.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu melakukan investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi? a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil
6.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu membuat perencanaan jangka panjang TI secara berkala? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
e.
202
7.
Apakah dalam membuat rencana strategis TI di perguruan tinggi anda dilakukan permodelan bisnis seperti: struktur organisasi, value chain, dan model bisnis fungsional? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
8.
Apakah perguruan tinggi Bapak / Ibu mendokumentasikan sumber daya informasi (perangkat keras, perangkat lunak, perangkat jaringan komputer) yang dimiliki saat ini? a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil
9.
Apakah dalam merencanakan data yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan pembuatan skema data (contoh: entity relationship diagram (ERD)) dan analisa hubungan data tersebut dengan pihak yang membutuhkan (rektor, jurusan, dekan, program studi, kepegawaian, dan komponen perguruan tinggi lainnya) ? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
10. Perguruan tinggi Bapak / Ibu selalu meakukan analisa hubungan dan dampak (dengan perangkat lunak aplikasi yang lain dan unit yang menggunakan) dalam merencanakan perangkat lunak aplikasi a. Semuanya c. Sebagian ya, sebagian tidak e. Tidak ada b. Sebagian besar d. Sebagian kecil 11. Apakah dalam merencanakan teknologi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan analisa terhadap distribusi dari data dan perangkat lunak aplikasi pada masing-masing pihak yang membutuhkan? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 12. Apakah dalam merencanakan implementasi dari perencanaan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan pengurutan perangkat lunak aplikasi yang harus dibangun, analisa biaya dan keuntungan, serta pencarian faktor sukses dan rekomendasi dari rencana tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 13. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan oleh Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET)? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 14. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan oleh Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP)? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 15. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan oleh Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain)? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang
203
16. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan berdasarkan Rapat / diskusi para Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain)? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 17. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan berdasarkan Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 18. Apakah pengambilan keputusan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu dilakukan oleh masingmasing individu yang akan menggunakan keputusan tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang e. Tidak pernah b. Sering d. Jarang 19. Bagaimanakah dukungan dari senat terhadap TI diperguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat tinggi c. Sedang e. Sangat rendah b. Tinggi d. Rendah 20. Bagaimanakah dukungan dari Rektor / Ketua / Pembantu rektor / Pembantu ketua / Dekan / Ketua Jurusan terhadap TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat tinggi c. Sedang e. Sangat rendah b. Tinggi d. Rendah 21. Bagaimanakah pelaksanaan dan keselarasan strategi TI dalam strategi organisasi di perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk 22. Bagaimanakah manajemen perubahan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk 23. Bagaimanakah strategi agar sumber daya TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu selalu tersedia? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk 24. Seberapa baik struktur, proses, standar, dan manajemen proyek TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk 25. Bagaimana posisi dan kekuatan TI dalam struktur organisasi di perguruan tinggi Bapak Ibu? a. Sangat tinggi c. Sedang e. Sangat rendah b. Tinggi d. Rendah 26. Bagaimanakah penerimaan, intuisi strategis, dan komitmen staf terhadap TI dalam perguruan tinggi Bapak / Ibu? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk
204
27. Bagaimanakah sistem pelatihan TI untuk staf, dan kehadiran pakar TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu?? a. Sangat baik c. Sedang e. Sangat buruk b. Baik d. Buruk
Petunjuk Soal Kelompok B: & Tata Kelola TI
Arsitektur PETUNJUK PENGISIAN
Untuk pertanyaan nomor 28 s.d 39 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda centang () pada setiap pilihan pengambilan keputusan yang dilakukan di perguruan tinggi sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu : 28. Siapakah yang mengambil keputusan dalam penggunaan diagram tertentu (contoh: struktur organisasi, value chain, system flowchart, atau document flowchart) untuk perencanaan jangka panjang TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu?
Setiap individu
Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian
Rapat / diskusi para Kepala bagian
Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain)
Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP)
Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET)
28. Siapakah yang mengambil keputusan dalam perencanaan jangka panjang TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) 29. Siapakah yang mengambil keputusan dalam permodelan bisnis seperti: struktur organisasi, value chain, dan model bisnis fungsional dalam perencanaan strategis TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) 30. Siapakah yang mengambil keputusan dalam pendokumentasian sumber daya informasi (perangkat keras , perangkat lunak, perangkat jaringan komputer) yang dimiliki saat ini di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu
205
Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET)
31. Siapakah yang mengambil keputusan dalam perencanaan jangka panjang data yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) 32. Siapakah yang mengambil keputusan dalam perencanaan jangka panjang perangkat lunak aplikasi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) 33. Siapakah yang mengambil keputusan dalam perencanaan jangka panjang teknologi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) 34. Siapakah yang mengambil keputusan dalam merencanakan implementasi dari perencanaan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) 35. Siapakah yang mengambil keputusan tentang pernyataan visi dan misi TI bagaimana TI akan digunakan dan dibiayai di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET)
206
36. Siapakah yang membuat keputusan tentang bagaimana data, aplikasi, dan teknologi bisa dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh unit / bagian di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) 37. Siapakah yang mengambil keputusan tentang infrastruktur TI yang harus disediakan seperti tenaga ahli (programmer, administrator database, analis sistem) dan alat teknis (komputer server, sistem operasi, perangkat lunak) sebelum menerapkan perangkat lunak aplikasi yang baru di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) 38. Siapakah yang mengambil keputusan di perguruan tinggi Bapak / Ibu tentang penerapan perangkat lunak aplikasi baru berdasarkan perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan tetap menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET) 39. Siapakah yang mengambil keputusan tentang investasi TI dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan prioritas strategis perguruan tinggi di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Setiap individu Rapat / diskusi Kepala bagian TI dengan Pimpinan atau Kepala bagian Rapat / diskusi para Kepala bagian Kepala bagian (Dekan/ KAJUR/ KAPRODI/ Kepala perpustakaan / KABAG lain) Kepala bagian TI (Kepala PDE/ Kepala PUSKOM / Kepala EDP) Pimpinan (Senat/ Rektor/ Ketua/ PUREK/ PUKET)
207
Petunjuk Soal Kelompok C: & Tata Kelola TI
Arsitektur PETUNJUK PENGISIAN
Pertanyaan nomor 40 s.d 46 mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya dengan memberi tanda centang () pada setiap pilihan keputusan TI sesuai dengan pengamatan Bapak / Ibu Sdr: 40. Keputusan TI manakah yang dibutuhkan untuk perencanaan jangka panjang TI secara berkala di perguruan tinggi Bapak / Ibu?
Pernyataan ringkas yang jadi pedoman (seperti: pernyataan visi dan misi TI)
Pengorganisasian data, aplikasi, dan teknologi agar bisa dimanfaatkan secara bersama
Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli dan alat teknis
Pengembangan aplikasi sesuai perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada
Investasi TI dengan mempertimbangkan biaya dan prioritas strategis
40. Keputusan TI manakah yang dibutuhkan untuk perencanaan jangka panjang TI secara berkala di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas yang jadi pedoman (seperti: pernyataan visi dan misi TI) Pengorganisasian data, aplikasi, dan teknologi agar bisa dimanfaatkan secara bersama Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli dan alat teknis Pengembangan aplikasi sesuai perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Investasi TI dengan mempertimbangkan biaya dan prioritas strategis 41. Keputusan TI manakah yang dibutuhkan untuk penggunaan diagram tertentu (contoh: struktur organisasi, value chain, system flowchart, atau document flowchart) untuk perencanaan jangka panjang TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas yang jadi pedoman (seperti: pernyataan visi dan misi TI) Pengorganisasian data, aplikasi, dan teknologi agar bisa dimanfaatkan secara bersama Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli dan alat teknis Pengembangan aplikasi sesuai perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Investasi TI dengan mempertimbangkan biaya dan prioritas strategis 42. Keputusan TI manakah yang dibutuhkan untuk pendokumentasian sumber daya informasi (perangkat keras , perangkat lunak, perangkat jaringan komputer) yang dimiliki saat ini di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas yang jadi pedoman (seperti: pernyataan visi dan misi TI)
208
Pengorganisasian data, aplikasi, dan teknologi agar bisa dimanfaatkan secara bersama Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli dan alat teknis Pengembangan aplikasi sesuai perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Investasi TI dengan mempertimbangkan biaya dan prioritas strategis
43. Keputusan TI manakah yang dibutuhkan untuk perencanaan jangka panjang data yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas yang jadi pedoman (seperti: pernyataan visi dan misi TI) Pengorganisasian data, aplikasi, dan teknologi agar bisa dimanfaatkan secara bersama Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli dan alat teknis Pengembangan aplikasi sesuai perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Investasi TI dengan mempertimbangkan biaya dan prioritas strategis 44. Keputusan TI manakah yang dibutuhkan untuk perencanaan jangka panjang perangkat lunak aplikasi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas yang jadi pedoman (seperti: pernyataan visi dan misi TI) Pengorganisasian data, aplikasi, dan teknologi agar bisa dimanfaatkan secara bersama Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli dan alat teknis Pengembangan aplikasi sesuai perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Investasi TI dengan mempertimbangkan biaya dan prioritas strategis 45. Keputusan TI manakah yang dibutuhkan untuk perencanaan jangka panjang teknologi yang akan digunakan di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas yang jadi pedoman (seperti: pernyataan visi dan misi TI) Pengorganisasian data, aplikasi, dan teknologi agar bisa dimanfaatkan secara bersama Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli dan alat teknis Pengembangan aplikasi sesuai perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Investasi TI dengan mempertimbangkan biaya dan prioritas strategis 46. Keputusan TI manakah yang dibutuhkan untuk merencanakan implementasi dari perencanaan TI di perguruan tinggi Bapak / Ibu? Pernyataan ringkas yang jadi pedoman (seperti: pernyataan visi dan misi TI) Pengorganisasian data, aplikasi, dan teknologi agar bisa dimanfaatkan secara bersama Penyediaan infrastruktur TI seperti tenaga ahli dan alat teknis Pengembangan aplikasi sesuai perkembangan teknologi, kebutuhan strategis dan operasional dengan menjaga agar tidak mengganggu tatanan sistem yang sudah ada Investasi TI dengan mempertimbangkan biaya dan prioritas strategis
209
Lampiran I Raw Data Hasil Survei Skor faktor X1 no: 1 2 3 4 5
X1
1
4
5
5
4
4
2
3
3
2
3
3
5
5
5
4
3
4
5
2
6
No. Res
Skor faktor X2 no:
Skor faktor X3 no:
Skor faktor X4 no:
X4
TOTA L
4
37
104
3
2
22
61
5
5
5
45
131
3
4
3
3
28
87
3
3
3
3
3
25
77
3
3
3
3
3
3
25
67
3
3
3
3
3
3
3
31
96
3
2
3
2
2
2
3
2
20
52
2
3
2
1
2
2
3
3
3
21
81
19
4
4
4
4
3
4
4
4
4
35
103
1
19
4
5
4
4
3
3
3
4
3
33
99
3
3
23
3
3
4
4
3
4
4
4
4
33
110
3
4
3
22
4
4
4
4
4
4
4
5
4
37
113
1
2
4
1
15
4
5
4
4
4
4
4
4
4
37
101
4
3
4
4
2
22
4
5
4
3
4
4
4
4
3
35
108
5
2
3
2
2
3
17
3
3
3
3
3
2
2
4
2
25
70
23
4
3
3
3
4
3
20
4
4
3
3
3
4
3
3
4
31
93
3
24
5
5
3
3
4
2
22
5
5
4
3
4
4
4
4
3
36
104
3
23
4
4
4
4
4
3
23
4
4
4
3
4
4
4
4
3
34
100
6
7 8 9
10 11 12
22
5
3 4 3
3
4
4
2
13
2
1 3 1
1
1
5
5
25
5
5 5 5
5
4
4
4
19
3
2 3 4
5
3
2
2
14
2
3
3
2
2
3
13
7
3
4
3
3
4
8
1
3
3
2
9
3
4
3
10
4
4
11
3
12
X2
13 14 15
16
17
18
26
5
4
3
3
3
1
2
11
4
3
1
3
3
5
5
35
5
5
5
5
3
3
3
21
3
5
2
3 3 5
1
2
2
18
5
3
2
2 3 2
2
2
2
15
4
17
4
3 4 3
4
4
4
26
2
11
1
2 1 2
2
1
1
4
4
18
3
4 3 1
4
4
5
4
5
22
4
4 4 4
4
5
3
4
5
20
2
3 5 4
5
5
4
5
4
23
5
13
4
5
5
4
5
23
14
4
5
5
4
4
15
4
5
5
4
16
2
3
2
17
4
5
18
4
19
4
X3
19 20
21
22
23
24
25
26
27
19
5
5
4
4
4
3
3
5
1
15
2
3
3
2
3
2
2
5
1
26
5
5
5
5
5
5
3
2
4
19
2
3
3
3
4
3
5
3
1
20
2
2
3
3
2
2
2
2
2
14
2
2
3
3
5
4
4
3
3
22
5
5
10
1
3
3
1
1
2
11
1
2
21
4
5
4
3
3
2
21
3
4
27
4
3
3
3
3
3
3
5
5
27
3
4
3
3
5
3 5 5
5
5
3
31
5
5
4
3
5
4 4 4
5
4
5
31
5
4
3
22
3
4 3 3
5
5
4
27
3
4
4
22
5
4 4 4
4
4
4
29
5
2
3
12
2
3 3 1
1
3
3
16
3
4
3
19
4
3 4 3
3
3
3
5
5
3
5
22
4
4 4 3
1
5
4
4
4
4
20
4
4 3 3
3
3
210
20
4
4
3
2
3
16
3
2 5 3
2
3
2
20
5
1
1
3
5
5
20
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
83
21
5
5
5
3
5
23
5
5 5 5
5
5
5
35
5
3
3
5
5
1
22
3
5
5
5
3
4
5
5
5
40
120
22
4
3
2
4
4
17
3
3 4 3
4
3
3
23
3
4
3
3
3
3
19
4
4
3
3
3
3
3
3
3
29
88
23
5
4
3
3
3
18
4
2 4 2
3
4
2
21
5
5
5
5
5
2
27
5
5
5
4
4
4
4
4
3
38
104
24
3
5
3
3
3
17
3
3 3 2
2
4
2
19
3
3
2
3
4
4
19
3
3
3
3
3
3
4
3
3
28
83
25
1
5
5
3
4
18
5
5 5 5
2
5
5
32
5
1
1
5
5
1
18
5
5
4
3
4
3
4
4
4
36
104
26 27
2 3
4 3
3 3
3 4
2 2
14 15
3 3
3 3 3 2 4 4
2 4
5 3
3 2
22 22
3 4
3 1
3 1
3 4
3 4
3 1
18 15
3 3
3 4
2 3
3 2
3 3
3 2
2 3
3 3
2 3
24 26
78 78
28
3
3
3
3
3
15
3
3 3 3
3
3
3
21
4
3
2
3
4
2
18
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
81
29
4
5
4
3
4
20
4
4 3 3
3
3
5
25
5
4
5
5
4
2
25
4
5
5
5
4
4
4
5
4
40
110
30
4
4
3
3
4
18
5
5 4 5
2
5
4
30
3
4
3
3
5
4
22
5
5
3
5
3
4
5
3
2
35
105
31
1
5
5
5
5
21
3
5 5 4
3
5
5
30
3
5
3
3
3
3
20
3
5
3
4
5
5
3
3
3
34
105
211
Lampiran J Surat Pengantar Validasi Pakar Kepada Yth. Bapak / Ibu: .................................................... di Bandung Dengan hormat, Berkaitan dengan penelitian saya yang berjudul: “Integrasi Arsitektur Enterprise dan IT Governance”, dengan ini saya mohon bantuan Bapak/ Ibu untuk melakukan validasi terhadap instrumen survei yang saya buat. Penelitian ini difokuskan pada Universitas, Institut dan STMIK di kota Bandung. Tujuannya untuk membantu perguruan tinggi menggunakan praktek arsitektur enterprise dan IT governance secara bersamaan sehingga bisa meningkatkan keselarasan antara bisnis dan TI dalam tujuan mendapatkan value TI yang maksimal untuk organisasi mereka. Perlu saya jelaskan bahwa untuk mencapai tujuan di atas saya membuat sebuah model integrasi antara arsitektur enterprise dengan IT governance. Model ini kemudian saya uji dengan menggunakan survei berupa kuisioner sebagaimana terlampir. Dalam kuisioner saya menggunakan skala Likert (untuk memudahkan dan menyaring pendapat dari para partisipan). Sebagian dari instrumen menggunakan pilihan ganda, dan sebagian lainnya menggunakan checklist. Untuk validasi instrumen yang saya kembangkan, saya mohon Bapak/ Ibu untuk membubuhkan tanda cek () di Daftar Cek pada tempat yang sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu. Bila dipandang perlu, Bapak/ Ibu dapat menggunakan halaman belakang lembar validasi, atau kertas lain untuk memberikan komentar terhadap instrumen yang saya kembangkan. Komentar Bapak/ Ibu sangat saya harapkan terutama yang terkait dengan isi dari instrumen. Atas bantuan Bapak/ Ibu, saya haturkan terima kasih.
Bandung, Juni 2011 Hormat saya,
Edri Yunizal
212
Lampiran K Permohonan Pengambilan Data
213
214
215
Lampiran L Pemetaan EAP ke CISR MIT Lampiran ini merupakan pemetaan EAP ke CISR MIT menggunakan pendekatan COBIT mapping TOGAF yang ditawarkan oleh IT Governance. Hasil pemetaan dikelompokkan dalam keputusan TI. Lampiran ini terbagi dua, keputusan TI dan pertanyaan TI. Pertanyaan TI adalah bagian detail dari pemetaan, bagian ini diakumulasi ke keputusan TI dan keputusan TI diakumulasi menjadi ikhtisar hasil pemetaan di Tabel II-9. A. Keputusan TI 1. Prinsip TI No 1 2 3 6 7 23 30 33
Langkah EAP Menentukan Ruang Lingkup dan tujuan dari EA Pembuatan Visi Adaptasi metodologi Siapkan Rencana Kerja Perencanaan Dapatkan persetujuan manajemen Adminitrasi dan Pelihara Katalog Sumber Daya Informasi Hubungkan Aplikasi dengan Fungsi Identifikasi prinsip dan platform teknologi
Jumlah pemetaan Primer
Sekunder
Kontekstual
4
5
1
4 1 3 8 0
4 5 5 2 0
0 4 5 4 0
0 1
1 2
0 1
2. Arsitektur TI No
Langkah EAP
1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Menentukan Ruang Lingkup dan tujuan dari EA Pembuatan Visi Adaptasi metodologi Pengaturan Sumber Daya Komputer Susun Tim Perencana Dokumentasikan struktur organisasi Identifikasi dan Definisikan Fungsi Distribusikan Model Bisnis Awal Jadwalkan wawancara Persiapan wawancara Lakukan wawawancara Memasukkan Data kedalam Aplikasi Distribusikan Model Bisnis yang Lengkap Tentukan ruang lingkup, tujuan dan rencana kerja katalog sumber daya informasi
Primer 1 0 0 1 1 4 4 1 0 1 2 1 2 1
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 0 2 1 0 1 2 5 0 0 0 4 6 8 3 2 4 6 4 4 4 5 6 1 5 0 4 1
216
17 18 19 20
21 22 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 40
3.
Persiapan untuk pengumpulan data Pengumpulan data Entri data Validasi informasi katalog sumber daya informasi dan hasilkan draf untuk katalog sumber daya informasi Buat Skema Distribusikan Katalog Sumber Daya Informasi Buat Daftar Kandidat Entitas untuk Definisi Definisikan Entitas, Atribut dan Relasinya Hubungkan Entitas Data pada Fungsi Bisnis Distribusikan Arsitektur data Daftar kandidat aplikasi Definisikan aplikasi Hubungkan Aplikasi dengan Fungsi Analisa Pengaruh Terhadap Aplikasi Saat Ini Distribusikan Arsitektur Aplikasi Identifikasi prinsip dan platform teknologi Definisikan Platform Teknologi dan Distribusi dari Data dan Aplikasi Hubungkan Platform Teknologi Pada Aplikasi dan Fungsi Bisnis Distribusikan Arsitektur Teknologi Tentukan Faktor Sukses dan Buat Rekomendasi
29 37 38
5 3 2 4
6 1 3 7
3 0 1 6 2 1 1 1 2 1 1 0 0
2 4 3 6 3 2 0 4 2 0 4 0 5
0 0 4 13 6 0 9 6 5 1 1 0 8
2
0
0
3 2
2 4
1 3
Infrastruktur TI
No 3 4 5 23
2 2 0 0
Langkah EAP Adaptasi metodologi Pengaturan Sumber Daya Komputer Susun Tim Perencana Adminitrasi dan Pelihara Katalog Sumber Daya Informasi Definisikan aplikasi Pengurutan Aplikasi Estimasi Usaha, Sumber Daya, dan Hasilkan Jadwal
Primer 2 5 7
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 4 0 2 6 12
1 2 5
1 0 3
2 0 9
4
6
6
4. Kebutuhan Aplikasi Bisnis No 3 4 5 6 8 12 13 28 37
Langkah EAP Adaptasi metodologi Pengaturan Sumber Daya Komputer Susun Tim Perencana Siapkan Rencana Kerja Perencanaan Dokumentasikan struktur organisasi Persiapan wawancara Lakukan wawawancara Daftar kandidat aplikasi Pengurutan Aplikasi
Primer 0 1 0 1 0 0 0 1 2
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 1 0 7 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 7
217
39
Estimasi Biaya dan Keuntungan dari Rencana
1
2
6
5. Investasi dan Prioritas TI No 1 3 31
Langkah EAP Menentukan Ruang Lingkup dan tujuan dari EA Adaptasi metodologi Analisa Pengaruh Terhadap Aplikasi Saat Ini
Jumlah pemetaan Primer Sekunder 1 1 0 1
Kontekstual 0
0 1
1 2
B. Pertanyaan TI 1. Apa model operasi enterprise?
No
Langkah EAP
Jumlah pemetaan Primer
1
Menentukan Ruang Lingkup dan tujuan dari 1 EA 2 Pembuatan Visi 1 3 Adaptasi metodologi 0 Lang Fase Tugas Keterangan kah 1 1 1 Langkah pertama dalam fase pertama EAP adalah mendefinisikan secara jelas apa yang dimaksud dengan enterprise. 1 1 1 Istilah enterprise harus mencakup semua area yang membutuhkan share data substansial dalam perusahaan. Ruang lingkup dari perusahaan yang baik haruslah melibatkan unit bisnis, divisi, atau subdivisi karena unit organisasi tersebut meliputi semua fungsi bisnis untuk memberikan produk dan layanan pada konsumen. 1
1
1
Jika ruang lingkup hanya dibatasi pada unit organisasi saja, maka arsitektur tidak akan mempunyai kapabilitas untuk digunakan secara ruang lingkup bisnis
Sekunder
Kontekstual
4
1
0 2
0 1 Pertanyaan kunci 1
Jenis P
Hal 38
K
1
38
S
1
39
218
1
1
1
Perhatikan resiko yang akan didapatkan jika ruang lingkup dari EAP terlalu sempit atau terlalu luas. Ruang lingkup yang terlalu sempit akan menghasilkan arsitektur yang tidak lengkap dan kekurangan detail dari area lain dari bisnis. Jika ruang lingkup terlalu luas, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dan membuat arsitektur berguna tidak akan cukup.
S
1
39
1
1
1
S
1
39
1
1
3
Semakin besar ruang lingkup, semakin banyak politik akan terlibat, pendefinisian enterprise harus memperhatikan hal tersebut Pahami budaya organisasi dan pertumbuhan SI, apakah organisasi bersifat enterpreneur. Lakukan penilaian evaluasi SI apakah arsitektur Enterprise merupakan proses yang tepat untuk peningkatan.
S
1
44
1
2
4
P
1
49
1
3
1
Formulasikan visi yang menunjukkan lingkungan sistem atau data yang akan memenuhi tujuan dan peluang yang ada Formulasikan prinsip esensial dan requirement dari metodologi
S
1
50
1
3
1
Haruslah harmonis dengan budaya dan politik dari perusahaan
K
1
51
1
3
2
Evaluasi metodologi perencanaan / pengembangan sistem saat ini dan standar dari organisasi.
S
1
52
2. Apa peran TI dalam bisnis? No 1 2 3 6 7
Langkah EAP
Menentukan Ruang Lingkup dan tujuan dari EA Pembuatan Visi Adaptasi metodologi Siapkan Rencana Kerja Perencanaan Dapatkan persetujuan manajemen Langka Fase Tugas Keterangan h
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 0 3 0 2 2 2 0 1 3 Pertanyaan Jenis Hal kunci
Primer 2 3 0 1 5
219
1
1
4
1
1
6
1
2
2
1
2
3
1
2
4
1
2
4
1
2
5
1
2
5
Definisikan tujuan dan hasil dari arsitektur engterprise. Tujuan harus dibuat sederhana, non teknis, bahasa yang ringkas. Tujuan harus spesifik apa yang harus dicapai, dan berfokus pada keuntungan bisnis Buat jadwal langkah-langkah berikut perencanaan.
P
2
44
P
2
48
Tentukan hal-hal yang penting (baik dalam jangka panjang maupun pendek) bagi eksekutif yang memiliki pengaruh dalam perusahaan Kunjungi perusahaan lain yang telah sukses menerpakan EA. Perhatikan metodologi yang digunakan untuk membangunnya. Contoh hasil yang positif dari pembangunan EA dalam perusahaan lain bisa didapatkan dari kunjungan tersebut. Dapatkan konfirmasi verbal dari manajemen bahwa visi yang dibuat mendefinisikan secara akurat dan mengklarifikasikan peran dari teknologi dan informasi untuk mencapainya. Bandingkan visi dari sistem informasi dengan kondisi saat ini dan tunjukkan perbedaannya. Buat janji yang masuk akal untuk menghasilkan antusiasme dan dukungan dari manajemen. Perhatikan sudut pandang "Apa untungnya bagiku?". Sangat penting untuk bertanya pada departemen lain untuk mengkontribusikan pernyataan visi dan berkonfirmasi dengan seluruh bagian SI di masingmasing departemen tersebut. Hal ini akan meningkatkan rasa memiliki dan dukungan untuk visi.
S
2
49
S
2
49
P
2
49
P
2
49
P
2
49
S
2
50
220
1
3
1
1
3
1
1
3
3
1
3
3
1
6
1
1
6
2
1
6
3
1
7
1
1
7
2
1
7
3
Panduan harus mudah difahami, metodologi haruslah jelas, tidak berteletele, dan sederhana agar bisa dimengerti oleh setiap orang. Semakin susah dipahami semakin rendah kredibilitas rencana tersebut Panduan haruslah fleksibel dan bisa beradaptasi. Tidak ada dua perusahaan yang benar-benar sama. Tujuan, sumberdaya, dan requirement waktu haru sesuai dengan tujuan, sumberdaya, dan waktu yang tersedia dari perusahaan Pelajari tentang perencanaan dan pendekatannya dari buku, artikel, konferensi, seminar, dan presentasi/ brosur konsultan Contoh metodologi perencanaan Lengkapi proses inisiasi sebelumnya Pertimbangkan membagi perencanaan menjadi sub proyek Buat semua fase dan langkah dengan penugasan anggota tim Perhatikan kesadaran akan tujuan kinerja sehingga bisa menjelaskan apa yang akan diberikan pada manajer dari hasil perencanaan. Apakah manajer memiliki otoritas untuk membuat keputusan, dan siapkan daftar tujuan dan alasan untuk mendukung perencanaan Lakukan peninjauan ulang tujuan, ruang lingkup, potensi keuntungan dan faktor sukses kritis Sampaikan visi dan informasi yang kritis untuk mencapai visi tersebut. Pengakssesan data, adaptasi terhadap kondisi bisnis yang berubah, dan pentingnya share data
S
2
51
S
2
51
K
2
52
K
2
52
S
2
72
P
2
72
S
2
72
K
2
77
P
2
79
P
2
79
221
1
7
3
1
7
3
1
7
3
1
7
3
1
7
7
1
7
8
Jelaskan perencanaan sebagai perencanaan yang berorientasi bisnis untuk mencapai visi tersebut, dapatkan persetujuan bisnis Dapatkan persetujuan akan tujuan yang akan dicapai, visi yang akan dikerjakan, dan rencana untuk mencapai visi tersebut Jelskan kesamaan dari produk dan layanan dari perusahaan dan produk dan layanan dari Sistem informasi Tentukan strategi politis yang paling bagus untuk mendapatkan presentasi untuk mendapatkan komitmen dari manajemen Gunakan surat internal dan buletin yang mendeskripsikan perencanaan serta publikasikan komitmen dan kesepakatan dari eksekutif Lakukan orientasi umum untuk seluruh perusahaan. Dsapatkan dukungan kooperatif dari seluruh perusahaan tentang perencanaan
P
2
80
P
2
80
S
2
80
K
2
80
K
2
81
P
2
81
3. Apa perilaku TI yang diharapkan? No 1 2 7 33
Langkah EAP
Menentukan Ruang Lingkup dan tujuan dari EA Pembuatan Visi Dapatkan persetujuan manajemen Identifikasi prinsip dan platform teknologi Langka Fase Tugas Keterangan h 1 1 2 Sangat penting untuk mengevaluasi karakteristik organisasi yang baik dan buruk. Karakteristik organisasi yang baik harus lebih banyak daripada yang buruk. Karakteristik yang buruk digunakan sebagai representasi halangan potensial yang akan dihadapi.
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 1 0 1 0 0 1 2 1 Pertanyaan Jenis Hal kunci p 3 39
Primer 1 0 2 1
222
1
1
5
1
2
3
1
7
3
1
7
7
1
7
8
6
1
1
6 6
1 1
1 1
6
1
2
Tinjau ulang semua faktor sukses dan hambatan yang ada dan bangun strategi untuk mengatasinya. Jangan lakukan fase permodelan bisnis tanpa percaya bahwa EA akan sukses. Kunjungi perusahaan lain yang telah sukses menerapkan EA. Perhatikan metodologi yang digunakan untuk membangunnya Nyatakan tujuan, rencana untuk bisnis yang telah disepakati Gunakan surat internal dan buletin yang mendeskripsikan perencanaan serta publikasikan komitmen dan kesepakatan dari eksekutif Lakukan orientasi umum untuk seluruh perusahaan. Dsapatkan dukungan kooperatif dari seluruh perusahaan tentang perencanaan Formulasikan prinsip platform teknologi. Lakukan penilaian tentang tren dan perubahan dalam teknologi. Dapatkan deskripsi dan prediksi tetnang tren teknologi. Formulasikan prinsip yang digunakan sebagai prinsip dasar dari arsitektur teknologi. Contoh platform teknologi Setelah disepakati prinsip platform teknologi, lakukan peninjauan dan buat statemen tentang prinsip TI yang akan digunakan Buat daftar platform teknologi yang potensial. Dekomposisi hirarkis dari platform teknologi dibuat sebagai bagian dari mendokumenatasikan aplikasi lama dengan arsitektur teknologi. Dokumentasi ini dimodifikasi dengan menghilangkan platform yang sudah tidak digunakan dan menambahkan kategori baru dan platform teknologi.
S
3
44
S
3
49
P
3
79
K
3
81
P
3
81
P
3
225
K S
3 3
226 227
S
3
227
4. Bagaimana TI didanai? No 3 6 7 30
Langkah EAP
Adaptasi metodologi Siapkan Rencana Kerja Perencanaan Dapatkan persetujuan manajemen Hubungkan Aplikasi dengan Fungsi Langka Fase Tugas Keterangan h 1 3 1 Ukur nilai tambah dari setiap tambah sesuai waktu dan sumber daya yang
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 1 1 3 5 1 0 1 0 Pertanyaan Jenis Hal kunci P 4 51
Primer 1 2 1 0
223
1
3
1
1
3
4
1
6
4
1 1
6 6
4 4
1
6
4
1
6
4
1 1 1
6 6 6
4 6 7
1
6
8
1
6
9
1
7
5
1
7
6
5
3
3
dibutuhkan untuk mencapainya Panduan haruslah fleksibel dan bisa beradaptasi. Tidak ada dua perusahaan yang benar-benar sama. Tujuan, sumberdaya, dan requirement waktu haru sesuai dengan tujuan, sumberdaya, dan waktu yang tersedia dari perusahaan Ketersediaan anggaran untuk konsultan, semakin besar anggaran, semakin besar layanan eksternal yang didapatkan dari konsultan Estimasikan durasi setiap langkah, dan tentukan tanggal mulai dan penyelesaian berdasarkan sumber daya yang dibutuhkan Contoh persentase durasi Gunakan perangkat lunak manajemen proyek untuk mendokumentasikan rencana kerja dan memonitor statusnya Optimasi dari detail arsitektur yang ingin dibuat dengan menggunakan waktu dan sumber daya untuk tim perencana Faktor dari panjang pendeknya durasi proyek tergantung pada: ruang lingkup dan tingkat detail, arahan direktur, staf dan partisipasi, penggunaan arsitektur yang lain Contoh penugasan proyek perencanaan Buat rencana cadangan Perkirakan dampak biaya dan anggaran untuk proyek Distribusikan rencana kerja pada anggota tim Distribusikan rencana kerja pada seluruh partisipan Selesaikan semua permasalahan tentang pendanaan, jangan mulai fase berikutnya sebelum ada kemungkinan bahwa setiap harapan bisa dicapai dengan sukses Dapatkan persetujuan untuk melaksanakan proyek Pembiayaan akan berdasarkan penggunaan , biaya dari pengembangan aplikasi akan di share dalam komunitas bisnis, dimana setiap pengguna akan dikenakan biaya berdasarkan penggunaannya
S
4
51
K
4
53
P
4
73
K K
4 4
73 74
K
4
74
K
4
74
K S P
4 4 4
75 76 76
S
4
76
S
4
76
P
4
81
S
4
81
S
4
217
224
5. Apa proses bisnis inti dari enterprise?, bagaimana mereka berelasi? No 1 2 3 8 9 10 11 12 13 14 15 28 30 32
Langkah EAP
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 0 2 1 0 1 0 4 6 8 3 2 4 6 4 4 2 0 6 1 4 0 0 1 0 1 1 0 Pertanyaan Jenis Hal kunci P 5 38
Primer 1 0 0 3 4 1 0 1 1 1 0 0 0 0
Menentukan Ruang Lingkup dan tujuan dari EA Pembuatan Visi Adaptasi metodologi Dokumentasikan struktur organisasi Identifikasi dan Definisikan Fungsi Distribusikan Model Bisnis Awal Jadwalkan wawancara Persiapan wawancara Lakukan wawawancara Memasukkan Data kedalam Aplikasi Distribusikan Model Bisnis yang Lengkap Daftar kandidat aplikasi Hubungkan Aplikasi dengan Fungsi Distribusikan Arsitektur Aplikasi Langka Fase Tugas Keterangan h 1 1 1 Enterprise harus mencakup seluruh area yang membutuhkan share data 1 2 1 Kumpulkan dan baca semua sumber dan materi tentang bisnis 1 2 1 Latar belakang informasi: laporan tahunan, anggaran dan rencana, diskusi dengan para pensiunan, tur fasilitas, buku industri, survei dan laporan, presentasi eksekutif SI, manual kebijakan dan prosedur, memo dan paper, literatur dan contoh produk 1 2 3 Kunjungan ke perusahaan lain yang berlatar belakang industri yang sama akan sangat membantu 1 3 1 Haruslah berujung pada rencana implementasi jangka panjang. Arsitektur tidak akan memberikan nilai tambah kecuali diimplementasikan. Pastikan bahwa metodologi yang digunakan bertujuan untuk menghasilkan rencana yang masuk akal untuk dibangun. 2.1 1 1 Kumpulkan informasi tentang struktur organisasi dan inputkan kedalam alat bantu. Buat jika tidak ada struktur organisasi. 2.1 1 1 Informasi yang harus disediakan: departemen, jabatan, orang, jalur pelaporan, jumlah orang dalam jabatan atau departemen 2.1 1 1 Sumber informasi bisa berupa struktur penganggaran, buku telepon perusahaan 2.1 1 2 Identifikasi lokasi bisnis dan hubungkan
S
5
48
K
5
48
S
5
49
K
5
51
P
5
90
K
5
90
K
5
90
P
5
91
225
2.1
1
2
2.1
1
2
2.1
1
3
2.1
2
1
2.1
2
1
2.1
2
1
2.1
2
2
2.1
2
2
2.1 2.1
2 2
2 3
2.1
2
3
2.1
2
4
2.1
2
4
2.1
2
4
2.1
2
5
unit organisasi. lokasi bisa dimasukkan sebagai atribut dari unit organisasi jika: kebanyakan fungsi bisnis dilakukan dalam satu tempat, struktur organisasi dalam setiap lokasi secara esensi sama, seteiap bagian atau lokasi memiliki struktur organisasi yang independen dengan hanya personel puncak yang melapor untuk bagian pusat Lokasi bisa disimpan sebagai struktur data yang terpisah jika: banyak lokasi terlibat dalam perencanaan, struktur organisasi tidak mengikuti lokasi geografis Dokumentasikan tujuan dan sasaran bisnis (opsional) yang pada umumnya memiliki struktur hirarkial tergantung padan standar untuk perencanaan organisasi. Definisikan fungsi area utama dengan menggunakan konsep "value added" dengan menanyakan pertanyaan fundamental "Apa bisnis kita?" Value added terdiri dari 2 bagian, fungsi pertambahan nilai dan fungsi pendukung Definisi dari bisnis dan rantai nilainya independen dari struktur organisasi Pisahkan setiap area fungsional menjadi sub-fungsi dengan menanyakan: "Fungsi apakah ini" atau "Apakah arti nama fungsi tersebut?". Ini merupakan proses dekomposisi untuk menambahkan detail bisnis. Identifikasi fungsi dengan nama yang tepat, buat deskripsi setiap fungsi. Setiap fungsi yang tanpa sub-fungsi harus memiliki deskripsi. Contoh dekomposisi fungsional Lakukan dekomposisi fungsi sampai fungsi berorientasi satu aksi, dilakukan berulang-ulang, memiliki hasil yang teridentifikasi, atau bisa diasosiasikan dengan unit organisasi yang telah terdefinisi. Tujuan dari permodelan bisnis adalah untuk membangun pemahaman perusahaan yang memungkinkan pembuatan rencana dan arsitektur yang baik Atur ulang semua fungsi secara hirarkis untuk meningkatkan model bisnis. Kelompokkan sub-fungsi yang memiliki objek yang sama. Contoh diagram hirarkial dan daftar struktur Pastikan kualitas dari model bisnis dan
K
5
91
K
5
91
P
5
92
P
5
96
K
5
97
K
5
97
P
5
98
K
5
100
K S
5 5
99 100
S
5
P
5
101
S
5
101
K
5
102
S
5
102
226
2.1
2
5
2.1
2
6
2.1
2
7
2.1
2
7
2.1
2
7
2.1 2.1
2 3
7 1
2.1
3
2
2.1 2.1
3 3
3 4
2.1
3
5
2.1
3
6
2.2
1
1
2.2
1
1
2.2
1
2
2.2
1
2
buat model bisnis yang lebih baik. Kriteria untuk model bisnis yang berkualitas: Masuk akal dan mudah dipahami, ruang lingkupnya lengkap, model bisnis yang stabil Pastikan model bisnis yang stabil dengan mengevaluasi kriteria model bisnis dan bagaimana bisnis tersebut berevolusi. hubungkan detail fungsi pada unit organisasi yang melaksanakannya dan hasilkan matriks relasi fungsi bisnis ke unit organisasi Hubungkan fungsi yang melaksanakan fungsi bukan yang bertanggung jawab pada fungsi tersebut. Setiap fungsi harus dilakukan oleh setidaknya satu unit organisasi, sebuah otomasi fungsi dilakukan oleh yang memiliki atau bertanggung jawab pada fungsi tersebut. Kondisi ini bisa digunakan untuk mengecek kelengkapan hubungan dalam matriks Contoh matriks fungsi-ke-organisasi Kumpulkan semua catatan dari langkah sebelumnya Inputkan nama fungsi, nomor, subgunsi, relasi, deskripsi, dan unit yang melakukan fungsi dalam alat bantu Buat laporan model bisnis Presentasikan , jelaskan dan berikan salinan model bisnis awal untuk manajemen Kumpulkan tinjauan dari komunitas bisnis mengenai model bisnis dari hasil diskusi. Perbarui model bisnis untuk membuatnya lebih baik. Minta rekomendasi dari manajer tentang orang-orang yang bisa diwawancarai untuk pelaksanaan survei perusahaan Pilih orang yang akan diwawancarai. Setiap fungsi level terendah dari dekomposisi harus ditangani oleh satu orang yang akan diwawancarai. Pilih dan wawancarai representasi terbaik dari fungsi, seorang yang memahami dan pernah melakukan fungsi tersebut beberapa waktu. Perhatikan lokasi yang akan diwawancarai, untuk mengurangi biaya perjalanan. Tugaskan pewawancara dari area fungsional, perhatikan untuk menugaskan anggota tim yang familiar dengan area fungsional Wawancara yang dilakukan dengan grup
K
5
103
S
5
105
P
5
105
S
5
106
K
5
106
K K
5 5
107 109
K
5
109
S S
5 5
110 110
S
5
110
P
5
110
S
5
115
K
5
115
K
5
116
K
5
116
227
2.2
1
2
2.2
1
3
2.2
1
4
2.2
1
5
2.2
1
6
2.2 2.2
2 2
1 1
2.2
2
2
2.2
2
2
2.2 2.2
2 2
2 3
tidak disarankan. Karena biasanya wawancara seperti ini akan mengarah pada persoalan desain sistem. Perhatikan tanda ketidak setujuan atau konflik yang mungkin ada antara pewawancara dan yang diwawancarai, dan hindarkan untuk mempertemukan mereka. Jika waktu yang dialokasikan untuk rencana wawancara lakukan tindakan seperti: penambahan waktu penyelesaian, mengurangi jumlah fungsi, mengelompokkan dokumentasi sumber informasi, mengurangi ruang lingkup perencanaan, menambahkan personel untuk perencanaan Buat rancangan konfirmasi wawancara dalam bentuk memo. Memo ini akan membantu orang yang diwawancarai untuk mempersiapkan diri. Hubungi setiap orang yang akan diwawancarai dan persiapkan waktu yang tepat untuk melaqksanakan wawancaran. Kirimkan memo untuk mengkonfirmasi wawancara dan penjelasan proses wawancara untuk setiap pewawancara dan manajernya Contoh jadwal wawancara Tentukan informasia apa yang akan diambil pada wawancara, dan pertanyaan yang akan ditanyakan.Pertanyaan dalam survey meliputi hal-hal yang harus dilakukan fungsi seperti siapa yang melakukannya, berapa kali dilakukan, tempat dilaksanakan, urutan pelaksanaan, dan sumber daya yang digunakan Desain formulir definisi fungsi dan sumber informasi. Formulir ini akan memandu proses wawancara dan membantu proses entri data kedalam perangkat. Tanggal wawancara, pewawancara, narasumber harus disimpan dalam setiap formulir. Narasumber bisa ditanya tentang hubungan antara fungsi bisnis ke tujuan, peluang, dan faktor sukses kritis Contoh formulir definisi fungsi Bangun format wawancara dan lakukan workshop pelatihan untuk mempraktekkan wawancara dengan tim perencana. Lakukan wawancara dengan anggota bisnis dalam tim perencana untuk mendefinisikan fungsi mereka sebagai bagian dari workshop. Lakukan wawancara awal dengan narasumber yang mau bekerja sama dalam tahap awal wawancara.
K
5
116
K
5
117
S
5
117
S
5
119
S
5
119
K S
5 5
120 122
P
5
122
K
5
128
K S
5 5
123 129
228
2.2
2
3
2.2
2
3
2.2
2
4
2.2
2
5
2.2
3
1
2.2
3
2
2.2
3
3
2.2
4
1
2.2 2.2
4 4
2 3
2.2
4
4
2.2
4
5
Kirimkan pewawancara yang telah berpengalaman bersama dengan pewawancara yang masih baru untuk sesi wawancara pertama mereka sehingga pewawancara yang masih baru memiliki rasa percaya diri. Topik dari workshop meliputi: status model bisnis, jadwal wawancara, formulir wawancara, agenda wawancara, pelaksanaan dan diskusi tentang wawancara Dapatkan informasi mengenai profil narasumber dan pertanyaan yang berhubungan dengan narasumber untuk mengantisipasi pertanyaan yang tidak perlu Kumpulkan materi yang dibutuhkan untuk dilaksanakan dalam wawancara seperti struktur organisasi, model bisnis awal, salinan dari dokumen yang relevan, jadwal wawancara, formulir, contoh sumber informasi, dan formulir definisi fungsi Lakukan wawancara pada jadwal yang telah ditentukan Lakukan pengisian formulir pada saat wawancara. Izinkan narasumber untuk meninjau informasi yang ada dalam formulir dan memverifikasi kebenarannya. Tentukan fungsi dan deskripsi dari model bisnis awal yang tidak tepat, kemudian lakukan perubahan-perubahan seperti: mengubah nama fungsi, membagi fungsi menjadi beberapa fungsi, memindahkan fungsi kedalam dekomposisi, mengkombinasikan fungsi, mendekomposisikan fungsi yang komplit, mengeliminasi kelompok fungsi dengan menggabungkanya menjadi satu fungsi Formulir yang dientrikan harus ditinjau, diverifikasi, dan diserahkan pada operator entri data. Analisa informasi bisnis dan peningkatan model bisnis dilakukan secara berkelanjutan. Desain prosedur dan layar entri data. lakukan langkah untuk menghindari penumpukan entri data. Sediakan nilai default dan nilai yang berulang dihasilkan secara otomatis. Periksa dokuman wawancara apakah bisa dipahami, lengkap, dan konsisten sebelum menyerahkannya pada operator entri data Masukkan data formulir kedalam alat bantu.
S
5
129
K
5
129
S
5
129
K
5
129
S
5
130
P
5
130
S
5
131
P
5
134
S S
5 5
134 136
S
5
136
S
5
136
229
2.2
4
6
2.2
4
6
2.2
4
7
2.2
5
2
2.2 2.2 2.2
5 5 5
3 4 5
5
1
2
5
3
1
5
5
3
Hasilkan laporan untuk memverifikasi bahwa data yang dimasukkan benar dan database perencanaan lengkap dan konsisiten. Jika terjadi ketidak konsistenan, anggota tim harus memperbaiki data. Contoh pengaturan peran dalam pengecekan relasi database perencanaan Kirimkan laporan wawancara pada narasumber. Ini digunakan untuk menjaga sopan santun dan kredibilitas tim perencana. Buat laporan tentang model bisnis dari perangkat yang digunakan Buat pendahuluan terhadap model bisnis Buat presentasi tentang model bisnis Serahkan presentasi model bisnis pada manajer. Presentasi ini harus diterima oleh setiap area bisnis. bisnis reingineering menunjukkan bahwa fungsi bisnis baru akan diusulkan, beberapa akan dihilangkan, dan beberapa lainnya akan dipindahkan untuk menunjukkan perubahan definisi dari bisnis. Aplikasi yang mendukung setiap fungsi bisa digunakan untuk meringkaskan fungsi bisnis Siapkan materi presentasi menggunakan perangkat yang tepat.
S
5
136
K
5
135
S
5
137
S
5
138
S S S
5 5 5
138 138 138
K
5
203
K
5
211
S
5
220
6. Apa informasi yang memicu proses bisnis inti tersebut?, bagaimana seharusnya data terintegrasi? No 4 8 13 15 16 17 18 20 21 22 24 25 26
Langkah EAP Pengaturan Sumber Daya Komputer Dokumentasikan struktur organisasi Lakukan wawawancara Distribusikan Model Bisnis yang Lengkap Tentukan ruang lingkup, tujuan dan rencana kerja katalog sumber daya informasi Persiapan untuk pengumpulan data Pengumpulan data Validasi informasi katalog sumber daya informasi dan hasilkan draf untuk katalog sumber daya informasi Buat Skema Distribusikan Katalog Sumber Daya Informasi Buat Daftar Kandidat Entitas untuk Definisi Definisikan Entitas, Atribut dan Relasinya Hubungkan Entitas Data pada Fungsi Bisnis
Primer 0 1 1 2
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 1 4 0 0 2 5 1 0
1 1 0
4 3 0
1 3 1
0 2 0 1 4 2
2 1 3 3 6 3
4 0 0 4 13 6
230
27
Distribusikan Arsitektur data 1 Langka Fase Tugas Keterangan Jenis h 1 4 3 Alternatif database untuk perencanaan bisa S menggunakan tiga pilihan potensial: 1) meningkatkan kamus data yang sudah ada, 2) membuat database perencanaan yang terpisah, 3) membeli lisensi sebuah paket perangkat lunak 1 4 4 Jenis objek: jenis model data internal bisa K berbeda, perangkat yang dipilih harus mendukung setiap dmacam data 1 4 4 Akses tunggal atau banyak: Apakah K database mendukung konsolidasi untuk menyediakan salinan dari database. 1 4 4 Kinerja dan efisiensi vs ukuran database K 1 4 4 Kompabilitas perangkat dan integrasi: K perangkat harus bisa melakukan share data atau transfer data. Data perencanaan akan di share secara eksternal 2.1 1 4 Lakukan peninjauan dengan pelaku bisnis P secara hati hati tentang laporan unit organisasi, struktur pelaporan, lokasi dan tujuan bisnis 2.2 3 3 Identifikasi sumber informasi untuk setiap P fungsi dan isi formulir sumber informasi selama wawancara 2.2 3 4 Identifikasi informasi yang digunakan dan S bagaimana menggunakannya melalui deskripsi narasumber untuk mendeskripsikan informasi yang mereka gunakan dari sumber informasi 2.2 3 5 Dapatkan contoh salinan setiap sumber K informasi. Sumber informasi yang didapatkan sebaiknya bukan yang kosong tapi sudah terisi 2.2 3 6 Sampaikan kesimpulan wawancara, S siapkan sesi lanjutan jika dibutuhkan, konfirmasikan salinan dari sumber informasi yang digunakan dalam wawancara. 2.2 3 7 Bertemu secara reguler dengasn tim untuk K mendiskusikan hasil dan status dari wawancara 2.2 3 8 Berikan penomoran setiap fungsi dan K sumber informasi 2.2 3 9 Arsipkan formulir dan buat salinan K sebelum diserahkan pada operator entri data 2.2 3 10 Serahkan formulir pada operator untuk K menginputkannya pada perangkat 2.2 5 1 Analisa informasi survei. Buat ringkasan P dari peluang bisnis yang paling signifikan dan relevan. Fokuskan pada redundansi
2 Pertanyaan kunci 6
0 Hal 58
6
59
6
60
6 6
60 60
6
93
6
131
6
132
6
132
6
132
6
132
6
132
6
133
6
133
6
138
231
2.2
5
6
2.2
5
7
3 3
1 1
1 2
3
1
2
3
1
3
3
1
4
3
1
5
3
2
1
3
2
1
3
2
2
3
2
2
3 3 3
2 2 2
2 4 5
3
3
3
data, fungsi yang terduplikasi, manipulasi data secara manual, dan aliran data yang tidak efisien Dapatkan komentar dan saran dari para manajer Tinjau ulang semua saran umpan balik, dan perubahan model bisnis yang tepat. Lakukan perubahan pada model bisnis. Tentukan tujuan dari IRC Tentukan ruang luingkup, aplikasi mana yang termasuk dalam IRC dan informasi apa yang akan dikumpulkan Aplikasi bisa meliputi: sistem mainframe, paket aplkasi perangkat lunak, sistem unit bisnis, aplikasi perangkat lunak untuk komputer, sistem yang dibangun atau dipelihara oleh departemen SI, spreadsheet dan database dalam komputer personal Pilih perangkat lunak yang digunakan untuk IRC Siapkan rencana kerja IRC. Ini digunakan untuk mendokumentasikan tingkat teknologi dan aplikasi untuk perusahaan saat ini. Presentasikan penjelasan tujuan dan keuntungan dari IRC, prosedur untuk mengumpulkan data, dan kebutuhan kerjasama dan dukungan untuk menyelesaikan proses Tentukan bagaimana data digunakan oleh aplikasi. Pilih data yang paling berguna dan berharga untuk dikumpulkan. Item data yang dikumpulkan meliputi: nama, manajer proyek, pemilik bisnis, cara kerja aplikasi, status sistem, persoalan jangka panjang, unit organisasi yang terhubung dengan aplikasi, fungsi bisnis yang didukung, pemeliharaan atau biaya lainnya terkait dengan aplikasi, jumlah orang yang ditugaskan untuk aplikasi ini, Tentukan data yang akan dikumpulkan dalam ringkasan input, output, file, dan database dari aplikasi Data yang dikumpulkan: apakah input, output, file atau database, darimana input datang, kemana output dikeluarkan, siapa yang menyediakan informasi Contoh deskripsi input/output Buat formulir untuk pengumpulan data Siapkan instruksi untuk penggunaan formulir dengan contoh formulir yang sudah diisi pastikan bahwa hubungan aplikasi dengan fungsi bisnis konsisten dengan
P
6
138
S
6
139
S S
6 6
144 144
K
6
144
S
6
144
P
6
145
S
6
145
S
6
146
K
6
146
P
6
149
K
6
149
K S S
6 6 6
149 149 152
K
6
153
232
penggunaan sumber informasi oleh fungsi 3
5
1
3 3 3
5 5 5
1 1 2
3
5
3
3
5
4
3
6
1
3
6
1
3
6
2
3
7
1
3
7
2
3
7
2
4
1
1
4
1
1
Hasilkan laporan yang memverifikasi bahwa data dimasukkan secara benar, dan database IRC telah selesai dan konsisten Contoh index laporan Contoh laporan file input/output Kirimkan data untuk setiap orang yang mengisi formulir untuk menghindarkan kesalahfahaman dan memastikan semua kesalahan telah diperbaiki Siapkan observasi untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan untuk menentukan peningkatan yang signifikan. Gunakan grafik untuk meringkaskan temuan dan observasi Siapkan dokumentasi IRC. Tandai temuan, masalah, peluang yang signifikan. Buat skema aplikasi yang menunjukkan input, output, file, atau database, dan sumber input dan tujuan output Buat skema aplikasi yang menunjukkan input, output, file, atau database, dan sumber input dan tujuan output. Skema ini bisa digunakan untuk memahami portofolio aplikasi, diagram ini merupakan diagram tingkat tinggi yang menunjukkan bagaimana aplikasi berhubungan. Verifikasi konsistensi antar aplikasi dalam IRC dengan memverifikasi sumber dan tujuan dari input dan output antar aplikasi. Distribusikan IRC agar bisa diakses oleh seluruh perusahaan baik melalui laporan, mainframe, atau jaringan, atau database Siapkan presentasi tantang ringkasan temuan dan peluang IRC. Minta komentar tentang informasi IRC dan saran untuk peningkatannya, presentasi berfokus pada penggunaan dan keuntungan IRC bagi perusahaan Siapkan presentasi tantang ringkasan temuan dan peluang IRC. Minta komentar tentang informasi IRC dan saran untuk peningkatannya, presentasi berfokus pada penggunaan dan keuntungan IRC bagi perusahaan Lakukan pembagian model bisnis diantara anggota tim. Untuk memformulasikan daftar entitas: dokumentasi berikut ini harus dilengkapi: definisi fungsi, sumber informasi, contoh sumber informasi, catatan wawancara, deskripsi file dan sistem, arsitektur data sebelumnya atau desain database, dan model data konseptual dari perusahaan
K
6
155
K K S
6 6 6
157 158 155
S
6
155
K
6
161
P
6
163
P
6
163
S
6
163
S
6
164
S
6
165
S
6
165
P
6
172
K
6
172
233
lain.
4
1
2
4
1
2
4
1
2
4
1
3
4
1
3
4
1
3
4
2
1
4
2
1
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
Setiap anggota tim membangun daftar entitas untuk definisi Kandidat entitas antara lain: definisi fungsi, formulir sumber informasi, contoh sumber informasi, catatan wawancara, deskripsi sistem saat ini, arsitektur data atau desain database yang lain Dalam menerapkan panduan ketika membuat daftar entitas: gunakan bentuk singular dari kata benda, libatkan kata sifat yang relevan dengan kata benda, catat sinonim yang mungkin, catat setiap sumber nama entitas Kombinasikan masing-masing daftar menjadi satu. Gunakan fasilitas dari alat bantu untuk mengkombinasikan dan mengurutkan daftar entitas berdasarkan namanya. Tinjau ulang semua daftar entitas dan hapus semua entitas yang terduplikasi berdasarkan rapat. Perkiraan jumlah daftar kandidat sekitar 50% dari jumlah fungsi bisnis. Siapkan definisi entitas. Baca buku dan artikel tentang definisi entitas, permodelan data konseptual dan logikal Definisi entitas dilakukan melalui konsensus dengan menggunakan vote. Tetapkan prosedur vote yang akan dipakai. Definisikan entitas dalam kandidat entitas. Mulai dengan modifikasi definisi dari entitas fundamental yang kompleks menjadi definisi yang disepakati oleh keseluruhan fungsi bisnis. Selanjutnya dengan mendefinisikan entitas yang mudah yang jelas, dan memiliki relasi yang sedikit dan tidak kontroversial. Ketika entitas telah dipilih, isi komponen entitas dengan entitas data yang telah dilakukan sebelumnya ketika entitas telah ditentukan, tuliskan dalam papan tulis sehingga bisa diubah dengan cepat Dalam rapat harus ditentukan pimpinan yang akan melakukan konsensus dan memoderasi diskusi. Pimpinan rapat harus mengizinkan setiap orang untuk mengekspresikan sudut pandangnya. pimpinan diskusi haruslah orang yang
S
6
172
K
6
172
K
6
173
S
6
173
S
6
173
K
6
173
S
6
177
S
6
177
P
6
177
S
6
177
S
6
177
S
6
178
K
6
178
234
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4 4
2 2
2 3
4
2
3
4
2
4
4
2
5
4
2
5
4
2
5
memiliki pengalaman dalam permodelan data. Relasi banyak-ke-banyak diizinkan dalam permodelan arsitektur data karena langkah ini adalah langkah untuk mendefinisikan entitas data Setiap entitas haruslah memiliki setidaknya satu atribut yang bukan identifier. Dalam arsitektur atribut seringkali merujuk pada kumpulan data. Laporan dan formulir diidentifikasi seringkali muncul dalam kandidas entitas. Media fisik dari data bisa berubah sewaktu,waktu. Ini adalah cara untuk memahami perbedaan antara formulir, laporan dan entitas. Pastikan alat bantu yang digunakan mendukung untuk perubahan definisi entitas, atribut dan relasinya, karena definisi entitas bisa berubah sewaktuwaktu Ada banyak jenis permodelan data seperti Chen, atau IDEF1X Setiap entitas akan memiliki setidaknya satu relasi, kecuali entitas itu benar-benar independen dengan data yang lain. Contoh definisi entitas Sederhanakan definisi dan relasi yang kompleks. Ketika sekumpulan relasi untuk entitas atau kelompok entitas kelihatan membingungkan, gunakan diagram E-R untuk mengilustrasikannya. Tindakan berikut ini bisa digunakan untuk menyederhanakan arsitektur data: generalisasi, abstraksi, asimilasi, dan pemisahan Pastikan definisi entitas konsisten satu sama lainnya. Gambarkan diagram E-R untuk mengilustrasikan arsitektur data. Diagram ini bisa digunakan untuk menunjukkan arsitektur data berdasarkan perspektif salah satu area bisnis. Ada banyak jenis permodelan data, tidak ada pendekatan yang lebih baik dari yang lain untuk permodelan data konseptual. Gunakan diagram yang sederhana, mudah dipahami, dan tidak memakan waktu untuk dibuat dan dipelihara Ketersediaan waktu, file, dan database yang didefinisikan dalam IRC bisa dihubungkan dengan entitas dari arsitektur data. Dengan merelasikan entitas dalam arsitekur data ke file dan database yang
K
6
178
K
6
178
K
6
179
K
6
179
K
6
179
K
6
179
K
6
180
K P
6 6
183 185
K
6
185
S
6
185
P
6
187
K
6
187
P
6
187
235
4
2
5
4
2
5
4
3
1
4
3
1
4
3
1
4
3
1
4 4
3 3
2 2
4
3
2
4
3
2
teridentifikasi dalam IRC, bisa dilakukan untuk menghilangkan rendundansi data. Normalisasi tidak dilakukan dalam arsitektur data, karena tidak terlalu detail. Arsitektur data yang baik: bisa dipahami, lengkap dan konsisten serta stabil. Hubungkan setiap fungsi dari model bisnis dengan entitas. Bagi model bisnis dalam anggota tim dan menugaskan anggota tim untuk merelasikan fungsi atau entitas. Berikan catatan ketika merelasikan entitas dengan memberikan simbol: C (create: dibuat oleh fungsi), U(update: dimodifikasi oleh fungsi), dan R (referenced: diacu oleh fungsi) Beberapa metodologi menggunakan D untuk penghapusan data, namun bisa diwakili oleh U. Hubungan entitas pada fungsi bisnis haruslah signifikan. Hubungan yang tidak pasti atau tidak jelas seperti kadangkadang, tidak akan digunakan Contoh matriks entiti-ke-fungsi Inputkan relasi antara fungsi-ke-entitas kedalam perangkat dan hasilkan matriks. Fungsi dijadikan baris dan diurutkan berdasarkan urutan hirarkis dari area fungsi utama, sedangkan entitas membentuk kolom dan dikelompokkan berdasarkan area fungsional utama dimana mereka berasosiasi, khususnya yang membuatnya. Garis tebal menunjukkan entitas yang paling berasosiasi atau berasal dari area fungsional dari bisnis. Relasi yang berada diluar kotak tersebut menunjukkan data yang di share dari satu area fungsional ke area fungsional yang lain. Matriks bisa digunakan untuk membangun ruang linkgup aplikasi dan untuk mendemonstrasikan perluasan dari sharing data dalam bisnis Pendekatan untuk mengelompokkan entitas disebut dengan analisa affinity entitas. Namun analisa ini memiliki beberapa kelemahan: penerapan formula matematis memiliki penyimpangan yang tidak diketahui, definisi dari relasi berdasarkan subjektifitas, ruang lingkup dan detail dari fungsi bisnis yang berbeda, formula yang digunakan tidak mempertimbangkan pengelompokan berdasarkan keamanan, geografis, requirement legal, atau sistem yang sudah
K
6
187
K
6
188
P
6
189
K
6
189
K
6
189
K
6
189
K P
6 6
190 192
S
6
192
K
6
192
236
ada. Gunakan pendekatan tersebut sebagai ide atau saran
4
3
2
4
3
3
4
3
4
4
4
1
4
4
2
4
4
3
Pengelompokan entitas ke cluster yang berarti bisa direlasikan ke area fungsional bisa dilakukan secara manual. Anggota tim bisa menentukan secara subjektif dengan menilai matriks secara visual dan menggeneralisasi entitas berdasarkan judul tertentu. Lakukan peninjauan terhadap relasi antara entitas-ke-fungsi dengan merelasikan setiap entitas kedalam fungsi bisnis dalam rapat bersama anggota tim Ketersediaan waktu, entitas yang mungkin dihubungkan ke aplikasi atau input/output/file/database dan sumber informasi yang sudah ada . Menentukan relasi ini bisa sangat sulit karena data yang kaan dihubungkan mungkin saja menggunakna nama yang berbeda dan mungkin saja didapatkan dari kombinasi dari entitas dasar dalam arsitektur data Buat pendahuluan dokumen arsitektur data dengan penjelasan bagaimana menginterprestasikan laporan. Mempersiapkan materi presentasi. Penggunaan material yang tepat ketika membuat presentasi. Tampilkan arsitektur data bagi manajemen dan distribusikan dokumen bagi mereka yang menghadiri presentasi. Kumpulkan komentar dari para pelaku bisnis, kemudian lakukan peninjauan terhadap komentar tersebut dan putuskan apakah komentar tersebut bisa diterapkan.
K
6
193
S
6
194
S
6
194
S
6
194
S
6
194
P
6
196
7. Kapabilitas teknis apa yang harus distandarisasi dalam lingkungan enterprise
untuk
mendukung
efisiensi
TI
dan
memfasilitasi
standarisasi proses dan integrasi? No 17 18 19
Langkah EAP Persiapan untuk pengumpulan data Pengumpulan data Entri data
Primer 1 2 0
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 2 3 3 0 2 1
237
20
Validasi informasi katalog sumber daya informasi dan hasilkan draf untuk katalog sumber daya informasi 21 Buat Skema 22 Distribusikan Katalog Sumber Daya Informasi 25 Definisikan Entitas, Atribut dan Relasinya 28 Daftar kandidat aplikasi 40 Tentukan Faktor Sukses dan Buat Rekomendasi Langka Fase Tugas Keterangan h 3 2 1 Tentukan bagaimana data digunakan oleh aplikasi. Pilih data yang paling berguna dan berharga untuk dikumpulkan. 3 2 1 Item data aspek teknis: frekwensi penjalanan sistem, waktu-waktu aplikasi di jalankan, apakah aplikasi batch/ online atau keduanya, perlengkapan, jaringan, platform perangkat lunak, sistem yang harus dijalankan sebelum aplikasi ini, sistem yang dijalankan setelah sistem ini, catatan tambahan, siapa yang menyediakan informasi, catatan tentang material tambahan atau dokumentasi yang dikumpulkan 3 2 2 Tentukan data yang akan dikumpulkan dalam ringkasan input, output, file, dan database dari aplikasi 3 2 2 Data yang dikumpulkan: nama aplikasi, lokasi fisik, media fisik, tujuan dari aplikasi, cara kerja aplikasi 3 2 3 Identifikasi platform teknologi, definisikan dekomposisi arsitektural dari jenis platform teknologi 3 2 3 Contoh platform teknologi 3 3 1 Distribusikan formulir bagi yang bertanggung jawab dalam aplikasi, umumnya manajer proyek SI dan analis sistem dan orang-orang yang berpotensi memiliki aplikasi 3 3 2 Dapatkan akses pada dokumentasi dan deskripsi aplikasi. 3 3 3 Hubungkan aplikasi pada fungsi bisnis yang didukungnya. Sebaiknya ini dilakukan oleh tim perencana, 3 3 4 Hubungkan aplikasi ke platform teknologi 3 3 5 Kumpulkan formulir yang telah diisi, ada dua cara pengumpulan formuli yakni bertemu langsung atau dengan melalui pengiriman 3 4 1 Buat salinan setiap formulir sebelum menyerahkannya pada pengentri data 3 4 2 Serahkan formulir pada operator untuk menginputkannya pada perangkat 3 4 3 Inputkan data dalam formulir 3 5 1 Hasilkan laporan yang memverifikasi
0
2
2
1 0 1 1 2
0 0 0 5 3
S
1 1 0 0 4 Pertanyaan kunci 7
K
7
146
P
7
149
K
7
149
S
7
149
K S
7 7
151 153
S
7
153
P
7
153
P S
7 7
153 153
K
7
155
S
7
155
S K
7 7
155 155
Jenis
Hal 146
238
3
5
2
3
5
3
3
5
4
3
6
1
3
6
2
3
7
1
4
2
2
5
1
1
5
1
1
5
1
1
5
1
1
bahwa data dimasukkan secara benar, dan database IRC telah selesai dan konsisten Kirimkan data untuk setiap orang yang mengisi formulir untuk menghindarkan kesalahfahaman dan memastikan semua kesalahan telah diperbaiki Siapkan observasi untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan untuk menentukan peningkatan yang signifikan. Gunakan grafik untuk meringkaskan temuan dan observasi . Siapkan dokumentasi IRC. Tandai temuan, masalah, peluang yang signifikan. Buat skema aplikasi yang menunjukkan input, output, file, atau database, dan sumber input dan tujuan output. Skema ini bisa digunakan untuk memahami portofolio aplikasi, diagram ini merupakan diagram tingkat tinggi yang menunjukkan bagaimana aplikasi berhubungan. Verifikasi konsistensi antar aplikasi dalam IRC dengan memverifikasi sumber dan tujuan dari input dan output antar aplikasi. Distribusikan IRC agar bisa diakses oleh seluruh perusahaan baik melalui laporan, mainframe, atau jaringan, atau database Walaupun perusahaan mungkin telah memiliki identitas untuk masing-masing entitas, namun untuk pembuatan arsitektur diperlukan sistem untuk pembuatan identifikasi yang berbeda Identifikasi kandidat aplikasi,dengan menggunakan arsitektur data, matriks penggunaan data, model fungsional bisnis, dan IRC. Matriks penggunaan data (CRUD) bisa digunanakan untuk mengusulkan aplikasi yang berorientasi data atau berorientasi aplikasi. Matriks penggunaan data digunakan untuk mengusulkan aplikasi yang akan melakukan aktifitas manajemen data. Perhatikan peluang yang didapatkan selama proses survei perusahaan sebagai bagian dari model bisnis. IRC berisi deskripsi aplikasi saat ini yang digunakan sebagai ide untuk arsitektur aplikasi Pemberian nama yang baik akan mempermudah fokus aplikasi. Hindarkan penggunaan nama yang sama dengan aplikasi yang sudah ada. Beberapa kandidat aplikasi akan berfokus dalam menangani beberapa jenis data tertentu. Seperti: Customer Information System, Facilities Administration System, dan lain-
S
7
155
S
7
155
K
7
161
P
7
163
S
7
163
S
7
164
P
7
179
P
7
201
K
7
201
K
7
201
K
7
202
239
5
1
1
5
1
1
7
4
1
7
4
1
7
4
1
7
4
1
7
4
1
7
4
1
7
4
2
7 7
4 4
3 4
lain Beberapa kandidat akan berfokus dalam mendukung beberapa fungsi bisnis atau prosedur bisnis. Seperti: Order processing system, advertising and promotion system, dan lain-lain Analisis cluster bisa digunakan untuk sebagai ide untuk pengelompokan aplikasi. Siapkan rekomendasi, daftar dari faktor sukses untuk mengimplementasikan rencana. Daftar faktor sukses kritis meliputi: usulan organisasi atau fungsi SI, inisiasi ke fase transisi, persetujuan rencana, adopsi metodologi pengambangan sistem yang barus, evaluasi teknologi yang baru, standar dan prosedur, kebijakan statemen, kepemimpinan dari implementasi, persetujuan anggaran, pelatihan, pengorganisasian ulang SI,. Deskripsikan detail setiap faktor sukses kritis untuk penerapan dari arsitektur dan rencana. Tim perencana harus setuju dengan faktor: deskripsi dari faktor sukses kritis, tujuan dan alasan kenapa faktor itu penting, rekomendasi dan keputusan manajemen, strategi untuk menerapkan rekomendari. Siapkan laporan rekomendasi berdasarkan diskusi dari pertemuan tim. Lakukan peninjauan terhadap laporan yang ada. Gunakan bahasa yang positif dalam membuat laporan. Konfirmasikan rekomendasi dengan manajemen Definisikan requirement pelatihan Bangun jadwal fase transisi
K
7
202
K
7
202
S
7
263
K
7
263
S
7
266
K
7
266
S
7
266
K
7
266
S
7
266
P P
7 7
266 267
8. Aktifitas apa yang harus distandarisasi dalam lingkungan enterprise untuk mendukung integrasi data? No 4 5 19 25 26 27 28 29
Langkah EAP Pengaturan Sumber Daya Komputer Susun Tim Perencana Entri data Definisikan Entitas, Atribut dan Relasinya Hubungkan Entitas Data pada Fungsi Bisnis Distribusikan Arsitektur data Daftar kandidat aplikasi Definisikan aplikasi
Primer 1 1 0 1 0 0 0 1
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 3 4 6
240
30 31 32
Hubungkan Aplikasi dengan Fungsi 2 Analisa Pengaruh Terhadap Aplikasi Saat Ini 1 Distribusikan Arsitektur Aplikasi 1 Langka Fase Tugas Keterangan Jenis h 1 4 5 Siapkan prosedur untuk memastikan P penggunaan perangkat yang tepat. Prosedur yang didefinisikan dengan jelas akan menghemat waktu dalam pelaksanaan pelatihan 1 5 6 Lakukan sesi pelatihan untuk menjelaskan P metodologi dan keuntungan dari perencanaan untuk mendapatkan keuntungan dan antusiasme 4 2 2 Tim perencana harus memutuskan format P pelaporan yang cocok dengan tim dan pihak perusahaan yang akan membaca laporan tersebut 5 1 2 Gunakan matriks fungsi-ke-entitas untuk K memastikan bahwa setiap data dikelola setidaknya oleh satu aplikasi. 5 1 2 Memiliki akses ke data melalui aplikasi K bisa memandu perubahan fungsi bisnis yang signifikan, cara yang inovatif sehingga sistem informasi dan teknologi bisa meningkatkan cara bisnis dilakukan 5 1 3 Kombinasikan aplikasi yang potensial K dalam satu daftar. Lakukan peninjauan terhadap daftar, dan hapus yang terduplikasi. 5 2 1 Tugaskan anggota tim untuk S mendefinisikan aplikasi. 5 2 1 Bagi kandidat aplikasi menjadi kelompok S aplikasi yang berhubungan, dimana kelompok aplikasi tersebut menggunakan data yang sama atau mendukung area fungsional bisnis yang sama. 5 2 2 Definisikan masing-masing aplikasi, apa P yang dilakukan aplikasi, bagaimana cara kerjanya. 5 2 2 Definisi aplikasi berupa: deskripsi singkat K tentang tujuan, deskripsi umum kapabilitas, dan peluang bisnis dan keuntungan 5 2 2 Setiap definisi harus dinyatakan secara K non teknis, dengan menggunakan istilah yang didefinisikan dalam arsitektur data dan model bisnis. 5 2 2 Definisi yang digunakan haruslah K seindependen mungkin terhadap teknologi. Dalam mengajukan setiap aplikasi, harus diberikan alasan yang jelas 5 2 2 Definisi aplikasi harus sederhana dan K dapat dimengerti, dan menawarkan
2 0 3 Pertanyaan kunci 8
4 1 1 Hal 61
8
67
8
180
8
203
8
203
8
204
8
204
8
205
8
205
8
205
8
205
8
205
8
205
241
5 5
2 2
2 3
5
2
4
5
2
6
5 5
2 2
6 7
5
3
1
5
3
1
5
3
2
5
3
2
5
3
2
5
3
3
5
3
3
5
3
3
5
4
1
keuntungan yang substansial dibandingkan dengan aplikasi yang ada sekarang ini Contoh deskripsi aplikasi Inputkan definisi kedalam alat bantu. Setiap definisi aplikasi harus ditinjau ulang. Sederhanakan aplikasi yang kompleks dan hapus semua redundansi. Aplikasi yang kompleks bisa dipisah menjadi dua atau lebih aplikasi dengan fitur yang berbeda sehingga mudah didefinisikan. Periksa keseluruhan arsitektur untuk mengkombinasikan aplikasi yang mirip menjadi satu aplikasi Buat gambar atau blueprint dari arsitektur aplikasi. Langkah ini opsional tergantung ketersediaan waktu Contoh arsitektur aplikasi Pastikan kualitas dari arsitektur aplikasi. Ada beberapa kriteria dari aristektur aplikasi yang baik: bisa dipahami, lengkap, stabil Untuk setiap aplikasi identifikasi fungsi bisnis yang didukung. Gunakan definisi aplikasi dan model bisnis fungsional untuk mengidentifikasi, yang menunjukkan informasi atau dukungan yang dilakukan oleh aplikasi. Masukkan fungsi aplikasi-ke-bisnis kedalam alat bantu, buat daftar yang menunjukkan fungsi yang didiukung setiap aplikasi dan aplikasi yang mendukung setiap fungsi. Pastikan tidak ada tumpang tindih. Buat daftar fungsi yang tidak didukung oleh aplikasi apapun, dan jelaskan kenapa. Setiap fungsi tidak harus didukung oleh aplikasi, namun alasannya harus didokumentasikan. Contoh daftar fungsi yang didukung aplikasi Contoh daftar fungsi yang tidak didukung oleh arsitektur aplikasi Hubungkan aplikasi ke unit organisasi melalui fungsi bisnis. Matriks ini bisa membantu peningkatan aplikasi yang mendukung berbagai unit organisasi Contoh organisasi yang didukung oleh aplikasi Aplikasi yang digunakan secara bersama akan menimbulkan pertanyaan siapa yang akan membayar aplikasi tersebut. Hubungkan setiap aplikasi dengan sistem yang didefinisikan dalam IRC
K S
8 8
207 207
S
8
208
K
8
208
K K
8 8
209 208
P
8
211
P
8
211
S
8
212
K
8
212
K
8
212
S
8
215
K
8
215
K
8
215
P
8
217
242
5
4
1
5
5
1
5
5
2
5 5
5 5
3 4
5
5
5
Ada banyak relasi antara aplikasi yang sudah ada dengan aplikasi konseptual yang didefinisikan dalam arsitektur. Analisis dampak detail akan mendeskripsikan perubahan yang diperlukan. Harus diperhatikan bagian dari aplikasi yang diganti untuk mempertimbangkan konsistensi dan menghindarkan redundansi. Buat pendahuluan tentang arsitektur aplikasi Hasilkan laporan (matiks, definisi) dan pendahuluan untuk setiap bagian untuk menjelaskan laporan dan diskusikan hasil atau dampaknya terhadap bisnis contoh outline presentasi arsitektur Sampaikan arsitektur aplikasi pada manajemen dan distribusikan laporan Kumpulkan komentar dari para manajer, lakukan peninjauan komentar dan putuskan apakah akan digunakan atau tidak
K
8
218
S
8
219
S
8
220
K P
8 8
221 221
S
8
221
9. Pilihan teknologi mana yang akan memandu pendekatan enterprise pada inisiatif TI? No 4 20
Langkah EAP
Primer 0 0
Pengaturan Sumber Daya Komputer Validasi informasi katalog sumber daya informasi dan hasilkan draf untuk katalog sumber daya informasi 34 Definisikan Platform Teknologi dan Distribusi dari Data dan Aplikasi 35 Hubungkan Platform Teknologi Pada Aplikasi dan Fungsi Bisnis 36 Distribusikan Arsitektur Teknologi Langka Fase Tugas Keterangan h 1 4 4 Query: SQL adalah sebuah bahasa query yang efektif kalau menggunakan database relasional untuk data perencanaan 1 4 4 Fleksibilitas: sebuah model internal harus memiliki fleksibilitas untuk: (1) mendefinisikan dan mengelola jenis file dan field yang ada dalam perencanaan, (2) bisa menghubungkan data dengan cara yang berbeda, (3) menggunakan nama untuk model data internal, (4) bisa beradaptasi dengan metodologi 3 5 1 Contoh matriks platform teknologi 6 2 1 Buat daftar lokasi bisnis. Setiap lokasi
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 1 1 0 1
0
5
8
2
0
0
3
1
S
2 Pertanyaan kunci 9
K
9
59
K S
9 9
159 228
Jenis
Hal 59
243
6
2
2
6
2
2
6
2
3
6
2
3
6
2
3
6
2
3
6 6
2 2
3 3
6
2
3
tampilkan unit organisasi dan fungsi yang dilakukan. Definisikan distribusi data dan aplikasi. Tentukan lokasi konseptual untuk penyimpanan ata dan menjalankan aplikasi. Lokasi konseptual bisa merupakan alamat fisik atau kumpulan tempat. Hubungkan entitas dalam arsitektur data dengan lokasi bisnis. Sehingga mengidentifikasi lokasi yang emmbutuhkan data. Alikasi bisa juga direlasikan dengan lokasi bisnis melalui fungsi bisnis yang didukung oleh aplikasi. Informasi yang menunjukkan hubungan entitas data dan aplikasi ke lokasi bisnis bisa digunakan untuk mendeskripsikan dimana data dan aplikasi harus diletakkan. Sehingga bisa menghasilkan daftar: data dan aplikasi disetiap lokasi, lokasi entitas, dan lokasi aplikasi Tentukan konfigurasi untuk platform teknologi. Arsitektur konseptual teknologi terdiri dari 3 tingkat: workstation konseptual, jaringan perusahaan konseptual, dan arsitektur sistem bisnis Workstation konseptual adalah fasilitas dimana pengguna mengakses data secara langsung atau penyediaan data untuk aplikasi atau konsuman lain. Lokasi penyimpanan: fasilitas untuk penyimpanan aplikasi atau data. Kompartemen: workstation konseptul yang menyediakan layanan jaringan jarak jauh. Contoh kompartemen: Akses sistem bisnis, informasi, pesan, manajemen desktop, manajemen tool, akses eksternal. Contoh kompartemen Jaringan perusahaan konseptual: terdiri dari komputer, alat input output, dan telekomunikasi. Arsitektur sistem bisnis adalah teknologi untuk mengimplementasikan dan memelihara aplikasi dan database dari perusahaan. Akses ke sistem bisnis dari workstation konseptual bisa berdasarkan lima tujuan: informasi operasional bisa dmodifikasi secara interaktif, informasi aoperasional bisa ditampilkan dalam berbagai format dan media, laporan operasional membantu pengguna untuk mengetaui posisi dan menampilkan laporan, informasi adhoc memberikan failitas untuk mengakses data enterprise dengan SQL, memungkinkan otorasi pengguna yang menjadi tata kelola operasi
S
9
228
S
9
228
S
9
228
K
9
229
K
9
229
K
9
230
K K
9 9
230 231
K
9
231
244
dari sistem bisnis
6 6 6
2 2 2
3 3 4
6
3
1
6
3
2
6
4
1
6
4
2
6
4
3
6
4
3
6
4
3
Contoh jaringan konseptual contoh arsitektur sistem bisnis Evaluasi arsitektur teknologi konseptual, gunakan permodelan kinerja fungsional untuk menentukan bahwa arsitektur teknologi konseptual akan memenuhi requirement. Hubungkan platform teknologi ke aplikasi . Arsitektur yang membutuhkan teknologi tersebut. Matriks yang digunakan akan menunjukkan platform baru yang akan digunakan oleh arsitektur aplikasi dan platform lama yang akan diganti atau tidak berlanjut Relasikan platform teknologi ke fungsi bisnis. Kombinasi relasi akan menghasilkan perkiraan platform teknologi yang akan digunakan oleh fungsi bisnis dan unit organisasi. Siapkan dokumen arsitektur teknologi. Buat pendahuluan tentang arsitektur teknologi, sertakan diagram yang mengilustrasikan konsep platform teknologi. Siapkan materi presentasi arsitektur teknologi. Buat demonstrasi kapabilitas baru untuk mencapai visi. Tunjukkan kapabilitas yang paling berguna bagi manajemen. Tampilkan arsitektur teknologi kepada komunitas bisnis untuk menunjukkan keuntungan dan peluang bisnis dan faktor sukses. Agenda dari rapat: deskripsi model bisnis, tinjauan dari arsitektur data dan aplikasi dan pengaruhnya terhadap teknologi, deskripsikan prinsip teknologi dan peluangnya, tampilkan arsitektur teknologi, diskusikan requirement bisnis tambahan dan dampaknya, persetujuan perubahan, saran dan komnentar, deskripsi fase implementasi rencana Diskusikan dampak dan perubahan potensial bagi organisasi, kebijakan, dan prosedur untuk lingkungan share data.
K K S
9 9 9
232 233 234
P
9
235
P
9
235
P
9
236
P
9
236
P
9
237
K
9
237
S
9
237
245
6
4
4
Tinjau ulang integritas dan requirement keamanan bisnis. Revisi arsitektur teknologi untuk mengakomodasi saran dan komentar dari komunitas bisnis
S
9
238
10. Layanan infrastruktur TI mana yang paling kritis untuk mencapai tujuan strategis dari enterprise? No 3 4 5 29 37 38
Langkah EAP
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 3 0 2 5 4 0 0 3 8 2 5 Pertanyaan Jenis Hal kunci K 10 53
Primer 1 5 6 1 3 3
Adaptasi metodologi Pengaturan Sumber Daya Komputer Susun Tim Perencana Definisikan aplikasi Pengurutan Aplikasi Estimasi Usaha, Sumber Daya, dan Hasilkan Jadwal Langka Fase Tugas Keterangan h 1 3 4 Pertimbangkan kepakaran dari staf TI. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman internal tentang perencanaan, semakin detail panduan metodologi yang bisa digunakan 1 3 5 Susun metodologi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Setiap bisnis berbeda, sehingga sebuah paket metodologi tidak akan bisa menyesuaikan dengan keseluruhan bisnis. 1 3 5 Hindarkan pemilihan metodologi yang berdasarkan alasan politik. Sampaikan hambatan-hambatan yang akan ditemukan. Lakukan kompromi dengan teknik dan alat bantu namun tidak dalam metodologi 1 3 6 Buat daftar isi untuk setiap laporan yang akan dihasilkan dari setiap fase perencanaan 1 4 1 Tentukan jenis laporan yang akan dihasilkan oleh setiap produk 1 4 2 Tentukan requirement perangkat keras yang akan digunakan 1 4 2 Keuntungan PC: mudah diatur dan digunakna, bisa ditempatkan diposisi yang strategis dekat dengan tempat digunakan, biaya yang lebih rendah untuk peraqngkat lunak dan kerasnya, lebih mudah dikontrol 1 4 2 Keuntungan Komputer Mainframe: Bisa di share, pengentrian data yang dilakukan terdistribusi 1 4 6 Bangun antar muka pengujian untuk share atau transfer data. Lakukan benchmarking
P
10
53
K
10
53
K
10
54
P
10
56
P
10
56
K
10
56
K
10
58
P
10
61
246
1
4
7
1
4
8
1
5
1
1
5
1
1
5
2
1 1
5 5
3 3
1
5
4
1
5
4
1
5
4
1
5
4
1
5
5
1
5
5
1
5
5
1 1
5 5
5 7
antara perangkat dengan representatif data. Estimasikan jumlah tenaga operator yang dibutuhkan untuk mendukung perencanaan. Berdasarkan jumlah data yang akan dikumpulkan, dan jumlah data yang akan dimasukkan kedalam perangkat Lakukan peninjuan ulang perangkat lunak yang akan dipilih, siapkan rencana cadangan jika produk tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ini akan menimbulkan kepercayaan dengan perangkat lunak yang digunakan Tentukan keterampilan yang dibutuhkan untuk setiap langkah dari perencanaan. Berdasarkan pengalaman bisnis, kredibilitas, dan kerjasama tim Beberapa fase perencanaan akan membutuhkan keterampilan tambahan Perkirakan upaya yang dibutuhkan untuk setiap fase perencanaan Tentukan jumlah orang yang dibutuhkan Jumlah orang ditentukan dari situasi, tingkat detail arsitektur, ukuran bisnis, dasar kemampuan, estimasi waktu, komitmen waktu dari anggota tim Tentukan peran dan tanggung jawab yang diharapkan dari setiap anggota tim Anggota tim dari orang bisnis harus dilibatkan, pastikan untuk memilih pemimpin yang antusias dengan perencanaan dan mau bekerja sama dengan tim. Pastikan untuk memilih panduan yang digunakan sebagai pengalaman dan arahan bagi tim Definisikan panduan dan tanggung jawab setiap anggota tim dalam dokumen singkat, dan distribusikan pada anggota manajemen Contoh deskripsi peran dalam analisis bisnis Pilih personel dengan keterampilan dan kualifikasi yang tepat dan tempatkan mereka pada setiap fase dan langkah dalam metodologi Pastikan untuk meminimalisir situasi politis yang mungkin muncul karena bisa mengurangi efisiens atau objektifitas yang mungkin muncul Sediakan personel cadangan jika ternyata anggota yang bersangkutan berhalangan. Contoh penugasan peran Lakukan kontrak waktu dengan setiap anggota tim. Anggota tim harus terdiri dari orang-orang yang berkualitas dari
P
10
62
P
10
63
P
10
63
S
10
64
S
10
64
P K
10 10
64 64
P
10
64
K
10
64
S
10
65
K
10
66
P
10
64
S
10
67
S
10
67
K P
10 10
67 69
247
1
5
8
5
2
5
7
1
1
7
1
1
7
1
1
7
1
2
7
1
2
7
1
2
7 7
1 1
2 2
7
1
2
7
1
2
7
1
4
perusahaan sehingga ketersediaannya terbatas. Sangat penting untuk mendapatkan komitmen waktu dari setiap anggota. Dapatkan ruangan untuk digunakan selama fase-fase perencanaan Perhatikan juga jika deskripsi aplikasi menunjukkan ketergantungan pada aplikasi teknologi yang kritis. Hubungkan aplikasi ke data melalui fungsi bisnis. Penggabungan relasi ini bisa menggunakna proses perkalian matriks dalam aljabar linear. Matriks hasilnya adalah erelasi aplikasi dengan entitas dengan catatan apakah aplikasi kaan membuat, perbarui, atau referensi untuk entitas Anggota tim harus meninjau ulang setiap sel matriks dan memverifikasi jika ada kelemahan. Susun ulang matriks aplikasi-ke-data untuk menentukan urutan data-driven. Aplikasi sebagai baris, data sebagai kolom. Prosedur ini untuk mengotimasi. Baris dengan entri yang sedikit akan digerakkan keatas, dan baris dengan entri yang sedikit akan diturunkan kebawah dengan entri C dikanan. Kolom dengan entri yang banyak akan digerakkan ke kiri, dan kolom dengan entri yang banyak akan digerakkan ke kanan dengan entri C di atas. Susun ulang matriks menghasilkan aplikasi berdasarkan urutan data. Aplikasi yang diatas akan diimplementasikan pertama kali karena mereka membuat data yang digunakan oleh aplikasi dibawahnya Contoh matriks aplikasi-ke-entitas Kelompok data yang ditandai dengan kotak bergaris tebal, karena data digunakan secara bersama oleh kumpulan aplikasi. Satu aplikasi membuat data, yang lainnya menggunakan atau sebaliknya. Urutan dari implementasi aplikasi akan mengikuti value chain dari perusahaan. Ada dua perspektif dalam matriks aplikasike-entitas, baris (atas ke bawah) menunjukkan urutan penerapan aplikasi, sedangkan kolom (kiri ke kanan) menunjukkan urutan pembuatan data Pembagian matriks menjadi dua bagian. Bagian pertama meliputi 30 sampai 40 persen dari portofolio aplikasi yang sama dengan matriks yang data-driven. Bagian
P
10
69
P
10
208
P
10
242
K
10
243
S
10
243
S
10
243
S
10
244
K
10
244
K K
10 10
245 246
K
10
246
K
10
246
P
10
250
248
7
1
4
7
1
4
7
1
4
7
2
2
7
2
2
7
2
2
7
2
2
7 7
2 2
3 3
ini merupakan aplikasi yang paling penting karena: membuat data yang nantinya digunakan oleh aplikasi lain, memiliki skor yang tertinggi dari daftar kriteria bisnis yang penting, dan memiliki kepentingan tinggi untuk bisnis Bagian bawah dari matriks aplikasi diurutkan berdasarkan ketergantungan data dan skor kriteria bisnis. Aplikasi ini tidak sekritis bagian yang pertama. Pembagian matriks bisa digunakan untuk menjelaskan urutan implementasi. Sangat sulit untuk menghindari urutan berdasarkan prinsip ketergantungan data dan matriks akan mengakses secara visual dampak dari pengusulan perubahan terhadap urutan. Pembagian matriks menunjukkan implementasi dari sepertiga aplikasi akan menghasilkan sebagian besar (90%) dari sumber daya data yang digunakan secara bersama. Sumber daya data akan tersedia untuk diakses sebelum aplikasi yang akan menggunakan data tersebut dibangun. Query, sistem informasi eksekutif, dan aktifitas data warehouse akan bisa dilaksanakan setelah strategi migrasi Buat perkiraan tentang sumber daya yang tersedia dan estimasikan upaya untuk menerapkan aplikasi. Tim perencana harus membuat asumsi tentang ketersediaan sumber daya. Ketersediaan orang merupakan sumber daya yang paling kritis. Asumsikan dan pilih metodologi pengembangan atau siklus pengembangan sistem yang digunakan untuk implementasi. Identifikasi faktor produktifitas lain yang akan berdampak dari estimasi upaya. Perkirakan jumlah upaya dan waktu untuk membangun aplikasi. Ada tiga pendekatan untuk menghasilkan estimasi waktu dan upaya: berdasarkan pengalaman dan kepakaran dari anggota tim, saran dari pakar penjadwalan sistem, dan menggunakan paket komputer. Ada dua keuntungan penggunaan estimasi: mengestimasi upaya, dan menghasilkan kredibilitas Hasilkan jadwal implementasi. Adalah penting untuk memenuhi komitmen jangka pendek dan obligasi untuk bisnis. Pembangunan dan komitmen ini harus sesuai, jumlah sumber daya yang didedikasikan untuk implementasi dan
P
10
251
K
10
251
K
10
252
P
10
255
S
10
255
K
10
255
K
10
255
P S
10 10
256 256
249
7 7 7 7
2 2 2 2
3 3 3 4
pemeliharaan arsitektur akan meningkat seiring dengan berjalannnya waktu Contoh rencana implementasi Contoh rencana implementasi parsial Contoh komitmen sumber daya Dapatkan persetujuan dari strategi implementasi dari eksekutif kunci. Jelaskan asumsi sumber daya dan jadwal implementasi, dengarkan komentar dan diskusikan masalah potensial dan keuntungannya.
K K K P
10 10 10 10
257 258 259 259
11. Untuk setiap bagian kapabilitas, layanan inftrastruktur apa yang harus diimplementasikan secara enterprise dan tingkat layanan apa yang dibutuhkan oleh layanan ini? No
Langkah EAP
Fase
Langka h
Tugas
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual Pertanyaan Jenis Hal kunci
Primer Keterangan
12. Bagaimana seharusnya layanan infrastruktur dihargai? No
Langkah EAP
Fase
Langka h
Tugas
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual Pertanyaan Jenis Hal kunci
Primer Keterangan
13. Apa rencana untuk menjaga teknologi dasar agar tetap up to date? No 3 23 37
Langkah EAP
Adaptasi metodologi Adminitrasi dan Pelihara Katalog Sumber Daya Informasi Pengurutan Aplikasi Langka Fase Tugas Keterangan h 1 3 1 Haruslah memperhatikan bahwa tidak ada rencana, perangkat lunak, dan metodologi yang sempurna 3 8 1 Atur pertanggung jawaban untuk pemeliharaan IRC. Setiap kontributor harus mengupdate informasi tentang aplikasinya secara periodik. Tanggung
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 1 1 2 0 1 Pertanyaan Jenis Hal kunci K 13 51
Primer 0 1 2
P
13
165
250
3
8
1
3
8
2
3
8
2
7
1
5
7 7
1 1
5 5
jawab administrasi juga harus diserahkan pada sebuah posisi dalam organisasi SI Administrasi yang diperlukan: memberikan informasi IRC bagi yang membutuhkan, memastikan perbaruan data dilakukan secara berkala, membuat prosedur dan mekanisme untuk mengakses dan memperbarui IRC, memperbaiki kesalahan dan ketidak konsistenan data IRC Buat kebijakan dan prosedur untuk memelihara IRC. Baik menggunakan administrator, ataupun membuat mekanisme terotomasi. Administrator bisa mengecek: akses yang dilakukan setiap kontributor, mengingatkan kontributor untuk mengupdate IRCnya, seminasi ringkasan perubahan Tunjukkan urutan dari penggantian sistem yang sudah ada dan akuisisi teknologi yang sudah ada. Relasi yang ada menunjukkan apakah sistem yang lama akan diganti secara keseluruhan, sebagian, atau dipertahankan dengan memperbaiki, dengan menggunakna strategi migrasi aplikasi Contoh strategi migrasi aplikasi Urutan dari platform teknologi juga bisa ditentukan dengan cara yang sama. Penggunaan relasi dari platform teknologi ke aplikasi berdasarkan penggunaannya oleh masing-masing aplikasi. Ini disebut dengan strategi migrasi teknologi
K
13
165
S
13
165
K
13
165
P
13
252
K P
13 13
252 253
14. Layanan infrastruktur mana yang harusnya di outsource-kan? No 3 5 29 38
Langkah EAP
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 0 1 8 0 0 4 1 Pertanyaan Jenis Hal kunci P 14 53
Primer 1 1 1 1
Adaptasi metodologi Susun Tim Perencana Definisikan aplikasi Estimasi Usaha, Sumber Daya, dan Hasilkan Jadwal Langka Fase Tugas Keterangan h 1 3 4 Tentukan apakah pembangunan rencana akan dilakukan secara internal atau menggunakan metodologi yang disediakan oleh konsultan 1 5 9 Pilih dan gunakan konsultan eksternal. Konsultan eksternal bisa memberikan pengalaman, kualitas, kredibilitas, mengatasi potensi masalah lebih awal, dan
P
14
70
251
1
5
9
1
5
9
1
5
9
1
5
9
1
5
9
1
5
9
1 1
5 5
9 9
1
5
9
5
2
5
7
2
1
7
2
1
7
2
1
menawarkan sudut pandang yang objektif, serta tambahan orang untuk menyelesaikan fase-fase perencanaan Beberapa konsultan memiliki metodologinya sendiri yang bisa diadaptasi Reputasi konsultan bisa memberikan kredibilitas dalam perencanaan Pengalaman konsultan bisa digunakan untuk membantu fase perencanaan Anggota tim harus nyaman dan percaya dengan opini dari konsultan Konsultan memberikan referensi dari klien perencanaan sebelumnya, lakukan kontak dengan klien sebelumnya dan dapatkan informasi tentang konsultan tersebut Konsultan harus bisa beradaptasi dengan budaya dari perusahaan Berapa jumlah konsultan yang dibutuhkan Beberapa konsultan menyediakan perangkat yang harus dibeli atau disewa. Konsultan yang independen memiliki tujuan yang tidak bias untuk memandu pemilihan dan penggunaan produk untuk mendukung perencanaan Seringkali pemilihan konsultan dilakukan secara politis. Beri catatan untuk pembuatan paket perangkat teknologi eksternal.Tidak semua aplikasi akan dibangun oleh SI, perhatikan aplikasi yang secara konseptual bisa dipenuhi dengan membeli perangkat lunak. Estimasi waktu untuk membeli dan menerapkan paket perangkat lunak. Arsitektur aplikasi tidak menspesifikasi aplikasi yang harus dibeli dan akan dibangun secara internal. Tim perencana harus membuat determinasi berdasarkan aplikasi yang harus dilakukan, kapabilitas dari paket perangkat lunak yang tersedia, dan opini profesional eksternal pada tim perencana Tidak cukup waktu untuk menganalisa seluruh paket perangkat lunak yang ada. Penggunaan prinsip 80/20 hanya cocok untuk tujuan perencanaan Kebanyakan paket perangkat lunak independen, dan tidak ditujukan untuk diintegrasikan pada data perusahaan dengan lingkungan share data. Tim perencana bisa mengeliminasi paket perangkat lunak karena: data dan kode aplikasi tidak bisa dengan mudah di share, modifikasi, diperluas, atau diintegrasikan
K
14
70
K
14
70
K
14
70
K
14
70
K
14
70
K
14
70
S K
14 14
70 70
K
14
70
P
14
208
P
14
253
K
14
253
S
14
254
252
7
2
1
7
2
1
7
2
1
dengan sistem yang lain, platform teknologi yang tidak kompatibel, paket tidak memenuhi requirement dasar yang didefinisikan dalam arsitektur. Lakukan evaluasi terhadap harga paket perangkat lunak dan menyeimbangkan faktor jangka panjang dan jangka pendek, karena modifikasi paket perangkat lunak berbiaya lebih besar dibandingkan dengan pembangunan secara internal. Perlu dilakukan perubahan kultural untuk mengganti dari pembelian paket perangkat lunal dibandingkan dengan pembangunan secara internal. Setiap aplikasi yang diharapkan diimplementasikan dengan membeli paket perangkat lunak, estimasikan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk dievaluasi. Evaluasi dampak dari urutan aplikasi dari paket perangkat lunak yang mengimplementasikan beberapa arsitektur aplikasi
S
14
254
S
14
254
S
14
255
15. Apa pasar dan peluang proses bisnis untuk aplikasi bisnis yang baru? No 3 4 12 13 28 39
Langkah EAP
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 1 0 7 0 1 1 0 1 1 2 6 Pertanyaan Jenis Hal kunci K 15 51
Primer 0 1 0 0 1 1
Adaptasi metodologi Pengaturan Sumber Daya Komputer Persiapan wawancara Lakukan wawawancara Daftar kandidat aplikasi Estimasi Biaya dan Keuntungan dari Rencana Langka Fase Tugas Keterangan h 1 3 1 Harus menggunakan perangkat yang terotomasi. Ada informasi yang harus dikumpulkan tentang bisnis, dan perangkat terorotomasi dibutuhkan untuk menyimpan informasi ini 1 4 4 Pilih perangkat lunak yang tepat. Perangkat lunak ini harus mendukung metodologi, sehingga perangkat lunak yang dipilih harus berdasarkan requirement dari metodologi yang disusun 1 4 4 Faktor pemilihan perangkat lunak meliputi (1) kamus data yang sudah tersedia, repositori, dan perangkat lunak lainnya, (2) penggunaan perangkat lunak pengembangan atau sistem yang sudah ada (3) Penggunaan perangkat setelah perencanaan, (4) ketersediaan anggaran, (5) Metodologi dan konsultan yang
P
15
58
K
15
58
253
digunakan
1
4
4
1
4
4
1
4
4
1
4
4
1
4
4
1
4
4
2.2
2
1
2.2
3
2
5
1
2
5
1
2
5
1
2
Format pelaporan: laporan perencanaan akan disitribusikan dalam perusahaan dan harus menarik, bisa dimengerti dan sesuai dengan standar. Pemilihan dan pengurutan: informasi perencanaan dipresentasikan sesuai dengan urutan tertentu Analisis: kemampuan untuk menganalisa data perencanaan bisa menghemat waktu. Analisa integritas digunakan untuk memastikan konsistensi dari database perencanaan. Analisa level mengecek konsistensi dalam dekomposisi. Analisa Affinity berguna untuk mengelompokkan entitas data berdasarkan penggunaannya dalam bisnis. Analisa Ranking memberikan dukungan untuk membuat keputusan dengan mengevaluasi alternatif berdasarkan kriteria tujuan. Adaptasi / kompabilitas metodologi: beberapa produk hanya mendukung satu metodologi dan tidak bisa diubah. Pastikan produk yang digunakan mendukung secara efektif pendekatan yang telah disusun Mudah dipelajari: apakah operator entri data bisa menggunakan perangkat dengan pelatihan yang minimal. Formulir entri data: setiap pengentrian data harus semudah mungkin. Apakah entri data bisa menghasilkan formulir yang tersusun sedemikian rupa sehingga bisa mendukung formulir survei Pastikan untuk menyertakan pertanyaan untuk menilai ketidak puasan atau kinerja dari sistem saat ini. Informasi ini akan sangat berguna untuk identifikasi peluang untuk peningkatan fungsi bisnis. Identifikasi masalah dan peluang untuk setiap fungsi. Identifikasi aplikasi yang bisa meningkatkan keuntungan kompetitif bisnis. Informasi eksekutif, decision suppert, dan sistem pakar merupakan beberapa contoh sistem strategis Dengan mengikuti konsep value-added, model bisnis bisa mendukung analisa untuk meningkatkan peluang dan mengevaluasi kontribusi masing-masing aplikasi Nama-nama berikut merupakan contoh kandidat aplikasi yang akan menjadi kategori dari sistem strategis: Customer
K
15
58
K
15
58
K
15
59
K
15
59
K
15
60
K
15
60
K
15
122
S
15
131
P
15
202
S
15
203
K
15
204
254
7
3
1
7
3
1
7
3
1
7
3
1
7
3
1
7
3
1
7
3
2
7 7
3 3
2 3
Qualification System, Manpower Planning System, Performance management system, purchasing pattern system, dan lain-lain Lakukan analisa cost-benefit yang akan meliputi biaya pengembangan dan operasional Kategori biaya yang utama: orang perangkat keras dan teknologi, perangkat keras, komunikasi dan jaringan Keuntungan harus dihitung dalam bentuk uang, tabungan atau pendapatan yang dihasilkan oleh aplikasi. Kategorinya adalah: pengurangan jumlah pekerja, biaya produksi, penyimpanan, atau biaya pengiriman unit yang lebih rendah, estimasi peningkatan pendapatan, pengontrolan kualitas produk yang lebih baik, dan pengambilan keputusan yang lebih baik dan tepat waktu. Persetujuan perencanaan sangat tergantung pada analisa cost-benefit, tugas ini tidak bisa diringkaskan karena waktu yang kurang Sangat penting tugas ini konservatif, dan berhati-hati. Cost-benefit dikonfirmasi oleh orang yang memiliki otoritas, dan diestimasi oleh pakarnya. Kesalahan akan mendiskreditkan perencanaan Buat ringkasan dari cost dan benefit dalam tabel dan grafikk yang menunjukkan costbenefit pertahun dan cost-benefit secara komulatif. Dapatkan persetujuan manajemen melalui analisa cost-benefit. Contoh cost-benefit secara komulatif. Buat daftar peluang dan keuntungan yang tidak terlihat.
P
15
260
K
15
260
K
15
260
K
15
261
K
15
261
K
15
261
S
15
261
K S
15 15
262 262
16. Pengalaman desain yang bagaimana yang menunjukkan bahwa mereka sukses? No
Langkah EAP
6
Siapkan Rencana Kerja Perencanaan
1
Langka h 6
1
6
Fase
Tugas
Keterangan
5
Siapkan pengontrolan proyek dan mekanisme pelaporan status Status pelaporan mencakup: pencapaian, langkah selanjutnya, hambatan dan potensi hambatan
5
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 1 Pertanyaan Jenis Hal kunci P 16 75
Primer 1
K
16
76
255
17. Bagaimana kebutuhan bisnis bisa dicapai dengan standar arsitektur?, kapan kebutuhan bisnis menentukan pengecualian terhadap standar yang ada? No
Langkah EAP
37
Pengurutan Aplikasi
7
Langka h 1
7
1
3
7
1
3
7
1
3
7
1
3
7
1
3
7
1
3
Fase
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 7 7 Pertanyaan Jenis Hal kunci P 17 247
Primer 2
Tugas
Keterangan
3
Sesuaikan urutan data-driven berdasarkan kebutuhan bisnis. Ada kebutuhan bisnis yang harus dipenuhi dalam mencapai prioritas dari urutan implementasi Urutan kriteria prioritas untuk aplikasi: permintaan, sistem yang sudah ada, resiko, potensi keuntungan, dan dampak organisasi Pengukuran permintaan menunjukkan seberapa butuhnya organisasi terhadap aplikasi. Semakin besar kepentingan dari aplikasi dan semakin tinggi tekanan politis untuk mencapainya, semakin cepat sebuah aplikasi dibangun Jika aplikasi yang sudah ada mendukung beberapa fungsi bisnis, ada pengeluaran untuk memodifikasi aplikasi tersebut agar bisa berjalan di lingkungan share data. Semakin mahal sebuah aplikasi yang lama di pelihara, semakin cepat aplikasi yang baru menggantinya. Resiko tergantung pada jumlah sumber daya yang dibutuhkan, jumlah sumber daya yang dibutuhkan, waktu untuk membangun aplikasi, dan kesulitan dan kompleksitas secara teknis. Aplikasi yang memiliki resiko paling besar akan dipindahkan ke urutan yang belakang. Aplikasi yang memiliki peluang untuk memberikan laba akan diimplementasikan lebih dahulu. Aplikasi yang memiliki dampak sedikit pada organisasi, komitmen, dan standar merupakan yang paling mudah untuk di implementasikan dan harus diselesaikan segera. Tim perencana harus menilai kriteria daftar prioritas, definisikan dengan menuliskan dengan kriteria yang spesifik, dan atur tingkat kepentingan untuk setiap kriteria dengan mengevaluasinya dan memberikan nilai prioritas. Jika tujuan didokumentasikan dengan model bisnis, pertimbangkan untuk menentukan kriteria
S
17
247
K
17
247
K
17
247
K
17
248
K
17
248
S
17
248
256
7
1
3
7
1
3
7
1
3
7
1
4
7
1
4
7
1
4
7
1
4
7
1
4
7
1
4
dan prioritasnya. Tim harus menilai setiap aplikasi berdasarkan masing-masing kriteria. Kalikan nilai aplikasi dengan nilai kriteria dan tambahkan skor untuk setiap aplikasi. Aplikasi dengan skor tertinggi harus dipindahkan pada posisi pertama dari urutan. Gunakan matriks aplikasi-ke-entitas untuk menentukan dampak dari sudut pandang sumber daya data untuk setiap penyesuaian dari urutan aplikasi. Beberapa aplikasi bisa dipindahkan dengan mudah, namun ada aplikasi yang jika dipindahkan memiliki konsekwensi yang serius Alternatif yang tersedia: Pindahkan aplikasi pada urutan pertama dan buat antarmuka yang bersifat sementara, atau pindahkan aplikasi dalam urutan pertama dan tambahkan kapabilitas untuk membuat dan memelihara semua data yang dibutuhkan, atau membagi aplikasi. Buat penyesuaian dari urutan. Hasil dari langkah sebelumnya akan ada faktor yang perlu dipertimbangkan yang hal tidak diperhitungkan yang mempengaruhi urutan yang ada Karena urutan aplikasi mengikuti rantai nilai. Mengakibatkan fungsi bisnis yang berada di ujung rantai nilai diterapkan paling akhir. Sehingga tidak ada dukungan dari fungsi bisnis ini. Perencanaan harus memberikan keuntungan sebanyak mungkin bagi unit bisnis mengakomodasi perubahan lingkungan yang berada diluar kontrol bisnis. Ini meliputi arah hukum, pajak, peran industri, regulasi, nilai mata uang, perang, pergerakan kompetitif dan lain sebagainya. Aplikasi yang dibutuhkan dari kondisi ini harus diterapkan pada urutan pertama. Hindari pemindahan lebih dari 20% dari keseluruhan aplikasi karena sangat jika lebih dari angka tersebut akan meningkatkan biaya pengembangan dan pemeliharaan Tim akan mendiskusikan dan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari pengurutan ulang aplikasi. Hasil dari penggunaan matriks aplikasi-ke-data dengan menggunakan tiga kategori kriteria menghasilkan matriks yang terbagi Contoh struktur matriks yang terbagi
S
17
248
S
17
248
K
17
248
P
17
249
S
17
249
S
17
250
K
17
250
S
17
250
K
17
250
257
18. Siapa yang akan menerima hasil dari setiap proyek dan mengubah lembaga organisasi untuk memastikan value? No
Langkah EAP
8
Dokumentasikan struktur organisasi Langka Fase Tugas Keterangan h 2.1 1 3 Dapatkan anggaran dan perencanaan tahunan yang akan digunakan untuk mengurutkan aplikasi
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 1 Pertanyaan Jenis Hal kunci K 18 93
Primer 0
19. Perubahan proses atau penyesuaian mana yang paling penting secara strategis untuk enterprise? No 1 31 Fase 1
1
5
5
5
5
Langkah EAP
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 1 0 1 2 Pertanyaan Jenis Hal kunci P 19 43
Primer 1 1
Menentukan Ruang Lingkup dan tujuan dari EA Analisa Pengaruh Terhadap Aplikasi Saat Ini Langka Tugas Keterangan h 1 2 Harus ada kandidat yang jelas untuk unit organisasi yang harus menjalani arsitektur enterprise. 1 2 Pemilihan unit organisasi yang akan menjalani arsitektur enterprise sering dilakukan secara politis bukan analisis. Perhatikan resiko-resiko dan penghalang bagi pelaksanaan arsitektur enterprise 4 1 Tentukan apakah aplikasi yang lama akan diganti seluruhnya, sebagian, atau tetap dipertahankan 4 1 Lakukan analisis dampak, apakah tanpa analisis dampak, analisis dampak sebagian, analisis dampak lengkap 4 1 Penerapan dari arsitektur berakibat dari penggantian aplikasi yang sudah ada. Departemen-departemen membuat aplikasi yang sama, bisa diganti dengan aplikasi dengan skala perusahaan. 4 2 Periksa apakah penilaian dampak telah selesai dilakukan. Setiap aplikasi yang lama dalam IRC harus dihubugngkan berdasarkan dampak dari minimalnya satu aplikasi dari arsitektur. Aplikasi lama yang dipertahankan harus didefinisikan sebagai bagian dari arsitektur aplikasi.
S
19
43
P
19
218
K
19
218
K
19
218
S
19
219
258
20. Apa distribusi dari portofolio saat ini dan yang diusulkan?, apakah portofolio konsisten dengan tujuan strategis dari enterprise? No
Langkah EAP
Adaptasi metodologi Langka Fase Tugas h
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual 0 1 Pertanyaan Jenis Hal kunci
Primer 0
3
Keterangan
21. Apa keterkaitan dari investasi keseluruhan enteprise atau unit?, apakah praktik investasi yang aktual menunjukkan keterkaitan tersebut? No Fase
Langkah EAP Langka h
Tugas
Jumlah pemetaan Sekunder Kontekstual Pertanyaan Jenis Hal kunci
Primer Keterangan
259
Lampiran M Lembar validasi pakar