METODOLOGI PENELITIAN ILMU KEPERAWATAN Pendekatan Praktis
Edisi 4
Nursalam
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4
Nursalam General Manager: Suwartono Senior Editor: Aklia Suslia Editor: Peni Puji Lestari Tata Letak: Hilda Yunita Desain Sampul: Deka Hasbiy Hak Cipta © 2015, 2013, 2008, 2003, Penerbit Salemba Medika Jln. Raya Lenteng Agung No. 101 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610 Telp. : (021) 781 8616 Faks. : (021) 781 8486 Website : http://www.penerbitsalemba.com E-mail :
[email protected] Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit. UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pengetahuan medis senantiasa berubah. Oleh karena itu, standar tindakan pencegahan serta perubahan dalam perawatan dan terapi wajib diikuti seiring dengan penelitian dan pengalaman klinis baru yang memperluas pengetahuan. Pembaca disarankan untuk memeriksa informasi terbaru yang disediakan oleh produsen masing-masing obat (yang akan diberikan) untuk memverifikasi dosis, metode, dan interval pemberian yang direkomendasikan serta kontraindikasinya. Merupakan tanggung jawab dari praktisi dengan memperhatikan pengalaman dan pengetahuan pasien untuk menentukan dosis dan perawatan terbaik bagi masing-masing pasien. Penerbit maupun penulis tidak bertanggung jawab atas kecelakaan dan/atau kerugian yang dialami seseorang atau sesuatu yang diakibatkan oleh penerbitan buku ini.
Nursalam Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3/Nursalam —Jakarta: Salemba Medika, 2015 1 jil., 454 hlm., 19 × 26 cm ISBN 978-602-7670-27-3
1. Keperawatan I. Judul
2. Riset Keperawatan II. Nursalam
iii
Kata Pengantar
tentang penulis
Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons.) adalah staf pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Penulis menempuh pendidikan D-3 Ilmu Keperawatan di Akademi Keperawatan Sutomo Surabaya lulus tahun 1988. Pada tahun1991, penulis mendapatkan Graduate Certificate Medical Surgical Nursing di Lambton College Sarnia, Ontario, Kanada. Kemudian penulis menyelesaikan S-2 Keperawatan (Coursework tahun 1996) di University of Wollongong, New South Wales, Australia, dan mendapatkan gelar Honours Master of Nursing di universitas yang sama pada tahun 1998. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan S-3 Ilmu Kedokteran di Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Selain sebagai pengajar, penulis juga aktif di berbagai seminar keperawatan. Penulis telah menulis beberapa buku keperawatan dan menulis artikel di berbagai jurnal, baik jurnal nasional maupun internasional.
METODOLOGI PENELITIAN ILMU KEPERAWATAN Pendekatan Praktis
Edisi 3
Nursalam
Kata Pengantar
Peran sebagai peneliti yang dilakukan kalangan perawat masih sering terlupakan dan terabaikan, meski telah menjadi hal yang takterpisahkan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini terjadi karena perawat masih belum mempunyai kemampuan yang memadai dalam penelitian, khususnya pemahaman tentang lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan dan penerapan metodologi penelitian keperawatan yang sesuai. Buku Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4 ini merupakan upaya penulis untuk mendorong para teman-teman sejawat untuk bersamasama belajar tentang metodologi penelitian ilmu keperawatan dan menyosialisasikan kepada profesi kesehatan lain maupun pemerhati tentang keperawatan khususnya tentang kaidah ilmu: ontologi dan epistemologi ilmu keperawatan. Sekiranya akan terdapat suatu pengakuan profesional bahwa “Nursing is as a science in which separated with medical science”. Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung saya untuk dapat menyelesaikan penulisan buku ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Seluruh Pengelola dan Staf PSIK FK UNAIR, Rekan-rekan Perawat (PPNI) di Jawa Timur, Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan & Kebidanan. Taklupa saya sampaikan terima terima kasih kepada keluarga saya tercinta: istri dan anak-anak yang telah memberikan inspirasi kepada saya untuk menulis buku ini. Saya menyadari buku ini masih jauh dari sempurna. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, saya sebagai penulis mohon masukan dan saran yang bersifat membangun. Saya juga mohon maaf mungkin ada beberapa pernyataan yang saya tulis dari para pakar yang tidak sesuai, untuk itu saya mohon maaf dan rasa terima kasih serta hormat kepada semua pihak.
Surabaya, Mei 2013
Nursalam
vi
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
DAFTAR ISI TENTANG PENULIS KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAGIAN 1 TREN PENELITIAN KEPERAWATAN
III V VII
1
BAB 1 Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Ilmiah
3
PENDAHULUAN BERPIKIR LOGIS KAJIAN TENTANG ILMU DAN METODE ILMIAH Ilmu Penggolongan Ilmu Syarat Ilmu DAFTAR PUSTAKA
3 3 4 4 5 6 11
BAB 2 Kajian Ilmu Keperawatan PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI KOMPONEN ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI Manusia Keperawatan Konsep Sehat—Sakit Konsep Lingkungan Aplikasi pada Asuhan Keperawatan: Proses Keperawatan DAFTAR PUSTAKA
BAGIAN 2 MASALAH PENELITIAN DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian MASALAH Menyeleksi Masalah Riset Keperawatan Lingkup Masalah Penelitian Keperawatan menurut Nursalam (2002) Kajian Masalah/Sumber Masalah Penelitian Keperawatan RUMUSAN MASALAH ATAU PERTANYAAN PENELITIAN Faktor-faktor yang Mendasari Perumusan Masalah
13 13 15 16 16 20 21 21 21 25
27 29 29 30 31 31 32 33
viii
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
MENYUSUN RUMUSAN DAN TUJUAN PENELITIAN LAMPIRAN Rumusan Masalah: Masalah dan Pertanyaan Penelitian Keperawatan Contoh: Penelusuran Masalah/Topik Penelitian Spider Web Keaslian Penulisan DAFTAR PUSTAKA
BAB 4 Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian MENYUSUN KERANGKA KONSEP Penyusunan Kerangka Konseptual dalam Penelitian MENYUSUN HIPOTESIS PENELITIAN Langkah Penyusunan Syarat Hipotesis Tujuan Hipotesis Sumber Hipotesis Tipe Hipotesis KONSEP SELF-CARE KONSEP SELF-CARE AGENCY Pengukuran Self-Care Agency Contoh Kerangka Konsep Berbasis Self-Care (Orem) Self-Care Agency (Kemandirian Orem) Penerapan pada Ibu Nifas dengan Menggunakan Pendekatan Teori Self Care Model DAFTAR PUSTAKA KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M. KING) Kerangka Konsep Imogene M. King (Fadilah, 2009) Konsep Interaksi Manusia Imogene M. King Sistem Interpersonal DAFTAR PUSTAKA FAMILY-CENTERED NURSING (FIEDMAN, 2003) DAFTAR PUSTAKA TEORI CULTURE CARE DARI LEININGER (TRANSCULTURAL CARE = SUNRISE) DAFTAR PUSTAKA HEALTH PROMOTION MODEL (HPM) DAFTAR PUSTAKA PRECEDE PROCEED MODEL Perilaku Kesehatan Berdasarkan Teori Lawrence Green Kualitas Hidup (Quality of Life) DAFTAR PUSTAKA TEORI PERILAKU TERENCANA (THEORY OF PLANNED BEHAVIOR) Sejarah Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) DAFTAR PUSTAKA SELF REGULATION MODEL DAFTAR PUSTAKA TEORI MODEL PENCEGAHAN PRIMER (CAPLAN, 2001)
36 39 39 42 43 44 47
49 49 49 50 50 52 52 52 53 54 54 57 58 59 60 61 62 63 65 65 71 71 75 75 80 80 80 82 86 87 87 96 97 98 98
ix
Daftar Isi
PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN/PRODUKTIVITAS (KOPELMEN) 100 DAFTAR PUSTAKA 103 MODEL MAKP (METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL) DAN ATAU MPKP 103 Kepuasan Perawat 103 Model Kesenjangan (The Expectancy–Disconfirmation Model) (Woodruff & Gardial, 2002) 104 Theory of Servqual 104 DAFTAR PUSTAKA 115 KONSEP KINERJA & TEAM WORK 116 Definisi Kinerja 116 Team Work 118 Semangat Kerja 122 DAFTAR PUSTAKA 125 TEORI MOTIVASI McCLELLAND 125 BURNOUT SYNDROME TEORI MASLACH 127 Konsep Dasar Burnout Syndrome 127 DAFTAR PUSTAKA 131 CONTOH KERANGKA KONSEPTUAL BERBASIS INTEGRASI MODEL (LAWRENCE GREEN) 132 DAFTAR PUSTAKA 133 STRES, APPRAISAL, AND COPING STRATEGY IN TRANSACTIONAL THEORY (LAZARUS & FOLKMAN, 1984) 134 DAFTAR PUSTAKA 135 MATERNAL ROLE ATTAINMENT dan BECOMING MOTHER (MERCER) 136 Pencapaian Peran Ibu: Mercer’s Original Model 136 Becoming a Mother : Model Revisi 137 DAFTAR PUSTAKA 138 MODEL STRUCTURE OF CARING (SWANSON, 1993) 138 DAFTAR PUSTAKA 139
BAB 5 Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan ILMU KEPERAWATAN DASAR DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN ILMU KEPERAWATAN ANAK ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN GAWAT DARURAT Ilmu Keperawatan Medikal Bedah Ilmu Keperawatan Gawat Darurat ILMU KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ILMU KEPERAWATAN KOMUNITAS, KELUARGA, DAN GERONTIK Komunitas Keluarga Gerontik DAFTAR PUSTAKA
141 141 143 146 147 147 150 151 152 152 153 153 153
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
x
BAGIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 6 Rancangan Penelitian PENDAHULUAN PEMILIHAN RANCANGAN PENELITIAN JENIS RANCANGAN PENELITIAN Rancangan Penelitian Non–Eksperimen Rancangan Penelitian Eksperimental DAFTAR PUSTAKA
BAB 7 Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel POPULASI Pembagian Populasi Kriteria Populasi SAMPEL DAN SAMPLING Sampel Sampling DAFTAR PUSTAKA
BAB 8 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional VARIABEL Definisi Jenis Variabel DEFINISI OPERASIONAL Konsep Pengertian dan Definisi DAFTAR PUSTAKA
BAB 9 Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data PENYUSUNAN INSTRUMEN Prinsip: Validitas dan Reliabilitas Jenis-jenis Instrumen PENGUMPULAN DATA Tugas Peneliti dalam Pengumpulan Data Karakteristik Metode Pengumpulan Data Masalah-masalah pada Pengumpulan Data Prinsip Etis dalam Penelitian (Pengumpulan Data) DAFTAR PUSTAKA
BAB 10 Analisis Data Penelitian Kuantitatif PENDAHULUAN Ciri-ciri Pokok Statistik Jenis Landasan Kerja Pokok yang Digunakan oleh Statistik PERAN STATISTIK DALAM TAHAPAN Penelitian ANALISIS DATA Klasifikasi Skala Pengukuran Langkah-langkah Analisis Data
155 157 157 158 160 160 165 168
169 169 169 170 171 171 173 175
177 177 177 177 180 180 182
183 183 183 185 191 191 192 193 194 195
197 197 197 198 198 199 199 200
xi
Daftar Isi
INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA DAFTAR PUSTAKA
BAB 11 Penulisan Hasil Penelitian
202 205
207
PENDAHULUAN PENULISAN ISI HASIL PENELITIAN Bagian Pendahuluan Bagian Metodologi Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Penulisan Analisis Data Bagian Penulisan Hasil Penelitian DAFTAR PUSTAKA
207 207 208 208 209 209 210 211
BAGIAN 4 CONTOH PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN
213
BAGIAN 5 PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI
387
PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN (PROPOSAL) PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI DAN TESIS PENULISAN DAPUS
388 388 390 397 412
Lampiran Indeks
L-1 I-1
xii
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Bagian
Tren Penelitian Keperawatan
1
• Bab 1 Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Ilmiah • Bab 2 Kajian Ilmu Keperawatan
2
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
Bab 1 • Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Penelitian
Bab
3
1 Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Ilmiah
PENDAHULUAN Kajian ilmiah tentang ilmu keperawatan merupakan suatu keharusan bagi para perawat Indonesia saat ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum terdapat kejelasan tentang ilmu yang secara empiris dapat diterima secara ilmiah oleh masyarakat nonkeperawatan. Realitasnya, suatu ilmu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: proses, produk, dan paradigma etis. Proses merupakan suatu kegiatan untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan metode keilmuan (rasionalitas dan objektif). Produk adalah segala proses keilmuan yang harus menjadi milik umum dan selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain. Paradigma etis artinya ilmu harus mengandung nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat. Pada bab ini, penulis hanya akan memfokuskan bahasan pada kajian ilmiah ilmu keperawatan dengan penekanan dalam pembahasan berpikir logis dan ilmiah. Berpikir logis adalah berpikir lurus dan teratur terhadap sesuatu hal yang diyakini dari suatu objek atau fenomena. Objek atau fenomena tersebut berupa suatu pokok permasalahan yang dikaji untuk membedakan antara benar dan salah. Berpikir ilmiah adalah cara berpikir dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah, yaitu melalui metode ilmiah yang merupakan alat/sarana penjelasan dalam mempelajari prosedur tertentu untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah mempelajari cara identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, metode, hasil, dan kesimpulan yang berdasarkan atas kaidah ilmiah.
BERPIKIR LOGIS Berpikir logis merupakan proses berpikir yang didasari oleh konsistensi terhadap keyakinan-keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid. Pengertian lain dari berpikir logis adalah berpikir lurus, tepat, dan teratur sebagai objek formal logika. Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, dan teratur apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum, aturan, dan kaidah yang sudah ditetapkan dalam logika. Mematuhi hukum, aturan,
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
4
dan kaidah logika berguna untuk menghindari pelbagai kesalahan dan penyimpangan (bias) dalam mencari kebenaran ilmiah. Pada hakikatnya, pikiran manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu: a. Pengertian (informasi tentang fakta). b. Keputusan (pernyataan benar-tidak benar). c. Kesimpulan (pembuktian-silogisme). Dalam logika ilmiah, tiga unsur pikiran manusia tersebut harus dinyatakan dalam kata (kalimat tulisan). Tiga pokok kegiatan akal budi manusia, yaitu: a. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya, yang berarti menangkap sesuatu tanpa mengakui atau memungkiri (pengertian atau pangkal pikir, disebut juga premis). b. Memberikan keputusan, yang berarti menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain atau memungkiri hubungan tersebut. c. Merundingkan, yang berarti menghubungkan keputusan satu dengan keputusan yang lain sehingga sampai pada satu kesimpulan (pernyataan baru yang diturunkan berdasarkan premis).
KAJIAN TENTANG ILMU DAN METODE ILMIAH ILMU Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Makna ilmu menunjukkan sekurang-kurangnya tiga hal (Gambar 1.1): a. Kumpulan pengetahuan (produk). b. Aktivitas ilmiah dan proses berpikir ilmiah (proses). c. Metode ilmiah (metode). Proses
ILMU
Produk Gambar 1.1
Metode
Makna ilmu
a. Ilmu sebagai Produk Ilmu sebagai produk, merupakan kumpulan informasi yang telah teruji kebenarannya dan dikembangkan berdasarkan metode ilmiah dan pemikiran logis (Kemeny, 1961).
Bab 1 • Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Penelitian
5
Struktur ilmu adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. 4.
Paradigma Teori Konsep dan asumsi Variabel dan parameter
b. Ilmu Sebagai Proses Ilmu sebagai proses, merupakan cara mempelajari suatu realitas (kejadian) dan upaya memberi penjelasan tentang suatu mekanisme (jawaban terhadap pertanyaan mengapa dan bagaimana) (Adib, 2011). Karakteristik ilmu: 1. 2. 3. 4.
Logico-emperical-verifikatif Generalized understanding Theoritical construction Menjawab pertanyaan mengapa (why) dan bagaimana (how)
c. Ilmu sebagai Metode Ilmu sebagai metode, merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (Adib, 2011). Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan, sering kali disebut metode ilmiah. Metode ilmiah berkaitan erat dengan logika, metode penelitian, metode pengambilan sampel, pengukuran, analisis, penulisan hasil, dan kesimpulan. Pendekatan adalah pemilihan area kajian.
PENGGOLONGAN ILMU Pendapat mengenai pengelompokan ilmu sangat banyak, bergantung pada kriteria penggolongannya. Secara umum, ilmu hampir selalu dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (a) ilmu nomotetik dan (b) ilmu idiografik (Putra, 2010). a. Ilmu Nomotetik (Deduktif) Ilmu Nomotetik merupakan suatu ilmu yang didasarkan pada kajian-kajian makro (kasus-kasus) yang luas dan banyak terjadi, kemudian dijabarkan pada hal-hal yang khusus. Pendekatan penelitian dapat digolongkan pada metode kuantitatif. Misalnya, semua klien yang masuk rumah sakit akan mengalami stres hospitalisasi. Klien anak, klien remaja, dan klien dewasa yang masuk rumah sakit akan mengalami stres. b. Ilmu Idiografik (Induktif) Ilmu Idiografik merupakan suatu kajian ilmu yang didasarkan pada hal-hal yang mikro, unik, khusus, dan bersifat individual, kemudian ditarik suatu kesimpulan secara umum. Pendekatan penelitian digolongkan pada metode kualitatif. Contoh, penyanyi A berambut keriting, penyanyi B rambutnya keriting, penyanyi C dan penyanyi lainnya juga berambut keriting, semuanya pandai bernyanyi. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang memiliki rambut keriting pandai bernyanyi.
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
6
SYARAT ILMU Terdapat beberapa persyaratan bahwa suatu pengetahuan dianggap sebagai ilmu:
a. Memenuhi Syarat sebagai Ilmu Pengetahuan Ilmiah 1. Logis: Dapat dinalar dan masuk akal Misalnya, pada ilmu keperawatan. Klien yang masuk rumah sakit mengalami stres, di samping keadaan sakitnya, klien harus beradaptasi terhadap lingkungan baru (orang/perawat, peraturan-peraturan, dan lain-lain). 2. Empiris: Data dapat diamati dan diukur Misalnya, data tentang respons klien yang mengalami stres, dapat diamati dan diukur dari ketidakmampuan klien untuk beradaptasi terhadap stresnya. Secara psikologis (kognator), klien stres mengalami gangguan afek dan emosi (cemas, marah-marah, depresi, dan menolak peraturan baru). Hal ini karena klien tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru. Secara fisik (regulator), kondisi klien dapat diukur dengan terjadinya peningkatan tanda-tanda vital klien dan peningkatan hormon-hormon stres (kortisol dan katekolamin). 3. Diperoleh melalui metode ilmiah Pendekatan yang digunakan berdasarkan langkah-langkah dalam metode ilmiah (penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam pembahasan tentang metode sains).
Memenuhi Komponen Ilmu (Science Building Blocks): TEORI ADAPTASI Konsep: Stres
Konsep: Manusia
Proposisi
Proposisi
Konsep: Koping (regulator & kognator)
Konsep: Lingkungan (rumah Sakit)
HIPOTESIS
HUKUM, PRINSIP: HUMANISTIK HOLISTIK CARE
Gambar 1.2
Konsep: Sakit
Konsep: Keperawatan
FAKTA EMPIRIS: • Belum diterapkannya model asuhan keperawatan di rumah sakit • Perawat belum menunjukkan kinerja yang optimal • Klien sering mengalami stres hospitalisasi
Science building blocks pada ilmu keperawatan (teori adaptasi)
7
Bab 1 • Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Penelitian
Keterangan: • Teori adaptasi terdiri atas komponen-komponen ilmu, yaitu terbentuk dari beberapa konsep: 1). Konsep stres akibat masuk rumah sakit (stres hospitalisasi) 2). Konsep koping (regulator dan kognator) 3). Konsep manusia 4). Konsep keperawatan 5). Konsep sakit 6). Konsep lingkungan
• Adanya sekelompok pengetahuan yang dirangkai dengan penambahan pernyataan lain sehingga
terbentuk suatu informasi tentang hubungan antarpengetahuan. Minimal pada penelitian ini akan menghasilkan suatu proposisi-proposisi.
b. Memenuhi Metode Ilmiah: Mekanisme Stimulus-Respons Stimulus
Logika Gambar 1.3
Respons
Mekanisme stimulus-respons pada kajian ilmu
1. Stimulus
(a) Masalah: Fakta/empiris yang dapat diamati dan diukur berdasarkan hasil suatu pengamatan yang cermat dan teliti. (b) Perumusan masalah penelitian: Masalah yang sudah ditemukan kemudian dirumuskan dalam suatu masalah penelitian, perumusan masalah. Di dalam penelitian dituliskan sebagai pertanyaan penelitian. 2. Logika
(a) Kajian teoretis/konseptual Misalnya dalam ilmu keperawatan, sakit pada manusia disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi yang melibatkan unsur fisik, psikis, dan sosial yang merupakan perwujudan terimplikasi adanya integrasi satu dengan yang lain. Objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu: (1) Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan), (2) Konsep lingkungan, (3) Konsep sehat, dan (4) Keperawatan.
8
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
(1). Stimulus/Intervensi Keperawatan Stimulus yang diberikan perawat berupa intervensi/asuhan keperawatan dalam meningkatkan respons adaptasi berhubungan dengan empat mode respons adaptasi. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: 1) Membantu memenuhi kebutuhan klien dengan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dan ketergantungan. 2) Memperlakukan klien secara manusiawi. 3) Melaksanakan komunikasi terapeutik. 4) Mengembangkan hubungan terapeutik. (2). Konsep Lingkungan Lingkungan merupakan semua kondisi internal dan eksternal yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok. Lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosional, dan kepribadian) serta proses pemicu stres biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Lingkungan eksternal dapat berupa keadaan/faktor fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. (3). Konsep Sehat Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, fisik, mental, dan sosial. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan dalam mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi. Sakit adalah suatu keadaan ketidakmampuan individu untuk beradaptasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit dipersepsikan secara berbeda-beda oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) bergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat/sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya, dan lain-lain. (4). Keperawatan Keperawatan adalah model pelayanan profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis, sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu. (b). Perumusan hipotesis Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu pertanyaan atau tujuan penelitian. Syarat hipotesis yang baik adalah: (1) Berupa pernyataan. (2) Layak uji.
9
Bab 1 • Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Penelitian
(3) Berdasarkan teori/konsep. (4) Adanya hubungan antarvariabel (proposisi antara konsep adaptasi dan kinerja). (c). Identifikasi dan operasionalisasi variabel Berikut ini merupakan contoh dalam penjelasan variabel dan definisi operasional ilmu keperawatan (adaptasi). Variabel Tingkat Adaptasi (Proses)
Tingkat Efektor
Dimensi
Indikator/Definisi Operasional
Regulator
Suatu proses fisiologis: • Peningkatan hormon-hormon stres: kortisol dan katekolamin. • Peningkatan tanda-tanda vital: denyut jantung dan laju pernapasan.
Kognator
Tingkat koping psikologis klien yang konstruktif: • Learning (imitasi, reinforcement, dan pemahaman diri). • Judgement (penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan) terhadap lingkungan baru. • Emotion: Suatu tindakan klien dalam merespons keputusan yang telah dibuat. Klien diharapkan dapat menggunakan koping yang konstruktif: 1). Menerima kenyataan sakitnya. 2). Berhubungan dengan orang lain. 3). Kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.
• Fisiologis
• •
• Ketergantungan
Tingkat fisiologis: Tingkat kebutuhan oksigen, nutrisi, cairan, serta istirahat dan tidur. Tingkat psikologis: 1). Pandangan terhadap fisik i). Penurunan konsep seksual ii). Agresi; kehilangan 2). Pandangan terhadap personal i). Cemas ii). Tidak berdaya iii). Merasa bersalah iv). Harga diri rendah • Tingkat peran Transisi peran; peran berbeda; konflik peran; kegagalan peran • Tingkat ketergantungan Kecemasan berpisah; merasa ditinggalkan/terisolasi.
Tingkat Output
• Adaptif • Maladaptif (koping tidak efektif)
• Adaptif: Koping konstruktif (menerima, berhubungan dengan orang lain, melakukan aktivitas sehari-hari; dan terpenuhi kebutuhan fisik). • Koping tidak efektif: Marah-marah, menyendiri, merasa tidak berguna, sedih, dan peningkatan hormon-hormon stres (kortisol, katekolamin)
Tingkat Stimulus: kinerja perawat (Berdasarkan paradigma keperawatan: humanistik, holistik, dan care)
• Membantu memenuhi gangguan pemenuhan kebutuhan fisiologis dan ketergantungan
Terpenuhinya kebutuhan fisiologis: • Makan dan minum • Oksigenasi • Cairan • Istirahat dan tidur • Nutrisi • Perawatan diri
• Memperlakukan klien secara manusiawi
Memperlakukan klien sebagai mitra/manusiawi: • Sopan • Tidak diskriminasi • Melibatkan klien dan keluarga secara aktif • Sabar • Tanggap dan cepat dalam bertindak
• Psikologis
• Peran
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
10
Variabel
Dimensi
Indikator/Definisi Operasional
• Melaksanakan komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik: • Memanggil nama klien • Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti • Komunikasi secara tepat dan benar (sesuai kontrak) • Mendengarkan dan menampung • Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pandangannya • Meluangkan waktu untuk bicara, setiap ada kesempatan
• Mengembangkan hubungan terapeutik dengan klien
Hubungan terapeutik dengan klien: • Menciptakan hubungan timbal balik • Memelihara hubungan yang harmonis • Mencegah konflik dengan klien • Mencegah sikap pilih kasih • Menilai dampak dari tindakan • Berpenampilan rapi dan tenang • Menepati janji • Jujur dan terbuka
(d). Penyusunan penelitian Noneksperimental (bersifat observasi) dan eksperimental: True-eksperimental; quasy –eksperimental; pre-eksperimental. Contoh rancangan quasy-eksperimental: Peran teori adaptasi terhadap perbaikan kinerja perawat. Perlakuan
Kontrol
Pengukuran variabel dependen: indikator kinerja (pra)
Dibandingkan: apakah sama?
Penerapan Teori Adaptasi
Variabel Independen
Pengukuran ulang variabel dependen: indikator kinerja (pasca)
Dibandingkan: apakah beda?
Gambar 1.4
Pengukuran variabel dependen: indikator kinerja (pra)
Pengukuran ulang variabel dependen: indikator kinerja (pasca)
Diagram quasy-eksperimental.
3. Respons
Respons dalam kajian ilmiah dapat digolongkan sebagai berikut. (a). Penyusunan instrumen penelitian (validitas dan reliabilitas). (b). Melakukan sampling (randomisasi) dan estimasi ukuran sampel. (c). Analisis data dan pengujian hipotesis (regresi). (d). Mengambil kesimpulan dan memberikan saran.
Bab 1 • Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Penelitian
11
DAFTAR PUSTAKA Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Alligood, MR, & Tomey, AM, 2006, Nursing theorists and their work, 7th ed. Missouri: Mosby. Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co. Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9th ed. Philadelphia: JB. Lippincott. Polit, D.E. dan B.P. Hungler. 1993. Essential of Nursing Research. Methods, Appraisal, and Utilization. 3rd ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Co. Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair. Sastroasmoro, S. dan S. Ismail. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. Soeparto, O., S.T. Putra, dan Haryanto. 2000. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: GRAMIK dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
12
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
Bab
2 Kajian Ilmu Keperawatan
PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEPERAWATAN Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab pertanyaan hakikat ilmu (Adib, 2011). Hakikat ilmu dapat dibedakan menjadi tiga; yaitu ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Semua pengetahuan—ilmu (sains), seni, atau pengetahuan apa saja—pada dasarnya mempunyai ketiga landasan tersebut. Ketiga hakikat tersebut saling berkaitan, yang berbeda adalah materi perwujudannya serta sejauh mana landasan-landasan ketiga hakikat ini dikembangkan dan dilaksanakan. Batas lingkup ilmu menjadi karakteristik objek ontologis ilmu yang membedakan ilmu (sains) dari pengetahuan-pengetahuan lain. Dapat dikatakan bahwa ilmu hanya membatasi hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman karena fungsi ilmu dalam kehidupan manusia adalah membantu manusia dalam mengatasi masalah sehari-hari (seperti memerangi penyakit) dan menyusun indikator kebenaran karena telah teruji secara empiris. Ilmu juga perlu bimbingan moral (agama) karena kebutaan moral dari ilmu dapat membawa manusia ke jurang malapetaka. Pada praktiknya, harus ada kejelasan batas disiplin ilmu, misalnya batas disiplin ilmu antara perawat dan dokter. Tanpa kejelasan batas, maka pendekatan multidisiplin tidak akan bersifat konstruktif tetapi berubah menjadi sengketa kapling (Alligood & Tomey, 2012). Ciri khas yang paling menyolok dari ilmu kemanusiaan adalah objek penyelidikannya, yaitu manusia yang dilihat bukan hanya sebagai benda jasmani saja tetapi manusia secara keseluruhan. Sementara itu manusia sebagai subjek penyelidikan ilmu kemanusiaan dilihat dalam dua arti. Pertama dalam arti bahwa secara hakiki manusia melampaui status objek benda-benda sekitarnya, kedua dalam arti bahwa si penyelidik subjek berada pada taraf yang sama dengan objeknya. Arti pertama agak berbau filsafat. Arti kedua secara khas berasal dari suatu uraian empiris mengenai ilmu-ilmu kemanusiaan, jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya. Bagaimana dengan halnya makhluk hidup termasuk manusia sendiri? Hal ini terutama terjadi di tatanan klinik yang objeknya adalah manusia. Fenomena-fenomena klinik yang kita amati adalah aspek fisik yang berupa gejala-gejala penyakit dengan tingkat
14
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
biomolekuler yang mendasarinya; aspek psikis; dan aspek sosial. Ketiga aspek tersebut merupakan fokus kajian objek ilmu keperawatan, yang mempunyai empat komponen, yaitu manusia sebagai makhluk yang unik; keperawatan; konsep sehat-sakit; dan lingkungan yang memengaruhi keadaan manusia. Banyak pengertian yang membahas tentang ilmu keperawatan, sebagaimana Nursalam (2008) menjabarkan tentang ilmu keperawatan adalah “…. suatu ilmu yang mencakup ilmu-ilmu dasar, perilaku, biomedik, sosial, dan ilmu keperawatan sendiri (dasar, anak, maternitas, medikal bedah, jiwa, dan komunitas). Aplikasi ilmu keperawatan yang menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara, dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia”. Pengertian tersebut membawa dampak terhadap isi kurikulum program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi pendidikan tinggi keperawatan sejauh ini belum mampu mengenalkan ilmu keperawatan secara jelas kepada peserta didik. Sehingga peserta didik mendapatkan orientasi ilmu dasar yang hampir sama dengan yang diajarkan pada program pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum, dokter gigi, dan kesehatan masyarakat). Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan peran perawat dalam memberikan asuhan kesehatan kepada klien. Pertanyaan yang muncul adalah apakah isi kurikulum ilmu-ilmu dasar yang diajarkan kepada mahasiswa keperawatan sama dengan yang diajarkan kepada mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan masyarakat? Hal ini perlu dipertanyakan mengingat: 1) belum jelasnya perbedaan ilmu keperawatan dan kedokteran dan 2) dosen sering mengajarkan materi yang sama dengan mahasiswa kedokteran kepada mahasiswa keperawatan. Dengan perkataan lain, tidak adanya fokus/ penekanan kompetensi wajib yang dimiliki lulusan keperawatan (Nursalam, 2008b). Tujuan ilmu keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: (1) Sebagai dasar dalam praktik keperawatan; 2) Komitmen dalam praktik keperawatan terhadap pengembangan ilmu keperawatan; 3) Sebagai dasar penyelesaian masalah keperawatan yang kompleks agar kebutuhan dasar klien terpenuhi; dan 4) Dapat diterimanya intervensi keperawatan secara ilmiah dan rasional oleh profesi kesehatan lain dan masyarakat. Tujuan yang terakhir disebutkan akan dapat diterima oleh masyarakat jika perawat mampu menjelaskan objek ilmu keperawatan (Chitty, 1997). Berdasarkan tujuan ilmu keperawatan tersebut, Chitty (1997) menerjemahkan ilmu keperawatan sebagai suatu ilmu yang aplikasinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan kaidah dan nilai-nilai keperawatan. Chitty (1997) menekankan nilai-nilai ilmu keperawatan pada tiga unsur utama, yaitu: holistik, humanistik, dan care dengan menekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang sehat maupun sakit. Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan objek ilmu keperawatan yang meliputi membantu meningkatkan, mencegah, dan mengembalikan fungsi kesehatan yang terganggu akibat sakit yang diderita. Peran utama profesional perawat adalah memberikan asuhan keperawatan kepada manusia (sebagai objek utama kajian filsafat ilmu keperawatan: ontologis) yang meliputi: a. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan kebutuhan klien. b. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan, mulai dari pemeriksaan fisik, psikis, sosial, dan spiritual.
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan
15
c. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien (klien, keluarga, dan masyarakat) mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Pelayanan yang diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi masalah-masalah fisik, psikis, dan sosial-spiritual pada klien dengan fokus utama merubah perilaku klien (pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya) dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga klien dapat mandiri. Misalnya, jika klien anak dengan asma bronkial dirawat di rumah sakit dengan kondisi sedang diberi infus dan tidak boleh bergerak ke mana-mana, maka anak tersebut akan mengalami stres fisik akibat keluhan sakitnya dan psikis akibat dari tindakan pemasangan infus serta larangan untuk bergerak. Stres psikis yang terjadi akan berdampak terhadap koping anak tersebut sehingga menurunkan imunitasnya. Keadaan tersebut justru akan memperlambat kesembuhan klien. Ilmu keperawatan yang ada harus dapat memfasilitasi bagaimana anak tersebut dapat merasa “at home” (tidak seperti di rumah sakit), tidak merasa tertekan, dan merasa diperhatikan oleh orang terdekat. Bukan justru menambah stres psikologis dengan suasana lingkungan yang menakutkan dan petugas yang bersikap kurang ramah serta memaksakan setiap melakukan tindakan keperawatan/medis (misalnya menyuntik). Keadaan yang demikian akan berdampak dalam proses penyembuhan klien. Hasil penelitian yang dilaksanakan di Amerika menyebutkan bahwa memperlakukan anakanak yang dirawat di rumah sakit seperti di rumah sendiri, memberi kebebasan bagi anak untuk bermain sebatas kemampuannya, dan merasa diperhatikan menunjukkan angka yang signifikan dalam percepatan penyembuhan klien dibandingkan dengan anak yang mengalami stres psikologis akibat suasana/lingkungan yang tidak kondusif.
ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI Dalam disiplin biologi yang merupakan induk utama dari filsafat ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan, terdapat 4 doktrin biologi organisme yang mencerminkan upaya para ahli biologi dalam mengatasi realitas biologi, yaitu (1) doktrin pendekatan holistik; (2) doktrin teleologik; (3) Doktrin kesejajaran historis dalam perkembangan organisme; dan (4) doktrin otonomi (Soeparto Putra, Haryanto, 2000). Doktrin pertama tampak pada pendekatan holistik yang digunakan oleh ahli biologi dalam mempersepsikan organisme. Artinya meskipun tubuh organisme tersusun dari komponen-komponen yang mencerminkan tingkat agregasi bahan kimia pembentuknya dengan ciri-ciri fisikokimia yang bervariasi, para ahli biologi memandang wujud organisme sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi. Doktrin kedua tampak pada sifat diskriptif penjelasan biologi yang berorientasi tujuan. Penjelasan biologi yang menekankan pentingnya hubungan antara struktur dengan fungsi dan penjelasan pelestarian fungsi reproduksi, adaptasi, dan evolusi dalam organisme biologi dipengaruhi oleh doktrin ini. Doktrin ketiga menegaskan bahwa ciri-ciri perkembangan organisme menimbulkan permasalahan metodologi khas dalam perkembangan teori biologi. Doktrin keempat merupakan konsekuensi logis dari ketiga doktrin sebelumnya. Doktrin ini menegaskan bahwa organisme harus diteliti tanpa prasangka, peranggapan, dan bias yang tak disadari, sehingga informasi yang terhimpun memberikan realitas apa adanya. Sistem biologi memperlihatkan ciri-ciri perwujudan dirinya sebagai suatu
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
16
totalitas (holistik). Dalam totalitas perwujudannya terimplikasi adanya integrasi yang mengendalikan interelasi antara ciri satu dengan lainnya (Soparmo, 1984). Keempat doktrin tersebut mempunyai kesamaan dalam filsafat ilmu keperawatan, yaitu terjadinya suatu sakit pada manusia karena adanya ketidakmampuan beradaptasi antara unsur fisik, psikis, dan sosial karena unsur-unsur tersebut merupakan perwujudan terimplikasi integrasi satu dengan yang lain. Misalnya jika manusia mengalami nyeri dada (pada kasus infark miokard akut), maka akan berdampak terhadap stres psikis karena ketakutan terhadap kematian, dan terjadi gangguan sosialisasi dengan individu lainnya. Selama individu mampu menjaga integrasi antara unsur-unsur tersebut, maka gejala sakit tidak akan termanifestasikan dan individu akan bertahan.
KOMPONEN ILMU KEPERAWATAN: TEORI ADAPTASI Menurut Roy terdapat 5 objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu (1) Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan); (2) Keperawatan; (3) Konsep sehat; (4) Konsep lingkungan; dan (5) Aplikasi: Tindakan keperawatan. (Nursalam & Kurniawati, 2007) Input
Proses Adaptasi Primer (Mekanisme Koping)
Stimulus Tingkat Adaptasi
Efektor
Regulator (Sistem Saraf Otonom)
Integritas Psikologi (Konsep Diri)
Zona Maladaptif
Fokal
Kontekstual
Integritas Sosiologi (Mungsi Peran) Ketergantungan
Gambar 2.1
Stimulus
Model Adaptif Integritas Fisiologi
Kognator (Intelektual dan sebagainya)
Output
Residual Zona Maladaptif
Diagram model adaptasi dari Roy (dikutip oleh Nursalam, 2007).
MANUSIA Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, komunitas, atau sosial. Masing-masing diperlakukan oleh perawat sebagai sistem adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian, dan energi antarsistem dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut, individu harus mempertahankan integritas dirinya yaitu beradaptasi secara kontinu.
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan
17
a. Input Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal individu. Roy mengidentifikasi input sebagai suatu stimulus. Stimulus merupakan suatu unit informasi, kejadian, atau energi yang berasal dari lingkungan. Sejalan dengan adanya stimulus, tingkat adaptasi individu direspons sebagai suatu input dalam sistem adaptasi. Tingkat adaptasi tersebut bergantung dari stimulus yang didapat berdasarkan kemampuan individu. Tingkat respons antara individu sangat unik dan bervariasi bergantung pada pengalaman yang didapatkan sebelumnya, status kesehatan individu, dan stresor yang diberikan. b. Proses 1. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol dari individu sebagai suatu sistem adaptasi. Beberapa mekanisme koping dipengaruhi oleh faktor kemampuan genetik, misalnya sel-sel darah putih saat melawan bakteri yang masuk dalam tubuh. Mekanisme lainnya adalah dengan cara dipelajari, misalnya penggunaan antiseptik untuk mengobati luka. Roy menekankan ilmu keperawatan yang unik untuk mengontrol mekanisme koping. Mekanisme tersebut dinamakan regulator dan kognator. 2. Subsistem regulator mempunyai sistem komponen input, proses internal, dan output. Stimulus input berasal dari dalam atau luar individu. Perantara sistem regulator berupa kimiawi, saraf, atau endokrin. Reflekss otonomi sebagai respons neural berasal dari batang otak dan korda spinalis, diartikan sebagai suatu perilaku output dari sistem regulasi. Organ target (endoterin) dan jaringan di bawah kontrol endokrin juga memproduksi perilaku output regulator, yaitu terjadinya peningkatan Andreno Cortico Tyroid Hormone (ACTH) kemudian diikuti peningkatan kadar kortisol darah. Banyak proses fisiologis yang dapat diartikan sebagai perilaku subsistem regulator. Misalnya, regulator tentang respirasi. Pada sistem respirasi akan terjadi peningkatan oksigen, yang menginisiasi metabolisme agar dapat merangsang kemoreseptor pada medula untuk meningkatkan laju pernapasan. Stimulasi yang kuat pada pusat tersebut akan meningkatkan ventilasi lebih dari 6–7 kali. 3. Contoh proses regulator tersebut terjadi ketika stimulus eksternal divisualisasikan dan ditransfer melalui saraf mata menuju pusat saraf otak dan bagian bawah pusat saraf otonomi. Saraf simpatetik dari bagian ini mempunyai dampak yang bervariasi pada viseral, termasuk peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. 4. Stimulus terhadap subsistem kognator juga berasal dari faktor internal dan eksternal. Perilaku output subsistem regulator dapat menjadi umpan balik terhadap stimulus subsistem kognator. Proses kontrol kognator berhubungan dengan fungsi otak yang tinggi terhadap persepsi atau proses informasi, pengambilan keputusan, dan emosi. Persepsi proses informasi juga berhubungan dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan. Belajar berhubungan dengan proses imitasi dan penguatan (reinforcement). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan merupakan proses internal yang berhubungan dengan keputusan dan khususnya emosi untuk mencari kesembuhan, dukungan yang efektif, dan kebersamaan. 5. Dalam mempertahankan integritas seseorang, kognator dan regulator bekerja secara bersamaan. Sebagai suatu sistem adaptasi, tingkat adaptasi seseorang dipengaruhi
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
18
oleh perkembangan individu dan penggunaan mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal akan berdampak baik terhadap tingkat adaptasi individu dan meningkatkan tingkat rangsangan sehingga individu dapat merespons secara positif. c. Efektor Sistem adaptasi proses internal yang terjadi pada individu didefinisikan Roy sebagai sistem efektor. Empat efektor atau model adaptasi tersebut meliputi (1) fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran; dan (4) ketergantungan (interdepeden). Mekanisme regulator dan kognator bekerja pada model adaptasi. Perilaku yang berhubungan dengan mode adaptasi merupakan manifestasi dari tingkat adaptasi individu dan mengakibatkan digunakannya mekanisme koping. Saat mengobservasi perilaku seseorang dan menghubungkannya dengan model adaptasi, perawat dapat mengidentifikasi adaptif atau ketidakefektifan respons sehat dan sakit. 1. Fisiologis Efektor secara fisiologis dapat dilihat dari beberapa hal berikut: • Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen yang berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi. • Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki kondisi dan perkembangan tubuh klien. • Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi. • Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat, dan tidur. • Integritas kulit: menggambarkan fungsi fisiologis kulit. • Rasa: menggambarkan fungsi sensori perseptual yang berhubungan dengan panca indra: penglihatan, penciuman, perabaan, pengecapan, dan pendengaran. • Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit. • Fungsi neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan, dan intelektual. • Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan termasuk respons stres dan sistem reproduksi.
Masalah-masalah keperawatan yang dapat diidentifikasi pada keempat mode dijabarkan pada tabel 2.1.
2. Konsep Diri (Psikis) Konsep diri mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan, dan emosi yang berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan keadaan diri sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik.
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan
19
Tabel 2.1 Masalah gangguan adaptasi (George, 1990: 247 dikutip dari Roy, S.C) MASALAH FISIOLOGIS
KONSEP DIRI
1. Oksigenasi: • Hipoksia • Syok • Overload
Pandangan terhadap fisik: • Penurunan konsep seksual • Agresi • Kehilangan
2. Nutrisi: • Malnutrisi • Mual • Muntah
Pandangan terhadap personal: • Cemas • Tidak berdaya • Merasa bersalah • Harga diri rendah
FUNGSI PERAN • • • •
Transisi peran Peran berbeda Konflik peran Kegagalan peran
INTERDEPENDEN Kecemasan berpisah merasa ditinggalkan/isolasi
3. Eliminasi • Konstipasi • Diare • Kembung • Inkontinen • Retensi urine 4. Aktivitas dan istirahat • Aktivitas fisik yang tidak adekuat • Risiko kesalahan akitivitas • Istirahat yang tidak adekuat • Insomnia • Gangguan tidur • Kelebihan istirahat 5. Integritas kulit • Gatal-gatal • Kekeringan • Dekubitus
3. Fungsi Peran (Sosial) Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang yang berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda yang dijalankannya. 4. Ketergantungan (Interdependen) Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta, dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap individu maupun kelompok. d. Output Perilaku seseorang berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak efektif berdampak terhadap respons sakit (maladaptif). Jika klien masuk pada zona maladaptif maka klien mempunyai masalah keperawatan (adaptasi).
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
20
KEPERAWATAN Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Alligood & Tomey, 2006). Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons adaptasi yang berhubungan dengan empat model respons adaptasi. Perubahan internal, eksternal, dan stimulus input bergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu respons yang diberikan secara langsung terhadap input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya bergantung pada tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal maupun eksternal serta memengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat seseorang dan timbul secara relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif. Kasus: Klien Tn. Sigit mengalami nyeri dada. Stimulus yang secara langsung pada klien dinamakan fokal, yaitu kekurangan oksigen pada otot jantungnya. Stimulus kontekstual meliputi: suhu 40o C, sensasi nyeri, penurunan berat badan, kadar gula darah, dan derajat kerusakan arteri. Stimulus residual meliputi riwayat merokok dan stres yang dialaminya. Tindakan keperawatan yang diberikan adalah meningkatkan respons adaptasi pada situasi sehat dan sakit. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh perawat dalam memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, atau residual pada individu. Dengan memanipulasi semua stimulus tersebut, diharapkan individu akan berada pada zona adaptasi. Jika memungkinkan, stimulus fokal yang dapat mewakili semua stimulus harus dirangsang dengan baik. Misalnya klien dengan nyeri dada, stimulus fokalnya adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen tubuh dan persediaan oksigen yang dapat disediakan oleh jantung. Untuk mengubah stimulus fokal, perawat perlu memanipulasi stimulus kebutuhan agar respons adaptif dapat terpenuhi. Jika stimulus fokal tidak dapat diubah, perawat harus meningkatkan respons adaptif dengan memanipulasi stimulus kontekstual dan residual. Perawat perlu mengantisipasi bahwa klien mempunyai risiko adanya ketidakefektifan respons pada situasi tertentu. Oleh karena itu perawat harus mempersiapkan individu untuk mengantisipasi perubahan melalui penguatan mekanisme kognator, regulator, atau koping yang lainnya. Tindakan keperawatan yang diberikan pada teori ini meliputi mempertahankan respons yang adaptif dengan mendukung upaya klien secara kreatif menggunakan mekanisme koping yang sesuai.
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan
21
KONSEP SEHAT—SAKIT Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu kontinum dari meninggal sampai dengan tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, yaitu fisik, mental, dan sosial. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi. Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradaptasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat relatif dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) bergantung pada latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya, dan lain-lain.
KONSEP LINGKUNGAN Stimulus dari individu dan stimulus sekitarnya merupakan unsur penting dalam lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal, yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian) dan proses stresor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Pemahaman klien yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat meningkatkan adaptasi klien tersebut dalam merubah dan mengurangi risiko akibat dari lingkungan sekitarnya.
APLIKASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN: PROSES KEPERAWATAN Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman kepada perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan. Unsur proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, intervensi, dan evaluasi seperti yang digambarkan berikut ini (Nursalam, 2008a): Pengkajian
Intervensi
Diagnosis Perencanaan
Pelaksanaan Evaluasi
Gambar 2.2
Diagram hubungan antara tahap proses keperawatan (Nursalam, 2001).
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
22
a. Pengkajian Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu sistem adaptif yang berhubungan dengan masing-masing model adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu, pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku, yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing model adaptasi secara sistematik dan holistik. Pelaksanaan pengkajian dan pencatatan pada empat model adaptif tersebut akan memberikan gambaran keadaan klien kepada tim kesehatan lainnya. Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien tentang ketidakefektifan respons atau respons adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respons (maladaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual, dan residual yang berdampak terhadap klien. Proses ini bertujuan untuk mengklarifikasi penyebab dari masalah dan mengidentifikasi faktor kontekstual dan residual yang sesuai. Menurut Martinez, faktor yang memengaruhi respons adaptif meliputi genetik; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, dan pola interaksi sosial; mekanisme koping dan gaya; stres fisik dan emosi; budaya; serta lingkungan fisik.
b. Perumusan Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan yang timbul dari diri sendiri maupun luar (lingkungan). Sifat diagnosis keperawatan adalah (1) berorientasi pada kebutuhan dasar manusia; (2) menggambarkan respons individu terhadap proses, kondisi dan situasi sakit; dan (3) berubah bila respons individu juga berubah (Nursalam, 2001). Unsur dalam diagnosis keperawatan meliputi problem/respons (P); etiologi (E); dan signs/symptom (S), dengan rumus diagnosis = P + E + S. Diagnosis keperawatan dan diagnosis medis mempunyai beberapa perbedaan, sebagaimana tersebut pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Perbedaan diagnosis medis dan keperawatan DIAGNOSIS MEDIS
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Fokus: faktor-faktor pengobatan penyakit
1. Fokus: respons klien, tindakan medis, dan faktor lain
2. Orientasi: keadaan patologis
2. Orientasi: kebutuhan dasar manusia (KDM)
3. Cenderung tetap mulai masuk sampai pulang 3. Berubah sesuai perubahan respons klien 4. Mengarah tindakan medis (pengobatan) yang 4. Mengarah pada fungsi mandiri perawat sebagian dilimpahkan kepada perawat 5. Diagnosis medis melengkapi diagnosis keperawatan
5. Diagnosis keperawatan melengkapi diagnosis medis
Roy mendefinisikan tiga metode untuk menyusun diagnosis keperawatan: (1) Menggunakan tipologi diagnosis yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 model adaptasi (tabel masalah gangguan adaptasi). Dalam mengaplikasikan metode diagnosis ini, diagnosis pada kasus Tn. Sigit adalah “hipoksia”.
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan
23
Tabel 2.3 Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi (Nursalam, 2002) STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS 1. Memenuhi kebutuhan oksigen Kriteria: a. Menyiapkan tabung oksigen dan flowmeter b. Menyiapkan homidifier berisi air c. Menyiapkan selang nasal/masker d. Memberikan penjelasan kepada klien e. Mengatur posisi klien f. Memasang slang nasal/masker g. Memerhatikan reaksi klien 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit Kriteria: a. Menyiapkan peralatan dalam dressing car b. Menyiapkan cairan infus/makanan/darah c. Memberikan penjelasan pada klien d. Mencocokkan jenis cairan/darah/diet makanan e. Mengatur posisi klien f. Melakukan pemasangan infus/darah/makanan g. Mengobservasi reaksi klien
3. Memenuhi kebutuhan eliminasi Kriteria: a. Menyiapkan alat pemberian huknah/gliserin/dulkolac dan peralatan pemasangan kateter b. Memerhatikan suhu cairan/ukuran kateter c. Menutup pintu dan memasang selimut d. Mengobservasi keadaan feses/urine e. Mengobservasi reaksi klien 4. Memenuhi kebutuhan aktivitas dan istirahat/tidur Kriteria: a. Melakukan latihan gerak pada klien tidak sadar b. Melakukan mobilisasi pada klien pascaoperasi 5. Memenuhi kebutuhan integritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik) Kriteria: a. Memandikan klien yang tidak sadar/kondisinya lemah b. Mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/kotor c. Merapikan alat-alat klien 6. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis Kriteria: a. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan b. Melakukan tes alergi pada pemberian obat baru c. Mengobservasi reaksi klien
(2) Menggunakan pernyataan dari perilaku yang tampak dan berpengaruh terhadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosis ini maka diagnosisnya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas.”
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
24
Tabel 2.3 Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi (Nursalam, 2002), (lanjutan). STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI (PSIKIS) Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual Kriteria: 1. Melaksanakan orientasi pada klien baru 2. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan 3. Memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana 4. Memerhatikan setiap keluhan klien 5. Memotivasi klien untuk berdoa 6. Membantu klien beribadah 7. Memerhatikan pesan-pesan klien STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN (SOSIAL) 1. Meyakinkan klien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi keluarga dan masyarakat 2. Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas klien 3. Melibatkan klien dalam setiap kegiatan terutama dalam pengobatan pada dirinya 4. Melibatkan klien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri klien 5. Bersifat terbuka dan komunikatif kepada klien 6. Mengizinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien 7. Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap klien yang positif dalam perawatan 8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan menerima jika ada sikap klien yang negatif STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENDENCE (KETERGANTUNGAN) 1. 2. 3. 4.
Membantu klien memenuhi kebutuhan makan dan minum Membantu klien memenuhi kebutuhan eliminasi (urine dan alvi) Membantu klien memenuhi kebutuhan kebersihan diri (mandi) Membantu klien berhias atau berdandan
(3) Berhubungan dengan stimulus yang sama. Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada saat ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosis yang sesuai adalah “Kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (miokardial) untuk bekerja saat cuaca yang panas”.
c. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien. Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan
25
penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pengembangan kriteria standar intervensi keperawatan menurut adaptasi akan digunakan oleh peneliti sebagai instrumen untuk mengukur kinerja perawat dalam menerapkan teori adaptasi pada asuhan keperawatan anak.
d. Evaluasi Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
DAFTAR PUSTAKA Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Alligood, MR, & Tomey, AM, 2006, Nursing Theorists and Their Work, 7th ed. St. Louis, Missouri: Mosby. Chitty, K.K. 1997. Professional Nursing. Concepts & Challenges. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV / AIDS. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. . 2008a. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika . 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9th ed. Philadelphia: JB. Lippincott. Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair. Soeparmo HA. (1984) Struktur Keilmuan dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya: Airlangga University Press.
26
Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
Bagian
2
MASALAH PENELITIAN DAN KERANGKA KONSEP • Bab 3 Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
Lampiran Contoh Rumusan Masalah
• Bab 4 Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian • Bab 5 Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan
28
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Bab
3 Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
MASALAH Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan disusun berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal pelaksanaan penelitian, kegiatan yang perlu dilakukan adalah memahami konsep masalah berdasarkan kajian kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi berpikir, membaca teori, dan review dengan teman sejawat dan pembimbing. Selama tahap ini, seorang peneliti perlu memahami pelaksanaan deductive reasoning dan memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain. JUDUL
TOPIK
Fakta
Kesenjangan berdasar pada konsep masalah (K. I)
MASALAH Harapan
RUMUSAN MASALAH
Konsep yang digunakan dalam paradigma penelitian/konsep paradigma (konsep I atau II) sebagai sumber variabel untuk menjawab rumusan masalah
TUJUAN PENELITIAN
MANFAAT
Gambar 3.1
Bagan alur pikir ilmiah sekonsep (Soeparto, Putra, Haryanto, 2000)
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
30
Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif pemecahan. Baik buruknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh masalah penelitian (research problem) (Polit & Hungler, 1999). Masalah penelitian biasanya didapat dari topik yang secara luas berhubungan dengan keperawatan. Mengingat dalam topik sudah terdapat suatu masalah, maka dalam melakukan identifikasi masalah hendaknya tidak keluar dari area masalah yang telah dicantumkan dalam topik. Masalah penelitian diupayakan yang orisinil, mempunyai kontribusi terhadap perkembangan ilmu, urgensi dan baru.
Menyeleksi Masalah Riset Keperawatan Saat memilih masalah penelitian keperawatan, peneliti dituntut untuk menguasai lingkup masalah dan konsep keperawatan. Gambar berikut ini menjelaskan alur pikir tentang langkah-langkah memilih masalah penelitian keperawatan. NANDA (9 pola perubahan GORDON (11 pola fungsi kesehatan)
P: Problem E: ? (Faktor/ Independen) S: Signs & Symptoms
Proses Keperawatan: Diagnosis keperawatan
Sumber: • klinik/ komunitas • literatur: buku/jurnal • diskusi/ seminar
SYARAT: • F: Feasibility • I: Interesting • N: Novel • E: Ethics • R: Relevant
MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH
Pengembangan Kerangka Konseptual (Teori/Ilmu Keperawatan: ROY; OREM; KING; dll)
Gambar 3.2
Penentuan masalah riset keperawatan (Nursalam, 2002 & Nursalam, 2008)
Keterangan: Alur perumusan masalah penelitian keperawatan tersebut berdasar pada masalah-masalah keperawatan yang berasal dari diagnosis keperawatan, yang terdiri atas rumus PES. P (problem) adalah respons/masalah yang dirasakan oleh klien, baik fisik, psikis, maupun sosio-spiritual. Dalam menentukan P, merujuklah pada masalah keperawatan yang dikemukakan oleh North American Nurses Diagnosis (NANDA), sebagai acuan penentuan masalah keperawatan di dunia. E (Etiology) adalah penyebab dari masalah, dapat berupa patofisiologi suatu penyakit, situasi lingkungan atau tempat tinggal. S (Sign & Symptoms) adalah tanda dan gejala yang biasanya memberikan kontribusi terhadap timbulnya masalah. Keterangan tersebut dapat dianalogikan, bahwa PES dapat dipergunakan sebagai suatu variabel penelitian, yaitu P sebagai variabel dependen; E sebagai variabel independen; dan S dapat berperan sebagai variabel independen, dependen, moderator, atau variabel lainnya.
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
31
Sedangkan syarat masalah riset keperawatan, menurut Sastroasmoro dan Ismail (1995), harus mengandung unsur = FINER F = Bisa dijalankan (FEASIBLE) • Tersedia subjek penelitian • Tersedia dana • Tersedia waktu, alat, dan keahlian I = Menarik (INTERESTING) • Masalah hendaknya menarik untuk diteliti N = Hal baru (NOVEL) • Membantah atau mengonfirmasikan penemuan terdahulu • Melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian terdahulu • Menemukan sesuatu yang baru E = Etika (ETHICAL) • Tidak bertentangan dengan etika, khususnya etika keperawatan R = Relevan (RELEVANT) • Bermanfaat bagi perkembangan IPTEK • Dapat digunakan untuk meningkatkan asuhan keperawatan dan kebijaksanaan kesehatan • Sebagai dasar penelitian selanjutnya Contoh lingkup riset keperawatan terlampir (diambil dari hasil riset peneliti dan mahasiswa)
Lingkup Masalah Penelitian Keperawatan menurut Nursalam (2002) Prioritas/lingkup riset keperawatan berdasarkan kelompok ilmu keperawatan dikembangkan menjadi:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Prioritas kesehatan dan pencegahan penyakit pada masyarakat. Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah kesehatan. Menguji model praktik keperawatan di komunitas. Menentukan efektivitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV-AIDS. Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku. Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis. Identifikasi faktor-faktor bioperilaku yang berhubungan dengan kemampuan koping. 8. Mendokumentasikan efektivitas pelayanan kesehatan/keperawatan. 9. Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan kesehatan/keperawatan. 10. Menentukan efektivitas biaya perawatan klien.
Kajian Masalah/Sumber Masalah Penelitian Keperawatan Masalah riset bisa didapatkan dari berbagai sumber. Akan tetapi pemilihan sumber harus selektif, aktif, dan imajinatif dalam penggunaannya.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
32
Praktik keperawatan Praktik keperawatan harus berdasarkan pada ilmu yang diperoleh dari suatu hasil penelitian, karena praktik tersebut sangat penting untuk mengetahui sumber permasalahan (Polit & Back, 2012). Permasalahan atau topik riset dapat diperoleh dari observasi klinik (perilaku klien dan keluarga dalam situasi krisis dan bagaimana perawat mengatasi masalah tersebut; review status klien; proses keperawatan; dan prosedur atau tindakan perawatan yang mungkin menimbulkan masalah atau pertanyaan dalam pelaksanaannya). Misalnya, prosedur apakah yang bisa diberikan dalam perawatan mulut pada klien kanker mulut atau klien dengan pemasangan endotrakeal? Tindakan efektif apakah yang dilakukan untuk mengobati luka? Tindakan keperawatan apakah yang berhubungan dengan komunikasi klien dengan stroke? Apakah dampak kunjungan rumah dan pelaksanaannya setelah klien pulang dari rumah sakit? Beberapa mahasiswa perawat dan perawat mengumpulkan suatu jurnal atau data mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pengalaman praktiknya (Burns & Grove, 1999). Mereka mencatat pengalaman, ide, dan observasinya dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Analisis dalam hal tersebut sering kali membantu penyusunan suatu pola dalam mengidentifikasi peran perawat. Mengapa pemberian asuhan keperawatan pada emosional dan spiritual klien lebih sedikit dibandingkan dengan perawatan fisik? Apakah anggota keluarga perlu dilibatkan atau tidak dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien?
RUMUSAN MASALAH ATAU PERTANYAAN PENELITIAN Burns dan Grove (1999) mengemukakan lima pertanyaan yang perlu dijawab sebelum merumuskan masalah penelitian: (1) Apa yang salah atau yang perlu diperhatikan pada situasi ini?; (2) Di mana letak kesenjangannya?; (3) Informasi apa yang dibutuhkan untuk mencari masalah ini?; (4) Perlukah melakukan tindakan pelayanan di klinik?; dan (5) Perubahan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut? Sedangkan menurut Polit dan Hungler (1993) pertanyaan yang perlu dijawab sebelum merumuskan masalah penelitian: (1) Apakah pertanyaan penelitian ini berhubungan dengan teori atau praktik? (substansi); (2) Bagaimana pertanyaan akan bisa dijawab? (metodologis); (3) Apakah tersedia sarana dan prasarana yang memadai (practical dimensions); dan (4) Dapatkah pertanyaan ini dijelaskan secara konsisten yang berdasarkan pada isu etik? (ethical dimensions). Riset keperawatan terutama ditujukan pada masalah-masalah keperawatan di klinik dan komunitas atau keluarga (misalnya, sesuai 11 pola fungsi kesehatan dari Gordon; 9 pola respons kesehatan dari NANDA; dan lain-lain); masalah keperawatan pada bidang pendidikan; dan masalah pada sistem pelayanan kesehatan lain (Nursalam, 2008). Pertanyaan suatu penelitian adalah suatu pernyataan yang singkat, jelas, dan interogatif, yang ditulis dalam bentuk saat sekarang dan melibatkan satu atau lebih variabel. Pertanyaan penelitian berguna untuk menjelaskan suatu variabel, menguji hubungan antarvariabel, dan menentukan perbedaan antara dua atau lebih kelompok sehubungan dengan variabel tertentu.
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
33
Contoh: a. Bagaimana peran orang tua dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir? (deskriptif) b. Adakah hubungan antara variabel x dan variabel y? (crossectional: asosiasi/ korelasi) c. Adakah pengaruh pemberian terapi bermain pada anak prasekolah selama masuk rumah sakit terhadap penerimaan selama tindakan invasif? (pengaruh– experiment)
Faktor-faktor yang Mendasari Perumusan Masalah Penyusunan rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada pemahaman yang dimiliki peneliti tentang masalah yang ada dan berkembang saat itu. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh peneliti meliputi faktor-faktor tersebut di bawah ini; a. Mendefinisikan permasalahan/topik (fakta empiris—induktif) Seorang peneliti biasanya memulai pencarian topik secara umum, misalnya asuhan keperawatan (askep) klien dengan nyeri, pola komunikasi keluarga pada perawatan klien lanjut usia (lansia), atau asuhan keperawatan klien dengan inkontinensia urine? Kemudian timbul suatu pertanyaan: Mengapa perlu dilakukan tindakan? Apa yang akan terjadi seandainya diberikan tindakan? atau Ciri-ciri khas apakah yang ada hubungannya dengan masalah tersebut? b. Mulai mencari sumber kepustakaan (kajian teori—deduksi) Kepustakaan dapat memberikan gambaran kepada seorang peneliti pemula terhadap suatu topik yang diminati. Dengan melakukan kajian masalah, peneliti akan mampu mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dan belum diketahui pada suatu topik. Perbedaan pendapat akan membantu penentuan permasalahan di masa mendatang. Teori merupakan sumber yang sangat penting dalam mendapatkan suatu permasalahan karena disusun berdasarkan ide atau gambaran situasi sekarang dan bersifat nyata serta telah dilakukan suatu pengujian mengenai kebenarannya. Permasalahan/topik dapat disusun untuk menjelaskan tentang konsep, misalnya teori perawatan diri dari Orem. Replikasi meliputi suatu prosedur atau pengulangan riset untuk menentukan apakah hasil penemuan akan sama atau berbeda. Beberapa peneliti melakukan replikasi pada penelitiannya karena mereka setuju dengan penemuan tersebut dan ingin menguji apa yang akan terjadi jika penelitian tersebut dilaksanakan pada desain, tempat, dan subjek yang berbeda. Berikut ini adalah contoh penyusunan rumusan masalah berdasarkan kajian teori, dimulai adanya suatu ide/pendapat yang ada pada pikiran peneliti. c. Interaksi antarteman sejawat atau anggota tim Interaksi dengan peneliti atau anggota tim sangat bermanfaat untuk menentukan permasalahan penelitian. Seorang peneliti yang berpengalaman memberikan pengalamannya kepada pemula ataupun seorang dosen memberikan pengalaman
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
34
1
2
3
Kelompok ilmu keperawatan: anak, maternitas, dll Seleksi kasus: G. E, natal, dll
Masalah keperawatan
Ide (masalah – empiris ) Keterlambatan pembukan KALA I pada wanita in partu
P–E
Brainstorming Faktor apakah yang menyebabkan keterlambatan tersebut?
Kajian masalah (kepustakaan) Berdasarkan literatur, terdapat lima faktor penyebab keterlambatan pembukaan Kala I pada wanita in partu yang telah diidentifikasi sebagai suatu stresor. Faktor tersebut adalah kekuatan mengejan (power), anatomi jalan lahir (passage), berat bayi (passenger), kejiwaan (psyche), dan provider (?). Namun belum ada penelitian mengenai faktor-faktor tersebut, kecuali faktor kejiwaan, khususnya pendampingan suami terhadap percepatan pembukaan Kala I.
Identifikasi: potensial variabel Kecemasan Kekuatan mengejan Usia ibu Paritas (melahirkan dengan selamat) Status sosial ekonomi Tipe dukungan keluarga-suami Stres psikologis Waktu masuk rumah sakit
4
5
Rumusan masalah Apakah ada pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan pembukaan KALA I persalinan?
Tujuan Menjelaskan pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan perubahan KALA I persalinan
6
Judul Pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan pembukaan KALA I
Gambar 3.3
Alur perumusan masalah penelitian keperawatan (Nursalam, 2000)
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
35
kepada mahasiswanya dalam menyeleksi dan menyusun suatu permasalahan. Jika memungkinkan, seorang mahasiswa melakukan penelitian pada topik yang sama dengan dosennya. Dosen dapat memberikan keahliannya berhubungan dengan program penelitian dan mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuannya pada topik tertentu (Polit & Back, 2012). Tipe hubungan ini bisa dikembangkan antara ahli peneliti dengan perawat di rumah sakit ataupun klinik. d. Layak dijabarkan (feasibility) Kelayakan suatu penelitian untuk dilakukan ditentukan oleh berbagai pertimbangan, yaitu (1) waktu; (2) dana; (3) keahlian peneliti; (4) tersedianya responsden; (5) fasilitas dan alat; (6) kerja sama dengan tim lain; dan (7) pertimbangan etika (Nursalam, 2008). 1) Waktu Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari yang telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti terutama peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan. Pertimbangan perkiraan penentuan waktu dapat ditentukan oleh berbagai faktor: a. Tipe responsden yang diperlukan b. Jumlah dan kompleksnya variabel yang akan digunakan c. Metode pengukuran variabel (apakah instrumen sudah tersedia ataukah harus mengembangkan sendiri) d. Metode pengumpulan data e. Proses analisis data Seorang peneliti sering memperkirakan waktu yang diperlukan tiap selesainya tahap proses penelitian. 2) Dana Perumusan masalah dan tujuan yang dipilih sangat dipengaruhi oleh alokasi dana yang tersedia. Potensial sumber dana harus dipertimbangkan pada saat penyusunan masalah atau tujuan. Untuk memperkirakan dana yang diperlukan, beberapa pertanyaan berikut ini perlu dipertimbangkan: a. Literatur: Apakah akan diperlukan komputer, fotokopi artikel, atau pembelian buku? b. Subjek: Apakah subjek/responsden perlu diberi biaya dalam partisipasinya? c. Peralatan: Alat-alat apakah yang diperlukan untuk penelitian? Apakah alat-alat tersebut bisa diperoleh dengan cara meminjam, menyewa, membeli, ataukah disediakan oleh donatur? Apakah bisa menggunakan alat-alat yang tersedia, ataukah perlu membangun/membuat sendiri? Berapakah biaya untuk pengukuran instrumen? d. Personel: Apakah asisten/konsultan perlu diberikan biaya pengetikan dan analisis data? e. Komputer: Apakah pemakaian komputer diperlukan saat menganalisis data? Jika ya, berapa biaya yang diperlukan?
36
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
f. Transportasi: Berapa biaya transportasi untuk melakukan penelitian dan menyajikan hasil? g. Pendukung: Apakah akan diperlukan alat-alat seperti amplop, prangko, pena, kertas, dan fotokopi? Apakah perlu biaya telpon untuk jarak jauh (interlokal)? 3) Keahlian peneliti Permasalahan/topik dan tujuan penelitian harus diseleksi berdasarkan kemampuan peneliti. Hal ini biasanya menuntut seorang peneliti untuk memahami suatu proses penelitian baru kemudian melakukan penelitian berdasarkan pengalamannya. Memilih permasalahan yang sulit dan kompleks akan mengakibatkan frustrasi bagi peneliti pemula. 4) Ketersediaan Responsden Dalam menentukan suatu tujuan penelitian, yang perlu dipertimbangkan adalah tipe dan jumlah responsden yang diperlukan. Sampel biasanya sulit jika penelitian meliputi populasi yang unik dan jarang. Misalnya quadriplegic yang hidup sendirian. Semakin spesifik suatu populasi, semakin sulit mendapatkannya. Dana dan waktu yang tersedia akan berakibat terhadap responsden yang dipilih. Dengan keterbatasan waktu dan dana, seorang peneliti perlu menentukan responsden yang tersedia yang tidak memerlukan biaya (upah). 5) Ketersediaan fasilitas dan peralatan Peneliti perlu mempertimbangkan apakah riset memerlukan fasilitas tertentu. Apakah ruangan khusus diperlukan untuk program pendidikan, wawancara, atau observasi? Jika riset dilaksanakan di rumah sakit, klinik, atau sekolah perawat, apakah diperlukan seorang agen? Tindakan atau tes di laboratorium akan sangat mahal dan mungkin membutuhkan dana dari sumber lain. Riset perawatan biasanya dilaksanakan di rumah sakit, klinik, rumah klien, dan tempat lainnya. 6) Kerja sama dengan tim lain Suatu penelitian tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa kerja sama dengan tim yang lain. Hampir semua riset keperawatan melibatkan subjek manusia dan dilaksanakan di rumah sakit, klinik, sekolah perawat, kantor, atau rumah. Adanya hubungan yang baik dengan individu di tempat penelitian akan sangat membantu. Orang sering berharap dapat terlibat dalam suatu penelitian jika permasalahan dan tujuan penelitian ada hubungannya dengan permasalahan yang ada atau mereka tertarik secara individu terhadap permasalahannya. Misalnya seorang perawat di rumah sakit mungkin tertarik dengan penelitian yang ada hubungannya dengan efektivitas penggunaan biaya institusi terhadap program kesejahteraan perawat. 7) Pertimbangan etika Tujuan suatu penelitian harus etis, dalam arti hak responsden dan yang lainnya dilindungi. Jika suatu tujuan penelitian akan berakibat jelek terhadap hak reponden, maka penelitian tersebut harus dievaluasi ulang dan mungkin harus dihindari.
MENYUSUN RUMUSAN DAN TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari penelitian berguna untuk
37
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari, membuktikan, mengkaji, dan memprediksi alternatif pemecahan masalah terhadap masalah penelitian. Tujuan tersebut biasanya menandakan tipe dari riset, misalnya deskriptif: studi kasus, cross sectional, kohort, case control dab experiment: trust-experiment, quasy-experiment, dab praexperiment. Dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tujuan penelitian, pertanyaan penelitian (rumusan masalah), dan hipotesis disusun untuk menjembatani kesenjangan antara permasalahan penelitian yang masih abstrak. Kejelasan dari objektivitas biasanya difokuskan pada satu atau dua variabel. Kadangkadang fokusnya untuk mengidentifikasi suatu hubungan diantara dua atau lebih variabel atau untuk menentukan perbedaan di antara dua kelompok dari suatu variabel (Polit & Back, 2012). Tujuan penelitian harus jelas, ringkas, dan berupa pernyataan yang deklaratif, yang biasanya dituliskan dalam bentuk kalimat aktif. Agar tujuan menjadi jelas, biasanya tujuan penelitian difokuskan pada satu atau dua variabel dan mengidentifikasi apakah variabel perlu dijabarkan lebih lanjut. Fokus tersebut bisa dalam bentuk identifikasi hubungan atau asosiasi di antara variabel atau untuk menentukan perbedaan di antara dua kelompok dengan variabel. Agar lebih jelas, cermati contoh berikut ini. Rumus Penulisan Tujuan Penelitian Bloom + C2-C6 Contoh Menjelaskan Mengidentifikasikan Menganalisis Membuktikan (diupayakan tidak menggunakan mengetahui)
Tujuan Penelitian + Contoh Gambaran/deskripsi Perbedaan Hubungan Pengaruh/dampak Sebab akibat
Variabel-variabel
(1) Mengidentifikasi karakteristik variabel X (identification). (2) Menjelaskan keberadaan variabel X (description). (3) Menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara variabel X dengan variabel Y (relational). (4) Menentukan perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 sehubungan dengan variabel X (differences). • Masalah/kajian masalah Dari hasil studi yang dilakukan peneliti pada 15 orang mahasiswa reguler Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan pada tanggal 2 – 9 Maret 2013 dapat diketahui bahwa pada dimensi kelelahan emosional, 26,7% mahasiswa mengalami kelelahan emosional ditingkat rendah, 40% menengah dan 33,3% pada rentang berat. Dimensi yang kedua depersonalisasi, 86,7% mahasiswa mengalami depersonalisasi di tingkat rendah dan sekitar 13,3% di tingkat menengah. Kemudian dimensi penurunan prestasi diri, 33,3% mengalami penurunan prestasi diri di tingkat rendah, 46,7% menengah dan 20% mengalami penurunan prestasi diri tingkat berat. Hal ini didukung dengan data penelitian sebelumnya oleh Irawati
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
38
(2012) yang menyebutkan bahwa mahasiswa regular angkatan genap 2011/2012 program profesi Ners Fakultas Keperawatan dari jumlah 63 orang responsden penelitian terdapat 61,9% mahasiswa mengalami kelelahan emosional di level sedang. 60,3% mengalami depersonalisasi tingkat menengah dan 71,4% mengalami penurunan prestasi level rendah. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) personal terhadap burnout syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners? 2. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) lingkungan terhadap burnout syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners? 3. Apakah ada hubungan antara relational meaning terhadap burnout syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners? 4. Apakah ada hubungan antara coping strategy terhadap burnout syndrome yang dialami oleh mahasiswa reguler Program Profesi Ners? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara sumber stres (stresor): personal dan lingkungan, relational meaning dan coping strategy terhadap kejadian burnout syndrome pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus & Folkman dan konsep Maslach Burnout Inventory. Tujuan Khusus 1. Menganalisis hubungan sumber stres (stresor) personal dengan burnout syndrome pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus & Folkman dan Konsep Maslach Burnout Inventory 2. Menganalisis hubungan sumber stres (stresor) lingkungan dengan burnout syndrome pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus & Folkman dan Konsep Maslach Burnout Inventory 3. Menganalisis hubungan relational meaning dengan burnout syndrome pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus & Folkman dan Konsep Maslach Burnout Inventory 4. Menganalisis hubungan coping strategy dengan burnout syndrome pada mahasiswa reguler Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus & Folkman dan Konsep Maslach Burnout Inventory.
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
39
Lampiran Rumusan Masalah: Masalah dan Pertanyaan Penelitian Keperawatan Penelitian Maternitas (Penelitian dasar)
Judul Penelitian Pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan pembukaan KALA I persalinan (Quasy eksperimental di RS Adi Husada) Peneliti: 1. Nursalam, M.Nurs (Honours). 2. Sumiati, S. Kep.
Masalah dan Rumusan Masalah (Pertanyaan Penelitian) • Masalah Keterlambatan pembukaan pada KALA I sering ditemukan pada proses persalinan. Percepatan KALA I merupakan unsur utama dalam proses persalinan pada ibu in partu. Keterlambatan dalam pembukaan merupakan ancaman bagi nyawa ibu maupun bayinya. Wanita yang mengalami keterlambatan pembukaan pada KALA I berdampak juga terhadap psikologisnya. Penyebab dari keterlambatan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang penting adalah kecemasan dan kurangnya rasa nyaman klien (nyeri) karena tidak ditunggui oleh keluarganya khususnya suaminya. Pendampingan saja ternyata tidak cukup, tetapi peran suami saat mendampingi merupakan kunci sukses yang utama. Beberapa sumber telah menetapkan bahwa kehadiran suami berpengaruh terhadap percepatan KALA I, tetapi di Indonesia belum pernah dilaksanakan penelitian bagaimana pendampingan yang efektif dapat mempercepat pembukaan persalinan pada KALA I. • Rumusan masalah/pertanyaan penelitian Adakah pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan pembukaan pada KALA I?
Maternitas (Kajian wanita)
Motivasi ibu untuk tetap menyusui pada saat nyeri pascasalin (studi cross-sectional di RSUD DR. Soetomo) Peneliti: 1. Nursalam, M.Nurs (Honours). 2. Nurhikmah, SST.
• Masalah Sebagian ibu sering berhenti menyusui bayinya karena nyeri saat menyusui pascasalin, tetapi ibu yang lain tetap menyusui meskipun nyeri yang dirasakan terasa berat. Nyeri saat menyusui pada ibu setelah melahirkan merupakan masalah utama yang perlu mendapatkan perhatian serius. Keadaan tersebut akan berdampak terhadap kesehatan ibu dan bayinya, ibu-ibu akan mengalami gangguan proses fisiologis setelah melahirkan dan hal ini berdampak terhadap kesehatan bayinya. Bayi akan menjadi mudah terkena penyakit karena penurunan kekebalan dan masalah-masalah lain berupa pertumbuhan dan perkembangan. Belum ada data-data yang pasti tentang faktor apa saja yang berpengaruh secara signifikan dalam mendorong ibu-ibu untuk tetap menyusui bayinya pada saat “afterpain” pascasalin. Faktor paritas menurut Soetjiningsih (1997) sebagai faktor pendorong utama, yaitu ibu-ibu yang baru mempunyai anak pertama akan tetap menyusui bayinya. Hal ini dilakukan sebagai bukti kasih sayang ibu dan rasa tanggung jawab wanita terhadap perkembangan anaknya. Wanita sering diposisikan sebagai orang yang paling bertanggung jawab dan disalahkan apabila tidak bisa menyusui bayinya, di lain pihak mereka tidak tahan terhadap nyeri yang dirasakan. Di satu sisi masih ditemukan suami melarang istrinya untuk menyusui karena alasan feminisme dan kebutuhan seksual belaka. Sedangkan faktor-faktor lain seperti pengetahuan, sikap, sosial ekonomi, dan dukungan keluarga belum pernah dikaji. • Pertanyaan penelitian 1. Faktor-faktor apakah yang mendorong ibu untuk tetap menyusui saat afterpain? 2. Bagaimanakah dukungan keluarga dalam meningkatkan motivasi untuk tetap menyusui? 3. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan menyusui pada ibu pascasalin?
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
40
Rumusan Masalah: Masalah dan Pertanyaan Penelitian Keperawatan Maternitas (kajian wanita)
Sindroma klimaktorium pada • Masalah wanita menopause Wanita sering mengalami distres psikologis dalam (Studi eksploratif di Pamekasan— berumah tangga karena adanya sindroma klimaktorium. Madura) Sindroma yang dialaminya berdampak terhadap Peneliti: gangguan-gangguan psikis berupa ketidakharmonisan 1. Nursalam, M.Nurs (Honours). rumah tangga akibat tidak terpenuhinya kebutuhan 2. Adi Sutrisni SST. seksual suami, gangguan interaksi sosial, gangguan konsep diri, dan lain-lain. Sedangkan gangguan fisik meliputi gangguan pada kulit, produksi hormon kewanitaan, pencernaan, jantung, dan perkemihan. Gangguan tersebut telah dijabarkan oleh Manuaba dan Prayitno (1997). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sindroma adalah (1) sosial budaya, (2) faktor keluarga, (3) persepsi dan pengetahuan wanita atau suami yang salah. Tetapi, belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap sindroma klimaktorium tersebut. Masalah tersebut sangat menarik untuk dikaji secara mendalam. • Pertanyaan penelitian 1. Bagaimanakah perilaku pengetahuan dan sikap wanita tentang sindoma klimaktorium? 2. Faktor-faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap sindroma klimaktorium?
Gerontik (penelitian dasar)
Pengaruh senam “Kegel” terhadap pemenuhan kebutuhan eliminasi urine klien lansia yang tinggal di panti (praeksperimental) Peneliti: 1. Nursalam, M.Nurs (Honours). 2. I Ketut Dira, S.Kep.
• Masalah Lansia ditemukan sering mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine. Keadaan ini akan bertambah buruk apabila lansia kurang atau tidak melakukan latihan yang dapat menyebabkan penurunan tonus otot kandung kemih, peningkatan stasis urine pada ginjal dan peningkatan risiko terjadinya batu ginjal. Lansia sering mengompol di celana dan terganggu tidurnya karena sering terasa mau kencing. Keadaan ini cenderung tidak dilaporkan karena lansia merasa malu dan menganggap tidak ada yang dapat diperbuat untuk menolongnya. Penelitian-penelitian tentang peran perawat dalam mengatasi pemenuhan kebutuhan eliminasi di luar negeri masih jarang ditemukan, demikian juga di Indonesia. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Wayan Suardana hanya menyebutkan bahwa senam Tera dapat membantu mengurangi keluhan sakit pada lansia secara umum. • Pertanyaan Penelitian Apakah ada pengaruh pemberian latihan atau senam kegel terhadap pemenuhan kebutuhan eliminasi urine (beser) pada lansia?
41
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
Rumusan Masalah: Masalah dan Pertanyaan Penelitian Keperawatan Medikal bedah (penelitian dasar)
Peran serta keluarga pada rehabilitasi fisik klien pascastroke dalam upaya mencegah kecacatan dan kekambuhan (Studi eksploratif di ruang saraf RSUD Dr. Soetomo Surabaya) Peneliti: 1. Nursalam, M.Nurs (Honours). 2. Ah. Yusuf, S.Kp. 3. Yoseph Tueng, SST.
• Masalah Keluarga belum berperan secara optimal dalam melakukan rehabilitasi fisik pada klien pascaserangan stroke di rumah. Peran tersebut khususnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan perawatan diri: makan-minum; berdandan-berpakaian; mandi dan kebutuhan eliminasi; serta risiko terjadinya “dekubitus: karena imobilisasi yang lama; pneumonia akibat penumpukan sekret, dan gangguan-gangguan organ tubuh lainnya. Keadaan tersebut akan berakibat terhadap suatu kondisi yang sangat fatal apabila perawat dan khususnya keluarga tidak berperan serta dalam melakukan aktivitas fisik berupa rehabilitasi baik selama klien dirawat di rumah sakit maupun di rumah. Menurut Carpenito (2000: 240) gangguan aktivitas tersebut harus ditangani untuk pemulihan atau pencegahan penurunan fungsi yang berkelanjutan. Upaya rehabilitasi dapat berupa suatu latihan pasif dan aktif dengan bantuan yang dimulai sejak klien dirawat di rumah sakit sampai pulang. Roper (1996: 43) menekankan bahwa keterlibatan keluarga sebagai anggota tim rehabilitasi mutlak diperlukan, mengingat rehabilitasi tersebut memerlukan waktu yang sangat lama. Sering ditemukan klien stroke yang dirawat di rumah mengalami dekubitus pada stadium yang paling parah. Keadaan tersebut tidak akan terjadi kalau keluarga mengerti dan ikut terlibat aktif dalam melakukan aktivitas fisik. Di Indonesia belum pernah dilakukan pengkajian bagaimanakah efektivitas peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan rehabilitasi fisik khususnya selama klien dirawat di rumah sakit maupun setelah pulang. • Pertanyaan penelitian 1. Faktor-faktor apakah yang berhubungan terhadap peran serta keluarga dalam melakukan rehabilitasi pada klien pascaserangan stroke di rumah? 2. Bagaimanakah peran keluarga dalam pelaksanaan rehabilitasi pada klien stroke?
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
42
Contoh: Penelusuran Masalah/Topik Penelitian Oleh: S-N-S NIM. 131111161 (B14)
1. Bidang Keahlian: Keperawatan Gerontik 2. Kasus: Activity Daily Living (ADL) Lansia 3. Kajian Masalah: F-1 a. Empat puluh lima (45 %) lansia (< 65 th) mengalami kemunduran ADL seiring pertambahan usia. b. Kemunduran ADL dan ketergantungan lansia pada orang lain menjadi pemicu adanya gangguan psikologis dan faktor pencetus terjadinya depresi pada lansia (Hawari, 2007). c. Dengan kondisi yang sehat para lansia dapat melakukan aktivitas apa saja tanpa meminta bantuan orang lain, atau sesedikit mungkin tergantung kepada orang lain. (Suhartini, 2004). d. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan sosial, seseorang dapat memilih masa tua yang lebih membahagiakan, terhindar dari masalah kesehatan. (Astuti, 2007). e. Apabila ketergantungan tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan beberapa akibat seperti gangguan sistem tubuh, timbulnya penyakit, menurunnya Activity of Daily Living (ADL). Penurunan Activity of Daily Living (ADL) disebabkan oleh persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu bereaksi yang lambat, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, keadaan yang tidak stabil bila berjalan, gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran (Setiabudi dan Hardywinoto, 1999). f. Permasalahan yang berkaitan dengan lansia antara lain, pengaruh proses menua dapat menimbulkan masalah secara fisik karena semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik. Selain kemunduran kemampuan fisik juga mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya (Nugroho, 2000). F-2 a. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban kerja ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. (Bandiyah, 2009) b. Senam lansia adalah senam dengan gerakan ringan, dilakukan secara berkesinambungan, dan lazimnya disarankan untuk usia 40 tahun ke atas. (Ismawati, 2010)
43
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
c. Prinsip olahraga usia lanjut sama dengan prinsip olahraga pada umumnya, yang membedakan adalah berkaitan dengan reaksi tubuh yang relative lebih lamban, oleh karena itu, maka jangka waktu dan beban latihan harus disesuaikan (kusmana, 2002) d. Faktor yang murni milik lanjut usia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh adalah muskuloskeletal. Senam lansia ditujukan untuk penguatan, daya tahan, dan kelenturan tulang dan sendi, sehingga sistem muskuloskeletal yang menurun dapat diperbaiki. Selain itu senam lansia bermanfaat untuk memelihara kebugaran jantung dan paru (Reuben, 1996).
Spider Web SPIDER WEB
ADL pada Lansia
?
KEBERSIHAN? MAKAN DAN MINUM
AKTIVITAS
?
?
? ADL
AKTIVITASJENIS (SENAM DM, JALAN KAKI, DLL)
? DE PE GE NY NE AKI RA T TI F
?
I
S RE
P
DE
Tema Utama LANSIA
SO
SI
AL
?
?
?
? ?
?
? ?
?
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
44
Keaslian Penulisan Penelitian tentang Senam lansia dan Activity Daily Living / Aktivitas Kehidupan Seharihari telah beberapa kali dilakukan, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut: No Judul Karya Ilmiah& Penulis 1 Hubungan Senam Lansia dengan Kebugaran Lansia (Palestin, 2006)
Variabel -senam lansia - vital sign lansia
2.
Pengaruh Senam Aerobik terhadap Peningkatan Kebugaran Wanita Menopause (Hartini, 2007)
-Latihan Senam Aerobik Kuantitatif Pra - Peningkatan Kebugaran eksperimental
3.
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kebugaran Jasmani pada Lansia (Rochman, 2009) Manfaat Senam terhadap Kebugaran Lansia (Kartinah, 2008) Perbedaan Pengaruh Senam Otak dan Senam Lansia terhadap Keseimbangan pada Orang Lanjut Usia (Herawati, 2008) Hubungan antara Karakteristik Personal dengan Kemandirian dalam Activiy of Daily Living (ADL) pada Lansia (Fathur, 2007) Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Kemampuan Aktivitas Dasar Sehari-Hari Pada Lansia (Firmannulah, 2010)
- Senam Lansia - Kebugaran (stabilisasi nadi, RR, tekanan darah) - Senam Tera - Kebugaran
Observational rancangan analitik
Senam Otak Senam Lansia Keseimbangan
Quasi eksperimen
karakteristik personal kemandirian dalam Activiy of Daily Living
Inferestial analitik eksperimen
Tingkat Depresi Dengan Kemampuan Aktivitas Dasar SehariHari
Deskriptif analitik kolerasi
Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Tentang Activity of Daily Living (ADL) pada lansia (Setyowati, 2009) Pengaruh Pembelajaran Terbimbing terhadap Tingkat Kemandirian ADL LAnsia (Kusrumentahingtyas,2010) Hubungan antara Tingkat Depresi dengan Ketergantungan dalam ADL (Activity of Daily Living) pada Lansia (Aprinia, 2006)
Pemberian Penyuluhan Kesehatan Perubahan Pengetahuan Activity of Daily Living Sikap Activity of Daily Living
Deskriptif dengan pendekatan eksperimen korelasional
- Pembelajaran Terbimbing - Kemandirian ADL
Kuantitatif Pre Eksperimental
tingkat depresi ketergantungan dalam ADL (Activity of Daily Living)
Studi korelasi
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis Penelitian kuantitatif
Kuantitatif pra eksperimental
Hasil Ada hubungan signifikan antara senam lansia dengan tingkat kebugaran lansia Senam Aerobik memiliki pengaruh yang signifikan pada peningkatan kebugaran (stabilisasi nadi, RR, tekanan darah & menopause syndrome) Ada Hubungan Senam Lansia dengan kebugaran jasmani Senam Tera berpengaruh dalam menstabilkan kadar immunoglobulin Senam otak dan senam lansia memberikan hasil yang positif terhadap keseimbangan Lansia karakteristik personal memiliki hubungan yang signifikan dengan kemandirian dalam Activiy of Daily Living (ADL) ada hubungan yang signifikan dengan interpretasi korelasi negatif antara tingkat depresi dengan kemampuan aktivitas seharihari pada lanjut usia penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan lansia tentang ADL
Pembelajaran Terbimbing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Kemandirian ADL LAnsia Ada hubungan antara tingkat depresi dengan ketergantungan dalam ADL (Activity of Daily Living) pada lansia
45
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
No Judul Karya Ilmiah& Penulis 11. Hubungan antara Gaya Hidup dengan Tingkat Ketergantungan dalam Aktivitas Kehidupan Sehari – hari Lansia
Variabel gaya hidup tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari – hari Hubungan Karateristik Demografi Karateristik Demografi dengan Kemandirian kemandirian dalam Activity Daily Living (ADL) dalam Activity Daily pada Lansia Living (ADL) (Sawika, 2005)
Jenis Penelitian Quasi eksperiment
12.
Studi korelasi,
Hasil Terdapat hubungan antara gaya hidup dengan tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari – hari lansia Ada hubungan antara Karateristik Demografi dengan kemandirian dalam Activity Daily Living (ADL) pada Lansia
Sementara itu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang pengaruh Senam Lansia (lama waktu pelaksanaan, intensitas dan frekuensi) terhadap peningkatan kemandirian ADL lansia. Variabel penelitian adalah lama waktu pelaksanaan senam lansia, Intensitas senam lansia, frekuensi senam lansia dan ADL lansia. Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu kuantitatif pra eksperiment. 1. Masalah Pengaruh senam lansia terhadap kemandirian ADL lansia belum dapat dijelaskan 2. Rumusan Masalah: a. apakah ada pengaruh durasi pelaksanaan senam lansia terhadap kemandirian ADL lansia? b. apakah ada pengaruh intensitas senam lansia terhadap kemandirian ADL lansia? c. apakah ada pengaruh frekuensi senam lansia terhadap kemandirian ADL lansia? 3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Menjelaskan pengaruh senam lansia terhadap kemandirian ADL lansia Tujuan Khusus: a. Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap durasi senam lansia b. Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap intensitas senam lansia c. Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap frekuensi senam lansia 4. Manfaat Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat menjelaskan pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kemandirian ADL pada lansia. Manfaat Praktis Senam lansia diharapkan dapat dilakukan sebagai usaha promotif, preventif dan rehabilitatif bagi lansia dalam menghadapi kemunduran ADL seiring bertambahnya usia.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
46
5. Judul Pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kemandirian Activity Daily Living (ADL) lansia atau peningkatan kemandirian lansia dalam adl dengan senam. 6. Kerangka Konseptual Proses Penuaan
Penurunan Kemampuan Fisik Lansia
Faktor Kondisi Fisik
Aktivitas
Status Gizi
Faktor mental emosional
Teori Penuaan Havighurst
Aktivitas Latihan Aerobik
Pemeliharaan aktivitas, peran, pencarian sosial teratur
Senam Lansia Interaksi sosial Afiliasi kelompok usia Frekuensi Senam Lansia
kekuatan otot↑
tonus otot↑
Durasi Senam Lansia
Koordinasi ↑
Intensitas Senam Lansia
Keseimbangan↑
ROM sendi↑
Kognitif Proprioseptif Persepsi visual
Kemandirian ADL ↑
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian
47
Daftar Pustaka Burns & Grove. (1999). The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co. Nursalam. (2002). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. . 2008a. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika . 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit, D.F. & Hungler, BP. (1999). Nursing Research. Principle and Method. Philadelphia: J.B. Lippincott. Polit DF & Back, CT. (2012). Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott. Soeparto P, Putra ST, Haryanto. (2000). Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: GRAMIK & RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sastroasmoro, S. dan S. Ismail. (1995). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
48
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
49
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Bab
4 Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
MENYUSUN KERANGKA KONSEP Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Untuk memudahkan, suatu konsep dari suatu istilah dapat dicermati pada batasan istilahnya. Misalnya, untuk memahami konsep keperawatan maka perlu dicermati batasan keperawatan. Keperawatan merupakan ilmu yang mempelajari sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang menurut MASLOW adalah FAKHA: Fisiologis, Aman, Kasih sayang, Harga diri, dan Aktualiasasi diri serta upaya untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar tersebut sebagai respons sakit yang dialami oleh klien. Konsep ilmu keperawatan selalu didasarkan pada kajian paradigma tentang 4 hal, yaitu manusia, sehat/ sakit, lingkungan, dan keperawatan.
Penyusunan Kerangka Konseptual dalam Penelitian Dasar penyusunan kerangka konsep Cara penyusunan kerangka konseptual penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Harus dibedakan pengertian kerangka konsep dan kerangka operasional. • Kerangka konsep: konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam kegiatan ilmu. • Kerangka operasional (kerangka kerja): langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian. 2) Mengumpulkan semua sumber dan menyeleksi penelitian yang telah dipublikasikan, konsep, atau teori (melalui theoretical mapping).
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
50
3) Mengidentifikasi dan mendefinisikan semua variabel riset, mengategorikan ke dalam kelompok (independent, dependent, intervening, confounding, control and random variable).
Langkah Penyusunan a. Seleksi dan definisikan konsep yang dimaksudkan b. Identifikasikan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian 1) Peneliti ingin meneliti perilaku klien dalam perawatan, maka dapat dipilih teori Lawrance Green, yang meliputi: predisposing, enabling, dan reinforcing. 2) Pemenuhan kebutuhan pada perawatan diri: makan, minum, berpakaian, eliminasi, mandi, maka ditetapkan teori yang dipilih adalah dari Orem tentang self care deficit. c. Gambarkan hubungan antarvariabel dengan garis berarah • Arah (Direction). Dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Y (A ditulis terlebih dulu, karena A) • Tempat (Position). Variabel A B lebih besar pengaruhnya terhadap Y dibandingkan B) ); • Tanda dan simbol (Sign & Symbol). Digaris putus-putus untuk yang diteliti ( digaris jelas untuk variabel dalam kotak yang diteliti ( ); dan digaris putus-putus untuk variabel yang tidak diteliti ( ) • Keterangan setiap tujuan penelitian: • Hubungan/hipotesis (A B) • Pengaruh (A B) • Sebab akibat (A B) Contoh: Kerangka Konsep Pengaruh Penerapan Teori Adaptasi terhadap Peningkatan Kinerja Perawat pada Klien Anak dengan Asma Bronkial (Nursalam, 2003) Peneliti perlu menjelaskan tentang pengaruh penerapan teori adaptasi dalam meningkatkan kinerja perawat anak dan meningkatkan sistem imunitas anak dengan asma bronkial serta keterkaitan beberapa variabel.
MENYUSUN HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan. Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis akan bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Uji
51
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Kerangka Konseptual dan Hipotesis Faktor penyebab enuresis primer: • Keterlambatan matangnya fungsi susunan saraf pusat (SSP) • Faktor genetik
Faktor penyebab enuresis sekunder:
• Gangguan tidur
• Stres kejiwaan
• Kadar ADH dalam tubuh yang kurang • Kelainan anatomi: ukuran kandung kemih yang kecil
• Kondisi fisik yang terganggun • Alergi
Enuresis (+) Pembelajaran Bladder-retention training Proses belajar: perception, learning, judgments, emotion
Kognisi ↔ Emosi (+)
Persepsi (+)
Koping (+)
Kemampuan bladder-retention training (+) Pengetahuan (↑)
Sikap (+)
Praktik (↑)
Rangsangan Kimiawi (↑)
Rangsangan Neuromuskuler (↑)
Rangsangan Muskuler Otot Polos (↑)
Aktin + Miosin Ion kalsium & ATP ADP Energi
Rangsangan pada serat otot polos → Acetil Cholin
Metabolisme pada Mitokondria
Otot polos kandung kemih meregang → Kapasitas fungsional kandung kemih
ATP
Energi
Kontraksi & tonus otot kandung kemih (↑)
: Diukur
Frekuensi enuresis (↓)
: Tidak diukur Gambar 4.1
Kerangka konseptual pengaruh bladder-retention training terhadap perubahan kemampuan dan enuresis pada anak usia sekolah (Walida, 2007)
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
52
hipotesis artinya menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu pengujian dan pernyataan secara ilmiah atau hubungan yang telah dilaksanakan penelitian sebelumnya. Untuk mengetahui signifikansi (p) dari suatu hasil statistik (Hypothesis test), maka kita dapat menentukan tingkat signifikansi: (p) 0,05 (1 kemungkinan untuk 20); 0,01 (1 untuk 100); dan 0,001 (1 untuk 1000). Adapun yang sering digunakan adalah signifikansi level 0,05. Dengan menentukan signifikansi ini maka kita dapat mentukan apakah hipotesis akan diterima atau ditolak (jika p < 0,05) (Voelker & Orton, Adam 2011).
Syarat Hipotesis a. Relevance: Hipotesis harus relevan dengan fakta yang akan diteliti. b. Testability: Memungkinkan untuk dilakukannya observasi dan bisa diukur. c. Compatibility: Hipotesis baru harus konsisten dengan hipotesis di lapangan yang sama dan telah teruji kebenarannya, sehingga setiap hipotesis akan membentuk suatu sistem. d. Predictive: Artinya hipotesis yang baik mengandung daya ramal tentang apa yang akan terjadi atau apa yang akan ditemukan. e. Simplicity: Harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami, dan mudah dicapai.
Tujuan Hipotesis a. Untuk menghubungkan antara teori dan kenyataan, dalam hal ini hipotesis menggabungkan dua domain. b. Sebagai suatu alat yang ampuh untuk pengembangan ilmu selama hipotesis bisa menghasilkan suatu penemuan (discovery). c. Sebagai suatu petunjuk dalam mengidentifikasi dengan menginterpretasi suatu hasil.
Sumber Hipotesis Hipotesis didapatkan dari suatu fenomena atau masalah yang nyata, analisis teori, dan mengulas literatur. a. Pengalaman praktik Diagnosis keperawatan bisa menjadi suatu dasar pengembangan hipotesis. Misal, hubungan teoretis yang diidentifikasi Orem tahun 1985 dalam Polit & Back (2012), tentang teori perawatan diri dan kurangnya kebersihan dalam melakukan perawatan luka sehubungan dengan adanya nyeri pada sendi dan keterbatasan pergerakan/
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
53
mobilitas. Pertama, kita dapat menguji tentang efektivitas dari tindakan dalam mengurangi nyeri sendi dan meningkatkan mobilitas dan dampak perawatan individual. Contoh penulisan hipotesis meliputi: Klien artritis yang menggunakan pengobatan relaksasi akan mengalami penurunan rasa nyeri dan membutuhkan waktu yang relatif lebih sedikit dalam pengobatannya dibandingkan dengan klien yang tidak mendapatkan terapi relaksasi. b. Teori Hubungan yang digunakan dalam suatu teori dapat menjadi dasar penyusunan hipotesis. Jika seorang peneliti tertarik melakukan pengujian terhadap suatu pernyataan dalam teori, akan membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan praktik perawatan. c. Kajian literatur Pada kajian literatur, peneliti menganalisis dan mensintesis hasil dari berbagai penelitian. Hubungan yang diidentifikasi dari sintesis dalam suatu penemuan sangat berguna untuk penyusunan hipotesis. Nursalam tahun 2007, meneliti pengaruh pendakatan Asuhan keperawatan terhadap respons pasien terinfeksi HIV and AIDS, hipotesis yang digunakan berdasarkan konsep teori Psikoneuroimunologi dan Adaptasi.
Tipe Hipotesis Perbedaan tipe hubungan dan jumlah variabel diidentifikasi dalam hipotesis. Penelitian mungkin mempunyai satu, tiga, atau lebih hipotesis, bergantung pada kompleksnya suatu penelitian. a. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks dan bersifat sebab atau akibat. Misal pengaruh teori adaptasi terhadap perbaikan kinerja perawat anak. Maka dalam Ho; tidak adanya pengaruh penerapan teori adaptasi dalam asuhan keperawatan terhadap perbaikan kinerja perawat anak. b. Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hoptesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih variabel. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat sederhana atau kompleks, dan bersifat sebab-akibat. Misalnya, ada pengaruh antara senam nifas dan proses involusi pada ibu pascasalin. Ada perbedaan tingkat kecemasan antara klien laki-laki dan perempuan pada infark miokard akut (IMA).
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
54
Konsep Self-care Teori keperawatan self-care dikemukakan oleh Dorothea E. Orem pada tahun 1971 dan dikenal dengan teori self-care deficit nursing theory (SCDNT) (DeLaune & Ladner, 2002). Teori SCDNT sebagi grand teori mempunyai komponen teori yaitu teori self-care, teori self-care deficit, dan teori nursing system (Alligood & Tomey, 2006). Orem (1985) dalam Richardson (1992) menyebutkan bahwa: “Self-care is the production of actions directed to self or to the environment in order to regulate one’s functioning in the interest of one’s life, integrated functioning and well-being” Dari pernyataan di atas, self-care diartikan sebagai wujud perilaku seseorang dalam menjaga kehidupan, kesehatan, perkembangan dan kehidupan disekitarnya (Baker & Denyes, 2008). Self-care merupakan perilaku yang dipelajari dan merupakan suatu tindakan sebagai respons atas suatu kebutuhan (DeLaune & Ladner, 2002). Pada konsep self-care, Orem menitikberatkan bahwa seseorang harus dapat bertanggung jawab terhadap pelaksanaan self-care untuk dirinya sendiri dan terlibat dalam pengambilan keputusan untuk kesehatannya (Alligood & Tomey, 2006). Kebutuhan seseorang untuk terlibat dalam perawatan dirinya dan mendapatkan perawatan disebut sebagai therapeutic self-care demand (DeLaune & Ladner, 2002). Self-care berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan individu, bergantung pada kebiasaan seseorang, kepercayaan yang dimiliki, dan budaya, termasuk biopsikososial-spiritual (Becker, Gates, & Newsom, 2004; Larsen & Lubkin, 2009). Self-care dalam konteks pasien dengan penyakit kronis merupakan hal yang kompleks, dan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan manajemen serta kontrol dari penyakit kronis tersebut (Larsen & Lubkin, 2009). Self-care dapat digunakan sebagai tehnik pemeecahan masalah dalam kaitannya dengan kemampuan koping dan kondisi stresful karena penyakit kanker. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa self-care meningkatkan kualitas hidup dengan menurunkan nyeri, kecemasan, dan keletihan; meningkatkan kepuasan pasien, serta menurunkan penggunaan tempat pelayanan kesehatan dengan menurunkan jumlah kunjungan ke dokter, kunjungan rumah, penggunaan obat, dan lama rawat inap di rumah sakit.
Konsep Self-care agency Self-care agency adalah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh seorang individu untuk mengidentifikasi, menetapkan, mengambil keputusan dan melaksanakan self-care (Alligood & Tomey, 2006; Taylor & Renpenning, 2011). Orem mengidentifikasi sepuluh faktor dasar yang memengaruhi self-care agency (basic conditioning factor) yaitu usia, gender, tahap perkembangan, tingkat kesehatan, pola hidup, sistem pelayanan kesehatan, sistem keluarga, dan lingkungan eksternal (Alligood & Tomey, 2006). Perawat harus bisa
55
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Conditining factors
Conditining factors
mengidentifikasi self-care therapeutic demand dan perkembangan serta tingkat self-care agency dari seorang individu karena self-care therapeutic demand dan self-care agency berubah secara dinamis (Parker, 2001). Ketidakseimbangan antara self-care therapeutic demand dengan self-care agency berdampak self-care deficit pada seorang individu (gambar 2.3) (Richardson, 1992). Interaksi antara perawat dengan klien akan dapat terjadi jika klien mengalami self-care deficit, disinilah muncul suatu nursing agency (DeLaune & Ladner, 2002).
R
Selfcare
R
R
Selfcare agency
Selfcare demand
<
Selfcare deficit
R
R
Nursing agency
Gambar 4.2
Konsep self-care (Alligood & Tomey, 2006)
Self-care agency perlu ditingkatkan oleh individu karena pelaksanaan self-care membutuhkan pembelajaran, pengetahuan, motivasi dan skill (Taylor & Renpenning, 2011). Self-care agency mengacu pada kemampuan kompleks dalam melaksanakan self-care. Contoh dari self-care agency antara lain pengetahuan tentang jenis makanan, pengetahuan tentang menjaga jalan napas tetap bebas, dan penggunaan sistem bantuan untuk bersihan jalan napas (Baker & Denyes, 2008). Kesadaran akan kebutuhan mendapatkan pengetahuan dan kemampuan untuk mencari pengetahuan akan memengaruhi tindakan yang diambil oleh seorang individu (Taylor & Renpenning, 2011). Struktur Self-care agency (Gambar 2.4) terdiri atas tiga karakteristik manusia yang saling berhubungan, namun berbeda secara hierarki yaitu: 1) foundational capabilities and dispositions (kemampuan dasar), 2) power components (komponen kekuatan), dan 3) capabilities to perform self-care operation (kemampuan melaksanakan self-care) (Baker & Denyes, 2008; Meleis, 2011; Taylor & Renpenning, 2011).
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
56
Treraupeutic self-care demand
Level 1.1
Determination of
Decisions about
Meeting
Estimative self-care operations
Transional self-care operations
Productive self-care operations
Level 1.2
Specific abilities enabling for performance of self-care operations Dispositions affecting goals sought
Significant orientative capabilities and dispotions Knowling and going capabilities
Level 1.2 Level 1.3 Gambar 4.3
Selected basic capabilities I
Selected basic capabilities II
Sets of capabilities adn dispositions foundational for action Conditioning factors and states
Struktur self-care agency (Taylor & Renpenning, 2011)
Foundational capabilities and disposition merupakan pondasi dari self-care agency, sedangkan pengetahuan tentang conditioning factors serta komponen power berasal dari berbagai keilmuan dan penelitian. Self-care operation merupakan proses pelaksanaan self-care, terdiri atas 1) estimative operation yang merupakan kegiatan identifikasi atau investigasi; 2) transitional operation yaitu proses penilaian dan pengambilan keputusan; dan 3) productive operation yaitu proses pelaksanaan self-care, termasuk di dalamnya proses kognitif dan kemampuan psikomotor (Taylor & Renpenning, 2011). Contoh dari karakteristik kemampuan dasar yang dimaksud dalam struktur self-care agency salah satunya adalah intelegensia seseorang, sedangkan contoh karakteristik power adalah kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan self-care (Baker & Denyes, 2008). Orem menjelaskan bahwa tindakan seseorang dipengaruhi oleh penilaian mereka tentang hal yang tepat untuk suatu situasi dan keadaan. Seseorang yang
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
57
melaksanakan tindakan harus mempunyai “sensory knowledge” dan “awareness” tentang situasi tersebut sehingga mengacu pada pengetahuan tersebut maka seseorang dapat mengambil keputusan untuk bertindak (Meleis, 2011). Bagi orang yang menderita penyakit kronis, tindakan self-care operation tercermin dalam aktivitas mereka dalam mentaati terapi medis, dan gaya hidup yang direkomendasikan, melaksanakan aktivitas sehari-hari yang disarankan, melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran, menjalankan kegiatan ibadah yang meningkatkan spiritualitas, serta melakukan kegiatan yang menyenangkan (Larsen & Lubkin, 2009).
Pengukuran Self-Care Agency Pengukuran terhadap komponen dari SCDNT telah berkembang lebih dari dua puluh tahun. Pengukuran self-care agency yang valid dan terpercaya merupakan hal yang vital bagi perkembangan SCDNT sebagai salah satu teori keperawatan (Parker, 2001). Berbagai penelitian tentang self-care agency dilakukan oleh para ahli keperawatan dengan menggunakan berbagai instrumen. Beberapa diantaranya adalah Appraisal of Self-Care Agency (ASA) Scale, Self-as-Carer Inventory (SCI), Denyes self-care agency instrument (DSCAI) (Alligood & Tomey, 2006), The Exercise of Self-Care Agency (ESCA), The Perception of Self-Care Agency Questionnaire, The Appraisal of Self-Care Agency Scale (ASA-S), dan The Mental Health Self-Care Agency Scale (MH-SCA) (Sousa, Zauszniewski, Zeller, & Neese, 2008; Taylor & Renpenning, 2011). Denyes self-care agency instrument (DSCAI) dirancang untuk individu agar dapat mengukur kekuatan dan keterbatasan yang dimiliki sehingga mampu mengambil keputusan tentang hal yang harus dilakukan untuk memenuhi self-care-nya (Waltz, Strickland, & Lenz, 2010). Instrumen ini dikembangkan oleh Denyes pada tahun 1988 dan pada awalnya digunakan untuk mengukur self-care agency pada populasi remaja (Campbell & Soeken, 1999). Pada perkembangannya DSCAI digunakan untuk mengukur self-care agency pada populasi orang dewasa, baik perempuan maupun laki-laki, serta pada beberapa penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung koroner. (Sousa et al., 2008). DSCAI terdiri atas 34 pertanyaan yang mengukur enam faktor Foundational capabilities and disposition (FCD) dan tujuh komponen power. Partisipan akan diminta untuk memilih diantara skala 0 (tidak sama sekali) sampai 100 (seluruhnya) atau memberi jawaban dengan persentase (Anderson, 2001). Terdapat 6 kategori skala dalam DSCAI yaitu: Ego strength, Valuing of health, Health knowledge and decision making capability, Energy, Feelings, dan Attention to health (Denyes, 1990).
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
58
Contoh Kerangka Konsep Berbasis Self-Care (Orem) SelfCare Agency (Kemandirian Orem) Penerapan pada Ibu Nifas dengan Menggunakan Pendekatan Teori Self Care Model Self Cares Faktor dasar/ predisposisi (predisposing factor) - Pengetahuan - Sikap - Keyakinan - Pendidikan - Pekerjaan
Self Cares Agency meningkat
Self Cares Demand
Self care Defisit
Faktor pemungkin (enabling factor) Sarana prasarana/ fasilitas pelayanan kes
Nursing agency Supportive Educative system: 1. Guidance 2. Teaching
- Jarak dengan pelayanan Faktor pendorong/penguat (rainforcing factor) Dukungan keluarga -Kelompok, tenaga kes
Meningkatkan kemandirian ibu post partum dalam perawatan diri a. Memenuhi nutrisi, b. Ambulasi, c. Eliminasi (Miksi & Defeksi), d. Perawatan payudara, e. Perawatan perinium, dan f. Kebersihan diri
Gambar 4.4
Kerangka konsep penelitian meningkatkan kemandirian ibu nifas dengan menggunakan pendekatan teori self care model Orem (Mardiatun, 2012).
Berdasarkan teori keperawatan Self Care yang dikemukakan oleh Dorothea Orem, manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri yang di sebut Self Care Agency. Self Care Agency dapat berubah setiap waktu yang di pengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri atas pengetahuan, sikap, keyakinan pendidikan dan pekerjaan. Yang kedua yaitu faktor pemungkin (Enabling factor) yang terdiri atas sarana prasarana dan jarak dengan pelayanan kesehatan. Yang ketiga yaitu; faktor pendorong (Reinforcing factor) yang berupa peran dukungan keluarga dan adanya aturan-aturan. Ketika terjadi defisit perawatan diri, peran perawat sebagai Nursing Agency membantu untuk memaksimalkan kemampuan pelaksanaan perawatan diri ibu
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
59
post partum melalui tindakan asuhan keperawatan mandiri perawat berupa bantuan Supportif –Educative System dengan memberikan Guidance (Booklet) and Teaching, untuk meningkatkan kemampuan atau kemandirian pelaksanaan perawatan diri ibu (Self Care Agency) terhadap kebutuhan perawatan diri ibu (Self Care Demand), seperti kemampuan memenuhi nutisi dan cairan, ambulasi, kebersihan diri, perawatan perinium, perawatan payudara, miksi, dan defekasi.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, J. A. ( 2001). Understanding Homeless Adults by Testing the Theory of SelfCare. Nursing Science Quarterly, 14(1), 59-67 Alligood, M.R. and Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri : Mosby Baker. L. K., & Denyes, M. J. (2008). Predictors of Self-Care in Adolescents with Cystic Fibrosis: A Test of Orem’s Theories of Self-Care and Self-Care Deficit. Journal of Pediatric Nursing, 23(1), 37–48. Becker G., Gates, R. J., & Newsom E. (2004). Self-Care among Chronically Ill African Americans: Culture, Health Disparities, and Health Insurance Status. American Journal of Public Health, 94(12), 2066-2073. Campbell, J. C., & Soeken, K. (1999). Forced Sex and Intimate Partner Violence: Effects on Women’s Health. Violence Against Women, 5(9), 1017–1035 DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of nursing: Standards and practice. 2nd Ed. New York: Thomson Delmar Learning Denyes, M.J. (1980). Development of An Instrument to Measure Self-Care Agency in Adolescents. Doctoral Dissertation, Wayne State University Larsen, P. D., & Lubkin, I. M. (2009). Chronic Illness: Impact and Intervention. 7th Ed. Sudbury: Jones and Bartlett Publishers Meleis, A.I. (2011). Theoretical Nursing: Development and Progress. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Parker, M. E. (2001). Nursing Theories and Nursing Practice. Philadelphia: Davis Company Sousa V. D., Zauszniewski J. A., Zeller R. A., & Neese J. B. (2008). Factor Analysis of The Appraisal of Self Care Agency Scale in American Adults with Diabetes Mellitus. The Diabetes Educators, 34, 98-108. Taylor, s., & Renpenning, k. (2011). Self Care Science, Nursing Theory and Evidence Based Practice. New York: Springer Publishing Company, LLC. Waltz, C. F., Strickland, O. L., and Lenz, E. R. (2010). Measurement in Nursing and Health Research, 4th ed. New York: Springer Publishing Company
60
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
KONSEP MODEL INTERAKSI MANUSIA (IMOGENE M. KING) King mengidentifikasi kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) sebagai sebuah kerangka kerja sistem terbuka, dan teori ini sebagai suatu pencapaian tujuan. King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) sebagai sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi yang lain bahwa keperawatan berfokus pada interaksi manusia dengan lingkungannya dan tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu dan kelompok dalam memelihara kesehatannya. Kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) terdiri atas tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individual), interpersonal systems (grup) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dan lain-lain). Konsep Human Interaction Model ini dikembangkan pertama kali oleh Imogene M. King pada tahun 1971 yang diawali dengan mengembangkan “Theory of Goal Attainment (teori pencapaian tujuan). Teori pencapaian tujuan merupakan teori yang bersifat terbuka dan dinamis, dengan sembilan konsep utama yang meliputi interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stres, tumbuh kembang, waktu dan ruang (Alligood dan Tomey, 2006). Asumsi dasar King tentang manusia seutuhnya (Human Being) meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu. Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivat asumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat – klien: 1. Persepsi dari perawat dan klien memengaruhi proses interaksi. 2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien memengaruhi proses interaksi. 3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri. 4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan hal tersebut memengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka serta pelayanan masyarakat 5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi sehingga membantu individu dalam membuat keputusan tentang pelayanan kesehatannya. 6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan. 7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat berbeda. Human being mempunyai tiga dasar kebutuhan kesehatan yang fundamental: 1. Kebutuhan terhadap informasi kesehatan dan dapat dipergunakan pada saat dibutuhkan. 2. Kebutuhan terhadap palayanan kesehatan bertujuan untuk pencegahan penyakit. 3. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan ketika individu tidak mampu untuk membantu dirinya sendiri.
61
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Perawat dalam posisinya, membantu: apa yang mereka ketahui, apa yang mereka pikirkan, bagaimana mereka merasakan dan bagaimana mereka melakukan kegiatan untuk memelihara kesehatannya.
Kerangka Konsep Imogene M. King (Fadilah, 2009) King mengemukakan dalam kerangka konsepnya, hampir setiap konsep yang dimiliki oleh perawat dapat digunakan dalam asuhan keperawatan.
FEEDBACK PERSEPTION NURSE
JUDGEMENT ACTION REACTION
INTERACTION
TRANSACTION
PERSEPTION PATIENT
JUDGEMENT ACTION FEEDBACK
Gambar 4.5
Kerangka konsep Imogene M. King
Berdasarkan kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar tentang human being, King menderivatnya menjadi teori Pencapaian Tujuan (Theory of Goal Attainment). Elemen utama dari teori pencapaian tujuan adalah interpersonal systems, di mana dua orang (perawat-klien) yang tidak saling mengenal berada bersama-sama di organisasi pelayanan kesehatan untuk membantu dan dibantu dalam mempertahankan status kesehatan sesuai dengan fungsi dan perannya. Dalam sistem interpersonal perawat-klien berinteraksi dalam suatu area (space). Menurut King intensitas dari sistem interpersonal sangat menentukan dalam menetapkan dan pencapaian tujuan keperawatan. Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan konsep utama, di mana konsep-konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap situasi praktik keperawatan, meliputi: 1. Interaksi, King mendefinisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan. 2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latarbelakang pendidikan.
62
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung. 4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam pencapaian tujuan. Transaksi yang dimaksud adalah pengamatan perilaku dari interaksi manusia dengan lingkungannya. 5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan kewajiban sesuai dengan posisinya. Jika terjadi konflik dan kebingungan peran maka akan mengurangi efektivitas pelayanan keperawatan. 6. Stres diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan lingkungannya. Stres melibatkan pertukaran energi dan informasi antara manusia dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stresor. 7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinu dalam diri individu. Tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai kematangan. 8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang akan datang. Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai pengalaman yang unik dari setiap manusia. 9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada di manapun sama. Ruang adalah area di mana terjadi interaksi antara perawat dengan klien (Fadilah, 2009)
Konsep Interaksi Manusia Imogene M. King King mendefinisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan (Alligood dan Tomey, 2006). Di dalam arti kamus interaksi berarti sebagai tingkah laku yang dapat diobservasi oleh dua orang atau lebih di dalam hubungan timbal balik (King, 2006). Menurut king setiap individu adalah sistem personal (sistem terbuka). Untuk sistem personal konsep yang relevan adalah persepsi, diri, pertumbuhan dan perkembangan, citra tubuh, dan waktu. 1. Persepsi Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang dan kejadian- kejadian. Persepsi berbeda dari satu orang dan orang lain dan hal ini tergantung dengan pengalaman masa lalu, latar belakang, pengetauhan dan status emosi. Karakteristik persepsi adalah universal atau dialami oleh semua, selekltif untuk semua orang, subjektif atau personal. 2. Diri Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-benda dan orang lain. Diri adalah individu atau bila seseorang berkata “AKU”. Karakteristik diri adalah individu yang dinamis, system terbuka dan orientasi pada tujuan. 3. Pertumbuhan dan perkembangan Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul dan perilaku manusia. Perubah ini
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
4. 5.
6.
63
biasnya terjadi dengan cara yang tertib, dan dapat diprediksiakan walaupun individu itu berfariasi, dan sumbangan fungsi genetic, pengalam yang berarti dan memuaskan. Tumbuh kembang dapat didefinisikan sebagai proses diseluruh kehidupan seseorang di mana dia bergerak dari potensial untuk mencapai aktualisasi diri. Citra tubuh King mendefinisikan citra diri yaitu bagaimana orang merasakan tubuhnya dan reaksi-reaksi lain untuk penampilanya. Ruang Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep ruang, personal atau subjektif, individual, situasional, dan tergantung dengan hubunganya dengan situasi, jarak dan waktu, transaksional, atau berdasarkan pada persepsi individu terhadap situasi. Definisi secara operasioanal, ruang meliputi ruang yang ada untuk semua arah, didefinisikan sebagai area fisik yang disebut territory dan perilaku oran yang menempatinya. Waktu King mendefisikan waktu sebagai lama antra satu kejadian dengan kejadian yang lain merupakan pengalaman unik setiap orang dan hubungan antara satu kejadian dengan kejadian yang lain
Sistem Interpersonal King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interkasi antra manusia. Interaksi antar dua orang disebut DYAD, tiga orang disebut TRIAD, dan empat orang disebut GROUP. Konsep yang relefan dengan sistem interpersonal adalah interkasi, komunikasi, transaksi, peran dan stres. 1. Interaksi Interaksi didefinisakan sebagai tingkah laku yang dapat diobservasi oleh dua orang atau lebih di dalam hubungan timbal balik. 2. Komunikasi King mendefinisikan komunikasi sebagai proses diman informasi yang diberikan dari satu orang keorang lain baik langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui telpon, televisi atau tulisan kata. ciri-ciri komunikasi adalah verbal,non verbal, situasional, perceptual, transaksional, tidak dapat diubah, bergerak maju dalam waktu, personal, dan dinamis. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam menyampaikan ide- ide satu orang keorang lain. Aspek perilaku nonverbal yang sangat penting adalah sentuhan. Aspek lain dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik dan gerakan tubuh. 3. Transaksi Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai realitas personal berdasarkan persepsi mereka. Dimensi temporal-spatial, mereka mempunyai pengalaman atau rangkaian-rangkaian kejadian dalam waktu. 4. Peran Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik di mana seseorang pada suatu saat sebagai pemberi dan disat yang lain sebagai penerima ada 3 elemen utama peran
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
64
5.
7.
yaitu, peran berisi set perilaku yang di harapkan pada orang yang menduduki posisi di sistem sosial, set prosedur atau aturan yang ditentukan oleh hak dan kewajiban yang berhubungan dengan prosedur atau organisasi, dan hubungan antara 2 orang atau lebih berinteraksi untuk tujuan pada situasi khusus. Stres Definisi stres menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis di manapun manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk memelihara keseimbangan pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan informsi antara seseorang dengan lingkungannya untuk mengatur stresor. Stres adalah suatu yang dinamis sehubungan dengan sistem terbuka yang terus-menerus terjadi pertukaran dengan lingkunagn, intensitasnya berfariasi, ada diemnsi yang temporal-spatial yang dipengaruhi oleh pengalaman lalu, individual, personal, dan subjektif. Sistem sosial King mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran organisasi sosisal, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai dan mekanisme pengaturan antara praktk-praktik dan aturan (George, 1995). Konsep yang relevan dengan sistem sosial adalah organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan. 1) Organisasi Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan aktivitas yang berhubungan dengan pengaturan formal dan informal seseorang dan kelompok untuk mencapai tujuan personal atau organisasi. 2) Otoritas King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa wewenang itu aktif, proses transaksi yang timbal balik di mana latar belakang, persepsi, nilai-nilai dari pemegang memengaruhi definisi, validasi dan penerimaan posisi di dalam organisasi berhubungan dengan wewenang. 3) Kekuasaan Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan sumbangan personal, esensial dalam organisasi, dibatasi oleh sumber-sumber dalam suatu situasi, dinamis dan orientasi pada tujuan. 4) Pembuatan keputusan Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan untuk mengatur setiap kehidupan dan pekerjaan, orang, universal, individual, personal, subjektif, situasional, proses yang terus menerus, dan berorientasi pada tujuan. 5) Status Status bercirikan situasional, posisi ketergantungan, dapat diubah. King mendefinisikan status sebagai posisi seseorang di dalam kelompok atau kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi dan mengenali bahwa status berhubungan dengan hak-hak istimewa, tugas-tugas, dan kewajiban.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
65
Daftar Pustaka Alligood, M.R. & Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri: Mosby George, J. B. 1995. Nursing Theories: A Base for Professional Nursing Practice. Connecticut: Appleton and Lange. King, I.M. 2006. Part One: Imogene M. King’s Theory of Goal Attainment. Dalam M.E. Parker, Nursing theories and nursing practice (2nd ed., Hlm. 235-243). Philadelphia: F.A. Davis.
FAMILY-CENTERED NURSING (Fiedman, 2003) Praktik keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing) didasarkan pada perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk perawatan individu dari anggota keluarga dan dari unit yang lebih luas. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat, mempresentasikan perbedaan budaya, rasial, etnik, dan sosioekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya ketika melakukan pengkajian dan perencanaan, implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak dan keluarga (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-centered nursing salah satunya menggunakan Friedman Model. Pengkajian dengan model ini melihat keluarga sebagai subsistem dari masyarakat (Allender & Spradley, 2005). Proses keperawatan keluarga meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Keluarga merupakan entry point dalam pemberian pelayanan kesehatan di masyarakat, untuk menentukan risiko gangguan akibat pengaruh gaya hidup dan lingkungan. Potensi dan keterlibatan keluarga menjadi makin besar, ketika salah satu anggota keluarganya memerlukan bantuan terus menerus karena masalah kesehatannya bersifat kronik, seperti misalnya pada penderita pascastroke. Praktik keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing), didasarkan pada perspektif bahwa keluarga unit dasar untuk keperawatan individu dari anggota keluarga. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat, mempresentasikan perbedaan budaya, relasi, lingkungan, dan sosioekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, lingkungan, tipe keluarga dan budaya ketika melakukan pengkajian dan perencanaan, implementasi dan evaluasi perawatan pada anak dan keluarga (Hitchcock, Schubert & Thomas 1999; Friedman dkk, 2003). Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-centered nursing, salah satunya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang didasarkan pada Friedman model. Pengkajian dengan model ini, melihat
66
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
keluarga dengan subsistem dari masyarakat (Friedman dkk, 2003; Allender dan Spradley 2005). Proes keperawatan keluarga dengan fokus pada keluarga sebagai klien (familycentered nursing) , meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. (1) Asuhan keperawatan keluarga, difokuskan pada peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga, melalui perbaikan dinamika hubugan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga yang terdiri atas efeksi, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan kesehatan bagi anggota keluarga, untuk dapat merawat anggota keluarganya yang sakit dan bagi anggota keluarga yang lain agar tidak tertular penyakit, serta adanya interdependensi antaranggota keluarga sebagai suatu sistem, dan meningkatkan hubungan keluarga dengan lingkungannya (Friedman dkk, 2003) (2) Tujuan dari asuhan keperawatan keluarga memandirikan keluarga dalam melakukan pemeliharaan kesehatan para anggotanya, untuk itu keluarga harus melakukan 5 tugas kesehatan keluarga, diantaranya yaitu: mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, mampu mempertahankan suasana di rumah yang sehat atau memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan anggota keluarga; mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Bailon dan Maglaya dalam Freeman, 1981). Keluarga merupakan suatu sistem, di mana jika salah satu anggota keluarga bermasalah, akan mempengaruh sistem anggota keluarga yang lain, begitupun sebaliknya (Stanhope & Lancaster, 2004). Masalah individu dalam keluarga diselesaikan melalui intevensi keluarga diselesaikan melalui keterlibatan aktif anggota keluarga lain. Dengan demikian, melaluai intervensi keluarga, yakini keluarga yang sehat, maka akan membuat komunitas atau masyarakat menjadi sehat, karena keluarga merupakan subsistem dari komunitas (Friedman dkk, 2003; Stanhope & Lancaster, 2004). (3) Ada beberapa alasan mengapa keluarga menjadi salah satu sentral dalam perawatan yaitu: (1) keluarga sebagai sumber dalam perawatan kesehatan; (2) masalah kesehatan individu akan berpengaruh pada anggota keluarga yang lainnya; (3) keluarga merupakan tempat berlangsungnya komunikasi individu sepanjang hayat, sekaligus menjadi harapan bagi setiap anggotanya; (4) penemuan kasus-kasus suatu penyakit sering diawali dari keluarga; (5) anggota keluarga lebih mudah menerima suatu informasi, jika informasi tersebut didukung oleh anggota keluarga lainnya, dan (6) keluarga merupakan support system bagi individu (Friedman dkk, 2003). Pendekatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah proses keperawatan, yang terdiri atas pengkajian individu dan keluarga, perumusan diagnosis keperawatan, penyusunan rencana asuhan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi dari tindakan yang telah dilaksanakan (Friedman dkk, 2003).
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
67
a. Pengkajian Adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mendapatkan informasi secara terus-menerus, terhadap anggota keluarga yang dibinanya. b. Diagnosis keperawatan Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian, selanjutnya dianalisis, sehingga dapat dirumuskan diagnosis keperawatannya. Rumusan diagnosis keperawatan keluarga ada tiga jenis, yaitu diagnosis aktual, risiko dan potensial. Etiologi dalam diagnosis keperawatan keluarga didasarkan pada pelaksanaan lima tugas kesehatan (Friedman dkk, 2003). c. Perencanaan Perencanaan keperawatan keluarga terdiri atas, penetapan tujuan yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, dilengkapi dengan kriteria dan standar serta rencana tindakan. Penetapan tujuan dan rencana tindakan dilakukan bersama dengan keluarga, karena diyakini bahwa keluarga bertanggung jawab dalam mengatur kehidupannya, dan perawat mambantu menyediakan informasi yang relevan untuk memudahkan keluarga mengambi keputusan (Carey, dikutip dalam Friedman dkk, 2003). d. Implementasi Implementasi keperawatan dinyatakan untuk, mengatasi malasah kesehatan dalam keluarga dan ditujukan pada, lima tugas kesehatan keluarga dalam rangka menstimulasi kesadara atau penerimaan keluarga mengenai malasalah kesehatannya. Disamping itu menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, memberi kemampuan dan kepercayaan diri pada keluarga, dalam merawat anggota keluarga yang sakit, serta membantu keluarga menemukan bagaimana cara membuat lingkungan menjadi sehat, dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yag tersedia (Bailon & Magalaya, dikutip dalam Freman 1981; Friedman dkk, 2003). e. Evaluasi Evaluasi pada asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk menilai tingkat kognitif, afektif dan psikomotor keluarga (Friedman dkk, 2003). Evaluasi perlu pada setiap tindakan, untuk mengetahui apakah suatu tindakan keperawatan tidak diperlukan lagi, menambah ketepat-gunaan dari tindakan yang dilakukan dan perlunya tndakan keperawtan lain untuk menyelesaikan masalah. Proses evaluasi yang digunakan peneliti untuk menilai tingkat kemandirian keluarga, berdasarkan kriteria keluarga mandiri dari Depkes RI (2006). Kriteria ini akan dibahas lebih mandalam pada konsep kemandirian keluarga merawat anggota keluarga yang menderita pascastroke.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
68
Pengkajian terhadap keluarga Mengidentifikasi data sos-bud, data lingkungan, struktur dan fungsi, stres keluarga dan koping strategis
Pengkajian anggota keluarga secara individual Mental, fisik, emosional, sosial dan spiritual.
Identifikasi masalah-masalah keluarga dan individu Diagnosis keperawatan
Rencana keperawatan Sususan tujuan, identifikasi sumber daya, definisikan pendekatn alternatif, pilih intervensi keperawatan, susun prioritas
Intervensi; implementasi renacana
Evaluasi keperawatan
Gambar 4.6
Model family-centered nursing (Friedman dkk, 2003)
Model integrasi self care model dan family-centered nursing model Fokus pengkajian pada family centered nursing untuk mendapat informasi, sejauh mana peran keluarga (care giver) dalam merawat anggota keluarga pascastroke. Pengkajian yang dilakukan adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam melakukan terapi latihan/latihan mobilisasi pada anggota keluarga yang pascastroke. Sedangkan fokus self care ditujukan untuk mendapatkan informasi sejauh mana peran keluarga (care giver) mengetahui tanda dan gejala stroke, risiko stroke, dampak stroke, cara pencegahan agar tidak terjadi serangan stroke ulangan dan kemampuan merawat anggota keluarga pascastroke dalam melakukan aktivitas sehari-hari (ADL).
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
69
Setelah dilakukan pengkajian terhadap anggota keluarga sebagai care giver, maka perawat akan menetukan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi kesehatan keluarga, dari hal tersebut perawat sebagai nursing agency akan melakukan perencanaan dan berespons pada keluarga berupa: (1) mempertahankan hubungan interpersonal (2) berespons pada pertanyaan kelarga dan (3) koordiasi dan integrasi keperawatan dengan kegiatan sehari-hari. Tahap selanjutnya perawat melakukan implementasi dengan cara edukasi suportif. Pada tahap ini peran perawat adalah sebagai pendidik/trainer, dalam meningkatkan kemampuan keluarga sebagai self care agency/care giver. Dengan demikian baik pasien, keluarga (care giver) maupun perawat komunitas akan bersama-sama menyelesaikan masalah kesehatan melalui pendekatan proses keperawatan. Pada fase ini keluarga (care giver) belajar melakukan tindakan merawat anggota keluarga yang pascastroke yang diaplikasikan kedalamkegitan sehari-hari. Fase selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kemampuan keluarga, berdasarkan 5 (lima) tugas kesehatan keluarga yaitu: (1) mengenal masalah keehatan setiap anggota keluarganya (2) mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarganya (3) merawat anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan,(4) mempertahankan suasana rumah yang sehat atau memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga (5) memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnay (Bailon dan Maglaya dalam Freeman,1981). Namun pada tahap evaluasi ini digunakan dengan mengintegrasikan indikator keluarga mandiri yang dikeluarkan d oleh Depkes tahun 2006, hal ini disebabkan oleh karena indikator tersebut tahap-tahapnya hampir sama dengan 5(lima) tugas kesehatan keluarga namun ditambah dengan menerima petugas kesehatan, karena keluarga akan meningkat kemandiriannya dalam mengenal masalah kesehatan anggota keluarga lainnya jika terlebih dahulu menerima petugas kesehatan. Integrasi dari kedua model ini merupakan suatu program yang memberdayakan anggota keluarga melalui pendidikan kesehatan dan pelatihan yang diberikan oleh perawat komuntas kepada anggota keluarga yag bertanggung jawab dalam merawat anggota keluarganya yang pascastroke. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa keyakinan untuk melakukan perawatan rutin timbul karena merasakan manfaat dari tindakan tersebut, sehingga keluarga (care giver) dengan anggota keluarga yang pascastroke dapat melaksanakan perawatan diri secara teratur. Fokus utama model integrasi self care dan family centered nursing adalah care giver dapat merawat anggota keluarganya yang pascastroke, melakukan latihan untuk mobilisasi dan memotivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Model ini merupakan cara terbaik dalam upaya memandirikan keluarga merawat anggota keluarga pascastroke di rumah. Integrasi model self care dan family-centered nursing dalam meningkatkan kemandirian keluarga merawat keluarga yang pascastroke dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
70
Pengkajian
Self care model Self care agency: • Pengetahuan tentang dampak stroke • Kemampuan memotivasi melakukan ADL Conditioning factor • Umur • Jenis kelamin • Kepercayaan • Dukungan keluarga
Family-centered nursing model Kemampuan melakukan latihan modelisasi
Ketidakmampuan keluarga melaksanakan fungsi kesehatan keluarga Perencanaan
Nursing agency 1. Mempertahankan hubugan interpersonal 2. Berespons pada pertanyaa keluarga 3. Koordinasi dan integrasi keperawatan dengan kegiatan sehari-hari
Nursing system Implementasi
Dalam bentuk edukasi suportif Trainer Keluarga Pasien
Evaluasi 1. Kemampuan keluarga untuk merawat dan memotivasi untuk ADL 2. Kemampuan keluarga untuk melakukan mobilisasi
Keluarga mandiri dalam merawat anggota keluarga yang pascastroke
Gambar 4.7
Integrasi model self care dan family-centered nursing (diadaptasi dari Orem 2001; Tomey dan Alligood 2002, 2006; Friedman dkk, 2003).
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
71
DAFTAR PUSTAKA Alligood, M.R. dan Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th Ed. Missouri: Mosby Allender, J. A., & Spradley, B. W. 2005. Community Health Nursing: Concept and Practice. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Freeman, R., & Heirinch, J. 1981. Community Nursing Practice. Philadelphia: W.B. Saunders. Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. 2003. Family Nursing: Research, Theory and Practice (5th ed.). New Jersey: Prentice Hall. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Medik. Hitchcock, J. E., Schubert, P. E., & Thomas, S. A. 1999. Community Health Nursing: Caring in Action. Albany: Delmar. Stanhope, M. & Lancaster, J. 2000. Community and Public Health Nursing, 5th Ed. St. Louis: Mosby.
TEORI CULTURE CARE DARI LEiNINGER (TRANSCULTURAL CARE = sunrise) Teori ini berorientasi pada sistem, yaitu pembentukkan sistem pelayanan kesehatan dengan berbasis budaya individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Target utama adalah pelembagaan yang permanen untuk penanganan klien dengan masalah alkohol. Teori ini mengatakan pelayanan keperawatan kepada klien, perlu memperhatikan nilai-nilai budaya dan konteks sehat sakit. Menurut Leininger, setiap orang dari masing-masing budaya mengetahui dan dapat mendefinisikan cara-cara sesuai pengalaman dan persepsi mereka terhadap dunia keperawatan dan dapat menghubungkan pengalaman dan persepsi mereka terhadap keyakinan sehat secara umum dan praktiknya. Maka, teori ini dikembangkan dari konteks budaya. Kultur yang dimaksud adalah pembelajaran, pertukaran dan transmisi nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma dan praktik hidup dari suatu kelompok khusus yang menjadi petunjuk berpikir, mengambil keputusan, dan tindakan-tindakan dalam pola-pola tertentu. Menurut Madeleine M Leininger dan Marilyn R. Mc.Farland, (2006), dalam tulisan memberi nama model dari teori Culture Care “Sunrise model”. Model ini mempunyai 4 level pandangan, level pertama, lebih abstrak, bagaimana pandangan dunia dan level sistem sosial, mengenai dunia diluar budaya, suatu suprasistem, dalam sistem umum. Level dua, menyediakan pengetahuan tentang individu, keluarga, kelompok dan institusi pada sistem pelayanan kesehatan. Pada level ini unsur budaya mulai tampak jelas, khususnya budaya tertentu, ekspresi dan hubungannya dengan pelayanan kesehatan yang sudah ada. Level tiga, fokus pada sistem adat istiadat, tradisi, yang ada dimasyarakat, sistem
72
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
pelayanan professional, medis dan keperawatan. Informasi pada level ini menunjukkan karakteristik tiap sistem termasuk kekhususan masing-masing, kesamaan dan perbedaan pelayanan berdasarkan budaya profesi yang bervariasi dan pelayanan universal. Level empat, ada pengambilan keputusan keperawatan dan tindakan-tindakan, melibatkan kultur penyediaan atau mempertahankan pelayanan, kultur pelayanan akomodasi/ negosiasi & kultur pelayanan dipola kembali atau restrukturisasi. Empat konsep utama dari teori Leininger adalah kemanusiaan, kesehatan, masyarakat/ lingkungan dan keperawatan. Manusia dipercaya memberikan pelayanan kepada sesama manusia dan mampu memperhatikan kebutuhan, kesejahteraan dan ketahanan kepada orang lain. Pelayanan kemanusiaan bersifat universal, terhadap semua kultur, bertahan dalam kultur yang bervariasi, mampu memberikan pelayanan bersifat universal dalam berbagai cara, terhadap kultur yang berbeda, kebutuhan dan kondisi. Fokusnya pada individu, kelompok kepada institusi kesehatan untuk mengembangkan kebijakan dan praktik keperawatan universal. Sehat atau status sejahtera menurut kultur tertentu, nilai dan praktik yang mereflekssikan kemampuan individu-individu atau kelompok untuk menampilkan peran sehari-hari dalam cara yang memuaskan kultur. Sehat dalam pengertian lintas budaya, didefinisikan oleh kultur masing-masing sesuai cara, reflekssi, nilai dan praktik khusus. Sehat dikatakan bersifat universal dan beragam. Masyarakat/lingkungan, menyangkut pandangan dunia, struktur sosial dan konteks lingkungan. Lingkungan sebagai total kejadian, situasi atau pengalaman, dengan berfokus pada kelompok khusus dan pola tindakan, berpikir, dan keputusan sebagai hasil dari pembelajaran, sharing dan pemindahan nilai, keyakinan, norma dan praktik hidup sehari-hari. Keperawatan, adalah suatu fenomena yang perlu dijelaskan. Leininger mengasumpsikan keperawatan sebagai profesi yang turut menentukan keharmonisan kultur dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berbeda budaya. Ada tiga tipe tindakan keperawatan yang diangkat Leininger yaitu berdasarkan budaya dengan demikian akan harmonis dengan kebutuhan dan nilai-nilai klien. Mempertahankan budaya lokal, memperhatikan cara-cara atau negosiasi budaya lokal, dan melakukan restruktur atau membuat pola baru sesuai budaya lokal. Melalui tiga tindakan ini akan menurunkan stres kultur dan potensial konflik antar klien dan petugas kesehatan (Goerge, Yulia B, 1990). Transkultural nursing dalam model sunrise, dikenalkan oleh Leininger tahun 1978 (Alligood & Tomey, 2006). Leininger seorang perawat pendidik dan senang mempelajari keperawatan dengan antropologi. Teorinya sangat cocok dipakai di keperawatan komunitas. Perawat penting menyadari pengetahuan lintas budaya dan kebutuhannya. Budaya bukan hanya pedoman hidup bagi seseorang tetapi untuk menghubungkan seseorang dengan orang lain, sehinggsa dapat mengetahui kebutuhan atau keinginan orang tersebut. Latar belakang budaya seseorang perlu dipelajari untuk mengetahui keyakinan nilai dan perilaku dalam bertransaksi satu sama lain. Dalam keperawatan seseorang dengan gangguan jiwa dan masalah emosional sering menjadi kompleks permasalahannya karena perbedaan budaya. Jika budaya perawat dan pasien berbeda, dapat memperberat sakit/masalah kesehatan jiwa seseorang. Sering ditemukan perilaku tertentu pada suatu budaya dianggap harus dihukum atau sakit, sementara dalam budaya lain orang bisa bertoleransi terhadap perilaku tersebut. Maka
73
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
untuk menangani masalah kesehatan jiwa, perawat penting mengenal budaya pasien dan keluarga (Mery Ann, 1998). Asumsi dasar dari teori Leininger, pertama, perawatan kepada manusia merupakan fenomena universal, tetapi ekspresi, proses dan polanya bervariasi pada setiap kultur. Kedua, tindakan keperawatan dan proses penting untuk kelahiran manusia, perkembangan,
CULTURE CARE Worldview Cultural & Social Structure Dimensions
Kinship & Social Factors
Cultural Values, Political & Beliefs & Legal Factors Lifeways
Environtment Context, Language & Ethnohistory Religious & Philosophical Factors
Economic Factors
Influences Care Expressions Pattern & Practices
Technological Factors
Educational Factors
Holistic Heath/Illnes/Death Focus: Individuals, Families, Groups, Communities or Institutions in Diverse Heath Context of
Generie (Folk) Care
Nursing Care Practices
Profesional CareCure Practices
Transcultural Care Dicisons & Actions
Code Acute viral discase caused by the human
Culture Care Presenvation/ Maintance Culture Care Accomodation/Negotiation Culture Care Repattening/Restructurineg © M. Leininger 2001
Culturally Congruent Care for Health, Well-being or Dying URE 1. Leininger’s Sunrise Model to Depict Dimentions of the theory of cylture Diversity and Universalty
Keterangan: Gambar 4.8
saling memengaruhi
Model sunrise (Leininger dalam Alligood & Tomey (2006)
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
74
pertumbuhan dan survival, dan untuk kematian yang damai. Ketiga, Caring adalah esensi dan dimensi unik dari intelektual dan praktis profesi keperawatan. Keempat, caring meliputi dimensi biofisikal, cultural, psikologi, sosial dan lingkungan. Maka perlu memberikan perawatan holistik kepada masyarakat. Kelima, tindakan keperawatan bersifat lintas budaya oleh karena itu perawat perlu mampu mengidentifikasi dan membina hubungan perawat-klien interkultur dan data sistem. Keenam, perilaku dalam perawatan, tujuan dan fungsi yang bervariasi dengan struktur budaya dan nilai khusus dari orang dengan beda kultur. Ketujuh, praktik mandiri atau praktik lain bervariasi pada budaya yang berbeda dan sistem pelayanan yang berbeda. Kedelapan, mengidentifikasi universal dan non universal tradisi dan perilaku professional, keyakinan dan praktik penting untuk pengembangan pengetahuan keperawatan. Kesembilan, perawatan syarat berbagai kultur, dan butuh pengetahuan dasar tentang budaya dan ketrampilan yang ampuh. Kesepuluh, tidak bisa ada pengobatan tanpa keperawatan, tetapi juga tidak ada keperawatan tanpa pengobatan (Marriner Ann, 1998). Penerapan kerangka konsep berbasis Transcultural nursing (Sabina, 2013).
Dimensi Transkultural Care 1. Faktor Demografi
Pelayanan Pencegahan pada individu, keluarga, kelompok, sekolah, komunitas
a. Usia, b.Jenis kelamin, c.Suku
1. Tingkat Primer
2. Faktor Pendidikan:
2. Tingkat Sekunder
a. Pengetahuan ttg ‘moke’
3.Tingket Tersier
b. Tingkat pendidikan c. Peran Guru/pendidik d. Peran keluarga 3. Faktor teknologi : a. Teknik minum ‘moke’ b. Kadar alkohol‘moke’ 4. Faktor Sosial :
Konsekuensi masalah kesehatan masyarakat
a. Kesempatan minum moke b. Tempat-tempat minum ‘moke’ c. Peran Toma 5. Faktor Politik & Hukum: a. Aturan terkait ‘moke’ b. Kasus² ‘moke’ di masy. 6. Faktor ekonomi: a. ’Moke’ terkait pendapatan b. Kemampuan beli’moke’ c. Pekerjaan, d. Penghasilan 7. Faktor nilai budaya: a. Keyakinan minum moke’ b. Gaya hidup t’kait ‘moke’ c. Norma² dl. masyarakat
Perilaku Peminum ‘moke’ 1. Zona 1: risiko rendah atau tidak ada 2. Zona 2: Pengguna Alkohol,risiko kecil 3. Zona 3: Ada gejala ketergantungan 4. Zona 4: Ada gejala
1. Kejadian Lakalantas 2. Kejadian KDRT 3. Kejadian kriminal 4. Kejadian sakit mental 5. Kejadian sakit fisik 6. Kejadian masalah psikososial 7. Kejadian remaja putus sekolah
merugikan tubuh
8. Faktor Religius: a. Peran Toga b. Pendidikan agama dl.kel c. Agama
Gambar 4.9
Kerangka konsep (Sabina, 2013)
Penjelasan kerangka konsep teoritis. Teori utama dalam penelitian ini dikembangkan dari sunrise model dari Leninger, (2004). Model ini mengambarkan dimensi-dimensi dari teori Culture Care, dengan karakteristik keaneka ragaman dan kesemestaan/keseluruhan.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
75
Dimensi struktur sosial budaya dalam suatu masyarakat, saling memengaruhi sehingga terbentuk pola dan praktik hidup di masyarakat. Pelayanan kesehatan yang ada melayani kebutuhan masyarakat akan dikembangkan sesuai masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, selain mengukur model sunrise dari Leninger yang ada dalam masyarakat, akan diukur pula pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat tersebut. Pelayanan kesehatan yang diukur sehubungan dengan teori ini adalah public health model dari Caplan. Model ini menyebutkan tentang tiga tingkat pencegahan dalam pelayanan kesehatan di masyarakat, khusus untuk masalah kesehatan jiwa. Caplan berasumpsi bahwa masalah kesehatan jiwa di masyarakat dapat dicegah terjadinya. Pencegahan yang disebutkan dalam model ini meliputi pencegahan primer, sekunder dan tersier. Ketiga tingkat pencegahan ini mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Pencegahan primer bertujuan mengintervensi potensial masalah kesehatan melalui promosi kesehatan dan perlindungan khusus. Pencegahan sekunder bertujuan mengintervensi masalah kesehatan aktual melalui diagnosis dini dan terapi tepat waktu. Pencegahan tersier bertujuan mengintervensi keterbatasan dan ketidakmampuan akibat penyakit kronis dan rehabilitasi, melalui rehabilitasi keterbatasan dan mencegah komplikasi. Terhadap peminum alkohol ‘moke’ akan diukur pencegahan primer. Pelayanan pencegahan ini intervensinya ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, sekolah dan komunitas. Khusus untuk pelayanan pencegahan tingkat primer, intervensinya dapat dilakukan oleh profesi keperawatan, yang jumlah tenaganya paling banyak pada unit pelayanan kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Alligood, M.R. dan Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri: Mosby. Marriner Ann. 1998. Nursing Theorist and Their Work. Fourth Ed. St Louis Missouri: Mosby. Sabina. 2013. Pengembangan model Perilaku Minum Moke pada Masyarakat Sikka, NTT. Disertasi. Prodi Doktor. FKM. Unair. Tidak dipublikasikan.
HEALTH PROMOTION MODEL (HPM) Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Health Promotion Model atau model promosi kesehatan pertama kali dikembangkan oleh Nola J. Pender pada tahun 1987. HPM lahir dari penelitian tentang 7 faktor persepsi kognitif dan 5 faktor modifikasi tingkah laku yang memengaruhi dan meramalkan tentang perilaku kesehatan. Model ini menggabungkan dua teori yaitu dari teori Nilai Pengharapan (Expectancy-Value) dan Teori Pembelajaran sosial (Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai fungsi yang holistik. Adapun secara singkat elemen dari teori ini adalah sebagai berikut.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
76
Pengembangan Teori Dasar Model Promosi Kesehatan (Pender, 2006) Revisi Model Promosi Kesehatan (HPM) tahun 2006, terdapat beberapa variabel HPM, yaitu : 1) Sikap yang berhubungan dengan aktivitas, 2) Komitmen pada rencana tindakan dan 3) Adanya kebutuhan yang mendesak.
Kerangka Konsep Teori INDIVIDUAL CHARACTERISTICS AND EXPERIENCES
BEHAVIOR SPECIFIC COGNITIONS AND EFFECT
BEHAVIORAL OUTCOME
PERCEIVED BENEFITS OF ACTION
PERCEIVED BARRIERS TO ACTION PIOR RELATED BEHAVIOR
PERCEIVED SELFEFFECACY
IMMEDIATE COMPETING DEMAND (low control) AND PREFERENCES (high control)
ACTIVITY-RELATED AFFECT
PERSONAL FACTORS Biological Psychological Socio-cultural
INTERPERSONAL INFLUENCE (Family, Peers, Provider); Norms, Support, Models
COMMITMENT TO A PLAN OF ACTION
HEALTH PROMOTING BEHAVIOR
SITUATION INFLUENCE Options, Demand Character Aesthethics
Gambar 4.10
Model promosi kesehatan yang telah direvisi (Pender, N. 2006. Health promotion in nursing practice. 5th ed. New Jersey: Prentice Hall).
Penjelasan tentang variable dari HPM dapat diuraikan di bawah ini (Alligood & Tomey, 2006). 1. Karakteristik individu dan pengalaman individu Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik dan pengalaman yang dapat memengaruhi tindakannya. Karakteristik individu atau aspek pengalaman dahulu lebih fleksibel sebagai variabel karena lebih relevan pada perilaku kesehatan utama atau sasaran populasi utama a. Perilaku sebelumnya Perilaku terdahulu mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada perilaku promosi kesehatan yang dipilih, membentuk suatu efek langsung menjadi kebiasaan perilaku dahulu, sehingga predisposisi dari perilaku yang dipilih dengan
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
77
sedikit memperhatikan pilihannya itu. Kebiasaan muncul pada setiap perilaku dan menjadi suatu pengulangan perilaku. Sesuai dengan teori sosial kognitif, perilaku dahulu mempunyai pengaruh tidak langsung pada perilaku promosi kesehatan melalui persepsi terhadap self efficacy, keuntungan, rintangan dan pengaruh aktivitas. Perilaku nyata berkaitan dengan feed back adalah sumber pemanfaatan yang terbesar atau skill. Keuntungan dari pengalaman dar perilaku yang diambil disebut sebagai hasil yang diharapkan. Jika hasilnya memuaskan maka akan menjadi pengulangan perilaku dan jika gagal menjadi pelajaran untuk masa depan. Setiap insiden perilaku juga disertai oleh emosi atau pengaruh sikap positif atau negatif sebelum, selama dan sesudah perilaku dilakukan menjadi pedoman untuk selanjutnya. Perilaku sebelum ini menjadi kognitif dan menjadi spesifik. Perawat membantu klien dengan melihat riwayat perilaku positif dengan berfokus pada pemanfaatan perilaku, mengajar klien bagaimana bertindak dan menimbulkan potensi dan sikap yang positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back positif. b. Faktor personal 1) Biologi- usia, indeks massa tubuh, status pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, kekuatan, ketangkasan atau keseimbangan 2) Psikologi- self esteem, motivasi diri dan status kesehatan 3) Sosiokultural- suku, etnis, akulturasi, pendidikan dan status sosio ekonomi 2. Kognitif behaviour spesifik dan sikap a. Manfaat tindakan Manfaat tindakan secara langsung memotivasi perilaku dan tidak langsung mendetermin rencana kegitanan untuk mencapai manfaat sebagai hasil. Manfaat tadi menjadi gambaran mental positif atau reinforcement positif bagi perilaku. Menurut teori nilai ekspentansi motivasi penting untuk mewujudkan hasil seseorang dari pengalaman dahulu melaui pelajaran observasi dari orang lain dalam perilaku. Individu cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya dalam beraktivitas untuk mendapat hasil yang potsitif. Keuntungan dari penampilan perilaku bisa intrinsik atau ekstrinsik. Intrinsik-bertambah kesadaran, berkurang rasa kelelahan Ekstrinsik-reward keuangan atau interaksi potitif. Manfaat ekstrinsik perilaku kesehatan menjadi motivasi yang tinggi di mana manfaat intrinsik lebih memotivasi untuk berlangsungnya perilaku sehat. Manfaat penting yang paling diharapkan dan secara tempo berhubungan dengan potensi. Kepercayaan tentang manfaat atau hasil positif dari harapan. b. Hambatan tindakan Misalnya: ketidaksediaan, tidak cukup, mahal, sukar atau waktu yang terpakai dari suatu kegiatan utama. Rintangan sering dipandang sebagai blok rintangan dan biaya yang dipakai. Hilangnya kepuasan dari perilaku tidak sehat seperti merokok, makan tinggi lemak juga disebut rintangan. Biasanya muncul motifmotif yang dihindari/dibatasi dalam hubungan dengan perilaku yang diambil. Kesiapan melakukan rendah dan rintangan tinggi, tindakan tidak terjadi. Rintangan adalah sikap yang langsung menghalangi kegiatan melalui pengurangan komitmen rencana kegiatan.
78
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
c. Self efficacy Menurut Bandura: kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan melaksanakan tindakan utama menyangkut bukan hanya skill yang dimiliki seseorang tetapi keputusan yang diambil seseorang dari skill yang dia miliki. Keputusan efficacy seseorang diketahui dari hasil yang diharapkan yaitu kemampuan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu di mana hasil yang diharapkan adalah suatu keputusan dengan konsekuensi keuntungan biaya misalnya: perilaku yang dihasilkan. Skill dan kompetensi memotivasi individu untuk melakukan tindakan secara unggul. Perasaan manjur dan ahli dalam perbuatan seseorang akan mendorong seseorang untuk melaksanakan perilaku yang diinginkan lebih sering dari pada rasa tidak layak/tidak trampil. Pengetahuan seseorang tentang efficacy diri didasarkan pada 4 tipe info: 1) Feed back eksternal yang diberi orang lain. Pencapaian hasil dari perilaku dan evaluasi yang sesuai dengan standar diri (self efficacy). 2) Pengalaman orang lain dan evaluasi diri dan feed back dari mereka. 3) Ajakan orang lain. 4) Status psikologis: kecemasan, ketakutan, ketenangan dari orang yang menilai kompetensi mereka. Self efficacy dipengaruhi oleh aktivitas yang berhubungan dengan: Pengaruh positif, persepsi efficacy lebih besar. Kenyataannya hubungan ini berlawanan dengan persepsi efficacy terbesar, bertambahnya pengaruh positif. Efficacy diri memengaruhi rintangan bertindak, efficacy tinggi- persepsi barier yang rendah. Efficacy diri memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung oleh harapan efficacy dan tidak langsung pleh hambatan dan ditentukan level komitmen dan rencana kegiatan. d. Sikap yang Berhubungan dengan Aktivitas 1) Emosi yang timbul pada kegiatan itu 2) Tindakan diri 3) Lingkungan di mana kegiatan itu berlangsung Pengaruh terhadap perilaku menunjukkan suatu reaksi emosional langsung dapat positif atau negatif, lucu, menyenangkan, menjijikkan, tidak menyenangkan. Perilaku yang memberi pengaruh positif sering diulangi. Sedangkan perilaku yang berpengaruh negatif dibatasi atau dikurangi. Berdasarkan teori kognitif sosial ada hubungan antara efficacy diri dan pengaruh aktivitas. Mc avley dan Courney menemukan bahwa respons afek positif selama latihan signifikan menjadi prediksi dari efficacy pascalatihan. Respons emosional dan status fisiologis selama perilaku sebagai sumber dari informasi efficacy. Sikap pengaruh aktivitas diajukan sebagai memengaruhi perilaku kesehatan secara langsung atau tidak langsung melalui efficacy diri dan komitmen pada rencana kegiatan. e. Pengaruh interpersonal Pengaruh interpersonal adalah kognisi tentang perilaku, kepercayaan atau sikap orang lain. Sumber utama interpersonal adalah keluarga (familiy at sibling peer) kelompok dan pemberi pengaruh pelayanan kesehatan. Pengaruh interpersonal terdiri atas norma (harapan orang lain), dukungan sosial (instrumental dan dorongan emosional) dan model (belajar dari pengalaman orang lain.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
3.
4.
79
Norma sosial menjadi standar untuk performance individu. Model yang digambarkan menjadi strategi penting untuk perubahan perilaku dalam teori kognitif sosial misalnya adanya tekanan sosial atau desakan untuk komitmen pada rencana kegiatan. Individu sensitif pada harapan contoh dan pujian orang lain. Motivasi yang cukup menjadi cara yang konsisten yang memengaruhi seperti orang yang dipuji dan dikuatkan secara sosial. f. Pengaruh situasional Persepsi personal dan kognisi dari situasi dapat memfasilitasi atau menghalangi perilaku misalnya pilihan yang tersedia, karakteristik deman dan ciri-ciri lingkungan estetik seperti situasi/lingkungan yang cocok, aman, tentram dari pada yang tidak aman dan terancam. Situasi dapat memengaruhi perilaku dengan mengubah lingkungan misalnya “no smoking”. Pengaruh situasional dapat menjadi kunci untuk pengembangan strategi efektif yang baru untuk memfasilitasi dan mempertahankan perilaku promosi kesehatan dalam populasi. Komitmen rencana tindakan Proses kognitif yang mendasari a. Komitmen untuk melaksanakan tindakan spesifik sesuai waktu dan tempat dengan orang-orang tertentu atau sendiri dengan mengabaikan persaingan b. Identifikasi strategi tertentu untuk mendapatkan, malaksanakan atau penguatan terhadap perilaku. Rencana kegiatan dikembangkan oleh perawat dan klien dengan pelaksanaan yang sukses. Misalnya strategi dengan kontrak yang disetujui bersama-sama di mana satu kelompok komit dengan pengertian bahwa kelompok lain memberi nyata reward atau penguatan jika komitmen itu didukung. Komitmen sendiri tanpa strategi yang berhubungan sering menghasilkan tujuan baik tetapi gagal dalam membentuk suatu nilai perilaku kesehatan. Kebutuhan yang Mendesak Kebutuhan mendesak (pilihan menjadi perilaku alternatif yang mendesak masuk ke dalam kesadaran sehingga tindakan yang mungkin dilakukan segera sebelum kejadian terjadi (suatu rencana perilaku promosi kesehatan). Perilaku alternatif ini menjadikan individu dalam kontrol rendah karena lingkungan tak terduga seperti kerja atau tanggung jawab merawat keluarga. Kegagalan merespons permintaan berakibat tidak menguntungkan bagi diri atau orang lain. Pilihan permintaan sebagai perilaku alternative dengan penguatan di mana individu mempunyai level kontrol yang tinggi. Misalnya memilih makanan tinggi lemak dari pada rendah lemak karena pilihan rasa, bau/selera. Permintaan yang mendesak dibedakan dari hambatan di mana individu seharusnya melaksanakan suatu alternatif perilaku berdasarkan permintaan eksternal yang tidak disangka atau hasil yang tidak sesuai. Dibedakan karena kurang waktu, karena tuntutan itu mendorong berdasarkan hierarki sehingga keluar dari rencana tindakan kesehatan yang positif. Beberapa individu cenderung sesuai perkembangan secara biologis lebih mudah dipengaruhi selama tindakan dari pada orang lain. Hambatan pilihan copating menghendaki latihan dari regulasi diri dan kemampuan kontrol. Komitmen yang kuat terhadap rencana tindakan sangat dibutuhkan.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
80
5. Hasil perilaku Perilaku promosi kesehatan adalah tindakan akhir atau hasil tindakan. Perilaku ini akhirnya secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan positif untuk klien. Perilaku promosi kesehatan terutama sekali terintegrasi dalam gaya hidup sehat yang menyerap pada semua aspek kehidupan seharusnya mengakibatkan peningkatan kesehatan, peningkatan kemampuan fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik pada semua tingkat perkembangan.
Daftar Pustaka Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri: Mosby Marriner Ann. 1998. Nursing Theorist and Their Work. Fourth Ed. St Louis Missouri: Mosby-Year Book. Pender. N.J., Carolyn., Mary Aan. 2010. Health Promotion in Nursing Practice. Fourth Ed. Micingan: Prentice Hall.
PRECEDE PROCEED MODEL Perilaku Kesehatan Berdasarkan Teori Lawrence Green Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan (nonbehavior causes). Untuk mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan pengelolaan manajemen program melalui tahap pengkajian, perencanaan, intervensi sampai dengan penilaian dan evaluasi. Proses pelaksanaannya Lawrence Green menggambarkan dalam bagan berikut ini: Phase 5 Administrarive and policy diagnosis
HEALTH PROMOTION Health Education
Phase 4 Educational and organizational diagnosis
Phase 3 Behavioral and environmental diagnosis
Phase 2 Epidemological diagnosis
Predisposing factors
Reinforcing factors
Behavior and livestyle Health
Policy Regulation Organization
Enabling factors
Environment
Phase 6 Implementation
Phase 7 Process evaluation
Phase 8 Impact evaluation
Gambar 4.11
Phase 1 Social diagnosis
Quality of life
Phase 9 Outcome evaluation
Precede proceed model (Green LW. & Kreuter MW, 1991)
81
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan penindaklanjutan (Precede Proceed model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Proses pengkajian atau pada tahap precede dan proses penindaklanjutan pada tahap proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki perilaku kesehtan adalah penerapankeempat proses pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan. 1. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi. 2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. 3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yanglangsung/tidak memengaruhi derajat kesehatan. 4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanva aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktorperilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaga hidup merupakanpola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupunhanya untuk meniru dari tokoh idolanya Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor: Predisposing Factor:
Enabling factors:
Reinforcing factors:
1. Knowledge
1. Availibility of health resources
1. Family
2. Beliefs
2. Accessibility of health
2. Peers
3. Values 4. Attitudes 5. Confidence
resources
3. Teachers
3. Community/goverment laws,
4. Employers
proirity, and commitment to
5. Health provider
health
6. Community leaders
4. Health-related skill
7. Decision makers
Specific behavior by individuals or by organizations
Enviroment (conditions of living)
Health
Gambar 4.12 Faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan (Green lw dan Kreuter Mw, 1991)
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
82
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku yangterwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. 3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan faktor kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut merupakan ruang lingkup promosi kesehatan. Faktor lingkungan adalah segala faktor baik fisik, biologis maupun sosial budaya yang langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi derajat kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas,sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
KUALITAS HIDUP (QUALITY OF LIFE) Kualitas hidup (Quality of Life) merupakan konsep analisis kemampuan individu untuk mendapatkan hidup yang normal terkait dengan persepsi secara individu mengenai tujuan, harapan, standar dan perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut berada (Adam,2006). Kualitas hidup (Quality of Life) digunakan dalam bidang pelayanan kesehatan untuk menganalisis emosional seseorang, faktor sosial, dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan kegiatan dalam kehidupan secara normal dan dampak sakit dapat berpotensi untuk enurunkan kualitas hidup terkait kesehatan (Brooks & Anderson, 2007). Pembahasan kualitas hidup menjadi semakin semakin penting bagi dunia kesehatan, terkait kompleksitas hubungan biaya dan nilai dari pelayanan perawatan kesehatan yang didapatkan. Institusi pemberi pelayanan kesehatan diharapkan dapat membuat kebijakan ekonomi sebagai perantara yang menghubungkan antara kebutuhan dengan perawatan kesehatan (Brooks & Anderson, 2007). Kualitas hidup yang menggambarkan kelompok pasien atau daerah juga relevan di dalam penilaian kebutuhan kesehatan populasi. Indikator kesehatan secara konvensional tidak memasukkan analisis mengenai keadaan yang tidak sehat atau distorsi oleh permintaan klinis dan faktor persediaan. Evaluasi efektivitas dan penilaian kebutuhan kesehatan sering diperlukan memotong area program dan perawatan yang luas, terkait dengan alokasi sumber daya (Brooks & Anderson, 2007). Kualitas hidup memiliki maksud sebagai usaha untuk membawa penilaian memperoleh kesehatan. Pandang ketentuan klinis, kualitas hidup telah menjadi pokok bahasan sehubungan dengan penggunaan instrumen terkait keadaan kesehatan yang
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
83
mengukur kepuasan pasien dan manfaat fisiologis. Suatu konsep total kesehatan manusia menggabungkan keduanya yakni factor fisik dan mental. Kualitas instumen kehidupan sepeti usaha pengaturan untuk meningkatkan pada pengukuran klinis sederhana yang sulit untuk mencerminkan kualitas kehidupan, akibat yang merugikan dari perawatan kesehatan yang didapatkan, gaya hidup pasien tertentu yang mungkin perlu penyesuaian dan pembatasan terkait dengan kondisi kesehatan yang ada. Kualitas hidup terkait kesehatan yang terdahulu, memiliki konsep untuk mengetahui situasi individu secara aktual yang dihubungkan dengan harapan individu tersebut mengenai kesehatannya. Pemakaian konsep yang terdahulu, memiliki variasi hasil jawaban yang tinggi, dan bersifat reaktif terhadap pengaruh eksternal terhadap lama menderita penyakit dan dukungan sekitar (Beaudoin & Edgar, 2003). Kualitas hidup dengan konsep yang saat ini digunakan secara umum, merupakan analisis dari hasil kuesioner yang dilakukan pada pasien, yang bersifat multidimensi dan mencakup keadaan secara fisik, sosial, emosional, kognitif, hubungan dengan peran atau pekerjaan yang dijalani, dan aspek spiritual yang dikaitkan dengan variasi gejala penyakit, terapi yang didapatkan beserta dengan dampak serta kondisi medis, dan dampak secaa financial (John et al, 2004).
Quality of Life (QoL) Penilaian kualitas hidup WHOQOL-100 dikembangkan oleh WHOQOL Group bersama lima belas pusat kajian (field centres) internasional, secara bersamaan, dalam upaya mengembangkan penilaian kualitas hidup yang akan berlaku secara lintas budaya. Prakarsa WHO untuk mengembangkan penilaian kualitas hidup muncul karena beberapa alasan: a. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perluasan focus pada pengukuran kesehatan, di luar indikator kesehatan tradisional seperti mortalitas dan morbiditas serta utuk memasukkan ukuran dampak penyakit dan gangguan pada aktivitas dan perilaku sehari-hari. Hal ini memberikan ukuran dampak penyakit , tidak menilai kualitas hidup semata, yang telah tepat digambarkan sebagai “pengukuran yang hilang dalam kesehatan”. b. Sebagian besar upaya dari status kesehatan ini telah dikembangkan di Amerika Utara dan Inggris, dan penjabaran langkah-langkah tersebut yang digunakan dalam situasilain banyak menyita waktu, dan tidak sesuai karena sejumlah alasan. c. Model kedokteran yang semakin mekanistik yang hanya peduli dengan pemberantasan penyakit dan gejalanya, memperkuat perlunya pengenalan unsure humanistic ke perawatan kesehatan. Dengan memperbaiki assessment kualitas hidup dalam perawatan kesehatan, perhatian difokuskan pada aspek kesehatan, dan intervensi yang dihasilkan akan meningkatkan perhatian pada aspek kesejahteraan pasien. Prakarsa WHO untuk mengembangkan assesmen kualitas hidup timbul dari kebutuhan akan ukuran internasional terhadap kualitas hidup dan komitmen yang sebenarbenarnya untuk promosi terus-menerus dari pendekatan holistic terhadap kesehatan dan perawatan kesehatan.
84
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
a. Pengertian Quality of Life yang selanjutnya disebut QoL didefinisikan sebagai berikut. “ Quality of life is defined as individuals’ perceptions of their position in life in the context of the culture and value systems in which they live and relation to their goals, expectations, standards and concerns” Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka hidup dan dalam kaitannya denga tujuan, harapan standar dan perhatian mereka. Definisi ini mencerminkan pandangan bahwa kualitas hidup mengacu pada evaluasi subjektif yang tertanam dalam konteks bu daya, sosial, dan lingkungan. Karena definisi kualitas hidup terfokus pada kualitas hidup yang “diterima” responsden, definisi ini tidak diharapkan untuk menyediakan cara untuk mengukur gejala, penyakit atau kondisi dengan pola terperinci, melainkan efek dari penyakit dan intervensi kesehatan terhadap kualitas hidup. Dengan demikian, kualitas hidup tidak dapat disamakan hanya dengan istilah status kesehatan, gaya hidup, kepuasan hidup, kondisi mental atau kesejahteraan. Pengakuan sifat multidimensi kualitas hidup tercermin dalam struktur WHOQOL-100. a. Usulan penggunaan WHOQOL-100 dan WHOQOL-BREF Perlu diantisipasi bahwa penilaian WHOQOL akan digunakan dalam cara yang berskala luas. Cara-cara tersebut akan digunakan dengan dengan skala cukup besar dalam uji klinis, dalam menetapkan nilai di berbagai bidang, dan alam mempertimbangkan perubahan kualitas hidup selama intervensi. Penilaian WHOQOL juga diharapkan akan menjadi nilai di mana prognosis penyakit cenderung hanya melibatkan pengurangan atau pemulihan parsial, dana di mana perawatan mungkin lebih pariatif daripada kuratif. Untuk penelitian epidemiologi, penilaian WHOQOL akan memungkinkan data rinci mengenai kualitas hidup dikumpulkan pada populasi tertentu, memfasilitasi pemahaman akan penyakit, dan mengembangkan metode pengobatan. Penelitian epidemiologi internasional yang akan diaktifkan oleh instrument seperti WHOQOL100 dan WHOQOL-BREF memungkinkan untuk melakukan penelitian multi-field centers tentang kualitas hidup, dan membandingkan hasil yang diperoleh dari field centers yang berbeda. Penelitian tersebut memiliki manfaat penting, yang memungkinkan pengajuan pertanyaan yang tidak bias digunakan dalam penelitian situs tunggal (single site) (Sartorius dan Helmchen, 1981). Sebagai contoh, studi banding dalam dua atau lebih Negara pada hubungan antara penyediaan layanan kesehatan dan kualitas hidup memerlukan penilaian yang menghasilkan skor lintas-budaya yang sebanding. Kadang-kadang akumulasi kasus pada studi kualitas hidup, terutama ketika mempelajari gangguan yang langka terjadi, dibantu dengan mengumpulkan data dalam beberapa setting. Studi kolaboratif multi-field centers juga dapat menyediakan ulangan berganda secara simultan dari temuan yang didapat, yang memperkuat keyakinan diterimanya temuan tersebut. Dalam praktik klinis, penilaian WHOQOL akan membantu dokter dalam membuat penilaian mengenai daerah-daerah di mana pasien adalah yang paling
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
85
terpengaruh oleh penyakit, dan dalam membuat keputusan pengobatan Di beberapa Negara berkembang di mana sumber daya untuk perawatan kesehatan mungkin terbatas, pengobatan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup, misalnya melalui paliasi, yang dapat menjadi efektif dan murah. Bersama dengan langkah-langkah lain, WHOQOL-BREF akan memungkinkan para professional kesehatan untuk menilai perubahan kualitas hidup selama pengobatan. Perlu juga diantisipasi bahwa di masa depan WHOQOL-100 dan WHOQOLBREF akan terbukti berguna dalam penelitian kebijakan kesehatan, dan akan membuat sebuah aspek penting dari audit rutin kesehatan dan pelayanan sosial. Krena instrument dikembangkan secara lintas-budaya, penyedia layanan kesehatan, pemerintah dan anggota legislatif di negara-negara di mana tidak ada kualitas hidup yang dilakukan, bisa memastikan bahwa data yang dihasilkan oleh kerja yang melibatkan asesmen WHOQOL akan benar-benar sensittif bagi setting mereka. b. Pengukuran QoL The WHOQOL-BREF menghasilkan kualitas profil hidup adalah mungkin untuk menurunkan empat skor domain. Keempat skor domain menunjukkan sebuah persepsi individu tentang kualitas kehidupan di setiap domain tertentu. Domain skor berskalakan kea rah yang positif (yaitu skor yang lebih tinggi menunjukkkan kualitas hidup lebih tinggi). Biasanya seperti cakupan index antara 0 (mati) dan 1 (kesehatan sempurna). Semua skala dan factor tunggal diukur dalam rentang skor 0-100. Nilai skala yang tinggi mewakili tingkat respons yang lebih tinggi. Jadi nilai tinggi untuk mewakili skala fungsional tinggi atau tingkat kesehatan yang lebih baik; nilai yang tinggi untuk status kesehatan umum atau QoL menunjukkan QoL yang tinggi; tetapi nilai tinggi untuk skala gejala menunjukkan tingginya symtomatology atau masalah. Dengan menggunakan teknik Tem Trade Off (TTO) di mana 0 menunjukkan kematian dan 100 menunjukkan lebih buruk dari mati. Rating scale (RS) mengukur QoL dengan cara yang sangat mudah, RS menanyakan QoL, secara langsung sebagai sebuah titik dari 0 yang berhubungan dengan kematian. Dan kurang dari 100, yang berhubungan ndengan kesehatan yang sempurna. Gambar 2.4 di bawah ini mengindikasikan sebuah contoh dari RS yang menggunakan thermometer. Metode ini mudah dimengerti dan sudah digunakan secara luas. c. Domain QoL menurut WHOQOL-BREF Menurut WHO (1996), ada empat domain yang dijadikan parameter untuk mengetahui kualitas hidup. Setiap domain dijabarkan dalam beberapa aspek, yaitu: 1. Domain kesehatan fisik, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai berikut : a) Kegiatan kehidupan sehari-hari b) Ketergantungan pada bahan obat dan bantuan medis c) Energi dan kelelahan d) Mobilitas e) Rasa sakit dan ketidaknyamanan f) Tidur dan istirahat g) Kapasitas kerja
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
86
2. Domain psikologis, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai berikut : a) Bentuk dan tampilan tubuh b) Perasaan negatif c) Perasaan positif d) Penghargaan diri e) Spiritualitas agama atau keyakinan pribadi f) Berpikir, belajar, memori dan konsentrasi 3. Domain hubungan sosial, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai berikut: a) Hubungan pibadi b) Dukungan sosial c) Aktivitas seksual 4. Domain lingkungan, yang dijabarkan dalam beberapa aspek, sebagai berikut : a) Sumber daya keuangan b) Kebebasan, keamanan dan kenyamanan fisik c) Kesehatan dan kepedulian sosial : aksesbilitas dan kualitas d) Lingkungan rumah e) Peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru f) Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi dan keterampilan baru g) Lingkungan fisik (polusi atau kebisingan atau lalu lintas atau iklim) h) Transportasi Nilai kualitas hidup penderita TB dapat dinilai berdasarkan domain dan aspek dari WHOQOL, dengan memperhatikan sign and symthom dari penyakit TBC sehingga bias didapat gambaran kualitas hidup dari penderita TBC.
DAFTAR PUSTAKA Beaudoin, L. E., Edgar, L.(2003). Their Importance to Nurses’ Quality of Work Life. Nursing Economics, May-June, pp. 106 -113. Brooks, B. A., Anderson, B.,(2007). Assesing The Nursing Quality of Work Life. Nursing Administration Quarterly, pp. 152-157. Green LW. & Kreuter MW. 1991. Health Promotion Planning. An educational and Environmental Approach. 2nd. Ed. Mountain View: Mayfield Publishing Co.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
87
Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Theory of Planned Behavior (TPB) atau teori perilaku terencana merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA). Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu perceived behavioral control (PBC). Penambahan satu faktor ini dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu.
Sejarah Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) TRA dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) memberikan bukti ilmiah bahwa intensi untuk melakukan suatu tingkah laku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) dan norma subjektif (subjective norms). Penelitian di bidang sosial telah banyak membuktikan bahwa TRA ini adalah teori yang cukup memadai untuk memprediksi tingkah laku. Namun setelah beberapa tahun, Ajzen melakukan meta analisis terhadap TRA. Hasil yang didapatkan dari meta analisis tersebut adalah TRA hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada di bawah kontrol penuh individu, dan tidak sesuai untuk menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya di bawah kontrol individu, karena ada faktor yang dapat menghambat atau mempermudah/ memfasilitasi realisasi intensi ke dalam tingkah laku. Berdasarkan analisis ini, lalu Ajzen pada tahun 1988 menambahkan perceived behavioral control (PBC) sebagai satu faktor anteseden bagi intensi yang berkaitan dengan kontrol individu. Dengan penambahan satu faktor ini kemudian mengubah TRA menjadi Theory of Planned Behavior, yang selanjutnya disebut sebagai TPB. Penjelasan lain bahwa TRA dan TPB berfokus pada konstruksi teoritis yang berkaitan dengan faktor intensi individu sebagai penentu dari kemungkinan melakukan perilaku tertentu. Baik TRA maupun TPB menganggap predictor terbaik perilaku adalah niat terhadap perilaku, yang pada gilirannya ditentukan oleh sikap terhadap perilaku dan persepsi sosial normatif mengenai itu (perceived behavioral control). TPB merupakan perluasan dari TRA dengan menambah konstruksi perceived behavioral control. Theory of Planned Behavior (TPB) menyampaikan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya intensi/ niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: 1) behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku (beliefs strength) dan evaluasi atas hasil tersebut (outcome evaluation), 2) normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain (normative beliefs) dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (motivation to comply), dan 3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power). Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
88
Bagan Theory of Planned Behavior Behavior beliefs Attitude toward behavior Evaluation of behavioral outcome
Normative beliefs Subjective Norm
Behavioral intention
Behavioral
Motivation to comply
Control beliefs Perceived Behavioral control Perceived
Gambar 4.13 Bagan theory of planned behavior (National Cancer Institute, 2005)
Background factors Personal General , attitudes Personality Values, Emotions Intelligence Social Age, gender Race, Ethnicity Income , Religion Information Experience Knowledge Media exposure
Behavioral Beliefs
attitude toward the behavioral
Normative Beliefs
Subjective Norm
Control Beliefs
Perceived Behavioral Control
Intention
Behavior
Gambar 4.14 Peran background factor pada teori planned behavior (Ajzen, 2005)
Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma subjektif (subjective norm) dan control beliefs menimbulkan perceived behavioral control atau kontrol perilaku yang dipersepsikan (Ajzen, 2002).
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
89
Bagan di atas dapat menjelaskan empat hal yang berkaitan dengan perilaku manusia, yaitu: 1) Hubungan yang langsung antara tingkah laku dan intensi. Hal ini dapat berarti bahwa intensi merupakan faktor terdekat yang dapat memprediksi munculnya tingkah laku yang akan ditampilkan individu. 2) Intensi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap individu terhadap tingkah laku yang dimaksud (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm), dan persepsi terhadap kontrol yang dimiliki (perceived behavioral control). 3) Masing-masing faktor yang memengaruhi intensi di atas (sikap, norma subjektif dan PBC) dipengaruhi oleh anteseden lainnya, yaitu beliefs. Sikap dipengaruhi oleh behavioral beliefs, norma subjektif dipengaruhi oleh normative beliefs, dan PBC dipengaruhi oleh beliefs tentang kontrol yang dimiliki yang disebut control beliefs. Baik sikap, norma subjektif dan PBC merupakan fungsi perkalian dari masing-masing beliefs dengan faktor lainnya yang mendukung. 4) PBC merupakan ciri khas teori ini dibandingkan dengan TRA. Pada bagan di atas dapat dilihat bahwa ada 2 cara yang menghubungkan tingkah laku dengan PBC. Cara pertama diwakili oleh garis penuh yang menghubungkan PBC dengan tingkah laku secara tidak langsung melalui perantara intensi. Cara kedua adalah hubungan secara langsung antara PBC dengan tingkah laku yang digambarkan dengan garis putus-putus, tanpa melalui intensi (Ajzen, 2005).
Variabel Lain yang Memengaruhi Intensi Menurut Ajzen, 2005 dalam Ramadhani, 2009 bahwa variabel lain yang memengaruhi intensi selain beberapa faktor utama tersebut (sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan PBC), yaitu variabel yang memengaruhi atau berhubungan dengan belief. Beberapa variabel tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Faktor personal Faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. 2. Faktor sosial Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. 1) Usia Secara fisiologi pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan pertambahan usia. Pertambahan usia diharapkan terjadi pertambahan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan seseorang pada titik tertentu akan mengalami kemunduran akibat faktor degeneratif. Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahu, dewasa lanjut > 60 tahun. Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Usia yang lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti dibanding usia yang lebih muda. Hal ini terjadi kemungkinan karena yang lebih muda kurang berpengalaman.
90
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Menurut umur/usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas seseorang. Kedewasaan adalah tingkat kedewasaan teknis dalam menjalankan tugas-tugas, maupun kedewasaan psikologis. Azjen (2005) menyampaikan bahwa pekerja usia 20-30 tahun mempunyai motivasi kerja relatif lebih rendah dibandingkan pekerja yang lebih tua, karena pekerja yang lebih muda belum berdasar pada landasan realitas, sehingga pekerja muda lebih sering mengalami kekecewaan dalam bekerja. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kinerja dan kepuasan kerja, semakin lanjut usia seseorang maka semakin meningkat pula kedewasaan teknisnya, serta kedewasaan psikologisnya yang akan menunjukkan kematangan jiwanya. Usia semakin lanjut akan meningkatkan pula kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, mengendalikan emosi, berpikir rasional, dan toleransi terhadap pandangan orang lain sehingga berpengaruh juga terhadap peningkatan motivasinya. 2) Jenis Kelamin Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis kelamin laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini: laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. 3) Pendidikan Azjen (2006) menyebutkan bahwa latar belakang pendidikan seseorang akan memengaruhi kemampuan pemenuhan kebutuhannya sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda yang pada akhirnya memengaruhi motivasi kerja seseorang. Dengan kata lain bahwa pekerja yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi akan mewujudkan motivasi kerja yang berbeda dengan pekerja yang berlatar belakang pendidikan rendah. Latar belakang pendidikan memengaruhi motivasi kerja seseorang. Pekerja yang berpendidian tinggi memiliki motivasi yang lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan pekerja yang memiliki pendidikan yang rendah. Menurut Notoatmodjo (1992) menyebutkan bahwa dengan pendidikan seseorang akan dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktifitas atau kinerja perawat adalah pendidikan formal perawat. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan tugas, tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada di sekitar kita untuk kelancaran tugas. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi produktivitas kerja, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
91
Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan demikian jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup pendidikan vokasi, akademik dan profesi: (1) Pendidikan vokasi adalah jenis pendidikan diploma sesuai jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia. (2) Pendidikan akademik adalah jenis pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu (3) Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan khusus. Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan: diploma, sarjana, magister, spesialis dan doctor. 3. Faktor informasi Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan ekspose pada media. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Variabel-variabel dalam background factor ini memengaruhi belief dan pada akhirnya berpengaruh juga pada intensi dan tingkah laku. Keberadaan faktor tambahan ini memang masih menjadi pertanyaan empiris mengenai seberapa jauh pengaruhnya terhadap belief, intensi dan tingkah laku. Namun, faktor ini pada dasarnya tidak menjadi bagian dari TPB yang dikemukakan oleh Ajzen, melainkan hanya sebagai pelengkap untuk menjelaskan lebih dalam determinan tingkah laku manusia.
Intensi Ajzen (1988, 1991) mengungkapkan bahwa intensi merupakan indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan seberapa besar usaha yang akan digunakan untuk melakukan sebuah perilaku. Hartono (2007) mendefinisikan intensi (niat) sebagai keinginan untuk melakukan perilaku. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa, seseorang berperilaku karena faktor keinginan, kesengajaan atau karena memang sudah direncanakan. Niat berperilaku (behavioral intention) masih merupakan suatu keinginan atau rencana. Dalam hal ini, niat belum merupakan perilaku, sedangkan perilaku (behavior) adalah tindakan nyata yang dilakukan. Intensi merupakan faktor motivasional yang memiliki pengaruh pada perilaku, sehingga orang dapat mengharapkan orang lain berbuat sesuatu berdasarkan intensinya (Ajzen 1988, 1991). Pada umumnya, intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku. Menurut Fishbein dan Ajzen
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
92
(1975), intensi diukur dengan sebuah prosedur yang menempatkan subjek di dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan tindakan. Menurut Theory of Planned Behavior, intensi memiliki 3 determinan, yaitu: sikap, norma subjektif, dan kendala-perilaku-yang-dipersepsikan (Ajzen, 1988). Untuk melihat besar/ bobot pengaruh masing-masing determinan digunakan perhitungan analisis multiple regresi, dengan persamaan sebagai berikut: B ~ I = ( AB )W1 + ( SN )W2 + (PBC) W3 Keterangan:
B = behavior = perilaku I = intention = intensi melakukan perilaku B Ab = attitudes = sikap terhadap perilaku B SN = subjective norms = norma subjektif PBC = perceived behavior control = kendali perilaku yang dipersepsikan W1,2,3 = weight = bobot pengaruh
Keakuratan intensi dalam memprediksi tingkah laku tentu bukan tanpa syarat, karena ternyata ditemukan pada beberapa studi bahwa intensi tidak selalu menghasilkan tingkah laku yang dimaksud. Pernyataan ini juga diperkuat oleh pernyataan Ajzen (2005). Menurutnya, walaupun banyak ahli yang sudah membuktikan hubungan yang kuat antara intensi dan tingkah laku, namun pada beberapa kali hasil studi ditemukan pula hubungan yang lemah antara keduanya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan intensi dalam memprediksi tingkah laku yaitu: 1. Kesesuaian antara intensi dan tingkah laku. Pengukuran intensi harus disesuaikan dengan perilakunya dalam hal konteks dan waktunya. 2. Stabilitas intensi Faktor kedua adalah ketidakstabilan intensi seseorang. Hal ini bisa terjadi jika terdapat jarak/jangka waktu yang cukup panjang antara pengukuran intensi dan dengan pengamatan tingkah laku. Setelah dilakukan pengukuran intensi, sangat mungkin ditemui hal-hal/ kejadian yang dapat mencampuri atau mengubah intensi seseorang untuk berubah, sehingga pada tingkah laku awal yang ditampilkannya tidak sesuai dengan intensi awal. Semakin panjang interval waktunya, maka semakin besar kemungkinan intensi akan berubah. 3. Literal inconsistency Pengukuran intensi dan tingkah laku sudah sesuai (compatible) dan jarak waktu antara pengukuran intense dan tingkah laku singkat, namun kemungkinan terjadi ketidaksesuaian antara intense dengan tingkah laku yang ditampilkannya masih ada. Penjelasan literal inconsistency ini adalah individu terkadang tidak konsisten dalam mengaplikasikan tingkah lakunya sesuai dengan intense yang sudah dinyatakan sebelumnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya individu tersebut merasa lupa akan apa yang pernah mereka ucapkan. Maka untuk mengantisipasi hal ini dapat dilakukan strategi implementation intention, yaitu dengan meminta individu untuk merinci bagaimana intensi tersebut akan diimplementasikan
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
93
dalam tingkah laku. Rincian mencakup kapan, di mana dan bagaimana tingkah laku akan dilakukan. 4. Base rate Base rate adalah tingkat kemungkinan sebuah tingkah laku akan dilakukan oleh orang. Tingkah laku dengan base rate yang tinggi adalah tingkah laku yang dilakukan oleh hampir semua orang, nisalnya mandi, makan. Sedangkan tingkah laku dengan base rate rendah adalah tingkah laku yang hampir tidak dilakukan oleh kebanyakan orang, misal bunuh diri. Intensi dapat memprediksi perilaku aktualnya dengan baik jika perilaku tersebut memiliki tingkat base rate yang sedang, misal pendokumentasian asuhan keperawatan. Pengukuran intensi dapat digolongkan ke dalam pengukuran belief. Sebagaimana pengukuran belief, pengukuran intensi terdiri atas 2 hal, yaitu pengukuran isi (content) dan kekuatan (strength). Isi dari intensi diwakili oleh jenis tingkah laku yang akan diukur, sedangkan kekuatan responsnya dilihat dari rating jawaban yang diberikan responsden pada pilihan skala yang tersedia. Contoh pilihan sekalanya adalah mungkin-tidak mungkin dan setuju-tidak setuju.
Sikap Menurut Ajzen (2005) sikap merupakan besarnya perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap suatu objek, orang, institusi, atau kegiatan. Eagly dan Chaiken (1993) dalam Aiken (2002) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi suatu entitas dalam derajat suka dan tidak suka. Sikap dipandang sebagai sesuatu yang afektif atau evaluatif. Konsep sentral yang menentukan sikap adalah belief. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), belief merepresentasikan pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek, di mana belief menghubungkan suatu objek dengan beberapa atribut. Kekuatan hubungan ini diukur dengan prosedur yang menempatkan seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan objek dengan atribut terkait. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), sikap seseorang terhadap suatu objek sikap dapat diestimasikan dengan menjumlahkan hasil kali antara evaluasi terhadap atribut yang diasosiasikan pada objek sikap (belief evaluation) dengan probabilitas subjektifnya bahwa suatu objek memiliki atau tidak memiliki atribut tersebut (behavioral belief). Atau dengan kata lain, dalam theory of planned behavior sikap yang dimiliki seseorang terhadap suatu tingkah laku dilandasi oleh belief seseorang terhadap konsekuensi (outcome) yang akan dihasilkan jika tingkah laku tersebut dilakukan (outcome evaluation) dan kekuatan terhadap belief tersebut (belief strength). Belief adalah pernyataan subjektif seseorang yang menyangkut aspek-aspek yang dapat dibedakan tentang dunianya, yang sesuai dengan pemahaman tentang diri dan lingkungannnya (Ajzen, 2005). Dikaitkan dengan sikap, belief mempunyai tingkatan atau kekuatan yang berbedabeda, yang disebut dengan belief strength. Kekuatan ini berbeda-beda pada setiap orang dan kuat lemahnya belief ditentukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap tingkat keseringan suatu objek memiliki atribut tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975). Sebagai salah
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
94
satu komponen dalam rumusan intensi, sikap terdiri atas belief dan evaluasi belief (Fishbein & Ajzen, 1975 dalam Ismail & Zain, 2008), seperti rumus berikut ini: AB = Σ b i e i Keterangan: AB = Sikap terhadap perilaku tertentu ( b = Belief terhadap perilaku tersebut yang mengarah pada konsekuensi i e = Evaluasi seseorang terhadap outcome i (outcome evaluation) berdasarkan rumus di atas, sikap terhadap perilaku tertentu (AB) didapatkan dari penjumlahan hasil kali antara kekuatan belief terhadap outcome yang dihasilkan (bi) dengan evaluasi terhadap outcome (ei). Dengan kata lain, seseorang yang percaya bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan sebuah outcome yang positif, maka ia akan memiliki sikap yang positif. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang memiliki keyakinan bahwa dengan melakukan suatu tingkah laku akan menghasilkan outcome yang negatif, maka seseorang tersebut juga akan memiliki sikap yang negative terhadap perilaku tersebut. Pengukuran sikap tidak bisa didapatkan melalui pengamatan langsung, melainkan harus melalui pengukuran respons. Pengukuran sikap ini didapatkan dari interaksi antara belief content- outcome evaluation dan belief strength. Belief seseorang mengenai suatu objek atau tindakan dapat dimunculkan dalam format respons bebas dengan cara meminta subjek untuk menuliskan karakteristik, kualitas dan atribut dari objek atau konsekuensi tingkah laku tertentu. Fishbein & Ajzen menyebutnya dengan proses elisitasi. Elisitasi digunakan untuk menentukan belief utama (salient belief) yang akan digunakan dalam penyusunan alat ukur atau instrument.
Norma Subjektif Norma subjektif merupakan kepercayaan seseorang mengenai persetujuan orang lain terhadap suatu tindakan (Ajzen, 1988), atau persepsi individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tindakan tersebut. Norma subjektif adalah pihak-pihak yang dianggap berperan dalam perilaku seseorang dan memiliki harapan pada orang tersebut, dan sejauhmana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. Jadi, dengan kata lain bahwa norma subjektif adalah produk dari persepsi individu tentang belief yang dimiliki orang lain. Orang lain tersebut disebut referent, dan dapat merupakan orangtua, sahabat, atau orang yang dianggap ahli atau penting. Terdapat dua faktor yang memengaruhi norma subjektif: normative belief, yaitu keyakinan individu bahwa referent berpikir ia harus atau harus tidak melakukan suatu perilaku dan motivation to comply, yaitu motivasi individu untuk memenuhi norma dari referent tersebut. Rumusan norma subjektif pada intensi perilaku tertentu, dirumuskan sebagai berikut (Fishbein & Ajzen, 1975): SN = Σ b i m i
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
95
Keterangan: SN = Norma Subjektif bi = Normative belief mi = Motivasi untuk mengikuti anjuran (motivation to comply) Berdasarkan rumusan tersebut, dapat dikatakan bahwa norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya untuk berperilaku atau tidak berperilaku tertentu, dan sejauhmana seseorang ingin mematuhi anjuran orang-orang tersebut. Norma subjektif secara umum dapat ditentukan oleh harapan spesifik yang dipersepsikan seseorang, yang merupakan referensi (anjuran) dari orang-orang yang di sekitarnya dan oleh motivasi untuk mengikuti referensi atau anjuran tersebut. Berdasarkan rumus di atas, norma subjektif (SN) didapatkan dari hasil penjumlahan hasil kali normative belief tentang tingkah laku i (bi) dan dengan motivation to comply/ motivasi untuk mengikutinya (mi). Dengan kata lain bahwa, seseorang yang yang memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok yang cukup berpengaruh terhadapnya (referent) akan mendukung ia untuk melakukan tingkah laku tersebut, maka hal ini akan menjadi tekanan sosial untuk seseorang tersebut melakukannya. Sebaliknya, jika seseorang percaya bahwa orang lain yang berpengaruh padanya tidak mendukung tingkah laku tersebut, maka hal ini menyebabkan ia memiliki norma subjektif untuk tidak melakukannya. Pengukuran norma subjektif sesuai dengan antesedennya, yaitu berdasarkan 2 skala: normative belief dan motivation to comply. Maka pengukurannya juga diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian keduany. Norma subjektif sama halnya dengan sikap, belief tentang pihak-pihak yang mendukung atau tidak mendukung didapatkan dari hasil elisitasi untuk menentukan belief utamanya.
Perceived Behavioral Control (PBC) Kendali-perilaku-yang-dipersepsikan (perceived behavior control) merupakan persepsi terhadap mudah atau sulitnya sebuah perilaku dapat dilaksanakan. Variabel ini diasumsikan mereflekssikan pengalaman masa lalu, dan mengantisipasi halangan yang mungkin terjadi (Ajzen, 1988). Atau perceived behavioral control adalah persepsi seseorang tentang kemudahan atau kesulitan untuk berperilaku tertentu. Terdapat dua asumsi mengenai kendali-perilaku-yang-dipersepsikan. Pertama, kendali-perilaku-yang-dipersepsikan diasumsikan memiliki pengaruh motivasional terhadap intensi. Individu yang meyakini bahwa ia tidak memiliki kesempatan untuk berperilaku, tidak akan memiliki intensi yang kuat, meskipun ia bersikap positif, dan didukung oleh referents (orang-orang di sekitarnya) (Ajzen 1988). Kedua, kendali-perilakuyang-dipersepsikan memiliki kemungkinan untuk memengaruhi perilaku secara langsung, tanpa melalui intensi, karena ia merupakan substitusi parsial dari pengukuran terhadap kendali aktual (Ajzen, 1988). Perceived behavioral control sama dengan kedua faktor sebelumnya yaitu dipengaruhi juga oleh beliefs. beliefs yang dimaksud adalah tentang ada/ hadir dan tidaknya faktor yang menghambat atau mendukung performa tingkah laku (control belief). Berikut adalah rumus yang menghubungakan antara perceived behavioral control dan control belief:
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
96
PBC = Σ c i p i Keterangan: PBC = Perceived Behavioral Control ci = Contol Belief pi = power belief Kendali perilaku yangdipersepsikan/PBC didapat dengan menjumlahkan hasil kali antara keyakinan mengenai mudah atau sulitnya suatu perilaku dilakukan (control belief) dan kekuatan faktor i dalam dalam memfasilitasi atau menghambat tingkah laku (power belief). Dengan kata lain, semakin besar persepsi seseorang mengenai kesempatan dan sumber daya yang dimiliki (faktor pendukung), serta semakin kecil persepsi tentang hambatan yang dimiliki, maka semakin besar perceived behavioral control yang dimiliki seseorang. Pengukuran perceived behavioral control yang dapat dilakukan hanyalah mengukur persepsi individu yang bersangkutan terhadap kontrol yang ia miliki terhadap beberapa faktor penghambat atau pendukung tersebut. Beberapa faktor yang dipersepsi sebagai penghambat atau pendorong tersebut didapatkan dari proses elisitasi untuk mendapatkan belief yang utama.
DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. 1988. From Intentions to Actions, Attitudes, Personality and Behavior. London: Open University Press, England. Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes. Academic Press, University of Massachusetts. Ajzen, I. 2002. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations. September (Direvisi pada Januari 2006). Ajzen, I. 2005. Attitude, Personality, and Behavior. Buckingham: Open University Press, Milton Keynes. Ajzen, I. 2006. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations. Revisi. Fishbein, M & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory & Research. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company. Fishbein, M & Ajzen, I. 2010 Predicting and Changing Behavior: The reasoned action approach. New York: Psychology Press.
97
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
SELF REGULATION MODEL Penyakit kanker terutama stadium lanjut berdampak berat pada aspek psikologis, sosial, fisik, ekonomi, dan kultural individu. Seseorang dengan diagnosis kanker cenderung berusaha beradaptasi semampu mereka, namun tidak jarang mereka tidak mempunyai cukup pengetahuan dan keterampilan untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai yang seharusnya. Sebuah penelitian di Korea Selatan mengungkapkan bahwa ketika pasien kanker serviks membutuhkan informasi tentang penyakitnya, maka perilaku mencari informasi akan meningkat. Leventhal berpendapat bahwa berbagai informasi diperlukan untuk memengaruhi sikap dan tindakan terhadap ancaman kesehatan maupun keberlangsungan hidup seseorang. Berdasarkan salah satu model dari Self-Regulatory yang terkait dengan ancaman kesehatan yaitu Common Sense model, adanya stimulus kesehatan seperti informasi tentang penyakit tertentu akan memunculkan respons emosional bagi pasien dan pada akhirnya akan meningkatkan kesadaran (awareness) akan penyakit tersebut. Hal ini terbukti hasil penelitian AV Sri S (2012) tentang kemandirian dan regulasi pada pasien stroke. Self-regulation adalah kapasitas atau kemampuan seseorang untuk mengubah perilakunya (Baumeister). Istilah self-regulation secara luas digunakan untuk menjelaskan usaha perubahan pemikiran, perasaan, keinginan, dan tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Self-regulation memandang individu sebagai agen yang aktif dan pengambil keputusan karena kedua hal tersebut merupakan aspek penting dari adaptasi manusia terhadap kehidupan. Self-regulation muncul ketika Organizational Characteristics Respresentation of health threat Identity Cause Consequenses Time line Cure/control
Stage 1: Interpresentation Symptom Social messages → deviation from norm
Stage 2: Coping Approach coping Avoidance coping
Emotional response to health threat Fear Anxienty Depression
Gambar 4.15 Model self-regulation (Ogden, 2007)
Stage 3: Appraisal Was my coping strategy effective?
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
98
seseorang memotivasi dan memandu tindakan mereka secara proaktif sesuai dengan harapan yang mereka miliki. Setelah seseorang mencapai tujuan atau harapan yang mereka inginkan maka orang dengan self-efficacy tinggi akan meningkatkan tujuan yang lebih besar. Self-efficacy dalam konteks self-care agency merupakan komponen dasar atau foundational capability and dispositions. Model self-regulation sebenarnya mengacu pada proses pemecahan masalah. Pemecahan masalah kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemecahan masalah yang lain. Dalam model self-regulation terdapat proses intepretasi masalah, koping, dan appraisal atau penilaian keberhasilan koping (Ogden, 2007). Situmulus atau ancaman kesehatan akan dipersepsikan oleh seseorang dalam tahap interpretasi, ancaman ini kemudian akan menimbulkan respons emosional antara lain ketakutan, cemas dan depresi. Tahapan selanjutnya dalam proses self-regulation adalah koping yaitu saat seseorang berusaha menghadapi masalah sesuai dengan kemampuannya, sedangkan tahapan yang terakhir adalah appraisal yaitu saat seseorang menilai apakah koping yang ia lakukan berhasil (Ogden, 2007). Dalam tahap interpretasi terdapat prroses representasi dari ancaman. Proses representasi ini terdiri atas lima domain penting yaitu identity, cause, timeline, consequences, dan controllability. Domain identity melibatkan nilai atau kepercayaan seseorang akan ancaman kesehatan atau perjalanan penyakit yang akan dihadapi. Domain cause adalah faktor individu atau lingkungan yang menyebabkan seseorang mengalami ancaman kesehatan, sedangkan domain timeline adalah waktu saat ancaman itu datang atau lama penyakit itu akan berlangsung. Domain keempat adalah consequences mengacu pada beberapa hal yang akan terjadi karena penyakit yang dialami, dan domain controllability adalah beberapa hal yang dapat menjadi solusi atau penanganan penyakit yang diderita (Alligood & Tomey, 2006). Serangkaian representasi kognitif dari suatu stimulus masalah akan memberikan arti dari masalah tersebut, dan menyebabkan seseorang mengembangkan serta mempertimbangkan strategi koping yang sesuai untuk masalah tersebut (Ogden, 2007).
Daftar Pustaka Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th Ed. Missouri: Mosby. Ave S S & Nursalam. 2012. “Peningkatan Self Care Agency Pasien dengan Stroke Iskemik setelah Penerapan Self Care Regulation Model”. Jurnal ners. Vol. 7. No. 1, hlm. 13-24 Ogden, J. 2007. Health Psychology 4th Ed. England: Open University.
TEORI MODEL PENCEGAHAN PRIMER (Caplan, 2001) Model ini dikembangkan oleh Gerald Caplan, yang membicarakan tentang 3 (tiga) level intervensi pencegahan pada klien dengan gangguan emosional dan sakit jiwa. Model Caplan ini lebih diperuntukkan untuk psikiari komunitas/masyarakat dan pelayanan kesehatan jiwa yang berhubungan dengan masyarakat, pusat pelayanan pengobatan dasar di komunitas seperti Puskesmas, pendekatan tim multidisiplin, perawatan berlanjut melalui pencegahan, perlindungan dan pengobatan, dan menghindari rawat nginap di Rumah
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
99
Sakit. Tiga level intervensi pencegahan psikiatri meliputi, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primer, bertujuan 1) mengurangi kasus baru melalui mengidentifikasi kelompok risiko tinggi, situasi stres, kejadian stres dalam kehidupan yang berpotensi sakit jiwa; 2) pendidikan kepada komunitas dengan memanfaatkan strategi koping untuk mengatasi stres atau cara mengatasi masalah, memecahkan masalah; 3) menguatkan kemampuan individu dengan menurunkan stres, tekanan, cemas, yang bisa menyebabkan sakit jiwa. Komponen dalam pencegahan primer adalah promosi kesehatan dan perlindungan khusus. Karakteristik pencegahan primer untuk promosi kesehatan, membangun adaptasi, gunakan sumber-sumber koping untuk menjaga kesehatan mental seseorang. Perhatikan total populasi, khususnya fokus pada melayani kelompok risiko tinggi. Alat utama untuk pencegahan primer adalah pendidikan dan perubahan sosial. Pemanfaatan agen-agen di masyarakat yang menjaga kesejahteraan masyarakat, seperti penyembuh tradisional, tenaga sukarela, dll. membekali diri dengan sumber-sumber dari diri dan lingkungan terutama strategi koping. Efektifkan hubungan interpersonal, tingkatkan tugas-tugas yang sesuai kelompok umur, kembangkan kemampuan kontrol dalam kelompok. Peroleh kepuasan dengan diri sendiri dan keberadaannya, pendidikan kesehatan, motivasi untuk melakukan aktivitas untuk mengurangi stres, bekali diri dengan dukungan psikososial. Tingkatkan pola hidup sehat, pertahankan standar hidup yang tinggi dan implementasi kebijakan Kementerian Kesehatan dalam hal pencegahan. Komponen perlindungan khusus dalam pencegahan primer dengan cara mengembangkan kompetensi sosial, ajarkan tehnik pencegahan dan kontrol masalah sosial, hindari kejadian dari kondisi sosial yang patologi, tingkatkan kontrol diri dan kemampuan pengambilan keputusan sosial. Memberdayakan sistem asuhan yang ada, kembangkan interaksi dan pola prilaku; kembangkan partisipasi sebagai warga, tingkatkan kontrol dan buat keputusan-keputusan kritis dalam hidup. mengefektifkan strategi koping untuk menangani situasi stres. Hindari stres dengan cara kenali stres kalau ada dan hilangkan atau modifikasi. Tangani kelompok berisiko untuk menghindari atau atasi stres dengan strategi koping. Melakukan manajemen stres, dan beri dukungan sosial dan emosional untuk menolong orang dalam situasi stres. Komponen dalam pencegahan sekunder adalah diagnosis dini dan penemuan kasus serta program skrining. Pencegahan untuk diagnosis dini dan penemuan kasus berupa memberi pendidikan kepada masyarakat tentang manifestasi dini sakit jiwa. Memberi motivasi kepada pemimpin masyarakat, LSM dan swasta lainnya di masyarakat untuk terlibat aktiv dalam mengidentifikasi orang yang sakit jiwa. mengadakan lokakarya, pelatihan atau program kampanye kepada kelompok-kelompok tentang pentingnya identifikasi dini kasus jiwa untuk skrining dan pengobatan sejak periode awal sakit. Program skrining massal sakit jiwa menggunakan kuisioner dalam bahasa lokal untuk mengidentifikasi sakit jiwa. Pencegahan tersier, meliputi rehabilitasi ketidakmampuan, keterbatasan dan mencegah komplikasi. Komponen dalam pencegahan tertier adalah mengurangi prevalensi gejala sisa atau ketidakmampuan. Mengurangi lama rawat inap di RS-Jiwa, mencegah keretakan keluarga. Membuat klien berguna bagi diri sendiri secara fisik, mental, sosial, kerja, ekonomi. Mendidik keluarga dan masyarakat agar mengobati klien secara individual.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
100
Meningkatkan motivasi klien untuk kontrol dan mendapatkan terapi (termasuk terapi kerja). Rujuk klien ke agent kesehatan jiwa professional. Pasien dibekali untuk mampu merawat diri sehari-hari dan merencanakan aktivitas harian. Sosialisasi pasien sakit jiwa kronik di masyarakat. Gunakan sumber yang ada dalam keluarga dan masyarakat (Neeraja 2009). Tabel 2.3 Level prevention menurut model public health Primary Prevention (By intervening potential health problem melalui promosi kesehatan & perlindungan khusus) PREVENTIVE MEASURES
Secondary prevention ( by interventing aktual health problem: diagnosis dini & pengobatan tepat waktu) Tertiary Prevention ( by interventing limit disability by chronic illness and rehabilitation: rehabilitasi keterbatasan dan ketidakmampuan & mencegah komplikasi)
Sumber : Neeraja, KP. 2009, hlm. 95. Melihat semua uraian diatas, model Public health dari Caplan untuk pencegahan psikiatri lebih berhubungan dengan keluarga dan masyarakat, intervensi-intervensi untuk klien pada tiga level pencegahan, meminta perawat sebagai tenaga kesehatan utama.
PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN/PRODUKTIVITAS (KOPELMEN) Menurut Kopelman (1986) faktor penentu organisasi yakni kepemimpinan dan sistem imbalan berpengaruh ke kinerja individu atau organisasi melalui motivasi, sedangan faktor penentu organisasi lainnya, yakni pendidikan berpengaruh ke kinerja individu atau organisasi melalui variabel pengetahaun, keterampilan atau kemampuan. Kemampuan dibangun oleh pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja. 1. Organizational characteristics a. Reward system Pemberian penghargaan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan apa yang diinginkan rumah sakit dalam jangka panjang untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan, praktik dan proses pemberian penghargaan yang mendukung pencapaian tujuan dan memenuhi kebutuhan (Brown, 2001). Penghargaan diartikan sebagai suatu stimulus terhadap perbaikan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan b. Goal setting dan MBO Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan. Tenaga keperawatan sebagai perpanjangan tangan dari rumah sakit
101
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Environment Organizational Characteristics 1. 2. 3. 4.
Reward system Goal setting and MBO Selection Training and development 5. Leadership 6. Organization structure
Individual (nurse) Characteristics 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Knowledge, Skills, Ability, Motivation Attitudes Value & Norm
Work behavior
Job Performance
Organizational effectiveness
MAKP
Caring & ASKEP
Nurse & patient Satisfaction
Work Characteristics 1. 2. 3. 4. 5.
Objective performance Feedback Correction Job design Work schedule
Gambar 4.16
c. d.
e.
f.
Faktor penentu produktivitas dalam organisasi (Koperlman, 1986)
dalam menerjemahkan visi dan misi. Untuk itu perlu memahami dan menerapkan visi dan misi organisasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Selection Seleksi tenaga harus didasarkan pada prinsip the right man, on the right place and on the right time. Training dan development Pelatihan (training) adalah proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir dalam pembelajaran kepada tenaga keperawatan. Leadership Pengertian kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni memengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Organization structure dan culture Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.
102
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
2. Nurse characteristics a. Knowledge Pengetahuan dapat diartikan sebagai actionable information atau information yang dapat ditindaklanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak, untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu. b. Skills Kopelmen (2006) mendefinisikan skill sebagai kapasitas yang dibutuhkan dalam melaksanakan beberapa tugas. Hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. c. Ability Kemampuan seorang untuk melakukan sesuatu, ada banyak aspek yang dapat dinilai dari variabel kemampuan, diantaranya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor (Perry and Potter,2003). Perawat perlu terus mengembangkan diri melalui uji kompetensi, pndidikan formal dan non formal. d. Motivation Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya (Muhith & Nursalam, 2013). Tiga elemen utama dalam motivasi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Perawat perlu dipupuk motivasi yang tinggi sebagai bentuk pengabdian dan altruisme pada kebutuhan pasien untuk kesembuhan. e. Attitudes Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Komponen sikap, struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitum kognitif, afektif, dam konatif. f. Value & Norm Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi, dan sosial. Perawat perlu memperhatikan aspek nilai dan norma dalam melayani pasien. 3. Work characteristics a. Objective performance Tujuan dari manajemen kinerja adalah (Armstrong & Baron, 2005; Wibisono, 2006); mengatur kinerja, mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu kinerja organisasi, membantu penentukan keputusan organisasi yang berkaitan dengan kinerja organisasi, kinerja tiap bagian dalam organisasi, dan kinerja individual, meningkatkan kemampuan organisasi dan mendorong karyawan agar bekerja sesuai prosedur, dengan semangat, dan produktif sehingga hasil kerja optimal. b. Feedback Umpan balik adalah hal yang penting dalam perbaikan kinerja perawat. Hal ini karena membetulkan (memperbaiki) kesalahan: salah satu tugas pemimpin (Nursalam, 2013).
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
103
c. Job design Desain pekerjaan (job design) adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang atau sekelompok karyawan secara organisasional. Tujuannya untuk mengatur penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi. d. Work schedule Dalam proses berjalan suatu organisasi dapat eksis dibidangnya, perlu pengaturan waktu yang efektif sehingga memeperoleh hasil sesuai tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA Kopelman R.E., 1986. Managing productivity in organizations, Mc Graw-Hill Book Company, New York. Muhith A & Nursalam. 2012. “Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan Analisis kinerja Perawat dan Kepuasan Perawat dan Pasien.” Jurnal Ners. Vol 7. No. 1. Hlm. 49-58. Nursalam. 2012. Development Model of Quality in Nursing Care. International Nursing Conference. Mei. FKP Unair. Surabaya. Mei 2012.
MODEL MAKP (METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL) DAN ATAU MPKP Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam, 2011). Pada MAKP memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh; mendukung pelaksanakaan proses keperawatan; dan memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim dan pelanggan. Jenis MAKP yang diterapkan sangat bergantung dari visi misi Rumah sakit, dapat diterpkannya proses keperawatan, memperhatikan kepuasan perawat dan pasien serta komunikasi dan kolaborasi yang jelas antar petugas kesehatan. Jenis yang digunakan untuk rawat inap dan jalan; MAKP Tim, primer, moduler MAKP rawat darurat adalah MAKP kasus.
Kepuasan Perawat Kinerja bentuknya dapat berupa kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
104
Model Kesenjangan (The Expectancy–Disconfirmation Model) (Woodruff & Gardial, 2002) Woodruff dan Gardial (2002) mendefinisikan kepuasan sebagai model kesenjangan antara harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang diterima pelanggan. Comparison standard ialah standar yang digunakan untuk menilai ada tidaknya kesenjangan antara apa yang dirasakan pasien dengan standar yang ditetapkan. Standar dapat berasal dari: Perceived Disconfirmation Perceived Performance
Satisfaction Feeling
Satisfaction Outcome
Comparison Standard
Gambar 4.17
Teori kepuasan pelanggan Woodruff dan Gardial (2002).
a. Harapan pasien, bagaimana pasien mengharapkan produk atau jasa seharusnya dia terima. b. Pesaing, pasien mengadopsi standar kinerja pesaing rumah sakit untuk kategori produk atau jasa yang sama sebagai standar perbandingan. c. Kategori produk atau jasa lain. d. Janji promosi dari rumah sakit. e. Nilai jasa pelayanan kesehatan yang berlaku. Kepuasan perawat lebih dipengaruhi penerapan standar asuhan keperawatan dapat dilaksanakan dan adanya dukungan organisasi (fasilitas, gaji, promosi dan keseuaian jenis pekerjaan). Nilai yang dirasakan perawat pada penerapan standar asuhan keperawatan dalam pengkajian, diagnosis, perencanaan adalah tinggi (100% dapat dilaksanakan dengan baik), sedangan untuk impelemtasi dan evaluasi belum bisa dilaksanak 100%. Dukungan organisasi dirasakan oleh perawat sampai sebatas cukup puas. Perawat masih perlu di tingkatkan kemampuan melaksanakan standar asuhan keperawatan melalui peningkatan kompetensi (knowledge and skill). Demikian pula dukungan organisasi yang kondusif dan fasilitatif agar perawat dapat menerapkan standar asuhan keperawatan secara penuh. Mutu kinerja profesional perawat dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan baik on atau off the training tentang komunikasi terapeutik yang benar; yaitu komunikasi yang menghasilkan kepuasan semua pihak yang terlibat (win-win solution bagi dokter, perawat, pasien).
Theory of Servqual Tinjauan mengenai konsep kualitas layanan sangat ditentukan oleh berapa besar kesenjangan (gap) antara persepsi pelanggan atas kenyataan pelayanan yang diterima, dibandingkan dengan harapan pelanggan atas pelayanan yang harus diterima. Kelima
105
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
kesenjangan (gap) tersebut disajikan dalam skema grand theory Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) dan diuraikan berikut ini: Words of mouth communication
Personal needs
Past experiences
Expected service GAP 5 Perceived service CUSTOMER MARKETER Service Delivery GAP 4
GAP 3
External communications to customers
Translation of perceptions into service quality specifications GAP 2 Management perceptions of customers expectations
Gambar 4.18
The integrated gaps model of service quality (Parasuraman, Zeithaml, Berry, 1985)
Grand teori yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Muninjaya (2011), penyampaian jasa oleh pihak penyedia jasa bisa terancam gagal kalau berbagai kesenjangan dibiarkan berkembang tanpa ada intervensi untuk mencegahnya, atau tidak ada upaya khusus untuk mengurangi dampak buruknya. Penjelasan mengenai kelima kesenjangan tersebut yaitu: 1. Kesenjangan antara harapan pengguna jasa dan persepsi manajemen Manajemen institusi pelayanan kesehatan belum mampu secara tepat mengidentifikasi dan memahami harapan (ekspektasi) para pengguna jasa pelayanan kesehatan. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa Kesenjangan akan terjadi jika pemahaman manajemen RS (Puskesmas) tentang harapan pengguna jasa pelayanan kesehatan tidak diterjemahkan menjadi aksi nyata yang spesifik. Misalnya, standar prosedur pelayanan atau pelaksanaan penyampaian jasa belum dikemas sesuai dengan harapan pengguna jasa yang semakin menuntut pelayanan yang bermutu (cepat, ramah, tepat, dan biaya terjangkau). 3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaiannya Standar pelayanan dan cara penyampaian jasa sudah tersusun dengan baik, tetapi muncul kesenjangan karena staf pelaksana pelayanan di garis depan (front line staff)
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
106
seperti perawat, bidan dan dokter umum di sebuah rumah sakit belum mendapat pelatihan khusus tentang teknik penyampaian jasa pelayanan tersebut. Akibatnya, jasa pelayanan kesehatan yang ditawarkan kepada pasien tidak sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan oleh komite medik rumah sakit tersebut. 4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan harapan pihak eksternal Harapan pengguna jasa sangat dipengaruhi oleh cara staff dan manajemen rumah sakit berkomunikasi dengan masyarakat calon pengguna jasanya. Cara seperti ini akan memunculkan kesenjangan. Harapan pengguna jasa pelayanan kesehatan yang sudah mulai terbentuk melalui pemasaran tidak dapat terpenuhi karena pelayanan teknis medis dan kelengkapan mutu pelayanan berbeda dengan ekspektasi mereka. 5. Kesenjangan antara jasa yang diterima pengguna dan yang diharapkan Kesenjangan ini terjadi jika konsumen mengukur kinerja institusi pelayanan kesehatan dengan cara yang berbeda, termasuk persepsi pengguna yang berbeda terhadap kualitas jasa pelayanan kesehatan yang diharapkan. Menurut Parasuraman (2001:162) bahwa konsep kualitas layanan yang diharapkan dan dirasakan ditentukan oleh kualitas layanan. Kualitas layanan tersebut terdiri atas daya tanggap, jaminan, bukti fisik, empati dan kehandalan. Selain itu, pelayanan yang diharapkan sangat dipengaruhi oleh berbagai persepsi komunikasi dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman masa lalu dan komunikasi eksternal, persepsi inilah yang memengaruhi pelayanan yang diharapkan (Ep = Expectation) dan pelayanan yang dirasakan (Pp = Perception) yang membentuk adanya konsep kualitas layanan. Lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini: Komunikasi dari Mulut ke Mulut
Kebutuhan Pribadi
Dimensi Kualitas Pelayanan
Pengalaman Masa Lalu
Pelayanan yang Diharapkan (Ep)
Kehandalan Daya tanggap Jaminan Empati Bukti Langsung
Gambar 4.19
Pelayanan yang Dirasakan (Pp)
Komunikasi Eksternal
Kualitas layanan yang Dirasakan 1. Melebihi harapan Ep < Pp (Bermutu) 2. Memenuhi harapan Ep = Pp (Memuaskan) 3. Tidak memenuhi harapan Ep > Pp (Tidak Bermutu)
Penilaian pelanggan terhadap kualitas layanan (Parasuraman, 2001)
Parasuraman (2001:165) menyatakan bahwa konsep kualitas layanan adalah suatu pengertian yang kompleks tentang mutu, tentang memuaskan atau tidak memuaskan. Konsep kualitas layanan dikatakan bermutu apabila pelayanan yang
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
107
diharapkan lebih kecil daripada pelayanan yang dirasakan (bermutu). Dikatakan konsep kualitas layanan memenuhi harapan, apabila pelayanan yang diharapkan sama dengan yang dirasakan (memuaskan). Demikian pula dikatakan persepsi tidak memenuhi harapan apabila pelayanan yang diharapkan lebih besar daripada pelayanan yang dirasakan (tidak bermutu). Konsep kualitas layanan dari harapan yang diharapkan seperti dikemukakan di atas, ditentukan oleh empat faktor, yang saling terkait dalam memberikan suatu persepsi yang jelas dari harapan pelanggan dalam mendapatkan pelayanan. Keempat faktor tersebut adalah: 1) Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication, WOM), faktor ini sangat menentukan dalam pembentukan harapan pelanggan atas suatu jasa/ pelayanan. Pemilihan untuk mengkonsumsi suatu jasa/pelayanan yang bermutu dalam banyak kasus dipengaruhi oleh informasi dari mulut ke mulut yang diperoleh dari pelanggan yang telah mengkonsumsi jasa tersebut sebelumnya. Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk ataupun jasa, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut dapat berguna, maka konsumen tidak akan pernah membeli produk tersebut. Salah satu alat promosi yang paling ampuh adalah dengan sistem WOM (Word of Mouth) (Trarintya, 2011). Harrison-Walker dalam Brown et al. (2005) menyatakan bahwa WOM merupakan sebuah komunikasi informal diantara seorang pembicara yang tidak komersil dengan orang yang menerima informasi mengenai sebuah merek,produk, perusahaan atau jasa. WOM dapat diartikan sebagai aktivitas komunikasi dalam pemasaran yang mengindikasikan seberapa mungkin customer akan bercerita kepada orang lain tentang pengalamannya dalam proses pembelian atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Pengalaman customer tersebut dapat berupa pengalaman positif atau pengalaman negatif. Seperti yang dinyatakan Davidow (2003):
”That word of mouth is actually an U shaped relationship, where satisfied complainers spread positive word of mouth valance, and dissatisfied complainers spread negative word of mouth valance”
Bahwa sebenarnya hubungan dari mulut ke mulut berbentuk U, di mana apabila seseorang puas maka ia akan menyebarkan berita positif dari mulut ke mulut, tapi apabila mengeluh tidak puas maka ia akan menyebarkan berita negatif dari mulut ke mulut. Pengalaman yang kurang memuaskan pada customer dapat memunculkan berbagai respons kepada perusahaan. Perusahaan dapat menanggapi respons tersebut dengan berbagai cara yang dinamis. Peluang meningkatnya aktivitas WOM tersebut dapat memberikan pengaruh yang hebat. Menurut Setyawati (2009) dalam usaha WOM, memuaskan pelanggan adalah hal yang sangat wajib. Karena dalam sebuah studi oleh US Office of Consumer Affairs (Kantor Urusan Pelanggan Amerika Serikat) menunjukkan bahwa WOM memberikan efek yang signifikan terhadap penilaian pelanggan. Dalam
108
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
studi tersebut disebutkan bahwa secara rata-rata, satu pelanggan tidak puas akan mengakibatkan sembilan calon pelanggan lain yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Sedangkan pelanggan yang puas hanya akan mengabarkan kepada lima calon pelanggan lain. 2) Kebutuhan pribadi (personal need), yaitu harapan pelanggan bervariasi bergantung pada karakteristik dan keadaan individu yang memengaruhi kebutuhan pribadinya. 3) Pengalaman masa lalu (past experience), yaitu pengalaman pelanggan merasakan suatu pelayanan jasa tertentu di masa lalu yang memengaruhi tingkat harapannya untuk memperoleh pelayanan jasa yang sama di masa kini dan yang akan datang. 4) Komunikasi eksternal (company’s external communication) yaitu komunikasi eksternal yang digunakan oleh organisasi jasa sebagai pemberi pelayanan melalui berbagai bentuk upaya promosi juga memegang peranan dalam pembentukan harapan pelanggan. Berdasarkan pengertian di atas terdapat tiga tingkat konsep kualitas layanan yaitu: 1) Bermutu (quality surprise), bila kenyataan pelayanan yang diterima melebihi pelayanan yang diharapkan pelanggan. 2) Memuaskan (satisfactory quality), bila kenyataan pelayanan yang diterima sama dengan pelayanan yang diharapkan pelanggan. 3) Tidak bermutu (unacceptable quality), bila ternyata kenyataan pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan pelanggan. Parasuraman (2001:26) mengemukakan konsep kualitas layanan yang berkaitan dengan kepuasan ditentukan oleh lima unsur yang biasa dikenal dengan istilah kualitas layanan “RATER” (responsiveness, assurance, tangible, empathy dan reliability). Konsep kualitas layanan RATER intinya adalah membentuk sikap dan perilaku dari pengembang pelayanan untuk memberikan bentuk pelayanan yang kuat dan mendasar, agar mendapat penilaian sesuai dengan kualitas layanan yang diterima. Inti dari konsep kualitas layanan adalah menunjukkan segala bentuk aktualisasi kegiatan pelayanan yang memuaskan orang-orang yang menerima pelayanan sesuai dengan daya tanggap (responsiveness), menumbuhkan adanya jaminan (assurance), menunjukkan bukti fisik (tangible) yang dapat dilihatnya, menurut empati (empathy) dari orang-orang yang memberikan pelayanan sesuai dengan kehandalannya (reliability) menjalankan tugas pelayanan yang diberikan secara konsekuen untuk memuaskan yang menerima pelayanan. Berdasarkan inti dari konsep kualitas layanan “RATER” kebanyakan organisasi kerja yang menjadikan konsep ini sebagai acuan dalam menerapkan aktualisasi layanan dalam organisasi kerjanya, dalam memecahkan berbagai bentuk kesenjangan (gap) atas berbagai pelayanan yang diberikan oleh pegawai dalam memenuhi tuntutan pelayanan masyarakat. Aktualisasi konsep “RATER” juga diterapkan dalam penerapan kualitas layanan pegawai baik pegawai pemerintah maupun non pemerintah dalam meningkatkan prestasi kerjanya.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
109
Lebih jelasnya dapat diuraikan mengenai bentuk-bentuk aplikasi kualitas layanan dengan menerapkan konsep “RATER” yang dikemukakan oleh Parasuraman (2001:32) sebagai berikut. 1. Daya tanggap (Responsiveness) Setiap pegawai dalam memberikan bentuk-bentuk pelayanan, mengutamakan aspek pelayanan yang sangat memengaruhi perilaku orang yang mendapat pelayanan, sehingga diperlukan kemampuan daya tanggap dari pegawai untuk melayani masyarakat sesuai dengan tingkat penyerapan, pengertian, ketidaksesuaian atas berbagai hal bentuk pelayanan yang tidak diketahuinya. Hal ini memerlukan adanya penjelasan yang bijaksana, mendetail, membina, mengarahkan dan membujuk agar menyikapi segala bentuk-bentuk prosedur dan mekanisme kerja yang berlaku dalam suatu organisasi, sehingga bentuk pelayanan mendapat respons positif (Parasuraman, 2001:52). Tuntutan pelayanan yang menyikapi berbagai keluhan dari bentuk-bentuk pelayanan yang diberikan menjadi suatu respek positif dari daya tanggap pemberi pelayanan dan yang menerima pelayanan. Seyogyanya pihak yang memberikan pelayanan apabila menemukan orang yang dilayani kurang mengerti atas berbagai syarat prosedur atau mekanisme, maka perlu diberikan suatu pengertian dan pemahaman yang jelas secara bijaksana, berwibawa dan memberikan berbagai alternatif kemudahan untuk mengikuti syarat pelayanan yang benar, sehingga kesan dari orang yang mendapat pelayanan memahami atau tanggap terhadap keinginan orang yang dilayani. Pada prinsipnya, inti dari bentuk pelayanan yang diterapkan dalam suatu instansi atau aktivitas pelayanan kerja yaitu memberikan pelayanan sesuai dengan tingkat ketanggapan atas permasalahan pelayanan yang diberikan. Kurangnya ketanggapan tersebut dari orang yang menerima pelayanan, karena bentuk pelayanan tersebut baru dihadapi pertama kali, sehingga memerlukan banyak informasi mengenai syarat dan prosedur pelayanan yang cepat, mudah dan lancar, sehingga pihak pegawai atau pemberi pelayanan seyogyanya menuntun orang yang dilayani sesuai dengan penjelasan-penjelasan yang mendetail, singkat dan jelas yang tidak menimbulkan berbagai pertanyaan atau hal-hal yang menimbulkan keluh kesah dari orang yang mendapat pelayanan. Apabila hal ini dilakukan dengan baik, berarti pegawai tersebut memiliki kemampuan daya tanggap terhadap pelayanan yang diberikan yang menjadi penyebab terjadinya pelayanan yang optimal sesuai dengan tingkat kecepatan, kemudahan dan kelancaran dari suatu pelayanan yang ditangani oleh pegawai (Parasuraman, 2001:63). Suatu organisasi sangat menyadari pentingnya kualitas layanan daya tanggap atas pelayanan yang diberikan. Setiap orang yang mendapat pelayanan sangat membutuhkan penjelasan atas pelayanan yang diberikan agar pelayanan tersebut jelas dan dimengerti. Untuk mewujudkan dan merealisasikan hal tersebut, maka kualitas layanan daya tanggap mempunyai peranan penting atas pemenuhan berbagai penjelasan dalam kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Apabila pelayanan daya tanggap diberikan dengan baik atas penjelasan yang bijaksana, penjelasan yang mendetail, penjelasan yang membina, penjelasan yang mengarahkan dan yang bersifat membujuk, apabila hal tersebut secara jelas dimengerti oleh individu yang mendapat pelayanan, maka secara langsung pelayanan daya tanggap dianggap berhasil, dan ini
110
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
menjadi suatu bentuk keberhasilan prestasi kerja. Margaretha (2003:163) kualitas layanan daya tanggap adalah suatu bentuk pelayanan dalam memberikan penjelasan, agar orang yang diberi pelayanan tanggap dan menanggapi pelayanan yang diterima, sehingga diperlukan adanya unsur kualitas layanan daya tanggap sebagai berikut. 1) Memberikan penjelasan secara bijaksana sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan yang dihadapinya. Penjelasan bijaksana tersebut mengantar individu yang mendapat pelayanan mampu mengerti dan menyetujui segala bentuk pelayanan yang diterima. 2) Memberikan penjelasan yang mendetail yaitu bentuk penjelasan yang substantif dengan persoalan pelayanan yang dihadapi, yang bersifat jelas, transparan, singkat dan dapat dipertanggungjawabkan. 3) Memberikan pembinaan atas bentuk-bentuk pelayanan yang dianggap masih kurang atau belum sesuai dengan syarat-syarat atau prosedur pelayanan yang ditunjukkan. 4) Mengarahkan setiap bentuk pelayanan dari individu yang dilayani untuk menyiapkan, melaksanakan dan mengikuti berbagai ketentuan pelayanan yang harus dipenuhi. 5) Membujuk orang yang dilayani apabila menghadapi suatu permasalahan yang dianggap bertentangan, berlawanan atau tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Uraian-uraian di atas menjadi suatu interpretasi yang banyak dikembangkan dalam suatu organisasi kerja yang memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan daya tanggap atas berbagai pelayanan yang ditunjukkan. Inti dari pelayanan daya tanggap dalam suatu organisasi berupa pemberian berbagai penjelasan dengan bijaksana, mendetail, membina, mengarahkan dan membujuk. Apabila hal ini dapat diimplementasikan dengan baik, dengan sendirinya kualitas layanan daya tanggap akan menjadi cermin prestasi kerja pegawai yang ditunjukkan dalam pelayanannya. 2. Jaminan (Assurance) Setiap bentuk pelayanan memerlukan adanya kepastian atas pelayanan yang diberikan. Bentuk kepastian dari suatu pelayanan sangat ditentukan oleh jaminan dari pegawai yang memberikan pelayanan, sehingga orang yang menerima pelayanan merasa puas dan yakin bahwa segala bentuk urusan pelayanan yang dilakukan atas tuntas dan selesai sesuai dengan kecepatan, ketepatan, kemudahan, kelancaran dan kualitas layanan yang diberikan (Parasuraman, 2001:69). Jaminan atas pelayanan yang diberikan oleh pegawai sangat ditentukan oleh performance atau kinerja pelayanan, sehingga diyakini bahwa pegawai tersebut mampu memberikan pelayanan yang handal, mandiri dan profesional yang berdampak pada kepuasan pelayanan yang diterima. Selain dari performance tersebut, jaminan dari suatu pelayanan juga ditentukan dari adanya komitmen organisasi yang kuat, yang menganjurkan agar setiap pegawai memberikan pelayanan secara serius dan sungguh-sungguh untuk memuaskan orang yang dilayani. Bentuk jaminan yang lain yaitu jaminan terhadap pegawai yang memiliki perilaku kepribadian (personality behavior) yang baik dalam memberikan pelayanan, tentu akan berbeda pegawai yang memiliki watak atau karakter yang kurang baik dan yang kurang baik dalam memberikan pelayanan (Margaretha, 2003: 201).
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
111
Inti dari bentuk pelayanan yang meyakinkan pada dasarnya bertumpu kepada kepuasan pelayanan yang ditunjukkan oleh setiap pegawai, komitmen organisasi yang menunjukkan pemberian pelayanan yang baik, dan perilaku dari pegawai dalam memberikan pelayanan, sehingga dampak yang ditimbulkan dari segala aktivitas pelayanan tersebut diyakini oleh orang-orang yang menerima pelayanan, akan dilayani dengan baik sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan yang dapat diyakini sesuai dengan kepastian pelayanan. Melihat kenyataan kebanyakan organisasi modern dewasa ini diperhadapkan oleh adanya berbagai bentuk penjaminan yang dapat meyakinkan atas berbagai bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh suatu organisasi sesuai dengan prestasi kerja yang ditunjukkannya. Suatu organisasi sangat membutuhkan adanya kepercayaan memberikan pelayanan kepada orang-orang yang dilayaninya. Untuk memperoleh suatu pelayanan yang meyakinkan, maka setiap pegawai berupaya untuk menunjukkan kualitas layanan yang meyakinkan sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan yang memuaskan yang diberikan, bentuk-bentuk pelayanan yang sesuai dengan komitmen organisasi yang ditunjukkan dan memberikan kepastian pelayanan sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan. Margaretha (2003:215) suatu organisasi kerja sangat memerlukan adanya kepercayaan yang diyakini sesuai dengan kenyataan bahwa organisasi tersebut mampu memberikan kualitas layanan yang dapat dijamin sesuai dengan: 1) Mampu memberikan kepuasan dalam pelayanan yaitu setiap pegawai akan memberikan pelayanan yang cepat, tepat, mudah, lancar dan berkualitas, dan hal tersebut menjadi bentuk konkret yang memuaskan orang yang mendapat pelayanan. 2) Mampu menunjukkan komitmen kerja yang tinggi sesuai dengan bentuk-bentuk integritas kerja, etos kerja dan budaya kerja yang sesuai dengan aplikasi dari visi, misi suatu organisasi dalam memberikan pelayanan. 3) Mampu memberikan kepastian atas pelayanan sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan, agar orang yang mendapat pelayanan yakin sesuai dengan perilaku yang dilihatnya. Uraian ini menjadi suatu penilaian bagi suatu organisasi dalam menunjukkan kualitas layanan asuransi (meyakinkan) kepada setiap orang yang diberi pelayanan sesuai dengan bentuk-bentuk kepuasan pelayanan yang dapat diberikan, memberikan pelayanan yang sesuai dengan komitmen kerja yang ditunjukkan dengan perilaku yang menarik, meyakinkan dan dapat dipercaya, sehingga segala bentuk kualitas layanan yang ditunjukkan dapat dipercaya dan menjadi aktualisasi pencerminan prestasi kerja yang dapat dicapai atas pelayanan kerja. 3. Bukti Fisik (Tangible) Pengertian bukti fisik dalam kualitas layanan adalah bentuk aktualisasi nyata secara fisik dapat terlihat atau digunakan oleh pegawai sesuai dengan penggunaan dan pemanfaatannya yang dapat dirasakan membantu pelayanan yang diterima oleh orang yang menginginkan pelayanan, sehingga puas atas pelayanan yang dirasakan, yang sekaligus menunjukkan prestasi kerja atas pemberian pelayanan yang diberikan (Parasuraman, 2001:32).
112
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Berarti dalam memberikan pelayanan, setiap orang yang menginginkan pelayanan dapat merasakan pentingnya bukti fisik yang ditunjukkan oleh pengembang pelayanan, sehingga pelayanan yang diberikan memberikan kepuasan. Bentuk pelayanan bukti fisik biasanya berupa sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia, teknologi pelayanan yang digunakan, performance pemberi pelayanan yang sesuai dengan karakteristik pelayanan yang diberikan dalam menunjukkan prestasi kerja yang dapat diberikan dalam bentuk pelayanan fisik yang dapat dilihat. Bentuk-bentuk pelayanan fisik yang ditunjukkan sebagai kualitas layanan dalam rangka meningkatkan prestasi kerja, merupakan salah satu pertimbangan dalam manajemen organisasi. Arisutha (2005:49) menyatakan prestasi kerja yang ditunjukkan oleh individu sumberdaya manusia, menjadi penilaian dalam mengaplikasikan aktivitas kerjanya yang dapat dinilai dari bentuk pelayanan fisik yang ditunjukkan. Biasanya bentuk pelayanan fisik tersebut berupa kemampuan menggunakan dan memanfaatkan segala fasilitas alat dan perlengkapan di dalam memberikan pelayanan, sesuai dengan kemampuan penguasaan teknologi yang ditunjukkan secara fisik dan bentuk tampilan dari pemberi pelayanan sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan. Dalam banyak organisasi, kualitas layanan fisik terkadang menjadi hal penting dan utama, karena orang yang mendapat pelayanan dapat menilai dan merasakan kondisi fisik yang dilihat secara langsung dari pemberi pelayanan baik menggunakan, mengoperasikan dan menyikapi kondisi fisik suatu pelayanan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam suatu organisasi modern dan maju, pertimbangan dari para pengembang pelayanan, senantiasa mengutamakan bentuk kualitas kondisi fisik yang dapat memberikan apresiasi terhadap orang yang memberi pelayanan. Nursalam (2011) menyatakan bahwa kualitas layanan berupa kondisi fisik merupakan bentuk kualitas layanan nyata yang memberikan adanya apresiasi dan membentuk imej positif bagi setiap individu yang dilayaninya dan menjadi suatu penilaian dalam menentukan kemampuan dari pengembang pelayanan tersebut memanfaatkan segala kemampuannya untuk dilihat secara fisik, baik dalam menggunakan alat dan perlengkapan pelayanan, kemampuan menginovasi dan mengadopsi teknologi, dan menunjukkan suatu performance tampilan yang cakap, berwibawa dan memiliki integritas yang tinggi sebagai suatu wujud dari prestasi kerja yang ditunjukkan kepada orang yang mendapat pelayanan. Selanjutnya, tinjauan Gibson, Ivancevich, Donnelly (2003) ( yang melihat dinamika dunia kerja dewasa ini yang mengedepankan pemenuhan kebutuhan pelayanan masyarakat maka, identifikasi kualitas layanan fisik mempunyai peranan penting dalam memperlihatkan kondisi-kondisi fisik pelayanan tersebut. Identifikasi kualitas layanan fisik (tangible) dapat tercermin dari aplikasi lingkungan kerja berupa: 1) Kemampuan menunjukkan prestasi kerja pelayanan dalam menggunakan alat dan perlengkapan kerja secara efisien dan efektif. 2) Kemampuan menunjukkan penguasaan teknologi dalam berbagai akses data dan inventarisasi otomasi kerja sesuai dengan dinamika dan perkembangan dunia kerja yang dihadapinya.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
113
3) Kemampuan menunjukkan integritas diri sesuai dengan penampilan yang menunjukkan kecakapan, kewibawaan dan dedikasi kerja. Uraian ini secara umum memberikan suatu indikator yang jelas bahwa kualitas layanan sangat ditentukan menurut kondisi fisik pelayanan, yang inti pelayanannya yaitu kemampuan dalam menggunakan alat dan perlengkapan kerja yang dapat dilihat secara fisik, mampu menunjukkan kemampuan secara fisik dalam berbagai penguasaan teknologi kerja dan menunjukkan penampilan yang sesuai dengan kecakapan, kewibawaan dan dedikasi kerja. 4. Empati (Empathy) Setiap kegiatan atau aktivitas pelayanan memerlukan adanya pemahaman dan pengertian dalam kebersamaan asumsi atau kepentingan terhadap suatu hal yang berkaitan dengan pelayanan. Pelayanan akan berjalan dengan lancar dan berkualitas apabila setiap pihak yang berkepentingan dengan pelayanan memiliki adanya rasa empati (empathy) dalam menyelesaikan atau mengurus atau memiliki komitmen yang sama terhadap pelayanan (Parasuraman, 2001:40). Empati dalam suatu pelayanan adalah adanya suatu perhatian, keseriusan, simpatik, pengertian dan keterlibatan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas pelayanan sesuai dengan tingkat pengertian dan pemahaman dari masing-masing pihak tersebut. Pihak yang memberi pelayanan harus memiliki empati memahami masalah dari pihak yang ingin dilayani. Pihak yang dilayani seyogyanya memahami keterbatasan dan kemampuan orang yang melayani, sehingga keterpaduan antara pihak yang melayani dan mendapat pelayanan memiliki perasaan yang sama. Artinya setiap bentuk pelayanan yang diberikan kepada orang yang dilayani diperlukan adanya empati terhadap berbagai masalah yang dihadapi orang yang membutuhkan pelayanan. Pihak yang menginginkan pelayanan membutuhkan adanya rasa kepedulian atas segala bentuk pengurusan pelayanan, dengan merasakan dan memahami kebutuhan tuntutan pelayanan yang cepat, mengerti berbagai bentuk perubahan pelayanan yang menyebabkan adanya keluh kesah dari bentuk pelayanan yang harus dihindari, sehingga pelayanan tersebut berjalan sesuai dengan aktivitas yang diinginkan oleh pemberi pelayanan dan yang membutuhkan pelayanan. Berarti empati dalam suatu organisasi kerja menjadi sangat penting dalam memberikan suatu kualitas layanan sesuai prestasi kerja yang ditunjukkan oleh seorang pegawai. Empati tersebut mempunyai inti yaitu mampu memahami orang yang dilayani dengan penuh perhatian, keseriusan, simpatik, pengertian dan adanya keterlibatan dalam berbagai permasalahan yang dihadapi orang yang dilayani. Margaretha (2003:78) bahwa suatu bentuk kualitas layanan dari empati orang-orang pemberi pelayanan terhadap yang mendapatkan pelayanan harus diwujudkan dalam lima hal yaitu: 1) Mampu memberikan perhatian terhadap berbagai bentuk pelayanan yang diberikan, sehingga yang dilayani merasa menjadi orang yang penting. 2) Mampu memberikan keseriusan atas aktivitas kerja pelayanan yang diberikan, sehingga yang dilayani mempunyai kesan bahwa pemberi pelayanan menyikapi pelayanan yang diinginkan.
114
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
3) Mampu menunjukan rasa simpatik atas pelayanan yang diberikan, sehingga yang dilayani merasa memiliki wibawa atas pelayanan yang dilakukan. 4) Mampu menunjukkan pengertian yang mendalam atas berbagai hal yang diungkapkan, sehingga yang dilayani menjadi lega dalam menghadapi bentukbentuk pelayanan yang dirasakan. 5) Mampu menunjukkan keterlibatannya dalam memberikan pelayanan atas berbagai hal yang dilakukan, sehingga yang dilayani menjadi tertolong menghadapi berbagai bentuk kesulitan pelayanan. Bentuk-bentuk pelayanan ini menjadi suatu yang banyak dikembangkan oleh para pengembang organisasi, khususnya bagi pengembang pelayanan modern, yang bertujuan memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan dimensi empati atas berbagai bentuk-bentuk permasalahan pelayanan yang dihadapi oleh yang membutuhkan pelayanan, sehingga dengan dimensi empati ini, seorang pegawai menunjukkan kualitas layanan sesuai dengan prestasi kerja yang ditunjukkan. 5. Keandalan (Reliability) Setiap pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang handal, artinya dalam memberikan pelayanan, setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan dan profesionalisme kerja yang tinggi, sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk pelayanan yang memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang berlebihan atas pelayanan yang diterima oleh masyarakat (Parasuraman, 2001:48). Tuntutan kehandalan pegawai dalam memberikan pelayanan yang cepat, tepat, mudah dan lancar menjadi syarat penilaian bagi orang yang dilayani dalam memperlihatkan aktualisasi kerja pegawai dalam memahami lingkup dan uraian kerja yang menjadi perhatian dan fokus dari setiap pegawai dalam memberikan pelayanannya. Inti pelayanan kehandalan adalah setiap pegawai memiliki kemampuan yang handal, mengetahui mengenai seluk belum prosedur kerja, mekanisme kerja, memperbaiki berbagai kekurangan atau penyimpangan yang tidak sesuai dengan prosedur kerja dan mampu menunjukkan, mengarahkan dan memberikan arahan yang benar kepada setiap bentuk pelayanan yang belum dimengerti oleh masyarakat, sehingga memberi dampak positif atas pelayanan tersebut yaitu pegawai memahami, menguasai, handal, mandiri dan profesional atas uraian kerja yang ditekuninya (Parasuraman, 2001:101). Kaitan dimensi pelayanan reliability (kehandalan) merupakan suatu yang sangat penting dalam dinamika kerja suatu organisasi. Kehandalan merupakan bentuk ciri khas atau karakteristik dari pegawai yang memiliki prestasi kerja tinggi. Kehandalan dalam pemberian pelayanan dapat terlihat dari kehandalan memberikan pelayanan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki, kehandalan dalam terampil menguasai bidang kerja yang diterapkan, kehandalan dalam penguasaan bidang kerja sesuai pengalaman kerja yang ditunjukkan dan kehandalan menggunakan teknologi kerja.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
115
Sunyoto (2004:16) kehandalan dari suatu individu organisasi dalam memberikan pelayanan sangat diperlukan untuk menghadapi gerak dinamika kerja yang terus bergulir menuntut kualitas layanan yang tinggi sesuai kehandalan individu pegawai. Kehandalan dari seorang pegawai yang berprestasi, dapat dilihat dari: 1) Kehandalan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan terhadap uraian kerjanya. 2) Kehandalan dalam memberikan pelayanan yang terampil sesuai dengan tingkat keterampilan kerja yang dimilikinya dalam menjalankan aktivitas pelayanan yang efisien dan efektif. 3) Kehandalan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan pengalaman kerja yang dimilikinya, sehingga penguasaan tentang uraian kerja dapat dilakukan secara cepat, tepat, mudah dan berkualitas sesuai pengalamannya. 4) Kehandalan dalam mengaplikasikan penguasaan teknologi untuk memperoleh pelayanan yang akurat dan memuaskan sesuai hasil output penggunaan teknologi yang ditunjukkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa kualitas layanan dari kehandalan dalam suatu organisasi dapat ditunjukkan kehandalan pemberi pelayanan sesuai dengan bentuk-bentuk karakteristik yang dimiliki oleh pegawai tersebut, sesuai dengan keberadaan organisasi tersebut. Seorang pegawai dapat handal apabila tingkat pengetahuannya digunakan dengan baik dalam memberikan pelayanan yang handal, kemampuan keterampilan yang dimilikinya diterapkan sesuai dengan penguasaan bakat yang terampil, pengalaman kerja mendukung setiap pegawai untuk melaksanakan aktivitas kerjanya secara handal dan penggunaan teknologi menjadi syarat dari setiap pegawai yang handal untuk melakukan berbagai bentuk kreasi kerja untuk memecahkan berbagai permasalahan kerja yang dihadapinya secara handal.
DAFTAR PUSTAKA Armstrong & Baron. 2005. Productivity in Organization. London: Philadelphia. As’ad, M. 2003. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty. hlm 45−64. Azwar, S. 2000. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Bina Rupa Aksara. hlm 287−321. Brown, D. 2001. Reward Strategies: Dari Intent to Impact. http://www.amazon.co.uk/ Reward-Strategies-Intent-Duncan-Brown/dp/0852929056 Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, J.H. Donnelly, Jr. 2003. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hlm 119−275. Gordon. 2004. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hlm 119−275 . Kopelman, R.E, 1986. Managing Productivity in Organizations. New York: McGraw-Hill.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
116
McCaffery, J., Heerey, M & Bose, K. P. 2003. Refining Performance Improvement Tools and Methods: lessons and Challenges, www.ispi.org. Muhith, A. 2012. “Pengembangan model mutu asuhan keperawatan berdasarkan analisis kinerja perawat dan kepuasan perawat serta pasien di RS Kabupaten Gresik.” Disertasi tidak dipublikasikan. Program Pasca-Sarjana. Universitas Airlangga. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm 36−54. Nursalam. 2011. Managemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keerawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Parasuraman A, Zeithamal V, Berry L. 1985. “A conceptual model of service quality and its impact for future research.” Journal of Marketing (Musim Gugur). Hlm. 41−50. Perry dan Potter. 2003. Pocket And Giude Basic Skill and Procedure. 3rd edition. Missouri: Mosby. Ruky, A.S. 2006. Sistem Manajemen Kinerja. Perfomence Management System Panduan Praktis Untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sudarsono. 2006. Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Woodruff dan Gardial. 2002. Practical-people Oriented Prespective. Canada: McGraw Hill. Hlm. 36−45.
KONSEP KINERJA & Team work Definisi Kinerja Kinerja dalam organisasi diartikan sebagai keberhasilan menyelesaikan tugas atau memenuhi target yang ditetapkan. Definisi kinerja (Irawan, 2003), adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi atau indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja bila dikaitkan dengan kata benda adalah terjemahan dari kata performance, maka pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab individu atau kelompok dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika (Irawan, 2003). Kinerja mengandung 2 komponen penting yaitu : (1) kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya, (2) produktifitas yaitu kompetensi tersebut dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (outcome). Penentuan kinerja sangat diperlukan agar suatu lembaga atau individu dapat mengetahui apakah mereka telah berhasil dalam mencapai tujuan.
117
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai selama periode waktu tertentu dalam menjalankan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Prestasi atau kinerja individu memberikan kontribusi pada prestasi kelompok dan kinerja kelompok memberikan kontribusi pada kinerja organiasi. Kinerja individu adalah dasar dari kinerja organisasi (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997). Kinerja yang tidak efektif dari tiap tingkatan merupakan tanda bagi manajemen untuk segera melakukan perbaikan. Faktor yang Memengaruhi Kinerja Menurut (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi, seperti tampak dalam Gambar 4.9 berikut.
Variabel Individu 1. Kemampuan dan ketrampilan a. Mental b. Fisik 2. Latar belakang a. Keluarga b. Tingkat sosial c. Pengalaman 3. Demografis a. Umur b. Etnis c. Jenis Kelamin
Gambar 4.20
Psikologi: 1. Persepsi 2. Siap 3. Kepribadian 4. Belajar 5. motivasi
Perilaku Individu (Apa yang dikerjakan) Kinerja (Hasil yang diharapkan)
Variabel Organisasi 1. Sumber daya 2. Kepemimpinan 3. Imbalan 4. Struktur 5. Desain pekerjaan
Diagram skematis teori perilaku dan kinerja (Gibson, James L.,Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997)
Kelompok variabel individu terdiri atas variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Menurut (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997) dalam Ilyas (2002) variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu. Kelompok variabel psikologis terdiri atas variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya, dan variabel demografis. Kelompok variabel organisasi menurut (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997) terdiri atas variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
118
Indikator Kinerja Ada beberapa pengertian tentang indikator yang disampaikan oleh para pakar yaitu : (1) indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi, (2) indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan, (3) indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung. Karakteristik suatu indikator antara lain : (1) sahih (valid): artinya indikator dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai, (2) dapat dipercaya (reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang, (3) peka (sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak, (4) spesifik (specific) memberikan gambaran prubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih, (5) relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal. Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan indikator sebagai alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Monitoring dilakukan terhadap indikator kunci guna dapat mengetahui penyimpangan atau prestasi yang dicapai. Dengan demikian setiap individu akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri (self assessment).
Team Work Pengertian Team Work Kelompok kerja adalah kelompok atau dua atau lebih yang berinteraksi dalam berbagi informasi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan. Kinerja kelompok hanya merupakan jumlah kinerja sumbangan individual dari tiap kelompok (Wahjono, TSI , 2010). Team work dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu tersebut memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara satu dengan yang lain. Tim kerja (team work) menghasilkan sinergi yang positif melalui usaha yang terkoordinasi (Robbins, 2002). Team work merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang lebih baik, selain itu kompetensi anggota tim yang beraneka ragam juga merupakan nilai tambah yang membuat team work lebih menguntungkan bahkan jika dibandingkan dengan seorang individu yang sangat ahli. Sebuah team work, ada dua hal yang perlu diingat yaitu (1) adanya tugas (task), dan masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, (2) proses yang terjadi di dalam team work.
Siklus Hidup sebuah Tim Secara umum perkembangan suatu tim dapat dibagi dalam 5 tahap (Robbins, 2002). 1. Tahap pembentukan (forming stage), adalah tahapan di mana para anggota setuju untuk bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang membawa nilai, pendapat, dan cara kerja sendiri. Konflik sangat jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu, bahkan ada anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih pemimpin.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
119
2. Tahap timbulnya konflik (storming stage), adalah tahapan di mana kekacauan mulai timbul di dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai tidak mampu. Pertentangan terjadi karena masalah pribadi, semua bersikeras dengan pendapat sendiri, komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena setiap orang tidak mau lagi menjadi pendengar dan sebagian lagi tidak mau berbicara secara terbuka. 3. Tahap normalisasi (norming stage), adalah tahapan di mana individu yang ada dalam tim mulai merasakan manfaat bekerja bersama dan berjuang agar tim tetap solid. Karena semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota tim. Selain itu semua orang mulai mau menjadi pendengar yang baik. Mekanisme kerja dan aturan main ditetapkan dan ditaati seluruh anggota. 4. Tahap keempat adalah berkinerja (performing stage), tahapan di mana tim sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkan untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien. 5. Tahap pembubaran (adjourning stage), tahap ini untuk kelompok kerja yang kerjanya tidak permanen, misalnya tim, komisi atau panita.
Perilaku Individu dalam Tim Tim atau kelompok kerja memiliki beberapa faktor yang membentuk perilaku anggota sehingga dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku individu dalam tim dan kinerja tim, dan faktor tersebut meliputi peran, norma, status, ukuran tim, dam tingkat kekohesifan tim atau kelompok (Robbins, 2002). 1. Peran Setiap anggota tim mempunyai peran yang berkaitan yang terdiri atas perilaku yang diharapkan (role expectation) dari peran tersebut. Perilaku yang diharapkan ini umumnya disepakati oleh seluruh angggota tim. Ketika peran yang dimainkan oleh anggota tim menyimpang dari peran yang diharapkan, maka akan timbul reaksi negatif dalam kinerja atau kepuasan anggota atau bahkan memutuskan meninggalkan tim/kelompok 2. Norma Norma adalah sebuah standar perilaku yang dapat diterima dalam sebuah tim yang dianut oleh semua anggota tim. Norma mempunyai karakteristik penting bagi anggota tim, apa yang boleh dilakukan dan apa yang dilarang. 3. Status Status adalah sebuah posisi atau pangkat yang didefinisikan secara sosial yang diberikan kepada tim atau kelompok oleh orang lain. Status adalah faktor penting dalam memahami perilaku karena ini merupakan sebuah motivator signifikan yang memiliki konsekuensi perilaku yang besar ketika individu menerimanya. Interaksi antar anggota tim dipengaruhi oleh status, ketika terjadi ketidaksetaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan yang dapat menghasilkan berbagai jenis perilaku korektif.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
120
4. Ukuran tim Ukuran tim atau kelompok yang lebih kecil cenderung lebih cepat dalam menyelesaikan tugas dan anggota tim berkinerja lebih baik dibanding kelompok yang besar. Bila kelompok terlalu besar akan terjadi suatu kemalasan sosial (social loafing) yaitu kecenderungan para individu untuk melakukan usaha yang kurang optimal ketika bekerja secara kolektif dibanding ketika bekerja individual. 5. Kekohesifan Suatu tingkat di mana anggota tim atau kelompok saling tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tinggal di dalam kelompok tersebut, memiliki kedekatan atau kesamaan dalam sikap, perilaku dan prestasi yang hampir sama. Kedekatan ini disebut juga kekompakan. Kelompok atau tim yang sangat kohesif terdiri atas individu yang mempunyai motivasi untuk bersama, maka dapat diharapkan kinerja kelompok efektif. Tim atau kelompok sangat kohesif dengan tujuan yang sejalan dengan organisasi maka tim akan berperilaku yang positif dan mempunyai kinerja yang efektif.
Efektivitas Efektivitas individu akan menentukan efektivitas kelompok, dan efektivitas kelompok menentukan efektivitas organisasi (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997). Efektivitas individu dipengaruhi oleh kemampuan, keterampilan, pengetahuan, sikap, motivasi dan stres. Efektivitas kelompok disebabkan oleh keterpaduan, kepemimpinan, struktur, status, peran dan norma yang berlaku. Sedangkan efektivitas organisasi dipengaruhi oleh lingkungan, teknologi, pilihan startegi, struktur, proses dan kultur organisasi. Hubungan ketiga efektivitas tersebut digambarkan dalam Gambar 2.5 berikut. Efektivitas Individual
Efektivitas Kelompok
Efektivitas Organisasi
Faktor penyebab:
Faktor penyebab:
Faktor penyebab:
1. Kemampuan 2. Ketrampilan 3. Pengatahuan 4. Sikap 5. Motivasi 6. Stres
1. Keterpaduan 2. Kepemimpinan 3. Struktur 4. Status 5. Peran 6. Norma-norma
1. Lingkungan 2. Teknologi 3. Pilihan Strategi 4. Struktur 5. Proses 6. Kultur
Gambar 4.21
Sebab efektivitas (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., , 1997)
Dalam suatu team work yang terdiri atas berbagai macam individu dari latar belakang yang berbeda, dengan keahlian yang berbeda maka diperlukan suatu kerja sama yang baik dan kompak (solid) agar tujuan organisasi dapat tercapai. Suatu kelompok dikatakan sebagai team work dan menghasilkan suatu hasil yang optimal (kinerja tim yang efektif) sangat dipengaruhi oleh peran individu.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
121
Agar kinerja tim efektif, sebuah tim membutuhkan tiga jenis ketrampilan yang berbeda. Tim memerlukan individu dengan keahlian teknis, individu dengan ketrampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta individu yang trampil dalam mendengarkan, memberikan umpan balik, menyelesaikan konflik dan mempunyai ketrampilan interpersonal lain yang baik. Tim yang paling efektif bukan tim yang sangat kecil (di bawah 4 atau 5), bukan pula tim yang sangat besar (lebih dari 12 orang). Tim yang sangat kecil mungkin tidak mempunyai keragaman pandangan, dan tim yang lebih dari 12 orang akan kesulitan untuk berbuat banyak. Tim yang terbentuk dari individu fleksibel memiliki anggota yang dapat melengkapi tugas satu sama lain. Ini jelas merupakan nilai tambah bagi suatu tim, karena fleksibilitas sangat memperbaiki kemampuan adaptis tim dan membuat tim tidak tergantung hanya pada satu anggota saja. Empat faktor yang menyebabkan suatu team work dapat bekerja dengan efektif meliputi. 1. Goal setting: suatu kelompok kerja akan dapat secara efektif menghasilkan suatu tujuan apabila memiliki goal setting atau tujuan tim yang sama; 2. Komitmen: seberapa besar setiap komponen kelompok memiliki komitmen; 3. Effective role: setiap anggota kelompok harus memiliki peran tersendiri dan dituntut untuk sinergis dalam melakukan usaha; 4. Leadership: komponen penting suatu kelompok akan menjadi efektif banyak dipengaruhi oleh kepemimpinan. Menurut Kazemak dalam Stott, K dan Walker, A, 1995 dalam (Rochmah, TN, 2006) menyebutkan kriteria tim yang efektif adalah sebagai berikut. 1. Mempunyai tujuan organisasi yang dapat dimengerti dan disetujui oleh semua anggota tim. 2. Konflik yang ada harus bersifat membangun. 3. Setiap anggota diharapkan terlibat secara aktif dalam proses kepemimpinan. 4. Kemampuan individu dihargai. 5. Komunikasi bersifat terbuka dan semua anggota tim dapat ikut berpartisipasi secara aktif. 6. Semua anggota tim mendukung kebijakan dan prosedur organisasi. 7. Masalah yang ada diselesaikan secara baik berdasarkan proses pengambilan keputusan yang tepat. 8. Adanya dukungan terhadap semua kreatifitas yang sifatnya membangun. 9. Melakukan proses evaluasi secara berkala untuk mengetahui kinerja individu anggota tim dan kinerja tim secara keseluruhan; setiap anggota tim mengerti akan peranan, tanggung jawab dan batasan wewenang yang diberikan oleh organisasi. Penilaian semangat kerja melalui kinerja.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
122
Semangat Kerja Menurut, “semangat kerja (morale) adalah perasaan seorang individu terhadap pekerjaan dan organisasinya”. Mengukur semangat kerja berarti mengukur sikap atau perilaku yang cenderung kualitatif berupa indikasi. Misalnya, indikasi turunnya semangat kerja dapat dilihat dari tolak ukur yang ditampilkan sebagai berikut.
a. Turunnya produktivitas kerja atau kinerja b. Tingkat absensi yang tinggi c. Labour turnover yang tinggi d. Tingkat kerusakan bahan yang tinggi e. Kegelisahan di setiap unit kerja f. Pihak karyawan sering menuntut g. Pemogokan
Semangat kerja merupakan daya dorong bagi seseorang untuk berkinerja, sehingga dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan turunan langsung dari semangat kerja. Hal ini dikarenakan naik-turunnya kinerja tidak terlepas dari naikturunnya semangat kerja. Dengan demikian penilaian semangat kerja dapat juga dilakukan melalui penilaian kinerja. Sistem penilaian kinerja dalam suatu organisasi mencakup beberapa elemen. Elemen pokok sistem penilaian kinerja mencakup kriteria yang ada hubungannya dengan pelaksanaan kerja, ukuran-ukuran kriteria, dan pemberian umpan balik kepada pekerja dan manajer personalia. Meskipun manajer personalia merancang sistem penilaian kinerja, tetapi yang melakukan penilaian kinerja pada umumnya adalah atasan langsung pekerja yang bersangkutan. Di dalam sistem penilaian, di samping faktor penilai, ukuran-ukuran penilaian ikut menentukan objektivitas penilaian. Ukuran-ukuran tersebut tentunya yang diandalkan, sehingga secara keseluruhan dapat membentuk suatu sistem penilaian yang seobjektif mungkin. Untuk mencapai objektivitas penilaian tersebut, sistem penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job-related), praktis dan mempunyai standar pelaksanaan kerja menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang dapat diandalkan. Secara ringkas eleman-eleman pokok sistem penilaian kinerja dapat digambarkan seperti dalam Gambar 4.21 berikut ini.
123
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Prestasi Kerja Pekerja
Penilaian Prestasi Kerja
Umpan Balik Bagi Pekerja
Ukuran-ukuran Prestasi Kerja
Kriteria yang ada hubungannya dengan pelaksanaan prestasi kerja
Catatan-catatan tentang pekerja
Gambar 4.22
Catatan-catatan tentang pekerja
Elemen-elemen pokok sistem penilaian kinerja (Handoko, 2011)
Menurut (Handoko, 2001) guna mengetahui kinerja pekerja diperlukan kegiatankegiatan khusus, yaitu: 1. Identifikasi dimensi kerja yang mencakup semua unsur yang akan dievaluasi dalam pekerjaan masing-masing pekerja dalam suatu organisasi. 2. Penetapan standar kerja, penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah suatu proses melalui di mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pekerjanya.. Selanjutnya (Dharma, Agus, 1992) mengemukakan bahwa standar dalam penilaian prestasi kerja mencakup: 1. Kuantitas/jumlah yang harus diselesaikan 2. Kualitas/mutu yang dihasilkan 3. Ketepatan waktu kerja/sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan output dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Hal ini berkaitan dengan jumlah output yang dihasilkan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu dari suatu kejadian Pengukuran kualitatif output mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan yaitu seberapa baik penyelesaian pekerjaan yang telah dilaksanakan, sering juga dinyatakan dalam indikasi. Namun apabila diperlukan pengukuran kualitatif dapat juga dikuantitatifkan misalnya dengan cara mengukur frekuensi terjadinya indikasi tertentu per satuan waktu tertentu atau per siklus. (Bernadin, H. John dan Joyce E. Russel, 1995) mengemukakan 6 kriteria primer dapat digunakan untuk mengukur kinerja pekerja sebagai berikut:
124
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
a. Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan yang mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan. b. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, jumlah unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan c. Timeliness, merupakan lamanya kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikan jumlah output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan yang lain. d. Cost effectiveness, besarnya penggunaan sumber daya organisasi guna mencapai hasil yang maksimal atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya. e. Need for supervision, kemampuan seseorang pekerja untuk melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan. f. Interpersonal impact, kemampuan seseorang pegawai untuk memelihara harga diri, nama baik dan kemampuan bekerjasama diantara rekan kerja dan bawahan. Sedangkan menurut (Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, 2001) bahwa pengukuran kinerja dapat dilakukan melalui: a. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas yaitu kesanggupan karyawan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. b. Penyelesaian pekerjaan melebihi target yaitu apabila karyawan menyelesaikan pekerjaan melebihi target yang ditentukan oleh organisasi c. Bekerja tanpa kesalahan yaitu tidak berbuat kesalahan terhadap pekerjaan merupakan tuntutan bagi setiap karyawan. Berdasarkan pendapat di atas, diperlukan adanya suatu ukuran standar yang ditetapkan terlebih dahulu untuk membandingkan apakah prestasi kerja telah sesuai dengan keinginan yang diharapkan, sekaligus untuk melihat besarnya penyimpangan yang terjadi dengan membandingkan antara hasil kerja pekerja secara aktual dengan ukuran standarnya. Penilaian prestasi kerja atau kinerja banyak bergantung pada bagaimana sumber daya manusia dipandang dan diperlakukan di dalam organisasi. Jika organisasi percaya bahwa orang tidak bekerja kecuali jika mereka diawasi dan dikendalikan dengan ketat, ia cenderung mempunyai cara penilaian dalam bentuk laporan rahasia. Dalam program Quality of Work Life penilaian cenderung terbuka dan apa adanya (fair) untuk menggugah pekerja menggali lebih dalam potensi yang ada pada dirinya untuk berkembang dan berprestasi lebih baik secara fair. Dengan penilaian dan pemberian reward & consequencies yang sesuai dengan kenerja diharapkan akan mendorong pekerja untuk bekerja lebih bersemangat dan bersedia mengeluarkan segala kreatifitas dan inovasi yang dimiliki. Jika organisasi percaya bahwa setiap individu mempunyai potensi dan kekuatankekuatan serta beranggapan bahwa kemampuan manusia dapat dipertajam dalam suatu
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
125
iklim yang sehat, maka dari itu organisasi akan mempunyai sistem penilaian yang berusaha mengenali, mempertajam, mengembangkan dan memanfaatkan potensi serta kemampuan karyawannya.
DAFTAR PUSTAKA Gibson, James L., John M., Ivancevich dan james H., Donnely, 1996. Organisasi dan manajemen, Erlangga, Jakarta. Handoko, 2001. Manajemen personalia dan sumber daya manusia, BPFE., Press, Jogjakarta. Herzberg F., 1977. One more time: how do you Motivate employee? The manajement proces, Edisi 2, New York; Macmillan. Irawan H., 2003. Indonesian customer satisfaction, PT. Gramedia, Jakarta. Robbins S.P., 2002. Organizational behavior, 10th ed. Oct 16., Prentice Hall Internationa Inc, San Diago State University. Siagia, S.P., 2002. Manajemen sumber daya manusia, Bumi Aksara ,Jakarta.
TEORI MOTIVASI McCLELLAND Pada tahun 1961 bukunya ‘The Achieving Society’, David McClelland menguraikan tentang teorinya. Dia mengusulkan bahwa kebutuhan individu diperoleh dari waktu ke waktu dan dibentuk oleh pengalaman hidup seseorang. Dia menggambarkan tiga jenis kebutuhan motivasi. Dalam sebuah Teori Motivasi McClelland (Alligood & Tomey, 2006) mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu: 1. Need for Achievement (Kebutuhan untuk berprestasi) Kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan reflekssi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Untuk mengungkap kebutuhan akan prestasi. Ini dapat diungkap dengan teknik proyeksi. Penilitian menunjukkan bahwa orang yang mempunyai Need for Achievement tinggi akan mempunyai performance yang lebih baik daripada orang yang mempunyai Need for Achievement rendah. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa untuk memprediksi bagaimana performance seseorang dapat dengan jalan mengetahui Need for Achievement (kebutuhan akan prestasinya). Teori McClelland ini penting karena ia berpendapat bahwa motif prestasi dapat diajarkan. Hal ini dapat dicapai dengan belajar. Menurut McClelland, setiap orang memiliki motif prestasi sampai batas tertentu. Namun, ada yang terus-menerus lebih berorientasi prestasi daripada yang lain. Kebanyakan orang akan menempatkan lebih banyak upaya ke dalam pekerjaan mereka jika mereka ditantang untuk berbuat lebih baik. Ciri orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi (Siagian, 2002): • Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif • Mencari feedback tentang perbuatannya
126
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
• Memilih risiko yang sedang di dalam perbuatannya. • Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya
Masyarakat dengan keinginan berprestasi yang tinggi cenderung untuk menghindari situasi yang berisiko terlalu rendah maupun yang berisiko sangat tinggi. Situasi dengan risiko yang sangat kecil menjadikan prestasi yang dicapai akan terasa kurang murni, karena sedikitnya tantangan. Sedangkan situasi dengan risiko yang terlalu tinggi juga dihindari dengan memperhatikan pertimbangan hasil yang dihasilkan dengan usaha yang dilakukan. Pada umumnya mereka lebih suka pada pekerjaan yang memiliki peluang atau kemungkinan sukses yang moderat, peluangya 50%-50%. Motivasi ini membutuhkan feed back untuk memonitor kemajuan dari hasil atau prestasi yang mereka capai. Ibu yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi dalam melengkapi status imunisasi anak, akan berusaha mengimunisasikan anaknya sesuai jadwal imunisasi yang ada dan menunjukkan partisipasinya mengikuti program yang ada di masyarakat. Karena ibu tidak menginginkan anaknya terkena penyakit menular akibat tidak diimunisasi. Sehingga performanceyang ditunjukkan oleh ibu yang memiliki motivasi tinggi berbeda dengan ibu yang memiliki motivasi yang rendah. 2. Need for Affiliation (Kebutuhan untuk berafiliasi) Afiliasi menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan untuk berafiliasi merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Seseorang yang kuat akan kebutuhan berafiliasi, akan selalu mencari orang lain, dan juga mempertahankan akan hubungan yang telah dibina dengan orang lain tersebut. Sebaliknya, apabila kebutuhan akan berafiliasi ini rendah, maka seseorang akan segan mencari hubungan dengan orang lain, dan hubungan yang telah terjadi tidak dibina secara baik agar tetap dapat bertahan. Ciri orang yang memiliki kebutuhan afilasi yang tinggi (Siagian, 1999): • Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaan daripada tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut. • Melakukan pekerjaan lebih efektif apabila bekerjasama dengan orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif • Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain • Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian • Selalu berusaha menghindari konflik Mereka yang memiliki motif yang besar untuk bersahabat sangat menginginkan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan sangat ingin merasa diterima oleh orang lain. Mereka akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan sistem norma dan nilai dari lingkungan mereka berada. Mereka akan memilih pekerjaan yang memberikan hasil positif yang signifikan dalam hubungan antar pribadi. Mereka akan sangat senang menjadi bagian dari suatu kelompok dan sangat mengutamakan interaksi sosial. Ibu yang memiliki kebutuhan afilasi tinggi akan selalu berusaha mematuhi norma dan nilai yang ada di lingkungannya untuk mengimunisasikan anaknya secara lengkap. Karena ingin membangun interaksi yang baik dengan
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
127
masyarakat sekitar dan berusaha mencegah konflik akibat tidak mengikuti norma yang ada atau program yang ada di masyarakat. 3. Need for Power (Kebutuhan untuk berkuasa) Kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan reflekssi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Dalam interaksi sosial seseorang akan mempunyai kebutuhan untuk berkuasa (power). Orang yang mempunyai power need tinggi akan mengadakan kontrol, mengendalikan atau memerintah orang lain, dan ini merupakan salah satu indikasi atau salah satu menefestasi dari power need tersebut. Ciri orang yang memiliki kebutuhan berkuasa yang tinggi (Siagian, 2002): • Menyukai pekerjaan di mana mereka menjadi pemimpin • Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi di manapun dia berada • Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise • Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi. Seseorang dengan motif kekuasaaan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: 1. Personal power: mereka yang mempunyai personal power motive yang tinggi cenderung untuk memerintah secara langsung, dan bahkan cenderung memaksakan kehendaknya. 2. Institutional power: mereka yang mempunyai institutional power motive yang tinggi, atau sering disebut social power motive, cenderung untuk mengorganisasikan usaha dari rekan-rekannya untuk mencapai tujuan bersama. Ibu yang memiliki kebutuhan berkuasa yang tinggi akan berusaha melengkapi status imunisasi anaknya, karena orang tua memiliki pengaruh dan kontrol terhadap anaknya. Jika orang tua saja melakukan imunisasi secara lengkap maka anak juga harus mendapatkan imunisasi secara lengkap.
BURNOUT SYNDROME TEORI MASLACH Konsep Dasar Burnout Syndrome Pengertian Burnout Syndrome Burnout syndrome adalah keadaan lelah atau frustasi yang disebabkan oleh terhalangnya pencapaian harapan (Freundenberger, 1974). Pines dan Aronson melihat bahwa burnout syndrome merupakan kelelahan secara fisik, emosi dan mental karena berada dalam situasi yang menuntut emosional mengemukakan bahwa burnout syndrome sebagai suau perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologis dari pekerjaan. Burnout syndrome adalah suatu kondisi psikologis pada seseorang yang tidak berhasil mengatasi stres kerja sehingga menyebabkan stres berkepanjangan dan
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
128
FAKTOR PERSONAL: 1. Kepribadian 2. Harapan 3. Demografi 4. control focus 5. tingkatefisiensi
FAKTOR LINGKUNGAN:
BURNOUT SYNDROME MBI (Maslach Burnout Inventory) 1. Kelelahan emosional 2. Depersonalisasi/Sinisme 3. Prestasipribadi (Maslach 2004)
1. Beban kerja 2. Penghargaan 3. 4. 5. 6.
Kontrol Kepemilikan Keadilan Nilai Diukur Tidak Diukur
Gambar 4.23
Faktor-faktor yang memengaruhi burnout syndrome (Maslach, 2001)
mengakibatkan beberapa gejala seperti kelelahan emosional, kelelahan fisik, kelelahan mental dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri. Selama dekade terakhir, beberapa istilah telah diusulkan dalam upaya untuk menjelaskan burnout syndrome, dan definisi yang paling dapat diterima adalah yang ditulis oleh Maslach, di mana burnout syndrome ditandai dengan tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi dan menurunnya prestasi diri (Pouncet, 2007). Dampak yang paling telihat dari kelelahan adalah menurunnya kinerja dan kualitas pelayanan. Individu yang mengalami burnout syndrome akan kehilangan makna dari pekerjaan yang dikerjakannya karena respons yang berkepanjangan dari kelelahan emosional, fisik dan mental yang mereka alami. Akibatnya, mereka tidak dapat memenuhi tuntutan pekerjaan dan akhirnya memutuskan untuk tidak hadir, menggunakan banyak cuti sakit atau bahkan meninggalkan pekerjaan nya (Felton, 1998; Maslach, 2001; Poncet, 2008). Burnout syndrome lebih sering terjadi pada kategori profesi tertentu yang menuntut interaksi dengan orang lain seperti guru, profesi dibidang kesehatan, pekerja sosial, polisi dan hakim. Selain bekerja dengan masyarakat, individu yang bekerja dalam lingkungan lain yang melibatkan tanggung jawab berbahaya, presisi pada kinerja tugas, konsekuensi berat, shift kerja atau tugas dan tanggung jawab yang tidak disukai, berada pada risiko yang berbeda untuk berkembangnya kelelahan (Felton, 1998; Poncet, 2008; Bakker, 2000). Penelitian telah menunjukan bahwa perawat yang bekerja di rumah sakit berada pada risiko tertinggi kelelahan. Beberapa alasan menjadi poin utama dalam perkembangan sindrom ini, seperti tuntutan pasien, kemungkinan bahaya dalam asuhan keperawatan, beban kerja yang berat atau tekanan saat harus memberikan banyak perawatan bagi banyak pasien saat shift kerja, kurangnya rasa hormat dari pasien, ketidaksukaan dan dominasi
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
129
dokter dalam sistem pelayanan kesehatan, kurangnya kejelasan peran, serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja. Faktor lain yang sangat terkait dengan pengembangan burnout syndrome adalah jenis kepribadian yang mencerminkan kapasitas individu untuk tetap bertahan pada pekerjaannya (Felton, 1998; Poncet, 2008; Bakker, 2000). Burnout syndrome telah dinyatakan menjadi bahaya profesi yang sangat erat hubungannya dengan individu dan institusi tempat bekerja (Fraudenberg, 1974). Burnout syndrome didefinisikan sebagai jumlah energi psikologis dan fisik, bertambah atau berkurangnya kelelahan bergantung pada beberapa faktor stres pribadi dan juga stres organisasi (Maslach, 2003). Dari dua kalimat tersebut, dapat disimpulkan bahwa burnout syndrome merupakan sebuah hal yang negatif dari interaksi antara orang lain dan lingkungan kerjanya. Kelelahan emosional dinanggap sebagai elemen inti dari kelelahan yang mengakibatkan depersonalisasi terhadap pekerjaan dan juga pada rekan kerja.Depersonalisasi yang dialami oleh seseorang, dapat memengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien, sehingga bisa menurunkan prestasi diri (Leiter, Harvie &Frizzel, 1998; Leiter & Maslach, 2004).
Etiologi Penyebab terjadinya kelelahan dapat diklasifikasikan menjadi faktor personal dan atau faktor lingkungan. Faktor personal diantaranya kepribadian, harapan, demografi, control fokus dan tingkat efisiensi. Faktor lingkungan yang berperan diantaranya adalah beban kerja, penghargaan, control, kepemilikan, keadilan dan nilai (Cavus, 2010). Terlepas dari beberapa faktor tersebut diatas, ada beberapa faktor yang dianggap mempunyai hubungan yang signifikan yaitu status perkawinan, lamanya pekerjaan, dukungan sosial, struktur keluarga, tanggung jawab, kejelasan stabilitas emosional dan kelelahan.
Dimensi Sudah dijelaskan diatas, bahwa burnout syndrome tidak hanya terkait dengan faktor tunggal, melainkan muncul sebagai hasil dari interaksi antara beberapa faktor yang ada.Burnout syndrome pada seseorang muncul sebagai akibat dari kelelahan emosional yang meningkat, depersonalisasi dan penurunan prestasi diri (Pouncet, 2007). 1. Kelelahan emosional Kelelahan emosional merupakan sisi yang mengekspresikan kelelahan fisik dan emosional yang dialami sebagai dasar dan dimulainya burnout syndrome.Kelelahan emosional, sebagian besar berhubungan dengan stres pekerjaan (Akcamete, Kaner & Sucuoglu, 2001; Yildmm, 1996). Hasil dari kelelahan emosional yang dialami oleh seseorang, orang tersebut tidak responsif terhadap orang-orang yang mereka layani, dan juga merasa bahwa pekerjaannya sebagai penyiksaan karena ia berpikir bahwa dirinya sendiri tidak mampu menanggung hari-hari berikutnya dan selalu merasa tegang(Leiter & Maslach, 1988; Ergin, 1995; Maslach, Schaufeli & Leiter, 2001; Cimen & Ergin, 2001).
130
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
2. Depersonalisasi Depersonalisasi merupakan sikap yang menunjukan perilaku kers/kasar, perilaku negatif dan acuh tak acuh terhadap orang lain. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa beberapa orang menunjukan perilaku seperti kehilangan tujuan bekerja dan kehilangan antusiasme sebagai akibat dari semakin menjauh dari dirinya sendiri dan pekerjaannya, menjadi acuh tak acuh terhadap orang yang dilayani, menunjukan reaksi negative dan bermusuhan. 3. Rendahnya prestasi diri Rendahnya prestasi diri menjadi dimensi evlusi diri dari burnout syndrome, timbul fakta bahwa orang mulai melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak berhasil. Dengan kata lain, seseorang cenderung mengevaluasi dirinya sendiri sebagai hal yang negative (Maslach, 2003).Orang yang mengalami kecenderungan ini berpikir bahwa mereka tidak membuat kemajuan dalam pekerjaan mereka, sebaliknya mereka berpikir bahwa mereka jatuh kebelakang, pekerjaan mereka tidak berhasil dan tidak memberikan kontribusi pada perubahan lingkungan mereka (Leiter & Maslach, 1998; Singh et al., 1994). Burnout syndrome adalah situasi yang sangat sulit dihindari.Namun, tingkat keparahan burnout syndrome dapat dikurangi dengan aplikasi pribadi maupun perubahan aplikasi pada organisasi tempat melaksanakan tugas. Pada tingkat organisasi dilakukan dengan pernyataan tugas yang jelas, partisipasi pemula untuk program orientasi dan on the job training, perencanaan personal yang efisien dalam hubungannya dengan departemen, pertemuan tim regular dengan saran dan kritik, akses ke dukungan sosial dan lingkungan partisipatif dapat membantu dalam mencegah burnout syndrome(Kacmaz 2005; Schulz, Greenley & Brown, 1995; Lundy & Muda, 1994, Poulin & Wlter, 1993). Pada tingkat pribadi dengan cara mendorong karyawan untuk mengambil tujuan yang lebih realistis, sehingga membantu mereka untuk menurunkan ekspektasi diri agar dapat membantu dalam menurunkan burnout syndrome. Burnout syndrome adalah respons terhadap adanya stresor (misalnya beban kerja) yang ditempatkan pada karyawan. Hal ini dibedakan menjadi bentuk lain dari stres karena merupakan satu set respons ke tingkat tinggi tuntutan pekerjaan yang kronis, meliputi kewajiban pribadi dan tanggung jawab yang sangatn penting. Karena karakteristik dari profesi kesehatan seperti kecenderungan untuk focus pada masalah, kurangnya umpan balik yang positif, tingkat stres emosional dan kemungkinan merasakan perubahan sikap terhadap beberapa orang tempat bekerja, profesi kesehatan memiliki risiko lebih tinggi untk mengalami burnout syndrome (Maslach & Jackson, 1982). Tiga dimensi Maslach yang didefinisikan dari burnout syndrome sering digunakan untuk tujuan penelitian. 1. Kelelahan emosional : ditandai dengan kelelahan dan perasaan bahwa sumber daya emosional telah habis digunakan. 2. Depersonalisasi : ditandai bahwa intervensi kepada klien yang dirasa hanya sebagai objek saja, bukan sebagai orang yang harus benar-benar diperhatikan. Adanya sinisme terhadap rekan kerja, klien bahkan dengan organisasi tempat bekerja. 3. Penurunan prestasi diri :ditandai dengan kecenderungan untuk mengevaluasi diri sendiri secara negatif. Mencakup pengalaman penurunan kompetensi kerja dan prestasi dalam pekerjaan/interaksi dengan orang/kurangnya kemajuan. Bukti empiris menunjukan bahwa burnout syndrome dapat menimbulkan dampak negatif diberbagai tingkatan termasuk tingkat individu, organisasi dan pelayanan. Pada
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
131
tingkat individu, burnout syndrome dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental negatif (Maslach & Jackson, 1982).Konsekuensi emosional termasuk konflik dan kerusakan perkawinan hubungan keluarga dan sosial (Jackson et al., 1986).Pada tingkat organisasi, dapat menyebabkan penurunan komitmen organisasi (Leiter dan Maslach 1988) dan kepuasan kerja (Burke et al, 1984). Pada perawat dapat terjadi tingginya angka turn over dan ketidakhadiran (Courage dan Williams, 1987; Stechmiller, 1990), kecenderungan untuk menarik diri dari pasien dan beristirahat panjang termasuk kinerja secara keseluruhan yang menurun dalam kualitas dan kuantitas kinerja. Dengan demikian, organisasi dapat mengalami pemborosan sumber daya dan penurunan produktivitas. Pada tingkat pelayanan, penelitian menunjukan bahwa burnout syndrome dapat mengarah ke penurunan kualitas perawatan atau pelayanan dari pasien (Maslach dan Jackson, 1981).Pelayanan pelanggan yang buruk dapat menyebabkan pelangan tidak puas dan mengakibatkan turunnya kemampuan untuk mempertahankan pelanggan. MBI (Maslach Burnout Inventory) merupakan instrument yang terdiri atas 22 item yang digunakan untuk mengukur frekuensi dari tiga aspek burnout syndrome, kelelahan emosional, depersonalisasi dan yang terakhir adalah penurunan prestasi diri.Burnout syndrome tercermin pada skor yang lebih tinggi pada kelelahan emosional dan subscale depersonalisasi dan skor rendah pada prestasi subscale pribadi. Dari perumusan kepribadian di atas disimpulkan bahwa kepribadian berubah, berkembang terus sesuai dengan cara penyesuaian terhadap lingkungan sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian merupakan suatu hasil dari fungsi keturunan dan lingkungan. Setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan juga akan diikuti dengan berubahnya kepribadian. Dalam usaha mengerti seseorang, mengerti kepribadiannya perlu kita mengikuti lingkungan manakah yang berperan pada proses perkembangan dan masa hidupnya. Kalinya dipakai oleh Achille Guillard dalam karangannya berjudul “Elements de Statistique Humaine on Demographic Compares” pada tahun 1885.
DAFTAR PUSTAKA Burke, RL & Leiter, MP. 1998. Contemporary Organizational Realities and Professional Efficacy: Downsizing, Reorganization and Transition. Dalam T. Cox, P. Dewe, dan M. Leiter (ed). Coping and Health in Organizations. Washington, DC: Taylor and Francis. Cavus. 2010. “The Impacts of Structural and Psychological Empowerment on Burnout”. A Research on Staff Nurses in Turkish State Hospitals. Canadian Social Science. Hlm. 63−72. Freudenberger , J. 1974. Staff Burnout, Journal of Social Issues. Hlm. 159−165. Maslach, C, Jackson, S & Leiter, M. 2003. Maslach Burnout Inventory Manual. California: CPP. Maslach, C. 1982. Understanding Burnout: Definition Issues in Analysing a Complex Phenomenon. Dalam W. S. Pain Job Stres Burnout. Beverly Hills: Sage Publication. Maslach, C. 2001, “Job Burnout”. Annual Review of Psychology, diakses 14 November 2003, findarticles.com. Maslach, C. 2004. Different Perspectives on Job Burnout. Contemporary Psychology. APA Review of Books. Hlm. 168−170.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
132
contoh KERANGKA KONSEPTUAL berbasis integrasi model (lawrence green)
Faktor Predisposisi (Predisposing factors): 1. Pengetahuan 2. Kepercayaan 3. Sikap 4. Nilai dan norma (Kebudayaan)
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Faktor Pendukung (Enabling factors): Adanya sarana kesehatan Terjangkaunya sarana kesehatan Peraturan kesehatan Keterampilan terkait kesehatan
Faktor Pendorong (Reinforcing factors): Keluarga Guru Sebaya Petugas kesehatan Tokoh masyarakat Pengambil keputusan
Motivasi Ibu melengkapi status imunisasi dasar pada anak (Teori Mc.Clelleand)
Need for Achievement (Kebutuhan untuk berprestasi): • menghindari risiko berat • puas dan bangga dengan hasil yang dicapai • tanggung jawab • menerima saran dan kritikan orang
Need for Affiliation (Kebutuhan untuk berafiliasi): • mematuhi nilai dan norma • menghindari konflik • berusaha membangun interaksi yang baik
Perilaku Ibu mengimunisasikan anak
Need for Power (Kebutuhan untuk kekuasaan): • mempunyai kontrol • aktif • peka terhadap permasalahan
Kesehatan anak
Peningkatan kualitas hidup anak
Lingkungan
Keterangan : Diukur : Tidak diukur
Gambar 4.24
Kerangka konseptual motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak berbasis integrasi model Lawrance Green dan McClelleand (Eka Irawati, 2012)
Menurut Teori Lawrence Green, ada 3 faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Perilaku seorang ibu dalam memberikan imunisasi pada anaknya berdasarkan pendekatan Teori Lawrence green dipengaruhi oleh 3 faktor, antara lain: faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu: sikap, keyakinan, pengetahuan, kepercayaan, nilai dan
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
133
norma. Sedangkan faktor pendukung (enabling factors) yaitu: adanya sarana kesehatan, terjangkaunya sarana kesehatan, peraturan kesehatan, dan keterampilan terkait kesehatan. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu: keluarga, guru, sebaya, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan pengambil keputusan. Dan faktor predisposisi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi ibu melengkapi status imunisasi dasar pada anak. Banyak ibu yang tidak bersedia untuk mengimunisasikan anaknya dengan alasan yang sangat sederhana yaitu ibu-ibu sibuk dengan urusan rumah tangga dan ketakutan ibu akan efek samping dari pemberian imunisasi yang disertai pengetahuan ibu yang rendah tentang imunisasi (Ayubi, D, 2009). Imunisasi yang diberikan pada anak mencakup 5 imunisasi dasar yang harus diberikan, yaitu: imunisasi BCG, DPT, campak, polio, dan hepatitis. Tujuan dari imunisasi dasar adalah tercapainya kekebalan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada masyarakat (Depkes RI, 2005). Berdasarkan pendekatan integrasi model Lawrance Green dan McClelleand diperoleh suatu kesimpulan mengenai motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak. Ini dapat dilihat dari angka cakupan imunisasi dasar. Jika angka cakupan imunisasi dasar pada anak tinggi berarti motivasi ibu baik. Tapi jika angka cakupan imunisasi dasar pada anak rendah berarti motivasi ibu buruk dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak. Hipotesis: H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: pengetahuan terhadap motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: kepercayaan terhadap motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: sikap terhadap motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak H1 : Ada pengaruh faktor predisposisi: nilai dan norma (kebudayaan) terhadap motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak
DAFTAR PUSTAKA Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri: Mosby Ayubi, D., (2009). Kontribusi Pengetahuan Ibu Terhadap Status Imunisasi Anak di Tujuh Provinsi di Indonesia. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Eka Irawati. 2012. Burnout syndrome pada mahasiswa profesi berdasarkan analisis faktor person dan faktor lingkungan dari teori maslach. Skripisi. FKp. Unair Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Siagia, S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
134
STRESS, APPRAISAL, AND COPING STRATEGY IN TRANSACTIONAL THEORY (Lazarus & Folkman, 1984) Konsep dari stres berkembang dari definisi fisiologis terhadap stres sebagai konsep umum yang paling banyak diterima (Selye, 1956). PROSES Antecedents (Stresors) From person, environment, and an interaction of both
Primary Appraisal
Secondary Appraisal
“Am I okay?” “Am I in trouble or being benefited, now or in the future, and in what way?”
“What, if anything, can be done about the stresor?”
OUTCOME R e l a t i o n a l
Coping Effort Coping Effort • Problem focused coping • Emotion focused coping
Relational Meaning Revisited
M e a n i n g
Coping Effort Adaptation • Emotional well-being • unctional Status • Health behaviors (Anger, inhibited, anger, righteous, anger, pouting, hostility, envy, jealousy, anxiety-fright, guilt shame, relief, hope, sadnessdepression, gratitude, compassion, happiness-joy, pride and love)
Resources • Psychological, social, material, & physiological health
Gambar 4.25
Stres, appraisal and coping strategy in transactional theory (Lazarus & Folkman, 1984)
Setiap individu pasti akan mengalami stimulus atau peristiwa dalam hidupnya. Setiap stimulus atau peristiwa terkadang menimbulkan stres bagi individu. Stimulus ini kemudian disebut sebagai Antecedents of stresor. Lazarus & Folkman (1984) mengklasifikasikan stresor ke dalam dua domain yakni Personal Stresor (komitmen dan kepercayaan) dan Environmental Stresor (setiap aspek di luar personal yang dapat menjadi ancaman bagi kondisi personal seseorang). Dalam penilaian awal (primary appraisal), individu akan menentukan makna dari peristiwa yang dialaminya. Primary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu peristiwa yang dialami oleh individu, apakah peristiwa tersebut dipersepsikan positif, netral ataukah negatif oleh individu. Peristiwa yang dinilai negatif kemudian dicari kemungkinan adanya persepsi harm, threat atau challenge. Harm adalah penilaian mengenai bahaya yang didapat dari peristiwa yang terjadi. Threat adalah penilaian mengenai kemungkinan buruk atau ancaman yang didapat dari peritiwa yang terjadi, dan Challenge adalah tantangan akan kesanggupan untuk mengatasi dan mendapatkan keuntungan dari peristiwa yang terjadi pentingnya primary appraisal digambarkan dalam sebuah studi klasik mengenai stres oleh Lazarus. Primary appraisal memiliki tiga komponen yakni: 1) Goal relevance: yakni penilaian yang mengacu kepada tujuan yang dimiliki seseorang, yakni bagaimana hubungan peristiwa yang terjadi dengan tujuan personalnya 2) Goal congruence or incongruence: yakni penilaian yang mengacu pada apakah hubungan antara peristiwa di lingkungan dan individu tersebut konsisten dengan
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
135
keinginan individu atau tidak, apakah hal tersebut menghalangi atau memfasilitasi tujuan personalnya. Jika hal tersebut menghalanginya maka disebut goal incongruence. Apabila hal tersebut memfasilitasinya disebut goal congruence. 3) Type of ego involvement: yakni penilaian yang mengacu kepada berbagai macam aspek dari identitas ego atau komitmn seseorang Jika individu merasa adanya ancaman dari suatu peristiwa tersebut tetapi situasi tersebut tidak dirasa merugikan, maka akan berlanjut ke penilaian kedua (secondary appraisal) yang merupakan penilaian kemampuan individu dalam melakukan koping. Individu yang merasakan adanya ancaman dalam penilaian kedua, tergantung bagaimana individu tersebut melakukan koping. Secondary appraisal memiliki tiga komponen: 1) Blame and credit : yakni penilaian siapa yang bertanggung jawab atas situasi yang menekan yang terjadi astas diri individu 2) Coping potential : yakni penilaian mengenai bagaimana individu dapat mengatasi situasi menekan atau mengaktualisasi komitmen pribadinya 3) Future expectancy: penilaian mengenai apakah untuk alasan tertentu individu mungkin berubah secara psikologis untuk menjadi lebih baik ataukah lebih buruk. Pengalaman subjektif atas stres merupakan keseimbangan antara primary dan secondary appraisal. Ketika harm dan threat yang ada cukup besar sedangkan kemampuan untuk mengadakan koping tidak memadai, maka stres yang besar akan dirasakan oleh seorang individu. Sebaliknya, ketika kemampuan koping besar, stres dapat diminimalkan. Coping strategy terdiri atas PFC (Problem Focused Coping) yakni strategi yang digunakan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres dan EFC (Emotion focused coping) yakni strategi untuk mengatasi emosi negatif yang menyertai. Jika individu memiliki mekanisme koping yang cukup baik maka individu tersebut akan terbebas dari stres. Sebaliknya, apabila mekanisme koping yang dimiliki dirasa kurang, maka individu tersebut akan mengalami stres.
DAFTAR PUSTAKA Lazarus, RS. 1996. Psychological Stres and the Coping Process. New York: McGraw Hill. Lazarus, RS Folkman, S. 1984. Stres, Appraisal and Coping. New York: Springer. Lazarus & Taylor. 1991. Emotion and Adaptation. London: Oxford University Press. Lazarus, R. S., & Folkman, S. 1987. ‘Transactional theory and research on emotions and coping.” European Journal of Personality.Vol.1. Hlm.141−170. Lazarus, RS & Folkman S. 1988. Ways of Coping Questionnaire. Consulting Psychologist, Inc.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
136
MATERNAL ROLE ATTAINMENT Dan BECOMING A MOTHER (MERCER) Microsystem Microsystem Microsystem
Mother-Father Relationship
Mother Child Temperament Ability to give cues Appearence Characteristics Responsiveness Health
D
ca
re
So
cia
l su
ppo
i Fam
rt
nc ly f u
tio
Sc ho o
ay
Cognitive/ mental development Behavior/attachment Health Social competence
l
child’s Outcome
Maternal Role/Identity Competence/confidence in role Grafication/satisfaction Attachment to child
Stres
Empathy–sensitivity to cues Self-esteemself-concept Parenting received as child Maturity/flexibility Attitudes Pregnancy/birth experience Health/depressions/anxiety Role conflict/strain
g nin
Parent’s work settings
Transm cies itted cultural consisten
Gambar 4. 26 Model of maternal role attainment.
Dimodifikasi dari Mercer, R. T. 1991. Maternal role: Models and consequences. Paper dipresentasikan pada International Research Conference yang disponsori oleh the Council of Nurse Researchers and the American Nurses Association, Los Angeles, CA. Hak cipta Ramona T. Mercer, 1991. Catatan: Gambar ini telah dimodifikasi melalui komunikasi personal dengan R. T. Mercer, Kata eksosistem telah diubah menjadi mesosistem agar lebih konsisten dengan sumber awalnya Bronfenbrener pada 4 Januari 2000.
Pencapaian Peran Ibu: Mercer’s Original Model Maternal Role Attainment yang dikemukakan oleh Mercer merupakan sekumpulan siklus mikrosistem, mesosistem dan makrosistem. Model ini dikembangkan oleh Mercer sejalan pengertian yang dikemukakan Bronfenbrenner’s, yaitu:
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
137
1. Mikrosistem adalah lingkungan segera di mana peran pencapaian ibu terjadi. Komponen mikrosistem ini antara lain fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah, dukungan sosial, status ekonomi, kepercayaan keluarga dan stresor bayi baru lahir yang dipandang sebagai individu yang melekat dalam sistem keluarga. ) Keluarga dipandang sebagai sistem semi tertutup yang memelihara batasan dan pengawasan yang lebih antar perubahan dengan sistem keluarga dan sistem lainnya. Gambar 2.1 Mikrosistem dalam model pencapaian peran ibu (Aligood & Tomey, 2006 ) 2. Mesosistem meliputi, memengaruhi dan berinteraksi dengan individu di mikrosistem. Mesosistem mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat. 3. Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri atas sosial, politik. Lingkungan pelayanan kesehatan dan kebijakan sistem kesehatan yang berdampak pada pencapaian peran ibu. Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti empat tahap penguasaan peran, yaitu sebagai berikut. 1. Antisipatori : tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data sosial, psikologi, penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran, belajar untuk berperan, hubungan dengan janin dalam uterus dan mulai memainkan peran. 2. Formal : tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses pembelajaran dan pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi petunjuk formal, harapan konsesual yang lain dalam sistem sosial ibu. 3. Informal merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan atau cara khusus yang berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem sosial. Wanita membuat peran barunya dalam keberadaan kehidupannya yang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan ke depan. 4. Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita terhadap perannya. Perngalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya diri, kemampuan dalam menampilkan perannya dan pencapaian peran ibu.
Becoming a Mother: Model Revisi Pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal role attainment menjadi becoming a mother. Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi dan ayah sebagai sentral interaksi yang tinggal dalam satu lingkungan.
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
138
Society at large Community Family and friend Father or intimate
Mother
Gambar 4.27
Infant
Becoming a mother : a Revised Model (Dari R. T. Mercer, personal communication, September 3, 2003; Tomey, MA & Alligood, 2006)
Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi dukungan sosial, nilai dari keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stresor. Lingkungan komunitas meliputi perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah, rumah sakit, fasilitas rekreasi dan pusat kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar dipengaruhi oleh hukum yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak, termasuk ilmu tentang bayi baru lahir, kesehatan reproduksi, budaya terapan dan program perawatan kesehatan nasional. Perawat berperan besar membantu bayi lahir menjalani masa transisi dengan aman dan membantu ibu dan orang terdekat untuk menjalani masa transisi menjadi orang tua (Boback,1995)
Daftar Pustaka Alligood, MR, & Tomey, AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7th Ed. Missouri: Mosby. Hlm. 605−619.
Model Structure of Caring (Swanson, 1993) Model Stucture of Caring (Swanson, 1993) berkaitan dengan perilaku filosofis perawat, yaitu selalu memberikan informasi, memahami, menyampaikan pesan, melakukan tindakan terapeutik, serta selalu mengharapkan hasil akhir yang baik, seperti yang digambarkan pada Gambar 4.28. (Dari Swanson, K. M. [1993]. Nursing as informed caring for well-being of others. Image: The Journal of Nursing Scholarship, 25 [4], 352-357.)
139
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Maintaining belief
Philosophical attitudes towards persons (ingeneral) and the designated client (in specific
Gambar 4.28
Knowing
Informed understanding of the clinical condition (in general) and the situation and client (in specific)
Being with
Doing for
Enabling
Therapeutic actions
Client wellbeing
Intended outcome
Message conveyed to client
Model Structure of Caring (Swanson, 1993)
daftar PUSTAKA Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika LoBiondo-Wood, G., dan Haber, J. (2002). Nursing Research: Methods, Critical Appraisal, and Utilization. 5th ed. St. Louis: Mosby Polit DF & Back, CT. (2012). Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott. Voelker, D. H., & Orton, P. Z., & Adams, S. (2011). Cliff Quick Statistics Quick Review 2nd ed. New York: Wiley Publications, Inc.
140
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan
Bab
141
5 Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan
Pada bagian ini, penulis hanya ingin berfokus pada identifikasi masalah penelitian ilmu keperawatan. Masalah-masalah tersebut dapat digunakan sebagai stimulus bagi para peneliti ilmu keperawatan saat menerjemahkan fakta empiris yang ada di lapangan. Penjabaran lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan akan dibagi menjadi 6 lingkup masalah penelitian, meliputi: (1) Ilmu Keperawatan Dasar dan Manajemen Keperawatan, (2) Ilmu Keperawatan Anak, (3) Ilmu Keperawatan Maternitas, (4) Ilmu Keperawatan Medikal-Bedah dan Gawat Darurat, (5) Ilmu Keperawatan Kesehatan Jiwa, serta (6) Ilmu Keperawatan Komunitas, Keluarga, dan Gerontik.
Ilmu Keperawatan Dasar Dan Manajemen Keperawatan Fokus masalah penelitian ilmu keperawatan dasar adalah (1) Pengembangan konsep dan teori keperawatan; (2) Kebutuhan dasar manusia (sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia) melalui pendekatan proses keperawatan, yang meliputi faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan kebutuhan, mekanisme fisiopatobiologis, dan masalahmasalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia; (3) Pendidikan keperawatan; (4) Manajemen keperawatan; dan (5) Peran organisasi profesi (Persatuan Perawat Nasional Indonesia—PPNI). 1. Lingkup Masalah Penelitian Pengembangan Konsep dan Teori Keperawatan (Nursalam, 2008) Masalah penelitian difokuskan pada kajian teori-teori yang sudah ada dalam upaya meyakinkan masyarakat bahwa keperawatan adalah suatu ilmu yang berbeda dari ilmu profesi kesehatan lain serta kesesuaian penerapan ilmu tersebut dalam bidang keperawatan. Konsep dan teori keperawatan yang diteliti dan dikembangkan bersumber pada: a. Teori adaptasi dari S.C. Roy b. Teori kesehatan lingkungan dari Florence Nightingale c. Teori hubungan antarmanusia dari H.E. Peplau
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
142
d. Teori 14 kebutuhan dasar manusia dari V. Henderson dan 21 masalah kebutuhan manusia dari F.G. Abdellah e. Teori hubungan antara ‘care, core, dan cure’ dari L. Hall f. Teori defisit perawatan diri dari D.E. Orem g. Teori model sistem perilaku dari D.E. Johnson h. Teori hubungan dinamis antara perawat dan keluarga i. Teori keperawatan klinik, suatu seni membantu dari E. Wiedenbach j. Teori intervensi keperawatan pada respons adaptasi dan penyakit dari M.E. Levine k. Teori model sistem terbuka dari I.M. King l. Teori prinsip ‘homeodynamics’ dari M. E. Rogers m. Teori konsep model untuk praktik keperawatan dari B. Neuman n. Teori filosofi dan ilmu dalam keperawatan dari J. Watson o. Teori cultural shock diversity dari M. Lininger p. Teori structure caring dari Swanson q. Teori menjadi ibu dari R. Mercer (Polit & Back, 2012; Alligood & Tomey, 2006) 2. Lingkup Masalah Penelitian Kebutuhan Dasar Manusia Lingkup masalah penelitian tentang kebutuhan dasar manusia meliputi identifikasi sebab dan upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang meliputi: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Oksigenasi Nutrisi Cairan dan elektrolit Eliminasi Mobilisasi Istirahat dan tidur Kenyamanan dan nyeri Keamanan dan keselamatan Psikososial-spiritual dan seksualitas.
3. Lingkup Masalah Penelitian Pendidikan Keperawatan Lingkup masalah penelitian tentang pendidikan keperawatan meliputi: a. Perkembangan pengelolaan pendidikan keperawatan b. Penerapan dan pengembangan kurikulum c. Proses pembelajaran di kelas, laboratorium, dan klinik serta lapangan (komunitas) d. Sarana dan prasarana pendidikan e. Mahasiswa dan staf pengajar f. Metode pembelajaran g. Sistem evaluasi 4. Lingkup Masalah Penelitian Manajemen Keperawatan a. Sistem pengelolaan pelayanan keperawatan b. Peran dan kinerja bidang keperawatan c. Peran dan kinerja komite keperawatan
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan
143
d. Peran dan kinerja perawat e. Model asuhan keperawatan profesional yang diterapkan f. Model sistem pencatatan dan pelaporan g. Administrasi klien masuk rumah sakit h. Pengembangan instrumen penilaian kualitas pelayanan keperawatan i. Pengembangan instrumen penilaian kepuasan klien j. Standar praktik keperawatan profesional 5. Lingkup Masalah Penelitian Organisasi Profesi Keperawatan PPNI a. Peran organisasi dalam sistem regulasi praktik keperawatan (registrasi, lisensi, dan legalisasi) b. Peran organisasi dalam penetapan standar praktik keperawatan c. Peran organisasi dalam pelanggaran praktik anggotanya d. Peran organisasi dalam peningkatan pendidikan anggota dan sosialisasi profesi e. Peran organisasi dalam pengembangan pendidikan tinggi keperawatan
ILMU KEPERAWATAN ANAK Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan anak didasarkan pada filosofi keperawatan anak yang menekankan pada masalah biopsikososial anak akibat hospitalisasi dan peran keluarga dalam asuhan keperawatan anak (Wong, 1995). Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan anak meliputi: 1. Stres akibat dampak hospitalisasi pada anak 2. Penerapan konsep asuhan keperawatan anak dengan paradigma perawatan atraumatik 3. Masalah deteksi dini tumbuh kembang (DDST) oleh petugas maupun orang tua Mengkaji dan menilai tahap perkembangan pada bayi/anak menggunakan format DDST 4. Masalah stimulasi yang sesuai tahap tumbuh kembang bayi/anak • Penilaian tumbuh kembang bayi/anak yang mengalami keterlambatan • Intervensi stimulasi untuk mencapai tahap tumbuh kembang yang optimal • Penyuluhan tentang cara menstimulasi bayi/anak kepada orang tua 5. Masalah pengelolaan bermain sesuai tahap tumbuh kembang anak dan jenis penyakit pada anak yang dirawat di RS (peran petugas kesehatan/perawat dan orang tua) dalam mempercepat proses penyembuhan anak • Menentukan jenis permainan sesuai tahap tumbuh kembang anak dan jenis penyakit • Menyusun dan membuat rencana permainan • Melaksanakan rencana permainan di setiap ruang perawatan anak • Mengevaluasi tindakan bermain yang telah dilakukan pada bayi/anak
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
144
6. Masalah pelaksanaan imunisasi • Mengidentifikasi kebutuhan imunisasi sesuai kebutuhan yang berlaku • Mengidentifikasi persepsi orang tua tentang imunisasi • Memantau pemberian imunisasi pada bayi dan anak • Memberi penyuluhan kepada orang tua tentang efek samping dan penanganan bayi/anak yang diimunisasi • Memotivasi orang tua untuk memberikan imunisasi pada anaknya 7. Masalah asuhan keperawatan pada bayi/anak dengan gangguan tumbuh kembang • • • • • •
Melakukan pengkajian Menentukan diagnosis keperawatan Membuat rencana tindakan Mengevaluasi tindakan Mampu mengkaji/mengidentifikasi tumbuh kembang bayi/anak Mampu menilai pertumbuhan bayi dan balita berdasarkan pedoman antropometri • Mampu menerapkan konsep bermain pada klien
8. Masalah pelaksanakan asuhan keperawatan pada klien bayi/anak yang dirawat di RS dengan gangguan sistem tubuh yang sering terjadi pada anak a. Gangguan sistem pernapasan: Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan berikut ini: a. Pemberian posisi b. Membersihkan hidung c. Memberikan O2 d. Resusitasi jantung paru e. Merawat anak dengan pemakaian ETT dan ventilator f. Menghisap lendir g. Memberikan nebulizer h. Drainase postural/fisioterapi dada i. Pengambilan AGD dan elektrolit j. Perawatan trakeostomi k. Perawatan anak dengan water sealed drainase (WSD) b. Gangguan sistem kardiovaskular Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan berikut ini: a. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) b. Mengukur intraventricular pressure (IVP) c. Mengukur tekanan vena sentral (CVP) d. Pemasangan infus e. Perawatan pra dan pascaoperasi f. Disease shock
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan
145
c. Gangguan sistem pencernaan Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan berikut ini: a. Memelihara kebersihan mulut b. Pemasangan NGT c. Melakukan bilas lambung d. Pemberian makan lewat oral/NGT/parenteral e. Memberikan huknah/gliserin/barium enema/obat suppositoria f. Mengambil usapan rektum g. Mengukur lingkar abdomen d. Gangguan sistem hematologi dan onkologi Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini: a. Merawat klien untuk tindakan transfusi b. Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium c. Mengambil darah untuk pemeriksaan gula darah d. Memberikan cairan melalui vena dengan jarum bersayap e. Menolong klien dengan perdarahan hidung dan gangguan pada sistem hematologi f. Menolong klien bayi dengan perdarahan tali pusat g. Memberikan injeksi melalui intramuskular (IM) h. Memberikan injeksi melalui intravena (IV) i. Merawat anak yang mendapat tindakan bone marrow j. Penyuluhan kepada keluarga tentang perawatan anak yang menerima tindakan kemoterapi, radiasi k. Perawatan luka e. Gangguan sistem imunitas Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini: a. Melakukan uji kulit (skin test) b. Melakukan uji mantoux (mantoux test) c. Tes tuberkulin f. Gangguan sistem perkemihan Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini: a. Mengukur asupan dan keluaran b. Pemasangan kateter c. Mangambil urine untuk pemeriksaan melalui kateter d. Menyiapkan klien untuk tindakan pemeriksaan BNO/IVP g. Gangguan sistem endokrin dan metabolik Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini:
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
146
a. Pemberian insulin b. Mengambil darah untuk pemeriksaan gula darah acak/post prandial h. Gangguan sistem persarafan Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini: a. Melakukan pemeriksaan neurologis b. Mengidentifikasi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial c. Pemberian posisi untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial d. Menyiapkan klien untuk tindakan lumbal fungsi e. Menyiapkan klien untuk tindakan EEG, CT scan f. Merawat anak dengan trepanasi g. Merawat anak dalam keadaan kejang i. Gangguan sistem persepsi sensori Melakukan perawatan hidung, mata, telinga j. Gangguan sistem integumen Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini: a. Melakukan perawatan luka b. Merawat bayi/anak dengan varisela c. Merawat bayi/anak dengan morbili d. Merawat anak dengan infeksi jamur k. Masalah pelaksanakan MTBS Manfaat, efektivitas tindakan, dan masalah-masalah lain pada tindakan di bawah ini: a. Mengenal gejala awal penyakit yang mengancam kehidupan b. Klasifikasi penyakit
ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan maternitas difokuskan pada wanita pada masa pranatal, natal, pascalahir, dan gangguan reproduksi yang sering terjadi pada wanita. 1. Lingkup masalah penelitian pada ibu hamil • • • • • •
Pendidikan kesehatan dan tindakan pada ibu hamil Senam hamil Perawatan payudara Imunisasi tetanus pada ibu hamil Kegiatan sehari-hari Kebutuhan nutrisi dan pemeriksaan kehamilan
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan
147
2. Lingkup masalah penelitian ibu intrapartum (kala I–IV) dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (pengkajian–evaluasi): • • • •
Pemenuhan kebutuhan psikososial ibu inpartum Peran perawat dalam memonitor kemajuan persalinan (partograf) Peran perawat dalam menolong persalinan normal minimal tiga orang Peran perawat pada perawatan bayi setelah lahir (menghisap lendir, perawatan tali pusat, menentukan apgar score, memandikan bayi, menimbang berat badan (BB) mengukur panjang badan (PB), lingkar kepala, serta lingkar dada bayi)
3. Lingkup masalah penelitian keperawatan ibu pascapersalinan • • • •
Perawatan vulva hygiene (W) Perawatan payudara (W) Peran perawatan pada pengelolaan perdarahan pascapersalinan Pendidikan kesehatan 1. 2. 3. 4.
Senam nifas Cara menyusui yang benar Perawatan nifas sehari-hari Konseling KB dan pemberian kontrasepsi
4. Lingkup masalah penelitian keperawatan ibu dengan gangguan kesehatan sistem reproduksi • Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan deteksi dini gangguan sistem reproduksi • Peran perawat dalam pemeriksaan diagnostik (pemeriksaan pap smear) • Memberikan pendidikan kesehatan • Pengembangan model asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi • Sindroma klimaktorium pada wanita menopause • Dukungan sosial perawat dan keluarga pada tindakan pembedahan dan kemoterapi
ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN GAWAT DARURAT Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan medikal bedah difokuskan pada asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Topik masalah didasarkan pada gangguan sistem tubuh yang umum terjadi pada klien dewasa.
Ilmu Keperawatan Medikal Bedah a. Sistem kekebalan tubuh 1) Pengaruh program latihan fisik secara teratur terhadap fungsi imunitas 2) Pengaruh pemberian vitamin terhadap peningkatan populasi leukosit tertentu 3) Hubungan antara berpikir positif dengan fungsi imunitas
148
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
4) Tindakan pengurangan nyeri apakah yang paling efektif pada nyeri sendi 5) Apakah ada perbedaan kebutuhan psikososial pada klien HIV pada berbagai stadium 6) Keefektifan intervensi nonfarmakologi dalam mengurangi mual dan muntah pada klien kanker b. Sistem respirasi dan oksigenasi 1) Pengaruh frekuensi perawatan trakeostomi terhadap rata-rata kejadian infeksi 2) Frekuensi kejadian aspirasi pada klien kanker kepala leher 3) Tindakan keperawatan apa yang paling efektif untuk mengurangi dispnea pada klien dengan gangguan pernapasan bawah 4) Apakah metode pengukuran sesak dapat diterapkan pada klien kritis dan kronis 5) Bagaimana keefektifan strategi khusus untuk mengurangi sesak seperti relaksasi, latihan, koping, strategi perawatan diri sendiri? 6) Strategi apakah yang paling efektif untuk mengurangi sesak? c. Sistem kardiovaskular 1) Keefektifan persiapan kulit terhadap penempatan elektroda untuk memperkecil artefak 2) Pengaruh prosedur keperawatan tertentu terhadap disritmia 3) Keakuratan teknik pengukuran tekanan darah di berbagai letak 4) Apakah ada perbedaan manifestasi penyakit koroner antara pria dan wanita 5) Bagaimana faktor risiko penyakit arteri koroner pada klien dengan penyakit vaskular 6) Cara yang terbaik apakah yang dapat membantu merubah kebiasaan gaya hidup klien untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit kardiovaskular 7) Apakah metode terapi oksigen nasal atau masker lebih efektif untuk mempertahankan keadekuatan nilai PaO2 8) Mengapa perdarahan lebih banyak terjadi pada wanita setelah terapi trombolitik 9) Apakah terapi relaksasi lebih efektif daripada imajinasi terbimbing dalam pengendalian mual pada klien kemoterapi 10) Apakah pendidikan meningkatkan ketaatan pada sejumlah klien dengan penyakit jantung d. Sistem persarafan 1) Alat pengkajian neurologi apa yang paling sesuai untuk mengkaji neurologi secara cepat 2) Intervensi keperawatan apakah yang paling baik untuk mencegah gelisah dan agitasi pada klien dengan penyakit Alzheimer 3) Efek frekuensi pengisapan pada klien trauma kepala terhadap peningkatan TIK 4) Alat pengkajian apakah yang paling baik untuk deteksi dini penurunan kesadaran 5) Kombinasi intervensi apa yang terbaik pada klien dengan nyeri akut setelah pembedahan
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan
149
6) Apakah sifat perawat menentukan intervensinya pada klien yang mengalami nyeri 7) Intervensi keperawatan nonfarmakologi apa yang dapat membantu mengurangi nyeri dan kecemasan klien 8) Intervensi keperawatan apa yang paling bermanfaat dalam mengurangi nyeri selama prosedur penggantian balutan e. Sistem perkemihan 1) Apakah modifikasi pendidikan dan diet menghambat serangan gagal ginjal 2) Perbedaan stresor psikologi dan stresor fisiologi pada klien hemodialisis dan dialisis peritoneal 3) Metode koping apakah yang paling efektif atau yang lazim digunakan pada klien gagal ginjal/hemodialisis f. Sistem pencernaan 1) Metode apakah yang efektif untuk mengurangi nyeri stomatitis 2) Adakah peran pengelolaan stres dan pengobatan stomatitis 3) Hubungan antara ketaatan diet, minum antasida, dan perubahan gaya hidup terhadap serangan tukak peptik 4) Peran perawat dalam membantu penyesuaian klien terhadap ostomi (misalnya hubungan sosial, seksual) 5) Pengaruh intervensi keperawatan klien hepatitis yang mengalami isolasi sosial 6) Intervensi keperawatan apa yang paling baik untuk mengurangi gatal yang disertai ikterus 7) Intervensi keperawatan apa yang paling baik untuk mencegah diare pada klien yang memperoleh tube feeding g. Sistem endokrin 1) Keefektifan biaya pada pemberian terapi antitiroid dan pengobatan tetap iodin (I131) 2) Kondisi yang paling tepat untuk penyimpanan insulin 3) Apakah penggunaan ulang spuit insulin mengontaminasi insulin dan apa efek metabolismenya h. Sistem sensori persepsi 1) Adakah perbedaan mekanisme koping pada klien penurunan penglihatan akut dan kronis 2) Apakah klien dengan penurunan penglihatan mengalami peningkatan risiko isolasi sosial selama hospitalisasi 3) Pengetahuan klien tentang kerja obat yang memengaruhi pendengaran i. Sistem muskuloskeletal Intervensi keperawatan apa yang paling sesuai pada klien dengan frustrasi dan depresi akibat imobilisasi dan hospitalisasi yang berkepanjangan
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
150
j. Lanjut usia 1) Teknik pengkajian spesifik apakah yang mereflekssikan status hidrasi pada klien lanjut usia 2) Apakah pendekatan video pada penyuluhan penghitungan asupan natrium efektif pada populasi lanjut usia
Ilmu Keperawatan Gawat Darurat a. Lingkup masalah penelitian kegawatan sistem pernapasan 1) Identifikasi tanda-tanda gawat napas 2) Peran perawat pada tindakan terhadap klien gawat napas 3) Pengembangan teknik fisioterapi dada • Latihan napas • Menepuk • Melakukan vibrasi • Posisi drainase • Mengisap • Nebulizing b. Lingkup masalah penelitian kegawatan sistem kardiovaskular 1) Identifikasi indikator gawat jantung 2) Peran perawat pada tindakan terhadap klien gawat jantung c. Lingkup masalah penelitian pada syok d. Lingkup masalah penelitian kegawatan sistem persarafan 1) Peran perawat pada monitor peningkatan TIK 2) Peran perawat pada tindakan gangguan sistem persarafan e. Lingkup masalah kegawatan pada sistem muskuloskeletal Pengembangan model pananganan kegawatan gangguan sistem muskuloskeletal (fraktur; melakukan teknik pembidaian; melakukan teknik pembalutan; serta mengenal; menyiapkan dan melaksanakan prosedur pemasangan gips). f. Lingkup masalah penelitian kegawatan akibat intoksikasi Pengembangan model tindakan asuhan keperawatan kegawatan akibat intoksikasi: • Insektisida, • Napza, • Makanan dan minuman, • Obat-obatan, • Kimia, • Sengatan serangga, dan • Gigitan ular.
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan
151
g. Lingkup masalah penelitian kegawatan jiwa 1) Peran perawat pada perawatan kegawatan psikiatri, seperti: • Mengamuk • Percobaan bunuh diri • Depresi 2) Menyiapkan, melakukan prosedur pengikatan
ILMU KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan jiwa ditujukan pada seluruh komponen, meliputi klien, keluarga, dan masyarakat serta pengembangan model asuhan keperawatan kesehatan jiwa mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. (Barkway, 2009; Muir Cochrane, Barkway, Nizette, 2010) a. Lingkup masalah pada penerapan proses keperawatan 1) Pengembangan teknik komunikasi terapeutik 2) Pengembangan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga 3) Pengembangan terapi modalitas keperawatan 4) Peran perawat dalam memfasilitasi klien dan keluarga menggunakan fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan 5) Peran perawat pada kolaborasi dalam penatalaksanaan pengobatan dengan memerhatikan prinsip (5B IW) serta mendeteksi dan menangani efek samping obat b. Lingkup masalah penelitian pada analisis proses interaksi (API) 1) Penyusunan API 2) Efektivitas penerapan API c. Lingkup masalah penelitian pada kedaruratan psikiatri 1) Gaduh Gelisah • Masalah indikasi dan prinsip pengekangan fisik pada klien yang mengamuk • Masalah pengekangan fisik yang benar b. Penelantaran Diri • Masalah tingkat kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi pada klien yang mengalami masalah penelantaran diri • Masalah pemenuhan kebutuhan dasar klien dengan penelantaran diri c. Bunuh Diri • Masalah pelaksanaan pengkajian tingkat risiko bunuh diri pada klien • Masalah identifikasi kategori perilaku bunuh diri: ancaman bunuh diri, upaya bunuh diri, dan bunuh diri • Masalah intervensi keperawatan pada klien dengan masalah risiko bunuh diri d. Lingkup masalah penelitian pada terapi keluarga • Masalah pendidikan kesehatan pada keluarga berdasarkan kasus kelolaan (individu)
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
152
• Masalah pendidikan kesehatan pada keluarga (kelompok) mengenai peran keluarga dalam perawatan klien: - Selama dirawat di rumah sakit - Selama klien cuti - Setelah klien pulang dari rumah sakit - Masalah Penyuluhan Kesehatan Masyarakan Rumah Sakit (PKMRS) secara rutin disesuaikan dengan jadwal ruangan jiwa e. Lingkup masalah penelitian terapi lingkungan/manipulasi lingkungan • Masalah kunjungan rumah pada klien kelolaan • Masalah penyuluhan pada keluarga/masyarakat sekitar f. Lingkup masalah penelitian terapi modalitas 1) Psikofarmaka • Masalah penerapan asuhan prinsip 5 B I W dalam pemberian obat • Masalah farmakokinetik dan farmakodinamik obat yang diberikan • Masalah identifikasi dan menangani efek samping obat 2) Terapi elektrokonvulsif (Electroconvulsi therapy—ECT) • Persiapan alat • Persiapan klien dan pengaturan posisi • Observasi masalah pada pascaECT dan penanganannya 3) Terapi okupasi • Memfasilitasi dan mengoordinasikan klien dalam pelaksanaan terapi okupasi • Kerja sama dengan terapis yang ada di ruangan 4) Terapi aktivitas kelompok (TAK): merencanakan TAK, melaksanakan TAK, dan melaporkan hasil TAK
ILMU KEPERAWATAN KOMUNITAS, KELUARGA, DAN GERONTIK Lingkup masalah penelitian keperawatan komunitas adalah pengkajian tentang kondisi kesehatan dari suatu masyarakat, yang meliputi: pemeliharaan kesehatan di masyarakat, peran serta masyarakat dalam kesehatan, peningkatan kesehatan lingkungan, pendekatan multisektoral, dan pengembangan penggunaan teknologi tepat guna untuk masyarakat.
Komunitas a. Pengkajian tentang pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan kesehatannya melalui upaya pokok puskesmas yang ada di Indonesia. b. Pengkajian tentang pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung puskesmas. c. Identifikasi masalah kesehatan prioritas di wilayah kerja puskesmas. d. Menyusun rencana strategi untuk menghentikan kendala terhadap pencapaian program kesehatan di puskesmas. e. Pendekatan peran serta masyarakat secara aktif.
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan
153
f. Masalah penerapan proses keperawatan di komunitas (pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan evaluasi). g. Identifikasi dan pemberdayaan sumber-sumber yang ada di masyarakat dalam konteks asuhan keperawatan komunitas. h. Penerapan model asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) kepada kelompok khusus yang ditemui di wilayah kerja asuhan keperawatan komunitas.
Keluarga a. Komunikasi terapeutik setiap berhubungan dengan keluarga. b. Identifikasi keluarga yang perlu mendapat asuhan keperawatan. c. Identifikasi kemampuan, kelemahan, kesempatan, dan bahaya yang dimiliki oleh keluarga binaannya. d. Penerapan proses keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi). e. Menyusun media dan strategi pendidikan kesehatan yang tepat bagi keluarga binaannya sesuai dengan masalah kesehatan. f. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga binaannya sesuai dengan masalah kesehatan. g. Mendayagunakan kemampuan keluarga sebagai upaya promotif dan preventif. h. Melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan.
Gerontik a. Identifikasi masalah-masalah kesehatan lansia di keluarga, komunitas, dan institusi layanan (depresi, ketergantungan, gangguan fisik, demensia, dll). b. Pengembangan model asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) kepada lansia sebagai individu yang tinggal dalam keluarga; panti/institusi pelayanan kesehatan. c. Pemanfaatan sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia.
DAFTAR PUSTAKA Alligood, MR, & Tomey, AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7th Ed. St. Louis, Missouri: Mosby. Barkway P. 2009. Psychology for Health Professionals. London: Churchill Livingstone Elsevier. Muir Cochrane E., Barkway P, Nizette D. 2010. Mosby’s Pocket Book of Mental Health. Sydney: Mosby. Nursalam. 2000. Pendekatan Paktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
154
Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott. Wong, D.L. 1995. Nursing Care of Infant and Children. 8th ed. St. Louis: Mosby Company.
Bagian
METODOLOGI PENELITIAN
3
• Bab 6 Rancangan Penelitian • Bab 7 Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel • Bab 8 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional • Bab 9 Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data • Bab 10 Analisis Data Penelitian Kuantitatif • Bab 11 Penulisan Hasil Penelitian
156
Bagian 3: Metodologi Penelitian
Bab
6 Rancangan Penelitian
PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang rancangan penelitian yang sering digunakan pada penelitian ilmu keperawatan. Pembahasan akan difokuskan pada rancangan deskriptif dan eksperimen. Rancangan penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengkaji suatu fenomena berdasarkan fakta empiris di lapangan. Sedangkan rancangan eksperimen lebih ditekankan pada pembuktian dan pengembangan model penerapan ilmu keperawatan di lapangan melalui suatu intervensi keperawatan dan observasi dari intervensi yang diberikan. Rancangan atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal; pertama, rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data; dan kedua, rancangan penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan. Rancangan juga dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, kemampuan dalam menyeleksi dan mengimplementasikan rancangan penelitian sangat penting untuk meningkatkan kualitas penelitian dan hasilnya akan dapat dimanfaatkan. Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan. Rancangan sangat erat dengan kerangka konsep sebagai petunjuk perencanaan pelaksanaan suatu penelitian. Sebagai “blueprint”, rancangan adalah suatu pola atau petunjuk secara umum yang dapat diaplikasikan pada beberapa penelitian. Dengan adanya permasalahan penelitian yang jelas, kerangka konsep, dan definisi variabel yang jelas, suatu rancangan dapat digunakan sebagai gambaran tentang perencanaan penelitian secara rinci dalam hal pengumpulan dan analisis data.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
158
Pada tahap ini, peneliti harus mempertimbangkan beberapa keputusan sehubungan dengan metode yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan harus secara cermat merencanakan pengumpulan data. Peneliti harus menyadari bahwa setiap metode yang digunakan mempunyai dampak terhadap kualitas, kesatuan, dan interpretasi dari suatu hasil. Oleh karena itu, peneliti harus dapat mengevaluasi keputusan untuk menentukan berapa banyak kebenaran yang akan disajikan pada hasil penelitian. Menurut Buns & Groves (1999) ada beberapa pertanyaan yang perlu dikaji pada bagian penentuan rancangan penelitian, seperti berikut ini:
• Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variabel dan kelompok berdasarkan situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab akibat pada situasi tertentu? • Apakah akan menggunakan suatu perlakuan (treatment)? • Jika ya, apakah perlakuan akan dikontrol oleh peneliti? • Apakah akan dilakukan pra-tes pada sampel perlakuan? • Apakah sampel akan diseleksi secara acak (random)? • Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok? • Berapa besar kelompok yang akan diteliti? • Berapa jumlah masing-masing kelompok? • Apakah tiap kelompok akan dikontrol? • Apakah tiap kelompok akan diberi tanda secara acak? • Apakah pengukuran variabelnya akan diulang? • Apakah menggunakan pengumpulan data cross-sectional atau cross-time? • Apakah variabel sudah diidentifikasi? • Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak variabel? • Strategi apakah yang digunakan untuk mengontrol variabel yang bervariasi? • Strategi apakah yang digunakan untuk membandingkan suatu variabel atau kelompok? • Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau bertingkat (multiple)?
Penyusunan rancangan penelitian memerlukan suatu pertimbangan yang matang dan rinci sebagaimana tersebut di atas. Semakin hati-hati dalam berpikir secara rinci, rancangan penelitian akan semakin kuat.
PEMILIHAN RANCANGAN PENELITIAN Pemilihan dan penetapan rancangan penelitian dilakukan setelah perumusan hipotesis penelitian. Hal ini penting karena rancangan penelitian pada dasarnya merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian serta sebagai alat untuk mengontrol atau mengendalikan pelbagai variabel yang berpengaruh dalam penelitian. Dengan demikian, rancangan penelitian pada hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian.
159
Bab 6 • Rancangan Penelitian
Apakah ada intervensi/rekayasa dari peneliti?
Tidak
Ya
Deskriptif, analitik, hubungan, komparasi
Eksperimen
Apakah tujuan utama mencari hubungan?
Apakah semua memiliki: (1) Kelompok Kontrol, (2) Randomisasi, (3) Pengendalian Ketat pada Variabel
Tidak
Ya
Tidak (hanya 2 saja
Ya
Desain deskriptif studi kasus dan survei
Desain deskriptif studi kasus dan survei
QuesiExperimental
TrueExperimental
Tidak
Ya
Desain cross-sectional Komparatif (cohort & case kontrol)
Gambar 6.1
Random atau Kelompok Kontrol
Pra-experimental - One-shot case study - One group pre-post test design - Static group comparasion
Diagram alur penetapan rancangan penelitian ilmu keperawatan
Unsur-unsur yang terpenting dalam menentukan rancangan penelitian mencakup: (1) ada/tidaknya pengobatan, (2) jumlah sampel dalam populasi, (3) frekuensi dan waktu pengukuran, (4) metode sampling, (5) instrumen untuk pengumpulan data, dan (6) kontrol yang dipilih untuk mengendalikan variabel-variabel perancu. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini penting saat menyusun suatu rancangan penelitian: (1) Apakah akan ada suatu intervensi keperawatan yang perlu dilakukan kepada responsden? (2) Perbandingan tipe apakah yang akan digunakan? (3) Prosedur apakah yang akan digunakan untuk mengontrol variabel? (4) Kapan dan berapa kali data akan dikumpulkan dari responsden? (5) Dalam situasi yang bagaimanakah penelitian akan dilaksanakan, di klinik, di rumah atau di tempat yang lainnya? (6) Berapakah jumlah responsden untuk setiap kelompok? (7) Apakah setiap kelompok akan diseleksi secara random? (8) Apakah data dikumpulkan secara cross-sectional dan cross-time?
Bagian 3: Metodologi Penelitian
160
JENIS RANCANGAN PENELITIAN Jenis rancangan penelitian keperawatan dibedakan menjadi empat (Nursalam, 2008), yaitu: 1. Deskriptif. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi, atau fenomena dalam menemukan ide baru. 2. Faktor yang berhubungan (relationship). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan hubungan antarvariabel dan menjelaskan hubungan yang ditemukan. Penelitian ini disebut juga penelitian tahap kedua setelah suatu fenomena ditemukan. Hubungan tersebut tidak selalu memiliki mekanisme yang menjelaskan (secara ko-insiden/kebetulan timbul bersamaan). Rancangan yang sering digunakan adalah cross sectional. 3. Faktor yang berhubungan (asosiasi). Penelitian ini disebut juga explanatory atau correlational, bertujuan untuk menentukan faktor apakah yang terjadi sebelum atau bersama-sama tanpa adanya suatu intervensi dari peneliti. Rancangan yang dipergunakan bisa menggunakan cross-sectional atau jenis rancangan lainnya (kohort, case control) 4. Pengaruh (causal). Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Karakteristik rancangan pengaruh (causal) adalah sebagai berikut: • Intensitas variabel independen menentukan intensitas variabel dependen (VD) misalnya dosis • Dapat dijelaskan mekanisme perubahannya • (Tetapi) bukan sebagai penyebab (causation) • Jenis rancangan yang dipergunakan adalah eksperimental. Jenis rancangan eksperimental adalah: (1) True experimental (satu kelompok tidak dilakukan intervensi) (2) Quasy experimental (satu kelompok dilakukan intervensi sesuai dengan metode yang dikehendaki, kelompok lainnya dilakukan seperti biasanya) (3) Pre-experimental: post only atau pre-post. Satu kelompok dilakukan intervensi X dan kelompok lainnya dilakukan intervensi Y Secara umum, penelitian dapat diklasifikasikan menjadi (1) non-eksperimental dan (2) eksperimental. Penjelasan berikut ini akan menguraikan mengenai dua kategori rancangan yang sering digunakan dalam penelitian keperawatan.
Rancangan Penelitian Non–Eksperimen a. Rancangan penelitian deskriptif Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Fenomena disajikan
161
Bab 6 • Rancangan Penelitian
secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya suatu hipotesis. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan atau dilanjutkan dengan melakukan penelitian analitik. Hubungan antarvariabel diidentifikasi untuk menggambarkan secara keseluruhan suatu peristiwa yang sedang diteliti, tetapi pengujian mengenai tipe dan tingkat hubungan bukan merupakan tujuan utama dari suatu penelitian deskriptif. Cara menghindari bias dalam suatu penulisan dilakukan dengan: (1) menghubungkan antara konsep dan operasional definisi variabel, (2) seleksi sampel dan besarnya sampel, (3) instrumen yang valid dan reliabel, dan (4) prosedur pengambilan data dengan adanya suatu kontrol lingkungan. Rancangan ini digunakan untuk menguji suatu karakteristik dari sampel (Polit & Back (2012): Klarifikasi
Pengukuran
Deskripsi
Interpretasi
variabel 1
deskripsi
variabel 1 Interpretasi
variabel 2
deskripsi
variabel 2 Makna/Arti Peristiwa
variabel 3
deskripsi
variabel 3 Menyusun hipotesis
variabel 4
deskripsi
variabel 4
Rancangan penelitian meliputi identifikasi suatu peristiwa, identifikasi variabel, serta mengembangkan teori dan operasional definisi dari variabel. Deskripsi variabel mampu menginterpretasi makna suatu teori yang ditemukan dan populasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Jenis rancangan penelitian deskriptif adalah: 1) Rancangan penelitian studi kasus Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah subjek cenderung sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang berhubungan dengan masalah penelitian. Rancangan dari suatu studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan faktor penelitian waktu. Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara rinci. Keuntungan yang paling besar dari rancangan ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah responsdennya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas. Misalnya, studi kasus tentang asuhan keperawatan klien dengan infark miokard akut pada hari pertama serangan di RS. Peneliti akan mengkaji variabel yang sangat luas dari kasus di atas mulai dari menemukan masalah bio-psiko-sosio-spiritual.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
162
2) Rancangan penelitian survei Survei adalah suatu rancangan yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi, dan hubungan antarvariabel dalam suatu populasi. Pada survei, tidak ada intervensi. Survei mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai. Terdapat tiga metode yang sering digunakan dalam mengumpulkan data survei: (1) wawancara melalui telepon, (2) wawancara langsung—tatap muka, dan (3) tanya jawab dengan penyebaran kuesioner melalui surat. Keuntungan survei adalah dapat menjaring responsden secara luas dan dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil informasi dapat dipergunakan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat dari survei seringkali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu, pada penelitian survei akan lebih baik jika dilaksanakan analisis secara bertahap.
b. Rancangan penelitian korelasional (hubungan/asosiasi) Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada. Sampel perlu mewakili seluruh rentang nilai yang ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel. Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain. Dengan demikian, pada rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel. Contoh penelitian deskriptif korelasional dalam keperawatan meneliti tentang hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan klien kanker serviks yang menjalani radioterapi. “Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan klien kanker serviks yang menjalani radioterapi”.
Skema Penelitian Deskriptif Korelasional
Pengukuran
Variabel 1
Deskripsi variabel
Uji Interpretasi Hubungan makna/arti
Variabel 2
Deskripsi variabel
Penelitian korelasional biasanya dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur secara serentak dari suatu kelompok subjek. Hubungan antarvariabel ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang bergerak dari –1 sampai dengan +1. Korelasi –1 berarti korelasi negatif sempurna, sedangkan korelasi +1 berarti positif sempurna. Variabel dikatakan berkorelasi positif apabila variasi suatu variabel diikuti sejajar oleh variabel yang lain. Pada contoh kasus di atas, makin tua usia pemberi perawatan, maka makin tinggi risiko merasa jenuh. Bila variasi suatu variabel diikuti terbalik oleh variasi variabel lainnya, maka kedua variabel tersebut berkorelasi negatif.
Bab 6 • Rancangan Penelitian
163
Cross Sectional (Hubungan dan Asosiasi) Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel dependen). Misalnya, peneliti ingin mempelajari hubungan antara sikap perawat dan tingkat kecemasan klien infark miokard akut yang dirawat di ruang UGD. Peneliti pada saat itu menilai atau menanyakan sikap perawat (sebagai variabel independen) kemudian menilai tentang kecemasan klien pada saat itu juga, misalnya dengan menggunakan instrumen kecemasan dari Hamilto Anxiety Rating Scale (HARS) (Nursalam, 2008).
c. Rancangan penelitian komparatif Istilah rancangan penelitian non-eksperimen: komparatif dalam ilmu keperawatan sering digunakan pada penelitian klinis maupun komunitas. Jenis rancangan ini mempunyai makna yang hampir sama dengan yang dilakukan dalam epidemiologi, yang dikenal dengan istilah kohort dan kasus kontrol. Rancangan ini difokuskan untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok subjek tanpa adanya suatu perlakuan dari peneliti. 1) Kohort Menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) istilah kohort berasal dari Romawi kuno yang berarti sekelompok tentara yang maju berbaris ke medan perang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian epidemiologik noneksperimental yang mengkaji antara variabel independen (faktor risiko) dan variabel dependen (efek/kejadian penyakit). Pendekatan yang digunakan pada rancangan penelitian kohort adalah pendekatan waktu secara longitudinal atau time period approach. Sehingga jenis penelitian ini disebut juga penelitian prospektif. Menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) peneliti mengobservasi variabel independen terlebih dahulu (faktor risiko), kemudian subjek diikuti sampai waktu tertentu untuk melihat terjadinya pengaruh pada variabel dependen (efek atau penyakit yang diteliti). Pada Gambar 7.2, pembagian antara variabel risiko dan nonrisiko terbagi secara alamiah tanpa adanya suatu intervensi dari peneliti. Kemudian peneliti mengikuti secara prospektif terhadap efek yang ditimbulkan. Misalnya, peneliti ingin menilai bayi yang secara alamiah diberi susu buatan dan ASI. Peneliti mengikuti sampai batas waktu tertentu (misalnya 1 tahun), kemudian mengobservasi kejadian asma bronkial pada kedua kelompok tersebut. Ternyata ditemukan bahwa angka kejadian asma bronkial pada kelompok subjek yang diberi susu buatan lebih tinggi dibandingkan pada bayi berusia kurang dari 1 tahun yang mendapatkan ASI.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
164
Peneliti mengobservasi pada waktu ini
PROSPEKTIF
Faktor Risiko
Efek +/-
ASMA
Tanpa risiko & efek Faktor Nonrisiko
Gambar 6.2
Menilai Efek
Efek +/–
Rancangan penelitian Kohort (prospektif) (Sastroasmoro & Ismail, 1995)
2) Kasus Kontrol (Case Control) Jenis penelitian ini merupakan kebalikan dari penelitian kohort, yaitu peneliti melakukan pengukuran pada variabel dependen terlebih dahulu (efek, misalnya asma bronkial), sedangkan variabel independen ditelusuri secara retrospektif untuk menetukan ada tidaknya faktor (variabel independen) yang berperan, misalnya minum susu buatan.
Menilai Faktor Risiko
RETROSPEKTIF
Faktor Risiko
Peneliti mengobservasi pada waktu ini
Kasus: Asma
ASMA
Faktor Risiko
Gambar 6.3
Kontrol: Tidak Asma
Skema rancangan penelitian kasus kontrol
Sebagai kontrol pada jenis penelitian kasus kontrol, dipilih kelompok subjek yang berasal dari populasi yang karakteristiknya sama dengan kasus dan hanya berbeda dalam hal terdapatnya penyakit atau kelainan (asma bronkial).
165
Bab 6 • Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian Eksperimental Penelitian eksperimental adalah suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan adanya keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas. Eksperimen merupakan rancangan penelitian yang memberikan pengujian hipotesis yang paling tertata dan cermat, sedangkan pada penelitian kohort atau kasus kontrol hanya sampai pada tingkat dugaan kuat dengan landasan teori atau telaah logis yang dilakukan peneliti. Akan tetapi studi ini pada umumnya mahal dan pelaksanaanya rumit, sehingga penggunaannya terbatas. Dilihat dari kemampuannya dalam mengontrol variabel-variabel penelitian, rancangan penelitian eksperimental dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) pra-eksperimental; (2) eksperimental semu; dan (3) eksperimental sungguhan.
Rancangan penelitian pra-eksperimental Menurut Babbie (1999) rancangan penelitian pra-eksperimental dibedakan menjadi tiga, yaitu (a) one-shot case study; (b) one-group pre-post test design; dan (c) static-group comparison design. 1) One–shot case study Penelitian ini dilakukan dengan melakukan intervensi/tindakan pada satu kelompok kemudian diobservasi pada variabel dependen setelah dilakukan intervensi. Misalnya, peneliti melakukan observasi pada percepatan penyembuhan luka pascaoperasi (dependen) setelah dilakukan mobilisasi (independen) Subjek
Pra
Perlakuan
Pasca-tes
–
I
O
Waktu 1
Waktu 2
Waktu 3
Keterangan - : tidak diobservasi sebelum tindakan I : intervensi O : observasi setelah intervensi
b. Rancangan pra-pascates dalam satu kelompok (One-group pra-post test design) Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Misalnya, peneliti mengobservasi proses involusi ibu pascasalin sebelum melakukan senam nifas, kemudian keadaan involusi uterinya diobservasi setelah senam. Subjek
Pra
Perlakuan
Pasca-tes
K
O
I
OI
Waktu 1
Waktu 2
Waktu 3
Keterangan K : subjek (pascasalin) O : observasi involusi uteri sebelum senam I : intervensi (senam nifas) O1 : observasi involusi uteri sesudah senam
Bagian 3: Metodologi Penelitian
166
Suatu kelompok sebelum dikenai perlakukan tertentu (I) diberi pra-tes, kemudian setelah perlakuan, dilakukan pengukuran lagi untuk mengetahui akibat dari perlakukan. Pengujian sebab akibat dilakukan dengan cara membandingkan hasil pra-tes dengan pasca-tes. Namun tetap tanpa melakukan pembandingan dengan pengaruh perlakuan yang dikenakan pada kelompok lain. Penelitian ini dipandang masih sangat lemah karena tidak melibatkan kelompok kontrol dan temuan penelitian sangat ditentukan oleh karakteristik subjek. Apabila ditemukan atau tidak ditemukan perbedaan antara pra-tes dan pasca-tes, maka tidak dapat dipastikan apakah perbedaan itu memang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan ataukah tidak. c. Static-group comparison design Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh dari suatu tindakan pada kelompok subjek yang mendapat perlakuan, kemudian dibandingkan dengan kelompok subjek yang tidak mendapatkan perlakuan. Subjek
Pra
Perlakuan
Pasca-tes
K-A
O
I
O1-A
K-B
-
-
O1-B
Waktu 1
Waktu 2
Waktu 3
Keterangan K-A : subjek (pascasalin) perlakuan K-B : subjek (pascasalin) kontrol - : tidak diobservasi dan tidak dilakukan intervensi O : observasi involusi uteri sebelum senam (kelompok perlakuan) I : intervensi (senam nifas) O1(A+B) : observasi involusi uteri sesudah senam (kelompok perlakuan dan kontrol)
Rancangan penelitian eksperimen semu (quasy-experiment) Rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimental. Tapi pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan teknik acak. Rancangan ini biasanya menggunakan kelompok subjek yang telah terbentuk secara wajar (teknik rumpun), sehingga sejak awal bisa saja kedua kelompok subjek telah memiliki karakteristik yang berbeda. Apabila pada pasca-tes ternyata kedua kelompok itu berbeda, mungkin perbedaannya bukan disebabkan oleh perlakukan tetapi karena sejak awal kelompok awal sudah berbeda. Subjek
Pra
Perlakuan
Pasca-tes
K-A
O
I
O1-A
K-B
O
-
O1-B
Time 1
Time 2
Time 3
Keterangan K-A : subjek (pascasalin) perlakuan K-B : subjek (pascasalin) kontrol - : aktivitas lainnya (selain senam nifas yang telah diprogramkan) O : observasi involusi uteri sebelum senam (kelompok perlakuan) I : intervensi (senam nifas) O1(A+B) : observasi involusi uteri sesudah senam (kelompok perlakuan dan kontrol)
167
Bab 6 • Rancangan Penelitian
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok perlakuan diawali dengan pra-tes, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (pasca-tes)
Rancangan eksperimental sungguhan (true-experiment) Ciri penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimental yang dipilih dengan menggunakan teknik acak. Pada kelompok perlakuan dilakukan suatu intervensi tertentu kemudian kelompok kontrol tidak dilakukan tindakan. Penelitian ini biasanya dilakukan pada binatang percobaan. Misalnya, peneliti ingin meneliti pengaruh pemberian obat A terhadap penyembuhan penyakit pada kelompok perlakuan yang telah diberi bakteri penyakit tertentu. Kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi bakteri penyakit tertentu, tetapi tidak diberikan obat jenis A (hanya plasebo). Pada penelitian ilmu keperawatan jenis penelitian ini jarang dipergunakan. Ada beberapa jenis rancangan penelitian eksperimental yang dapat digolongkan ke dalam kelompok ini:
• Pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan kontrol yang diacak • Pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan kontrol yang diacak • Gabungan keduanya (Rancangan Solomon)
1) Pasca-tes dengan pemilihan Pada rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok tidak diawali dengan pra-tes. Pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian perlakuan selesai. Subjek
Pra
Perlakuan
Pasca-tes
R
-
I
O
R
-
-
O
R : random (acak) I : intervensi (senam nifas) O : observasi involusi uteri sebelum senam
2) Pra-tes dan pasca-tes dengan pemilihan Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali dengan pra-tes, dan setelah pemberian perlakuan selesai diadakan pengukuran kembali (pasca-tes). Rancangan penelitian ini mengikuti urutan prosedural yang sama dengan rancangan eksperimental semu sejenis. Perbedaan terletak pada pemilihan subjek dengan menggunakan teknik acak.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
168
Subjek
Pra
Perlakuan
Pasca-tes
R
0
I
O
R
0
–
O
R : random (acak) X : variabel bebas atau perlakuan 0 : observasi (pengukuran)
c. Rancangan Solomon Subjek
Pra
Perlakuan
Pasca-tes
R
-
I
O
R
-
-
O
R
0
I
O
R
0
-
O
R : random (acak) X : variabel bebas atau perlakuan 0 : observasi (pengukuran) I : intervensi (senam nifas)
Rancangan ini pada dasarnya menggabungkan dua rancangan eksperimental sebelumnya sehingga terbentuk rancangan yang melibatkan empat kelompok. Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen dan dua lainnya sebagai kelompok kontrol. Pada kedua kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan pada kedua kelompok kontrol tidak. Pada satu pasangan kelompok eksperimen dan kontrol diawali dengan pra-tes, sedangkan pada pasangan yang lain tidak. Setelah pemberian perlakuan selesai diadakan pengukuran atau pasca-tes pada keempat kelompok. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang kuat dan cermat terhadap hasil penelitian dibandingkan penelitian lainnya, dan memungkinkan adanya suatu perbandingan yang kompleks antara kelompok dan pengkajian efek dari pra-tes pada nilai pasca-tes. Rancangan ini juga mampu menetralkan kelemahan-kelemahan rancangan sebelumnya. Misalnya, untuk rancangan eksperimental sungguhan yang kedua, dengan memasukkan langkah pemberian pra-tes dapat membuat subjek menjadi peka dalam memberikan jawaban dalam pasca-tes.
DAFTAR PUSTAKA Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott. Sastroasmoro S. & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Bab 7 • Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel
Bab
169
7 Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel
Pada bab ini akan diuraikan tentang penentuan populasi, sampel, dan sampling (cara pengambilan sampel), serta penentuan jumlah sampel. Setiap penelitian harus memiliki subjek, bisa berupa manusia, hewan, barang-barang, dan atau tumbuhan. Pada penelitian keperawatan, subjek penelitian hampir selalu menggunakan subjek manusia.
POPULASI Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Contoh: Semua klien yang telah menjalani operasi jantung di rumah sakit.
Pembagian Populasi Pembagian populasi menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) meliputi: populasi target dan populasi terjangkau. a. Populasi target Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian. Populasi menurut Polit dan Hungler (1999) target bersifat umum dan biasanya pada penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik demografis (meliputi jenis kelamin atau usia). Misalnya, kita mempunyai kelompok populasi target pada klien diabetes melitus di Surabaya. b. Populasi terjangkau (Accessible Population) Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya. Misalnya, semua klien diabetes melitus yang menjadi anggota Askes di Surabaya. Peneliti biasanya menjadikan sampel pada populasi target tersebut dan diharapkan dapat dipergunakan untuk mewakili kelompok populasi klien diabetes melitus yang ada di Surabaya.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
170
Sampling: Probabiliti/acak 1. simple 2. cluster 3. sistematik 4. stratified
Gambar 7.1
Subjek Penelitian
Karakteristik
Contoh
Populasi target
Dibatasi oleh karakteristik klinis dan demografis
Stres hospitalisasi pada anak (jumlah tidak terbatas)
Dibatasi oleh tempat dan waktu
Anak stres hospitalisasi di RSUD Dr. Soetomo (58/bulan)
Dipilih secara acak
30 anak stres hospitalisasi
Populasi terjangkau
Sampel
Hubungan antara populasi, sampel, sampling, dan besar sampel (Sastroasmoro & Ismail: 1995, dimodifikasi oleh Nursalam 2008)
Kriteria Populasi Dalam mendefinisikan populasi, peneliti harus berfokus pada kriteria yang telah ditetapkan. Dasar pertimbangan penentuan kriteria populasi, meliputi: a. Biaya. Jika kita ingin meneliti pada populasi suku Madura, maka peneliti harus belajar budaya dan bahasa Dayak agar dapat terjadi interaksi dengan baik. Keadaan tersebut memerlukan waktu yang lama sehingga juga memerlukan biaya tambahan. b. Praktik. Kesulitan dalam melibatkan populasi sebagai subjek karena berasal dari daerah yang sulit dijangkau (misalnya, masyarakat Dayak yang tinggal terpencil di pegunungan). c. Kemampuan orang untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kondisi kesehatan seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan populasi. Misalnya orang dengan gangguan mental, tidak sadar, dan kondisi mental yang tidak stabil perlu dikeluarkan sebagai kriteria populasi. d. Pertimbangan rancangan penelitian. Pada penelitian dengan menggunakan rancangan eksperimen, maka diperlukan populasi yang mempunyai kriteria homogenitas dalam upaya untuk mengendalikan variabel random, perancu, dan variabel lainnya yang akan mengganggu dalam penelitian. Penggunaan kriteria tersebut dapat digunakan untuk mendefinisikan suatu populasi dalam penelitian dan mempunyai dampak dalam menginterpretasi dan melakukan generalisasi hasil.
Bab 7 • Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel
171
SAMPEL DAN SAMPLING Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.
Sampel a. Syarat-syarat sampel Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel, yaitu representatif (mewakili) dan (2) sampel harus cukup banyak. 1) Representatif Sampel yang representatif adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang ada. Untuk memperoleh hasil/kesimpulan penelitian yang menggambarkan keadaan populasi penelitian, maka sampel yang diambil harus mewakili populasi yang ada. Untuk itu dalam “sampling” harus direncanakan dan jangan asal saat mengambil sampel. Misalnya, kita ingin meneliti hubungan antara pengetahuan klien dan ketaatan diet pada klien diabetes. Dasar pendidikan klien ada yang tidak sekolah, tidak lulus SD, Lulus SD, SMP, SMU, akademi, perguruan tinggi, dan lain-lain. Semua tingkat pendidikan tersebut harus terdapat dalam sampel. Istilahnya terwakili dalam sampel penelitian kalau semua tingkat pendidikan klien yang ada dalam populasi telah terwakili. 2) Sampel harus cukup banyak Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin akan lebih representatif. Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah terwakili, kalau jumlahnya kurang memenuhi, maka kesimpulan hasil penelitian kurang atau bahkan tidak bisa memberikan gambaran tentang populasi yang sesungguhnya. Sebenarnya tidak ada pedoman umum yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian. Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri. Polit dan Hungler (1999) menyatakan bahwa semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh. Dengan kata lain semakin besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan. Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Namun demikian, penggunaan sampel sebesar 10%–20% untuk subjek dengan jumlah lebih dari 1000 dipandang sudah cukup. Makin kecil jumlah populasi, persentasi sampel harus semakin besar. Terdapat beberapa rumus yang dapat dipergunakan untuk menentukan besar sampel.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
172
PENENTUAN BESAR SAMPEL
n
N.z2 p.q. = d2 (N-1) + z2 . p.q
48 (1,96)2 .05 . 0.5 = (0,05) (48 – 1) + (1,96)2 . 0,5 . 0,5
= 42,7 = 43 responsden
• Populasi infinit (populasi tidak diketahui) n=
Za2 .p.q d2
Keterangan: n = perkiraan besar sampel N = perkiraan besar populasi z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96) p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% q = 1 – p (100% – p) d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) atau n=
N 1 + N (d)2
Keterangan (untuk prediksi): n = Besar sampel N = Besar populasi d = Tingkat signifikansi (p)
Penentuan dengan rumus tersebut di atas tidak mutlak, khususnya jika tujuan penelitian tidak untuk generalisasi.
b. Kriteria sampel: inklusi dan eksklusi Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2008) 1) Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu popolusi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. Misalnya, kita akan meneliti tentang pengaruh mobilisasi pada klien pascaoperasi terhadap percepatan peristaltik usus, maka yang menjadi bahan pertimbangan dalam kriteria inklusi adalah jenis anestesi yang digunakan dan umur klien, karena kedua faktor tersebut sangat memengaruhi hasil dari intervensi yang dilakukan. 2) Kriteria ekslusi Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena pelbagai sebab, antara lain:
Bab 7 • Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel
173
• Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil. Misalnya, dalam studi komparatif (kasus kontrol) yang mencari hubungan suatu faktor risiko dengan kejadian penyembuhan luka pascaoperasi laparastomi, maka subjek dengan kelainan imunologis tidak boleh diikutsertakan dalam kelompok kasus. • Terdapat keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan, seperti subjek yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga sulit ditindaklanjuti. • Hambatan etis • Subjek menolak berpartisipasi Penetapan kriteria sampel (inklusi dan eksklusi) diperlukan dalam upaya untuk mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti, tetapi ternyata berpengaruh terhadap variabel dependen.
Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995 & Nursalam, 2008). Cara pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: probability sampling dan nonprobability sampling.
a. Probability sampling Prinsip utama probability sampling adalah bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Setiap bagian populasi mungkin berbeda satu dengan lainnya tetapi menyediakan populasi parameter, mempunyai kesempatan menjadi sampel yang representatif. Dengan menggunakan sampling random, peneliti tidak bisa memutuskan bahwa X lebih baik dari pada Y untuk penelitian. Demikian juga, peneliti tidak bisa mengikutsertakan orang yang telah dipilih sebagai subjek karena mereka tidak setuju atau tidak senang dengan subjek atau sulit untuk dilibatkan. 1) Simple random sampling Pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Jika sampling frame kecil, nama bisa ditulis pada secarik kertas, diletakkan di kotak, diaduk, dan diambil secara acak setelah semuanya terkumpul. Misalnya, kita ingin mengambil sampel 30 orang dari 100 populasi yang tersedia, maka secara acak kita mengambil 30 sampel melalui lemparan dadu atau pengambilan nomor yang telah ditulis. 2) Stratified random sampling Stratified artinya strata atau kedudukan subjek (seseorang) di masyarakat. Jenis sampling ini digunakan peneliti untuk mengetahui beberapa variabel pada populasi yang merupakan hal yang penting untuk mencapai sampel yang representatif. Misalnya, jika kita merencanakan ada 100 sampel, peneliti mengelompokkan 25
Bagian 3: Metodologi Penelitian
174
subjek dengan tingkat pendidikan: tidak sekolah dan SD tidak tamat; dasar (SD dan SMP); SLTA; dan perguruan tinggi. Pada jenis sampling ini harus diyakinkan bahwa semua variabel yang diidentifikasi akan mewakili populasi. 3) Cluster sampling Cluster berarti pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Jenis sampling ini dapat dipergunakan dalam dua situasi. Pertama jika simple random sampling tidak memungkinkan karena alasan jarak dan biaya; kedua peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti dan tidak memungkinkan menyusun sampling frame. Misalnya, peneliti ingin meneliti anak yang mengalami stres hospitalisasi. Maka peneliti mengambil sampel pada klien anak berdasarkan tempat klien dirawat (di rumah sakit A, B, C) yang mempunyai karakteristik yang berbeda. 4) Systematic sampling Pengambilan sampel secara sistematik dapat dilaksanakan jika tersedia daftar subjek yang dibutuhkan. Jika jumlah populasi adalah N= 1200 dan sampel yang dipilih= 50, maka setiap kelipatan 24 orang akan menjadi sampel (1200:50 = 24). Maka sampel yang dipilih didasarkan pada nomor kelipatan 24, yaitu sampel no. 24, 48, dan seterusnya.
b. Nonprobability sampling 1) Purposive sampling Purposive sampling disebut juga judgement sampling. Adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Misal, kita ingin meneliti peran keluarga dalam perawatan klien skizofrenia di rumah, maka peneliti memilih subjek pada keluarga klien yang mempunyai anak dengan skizofrenia. 2) Consecutive sampling Pemilihan sampel dengan consecutive (berurutan) adalah pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismail, 1995: 49). Jenis sampling ini merupakan jenis non-probability sampling yang terbaik dan cara yang agak mudah. Untuk dapat menyerupai probability sampling, dapat diupayakan dengan menambahkan jangka waktu pemilihan klien. Misalnya, terjadinya wabah demam berdarah selama kurun waktu tertentu di mana waktu tersebut menunjukkan terjadinya puncak insiden demam berdarah. Jenis sampling ini sering dipergunakan pada penelitian epidemiologi di komunitas. 3) Convinience sampling Pemilihan sampel convinience adalah cara penetapan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang menyenangkan atau mengenakkan peneliti. Sampling ini dipilih apabila kurangnya pendekatan dan tidak memungkinkan untuk mengontrol bias. Subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di tempat dan waktu
Bab 7 • Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel
175
secara bersamaan pada pengumpulan data. Dengan cara ini, sampel diambil tanpa sistematika tertentu, sehingga tidak dapat dianggap mewakili populasi sumber, apalagi populasi target. Misalnya, pada waktu peneliti praktik di ruangan kebetulan menjumpai klien yang diperlukan (sesuai masalah penelitian), maka peneliti langsung menetapkan subjek tersebut untuk diambil datanya. Kemudian peneliti cuti dan tidak melanjutkan. Setelah beberapa lama, peneliti melanjutkan lagi pemilihan subjek, demikian seterusnya. 4) Quota sampling (Judgement sampling) Teknik penentuan sampel dalam kuota menetapkan setiap strata populasi berdasarkan tanda-tanda yang mempunyai pengaruh terbesar variabel yang akan diselidiki. Kuota artinya penetapan subjek berdasarkan kapasitas/daya tampung yang diperlukan dalam penelitian. Misal, dalam suatu penelitian didapatkan adanya 50 populasi yang tersedia, peneliti menetapkan kuota 40 subjek untuk dijadikan sampel, maka jumlah tersebut dinamakan kuota.
DAFTAR PUSTAKA Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit. DE & Hungler, BP. 1999. Nursing Research. Principles and Methods. 6 th Ed. Philadelphia: JB Lippincott. Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott. Sastroasmoro S. & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
176
Bagian 3: Metodologi Penelitian
Bab 8 • Variabel dan Definisi Operasional
Bab
177
8 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
VARIABEL Definisi Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra, & Haryanto, 2000). Ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Rafii, 1985). Dalam riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu penelitian bersifat konkret dan secara langsung bisa diukur, misalnya denyut jantung, hemoglobin, dan pernapasan tiap menit. Sesuatu yang konkret tersebut bisa diartikan sebagai suatu variabel dalam penelitian.
Jenis Variabel Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe untuk menjelaskan penggunaannya dalam penelitian. Beberapa variabel dimanipulasi, yang lainnya sebagai kontrol. Beberapa variabel diidentifikasi tetapi tidak diukur dan yang lainnya diukur dengan pengukuran sebagian. Macam-macam tipe variabel meliputi: (1) independen; (2) dependen; (3) moderator (intervening); (4) perancu (confounding); (5) kendali/kontrol; dan (6) (Nursalam, 2008). (1) Variabel independen (bebas) Variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk memengaruhi tingkah laku klien.
178
Bagian 3: Metodologi Penelitian
(2) Variabel dependen (terikat) Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas. (3) Variabel moderator (intervening) Variabel yang dapat berperan sebagai variabel bebas dan terikat. Variabel moderator (seringkali disebut sebagai variabel bebas kedua) adalah variabel yang diangkat untuk menentukan apakah ia memengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain, variabel moderator adalah faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih peneliti untuk mengungkapkan apakah faktor tersebut mengubah hubungan antara variabel bebas dan terikat. Jika peneliti ingin mempelajari pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y tetapi ragu-ragu apakah hubungan antara X dan Y tersebut berubah karena variabel Z, maka Z dapat dianalisis sebagai variabel moderator (bebas atau terikat). Contoh: Peneliti ingin meneliti efektivitas penyuluhan kesehatan dengan metode visual dan audio kepada klien terhadap pengetahuan pengobatan yang diberikan. Lebih lanjut peneliti curiga bahwa ada klien tertentu yang lebih cocok dengan metode visual sedang klien lainnya lebih cocok dengan metode audio. Jika klien yang cocok dengan metode visual dan audio dipisahkan, kemudian dianalisa sendiri-sendiri maka perbedaan pengetahuan pengobatan kelompok metode visual dan kelompok metode audio akan terlihat nyata. Dalam hal ini karakteristik klien (kecocokan metode) merupakan variabel moderator terhadap hubungan antara variabel bebas (metode visual dan audio) dan variabel terikat (pengetahuan pengobatan). Konsep: A _____ (moderator) ______ B. Untuk mengetahui pengaruh yang lebih jelas, biasanya dilakukan analisis jalur (path analysis).
(4) Variabel perancu (confounding) Adalah variabel yang nilainya ikut menentukan variabel baik secara langsung maupun tidak langsung. Variabel perancu merupakan jenis variabel yang berhubungan (asosiasi) dengan variabel bebas dan berhubungan dengan variabel terikat, tetapi bukan merupakan variabel antara. Identifikasi variabel perancu ini amat penting, karena bila tidak ia dapat membawa kita pada kesimpulan yang salah, misalnya ditemukan terdapat hubungan antarvariabel padahal sebenarnya tidak ada atau sebaliknya, tidak ditemukan hubungan antarvariabel padahal hubungan itu ada. Misalnya dalam contoh penelitian medis (dikutip dari Sastroasmoro dan Ismail, 1995): peneliti ingin mencari hubungan antara kebiasaan minum kopi dan kejadian penyakit jantung koroner. Dalam hal ini variabel bebasnya adalah kebiasaan minum kopi dan variabel tergantungnya adalah insiden penyakit jantung koroner. Kebiasaan
Bab 8 • Variabel dan Definisi Operasional
179
merokok dapat merupakan variabel perancu, oleh karena ia berhubungan dengan kebiasaan minum kopi (bebas) dan berhubungan pula dengan kejadian penyakit jantung (variabel terikat). Konsep = A
B
C Uji statistik yang dipilih adalah ANOVA (analysis of variance) Cara menyingkirkan perancu: • Restriksi, menyingkirkan variabel perancu dari setiap subjek penelitian dengan memperketat kriteria sampel. • Matching, proses menyamakan variabel perancu diantara dua kelompok. • Randomisasi merupakan cara efektif untuk menyingkirkan pengaruh variabel perancu. Dengan melakukan randomisasi maka variabel perancu akan terbagi secara seimbang di antara kelompok. (5) Variabel kendali (kontrol) Adalah variabel yang nilainya dikendalikan dalam penelitian (baik seluruhnya ataupun sebagian saja). Tidak semua variabel di dalam suatu penelitian dapat dipelajari sekaligus dalam waktu yang sama. Beberapa di antara variabel tersebut harus dinetralkan pengaruhnya untuk menjamin agar variabel tersebut tidak mengganggu hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel-variabel yang pengaruhnya harus dinetralkan tersebut disebut variabel-variabel kontrol. Jadi variabel kontrol adalah faktor-faktor yang dinetralkan pengaruhnya oleh peneliti karena jika tidak demikian diduga ikut memengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel kontrol berbeda dengan variabel moderator. Penetapan suatu variabel menjadi suatu variabel moderator adalah untuk dipelajari (dianalisis) pengaruhnya, sedangkan penetapan suatu variabel menjadi variabel kontrol adalah untuk dinetralkan/disamakan pengaruhnya.
Contohnya: Pada penelitian tentang pengaruh senam nifas pada ibu pascasalin terhadap involusi uteri, maka paritas bisa dianggap sebagai variabel kontrol. Pengontrolan dapat dilakukan dengan (1) membatasi sampel pada ibu-ibu pascasalin dengan paritas satu saja (mengendalikan sebagian) dan (2) mengendalikan dengan analisis statistik, artinya variabel paritas dibiarkan ada kemudian dikelompokkan menjadi paritas 1, paritas 2, dan seterusnya. 6) Variabel random Variabel yang tanpa diduga ternyata berperan di dalam mekanisme yang sedang kita pelajari. Atau dengan kata lain variabel yang dengan sengaja kita abaikan keberadaannya, meskipun kita ketahui variabel tersebut ikut berperan dalam mekanisme tersebut.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
180
Konsep X1 X2 X3
Y
X4 X5 X6 (tidak diukur)
X6 dalam hal ini berperan sebagai variabel acak
DEFINISI OPERASIONAL Konsep Pengertian dan Definisi a. Pengertian Ada beberapa pemahaman tentang ‘pengertian,’ yaitu:
• Pengertian merupakan bagian dari keputusan. Di dalam ilmu logika merupakan urutan kedua (yaitu pengertian tentang fakta; kemudian keputusan: pernyataan benar atau tidak; dan penyimpulan: pembuktian/silogisme) • Pengertian mengandung aspek isi dan luas. 1) Isi sering disebut juga komprehensi; semua unsur dan ciri yang termuat dalam pengertian atau realitas; 2) Luas juga disebut sebagai ekstensi, semua realitas yang dapat dinyatakan oleh pengertian tertentu (contoh kuda: hewan). Luas dapat dibagi menjadi tiga unsur, yaitu: • terminologi singular (menunjukkan suatu arti), • terminologi partikular (sebagian dari seluruh luas), dan • terminologi universal (menunjukkan seluruh luas).
b. Definisi Definisi berasal dari kata definition (latin). Ada dua macam definisi, yaitu definisi nominal dan definisi riil. Definisi nominal menerangkan arti kata; hakiki; ciri; maksud; dan kegunaan; serta asal muasal (sebab). Definisi riil menerangkan objek yang dibatasinya, terdiri atas dua unsur: unsur yang menyamakan dengan hal yang lain dan unsur yang membedakan dengan hal lain.
181
Bab 8 • Variabel dan Definisi Operasional
Aturan membuat definisi: 1. Definisi harus dapat dibolak-balikkan dengan hal yang didefinisikan (luas keduanya harus sama) 2. Definisi tidak boleh negatif. Misal, kepuasan adalah tidak senang 3. Apa yang didefinisikan tidak boleh masuk dalam definisi. Misalnya, kepuasan adalah rasa puas yang dirasakan seseorang terhadap ……… 4. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur (ambigious). Misalnya, kepuasan adalah rasa batin yang bersifat individual ……………….. Tabel 8-1 Langkah-langkah penyusunan definisi (Jika definisi suatu istilah sangat kompleks) Konsep Kepuasan
Meningkatnya kepuasan Persepsi terhadap pelayanan
Dimensi
1. Kehandalan 2. Daya tanggap 3. Kepastian 4. Empati 5. Berwujud
Indikator
1. Sesuai, akurat, dan konsisten 2. Cepat, mendengar, mengatasi keluhan 3. Keyakinan, kepercayaan 4. Peduli, dan perhatian 5. Penampilan fisik: peralatan, materi, dan SDM
Definisi Perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dan harapannya Pencapaian kesenangan seseorang terhadap suatu aktivitas yang dilakukan Tanggapan seseorang (pelanggan: klien, keluarga, masyarakat) terhadap suatu kegiatan yang diterima dari produser (Institusi: RS, pendidikan, dll)
Variabel yang telah didefinisikan perlu dijelaskan secara operasional, sebab setiap istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan. Penelitian adalah proses komunikasi dan komunikasi memerlukan akurasi bahasa agar tidak menimbulkan perbedaan pengertian antarorang dan agar orang lain dapat mengulangi penelitian tersebut. Jadi definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi. Contoh operasional dalam penulisan definisi operasional pada skripsi dan tesis dapat dibaca pada bagian pedoman penulisan skripsi. Ada berbagai cara untuk mendefinisikan suatu variabel. Ada kalanya definisi tersebut sekadar sinonim atau konseptual. Sinonim dari suatu variabel biasanya dapat ditemukan di kamus, sedangkan definisi yang konseptual merupakan deskripsi mengenai apa dan mengapa, biasanya dapat ditemukan di buku teks. Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2002). Sebaliknya definisi konseptual menggambarkan sesuatu berdasarkan kriteria konseptual atau hipotetik dan bukan pada ciri-ciri yang dapat diamati. Contoh definisi operasional lengkap sebagaimana contoh pada pedoman skripsi dan tesis (terlampir).
Bagian 3: Metodologi Penelitian
182
Daftar PUSTAKA Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co. Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott. Rafii’. 1993. Metode Statistik analisis untuk Penarikan Kesimpulan. Jakarta: Penerbit Bina Cipta Anggota IKAPI. Sastroasmoro S. & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. Soeparto O, Putra ST, Haryanto. 2000. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: GRAMIK & RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Wilson, HS. 1993. Introducing Research in Nursing. 2nd ed. Redword, California: AddisonWesley Nursing.
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
Bab
183
9 Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
Pada bab ini akan dibahas tentang dua pokok bahasan. Pokok bahasan pertama membahas tentang penyusunan instrumen pada penelitian ilmu keperawatan, yang meliputi pengkajian teori keperawatan sebagai kerangka penyusunan instrumen, penggunaan, dan pengembangannya. Contoh-contoh operasional tentang instrumen pada penelitian ilmu keperawatan dapat dilihat pada bagian contoh-contoh instrumen. Pokok bahasan kedua membahas tentang prosedur pengumpulan data, yang meliputi dasar-dasar karakteristik pengumpulan data: struktur, pengukuran, objektivitas, dan tidak melanggar etika.
PENYUSUNAN INSTRUMEN Pada bagian ini penulis menekankan pada prinsip-prinsip penyusunan instrumen dan jenis-jenis instrumen yang sering dipergunakan pada penelitian ilmu keperawatan. Dua karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan peneliti adalah validitas dan reliabilitas. Validitas (kesahihan) menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas (keandalan) adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda.
Prinsip: Validitas dan Reliabilitas Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan beberapa hal yang secara prinsip sangat penting, yaitu validitas, realibilitas, dan ketepatan fakta/kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun kesalahankesalahan yang sering terjadi pada pengamatan/pengukuran oleh pengumpul data. Pada suatu penelitian, dalam pengumpulan data (fakta/kenyataan hidup) diperlukan adanya alat dan cara pengumpulan data yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang valid, andal (reliable), dan aktual. Berikut ini akan dibahas tentang validitas, reliabilitas, dan akurasi dari data yang dikumpulkan (Nursalam, 2008).
Bagian 3: Metodologi Penelitian
184
a. Prinsip validitas (kesahihan) Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya bila kita akan mengukur tinggi badan balita maka tidak mungkin kita mengukurnya dengan timbangan dacin. Jadi validitas disini pertama-pertama lebih menekankan pada alat pengukur/pengamatan. Ada dua hal penting yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran, yaitu instrumen harus (1) relevan isi dan (2) relevan cara dan sasaran. 1) Relevan isi instrumen Isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut biasanya dapat dijabarkan dalam definisi operasional. Misalnya, seorang peneliti ingin mengukur tingkat pengetahuan klien tentang perawatan luka pascaoperasi, maka isi instrumen yang harus ada adalah pengertian, tujuan, alat-alat apa yang diperlukan, cara merawat luka, dan akibat jika tidak dirawat. 2) Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran Instrumen yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap perbedaan subjek penelitian. Misalnya, peneliti ingin meneliti “harapan” subjek yang baru menikah dibandingkan dengan harapan subjek pascapercobaan bunuh diri (tentamen suicide). Pada prinsip ini, peneliti harus dapat mempertimbangkan kepada siapa ia bertanya. Misalnya peneliti ingin mengamati kepuasan keluarga terhadap pelayanan keperawatan. Peneliti harus bertanya pada keluarga (termasuk suami, istri, dan anggota keluarga yang lain) tentang pelayanan keperawatan tersebut. Tidak diperbolehkan hanya menanyakan kepada suami atau istri saja. Bila peneliti mengukur kadar suatu zat atau ukuran (tinggi badan, berat badan, dll), perlu dibuatkan petunjuk cara pengukuran. Demikian juga kalau peneliti memakai alat pengumpul data dengan kuesioner. Hal ini sebetulnya selain untuk mendapat data yang valid, juga dipakai untuk mendapat data yang reliabel.
b. Reliabilitas (keandalan) Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa reliabel belum tentu akurat. Dalam suatu penelitian nonsosial, reliabilitas suatu pengukuran ataupun pengamatan lebih mudah dikendalikan daripada penelitian keperawatan, terutama dalam aspek psikososial. Biasanya, dalam penelitian nonsosial sudah ada standar internasional untuk pengukuran atau pengamatan. Misalnya perlu alat yang andal untuk mengukur temperatur, tekanan darah, dan lain-lain. Sedangkan dalam penelitian keperawatan (psikosial), walaupun sudah ada beberapa pertanyaan (kuesioner) yang sudah distandardisasi secara nasional maupun internasional,
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
185
peneliti perlu menyeleksi instrumen yang dipilih dengan mempertimbangkan keadaan sosial budaya dari area penelitian. Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dipakai untuk melihat reliabilitas dalam pengumpulan data di bidang kedokteran, yaitu prinsip (1) stabilitas: mempunyai kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda; (2) ekuivalen: pengukuran memberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama; (3) homogenitas (kesamaan): instrumen yang dipergunakan harus mempunyai isi yang sama. Ketiga prinsip reliabilitas tersebut dapat dijelaskan seperti berikut ini: (1) Dalam menanyakan suatu fakta/kenyataan hidup pada sasaran penelitian harus memerhatikan relevansi pertanyaan bagi responsden, artinya menanyakan sesuatu yang dikenal responsden. Misalnya jika akan menanyakan adanya mastitis pada masa kala nifas pada ibu-ibu. Sangat mungkin subjek mastitis itu dikenal dengan istilah yang lain. Kalau si penanya bertanya pernahkah ibu menderita mastitis, pasti semua ibu menjawab tidak pernah. Akan tetapi kalau penanya menanyakan pernahkah lecet pada puting susu, semua ibu akan menjawab pernah. (2) Pertanyaan yang diajukan harus cukup jelas berdasarkan kemampuan responsden. Ini penting mengingat tingkat intelektualitas responsden dan penanya belum tentu sama. Untuk itu pewawancara perlu dilatih dan disamakan interprestasi pertanyaan antara peneliti dan petugas pengumpul data, sehingga petugas dapat menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan pengukuran atau pengamatan pada sasaran penelitian. (3) Perlu adanya suatu penekanan atau pengulangan. Kadang-kadang peneliti/petugas dapat menanyakan satu pertanyaan dengan lebih dari satu kali dalam waktu yang berbeda. Jawaban responsden harusnya sama walau ditanyakan pada waktu yang berbeda. Perlu sekali peneliti mengukur fakta/kenyataan hidup berkali-kali pada waktu yang berbeda (misal mengukur tekanan darah penderita dapat dilakukan tiga hari berturut-turut tiap pagi atau diukur waktu pagi, siang, dan malam). Selain itu, dapat juga orang yang mengukur yang berbeda sehingga tekanan darah penderita itu diukur oleh sejumlah orang. (4) Standardisasi. Peneliti memakai ukuran atau pengamatan yang sudah distandardisasi keandalannya. Ini mudah dalam penelitian nonkeperawatan dan nonsosial, tetapi kurang tepat untuk penelitian keperawatan mengingat masalah keperawatan yang terjadi pada klien lebih banyak ditemukan pada masalah-maslah klien yang berhubungan dengan psiko-sosial-spiritual, selain juga ada faktor fisiologis.
Jenis-jenis Instrumen Jenis instrumen penelitian yang dapat dipergunakan pada ilmu keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian, yang meliputi pengukuran (1) biofisiologis; (2) observasi; (3) wawancara, (4) kuesioner, dan (5) skala (Nursalam, 2008). Pada penyusunan instrumen penelitian tahap awal perlu dituliskan data-data tentang karakteristik responsden: umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin, dan data demografi lainnya. Meskipun data tersebut tidak dianalisis, tetapi akan sangat membantu peneliti jika sewaktu-waktu dibutuhkan daripada harus kembali mencari responsden lagi.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
186
a. Pengukuran Biofisiologis Pengukuran biofisiologis adalah pengukuran yang dipergunakan pada tindakan keperawatan yang berorientasi pada dimensi fisiologi. Contoh, pengukuran aktivitas dasar klien, perawatan kebersihan mulut, perawatan dekubitus, infeksi kontrol sehubungan dengan pemasangan kateter, dan perawatan trakeostomi. Meskipun pengukuran tersebut sangat sederhana, untuk mendapatkan hasil yang valid membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Instrumen pengumpulan data pada fisiologis dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) In-vivo: Observasi proses fisiologis tubuh, tanpa pengambilan bahan/spesimen dari tubuh klien. Misalnya pengukuran penurunan tekanan darah pada penelitian pengaruh penggunaan obat jenis anestesi X terhadap penurunan tekanan darah pada klien selama laparostomi. 2) In-vitro: Pengambilan suatu bahan/spesimen dari klien. Misalnya tingkat stres pada klien IMA laki-laki dan perempuan (pengambilan urine untuk memeriksa kadar hormon stres: kortisol, katekolamin, dan penurunan imun).
b. Pengukuran Observasi: Tidak Terstruktur dan Terstruktur Beberapa jenis masalah keperawatan memerlukan suatu pengamatan atau observasi untuk mengetahuinya. Pengukuran tersebut dapat dipergunakan sebagai fakta yang nyata dan akurat dalam membuat suatu kesimpulan. Jenis pengukuran observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. 1) Tidak terstruktur Pada pengukuran observasi ini peneliti secara spontan mengobservasi dan mencatat apa yang dilihat dengan sedikit perencanaan. Metode observasi ini meliputi penjelasan informasi yang lebih banyak dipergunakan untuk menganalisis data secara kualitatif daripada kuantitatif. Peneliti (observer) menggunakan pedoman sesuai pertanyaan penelitian tetapi peneliti tidak hanya mengobservasi pada hal-hal yang ada pada pedoman. Pada penelitian keperawatan biasanya peneliti ikut terlibat sebagai peserta dalam suatu kelompok yang diobservasi. Pada jenis penelitian partisipasi observasi, peneliti ikut terlibat secara penuh dan berhubungan dengan subjek khususnya terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Contoh jenis pengukuran ini dapat dilihat pada Focus Group Discussion (FGD). 2) Terstruktur Pengukuran observasi secara terstruktur berbeda dari jenis observasi yang tidak terstruktur yaitu peneliti secara cermat mendefinisikan apa yang akan diobservasi melalui suatu perencanaan yang matang. Peneliti tidak hanya mengobservasi faktafakta yang ada pada subjek, tetapi lebih didasarkan pada perencanaan penelitian yang sudah disusun sesuai pengelompokannya, pencatatan, dan pemberian kode terhadap hal-hal yang sudah ditetapkan.
187
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
Instrumen observasi: Checklist dan Rating Scale Pada suatu pengukuran, peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan kategori sistem yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu peristiwa dan perilaku dari subjek. Hal yang sangat penting pada teknik pengukuran dengan adanya sistem kategori adalah adanya definisi secara hati-hati terhadap perilaku yang diobservasi. Setiap kategori harus dijelaskan secara mendalam dengan definisi operasional supaya observer dapat mengkaji kejadian yang timbul. Menurut Polit & Back (2012) yang mengembangkan instrumen observasi pada posisi tubuh dan aktivitas motorik terdiri atas suatu sistem kategori. Misalnya, pengamatan kinerja perawat dalam pemasangan infus. Hal-hal yang perlu diobservasi adalah kemampuan perawat dalam komunikasi, memasukan jarum, memberikan cairan parenteral serta kompetensi lainnya. Tabel 9.1 Kategori analisis tanda pada activity daily of living (ADL) Aktivitas
Frekuensi atau bisa dituliskan: total, partial, dan mandiri
Makan • Makan dengan tangan • Makan dengan sendok atau garpu • Memotong makanan halus • Memotong daging • Minum dari sedotan • Minum dari cangkir Kebersihan • Mencuci tangan atau anggota ekstremitas lain • Menggosok gigi • Mencuci kuku • Menyisir rambut • Mencukur jambang/kumis Berpakaian/berdandan • Mengancingkan atau melepas sabuk • Menaikkan atau menurunkan celana • Mengikat atau melepas tali sepatu • Memasang dan melepas kacamata • Memasang atau melepas cincin
c. Wawancara 1) Tidak terstruktur Jenis pengukuran ini dipergunakan pada penelitian deskriptif dan kualitatif. Pertanyaan yang diajukan mencakup permasalahan secara luas yang menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali emosi dan pendapat dari subjek terhadap suatu masalah penelitian. Terdapat beberapa jenis pengukuran pada jenis wawancara ini: (a) Wawancara secara langung tanpa adanya suatu topik khusus yang dibicarakan. Tujuan dari wawancara adalah untuk menggali persepsi subjek secara umum tanpa adanya intervensi jawaban dari peneliti. Misalnya penelitian Robertson (1992)
Bagian 3: Metodologi Penelitian
188
tentang pendapat 23 ras Afrika yang tinggal di Amerika “Apa arti ketidakpatuhan klien terhadap program pengobatan pada klien dengan penyakit kronis” (Polit dan Back, 2012). (b) Focus interview. Jenis ini dipergunakan oleh peneliti kepada subjek yang menggunakan pertanyaan secara luas. Jenis pertanyaan biasanya berhubungan dengan suatu dorongan agar subjek bersedia berbicara secara terbuka, tidak hanya pertanyaan ya dan tidak. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Flaskerud & Calvillo (1991) dalam Polit dan Back (2012) tentang pendapat 59 wanita Latin dengan sosial ekonomi rendah tentang “Apa kepercayaaan wanita Latin tentang penyebab dan pengobatan penderita yang mengidap AIDS”. (c) Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu teknik penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi (perasaan, pikiran) berdasarkan pengamatan subjektif dari sekelompok sasaran terhadap suatu situasi/produk tertentu. Sasaran diskusi biasanya homogen dengan jumlah kelompok berkisar 6-12 orang, diskusi berakhir 1-2 jam dipimpin oleh moderator. Moderator berusaha menjalin hubungan yang akrab dengan responsden sehingga responsden dapat mengemukakan secara jujur/terbuka terhadap hal-hal yang menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi yang sesungguhnya. Jenis pengukuran ini juga digunakan pada penelitian di perusahaan/instansi. Jumlah subjek biasanya cenderung sedikit (pimpinan atau orang yang dianggap dapat mewakili kelompoknya) (Nursalam, 2008). (d) Riwayat hidup. Jenis penelitian ini merupakan penjabaran tentang pengalaman hidup seseorang. (e) Catatan kehidupan (diaries) Penelitian ini digunakan untuk menanyakan kepada subjek tentang kehidupan yang terjadi selama ini berdasarkan catatan kehidupannya. (2) Terstruktur Pengukuran wawancara terstruktur meliputi strategi yang memungkinkan adanya suatu kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang diinginkan peneliti. Daftar pertanyaan biasanya sudah disusun sebelum wawancara dan ditanyakan secara urut. Untuk jenis wawancara terstruktur yang lebih ketat, peneliti hanya diperkenankan bertanya apa adanya sesuai dengan pertanyaan yang telah disusun. Jika responsden tidak jelas, peneliti hanya boleh mengulang pertanyaan yang sama. Tahapan penyusunan wawancara terstruktur meliputi a) menyusun pertanyaan, b) pilot testing, c) latihan, d) persiapan, e) pengulangan (probing), dan f) recording.
d. Kuesioner Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan dapat juga dibedakan menjadi pertanyaan terstruktur, peneliti hanya menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan dan tidak terstruktur, yaitu subjek menjawab secara bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan secara terbuka oleh peneliti. Pertanyaan dapat diajukan
189
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
secara langsung kepada subjek atau disampaikan secara lisan oleh peneliti dari pertanyaan yang sudah tertulis. Hal ini dilakukan khususnya kepada subjek yang buta huruf, lanjut usia, dan subjek dengan kesulitan membaca yang lain. Macam kuesioner adalah sebagai berikut. 1) Open ended questions Misal: Apa yang Anda lakukan apabila Anda diketahui terkena AIDS? 2) Closed ended questions (a) Dichotomy question Misal: Apakah Anda pernah masuk rumah sakit? ( ) Ya ( ) Tidak (b) Multiple choice Seberapa pentingkah bagi Anda untuk menghindari hamil pada saat sekarang ini? ( ) Sangat penting ( ) Penting ( ) Biasa saja ( ) Tidak penting 3) Rating question Misal: Pada skala 1 sampai dengan 10, di mana 0 menandakan sangat tidak puas dan 10 sangat memuaskan, bagaimanakah kepuasan tanggapan Anda terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit selama dirawat disini? 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4) Cafetaria questions Misal: Setiap orang memiliki perbedaan dalam hal penggunaan terapi estrogenreplacement pada menopause. Pernyataan di bawah ini manakah yang mewakili pendapat Anda? ( ) Estrogen-Replacement (E-R) sangat berbahaya dan harus dilarang ( ) E-R mempunyai efek samping sehingga memerlukan pengawasan yang ketat dalam pemakaiannya ( ) Saya tidak mempunyai pendapat tentang penggunaan E-R (5) Rank order question Misal: Orang hidup mempunyai pandangan yang berbeda. Berikut ini daftar tentang prinsip-prinsip hidup. Silahkan menuliskan angka sesuai prioritas yang menurut Anda benar, 1 yang Saudara anggap sangat penting, 2 kurang penting, dan seterusnya. ( ) Karier dan sukses ( ) Berhasil dalam berkeluarga
Bagian 3: Metodologi Penelitian
190
( ) Baik hati dan sosial ( ) Sehat ( ) Uang/materi ( ) Agama (6) Forced-choiced question Misal: Pernyataan manakah yang mewakili perasaan Anda sekarang? ( ) Apa yang sedang terjadi dengan saya saat ini? ( ) Kadang-kadang saya merasa tidak bisa mengendalikan diri dalam hidup saya
e. Skala Pengukuran Skala psikososial merupakan jenis instrumen self-report yang digunakan oleh peneliti perawat yang dikombinasikan dengan jenis pengukuran wawancara dan kuesioner. Skala merupakan bagian dari desain penilaian penomoran terhadap pendapat subjek mengenai hal-hal yang dirasakan ataupun keadaan fisiologis subjek. Jenis pengukuran ini sering dipergunakan kepada subjek tentang kecemasan, konsep diri, koping, depresi, harapan, distres menstruasi, nyeri, kepuasan, dukungan sosial, dan stres (contoh-contoh instrumen dapat dilihat pada bagian pembahasan tentang instrumen). (1) Visual Analog Scale (VAS) dan Pengukuran Nyeri Lainnya (Nursalam, 2011) Jenis pengukuran ini dipergunakan untuk mengukur pengalaman subjektif, misalnya nyeri, mual dan sesak. Jenis ini dapat diukur dengan menggunakan suatu garis dimulai dari garis paling awal (paling ringan) sampai garis paling akhir (paling berat). Pengunaan VAS pada nyeri biasanya digambarkan seperti di bawah ini dengan nilai mulai dari 0 sampai 100: Nyeri sangat berat 100 Garis ukur sampai 100
1 Tidak nyeri
(2) Likert Scale Responsden diminta pendapatnya mengenai setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu hal. Pendapat ini dinyatakan dalam berbagai tingkat persetujuan (1 - 5) terhadap pernyataan yang disusun oleh peneliti. Contoh: Riset merupakan salah satu tugas perawat. ( ) Sangat tidak setuju ( ) Tidak Setuju
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
191
( ) Tidak tahu ( ) Setuju ( ) Sangat Setuju (3) Semantic Differential (SD) Responsden diminta untuk memberikan tanda (v) pada skala yang sesuai pada 7 poin skala. Contoh: Riset Keperawatan Penting Menyenangkan Mudah Murah
!_7_!___!___!___!____!____!_1_! Tidak penting !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Membosankan !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Sulit !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Mahal
PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Burns dan Grove, 1999). Selama proses pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih tenaga pengumpul data (jika diperlukan), memerhatikan prinsip-prinsip validitas dan reliabilitas, serta menyelesaikan masalahmasalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Tugas Peneliti dalam Pengumpulan Data Pada penelitian kualitatif dan kuantitatif, peneliti harus melaksanakan lima tugas dalam proses pengumpulan data. Tugas tersebut berhubungan dan dilaksanakan secara simultan, dengan kata lain tidak secara berurutan. Tugas tersebut meliputi (1) memilih subjek, (2) mengumpulkan data secara konsisten, (3) mempertahankan pengendalian dalam penelitian, (4) menjaga integritas atau validitas, dan (5) menyelesaikan masalah.
a. Memilih subjek Subjek dapat dipilih selama proses pengumpulan data. Penentuan pemilihan subjek bergantung pada rancangan penelitian yang digunakan peneliti. Penetapan subjek biasanya direncanakan secara cermat karena analisis data dan interpretasi hasil bergantung pada akurasi jumlah subjek yang dipilih. Peneliti harus mempertimbangkan faktor-faktor yang terjadi selama proses pengumpulan data untuk menghindari terjadinya suatu bias penelitian. Faktor-faktor penghambat dalam pemilihan subjek antara lain (1) semakin meningkatnya perawat yang melakukan riset, sehingga jumlah subjek juga terbatas, (2) melibatkan klien atau perawat sebagai subjek berarti juga menjadi masalah bagi perawatan dan institusi, dan (3) klien dilindungi secara hukum dari berbagai kegiatan penelitian yang mungkin dapat merugikan klien.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
192
b.
Mengumpulkan data secara konsisten
Konsep agar pengumpulan data dapat akurat adalah perlunya suatu konsistensi. Konsistensi tersebut perlu untuk mempertahankan pola pengumpulan data pada setiap tahap berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi perbedaan hasil antara waktu pengumpulan data yang satu dengan yang lainnya.
c. Mempertahankan pengendalian dalam penelitian Tujuan pengendalian penelitian adalah untuk meminimalisasi terjadinya bias pada hasil penelitian. Peneliti perlu memerhatikan dan mengendalikan adanya variabel-variabel yang tidak diteliti tetapi mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti. Variabelvariabel tersebut sering timbul pada saat proses pengumpulan data dilaksanakan. Jika variabel-variabel yang tidak diprediksikan (variabel acak) terjadi, maka peneliti harus menuliskan dalam hasil untuk dijadikan kajian penelitian lebih lanjut atau sebagai suatu keterbatasan dalam penelitian.
d. Menjaga integritas/validitas penelitian Mempertahankan konsistensi dan pengendalian selama pengumpulan data berarti mempertahankan adanya suatu integritas atau validitas penelitian. Untuk dapat melaksanakannya, peneliti harus selalu cermat terhadap adanya setiap perubahan atau upaya mengubah suatu rencana yang telah ditetapkan agar tidak terjadi ketidaksinambungan.
e. Memecahkan masalah Masalah dapat dipersepsikan sebagai suatu frustrasi atau sebagai suatu tantangan. Tugas yang terpenting dalam pengumpulan data adalah menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Jalan yang bisa ditempuh untuk dapat menyelesaikan masalah pada pengumpulan data adalah perlu adanya orang lain untuk memberikan masukan dan berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik, agar tujuan penelitian dapat dicapai.
Karakteristik Metode Pengumpulan Data Karakteristik metode pengumpulan terdiri atas beberapa dimensi, yaitu: a. Struktur. Pengumpulan data penelitian sering disusun berdasarkan struktur tertentu, yaitu pengumpulan data yang benar-benar sesuai pada semua subjek. b. Kuantitatif. Data yang dikumpulkan pada penelitian kuantitatif harus disusun berdasarkan penghitungan sehingga dapat dianalisis secara statistik. Sebaliknya, data pada penelitian kualitatif dapat dianalisis secara kualitatif dan dikumpulkan berdasarkan format narasi. c. Obstrusiveness. Pengumpulan data harus didasarkan pada kemampuan status subjek.
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
193
Pengumpulan data yang diketahui oleh subjek biasanya cenderung memperoleh feedback yang tidak normal. Tetapi jika dilaksanakan tanpa pengetahuan subjek, maka akan berdampak terhadap masalah etika. d. Objektif. Pengumpulan data sebaiknya dilaksanakan secara objektif, sejauh mungkin menghindari unsur subjektivitas. Tetapi pada penelitian sosial, pengambilan keputusan secara subjektif jauh lebih bermakna.
Masalah-masalah pada Pengumpulan Data Masalah-masalah yang akan dijumpai peneliti selama proses pengumpulan data sangat bervariasi, tetapi pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua sumber masalah, yaitu masalah yang berasal dari subjek dan masalah dari peneliti sendiri.
a. Masalah pada subjek 1) Keterbatasan jumlah subjek Peneliti mungkin menemui hambatan karena hanya sedikit jumlah subjek yang tersedia atau mereka menolak untuk menjadi peserta. Kesalahan tersebut terjadi karena peneliti kurang dapat memprediksi jumlah subjek yang tersedia. 2) Subject mortality Subjek mungkin setuju untuk menjadi responsden, akan tetapi salah dalam pengisian ataupun tidak lengkap, ataupun beberapa subjek tidak ada di tempat pada waktu wawancara yang kedua kalinya atau tidak mengembalikan daftar isian dari kuesioner atau terganggu kesehatannya sehingga dia dikeluarkan dari penelitian. Pada kesalahan ini mutlak bukan suatu kesengajaan, tetapi suatu insiden. Untuk tetap mempertahankan akurasi maka peneliti harus melaporkan dalam hasil penelitian tentang masalah yang dihadapi. 3) Subjek sebagai objek Peneliti pada tahap pengumpulan data ini mungkin bersifat kurang sopan ataupun menakut-nakuti sehingga isian ataupun jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan kehendak reponden. Peneliti memperlakukan responsden sebagai suatu objek dari subjek seperti halnya kita memperlakukan responsden sebagai orang yang membutuhkan perawatan. 4) Pengaruh dari luar Semua jawaban dari subjek dipengaruhi oleh orang di sekitarnya ataupun subjek dikeluarkan dari penelitian karena sang istri/suami pada pertengahan penelitan tidak setuju menjadi responsden secara mendadak. 5) Passive resisten Tidak adanya tanggapan yang baik dari tenaga kesehatan (dokter dan perawat) lain terhadap riset yang kita laksanakan, sehingga pengumpulan data yang kita laksanakan tidak akurat. Misal, seorang peneliti sedang melakukan eksperimen dengan memberikan pengobatan pada kulit, akan tetapi perawat yang lain merasa bahwa tindakan tersebut akan mengganggu kegiatan rutinitas, khususnya dalam hal mandi dan lain-lain.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
194
b.
Masalah pada peneliti
1) Interaksi Peneliti kurang dapat melakukan interaksi dengan baik kepada subjek, sehingga informasi yang diterima dari subjek kurang akurat. 2) Kurangnya ketrampilan Kurangnya ketrampilan ataupun pengalaman dalam pengumpulan data berdampak terhadap data yang dikumpulkan. Hal ini bisa dilihat pada peneliti pemula yang biasanya hanya menekankan pada data-data yang dapat dilihat tanpa adanya upaya lain untuk menggali/menghubungkan dengan data lain. Sebenarnya di balik semua data yang diberikan terdapat informasi yang sangat diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. 3) Konflik peran dari peneliti Sebagai seorang peneliti kadang kita merasa sebagai seorang petugas di lapangan, sehingga pada waktu melakukan pengumpulan data kita melakukan intervensi keperawatan secara emosional. Akibatnya hasil yang kita harapkan akan bias, karena kita terlalu dominan memengaruhi pendapat dari klien (subjek).
Prinsip Etis dalam Penelitian (Pengumpulan Data) Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang kebetulan sebagai klien. Peneliti yang sekaligus juga perawat, sering memperlakukan subjek penelitian seperti memperlakukan kliennya, sehingga subjek harus menurut semua anjuran yang diberikan. Padahal pada kenyataannya, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan.
a. Prinsip manfaat 1) Bebas dari penderitaan Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. 2) Bebas dari eksploitasi Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apa pun. 3) Risiko (benefits ratio) Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
195
b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) 1) Hak untuk ikut/tidak menjadi responsden (right to self determination) Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien. 2) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure) Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek. 3) Informed consent Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
c. Prinsip keadilan (right to justice) 1) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment) Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian. 2) Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality).
Daftar PUSTAKA Burns N & Grove, S.K. 1999. Understanding Nursing Research. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9thed. Philadelphia: JB. Lippincott. Sastroasmoro, S. & Ismail, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. Nursalam & Siti Pariani. 2000. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
196
Bagian 3: Metodologi Penelitian
197
Bab 10 • Analisis Data Penelitian Kuantitatif
Bab
10 Analisis Data Penelitian Kuantitatif
PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan dan berbagai macam uji statistik yang sesuai pada analisis data. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkap fenomena. Data mentah yang didapat, tidak dapat menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian. Statistik merupakan alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif. Menurut Windu Purnomo (2002), salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang berjumlah sangat besar menjadi informasi yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu, uji statistik dapat membuktikan hubungan, perbedaan, atau pengaruh hasil yang diperoleh pada variabel-variabel yang diteliti. Karena statistik akan digunakan sebagai ilmu bantu untuk menelaah berbagai cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu keperawatan, maka perlu diperhatikan beberapa kaidahnya. Kaidah yang harus diingat bahwa statistik merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana pada keadaan yang tidak menentu atau ketidakpastian. Untuk membuat keputusan, statistik memberikan metode bagaimana memperoleh dan menganalisis data dalam proses mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data tersebut. Tujuan mengolah data dengan statistik adalah untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dari kegiatan praktis maupun keilmuan. Dalam hal ini, statistika berguna saat menetapkan bentuk dan banyaknya data yang diperlukan. Di samping itu, juga terlibat dalam pengumpulan, tabulasi, dan penafsiran data.
Ciri-Ciri Pokok Statistik a. Bekerja dengan angka. Statistika berhadapan dengan data kuantitatif atau data yang dikuantifikasi.
198
Bagian 3: Metodologi Penelitian
b. Bersifat objektif. Statistika sebagai alat penilai kenyataan yang berbicara apa adanya. c. Bersifat universal. Statistika dapat digunakan hampir dalam semua bidang penelitian.
Jenis Landasan Kerja Pokok yang Digunakan oleh Statistik a. Variasi. Landasan yang didasarkan pada kenyataan bahwa seorang peneliti selalu menghadapi berbagai macam gejala dalam hal jenis maupun dalam tingkat besarkecilnya. b. Reduksi. Landasan kerja ini memberi kesempatan kepada peneliti untuk mengamati hanya sebagian dari seluruh gejala yang diamati. c. Generalisasi. Pengamatan dilakukan hanya terhadap sebagian dari keseluruhan gejala atau kejadian, tetapi kesimpulan akan dikenakan bagi keseluruhan dari mana gejala atau kejadian itu diambil.
PERAN STATISTIK DALAM TAHAPAN Penelitian Sebagaimana telah dijelaskan tentang tahap-tahap penelitian, maka statistika mempunyai peran pada setiap tahap kegiatan keilmuan atau penelitian. Dalam kegiatan keilmuan, kedelapan tahap tersebut saling berkaitan, sehingga kadang-kadang sulit untuk menggambarkan perkembangan suatu penyelidikan keilmuan dalam skema yang kaku tersebut. Kadang-kadang tahap yang satu bergabung dengan tahap lainnya, atau tahap-tahap itu tidak terlihat jelas perbedaannya, dan sering kali tahaptahap itu tidak timbul dalam urutan seperti yang digambarkan. Secara umum statistika mempunyai peran yang sangat penting pada tahap kelima (pengumpulan data); keenam (manajemen dan analisis data); ketujuh (generalisasi dan kesimpulan); dan kadang-kadang dalam batas tertentu penting pada tahap ketiga (formulasi hipotesis) dan tahap keempat (penentuan model untuk menguji hipotesis). Tahap pengumpulan data sampai dengan tahap generalisasi disebut sebagai tahap pengujian kebenaran. Pada tahap ini, sebuah hipotesis dianggap telah teruji kebenarannya jika ramalan yang dihasilkan didukung oleh fakta. Dalam ilmu biologi, termasuk ilmu keperawatan suatu ramalan baru teruji setelah diikuti lama baik secara prospektif dan retrospektif.
199
Bab 10 • Analisis Data Penelitian Kuantitatif
1. Masalah & rumusan masalah
2. Studi pustaka
S T A T I S T I K
3. Formulasi hipotesis
4. Model pengujian hipotesis
8. Laporan ilmiah
7. Generalisasi & kesimpulan
6. Manajemen & analisis data
5. Pengumpulan data
Gambar 10.1 Posisi statistika dalam penelitian
ANALISIS DATA Analisis statistik digunakan pada data kuantitatif atau data yang dikuantifikasi. Sedangkan data tekstular mungkin hanya dianalisis, misalnya berdasarkan isi yang disebut dengan content analysis, yaitu analisis data yang didasarkan pada kualitas isi berdasarkan kode/ kata kunci yang telah ditetapkan oleh peneliti. Penelitian yang metode analisisnya seperti tersebut dimasukkan dalam kategori metode kualitatif. Pada penelitian bidang ilmu keperawatan, metode tersebut sering dipergunakan khususnya saat menggali pendapat masyarakat atau klien tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan penyakitnya (Windu Purnomo, 2002). Pada proses kuantifikasi, data maupun variabel dapat diklasifikasikan dalam empat jenis skala pengukuran.
Klasifikasi Skala Pengukuran a. Nominal. Data ditetapkan atas dasar proses penggolongan. Data tersebut hanya mempunyai sifat membedakan. Misalnya, jenis kelamin perawat laki-laki dan perempuan serta golongan darah. Angka-angka yang digunakan ini hanyalah sebagai kategori dan tidak mempunyai makna dan tidak bisa dipergunakan untuk penghitungan secara matematis dalam arti 1 lebih kecil daripada 2. Misalnya, skor yang dituliskan untuk mempermudah dalam menganalisis data pada variabel pengelompokan sikap yaitu sikap positif dan negatif (nominal dikotom).
Bagian 3: Metodologi Penelitian
200
b. Ordinal. Data yang disusun atas dasar jenjang dalam atribut tertentu. Menurut Rafii’, 1993; Polit & Back 2012; Burns & Grove 1999) data ordinal merupakan himpunan yang beranggotakan pangkat, jabatan, tingkatan, atau order. Pada pengukuran ini, peneliti tidak hanya mengategorikan pada persamaan, tapi bisa menyatakan lebih besar dari atau lebih kecil dari. Misalnya dalam pengetahuan klien tentang diet pada kasus diabetes melitus 0= jelek; 1= cukup; 2= baik; 3= sangat baik. Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam mengategorikan jenjang/peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan dalam persentase. Misalnya, Pengetahuan: baik = 76100%; cukup = 56-75; dan kurang < 56. c. Interval. Data dihasilkan dari pengukuran yang bersifat kontinu dan dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat pengukuran yang sama. Pada data interval dapat memberikan nilai interval antara ukuran kelas. Dalam pengukuran ini tiap anggota dalam kelas mempunyai persamaan nilai interval, demikian juga terkandung nilai lebih besar atau lebih kecil dari. Misal, pengukuran suhu badan dapat membentuk variabel interval jika tiga buah objek A, B, dan C berturut-turut memberikan variabel suhu dengan skala interval 36o C - 37o C; 37,1o C - 38o C; 38,1o C – 39o C dan seterusnya. d. Rasio. Skala rasio hampir sama dangan skala interval, yang membedakannya adalah bahwa skala pengukuran rasio mempunyai nilai nol mutlak sedangkan interval tidak. Pada pengukuran ini nilai 0 mutlak dipergunakan dan menandakan adanya atau tidak adanya variabel yang sedang diukur. Angka-angka ini dipergunakan untuk menyatakan jarak dari asal murninya. Misal: berat badan, umur, kadar glukosa darah puasa, kadar oksigen, dan sebagainya.
Langkah-langkah Analisis Data a. Analisis deskriptif Analisis deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Data-data yang disajikan meliputi frekuensi, proporsi dan rasio, ukuran-ukuran kecenderungan pusat (rata-rata hitung, median, modus), maupun ukuran-ukuran variasi (simpangan baku, variansi, rentang, dan kuartil). Salah satu pengamatan yang dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap tabel frekuensi. Tabel frekuensi terdiri atas kolom-kolom yang memuat frekuensi dan persentase untuk setiap kategori. Beberapa ukuran frekuensi kejadian yang dapat dianalis dengan deskriptif adalah: 1). Jumlah mutlak kejadian. Misal jumlah penderita AIDS pada tahun 2002 di Jawa Timur adalah 4000 orang. 2). Proporsi. Disebut proporsi apabila pembilang merupakan bagian dari penyebut. Misal proporsi perawat yang menggunakan sarung tangan di Instalasi Rawat Darurat adalah 20%, berarti 20 orang dari 100 perawat menggunakan sarung tangan saat memberikan asuhan keperawatan pada klien gawat darurat.
Bab 10 • Analisis Data Penelitian Kuantitatif
201
3). Rasio. Rasio adalah perbandingan dari dua bilangan. Misalnya rasio pendidikan perawat di Rumah Sakit X adalah 1,3, berarti perbandingan banyaknya pendidikan Ners dibandingkan Akper adalah 13: 10. 4). Angka (rate). Rate dipakai untuk menyatakan banyaknya kejadian pada suatu populasi dalam jangka waktu tertentu. Misal angka kejadian demam berdarah di Indonesia 0,25% menggambarkan bahwa perkembangan penyakit demam berdarah di Indonesia munculnya 25 kasus baru per 10.000 orang dalam setahun. b. Analisis inferensial (uji signifikansi) Dalam pengujian inferensial, uji yang digunakan harus sesuai dengan rancangan penelitian. Pengujian statistik yang tidak sesuai akan menimbulkan penafsiran yang salah dan hasil yang tidak dapat digeneralisasi (Windu Purnomo, 2002). Terdapat beberapa macam uji signifikansi yang dapat diaplikasikan bergantung pada tujuan analisis dan jenis data yang ada, antara lain (1) uji korelasi: pearson, spearmen, atau kendali tau; (2) regresi: binomial logistik, linier, ordinal, dan berganda; (3) uji chikuadrat; (4) uji komparasi data kuantitatif: interval/rasio dengan uji t dan untuk data peringkat dengan uji Mann-Whitney/Wilcoxon; dan (5) uji-uji lain yang sesuai (penjelasan lebih lengkap pada lampiran). 1). Dasar-dasar pemilihan uji statistik adalah (Nursalam, 2008): (a) Tujuan penelitian (b) Skala pengukuran data (c) Sampel, yang dituliskan meliputi distribusi populasi; jenis sampel: bebas atau perpasangan; jumlah kelompok sampel; dan ukuran atau besar sampel (e) Banyaknya Variabel yang dianalisis 2). Dari uji statistik akan diperoleh 2 kemungkinan hasil uji, yaitu: (a) Signifikan/bermakna. Adanya hubungan, perbedaan atau pengaruh antara sampel yang diteliti, pada taraf signifikansi tertentu. Misalnya 1% (0,01); 5% (0,05). (b) Tidak signifikan/tidak bermakna. Artinya tidak ada hubungan, perbedaan, atau pengaruh sampel yang diteliti. Dalam kemungkinan hasil yang pertama (ada hubungan/perbedaan/pengaruh), hipotesis penelitian (hipotesis alternatif: H1/Ha) diterima, dan hipotesis penelitian/ nihil (Ho) ditolak. Sebaliknya, dalam kemungkinan hasil yang kedua (tidak ada hubungan atau perbedaan atau pengaruh) dinyatakan bahwa hipotesis nihil tidak terbukti (Ho diterima). Statistika dalam pengolahan data hasil penelitian hanya merupakan alat, bukan tujuan dari analisis. Karena itu, statistika tidak boleh dijadikan tujuan yang menentukan komponen-komponen penelitian yang lain, karena yang mempunyai peran penting dalam penelitian adalah masalah dan tujuan penelitian.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
202
INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA Interpretasi hasil analisis data merupakan bagian yang penting dalam pengolahan data. Sebelum menarik suatu kesimpulan, hasil analisis yang masih faktual terlebih dahulu harus diinterpretasikan dan diberi makna oleh peneliti. Hasil analisis biasanya dibandingkan dengan hipotesis penelitian (kalau ada), kemudian dibahas dengan menghubungkannya dengan hasil penelitian lain serupa atau terdahulu, kemudian diberi kesimpulan (Sastroasmoro & Ismail, 1995). a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada interpretasi hasil adalah: 1). Kesimpulan penelitian harus dibatasi pada jawaban tujuan penelitian. Penemuanpenemuan yang diperoleh secara kebetulan selama penelitian tidak dapat dijadikan kesimpulan, tetapi dapat dijadikan bahan bahasan dan bisa menjadi hipotesis untuk penelitian berikutnya. 2). Adanya korelasi antarvariabel tidak dengan sendirinya menunjukkan adanya hubungan kausal. Adanya hubungan kausal harus mempunyai landasan teori yang kuat. 3). Hasil suatu penelitian terutama berlaku untuk populasi yang diwakili oleh sampel yang bersangkutan. b. Beberapa penyebab tidak terbuktinya hipotesis penelitian (Ho diterima) atau bias suatu hasil, yaitu: 1). Sampel tidak representatif. Bisa terjadi bila pemilihan sampel dengan nonprobabilitas, distribusi yang tidak normal, dan ukuran sampel yang terlalu kecil. 2). Instrumen tidak valid dan reliabel. Sehingga data yang dikumpulkan tidak mencerminkan hal yang sebenarnya (palsu). 3). Tidak dikendalikannya variabel luaran/variabel random. Variabel luaran (extraneous & confounding variable) tidak memperhitungkan adanya variabel tersebut padahal memberikan pengaruh yang besar terhadap sampel yang diteliti. 4). Desain penelitian yang tidak tepat. Desain penelitian merupakan hal yang penting dalam menentukan jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian. 5). Metode analisis statistik yang tidak sesuai. Ketidaktepatan dalam metode analisis statistik maupun perhitungan yang salah akan memberikan kesimpulan yang salah. 6). Landasan teori/tinjauan pustaka sudah tidak sesuai. Apabila peneliti sudah cermat dalam merancang dan menerapkan metodologi penelitian dengan memperkecil terjadinya bias, ternyata hipotesis penelitiannya tetap tidak terbukti kebenarannya, maka tidak berarti penelitiannya gagal. Disini peneliti dituntut untuk memberikan alasan yang rasional mengenai tidak terbuktinya hipotesis tersebut.
203
Bab 10 • Analisis Data Penelitian Kuantitatif
Lampiran Dikutip dari Afifi A.A. & Clark V. (1990) diadopsi oleh Windu Purnomo (2002). Tabel 10.1 Cara pemilihan uji statistik univariat dan bivariat Tujuan uji
Jumlah sampel/ jumlah pasangan
Sampel bebas/ Berpasangan
2
Bebas
Komparasi
Berpasangan
>2
Bebas Berpasangan
Korelasi
Jenis Variabel Kuantitatif (rasiointerval) populasi berdistribusi normal
Semi kuantitatif (ordinal)/kuantitatif distribusi populasi tak normal
Kualitatif (nominal)/ kategori
Uji 2 sampel bebas
- Uji Mann-Whitney - Uji jumlah peringkat dari Wilcoxon
- Uji chi-kuadrat (X2) - Uji eksak dari Fisher
Uji t sampel berpasangan
Uji peringkat bertanda dari Wilcoxon
Uji McNemar (untuk kategori dikotomik)
Anova 1 arah
Uji Kruskall-wallis
Uji chi-kuadrat
Anova untuk subjek yang sama
Uji Friedman
Uji Cochran’s Q (untuk kategori dikotomi)
- Korelasi dari Pearson (r) - (Regresi)
- Uji Korelasi dari Spearman (rs) - Korelasi Kappa (K)
Koefisien kontigensi (C) Koefisien Phi Koefisien Kappa
> 1 Variabel
1 Variabel
> 1Variabel
1 Variabel
> Variabel
1 Variabel Nominal (Kategorikal)
Ordinal
Rasio
0 Variabel
Variabel Tergantung
Korelasi Spearman Korelasi Kendall’s tau
Korelasi ganda Regresi ganda Analisis survival
Korelasi Regresi Analisis survival
Fungsi diskriminan Uji tanda Regresi logistik ganda Uji Median Uji Jumlah peringkat dari Wicoxon Uji Mann-Whitney Uji Kruskall Wallis
Uji t 2 sampel bebas Anava 1 faktor
Model loglinier
Fungsi diskriminan
Fungsi diskriminan
Fungsi diskriminan
Fungsi diskriminan Korelasi Regresi logistik ganda Spearman Korelasi Kendall’s tau Korelasi Kappa
Korelasi Spearman Korelasi Kendall’s tau
Model loglinier
Model loglinier Koefisien konkordas
Korelasi Kanonikal Analisis jalur Model struktural
Korelasi kanonikal
Multivariatanava Anava pada komponen prisipal
Uji kolomogorof Smirnov 1 sampel uji peringkat bertanda dari Wicoxon
Analisis faktor Analisis kluster Komponen prinsipal Matriks korelasi
Uji t sampel Uji normalitas (G) Uji t sampel berpasangan
1 variabel
> 1 variabel
Multivariatanava Anava pada komponen prinsipal Hotteling’s T Analisis profil
Uji t 2 sampel bebas ANOVA 1 faktor Analisis survival
Model loglinier
Model loglinier
Model loglinier
Regresi logistik ganda Uji chi-kuadrat Model loglinier Uji pasti Fisher Koefisien Phi Korelasi Kappa
Model loglinier
> 1 variabel
Model loglinier
Regresi logistik ganda Model loglinier
Model loglinier
Model loglinier Regresi logistik ganda
Multivariatanava Anava pada komponen prinsipal
Analisis multifaktor Regresi ganda Multiple clasfication analysis Analisis survival
Uji chi-kuadrat 1 Model longlinear sampel Uji binomial/McNemar
1 variabel
Nominal (kategorikal)
Model loglinier Uji tanda Koefisien konkordans Uji Median regresi logistik ganda Uji Jumlah peringkat dari Wicoxon Uji Mann-Whitney Uji Kruskall Wallis
Multivariatanava Anava pada komponen prisipal
Anova multifaktor Regresi ganda multiple classification analysis Analisis survival
Model longlinear
> 1 variabel
Ordinal
Variabel Bebas
1 variabel
Rasio/Interval
Tabel 10.2 Cara Pemilihan Uji Statistik Multivariat
204 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Bab 10 • Analisis Data Penelitian Kuantitatif
205
Daftar PUSTAKA Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9thed. Philadelphia: JB. Lippincott. Rafii’. 1993. Metode Statistik analisis untuk Penarikan Kesimpulan. Jakarta: Penerbit Bina Cipta Anggota IKAPI. Windu Purnomo. 2002. Pengolahan dan Analisis Data pada Riset Kuantitatif. Makalah Seminar Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Riset Keperawatan. PPNI Jawa Timur, Surabaya, 25−28 Maret 2002.
206
Bagian 3: Metodologi Penelitian
207
Bab 11 • Penulisan Hasil Penelitian
Bab
11 Penulisan Hasil Penelitian
PENDAHULUAN Pada bab ini hanya akan dibahas penulisan laporan skripsi atau tesis dari hasil penelitian jenis kuantitatif. Penulisan ditekankan pada konsistensi tulisan dan konsistensi penulisan metodologi. Konsistensi tulisan meliputi penggunaan istilah, penomoran, penggunaan huruf/angka, dan lain-lain. Konsistensi penulisan metodologi meliputi kerangka konseptual, desain, populasi dan sampel, variabel dan definisi operasional, pengumpulan dan analisis data, penyajian hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. Penulisan hasil penelitian merupakan suatu cara mengkomunikasikan atau menyosialisasi hasil temuan ilmiah kepada orang lain seperti perawat, tenaga kesehatan lain, dan pengguna layanan kesehatan (Burns & Grove, 1999). Desiminasi hasil penelitian menyediakan banyak keuntungan bagi peneliti, profesi keperawatan, dan pengguna layanan kesehatan. Dengan menyajikan dan menerbitkan hasil penelitian, peneliti akan mampu meningkatkan disiplin ilmu tertentu, pengakuan individu, meningkatkan eksistensi profesi keperawatan, dan pengakuan profesionalisasi keperawatan. Kedalaman informasi yang disajikan bergantung pada jenis penelitian (skripsi, tesis, atau desertasi), keinginan pembaca, dan mekanisme desiminasi dari laporan hasil penelitian.
PENULISAN ISI HASIL PENELITIAN Penulisan hasil penelitian dipersiapkan untuk tujuan dan sasaran yang berbeda. Skripsi maupun tesis tidak hanya mengomunikasikan hasil suatu penelitian, tetapi juga menyediakan informasi kepada orang lain atau mahasiswa dalam menelaah dan mempelajari fakta-fakta empiris yang ditemukan. Oleh karena itu, bahasa yang dipergunakan harus menggunakan bahasa yang sudah baku menganut aturan tata bahasa yang standar. Meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam penulisan hasil penelitian, pada prinsipnya isi penulisan secara umum adalah sama. Isi penulisan laporan hasil penelitian meliputi (1) pendahuluan; (2) bagian metodologi; (3) bagian hasil; (4) bagian pembahasan; dan (5) kesimpulan dan saran (Nursalam, 2008).
Bagian 3: Metodologi Penelitian
208
Bagian Pendahuluan Tujuan dari pendahuluan adalah membawa pembaca untuk mengenal masalah penelitian; pentingnya masalah yang didukung oleh data-data dari jurnal dan daftar pustaka yang sesuai; kronologis/penyebab terjadinya masalah; dan konsep solusi yang ditawarkan oleh peneliti. Tahapan pada pendahuluan termasuk gambaran singkat tentang tinjauan pustaka, kerangka konseptual, pernyataan masalah, serta hipotesis dan beberapa asumsi yang mendasari penelitian serta pembahasan yang rasional dalam pengkajian masalah penelitian. Peneliti harus menjelaskan secara jelas dan ringkas dengan menggunakan bahasa yang benar dan baik pada latar belakang permasalahan, agar pembaca dapat mengerti dengan mudah bahwa masalah penelitian tersebut adalah hal yang penting dan perlu dilakukan penelitian. Secara ideal, justifikasi masalah penelitian keperawatan harus mengandung dua hal utama, yaitu praktik dan teoretis. Tetapi pada kenyataannya, banyak penelitian yang hanya menekankan pada kepentingan praktik atau teoretis saja. Pernyataan masalah dalam pendahuluan harus disertai ringkasan hasil penelitian yang sesuai supaya penelitian yang dilakukan sesuai dengan kontekstual yang berkembang saat ini. Memperbanyak sumber dari tinjauan pustaka akan membantu peneliti memperjelas dasar-dasar teoretis dan praktik masalah penelitian. Dalam pendahuluan juga harus membahas tentang variabel dan definisi operasional secara ringkas. Meskipun penjelasan secara lengkap terdapat pada bagian metodologi, tetapi penjelasan singkat pada tahap pendahuluan tentang konsep/definisi penting akan membantu pembaca untuk mengenal istilah-istilah sejak awal, apa yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut. Kesimpulannya adalah pendahuluan harus memuat penjelasan apa yang sudah dilaksanakan dan apa yang sudah ditemukan sebelumnya. Pendahuluan juga harus menjawab pertanyaan: Apa yang telah diketahui oleh peneliti? Apa yang ingin diketahui oleh peneliti? Dan signifikansi apa yang berdampak terhadap teori dan praktik dalam penelitian tersebut (Polit dan Back, 2012).
Bagian Metodologi Penulisan pada bagian metodologi difokuskan pada bagaimana penelitian dilaksanakan agar tujuan/masalah penelitian dapat dijawab. Ada beberapa hal penting yang harus dituliskan pada bagian metodologi penelitian, yaitu (1) rancangan penelitian, (2) subjek penelitian, (3) definisi operasional variabel penelitian, dan (4) instrumen dan metode/ prosedur pengumpulan data, dan (5) analisis data.
1) Penulisan rancangan penelitian Penulisan rancangan dalam penelitian harus secara jelas menggambarkan jenis rancangan apa yang dipilih dalam penelitian. Jenis rancangan eksperimen biasanya ditulis secara jelas dan rinci dibandingkan jenis rancangan non-eksperimen. Pada jenis rancangan eksperimen, peneliti harus menuliskan variabel apa yang dilakukan manipulasi/perlakuan,
Bab 11 • Penulisan Hasil Penelitian
209
bagaimana mengelompokkan subjek, dan prosedur perlakuan apa yang digunakan. Pada bagian ini juga perlu dituliskan tentang kerangka operasional (pentahapan) penelitian dilaksanakan, sehingga mempermudah pembaca memahami langkah-langkah yang diikuti tentang pelaksanaan penelitian.
2) Penulisan subjek penelitian (populasi dan sampel) Pertama kali yang ingin diketahui oleh pembaca adalah siapa subjek penelitian. Penjelasan tentang subjek penelitian biasanya meliputi dari mana populasi diambil dan bagaimana sampel dipilih. Metode tentang pengambilan sampel, rasionalisasi sampling, dan jumlah sampel harus dituliskan supaya pembaca dapat mengerti/menilai kelebihan dan keterbatasan dari rancangan sampling. Pada bagian ini juga disarankan untuk dituliskan dasar karakteristik subjek, misalnya usia, jenis kelamin, dan hal-hal lain yang sesuai.
3) Penulisan variabel dan definisi operasional Variabel yang perlu dituliskan adalah variabel yang diteliti, biasanya berupa variabel independen dan dependen serta variabel kendaliss. Kemudian isi penulisan definisi operasional, meliputi jenis variabel, parameter, alat ukur/jenis instrumen, skala data, dan skor yang ditetapkan.
4) Penulisan instrumen dan metode pengumpulan data Penulisan pada bagian pengumpulan data merupakan komponen yang penting. Hal yang perlu dituliskan adalah instrumen yang digunakan merupakan hasil pengembangan/ modifikasi atau dari standar instrumen yang sudah baku. Perlu juga dituliskan tentang validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Jika instrumen ternyata kurang memenuhi persyaratan, maka peneliti harus secara jujur menuliskan kelemahan instrumen tersebut. Kedua, perlu dituliskan tentang lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian. Ketiga, hal yang tidak kalah pentingnya adalah langkah-langkah/prosedur pengambilan data. Pada jenis rancangan eksperimen, perlu dituliskan kapan pelaksanaan intervensi, berapa kali intervensi dilaksanakan? Pada penelitian dengan instrumen wawancara, di mana dilaksanakan, siapa yang melakukan wawancara, berapa lama waktu rata-rata yang diperlukan untuk setiap satu subjek? Pada instrumen observasi, bagaimanakah peran observer, apa yang diobservasi? Pada instrumen kuesioner, kapan kuesioner diberikan, bagaimana cara memberikannya, apakah ada tindak lanjutnya? Kejelasan penulisan pada bagian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi pembaca tentang kualitas pelaksanaan penelitian.
5) Penulisan analisis data Pada penelitian kuantitatif, perlu dituliskan tentang jenis statistik yang dipergunakan dalam pengolahan data. Alasan penetapan penggunaan statistik yang dipilih, sumber rujukan yang dipergunakan. Pada bagian ini, biasanya rumus statistik tidak terlalu penting dituliskan, justru nilai signifikan yang perlu diketahui oleh pembaca.
Bagian 3: Metodologi Penelitian
210
ASPEK METODOLOGI
CONTOH
1. Rancangan penelitian
Desain pra-eksperimental jenis post test only (one shot case study) digunakan pada penelitian tentang pengaruh TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) terhadap peningkatan sosialisasi pada klien menarik diri.
2. Subjek penelitian
Subjek diseleksi dengan menggunakan random: stratified random sampling pada kelompok subjek ibu hamil dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD/ lulus SD dengan pendidikan SMP atau di atasnya.
3. Variabel dan definisi operasional (DO)
Perawatan diri pada klien pascaserangan stroke adalah kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan makan/minum, mandi, berpakaian, dan eliminasi (urine/alvi). Contoh lain, respons imun adalah reaksi yang terjadi pada tingkat sel/gen pada individu melalui tahap alarm, adaptasi, dan exaustion.
4. Instrumen dan metode pengumpulan data
Instrumen yang digunakan adalah tingkat kecemasan responsden, menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Setelah mendapatkan informed consent, data dikumpulkan melalui observasi tingkat kecemasan klien yang akan dilakukan Sectio Cesaria (SC) sebelum diberikan penyuluhan (kelompok perlakuan dan kontrol) kemudian penyuluhan dilakukan selama 2 kali pada kelompok perlakuan, setelah itu diukur kembali tingkat kecemasan pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum klien dilakukan SC.
5. Analisa Data
Rata-rata dan standar deviasi dihitung pada dukungan sosial yang diberikan keluarga pada klien dengan penyakit terminal (skala 76 – 100 – dukungan yang baik), kemudian untuk mengetahui pengaruh dukungan terhadap penurunan stres hospitalisasi menggunakan uji regresi linier dengan nilai signifikansi 0,05.
Bagian Penulisan Hasil Penelitian 1) Penulisan hasil Pada bagian penulisan hasil penelitian, peneliti harus secara hati-hati melaporkan semua hasil secara akurat dan selengkap mungkin, baik hasil tersebut menerima hipotesis, maupun menolak hipotesis. Bagian awal penulisan hasil adalah tentang gambaran lokasi penelitian yang meliputi karakteristik tempat penelitian dilaksanakan dan karakteristik subjek penelitian. Tahap berikutnya adalah menuliskan hasil dalam tabel atau gambar disertai dengan penjelasan. Yang perlu diingat dalam menuliskan tabel atau gambar harus terdapat komponen 3 W (What, Where, When), yaitu tabel tentang apa, di mana, kapan dilaksanakan penelitian. Misalnya, tabel hubungan antara pengetahuan dan peran keluarga dalam perawatan anak selama di rumah sakit (apa) di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo (tempat) Bulan Maret-Mei 2013 (waktu). Tabel atau gambar tersebut kemudian diberi penjelasan tentang hasil uji statistik yang signifikan dan penulisan angka-angka yang mencolok. Tidak perlu dituliskan semua angka pada setiap item variabel yang ada. Penulisan persentase biasanya dikelompokkan menjadi mayoritas = apabila hasil menunjukkan 90-100%; sebagian besar = 66-89%; lebih dari 50% (51-69) dan seterusnya.
2) Penulisan pembahasan Penulisan pembahasan merupakan unsur yang penting pada bagian ini. Isi dari penulisan pembahasan didasarkan pada tujuan penelitian, format penulisannya bisa dituliskan
Bab 11 • Penulisan Hasil Penelitian
211
sesuai yang ada di tujuan khusus atau bisa langsung dituliskan dalam beberapa paragraf (Anderson & Poole, 1993). Isi tersebut meliputi penulisan (1) interpretasi hasil penelitian (fakta); (2) mencantumkan literatur/tinjauan pustaka yang mendukung (Teori), dan (3) opini/justifikasi ilustrasi dari peneliti tentang rekomendasi implikasi hasil temuannya baik dalam hal akademik maupun praktik. Pada penelitian kuantitatif, interpretasi hasil meliputi penjelasan hasil temuan statistik yang dihubungkan dengan makna konsep dan praktik. Peneliti juga harus membuat suatu justifikasi tentang hasil temuannya, mengapa hasil yang ditemukan mendukung atau bertentangan dengan hasil kajian/konsep yang ada. Pada bagian ini juga perlu dituliskan tentang keterbatasan penelitian, khususnya ketidaksesuaian dengan konsep atau temuan yang sudah ada.
daftar PUSTAKA Anderson, J & Poole, M. 1993. Thesis and Assignment Writing. 2nd ed. Brisbane: John Willey & Sons. Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 9thed. Philadelphia: JB. Lippincott. Polit DF & Hngle, BP. 1999. Nursing Research. Principles and Methods. 6th ed. Philadelphia: JB Lippincott.
212
Bagian 3: Metodologi Penelitian
Bagian
Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
4
1. Standar Kinerja Perawat pada Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori Keperawatan— Adaptasi Roy 2. Penilaian Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Pendekatan Proses Keperawatan 3. Instrumen Beban Kerja 4. Instrumen Hubungan antara Imbalan Jasa dan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit 5. Kepuasan Kerja Perawat (Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow [Nursalam, 2002]). 6. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Berdasarkan 11 Kebutuhan Dasar Manusia dari Henderson 7. Penampilan Dosen Keperawatan menurut Penilaian Mahasiswa 8. Beck Depression Inventory (BDI) 9. Respons Psikologis-Sosial-Spiritual (Nursalam, 2005) 10. Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Klien (Berdasarkan Teori D. Orem: Defisit Perawatan Diri) 11. Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Depresi pada Lansia 12. Kebutuhan Psikososial Keluarga—CCFNI (Critical Care Family Need Inventory), oleh Motter & Leske, 1996 13. Pengaruh Terapi Bermain terhadap Sosialisasi selama Dirawat di Rumah Sakit 14. Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Sebelum dan Sesudah Latihan Kegel 15. Tingkat Kecemasan–Hars (Hamilton Anxiety Rating Scale) 16. Dimensi Tingkat Kepuasan Klien terhadap Pelayanan Keperawatan 17. Instrumen Autisme (Childhood Autism Rating Scale) 18. Instrumen Kemampuan Bladder-Retention Training, Frekuensi Enuresis, Skala Tingkat Stres dan Gangguan Tidur Pada Anak 19. Instrumen Stres Kerja dan Circadian Rhythm 20. Instrumen Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42) 21. Instrumen Motivasi Mahasiswa Mengikuti Perkuliahan, Hambatan, dan Harapan Mahasiswa dalam Mencapai Prestasi Belajar 22. Instrumen Pengetahuan Ibu tentang Manajemen Laktasi 23. Instrumen Pengaruh Teknik Pernapasan Active Cycle of Breathing terhadap Peningkatan Aliran Ekspirasi Maksimum pada Penderita Tuberkulosis 24. Gaya Koping, Tes Orientasi Kehidupan, dan Dukungan Sosial
214
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
25. Instrumen Respons Pengendalian Halusinasi Dengar TAK Stimulasi Persepsi Modifikasi, Observasi Sesi 1-2-3 TAK dan Observasi TAK Stimulasi Persepsi Modifikasi Halusinasi Dengar (Iskandar, 2006). 26. Mutu Pelayanan (Variabel–Kopelman) (Muhith, 2012) a. Kuesioner Budaya Organisasi (Skor OCAI) b. Kuesioner Kepemimpinan (Hersey and Blanchard) c. Kuesioner Karakteristik Pekerjaan: Komitmen, Mental Model, Motivasi, Sikap d. Kuesioner Mutu Asuhan Keperawatan: Standar Asuhan Keperawatan, Standar Kinerja Profesional Perawat, Kepuasan Kerja Perawat e. Kuesioner Kepuasan Pasien 27. Iklim Organisasi 28. Contoh Penghitungan Beban Kerja (Time and Motion Study) di Ruang Rawat Inap 29. Kepuasan Pasien dalam Caring 30. Kuesioner Terkait Burn Out pada Mahasiswa atau Karyawan 31. Ingatan atau Memori pada Lansia Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) 32. Kuesioner Quality of Work Life 33. Instrumen Denyes Self-Care Agency (DSCAI-90) 34. Kuesioner Tingkat Kemandirian Pasien dalam Memenuhi Kebutuhan Perawatan Diri Postpartum 35. The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF 36. Instrumen TPB-AJZEN (2006) (Dikembangkan oleh Erna Dwi Wahyuni, 2012) a. Pengetahuan b. Sikap c. Norma Subjektif d. Intensi 36a. Lembar Observasi: Pendokumentasian Keperawatan 37. Thermometer Distres 38. Pengembangan Instrumen Survqual 39. Risiko Jatuh 40. Instrumen Nyeri 41. Instrumen Prosedur Pencegahan Infeksi 42. Kuesioner Kepribadian 43. Kuesioner Komitmen
215
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 1 STANDAR KINERJA PERAWAT PADA ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI KEPERAWATAN–ADAPTASI ROY Ruangan Inisial perawat Pendidikan
:………………………… :…..…………………..… : …………………………
Umur : .…………………………… Status perkawinan : ……...…………….………. Jumlah anak : ….…………..……………..
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS a. Memenuhi kebutuhan oksigen Kriteria: 1. Menyiapkan tabung oksigen dan flowmeter 2. Menyiapkan humidifier berisi air 3. Menyiapkan slang nasal/masker 4. Memberikan penjelasan kepada klien 5. Mengatur posisi klien 6. Memasang selang nasal/masker 7. Memerhatikan reaksi klien
ya ya ya ya ya ya ya
tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit Kriteria: 1. Menyiapkan peralatan dalam dressing car 2. Menyiapkan cairan infus/makanan/darah 3. Memberikan penjelasan pada klien 4. Mencocokkan jenis cairan/darah/diet makanan 5. Mengatur posisi klien 6. Melakukan pemasangan infus/darah/makanan 7. Mengobservasi reaksi klien
ya ya ya ya ya ya ya
tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
c. Memenuhi kebutuhan eliminasi Kriteria: 1. Menyiapkan alat pemberian huknah/gliserin/ dulkolac dan peralatan pemasangan kateter 2. Memerhatikan suhu cairan/ukuran kateter 3. Menutup pintu dan memasang selimut 4. Mengobservasi keadaan feses/urine 5. Mengobservasi reaksi klien
ya ya ya ya ya
tidak tidak tidak tidak tidak
d. Memenuhi kebutuhan aktivitas dan istirahat/tidur Kriteria: 1. Melakukan latihan gerak pada klien tidak sadar 2. Melakukan mobilisasi pada klien pascaoperasi 3. Mengatur posisi yang nyaman pada klien 4. Menjaga kebersihan lingkungan 5. Mengatur jam berkunjung
ya ya ya ya ya
tidak tidak tidak tidak tidak
ya ya ya
tidak tidak tidak
e. Memenuhi kebutuhan integritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik) Kriteria: 1. Memandikan klien yang tidak sadar/kondisi yang lemah 2. Mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/kotor 3. Merapikan alat-alat klien
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
216
Contoh 1 6. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis Kriteria: 1. Mengobservasi tanda vital sesuai kebutuhan 2. Melakukan tes alergi pada pemberian obat baru 3. Mengobservasi reaksi klien
ya ya ya
tidak tidak tidak
ya ya ya ya ya ya ya
tidak
ya ya
tidak tidak
ya
tidak
ya ya ya
tidak tidak tidak
ya
tidak
ya
tidak
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI (PSIKIS) Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual Kriteria: 1. Melaksanakan orientasi pada klien baru 2. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan 3. Memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana 4. Memerhatikan setiap keluhan klien 5. Memotivasi klien untuk berdoa 6. Membantu klien beribadah 7. Memerhatikan pesan-pesan klien
tidak tidak tidak tidak tidak tidak
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN (SOSIAL) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Meyakinkan kepada klien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi keluarga dan masyarakat Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas klien Melibatkan klien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan pada dirinya Melibatkan klien dalam setiap pengambilan keputusan menyangkut diri klien Bersifat terbuka dan komunikatif kepada klien Mengizinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap klien yang dilakukan secara benar dalam perawatan Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan menerima jika ada sikap yang negatif dari klien
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENDENCE (KETERGANTUNGAN) 1. 2. 3. 4.
Membantu klien memenuhi kebutuhan makan dan minum Membantu klien memnuhi kebutuhan eliminasi (urine dan alvi) Membantu klien memenuhi kebutuhan kebersihan diri (mandi) Membantu klien untuk berhias atau berdandan
217
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 2 PENILAIAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN PENDEKATAN PROSES KEPERAWATAN Nomor perawat (kode) Penilai (kode) Jabatan penilai Ruang Hari/tanggal Petunjuk Berilah tanda (√) pada angka :
: : : : : :
(L/P)
4 Bila telah dilakukan sepenuhnya dengan tepat 3 Bila dilakukan sepenuhnya namun tidak tepat 2 Bila dilaksanakan hanya sebagian 1 Bila hanya sedikit yang dilaksanakan 0 Bila tidak dikerjakan sama sekali
No
Hal-hal yang dinilai PENGKAJIAN
1
Melaksanakan pengkajian pada klien saat klien masuk rumah sakit
2
Melengkapi format catatan pengkajian klien (buku status klien) dengan tepat
3
Menilai kondisi klien secara terus-menerus
4
Menilai kebutuhan akan klien/keluarga
5
Membuat prioritas masalah PERENCANAAN
1
Membuat rencana perawatan berdasarkan kebutuhan klien
2
Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam merencanakan perawatan
3
Membuat penjadwalan dalam melaksanakan rencana perawatan
1
Memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh/holistik pada klien yang menjadi tanggung jawabnya
2
Menghormati martabat dan rahasia klien
3
Mampu berfungsi secara cepat dan tepat dalam situasi kegawatan
4
Melaksanakan program pendidikan kepada klien dan keluarga
5
Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan
IMPLEMENTASI
SKOR 0
1
2
3
4
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
218
Contoh 2
No
Hal-hal yang dinilai EVALUASI
1
Mengevaluasi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan klien
2
Mengevaluasi praktik keperawatan dengan dibandingkan standar keperawatan
3
Evaluasi dilakukan secara terus-menerus
1
Berkomunikasi dengan baik dengan rekan sekerja dan anggota tim perawatan kesehatan lainnya
2
Mencatat pesanan secara akurat
3
Menanggapi dengan tepat terhadap permintaan dan pertanyaan klien/keluarga
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
HARAPAN, INSTITUSI, DAN PROFESI 1
Turut mendukung kebijakan, visi, dan misi rumah sakit
2
Terus-menerus membuat dan memperluas pengetahuan dan keterampilan pribadi
3
Menghadiri setiap penyuluhan/seminar/lokakarya yang berhubungan dengan perawatan
4
Mau berbagi pengetahuan dengan sesama rekan kerja
5
Berpartisipasi dalam panitia keperawatan dan aktivitas lain yang memajukan pertumbuhan dan perkembangan keperawatan
6
Berpartisipasi dalam belajar pengalaman untuk mahasiswa perawat
7
Membantu orientasi pegawai baru
8
Metampakkan penampilan yang profesional
9
Bersikap disiplin dalam berbagai perbuatan
10
Melakukan tugas-tugas sebagaimana yang diperlukan
SKOR 0
1
2
3
4
219
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 3 INSTRUMEN BEBAN KERJA 1. Identitas Responden ama N Jenis Kelamin Status Perkawinan Agama
: : : :
Latar Belakang Pendidikan Terakhir:
SPR/SPK Akademi Keperawatan Sarjana Keperawatan Lainnya
2. Riwayat Pekerjaan Sudah berapa lama Anda bekerja di Unit Gawat Darurat (UGD)? ……………………………………. Apakah Anda pernah mendapatkan pendidikan/pelatihan mengenai keperawatan UGD, baik yang diadakan oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya atau institusi lain? Ya/Tidak*) Jika ya, berapa kali dan berapa lama, sebutkan! •
………………………………………………………………….…………
•
………………………………………………………………….…………
•
………………………………………………………………….…………
•
………………………………………………………………….…………
•
………………………………………………………………….…………
•
………………………………………………………………….…………
*) coret yang tidak perlu
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
220
Contoh 3 LEMBAR KUESIONER A.
Beban Kerja Perawat UGD Berilah tanda silang (×) pada kolom angka yang ada pada masing-masing pernyataan dengan pilihan berikut. Kode : 4 = tidak menjadi beban kerja 3 = beban kerja ringan 2 = beban kerja sedang 1 = beban kerja berat Jangan memberi tanda apa pun pada kolom skor
NO
PERNYATAAN
1
Melakukan observasi klien secara ketat selama jam kerja
2
Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi keselamatan klien
3
Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan demi keselamatan klien
4
Kontak langsung perawat dengan klien di ruang ICU secara terus-menerus selama jam kerja
5
Kurangnya tenaga perawat ICU dibanding dengan klien kritis
6
Pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di ICU
7
Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas
8
Tuntutan keluarga untuk keselamatan klien
9
Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang tepat
10
Tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan klien ICU
11
Setiap saat menghadapi klien dengan karakteristik tidak berdaya, koma, dan kondisi terminal
12
Tugas pemberian obat-obat yang diberikan secara intensif
13
Tindakan penyelamatan klien
1
2
3
4
SKOR
221
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 3
B.
Kondisi Kerja Perawat UGD Berilah tanda silang (×) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masing-masing butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut.
Kode:
4 = menyenangkan 3 = kurang menyenangkan 2 = tidak menyenangkan 1 = sangat tidak menyenangkan
Jangan memberi tanda apa pun pada kolom skor NO.
PERNYATAAN
1
Bunyi alat monitor jantung dan suara gelembung air maupun suara udara pada mesin pengisap (suction) dan respirator
2
Lingkungan ruang ICU yang tertutup dari dunia luar
3
Dering telepon yang berbunyi tiba-tiba
4
Bunyi mesin AC
5
Banyaknya alat-alat canggih
6
Mendengar suara rintihan/jeritan klien
7
Terdapatnya ekskresi saluran cerna, genitalia, darah, mukosa, bekas muntahan, urine, dan feses
8
Kondisi klien dengan balutan yang lembap dengan cairan purulen, darah, dengan pemasangan drainase, infus, slang oksigen, dan kantong urine
9
Ketatnya aturan kerja yang harus dipatuhi
10
Aturan penggunaan pakaian dinas
11
Terbatasnya waktu untuk berkomunikasi dengan sesama anggota tim
12
Kerja sama antara anggota tim
13
Kerjasama antara perawat dan tim kesehatan lain
14
Kondisi keluarga yang tidak kooperatif (selalu menuntut perawat untuk berbuat lebih terhadap klien)
15
Menghadapi keluarga dengan kecemasan yang meningkat dan selalu ingin tahu
16
Memburuknya kondisi klien secara tiba-tiba
1
2
3
4
SKOR
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
222
Contoh 3 C.
Stres Kerja Perawat UGD Petunjuk: Berilah tanda silang (×) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masingmasing butir pernyataan dengan pilihan sesuai dengan yang Anda alami. Kode: 4 = tidak pernah 3 = kadang-kadang 2 = sering 1 = selalu
Jangan memberi tanda apa pun pada kolom skor. NO.
PERNYATAAN
1
Saya merasa sakit kepala saat bekerja
2
Saya bekerja berkeringat dingin
3
Saya merasa jantung berdebar saat bekerja
4
Merasa mual saat bekerja
5
Merasa sakit perut/nyeri ulu hati saat bekerja
6
Merasa sesak napas saat bekerja
7
Merasa otot kaku saat/setelah bekerja (kaku leher)
8
Mulut saya terasa kering
9
Saya merasa ada gangguan penglihatan saat bekerja
10
Saya merasa ada gangguan tidur
11
Merasa nyeri yang tidak spesifik
12
Merasa gatal yang tidak spesifik
13
Diare saat/setelah kerja
14
Merasa telapak tangan berkeringat
15
Merasa telapak tangan dingin
16
Merasa frekuensi pernapasan meningkat
17
Merasa denyut nadi meningkat
18
Merasa cemas/takut
19
Merasa tertekan karena pekerjaan
20
Menyalahkan diri sendiri
21
Hilang harapan
22
Merasa bodoh
23
Merasa tidak cocok dengan pekerjaan
24
Curiga dengan orang lain membicarakan dirinya
1
2
3
4
SKOR
223
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 3 (Lanjutan) NO.
PERNYATAAN
25
Merasa kehilangan konsentrasi
26
Mudah lupa
27
Merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
28
Menghindar dari masalah
29
Berganti-ganti rencana
30
Berpikir hal-hal kecil terlalu detail
31
Ketegangan saat berinteraksi dengan teman sejawat
32
Ketegangan saat berinteraksi dengan tim kesehatan lain
33
Mudah tersinggung
34
Mudah marah tanpa sebab yang berarti
35
Menarik diri (menolak berinteraksi dengan sejawat)
36
Menarik diri (menolak berinteraksi dengan tim kesehatan)
37
Merasa tidak suka dengan pekerjaan
38
Kecewa terhadap hasil pekerjaan
39
Merasa jenuh dalam bekerja
40
Merasa bergantung pada orang lain
41
Merasa tidak tertarik terhadap minat yang disukai
42
Merasa lambat terhadap situasi yang membahayakan
43
Makan secara berlebihan
44
Kehilangan nafsu makan
45
Perubahan kesukaan merokok/minuman keras
46
Bingung dalam menghadapi pekerjaan
47
Putus asa pada pekerjaan
48
Penurunan produktivitas kerja
49
Kepuasan terhadap pekerjaan
50
Meninggalkan kerja
1
2
3
4
Skor
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
224
Contoh 4 INSTRUMEN HUBUNGAN ANTARA IMBALAN JASA DAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT
PENILAIAN PERAWAT TERHADAP A.
Imbalan Finansial 1. Gaji (honor bulanan) yang Anda terima dari rumah sakit a. Kurang dari Rp. 500.000 b. Rp. 500.000–750.000 c. Lebih dari Rp. 750.000 2. Menurut penilaian Anda, honor tersebut adalah.... a. Masih kurang b. Cukup c. Lebih dari cukup 3. Tunjangan transportasi (bulanan) yang Anda terima dari rumah sakit.... a. Kurang dari Rp 60.000 b. Rp.60.000–75.000 c. Lebih dari Rp. 75.000 4. Menurut penilaian Anda, honor tersebut adalah a. Masih kurang b. Cukup c. Lebih dari cukup 5. Tunjangan makan (bulanan) yang Anda terima dari rumah sakit.... d. Kurang dari Rp 60.000 e. Rp.60.000–75.000 f. Lebih dari Rp. 75.000 6. Menurut penilaian Anda, honor tersebut adalah.... a. Masih kurang b. Cukup c. Lebih dari cukup 7. Tunjangan lain-lain (tahunan) yang Anda terima dari RS (selain tunjangan diatas) a. Kurang dari Rp. 500.000 b. Rp. 500.000–750.000 c. Lebih dari Rp. 750.000 8. Menurut penilaian Anda, honor tersebut adalah.... a. Masih kurang b. Cukup c. Lebih dari cukup
225
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 4 B. Imbalan Psikologis dan Sosial No.
C.
JENIS IMBALAN
1.
Apakah Anda membutuhkan kenaikan jabatan bila mendapatkan penilaian prestasi baik
2.
Apakah kenaikan jabatan memengaruhi semangat kerja
3.
Apakah setelah mendapatkan prestasi, Anda mendapatkan dukungan selamat dari teman dan atasan
4.
Apakah dukungan dari teman dan atasan diperlukan untuk mencapai prestasi yang lebih baik
5.
Apakah ucapan dan dukungan tersebut memengaruhi kepuasan Anda bekerja
6.
Apakah teman-teman dan atasan Anda menghargai kerja keras Anda
7.
Apakah Anda berpikir pengawasan dalam bekerja diperlukan
Tidak perlu
Perlu
Sangat Perlu
Kode
Motivasi Kerja 1. Bila Anda dinyatakan berprestasi dan perlu mendapatkan imbalan, maka imbalan yang paling Anda inginkan adalah.... a. Uang b. Pengakuan atau kepercayaan dari teman dan atasan c. Piagam d. Kenaikan jabatan 2. Bila pada saat Anda hendak berangkat tugas turun hujan dan kendaraan mogok, maka tindakan Anda... a. Tidak jadi berangkat b. Menelpon teman untuk menggantikan c. Berangkat setelah hujan reda dan kendaraan selesai diperbaiki d. Tetap berangkat dengan kendaraan apapun 3. Apabila saat Anda beristirahat di rumah, kemudian Anda diminta masuk tugas untuk menggantikan teman yang berhalangan, maka tindakan Anda.... a. Tidak mau, karena itu bukan tugas saya b. Mau datang, bila ada imbalan c. Datang sebentar saja terus pulang d. Berangkat tugas dan pulang sesuai jam dinas
226
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 4 4. Apabila pada saat Anda bertugas, ada klien baru datang (bukan klien Anda) maka tindakan Anda.... a. Diamkan saja menunggu teman datang dan perintah dokter b. Menerima klien saja dan melanjutkan pekerjaan lainnya c. Membuat sebagian catatan keperawatan d. Menerima klien, kemudian melakukan anamnesis dan observasi 5. Apabila jam tugas Anda sudah berakhir, tetapi pekerjaan Anda belum selesai apa yang Anda lakukan? a. Pulang b. Meneruskan pekerjaan tersebut esok hari c. Menitipkan kepada pengganti jaga d. Menyelesaikan tugas sampai tuntas 6. Apabila sudah lama Anda menunggu daftar pengganti jaga, namun belum juga datang, maka tindakan Anda.... a. Pulang saja, karena waktu tugas jaga sudah selesai b. Menitipkan pesan kepada petugas jaga atau perawat di ruangan lainnya c. Menunggu pengganti jaga datang, tetapi tidak mengobservasi keadaan klien d. Menunggu sampai pengganti jaga datang, tetap mengobservasi, dan melakukan tindakan keperawatan yang diperlukan kepada klien
227
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 5 Kepuasan Kerja Perawat Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow (Nursalam, 2002) No.
PERNYATAAN
1
Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang Anda lakukan
2
Sistem penggajian yang dilakukan institusi tempat Anda bekerja
3
Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan Anda
4
Pemberian insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja ekstra
5
Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan
6
Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, dan kantin
7
Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan, dan kebisingan
8
Adanya jaminan atas kesehatan/keselamatan kerja
9
Perhatian institusi rumah sakit terhadap Anda
10
Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja
11
Kemampuan dalam bekerja sama antar karyawan
12
Sikap teman-teman kerja terhadap Anda
13
Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan Anda
14
Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan
15
Kemampuan supervisi/pengawas dalam membuat keputusan
16
Perlakuan atasan selama Anda bekerja di sini
17
Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan
18
Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan
19
Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
20
Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat
Keterangan : STP = sangat tidak puas TP = tidak puas CP = cukup puas
P = puas SP = sangat puas
STP (1)
TP (2)
CP (3)
P (4)
SP (5)
KODE
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
228
Contoh 6 PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN BERDASARKAN 11 KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DARI HENDERSON Ruangan : ………………………… Inisial perawat : ………………………… Pendidikan : …………………………
Umur : ………………………… Status perkawinan : ………………………… Jumlah anak : …………………………
A. Memenuhi kebutuhan oksigen Kriteria: 1. Menyiapkan tabung oksigen dan flowmeter 2. Menyiapkan humidifier berisi air 3. Menyiapkan selang nasal/masker 4. Memberikan penjelasan kepada klien 5. Mengatur posisi klien 6. Memasang slang nasal/masker 7. Memerhatikan reaksi klien B.
C.
ya ya ya ya ya ya ya
tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
Memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit Kriteria: 1. Menyiapkan peralatan dalam dressing car 2. Menyiapkan cairan infus/makanan/darah 3. Memberikan penjelasan pada klien 4. Mencocokkan jenis cairan/darah/diet makanan 5. Mengatur posisi klien 6. Melakukan pemasangan infus/darah/makanan 7. Mengobservasi reaksi klien
ya ya ya ya ya ya ya
tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
Memenuhi kebutuhan eliminasi Kriteria: 1. Menyiapkan alat pemberian huknah/gliserin/ dulcolak dan peralatan pemasangan kateter 2. Memerhatikan suhu cairan/ukuran kateter 3. Menutup pintu dan memasang selimut 4. Mengobservasi keadaan feses/urine 5. Mengobservasi reaksi klien
ya ya ya ya ya
tidak tidak tidak tidak tidak
D. Memenuhi kebutuhan keamanan Kriteria: 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan 2. Memakai handschooen pada tindakan pemasangan alat keperawatan 3. Memasang alat pengaman pada klien tidak sadar/gelisah 4. Penerangan ruangan/cahaya cukup terang
ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak
229
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 6 E.
Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik Kriteria: 1. Memandikan klien yang tidak sadar/kondisi yang lemah 2. Mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/kotor 3. Merapikan alat-alat klien
ya o tidak o ya o tidak o ya o tidak o
Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur Kriteria: 1. Mengatur posisi yang nyaman pada klien 2. Menjaga kebersihan lingkungan 3. Mengatur jam berkunjung
ya o tidak o ya o tidak o ya o tidak o
G. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani Kriteria: 1. Melakukan latihan gerak pada klien tidak sadar 2. Melakukan mobilisasi pada klien pascaoperasi
ya o tidak o ya o tidak o
H. Memenuhi kebutuhan spiritual Kriteria: 1. Memotivasi klien untuk berdoa 2. Membantu klien beribadah
ya o tidak o ya o tidak o
F.
I.
J.
Memenuhi kebutuhan emosional Kriteria: 1. Melaksanakan orientasi pada klien baru 2. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan 3. Memerhatikan setiap keluhan klien
ya o tidak o ya o tidak o ya o tidak o
Memenuhi kebutuhan komunikasi Kriteria: 1. Memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana 2. Memerhatikan pesan-pesan klien
ya o tidak o ya o tidak o
K. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis Kriteria: 1. Mengobservasi tanda vital sesuai kebutuhan 2. Melakukan tes alergi pada pemberian obat baru 3. Mengobservasi reaksi klien
ya o tidak o ya o tidak o ya o tidak o
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
230
Contoh 6 FORMAT PENILAIAN PELAKSANAAN KERJA PERAWAT Nomor perawat (kode) Penilai (kode) Jabatan penilai Ruang Hari/tanggal Petunjuk Berilah tanda (√) pada angka
No
: : : : : : :
4 Bila telah dilakukan sepenuhnya dengan tepat 3 Bila dilakukan sepenuhnya namun tidak tepat 2 Bila dilaksanakan hanya sebagian 1 Bila hanya sedikit yang dilaksanakan 0 Bila tidak dikerjakan sama sekali
Hal-hal yang dinilai PENGKAJIAN
1
Melaksanakan pengkajian pada klien saat klien masuk rumah sakit
2
Melengkapi format catatan pengkajian klien (buku status klien) dengan tepat
3
Menilai kondisi klien secara terus-menerus
4
Menilai kebutuhan akan klien/keluarga
5
Membuat prioritas masalah PERENCANAAN
6
Membuat rencana perawatan berdasarkan kebutuhan klien
7
Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam merencanakan perawatan
8
Membuat penjadwalan dalam melaksanakan rencana perawatan IMPLEMENTASI
9 10
(L/P)
Memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh/holistik pada klien yang menjadi tanggung jawabnya Menghormati martabat dan rahasia klien
11
Mampu berfungsi secara cepat dan tepat dalam situasi kegawatan
12
Melaksanakan program pendidikan kepada klien dan keluarga
13
Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan
Skor 0
1
2
3
4
231
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 6
No
14 15 16
17 18 19
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Hal-hal yang dinilai EVALUASI Mengevaluasi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan klien Mengevaluasi praktik keperawatan dengan dibandingkan standar keperawatan Evaluasi dilakukan secara terus-menerus KETerampilAN KOMUNIKASI Berkomunikasi dengan baik dengan rekan sekerja dan anggota tim perawatan kesehatan lainnya Mencatat pesanan secara akurat Menanggapi dengan tepat terhadap permintaan dan pertanyaan klien/keluarga HARAPAN INSTITUSI DAN PROFESI Turut mendukung kebijakan, visi, dan misi rumah sakit Terus-menerus membuat dan memperluas pengetahuan dan keterampilan pribadi Menghadiri penyuluhan/seminar/lokakarya yang berhubungan dengan perawatan setiap ada acara tersebut Mau berbagi pengetahuan dengan sesama rekan kerja Berpartisipasi dalam panitia keperawatan dan aktivitas lain yang memajukan pertumbuhan dan perkembangan keperawatan Berpartisipasi dalam belajar pengalaman untuk mahasiswa perawat Membantu orientasi pegawai baru Metampakkan penampilan profesional Bersikap disiplin dalam berbagai perbuatan Melakukan tugas-tugas sebagaimana yang diperlukan
Skor 0
1
2
3
4
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
232
Contoh 7 PENAMPILAN DOSEN KEPERAWATAN MENURUT PENILAIAN MAHASISWA 1.
Kemampuan profesional
BS
B
C
a Penguasaan materi (bahan) yang diajarkan b Sistematika penyajian materi c Cara/metode mengajar d Persiapan mengajar e Kemampuan membuat media pengajaran f
Kemampuan menggunakan media pengajaran
g Pengaturan ruang belajar
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai pendapat Anda Ya
Tidak
a Sebelum memulai pelajaran guru menjelaskan tujuan pembelajaran
b Merangkum/membuat kesimpulan pada akhir perkuliahan
c Soal-soal yang diujikan relevan dengan materi yang diajarkan
2.
Hubungan interpersonal dengan siswa a Dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif
b Dapat membangkitkan motivasi belajar siswa (hasrat belajar siswa)
c
Membatasi hubungan dengan siswa (menjaga jarak)
K
Kode
233
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 7 d Memberikan kebebasan untuk mengajukan pendapat dan pertanyaan
e Menghargai siswa
f Respek terhadap permasalahan yang dialami siswa
g Membeda-bedakan status siswa
h Bersikap adil
i Ada feedback dari guru untuk setiap tugas yang diberikan pada siswa
j Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan perasaannya
3.
Kualitas personel a Pengetahuan/pengalaman/wawasan yang berkaitan dengan bahan yang diajarkan
b Cara berkomunikasi/berbicara
c Semangat/gairah mengajar
d Penampilan/kerapian/kebersihan
e Kontrol diri saat marah
f Keluwesan/fleksibilitas
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
234
Contoh 7 g Rasa humor
h Kejujuran
i Kemampuan memberi kritik
j Kemampuan menerima kritik dari siswa
k Menciptakan kreativitas mengajar
l Penggunaan bahasa yang tepat dalam mengajar
Keterangan : BS B C K
= Baik Sekali = Baik = Cukup = Kurang
235
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 8 BECK DEPRESSION INVENTORY (BDI) Petunjuk : Pilihlah satu pernyataan dalam masing-masing kelompok yang paling melukiskan perasaan Anda pada pekan lalu, termasuk hari ini. Berilah tanda silang pada kotak yang terdapat disamping pertanyaan yang Anda pilih. Setelah suami/istri saya meninggal, sampai sekarang: 1.
0. Saya tidak merasa sedih. 1. Saya merasa sedih. 2. Saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat menghilangkannya. 3. Saya begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi.
2.
0. Saya tidak berkecil hati terhadap masa depan saya. 1. Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan saya. 2. Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan. 3. Saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan, segala sesuatunya tidak dapat
3.
0. Saya tidak merasa gagal. 1. Saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan daripada orang lain. 2. Kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang dapat saya lihat
4.
0. 1. 2. 3.
Saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu seperti biasanya. Saya tidak dapat menikmati segala sesuatu seperti biasanya. Saya tidak lagi memperoleh kepuasan yang nyata dari segala sesuatu. Saya merasa tidak puas atau bosan terhadap apa saja.
5.
0. 1. 2. 3.
Saya tidak merasa bersalah. Saya cukup sering merasa bersalah. Saya sering merasa sangat bersalah. Saya merasa bersalah sepanjang waktu.
6.
0. 1. 2. 3.
Saya tidak merasa bahwa saya sedang dihukum. Saya merasa bahwa saya mungkin dihukum. Saya mengharapkan agar dihukum. Saya merasa bahwa saya sedang dihukum.
diperbaiki.
kegagalan. 3. Saya merasa sebagai seorang pribadi yang gagal total.
hanyalah
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
236
Contoh 8 7.
0. 1. 2. 3.
8.
0. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain 1. Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan/kekeliruan saya. 2. Saya menyalahkan diri saya sendiri sepanjang waktu atas kesalahan-kesalahan
Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri. Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri. Saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri. Saya membenci diri saya sendiri.
saya. 3. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjadi. 9.
10.
0. 1. 2. 3.
Saya tidak menangis lebih dari biasanya. Sekarang saya lebih banyak menangis daripada biasanya. Sekarang saya menangis sepanjang waktu. Saya biasanya dapat menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat menangis meskipun saya ingin menangis.
11.
0. 1. 2. 3.
Sekarang saya tidak merasa lebih jengkel daripada sebelumnya. Saya lebih mudah jengkel/marah daripada biasanya. Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu Saya tidak dibuat jengkel oleh hal-hal yang biasanya menjengkelkan saya.
12.
0. 1. 2. 3.
Saya masih tetap senang bergaul dengan orang lain. Saya kurang berminat terhadap orang lain dibanding biasanya. Saya kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain. Saya telah kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain.
13.
0. Saya tidak mempunyai pikiran untuk bunuh diri. 1. Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan melaksanakannya. 2. Saya ingin bunuh diri. 3. Saya bunuh diri kalau ada kesempatan.
0. Saya mengambil keputusan-keputusan sama baiknya dengan sebelumnya. 1. Saya lebih banyak menunda keputusan daripada biasanya. 2. Saya mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil keputusan daripada sebelumnya. 3. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan apapun.
237
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 8 14.
15.
16.
0. Saya dapat tidur nyenyak seperti biasanya. 1. Saya tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya. 2. Saya bangun 2−3 jam lebih awal dari biasanya dan sukar tidur kembali. 3. Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak dapat tidur
17.
0. 1. 2. 3.
Saya tidak lebih mudah lelah daripada biasanya Saya lebih mudah lelah dari biasanya. Saya hampir selalu merasa lelah dalam mengerjakan sesuatu. Saya merasa terlalu lelah untuk mengerjakan apa-apa.
18.
0. 1. 2. 3.
Nafsu makan saya masih seperti biasanya. Nafsu makan saya tidak sebesar biasanya. Sekarang nafsu makan saya jauh lebih berkurang. Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali.
0. Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada biasanya. 1. Saya merasa cemas jangan-jangan saya tua dan tidak menarik. 2. Saya merasa ada perubahan-perubahan tetap pada penmapilan saya yang membuat saya kelihatan tidak menarik. 3. Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek. 0. 1. 2. 3.
Saya dapat bekerja dengan baik sebelumnya. Saya membutuhkan usaha istimewa untuk mulai mengerjakan sesuatu. Saya harus memaksa diri saya untuk mengerjakan sesuatu. Saya sama sekali tidak dapat mengerjakan apa-apa.
kembali.
19.
20.
0. Saya tidak merencanakan kesehatan saya melebihi biasanya. 1. Saya cemas akan masalah kesehatan fisik saya. 2. Saya sangat cemas akan masalah kesehatan fisik saya dan sulit memikirkan hal-hal lain. 3. Saya begitu cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak dapat berpikir mengenai hal-hal lain. 0. Saya tidak merasa ada perubahan dalam minat saya terhadap seks pada akhirakhir ini. 1. Saya kurang berminat terhadap seks kalau dibandingkan dengan sebelumnya. 2. Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap seks. 3. Saya sama sekali kehilangan minat terhadap seks.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
238
Contoh 9 KUESIONER RESPONS PSIKOLOGIS–SOSIAL–SPIRITUAL (NURSALAM, 2005) PETUNJUK PENGISIAN: BERILAH TANDA (✓) PADA PERNYATAAN 1. RESPONS PSIKOLOGIS
No
Respons Menyangkal/denial (-)
1
Saya tidak percaya kalau saya menderita HIV
2
Saya berpikir hasil pemeriksaan dokter itu salah
3
Saya harus memeriksakan sakit saya ke dokter atau orang pintar
4
Saya berusaha untuk merahasiakan sakit saya kepada orang lain
5
Saya malu bila orang lain mengetahui sakit saya Marah/anger (-)
1
Saya menyalahkan orang lain mengapa harus saya yang menderita HIV
2
Saya menyalahkan Tuhan mengapa harus saya yang menderita HIV
3
Saya marah bila orang lain mengetahui sakit saya
4
Saya menyalahkan tim medis karena kurang cepat pengobatannya
5
Saya marah dan tersinggung jika ada orang lain yang membicarakan sakit saya
1
Saya berpikir seandainya bukan saya yang menderita, tentu tidak akan jadi begini
2
Saya berpikir seandainya saya sembuh, saya akan selalu menjaga kesehatan saya
3
Seandainya sakit saya tidak kambuh lagi, saya akan berbuat baik dan beramal
4
Seandainya saya hidup teratur dan rajin kontrol maka saya tidak akan sakit
5
Seandainya saya mengikuti nasihat dokter dan keluarga saya tidak akan jatuh sakit
1
Saya merasa sangat terpukul ketika diberitahu penyakit saya
2
Saat ini saya merasa tidak berdaya
3
Saya merasa sedih dan menangis jika memikirkan penyakit saya
Tawar-menawar/bargaining (-)
Depresi/depression (-)
Selalu 4
Sering 3
Kadang 2
Tidak pernah 1
kode
239
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 9
No
Respons
4
Saya merasa gagal dalam hidup karena tidak bisa mencapai kebahagiaan
5
Saya kadang berpikir untuk bunuh diri dan mati dengan tenang daripada mengalami HIV
Selalu 4
Sering 3
Kadang 2
Tidak pernah 1
kode
Menerima/acceptance (-) 1
Saya saat ini berpikir akan menyerahkan sepenuhnya kepada dokter/perawat tentang perawatan penyakit saya
2
Saya telah menyediakan semua keperluan untuk kesembuhan penyakit saya, tapi mana hasilnya
3
Saya tidak akan meminta penjelasan lagi kepada dokter dan perawat tentang penyakit saya dan kemungkinan kesembuhannya
4
Saya sudah pasrah dan tidak akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan
5
Saya berpikir bahwa penyakit yang saya derita adalah musibah yang tiada akhirnya.
Setiap respons psikologis nilai maksimal adalah 20
2. RESPONS SOSIAL No
RESPONS SOSIAL
1
Keluarga sangat berperan aktif dalam setiap pengobatan dan perawatan sakit saya
2
Keluarga tetap mencintai dan memerhatikan keadaan selama saya sakit
3
Hampir semua keluarga dan tetangga memaklumi bahwa sakit yang saya alami sebagai suatu musibah
4
Keluarga memberi perhatian yang baik setiap saya membutuhkan bantuan
5
Selama saya sakit, jika ada masalah saya sering bimbang dalam bertindak
6
Saya mencemaskan keadaan penyakit saya yang tidak kunjung membaik
7
Saya khawatir penyakit saya akan menular kepada keluarga
8
Saya mencemaskan biaya pengobatan penyakit saya yang banyak
9
Sejak dinyatakan positif HIV, istri/suami saya tidak bersedia berhubungan suami/istri
10
Saya tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan keluarga dan kegiatan sosial di kampung saya
SS (4)
S (3)
TS (2
STS (1)
Kode
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
240
Contoh 9 No
RESPONS SOSIAL
SS (4)
11
Hampir semua orang sering menghindar jika berpapasan dengan saya
12
Selama ini tokoh agama dan tokoh masyarakat kurang memberikan dukungan pada penyakit saya
13
Selama ini hanya LSM yang peduli dan mendukung selama saya sakit
E: Emosi = No. 1−4 (16)
C: Cemas = No. 5−8 (14)
S (3)
TS (2
STS (1)
Kode
S: Sosial (Interaksi sosial) = No. 9−3 (20)
RESPONS PENILAIAN PASIEN TERHADAP DUKUNGAN KELUARGA (SOSIAL) No
Dukungan Selalu (3) DUKUNGAN EMOSIONAL & PENGHARGAAN
1
Keluarga selalu mendampingi saya dalam perawatan
2
Keluarga selalu memberi pujian dan perhatian kepada saya
3
Keluarga tetap mencintai dan memerhatikan keadaan saya selama saya sakit
4
Keluarga dan tetangga memaklumi bahwa sakit yang saya alami sebagai suatu musibah DUKUNGAN FASILITAS
1
Keluarga selalu menyediakan waktu dan fasilitas jika saya memerlukan untuk keperluan pengobatan
2
Keluarga sangat berperan aktif dalam setiap pengobatan dan perawatan sakit saya
3
Keluarga bersedia membiayai biaya perawatan dan pengobatan
4
Keluarga selalu berusaha untuk mencarikan kekurangan sarana dan peralatan perawatan yang saya perlukan
1
Keluarga selalu memberitahu tentang hasil pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang merawat kepada saya
2
Keluarga selalu mengingatkan saya untuk kontrol, minum obat, latihan, dan makan
3
Keluarga selalu mengingatkan saya tentang perilakuperilaku yang memperburuk penyakit saya
4
Keluarga selalu menjelaskan kepada saya setiap saya bertanya hal-hal yang tidak jelas tentang penyakit saya
DUKUNGAN INFORMASI/PENGETAHUAN
Sering (2)
KadangTdk kadang Pernah (1) (0)
Kode
241
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 9 3. RESPONS SPIRITUAL (10 × 3) = 30
No
Pertanyaan
1
Saya percaya tanpa bantuan Tuhan saya tidak mungkin sembuh
2
Selama dirawat di rumah sakit saya menggunakan waktu lebih banyak untuk mendekatkan diri pada Tuhan
3
Saya yakin dengan usaha keras, sakit yang saya alami bisa disembuhkan
4
Dengan berdoa saya mendapat semangat untuk tabah menanggung sakit
5
Kalau saya banyak berdoa saya merasa tenang dan damai
6
Saya tetap sabar menghadapi cobaan berupa sakit ini
7
Saya merasa hidup lebih berarti kalau saya tabah dalam menghadapi cobaan
8
Saya merasa sakit yang saya alami merupakan peringatan dari Tuhan
9
Sakit yang saya alami merupakan cara dari Tuhan agar bisa menerima dan memahami diri dan orang lain
10
Saya percaya bahwa di balik penderitaan ini pasti ada hikmahnya
Harapan: 1−3 (9); Tabah/Sabar: 4−7 (12); Hikmah: 8−10 (9)
Selalu 3
Sering 2
Kadang 1
Tidak pernah 0
Kode
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
242
Contoh 9 PEDOMAN WAWANCARA/INTERVIU DAN OBSERVASI PADA PASIEN HIV DATA BIOLOGIS, PSIKOLOGIS, SOSIAL, SPIRITUAL. No
Variabel
Parameter
Pertanyaan dan observasi
1
Biologis (IMUN)
1. 2. 3. 4.
2
Psikologis
1. Menyangkal (denial)
1. Bagaimana tanggapan Anda ketika pertama kali mendengar hasil-hasil pemeriksaan dan penyakit yang Anda derita?
2. Marah (anger)
1. Bagaimana tanggapan Anda bila ada orang yang membicarakan sakit Anda? 2. Menurut Anda, penyakit ini Anda derita karena salah siapa?
3. Tawar-menawar (bargaining)
1. Andaikata Anda sembuh, apa yang hendak dilakukan atau punya niat apa?
4. Depresi
1. Adakah perasaan tertekan dengan kondisi saat ini? 2. Bagaimana perasaan Anda bila ingat penyakit dan pengobatan yang harus Anda jalani?
5. Menerima
1. Apakah Anda bisa menerima apa pun kondisi Anda saat ini dan yang akan datang?
1. Emosi
Apa yang Anda rasakan terhadap perasaan dicintai, dihargai, diperhatikan oleh keluarga atau tetangga?
2. Cemas
Apa yang Anda cemaskan dengan penyakit ini? (biaya, kesembuhan?)
2. Interaksi sosial
Bagaimanakah interaksi Anda dengan keluarga serumah, tetangga, dan masyarakat?
3
Respons Sosial
Dukungan Sosial
4
Spiritual
Cortisol IFNλ CD4 Anti-HIV
1. Dukungan Emosi & 1. Adakah orang yang paling dekat dengan Anda? Siapa? Pengharga an 2. Apakah dia selalu menjaga atau mengunjungi? 3. Bagaimana tanggapan mereka terhadap Anda yang sedang sakit? 4. Apakah keluarga tetap menghormati Anda bagaimanapun keadaannya? 5. Apakah keluarga memberi pujian bila Anda berhasil dalam latihan? 2. Instrumen
1. Siapa yang membiayai pengobatan? 2. Apakah keluarga bersedia membelikan alat bantu bila dibutuhkan?
3. Informasi
1. Apakah keluarga berusaha mencari tahu keadaan Anda? 2. Apakah keluarga mengingatkan Anda, seperti kontrol, minum obat, aktivitas, dan diet, agar Anda cepat sembuh?
1. Harapan yg realistis
1. Bagaimana harapan Anda terhadap kesembuhan penyakit yang Anda alami?
2. Tabah dan sabar
1. Bagaimanakah kesabaran Anda terhadap penyakit yang Anda alami?
3. Pandai mengambil 1. Apakah Anda berpikir bahwa dengan sakit ini, ada hikmah hikmah dibaliknya?
243
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 10 KLASIFIKASI TINGKAT KETERGANTUNGAN KLIEN (BERDASARKAN TEORI OREM: DEFISIT PERAWATAN DIRI) NO
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
I.
MINIMAL CARE
1
Klien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan 1. Mampu naik-turun tempat tidur 2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri 3. Mampu makan dan minum sendiri 4. Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan 5. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri) 6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan 7. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
2
Status psikologis stabil
3
Klien dirawat untuk prosedur diagnostik
4
Operasi ringan
II 1
PARTIAL CARE Klien memerlukan bantuan perawat sebagian 1. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur 2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan 3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan 4. Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap) 5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut 6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan 7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamar mandi)
2
Pascaoperasi minor (24 jam)
3
Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor
4
Fase awal dari penyembuhan
5
Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
YA
TIDAK
KET
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
244
Contoh 10 NO
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
III 1
TOTAL CARE Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama 1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda 2. Membutuhkan latihan pasif 3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG Tube (sonde) 4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut 5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan 6. Dimandikan perawat 7. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
2
Klien tidak sadar
3
Keadaan klien tidak stabil
4
Observasi TTV setiap kurang dari 8 jam
5
Perawatan luka bakar
6
Perawatan kolostomi
7
Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator)
8
Menggunakan WSD
9
Irigasi kandung kemih secara terus-menerus
10
Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
11
Faktur dan atau pascaoperasi tulang belakang/leher
12
Gangguan emosional berat, bingung, dan disorientasi
YA
TIDAK
KET
245
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 11 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA
Jawablah dengan memberi tanda (√) pada pilihan yang Anda anggap tepat! A. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan pada lansia 1. Apakah keluarga menganggap kebiasaan lansia seperti Anda suka menyendiri, murung, atau sedih sebagai suatu hal yang tidak wajar? Tidak
Ya
2. Apakah keluarga menganggap keluhan lansia seperti tidak bisa tidur, nafsu makan turun, atau tidak mau makan sebagai hal yang tidak wajar? Tidak
Ya
3. Apakah keluarga tahu atau memerhatikan bila lansia menjadi kehilangan minat/ gairah dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukannya? Tidak
Ya
4. Apakah keluarga menganggap sosialisasi pada lansia seperti membina hubungan dengan orang lain/tetangga, bercakap-cakap dengan orang yang sebaya, ikut dalam suatu perkumpulan lansia masih perlu/penting bagi lansia? Tidak
Ya
5. Apakah keluarga menganggap pemenuhan kebutuhan spiritual seperti melaksanakan ibadah/kegiatan spiritual lain merupakan hal yang masih perlu diperhatikan dalam kehidupan lansia? Tidak
Ya
B. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat pada lansia 1. Apakah keluarga pernah memberikan aktivitas seperti senam atau kegiatan lain sesuai kemampuan fisik lansia untuk mempertahankan kebugaran tubuhnya?
Tidak
Ya
2. Apakah keluarga menganggap lansia memerlukan tempat tinggal tertentu, seperti kamar/ruangan khusus untuk lansia?
Tidak
Ya
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
246
Contoh 11 3. Apakah keluarga tahu aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh lansia, seperti memberi kesempatan kepada lansia untuk beraktivitas sesuai dengan hobi lansia? Tidak
Ya
4. Apakah keluarga tahu makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh lansia? Tidak
Ya
5. Apakah keluarga memandang perlu untuk meminta pendapat kepada lansia terhadap suatu permasalahan? Tidak
Ya
C. Memberikan perawatan kepada lansia yang sakit Pertanyaan 1−5 di bawah ini ditanyakan pada keluarga bila lansia sakit. 1. Apakah lansia sering mengubah posisi miring kiri-kanan untuk mencegah luka tekan? Tidak
Ya
2. Apakah keluarga pernah melakukan latihan berkemih pada lansia bila lansia sering mengompol? Tidak
Ya
3. Apakah keluarga pernah melatih otot-otot lengan dan kaki bila lansia tidak mampu bergerak sendiri?
Tidak
Ya
4. Apakah keluarga selalu/pernah membantu lansia dalam merawat diri seperti mandi, berpakaian, kebersihan diri? Tidak
Ya
5. Adakah orang lain yang menemani/merawat lansia selain keluarga?
Tidak
Ya
247
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 11 D. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian lansia 1. Apakah keluarga mampu menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk keperluan sehari-hari lansia seperti perlengkapan makan, mandi, dan perlengkapan untuk merawat diri? Tidak
Ya
2. Apakah keluarga mampu menyiapkan dan mengatur jenis-jenis makanan, menyuapi atau membujuk untuk makan bila lansia tidak mau makan?
Tidak
Ya
3. Dalam berkomunikasi apakah keluarga berbicara pelan-pelan dengan suara agak keras tetapi tetap sopan?
Tidak
Ya
4. Apakah keluarga mampu meluangkan waktunya untuk bercakap-cakap bila lansia sedang sendiri/diam saja? Tidak
Ya
5. Apakah keluarga mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia? (kamar dan tempat tidur bersih, cukup luas, penerangan cukup, tidak licin, serta terhindar dari perabotan/benda tajam)? Tidak
Ya
E. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan 1. Apakah keluarga merasakan manfaat dengan adanya lansia di keluarga? Tidak
Ya
2. Apakah keluarga memandang perlu mengajak lansia berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang diinginkannya? Tidak
Ya
3. Apakah keluarga memberi kesempatan kepada lansia untuk memilih sendiri fasilitas kesehatan yang diinginkan? Tidak
Ya
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
248
Contoh 11 4. Apakah keluarga tahu jadwal berobat/kontrol lansia di klinik/rumah sakit? Tidak
Ya
5. Apakah keluarga tahu obat-obat yang diminum lansia saat ini? Tidak
Ya
Penilaian: Masing-masing pertanyaan pada masing-masing item mempunyai skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk jawaban tidak.
• Skor maksimal • Skor < 10 • Skor 11−15 • Skor 16−25
= 25 = dukungan keluarga kurang = dukungan keluarga sedang = dukungan keluarga baik
SKALA DEPRESI GERIATRIK (GDS 15) Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan Anda dalam satu minggu terakhir! 1. Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda? Tidak
Ya
2. Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan Anda?
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
3. Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong? 4. Apakah Anda sering merasa bosan? 5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? 6. Apakah Anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda? Tidak
Ya
249
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 11 7. Apakah Anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup Anda? Tidak
Ya
Tidak
Ya
8. Apakah Anda sering merasa tak berdaya? 9. Apakah Anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru? Tidak
Ya
10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat Anda dibandingkan kebanyakan orang? Tidak
Ya
11. Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini menyenangkan? Tidak
Ya
12. Apakah Anda tidak merasa berharga seperti perasaan Anda saat ini? Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
13. Apakah Anda merasa penuh semangat? 14. Apakah Anda merasa keadaan Anda tidak ada harapan? 15. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari Anda? Tidak
Ya
Penilaian: Jawaban yang mengindikasikan depresi adalah pilihan jawaban yang dicetak tebal dan miring. Berikan nilai 1 untuk masing-masing jawaban yang dicetak tebal dan miring.
• Skor < 5 menunjukkan tidak depresi • Skor antara 5−9 menunjukkan kemungkinan besar depresi • Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
Sumber: Pitt, B (1988) & Lovestone (1999).
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
250
Contoh 12 Kebutuhan PsikoSOsial Keluarga—CCFNI (Critical Care Family Need Inventory) OLEH MOTTER & LESKE, 1996 NO
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL INFORMASI
1.
Mengetahui perkembangan penyakit anak
2.
Mengetahui mengapa tindakan tertentu dilakukan pada anak saya
3.
Mengetahui kondisi sesungguhnya mengenai perkembangan penyakit
4.
Mengetahui bagaimana kondisi anak saya setelah dilakukan tindakan/pengobatan
5.
Mendapat informasi paling sedikit sehari sekali
6.
Pemberitahuan tentang rencana pindah/keluar dari ruangan
7.
Mendapatkan penjelasan tentang peraturan di ruang ICU DUKUNGAN MENTAL
1.
Mendapatkan jawaban yang tepat dari petugas
2.
Merasa ada personel ruang ICU yang memerhatikan saya
3.
Berkonsultasi tentang kondisi anak setiap hari dengan dokter/perawat yang merawat
4.
Ada pelayanan rohaniwan di ruang ICU RASA NYAMAN
1.
Mengetahui bahwa anak saya masih bisa mendengarkan dan mengenali suara saya
2.
Ada pemberitahuan ke rumah bila ada perubahan kondisi secara mendadak pada anak saya
3.
Mempunyai kenyamanan dengan peralatan yang ada di ruang tunggu
4.
Mempunyai waktu khusus/istimewa saat menjenguk anak
5.
Ada jam kunjung yang tepat waktu KEDEKATAN DENGAN ANAK
1.
Dapat melihat/menjenguk anak di Ruang ICU secara teratur
2.
Bercakap/konsultasi dengan perawat yang sama tentang anak setiap hari
3.
Membantu merawat fisik anak (membersihkan, menyeka, menyisir rambut, dan lain-lain)
4.
Membantu memberi dukungan mental kepada anak saya di ruang ICU
Tidak penting
Kurang penting
Penting
Sangat penting
Kode
251
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 12 NO
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL JAMINAN PELAYANAN
1.
Merasakan ada harapan tentang kesembuhan anak
2.
Mengetahui bahwa semua tindakan yang dilaksanakan bertujuan mengurangi/menyembuhkan penyakit anak saya
3.
Mempunyai makanan yang terbaik bermutu untuk anak saya
4.
Ada jaminan bahwa perawatan terbaik telah diberikan kepada anak saya
5.
Perlindungan diri dari anak
Tidak penting
Kurang penting
Penting
Sangat penting
Kode
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
252
Contoh 13 PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP SOSIALISASI SELAMA DIRAWAT DI RUMAH SAKIT PROSEDUR BERMAIN DOKTER-DOKTERAN 1. Memberitahukan kepada anak dan orang tua bahwa akan diadakan bermain dokterdokteran 2. Menyiapkan dan membawa alat-alat ke dekat tempat tidur klien 3. Menganjurkan anak untuk berkenalan dengan teman bermain lainnya 4. Membagi peran (dokter, perawat, klien) 5. Membuka pembungkus permainan 6. Memperkenalkan alat permainan dokter-dokteran 7. Memperkenalkan fungsi dari masing-masing alat permainan 8. Memperagakan cara menggunakan masing-masing alat 9. Memberi kesempatan anak untuk memegang alat-alat 10. Memberi kesempatan anak untuk memperagakan 11. Mempersilakan orang tua untuk mendampingi dan membantu anak memperagakan 12. Mengakhiri permainan dan menjelaskan kontrak bermain berikutnya
OBSERVASI SOSIALISASI No
SOSIALISASI
1.
Kerja sama dengan teman dan petugas yang akan melakukan tindakan
2.
Memberi/meminjamkan barang dan makanan kepada teman lainnya
3.
Mengajak bicara dengan teman dan petugas
4.
Sikap peduli terhadap teman (membantu jika ada teman yang memerlukan bantuan)
5.
Mengalah kepada teman
6.
Berbicara baik dan tidak marah-marah
7.
Emosi stabil (menangis, tertawa)
Selalu
Sering
Kadang
Tidak pernah
253
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 14 PERUBAHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN Eliminasi URINE SEBELUM DAN SESUDAH LATIHAN KEGEL Berilah tanda silang (×) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda. No Responden: A . Data Demografi 1. Jenis kelamin
:
1)
Laki–laki
2)
Perempuan
2. Pendidikan
1)
Tidak sekolah
2)
SD
3)
SMP
4)
SMA
5)
Pendidikan Tinggi
3. Umur
1)
45−55 tahun
2)
56−65 tahun
3)
66−75 tahun
4)
75 tahun
:
:
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
254
Contoh 14 4. Status perkawinan
1)
Tidak kawin
2)
Janda/Duda
3)
Kawin
5. Lama menghuni panti wreda
1)
0−5 tahun
2)
6−10 tahun
3)
Lebih dari 10 tahun
6. Pekerjaan sebelum menghuni panti wreda
1)
Tidak bekerja
2)
Pensiunan
3)
Petani
4)
Nelayan
5)
Wiraswasta
6)
Lain-lain
7. Agama/kepercayaan
1)
Islam
2)
Kristen
3)
Hindu
4)
Budha
5)
Lain-lain
:
:
:
:
255
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 14 8. M inuman yang diminum dalam minggu ini
1)
Teh
2)
Kopi
3)
Susu
4)
Minuman beralkohol
5)
Air putih
9. Obat-obat yang diminum dalam minggu ini
1)
Chlorothiazide
2)
Furozemide
3)
Ethacimyc acid
10. Riwayat penyakit atau penyakit yang pernah diderita
1)
DM
2)
Jantung
3)
BPH
4)
Infeksi Saluran Perkemihan
:
:
:
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
256
Contoh 14 B. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine No
Daftar Pernyataan
1. Apakah ada perasaan sulit menahan kencing saat membuang air kecil? 2.
Apakah Anda pernah mengeluarkan urine padahal Anda tidak ingin berkemih?
3.
Apakah Anda mengalami kesulitan untuk memulai mengeluarkan air kecil?
4. Apakah Anda merasa adanya rangsangan untuk membuang air kecil? 5.
Apakah Anda mengompol pada malam hari?
6.
Apakah Anda membuang air kecil pada malam hari lebih dari 4 kali?
7.
Apakah Anda membuang air kecil setiap jam atau kurang dari 1 jam?
8.
Apakah Anda mengompol saat batuk atau tertawa?
9.
Apakah saat Anda membuang air kecil keluarnya menetes?
10.
Apakah Anda merasa nyeri saat atau setelah membuang air kecil?
Ya
Tidak
Kode
257
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 15 TINGKAT KECEMASAN—HARS (HAMILTON ANXIETY RATING SCALE) A. Penilaian : 0: Tidak ada 1: Ringan 2: Sedang 3: Berat 4: Sangat berat
(tidak ada gejala sama sekali) (satu gejala dari pilihan yang ada) (separuh dari gejala yang ada) (lebih dari separuh dari gejala yang ada) (semua gejala ada)
B. Penilaian Derajat Kecemasan Skor < 6 (tidak ada kecemasan) 6−14 (kecemasan ringan) 15−27 (kecemasan sedang) > 27 (kecemasan berat) III. B erilah tanda (√) jika terdapat gejala yang terjadi selama menderita kanker serviks (dimulai dari diagnosis kanker serviks) 1) Perasaan cemas
Firasat buruk Takut akan pikiran sendiri Mudah tersinggung 2) Ketegangan
Merasa tegang Lesu Mudah terkejut Tidak dapat istirahat dengan nyenyak Mudah menangis Gemetar Gelisah
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
258
Contoh 15 3) Ketakutan
Pada gelap Ditinggal sendiri Pada orang asing Pada binatang besar Pada keramaian lalu lintas Pada kerumunan banyak orang 4) Gangguan tidur
Sukar memulai tidur Terbangun malam hari Tidak pulas Mimpi buruk Mimpi yang menakutkan 5) Gangguan kecerdasan
Daya ingat buruk Sulit berkonsentrasi Sering bingung 6) Perasaan Depresi
Kehilangan minat Sedih
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
259
Contoh 15 Bangun dini hari Berkurangnya kesukaan pada hobi Perasaan berubah-ubah sepanjang hari 7) Gejala somatik (otot-otot)
Nyeri otot Kaku Kedutan otot Gigi gemeretak Suara tak stabil 8) Gejala sensorik
Telinga berdengung Penglihatan kabur Muka merah dan pucat Merasa lemah Perasaan ditusuk-tusuk 9) Gejala kardiovaskular
Denyut nadi cepat Berdebar-debar Nyeri dada Denyut nadi mengeras
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
260
Contoh 15 Rasa lemah seperti mau pingsan Detak jantung hilang sekejap 10) Gejala pernapasan
Rasa tertekan di dada Perasaan tercekik Merasa napas pendek/sesak Sering menarik napas panjang 11) Gejala gastrointestinal
Sulit menelan Mual muntah Berat badan menurun Konstipasi/sulit buang air besar Perut melilit Gangguan pencernaan Nyeri lambung sebelum/sesudah makan Rasa panas di perut Perut terasa penuh/kembung 12) Gejala urogenitalia
Sering kencing Tidak dapat menahan kencing
261
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 15 Amenor/menstruasi yang tidak teratur Frigiditas 13) Gejala vegetatif/otonom
Mulut kering Muka kering Mudah berkeringat Pusing/sakit kepala Bulu roma berdiri 14) Apakah Ibu merasakan
Gelisah Tidak terang Mengerutkan dahi muka tegang Tonus/ketegangan otot meningkat Napas pendek dan cepat Muka merah Jumlah skor: ………………… Kesimpulan :
Tidak ada kecemasan
Kecemasan ringan
Kecemasan sedang
Kecemasan berat
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
262
Contoh 15a PENILAIAN TINGKAT KECEMASAN Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William WK Zung, dikembangkan berdasar gejala kecemasan dalam DSM-II (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Terdapat 20 pertanyaan, di mana setiap pertanyaan dinilai 1–4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu. Terdapat lima belas pertanyaan ke arah peningkatkan kecemasan dan lima pertanyaan ke arah penurunan kecemasan. (Zung Self-Rating Anxiety Scale [SAS/SRAS] dalam Ian Mcdowell [2006].) Rentang penilaian 20–80, dengan pengelompokan sebagai berikut. Skor 20–44 → Normal/tidak cemas Skor 45–59 → Kecemasan ringan Skor 60–74 → Kecemasan sedang Skor 75–80 → kecemasan berat
• • • •
Lingkarilah untuk setiap item yang paling menggambarkan seberapa sering Anda merasa atau berperilaku seperti beberapa pernyataan di bawah ini.
No
Pernyataan
Tidak pernah
Kadangkadang
Sebagian waktu
Hampir setiap waktu
1
Saya merasa lebih gugup dan cemas dari biasanya.
1
2
3
4
2
Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali.
1
2
3
4
3
Saya mudah marah atau merasa panik.
1
2
3
4
4
Saya merasa seperti jatuh terpisah dan akan hancur berkeping-keping.
1
2
3
4
5
Saya merasa bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak ada hal buruk akan terjadi.
4
3
2
1
6
Lengan dan kaki saya gemetar.
1
2
3
4
7
Saya terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri punggung.
1
2
3
4
8
Saya merasa lemah dan mudah lelah.
1
2
3
4
9
Saya merasa tenang dan dapat duduk diam dengan mudah.
4
3
2
1
10
Saya merasakan jantung saya berdebar-debar.
1
2
3
4
11
Saya merasa pusing tujuh keliling.
1
2
3
4
12
Saya telah pingsan atau merasa seperti itu.
1
2
3
4
13
Saya dapat bernapas dengan mudah.
4
3
2
1
14
Saya merasa jari-jari tangan dan kaki mati rasa dan kesemutan.
1
2
3
4
15
Saya terganggu oleh nyeri lambung atau gangguan pencernaan.
1
2
3
4
16
Saya sering buang air kecil.
1
2
3
4
17
Tangan saya biasanya kering dan hangat.
4
3
2
1
263
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
No
Pernyataan
Tidak pernah
Kadangkadang
Sebagian waktu
Hampir setiap waktu
18
Wajah Saya terasa panas dan merah merona.
1
2
3
4
19
Saya mudah tertidur dan dapat istirahat malam dengan baik.
4
3
2
1
20
Saya mimpi buruk.
1
2
3
4
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
264
Contoh 16 Dimensi Tingkat Kepuasan Klien terhadap Pelayanan Keperawatan
No
PERNYATAAN R
JAWABAN SP
P
TP
KODE STP
Dimensi Reliability (Keandalan) 1.
Anda percaya bahwa perawat yang merawat Anda mampu menangani kasus Anda dengan tepat.
2.
Secara keseluruhan pelayanan perawatan klien di rumah sakit ini baik.
3.
Perawat memberitahu dengan jelas, suatu hal yang harus dipatuhi oleh klien tentang anjuran dalam perawatan.
4.
Perawat mampu menangani masalah perawatan klien dengan tepat dan profesional.
5.
Perawat memberitahu dengan jelas sesuatu hal yang dilarang demi perawatan klien.
6.
Perawatan sudah diupayakan agar klien merasa puas selama dirawat.
No
PERNYATAAN A
JAWABAN SP
D
Tingkat Assurance (Kepercayaan)
1.
Pelayanan perawat membuat keluhan Anda makin berkurang
2.
Pelayanan perawatan klien sudah memenuhi standar asuhan keperawatan.
3.
Perawat di ruang rawat ini sudah profesional
P
TP
KODE STP
265
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 16 No
PERNYATAAN T
JAWABAN SP
E
Dimensi Emphaty (Empati)
1.
Perawat membantu klien pada waktu BAK (Buang Air Kecil/kencing).
2.
Perhatian yang cukup tinggi kepada klien selalu diberikan oleh perawat.
3.
Perawat membantu klien pada waktu BAB (Buang Air Besar).
4.
Perawat selalu berusaha agar klien merasa puas dengan kepedulian yang baik.
5.
Perawat merawat klien dengan penuh kesabaran.
No
PERNYATAAN E X1: Dimensi Tangibles (Kenyataan)
1.
Informasi tentang tarif sudah diberitahukan dengan jelas oleh petugas perawat.
2.
Prosedur pelayanan perawatan bagi klien rawat inap sudah diterapkan dengan baik.
3.
Perawat menjaga agar kondisi ruangan rawat inap selalu bersih.
4.
Perawat menjaga agar kondisi peralatan yang digunakan selalu bersih.
5.
Perawat menciptakan agar kondisi kamar mandi dan WC bersih.
No
PERTANYAAN R X3: Dimensi Responsiveness (Tanggung jawab)
1.
Begitu Anda sampai di RS ini sebagai klien rawat inap, perawat segera menangani Anda.
2.
Perawat membantu Anda untuk memperoleh obat.
3.
Perawat membantu Anda untuk memperoleh pelayanan foto (radiologi) di RS ini.
4.
Perawat membantu Anda dalam pelayanan laboratorium di RS ini.
KODE STP
P
TP
KODE STP
JAWABAN SP
C
TP
JAWABAN SP
A
P
P
TP
KODE STP
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
266
Contoh 17 INSTRUMEN AUTISME (CHILDHOOD AUTISM RATING SCALE) Nama: Tanggal lahir: I. Hubungan dengan orang lain II. Imitasi III. Respons emosi IV. Penggunaan badan V. Penggunaan objek VI. Adaptasi terhadap perubahan VII. Respons visual VIII. Respons mendengar IX. Respons dan penggunaan rasa, bau, dan raba X. Takut atau gugup XI. Komunikasi verbal XII. Komunikasi nonverbal XIII. Level aktivitas XIV. Level konsistensi dari respons intelektual XV. Kesan umum
Tanggal pengujian: _________ _________ _________ _________ _________ _________ _________ _________ _________ _________ _________ _________ _________ _________ _________
SKOR : ------------------------------------------------------------------------- 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 tidak autis ringan sedang berat
KETERANGAN (Terlampir)
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
267
Contoh 17 I. HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN • Tak ada kesulitan atau abnormalitas dalam berhubungan dengan orang lain. Perilaku anak sesuai dengan umur, sikap malu, ngambek, ribut ketika ditegur bisa tampak tetapi tidak sampai berlebih. • Hubungan abnormal ringan: anak menghindari kontak mata, berontak bila dipaksa, malu berlebihan, tidak responsif terhadap orang dewasa sebagaimana mestinya atau lengket dengan orang tua melebihi anak sebayanya. • Hubungan abnormal sedang: anak kadang-kadang tampak mengasingkan diri (seperti tak peduli orang dewasa). Kadang-kadang perlu dipaksa untuk mau memerhatikan. Kontak terkadang dimulai oleh anak. • Hubungan abnormal berat: Anak terus-menerus menyendiri, tidak peduli sama sekali terhadap apa yang dilakukan orang dewasa. Tidak pernah menunjukkan respons atau memulai kontak dengan dewasa. Hanya dengan usaha yang terusmenerus yang akan memberi hasil, agar anak mau menunjukan perhatiannya. II. IMITASI • Anak dapat menirukan suara, kata-kata dan gerakan yang sesuai dengan umurnya. • Imitasi abnormal ringan: Anak menirukan perilaku sederhana seperti bertepuk atau satu bunyi suara pada sebagian besar waktunya, kadang-kadang meniru sesuatu. • Imitasi abnormal sedang: Anak meniru hanya pada sebagian waktu dan butuh usaha yang hebat dan terus-menerus, sering meniru sesuatu. • Imitasi abnormal berat: Jarang/tidak pernah meniru suara, kata-kata atau gerakan walau dibantu. III. RESPONS EMOSI • Respons emosi sesuai usia dan situasi Anak menunjukkan respons emosi dengan tipe dan derajat yang sesuai dan ditunjukkan dengan ekspresi wajah, sikap tubuh, dan tingkahnya. • Respons emosi abnormal ringan Anak kadang-kadang menunjukkan respons emosi dengan tipe dan derajat yang kurang sesuai. Reaksi kadang-kadang tidak berkaitan dengan objek atau situasi sekitarnya. • Respons emosi abnormal sedang Anak menunjukkan respons emosi yang secara nyata tidak sesuai baik dalam tipe maupun derajatnya. Reaksi mungkin sangat terhambat atau berlebihan dan tidak sesuai dengan situasi; mungkin meringis, tertawa atau menjadi kaku (rigid) tanpa adanya objek atau situasi yang menyebabkan. • Respons emosi abnormal berat Respons jarang sesuai dengan situasi; sekali anak menunjukkan satu suasana hati tertentu, maka akan sulit mengubahnya. Sebaliknya, anak akan menunjukkan perubahan emosi yang sangat besar tanpa ada sesuatu yang berubah.
268
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 17 IV. PENGGUNAAN BADAN • Penggunaan badan sesuai umur Anak bergerak dengan kemampuan dan koordinasi sesuai dengan anak normal seusianya. • Penggunaan badan abnormal ringan Beberapa kekhasan kecil tertentu tampak, gerakan-gerakan berulang, koordinasi yang jelek, atau kadang-kadang tampak gerakan-gerakan yang tidak biasanya. • Penggunaan badan abnormal sedang Perilaku-perilaku yang jelas aneh dan tidak biasa untuk anak seusianya. Termasuk gerakan-gerakan jari yang aneh, posisi jari atau badan tertentu, melihat terusmenerus atau menusuk-nusuk (picking) badan, agresi terhadap diri sendiri, menggulung-gulung, berputar-putar, jinjit-jinjit, meliuk-liuk. • Penggunaan badan abnormal berat Gerakan-gerakan atau kondisi yang lebih berat dan lebih sering dari di atas. Tingkah laku ini tetap dipertahankan walaupun sudah dicoba menghentikannya atau menyertakan anak pada kegiatan lain. V. PENGGUNAAN OBJEK • Menggunakan dan menunjukkan ketertarikan yang sesuai terhadap mainan dan benda-benda lain. Anak menunjukkan rasa tertarik yang normal terhadap mainan dan objek-objek lain yang sesuai dengan tingkat keterampilannya dan menggunakan mainan sesuai fungsinya. • Ketidaksesuaian ringan dalam menunjukkan ketertarikan dan menggunakan mainan atau objek lain. Anak dapat menunjukkan ketertarikan yang kurang tepat (tidak normal) terhadap mainan dan bermain dengan cara yang kekanak-kanakan (misal dibanting atau dimasukkan mulut) • Ketidaksesuaian sedang Anak kurang menunjukkan ketertarikan terhadap mainan atau objek lain, atau preokupasi dengan menggunakannya dengan cara yang aneh, mungkin perhatiannya terfokus pada bagian-bagian tertentu dari mainan atau terpesona dengan pantulan cahaya dari benda atau menggerakkan secara berulang-ulang sebagian dari benda atau bermain dengan satu benda melulu. • Ketidaksesuaian berat Anak menunjukkan perilaku di atas dengan intensitas dan frekuensi lebih mencolok. Anak sukar dialihkan apabila sudah terlibat dalam aktivitas tersebut. VI. ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN • Respons terhadap perubahan sesuai umur. Anak mungkin menyaksikan dan berkomentar terhadap perubahan-perubahan rutin, ia bisa menerima perubahan tersebut tanpa distres.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
269
Contoh 17 • Abnormal ringan dalam adaptasi terhadap badan. Ketika seorang dewasa mencoba mengubah tugas maka anak mungkin melanjutkan aktivitas yang sama atau memakai materi yang sama. • Abnormal sedang Anak secara aktif menolak perubahan-perubahan rutin, berusaha meneruskan aktivitasnya semula dan sulit dialihkan. Ia akan marah dan tak bahagia bila kegiatan rutinnya diubah. • Abnormal berat Reaksi terhadap perubahan hebat; marah berlebihan dan tantrum. VII. RESPONS VISUAL • Respons visual sesuai umur Perilaku visual anak tampak biasa dan sesuai umur. Pandangan dipakai bersamasama dengan indra lain sebagai cara eksplorasi benda-benda baru. • Respons visual abnormal ringan Anak kadang-kadang harus diingatkan untuk melihat/memerhatikan bendabenda. Anak mungkin lebih tertarik untuk melihat ke kaca atau sinar-sinar daripada teman, kadang-kadang melihat ke langit atau menghindari kontak mata dengan orang lain. • Respons abnormal sedang Anak harus diingatkan berulang-ulang untuk melihat/memerhatikan apa yang sedang dilakukannya. Ia mungkin menerawang ke udara, menghindari kontak mata, melihat objek dari sudut yang tidak biasanya, atau memegang benda sangat dekat ke matanya. • Respons visual abnormal berat Anak terus-menerus menghindari kontak mata atau objek tertentu atau bentukbentuk pandangan ekstrim yang digambarkan di atas. VIII. RESPONS MENDENGAR • Respons mendengar sesuai umur Perilaku mendengar sesuai umur, mendengar dipakai bersama dengan indra yang lain. • Respons mendengar abnormal ringan Respons mungkin kurang atau reaksi yang berlebihan ringan terhadap suara tertentu. Respons terhadap suara tertentu mungkin lambat dan perlu diulangulang untuk menarik perhatiannya. Anak bisa menunjukkan distraksi oleh respons-respons yang tak biasa. • Respons mendengar abnormal sedang Respons terhadap suara bervariasi, kadang-kadang mengabaikan suara-suara beberapa saat sesudah dibuat; atau menutup telinga ketika mendengar suarasuara.
270
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 17 • Respons mendengar abnormal berat Anak bereaksi terhadap suara mulai derajat ringan sampai derajat yang berat, tanpa peduli tipe suara. IX. RESPONS DAN PENGGUNAAN RASA, BAU, DAN RABA • Respons dan penggunaan normal Anak mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya dengan cara sesuai umur, umumnya dengan perasaan (lidah), dan penciuman mungkin dipakai bila sesuai (kebutuhan). Reaksi terhadap nyeri ringan dalam bentuk rasa tak enak tetapi tidak bereaksi secara berlebihan. • Respons dan penggunaan abnormal ringan Anak dapat tetap meletakkan objek dalam mulutnya; mungkin mencium dan merasakan objek yang tak dapat dimakan, dapat mengabaikan atau bereaksi secara berlebihan terhadap nyeri ringan yang akan menyebabkan perasaan tak enak pada anak normal. • Respons dan penggunaan abnormal sedang Anak meraba, mencium, atau merasakan (dengan lidah) benda-benda atau orang secara agak berlebihan. Anak dapat menunjukkan reaksi sangat hebat (berlebihan) atau sangat kurang. • Respons dan penggunaan abnormal berat Anak preokupasi dengan membau, merasakan (dengan lidah), serta meraba lebih banyak untuk memuaskan sensasi, bukan untuk eksplorasi atau penggunaan objek. X. TAKUT ATAU GUGUP • Takut dan gugup yang normal Perilaku anak sesuai umur dan situasi. • Takut dan gugup abnormal ringan Dibandingkan anak normal pada umur dan situasi yang sama, anak autis kadangkadang menunjukkaan reaksi yang berlebihan atau justru sangat kurang. • Takut dan gugup abnormal sedang Anak menunjukkan reaksi takut agak berlebih atau kurang sekali. • Takut dan gugup abnormal berat Rasa takut tetap ada walaupun sudah berulang kali dihadapkan pada keadaan yang tidak membahayakan (menakutkan) sangat sukar untuk menenangkan sebaliknya anak mungkin tidak “bisa” menunjukkan rasa segan atau “rasa adanya bahaya” yang sesuai, seperti pada anak normal umumnya akan menghindar. XI. KOMUNIKASI VERBAL • Komunikasi verbal normal, sesuai umur dan situasi • Abnormal ringan Menunjukkan kelambatan bicara yang menyeluruh. Kebanyakan bicaranya punya
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
271
Contoh 17 arti, tetapi beberapa ekolalia dan pembalikan kata ganti bisa terlihat. Kadangkadang ada kata-kata tertentu atau “aneh”. • Abnormal sedang: Anak mungkin tidak bisa bicara. Bila bicara mungkin dalam bentuk campuran antara kata-kata yang ada artinya, ekolalia, atau logat khusus atau kata ganti orang yang terbalik. Kekhususan dalam bicaranya yang berarti punya arti termasuk pertanyaan yang diulang-ulang atau preokupasi dengan topik tertentu. • Abnormal berat Tidak menunjukkan bicara yang punya arti. Anak mungkin hanya menjerit, aneh, suara-suara seperti binatang, atau terus-menerus mengucapkan kata-kata atau kalimat secara aneh. XII. KOMUNIKASI NONVERBAL • Penggunaan komunikasi nonverbal secara normal sesuai umur dan situasi. • Abnormal ringan Komunikasi nonverbal yang digunakan secara imatur mungkin menunjuk secara samar-samar/ragu-ragu; menggapai/meraih apa yang diinginkan yang dalam situasi yang sama anak normal dapat menunjuk atau bersikap secara lebih spesifik untuk menunjukkan apa yang diinginkan. • Abnormal sedang Anak tidak dapat mengekspresikan keinginan secara nonverbal dan tidak bisa/ mengerti komunikasi nonverbal dengan orang lain. • Abnormal berat Anak menunjukkan sikap yang aneh dan tidak punya arti dan tidak menunjukkan kepedulian terhadap arti yang menyertai sikap dan ekspresi wajah orang lain. XIII. LEVEL AKTIVITAS • Level aktivitas normal sesuai umur dan keadaan Anak tidak lebih aktif/kurang aktif dibanding anak lain seusianya dalam situasi yang sama. • Level aktivitas abnormal ringan Anak kadang-kadang sedikit lebih banyak gerakan/kurang gerak (malas) Level aktivitas anak ini sedikit berpengaruh pada penampilannya. • Level aktivitas abnormal sedang Anak cukup aktif dan sulit ditahan. Energinya berlebihan dan sulit tidur di malam hari. Sebaliknya anak bisa tampak kuat untuk bergerak. • Level aktivitas abnormal berat Anak menunjukkan ekstrim aktif atau ekstrim malas dan bisa terjadi pergantian dari keduanya. XIV. LEVEL DAN KONSISTENSI DARI RESPONS INTELEKTUAL • Inteligensi normal dan diperkirakan konsisten antara beberapa area Anak cerdas seperti anak umumnya pada umur yang sama dan tidak menunjukkan adanya masalah intelektual dan keterampilan.
272
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 17 • Fungsi intelektual abnormal ringan Anak tidak secerdas anak seusianya, keterampilan, tampak agak terhambat pada semua area. • Fungsi intelektual abnormal sedang Secara umum anak tidak secerdas anak seusianya, tetapi anak bisa menunjukkan fungsi yang mendekati normal pada beberapa area intelektual. • Fungsi intelektual abnormal berat Secara umum anak tidak secerdas anak seusianya, tetapi dalam satu/beberapa kali bahkan lebih baik dari anak normal seusianya.
273
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 18 LEMBAR WAWANCARA TERSTRUKTUR KEMAMPUAN BLADDER-RETENTION TRAINING PADA ANAK Petunjuk Pengisian: Dinilai berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua
No.
Kemampuan bladder-retention training
1
Apakah anak meminum 500 ml air putih?
2
Apakah anak mengomunikasikan secara verbal dan nonverbal keinginan berkemih?
3
Apakah anak mampu menahan keinginan berkemih sampai batas toleransi?
4
Apakah anak mampu berkemih di toilet?
5
Pada pelaksanaan berikutnya apakah anak mampu menahan keinginan berkemih lebih lama dari waktu penundaan berkemih sebelumnya≥1–2 menit?
Nilai Ya
Tidak
Kode
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
274
Contoh 18 LEMBAR OBSERVASI FREKUENSI ENURESIS (MENGOMPOL) PADA ANAK Petunjuk pengisian: • Diisi oleh orang tua • Berikan tanda positif ( + ) jika anak mengompol • Berikan tanda negatif ( – ) jika anak tidak mengompol Nama anak:
Senin
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
Selasa
Rabu
Tanggal mulai:
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
275
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 18 SKALA TINGKAT STRES ANAK 1. Ketika kamu mengalami situasi yang sulit seperti kematian, perceraian, perpisahan orang tua apakah kamu sering merasa: 2. Akhir-akhir ini, apabila kamu mendapatkan perhatian dari orang tua yang kurang, apakah kamu sering merasa: 3. Apabila kamu mendapatkan adik baru, kamu merasa perhatian dari orang tua kamu berkurang, apakah hal itu menyebabkan kamu sering merasa: 4. Ketika kamu dituntut untuk masuk sekolah pagi, apakah kamu sering merasa: 5. Ketika kamu mengalami situasi yang sulit seperti disiplin orang tua yang ketat, apakah kamu sering merasa: 6. Ketika kamu mendapatkan tugas-tugas dari sekolah (PR), apakah kamu sering merasa: 7. Ketika mendapatkan tuntutan berprestasi di sekolah (memperoleh nilai yang tinggi) dari orang tua, apakah kamu sering merasa: 8. Ketika melakukan penyesuaian dengan suasana baru di sekolah (guru, teman sebaya), apakah kamu sering merasa: 1
Pusing, sakit kepala
YA
TIDAK
2
Sulit konsentrasi
YA
TIDAK
3
Capek, lelah
YA
TIDAK
4
Ingin marah, mudah tersinggung
YA
TIDAK
5
Sakit perut, mual-mual
YA
TIDAK
6
Gelisah, bingung, sedih
YA
TIDAK
7
Berdebar-debar, deg-degan
YA
TIDAK
8
Cemas, khawatir, takut
YA
TIDAK
9
Keringat dingin keluar
YA
TIDAK
Merasa malas, tidak punya semangat
YA
TIDAK
10
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
276
Contoh 18 LEMBAR WAWANCARA TERSTRUKTUR GANGGUAN TIDUR ANAK Petunjuk Pengisian: • Dinilai berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan orang tua No.
Gangguan tidur yang terjadi
Nilai Selalu
1
Apakah tanda-tanda vital anak (nadi, respirasi) menurun secara bermakna dibanding selama terjaga?
2
Apakah anak tidur sambil berjalan?
3
Apakah anak mengalami tidur dalam/pulas, sulit dibangunkan malam hari untuk ke kamar mandi?
4
Apakah anak jarang bergerak ketika tidur?
Sering
Kode Kadangkadang
Tidak pernah
277
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 18 Daftar Pustaka Butler, RJ. (1994). Nocturnal Enuresis: The Child’s Experience. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd, hlm: 132–135. Goliszek, A. (2005). Manajemen Stres. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, hlm: 12–15. Harjaningrum, AT. (2005). Sudah Besar Masih Ngompol, Bolehkah Dibiarkan? http://www. tonangardyanto.com/content/view//22/37/(akses tanggal 27 September 2006 jam 14.30) Iswinarti. (1996). Tingkat Stres dan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah yang Memperoleh Pengayaan. Thesis. Tidak diterbitkan. Yogya: Program Pasca Sarjana UGM, hlm: 16, 30. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skipsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika, hlm: 16–21. Potter, PA. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed/4, Vol.1. Jakarta: EGC, hlm: 476, 482. Walidah P. (2007). Pengaruh Bladder Retention Training Terhadap Perubahan Kemampuan dan Enuresis Pada Anak Usia Sekolah (7-10 Tahun). Skripsi: Tidak Dipublikasikan.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
278
Contoh 19 INSTRUMEN STRES KERJA Kode
4 : Selalu 3 : Sering 2 : Kadang-kadang 1 : Tidak pernah
No.
PERNYATAAN Stres Biologis
1.
Saya merasa jantung berdebar saat bekerja
2.
Merasa sakit perut/nyeri ulu hati saat bekerja
3.
Merasa otot kaku saat/setelah bekerja (kaku leher)
4.
Merasa frekuensi pernapasan meningkat
5.
Merasa denyut nadi meningkat
6.
Makan secara berlebihan
7.
Kehilangan nafsu makan
8.
Perut terasa mulas, tegang, dan kembung
9. 10.
Tangan terasa capek Betis terasa pegal
11.
Persendian terasa ngilu
12.
Nyeri punggung
13.
Nyeri pinggang
14.
Merasa tertekan karena pekerjaan
15.
Menyalahkan diri sendiri
16.
Merasa tidak cocok dengan pekerjaan
17.
Merasa kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun
Stres Psikologis
18.
Mudah lupa
19.
Merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
20.
Menghindar dari masalah
21.
Berganti-ganti rencana
22.
Berpikir hal-hal kecil terlalu detail
23.
Merasa tidak tertarik terhadap minat yang disukai
24.
Merasa lambat terhadap situasi yang membahayakan
25.
Kecewa terhadap hasil pekerjaan
26.
Merasa jenuh dalam bekerja
27.
Bingung dalam menghadapi pekerjaan
28.
Penurunan produktivitas kerja
29.
Merasa tidak puas terhadap pekerjaan
30.
Meninggalkan kerja
31.
Ketegangan dalam berinteraksi dengan teman sejawat
32.
Ketegangan dalam berinteraksi dengan tim kesehatan lain
33.
Mudah tersinggung
34.
Mudah marah tanpa sebab yang berarti
35.
Merasa tidak suka dengan pekerjaan
Stres Sosial
1
2
3
4
279
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 19 KUESIONER GANGGUAN RITME SIRKARDIAN No.
PERNYATAAN
1.
Sulit memulai tidur (lebih dari 30 menit)
2.
Terbangun di malam hari
3.
Setelah terbangun sulit memulai tidur lagi
4.
Tidur tidak nyenyak/sering terbangun
5.
Merasa lelah setelah bangun tidur
6.
Merasa pusing setelah bangun tidur
7.
Bangun terlalu pagi
8.
Mengantuk saat bekerja
9.
Tertidur saat bekerja
10.
Mengalami penurunan mood, motivasi
11.
Mengalami kesulitan menyelesaikan pekerjaan rutin
12.
Merasa kehilangan fokus perhatian
13.
Penurunan daya tahan tubuh (mudah terserang flu, alergi berulang)
14.
Tidur kurang dari 6 jam per hari
15.
Mudah marah/tersinggung
16.
Mengalami gangguan pencernaan, mual
17.
Sulit terbangun pada waktu yang diinginkan
18.
Merasa lambat berespons terhadap sesuatu
Ya
Tidak
Daftar Pustaka
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Rahmatul, F. (2007). Hubungan Sif Kerja dengan Stres Kerja dan Circardian Rhythm Perawat di Ruang Intermediet Bedah Flamboyan RSU Dr. Soetomo Surabaya. PSIK FK Unair. Skripsi: Tidak dipublikasikan.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
280
Contoh 20 Instrumen Depression Anxiety Stres Scale (DASS 42) Keterangan 0 : Tidak ada atau tidak pernah. 1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang 2 : Sering. 3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat. No.
Aspek Penilaian
1.
Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele
2.
Mulut terasa kering
3.
Tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu kejadian
4.
Merasakan gangguan dalam bernapas (napas cepat, sulit bernapas)
5.
Merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan
6.
Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi
7.
Kelemahan pada anggota tubuh
8.
Kesulitan untuk relaksasi/bersantai
9.
Cemas yang berlebihan dalam suatu situasi namun bisa lega jika hal/situasi itu berakhir
10.
Pesimis
11.
Mudah merasa kesal
12.
Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas
13.
Merasa sedih dan depresi
14.
Tidak sabaran
15.
Kelelahan
16.
Kehilangan minat pada banyak hal (misal; makan, ambulasi, sosialisasi)
17.
Merasa diri tidak layak
18.
Mudah tersinggung
19.
Berkeringat (misal; tangan berkeringat) tanpa stimulasi oleh cuaca maupun latihan fisik
20.
Ketakutan tanpa alasan yang jelas
21.
Merasa hidup tidak berharga
22.
Sulit untuk beristirahat
23
Kesulitan dalam menelan
24.
Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan
25.
Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa stimulasi oleh latihan fisik
26.
Merasa hilang harapan dan putus asa
27.
Mudah marah
28.
Mudah panik
29.
Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu
30.
Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang tidak biasa dilakukan
31.
Sulit untuk antusias pada banyak hal
0
1
2
3
281
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 20 No.
Aspek Penilaian
32.
Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan
33.
Berada pada keadaan tegang
34.
Merasa tidak berharga
35.
Tidak dapat memaklumi hal apa pun yang menghalangi Anda untuk menyelesaikan hal yang sedang Anda lakukan
36.
Ketakutan
37.
Tidak ada harapan untuk masa depan
38.
Merasa hidup tidak berarti
39.
Mudah gelisah
40.
Khawatir dengan situasi saat diri Anda mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri
41.
Gemetar
42.
Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu
0
1
2
3
Daftar Pustaka Lovibond. (1995). Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42). http://www.swin.edu.au. Tanggal 11 Maret 2007. Pukul 22.05 WIB. Arina, N. (2007). Hubungan Stres dengan Fase Penyembuhan Luka pada Klien Pasca Seksio Sesarea di RB I RSU Dr. Soetomo Surabaya. PSIK FK Unair. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
282
Contoh 21 INSTRUMEN MOTIVASI MAHASISWA MENGIKUTI PERKULIAHAN No.
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Saya mengikuti perkuliahan dengan penuh konsentrasi dan memerhatikan dengan saksama saat dosen menerangkan materi perkuliahan
2.
Cara menyampaikan bahasa tubuh dan cara dosen membawa diri di hadapan mahasiswa menarik, sehingga saya bersemangat mengikuti perkuliahan
3.
Saya menyampaikan pendapat, ide atau bertanya jika dalam penyampaian materi kuliah saya mengalami kesulitan memahami
4.
Saya meluangkan waktu khusus untuk belajar untuk mempersiapkan diri mengikuti perkuliahan
5.
Saya merasa mampu untuk mengikuti perkuliahan dan mencapai nilai yang saya inginkan
6.
Saya mempelajari kembali materi yang saya dapatkan saat proses perkuliahan di kelas
7.
Saya berusaha untuk mendapatkan tambahan informasi dari referensi atau buku yang melengkapi pengetahuan yang saya dapatkan dalam perkuliahan
8.
Saya merasa harus mendapatkan tambahan pengetahuan dari perkuliahan yang tidak bisa saya dapatkan dari buku atau literatur lain
9.
Saya yakin bahwa tugas yang diberikan dosen akan dapat saya kerjakan dengan baik
10.
Saya mengerjakan tugas yang diberikan dosen baik tugas individu maupun tugas kelompok dengan penuh tanggung jawab baik terhadap diri saya sendiri maupun kepada kelompok
11.
Saya merasa puas dengan tugas-tugas yang diberikan, karena saya dapat menyelesaikannya dengan baik
12.
Saya dapat mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak memerlukan tambahan waktu dan tidak terlambat
13.
Saya akan mendapatkan umpan balik dari tugas-tugas yang saya kerjakan, karena itu saya bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan
Skor: ……
283
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 21 HAMBATAN DAN HARAPAN MAHASISWA DALAM MENCAPAI PRESTASI BELAJAR No. 1.
2. 3. 4.
1. 2.
3. 4.
Pertanyaan A. Hambatan Apa yang menjadi hambatan selama mengikuti perkuliahan? (fasilitas, kurikulum, dan lain-lain) Jelaskan! Apakah Saudara mengalami kesulitan dalam menerima pembelajaran? Jelaskan! Apakah ada masalah dengan motivasi belajar Saudara selama mengikuti perkuliahan? Apakah ada permasalahan dalam mencapai indeks prestasi yang Saudara harapkan? B. Harapan Apa yang Saudara harapkan dalam mencapai prestasi belajar? Apa yang Saudara harapkan dari institusi pendidikan untuk peningkatan dan perbaikan mutu perkuliahan? Bagaimana harapan Saudara terhadap penampilan dosen/staf pengajar PSIK? Apakah prestasi belajar yang Saudara capai sudah sesuai dengan yang diharapkan? Jelaskan!
Jawaban
Daftar Pustaka Saridewi, N. (2006). Hubungan penerapan Metode Pembelajaran Klinik dan Motivasi dengan pencapaian kompetensi manajemen keperawatan program profesi ners pada mahasiswa program A angkatan 1 PSIK FK Unair. Tidak dipublikasikan. Skripsi S-1 Keperawatan, PSIK FK Unair Surabaya. Setho, H. (2007). Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Penampilan Dosen Dengan Motivasi Dan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Ners Jalur A Tahap Akademik. Tidak dipublikasikan. Skripsi S-1 Keperawatan, PSIK FK Unair Surabaya. Toeti S. dan Winataputra. (1997). Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran: Bahan Ajar Pekerti untuk Dosen Muda. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, hlm: 39-50.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
284
Contoh 22 KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI No
Pernyataan
1.
ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja
2.
Pemberian ASI bisa ditambah dengan bubur pisang dan susu kaleng sebelum usia 6 bulan
3.
Memberikan ASI Eksklusif dapat membuat bayi sehat dan dapat menghemat uang
4.
Setelah melahirkan, ibu tidak diperbolehkan untuk minum banyak (lebih dari 8 gelas sehari)
5.
Ibu harus mengonsumsi makanan yang lebih banyak mengandung protein (telur, ikan) daripada sebelum hamil
6.
Ibu dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin (sayur dan buah-buahan)
7.
Salah satu tujuan dari manajemen laktasi yang benar adalah untuk mencegah agar payudara tidak lecet dan tidak sakit saat menyusui
8.
Sebelum mulai menyusui, payudara dibersihkan dengan menggunakan air hangat; puting dan areola payudara diolesi dengan ASI
9.
Posisi menyusui yang benar adalah dagu bayi menempel pada payudara ibu
10.
Cara menyusui yang benar adalah bayi hanya mengisap bagian puting payudara saja
11.
Lama dan seringnya ibu menyusui bayinya adalah tanpa dijadwal atau sesuai keinginan bayi
12
Cara melepaskan isapan bayi setelah bayi selesai menyusu adalah dengan cara memasukkan jari kelingking ibu ke sudut
13.
Setelah menyusui, payudara ibu diolesi dengan mengunakan ASI
14.
Cara menyendawakan bayi adalah bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggung ditepuk-tepuk perlahan
15.
Salah satu manfaat memeras ASI adalah untuk menghilangkan bendungan payudara
Benar
Salah
285
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 22 KUESIONER SIKAP IBU DALAM MANAJEMAN LAKTASI Berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban SS S TS STS No
: Sangat Setuju (4) : Setuju (3) : Tidak setuju (2) : Sangat Tidak Setuju (1) Penyataan
1.
ASI merupakan makanan yang lengkap zat gizinya
2.
Ibu bisa memberikan makanan pendamping ASI seperti pisang sebelum bayi berusia 6 bulan
3.
Memberikan ASI Eksklusif dapat menyebabkan pertumbuhan yang baik pada bayi (berat badan bayi naik sesuai umur)
4.
Ibu harus minum air minimal 8 gelas per hari
5.
Saat bayi menyusu hanya sampai pada puting payudara saja
6.
Payudara dibersihkan dengan menggunakan air hangat sebelum menyusui
7.
Pemberian ASI malam hari tidak baik untuk bayi
8.
Saat menyusui perut bayi menempel pada badan ibu, telinga, dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9.
Saat bayi menyusu, mulut bayi sampai ke bagian hitam di sekitar puting (areola payudara)
10.
Jika bayi menangis, ibu langsung menyusui tanpa menunggu jadwal
11.
Setiap kali menyusui, ibu hanya memberikan satu payudara saja (tidak bergantian)
12.
Ibu menyusui selama 10–15 menit setiap kali menyusui/sampai payudara kosong
13.
Selesai menyusui payudara ibu dibersihkan dengan menggunakan sabun
14.
Bayi tidak perlu disendawakan setelah menyusu
15.
Bila ASI terlalu penuh, maka sebaiknya diperas dulu dengan tangan, kemudian disusukan pada bayi
SS
S
TS
STS
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
286
Contoh 22 LEMBAR OBSERVASI DAN WAWANCARA TINDAKAN IBU DALAM MANAJEMEN LAKTASI No
Tindakan
1.
Cuci tangan sebelum mulai menyusui
2.
Payudara dibersihkan dengan menggunakan air hangat, kemudian dilap menggunakan handuk/kain bersih
3.
ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola
4.
Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk menggunakan kursi yang rendah dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
5.
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan).
6.
Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
7.
Perut bayi menempel pada perut ibu, kepala bayi menghadap payudara.
8.
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9.
Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah
10.
Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi
11.
Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi
11.
Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi saat menyusui
12.
Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak disangga/tidak dipegang lagi.
13.
Menyusui satu payudara sampai kosong, kemudian diganti dengan payudara yang lain
14.
Selesai bayi menyusui, isapan bayi dilepaskan dengan memasukkan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
15.
Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya
16.
Bayi disendawakan dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau bayi di tengkurapkan di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahanlahan.
17.
Mengonsumsi makanan sebanyak 2.500–2.700 kalori dalam satu hari (dari diet recall 24 jam, lampiran 8)
18.
Minum air lebih dari 8 gelas dalam satu hari
Dilakukan
Tidak dilakukan
287
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 22 RECALL DIET 24 JAM IBU PASCASALIN Tanggal: No 1.
Waktu
Menu
Bahan Makanan
Jumlah (URT)
Pagi
Jam
2.
Siang
Jam
3.
Malam
Jam
No Responden: Jumlah kalori :
Jumlah (berat)
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
288
Contoh 22 LEMBAR OBSERVASI DAN WAWANCARA PRODUKSI DAN PENGELUARAN ASI No.
Kriteria Observasi dan Wawancara
1.
ASI keluar memancar saat areola dipencet
2.
ASI keluar memancar tanpa memencet payudara
3.
ASI keluar memancar dalam 72 jam pertama pascasalin
4.
Payudara terasa penuh atau tegang sebelum menyusui
5.
Payudara terasa kosong setelah menyusui
6.
ASI keluar segera setelah bayi mulai menyusu
7.
Tidak terjadi rasa nyeri/lecet dan bendungan dalam payudara
8.
24 jam pascasalin ASI telah keluar
9.
Masih menetes setelah menyusui
10.
Payudara terasa lunak/lentur setelah menyusui
11.
Setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama 3–4 jam
12.
Bayi buang air kencing sekitar 8 kali sehari dan warna air kencing kuning pucat seperti jerami.
13.
Berat badan bayi naik antara 140–200 gram dalam 1 minggu
Ya
Tidak
Daftar Pustaka Heny, F., (2007). Hubungan Perilaku Ibu Pascasalin dalam Manajemen Laktasi dengan Produksi dan Pengeluaran ASI di Praktik Bidan Desa Ny. Hamilatul RU Desa Karangsambigalih Kecamatan Sugio Lamongan. PSIK FK Unair. Skripsi tidak dipublikasikan. Bobak, et all., (2005), Bahan bacaan manajemen laktasi oleh Perinasia (2004), mengenal ASI eksklusif oleh Utami Roesli (2000), ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan oleh Suetjiningsih (1997), dan modul manajemen laktasi, Depkes (1995)
Laju Pernapasan
Keluhan Sesak
2
3
: : :
Sebelum Hari ke-1
Hari ke2 Hari ke-3
Hari ke-4
Hari ke-6
Sesudah Hari ke-5
Keterangan : 1. Laju pernapasan : 12–20 kali/menit 2. PEFR : berdasar nilai penum mobile (tergantung umur, jenis kelamin, tinggi badan) 3. Keluhan sesak : 1. Ringan, 2. Sedang, 3.Berat
Peak Expiratory Flow Rate (PERF)
Komponen yang diukur
1
No
Nama Responden Usia Kelompok (diisi peneliti)
Hari ke-7
Hari ke-8
Hari ke-9
Hari ke-10
LEMBAR OBSERVASI PENGARUH TEKNIK PERNAPASAN SIKLUS AKTIF TERHADAP PENINGKATAN ALIRAN EKSPIRASI MAKSIMUM PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
289
Contoh 23
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
290
Contoh 24 LEMBAR KUESIONER Gaya Koping, Tes Orientasi Kehidupan, dan Dukungan Sosial Tanggal Penelitian : No Kode Responden : Petunjuk: Berilah tanda (√) jika terdapat gejala yang dirasakan saat ini PEDOMAN WAWANCARA GAYA KOPING (KOPING KEHILANGAN KUBLER-ROSS) 1. Apabila Anda mendapat kabar atau menemui suami Anda terkena musibah (misalnya kecelakaan), bagaimana reaksi pertama Anda menghadapi hal tersebut? 2. Kenapa Anda bereaksi demikian?
Tes Orientasi Kehidupan Petunjuk: Perhatikan apakah tiap pertanyaan menggambarkan perasaan Anda atau tidak. Silang (×) jawaban yang paling tepat menurut Anda! Skoring: 1. Setuju = 4 2. Netral = 3 3. Tidak setuju = 2 1. Pada waktu tertentu biasanya saya mengharapkan yang terbaik. a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju 2. Apabila saya berpikir bahwa hal yang jelek dapat terjadi pada diri saya, maka biasanya hal tersebut akan terjadi. a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju 3. Saya selalu melihat/mengambil sisi baik (hikmah) dari sesuatu yang terjadi pada diri saya. a. Setuju b. Netral c. Tidak Setuju
291
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 24 4. Saya adalah orang yang tidak mudah menyerah. a. Setuju b. Netral c. Tidak Setuju 5. Saya tidak pernah berharap sesuatu berjalan sesuai dengan keinginan saya. a. Setuju b. Netral c. Tidak Setuju 6. Segala sesuatu tidak pernah berjalan mulus seperti keinginan saya a. Setuju b. Netral c. Tidak Setuju 7. Saya termasuk orang yang percaya bahwa “ dalam setiap mendung pasti ada secercah cahaya” a. Setuju b. Netral c. Tidak Setuju 8. Saya jarang mengharapkan bahwa hal-hal baik akan terjadi pada diri saya. a. Setuju b. Netral c. Tidak Setuju
Skor: 1−16 = pesimis di antara = rentang rata-rata > 26 = optimis
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
292
Contoh 24 PEDOMAN WAWANCARA DUKUNGAN SOSIAL
A. Dukungan Emosional 1. Jika Anda punya suatu masalah, apakah Anda memiliki kebiasaan untuk bercerita/ berbagi dengan orang lain? 2. Apa alasan Anda melakukan hal tersebut? 3. Kepada siapa saja biasanya Anda mengungkapkan perasaan Anda? B. Dukungan Informasi 1. Apabila ada sesuatu yang Anda tidak mengerti, apakah Anda memiliki kebiasaan untuk berusaha mencari tahu tentang informasi yang Anda butuhkan tersebut? 2. Apa alasan Anda melakukan hal tersebut? 3. Apa yang Anda lakukan untuk memperoleh informasi tersebut?
daftar pustaka Atiek, N. (2007). Analisis Faktor Koping, Orientasi Kehidupan, dan Dukungan Sosial yang Berhubungan dengan Kecemasan pada Suami/Istri Klien Stroke. Skripsi tidak dipublikasikan. PSIK FK Unair.
293
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 25 OBSERVASI RESPONS PENGENDALIAN HALUSINASI DENGAR TAK STIMULASI PERSEPSI MODIFIKASI No
Komponen yang dinilai
1.
Afektif 1. Klien tidak ketakutan 2. Klien tidak sedih & cemas 3. Klien tidak marah-marah 4. Klien mampu membina kepercayaan dengan orang lain 5. Klien mampu membina hubungan secara baik 6. Klien tidak merasa kesepian 7. Respons verbal klien baik
2.
Kognitif 1. Klien bisa membedakan antara realita dan nonrealita 2. Klien mampu berkonsentrasi 3. Klien mampu menceritakan tentang pengalaman halusinasi yang dialami 4. Klien mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks 5. Klien mampu berespons terhadap lebih dari satu orang 6. Klien mampu memulai pembicaraan dengan orang lain
3.
Psikomotor 1. Klien tidak mondar-mandir 2. Klien tidak berbicara sendiri 3. Klien tidak tersenyum & tertawa sendiri 4. Klien tidak agresif destruktif 5. Klien tidak menyendiri 6. Klien mampu memulai untuk berhubungan dengan orang lain 7. Klien mampu melakukan kegiatan sehari hari
Catatan: Cara mengisi dengan membubuhkan angka: 1 : Bila klien “Tidak” 2 : Bila Klien “Ya”
Ya
Tidak
Kode
Skor
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
294
Contoh 25 Observasi Sesi 1 TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi Kemampuan Mengenal Halusinasi No
Aspek yang dinilai
1.
Menyebutkan isi dari halusinasi
2.
Menyebut waktu terjadi halusinasi
3.
Menyeritakan apa yang telah dilakukan saat terjadi halusinasi
4.
Menyebutkan atau mengungkapkan perasaan saat halusinasi
Nama klien
Observasi Sesi 2 TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi Kemampuan Mengontrol dan Mengendalikan Halusinasi No
Aspek yang dinilai
1.
Menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi
2.
Menyebutkan efektivitas cara menghardik halusinasi
3.
Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
4.
Memperagakan cara menghardik halusinasi
5.
Menyebutkan orang yang biasa diajak bicara
6.
Memperagakan percakapan
7.
Menyusun jadwal percakapan
8.
Menyebutkan dua cara mengontrol dan mencegah halusinasi
Catatan: Cara mengisi evaluasi TAK dengan membubuhkan angka: 1 : Bila klien “Tidak” 2 : Bila Klien “Ya”
Nama klien
295
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 25 Observasi Sesi 3 TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi Kemampuan Mencegah Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan dan Minum Obat No
Aspek yang dinilai
1.
Menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan
2.
Memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan
3.
Menyusun jadwal kegiatan harian
4.
Menyebutkan dua cara mengontrol halusinasi
5.
Menyebutkan 5 benar cara minum obat
6.
Menyebutkan keuntungan minum obat
7.
Menyebutkan akibat tidak patuh minum obat
Catatan: Cara mengisi evaluasi TAK dengan membubuhkan angka: 1 : Bila klien “Tidak” 2 : Bila Klien “Ya”
Nama klien
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
296
Contoh 25 LEMBAR OBSERVASI TAK STIMULASI PERSEPSI MODIFIKASI HALUSINASI DENGAR Nama Klien No. RM Ruang Sesi 1
: Umur : Jenis Kelamin : Aspek yang dinilai
: :
Ya
Tidak
Skor
Keterangan
Kemampuan mengenal halusinasi dengan cara: • Menyebutkan isi halusinasi • Menyebut waktu terjadi halusinasi • Menceritakan apa yang telah dilakukan saat terjadi halusinasi • Menyebutkan atau mengungkapkan perasaan saat halusinasi
2
Mengontrol dan mengendalikan halusinasi dengan menghardik dan bercakap-cakap dengan cara: • Menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi • Menyebutkan efektivitas cara menghardik halusinasi • Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik • Memperagakan cara menghardik halusinasi • Menyebutkan orang yang biasa diajak bicara • Memperagakan percakapan • Menyusun jadwal percakapan • Menyebutkan dua cara mengontrol dan mencegah halusinasi
3.
Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan dan minum obat dengan cara: • Menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan • Memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan • Menyusun jadwal kegiatan harian • Menyebutkan dua cara mengontrol halusinasi • Menyebutkan 5 benar cara minum obat • Menyebutkan keuntungan minum obat • Menyebutkan akibat tidak patuh minum obat
Catatan: Cara mengisi evaluasi TAK dengan membubuhkan angka: 1 : Bila klien “Tidak” 2 : Bila Klien “Ya”
DAftar Pustaka Iskandar., 2006. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Modifikasi terhadap Pengendalian Halusinasi Dengar pada Klien Skizofrenia di RSJ Menur Surabaya. Skripsi: Tidak Dipublikasikan.
297
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 26 MUTU PELAYANAN (VARIABEL–KOPELMEN) KUESIONER BUDAYA ORGANISASI (Skor OCAI, Muhith 2012) INSTRUMEN BUDAYA ORGANISASI (Diisi Kepala Ruang Keperawatan) Nama Ruang Keperawatan Rumah Sakit Pendidikan Terakhir
: ………………………………………..……...………………. : ………………………….…………………………………….. : .................................................................................................. : ...................................................................................................
Petunjuk OCAI: BUDAYA ORGANISASI (Diisi oleh Kepala Ruangan) Rating 3 = sama (similar) 2 = beberapa sama (somewhat similar) 1 = tidak sama (hardly similar) Skor item (A,B,C,D) untuk tiap aspek yang dinilai adalah nilai rating item dibagi jumlah total rating × 100. Tabel 1.1 Orientasi Organisasi 1.
Orientasi Organisasi A
Tim perawat di ruang ini adalah sebuah wadah yang sangat personal. Hal Ini seperti keluarga besar. Setiap anggota memiliki konstribusi (berkolaborasi)
B
Tim perawat di ruang ini sangat dinamis dan merupakan tempat berwirausaha. Perawat di ruang ini bersedia berkreasi dan menanggung risiko (kreatif inovatif)
C
Tim perawat sangat berorientasi pada hasil kerja. Perhatian utama adalah melakukan pekerjaan. Perawat berorientasi kompetisi dan berorientasi pencapaian hasil kerja (semangat berkompetisi)
D
Tim perawat sangat terkontrol dan berstruktur jelas. Prosedur formal merupakan acuan untuk bertindak bagi anggotanya (pengawasan dan pengendalian)
Rating
Total
Skor
100
Tabel 1.2 Kepemimpinan Organisasi 2.
Kepemimpinan Organisasi A
Pimpinan keperawatan di ruang ini umumnya bertindak sebagai mentor, fasilitator, atau sebagai orang tua
B
Pimpinan di dalam ruang ini umumnya memiliki cara berpikir kewirausahaan, inovator atau berani mengambil risiko
C
Kepemimpinan di dalam ruang ini umumnya fokus pada hasil kerja atau bersifat agresif
D
Kepemimpinan di dalam ruang ini umumnya berkoordinasi, pengorganisasian, atau bertindak efisiensi Total
Rating
Skor
100
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
298
Tabel 1.3 Pengelolaan Staf 3.
Pengelolaan Staf A
Gaya manajemen keperawatan di dalam ruang ini dicirikan adanya kerja tim, konsensus, dan partisipasi anggota
B
Gaya manajemen di dalam ruang ini dicirikan pengambilan risiko individu, inovasi, kebebasan dan keunikan.
C
Pengelolaan anggota tim didorong oleh kompetisi, permintaan tinggi pasien, dan pencapaian tujuan keperawatan
D
Tim perawat sangat terkontrol dan berstruktur jelas. Prosedur formal merupakan acuan untuk bertindak (kontrol kuat). Rasa aman dan pengembangan karier menjadi hal yang penting
Rating
Total
Skor
100
Tabel 1.4 Kerekatan Organisasi 4.
Kerekatan Organisasi A
Kerekatan yang membangun kebersamaan di ruang ini menjadikan saling percayaan dan loyalitas. Komitmen anggota adalah tinggi
B
Kerekatan yang membangun kebersamaan, menjadikan komitmen terhadap inovasi produk, pelayanan dan pengembangannya. Ada penekanan menjadi pemimpin layanan
C
Kerekatan yang membangun kebersamaan menekankan pada pencapaian atau kemenangan. Reputasi dan pemenuhan sasaran, tujuan (sukses) menjadi perhatian pada umumnya
D
Kerekatan yang membangun kebersamaan adalah aturan formal dan kebijakan. Mempertahankan jalannya organisasi yang lancar adalah hal penting
Rating
Total
Skor
100
Tabel 1.5 Penekanan Strategi 5.
Penekanan Strategi A
Tim keperawatan di ruang ini menekankan pengembangan manfaat (pengembangan anggota, kepercayaan yang tinggi, keterbukaan) jangka panjang
B
Tim keperawatan menekankan perolehan sumber daya baru dan memimpin layanan keperawatan. Tim menekankan pertumbuhan jangka panjang
C
Tim keperawatan fokus pada persaingan dan pencapaian hasil kerja. (tercapainya goal dan target). Reputasi dan sukses menjadi perhatiannya
D
Tim keperawatan menekankan stabilitas dan kinerja yang efisiensi dan pengendalian operasi yang efektif Total
Rating
Skor
100
299
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Tabel 1.6 Kriteria Sukses 6.
Kriteria Sukses
Rating
A
Tim keperawatan di ruang ini mendefinisikan suskes atas dasar kepekaan pada pasien, masyarakat, dan anggota. Pengembangan kerja sama tim, partisipasi dan konsensus adalah penting.
B
Tim keperawatan mendefinisikan sukses atas dasar perolehan sisa usaha (profit), pemilikan layanan yang unik dan baru. Menjadikan pemimpin, inovasi layanan keperawatan adalah penting.
C
Tim keperawatan di ruang ini mendefinisikan sukses atas dasar besar pasien rawat inap, penerimaan pasien (penetrasi). Menjadi pemimpin layanan dan pemimpin tarif rawat inap adalah penting.
D
Tim keperawatan di ruang ini mendefinisikan sukses atas dasar efisiensi kerja. Produktivitas, biaya layanan yang murah, prosedur layanan nyaman.
Skor
Total
100
Lembar kerja untuk skor OCAI Lembar kerja untuk kondisi saat ini, Anda dapat juga melakukan hal yang sama untuk lima tahun mendatang Skor item A
Skor Item B
Skor Item C
Skor Item D
1A
1B
1C
1D
2A
2B
2C
2D
3A
3B
3C
3D
4A
4B
4C
4D
5A
5B
5C
5D
6A
6B
6C
6D
Total skor
Total skor
Total skor
Total skor
Rerata skor
Rerata skor
Rerata skor
Rerata skor
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
300
KUESIONER KEPEMIMPINAN Instrumen Kepemimpinan Situasional Diadaptasi dari: Hersey and Blanchar (Diisi oleh Kepala ruangan)
Self-assessment questions: Baca pertanyaan pada kolom situasi dan kemudian pilih pernyataan alternatif pilihan (hanya satu) yang sesuai dengan perasaan Anda, respons (hanya satu) Situasi 1. Kelompok kerja Anda tidak merespons percakapan secara bersahabat dan perhatian yang jelas untuk kesejahteraan anggota. Kinerja mereka menurun dengan cepat.
Tindakan Pilihan (Alternative Action) A. Menekankan penggunaan prosedur dan uniform kepentingan yang sama uniform untuk penyelesaian tugas. B. Menyiapkan diri untuk diskusi, tetapi bukan untuk mendorong keterlibatan Anda. C. Berbicara dengan mereka dan kemudian menetapkan tujuan D. Tidak berniat untuk memengaruhi
2. Kinerja kelompok yang bisa diamati meningkat. Anda telah yakin bahwa semua anggota tim perawat sadar atas tanggung jawabnya dan standar kinerja yang diharapkan.
A. Lakukan interaksi yang bersahabat, tetapi berkesinambungan untuk memastikan bahwa semua anggota tim perawat sadar tentang tanggung jawabnya dan harapan standar kinerjanya B. Tidak mengambil tindakan yang definitif C. Lakukan sesuatu yang Anda dapat membuat tim perawat merasa penting dan terlibat D. Penekanan pentingnya batas waktu pencapaian tujuan dan tugas
3. Anggota tim perawat tidak sanggup menyelesaikan masalah tim. Anda telah meninggalkan mereka sendiri. Kinerja kelompok dan hubungan interpersonal telah baik.
A. Bekerja bersama sebagai tim kerja perawat di ruang keperawatan saat ini B. Membiarkan tim kerja perawat bekerja sendiri C. Bertindak secara cepat dan keras untuk melakukan tindakan koreksi D. Mendorong kelompok tetap bekerja dan mendorong upaya mereka A. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam mengembangkan perubahan, tetapi tidak begitu mengarahkan B. Mengumumkan perubahan dan mereka menerapkannya dengan pengawasan yang ketat C. Mengizinkan tim perawat untuk merumuskan pengarahannya sendiri D. Sertakan anjuran atau pujian untuk tim perawat, tetapi Anda tetap mengawasi secara langsung perubahannya A. Mengizinkan tim perawat untuk merumuskan pengarahannya sendiri B. Sertakan anjuran atau pujian untuk tim perawat, tetapi lihat apakah sasaran hasil telah tercapai C. Pembagian kembali peran dan tanggung jawab dan pengarahan dengan hati-hati. D. Mengizinkan keterlibatan tim perawat di dalam menentukan peraturan dan tanggung jawab tetapi tidak begitu mengarahkan.
4. Anda mempertimbangkan suatu perubahan Askep. Tim perawat sudah memiliki catatan baik tentang penyelesaian pekerjaan. Tim Anda perhatian akan kebutuhan perubahan.
5. Penampilan dari tim perawat Anda yang telah diturunkan selama beberapa bulan yang lalu. Anggota yang tidak peduli dengan hasil rapat. Pembagian kembali peran dan tanggung jawab telah membantu pada saat yang lalu. Mereka terus-menerus butuh diingatkan tentang tugas mereka yang harus diselesaikan tepat waktu.
301
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Situasi 6. Anda masuk ke dalam sebuah kelompok cepat dengan efisien. Pemimpin sebelumnya sangat mengawasi situasi. Anda ingin memelihara sebuah situasi yang produktif, tetapi akan dimulai dengan membangun hubungan interpersonal yang lebih baik di antara anggota tim perawat.
Tindakan Pilihan (Alternative Action) A. Lakukan sesuatu yang Anda dapat membuat tim perawat merasa penting dan terlibat B. Menekankan pentingnya ketepatan waktu dan tugas C. Dengan sengaja tidak campur tangan D. Bentuk tim perawat yang dilibatkan dalam diskusi, tetapi lihat apakah sasaran hasil telah tercapai
7. Anda mempertimbangkan suatu perubahan struktur baru dalam tim perawat Anda. Anggota tim perawat telah membuat usulan tentang perubahan yang dibutuhkan. Tim perawat yang telah produktif dan telah ditunjukkan dengan fleksibel.
A. Gambarkan perubahan dan awasi dengan hati-hati B. Berpartisipasi di dalam tim perawat dalam mengembangkan perubahan tetapi izinkan anggota untuk mengatur pelaksanaannya C. Laksanakan perubahan sebagai suatu rekomendasi, tetapi tetap awasi pelaksanaannya D. Dukung diskusi kelompok tetapi jangan terlalu mengatur A. Meninggalkan tim kerja sendiri B. Mendiskusikan situasi dengan tim dan kemudian mengajukan rencana perubahan yang perlu C. Menentukan kembali tujuan dan awasi dengan hati-hati D. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam penentuan tujuan, tetapi jangan memaksa
8. Kinerja tim keperawatan dan hubungan interpersonal adalah baik. Anda merasa tidak begitu yakin tentang kekurangan Anda dalam mengarahkan tim.
9. Anda telah ditunjuk untuk memimpin sebuah kelompok belajar yang terlambat jauh membuat permohonan untuk merekomendasi perubahan. Kelompok yang tidak jelas tujuannya. Kehadiran pada sesinya jarang atau lemah. Pertemuan mereka sudah berubah menjadi pergaulan sosial. Dengan kemampuan yang mereka punya dan bakat yang dibutuhkan untuk membantu.
A. Biarkan tim perawat bekerja sendiri B. Sertakan anjuran atau pujian untuk tim perawat, tetapi lihat apakah sasaran hasil telah tercapai C. Menentukan kembali tujuan dan awasi dengan hati-hati D. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam penentuan tujuan, tetapi jangan memaksa
10. Kelompok tim perawat biasanya mampu bertanggung jawab, tidak berespons pada pembagian tanggung jawab pekerjaan yang baru sebagai sebuah hasil dari anggota yang meninggalkan pekerjaan.
A. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam menetapkan kembali standar tetapi tidak mengambil kontrol B. Menetapkan kembali standar dan awasi dengan hati-hati C. Hindari pertengkaran dengan tidak melakukan penekanan, hindari situasi sendirian D. Sertakan anjuran atau pujian untuk kelompok, tetapi lihat apakah tanggung jawab terhadap pekerjaan baru telah tercapai A. Ambil langkah untuk mengarahkan kelompok bekerja dengan cara sebaik mungkin. B. Melibatkan kelompok untuk membuat diskusi dan penguatan kontribusi yang baik C. Diskusikan penampilan yang lalu dengan kelompok dan kemudian Anda menguji kebutuhan untuk praktik baru D. Melanjutkan untuk meninggalkan kelompok sendirian A. Mencoba penyelesaian dengan tim perawat dan memeriksa kebutuhan akan prosedur baru B. Memperbolehkan anggota tim bekerja sendiri C. Bertindak cepat dan kuat untuk mengoreksi D. Berpartisipasi dalam diskusi masalah, sementara itu menyediakan dukungan untuk anggota tim.
11. Anda telah dipromosikan pada posisi pemimpin. Pemimpin sebelumnya telah dilibatkan dalam urusan kelompok. Kelompok yang telah mencukupi merangkap tugas dan arahan. Hubungan interpersonal dalam kelompok adalah baik. 12. Informasi akhir menunjukan beberapa kesulitan internal diantara anggota tim. Tim memiliki catatan tentang penyelesaian pekerjaan. Anggota tim secara berhasil memelihara tujuan jangka panjang. Tim telah bekerja harmonis untuk saat lampau. Semua sangat bermutu dalam menjalankan tugas.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
302
Pengkajian Diri Kepemimpinan Situasional (Skor) Diambil dari: Hersey and Blanchar
Penilaian pengkajian diri Anda: Lingkari jawaban yang telah Anda pilih pada lembar di bawah ini. Kolom yang terbanyak terpilih akan menentukan gaya kepemimpinan Anda berdasarkan model Hersey dan Blanchard.
Situasi
Pilihan Tindakan 1
A
C
B
D
2
D
A
C
B
3
C
A
D
B
4
B
D
A
C
5
C
B
D
A
6
B
D
A
C
7
A
C
B
D
8
C
B
D
A
9
C
B
D
A
10
B
D
A
C
11
A
C
B
D
12
C
A
D
B
TELLING (DIRECTING)
SELLING (COACHING)
PARTICIPATING (FACILITATING)
DELEGATING (OBSERVING)
TOTAL LEADERSHIP STYLE
303
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
KUESIONER KARAKTERISTIK PEKERJAAN, KARAKTERISTIK INDIVIDU PERAWAT, DAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN Kuesioner A sampai C diisi oleh perawat
Karakteristik Responden Nama Umur
: ……………………………………………………...… : …. ……………………………………………...tahun
Lama kerja di ruangan ini Tugas Utama Tugas Tambahan Pendidikan Terakhir Tahun Lulus Status Kepegawaian
:..……………………………………………………….. : …………………………………………………...…… : 1)……………………………………………..………. 2) ……………………………….……………………. : SPK, AKPER, S-1, S-2 *(lingkari yang sesuai) : …………………………………………………...…… : PNS, Honorer, Kontrak, Magang *(lingkari yang sesuai)
A. Kuesioner Karakteristik Pekerjaan 1) Umpan Balik Pekerjaan Bagaimana tentang umpan balik pekerjaan Anda (pilih yang paling sesuai) No
Umpan Balik Pekerjaan
1.
Responsibility (tanggung jawab)
2.
Accountability (kemampuan/kompetensi)
3
Authority (kepatuhan/ketaatan)
Ada
Tidak Ada
2) Variasi Tugas Bagaimana tentang variasi tugas Anda (pilih yang paling sesuai) No
Variasi Tugas Pekerjaan
1.
Monoton
2.
Sedikit bervariasi
3
Bervariasi
Ya
Tidak
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
304
B. Kuesioner Karakteristik Individu Perawat 1) Komitmen Petunjuk: Beri tanda silang (×) pada kolom tanggapan, sesuai dengan pernyataan yang ada. 1. Sangat Kurang Setuju 2. Kurang Setuju 3. Agak Setuju 4. Setuju 5. Sangat Setuju Indikator rasa kepemilikan No
Pernyataan
Tanggapan
1.
Mengerahkan segala upaya perawat untuk memajukan ruang rawat inap
1
2
3
4
5
2.
Sulit beradaptasi dengan ruang rawat inap baru
1
2
3
4
5
3.
Merasa bangga sebagai perawat dan bangga atas segala sesuatu yg dicapai di ruang inap
1
2
3
4
5
Indikator rasa keterkaitan No
Pernyataan
Tanggapan
1.
Anda akan menyelesaikan hampir setiap tugas yang diberikan ruang rawat inap yang menjadi tangung jawab
1
2
3
4
5
2.
Akan sulit bagi keluarga Anda, tim perawat sejawat dan tim medis lainnya memutuskan untuk meningalkan ruang rawat inap
1
2
3
4
5
3.
Ruang rawat inap memberi peluang kepada Anda untuk mengembangkan karier
1
2
3
4
5
Indikator percaya pada pimpinan No
Pernyataan
Tanggapan
1.
Anda senantiasa menyetujui segala kebijaksanan dan kepemimpinan ruang rawat inap selama ini
1
2
3
4
5
3.
Kepemimpinan ruang rawat inap menjadi inspirator Anda dalam bekerja
1
2
3
4
5
3.
Pemimpinan ruang rawat inap menjadi menambah rasa percaya diri Anda
1
2
3
4
5
305
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Indikator kesesuaian nilai No
Pernyataan
Tanggapan
1.
Anda menemukan bahwa nilai-nilai yang Anda yakini sama dengan nilai nilai yang berlaku di ruang rawat inap ini
1
2
3
4
5
2.
Anda merasa sebagai bagian dari ruang rawat inap ini
1
2
3
4
5
3.
Anda merasa peduli pada kelangsungan ruang rawat inap ini
1
2
3
4
5
2) Mental model Petunjuk: Beri tanda centang (√) pada kolom tanggapan dengan memerhatikan bahwa aktivitas yang dikerjakan di tempat kerja. Seorang perawat, apakah mengerjakan tugas pokok keperawatan atau tugas pokok di luar tugas pokok keperawatan. Mengerjakan juga aktivitas yang bukan menjadi tanggung jawab perawat No
1
2
3
4
5
Mengerjakan hanya aktivitas yang menjadi tanggung jawab perawat
Pernyataan
Tanggapan 1
1
Melaksanakan aktivitas keperawatan holistik
2
Melaksanakan aktivitas keperawatan secara
3
Caring
2
3
4
5
humanistik
a.
Komunikasi (lengkap, akurat, cepat dan menyenangkan)
b.
Activitas (dapat dilakukan, tanggap, dan empati)
c.
Evaluasi/Review (wajar, ada pembenarannya, ada pertimbanganan)
d.
Pendidikan pasien (sesuai komitmen, bersifat akademik, didasarkan hasil penelitian)
Berapa % yang menjadi tugas mandiri perawat ..…..% dan berapa untuk tugas tambahan di luar kewenangan atau tugas mandiri perawat (tambahan sebagai pelimpahan, tugas dokter) ….….%
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
306
3) Motivasi Petunjuk Jawaban tanggapan terhadap pernyataan: 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Ragu-ragu 4. Setuju 5. Sangat setuju No 1
Pernyataan
Tanggapan 1
2
3
4
5
STS
TS
RR
S
SS
Saya merasa bangga dengan prestasi saya Pimpinan memberikan pujian/sanjungan terhadap pekerjaan yang saya lakukan Saya bersedia bertanggung jawab terhadap pekerjaan (tugas pokok dan di luar tugas pokok) yang telah dibebankan kepada saya Saya merasa senang dan menikmati pekerjaan saya
2 3 4 5
Rumah sakit mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saya
6
Saya merasa puas dengan gaji yang saya terima
7
Saya merasa puas dengan kondisi kerja tempat saya berkerja
8
Saya patuh dengan peraturan yang ada di rumah sakit
9
Hubungan kerja sesama tim perawat di ruang kerja saya adalah erat
10
Pengawasan yang dilakukan pimpinan dapat memengaruhi saya dalam bekerja
4) Sikap Petunjuk pengisian pada kolom tanggapan. • STS = Sangat Tidak Setuju • TS = Tidak Setuju • RR = Ragu Ragu • S = Setuju • SS = Sangat Setuju No.
Pernyataan
1
Saya menyukai atau senang dengan tugas pokok dan fungsi perawat yang menjadi tanggung jawab saya saat ini
2.
Saya menyukai, senang dengan tugas tambahan di luar tugas pokok perawat (menjalankan tugas dari dokter)
3
Saya menyukai, senang kerja sama sesama perawat disini
4
Saya menyukai, senang dengan fasilitas dan sarana kesehatan di ruangan ini
307
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
C. Kuesioner Mutu Asuhan Keperawatan (Standar Asuhan Keperawatan, Standar Kinerja Profesional Perawat, Kepuasan Kerja Perawat) 1) Standar asuhan keperawatan
Isilah pada kolom tanggapan dari pernyataan Standar Asuhan Keperawatan 3 bulan terakhir di ruangan yang Anda bekerja, dengan sejujurnya. Beri tanda (√) pilihan Anda. Petunjuk pengisian pada kolom tanggapan: 1. Tidak pernah dilaksanakan 2. Kadang-kadang dilaksanakan 3. Sebagian dilaksanakan 4. Sering dilaksanakan 5. Selalu dilaksanakan Tidak pernah dilakukan
No
1
2
3
4
5
Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan
I
Pengkajian
1
Mencatat identitas pasien
2
Riwayat penyakit saat sebelumnya
3
Mencatat hasil pemeriksaan fisik
4
Mencatat hasil pemeriksaan pola fungsi kebiasaan
5
Mencatat hasil pemeriksaan hasil laboratorium
II
Diagnosis
6
Diagnosis keperawatan sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan
7
Diagnosis keperawatan terdiri atas PE/PES
8
Merumuskan diagnosis keperawatan aktual/risiko
9
Menuliskan diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pasien
10
Menuliskan pada format yang baku
III
Perencanaan
11
Disusun menurut urutan prioritas
12
Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terperinci, dan jelas
13
Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien atau keluarga
14
Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain
Selalu dilakukan
1
2
3
4
5
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
308
15
Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan
IV
Tindakan
16
Tindakan yang dilaksanakan mengacu pada perencanaan keperawatan
17
Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
18
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan
19
Perawat mengobservasi pada respons pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan
20
Melakukan tindakan keperawatan untuk menguasai kesehatan klien
V
Evaluasi
21
Bekerja sama dengan keluarga klien dalam memodifikasikan rencana asuhan keperawatan
22
Evaluasi mengacu pada tujuan
23
Hasil evaluasi dicatat dan memodifikasi perencanaan
24
Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar
25
Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat membubuhkan paraf/ nama jelas, tanggal, dan jam dilakukan tindakan
2) Standar Kinerja Profesional B
STANDAR KINERJA PROFESIONAL
1
CARING Saya siap tanggap bila pasien membutuhkan dan saya mudah di hubungi perawat. Perawat memerhatikan keluhan pasien.
2
KOLABORASI Saya bekerja sama dengan pasien dan keluarganya dalam menyelesaikan masalah. Saya bekerja sama dengan tim sejawat perawat, dan tim medis dalam menyelesaikan masalah pasien.
3
EMPATI Saya dalam memberikan pelayanan kepada pasien penuh perhatian sesuai dengan kebutuhan/harapan pasien. Saya mendengarkan keluhan pasien dan saya tidak acuh tak acuh.
4
KECEPATAN RESPONS Saya dalam memberikan pelayanan selalu cepat dan tepat. Kecepatan saya dalam memberikan pelayanan membutuhkan waktu tunggu yang pendek.
5
COURTESY Saya sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat dan tim kesehatan lain. Saya menghargai pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat, dan tim kesehatan lain.
6
SINCERETY Saya jujur antara pikiran dan tindakan. Saya bertanggung jawab atas tindakan dan menjaga kerahasian pasien.
1
2
3
4
5
309
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
3) Kepuasan Perawat Petunjuk Pengisian Berilah tanda √ pada kolom pilihan, yang sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam pertanyaan/pernyataan hal STP = Sangat Tidak Puas TP = Tidak Puas CP = Cukup Puas P = Puas SP = Sangat Puas No
PERNYATAAN
Gaji 1
Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang Saudara lakukan saat ini 2 Sistem penggajian yang dilakukan institusi tempat Saudara bekerja 3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan Saudara 4 Pemberian insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja ekstra Fasilitas 5
Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan 6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, dan kantin 7 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan, dan kebisingan 8 Adanya jaminan atas kesehatan/keselamatan kerja 9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap Saudara Hubungan Kerja 10 11
Hubungan antarkaryawan dalam kelompok kerja Kemampuan dalam bekerja sama antarkaryawan
12
Sikap teman-teman sekerja terhadap Saudara
Kesesuaian Kerja 13
Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan Saudara
14
Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan
Pengawasan 15
Kemampuan supervisi/pengawas dalam membuat keputusan
16
Perlakuan atasan selama saya bekerja di sini
17
Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan
Promosi 18
Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan
19
Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
STP
TP
CP
P
SP
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
310
20
Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat
D. Kuesioner Kepuasan Pasien KUESIONER KEPUASAN PASIEN Diisi oleh pasien dan keluarga pasien. Nama Umur Jenis kelamin Diagnosis medis
: ………………………………………………….…….. : …. ……………………………………....……...tahun :……………………………..…………..……………… :…………………………………………..……….…….
PETUNJUK PENGISIAN VALUE JUDGMENT (PENILAIAN) KEPUASAN 1. Sangat tidak setuju (Sts) 1. 2. Tidak setuju (Ts) 2. 3. Setuju (S) 3. 4. Sangat setuju (Ss) 4. No.
Sangat tidak puas (Stp) Tidak puas (Tp) Puas (P) Sangat puas (Sp)
Pernyataan
Penilaian S T S
1.
Caring Perawat mudah dihubungi dan selalu memberikan perhatian kepada klien, memerhatikan keluhan pasien (sebagai mahkluk individu dan sosial keluarga dan masyarakat) a. Perawat siap tanggap bila pasien membutuhkan dan perawat mudah dihubungi perawat b.
2.
Perawat memerhatikan keluhan pasien
Kolaborasi Perawat memotivasi, bersama-sama menyelesaikan masalah pasien a. Perawat bekerja sama dengan pasien dan keluarganya dalam menyelesaikan masalah b. Perawat bekerja sama dengan tim sejawat perawat, dan tim medis dalam menyelesaikan masalah pasien
TS
S
Kepuasan SS
S T P
TP
P
SP
311
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
No.
Pernyataan
Penilaian S T S
3
Kecepatan keinginan untuk membantu dan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dengan segera. Indikatornya adalah kecepatan dilayani bila pasien membutuhkan, waktu tunggu yang pendek untuk mendapatkan pelayanan. a. Perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien penuh perhatian sesuai dengan kebutuhan/harapan pasien. b. Perawat mau mendengarkan keluhan pasien dan perawat tidak acuh tak acuh.
4
Empati pemberian layanan secara individual dengan penuh perhatian dan sesuai kebutuhan/harapan pasien. Petugas mau mendengarkan keluhan, memerhatikan dan membantu menyelesaikan; petugas acuh dan acuh tak acuh. a. Perawat dalam memberikan pelayanan cepat dan tepat. b.
5
Courtesy Perilaku perawat yang sopan dengan menghargai pasien, tenaga kesehatan lain dan sesama perawat. a. Perawat sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat dan tim kesehatan lain. b.
6
Kecepatan perawat dalam memberikan pelayanan membutuh kan waktu tunggu yang pendek.
Perawat menggargai pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat dan tim kesehatan lain.
Sincerity Kondisi kualitas perawat yang didasarkan pada kejujuran antara pikiran dan tindakannya. a. Perawat jujur antara pikiran dan tindakannya. b. Perawat bertanggung jawab atas tindakannya dan bisa menjaga kerahasiaan pasien.
TS
S
Kepuasan SS
S T P
TP
P
SP
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
312
Contoh 27 IKLIM ORGANISASI Petunjuk: berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan pada masing-masing butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut. Kode: STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju KS = Kurang Setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju IKLIM ORGANISASI No 1.
PERNYATAAN
STS
TS
KS
S
SS
SKOR
STS
TS
KS
S
SS
SKOR
STS
TS
KS
S
SS
SKOR
STS
TS
KS
S
SS
SKOR
STRUKTUR 1.1
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumberglagah peraturan yang diterapkan oleh kepala ruangan tidak terlalu kaku
1.2
Aliran tugas dan wewenang yang dijalankan organisasi sangat membantu saya dalam menyelesaikan tugas
1.3
Kebijakan yang diambil oleh kepala ruangan selalu sejalan dengan kepentingan saya sebagai perawat
1.4
Tugas-tugas/pekerjaan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumberglagah dideskripsikan dengan jelas
2.
TANGGUNG JAWAB 2.1
Saya dapat mengambil keputusan sendiri dan keputusan tersebut dipercaya atau diakui oleh pimpinan (karu)
2.2
Saya mengetahui dengan pasti tugas dan tanggung jawab saya di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumberglagah
3.
IMBALAN 3.1
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumberglagah selalu diberikan pengakuan dan penghargaan bagi yang melaksanakan pekerjaan dengan baik
3.2
Kebijakan pembayaran imbalan yang saya terima ditetapkan dengan adil oleh organisasi
3.3 4.
Adanya sistem kenaikan pangkat yang jelas RISIKO
4.1
Organisasi Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumberglagah berjalan cepat dan dinamis karena pimpinan (karu) dan perawat berani mengambil risiko atas pekerjaan yang dilakukan
313
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
No 4.2
PERNYATAAN
STS
TS
KS
S
SS
SKOR
STS
TS
KS
S
SS
SKOR
STS
TS
KS
S
SS
SKOR
Dalam mengembangkan organisasi, pihak manajemen Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumberglagah memberikan kesempatan kepada saya sebagai perawat untuk berani mencoba ide-ide baru
5.
TOLERANSI 5.1
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumberglagah terasa adanya hubungan akrab antarrekan sekerja
5.1
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumberglagah sangat terasa kehangatan hubungan antar pimpinan (karu) dengan staf
5.2
Kesediaan pimpinan (karu) dan rekan kerja untuk membantu saya dalam penyelesaian tugas
6.
KONFLIK 6.1
Pihak manajemen selalu menghargai perbedaan pendapat yang dimiliki anggotanya
6.2
Kesungguhan pihak manajemen dalam menyelesaikan konflik yang terjadi
6.3
Masalah yang ada di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumberglagah diusahakan untuk diselesaikan secara terbuka JUMLAH
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
314
Contoh 28 CONTOH PENGHITUNGAN BEBAN KERJA (TIME AND MOTION STUDY) DI RUANG RAWAT INAP Pengukuran beban kerja objektif dilakukan untuk mengetahui penggunaan waktu tenaga keperawatan dalam melaksanakan aktivitas baik untuk tugas pokok, tugas penunjang, kepentingan pribadi, dan lain-lain. Adapun pembagian kerja secara normatif pada setiap sif kerja yaitu sif pagi, sore, dan malam. Adapun pembagian jam kerja secara normatif pada setiap sif di suatu ruang bedah RS X sebagai berikut. 1. Sif Pagi dimulai pukul 07.30–14.00 (6,5 Jam) 2. Sif Sore dimulai pukul 14.00–21.00 (7 Jam) 3. Sif Malam dimulai pukul 21.00–07.30 (10,5) A. TINDAKAN PRODUKTIF 1. Tindakan Langsung No
Tindakan Keperawatan Langsung
1
Memberikan obat kepada pasien
2
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta nutrisi
3
Memenuhi kebutuhan eliminasi BAB
4
Memenuhi kebutuhan eliminasi urine
5
Memenuhi kebutuhan integritas jaringan (rawat luka)
6
Memenuhi kebutuhan oksigen
7
Menyiapkan spesimen lab
8
Memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aman
9
Observasi Pasien
10
Melakukan resusitasi
11
Perawatan jenazah
12
Melakukan tindakan EKG
13
Mengukur TTV
14
Menerima pasien baru
15
Pendidikan kesehatan
16
Persiapan operasi
Waktu (Jam)
Frekuensi tindakan
Rerata waktu (Jam)
Total 2. Tindakan Tidak Langsung No
Tindakan Keperawatan tidak langsung
1
Pendokumentasian catatan medis
2
Telekomunikasi dengan ruang lain
3
Timbang terima pasien
4
Memenuhi kebutuhan kebersihan dan lingkungan
5
Persiapan dan sterilisasi alat
Total
Waktu (Jam)
Frekuensi
Rerata Waktu (Jam)
315
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
B. TINDAKAN NONPRODUKTIF No
Kegiatan Nonproduktif
1
Makan dan minum
2
Salat
3
Toilet
4
Telepon Pribadi
5
Duduk di Ners Station
Waktu (Jam)
Frekuensi
Rerata Waktu (Jam)
Total
C. PENILAIAN BEBAN KERJA OBJEKTIF Sif
BEBAN KERJA OBJEKTIF Persentase
PAGI SORE MALAM Keterangan: Beban kerja berat jika mencapai lebih dari 80%.
Kategori (rendah, sedang, Tinggi)
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
316
Contoh 29 KEPUASAN PASIEN DALAM CARING
Nama Umur Jenis kelamin Diagnosis Medis
: …………………………………………………….. : …. …………………………………...……...tahun :……………………………..……………………… :……………………………………………….…….
PETUNJUK PENGISIAN VALUE JUDGMENT (PENILAIAN) 1. Sangat tidak setuju (Sts) 2. Tidak setuju (Ts) 3. Setuju (S) 4. Sangat setuju (Ss) No
KEPUASAN 1. Sangat tidak puas (Stp) 2. Tidak puas (Tp) 3. Puas (P) 4. Sangat puas (Sp)
Pernyataan Sts
1.
Caring: Perawat mudah dihubungi dan selalu memberikan perhatian kepada klien, memerhatikan keluhan pasien (sebagai makhluk individu dan sosial keluarga dan masyarakat) a. Perawat selalu siap tanggap bila pasien membutukan dan perawat mudah dihubungi perawat. b. Perawat memerhatikan keluhan pasien
2.
Kolaborasi Perawat memotivasi, bersama-sama menyelesaikan masalah pasien a. Perawat bekerja sama dengan pasien dan keluarganya dalam menyelesaikan masalah b. Perawat bekerja sama dengan tim sejawat perawat, dan tim medis dalam menyelesaikan masalah pasien.
3
Kecepatan keinginan untuk membantu dan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dengan segera. Indikatornya adalah kecepatan dilayani bila pasien membutuhkan, waktu tunggu yang pendek untuk mendapatkan pelayanan. a. Perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien penuh perhatian sesuai dengan kebutuhan/harapan pasien. b. Perawat selalu mendengarkan keluhan pasien dan perawat tidak acuh tak acuh.
Penilaian Ts S
Ss
Stp
Kepuasan Tp P Sp
317
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
No
Pernyataan Sts
4
Empati pemberian layanan secara individual dengan penuh perhatian dan sesuai kebutuhan/harapan pasien. Petugas mau mendengarkan keluhan, memerhatikan dan membantu menyelesaikan; petugas acuh dan acuh tak acuh. Perawat dalam memberikan pelayanan selalu cepat dan tepat. Kecepatan perawat dalam memberikan pelayanan membutukan waktu tunggu yang pendek.
5
Courtesy Perilaku perawat yang sopan dengan menghargai pasien, tenaga kesehatan lain dan sesama perawat. Perawat selalu sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat dan tim kesehatan lain. Perawat selalu menggargai pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat dan tim kesehatan lain.
6
Sincerity Kondisi kualitas perawat yang didasarkan pada kejujuran antara pikiran dan tindakannya. Perawat selalu jujur antara pikiran dan tindakannya. Perawat selalu bertanggung jawab atas tindakannya dan bisa menjaga kerahasian pasien.
Penilaian Ts S
Ss
Stp
Kepuasan Tp P Sp
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
318
Contoh 29 INSTRUMEN CARING (SWANSON) No.
Pernyataan Maintaining Belief
1
Ners memperkenalkan diri pada pasien.
2
Ners menemui pasien untuk menawarkan bantuan (misalnya menghilangkan rasa sakit, menggosok punggung pasien, mengompres, dll).
3
Ners membantu pasien membangun hasil akhir yang realistis/nyata.
4
Ners menunjukkan perhatian kepada pasien (menanyakan keadaan/ keluhan yang dirasakan pada saat menemui pasien). Knowing
5
Ners melibatkan keluarga pasien atau orang yang dianggap berarti ke dalam perawatan pasien.
6
Ners menjelaskan kepada pasien dan keluarga, terutama mereka yang menjadi tanggung jawab.
7
Ners melakukan penilaian/pengkajian tentang kondisi pasien secara meyeluruh.
8
Ners menanyakan apa yang dirasakan pasien dan apa yang bisa saya lakukan untuk membantu pasien.
9
Ners memiliki pendekatan yang konsisten pada pasien.
10
Ners senantiasa mendampingi pasien saat pasien membutuhkan.
11
Ners melakukan proses keperawatan pada pasien dengan kemampuan yang kompeten.
12
Ners suka mendengarkan keluhan, perasaan, dan masukan dari pasien.
13
Ners menunjukkan sikap sabar dalam melakukan proses keperawatan pada pasien.
Being With
Doing for 14
Ners memberikan kenyamanan yang mendasar seperti ketenangan (kontrol suara), selimut yang memadai, dan tempat tidur yang bersih.
15
Ners menyarankan kepada pasien untuk memanggilnya pabila pasien mengalami kesulitan/menemui masalah.
16
Ners melakukan tindakan sesuai profesional dalam penampilannya sebagai ners profesional.
17
Ners memberikan perawatan dan pengobatan pada pasien dengan tepat waktu dan sesuai SPO yang ada.
18
Ners menghormati hak-hak pasien.
YA
TIDAK
SKOR
319
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
No.
Pernyataan Enabling
19
Ners membantu pasien memberikan kesempatan untuk memandirikan pasien dalam mengatasi masalah.
20
Ners memberikan motivasi pasien untuk berpikir positif tentang kondisi sakitnya.
21
Ners selalu mendahulukan kepentingan pasien
22
Ners mengajarkan pada pasien cara untuk merawat diri sendiri, setiap kali memungkinkan.
23
Ners mendiskusikan kondisi pasien dan memberikan umpan balik pada pasien.
YA
TIDAK
SKOR
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
320
Contoh 30 KUESIONER TERKAIT BURN OUT PADA MAHASISWA ATAU KARYAWAN Kuesioner Faktor Personal 1. Data Demografi Nama Umur Jenis kelamin
: …………………………………………… : …………thn :
Laki-laki Perempuan
Agama
:
Islam Kristen Katolik Hindu Budha
Tempat tinggal di Surabaya
:
Rumah (bersama orang tua) Kos (tinggal sendiri)
2. Kepribadian Jawablah pertanyaan-pertanyaan dari saya ini dengan “ya” bila sesuai dengan Saudara, atau “tidak” bila tidak sesuai dengan Saudara (kosongi kolom kode)! No
Pertanyaan
1
Apakah Anda kadang merasa ingin mengumpat caci/kata-kata kotor?
2
Apakah Anda pandai melawak/bergurau?
3
Apakah Anda senang pergi ke pesta dan acara keramaian?
4
Apakah Anda ingin mengenal beberapa orang penting yang ada di klinik/ lapangan karena dengan demikian Anda merasa menjadi orang penting juga?
5
Apakah Anda canggung berbuat sesuatu yang menonjolkan diri dalam suatu acara, walaupun orang lain melakukannya?
6
Apakah Anda sulit memulai percakapan bila bertemu dengan orang baru dikenal?
7
Bila Anda bosan, Anda suka bikin ribut suasana?
8
Apakah Anda mudah/terbiasa minta pertolongan dari teman-teman, walaupun Anda tidak bisa membalasnya?
9
Apakah dengan berkumpul dengan teman-teman dapat menghilangkan kesedihan?
10
Pada saat berkumpul dengan teman-teman, Anda mengalami kesulitan untuk memulai pembicaraan?
11
Anda cenderung untuk tidak menyapa orang lain sebelum mereka menyapa lebih dahulu?
Ya
Tidak
Kode
321
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
No
Pertanyaan
12
Apakah Anda pernah merasa gembira sekali tanpa alasan yang khusus?
13
Apakah Anda malu berbicara di depan orang banyak?
14
Bila di ruangan perawat ada banyak orang yang sedang berbicara, apakah Anda tidak takut masuk sendirian ke ruangan tersebut?
15
Apakah Anda pernah mengerjakan sesuatu (keinginan sendiri) sampai Anda merasa lelah/capek?
16
Apakah Anda terganggu bila orang-orang yang tidak dikenal memerhatikan Anda waktu sedang jalan-jalan?
17
Apakah Anda senang mengikuti kegiatan hanya untuk bersama-sama orang lain (berkumpul)?
18
Apakah Anda sering beranggapan bahwa jika ada orang yang iri hati pada ide Anda, itu hanya karena mereka tidak menemukan ide tersebut lebih dahulu?
19
Bila ada kesibukan di ruangan, apakah Anda akan menghindar dan lebih baik diam saja?
20
Kadang-kadang sukar bagi Anda untuk mempertahankan hak Anda, karena Anda terlalu pendiam.
21
Apakah Anda protes bila keinginan Anda tidak terpenuhi?
22
Pada waktu ada pertemuan apakah Anda berani mengemukakan pendapat/ bertanya?
23
Apakah Anda senang membaca koran, majalah, atau nonton berita TV?
24
Apakah Anda teliti dalam berdandan?
25
Sebelum orang lain menyapa, Anda tidak akan menyapa orang itu?
26
Apakah Anda pandai melawak/bergurau?
27
Apakah perasaan Anda tidak mudah tersinggung?
28
Apakah Anda merasa kurang percaya diri?
29
Apakah Anda sering menyembunyikan rasa malu?
30
Apakah ada berkeinginan untuk lebih berani tampil dan percaya diri?
31
Apakah Anda yakin dengan diri Anda sendiri?
32
Apakah Anda cenderung tidak menyapa orang lain sebelum mereka menyapa lebih dahulu?
33
Apakah Anda mudah bergaul dengan orang-orang di klinik seperti yang lain?
34
Apakah Anda merasa punya perasaan sensitif/peka dari pada orang lain?
35
Apakah Anda mudah merasa malu?
36
Bila di ruangan perawat ada beberapa orang yang sedang berbicara, apakah Anda takut masuk sendirian?
37
Apakah Anda menghargai diri secara wajar?
38
Apakah Anda suka menyendiri?
39
Apakah Anda bersedia dijadikan ketua kegiatan di klinik?
40
Apakah Anda senang mengikuti kegiatan hanya untuk bersama orang lain (berkumpul)?
41
Apakah Anda bersedia tinggal sekamar dengan teman baru Anda?
42
Jika dikendaraan umum, apakah Anda sering berbicara dengan penumpang lain?
Ya
Tidak
Kode
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
322
No
Pertanyaan
Ya
43
Pada waktu ada pertemuan, apakah Anda berani mengemukakan pendapat/ bertanya?
44
Apakah Anda senang menghadiri kegiatan atau acara pertemuan sosial?
Tidak
Kode
JUMLAH SKOR
3. Harapan Berilah tanda (√) pada jawaban yang Anda kehendaki (Kosongi kolom kode) STD = sangat tidak diinginkan D = diinginkan TD = tidak diinginkan SD = sangat diinginkan BS = biasa saja No.
Pernyataan
Skor STD
1.
Anda berharap bisa meraih prestasi/nilai yang Anda inginkan?
2.
Anda bisa mendapatkan beasiswa ke tingkat selanjutnya setelah lulus Ners?
3.
Anda berharap, selama menjalani pendidikan Ners, Anda memperoleh bekal yang cukup untuk modal Anda bekerja?
4.
Anda berharap bisa diterima di pekerjaan/di bidang yang Anda inginkan setelah menjadi Ners?
5.
Anda berharap bisa memulai karir dengan baik setelah menjadi Ners?
TD
Kode
BS
D
SD
Kuesioner Faktor Lingkungan 1. Beban kerja Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan apa yang Anda pikirkan (kosongi kolom kode) SM = sangat membebani TM = tidak membebani M = membebani STM = sangat tidak membebani No.
Pernyataan
1.
Berkomunikasi secara efektif dalam menjalin hubungan interpersonal
2.
Melaksanakan asuhan keperawatan profesional di tatanan klinik dengan menerapkan aspek etik dan legal
3.
Melaksanakan asuhan keperawatan profesional di tatanan komunitas
4.
Mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
5.
Tuntutan sikap yang harus ditunjukkan selama praktik profesi (kedisiplinan, tanggung jawab, tanggap, dan menjunjung tinggi prinsip etika keperawatan)
SM
M
TM
STM
Kode
323
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
No.
Pernyataan
6.
Beban SKS yang ditetapkan oleh akademik, yaitu 36 SKS.
7.
Syarat kelulusan yang harus dicapai
8.
Peraturan yang ditetapkan oleh akademik (jam masuk, jam pulang, pergantian sif, jumlah hari kerja)
9.
Lokasi tempat praktik yang ditetapkan oleh pihak akademik
10.
Sistem evaluasi/ujian yang ditetapkan akademik (ujian secara komprehensif)
SM
M
TM
STM
Kode
2. Penghargaan Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pemikiran Anda (kosongi kolom kode) No.
Jenis penghargaan
1.
Pujian dari pembimbing memengaruhi semangat Saya saat melaksanakan praktik
2.
Setelah mendapatkan prestasi, Saya mendapatkan dukungan selamat dari pembimbing
3.
Dukungan pembimbing diperlukan untuk mencapai prestasi yang lebih baik
4.
Pembimbing menghargai kerja keras Saya saat melaksanakan praktik profesi
5.
Saya berpikir, pengawasan saat melaksanakan praktik profesi diperlukan untuk meningkatkan prestasi saya
Tidak perlu
Perlu
Sangat perlu
Kode
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
324
Kuesioner Burnout Syndrome Berilah tanda (√) pada jawaban yang Anda kehendaki 0 = tidak pernah 4 = satu minggu sekali 1 = beberapa kali dalam setahun 5 = beberapa kali dalam seminggu 2 = satu bulan sekali/kurang 6 = setiap hari 3 = beberapa kali dalam sebulan No.
Pernyataan
Kelelahan Emosional 1.
Saya merasa, pengalaman profesi itu menguras emosi (saat jam praktik & saat mengerjakan tugas)
2.
Saya merasa saat berada di klinik/lapangan, saya didayagunakan secara berlebihan di akhir jam praktik (waktunya pulang masih disuruh-suruh oleh pembimbing klinik)
3.
Saya merasa lelah saat bangun pagi karena membayangkan beratnya menjalani praktik profesi (banyaknya kompetensi serta tugas yang harus dikerjakan)
4.
Bekerja dengan orang-orang (perawat ruangan) membuat saya tegang dan tidak nyaman
5.
Saya merasa lelah menjalani parktik profesi
6.
Saya merasa frustasi dengan pekerjaan saya selama menjalani praktik profesi
7.
Saya merasa saya bekerja terlalu keras saat melaksanakan praktik profesi di klinik/lapangan
8.
Bekerja dengan orang secara langsung, membuat saya stres (bertemu dengan pasien, perawat ruangan/pembimbing klinik yang menurut saya kurang menyenangkan)
9.
Saya merasa saya sudah seperti diujung tanduk saat tugas paktik profesi yang saya rasakan sudah sangat berat
Depersonalisasi 1.
Saya merasa saya memperlakukan pasien sebagai objek yang tidak perlu dipahami secara personal (yang penting, saya bisa mendapatkan kompetensi)
2.
Sejak saya melaksanakan praktik profesi, saya tidak banyak melibatkan perasaan
3.
Saya khawatir jika tugas saya saat praktik profesi membuat emosional saya tidak peka (tidak mudah dikontrol)
4.
Saya tidak peduli dengan apa yang dialami pasien dan hanya menjalankan tugas saya seperlunya saja
5.
Saya merasa pasien berbohong mengenai apa yang mereka keluhkan (pasien suka cari perhatian)
0
1
2
3
4
5
6
325
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
No.
Pernyataan
Pencapaian Prestasi Diri 1.
Saya bisa dengan mudah memahami perasaan pasien
2.
Saya bisa menyelesaikan masalah pasien secara efektif
3.
Saya merasa bahwa saya bisa memberikan pengaruh positif pada kehidupan orang lain melalui pekerjaan saya
4.
Saya merasa, saya sangat energik saat melaksanakan praktik profesi
5.
Saya bisa dengan mudah menciptakan suasana nyaman dengan pasien
6.
Saya merasa senang menjalankan praktik profesi dan bisa dekat dengan pasien
7.
Saya merasa tujuan saya sudah tercapai dan saya sudah mendapatkan banyak hal saat praktik profesi
8.
Dalam melaksanakan tugas, saya bisa menyelesaikan masalah emosional dengan tenang
0
1
2
3
4
5
6
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
326
Contoh 31 INGATAN ATAU MEMORI PADA LANSIA SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PERTANYAAN
JAWABAN
Tanggal berapa, bulan apa dan tahun berapakah sekarang? Hari apakah hari ini? Apakah nama tempat ini? Berapa nomor telepon Anda? Berapa usia Anda? Kapan Anda lahir (tanggal/bulan/tahun) Siapakah nama presiden sekarang? Siapakah nama presiden sebelum beliau? Siapakah nama ibu Anda? Tuliskan hitungan mundur setiap kelipatan 3 dimulai dari angka 20
Keterangan: Kesalahan 0–2 Kesalahan 3–4 Kesalahan 5–7 Kesalahan 8–10
: kemampuan mengingat baik : gangguan mengingat ringan : gangguan mengingat sedang : gangguan mengingat berat
daftar pustaka Pfeiffer. 1975. A short portable mental status questionnaire for the assessment of organic brain deficit in elderly patients. Journal of American Geriatrics Society. Vol. 23, hlm. 433–41.
327
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 32 KUESIONER QUALITY OF WORK LIFE
A. Restrukturasi Kerja NO.
PERTANYAAN
Jawaban SS
1
Jam kerja yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto memampukan saya bekerja dengan baik
2
Pekerjaan memberikan kesempatan untuk menerapkan keterampilan yang saya miliki
3
Pekerjaan memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan yang saya miliki
4
Selalu ada arahan jelas untuk melakukan pekerjaan
5
Pekerjaan memberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan yang saya miliki
S
TS
STS
B. Sistem Imbalan NO.
PERTANYAAN
Jawaban SS
1
Imbalan yang saya terima dari Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto memenuhi kebutuhan hidup
2
Kelangsungan hidup saya terjamin dengan bekerja di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto ini
3
Sistem imbalan sudah mencerminkan azas keadilan
4
Gaji yang diterima sesuai dengan kebutuhan pekerja
5
Pekerjaan ini sangat berarti dalam mendukung kebutuhan ekonomi keluarga saya
S
TS
STS
C. Partisipasi Kerja Kerja NO.
PERTANYAAN
Jawaban SS
1
Adakah keterlibatan perawat ruangan dalam menyusun suatu kebijakan Keperawatan di RS Kusta Sumberglagah
2
Komunikasi antarperawat terjalin dengan baik
3
Perawat bangga bekerja di rumah sakit Kusta Sumberglagah
4
Perawat terlibat dalam penyelesaian konflik bidang keperawatan
5
Adakah wadah perawat yang mampu menghimpun aspirasi di rumah sakit
S
TS
STS
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
328
D. Lingkungan Kerja NO.
PERTANYAAN
Jawaban SS
1
Lingkungan kerja yang ada memberikan rasa aman dalam bekerja
2
Kebersihan dan kesehatan lingkungan kerja terjamin
3
Kondisi kenyamanan di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto secara umum memuaskan
4
Jaminan keselamatan kerja pada pekerjaan memadai
5
Kondisi lingkungan kerja mendukung kesuksesan dalam menyelesaikan pekerjaan
S
TS
STS
daftar pustaka Kuesioner ini diadaptasi dari:
Cascio Wayne F. 1992. Managing Human Resource, Productivity, Quality of Work Life, Propits, ed. Graduate School of Bussiness University of Colorado. Denver. Singapura: McGraw Hill.
329
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 32 KUALITAS KEHIDUPAN KERJA PERAWAT (QUALITY OF NURSING WORK LIFE [QNWL]) Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan pada masing-masing pernyataan, sesuai dengan yang Anda rasakan, dengan kategori pilihan sebagai berikut. STS = Sangat tidak setuju TS = Tidak setuju R = Ragu-ragu S = Setuju SS = Sangat setuju
No
Pernyataan
a.
Work Life-Home Life Dimensions
1.
Saya mampu menyeimbangkan pekerjaan dengan kebutuhan keluarga saya.
2.
Saya mampu mengatur perawatan anak meskipun saya bekerja.
3.
Saya memiliki energi yang tersisa setelah bekerja.
4.
Saya merasa bahwa jadwal sif jaga membawa dampak sehingga mempengaruhi hidup saya (UF).
5.
Kebijakan organisasi saya untuk waktu cuti bersama keluarga sudah memadai.
6.
Saya mampu untuk mengatur penitipan merawat orang tua yang sudah tua.
7.
Saya mampu mengatur perawatan sehari-hari untuk anak saya ketika sakit.
b.
Work Design Dimensions
1.
Saya menerima bantuan dan dukungan yang cukup dari perawat yang memenuhi syarat.
2.
Saya puas dengan pekerjaan saya.
3.
Beban pekerjaan saya rasakan terlalu berat (UF: Unfavourable).
4.
Saya memiliki otonomi untuk membuat keputusan perawatan pasien.
5.
Saya melakukan banyak tugas nonkeperawatan (UF).
6.
Saya mengalami banyak interupsi dalam tugas rutinitas pekerjaan saya sehari-hari (UF).
7.
Saya memiliki cukup waktu untuk melakukan pekerjaan saya dengan baik.
8.
Saya mampu memberikan kualitas perawatan pasien dengan baik.
9.
Saya menerima bantuan dan dukungan dari perawat yang berkualitas.
Tanggapan STS
STS
TS
TS
R
R
S
S
SS
SS
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
330
c.
Work Context Dimensions
1.
Saya mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat manajer atau supervisor saya.
2.
Saya memiliki persediaan peralatan yang memadai untuk perawatan pasien.
3.
Perawat manajer atau supervisor saya memberikan pengawasan yang memadai.
4.
Persahabatan dengan rekan kerja, penting bagi saya.
5.
Pengaturan pekerjaan saya memberikan peluang kemajuan karier.
6.
Saya merasa perlu ada kerja sama tim dalam pengaturan pekerjaan.
7.
Saya merasa senang bekerja, seperti dalam keluarga.
8.
Saya mampu berkomunikasi dengan terapis atau tenaga kesehatan lainnya.
9.
Saya menerima umpan balik atas kinerja saya dari perawat manager atau supervisor saya.
10.
Saya dapat berpartisipasi dalam keputusan yang dibuat oleh perawat manajer atau supervisor saya
11.
Saya merasa dihormati oleh dokter dan tim kesehatan lain dalam pekerjaan saya.
12.
Ruang istirahat atau ruang ganti perawat saya nyaman.
13.
Saya memiliki akses ke program pendidikan melalui pengaturan pekerjaan saya.
14.
Saya menerima dukungan dalam layanan dan program pendidikan berkelanjutan.
15.
Saya dapat dengan mudah berkomunikasi dengan dokter dalam pekerjaan saya.
16.
Kemampuan dan prestasi saya diakui oleh manajer atau supervisor saya.
17.
Kebijakan keperawatan dan prosedur tindakan memfasilitasi pekerjaan saya.
18.
Saya merasa rumah sakit menyediakan lingkungan yang aman.
19.
Saya merasa aman dari bahaya pribadi (fisik, emosi, maupun lisan) di tempat kerja.
20.
Saya merasa bahwa manajemen tingkat atas memiliki rasa hormat terhadap keperawatan.
d.
Work World Dimensions
1.
Saya percaya bahwa, umumnya, masyarakat memiliki gambaran yang benar tentang profesi perawat.
2.
Gaji saya saat ini sudah cukup memadai bila dibandingkan dengan kondisi pekerjaan perawat saat ini.
3.
Saya dapat menemukan pekerjaan yang sama di organisasi lain dengan gaji dan manfaat yang sama.
4.
Saya merasa profesi pekerjaan perawat sebagai profesi yang aman.
5.
Saya percaya, pekerjaan ini memengaruhi dan bermanfaat bagi kehidupan pasien/keluarga.
STS
TS
R
S
SS
STS
TS
R
S
SS
331
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 33 INSTRUMEN DENYES SELF-CARE AGENCY (DSCAI-90) Petunjuk umum pengisian: A. Isilah dengan setiap pertanyaan dengan angka yang menurut Anda sesuai dengan keadaan Anda B. Tidak ada jawaban SALAH atau BENAR C. Diperbolehkan menuliskan komentar pada setiap pertanyaan D. Untuk setiap pertanyaan tentang kesehatan Anda, jawablah berdasarkan apa yang Anda pikirkan tentang kesehatan menurut anda Cara pengisian Isilah kolom kosong dari setiap pertanyaan dengan angka antara 0 sampai dengan 100 yang menurut Anda sesuai dengan keadaan Anda. 0 berarti “tidak ada”; 100 berarti “seluruhnya”.
0
50
100
______1. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda memahami tubuh Anda dan bagaimana tubuh Anda bekerja? ______2. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang pola makan sehubungan dengan kesehatan Anda? ______3. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang olahraga sehubungan dengan kesehatan Anda? ______4. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang kecukupan tidur dan istirahat sehubungan dengan kesehatan Anda? ______5. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang merokok sehubungan dengan kesehatan Anda? ______6. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang stres sehubungan dengan kesehatan Anda? ______7. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang kekuatan diri Anda sendiri? Pertanyaan di bawah ini sedikit berubah dibanding sebelumnya; isilah kolom kosong dari tiap pertanyaan dengan angka 0 sampai dengan 100. 0 berarti “tidak sama sekali”; 100 berarti “seluruhnya”. ______ 8. Pada skala 0 sampai dengan 100, sesadar apa Anda tentang seksualitas Anda? ______ 9. Pada skala 0 sampai dengan 100, sesadar apa Anda tentang perasaan Anda? ______10. Pada skala 0 sampai dengan 100, semampu apa Anda menggambarkan berbagai perasaan yang sudah Anda alami? ______11. Pada skala 0 sampai dengan 100, semampu apa Anda membicarakan tentang perasaan Anda? ______12. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa pengalaman Anda mengambil keputusan tentang kesehatan Anda? ______13. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda menilai kesehatan Anda? ______14. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa keluarga Anda menilai kesehatan mereka? ______15. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa teman Anda menilai kesehatan mereka?
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
332
Untuk pertanyaan selanjutnya, isilah kolom kosong dari tiap pertanyaan dengan persentase dari 0% sampai dengan 100%. 0% berarti “tidak ada”; 100% berarti “seluruhnya”.
0
50
100
______% 16. Berapa persen dari waktu Anda, bahwa Anda membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan Anda? ______% 17. Berapa persen dari waktu Anda, Anda berpikir jelas dan logis tentang kesehatan Anda? ______% 18. Berapa persen dari waktu Anda, Anda terlibat dengan apa yang terjadi dengan kesehatan Anda? ______% 19. Berapa persen dari waktu Anda, Anda berpikir tentang kesehatan Anda? ______% 20. Berapa persen dari waktu Anda, bahwa kurangnya informasi terkait dengan bagaimana Anda merawat kesehatan Anda? ______% 21. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa terlalu lelah untuk merawat kesehatan Anda sendiri? ______% 22. Berapa persen dari waktu Anda, Anda mempunyai firasat baik tentang kesehatan Anda? ______% 23. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa bangga bahwa Anda telah melakukan suatu hal dengan benar? ______% 24. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa badan Anda baik? ______% 25. Berapa persen dari waktu Anda, Anda mempunyai kontrol terhadap kesehatan Anda? ______% 26. Berapa persen dari waktu Anda, Anda berpikir tentang bagaimana kesehatan Anda di masa yang akan datang? ______% 27. Berapa persen dari waktu Anda, teman Anda mengatakan atau melakukan hal yang membuat Anda bersemangat merawat kesehatan Anda? ______% 28. Berapa persen dari waktu Anda, keluarga Anda mengatakan atau melakukan hal yang membuat Anda bersemangat merawat kesehatan Anda? ______% 29. Ketika Anda membutuhkan informasi, berapa persen dari waktu Anda disediakan untuk mencari informasi tersebut? ______% 30. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa tidak berdaya merawat kesehatan Anda? ______% 31. Berapa persen dari waktu Anda, sebaya Anda menekan Anda untuk melakukan hal yang tidak baik bagi kesehatan Anda? ______% 32. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa nyaman tentang diri Anda? ______% 33. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa nyaman karena melakukan sesuatu dengan baik? ______% 34. Berapa persen dari waktu Anda, Anda membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan Anda?
∞“Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi kuesioner ini”∞
333
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
INSTRUMEN DENYES SELF-CARE AGENCY-90 (DSCAI-90) Petunjuk Skoring 1. 2. 3. 4.
Jumlahkan skor seluruhnya dan skor dari 6 skala Lakukan pengodingan pada jawaban pertanyaan no. 20, 21, 30, 31. Lakukan pengodingan dengan cara mengurangkan skor pertanyaan dari 100 (contoh: skor pertanyaan no. 20 = 30, maka pengodingan dilakukan dengan 100 – 30 = 70) Jumlahkan total skor dari dari pertanyaan no. 1 sampai dengan 34 (jumlahkan seluruhnya dan bagi dengan 34). Jangan lupa melakukan pengodingan pada skor pertanyaan no. 20, 21, 30, 31) Jumlahkan skor dari 6 skala:
Skala 1: Kekuatan ego (ego strength) Jumlahkan skor pertanyaan no. 22–24, 23–33 Skala 2: Penilaian kesehatan (valuing health) Jumlahkan skor pertanyaan no. 13–15 Skala 3: Pengetahuan tentang kesehatan dan kemampuan mengambil keputusan (Health knowledge and decision-making capability) Skala 4: Energi (energy) Jumlahkan skor pertanyaan no. 20, 21, 30, 31 (jangan lupa melakukan pengodingan sesuai petunjuk Skala 5: Perasaan (feelings) Jumlahkan skor pertanyaan no. 8–11 Skala 6: Perhatian terhadap kesehatan (attention tohealth) Jumlahkan skor pertanyaan no. 19, 26–29
334
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 34 KUESIONER TINGKAT KEMANDIRIAN PASIEN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI POSTPARTUM Berilah tanda centang () pada salah satu kolom untuk setiap jawaban yang paling sesuai. Nomor Responden : Hari nifas ke : No A
B
C
D
Perawatan diri ibu nifas Kebutuhan dalam memenuhi nutrisi ibu postpartum atau menyusui Penyediaan menu gizi seimbang yang terdiri 1. Memilih jenis makanan untuk ibu menyusui/nifas (bobot 2) a. Memilih sayur yang berwana hijau tua dan buah yang segar b. Mengurangi makanan yang manis-manis dan berlemak 2. Menyediakan menu gizi seimbang (bobot 6) a. Makanan pokok b. Lauk pauk (daging/ikan/ayam, kacang-kacangan/tahu/tempe ) c. Sayuran dan buah berwarna hijau (bayam, kangkung, pepaya, pisang, jeruk, dan lain-lain) d. Snacking padat kalori (bubur kacang hijau e. Susu atau 2 butir telur. f. Minum 3 liter/8−10 gelas perhari 3. Mengolah makanan (bobot 2) a. Sayuran atau buah dicuci dulu baru di potong b. Mengupayakan makanan selalu segar 4. Mengonsumsi kebutuhan nutrisi yang diperlukan (bobot 1) a. Mampu makan dan minum sendiri 5. Kemampuan mengontrol makanan yang dilarang selama menyusui (bobot 3) a. Tidak boleh merokok, minum-minuman keras, dan diet yang terlalu ketat b. Mengurangi minum kopi dan minuman bersoda c. Mengurangi makanan atau minuman yang terlalu manis SKOR Aktivitas (bergerak) 1. Bergerak yang dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan miring kanan atau kiri, duduk kemudian berjalan 2. Bangun dari tempat tidur 24−48 jam setelah melahirkan SKOR Cara memenuhi kebutuhan kebersihan diri Pelaksanaan kebersihan diri yang terdiri atas: 1. Mandi 2 kali sehari 2. Mampu membersihkan mulut (gosok gigi sendiri) 3. Menyediakan air bersih untuk mandi 4. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur. 5. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia SKOR Minum Obat 1. 2. ANC Perawatan Perineum
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
335
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
No
E
Perawatan diri ibu nifas Pelaksanaan perawatan perineum yang terdiri atas: 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan perineum/kemaluan 2. Mengganti pembalut setiap 4−6 jam atau setiap selesai BAB/BAK 3. Memasang pembalut dari muka ke belakang 4. Mengalirkan/membilas perineum setiap selesai BAB/BAB dan mengeringkan 5. Melakukan rendam duduk jika takut memegang daerah kemaluan 6. Mengoleskan salep jika ada indikasi 7. Berbaring pada sisi tubuh untuk menghindari tekanan/hindari duduk/ berdiri lama SKOR Perawatan payudara
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
1.
Cuci tangan sebelum masase. Lalu tuangkan minyak kedua belah telapak tangan secukupnya. Pengurutan dimulai dengan ujung jari, caraya: 2. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan. Mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu. 3. Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan 4. Gerakan selanjutnya letakkan kedua kelompok tangan di antara dua payudara. Urutlah dari tengan ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya berlahan. lalukan gerakan ini ± 30 kali 5. Lalu cobalah posisi tangan pararel. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu. lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu tangan disebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan. SKOR F
Memenuhi Kebutuhan eliminasi urine (Buang air kecil) 1. 2.
Dapat BAK setiap 3−4 jam setelah melahirkan Bila kesulitan BAK, perbanyak minum, menyiram perineum dengan air hangat, bangun dari tempat tidur dan berjalan segera setelah melahirkan 3. Latihan kegel 2−3 kali sehari sebanyak 10 kali SKOR G
Memenuhi kebutuhan eliminasi feses (Buang Air Besar) 1. 2.
Bab dapat dilakukan 3−4 hari setelah melahirkan Bila kesulitan BAB: perbanyak buah dan sayur dan melakukan aktivitas dini seperti bangun dari tempat tidur atau jalan-jalan SKOR Catatan NILAI YANG DIPEROLEH Skor pelaksanaan memenuhi nutrisi skor pelaksanaan mobilisasi skor pelaksanaan kebersihan diri skor pelaksanaan perawatan perineum skor pelaksanaan perawatan payudara skor pelaksanaan eliminasi BAK skor pelaksanaan eliminasi BAB TOTAL
= = = = = = =
+
Skor Terendah Skor Tertinggi
: 10 : 38
Akan dikategori menjadi: Mandiri Memerlukan Bantuan Tergantung
: Skor: 30−38 : Skor: 20−29 : Skor: 10−19
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
336
Contoh 35 THE WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE (WHOQOL) −BREF The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF © World Health Organization 2004 All rights reserved. Publications of the World Health Organization can be obtained from Marketing and Dissemination, World Health Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland (tel: +41 22 791 2476; fax: +41 22 791 4857; email:
[email protected]). Requests for permission to reproduce or translate WHO publications—whether for sale or for noncommercial distribution—should be addressed to Publications, at the above address (fax: +41 22 791 4806; email:
[email protected]). The designations employed and the presentation of the material in this publication do not imply the expression of any opinion whatsoever on the part of the World Health Organization concerning the legal status of any country, territory, city or area or of its authorities, or concerning the delimitation of its frontiers or boundaries. Dotted lines on maps represent approximate border lines for which there may not yet be full agreement. The mention of specific companies or of certain manufacturers’ products does not imply that they are endorsed or recommended by the World Health Organization in preference to others of a similar nature that are not mentioned. Errors and omissions excepted, the names of proprietary products are distinguished by initial capital letters. The World Health Organization does not warrant that the information contained in this publication is complete and correct and shall not be liable for any damages incurred as a result of its use.
Acknowledgements Translation of this document was performed on behalf of the World Health Organization by Dr Ratna Mardiati; Satya Joewana, Catholic University Atma Jaya, Jakarta; Dr Hartati Kurniadi; Isfandari, Indonesia Ministry of Health and Riza Sarasvita, Fatmawati Drug Dependence Hospital, Jakarta.
337
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
WHOQOL-BREF Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan dan halhal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap pertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik. Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada empat minggu terakhir.
1.
2.
Sangat buruk
Buruk
Biasa-biasa saja
Baik
Sangat baik
1
2
3
4
5
Sangat tdk memuaskan
Tdk memuaskan
Biasa-biasa saja
Memuaskan
Sangat memuaskan
1
2
3
4
5
Bagaimana menurut anda kualitas hidup anda?
Seberapa puas anda terhadap kesehatan anda?
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir. Tdk sama sekali
Sedikit
Dlm jumlah sedang
Sangat sering
Dlm jumlah berlebihan
3.
Seberapa jauh rasa sakit fisik anda mencegah anda dalam beraktivitas sesuai kebutuhan anda?
5
4
3
2
1
4.
Seberapa sering anda membutuhkan terapi medis untuk dpt berfungsi dlm kehidupan sehari-hari anda?
5
4
3
2
1
5.
Seberapa jauh anda menikmati hidup anda?
1
2
3
4
5
6.
Seberapa jauh anda merasa hidup anda berarti?
1
2
3
4
5
7.
Seberapa jauh anda mampu berkonsentrasi?
1
2
3
4
5
8.
Secara umum, seberapa aman anda rasakan dlm kehidupan anda sehari-hari?
1
2
3
4
5
9.
Seberapa sehat lingkungan dimana anda tinggal (berkaitan dgn sarana dan prasarana)
1
2
3
4
5
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam 4 minggu terakhir? Tdk sama sekali
Sedikit
Sedang
Seringkali
Sepenuhnya dialami
10.
Apakah anda memiliki vitalitas yg cukup untuk beraktivitas sehari2?
1
2
3
4
5
11.
Apakah anda dapat menerima penampilan tubuh anda?
1
2
3
4
5
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
338
12.
Apakah anda memiliki cukup uang utk memenuhi kebutuhan anda?
1
2
3
4
5
13.
Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi kehidupan anda dari hari ke hari?
1
2
3
4
5
14.
Seberapa sering anda memiliki kesempatan untuk bersenangsenang /rekreasi?
1
2
3
4
5
Sangat buruk
Buruk
Biasa-biasa saja
Baik
Sangat baik
1
2
3
4
5
Sangat tdk memuaskan
Tdk memuaskan
Biasa-biasa saja
Memuaskan
Sangat memuaskan
15.
Seberapa baik kemampuan anda dalam bergaul?
16.
Seberapa puaskah anda dg tidur anda?
1
2
3
4
5
17.
Seberapa puaskah anda dg kemampuan anda untuk menampilkan aktivitas kehidupan anda sehari-hari?
1
2
3
4
5
18.
Seberapa puaskah anda dengan kemampuan anda untuk bekerja?
1
2
3
4
5
19.
Seberapa puaskah anda terhadap diri anda?
1
2
3
4
5
20.
Seberapa puaskah anda dengan hubungan personal / sosial anda?
1
2
3
4
5
21.
Seberapa puaskah anda dengan kehidupan seksual anda?
1
2
3
4
5
22.
Seberapa puaskah anda dengan dukungan yg anda peroleh dr teman anda?
1
2
3
4
5
23.
Seberapa puaskah anda dengan kondisi tempat anda tinggal saat ini?
1
2
3
4
5
24.
Seberapa puaskah anda dgn akses anda pd layanan kesehatan?
1
2
3
4
5
25.
Seberapa puaskah anda dengan transportasi yg hrs anda jalani?
1
2
3
4
5
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.
26.
Seberapa sering anda memiliki perasaan negatif seperti ‘feeling blue’ (kesepian), putus asa, cemas dan depresi?
Tdk pernah
Jarang
Cukup sering
Sangat sering
Selalu
5
4
3
2
1
339
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Komentar pewawancara tentang penilaian ini?
[Tabel berikut ini harus dilengkapi setelah wawancara selesai]
Equations for computing domain scores 27.
Domain 1
(6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 + Q17 + Q18
+ + + + + + 28.
Domain 2
Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26)
+++ + + 29.
Domain 3
Q20 + Q21 + Q22
+ + 30.
Domain 4
Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14 + Q23 + Q24 + Q25
++ + + + + +
Transformed scores*
Raw score
4-20
0-100
a. =
b:
c:
a. =
b:
c:
a. =
b:
c:
a. =
b:
c:
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
340
Contoh 36 INSTRUMEN TPB−AJZEN (2006) (Dikembangkan oleh Erna Dwi Wahyuni, 2012) Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Saudara. No. Responden :……. Tanggal Pengisian :…….. A. Data Demografi 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2. Pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan D-3 Keperawatan/D-4 Keperawatan S-1 Keperawatan S-2 Keperawatan 3. Usia 21–30 tahun 31–40 tahun 41–50 tahun >50 tahun B. Pengetahuan C. Sikap D. Norma Subjektif E. Intensi
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
341
Kuesioner Pengetahuan Petunjuk: berilah tanda (×) pada pernyataan yang diangap benar pada kotak di depan pernyataan. Jawaban boleh lebih dari satu. Skor 1. Pengertian dokumentasi asuhan keperawatan adalah: Catatan yang dapat dibuktikan kebenaranya secara hukum Kumpulan informasi yang dikumpulkan oleh perawat sebagai pertanggung jawaban terhadap pelayanan yang telah diberikan
Catatan yang memuat seluruh informasi untuk mengukur diagnosis, menyusun rencana, melaksanakan, dan mengevaluasi
2. Dokumentasi merupakan hal yang penting dalam kaitannya pada pemberian asuhan keperawatan karena:
Bisa digunakan sebagai sarana komunikasi
Sebagai metode pengambilan keputusan Merupakan fakta kemampuan perawat dalam menulis sesuai standar 3. Tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah:
Perlindungan hukum terhadap perawat
Memberikan data pada peneliti
Sebagai sarana komunikasi
Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi tenaga keperawatan
4. Manfaat dokumentasi asuhan keperawatan adalah: Membantu perawat dalam menyelesaikan masalah pasien Sebagai alat perekam terhadap masalah yang ada kaitannya dengan pasien Dapat bernilai uang Sebagai jaminan mutu pelayanan, bisa mengetahui sampai di mana masalah pasien bisa teratasi 5. Sumber data dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
Pasien Orang terdekat
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
342
Perawat lain Kepustakaan 6. Kapan seharusnya dilakukan penulisan dokumentasi asuhan keperawatan Setelah pasien diterima Setelah pasien pulang Selama pasien dirawat Setelah pasien diterima sampai dengan pasien pulang 7. Syarat penulisan pendokumentasian asuhan keperawatan
Baru Akurat, berdasarkan fakta Relevan Lengkap, mencantumkan semua pelayanan keperawatan yang telah diberikan 8. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan Salah satu tugas perawat Satu-satunya tugas perawat Bukan tugas perawat Tugas sampingan dari perawat 9. Dalam penulisan dokumentasi asuhan keperawatan merupakan pelaksanaan fungsi Dependen perawat Independen perawat Interdependen perawat 10. Manfaat dilakukan perencanaan keperawatan Untuk mencapai tujuan Untuk merencanakan tindakan Untuk mengatasi masalah pasien
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
343
Item yang harus ada dalam pembuatan perencanaan keperawatan adalah Tujuan Kriteria hasil Intervensi 12. Evaluasi dilakukan
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan Dilakukan setelah tahap tindakan Untuk melihat perkembangan pasien 13. Pelaksanaan evaluasi proses dilakukan oleh Perawat pelaksana tindakan Kepala bangsal Perawat sif berikutnya 14. Rumusan penulisan tujuan dalam intervensi keperawatan harus memenuhi syarat Specific, berfokus pada pasien, singkat dan jelas Measurable, dapat diukur Achievable, realistis Reasonable, rasional ditentukan oleh perawat dan klien Time, kriteria waktu tertentu 15. Tindakan keperawatan Dilakukan setelah tahapan perencanaan Untuk mengatasi masalah pasien Untuk mengetahui ketercapaian tujuan Total skor
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
344
KUESIONER SIKAP BAGIAN 1 Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan, dengan mengisi titik-titik dengan pilihan jawaban yang disediakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut. SBu Bu B SB
= Sangat Buruk = Buruk = Baik = Sangat Baik
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di sebelah kanan pernyataan. Misal: No 1
N
Pernyataan Bagi saya, olahraga adalah kegiatan yang…….………
SBu
Bu
B
SB X
Jawaban di atas berarti: Menurut Anda, olahraga adalah kegiatan yang sangat baik.
345
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti. Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti No
Pernyataan
1
Bagi saya, penulisan asuhan keperawatan adalah tindakan yang …...........
2
Bagi saya, tanggung jawab dan tanggung gugat perawat adalah sesuatu hal yang …...........
3
Bagi saya, menghabiskan banyak waktu untuk sampai tujuan adalah suatu hal yang …...........
4
Bagi saya, memberikan perlindungan hukum kepada perawat adalah hal yang …...........
5
Bagi saya, melakukan monitoring terhadap perkembangan pasien adalah suatu hal yang …...........
6
Bagi saya, melakukan perawatan yang berfokus dan sesuai dengan kondisi pasien adalah suatu hal yang …...........
7
Bagi saya, menambah beban kerja untuk sampai tujuan adalah suatu hal yang …...........
8
Bagi saya, membuat bukti tertulis tindakan yang telah perawat lakukan adalah suatu hal yang …...........
9
Bagi saya, komunikasi antara perawat dengan perawat dan tim kesehatan lain adalah suatu hal yang …........... Bagi saya, membuat bukti fisik penilaian angka kredit adalah tindakan yang …...........
10 11
Bagi saya, menghabiskan banyak form untuk mencapai tujuan adalah tindakan yang …...........
12
Bagi saya, memudahkan penghitungan tarif adalah hal yang …...........
13
Bagi saya, menyediakan sumber data untuk penelitian adalah hal yang …...........
Sangat Buruk
Buruk
Bagian 1 selesai. Silakan lanjutkan ke bagian 2
Baik
Sangat Baik
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
346
Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut. STS TS S SS
= Sangat Tidak Setuju = Tidak Setuju = Setuju = Sangat Setuju
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di sebelah kanan pernyataan. Misal: No 1
Pernyataan Olahraga adalah kegiatan yang menyehatkan
STS
TS
S
SS X
Jawaban di atas berarti: Anda sangat setuju bahwa olahraga adalah kegiatan yang menyehatkan. Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti.
347
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti No. Pernyataan 1 Perilaku pendokumentasian asuhan keperawatan berarti penulisan asuhan keperawatan.
2
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.
3
Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan membutuhkan banyak waktu.
4
Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dapat memberikan perlindungan hukum.
5
Saya melakukan monitoring terhadap perkembangan pasien dengan melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
6
Saya dapat melakukan perawatan yang berfokus dan sesuai dengan kondisi pasien jika saya melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan benar.
7
Beban kerja saya bertambah dengan saya melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
8
Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan berarti membuat bukti tertulis tindakan yang telah saya/perawat lakukan.
9
Komunikasi antara perawat dengan perawat dan tim kesehatan lain dapat melalui dokumentasi asuhan keperawatan.
10
Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan berarti telah membuat bukti fisik penilaian angka kredit perawat.
11
Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan menghabiskan banyak form.
12
Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan memudahkan penghitungan tarif tindakan keperawatan.
13
Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan berarti telah menyediakan sumber data untuk penelitian.
STS
TS
Demikian kuesioner A. Silakan lanjutkan ke kuesioner B.
S
SS
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
348
KUESIONER NORMA SUBJEKTIF Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut. STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di sebelah kanan pernyataan. BAGIAN 1 Misal: No 1
Pernyataan Biasanya, saya akan mengikuti apa yang disarankan oleh orang tua saya
STS
TS
S X
SS
Jawaban di atas berarti: Anda setuju untuk mengikuti saran yang disampaikan oleh orang tua Anda Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti. No 1
Pernyataan Biasanya, saya akan mengikuti apa yang disampaikan oleh komite keperawatan
2
Biasanya, saya akan melakukan hal yang dianjurkan oleh kepala bidang keperawatan
3
Biasanya, saya akan mengikuti apa yang disampaikan oleh kepala Instalasi Rawat Inap
4
Biasanya, saya akan melakukan hal yang dianjurkan oleh kepala ruangan
5
Biasanya, saya akan melakukan hal yang disarankan oleh rekan sejawat saya
6
Biasanya, saya akan melakukan hal yang disarankan oleh tim kesehatan lain (salah satunya dokter)
STS
TS
S
Kuesioner bagian 1 telah selesai. Silakan lanjutkan ke bagian 2.
SS
349
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
BAGIAN 2 Misal: No
Pernyataan
STS
1
Orang tua saya akan mendukung saya untuk bekerja sebagai perawat
TS
S
SS
X
Jawaban di atas berarti: Anda setuju bahwa orang tua Anda mendukung Anda untuk bekerja sebagai seorang perawat. Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti. No
Pernyataan
1
Komite keperawatan saya mendukung saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
2
Kepala bidang keperawatan saya mendukung saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kepala Instalasi Rawat Inap saya mendukung saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kepala ruangan saya mendukung saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
3 4 5
Rekan sejawat saya tidak mendukung saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
6
Tim kesehatan lain (salah satunya dokter) tidak mendukung saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
STS
TS
S
Demikian kuesioner B. silakan lanjutkan ke kuesioner C
SS
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
350
KUESIONER PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL BAGIAN 1 Berikut ini terdapat dua bagian kuesioner (bagian 1 dan 2) yang masing-masing berisi beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut. STS TS S SS
= Sangat Tidak Setuju = Tidak Setuju = Setuju = Sangat Setuju
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di sebelah kanan pernyataan. BAGIAN 1 Misal: No 1
Pernyataan Malas dapat menjadi hambatan untuk berolahraga
STS
TS
S
SS
X
Jawaban di atas berarti: Anda setuju bahwa malas dapat menjadi faktor penghambat untuk berolahraga. Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti.
351
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti No 1 2
3
4
5 6
7
8
9
10 11
12
Pernyataan Peraturan RS merupakan faktor pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
STS
TS
S
Kesadaran akan pentingnya bukti legal etik pelayanan kepada klien menjadi faktor pndorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Motivasi untuk menjalankan kewajiban, tanggung jawab perawat menjadi faktor pendukung untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kondisi ruangan yang sibuk dengan Bed Occupation Rate (BOR) yang tinggi dan rutinitas ruangan merupakan hambatan untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Adanya supervisi dari atasan merupakan faktor pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kebutuhan akreditasi RS atau evaluasi mutu merupakan faktor pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kebutuhan akan ada media komunikasi tertulis antar perawat dan dengan tim kesehatan lain menjadi pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Belum ada pedoman baku dan format tidak sesuai dengan standar akreditasi menjadi hambatan untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Faktor pengetahuan perawat tentang pentingnya pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan faktor pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Faktor malas dan ribet merupakan faktor penghambat untuk saya melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan Tersedianya sarana dan prasarana (format, petunjuk teknis dan lainlain) menjadi faktor pendukung untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kondisi pasien yang gawat menjadi faktor penghambat untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
13
Faktor beban kerja merupakan penghambat untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
14
Faktor waktu merupakan penghambat untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
15
Minimumnya reward merupakan penghambat untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Demikian bagian 1 telah selesai. Silakan lanjutkan ke bagian 2.
SS
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
352
BAGIAN 2 Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut. SK = Sangat Kecil K = Kecil B = Besar SB = Sangat Besar Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang ada di sebelah kanan pernyataan. BAGIAN 1 Misal: No 1
Pernyataan Bagi saya malas menjadi faktor penghambat yang ………. Untuk berolahraga
SK
K
B X
SB
Jawaban di atas berarti: Bagi Anda, faktor malas menjadi penghambat yang besar untuk berolahraga.
353
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti! Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti No
Pernyataan
1
Bagi saya, peraturan RS merupakan faktor pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang ……………………… Bagi saya, kesadaran akan pentingnya bukti legal etik pelayanan kepada klien merupakan faktor pndorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang ……………………… Bagi saya, motivasi untuk menjalankan kewajiban, tanggung jawab perawat menjadi faktor pendukung untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang….. Kondisi ruangan yang sibuk dengan Bed Occupation Rate (BOR) yang tinggi dan rutinitas ruangan merupakan hambatan yang ………….. bagi saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Adanya supervisi dari atasan merupakan faktor pendorong yang ……………. bagi saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Bagi saya, kebutuhan akreditasi RS/evaluasi mutu merupakan faktor pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang………………………………. Bagi saya, kebutuhan akan ada media komunikasi tertulis antar perawat dan dengan tim kesehatan lain menjadi pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang ……………………………… Belum ada pedoman baku dan format tidak sesuai dengan standar akreditasi menjadi hambatan yang ………… bagi saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Bagi saya, faktor pengetahuan perawat tentang pentingnya pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan faktor pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang ……………………………… Faktor malas dan ribet merupakan faktor penghambat yang ………... bagi saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan Bagi saya, Tersedianya sarana dan prasarana (format, petunjuk teknis dan lain-lain) menjadi faktor pendukung untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang ……………………… Kondisi pasien yang gawat menjadi faktor penghambat yang ………… bagi saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Faktor beban kerja merupakan penghambat yang …………. bagi saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bagi saya, Faktor waktu merupakan penghambat untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
15
Minimnya reward merupakan penghambat yang …………. bagi saya untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Sangat Kecil
Kecil
Besar
Sangat Besar
Kuesioner bagian ini sudah selesai. Silakan lanjutkan ke bagian berikutnya.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
354
Kuesioner untuk Intensi Petunjuk Pengisian Jawablah sesuai dengan apa yang pikirkan/inginkan saat ini: Jawaban 1 = sangat tidak setuju, pilih bila menurut persepsi/niat Anda sangat tidak sesuai dengan pernyataan dalam kalimat. Jawaban 2 = tidak setuju, pilih bila menurut persepsi/niat Anda tidak sesuai dengan pernyataan dalam kalimat. Jawaban 3 = setuju, pilih bila menurut persepsi/niat Anda sesuai dengan pernyataan dalam kalimat. Jawaban 4 = sangat setuju, pilih bila menurut persepsi/niat Anda sangat sesuai dengan pernyataan dalam kalimat. Pertanyaan 1. Saya memiliki keinginan untuk melakukan pendokumentasian pengkajian secara lengkap, akurat, baru dan relevan sesuai dengan format dan pedoman pengkajian yang baku 1
2
3
4
2. Saya memiliki keinginan untuk melakukan pendokumentasian diagnosis keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan pasien yang mencerminkan problem dan etiologi (PE) 1
2
3
4
3. Saya memiliki keinginan untuk melakukan pendokumentasian perencanaan keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis keperawatan dan disusun menurut urutan prioritas dengan menggunakan kalimat perintah, terinci, dan jelas. 1
2
3
4
4. Saya memiliki keinginan untuk mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah saya lakukan baik yang menggambarkan tindakan mandiri, kolaborasi, mandiri atau ketergantungan dengan tetap menghargai hak-hak klien. 1
2
3
4
355
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
5. Saya memiliki keinginan untuk mendokumentasikan evalusi yang telah saya lakukan terhadap klien, dengan menggunakan pendekatan SOAP dan mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil. 1
2
3
4
6. Saya memiliki keinginan untuk melakukan dokumentasi asuhan keperawatan dengan jelas, ringkas dan memiliki istilah baku dan benar, selalu mencantumkan paraf, nama, tanggal dan jam tindakan dilakukan dan menyimpan berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 1
2
3
4
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
356
LEMBAR OBSERVASI: PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN No Uraian A Pengkajian 1 Melakukan pengkajian data klien pada saat klien masuk rumah sakit 2 Setiap melakukan pengkajian data, dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik dan pengamatan serta pemeriksaan penunjang (misal: laboratorium, foto rontgen, dan lain-lain) 3 Data yang diperoleh melalui pengkajian dikelompokkan menjadi data bio-psiko-sosio-spiritual 4 Mengkaji data subjektif dan objektif berdasarkan keluhan klien dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang 5 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan format dan pedoman pengkajian yang baku B Diagnosis Keperawatan 1 Merumuskan diagnosis/masalah keperawatan klien berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan pola fungsi kehidupan (kondisi normal) 2 Rumusan diagnosis keperawatan dilakukan berdasarkan masalah keperawatan yang telah ditetapkan 3 Rumusan diagnosis keperawatan dapat juga mencerminkan problem etiology (PE) 4 Rumusan diagnosis keperawatan bisa dalam bentuk aktual dan risiko 5 Menyusun prioritas diagnosis keperawatan lengkap problem etiology (PE) C Intervensi/perencanaan 1 Rencana keperawatan dibuat berdasarkan diagnosis keperawatan dan disusun menurut urutan prioritas 2 Rumusan tujuan keperawatan yang dibuat mengandung komponen tujuan dan kriteria hasil 3 Rencana tindakan yang dibuat mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terperinci, dan jelas 4 Rencana tindakan keperawatan yang dibuat menggambarkan keterlibatan klien dan keluarga di dalamnya 5 Rencana tindakan keperawatan yang dibuat menggambarkan kerjasama dengan tim kesehatan lain D Implementasi 1 Implementasi tindakan keperawatan menggambarkan tindakan mandiri, kolaborasi dan ketergantungan sesuai dengan rencana keperawatan 2 Observasi terhadap setiap respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 Implementasi tindakan keperawatan bertujuan untuk promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan mekanisme koping 4 Implementasi tindakan keperawatan bersifat holistik dan menghargai hak-hak klien 5 Implementasi tindakan keperawatan melibatkan partisipasi aktif klien
tidak
jarang
kadang
sering
selalu
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
E
Evaluasi 1 Komponen yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor klien melakukan tindakan, perubahan fungsi tubuh, tanda dan gejala 2 Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP 3 Evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang diberikan mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil 4 Evaluasi terhadap pengetahuan klien tentang penyakitnya, pengobatan dan risiko komplikasi setelah diberikan promosi kesehatan 5 Evaluasi terhadap perubahan fungsi tubuh dan kesehatan klien setelah dilakukan tindakan F Dokumentasi Keperawatan 1 Pendokumentasian setiap tahap proses keperawatan ditulis dengan jelas, ringkas, dapat dibaca, serta memakai istilah yang baku dan benar dengan menggunakan tinta. 2 Setiap melakukan tindakan keperawatan, perawat mencantumkan paraf, nama jelas, tanggal, dan jam dilakukan tindakan 3 Dokumentasi proses keperawatan di ruangan ditulis menggunakan format yang baku sesuai pedoman di RS 4 Prinsip dalam pendokumentasian asuhan keperawatan adalah: tulis apa yang telah dilakukan dan jangan lakukan apa yang tidak ditulis 5 Setiap melakukan pencatatan yang bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu dan tanggal serta identitas klien pada bagian halaman tersaebut
357
Lampiran
Tidak Distres
Distres Berat
Pertama, lingkarilah angka (0-10) yang paling tepat untuk Menggambarkan seberapa besar distres yang anda alami pada minggu ini termasuk hari ini. YES NO
Spiritual/Reliji
Masalah Emosi Depresi Ketakutan Gugup Sedih Khawatir Hilang keinginan untuk melakukan kegiatan seperti biasa
Masalah Keluarga Menghadapi anak Menghadapi suami Menghadapi teman/saudara dekat
Masalah Praktis Perawatan Anak Perawatan rumah Keuangan Transportasi Sekolah/pekerjaan
________________________________
Masalah Lainnya:
YES NO Masalah Fisik Penampilan Mandi/Berpakaian Bernapas Perubahan pola berkemih Konstipas/sembelit Diare Makan Lelah Bengkak Demam Gelisah Gangguan pencernaan Ingatan/Konsentrasi Sariawan Mual Hidung kering/ buntu Nyeri Gangguan seksual Kulit kering/Gatal Tidur Kesemutan di tangan/kaki
Kedua, perhaatikan jika salah satu dari hal dibawah ini menjadi masalah bagi anda Salama minggu ini, termasuk hari ini. Pastikan memberikan tanda check (√) Pada jawaban YA atau TIDAK pada setiap hal.
Thermometer Distres
358 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 37
359
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 38 KUESIONER PENGEMBANGAN INSTRUMEN SURVQUAL Rekomendasi dari orang lain, kebutuhan customer, dan pengalaman masa lalu dimodifikasi dari instrument of SERVQUAL Petunjuk Pengisian: Beri tanda (√) pada kotak jawaban yang menurut Anda paling benar, tepat, dan sesuai (kami menjamin jawaban yang diberikan akan sangat dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja).
Kuesioner Rekomendasi Dari Orang Lain 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tidak pernah Hampir tidak pernah Jarang Biasanya Kadang-kadang Hampir selalu Selalu
No.
: skor 1 : skor 2 : skor 3 : skor 4 : skor 5 : skor 6 : skor 7
Atribut
1.
Anda mendengar dari orang lain (teman, kerabat, tetangga, dan lain-lain) bahwa puskesmas memiliki peralatan perawatan dan pemeriksaan yang terkini (up to date)
2.
Anda mendengar dari orang lain (teman, kerabat, tetangga, dan lain-lain) bahwa fasilitas fisik di puskesmas lengkap dan menarik perhatian
3.
Banyak yang membicarakan pelayanan di puskesmas ramah dan menyenangkan
4.
Anda mendengar dari orang lain bahwa fasilitas yang tersedia sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan
5.
Banyak yang membicarakan keterampilan dan keahlian perawat di puskesmas dalam menangani kondisi pasien
6.
Banyak yang menceritakan kebaikan hati perawat di puskesmas yang murah senyum dan selalu siap membantu pelanggan
Nilai 1
2
3
4
5
6
7
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
360
Kuesioner Kebutuhan Customer Tidak membutuhkan : skor 1 Hampir tidak membutuhkan : skor 2 Jarang membutuhkan : skor 3 Biasanya membutuhkan : skor 4 Kadang membutuhkan : skor 5 Hampir selalu butuh : skor 6 Selalu membutuhkan : skor 7
No. 1.
Atribut Anda membutuhkan pelayanan di puskesmas yang dapat dipercaya/ diandalkan
2.
Anda ingin dilayani sesuai waktu yang dijanjikan
3.
Pendokumentasian hasil pemeriksaan harus ditulis dengan akurat
4.
Anda harus mengetahui semua prosedur tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan oleh perawat di puskesmas kepada Anda
5.
Anda harus mendapatkan pelayanan yang cepat dan tanggap dari puskesmas sesuai keinginan Anda
6.
Anda tidak harus selalu mendapat bantuan dari perawat ketika memerlukan pertolongan
7.
Anda langsung menyalahkan perawat jika perawat terlalu sibuk dan tidak segera membantu keperluan Anda
Nilai 1
2
3
4
5
6
7
361
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Kuesioner Pengalaman Masa Lalu Tidak pernah Hampir tidak pernah Jarang Biasanya Kadang-kadang Hampir selalu Selalu
No.
: skor 1 : skor 2 : skor 3 : skor 4 : skor 5 : skor 6 : skor 7
Atribut
1.
Anda dapat mempercayai sepenuhnya tindakan pemeriksaan dan perawatan di puskesmas
2.
Anda merasa sangat aman saat berinteraksi dengan perawat di puskesmas
3.
Perawat di puskesmas bersikap ramah dan sopan santun terhadap Anda
4.
Perawat di puskesmas tidak pernah terlihat marah dan cemberut saat melakukan pelayanan karena ditunjang fasilitas yang memadai dari puskesmas
5.
Perawat di puskesmas memberikan perhatian khusus pada Anda dengan berbicara dari hati ke hati
6.
Perawat tidak bisa memberikan pilihan solusi atas masalah Anda
7.
Perawat puskesmas tidak tahu dan tidak berusaha memahami apa yang Anda butuhkan
8.
Puskesmas ini adalah pilihan pertama Anda untuk mencari pengobatan
9.
Jam kerja puskesmas sangat pendek sehingga Anda tidak pernah sempat berobat ke puskesmas setiap kali Anda sakit
Nilai 1
2
3
4
5
6
7
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
362
cONTOH 39 RISIKO JATUH A. PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN DEWASA SKALA MORSE FALL SCALE B. PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK SKALA HUMPTY DUMPTY C. PENILAIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN GERIATRI
363
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
A. Risiko Jatuh Pasien Dewasa PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN DEWASA SKALA MORSE FALL SCALE Skor Hari Perawatan KeNo
Risiko
1.
Mempunyai riwayat jatuh, baru atau dalam 3 bulan terakhir Tidak ya
0 25
Diagnosis sekunder > 1 Tidak ya
0 25
2.
3.
4.
5.
6.
Ambulasi berjalan Tirah baring/dibantu perawat Penyangga/tongkat/walker/ threepot/kursi roda Mencengkeram furnitur Terpasang IV line/pemberian anti koagulan (heparin)/ obat lain yang digunakan mempunyai efek samping terjatuh Tidak ya Cara berjalan/berpindah Normal/tirah baring/ immobilisasi Kelelahan dan lemah Keterbatasan/terganggu Status mental Normal/sesuai kemampuan diri Lupa keterbatasan diri/ penurunan kesadaran TOTAL SKOR Nama & paraf petugas yang melakukan penilaian
Skor
0 15 30
0 20
0 10 20
0 15
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
364
A. Risiko Jatuh Pasien ANAK
Keterangan: Tingkat risik: 1. Skor >51 risiko tinggi, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi 2. Skor 25–50 risiko rendah, lakukan intervensi jatuh standar 3. Skor 0–24 tidak berisiko, perawatan yang baik
365
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK SKALA HUMPTY DUMPTY Skor Hari Perawatan KeNo 1
2
3
4
Parameter
Skor
Umur < 3 tahun 3–7 tahun 7–13 tahun 13–18 tahun
4 3 2 1
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
2 1
Diagnosis Kelainan neurologi Gangguan oksigenasi (gangguan pernapasan, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, sakit kepala, dan lainlain) Kelemahan fisik/kelainan psikis Ada diagnosa tambahan Gangguan kognitif Tidak memahami keterbatasan Lupa keterbatasan Orientasi terhadap kelemahan
4 3 2 1
3 2 1
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
366
C. Risiko Jatuh Pasien Geriatri Skor Hari Perawatan KeNo
Parameter
5
Faktor lingkungan Riwayat jatuh dari tempat tidur Pasien menggunakan alat bantu Pasien berada di tempat tidur Pasien berada di luar area ruang perawatan
6
7
Respons terhadap operasi/obat penenang/efek anestesi Kurang dari 24 jam Kurang dari 48 jam Lebih dari 48 jam Penggunaan obat Penggunaan obat sedative (kecuali pasien ICU yang menggunakan sedasi dan paralisis). Hipnotik, barbitural, fenotazin, antidepresan, laksatif/diuretik, narotik/ metadon Salah satu obat di atas Pengobatan lain
Skor
1 Tgl .....
2 Tgl .....
4 3 2 1
3 2 1 3
2 1
TOTAL SKOR Nama & paraf yang melakukan penilaian
KETERANGAN: Tingkat Risiko dan Tindakan 1. Skor 7−11 : Risiko Rendah untuk Jatuh 2. Skor ≥12 : Risiko Tinggi untuk Jatuh 3. Skor minimal : 7 4. Skor maksimal : 23
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
367
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
PENILAIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN GERIATRI Skor Hari Perawatan Ke No
Risiko
Skor
1.
Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun)
4
2.
Pusing/pingsan pada posisi tegak
3
3.
Kebingungan setiap saat
3
4.
Nokturia/inkontinen
3
5.
Kebingungan Intermitten
2
6.
Kelemahan umum
2
7.
Obat-obat berisiko tinggi (diuretik,narkotik, sedatif, anti psikotik, laksatif, vasodilator, antiangina, antihipertensi, obat hipoglikemik, anti depresan, neuroleptik, NSAID)
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
2
8.
Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan sebelumnya
2
9.
Osteoporosis
1
10.
Gangguan pendengaran dan atau penglihatan
1
11.
Usia > 70 tahun
1
TOTAL SKOR Nama & paraf petugas yang melakukan penilaian
Keterangan: Tingkat risiko: 1. Risiko Rendah bila skor 1−3 : Lakukan intervensi risiko rendah 2. Risiko Tinggi bila skor > 4 : Lakukan intervensi risiko tinggi
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
368
Contoh 40
INSTRUMEN NYERI
A. B. C. D.
PENGKAJIAN NYERI PADA NEONATUS-NEONATAL (NIPS) PENGKAJIAN NYERI PADA BAYI USIA 0−1 TAHUN FLACC PAIN SCALE PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN DEWASA (VISUAL AID SCALE) PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN TIDAK SADAR (BEHAVIOURAL PAIN SCALE/BPS)
369
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
A. Nyeri Pada NEONATUS−NEONATAL (NIPS)
PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN NEONATUS−NEONATAL NEONATAL−INFANT PAIN SCALE (NIPS) Skor Hari Perawatan KeNo 1
2
3
4
5
6
Parameter Ekspresi Wajah Wajah tenang, ekspresi netral Otot wajah tegang, alis berkerut, dagu dan rahang tegang (ekspresi wajah negatif-hidung, mulut dan alis) Menangis Tenang, tidak menangis Merengek ringan, kadangkadang Berteriak kencang, menarik, melengking terus-terusan (catatan: menangis lirih mungkin dinilai jika bayi diintubasi yang dibuktikan melalui gerakan mulut dan wajah yang jelas) Pola Pernapasan Pola pernapasan bayi normal Tidak teratur, lebih cepat dari biasanya, tersedak, nafas tertahan Lengan Tidak ada kekakuan otot, gerakan tangan acak sekalisekali Tegang, lengan lurus, kaku, dan/atau ekstensi, cepat ekstensi, fleksi Kaki Tidak ada kekakuan otot, gerakan kaki acak sekalisekali Tegang, kaki lurus, kaku, dan/ atau ekstensi, ekstensi cepat, fleksi Kesadaran Tenang, tidur damai atau gerakan kaki acak yang terjaga Terjaga, gelisah, dan merontaronta TOTAL SKOR Nama & paraf yang melakukan penilaian
Skor
0 1
0 1 2
0 1
0 1
0 1
0 1
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
370
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
B. Nyeri Pada Bayi Usia 0–1 TaHun
Keterangan: Skala Nyeri 1. 0−2 = Nyeri ringan tidak nyeri : 2. 3−4 = Nyeri sedang- Nyeri ringan : 3. > 4 = Nyeri hebat :
Intervensi Tidak ada Intervensi tanpa obat, dievaluasi selama 30 menit Intervensi tanpa obat, bila masih nyeri bisa diberikan analgesik dan dievaluasi selama 30 menit
371
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
FLACC PAIN SCALE Skor Hari Perawatan KeNo
Parameter
1
Face (wajah) Tidak ada ekspresi tertentu atau senyum, kontak mata Kadang meringis atau mengerutkan kening, menarik diri, tidak tertarik, wajah terlihat cemas, alis diturunkan, mata sebagian tertutup, pipi terangkat, mulut mengerucut Sering cemberut, konstan, rahang terkatup. Dagu bergetar, kerutan yang dalam di dahi, mata tertutup, mulut terbuka, garis yang dalam di sekitar hidung/bibir
2
3
Leg (kaki) Posisi normal atau santai Tidak nyaman, gelisah, tegang, tonus meningkat, kaku fleksi/ ekstensi anggota badan intermiten Menendang atau kaki disusun, hipertonis fleksi/ekstensi anggota badan secara berlebihan, tremor Activity (aktivitas) Berbaring dengan tenang, posisi normal, bergerak dengan bebas dan mudah Menggeliat, menggeser maju mundur, tegang, ragu-ragu untuk bergerak, menjaga, tekanan pada bagian tubuh Melengkung, kaku, atau menyentak, posisi tetap, goyang gerakan kepala dari sisi ke sisi, menggosok bagian tubuh
Skor
0 1
2
0 1
2
0 1
2
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
372
Skor Hari Perawatan KeNo
Parameter
4
Cry (menangis) Tidak ada teriakan/erangan (terjaga/tertidur) Erangan/rengekan, sesekali menangis, sesekali mengeluh Terus menerus menangis, menjerit, isak tangis, mengeram, menggeram, sering mengeluh
5
Consolability Tenang, santai, tidak perlu dihibur Perlu keyakinan dengan sekali kali menyentuh, sekali-kali memeluk, atau berbicara. Perhatian mudah beralih Sulit untuk dibujuk atau dibuat nyaman
Skor
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
0 1 2
0 1
2
TOTAL SKOR Nama & paraf yang melakukan penilaian
Keterangan: 0 = Relaks dan nyaman (relaxed and comfortable) 1−3 = Sedikit tidak nyaman (mild discomfort) 4−6 = Nyeri sedang (moderate pain) 7−10 = Sangat tidak nyaman/nyeri hebat (severe discomfort/pain)
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
373
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
C. Nyeri Pada PASIEN DEWASA INSTRUMEN PENILAIAN NYERI VISUAL AID SCALE Pencetus (P)
Kualitas (Q)
Lokasi (R)
Skala (1–10) (S)
Waktu (T)
Penyebab nyeri hilang/ berkurang
Skor Hari Perawatan KeNo
Skala Nyeri
Skor
1
Tidak Nyeri
0
2
Minor Nyeri Sangat ringan Nyeri Tidak nyaman Nyeri Dapat ditoleransi
1 2 3
3
Sedang Menyusahkan Sangat menyusahkan Nyeri hebat
4 5 6
Berat Sangat hebat Sangat menyiksa Tak tertahankan Tak dapat diungkapkan
7 8 9 10
4
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
TOTAL SKOR Nama & paraf yang melakukan penilaian
Keterangan: 0 = Relaks dan nyaman (relaxed and comfortable) 1−3 = Sedikit tidak nyaman (mild discomfort) 4−6 = Nyeri sedang (moderate pain) 7−10 = Sangat tidak nyaman/nyeri hebat (severe discomfort/pain)
Skala Nyeri© Mosby Tidak Nyeri 0 Tidak Nyeri
0 Tidak Sakit
1
2
3
4
5
Ringan
6
7
Sedang
8
9
10
Nyeri Mungkin Berat
Berat
2
4
6
8
10
Sedikit Nyeri
Sedikit Lebih Nyeri
Nyeri
Sangat Nyeri
Sangat Nyeri Sekali
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
374
D. Nyeri Pada PASIEN TIDAK SADAR
BEHAVIOURAL PAIN SCALE (BPS) Skor Hari Perawatan KeNo 1
2
3
Parameter Face (wajah) Tenang/Rileks Mengerutkan alis Kelopak mata tertutup Meringis Anggota badan sebelah atas Tidak ada pergerakan Sebagian ditekuk Sepenuhnya ditekuk dengan fleksi jari-jari Retraksi permanen Ventilasi Pergerakan dapat ditoleransi Batuk dengan pergerakan Melawan ventilator Tidak dapat mengontrol ventilasi
Skor
1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4
TOTAL SKOR Nama & paraf yang melakukan penilaian
Keterangan: 0 = Tidak nyeri (No pain) 1−3 = Nyeri ringan (Mild pain) 4−6 = Nyeri sedang (Moderate pain) ≥ 6 = Nyeri yang tidak terkendali (Uncontrolled pain)
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
375
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
CONTOH 41
INSTRUMEN PROSEDUR PENCEGAHAN INFEKSI (PPI)
A. B. C. D. E.
FLEBITIS DEKUBITUS PNEUMONIA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
376
A. FLEBITIS INSTRUMEN PENILAIAN KEJADIAN FLEBITIS MENGGUNAKAN VIP SCORE (VISUAL INFUSION PHLEBITIS SCORE) Skor Hari Perawatan KeNo
Parameter
Skor
1
IV line nampak sehat
0
2
Salah satu tanda-tanda berikut jelas: Sedikit nyeri dekat IV line atau Sedikit kemerahan dekat IV line
1
3
4
5
6
Dua dari tanda berikut: Nyeri pada IV line Kemerahan Pembengkakan Semua tanda-tanda berikut jelas: Nyeri sepanjang kanul Kemerahan Pembengkakan Semua tanda-tanda berikut jelas: Nyeri sepanjang kanul Kemerahan Pembengkakan Vena teraba keras Semua tanda-tanda berikut jelas: Nyeri sepanjang kanul Kemerahan Pembengkakan Vena teraba keras Pireksia TOTAL SKOR
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
2
3
4
5
5
Nama & paraf yang melakukan penilaian
Keterangan: Skala Nyeri 1. 0 = Tidak ada tanda flebitis 2. 1–2 = Tahap Awal flebitis 3. 3–4 = Awal Tromboflebitis 4. 5 = Stadium lanjut Tromboflebitis
Intervensi 1. Observasi kanul 2. Resite kanul 3. Resite kanul dan pertimbangkan perawatan 4. Memulai perawatan
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
377
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
b. dekubitus NORTON SCALE Skor Hari Perawatan KeNo 1
2
3
4
5
Parameter
Skor
Kondisi Fisik: Baik Cukup baik Buruk Sangat buruk
4 3 2 1
Kondisi Mental: Waspada Apatis Bingung Pingsan/Tidak Sadar
4 3 2 1
Kegiatan: Dapat berpindah Berjalan dengan bantuan Terbatas kursi Terbatas di tempat tidur
4 3 2 1
Mobilitas: Penuh Agak terbatas Sangat terbatas Sulit bergerak
4 3 2 1
Inkontinensia: Tidak ngompol Kadang-kadang Biasanya yang keluar urine Yang keluar kencing dan kotoran
4 3 2 1
TOTAL SKOR Nama & paraf yang melakukan penilaian
Interpretasi: • Nilai maksimum 20 • Nilai minimum 5 • Pasien berisiko dekubitus jika nilai < 14
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
378
c. Pneumonia CPIS (CLINICAL PULMONARY INFECTION SCORE) Skor Hari Perawatan KeNo 1
2
3
4
5
6
Parameter
Skor
Suhu: ≥36,5°C dan ≤ 38,4°C ≥38,5°C dan ≤ 38,9°C ≥39°C dan ≤ 36°C Leukosit dalam Darah: ≥ 4000 dan ≤ 11.000 > 4000 dan < 11.000 > 4000 dan < 11.000 + band form ≥ 50% Sekret Trakeal: Tidak terdapat sekret Terdapat sekret trakeal non purulent Terdapat sekret trakeal purulent Oksigenasi: PaO2/FIO2, mmHg: > 240 atau ARDS (PaO2/FIO2 ≤ 200) pulmonary arterial wedge pressure ≤18 dan adanya infiltrasi bilateral ≤ 240 dan tidak terdapat ARDS
0 1 2 0 1 2
0 1 2 0 1 2
Gambaran Radiologi Paru: Tidak terdapat infiltrasi Adanya difusi infiltrat Infiltrat di daerah lokal
0 1 2
Kultur dari cairan trakeal: Negatif Positif
0 2
TOTAL SKOR Nama & paraf yang melakukan penilaian
Interpretasi: skor > 6 menandakan pneumonia
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
379
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
d. ilo (infeksi luka operasi) SOUTHAMPTON SCORING SYSTEM Skor Hari Perawatan KeNo
Parameter
Grade
1
Proses Penyembuhan Normal
0
2
Proses penyembuhan normal dengan kemerahan sedang: A. Ditemukan beberapa kemerahan B. Kemerahan C. Eritema Sedang
I
Erythema dengan tanda inflamasi: A. Pada satu tempat B. Di sekitar luka jahitan C. Sepanjang luka D. Di sekeliling luka
II
Luka bersih atau ditemukan cairan haemoserous: A. Hanya pada satu tempat (<2 cm) B. Di sepanjang luka (>2 cm) C. Ditemukan banyak haemoserous D. Memanjang (>3 hari)
III
3
4
5
6
Pus: A. Hanya pada satu tempat (<2 cm) B. Di sepanjang luka (>2 cm) Adanya infeksi yang dalam dengan atau tanpa kerusakan jaringan, hematoma requiring aspiration KESIMPULAN Nama & paraf yang melakukan penilaian
IV
V
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
380
e. isk (infeksi saluran kemih)
Lembar 1 Untuk memastikan diagnosa ISK, harus ada minimal 1 dari 4 kriteria di bawah ini. Skor Hari Perawatan KeNo
Parameter
1
Pasien sedang terpasang kateter urine saat pengambilan sampel urine dan ada sedikitnya satu dari tanda atau gejala di bawah ini tanpa diketahui penyebabnya: Demam (>38°C). Nyeri pada daerah suprapubik atau kostovertebral. DAN hasil kultur urine positif adanya ≥105 colony-forming units (CFU)/ ml dengan tidak lebih dari 2 spesies mikroorganisme. ATAU kateter urine pasien sudah terlepas dalam waktu 48 jam sebelum pengambilan sampel urine dan ada sedikitnya satu dari tanda atau gejala di bawah ini tanpa diketahui penyebabnya: Demam (>38°C) Pasien mengalami inkontinensia urgency, inkontenensia frekuensi, disuria, nyeri di suprapubic atau costovertebral.
2
Pasien sedang terpasang kateter urine saat pengambilan sampel urine dan ada sedikitnya satu dari tanda atau gejala di bawah ini tanpa diketahui penyebabnya: Demam (>38°C). Nyeri pada daerah suprapubik atau costovertebral. DAN hasil pemeriksaan urine ditemukan paling tidak terdapat satu dari hal di bawah ini: Adanya leukosit atau nitrat dari hasil pemeriksaan urine Pyuria ( terdapat ≥ 10 (WBC)/ mm3 or ≥ 3 WBC/high power field of unspun urine)
Kriteria
1
2
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
381
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Skor Hari Perawatan KeNo
Parameter
Kriteria
Adanya mikroorganisme gram dalam sample urine dan hasil kultur urine menunjukkan hasil ≥103 and <105 CFU/ml dengan tidak lebih dari 2 spesies mikroorganisme ATAU kateter urine pasien sudah terlepas dalam waktu 48 jam sebelum pengambilan sampel urine dan ada sedikitnya satu dari tanda atau gejala di bawah ini tanpa diketahui penyebabnya: Demam (>38°C). Pasien mengalami inkontinensia urgency, inkontenensia frekuensi, disuria, nyeri di suprapubik atau costovertebral 3
4
Pasien ≤1 tahun yang lalu dengan atau tanpa riwayat pemasangan kateter urine mempunyai paling tidak satu dari tanda dan gejala berikut ini tanpa diketahui penyebab yang tidak diketahui: Demam (>38°C) Hipotermi (<36°C) Apnea Bradikardia Disuria Letargi Vomiting DAN hasil kultur urine positif adanya ≥105 colony-forming units (CFU)/ ml dengan tidak lebih dari 2 spesies mikroorganisme. Pasien ≤1 tahun yang lalu dengan atau tanpa riwayat pemasangan kateter urine mempunyai paling tidak satu dari tanda dan gejala berikut ini tanpa diketahui penyebab yang tidak diketahui: Demam (>38°C). Hipotermia (<36°C) Apnea Bradikardia Disuria Letargi Vomiting
3
4
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
382
Skor Hari Perawatan KeNo
Parameter DAN hasil pemeriksaan urine ditemukan paling tidak terdapat satu dari hal di bawah ini: Adanya leukosit atau nitrat dari hasil pemeriksaan urine Pyuria ( terdapat ≥ 10 (WBC)/ mm3 or ≥ 3 WBC/high power field of unspun urine) Adanya mikroorganisme gram dalam sample urine dan hasil kultur urine menunjukkan hasil ≥103 and <105 CFU/ml dengan tidak lebih dari 2 spesies mikroorganisme KESIMPULAN Nama & paraf yang melakukan penilaian
Kriteria
1 Tgl .....
2 Tgl .....
3 Tgl .....
4 Tgl .....
5 Tgl .....
6 Tgl .....
7 Tgl .....
8 Tgl .....
9 Tgl .....
10 Tgl .....
383
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
CONTOH 42
KUESIONER KEPRIBADIAN BIG FIVE PERSONALITY (John OP, Robins RW & Pervin, 2008; dlm buku: Handbook of Personality: Theory and Research 3rd. New York: Guilford Press) Petunjuk pengisian : 1. Jawablah pernyataan berikut dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia. 2. Di dalam pernyataan tidak ada salah dan benar. Pernyataan berikut merupakan persepsi Anda tentang diri Anda dalam berbagai situasi. Jawaban menunjukkan kecenderungan kekuatan terhadap pernyataan. Jawablah sesuai dengan pilihan berikut. STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju R = Ragu-Ragu No.
Pernyataan Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang:
1
Aktif berbicara
2
Seorang yang pendiam
3
Penuh energi
4
Cenderung diam
5
Menyebabkan banyak antusiasme
6
Kadang-kadang pemalu dan segan
7
Memiliki kepribadian yang tegas
8
Pergi keluar, suka bergaul
9
Mengalami depresi
10
Santai, manangani stress dengan baik
11
Dapat tegang
12
Memiliki emosi stabil, tidak mudah marah
13
Banyak kekwatiran
14
Tetap tenang dalam situasi tegang
15
Moody (suasana hati yang seringkali berubah-ubah)
16
Mudah gugup
17
Dengan asli muncul dengan ide-ide baru
18
Ingin tahu tentang banyak hal yang berbeda
19
Banyak akal, pemikir yang mendalam
20
Aktif dalam berimajinasi
Pilihan Jawaban STS
TS
R
S
SS
Skor
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
384
No.
Pernyataan
21
Berdaya cipta
22
Menilai artistik, estetika pengalaman
23
Lebih menyukai pekerjaan yang rutin
24
Suka merenung, bermain dengan ide-ide
25
Memiliki sedikit ketertarikan pada seni
26
Ahli dalam seni, musik dan sastra
27
Sangat suka membantu dan tidak mementingkan diri sendiri
28
Cenderung mencari kesalahan orang lain
29
Memiliki sifat pemaaf
30
Memulai perselisihan dengan orang lain
31
Umumnya mempercayai
32
Dapat menjadi dingin dan menyendiri
33
Perhatian dan baik untuk hampir semua orang
34
Kadang-kadang kasar kepada orang lain
35
Suka bekerja sama dengan orang lain
36
Mengerjakan pekerjaan dengan menyeluruh
37
Dapat menjadi agak ceroboh
38
Dapat diandalkan
39
Cenderung malas
40
Melakukan hal-hal yang efisien
41
Mudah terganggu
42
Membuat rencana dan mematuhi/mengikuti rencana tersebut
43
Cenderung untuk tidak teratur
44
Tekun sampai tugas selesai
Pilihan Jawaban STS
TS
R
S
SS
Skor
385
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Big Five Personality (John OP, Robins RW & Pervin, 2008) Bagaimana saya secara umum Berikut ini adalah beberapa karakteristik yang mungkin ada atau tidak ada dalam diri Anda. Sebagai contoh, apakah Anda setuju bahwa Anda adalah orang yang senang menghabiskan waktu bersama orang lain? Berikan tanda centang (√) pada nomor yang sesuai dengan pendapat Anda terhadap pernyataan tersebut. 1 = Sangat tidak setuju 4 = Setuju 2 = Kurang setuju 5 = Sangat setuju 3 = Ragu-ragu No.
Pernyataan Saya adalah orang yang:
1
Aktif berbicara
2
Cenderung menemukan kesalahan dengan lain
3
Sangat teliti
4
Mudah tertekan
5
Apa adanya, selalu muncul dengan ide baru
6
Pemalu
7
Penolong dan tidak malu-malu terhadap orang lain
8
Kadang ceroboh
9
Santai, dapat mengatasi stres dengan baik
10
Selalu ingin tahu terhadap berbagai hal
11
Penuh energi
12
Sering memulai pertengkaran dengan orang lain
13
Pekerja yang andal
14
Mudah merasa tegang
15
Cerdik, pemikir yang mendalam
16
Selalu antusias
17
Memiliki sifat pemaaf
18
Cenderung tidak terorganisasi saat bekerja
19
Sering merasa khawatir
20
Memiliki banyak impian/cita-cita
21
Cenderung pendiam
22
Umumnya dapat dipercaya
23
Cenderung malas
24
Emosi cenderung stabil, jarang merasa sedih
25
Menciptakan hal-hal baru
26
Memiliki kepribadian yang asertif
27
Cuek dan penyendiri
28
Fokus hingga tugas selesai
Pilihan Jawaban Nomor 1
2
3
4
5
Skor
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
386
No.
Pernyataan
29
Sering berubah suasana hati
30
Menghargai seni, menyukai keindahan
31
Kadang merasa malu
32
Perhatian dan baik kepada semua orang
33
Melakukan pekerjaan secara efisien
34
Tetap tenang meski berada di situasi yang penuh tekanan
35
Lebih memilih pekerjaan yang bersifat rutin
36
Lebih suka berpergian, berkenalan dengan orang baru
37
Kadang bersikap kasar kepada orang lain
38
Membuat rencana dan diikuti orang lain
39
Mudah merasa gugup
40
Suka menciptakan ide-ide baru
41
Sedikit tertarik dengan seni
Pilihan Jawaban Nomor 1
2
3
4
5
Skor
387
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
CONTOH 43 KUESIONER KOMITMEN Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan pada masing-masing pernyataan, sesuai dengan yang Anda rasakan, dengan kategori pilihan sebagai berikut. STS TS R S SS
= Sangat tidak setuju = Tidak setuju = Ragu-ragu = Setuju = Sangat setuju
Pernyataan Komitmen Afektif
Tanggapan STS
TS
R
S
SS
STS
TS
R
S
SS
1. Saya akan sangat senang untuk menghabiskan sisa karier saya di (INSTITUSI) 2. Saya senang membicarakan tentang (INSTITUSI) dengan orang lain 3. Saya merasa bahwa masalah (INSTITUSI) juga merupakan masalah saya 4. Saya dapat dengan mudah menyatu dengan tempat kerja yang lain seperti saya menyatu dengan (INSTITUSI) 5. Saya tidak merasa menjadi bagian dari keluarga besar (INSTITUSI) 6. Saya tidak merasa terikat secara emosional dengan (INSTITUSI) 7. (INSTITUSI) memiliki makna yang besar bagi diri saya 8. Saya mempunyai rasa memiliki yang kuat terhadap (INSTITUSI) Komitmen Kontinuan 1. Saya tidak takut dengan apa yang mungkin terjadi jika saya keluar dari pekerjaan saya dan putus hubungan dengan (INSTITUSI) – (UF) 2. Saya merasa berat untuk meninggalkan (INSTITUSI) sekarang, bahkan saya merasa ingin tetap. 3. Akan terjadi banyak masalah dalam hidup saya jika saya keluar dari (INSTITUSI) 4. Saya tidak akan merasa rugi jika meninggalkan (INSTITUSI) dalam waktu dekat (UF) 5. Saat ini, bekerja di (INSTITUSI) adalah suatu keharusan bagi saya 6. Saya tidak memiliki cukup alasan untuk meninggalkan (INSTITUSI) 7. Saya tidak keluar dari (INSTITUSI) karena sulit untuk mendapatkan alternatif pekerjaan di tempat lain 8. Salah satu alasan utama saya melanjutkan bekerja di (INSTITUSI) adalah karena jika keluar akan lebih merugikan saya; Rumah sakit lain mungkin tidak memberikan keuntungan yang sama seperti yang saya dapat di (INSTITUSI). 9. Jika saja saya belum memberikan banyak kontribusi pada (INSTITUSI), saya mungkin akan mempertimbangkan untuk berkerja ke tempat lain (UF)
388
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Pernyataan Komitmen Normatif 1. Saya merasa tidak ada keharusan untuk tetap bekerja pada institusi (UF) 2. Saya merasa tidak dibenarkan jika saya keluar dari (INSTITUSI), meskipun itu menguntungkan saya 3. Saya merasa bersalah jika saya keluar dari (INSTITUSI) 4. (INSTITUSI) pantas mendapatkan loyalitas saya 5. Saya tidak akan keluar dari (INSTITUSI) karena saya merasa berutang pada seseorang di (INSTITUSI) 6. Saya berhutang banyak pada (INSTITUSI)
Tanggapan STS
TS
R
S
SS
Bagian
PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN DAN SKRIPSI
5
• Pendahuluan • Pedoman Penulisan • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian (Proposal) • Pedoman Penulisan Skripsi dan Tesis • Penulisan Daftar Pustaka • Lampiran-lampiran
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
390
Pendahuluan Berdasarkan Undang-Undang No. 20/2003 Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 60/1999 – LN Tahun 1999 yang dijabarkan ke dalam Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia I (KIPNI I) No. 129/1999, Program Pendidikan Ners merupakan salah satu lembaga Pendidikan Universitas yang menyelenggarakan program pendidikan akademik dan profesional. Pada Program Akademik diarahkan untuk mendidik ilmuwan keperawatan yang mampu meningkatkan perannya dalam keilmuan. Sehingga mereka yang menempuh Program Pendidikan Ners dituntut untuk dapat meningkatkan keilmuan melalui jalur penelitian dan pengembangannya. Penelitian yang dilakukan untuk menyusun skripsi adalah kegiatan akademik ilmiah yang menggunakan penalaran empiris atau non-empiris dan memenuhi syarat metodologi disiplin ilmu keperawatan, dilaksanakan berdasarkan usulan penelitian yang telah disetujui oleh pembimbing dan panitia penilai usulan penelitian. Skripsi merupakan karya akademik hasil penelitian mendalam yang dilakukan oleh mahasiswa Program Pendidikan Ners secara mandiri dan berisi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, merupakan karya ilmiah yang 1) Disusun menurut format skripsi yang ditetapkan; 2) Menunjukkan kesahihan metodologi, ketajaman penalaran, dan kedalaman penguasaan teori; 3) Menunjukkan keruntutan pemikiran, kecermatan, perumusan masalah, batasan penelitian, dan kesimpulan. Sebagai karya ilmiah, isi dan cara penulisan skripsi dapat bervariasi, namun demikian tetap dipandang perlu adanya suatu pedoman umum. Pedoman ini berlaku bagi Program Pendidikan Ners Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. Dalam batas tertentu keterbatasan tetap diberikan kepada program studi, terutama karena alasan kekhususan bidang ilmu pada program studi yang bersangkutan, namun harus tetap taat pada asas penulisan karya ilmiah penelitian.
TUJUAN Buku pedoman penyusunan proposal dan skripsi ini digunakan sebagai pedoman: 1. Peserta Program Pendidikan Ners Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dalam penyusunan proposal dan skripsi. 2. Pembimbing untuk proses pembimbingan kepada peserta didik.
PEDOMAN PENULISAN 1. Bahasa yang digunakan 1) Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar 2) Bila diperlukan atau belum ada istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia, boleh menggunakan bahasa aslinya dengan memperhatikan tata cara penulisan bahasa asing.
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
391
2. Kertas dan sampul 1) Kertas sampul: Bufallo atau Linnen 2) Kertas sampul untuk Program Pendidikan Ners warna biru dan DIV-Perawat Pendidik berwarna hitam. 3) Format sampul lihat contoh Lampiran 1a dan 1b 3. Kertas untuk materi: Kertas HVS berat 70 gram atau 80 gram, ukuran kuarto (21,5 x 29,7) warna putih 4. Tabel dan gambar disajikan di kertas untuk materi, kecuali dalam keadaan tertentu dapat menggunakan kertas dan ukuran yang berbeda. 5. Pengetikan naskah 1. Naskah diketik dengan mesin ketik standar IBM atau menggunakan komputer dengan jenis huruf Times New Roman 2. Jarak 2 (dua) spasi, kecuali pada grafik dan tabel 1 (satu) spasi 3. Seluruh naskah mulai dari halaman sampul sampai dengan daftar pustaka menggunakan huruf yang berukuran sama (12pt), kecuali kata asing dicetak miring (Italic) 4. Awal paragraf dimulai pada ketukan ke-5 atau 6 dari tepi kiri ( atau TAB pada Komputer) 5. Setiap bab diberi nomor urut sampai pada lampiran, sesuai dengan tata cara yang dipilih 6. Jarak tepi 1. 3 cm atau 1 inci dari tepi atas 2. 3 cm atau 1 inci dari tepi bawah 3. 4 cm atau 1,5 inci dari tepi kiri 4. 3 cm atau 1 inci dari tepi kanan 7. Nomor halaman 1. Halaman untuk bagian awal diberi nomor dengan huruf Romawi kecil (i,ii,iii,iv,v,dst), ditulis di bagian bawah tengah, empat spasi di bawah teks. 2. Halaman sampul depan tidak dihitung tetapi halaman sampul dalam dihitung tetapi tidak diberi nomor. 3. Bab pendahuluan dan seterusnya diberi nomor dengan angka Arab (1,2,3,dst) pada pojok kanan atas. 4. Pada halaman dengan judul bab, nomor halaman ditulis di bawah tengah (empat spasi di bawah teks) 5. Pada halaman lain, nomor halaman ditulis di kanan atas (1,5 cm dari teks) 8. Tabel dan gambar 1) Tabel diberi nomor dengan angka Arab, sesuai dengan nomor bab tempat tabel dicantumkan, diikuti dengan nomor urut tabel dengan angka Arab. Contoh penulisan nomor tabel : Tabel 2.1 (Tabel ini berada di Bab 2 merupakan tabel pertama).
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
392
2) Tabel diberi judul di atas tabel, berjarak 1 spasi. 3) Gambar diberi nomor urut dengan angka Arab, sesuai dengan nomor urut gambar tersebut pada setiap bab. Nomor bab ditulis di depan nomor urut gambar dengan angka Arab. Contoh penulisan nomor gambar: Gambar 2.1 (Gambar ini berada di Bab 2 dan merupakan gambar pertama). 4) Gambar diberi judul di bawah gambar, berjarak 1 spasi. 5) Tabel dan gambar yang digunakan disajikan di lembar yang lebih luas, dapat dilipat, disesuaikan dengan luas halaman materi. 6) Tabel dan gambar yang dikutip dari buku lain harus dicantumkan sumbernya. 7) Judul tabel dan gambar mengandung unsur 3 W (What, Where, dan When) 9. Kutipan 1) Kutipan atau cuplikan ditulis sesuai naskah aslinya, sedangkan kutipan yang berbahasa asing harus disertai terjemahannya. 2) Kutipan ditulis dengan jarak tepi kiri dan tepi kanan yang berbeda dengan teks yang lain. 3) Ditulis dengan jarak 1 spasi, diawali dengan tanda petik (“) dan juga diakhiri dengan tanda petik (“). 10. Tingkatan judul dan penomoran Tingkatan judul dan penomoran perlu mendapat perhatian. Untuk penomoran yang berkaitan dengan tingkatan judul dapat dilihat pada Lampiran 12. 11. Cara penulisan daftar pustaka Penulisan daftar pustaka tidak memerlukan pencantum Bab, sebab daftar pustaka tidak termasuk bagian inti karya dan ditulis sesuai dengan cara penulisan daftar pustaka yang digunakan. Pedoman penulisan daftar pustaka menggunakan “HARVARD SYSTEM”
PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN (PROPOSAL) Kerangka penulisan usulan penelitian adalah sebagai berikut: BAGIAN AWAL Bagian awal usulan penelitian terdiri atas:
1. Halaman sampul depan 2. Halaman sampul dalam 3. Halaman persetujuan 4. Halaman penetapan panitia penguji 5. Halaman daftar isi 6. Halaman daftar tabel 7. Halaman daftar gambar 8. Halaman daftar lampiran 9. Daftar arti lambang, singkatan, dan istilah
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
393
BAGIAN INTI Bagian inti usulan penelitian memuat hal sebagai berikut: BAB 1
BAB 2 BAB 3 BAB 4
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis 1.4.2 Praktis TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN METODE PENELITIAN
BAGIAN AKHIR Bagian akhir terdiri atas: 1. Daftar Pustaka 2. Lampiran 1. Jadwal Kegiatan 2. Rincian Biaya 3. Penjelasan dan Informasi (Informed Consent) 4. Pernyataan Persetujuan 5. Instrumen
BAGIAN AWAL Secara berurutan bagian awal terdiri atas 9 komponen seperti tersebut di bawah ini: 1. Halaman Sampul Depan Halaman ini memuat berturut-turut: usulan penelitian (Proposal), judul, lambang Universitas Airlangga, nama peserta NERS, kalimat: “Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan tahun Proposal diseminarkan.” Halaman ini menggunakan kertas Buffalo atau Linen warna merah. Contoh: Lihat lampiran 1 2. Halaman Sampul Dalam Halaman ini berisi materi yang sama dengan halaman sampul depan, tetapi menggunakan kertas putih sesuai dengan ketentuan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 3. Halaman Persetujuan Halaman ini memuat nama lengkap dan tanda tangan para pembimbing.
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
394
4. Halaman Penetapan Panitia Penguji Halaman ini memuat tanggal, bulan, tahun pelaksanaan, tujuan, nama ketua, dan anggota penguji Proposal. 5. Halaman Daftar Isi Daftar ini memuat semua bagian dalam usulan penelitian termasuk urutan Bab, Sub Bab, dan Anak Sub Bab dengan nomor halamannya. 6. Halaman Daftar Tabel Daftar tabel memuat nomor urut tabel, judul tabel, dan nomor halaman. 7. Halaman Daftar Gambar Daftar gambar memuat nomor urut gambar, judul gambar, dan nomor halaman.
8. Halaman Daftar Lampiran Daftar lampiran memuat nomor urut lampiran, judul lampiran, dan nomor halamannya. 9. Daftar Arti Lambang, Singkatan, dan Istilah Daftar ini memuat arti lambang, singkatan, dan istilah yang digunakan dalam penulisan proposal.
BAGIAN INTI Penjelasan bagian inti sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi masalah penelitian merupakan langkah awal seorang peneliti yang harus dilaksanakan. Masalah kesehatan atau keperawatan terjadi apabila terdapat kesenjangan antara apa yang seharusnya ada (teori) dengan kenyataan yang dijumpai di lapangan dan memerlukan suatu pemecahan (Sastroasmoro & Ismael, 1995; Praktiknya, 1993; Abedo, 1974). Contoh: Sebagian besar klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan mengalami stres. Salah satu faktor yang berhubungan dengan stres pada klien yang menghadapi tindakan operasi antara lain adalah pengetahuan dan sikap, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tanda-tanda vital yang dapat memperburuk keadaan. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mengkaji pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres dan perubahan tanda vital tersebut. Latar belakang berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah penelitian, alasan mengapa masalah itu penting dan perlu diteliti. Masalah tersebut harus didukung oleh fakta empiris (pemikiran induktif) sehingga jelas memang ada masalah yang perlu diteliti. Juga harus ditunjukkan letak masalah yang akan diteliti dalam konteks teori (pemikiran deduktif) dengan permasalahan yang lebih luas, serta peranan penelitian tersebut dalam
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
395
pemecahan permasalahan yang lebih luas. Dalam latar belakang ini ditulis secara berurutan masalah penelitian, skala masalah, kronologi masalah, dan konsep solusi (MSKS): 1) Masalah penelitian berupa fenomena atau faktor yang ada dan teori atau referensi yang mendukung. 2) Skala masalah berupa besarnya masalah dan pengaruh yang timbul terhadap kesehatan; waktu terjadi pada saat ini (apakah semakin meningkat); tempat kejadian, karakteristik masyarakat yang terkena. 3) Kronologis masalah berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah serta kajian hasil-hasil penelitian sebelumnya. 4) Solusi berupa konsep pemecahan yang sudah dan dan akan digunakan. Contoh: • Kejadian gangguan konsep diri pada klien pascamastektomi ……. secara umum (Nasional) ……. di Surabaya (RSU Dr. Soetomo) • Dampak dari gangguan konsep diri dan angka/insiden kejadian, waktu, tempat • Kronologis (hasil penelitian sebelumnya) …….. • Konsep solusi adalah …… 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah rumusan secara konkret masalah yang ada, dalam bentuk pertanyaan penelitian yang dilandasi oleh pemikiran teoritis yang kebenarannya perlu dibuktikan. Rumusan masalah merupakan masalah-masalah yang memerlukan suatu penyelesaian segera. Rumusan masalah setidaknya harus mengandung unsur (Q: Question; S: Specific; dan S: Separated). Contoh: Rumusan masalah secara umum dimulai dengan kalimat tanya What (apakah) atau How (bagaimanakah). 1. Apakah ada pengaruh konseling pra bedah terhadap perubahan tanda-tanda vital pada klien yang dilakukan pembedahan (ortopedi)? Atau lebih dari dua masalah: 1. Apakah ada pengaruh A terhadap B (penurunan stres) 2. Apakah ada pengaruh A terhadap C (penurunan tanda-tanda vital) 3. Apakah ada pengaruh A terhadap D ( …………………………...) 1.3 Tujuan Penelitian Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian. Tujuan penelitian harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi: (1) Tujuan umum dan (2) Tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui penelitian. Rumus dalam pembuatan tujuan adalah:
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
396
Taxonomi Bloom (C2-C6)+Tujuan penelitian+(V+Variabel) • Gambaran (Deskripsi) • Perbedaan • Hubungan • Pengaruh
Contoh: Menjelaskan pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres dan tanda-tanda vital pada klien yang dilakukan tindakan pembedahan (ortopedi). 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih operasional dan spesifik, dapat dilihat pada kerangka konseptual. Bila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum penelitian juga terpenuhi. Kata-kata operasional dalam tujuan khusus adalah mengukur, mengidentifikasi, menganalisis, membandingkan, membuktikan dan menilai. Tujuan khusus dapat ditulis sesuai dengan rumusan masalah (lebih dari dua). 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Adalah manfaat penelitian terhadap perkembangan ilmu keperawatan. Contoh: Diketahuinya mekanisme peningkatan respons adaptasi (modulasi respons imun, psikologisis dan sosial) setelah PAKAR psikososial digunakan sebagai dasar dalam penelitian ilmu keperawatan dengan pendekatan Model Adaptasi dari Roy. 1.4.2 Praktis Adalah manfaat penelitian yang dapat diterapkan secara langsung. Contoh: Model PAKAR dapat digunakan sebagai teknik alternatif untuk respons adaptif yang efektif dalam mengatasi stres pada klien HIV.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik tentang teori dasar yang relevan, fakta dan hasil penelitian sebelumnya yang berasal dari pustaka mutakhir serta memuat teori, proposisi, konsep, atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Teori dan fakta yang digunakan seharusnya diambil dari sumber primer serta mencantumkan nama sumbernya. Tata cara penulisan kepustakaan harus sesuai dengan ketentuan pada pedoman yang digunakan.
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Kerangka konseptual disintesis, diabstraksi, dan diekstrapolasi dari berbagai teori dan pemikiran ilmiah, yang mencerminkan paradigma sekaligus tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis. Kerangka konseptual penelitian dapat
397
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
berbentuk bagan, model matematik, atau persamaan fungsional, yang dilengkapi dengan uraian kualitatif. Syarat kerangka konsep adalah 1) Harus didasarkan pada konsep atau teori yang ada, 2) Ada hubungan antara variabel, dan 3) Berupa gambar atau diagram.
Stres Pasien Praoperasi
Konseling
Proses Belajar AIETA
Kognisi Persepsi +
Koping Individu +
Emosi
Stres berkurang
H. P. A Axis
Hipotalamus (CRF ) Katekolamin Pituitari (ACTH )
Korteks Adrenal (Kortisol )
Penurunan TTV (TD, N, RR, Suhu)
Modulasi Respons imun
Diukur
Gambar 3.1:
Tidak Diukur
Kerangka Konseptual Pengaruh Konseling Pra Bedah terhadap Penurunan Stres dan Perubahan Tanda-tanda bal.
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
398
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan mekanisme pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap penurunan stres dan perubahan tanda-tanda vital. Pada klien yang mengalami persalinan lama dan tindakan pembedahan akan mengalami stres yang dipengaruhi faktor internal antara lain; umur, pendidikan, pekerjaan, dan agama; disamping juga faktor eksternal antara lain; sosial budaya, dukungan dan lingkungan. Adapun tingkat stres yaitu ringan, sedang dan berat. Untuk mengurangi stres pada klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan dan partus lama diperlukan koping yang positif. Koping yang positif menimbulkan perubahan tanda-tanda vital (normal), apabila koping negatif dapat menimbulkan HPA axis yang memengaruhi hipotalamus CRF, pituitari, saraf simpatis, medula adrenalis yang menyebabkan terbentuknya katekolamin meningkat sehingga menyebabkan perubahan tanda-tanda vital. 3.2 Hipotesis (bila ada) Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris. Hipotesis yang digunakan adalah H1. Contoh: H1: 1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan tanda-tanda vital dengan persalinan lama yang akan dilakukan tindakan pembedahan. 2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres.
BAB 4 METODE PENELITIAN Format bab metode penelitian untuk penelitian kualitatif menyesuaikan dengan kaidah metode kualitatif. Sedangkan untuk penelitian kuantitatif, bab metode penelitian secara rinci memuat hal berikut: 4.1 Rancangan penelitian yang digunakan. 4.2 Populasi, sampel, besar sampel dan teknik pengambilan sampel. 4.3 Variabel penelitian meliputi klasifikasi variabel dan definisi operasional variabel. 4.4 Bahan penelitian Berisi uraian mengenai macam dan spesifikasi bahan penelitian yang digunakan. Bahan adalah segala sesuatu yang dikenai perlakuan atau yang dipakai untuk perlakuan. 4.5 Instrumen penelitian Bagian ini berisi uraian tentang macam spesifikasi instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data. Perlu disertai uraian tentang reliabilitas dan validitasnya, serta pembenaran atau alasan menggunakan instrumen tersebut. 4.6 Lokasi dan waktu penelitian 4.7 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data Bagian ini memuat uraian tentang cara dan prosedur pengumpulan data secara rinci. Bila pengumpulan data dilakukan oleh orang lain, perlu dijelaskan berbagai
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
399
langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menjamin reliabilitas dan validitas data yang diperoleh. 4.8 Kerangka operasional 4.9 Cara analisis data Bagian ini berisi uraian tentang cara yang digunakan dalam analisis data disertai pembenaran atau alasan penggunaan cara analisis tersebut, termasuk penggunaan uji statistik.
BAGIAN AKHIR Bagian akhir usulan penelitian meliputi: 1. Daftar pustaka (lihat cara penulisan kepustakaan) 2. Lampiran Lampiran ini terdiri atas jadwal kegiatan, rincian biaya, dan bila ada penjelasan serta informasi serta pernyataan persetujuan. Catatan: Nomor halaman bagian akhir merupakan kelanjutan nomor halaman bagian inti.
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI DAN TESIS Secara berurutan kerangka penulisan skripsi terdiri atas 3 bagian seperti tersebut di bawah ini: 4.1 BAGIAN AWAL Bagian awal skripsi terdiri atas: 1. Halaman sampul depan 2. Halaman sampul dalam dan prasyarat gelar 3. Halaman pernyataan 4. Halaman persetujuan 5. Halaman penetapan panitia penguji 6. Halaman ucapan terima kasih 7. Halaman abstrak 8. Halaman daftar isi 9. Halaman daftar tabel 10. Halaman daftar gambar 11. Halaman daftar lampiran 12. Daftar arti lambang, singkatan dan istilah 4.2 BAGIAN INTI Bagian inti skripsi memuat hal sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
400
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus 1.4 Manfaat 1.4.1 Teoritis 1.4.2 Praktis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.2 Pembahasan BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 6.2 Saran 4.3 BAGIAN AKHIR Bagian akhir terdiri atas: 1. Daftar Pustaka 2. Lampiran 2.1 Surat Izin Penelitian 2.2 Informed consent 2.3 Alat ukur / instrumen 2.4 SAP (satuan acara pembelajaran) 2.5 Raw data 2.6 Hasil analisis
BAGIAN AWAL Secara berurutan bagian awal terdiri atas 12 komponen seperti di bawah ini: 1. Halaman Sampul Depan Halaman ini memuat berturut-turut: skripsi, judul, lambang Universitas Airlangga, nama peserta program studi S1 ilmu keperawatan, kalimat: “Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya dan tahun skripsi diujikan.” Halaman ini menggunakan kertas Buffalo atau Linen warna biru dongker. Contoh: Lihat lampiran 2a. 2. Halaman Sampul Dalam Halaman ini berisi materi yang sama dengan halaman sampul depan, tetapi menggunakan kertas putih sesuai dengan ketentuan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Airlangga. Contoh: Lihat lampiran 2b. 3. Halaman Pernyataan Halaman ini memuat pernyataan peneliti tentang keaslian Skripsi. Contoh: Lihat lampiran 3.
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
401
4. Halaman Persetujuan Halaman ini memuat nama lengkap dan tanda tangan para pembimbing atau promotor dan kompromotor. Contoh: Lihat lampiran 4. 5. Halaman Penetapan Panitia Penguji Halaman ini memuat tanggal, bulan tahun pelaksanaan, ujian, nama ketua dan anggota penguji skripsi. Contoh: Lihat lampiran 5 6. Halaman Ucapan Terima Kasih Halaman ini memuat pernyataan terima kasih mahasiswa kepada mereka yang telah membantu dalam melakukan penelitian dan dalam penyusunan naskah, bantuan beberapa pihak yang dianggap penting dan berperan penting dalam penyelesaian karya tulis. Contoh: Lihat lampiran 6 7. Halaman Abstrak Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dengan mengikuti kaidah IMRAD (Introduksi masalah & tujuan, Metodologi, Hasil (Result), dan Diskusi (Discussion) dengan disertai kata kunci (Keyword) di akhir halaman abstrak. Jumlah kata dalam abstrak paling banyak 250 kata. Contoh: Lihat lampiran 7 8. Halaman Daftar Isi Daftar ini memuat semua bagian dalam skripsi, termasuk urutan Bab, Sub Bab, dan Anak Sub Bab dengan nomor halamannya. Contoh: Lihat lampiran 8 9. Halaman Daftar Isi Daftar ini memuat semua bagian dalam usulan penelitian, skripsi, termasuk urutan bab, sub bab, dan anak sub bab dengan nomor halamannya. Contoh: Lihat lampiran 9 10. Halaman Daftar Gambar Daftar gambar memuat nomor urut gambar, judul gambar, dan nomor halaman. Contoh: Lihat lampiran 10 11. Halaman Daftar Lampiran Daftar lampiran memuat nomor urut lampiran, judul lampiran, dan nomor halamannya. Contoh: Lihat lampiran 11 12. Daftar Arti Lambang, Singkatan, dan Istilah Daftar ini memuat arti lambang, singkatan, dan istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi.
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
402
BAGIAN INTI Penjelasan bagian inti sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi masalah penelitian merupakan langkah awal seorang peneliti yang harus dilaksanakan. Masalah kesehatan atau keperawatan terjadi apabila terdapat kesenjangan antara apa yang seharusnya ada (teori) dengan kenyataan yang dijumpai di lapangan dan memerlukan suatu pemecahan (Sastroasmoro & Ismael, 1995; Praktiknya, 1993; Abedo, 1974). Contoh: Sebagian besar klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan mengalami stres. Salah satu faktor yang berhubungan dengan stres pada klien yang menghadapi tindakan operasi antara lain adalah pengetahuan dan sikap, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tanda-tanda vital yang dapat memperburuk keadaan. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mengkaji pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres dan perubahan tanda vital tersebut. Latar belakang berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah penelitian, alasan mengapa masalah itu penting dan perlu diteliti. Masalah tersebut harus didukung oleh fakta empiris (pemikiran induktif) sehingga jelas, memang ada masalah yang perlu diteliti. Juga harus ditunjukkan letak masalah yang akan diteliti dalam konteks teori (pemikiran deduktif) dengan permasalahan yang lebih luas, serta peranan penelitian tersebut dalam pemecahan permasalahan yang lebih luas. Dalam latar belakang ini ditulis secara berurutan masalah penelitian, skala masalah, kronologi masalah dan konsep solusi (MSKS): 1) Masalah penelitian berupa fenomena atau faktor yang ada dan teori atau referensi yang mendukung. 2) Skala masalah berupa besarnya masalah dan pengaruh yang timbul terhadap kesehatan; waktu terjadi pada saat ini (apakah semakin meningkat); tempat kejadian, karakteristik masyarakat yang terkena. 3) Kronologis masalah berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah. 4) Solusi berupa konsep pemecahan yang sudah dan yang akan digunakan. Contoh: • Kejadian gangguan konsep diri pada klien pascamastektomi ……. secara umum (Nasional) ……. di Surabaya (RSU Dr. Soetomo) • Dampak dari gangguan konsep diri dan angka / insiden kejadian, waktu, tempat • Kronologis (hasil penelitian sebelumnya) …….. • Konsep solusi adalah ……
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
403
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah rumusan secara konkret masalah yang ada, dalam bentuk pertanyaan penelitian yang dilandasi oleh pemikiran teoritis yang kebenarannya perlu dibuktikan. Rumusan masalah merupakan masalah-masalah yang memerlukan suatu penyelesaian segera. Rumusan masalah setidaknya harus mengandung unsur (Q: Question– pertanyaan; S: Specific; dan S: Separated). Contoh: Jika dibuat satu rumusan masalah: 1. Apakah ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan tanda-tanda vital pada klien dilakukan pembedahan (ortopedi)? Atau lebih dari dua masalah: 1. Apakah ada pengaruh A terhadap B (penurunan stres) 2. Apakah ada pengaruh A terhadap C (penurunan tanda-tanda vital) 3. Apakah ada pengaruh A terhadap D ( ………………………………. ) 1.3 Tujuan Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian. Tujuan penelitian harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi: (1) Tujuan umum dan (2) Tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui penelitian. Rumus dalam pembuatan tujuan adalah: Taxonomi Bloom (C2-C6) + Tujuan penelitian + (V + Variabel) • Perbedaan • Hubungan • Pengaruh
Contoh: Menjelaskan pengaruh konseling prabedah terhadap penurunan stres dan tanda-tanda vital pada klien yang dilakukan tindakan pembedahan (ortopedi). 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih operasional dan spesifik. Bila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum penelitian juga terpenuhi. Kata-kata operasional dalam tujuan khusus adalah mengukur, mengidentifikasi, menganalisis, membandingkan, membuktikan, dan menilai. Tujuan khusus dapat ditulis sesuai dengan rumusan masalah (lebih dari dua).
404
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Adalah manfaat penelitian terhadap perkembangan ilmu keperawatan. Contoh: Diketahuinya mekanisme peningkatan respons adaptasi (modulasi respons imun, psikologis, dan sosial) setelah PAKAR NERSososial digunakan sebagai dasar dalam penelitian ilmu keperawatan dengan pendekatan Model Adaptasi dari Roy. 1.4.2 Praktis Adalah manfaat penelitian yang dapat diterapkan secara langsung. Contoh: Model PAKAR dapat digunakan sebagai teknik alternatif untuk respons adaptif yang efektif dalam mengatasi stres pada klien HIV. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik tentang teori dasar yang relevan, fakta, hasil penelitian sebelumnya, yang berasal dari pustaka mutakhir yang memuat teori, proposisi, konsep, atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Teori dan fakta yang digunakan seharusnya diambil dari sumber primer serta mencantumkan nama sumbernya. Tata cara penulisan kepustakaan harus sesuai dengan ketentuan pada pedoman yang digunakan. BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Kerangka konseptual disintesis, diabstraksi dan diekstrapolasi dari berbagai teori dan pemikiran ilmiah, yang mencerminkan paradigma sekaligus tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis. Kerangka konseptual penelitian dapat berbentuk bagan, model matematik, atau persamaan fungsional, yang dilengkapi dengan uraian kualitatif. Syarat kerangka konsep adalah 1) Harus didasarkan pada konsep atau teori yang ada, 2) Adanya hubungan antara variabel, dan 3) Berupa gambar atau diagram.
405
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
Stres Pasien Praoperasi
Konseling
Proses Belajar AIETA
Kognisi Persepsi +
Koping Individu +
Emosi
Stres berkurang
H. P. A Axis
Hipotalamus (CRF ) Katekolamin Pituitari (ACTH )
Korteks Adrenal (Kortisol )
Penurunan TTV (TD, N, RR, Suhu)
Modulasi Respons imun
Diukur
Gambar 3.2
Tidak Diukur
Kerangka Konseptual Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Penurunan Stres dan Perubahan Tanda-tanda Vital.
406
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
Dari gambar 3.2 dapat dijelaskan mekanisme pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap penurunan stres dan perubahan tanda-tanda vital. Pada klien yang mengalami persalinan lama dan tindakan pembedahan akan mengalami stres yang dipengaruhi faktor internal antara lain; umur, pendidikan, pekerjaan dan agama; disamping juga faktor eksternal antara lain; sosial budaya, dukungan dan lingkungan. Adapun tingkat stres yaitu; ringan, sedang dan berat. Untuk mengurangi stres pada klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan dan partus lama diperlukan koping yang positif. Koping yang positif menimbulkan perubahan tanda-tanda vital (normal), apabila koping negatif dapat menimbulkan HPA axis yang memengaruhi hipotalamus CRF, pituitari, saraf simpatis, medula adrenalis yang menyebabkan terbentuknya katekolamin meningkat sehingga menyebabkan perubahan tanda-tanda vital. 3.2 Hipotesis (bila ada) Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi serta dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris. Hipotesis yang digunakan adalah H1. Contoh: H1: 1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan tanda-tanda vital dengan persalinan lama yang akan dilakukan tindakan pembedahan. 2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres. BAB 4 METODE PENELITIAN Format bab metode penelitian untuk penelitian kualitatif menyesuaikan dengan kaidah metode kualitatif. Sedangkan untuk penelitian kuantitatif, bab metode penelitian secara rinci memuat hal berikut: 4.1 Rancangan penelitian yang digunakan. 4.2 Populasi, sampel, besar sampel, dan teknik pengambilan sampel. 4.3 Variabel penelitian meliputi klasifikasi variabel dan definisi operasional variabel. 4.4 Bahan penelitian Berisi uraian mengenai macam dan spesifikasi bahan penelitian yang digunakan. Bahan adalah segala sesuatu yang dikenai perlakuan atau yang dipakai untuk perlakuan. 4.5 Instrumen penelitian Bagian ini berisi uraian tentang macam spesifikasi instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data. Perlu disertai uraian tentang reliabilitas dan validitasnya, serta pembenaran atau alasan menggunakan instrumen tersebut.
407
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
4.6 Lokasi dan waktu penelitian. 4.7 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data Bagian ini memuat uraian tentang cara dan prosedur pengumpulan data secara rinci. Bila pengumpulan data dilakukan oleh orang lain perlu dijelaskan berbagai langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menjamin reliabilitas dan validitas data yang diperoleh. 4.8 Kerangka Operasional 4.9 Cara analisis data Bagian ini berisi uraian tentang cara yang digunakan dalam analisis data disertai pembenaran atau alasan penggunaan cara tersebut, termasuk penggunaan statistik. Rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji kesahihaan hipotesis. Macam tipe rancangan penelitian yang sering digunakan dalam keperawatan, misalnya: Deskriptif-Analitik: Studi kasus, Korelasi, Cross-sectional, Komparasi; Experiment: Pre-post nonrandomised experiment, Quasy-experiment dan True-experiment. Hal–hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan rancangan penelitian: 1. Apakah akan ada intervensi keperawatan yang perlu dilakukan kepada responsden? 2. Perbandingan tipe apakah yang akan digunakan? 3. Prosedur apakah yang akan digunakan untuk mengontrol variabel? 4. Kapan dan berapa kali data akan dikumpulkan dari responsden? 5. Dalam situasi yang bagaimanakah riset akan dilaksanakan, di klinik, di rumah, atau di tempat lain? Contoh Kerangka Kerja Pengaruh Pendampingan Suami dalam Mempercepat Pembukaan KALA I pada Proses Persalinan: Pre-Post Nonrondomised Experiment
Oa
P
Oa1
P
Ob
-
Ob1
Contoh: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan antara faktor demografi dan gangguan konsep diri pada klien ……………….
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
408
Populasi S: sampling Sampel S:
Pengumpulan Data (Instumen)
Analisis (Uji ….)
Hasil
Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi adalah seluruh subjek atau data dengan karateristik tertentu yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Agar hasil dapat dianalisa dengan uji statistik untuk penelitian kuantitatif, jumlah minimal 30 sampel. PENENTUAN BESAR SAMPEL n
=
N.z2 p.q d (N-1) + z2 . p.q 2
=
48 (1,96)2 .05 . 0.5 (0,05) (48 – 1) + (1,96)2 .0,5. 0,5
=
42,7 = 43 Responsden
Keterangan: n = Perkiraan besar sampel N = Perkiraan besar populasi z = Nilai standar normal untuk a = 0,05 (1,96) p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% q = 1 – p (100% – p) d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
N
=
409
N 1 + N (d) 2
Atau Keterangan: n = Besar sampel N = Besar populasi d = Tingkat signifikansi (p) Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili suatu populasi. Contoh: Populasi: Penelitian ini adalah semua klien pascamastektomi yang dirawat di Ruang Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya Sampel: Klien Pasca Mastektomi yang memenuhi kriteria inklusi …….. (misal: telah mendapatkan informasi pembedahan, pasien yang telah berusia di atas 30 tahun; pendidikan terakhir SLTA; belum pernah dirawat di Rumah sakit dengan kasus yang sama……………….). Jumlah sampel: 50 klien Sampling: Stratified random sampling, simple random sampling, dll. Identifikasi Variabel Variabel adalah karakteristik yang dimiliki oleh subjek (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Semua variabel yang diteliti harus diidentifikasi, mana yang termasuk variabel bebas (independent variable), variabel terikat (dependent variable), dan variabel pengontrol, serta variabel perancu. Untuk itu rancang bangun penelitian atau diagram kerangka konsep sangat membantu dalam identifikasi variabel. Identifikasi variabel merupakan hal yang sangat penting yang menyangkut seluruh bagian penelitian, terutama dalam manajemen dan analisa data. Contoh: Variabel bebas : Demografi, informasi praoperasi ………………………… Variabel tergantung : Gangguan konsep diri …………………….. Definisi Operasional Menjelaskan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga mempermudah pembaca/penguji dalam mengartikan makna penelitian.
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
410
Contoh: Informasi praoperasi adalah semua informasi yang diberikan sebelum pembedahan, yang meliputi: tujuan operasi, risiko, manfaat, obat yang digunakan, dll ………) (Definisi operasional secara lengkap pada bagian definisi operasional)
Variabel
Definisi Oprasional
Parameter
Alat Ukur
Independen: konseling
Tingkat pengetahuan klien yang akan dilakukan tindakan operasi
o o o o o o o
SAP
Dependen Stres
Respons emosi klien yang akan dilakukan tindakan operasi
Manifestasi tubuh terhadap stres Kuesioner Ordinal menurut Kozier:
Pengertian penyakit Tujuan operasi Manfaat Persiapan Prosedur Paska operasi Risiko/komplikasi
Skala
1. Reaksi Fisiologis: o Pupil melebar o Keringat meningkat o Denyut nadi meningkat o Kulit dingin o Tekanan darah meningkat o Frekwensi dan kedalaman meningkat o Pengeluaran urine menurun o Mulut kering o Peristaltik menurun o Ketegangan otot o Gula darah meningkat
Skor
Penilaian - < 3 tidak stres 4 - 10 stres ringan 10 - 14 stres sedang 14 - 18 stres berat
2. Reaksi Psikologis: o Menyangkal o Menyalahkan o Tergantung o Kebencian o Isolasi o Supresi o Menangis o Tertawa o Teriak o Memukul dan menyepak o Menggenggam dan meremas o Mencerca Dependen: Peningkatan tanda-tanda vital
Penilaian peningkatan tanda-tanda vital terhadap persepsi dan kesiapan diri dalam menghadapi operasi
Peningkatan tanda-tanda vital: o Suhu o Nadi o Tekanan Sistolik o Tekanan Diastolik
Observasi Rasio
Penilaian peningkatan tanda-tanda vital: Stres ringan: T: 130/85 -139/95mmHg N: 80 x/ menit RR: 20 - 24 x / menit S: 36,5 - 37,5oC Stres sedang: T: 140/90 -159/99 mmHg N: 80 - 90 x/ menit RR: 24 - 25 x/ menit S: 36,5 - 37,5oC Stres berat: T: > 160/100 mmHg N: > 100 x/ menit RR: > 25 x/ menit S: > 37,5oC
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
411
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA Bahan Penelitian (jika ada, misalnya urine, feses, darah, dll) Instrumen Pada bagian ini disebutkan secara ringkas jenis instrumen pengumpulan data, misalnya: kuesioner, wawancara, observasi, atau pengukuran fisiologis (in vivo & in vitro). Contoh: Pengumpulan data pada penelitian ini melalui observasi dan kuesioner pada responsden yang diteliti. …… Instrumen yang digunakan adalah instrumen dari …… Lokasi Adalah lokasi penelitian dilaksanakan. Contoh: Lokasi penelitian adalah di Bagian Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya …………… Prosedur Adalah penjelasan prosedur yang dilakukan dalam penelitian. Contoh: Responsden yang diintervensi untuk melakukan latihan atau exercise (kegle exercise), sebelumnya di observasi mengenai ketegangan kandung kemih, diwawancarai tentang frekuensi berkemih dalam 24 jam serta sensasi rangsangan untuk berkemih. Setelah siap kemudian diberi intervensi latihan terutama latihan kandung kemih dan sfingter uretra (kegle exercise) yang diberikan langsung oleh peneliti. Setelah latihan selama 4 minggu, responsden kemudian diobservasi dan diwawancarai mengenai frekuensi berkemih, jumlah urine dalam 24 jam dan, sensasi rangsangan untuk berkemih. Cara Analisis Data Pada penelitian kuantitatif perlu disebutkan analisa statistik yang akan digunakan (jika menggunakan) dan sebutkan macam datanya (misal; Kategorikal: nominal dan ordinal; Numerik: interval & Rasio). Apabila ada beberapa variabel yang akan dianalisis, dirinci cara analisis yang akan dicapai untuk setiap variabel. Data yang terkumpul dalam penelitian keperawatan biasanya dianalisis secara deskriptif dengan menyajikan data secara tabulasi silang dan atau penghitungan sederhana (misal uji Chi-Kuadrat untuk mengetahui prosentase distribusi antar variabel) serta untuk mengetahui hubungan atau perbedaan variabel independen dan dependen. Pedoman pemilihan uji statistik didasarkan pada (TSSV):
1. Tujuan penelitian 2. Skala data (ordinal, nominal, interval dan ratio) 3. Sampel (bebas/berpasangan) 4. Variabel (Independen dan Dependen)
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
412
Contoh: Data yang telah disunting kemudian diolah yang meliputi: identifikasi masalah penelitian, pengujian masalah penelitian, dengan uji “Wilcoxon Signed Rank Test“ untuk mengetahui perbedaan variabel dependen sebelum dan setelah perlakuan dengan tingkat kemaknaan á < 0,05. Selanjutnya dibandingkan, frekuensi berkemih, jumlah urine selama 24 jam, dan sensasi atau rangsangan untuk berkemih sebelum dan sesudah dilakukan latihan atau exercise. Tujuan dari analisis uji diatas adalah untuk mengetahui signifikasi pengaruh latihan kegel terhadap pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, analisis ini menggunakan versi terbaru SPSS 13 PS. Masalah Etik (Ethical Clearance) Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etika. Oleh karena itu, setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia harus tidak bertentangan dengan etika. Oleh karena itu setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia harus mendapatkan persetujuan dari Komisi Etika Medis/ Keperawatan setempat. Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika meliputi; bebas dari exploitasi, bebas dari penderitaan, kerahasiaan, bebas menolak menjadi responsden, perlu surat persetujuan (informed consent) dan mempunyai hak untuk mendapatkan pengobatan yang sama jika klien telah menolak menjadi responsden. Yang perlu dituliskan pada penelitian meliputi: 1. Surat persetujuan (Informed consent) 2. Tanpa nama (Anonimity) 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Keterbatasan Keterbatasan mengenai penulisan karya tulis atau riset perlu disebutkan pada bagian ini atau bagian pembahasan. Misalnya, keterbatasan dalam pengambilan sampel, jumlah sampel yang diteliti, instrumen pengumpulan data, keterbatasan waktu atau peneliti dan lainnya yang dipandang perlu. BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Penulisan hasil penelitian merupakan hal yang penting dilakukan oleh peneliti, diajukan sebagai karya tulis ilmiah atau penelitian ilmiah. Pada bab ini disajikan secara ringkas format laporan penelitian berdasarkan rancangan penelitian yang sudah dibuat dan dijelaskan tiap–tiap tabel atau gambaran hasil penelitian serta mengacu pada tujuan khusus dan mencantumkan angka yang paling menonjol sesuai hasil penelitian (dapat menggunakan kata-kata mayoritas, sebagian besar). Oleh karena penulisan karya tulis dilaporkan kepada masyarakat ilmiah dan dipertanggungjawabkan kepada tim penguji, format penulisan dan berbagai segi lainnya disesuaikan dengan aturan yang berlaku di akademik atau sekolah setempat. Perlu diingat bahwa pada bagian ini peneliti tidak diperbolehkan memberi suatu tanggapan, ulasan, dan komentar terhadap permasalahan yang timbul, karena akan diuraikan secara detail pada bagian berikutnya (pembahasan).
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
413
Bagian ini memuat data penelitian yang relevan dengan tujuan dan hipotesisnya. Penyajian data hasil penelitian dapat berupa tabel, grafik, gambar, bagan, foto atau bentuk penyajian data yang lain. Tata cara penyajian tabel, grafik, gambar, bagan, foto harus sesuai dengan ketentuan. Isi dari hasil penelitian meliputi:
1. Pengantar 2. Gambaran umum lokasi penelitian 3. Penyajian karakteristik data umum 4. Penyajian hasil yang diukur.
Catatan: 1. Format untuk Bab 5 (Hasil Penelitian dan Pembahasan) dapat ditulis dengan menggunakan model buku teks ilmiah. 2. Bagian ini memuat data penelitian. Jika digunakan analisis statistik hanya dimuat tampilan akhir yang menunjukkan hasilnya, sedangkan perhitungan statistik dimuat sebagai lampiran. 5.2 Pembahasan Pada bagian ini peneliti perlu mengemukakan dan menganalisis makna penemuan penelitian yang telah dinyatakan dalam hasil dan menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian atau hipotesis. Hal ini biasanya dilakukan dengan membandingkan penemuan tersebut dengan penemuan sebelumnya, apakah ia memperkuat, berlawanan, atau yang sama sekali baru. Tiap pernyataan harus jelas dan didukung oleh kepustakaan yang memadai. Bagian ini merupakan bagian terpenting pada skripsi. Bagian ini menunjukkan tingkat penguasaan peneliti terhadap perkembangan ilmu, paradigma, konsep dan teori, yang dipadukan dengan hasil penelitian. Pembahasan mencakup bagaimana dan mengapa sekurang-kurangnya mencakup hal berikut: 1. Penalaran hasil penelitian baik secara teoritis, empiris maupun non empiris, sehingga dapat menjawab dengan menjelaskan rumusan masalah yang diajukan. 2. Perpaduan temuan penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya dan konsekuensi serta pengembangannya di masa yang akan datang. 3. Perumusan teori yang dihasilkan dari penelitian (khususnya untuk disertasi). 4. Pemahaman terhadap keterbatasan penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberikan saran bagi penelitian selanjutnya. 5. Semua dibahas per bagian tidak perlu per variabel. Secara operasional, isi pembahasan meliputi: 1. Fakta berdasarkan hasil penelitian: perlu dijabarkan mengapa dan bagaimana (tidak mengulang–ulang angka yang sudah dianalisa pada bagian hasil) 2. Teori: hasil penelitian dikaitkan dengan teori yang relevan (apakah memperkuat atau bertentangan) 3. Opini: merupakan pendapat/pandangan peneliti terhadap komparasi fakta dan teori yang ada termasuk keterbatasan penelitian yang dilakukan.
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
414
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Simpulan merupakan sintesis dari pembahasan, yang sekurang-kurangnya terdiri atas: 1. Jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian. 2. Hal baru yang ditemukan dan prospek temuan. 3. Pemaknaan teoritik dari hal baru yang ditemukan. 6.2 Saran Saran merupakan implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan praktis. Sekurang-kurangnya memberi saran bagi penelitian selanjutnya, sebagai hasil pemikiran penelitian atas keterbatasan penelitian yang dilakukan. Saran diharapkan spesifik mengacu pada hasil penelitian dan operasional dalam pelaksanaannya (kapan, siapa, dan dimana).
BAGIAN AKHIR Bagian akhir Skripsi meliputi: 1. Daftar pustaka (lihat cara penulisan kepustakaan) 2. Lampiran merupakan bagian yang memuat keterangan atau data tambahan. Di dalamnya dapat dihimpun cara penelitian, contoh penghitungan statistik dan sesuatu yang dianggap dapat melengkapi penulisan skripsi. 1) Surat Izin Penelitian 2) Informed consent 3) Alat ukur/instrumen 4) SAP (satuan acara pembelajaran) 5) Data dasar 6) Hasil Analisis Catatan: Nomor halaman bagian akhir merupakan kelanjutan nomor halaman bagian inti.
PENULISAN DAFTAR PUSTAKA Dalam merumuskan permasalahan penelitian (dalam Pendahuluan dan Tinjauan Pustaka) dan mendiskusikan hasil penelitian (di dalam Pembahasan), harus disertakan dasar yang mengacu pada kepustakaan. Uraian dalam makalah ilmiah bukan merupakan pendapat pribadi, melainkan hasil penelitian orang lain, maka pernyataan–pernyataan dalam makalah tersebut harus mencantumkan rujukan yang akurat. Rujukan ini kemudian harus dituliskan dalam Daftar Pustaka, yakni pada bagian akhir suatu makalah ilmiah (Sastroasmoro & Ismael, 1995).
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
415
Sumber Rujukan Sumber informasi atau rujukan dapat berupa makalah ilmiah dalam majalah ilmiah, buku laporan atau dokumen resmi dari suatu institusi pemerintah, misalnya DEPKES R.I atau BKKBN atau dari badan–badan internasional (WHO atau UNICEF). Urutan sumber rujukan dalam penelitian meliputi: 1) Jurnal; 2) Buku (paling lama terbitan 10 tahun yang lalu); 3) Internet; 4) Hasil penelitian (skripsi/tesis/disertasi); 5) Makalah yang sudah diseminarkan (regional/nasional – tidak dipublikasikan). Model penulisan Daftar Pustaka di NERS mengacu pada sistem nama dan tahun (HARVARD). Jumlah daftar pustaka minimal 25 (15 dari buku dan 10 dari jurnal atau internet). Daftar pustaka disusun secara alfabetik berdasarkan nama penulis, dengan meletakkan nama keluarga atau pengganti nama keluarga di depan. Penulisannya di dalam makalah dengan mencantumkan tahun dalam tanda kurung di belakang nama (keluarga) penulis. Apabila nama penulis lebih dari satu orang, maka di belakang tahun dibubuhkan tanda koma dan yang terakhir dengan tanda (& / dan ) sebelum nama penulis berikutnya. Contoh: 1. Jurnal: Nursalam, Armini N.K, Suarliah, I; Triharini M (2007). “Pengaruh senam kebugaran terhadap peningkatan kebugaran pada wanita menopause”. Jurnal Ners. vol. 1, No. 2 (Hlm.71–78) 2. Buku: Nursalam, (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. hlm.1–38. 3. Skripsi/Tesis/Disertasi: Nursalam. (1998). Development Nursing Research in Indonesia. Unpublished Thesis for Honours Master of Nursing, University of Wollongong, NSW, Australia 4. Internet: Ievut. (2002). Trends Nursing Practice. www//http: nurs.com.net.id. Tanggal 23 Mei 2007. Jam 16.00 WIB 5. Makalah: Nursalam, (2002). Peluang Riset Keperawatan di Masa Depan. Makalah Seminar Nasional pada TELMIKI di UNIBRAW MALANG tidak dipublikasikan. 13 Februari 2002.
416
Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
LAMPIRAN
• Lampiran 1 • Lampiran 2 • Lampiran 3 • Lampiran 4 • Lampiran 5 • Lampiran 6 • Lampiran 7 • Lampiran 8 • Lampiran 9 • Lampiran 10 • Lampiran 11 • Lampiran 12 • Lampiran 13
Lampiran
L-2
Lampiran 1 Halaman sampul depan Proposal PROPOSAL PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN RESPONS STRES DAN TANDA-TANDA VITAL PADA PASIEN YANG DILAKUKAN PEMBEDAHAN (ORTHOPEDI) DI RSU Dr. SOETOMO SURABAYA PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL
Oleh: Nama : NIM.
NAMA PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI 2007
L-3
Lampiran
Lampiran 2 a Halaman sampul depan Skripsi SKRIPSI PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN Respons STRES DAN TANDA-TANDA VITAL PADA PASIEN YANG DILAKUKAN PEMBEDAHAN (ORTHOPEDI) DI RSU Dr. SOETOMO SURABAYA PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL
Oleh: Nama : NIM.
NAMA PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI 2007
Lampiran
L-4
Lampiran 2 b Halaman sampul dalam Skripsi SKRIPSI PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN Respons STRES DAN TANDA-TANDA VITAL PADA PASIEN YANG DILAKUKAN PEMBEDAHAN (ORTHOPEDI) DI RSU Dr. SOETOMO SURABAYA PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dalam Program Studi S1 Ilmu Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan (nama Institusi)
Oleh: Nama : NIM.
NAMA NAMA PROGRAM STUDI DAN ISNTITUSI 2007
L-5
Lampiran
Lampiran
3
Surat Pernyataan
SURAT PERNYATAAN Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun
Surabaya,………………. Yang Menyatakan
Nama NIM
Lampiran
L-6
Lampiran 4 Lembar Pengesahan
PERSETUJUAN SKRIPSI Lembar Pengesahan
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL
Oleh Pembimbing Ketua
Nama & Gelar NIP:
Pembimbing
Nama Lengkap & Gelar NIP.:
Mengetahui Ketua Program Studi .......................
Nama Lengkap & Gelar NIP.:
L-7
Lampiran
Lampiran 5 Halaman Penetapan Panitia Penguji Skripsi
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI Telah diuji Pada tanggal, PANITIA PENGUJI Ketua Anggota
: : 1. 2.
Mengetahui Ketua Program Studi ....................
Nama Lengkap & Gelar NIP.:
…………………… …………………… ……………………
Lampiran
L-8
Lampiran 6 UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENURUNAN Respons STRES DAN TANDA-TANDA VITAL PADA PASIEN YANG DILAKUKAN PEMBEDAHAN (ORTHOPEDI) DI RSU Dr. SOETOMO SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada: 1. ....... Nama Pejabat), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan. 2. Nama pejabat, selaku ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan. 3. Dan seterusnya. Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.
Surabaya, ……………………….. Penulis,
L-9
Lampiran
Lampiran 7 ABSTRACT THE ROLE OF NURSE IN MANAGING VENTILATOR-AIDED RESPIRATORY FAILURE Cross Sectional Study in Integrated Central Operating Theater (GBPT), Dr. Soetomo Hospital By.: Name Ventilator or mechanical ventilation is a device that may partially or totally take over the function of pulmonary gas exchange for survival. Clients who use ventilator have higher risks of barotraumas, oxygen distribution disorder, oxygen intoxication, infections, circulation disorder, etc. In dealing with ventilator users, a nurse should have attentive attitude, responsibility, as well as adequate knowledge and skill. This study was aimed to investigate factors correlating with nurses’ role in Integrated Central Operating Theater Dr. Soetomo Hospital, Surabaya. Design used in this study was cross sectional design. The population was all nurses working in ICU, Integrated Central Operating Theater, Dr. Soetomo Hospital, Surabaya, whom deal directly with the clients. Total sampel was 30 responsdents, taken according to inclusion criteria. The independent variabels were knowledge attitude, and skill in providing nursing intervention for ventilator-aided respiratory failure clients. The dependent variabel was nurse’s role in nursing intervention for those clients. Data were collected using structured questionnaire and responsdent observation. Data were then analyzed using logistic regression test with level of significance of ≤ 0,05. Results showed that nurse’s knowledge in providing nursing intervention to those clients had no correlation with nurse’s role (p = 0,106), nurse’s attitude in providing nursing intervention did have correlation with their role (p = 0,052), and their skill in providing nursing intervention to the clients had no correlation with the nurses’s role (p = 0,898). It can be concluded that nurse’s role in providing nursing intervention to ventilator-aided respiratory failure clients has correlation with their attitude, but has no correlation with their knowledge and skill. Further studies should involve larger responsdents and better measurement tools to obtain more accurate results.
Keywords: nurse’s role, ventilator, respiratory failure, ICU
Lampiran
L-10
Lampiran 8 Halaman daftar isi DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul dan Prasyarat Gelar Lembar Pernyataan Lembar Persetujuan Lembar Penetapan Panitia Penguji Ucapan Terima Kasih Abstract Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Bagan Daftar Lampiran Daftar Lambang, Singkatan dan Istilah
i ii iii iv v vii viii ix x xi xii xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah 1.2.2 Pertanyaan Masalah 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus 1.4 Manfaat 1.4.1 Teoritis 1.4.2 Praktis
1 1 3 3 3 4 4 4 4 5 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.2.6
6 6 6 6 7 10 17 18 18 20 22 22 24 25
L-11
Lampiran
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual 3.2 Hipotesis
31 31 33
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian 4.2 Kerangka Kerja 4.3 Populasi, Sampel dan Sampling 4.3.1 Populasi 4.3.2 Sampel 4.3.3 Sampling 4.4 Identifikasi Variabel 4.4.1 Variabel Independen 4.4.2 Variabel Dependen 4.5 Definisi Operasional 4.6 Pengumpulan dan pengolahan data 4.6.1 Instrumen 4.6.2 Lokasi 4.6.3 Prosedur 4.6.4 Cara analisis data 4.7 Masalah Etika 4.7.1 Lembar persetujuan menjadi responsden 4.7.2 Anonimity (tanpa nama) 4.7.3 Confidentiality (kerahasiaan) 4.8 Keterbatasan
34 34 35 35 35 36 36 37 37 39 42 44 44 45 45 45 46 46 46 47 47
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 5.1 Hasil penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.2 Karakteristik Demografi Responsden 5.1.3 Variabel yang diukur 5.2 Pembahasan 5.2.1 5.2.2 5.2.3 5.2.4 5.2.5 5.3 …………………………
48 48 48 48 52 57 57 59 60 61 63 66
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 6.2 Saran
70 70 70
Daftar Pustaka Lampiran 1
71 74
Lampiran
L-12
Lampiran 9 Halaman daftar tabel DAFTAR TABEL Tabel 5.1* ..................................................................................................................... 52 Tabel 5.2 ....................................................................................................................... 53 Tabel 5.3 ....................................................................................................................... 54 Tabel 5.4 ....................................................................................................................... 55
Catatan*: Angka 5 menunjukkan bahwa tabel berada pada Bab 5 Angka 1 menunjukkan bahwa tabel tersebut merupakan tabel ke-1
L-13
Lampiran
Lampiran 10 Halaman daftar gambar
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................... 31 2 Gambar 4.1....................................................................................................................... 34 3 Gambar 4.2........................................................................................................................ 35 4 Gambar 5.1*...................................................................................................................... 48 5 Gambar 5.2........................................................................................................................ 48 6 Gambar 5.3........................................................................................................................ 49 7 Gambar 5.4........................................................................................................................ 49 8 Gambar 5.5 ....................................................................................................................... 49
Catatan*: Angka 5 menunjukkan bahwa gambar berada pada Bab 5 Angka 1 menunjukkan bahwa gambar tersebut merupakan gambar ke-1
Lampiran
L-14
Lampiran 11 Halaman daftar lampiran DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Pelaksanaan Konseling Lampiran 2 Format Persetujuan Menjadi Responsden Lampiran Kuesioner Lampiran Hasil Uji Statistik Lampiran
74 81 3 82 4 89 5 92
Catatan: Nomor halaman daftar pustaka dan lampiran merupakan kelanjutan dari nomor halaman bagian inti
L-15
Lampiran
Lampiran 12 KERANGKA ISI SKRIPSI
PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ..................... ============================================================ HALAMAN JUDUL SURAT PERNYATAAN HALAMAN PENGESAHAN MOTO KATA PENGANTAR ABSTRAK (BAHASA INGGRIS: IMRAD – Introduksi, Metodologi, Result And Discussion) DAFTAR ISI, TABEL, GAMBAR, LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Masalah, Skala masalah, Kronologis masalah, Solusi) 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus (operasional – disesuaikan dengan tujuan penelitian) 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis 1.4.2 Praktis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Didahului dengan prolog/pengantar 2.1 Isi: disesuaikan dengan judul/variabel yang akan diteliti BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian (studi kasus, cross sectional, praquasi experimental) 4.2 Populasi, Sampel, dan Besar sampel, Teknik pengambilan sampel, serta Kerangka Kerja (framework)
Lampiran
L-16
4.3 Variabel penelitian 1) Klasifikasi (independen, dependen, kontrol) 2) Definisi operasional (berupa tabel: macam variabel, definisi, parameter, alat ukur, skala pengukuran, skor) 4.4 Pengumpulan data 4.4.1 Bahan penelitian 4.4.2 Instrumen 4.4.3 Lokasi dan waktu penelitian 4.4.4 Prosedur pengumpulan data 4.4.5 Cara analisis data 4.5 Masalah Etik 1) Lembar persetujuan menjadi responsden 2) Anonimity (tanpa nama) 3) Confidentiality (kerahasiaan) 4.6 Keterbatasan 1) Instrument 2) Sampling: populasi, sampel, besar sampel, dan sampling 3) Faktor F: feasibility (waktu, kemampuan peneliti, ketersediaan subjek, hambatan etik dll) BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil (isi menjawab tujuan/masalah ) 5.2 Pembahasan BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan (isi menjawab hipotesa atau pertanyaan masalah) 6.2 Saran (isi pengembangan dan rekomendasi dari hasil)
DAFTAR PUSTAKA ….. (HARVARD SYSTEM) LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Izin PENELITIAN (Institusi tempat pengambilan data & Komisi Etik) 2. INFORMED CONSENT / ETHICAL CLEARANCE 3. INSTRUMEN 4. PENGOLAHAN DATA (RAW) DAN PRINT-OUT UJI STATISTIK
L-17
Lampiran
Lampiran 13 Pedoman Penilaian Ujian SKRIPSI Nama Peserta Nomor Induk Mahasiswa Nama Penguji
: ………………………………………………………… : ………………………………………………………… : …………………………………………………………
I. Penulisan Skripsi : Bobot Nilai Nilai (0 – 100) A. Penguasaan Penulisan B. Segi IlmiahTulisan
1 2
.……. .…….
II. Penyajian Skripsi: A. Kemampuan Penyajian 1 .……. B. Kemampuan Berdiskusi 1 .……. Jumlah = .……. Nilai rata-rata
=
Jumlah 5
= ....................
Surabaya,
…………………………………………... Penguji,
____________________________________ NIP.
Lampiran
L-18
ACUAN PENILAIAN SKRIPSI I.
Penulisan Skripsi: A. Penguasaan Penulisan: 1. Sistematika penulisan 2. Ketepatan penggunaan bahasa dan istilah 3. Kerapian penulisan B. Segi Ilmiah Tulisan: 1. Kesesuaian judul dan isi 2. Penulisan latar belakang masalah (pada Pendahuluan) 3. Kemampuan merumuskan masalah (Problematika atau Research Question) 4. Tujuan dan manfaat penelitian 5. Ketepatan menuliskan tinjauan pustaka 6. Penyusunan kerangka konseptual (berdasarkan teori) 7. Perumusan hipotesis 8. Penggunaan metode penelitian dan statistik yang tepat (bila ada) 9. Kemampuan menganalisis data 10. Pembahasan hasil penelitian 11. Kemampuan menarik simpulan dan saran 12. Penggunaan kepustakaan
II. Penyajian Skripsi: A. Kemampuan Penyajian B. Kemampuan Berdiskusi PARAMETER PENILAIAN SKRIPSI ASPEK YANG DINILAI
PARAMETER
NO I
PENULISAN A. PENGUASAAN PENULISAN 1. Sistematika penulisan
2. Ketepatan penggunaan bahasa & istilah
B. SEGI ILMIAH TULISAN
Sesuai tata urutan yang berlaku: 1. Bagian Pendahuluan: Halaman Judul, Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Abstrak (IMRAD) 2. Bagian Isi: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan Saran 3. Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran 1. Pungtuasi (Penggunaan tanda baca yang tepat) 2. Diksi (Pemilihan kata yang tepat)
L-19
Lampiran
ASPEK YANG DINILAI
PARAMETER
NO 1. Kesesuaian judul
1. Isi tulisan sesuai judul: lingkup riset keperawatan 2. Memungkinkan untuk diteliti: penyelesaian masalah-masalah keperawatan 3. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan praktik dan ilmu keperawatan
2. Ketepatan penulisan masalah pada Latar Belakang
1. 2. 3. 4.
Pernyataan masalah jelas Skala/justifikasi masalah Kronologis masalah (sebab dan akibat) Konsep solusi (dituliskan secara urut)
3. Rumusan Masalah
1. 2. 3. 4.
Jelas dan ringkas Didukung oleh fakta Penting untuk diteliti Pertanyaan masalah (berupa pertanyaan, spesifik dan terpisah)
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. 2. 3. 4.
Menggunakan kata kerja yang operasional Dapat dicapai Spesifik Tertulis manfaat bagi: Praktik (klinik/ komunitas) dan Pengembangan ilmu
5. Ketepatan menuliskan Tinjauan Pustaka
1. Semua variabel dan faktor yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dituliskan 2. Setiap pernyataan didukung oleh Pustaka yang sesuai (Pengarang, tahun dan no. hal) 3. Kejelasan dalam membuat “paraphrase” setiap pernyataan
6. Penyusunan Kerangka Konseptual
1. Berdasarkan teori/model yang berlaku secara umum 2. Menggambarkan semua yang tertulis pada Tinjauan Teori
7. Perumusan Hipotesis
1. 2. 3. 4. 5.
8. Penggunaan Metode Penelitian & Statistik
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kalimat pernyataan (antara variabel) Hipotesis Kerja/nol Dapat diuji Berdasarkan teori Memprediksi
Pemilihan rancangan yang tepat Sesuai dengan tujuan penelitian Variabel yang diukur dinyatakan dengan jelas Penentuan subjek penelitian tepat Penjelasan pengumpulan data Penentuan instrumen penelitian tepat (valid dan reliable) menjawab pertanyaan masalah 7. Penggunaan pengolahan data yang tepat (kualitatif/kuantitatif: statistik) 8. Dituliskan keterbatasan (sampling desain, instrumen, dan feasibility) 9. Penulisan Ethical Clearance
Lampiran
L-20
ASPEK YANG DINILAI
PARAMETER
NO
II
9. Kemampuan menulis hasil
1. Kalimat pengantar 2. Penulisan karakteristik tempat dan responsden/ sampel (data demografi) 3. Data dianalisa berdasarkan hasil; mencari data/ angka yang menyimpang; hubungan pokok yang diuji. 4. Hanya menjelaskan apa (tidak ada penjelasan kenapa dan bagaimana)
10. Pembahasan
1. Menganalisis makna hasil penelitian dihubungkan dengan tujuan penelitian (menjelaskan kenapa dan bagaimana) 2. Penulisan mengandung unsur; fakta (dianalisa); teori/pustaka; opini (pendapat peneliti) 3. Isi tulisan; disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian 4. Dituliskan keterbatasan penelitian 5. Penulisan secara wajar, tidak berlebihan
11. Kemampuan dalam menarik simpulan dan membuat saran
1. Simpulan ditulis untuk menjawab masalah/ tujuan penelitian 2. Didasarkan pada hasil dan pembahasan 3. Ringkas dan jelas dalam memberi makna hasil, dengan meminimalkan penulisan angka-angka hasil uji statistik
12. Penggunaan kepustakaan
1. Konsisten dengan model penulisan pustaka yang digunakan (misal: HARVARD). 2. Pustaka diambil dari tahun terbit maksimal 10 tahun terakhir. 3. Pustaka yang dianjurkan adalah jurnal-jurnal hasil penelitian terbaru (internet); buku.
PENYAJIAN SKRIPSI A. Kemampuan penyajian
B. Kemampuan berdiskusi
1. Kemampuan mengemukakan konsep dan teori 2. Kemampuan berbicara dengan jelas 3. Kemampuan menyajikan materi secara sistematis 4. Kemampuan dalam menekankan beberapa hal yang penting 5. Kemampuan teknik penyajian secara keseluruhan 1. Kemampuan berkomunikasi atau dialog 2. Kemampuan menjawab dengan tepat 3. Kemampuan menerima fakta baru secara terbuka 4. Kemampuan menerima pendapat lain secara kritis 5. Kemampuan mengendalikan emosi 6. Kejujuran mengemukakan pendapat
L-21
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA Aziz, H. (1994). Manajemen Upaya Kesehatan Lansia di Puskesmas. Makalah AKPER Dr. Otten. Bandung tidak dipublikasikan. Burns, N. & Grove, S. K. (1991). The Practice of Nursing Research: Conduct, Critques and Utilisation. 2nd ed. Philadelpia: W.B Saunders CO. Bouchard, C. (1990). The Filed of The Phisical Activity Science. Champain: Human Konetics Books. Carpernito, L. J. (2000). Nursing Diagnosis; Application to Clinical Practice. Philadelphia: Lippincott. Chandra, B. (1995). Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Darmojo dan Martono. (1999). Geriatri. Jakarta: Percetakan Yudistira. Djojosugito. A.H.M. (2000). Wujud Nyata Pelayanan Individu dari Profesi Perawat. Makalah disampaikan dalam Munas PPNI VI di Bandung tidak dipublikasikan. Depkes RI. (1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Pusdiknakes. Ekosusilo dan Bambang Triyanto. (1999). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Effhar. Guyton, A. C. (1991). Textbook of Medical Physiologi. 8 th Edition. London:WB. Sounders. Kozier. (1995). Fundamental of Nursing; Concepts, Process, and Practice. California: Redwood City. Laksman, T. Dkk. (1997), Kamus Kedokteran. Jakarta: Penerbit Djambatan. Lueckenotte. (1998) (Alih Bahasa Maryunani). Pengkajian Gerentologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Marselly, R.E. (1987). Informasi Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Penerbit Pusat Komunikasi Pemuda. Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nuryati, M. (1994). Proses Menua. Makalah AKPER Dr. Otten Bandung tidak dipublikasikan. Nurgiwiati, E. (1994). Perubahan-Perubahan NERSososial Pada Usia Lanjut. Makalah AKPER Dr. Otten Bandung tidak dipublikasikan. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Russhall, BS. & Pyke FS. (1990). Training For Support and Fitness. Melbourne: Mc Millan Co. Sastroasmoro dan Sofyan Ismael. (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Universitas Indonesia. Soedoso. (1995). Cedera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Srikandi, K. (1997). Pengantar Statistik. Surabaya: Citra Media. Wolf and Weitzel. (1984). Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Gunung Agung. Westcott, L. (1999). Kembali Bugar Setelah Lima Puluh. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Zainudin, M. (1998). Metodologi Penelitian. Surabaya: Impress. __________ (2002). Pedoman Penulisan Tesis dan Desertasi Program Pasca Sarjana. Surabaya: NERS
L-22
Lampiran
Indeks A ability, 101, 102, 136 adjourning stage, 119 aksiologis, 13 aktual, 183 analisis deskriptif, 200 analisis inferensial, 201 analisis inferensial (uji signifikansi), 201 analisis jalur (path analysis), 178 analisis proses interaksi (API), 151 andal, 183 Adeno Cortico Tyroid Hormone (ACTH), 17 ANOVA (analysis of variance), 179 ASA, 57 ASA-S, 57 asosiasi, 160 attention to health, 57 attitude toward behavior, 87
B base rate, 93 behavioral beliefs, 87, 88, 89 behavior causes, 80 belief, 89, 91, 93−96, 139 berpikir logis, 3 Berry, 105, 116 blame and credit, 135 blueprint, 157 brainstorming, 34 burnout syndrome, 38, 127−131, 133
C cafetaria questions, 189 Caplan, 38, 75 care, 142 causal, 160
cause, 38, 98 closed ended questions, 189 cluster sampling, 87, 174 Common Sense Model, 97 company’s external communication, 108 compatibility, 52 consecutive sampling, 73, 174 consequences, 98, 174 content analysis, 199 control beliefs, 87, 159, 160, 163, controllability, 98, 159 convinience sampling, 174 coping potential, 135 coping strategy, 38 core, 142 cross sectional, 37, 158 cross-time, 158 cultural shock diversity, 142 culture care, 71 cure, 142
D dab praexperiment, 37 data, 155 David McClelland, 125 DDST, 143 deductive reasoning, 15, 29 deduktif, 5 definisi operasional, 155 deskriptif, 159, 160, 162 deteksi dini tumbuh kembang (DDST), 143 diagnosis, 65 dichotomy question, 189 doktrin, 15, 57 doktrin biologi organisme, 15 doktrin kesejajaran historis dalam perkembangan organisme, 15
doktrin otonomi, 15 doktrin teleologik, 15 DSCAI, 57 DYAD, 63 Dynamic Interacting Systems, 60
E efektor, 18 ego strength, 57 elektrokardiogram (EKG), 144 emotion focused coping, 33, 135 empiris, 6 empiris—induktif, 33, 82, 133 enabling, 50, 133 enabling factors, 82 energy, 57 entry point, 65 epistemologis, 13 ESCA, 57 ethical, 31 etiologi, 22 evaluasi, 65 E. Wiedenbach, 142
F FAKHA, 49 family-centered nursing, 65−70 feasibility, 35 feasible, 31 feedback, 101, 102 feelings, 57 F.G. Abdellah, 142 filsafat ilmu, 13 FINER, 31 fisiologis, 18 Florence Nightingale, 141 forced-choiced question, 190 forming stage, 118 future expectancy, 135
Indeks
I-2
G Gardial, 104, 116 generalized understanding, 5 goal congruence, 134 goal relevance, 134 goal setting dan MBO, 100 group, 63
H Hall, 142 health knowledge and decision making capability, 57 hematologi, 145 H.E. Peplau, 141 hipotesis, 3, 49, 53 hipotesis alternatif, 53 hipotesis nol, 53 holistik, 14 homeodynamics, 142 hospitalisasi, 143, 149 Human Interaction Model, 60
I identity, 98 idiografik, 5 ilmu, 4 ilmu idiografik, 5 ilmu nomotetik, 5 Imogene M King, 60 implementasi, 65, 66, 68, 69, 99 imunisasi, 144 imunitas, 145 induktif, 5 institutional power, 127 instrumen, 168, 155 interdependen, 19 interesting, 31 interval, 200, 204 intervensi, 65 intramuskular (IM), 145 intravena (IV), 145 intraventricular pressure (IVP), 144
J job design, 101, 103 Johnson, 142 judgement sampling, 175
K kardiovaskular, 144
kasus kontrol, 164 Kegel, 40 keperawatan, 8 King, 142 kognator, 7, 9 kohort, 37, 163 komparatif, 163 konsep dan asumsi, 5 kriteria ekslusi, 172 kriteria inklusi, 172 kualitas hidup, 81 kuesioner, 184, 185, 189, 190, 193
L Lawrance Green, 50, 132, 133 leadership, 101, 121 Leninger, 74, 75, 142 Levine, 142 Likert scale, 191, 190 lingkungan, 8 literal inconsistency, 92 logico-emperical-verifikatif, 5 logika, 7 logis, 6
M Maslach, 128−131 Maternal Role Attainment, 136, 137 MBI, 131, 128 Mercer, 142 MH-SCA, 57 Model Asuhan Keperawatan Profesional, 103 model kesenjangan, 104 model promosi kesehatan, 75 motivation, 88 multiple choice, 189
N need for achievement, 125, 132 need for affiliation, 126, 132 need for power, 127, 132 Neuman, 142 Nola J. Pender, 75 nominal, 199, 204 nomotetik, 5, 87 nonbehavior causes, 80 nonprobability sampling, 174 normative beliefs, 87 norming stage, 119
North American Nurses Diagnosis (NANDA), 30 NOVEL, 31
O objective performance, 101, 102 one-group pre-post test design, 165 one–shot case study, 165 onkologi, 145 ontologis, 13 open ended questions, 189 ordinal, 200, 204 Orem, 50 Organ target (endoterin), 17
P paradigma, 3, 5, 9 parameter, 5 Parasuraman, 105−116 past experience, 108 pencernaan, 145 penelitian kuantitatif, 155 penelitian pra-eksperimental, 165 pengkajian, 66 Peplau, 141 perceived behavioral control, 87, 92 perceived power, 87 performance appraisal, 123 performing stage, 119 perkemihan, 145 Persatuan Perawat Nasional Indonesia—PPNI, 141 personal need, 108 personal power, 127 PES, 30 polulasi target, 169 populasi, 155, 169 populasi terjangkau, 169, 170 Precede Proceed Model, 81 predictive, 52 predisposing, 50 Pre-experimental, 10, 160 prinsip keadilan, 194 prinsip manfaat, 194 prinsip menghargai hak-hak subjek, 194 probability sampling, 173 problem focused coping, 135 problem/respons, 22 psikis, 18 psikofarmaka, 152 purposive sampling, 174
I-3
Indeks
Q quadriplegic, 36 Quality of Life, 82 quality surprise, 108 quasy-experiment, 10, 37, 160, 166 quota sampling (judgement sampling), 175
R rancangan penelitian, 155, 157, 159, 160, 164, 165 Rancangan Solomon, 167, 168 randomisasi, 10 rank order question, 189, 190 rasio, 200, 201, 204 RATER, 108, 38, 133 rating question, 189 regulator, 7, 9 reinforcing, 50, 32 reinforcing factors, 133 relational meaning, 38, 101 relationship, 160 relevance, 52 RELEVANT, 31 reliabilitas (keandalan), 183 replikasi, 33 respect human dignity, 195 review, 29 reward system, 100 right to justice, 195 Rogers, 142
S sampel, 169−175 satisfactory quality, 108 SCDNT, 54, 141 SCI, 57 S.C. Roy, 20, 141 secondary appraisal, 135 selection, 20, 54, 101 self-care, 20, 38, 54 self-care agency, 38, 54, 78 self care deficit, 50 self efficacy, 20, 38, 77, 78 semantic differential, 191 signifikan/bermakna, 201 signs/symptom, 22 simple random sampling, 173 simplicity, 52 skills, 75
Social Cognitive Theory, 120 social loafing, 19 sosial, 43 spider web, 30 stimulus fokal, 20 stimulus kontekstual, 20, 173 stimulus residual, 119 storming stage, 38 stratified random sampling, 173 stres, 7, 51 stres hospitalisasi, 37 studi kasus, 71 Sunrise Model, 59 Supportif –Educative System, 142 Swanson, 174
timeline, 98, 167 training dan development, 101 TRIAD, 63 true-eksperimental, 10 true-experiment, 160, 167 trust-experiment, 37 tumbuh kembang, 143 type of ego involvement, 135
T
valid, 183, 184, 186 validitas (kesahihan), 183 value & norm, 9, 10, 102 valuing of health, 57 variabel, 5 variabel dan parameter, 5 variabel dependen, 178 variabel independen, 177 variabel kendali, 179 variabel moderator (intervening), 178 variabel penelitian, 155 variabel perancu, 178, 179 variabel perancu (confounding), 178 variabel random, 179 V. Henderson, 142 Visual Analog Scale (VAS), 190 vulva hygiene, 147
team work, 118, 120, 121 tekanan vena sentral (CVP), 144 teori 14 kebutuhan dasar manusia, 142 teori adaptasi, 141 teori cultural shock diversity, 142 teori—deduksi, 33 teori defisit perawatan diri, 142 teori filosofi dan ilmu dalam keperawatan, 142 teori hubungan antara ‘care, core, dan cure’, 142 teori hubungan antarmanusia, 141 teori keperawatan klinik, 142 teori kesehatan lingkungan, 141 teori konsep model untuk praktik keperawatan, 142 teori menjadi ibu, 142 teori model sistem perilaku, 142 teori motivasi, 125 teori prinsip ‘homeodynamics’, 142 teori structure caring, 142 terapi aktivitas kelompok (TAK), 152 terapi elektrokonvulsif, 152 terapi okupasi, 152 terminologi partikular, 180 terminologi singular, 180 terminologi universal, 180 testability, 52 theoritical construction, 5 theory of reasoned action, 87 tidak signifikan/tidak bermakna, 201
U uji kulit (skin test), 145 uji mantoux (mantoux test), 145 unacceptable quality, 108
V
W water sealed drainase (WSD), 144 Watson, 142 WHOQOL-100, 83, 107 WHOQOL-BREF, 84, 104, 116 WOM, 101, 107 Woodruff, 104 work schedule, 103
Z Zeithaml, 105
I-4
Indeks