Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi Listrik
METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK Hasrul Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
Abstrak PUIL 2000 mensyaratkan bahwa setiap instalasi yang baru atau mengalami perubahan harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu sesuai ketentuan mengenai pengujian sistem pembumian. Hal ini dilakukan untuk menjamin sistem proteksi instalasi listrik berfungsi dengan baik sesuai dengan maksud penggunaannya. Terdapat tiga tindakan pengukuran sistem pembumian instalasi listrik, yaitu 1) Pengukuran resistansi pembumian dan resistansi lingkar pada sistem pembumian proteksi; 2) Pengujian dan pengukuran pada GPAS; 3) Pengukuran arus sisa dan tegangan BKT perlengkapan yang diproteksi; dan 4) Pengukuran resistansi isolasi lantai dan dinding berkaitan dengan proteksi dengan lokasi tidak konduktif. Ketentuan mengenai sistem pembumian tergantung dari jenis sistem pembumian yang digunakan, yaitu sistem TN, TT atau IT. Terdapat dua metode yang digunakan dalam pengukuran dan pengujian, yaitu 1) Metode voltmeter dan amperemeter dan 2) Menggunakan alat ukur resistansi pembumian (eart tester). Kata kunci: Pengukuran dan pengujian, Sistem pembumian, Instalasi Listrik
Pembumian yang sering juga disebut pentanahan adalah penghubungan suatu titik sirkit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik, dengan bumi menurut cara tertentu. Istilah lain untuk pembumian adalah grounding dan earthing. Terdapat dua jenis pembumian pada sistem tenaga listrik, yaitu: 1. Pembumian sistem 2. Pembumian peralatan Pembumian sistem adalah pembumian pada sistem tenaga listrik ke bumi dengan cara tertentu. Pembumian sistem ini dilakukan pada transformator pada gardu induk (GI) dan transformator pada gardu distribusi (GD) pada pada saluran distribusi. Umumnya pengetanahan sistem dilakukan pada titik netral sistem tenaga. Adapun Tujuan dari pengetanahan sistem adalah: 1. Pada sistem yang besar yang tidak dibumikan arus gangguan relatif besar (> 5A) sehingga busur listrik yang timbul tidak dapat padam sendiri yang akan menimbulkan busur tanah (arching grounds). Gejala busur tanah merupakan gejala pemutusan (clearing) dan pukul ulang (restriking) dari busur listrik secara berulang-ulang. Gejala ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan tegangan lebih transien yang tinggi yang dapat
merusak peralatan. Pada sistem yang dibumikan gejala tersebut hampir tidak ada. 2. Untuk membatasi tegangan-tegangan pada fase-fase yang tidak terganggu (sehat). L
L L N
L L
L Pembumian titik netral transformator
Gambar 1. Contoh sistem pembumian titik netral transformator Pembumian peralatan berbeda dengan pembumian sistem. Pembumian peralatan adalah pembumian bagian konduktif terbuka (BKT) peralatan yang pada waktu normal tidak bertegangan. Secara umum tujuan pembumian peralatan adalah: 1. Untuk membatasi tegangan antara bagianbagian yang tidak dilalui arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan)
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009
untuk semua kondisi operasi normal atau tidak normal. Untuk mencapai tujuan ini, suatu sistem pembumian peralatan atau instalasi harus dilaksanakan. Sistem pembumian ini gunanya untuk memperoleh beda potensial yang merata (uniform) pada semua bagian peralatan. Selain itu juga untuk menjaga agar operator atau manusia yang berada di area tersebut berada pada beda potensial yang sama dan tidak berbahaya pada setiap waktu. Dengan dicapainya beda potensial yang merata pada semua titik dalam daerah sistem pembumian ini, kemungkinan timbulnya perbedaan beda potensial yang besar pada jarak yang dapat dicapai oleh manusia sewaktu terjadi hubung singkat kawat ke tanah menjadi sangat kecil. 2. Untuk memperoleh impedansi yang rendah/kecil dari jalan balik arus hubung singkat ke tanah. Kecelakaan pada manusia terjadi pada saat hubung singkat ke tanah terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir melalui impedansi tanah yang tinggi, ini akan menimbulkan perbedaan potensial yang sangat besar dan berbahaya. Selain itu impedansi yang besar pada sambungan-sambungan pada instalasi pembumian dapat menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang dapat menyebabkan material mudah terbakar. Sedangkan secara khusus pembumian sistem bertujuan untuk: 1. Mencegah terjadinya kejut listrik pada sentuhan tak langsung pada BKT peralatan akibat bekerjanya GPAL (gawai pemutus arus lebih) pada instalasi listrik. 2. Memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan beserta isinya. 3. Memperbaiki penampilan (performance) dari sistem. Pembumian merupakan salah satu cara konvensional untuk mengatasi bahaya tegangan sentuh tidak langsung yang dimungkinkan terjadi pada bagian peralatan yang terbuat dari logam. Untuk peralatan yang mempunyai selungkup/ rumah tidak terbuat dari logam tidak memerlukan sistem ini. Agar sistem ini dapat bekerja secara efektif maka baik dalam pembuatannya maupun hasil yang dicapai harus sesuai dengan standard. Ada 2 hal yang dilakukan oleh sistem pembumian, yaitu (1) menyalurkan arus dari bagian-bagian logam peralatan yang teraliri arus
listrik liar ke tanah melalui saluran pentanahan, dan (2) menghilangkan beda potensial antara bagian logam peralatan dan tanah sehingga tidak membahayakan bagi yang menyentuhnya. Berikut ini contoh potensi bahaya tegangan sentuh tidak langsung dan pengamanannya. International Electrotechnical Commision (IEC) merekomendasikan tegangan sentuh yang diizinkan sebagai fungsi dari lama gangguan seperti ditunjukkan pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 umumnya digunakan untuk sistem tegangan pemanfaatan (instalasi tegangan rendah) Tabel 1. Besar dan lama tegangan sentuh Tegangan Sentuh (Volt) <50 50 75 90 110 150 220 280
Waktu Pemutusan Maksimum (detik) ~ 5,0 1,0 0,5 0,2 0,1 0,05 0,03
Gambar 2. Kondisi tegangan sentuh pada BKT mesin Agar persyaratan pada tabel 1 di atas dipenuhi, maka besarnya tahanan RE1 : =
.
…………………………. (1)
Dimana: RE2 = Resistansi pembumian BKT 50 = Batas nilai maksimum tegangan aman K = Konstanta pengaman 2,5 – 5 untuk pengaman lebur (fuse)
Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi Listrik
atau sekering 1,25 – 3,5 untuk pengaman lainnya, misalnya MCB In = Setelan atau kapasitas GPAL (gawai proteksi arus lebih) Biasanya impedansi transformator nilainya kecil terhadap RE1 atau RE2, maka arus hubung tanah,
=
/
……………….. (2)
Dimana: If = arus hubung tanah (Ampere) Vf = Tegangan fase (volt) Rsal = Tahanan saluran (Ω) L 1 L 2 L 3 N
If
RE1 E2
RE2
Gambar 3. Hubung tanah pada peralatan dalam sistem yang netral ditanahkan Contoh: Suatu peralatan listrik disuplai dari tegangan fase 220 V dan diproteksi oleh sebuah fuse dengan kapasitas 6 A, jika diketahui besarnya tahanan pembumian titik netral sebesar 2 Ω, hitunglah: a. Besarnya arus hubung tanah b. Besarnya tegangan sentuh Jawab: Dik: Vf = 220 V In = 6 A RE1= 2 Ω k = diambil 3 Rsal = kecil dan diabaikan
Penyelesaian,
50 = 2,77 3 6 Maka besarnya arus hubung tanah, 220 = = 48,9 2,77 × 2 Dan besarnya tegangan sentuh, = . = 48,9 × 2,77 = 135,45 <
Jadi tegangan sentuh yang terjadi sebesar 135,45 Volt, tegangan ini lebih besar dari tegangan sentuh aman yakni 50 V, namun jika digunakan fuse yang memenuhi standar, maka fuse tersebut akan putus dalam waktu 0,1 detik, sehingga dapat dengan segera mengamankan instalasi listrik dari kejut listrik.
JENIS PEMBUMIAN SISTEM Dalam instalasi listrik dikenal 3 macam sistem pembumian, yaitu : 1. Sistem TN (Terra Neutral) atau sistem Pembumian Netral Pengaman (PNP) Sistem pembumian TN mempunyai satu titik yang dibumikan langsung, BKT instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar proteksi. Sistem TN dilakukan dengan cara menghubungkan semua BKT perlengkapan/ instalasi melalui penghantar proteksi ke titik sistem tenaga listrik yang dibumikan sedemikian rupa sehingga bila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan bekerjanya gawai proteksi. Umumnya titik sistem tenaga listrik yang dibumikan adalah titik netral. Jika titik netral tidak ada atau tidak terjangkau, penghantar fase harus dibumikan. Namun hal ini tidak dianjurkan di Indonesia. Dalam semua keadaan, penghantar fase tidak boleh melayani sebagai penghantar PEN. Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan penghantar netral dan penghantar proteksi yaitu sebagai berikut : a. Sistem TN-S (Terra Neutral-Separated) Pada sistem ini, digunakan penghantar proteksi yang terpisah di seluruh sistem. Pada instalasi listrik 3 fase, terdapat lima penghantar dari titik suplai (PHB). Tiga buah penghantar
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009
untuk masing-masing fase, satu penghantar untuk penghantar netral dan satu penghantar untuk penghantar proteksi. Sedangkan pada instalasi listrik 1 fase, terdapat tiga penghantar dari titik suplai (PHB). Satu penghantar untuk penghantar fase, satu penghantar untuk penghantar netral dan
satu penghantar untuk penghantar proteksi. (lihat gambar 4).
Gambar 6. Sistem Pembumian TN-C-S 2.
Gambar 4. Sistem Pembumian TN-S b. Sistem TN-C (Terra Neutral-Combined) Pada s istem ini, fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di seluruh sistem. Pada instalasi listrik 3 fase, terdapat 4 penghantar dari titik suplai (PHB). Tiga buah penghantar untuk masing-masing fase, satu penghantar untuk penghantar netral bersama-sama dengan penghantar proteksi. Sedangkan pada instalasi listrik 1 fase, hanya terdapat dua penghantar dari titik suplai. Satu penghantar untuk penghantar fase, satu penghantar untuk penghantar netral dan penghantar proteksi.
Sistem TT (Terra-Terra) atau sistem Pembumian Pengaman (PP) Sistem TT dilakukan dengan cara : - Membumikan titik netral sistem listrik di sumbernya - Membumikan BKT perlengkapan dan BKT instalasi listrik, sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi pada BKT tersebut karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan bekerjanya gawai proteksi. Jika titik netral sistem di sumbernya tidak ada, penghantar fase dari sumber dapat dibumikan. Namun hal ini tidak dianjurkan penggunaannya di Indonesia. Yang dimaksud dengan sumber adalah generator atau transformator.
Gambar 7. Sistem pembumian TT Gambar 5. Sistem Pembumian TN-C c. Sistem TN-C-S (Terra Neutral-CombinedSeparated) Pada sistem ini fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di sebagian sistem. Sistem ini merupakan gabungan antara sistem TN-S dan TN-C. Di sebagian sistem penghantar netral dan penghantar proteksi tergabung dalam penghantar tunggal dan di bagian lain, penghantar proteksi dan penghantar netral terpisah.
Semua BKT perlengkapan/instalasi yang secara kolektif diberi proteksi oleh suatu gawai proteksi yang sama, beserta penghantar proteksinya, harus bersama-sama dihubungkan ke suatu elektrode pembumi bersama. Jika beberapa gawai proteksi digunakan secara seri, persyaratan tersebut berlaku secara terpisah bagi semua BKT yang diberi proteksi oleh setiap gawai proteksi. Pembumi BKT perlengkapan/instalasi listrik secara listrik terpisah dari pembumi sistem listrik dengan menggunakan elektrode bumi tersendiri atau jaringan pipa air minum dari logam
Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi Listrik
yang memenuhi syarat. Jika pembumi BKT perlengkapan/instalasi listrik dihubungkan dengan pembumi sistem listrik melalui jaringan yang sama dari pipa air minum dari logam, maka sistem tersebut bukan sistem TT, tetapi merupakan sistem TN-S. 3. Sistem IT (Impedance Terra) atau sistem penghantar pengaman (HP) Sistem tenaga listrik IT mempunyai semua bagian aktif yang diisolasi dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans. BKT instalasi listrik dibumikan secara independen atau secara kolektif atau ke pembumian sistem (lihat gambar 8).
Gambar 8. Sistem IT
a) Pengukuran dengan voltmeter dan amperemeter Penghantar bumi dari elektrode bumi yang akan diukur dihubungkan dengan penghantar fase instalasi melalui gawai proteksi arus lebih, sakelar, resistansi yang dapat diatur dari 20 Ω sampai 1000 Ω, dan amperemeter. Antara titik sirkit setelah amperemeter dengan elektrode bumi bantu, dipasang voltmeter. Jika elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari elektrode batang atau pipa tunggal, maka elektrode bumi bantu harus berjarak sekurang-kurangnya 20 meter dari elektrode bumi. Jika elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari pita (dalam bentuk cincin, radial atau kombinasi), maka jarak antara elektrode bantu dan elektrode bumi kira-kira 3 kali garis tengah rata-rata dari susunan elektrode bumi tersebut. Pada saat sakelar dimasukkan, resistansi tersebut harus dalam kedudukan maksimum. Setelah sakelar dimasukkan, resistansi diatur sedemikian rupa hingga amperemeter dan voltmeter menunjukkan simpangan secukupnya. Hasil bagi dari tegangan dan arus yang ditunjukkan oleh instrumen ukur tersebut adalah resistansi pembumian yang diukur.
PENGUKURAN DAN PENGUJIAN 1. Pengukuran resistansi pembumian dan resistansi lingkar pada sistem pembumian proteksi Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sistem pembumian proteksi ada dua macam yaitu: a) Pembumian BKT perlengkapan listrik terpisah dari pembumian sistem listriknya (sistem TT). b) Pembumian BKT perlengkapan listrik dihubungkan dengan pembumian sistemnya dengan melalui jaringan pipa air dari logam yang sama (sistem TN). Pengukuran resistansi pembumian yang besarnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu : RA x Ia ≤ 50 V …………………. (3) Resistansi pembumian (R) dalam sistem TT sebaiknya tidak boleh melebihi 100 Ω. Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Gambar 9. Pengukuran resistansi pembumian pada sistem TT b). Pengukuran dengan instrumen ukur resistansi pembumian Elektrode bantu yang diperlukan untuk pengukuran ini harus berjarak minimum 20 meter jika elektrode bumi terdiri dari elektrode batang, dan berjarak kira-kira 3 kali diameternya jika elektrode bumi terdiri dari elektrode pita (dalam bentuk cincin, radial atau kombinasi). Pengukuran
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009
ini harus dilakukan dengan instrumen yang mempunyai sumber tegangan sendiri. Pengukuran resistansi lingkar Elektrode bumi yang akan diukur dihubungkan ke penghantar fase setelah gawai proteksi arus lebih melalui sakelar, resistansi dan amperemeter (lihat gambar 19). Paralel dengan serangkaian gawai tersebut dipasang voltmeter yang mengukur tegangan antara fase dan tanah VE bila semua sakelar dalam keadaan terbuka. Mulamula sakelar (SV) ditutup. Jika tegangan tidak turun banyak, sakelar Sh baru boleh ditutup. Penunjukan tegangan VE1 dan arus I dicatat. Maka resistansi lingkar :
=
……………,,,,,,,,…….. (4)
dengan : R1k = resistansi lingkar VE = tegangan fase terhadap bumi, dalam volt (dalam keadaan sakelar terbuka) VE1 = tegangan pada resistansi Rh, dalam volt (pada waktu sakelar Sh ditutup) I = arus yang diukur dalam ampere (pada waktu sakelar Sh ditutup).
- Nilai R yang dipasang terlampau rendah; - Ada kontak yang kurang baik pada sirkuit lingkar yang diukur. c) Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang teliti, selisih antara VE dan VE1 harus cukup besar. Bila selisih tersebut terlalu kecil maka selisih tersebut dapat diperbesar dengan mengatur Rh secukupnya. 1. Pengukuran arus hubung pendek pada sistem TN (PNP) Persyaratan pertama pada sistem TN (PNP) dapat diuji dengan cara pengukuran yang ditunjukkan pada gambar 20 dengan :
=
…………………….. (5)
dengan : Ik = besar arus hubung pendek dalam ampere I = besar arus yang diukur dalam ampere, pada waktu sakelar Sh ditutup VE = tegangan fase terhadap bumi, dalam volt (dalam keadaan sakelar terbuka) VE1 = tegangan pada resistansi Rh pada waktu sakelar Sh ditutup, dalam volt Dari arus hubung pendek Ik dapat diketahui nilai arus nominal gawai proteksi arus lebih yang diijinkan sesuai dengan karakteristik gawai tersebut.
Gambar 10. Pengukuran resistansi lingkar a) Resistansi Rv harus kira-kira 20 kali resistansi Rh, untuk mencegah tegangan sentuh yang terlalu besar yang mungkin timbul pada saat pengujian. b) Jika pada saat Sv ditutup, penunjukkan voltmeter berubah banyak, berarti terdapat kesalahan pada instalasi yang kemungkinannya adalah :
Gambar 11. Pengukuran arus hubung pendek pada sistem TN (PNP) Pengukuran resistansi pembumian atau arus hubung pendek pada sistem IT : a) Pengukuran resistansi pembumian :
Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi Listrik
(1)
Pengukuran dengan voltmeter dan amperemeter (gambar 8). Penghantar bumi dari elektrode bumi yang akan diukur dihubungkan dengan penghantar fase instalasi melalui gawai proteksi arus lebih, sakelar, resistans yang dapat diatur dari 20 Ω sampai 1000 Ω, dan amperemeter. Antara titik sirkit setelah amperemeter dengan elektrode bumi bantu, dipasang voltmeter (lihat kembali gambar 18). Jika elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari elektrode batang atau pipa tunggal, maka elektrode bumi bantu harus berjarak sekurang-kurangnya 20 meter dari elektrode bumi. Jika elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari pita (dalam bentuk cincin, radial atau kombinasi), maka jarak antara elektrode bantu dan elektrode bumi kira-kira 3 kali garis Pada saat sakelar dimasukkan, resistans tersebut harus dalam kedudukan maksimum. Setelah sakelar dimasukkan, resistans diatur sedemikian rupa hingga amperemeter dan voltmeter menunjukkan simpangan secukupnya. Hasil bagi dari tegangan dan arus yang ditunjukkan oleh instrumen ukur tersebut adalah resistans pembumian yang diukur. tengah rata-rata dari susunan elektrode bumi tersebut. (2) Pengukuran dengan instrumen ukur resistans pembumian Elektrode bantu yang diperlukan untuk pengukuran ini harus berjarak minimum 20 meter jika elektrode bumi terdiri dari elektrode batang, dan berjarak kira-kira 3 kali diameternya jika elektrode bumi terdiri dari elektrode pita (dalam bentuk cincin, radial atau kombinasi). Pengukuran ini harus dilakukan dengan instrumen yang mempunyai sumber tegangan sendiri. Untuk cara seperti pada butir (1), karena sistem listriknya tidak dibumikan atau dibumikan melalui resistansi yang tinggi, maka sebelum pengukuran, penghantar netral atau salah satu penghantar fase lainnya perlu dibumikan melalui elektrode bumi terpisah, pada jarak 20 m baik dari elektrode bumi yang akan diukur maupun dari elektrode bumi bantu. Bila hasil pengukuran tidak lebih besar dari 50 Ω, maka sistem penghantar proteksi dapat dinyatakan efektif. b) Pengukuran arus hubung pendek : (1) Cara pengukuran sama pengukuran arus hubung sistemTN.
dengan pendek
(2) Pengukuran arus hubung pendek ini harus dilakukan pada ujung saluran yang paling jauh dari sumbernya. (3) Dalam hal ini penghantar netral atau salah satu penghantar fasenya perlu dibumikan (4) Bila hasil pengukuran memenuhi persyaratan RA x Id < 50 V, maka sistem IT dinyatakan efektif. 2. Pengujian dan pengukuran pada GPAS a. Pengujian berfungsinya GPAS Pengujian dilakukan dengan cara berikut: Dalam keadaan sakelar tertutup, tombol uji (lihat Gambar 9) ditekan, maka GPAS akan terbuka.
Gambar 12. Pengukuran pada gawai proteksi arus sisa 3. Pengukuran arus sisa dan tegangan BKT perlengkapan yang diproteksi BKT perlengkapan yang diproteksi dihubungkan ke penghantar fase melalui ampermeter dan resistansi yang dapat diatur. Sebuah voltmeter dengan resistansi dalam tidak kurang dari 3000 ohm dipasang di antara BKT perlengkapan dan elektrode bumi bantu sementara yang terletak pada jarak minimum 10 meter dari elektrode bumi perlengkapan. Resistansi tersebut diatur sedemikian rupa hingga tegangan ke bumi dari BKT perlengkapan yang diproteksi jauh di bawah 50 volt. Bila resistansi tersebut dikurangi, arus sisa akan naik, sampai GPAS terbuka. Pada saat GPAS terbuka, arus sisa yang ditunjukkan oleh ampermeter tersebut kira-kira harus sama dengan atau kurang dari arus jatuh nominalnya, sedangkan tegangan BKT tidak boleh melebihi 50 volt.
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009
4. Pengukuran resistansi isolasi lantai dan dinding berkaitan dengan proteksi dengan lokasi tidak konduktif a. Definisi dan nilai isolasi lantai dan dinding Resistansi isolasi lantai dan dinding ialah resistansi antara permukaan lantai atau dinding tersebut dan bumi. Resistansi isolasi lantai dan dinding untuk memenuhi persyaratan proteksi dengan lokasi tidak konduktif harus diukur sesuai dengan ketentuan di bawah ini. b. Pengukuran isolasi lantai dan dinding Pengukuran dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali pada lokasi yang sama, satu dari pengukuran itu dilakukan kira-kira 1 m dari setiap BKE yang dapat terjangkau dalam lokasi tersebut. Dua pengukuran yang lain harus dilakukan pada jarak yang lebih jauh. Seri pengukuran tersebut di atas harus diulangi untuk setiap permukaan lokasi yang relevan. c. Metode untuk mengukur resistansi isolasi lantai dan dinding Sebuah tester isolasi magneto-ohmmeter atau dengan tenaga baterai yang memberikan tegangan tanpa beban kira-kira 500 V (atau 1000 V jika tegangan pengenal instalasi melebihi 500 V) digunakan sebagai sumber arus searah (a.s.). Resistansi diukur di antara elektrode uji dan penghantar proteksi instalasi. Direkomendasikan bahwa pengujian dilakukan sebelum penerapan perlakuan pada permukaan (vernis, cat atau produk serupa). Elektrode terdiri atas sebuah pelat logam bujur sangkar berukuran 250 x 250 mm dan kertas atau kain penyerap air basah berukuran 270 x 270 mm yang ditempatkan antara pelat logam dan permukaan yang akan diuji. Selama pengukuran, suatu daya (beban) kira-kira sebesar 750 N (sekitar 75 kg, untuk lantai) atau 250 N (sekitar 25 kg, untuk dinding) diterapkan di atas pelat logam tersebut. Untuk meratakan beban, dapat digunakan kayu yang diletakkan di atas pelat logam.
SIMPULAN DAN SARAN Pengukuran dan pengujian sistem pembumian instalasi listrik harus dilakukan sebelum instalasi listrik tersebut digunakan/dioperasikan. Empat hal yang harus diuji dalam sistem pembumian adalah 1) Pengukuran resistansi pembumian dan resistansi lingkar pada sistem pembumian proteksi; 2)
Pengujian dan pengukuran pada GPAS; 3) Pengukuran arus sisa dan tegangan BKT perlengkapan yang diproteksi; dan 4) Pengukuran resistansi isolasi lantai dan dinding berkaitan dengan proteksi dengan lokasi tidak konduktif. Metode pengujian dan pengukuran tergantung dari jenis sistem pembumian yang digunakan (TN, TT atau IT). Hal mendasar yang ingin diketahui dari pengukuran dan pengujian tersebut adalah untuk mengetahui efektifitas sistem proteksi jika terjadi gangguan. Berdasarkan pembahasan di atas, maka setiap instalatur disarankan untuk menguji sistem pembumian instalasi yang baru dipasang atau instalasi yang telah mengalami perubahan sesuai dengan metode pengujian dan pengukuran yang disyaratkan dalm PUIL 2000. Penyimpangan terhadap persyaratan tersebut dapat mengakibatkan tidak bekerjanya sistem proteksi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Hughes, GJ, 1986. Electricity and Building. Peter Peregrinus: London. Panitia Revisi PUIL, 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Yayasan PUIL: Jakarta. Trevor Linsley, 2007. Instalasi Listrik Tingkat Lanjut, Erlangga: Jakarta. Muhaimin, 1995. Instalasi Listrik 1. Pusat Pengembangan Politeknik: Bandung.