METODE CERPENGRAM ; CARA MUDAH MENULIS CERPEN BAGI PEMULA Penulis : Dr. Rusmana Dewi, M.Pd Menulis adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa setelah menyimak, berbicara, dan membaca. Artinya empat bentuk keterampilan ini saling menunjang, jika salah satu tidak dikuasai maka belum disebut terampil berbahasa. Salah satu keterampilan berbahasa
yaitu menulis. Berbicara tentang menulis, maka tidak lepas membicarakan
ranah-ranah sastra, diantaranya menulis cerpen, novel, kritik sastra, puisi, naskah drama dan lain-lain. Fenomena yang berkembang di dunia kepenulisan saat ini adalah minat menulis cerpen berkembang begitu pesat. Cerpen dianggap sebagai wadah untuk menumpahkan inspirasi baik dari pengalaman pribadi maupun pengembangan imajinasi. Sebagaimana dikatakan Sambodja (2007: 24) sastra sebagai karya seni berpotensi menyimpan sekaligus merekam pikiran dan perasaan kita lebih lama dan abadi. Sepertinya inilah salah satu alasan mengapa banyak sekali komunitas-komunitas kepenulisan dikalangan remaja khususnya pelajar dan mahasiswa. Menulis cerpen ataupun karya sastra lainnya, tidak cukup hanya dengan kata ‘ingin’. Namun perlu upaya untuk mencapai bagaiman cara menulis yang baik. Maka untuk menjadi penulis tentu harus banyak membaca. Hal ini ditegaskan Sambodja (2007: 22) jika seorang suka menulis, tetapi tidak suka membaca, maka tulisan yang dihasilkannya tidak bergizi, karena sudah menjadi hukum alam (sunatullah) bahwa seorang penulis yang baik adalah seorang pembaca yang baik. Artinya membaca, lalu bacaan menjadi literatur kepenulisan merupakan suatu kewajiban. Selanjutnya penulis harus sadar bentul tujuan menulisnya. Sebab tugas seorang penulis, tidak saja menghibur pembacanya tetapi juga memberi pesan penting kepada pembaca mengenai kenyataan yang terjadi dalam masyarakatnya (Sambodja. 2007: 17). Berdasarkan pandangan di atas, artinya sebelum menulis, penulis harus sadar betul dengan tugasnya. Penulis bukan saja hanya menulis, akan tetapi memiliki satu kewajiban menyuguhkan tulisan yang baik sehingga dapat dinikmati oleh pembaca. Bagaimana menyuguhkan tulisan yang baik, terutama cerpen. Apalagi untuk pemula, selain harus
1
banyak membaca, juga harus banyak berlatih, belajar memahami teknik (baca petunjuk) menulis yang baik, khususnya cerpen. Banyak ahli sastra yang mendefenisikan cerita pendek (short story),
dengan berbagai
rumusan yang berbeda, namun maksudnya sama. Misalnya, Jakob Sumardjo dan Saini KM,(1988: 37) menyatakan cerita pendek atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Selanjutnya Edgar Allan Poe (Jassin, 1961: 72) dalam Nurgiyantoro (2005: 10) mengatakan bahwa, cerpen adalah sebuah cerita yang selesai di baca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Apapun artinya, yang jelas cerita pendek (short story) adalah salah satu karya kreatif yang paling gampang ditemui. Hampir setiap media, selalu memuat cerpen setiap minggunya. Meskipun secara teoritis dinyatakan cerita pendek (short story) relatif pendek , namun cerpen
tetap saja harus memiliki gagasan yang jelas agar tetap hidup atau memiliki -ruh.
Persoalannya, bukan hanya hendak memahami cerpen (short story) secara defenitif. Namun mampukah kita menghasilkan tulisan yang ber-ruh? Tulisan yang mampu menggungah rasa? Tulisan yang imajinatif? Tulisan yang kreatif. Jawabannya Way not?
Hal yang kerap terjadi di kalangan pemula menulis cerpen,
mereka seringkali
terjebak pada cara menjelaskan ceritanya sejelas-jelasnya tanpa memperhatikan pola yang baik. Idealnya hal tersebut ia kelolah menjadi uraian tersirat tanpa terkensan menggurui. Akibatnya cerita menjadi bertele-tele, tidak jelas tujuannya. Pembaca diajak berputar-putar pada persoalan yang tidak jelas. Alur yang berantakan, penyuguhan cerita tidak tertatah, mengangkat tema tidak menarik sehingga terkesan basi. Gaya bercerita subyektif sehingga hasilnya jauh dikatakan bernilai sastra. Maka jadilah karya-karya yang ‘garing’ atau dengan kata lain kurang bermutu. Kesusatraan adalah adalah kegiatan kecendekiawanan. Ia termasuk karya “budaya tinggi” dalam arti kata lebih banyak takaran intelekstualnya daripada sekadar hiburannya (Sumardjo. 2007: 197). Berangkat dari pendapat di atas, artinya menulis membutuhkan kemampuan intelekstual. Kemampuan intelekstual dapat dibangkitkan dengan berlatih dan terus berlatih. Maka tidaklah salah jika motivator kepenulisan kerap mengungkapkan ‘jika ingin menjadi penulis maka menulis, menulis dan teruslah menulis’. Artinya jika ingin menjadi seorang penulis maka teruslah berlatih menulis. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresis, dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampialn menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui 2
latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan. 2008: 3-4). Apa yang disampaikan Tarigan, tidak jauh berbeda dengan pandangan Sumadjo. Menulis apapun membutuhkan kemampuan intelekstual, dan kemammpuan ittelekstual tersebut harus didukung pemahaman tentang struktur bahasa, kosa kata, dan tidak muncul secara otomatis, namun membutuhkan latihan-latihan. Masih menurut Sumardjo (207: vii), belajar yang baik untuk menulis adalah lewat bacaan sastra yang sudah diakui bobotnya. Artinya, dengan membaca bacaan-bacaan sastra yang berbobot merupakan kegiatan belajar untuk menemukan karakter sendiri. Maka suatu kemustahilan, jika seorang penulis secara otodidak menulis, namun minim melakukan perbandingan atau melihat karya-karya orang lain yang bermutu. Di samping itu, memahami metode kepenulisan yang paling penting. Sehingga penulis pemula tidak terjebak pada suguhan ‘lebayisme’ yang tidak bermutu. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, banyak sekali buku-buku yang menawarkan teknik menulis cerpen secara praktis. Khususnya untuk pemula. Bahkan di dunia mayapun ada kursus menulis fiksi secara online. Artinya, ilmu kepenulisan dan tuntutan kemampuan menulis sudah menjadi kebutuhan. Banyak buku petunjuk yang menawarkan ‘jurus-jurus jitu’ dalam menulis cerpen. Semuanya menawarkan cara praktis menuangkan ide dalam cerita. Jika seseorang memiliki kepekaan sedikit saja, apalagi bila berkeinginan untuk menulis, maka sudah suatu kewajiban, peka terhadap lingkungan dan segala suatu pada apa yang didengar dan dilihat. Mulailah berangkat pada masalah yang pernah dialami atau pengalaman pribadi. Sebab, mejadi diri sendiri biasanya akan lebih lancar dan menjiwa dibandingkan dengan menceritakan orang lain. Atau berangkat pada fakta, lalu kembangkan menjadi karya imajinasi. Artinya, tidak ada hambatan yang berarti bagi penulis dalam mencari ide cerita. Ada beberapa tipe misalnya yang ditawarkan Sambodja (2007:29) tentang langkah-langkah menulis cerpen berdasarkan fakta yang bisa dijadikan pedoman bagi penulis, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Berita apa saja yang bisa di olah menjadi cerita., Misalnya: berita politik, hukum, kriminalitas, berita-berita nasional dan internasional, bahkan berita seputra selebriti. Bacalah berita dengan cara seksama Perhatikan tokoh-tokohnya. Pahami karakternya. Perhatikan jalan peristiwanya atau alurnya (kronologinya). Dalam membuat cerita , alurnya tidak harus linier, namun dalam pengumpulan data kita perlu mengetahui alurnya secara kronologis, mengetahui sebab-alibatnya (kausalitas) suatu peristiwa. 3
5.
6.
7. 8. 9.
Sebab, peristiwa apapun dimuka bumi ini seringkali saling kait-mengait dan tidak berdiri sendiri. Masuklah ke dalam tokoh yang menjadi korban dalam peritiwa itu. Masuklah secara total, dalam arti cobalah menjadi tokoh itu; menerka-nerka apa yang dipikirkandan apa yang dirasakan dalam situasi seperti ini. Ini menjadi modal utama dalam pembuatan fiksi. Ini pula yang nantinya membedakan berita dangan cerita. Gunakan tokoh korban sebagai sudut pandang pencerita ataupun sudut pandang pengarang. Ingatlah bahwa derita ataupun penderitaan itu lebih menarik untuk diceritakan. Cerita bisa dimulai darimana saja, yang penting apa yang hendak disampaikan pengarang bisa tersampaikan. Sikapa pengarang akan tampak dengan sendirinya melalui sidut pandang cerita. Ciptakan tokoh fiktif untuk memberi warna lain: baik sebagai pembeda antara fakta dan fiksi maupun sebagai lawan dialog dengan tokoh-tokoh lainnya. Sembilan langkah mengangkat fakta di atas, cukup sederhana dan bisa diikuti oleh
penulis-penulis muda. Masih banyak alternatif langkah-langkah yang ditawarkan oleh tokohtokoh sastra tentang kepenulisan. Termasuk tujuan makalah inipun, memberikan alternatif pengembangan metode kepenulisan bagi pemula, yaitu metode cerpengram.
Metode
cerpengram diperuntukkan bagi penulis-penulis pemula yang kesulitan dalam memulai kepenulisan. Metode cerpengram memang tidak terlalu populer di kalangan penulis. Hal itu tidaklah penting populer atau tidak. Yang terpenting adalah petunjuk kepenulisan bagi penulis pemula dapat membimbing penulis menuju fokus masalah yang akan ditulis. Metode cerpengram adalah metode yang dicetuskan oleh Peng Khen Sun lalu dikembangkan oleh oleh guru dan penulis muda lainnya sebagai bentuk latihan yang sederhana dan tetatah. Apa yang dimaksud dengan metode cerpengram? Bagaimana langkah-langkah metode cerpengram? Hal inilah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam makalah yang bertajuk Metode Cerpengram; Cara Mudah Menulis Cerpen Bagi Pemula. Sebagaimana telah diuraikan di atas, makalah metode cerpengram ini bertujuan memberikan alternatif dan teknik menulis cerpen bagi penulis pemula, dengan langkahlangkah yang sederhana dan sistematis. Sehingga dengan langkah-langkah metode cerpengram memberikan kemudahaan bagi penulis pemula untuk berpikir secara kritis dan imajinatif secara tertata.
4
A. Metode Cerpengram Cara Mudah Menulis Cerpen 1. Pengertian Metode Cerpengram Cerpengram pertama di Indonesia, yaitu metode menulis cerpen secara terstrutur dengan pola yang sederhana. Cerpengram adalah suatu metode sederhana yang praktis sehingga memudahkan para penulis pemula menulis cerpen (Sun. 2013. x). Sesuai dengan petunjuknya, cerpengram memang ditujukan pada penulis cerpen pemula. Dengan kata lain, cerpengram adalah meode diperuntukkan pada orang yang hendak belajar menulis cerpen. Oleh sebab itu, metode cerpengram mengajak penulis pemula berangkat pada pesoalanpersoalan yang paling dasar. Bagaimana menentukan tokoh dan karakternya, bagaimana membuat
kalimat
pembuka,
isi
dan
penutup
dalam
cerpengram,
bagaimana
mendeskripsikannya dan lain sebagainya, merupakan tujuan metode cerpengram. Apapun bentuknya, segala macam metode kepenulisan pasti memberikan alternatif kemudahan dalam menulis. Tinggal bergantung dengan penulisnya, apakah mampu mencerna kehendak setiap petunjuk kepenulisan. Apalagi jika kepenulisan itu dilakukan oleh pemula yang nota bene pasti menemukan kesulitan-kesulitan untuk dapat memulai tulisan yang baik. Selanjutnya, perlu menumbuhkan keinginan untuk menulis yang lebih baik pasti akan menjadi pemacu di dunia kepenulisan. Termasuk juga dengan menulis cerpen ini.
Maka
metode cerpengram memberikan alternatif yang harus ditunjang dengan keinginan untuk tahu, patuh dengan petunjuk, dan berani untuk mencoba mengembangkan pikiran dan imajinasinya sesuai dengan petunjuk kepenulisan. Maka wajar jika dikatakan metode cerpengram merupakan metode yang melatih penulis untuk tekun, tidak putus asa, dan sungguh-sungguh. Metode cerpengram adalah metode menulis dengan cara paling mudah dilakukan dengan teratur tapi disertai dengan motif dan passion (gairah) yang kuat (Sun. 2013: 1). Sebagai penulis pemula, harus paham dan menyadari benar, jika hendak menulis cerpen
harus mampu memberikan kesan kepada pembacanya secara terus menerus.
Artinya ada kewajiban yang harus dimiliki penulis untuk menyuguhkan tulisannya dan dapat memberikan efeks pada pembaca. Dengan arti kata, jika menulis cerpen, maka selesai di baca, pembaca tahu jika cerpen yang dibaca benar-benar selesai. Tidak memunculkan pertanyaan sehingga pembaca merasa ‘tergantung’ dan berpikir jika cerpen yang dibaca membuat pembaca mencari dan menyimpulkan sendiri cerpen yang dibaca dengan ragu. 5
Untuk itulah, metode cerpengram memberikan petunjuk agar penulis mampu untuk mengolah tulisannya dengan baik. Apa keunggulan cerpengram? Salah satu keunggulan metode cerpengram adalah lebih mengandalkan praktik menulis bagian-bagian cerpen seperti; pembuka, dialog, deskripsi, konfliks dan penutup. (Sun. 2013: x). Dengan membuat cerpengram penulis pemula dapat melihat berbagai macam pola dari bagian-bagian cerpen sehingga merangsang untuk menemukan hubungan-hubungan yang belum pernah terpikirkan dan terlihat sebelumnya. Sebagaimana petunjuk kepenulisan pada umumnya, cerpengram ada keunggulannya. Cerpengram memiliki berbagai manfaat, diantaranya: a. Memudahkan proses menulis cerpen. b. Memudahkan belajar menulis cerpen dari karya-karya terbaik yang sudah di publikasikan. c. Memudahkan mempelajari teori menulis cerpen karena belajar sembaro mempraktikkannya. d. Memudahkan mengenali pola penulisan bagian-bagian cerpen seperti pembuka, penutup, dialog, konflik, dan sebagainya. e. Memudahkan berimajinasi untuk membangun cerita. f. Membantu menekukan ide untuk menulis cerpen. g. Membuat menulis menjadi kegiatan menyenagkan. (Sun. 2013: X – XI) Melihat kelebihan metode cerpengram di atas, tidak ada alasan bagi penulis pemula untuk menyatakan tidak tahu memulai tulisan dari mana. Sisi kelemahan cerpengram nyaris tidak ditemukan, karena berkaitan dengan ketekunan. Menulis itu
proses. Maka tdak
mungkin akan menghasilkan tulisan yang bermutu jika tidak dimulai pada ketekunan terlebih dahulu. Cyril Connolly dalam Sun (2013: XI) menyatakan, penulis yang baik adalah penulis yang menciptakan dunia rekaannya dan para pembaca dengan senang hati menghanyutkan diri ke dalamnya. 2. Langkah Metode Cerpengram Sebagaimana petunjuk kepenulisan pada umumnya, ada beberapa hal yang harus dipatuhi oleh penulis. Hal ini mutlak harus dillakukan oleh penulis pemula sebagaimana metode-metode menulis cerpen yang dikemukakan banyak penulis senior lainnya. Apa saja yang harus dilakukan oleh seorang penulis muda, dalam metode cerpengram? Ada lima tahapan yang harus dilakukan oleh penulis pemula.
6
Menulis itu adalah seni. Maka jika berbicara tentang seni pasti tidak lepas berbicara tentang keindahan. Sebagaimana diungkapkan Sun (2013; ix) dalam melakukan kegiatan apa saja, jika ingin berhasil harus mempunyai motif yang kuat. Demikian pula dalam menulis cerpen, kita butuh motif yang kuat dan jelas, agar ketika menulis akan sepenuh hati. Artinya, jika menulis dilakukan dengan sepenuh jiwa, maka akan melahirkan karya sastra yeng indah. Hal senada dikemukakan (2007: viii), yang menyatakan; Seni adalah manusia itu sendiri, karya sastra adalah pengarangnya itu sendiri. Makin berbobot dia sebagai manusia berbudaya, makin berisilah cerita-cerita pendeknya. Pengarang tidak hanya harus pandai menguasai teknik menulis, tetapi juga harus pendai memilih persoalan yang akan diajukan, pandai melihat persoalan itu dengan caranya sendiri, dan kalau perlu mengarahkan itu pada pada pandangan sendiri yang otentik. Dari uraian di atas, jelas bahwasannya penulis memiliki kewajiban yang harus dipenuhinya dan dituntut mampu memberikan karya yang indah dan berbobot. Berbobot dan tidaknya pun bergantung pada penulisnya. Berikut bagaimana langkah-langkah metode cerpengram untuk menghasilkan karya yang baik, yaitu karya yang memiliki nilai sastra. a. Cerpengram 1 ; Daftar Nama dan Profil Tokoh Pada langkah awal ini, penulis harus membuat daftar nama fiktif dan para tokoh. Hal ini untuk memudahkan penulis memberikan nama tokoh dalam cerita yang akan ditulis. Caranya buat daftar nama tokoh pria dan wanita pasangkanlah dengan profilnya. Pilihlah tokoh 2-4 nama saja. Hindarkan nama profil yang nyata. Misalnya Anda kenal dengan pemulung Alex, maka sebaiknya jangan pakai nama Alex untuk pemulung. Anggaplah Cerpengram 1 ini adalah daftar-naftar nama fiktif lengkap dengan profilnya sebagai hasil imajinasi Anda. Contoh: NAMA PRIA Charly (Charly Himawan) Tukimin Rustam (Rustam Nugroho) Gunawan ( Bambang Gunawan) Mochtar (Mohammad Mochtar) Gutoro (Guntoro Sayekti)
NAMA WANITA Ricka (Ricka Ariesta) Inem Erna (Amerna Sulistioningsih) Liza (Liza Diniyah) Siti Zaenenah Halimah
PROFIL Pengusaha Pembantu Guru Jurnalis Ulama/Dai Penjual bakso
Dengan daftar ini, kita dapat menciptakan berbagai variasi nama tokoh dalam cerpen dan profilnya sesuai dengan kebutuhan tema cerpen yang akan ditulis. Berikut cerpengram 1, menggunakan tokoh Guntoro sesuai dengan profilnya.
7
Guntoro adalah seorang penjual bakso yang memiliki puluhan anak buah. Nama lengkapnya adalah Guntoro Sayekti, yang tertera di dinding gerobaknya. Profesi yang cukup membanggakan bagi seorang yang hanya lulusan SD seperti Guntoro. Kesibukkannya amat luar biasa. Setiap hari melayani pembeli. Sampaisampai ia tidak sempat lagi untuk bergaul dengan sahabat di sekitar rumahnya. Usahanya sebagai penjual bakso, telah membuat kehidupan Guntoro menjadi jauh lebih makmur dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Sayangnya, meningkatnya usaha Guntoro, membuatnya kehilangan sebagian besar waktu kebersamaannya bersama sahabat-sahabatnya. b. Cerpengram 2 : Penampilan Fisik Tokoh Pada bagian ini penulis pemula harus membuat daftar yang berkaitan dengan fisik tokoh. Semakin lengkap cerpengram 2, semakin banyak pula pilihan untuk menunjukkan fisik tokoh. Penampilan fisik tokoh bisa dimulai dari model rambut, hidung, bentuk dagu, kepala, bentuk tubuh, warna kulit, bentuk bibir, mata, gigi, dan sebagainya. Contoh: Kulit
Rambut
Mata
Hidung
Alis
Dagu
Mulut
Bibir
Kumis
Wajah
Badan
Pucat
Hitam
Cipit
pesek
Tebal
lancip
lebar
tebal
Tipis
pucat
kekar
Putih
pirang
Tajam
mancung
Tipis
lebar
kecil
merah
Putih
tampan
tegap
Hitam
cepak
merah
bangir
Runcing
kecil
Mungil
Tipis
Hitam
tirus
langsing
Kuning langsat
Putih
Hitam
lebar
sulaman Bengkok runcing
hitam
tebal
bersegi
bungkuk
Berikut contoh menggambarkan penampilan fisik tokoh Guntoro. Guntoro berkulit hitam, berambut sedikit cepak. Kumis tipis menghiasi bibirnya. Badannya sedikit tegap dibandingkan dengan anak buahnya. Matanya yang cekung, menggambarkan kalau ia sering kurang tidur. Sesekali bibirnya yang tipis menyanyikan lagu kesayangannya “Rindu”-nya Farid Hardja. c. Cerpengram 3 : Anatomi Cerpen (tubuh cerpen) Pada cerpengram 3 ini, penulis pemula diharapkan mengisi kolom pembukaan, narasi, dan penutup dari kalimat atau paragraf yang di kutip dari karya fiksi yang menarik perhatian kita. Ingat! Bukan tujuannya menjiplak karya orang lain, cuplikan itu hanya untuk memudahkan penulis pemula menulis pembukaan, narasi, dan penutup. Inilah yang di sebut anatomi cerpen. Koleksilah beberapa anatomi cerpen, lalu kembangkan dengan cara dan bahasa kita sendiri. Secara sederhana, seorang penulis akan mengawali ceritanya dengan kalimat pembuka. Kemudian narasikan dengan memperkenalkan tokoh, timbulnya konflik, adengan dialog, dan mendeskripsikan berbagai hal yang berkaitan dengan ceritanya. Akhirnya, pengarang akan menutup ceritanya dengan kalimat penutup . Dengan cara ini kita dapat melihat dan membandingkan tulisan kita dengan karya yang sudah dipublikasikan.
8
Kunci menulis pembuka, kita harus mampu menyedot perhatian
pembaca.
Dengan
membaca pembuka, narasi dan penutup karya orang lain, memori kita akan menyimpan berbagai pola yang bisa merebut perhatian pembaca, Dengan pembuka yang baik, kalimat yang baik, mudah dipahami, tak pelak lagi, akan menyedot pembaca untuk terus membaca tulisan kita hingga selesai. Dengan sering memperhatikan kalimat atau paragraf pembuka atau berlatih menuliskannya dengan kata-kata sendiri, maka kita akan semakin mudah pula membuat kemajuan menulis kalimat atau paragraf pembuka. Berikut dijelaskan apa yang dimaksud dengan menulis narasi pembuka, narasi dan menutup atau dengan kata lain anatomi cerpen. 1. Pembuka Cerpen Pembuka dalam narasi, sebagaimana telah diberikan pada contoh langkah cerpengram 1 bisa dimulai dari pengenal tokoh dan fiiknya. Artinya, dengan melakukan langkah pertama, penulis tidak akan mendapatkan kesulitan untuk mengawali pembuka dalam cerpennya. Penggambaran sosok tokoh, dapat dimulai dengan berbagi teknik. Namun yang jelas pada bagian awal ini sesuai dengan namanya pembuka, pengenalan tokoh menjasi sangat penting. Hal ini sebagai pengenalan awal pada pembaca. 2. Kunci menulis narasi Yang dimaksud narasi di sini adalah sepotong cerita pada cerpen. Walaupun pada dasarnya cerpen itu adalah narasi yang menceritakan seluruh peristiwa secara utuh; tokoh, dialog, dan konflik, artinya menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian lain. Meski fiktif, peristiwa yang terjadi dalam narasi harus di tulis secara wajar dan masuk akal sehingga tidak ada yang janggal atau aneh. Narasi pada dasarnya cara kita memenuhi keinginan kala orang hendak bertanya “Apa yang sedang terjadi?” atau “Apa lagi yang akan terjadi”. Dalam menulis narasi, tetap harus berupaya memancing rasa ingin tahu pembaca. 3. Menulis bagian penutup Kalimat atau paragraf penutup merupakan akhir cerita yang harus kita tulis dengan baik. Cerpen yang baik, harus memiliki kalimat dan pargraf yang baik pula. Jika kalimat pembuka adalah cara kita menarik perhatian pembaca untuk melanjutkan membaca tulisan kita, maka dalam menulis kalimat atau paragraf penutup kita memuaskan pembaca. Artinya pembaca jangan di buat bingung atau bertanya-tanya. Kalimat penutup yang baik akan meninggalkan kesan bahwa cerita yang kita tulis benar-benar tuntas. Dari uraian di atas, dengan memperhatikan bagaimana teknik menulis pembuka agar menarik pembaca, lalu dilanjutkan dengan narasi, menyuguhkan cerita dengan utuh, lalu menutupnya dengan menghadirkan kepuasan dan berkesan bagi pembaca, dengan memperhatikan langkah
9
metode cerpengram 1, 2 dan 3, memudahkan penulis pemula untuk mulai menulis cerpen. Dengan demikian menulis cerpen bukanlah sesuatu yang menyulitkan. Berikut contoh anatomi cerpen; PEMBUKA
NARASI
PENUTUP
Tak ada yang menarik pada dirinya ketika pertama kali aku melihatnya. Seorang anak perempuan berumur tujuh tahun. Kurus, kotor, tidak mengenakan alas kaki.
Tak pernah kusangkah bahwa aku bisa jatuh cinta pada kampus ini. Tidak sama sekali. Adalah suatu hal yang memalukan bagiku dulu jika harus menjadi mahasiswa Fakultas Sastra.
Lelaki jangkung berwajah terang yang membukakan pintu terlihat takjub begitu mengenali saya. Pastinya dia sama sekali tidak menyangka akan kedatangan saya yang tiba-tiba.
Ketika kemudian dengan keramahan yang tidak dibuatbuat dipersilakannya saya untuk masuk, tanpa ragu-ragu saya memilih langsung menuju amben di seberang ruangan. Nikmat rasanya duduk di atas balai-balai bambu beralas tikar pandan itu. Dia pun lalu turut duduk, tapi pandangannya justru diarahkan ke luar jendela, pada pohonpohon cengkeh yang berderet seperti barisan murid kelas kami dahulu saat mengikuti upacara bendera tiap Isnin. Saya paham, kejutan ini pastilah membuat hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkannya dengan kata-kata. Dia butuh untuk menetralisirnya sebentar. Deru burung besi itu kian nyaring begitu melewati tempatnya berjongkok. Ia menghentikan gerakan tangannya. Menggiring burung itu lenyap dari mata lamurnya. Lalu, tangannya kembali menggumuli cucian pakaian yang tak kunjung habis itu. Beberapa detik sekali, tangan keriputnya berhenti, lalu ia menampari pipi dan kaki. Nyamuk di belantara beton ternyata lebih ganas ketimbang nyamuk-nyamuk rimba yang saban pagi menyetubuhi kulitnya saat menyadap karet nun jauh di pedalaman Sumatera-Selatan sana: Tanah Abang. Serayu, seindah apakah senja
Inung tidak boleh mengurus dirinya untuk selamanya di sini. Suatu hari ia dia harus kembali ke tengah-tengah keluarganya. Dan kalau dia pulang nanti, semoga keluarganya sudah cukup dewasa menerimanya. Mata saya kemudian melirik seragam dinas yang tersampir di sandaran jok belakang. Sebagai jaksa yang baru saja menangani satu kasus perdata, seragam itu belum bisa membuat saya bangga. Nilainya jelas jauh lebih kecil dibanding nilai persahabatan yang saya dapatkan dari sebuah seragam coklat Pramuka. Tapi dia tidak tahu, dengan seragam dinas itu, sayalah yang akan mengeksekusi pengosongan tanah dan rumahnya.
Perempuan tua itu mendongakkan wajah begitu mendengar desingan tajam di atas ubun-ubunnya. Di langit petang yang temaram, ia melihat lampu kuning, hijau, dan merah mengerjap-ngerjap pada ujung-ujung sayap pesawat terbang.
”Sabarlah, tunggu sampai senja
10
Malam di langit ibu kota merangkak bersama muka Mak Inang yang terkesiap karena seekor tikus got hitam besar mendadak berlari di depannya. Keterkejutan Mak Inang disudahi suara adzan dari televisi. Perempuan itu kembali menekan tuas sumur pompa, air mengalir, jatuh ke dalam ember plastik. Ia membasuh muka tuanya dengan wudhu. Bersamaan dengan itu, mendadak gerimis turun, seolah ibu kota pun hendak mencuci muka kotornya dengan wudhu bersama Mak Inang. Muka tua yang telah keriput, mengkerut, dan carut-marut. Namun belum selesai
selesai. Dan kau boleh tak yang kau bilang mengendap mencintaiku lagi setelah ini.” perlahan-lahan di permukaan sungai sehingga tampak air yang hijau itu berangsur-angsur tercampuri warna merah kekuningan dan memantulkan cahaya matahari bundar lalu koyak karena aliran yang menabrak batuan besar dasar sungai? O Serayu, sesedih apakah perasaan seorang wanita yang melihat senja itu dari balik jendela kereta ketika melintas di jembatan panjang sebelum stasiun Kebasen?
kekagumannya, tiba-tiba kejadian aneh terjadi, mesin lokomotif kereta itu mendadak mati, tenaga menurun drastis, kereta pun berangsur-angsur mengurangi kecepatan dan akhirnya berhenti tepat di tengah jembatan, tampak dari barisan jendela, para penumpang di dalam gerbong terkejut, penasaran ada apa, mengapa berhenti di tengah jembatan. Apakah kereta tertahan sinyal masuk sebuah stasiun? Atau ada kejadian luar biasa di depan? Tapi kadang kita tak butuh jawaban untuk sebuah kenangan yang magis, bukan? Kereta itu, barangkali pernah memiliki kekasih pula, yaitu kereta lain yang selalu mengingatkannya tentang senja di mana pun ia melaju, agar berhenti sebentar untuk mengingat ucapan kekasihnya: ”Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini.”
Berikut contoh membuat cerpengram 3, dengan memulai kalimat pembuka, narasi, dan penutup (anantomi cerpen). a) Pembuka Putik itu mekar! Setelah mengendap dua puluh enam tahun, tepatnya sejak tahun 1988. Cukup lama. Aku masih tercengang dengan sepuluh jari mengembang, menghitung terakhir kali bertemu dengannya. Guntoro, lelaki pertama yang mengisi hatiku. Rasanya baru kemarin sore aku merasakan bibirnya mendarat lembut di pipiku. Ciuman pertama, setelah lima tahun aku menjadi pacarnya. Yaa sabib!! b)
Narasi Aku tidak percaya kalau dihadapanku adalah Guntoro. Senyumnya masih seperti dulu. Lembut, mempesona. Kurasakan getaran rindu, hangat dan dalam, pada pelukannya yang sekilas. “Apa kabar, sayang..?” Sapaan itu seakan menyeretku pada masa kanakkanak dulu . Gila! Dadaku bergetar hebat. Aku seperti putri cantik yang menarinari di hadapan sang Pangeran pujaan. Lama ku amati sinar matanya. Sinar mata yang sangat kukagumi dulu. Sinar mata yang mengisyaratkan sejuta cinta dan ketulusan. Dan aku kecewa! Dua puluh enam tahun telah membuat sinar itu 11
redup. Tidak bening seperti dulu. Aku merasa bersalah. Harusnya mata itu terus cerlang untukku. c)
Penutup Ah, aku salah. Aku lupa jika Guntoro bukanlah Guntoro yang dulu. Dia adalah bapak dari empat orang anak, suami dari seorang istri yang sangat menyayanginya. Mana mungkin ‘ia’ bisa berbagi sepenuhnya denganku?Aku terlalu jauh bermimpi. Rasa cinta membuatku lupa siapa dirinya. Lalu aku pun menyalahkan waktu. Oh, bukan! Bukan waktu yang harus disalahkan, tapi ini. takdir. Aku mulai menyesali diri. menyesali hidup sekaligus takdir yang tak berpihak kepadaku. Untuk kesekian kalinya aku menanggung kecewa; kehilangan perhatian dan kasih sayangnya. Kehilangan mimpi-mimpi indah untuk bersamanya. Akhirnya aku pasrah. Jika saja takdir yang menakdir tak membuatku luka. Tak akan kutemukan terik yang memanggang. Di jalan kering aku kembali melangkah sendiri tanpa mimpi.***
d. Ceprengram 4; Isi Cerpen (dialog, deskripsi dan konflik) Pada bagian ini, kita kutip dialog dan deskripsi dari karya-karya fiksi yang menarik perhatian kita. Khusus untuk konflik, kita tulis setelah kita membaca cerpen secara keseluruhan dan merumuskan sendiri konfliknya. Konflik harus kita temukan sendiri. Setiap cerpen yang ditulis pasti ada konfliknya dan bisa dirasakan oleh pembaca.
Berbeda dengan dialog dan deskripsi yang
teksnya bisa kita kutip langsung dari berbagai karya fiksi yang kita baca. Tujuan menentukan konflik ini, untuk memudahkan membuat dialog, deskripsi, dan konflik. Dengan melihat daftar dialog, deskripsi, dan konflik, memudahkan kita untuk mengembangkan dengan kata-kata sendiri. Hal ini sekaligus untuk melatih diri kita memahami isi cerpen, sekaligus melatih diri kita sendiri menulis kreatif isi-isi cerpen yang pernah kita baca. Secara ajaib, kita akan merasakan otak kita mampu mengkombinasikan isi cerpen sehingga bisa menghasilkan ide-ide baru sekaligus menjadikan kita akrab dengan berbagai variasi isi cerpen. Langkah cerpengram 4, bagaimana menulis isi cerpen berawal pada menulis dialog dan deskripsi cerpen menjadi tulisan yang utuh. Berikut dijelaskan apa saja makna setiap bagian tersebut: 1. Menulis Dialog Dialog digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca. Lewat dialog juga bisa menggambarkan watak atau karakter para tokoh, mengembangkan konflik, dan menggerakkan
cerita.
Dengan
dialog,
membuat
cerita
menjadi
hidup.
Dengan
memperhatikan berbagai bentuk dialog dengan pilihan kata yang tepat, membantu kita untuk memunculkan ide baru dan segar untuk menulis dialog sesuai dengan kebutuhan cerpen kita.
12
2. Menulis Deskripsi Menulis deskripsi berarti menggambarkan suatu objek dengan kata-kata. Deskripsi ini bisa juga menggambarkan tempat, pemandangan, suasana hati, perasaan dan sebagainya. Deskripsi inilah penulis dapat menuangkan apa yang dilihat, di dengar, dan dirasakan. Deskripsi seperti pancaindera semuanya harus berukuran nilai rasa. Maka ketika membuat deskripsi penulis harus mampu memberikan nilai rasa yang ‘enak, gurih, dan renyah’ kepada pembaca.
Saat kita mendeskripsikan tentang alam, maka pembaca harus kita ajak untuk
merasakan alam itu. Saat kita berbicara tentang laut, maka deskripsi itu harus mampu membawa pembaca tentang laut. Dengan menggunakan cerpengram 4, kita bisa berlatih diri menulis deskripsi yang cocok dengan cerpen kita. 3. Menulis Konflik Konflik sangat penting untuk membangun cerpen. Tanpa konflik, mustahil akan jadi cerita. Sebagai pengarang, harus mampu memunculkan konflik pada pembaca, yang bisa membangkitkan emosi pembaca sebagai sentuhan cerita atau dengan kata lain penulis harus mampu membimbing pembaca, mulai dari pengenalan konflik, pucak konflik sampai pada penyelesaiannya. Namun, bisa juga penulis membiarkan pembaca untuk berpikir sendiri pada konflik-konflik yang di suguhkan. Teknik menulis seperti ini pun tidak di larang. Bergantung pada perspektif masing-masing. Dalam menulis cerpen, biasanya dialog lebih dari sekali, atau deskripsi. Sedangkan untuk konflik cendrung terbatas, bahkan seringkali dalam cerpen hanya berisi satu konflik yang timbul, lalu memuncak, dan akhirnya berakhir. Dengan berpedoman cerpengram 4, memberikan kemudahan menulis isi cerpen berulang kali sesuai dengan alur cerita yang hendak di tulis. Berikut contoh cerpengram 4. DIALOG
DESKRIPSI
KONFILIK
”Kenapa? Apa yang bisa aku lakukan, aku hanya manusia biasa yang sudah bertahuntahun tidak sempat tidur.”
Senjata itu terlepas dari tanganku, sementara cek yang diselusupkan ke kantung bajuku seperti tangan nakal yang merogoh liar kegairahanku, sehingga dalam ketegangan yang tak tertahan, aku tidak bisa bilang tidak. Aku terpanggang di dalam api setan. Aku melambung dilalap kenikmatan yang belum pernah kualami.
Tetapi, tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundakku. Ketika aku terbangun, aku terperanjat. Di depanku, sahabat karibku berlumuran darah. Wajahnya begitu dekat, sehingga aku tepercik oleh darah yang menetes dari lubang peluru di dahinya. Ia membuka mulutnya tetapi begitu lemah, sehingga aku menempelkan telingaku untuk mendengar.
”Kalau Abang hanya melihat yang ada di depan Abang, Abang hanya akan melihat sebuah tiang bendera. Paling banter Abang hanya akan kepingin menaiki tiang itu untuk mengibarkan bendera.”
13
”Bagaimana jika saya merencanakan membunuh seseorang, apakah Anda bisa melihat tanda-tanda kematian orang itu?” ”Pak, maaf, saya lelah. Saya minta izin pulang. Maaf.” ”Bukankah kematian memiliki tanda-tanda, sebagaimana sebuah kelahiran… Hah? hahahahahaaa…Dan dengan mengetahui tanda-tandanya, bukankah kita bisa memindahkan, bahkan menolak kematian itu, hah? Bagaimana? Hahahahahaha…”
”Percayalah, aku bukan iblis. Aku hanya pemuda biasa yang tak dapat menyembunyikan naluri lelakinya. Percayalah, kau bagai bidadari saban habis mandi. Dan aku takkan menghamilimu hanya karena itu. Aku hanya ingin bercumbu dengan perawan di malam pertamaku. Dan itu adalah kau….”
Bulan Desember, angin mendesau-desau, terkadang membawa hujan bercampur panas. Seringkali pula panas berhujan deras. Di sebuah siaran televisi kusaksikan sebuah perkampungan dengan sekelompok orang, mungkin seratus jiwa, tengah gelisah. Mereka mempersenjatai diri dengan apa saja yang mereka punya. Rumah mereka akan digusur. Menurut berita, mereka sebetulnya penduduk liar yang menempati kawasan milik seseorang. Lahan seluas puluhan hektare milik seorang manusia? Di sisi lain, ratusan atau bahkan ribuan orang yang tak punya segenggam pun tanah? Mengapa ini yang kusaksikan? SEDARI pagi, aku memang tak sabar menyambut malam. Di antara kerumunan tetamu, kusaksikan bagaimana ijabkabul dilewati tanpa hambatan. Sejak duha hingga bakda asar, orkes melayu mengoar-bingar panggung dan seantero kampung. Kalian bagai menginjak-injak lukalebamku. Dan, bakda isa, aku menuju kediamanmu. Dari balik jendela, kuintip orang tuamu menghitung isi amplop yang diterima, para keponakan yang bersuka-ria 14
Bangun, tembak, jangan tidur, mereka menyerbu sebelum kita sadar, katanya, lalu langsung roboh. Aku gugup tapi berdiri. Sekitarku sudah menjadi lautan mayat. Semua temanku sudah tertembak mati. Tinggal aku sendiri yang luput karena sudah bermimpi atau memang aku disisihkan supaya katut menang, karena setan sudah memilih. Air mataku tak terbendung lagi. Kusaksikan langit malam yang terang benderang oleh tangga-tangga cahaya, meliukliuk lurus menuju langit, indah, agung, mempesona, memukau, menyihirku.
Perempuan itu berteriak ketakutan. Keluarga dan sanak-kerabatmu menggedorgedor pintu yang masih terkunci. Tak lama, mereka mengerumunimu. Berteriak sejadi-jadinya. Ya, siapa yang tak meradang ditinggal mati anak-bujang seorang?!
menyobek bungkus kado-kado yang menyerak di kamar depan, beberapa tamu jauh yang tak henti memuji keserasian kalian…. Berikut cara membuat cerpengram 4. Dialog, deskripsi, konflik a) Dialog “Demi Allah, Aku tidak mengerti, Aku benar-benar tidak paham Dinda, memangnya aku salah apa? Kenapa si? Kalau memang aku salah, aku minta maaf. Aku benarbenar tidak tahu mengapa Dinda marah seperti ini?” “Apa? Tidak paham? Aku yang sudah blingsatan seperti orang gila, ngamuk ke sana ke mari , dengan entengnya kau katakan tidak paham? Masya Allah..Jadi, selama ini aku dianggap apa? Ahh…sudahlah, anggap saja selama ini kau sedang berbicara dengan orang gila!” Aku menangis sejadinya. “Benar, aku tidak paham mengapa Dinda marah. Jika ada sedikit saja tersisa maafmu, maafkanlah aku. Apapun yang terjadi, aku tidak akan berubah Dinda. Aku tetap tetap mencintaimu…” b) Deskripsi Air mataku meleleh tanpa mampu kubendung. Ada gumpalan hitam yang menyesak dalam dada. Sejak menunggu hari pernikahan anaknya, aku mencoba untuk menahan agar tidak cemburu. Kubuang segala bayangan tentangnya. Tentang Guntoro yang sumringah disebelah wanita-istrinya. Di tengah rasa galauku, aku berharap Guntoro masih menyempatkan diri untuk memberikan perhatian sedikit saja padaku. Apalagi dia tahu aku akan menghadapi ujian, bersamaan dengan hari ‘H’ resepsi pernikan anaknya. Ternyata tidak. Aku seperti pungguk merindukan bulan. Hingga kemarahanku sampai puncaknya, Guntoro tetap diam, dan tetap tidak paham. c). Konflik Ku pacu kencang motorku di tengah hujan dengan perasaan tidak menentu. Perasaanku benar-benar luka. Guntoro memang kejam, atau tidak punya perasaan sama sekali. Gila!! Dia benar-benar telah kehilangan kepekaannya. Jadi selama ini aku hanya dijadikan tumpuan kelu-kesahnya saja? Aku hanya dijadikannya seperti bak penampung, menjadi pendengar setia segala hal yang berhubungan dengan hidupnya. Dia lupa kalau aku perempuan. Aku juga butuh perhatian. Bukan rayuan– rayuan kosong yang membuatku setengah bermimpi. Kusumpahi diriku sendiri. Aku telah kehilangan akal dan logikaku. Persis seperti kerbau. Dungu. Brak!!! Motor yang kukendarai menghantam mobil yang melintas tiba-tiba. Tubuhku terpental ke belakang. Aku melihat orang ramai berkerumun cepat sekali. Mengapa aku tidak mati saja? Mati pun Guntoro juga tidak akan peduli! Aku menyesali diri.
15
e. Cerpengram 5 : Beranda Foto dan Gambar Cerpengaram 5 ; berbeda dengan cerpengram 1-4. Cerpengram 5 merupakan laman untuk memancing imajinasi kita. Cerpengram 5 terdiri dari foto/gambar. Foto/ gambar ini dapat membantu kita untuk berimajinasi. Ketika melihat foto/gambar kita ajak pikiran kita berimajinasi. Kita coba memunculkan berbagai hal melalui foto/gambar tersebut tentang berbagai hal dengan berpedoman pada cerpengram 1-4. Jika kita sudah bisa memunculkan tokoh, karakter, profil, membuat kalimat pembuka, narasi, dialog dan penutupnya maka kita telah mampu berimajinasi dengan apa yang kita lihat. Foto/gambar hanyalah media untuk kita membangun imajinasi, dapat membantu kita dalam mendeskripsikan hal yang detil dengan situasi dan setting. Kita tidak akan tersesat dalam mendeskripsikan situasi, rumah, sosial, jalanan, lokasi dan lain sebagainya dengan melihat literatur langsung. Selanjutnya, dengan gambar dan foto/gambar kita coba membuat cerita yang sangat pendek
(short short story). Menulis cerita sangat pendek ini (200-300
kata/beberapa alenia) merupakan pemanasan ketika hendak menulis. Dengan terus berlatih, tanpa foto/gambar maka kita dapat berimajinasi dan bermain dengan kata-kata. Untuk itu, jangan pikirkan akan menggunkan gaya bahasa apa, namun kita mulai saja untuk menulis, menulis dan menulis. Kalau kita belum memulainya, maka jangan katakan kita tidak bisa.
16
Berikut contoh-contoh gambar yang dapat dijadikan media untuk memancing Imajinasi kita. Gambar 1 : Sungai Musi
Gambar 2 : Kebun Teh di Gunung Dempo
Gambar 3: Pantai Pedati Bengkulu
17
Gambar 4: Topeng Monyet
Gambar 5: Suku Anak Dalam Sungai Jernih Muratara
18
Simpulan Banyaknya peminat di dunia kepenulisan khususnya menulis cerpen, memunculkan berbagai metode dan strategi kepenulisan yang semuanya menawarkan kemudahan dalam menulis. Banyaknya pandangan dan pentujuk untuk mudah menulis cerpen, semuanya memilki kelebihan dan kekurangan. Meskipun yag disampaikan semua menyatakan teknik praktis untuk penulis cerpen pemula. Menulis adalah proses melahirkan tulisan yang berisi ide atau gagasan. Lingkungan sosial dapat menjadi literatur untuk menumbuhkan imajinasi. Dengan memperhatikan lingkungan sosial, dapat mengoptimalkan kepekaan jiwa. lalu menuangkannya dalam bentuk tulisan. Salah satu metode kepenulisan fiksi terutama cerpen, yaitu metode cerpengram. Metode cerpengram dikemukakan Peng Kheng Sun, dengan langkah-langkah; Cerpengram 1; membuat daftar nama dan profilnya tokoh. Cerpengram 2; Menampilkan fisik tokoh. Cerpengram 3: Anatomi Cerpen yaitu mulai dari pembuka, narasi, dan penutup. Cerpengram 4; Isi Cerpen, yaitu membuat daftar dialog, deskripsi, dan konflik. Cerpengram 5: Beranda foto dan Gambar, sebagai media untuk berimajinasi, baik pada setting maupun karakter tokoh. Banyaknya buku yang menyarankan kemudahan kepenulisan, metode cerpengram merupakan alternatif yang paling mudah untuk penulis cerpn pemula.
cerpengram diantaranya: Memudahkan proses menulis cerpen,
Keunggulannya
memudahkan belajar
menulis cerpen dari karya-karya terbaik yang sudah di publikasikan,
memudahkan
mempelajari teori menulis cerpen karena belajar sembari mempraktikkannya, memudahkan mengenali pola penulisan bagian-bagian cerpen seperti pembuka, penutup, dialog, konflik, dan sebagainya, memudahkan berimajinasi untuk membangun cerita, membantu menekukan ide untuk menulis cerpen, membuat menulis menjadi kegiatan menyenagkan. Dari uraian di maka dapat disimpulkan, menulis cerpen bagi pemula bukan sesuatu yang sulit. Dengan metode cerpengram, dan ketekunan penulis, pasti akan menghasilakan karya yang bermutu.
19
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin.2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo B Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta. Karnisius Endraswara,Suwardi. 2011.Metodologi Penelitain Satra. Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps. Jakob Sumardjo dan Saini KM. 1988. Apresiasi Kesusatraan. Jakarta Gramedia Kosasih. E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung. Yrama Widya Nurgiyantoro, Burhan. 2005.Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta; Gajah Mada University Perss. Sambodja asep. Cara Mudah menulis Fiksi. Jakarta: Buku Pop Sumardjo, Jakop. Menulis Cerpen. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Sumardjo, Jokob dan Saini KM. 1990. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia ______. 2007. Menulis Cerpen. Yogjakarta. Pustaka Pelajar Sun, Peng Kheng. Cerpengram, Metode Mudah dan Menyenangkan Menulis Cerpen Bagi Pemula.Jakarta. PT Alex Media Komputindo. Kompas Gramedia Tarigan, Hendry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa Thahar. Hariris Effendi.2008. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa
20