MERANGKAI KISAH DI NEGERI MATAHARI TERBIT Martiana Adawiyah, S.S.
Setibanya di negeri matahari terbit, aku disambut dengan rintikan hujan yang semakin lama makin deras. Udara yang dingin berbeda sekali dengan udara kota Bandung. Suasana bandara Narita yang relatif sepi, teratur dan bersih membuatku bertanya seperti inikah Jepang.
Selama di Jepang, saya tinggal di asrama Japan Foundation atau yang lebih dikenal dengan nama Nihongo no Kokusai Senta. Asrama yang sangat bersih dan sangat nyaman. Semua aktivitas perkuliahan pun dilakukan di Kokusai Senta. Mata kuliah yang saya pelajari, tentunya Bahasa Jepang, yang mencakup tata bahasa, listening, vocabulary, reading, speaking. Selain itu, Metode pengajaran, karena saya sebagai guru, materi kuliah ini sangat berarti dimana banyak sekali menambah wawasan dan pengetahuan tentang berbagai cara pengajaran agar siswa mudah memahami dan mengerti tentang apa yang sedang diajarkan, Materi yang tak kalah pentingnya adalah Bunka atau budaya. Saya mendapatkan pengalaman bagaimana kehidupan sehari-hari orang jepang dengan mengikuti program homestay, menonton Kabuki, drama tradisional,
Sadou,upacara minum teh yang penuh dengan tata cara tradisional dan masuk
ke ruangan washitsu rumah khas jepang, shodou, kaligrafi jepang yang menulis dengan menggunakan kuas dan memiliki teknik-teknik penulisan yang menjungjung nilai seni yang tinggi. Seni merangkai bunga, ikebana, yang ternyata cukup sulit salah satunya cara memegang guntingnya pun berbeda dengan cara orang Indonesia menggunakan gunting. vvv
Sebagai seorang guru kunjungan ke sekolah adalah hal yang dinanti karena ingin sekali mengetahui bagaimana keadaan, suasana dan kurikulum sekolah di Jepang. Sekolah yang saya kunjugi adalah Higashi Iwatsuki shougakkou atau SD Higashi Iwatsuki dan Nanryou koukougakkou atau SMA Nanryou . Kesan pertama ketika memasuki gerbang sekolah yaitu bersih, tanpa ada sampah di sana sini. Ketika masuk ke dalam gedung sekolah, saya harus mengganti sepatu yang saya pakai dengan sandal yang khusus untuk dipakai dalam lingkungan sekolah yang disbut dengan wabaki. Sepatu saya pun disimpan di loker sama seperrti halnya siswa, hanya saja siswa menggantinya dengan sepatu yang khusus di pakai di lingkungan sekolah. Kedatangan kami disambut oleh keramahan kepala sekolah dan para staffnya. Keadaan kelas sangatberbeda dengan keadaaan kelas di Indonesia pada umumnya. Di dalam kelas terdapat dua papan tulis, satu papan tulis untuk guru mengajar dan satu lagi papan tulis di belakang untuk menempel semua hasil karya siswa atau pengumuman. Lantai kelasnya berupa lantai kayu. Karena lantainya berupa lantai kayu, kaki-kaki kursi dan meja diberi alas bola tenis yang sudah tidak terpakai. Bola-bola tenis itu tidak menjadi sampah tapi bermanfaat untuk pemeliharaan ruang kelas. Semua serba teratur dan rapi, tas berderet di gantung. Saya berkeliling sekolah dan masuk ke kelas untuk mengetahui bagaimana
pengajaran dan cara siswa belajar. Disetiap ruang kelas terdapat tulisan “Borupen de kakanaidekudasai” yang artinya dilarang menulis menggunakan pulpen. Setelah berkeliling sekolah, saya berdiskusi dengan para guru tentang pengajaran dan pelajaran yang di ajarkan. Ada hal yang saya tanyakan tentang tulisan larangan menulis dengan menggunakan pulpen “kenapa siswa dilarang menulis menggunakan pulpen? Salah seorang sensei (guru) menjawab “menulis dengan menggunakan pensil itu harus ada kekuatan dan menunjukkan semangat belajar. Dengan adanya kekuatan bisa menulis huruf dengan jelas berarti dia semangat belajar, tapi kalau belajar tanpa ada semangat menulis dengan pensil tidak akan jelas. Sama halnya dengan menulis dengan pulpen, tanpa ada kekuatan sudah bisa terbaca walau tulisannya tipis”. Mendengar jawaban itu saya terkesima dan saya langsung berfikir ucapan sensei tadi, betul sekali ucapannya, menulis dengan pensil bila tidak ada semangat akan menghasilkan tulisan yang tipis, tapi bila diiringi semangat menulis dengan pensil akan terlihat jelas. Sehingga saya menyimpulkan semangat sangatlah penting dalam belajar, karena berawal dari semangatlah kesuksesan itu datang. Dan yang hebat menurut saya, sekolahnya amat sangat bersih TANPA adanya karyawan yag bertugas membersihkan sekolah. Ruangan kelas dibersihkan pada saat selesai kegiatan belajar mengajar. Dan ruangan yang lainnya dibersihkan oleh siswa secara bergantian (ada jadwal piket khusus). Sungguh Luar Biasa!!! wabaki
Loker tempat penyimpanan sepatu
Sampah Bola tenis yang bermanfaat
Dua papan tulis, di depan dan di belakang Deretan tas yang tergantung
Lapangan yang luas
Tempat cuci tangan lengkap dengan sabun
Banyak pengalaman berharga yang saya peroleh, disiplin, serba teratur, dan bersih. Orang jepang amat sangat menghargai waktu, semuanya dilakukan dengan tepat waktu. Keteraturan itu terlihat dari satu sisi keadaan di stasiun, pada saat naik turun tangga tidak bisa sembarangan, kalau akan naik selalu ada di sebealah kanan
dan turun selalu ada diebelah kiri. Begitu juga saat naik tangga berjalan, semuanya harus ada di sebelah kiri, sebelah kanan hanyalah untuk orang yang terburu-buru sehingga tidak perlu mengucapkan kata permisi. Semuanya berderet rapi tanpa ada yang ingin mendahului. Menurut sejarah, pada jaman edo, seorang kaisar selalu membawa pedang, dan pedang itu selalu disisipkan di sebelah kanan. Apabila ada sesuatu terjadi dikeluarkanlah pedang tersebut. Berasal dari kisah itulah, keteraturan itu berawal.
Selain itu suasa bersih tak hanya ada sekolah tapi di semua sudut, di jalan raya, trotoar, gang kecil, di taman pun sangat bersih. Tempat sampat disediakan di setiap sudut sehingga memudahkan untuk membuang sampah. Terlebih lagi sampah harus dibuang berdasarkan jenisnya, sampah basah atau sampah kering, misalnya kaleng, botol mineral atau kertas.
Jalan raya yang jarang akan kendaraan bermotor, baik roda empat maupun roda dua, pepohonan yang cukup banyak, membuat udara bebas polusi. Karena masyarakat jepang
jarang menggunakan kendaraan bermotor untuk menjalankan
aktivitasnya. Semuanya menggunakan transportasi massal yaitu kereta api yang memiliki system yang bagus dan kedatangannya pun tidak pernah terlambat. Kenyamanan
dan
keamanan
yang
bagus
sehingga
masyarakatnya
memilih
transportasi massal itu walau dari stasiun ke tempat yang dituju cukup jauh. Dari stasiun mereka melanjutkan ke tempat tujuan dengan berjalan kaki atau naik sepeda.
Area merokok
Penggunaan toilet yang serba canggih, itu adalah salah satu yang menarik, dimana sama sekali tidak ada sentuhan tangan. Tangan hanya digunakan untuk menyentuh tombol. Ketika menggunakan toilet harus dalam keadaan kering, sama sekali tidak boleh basah. Tidak seperti di Indonesia yang pada umumnya adalah toilet basah.
Walau teramat banyak perbedaan kebudayaan (ibunka) antara bangsa Indonesia dan bangsa Jepang tapi banyak kisah dan pelajaran yang dapat diambil demi kemajuan diri sendiri sebelum melangkah untuk kemajuan orang lain. Sebuah kata “Ganbaru” yang berarti semangat, yang diresapi dan dijadikan landasan tuk mampu
berpijak dalam keadaan apapun. Seperti peristiwa Fukushima, yang sempat
membuat Jepang “sakit” tapi dengan semangat GANBARU, Jepang mampu bangkit. Semangat Ganbaru itu yang perlu kita tiru tuk kemajuan diri sendiri yang akan membawa perubahan tuk bangsa ini.