Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak
Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Kondusif yang Dapat Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPS Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Mirnawati
[email protected] Guru SD 2 Bacin Kudus Paradigma pembelajaran dalam dunia pendidikan perlu diterapkan perubahan. Guru harus bisa mengikuti perubahan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar bisa dapat mengikuti perkembangan zaman. Dalam pembelajaran banyak hal yang mempengaruhi hasil pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPS. Siswa tidak bisa hanya duduk diam mendengarkan guru, namun pembelajaran harus dikemas semenarik mungkin supaya siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi yang disampaikan. Untuk itulah, harus dihadirkan lingkungan pembelajaran yang kondusif agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran IPS melalui Model Contextual Teaching And Learning (CTL). Sesuai dengan kasus yang ada di SD 2 Bacin, berdasarakan hasil penelitian lingkungan pembelajaran yang kondusif perlu diciptakan demi tercapai tujuan pembelajaran. PENDAHULUAN Pendidikan memegang fungsi yang sangat penting. Guna mencapai tujuan tersebut, maka perlu adanya perubahan paradigma pembelajaran. guru harus selalu kreatif dan inovatif dalam melakukan pembelajaran, selain itu guru juga harus mampu membuat mata pelajaran yang dianggap siswa membosankan menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan supaya siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi yang disampaikan dan juga siswa antusias mengikuti pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat berkualitas dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar. IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalaran di samping aspek nilai dan moral. Implementasinya, materi IPS hanya menekankan aspek pengetahuan yang berpusat pada guru dan hanya membentuk budaya menghafal, sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hafalan. Pembelajaran IPS sangat menjenuhkan karena penyajiannya kurang menarik, bersifat monoton dan konvensional, hanya sekedar ceramah. Lingkungan pembelajaran dalam memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Karena hasil pembelajaran siswa dipengaruhi oleh banyak hal, di antaranya lingkungan sosial dan alami. Lingkungan sosial dapat menentukan hasil pembelajarn siswa. Apabila lingkungan sekolah berkualitas dimana terdapat banyak siswa yang berprestasi, tentu akan memberikan pengaruh kepada seluruh siswa untuk belajar dengan baik dan memacu mereka untuk bersaing meraih prestasi. Sementara itu faktor lingkungan masyarakat pun tidak kecil
91 Prosiding Seminar Nasional 27 Agustus 2014
Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak
pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak. Memang ada pengaruh yang justru menyebabkan timbulnya masalah bagi sebagian pelajar, tetapi ada pula yang memberikan pengaruh yang positif. Lingkungan alami dapat dimanfaatkan guru untuk membantu mempercepat pehamanan siswa dalam pembelajaran. Dengan melibatkan lingkungan sekitar, siswa akan lebih mudah memahami materi Sumber Daya Alam. Bertumpu pada hasil observasi di lapangan yang telah dilaksanakan, diperoleh minimnya hasil belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPS di SD 2 Bacin Kudus sangat rendah yaitu mencapai 58,3. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan media pembelajaran, tidak melibatkan lingkungan sekitar, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara efektif. Siswa juga sulit memahami materi sumber daya alam yang hanya dijelaskan secara abstrak. Oleh karena itu, perlu adanya pembaharuan paradigma pembelajaran. dalam hal ini lingkungan sekitar yang kondusif diharapkan dapat meningkatan hasil pembelajaran IPS siswa melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL). Karena dalam sintaks model pembelajaran ini lebih ditekankan pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan lingkungan siswa. LINGKUNGAN PEMBELAJARAN KONDUSIF Lingkungan pembelajaran oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan (Hadikusumo, 1996:74). Sedangkan lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardja dan La Sulo (1994:168) adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan pendidikan mencakup : 1) lingkungan keluarga, 2) lingkungan sekolah, dan 3) lingkungan masyarakat (Munib, 2004:76). Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1. Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga. Menurut Slameto (2003: 60-64), siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. 2. Lingkungan Sekolah Tu’u (2004: 1) menyatakan lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik.
92 Prosiding Seminar Nasional 27 Agustus 2014
Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak
Fungsi sekolah menurut Nasution (2004: 14), fungsi sekolah antara lain sebagai berikut: a. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan. b. Sekolah memberikan keterampilan dasar. c. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib. d. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan. e. Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial. f. Sekolah menstranmisi kebudayaan. g. Sekolah membentuk manusia yang sosial. h. Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan. 3. Lingkungan Masyarakat Soemardjan dan Soemardi (dalam Gunawan, 2004: 4) mengatakan bahwa lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh itu antara lain sebagai berikut: a. Kegiatan Siswa dalam Masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi siswa perlu membatasi kegiatan masyarakat yang diikutinya, kalau perlu memilih kegiatan yang mendukung belajarnya. b. Mass Media Yang termasuk dalam mass media adalah radio, TV, surat kabar, bukubuku, dll. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. c. Teman Bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. d. Bentuk Kehidupan Masyarakat Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik mereka mendidik dan menyekolahkan anaknya akan membawa pengaruh yang baik bagi siswa. Pengaruh itu akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (Slameto, 2003: 70).
93 Prosiding Seminar Nasional 27 Agustus 2014
Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak
Senada dengan tripusat pendidikan yang dikemukan di atas, lingkungan pembelajaran siswa di SD 2 Bacin dapat dipengaruhi oleh tiga lingkungan, yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan keluarga ini lebih banyak ditekankan pada aspek kasih sayang dan kepedulian dari pihak siswa terhadap pendidikan. Lingkungan sekolah di sini yakni berupa kekreatifan guru dalam melibatkan lingkungan sekitar yakni lingkungan alami sebagai bahan pembelajaran, sehingga siswa dengan mudah memahami materi Sumber Daya Alam. Fungsi sekolah dapat membentuk manusia yang sosial, dapat dibuktikan dengan sosialisasi siswa dalam pembelajaran yang bekerjasama dengan temannya untuk mendiskusikan hasil temuannya mengenai lingkungan sekitar. Dalam pembelajaran siswa juga digali untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan demi tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu meningka hasil belajar. MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Daryanto (2012: 153) Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Trianto (2012: 104)Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. Hull’s dan Sounders (dalam Kolamasari, 2011: 6) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan prkatis di dalam konteks dunia nyata. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sudah jelas dapat diketahui dari beberapa pendapat ahli di atas bahwa lingkungaan mempunyai pengaruh besar dalam pembelajaran kontekstual, karena guru dituntut untuk mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dunia nyata siswa dapat berupa lingkungan alami dan sosial, alami kaitannya dalam materi Sumber Daya Alam, sedangkan sosial berubungan dengan sikap dan keterampilan siswa dalam bersosialisasi dimulai dengan warga sekolah. Dengan demikian maka siswa terdorong untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Komponen Pokok Contextual Teaching and Learning yaitu Konstruktivisme (Constructivism), inkuiri (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat Belajar
94 Prosiding Seminar Nasional 27 Agustus 2014
Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak
(Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian nyata (Authentic Assesment). Implementasi Pembelajaran CTL AKTIVITAS NO. TAHAPAN AKTIVITAS GURU SISWA Menyajikan gambar jenis Mengamati gambar 1. Pemodelan Sumber Daya Alam. yang disajikan guru. 2. Konstruktivisme Bertanya kepada siswa Mencari jawaban mengenai gambar yang dari pertanyaan disajikan untuk menggali guru. pengetahuan awal. 3. Bertanya Bertanya mengenai jenisMenjawab jenis Sumber Daya Alam. pertanyaan guru. AKTIVITAS NO. TAHAPAN AKTIVITAS GURU SISWA 4. Masyarakat Membagi siswa menjadi 4 a. Berkelompok belajar kelompok secara heterogen. sesuai kelompok yang dibagi oleh guru. b. Melakukan diskusi. 5. Inkuiri Mengajak siswa keluar kelas Mengamati dan untuk mengamati jenis mencatat Sumber Sumber Daya Alam yang Daya Alam yang ada di lingkungan sekolah. ada di ligkungan sekolah. 6. Refleksi Menyakan hal yang belum Siswa mengingat dimengerti siswa pembelajaran yang sudah dilakukan dan menanyakan hal yang belum dimengerti. 7. Penilaian Memberikan evaluasi Mengerjakan sebenarnya evaluasi (Mirnawati, 2013) HASIL PEMBELAJARAN IPS Purwanto (2011: 44) hasil belajar ialah hasil yang menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa hasil
95 Prosiding Seminar Nasional 27 Agustus 2014
Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak
belajar merupakan perubahan tingkah laku dengan melakukan suatu aktivitas sebagai usaha belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Lingkungan pembelajaran yang kondusif dapat meningkatkan hasil belajar melalui penerapan model CTL pada materi Sumber Daya Alam. Terbukti dengan penelitian pada siswa kelas IV SD 2 Bacin Kudus materi Sumber Daya Alam tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dikarenakan dalam model CTL, materi yang dipelajari siswa dihubungkan dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari siswa, sehingga akan memperjelas materi yang disajikan oleh guru dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar pada materi Sumber Daya Alam. Hal ini dapat dibuktikan dalam hasil belajar siswa setelah menggunakan penerapan model CTL mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Hasil belajar IPS ranah kognitif siswa kelas IV SD 2 Bacin Kudus siklus I mencapai nilai rata-rata 71,9 dengan persentase klasikal 72,22% dan siklus II 82,5 dengan persentase klasikal 94,44%. Jadi hasil belajar siswa pada ranah kognitif ratarata dengan kategori baik. Hasil belajar IPS ranah afektif siswa siklus I 72,93% dan siklus II 85,38%, jadi persentase rata-rata hasil belajar siswa pada ranah afektif dengan kategori baik. Hasil belajar IPS ranah psikomotorik siswa siklus I 71,5% dan siklus II 86,1%, jadi persentase rata-rata hasil belajar siswa pada ranah psikomotorik dengan kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa dengan menciptakan lingkungan pembelajaran kondusif dapat meningkatkan hasil pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL). SIMPULAN Dunia pendidikan memerlukan inovasi-inovasi agar proses pembelajaran yang dilaksanakan siswa menarik. Guru merupakan kunci dari hal ini perlu merubah paradigm yang ada, harus dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif yang sesuai dengan perkembangan anak di sekolah. Semua ini diperlukan agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Dalam hal ini yaitu hasil pembelajaran IPS. Dengan melibatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran, pembelajaran siswa akan lebih bermakna dan lebih memahami materi yang sedang mereka pelajari. Karena mereka mengalami sendiri dan mudah diingat apa yang sedang dipelajari. Untuk itu, lingkungan sekitar yang kondusif harus dicipatakan demi mencerdaskan kehidupan bangsa.
96 Prosiding Seminar Nasional 27 Agustus 2014
Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media. Gunawan, Ari. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hadikusumo, Kunaryo, dkk. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press. Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama. Munib, Achmad. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press. Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Trianto. 2012. Mendesain Model pembelajaranInovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo
97 Prosiding Seminar Nasional 27 Agustus 2014