SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
:
a. bahwa untuk mewujudkan pegawai aparatur sipil negara yang berintegritas dan bersih serta bebas dari korupsi kolusi, dan nepotisme, diperlukan upaya
pengendalian
penerimaan
maupun
pemberian gratifikasi di lingkungan Kementerian PANRB; b. bahwa
untuk
meningkatkan
pencegahan
dan
memberikan pedoman bagi pegawai aparatur sipil negara di lingkungan Kementerian PANRB dalam pelaksanaan pengendalian gratifikasi, perlu diatur mekanisme pelaporan gratifikasi;
c. bahwa . . .
-2c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Pengendalian
Gratifikasi
di
Lingkungan
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137); 4. Undang-Undang
Nomor
5
Tahun
2014
tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 5135); 6. Peraturan . . .
-36. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2012 tentang
Kode
Pendayagunaan
Etik Aparatur
Pegawai Negara
Kementerian dan
Reformasi
Birokrasi; 7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pedoman
Umum
Penanganan
Benturan
Kepentingan; 8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang
Pedoman
Pembangunan
Zona
Integritas
Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN
PENGENDALIAN
REFORMASI GRATIFIKASI
BIROKRASI DI
TENTANG
LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan.
1. Gratifikasi . . .
-41.
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian dalam bentuk uang, barang, diskon/rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan sebagaimana
Tindak telah
Pidana
diubah
dengan
Korupsi Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2.
Unit Pengendalian Gratifikasi, yang selanjutnya disebut UPG adalah fungsi atau unit adhoc yang berada
di
lingkungan
Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan bertanggungjawab kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 3.
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut pegawai adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan yang
bekerja
peraturan di
perundang-undangan,
lingkungan
Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
4. Uang . . .
-54.
Uang/barang/fasilitas
lainnya
adalah
uang/barang/
lainnya
berapapun
nilainya
yang
fasilitas diberikan
oleh
pegawai/tamu/
pemberi dalam rangka mempengaruhi kebijakan/ keputusan/perlakuan
pemangku
kewenangan
dalam setiap pelayanan terkait dengan tugas, wewenang, atau tanggung jawabnya. 5.
Fasilitas lainnya berbentuk hiburan adalah segala sesuatu
baik
yang
berbentuk
benda,
yang
dinikmati baik bersama-sama dengan pemberi maupun dinikmati sendiri, termasuk tetapi tidak terbatas
pada
musik,
film,
opera,
drama,
permainan, olahraga dan wisata, serta hiburan yang melanggar norma kesusilaan. 6.
Penerima adalah pegawai beserta keluarga inti meliputi suami, istri dan anak-anak, yang bekerja di
lingkungan
Kementerian
Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang menerima gratifikasi. 7.
Pemberi adalah seseorang dan/atau institusi baik internal
maupun
eksternal
Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
yang
memberi
uang/barang/jasa
sehubungan dengan penerimaan dan pemberian gratifikasi. 8.
Pelapor
adalah
pegawai
yang
menyampaikan
laporan atau penolakan, penerimaan, pemberian, dan pemberian atas permintaan hadiah/ fasilitas atau gratifikasi. BAB II . . .
-6BAB II PENCEGAHAN GRATIFIKASI Pasal 2 (1)
Pegawai
dilarang
menerima
segala
sesuatu
bentuk
dan
memberikan
gratifikasi
yang
berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. (2)
Setiap bentuk pemberian, penerimaan, penolakan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya wajib dilaporkan.
(3)
Penerimaan gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan terdiri atas: a.
Penerimaan
yang
terkait
dengan
tugas
kedinasan meliputi: 1) Penerimaan yang diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis, berupa seminar kits, sertifikat dan plakat/ cinderamata; 2) Penerimaan yang diperoleh secara resmi kedinasan
dalam
bentuk
hidangan/sajian/jamuan
berupa
makanan dan minuman yang berlaku umum; b.
Penerimaan yang terkait dengan tugas di luar kedinasan meliputi: 1) penerimaan ...
-71) penerimaan yang diperoleh dari hadiah langsung/door diskon/rabat, atau
prize/undian, voucher,
point
reward,
cinderamata/souvenir,
yang
berlaku secara umum dan tidak terkait dengan kedinasan; 2) diperoleh karena prestasi akademis atau non akademis (kejuaraan/perlombaan/ kompetisi) dengan biaya sendiri dan tidak terkait dengan kedinasan; 3) diperoleh dari keuntungan/bunga dari penempatan
dana,
investasi
atau
kepemilikan saham pribadi yang berlaku secara umum dan tidak terkait dengan kedinasan; 4) penerimaan
yang
diperoleh
dari
hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus
atau
dalam
garis
keturunan ke samping sepanjang tidak mempunyai konflik kepentingan dengan penerima
gratifikasi
perkawinan,
khitanan
berupa anak,
hadiah ulang
tahun, kegiatan keagamaan/adat dan tradisi dan bukan dari pihak-pihak yang mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi.
5) Penerimaan . . .
-85) Penerimaan
yang
hubungan
diperoleh
keluarga
dari
semenda
dalam
garis keturunan lurus atau dalam garis keturunan ke samping sepanjang tidak mempunyai konflik kepentingan dengan penerima
gratifikasi
perkawinan,
berupa
khitanan
hadiah
anak,
ulang
tahun, kegiatan keagamaan/adat dan tradisi dan bukan dari pihak-pihak yang mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi; 6) Penerimaan yang diperoleh dari pihak lain yang tidak mempunyai hubungan keluarga
terkait
perkawinan,
dengan
khitanan
hadiah
anak,
ulang
tahun, kegiatan keagamaan/adat dan tradisi
dengan
tingginya
batas
nilai
Rp1.000.000,00
setinggi-
(satu
juta
rupiah) per pemberian per orang. 7) Penerimaan yang diperoleh dari pihak lain
terkait
dengan
musibah
atau
bencana setinggi-tingginya Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian per orang; 8) Pemberian hadiah antar sesama pegawai dalam rangka pisah sambut, pensiun, dan promosi jabatan yang tidak dalam bentuk
uang
setinggi-tingginya
Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per pemberian per orang; dan 9) Penerimaan . . .
-99) Penerimaan lainnya yang diperoleh dari pihak yang tidak mempunyai konflik kepentingan gratifikasi,
dengan dan
tidak
penerima berhubungan
dengan jabatan, serta tidak berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. BAB III UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI Pasal 3 (1)
Pengendalian
gratifikasi
di
lingkungan
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dilaksanakan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. (2)
Dalam
melakukan
pengendalian
gratifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi membentuk UPG. Pasal 4 (1)
UPG terdiri dari: a.
Pengarah;
b.
Pembina;
c.
Ketua merangkap anggota; dan
d.
Anggota. (2) Pengarah . . .
- 10 (2)
Pengarah UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dijabat oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
(3)
Pembina UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dijabat oleh para Deputi dan Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(4)
Ketua UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c
dijabat
oleh
Inspektur
Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. (5)
Anggota UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berasal dari Pejabat Fungsional Auditor di lingkungan Inspektorat dan pejabat lainnya yang ditetapkan. Pasal 5
UPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) mempunyai tugas melakukan pengendalian gratifikasi di lingkungan
Kementerian
Pendayagunaan
Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi. Pasal 6 (1)
Dalam dimaksud
melaksanakan dalam
tugas
Pasal
5,
sebagaimana Pengarah
UPG
mempunyai fungsi pengarahan kepada UPG untuk melaksanakan
proses
pengendalian
gratifikasi
yang efisien, efektif dan akuntabel.
(2) Dalam . . .
- 11 (2)
Dalam
melaksanakan
dimaksud
dalam
mempunyai
tugas
Pasal
fungsi
5,
sebagaimana Pembina
UPG
kepada
para
pembinaan
pegawai di lingkungan unit kerjanya dalam rangka pengendalian
gratifikasi
melalui
keteladanan,
penyampaian pesan integritas dan nilai etika secara
berkala,
dan
penerapan
pengawasan
atasan langsung dalam rangka upaya mencegah dan menolak penerimaan sehubungan dengan gratifikasi, serta membangun komitmen untuk melaporkan gratifikasi. (3)
Dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, Ketua dan Anggota UPG mempunyai fungsi: a.
penerimaan laporan gratifikasi, pemilahan kategori gratifikasi, dan fasilitasi penerusan laporan gratifikasi ke KPK;
b.
penyampaian surat keputusan Pimpinan KPK tentang penetapan status gratifikasi kepada penerima dan/atau pelapor serta penyimpanan bukti penyetoran uang yang diterima dari gratifikasi apabila diputuskan oleh KPK menjadi milik Negara;
c.
diseminasi/sosialisasi Kementerian
kebijakan
PANRB
terkait
dengan
pengendalian gratifikasi kepada pegawai di lingkungan kerja,
Kementerian
pihak
kepentingan,
ketiga, dan
PANRB, para
mitra
pemangku
masyarakat
pada
umumnya bersama dengan Agen Perubahan Kementerian; d. penyampaian . . .
- 12 d.
penyampaian laporan kinerja pengelolaan pengendalian
gratifikasi
Pendayagunaan
kepada
Aparatur
Menteri
Negara
dan
reformasi Birokrasi; e.
evaluasi
atas
terkait
efektivitas
pengendalian
dari
kebijakan
gratifikasi
di
lingkungan Kementerian; dan f.
Koordinasi
dengan
Komisi
Pemberantas
Korupsi (KPK).
BAB IV MEKANISME PELAPORAN GRATIFIKASI Pasal 7 (1)
Laporan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (2) meliputi gratifikasi dalam bentuk uang/barang berapapun nilainya, cinderamata, honorarium, biaya
perjalanan
instansi
di
Aparatur
luar
Negara
dinas
yang
Kementerian dan
menjadi
beban
Pendayagunaan
Reformasi
Birokrasi,
dan/atau barang yang mudah busuk atau rusak, seperti bingkisan makanan, minuman, oleh-oleh dan buah. (2)
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan langsung kepada UPG.
(3) Penyampaian . . .
- 13 (3)
Penyampaian
Laporan
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir yang ditetapkan atau melalui surat
elektronik
[email protected]
dengan
disertai
alamat:
bukti
foto
wujud
gratifikasi. (4)
Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat: a.
Identitas pelapor terdiri dari nama dan alamat lengkap penerima gratifikasi serta nama
dan
alamat
lengkap
pemberi
gratifikasi; b.
Jabatan
pegawai
negeri
sipil
atau
penyelenggara negara penerima gratifikasi serta
pekerjaan
dan
jabatan
pemberi
gratifikasi; c.
Tempat dan waktu penerimaan gratifikasi;
d.
Uraian jenis gratifikasi yang diterima;
e.
Nilai gratifikasi dan/atau estimasi harga barang yang diterima;
f.
Hubungan
antara
penerima
gratifikasi
dengan pemberi gratifikasi; g.
Alasan pemberian gratifikasi dan kronologi penerimaan gratifikasi.
(5)
Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)
disampaikan kepada UPG selambat-lambatnya dilakukan 15 (lima belas) hari kalender sejak diterimanya, ditolaknya, maupun diberikannya gratifikasi oleh penyelenggara negara dan pegawai yang bersangkutan. Pasal 8. . .
- 14 (6)
UPG wajib menjaga kerahasiaan data pelapor gratifikasi diminta
kepada
pihak
berdasarkan
manapun,
ketentuan
kecuali
perundang-
undangan.
Pasal 8 (1)
UPG wajib menerima, mencatat, menelaah dan memilah kategori laporan gratifikasi.
(2)
Setelah
menerima
melakukan
laporan
penelaahan
gratifikasi,
kelengkapan
UPG
dan
isi
laporan gratifikasi. (3)
Apabila
diperlukan
UPG
dapat
meminta
keterangan kepada pelapor terkait kelengkapan data laporan. (4)
Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(3)
dilakukan
dengan
cara
yang
sederhana, efisien dan efektif. (5)
UPG memfasilitasi penerusan laporan gratifikasi kepada
KPK
untuk
ditetapkan
status
gratifikasinya. (6)
UPG menyampaikan surat keputusan Pimpinan KPK tentang penetapan status gratifikasi kepada pelapor serta menyimpan bukti penyetoran uang yang diterima dari gratifikasi apabila diputuskan oleh KPK menjadi milik Negara.
(5).UPG . . .
- 15 -
Pasal 9 (1)
UPG
berkewajiban
menyelenggarakan
pendokumentasian seluruh proses pengendalian gratifikasi secara lengkap dalam bentuk hard copy maupun soft copy, mulai dari pelaporan gratifikasi hingga
tindak
lanjut
hasil
penetapan
status
gratifikasi. (2)
UPG melaporkan kinerja pengendalian gratifikasi kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali ditembuskan kepada KPK.
BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar . . .
- 16 Agar
Setiap
orang
pengundangan penempatannya
mengetahuinya,
Peraturan dalam
Menteri Berita
memerintahkan ini
Negara
dengan Republik
Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal
8 Januari 2015
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd YUDDY CHRISNANDI
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK AZASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd YASONNA H. LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 28 Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN PANRB Kepala Biro Hukum, Komunikasi dan Informasi Publik, ttd Herman Suryatman