MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK-161/MBU/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-17/MBU/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERIODE 2010-2014 MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a.
bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-17/MBU/2010 telah ditetapkan Rencana Strategis Kementerian Badan Usaha Milik Negara Periode 2010–2014;
b.
bahwa dalam rangka mempertajam dan meningkatkan akuntabilitas Rencana Strategis Kementerian BUMN Periode 2010–2014, perlu melakukan beberapa perubahan;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas, perlu menetapkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara tentang Perubahan Rencana Strategis Kementerian Badan Usaha Milik Negara Periode 2010–2014;
Mengingat
1.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297);
2.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
i
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA
ii
3.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
4.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) Kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4305);
6.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014;
7.
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
8.
Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;
9.
Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) 2010–2014;
10. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Badan Usaha Milik Negara;
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan
:
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-17/MBU/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERIODE 2010–2014.
PERTAMA
:
Menetapkan Perubahan Rencana Strategis Kementerian BUMN periode 2010–2014 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA
:
Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan, Rencana Kerja dan Anggaran serta Penetapan Kinerja di lingkungan Kementerian BUMN wajib mengacu pada Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA.
KETIGA
:
a. Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada Diktum PERTAMA dapat dilakukan perubahan kembali apabila diperlukan; b. Perubahan Rencana Strategis ditetapkan dengan keputusan Sekretaris Kementerian BUMN.
KEEMPAT
:
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan di dalamnya akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Presiden Republik Indonesia; 2. Wakil Presiden Republik Indonesia; 3. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 4. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; 5. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 6. Menteri Keuangan; 7. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 8. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; 9. Para Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara; RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
iii
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 09 April 2012 MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,
TTD
DAHLAN ISKAN
Salinan sesuai dengan aslinya Plt. Kepala Biro Hukum,
HAMBRA NIP 19681010 199603 1 001
iv
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
daftar isi Salinan Keputusan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel
i v vi vii
Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum B. Potensi dan Permasalahan
1 1 18
Bab II Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis A. Visi B. Misi C. Tujuan D. Sasaran Strategis
31 32 32 32 33
Bab III Arah Kebijakan Dan Strategi A. Arah Kebijakan Nasional B. Arah Kebijakan Kementerian BUMN C. Program dan Kegiatan Utama
35 35 38 41
Bab IV Penutup
43
Lampiran I Target Pembangunan untuk Tahun 2012–2014
45
Lampiran II Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Tahun 2012–2014
69
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
v
Daftar Gambar Gambar 1. Posisi Keberadaan BUMN Dikaitkan Dengan Landasan Hukum Pengelolaan Serta Landasan Operasional Pembinaan BUMN Gambar 2. Peta Strategi Kementerian BUMN
vi
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
Daftar Tabel Tabel 1
Perkembangan Jumlah BUMN dan Kepemilikan Negara Minoritas Pada Badan Usaha Tahun 2005–2011
Tabel 2
Perkembangan Kinerja BUMN Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
Tabel 3
Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perkebunan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
Tabel 4
Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kehutanan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
Tabel 5
Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perikanan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
Tabel 6
Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pertanian Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
Tabel 7
Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pupuk Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
Tabel 8
Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Lainnya Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
Tabel 9
Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pertambangan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
Tabel 10 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Semen Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 11 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Baja dan Konstruksi Baja Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 12 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Dok dan Perkapalan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 13 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Energi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 14 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Berbasis Teknologi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 15 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Pertahanan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 16 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Telekomunikasi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 17 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Aneka Industri Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 18 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kertas Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 19 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Percetakan dan Penerbitan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
vii
Tabel 20 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Farmasi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 21 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Sandang Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 22 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Angkutan Darat Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 23 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Konstruksi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 24 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Penunjang Konstruksi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 25 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Konsultan Konstruksi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 26 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kawasan Industri Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 27 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pelayaran Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 28 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Penerbangan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 29 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kebandarudaraan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 30 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pelabuhan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 31 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Logistik Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 32 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pengerukan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 33 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Asuransi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 34 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perbankan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 35 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Pembiayaan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 36 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pariwisata Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 37 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perdagangan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Tabel 38 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Penilai Tahun 2005–2010 (Rp Milyar)
viii
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
1 A.
PENDAHULUAN
KONDISI UMUM
Dasar keberadaan Badan Usaha Milik (BUMN) adalah Pasal 33 ayat 2 UndangUndang Dasar (UUD) Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”. Dalam melaksanakan tugas konstitusional tersebut, Negara melakukan penguasaan atas seluruh kekuatan ekonomi melalui regulasi sektoral yang merupakan kewenangan Menteri Teknis dan kepemilikan Negara pada unitunit usaha milik negara yang menjadi kewenangan Menteri Negara BUMN. Sebagai turunan dari UUD Tahun 1945 tersebut, kebijakan pembinaan BUMN dituangkan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Selain itu, dalam pengelolaan usahanya, BUMN juga tunduk pada UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, protokol pasar modal (paket UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya khusus bagi BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia), paket UU Keuangan Negara dan Paket UU Pemeriksaan dan Pengawasan. Dalam rangka pembinaan dan pengelolaan BUMN, terdapat pembagian kewenangan antara Menteri Keuangan dengan Menteri BUMN. Kewenangan Menteri Keuangan dalam kedudukannya sebagai pengelola kekayaan Negara terkait dengan urusan permodalan/kepemilikan. Sedangkan kewenangan Menteri BUMN terkait dengan urusan operasional/manajerial yang dalam hal ini dilakukan dalam kedudukannya selaku Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Persero dan selaku pemilik modal pada Perusahaan Umum (Perum), berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan Pada Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Jawatan (Perjan) Kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Secara skema, posisi keberadaan BUMN, dikaitkan dengan landasan hukum pengelolaan, serta landasan operasional pembinaan BUMN tahun 2010–2014 terlihat pada Gambar 1.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
1
UUD 1945 PASAL 33
BUMN UU NO.19 THN 2003
TUJUAN BUMN (Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003) 1. Perekonomian Nasional dan Penerimaan Negara 2. Mengejar Keuntungan 3. Menyelenggarakan Kemanfaatan Umum 4. Keperintisan Usaha 5. Pengembangan UMKM
Visi dan Misi Presiden
Prioritas Pembangunan Nasional
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN: • Visi dan Misi • Tujuan dan Sasaran • Arah Kebijakan dan Strategi • Program dan Kegiatan
LANDASAN OPERASIONAL 1. UU BUMN (UU 19 Thn 2003) 2. UU PT (UU 40 Thn 2007) 3. Paket UU Keuangan Negara 4. UU Pasar Modal (UU 8 Thn 1995 5. UU Pemeriksaan & Pengawasan 6. Regulasi Sektoral 7. PP 41 Thn 2003
Peraturan dan Mekanisme Pembinaan BUMN
• Kinerja BUMN • Peran BUMN dalam Pembangunan Nasional
KESEJAHTERAAN RAKYAT
Gambar 1. Posisi Keberadaan BUMN dikaitkan dengan Landasan Hukum Pengelolaan, serta Landasan Operasional Pembinaan BUMN
Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 UndangUndang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah untuk: 1. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; 2. mengejar keuntungan; 3. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; 4. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; 5. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
2
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
Sampai dengan Januari 2012, terdapat 141 BUMN yang terdiri dari 14 BUMN berbentuk Perum, 109 BUMN berbentuk Persero, dan 18 BUMN yang merupakan Persero Terbuka. Selain itu, Negara juga mempunyai kepemilikan saham minoritas pada 15 badan usaha. Adapun perkembangan jumlah BUMN dan kepemilikan Negara minoritas tahun 2005–2011 sebagaimana tersebut pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan Jumlah BUMN dan Kepemilikan Negara Minoritas pada Badan Usaha Tahun 2005–2011 Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Perum
13
13
14
14
14
14
14
Persero
114
114
111
113
112
111
109
Persero Tbk Total Minoritas
12
12
14
14
15
17
18
139
139
139
141
141
142
141
21
21
21
21
19
15
15
Secara agregat, kinerja BUMN tahun 2005–2010 adalah sebagaimana Tabel 2. Tabel 2 Perkembangan Kinerja BUMN Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1,300,078
1,451,557
1,743,017
1,970,890
2,241,388
2,505,463
Total Ekuitas
366,094
413,479
472,649
502,114
565,811
601,798
Total Penjualan
643,971
732,399
825,997
1,085,903
950,975
1,077,709
26,845
51,352
55,779
53,254
87,198
101,233
Total Laba Bersih
Secara garis besar, kinerja BUMN sampai dengan tahun 2010 per sektor usaha dijelaskan sebagai berikut: (1) Sektor Usaha Perkebunan BUMN Sektor Perkebunan terdiri dari 14 PT Perkebunan Nusantara (PTPN I s.d. XIV) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Perkebunan tahun 2005–2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perkebunan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
21,686
23,910
29,067
34,646
37,673
43,965
7,289
7,682
9,991
11,584
13,162
15,804
20,709
21,393
27,956
33,274
33,085
40,563
1,237
997
2,477
2,933
2,012
3,328
Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
3
(2) Sektor Usaha Kehutanan BUMN Sektor Kehutanan terdiri atas 6 (enam) BUMN yaitu PT Inhutani I s.d. V dan Perum Perhutani. Secara agregat, kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Kehutanan tahun 2005–2010 terlihat dalam Tabel 4. Tabel 4 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kehutanan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
2,652.40
2,746.19
2,712.45
2,681.09
2,611.68
2,979.38
Total Ekuitas
2,054.60
2,055.38
1,934.81
1,904.73
1,765.05
2,077.91
Total Penjualan
1,587.49
1,814.03
2,352.60
2,603.84
2,685.55
3,040.67
41.10
45.04
37.49
118.13
171.29
287.76
Total Laba Bersih
(3) Sektor Usaha Perikanan Terdapat 2 (dua) BUMN yang bergerak di sektor usaha perikanan yaitu Perum Prasarana Perikanan Samudra (PPS) dan PT Perikanan Nusantara. Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Perikanan terlihat sebagaimana dalam Tabel 5. Tabel 5 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perikanan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
Total Aset
102
148
197
197
206
203
83
(77)
(16)
(26)
(20)
(31)
Total Ekuitas
2006
2007
2008
2009
2010
Total Penjualan
72
103
98
123
158
187
Total Laba Bersih
(1)
(16)
(12)
(2)
0
4
(4) Sektor Usaha Pertanian Terdapat 2 (dua) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Pertanian yaitu PT Pertani dan PT Sang Hyang Seri. Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Pertanian terlihat sebagaimana dalam Tabel 6. Tabel 6 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pertanian Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
4
2005
2006
2007
2008
2009
2010
467
661
979
1,828
1,704
3,070
100
201
215
240
281
343
1,276
1,316
1,708
2,711
3,501
5,063
(1)
2
(4)
30
46
67
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
(5) Sektor Usaha Pupuk BUMN Sektor Usaha Pupuk terdiri dari 2 (dua) BUMN Pupuk yaitu PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Asean Aceh Fertilizer (AAF). PT Pupuk Sriwidjaja merupakan BUMN holding dari beberapa perusahaan pupuk sedangkan AAF sedang dalam proses likuidasi sehingga tidak beroperasi. Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Pupuk terlihat sebagaimana dalam Tabel 7. Tabel 7 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pupuk Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
2005
2006
2007
2008
2009
2010
19,873
20,561
22,789
31,035
34,417
33,622
8,222
8,781
10,357
11,977
14,197
15,643
15,689
15,471
22,219
36,037
34,210
32,676
849
863
1,585
2,113
2,558
2,108
(6) Sektor Usaha Jasa Lainnya Terdapat 3 (tiga) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Jasa Lainnya yaitu Perum Jasa Tirta I, Perum Jasa Tirta II, dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan dari tahun 2005–2010 BUMN Sektor Usaha Percetakan dan Penerbitan terlihat sebagaimana dalam Tabel 8. Tabel 8 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Lainnya Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
1,357.31
1,624.04
1,237.32
2,880.27
3,926.92
7,557.32
Total Ekuitas
1,073.07
1,156.76
1,096.19
2,651.76
3,791.40
3,644.41
Total Penjualan
904.67
636.92
481.54
599.14
681.58
6,823.23
Total Laba Bersih
397.67
242.09
100.41
135.25
192.25
354.92
(7) Sektor Usaha Pertambangan BUMN Sektor Usaha Pertambangan terdiri dari 4 (empat) BUMN Sektor Usaha Pertambangan yaitu PT Aneka Tambang, PT Pertamina, PT Sarana Karya, dan PT Timah. Secara agregat, kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Pertambangan tahun 2005–2010 dapat dilihat pada Tabel 9.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
5
Tabel 9 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pertambangan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
2005
2006
2007
2008
2009
2010
191,621
213,123
281,681
297,499
317,201
284,727
77,834
100,403
123,206
145,240
153,730
117,856
322,615
365,297
406,439
570,539
387,948
455,102
8,778
22,921
23,785
22,315
17,119
19,403
(8) Sektor Semen BUMN Sektor Usaha Semen terdiri dari 3 (tiga) BUMN Sektor Usaha Semen yaitu PT Semen Baturaja, PT Semen Gresik, dan PT Semen Kupang. Secara agregat, kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Semen dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Semen Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
7,909
8,124
9,132
11,350
13,653
16,969
Total Ekuitas
4,607
5,652
6,799
8,365
10,568
12,452
Total Penjualan
7,974
9,253
10,189
13,004
15,205
15,233
Total Laba Bersih
1,021
1,322
1,809
2,660
3,505
3,828
Catatan: Laporan Keuangan PT Semen Kupang hanya tahun 2010.
(9) Sektor Usaha Baja dan Konstruksi Baja BUMN Sektor Usaha Baja dan Industri Baja terdiri dari 3 (tiga) BUMN yaitu PT Krakatau Steel, PT Barata Indonesia, dan PT Boma Bisma Indra. Secara agregat, kinerja BUMN Sektor Usaha Baja dan Konstruksi Baja dari tahun 2005-2010 terlihat dalam Tabel 11. Tabel 11 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Baja dan Konstruksi Baja Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba (Rugi) Bersih
6
2005
2006
2007
2008
11,067.08
10,633.93
11,538.82
15,822.85
5,141.88
4,763.02
5,086.70
5,435.45
11,854.82
12,318.71
15,090.16
21,065.90
276.83
(151.40)
286.33
443.27
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
2009
2010
13,291.50 18,227.03 5,789.87
9,256.81
17,371.88 15,497.10 482.62
1,055.07
(10) Sektor Usaha Dok dan Perkapalan Terdapat 4 (empat) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Dok dan Perkapalan yaitu PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (DKB), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS), PT Industri Kapal Indonesia, dan PT PAL Indonesia. Secara agregat, perkembangan kinerja BUMN Sektor Usaha Dok dan Perkapalan tahun 2005–2010 terlihat dalam Tabel 12. Tabel 12 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Dok dan Perkapalan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
Total Aset Total Ekuitas
2006
2007
2008
2009
2010
990.19
3,942.04
4,510.57
4,726.63
4,582.62
5,008.42
(1,876.96)
(738.76)
(1,246.87)
(1,299.33)
(1,312.19)
(1,426.47)
1,544.77
1,526.88
1,653.34
1,940.97
1,463.27
1,348.43
(64.63)
(164.83)
(497.90)
(53.77)
(101.70)
(167.86)
Total Penjualan Total (Rugi) Bersih
(11) Sektor Usaha Energi BUMN Sektor Usaha Energi terdiri dari 4 (empat) perusahaan yaitu PT Energy Management Indonesia (EMI), PT Perusahaan Gas Negara (PGN), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Secara agregat, kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Energi adalah sebagaimana Tabel 13. Tabel 13 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Energi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
236,274.75 266,162.04 297,932.76 322,403.81 370,492.59 410,412.72
Total Ekuitas
146,018.34 147,724.41 145,169.21 138,102.01 158,640.07 169,831.42
Total Penjualan
84,992.99 114,920.85 126,997.26 184,234.74 172,214.91 130,681.74
Total Laba (Rugi) Bersih
(3,589.28)
451.79
(3,752.22)
(9,964.22)
19,309.42
18,335.83
(12) Sektor Usaha Industri Berbasis Teknologi Terdapat 5 (lima) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Industri Berbasis Teknologi yaitu PT Batan Teknologi, PT Dirgantara Indonesia, PT Industri Kereta Api, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), dan PT LEN Industri. Secara agregat, kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Berbasis Teknologi tahun 2005–2010 adalah sebagaimana Tabel 14.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
7
Tabel 14 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Berbasis Teknologi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba (Rugi) Bersih
2005
2006
2007
2008
2009
2010
4,083.97
4,026.45
3,826.64
3,902.74
3,812.35
4,902.31
604.10
668.43
806.93
659.78
270.67
281.57
1,769.47
2,168.34
2,125.13
2,069.56
3,821.60
2.719.15
(2.64)
64.31
1.36
(78.88)
(109.47)
(63.63)
(13) Sektor Usaha Industri Pertahanan BUMN Sektor Usaha Industri Pertahanan terdiri dari 2 (dua) perusahaan yaitu PT Dahana dan PT Pindad. Secara agregat, kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Pertahanan tahun 2005–2010 adalah sebagaimana Tabel 15. Tabel 15 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Pertahanan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
848.53
873.54
975.35
1,400.11
1,523.23
1,728.84
Total Ekuitas
276.51
298.85
329.91
390.34
504.34
581.70
Total Penjualan
627.66
712.78
811.80
1,031.63
1,631.57
1,596.11
40.54
29.13
37.00
60.87
120.67
93.67
Total Laba Bersih
(14) Sektor Usaha Telekomunikasi BUMN yang bergerak di sektor usaha telekomunikasi terdiri dari 3 (tiga) BUMN yaitu Perum Produksi Film Negara (PFN), PT Telekomunikasi Indonesia, dan Perum LKBN Antara. Secara agregat, kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Telekomunikasi tahun 2005–2010 sebagaimana Tabel 16. Tabel 16 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Telekomunikasi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
62,204
75,168
82,091
91,355
97,925
99,861
Total Ekuitas
23,324
28,097
33,774
34,340
38,600
44,467
Total Penjualan
41,812
51,298
59,446
64,274
67,814
68,765
7,991
11,003
12,854
10,674
11,344
11,544
Total Laba Bersih
8
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
(15) Sektor Usaha Aneka Industri BUMN Sektor Aneka Industri meliputi 3 (tiga) BUMN yaitu PT Garam, PT PT Industri Gelas (IGLAS), dan PT Industri Soda Indonesia (ISI). Gambaran umum kinerja BUMN Aneka Industri 2005–2010 terlihat pada Tabel 17. Tabel 17 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Aneka Industri Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
737.23
705.31
545.65
513.94
537.67
578.22
Total Ekuitas
193.20
130.96
180.84
88.73
84.36
25.26
Total Penjualan
442.05
372.87
286.96
217.57
298.59
279.28
Total Laba (Rugi) Bersih
(44.64)
(69.68)
(37.11)
(77.90)
6.34
(64.75)
(16) Sektor Usaha Kertas Terdapat 2 (dua) BUMN yang bergerak di bidang Industri Kertas yaitu PTY Kertas Kraft Aceh dan PT Kertas Leces. Secara agregat pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Kertas tahun 2005–2010 terlihat sebagaimana dalam Tabel 18. Tabel 18 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kertas Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
1,587.79
1,467.17
1,744.26
1,630.20
1,602.58
1,516.37
Total Ekuitas
(213.63)
(413.89)
(192.46)
(403.94)
(613.55)
(771.81)
Total Penjualan Total Laba (Rugi) Bersih
761.60
318.38
912.07
908.52
812.48
346.23
(147.93)
(249.70)
(175.93)
(197.69)
(209.61)
(149.51)
(17) Sektor Usaha Percetakan dan Penerbitan BUMN Sektor Usaha Percetakan dan Penerbitan terdiri dari 4 (empat) BUMN yaitu Perum Percetakan Negara Indonesia (PNRI), Perum Percetakan Uang RI (Peruri), PT Balai Pustaka, dan PT Pradnya Paramita. Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan dari tahun 2005 sampai dengan 2010 BUMN Sektor Usaha Percetakan dan Penerbitan terlihat sebagaimana dalam Tabel 19.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
9
Tabel 19 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Percetakan dan Penerbitan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
1,377
1,664
2,118
2,192
2,116
2,832
Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
561
656
809
912
985
1,144
1,057
1,399
1,570
1,638
1,827
2,027
37
126
223
173
173
216
(18) Sektor Usaha Industri Farmasi BUMN Sektor Usaha Farmasi meliputi 3 (tiga) BUMN yang 2 (dua) di antaranya berbentuk Persero Terbuka yang bergerak di bidang farmasi dan obat-obatan (PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk) serta 1 (satu) BUMN yang bergerak di bidang produk biologi yang sahamnya dimiliki 100% oleh Negara RI (PT Bio Farma). Secara agregat, kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Farmasi tahun 2005–2010 adalah sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 20. Tabel 20 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Farmasi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
2,240.05
2,548.07
3,147.97
3,342.45
3,545.96
3,962.22
Total Ekuitas
1,556.99
1,665.88
1,828.23
2,017.96
2,289.36
2,644.85
Total Penjualan
2,934.17
3,832.05
4,384.24
4,989.10
5,162.11
5,442.01
117.77
145.21
180.03
198.81
282.31
396.94
Total Laba Bersih
(19) Sektor Usaha Industri Sandang Terdapat 2 (dua) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Industri Sandang) yaitu PT Industri Sandang Nusantara (ISN) dan PT Cambrics Primissima. Pokok-pokok kinerja BUMN Sektor Usaha Industri Sandang tahun 2005–2010 terlihat pada Tabel 21. Tabel 21 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Industri Sandang Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
10
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
300.60
256.73
232.66
360.29
324.21
318.31
Total Ekuitas
(48.64)
(95.15)
(133.58)
(43.56)
(160.63)
(319.71)
Total Penjualan
250.32
261.51
270.70
223.65
161.27
185.79
Total Laba (Rugi) Bersih
(31.23)
(45.11)
(34.91)
(80.31)
(111.83)
(159.08)
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
(20) Sektor Usaha Angkutan Darat Terdapat 3 (tiga) BUMN Sektor Usaha Angkutan Darat, yaitu PT Kereta Api Indonesia, Perum DAMRI, dan Perum PPD. Pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Angkutan Darat tahun 2005–2010 dapat dilihat dalam Tabel 22. Tabel 22 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Angkutan Darat Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
4,529.11
5,883.33
6,943.17
6,250.93
6,098.22
6,138.85
Total Ekuitas
3,066.22
3,219.36
3,751.41
3,580.31
3,921.81
4,020.78
Total Penjualan
2,985.07
3,963.12
3,857.39
4,934.15
5,359.76
5,873.64
(19.84)
(15.60)
10.72
(96.40)
197.19
219.86
Total Laba (Rugi) Bersih
(21) Sektor Usaha Konstruksi BUMN Sektor Usaha Jasa Konstruksi terdiri dari 8 BUMN yang 3 (tiga) di antaranya adalah BUMN Terbuka yaitu PT Adhi Karya, PT Wijaya Karya, PT Pembangunan Perumahan, Perum Pembangunan Perumahan Nasional (PERUMNAS), PT Istaka Karya, PT Hutama, PT Nindya Karya, dan PT Brantas Abipraya. Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Konstruksi sebagaimana Tabel 23. Tabel 23 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Konstruksi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
2005
2006
2007
2008
2009
2010
10,029.91
11,498.97
15,194.44
18,881.24
22,068.94
24,150.41
1,671.26
1,771.59
2,790.23
3,162.19
3,976.28
5,264.39
10,978.94
13,357.76
16,899.08
22,046.71
25,010.53
21,666.97
244.42
263.32
301.27
458.68
716.94
853.92
(22) Sektor Usaha Penunjang Konstruksi BUMN Sektor Usaha Penunjang Konstruksi terdiri dari 2 BUMN yaitu PT Amarta Karya dan PT Jasa Marga. Secara agregat, kinerja BUMN Sektor Usaha Penunjang Konstruksi tahun 2005–2010 terlihat dalam Tabel 24.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
11
Tabel 24 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Penunjang Konstruksi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
9,823
10,334
13,928
14,710
16,288
19,069
Total Ekuitas
1,999
2,393
5,976
6,573
7,186
7,746
Total Penjualan
2,012
2,363
2,707
3,420
3,867
4,573
307
454
272
708
994
1,197
Total Laba Bersih
(23) Sektor Usaha Konsultan Konstruksi BUMN Sektor Usaha Konsultan Konstruksi terdiri dari 5 BUMN yaitu PT Bina Karya, PT Indah Karya, PT Indra Karya, PT Virama Karya, PT Yodya Karya. Secara agregat, kinerja BUMN Sektor Usaha Konsultan Konstruksi tahun 2005–2010 sebagaimana terlihat dalam Tabel 25. Tabel 25 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Konsultan Konstruksi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
2005
2006
2007
2008
2009
2010
175
184
221
242
258
272
37
32
35
34
44
53
190
230
311
312
343
308
1
1
2
1
10
9
(24) Sektor Usaha Kawasan Industri BUMN Kawasan Industri terdiri dari 5 (lima) BUMN Kawasan Industri yaitu PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN), PT Kawasan Industri Makassar (KIMA), PT Kawasan Industri Medan (KIM), PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW), PT Pengembangan Daerah Industri (PDI) Pulau Batam. Gambaran umum kinerja agregat BUMN Sektor Usaha Kawasan Industri tahun 2005–2010, terlihat pada Tabel 26. Tabel 26 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kawasan Industri Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
Total Aset
595.90
638.60
697.12
702.67
781.07
1,056.93
Total Ekuitas
479.83
501.60
528.04
565.53
625.11
853.95
Total Penjualan
213.84
273.44
348.42
342.61
334.48
382.76
25.80
42.14
38.27
49.12
66.31
70.81
Total Laba Bersih
12
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
2010
(25) Sektor Usaha Pelayaran BUMN Sektor Usaha Pelayaran terdiri dari 4 (empat) BUMN yaitu PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI), PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP), PT Djakarta Lloyd, dan PT Pelayaran Bahtera Adhiguna. Pada Agustus 2011, PTPelayaran Bahtera Adhiguna diakuisisi oleh PT PLN sehingga bukan berstatus sebagai BUMN lagi. Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Pelayaran tahun 2005–2010 dapat dilihat dalam Tabel 27. Tabel 27 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pelayaran Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
Total Aset
7.479
7.595
7.569
8.749
8.746
7.497
Total Ekuitas
5.852
5.782
5.510
6.370
6.484
6.422
Total Penjualan
2.437
3.022
3.188
3.885
3.353
2.942
(81)
(130)
(274)
(151)
(83)
(125)
Total Laba Bersih
2006
2007
2008
2009
2010
(26) Sektor Usaha Penerbangan BUMN Sektor Usaha Pelayaran terdiri dari 2 (dua) BUMN yaitu PT Garuda Indonesia Airways (GIA) dan PT Merpati Nusantara Airlines (MNA). Secara agregat, pokokpokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Penerbangan tahun 2005–2010 dapat dilihat dalam Tabel 28. Tabel 28 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Penerbangan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
10,083
10,656
12,961
16,216
15,807
15,573
Total Ekuitas
(4,694)
(3,738)
(2,468)
(476)
1,619
1,439
Total Penjualan
14,038
13,887
15,940
21,684
19,713
21,318
(871)
427
(6)
334
1,035
412
Total Laba Bersih
(27) Sektor Usaha Kebandarudaraan BUMN Sektor Usaha Kebandarudaraan terdiri dari 2 (dua) BUMN yaitu PT Angkasa Pura I (AP I) dan PT Angkasa Pura II (AP II). Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Kebandarudaraan tahun 2005–2010 dapat dilihat dalam Tabel 29.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
13
Tabel 29 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kebandarudaraan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset
2005
2006
2007
2008
2009
2010
10,116.33
10,687.90
13,816.42
15,484.07
16,856.46
18,346.55
Total Ekuitas
9,378.21
9,952.61
12,871.08
14,363.71
15,419.64
14,658.15
Total Penjualan
2,925.22
3,180.34
3,607.16
4,137.93
4,800.73
5,340.50
752.69
720.89
825.55
1,221.05
1,404.01
1,479.32
Total Laba Bersih
(28) Sektor Usaha Pelabuhan BUMN Sektor Pelabuhan terdiri dari 4 (empat) BUMN yaitu PT Pelabuhan Indonesia I, II, III, dan IV. Secara agregat, perkembangan kinerja BUMN Sektor Usaha Pelabuhan sebagaimana terlihat dalam Tabel 30. Tabel 30 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pelabuhan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
9.497
10.243
11.829
13.585
14.739
16.308
Total Ekuitas
6.778
7.654
8.779
10.070
10.989
12.322
Total Penjualan
4.204
4.539
5.240
6.260
6.673
7.750
Total Laba Bersih
1.216
1.034
1.585
1.889
1.814
2.206
(29) Sektor Usaha Logistik Terdapat 4 (empat) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Logistik yaitu Perum BULOG, PT Bhanda Ghara Reksa (BGR), PT Pos Indonesia, PT Varuna Tirta Prakasya (VTP). Pada tahun Secara agregat, kinerja BUMN Sektor Usaha Logistik sebagaimana terlihat dalam Tabel 31. Tabel 31 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Logistik Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
14
2005
2006
2007
2008
2009
2010
17,642
16,060
20,072
21,760
19,795
19,709
6,596
5,954
5,873
5,736
4,391
5,347
10,288
10,087
12,757
20,299
21,577
23,915
(521)
(634)
(362)
36
(575)
962
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
(30) Sektor Usaha Pengerukan Terdapat 1 (satu) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Pengerukan yaitu PT Pengerukan Indonesia (Rukindo). Kinerja BUMN Sektor Usaha Pengerukan sebagaimana terlihat dalam Tabel 32. Tabel 32 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pengerukan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
406
395
414
407
485
515
Total Ekuitas
219
165
146
161
286
290
Total Penjualan
123
97
127
134
209
183
Total Laba Bersih
(52)
(54)
(19)
1
39
11
(31) Sektor Usaha Asuransi Terdapat 10 (sepuluh) BUMN yang bergerak di sektor usaha asuransi yaitu PT Asuransi ABRI (Asabri), PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI), PT Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO), PT Asuransi Jasa Raharja, PT Asuransi Jiwasraya, PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES), PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Indonesia (JAMSOSTEK), PT Reasuransi Umum Indonesia (RUI), PT Taspen, dan PT Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO). Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Asuransi dapat dijelaskan sebagaimana Tabel 33. Tabel 33 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Asuransi Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
2005 69,561.96
2006
2007
2008
2009
2010
86,219.34 105,450.02 133,828.03 176,135.18 218,248.13
6,690.29
9,719.30
12,026.61
12,327.44
19,945.03
26,325.37
15,815.55
21,341.42
25,212.02
33,021.12
41,763.75
49,820.57
1,728.02
2,318.96
2,606.97
3,291.74
5,505.52
5,590.55
(32) Sektor Usaha Perbankan Sampai dengan tahun 2008, terdapat 5 Bank Persero (Bank BUMN) yaitu Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara dan Bank Ekspor Indonesia. Namun pada tahun 2009, Bank Ekspor Indonesia berubah bentuk badan hukumnya menjadi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2009, sehingga per akhir Desember 2011 terdapat 4 bank BUMN yang seluruhnya telah listed. Adapun kinerja Bank BUMN tahun 2005 - 2010 pada umumnya meningkat yang antara lain disebabkan Bank BUMN telah berhasil dalam melakukan restrukturisasi, baik yang bersifat operasional maupun restrukturisasi finansial. Peningkatan kinerja tersebut antara lain tercermin dari semakin meningkatkannya pencapaian pendapatan dan laba bersih Perseroan. Gambaran mengenai data keuangan pokok BUMN Perbankan tersaji dalam Tabel 34. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
15
Tabel 34 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perbankan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
563,054
624,234
753,147
862,440
997,508
1,171,026
Total Ekuitas
49,944
59,774
72,854
74,645
86,903
117,783
Total Penjualan
61,603
73,889
76,830
89,110
106,605
126,819
6,263
8,969
10,763
13,166
17,438
25,708
Total Aset
Total Laba Bersih
(33) Sektor Usaha Jasa Pembiayaan Terdapat 6 (enam) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Jasa Pembiayaan yaitu Perum Pegadaian, PT Danareksa, PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI), PT PANN Multi Finance, PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dan PT Jaminan Kredit Indonesia (JAMKRINDO). Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Pembiayaan dapat dijelaskan sebagaimana Tabel 35. Tabel 35 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Pembiayaan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian Total Aset Total Ekuitas Total Penjualan Total Laba Bersih
2005
2006
2007
2008
2009
2010
10,923.51
12,465.46
16,091.91
19,686.55
26,430.09
32,934.26
595.93
1,122.15
2,260.69
2,934.64
4,038.55
3,692.57
2,016.54
2,757.54
3,357.75
3,978.41
5,327.39
7,275.17
143.59
558.14
681.97
880.68
1,057.91
1,736.13
(34) Sektor Usaha Pariwisata BUMN Sektor Usaha Pariwisata terdiri dari 3 (tiga) BUMN yaitu PT Bali Tourism & Development Corporation (BTDC), PT Hotel Indonesia Natour (HIN) dan PT TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Pariwisata tahun 2005-2010 dapat dilihat dalam Tabel 36. Tabel 36 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Pariwisata Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
528
519
574
618
1,213
1,676
Total Ekuitas
332
303
339
380
980
1,043
Total Penjualan
274
255
304
381
443
478
32
(15)
50
54
67
79
Total Laba Bersih
16
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
(35) Sektor Usaha Perdagangan Terdapat 3 (tiga) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Perdagangan yaitu PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT PP Berdikari, dan PT Sarinah. Secara agregat, kinerja BUMN Sektor Usaha Perdagangan sebagaimana terlihat dalam Tabel 37. Tabel 37 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perdagangan Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
1,138
1,331
1,472
1,388
1,448
1,924
Total Ekuitas
(284)
(283)
(249)
(220)
(190)
(154)
Total Penjualan
1,206
1,324
1,753
1,902
1,798
3,071
1
3
38
31
30
63
Total Laba Bersih
(36) Sektor Usaha Jasa Penilai Terdapat 4 (empat) BUMN yang bergerak di Sektor Usaha Jasa Penilai yaitu PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), PT Sucofindo, PT Survai Udara Penas, dan PT Surveyor Indonesia. Secara agregat, pokok-pokok kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Penilai tahun 2005–2010 sebagaimana Tabel 38. Tabel 38 Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Penilai Tahun 2005–2010 (Rp Milyar) Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total Aset
937.03
979.01
1,099.82
1,183.61
1,320.71
1,400.00
Total Ekuitas
621.97
649.19
711.21
740.47
828.00
925.45
1,093.64
1,273.46
1,617.07
1,750.90
1,843.56
1,959.33
52.65
47.01
82.37
57.44
103.40
117.61
Total Penjualan Total Laba Bersih
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
17
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN 1. Potensi Kementerian BUMN Potensi Kementerian BUMN secara umum terdiri dari beberapa hal, yaitu: (1) Sumber Daya Manusia, (2) Sarana dan Prasarana, (3) Tata Laksana Kerja, dan (4) Anggaran. a. Sumber Daya Manusia Jumlah SDM Kementerian BUMN sebanyak 326 orang yang sebagian besar berasal dari Kementerian Keuangan. Sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian BUMN, jumlah jabatan Kementerian BUMN sebagai berikut: • Jabatan Struktural Eselon I : 11 Jabatan • Jabatan Struktural Eselon II : 20 Jabatan • Jabatan Struktural Eselon III : 46 Jabatan • Jabatan Struktural Eselon IV : 97 Jabatan Hasil evaluasi terhadap beban kerja SDM Kementerian BUMN tahun 2007 menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja SDM Kementerian BUMN baru mencapai 65%. Angka tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat celah yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kinerja pegawai Kementerian BUMN yang lebih baik. Ditambah lagi, dengan terbitnya Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor KEPKEP-236/MBU/2011 tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan dan/ atau Pemberian Kuasa Menteri Negara BUMN sebagai Wakil Pemerintah selaku Pemegang Saham/RUPS pada Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas serta Pemilik Modal pada Perusahaan Umum (Perum) kepada Direksi, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dan Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian BUMN, banyak beban kerja di Kementerian BUMN yang beralih kepada Direksi maupun Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN, sehingga secara otomatis akan mengurangi beban kerja pegawai Kementerian BUMN. b. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana kerja yang memadai dan kondusif adalah salah satu syarat yang mutlak diperlukan agar suatu institusi/lembaga dapat menghasilkan kinerja yang optimal. Hal ini sangat disadari oleh Kementerian BUMN sehingga sejak akhir tahun 2007, Kementerian BUMN telah memiliki gedung kantor sendiri di Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 13, Jakarta Pusat yang terdiri dari 22 lantai dengan luas bangunan 29.011 m2 dan luas tanah 39.015 m2 yang dibeli dari PT Garuda Indonesia (Persero). Proses
18
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
pembayarannya dilakukan secara bertahap dari tahun 2006–2009. Namun, karena usia gedung yang sudah lebih dari 20 tahun dan belum pernah dilakukan peremajaan, maka diperlukan alokasi dana tambahan untuk melakukan peremajaan gedung. c. Tata Laksana Kerja Metode dan tata laksana kerja yang telah distandardisasi dan dijalankan sangat berpengaruh terhadap kualitas output yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin terstruktur metode kerja yang dimiliki oleh suatu instansi akan semakin efektif dan efisiensi kerja pegawai.
Kementerian BUMN melalui standard operating procedure (SOP) dan office automation (OA) telah menetapkan prosedur-prosedur kerja yang harus ditempuh oleh pegawai dalam setiap aktivitas yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya. Implementasi yang menyeluruh terhadap SOP dan OA tersebut diyakini akan mampu meningkatkan kinerja pegawai dan organisasi secara keseluruhan.
d. Anggaran Agar dapat melaksanakan seluruh program kerja yang telah ditetapkan, anggaran yang cukup menjadi suatu keharusan sehingga setiap kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana. Pada awal keberadaan Kementerian BUMN sampai dengan tahun 2003, anggaran yang diperoleh Kementerian BUMN untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi relatif masih sangat kecil berkisar ±Rp.50 Milyar. Seiring dengan semakin kompleksnya kegiatan dan semakin banyaknya target-target yang hendak dicapai, anggaran Kementerian BUMN telah mengalami kenaikan secara bertahap sehingga pada tahun 2011 total anggaran yang diterima mencapai sebesar ±Rp.144 Milyar. Ketersediaan anggaran ini digunakan untuk mendukung setiap kebijakan pembinaan BUMN oleh Kementerian BUMN. Tabel 1 Perkembangan Anggaran Kementerian BUMN Tahun 2005–2011 (Rupiah) Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pagu
Realisasi
75,430,901,000 211,939,209,000 351,319,162,000 186,933,221,000 176,378,744,000 166,203,110,000 144,341,195,000
35,084,842,240 155,053,362,110 261,846,403,691 148,300,549,275 129,043,963,130 92,873,958,826 112,572,597,733
% Realisasi 46.51% 73.16% 74.53% 79.33% 73.16% 55.88% 77.99%
Catatan: Dalam pagu anggaran tahun 2006-2009 terdapat alokasi anggaran untuk pembelian gedung kantor Kementerian BUMN.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
19
2. Potensi BUMN Tahun 2011 a. Potensi Umum BUMN Sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945, BUMN merupakan salah satu penggerak utama perekonomian nasional. Dengan berbagai kondisi yang melekat padanya, BUMN memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang yang sampai dengan saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Potensipotensi tersebut antara lain: (a) keberadaan BUMN di hampir semua sektor usaha, (b) kepemilikan aset yang besar, (c) brand image BUMN, (d) pengalaman usaha BUMN, dan (e) profesionalisme SDM. 1) Keberadaan BUMN Jika melihat pada BUMN yang ada saat ini, kita akan mengetahui bahwa BUMN adalah sebuah entitas yang memiliki potensi untuk dapat berkembang menjadi sebuah entitas bisnis yang besar dan kuat. Hampir di semua lini bisnis dan sektor usaha yang ada di Indonesia, terdapat BUMN yang menjalankan usahanya. Bahkan di beberapa sektor usaha, BUMN adalah penguasa pasar (market leader) sehingga memiliki peran yang sangat signifikan baik bagi stabilitas sektor bisnis maupun ekonomi secara umum. Jumlah BUMN yang mencapai 141 dan tersebar hampir di semua sektor usaha tidak hanya membuat BUMN sangat berpotensi untuk berkontribusi yang signifikan kepada masyarakat dan negara secara umum, tetapi juga memiliki potensi yang besar untuk menjalin sinergi yang saling menguntungkan di antara sesama BUMN sehingga akan memberikan percepatan dalam pencapaian kinerja perusahaan. 2) Kepemilikan Aset Saat ini, total aset BUMN tercatat mencapai lebih dari Rp. 2.500 Triliun (nilai buku). Sebuah nilai yang sangat besar yang apabila mampu dimanfaatkan secara maksimal maka akan memicu pertumbuhan sektor riil dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainability growth). Namun, dari total aset BUMN tersebut, belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal guna menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Aset yang belum didayagunakan tersebut menjadi potensi tersendiri bagi BUMN dalam upayanya untuk terus memperbaiki kinerja agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada kesejahteraan rakyat. Melalui kerja sama usaha dengan swasta maupun BUMN, aset-aset yang masih idle tersebut akan menjadi salah satu kunci dalam upaya untuk mewujudkan BUMN yang sehat, berkinerja baik, dan berdaya saing tinggi.
20
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
3) Brand Image BUMN Tidak dapat dipungkiri bahwa perjalanan sejarah telah membuat BUMN memiliki brand image yang sangat kuat khususnya di dalam negeri. Dengan usaha-usaha yang dijalankan di sektor perintisan membuat nama BUMN dikenal luas di seluruh nusantara. Pos Indonesia, Bank BRI, Pegadaian, PLN, dan Pertamina adala BUMN-BUMN yang sudah sangat melekat di benak seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya karena menguasai hajat hidup orang banyak tetapi merupakan bagian dari sejarah perkembangan bangsa Indonesia. Brand image yang sangat kuat ini merupakan salah satu competitive advantage yang dimiliki oleh BUMN untuk bersaing dengan perusahaan swasta lain. Competitive advantage ini harus dapat dioptimalkan sehingga bisa mendukung upaya penciptaan BUMN yang sehat, berkinerja baik dan berdaya saing tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi perekonomian nasional. Brand image BUMN semakin membaik yang tergambar dari semakin meningkatnya jumlah BUMN yang mendapatkan penghargaan di tingkat nasional, regional, dan internasional. 4) Pengalaman Usaha (Corporate Experience) BUMN Jika dilihat secara seksama, hampir seluruh BUMN lahir pada awal kemerdekaan Indonesia bahkan ada beberapa BUMN yang merupakan hasil nasionalisasi perusahaan-perusahaan belanda. Dengan usia yang sudah sedemikian lama, BUMN seharusnya memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak daripada perusahaan-perusahaan swasta lain yang belum begitu lama berdiri. Pengalaman adalah salah satu nilai tambah yang sangat penting bagi perusahaan terutama untuk menghadapi persaingan usaha yang semakin kompetitif. Pemahaman yang mendalam tentang nature of business menjadi salah satu kunci agar suatu perusahaan mampu berkembang dan bisa menjawab setiap tantangan zaman. Namun patut diperhatikan juga bahwa, pengalaman usaha BUMN tersebut harus selalu diiringi dengan inovasi dan kreativitas usaha sehingga BUMN akan tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat. 5) Profesionalisme SDM Sebagaimana diketahui bahwa salah satu sumber SDM yang berkualitas terdapat di BUMN. Perbaikan sistem remunerasi yang semakin berkeadilan dan berbasis kinerja semakin mendorong peningkatan profesionalisme SDM BUMN. Ketatnya pengawasan dalam pengelolaan BUMN juga semakin mendorong peningkatan integritas SDM BUMN. Mekanisme penetapan pengurus BUMN yang semakin transparan RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
21
dan mengutamakan nilai-nilai profesionalisme dan integritas semakin mendorong persaingan SDM BUMN untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan serta semakin prudent dalam setiap pengambilan keputusan. 3. Permasalahan a. Tantangan Internal Tantangan internal yang dihadapi Kementerian BUMN yaitu terkait dengan mekanisme pengambilan keputusan Menteri BUMN yang belum sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Selain itu juga terkait dengan masih belum sinkronnya proses birokrasi Kementerian BUMN sebagai lembaga pemerintah dengan proses pembinaan BUMN. Hal tersebut tergambar dari tantangan internal berupa: 1) Kapasitas dan Kewenangan Sesuai PP Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Persero, Perum, dan Perjan kepada Menteri Negara BUMN, tidak semua kedudukan, tugas, dan kewenangan Menteri Keuangan dilimpahkan kepada Menteri BUMN. Beberapa hal yang tidak dilimpahkan kepada Menteri BUMN adalah: a) Penatausahaan setiap penyertaan modal Negara berikut perubahannya ke dalam Persero dan Perum, serta kegiatan penatausahaan kekayaan Negara yang dimanfaatkan oleh Perjan; b) Pengusulan setiap penyertaan modal Negara ke dalam Persero dan Perum yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, serta pemanfaatan kekayaan Negara dalam Perjan; c) Pendirian Persero, Perum, atau Perjan dan perubahan bentuk hukum Perjan. d) Dengan adanya pengecualian tersebut, Menteri Keuangan masih merupakan ultimate shareholder bagi BUMN yang dapat membuat business process yang seharusnya dapat berjalan lebih cepat justru memakan waktu yang lebih lama dan kurang efektif, khususnya dalam rangka pelaksanaan program restrukturisasi (rightsizing) BUMN sebagaimana diamanatkan dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2008. 2) Reformasi Birokrasi Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara PAN Nomor PER/15/M. PAN/7/208 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010–2014
22
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
serta Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, seluruh instansi/lembaga Pemerintah diwajibkan untuk melaksankan reformasi birokrasi guna menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih (good governance). Terkait dengan hal tersebut, Kementerian BUMN pada dasarnya telah mulai melaksanakannya sejak tahun 2007 yang dimulai dengan analisis jabatan dan analisis beban kerja setiap jabatan di Kementerian BUMN. Selanjutnya, untuk menindaklanjuti ketentuan dalam peraturan tersebut, maka pada tahun 2009 secara khusus telah dibentuk Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Negara BUMN dan beberapa tim lain guna mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian BUMN. Reformasi Birokrasi yang dilakukan telah menghasilkan beberapa output antara lain Standard Operating Procedure aktivitas Kementerian BUMN, kode etik, dan manajemen SDM. Khusus mengenai organisasi, Kementerian BUMN merencanakan akan melakukan perampingan dalam rangka meningkatkan efisiensi kerja sehingga dapat mempercepat business process. Selain itu, hal tersebut juga disesuaikan dengan rencana rightsizing BUMN yang diarahkan pada perampingan jumlah BUMN untuk mendapatkan jumlah BUMN yang paling ideal dan optimal. 3) Tata Laksana Kerja Kementerian BUMN Hasil analisa beban kerja Kementerian BUMN yang dilakukan pada tahun 2007, diperoleh hasil rata-rata pemakaian jam kerja sebesar 60,14% dari jam kerja standar. Hal ini berarti bahwa SDM yang dimiliki oleh Kementerian BUMN belum diberdayakan secara optimal. Kondisi ini merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian dari internal Kementerian BUMN. Aspek lain yang perlu diperbaiki di Kementerian BUMN antara lain meliputi konsolidasi internal untuk mengoptimalkan rencana kerja dan anggaran, serta pembuatan dan penyempurnaan Standard Operating Procedure (SOP) yang mengatur tatalaksana pekerjaan (alur kerja) di Kementerian BUMN. 4) Sarana dan Prasarana Saat ini Kementerian BUMN sedang mempersiapkan sistem informasi sebagai salah satu pendukung percepatan bisnis proses dan administrasi. Terdapat lima portal yang dapat digunakan yaitu (1) portal publik sebagai sarana penyampaian informasi dari Kementerian BUMN kepada publik; (2) Executive Information System (EIS) sebagai bagian dari decision support system para pimpinan di Kementerian BUMN; (3) Office Automation (OA) yang digunakan oleh internal Kementerian BUMN untuk mengurangi konsumsi waktu dalam penyelenggaraan RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
23
kegiatan rutin administratif; (4) portal Aset sebagai basis data dalam rangka upaya identifikasi dan optimalisasi aktiva tetap yang dimiliki oleh BUMN; dan (5) portal Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai basis data potensi SDM yang dimiliki oleh BUMN serta dapat dipergunakan untuk keperluan penjaringan calon Direksi BUMN. 5) Fleksibilitas Pengelolaan Dana APBN Alokasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian BUMN yang disediakan dari APBN saat ini hanya digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan operasional Kementerian BUMN dalam rangka pelaksanaan tugas pembinaan BUMN. Alokasi kebutuhan dana APBN yang dapat digunakan untuk pelaksanaan restrukturisasi BUMN saat ini hanya dapat dilakukan melalui mekanisme penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN). Kebijakan PMN pun dibatasi hanya diberikan kepada BUMN yang melakukan kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebijakan pemerintah seperti halnya KUR. Sementara itu, selama ini BUMN telah memberikan sumbangan kontribusi kepada APBN melalui dividen yang dalam kurun waktu lima tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Di masa mendatang Kementerian BUMN seharusnya dapat memanfaatkan sebagian setoran dividen BUMN untuk digunakan sebagai dana restrukturisasi (pembentukan BUMN Fund). Optimalisasi sumber daya yang dimiliki tersebut akan diarahkan untuk penciptaan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan tugas pembinaan BUMN. b. Tantangan Eksternal Setidaknya terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan BUMN: 1) Ketidakharmonisan Peraturan Perundang-Undangan Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN selain tunduk pada UU BUMN, juga harus mengikuti UU Perseroan Terbatas, paket UU bidang Keuangan Negara, paket UU bidang Pemeriksaan dan Pengawasan, serta peraturan perundang-undangan sektoral yang dalam pelaksanaannya terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan operasional BUMN saling berbenturan dengan peraturan lainnya. Hal ini dapat menyebabkan adanya perbedaan penafsiran yang akan berpengaruh terhadap kepastian hukum di bidang pengurusan, pengawasan dan pembinaan BUMN.
24
Di samping itu, gencarnya desentralisasi dan otonomi daerah membawa euforia yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
terhadap kegiatan usaha BUMN di daerah. Persepsi Pemerintah Daerah yang masih menganggap BUMN sebagai institusi publik memunculkan kebijakan-kebijakan yang justru sering menghambat BUMN untuk beroperasi sebagaimana layaknya korporasi.
Tantangan lainnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah Kementerian BUMN tidak lagi merupakan Kementerian yang memonopoli pembinaan BUMN, mengingat adanya badan lain yang menyerupai BUMN yang tidak di bawah pembinaan BUMN. Badan tersebut berupa Badan Layanan Umum (BLU), Badan Hukum Milik Negara (BHMN), dan Badan Usaha Milik Negara lain yang baru dibentuk. Keberadaan badan-badan ini merupakan faktor pemicu bagi Kementerian BUMN untuk berprestasi lebih baik lagi.
Upaya pembinaan dan pengawasan BUMN juga tidak dapat dilepaskan dari isu deregulasi sektoral. Beberapa BUMN yang selama ini menikmati fasilitas perlindungan usaha dari pemerintah harus mulai berbenah dan meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi persaingan usaha. Ke depan, diperlukan adanya harmonisasi kebijakan baik dengan para pengambil kebijakan pada tataran pusat (nasional) maupun dengan pemerintah daerah. a) Perkembangan Ekonomi Makro Sebagai entitas yang bergerak di dunia usaha, perkembangan BUMN sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi baik nasional, regional dan global. (1) Fiskal Kinerja BUMN dipengaruhi oleh risiko fiskal. Beberapa hal yang mempengaruhi risiko fiskal bagi BUMN dividen BUMN, privatisasi BUMN, dan pungutan pajak ekspor dan retribusi daerah. Dividen merupakan bagian dari laba bersih BUMN yang diberikan kepada pemegang saham. Untuk saham milik Negara, dana hasil dividen seluruhnya disetorkan secara langsung ke Kas Negara. Besar kecilnya prosentase rasio atas laba bersih berpengaruh juga terhadap besar kecilnya arus kas perusahaan dan penguatan modal BUMN di dalam meningkatkan kinerja.
Privatisasi BUMN adalah dengan melepas sebagian saham ke publik (Initial Public Offering/IPO) melalui pasar modal. Pada masa lalu, langkah BUMN untuk mendapatkan dana murah RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
25
di pasar modal dipergunakan untuk menutup defisit APBN, sehingga BUMN yang melakukan IPO, tidak mendapatkan dana murah. Mengingat tidak ada dana segar yang masuk ke perusahaan, maka hal ini berpengaruh terhadap kinerja BUMN. Oleh karena itu, privatisasi BUMN di masa mendatang, diharapkan sebagian besar atau seluruh hasil privatisasi dipergunakan untuk penguatan dan peningkatan modal kerja perusahaan.
Terkait, pungutan pajak ekspor dan retribusi daerah, banyak pungutan yang terjadi dibebankan kepada perusahaan/ BUMN, seperti pajak hasil perkebunan seperti Pajak Ekspor (PE) untuk sawit dan juga berbagai pungutan retribusi daerah yang menjadi beban bagi perusahaan/BUMN dan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
(2) Moneter Sebagai salah satu pelaku ekonomi, BUMN sangat dipengaruhi oleh kondisi moneter dalam negeri, terutama kestabilan nilai tukar rupiah. Pengaruh tersebut akan semain besar bagi BUMN yang banyak melakukan transaksi mata uang asing. Untuk meminimalisasi pengaruh dari fluktuasi nilai tukar rupiah, BUMN dituntut untuk mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri, dan menjaga agar tidak berlebihan dalam melakukan transaksi yang melibatkan mata uang asing. (3) Harga Komoditas Salah satu faktor yang berpengaruh pada pencapaian kinerja keuangan BUMN adalah harga komoditas yang dihasilkan. Kecenderungan harga komoditas yang semakin membaik, harus mampu dimanfaatkan oleh BUMN untuk meningkatkan laba perusahaan. Namun di sisi lain apabila terjadi penurunan harga komoditas secara umum, BUMN harus mampu merespons dengan baik untuk meminimalisasi penurunan laba. Perubahan harga komoditas yang sangat sensitif terhadap kinerja BUMN adalah minyak bumi, tambang, CPO, gas dan gula. Bagi BUMN penghasil komoditas yang dibutuhkan oleh masyarakat luas, seperti gula dan minyak goreng, selain mengejar keuntungan, BUMN tersebut juga harus mampu menjadi instrumen negara untuk menjaga kestabilan harga di tingkat konsumen akhir.
26
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
(4) Perekonomian Dunia Mengingat bahwa perekonomian Indonesia merupakan bagian dari ekonomi dunia, maka setiap perkembangan ekonomi dunia bepengaruh pada kinerja BUMN. Meskipun masih dibayang-bayangi resesi ekonomi yang melanda Amerika dan Eropa terutama terkait kondisi ekonomi Yunani dan harga minyak yang cenderung naik, kondisi ekonomi Asia masih menunjukan perkembangan yang positif yang ditopang oleh pertumbuhan ekonomi Cina dan India. Perbaikan ekonomi global terutama Asia harus dapat dimanfaatkan oleh BUMN untuk meningkatkan kinerjanya guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. b) Penegakan Hukum Aset BUMN merupakan kekayaan negara yang telah dipisahkan dan telah menjadi aset korporasi. Oleh karena itu, pengelolaan aset BUMN tunduk kepada UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 9 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, serta UU sektoral lain. Oleh beberapa pihak, sesuai UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, aset BUMN ditafsirkan sebagai aset negara, sehingga bila terjadi kerugian korporasi BUMN maka beberapa pihak tersebut sering mengartikan sebagai kerugian negara.
Perlunya kejelasan dan kepastian hukum atas definisi aset BUMN tersebut, yang secara nyata aset BUMN merupakan aset korporasi dan tidak tunduk pada UU Keuangan Negara. Oleh karena itu, kepastian hukum atas aset BUMN ini dapat menjadi pintu bagi penegakan hukum yang baik di BUMN serta memberi kepastian bagi aktivitas manajemen BUMN di dalam perannya mengembangkan aset BUMN agar lebih produktif lagi.
c) Persaingan Usaha Salah satu pertimbangan agar usaha bisnis BUMN dapat berjalan dengan baik dan meningkat adalah mengevaluasi pesaing/ kompetitor secara sehat. Analisis ini penting dilakukan agar langkah usaha dapat dijalankan dengan lebih terukur dan berhasil. Apabila beberapa BUMN akan dilakukan restrukturisasi dalam arti merger atau penggabungan usaha, maka perlu mempertimbangkan secara seksama dampak dari sisi analisis persaingan usaha. Walaupun program merger dari sisi economic of sales dan leverage sangat menguntungkan BUMN, namun dari sisi persaingan usaha, langkah RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
27
ini dapat membatasi atau mengurangi kemampuan BUMN. Oleh karena itu, faktor persaingan usaha yang sehat menjadi faktor kunci bagi BUMN agar lebih efisien di dalam ikut berkompetisi dan menjadi salah satu pertimbangan program merger atau penggabungan usaha agar merger ini dapat dilaksanakan sesuai target yang diharapkan. d) Pelaksanaan Otonomi Daerah Meskipun telah mulai diterapkan sejak tahun 1999, namun masih banyak persepsi yang keliru dari pemerintah daerah terhadap konsep otonomi daerah yang diharapkan. Sebagian pemerintah daerah masih menuntut penerimaan yang lebih dari BUMN sehingga menimbulkan terbitnya regulasi tambahan tentang pajak dan retribusi yang harus dibayar oleh BUMN. Selain itu juga muncul keinginan dari pemerintah daerah untuk turut serta mendapatkan hak atas pembagian laba BUMN serta keinginan untuk turut serta mengelola BUMN yang berada di wilayahnya.
Pemahaman yang keliru tersebut telah memberikan beban tambahan bagi BUMN dalam menjalankan usahanya di daerah sehingga BUMN tidak dapat bergerak secara leluasa dalam mengembangkan usaha di daerah. Selain itu, pemahaman tersebut juga telah mendorong masyarakat dan pemerintah daerah menjadi lebih defensif terkait dengan hak pengelolaan atas lahan milik BUMN, sehingga terdapat beberapa BUMN yang mengalami kesulitan untuk melakukan perpanjangan HGU dan HPL di beberapa lahan milik BUMN. Hal yang sama juga berlaku pada perpanjangan kuasa pertambangan.
e) Tuntutan Tata Kelola yang Baik (“Good Governance”) Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER-15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi, Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010–2014 serta Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010–2025, setiap instansi Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan program Reformasi Birokrasi yang menitikberatkan pada penatakelolaan birokrasi yang efektif dan efisien. Kementerian BUMN sebagai salah satu instansi pemerintah wajib memenuhi ketentuan tersebut. Menjadikan organisasi Kementerian BUMN yang efektif dan efesien yang akan meningkatkan kualitas pembinaan kepada BUMN. Terdapat
28
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
sebagian BUMN yang belum menerapkan mekanisme pengelolaan perusahaan yang baik.
Dengan demikian, salah satu tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah memastikan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) di BUMN sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN. Hal ini perlu dilakukan untuk menjawab tuntutan masyarakat luas terkait terealisasinya prinsip-prinsip GCG yaitu keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.
Kementerian BUMN memiliki komitmen yang kuat untuk terus memacu implementasi GCG pada BUMN secara berkesinambungan. Penatakelolaan perusahaan yang baik akan mengurangi asimetri informasi antara pengurus perusahaan dengan pihak luar, dan tentunya akan menciptakan kepercayaan publik secara lebih luas yang pada akhirnya meningkatkan keberhasilan usaha.
Setelah reformasi birokrasi dan tata kelola yang baik pada BUMN dapat diterapkan, maka tantangan berikutnya adalah peningkatan profesionalisme dan integritas pengurus BUMN. Tantangan yang harus dihadapi adalah memantapkan mekanisme seleksi pengurus BUMN (Direksi dan Dewan Komisaris) dan pengukuran kinerja pada pengurus BUMN melalui penerapan Key Performance Indicators (KPI). Selanjutnya untuk meningkatkan motivasi pengurus BUMN yang professional, dibutuhkan penyesuaian sistem remunerasi yang dapat menciptakan suatu sistem penghasilan yang seimbang dengan tanggungjawab yang diberikan serta menyesuaikan dengan sistem penghasilan di sektor usaha sejenis.
Oleh karena itu, penetapan penghasilan dilakukan dengan memperhatikan faktor pencapaian target (KPI), tingkat kesehatan, kemampuan keuangan, tingkat inflasi, perbandingan dengan sektor usaha sejenis, dan faktor lain yang relevan.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
29
30
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
2
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Kementerian BUMN sesuai dengan tugas dan fungsinya diharuskan dapat mendorong BUMN untuk mencapai maksud dan tujuan pendirian BUMN sebagaimana disebutkan dalam UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Untuk itu, Kementerian BUMN menetapkan visi dan misi yang akan dicapai melalui pencapaian tujuan dan sasaran strategis serta pelaksanaan program dan kegiatan. Peta Strategi Kementerian BUMN 2010-2014 dapat terlihat sebagaimana Gambar 2.
PEMBINA BUMN YANG PROFESIONAL UNTUK MENINGKATKAN NILAI BUMN
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
SS 1 Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
SS 2 Peningkatan Nilai BUMN
SS 3 Peningkatan kepuasan BUMN atas kebijakan KBUMN
SS 4 Peningkatan transparansi, akuntabilitas dan independensi pengelolaan BUMN
SS 5 Peningkatan belanja modal BUMN
SS 6 Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
SS 7 Pelaksanaan riset/kajian bisnis korporasi
SS 8 Terwujudnya proses bisnis KBUMN yang efektif
SS 9 Terlaksananya prinsip-prinsip pengelolaan organisasi yang baik dan benar
SS 10 Terlaksananya penyusunan dari harmonisasi peraturan perundang-undangan
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
SS 11 Peningkatan kinerja SDM
SS 12 Penyediaan sarana dan prasarana kerja yang memadai
SS 13 Pengembangan sistem informasi yang modern
SS 14 Terlaksananya reformasi birokrasi
FINANCIAL PERSPECTIVE
SS 15 Penyediaan anggaran berbasis kinerja
SS 16 Terwujudnya akuntabilitas pengelolaan keuangan
Gambar 2. Peta Strategi Kementerian BUMN
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
31
A. VISI Sejalan dengan Visi dan Misi Presiden dalam masa pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II, posisi keberadaan BUMN sesuai dengan amanat pasal 33 ayat 2 UUD 1945, serta maksud dan tujuan pendirian BUMN berdasarkan UU Nomor 19 tahun 2003, maka Kementerian BUMN menetapkan Visi sebagai berikut: “Menjadi Pembina BUMN yang Profesional untuk meningkatkan nilai BUMN”. B. MISI Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, Kementerian BUMN menetapkan misi sebagai berikut: 1. Mewujudkan organisasi modern sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik 2. Meningkatkan daya saing BUMN di tingkat nasional, regional, dan internasional 3. Meningkatkan kontribusi BUMN kepada ekonomi nasional. C. TUJUAN 1. Mewujudkan Kementerian BUMN yang Profesional Dalam merealisasikan visi dan misi Kementerian BUMN, BUMN tentunya akan menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah untuk dihadapi. Untuk itu, diperlukan adanya Kementerian BUMN yang akan melakukan proses koordinasi, harmonisasi dan pengawasan dalam pengurusan BUMN secara efektif dan efisien sehingga BUMN dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Untuk mendukung hal tersebut, Kementerian BUMN haruslah diperkuat dengan standar yang tinggi dalam pelaksanaan tugasnya melalui pemahaman yang komprehensif atas BUMN, serta adaptif dan inovatif dalam menghadapi perubahan lingkungan. 2. Mewujudkan Peran dan Kontribusi BUMN yang Optimal kepada Ekonomi Nasional
32
Sesuai dengan Pasal 2 UU Nomor 19 Tahun 2003, maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah: a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya b. mengejar keuntungan c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
Oleh karena itu, setiap kebijakan pembinaan BUMN diarahkan untuk mendukung pencapaian maksud dan tujuan pendirian BUMN yaitu optimalisasi kontribusi BUMN kepada perekonomian nasional. D. SASARAN STRATEGIS 1. Perspektif Stakeholders No
SS
IKU
SS1
:
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
• Jumlah pajak BUMN • Jumlah dividen BUMN • Persentase penyaluran dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan • Jumlah mitra binaan
SS2
:
Peningkatan nilai BUMN
• Pertumbuhan aset BUMN • Pertumbuhan ekuitas BUMN • Jumlah privatisasi BUMN
SS3
:
Peningkatan kepuasan BUMN atas kebijakan Kementerian BUMN
Nilai indeks kepuasan BUMN
SS4
:
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi pengelolaan BUMN
Nilai rata-rata GCG BUMN
SS5
:
Peningkatan belanja modal BUMN
• Jumlah belanja modal
SS6
:
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
• Rata-rata RoA BUMN • Rata-rata RoE BUMN
2. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process) No
SS
IKU
SS7
:
Pelaksanaan riset/kajian
Jumlah riset/kajian
SS8
:
Terwujudnya proses bisnis KBUMN yang efektif
• Persentase pelaksanaan RUPS tepat waktu • Persentase penetapan Direksi BUMN tepat waktu • Persentase penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN tepat waktu • Persentase ketersediaan kontrak kinerja Direksi BUMN • Persentase ketersediaan kontrak kinerja Dewan Komisaris/Pengawas BUMN
SS9
:
Terlaksananya prinsip-prinsip pengelolaan organisasi yang baik dan benar
Skor SAKIP
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
33
No SS10
SS :
Terlaksananya penyusunan dan harmonisasi peraturan perundangundangan
IKU Jumlah rancangan peraturan perundang-undangan di bidang pembinaan BUMN yang disusun/direvisi/dicabut
3. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth) No
SS
IKU
SS11
:
Peningkatan kinerja SDM
• Rata-rata pencapaian target IKU • Indeks kepuasan pegawai
SS12
:
Penyediaan sarana dan prasarana kerja yang memadai
Persentase pencapaian Service Level Agreement Index (SLAI) sarana dan prasarana kerja
SS13
:
Pengembangan sistem informasi yang modern
Persentase pencapaian Service Level Agreement Index (SLAI) sistem informasi
SS14
:
Terlaksananya reformasi birokrasi
Persentase pelaksanaan reformasi birokrasi
4. Perspektif Keuangan (Financial) No
34
SS
IKU
SS15
:
Penyediaan anggaran berbasis kinerja
Persentase penyerapan anggaran
SS16
:
Terwujudnya akuntabilitas pengelolaan keuangan
Tingkat Opini BPK
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
3
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Sebagai instrumen negara, pengelolaan dan operasionalisasi BUMN tidak dapat dipisahkan dari arah kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah pada periode 2010–2014. A. ARAH KEBIJAKAN NASIONAL Arah kebijakan nasional Kementerian BUMN ditujukan untuk mendukung pencapaian program prioritas nasional tahun 2010–2014. Beberapa program prioritas nasional yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN antara lain: 1. Bidang Ekonomi
Dari 11 program prioritas pembangunan nasional yang ditetapkan, terdapat 9 (sembilan) program prioritas yang terkait dengan Kementerian BUMN dan BUMN, yaitu: a. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Arah kebijakan nasional di bidang reformasi birokrasi dan tata kelola yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah penyempurnaan pengelolaan PNS yang meliputi sistem rekruitmen, pendidikan, penempatan, promosi dan mutasi PNS, serta percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundangan, khususnya peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan BUMN. b. Kesehatan Arah kebijakan nasional di bidang kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah penerapan asuransi kesehatan nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada tahun 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara 2012– 2014. c. Penanggulangan Kemiskinan Arah kebijakan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah mendukung distribusi Bantuan Langsung Tunai (BLT) serta pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan cakupan KUR mulai 2012.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
35
d. Ketahanan Pangan Arah kebijakan nasional di bidang ketahanan pangan yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah: 1) Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian, pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar. 2) Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi. 3) Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, serta sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau. 4) Pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim. e. Infrastruktur Arah kebijakan nasional di bidang infrastruktur yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah: 1) Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antar-moda dan antar-pulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat ini. 2) Pembangunan 685.000 Rumah Sederhana Sehat Bersubsidi, 180 Rusunami dan 650 twin block berikut fasilitas pendukung kawasan permukiman yang dapat menampung 836.000 keluarga yang kurang mampu pada 2012. 3) Penyelesaian pembangunan angkutan kereta listrik (MRT dan Monorail) Jakarta selambat-lambatnya 2014. f. Iklim Investasi dan Iklim Usaha Arah kebijakan nasional di bidang iklim investasi dan iklim usaha yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah pengembangan dan penetapan Sistem Logistik Nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan mengurangi biaya transaksi/ekonomi biaya tinggi, serta beroperasinya secara penuh National Single Window (NSW) untuk impor dan ekspor. g. Energi Arah kebijakan nasional di bidang energi yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah:
36
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
1) Transformasi dan konsolidasi BUMN bidang energi dimulai dari PLN dan Pertamina yang selesai selambat-lambatnya 2010 dan diikuti oleh BUMN lainnya. 2) Peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar rata-rata 3.000 MW per tahun mulai 2010 dengan rasio elektrifikasi yang mencakup 62% pada 2010 dan 80% pada 2014; dan produksi minyak bumi sebesar lebih dari 1,2 juta barrel per hari mulai 2014. 3) Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada 2014 dan dimulainya produksi coal bed methane untuk membangkitkan listrik pada 2011 disertai pemanfaatan potensi tenaga surya, microhydro, dan nuklir secara bertahap. 4) Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya. 5) Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010; penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya, dan Denpasar. h. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Arah kebijakan nasional di bidang lingkungan hidup dan pengelolaan bencana yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah dalam hal perubahan iklim dan pengendalian kerusakan lingkungan. i.
Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi Arah kebijakan nasional di bidang kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim.
2. Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Arah kebijakan nasional di bidang politik, hukum dan keamanan yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah peningkatan kapasitas SDM aparatur pemerintah dan pemberdayaan industri strategi pertahanan. 3. Bidang Kesejahteraan Rakyat Arah kebijakan nasional di bidang kesejahteraan rakyat yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian BUMN adalah melakukan konsolidasi akses transportasi manca negara dan dalam negeri, terutama ke 10 tujuan pariwisata Indonesia dan mendorong perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
37
B. ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN BUMN Arah kebijakan yang dirumuskan oleh Kementerian BUMN terdiri dari: (1) arah kebijakan terhadap Kementerian BUMN dan (2) arah kebijakan terhadap pembinaan BUMN. 1. Arah Kebijakan dan Strategi Terhadap Kementerian BUMN
Arah kebijakan terhadap Kementerian BUMN sebagai institusi pembina BUMN adalah Reformasi Birokrasi. Kementerian BUMN sebagai unsur pelaksana pemerintah yang bertugas dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan pembinaan kepada Badan Usaha Milik Negara memiliki tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tersebut. Oleh karena itu, institusi Kementerian BUMN harus didukung oleh perangkat dan sumber daya yang memadai, salah satunya adalah sumber daya manusia yang kompeten, berintegritas, serta berdedikasi tinggi dalam mewujudkan rencana dan program kerja serta mampu mengemban amanat UndangUndang tersebut. Untuk mendukung proses reformasi birokrasi, diperlukan adanya dukungan dari infrastruktur teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi yang pesat dewasa ini telah membawa perubahan dalam pengelolaan administrasi negara maupun dunia usaha. Revolusi tersebut jika tidak dimanfaatkan akan menjadi ancaman bagi setiap organisasi, namun sebaliknya dengan pemanfaatan yang optimal akan membawa manfaat yang besar bagi organisasi. Persiapan pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian BUMN sedang dalam proses finalisasi segala persyaratan sebagaimana yang berlaku di Kementerian/Lembaga yang telah melaksanakan reformasi birokrasi, bahkan hampir semua pejabat struktural sudah mengikuti fit and proper test oleh lembaga independen. Langkah-langkah yang memerlukan perhatian dalam finalisasi reformasi birokrasi, antara lain: a. Mempercepat penyelesaian seluruh dokumen persyaratan reformasi birokrasi. b. Melakukan komunikasi dan koordinasi intensif dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Menteri Keuangan untuk mempercepat proses pelaksanaan. c. Mempersiapkan mekanisme rekruitmen pegawai Kementerian BUMN yang baru untuk menutupi kekurangan SDM keahlian tertentu. d. Mempercepat proses penetapan status pegawai Kementerian BUMN sebagai pegawai tetap Kementerian karena sampai saat ini status pegawai masih status dipekerjakan dari berbagai Kementerian/Lembaga lain. e. Menyiapkan perangkat pelaksana penilaian Key Performance Indicators (KPI) pegawai.
38
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan, terdiri dari: a. Meningkatkan kompetensi dan kinerja SDM Kementerian BUMN. b. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Kementerian BUMN. c. Meningkatkan implementasi Good Corporate Governance Kementerian BUMN. 2. Arah Kebijakan dan Strategi Terhadap Pembinaan BUMN
Arah kebijakan utama terkait dengan pembinaan BUMN adalah rightsizing, restrukturisasi, revitalisasi dan profitisasi BUMN secara bertahap dan berkesinambungan.
Rightsizing adalah kebijakan untuk melakukan restrukturisasi BUMN menuju jumlah yang ideal berdasarkan 2 prinsip utama yaitu (i) perlu tidaknya kepemilikan Negara mayoritas dipertahankan pada BUMN tertentu dan (ii) jenis tindakan yang akan dilakukan. Salah satu faktor utama yang melatarbelakangi kebijakan ini adalah kondisi kinerja BUMN saat ini yang ±90% didominasi hanya oleh 25 BUMN saja.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan perlu tidaknya kepemilikan Negara mayoritas pada BUMN, antara lain: • • • • • • •
Amanat pendirian oleh peraturan perundang-undangan Mengemban tugas Public Service Obligation Terkait erat dengan pertahanan dan keamanan Negara Melakukan konservasi alam/budaya Berbasis sumber daya alam Padat karya Penting bagi stabilitas ekonomi/keuangan Negara
Kebijakan rightsizing dilaksanakan melalui 5 jenis tindakan, yaitu: a. Stand alone b. Merjer/konsolidasi c. Holding d. Divestasi e. Likuidasi
“Skenario pelaksanaan rightsizing BUMN tahun 2012–2014 adalah rightsizing antara lain Sektor Perkebunan, Kehutanan, Farmasi, Aneka Industri, Percetakan, Pengerukan, dan Konstruksi sehingga jumlah BUMN pada akhir tahun 2012 menjadi ±114 BUMN. Pada tahun 2013, akan dilakukan rightsizing antara lain pada Sektor Pertanian, Energi, Percetakan, Angkutan Darat, Konsultan Konstruksi, Logistik, dan Jasa Penilai sehingga jumlah BUMN akan menjadi ±104 BUMN. Selanjutnya, pada tahun 2014, akan dilakukan rightsizing antara
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
39
lain pada Sektor Jasa Lainnya, Kertas, Dok dan Perkapalan, Industri Berbasis Teknologi, Angkutan Darat, dan Asuransi, sehingga jumlah BUMN pada akhir tahun 2014 diperkirakan akan menjadi ±91 BUMN”.
Kebijakan rightsizing secara lengkap dan menyeluruh dituangkan dalam Master Plan 2010–2014 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Strategis Kementerian BUMN ini.
Selain rightsizing, restrukturisasi, revitalisasi dan profitisasi BUMN, arah kebijakan lain yang diambil adalah: a. Memantapkan proses seleksi pengurus BUMN secara profesional, transparan dan obyektif b. Penetapan peraturan pelaksanaan UU BUMN dan harmonisasi peraturan perundang-undangan lainnya sesuai dengan UU Perseroan Terbatas dan/ atau Capital Market Protocol c. Penerapan Good Governance dan Good Corporate Governance d. Peningkatan kinerja dan daya saing dan keberlanjutan usaha BUMN e. Peningkatan kualitas pelaksanaan pelayanan umum f. Peningkatan peran BUMN dalam mendorong pelaksanaan prioritas pembangunan nasional g. Privatisasi BUMN untuk meningkatkan daya saing dan nilai perusahaan Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Penerapan sistem informasi manajemen Kementerian BUMN b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas talent management untuk pimpinan/ direksi BUMN c. Meningkatkan kualitas sistem monitoring dan pengendalian BUMN d. Meningkatkan upaya peningkatan nilai BUMN melalui upaya “creating value strategy” e. Meningkatkan implementasi GCG dan sistem manajemen kinerja di BUMN f. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kebijakan investasi BUMN g. Meningkatkan peran BUMN dalam keperintisan usaha dan pengembangan UMKM h. Meningkatkan kualitas dividen yang diterima Pemerintah dengan mempertimbangkan besaran investasi BUMN dalam mendukung pertumbuhan usaha BUMN i. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam mendukung pembangunan nasional. j. Meningkatkan kepuasan pelanggan dan pangsa pasar BUMN dalam setiap sektor industri atau jasa yang dimasuki k. Meningkatkan daya saing BUMN di pasar domestik dan internasional l. Meningkatkan efisiensi BUMN
40
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
m. Meningkatkan total pendapatan BUMN n. Meningkatkan nilai dan kekayaan BUMN
Untuk mencapai jumlah BUMN yang ideal yang dapat memaksimalkan nilai BUMN dan memberikan manfaat optimal bagi Negara, akan dilakukan restrukturisasi/ rightsizing BUMN.
C. PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA Dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya, berbagai upaya dilaksanakan guna mengatasi tekanan dan tuntutan agar maksud dan tujuan pendirian BUMN sebagaimana tersebut dalam UU BUMN dapat tercapai. Upaya pokok yang dilakukan Kementerian BUMN sebagai instansi yang mendapatkan tugas untuk melakukan pembinaan BUMN, pada dasarnya terbagi dalam 2 (dua) Program yaitu: 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kementerian BUMN
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Kementerian BUMN dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yaitu: (1) Peningkatan Kualitas Perencanaan, SDM, dan Pengelolaan Keuangan; (2) Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan, Peraturan Hukum dan Bantuan Hukum; (3) Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja, Pelayanan Administrasi dan Humas; (4) Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas Kementerian BUMN.
2. Program Pembinaan BUMN
Program ini dilaksanakan dalam rangka melaksanakan fungsi Kementerian BUMN dalam pembinaan BUMN yang terdiri dari: a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pembinaan badan usaha milik negara; b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan badan usaha milik negara; c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian BUMN; dan d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian BUMN.
Beberapa kegiatan utama yang dilaksanakan dalam program ini, antara lain: (1) restrukturisasi dan profitisasi BUMN; (2) restrukturisasi dan pengembangan usaha; (3) pendayagunaan aset dan sinergi; (4) pembinaan kemitraan dan bina lingkungan; (5) riset dan sistem informasi.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
41
42
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
4
PENUTUP
Rencana Strategis Kementerian BUMN 2012–2014 ini akan menjadi pedoman bagi Kementerian BUMN dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah di bidang pembinaan BUMN. Dengan adanya pedoman ini, diharapkan pelaksanaan pembinaan BUMN akan lebih terintegrasi dan terarah sehingga dapat memberikan dampak yang nyata dan signifikan dalam usaha-usaha untuk menciptakan BUMN yang sehat, berkinerja baik dan memiliki daya saing yang tinggi serta mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi bangsa dan Negara Indonesia. Perubahan lingkungan yang sangat dinamis baik internal maupun eksternal menuntut Kementerian BUMN untuk responsif dan akomodatif terhadap setiap perubahan yang dapat berpengaruh terhadap kelangsungan proses pembinaan BUMN. Perubahan tersebut harus dapat diolah sedemikian rupa sehingga dampak negatif yang ditimbulkan dapat diminimalisasi dan jika bisa, perubahan-perubahan tersebut harus bisa dimanfaatkan guna memperkuat sistem pembinaan BUMN yang selama ini sudah dijalankan. Berbagai kebijakan dan program yang telah direncanakan hanya akan menjadi catatan belaka tanpa diiringi dengan usaha terbaik dari seluruh elemen Kementerian BUMN sesuai dengan tugas dan kewenangannya masingmasing. Dukungan, kerja sama, dan komunikasi yang baik dari seluruh pihak baik internal maupun eksternal akan sangat mendukung tercapainya tujuan bersama.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
43
44
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
LAMPIRAN 1 TARGET PEMBANGUNAN TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
45
46
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
47
PROGRAM
(2)
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN BUMN
No.
(1)
A
Persentase Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Jumlah rancangan peraturan perundangundangan di bidang pembinaan BUMN yang disusun/direvisi/dicabut Skor SAKIP
Persentase penyerapan anggaran Tingkat Opini BPK Nilai indeks kepuasan BUMN
Terlaksananya reformasi birokrasi Terlaksananya penyusunan dan harmonisasi peraturan perundangundangan Terlaksananya prinsip-prinsip pengelolaan organisasi yang baik dan benar Penyediaan anggaran berbasis kinerja Terwujudnya akuntabilitas pengelolaan keuangan Peningkatan kepuasan BUMN atas kebijakan Kementerian BUMN
Poin
Opini
%
Poin
Peraturan
%
%
Poin
Indeks kepuasan pegawai Persentase pencapaian Service Level Agreement Index (SLAI) sarana dan prasarana kerja
%
(5)
SATUAN
Rata-rata pencapaian target IKU
(4)
INDIKATOR
Penyediaan sarana dan prasarana kerja yang memadai
Peningkatan kinerja SDM
(3)
OUTCOME
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
75
WTP
80
55
20
40
100
70
80
(6)
2012
78
WTP
85
60
15
60
100
75
85
(7)
2013
TAHUN
80
WTP
90
65
15
75
100
80
90
(8)
2014
Kementerian Badan Usaha Milik Negara
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
48
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
(2)
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(1)
B
PROGRAM
No.
% % % %
Persentase penetapan Direksi tepat waktu Persentase penetapan Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas tepat waktu Persentase ketersediaan kontrak kinerja Direksi BUMN Persentase ketersediaan kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN
% %
Rata-rata RoA BUMN Rata-rata RoE BUMN
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
RpTriliun
Jumlah belanja modal
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
Nilai rata-rata GCG BUMN
BUMN
%
Jumlah privatisasi BUMN
%
Unit
Jumlah mitra binaan
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN
%
Persentase penyaluran dana Program Bina Lingkungan
Persentase pertumbuhan aset BUMN
%
RpTriliun
Jumlah dividen BUMN Persentase penyaluran dana Program Kemitraan
RpTriliun
Jumlah pajak BUMN
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
%
Persentase pelaksanaan RUPS tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
%
Persentase pencapaian Service Level Agreement Index (SLAI) sistem informasi
Pengembangan sistem informasi yang modern
Riset
(5)
SATUAN
Jumlah riset/kajian
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTCOME
17.40
4.25
225
Baik
7
10
10
800,000
60
80
30.8
125
100
100
100
100
100
50
20
(6)
2012
17.50
4.40
240
Baik
7
10
10
850,000
60
80
31.0
135
100
100
100
100
100
60
25
(7)
2013
TAHUN
17.60
4.50
255
Baik
6
10
10
900,000
60
80
32.0
145
100
100
100
100
100
70
30
(8)
2014
Kementerian Badan Usaha Milik Negara
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
49
(2)
1
(3)
OUTPUT
Kegiatan Peningkatan Kualitas Perencanaan, Pengelolaan SDM dan Pengelolaan Keuangan
Dokumen perencanaan, tata laksana, pengelolaan keuangan, pembinaan SDM dan pelaporan
% %
% % %
% %
%
%
%
Persentase unit kerja eselon II menyusun dan menyampaikan dokumen perencanaan tahunan (RKA) Persentase unit kerja eselon I dan II memiliki dokumen penetapan kinerja (PK) Persentase unit kerja eselon I dan II yang menyusun LAKIP Persentase unit kerja eselon II yang menyusun laporan monitoring pelaksanaan rencana pembangunan Pedoman manajemen SDM berbasis kompetensi yang disusun Persentase competency gap (deviasi antara kriteria dan syarat jabatan dengan kompetensi pemegang jabatan) Persentase penyelesaian urusan kepegawaian tepat waktu (kenaikan pangkat, gaji berkala, pensiun, dll) Persentase pelaksanaan sosialisasi, diseminasi, bimbingan teknis, dan pendampingan penyusunan dokumen perencanaan Persentase pelaksanaan sosialisasi, diseminasi, bimbingan teknis dan pendampingan pelaksanaan anggaran
(5)
SATUAN
Persentase unit kerja eselon I dan II menyusun dokumen perencanaan strategis (Renstra)
(4)
INDIKATOR
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS LAINNYA KEMENTERIAN BUMN
(1)
A
PROGRAM
No.
Unit Eselon I: Sekretariat Kementerian BUMN
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
100
100
100
20
25
100
100
100
100
100
(6)
2012
100
100
100
18
50
100
100
100
100
100
(7)
2013
TAHUN
100
100
100
15
100
100
100
100
100
100
(8)
2014
Biro Perencanaan dan SDM
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
50
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
PROGRAM
(2)
No.
(1)
(3)
OUTPUT
Peningkatan kepuasan BUMN atas kebijakan Kementerian BUMN
Persentase pelaksanaan reformasi birokrasi di bidang peraturan perundangundangan, organisasi dan tata laksana, SDM dan keuangan
Unit Eselon I: Sekretariat Kementerian BUMN
% Poin %
Persentase dokumen keuangan yang diselesaikan tepat waktu Skor SAKIP Persentase pelaksanaan sosialisasi, diseminasi, bimbingan teknis, dan pendampingan penyusunan LAKIP
Poin
%
Persentase pelaksanaan sosialisasi, diseminasi, bimbingan teknis dan pendampingan penyusunan SOP Nilai Indeks kepuasan BUMN
%
Persentase pelaksanaan reformasi birokrasi bidang ketatalaksanaan, akuntabilitas kinerja, dan SDM
Buah
%
Rata-rata penyerapan anggaran unit kerja eselon II
Jumlah draft SOP yang disusun dan/atau direvisi
(5) %
(4)
SATUAN
Persentase usulan revisi anggaran yang diselesaikan tepat waktu
INDIKATOR
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
75
100
40
2
100
55
100
80
100
(6)
2012
78
100
60
2
100
60
100
85
100
(7)
2013
TAHUN
80
100
75
3
100
65
100
90
100
(8)
2014
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
51
Kegiatan Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan, Pelayanan dan Bantuan Hukum
Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas Kementerian BUMN
Kajian Kebijakan Pimpinan
3
4
5
Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja Pelayanan Administrasi dan Humas
(2)
(1)
2
PROGRAM
No. (3)
OUTPUT
Kajian Kebijakan
Terwujudnya akuntabilitas pengelolaan keuangan
Dokumen peraturan perundang-undangan, pelayanan dan bantuan hukum
Dokumen pelaksanaan pelayanan umum terkait dengan pengelolaan perlengkapan dan tata usaha, urusan dalam dan pengadaan barang/jasa, hubungan masyarakat dan keprotokoleran
Unit Eselon I: Sekretariat Kementerian BUMN
% % % % %
Persentase penerapan manajemen arsip berbasis TIK Persentase penerapan manajemen perpustakaan berbasis TIK Persentase penyelesaian kegiatan tata usaha pimpinan Persentase pelaksanaan pengadaan barang/jasa Persentase penyelesaian kegiatan kehumasan dan keprotokoleran/persidangan
Kegiatan
Pelaksanaan sosialisasi peraturan perundangundangan kepada pejabat dan pegawai Kementerian BUMN dan BUMN
Laporan Laporan
Laporan monitoring dan evaluasi pelaksanaan inpres no 5 tahun 2004 Monitoring penyerapan anggaran
Kajian
Laporan
Laporan evaluasi LAKIP
Jumlah kajian kebijakan pimpinan
Laporan
Laporan monitoring dan evaluasi temuan Laporan Hasil Pemeriksaan
LHP
%
Pelayanan dan bantuan hukum yang diberikan
Jumlah LHP yang disampaikan kepada Menteri Negara BUMN
Kajian
Jumlah Kajian peraturan perundang-undangan terkait BUMN untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian BUMN
Peraturan
%
Persentase pencapaian SLAI sarana dan prasarana
Jumlah rancangan Peraturan perundang-undangan di bidang pembinaan BUMN yang disusun/direvisi/ dicabut
%
(5)
SATUAN
Indeks kepuasan pegawai terhadap pelayanan umum
(4)
INDIKATOR
3
0
1
1
2
7
7
100
6
20
100
100
100
50
50
100
100
(6)
2012
3
1
1
1
2
7
6
100
6
15
100
100
100
100
100
100
100
(7)
2013
TAHUN
3
1
1
1
2
7
6
100
6
15
100
100
100
100
100
100
100
(8)
2014
Staf Ahli dan Staf Khusus
Inspektorat
Biro Hukum
Biro Umum dan Humas
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
52
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Industri Primer I Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Industri Primer I
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Rpjuta
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Industri Primer I
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Industri Primer I Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Industri Primer I
%
Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Industri Primer I
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
RPJuta
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Primer I
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Industri Primer I
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Primer I
RPJuta
BUMN
Jumlah penetapan Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Primer I tepat waktu
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Industri Primer I
BUMN
Jumlah penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Primer I tepat waktu
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Industri Primer I tepat waktu
Kajian
(5)
SATUAN
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
(4)
INDIKATOR
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Industri Primer I
(3)
OUTCOME
Pelaksanaan riset/kajian
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Industri Primer
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
Baik
24.00%
12.50%
1,789,069
5,861,000
3
3
2
0
4
3
(7)
2013
Baik
21.00%
15.00%
1,967,975
6,857,000
3
3
0
1
4
3
(8)
2014
16.62%
7.29%
16.49%
7.87%
17.82%
9.33%
17,373,186 20,847,823 25,017,388
Baik
10.19%
10.06%
1,626,426
4,817,000
9
9
2
8
11
2
(6)
2012
TAHUN
Asdep Bidang Usaha Industri Primer I
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
53
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Industri Primer II Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Industri Primer II
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
jumlah (Rpjuta)
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Industri Primer II
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Industri Primer II Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Industri Primer II
%
RpJuta
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Industri Primer II Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Industri Primer II
RpJuta
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Industri Primer II
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Primer II
BUMN
Jumlah penetapan Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Primer II tepat waktu Kontrak
BUMN
Jumlah penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Primer II tepat waktu
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Primer II
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Industri Primer II tepat waktu
Kajian
(5)
SATUAN
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
(4)
INDIKATOR
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Industri Primer II
(3)
OUTCOME
Pelaksanaan riset/kajian
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Industri Primer
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
7
7
0
0
7
1
(7)
2013
5
5
6
0
5
2
(8)
2014
16.7%
9.8%
957,890
Baik
22%
12%
12,213.00
18.2%
11.2%
1,181,844
Baik
21%
15%
13,434.30
18.3%
12.0%
1,232,809
Baik
21%
14%
14,777.73
772,557.50 849,813.25 934,794.58
12
12
7
0
12
0
(6)
2012
TAHUN
Asdep Bidang Usaha Industri Primer II
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
54
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014 % %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Industri Primer III Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Industri Primer III
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
(Rp. Juta)
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Industri Primer III
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Industri Primer III Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Industri Primer III
%
Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Industri Primer III
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Rp. Juta
Kontrak (KPI)
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Primer III
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Industri Primer III
Kontrak (KPI)
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Primer III
Rp. Juta
BUMN
Jumlah penetapan Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Primer III tepat waktu
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Industri Primer III
BUMN
Jumlah penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Primer III tepat waktu
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Industri Primer III tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Kajian
(5)
SATUAN
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Industri Primer III
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTCOME
Baik
(7.72)
(24.29)
2,194,659
3,117,682
6
6
1
1
6
1
(7)
2013
21.59
12.35
26.93
18.77
12,005,743 12,917,922
Baik
18.96
12.99
1,989,581
4,096,799
13
13
7
10
14
0
(6)
2012
TAHUN
21.39
12.83
9,966,165
Baik
11.43
29.44
2,646,379
2,696,052
6
6
0
0
6
0
(8)
2014
Catatan: Tahun 2013: Asumsi Holding Perkebunan sudah selesai di tahun 2012 (PTPN III sebagai Holding) serta PT Sarana Karya sudah diakuisisi oleh PT Wijaya Karya
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Industri Primer
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
Asdep Bidang Usaha Industri Primer III
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
55
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
SATUAN
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Rp. Juta
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I
%
Rp. Juta
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I
Rp. Juta
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
Kontrak
BUMN
Jumlah penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I tepat waktu
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I
BUMN
Jumlah penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I tepat waktu
Kontrak
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I
Kajian
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTCOME
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
3
3
2
-
8
2
(6)
2013
3
3
1
1
8
2
(7)
2014
Baik
1.50%
1.50%
2,500,000
Baik
2.00%
2.00%
2,600,000
13.00%
4.00%
15.00%
5.00%
17.00%
6.00%
12,000,000 12,500,000 13,000,000
Cukup
1.00%
1.00%
2,400,000
12,000,000 12,500,000 13,000,000
4
4
6
7
10
2
(5)
2012
TAHUN
Asdep Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur I
(8)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
56
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
SATUAN
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Rp. Juta
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
%
Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Rp. Juta
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
Rp. Juta
BUMN
Jumlah penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II tepat waktu
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
BUMN
Jumlah penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II tepat waktu
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Kajian
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTCOME
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
7
7
1
1
8
2
(6)
2013
7
7
0
5
8
2
(7)
2014
Baik
4.50%
5.50%
8,400,000
Baik
5.00%
6.00%
8,820,000
7.00%
5.00%
7.50%
5.50%
8.00%
6.00%
25,000,000 27,500,000 30,000,000
Baik
4.00%
5.00%
8,000,000
50,000,000 55,000,000 60,000,000
10
10
5
7
11
2
(5)
2012
TAHUN
Asdep Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur II
(8)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
57
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
SATUAN
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Rp. Juta
Pertumbuhan belanja modal BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III
%
Rp. Juta
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III
Rp. Juta
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III
BUMN
Jumlah penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III tepat waktu Kontrak
BUMN
Jumlah penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III tepat waktu
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Kajian
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTCOME
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
12.12
5.66
16,500
Cukup
8.67
13.4
1,450,000
6,540,000
9
9
6
9
13
2
(5)
2012
13.88
6.48
9,200
Baik
31.86
12.2
1,725,000
8,000,000
8
8
8
2
12
2
(6)
2013
TAHUN
17.08
7.17
4,900
Baik
15.32
16.4
2,250,000
10,400,000
7
7
5
3
11
2
(7)
2014
Asdep Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur III
(8)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
58
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Jumlah
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
%
Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Rp. Juta
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
Rp. Juta
BUMN
Penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I tepat waktu
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
BUMN
Penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I tepat waktu
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Kajian
(5)
SATUAN
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTPUT
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
13.8
4.8
Rp15.429 milyar
75
17.80%
21.10%
4,389,735
2,752,360
5
8
5
5
8
0
(6)
2012
14.4
5.4
Rp18.564 milyar
78
19.10%
24.50%
3,777,754
2,994,840
6
8
6
6
8
0
(7)
2013
TAHUN
15.1
6.0
Rp18.153 milyar
80
21.40%
27.90%
3,251,090
3,275,750
7
8
7
7
8
0
(8)
2014
Asdep Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik I
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
59
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
SATUAN
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Jumlah
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II
%
Rp. Juta
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II
Rp. Juta
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II
BUMN
Penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II tepat waktu Kontrak
BUMN
Penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II tepat waktu
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Kajian
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTPUT
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
15.0
6.9
Rp 15.429 milyar
80
26
33
867
2,740,850
11
11
8
4
11
-
(5)
2012
17.0
7.5
Rp 8.564 milyar
84
15
15
661
3,675,495
11
11
3
1
11
-
(6)
2013
TAHUN
18.5
8.4
Rp 8.153 milyar
87
15
16
700
3,950,567
11
11
4
8
11
-
(7)
2014
Asdep Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik II
(8)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
60
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Jumlah (Rp. Juta)
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
%
Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Rp. Juta
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
Rp. Juta
BUMN
Penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III tepat waktu
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
BUMN
Penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III tepat waktu
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Kajian
(5)
SATUAN
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTCOME
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
15.80%
4.8%
2,683,926
76
10.00%
10.00%
465,951
5,044,162
19
19
12
4
23
0
(6)
2012
16.00%
5.0%
2,952,319
77
12.00%
15.00%
512,546
5,548,578
19
19
3
8
23
0
(7)
2013
TAHUN
16.70%
5.2%
3,247,550
78
15.00%
20.00%
563,801
6,103,436
19
19
10
4
23
0
(8)
2014
Asdep Bidang Usaha Infrastruktur dan Logistik III
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
61
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Jasa
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Jasa I Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Jasa I
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Rp. Juta
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Jasa I
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Jasa I Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Jasa I
%
Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Jasa I
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Rp. Juta
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Jasa I
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Jasa I
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Jasa I
Rp. Juta
BUMN
Penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Jasa I tepat waktu
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Jasa I
BUMN
Penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Jasa I tepat waktu
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Jasa I tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Kajian
(5)
SATUAN
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Jasa I
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTCOME
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
5
5
100%
100%
9
1
(7)
2013
4
4
100%
100%
9
0
(8)
2014
18.9%
3.0%
4,469,927.4
85.00
16.41%
16.7%
4,910,201.5
19.8%
3.1%
5,351,611.8
85.63
14.13%
16.3%
6,540,529.9
21.6%
3.3%
6,407,295.9
88.50
14.14%
16.3%
8,925,675.9
11,159,510.0 13,532,732.0 16,738,659.1
5
5
100%
100%
9
1
(6)
2012
TAHUN
ROE = EAT/E
ROA = EBT/TA
Asdep Bidang Usaha Jasa I
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
62
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Jasa
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Jasa II Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Jasa II
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Rp. Juta
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Jasa II
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Jasa II Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Jasa II
%
Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Jasa II
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Rp. Juta
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Jasa II
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Jasa II
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Jasa II
Rp. Juta
BUMN
Penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Jasa II tepat waktu
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Jasa II
BUMN
Penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Jasa II tepat waktu
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Jasa II tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Kajian
(5)
SATUAN
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTCOME
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
23.62
3.62
2,690,516
69.08
88
25.11
401,553
877,036
11
11
2
4
16
0
(6)
2012
15 5 1 11 11
16 3 5 11 11
22.46
3.65
2,861,185
69.45
28
20.77
458,317
22.89
3.70
3,630,178
70.47
21
21.49
527,805
1,141,115
0
0
990,047
(8)
2014
(7)
2013
TAHUN
Asdep Bidang Usaha Jasa II
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
63
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
Unit Eselon I: Deputi Bidang Usaha Jasa
% %
Rata-rata RoA BUMN Bidang Usaha Jasa III Rata-rata RoE BUMN Bidang Usaha Jasa III
Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan BUMN
Rp. Juta
Jumlah belanja modal BUMN Bidang Usaha Jasa III
Peningkatan belanja modal BUMN
Kategori
%
Persentase pertumbuhan ekuitas BUMN Bidang Usaha Jasa III Nilai skor rata-rata GCG BUMN Bidang Usaha Jasa III
%
Persentase pertumbuhan aset BUMN Bidang Usaha Jasa III
Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan independensi
Peningkatan nilai BUMN
Rp. Juta
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Jasa III
Jumlah dividen BUMN Bidang Usaha Jasa III
Kontrak
Jumlah kontrak kinerja Direksi BUMN Bidang Usaha Jasa III
Rp. Juta
BUMN
Penetapan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Bidang Usaha Jasa III tepat waktu
Jumlah pajak BUMN Bidang Usaha Jasa III
BUMN
Penetapan Direksi BUMN Bidang Usaha Jasa III tepat waktu
Peningkatan kontribusi BUMN terhadap ekonomi nasional
BUMN
Jumlah pelaksanaan RUPS BUMN Bidang Usaha Jasa III tepat waktu
Terwujudnya proses bisnis Kementerian BUMN yang efektif
Kajian
(5)
SATUAN
Jumlah riset/kajian di Bidang Usaha Jasa III
(4)
INDIKATOR
Pelaksanaan riset/kajian
(3)
OUTCOME
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
25.23%
8.32%
1,349,075.0
Baik
13.81%
18.10%
792,598
2,174,229
11
11
10
10
11
2
(6)
2012
Baik
19.02%
14.32%
1,114,997
3,060,585
11
11
11
11
11
3
(8)
2014
25.66%
9.63%
22.15%
12.38%
876,966.0 1,096,352.0
Baik
7.74%
14.31%
942,087
2,587,970
11
11
11
11
11
2
(7)
2013
TAHUN
Asdep Bidang Usaha Jasa III
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
64
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
Kegiatan Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha
1
(2)
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(1)
B
PROGRAM
No.
Dokumen pelaksanaan restrukturisasi dan privatisasi BUMN
(3)
OUTPUT
Unit Eselon I: Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN
Kajian BUMN Laporan BUMN
Jumlah Rightsizing BUMN Kajian kelayakan PMN pada PMN Privatisasi BUMN sesuai dengan Program Tahunan
(5)
SATUAN
Kajian tentang Rightsizing BUMN
(4)
INDIKATOR
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
7
1
114
1
(6)
2012
7
1
104
2
(7)
2013
TAHUN
6
1
91
2
(8)
2014
Asdep Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
65
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
Kegiatan Pendayagunaan Aset dan Sinergi
2
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
Dokumen pendayagunaan aset dan sinergi BUMN
(3)
OUTPUT
Unit Eselon I: Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN
Penyerapan dana PSO oleh BUMN
%
Laporan
Surat Keputusan
Penyelesaian utang RDI/SLA Jumlah monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendayagunaan aset BUMN
PP
Kajian
Pemetaan aset BUMN Penyelesaian status BPYBDS
Surat
(5)
SATUAN
Persetujuan pendayagunaan aset dan sinergi BUMN
(4)
INDIKATOR
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
100
15
5
9
-
45
(6)
2012
100
10
8
11
1
30
(7)
2013
TAHUN
100
10
10
-
1
30
(8)
2014
Asdep Pendayagunaan Aset dan Sinergi
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
66
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
Kegiatan Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan
3
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
Dokumen pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(3)
OUTPUT
Unit Eselon I: Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN
% % % unit
Penyaluran dana Program Kemitraan Penyaluran dana Program Bina Lingkungan Jumlah Mitra binaan
(5)
SATUAN
BUMN yang menerapkan sistem akuntansi PKBL
(4)
INDIKATOR
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
800.000
60%
80%
100%
(6)
2012
850.000
60%
80%
100%
(7)
2013
TAHUN
900.000
60%
80%
100%
(8)
2014
Asdep Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan
(9)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
67
Kegiatan Riset dan Sistem Informasi
4
SATUAN
Tersedianya data BUMN pada portal EIS Persentase usulan penghapusbukuan aset yang ditindaklanjuti
Dokumen persetujuan penghapusbukuan dan pemindahtanganan aktiva tetap BUMN
Persentase
Persentase pelaksanaan Service Level Agreement Index (SLAI) sistem informasi
Dokumen integrasi antara SI KBUMN dengan SI BUMN
Persentase
Tersusunnya Panduan IT BUMN
Persentase
Persentase
Persentase
Master Plan
Tersusunnya Master Plan Teknologi Informasi Kementerian BUMN
Tersusunnya produk hukum yang mengatur pemisahan tanggung jawab pengisian konten dengan aplikasi Sistem Informasi
Dokumen
Ketersediaan Standar pelayanan sistem informasi (Service Level Agreement)
Dokumen automatisasi proses bisnis di KBUMN
Persentase
Persentase ketersediaan data dan penyajian informasi
Dokumen penyusunan dan pelaksanaan pedoman Sistem Informasi
Riset/Kajian
(4)
INDIKATOR
Jumlah riset/kajian
(3)
OUTPUT
Dokumen riset dan penyajian informasi
*) Pelaksanaan ditargetkan di tahun yang bersangkutan
PROGRAM PEMBINAAN BUMN
(2)
(1)
B
PROGRAM
No.
Unit Eselon I: Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis BUMN
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
100%
75%
100%*
50%
100%*
100%*
100%*
100%
4
(5)
2012
100%
85%
100%
60%
100%
100%
100%
100%
4
(6)
2013
TAHUN
100%
90%
100%
70%
100%
100%
100%
100%
4
(7)
2014
Asdep Riset dan Informasi
(8)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
68
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
LAMPIRAN 2 KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
69
70
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014
71
231,975 221,581 142,683
Total
93,443 5,401 3,828 3,605 4,342 3,464 4,434 3,740 5,173 4,538 3,981 3,320 5,032 7,500 15,241 4,684 15,161 86,681 5,129 4,636 4,450 4,354 3,149 3,167 3,117 3,233 3,026 4,212 4,060 4,193 7,200 14,824 4,170 13,761 64,436 3,010 3,010 3,010 2,969 2,624 7,917 2,833 1,197 1,513 3,010 2,867 3,010 6,526 5,951 2,640 12,348
PROGRAM PEMBINAAN BUMN Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Industri Primer I Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Industri Primer II Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Industri Primer III Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Industri Strategis dan Manufaktur I Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Industri Strategis dan Manufaktur II Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Industri Strategis dan Manufaktur III Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Infrastruktur dan Logistik I Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Infrastruktur dan Logistik II Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Infrastruktur dan Logistik III Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Jasa I Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Jasa II Profitisasi dan Restrukturisasi BUMN Sektor Jasa III Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Pendayagunaan Aset dan Sinergi Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan Riset dan Informasi
B
(5) 138,532 17,445 9,120 100,569 3,269 8,129
(4) 134,900 15,859 7,280 102,536 2,972 6,253
(3)
2014
78,247 14,417 4,729 52,931 1,360 4,810
(2)
2013
TAHUN
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN BUMN Peningkatan Kualitas Perencanaan, SDM, dan Pengelolaan Keuangan Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan, Peraturan Hukum dan Bantuan Hukum Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja, Pelayanan Administrasi dan Humas Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas Kementerian BUMN Penelaahan Kebijakan Pimpinan
(1)
BASELINE 2012
A
PROGRAM
No.
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2012–2014 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA Rp Juta
72
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN BUMN 2012–2014