MENGENAL ANAK BERBAKAT AKADEMIK DAN UPAYA MENGIDENTIFIKASINYA Oleh Rochmat Wahab Abstrak Hingga dewasa ini anak berbakat akademik (ABA) masih merupakan wacana yang kontroversi. Hal ini disebabkan terutama kurangnya informasi dan pemahaman tentang ABA di tengah-tengah masyarakat, sekalipun di lingkungan masyarakat pendidikan. Karena itulah dipandang penting untuk dipaparkan selintas tentang ABA dengan segala karakteristiknya, baik itu yang yang berkenaan dengan karakteristik yang bersifat positif maupun negatif. Selain daripada itu perlu disajikan juga berbagai upaya untuk mengidentifikasikannya, sehingga dapat ditemukan ABA secara tepat yang pada akhirnya dapat memudahkan untuk penanganannya.
A. Pendahuluan Keberbakatan hingga kini masih menjadi wacana yang sangat menarik, baik bagi yang terlibat langsung dengan persoalan keberbakatan maupun yang tidak. Bahkan menjadi lebih menarik lagi, karena banyak terjadi miskonsepsi terhadap keberbakatan. Secara umum “Keberbakatan dapat diartikan sebagai kemampuan unggul yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan dengan tingkat prestasi dan kreativitas yang sangat tinggi” Dari peranyataan tersebut dapat dipahami bahwa pertama, keberbakatan merupakan suatu kualitas yang dibawa sejak lahir (dengan kata lain keberbakatan itu bersifat alamiah), dan kedua, bahwa lingkungan keberbakatan adalah arena di mana anak berbakat memainkan peran di dalamnya). Karena itulah dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi dan kreativitas yang tinggi dihasilkan dari interaksi yang terus menerus dan fungsional antara kemampuan dan karakteristik yang dibawa seseorang dari lahir dan yang diperoleh selama dalam kehidupannya. Sering kita jumpai banyak pernyataan, seperti: “Dia adalah seorang seniman sejak lahir, dia adalah seorang ilmuwan yang dibesarkan oleh lingkungan pendidikan yang kondusif, dia adalah olahragawan terkenal yang dibesarkan dari lingkungannya, sebagainya. Yang jelas bahwa keberhasilan pada dasarnya tidak pernah datang kepada kita dengan mudah; Kita harus belajar dengan keras dan sungguh-sungguh. Semuanya menggambarkan bahwa keberbakatan itu pada hakekatnya memiliki beberapa faktor bawaan plus motivasi dan stamina untuk belajar kehidupan. Menyadari akan kebutuhan untuk memahami keberbakatan dengan benar, kiranya perlu sekali mengenal profil anak berbakat, terutama anak berbakat akademik, serta upaya mengidentifikasinya. 1
B. Siapa anak berbakat akademik Banyak istilah yang dapat dipakai untuk menyebut anak berbakat, diantaranya: anak unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, dan masih banyak lagi sebutan lainnya. Secara konseptual pengertian anak berbakat juga berkembang dari tahun ke tahun. Pertama, anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan tingkat kecerdasaan atau kemampuan umum (g factor) di atas rata-rata. Konsep ini diperkuat dengan teori faktor, bahwa kemampuan individu dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan umum (g factor). Berdasarkan konsep ini Komisi Pendidikan AS, Sidney P. Marland (1972) menetapkan definisi anak berbakat sebagai "Gifted and talented children are those identified by professionally qualified persons who by virtue of outstanding abilities are capable of high performance. These are children who require differentiated educational programs and/or services beyond those normally provided by the regular school program in order to realize their contribution to self and society" Artinya kurang lebih: “Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program sekolah regular, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan masyarakatnya. Kemampuan anak dengan kinerja tinggi yang dapat merupakan prestasi dan atau kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di antara bidang-bidang itu di antaranya: kemampuan intelektual umum, bakat akademik spesifik, kemampuan produktif atau kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan bidang seni visual dan pertunjukan, dan kemampuan motorik. Dengan menggunakan definisi keberbakatan yang lebih luas, suatu sistem sekolah diharapkan mampu mengidentifikasi 10% s.d. 15% atau lebih dari populasi dapat disebut anak berbakat. Untuk memahami definisi tersebut di atas secara lebih mendalam, maka dipandang perlu melakukan deskripsi masing-masing bidang keberbakatan. Kemampuan intelektual umum, bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu mendefinisikan ini berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi – yang biasanya di atas 2 standar deviasi. Orangtua dan guru sering mengenal siswa yang memiliki kemampuan intelektual umum di atas rata-rata yang diindikasikan dengan tingkat perbendahaan kata yang tinggi, ingatan, dan penguasaan kata-kata abstrak, dan pemikiran abstrak. Bakat akademik khusus, bahwa siswa dengan bakat akademik khusus diidentifikasi dengan penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat dalam satu atau lebih dari satu bidang, seperti: prestasi matematika, sains. Pengelola pencarian bakat sering kali disponsori oleh sejumlah universitas dan
2
institut dengan mengidentifikasi siswa yang berbakat akademik yang skornya 97 % atau lebih tinggi berdasarkan hasil tes prestasi terstandar dan tes bakat skolastik. Kemampuan berpikir kreatif dan produktif, bahwa bakat ini merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk mengembangkan makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat. Karakteristik suswa kreatif dan produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman, menetapkan standar personal untuk evaluasi, kemampuan memainkan ide-ide, keinginan untuk menghadapi resiko, kesukaan terhadap kompleksitas, toleran terhadap ambiguitas, image diri yang positif, dan kemampuan menyatu dengan tugas. Siswa kreatif dan produktif diiedntifikasi melalu penggunaan tes seperti Torrance Test of Creative Thinking atau melalui penampilan kreatif. Kemampuan kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dapat diidentifikasi sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk sampai kepada keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menampilkan kemampuan keberbakatan bidang kepemimpinan menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi yang sulit. Beberapa guru mengenal kepemimpinan melalui minat yang sungguh-sungguh dan keterampilan dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup kepercayaan diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan beradaptasi dengan mudahnya terhadap situasi yang baru. Siswasiswa ini dapat diidentifikasi melalui instrumen seperti the Fundamental Interpersonal Realtions Orientation Behavior. Seni visual dan pertunjukan, bahwa siswa berbakat bidang seni menunjukkan keberbakatan khususnya bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidangbidang terkait lainnya. Siswa-siswa ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi tugas seperti skala produk kreatif (the Creative Product Scale), yang dikembangkan untuk Sekolah Negeri Detroit oleh Patrik Byrons dan Beverley Ness Parke, Wayne State University. Kemampuan psikomotorik, bahwa kemampuan ini mencakup kemampuan motorik kinestetik, seperti keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal. Kemampuan ini jarang digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak berbakat. Selain daripada pandangan tersebut di atas, ada pandangan-pandangan lain tentang keberbakatan. Pertama, Robert Sternberg dan Robert Wagner (1982) menyarankan bahwa keberbakatan adalah suatu jenis mental selfmanagement. Manajemen mental kehidupan seseorang dalam suatu cara yang konstruktif dan bertjuan memiliki tiga elemen dasar: mengadaptasikan dengan lingkungan, menyeleksi lingkungan baru, dan membentuk lingkungan. Sternberg dan Wagner menegaskan bahwa dasar psikologis yang sangat penting dari
3
keberbakatan intelektual yang tersisa dalam kecakapan intuitif mencakup tiga proses utama, yaitu (1) memisahkan informasi yang relevan dan tak relevan, (2) mengkombinasikan informasi yang terpisah ke dalam keseluruhan yang utuh, dan (3) mengaitkan insformasi yang diperoleh pada saat ini dengan informasi yang diperoleh pada masa lalu. Kedua, Howard Gardner (1983) juga menyarankan suatu konsep multiple intelligences, bahwa ada beberapa cara untuk memandang dunia, yaitu : kecerdasan linguistik, logikal/matematik, spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal. Belakangan ini dilengkapi dengan kecerdasan naturalistik. Ketiga, Joseph Renzulli (1986) menyatakan bahwa perilaku keberbakatan merefleksikan suatui interaksi antara tiga kluster dasar dari sifat-sifat manusia, yaitu kemampuan di atas rata, tingkat komitmen akan tugas yang tinggi, dan tingkat kreativitas yang tinggi. Menurut Renzulli, anak-anak berbakat adalah anak yang memiliki atau mampu mengembangkan kesatuan dari sifat-sifat itu dan menerapkannya untuk bidang-bidang apa yang bermakna dari kinerja manusia. Selain daripada itu juga dikatakan bahwa mereka adalah anak yang mampu mengembangkan suatu interaksi di antara tiga kluster, jika diberikan berbagai kesempatan dan layanan pendidikan yang tidak biasanya diberikan melalui program intsruksional pada umumnya.
Kemampuan di atas rata
Komitmen yang tinggi terhadap tugas
Kreativitas yang tinggi
Gambar 1: Apa yang Membuat Keberbakatan (Renzulli, 1979) Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka ABA merupakan salah satu unsur keberbakatan yang sangat penting, di antara jenis keberbakatan lainnya. Artinya bahwa ABA merupakan salah satu katagori dari definisi Marland Report, dan juga salah satu sub katagori dari kemampuan di
4
atas rata-rata, terutama kemampuan khusus, dari definisi Renzulli. Memang pada awalnya konsep keberbakatan yang diperkenalkan Renzulli, bahwa kemampuan yang dimaksudkan sebagai salah satu klusternya itu hanya menunjukkan kemampuan umum. Namun pada perkembangan lebih lanjut Renzulli (Sterndberg dan Davidson, 1986) menegaskan bahwa kemampuan di atas rata dipahami sebagai kemampuan umum dan khusus. Kemampuan khusus terdiri dari kemampuan memperoleh pengetahuan, keterampilan atau kemampuan untuk menampilkan satu keahlian atau lebih, misalnya kemampuan khusus bidang akademik, seni (musik, lukis, pahat), kepemimpinan, dan lain sebagainya. Selanjutnya ditegaskan oleh Kitano dan Kirby (1985) bahwa ABA adalah individu yang memiliki kemampuan potensial dan aktual di bidang akademik tertentu seperti: sains, matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora. Keunggulan bidang akademik yang ditunjukkan dapat juga hanya satu bidang atau dua bidang, bahkan dapat juga semua bidang. Roe (Kitano dan Kirby, 1985) menegaskan bahwa individu di sekolah yang mampu menunjukkan prestasi akademik unggul, ternyata tidak selamanya dia memiliki kecerdasan tinggi, padahal mereka yang memiliki bakat akademik pada umumnya berkecerdasan tinggi. Selain daripada itu individu yang sukses dalam karirnya lebih disebabkan oleh fungsi kerja keras daripada kecemerlangan potensi yang dimilikinya. Selain daripada itu disadari bahwa ABA tidak selamanya mampu menunjukkan prestasi akademik yang unggul, karena boleh jadi disebabkan oleh beberapa faktor. Di antara mereka, ada yang tidak mampu menampilkan potensi akademiknya secara optimal. Mereka itulah yang disebut sebagai anak berprestasi kurang (underachieving children). Kelompok inilah yang cenderung sebagai populasi yang lebih banyak terjadi di Indonesia, karena model pendidikan yang diselenggarakannya cenderung lebih bersifat klasikal, dan belum memberikan perhatian dan layanan berdasarkan potensi dan kebutuhan peserta didik. Untuk menyelamatkan potensi ABA yang lebih banyak menjadi tumpuan masa dapan bangsa, maka diperlukan layanan pendidikan dan bimbingan yang relevan. Karakteristik anak Berbakat Akademik Bila dikaitkan dengan definisi Renzulli, maka karakteristik Anak Berbakat, di antaranya sebagai berikut: 1. Menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang: a. Kemampuan Umum Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan numerikal, hubungan spasial, ingatan, kelancaran kata. Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam lingkungan eksternal. Automatisasi pemrosesan informasi.
5
b. Kemampuan Khusus: Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap bidang-bidang yang lebih spesifik (Mis. Matematika, Sain, Seni, kepemimpinan) Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat sejumlah pengetahuan formal, teknik, dan strategi di dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu. Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak relevan dengan problem atau bidang studi tertentu 2. Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan dengan: a. Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan keterlibatan dengan suatu problem atau bidang tertentu. b. Ketekunan, daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian. c. Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan pekerjaan yang penting, bebas dari perasaan inferior, keinginan yang kuat untuk berprestasi. d. Kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang tertentu. e. Menetapkan standar yang tinggi terhadap pekerjaan; memelihara keterbukaan diri dan kritik eksternal; mengembangkan rasa estetis, kualitas dan keunggulan tentang pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain. 3. Menunjukkan kreativitas yang tinggi, yang diindikasikan dengan: a. Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir. b. Keterbukaan terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru dan berbeda dalam pikiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain. c. Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk menghadapi resiko baik dalam pikiran maupun tindakan. d. Sensitif terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik; keinginan untuk bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi elsternal, ide-ide dan perasaannya sendiri. e. Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi. Selain daripada itu perlu dipahami bahwa di balik karakteristik AB, ada perilaku positif dan negatif yang muncul, sebagaimana yang dinyatakan oleh Little (2003), pada Tabel 1.
6
Tabel 1 KARAKTERISTIK AB DAN KONSEKUENSI PERILAKUNYA KARAKTERISTIK Belajar dengan cepat dan mudah Membaca secara intensif
Perbendaharaan kata sangat maju Tetap menjaga banyak informasi Rentang perhatiannya sangat lama Memiliki keingintahuan yang tinggi, punya banyak minat Bekerja mandiri
Cermat dan jeli dalam mengamati sesuatu Memiliki rasa humor
Memahami dan mengenal hubungan Prestasi akademik tinggi Lancar dlm ekspresi verbal
Individualistik
Memiliki dorongan diri yang kuat
Perilaku Positif Mengingat dan menguasai fakta-fakta dasar secara cepat Membaca banyak buku dan menggunakan perpustakaan sendiri Mengkomunikasikan ideidenya baik sekali Siap mengingat dan merespon Komitmen tinggi terhadap tugas atau proyek Suka bertanya, dan puas dengan ide-ideanya Menciptakan dan menemukan di luar tugas yang diberikan Mengenal masalah Mampu mentertawakan dirinya sendiri Mampu memecahkan problem-problem sosial Mengerjakan tugas sekolah dengan baik Kuat di bidang verbal dan angka-angka; mengarahkan teman sebaya dengan caracara positif Memiliki teman sedikit; memiliki rasa keunikan sendiri Menghendaki arah dan bantuan guru yang minimal
Perilaku Negatif Mudah bosan, suka mengganggu anak lain Menolak tanggung jawab orang lain Menimbulkan kemarahan Memonopoli diskusi Bertahan dengan kegiatan rutin kelas, tidak suka diganggau Terus gampang marah
Menolak kerja dengan orang lain Mengoreksi orang dewasa secara kurang sopan Membuat joke yang kejam atau trick terhadap orang lain Melakukan intervensi orang lain Sombonga, tidak sabar terhadap lain. Mengarahkan teman sebaya dengan cara-cara negatif
Bertahan terhadap apa yang diyakini Agresif dan menantang orang lain.
Berdasarkan karakteristik ABA, perilaku positif, dan negatifnya, maka selanjutnya dapat dikemukakan bahwa memiliki kebutuhan sebagai berikut: 1. keberbakatan intelektual cenderung membutuhkan, di antaranya: • Memperoleh informasi baru dan menantang ; • Mengejar pemenuhan minat yang bersifat spesifik ; • Memiliki kesempatan untuk mengkomunikasikan pengetahuannya ; 7
• • • • • •
Mendapatkan perlakuan dengan kecepatan yang sesuai ; Membutuhkan kegiatan yang menuntut kemampuan berpikir induktif dan pemecahan masalah ; Menerapkan pengetahuan untuk masalah-masalah yang realistik. Belajar menghargai perbedaan individu; Menetapkan tujuan yang realistic untuk dirinya sendiri dan orang lain; dan Berkenaan dengan isu-isu moral dan etik.
2. Keberbakatan akademik cenderung menghendaki kesempatan untuk: • Memperoleh kompetensi dasar, perbendaraan kata teknis, dan pengetahuan lanjut dalam bidang akademik yang menjadi keunggulannya; • Berinterkasi dengan pemimpin di bidangnya; • Menerapkan pengetahuannya untuk pemecahan masalah-masalah mutakhir; • Mengkomunikasikan pengetahuannya; dan • Mengembangkan kemampuannya dalam bidang akademik dan sosial lainnya. • Berkeinginan menemukan hal baru atau ilmu baru yang tidakn pernah ditambah untuk ukuran orang pada umumnya.
TABEL 2 SPATIAL DAN SEQUENTIAL LEARNERS PEMBELAJAR SPASIAL
PEMBELAJAR SEKUENSIAL
Pembelajar step-by-step Belajar dengan trial and error
Pembelajar keseluruhan-bagian Belajar konsep seluruhnya dalam sekali waktu Pemikir sistem – melihat hubungan yang kompleks Belajar sistem yang kompleks secara mudah; berjuang untuk pekerjaan yang mudah Sampai pada jawaban yang benar tanpa mengikuti langkah-langkah tertentu. Memiliki kemampuan baik bidang penalaran matematika. Lebih baik pada pemahaman membaca daripada decoding. Memiliki kemampuan baik untuk bidang Geometri dan Fisika Lebih suka mengembangkan metodenya sendiri untuk pemecahan masalah. Belajar biasanya bersifat permanen; berhenti apabila terjadi pengulangan. Mungkin tak terorganisasikan belajaranya. Mungkin tak menaruh perhatian di kelas
Pemikir analitik Belajar secara berurutan dari bahan yang mudah ke sulit Dapat menunjukkan kerja secara mudah. Memiliki kemampuan baik di bidang komputasi Memiliki kemampuan baik dalam decoding kata-kata. Memiliki kemampuan baik di bidang Biologi dan Bahasa Asing Belajar dari model-model yang ada terlebih dahulu. Mungkin memerlukan repetisi untuk menguatkan belajar. Sangat terorganisasikan belajarnya. Mengikuti dengan baik petunjuk oral.
8
Belajar phonics dengan mudah Mungkin lemah untuk phonics Baik dalam spelling Mungkin lemah untuk spelling. Baik untuk kegiatan mengingat atau Mungkin lemah dalam mengingat; lebih hafalan. suka terhadap hal-hal yang abstrak. Baik untuk tes yang dilaksanakan tiba- Mungkin lemah untuk tes yang tiba. dilaksanakan tiba-tiba. Baik untuk tulis menulis Mungkin lemah dalam tulis menulis Bakat di bidang akademik Berbakat secara kreatif, teknologis, atau emosional
Identifikasi Anak Berbakat Akademik Prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat nondiskriminatif dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan. Dalam rangka identifikasi ABA, ada dua langkah penting, yaitu penjaringan (screening) dan assessmen. 1. Penjaringan (Screening) a. Nominasi guru Observasi guru memungkinkan evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru dapat mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan jawabannya. Guru-guru dapat juga melihat bagaimana siswa menggunakan waktunya, dan bagaimana beberapa indikator keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya. Juga, meminta siswa menjawab siapa yang paling pintar dan paling membantu di antara mereka dapat membantu guru dalam melakukan identifkasi. b. Nominasi orangtua Orangtua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan itu, orangtua dapat memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual dan minat dan keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh orangtua untuk mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara yang baik untuk melibatkan orangtua dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak yang lebih komprehensif. c. Nominasi teman sebaya (peer nomination) Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak berbakat dalam sekolah, baik berkenaan dengan keunggulan bidang akademik maupun bidang non-akademik, terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan kepemimpinan, dan sikap kejujuran anak. d. Prestasi akademik anak Posisi anak pada saat diidentifikasi memiliki nilai informasi yang sangat penting, terutama berkenaan dengan kedudukan prestasi terakhir siswa, di samping sejarah prestasi akademiknya, maupun non akademiknya yang sangat terkait dengan keunggulan anak dalam kinerjanya. e. Portofolio 9
Kemajuan sepanjang waktu, yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat dinilai oleh pemantau bahan-bahan yang tersimpan dalam portofolionya. Ini memungkinkan evaluasi dalam berbagai bidang, seperti belajar yang memiliki gaya tertentu dan penggunaan pengetahuan. Selain itu bahwa portofolio memungkinkan kegiatan asessmen kreativitas siswa melalui unjuk kinerja dalam berbagai even yang telah terdokumentasikan. Untuk membantu dalam membakukan evaluasi portofolio, sekolah dapat mengembangkan suatu daftar kriteria untuk dipertimbangkan, seperti: kompleksitas penyajian. f. Produk kerja atau Kinerja yang bagus sekali Selama dalam sejarah kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya siswa berbakat, baik yang dihasilkan secara voluntir maupun hasil lomba, yang dibuktikan dengan piala atau piagam penghargaan. Karya-karya mereka dapat didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat dijadikan bukti sebagai karya-karya yang berprestasi untuk melengkapi bukti-bukti lainnya. g. Observasi Pengamatan terhadap perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar kelas, terutama berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok, keluarga, atau masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor atau wali kelas yang memang bertanggung jawab dalam mendampingi kehidupan anak di sekolah h. Mereviu catatan siswa Siswa biasanya memiliki catatan pribadi. Melalui cara ini, dapat dilihat bagaimana catatan pribadi siswa tentang kegiatan di luar sekolah, misalnya, keanggotaan dalam suatu drama club, peran dalam kegiatan keluarga, dan serta peran di masyarakat. Yang juga sangat penting adala. Bagaimana dengan konsistensi prestasi di sekolah. i. Tes kelompok (group test). Tes kelompok ini dilakukan untuk menambah informasi tentang anak, baik berkenaan dengan informasi inteligensi maupun bakat skolastik dan prestasi belajarnya. Untuk itu perlu dilakukan tes inteligensi, tes bakat skolastik, maupun tes prestasi belajar. 2. Assesment Berdasarkan hasil screening, maka selanjutnya dilakukan assessmen baik terkait dengan kemampuan kecerdasan umum, bakat skolastik dan bakat lainnya, maupun tingkat kreativitas dan komitmen akan tugas. Untuk melakukan assessmen tersebut, digunakan tes dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan inventory komitmen akan tugas. Sebagian besar tes tersebut lebih bersifat individual. Penutup Demikian beberapa poin penting dalam mengenal anak berbakat akademik (ABA) yang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang memerlukan perhatian dan kepedulian semua pihak, terutama para pendidik, para ahli, para orangtua,
10
bahkan yang bersangkutan sendiri, sehingga ABA dapat mengembangkan diri secara optimal. Untuk mengenal secara umum profil ABA tidaklah terlalu sulit bagi siapapun, namun secara khusus dan profesional, hanya orang-orang tertentu lah yang diharapkan mampu mengidentifikasi ABA secara cermat, sehingga pembinaan lebih lanjut dapat dilakukan secara optimal.
Daftar Pustaka Clark, B. (1988). GROWING UP GIFTED (3rd ed.). Columbus, OH: Charles E. Merrill. Coleman, M. R., & Gallagher, J. S. (1995, May). State identification policies: Gifted students from special populations. Roeper Review, 17(4), 26875.(EJ506649) Duncan, J., & Dougherty, E. (1991). Using product portfolios for student assessment for gifted programs. In Update on gifted education. Austin: Texas Education Agency, Division of Gifted/Talented Education. (ED 346 654) Little, K. (2003), Gifted Child: A Handbook for Parents of Gifted Children, Frasier, M. M. (1992, March). Ethnic/minority children: Reflections and directions. In Challenges in gifted education: Developing potential and investing in knowledge for the 21st century. Columbus: Ohio State Department of Education. (ED 344 402) Ohio : the Ohio Association for Gifted Children. Gardner, H. (1983). Frames of mind: The theory of multiple intelligences. New York: Basic Books. Marland, S. (1972). "Education of the Gifted and Talented." Report to Congress. Washington, DC: U. S. Government Printing Office. Osborn, Julia B, www.davidonistitute.org, Assessing the Gifted, Davidon Institute or Talent Renzulli, J. (1986). "The three ring conception of giftedness: A developmental model for creative productivity." In R. J. Sternberg & J. E. Davidson (Eds.), CONCEPTIONS OF GIFTEDNESS (pp.53-92). New York: Cambridge University Press. Sternberg, R., & Wagner, R. (1982). "A revolutionary look at intelligence." GIFTED CHILDREN NEWSLETTER, 3, 11. Adapted from D. W. Russell, D. G. Hayes, & L. B. Dockery, "MY CHILD IS GIFTED! NOW WHAT DO I DO?" (2nd ed. 1988), North Carolina Association for the Gifted and Talented, Inc., P. O. Box 5394, Winston-Salem, NC 27113-5394; and D. Sisk, "The State of Gifted Education: Toward a Bright Future", MUSIC EDUCATORS JOURNAL, (March 1990), pp. 35-39. Adapted by permission.
11