Moh. Arif
MENCIPTAKAN BUDAYA BELAJAR EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di MI Bustanul Ulum Brudu Jombang) Oleh: Moh. Arif1
Abstract: This study aims to discuss how the process of creating an effective learning culture in MI Bustanul Ulum Brudu in improving the quality of education that is always associated with the process of teaching and learning activities with the goal of achieving quality and the quality of education in madrasas. The quality of education has been achieved because of the awareness and participation of all elements of education in MI Bustanul Ulum, so it can form an effective teaching and learning culture. For that, universally takes appropriate measures by way of intertwining komonikasi, the participation of all the elements of education, qualified human resources, planning and intensive guidance. All this can be carried out continuously either at the school or outside the madrasah.
Keywords: cultural effective learning and improving the quality of education
1
Dosen IAIN Tulungagung
70
Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai kaitan erat dengan setiap bentuk perubahan, baik berupa dinamika perubahan individu maupun proses sosial yang kaya akan interaksi personal dan perkembangan budaya dalam pemikiran dan nilai. (Akhyak, 2004:26). Anggapan bahwa pendidikan adalah proses pengalihan budaya harus diartikan lebih dari sekedar kesinambungan model estafet yang merupakan pengalihan tongkat yang itu-itu juga dari satu pelari ke pelari berikutnya, namun memang tidak terbayangkan bahwa proses pendidikan itu berlangsung bebas dari ikhtiar pengalihan , khususnya pengalihan nilai dan norma serta bebagai karakteristik yang melalui upaya pendidikan diinginkan bertahan pada generasi peserta didik itu. (Fuad Hasan, , 1995: 139). Budaya sekolah yang diharapkan tumbuh pada sekolah efektif adalah yang mampu memberikan karakteristik utama pada perlakuan sekolah terhadap peserta didik agar dapat mencintai pelajaran sehingga mereka memiliki instrinsik untuk terus belajar. Budaya sekolah dipandang sebagai eksistensi suatu sekolah yang terbentuk dari hasil saling mempengaruhi antara tiga faktor, yaitu sikap dan kepercayaan orang yang berada di sekolah dan lingkungan diluar sekolah, norma-norma budaya sekolah, dan hubungan antara individu di dalam sekolah. Budaya sekolah efektif menggambarkan ketiga factor tersebut berjalan secara sinergi sehingga diperoleh programprogram yang rasional diimplemantasikan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, profesionalisme, dan pemberdayaan. Budaya sekolah efektif seharusnya mengembangkan leraning organization yang diarahkan pada pembentukan perilaku positif para peserta didik dan mengartikulasikan beberapa nilai yang dapat membentuk budaya sekolah efektif dan kesemuanya merujuk pada satu kepentingan, yaitu kebutuhan belajar peserta didik. (Aan Komariyah. 2008:28) Kegiatan pembelajaran di madrasah ibtidaiyah masih diperlukan ditingkatkan demi terbentuknya budaya belajar yang efektif dengan memperhatikan aspek kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lainAl Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
71
Moh. Arif
lain kemampuan. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Berdasarkan beberapa pendapat diatas secara implisit menyatakan bahwa budaya belajar peserta didik mempunyai keterkaitan dengan prestasi belajar, sebab dalam budaya belajar mengandung kebiasaan belajar dan cara-cara belajar yang dianut oleh peserta didik. Pada umumnya setiap orang (peserta didik) bertindak berdasarkan force of habit (menurut kebiasaannya) sekalipun ia tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Sehubungan dengan hal itu, budaya belajar peserta didik akan menjadi tradisi yang dianut oleh peserta didik. Tradisi tersebut akan selalu melekat di dalam setiap tindakan dan perilaku peserta didik sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya tradisi dalam memanfaatkan waktu belajar, disiplin dalam belajar, kegigihan/keuletan dalam belajar, dan konsisten dalam menerapkan cara belajar efektif. Proses pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan tuntutan bila didukung oleh pratisipasi kita yang memiliki kemampuan, sebab kemampuan peserta didik dalam arti kemampuan jasmaniah dan rohaniah tidak secara otomatis dapat dimiliki peserta didik melainkan berdasarkan pada upaya dilakukan peserta didik melalui budaya belajar, sebab setiap peserta didik dengan adanya era globalisasi menunjukkan akan kepentingan budaya belajar dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia sehingga memiliki kemampuan dalam belajar. Menerapkan budaya belajar dalam proses pembelajaran, diharapkan perilaku peserta didik dalam melaksanakan tugas dan mentaai norma-norma serta peraturan yang berlaku sehingga tujuan dan kebijakan pemerintah dalam pendidikan dapat dicapai dengan baik. Budaya belajar merupakan serangakaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan peserta didik sehingga peserta didik menjadi kebiasaan. Belajar akan mengalami peningkatan dengan budaya belajar dan konsekuensinya adalah produktivitas peserta didik yang berlipat ganda dan mendapatkan hasil yang lebih baik bila dibandingkan sebelum melaksanakan
72
Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
budaya belajar, sebab kemajuan utama dalam belajar adalah diversifikasi pelajaran yakni secara berangsur-angsur peserta didik dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan baik. Di Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum Brudu kegiatan pembelajaran masih menoton dan tidak menarik, sehingga diperlukan upaya-upaya yang dapat menumbuhkan ciri khas belajar yang efektif, dan menyenangkan agar tercapai tujuan belajar yang baik. hal ini tentu dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan belajar yang efektif dan menyenangkan yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di madrasah, disamping itu pula di upayakan terbentukknya kualitas sumber daya manusia dan kepedulian semua elemen madrasah mengenai hal mutu pendidikan. 2. Fokus Adapun focus dalam penelitian adalah “Bagaimana menciptakan budaya belajar efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah?” 3. Tujuan Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan dan mendeskripsikan “Bagaimana menciptakan budaya belajar efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah” 4. Manfaat a. Secara teoritis menjadi sumbangan pemikiran pada tataran konsep bagaimana sebuah budaya belajar yang efektif diciptakan sekaligus sebagai referensi bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang. b. Secara praktis bias menjadi rujukan sekolah/madrasah guna menumbuhkan budaya efektif dalam pengelolaan kegiatan pendidikan dan pembelajaran. B. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan rancangan penelitian adalah dalam bentuk studi kasus. Lokasi yang Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
73
Moh. Arif
menjadi objek penelitian ini yaitu di MI Bustanul ‘Ulum Brudu Sumobito Jombang. 2. Subjek dan Objek Penelitian. Subjek penelitian ini diambil berdasarkan informasi yang diterima peneliti bahwa permasalahan dalam penelitian ini terkait dengan pembentukan budaya belajar peserta didik yang efektif di Madrasah. Sedangkan objek penelitian ini adalah MI Bustanul Ulum Brudu Sumobito dengan pertimbangan utama penulis mengambil lokasi penelitian ini di MI Bustanul Ulum karena lokasi tersebut sangat berdekatan dengan daerah perkampungan dan masyarakat yang secara tidak langsung kegiatan pembelajaran menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, peneliti sendiri telah banyak mengetahui proses pembelajaran yang ada di madrasah tersebut. Secara purposive, penelitian dilakukan di kelas atas yaitu kelas 4, 5, 6. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s.d Nopember 2013. 3. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumberdata dalam penelitian ini bersumber dari manusia dan non manusia. Unsur manusia meliputi Kepala madrasah, para pendidik, komite, dan pihak-pihak yang dianggap memahami terkait dengan objek penelitian. Sedangkan data non manusia meliputi dokumentasi dari masing-masing lokasi penelitian, aktivitas dan perilaku-perilaku yang dapat diamati secara langsung. 4. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian kualitatif pada dasarnya teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan wawancara yang mendalam untuk menjelajahi dan melacak memadai mungkin realitas fenomena yang tengah di studi. Peneliti sebagai instrumen utama langsung terjun ke lapangan untuk melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
74
Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
5. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan dan bahan-bahan yang yang dikumpulkan guna meningkatkan pemahaman terhadap semua hal dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan. (Tanzeh & Suyitno, 2006 :170). Adapun model analisis yang peneliti gunakan adalah model interaktif dari data kualitatif yang dikemukakan oleh Miles dan Hubberman (1995) yang meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. 6. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data dapat dilakukan dengan menggunakan triangulasi untuk mengurangi bias yang melekat pada satu metode dan memudahkan melihat keluasan penjelasan yang dikemukakan. (Chaedar Alwasilah: 2003:176). Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah ketekunan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dan menggunakan bahan referensi. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasasakan kajian dalam pembahasan penelitian, maka dalam membudayakan belajar peserta didik agar efektik agar tercipta mutu pemebelajaran seorang pendidik juga harus mengembangkan kreativitas peserta didik yaitu ; 1) Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak peserta didik dalam pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru, 2) bantulah peserta didik memikirkan sesuatu yang belum lengkap, mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang original, 3) Bantulah peserta didik mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke dalam situasi baru, 4) Berikan tugas-tugas secara independent, 5) Kurangi kekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang otak, 6) Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir reflektif terhadap setiap masalah yang dihadapi, 7) Hargai perbedaan individu peserta didik, dengan melonggarkan aturan dan norma kelas, 8) Jangan memaksakan kehendak terhadap peserta didik, 9) Tunjukan prilaku-prilaku baru dalam pebelajaran, 10) Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
75
Moh. Arif
1.
2.
3.
4.
76
Kembangkan tugas-tugas yang dapat merangsang tumbuhnya kreativitas, 11) Kembangkan rasa percaya diri peserta didik, dengan membantu mereka mengembangkan kesadaran dirinya secara positif, tanpa mengpendidiki dan mendikte mereka, 12) Kembangkan kegiatan-kegiatan menarik, seperti kuis dan teka-teki, dan nyanyian yang dapat memicu potensi secara optimal dan 13) Libatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa 2008: 169). Dari Hasil temuan yang dilakukan peneliti terkait dengan pembentukan budaya belajar peserta didik di madrasah yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak telepas dari beberap faktor yaitu: Menumbuhkan kebersamaan (kolegialitas). Kebersamaan dalam pembentukan budaya belajar dimadrasah sangat penting dengan cara terciptanya solidaritas yang tinggi dan rasa saling menghormati antar setiap komponen madrasah, sehingga madrasah dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan akan semakin mudah dicapai. Dengan nilai-nilai solidaritas yang tinggi, maka sekolah dapat berkembang dengan baik dalam hal mutu maupun kepercayaan masyarakat. Melakukan percobaan-percobaan inovatif/eksperimentas Pengembangan-pengembangan dalam sistem pendidikan harus terus dilakukan agar sekolah memiliki ciri dan kultur yang kuat. Pendidik dan lembaga pendidikan memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan pengembangan-pengembangan yang inovatif dan kreatif. Menumbuhkan kejujuran dan komunikasi terbuka. Kultur sekolah harus membangun sikap kejujuran dan keterbukaan dalam berkomunikasi untuk menunjang lingkungan sekolah yang efektif dan berkualitas. Dengan lingkungan sekolah yang berkualitas pasti akan berimplikasi pada peningkatan mutu pendidikan. Aktifitas yang efektif para personel kependidika. Lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pengajaran dan proses pembelajaran berlangsung harus dapat menciptakan dan mengembangkan setiap aktivitas dan kegiatannya agar dapat berjalan dengan positif. Setiap aktifitas yang dilakukan oleh para Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
personel dalam lembaga pendidikan mencerminkan bagaimana sebuah lembaga pendidikan tersebut dibangun. 5. Iklim sekolah yang kondusi. Dengan membangun kultur yang kuat dan didasari oleh norma-norma yang ada, sekolah harus mampu menjadi tempat dimana setiap personal merasa aman, nyaman, dan menyenangkan berada di lingkungan sekolah. Dengan suasana yang kondusif seperti itu, maka setiap kegiatan kependidikan yang dilaksanakan di sekolah akan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. 6. Ketaatan terhadap peraturan sekolah Budaya Madrasah yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan akan tercapai jika seluruh komponen pelaku pendidikan dapat menjalankan dan melaksanakan peraturan Madrasah dengan tanggungjawab. Peraturan ini sangat penting untuk tetap menjaga norma dan juga kebiasaan berperilaku seluruh personil Madrasah, kepala Madrasah, pendidik, staf Madrasah, dan juga para peserta didik. Sedangkan dalam aspek pembentukan budaya belajar yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan. dilakukan sebagai berikut: 1. Membuat perencanaan program pendidikan awal tahun secara kontinu.. Proses perencanaan program pendidikan melibatkan seluruh komponen pelaku pendidikan (Kepala Madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, dan staf). Perencanaan program pendidikan ini juga bertujuan untuk lebih mengefektifkan kinerja personel pendidikan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan agar target yang dirumuskan dapat tercapai. 2. Meningkatkan Kualitas pendidik. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pendidik harus berkompeten dan profesional dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan juga kegiatan yang berhubungan dengan akademik lainnya. Kualitas seorang pendidik merupakan salah satu faktor utama dalam penciptaan mutu pendidikan yang bermutu, sebab pendidik yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam mengajar akan mampu menciptakan suasana belajar yang kreatif, inovatif dan juga efektif. 3. Pengembangan kegiatan belajar yang efektif dengan setrategi yang ada. Untuk meningkatkan mutu pendidikan maka lembaga Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
77
Moh. Arif
4.
5.
6.
7.
8.
78
pendidikan harus mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan standar isi, SK, KD dan indikator sebagai pengembangan dari pada kurikulum pendidikan di madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam hal ini pencapaian mutu menjadi tolak ukur seberapa efektif pengembangan akademik yang dilakukan oleh lembaga pendidikan. Efektifitas Kegiatan Belajar Mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan aktifitas yang memerlukan ketrampilan dan strategi yang efektif dan inovatif. Oleh karena itu di dalam proses pembelajaran perlu didukung dengan pengembangan metode dan strategi yang tepat agar dapat meningkatkan mutu pendidikan. efektifitas dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil yang dicapai ketika ada program evaluasi. Kemandirian Belajar peserta didik. Kemandirian peserta didik dapat dipupuk melalui budaya akademik yang dikembangkan di Madrasah dan juga tuntutan dari Madrasah, sehingga peserta didik akan mempelajari materi setiap pembelajaran sebelum diajarkan oleh pendidiknya. Oleh sebab itulah dengan kemandirian belajar peserta didik, maka tingkat keefektifan proses belajar mengajar akan lebih baik. Pengawasan (control) oleh Kepala Madrasah terhadap KBM. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik akan berjalan dengan efektif, dan efisien, apabila kepengawasan kepala Madrasah telah dijalankan secara efektif dan berkelanjutan. Kerjasama dengan masyarakat dan lembaga pendidikan lain. Kerjasama dengan pihak lain sangat penting agar lembaga pendidikan memiliki jaringan yang luas dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat dan juga dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kerjasama dengan lembaga pendidikan lain perlu dibangun dan terus ditingkatkan agar Madrasah dapat terus berbagi pengalaman dan juga pengetahuan tentang pengelolaan sebuah lembaga pendidikan. Membangun budaya berkompetisi dalam berprestasi. Dengan adanya kompetisi yang sehat dalam menggapai prestasi yang setinggi-setinginya, peserta didik diharapkan tumbuh kemandiriannya dan juga jiwa ingin selalu maju. Sedangkan para Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
pendidik dituntut untuk selalu berkompetisi dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran dan juga kemampuan mereka dalam mengembangkan bahan ajar. 9. Memiliki kompetensi. Salah satu hal yang penting untuk membangun budaya kerja yang efektif ini adalah dengan dimilikinya kompetensi oleh para personel pelaku pendidikan, baik kepala Madrasah. Pendidik, maupun staf pada lembaga pendidikan. 10. Memiliki Tanggungjawab tinggi Tanggungjawab yang tinggi penting untuk menumbuhkan semangat yang tinggi dalam bekerja. Rasa tanggungjawab ini harus terus dipupuk dan ditanamkan dalam diri setiap personal kependidikan agar kualitas kinerja mereka tetap tinggi. 11. Kedisiplinan belajar. Kedisiplinan sangat diutamakan sebagai upaya untuk membengun budaya belajar peserta didik yang efektif. Kedisiplinan ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan oleh seluruh personel pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas diri dan mutu pendidikan. 12. Koordinasi dan komunikasi yang efektif antar elemen madrasah. Koordinasi harus dilakukan dengan baik oleh kepala Madrasah maupun pihak yang ditunjuk untuk memudahkan pembagian tugas dan beban kerja. Sedangkan komunikasi yang berjalan dengan baik akan memudahkan semua pihak dalam menyusun kerangka kerja dan melaksanakan tugas dan perannya. 13. Bimbingan dan Keteladanan. Bimbingan adalah bagaiamana cara pendidik dapat memberikan arahan, pelajaran, dan pemberitahuan kepada peserta didik tentang apa yang baik untuk dilakukan dan apa yang buruk. Dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik, pendidik harus memiliki keuletan dan ketulusan dalam menggambarkan segala sesuatu sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. 14. Optimalisasi buku monitoring peserta didik. Buku monitoring berfungsi untuk mengetahui kegiatan-kegiatan peserta didik yang dilakukan selama mereka berada dirumah, kegiatan peserta didik tersebut antara lain yang berkaitan dengan kegiatan akademik dan kegiatan keagamaan seperti belajar, mengerjakan PR, mengikuti Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
79
Moh. Arif
kursus, sholat lima waktu, mengaji, dan lain sebagainya. Buku monitoring peserta didik ini begitu penting bagi peserta didik dan juga pihak Madrasah, maka buku monitoring tersebut harus selalu diisi oleh peserta didik maupun orang tua peserta didik dan ditandatangani oleh orangtua peserta didik. Selain dari hal di atas, di Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum juga melakukan upaya memberikan motivasi dalam menciptakan budaya belajar yang efektif baik dilakukan oleh pendidik, Orang tua dan secara bersama sama antara pendidik dan orang tua sebagaimana berikut: 1. Upaya yang dilakukan Pendidik komponen yang secara langsung berhubungan dengan permasalah rendahnya motivasi belajar peserta didik, maka pendidik harus mengetahui beberapa hal yang bisa dilakukannya untuk menumbuhkan motivasi budaya belajar peserta didik, diantaranya adalah : a. Memilih cara dan metode mengajar yang tepat termasuk memperhatikan penampilannya b. Menginformasilkan dengan jelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai c. Menghubungkan kegiatan belajar dengan minat peserta didik d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran misalnya melalui kerja kelompok e. Melakukan evaluasi dan menginformasikan hasilnya, sehingga peserta didik mendapat informasi yang tepat tentang keberhasilan dan kegagalan dirinya f. Melakukan improvisasi-improvisasi yang bertujuan untuk menciptakan rasa senang anak terhadap belajar. Misalnya kegiatan belajar diseling dengan bernyanyi bersama atau sekedar bertepuk tangan yang meriah g. Menanamkan nilai atau pandangan hidup yang positif tentang belajar misalnya dalam agama islam belajar dipandang sebagai sebuah kegiatan jihad yang akan mendapatkan nilai amal disisi Allah.
80
Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
h. Menceritakan keberhasilan para tokoh-tokoh dunia yang dimulai dengan mimpi-mimpi mereka dan ceritakan juga caracara mereka meraih mimpi-mimpi itu. Ajak peserta didik untuk bermimpi meraih sukses dalam bidang apa saja seperti mimpinya para tokoh dunia tersebut. i. Memberikan respon positif kepada peserta didik ketika mereka berhasil melakukan sebuah tahapan kegiatan belajar. Respon positif ini bisa berupa pujian, hadiah, atau pernyataanpernyataan positif lainnya. Disamping itu, pendidik di MI Bustanul Ulum Brudu juga menumbuhkan kreativitas dakam membudayakan belajar efektif. Dalam hal ini dilakukan kegiatan dengan menggunakan metode yang bervariasi. Sumber belajar yang cukup, media belajar yang baik dan partisipasi peserta didik aktif dalam kegiatan belajar. Pendidik juga dituntut untuk terus berinovasi dalam kegiatan belajar agar peserta didik sedang belajar, aktif, kreatif dan berpartisipasi. Dengan demikian, maka budaya yang ditanamkan madrasah dalam mengantarkan peserta didik di MI Bustanul Ulum Brudu dapat menarik minat masyarakat untuk membelajarkan anak-anaknya untuk bejar di MI Bustanul Ulum. Hal ini merupakan bagian atau uapay madrasaah dalam membangun kepercayaan kepada masyarakat atau wali peserta didik. Kemudian, kegiatan pendidik dalam membangun komnukasi dengan duru lain dibangun atas kebersamaan dan tujuan dalam membudayakan belajar di madrasah, dengan gemar berbagi ilmu, wawasan, pengetahuan dan berbagi tips belajar menajar pada sesama pendidik, karena ia menyadari bahwa apa yang dilakukan pendidik hanya semata-mata untuk kepentingan peserta didik dan kemajuan lembaga atau madrasah. Disisi lain dapat memberikan inspirasi bagi pendidik lain untuk memberikan yang terbaik bagi pserta didik dalam menggapai prestasi belajarnya. 2. Upaya yang Dilakukan oleh Orang Tua. a. Mengontrol perkembangan belajar anak. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk mengontrol kegiatan anak. Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
81
Moh. Arif
b. Mengungkap harapan-harapan yang realistis terhadap anak c. Menanamkan pemahaman agama yang baik khususnya yang terkait dengan motivasi d. Melatih anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, orang tua melakukan pembimbingan seperlunya e. Tanyakanlah keinginan dan cita-cita mereka. Berikan dukungan terhadap keingginan dan cita-cita mereka. Arahkan mereka untuk meraih cita-cita itu dengan benar. f. Menggunakan hasil evaluasi yang diberikan oleh pendidik untuk menumbuhkan motivasi belajar selanjutnya. 3. Upaya yang dilakukan oleh Orang tua dan Pendidik Secara Bersama Ketika permasalahan rendahnya kualitas belajar maka dipandang perlu upaya budaya belajar yang efektif di madrasah sehingga permasalahan yang serius yang tidak bisa diantispasi oleh pendidik sendiri atau oleh orang tua sendiri, maka kerja sama antara pendidik dan orang tua harus segera dilakukan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan di ataranya : a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada peserta didik, cari factor penyebab yang mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik, identifikasi masalahnya. b. Mencari solusi-solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi pada anak. Cari masalah yang bisa diatasi oleh pendidik, atau masalah yang bisa diatasi oleh orang tua c. Memberikan perlakuan yang tepat terhadap anak, mereka sedang mengalami permasalahan, maka orang tua dan pendidik harus mempunyai komitemen yang tinggi untuk tidak menambah beban mereka dengan menyalahkan, mencemooh anak-anak. d. Libatkan peserta didik untuk memecahkan permasalahannya. Orang tua, pendidik dan peserta didik perlu duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahannya. Disisi lain, kegiatan belajar mengajar di MI Bustanul Ulum dilakukan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dimana dalam kegiatan belajar seorang pendidik dapat membentuk 3 aspek yaitu, 82
Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
aspek kognitif, afektif dan psikomotori hal ini disampaiakan oleh salah satu pendidik di MI Bustanul ulum. Sedangkan disisi yang lain bahwa untuk mencipatakan belajar bagi peserta didik setiap pendidik melakukan kegiatan pembiasaan pada peserta didik seperti kedisiplinan, partisipasi peserta didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, memberikan ruang yang cukup untuk proses pembelajaran khususnya di kelas tinggi. Dalam kontek mencipatakan budaya belajar untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan beberapa tahapan yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir dan partispasi komponen pendidikan. Kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses keterampilan, melibatkan partisipasi peserta didik pendidik dan adanya keterbukaan dalam kegiatan belajar mengajar serta dilakukan budaya tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik. Dari uraian diatas, sehingga kegiatan pelajar mengajar dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran dapat dilakukan oleh peserta didik baik di dalam maupun diluar kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik dan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan temantemannya secara baik dan bijak. Dengan intensitas yang tinggi serta kontinuitas belajar secara berkesinambungan diharapkan proses interaksi sosial sesama teman dapat tercipta dengan baik dan pada gilirannya mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain walaupun dalam perjalanannya mereka saling berbeda pendapat yang pada akhirnya mereka saling menumbuhkan sikap demokratis antar sesama. D. PEMBAHASAN Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar peserta didik baik faktor yang ada dalam diri peserta didik seperti minat, kemauan maupun faktor yang ada di luar peserta didik seperti pendidik, orang tua, lingkungan sosial budaya dan ekonomi. Menumbuhkan motivasi belajar peserta didik bukanlah pekerjaan yang mudah. Proses menumbuhkan motivasi belajar Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
83
Moh. Arif
peserta didik harus dilakukan secara bersama oleh pendidik dan orang tua, kerja sama positif antara orang tua dan pendidik merupakan hal yang mutlak.Orang tua dan pendidik bisa saling bekerja sama dengan memberikan informasi timbal balik tentang peserta didik. Selain itu orang tua dan pendidik perlu mengeindentifikasi permasalahan motivasi peserta didik,kemudian secara bersama mencari solusi pemecahan masalah dengan melibatkan peserta didik. Beberapa aspek yang dapat diperhatikan dalam membudayakan belajar yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar di MI Bustanul Ulum adalah sebagai berikut: 1. Setiap peserta didik harus mengikuti aturan-aturan yang dibuat pihak sekolah termasuk dalam kegiatan pembelajaran. 2. Peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri untuk mendapatkan pengetahuan serta mengikuti proses pembelajaran di kelas. 3. Masing-masing peserta didik memiliki hak dan kewajiban untuk menjalakan tugas-tugas sebagai pelajar. 4. Pendidik berkewajiban memberikan atau menyampaikan materi pelajaran berdasarkan kebutuhan peserta didik. 5. Partispasi peserta didik, orang tua dan madrasah sangat diperlukan untuk menumbuhkan budaya belajar peserta didik. Berdasarkan hal di atas, MI Bustanul Ulum dalam melakukan dan membudayakan belajar bagi pserta didik tidak terlepas dari kondisi dan budaya sekitar, karena sebagian besar masyarakat sekitar madrasah adalam masyarakat awan yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak, hal ini berdasrkan tradisi bahwa banyak orang yang belajar dengan susah payah, biaya melimpah, tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa, hanya kegagalan yang ditemui dan sebaliknya. Penyebabnya tiada lain karena belajar tidak dibangun atas kebutuhan dan kesadaran masyarakat dan peserta didik itu sendiri. Pada kelompok ini mereka tidak mau menerima segala macam pembaharuan dan tidak mau mengubah tradisi yang selama ini sudah diyakini kebenarannya.
84
Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
Secara implisit budaya belajar peserta didik mempunyai keterkaitan dengan prestasi belajar, sebab dalam budaya belajar mengandung kebiasaan belajar dan cara-cara belajar yang dianut oleh peserta didik. Pada umumnya setiap orang (peserta didik) bertindak berdasarkan force of habit (menurut kebiasaannya) sekalipun ia tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Sehubungan dengan hal itu, upaya madrasah dalam mencipatakan budaya belajar peserta didik yang efektif akan menjadi tradisi yang dianut oleh peserta didik secara baik dan utuh. Tradisi tersebut akan selalu menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan peserta didik sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya tradisi dalam memanfaatkan waktu belajar, disiplin dalam belajar, kegigihan/keuletan dalam belajar, dan konsisten dalam menerapkan cara belajar efektif. Disamping itu, bahwa kesadaran dan partisipasi masyarakat di sekitar madrasah sangat dibutuhkan untuk memberikan dukungan bagi sekolah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mengatrakan peserta didik manjadi terpelajar dan mencapai prestasinya. Dalam mengembangkan tradisi belajar yang baik bagi madrasah dalam mengantarkan peserta didik yang berprestasi yaitu adanya saling keterbukaan dan transparansi dalam kegiatan belajar dan pengelolaan kegiatan belajar di madrasah tersebut, hal ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Dengan demikian dapat jelaskan bahwa budaya belajar yang baik mengandung suatu ketetapan, kedisiplinan, keteraturan menyelesaikan segala tugas-tugas, dan menghilangkan kepsimisan dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar di madrasah tersebut. Kepribadian yang tercermin di hati pendidik juga dapat mempengaruhi proses belajar yang efektif bagi peserta didik di MIN Bustanul Ulum, oleh sebab itu, kepribadian pendidik selalu diperhatikan dan diawasi agar tercapai apa yang diinginkan, karena hal itu, akan berpengaruh budaya belajar yang kurang baik akan membentuk peserta didik menjadi pribadi yang malas, bertindak semau-maunya, dan ketidakteraturan. Dalam rangka pembentukan budaya belajar di MI Bustanul ‘Ulum Brudu untuk peningkatan mutu pendidikan selalu menekankan Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
85
Moh. Arif
terhadap adanya budaya belajar dimana budaya belajar dapat merupakan salah satu upaya perbuatan meningkatkan kualitas belajar, karena dengan budaya belajar segala kegiatan pembelajaran dan tugas akan tertatur dan terarah, sehingga tujuan belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan biak. Pelaksanaan tugas dan belajar bagi kita tidak terlepas dari cara peserta didik itu belajar. Oleh karena itu budaya belajar memegang peranan penting, sebab baik tidaknya dan berhasil tidaknya proses pembelajaran dapat dilihat dan dapat dirasakan oleh peserta didik dan masyarakat sebagai pemakai lulusan, maka dari itu budaya belajar harus dilaksanakan secara optimal. Sedangkan Untuk menciptakan situasi yang diharapkan di MI Bustanul Ulum bahwa seoarang pendidik harus mempunyai syaratsyarat apa yang diperlukan dalam mengajar dan membangun pembelajaran peserta didik agar efektif dikelas, saling bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan saling menghargai (demokratis), diantaranya: 1. Pendidik harus lebih banyak menggunakan metode pada waktu mengajar, variasi metode mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian peserta didik, mudah diterima peserta didik, sehingga kelas menjadi hidup, metode pelajaran yang selalu sama(monoton) akan membosankan peserta didik. 2. Menumbuhkan motivasi, hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan peserta didik,. Selanjutnya melalui proses belajar, bila motivasi pendidik tepat dan mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan belajar, dengan tujuan yang jelas maka peserta didik akan belajar lebih tekum, giat dan lebih bersemangat.(Slamet,1987:92) Dari uraian diatas, tidak dipungkiri bahwa dilapangan masih banyak pendidik yang masih melakukan cara seperti pendapat diatas, dan diakui bahwa banyaka faktor penyebabnya sehingga kita akan melihat akibat yang timbul pada peserta didik, kita akan sering menjumpai peserta didik belajar hanya untuk memenuhi kewajiban pula, masuk kelas tanpa persiapan, peserta didik merasa terkekang, membenci pendidik karena tidak suka gaya mengajarnya, bolos, tidak mengerjakan tugas yang diberikan pendidik, takut berhadapan dengan mata pelajaran tertentu, merasa tersisihkan karena tidak dihargai 86
Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
pendapatnya, hak mereka merasa dipenjara, terkekang sehingga berdampak pada hilangnya motivasi belajar, suasan belajar menjadi monoton, dan akhirnya kualitas pun menjadi pertanyaan. Selain disiplin dalam belajar, kegigihan dalam belajar dan konsisten dalam belajar faktor lain yang dapat mempengaruhi budaya belajar peserta didik adalah adanya motivasi yang mendorong peserta didik untuk belajar. Karena pada dasarnya motivasi dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti ”menggerakkan” (to move). Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut, anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar. MI Bustanul Ulum dalam melaksanakan budaya mutu sudah sangat baik, dapat diketahui dengan seberapa besarnya keinginan masyarakat madrasah untuk menyekolahkan anaknya di sekolah/madrasah tersebut. Namun demikian tetap berusaha untuk selalu menjadi yang terbaik. Madrasah ini memiliki kondisi yang stabil dan berfokus pada kondisi internal lembaga, dapat menekankan nilai-nilai kerja sama, saling pengertian, semangat persatuan, saling memotivasi, dan membimbing. Nilai kerja sama merupakan nilai yang sangat dipentingkan dalam upaya memperbaiki kondisi internal madrasah. Nilai kerja sama mengajarkan kepada orang-orang yang ada di madrasah untuk tidak menang sendiri, terutama pada orang-orang yang memiliki jabatan tertentu, untuk tetap mampu menggunakan jabatannya dalam membangun tim kerja yang solid. Secara umum untuk meingkatkan mutu pendidikan harus diawali dengan strategi peningkatan pemerataan pendidikan, dimana unsure makro dan mikro pendidikan ikut terlibat, untuk menciptakan Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
87
Moh. Arif
(Equality dan Equity) , mengutip pendapat Indra Djati Sidi (2001:73) bahwa pemerataan pendidikan harus mengambil langkah sebagai berikut: 1. Pemerintah menanggung biaya minimum pendidikan yang diperlukan anak usia sekolah baik negeri maupun swasta yang diberikan secara individual kepada peserta didik. 2. Optimalisasi sumber daya pendidikan yang sudah tersedia, antara lain melalui double shift (contoh pemberdayaan SMP terbuka dan kelas Jauh) 3. Memberdayakan sekolah-sekolah swasta melalui bantuan dan subsidi dalam rangka peningkatan mutu embelajaran peserta didik dan optimalisasi daya tampung yang tersedia. 4. Melanjutkan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) dan Ruang Kelas Baru (RKB) bagi daerah-daerah yang membutuhkan dengan memperhatikan peta pendidiakn di tiap –tiap daerah sehingga tidak mengggangu keberadaan sekolah swasta. 5. Memberikan perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, masyarakat terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah kumuh. 6. Meningkatkan partisipasi anggota masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut serta mengangani penuntansan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Dari penjelasan diatas, bahwa untuk menciptakan budaya belajar yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Bustanul Ulum setidaknya sudah dilakukan secara konsisten dan terus menerus dan memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi faktor-faktor di yang dapat menghambat terciptanya budaya belajar yang efektif. E. SIMPULAN Dari pembahasan dapat disimpulkanbahwa pembentukan budaya efektif di MI Bustanul Ulum Brudu Jombang dalam hal meningkatkan mutu pendidikan di madrasah diperlukan upaya kebersamaan (kolegialitas), melakukan percobaan-percobaan inovatif atau eksperimentasi, menumbuhkan kejujuran dan komunikasi 88
Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
Menciptakan Budaya Belajar Efektif
terbuka, aktifitas yang efektif para personel kependidikan, iklim madrasah yang kondusif, dan ketaatan terhadap peraturan Madrasah. Pengembangan budaya dalam kegiatan belajar mengajar yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan diperlukan suatu perencanaan yang matang, SDM yang baik, membangun belajar peserta didik, Pengawasan (control) oleh Kepala Madrasah terhadap KBM, Kerjasama dengan masyarakat dan lembaga pendidikan lain, dan Membangun budaya berkompetisi dalam berprestasi. dari semua di atas tentunya dapat dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan, agar semua yang dii harapkan atau tujuan dalam kegiatan belajar dapat tercapai dengan maksimal. Sedangkan pada aspek peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan dengan target yang harus dicapai, maka proses untuk mencapai hal tersebutnya terdapat dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut. BIBLIOGRAPHY Akhyak. Inovasi Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Bina Ilmu. 2004) Aan Komariyah, Cepi Triatna. Visionary Leadership “Menuju Sekolah Efektif”.(Jakarta: PT Bumi aksara. 2008) Fuad Hasan. Dimensi Budaya dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) Matthew B. Milles dan A. Michael Huberman, Penerjemah Tjetjep Rehendi Ronidi, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru, (Jakarta: UI- Press. 1995) Mulyasa, E. Menjadi pendidik professional, menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan (Cet. VII. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008). Tanzeh, Ahmad & Suyitno. Dasar-dasar Penelitian. (Surabaya: Elkaf, 2006) Chaedar Alwasilah, Pokoknya kualitatif: dasar-dasar merancang dan melakukan penelitian kualitatif, Cet. II. Jakarta: Pustaka Jaya, 2003: 176. Al Ta’dib, Volume 5 Nomor 1 Juli 2015
89