MEMBANGUN KARAKTER MELALUI PERKULIAHAN BERBASIS LOGIKA (Diimplementasikan dalam Perkuliahan di Universitas Siliwangi) BUILD CHARACTER BY MEANS OF LECTURING MODEL ON BASED LOGICAL THEORY (Implemented of Lecturing in Siliwangi University)
Dedi Heryadi FKIP Unuversitas Siliwangi Jl.Siliwangi No.24 Tasikmalaya. Kode Pos 46115 e-mail
[email protected] Yoni Hermawan FKIP Unuversitas Siliwangi Jl.Siliwangi No.24 Tasikmalaya. Kode Pos 46115 e-mail:
[email protected]
Abstrak : Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah perkuliahan berbasis teori logika, dan untuk mengetahui dampak model ini terhadap tumbuhnya karakter ketelitian, sikap kritis, dan tanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan, dengan pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, dan tes. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa semester pertama tahun kademik 2015/2016 di FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian diketahui langkah-langkah perkuliahan berbasis logika yang efektif, dan pengaruhnya terhadap karakter ketelitian, sikap kritis, dan tanggung jawab. Untuk menguatkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan untuk ditindaklanjuti dan divalidasi oleh pihak-pihak yang seprofesi. Kata Kunci : model perkulian, teori logika, karakter ketelitian, sikap kritis, dan tanggung jawab. Abstract :The aim of this research is to describe lecturing syntax based on logical theory, and to know the inpact of lecturing model based on logical toward the growth student character of accuratenes, critical atitude, and responsibility. To reach those goal was conducted the research using Research and Development method in addition data collection by observation, interview, and test technique. The research realization was carried out to whom the first semester student 2015/2016 academical year at FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Data processing was carried out quantitativeli and qualitatively. The result know that syntax of lacturing based on logical theory model and impact toward eccuratnes, critcal attitude, and reponsibility charakter. To strengther this research result the researcher suggested that the research should be followed up and validated by whom in the same profesion. Key words: lecturing model, logical theory, accuratnes character, critical attitude, and resposibility.
1
Pendahuluan Dalam interaksi belajar mengajar di lembaga-lembaga pendidikantinggi peristiwa menyimak penjelasan dosen masih merupakan andalan yang ditempuh peserta didik. Terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata dua pertiga dari alokasi waktu yang tersedia digunakan oleh mahasiswauntuk mendengarkan penjelasan-penjelasan dosennya. Temuan penelitian tersebut mendukung pernyataan Brown (2001 : 247) bahwa in classroom student always do more listening than speaking. Perkuliahan yang bersifat ekspositori tersebut tentunya sangat menuntut kemahiran peserta didik dalam mendengarkan ceramah para dosennya. Para peserta didik sangat dituntut bisa memahami gagasan-gagasan yang disampaikan para dosennya. Namun, disamping kemampuan tersebut proses perkuliahan perlu pula diarahkan sebagai wahana dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, yaitu tumbuhnya mahasiswa menjadi manusia yang kritis, kreatif, mandiri, demokratis, kompetitif, serta bertanggung jawab dalam menghadapi pelbagai masalah kehidupan (Undang-undang RI, Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional). Oleh karena itu, perkuliahan di pergguruan tinggi tidak baik hanya diarahkan untuk menumbuhkan kemampuan mahasiswa dalam memahami apa yang didengar dari dosennya, karena hal itu hanya akan menumbuhkan sikap konformisme mahasiswa, yaitu sikap menerima atau menyetujuigagasan yang diterimanya. Sesuai dengan kebijakan pendidikan tinggi bahwa mahasiswa harus dihindarkan dari konformisme, sebab konformisme merupakan musuh kreativitas yang terbesar. Dalam upaya mewujudkan model perkuliahan yang dapat menumbuhkan karakter yang diharapkan seperti dijelaskan di atas, para dosen perlu mengembangkan model perkuliahanyang dilandasi dasar pijakan teoretis (approach) yang tepat. Salah satu teori yang dipertimbangkan sebagai pendekatan dalam pengembangan model perkuliahan di perguruan tinggi adalah teori berpikir logis. Pertimbangan ini bertolak pada hasil kajian teoretis tentang perkulihan yang bersifat mendengarkan penjelasan dosen dari sudut teori psikolinguistik dan teori logika, bahwa mendengarkan saat perkuliahan merupakan proses mental dengan berpola berpikir logis ketika menangkap gagasan-gagasan yang disampaikan dosennya. Yang dimaksud dengan pola berpikir logis atau berlogika dalam pernyataan tersebut yaitu bernalar secara sistematis dalam menghasilkan keputusan yang benar. Menurut Soekadidjo (1983: 3), “Berlogika dengan benar melalui tahapan pemahaman konsep (coception), pembentukan proposisi-proposisi (conceptuali-sation),
2
dan pengambilan keputusan (coclusion)”. Untuk membuktikan gambaran pola belogika yang terjadi saat proses mendengarkan kuliah dapat dijelaskan seperti di bawah ini. Tahap 1: pendengar mentransmisi dan mempersepsi bunyi-bunyi ujaran, hingga ia memahami konsep-konsep yang terkandung dalam wacana yang disimak. Tahap 2: pendengar mengonseptualisasi konsep-konsep yang dipahaminya menjadi proposisi-proposisi; kemudian ia menggabungkan proposisi-proposisi itu menjadi wacana (baru atau mengulang bentuk) yang mengandung isi yang sama dengan wacana yang disimaknya. Tahap 3: penyimak
memverifikasi
isi
wacana
yang
dipahaminya
berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya hingga ia memunculkan kesimpulan sebagai respon terhadap isi wacana yang disimaknya. Pengetahuan tersebut manjadi dasar keyakinan bagi kita bahwa dalam proses mendengarkan kuliah dari dosennya para mahasiswa perlu memiliki kemampuan berpikir logis. Keyakinan tersebut memunculkan sebuah pemikiran bahwa dalam upaya menumbuhkan ketelitian, ketajaman berpikir, sikap kritis, dan kejujuran mahasiswa melalui perkuliahan yang bersifat mendengarkan dosen perlu membiasakan mahasiswanya menerapkan pola berpikir logis dalam mengikuti kuliahnya. Dasar pemikiran ini menjadi pijakan pokok dimunculkan model perkuliahan berlandasan atau berbasislogika. Dengan model tersebut prossedur perkuliahan dikembangkan secara bertahap dan bersistem dengan tujuan lebih diarahkan pada penumbuhan dan pemantapan kemampuan mahasisa dalam hal: (1) memahami konsepkonsep yang terkandung dalam materi yang disimaknya; (2) membentuk dan menggabungkan proposisi-proposisi berdasarkan konsep-konsep yang dipahaminya sehingga membentuk pemahaman pesan yang sama dengan pesan/isi perkuliahan yang disimaknya;
dan
(3)
memverifikasi
pesan
yang dipahaminya
dengan
melalui
pertimbangan-pertimbangan yang logis sehhingga menghasilkan respons yang tepat terhadap isi perkuliahan yang disimaknya (Heryadi, 2013: 25). Gabungan dari ketiga kemampuan tersebut diyakini dapat membangun kemampuan memahami materi dari kuliahnya, serta tumbuh karakter ketelitian, kekeritisan, dan kejujuran yang baik. Sebagai realisasi dari dasar pemikiran di atas dicoba dikembangkan model perkulihan berbasis logika. Untuk menguji ketepatannya, model perkulihan tersebut dicoba diaplikasikan pada mahasiswa semester pertama di FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
3
Atas dasar pemikiran yang dikemukakan dalam latar belakang di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1). Bagaimanakah langkah-langkah (syntax) model perkuliahan yang dilandasi teori logika? 2). Bagaimana pengaruh model perkuliahan berbasis
logika terhadap karakter ketelitian, sikap kritis, dan tanggung jawab para
mahasiswa ? Penerapan teori logika dalam pengembangan model perkuliahan yang dilaksanakan kepada mahasiswa FKIP di lingkungan Universitas Siliwangi Tasikamalaya, bertujuan : 1) untuk menemukan langkah-langkah (syntax) model perkuliahan berbasis logika yang dilaksanakan di FKIP Universitas Siliwangi, 2) untuk mengetahui pengaruh model perkuliahan berbasis logika dalam membangun
karakter ketelititian, kejujuran, dan
kekritisan berpikir mahasiswa FKIP Universitas Siliwangi.
Kajian Literatur
Kebijakan tentang Sasaran dari Perkuliahan Pelaksanaan perkuliahan di perguruan tinggi sebagain besar orang masih memandang sebagai bentuk interaksi searah antara dosen dan mahasiswa. Model ceramah masih menjadi andalan dosen dalam proses perkuliahan. Kejadian seperti ini tidak berarti salah atau jelek, asalkan dosen melalui model ceramahnya memberi kesempatan untuk mengkrea-tifkan dan mengaktifkan pikiran para mahasiswanya. Pemahaman tentang perkuliahan yang hanya membekali pengetahuan dan keterampilan adalah keliru. Membentuk kemampuan berpikir logis, kritis dan tanggung jawab para mahasiswa menjadi tanggung jawab dosen. Di dalam Permendikbud nomor 49 tahun 2014, tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pasal 5 ayat (1) dijelaskan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan keriteria minmal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan. Diperjelas lagi dalam pasal 6 ayat (1) bahwa sikap sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) merupakan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam kehidupan spiritual dan sosial melalui proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengebdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran.
4
Dalam Permendikbud nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dijelaskan bahwa lulusan pendidikan tinggi (Dikti – Sarjana) khusus pada aspek sikap yaitu Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, bertanggung jawab , berbudaya, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alamSerta berkontribusi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk berperan dalam pergaulan dunia dengan menjunjung tinggi penegakan hokum. Memperhatikan dua permendikbud tersebut sangat jelas bahwa menumbuhkan sikap sebagai karakter bangsa Indonesia harus menjadi sasaran dalam pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi. Jadi, sangatlah keliru jika masih ada anggapan bahwa hanya mencetak orang-orang yang cerdas dan terampil dalam proses perkuliahan. Sikap sebagai karakter kebangsaan perlu menjadi sasaran pokok dalam mencetak lulusan pendidikan tinggi.
Teori Pengembangan Perkuliahan Model pembelajaran merupakan pola kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru berdasarkan teori pembelajaran yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Joyice and Weil (1980 : 1) mengemukakan, “A model of teaching is aplan or pattern that can be used to shape curriculum (long-term courses of studies), to design intructional materials, an to guide intruction in classroom and other setting.” Dalam mengembangkan model pembelajaran terdapat tiga hal yang perlu dilalui, ketiga hal tersebut yaitu menentukan pendekatan (orientasi model), metode (desain pembelajaran) dan teknik (prosedur yang dilksanakan dalam kelas). Sejalan dengan pendapat Richard and Rodgers (1982 : 154), bahwa model pembelajaran meliputi approach, design, dan procedur. Lebih pernici kedua tokoh tersebut menjelaskan, “An approach defines assumtions, beliefs, and theories about the nature of language and language learning. Designs specify the relationship of those theories to classroom matterials and activities. Prosedures are the tecniques and practices that are derived from one’s approach and design.” Dalam mengembangkan model pembelajaran pengajar harus dapat menciptakan lingkungan yang memberikan dampak langsung (intructional effect) dan dampak sampingan (nurturent effect). Dampak langsung adalah dampak yang telah diprogramkan sebagai tujuan pembelajaran, sedangkan dampak tidak langsung atau dampak penyerta
5
adalah dampak tidak diprogramkan secara langsung dalam rancangan pembelajaran. Contoh dampak tidak langsung dalam pembelajaran yaitu tumbuhnya sikap kejujuran, kerja sama, demokratis, dan kritis sebagai dampak dari model pembelajaran yang digunakan di kelas. Ausubel dalam Suzana ( 2009 : 2) berpendapat bahwa pengajar harus dapat mengembangkan potensi kognitif pembelajar melalaui proses belajar yang bermakna. Untuk kelas pada tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat jika mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung, namun untuk kelas-kelas tinggi lebih efektif menggunakan penjelasan, peta konsep, demontrasi, diagram dan ilustrasi.
Teori Logika Logika berasal dari kata “logos” bahasa Yunani, yang berarti pertimbangan akan pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa ( Wikipedia, 2014 : 1) Berlogika adalah proses mental. Oleh karena itu, berlogika dapat dipastikan merupakan suatu proses. Suryabrata (1987 : 54) mengemukakan, “Proses berlogika pada pokoknya meliputi tiga langkah, yaitu pembentukan pengertian (conceptus, concept), pembentukan pendapat (proposisition, statement), dan penarikan kesimpulan melalui penalaran (ratiocinium, reasoning)”. Pembentukan pengertian atau konsep merupkan unsur paling mendasar dalam berpikir. Manusia tidak dapat berpikir tanpa didasari oleh kemampuan memahami konsep yang hendak dipikirkan. Seperti dikemukakan oleh Bakry (1981 : 2) bahwa soal pengertian menjadi isi pokok berpikir. Seseorang dapat berpikir atau menyusun jalan pikirannya hanya melalui pemahaman pengertian-pengertian. Setelah pengertian/konsep terbentuk tahap berikutnya dalam berlogika adalah pembentukan pendapat/pernyataan. Membentuk pernyataan atau proposisi yaitu meletakan hubungan antara dua buah atau lebih pengertian. Hasil pengamatan terhadap suatu objek atau kejadian secara umum tidak terjadi hanya sekedar munculnya pengertian melainkan terjadinya perangkaian pengertian. Dijelaskan oleh Sukadidjo (1983 : 4) bahwa tidak pernah ada pengertian yang berdiri sendiri di dalam pikiran. Rangkaian pikiran itulah yang membentuk pendapat atau pernyataan tentang suatu objek atau kejadian. Dari pernyataan-pernyataan yang dimunculkan berdasarkan konsep-konsep yang muncul dalam pikiran, tahap berikutnya terjadi suatu proses nalar untuk munculnya proposisi baru sebagai simpulan atau respon terhadap objek/kejadian yang diamati.
6
Poespoprodjo (1999 : 121) berpendapat, “Penyimpulan adalah kegiatan manusia, yang dari pengetahuan yang dimiliki dan berdasarkan pengetahuan itu bergerak ke pengetahuan baru.” Di dalam proses penyimpulan ini tindakan penimbangan/judgement pemikiran yang tepat merupakan syarat dasar untuk memperoleh proposisi baru sebagai kesimpulan yang benar. Dalam logika ada dua dasar penalaran, yaitu deduktif dan induktif. Penalaran deduktif
yaitu penalaran yang membangun argumen, Sedangkan penalaran induktif
adalah penalaran yang berangkat dari fakta-fakta khusus untuk mencapai kesepakatan umum (Masitmahasa 2014 : 3) Berlogika dalam Proses Mendengarkan Kuliah Tujuan utama mendengarkan adalah memahami dan merespons pesan yang disampaikan oleh pembicara. Untuk dapat mencapai tujuan mendengarkan, pendengar harus beraktivitas mental yang tinggi dalam melaksanakan tahapan-tahapan menyimak. Menurut Tarigan (1986 : 210), “Tahapan proses menyimak terbagi atas hearing (mendengar), understanding (memahami pesan), evaluating ( mempertimbangkan pesan), dan resonding(memberi tanggapan terhadap pesan yang dipahami).” Pada tahap hearing, pendengar menangkap dan mengenali rangkaian bunyi-bunyi ujar. Jika bunyi-bunyi ujar yang didengar itu merupakan bunyi-bunyi yang dikenal maka akan terjadilah rangkaian bunyi membentuk kata, frase, klausa dan kalimat. Pada tahap ini ke-mampuan dasar yang harus dimiliki pendengar adalah kemampuan linguistik yang dapat membangun konsep-konsep (conceptus). Pada tahap understanding terjadi tranformasi bunyi-bunyi ujaran ke dalam syarafsyaraf pendengaran, kemudian melalui proses persepsi bunyi-bunyi itu diterjemahkan menja-di pesan-pesan bermakna yang dipahami. Pada tahap ini pendengar dituntut mampu mempersepsi konsep-konsep yang terkandung dalam unsur-unsur bahasa lisan. Menurut Nababan (1992 :40), “Untuk memperoleh pemahaman seorang penyimak harus mengguna-kan pengetahuan linguistik untuk mengidentifikasi bunyi ujar, kemudian dengan menggunakan strategi linguistiknya disertai dengan kemampuan lain (mengusai situasi, gerak-gerik tubuh, dan lain-lain), ia dapat mengolah bunyi-bunyi ujar yang telah membentuk konsep menjadi rangkaian pesan yang bermakna”. Pada tahap evaluating atau memverifikasi pesan pendengar dituntut untuk mampu secara
intelektual
mempertimbangkan
pesan
yang
diperolehnya
berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya. Pada tahap ini dalam kognisi pendengar terjadi proses pengujian, penelaahan dan penilikan dari berbagai segi. Apakah pesan yang diterimanya
7
didukung oleh fakta-fakta atau tidak, apakah pesan itu baik atau jelek dan sebagainya. Yang pada akhirnya pendengar memutuskan untuk menerima atau menolak. Pada tahap responding, pendengar dituntut mampu memberi respon yang benarbenar sesuai dengan keputusan hasil verivikasi pesan. Respons itu dapat berupa verbal atau nonverbal. Apabila muncul aktivitas verbal maka aktivitas berlogika sangat dituntut pula. Dari uraian di atas sangat tampak bahwa aktivitas mental berlogika sangat proses mendengarkan (termasuk menengarkan dalam kuliah) sangat diperlukan. Aktivitas mental memahami konsep, memahami hubungan konsep-konsep menjadi pesan yang dipahami, dan kemampuan memverifikasi pesan hingga menjadi keputusan untuk munculnya respons terjadi dalam proses mendengarkan kuliah
Metode Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan dengan melaluui tahapan-tahapan: (1) studi pendahuluan yang meliputikajian teoritis dan empiris untuk mendapatkan landasan untuk pengembangan model pembelajaran menyimak; (2) pembentukan model pembelajaran menyimak; (3) ujji lapangan model yang diikuti dengan analisis dan revisi model, (4) validasi model; dan (5) diseminasi model (Brog, 1979).
Studi Pendahuluan dalam Rangka Pembentukan Model Pada tahap studi pendahuluan dilakukan dua kegiatan yaitu studi lapangan dengan tujuan untuk mengenali masalah yang ada dalam pelaksanaan perkuliahan di perguruan tinggi, dan studi literatur dalam mengkaji hakikat mendengarkansaat proses perkuliahan dari sudut psikolinguistik dan logika. Hasil pengkajian teoretis diperoleh dasar pemikiran yang dijadikan landasan dalam pengembangan model perkuliahan pada mahasiswa FKIP Universitas Silkiwangi Tasikmalaya. Dasar pemikiran yang diperoleh yaitu (1) Mendengarkan adalah proses berpikir logis dalam menangkap informasi yang didengar, (2) mendengarkan dalam proses perkuliahan merupakan aktivitas berpikir logis mahasiswa dalam menangkap informasi, menimbang, dan memberi keputusantentang materi kuliah yang didengarnya..
Pembentukan Model Dasar-dasar pemikiran di atas dijadikan pertimbangan dalam menyusun draf model. Draf model perkuliahan yang disusun dimulai dengan draf kasar yang masih bersifat
8
konsptual sehingga memerukan pengkajian lebih seksama dan perinci.
Dari hasil
pengkajian terhadap model konseptual dapat dihasilkan model awal yang siap untuk diuji lapangan. Model awal yang dapat dibentuk dapat dilihat pada diagram 1 berikut:
9
1. Mendengarkan adalah proses berpikir logis dalam menangkap yang didengar. 2. Mendengarkan perkuliahan adalah upaya berpikir logis dalam menangkap, memahami, menimbang dan memberi keputusan tentang materi kuliah yang didengar.
ORIENTASI MODEL
PENENTUAN TUJUAN PEMBELAJARAN 1. dapat mengenali konsep-konsep pokok perkuliahan dengan teliti 2. dapat menceritakan kembali materi perkuliahan dengan tanggung jawab 3. dapat merespons materi perkuliahan dengan kritis. PEMBENTUKAN MODEL
PENENTUAN MATERI & ALAT EVALUASI PROSEDUR PEMBELAJARAN
FASE 1
FASE 2
FASE 3
Proses pemahaman konsep tahapan berpikir logis dalam kuliah
Penerapan pemahaman tahapan berpikir logis dalam menyimak
Pembahasan/ pediskusian hasil penerapan
a. mendengarkan kuliah dari dosen b. memahami konsep-konsep penting dalam materi perkuliahan c. membuat pernyataan-pernyataan berdasarkan kkonsep-konsep penting d. menceritakan isi perkuliahandengan tanggung jawab e. merespon isi wacana dengan pertimbangan yang logis dan kritis
FASE 5 Evaluasi Hasil
FASE 4 Pembimbingan
Sumber : dari Diagram Model R&D, Heryadi (2010 : 69 ) Diagram 1Model Awal Perkuliahan Berbasis Logika (PBL)
10
Uji Lapangan dan revisi Model Untuk
memperoleh model yang siap pakai, model awal perlu diuji lapangan
terlebih dahulu. Uji lapangan model dilakukan dengan melaluui tahapan-tahapan: 1.
melaksanakan tes awal ketelitian, kejujuran dan kekritisan berpikir dalam mendengarkan materi ceramah;
2.
melaksanakan proses perkuliahan dengan melalui prosedur yang telah dirancang
3.
melaksanakan tes akhir ketelitian, kejujuran dan kekritisan berpikir dalam mendengarkan materi perkuliahan;
4.
malakukan analisis hasil;
5.
melakukan interpretasi;
6.
meminta umpan balik; dan
7.
melakukan penyempurnaan. Setelah melalui uji lapangan, hasilnya dievaluasi, dianalisis, dan direvisi sehingga
diperoleh model perkuliahan berbasis logika (PBL) yang efektif.
Validasi dan Diseminasi Model Untuk memperoleh model Perkuliahan Berbasis Logika (PBL yang mantap maka perlu pengujian kembali dengan melalui validasi model. Validasi model, dilakukan dengan uji lapangan kembali kepada kelompok mahasiswa yang memiliki status/tingkatan yang sama dengan jumlah yang cukup banyak. Tahapan uji lapangan ini dilakukan melalui tahapan yang sama dengan tahapan pengujian sebelumnya. Kemudian, hasilnya dianalisis dan dibahas. Hasil dari proses validasi model diperoleh PBL akhir yang siap dipublikasikan atau di-desiminasii-kan. Pen-diseminasi-an akan dilakkukan dalam bentuk publikasi PBL pada jurnal penelitian yang siap menerbitkan..
Hasil dan Pembahasan Dari hasil penelitian ini diperoleh temuan-temuan yang dapat menjadi khasanah pengetahuan dan pengalaman, khusunya tentang pelaksanaan perkuliahan. Temuan-temuan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Teori logika sangat efektif dijadikan landasan atau pendekatan pelaksanaan perkuliahan di perguruan tinggi. Temuan ini telah dibuktikan dengan terbentuknya model Perkuliahan Berbasis Logika yang dilaksanakan kepada mahasiswa semester pertama FKIP
11
Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Temuan ini menjadi pendukung pandangan tentang pentingnya kajian teori indisipliner sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan metode perkliahan. Pemahaman hakikatmendengarkan dan hakikat proses mendengarkan dalam perkuliahan, serta teori logika ternyata sangat berguna sebagai dasar pijakan (approach) dalam menetapkan model perkuliahan di perguruan tinggi. Bukti-bukti hasil penelitian dalam bentuk uji lapangan model perkuliahan berbasis logika dalam menumbuhkan karakter ketelitian, kekeritisan, dan kejujuran tertera pada tablel berikut.
Tabel 1 Gambaran HasilUji Lapangan Model Perkuliahan Berbasis Logika
1.
Uji Lapangan
Rara-rata Karakter yg Diuji Tahap Awal 24,4
2.
Uji Validasi
22,7
Kategori
No.
Kegiatan
Rata-rata Karakter yg Diuji Tahap Akhir
NILAI t
66,4
9,21
0,01
74,3
20,16
0,01
Taraf sinifikansi
Dari tabel 1 diatas dapat dijelaskan bahwa model perkuliahan berbasis logika yang diujicobakan dua kali yaitu uji lapangan sebagai tahap pengujuan midel untuk mencari bagian-bagian yang harus direvisi, dan uji validasi untuk menjaustifikasi keefektifan model yang sudah direvisi. Hasil uji lapangan pada mahasiswa kelompok pertama dengan jumlah 30 orang diperoleh hasil pengukuran tentang karakter ketelitian, kekritisan, dan tanggung jawab sebelum diberi perlakuan memperoleh rata-rata skor 24,4 dengan kategori sangat rendah, sedangkan sesudah perlakuan memperoleh rata-rata skor 66,4 dengan kategori cukup. Skor yang diperoleh pada tahap uji lapangan menjadi umpan balik untuk revisi model. Tahapan yang direvisi dalam syntax model Perkuliahan Berbasis Logika yaitu pada tahap pembimbingan yang masih kurang, sehingga dalam revisi perlu ada penambahan aktivitas. Setelah dilakukan revisi model sesuai dengan hasil analisis, maka dilakukan uji validasi model dengan melaksanakan perlakuan perkuliahan pada mahasiswa kelompok dedua dengan jumlah 35 orang. Hasilnya diperoleh bahwa rata-karakter ketelitian, kekritisan, dan tanggung jawab sebelum diberi perlakuan diperoleh skeor rata-rata 22,7 dengan katego-ri rendah. Setelah diberi perlakuan diperoleh rata-rata skor 74,3 dengan kategori baik.
12
Data tersebut dijadikan dasar Perkuliahan berbasis logika dapat dinyatakan efektif dalam menumbuhkan karakter ketelitian, kekritisan, dan tanggung jawab para mahasiswa. Seteleh dilakukan pengkajian ternyata model perkuliahan berbasis logika dapat mengkolaborasikan teori belajar kognitif dengan teori belajar komunikatif, teori belajar kooperatif, teori belajar siswa aktif (student active learning theory), dan teori belajar behavioristik. Temuan ini mendukung salah satu asumsi teori pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya dapat mengkolaborasikan banyak teori pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan mengkolaborasikan teori-teori belajar tersebut dapat membangun sebuah model pembelajaran menimak yang cukup variatif, sehingga dapat membuat para mahasiswa lebih kreatif belajar dan mereka terhindar dari kejenuhan. Mahasiswa semester pertama FKIP Universitas Siliwangi sangat antusias dan bermotivasi tinggi diberi perkuliahan berlandasan logika. Hal ini terjadi karena mereka merasakan dan menyadari kompetensi yang dipelajari melalui PBL sangat diperlukan dalam kehidupannya; kemudian materi sajian tersusun secara sistematis; dan didukung pula oleh sistem pelaksanaan pembelajaran yang cukup
bervariasi. Temuan ini
mendukung teori pembelajaran bahwa dalam meningkatkan motivasi belajar, guru perlu menyajikan materi pembelajaran yang diperlukan dalam kehidupan pembelajar, serta urutan penyajian materi pembelajaran harus memiliki keterjalinan dengan baik. Mahasiswa sangat cocok diberi perkuliahan dengan model perkuliahan berbasis logika.Dari hasil kajian ditemukan bahwa mahasiswa yang sangat cocok diberi perkuliahan dengan midel ini
adalah mahasiswa yang berkecerdasan baik dan memiliki motivasi
belajar yang tinggi. Usia dan jenis kelamin yang dimiliki mahasiswa tampak tidak secara signifikan mempengaruhi keberhasilannya dalam mengikuti model perkuliahan ini. Temuan hasil penelitian ini, khususnya yang berkaitan dengan usia dan jenis kelamin pembelajar tampak ada kontradiksi dengan pandangan para ahli psikologi. Para ahli psikologi, seperti Alfred Binet, yang terkenal dengan keahliannya dalam pengukuran intelegensi, kemudian Piaget yang terkenal dengan keahliannya dalam bidang penatahapan kematangan berpikir, selalu mengaitkan kemampuan berpikir seseorang dengan usia yang dimilikinya. Dari hasil kajiaan mereka tergambarkan bahwa bertambahnya usia akan seiring dengan bertambahnya kematangan berpikir. Namun dari temuan hasilk penelitian ini dengan sumber data mahasiswa yang berusia antara 18 tahun sampai dengan 45 tahun ternyata usia tidak mempengaruhi karakter mereka melalui model perkuliahan ini.
13
Simpulan dan Saran Simpulan Melalui tahapan metode penlitian pengembangan yang meliputi pembentukan model konseptual, pemberlakuan model empiris, dan validasi model terbentuklah model PerkuliahanBerbasis Logika (PBL). Tahapan (syntax) perkuliahan dengan model PBL yang dinyatakan berdasarkan data hasil penelitian adalah sebagai berikut. a. b. c. d. e.
mendengarkan kuliah dari dosen memahami konsep-konsep penting dalam materi perkuliahan membuat pernyataan-pernyataan berdasarkan kkonsep-konsep penting menceritakan isi perkuliahandengan tanggung jawab merespon isi wacana dengan pertimbangan yang logis dan kritis
Dampak yang muncul dari sistem interaksi model perkuliahan berbasislogika (PBL) yaitu dapat tertanamkan sikap-sikap positif yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menjalani kehidupan, yang meliputi: tertanamkannya sikap ketelitian dalam memahami konsep yang diamati, tanggung jawab dalam menyampaikan isi materi yang diamati, dan kritis dalam menanggapi materi yang diamati.
Saran Beradasrkan temuan dan simpulan penelitian peneliti menyampaikan rekondasi se-bagai berikut. Pertama, perkuliahan di perguruan tinggi lebih cenderung bersifat ekspositori (model ceramah satu arah) yang lebih diarahkan untuk mencapai sasaran tumbuhnya pengetahuan dan keterampilan para mahasiswa. Pemahaman seperti demikian sebaiknya sudah ditinggalkan karena tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan saat ini dan masa depan. Kedua, dalam melaksanakan perkuliahan sudah saatnya para dosen menciptakan model-model perkuliahan yang dapat menciptakan lingkungan perkuliahan untuk membentuk sikap (karakter) kebangsaan yang sesuai dengan tuntutan kehidupan. Untuk dapat menciptakan model perkuliahan yang efektif dosen perlu mengkaji teori-teori yang dapat dijadikan landasan pengembangan perkliahan. Ketiga, agar temuan hasil penelitian ini menjadi teori baru dalam dalam pengembangan model perkliahan di perguruan tinggi, peneliti merekomendasikan kepada para peneliti dan pemerhati pembelajaran untuk mengembangkan lebih lanjut dalam bentuk penelitian pada sampee yang lebih luas dengan tingkat/jenjang pendidikan yang berbeda.
14
Pustaka Acuan Bakry, Hasbullah (1986) Sistematika Filsafat. Jakarta : Penerbit Wijaya. Brog, W.R. & Gall M.D. (1979) Educational Research. New York : Longman Inc. Brown, Galian and George Yule (1983) Teaching the Spoken Language. New York :CabridgeUniversity Press. Heryadi, Dedi (2010) Metodologi Penelitian Bahasa. Bandung : Pustaka Bilah. Heryadi, Dedi (2013) Kemahiran Menyimak dan Pembelajarannya. Tasikmalaya : PPS Universitas Siliwangi. Joice, Bruce & Marsha Weil (1980) Model of Teaching. New Jersey : Prentice Hall Inc. Masitmahasa (2014), “ Teori Logoka” tersedia pada http://masitmahasa wordpress.com 2014/03/08 ( 3 januari 2016) Nababan, Sri Utami (1992) Psikolingustik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Richard, Jack C. & Rogers Theodore S. (1986) Approaches and Methods in Language Teaching. Cambridge : Cambridge University. Suzana (2009) “ Teori Pembelajaran” tersedia pada http://cikquanashazana.blogspot.co.id (2 Desember 2015) Sukadidjo, R. (1983) Logika Dasar : Tradisional, Simbolik, dan Induktif. Jakarta : PT Gramedia. Suryabrata, Sumadi (1998) Pengembangan Alat Pengukur Psikologi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud. Tarigan, H.G. (1986) Menyimak sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013, tentang Standar Kompetensi Lulusan. Permendikbud Nomor 49 Tahun 2014, tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wikipedia (2016) “Logika “ tersedia pada http://id.wikipedia/wik/logika ( 3 Januari 2016)
15