JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
1
Meja Mandiri Siswa untuk Interior Sekolah Dasar Luar Biasa YPAC Surabaya bernuansa modern. Ardyta Praviasari, dan Ir. Adi Wardoyo Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak— Di Indonesia maupun di dunia setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, termasuk anak cacat. Dengan semua keterbatasan fisik, belum tentu semua anak-anak cacat di Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak. Hal tersebut dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti penerimaan anak cacat di lingkungan masyarakat sosial ataupun kondisi ekonomi yang kurang. Surabaya sebagai ibukota provinsi terbesar di Indonesia tidak memiliki banyak sekolah yang memfasilitasi kebutuhan pendidikan anak cacat. Meskipun terdapat sekolah inklusi pada sekolah milik negara, namun tidak banyak membantu dikarenakan fasilitas kurang optimal Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) salah satu sekolah yang memfasilitasi berdasarkan survei keberadaan sarana dan prasarana yang sangat kurang. Faktanya sekolah tersebut merupakan satusatunya sekolah terbesar di Surabaya untuk anak-anak cacat. Sebuah inovasi untuk memperbaharui sarana dan prasarana pada sekolah tersebut sangat dibutuhkan. Dengan adanya optimalisasi pada berbagai aspek sekolah mampu menunjang kemajuan baik motorik, psikomotorik siswa-siswi berkebutuhan khusus. . Kata Kunci— Sekolah YPAC, e-learning, anak-anak berkebutuhan khusus, modern. .
I. PENDAHULUAN
P
ada saat ini kehidupan sosial sangat beragam, dengan bermacam-macam jenis manusia yang hidup bermasyarakat, tentunya tak semua yang berfisik dan mental sempurna. Dengan adanya hal itu pemerintah biasanya memberikan fasilitas kepada mereka di tempat umum untuk membantu aktivitas para masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik. Namun pada bidang pendidikan pemerintah kurang memperhatikan betapa mereka membutuhkan fasilitas tersebut. Sekolah Negeri pun tak mampu memberikan fasilitas untuk murid-murid yang memiliki keterbatasan fisik. Hal ini mengakibatkan mengapa banyak didirikan sekolah luar biasa yang menampung mereka untuk tetap meraih pendidikan setinggi mungkin. Pendidikan untuk anak-anak adalah kewajiban, tak terkecuali untuk anak cacat, atau saat ini disebut anak dengan berkebutuhan khusus. Hal tersebut sesuai dengan amanat UUD 1945 (amandemen) pasal 31 ayat (2) yang menyatakan bahwa “setiap warga negara wajib
membiayai”, yang kemudian ditindak lanjuti dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat (2) bahwa ”warga negara yang berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”, dengan adanya ketentuan tersebut, anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak asasi untuk menerima pendidikan sesuai dengan program wajib belajar 9 tahun. Tetapi pemerintah amat kurang dalam mendukung mereka dalam pembangunan fasilitas, tak jarang sebuah sekolah luar biasa harus berjuang keras untuk mencari dana agar fasilitas sekolahnya memadai. Sebuah bangunan fisik sekolah yang mampu memfasilitasi siswa-siswa yang memiliki keterbatasan fisik tersebut membutuhkan penanganan yang serius oleh para ahli khususnya seorang desainer interior. Dengan penanganan yang menguasai sebuah ilmu interior diharapkan mampu mempermudah para siswa dalam beraktivitas belajar di sekolah. SLB A Anak-anak tunanetra SLB B Anak-anak tuna rungu dan wicara SLB C dan C1 Anak-anak cacat mental SLB D Anak-anak tuna daksa/cacat tubuh SLB D1 Anak-anak tuna ganda/cerebral palsy SLB E Anak-anak tuna sosial Sumber : berbagai sumber Tabel 1 Klasifikasi anak berkebutuhan khusus kategori SLB
Setiap jenjang Sekolah luar biasa membutuhkan fasilitas yang berbeda, kategori SMALB berbeda fasilitas dengan SDLB, hal itu dikarenakan perbedaan Usia pada masingmasing jenjang. SDLB yang rata-rata berusia 6-12 tahun memiliki anthropometri yang berbeda dengan siswa SMALB yang berusia rata-rata 16-19 tahun. Dengan bentuk fisik berbeda, segala sesuatunya pun harus disikapi dengan penyelesaian bentuk desain yang baik. Maka peneliti menentukan untuk lebih mengkonsentrasikan objek SDLB. Hal ini dikarenakan usia 6-12 dinilai belum mandiri dalam mengurusi diri masing-masing. Banyak diantara mereka yang masih belum bisa beradaptasi di sekolah. Dengan sistem kegiatan belajar mengajar yang tidak jauh berbeda dengan sekolah normal lainnya membuat siswa siswi merasa kesulitan dalan menyerap materi, dengan metode pembelajaran e-learning diharapkan membantu para siswa dalam memahami materi yang diberikan dan tidak perlu di dalam kelas, siswa dapat belajar di luar kelas dengan fasilitas
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 zona wifi yang disediakan sekolah, dengan adanya meode pembelajaran tersebut, siswa tidak akan merasa jenuh dalam belajar meskipun berkebatasan fisik maupun berkebutuhan khusus. Sekolah yang berbasic alam pada lingkungan kegiatan belajar mengajar , lebih mampu untuk merangsang motorik dan sensorik anak. Dimana mereka akan lebih aktif bertanya dan melakukan sesuatu. II. STUDI PUSTAKA A. Tinjauan Tuna Daksa 1. Penjelasan Tuna Daksa 1.1 Tuna daksa terdapat 2 jenis 1. Kelainan Anatomis Kerusakan pada alat tubuh yang disebabkan serangan virus, polio maupun akibat kecelakan. 2. Kelainan Phisiologis Kerusakan pada alat tubuh akibat dari pertumbuhan organ otak yang tidak sempurna dan mengakibatkan tidak berfungsinya organ dalam tubuh, biasa disebut cerebral palsy (cerebral adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan otak, palsy bermakna layu atau lemah, dan biasa disebut CP)1 Dampak psikologis akibat dari kondisi cacat tubuh tersebut tergantung 6 faktor antara lain : 1. Mempengaruhi kondisi psikologis secara langsung, terutama dalam berinteraksi dengan teman-teman atau anak lain yang normal 2. Mempengaruhi anak dalam membangun penyesuaian diri dalam menerima kondisi tubuh yang cacat tersebut dan keleluasaan bergerak pada saat melakukan aktivitas 3. Timbul perasaan mengasihani diri sendiri, merasa bersalah (terutama akibat kecelakaan akibat perbuatan yang sesungguhnya telah diperingatkan untuk tidak dilakukan dan perasaan sial) Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan selayaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, dan penyandang cacak fisik dan mental 1.2 Tiga golongan Tunadaksa : 1. Tunadaksa taraf ringan : yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah tunadaksa murni dan tunadaksa kombinasi ringan. Tunadaksa jenis ini pada umumnya hanya mengalami sedikit angguan mental dan kecerdasannya cenderung normal. Kelompok ini lebih disebabkan adanya kelainan anggota tubuh saja, seperti lumpuh, anggota tubuh berkurang (buntung), dan cacat fisik lainnya; 2. Tunadaksa taraf sedang : yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah tuna akibat cacat bawaan, cerebral palsy, (tunamental) yang disertai dengan menurunnya daya ingat walau tidak sampai jauh dibawah normal; dan 3. Tunadaksa taraf berat : yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah tuna akibat cerebral palsy berat dan ketunaan akibat infeksi. Pada umumnya, anak yang terkena
2 kecacatan ini tingkat kecerdasannya tergolong dalam kelas debil, embesil, dan idiot. 1.3 Ciri-ciri anak tuna daksa : 1. Anggota gerak tubuh tidak bisa digerakkan/kaku/lemah/lumpuh; 2. Setiap bergerak mengalami kesulitan; 3. Tidak memiliki anggota gerak lengkap; 4. Hiperaktif/tidak dapat tenang; dan 5. Terdapat anggota gerak yang tak sama dengan keadaan normal pada umumnya. Misalkan jumlah yang lebih, ukuran yang lebih kecil, dan sebagainya. 1.4 Faktor penyebab : Ada beberapa macam penyebab yang menjadikan seseorang menjadi tuna daksa. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang terjadi pada jaringan otak. Jika jaringan otak rusak, jaringan yang lain pun ikut rusak. Selain karena jaringan otak, tunadaksa juga bisa disebabkan oleh rusaknya jaringan sumsum tulang belakang, yaitu pada sistem musculus skeletal. Jika dilihat dari kerusakan otak, bisa terjadi pada saat sebelum lahir dan sesudah lahir. a. Sebelum lahir (pre-natal) Pada saat hamil, ibu hamil mengalami trauma atau terkena infeksi/penyakit sehingga otak bayi pun ikut terserang dan menimbulkan kerusakan. Misalkan, infeksi, sypilis, rubela dan thypus abduminolis; Terjadinya kelainan pada kehamilan sehingga menyebabkan peredaran darah tergangu, tali pusat tertekan, dan pembentukan saraf-saraf dalam otak pun ikut terganggu; Bayi di dalam kandungan terkena radiasi secara langsung yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu; Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan sistem saraf pusat pada kandungan; b. Faktor keturunan c. Usia ibu pada saat hamil d. Pendarahan pada waktu hamil e. Keguguran yang telah dialami ibu f. Saat kelahiran Akibat proses kehamilan yang terlalu lama sehingga bayi kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan otak mengalami kerusakan; Pemakaian alat bantu saat proses melahirkan Pemakaian obat bius yang berlebihan pada ibu. Setelah melahirkan Kecelakaan/ trauma Infeksi penyakit yang menyerang otak Anoxia/hipoxia 1.6 Penjelasan tentang Tuna Netra Pengertian anak tuna netra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas. Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi berikut :
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 • • • •
1.
2.
Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang pada umumnya. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan. Berdasarkan acuan tersebut, anak tuna netra dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : Buta Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar. Low vision Bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajaman lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu membaca headline surat kabar.
3 C. Tinjauan Material
gambar 3 Penampang aluminium hollow dan HPL
Material yang mencerminkan langgam modern adalah material yang berbahan dasar metal berupa aluminium. Begitu pula dengan material HPL sebagai alas meja dan mudah dibentuk. D. Tinjauan warna Warna-warna yang mencerminkan modern
B. Tinjauan Antropometri dan Ergonomi
III. PETUNJUK TAMBAHAN
gambar 1 dimensi tubuh anak-anak
gambar 2 dimensi kursi roda
Berdasarkan data antropometri tentang kursi roda secara umum, maka dapat ditentukan bahwa jangkauan maksimal ruang gerak kursi roda adalah antara 130cm sampai 150cm. Sehingga memudahkan untuk pengaturan atau penataan ruang kelas terutama ruang kelas dengan siswa yang menggunakan kursi roda.
A. Jenis Data Dalam perancangan kali ini jenis data yang akan digunakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan sesuai adalah Hasil dari kuesioner yang dilakukan, baik untuk menentukan bentuk, fungsi, material dan warna pada meja siswa. Hasil wawancara ekslusif siswa selaku pengguna serta para guru yang berhubungan langsung dengan kegiatan siswa di dalam kelas. Literatur dan teori yang berhubungan dengan ergonomi pe nyandang cacat dan material furniture. B. Observasi Observasi dilakukan dengan meneliti kebutuhan siswa pada saat kegiatan belajar di dalam kelas, baik melalui observasi langsung terhadap sumber data, ataupun mencari data dalam internet. Data dari hasil observasi ini akhirnya digunakan sebagai data penunjang perancangan meja mandiri untuk siswa berkebutuhan khusus. Disamping itu juga observasi berfungsi pula sebagai hasil kesimpulan dari perkembangan desain yang berkembang pada masa ini terhadap pengguna. C. Teknik Sampling Dalam perancangan ini, digunakan kuesioner, baik itu mengenai kuesioner pasar, maupun kuesioner visual untuk mendapatkan data mengenai keinginan pengunjung. Disamping itu, polling mengenai gaya visual, layout, gaya gambar, dan detail desain akan dilakukan berdasarkan target audien yang tepat agar dapat memiliki tampilan visual yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna. D. Teknik analisa Hasil analisa pengguna dan studi eksisting akan menentukan tujuan yang ingin dicapai, sedangkan analisa aspek ilmiah dan studi eksisting akan menentukan cara
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
4
menyelesaikan masalah, atau solusi dan mencapai goal. Dengan menyilangkan apa yang hendak dicapai dengan cara pencapaian ini, akan ditemukan apa yang disebutkan peneliti sebagai konsep desain. IV. KONSEP DESAIN Meja mandiri dirancang untuk mempermudah siswa berkebutuhan khusus dalam belajar dengan meja yang dapat diatur ketinggiannya sehingga dapat disesuaikan dengan tinggi siswa pada posisi duduk. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sebuah konsep: A. Material Material yang dipakai merupakan material modern menggunakan aluminium chrom dengan massa yang ringan sehingga mudah digeser atau dipindahkan oleh siswa sendiri. Untuk material alas meja dipilih HPL karena mudah diaplikasikan. B. Warna
Warna kuning dipilih karena warna kuning bersifat memberikan semangat.
Warna Abu-abu diwakilkan material aluminium yang berwarna sama yang mencerminkan warna modern C. Bentuk Bentuk dinamis terdiri dari unsur persegi mewakilkan langgam modern
D. Fungsi Tinggi meja yang dapat diubah-ubah ketinggiannya akan mempermudah siswa saat belajar. Dengan tinggi meja yang sesuai akan memberikan rasa nyaman dan memberikan semangat untuk melakukan kegiatan belajar di dalam kelas V. KESIMPULAN/RINGKASAN Tuliskan kesimpulan dari penelitian yang artikelnya Anda tulis ini tanpa mengulang hal-hal yang telah disampaikan di Abstrak. Kesimpulan dapat diisi pula tentang pentingnya hasil yang dicapai dan saran untuk aplikasi dan pengembangannya. LAMPIRAN
gambar 4. Gambar Meja tampak depan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
Gambar 5. Gambar Meja tampak perspektif
Gambar 6. Gambar Meja tampak samping
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis A.P. mengucapkan terima kasih kepada kepada pihak pihak yang telah membantu, dari proses penelitian, riset data, observasi, hingga penyelesaian desain meja mandiri untuk Sekolah Dasar Luar Biasa YPAC Surabaya ini. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
[8]
Perkins, L Bradford, (2001) Building type Basic for Elementary & Secondary schools, Canada : John Wiley & Sons, Inc. UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Somantri , Dra. Hj. T.Sutjihati, (2006) Psikologi anak luar biasa, Jogjakarta : Refika Aditama. Designing For Pupils With Special Needs, 1992 : 18-20 Ching, Francis D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Erlangga Smart, Aqila (2010) Anak Cacat Bukan Kiamat, Jogjakarta : Kata Hati Promotion of Non-Handicapping Physical Environments for Disabled Person:Guidelines, United Nations, New York;1995, Economic and sosial Commision for Asia and The Pasific www.YPAC-Surabaya.org
5