Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
MANUSIA SEBAGAI SENTRA AKTIVITAS KEHIDUPAN ORGANISASI Drs. Alfian MPd A. Pendahuluan Predikat manusia dimata sejumlah pakar dikenal dengan istilah "Homo faber, homo sapien, homo politikus, homo ekonomikus, homo administrasikus, dan organization man" (Siagian, 1985). Hal ini diakibatkan karena kelebihan manusia dibandingkan makhluk Tuhan lainnya. Kelebihan ini dijelaskan Tuhan dalam firmanNYA dalam al-Quran surat Al-Isra ayat 70 yang terjemahannya berbunyi sebagai berikut "... Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan". Dalam firmanNYA yang lain juga dijelaskan bahwa manusia itu adalah sebaik-baik ciptaan. Al-Quran surat Attin ayat 4 Kutipan ayat tersebut merupakan sikap memuliakan manusia dan menempatkannya sebagai sumber utama dalam setiap melakukan aktivitas dalam kehidupan. Bagi bangsa Indonesia hal di atas bukanlah suatu yang baru, karena hal tersebut telah termaktub dalam falsafah negara Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang menyebutkan bahwa manusia ditempatkan sebagai modal utama dan sekaligus sebagai tujuan pembangunan bangsa (Anonim, 1992). Berlandaskan pada filsafat manajemen modern yaitu filsafat sumber daya manusia yang muncul pada akhir dekade 1950-an memandang pentingnya peranan sumber daya manusia dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Dan sebelum munculnya filsafat sumber daya manusia tersebut, nilai manusia diukur hanya pada kapabilitas fisik ketimbang kemampuan mental, hal ini terbukti dengan adanya penilaian yang dilakukan pada manusia hanya didasarkan pada pekerjaan kasar (Cohn, 1979). Sementara manusia tidak mungkin diperlakukan sama dengan alat produksi lainnya, melainkan harus diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia insan kamil. Manusia dalam organisasi apa pun tidak dapat dan tidak boleh diperlakukan sebagai mesin. Unsur manusia bukan suatu tugas yang mudah, karena setiap manusia mempunyai keunikkan dan kepribadian yang khas. Sebagai modal dan kekayaan terpenting dalam organisasi, manusia mutlak harus mendapat penanganan yang serius dan teliti, sehingga segala kemampuannya, waktu dan tenaga benar-benar dimanfaatkan secara konstruktif, tidak hanya untuk tercapainya tujuan organisasi tetapi juga dalam rangka 65
Alfian, Manusia …
pemenuhan berbagai kebutuhan manusia itu sendiri sebagai makhluk yang terhormat. Selain itu Islam juga menjelaskan bahwa manusia adalah wakil Tuhan (Qur’an Surat Al Baqarah ayat 30) dan (Qur’an Surat Shaad ayat 26). Untuk melaksanakan tugas kekhalifahannya di bumi ini, manusia dibekali dengan kemampuannya untuk membaca seluruh isi alam. Membaca dalam pengertian yang lebih luas tidak hanya membaca apa yang tersurat, tetapi juga mampu membaca yang tersirat. Membaca merupakan jalan untuk mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna. Sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa membaca adalah syarat utama untuk membangunan suatu peradaban. Sebagaimana Allah mengajarkan ilmu (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW dengan ucapan “ iqra” yang berarti bacalah. Dengan modal membaca Nabi Muhammad berhasil menciptakan peradaban baru yang lebih baik dari peradaban sebelumnya. Menurut Quraish Shihab (1992) maka tidak mustahil jika pada suatu ketika manusia akan didefinisikan sebagai makhluk membaca, suatu definisi yang tidak kurang nilai kebenarannya dari definisi lainnya seperti "makhluk sosial" atau "makhluk berpikir". Eksistensi manusia dalam kehidupan organisasi khususnya dunia pendidikan dan kaitannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dalam upaya untuk mengaktualisasikan ajaran Islam tersebut di atas, maka di sini penulis mencoba memaparkan bagaimana manusia sebagai sentral dalam setiap aktivitas serta mampu merealisasikan perannya dengan mengacu kepada konsep pengembangan manusia sebagai sumber daya yang potensial sekaligus sebagai aktor utama dan apa manfaat serta tujuan pengembangannya dalam suatu organisasi. Serta pendekatan-pendekatan apa saja yang perlu dilihat dalam kerangka untuk meningkatkan kualitas sebagai sumber daya manusia. B. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia Berbicara masalah sumber daya manusia, bertitik tolak pada persepsi yang sangat fundamental bahwa persepsi tersebut tidak lagi memandang apakah pada organisasi besar atau kecil, karena manusia merupakan sumber daya yang paling berharga dibandingkan dengan sumber daya lain dalam organisasi. Hanya sumber daya manusia yang mempunyai harkat dan martabat yang harus dihargai dan bahkan dijunjung tinggi. Adalah tidak mengherankan lagi bahwa banyak para ahli memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pengembangan sumber daya manusia ini, hal ini bukan saja untuk kepentingan tertentu, baik
66
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
dalam cakupan yang besar maupun ruang lingkup yang kecil, tetapi juga demi kepentingan dan kelangsungan hidup organisasi. Konsep pengembangan sumber daya manusia mengandung pengertian yang berbeda-beda dilihat dari sudut pandang para ahli. Seperti ahli ekonomi mengartikan pengembangan sumber daya manusia sebagai pertumbuhan ekonomi dengan penekanan khusus pada pendapatan, produktivitas, dan yang lainnya. Sementara menurut pandangan ahli sosial poiitik pengembangan sumber daya manusia sebagai usaha modernisasi dengan penekanan khusus pada perubahan sosial dan perkembangan lembaga politik. Sedangkan menurut pandangan manajemen pengembangan dalam kaitannya dengan sumber daya manusia adalah suatu upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, nilainilai dan sikap manusia yang bertujuan untuk meningkatkan mutu manusia dalam suatu organisasi. Pengetahuan dan keterampilan tidak hanya diperoleh melalui proses pendidikan formal saja, melainkan dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah (formal) dan luar sekolah (informal). Semua jalur ini merupakan investasi pendidikan, sementara investasi sumber daya manusia yang tidak terbatas pada pengetahuan, keterampilan, namun juga harus meliputi terciptanya iklim yang kondusif (Yusuf Enoch, 1992). Jadi pengembangan sumber daya manusia dimaksudkan adalah upaya peningkatan seluruh potensi dan bakat yang dibawa sejak lahir maupun seluruh pengetahuan dan keterampilan, dan nilai-nilai serta sikap yang diperoleh selama berada di lembaga pendidikan atau lembaga non pendidikan yang bertujuan untuk mengoptimalkan sumber daya manusia tersebut untuk mencapai tujuan organisasi yang efisien. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi kekayaan negara, karena sumber materi hanya merupakan faktor pasif dalam produksi dan hanya dapat didayagunakan oleh sumber daya manusia (John, 1983). Sejauhmana sumber daya manusia berfungsi sebagai determinan dalam pertumbuhan ekonomi ? Ashgar Fathi (1965) menyimpulkan bahwa bangsa-bangsa yang memiliki cukup persediaan sumber fisik dan material seperti sumber daya alam (emas, minyak,batubara, dan sebagainya), tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal selama tidak mengikutsertakan sumber daya manusia yang efisien dan efektif. Realitas ini menunjukkan bahwa antara semua bentuk sumber daya, sumber daya manusia adalah yang paling utama. Karena kekuatan ekonomi nasional akan sangat ditentukan oleh pengembangan dan penggunaan sumber daya manusia secara tepat. Argumentasi lain dikemukakan oleh Semat (1995) pendidikan merupakan 67
Alfian, Manusia …
instrumen paling penting dalam menemukan masalah ekonomi yang berkaitan dengan pengembangan dan penggunaan sumber daya manusia. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas salah satu caranya adalah harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi suatu negara dan khususnya di Indonesia, untuk itu ada beberapa komponen menurut Robbin (1982) cara yang tepat untuk digunakan baik dalam dunia bisnis maupun dunia pendidikan yaitu (1) Acquision of human resources, (2) Development of human resources, (3) Motivation of human resources, dan (4) Maintenance of human resources. Sebagai "organization man" (Whyte,1954) dimana kecenderungan untuk berorganisasi dan sifat esensialitas dari manusia itu sendiri sebagai "makhluk yang tidak puas" ia membutuhkan satu wadah untuk dapat merealisasikan keinginan-keinginan, dan harapannya, salah satu cara hanya organisasi yang mampu mewujudkan harapan tersebut. Berorganisasi merupakan salah satu wadah untuk menyalurkan hasrat dan keinginan manusia menjadi kenyataan, sebagai kebutuhan dalam hidup bahwa kebutuhan itu tidak hanya di bidang material seperti sandang, pangan, papan, dan kebutuhan material lainnya, tetapi juga berbagai kebutuhan lainnya yang bersifat sosial, prestise, psikologis, dan intelektual. Berbicara mengenai kebutuhan, Abraham Maslow (1954) mengklasifikasikan kebutuhan manusia itu kepada lima hirarki yaitu (1) kebutuhan yang bersifat fisiologis, (2) kebutuhan akan jaminan keamanan, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan yang bersifat pengakuan dan penghargaan, dan (5) kebutuhan akan kesempatan mengembangkan diri. Dari berbagai kebutuhan di atas perlu untuk diperhatikan adalah dampaknya terhadap pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi, bahwa pemuasan berbagai jenis kebutuhan itu sebenarnya tidak bersifat hirarkikal, tetapi paralel. Artinya kebutuhan kedua baru dapat diusahakan setelah kebutuhan pertama terpenuhi dan kebutuhan ketiga dapat dilaksanakan apabila kebutuhan kedua telah terpenuhi dan begitu seterusnya. Realitasnya, semua kebutuhan itu secara simultan dapat diusahakan pemuasannya dalam intensitas yang berbeda-beda tergantung pada penentuan skala, bobot dan cara pemuasan kebutuhan itu dilakukan. Dalam rangka untuk mencapai tujuan itu menurut Siagian (1985) bahwa organisasi dapat dilihat dari dua sisi yaitu organisasi sebagai wadah terlaksananya kegiatan administrasi dan organiasi sebagai rangkaian hirarki antara orang-orang dalam satu ikatan formal. Artinya sebagai wadah organisasi relatif bersifat statis, sedangkan sebagai rangkaian hirarki, ia merupakan suatu proses 68
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
yang lebih dinamis, karena perhatian terfokus pada unsur manusianya yang merupakan faktor yang menentukan sukses tidaknya proses administrasi yang dijalankan. Hal ini artinya bahwa manusia dalam suatu organisasi tidak boleh diperlakukan sama dengan unsur administrasi lainnya seperti mesin atau robot. Manusia dalam organisasi dapat merupakan unsur yang berperan dalam pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif, namun manusia dapat juga sebagai unsur perusak yang efektif, segi mana yang menonjol sangat tergantung pada persepsi tentang perlakuan manusia itu sendiri dalam organisasi. Sebab sumber daya manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir secara rasional. Kemampuan berpikir secara rasional itu memungkinkan manusia mendahulukan kewajibannya ketimbang haknya dalam organisasi. C. Pendekatan yang digunakan Pendekatan yang logis untuk digunakan dalam melihat peran sumber daya manusia adalah seperti pendekatan politik, pendekatan ekonomi, pendekatan hukum, pendekatan sosio-kultural, pendekatan administratif, pendekatan teknologi, dan pendekatan agama 1. Pendekatan politik Salah satu tujuan suatu negara adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara, terlepas dari sistem politik yang dianut negara tersebut. Dalam konteks kehidupan kenegaraan, kesejahteraan rakyat tidak lagi dibatasi pada kesejahteraan fisik semata yang terlihat pada tingkat kemakmuran ekonomi yang merata, tetapi juga memperhitungkan kesejahteraan mental spritual. Dan yang lebih utama lagi adalah bagaimana kesejahteraan hidup manusia dapat sesuai dengan harkat dan martabat yang tidak hanya diakui tetapi juga dijunjung tinggi. Bagi bangsa Indonesia hal ini tercantum pada falsafah negara Pancasila dan Undang-undang dasar 1945. Pendekatan politik dalam memahami urgennya sumber daya manusia bertitik tolak bahwa aset terpenting yang dimiliki suatu negara adalah sumber daya manusianya, maka bagi negara yang meskipun tidak memiliki sumber daya dan kekayaan alam, tetapi mempunyai sumber daya manusia yang terdidik, terampil, disiplin, tekun, mau bekerja keras, akan terbukti berhasil memperoleh kemajuan yang sangat besar, sehingga membuat negara lain kagum terhadapnya. Logikanya bahwa negara yang memiliki sumber daya , kekayaan alam, dan sumber daya manusia akan lebih mudah meraih kemajuan, sebaliknya sumber daya non manusia dan kekayaan alam yang melimpah tanpa dikelola oleh sumber daya manusia secara baik tiada artinya. Seperti slogan mengatakan "Aset membuat sesuatu 69
Alfian, Manusia …
mungkin, manusia membuat sesuatu terjadi", hal ini erat kaitannya menurut Davis (1993) mengatakan manusia menciptakan strategistrategi yang menghasilkan produk dan jasa yang bernilai bagi negara. Manusia dapat menciptakan strategi dan inovasi dimana mereka bekerja. Politik yang baik dan sehat akan menciptakan dan melahirkan karya-karya yang baik dan menyenangkan. 2. Pendekatan ekonomi Pendekatan ekonomi merupakan pendekatan yang banyak menarik perhatian banyak orang, karena manusia sebagai sumber daya yang dipandang sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha menghasilkan barang dan jasa. Argumentasi lain dilontarkan karena manusia dijadikan alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu bangsa. Pandangan di atas tidak dapat dikatakan salah sama sekali, dan tidak dapat dipungkiri, tetapi menyamakan manusia dengan faktor produksi lainnya jelas tidak tepat, sebab dari segi konsepsi, filsafat dan moralnya jelas berbeda. Persepsi di atas muncul mungkin disebabkan karena sulitnya memperoleh modal (uang) ketimbang manusia atau pengadaan tenaga kerja. Jadi sesuatu yang sulit diperoleh akan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan hal yang relatif lebih mudah diperoleh. Nilai sesuatu yang langka jelas lebih tinggi dari sesuatu yang melimpah. Satu-satunya sumber kekayaan suatu negara adalah produksi, hasil kerja sama tenaga kerja manusia dan sumber daya. Kekayaan akan bertambah searah dengan peningkatan keterampilan dan efisiensi para tenaga kerja, dan sejalan dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi Menurut George dialih bahasakan oleh T. Gilarso (1994) bahwa kesejahteraan ekonomi setiap individu tergantung pada perbandingan antara produksi total dengan jumlah penduduk. Sedangkan menurut Marshall dalam Ideas of the Great Economists meski manusia merupakan modal dipandang dari sisi abstrak, namun sulit untuk memasukkannya sebagai eleman untuk menganalisis investasi dan pengembangan negara. Pandangan senada dikemukakan George karena dalam hal ini yang berbicara adalah ukuran keuangan, tidak peduli apa sesungguhnya motif keterlibatan manusia itu. Padahal betapa pun besarnya kemampuan dana yang terkumpul sebagai modal tidak akan terjadi "nilai tambah" tanpa adanya campur tangan manusia di dalamnya. Jadi modal hanya ada artinya apabila perhatian yang lebih besar diberikan kepada sumber daya manusia yang mengelola modal tersebut.
70
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
3. Pendekatan hukum Untuk mengukur tingginya kehidupan masyarakat modern dewasa ini adalah semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya keseimbangan antara hak dan kewajiban, yang merupakan pengaruh positif dari tingkat pendidikan masyarakat. Instrumen utama yang menjamin keseimbangan tersebut adalah ketentuan hukum yang jelas. Sudah menjadi hukum alam {natural law) bahwa dalam diri manusia cenderang mendahulukan hak ketimbang kewajibannya, karenanya membutuhkan aturan-aturan yang bersitat normatif, yang tidak hanya mengatur secara tertentu hak warga negara tetapi bagaimana cara memperoleh dan menggunakan hak tersebut. Tuntutan untuk menunaikan kewajiban juga harus diimbangi dalam kapasitas apapun ia sebagai manusia. Hak sebagai warga negara seperti di Indonesia ada hak untuk menyatakan pendapat diatur dalam pasal 28, hak memperoleh pendidikan diatur dalam pasal 31, hak menganut agama tertentu dan menunaikan ibadah sesuai dengan doktrin agama masing-masing diatur dalam pasal 29, hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak diatur dalam pasal 33, dan hak yang lainnya. Hal ini menuntut adanya keseimbangan dalam menunaikan kewajiban selaku warga negara yang menyadari pentingnya penunaian kewajiban tersebut. Dalam kehidupan organisasional, keseimbangan antara hak dan kewajiban harus diusahakan terpelihara dengan baik oleh kedua belah pihak. Logisnya adalah apa yang menjadi hak organisasi merupakan kewajiban bagi anggotanya dan sebaliknya apa yang menjadi hak anggota merupakan kewajiban bagi organisasi untuk menunaikannya. Seperti halnya hak organisasi untuk mendapatkan efisiensi kerja, efektivitas dan produktivitas kerja dari anggota, loyalitas, dan dedikasi, untuk mengantarkan organisasi pada pencapaian tujuan. Dan kewajiban organisasi untuk menunaikan kewajibannya dengan memenuhi hak anggota seperti memperoleh gaji yang layak, pekerjaan yang sesuai dengan bakat, pendidikan, pengalaman, keahlian dan keterampilan, dan kenyamanan, keamanan dalam bekerja, serta perlakuan yang manusiawi, dan sebagainya. 4. Pendekatan sosio-kultural Harkat dan martabat manusia harus diakui dan dijunjung tinggi khususnya berkaitan dengan kesempatan berkarya. Artinya manusia yang mempunyai pekerjaan tetap dan berpenghasilan wajar tidak lagi sekedar memuaskan kebutuhan yang bersifat material, tetapi ada kebutuhan lain yang bersifat sosio-psikologis, dimana hal ini tidak terlepas dari pengaruh sosial budaya tempat ia berada. Ada nilai-nilai sosial budaya tertentu yang berlaku dan harus dipatuhi, seperti ada 71
Alfian, Manusia …
masyarakat yang cenderung mengembangkan sikap hidup individualisme dan ada yang tetap berpegang pada kebersamaan hidup. Sementara pendekatan sosial budaya terhadap urgensi manusia yang ada di dalamnya bersifat situasional. Artinya sistem nilai yang berlaku pada suatu organisasi merupakan bagian dari kultur yang dianut oleh masyarakat bersangkutan. Perbedaan kultur antara satu organisasi dengan organisasi lain mungkin saja ada, akan tetapi perbedaan itu tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai sosial yang berlaku. Karena nilai-nilai sosio-kultural yang berlaku di masyarakat perlu diperhitungkan dalam menumbuhkan dan memelihara kultur organisasi yang bersangkutan. 5. Pendekatan administratif Berbagai segi kehidupan manusia dan penghidupan lainnya, tidak mungkin terlepas dari kaitannya dengan organisasi. Tujuan, cita-cita, harapan suatu bangsa dapat terwujud melalui organisasi. Karena itu sesuai dengan prediket yang disandang manusia modern sebagai manusia organisasional. Manusia dan organisasi terdapat hubungan timbal balik, dimana manusia tidak mungkin mencapai berbagai tujuannya tanpa menggunakan jalur organisasi, sebaliknya setiap organisasi akan mencapai tujuan dan sasarannya melalui usaha kerjasama sekelompok orang yang ada di dalammnya. Manusia organisasional merupakan fokus analisis pendekatan administratif. Kemajuan organisasi sangat tergantung pada kemampuan manusia untuk menciptakan organisasi dengan baik dan mengelola sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan lebih efisien, efektif dan produktif. Menurut Davis (1993) efisiensi, efektivitas dan produktivitas, ketiga hal ini harus dilihat dari sudut pandang input-daya, dana, sarana serta prasarana, yang mengalami proses transformasi untuk menghasilkan output. Efisiensi adalah pemanfaatan sumber daya, dana , sarana, dan prasarana yang minimum untuk menghasilkan barang dan jasa tertentu, baik dari kualitas maupun kuantitas. Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam kuantitas tertentu, untuk menghasilkan kualitas barang dan jasa tertentu tepat pada waktunya. Sedangkan produktivitas ditujukan pada maksimalisasi hasil kerja yang disesuaikan dengan penggunaan sumber daya, dana, sarana, dan prasarana lainnya dengan jumlah tertentu dan terbatas. 6. Pendekatan teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan manusia, baik berdampak negatif 72
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
maupun positif. Dengan perkembangan teknologi, semakin berkurangnya kesempatan kerja karena banyak hal yang seharusnya dilakukan oleh manusia diambil alih oleh mesin. Seperti pada kegiatan administrasi kantor dirasakan mempunyai dampak negatif terhadap kesempatan manusia untuk berkarya. Diestimasikan bahwa tidak begitu lama lagi akan tercipta apa yang sementara orang katakan "kantor tanpa kertas" karena kehadiran disket, CD, facsimile, dan sebagainya. Permasalahan ini sangat dilematis sekali, dengan dalih pertimbangan untuk peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja organisasi. Argumentasi lain mengatakan bahwa dengan mempergunakan teknologi semaksimal mungkin banyak permasalahan yang tidak akan timbul dengan menggunakan mesin, sebaliknya dalam mempekerjakan manusia berbagai permasalahan alam dihadapi seperti kemangkiran, mogok kerja, sakit dan sebagainya. Dari permasalahan yang dilematis di atas harus dicarikan solusinya, yaitu dengan cara tidak mengorbankan satu dengan yang lain. Maka dengan pendekatan teknologi yang digunakan membutuhkan kearifan manusia dalam memadukan kedua persoalan tersebut, dan tetap berpijak pada harkat dan martabat manusia. Pentingnya pemilihan teknologi yang tepat guna baik dalam bentuk maupun intensitasnya akan tetap memungkinkan sumber daya manusia di dalammnya. Menurat Siagian (1987) untuk memilih teknologi tepat guna yang terpenting untuk disadari adalah implikasi dari pilihan teknologi tersebut terhadap pengembangan sumber daya manusianya. Seperti apabila suatu organisasi memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan-kegiatan administrasinya, maka harus segera dipikirkan dan diputuskan tentang langkah-langkah apa yang akan diambil sehingga tenaga kerja yang tadinya secara manual melakukan kegiatan administratif dapat dialihkan kepada kegiatan lain yang sebelumnya ditugaskan ke tempat yang baru tidak mustahil membutuhkan keterampilan tambahan terlebih dahulu. Sebab tidak ada organisasi yang terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi. Jadi kuncinya terletak pada kemampuan memilih teknologi yang tepat sesuai dengan kebutuhan organisasi, tanpa mempersoalkan apakah itu teknologi tingkat dasar ataupun teknologi maju. 7. Pendekatan Agama atau Religie Manusia makhluk yang diciptakan dalam bentuk yang sebaikbaiknya dan memiliki raga dan jiwa serta akal. Manusia dikenal dengan makhluk yang berpikir “ agama bagi orang yang berakal tidak ada agama bagi orang yang tidak menggunakan akalnya” (Al Hadist). Agama merupakan aturan-aturan hidup yang harus dijalani, sementara itu akal pikiran harus bekerja sesuai dengan aturan-aturan 73
Alfian, Manusia …
agama agar apa yang dihasilkan dapat berbentuk sesuatu yang baik dan bermanfaat. Tuntunan / ajaran agama tidak ada yang salah dan menyimpang oleh sebab itu dibutuhkan pemikiran-pemikiran akal yang positif. Jika manusianya sudah dapat menciptakan dan menghasilkan hasil pemikiran akal yang positif sudah barang tentu sumber daya manusianya akan baik baik untuk dirinya sendiri, orang lain maupun bangsa dan Negara. Agama menghasilkan budaya, bukan budaya menghasilakan agama, tetapi budaya menghasilkan karya. Manusia yang berbudaya yang budayanya berlandaskan agama maka sumber daya manusianya tentu bernafaskan agama, manusia tidak diciptakan sendiri, menandakan manusia merupakan bahagian dari yang lainnya yang saling membutuhkan satu sama lainya. D. Simpulan Satu-satunya jalur yang dapat dilakukan manusia untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhannya adalah jalur organisasi. Semakin tinggi tingkat kemajuan yang dicapai manusia, semakin besar pula keperluannya untuk menjadi anggota organisasi demi pemuasan kebutuhannya yang beragam itu. Sepertinya investasi sumber daya manusia merupakan investasi yang paling penting yang harus dilakukan organisasi. Bermuara pada satu titik akhir yaitu agar organisasi memiliki tenaga kerja yang kuantitas, kualitas, disiplin kerja, dedikasi, loyalitas, persepsi, efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja yang dapat memenuhi kebutuhan organisasi untuk jangka waktu sekarang dan yang akan datang. Suatu kewajaran bagi manusia sebagai sentra aktivitas dalam organisasi karena, dalam Islam sendiri dikatakan bahwa manusia adalah khalifah di bumi. Tanpa campur tangan manusia, segala aktivitas dunia tidak akan berlangsung, dan tidak akan ada yang namanya kehidupan. Meskipun pada awal penciptaan manusia di dunia ini mendapat pertentangan dari para malaikat, karena manusia dianggap hanya sebagai perusak, namun sekaligus sebagai pemicu suatu kemajuan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1990. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarja : Depag RI. Enoch, Yusuf. 1992. Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
74
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
John, R. L. 1983. The Economics and Financing of Education. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice-Hall, Inc. Semat, S. 1995. Program IDT Sebagai Pemberdayaan Penduduk Miskin. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional : Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pedesaan dalam rangka Pembangunan jangka Panjang II Jambi : HMPJI Sumatra Barat, 8 Juli 1995. Siagian, S. P. 1985. Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung. 1987. Pengembangan Sumber Daya Insani. Jakarta : Sumber Bahagia. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Shihab, Quraish. 1992. Membumikan Al- Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu. Jakarta : Mizan. Soule, G. 1994. Ideas of the Great Economist. Terj. T. Gilarso. Pemikiran para Pakar Ekonomi Terkemuka. Yogyakarta : Kanisius. Werther, William B. and Keith Davis. 1993. Human resources and Personal Management. Internasional Edition. Singapore : Mc. Graw-Hill Book, Co. William, H. Whyte. 1954. The Organization Man. New York : Doubleday, Inc.
75
Alfian, Manusia …
PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM USAHA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN Dwi Gusfarenie MPd Abstrak Perkembangan teknologi dan informasi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan. Salah satu bentuk pengaruhnya adalah penggunaan multimedia dalam pembelajaran, sehinggan tuntutan untuk menguasai berbagai program teknologi bagi tenaga pendidik seperti guru dan dosen semakin meningkat yang bermuara pada tujuan akhir yaitu meningkatkan hasil belajar para siswa.Tulisan ini berupaya mengungkap manfaat dan keuntungan penggunaan multimedia dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan faktor yang mempengaruhinya. Kata Kunci: Multimedia, Kualitas Pembelajaran A. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat menuntut kecakapan individu untuk menguasai berbagai program teknologi yang sangat membantudalam memperoleh beragam informasi dari berbagai kejadian di tempat yang berbeda dalam waktu singkat.Tak dapat disangkal lagi bahwa kemajuan teknologi berpengaruh pada semua aspek kehidupan masyarakat, tidak terkecuali pada dunia pendidikan baik di tingkat dasar, menengah maupun tingkat perguruan tinggi. Salah satu pengaruhnya adalah penggunaan teknologi sebagai salah satu media pembelajaran. Penggunaan media berbasis teknologi lebih menarik dan lebih membantu dalam penguasaan materi dari pada penggunaan media pembelajaran konvensional, salah satunya adalah penggunaan teknologi komputer. Di perguruan tinggi, pemanfaatan teknologi sebagai media dalam pembelajaran sudah dilaksanakan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Pribadi dkk pada tahun 2001 (2004) menemukan bahwa 35,53% responden dari 612 dosen PTS menyatakan selalu menggunakan media dan teknologi pembelajaran dalam aktivitas perkuliahan yang mereka lakukan dan jenis media yang digunakanpun sangat beragam, mulai dari media sederhana sampai media elektronik dan media berbasis komputer. Ini tentu saja sangat membantu dosen dan mahasiswa dalam menyajikan dan memahami amteri yang dipelajari, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Robinson (1987: 9) bahwa media pendidikan dapat membantu 76