EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH, STRATEGI DAN PRAKTIK DALAM DUNIA BISNIS Oleh : Delyuzar Syamsi Dosen Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Pamulang
ABSTRAK
Manajemen Perbankan Syariah menurut Islam yang mengacu kepada akhlak, kompensasi berupa pemenuhan kebutuhan dasar pekerja, faktor kemanusiaan dan spritual, serta kedekatan atasan dengan bawahan berdasarkan ukhuwah islamiyah (Abu Sin). Bank Syariah sebagai lembaga kepercayaan yang menghimpun dan menyalurkan dana pihak ketiga ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, sebagaimana yang diamanahkan UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Lembaga keuangan syari’ah mempunyai prospek yang sangat menjanjikan baik di bidang perbankan, asuransi, maupun pasar modal. Potensi marketnya sangat besar baik perbankan maupun asuransi, walaupun market share-nya masih di bawah 1 %. Pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk dan sistem perbankan syari’ah di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini di dukung oleh data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, bahwa hingga Oktober 2015, perbankan syari’ah hanya memiliki 3,5-5% dari total pangsa pasar perbankan secara nasional (the Point, 2015).
Key word: manajmen, bank syariah, problematika.
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
I. PENDAHULUAN
Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia yang antara lain dipicu oleh praktek-praktek buruk dalam pengelolaan lembaga keuangan, masyarakat mulai melirik sistem lembaga keuangan syari’ah. Lembaga keuangan syari’ah merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang ekonomi Islam, dimana tujuannya sebagaimana dianjurkan oleh para ulama adalah memperkenalkan sistem nilai dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi. Karena dasar etika inilah maka sistem lembaga keuangan Islam bagi kebanyakan muslim adalah bukan sekedar sistem transaksi komersial. Persepsi masyarakat muslim pada umumnya dalam transaksi finansial dipandang sebagai kewajiban agama karena hukum riba yang paling ringan itu sama dengan dosa seseorang anak yang menyetubuhi ibu kandungnya (al Hadist). Dalam sistem syari’ah, sektor finansial mengikuti perkembangan sektor riil karena sifatnya yang real based sector. Dalam hal ini uang bukan komoditi yang diperjualbelikan, oleh karenanya sistem ini secara teoritis akan menghasilkan perekonomian yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan sistem konvensional (Muhammad, 2000:21). Lembaga keuangan syari’ah mempunyai prospek yang sangat menjanjikan baik di bidang perbankan, asuransi, maupun pasar modal. Potensi marketnya sangat besar baik perbankan maupun asuransi, walaupun market share-nya masih di bawah 1 %. Apabila kita melihat komposisi penduduk di negeri ini, 85 %-nya adalah muslim. Tetapi menurut penelitian BI, tahun 2001 bahwa produk-produk bank syari’ah belum dikenal masyarakat, terutama di beberapa kota di Indonesia, tapi paling tidak telah terjadi pergeseran pemahaman masyarakat dari masyarakat ribawi ke masyarakat syar’i meskipun hal ini pun terlihat begitu lambat. Sayangnya sistem syari’ah ini masih sangat kecil kontribusinya dalam perekonomian nasional, sehingga kontribusinya terhadap kestabilan masih sangat kecil (Muhammad, 2000:22). Kesadaran akan kebutuhan terhadap lembaga
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
keuangan syari’ah mulai meluas, terutama setelah di undangkannya UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan. Pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk dan sistem perbankan syari’ah di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini di dukung oleh data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, bahwa hingga Oktober 2015, perbankan syari’ah hanya memiliki 3,5-5% dari total pangsa pasar perbankan secara nasional (the Point, 2015). Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum muslim, tetapi pengembangan produk syari’ah berjalan lambat dan belum berkembang sebagaimana halnya bank konvensional. Upaya pengembangan bank syari’ah tidak cukup hanya berlandaskan kepada aspek-aspek legal dan peraturan perundang-undangan tetapi juga harus berorientasi kepada pasar atau masyarakat
sebagai
pengguna
jasa
(konsumen).
Keberadaan
bank
(konvesional dan syari’ah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, namun karakteristik dari kedua tipe bank (konvensional dan syari’ah) dapat mempengaruhi perilaku calon nasabah dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut. Lebih lanjut, perilaku nasabah terhadap produk perbankan (bank konvensional dan bank syari’ah) dapat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi masyarakat terhadap karakteristik perbankan itu sendiri. Dengan sistem operasional dan mekanisme pengelolaan dana seperti tersebut di atas serta mengingat ada lebih dari 180 juta muslim di Indonesia dan kesadaran ke-Islamannya terus meningkat ini merupakan peluang pasar yang lebar bagi Lembaga Keuangan Syari’ah dalam mengembangkan usahanya. Kesadaran beragama yang mantap ialah suatu disposisi dinamis dari sistem mental yang terbentuk melalui pengalaman serta diolah dalam kepribadian untuk mengadakan tanggapan yang tepat, konsepsi pandangan
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
ISSN: 2502-5406
hidup dan penyesuaian diri dan bertingkah laku (Ahyadi, 2005). Allport (1962) memberikan tanda-tanda sentimen beragama yang matang, yaitu adanya differensiasi, dinamis, produktif, komprehensif, integral, dan keikhlasan pengabdian. Tujuan organisasi mustahil tercapai tanpa adanya pengelolaansumber daya yang baik dan sistematis. Untuk itu diperlukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan seperti tertuang dalam fungsi manajemenyang merupakan proses bekerja dengan dan melalui orang lain guna mencapai tujuan organisasi secara efisien dan etis (Robert Kreitner & Angelo Kinicki, 2004). Hal ini sejalan dengan manajemen menurut islam yang mengacu kepada akhlak, kompensasi berupa pemenuhan kebutuhan dasar pekerja, faktor kemanusiaan dan spritual, serta kedekatan atasan dengan bawahan berdasarkan ukhuwah islamiyah (Abu Sin). Bank syariah sebagai lembaga kepercayaan yang menghimpun dan menyalurkan dana pihak ketiga ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, sebagaimana yang diamanahkan undang-undang
nomor
21
tahun
2008
tentang
perbankan
syariah.
Manajemennya harus mengetahui alasan keberadaan perusahaan (mission), mau menjadi apa perusahan dimasa yang akan datang (vision), bagaimana mencapainya (strategy), berupaya menciptakan keunikan yang spesifik dibandingkan pesaing (competitive advantage), serta menawarkan sesuatu yang dapat dipersepsikan menjadi nilai tambah bagi customersebagai bentuk diffrentiation (Jay Heizer And Barry Render, 2006). Hal di atas bukanlah sesuatu yang mudah bagi para pengelola bank syariah yang hingga saat ini masih dihadang stigma dengan adanya pandangan bahwa bank syariah hanya untuk orang islam, marjin murabahah (jual beli) adalah istilah lain dari bunga, cicilannya lebih mahal dibandingkan bank konvensional, bank syariah kurang berprestasi di bisnis perbankan nasional,tidak murni (karena dimiliki konvensional dan bercampur riba),
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
produk, fitur, layanan dan jaringannya terbatas, serta istilah yang digunakan sulit untuk dipahami masyarakat. Terkait masalah ini diperlukan kemampuan manajemen dari para pelaku bank syariah dalam menghadapi tantangan ke depan, terutama bagaimana menyikapi peluang pasar yang sangat besar hingga 95 % (pangsa pasar per Juli 2016 sekitar 4,86 % dari total perbankan syariah). Pengelola bank syariah harus mampu memberdayakansegenap potensi organisasi yang dimiliki. Untuk menjadi bisnis yang unggul harus bisa menciptakan produk yang bakal menjadi pemimpin pasar (product leadership), membina hubungan baik dan harmonis dengan nasabah (customer intimacy), serta didukung oleh keunggulan operasional (operational excellence).
II. ORGANISASI PEMBERDAYAAN Organisasi perusahaan tidak hanya sekedar tempat berkumpulnya orang untuk mencapai tujuan yang sama.ia harus diperlakukan sebagai tempat belajar yang aktif meningkatkan, menambah, dan berbagi ilmu pengetahuan kepada segenap karyawan (learning organization). Pihak manajemen harus mengembangkan potensi produktif seorang karyawan berpengetahuan yang dilihat dari tindakan yang dilakukannya (human capital). Suatu nilai yang menjadi keyakinan organisasi bagaimana cara berperilaku dan mencapai keinginan yang menjadi tujuan (value system) terus dikembangkan menjadi nilai dan keyakinan bersama sebagai budaya organisasi (organizational culture). Pengembangan terhadap fasilitas, sistem, struktur, budaya untuk meningkatkan penciptaan, berbagi, serta pemanfaatan pengetahuan secara kritis dalam pengambilan keputusan (knowledge management) merupakan faktor penunjang dalam aktivitas perusahaan, sehingga pelatihandan peningkatan yang berkesinambunganbertujuan untuk kepuasan pelanggan yang berorientasi kualitas (total quality management).
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
Pemberdayaan organisasi yang baik sangat bermanfaat untuk memenuhituntutan customerbank syariah terhadap brand and security (sebagai lembaga kepercayaan dan memiliki reputasi), service (ramah dan prosesnya cepat), convenience (mudah diakses dan menyenangkan), produk yang bervariasi (wide product range), serta kemurnian syariahnya (pure Islamic) seperti hasil studi yang dikemukakan McKinsey (2007).Selain itu organisasi harus mampu membentuk karyawan yang profesional yakni mempunyai keahlian, kesungguhan hati, kompetensi emosional yang tinggi, melakukan yang terbaik dengan cara terbaik, tidak melanggar etika dan peraturan, serta menjadikan apa yang digeluti sebagai penghidupan yang berorientasi dunia dan akhirat. Organisasi bank syariah yang baik ikut mendorong terciptanya bankir syariah yang patuh dan taat pada perundang-undangan dan peraturan, melakukan pencatatan yang benar, menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat, tidak menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi, menghindarkan diri dari pengambilan keputusan yang terkait benturan kepentingan, menjaga kerahasiaan nasabah dan bank, memperhitungkan dampak yang merugikan terhadap kebijakan yang diambil, tidak menerima hadiah dan imbalan, sertatidak melakukan perbuatan tercela yang merusak citra profesi.
III. KARAKTERISTIK DALAM BISNIS BANK SYARIAH Bisnis yang dijalankan bank syariah berbeda dengan best practise bank konvensional yang memperlakukan uang sebagai alat komoditasdan diperdagangkan secara spekulatif,karena bank syariah tidak diperkenankan memperjualbelikan uang sebagai bagian dari bisnisnya. Sebab menurut kaidah - status uang hanya sebagai alat ukur, sarana untuk menyimpan kekayaan, dan sebagai alat pembayaran. Penyebab krisis moneter beberapa tahun yang silam banyak dipengaruhi oleh volatilitas nilai mata uang yang tidak stabil akibat perdagangan spekulatif.
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
Penempatan dana nasabah di bank syariah lebih bersifat investasi, karena return yang akan diperoleh tidak dapat dipastikan seperti nasabah penyimpan di bank konvensional yang bisa memastikan perolehan simpanannya berdasarkan interest rate. Nasabah bank syariah hanya dapat mengetahui komposisi persentase bagi hasil (nisbah) yang akan diterima berdasarkan kesepakatan, sehingga nilai riilnya sangat tergantung kinerja bank layaknya investor. Dana
yang terhimpun dari masyarakat (surplus
unit) harus
diberdayakan berkaitan objek yang bersentuhan sektor riil, sehingga harus ada underlying asset yang jelas dan terukur. Hubungan dengan nasabah yang mendapatkan pembiayaan bersifat kemitraan (partnership), karena adanya transparansi, asas keadilan, dan berbasis bagi hasil.Semua pihak yang terlibat yakni bank, nasabah dana, dan nasabah pembiayaan saling berbagi risiko dalam menempatkan dan mengelola dana yang ada.Pengalaman membuktikan bahwa bank syariah tidak mengalami negative spread ketika perekonomian dilanda krisis moneter dan banyak bank konvensonal berguguran akibat modalnya yang tergerus hingga minus. Nasabah pemilik dana pun dapat mengetahui kinerja bank syariah secara periodik melalui realisasi bagi hasil yang dibagikan setiap bulan, sehingga
hasilnya
dapat
dijadikan
indikasi
keberhasilan
atau
ketidakberhasilan semacam early warning system. Hal ini sangat sulit untuk ditemukan pada bank konvensional yang hanya menghandalkan laporan keuangan triwulanan, semesteran, atau tahunan. Perbedaan karakter bisnis bank syariah yang menonjol dibanding bank konvensional dapat dilihat dari jenis produknya yang variatif. Bank konvensional hanya menghandalkan produk pembiayaan tunggal berupa kredit yang berbentuk kredit modal kerja, kredit investasi, kredit pemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, kredit usaha tani, kredit usaha kecil, atau kredit lainnya. Sedang bank syariah dapat melakukan pembiayaan dengan
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
cara berbagi hasil (mudharabah), kontribusi modal (musyarakah), jual beli dengan cicilan (murabahah), jual beli dengan sistem bayar penuh dimuka (salam), cicilan berdasarkan progres (istishna’), sewa-menyewa (ijarah), atau sewa beli (ijarah muntahia bit tamlik).
Denda yang diberlakukan hanya
untuk tujuan edukasi agar nasabah disiplin memenuhi tanggung jawab, sedangkan pendapatan dari hasil denda disalurkan ke lembaga sosial untuk kemaslahatan, bukan menjadi fee base income bank. Setiap produk yang akan diluncurkan harus mendapat persetujuan kepatuhan syariah (sharia compliance) dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang ada di masing-masing bank atau diteruskan kepada Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) jika fatwanya belumada. Selain itu DPS pun melakukan evaluasi terhadap produk penghimpunan dana dan pembiayaan yang ada secara berkala untuk penyempurnaannya.
IV. PELUANG BANK SYARIAH Berbeda dengan negara lain seperti Malaysia, Singapura, Uni Emirat Arab, dan Sudan, Indonesia memiliki kesempatan yang paling besar hingga 95 %, karena pangsa pasar bank syariahnya baru mencapai sekitar 5 % dari perbankan nasional. Peluang inilah yang membuat ketertarikan beberapa bank konvensional domestik seperti Bank Umum Milik Negara atau Daerah (BUMN atau BUMD), bank swasta asing, dan bank swasta nasional untuk membuka unit usaha syariah atau mengkonversi bank konvensional menjadi bank syariah. Berdasarkan survei McKinsey (2007) perbankan di Indonesia memiliki peluang untuk lebih berkonsentrasi pada segmen pasar yang lebih tinggi (upper and affluent segments) dengan pendapatan berkisar 72 juta dan diatas 72 juta per tahun. Pasar affluent sangat potensial untuk dijadikan target funding, sedang segmen upper mass bisa dimanfaatkan meningkatkan target financing. Potensi peluang pasar tersebut tersebar di Jakarta dan tier one city
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
antara lain Bandung, Medan, Makasar, dan Surabaya, sehingga perlu mendapat perhatian dalam upaya meningkatkan volume bisnis. Walaupun kehadiran bank syariah tidak ditujukan hanya untuk kalangan masyarakat muslim, namun faktor dominan penduduk yang mayoritas muslim berkisar 202 juta (85 % dari jumalh penduduk) merupakan potensi pasar yang bisa dijadikan peluang bagi perbankan syariah di Indonesia (Bank Indonesia, 2008). Untuk itu diperlukan program sosialisasi dikalangan internal umat Islam bahwa bank syariah sejalan dengan prinsip dan semangat kehidupan berislam seperti perilaku beribadat dan bersyariat dalam aspek lain, sehingga perlu diberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa bank syariah yang merupakan bagian dari ekonomi syariah sangat berkomitmen terhadap ketauhidan, keadilan, tolong-menolong, sikap amanah, kerelaan bersama, tidak zalim, anti riba, anti spekulasi, menjauhi gharar (ketidakpastian), anti suap, serta anti rekayasa pasar. Menurut Prof. Dr. Thoby Mutis (Rektor Universitas Trisakti) perekonomian Indonesia terpuruk akibat konsep bagi hasil yang belum terkenal dan terlambat berkembang di masyarakat. Ia beropini bahwa sistem bunga sekedar jalan keluar sesaat dan dianggap praktis, padahal interest income (pendapatan bunga) menyebabkan orang menjadi malas, karena belum berusaha telah menentukan hasilnya diawal (Majalah MODAL, 2003). Pernyataan yang lahir dari seorang non-muslim tersebut hendaknya dapat menjadi pemicu bagi penganut Islam yang dominan di negeri ini untuk memanfaatkan sistem perbankan syariah yang bersifat universal. Keinginan investor asing untuk ikut meramaikan perbankan syariah di tanah air telah terbukti sejak keikutsertaan Islamic Development Bank (IDB), Boubyan Bank Kuwait, dan Atwill Holdings Limited ikut memodali Bank Muamalat mulai tahun 1999. Kemudian The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) yang berbasis di London mengembangkan sayap syariah lewat unit usaha syariahnya HSBC Amanah. Beberapa waktu
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
yang lalu ABN Amro pun sedang berencana akan membuka unit syariah (sebelum diakuisisi Royal Bank of Scotland). Sempat tersiar bahwa IslamicCorporation for Development of The Private Sector (ICD) akan mengucurkan dana sekitar USD 250 juta (tahap awal dari rencana USD 500 juta) guna membentuk bank syariah di Indonesia, Qatar Islamic Bank, Albaraka Banking Group, serta Commerce International Merchant Bankers (CIMB) Niaga dan Lippobank yang dimiliki oleh Khazanah Malaysiaakan mengembangkan unit usaha syariahnya (Indonesian Commercial Newsletter, 2009) Polling yang dilakukan al-Jazeera pada 19-26 Oktober 2008 menyatakan bahwa 88,5 % responden percaya bahwa sistem ekonomi syariah merupakan yang paling baik untuk diterapkan di dunia. Indonesia menjadi negara yang paling banyak memiliki bank dan lembaga keuangan syariah dengan keberadaan 33 bank, 46 lembaga asuransi, dan 17 mutual fund (Antonio, 2009).Sedangkan Karim Business Consulting (2008) pernah melakukan survei mengenai alasan
para nasabah memilih bank syariah.
Jawabannya adalah sesuai dengan prinsip syariah dan pelayanan yang cepat (sikap respect). Sedangpelayanan customer service dan teller yang ramah adalah bentuk kepedulian (caring). Begitu pula respect nasabah double account yang lebih banyak menyimpan dana di bank syariah dengan alasan mengikuti syariat guna menghormati keyakinan (71%). Perkembangan bank syariah global yang kian pesat ditandai dengan semakin berkembangnya pusat-pusat keuangan syariah di berbagai kawasan seperti Hongkong, Malaysia, Singapura, Bahrain, dan Inggris. Pertumbuhan aset bank syariah secara global diprediksi mampu mencapai USD 10 triliun seperti yang diungkapkan Abdulrazak Elkhraijy, Head of the National Commercial Bank (pkesinteraktif, 2008).Singapura pun sekarang tengah menyiapkan diri untuk menjadi hub keuangan syariah internasional. Untuk itu mereka sedang menyiapkan tenaga terampil yang memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan pasar lewat program sertifikasi. ChiefExecutive Officer
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
(CEO) Chartered Institute of Management Accountants (CIMA) Charles Tilley menyatakan bahwa pemerintahannya sangat mendorong perkembangan bisnis keuangan syariah dengan menyediakan berbagai insentif dan setiap bank diizinkan untuk membuka layanan syariahnya. Saat ini telah hadir Islamic Bank of Asia (IBA) dengan modal disetor senilai USD 500 juta yang dimiliki DBS Bank (The Development Bank of Singapore) bersama investor asal Timur Tengah (muslimdaily, 2008). Di tengah keterpurukan ekonomi Amerika Serikat terdapat kisah sukses University Bank yang menerapkan prinsp syariah. Perubahan sistem dari konvensional ke syariah telah membuat bank ini berhasil meningkatkan bisnisnya, khususnya untuk pembiayaan pemukiman dan real estate yang telah mencapai USD 80 juta di 15 negara bagian. Keberhasilan tersebut membuat berbagai pihak mulai melirik sistem perbankan syariah sebagai alternatif yang menguntungkan (Republika Newsroom, 2009). Kini lembaga keuangan syariah khususnya bank syariah semakin berkembang di berbagai negara karena sistemnya yang lebih transparan, adanya kepastian akad atas dasar kesepakatan yang setara, menjunjung kemitraan, keadilan dalam berbagi hasil, serta produknya yang sangat variatif.
V. MENUJU VISI MENJADI PEMIMPIN PASAR Wilson (2000) pernah mengungkapkan beberapa alasan kenapa orang memilih bank syariah antara lain dikarenakan adanya rasa kekeluargaan dan persahabatan, memiliki reputasi karena aman, dapat dipercaya tanpa risiko wanprestasi, serta mampu memberikan insentif finansial yang memadai. Menurutnya perbedaan bank Islam dengan konvensional terlihat dari produknya yang lebih variatif dan unik, adanya kemitraan yang setara, layanan yang standar bersifat tailor made, kepercayaan nasabahnya lebih tinggi, tidak ada kecurangan (moral hazard), dan risiko terhadap kecurangan bisnis relatif kecil karena adanya prinsip moral yang dijunjung tinggi oleh
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
bank dan nasabah. Pandangan di atas dapat dijadikan jawaban terhadap pendapat dan persepsi negatif yang ada di masyarakat akibat kurangnya pemahaman dan keterlibatannya dalam menyikapi keberadaan bank syariah, sehingga memerlukan waktu untuk berproses sebagaimana mereka mengenal bank konvensional selama ini. Michael Treacy dan Fred Wiersema dalam karya legendaris mereka “ The Discipline of Market Leaders : Choose Your Customers, Narrow Your Focus, Dominate Your Market “ seperti yang dikutip Kartajaya dan Listyo (2006) mengatakan bahwa untuk mempertahankan posisinya, pemimpin pasar harus mempunyai tiga pilihan strategis yakni memfokuskan diri pada peningkatan kualitas produk (product leadership), mendekatkan diri kepada pelanggan (customer intimacy), serta mengembangkan proses bisnis yang baik dan berkualitas (operational excellence). Untuk itu para pengelola bank syariah harus mampu menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan menjadikan bank syariah sebagai pemimpin pasar perbankan nasional. Manajemen bank syariah mesti memperhatikan people yang memiliki talent,attitude, skill, knowledge (TASK), kemampuan teknologi informasi yang akomodatif dan user friendly, keakuratan akuntansi yang mendukung sistem keuangan, tertib administrasi, jangkauan jaringan (network), penerapan risk management, serta pemenuhan compliance. Dengan
keunggulan
produk
(product
leadership),
kedekatan
hubungan dengan nasabah (customer intimacy), operasional yang handal (operational excellence), serta memberdayakan beberapa aspek lain seperti yang tergambar pada skema di bawah ini, maka pengelolaan (management) terhadap bank syariah diharapkan akan menghasilkan industri perbankan syariah yang leading di perbankan nasional.
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
VI.
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
PENUTUP Kepuasan terkait dengan apa yang didapat pelanggan dari perusahaan dibandingkan dengan apa yang harus dia lakukan terhadap urusan atau interaksi tersebut. Perlu dipikirkan secara lateral tentang apa yang didapatkan pelanggan dari perusahaan Anda dan apa yang harus mereka “belanjakan” untuk mendapatkannya. Anda akan segera menyimpulkan bahwa pelanggan memberi lebih dari sekadar uang dan sebaliknya mendapat lebih dari sekadar produk atau pelayanan. Hal ini adalah unsur inti dari pandangan berbasis transaksi dari prinsip tukarmenukar yang melekat pada pemasaran, tetapi hal itu bukanlah inti dari pemasaran itu sendiri. Kita harus memandang pelanggan lebih dari sekadar pribadi tempat kita “menjual” barang, dan mendefinisikan nilai lebih dari sekadar fungsi sebuah produk atau harga saja. Menambahkan nilai dapat dilakukan secara sederhana seperti meningkatkan kenyamanan dan kecepatan pelayanan. Dapat juga termasuk
mentraining
karyawan
sehingga
ia
dapat
menjawab
pertanyaan pelanggan dan merekomendasikan produk atau jasa yang akan memuaskan pelanggan. Dengan meningkatkan nilai yang diterima pelanggan dalam tiap interaksinya dengan perusahaan (walaupun interaksi tersebut tidak berakhir dengan penjualan), kita lebih mungkin meningkatkan tingkat kepuasan, mengarah pada tingkat ketahanan pelanggan yang lebih tinggi.
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
Ketika pelanggan bertahan karena merasa nyaman dengan nilai dan pelayanan yang mereka dapat, mereka akan lebih mungkin menjadi pelanggan yang loyal. Loyalitas ini mengarah pada pembelian yang berulang,
perekomendasian
dan
proporsi
pembelanjaan
yang
meningkat. Menurut Barnes (2003:64) mencapai tingkat kepuasan tertinggi adalah tujuan utama pemasaran. Pada kenyataannya, akhir-akhir ini banyak perhatian tercurah pada konsep kepuasan “total”, yang implikasinya adalah mencapai kepuasan sebagian saja tidaklah cukup untuk membuat pelanggan seta dan kembali lagi. Ketika pelanggan merasa puas akan pelayanan yang didapatkan pada saat proses transaksi dan juga puas akan barang atau jasa yang mereka dapatkan, besar kemungkinan meraka akan kembali lagi dan melakukan pembelianpembelian yang lain dan juga akan merekomendasikan pada temanteman dan keluarganya tentang perusahaan tersebut dan produkproduknya. Juga kecil kemungkinan mereka berpaling ke pesaingpesaing Anda. Mempertahankan kepuasan pelanggan dari waktu-ke-waktu akan membina hubungan yang baik dengan pelanggan. Hal ini dapat meningkatkan
keuntungan
perusahaan
dalam
jangka
panjang.
Pemasaran bukanlah semata-mata membuat penjualan; melainkan tentang bagaimana memuaskan pelanggan terus-menerus. Ketika pelanggan merasa puas, penjualan berikutnya akan terjadi. Atribut-atribut khusus yang melekat pada bank syariah, seperti tidak ada unsur riba, sistem bagi hasil, tidak ada unsur judi, untuk investasi yang halal, dan melakukan aktivitas sesuai syariah. Atributatribut produk Islam ini yang menjadi alasan utama para nasabah memilih menggunakan bank syariah dan menjadi indikator penilaian
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
bagi nasabah. Maka kepuasan akan dirasakan oleh nasabah bila nilai syariah yang ada pada atribut produk bank syariah semakin tinggi. Kualitas jasa dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu jasa yang dirasakan (perceived service) dan jasa yang diharapkan (expected service). Bila jasa yang dirasakan lebih kecil daripada yang diharapkan, para pelanggan menjadi tidak tertarik pada penyedia jasa yang bersangkutan. Sedangkan bila yang terjadi adalah sebaliknya (perceived > expected), ada kemungkinan para pelanggan akan menggunakan penyedia jasa itu lagi (Rangkuti, 2002). Parasuraman, et al., (1988) dalam Tjiptono (2004) membagi kualitas jasa dalam lima dimensi utama, yaitu: Reliabilitas (reliability), Daya tanggap (responsivness), Jaminan (assurance), Empati (emphaty), dan Bukti fisik (tangibles).
DAFTAR PUSTAKA
Anthony N. Robert and Govindarajan Vijay, Management Control Systems. Eleventh Edition, Mc Graw Hill, New York. 2004 Antonio, Muhammad Syafii Dr. MSc, Peluang dan Tantangan Industri Syariah di Indonesia. Jakarta. 2 Rabi’ul Awwal 1430 H/27 Februari 2009 ASBISINDO, Directory 2008. Asosiasi Bank Syariah Indonesia, Jakarta. 2008 Bank Indonesia, Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Direktorat Perbankan Syariah, Jakarta. 2008 Bisnis Indonesia, Survei Perbankan Syariah : Masyarakat Masih Kurang Paham.
Bisnis
Indonesia
Intelligence
Responden. Jakata, 20 – 30 Januari 2009
Unit,
Survei
200
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
ISSN: 2502-5406
General Council for Islamic Banks And Financial Institutions, Islamic Finance in The Gulf Cooperation Council. CIBAFI Second Record, Kuwait. 2007 Gibson, James L, Ivancevich, Jhon M and Donnelly Jr, James H, Organisasi dan Manajemen. Perilaku, Struktur, Proses. Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta. 1987 Heizer, Jay and Render, Barry, Operations Management. Eighth Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey. 2006 Indonesian Commercial Newsletter (ICN), Perkembangan Sistim Bank Syariah di Indonesia. Monthly Report, Jakarta. Februari 2009 Irawan, Ivan, Memilih Teknologi Perbankan Syariah. Jakarta, 6 Desember 2007 Karim, Adiwarman A, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi Ketiga, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2007 Kartajaya, Hermawan dan Liestyo, Stephen, Beyond Banking, Menguak Sukses
BCA
dalam
Perbankan
Konsumer
di
Indonesia.
MarkPlus&Co, Jakarta. 2006 Kreiner, Robert and Kinicki, Angelo, Organizational Behavior. Sixth Edition, McGraw-Hill, New York. 2004 Majalah MODAL, Perkembangan Bank Syariah. Jakarta. Edisi Desember 2003 McKinsey, Charting the Path to Sustained Profitable Growth. Presentation to Bank Muamalat, Jakarta. 2007 Muslim Daily, Manjadi Hub Syariah Global, Singapura Butuh SDM Cukup. Jakarta. 22 Juli 2008. Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2010, Aset Bank Syariah Global Capai US$ 10 Triliun. Jakarta. 27 November 2008 Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, Silahkan Masyarakat Memilih. Jakarta. 4 Maret 2009
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis
Vol. 3 No. 3 Desember 2016
ISSN: 2502-5406
Wilson, Rodney, The Interface Between Islamic and Conventional Banking. Karya Tulis Materi Seminar, University of Durham, United of Kingdom. 2000 Zuhdi, Ramzi A, Perbankan Syariah : Lebih Dari Sekedar Bank. Materi Seminar Perbankan Syariah pada Festival Ekonomi Syariah tanggal 19 Maret 2009 di Padang, Direktorat Perbankan Syariah, Jakata