Manajemen Air & Lahan Rawa Pasang Surut (Land and Water Management Tidal Lowlands – LWMTL)
Juni 2004 – Agustus 2006
Program LWMTL
Rijkswaterstaat, UNESCO-IHE, ARCADIS-Euroconsult bekerjasama dengan Dept. Pekerjaan Umum, Dept. Pertanian, Pemprov Sumatera Selatan, Pemkab Banyuasin, Pusdatainfo Rawa & Pesisir, dan Universitas Sriwijaya
Dep. PU
Deptan
DAFTAR ISI • • • • • • • • • • • • •
Abstrak Pengantar Fakta tentang Rawa Indonesia Sekilas Prov. Sumsel dan Kab. Banyuasin Kondisi Pilot Area Sebelum LWMTL Pilot Monitoring Scheme (2002 – 2004) Rice Estate dan UPGB Perum Bulog (2003 – sekarang) Program LWMTL (2004-2006) Kunci Keberhasilan Diseminasi Data & Informasi GIS – Support Pengembangan Kelembagaan dan Sumberdaya Manusia Kondisi Pilot Area saat ini
PENGANTAR Program Land and Water Management Tidal Lowlands (LWMTL) (2004-2006) di Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan merupakan pengembangan dari kegiatan ‘Pilot Monitoring Scheme’ untuk ‘Guideline Tidal Lowlands’ (September 2002 – Mei 2004). Proyek Guideline ini sendiri menghasilkan 3 panduan : a) General Guideline, b) Water Management Guideline dan c) Operation- Maintenance Guideline. Program LWMTL diharapkan mengisi kekosongan Proyek Guideline yang mempunyai keterbatasan dalam menerapkankan Guidelines yang dihasilkan. Kegiatan penyusunan “Guidelines” ataupun program LWMTL ini adalah kerjasama antara Rijkwaterstaat, Belanda, UNESCO-IHE, ARCADISEuroconsult dengan Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertanian, Pusat Data dan Informasi Daerah Rawa dan Pesisir, Universitas Sriwijaya, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, dan Pemerintah Kabupaten Banyuasin.
ABSTRAK Tujuan umum Program Manajemen Air dan Lahan Pasang Surut (Land and Water Management Tidal Lowlands – LWMTL) adalah untuk meningkatkan pengembangan daerah rawa pasang surut secara berkelanjutan, melalui transfer ilmu pengetahuan, teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia. Program LWMTL ini lebih bersifat bantuan teknis (technical assistance) Tujuan utama LWMTL adalah untuk memperbaiki petunjuk dan panduan penanganan daerah rawa. Pendekatan program LWMTL melalui tiga pilar utama: a) OP dengan pemberdayaan P3A, b) Aplikasi sistim teknologi pertanian, c) Analisis dan perbaikan infrastukturtur pengelolaan air, pada 3 lokasi contoh masing-masing 256 ha yang meliputi hidrotopografi lahan A/B, B/C, dan C/D. Seorang pakar Pengelolaan Air dan O&P memonitor dan membimbing “Community Organizers” dan tenaga lapangan. Selain itu, selama 2 tahun tenaga ahli Indonesia dilibatkan untuk menerapkan O&P dan sistem monitoring pengelolaan air, termasuk sistem pengelolaan informasi untuk penerapan dan kemajuan kegiatan. Kebanyakan pelatihan LWMTL diadakan di Indonesia, tetapi ada juga pelatihan singkat di Negeri Belanda terutama mengenai pengelolaan air. Perangkat keras yang dipakai meliputi: alat duga muka air otomatis/ manual, komputer beserta program untuk monitoring, uji coba pintu air tersier “fiberglass” di tingkat petani; penggunaan dana yarnen dari pihak ketiga untuk penerapan Teknologi Sistem Usahatani bersama Kelompok Tani/ P3A. Selain itu kelompok tani/ P3A juga dilatih berorganiasi dan mengelola dana kelompok secara berkesinambungan. Dana LWMTL digunakan untuk biaya sumberdaya manusia termasuk biaya perjalanan tenaga ahli, DSA, transport lokal, transport dengan speedboat dari Palembang ke lokasi proyek. Biaya untuk pelatihan di Negeri Belanda adalah biaya perjalanan dan OSA. Biaya pelatihan di Indonesia adalah biaya untuk PRA, dan pertemuan kelompok tani di lokasi. Biaya perangkat keras di lokasi contoh dibiayai bersama melalui peran serta multi pihak. Sumbangan Pemerintah Indonesia untuk program LWMTL adalah lebih besar dari yang diberikan oleh pemerintah Belanda, terutama melalui pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur pengendalian air di dalam dan di luar lokasi percontohan; penyediaan alat dan mesin pertanian serta fasilitasi penyediaan sarana produksi, serta pembinaan kelompok tani/ P3A. Setelah berlangsungnya kegiatan-kegiatan LWMTL, motivasi kelompok tani/ P3A untuk melakukan OP meningkat secara nyata sejalan dengan meningkatnya produksi pertanian akibat perbaikan-perbaikan usaha tani pada tingkat on-farm dan off-farm. Keterlibatan multipihak dalam program terpadu ini, baik vertikal ataupun horizontal, merupakan kunci keberhasilan program LWMTL.
1
Fakta tentang Indonesia Lahan rawa (Gambar 1) baik yang berupa rawa pasang surut dan non-pasang surut (lebak) merupakan salah satu sumberdaya alam yang tersebar di Indonesia terutama pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. Secara umum hal ini dilakukan melalui penyesuaian teknologi dengan kondisi alam atau setelah dilakukan modifikasi lingkungan (reklamasi). Pemerintah Indonesia sejak tahun 1970-an telah mulai mengembangkan lahan rawa melalui program transmigrasi untuk perluasan areal pertanian dalam menunjang produksi tanaman pangan terutama padi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan akibat peningkatan jumlah penduduk yang relatif cepat. Penyebaran dan pengembangan daerah rawa ada di beberapa pulau, yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Gambar 1. Peta Sebaran Rawa di Indonesia Jaya. Luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan mencapai 33.393.570 hektar yang terdiri dari 20.096.800 hektar (60,2 %) lahan pasang surut dan 13.296.770 hektar (39,8 %) lahan rawa non-pasang surut (lebak). Dari luasan tersebut, total lahan rawa yang dikembangkan pemerintah adalah 1.314.870 hektar yang terdiri dari 835.200 hektar lahan pasang surut & 479.670 hektar lahan rawa non-pasang surut (Tabel 1). Tabel 1.
Distribusi lahan rawa Indonesia dan areal yang telah dikembangkan dengan bantuan pemerintah (Departemen Pekerjaan Umum, 1996) Total Lahan Rawa (ha) dan % dari total
Lokasi Pasang surut Sumatera Kalimantan Irian Jaya Sulawesi Total
6.604.000 8.126.900 4.216.950 1.148.950 20.096.800
non-pasang surut 2.766.000 3.580.500 6.305.770 644.500 13.296.770
Total 9.370.000 11.707.400 10.522.720 1.793.450 33.393.570
Total luas yang dikembangkan pemerintah (ha) Pasang non-pasang Total surut surut 615.250 279.480 894.730 219.950 192.190 412.140 0 6.000 6.000 0 2.000 2.000 835.200 479.670 1.314.870
Alih fungsi lahan di Pulau Jawa, Bali dan Madura, dari penggunaan lahan untuk pertanian ke penggunaan non-pertanian (industri, pemukiman, sarana prasarana, rekreasi) dapat mencapai 40.000 ha per tahun. Selain itu terjadi juga degradasi lahan, penurunan jumlah dan mutu air untuk kehidupan, disamping terjadinya banjir dan kekeringan. Hal-hal tersebut tentu saja akan mengancam ketahanan pangan nasional mengingat jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat. Pada sisi lain, di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya dijumpai lahan rawa seluas 33.3 juta ha, yang merupakan lahan rawa konservasi, lahan suaka alam, dan sebagian kecil dikembangkan untuk transmigrasi, pemukiman, dan produksi pangan. Lahan rawa yang sudah dikembangkan untuk produksi tanaman pangan tapi belum optimal adalah seluas 1,3 juta ha yang tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan. 2
Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 10 Kabupaten dan 4 Kota, 155 Kecamatan, 2.457 Desa dan 343 Kelurahan. Luas daratan Provinsi Sumatera Selatan seluas 87.017 Km2 atau 1,68 persen dari total luas daratan wilayah Indonesia, dan dialiri oleh 34 Sungai besar dan kecil. Jumlah penduduk 6,7 juta jiwa atau 3,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Ir. H. Syahrial Oesman, MM
Komoditas strategis meliputi : padi, jagung, karet, kopi, kelapa sawit, kelapa, produksi perikanan – peternakan, batubara, minyak, gas. Provinsi Sumatera Selatan ditetapkan sebagai Lumbung Energi Nasional dan Lumbung Pangan.
Sumsel Lumbung Pangan
Sumsel Lumbung Energi Nasional
Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin pembentukannya disahkan dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2002. Banyuasin beribukota di Pangkalan Balai mencakup 11 kecamatan Ir.(Banyuasin H. Amiruddin Inoed II, Pulau Rimau, Betung, Rantau Bayur, Banyuasin III, Talang Kelapa, Muara Telang, Makarti Jaya, Muara Padang, Banyuasin I, Rambutan). Luas wilayah Kabupaten Banyuasin 11.832,99 km2. Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan dataran rendah pesisir yang terletak di bagian hilir aliran Sungai Musi dan Sungai Banyuasin. Wilayahnya pada umumnya berupa lahan basah yang terpengaruh pasang surut. Sehingga sebagian besar lahan tersebut dimanfaatkan untuk pertanian pangan lahan basah, khususnya persawahan pasang surut.
3
Gambaran Umum Kondisi Pilot Area : Delta Telang I, Kec. Muara Telang dan Delta Saleh, Kec. Muara Padang, Kab. Banyuasin Daerah reklamasi rawa pasang surut Telang I dan Saleh dibuka pada awal tahun 80-an dimana pada saat itu reklamasi hanya dilakukan dengan cara membuat jaringan drainase tanpa bangunan pengendali air. Bangunan air di Saleh di bangun pada sekitar tahun 1988, sedangkan pada di Telang I dibangun pada tahun 1995 melalui Proyek IISP (Integrated Irrigation Sector Project-ADB), namun yang dibangun hanya di primer 6 utara sampai dengan primer 3 selatan.
Kondisi Pilot Area Sebelum LWMTL Pilot Area P8-12S Telang I, Kab. Banyuasin Pilot area terdiri dari satu petak sekunder seluas 256 ha yang terdiri dari saluran SPD dan SDU serta 17 saluran tersier. Daerah ini termasuk dalam hidrotopografi A/B. Semua saluran belum dilengkapi pintu air, sehingga sistem pengelolaan air sama sekali tergantung dengan fluktuasi pasang surut. Di daerah sekitar sungai Sebalik selalu terluapi banjir apabila pasang tinggi, sehingga hanya dapat ditanami satu kali saja dengan produksi rata-rata 2-3 ton GKP/ha. Lahan tanpa tanggul banjir dan pintu air
Pilot Area P6-3N Telang I, Kab. Banyuasin
Kondisi pintu air sebelum LWMTL
Pilot area terdiri dari satu petak sekunder seluas 256 ha yang terdiri dari saluran SPD dan SDU serta 17 saluran tersier. Daerah ini termasuk dalam hidrotopografi B/C. Saluran SPD dan semua saluran tersier sudah dilengkapi dengan pintu namun dalam kondisi tidak berfungsi, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan air. Lahan ditanami satu kali saja dengan produksi ratarata 3 ton GKP/ha
Pilot Area P10-2S Saleh, Kab. Banyuasin
Kondisi saluran sebelum LWMTL
Pilot area ini merupakan daerah tinggi dengan kategori hidrotopografi C/D, terdiri dari saluran SPD dan SDU serta 17 saluran tersier. Pintu air di SPD sudah ada dan setiap saluran tersier hanya dilengkapi dengan satu pintu air yang berfungsi sebagai suplai atau drain. Produksi tanaman padi rata-rata hanya 2 ton.
4
Pilot Monitoring Scheme P6-3N Telang I (Juni 2002 – Juni 2004) Guidelines Project – 3 Panduan : Umum, Pengelolaan Air, OP Proyek Panduan Rawa Pasang Surut adalah sebuah kerjasama bilateral antara Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Indonesia dengan Kementerian Transport, Pekerjaan Umum dan Pengelolaan Air (Rijkswaterstaat) dan Kementrian Perencanaan Keruangan Perumahan dan Lingkungan (Belanda). Proyek ini terkonsentrasi kepada pelatihan dan lokakarya menyangkut pembuatan ”panduan (Guidelines) pengembangan rawa pasang surut” dengan perhatian khusus kepada pengelolaan air dan operasi serta pemeliharaan. Ada tiga panduan yang dihasilkan : a) Umum (General Guidelines), b) Panduan manajemen air (Water Management Guideline), dan c) Panduan Operasi dan Pemeliharaan (OM Guideline). Aktivitas lapangan termasuk monitoring pengelolaan air pada areal kecil (16 ha) dalam satu blok sekunder (256 ha) di P6-3N Delta Telang I, Banyuasin, Sumatra Selatan (yang termasuk juga areal Rice Estate). Proyek Panduan Rawa Pasang Surut meliputi 3 tahun kerjasama bilateral dari tahun 2002 hingga 2004 dengan dana Euro 173,000. Pengembangan daerah pasang surut melalui optimalisasi daerah reklamasi yang sudah ada ataupun pembukaan daerah baru akan memerlukan pedoman pengembangan. Pedoman ini perlu disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada sesuai dengan semangat otonomi daerah, globalisasi informasi dan pembangunan terpadu yang berkelanjutan. Kegiatan Percontohan Monitoring Jaringan Reklamasi (Pilot Monitoring Scheme) yang merupakan kerjasama Departemen Kimpraswil, Pemerintah Indonesia dengan Rijkwater Staat, Kerajaan Belanda, dilaksanakan mulai bulan September 2002 selama 20 bulan. Kegiatan ini didukung penuh oleh Departemen Pertanian dan Universitas Sriwijaya. Kegiatan kerjasama meliputi Teaching Workshop, perbaikan pintu sekunder dan tersier, rehabilitasi saluran sekunder dan tersier, pemasangan alat monitoring tata air, pengamatan tata air, permodelan Komputer, penyuluhan dan pelatihan, serta upaya penguatan kelembagaan. Kegiatan pengamatan lapangan dilakukan pada satu blok sekunder (P6-3N) di Desa Sumber Mulya, Telang I, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Kegiatan Pilot Monitoring Scheme ini mendapat dukungan penuh dari Departemen Pertanian khususnya untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat tani melalui penyuluhan, pelatihan, bantuan teknis, dan kegiatan-kegiatan percontohan baik itu kegiatan pra-panen maupun pasca panen. Tim Pusat Penelitian Manajemen Air dan Lahan Universitas Sriwijaya dan Pusat Data Informasi Daerah Rawa dan Pesisir terlibat dalam upaya persiapan, pelaksanaan, dan analisis monitoring tata air di blok sekunder dan petak tersier, serta pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan, Selain itu, peran serta Pemerintah Kabupaten Banyuasin dan Perum Bulog Divre Sumatera Selatan mulai April 2003 melaksanakan kegiatan Rice Estate Perum Bulog juga ikut mendukung keberhasilan kegiatan ini.
5
Rice Estate dan UPGB – Perum Bulog (Agustus 2003 – saat ini) DEFINISI : Usaha tani terpadu padi (Rice Estate) dengan Pilot Area 1000 ha di Telang I adalah upaya pemecahan masalah pra-panen, panen, pasca panen, dan pemasaran hasil padi secara integral baik integrasi vertikal (on-farm dan off-farm) ataupun horizontal (antar sektor)
Tahapan Pengembang : a. Studi Kelayakan pada areal 26.680 ha di Telang I, b. Riset Aksi Pilot Project 1000 ha, MTI, Okt-Mar 2003, c. Pembangunan UPGB Perum Bulog, P8 – Telang I, d. Pengembangan 1500 ha, MT II Maret-Juni 2003, e. Penangkaran Benih:170 ha, April-September 2003 f. Pengembangan Areal Rice Estate seluas 5.000 ha, Okt-Mar 2003/ 2004; 10.000 ha 2004/2005, g. Pengembangan Rice Estate Telang I: 26.680 ha, h. Pengembangan sentra-sentra produksi pangan lainnya yang potensial, i. Diseminasi dan pertukaran informasi j. Evaluasi Pelaksanaan MT 2002-2003, MT 2005/2006, Penangkaran Benih 2003 s/d 2006 k. Saran dan rencana tindak lanjut KOMPLEKSITAS KEGIATAN PRA-PANEN
Sistim Jaringan (tradisional, sisir tunggal, sisir ganda, garpu, tangga, sirip ikan, …………..) = 8
Tipologi lahan (A, B, C, D, lebak dalam, lebak dangkal, lebak tengahan) = 7 Jenis Tanah (gambut dangkal, gambut dalam, sulfat masam) = 3 Musim tanam (musim hujan, musim kemarau) = 2 Jenis Tanaman (kelapa, kopi rawa, padi, jagung, kedelai, kacang) = 6
Suasana Penentuan CalonPetani & Calon-Lokasi (CP/CL)
Perioda Pemukiman (trans lokal, trans pemerintah th 69, 75, 80) = 4
Suku (Bugis/Banjar, Jawa, Bali, Madura) = 4 Ketersediaan saprodi (baik, jelek, tidak ada) = 3 Kemungkinan kombinasi masalah yang muncul = 8 x 7 x 3 x 2 x 6x 4 x 4 x 3 = 96768
Kesepakatan Kelompok dan Pendampingan
HASIL KOTOR SAAT PANEN
Panen Raya Rice Estate oleh Presiden, 24 Maret 2003
Distribusi Saprodi
KOMPLEKSITAS KEGIATAN PASCA-PANEN Sistim informasi manajemen (X1, X2, ..………………….…….. Xn) Penanganan Pasca Panen (Y1, Y2, ..………………….….. Yn) Agroprosesing dan Pengembangan Agroindustri (Z1, Z2, ..………….. Zn) Pemasaran (K1, K2, ..…………………..…….. Kn)
Pencanangan oleh Gubernur
Sistem transportasi (L1, L2, ..………….……….. Ln) Kombinasi Faktor yang mempengaruhi hasil bersih panen dan nilai jual = Xn x Yn x Zn x Kn x Ln
Hasil Bersih Panen dan Nilai Jual
PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI
Penangkaran benih
Kunjungan Kerja, 7-8 Jan 2003, Kabulog - Komisi III DPR RI UPGB - Pembangunan
UPGB Perum BULOG
6
Manajemen Air dan Lahan Daerah Rawa Pasang Surut (Land & Water Management Tidal Lowlands-LWMTL) 1. 2. 3. 4.
Nama Kegiatan Lokasi Tema Target Kelompok
: : : :
Manajemen Air dan Lahan Daerah Rawa Pasang Surut (LWMTL) Daerah reklamasi rawa pasang surut Kab. Banyuasin, Prov. Sumsel. Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa Perkumpulan Petani Pengelola Air dan Kelompok Tani di Daerah Rawa Pasang Surut. 5. Diusulkan oleh : Rijkswaterstaat Bouwdienst, Prof. Dr. Bart Schultz dengan dukungan dari Kelompok Kerja CUR Indonesia dan gabungan Panitia Pengarah MoU untuk memonitor kemajuan pelaksanaan proyek. 6. Dilaksanakan oleh : Rijkswaterstaat Bouwdienst, UNESCO-IHE, ARCADIS-Euroconsult, Departemen Pekerjaan Umum Indonesia, Departemen Pertanian Indonesia, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Pemerintah Kabupaten Banyuasin, dan Pusat Data Informasi Daerah Rawa-Pesisir, Universitas Sriwijaya. 7. Lama kegiatan : 2 tahun (1 Juni 2004 - 31 Mei 2006); extension Juni-Agustus 2006 Tujuan umum dari kegiatan LWMTL adalah untuk meningkatkan pengembangan daerah rawa pasang surut secara berkelanjutan, melalui transfer ilmu pengetahuan, teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia. Tujuan utama LWMTL adalah untuk memperbaiki petunjuk dan panduan penanganan daerah rawa. Target kegiatan LWMTL adalah perkumpulan petani pengelola air (P3A) dalam hubungannya dengan pengelolaan air; operasi dan pemeliharaan dengan pendekatan partisipatif, di tiga wilayah percontohan yang memiliki perbedaan kondisi lingkungan. LWMTL juga akan memberikan kontribusi dalam mendukung proses perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan keperluan struktur hidraulik (bangunan air) oleh pemerintah. Kegiatan LWMTL akan dilakukan bersama-sama dengan petani, misalnya: pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengembangan teknologi dan mekanisasi pertanian, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman melalui peningkatan indek pertanaman menjadi 2 kali setahun. Kegiatan LWMTL adalah bagian yang terintegrasi dari kegiatan pengembangan sistim pertanian tanaman pangan, khususnya padi, di pasang surut oleh Pemerintah Indonesia yang sudah berlangsung seperti: kegiatan Rice Estate di Delta Telang I, Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan ini didukung oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Pemerintah Kabupaten Banyuasin, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (aspek pengairan), Departemen Pertanian (fasilitas dan sarana pertanian, tata air mikro, dan pengelolaan air), Pusat Data dan Informasi Rawa (pemberdayaan masyarakat dan pendampingan) serta Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (pengadaan saprodi di sebagian lokasi dan pembelian gabah petani). Kegiatan Kegiatan LWMTL mencakup tiga pilar yaitu: a. Operasi dan Pemeliharaan (O & P) Jaringan dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). b. Pengenalan dan Implementasi Teknologi Sistem Usahatani. c. Penilaian Kebutuhan Infrastruktur Pengendalian Air.
7
I. Operasi dan Pemeliharaan (O & P) melalui Perberdayaan Perkumpulan Petani Pengelola Air (P3A) Diperbaikinya Manajemen Lahan dan Air di Daerah Pasang Surut
TUJUAN UMUM
Meningkatnya tanggung jawab dan aktivitas P3A di 3 lokasi percontohan di Kab Banyuasin
SASARAN PROYEK
HASIL ANTARA
KEGIATAN
1. Terlatihnya tenaga pendamping di 3 lokasi percontohan * Setidaknya 12 CO dan FA telah trampil
2. P3A mampu menangani anggaran tahunan dan O&M Manajemen Lahan dan Air di 3 lokasi * 3 P3A terlatih
1.1 Persiapan bahan ajar O & P menggunakan panduan yang ada 1.2 Memasang sistem monitoring di tingkat lapangan 1.3 Misi Evaluasi 3 kali setahun
3. Kontribusi untuk Lokakarya dan Seminar Panduan Pengembangan Rawa Pasang Surut * Publikasi Panduan
2.1 Persiapan anggaran tahunan oleh P3A dan pemerintah setempat 2.2 Organisasi O & P oleh P3A di 3 lokasi percontohan
3.1 Laporan akhir Manajemen Lahan dan Air di Daerah Pasang Surut 3.2 Pendekatan partisipatif di 3 lokasi contoh
*) Indikator terukur untuk menyatakan bahwa tujuan proyek telah mencapai kemajuan
Produksi GKP di P6-3N, Telang I Produksi GKP MT I di TC 4 kiri P6-3N
8,0 7,0
Pertemuan Kel. P3A di P10, Juli 2004
Produksi (ton)
6,0
Pertemuan Kel. P3A di P8, Nov’ 2004
5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0
Widarto
Parsidi
Sucipto Budiono
Subur
Sucipto
Parsidi
Widarto
Petani Tahun 2003
Pelatihan P3A di P8 10 Januari 2005
Pertemuan Kelompok Tani di P 8, Agustus 2005
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Produksi GKP MT I di TC 12 kiri P6-3N 7,0
Workshop 1-5 Agustus 2005
Produksi (ton)
6,0
Workshop 1-5 Agustus 2005
5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 Ahmad
Sutrisna
Sujito
Budi S
Wardi
Wardi
Sodirejo
Katiran
Petani
Tahun 2003
Pemantapan P3A di P6 25Pertemuan P3A di P6 28 Agustus 2005
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Produksi Gabah Kering Panen (GKP) di Blok Sekunder P6-3N (Ton/ha)
5 Februari 2006 Produksi (ton GKP/ha)
7 6 5 4 3 2 1 0
Pemberdayaan P3A di P10 3-7 April 2006
1
Pertemuan Kelompok Tani di P6 Mei 2006
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Tersier ke-
MT I 2004-2005
8
MT I 2005-2006
15
16
17
II. Sosialisasi dan implementasi sistim teknologi pertanian TUJUAN UMUM
Peningkatan produksi pangan melalui pengenalan teknologi penanaman dua kali setahun di rawa pasang surut
SASARAN PROYEK
Implementasi pemecahan masalah untuk tanam dua kali setahun di rawa pasang surut
1. Evaluasi permasalahan tanam dua kali setahun * Melaporkan dalam waktu 3 bulan ke pemerintah setempat
HASIL ANTARA
KEGIATAN
1.1 RRA (Evaluasi pedesan secara cepat) 1.2 Survai pendasaran di tiga lokasi percontohan oleh CO dan FA
3. Meningkatnya produksi tanaman di tiga areal percontohah * Berdasarkan evalusi laporan akhir tercapai lebih 50% petani tanam dua kali
2. Jadwal tahunan untuk kegiatan dua kali tanam per tahun. * Pengelolaan Air Terpadu/ perencanaan tanam: Menggunakan pendanaan yang ada
2.1 Percoban, pelatihan petani dengan pedoman dari LITBANG Pertanian 2.2 Diskusi dengan petani dan pemerintah setempat 2.3 Evaluasi investasi
3.1 Lokakarya untuk perbaikan panduan dari LITBANG Pertanian 3.2 Evaluasi keberlanjutan teknologi yang diterapkan
*) Indikator terukur untuk menyatakan bahwa tujuan proyek telah mencapai kemajuan
Produksi GKP di P8-12S, Telang I Produksi GKP MT I di TC 2 Kiri-Kanan P8-12S
7
P10-2S, Sept’ 2004
Produksi (ton)
6
P6-3N, Juli 2004
5 4 3 2 1
un g Un t
P8-12S, Okt’2004
K as n So i ep ir S ae do S ae do S oe pi r W ar Ha j i rto no S uc ip to W ar ji Pa ni to A de na n A de na n S uw ar Ha ti rto no S uj on o
0
P10-2S, Des’2004
Petani Tahun 2005
Tahun 2006
Produksi GKP MT I di TC 12 Kiri-Kanan P8-12S
4,5 4
P8-12S, Jan’ 2005 P10-2S, Maret 2005 Produksi (ton)
3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5
h ia
an to Ta uf ik H
Ka s
D
wi y
as ir
as ir D
D
n
kir an Ta uf ik H D wi ya nt o Ka si ah
at ira
Tu
n
n at ira
W
W
n at ira
at ira W
W
D
Tu
Tu
kir an
P8-12S, Feb’ 2006
kir an am an
0
P6-3N, Des’2005
Petani Tahun 2005
P10-2S, Juni 2006
P6-3N, Juni 2006
Tahun 2006
Catatan : terjadi serangan hama/ penyakit pada sebagian lokasi sehingga ada penurunan produksi.
9
III. Evaluasi Perlunya Bangunan Pengendali Air TUJUAN UMUM
Perencanaan, Penganggaran, Implementasi dan Monitoring Bangunan Pengatur Air
SASARAN PROYEK
Laporan perlunya bangunan air. Pengujian di tingkat sekunder, tersier dan usaha tani
1. Usulan anggaran untuk pelaksanaan pengujian bangunan air * Laporan ke pemerintah setempat setelah 3 bulan
HASIL ANTARA
KEGIATAN
1.1 Evaluasi dari survai pendasaran terhadap bangunan air 1.2 Evaluasi terhadap hasil PRA tentang bangunan air yang diperlukan
2. Evaluasi anggaran untuk tahun depan untuk masukan terhadap bangunan air * Laporan untuk bangunan air di tersier
3. Sistem Monitoring * Evaluasi 4 bulanan dari pengujian bangunan pengatur air
2.1 Asistensi untuk anggaran tahun depan 2.2 Diskusi dengan kelompok tani dan pemerintah setempat 2.3 Pengujian bangunan air di tingkat tersier
3.1 Penyusunan data base dan sistim informasi 3.2 Merencanakan Indikator dari monitoring
TAM, Tata Air Mikro: On-Farm Water Management system
* ) Pengukuran indikator untuk melihat apakah kemajuan proyek sudah tercapai
Produksi GKP di P10-2S, Delta Saleh Produksi GKP MT I di TC 3 Kiri-Kanan P10-2S 7
P6-3N,Okt’ 2005
6 5
Produksi (ton)
P6-3N,Jan’ 2005
4 3 2
Jaman
Darman
Siswadi
Jamian
Murodin
Tori S
Markin
Murodin
Sawit
Marsan
Ohim
Salud
Ohim
Suradi
0
Salud
P8-12S,Juli 2005
Sakim
1
P8-12S,Feb’ 2005
Petani 2005
P10-2S,Juni2005
2006
P10-2S,Nov’ 2005 PRODUKSI GKP MT I di TC 12 Kiri-Kanan P10-2S 7
P8-12S, Jan’ 2006
P6-3N, Feb’ 2006
Produksi (ton)
6 5 4 3 2
Petani
P6-3N, Juni 2006 P10-2S, Juni 2006
Tahun 2005
10
Tahun 2006
Deman
Masio
Kastono
Suheri
Suheri
Sudiono
Slamet
Wagisan
Parjo
Jemiko
Parjo
Paijan
Paijan
Misje
Paijan
0
Jemiko
1
P8-12S, Okt’ 2005
P8-12S, Nov’ 2005
P8-12S, Jan’ 2006
P8-12S, Feb’ 2006
P6-3N, Okt’ 2005
P6-3N, Des’ 2005
P6-3N, Jan’ 2006
P6-3N, Feb’ 2006
11
Kunci Keberhasilan:
PPI – DKP Pabrik Es
-
Pelabuhan Ferry
Kesamaan Visi Data & Informasi yg sama Integrasi vertikal-horizontal Keterlibatan mutli pihak Konsistensi dan komitment Dukungan pemerintah Peranserta masyarakat Peran pihak swasta Keterlibatan Perguruan Tinggi Pendampingan Capacity bulding Pengembangan SDM Networking
Pilot Area IndonesiaBelanda 750 ha Optimalisasi Telang I Kemitraan Jagung
Darmaga Air Tata Air mikro (TAM) Peningkatan Jalan Tjg Api-Api
Rehab SPD - SDU
Peran Herbisida dan Pupuk Organik
Darmaga Gasing
Uji Coba Varietas BATAN-BPTP Sumsel
Air Bersih dengan Sumur Bor Dalam Benih ABT 2004 Deptan
Partisipasi Multi-pihak dalam Pengelolaan dan Pengembangan Daerah Rawa di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Balit Padi
Batan
Pemkab Banyuasin
PERUM BULOG
Komisi II DPR-RI
Komisi III DPR-RI
BPTP Sumsel- Deptan
Malaysia
INS
Dep. PU
Universitas Sriwijaya
Australia & Korea
12
PolyAgro
Departemen Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Jepang
Belanda
Jerman
China
Disseminasi Data & Informasi Teknologi
Dana
Data Pemkab
Informasi
Staf Teknis
Pem Pusat
Center of Excellence RAWA : Pusdatainfo
S. Pendukung
Model Area
Model Area
SDM
Pemprov
Program
Swasta
Program
Masyarakat
Model Area
Masyarakat Dana
SDM
Tehnologi
Lahan Air
Kelembagaan
• • • • • • • • • • • •
Seminar Lokakarya Kunjungan Lapangan Jurnal Prosiding Buku Bahan Kuliah Brosur Leaflet Website LWMTL Website Banyuasin Website Pusdatainfo Rawa & Pesisir • Tabloid • Buku-buku • Penelitian S1/ S2/ S3
‘Center of Excellence’ Rawa sebagai penyedia data, informasi dan iptek bagi pelaku pengembangan dan pengelolaan daerah rawa (dilakukan sejak tahun 1999)
www.tidal-lowlands.org
www.banyuasinkab.go.id
www.pusdatarawa.or.id
Lokakarya Indonesia
Rapat Koordinasi di Provinsi-Kabupaten
1-5 Agustus 2005 Tim Pengarah, 21 Desember 2004
Rapat di PU Pengairan (02-02-2006)
Rapat Koordinasi 26 Januari 2005
Misi Bank Dunia, 12 Desember 2005
Belanda
14 Okt 2003
Workshop Akhir (Joint Workshop) di Delft, the Netherlands, 27 February – 3 March 2006
Workshop Awal LWMTL
13
29 Maret 2006
GIS - Support Aplikasi GIS/Remote Sensing juga digunakan pada Proyek Manajemen Lahan dan Air Pasang Surut Sumatera Selatan (LWMTL) sebagai salah satu alat untuk Kegiatan Perencanaan dan Sistem Monitoring (dikenal dengan istilah MIS, Management Information System). Setidaknya tiga sumber data digunakan untuk mencapai target sasaran, yaitu: Data hasil survei lapangan pada saat implementasi GIS mulai dilaksanakan: antara lain survei dengan GPS untuk daerah pilot percontohan terpilih atau data-data SID. Data yang diambil secara sistematik dari lapangan, seperti fluktuasi muka air tanah, fluktuasi muka air saluran dan operasi pintu air serta data sistem usaha tani. Data Penginderaan Jauh hasil dari akuisisi satelit terbaru: Landsat Etm 7 untuk seluruh areal proyek dan SPOT5 resolusi 2.5 m untuk pilot percontohan terpilih.
Model Model Pengembangan Pengembangan Orthophoto Orthophoto /levelling /levelling
Peta Peta Dasar Dasar
Citra Citra Satelit Satelit
Model Modelelevasi elevasi Digital Digital
Sedangkan Tujuan dari kegiatan adalah untuk mengevaluasi efektivitas pemantauan pengelolaan air dan perencanaan O&P dan mendapatkan masukan dari berbagai pihak guna perbaikan evaluasi untuk dijadikan standar analisis dan pemrosesan data.
Irigasi IrigasiPasut Pasut
Persiapan PersiapanData Data
Analisis AnalisisAwal Awal
Drainabilitas Drainabilitas
Tanah Tanah
Intrusi IntrusiAir AirAsin Asin Analisis Analisisantara antara
Kesesuaian Kesesuaian Lahan Lahan
Zona Zona Pengelolaan PengelolaanAir Air Aktual Aktual Analisis AnalisisAkhir Akhir
Wilayah Wilayah Pengelolaan Pengelolaan Air Air
Keluaran Keluaran
Hasil Implementasi dari aplikasi GIS/Remote Sensing selama kurun waktu 2 tahun menunjukkan efektivitas dan akurasi yang signifikan terutama dalam hal: penilaian kebutuhan infrastruktur dan O&P rawa pasang surut serta sistem monitoring. Penggunaan citra satelit dengan resolusi sangat tinggi sangat membantu dalam mengidentifikasi dan menganalisis kendala yang terdapat di lapangan terutama dalam hal merekomendasikan peningkatan sistem layout/ tata air eksisting dan peningkatan sarana infrastruktur.
14
Pengembangan MIS Rawa Pasang Surut Indonesia Dengan Aplikasi GIS
Beberapa sasaran: Menginventarisasi dan menyusun pangkalan data yang komprehensif guna mendukung pengembangan rawa yang berkelanjutan. Menganalisis potensi dan daya dukung lahan rawa di Indonesia sesuai dengan karakteristik lahan Mengembangkan Sistem Informasi Rawa dengan format sama guna efektifitas distribusi data dan informasi
a)
MIS Rawa Pasang Surut Kalimantan Barat: gambar (a),
c)
b)
(b) dan (c) Gambar bawah: (1) Peta Sebaran Rawa di Riau, (2) SPOT 2,5 m Sumatera Selatan, (3) Peta Sebaran Rawa di Kalimantan Selatan, (4) Landsat ETM 7 Rawa Jambi dan (5) Landsat ETM 7 Rawa Kalimantan Selatan (2
(1
(4
(5
15
(3
Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia untuk Daerah Rawa (Capacity Building & HRD on Lowlands) Pelatihan dan Penyuluhan
Penelitian S1-S2-S3
Pelatihan Nasional Rawa – 2002, 2003 PPMAL Unsri bekerjasama dengan Bagpro PKSDM – Dikti – Depdiknas Peserta : Dosen dari :
- Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh - Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, - Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat - Univeritas Riau (UNRI) Pekanbaru, Riau - Universitas Jambi (UNJA) Jambi - Universitas Bengkulu, Bengkulu - Universitas Lampung, Lampung - Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) Banjarmasin - Universitas Palangkaraya (UNPAR) Kalteng - Universitas Tanjung Pura, Pontianak, Kalimantan Barat - Universitas Syam Ratulangi (UNSRAT) Menado, Sulut - Universitas Hasanuddin (UNHAS) Sulsel - Universitas Mataram (UNRAM) NTB
Angkatan Pertama Tahun 2002
Angkatan Kedua Tahun 2003
DOUBLE MSc DEGREE ON INTEGRATED LOWLANDS MANAGEMENT (DD-ILM) Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Bappenas-RI
Pertemuan 3 pihak : Universitas Sriwijaya, Bappenas dan NEC, Palembang, 20 Juni 2006
The DD-ILM Workshop, June 14, 2006: Dissemination & Course Works Inputs
16
Kondisi Delta Telang I dan Delta Saleh saat ini – Tahun 2006 Pilot Area P8-12S Telang I Saluran tersier 1-7 sudah dilengkapi dengan pintu fiber dan dapat dioperasikan dengan baik, sehingga saat ini petani sudah bisa menanam 2 kali setahun dengan produksi rata-rata untuk musim tanam I 5,5 ton GKP/ha dan musim tanam II 3 ton GKP/ha.
Pilot Area P6-3N Telang I Semua pintu tersier sudah diperbaiki dan dapat dioperasikan dengan baik, dibeberapa lokasi sudah ditanami 2 kali padi-padi dengan produksi rata-rata lebih dari 5,5 ton GKP/ha. Pintu sekunder dioperasikan sendiri oleh P3A, dan P3A sudah memiliki badan hukum dan surat pendukung (SITU/SIUP) sehingga dapat melaksanakan pekerjaan pemeliharaan langsung dari Dep. Pekerjaan Umum Pilot Area P10-2S Saleh Di beberapa saluran tersier sudah dihubungkan dengan saluran sekunder SPD dan SDU dilengkapi dengan 2 pintu utnuk mempercepat proses pencucian dari lahan. Dengan aspirasi dan peran serta petani dibangun bendung sederha di saluran SDU untuk menjaga turunnya muka air tanah secara drastis. Dengan kegiatan LWMTL ini saat ini produksi padi rata-rata sudah dapat mencapai 4,5 ton/ha dan sudah mulai banyak ditanam jagung untuk musim tanam II. Telang Saleh Saat ini Saat ini dampak dari keberhasilan di Pilot Area sudah mulai dicontoh oleh petani hampir di seluruh daerah, sehingga bila dibandingkan dengan tahun 1995-an maka kesejahteraan petani dari sawah sangat meningkat secara signifikan, mulai dari jumlah kepemilikan lahan, bangunan rumah tinggal, sampai dengan kepemilikan sepeda motor.
17
PUSAT DATA - INFORMASI DAERAH RAWA & PESISIR (Lowland - Wetland - Coastal Area Data Information Center) adalah wahana untuk menyatukan dan saling menukar data, informasi serta pengalaman tentang daerah rawa dan pesisir serta masyarakatnya sehingga pengelolaannya dapat menjadi lebih komprehensif dan berkelanjutan Kantor / Perpustakaan / Pusat Latihan/ Studio/ Laboratorium Lapangan : Telp. : 62-711-313 247, 322 031, 369 750 Fax : 62-711-313 247, 369750 web-site : www.pusdatarawa.or.id e-mail :
[email protected];
[email protected] Program Coordinator : Dr. Robiyanto H. Susanto Instansi dan Lembaga Kerjasama
Dep. PU
SSFMP-EU
Deptan
Batan
Dephut
Depkes RS . Kundur