MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV “Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional” Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 31 Maret 2012
UJI FITOKIMIA KULIT BUAH Bruguiera gymnorrhiza Undri Rastuti, M.Si*, Ana Mardliyah dan Santi Nur Handayani Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknik,Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Indonesia *
Pemakalah, Telp/Hp: 08122761384, Email:
[email protected] ABSTRAK
Bruguiera gymnorrhiza merupakan salah satu jenis tanaman mangrove yang berpotensi sebagai obat antikanker namun penelitian yang banyak dilakukan terhadap tanaman ini hanya berkisar pada akar dan kulit batang. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap bagian lain dari tanaman ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak kulit buah B. gymnorrhiza. Kulit buah B. gymnorrhiza diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol yang diperoleh kemudian difraksinasi secara maserasi dengan pelarut n-heksana, dan etil asetat. Ekstrak metanol (EM), fraksi n-heksana ekstrak metanol (FH), fraksi etil asetat ekstrak metanol (FE), dan fraksi residu etil asetat ekstrak metanol (FR) diuji fitokimianya menggunakan uji warna dan uji warna pada plat KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak kulit buah B. gymnorrhiza berdasarkan uji warna dan uji warna pada plat KLT yaitu senyawa fenol, saponin, terpenoid dan steroid. Kata Kunci: Bruguiera gymnorrhyza, senyawa metabolit sekunder.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia setelah Brazil yang kaya akan tumbuhan berkhasiat obat. Tumbuhan yang mempunyai potensi sebagai sumber bahan obat salah satunya adalah tumbuhan mangrove. Tumbuhan mangrove di Indonesia merupakan yang terbanyak di dunia, baik dari segi kuantitas area maupun spesies yang tersebar di berbagai daerah pesisir [8]. Hutan mangrove yang berada di pesisir pantai Ciliacap mencapai ±15.145 ha dengan 17 jenis tumbuhan mangrove, salah satunya adalah Bruguiera gymnorrhiza yang oleh masyarakat pesisir dikenal dengan nama putut [2]. B. gymnorrhiza merupakan salah satu tumbuhan mangrove dari famili Rhizophoraceae yang dapat digunakan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV
sebagai sumber bahan obat. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam mangrove diantaranya steroid, saponin, flavonoid, alkaloid dan tanin [8]. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam B. gymnorrhiza diduga memiliki aktivitas sebagai antikanker. Uji fitokimia dan skrining antikanker dari kulit batang B. gymnorrhiza, menunjukkan bahwa dalam kulit batang B. gymnorrhiza mempunyai aktivitas secara in vitro terhadap sel HeLa dengan nilai LC50 sebesar 301,78 µg/mL dan terdapat kandungan senyawa metabolit sekunder alkaloid dan terpenoid [7]. Sebuah penelitian telah dilakukan menunjukkan kandungan energi buah mangrove jenis ini adalah 371 kalori per 100 gram, lebih tinggi dari beras (360 kalori per 100 gram [5]. Penelitian lain menyebutkan ekstrak n-heksana kulit batang B. gymnorrhiza bersifat toksik
264
terhadap larva udang A. salina Leach dengan nilai LC50 355,549 µg/mL dan kandungan senyawa metabolit sekunder golongan steroid [11]. Eksplorasi kandungan kimia tumbuhan mangrovekhususnya B. gymnorrhiza sangat diperlukan untuk menemukan senyawa obat alternatif baru dan informasi ini sangatlah penting bagi masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk menunjang serta melengkapi informasi yang bermanfaat mengenai tanaman obat B. gymnorrhiza.Penelitian ini bertujuan melakukan uji fitokimia kulit buah B. gymnorrhiza yang berasal dari Desa Kutawaru Kecamatan Donan Cilacap.
Metode yang digunakan untuk ekstraksi adalahmaserasi dengan menggunakan pelarut metanol, n-heksana danetil asetat. PROSEDUR PENELITIAN 1. Bahan dan Alat 1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan antara lain: kulit buahB. gymnorrhiza yang diperoleh dari Desa Kutawaru Kecamatan Donan Cilacap, metanol, n-heksana, etilasetat, FeCl3, amonia, pereaksi Liberman-Burchard, pereaksi Vanilin-HCl , I2, HCl pekat, metanol absolut, serbuk Mg, pereaksi Dragendorff, kertas saring, dan tisue. 1.2 Alat Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas, blender, timbangan digital, corong Buchner dan pompa vakum, lampu UV 254 nm, dan plat KLT silika gel GF254. 2. Prosedur Penelitian 2.1 Preparasi sampel Buah B. gymnorrhiza yang sudah masak dibersihkan dari kotoran lalu kupas dan diambil kulit buahnya. Kulit buah B. gymnorrhizadiiris tipis-tipis, kemudian dikeringanginkan dan dihaluskan dengan blender hingga menjadi serbuk. 2.2 Ekstraksi Sebanyak 300 gram serbuk kulit buah B. gymnorrhiza diekstraksi secara maserasi dengan menggunakan metanol sampai semua serbuk terendam selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Selanjutnya Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV
dilakukan penyaringan dengan corong Buchner dan pompa vakum sehingga didapat filtrat dan residu. Maserasi diulang beberapa kali sampai ekstrak bening. Ekstrak metanol kemudian dipekatkan dan ditimbang. Selanjutnya ekstrak metanol pekat sebagian disimpan sebagai EM, dan sebagian lagi dimaserasi dengan nheksana, sehingga didapatkan fraksi nheksana ekstrak metanol dan residu. Kemudian fraksi n-heksana ekstrak metanol yang didapat dipekatkan dan ditimbang, sedangkan residu hasil maserasi dengan nheksana dikeringanginkan. Residu hasil maserasi dengan nheksana dimaserasi kembali menggunakan pelarut etil asetat, sehingga didapatkan fraksi etil asetat ekstrak metanol dan residu. Hasil ekstraksi dengan etil asetat dievaporasi juga untuk mendapatkan fraksi etil asetat ekstrak metanol yang pekat kemudian ditimbang, dan residu yang dihasilkan dikeringanginkan. Maserasii diulang beberapa kali sampai ekstrak terlihat bening. Hasil ekstraksi selanjutnya dinamakan ekstrak metanol (EM), fraksi nheksana ekstrak metanol (FH), fraksi etil asetat ekstrak metanol (FE), dan fraksi residu etil asetat ekstrak metanol (FR). 2.3 Uji Fitokimia gymnorrhiza
Kulit
Buah
B.
Ekstrak dan fraksi ekstrak kulit buah B. gymnorrhiza yang diperoleh diidientifikasi senyawa metabolit sekundernya menggunakan uji warna dan uji warna pada plat KLT. Identifikasi senyawa metabolit sekunder menggunakan uji warna dilakukan dengan penambahan pereaksi warna tertentu terhadap ekstrak dan fraksi ekstrak. Sedangkan uji warna pada plat KLT dilakukan menggunakan fasa diam silika gel GF254 dan fasa geraknya eluen terbaik yang diperoleh dari penentuan eluen terbaik. 2.3.1 Uji fitokimia warna[3]
menggunakan
uji
g) Uji Flavonoid Sampel sebanyak 2 mL (±0,05% b/v) dilarutkan dalam 2 mL metanol, kemudian ditambah serbuk Mg dan HCl pekat sebanyak 5 tetes. Adanya senyawa flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah atau jingga. h) Uji Fenol Sampel sebanyak 2 mL (±0,05% b/v) dilarutkan dalam akuades 10 mL dipanaskan selama 5 menit dan disaring. Filtrat ditambah 4-5 tetes FeCl3
265
i)
j)
k)
l)
2,5% (b/v). Adanyafenol ditunjukan dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman. Uji Alkaloid Sampel sebanyak 2 mL (±0,05% b/v) dilarutkan dalam 2 mL HCl 2 % (v/v), kemudian dipanaskan selama 5 menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditetesi dengan pereaksi Dragendroff sebanyak 2-3 tetes. Adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan jingga atau orange. Uji Terpenoid Sampel sebanyak 2 mL (±0,05% b/v) ditambah dengan pereaksi Liebermann-Burchard 1 mL. Uji positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu. Uji Steroid Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) ditambah dengan pereaksi Liebermann-Burchard 1 mL. Adanya senyawa steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau biru. Uji Saponin Sampel sebanyak 2 mL (±0,05% b/v) dilarutkan dalam akuades pada tabung reaksi dan dikocok selama 15 menit. Adanya senyawa saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa setinggi 1 cm lebih dan tetap stabil selama 15 menit.
2.3.2 Penentuan eluen mengunakan KLT
terbaik
Ekstrak EM, FH, FE dan FR masingmasing dipisahkan dengan KLT menggunakan plat KLT silika gel GF254. Ekstrak ditotolkan pada permukaan plat KLT berukuran 1x5 cm yang telah dibuat garis batas atas dan batas bawah (0,5 cm dari tepi plat KLT), kemudian dikeringkan. Plat KLT yang berisi ekstrak kemudian dielusi dengan eluen yang merupakan campuran pelarut dengan perbandingan tertentu sampai mencapai garis batas atas. Plat KLT diangkat dan dikeringkan. Spot yang terbentuk diamati menggunakan lampu UV 366 nm. KLT dilakukan sampai diperoleh eluen dengan pemisahan terbaik. Selanjutnya eluen terbaik digunakan untuk uji fitokimia menggunakan uji warna pada plat KLT. 2.3.3 Uji fitokimia menggunakan uji warna pada plat KLT[3] f) Uji Flavonoid Sampel uji ditotolkan pada plat KLT dengan eluen terbaik. Bercak yang Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV
terelusi dideteksi menggunakan pereaksi vanillin-HCl. Adanya flavonoid ditandai dengan bercak yang terlihat berwarna ungu setelah disemprot dengan pereaksi vanillin-HCl. g) Uji Fenol Sampel uji ditotolkan pada plat KLT dengan eluen terbaik. Bercak yang terelusi disemprot dengan FeCl3. Uji positif ditandai dengan berubahnya warna bercak menjadi hijau kehitaman. h) Uji Alkaloid Sampel uji ditotolkan pada plat KLT dengan eluen terbaik. Bercak yang terelusi dideteksi dengan penyemprotan menggunakan pereaksi Dragendorf. Adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya bercak berwarna kuning jingga. i) Uji Terpenoid Sampel uji ditotolkan pada plat KLT dengan eluen terbaik. Bercak yang terelusi dideteksi dengan uap I2. Adanya terpenoid ditunjukkan oleh terbentuknya bercak berwarna cokelat. j) Uji Steroid Sampel uji ditotolkan pada plat KLT dengan eluen terbaik. Bercak yang terelusi disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Uji positif ditandai dengan berubahnya warna bercak menjadi hijau atau biru.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Preparasi Sampel Kulit buah B. gymnorrhiza yang digunakan sebagai sampel diperoleh dari daerah Kutawaru Cilacap. Sampel dibersihkan dari semua kotoran dan diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan dengan diangin-anginkan. Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam sampel yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi enzimatis. Reaksi enzimatis dapat mengakibatkan rusaknya sampel, karena susunan senyawa dalam kulit buah B. gymnorrhiza telah berubah [3]. Sampel yang telah kering kemudian dihaluskan dengan cara diblender, tujuannya adalah untuk memperkecil ukuran partikel sehingga dapat memperluas bidang permukaan sampel agar interaksi dengan pelarut lebih besar sehingga proses ekstraksi berlangsung lebih maksimal. Pembuatan sampel menjadi serbuk menyebabkan kerusakan dinding sel yang mengakibatkan
266
pelarut lebih mudah menarik senyawa yang terkandung di dalam sel, sehingga jumlah ekstrak yang diperoleh lebih maksimal. Serbuk kulit buah B. gymnorrhiza yang diperoleh selanjutnya diekstraksi secara maserasi. 2. Ekstraksi Kulit Buah B. gymnorrhiza Proses ekstraksi senyawa yang terdapat dalam kulit buah B. gymnorrhiza dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol, selanjutnya difraksinasi dengan pelarut n-heksana, dan etil asetat. Keuntungan metode maserasi yaitu mampu mengurangi rusaknya senyawa yang terkandung dalam sampel akibat pemanasan dan tidak memerlukan alat khusus dibandingkan dengan metode soxhletasi. Metode ini sangat sederhana namun mampu memisahkan senyawa kimia yang diinginkan hanya dengan menggunakan pelarut tertentu [3]. Metode ini juga menguntungkan dalam proses pengambilan senyawa bahan alam dengan perendaman, karena dalam sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan luar sel sehingga senyawa yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna dengan perendaman yang [4]. Ekstraksi pelarut organik terhadap komponen kimia dalam sel tumbuhan yakni dengan cara menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel sesuai dengan kepolaran pelarutnya. Proses ini akan berulang terus sampai terjadi kesetimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan luar sel [4] Serbuk kering kulit buah B. gymnorrhiza dimaserasi menggunakan pelarut metanol karena metanol dapat melarutkan hampir semua golongan metabolit sekunder [4]. Ekstrak metanol pekat difraksinasi dengan pelarut nheksana dengan tujuan untuk menarik senyawa-senyawa non polar. Fraksinasi dengan pelarut etil asetat untuk menarik senyawa-senyawa yang bersifat semi polar. Hasil ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 1 (Lampiran).
3. Uji Fitokimia Kulit Buah B. gymnorrhiza Uji fitokimia ekstrak dan fraksi ekstrak kulit buah B. gymnorrhiza dilakukan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV
menggunakan uji warna dan uji warna pada plat KLT. Uji fitokimia menggunakan uji warna dilakukan dengan mengamati perubahan warna sampel setelah penambahan pereaksi warna tertentu.Uji fitokimia menggunakan uji warna pada plat KLT mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan uji warna, yaitu hanya membutuhkan sedikit cuplikan sampel dan posisi senyawa yang positif terhadap uji golongan senyawa tertentu dapat diketahui. Sampel ditotolkan pada plat KLT lalu dielusi dengan eluen yang memberikan pemisahan yang terbaik, lalu dilakukan uji fitokimia dengan pereaksi semprot. Penentuan eluen terbaik terlebih dahulu dilakukan dengan berbagai variasi perbandingan pelarut untuk mendapatkan eluen terbaik yang akan digunakan pada uji senyawa metabolit sekunder dengan pereaksi warna pada plat KLT. Penentuan eluen melalui metode KLT dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pemisahan yang paling baik. Eluen merupakan campuran dari dua atau lebih pelarut murni dengan perbandingan volume yang bervariasi [10]. Penentuan eluen terbaik dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai macam pelarut dengan berbagai perbandinganvolume untuk memperoleh tingkat kepolaran yang sesuai sehingga dapat memberikan tingkat pemisahan terbaik terhadap sampel. Berdasarkan hasil uji warna pada plat KLT yang dilakukan menunjukkan bahwa eluen terbaik untuk EM, FH, FE dan FR kulit buah B. gymnorrhizamasingmasing adalah etil : n-heksana (9:1), (2:8), (3:7) dan (2:8), yang ditandai dengan pemisahan yang baik dan spot yang tidak berekor.Kromatogram ekstrak dan fraksi ekstrak kulit buah B. gymnorrhiza yang memberikan pemisahan terbaik disajikan pada Gambar 1 (Lampiran). Eluen terbaik yang diperoleh digunakan dalam uji fitokimia menggunakan KLT. Hasil uji fitokimia ekstrak dan fraksi ekstrak kulit buah B. gymnorrhiza menggunakan uji warna dan uji warna pada plat KLT disajikan pada Tabel 2. Hasil uji warna diperoleh bahwa ekstrak metanol, n-heksana, dan etil asetat positif mengandung steroid, hal tersebut ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna biru pada ekstrak metanol dan warna hijau pada ekstrak n-heksana dan etil asetat setelah masing-masing ekstrak ditambah dengan pereaksi Liebermann-
267
Burchard. Pereaksi Liebermann-Burchard adalah uji karakteristik untuk sterol (steroid alkohol) tidak jenuh dimana hasil positif pada uji ini ditandai dengan terbentuknya cincin biru atau hijau yang berasal dari reaksi antara sterol tak jenuh dengan asam (CH3COOH ditambah dengan H2SO4) [6]. Reaksi Liebermann-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) ditunjukkan pada Gambar 2[1]. Hasil uji senyawa fenol,terpenoid dan saponin diperoleh bahwa ekstrak metanol dan residu mengandung ketiga senyawa tersebut. Uji fitokimia senyawa fenol dilakukan dengan FeCl3 5% (b/v). Penambahan FeCL3 5% hanya dapat menunjukkan keberadaan senyawa fenol secara umum, namun tidat dapat membedakan jenis golongannya. Uji positif senyawa fenol dalam ekstrak kulit buah B. gymnorrhiza ditandai dengan terbentuknya warna biru atau hijau kehitaman. Positif adanya senyawa fenol ditunjukkan dengan terbentuknya kompleks hijau, merah, biru, ungu atau hitam yang kuat [3]. Reaksi yang yang terjadi pada uji fenol ini dapat dilihat pada Gambar 3[9]. Hasil uji fitokimia menggunakan uji warna pada plat KLT menunjukkan EM positif mengandung fenol dan terpenoid yang ditunjukan dengan adanya bercak berwarna biru tua dan coklat. Sedangkan pada FH mengandung golongan senyawa steroid dengan spot berwarna biru kehijauan serta golongan terpenoid dengan spot berwarna coklat. Identifikasi senyawa terpenoid nenunjukkan positif terhadap FE dengan spot berwarna coklat. Senyawa yang terkadung dalam FR menurut hasil KLT yaitu senyawa fenol dengan spot berwarna biru tua.
KESIMPULAN Ekstrak kulit buah B. gymnorrhiza berdasarkan uji warna dan uji warna pada plat KLT, diperoleh bahwa ekstrak tersebut positif mengandung senyawa metabolit sekunder golongan fenol, terpenoid, steroid dan saponin.
DAFTAR PUSTAKA [1]Burke, R. W., B. I. Diamondson, R. A. Velapoldi, and O. Menis,1974. Mechanisms of Liebermann-Burchard and Zak Color Reactions for Cholesterol. Clinical Chemistry. Vol. 20/7, 794-801.
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV
[2] Hadiyati, T., 2002. Zonasi Mangrove pada Daerah Akresi dan Nonakresi di Segara Anakan Cilacap, Majalah Ilmiah Biologi, Biosfera. A Scientific Journal, Vol 17. [3] Harborne, J. B., 1996. Metode Fitokimia : Cara Menganalisa Tanaman. Terjemahan K. Padmawinata dan I. Sudiro. ITB. Bandung. [4] Lenny, S., 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. (on line). http://library.usu.ac.id/download/fmipa /06000441.pdf. Diakses tanggal 1 April 2011. [5] Mardiyah, 2010. Pemanfaatan Buah Lindur: Pemanfaatan Tepung Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) Dalam Pembuatan Crackers dengan Penambahan Gluten. (on line) http://eprints.upnjatim.ac.id/922/1/file 1.pdf. Diakses tanggal 1 April 2011. [6] Marliana, S. D., Venty S., dan Suryono, 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis KLT Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechum edule Jacq Swurtz) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 3(1): 26-34. [7] Permana, D., 2009. Penjaringan Senyawa Fenol dari Kulit Batang Bruguieragymnorrhiza (L) dan Skrining Antikanker Menggunakan BST. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto (tidak dipublikasikan). [8] Purnobasuki, H., 2004. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat. Biota. IX (2); 125-126. [9] Robinson, T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung. [10]Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta. [11]Sukito, P., 2010. Identifikasi Senyawa Aktif dan Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang A. Salina Leach dari Ekstrak n-Heksana dan Kloroform Kulit Batang Bruguiera gymnorrhiza.Skripsi. Fakultas Sains dan Teknik. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak dipublikasikan)
268
LAMPIRAN Tabel 1. Hasil ekstraksi 300 gram serbuk kering kulit buah B. gymnorrhiza Ekstrak EM
Warna
Berat Ekstrak (g)
Rendemen (%) (b/b)
Merah kecoklatan
84,20
27,71
FH
Hijau tua
14,70
9,09
FE
Hijau tua
13,97
8,64
FR
Merah kekuningan
26,08
16,13
Tabel 2. Hasil uji senyawa metabolit sekunder ekstrak dan fraksi ekstrak kulit buah B. gymnorrhiza menggunakan uji warna dan KLT Ekstrak
Flavonoid
Fenol
Alkaloid
Terpenoid
Streiod
Saponin
UW
UK
UW
UK
UW
UK
UW
UK
UW
UK
UW
UK
EM
-
-
+
+
-
-
+
+
+
-
+
+
FH
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
-
-
FE
-
-
-
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
+
+
FR + + + Keterangan: UW : Uji metabolit sekunder menggunakan uji warna UK : Uji metabolit sekunder dengan uji KLT
EM
FH
FE
FR
Gambar 6. Kromatogram dengan pemisahan yang terbaik
Gambar 4. Reaksi uji terpenoid dengan pereaksi Liebermann-Burchard
6 ArOH + FeCl3à [Fe(OAr)6]3- + 3 HCl + 3 H+ Kompleks berwarna (hijau, hitam, biru tua) Gambar 5. Reaksi uji polifenol dengan pereaksi FeCl3 5% (b/v)
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV
269
Tanya jawab : Nama Penanya : Sri Retno D.A Pertanyaan : Pada proses ekstraksi yang digunakan mengapa ekstrak metanol sebelum difraksi dengan heksana, tidak dilarutkan terlebih dahulu? Apa keuntungannya bila dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair? Jawaban : · Yang kami lakukan adalah ekstraksi padat cair/ mascrasi, jika dilarutkan maka yang digunakan ekstraksi cair cair. · Dengan maserasi : Diharapkan senyawa yang terekstraksi lebih optimal( karena perendaman lebih lama) Lebih sederhana atau mudah. Jika dengan cair cair pemisahan lebih sulit dan hasilnya lebih sedikit
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV
270