PEMBELAJARAN AKTIF BAHASA INGGRIS BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH MELALUI PERMAINAN (GAME) Syofnidah Ifrianti Dosen Pendidikan Bahasa Ingris IAIN Lampung Abstract Active learning has some characterictics, such as: (1) The emphasis of teaching-learning process is on analytical and critical skills towards the materials; (2) Students do activities related to the material being studied; (3) Emphasis on the exploration of values and attitudes related to the subject matter; (4) Students are requiredto think critically, analyze, and evaluate; (5) Occur faster feedback in learning process. Key words: Pembelajaran Aktif, Permainan, Games, Bahasa Inggris SD/MI A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris adalah bahasa yang universal karena digunakan oleh sebagian besar negara di dunia sebagai bahasa utama. Selain itu, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang penting untuk dikuasai atau dipelajari. Beberapa negara, terutama negara-negara bekas koloni Inggris, menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua yang wajib dikuasai setelah bahasa asli negara mereka. Meskipun di Indonesia bahasa Inggris adalah bahasa asing, namun menempati posisi yang penting dalam keseharian masyarakat kita. Hai ini terlihat jelas dalam dunia pendidikan di Indonesia. Bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan bahasa Inggris sedini mungkin bagi peserta didik di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) melalui Kurikulum Pendidikan Dasar 1994. Sejak diberlakukannya kurikulum tersebut, mata pelajaran bahasa 191 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Inggris merupakan pelajaran muatan lokal yang diajarkan mulai kelas IV (empat) SD/MI. Walaupun dalam kurikulum 2013 yang sudah diimplementasikan di SD/MI di Indoneia, mengenyampingkan pelajaran bahas Inggris, namun tidak berarti bahwa pelajaran bahasa Inggris dilarang diajarkan di sekolah. Sekolah tetap diperbolehkan memberikan pelajaran bahasa Inggris melalui program ekstrakurikuler. Terlepas dari pengimplementasian kurikulum 2013 tersebut, bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulisan yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. Belajar bahasa akan memperoleh kesempurnaan kalau mulai pada usia sebelum pubertas karena pada usia ini secara biologis otak memiliki tingkat elastisitas yang tinggi yang memungkinkan seseorang belajar bahasa lebih cepat (Khrasen dalam Sutarsyah, 2004). Made Sujana dalam tulisannya yang bertajuk ‘Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar’, mengemukakan beberapa alasan yang disampaikan Lenneberg dalam mendukung hipotesanya antara lain (i) lateralisasi bahasa terjadi pada usia pubertas dan otak sebelah kiri tidak lagi bisa menguasai bahasa setelah pubertas; dan (ii) orang yang mengalami gangguan otak pada usia sebelum pubertas masih bisa menguasai bahasa pertama secara sempurna sedangkan orang mengalami gangguan otak pada usia dewasa sulit menguasai bahasa pertama seperti penutur asli (native speaker). Selanjutnya ia juga mengemukakan bahwa dari sudut teori psikolinguistik dan psikologi, terdapat beberapa keunggulan belajar bahasa sejak usia anak-anak antara lain adalah: 192 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
1. Menurut Chomsky (dalam Sutarsyah, 2004), setiap anak memiliki piranti belajar bahasa yang disebut “Language Acquisition Device” (LAD). Piranti ini memungkinkan setiap anak (sejak lahir sampai kira-kira usia 11 tahun) menguasai bahasa apa saja. LAD ini memberikan anak sarana untuk mengolah ungkapan yang didengar dalam lingkungannya sehingga mereka dapat mengkonstruksi sistem yang mendasari ungkapan tersebut. Menurut teori ini tidak ada perbedaan antara belajar bahasa pertama dan kedua; 2. Dalam critical (sensitive) period hypothesis, secara biologis otak sebelum masa pubertas memiliki tingkat elastisitas yang memungkinkan seseorang untuk belajar bahasa lebih cepat dan lebih mudah. Elastisitas ini akan menyusut sejalan dengan perkembangan usia (Lenneberg dalam Sujana, 2001; Krashen dalam Sutarsyah, 2004); 3. Secara psikologis, pembelajar usia anak-anak memiliki beberapa keunggulan dalam belajar bahasa. Pembelajar anak secara natural memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki partisipasi aktif, spontanitas dan fleksibel, tidak malu dan tidak takut membuat kesalahan (George dalam Sutarsyah, 2004). Berdasarkan paparan di atas, tidaklah berlebihan jika di SD/MI tetap mengajarkan pelajaran bahasa Inggris kepada para peserta didik walaupun hanya pada kegiatan ekstrakurikulr. Namun demikian, mengajar bahasa Inggris di SD bukanlah perkara mudah. Selain bahasa Inggris bukan merupakan bahasa yang umum digunakan untuk berkomunikasi di Indonesia, teknik pembelajaran yang monoton atau tidak tepat akan berakibat tidak tertariknya para peserta didik mempelajari bahasa Inggris. Teknik pembelajaran yang bervariasi tentunya dapat menarik minat belajar peserta didik. Hal ini merupakan tantangan bagi para guru bahasa Inggris di SD/MI. Perlu inovasi yang terus berkembang dari para guru agar peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru juga seharusnya mampu menciptakan komunikasi yang interaktif antara guru – peserta didik dan antar peserta didik. 193 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Beberapa teknik pembelajaran aktif dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Salah satu teknik pembelajaran bahasa Inggris yang dapat diimplementasikan oleh guru adalah permainan (game). Harmer mengatakan permainan adalah perlengkapan penting guru, tidak hanya untuk praktek bahasa tetapi juga untuk efek terapi yang mereka miliki. Sedangkan Joan Freeman dan Utami Munandar (dalam Andang Ismail, 2009: 27) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan menguraikan macam-macam teknik permainan untuk peserta didik Sekolah Dasar dan bagaimana mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. B. Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris di SD/MI Tujuan pembelajaran merupakan acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran, merancang strategi, metode, atau teknik pembelajaran, dan memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa definisi tujuan pembelajaran menurut para ahli, antara lain: 1. Magner mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi. 2. Dejnozka dan Kavel mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. 3. Slavin menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran. 1T
1T
1T
1T
1T
1T
1T
1T
194 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Dilihat dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku dan keterampilan yang dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir pembelajaran yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah 2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global C. Ruang Lingkup Materi Pelajaran Bahasa Inggris SD/MI Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. (1) Mendengarkan (listening), (2) Berbicara (speaking), (3) Membaca (reading), (4) Menulis (writing). Ketrampilan menulis dan membaca diarahkan untuk menunjang pembelajaran komunikasi lisan. Secara umum, standar kompetensi dan kompetensi dasar dari masing-masing aspek adalah esbagai berikut: Mendengarkan Standar Kompetensi: Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks kelas Kompetensi Dasar: 1) Merespon dengan melakukan tindakan sesuaiinstruksi secara berterima dalam konteks kelas 2) Merespon instruksi sangat sederhana secaraverbal dalam konteks kelas Berbicara Standar Kompetensi: Mengungkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks kelas Kompetensi Dasar: 195 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
1) Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara berterima yang melibatkan tindak tutur: mengenalkan diri, memberi salam/sapaan, memberi salam perpisahan, dan memberi abaaba 2) Bercakap-cakap untuk meminta/memberi jasa/barang secara berterima yang melibatkan tindak tutur: meminta bantuan, meminta barang, dan memberi barang 3) Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi secara berterima yang melibatkan tindak tutur: berterima kasih, meminta maaf, memberi maaf, melarang, memuji, dan mengajak 4) Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang melibatkan ungkapan: thank you, sorry, please, dan excuse me Membaca Standar Kompetensi: Memahami tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks kelas Kompetensi Dasar: 1) Membaca nyaring dengan melafalkan alfabet dan ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat sangat sederhana 2) Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat sederhana Menulis Standar Kompetensi: Mengeja dan menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks kelas Kompetensi Dasar: 1) Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan berterima dengan tanda baca yang benar yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat sangat sederhana 2) Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan berterima seperti: ucapan selamat dan pesan tertulis D. Pembahasan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan peserta didik yang saling bertukar informasi (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). 196 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Menurut Gagne dan Briggs, pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks. Suatu proses pembelajaran melibatkan beberapa komponen yang saling ketergantungan dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Ada 4 (empat) komponen utama yang saling terkait dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat dicapai; 2) materi atau bahan ajar yang harus dikuasai oleh peserta didik; 3) metode pembelajaran yang harus diterapkan terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai; dan 4) evaluasi sebagai alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi satu dengan lainnya sehingga pembelajaran dikatakan sebagai suatu sistem. Beberapa istilah yang terkait dengan pelaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru, yaitu model, pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik pembelajaran. Keenam istilah tersebut memiliki perbedaan pengertian seperti yang diuraikan Kemp tentang strategi pembelajaran. Menurut Kemp (1995) strategi pembelajaran dalam konsepadalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efktif dan efisien. Sedangkan menurut Dick and Carey (1985) Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. 197 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran, metode pembelajaran, serta teknik dan taktik dalam pembelajaran. Perbedaan pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik pembelajaran dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Model Bentuk pembelajaran yang tergambar Pembelajaran dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan tehnik pembelajaran. Pendekatan Titik tolak atau sudut pandang kita Pembelajaran terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Metode Cara yang digunakan untuk Pembelajaran mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, 198 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
(9) simposium, dan sebagainya. Tehnik Pembelajaran
Cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya terbatas.
Taktik Pembelajaran
Gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
199 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Selain istilah-istilah yang terkait dalam proses pembelajaran, prinsip-prinsip pembelejaran pun merupakan unsur yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Sugandi, dkk (2000:27) antara lain, 1. Kesiapan Belajar Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri peserta didik sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak dapat terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat membelajarkan peserta didik. 2. Perhatian Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek. Belajar sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari peserta didik yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk menarik perhatian peserta didik pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. 3. Motivasi Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktifitas. Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka peserta didik tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi peserta didik agar peserta didik dapat mencapai tujuan belajar dengan baik. 4. Keaktifan Peserta didik Kegiatan belajar dilakukan oleh peserta didik sehingga peserta didik harus aktif. Dengan bantuan guru, peserta didik harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya . 5. Mengalami Sendiri Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Peserta didik yang 200 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
6.
7.
8.
9.
belajar dengan melakukan sendiri, akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam. Pengulangan Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, peserta didik perlu membaca, berfikir, mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti peserta didik mengulangulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut mudah diingat. Guru dapat mendorong peserta didik melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan ulangan harian. Materi Pelajaran yang Menantang Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis. Dengan pemberian materi yang problematis, akan membuat anak aktif belajar. Balikan dan Penguatan Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi peserta didik maupun bagi guru. Dengan balikan, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga berharga bagi guru untuk menentukan perlakuan selanjutnya dalam pembelajaran. Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru kepada peserta didik yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan diharapkan peserta didik mengulangi perbuatan baiknya tersebut. Perbedaan Individual Masing-masing peserta didik mempunyai karakteristik baik dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta kemampuan belajar mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan peserta didik-peserta didik tertentu secara individual dan memikirkan model 201
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan yang kurang berbakat. E. Pembelajaran Aktif Belajar menurut Aaron Quinn Sartain (dalam Sugandi: 2000) adalah suatu perubahan prilaku sebagai hasil pengalaman. Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam caracara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto: 2003). Sejalan dengan teori di atas, pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh peserta didik dengan jelas mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep-konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki. Jadi belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman oleh si pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran, (pengetahuan yang dimiliki), dan perasaan (Bahrissalim & Abdul Haris: 2011). Guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada peserta didik sehingga ia mau belajar karena memang peserta didiklah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar peserta didik, yaitu: (1) Melibatkan Peserta didik Secara Aktif, (2) Menarik Minat dan Perhatian Peserta didik, (3) Membangkitkan Motivasi Peserta didik, (4) Memperhatikan Perbedaan Individualitas, (5) Menggunakan Alat Peraga dalam Pengajaran Belajar Aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir 202 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
tentang materi pelajaran. Pembelajaran aktif berlaku bagi siapa saja, baik yang berpengalaman maupun pemula, yang mengajarkan informasi, konsep, dan keterampilan teknis maupun non teknis. Melalui belajar aktif, peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial dan fenomena alam di sekitarnya dengan lebih bermakna (meaningfull). Hal ini memungkinkan mereka untuk merefleksikan, merekayasa ulang dalam upaya mengembangkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya untuk menghasilkan hal yang baru. Lebih lanjut Bahrissalim & Abdul Haris (2011: 52-55) menguraikan secara detail hal-hal yang terkait dengan pembelajaran aktif, yaitu: 1. Prinsip Pembelajaran Aktif Prinsip Pembelajara n Aktif Interaktif • • • Inspiratif
• • •
Menyenangk an Menantang
• • • • • •
Ciri-ciri Pokok Dialog antarpeserta didik Dialog antar peserta didik dengan pendidik Penggunaan aneka media dan sumber belajar Memancing rasa ingin tahu peserta didik Menimbulkan banyak pertanyaan peserta didik Memancing munculnya ide peserta didik yang baru Suasana hangat dalam kelas Betah belajar Suasana yang lebih informal Mendorong kompetensi antar peserta didik Mengundang peserta didik untuk terlibat penuh Membangkitkan gairah belajar peserta 203
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Prinsip Pembelajara n Aktif
Ciri-ciri Pokok
Memotivasi • peserta didik untuk • berpartisipasi aktif • Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa Memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas
• • • • • •
Memberikan • ruang yang cukup bagi • kemandirian sesuai dengan • bakat Memberikan • ruang yang cukup bagi • kemandirian sesuai dengan • minat Memberikan
•
didik Mendorong setiap peserta didik untuk ikut aktif memberi pendapat Mendorong setiap peserta didik untuk ikut aktif berbuat Mendorong setiap peserta didik untuk ikut aktif mencari sumber Terbuka peluang mencari sendiri Terbuka peluang melakukan sendiri Terbuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain Terbuka peluang mencari model baru yang dibuat sendiri Terbuka peluang melakukan kegiatan dengan cara sendiri Terbuka peluang membangun kerjasama baru dengan peserta didik lain Terbuka peluang mencari sesuai bakat sendiri Terbuka peluang melakukan sesuai bakat sendiri Terbuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain yang memiliki kesamaan bakat Terbuka peluang mencari sesuai dengan minat sendiri Terbuka peluang melakukan kegiatan sesuai dengan minat sendiri Terbuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain yang memiliki kesamaan minat Terbuka peluang untuk mandiri sesuai 204
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Prinsip Pembelajara n Aktif ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan perkembanga n fisik Mem berikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan perkembanga n psikologis Pendidik yang memberikan keteladanan
Ciri-ciri Pokok • • • • •
• • • • • •
dengan kemampuan fisik sendiri Terbuka peluang melakukan kegiatan dengan kemampuan fisik sendiri Terbuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain yang memiliki kesamaan fisik Terbuka peluang untuk mandiri sesuai dengan cara berpikir sendiri Terbuka peluang melakukan kegiatan dengan kemampuan berpikir sendiri Terbuka peluang membangun kerjasama dengan peserta didik lain yang memiliki kesamaan cara berpikir Datang tepat waktu Berpenampilan rapi Berbicara dengan bahasa yang baik dan santun Demokatis Peduli orang lain Peduli kualitas
2. Komponen Pembelajaran Aktif Sekurang-kurangnya ada empat prinsip atau komponen pembelajaran Aktif, yaitu: a. Mengalami: dalam hal ini peserta didik mengalami secara langsung dengan memanfaatkan banyak indera. Bentuk konkretnya adalah peserta didik melakukan: pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara. Jadi, peserta didik belajar banyak melalui berbuat. b. Interaksi: dalam hal ini interaksi antara peserta didik itu sendiri maupun dengan guru baik melalui diskusi/tanya jawab maupun melalui metode lain (misalnya, bermain 205 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
peran) harus selalu ada dan terjaga karena dengan interaksi inilah pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik. c. Komunikasi: dalam hal ini komunikasi perlu diupayakan. Komunikasi adalah cara kita menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi tidak cukup jika tidak terjadi komunikasi. Bahkan interaksi menjadi lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif. d. Refleksi: merupakan hal penting lainnya agar pembelajaran itu bermakna. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya refleksi dari si peserta didik ketika mereka mempelajari sesuatu. Refleksi di sini maksudnya adalah memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan atau yang sudah dipelajarinya. Dengan refleksi kita bisa menilai efektif atau tidaknya pembelajaran. Jangan-jangan setelah direfleksi ternyata pembelajaran kita yang menyenangkan, namun tingkat penguasaan substansi atau materi masih rendah atau belum tercapai sesuai yang kita harapkan. 3. Karakteristik Pembelajaran Aktif Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas, b. Peserta didik tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah, d. Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi, e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses 206 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap mahapeserta didik sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills. F. Permainan (Game) Bicara tentang permainan (game), maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah sesuatu yang menyenangkan, menarik, dan kompetitif. Permainan dapat digunakan sebagai metode dalam pembelajaran bahasa membangun motivasi belajar peserta didik. Menurut Kimpraswil (dalam As’adi Muhammad, 2009: 26) definisi permainan adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik. Pengertian permainan (game) dalam pembelajaran, populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (icebreaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Seringkali permainan yang dilakukan dalam proses pembelajaran hanya sekedar untuk mengisi waktu kosong. 207 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Sehingga permainan tersebut tidak berfungsi untuk menunjang proses pembelajaran tetapi tidak lebih dari sebuah permainan saja. Ada baiknya guru merancang secara matang jenis permainan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Belajar bahasa Inggris melalui permainan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah secara individu maupun dalam kelompok. Agoestyowati (2008) mengatakan bahwa belajar bahasa baru harus gembira, interaktif dan menyenangkan. Penggunaan permainan dalam lingkungan belajar tidak hanya akan mengubah dinamika kelas, tetapi juga akan meremajakan peserta didik dan membantu otak untuk belajar lebih efektif. Sementara Thornburry (2002) mengatakan bahwa permainan memungkinkan peserta didik untuk bekerja kooperatif, bersaing dalam strategi, membandingkan dan berbagi pengetahuan, belajar dari orang lain, belajar dari kesalahan, bekerja di lingkungan tidak membuat stres dan lebih produktif, dan memungkinkan orang untuk bersenang-senang. Ada banyak macam permainan yang dapat diterapkn dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pada penjelasan selanjutnya akan diuraikan beberapa permainan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran bahasa Inggris di SD/MI. G. Macam-Macam Permainan (Game) dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dan LangkahLangkahnya Berikut ini beberapa permainan dan langkahlangkahnya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris di SD/MI. Sebaiknya guru sudah mempersiapkan dengan baik permainan yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan. Guru juga harus membatasi waktu pelaksanaan untuk tiap-tiap permainan sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Beberapa macam permainan tersebut, antara lain: 1. Whispering 208 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Bagi kelas menjadi dua kelompok atau lebih Suruh tiap-tiap kelompok membuat barisan Bisikkan kalima yang tidak terlalu rumit kepada peserta didik yang paling depan Suruh ia membisikkan kalimat tersebut kepada teman di belakangnya Peserta didik pada baris kedua membisikkan kalimat tersebut kepada teman di belakangnya. Begitu seterusnya sampai peserta didik yang terakhir. Peserta didik paling belakang mengucapkan kalimat yang didengarnya di depan kelas Guru mengoreksi jika ada kesalahan dan menjelaskan makna dari kalimat tersebut. 2. A, E, I, O, U Perintahkan peserta didik mengeja ‘A, E, I, O, U’ Kemudian tunjuk salah satu peserta didik sebagai pembuka Ketika guru berkata ‘Start’, maka peserta didik yang telah ditunjuk tadi harus mengucapkan huruf ‘A’ Peserta didik di sebelahnya mengucapkan ‘E’, yang di sebelahnya lagi mengucapkan ‘I’, selanjutnya ‘O’, selanjutnya ‘U’. Peserta didik berikutnya mengulang dari ‘A’ lagi. Begitu seterusnya. Mereka tidak boleh berhenti mengeja. Ketika salah seorang salah mengucapkan ejaan atau urutan dari kelima huruf tersebut, maka ia segera dieliminasi. Lanjutkan ejaan sampai didapat tiga orang yang tereliminasi Ketiga orang tersebut kemudian diberi hukuman Hukuman yang diberikan misalnya suruh mereka secara bergantian mengeja sebuah kata atau nama. Contoh: SOEKARNO, SOEHARTO, RADEN INTAN, AHMAD YANI, CLASSROOM, WHITEBOARD, atau mengeja namanya sendiri, nama temannya, dan lain-lain. 3. Boom 209 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Permainan ini mirip dengan ‘A, E, I, O, U’ Minta mereka menghitung 1 sampai 20, tapi setiap kelipatan 5 diganti dengan kata ‘boom’ Secara berurutan mereka harus menghitung seperti ini: One – two – three – four – boom Six – seven – eight – nine – boom Eleven – twelve – thirteen – fourteen – boom Sixteen – seventeen – eighteen – ninteen – boom Yang salah diberi hukuman dari guru Bentuk hukuman dapat bervariasi tergantung kreativitas guru 4. Alphabet Game Ajak peserta didik berlatih membuat kata dalam bahasa Inggris Guru memulai dengan kata yang pertama, misalnya ‘PEN’ Suruh seorang peserta didik menyebutkan kata yang dimulai dengan huruf terakhir dari kata tersebut, yaitu ‘N’ Misalkan peserta didik tersebut mengucapkan kata ‘NEW’ Suruh yang berikutnya membuat kata yang dimulai dengan huruf ‘W’ Misalkan kata berikutnya adalah ‘WATER’, maka selanjutnya buat kata yang dimulai dengan ‘R’ Lanjutkan dengan kata-kata berikutnya sampai mereka tidak dapat menemukan kata baru dan dirasa cukup berlatih. Selanjutnya suruh semua peserta didik menyiapkan selembar kertas dan alat tulis. Guru menuliskan satu kata di papan tulis, misalnya ‘LOVE’ Suruh peserta didik menuliskan kata yang diawali dengan ‘E’ kemudian kata yang diawali denga huruf terakhir dari tiap kata yang terpikirkan oleh mereka. Suruh mereka menulis sebanyak-banyaknya dalam 5 menit 210 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Kemungkinan jawaban mereka sebagai berikut: RAZA: KEVIN: ZAHRA: Love Love Love Eat Eagle Egg Tea Examination God Apple National Dog Ear Loud Game Room Door East Monkey Rubber Time Yard Rare Elephant Dst. Dst. Dst. Setelah waktu 5 menit habis, mereka harus berhenti menulis dan saling bertukar lembar kerja. Masingmasing menghitung berapa kata yang dapat dibuat oleh temannya dalam waktu 5 menit Beri penghargaan kepada peserta didik yang dapat membuta kata paling banyak dengan benar 5. Arranging Words Bagi kelas dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 56 orang Siapkan beberapa kalimat yang terdiri dari 10 kata. (Jumlah kalimat tergantung berapa jumlah peserta didik dalam satu kelas) Contohnya: and mother always up in father morning get the early Tulis setiap kata dalam satu kalimat pada sepotong karton berbentuk segiempat atau segienam. (Agar lebih menarik, gunakan kartun warna-warni. Gunakan satu warna untuk satu kalimat) Bagikan potongan-potongan karton tersebut kepada masing-masing kelompok Suruh mereka menyusun potongan-potongan karton tersebut menjadi kalimat yang benar dalam waktu 3 menit 211 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Setelah waktu 3 menit habis, suruh mereka berhenti bekerja Guru memeriksa pekerjaan tiap-tiap kelompok dan memperbaiki jika ada yang salah Untuk kelas pemula sebaiknya kalimat yang digunakan diambil dari contoh-contoh yang ada di dalam buku pelajaran bahasa Inggris 6. Song Lyrics Ketik lirik lagu berbahasa Inggris pada sehelai kertas Kosongkan beberapa kata dari lirik lagu tersebut Fotokopikan lirik lagu tersebut sebanyak jumlah peserta didik dalam satu kelas Beri selembar fotokopian pada setiap peserta didik Mainkan lagu tersebut pada tape recorder atau alat pemutar musik lainnya Suruh peserta didik mendengarkan lagu tersebut baikbaik Sambil mendengarkan lagu, suruh mereka mengisi bagian yang kosong dari lirik lagu tersebut Contoh: Twinkle-twinkle _____________ star How I _____________ what you are Up above the world so __________ Like a _____________ in the sky __________ - twinkle little star How I wonder ___________ you are Pilihan lagu disesuaikan dengan tingkatan peserta didik 7. Jumbled Words Cari beberapa kata dalam bahasa Inggris Tuliskan di papan tulis dengan susunan huruf yang diacak Pilih kata-kata yang ada hubungannya dengan tema yang diajarkan pada saat itu Contoh: (misalkan materi pada saat itu tentang buahbuahan) PPLEA ANANAB MATOTO 212 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
(APPLE) (BANANA) (TOMATO) Pemilihan kata disesuaikan dengan tingkatan peserta didik Suruh peserta didik menyusun huruf-huruf tersebut ke dalam kata yang benar Tentukan waktu yang diberikan untuk menyusun huruf menjadi kata yang benar 8. “I am...” Suruh peserta didik membuat beberapa kalimat tentang dirinya pada selembar kertas. Kalimat-kalimat yang dibuat harus dimulai dengan “I am....” Beri waktu 10 menit untuk menulis kalimat sebanyak yang mereka bis Contoh: I am a student I am rich I am beautiful I am happy to be yout friend I am a kind person Dan lain-lain Setelah 10 menit, mereka harus berhenti menulis Suruh mereka menempelkan/menyematkan kertas tersebut di bagian depan kemeja Suruh mereka berjalan perlahan keliling kelas sambil membaca tulisan pada kertas teman mereka Setelah 10 menit, suruh masing-masing peserta memilih seorang teman yang disukai atau yang menurut mereka menarik berdasarkan apa yang mereka baca pada kertas tadi Untuk tingkatan yang lebih tinggi, guru dapat menyuruh peserta didik untuk membuat dialog dengan teman yang sudh dipilihnya 9. Lucky Number Minta seluruh peserta didik untuk berdiri 213 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Suruh mereka menghitung secara berurutan dari 1 sampai sebanyak jumlah peserta didik yang ada di dalam kelas Minta mereka mengingat nomor mereka masing-masing dan perintahkan untuk duduk kembali Guru membuat satu kalimat yang di dalamnya ada angka. Misalnya: I have four children Peserta didik yang memiliki nomor urut 5 harus membuat kalimat lain. Misalnya: My brother is 16 years old Peserta didik nomor 16 harus membuat kalimat lain lagi. Misalnya: Randy buys 10 books Peserta didik nomor 10 harus membuat kalimatnya sendiri. Begitu seterusnya Minta peserta didik membuat kalimat yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari (pada contoh di atas materi yang dipelajari adalah ‘Simple Present Tens’) 10.
Quick Search
Pastika bahwa semua peserta didik membawa kamus Guru menuliskan 10 kata-kata sulit di papan tulis Suruh peserta didik mencari arti dari kata-kata tersebut di dalam kamus dan menuliskannya di selembar kertas Beri waktu selama 5 – 10 menit Setelah waktu yang ditentukan habis, suruh mereka mengumpulkan lembar jawaban mereka Umumkan siapa yang terbaik, yaitu yang dapat menyeleaikan tugas dengan benar dan tepat waktu H. Kelebihan dan Kekurangan Permainan (Game) Beberapa kelebihan penggunaan game sebagai teknik pembelajaran, di antaranya adalah: 1. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran 2. Dapat mencairkan suasana pembelajaran yang kaku 3. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif dan menyenangkan 214 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
4. Dapat menciptakan minat dan motivasi belajar peserta didik 5. Dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas guru 6. Memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran Penggunaan permainan juga memiliki kelemahan, antara lain: 1. jika tidak dipersiapkan secara matang dan terencana dengan baik, guru bisa mengalami kesulitan dalam mengontrol suasana kelas. 2. Pada saat memainkan game, seringkali suasana kelas menjadi riuh rendah, hal ini dapat mengganggu proses pembelajaran di kelas yang ada di sebelahnya. I. Kesimpulan Menciptakan pembelajaran bahasa Inggris yang menyenangkan dan melibatkan peserta didik secara aktif merupakan tantangan tersendiri bagi guru bahasa Inggris di SD/MI. Hal ini dikarenakan tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SD/MI adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas dan menyadari pentingnya bahasa Inggris dalam kehidupan secara global. Agar peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, guru harus mampu menarik minat dan memberi motivasi kepada mereka. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan teknik pembelajaran yang menyenangkan. Teknik pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru di antaranya adalah permainan (game). Banyak macam permainan yang dapat digunakan oleh guru. Karena tidak semua permainan dapat diterapkan untuk mengembangkan berbagai keterampilan berbahasa, maka guru sebaiknya bijaksana dalam memilih permainan yang tepat agar sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai pada akhir pembelajaran. Beberapa permainan yang dapat diterapkan oleh guru bahasa Inggris di SD/MI antara lain: whispering, A-E-I215 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
O-U, boom, alphabet games, arranging words, song lyrics, jumbled words, I am..., lucky number, quick search. Daftar Pustaka Achmad Sugandi, Belajar dan Pembelajaran, IKIP PRESS, Semarang, 2000. Achmad Sugandi, dkk., Teori Pembelajaran, UPT MKK UNNES, Semarang, 2004. Bahrissalim dan Abdul Haris, Strategi dan Model-Model PAIKEM, Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011. Buday Aerios, Materi Pembelajaran, http://materibelajarmateripembelajaran. blogspot.com, 6 Januari 2012. Great News Network, Pengertian Pembelajaran, http://blog.persimpangan.com, 26 Agustus 2007. Haryanto, S.Pd., Pengertian dan Tujuan Pembelajaran, http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuanpembelajaran/, 1 April 2012. Heri Purdiawan, Penjelasan Tentag Game, http://hrpengetahuan.blogspot.com/ 2014/03/penjelasan- tentang-game.html, 15 Maret 2014. Made Sujana, BAHASA INGGRIS UNTUK SEKOLAH DASAR: Mau Ke Mana?. http://madesujana.wordpress.com, 26 Februari 2011. Redjeki Agoestyowati, 102 English Game (From A to Z), PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. Scott Thorburry, How to Teach Vocabulary, Longman, England, 2002. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
216 Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014