M-Libraries:
Menghadirkan layanan perpustakan berbasis mobile technology1 Arif Surachman2 Abstrak “Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa kepada satu fase dimana teknologi mobile menjadi salah satu pilihan yang harus diperhatikan. Hal ini didukung dengan potensi besarnya pengguna mobile phones dan mobile internet di dunia. Perpustakaan sebagai institusi yang sangat dekat dengan TIK mempunyai kepentingan untuk memanfaatkan teknologi mobile dalam peningkatan pelayanan kepada pemustaka. M-Libraries adalah salah satu pilihan yang dapat dilakukan oleh perpustakaan. Perpustakaan dapat memilih apakah menggunakan platform mobile phones standard, mobile web version atau mobile apps sebagai teknologi yang akan digunakan untuk mengimplementasikan m-libraries dan menghadirkan layanan perpustakaan berbasis mobile technology. Perpustakaan dapat menyediakan akses bagi pemustaka atau penggunanya ke katalog online, melakukan transaksi peminjaman, akses ke sumber koleksi digital, hingga mengakses ke informasi umum perpustakaan melalui perangkat mobilenya” Kata kunci: m-Libraries, mLibrary, mobile technology, mobile web version, mobile apps, mobile libraries, mobile library. PENDAHULUAN Penetrasi teknologi mobile sudah sedemikian luas menjangkau masyarakat di dunia, bahkan hingga ke pelosok-pelosok wilayah di berbagai negara. Perkembangan teknologi dan pengetahuan serta persaingan bisnis di bidang teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan kemudahan bagi setiap orang mendapatkan akses ke teknologi mobile secara cepat dan murah. Data yang penulis peroleh dari mobithinking.com menyebutkan bahwa pada bulan Februari 2013 terdapat 6,8 miliar pelanggan mobile telephone di dunia atau 96% dari populasi yang ada di dunia. Bahkan portoresearch.com memprediksi bahwa pada akhir tahun 2014
1
Makalah disampaikan dalam Bimbingan Teknis Teknologi Informasi, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Malang, 20 Maret 2014 2 Pustakawan dan Kepala Bidang Database & Jaringan, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, email:
[email protected], web: http://arifs.staff.ugm.ac.id
1|Halaman
pelanggan mobile telephone akan mencapai 7,5 miliar pelanggan, dan 8,5 milliar pada tahun 2016. Bagaimana dengan Indonesia? Data yang penulis peroleh dari the Telecommunication Development Sector (ITU-D) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan jumlah pelanggan mobile telephone terbesar yakni hampir 282 juta pelanggan (2012), di atas Vietnam (134 juta), Filipina (103 juta), Thailand (85 juta), Malaysia (41 juta), dan Singapora (8 juta). Namun hal ini dapat dimengerti mengingat populasi penduduk di Indonesia juga paling tinggi di Asia Tenggara. Karena apabila dilihat dari jumlah pelanggan mobile telephone per 100 penduduk pada tahun 2012, Indonesia hanya menduduki peringkat enam dengan 114.22 pelanggan di bawah Singapura (152.13), Vietnam (147.66), Malaysia (141.33), Cambodia (128.53), dan Thailand (127.29) . Data yang dikeluarkan oleh the Telecommunication Development Sector (ITU-D) di atas memperlihatkan bagaimana teknologi mobile sudah menjadi ‘sangat biasa’ ditemukan dan digunakan oleh masyarakat pada saat ini, termasuk di Indonesia. Penggunaan perangkat mobile sudah menjangkau hampir semua lapisan masyarakat, baik dari kalangan atas hingga kalangan bawah. Kita dengan mudah menemukan bagaimana abang tukang sayur, abang tukang becak, pedagang keliling, bahkan pengemis dan anak jalanan yang menggunakan perangkat mobile telephone. Kondisi di atas jelas sangat menguntungkan bagi pemerintah maupun pelaku dan pengelola informasi publik. Mereka akan dengan mudah menjangkau atau memberikan informasi-informasi publik kepada semua kalangan dengan memanfaatkan keberadaan perangkat mobile ini, apalagi didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi terutama internet. Perkembangan seperti m-commerce, m-banking, m-money, m-sales, m-learning, mlibraries merupakan bentuk pemanfaatan teknologi mobile untuk menjangkau pengguna yang lebih luas. Saat ini perkembangan teknologi mobile juga sudah merambah ke perpustakaan. Sudah banyak perpustakaan di dunia ini yang mulai memanfaatkan teknologi mobile untuk memberikan pelayanan kepada pengguna atau pemustakanya. Untuk itu sangatlah penting apabila pustakawan Indonesia juga harus mulai mengetahui bagaimana perkembangan teknologi mobile dan inisiatif 2|Halaman
implementasi yang sudah di lakukan di perpustakaan. Tulisan ini mencoba mengajak pembaca untuk memahami bagaimana teknologi mobile diterapkan untuk mendukung layanan di perpustakaan. DEFINISI M-LIBRARIES Pada saat kita mendengar kata mobile dan dihubungkan dengan perpustakaan, yang sering terjadi adalah kita membayangkan sebuah perpustakaan keliling atau perpustakaan bergerak. Mobile diartikan atau didefinisikan sebagai bergerak, sehingga ketika ada kata mobile library maka merujuk pada perpustakaan bergerak atau keliling. Bahkan kita bisa lihat bahwa istilah mobile library ini identik dengan penggunaan kendaraan yang ‘dialihfungsikan’ sebagai perpustakaan yang digunakan untuk menjangkau masyarakat atau pengguna perpustakaan di daerah terpencil atau ‘terasing’. Perpustakaan model seperti ini sampai saat ini masih banyak dimanfaatkan oleh perpustakaan sebagai bentuk layanan andalan yang memang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun istilah m-libraries atau mobile libraries disini ‘berbeda’ dengan konsep mobile yang dimaknai seperti di atas.
Mobile disini merujuk pada penggunaan atau pemanfaatan
teknologi atau perangkat telekomunikasi berbasis mobile. Dua definisi berikut ini memperkuat apa sebetulnya yang dimaksud dengan m-libraries dalam konteks tulisan ini: “M-libraries, a shortening of the phrase “mobile libraries,” are libraries that accommodate the needs of clients using mobile platforms, such as mobile phones, personal digital assistants (PDAs), tablet PCs, and any other portable communication technology.” (Prince, 2009) Definisi lain adalah: “M-libraries are libraries that deliver information and learning materials on mobile devices such as cell phones, PDAs, palm top computers, and smart phones to allow access by anyone from anywhere and at any time.” (Needham & Ally, 2008) Kedua definisi di atas jelas mengisyaratkan bagaimana perpustakaan memanfaatkan perangkat mobile seperti telpon seluler, PDA, komputer tablet, komputer jinjing, maupun peralatan telekomunikasi portable lainnya. Perangkat-perangkat itu harus dapat dimanfaatkan 3|Halaman
semaksimal mungkin oleh perpustakaan dalam mendukung setiap layanan yang ada di perpustakaan mulai dari transaksional., sekedar informasi umum, hingga ke akses sumber informasi berupa digital dan multimedia. Konsep dalam definisi m-libraries ini secara visual digambarkan dalam m-libraries.info dalam gambar 1 di bawah ini: Gambar 1. M-Libraries Concept
Sumber: www.m-libraries.info, 2011.
RUANG LINGKUP LAYANAN BERBASIS MOBILE Secara sederhana kita dapat memulai melihat ruang lingkup layanan berbasis mobile melalui layanan yang selama ini ada di perpustakaan. Beberapa layanan yang biasa dan dapat memanfaatkan teknologi mobile atau m-libraries diantaranya adalah: a. Layanan katalog online atau disebut juga sebagai m-opac atau mobile OPAC yakni menyediakan fasilitas akses katalog berbasis mobile. Pemustaka dapat melakukan pencarian koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan melalui m-OPAC ini. b. Layanan rujukan online atau disebut sebagai m-reference atau mobile reference services yakni menyediakan layanan rujukan untuk pemustaka dengan menggunakan pemakaian perangkat mobile. Hal ini dapat dilakukan dengan model memanfaatkan fasilitas SMS maupun penggunaan social media atau fitur khusus chat online, bahkan dengan menyiapkan staf referensi yang siap 24 jam menjawab pertanyaan melalui mobile phones.
4|Halaman
c. Memberikan informasi lokasi perpustakaan dengan memanfaatkan fasilitas aplikasi seperti google maps atau google earth atau GPS yang memungkinkan pengguna perpustakaan dapat menemukan lokasi perpustakaan melalui perangkat mobile. d. Memberikan layanan akses koleksi multimedia dengan memanfaatkan youtube, flickr, instagram, dan sejenisnya sehingga pengguna perpustakaan atau pemustaka dapat mengakses koleksi berbentuk film, gambar, maupun bentuk multimedia lainnya melalui perangkat mobile. e. Memberikan fasilitas akses ke dalam sumber koleksi digital seperti eBooks, eJournals, eDatabases, ePaper, eArticles, eProceeding, dan eAudio baik yang dilanggan atau tidak melalui perangkat mobile atau biasa disebut juga sebagai m-databases. f. Memberikan layanan informasi transaksi perpustakaan seperti informasi peminjaman koleksi, perpanjangan koleksi, informasi keterlambatan peminjaman hingga melakukan pemesanan koleksi melalui perangkat mobile. g. Menyediakan informasi atau fasilitas streaming atau realtime kegiatan dan layanan perpustakaan yang dapat diakses melalui perangkat mobile misal dengan memanfaatkan kamera atau CCTV yang tersedia di perpustakaan. h. Memanfaatkan “QR Codes” yang berisi informasi koleksi tertentu atau elektronik sehingga memudahkan akses kepada perangkat mobile. i. Menyediakan panduan atau instruksi-intruksi perpustakaan yang dapat dengan mudah diakses melalui perangkat mobile. Sembilan hal di atas tentunya dapat dimplementasikan sesuai dengan kebutuhan masingmasing perpustakaan dalam memberikan layanan kepada pemustaka melalui perangkat mobile. Bahkan dari Sembilan hal di atas masih sangat mungkin untuk dikembangkan oleh masingmasing perpustakaan. JENIS TEKNOLOGI M-LIBRARIES Pertanyaan selanjutnya setelah mengetahui ruang lingkup m-libraries yang dapat diterapkan di perpustakaan adalah teknologi seperti apa yang harus digunakan untuk itu? Penulis melihat setidaknya ada 3 jenist platform teknologi mobile yang dapat dimanfaatkan perpustakaan 5|Halaman
dalam membangun m-libraries untuk penggunanya yakni mobile phones standard, mobile web version dan mobile apps platform. 1. Mobile Phones Standard Platform Platform ini diterapkan hanya dengan memanfaatkan fitur dan teknologi standar yang sudah ada di dalam teknologi perangkat mobile phones seperti SMS dan pangggilan telpon. Dengan memanfaatkan kedua teknologi ‘klasik’ dari perangkat mobile ini perpustakaan dapat memberikan layanan berbasis m-libraries seperti M-References atau SMS References atau Call References. Artinya perpustakaan dapat memanfaatka untuk sekedar melakukan rujukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui SMS atau panggilan telepon. Namun platform ini juga memungkinkan untuk dihubungkan dengan SMS Broadcast Server sehingga memungkinkan pengguna untuk mendapatkan informasi transaksi seperti peminjaman, masa perpanjangan atau lainnya. Artinya perpustakaan dapat menghubungkan dengan sistem informasi perpustakaan yang dimiliki untuk memanfaatkan SMS dalam memberikan informasi terkait transaksi yang dilakukan oleh pemustaka. 2. Mobile Web Version Platform Perpustakaan juga dapat membangun satu buah situs web berbasis mobile atau mobile web version.
Jadi perpustakaan membangun situs web yag memungkinkan setiap pengguna
mobile tetap mampu mengakses informasi melalui alamat web yang dimiliki perpustakaan. Namun demikian seperti halnya sebuah situs web, layanan yang ditampilkan melalui platform ini seringkali hanya sebatas informasi umum seperti jam buka perpustakaan, lokasi perpustakaan, daftar koleksi elektronik, informasi keanggotaan dan informasi ringkas lainnya. 3. Mobile Apps Platform Perangkat mobile terutama mobile phones atau komputer tablet diproduksi oleh bermacam vendor atau produsen yang memiliki platform sistem operasi sendiri misal Iphones dengan iOS-nya, Blackberry dengan BlackBery 10 System, Nokia dengan Windows Phone-nya, dan tentu yang sedang ramai digunakan Smartphones berbasis Android. Hal ini menyebabkan aplikasi yang digunakan juga menjadi bermacam-macam tergantung pada perangkat mobile 6|Halaman
atau sistem operasi mobile yang digunakan. Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya apa yang disebut dengan mobile apps, termasuk m-libraries. Melihat kebutuhan pengguna dan beragamnya pengguna perangkat mobile, maka beberapa lembaga atau institusi dapat mengembangkan sendiri sebuah aplikasi mobile untuk perpustakaan atau dapat disebut sebagai m-libraries app atau mobile libraries app atau secara umum disebut mobile app. Mobile app ini memungkinkan pengguna perangkat mobile tertentu meng-install atau mensetup aplikasi khusus m-libraries dalam perangkatnya sehingga dapat mengakses fasilitas yang ada di dalamnya. Jadi untuk dapat menggunakan fasilitas m-libraries, maka pengguna harus terlebih dahulu memasang aplikasi mobile app untuk perpustakaan di perangkat mobile-nya. Tanpa meng-install ini maka pengguna tidak akan pernah dapat menggunakan fasilitas m-libraries yang disediakan oleh perpustakaan. Perpustakaan perlu mengunggah aplikasi mobile-nya ke dalam server market atau direktori aplikasi yang disediakan oleh masing-masing perangkat misal Android melalui googlestore atau googleplay dan iOS melalui I-market store. Ketiga platform di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, pilihan terhadap bentuk platform sangat tergantung kepada kebutuhan pengguna perpustakaan dan juga kemampuan perpustakaan dalam menyediakan platform tersebut. Karena bagaimanapun pemilihan platform juga sangat dipengaruhi oleh kondisi SDM, infrastruktur maupun kesiapan keuangan lembaga dalam mendukung pengembangan sistem. BAGAIMANA MEMULAI IMPLEMENTASI M-LIBRARIES? Implementasi m-libraries harus mulai menjadi perhatian bagi para pengelola dan pengambil keputusan di perpustakaan. Pengetahuan terkait tahapan implementasi menjadi penting untuk diketahui para pengelola perpustakaan dan pustakawan. Surachman (2012) dalam kajiannya memperlihatkan setidaknya ada beberapa rekomendasi yang harus dilakukan oleh perpustakaan dalam implementasi m-libraries, yakni: 1. Riset terhadap perilaku pengguna Perpustakaan perlu melakukan orientasi atau riset terhadap perilaku pengguna atau pemustakanya, terutama terkait dengan penggunaan perangkat mobile. Perangkat mobile seperti apa yang paling banyak digunakan sehingga perpustakaan dapat menentukan platform 7|Halaman
m-libraries seperti apa yang akan dikembangkan atau dibangun, apakah cukup mobile platform standard, atau mobile web version atau mobile app? 2. Membuat Situs Web Fleksibel Surachman (2012) merekomendasikan untuk memulai implementasi dengan sesuatu yang mudah, yakni dengan membuat situs web perpustakaan mobile sederhana. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan Cascading Style Sheets (CSS), perangkat lunak Auto-detect and Reformat , atau dengan memanfaatkan aplikasi web yang sudah tersedia misal joomla for mobile atau wordpress for mobile. Hal ini penting sebagai stimulasi sebelum melakukan pengembangan m-libraries yang lebih luas dan lengkap. 3. Membuat Roadmap Pengembangan M-Libraries Pengembangan teknologi mobile memang tidak mudah dan murah sehingga perlu perencanaan yang baik dan berkesinambungan. Berbagai pertimbangan harus dilakukan oleh perpustakaan dalam menentukan konten m-libraries, teknologi yang akan digunakan, hingga layanan seperti apa yang dapat diakses pengguna melalui mobile-nya. Surachman (2012) menyampaikan perlunya perpustakaan membuat roadmap pengembangan m-libraries yang menjadi panduan tahapan implementasi yang akan dicapai. Roadmap disusun dan dirancang berdasarkan hasil riset perilaku pengguna, evaluasi layanan perpustakaan, analisa keuangan atau anggaran biaya, serta visi dan misi organisasi induk. 4. Kesiapan SDM Perpustakaan Hal tak kalah penting dalam pengembangan m-libraries adalah kesiapan SDM perpustakaan. SDM perpustakaan disini mencakup pustakawan dan staf TIK perpustakaan. SDM perpustakaan harus terlebih dahulu familiar dengan teknologi yang digunakan dalam mlibraries. Kemampuan untuk menggunakan teknologi mobile dan membangun platform teknologi mobile untuk perpustakaan menjadi penting. Setidaknya pengetahuan itu akan membantu pustakawan dan pengelola perpustakaan ketika pengembangan sistem dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan perpustakaan dan roadmap m-libraries yang sudah dirancang.
8|Halaman
5. Membangun Sinergi dengan pihak-pihak terkait Ketika berbicara masalah teknologi informasi, maka kita sebetulnya berbicara mengenai keterlibatan banyak pihak. Suatu institusi tidak dapat berdiri sendiri dalam pengembangan TIK termasuk di dalamnya teknologi mobile di perpustakaan. Mau tidak mau pengembangan sistem di perpustakaan akan melibatkan sistem lain. Untuk alasan inilah maka perpustakaan perlu membangun sinergi dengan pihak-pihak lain. Selain itu keterbatasan kemampuan pengembangan sistem oleh staf perpustakaan, maka pilihan untuk melibatkan tenaga TIK dari pihak lain juga menjadi penting. Perpustakaan perlu untuk melibatkan dan bersinergi dengan tenaga TIK seperti programmer, sistem analis, maupun konsultan TIK. Hal ini penting mengingat pengembangan sistem m-libraries sering kali membutuhkan kemampuan teknis dari hal yang sederhana hingga sangat komplek. Selain kelima rekomendasi di atas, penulis melihat bahwa implementasi m-libraries juga memerlukan kesiapan sumber daya perpustakaan baik sumber daya keuangan maupun sumber daya informasi. Perpustakaan perlu menyiapkan dengan lebih baik anggaran untuk pengembangan m-libraries dan juga tak kalah penting informasi-informasi yang akan ditampilkan dalam m-libraries. Pada sisi yang lain, perpustakaan juga harus menyiapkan satu kajian efektifitas dan efisiensi dari implementasi m-libraries. Hal ini penting sebagai bahan apakah pengembangan mlibraries yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan pemustaka atau pengguna serta mampu mendukung visi dan misi perpustakaan. Namun untuk saat ini satu langkah awal yang harus dilakukan perpustakaan adalah keberanian untuk memulai implementasi m-libraries walaupun dengan cara yang paling standar atau sederhana. PENGEMBANGAN M-LIBRARIES DI INDONESIA Pada kajian yang dilakukan oleh Surachman pada tahun 2012, menunjukkan bahwa inisiatif pemanfaatan m-libraries sudah ada di Indonesia walaupun baru pada tahap yang masih awal atau inisiatif. Namun hal ini tentu tetap merupakan hal yang menggembirakan bagi pengembangan m-libraries di Indonesia.
9|Halaman
Beberapa informasi pengembangan m-libraries yang berhasil dikumpulkan penulis diantaranya adalah: a. M-Library di Universitas Gadjah Mada Pengembangan M-Libraries di Universitas Gadjah Mada sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Inisiatif-inisiatif secara berbeda dikembangkan oleh beberapa perpustakaan yang ada di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Perpustakaan pusat Universitas Gadjah Mada, mulai tahun 2013 lalu mengembangkan platform mobile app untuk m-libraries yang dinamakan sebagai mLibrary UGM. Aplikasi mobile ini berbasiskan Android yang dapat diunduh dan di-install oleh sivitas akademika UGM melalui Googlestore atau Googleplay. Aplikasi mLibrary UGM memungkinkan bagi pengguna atau pemustaka melakukan pencarian katalog terintegrasi UGM, pengecekan transaksi peminjaman koleksi, mengetahui berita, agenda dan pengumuman perpustakaan, informasi lokasi perpustakaan yang terkoneksi ke googlemap, informasi umum perpustakaan dan koneksi ke tautan database elektronik yang dilanggan UGM. Akses ke mLibrary UGM dapat dilakukan melalui alamat https://play.google.com/store/apps/details?id=mlibrary.ugm Selain itu di beberapa perpustakaan fakultas juga inisiatif sudah dilakukan seperti di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM melalui pemanfaatan SMS alert atau notifications untuk memberikan informasi secara otomatis keterlambatan peminjaman koleksi dan ketersediaan buku yang dipesan secara online. Kemudian perpustakaan Fakultas Teknik UGM juga sudah memanfaatkan platform mobile web version berbasis wordpress. b. Mobile Web Version di Universitas Indonesia Perpustakaan Universitas Indonesia juga sudah melakukan pengembangan M-Libraries sejak beberapa tahun yang lalu. Beberapa fasilitas layanan yang dapat diakses oleh pemustaka melalui mobile web version yang disediakan oleh perpustakaan UI diantaranya adalah MOPAC (akses katalog online) , informasi jam buka, kontak, keanggotaan, regulasi, bebas pustaka, layanan, penyerahan tugas akhir dan login anggota perpustakaan. Akses ke dalam mobile web version perpustakaan UI dapat diakses melalui http://lib.ui.ac.id/mobile/.
10 | H a l a m a n
c. Mobile app di Jogjalib for All Inisiatif pengembangan m-Libraries juga sudah dilakukan oleh jaringan perpustakaan di Yogyakarta melalui Jogja Library for All. Jejaring perpustakaan yang dikomandani oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY ini dengan dukungan dari Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta mengembangkan mobile app yang diberi nama eLibMe. Fitur utama dari eLibMe ini adalah m-opac atau menyediakan akses penelusuran atau pencarian koleksi dari perpustakaan yang menjadi anggota JLA di Yogyakarta. Selain itu melalui aplikasi ini pemustaka atau pengguna dapat mengakses informasi toko buku, informasi lokasi perpustakaan JLA, penggunaan QR Codes, dan informasi umum yang ada di Yogyakarta. Aplikasi eLibMe merupakan mobile app berbasis Android yang dapat diunduh atau diakses melalui https://play.google.com/store/apps/details?id=id.ac.ukdw.elibme. Ketiga contoh implementasi di atas menunjukkan bahwa kemauan perpustakaan untuk memberikan yang terbaik baik pemustaka sudah dilakukan, terutama bagi pemustaka yang merupakan bagian dari Net Generations atau Digital Natives. Penulis sangat yakin bahwa inisiatif juga sudah dilakukan oleh berbagai perpustakaan, hanya tidak terdeteksi secara luas oleh masyarakat. Namun demikian, penulis melihat ada beberapa kendala yang berhasil diidentifikasi terkait belum populernya pemakaian m-libraries di Indonesia, yaitu:
Fokus pengelola perpustakaan yang terjebak untuk bagaimana menyediakan sumber informasi baik tercetak maupun digital/elektronik tapi seringkali ‘melupakan’ bagaimana kemudahan akses terhadap sumber informasi tersebut.
Keterbatasan
pengetahuan
dan
kemampuan
pengelola
perpustakaan
dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan m-Libraries untuk peningkatan layanannya.
Keterbatasan SDM TIK di perpustakaan yang mampu mengembangkan sistem berbasis mobile.
Keterbatasan sumber daya informasi dan sumber daya finansial yang dimiliki perpustakaan untuk pengembangan m-libraries.
Pengembangan M-libraries masih belum menjadi prioritas bagi perpustakaan terkait efektifan pemanfaatan oleh pengguna.
11 | H a l a m a n
PENUTUP Potensi pengguna mobile internet di Indonesia sangatlah besar, hal ini harus dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan dalam mengembangkan layanannya. Perpustakaan harus mulai melakukan inisiatif-inisiatif yang penting untuk lebih menjangkau pemustakanya dengan lebih mudah. Lee Cheng Ean (2012) dalam Surachman (2012) menyampaikan pentingnya inisiatif pengembangan m-libraries dilakukan yaitu: a. Menjangkau pengguna dari kalangan Net Generation yang semakin banyak, b. Memberikan akses koleksi yang lebih luas, c. Meningkatkan hubungan dengan pengguna, d. Bagian dari pemasaran layanan dan sumber-sumber yang dimiliki perpustakaan e. Peningkatan akses dan ketersediaan sumber daya bagi pengguna (kapanpun dan dimanapun), f. Serta bagian dari strategi organisasi. Keberadaan Net Generation atau generasi Digital Natives merupakan alasan penting untuk setiap perpustakaan mengembangkan m-Libraries. Tidak ada alasan bagi perpustakaan untuk tidak mengembangkan layanan berbasis teknologi mobile, karena mau tidak mau pada saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi para pemustaka. Jadi tunggu apa lagi, mengutip ungkapan AA Gym yang popular dengan 3M maka mulailah dari sekarang, mulailah dari yang kecil, dan mulailah dari diri sendiri (perpustakaan) untuk mengembangkan m-Libraries di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Needham, G., & Ally, M. (Eds.). (2008). M-Libraries: Libraries on the Move to Provide Virtual Access. London: Facet Publishing. doi:10.1007/SpringerReference_5735 Prince, J. D. (2009). M-libraries: Libraries on the Move to Provide Virtual Access (Book Review). Journal of the Medical Library Association : JMLA , 97(4), 321–322. doi:10.3163/1536-5050.97.4.022 Surachman, Arif. (2012). Implementasi M-Libraries di Asia Tenggara. Makalah disampaikan dalam Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-5, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, 18-20 Oktober 2012. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Mobithinking.com. Diakses pada tanggal 13 Maret 2014. M-Libraries.Info. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012. 12 | H a l a m a n