Lulusan Vokasi Sudah Ditunggu Dunia Kerja UNAIR NEWS – Penutupan PPKMB (Program Pembinaan Kebersamaan Mahasiswa Baru) Fakultas Vokasi (FV) dilaksanakan di Airlangga Convention Center Jum’at pagi (26/8). Kegiatan bertajuk Closing Laskar 2016 Pengenalan Mahasiswa Vokasi UNAIR itu dihadiri oleh sebanyak 1.146 mahasiswa baru. Tampak pula Dekan FV Dr H. Widi Hidayat, se,. MDi., Ak., Wakil Dekan I Prof Dr. Retna Apsari MSi., dan jajaran dekanat serta dosen. Yang menarik, hadir Asisten IV Sekkota Bidang Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah Kota Surabaya Eko Hariyanto, MM,. Dia didaulat untuk memberi kuliah umum tentang prospek lulusan vokasi di dunia kerja saat ini. Mantan Kepala Dinas Sosial Pemkot Surabaya itu mengatakan, lulusan vokasi selalu ditunggu dunia kerja. Beberapa waktu yang lalu, sejumlah perusahaan berdiskusi dengan pihak Pemkot Surabaya tentang di mana bisa mencari tenaga terampil di sejumlah bidang. Ketika ditelaah, ujar dia, ternyata kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan itu “linier” dengan sejumlah program studi (Prodi) vokasional yang ada di UNAIR. “Kami pun langsung mengarahkan mereka ke kampus ini. Kesimpulannya, kemampuan kalian sudah dinanti-nantikan oleh banyak perusahaan,” ungkap dia. Dia mengatakan, saat ini seluruh lulusan perguruan tinggi memiliki peluang setara, tanpa membedakan apakah dia dari program sarjana atau diploma (vokasional). Maka itu, persaingan bakal menjadi lebih fair. Bertolak dari sana, para mahasiswa mesti fokus dan mengeluarkan kemampuan terbaik saat mengenyam pendidikan tinggi.
Sebanyak 1.146 mahasiswa baru memadati hall ACC dalam Penutupan PPKMB (Program Pembinaan Kebersamaan Mahasiswa Baru) bertajuk Closing Laskar 2016 Pengenalan Mahasiswa Vokasi UNAIR. Ditambahkannya, para mahasiswa bisa memilih, apakah akan terjun sebagai profesional, atau berwirausaha. Yang jelas, lulusan FV bisa berperan di mana pun. “Asal tekun, tidak ada yang mustahil. Ilmu yang kalian dapat pasti akan bisa diaplikasikan secara kongkret,” papar dia. Sementara itu, Prof Retna mengutarakan, ilmu pengetahuan yang didapat dari FV sudah spesifik. Para mahasiswa dicetak untuk terampil dan siap terjun ke lapangan perkerjaan yang sesuai. “Tenaga kerja terampil dan potensial seperti ini selalu jadi rebutan. Karena, kemampuan yang dimiliki begitu mendalam,” ungkap dia. FV UNAIR memiliki 20 Prodi. Terdapat 17 Prodi D3. Yakni, Analis Medis, Fisioterapi, Pengobatan Tradisional, Teknik Kesehatan Gigi, dan Otomasi Sistem Instrumentasi. Juga, Sistem Informasi, Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Kesehatan Ternak, Teknisi Perpustakaan, Kepariwisataan, Bahasa Inggris,
Akuntansi, Perpajakan, Manajemen Perkantoran dan Kesekretariatan, Manajemen Perhotelan, Manajemen Pemasaran serta Perbankan. Sedangkan sejumlah 3 Prodi D4 yang ada di sini antara lain, Radiologi, Pengobatan Tradisional, dan Fisioterapi. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Dukung UNAIR PT Kelas Dunia, FKM Adakan Temu Alumni UNAIR NEWS – Dalam rangka pengembangan kurikulum kesehatan masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga menyelenggarakan road show temu alumni. Road show ini sebagai salah satu upaya mendukung UNAIR menuju World Class University. Setelah diadakannya temu alumni di Jakarta pada Minggu (31/7) silam untuk alumni yang berdomisili di Jabotabek, hari Minggu lalu (21/8) FKM UNAIR menyelenggarakan temu alumni di Bojonegoro untuk alumni yang berdomisili di wilayah Bojonegoro dan sekitarnya. Temu alumni tersebut dihadiri oleh tak kurang dari 54 alumni yang berdomisili di wilayah Bojonegoro. “Kegiatan road show temu alumni ini pertama dalam rangka mengupdate database alumni S.KM. Kedua untuk memperluas jejaring kerjasama penelitian dan kegiatan proses pembelajaran untuk mahasiswa. Ketiga untuk menjaring data alumni berprestasi,” ujar Wakil Dekan III FKM UNAIR, Ira Nurmala, S.KM., M.PH., P.Hd. Peningkatan kerjasama penelitian telah banyak dilakukan antara sivitas FKM dengan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Kerjasama
tersebut antara lain dalam bidang manajemen pengelolaan rumah sakit, kesehatan lingkungan, dan promosi kesehatan. “Mulai tahun 2016 ini, mahasiswa S-1 Kesehatan Masyarakat, untuk kegiatan praktek kerja lapangan (problem based learning) juga diselenggarakan di Kabupaten Bojonegoro berkerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro,” ujar Ketua Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat, Corie Indria Prasasti, S.KM., M.Kes. Dalam acara temu alumni ini, satu persatu alumni diminta untuk memberikan testimoni sebagai alumni, serta peran yang telah mereka lakukan sebagai sarjana kesehatan masyarakat. “Kesehatan msyarakat adalah ilmu yang komplit. Ketika bekerja, saya dapat dengan mudah berdaptasi dengan semua tugas yang diberikan kepada saya, dan atasan saya sangat puas dengan pekerjaan saya. Kondisi itu membawa saya untuk dipercaya sebagai seorang Direktur Rumah Sakit Padhangan di Bojonegoro,” jelas Ninik Susmiyati, S.KM, alumni S-1 Kesehatan Masyarakat UNAIR angatan tahun 1987. “Untuk lebih meningkatkan jejaring dengan alumni, FKM juga merencanakan road show alumni dengan bekerja sama dengan Ikatan Alumni (IKA FKM),” jelas Wakil Dekan III FKM UNAIR. (*) Penulis: Diah Editor: Binti Q. Masruroh
Mahasiswa OSI Ciptakan Alat Permudah Pantau Perusahaan UNAIR NEWS – Dua mahasiswa Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga berhasil menciptakan prototipe alat Smart Machine Industry yang digunakan untuk pengemasan dan pengepakan obat. Mesin ini dapat dikontrol dan dipantau melalui internet maupun gadget yang mempunyai OS Android. Tentu saja, mesin ini tidak hanya bisa mengemas dan mengepak obat saja, tapi juga bisa untuk mengemas permen dan vitamin. Caranya, dengan cara mengganti black magic box (kotak berwarna hitam pada alat). Kedua mahasiswa Fakultas Vokasi tersebut adalah Ahmad Amirudin dari Program Studi Otomasi Sistem Instrumentasi (OSI) angkatan 2013 dan Mochammad Fauzi yang dari program studi yang sama. Karya ini merupakan bagian dari tugas akhir yang digunakan untuk syarat kelulusan mereka. “Latar belakang dibuatnya Smart Machine Industri yaitu, industri pembuatan mesin untuk pabrik masih sangat sedikit di Indonesia. Rata–rata mesin yang berada di pabrik berasal dari China dan Jerman. Mesin–mesin di industri umumnya masih menggunakan panel Human Manchine Interface (HMI) sebagai tampilan pemantau. Selain itu, jangkauan pantauan juga masih berskala lokal, kata Ahmad Amirudin. Maka dari itu, mereka berdua membuat prototipe Smart Machine Industri yang bisa dimonitoring dari internet dan smartphone android. Inovasi ini dapat memudahkan para manager dan pemegang saham perusahaan dalam memantau perusahaan mereka. Penciptaan inovasi ini sekaligus menunjukan bahwa sumber daya manusia Indonesia mampu bersaing dengan negara luar, setidaknya lingkup ASEAN. “Metode perancangan mesin ini yaitu pertama, kami mendesain mekanik terlebih dahulu dengan menggunakan software google sketchup dan solidwork. Setelah gambar teknik jadi, kami merancang kerangka untuk konveyor beserta 3 core plant prosesnya. Setelah itu memasang sistem pneumatic ke mesin sebagai aktuator dari 3 core plant proses,” lanjutnya.
Untuk mengontrol silinder pneumatik, mereka menggunakan CKD Selenoid Valve yang mereka sambungkan ke input PLC. Pada bagian perangkat kerasnya, mereka merancang sendiri berbagai macam rangkaian elektronik, seperti rangkaian komporator, rangkaian pembatas input, arduino shield for PLC, dan sensor photodiode sebagai pendeteksi barang. Sedangkan untuk perancangan perangkat lunak, pertama mereka membuat flowchart-nya, lalu mulai melakukan pengamatan input dan output alat. Setelah melakukan pengalamatan, mereka melakukan pengkabelan antara perangkat keras dan pengendali. Untuk pengendali, mereka menggunakan PLC Omron sebagai pusat kendali dan arduino sebagai cabang pengendalinya. Arduino ini juga digunakan untuk menjembatani proses pantauan dari HP Android maupun dari internet ke mesin. Namun sebelum itu, arduino harus dipasang ethernet shield terlebih dahulu dan disambungka ke router yang tersambung internet. “Setelah tersambung, kami membuat tampilan laman pantauan dengan menggunakan beberapa bahasa pemrograman yang terdiri dari php, ajax, css, html, javascript, dan mysql. Kami menggunakan database untuk menyimpan data jumlah produksi, karena itulah memakai mysql,” kata Mochammad Fauzi. Setelah tampilan laman selesai, mereka membuat program untuk tampilan smartphone android dengan menggunakan software android studio. Setelah semua beres, baru mesin bisa dijalankan untuk mengemas dan mengepak.
Lebih modern, dapat mengoperasikan mesin dalam skala luas dengan menggunakan internet yang dapat diakses melalui laptop dan smartphone. (Foto: Istimewa) Ahmad Amirudin dan Mochammad Fauzi menyadari bahwa mesin ini hanyalah sebagai prototipe. Sehingga, mesin ini masih belum bisa diterapakan ke industri–industri besar. Namun begitu, mesin ini bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran dan praktik untuk kalangan mahasiswa. Selain itu bisa juga digunakan untuk semua orang yang ingin mendalami ilmu automation. “Ke depan, semoga prototipe smart machine industri ini bisa berkembang dan bisa diterapkan ke pabrik–pabrik besar di Indonesia,” pungkasnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh
Kelompok KKN-BBM UNAIR Revitalisasi Kawasan Wisata bersama Warga UNAIR NEWS – Program Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat ke-54 yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga melalui Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat menyisakan banyak cerita menarik. Cerita menarik itu dituturkan berdasarkan pengalaman kelompok mahasiswa dalam mengabdikan diri dan belajar kehidupan bersama masyarakat. Kali ini, kelompok KKN – BBM asal Desa Ranuagung, Tiris, Probolinggo, berbagi cerita mengenai revitalisasi kawasan wisata Danau Ranuagung. Kelompok KKN – BBM ini beranggotakan Zulfikar Arif Alfarisi (Fakultas Kedokteran), Umaimah Rosyidah (FK), Ayunani Sulaiman Putri (Fakultas Perikanan dan Kelautan), Kiki Lestari (Fakultas Farmasi), Muhamad Muklis (FF), Kristie Ari Wijaya (Fakultas Hukum), Virgita Kasih (Fakultas Ilmu Budaya), Devinta Rahma Citra (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Ditta Ayu Kurniasari (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), dan Ahmad Syarifudin Hidayat (FEB). Berikut cerita selengkapnya: Program KKN – BBM kami tak jauh berbeda dengan kelompok lainnya. Kami tetap mengajar di sekolah, dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Tetapi, kami ingin memberikan legacy yang abadi ketika kami sudah tak lagi bertempat di Ranuagung. Kecamatan Tiris Probolinggo memiliki banyak destinasi wisata alam yang menarik, seperti danau yang indah, air terjun yang
masih alami, candi, dan kebun teh yang luas dan sejuk. Di Ranuagung sendiri ada dua ranu atau danau yakni Danau Ranu Agung dan Danau Ranu Betok. Saat ini, kondisi Danau Ranu Betok sudah tak seindah dulu. Ada banyak tanaman eceng gondok dan lumut yang memenuhi danau, sehingga hanya sedikti air yang terlihat. Namun, kondisi tersebut tak mengurangi keindahan panorama Ranu Betok yang berada di kaki Gunung Lamong. Selain Ranu Betok, ada lagi Ranu Agung. Setengah kawasan danau Ranu Agung dipenuhi tebing batu yang menjulang tinggi. Dengan adanya deskripsi panorama kedua danau, maka tak heran bila danau ini ramai dikunjungi oleh wisatawan, meskipun harus menempuh jarak kurang lebih 300 meter. Kawasan wisata Danau Ranu Agung dilengkapi dengan perahu getek yang bisa dimanfaatkan wisatawan untuk menikmati keindahan danau. Dengan perahu getek, pengunjung bisa berkeliling danau dan mendekat dengan tebing. Air danau yang jernih dilengkapi pemandangan yang indah membuat siapa saja ingin menceburkan diri ke dalam. Tapi sayangnya, terdapat larangan bagi pengunjung untuk tidak boleh berenang. Beberapa tahun lalu, ada kejadian wisatawan yang tewas tenggelam. Namun, pengurus wisata seakan lepas tanggung jawab. Kondisi ini sempat membuat wisata Danau Ranu Agung mengalami penurunan pengunjung. Akibat kejadian itu, tepat enam bulan lalu, pengurus baru yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pok Darwis) berencana memperbaiki kawasan wisata. Bersama Pak Tinggi (sebutan bagi kepala desa), dan Pok Darwis, kelompok mahasiswa KKN – BBM UNAIR ini berdiskusi untuk memperbaiki keadaan di Danau Ranu Agung. Danau Ranu Agung merupakan kawasan wisata yang telah banyak memberikan penghidupan bagi warga desa setempat. Jika kawasan wisata sepi, maka pertumbuhan ekonomi di sana juga akan melambat. Penjual makanan, penjaga loket wisata, dan juga
pengayuh perahu tidak akan mendapatkan penghasilan. Sedangkan, mata pencaharian warga sehari-hari hanya berkebun. Keberadaan sumber air jernih, dan banyaknya pasir serta batubatuan akhirnya membuat kami bersepakat untuk membangun kolam renang. Kolam renang dibangun untuk meningkatkan angka kunjungan sekaligus pelengkap wisata Danau Ranu Agung. Kelompok KKN – BBM UNAIR bertanggung jawab atas pendanaan, sedangkan warga setempat menyumbangkan tenaganya untuk bekerja bakti. Konsep program KKN – BBM, atau belajar bersama masyarakat benar-benar terjadi dalam kelompok kami. Kerjasama kami tak hanya berlangsung secara top down melainkan juga bottom up. Inilah sinergi positif antara mahasiswa KKN dan warga desa. Tujuan pembangunan kolam renang ini tidak lain adalah untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang. Ketika pengunjung ramai, maka ekonomi akan bergerak naik. Pembangunan kolam renang ini juga didukung oleh kelompok Musyawarah Pimpinan Kecamatan Tiris. Kepala Desa Ranu Agung juga mengapresiasi pembangunan kolam renang ini. Mereka juga memberikan apresiasi dan berterima kasih atas penyelenggaraan program KKN – BBM UNAIR di wilayahnya. Keberhasilan pembangunan kolam renang ini tidak lepas dari kerjasama pihak donatur maupun pelaksana. Saat ini, pembangunan kolam masih terus berjalan. Rencananya, pada bagian pancuran kolam akan dicantumkan logo UNAIR. Kami selaku kelompok KKN – BBM Desa Ranu Agung juga mendapatkan pengalaman yang luar biasa, misalnya berkeliling presentasi untuk mendapatkan pendanaan. Akhirnya, program pembangunan kolam renang mendapatkan pendanaan dari DPRD Kabupaten Probolinggo. Setiap harinya, mulai pukul 8 pagi hingga 4 sore, kami juga turun ke danau untuk membantu mencangkul. “Walah kaya kuli rek, tangan akeh kapale sisan (Wah! Kita jadi seperti kuli!
Tanganku mengalami Zulfikar.
kapalan),”
canda
salah
satu
rekan,
Bahkan beberapa kali, kami juga membantu mendayung perahu untuk mengantarkan pengunjung yang ingin berkeliling danau. Pengalaman yang indah ini hanya bisa dirasakan bagi mereka yang mengikuti program KKN – BBM. Ketika kami melakukan perpisahan dengan warga, suasana sempat dipenuhi dengan isak tangis. Inilah makna dan tujuan KKN. Bagaimana mahasiswa dan warga saling mentransfer keilmuan, dan berbagi pengalaman masingmasing, sehingga akan tercipta masyarakat yang madani dan Indonesia yang bermartabat. (*) Penulis: Ayunani Sulaiman dan Ahmad Syarifudin H. (anggota kelompok mahasiswa KKN – BBM di Ranu Agung, dan mahasiswa FPK) Editor: Defrina Sukma S.
Sejak 1954, UNAIR Miliki 452 Guru Besar UNAIR NEWS – Pada pertengahan Airlangga memiliki tiga guru besar pada Sabtu (27/8). Ketiganya akan Mukti, Kantor Manajemen UNAIR oleh Nasih, S.E, M.T, Ak.
tahun 2016, Universitas baru yang akan dikukuhkan dikukuhkan di Aula Garuda Rektor UNAIR Prof. Dr. M.
Ketiganya adalah Prof. Dra. Myrtati Dyah Artaria, M.A., Ph.D selaku Guru Besar bidang Ilmu Antropologi (FISIP), Prof. Dr. drh. Suherni Susilowati, M.Kes selaku Guru Besar bidang Ilmu Inseminasi Buatan (FKH), dan Prof. Dr. I Komang Wiarsa Sardjana, drh., selaku Guru Besar bidang Ilmu Penyakit Dalam
dan Bedah Veteriner (FKH). Sejak UNAIR didirikan pada tahun 1954, secara berurutan ketiganya merupakan guru besar ke-450, 451, dan 452. Namun, sejak UNAIR berstatus perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN – BH), ketiganya merupakan guru besar ke-158, 159, dan 160. Pada fakultas masing-masing, Prof. Myrtati merupakan Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik aktif ke-16. Sedangkan, Prof. Suherni adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan aktif ke-23, dan Prof. Komang adalah Guru Besar FKH aktif ke-24. Dengan bertambahnya jumlah guru besar UNAIR, maka UNAIR diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata yang lebih banyak kepada masyarakat. “Kita menunggu bagaimana pemikiran itu direalisasikan dan diamalkan. Sehingga, UNAIR bisa berkontribusi secara nyata di bidang swasembada pangan dan pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang tepat,” tutur Rektor UNAIR. Dalam jumpa pers terkait pengukuhan guru besar baru, ketiganya menjelaskan ringkasan orasi ilmiah. Prof. Myrtati akan menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Identifikasi Individu Tak Beridentitas di Indonesia”. Dalam konferensi pers, Prof. Myrta menyampaikan bahwa bangsa Indonesia memiliki kekhasan dari aspek genetika akibat masih banyaknya perkawinan endogami. “Perkawinan endogami adalah perkawinan dengan orang segolongan, entah itu etnis yang sama, daerah yang sama, dan lebih banyak lagi, agama yang sama. Karena bunyi sila kesatu Pancasila, itu cukup berdampak pada kekhasan di Indonesia,” tutur Prof. Myrta dalam konferensi pers, Kamis (25/8). Prof. Myrta melanjutkan, akibat perkawinan endogami itu, identifikasi individu tak beridentitas tak begitu mengalami kendala. Hal ini berbeda dengan aspek genetika dari luar negeri yang sudah banyak melakukan kawin campur.
Guru besar kedua yang menyampaikan keterangan pers mengenai orasi ilmiahnya adalah Prof. Suherni. Dalam orasi ilmiah berjudul “Potensi Frozen Semen pada Kawin Suntik Kambing sebagai Upaya Memenuhi Kebutuhan Protein Hewani”, Prof. Suherni menyatakan kualitas semen beku merupakan salah satu faktor pembatas terhadap keberhasilan program inseminasi buatan pada kambing. Untuk itu, perlu diatur penggunaan insulin Like Growth Factor-I Complex pada semen beku. Guru besar ketiga yang menyampaikan keterangan pers mengenai orasi ilmiahnya adalah Prof. Komang. Dalam orasi ilmiah berjudul “Menuju Swasembada Daging di Indonesia dengan Tes Progesteron Paper Strip”, Prof. Komang mengembangkan metode baru untuk mengetahui status reproduksi ternak secara cepat, mudah, dan murah. Metode ini merupakan kit diagnostik untuk pemeriksaan kebuntingan dini pada sapi. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
UKM Penalaran UNAIR Perkaya Pengetahuan Organisasi Melalui Sharing Alumni UNAIR NEWS – Silaturahmi menjadi salah satu cara yang penting dalam mempererat persaudaraan. Ada banyak keuntungan yang didapatkan dari silaturahmi. Hal itulah yang membuat UKM Penalaran Universitas Airlangga mengadakan acara gathering alumni dan pengurus UKM Penalaran. Kegiatan gathering alumni dan pengurus UKM Penalaran diadakan di Villa Melati, Kota Batu, Jawa Timur pada tanggal 20–21
Agustus lalu. Gathering tersebut dihadiri oleh pengurus UKM Penalaran UNAIR angkatan 1993, 1994, 2009, dan 2010. Selain itu, kegiatan ini juga diikuti oleh 5 Dewan Pertimbangan Organisasi, serta 22 pengurus UKM Penalaran 2016. Pelaksanaan gathering diisi dengan sesi sharing alumni tentang kepengurusan UKM Penalaran oleh setiap angkatan alumni yang datang. Lalu, dilanjutkan dengan sesi sharing manfaat yang didapat setelah mengikuti UKM Penalaran pasca masa kuliah. Kepala Departemen Human Resource Development UKM Penalaran UNAIR tahun 2016 Fitrah Bintan Harisma mengatakan, tujuan diadakannya gathering selain sebagai ajang pengakraban antar pengurus dan alumni, juga untuk menggali informasi dan pengetahuan tentang keorganisasian. “Acara gathering pengurus dan alumni merupakan salah satu program kerja UKM Penalaran yang memiliki manfaat cukup besar, sehingga biasa dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan seperti ini baik dalam bentuk forum formal maupun non formal, seperti gathering tahun ini,” ujar Fitrah Bintan Harisma, Kepala Departemen Human Resource Development UKM Penalaran UNAIR 2016. Pada kesempatan ini, beberapa alumni memaparkan kinerja UKM di pengurusan yang telah lalu sehingga bisa mengerjakan program kerja yang ada dengan terencana. Selain itu, alumni juga membagi tips perihal upaya menghasilkan prestasi almamater serta kebermanfaatannya bagi sekitar.
bagi
“Pengalaman organisasi di UKM Penalaran berbeda dengan organisasi lainnya. Ini kesempatan kita belajar lebih dengan dasar kekeluargaan. Jadi tidak hanya menyelesaikan program kerja, tapi lebih dari itu. Alumni UKM Penalaran siap jika pengurus meminta bantuan pada kami,” papar Mohammad Fajar Shodiq Ramadlan, S.IP., M.IP, alumni UKM Penalaran 2009-2010. Fajar berharap, gathering ini dapat menjadi wadah untuk menyatukan pengurus UKM Penalaran di setiap angkatan. (*)
Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh
Rangkuman Berita UNAIR Media (20 sd 24/8)
di
Malu, 16 Tahun Tak Pernah ke Dokter Kedatangan
Tutik
Handayani
ke
Rumah
Sakit
UNAIR
untuk
menjalani rekontruksi wajah adalah pengalaman pertamanya di fasilitas kesehatan. Fatmawati, ibu Tutik mengaku tidak punya uang untuk membawanya ke dokter. Sejak beberapa tahun terakhir, Tutik sangat ingin bertemu dengan dokter. DiA ingin wajahnya dioperasi dengan alasan supaya tidak lagi malu dengan wajahnya. Dengan begitu, dia bisa pergi keluar rumah untuk bersekolah dan bermain. Dua tahun lalu, sebenarnya ada rencana untuk melakukan operasi bagi Tutik. Rencana itu urung lantaran pihak keluarga tidak menyetujui. Alasannya, dioperasi atau tidak, Tutik tetap buta. Walaupun baru kali pertama ke rumah sakit, Tutik sama sekali tidak takut. Dia justru lega lantaran segera dioperasi karena segera mendapatkan wajah baru. Jawa Pos, 20 Agustus 2016 halaman 1 dan 15 Rongga Mata Tutik Pakai Conformer Harapan Tutik untuk memiliki mata lebih indah bisa segera terwujud. Rongga mata penderita facial cleft itu, Ahad, (21/8) dipasangi conformer. Tujuannya, di dalam kelopak mata terbentuk rongga agar nanti bisa dipasang mata palsu. Sebelumnya, Tutik mendapatkan kelopak mata dari operasi tahap pertama yang dilakukan tim dokter Rumah Sakit UNAIR pekan lalu. Karena struktur wajahnya tidak sempurna, kelopak mata
kanannya tertarik ke bawah. Sementara itu, kelopak mata kiri tertarik ke atas. Meski tidak sempurna, bentuknya jauh lebih baik daripada sebelum operasi. Spesialis mata RS UNAIR yang merupakan alumnus FK UNAIR, dr. Nurdin Zuhri menuturkan bahwa pemasangan conformer jamak digunakan untuk dua mata. Conformer dipasang tidak untuk membantu penglihatan Tutik, tapi demi estetika. Biar terlihat seperti memiliki bola mata. Jawa Pos, 22 Agustus 2016 halaman 1 Peneliti Indonesia dan Australia Berkolaborasi Para peneliti dari tujuh perguruan tinggi di Indonesia dan peneliti dari empat perguruan tinggi di Australia merumuskan bentuk kolaborasi penelitian yang menguntungkan bagi kedua Negara. Kolaborasi semacam ini menjadi cara efektif agar hasil penelitian di perguruan tinggi bisa segera di masyarakat. Kolaborasi diwujudkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Penelitian Indonesia-Australia yang berlangsung di kampus Universitas Airlangga, Surabaya, Senin (22/8)-Selasa (23-8) yang diikuti oleh 250 peserta mewakili akademisi, pemerintah, dan kalangan industri. Konferensi ini terbagi dalam beberapa kluster diskusi supaya lebih terfokus. Para akademisi yang hadir pun berharap dapat merealisasikan kolaborasi penelitian di bidang-bidang tersebut. Kompas, 23 Agustus 2016 halaman 12, Surya, 23 agustus 2016 halaman 16 Senang Menjadi Presenter Kerap tampil di berbagai ajang bergengsi modeling tidak membuat Asti Lukita Wardani merasa puas. Saat ini, Asti mulai mencoba terjun ke dunia presenting. Bermula dari tawaran seorang teman, dia pun menerima tawaran tersebut. Model yang pernah menjadi finalis Putri Indonesia 2008 dan Miss Indonesia 2011 ini didapuk menjadi presenter di salah satu stasiun televisi lokal Surabaya. Ilmu menjadi presenter dia asah secara autodidak. Meski aktif menjadi presenter, alumnus
Jurusan Manajemen Universitas Airlangga ini masih kerap menerima acara pemotretan atau modeling. Hanya saja, saat ini ia memilih menjadi freelance ketimbang bergabung di manajemen model. Sindo, 23 Agustus 2016 halaman 13 dan 14, Surya, 25 Agustus halaman 1 dan 11 Rajin Bikin Jurnal Giat mengikuti beragam acara yang berhubungan dengan penelitian dan pengabdian masyarakat, memang bukan hal baru bagi Gabriella Febrianty Shofiana (20). Bahkan, kepedulian mahasiswa semester 7 Fakultas Hukum UNAIR dengan lingkungan ini membuatnya berhasil menerbitkan jurnal terkait filosofi Pancasila di kalangan anak remaja. Gadis kelahiran 3 Februari 1996 ini merasa sangat tertarik dengan beragam tata aturan di masyarakat dan berjalannya hukum yang ada. Sebab, sejak kecil ia sudah akrab dengan buku-buku milik ayahnya yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Hukum UNAIR. Akhirnya, pengetahuan akan hukum dan kepekaan pada lingkungan membuat dirinya semakin giat membuat jurnal. Surya, 23 Agustus 2016 halaman 13 dan 16 Pendidikan Gratis untuk Tutik Bisa bersekolah memang sangat didambakan Tutik Handayani, yang kemarin baru saja menjalani operasi rekonstruksi wajah. Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) berharap agar kondisi pasien facial cleft atau sumbing wajah, Tutik Handayani segera membaik. Gus Ipul mendoakan agar Tutik segera sembuh dan bisa melanjutkan sekolah. Gus Ipul yang didampingi Rektor UNAIR Prof. Moh. Nasih, dalam kunjungannya ke RS UNAIR menjamin akan menggratiskan seluruh biaya operasi dan perawatan selama berada di rumah sakit. Gus Ipul juga menegaskan akan mengawal pendidikan Tutik. Dia optimis, Tutik dapat menerima dan mengikuti pelajaran yang diberikan. Tutik menyatakan gembira atas dukungan pemerintah tersebut. Dia pun
kian bersemangat untuk segera pulih. Radar, 24 Agustus 2016 halaman 1 dan 11, Sindo, 24 Agustus 2016 halaman 20, Surya, 24 Agustus 2016 halaman 16, Sindo, 24 Agustus 2016 halaman 10 Perlu Kesadaran Siapkan Keahlian Tujuan melahirkan bukan hanya mengeluarkan bayi hidup. Lebih dari itu, bayi yang lahir harus menjadi bagian dari generasi baru yang lebih hebat dan berkualitas hidup lebih baik. Karena itu, perlu upaya deteksi dini dan pencegahan kelainan bawaan. Menurut hasil laporan Divisi Kedokteran Fetomartenal SMF Obstetri Ginekologi RSUD dr Soetomo, ada 82 kasus kelainan bawaan yang dideteksi pada 2013-2015. Alumnus Fakultas Kedokteran UNAIR, dr. Manggala Pasca Wardhana, SpOG., menuturkan bahwa WHO mencatat 7 persen dari kematian bayi pada bulan pertama kelahiran disebabkan oleh kelainan bawaan. Maka dari itu, kesadaran untuk mempersiapkan kehamilan sangatlah penting. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan USG, sehingga pada usia 11-14 minggu, sudah bisa dilihat kelainan anatomi atau down syndrome. Jawa Pos, 24 Agustus 2016 halaman 33 Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila