LATAR BELAKANG MASALAH Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk membiayai suatu transaksi. Kemudahan penggunaan kartu kredit menimbulkan kesadaran masyarakat untuk bisa memiliki alat bantu yang dapat mempermudah proses transaksi dan untuk mulai meninggalkan kebiasaan dalam penggunaan uang tunai. Kartu kredit menawarkan banyak kemudahan dalam mengumpulkan semua bentuk pengeluaran belanja hanya dalam satu tagihan saja. Bahkan ada juga kartu kredit yang memiliki fasilitas untuk membayar pengeluaran rutin, seperti tagihan telepon, tagihan listrik, dan tagihan air. Dengan adanya kemudahan dan manfaat yang menjanjikan tersebut dapat menarik seseorang untuk memiliki kartu kredit. Pertumbuhan penggunaan kartu kredit terus semakin meningkat, data Bank Indonesia menunjukkan penerbitan kartu kredit selama akhir 2010 terdapat 13,57 juta kartu dan pada awal Februari 2011 bertambah menjadi menjadi 13,8 juta kartu, dan juga pada akhir bulan November 2011 menunjukkan pertumbuhan lagi sebesar 14,59 juta kartu kredit yang diterbitkan oleh 20 bank di Indonesia (http://keuangan.kontan.co.id, Januari 2012). Banyaknya penawaran dan kemudahan untuk mendapatkan kartu kredit cukup dengan fotocopi KTP, slip gaji atau surat keterangan penghasilan, foto dan surat keterangan lain yang dianggap perlu. Bahkan apabila calon pemegang kartu kredit yang mengajukan permohonan kartu kredit telah memiliki kartu kredit sebelumnya, maka calon pemegang kartu kredit yang bersangkutan hanya perlu menyerahkan fotokopi tagihan kartu kredit tersebut. Perkembangan penggunaan kartu kredit yang begitu pesat ini disebabkan karena sebagian dari masyarakat merasakan semakin pentingnya penggunaan kartu kredit sebagai alat bantu pembayaran dan penganti dari uang tunai mengingat kepraktisan, rasa nyaman dan aman yang ditimbulkan. Menurut Tambunan (2001) perilaku penggunaan kartu kredit secara berlebihan dalam hubungannya dengan tindakan pembelian suatu barang dan jasa yang sebenarnya kurang diperlukan sehingga lebih pada tujuan pemenuhan kepuasan. Perilaku dan kepribadian seseorang dalam pengendalian diri terhadap penggunaan kartu kredit secara berlebihan harus menjadi pertimbangan, pentingnya kemampuan untuk dapat mengendalikan diri dengan baik dalam proses pembelian barang akan memberikan pelajaran bahwa pengendalian menjadi sangat bermanfaat agar tidak membawa dampak negatif pada saat menggunakan kartu kredit.
2
Beberapa penelitian tentang sifat dasar kepribadian (personality traits) telah dilakukan, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Mowen (2000) mengidentifikasi delapan sifat dasar kepribadian yaitu terdiri dari variabel ketidakstabilan emosi (emosional instability),
introversi
(introversion),
kecermatan
(conscientiousness),
keterbukaan
pengalaman (openness to experience), keramahan (agreeable), materialisme (materialism), kebutuhan untuk menstimulasi (need for arousal) dan (body focus). Selain itu juga terdapat penelitian tentang personality traits yang mempengaruhi seseorang dalam penggunaan kartu kredit oleh Pirog dan Roberts (2007) melakukan penelitian mengenai kepribadian yang mempengaruhi perilaku pelajar atau mahasiswa dalam penyalahgunaan kartu kredit dengan menggunakan Mowen’s 3M Hierarchical, menemukan bukti empirik bahwa hanya lima dari delapan veriabel personality traits yang secara signifikan mempengaruhi perilaku penyalahgunaan
kartu
kredit
yaitu
variabel
emosional
instability,
introversion,
conscientiousness, materialism, dan need for arousal. Selanjutnya hanya beberapa sifat dasar kepribadian yang menunjukan hasil variabel yang signifikan terdiri dari materialism, need for arousal,
dan
juga
introversion.
Sedangkan
Supramono
dan
Irene
(2008)
juga
mengidentifikasi perilaku penyalahgunaan kartu kredit dengan elemental personal traits yang terdiri dari variabel emosional instability, materialism, introversion, need for arousal, conscientiousness serta dengan menggunakan variabel impulsiveness sebagai variabel interverning, dan dari hasil pengujian yang sudah dilakukan menunjukkan variabel Materialism, Conscientiousness dan impulsiveness yang lebih memiliki kecenderungan untuk melakukan penyalahgunaan kartu kredit. Menurut Engel dan Blacwell (dalam Verplanken dkk, 2001), mendefinisikan impulsiveness sebagai suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam toko. Rook (dalam Verplanken dkk, 2001), juga menunjukkan pembelian impulsif seringkali diasosiasikan dengan pembelian yang dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan, dilakukan di tempat kejadian, dan disertai timbulnya dorongan yang besar serta perasaan senang dan bergairah. Adanya tindakan impulsiveness dalam proses pembelian harus menjadi ukuran untuk menentukan keputusan penggunaan kartu kredit, dan juga pengaruh pengendalian diri terhadap penggunaan kartu kredit sangat tergantung pada bagaimana kecenderungan pemikiran dan kontrol perilaku pengguna pada saat melakukan pembelian barang dan jasa.
3
Penggunaan kartu kredit dengan tanpa pertimbangan secara cermat terhadap kemampuan keuangan dan hanya karena suatu dorongan impulsif saja harus menjadi pertimbangan bagaimana akibat dan dampak penggunaannya. Dalam penelitian ini tidak digunakan impulsiveness sebagai variabel interverning melainkan menggunakan variabel locus of control dikarenakan pentingnya pengendaliaan dalam proses transaksi menggunakan kartu
kredit
agar
dapat
mengetahui
fungsi
dan
bagaimana
sebenarnya
dalam
mempertimbangkan manfaat dan risiko penggunaan kartu kredit. Menurut Rotter (dalam Hyatt dkk,
2001), menyatakan bahwa locus of control baik internal maupun eksternal
merupakan tingkatan dimana seorang individu berharap bahwa hasil dari perilaku mereka tergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik personal mereka. Mereka yang yakin dapat mengendalikan tujuan mereka dikatakan memiliki internal locus of control, sedangkan yang memandang hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan pihak luar disebut memiliki external locus of control (Robbins, 2001). Oleh karena itu tindakan penggunaan kartu kredit tergantung dari aktifitas pengguna kartu itu sendiri dan bagaimana pengendalian terhadap pengaruh keadaan lingkungan sekitarnya, semakin besar pengandalian diri seseoarang maka semakin kecil risiko yang akan diterima ketika menggunaan kartu kredit, dapat dikatakan bahwa aktifitas penggunaan kartu kredit tidak dapat dilepaskan dari konsep tentang Locus of control (pusat kendali). Penelitian ini mencoba dengan menggunakan metode pengukuran yang dilakukan oleh Pirog dan Robert (dalam Supramono dan Idriani, 2008) yang menggunakan sifat dasar kepribadian (personality traits) terdiri dari ketidakstabilan emosi (emosional instability), materialisme (materialism), kebutuhan untuk menstimulasi (need for arousal), kecermatan (conscientiousness),
dan
introversi
(introversion),
yang
mempengaruhi
perilaku
penyalahgunaan kartu kredit. Selain itu melihat hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya tentang pengaruh kepribadian dalam penyalahhunaan kartu kredit menghasilkan berbagai hasil variabel pengujian yang berbeda. Oleh karena itu penelitian ini ingin mencoba mengkaji kembali bagaimana pengaruh personality traits terhadap penggunaan kartu kredit dengan menggunakan sampel yang berbeda. Selain itu pentingnya pengendalian diri dalam penggunaan kartu kredit, penelitian ini akan menguji keberadaan dari variabel locus of control sebagai variabel moderating hubungan antara personality traits terhadap penggunaan kartu kredit.
4
Sebagai objek penelitian dipilih PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang Fast moving consumer goods (FMCG), perusahaan ini berdiri sejak tahun 1991 yang menciptakan berbagai kategori produk meliputi makanan, minuman, energy drink, perawatan dan vitamin rambut, hingga produk untuk kebutuhan bayi. Melihat latar belakang yang diuraikan diatas, maka muncul tiga rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah terdapat pengaruh personality traits terhadap perilaku penggunaan kartu kredit? 2. Apakah locus of control menjadi variabel moderating antara personality traits terhadap perilaku penggunaan kartu kredit?
5
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Personality Traits Penggunaan kartu kredit seringkali hanya dijadikan acuan untuk menawarkan kepraktisan dan keamanan dalam berbelanja. Bagaimana gambaran dari kepribadian seseorang dengan adanya fasilitas kartu kredit dapat terlihat bagaimana sebenarnya cara memanfaatkan fasilitas yang ada atau hanya diperggunakan untuk mendukung gaya hidup yang dianutnya, sehingga pemanfaatan penggunaan kartu kredit sendiri sebenarnya tergantung pada karateristik individu dan bagaimana kepribadian dari penggunanya. Penelitian sifat dasar kepribadian (personality traits) yang dilakukan oleh Pirog dan Roberts (2007) mengidentifikasi hanya lima dari delapan sifat dasar kepribadian yang secara signifikan mempengaruhi perilaku penggunaan kartu kredit yaitu variabel emosional instability, materialism, introversion, need for arousal, dan conscientiousness. Dengan kata lain kepribadian pada diri seseorang sangat berhubungan atau dipengaaruhi oleh pola hidup, pengambilan keputusan dalam kegiatanya sehari-hari ataupun ketika orang tersebut sedang atau akan melakukan pembelian dengan kartu kredit. Menurut Kinicki dan Kreitner (2006), Personality traits adalah sebuah sistem yang melekat dan sebuah karakteristik yang ada pada diri individu yang berkontribusi secara konsisten terhadap pemikiran atau gagasan, perasaan, dan perilakunya. Oleh sebab itu bagaimana kepribadian pada masing-masing individu sangat mempengaruhi dan berperan aktif dalam setiap aktivitas keseharianya, hal ini dapat dilihat melalui gaya hidup yang tercermin pada waktu seorang individu dalam proses pengambilan keputusan saat menggunaan kartu kredit untuk pembelian barang atau jasa dalam pemenuhan kebutuhannya. Menurut Supramono dan Idriani (2008) pengukuran dari masing-masing personality traits dapat dibedakan dari masing variabel, Emosional instability menggunakan indikator meliputi moody, mudah marah (temperamental), mudah tersinggung dan emosi yang naik turun. Variabel Introversion memiliki indikator menjadi pemalu ketika ada orang lain, sulit menyampaikan sesuatu hal, menjadi pendiam ketika
6
ada orang lain dan tertutup. Conscientiousness terdapat empat indikator yaitu efisien, tepat, terorganisir dan cermat. Variabel Materialism dibedakan menikmati membeli sesuatu yang mahal, kenikmatan memiliki sesuatu yang mewah, kepemilikan sesuatu yang mahal adalah prioritas utama dan pengumpulan barang yang mahal adalah sesuatu yang penting. Selanjtnya variabel Need for arousal juga terdapat empat indikator yaitu mudah tertarik dengan sesuatu yang baru, menyukai sesuatu yang berbeda dan unik, memiliki rasa ingin tahu yang tinngi dan senang dan antusias terhadap tantangan. Sedangkan menurut Wells dan Prensky (1996) Personality seseorang itu berkecenderungan untuk berkelakuan khusus ketika dirinya itu sedang berinteraksi dengan lingkungannya untuk mencapai dan memenuhi berbagai kebutuhan dan hasratnya dalam sebuah area yang khusus dari kehidupannya. Dengan kata lain, ciri kepribadian seseorang yang ditunjukkan memiliki kemungkinan untuk berubah dalam suatu kondisi dan situasi tertentu tergantung bagaimana individu tersebut mengendalikan perilaku dan aktifitasnya.
Penggunaan Kartu Kredit Memiliki akses terhadap kartu kredit dapat memberikan kemudahan dalam bertransaksi, mendapat kenyamanan ketika seseorang sedang melakukan kegiatan berbelanja dan bisa menjadi alat bantu pembayaran yang sangat berguna asalkan dapat diperggunakan dengan baik. Menurut Ingene dan Levy (dalam Joyce, 2005), ada tiga alasan mengapa seseorang memilih untuk memakai kartu kredit daripada membayar tunai. Pertama, karena konsumen membutuhkan kartu kredit untuk mampu membeli barang atau jasa yang diinginkan. Kedua, konsumen ingin memanfaatkan kenyamanan untuk tidak perlu membawa uang tunai. Ketiga, konsumen merupakan orang yang sangat perhitungan dan memahami keuntungan yang diperoleh dari membeli sekarang dan membayar kemudian. Menurut Frensidy (2009), ada enam persepsi berbeda di masyarakat terhadap penggunaan kartu kredit, mereka yang melihat kartu kredit lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya, mereka yang memahami adanya manfaat dari kartu kredit dan pernah memiliki kartu kredit, mereka yang menilai kartu kredit 7
itu sangat bermanfaat karena mempermudah manajemen kas dan belanja barang yang dibutuhkan, mereka yang memandang kartu kredit sebagai peningkatan pengeluaran bulanan, mereka yang cenderung high profile, mereka yang lebih besar expense dari pada income. Sedangkan Pirog dan Roberts (2007) menentukan indikator pengukuran penggunaan kartu kredit yaitu biasanya menggunakan kartu kredit tidak melebihi batas maksimum (limit), jarang menggunakan kartu kredit, segala macam pembayaran dengan kartu kredit, kurang perduli harga produk ketika menggunakan kartu kredit, selalu membayar tagihan kartu kredit di akhir bulan, jarang mengambil uang tunai pada kartu kredit. Memiliki akses terhadap kartu kredit dapat menyediakan cara yang nyaman untuk berbelanja dan melakukan berbagai kegiatan transaksi. Meskipun sudah banyak masyarakat dalam mengelola risiko penggunaan kartu kredit dengan bijaksana, dengan membayar tagihan setiap bulan, menggunakan apabila benar-benar membutuhkan dan menggunakan kartu kredit tidak sampai batas limit, akan tetapi banyak juga yang masih kurang baik dalam pengelolaan dari penggunaan kartu kredit yang nantinya dapat menyebabkan masalah keuangan.
Locus of control Dalam penelitian ini terdapat sebuah konsep yang berbeda dengan menggunakan variabel moderating yaitu Locus of control. Rotter (dalam Robbins dkk, 2007), menyatakan bahwa penentu nasib individu bergantung pada pengendalian locus of control internal dan eksternal yang mewakili dua ujung kontinum, bukan secara terpisah. Internal cenderung menyatakan bahwa sebuah peristiwa berada pada control mereka sendiri, sementara eksternal lebih cenderung menyalahkan factor luar yang mempengaruhi suatu kejadian yang menimpa diri mereka. Rotter (dalam Yohana dan Ida, 2010) membedakan orientasi Locus of control menjadi dua yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal. Individu dengan locus of control internal cenderung menganggap bahwa ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (effort) lebih menentukan apa yang mereka peroleh dalam hidup mereka. Selanjutnya locus of control eksternal 8
cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir, keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa. Selain itu, Spector (dalam Robbins dkk, 2007) menyatakan bahwa locus of control adalah variabel kognitif yang mewakili keyakinan umum individu pada kemampuannya untuk mengontrol penguatan positif serta negatif dalam kehidupanya. Oleh karena itu risiko orientasi kontrol diri merupakan ukuran bagaimana seseorang memandang hubungan antara pengaruh internal dalam dirinya ataupun kekuatan eksternal disekitarnya tergantung pada tindakan dan hasil dari perbuatan yang dilakukannya apakah tindakan tersebut dapat dikendalikan ataupun tidak. Dapat dikatakan bahwa dengan adanya locus of control pada seseorang dapat meminimalkan risiko dan dapat menjadi penentu nasib mereka sendiri yang akan diterima kedepannya. Ausubel (dalam Robbins dkk, 2007) mengelompokkan pengguna kartu kredit dalam tiga kelompok besar yaitu hampir tidak berisiko, berisiko kecil, dan berisiko besar. Memiliki akses terhadap kartu kredit dapat menyediakan cara yang nyaman untuk berbelanja, meskipun sudah banyak masyarakat dalam mengelola risiko kredit dengan bijaksana, akan tetapi banyak juga yang masih kurang baik dalam pengelolaan kredit yang nantinya dapat menyebabkan masalah keuangan dan lain-lain. Keberadaan locus of control dalam penelitian ini adalah dengan mempertimbangkan penelitian Indriantoro (2000) yang telah membuktikan bahwa locus of control merupakan salah satu variabel moderasi yang dapat digunakan untuk penelitian di Indonesia. Penelitian Mattola (2011) yang menyatakan bahwa locus of control dapat memoderasi hubungan pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja. Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (dalam Gudono dan Cecilia, 2007) yang mengemukakan bahwa locus of control tidak dapat memoderasi hubungan gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Adanya ketidakkonsistenan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan faktor situasional tugas dan peran dari locus of control mendorong penelitian ini untuk mencoba menguji kembali apakah variabel locus of control dapat memoderasi hubungan antara personality traits dengan penggunaan kartu kredit.
9
Rumusan Hipotesis dan Model Penelitian Pengaruh perilaku penggunaan kartu kredit berdasarkan emotional instability, dapat berpengaruh terhadap keinginan untuk melukukan konsumsi barang-barang, memakai, menggunakan, menghabiskan sesuatu yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Pirogs dan Robert (2007) dan Mowen dan Spears (1999) menyatakan bahwa emotional instability merupakan salah satu faktor yang meningkatkan perilaku konsumtif seseorang yang berdampak pada penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran secara berlebihan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku emotional instability berkaitan erat dengan proses pengambilan keputusan untuk menggunakan barang atau jasa bukan karena kebutuhan akan tetapi hanya untuk memuaskan keinginnannya. Jadi semakin tinggi emotional instability dapat berpengaruh pada penggunaan kartu kredit yang tidak terkendali. Berdasarkan uraian di atas selanjutnya dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut : H1 : Emosional instability berpengaruh negatif terhadap penggunaan kartu kredit.
Seorang introversion biasanya lebih suka bekerja di rumah,, kutu buku, penyendiri, pemalu, dan tidak ramah. Introvert juga dapat dilihat sebagai kurang keterampilan sosial. Introvert cenderung kurang tegas, jarang berbicara, kurang aktif bila dibandingkan dengan yang extrovet (Mooradian dan Oliver, 1997), jarang mengeluh (Harris dan Mowen, 2001; Richins, 1983), lebih rawan terhadap pertumbuhan neraca keuangan yang tidak terkendali. Seorang yang introvert cenderung memutuskan keputusanya sendiri dan perlu waktu untuk berpikir sendiri, sehingga seorang yang introvert dalam penggunaan kartu kredit cenderung melakukan apa yang dia mau untuk mempermudah dalam melakukan apa saja yang diinginkan, termasuk berbelanja. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Introversion berpengaruh negatif terhadap penggunaan kartu kredit.
10
Conscientiousness merupakan kepribadian dengan tindakan terorganisir, teliti, cerdas, dan mereka juga cenderung melakukan perencanaan bukan spontanitas dan bekerja keras. Menurut Salgado (dalam Supramono dan Idriani, 2008) conscientiousness merupakan salah satu ciri kepribadian yang berhubungan dengan pencapaian kesuksesan dalam semua kategori pekerjaan, Sedangkan Pirog dan Roberts (2007) seseorang yang memiliki conscientiousness tinggi diharapkan akan sangat cermat dalam penggunaan fasilitas kartu kredit. Conscientiousness memiliki kecenderungan untuk menunjukkan disiplin diri, tindakan patuh, dan menunjukkan preferensi untuk merencanakan sesuatu terlebih dahulu yang bertujuan pencapaian keinginan untuk mendapat sesuatu yang diharapankannya, memiliki tingkat kesadaran tinggi dan tanggung jawab. Jadi semakin tinggi conscientiousness seseorang akan dapat mengontrol penggunaan kartu kredit. Berdasarkan uraian di atas selanjutnya dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut : H3 : Conscientiousness berpengaruh positif terhadap penggunaan kartu kredit.
Materialism merupakan sifat yang menimbulkan suatu kepuasan saat memiliki suatu barang. Semakin tinggi tingkat materialism, maka kepemilikan akan suatu barang menjadi sangat penting dan akan menjadi sumber kepuasan yang sangat besar. Menurut Pirog dan Robert (2007), menemukan bahwa penyalahgunaan kartu kredit sangat kuat di tentukan dari adanya pembelian kompulsif. Sedangkan Tokunga (1993), seseorang materialism merupakan individu yang melihat barang sebagai sumber kekuatan dan harga diri merupakan pemegang kartu kredit yang gagal. Dengan kata lain sifat materialism menggambarkan seseorang yang nyata lebih peduli dengan hal-hal material, (seperti uang dan harta) dan berbelanja dengan mennggunakan kartu kredit akan terasa lebih mudah, tanpa mempertimbangkan risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuannya (gagal bayar). Dari uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4 : Materialism berpengaruh negatif terhadap penggunaan kartu kredit.
11
Need for arousal menggambarkan hubungan perilaku kepribadian yang mempengaruhi perasaan, kepuasan dan untuk menunjukkan dimensi kepribadian secara teoritis yang berhubungan dengan tingkatan gairah pada individu. Menurut Mehrabian dan Russel, (dalam Pirog dan Robert, 2007), tindakan pembelian merupakan suatu rangsangan atau stimulasi bagi beberapa pembeli karena hal itu menggambarkan kekuatan dan status kepuasan pada barang dan jasa yang diinginkan. Penggunaan kartu kredit merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengisi waktu luang dan untuk mendapatkan kepuasan, karena sebuah produk baru yang dibeli, meskipun juga mengarah pada kecemasan karena adanya tagihan yang timbul setelah melakukan pembelian dengan kartu kredit. Sehingga need for arousal hanya berperan untuk memberikan gambaran sebuah kegembiraan dan cara dalam perbaikan perasaan seseorang dengan melakukan pembelian menggunakan kartu kredit. Berdasarkan uraian di atas selanjutnya dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut : H5 : Need for arousal berpengaruh negatif terhadap penggunaan kartu kredit.
Locus of control mengacu pada persepsi individu tentang penyebab utama yang mendasari peristiwa dalam hidup. Zimbardo (dalam Robbins dkk, 2007), mengukapkan bahwa locus of control merupakan kepercayaan tentang apakah hasil dari tindakan kita bergantung pada apa yang kita lakukan (orientasi kontrol internal) atau pada peristiwa di luar kendali pribadi kita (orientasi kendali eksternal). Tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka. Rotter (dalam Ashok dkk, 2011). Locus of control dipandang sebagai persepsi bahwa nasib seseorang dikendalikan oleh orang itu sendiri maupun kekuatan eksternalnya (seperti takdir dan orang lain), dapat dikatakan adanya locus of control dapat membatasi dan mengontrol berbagai kegiatan dan juga ketika menggunakan kartu kredit. Dari uraian di atas maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut: H6 : Locus of control berpengaruh positif terhadap penggunaan kartu kredit.
12
Seseorang dengan Emosional instability akan merasa puas setelah melakukan aktivitas berbelanja. Besarnya keinginan dan kepuasan untuk melakukan belanja, dengan adanya locus of control akan dapat mengurangi aktifitas konsumtif atas kepemilikan suatu barang dan dapat membedakan antara kebutuhan atau sekedar hanya keinginan terhadap konsumsi barang tersebut. Meurut Rotter (dalam Robbins dkk, 2007), cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya. Adanya locus of control dapat berperan untuk mengendalikan seseorang ketika menggunakan kartu kredit. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H7 : Locus of control menjadi moderasi Emosional instability terhadap penggunaan kartu kredit.
Kepemilikan
kartu
kredit
pada
sesorang
yang
Introvret
dapat
mempermudah untuk melakukan apa saja tidak terkecuali saat berbelanja, karena pertimbangan sendiri dan tidak perduli dengan kondisi keuangannya. Introvert merupakan individu yang tenang, menjaga perasaannya secara tertutu, dalam beberapa hal pesimis, menjalani kehidupan sehari-hari dengan keseriusan, damai, mampu menguasai diri, tertutup dan tenang (Parvin dkk, 2006). Kurangnya interaksi dan hanya mempertimbangkan sesuatu sendiri tanpa masukan orang lain akan dapat mempercepat dalam menentukan keputusan dan kegiatan dalam penggunaan kartu kredit. Dengan demikin locus of control akan dapat berperan untuk memperkuat dalam mempertimbangkan ketika pengambilan keputusan dalam proses pembelian barang dengan kartu kredit. Dari uraian di atas dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut: H8 : Locus of control menjadi moderasi Introversion terhadap penggunaan kartu kredit.
13
Seorang yang memiliki conscientiousness tinggi akan cenderung mengurangi penyalahgunaan kartu kredit,
karena dalam hal belanja lebih
didorong oleh faktor lebih teliti, cermat dan memiliki kecerdasan dalam memilih barang yang akan dibeli. Menurut Feist dan Gregory (2008) mengatakan bahwa orang yang tinggi dalam dimensi conscientiousness umumnya berhati-hati, dapat diandalkan, teratur dan bertanggung jawab dalam keputusan. Adanya locus of control akan memiliki peranan yang sama ketika menggunakan kartu kredit, karena dapat meninimalkan risiko dan dapat mengendalikan segala transaksi pembayaran. Berdasarkan uraian di atas selanjutnya dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut: H9 : Locus of control menjadi moderasi Conscientiousness terhadap penggunaan kartu kredit.
Individu yang memiliki sifat materialism
merujuk pada bagaimana
seorang individu memberikan perhatian yang besar pada masalah kepemilikan duniawi. Oleh sebab itu penggunaan kartu kredit dapat meningkatkan sifat materialism. Menurut Richins dan Dawson (1992) materialism ditandai dengan penekanan kuat pada akuisisi kepemilikan barang, mereka berfikir tentang harta benda sebagai sarana penting dalam mengejar kebahagiaan dan cenderung melihat kesuksesan dalam hal harta juga. Penggunaan kartu kredit terhadap individu yang memiliki sifat materialism hanya merupakan suatu keinginan untuk mewujudkan sumber kepuasan atas kepelikan suatu barang. Melalui locus of control akan bermanfaat untuk mengontrol dalam pengambilan keputusan berbelanja ataupun kegiatan yang berdampak pada penggunaan kartu kredit yang berlebihan. Dari uraian di atas dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut: H10 : Locus of control menjadi moderasi Materialism terhadap penggunaan kartu kredit.
14
Need for arousal dalam kaitannya dengan konsep seperti kecemasan, perhatian, agitasi, stres, dan motivasi atas keputusan pembelian, need for arousal merupakan input untuk pencapaian kepuasan oleh Rook (dalam Supramono dan Idriani, 2008), serta setelah mendapatkan perasaan puas itu need for arousal mulai berperan dan akan mendorong kegiatan belanja secara langsung dengan melakukan transiksi-transaksi pembayaran menggunakan kartu kredit dan akan meningkat dengan sendirinya. Dengan adanya locus of control pada seseorang akan dapat mengurangi keinginan serta dorongan untuk melakukan kegiatan berbelanja. Berdasarkan uraian di atas dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut: H11 : Locus of control menjadi moderasi Need for arousal terhadap penggunaan kartu kredit.
Model Penelitian Gambar 1.1 Kerangka Penelitian
Emosional instability
Introversion
Penggunaan Kartu Kredit
Conscientiousness
Materialism
Locus of control
Need for arousal
15
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan elemen yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (Supramono dan Sugiarto, 1993). Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh popolasi tersebut (Umar, 1997). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh karyawan di PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO, namun tidak semua anggota populasi diteliti, akan tetapi dengan menggunakan sampel. Berdasarkan metode Nonprobability Sampling yaitu Purposive Sampilng dengan kriteria karyawan yang telah menggunakan atau memiliki akses kartu kredit, maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 63 karyawan dari 80 karyawan di divisi R&D (Research and Development).
Definisi Operasional dan Pengukuran Konsep Penelitian ini menggunakan konsep kepribadian (personality traits) dan penggunaan kartu kredit, dalam penelitian Pirog dan Robert (dalam Supramono dan Idriani, 2008) dengan menggunakan Mowen’s 3M Hierarchical menemukan sifat dasar personal traits yang terdiri dari ketidakstabilan emosi (emosional instability),
introversi
(introversion),
kecermatan
(conscientiousness),
materialisme (materialism), dan kebutuhan untuk menstimulasi (need for arousal). Masing-masing subkonsep tersebut akan diukur pada aras pengukuran ordinal karena besarnya secara kuantitatif belum dapat diketahui, dengan menggunakan Skala Likert 5 yang menunjukkan derajat kesatuan terhadap pernyataan atau pertanyaan. Selanjutnya untuk variabel Locus of control yang merupakan variabel moderasi, dalam pengendalian aktifitasnya, menurut Rotter (dalam Donelly dkk, 2003) Locus of control diukur dengan menggunakan persepsi responden atas hubungan antara hasil akhir berupa penghargaan dan penyebabnya dengan menggunakan Skala Likert 5. Menurut Berkowitz (dalam Azwar, 2006) item yang digolangkan menjadi kelompak item favourabel, yakni item yang mendukung atau
16
memihak konstruk yang diukur dan item unfavourabel, yakni item yang tidak mendukung atau tidak memihak konstruk yang diukur, dimana untuk pemberian skor pada setiap variabel berkisar dari 5 sampai dengan 1 diberikan untuk variabel yang bersifat favourable (skor dibaca searah), sedangkan untuk unfavourabel (skor dibaca terbalik) berkisar dari 1 sampai 5.
Tabel 3.1 Pengukuran Konsep Konsep
Definisi Konsep
Indikator Biasanya
Pertanyaan Saya membeli
Pengukuran Sangat tidak setuju = 1
Penggunaan
Bagaimana cara
Kartu Kredit
mempergunakan
menggunakan kartu
produk dengan
Tidak setuju = 2
dan manfaatkan
kredit tidak melebihi
menggunakan kartu
Cukup = 3
kepemilikan atas
batas maksimum
kredit tidak sampai
Setuju = 4
kartu kredit.
(limit).
batas maksimum
Sangat setuju = 5
Jarang menggunakan
(limit).
kartu kredit.
Saya jarang
Segala macam
berbelanja
pembayaran dengan
menggunakan kartu
kartu kredit. (R)
kredit.
Kurang perduli harga
produk ketika
kartu kredit untuk
menggunakan kartu
melakukan segala
kredit. (R)
macam pembayaran.
Selalu membayar
(R)
tagihan kartu kredit
Saya menggunakan
Saya menjadi tidak
di akhir bulan.
perduli dengan harga
Jarang mengambil
produk ketika
uang tunai pada kartu
menggunakan kartu
kredit.
kredit. (R) Saya selalu membayar tagihan kartu kredit setiap akhir bulan. Saya jarang menarik uang tunai melalui
17
kartu kredit pada saat akan melakukan pembelian yang tidak direncanakan secara tunai. Emosional
Perilaku yang
Moody.
instability
hanya
Mudah marah
mempertimbangk
Saya tidak dapat
(temperamental).
an suasana hati,
Mudah tersinggung.
emosi dan hanya
Emosi yang naik
untuk mencapai
Sangat tidak setuju = 5
mengontrol diri saat
Tidak setuju = 4
keinginan (moody)
Cukup = 3
berbelanja tinggi.
Setuju = 2
Saya cenderung
Sangat setuju = 1
mudah marah setelah
turun.
kepuasan yang
melakukan
maksimal.
pembelian yang tidak perlu dengan menggunakan kartu kredit. Saya mudah tersinggung saat mengetahui besarnya jumlah tagihan kartu kredit. Saya tidak bisa mengontrol emosi ketika mengetahui tagihan kartu kredit yang membengkak.
Introversion
Seseorang yang cenderung kurang tegas, jarang berbicara, kurang aktif bila dibandingkan dengan extrovet.
Menjadi pemalu ketika ada orang lain. Sulit menyampaikan sesuatu hal. Menjadi pendiam ketika ada orang lain. Tertutup.
Saya cendrung malu ketika ada masalah
Tidak setuju = 4
pelunasan tagihan
Cukup = 3
kartu kredit.
Setuju = 2
Saya sulit menyampaikan sesuatu kepada orang lain ketika ada masalah terhadap penggunaan kartu
18
Sangat tidak setuju = 5
Sangat setuju = 1
kredit. Saya akan diam ketika ada masalah tentang penggunaan kartu kredit. Saya cenderung tertutup ketika menghadapi masalah pembayaran tagihan kartu kredit. Conscientiou sness
Kepribadian yang
Efisien.
Saya selalu seefisien
dalam
Tepat.
mungkin ketika
Tidak setuju = 2
tindakannya
Terorganisir.
melakukan
Cukup = 3
terorganisir, teliti
Cermat.
pembelian dengan
Setuju = 4
kartu kredit.
Sangat setuju = 5
dan rapi, cerdas,
Sangat tidak setuju = 1
Saya melakukan
bekerja keras dan bertangguang
pembelian dengan
jawab.
kartu kredit pada saat ada promo atau diskon. Saya merencanakan terlebih dahulu produk apa saja yang akan dibeli saat melakukan pembelian dengan kartu kredit. Saya selalu cermat ketika menggunakan kartu kredit untuk membeli produk yang penting saja.
Materialism
Bagaimana individu memberikan perhatian yang
Menikmati membeli
Saya menikmati saat
sesuatu yang mahal.
mebeli produk yang
Tidak setuju = 4
mahal dengan kartu
Cukup = 3
kredit.
Setuju = 2
Kenikmatan memiliki sesuatu
19
Sangat tidak setuju = 5
besar pada masalah
yang mewah.
Saya menikmati
Kepemilikan sesuatu
produk mewah yang
kepemilikan
yang mahal adalah
saya beli dengan
duniawi.
prioritas utama.
kartu kredit.
Pengumpulan barang
Sangat setuju = 1
Saya mengutamakan
yang mahal adalah
membeli produk
sesuatu yang penting.
yang mahal dan bermerek ketika menggunakan kartu kredit. Saya senang menyimpan (mengkoleksi) produk-produk mahal yang dibeli dengan kartu kredit.
Need for
Perilaku
arousal
kepribadian untuk mempengaruhi perasaan, kepuasan dan tingkatan gairah pada individu.
Mudah tertarik
Saya jarang
Sangat tidak setuju = 5
dengan sesuatu yang
melakukan
Tidak setuju = 4
baru.
pembelian dengan
Cukup = 3
kartu kredit
Setuju = 2
yang berbeda dan
meskipun ada produk
Sangat setuju = 1
unik.
menarik yang ingin
Menyukai sesuatu
Memiliki rasa ingin
dibeli.
tahu yang tinngi.
Saya senang membeli
Senang dan antusias
produk yang berbeda
terhadap tantangan.
dan unik dengan kartu kredit. Saya senang menacari informasi yang berkaitan dengan diskon pembelian dengan kartu kredit. Saya senang membeli produk yang saya suka dengan kartu
20
kredit meskipun mahal. Locus of
Suatu cara
Ketrampilan
control
pandang
Kemampuan
membedakan produk
Tidak setuju = 2
seseorang
Usaha
yang harus dibeli
Cukup = 3
terhadap suatu
Takdir
atau yang tidak
Setuju = 4
peristiwa, apakah
Nasib
dibeli saat
Sangat setuju = 5
dia dapat atau
Keberhuntungan
menggunakan kartu
tidak dapat
Orang lain yang
kredit.
mengendalikan
Saya dapat
Saya menggunakan
berkuasa.
(control) suatu
kartu kredit sesuai
peristiwa.
kemampuan finansial. Saya selalu berusaha menggunakan kartu kredit pada saat dibutuhkan atau diperlukan saja (emergency). Saya berkewajiban membayar tagihan kartu kredit saya setiap bulannya. Saya harus bersedia menanggung resiko ketika tidak bisa membayar tagihan dan bunga kartu kredit. Saya bisa memanfaakan kartu kredit apabila tidak membawa uang tunai saat berbelanja. Saya cenderung
21
Sangat tidak setuju = 1
bertanya kepada orang lain (teman) apabila terjadi masalah dalam penggunaan kartu kredit
Keterangan: 1. Indikator pada Penggunaan Kartu Kredit mengacu pada Pirog dan Roberts (2007). 2. Indikator pada personality traits mengacu pada Supramono dan Idriani (2008). 3. Indikator pada Locus of control mengacu pada Yohana dan Ida (2010). 4. Simbol (R) menjelaskan pertanyaan yang bersifat unfavourabel. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu data primer. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama seperti hasil dari wawancara atau hasil kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Umar, 1997). Data diperoleh melalui penyebaran kuisioner dan wawancara kepada beberapa responden. Kuisioner ini disebarkan kepada setiap karyawan di PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO yang sudah mempunyai kartu kredit. Kegiatan penyebaran kuisioner dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada beberapa karyawan untuk diminta pendapatnya mengenai suatu pernyataan pada pennggunaan kartu kredit. Selain itu, penelitian Purposive Sampling ini dimaksudkan untuk dapat menentukan responden berdasarkan kriteria tertentu agar respoden dari masing-masing karyawan yang benar telah memiliki ataupun yang telah menggunakan kartu kredit dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk penelitian.
22
Teknik Analisis Analisis data untuk penelitian ini diawali dengan uji reliabilitas dan uji validitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Kriteria data dikatakan valid jika korelasi r hitung positf > r tabel dan dikatakan tidak valid jika korelasi r hitung positf < r tabel, dengan tingkat signifikansi a = 5 %. Selanjutnya Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas dan hanya pertanyaan-pertanyaan yang telah dianggap valid. Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur apabila dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari jawaban atau pertanyaan jika pengamatan dilakukan secara berulang. Uji coba terhadap butir pertanyaan yang valid dilakukan untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah dengan melihat hasil koefisien dari Cronbach Alpha.
Kriteria pengujian uji reliabilitas adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005): 1. Alpha > 0,60 konstruk (variabel) memiliki reliabilitas, 2. Alpha < 0,60 konstruk (variabel) tidak memiliki reliabilitas.
Setelah melakukan uji reliabilitas dan validitas, maka selanjutnya membuat statistik deskriptif dari masing-masing indikator variabel personality traits dan untuk rata-rata total dari masing-masing indikator dihitung dari cara:
Rata-rata total = Total mean dari masing-masing indikator jumlah indikator
Selanjutnya untuk menentukan rentang skala kategori, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah dari nilai rata-rata jawaban responden maka dapat menggunakan rumus (Simamora, 2004):
23
Interval = Nilai maksimum – Nilai minimum Jumlah kelas Interval = 5 – 1 = 0,8 5
Dari uraian diatas dapat diperoleh kategori tingkat variabel sebagai berikut:
Tabel 3.2 Tingkat Kategori variabel Favourabel
Unfavourabel
1,00 – 1,79 = Sangat rendah
4,20 – 5,00 = Sangat tinggi
1,80 – 2,59 = Rendah
3,40 – 4,19 = Tinggi
2,60 – 3,39 = Sedang
2,60 – 3,39 = Sedang
3,40 – 4,19 = Tinggi
1,80 – 2,59 = Rendah
4,20 – 5,00 = Sangat tinggi
1,00 – 1,79 = Sangat rendah
Metode yang digunakan untuk menganalisis data selanjutnya adalah menggunakan analisa regresi berganda karena untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu personality traits dengan penggunaan kartu kredit dan untuk mengetahui pengaruh variabel Locus of control yang merupakan variabel moderasi terhadap variabel personality traits dengan penggunaan kartu kredit digunakan analisis Moderated Regression Analysis (MRA). Variabel moderating adalah variabel independen yang akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen. Adapun model hubungan adanya pengaruh moderating dapat dilihat sebagai berikut (Ghozali, 2005).
24
Gambar 3.1 Model Analisis Moderating
Personality traits
Penggunaan kartu kredit
Locus of control
Gambar tersebut menjelaskan variabel locus of control merupakan variabel moderating oleh karena dapat melemahkan atau memperkuat hubungan antara personality traits dan penggunaan kartu kredit. Semakin tinggi pengaruh dari personality traits dan lucus of control, maka semakin baik penggunaan kartu kredit. Sebaliknya semakin tinggi personality traits akan tetapi locus of control rendah, maka tidak berpengaruh pada penggunaan kartu kredit. Uji interaksi (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi perkalian dua arah atau lebih variabel independen dengan rumus persamaan sebagai berikiut (Ghozali, 2005). Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X1X2 + e
(1)
Variabel perkalian antara X1 dan X2 merupakan variabel moderating oleh karena menggambarkan pengaruh moderating variabel X2 terhadap hubungan X1 dan Y. Sedangkan variabel X1 dan X2 terhadap Y. Sedangkan variabel X1 dan X2 merupakan pengaaruh langsung dari variabel X1 dan X2 terhadap Y. Mengapa perkalian antara X1 dan X2 dapat dianggap sebagai moderating, dapat dijelaskan dengan dengan membuat persamaan derivasi (turunan) X1 atau dY/dX1 dari persamaan (1). Hasil dari dY/dX1 adalah :
dY/dX1 = b1 + b3 X2
(2)
25
Persamaan (2) memberikan makna bahwa dY1/dX1 merupakan fungsi dari X2 atau variabel X2 memoderasi hunbungan X1 dan Y. Selanjutnya koefisien jalur dihitung dengan membuat persamaan regresi yang menunjukan suatu hubungan. Dalam hal ini ada tiga persamaan yaitu:
Y1 = b + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e.
(3)
Y2 = b + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6Y1 + e.
(4)
Y3 = b + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6Y1 +
(5)
(b1X1
+ ... + b5X5)*b6Y1 + e
Keterangan : Y1 = Locus of control Y2,Y3 = Penggunaan Kartu Kredit X1 = Emosional instablity X2 = Introversion X3 = Conscientiousness X4 = Materialism X5 = Need for arousal b = Konstanta b1-b6 = Koefisien regresi e = error tern
26
Hasil Penelitian Gambaran Responden Responden dalam penelitian ini adalah sejumlah 63 karyawan di divisi R&D (Research and Development), yang sudah memiliki dan menggunakan kartu kredit di PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO, dengan karakteristik sebagai berikut: Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Lama Kerja
Pendapatan
Kategori
Jumlah
Persentase
Pria
11
17,5
Wanita
52
82,5
20 – 25
21
33,4
25 – 30
12
19,0
> 30
30
47,6
D3
13
20,6
S1
47
74,6
S2
3
4,8
< 5 tahun
36
57,1
5 – 10 tahun
17
27
> 10 tahun
10
15,9
< Rp 3 juta
17
27
Rp 3 juta – Rp 5 juta
15
23,8
> Rp 5 juta
31
49,2
Sumber: Data primer, 2012
Tabel tersebut menunjukkan bahwa responden didominasi oleh karyawan wanita sebanyak 82,5 %, dan karyawan pria adalah 17,5 %. Dilihat dari tingkat pendidikan bahwa mayoritas responden didominasi berpendidikan S1 yaitu sebanyak 74,6 %. Sementara itu penyebaran sampel berdasar usia secara umum responden didominasi oleh karyawan senior dalam usia masa kerja 27
sebanyak 66,7 %. Sedangkan pada pendapatan karyawan paling rendah adalah kurang dari Rp. 3.000.000,- per bulan sebanyak 27 % dan pendapatan tertinggi adalah lebih dari Rp. 5.000.000,- per bulan sebanyak 49,2 %. Pendapatan karyawan umumnya cukup tinggi, hal tersebut dapat digunakan sebagai indikator atas kesejahteraan karyawan dan kepemilikan atas penggunaan kartu kredit. Selanjutnya diuraikan deskripsi dari masing-masing variabel dari elemen personality traits yang meliputi Penggunaan Kartu kredit, emosional instability, introversion, conscientiousness, materialism, need for arousal, dan locus of control. Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Penelitian Variabel
Rata-rata Skor
Keterangan
Penggunaan kartu kredit
4,1
Tinggi
Emotional Instability
3,9
Tinggi
Introversion
3,1
Sedang
Conscientiousness
4,3
Sangat tinggi
Materialism
3,8
Tinggi
Need for arousal
3,1
Sedang
Locus of control
4,2
Sangat tinggi
Sumber: Data primer, 2012
Dari tabel diatas deskripsi kategori skor pada variabel penggunaan kartu kredit kategorinya tinggi, artinya secara keseluruhan karyawan disana penggunaan kartu kreditnya sudah baik. Sedangkan pada variabel conscientiousness dan locus of control menunjukkan kategori sangat tinggi, artinya sebagian besar karyawan akan jauh lebih teliti, berhati-hati dan merencanakan terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian. Selanjutnya pada variabel emotional instability dan materialism menunjukkan kategori tinggi, artinya karyawan yang memiliki emotional instability tinggi mereka tidak bisa mengontrol emosinya saat melakukan pembelian. Sedangkan karyawan dengan materialism tinggi mereka menjadi sering melakukan pembelian walapun harga barang tersebut mahal.
28
Selanjutnya variabel introversion dan need for arousal menunjukkan kategori sedang, artinya sebagian dari karyawan yang introvert cenderung lebih tertutup dan dalam pengambilan keputusanya masih atas pertimbangan sendiri dan sebagian
karyawan
yang
memiliki
sifat
need
for
arousal
menjadi
mempertimbangkan setiap keputusannya saat melakukan pembelian karena adanya hal lain yang lebih penting.
Uji Reliabilitas dan Validitas Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk, sedangkan Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2011). Pada pengujian validitas dan reliabilitas variabel emotional Instability, introversion, conscientiousness dan materialism hasil pengujian pada tahap pertama, semua indikator empirik mempunyai nilai r hit positif dan r hit > r0,05 (0,213) sehingga indikator empirik yang diujikan tersebut dinyatakan valid. Demikian halnya dengan uji reliabilitasnya, semua variabel tersebut menunjukkan nilai Cronbach alpha > 0,60 sehingga indikator-indikator empirik tersebut dinyatakan reliabel. Namun pada pengujian variabel penggunaan kartu kredit tahap pertama, terdapat satu indikator empirik yakni PKK4 yang mempunyai nilai r hit < r0,05 (0,213) sehingga indikator empirik yang diujikan tersebut dinyatakan tidak valid. Dengan demikian pengujian validitas diulangi dengan tidak mengikut sertakan indikator empirik yang tidak valid tersebut. Pada pengujian tahap kedua, semua indikator empirik mempunyai nilai r hit positif dan nilai r hitung > r0,05 (0,213) sehingga indikator empirik yang
diujikan tersebut dinyatakan valid.
Demikian juga dengan uji reliabilitasnya menunjukkan nilai Cronbach alpha sebesar 0,658 > 0,60, sehingga indikator-indikator empirik tersebut dinyatakan reliabel.
29
Hal yang sama juga pada pengujian variabel need for arousal, pada pengujian validitas dan reliabilitas tahap pertama, terdapat satu indikator empirik yakni NA1 yang mempunyai nilai r hit < r0,05 (0,213) sehingga indikator empirik yang
diujikan tersebut dinyatakan tidak valid.
Dengan demikian pengujian
validitas diulangi dengan tidak mengikut sertakan indikator empirik yang tidak valid tersebut. Pada pengujian tahap kedua, semua indikator empirik mempunyai nilai r hit positif dan r hit > r0,05 (0,213) sehingga indikator empirik yang diujikan tersebut dinyatakan valid. Dan pada uji reliabilitasnya, menunjukkan nilai Cronbach alpha sebesar 0,701 > 0,60 sehingga indikator-indikator empirik tersebut dinyatakan reliabel.
Analisis Moderating Uji Asumsi Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa pada model regresi 1 diperoleh angka Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,567 mempunyai nilai signifikan sebesar 0,904 > 0,05 maka distribusi data residualnya adalah normal. Pada model regresi 2 diperoleh angka Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 1,231 mempunyai nilai signifikan sebesar 0,096 > 0,05 maka distribusi data residualnya adalah normal.
Uji hipotesis Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel tidak bebas (dependent) secara terpisah atau sendiri-sendiri (Gujarati, 1997). Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui apakah variabel Personality traits dan Locus of Control berpengaruh terhadap penggunaan kartu kredit.
30
Tabel 4.3 Hasil Uji t Variabel
t hitung
Sig
Emotional Instability
0,273
0,786
Introversion
-0,400
0,691
Conscientiousness
2,283*
0,026
Materialism
-2,635*
0,011
Need for arousal
1,232
0,223
Locus of Control
2,536*
0,014
Keterangan : * = signifikan pada = 5 % t 0,05 = 1,672 ( = 5 %, df = 56)
Pengaruh Emotional Instability Terhadap Penggunaan Kartu Kredit Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa Emotional Instability tidak mempunyai pengaruh terhadap penggunaan kartu kredit.
Hal ini
ditunjukkan oleh nilai t hitung 0,273 > t tabel -1,672 pada selang kepercayaan 5% sehingga H1 ditolak. Tidak adanya pengaruh Emotional Instability terhadap penggunaan kartu kredit menunjukkan bahwa meningkatnya perilaku karyawan dalam melakukan pembelian dengan kartu kredit tidak dipengaruhi oleh karakter Emotional Instability pada diri karyawan tersebut. Tidak adanya pengaruh emotional Instability ketika melakukan aktivitas pembelian dengan kartu kredit dapat terjadi karena mengingkat tingginya kebutuhan, beban hidup dan bagaimana keadaan keuangan pada saat tertentu, keinginan seorang karyawan untuk melakukan pembelian dengan kartu kredit menjadi berkurang apabila mengingat adanya beban tagihan kartu kredit yang belum dibayar ketika akan menggunakanya meskipun untuk membeli keperluan kebutuhan hidup sehari-hari, terlebih lagi apabila ada beberapa harga produk yang akan dibeli menjadi meningkat harga belinya. Jadi masalah keuangan bisa menjadi salah satu alasan apabila karyawan sangat ingin melakukan pembelian dan untuk memperbaiki suasana hati dengan melakukan kegiatan berbelanja.
31
Pada kenyataannya penggunaan kartu kredit pada karyawan yang memiliki karakter emotional Instability tidak mempengaruhi dalam setiap pengambilan keputusannya, karena besarnya kebutuhan hidup di kota besar terlebih lagi Jakarta membuat karyawan menjadi lebih mempertimbangkan terlebih dahulu ketika akan membeli barang. Dalam penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan (Pirog dan Roberts 2007; Supramono dan Idriani 2008) yaitu tentang penyalahgunaan kartu kredit menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada variabel emotional Instability. Sedangkan pada penelitian ini tentang penggunaan kartu kredit variabel emotional Instability juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan
Pengaruh Introversion Terhadap Penggunaan Kartu Kredit Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa Introversion tidak mempunyai pengaruh terhadap penggunaan kartu kredit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung -0,400 > t tabel -1,672 pada selang kepercayaan 5% sehingga H2 ditolak. Tidak adanya pengaruh elemen introversion terhadap penggunaan kartu kredit menjelaskan bahwa karyawan cenderung menerima dan meminta masukan dari orang lain dalam proses pembelian terutama saat menggunaan kartu kredit. Karyawan di PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO, yang sebagian besar sudah memiliki dan mempergunakan kartu kredit akan lebih mengetahui kapan sebaiknya dan dalam kondisi bagaimana seharusnya baru mempergunakan kartu kredit. Dengan adanya masukan dan informasi dari orang lain tentang bagaimana dan kapan sebaiknya menggunakan kartu kredit akan menjadi input tersendiri bagi karyawan agar bisa berfikir lagi dan lebih mempertimbangkan saat akan membeli suatu barang, apakah barang tersebut terlalu tinggi harganya, kurang bagus (menarik) atau barang tersebut benar-benar dibutukkan. Tidak adanya pengaruh yang ditunjukkan karyawan yang introvert menunjukkan bahwa indikator dari variabel introvert tidak menentukan karyawan tersebut dalam meyampaikan masalah tentang penggunaan kartu kredit. Dalam penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Supramono dan Idriani (2008) yaitu tentang penyalahgunaan kartu kredit 32
menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada variabel introvert. Sedangkan pada penelitian ini tentang penggunaan kartu kredit variabel introvert juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Pengaruh Conscientiousness Terhadap Penggunaan Kartu Kredit Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa Conscientiousness mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan kartu kredit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung 2,283 > t tabel 1,672 pada selang kepercayaan 5% sehingga H3 diterima. Adanya pengaruh conscientiousness pada kepribadian seorang karyawan, menunjukkan bahwa semakin cermat, berhati-hati dan terorganisir apabila orang tersebut akan melakukan kegiatan berbelanja ketika menggunakan kartu kredit. Dalam melakukan pembelian barang, conscientiousness pada diri seorang karyawan dapat menjadikan orang tersebut benar-benar mempertimbangkan kelebihan dari kartu kredit sesuai dengan manfaat dan kondisi keuangannya. Selain itu dengan pengaruh conscientiousness pada kepribadian karyawan yang bersangkutan secara tidak langsung akan semakin mempertimbangkan beberapa hal ,seperti berapa besar uang ataupun gaji yang yang dimiliki sekarang, besarnya tagihan kartu kredit setiap bulannya, ataupun adanya bunga yang dikenakan apabila akan berbelanja menggunakan kartu kredit. Pengaruh
positif
yang
ditunjukan
oleh
sifat
dasar
kepribadian
conscientiousness pada seorang karyawan, dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan pada variabel conscientiousness. Sedangkan pada penelitian sebelumnya tentang penyalahgunaan kartu kredit yang dilakukan oleh Supramono dan
Idriani
(2008)
juga
menunjukkan
hasil
yang
signifikan,
bahwa
conscientiousness akan memberikan dorongan positif saat pengambilan keputusan dan juga saat akan melakukan kegiatan pembelian dengan menggunakan kartu kredit. Jadi tidak hanya mempertimbangkan kemudahan penggunaan dari kartu kredit itu sendiri akan tetapi juga perlu mempertimbangkan apa risiko ataupun masalah yang nantinya akan timbul apabila menggunakan kartu kredit.
33
Pengaruh Materialism Terhadap Penggunaan Kartu Kredit Berdasarkan
hasil
analisis
regresi
diketahui
bahwa
Materialism
mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan kartu kredit.
Hal ini
ditunjukkan oleh nilai t hitung -2,635 < t tabel -1,672 pada selang kepercayaan 5% sehingga H4 diterima. Adanya pengaruh materialism pada penggunaan kartu kredit menunjukkan bahwa semakin tidak terkendalinya keinginan seorang karyawan atas kepemilikan suatu barang dan juga semakin besarnya keinginan karyawan untuk melakukan kegiatan pembelian. Adanya pengaruh kepribadian materialism pada diri seorang karyawan apalagi jika karyawan tersebut memiliki kartu kredit, secara tidak langsung akan memberi kemudahan untuk melakukan berbagai transaksi pembelian. Terlebih lagi dari karakteristik responden didominasi oleh karyawan wanita yang kita tahu akan menjadi sangat konsumtif bila dibandingkan dengan karyawan pria ketika melakukan pembelian. Besarnya keinginan untuk melakukan pembelian dengan kartu kredit membuat karyawan tersebut menjadi mudah tergiur dengan barangbarang lain yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan untuk dibeli. Dengan hanya memikirkan pada pemenuhan kepuasan atas kepemilikan suatu barang akan berdampak pada tidak menghiraukannya besar tagihan pada akhir bulan yang mengakibatkan tidak mampunya membayar bunga dan tagihan dari hasil pembelian yang dilakukan dengan kartu kreditnya tersebut. Pengaruh yang ditunjukkan oleh kepribadian materialism terhadap penggunaan kartu kredit dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan. Sedangkan pada penelitian sebelumnya tentang penyalahgunaan kartu kredit yang dilakukan (Pirog dan Roberts 2007; Supramono dan Idriani 2008) juga menunjukkan hasil yang signifikan, bahwa sifat materialism hanya merujuk pada bagaimana seorang individu memberikan perhatian yang besar hanya pada masalah kepemilikan duniawi dan dengan adanya kartu kredit bisa meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan kegiatan berbelanja.
34
Pengaruh Need for arousal Terhadap Penggunaan Kartu Kredit Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa Need for arousal tidak mempunyai pengaruh terhadap penggunaan kartu kredit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung 1,232 > t tabel -1,672 pada selang kepercayaan 5% sehingga H5 ditolak. Tidak adanya pengaruh need for arousal menunjukkan bahwa keputusan pembelian dengan kartu kredit tidak dipengaruhi need for arousal pada karyawan tersebut. Pemanfaatan penggunaan kartu kredit merupakan gaya hidup yang berkembang di kota-kota besar. Mengisi liburan dan waktu luang dengan berbelanja merupakan pilihan yang dilakukan sebagian karyawan di PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO untuk mendapatkan perasaan senang dan hiburan pada saat liburan akhir pekan. Membeli berbagai barang dengan kartu kredit merupakan cara yang paling mudah dan efisien untuk mendapatkan kepuasan atas barang yang ingin dibeli dan dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan. Akan tetapi setelah itu adanya beban dan perasaan menyesal karena membeli barang yang sebenarnya kurang begitu dibutuhkan, dan juga membengkaknya tagihan kartu kredit pada akhir bulan, dapat menjadikan seorang karyawan menjadi lebih mempriotaskan barang apa yang benar-benar perlu dibeli supaya tidak menjadi masalah keuangan dikemudian hari. Perasaan senang ketika membeli dan mendapatkan suatu barang yang diinginkan merupakan cara yang dilakukan seorang karyawan yang memiliki kepribadian need for arousal. Dalam penelitian ini need for arousal menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sedangkan pada penelitian sebelumnya tentang penyalahgunaan kartu kredit yang dilakukan oleh Supramono dan Idriani (2008) juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan, bahwa need for arousal tidak mempengaruhi keputusan seseorang ketika melakukan pembeliaan dengan kartu kredit karena adanya pertimbangan dalam menangung besarnya tagihan kartu kredit.
35
Pengaruh Locus of Control Terhadap Penggunaan Kartu Kredit Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa Locus of Control mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan kartu kredit.
Hal ini
ditunjukkan oleh nilai t hitung 2,536 > t tabel 1,672 pada selang kepercayaan 5% sehingga H6 diterima. Adanya pengaruh locus of Control pada kepribadian seorang karyawan menunjukkan bahwa semakin baik dalam mengambil keputusan
apabila
orang
tersebut
akan
melakukan
pembelian
dengan
menggunakan kartu kredit. Pengaruh gaya hidup dan tersedianya segala jenis kebutuhan hidup terutama di kota besar menyebabkan semakin meningkatkan keinginan karyawan untuk membeli barang tersebut apalagi ketika menggunakan kartu kredit, tidak perlu membawa uang tunai, dapat membeli barang dengan kredit dan membayar dikemudian hari secara tidak langsung akan berdampak pada kondisi dan beban limit tagihan kartu kredit yang akan diterima nantinya. Dengan adanya locus of Control pada diri karyawan akan bermanfaat ketika melakukan pembelian agar menjadi lebih bijak dalam menentukan pilihan untuk berbelanja sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keuangan yang ada. Dengan memanfaatkan fungsi dan kelebihan dari kartu kredit, karyawan akan dapat
mempertimbangkan
berbagai
tawaran
tentang
penghematan
yang
ditawarkan untuk setiap pemilik kartu kredit, seperti diskon makan di restoran, diskon belanja atau cashback pembelian beberapa barang.
36
Hasil Uji Pengaruh Personality Traits Terhadap Penggunaan Kartu kredit dengan Moderasi Locus of Control Variabel
Sig
Emotional Instability
0,715
Introversion
0,644
Conscientiousness
0,086
Materialism
0,894
Need for arousal
0,184
Keterangan : * = signifikan pada = 5 %
Pengaruh Emotional Instability terhadap Penggunaan Kartu Kredit dengan Locus of Control sebagai Moderating Variable Berdasarkan perhitungan di atas, menghasilkan nilai sebesar 0,715 pada tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H7 ditolak yang berarti locus of control tidak menjadi moderasi emotional instability terhadap penggunaan kartu kredit. Tidak adanya pengaruh dari locus of control terhadap karakter emotional instability pada seorang karyawan berarti juga tidak memberi pengaruh atau memperkuat dalam keputusan karyawan ketika pembelian dengan kartu kredit. Pengaruh seseorang karyawan dengan emosional instablity yang merasa puas setelah melakukan aktivitas berbelanja, dengan adanya locus of control ternyata tetap tidak dapat mengurangi aktifitas yang konsumtif atas kegiatan pembelian dan kepemilikan suatu barang. Adanya fasilitas kartu kredit membuat karyawan menjadi tidak dapat membedakan antara kebutuhan atau sekedar keinginan terhadap konsumsi barang tersebut karena kemudahan kartu kredit. Besarnya keinginan seorang karyawan untuk berbelanja sebagai sarana perbaikan mood atau untuk mendapat kepusan setelah membeli barang, akan tetap menjadi prioritasnya. Keputusan pembelian dan adanya pengaruh locus of control tetap tidak menjadi alasan untuk menunda pembelian barang dan bahkan tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu bagaimana kondisi keuangannya saat ini.
37
Pengaruh Introversion terhadap Penggunaan Kartu Kredit dengan Locus of Control sebagai Moderating Variable Berdasarkan perhitungan di atas, menghasilkan nilai sebesar 0,644 pada tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H8 ditolak yang berarti locus of control tidak menjadi moderasi introversion terhadap penggunaan kartu kredit. Tidak adanya pengaruh locus of control terhadap kepribadian seorang karyawan yang introversion terbukti juga tidak berperan dalam keputusan penggunaan kartu kredit. Kepemilikan kartu kredit pada sesorang introversion akan dapat mempermudah dalam melakukan apa saja yang diinginkan tidak terkecuali saat berbelanja karena pertimbangan sendiri, kurang perduli pada masukan orang lain dan terlebih juga menjadi tidak perduli dengan kondisi keuangannya hanya demi untuk mendapat pengakuaan sosial yang lebih tinggi. Walaupun adanya peran locus of control akan tetapi kurangnya interaksi dan pertimbangan sendiri akan dapat mempercepat keputusan pembelian dengan kartu kredit terlebih apabila barang tersebut sangat ingin untuk dibeli. Pengeluaran pada saat kegiatan belanja dengan kartu kredit yang dilakukan oleh karyawan yang introversion, dengan adanya locus of control ternyata juga tidak dapat berperan besar untuk memperkuat dalam mempertimbangkan ketika pengambilan keputusan pembelian dengan kartu kredit.
Pengaruh Conscientiousness terhadap Penggunaan Kartu Kredit dengan Locus of Control sebagai Moderating Variable Berdasarkan perhitungan di atas, menghasilkan nilai sebesar 0,644 pada tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H9 ditolak yang berarti locus of control tidak menjadi moderasi conscientiousness terhadap penggunaan kartu kredit. Tidak adanya pengaruh locus of control terhadap keputusan penggunaan kartu kredit terhadap karyawan yang berkepribadian conscientiousness tidak memperkuat karyawan ketika menggunakan kartu kredit sesuai dengan manfaatnya. 38
Pengaruh locus of control dalam menggunakan kartu kredit meskipun dalam penggunaannya digunakan sebagai instrumen untuk membiayai gaya hidup dan proses pembelian kebutuhan sehari-hari, tidak adanya peran locus of control yang seharusnya memperkuat keputusan karyawan ketika menggunakan kartu kredit, tidak akan mempengaruhi kebijakan karyawan ketika membuat daftar atau mencatan apa saja yang akan dibeli dan berapa harga barang yang harus dibayar, karena adanya moderasi locus of control hanya akan memberikan peran yang sama dengan conscientiousness, bukan menjadikan karyawan menjadi mudah dan sering melakukan pembelian ketika menggunakan kartu kredit.
Pengaruh Materialism terhadap Penggunaan Kartu Kredit dengan Locus of Control sebagai Moderating Variable Berdasarkan perhitungan di atas, menghasilkan nilai sebesar 0,894 pada tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H10 ditolak yang berarti locus of control tidak menjadi moderasi materialism terhadap penggunaan kartu kredit. Tidak adanya pengaruh locus of control terhadap karakter materialism pada seorang karyawan berarti juga tidak memberi dampak positif terhadap besarnya keinginan ketika melakukan keputusan pembelian terutama saat menggunakan kartu kredit. Seorang karyawan yang memiliki sifat materialism hanya menberikan perhatian besar pada masalah kepemilikan duniawi saja, selain itu kegiatan berbelanja merupakan sesuatu yang harus rutin untuk dilakukan, oleh karena itu kepemilikan atas kartu kredit dapat secara tidak langsung akan meningkatkan kegiatan dan keinginanya untuk berbelanja. Pengaruh variabel locus of control ternyata tidak dapat mengontrol perilaku karyawan ketika terjadi peningkatan kegiatan untuk berbelanja dan pada saat menggunakan kartu kredit.
39
Pengaruh Need for Arousal terhadap Penggunaan Kartu Kredit dengan Locus of Control sebagai Moderating Variable Berdasarkan perhitungan di atas, menghasilkan nilai sebesar 0,184 pada tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H11 ditolak yang berarti locus of control tidak menjadi moderasi need for arousal terhadap penggunaan kartu kredit. Tidak adanya pengarauh variabel locus of control terhadap need for arousal terbukti bahwa tidak terpengaruhnya setiap keputusan karyawan dalam memperoleh kepuasan setelah melekukan pembelian dengan kartu kredit. Pengaruh kepribadian need for arousal dalam kaitannya dengan keputusan pembelian untuk mencapai status kepuasan diri, dengan adanya locus of control sebagai mediasi ternyata juga tidak mempengaruhi dan tidak dapat mengendalikan ketika tingginya kenginan seorang karyawan dalam melakukan kegiatan pembelian ketika menggunakan kartu kredit.
40
Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengujian hipotesis (H1, H2, H3, H4 ,H5 ,H6) yang terdiri dari Emosional instablity, Introversion, Conscientiousness, Materialism, Need for arousal, dan variabel moderating yaitu Locus of control hanya hipotesis H3, H4 dan H6 yang menunjukkan pengaruh terhadap penggunaan kartu kredit. Adapun variabelnya yaitu pertama variabel Conscientiousness yang memiliki hubungan yang positif antara penggunaan kartu kredit dengan Conscientiousness. Sehingga seorang yang memiliki Conscientiousness akan cenderung lebih teliti dan berhati-hati pada saat menggunakan kartu kredit. Selanjutnya yang kedua variabel Materialism terdapat pengaruh negatif terhadap penggunaan kartu kredit, hal ini berarti bahwa apabila seorang karyawan yang memiliki sifat materialism hanya akan mempertimbangkan kepuasan atas kepemilikan barang saja tanpa memikirkan risiko setelah menggunaan kartu kredit. Selain itu, variabel yang ketiga Locus of control juga mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan kartu kredit. Sehingga dapat diambil kesimpulan adanya Locus of control pada seorang karyawan dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan penggunaan kartu kredit, semakin tinggi Locus of control pada seorang karyawan maka semakin baik dalam menentukan dan mengambil keputusan berbelanja dengan kartu kredit. Sedangkan berdasarkan pengujian perhitungan pengaruh variabel Moderating yaitu Locus of control yang menjelaskan hipotesis (H7, H8, H9, H10 ,H11) apakah terdapat pengaruh hubungan antara variabel Locus of control yang memoderasi variabel Personality traits dengan penggunaan kartu kredit. Namun pada pengujian ini variabel locus of control ternyata tidak mampu menjadi variabel moderating.
Implikasi Terapan Dengan melihat karakteristik dari personality traits yang berbeda-beda pada karyawan dan juga sebagian besar karyawan memiliki pendapatan yang relatif tinggi, maka adapun implikasi terapan yang dapat diberikan kepada
41
karyawan di PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO, yaitu perlunya pengetahuan mengenai manfaat dan cara yang baik dalam menggunakan kartu kredit agar tidak berdampak negatif kedepannya. Selain itu mengingat bahwa penggunaan kartu kredit cukup tinggi terutama di kota-kota besar, pentingnya perencanaan pembelian supaya jauh lebih baik dalam pengelolaan keuangan harus sangat diperhatikan. Adapun pengendalian penggunaan kartu kredit dapat dilakukan dengan cara, selalu membayarkan penuh tagihan setiap bulannya untuk menghindari bunga dalam kartu kredit yang biasanya akan lebih tinggi, selalu menyesuaikan
pembelian
dengan
kondisi
keuangan,
dengan
kata
lain
menggunakan kartu kredit bila benar-benar diperlukan, menggunakan satu kartu kredit saja apabila memiliki dua atau lebih kartu kredit karena semakin banyak kartu kredit yang dimiliki akan mendorong seseorang untuk berbelanja lebih banyak lagi. Selain itu juga menghindari pengambilan uang cash pada kartu kredit, tidak mudah tertarik dengan berbagai potongan harga, tawaran promo, reward point, cicilan dengan bunga 0% dan juga selalu mengecek tagihan setiap bulannya karena hal tersebut secara tidak langsung dapat mengontrol semua kegiatan ketika melakukan pembelian dengan kartu kredit.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini sebenarnya masih memiliki keterbatasan, yaitu dalam mengumpulkan data primer, sehingga penelitian ini tidak dapat memperoleh data yang diharapkan secara lengkap. Selanjutnya pada variabel intervening yaitu locus of control dalam penelitian ini yang merupakan kombinasi dari locus of control internal dan locus of control eksternal supaya memfokuskan pada salah satu konsep saja yaitu locus of control internal, karena meskipun ada pengaruh dari eksternal locus of control, setiap keputusan seseorang ketika menggunakan kartu kredit tergantung pada pengendalian diri dari penggunanya. Selain itu penelitian ini sebenarnya masih bisa dikembangkan lagi dari model regresi untuk dapat memasukkan beberapa variabel demografi yang dianggap dapat memberikan pengaruh terhadap penggunaan kartu kredit selain personality traits. 42
Referensi Ashok, P. S, dan Ashish K. D. 2011, “Role of Stress and Locus of Cosntrol in Job Satisfaction Among Middle Managers.” Journal of Organizational Behavior, Vol. X, No. 1. Azwar, S. 2006. Validitas dan Reliabilitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajat Offset. Donnely, David P., Jeffrey J. Q, and David O. 2003 ”Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior : An Explanatory Model Using Auditors’ PersonalCharacteristics.”Journal of Behavioral Research In Accounting : vol 15. Feist, Jess dan J. Feist,Gregory. 2008. Theories of Personality-6, terjemahanYudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Franedya, Roy. 2012. “Bank Indonesia dan industri kaji pembetukan prinsipal lokal”, http://keuangan.kontan.co.id. 10 Januari 2012. Frensidy, Budi. 2009. The Failure of Competition in the Credit Card Market. http://diary-rila.blogspot.com. 12 Maret 2011. Ghozali, Imam. 2005, Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 19, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gudono dan Cecilia Engko. 2007. Pengaruh Kompleksitas Tugas dan Locus Of Control terhadap Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Auditor, Volume 11 No. 2 Desember, 105-124. Harris, Eric G., and John C. Mowen. 2001. “The Influence of Cardinal-,Central-, and Surface Level Persolity Traits onConsumers Bargaining and Complaint Intentions”. Psychology & Marketing, 18 (11): 1155-1185. Hyatt, T., and D. Prawitt. 2001. “Does Congruence Between Audit Structure and Auditors L!~ocus of Control Affect Job Performance?.” The Accounting Review 76. Ida dan Chinthia Y.D. 2010. Pengaruh Locus Of Control Financial Knowledge, Income Terhadap Financial Management Behavior, vol 15, 131-144.
43
Indriantoro. 2000. An Empirical Study of Locus of Control and Cultural Dimensions as Moderating Variables of The Effect of Participative Budgeting On Job Performance and Job Satisfaction. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Volume 15, No. 1 Januari, 97-114. Joyce E. Jones, Ph.D. 2005. Associate Professor,Department of Design,Extension Specialist, Personal Financ. www.nelliemae.com/library/research.html. 22 Februari 2011. Kinicki, A., dan Kreitner, R. 2006. Perilaku Organisasi:. Konsep Kunci, Keterampilan & Best Practices (2nd ed, 460 halaman.). Burr Ridge, Ill: Irwin / McGraw-Hill. Mooradian, Todd,. And James Oliver. 1997. “I can’t Get No Satisfaction; The Impact of Personality and Emotion on Postpurchase.” Psychology & Marketing, 14 (4): 379-393. Mowen, John C., and Nancy Spears. 1999. “Compulsive Buying Among College Students : A Hierarchical Model Approach.” Jurnal Of Consumer Psychologi, 8 (4): 407-430. Mowen, John C. 2000. The 3M Model of Motivation and Personality: Theory and Empirical Application to Consumer Behavior, Boston: Kluwer Academic. Pervin, L.A. 2006. Personality : Theory & Research. Singapore. John Wiley & Sons, Inc. Pirog, Stephen F.III., and James A.Roberts. 2007. Personality and Credit Card Misuse Among College Student: The Mediating Role of Impulsiveness. Journal of Marketing Theory and Practise, 15 (winter): 65-77. Richins ML, Dawson S. 1992. A consumer values orientation for materialism and its measurement: Scale development and validation. Journal of Consumer Research, 19:303-316. Richins, Marsha. 1983. “An Analysis Of Consumer Interaction Styles inthe Marketplace. “Journal of Consumer Research, 10 (1): 73-82. Ridwan, Mattola. 2011. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Dengan Locus Of Control Sebagai Variabel Moderating. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makasar.
44
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. (judul asli: Organizational Behavior Concept, Controversies, Applications 8th edition) Jilid 1. Robbins dan Judge. 2007. “Perilaku Organisasi”, Jakarta : Salemba Empat, http:// wordpress.com/2011/06/28/teori-locus-of-control/. 28 Juni 2011. Supramono, dan Indriani. 2008, “Pengaruh Personality Traits Terhadap Penyalahgunaan Kartu Kredit dengan Impulsiveness Sebagai Variabel Intervening.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 14 (2): 141-153. Supramono dan Sugiarto. 1993. Statistika. Andi Offset. Yogyakarta. Tambunan, Raymond, 2001. ”Remaja dan Perilaku Konsumtif”. http://www.epsikologi.com/remaja/191101.htm. 04 Oktober 2007. Tirtaraharja, Umar, dan La Sulo. 1997. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, Depdikbud Dirjen Dikti. Tokunga, Howard. 1993. “The Use and Abuse of Cunsumer Credit: Applications of Psychological Theory and Research.” Journal of Economic Psychology, 14 (june): 285-316. Umar, Husein. 1997. Metode Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Verplanken. B. & Herabadi A. 2001. Individual Differences In Impulse Buying Feeling And No Thinking. European journal of personality. Wells, W.D. and D. Prensky. 1996. Consumer Behavior, New York: John Wiley & Sons, Inc.
45