LAPORAN REVERSE ENGINEERING
LAPORAN INI DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH NILAI MATA KULIAH REVERSE ENGINEERING
Disusun Oleh:
1. Rath Kautsar Firdaus
(19)
1212010080
2. Salma Fauzia
(21)
1212010086
JURUSAN TEKNIK MESIN 4A POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2014
DAFTAR ISI Halaman Cover Daftar Isi
1
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................1 1.2 Tujuan Percobaan ...................................................................................1 BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM ...........................................................................2 2.1 Alat dan Bahan .......................................................................................2 2.2 Langkah Praktikum ................................................................................3 2.2.1 Persiapan Benda Kerja ............................................................3 2.2.2 Persiapan Peralatan Scanning .................................................4 2.2.3 Langkah Scanning Benda Kerja ..............................................5 2.2.4 Langkah Pengeditan ................................................................6 BAB III ISI ...........................................................................................................................8 3.1 Landasan Teori .......................................................................................8 3.2 Prinsip Rem ............................................................................................9 3.3 Rem Tromol ...........................................................................................9 3.3.1 Kelebihan Rem Tromol .........................................................10 3.3.2 Kekurangan Rem Tromol......................................................10 3.3.3 Komponen Rem Tromol .......................................................11 3.4 Permasalahan........................................................................................11 3.4.1 Batasan Masalah....................................................................11 3.4.2 Modifikasi dan Pembahasan .................................................11 3.4.3 Pembuatan Produk ................................................................12 3.4.4 Kelebihan dan Kekurangan ...................................................14 3.4.5 Pengujian Kelayakan .............................................................15 BAB IV PENUTUP ............................................................................................................16 4.1 Kesimpulan ..........................................................................................16 4.2 Saran .....................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................18
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang SCAN 3D merupakan teknologi canggih yang dapat kita gunakan dengan
cara mengambil gambar berdasar titik-titik referensi yang dipasang. Gambar dapat diambil berkali-kali untuk mendapat kelengkapan bentuk. Hasil yang didapatkan dari SCAN 3D pun menyerupai bentuk aslinya, dengan ukuran yang sama pula. Hasil tersebut juga dapat kita edit dan modifikasi sesuai keinginan. Gambar dari hasil SCAN 3D dapat di print menggunakan PRINT 3D. Oleh karena itu penting bagi mahasiswa untuk mempelajari dan mengetahui fungsi dari teknologi tersebut untuk dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya. SCAN 3D dan PRINT 3D kami pelajari pada mata kuliah Reverse Engineering dan pembuatan laporan ini berisikan hasil dari praktikum serta hasil modifikasi yang kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Reverse Engineering.
1.2
Tujuan Percobaan
Praktikum pada reverse engineering ini bertujuan untuk; 1. Mahasiswa dapat menggunakan teknologi SCAN 3D dengan baik dan benar 2. Mahasiswa dapat berinovasi dengan benda yang di scanning dengan SCAN 3D 3. Mahasiswa dapat mengedit, menyempurnakan dan memodifikasi benda tersebut menjadi lebih efisien.
3
BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM 2.1 Alat dan Bahan 1.
3D scanner
2.
Komputer dan regulator
3.
Meja putar berwarna hitam
4.
Pinset/penjepit
5.
Meteran
6.
Hair dryer
7.
Cotton bud
8.
Grabber
9.
Sikat kawat
10. Bedak khusus 11. Sticker 3mm white on black 12. Amplas
3D scanner tampak depan
3D scanner tampak samping
4
Bedak Khusus
sticker 3 mm white on black
Shoes brake yang diletakkan pada meja 2.2 Langkah Praktikum 2.2.1 Persiapan Benda Kerja a. Bersihkan benda kerja (shoes brake) dari karat atau kotoran menggunakan sikat kawat atau amplas. b. Tempelkan sticker 3mm white on black minimal 3 buah pada tempat- tempat yang penting atau terlihat oleh kamera scanner 3D. Sticker ini akan dijadikan sebagai reference, oleh karena itu tempel dengan kuat agar tidak mudah lepas. c. Berikan pembedakan secara merata dan tidak ada bagian yang tertinggal dan tidak terlalu tebal ataupun tipis. Sebaiknya jarak pada saat pembedakan tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.
5
d. Bersihkan sticker white on black yang terkena bedak menggunakan cotton bud sampai semua permukaan sticker terlihat dan bersih agar terdeteksi kamera. e. Keringkan benda menggunakan hair dryer f. Tempatkan benda yang sudah kering pada meja putar. g. Tempelkan sticker di sekeliling benda tersebut secukupnya sebagai titik reference pada saat pengambilan gambar.
2.2.2 Persiapan Peralatan Scanning a. Sambungkan instalasi komputer. b. Lepas tutup kamera scanning. c. Atur fokus kamera dengan mengatur jarak kamera dengan meja ± 65cm, dengan jarak toleransi ± 5cm. d. Nyalakan komputer sampai masuk ke dekstop lalu pilih software ATOS. e. Nyalakan grabber dan tunggu sampai terjadi perubahan warna pada indikator kamera, yang semula merah menjadi kuning lalu menjadi hijau, ini menandakan kamera siap dihubung oleh komputer. f. Jalankan program ATOS sampai benar-benar running (klik menu→
gom→
ATOS).
6
g. Lakukan configure hardware (kilk menu sensor → configure hardware→ klik configure). h. Klik sensor lalu initialy sensor. i. Cek lampu, klik sensor dan pilih sensor set up. j. Untuk memulai pengambilan gambar, tekan huruf M.
2.2.3 Langkah Scanning Benda Kerja a. Arahkan kamera ke titik reference yang telah ditempel pada meja atau pada latar benda kerja (shoes brake). b. Tekan spacebar untuk melakukan pemotretan
dalam mengambil titik
reference yang ada di meja. c. Apabila titik reference belum tertangkap semua oleh kamera maka ulangi kembali sampai titik reference tersebut tertangkap kamera scanning. d. Lanjutkan pemotretan sampai terbentuk gambar benda sebagus mungkin dan diusahakan semua permukaan tertutup. e. Save hasil scan yang telah didapat dengan nama shoes brake 1 f. Kemudian balik benda kerja tersebut untuk pengambilan gambar pada sisi lainnya. g. Ambil gambar pada sisi kedua dengan cara yang sama seperti pengambilan gambar sisi pertama.
7
h. Titik reference yang ada di meja tidak boleh berubah dan berbeda dari titik reference saat pengambilan gambar pertama atau meja jangan sampai bergeser. i. Setelah dirasa cukup, save gambar scan dengan nama shoes brake 2.
2.2.4 Langkah Pengeditan 1. Menggabungkan dua posisi benda kerja yang telah discanning a. Munculkan kedua file lalu pilih salah satu file yang akan dijadikan set reference point, klik kanan pilih set as reference. b. Lalu sembunyikan (hide) file yang satunya lagi. c. Pilih semua titik reference point dengan cara, klik kanan titik reference, pilih select as common set point. d. Tampilkan kedua file → pilih project → transformation→ transform by common point→ klik ok. 2. Menyempurnakan hasil scanning benda a. Pilih icon edit pada menu bar→ polygonisasi → complete polygonisasi → normal → klik ok. 3. Menghilangkan bagian yang tidak berguna a. Pilih select of surface pada icon sebelah kanan → pilih kelebihan (sisa). b. Lakukan langkah tersebut sampai benda tidak keebihan (sisa). 4. Menutup lubang a. Pilih icon meshes pada menu bar → close hole → close hole interactive. b. Ctrl+ klik area disamping lubang benda → klik apply(ulangi terus sampai lubang tertutup).
8
5.
Hasil scan
Berikut adalah hasil dari scanning Shoes Brake yang telah kami lakukan:
Tampak depan
Tampak samping
Tampak atas
Isometric
Dari hasil scan (setelah dipoliganisasi dan ditambal) ternyata terdapat bagian yang tidak sempurna/tidak rata. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: a.
Bagian permukaan ada yang tidak rata karena penambalan tidak sempurna.
b.
Bedak yang diberikan kurang tebal.
c.
Titik reference pada benda pertama tidak tertangkap semua oleh kamera.
9
BAB III ISI 3.1 Landasan Teori Sistem pengereman pada mobil ditemukan sejak jaman pertama kali mobil dibuat, jadi penemuan rem umurnya sama dengan penemuan mobil karena sistem pengereman merupakan sistem yang sangat penting dan vital sekali selama mobil atau kendaraan bermotor itu ada karena fungsi dari rem yaitu untuk mengurangi laju kendaraan sampai dengan menghentikan laju kendaraan, jadi sistem pengereman berbanding terbalik dengan kecepatan. Dan dapat kami katakan bahwa rem adalah nyawa untuk kita yang berkendaraan. Dalam teknologi sistem pengereman pada kendaraan bermotor roda 2 dan roda 4 yang sering kita temui dan yang paling banyak adalah sistem pengereman tromol dan sistem pengereman cakram. Dua-duanya masih dipakai dalam sistem pengereman hingga sekarang ini. Untuk mobil klasik jenis sedan kebanyakan menggunakan sistem pengereman cakram pada roda depan dan tromol pada roda belakang. Dengan semakin berkembangnya teknologi mobil untuk jenis sedansedan sport untuk keempat rodanya semuanya menggunakan sistem rem cakram semua karena kepraktisannya. Untuk mobil klasik jenis minibus tahun 1986 atau yang lebih tua kebanyakan menggunakan sistem tromol karena efisiensi biaya yang mungkin diperhitungkan pada saat mobil tersebut dibuat. Pada jaman sekarang ada sistem pengereman yang bernama ABS ( AntiLock Breaking System ). Ini merupakan teknologi pengereman dengan bantuan elektronik yang bertujuan untuk menghindari penguncian pada saat pengereman.
10
Gambar mekanisme penyetelan sepatu rem 3.2 Prinsip rem Kendaraan tidak dapat berhenti dengan segera apabila mesin dibebaskan tidak dihubungkan dengan pemindahan daya. Kendaraan cenderung tetap bergerak. Kelemahan ini harus dikurangi dengan maksud untuk menurunkan kecepatan gerak hingga berhenti. Mesin merubah energi panas menjadi energi kinetis (energi gerak) untuk menggerakkan kendaraan. Sebaliknya rem merubah energi kinetis kembali menjadi energi panas untuk menghentikan kendaraan. Umumnya rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (braking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua obyek, (Anonim, 2011). Secara umum ada dua tipe atau jenis rem saat ini yang masih dijadikan standar pembuatan rem kendaraan yaitu rem cakram dan rem tromol. 3.3 Rem Tromol Rem tromol digunakan pada kendaraan model lama, tetapi biasanya juga digunakan untuk rem bagian belakang kendaraan. Rem tromol terdiri dari komponen rumah rem atau drum dan kampas rem.Pada sistem pengereman tromol kampas rem yang menempel pada sepatu rem akan bergerak mengembang sehingga menggesek bagian dalam tromol. Pergerakan kampas rem ini karena adanya dorongan master rem yang menggerakkan piston sehingga menekan kampas untuk bergerak keluar. Pada sistem ini kampas rem akan kembali ke posisi normal karena adanya per atau pegas yang mengaitnya.
11
Sistem pengereman ini cukup ribet karena harus dilakukan penyetelan ulang agar pengereman bisa tetap sempurna, kita juga tidak bisa tahu secara langsung apabila kampas rem sudah tipis, tetapi kita bisa mengira-ngira kapan kampas rem harus diganti yaitu apabila pedal rem yang kita injak sudah kurang nyaman.
Gambar rem tromol
3.3.1 Kelebihan rem tromol Karena posisinya tertutup, kotoran tidak mudah masuk dari luar ke dalam rem tromol. Oleh sebab itu rem tromol banyak digunakan pada perangkat rem roda belakang yang sering terkena kotoran atau lumpur. Kelebihan lain dari rem tromol adalah kinerja rem tromol lebih lembut dan penampang kampas rem dapat di buat lebar sehingga banyak di gunakan pada kendaraan berat. 3.3.2 Kekurangan rem tromol Rem tromol yang masih menerapkan sistem tertutup dalam prosesnya. Dengan sistem ini membuat partikel kotoran pada ruang tromol tersebut. Jadi untuk perawatan membersihkannya harus membuka roda agar rumah rem dapatdibersihkan dari debu atau kotoran. Pada saat banjir air akan mengumpul pada ruang tromol sehingga air akan menghambat sistem kerja rem. Jadi setelah rem tromol menerjang banjir, maka harus mengeringkannya dengan menginjak setengah rem saat melaju sehingga bagian dalam rem tromol kering karena panas akibat gesekan, setelah itu rem dapat digunakan kembali. Rem tromol juga akan sering gancet atau macet karena biasanya pegas atau per yang menggerakkan kampas keluar tidak berfungsi dengan baik,
12
akibatnya kampas rem akan cepat habis. Biasanya ini berpengaruh juga pada saat kendaraan berjalan terasa kurang bertenaga dan berbau kampas yang menyengat. 3.3.3 Komponen rem tromol Komponen rem tromol terdiri dari : a. Silinder roda, berfungsi untuk meneruskan tekanan dari master silinder kesepatu rem agar menekan tromol. b. Backing plate, berfungsi sebagai tumpuan sekaligus tempat pemasangan komponen rem. c. Sepatu rem dan kampas, biasanya sepatu rem berbentuk busur yang diletakan dengan kanvas rem menggunakan keling atau perekat. Sepatu rem berfungsi juga untuk menahan putaran tromol. d. Pegas pembalik, ini berfungsi mengembalikan sepatu rem ke posisi semula apabila tekanan minyak rem dari master silinder semakin berkurang. e. Baut penyetel, berfungsi untuk menyetel kelonggaran antara sepatu rem dan tromol, penyetel rem biasanya menjadi satu dengan silinder roda tetapi ada juga yang terpisah dari silinder dan rodanya.
Gambar bagian – bagian kampas rem
3.4 Permasalahan 3.4.1 Batasan masalah Dalam modifikasi ini, kami sebagai penulis melakukan modifikasi dengan batasan masalah pada material kampas rem. 3.4.2 Modifikasi dan Pembahasan Pada umumnya, kampas rem sepeda motor terbuat dari bahan asbestos dan unsur-unsur tambahan lainnya seperti SiC, Mn atau Co. Berdasarkan proses
13
pembuatannya, brake shoes(kampas rem) sepeda motor termasuk pada “particulate composite”. Komposit jenis ini bahan penguatnya terdiri atas partikel yang tersebar merata dalam matriks yang berfungsi sebagai pengikat sehingga menghasilkan bentuk solid yang baik. Melalui proses penekanan sekaligus pemanasan pada saat pencetakan (sintering) akan dihasilkan kekuatan, kekerasan serta gaya gesek yang semakin meningkat. Pemanasan dilakukan pada temperatur berkisar antara 130oC – 150oC, yang menyebabkan bahan tersebut akan mengalami perubahan struktur dimana antara partikel satu dengan yang lain saling melekat serta akan diperoleh bentuk solid yang baik dan matriks pengikat yang kuat. Proses fabrikasi seperti ini kemudian mengakibatkan harga jual kampas rem cukup mahal. Penggunaan asbes dalam pembuatan kampas rem tidak ramah lingkungan karena memiliki dampak negatif bagi kesehatan yaitu dapat menyebabkan asbestosis/ fibrosis (penebalan dan luka gores pada paru-paru), kanker paru-paru dan kanker saluran pernapasan. Maka dari itu pemilihan bahan untuk komposisi kampas harus dipilih sebaik mungkin. Pemilihan bahan juga harus dapat mengantisipasi keadaan basah sehingga rem tetap pakem pada saat dalam keadaan hujan(basah). Berdasarkan keterangan yang telah didapat maka kami berpikir untuk memodifikasi kampas rem dengan menggunakan bahan non asbestos yaitu dengan pemanfaatan serabut kelapa dan serbuk kayu sebagai penguatnya dan resin polyester sebagai matriksnya. Selain ramah lingkungan, pemanfaatan serabut kelapa dan serbuk kayu dalam pembuatan kampas rem sepeda motor memiliki kelebihan dalam hal harga produksinya yang lebih murah dibandingkan kampas rem berbahan asbestos. Hal ini berhubungan dengan masalah pencemaran lingkungan, khususnya yang diakibatkan serbuk kayu dan sabut kelapa dimana kurang dimanfaatkan. Bahanbahan tersebut memang terlihat tidak berguna dan tidak memiliki nilai ekonomi karena hanya bisa menjadi sampah dan merusak lingkungan, padahal sebenarnya kita dapat memanfaatkannya sebagai bahan alternatif pembuatan kampas rem sepeda motor. 3.4.3 Pembuatan Produk Prosedur-prosedur pelaksanaan pembuatan kampas rem sepeda motor dengan penguat serabut kelapa dan serbuk kayu adalah sebagai berikut : 14
1. Persiapan alat dan bahan. a. Bahan meliputi bahan baku produk (serbuk kayu, serbuk serabut kelapa, resin 208b, katalis, vaselin, lem besi, rem sepeda motor bekas yang sisa kampasnya telah dibersihkan) dan bahan cetakan (plat baja, timbangan badan, ulir baja, mur dan baut) serta katoda las. b. Peralatan meliputi alat mekanik (gergaji besi, palu, gerinda, mesin drill, dll), perangkat las busur listrik. 2. Pembuatan cetakan. Cetakan terdiri dari alat penekan dan cetakan produk. Alat penekan didesain dengan bentuk seperti alat penekan tambal ban yang bocor. Hanya saja, untuk ujung penekan dari alat penekan ini (matapenekan), digunakan rem sepeda motor bekas yang tidak berkampas. Cetakan produk dibuat dari plat besi agar cukup kuat menerima pembebanan dari alat penekan. Dalam desain cetakan produk kampas rem, plat besi dibentuk mengikuti bentuk lengkungan kampas rem. Sehingga nantinya pas dengan ujung penekannya yaitu rem sepeda motor bekas yang tidak berkampas. Prinsip kerjanya adalah bahan yang akan dicetak diberi tekanan yang besarnya tertentu dengan tujuan memperoleh persebaran partikel penguat dalam matriks yang lebih uniform sehingga didapatkan padatan kampas rem yang baik. Selain itu untuk menjaga agar kualitas bahan dari produk yang satu dengan yang lain sama maka penekanan harus sama besar.
Gambar cetakan produk kampas rem 3. Pencampuran bahan. Serbuk kayu dan serbuk serabut kelapa dihaluskan (diselep) dan disaring dengan saringan 50 mesh kemudian keduanya dicampur dengan perbandingan 40 : 60. (Serbuk kayu = 40 dan serbuk serabut kelapa = 60). 15
Resin 208b (tak jenuh) dituangkan ke dalam gelas ukur dan dituang ke campuran serbuk kayu dan serabut kelapa dan diaduk hingga persebaran partikel merata. Fraksi volume campuran serbuk kayu dan serbuk serabut kelapa dalam resin adalah 40% atau dengan perbandingan 40 : 60. (campuran serbuk kayu dan serabut kelapa = 40, resin = 60). Kemudian dituangkan katalis secukupnya, diaduk hinggá katalis menyebar merata, dan diaduk terus sampai dituang ke cetakan. 4. Pencetakan. Proses hasil dari pencampuran kemudian dituang secara merata ke dalam cetakan produk yang sebelumnya permukaan bagian dalamnya telah diolesi vaselinesecukupnya, kemudian sesegera mungkin diberi penekanan dengan alat penekan. Setelah itu bahan didiamkan selama beberapa waktu dengan maksud memberikan waktu bagi katalis untuk bereaksi dengan bahan. Lama waktu yang dibutuhkan tergantung dari banyaknya katalis yang ditambahkan pada bahan. Semakin banyak katalis dalam bahan semakin cepat reaksi terjadi sehingga semakin cepat bahan memadat. 5. Pengeluaran produk dari cetakan. Kampas rem kemudian dilem dengan menggunakan lem besi dan dilekatkan dengan rem yang tidak berkampas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setelah dilekatkan, kampas rem dirapikan ketebalannya hingga sekiranya muat dengan ruang rem pada sepeda motor. Dalam proses ini dapat digunakan gerinda. 3.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Kampas rem non asbestos memiliki kelebihan yaitu tidak terjadi selip pada saat keadan basah karena mengandung komposisi fiber lebih dari satu jenis. Bahan fiber mengandung serat yang berfungsi meningkatkan koefisien gesek dan kekuatan mekanis, sehingga daya cengkramnya pada saat hujan menjadi lebih baik. Bahan yang digunakan juga terjangkau untuk semua kalangan dan ramah lingkungan. Selain memiliki kelebihan bahan non asbestos juga memiliki kelemahan yaitu kotoran akibat pengikisan berwarna hitam dan dapat mengotori pelek.
16
3.4.5 Pengujian Kelayakan Untuk memenuhi kelayakan penggunaan produk kampas rem ini, sebelumnya spesimen-spesimen kampas rem telah mengalami berbagai pengujian untuk mengetahui sifat mekanik dan kinerjanya sehingga dapat dibandingkan kualitasnya dengan kampas rem berbahan asbestos. Setiap pengujian dilakukan sebanyak tiga kali demi kepentingan validitas data. Pengujian-pengujian yang dimaksud meliputi : 1. Pengujian tarik Pengujian tarik mengacu pada standarisasi ASTM D 638M-84 (Annual Book of ASTM Standart, 1986). Melalui uji tarik dapat diketahui nilai tensile strenght dari bahan uji. 2. Pengujian kekerasan Pada pengujian kekerasan spesimen kampasrem ini digunakan pengujian kekerasan vickers. Karena pada pengujian kekerasan vickers dapat diukur kekerasan bahan mulai dari yang sangat lunak (5 HV) sampai dengan yang amat keras (1500 HV). Prinsip pengujian kekerasan vickers adalah menekan spesimen dengan indentor (intan yang berbentuk piramid dengan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan adalah 136o) pada permukaannya sehingga timbul tapak tekan. 3. Pengujian abrasivitas Pengujian abrasi dilakukan untuk memperoleh besarnya ketahanan spesimen terhadap penggesekan. Spesimen uji (kampas rem) ditekan pada gerinda (bergerak memutar searah dengan jarum jam dan kecepatan konstan) dengan tekanan yang konstan. Terjadinya pergeseran pada permukaan spesimen uji dengan gerinda, mengakibatkan terjadinya pemakanan pada spesimen tersebut. Setelah itu dihitung besarnya material yang hilang pada spesimen tersebut berdasarkan fungsi waktu.
17
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Reverse Engineering bertujuan untuk menyempurnakan dan memodifikasi suatu benda yang diinginkan, dan dapat mengetahui kekurangan baik pada segi fisis, mekanis, material ataupun fungsinya. 2. Teknologi SCAN 3D menjadi teknologi yang memudahkan kita untuk mendapatkan gambar 3D yang selanjutnya akan menjadi bahan modifikasi dengan menggunakan software. 3. Rem tromol merupakan komponen pada sistem pengereman yang berperan penting dalam memperlambat dan menghentikan laju kendaraan yang didasari pada gaya gesek. 4. Modifikasi dari kami adalah mengganti material kampas rem dengan menggunakan bahan non asbestos yaitu dengan pemanfaatan serabut kelapa dan serbuk kayu sebagai penguatnya dan resin polyester sebagai matriksnya. 5. Pemanfaatan serabut kelapa dan serbuk kayu dalam pembuatan kampas rem sepeda motor lebih ramah lingkungan dan memiliki kelebihan dalam hal harga produksinya yang lebih murah dibandingkan kampas rem berbahan asbestos. 6. Kampas rem non asbestos memiliki kelebihan yaitu tidak terjadi selip pada saat keadan basah karena mengandung komposisi fiber lebih dari satu jenis. 7. Bahan non asbestos juga memiliki kelemahan yaitu kotoran akibat pengikisan berwarna hitam dan dapat mengotori pelek. 8. Modifikasi dilengkapi dengan uji kelayakan, yaitu uji tarik, uji kekerasan dan uji abrasivitas. 4.2 Saran 1. Dalam
melakukan
SCAN
3D
lebih
diperhatikan
lagi
dalam
menyemprotkan bedaknya karena mempengaruhi kualitas hasil scanning. 2. Pengambilan gambar perlu lebih teliti agar bagian gambar yang dihasilkan lebih sempurna dan lengkap.
18
3. Penelitian lanjutan sebaiknya perlu dipikirkan lagi komposisi yang lebih bervariasi dan baik untuk menghasilkan kampas rem yang lebih baik.
19
DAFTAR PUSTAKA Anoname. 1981. ”Penggunaan Asbestos Secara Aman. Konvensi K3. Brady, George S. & Clauser, Henry R. 1986. 12th Edition Materials Handbook. McGraw Hill, Inc. : New York Fathurahman, Imam. 2006. ”Kampas Rem 5000 Rupiah”.Jurusan Teknik Material danMetalurgi, Surabaya. Harjadi dan prasetyo, 2006, “Rancang Bangun Peralatan Carbonizer Untuk Proses Karbonisasi Briket Serbuk Kayu” Sulistijono. 2004. “Material Komposit“. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS, Surabaya. U
http://www.mobil-klasikantik.com/2012/08/beda-sistem-pengereman-tromol-dan-
cakram.html
U
20