LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI B2P2TOOT DAN PT. JAVA PLANT 28 JULI 2015
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah praktik kegiatan lapangan (PKL)
Disusun oleh: Mudrika Yulianti E0014015
PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKES BHAMADA SLAWI 2015 i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktik kegiatan lapangan ini telah disetujui oleh dosen pembimbing pada Hari
:
Tanggal
:
:
Mengetahui Ketua Prodi S1Farmasi
Dosen Pembimbing
Endang Istriningsih, S. Farm, Apt NIPY : 1983.02.09.11.066
Dinar Anggia Zen, M.Si, Apt NIPY : 1990.11.09.14.086
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Laporan Praktik Kerja Lapangan di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ”. Penulis mengucapkan banyakterimakasih kepada : 1.
Endang Istriningsih, S. Farm, Apt selaku ketua prodi S1 Farmasi Bhamada.
2.
Dinar Anggia Zen, M.Si, Apt selaku dosen pembimbing kegiatan praktik kerja lapangan ( PKL ).
3.
Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan moral maupun material.
4.
Seluruh staf dan karyawan B2P2TOOT dan PT. Javapalant
5.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga kunjungan dan laporan ini dapat terlaksana. Penulis menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan untuk masa yang akan datang.
Slawi, Agustus 2015
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
iv
DAFTAR BAGAN ....................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
2
C. Tujuan.......................................................................................
2
D. Manfaat.....................................................................................
3
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional ( B2P2TOOT ) ......................................
4
B. PT. JAVAPLANT ....................................................................
17
BAB III PEMBAHASAN .........................................................................
30
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan...............................................................................
34
B. Saran .........................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
36
LAMPIRAN ................................................................................................
37
iv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur organisai B2P2TOOT .......................................................
8
Bagan 2. Proses produksi simplisia................................................................
12
Bagan 3. Struktur organisasi PT. Javaplant ...................................................
19
Bagan 4. Fase – fase proses pembuatan eksrtak ............................................
23
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Etalase tanaman obat ..............................................................
38
Lampiran 2. Museum jamu .........................................................................
39
Lampiran 3. Contoh tanaman dirumah kaca ...............................................
40
Lampiran 4. Laboratorium pasca panen ......................................................
41
Lampiran 5. Kebun produksi ......................................................................
42
Lampiran 6. Javaplant ................................................................................
43
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kedua terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat, makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman. Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahan baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar. (Anonim, 2010) Dunia farmasi kini mulai mencoba untuk memanfaatkan obat–obatan herbal. Salah satu contoh yaitu adanya klinik Hortus Medicus yang melayani pasien dengan meresepkan obat herbal. Obat herbal tersebut telah mengalami standardisasi dan uji klinik sehingga dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi. Oeh karena itu, sebagai mahasiswa farmasi sebaiknya mulai mengetahui manfaat dari obat herbal tersebut. B2P2TOOT adalah pusat penelitian obat tradisional dibawah naungan Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI dengan tugas pokok melaksanakan penelitian
dan
pengembangan
tanaman
obat
dan
obat
tradisional.
Pengembangan obat tradisional di Indonesia berlangsung pesat. Salah satunya
1
yaitu sediaan obat berupa ekstrak. Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. (Depkes RI, 1995). Proses ekstraksi membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Beberapa perusahaan memproduksi ekstrak dari tanaman obat salah satu contohnya adalah PT. Javaplant yang merupakan produsen ekstrak bahan aktif berkhasiat dari tanaman. Kunjungan ke B2P2TOOT dan PT. Javaplant merupakan salah satu cara
untuk
mengembangkan
pengetahuan
mahasiswa
farmasiSTIKes
Bhamada dalam bidang obat tradisional.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah berdirinya B2P2TOOT dan PT. Javaplant ? 2. Bagaimana proses produksi di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ? 3. Apa saja produk yang dihasilkan di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ?
C. Tujuan Praktik Kegiatan Lapangan Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah : 1. Mengetahui sejarah berdirinya B2P2TOOT dan PT. Javaplant. 2. Mengetahui bagaimana proses produksi obat herbal di B2P2TOOT dan PT. Javaplant.
2
3. Mengetahui hasil produksi obat herbal di B2P2TOOT dan PT. Javaplant.
D. Manfaat Pratik Kegiatan Lapangan Dengan dilakukannya praktik kerja lapangan ini maka manfaat yng diperoleh antara lain : 1. Mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut tentang tanaman obat yang ada di B2P2TOOT. 2. Mahasiswa dapat mengetahui cara memperoleh ekstrak tanaman obat di PT. Javaplant. 3. Memberikaninspirasi kepada institusi tentang budidaya tanaman obat terutama untuk institusi yang menganut ilmu obat herbal. 4. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat keunggulan obat herbal.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan
ObatTradisional (B2P2TOOT) 1.
SejarahB2P2TOOT Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI pada awalnya tahun 1948 berupa rintisan koleksi tanaman obat Hortus Medicus Tawangmangu. Pada tahun 1963-1968 berada dibawah koordinasi Badan Pelayanan Umum Farmasi dan kemudian pada tahun 1968-1975 dibawah Direktorat Jenderal Farmasi (Lembaga Farmasi Nasional). Pada tahun 1975-1979 kebijakan Pemerintah menetapkan Hortus Medicus dibawah pengawasan Direktorat Pengawasan Obat Tradisionil, Ditjen POM, Depkes RI. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 149/Menkes/SK/IV/78 pada tanggal 28 April 1978 status kelembagaan berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Kesehatan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI.
No.
491/Per/Menkes/VII/2006
tertanggal 17 Juli 2006, BPTO meningkat status kelembagaanya
4
menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan mendorong manusia dan
negara,
menggali,
memanfaatkan,
mengembangkan
budaya
kesehatan dan sumber daya lokal untuk membangun kesehatan. Ini berdampak pada transformasi B2P2TOOT, dengan permenkes no. 003 tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi jamu Penelitian
Berbasis
Pelayanan.
Sejak
tahun
2010
B2P2TOOT
memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan untuk menjamin jamu aman, bermutu dan berkhasiat. Bahan yang digunakan berupa simplisia yang telah terbukti khasiat dan keamanannya melalui uji praklinik. Sejak tanggal 30 April 2012 klinik saintifaksi jamu “ Hortus medicus” menempati gedung baru sebagai rintisan rumah riset jamu sebagai tempat uji klinik dilengkapi dengan rawat inap. (Anonim, 2012)
2.
Profil B2P2TOOT B2P2TOOT merupakan pusat penelitian obat tradisional dibawah naungan Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI yang resmi menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depkes RI sejak tahun 1978 dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. B2P2TOOT bermula dari kebun koleksi Tanaman Obat (TO), dirintis oleh Romo Santoso sejak awal tahun kemerdekaan,
5
menggambarkan semangat dari seorang anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang. Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948, secara resmi Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah
lembaga
Eijkman
dan
diberi
nama
“Hortus
Medicus
Tawangmangu”.B2P2TOOT berlokasi di Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. (Anonim, 2014).
3.
Visi Dan Misi Visi : “Masyarakatsehatdenganjamu yang aman dan berkhasiat” Misi : a. Meningkatkan mutu litbang tanaman obat dan obat tradisional b. Mengembangkan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional c. Meningkatkan pemanfaatan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional. Motto: Ramah, Informatif dan Terpercaya B2P2TOOT mempunyai tugas untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Balai Besar penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional menyelenggarakan fungsi: a. Perencanaan,
pelaksanaan,
evaluasi
penelitian
dan
pengembangan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.
6
atau
b. Pelaksanaan eksplorasi, invertariasi dan identifikasi plasma nutfah tanaman obat. c. Pengembangan IPTEK standarisasi TO dan OT d. Pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraan di bidang TO dan OT e. Pelaksanaan pelatihan teknis dibidang pembibitan, budidaya, pasca panen, analisis, koleksi specimen tanaman obat, serta uji keamanan dan manfaat obat tradisional. f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan usaha rumah tangga
4.
Struktur Organisasi SDM di B2P2TOOT Tawangmangu berjumlah 88 orang, meliputi 77 PNS dan 11 CPNS. Bidang ilmu antara lain biologi, agronomi, agribisnis, teknologi pertanian, biokimia, farmakologi, kedokteran, kefarmasian, analis kesehatan, kesehatan masyarakat dan komunikasi. Sesuai dengan Panduan CPOTB yang dikeluarkan oleh BPOM personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. (BPOM, 2012)
7
Berikut adalah struktur organisasi B2P2TOOT. Kepala Indah Yuning Prapti, SKM, M.ScPH
Ka. Bagian Tata Usaha Akhmad Saikhu, SKM, M.ScPH Ka.Subag. Umum
Ka.Subag. Keuangan Edwin F. Setyawan,SKM
Ka. Bidang Pelayanan Penelitian
Ka. Bidang Program, Kerjasama dan Informasi
Drs. Slamet Wahyono, Apt
Nagiot C. Tambunan, ME Ka. Sie Sarana Penelitian
Ka. Sie Kerjasama dan Informasi
Nita Supriyati, M.Biotech,. Apt
Fanie I. Mustofa, S.Si
Ka. Sie Pelayanan Penelitian
Ka. Sie Program dan Evaluasi
Awal Prichatin K.D. M.Si
Instalasi dan Laboratorium
Harto Widodo, M. biotech
Kelompok Jabatan Fungsional
Bagan 1. Struktur organisasi B2P2TOOT
8
Keterangan : a. Bagian Tata Usaha. Melaksanakan urusan bagian perlengkapan umum serta pengelolaan keuangan. b. Bidang Program Kerjasama dan Informasi Melaksanakan penyusunan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi program dan anggaran, kerjasama dan kemitraan, penyediaan dan desiminasi informasi serta evaluasi dan pelaporan c. Bidang Pelayanan Penelitian Melaksanakan koordinasi pelaksanaan dan evaluasi pelayanan penelitian d. Instalasi Merupaka fasilitas penunjang penyelenggaraan litbang dibidang TO dan OT e. Kelompok Fungsional Peneliti Melakukan kegiatan sesuai jabatan fungsional peneliti berdasar peraturan perundang undangan yang berlaku.
5.
Fasilitas dan Sarana a. Gedung laboratorium terpadu 3 lantai b. Gedung kantor untuk manajemen litbang 3 lantai c. Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus yang telah ditetapkan sebagai Klinik Tipe A d. Gedung pertemuan berdaya tampung 400 orang
9
e. Perpustakaan dengan 1.238 koleksi pustaka berupa jurnal ilmiah, majalah ilmiah dan buku – buku terbitan dalam dan luar negeri. f. Laboratorium pasca panen. g. Rumah kaca 2 unit untuk adaptasi dan pelestarian. h. Kebun penelitian, Etalase Tanaman Obat dan Kebun Produksi: 1) Kebun Karangpandan seluas 1,8 Ha pada ketinggian 600m dpl 2) Kebun Kalisoro dengan luas sekitar 2 Ha pada ketinggian 1200 m dpl i. Sinema Fitomedika, untuk visualisasi penyebarluasan informasi j. Museum Mini Obat Tradisional Herbarium kering dan basah
6.
Produk B2P2TOOT a. CPOB dan CPOTB Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.(BPOM, 2012) SedangkanCara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik
(CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk
10
tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklahdibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi produk obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Mengingat pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah secara terus menerus memfasilitasi industri obat tradisional baik skala besar maupun kecil untuk dapat menerapkan CPOTB melalui langkahlangkah
dan
pentahapan
yang
terprogram.
Dengan
adanya
perkembangan jenis produk obat bahan alam tidak hanya dalam bentuk obat tradisional (jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. b. Proses Produksi Pembuatan produk di B2P2TOOT membutuhkan bahan baku yang berupa simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum mengalami
11
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan. ( BPOM, 2012 )
Pengumpulan bahan
Sortasi basah
pencucian
pengeringan
perajangan
baku
Sortasi kering
Pengepakan dan penyimpanan Bagan 2. Proses pembuatan simplisia.
Adapun tahap – tahap proses produksi simplisia : 1) Pengumpulan bahan baku Pengadaan bahan baku diperoleh melalui proses penanaman di B2P2TOOT dilakukan pada lahan seluas 19 hektar yang terdiri dari 950 spesies tanaman obat. Berbagai jenis spesies tanaman obat ini berasal dari Indonesia dan juga luar negeri. Lahan tersebut tersebar di beberapa daerah tergantung dari kebutuhan tiap tanaman akan suhu yang optimum dan kondisi tanah yang sesuai. Hal ini mempengaruhi kandungan zat aktif yang terdapat di dalam tanaman obat tersebut. Penanaman yang dilakukan oleh B2P2TOOT bekerjasama dengan para petani binaan di daerah sekitar sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk penduduk sekitar dan meningkatkan taraf hidupnya. Penanaman yang dilakukan di B2P2TOOT dilakukan pada dua area yaitu di rumah kaca dan juga 12
di lahan terbuka. Penanaman yang dilakukan di rumah kaca berujuan untuk adaptasi dan pelestarian tanaman.
2) Sortasi basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahanbahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Sortasi basah dilakukan langsung setelah bahan baku datang dari petani tanaman obat dilakukan dilaboratorium pasca panen.
3) Pencucian Pencucian dilakukan
untuk menghilangkan
tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut didalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Proses pencucian di B2P2TOOT dilakukan dengan sumber air mengalir. Kemudian setelah dicuci simplisia ditiriskan lebih dahulu sebelum dilakukan perajangan.
13
4) Perajangan Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.Perajangan
bahan
simplisia
dilakukan
untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Di B2P2TOOTsendiri perajangan dilakukan dengan mesin perajang khusus. Proses perajangan ini mempengaruhi proses pengeringan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi
irisan
berkurangnya
yang atau
terlalu hilangnya
tipis juga zat
dapat menyebabkan
berkhasiat
yang mudah
menguap.
5) Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Di B2P2TOOT pengeringan dilakukan dengan matahari tetapi tidak secara langsung yaitu dibagian atapnya ada lapisan kaca bening, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya face hardening yaitu simplisia hanya kering sebagian. Pengeringan dilakukan di dalam oven dengan suhu 300 – 450 C.
14
6) Sortasi kering. Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahapan akhir dari pembutan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan.
7) Pengepakan dan penyimpanan. Setelah dilakukan sortasi kering simplisia di bungkus dan disimpan. Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan hewan serangga atau insekta. Di B2P2TOOT sendiri simpisia disimpsn dalam wadah plastik tertutup rapat dan diletakan di gudang penyimpanan. Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Kelemaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air. (Bambang, 1997)
15
c. Hasil ProduksiB2T2OOT Tanaman obat hasil panen yang telah diolah sesuai dengan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) akan menghasilkan simplisia yang berkualitas dan terstandar. B2P2TOOT hanya menerima tanaman obat sebagai bahan baku yang ditanam oleh para petani binaan dengan lokasi penaman di sekitar wilayah B2P2TOOT. Tanaman obat tersebut akan di olah segera setelah bahan baku ini datang. Setelah bahan baku mengalami serangkaian proses produksi akan menghasilkan simplisia yang sudah kering. Simplisia – simplisia tersebut akan di simpan dan di distribusikan ke klinik Hortus Medicus. Diklinik tersebut simplisia akan racik dan diserahkan pada pasien. Beberapa contoh jamu diklinik hortus medicus antara lain : a. Jamu Hipertensi b. Jamu Hiperglikemi c. Jamu Hiperkolesterolemi d. Jamu Hiperurisemi
7.
Lay Out Bangunan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) tawangmangu terletak di wilayah Kalisoro, kecamatan
Tawangmangu,kabupaten
Karanganyar,
Jawa
Tengah.
B2P2TO2T terletak pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (dpl). Suhu pada pagi hari sekitar 17oC, siang hari 25oC, dan pada malam
16
hari ialah 22oC. Kelembaban udara sekitar 85 % dan intensitas penyinaran 18 % serta curah hujan mencapai 3149,9 mm/tahun. Jenis tanah di B2P2TO2T adalah andosol dengan pH tanah sekitar 5,7. Tanah jenis andosol ini berwarna coklat muda,berstruktur. Kandungan bahan organik dalam tanah rendah sehingga perlu penambahan pupuk kandang maupun hijau.
B. PT. JAVAPLANT 1.
Sejarah PT. Javaplant. Tahun 1996 Junius menyelesaikan studi di Universitas Oregon, Amerika Serikat dan pulang ke Indonesia. Junius
pada akhirnya
dipercaya oleh orangtuanya untuk memegang perusahaan teh berlabel Teh Sepeda Balap pada 1997. Tahun 1998 terjadi krisis moneter yang menyebabkan hampir semua perusahaan nasional mengalami kesulitan, hal
ini
dimanfaatkan
Mulyo
Rahardjo
(kakak
Junius)
untuk
mengembangkan PT.Deltomed Laboratories melalui hasil produksi utama yaitu Antangin. Pesatnya perkembangan PT.Deltomed Laboratories menjadi awal lahirnya Javaplant.karena kapasitas PT.Deltomed tidak mencukupi kebutuhan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang besar. Javaplant didirikan pada tahun 2002 untuk menyuplai bahan herbal yang dibutuhkan PT. Deltomed. Dan marketing Java plant.
17
Junius memegang peran sebagai
Tahun 2006 Javaplant mulai berkembang pesat ketika konsumen dari
luar
negeri
tertarik
dengan
ekstrak
Javaplant
dan
menjadi supplier ekstrak herbal yang memasok ke berbagai industri kimia besar di Indonesia dan luar negeri.(Anonim, 2012).
2.
Profil PT. Javaplant. Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan guna memenuhi kebutuhan akan bahan utamadan tambahan bagi industri farmasi, kesehatan dan kosmetik dan ekstrak botani lainnya untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman. Javaplant menyediakan ekstak bahan aktif alam ddalam berbagai macam rupa diantaranya vacum dried extracts, essensial oils oleoresin untuk berbagai aplikasi kedalam produk jadi.Javaplant menggunakan berbagai spesfikasi, standar dan metode sesuai keinginan para pelanggan. Tahun 2000 javaplant menggunakan sistem evaporasi dan pengeringan secara vakum kedalam proses ekstraksi bahan aktif alam. Sistim vakum tersebut adalah salah satu yang pertama di perkenalkan diindustri ekstrak bahan alam menjadi ekstrak konsentrat dan mengeringkan esktrak konsentarat menjadi ekstrak bubuk kering dengan temperatur yang relatif rendah sehingga kandungan aktif dalam ekstarak bahan alam tidak rusak dan tetap terjaga mutunya. Sistem vakum
18
menjadikan javaplant pelopor produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat asli indonesiasejak tahun 2000. (Anonim, 2012).
3.
Visi dan Misi Visi
: “PT. Tri Rahardja
menjadi produsen ekstrak terbaik dan
menguasai pasar dunia”. Misi
: Dengan optimasi management dan pemanfaatan sumber daya perusahaan yang baik, kita hasilkan produk yang berkualitas dan aman untuk mewujudkan kepuasan pelanggan, keuntungan semua pihak dan kesejahteraan karyawan.
4.
Struktur Organisasi Berikut adalah struktur organisasi PT. Javaplant.
Director R&D Javaplant Ir. Budi Santoso
Direktur Pengelola Deltomed Laboratories Mulyo Rahardjo
Chief Operating Officer (CEO) Junius Rahardjo
Bagan 3. Struktur organisasi Javaplant.
19
Berikut adalah penjelasan tentang tugas dari direktur R&D, direktur pengelola, dan COO Javaplant.Hal-hal yang harus dilakukan oleh Direktur R&D, yaitu: a) Mencari tahu berbagai informasi dan trend produk secara intensif untuk
memperkuat
pengetahuan
yang
dapat
menyokong
implementasi dari perkembangan proyek dan riset – riset dasar. b) Mengkoordinir dan memonitor proses perkembangan produk, riset dasar, dan riset konsumen yang dilakukan oleh unit-unit yang bersangkutan. c) Membantu para karyawan pabrik untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan perumusan/ resep, bahan baku, proses secara teknis, material pengemasan, dan proses sanitasi. d) Mengecek dokumen dan mengawasi operasi yang berkaitan dengan SOP, proses produksi, pemanduan analisis, dan kehalalan produk. e) Memonitor seluruh pengeluaran dan mencocokkannya dengan budget. Tugas dan fungsi komisaris ekstrak center Javaplant, Mulyo Rahardjo adalah mengkoordinir dan memonitor proses pembuatan ekstrak yang selanjutnya ekstrak tersebut akan di suplai ke PT. Deltomed. Tugas dan Fungsi Chief Operating Officer (COO), Junius Rahardjo Javaplant adalah memimpin Javaplant. Selain itu, mengamati, mengikuti dan memilih bahan baku, serta memprosesnya menjadi produk berkualitas, hingga memasarkannya 20
5.
Produk a. CPOB dan CPOTB Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. (BPOM, 2012) Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani.(BPOM, 2012) Berikut ini asperk – aspek CPOTB meliputi : 1) Personalia Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan
tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka
hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang dibebankan kepadanya.
21
2) Bangunan Bangunan industri obat tradisional hendaklahmenjamin aktifitas
industri
dapat
berlangsung
dengan
aman.Lokasi
yangterhindar dari pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan serta bangunan industri obat tradisional memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi. (BPOM, 2012).
3) Peralatan Peralatan
yang
digunakan
dalam
pembuatan
produk
hendaklahmemiliki rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.
4) Pengawasan mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan awal sampai pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan mutu hendaklah merupakan bagian yang tersendiri. ( BPOM, 2012 )
22
b. Proses Produksi Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman. Proses utama dalam ekstraksi itu terdiri dari tiga fase dan tahapan. Yaitu, fase ekstraksi, fase evaporasi, dan fase drying. Dalam hal ini, Javaplant menambahkan proses purifikasi dalam produksinya. Sebuah proses pemisahan kandungan-kandungan zat aktif yang terdapat pada sebuah biofarmaka atau satu raw material yang sedang diolah. Proses ini dilakukan sebelum masuk ke proses evaporasi. Dengan catatan jika produk yang akan diproduksi hanyalah salah satu zat aktif yang terkandung dalam sebuah biofarmaka atau satu raw material yang sedang diolah. Berikut ini merupakan tahapan dan fase-fase proses produksi ekstrak di Javaplant.
Fase uji coba
Fase produksi
Fase purifikasi
Bagan 4. Fase fase produksi ekstrak di Javaplant
Fase Uji Coba Semua proses produksi di Javaplant diawali dari laboratorium. Sebelum di bawa ruang produksi ekstrak. Di ruangan steril yang di isi oleh 12 orang staff laboratorium, setiap produk akan mengalami serangkaian uji coba di laboratorium terlebih dahulu, untuk diketahui kandungan zat dan kadarnya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan ekstraksi berkualitas dan terstandar. Mengidentifikasi senyawa aktif menggunakan
beragam
instrumen 23
seperti
spektrometer,
high
performance liquid chromatography (HPLC), dan ultraperformance liquid chromatography (UPLC), dan insrtumen lainnya. Javaplant juga menguji kandungan sisa pelarut, mikroba, dan logam berat pada ekstrak karena menyangkut keamanan produk. Misalnya seperti Residu alkohol yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi kehalalan produk, contoh lain seperti pelarut heksan, timbel (Pb), raksa (Hg), dan arsenik (Ar), yang membahayakan. Setelah menemukan prosedur ekstraksi yang optimal dalam skala laboratorium dilakukan uji coba ekstraksi dalam skala lebih besar yakni skala pilot. Dalam skala pilot metode ekstraksi adalah perkolasi. Hasil ekstrak kemudian mengalir ke destilator dalam kondisi vakum untuk menghilangkan pelarut. Selanjutnya yaitu melakukan uji kandungan senyawa aktif dan bahan berbahaya. Jika hasil ektraksi skala pilot sesuai, baru proses ekstraksi skala produksi dimulai.
Fase Produksi Semua raw material dimasukkan dalam mesin ekstraktor dengan kapasitas 8000 liter. Mesin ini memiliki 4 buah tabung besar dengan kapasitas masing-masing 2000 liter, yang masing-masing terhubung oleh pipa-pipa besar dengan posisi tabung menggantung. Hasil ekstrak yang masih berupa crude extract tersebut dimasukkan dalam sebuah tangki besar yang kemudian dari tangki tersebut crude extract diproses lagi melalui pipa-pipa penghubung menuju mesin evaporator yang memiliki kapasitas 1000 liter/jam. Semua bahan produksi, mulai dari
24
berbentuk raw material yang dimasukkan ke dalam mesin ekstrak, crude extract, resin, maupun liquid, semuanya terproses secara otomatis dan mechanical, Sehingga raw material yang telah menjadi resin atau konsentrat benar – benar higienis, sama sekali tidak tersentuh tangan maupun terproses di udara terbuka. Terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak di ruang produksi pabrik Javaplant ini. sehingga untuk memproduksi crude extract yang dialirkan melalui pipa – pipa dari mesin ekstrak yang berkapasitas 8000 liter, dibutuhkan waktu 4 jam. Di mesin evaporator inilah mulai ditentukan, apakah produk tersebut akan dijadikan resin saja, menjadi konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau akan dijadikan produk powder.
Proses Purifikasi Javaplant memiliki kapabilitas untuk melakukan proses purifikasi. Mesin yang bernama liquid to liquid extraction ini memiliki sebuah tabung kaca besar dan panjang dengan posisi horizontal yang berada di atas rangkaian mesinnya. Pada proses ini javaplant di lebih menunjukan proses ekstraksi temulawak yang akan diambil kandungan xanthorrizole nya. Hasil ekstrak temulawak dilarutkan bersama solvent organic dengan menggunakan proses pelarut separasi kemudian terjadi pemisahan antara xanthorrizole dengan curcumin serta zat lain yang terkandung dalam temulawak.
25
Fase Sterilisasi Dalam proses produksi terdapat proses tambahan sebelum pengeringan hasil ekstrak, yakni proses sterilisasi. Pada proses itu hasil ekstrak dialirkan melalui pipa bersuhu 130 derajat celsius selama 2 detik untuk mematikan mikroba, serta menetralisir kandungan – kandungan berbahaya dari pelarut. Dalam proses produksi pengeringan menggunakan mesin vacuum belt drying (VBD). Konsentrat yang pekat dialirkan ke di sabuk berjalan vakum bertekanan udara 13 milibar. Pada tekanan itu hasil mesin extractor dan mesin evaporator yg dimiliki Javaplant ekstrak akan kering dalam suhu kurang dari 20 derajat celcius. Dengan alat ini menjamin senyawa aktif tidak rusak. Dengan berbagai teknologi yang dimiliki inilah Javaplant menghasilkan ekstrak herbal terstandar internasional sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan oleh CPOTB BPOM Indonesia dan National Sanitary Foundation USA, ISO, FDA (Food and Drugs Administration) di Amerika, serta standart produk Halal dari MUI. Sehingga produk produk yang dihasilkan oleh Javaplant dipastikan memiliki kualitas yang tinggi.
c. Hasil Produksi Javaplat. Javaplant hanya fokus memproduksi ekstrak bahan alam berkhasiat asli Indonesia. Diantara begitu banyak bahan alam berkhasiat
asli
Indonesia,
26
Javaplant
menarget
spesialisasi,
mengekstrak dan mempromosikan 6 bahan yaitu jahe, temulawak, kunyit, habbatussauda, purwoceng dan tongkat ali. Produk – produk hasil ekstraksi Javaplant banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri kosmetik, suplemen kesehatan, obat tradisional, dan farmasi. Untuk hasil ekstraksi javaplant berinvestasi dengan fasilitas dan teknologi untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Khususnya untuk produksi xanthorrhizol, yang dihasilkan dari proses ekstraksi temulawak (Curcuma xanthorrhiza).Ekstrak xanthorrhizol yang dibutuhkan biasanya memiliki tingkat kemurnian tinggi. Dengan peralatan dan metode ekstraksi yang dimiliki, Javaplant mampu mengekstraksi xanthorrhizol dengan tingkat kemurnian 96%. Selain temulawak, Javaplant juga dikenal mampu mengekstraksi bahan – bahan lain seperti kayu manis, buah kopi, dan tongkat ali. Produk – produk yang dipasarkan tidak selalu dalam bentuk murni, tetapi bisa juga berbentuk serbuk ekstrak (powder). Produk terbaru dari Javaplant adalah zirzak 26000 yang mengandung anti oksidan tinggi dan dapat diaplikasikan dalam produk farmasi, kosmetik, makanan dan minuman dalam bentuk tablet, kaplet, kapsul dan cair.
6.
Lay Out Bangunan Bangunan industri obat tradisional hendaklahmenjamin aktifitas industri dapat berlangsung dengan aman.Lokasi yangterhindar dari
27
pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan serta bangunan industri obat tradisional memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi. (BPOM, 2012). Pemilihan lokasi pabrik, diupayakan harus bebas dari polusi, bebas banjir, penyerapan air tanah baik, jauh dari tempat pembuangan akhir, jauh dari permukaan penduduk yang kumuh, system pembuangan air baik, tidak memberi peluang hidup binatang (serangga, hama, mikroba), jauh dari lingkungan yang kotor. Lingkungan dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara sampah buangan pabrik dikumpulkan sementara atau tempat khusus dan segera dibuang atau didaur ulang sehingga tidak menumpuk atau meninbulkan hama, tempat pembuangan sampah harus tutup supaya tidak bau dan tidak menimbulkan pencemaran. Bangunan danfasilitas pabrik terbuat dari bahan yang mudah disanitasi, lantai ruangan harus rapat, kedap air, permukaan rata, tidak berpori dan halus. Lantai ruangan cuci dan pembilasan mempunyai kemiringan yang cukup kearah pembuangan air dan mempunyai lubang pembuangan yang dilengkapi dengan penahan bau. Permukaan dinding disebelah dalam harus rata, halus, tahan lama, tidak mengelupas, tidak beracun mudah dibersihkan sudut mati tetapi membentuk sudut lengkung, langit-langit tahan lama, tahan air, tidak mudah bocor dan mengelupas.
28
Ruang produksi javaplant dibuat L-line. Memiliki 2 pintu yaitu pintu utama dan pintu kedua yang terhubung dengan ruang purufikasi. Bahan baku yang sudah diproses menuju ruang purifikasi melalui pintu kedua, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang. Desain pintu dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah terjadinya kecelakaan (misalnya: kebakaran). Ruang produksi Javaplant memiliki permukaan dinding yang tidak bersiku. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain didesain dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak menempel pada dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.
29
BAB III PEMBAHASAN
Praktik Kerja Lapangan (PKL) kali ini dilakukan di Balai Penelitian Dan Pengawasan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) dan PT Javaplant pada tanggal 28 Juli 2015. Kunjungan Pertama yaitu diB2P2TOOT yang merupakan pusat penelitian obat tradisional dibawah naungan Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI, dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangantanaman obat dan obat tradisional. Kunjungan diawali dengan mahasiswa memasuki ruang “sinema fitomedika”
dimana kami memperoleh perkenalan dan penjelasan mengenai
B2P2TOOT dan perkembangannya, termasuk beragam spesies tanaman obat yang dikembangkan. Kemudian mahasiswa dibagi dalam 3 kelompok yang masing – masing kelompok secara bergantian dipandu untuk berkeliling mengunjungi tempat – tempat di B2P2TOOT. Beberapa tempat yang dikunjungi antaralain greenhouse,
kebun
produksi,museum
jamu,
etalase
tanaman
obat
dan
laboratorium pascapanen. Greenhouse atau rumah kaca merupakan tempat tumbuh tanaman obat dengan kategori khusus.B2P2TOOT memiliki 2 unit rumah kaca yaitu untuk adaptasi dan pelestarian. Rumah kaca adaptasi di gunakan untuk jenis tanaman seperti hasil eksplorasi, tanaman koleksi baru, tanaman yang belum teridentifikasi, tanaman yang belum beradaptasi dengan lingkungan tawangmangu. Sedangkan rumah kaca pelestarian digunakan untuk tanaman obat langka, tanaman obat
30
koleksi yang populasinya sangat sedikit dan tanaman obat yang tidak tahan dengan perubahan iklim. Kebun produksi merupakan tempat produksi tanaman obat dalam jumlah banyak. B2P2TOOT memiliki 2 kebun produksi yaitu karangpandan
yang
memiliki luas 1,8 Ha dengan ketinggian 600m dpl dan kalisoro memiliki luas 2 Ha dengan ketinggian 1200m dpl. Kebun tersebut merupakan tempat dilakukannya pembibitan dan budidaya tanaman obat secara optimal terutama untuk tanaman yang tumbuh didataran menengah sampai dataran tinggi. Beberapa contoh tanaman dikebun ini antaralain tempuyung, binahong korea, sambang colok, purwaceng cemara kipas dll. Dikebun ini juga terdapatarea narkotika dengan lahan yang sempit yang dikelilingi pagar besi dan dililitkan kawat tajam. Museum
jamu
merupakan
rintisan
istana
jamu
sebagai
sarana
pembelajaran nonformal yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan untuk melestarikan jamu bagi generasi penerus. Didalam museum jamu kita menemukan banyak menemukan herbarium basah dan kering. Dimuseum ini terdapat Rumah Riset Jamu (RRJ) dimana terdapat koleksi jamu kuno, koleksi naskah kuno dan menyimpan ramuan jamu kekayaan leluhur. Etalase tanaman obat merupakan wahana pembelajaran dan peningkatan pengetahuan wisata alamiah berupa tanaman obat. Pemandangan dari ratusan koleksi tanaman obat yang di pamerkan dengan tatanan yang menarik terdiri dari aromatic garden dan sub tropic garden. Setiap tanaman diberi nama daerah, nama ilmiah dan khasiatnya. Koleksi tanaman obat disini mayoritas merupakan tanaman asli indonesia.
31
Laboratorium pasca panen. Gedung ini memiliki 4 lantai. Lantai 1merupakan tempat dilakukannya penimbangan, sortasi basah, pencucian, penirisan dan pengubahan bentuk. Lantai 2 merupakan ruang formulasi dan ruang transit simplisia. Lantai 3 merupakan ruang oven, ruang sortasi kering, penimbangan dan pengemasan serta terdapat gudang induk. Lantai 4 merupakan area pengeringan dengan sinar matahari, dengan naungan dan bed dryer. Kunjungan dilanjutkan ke PT. Javapalnt yag berlokasi tidak jauh dari B2P2TOOT yaitu karanganyar tawangmangu. Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli indonesia. ekstrak yang di produksi memiliki 2 tipe yaitu ekstrak kering dan cair. Mahasiswa mengunjugi 3 tempat di Javaplant antara lain plant 1, plant 2, dan laboratorium Javaplant. Plant 1 merupakan ruang produksi ekstrak cair. Tanaman yang di buat ekstrak cair khusus tanaman obat herbal contohnya temulawak, jahe dan kunyit. Terdapat mesin ekstraktor dengan kapasitas 8000 liter yang memiliki 4 tabung perkolator yang masing masing berkapasitas 2000 liter. Diruang produksi ini terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak. Mesin evaporator digunakan untuk menentukan apakah produk akan di jadikan resin, konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau dijadikan produk powder. Plant 2 merupakan ruang produksi ekstrak kering. Contoh bahan baku pembuatan ekstrak kering antara lain kopi, teh dan kayu manis. Mesin diruang produksi ekstrak kering sama dengan mesin diruang produksi ekstrak cair, hanya saja hasil evaporasi yang dihasilkan berupa ekstrak kering.
32
Tempat
terakhir
yang
dikunjungi
yaitu
laboratorium.
Javaplant
mengoperasikan laboratorium yang menggunakan instrumen serta teknologi yang canggih untuk menciptakan produk – produk yang berkualitas tertinggi dan berkhasiat seperti laboratorium fitokimia, mikrobiologi, dan laboratorium instrumen. Laboratorium fitokimia merupakan tempat dilakukannya uji kadar air, uji kadar aqua, uji kelarutan dalam alkohol, uji kelarutan dalam air. Sedangkan laboratorium mikrobiologi merupakan tempat dilakukannya uji untuk mengetahui berapa banyak bakteri menggunakan ALT dan berapa banyak jamur dan kapang dalam suatu produk menggunakan alat AKK. Javaplant memiliki laboratorium instrumen yang didalam nya terdapat beberapa instrumen canggih. Beberapa contohnya antara lain : Spektro UV / Vis = untuk menganalisa zat aktif pergolongan TLC = untuk uji kuantitatif AAS = untuk analisa logam berat KCKT = untuk menganalisa kandungan zat aktif.
33
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktik Kunjungan Lapangandi B2P2TOOT dan PT. Javaplant diantaranya yaitu : 1. B2P2TOOTadalahpusatpenelitianobattradisionaldibawahnaunganBalitban gkementrianKesehatan RI, dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangantanaman obat dan obat tradisional. 2. B2P2TOOT mempunyai tugas untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. 3. Proses prosuksi simplisia meliputi pengumpulan bahan baku, sortasi basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan. 4. Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan guna memenuhi kebutuhan akan bahan utamadan tambahan bagi industri farmasi, kesehatan dan kosmetik dan ekstrak botani lainnya untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman. 5. Proses utama dalam ekstraksi itu terdiri dari tiga fase dan tahapan. Yaitu, fase ekstraksi, fase evaporasi, dan fase drying.
34
B. SARAN Saran dari Praktik Kunjungan Lapangan yang dapat saya paparkan diantaranya adalah : 1. Lebih meningkatan pelayanan dan kinerja. 2. Meningkatkan pemanfaatan lahan yang tersisa. 3. Melestarikan tanaman herbal yang sudah langka. 4. Melestarikan tanaman herbal sehingga ababila ingin dijadikan sebagai sampel pembuatan simplisia, maka tanaman tersebut tidak akan punah.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Fitofarmaka.
http://wikipedia.html/fitofarmaka-obat-herbal.
Diakses pada tanggal 8 agustus 2015 Anonim. 2011. Javaplant carrying indonesia originbotanicals. http://indonesiapharmacomunity.com. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015. Anonim. 2012. B2P2TOOT. http://www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id/. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015 Anonim.
2014.
Javapalant
gebrakan
diindustri
ekstrak
herbal.
http://www.javaplant.co.id/. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015. Anonim. 2014. Javaplant raja ekstrak herbal. http://www.javaplant.co.id/. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015. Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM]. 2012. Cara pembuatan obat yang baik.Indonesia. BPPOM RI. Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM]. 2012. Cara pembuatan obat tradisional yang baik. Indonesia, BPPOM RI. Departemen kesehatan Republik Indonesia,1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Nurul, Indah. 2014. Profil B2P2TOOT. http://www.scribd.com/doc. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015. Sutrisno,
Bambang.
1997.
Ikhtisar
Pharmascience pasific.
36
Farmakognosi
Edisi
IV.
Jakarta.
LAMPIRAN
37
Lampiran 1. Etalase tanaman obat B2P2TOOT
38
Lampiran 2. Museum jamu Ruang herbarium basah dan kering
Ruang budaya
39
Lampiran 3. Contoh tanaman dirumah kaca Contoh tanaman diruang adaptasi
Contoh tanaman diruang pelestarian
40
Lampiran 4. Laboratorium pasca panen.
41
Lampiran 5. Kebun produksi
42
Lampiran 6. Javaplant
43