Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sumatera Selatan
2007
.
Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
'
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sumatera Selatan
DOKUMENTASI & ARSiP
[I
BAP Acc. No. : [}.:. Class :
..?.!/,. -
dDo~.-~
?.!. '" ······--··· ·-·
g •
~S ,. -········::r-
2{.1 O}. 009.. .<: •• :...... ·····- ..
Checked : .....
ISBN
: 978-979-9254-38-2
Kata log
: Q 179.9
No. Publikasi
: BPPK. J.197/Lap.27
Ukuran Buku
: 2 cm x 29,3 cm
Naskah Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Gambar Kulit Sekilas Provinsi Sumatera Selatan
Diterbitkan Oleh Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan R. I Dicetak oleh CV Metro Nusa Prima
2007
KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum wr. wb. Puji syukur kepada Allah SWT kaml- panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karuniaNYA, kita bisa menyelesaikan L,aporanHasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang kita persiapkan sejak tahun 2006 dan dilaksanakan pada tatiun 2007 di 28 provinsi dan tahun 2008 di 5 provinsi wilayah Indonesia Timur. Perencanaan Riskesdas dimulai tahun 2006, dimulai oleh tim kecil yang berupaya menuangkan gagasan dalam proposal sederhana, kemudian secara bertahap dibahas tiap Kamis-Jum'at di Puslitbang Gizi dan Makanan Bogar. Pembahasan juga dilakukan dengan para pakar kesehatan masyarakat, para perhimpunan dokter spesialis, para akademisi dari Perguruan Tinggi termasuk Poltekkes, lintas sektor khususnya Sadan Pusat Statistik, jajaran kesehatan di daerah dan tentu saja seluruh peneliti Balitbangkes sendiri. Dalam setiap rapat atau pertemuan, selalu ada perbedaan pendapat yang terkadang sangat tajam, terkadang disertai emosi, namun didasari niat untuk menyajikan yang terbaik bagi bangsa. Setelah cukup matang, dilakukan uji coba bersama BPS di Kabupaten Bogar dan Sukabumi untuk menghasilkan penyempurnaan instrumen penelitian. Selanjutnya bermuara pada "launching" Riskesdas oleh lbu Menteri Kesehatan pada tanggal 6 Desember 2006. Pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas dilakukan dua tahap, tahap pertama dimulai pada awal Agustus 2007 sampai dengan Januari 2008 di 28 provinsi, tahap kedua pada Agustus-September 2008 di 5 propinsi (NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). Balitbangkes mengerahkan 5.619 enumerator, seluruh (502) peneliti Balitbangkes, 186 dosen Poltekkes, Jajaran Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Labkesda dan Rumah Sakit serta Perguruan Tinggi. Untuk kesehatan masyarakat, berhasil dihimpun data ·dasar kesehatan dari 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota. Untuk biomedis, berhasil dihimpun 36,357 spesimen dari sampel anggota rumah tangga usia satu tahun keatas yang berasal dari 540 blok sensus perkotaan di 270 kabupaten/kotaterpilih. Proses editing, entry, dan data cleaning sebagai bagian dari manajemen data Riskesdas dimulai pada awal Januari 2008, yang secara parafel dilakukan pula pembahasan rencana pengolahan dan analisis. Proses manajemen data, pengolahan dan analisis ini sungguh memakan waktu, stamina dan pikiran, sehingga tidaklah mengherankan bila diwarnai dengan prates, dari sindiran mefalui jargon-jargon Riskesdas sampai protes keras. Dan ini merupakan ujud dinamika kehidupan yang indah dalam dunia ilmiah. Kini telah tersedia data dasar kesehatan yang meliputi seluruh kabupaten/kota di Indonesia berupa seluruh status dan indikator kesehatan termasuk data biomedis, yang tentu saja amat kaya dengan berbagai informasi di bidang kesehatan. Kami berharap data itu bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk para peneliti yang sedang mengambil pendidikan master dan doktor. Kami memperkirakan akan muncul ratusan doktor dan ribuan master dari data Riskesdas ini. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf Balitbangkes, rekan sekerja dari BPS, para pakar dari Perguruan Tinggi, para dokter spesialis dari Perhimpunan Dokter Ahli, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari jajaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, seluruh enumerator serta semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan Riskesdas. Simpati mendalarn-rdlsertai doa kami haturkan kepada mereka yang mengalami kecelakaan sewaktu melaksanakan Riskesdas, termasuk mereka yang wafat selama Riskesdas dilaksanakan.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada lbu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Kami telah berupaya maksimal, namun sebagai langkah perdana pasti masih banyak kekurangan, kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan Riskesdas ke-2 yang lnsya Allah akan dilaksanakan pada tahun 201 O nanti.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamu'alaikum wr. wb.
Jakarta, Desember 2008
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Dr. Triano Soendoro, PhD
ii
SAM BUT AN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Assalamu 'alaikum Wr. Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan bimbinganNya, Departemen Kesehatan saat ini telah mempunyai indikator dan data dasar kesehatan berbasis komunitas, yang mencakup seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dihasilkan melalui Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas. Riskesdas telah menghasilkan serangkaian informasi situasi kesehatan berbasis komunitas yang spesifik daerah, sehingga merupakan masukan yang amat berarti bagi perencanaan bahkan perumusan kebijakan dan intervensi yang lebih terarah, lebih efektif dan lebih efisien. Selain itu, data Riskesdas yang menggunakan sampling Susenas Kor 2007, menjadi lebih lengkap untuk mengkaitkan dengan data dan informasi sosial ekonomi rumah tangga. Saya minta semua pelaksana program untuk memanfaatkan data Riskesdas dalam menghasilkan rumusan kebijakan dan program yang kornprehensif. Demikian pula penggunaan indikator sasaran keberhasilan dan tahapan/mekanisme pengukurannya menjadi lebih jelas dalam mempercepat upaya peningkatan derajat kesehatan secara nasional dan daerah. Saya juga mengundang para pakar baik dari Perguruan Tinggi, pemerhati kesehatan dan juga peneliti Balitbangkes, untuk mengkaji apakah melalui Riskesdas dapat dikeluarkan berbagai angka standar yang lebih tepat untuk tatanan kesehatan di Indonesia, mengingat sampai saat ini sebagian besar standar yang kita pakai berasal dari luar. Dengan berhasilnya Riskesdas yang baru pertama kali dilaksanakan ini, saya yakin untuk Riskesdas dimasa mendatang dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Karena itu, Riskesdas harus dilaksanakan secara berkala 3 tahun sekali sehingga dapat diketahui pencapaian sasaran pembangunan kesehatan di setiap wilayah, dari tingkat kabupaten/kota,provinsi maupun nasional. Untuk tingkat kabupaten/kota, perencanaan berbasis bukti akan semakin tajam bila keterwakilan data dasarnya sampai tingkat kecamatan. Oleh karena itu saya menghimbau agar Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota ikut serta berpartisipasi dengan menambah sampel Riskesdas agar keterwakilannya sampai ke tingkat Kecamatan. Saya menyampaikan ucapan selamat dan penghargaanyang tinggi kepada para peneliti Balitbangkes, para enumerator, para penanggung jawab teknis dari Balitbangkes dan Poltekkes, para pena'nggung jawab operasional dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, jajaran Labkesda dan Rumah Sakit, para pakar dari Universitas dan BPS serta semua yang teribat dalam Riskesdas ini. Karya anda telah mengubah secara mendasar perencanaan kesehatan di negeri ini, yang pada gilirannya akan mempercepat upaya pencapaian target pembangunannasional di bidang kesehatan.
iii
Khusus untuk para peneliti Balitbangkes, teruslah berkarya, tanpa bosan mencari terobosan riset baik dalam lingkup kesehatan masyarakat, kedokteran klinis maupun biomolekuler yang sifatnya translating research into policy, dengan tetap menjunjung tinggi nilai yang kita anut, integritas, kerjasama tim serta transparan dan akuntabel.
Billahit taufiq walhidayah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Desember 2008
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 adalah survai tingkat nasional yang dilakukan oleh Sadan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kes'ehatan RI dengan melibatkan·Sadan Pusat Statistik (BPS), organisasi profesi, perguruhn tinggl, lembaga penelitian, pemerintah daerah, dan partisipasi masyarakat. Riskesdas 2007 bertujuan menyediakan inforrnasi kesehatan yang berbasis bukti' untuk menunjang perencanaan pembangaunan kesehatan nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota. Riskesdas 2007 berhasil mengumpulkan 258.366 sampel rumah tangga dan 9~7.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat. Khusus di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 berhasil mengumpulkan 8.421 sampel rumah tangga dan 33.358sampelanggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 merupakan salah satu wujud pengejawantahan dari 4 (empat) grand strategy Departemen Kesehatan, yaitu berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence-based rnelalui penqumpulan data dasar dan indikator kesehatan. lndikator yang dihasilkan berupa antara lain status kesehatan dan faktor penentu kesehatan yang bertumpu pada konsep Henrik Blum, merepresentasikangambaran wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Pertanyaan penelitian yang menjadi dasar penqembanqan Riskesdas 2007 adalah: 1. Bagaimana status kesehatan dan faktor penentu kesehatan, baik di tingkat nasionai, provinsi dan kabupaten/kota; 2. Bagaimana hubungan antara kemiskinan dan kesehatan: dan 3. Apakah terdapat masalah kesehatan yang spesifik? Untuk menjawab ketiga pertanyaan, tersebut, dirumuskan tujuan antara lain yaitu penyediaan data dasar status kesehatan dan faktor penentu kesehatan, baik di tingkat rutnah tangga maupun tingkat individual, dengan ruang lingkup sebagai berikut: 1. Status gizi; 2. Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan; 3. Sanitasi lingkungan; 4. Konsumsi makanan; 5. Penyakit menular, penyakit tidak menular dan riwayat penyakit keturunan; 6. Ketanggapan pelayanan kesehatan; 7. Pengetahuari,'sikap dan perilaku; 8. Disabilitas; 9. Kesehatan mental; 10. lmunisasi dan pemantauan pertumbuhan; 11. Kesehatan bayi; 1-2. Pengukuran anthropornetrt, tekanan darah, lingkar perut dan lingkar lengan atas; 13. Pengukuran biomedis; 14. Pemeriksaan visus; 15. Pemeriksaan gigi; 16. Berbagai autopsi verbal peristiwa kematian; dan 17. Mortaiitas. Disain Riskesdas 2007 merupakan survei cross sectional yang bersifat deskriptif. Populasi dalam Riskesdas 2007 adalah seluruh rumah tangga di seluruh pelosok Republik Indonesia. Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2007 dirancang identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2007. Berbaqai ukuran sampling error termasuk didalamnya standard error, relative standard error, confidence interval, design effect dan jumlah sampel tertimbang menyertai setiap estimasi variabel. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 berhasil mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat. Riskesdas 2007 juga mengumpulkan 36.357 sampel untuk pengukuran berbagai variabel biomedik dari anggota rumah tangga yang berumur lebih dari 1 tahun dan bertempat tinggal di desa/kelurahan dengan klasifikasi perkptaan. Khusus untuk pengukuran gula darah, berhasil dikumpulkan sebanyak 19.114 sampel yang diambil dari anggota rumah tangga berusia lebih dari 15 tahun. Untuk tes cepat yodium, berhasil di!akukan pengukuran pada 257.065 sampel rumah tangga, sedangkan untuk pengukuran yodium di dalam urin, berhasil dilakukan pengukuran pada 8.473 sampel anak berumur 6-12 tahun yang tinggal di 30
v
kabupaten/kota dengan berbagai kategori biomedis akan dilaporkan tersendiri.
tingkat
konsumsi
yodium.
Hasil
pemeriksaan
Riskesdas mencakup non-random error antara lain: pembentukan kabupaten baru, blok sensus tidak terjangkau, rumah tangga tidak dijumpai, periode waktu pengumpulan data yang berbeda, estimasi tingkat kabupaten tidak bisa berlaku untuk semua indikator, dan data biomedis yang hanya mewakili blok sensus perkotaan. Khusus untuk lima provinsi (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT) baru dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2008, sementara 28 provinsi lainnya telah selesai dilaksanakan pada tahun 2007. Keterbatasan
Seluruh hasil Riskesdas ini bermanfaat sebagai asupan dalam pengembangan kebijakan dan perencanaan program kesehatan. Dengan 900 variabel, maka hasil Riskesdas 2007 telah dan dapat digunakan antara lain untuk pengembangan riset dan analisis lanjut, pengembangan nilai standar baru berbagai indikator kesehatan, penelusuran hubungan kausal-efek, dan pemodelan statistik. Pada buku ini dijelaskan berbagai temuan hasil Riskesdas 2007 di Provinsi Sumatera Selatan, dengan variasinya pada tingkat kabupaten/kota. Hasil pemeriksaan biomedis akan dilaporkan tersendiri.
Status gizi Status gizi balita Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). dan disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BBrfB). Secara umum prevalensi gizi buruk di Kabupaten/kota Sumatera Selatan adalah 6,5% dan gizi kurang 11,7%. Prevalensi untuk gizi buruk dan kurang di Kabupaten/kota SumateraSelatan adalah 18,2%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka di Kabupaten/kota Sumatera Selatan target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 14 kabupaten/kota. Bila mengacu pada target MDG maka ada 9 kabupaten/kota yang sudah melampaui target, sedangkan untuk target RPJM sudah 10 kabupaten/kota yang melampaui target. Prevalensi gizi lebih di Kabupaten/kota Sumatera Selatan adalah 6,7%. Terdapat 6 kabupaten/kota dengan prevalensi melebihi angka prevalensi Kabupaten/kota SumateraSelatan Prevalensi masalah kependekan pada balita di kabupaten/kota Sumatera Selatan masih tinggi yaitu sebesar 44,7%. Enam kabupaten/kota memiliki prevalensi masalah kependekan di atas angka kabupaten/kota Sumatera Selatan Prevalensi kekurusan pada balita di kabupaten/kota Sumatera Selatan adalah 15,8%. . Prevalensi kurus di seluruh kabupaten/kota masih berada di atas 5%, yang berarti masalah kurus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di setiap kabupaien/kota. Dari 14 kabupaten/kota, 9 kabupaten/kota di antaranya masuk dalam kategori serius dan 3 kabupaten/kota masuk dalam kategori kritis. Prevalensi balita sangat kurus di abupaten/kota Sumatera Selatan masih cukup tinggi yaitu 7,9%. Terdapat 6 kabupaten/kota yang memiliki prevalensi balita sangat kurus di bawah angka prevalensi di Provinsi Sumatera Selatan. Prevalensi kegemukan di Provinsi Sumatera Selatan menurut indikator BBrrB adalah sebesar 20,9%. Tujuh kabupaten/kota memiliki masalah kegemukan pada balita di atas angka di Provinsi Sumatera Selatan.
vi
Status GizitPenciuduk ,.
Usia Sek61ah (umur 6-14 Tahun) '
Prevalensi l
1
Status Gizi Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas dinilai dengan lndeks Masa Tubuh (IMT)
-dan ukuran lingkar perut (LP). Hasilnya adalah sbb: Prevalensi obesitas .ui:nuri di. Provlnsi Sumatera $elatan. aqalah 11,4% (6,6% berat badan lebih dan -~.$% obese). A99 4 kabupafen/kota rnerhilik! pr~valen~i obesitas ·uml!m di atas angka prevale'tlsi di J:r.ov'iri~i Sull!atera Selatan, Of Provinsf Sumatera Selatan prevalensi obesitas umum pada laki~laki lebih rendah dlbandinqkan dengan perernpuan (masing-masing 8,4% dan M,5%). Prevalensi obesitas sentral di Provinsi Sumatera- Selatan adalah 7·,6%. Dari 14 kabupaten/kota, 7 'di antaranya memiliki prevalensi obesitas sentral di atas angka prevalensi di Provinsi Surnatera Selatan.
Status gizi Wanita Usia Subur (WUS) 15-45 tahun Risiko kurang enerqi'kronis (KEK) pada WUS digambarkan dengan menggunakan LILA (lingkar lengan atas) yang disesuaikan dengan umur (age adjusted). Ditemukan prevalensi KEK di ·Provinsi Sumatera Selatan sebesar 12, 1 %. Ada 5 kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi diatas angka di Provinsi Sumatera Selatan.
Konsumsi Energi Dan Protein. Konsumsi energi dan protein diperoleh berdasarkan jawaban responden untuk makanan yang di konsumsi anggota rumah tangga (ART) da!am waktu 1 x 24 ·jam yang lalu. Responden adalah ibu rumah tangga atau qnggota rumah tangga lain yang biasanya menyiapkan rnakanan di rumah tangga tersebut. Dari Riskesdas 2007 diperoleh rerata konsumsi per kapita per hari pendiiduk di Provinsi Sumatera'Selatan adalah 1385,8 Kkal untuk energi pan 49,6 gram untuk protein. Di Provinsi Sumatera Selatan persentase rumah tangga dengan konsumsi "enerqi rendah" atau di bawah rerata di Provinsi Sumatera Selatan adalah 61,4% dan konsumsi "protein rendah" sebesar 56, 1 %. Terdeteksi 7 kabupaten/kota dengan persentase rumah 'tangga dengan konsumsi "enerqi.rendah" di atas persentase di Provinsi Sumatera Selatan, serta 5 kabupaten/kota denqan persentase konsumsi "protein rendah" di atas persentase di Provinsi Sumatera Selatan. ·
Konsumsi garam berlodlum Prevalensi konsumsi garam beriodium Riskesdas 2007 diperoleh dari tes cep'at garam iodium. Rurnah-tanqqa dinyatakan mempl.lnyai ''.ga'ram "cukup iodium (~30 ppm KI03)" bila hasil tes cepat garam berwarna biru/ungu tua. Di Provinsi Sumatera Selatan, sudah ,93,0,% rumah .tangga yang mempunyai gciram cukup iodium. Sebanyak 3 kabupaten/kota belum mencapai target Universal Salt lodizatio 201Q (90 %), yaitu Musi Rawas, OKU Timur dan Ogan Komering llir.
Kesehatan lbu dan Anak Status lmunisasi Dalam Riskesdas, informasi tentang cakupan • 1imunisasi· ditanyakan pada ibu yang mempunyai balita umur 0 - 59 bulan. lnformasi tentang imunisasi dikumpulkan dengan tiga cara yaitu wawancara kepada ibu balita atau anggota rumah-tangga yang mengetahui. catatan Kartu Menuju Sehat (KMS). atau catatan dalarn Buku KIA.
vii
lmunisasi dianggap lengkap bila sudah mendapatkan semua jenis imunisasi satu kali BCG, tiga kali DPT, tiga kali polio, tiga kali HS dan satu kali imunisasi campak. Cakupan imunisasi yang dianalisis pada anak usia 12 - 59 bulan. Secara keseluruhan, cakupan imunisasi menurut jenisnya yang tertinggi sampai terendah adalah untuk BCG (87,0%), campak (86,0%), polio tiga kali (74,1 %), DPT tiga kali (70,9%) dan terendah hepatitis B (63,8%). Cakupan untuk tiap jenis imunisasi selalu lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan di daerah perdesaan. Ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan cakupan tiap jenis imunisasi
Pemantauan PertumbuhanBalita Dalam Riskesdas 2007, ditanyakan frekuensi penimbangan dalam 6 bulan terakhir yang dikelompokkan menjadi "tidak pernah ditimbang dalam 6 bulan terakhir", ditimbang 1-3 kali yang berarti "penimbangan tidak teratur", dan 4-6 kali yang diartikan sebagai "penimbangan teratur". Data pemantauan pertumbuhan balita ditanyakan kepada ibu balita atau anggota rumahtangga yang mengetahui. Secara keseluruhan dalam enam bulan terakhir balita yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih), ditimbang 1-3 kali dan yang tidak pernah ditimbang berturut-turut 31,5%, 28,9%, dan 39,6%. Terlihat ada kecenderungan makin tinggi umur anak, makin rendah cakupan penimbangan rutin (2'. 4 kali), dan makin tinggi pula persentase anak yang tidak pernah ditimbang. Posyandu merupakan yaitu sebesar 66, 1 %.
tempat yang paling
Kepemilikan Buku KIA secara sebesar 7.1 %.
banyak dikunjungi
keseluruhan
lebih rendah
untuk penimbangan
dari kepernilikan
balita
KMS yaitu
Distribusi Kapsul Vitamin A Secara keseluruhan cakupan distribusi kapsul vitamin A untuk anak umur 6 - 59 bulan sebesar 62,8%. Terdapat enam (6) kabupaten/kota dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A di bawah 62,8%.
Cakupan Pelayanan lbu dan Anak Dalam Riskesdas 2007, dikumpulkan data tentang pemeriksaan kehamilan, jenis pemeriksaan kehamilan, ukuran bayi lahir, penimbangan bayi lahir, pemeriksaan neonatus pada ibu yang mempunyai bayi. Data tersebut dikumpulkan dengan mewawancarai ibu yang mempunyai bayi umur 0 - 11 bulan, dan dikonfirmasi dengan catatan Buku KIA/KMS/catatan kelahiran. Hanya sebagian bayi yang mempunyai catatan berat badan lahir. Secara keseluruhan, proporsi bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 19,4%. Proporsi ini sebanding dengan persentase ibu yang mempunyai persepsi bahwa ukuran bayi pada saat lahir kecil yaitu sebesar 18,0% Sebanyak 69,8% ibu memeriksakan kehamilan. Pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan tekanan darah (97,6%) dan penimbangan berat badan ibu (96,2%). Sedangkan jenis pemeriksaan kehamilan yang jarang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan hemoglobin (34,5%) dan pemeriksaan urine (39, 1 %). Sebanyak 42,8% neonatus umur 0-7 hari dan 27, 1 % mendapatkan pemeriksaan dari tenaga kesehatan.
viii
neonatus
umur 8-28 hari
Penyakit Menular Penyakit menular yang diteliti pada Riskesdas 2007 terbatas pada beberapa penyakit yang ditularkan oleh vektor, penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur, dan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air. Data yang diperoleh hanya merupakan prevalensi penyakit secara klinis dengan teknik wawancara dan menggunakan kuesioner baku (RKD07.IND) tanpa konfirmasi pemeriksaan laboratorium. Untuk mendukung hasil wawancara, subsampel responden di daerah urban (kota) diperiksa darah tepinya secara mikroskopis untuk diagnosis malaria dan filariasis yang belum selesai diperiksa. Prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan riwayat responden didiagnosis atau berobat penyakit tersebut ke tenaga kesehatan (D: diagnosis). Apabila responden tidak pernah didiagnosis atau tidak pernah berobat penyakit tersebut, wawancara dilanjutkan untuk mendapatkan prevalensi berdasarkan riwayat responden menderita gejala spesifik penyakit tersebut (G). Jadi prevalensi penyakit merupakan data yang didapat dari D maupun G (DG). Untuk penyakit akut dan penyakit yang sering dijumpai, prevalensi dini!ai dalam kurun waktu 1 bulan terakhir, sedangkan untuk penyakit yang kronis dan musiman ditentukan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir (lihat kuesioner RKD07.IND Blok X no B01-22).
Filariasis, Demam Berdarah Dengue, dan Malaria Data Riskesdas 2007 menunjukkan penyakit filariasis ini tersebar di 5 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan prevalensi filariasis klinis sebesar 1%o (1-4%0) dalam 12 bulan terakhir. Untul demam berdarah dengue. dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, kasus DBD klinis tersebar di sembilan (9) kabupaten/kota di SumateraSelatan dengan prevalensi 0,4% (0, 1-2, 1 %j. Sedangkan untuk malaria dalam kurun waktu 1 bu Ian terakhir, prevalensi malaria klinis adalah 1,6% (0,4-5,3%)
ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak Data !SPA dalam Riskesdas ini adalah ISPA yang tidak berat atau non pneumonia. Prevalensi ISPA dalam satu bulan terakhir di Provinsi SumateraSelatan adalah 17,5% (6,3-33,6%), sedangkan untuk pnemonia adalah 1,3% (0,2-4,7%). Pada Riskesdas, tuberkulosis paru klinis menyebar di kabupaten/kota di Provinsi SumateraSelatan. Prevalensi TB klinis dalam 12 bulan terakhir adalah 0,4%. Penyakit campak terdeteksi di seluruh kabupaten/kota, dalam 12 bulan terakhir, prevalensi campak klinis di Provinsi Sumatera Selatan adalah 0,5%.
Tifoid, Hepatitis dan Diare Dalam 1 bulan terakhir tifoid klinis terdeteksi di seluruh kabupaten/kota di provinsi Sumatera Selatan, dengan prevalensi sebesar 1,3% (0,5-2,5%). Untuk hepatitis, dalam dua belas bulan terakhir hepatitis klinis terdeteksi di hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi SumateraSelatan ,dengan prevalensi sebesar 0,3% (0,0-0,8%). Penyakit diare tersebar diseluruh kabupaten/kota diProvinsi Sumatera Selatan .. Prevalensi diare klinis dalarn kurun waktu 1 bulan terakhir adalah 7,0% (3,0-14,2%), proporsi respond en diare klinis yang mendapat pengobatan oral it adalah 56, 1 %.
Penyakit Tidak Menular Data penyakit tidak menular (PTM) yang disajikan dikelompokkan menjadi emat (4) yaitu: 1) Penyakit Tidak Menular Utama, Penyakit Sendi, Penyakit Keturunan; 2) Gangguan Mental Emosional; 3) Penyakit Mata, dan 4) Kesehatan Gigi. Analisis berdasarkan jawaban responden "pernah didiagnosis oieh tenaga kesehatan "atau" mempunyai gejala klinis PTM". Preva!ensi PTM ada!ah gabungan kasus PTM yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan kasus yang mempunyai riwayat gejala PTM.
IX
Cakupan atau jangkauan pelayanan tenaga kesehatan terhadap kasus PTM di masyarakat dihitung dari persentase setiap kasus PTM yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dibagi dengan persentase masing-masing kasus PTM yang ditemukan, baik berdasarkan diagnosis maupun gejala.
Penyakit Tidak Menular Utama, Penyakit Sendi, dan Penyakit Keturunan Prevalensi penyakit sendi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 23,9% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 19,3%. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Provinsi SumateraSelatan adalah sebesar 31,5%. Sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 6,6%, ditambah kasus yang minum obat hipertensi prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara ini adalah 6,8% (kasus yang minum obat hipertensi hanya 0,2%). Oengan demikian cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24,7%, atau dengan kata lain sebanyak 75,3% kasus hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis. Prevalensi stroke di ProvinsiSumateraSelatan ditemukan sebesar 7 per 1000 penduduk, dan ydng telah didiaqnosis oleh tenaqa kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hai ini menunjukkan sekitar 85,7% kasus stroke di masyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi penyakit sendi, hipertensi maupun stroke peningkatan umur responden. Menurut jenis kelamin, hipertensi dan stroke lebih tinggi pada perempuan.
tampak meningkat sesuai prevalensi penyakit send,
Penya kit asma ditemukan sebesar 2, 1 % di Provins: Surnatera Se!atan dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adaiah 1,5%. Data ini menunjukkan cakupan diagnosis asma oleh tenaga kesehatan sebesar 71,4%. Prevalensi wawancara, ditemukan kesehatan menyerupai
penyakit jantung di ProvinsiSumatera Selatan sebesar 4,8% berdasarkan sementara berdasarkan riwayat didiagnosis tenaga kesehatan hanya sebesar 0,8%. Cakupan kasus jantung yang sudah didiagnosis oleh tenaga sebesar 16,7% dari semua responden yang mempunyai gejala subjektif gejala penyakit jantung.
Prevalensi penyakit OM di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adaiah 0,3% sedangkan prevalensi OM sebesar 0,5%. Data ini menunjukkan cakupan diagnosis OM oleh tenaga kesehatan mencapai 60,0%. Prevalensi penyakit tumor berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia sebesar 2%o. Prevalensi penyakit asma, jantung, OM, dan tumor meningkat dengan bertambahnya umur, namun prevalensi cenderung menurun kembali untuk OM setelah umur 64 tahun , untuk tumor setelah umur 74 tahun .. Prevalensi beberapa penyakit keturunan adalah sebagai berikut: gangguan jiwa berat 1,0%, buta warn a 1,2%0, glaukoma 0,8%, bibir sum bing 1, 1 %, dermatitis 5,4%, rinitis 3,1%, talasemia 0,4% dan hemofilia 7,4%0.
Gangguan Mental Emosional Kesehatan mental dinilai dengan Self Reporting Questionnaire (SRO) yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan SRO diberikan kepada anggota rumah tangga (ART) yang berusia ;::: 15 tahun. SRO memiliki keterbatasan karena hanya mengungkap status ernosional individu sesaat (± 2 mingg·u) dan tidak dirancang untuk diagnostik gangguan jiwa secara spesifik.
x
Prevalensi di Provinsi Sumatera Selatan gangguan mental emosional pada penduduk yang berumur ~ 1,5 tahun adalah 6,3%. Prevalensi ga,ngg4a11 mental emosional meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Keiompok y~ng rentan mengalami gangguan mental emosional · adalah kelompok dengan jenis kelamiri perempuan (7,5%), kelornpok yang memiliki pendidikan rendah (paling tinggi pada kelompok tidak sekolah, yaitu 16,0o/o), kelompok yang tidak bekerja (11,7%), tinggal di desa (6,5%).
Penyakit Mata Proporsi low vision di Indonesia adalah sebesar 3, 1 %, kebutaan Q,5%. Proporsi penduduk usia 30 tahun ke atas yang pernah didiagnosis katarak sebesar 2,5%. Proporsi operasi katarak dalam 12 bulan terakhir .untuk tingkat di Provinsi- Sumatera Selatan adalah sebesar 12,6% dari penduduk' yang pernah didiagnosis katarak oleh tenaga kesehatan. Pernakaian kacamata pasca operasi katarak di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 57,8%.
Kesehatan Gigi Di Provinsi Surnatera Selatan, prevalensi penduduk bermasalah gigi-mulut adalah 16,8%, yang menerima perawatan dari tenaga medis gig•adalah 27,6%.
Cedera dan Disabilitas Ced era Data cedera diperoleh berdasarkan wawancara kepada responden semua umur tentang riwayat cedera dalam 12 bulan terakhir. Cedera didefinisikan sebagai kecelakaan dan peristiwa yang sampai membuat kegiatan sehari-hari responden menjadi terganggu. Pembagian katagori bagian tubuh yang terkena cedera didasarkan pada klasifikasi dari ICD-10 (International Classification Diseases) Prevaleosi cedera di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 4,6%. Urutan penyebab cedera terbanyak adalah jatuh (51,4%), diikuti kecelakaan transportasi darat (33,0%), dan terluka benda tajam atau tumpul (23,6%).
Disabilitas Status disabilitas dikumpulkan dari kelompok penduduk umur 15 tahun ke atas berdasarkan pertanyaan yang dikembangkan oleh WHO dalam International Classification ofFunctioninq, Disability and Health (ICF). Responden diajak untuk menilai kondisi dirinya dalam satu bulan terakhir dengan menggunakan 20 pertanyaan inti dan 3 pertanyaan tambahan untuk mengetahui seberapa bermasalah disabilitas yang dialami responden, sehingga memerlukan bantllan oranq lain. Masalah disabilitas yang menonjol adalah penglihatan. jarak [auh., penglihatan jarak dekat, berjalan jauh, merasa nyeri/merasa tidak nyaman, dan napas pendek setelah latihan ringanDi Provinsi Sumatera Selatan ternyata status disabllitas dengan kriteria "Sangat bermasalah" adalah sebesar 2, 1'% dan "bermasalah" 15,5%. Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku
Pengetahuan, sikap dan perilaku dalam Riskesdas 20,07 ditanyakan kepada penduduk umur 10 tahun ke atas .. Pengetahuan dan sikap yang· berhubunqan dengan penyakit flu burung dan HIV(AIDS ditanyakan melalui wawancara individu. Demikian juga perilaku higienis yang meliputi pertanyaan mencuci tangan pakal' sabun, kebiasaan buang air besar, penggunaan tembakau/ perilaku merokok, minum minuman beralkohol, aktivitas fisik, perilaku konsumsi buah dan sayur. Untuk mendapatkan persepsi yang sama, pada saat melakukan wawancara mengenai satuan standar minuman beralkohol, klasifikasi aktivitas fisik, dan porsi konsumsi buah dan sayur, digunakan kartu peraga.
xi
Perilaku Merokok Persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok tiap hari 25,4%. Hampir separuh (48,4%) penduduk laki-laki umur 10 tahun ke..atas merupakan perokok tiap hari. Di Provinsi Sumatera Selatan prevalensi perokok saat ini 31,7% dengan rerata jumlah rokok yang dihisap 12 batang per: hari. Persentase tertinggi usla pertama kali merokok terdapat pada kelompbk usla 15-19 tahun (34,1%), disusul usia 10-14 tahun (10,6%). Analisisjuga menunjukkan 89,1 % perokok merokok di dalam rumah ketika bersarha
anggota rumah tangga lain. Menurut kelompok umur, pada umumnyajenis rokok yang diminati adalaf kretek dengan filter, kecuali pada kelompok umur 55 tahun ke atas kretek tanpa filter merupakan pilihannya. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Data frekuensi dan porsi asupan sayur dan buah dikumpulkan dengan menghitung jumlah hari konsumsi da!am seminggu dan jnmlah porsi rata-rata dalam sehari. Penduduk dikategorikan 'cukup' konsumsi sayur dan buah apabila makan sayur dan/atau buah minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan 'kurang' apabila konsumsi sayur dan buah kurang dari ketentuan di atas. Secara keseluruhan, penduduk umur 10 tahun ke atas kurang konsumsi buah dan sayur sebesar 97,0%. Perilaku Minum Minuman Beralkohol Prevalensi peminum alkohol 12 bulan terakhir sebanyak 2,9%, sedangkan yang masih minum da!am satu bulan terakhir 2, 1 %. Perilaku Aktifitas Fisik Data aktivitas fisik dikumpulkan dalam seminggu terakhir untuk penduduk- 1 O tahun ke atas. Kegiatan aktivitas fisik dikateqorikan 'cukup' apabila kegiatan dilakukan terusmenerus sekurangnya 1 O menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima harr dalam satu minggu. Hampir separuh penduduk (73,7%) kurang melakukan aktivitas fisik. Pengetahuan dan Sikap tentang Flu Burung serta HIV/AIDS Data mengenai pengetahuan dan sikap penduduk tentang flu burung dikumpulkan dengan didahului pertanyaan saringan : apakah pernah mendengar tentang flu burung. ·Untuk penduduk yang pernah mendengar, ditanyakan lebih lanjut pengetahuan tentang penularan dan sikapnya apabila ada uhggas yanq-sakit atau mati mendadak. Di Provinsi.Surnatera Selatan, 40,4% penduduk pernah mendengar tentanq flu burung. Di antara mereka 49,0% rnerniljki pengetahuan yang benar dan 47,5% memiliki sikap yang benar. Kelompok umur i 5-24 tahun merupakan kelompok tertinggi untuk kategori pernah mendengar, 'berpengetahuan benar dan bersikap benar. Di Provinsi Sumatera Sel(jltan, 34,5% penduduk sudah pernah mendengar tentang HIV/AIDS; 34,5% di antaranya berpengetahuan benar tentang penµlaran HIV/AIDS dan 13,9% berpengetahuan benar tentang penceqahan HIV/AID?. Perilaku Higienis Perilaku hiqienis yang dikumpulkan mellputi kebiasaan/perilaku buang air besar (BAB) dan perilaku mencuci tanqan. Perilaku BAB yang dianggap benar adalah bila penduduk melakukannya di [arnban .. Mencuci tanqan yang b~n·ar adalah. bila penduduk mencuci tanqan dengan sabun sebelum makan, sebelummenyiapkan rnakanan, setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak, dan, setelah memegang unggas/binatang. Di
xii
Provinsi Sumatera Selatan, sebesar 59,7%_ berperilaku benar dalam hal BAB, namun hanya 35,9%.yang berperilaku cucLtangan benar, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Riskesdas 2007 mengumpulkan 1 O indikator tunggal Perilaku Hid up Bersih dan Sehat (PHBS) yang. terdiri -darl enam lndlkator ihdividu dan empat indikator rumah tangga. lndikator individu meliputi pertolongan persalman oleh tenaqa kesehatan, bayl 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif, kepemilikan/ketersediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, penduduk tidak merokok, penduduk cukup beraktivitas fisik, dan penduduk cukup me,ngonsumsi sayur dan buah. lndikator Ruman Tangga meliputi rumah tang'ga memiliki akses terhadap air bersih, akses [amban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (~8m2/ orang), dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah. Di i Provinsi Sumatera Selatan, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 14.9%.
Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Dalam analisis ini, sarana pelayanan kesehatan dikeiompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Sarana pelayanan kesehatan rumah sakit, puskesmas, puskesrnas pembantu, dokter praktek dan bidan praktek dan (2) Upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yaitu pelayanan posyandu, poskesdes, pos obat desa, warung obat desa, dan polindes/bidan di desa. lnformasi penggunaan pelayanan kesehatan rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dokter praktek dan bidan praktek rawat inap dalam 5 (lima) tahun terakhir- dan atau rawat jalan dalam 1 (satu) tahun terakhir, dimana terakhir menjalani perawatan kesehatan, serta dari mana sumber biaya perawatan kesehatan tersebut.
Akses Sebanyak 93,8% rumah tangga di Provinsi Sumatera Selatan berada kurang atau sama denqan 5 km dari sarana pelayanan kesehatan dan hanya 6,2% rumah tangga berada lebih dari 5 km. Dari segi waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan nampak bahwa 81,3% penduduk dapat mencapai ke sarana pelayanan kesehatan kuranq atau sama dengan 15 menit dan sebanyak 13% penduduk dapat mencapai sarana pelayanan kesehatan dimaksud antara 16-30 menit. Oengan dernikian secara di Provinsi Sumater'a Selatan, masih ada sekitar 3.8% rumah tangga yang memerlukan waktu lebih dari setenqah jam untuk mencapai sarana kesehatan.
Pemanfaatan posyandu Secara keseluruhan, di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 27,8% rumah tangga memanfaatkan pelayanan d! posyandu atau poskesdes. Sebanyak 58,7% rumah tangga menyatakan tidak membutuhkan pelayanan di posyandu 'atau poskesdes karena be'rbagai alasan, sepertl tidak ada anggota rumah tanqqa' (ART) yang sakit, tidak ada yang hamil atau tidak mempunyai bayi/balita. Sedangkan yang sebetulnya membutuhkan tetapi tidak memanfaatkan posyandu atau poskesdes adalah sebanyak 13,5% rumah tangga. Jenis pelayanan yang paling banyak dimanfaatka,n adalah pengobatan (86,7%). Adapun pelayanan KIA yang terbanyak dimanfaatkan adalah pemeriksaan bayi/balita (25%), disusul pemeriksaan kehamilan (15%). Persentase rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan persalinan, pemeriksaan ibu nifas dan pemeriksaan neonatus masing-masing di bawah 10%.
Rawat lnap Untuk rawat inap masyarakat paling banyak memanfaatkan kemudian disusul RS Swasta (1,2%).
xiii
RS Pemerintah (1,8%)
Sumber pembiayaan rawat inap secara keseluruhan untuk Indonesia masih didominasi (77,8% pembiayaan yang dibayar oleh pasien sendiri atau keluarga (out of pocket'), kemudian berturut-turut disusul oleh pembiayaan oleh Askes/Jamsostek (12%), Askeskin/SKTM (11 %), dan Dana Sehat (0,8%).
Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Ada 8 (delapan) domain ketanggapan untuk pelayanan rawat inap dan 7 (tujuh) domain ketanggapan untuk pelayanan rawat jalan. Tujuh domain ketanggapan untuk pelayanan rawat jalan sama dengan domain rawat inap. Di Provinsi Sumatera Selatan penduduk yang memberikan penilaian 'baik' dengan persentase tinggi adalah aspek 'kerahasiaan' (87,6%) dan 'keramahan petugas' (84,7%). Persentase terendah adalah aspek 'kebersihan ruangan' (80,5%). Di Provinsi Sumatera Selatan aspek ketanggapan terhadap pelayanan rawat jalan dengan persentase nilai 'baik' tertinggi adalah keramahan petugas (88,5%), sedangkan persentase terendah adalah aspek kebersihan ruangan (84, 1 %).
Kesehatan Lingkungan Data kesehatan iingkungan diambii dari dua sumber data, yaitu Riskesdas 2007 dan Susenas 2007. Dengan demikian penyajian beberapa variabel kesehatan lingkungan merupakan gabungan data Riskesdas dan Susenas.
Air keperluan rumah tangga Di Provinsi Sumatera Selatan. terdapat 7,7% rumah tangga yang pemakaian air bersihnya masih rendall (1,7% Mak akses dan 6,0% akses kurang), berarti mempunyai risiko tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan/penyakit. Sebesar 24,0% rumah tangga mempunyai akses dasar (minimal), 31,6% akses menengah, dan 36,5% akses optimal. Bila mengacu pada kriteria Joint Monitoring Program WHO-Unicef, di mana batasan minimal akses untuk konsumsi air bersih adalah 20 liter/orang/hari, maka di Provinsi Sumatera Selatan akses terhadap air bersih menurut jumlah pemakaian air per orang per hari adalah 92,1%, Sebanyak 1,5% rumah tangga memerlukan rerata wak:tu tempuh ke sumber air lebih dari 30 menit. Dilihat dari ketersediaan air bersih dalam satu tahun, di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 59,8% rumah tangga yang air bersihnya tersedia sepanjang waktu. Di Provinsi Sumatera Selatan, proporsi rumah tangga dengan air minum berkualitas fisik baik sebesar 84,8%. Masih banyak rumah tangga yang menggunakan air minum dari sumber tidak terlindung (sumur tidak terlindung 15,0°11; mata air tidak terlindung 1,2%; air sungai 8,3% dan lainnya 0,7%). Penggunaan air kemasan di rumah tangga, yaitu 7,1%. Sementara yang menggunakan air perpipaan/ledeng meteran 5,4%. Ternpat penampungan air di rumah tangga sebagian besar menggunakan wadah tertutup 81,7%, wadah terbuka sebesar 8,3%. sedangkan yang tidak menggunakan menggunakan penampungan 9,9%.
Fasilitas buang air besar Ru mah tangga yang menggunakan jamban sendiri sebesar 65,8%. Di Provinsi Sumatera Selatan rumah tangga yang menggunakan jamban jenis leher angsa sebesar 62,9%. Rumah tangga dengan akses baik terhadap sanitasi sebesar 44,5%.
XIV
Di Provinsi Sumatera Selatan, proporsi rurnah tangga dengan tempat pembuangan akhir tinja menggunakan tangki/SPAL (saniter) sebesar 50,3%, sisanya dibuang ke sungai/laut, lobang tanah, kolam/sawah, dan pantai/tanah. Sarana pembuangan air limbah Di Provinsi Sumatera Selatan, terdapat 72,5% rumah tangga yang menggunakan SPAL di rumahnya, baik SPAL jenis tertutup maupun terbuka.
Pembuangan sampah Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 24,0% rumah tangga yang memiliki tempat sampah di dalam rumah dan 44, 1 % di luar rumah. Perumahan Di Provinsi Sumatera Selatan masih terdapat 10,0% rumah tangga dengan lantai rumah tanah dan 24,0% dengan tingkat hunian padat. Proporsi rumah tangga dengan lantai tanah dibandingkan dengan di perkotaan (3,2%).
di perdesaan
lebih tinggi
(15,7%)
Pemeliharaan Ternak Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 33,3% rumah tangga yang memelihara unggas, 4,9% memelihara ternak sedang, 3,2%. memelihara ternak besar dan 10,0% memelihara binatang jenis anjing, kucing atau kelinci. Dari rumah tangga yang memelihara ternak, pada umumnya lebih banyak di luar rumah terkecuali untuk memelihara binatang jenis anjing,kucing atau keiinci lebih banyak di dalam rumah ..
xv
DAFTAR ISi Kata Pengantar i Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia iii Ringkasan Eksekutif v Daftar Tabel xix Daftar Gambar xxxii Daftar Singkatan xxxiii Daftar Lampiran xxxv BAB 1. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Ruang Lingkup Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 2 1.3 Pertanyaan Penelitian 2 1.4 Tujuan Riskesdas 3 1.5 Kerangka Pikir 3 1.6 Mekanisme Kerja Riskesdas 5 1.7 Pengorganisasian Riskesdas 5 1.8 Manfaat Riskesdas.. . .. .. . . . 6 '1.9 Keterbatasan Riskesdas 6 1.10 Persetujuan Etik Riskesdas 6 BAB 2. Metodologi Riskesdas 7 2.1 Metodologi Riskesdas 7 2.1.1 Disain 7 2.2 Lokasi 7 2.3 Popu!asi dan Sampel... . . 7 2.3.1 Penarikan Sampel Blok Sensus.. . 7 2.3 2 Penarikan Sampel Ru mah tangga 8 2.3.3 Penarikan Sampel anggota Rumahtanqqa 8 2.3.4 Penarikan sampel yodium 8 2.4 Variabel 9 2.5 Alat Pengumpul Data dan Cara Pengumpulan Data 10 2.6 Manajemen Data .. . .. . . . . . . . . . . . 13 2.6.1 Editing. . . 13 2.6.2 Entry 13 2.6.3 Cleaning 13 2.7 Pengorganisasian dan Jadual Pengumpulan data 14 2.7.1 Koordinator \/Vilayah 1 dengan penanggung- Ekologi & Status Kesehatan untuk:jawab Puslitbang 14 2.7.2 Koordinator \/Vilayah 2 dengan penanggung- jawab Puslitbang Biomedis dan Farmasi untuk: 14 2.7.3 Koordinator \/Vilayah 3 dengan penanggung-jawab Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan 14 2.7.4 Koordinator Wilayah 4 dengan penanggung-jawab Puslitbang Gizi dan Makanan 14 2.7.5 Keterbatasan Riskesdas 15 2.8 Has i Pengolahan dan Analisis Data 17 BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 3.1 Gambaran Um urn Provinsi Sumatera Se Iatan 18 3.1.1 Letak Geografis dan Luas \/Vilayah 18 3.1.2 Keadaan Pemerintahan 18 3.1.3 Gambaran demografi Provinsi Sumatera Selatan 18 3.1.4 Keadaan Penduduk 18 3.1.5 Pendidikan 20 3.2 Respon Rate 21 3.2.1 Respon Rate Rumah Tangga 21
xvii
3.2.2 Respon rate lndividu 22 3.3 Gizi 23 3.3.1 Status Gizi Efalita 23 3.3.2 Status Gizi Penduduk Umur 6-14 Tahun (Usia Seko1ah) 33 3.3.3 Status Gizi Penduduk Umur 15 Tahun'Ke Atas 34 3.3.4 Konsumsi Energi dan Protein 42 3.3.5 Konsumsi Garam Beriodium 44 3.4 Kesehatan lbu dan Anak 47 3.4.1 Status lmunisasi 47 3.4.2 Pemantauan Pertumbuhan Balita : 53 3.4.3 Distribusi Kapsul Vitamin A ". 61 3.4.4 Cakupan Pelayanan Kesehatan lbu dan Anak 63 3.5 PenyakitMenular' 74 3.5.1 Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue dan Malaria 74 3.5.2 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak 78 3.5.3 Prevalensi Tifoid, Hepatitis dan Diare .. 81 3.6 Penya kit Tidak Menular 84 3.6.1 Penyakit Tidak Menular Utama, Penyakit Sendi, Clan Penyakit Keturunan 84 3.6.2 Gangguan Mental Emosional 90 3.6.3 Penyakit Mata 93 3.6.4 Kesehatan Gigi 99 3. 7 Ced era dan Disabilitas 114 3.7.1 Cedera 114 3.7.2 Status Disabilitas/Ketidakmampuan 123 3.8 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 127 3.8.1 Perilaku Merokok 127 3.8.2 Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur 138 3.8.3 Perilaku Minum Minuman Beralkohol 139 3.8.4 Perilakau Aktifitas Fisik 140 3.8.5 Pengetahuan dan Sikap Flu Burung dan HIV/AIDS 142 Pengetahuan dan Sikap terhadap HIV/AIDS 144 3.8.6 Perilaku Higienis 149 3.8.7 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.. 151 3.9 Akses dan Pemanfaatan Pela ya nan Kesehatan 152 3.9.1 Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 152 3.9.2 Sarana dan Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan 166 3.9.3 Ketanqqapan Pelayanan-Kesehatan · 172 :3.10 • Kesehatan Lingk'ungan 175 3.10.1 Air Keperluan Rumah tangga 175 3.10.2 Fasllitas buanq 'air besar 188 3.10.3 Sarana Pembuangan Air Limbah 194
3.10.4 Pembuanqan Sampah 3.10.5 Perumahan 3.10:6 Hewan Ternak Peliharaan BAB 4. PENUTUP 4.1 Ringkasan Hasil 4.2 Ucapan Terima Kasih ·····································································~················· Daftar Pustaka : Lampiran
xviii
196 197
199 202 202 229 230 235
DAFTAR TABEL
Norn or
Judul
Halaman
Tabel 2.7.1
Jumlah Sampel Rumah tangga (RT) per Kabupaten/Kota menurut Susenas 2007 dan Riskesdas 2007
16
Tabel 2.7.2.
Jumlah Sampel Anggota Rumah tangga (ART) per Kabupaten/kota menurut Susenas 2007 dan Riskesdas 2007
16
Tabel 0.1.4.1
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun,Luas Daerah, Ratarata Penduduk Desa dan Kepadatan Penduduk per Km2 menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, tahun2006
19
Tabel 3.1.4.2
Jumlah Penduduk 8erdasarkan Hasil Susenas Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Selatan, tahun 2006
20
Tabei 3.1.4.3
Persentase Partisipasi 8ersekolah, Tingkat Pendidikan Penduduk dan Kemampuan Membaca dan Menulis ,Tahun 2006
21
Response Rate Rumah Tangga Riskesdas Susenas di Provinsi Sumatera Selatan
22
Tabel 3.2.1
:i
terhadap
Tabel 3.2 2.1
Response Rate lndividu
Tabel
Persentase 8alita menurut Status Gizi (88/U)* dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
25
Tabel 3.3.1.2
Persentase 8alita menurut Status Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera 2007
Gizi (T8.'U)* dan Selatan, Riskesdas
26
Tabel
3.3.1.3
Persentase 8alita menurut Status Gizi (88/T8)* dan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
27
Tabel 3.3.1.5
Persentase 8alita menurut Status Gizi (88/U)*dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
29
Tabel 3.3.1.6
Persentase 8alita menurut Karakteristik Responden, SelatanRiskesdas 2007
(T8/U)*dan Sumatera
30
Tabel 3.3.1.7
Persentase 8alita 8alita menurut Status Gizi (88/T8)* dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
32
Tabel
Standar Penentuan Kekurusan dan 8erat Badan Lebih menurut Nilai Rerata IMT, Umur dan Jenis Kelamin, WHO 2007
33
3.1.1.1
3.3.2.1
Riskesdas terhadap Susenas
xix
Status Gizi di Provinsi
23
Tabel 3.3.2.2
Prevalensi Kekurusan dan BB Lebih Anak Umur 6-14 tahun menurut Jenis Kelamin Dan Provinsi, Kabupaten/kota' di Pr6vinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
34
Tabel 3.3.2.3
Prevalensl Kekurusan dan BB Lebih Anak Umur 6-14 Tahun menurut Karakteristik Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 -
34
Tabel 3.3.3.1
~ersenlas~ ·$iatus 'G.izi Penduduk Oewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut IMT Clan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
35
Tabel 3.3.3.2
Prevalensi Obesitas Umum Penduduk Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera S,elatan, Riskesdas 2007
36
Tabel 3.3.3.3
Persentase 'Status Gizi Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut IMT' dan Karakteristik Responden, di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
37
Tabel 3.3.3.4
Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
38
Prevalensi
39
Tabel 3.3.3.5
Obesitas
Sentral pada Penduduk
Umur 15
Tahun ke Atas menurut Karakteristik' Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Tabel 3.3.3.6
Nilai- Rerata LILA Wanita Umur 15-45 tahun di 40 ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.3.3.7
Prevalensi Risiko KEK Penduduk Wanita Umur 15-45 41 Tahun menurut Kabupatep/kota di Provinsi 9umatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.3.3.8
Prevalensi Risiko KEK Penduduk Perempuan Umur 15-45 42 Tahun menurut Karakteristik Responden di Provins! S,umatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.3.4.1
Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita per Hari menurut 43 Kabupaten/kota diProvinsi ~umatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.3.4.2
Persentase RT dengan Konsumsi Energi dan Protein 43 Lebih Rendah dari Rerata Nasional di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas .2007
Tabel 3.3.4.3
Persentase RT dengan Konsumsi Energi dan Protein 44 Lebih Rendah dari Rerata Nasional menurut Tipe Daerah dan Tingkat Penqeluaran Rumah T,angga per 'Kapita di Provinsi Sumatera Selafan, Riskesdas 2007 .
T9bel 3.3.5.1
Persentase Rumah-Tangga yang, Mempunyai Garam 45 Cukup !odium menurut Kabupa~n/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 200(
Tabel 3.3.5.2
Persentase Rumah-Tangga Mempunyai Garam Cukup 46 !odium Menurut Karakteristik Respcnden
xx
Tabel 3.4.1.1
Persentase Anak Umur 12-59 Bulan yang Mendapatkan lmunisasi Dasar 'rnenurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007.
48
Tabel 3.4.1.2
Persentase Anak Umur 12-59 Bulan yang Mendapatkan Jmunisasi Dasar menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
49
Tabel 3.4.1.3
Persentase Anak Umur 14-59 Bulan yang Mendapatkan lmunisasi Dasar menurut Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
51
Tabel 3.4.1.4
Persentase Anak Umur 12-59j3ulan yang Mendapatkan lmunisasi Dasar menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan,
52
Riskesdas 200~ Tabel 3.4.2.1
Persentase Balita menurut Frekuensi Penimbangan Enam Bulan T erakhir Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas
54
Tabel 3.4.2.2
Persentase Balita menurut Frekuensi Penimbangan Enam Bu!an Terakhir dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
55
Tabel 3.4.2.3
Persentase Balita menurut Ternpat Penimbangan Enam Bulan Terakhir dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
56
Tabel 3.4.2.4
Persentase Balita menurut Tempat Penimbangan Enam Bulan Terakhir dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
57
Tabel 2.2.5
Persentase Balita Menurut Kepemilikan KMS dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
58
Tabel 3.4.2.6
Persentase Balita Menurut Kepemilikan KMS dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
59
Tabel 3.4.2.7
Persentase Kepemilikan Buku KIA pada Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
60
Tabel 3.4.2.8
Sebaran Balita Menurut Kepemilikan Buku KIA dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
61
Tabel 3.4.3, 1
Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas
62
Tabel 3.4.3.2
Persentase Anak Urmlr 6-59 Bulan .yang Menerima Kapsul Vitamin A menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
63
Tabel 3.4.4.1
Persentase lbu menurut Persepsi tentang Ukuran Bayi Lahir dan Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatrera Selatan Riskesdas 2007
64
xxi
Tabel 3.4.4.2
Persentase lbu menurut Persepsi tentang Ukuran Bayi Lahir dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007·
65
Tabel 3.4.4.3
Persentase Terakhir
66
Berat
Badan
Bayi . Baru
Lahir
12 Bulan
menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Tabel 3.4.4.4
Persentase Berat Sadan Bayi Baru Lahir Terakhir "menurut Karakteristik di Provinsi Selatan, Riskesdas 2007
12 Bulan Sumatera
67
Tabel 3.4.4.5
Cakupan Pemeriksaan Kehamilan lbu yang Mempunyai Bayi menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
68
Tabel 3.4.4.6
Cakupan Pemeriksaan Kehamilan lbu yang Mempunyai Bayi menurut Karakteristik Responden, Riskesdas 2007
69
Tabel 3.4.4.7
Persentase lbu yang Mempunyai Bayi menurut Jenis Pemeriksaan Kehamilan dan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Surnatera Selatan. Riskesdas 2007
70
Tabel 3.4.4.8
Persentase lbu yang Mempunyai Bayi menurut Jenis Kehamilan dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
71
Tabel 3.4.4.9
Cakupan Pemeriksaan Neonatus menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
72
Tabel 3.4.4.10
Cakupan Pemeriksaan Neonatus menurut Karakteristik , Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
73
Tabel 3.5.1.1.
Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Pemakaian Obat Program Malaria menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
75
Tabel 3.5.1.2
Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Pemakaian Obat Program Malaria menurut Karakteristik Responden di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
77
Tabel 3.5.2.1
Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan -Carnpak menurut Kabupaten/Kota di Provlnsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
79
Tabel 3.5.2.2
Prevalensi ISPA. Pneumonia, TB, dan Campak menurut Karakteristik Responden di Indonesia, Riskesdas 2007
80
Tabel 3.5.3.1
Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare menurut ~abupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
82
Tabel 3.5.3.2
Prevalensi Tifoid, Hepatitis, .Diare menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera S~la1an, Riskesdas 2007
83
xxii
Tabel 3.6.1 .. 1
Prevalensi Penyakit Perseadian, Hipertensl, dan Stroke menurut menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
85
Tabel 3.6.1.2
Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Stroke menurut Karakteristik Responden di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
86
Tabel 3.6.1.3
Prevalensi Penyakit Asma*, Jantung*, Diabetes* Dan Tumor** Berdasarkan Diagnosis Nakes Atau Gejala dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
87
Tabel 3.6.1.4
Prevalensi Penyakit Asma", Jantung*, Diabetes* Dan Tumor** Berdasarkan Diagnosis Nakes Atau Gejala dan Karakteristik Responden di Provjnsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 ,
88
Tabel 3.6.1.5
Prevalensi Penyakit Keturunan* (Gangguan Jiwa Berat, Buta '!Varna, Glaukorna, Surnbinq, Dermatitis, Rinitis. Talasemlaa, Hemofilia) Menurut Provinsi Riskesdas 2007
89
Tabel 3.6.2.1
Prevalensi Gangguan Mental Emosional pada Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas (berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20)* dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
91
Tabel 3.6.2.2
Prevalensi Gangguan Mental Emosional pada Penduduk berumur 15 Tahun Ke Atas (berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20)* dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
92
Tabel 3.6.3.1
Proporsi Penduduk Usia 6 Tahun Ke Atas menurut Low Vision, Kebutaan (Dengan Atau Tanpa Koreksi Kacamata Maksimal) dan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
93
Tabel 3.6.3.2
Proporsi Penduduk Umur 6 Tahun Ke Atas menurut ~ow Vision, Kebutaan (Dengan Atau Tanpa Koreksi Kacarnata Maksimal) dan Karakteristik Responden Riskesdas 2007
94
Tabel 3.6.3.3
Proporsi Katarak
95
Penduduk
Umur
30 Tahun
keatas
dengan
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Tabel 3.6.3.4
Proporsi Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas dengan Katarak Menurut Karakteristik Responden, Riskesdas 2007
96
Tabel 3.6.3.5
Proporsi PendudCJk Umur 30 Tahun Ke Atas dengan Katarak yang Pernah Menjalani Operasi Katarak dan Memakai Kacamata Pasca Operasimenurut Kabupaten/ Kota di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
97
Tabel 3.6.3.6
Persentase Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas dengan Katarak yang Pernah Menjalani Operasi Katarak dan Memakai Kacamata Pasca Operasi menurut Karakteristik Responden di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
98
xx iii
Tabel 3.6.4.1
Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Mulut menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
100
Tabel 3.6.4.2
Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Mulut menu rut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas
101
Perawatan/Pengobatan Gigi menurut Jen is Perawatan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
102
Tabel 3.6.4.4
Persentase Penduduk yang Menerima Perawatan/ Pengobatan Gigi menurut Jenis Perawatan dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
103
Tal)el 3.6.4.5
Perseniase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Menggosok Gigi Setiap Hari dan Berperilaku Benar Menyikat Gigi menurut Kabuosten/lcota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
104
Tabel 3.6.4.6
Persentase Penduduk Sepuluh .Tahun ke Atas yang Menggosok Gigi Setiap Hari dan Berperilaku Benar Menyikat Gigi menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
106
Tabe! 3.6.4.8
Persenfase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Berperi!aku Benar Menggosok Gigi menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
106
Tabel 3.6.4.9
Kompqnen D, M, F dan Index DMF-T Menurut Menu rut Kabupaten/Kota di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
108
Tabel 3.6.4.10
Kornponen D, M, F dan Index DMF-T menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
108
Tabel 3.6.4.11
Prevalensi Karies Aktif dan Pengalaman Karies Penduduk Umur 1.2 Tahun k€1 Atas menurut menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
109
Tabel 3.6.4.12
Prevarensi Karies Aktif dan Pengalaman Karies menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
110
Tabel 3.6.4.13
Required Treatment Index dan Performed Treatment Index menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Rlskesdas 2007
111
Tabel 3.6.4.14
Required Treatment Index dan Performed Treatment Index menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
112
Tabel 3.6.4.16
Proporsi Penduduk Umur 12 Tahun k~ Atas menurut Fungsi Normal Gigi, Edentulous, Protesa dan Provinsi Karakteristik Responden di Provinsl: Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
113
xxiv
Tabel 3.7.1.1
Prevalensi lertinggi untuk ceders- di Sumatera Selatan 115 adalah 'Ogan Komering llir' (1d,q%), terendah OKU Timur (1 ,5%}.Sementara untuk urutan penyebab cedera terbanyak jatuh (51,4%), kecelakaan transportasi di -darat(33,0%) dan terluka benda tajam/tumpul (23,6%)
Tabel 3.7.1.2
Prevalensi Cedera dan Penyebab Cedera menurut 116 Karakteristik Penduduk di Provinsi Sumatera Selatan , Riskesdas 2007
Tabel 3.7.1.3
Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena 118 Cedera Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.7.1.4
Prevalensi Cedera menurut Bagian Tubuh Terkena dan 119 Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.7.1.5
Prevalensi Jenis Cedera dan Kabupaten/Kota di Provinsi 121 Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.7.1.6
Prevalensi Jenis Cedera Menurut Karakteristik Penduduk 122 di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007 ,
Tabel 3.7.2.1
Persentase Penduduk Urnur 15 tahun ke AtasYang 124 Bermasalah Da!am Fungsi Tubuh/lndividu/Sosial di Provinsi Sumatera Selatan , Riskesdas 2007
Tabel 3.7.2.2
Prevalensi Dlsabilitas Penduduk Umur 15 Tahun Keatas 125 dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.7.2.3
Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun Keatas
126
Menurut Status dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Tabel 3.8. i .1
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut 128 Kebiasaan Merokok dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.8.1.2
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut 129 Kebiasaan Merokok dan Karakteristik Responden di ProvinsiSumateraSelatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.-8.1.3
Prevalensi Perokok Saat ini dan Rerata Jumlah Batang 130 Rokok yang DihisapPenduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.8.1.4
Prevalensi Perokok dan Rerata Jumlah Batang Rokok 131 yang Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Karakteristik Responden di di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
Tabel 3.8.1.4
Prevalensi Perokok dan Rerata Jumlah Batang Rokok 132 yang Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Karakteristik Responden di di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
xxv
Tabel 3.8.1.5
Persentase Penduduk Umur 1 O Tahun ke Atas yang Merokok menurut· Usia Mulai Merokok Tiap Hari dan Kabupaten/Kota di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
132
Tabel 3.8.1.6
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut Usia Mulai Merokok Tiap Hari dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
133
Tabel 3.8.1.7
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut Usia Pertama Kali Merokok/Mengunyah Tembakau dan Kabupaten/Kota di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
134
Tabel 3.8.1.8
Persentase Penduduk Umur 1 O Tahun ke Atas yang Merokok menurut Usia Pertama Kai i Merokok/ Mengunyah Tembakau dan Karakteristik Responden di
135
Tabel 3.8.1.9
Prevalensi Perokok Dalam Rumah Ketika Bersama Anggota Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
136
Tabel 3.8.1.11
Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok nienurut Jenis Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
136
Tabel 3.8.2.1
Prevafensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
138
Tabel 3.8.2.2
Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Karakteristik Responden di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
139
Tabel 3.8.3.1
Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
140
Tabel 3.8.4.1
Prevalensi Ku rang Aktivitas Fisik Penduduk 1 O tahun ke Atas menurut Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
141
Tabel 3.8.4.2
Prevalensi Kurarig Aktivitas Fisik Penduduk 10 tahun ke Atas menu rut Karakteristik Responden di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
142
Tabel 3.8.5.1
Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pengetahuan Dan Sikap Tentang Flu Burung dan dan Kabupaten/kota di Provinsi SumateraSelatan, Riskesdas 2007
143
Tabel 3.8.5.2
Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pengetahuan Dan Sikap Tentang Flu Burung dan Karakteristik Responden di Provinsi SumateraSelatan, Riskesdas 2007
144
Tabel 3.8.6.1
Persentase Penduduk 10 tahun 1<e Atas menurut Penqetahuan Tentang HIV/AIDS dan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
145
xxvi
Tabel 3.8.6.2
'Persentase Penduduk 10 tariun Penqetahuan Tentang HIV/A.IDS Responden, Riskesdas 2007
Tabel 3.8·.6.3
Persentase .Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Sikap Bila Ada Aoggota Keluarga Menderita HIV/AIDS dan Kabupaten/kota di Provinsi Surriatera Selatan, Riskesdas 2007 ~
147
Tabel 3.8.6.4
Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Sikap. Andaikata Ada Anggota Keluarga Menderita HIV/AIDS dan Karakteristik Responden dt Provinsi 'Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
148
Tabel 3.8.7.1
Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Dalam Buang Air Besar dan Cuci Tangan menurut
149
ke Atas menurut dan Karakteristik
146
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Tabe! 3.8.7.2
Persentase Penduduk 1 O tahun Ke Atas yang Berperilaku Benar dalam Hal Buanq Air Besar dan Cuci Tangan menu rut Karakteristik Responden, Riskesdas 2007
150
Tabel 3.8.1
Persentase Rumah Tangga y'ang Metnenuhi Kriteria Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Baik menurut Kabupaten/Kota di Provinsi SumateraSelatan, Riskesdas 2007
151
Tabel 3.8.9.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Dan Waktu Tempuh Ke Sarana Pelayanan Kesehatan" Menurut Kabupaten Kota
152
.
di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Tabel 3.8.9.2
Persentase Rumah Tanqqa Menurut Jarak dan Waktu Tempuh Ke Sarana Pelayarfa'n Kesehatan" dan Karakteristik Rumah Tangga Di Provinsi Surnatera Selatan, Riskesdas 2007
153
Tabel 3.8.9.3
Persentase Rurnah Tangga Menurdt Jarak Dan Waktu Tempuh Ke Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat" dan Provinsf Riskesdas 2007
154
Tabel 3.8.9.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Dan Waktu Ternpuh Ke Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat" dan Karakterisnk Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
154
Tabel 3.8:9.5
Persentase Rumah Tangga Yang Memantaatkan Posyandu/Poskesdes Menurut. Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
155
Tabel
3.8.9:6
Persentase Rumah Tangga Menurut Pemanfaatan Posyandu/Poskesdes dan.Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
156
Tabel
3.8.9.7
Persentase Rumah Tangga yang. Memanfaatkan Posyaadu/Poskesdes menurut Jenis Pelayanan dan Kab"upaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
157
xxvii
Tabel 3.8.9.8
Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes menurut Jenis Pelayartan dan Karakteristik Rumah T.anggadi Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
157
Tabel 3.8.9.9
Persentase Rumah Tangga·Menurut Alasan Utama Tldak Memanfaatkan Posyandu/PoskeMes (Di Luar Tidak Membutuhkan) dan Kabupaten/kota .di -Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
158
Tabel 3.8.9.10
Persentase Ruman Tangga Menarut Alasan Utarna Tidak Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes (Di Luar Tidak Membutuhkan) dan- Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Rlskesdas 2007
159
Tabei'3.8.9.11
Persentase Ruman Tang'ga Yang Memanfaatkan Polindes/Bidan di Desa Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
160
Tabel 3.8.9.12
Persentase Rumah Tangga yang memanfaatkan Polindes/Bidarr di Desa Menurut Karakteristik Rumah Tangga dl.Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
160
Tabel 3.8.9.13
Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polindes/Bidan di Desa menurut Jenis Pelayanan dan Kabupaten/kota di Pr.ovinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
161
Tabel 3.8.9.14
Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polindes/Bidan di Desa menurut Jenis Pelayanan dan Karakterlstlk Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
162
Tabel 3.8.9.15
Persentase Rumah Tangga yang Tidak Memanfaatkan Polindes/Bidan di Desa Menurut Alasan Lain dan Provinsi, Riskesdas 2007
163
Tabel 3.8.9.16
Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan Polindes/Bidan di Desa dan Karakteristik Rumah Tanqqa, Riskesdas 2007
163
Tabel 3.8.9:17
Persentase Rumah Tangga menurut Psmanfaatan Pos Obat Desa/Warur'ig Obat Desa dan: Kabupaten/kota di Provinsi Surnatera Selatan,Riske~das 2007.
164
Tabel 3.8.9.18
Persentase Rumah Tangga menurut Pemanfaatan Pos Obat Desa/Warung Obat .Desa dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
164
Tabel 3.8.9.19
Persentase .Rumah Tangga Menurut ?\lasan Utama Tidak Memaafaatkaa Pos Obat Oesa/warunq Obat Desa dan Kabupaten/kota, Riskesdas 2007
165
Tabel 3.8.9.20
Persentase Rumari Tangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan Pos Obat DesatWarung Obat Desa dan Karakteristik Rumah Tangga,Riskesdas 2007
166
Tabel 3.9.2.1
Persentase Tempat Berobat Rawat lnap Menurut Kabupaten dan. ·Kabupaten/Kota "'di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
167
0
xxviii
Tabel 3.9.2.2
Persentase Tempat Berobat Rawat lnap Menurut Klasifikasi Desa dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
167
Tabel 3.9.2.3
Persentase Sumber Pembiayaan Rawat lnap Menurut Kabupaten dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
168
Tabel 3.9.2.4
Persentase Sumber Pembiayaan Rawat lnap Menurut Klasifikasi Desa dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
169
Tabel 3.9.2.5
Persentase Tempat Berobat Rawat Jalan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
169
Tabel 3.9.2.6
Persentase Tempat Berobat Rawat Jalan dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
170
Tabel 3.9.2.7
Persentase Sumber Pembiayaan Rawat Jalan dan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
171
Tabel 3.9.2.8
Persentase Sumber Pembiayaan Rawat Jalan dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
171
Tabel 3.9.3.1
Persentase Rumah Tangga Pada Ketanggapan Kesehatan Rawat lnap dan Kabupaten/Kota Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 ·
173
Tabel 3.9.3.2
Persentase Rumah Tangga Pada Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Rawat lnap dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
174
Tabel 3.9.3.3
Persentase Rumah Tangga Pada Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Menurut Kabupaten/kota diProvinsi SumateraSelatan, Riskesdas 2007
174
Tabel 3.9.3.4
Persentase Rumah Tangga Pada Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
175
Tabel 3.10.1
Prevalensi Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian Air Bersih Per Orang Per Hari dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan , Riskesdas 2007
176
Tabel 3.10.2
Persentase Rumah Tangga menurut Rerata Pemakaian Air Bersih Per Orang Per Hari dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
177
Tabel 3.10.3
Sebaran Rumah Tangga menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air, Ketersediaan Air Bersih Dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
178
Tabel 3.10.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air, Ketersediaan Air Bersih Menurut Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
179
xxix
Pelayanan di Provinsi
Tabel 3.10.5
Persentase Rumah Tangga Menurut lndividu Yang Biasa Mengambil Air Dalam Rurnah Tangga_dan Kabupat~n/~ota di Provinsl Sumatera Selatan, Rlskesdas 2007
180
Tabel 3.10.6
Persentase Rumah Tangga menurut Anggota Rurnah Jangga Yang Biasa .Meogambil Air dan Karakteristik f{umqh ;ranggq. di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
181
Tabel 3.10.7
Persentase Rumah Tangga menurut Kualitas Fisik -Air Minum d;;tQ Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Rlskesdas 2007
182
Tabel 3.10.8
Sebaran Rqrnah )angga menurut Kualitas Fisik Air Minum dan Ka,rakteristik Rurnah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
183
Tabel 3.10.9
Sebaran Rumah Tanqqa menurut Jenis Sumber Air dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
184
Tabel 3.10.10
Sebaran Rumah Tangga menurut Jenis Sumber Air dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
185
Tabel 3.10.11
Sebaran Rumah Tangga menurut Jenis Tempat Penarnpunqan dan Pengolahan Air Minum Sebelum Digunakan/Diminum dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 200"7
186
Tabel 3.10.12
sebaran. Rumah Tangga Menurut Jenis TernpatPenarnpunqan Dan .Penqolahan Air Minum Sebelum Digunakan/Diminum dan Karakteristik Rumah Tangga
187
di Provinsi Sumatera,Selatan, Riskesdas 2007 Tabel 3.10.13
Persentase Rumah langga Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera ·Selatan, Riskesdas 12007
187
Tabel 3.10.14
Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih Dan Sanitasi dan Karakteristik, Rumah Tangga di ProvinsiSumatera S,elatan, Riskesdas 2007
188
Tabel 3.10.2.1
Persentase Rumah Tangga Menu rut Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar Dan .Kabupaten/Kota di Provinsi -Sernatera Selatan, Riskesdas 2007
189
Tabel 3.10.2.2
Persentase Rurnah ~angga Menurut Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar Dan Karakteristik Rumah Tangga di Rrovinsi Sumatera selatan,
189
Riskesdas '2007 Tabel 3.10.2.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Buang Air Besar Dan 'Kabupaten/Kota di Provins! Sumatera Selatan, Riskes'Clas 2007
190
Tabel 3.10.2.4
Persentass Ruman Tangga Menurut Tempat Buang Air Besar Dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
191
xxx
Tabel 3.10.2.5
Sebaran Rumah Tangga Menu rut Akses Sanitasi Dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
192
Tabel 3.10.2.6
Persentase Ru mah Tangga Menu rut Akses Sanitasi dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
192
Tabel 3.10.2.7
Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
193
Tabel 3.10.2.8
Persentase Rumah Tangga Menurut Tern pat Pembuangan Akhir Tinja dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
193
Tabel 3.10.3.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Saluran Pembuangan Air Limbah dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
194
Tabel 3.10.3.2
Persentase Rumah Tangga Menurut Jen is Saluran Pembuangan Air Limbah dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
195
Tabel 3.10.4.1
Persentase Rurnah Tangga Menurut Jen is Penampungan Sampah Di Dalarn Dan Di Luar Rumah dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
196
Persentase Rumah Tangga Menurut Jen is Penampungan Sampah Di Da!am Dan Di Luar Rumah dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
197
Persentase Rumah Tangga Menurut Jen is Lantai Rumah
198
Tabel 3.10.4.
Tabel 3.10.5.1
·1
Dan Kepadatan Hunian dan Kabupaten/Kota Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Tabel 3.10.5.2
di Provinsi
Persentase Ru mah Tangga Menu rut Jen is Lantai Ru mah
199
dan Kepadatan Hunian dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Tabel 3.10.6.1
Tabel 3.10.6.2
Selatan,
Riskesdas 2007
Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pemeliharaan Ternak/Hewan Peliharaan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pemeliharaan Ternak/Hewan Peliharaan dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007
xxxi
200
201
DAFTAR GAMBAR Nama Gambar
Nomor Gambar
Gambar 1.1
Hal
Faktor yang mempengaruhi Status Kesehatan (Blum 39 1974)
Gambar 1.2
Gambaran demografi Provinsi Sumatera Selatan
xxxii
54
DAFTAR SINGKATAN ART AFP ASKES ASKESKIN
Anggota Rumah Tangga Acute ~laccig 'paralysi~ Asuransi Kesehatan Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
BB BB/U BBfTB BUMN BALITA BCG BBLR BATRA
Berat Sadan Berat Sadan Mepurut Umur Berat Sadan Menurut Tinggi Sadan Sadan Usaha Milik Negara Bawah Lima Tahun Bacillus Calmete Guerin Serat Sayi Lahir Rendah Pengobatan Tradisional
CPITN
Community Periodental Index Treatment Needs
D DG DM DOM D-T DPT DMF-T DEPKES
Diagnosis Diagnosis dan Gejala Diabetes Mellitus Diagnosed Diabetes Mellitus Decay - Teeth Diptheri Pertusis Tetanus Decay Missing Filling - Teeth Departemen Kesehatann
F-T
Filling Teeth
G
Gejala klinis
HB
Hemoglobin
IDF IMT ICF ICCIDD IU
International Diabetes Federation lndeks Massa Tubuh International Classification of Functioning, Disability and Health International Council for the Control of Iodine Deficiency Disorders International Unit
JNC
Joint National Committee
KK Kg KEK KKAL KEP KMS KIA KLB
Kepala Keluarga Kilogram Kurang Energi Kalori Kilo Kalori Kurang Energi Protein Kartu Menuju Sehat Kesehatan lbu dan Anak Kejadian Luar Biasa
LP LILA
Lingkar Perut Lingkar Lengan Atas
xxxiii
Ml M-T MTI MDG Nakes
Milimeter Air Raksa Mili Liter Missing index Missing Teeth Missing Teeth Index Millenium Development Goal Tenaga Kesehatan
0
Obat atau Oralit
Poskesdes Polindes Pustu Puskesmas PTI POLRI PNS PT PD31 PIN Posyandu PPM
Pos Kesehatan Desa Pondok Bersalin Desa Pus1<esmasPembantu Pusat Kesehatan Masyarakat Performed Treatment Index Polisi Republik Indonesia Pegawai Negeri Sipil Perguruan Tinggi Panltla Pembina limiah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan lmunisasi Pekan lmunisasi Nasonal Pos Pelayanan Terpadu Part Per Million
RS RSB RTI RPJM Riskesdas SRQ SKTM SPAL SD SD SLTP SLTA
Rumah Sakit Ruman Sakit Bersalin Required Treatment Index Rencana Pembangunan Jangka Menengah Riset Kesehatan Dasar Self Reporting Questionnaire Surat Keterangan Tidak Mampu Saluran Pembuangan Air Limbah Standar Deviasi Sekolah Dasar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sekolah1Lanjutan Tinqkat Atas
TB TB TB/U TT TOM TGT
Tinggi Sadan Tuberkulosis Tinggi Badan/Umur Tetanus Toxoid Total Diabetes Mellitus Toleransi Glukosa Terganggu
UNHCR UNICEF UCI UDDM
United Nations High Commissioner for Refugees United Nations Children's Fund Universal Child Immunization Undiagnosed Diabetes Mel/itus
WHO
World Health Organization Wanita Usia Subur Mikro Liter
mm Hg
ml
DOI I
I
I
wus µI
xxxiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 877/MENKES/SK/Xl/2006 Tim Riset Kesehatan Dasar. Lampiran 1.2. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 2.1 .Kuesioner Riset Kesehatan Dasar
xxxv
tentang
BAB 1.
PENDAHUll:Jl\N
i .1 Latar' Belakang
"
~ Hiskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 adalah sebuah po/fey tool bagi para pembuat kebijakan kese,h,at~n .di tingkat provinsi dan kab.upat~n/kpt? untuk rnewujudkan visi "masyarakat xang rnandir! .untuk, hidup sehat". Riskesdas Provins! Sumatera Selatan 2007 diselenggarakan oleh Bacfan Penelitian dan Penqembanqan, Kesehatan sebagai salah satu unit utarna di. ljngkung9n Departemen Kesehatan yang berfunqsi menyediakan informasi kesehatan berbasis b'ukti. Pelaksanaan Riskesdas l?rovinsi Sumatera, Selatan 2007 adalah upava mengisi salah satu dari 4 (empat) grc;mdrstrafegy Departemen Kesehatan, yaitu berfungsinya sistem inforrnasi kesehatan yang evidence-based di seluruh Indonesia. Data dasar yang • dihasilkan Riskesdas Provinsi :St.im;atera· ·selatan' 2oo7 terdiri dari indikator kesehatan utama tentang status kesehatan, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan, status gizi dan berbagai aspek pelayanan kesehatan. Data dasar ini, bukan hanya berskala nasional, tetapi juga menggambarkan berbagai indikator kesehatan minimal sampai ke tingkat kabupaten/kota. Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dirancang dengan pengendalian mutu yang ketat, sampel yang memadai, serta manajemen data yang terkoordinasikan dengan baik. Penyelenggaraan Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dirnaksudkan pula untuk membangun kapasitas peneliti di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan agar mampu mengembangkan dan melaksanakan survei berskala besar serta menganalisis data yang komp!eks. Pada tahap desain, untuk meningkatkan manfaat Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 maka kornparabilitas berbagai alat pengumpul data yang digunakan, baik untuk tingkat individual maupun rumah tangga menjadi isyu yang sangat pentinq. lnformasi yang valid, reliable dan comparable dari Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dapat digunakan untuk m'engukur berbagai status kesehatan, asupan, proses serta luaran sistem kesehatan. Lebih jauh lagi, informasi yang valid,.reliable dan comparable dari suatu proses pemantauan dan penilaian sesungguhnya dapat berkontribusi bagi ketersediaan evidence pada skala nasjonal, provinsi dan kabupaten/kota, Pengalaman menunjukkan bahwa komparabilitas d~ri suatu survei n.Im'ah tangga seperti Riskesdas Provinsi .Sumatera Selatan 2007 dapat dicapai 'denqan efisien melalui desain instrumen yang canggih dan ujicoba yang -teliti dalam pengembangannya. Pelaksanaan Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 mengakui pentinqnya komparabihtas; 'selain validitas dan reliabilitas. Sejalan denqan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka keVJenangan perencanaan bidang keseh atan kin~ berada di tingkat I ? ' • pernerintahan kabupaten/kota. Rencana pembangunan kesehatan yang appropriate dan adequate membutuhkan data berbasis komunitas yang dapat, mewakili .oopulas: (rumah tangga dan individual) pada berbagai jenjang administrasi. Penqalarnan menunjukkan bahwa berbagai survei berbasis komunitas seperti Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Susenas Modul Kesehatan dan Survei Kesehatan Rumah Tangga hanya menghasilkan estimasi yang dapat mewakili tingkat kawasan atau provinsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa survei yang ada belum memadai untuk perencanaan kesehatan di tingkat kabupaten/kota. Sampai saat ini belum tersedia peta status kesehatan (termasuk data biomedis) dan faktor-faktor yang melatarbelakangi di tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian, perumusan dan pengambilan kebijakan di bidang kesehatan, belum sepenuhnya dibuat berdasarkan informasi komunitas yang berbasis bukti. Atas dasar berbagai pertimbangan di atas, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melaksanakan riset kesehatan dasar (Riskesdas) untuk menyediakan informasi berbasis
1
komunitas tentang status kesehatan (termasuk data biomedis) dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya dengan keterwakilan sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga sampai tingkat kabupatep/kota.
1.2 Ruang Lingkup RiskesdasProvinsiSumaterft S9l~ta.n12QOY Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 adalah riset berbasis komynitas denqan-sampel rumah ·tangga dan anggota' fumah tangga yang_ dapat' mewakili populasi di tingkat kabupaten/kota. Riskesdas" ·Provins( Sumatera Selatan '2001 menyediakan informasi kesehatan dasar-termasuk blomedls, dengan tnenggunakan·samp~r'sus'erps Kor. Dengan dernikiari, Riskesdas Provlnsi Surhatera Selatan' 2007 rnencakup 'sa1mpel yapg' lebih besar dari 'survei-survei kesehatan sebelurnnya, da'n rnencakup aspek kesehatan yarig lebih luas. Dibahdingkan dengan surJei berbasiS' komunitas yang selama ini dllakukan, tingkat keterwa'kifan Riskesdas adalah-sebaqal berikut : · ' ..
lq
Tabet 1.2.1. Sampel dan lndikator Pada Berbaqat 'Survei Riskesdas-
lndikator
SDKI
SKRT
Kor Susenas 2007
2007
Sampel Pola Mortalitas Perilaku Gizi & Pola Konsumsi Sanitasi lingkungan Penyakit Cedera & Kecelakaan
35.000
10.000
280.000
280.000
Nasional
S/J/KTI S/J/KTI S/J/KTI SiJ/KTI S/J/KTI
Kabupaten Provinsi Kabupaten
Nasional
Disabilitas Gigi & Mulut Biomedis Catatan S = Sumatera. J
·1.3
=
Jawa-Bali, KTI
= Kawasan
S/J/KTI S/J/KTI
Nasional Kabupaten Kabupaten Kabupaten Prov/Kab Prov/Kab Prov/Kab Prov/Kab Nasional
Timur Indonesia
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dikembangkan berdasarkan per:tanyaan kebiiakan kesehatan yang sangat mendasar terkiat upaya untuk meningkatkan derajat .kesehatan masyarakat di Indonesia. Sesuai dengan latar belakang pemikiran dan kebutuhan perencanaan, maka pertanyaan penelitian yang harus dijawab melalui Riskesdas adalah : a. Baqalmana-status kesehatan masyarakat di tingkat provinsi dan kabupaten/kota? b. Apa dan baqairnana faktor-faktor yang melatarbelakangi status kesehatan masyarakat di tingkat provinsi dan kabupaten/kota?' c. Apa masalah kesehatah masyarakat yang spesifik di tingkat provinsi dan kabupaten'/kota?
2
,, I
'
1.4 Tujuan Riskesdas Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut diatas maka tujuan Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan disusun sebagai berikut: a. Menyediakan informasi 'berbasis bukti untuk perumusan kebijakan pembangunan kesehatan di tirigkat provinsi dan kabupaten/kota. b. Menyediakan informasi untuk perencanaan kesehatan termasuk alokasi sumber daya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. c. Menyediakan peta status dan masalah kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kbta. ., ' d. Membandingkan status kesehatan dan faktor-faktor yang melatarbelakangi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
1.5 Kerangka Pikir Pengembangan Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 didasari oleh kerangka pikir yang dikembangkan oieh Henrik Blum (1974, 1981 ). Konsep ini terfOKUs pada status kesehatan masyarakat yang dipenqaruhl secara simultan oleh empat faktor penentu ya,ng safing berinteraksi satu sama lain. Keempat faktor .penentu tersebut adalah: lingkungan, perifaku, pefayanan kesehatan dan keturunan. Baqap kerangka pikir Blum dapat dilihat pada Gambar 1.1. Pada Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 ini tidak semua indikator dalam konsep empat faktor penentu status kesehatan Henrik Blum, baik yang terkait dengan status kesehatan maupun keempat faktor penentu dimaksud dikumpulkan. Berbagai indikator yang ditanyakan, diukur atau diperiksa dalam Riskesdas Provinsi SumateraSelatan 2007 adafah sebagai berikut: a.
Status kesehatan, mencakup variabel: Mortalitas (pola penyebab kernatian untuk semua umur). Morbiditas, rneliputi prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak rnenular, Olsabilitas (ketidakmampuan). • Status gizi balita, ibu hamil, wanita usia subur EWUS) dan semua umur dengan menggunakan lndeks Masa Tubuh (I MT). • Kesehatanjiwa. • • •
3
Gambar 1.1. Faktor yang mempengaruhi Status Kesehatan (Blum 1974)
Keturunan
Lingkungan F,i·sik,, Kirn la, Biologis
~
•
Status
..,, ·.___K_e_s_e_h_a_i:_a_n_
Pelayanan
~
.r ~
Keseharan
Per-ilaku
Sosial-Budaya b.
Faktor !ingkungan. mencakup vanabel: • Konsllmsi gizi, meliputi konsumsi energi, protein', vitamin dan mineral. • Lingkungan fisik, meliputi air minum, sanitasi, polusi dan sampah. • Ungkungan sosial, meliputi tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonomi, perbandingan kota - desa dan perbandinqan antar .provinsl, kabupaten dan kota.
c.
Faktor perilaku, mencakup variabel: • • • • • •
d.
Perilaku rnerokok/konsurnsi tembakau dan alkohol. Perilaku konsumsi sayur dan buah. Perilaku aktivitas fisik. Perilaku gosok gigi. Perilaku higienis (cuci tangan, buang air besar). Pengetahuan, slkap dan perilaku terhadap flu burung, HIV/AIDS.
Faktor pelayanan kesehatan, mencakup variabel: • Akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk untuk upaya kesehatan berbasis masyarakat. • Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. • Ketanggapan pelayanan kesehatan. • Cakupan program KIA (pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan bayi dan imunisasi).
4
1.6 Mekanisme Kerja Riskesdas Alur Fikir ini secara skematis menggambarkan enam tahapan penting dalam Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007. Keenam tahapan ini terkait erat dengan ide dasar Riskesdas untuk menyediakan data kesehatan yang valid, reliable, comparable, serta dapat menghasilkan estimasi yang dapat mewakili rumah tangga dan individu sampai ke tingkat kabupaten/kota. Siklus yang dimulai dari Tahapan 1 hingga Tahapan 6 menggambarkan sebuah system thinking yang seyogyanya berlangsung secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Dengan demikian, hasil Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 bukan saja harus mampu menjawab pertanyaan kebijakan, namun harus memberikan arah bagi pengembangan pertanyaan kebijakan berikutnya. Untuk menjamin appropriateness dan adequacy Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dalam konteks penyediaan data kesehatan yang valid, reliable dan comparable, maka pada setiap tahapan dilakukan upaya penjaminan mutu yang ketat. Substansi pertanyaan, pengukuran dan pemeriksaan Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 mencakup data kesehatan yang mengadaptasi sebagian pertanyaan Wor!d Health Survey yang dikembangkan oleh the World Health Organization. Dengan demikian, berbagai instrumen yang dikembangkan untuk Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 mengacu pada berbagai instrumen yang telah exist dan banyak dipergunakan oleh berbagai bangsa di dunia (61 negara). lnstrumen dimaksud dikembangkan, diuji dan dipergunakan untuk mengukur berbagai aspek kesehatan terrnasuk didalamnya input, process. output dan outcome kesehatan.
1.7 Pengorganisasian Riskesdas Riskesdas direncanakan dan dilaksanak seluruh jajaran Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak, antara lain Badan Pusat Statistik, organisasi profesi, perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerintah daerah, dan partisipasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 877 Tahun 2006, pengorganisasian Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007dibagi menjadi berbagai tingkat, dengan rincian sebagai berikut (Lihat Lampiran 1.1.) : a. Tingkat provinsi b. Organisasi tingkat kabupaten/kota (14 kabupaten/kota) c. Tim pengumpul data (disesuaikan dengan kebutuhan lapangan) Pengumpulan data Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 direncanakan dilakukan segera setelah selesainya pengumpulan data Susenas 2007. kabupaten/kota, penanggung jawab provinsi: a. b. c. d. e. f. g.
Koordinator Kabupaten M.Kes Koordinator Kabupaten Pome, Sag, M.Kes Koordinator Kabupaten SKM, M.Kes. Koordinator Kabupaten Koordinator Kabupaten SKM.M.Kes. Koordinator Kabupaten SKM.MKM Koordinator Kabupaten SKM
untuk Daftar
Ogan Komering Ulu dengan penanggung-jawab teknis A. Gani, Ogan Komering llir dengan penanggung-jawab
teknis Gunardi
Muara Enim dengan penanggung-jawab teknis Marwan Baits, Lahat dengan penanggung-jawab teknis Azwaldi, APP, M.Kes. Musi Rawas dengan penanggung-jawab teknis Nuryanto, DCN, Musi Banyuasin dengan penanggung-jawab Banyuasin dengan penanggung-jawab
5
teknis
teknis Sartono, Reni Oktarina,
h. i. j. k. I.
Koordinator Kabupaten OKU Selatan dengan penanggung-jawab teknis Saprianto,SKM,M.Kes Koordinator Kabupaten OKU Timur dengan penanggung-jawab teknis Rosda Cita Yuliani, ST Koordinator Kabupaten Ogan llir dengan penanggung-jawab teknis Julianto,SKM.M.Kes Koordinator Kabupaten Palembang dengan penanggung-jawab teknis dr Elsa Elsi MK3 Koordinator Kabupaten Prabumulih dengan penanqqunq-jawab teknis Milana Salim,
Ssi. m. Koordinator Kabupaten Pagar Alam dengan penanggung-jawab teknis Ridwan lkob, SPd.M.Kes. n. Koordinator Kabupaten Lubuk Linggau dengan penanggung-jawab teknis Podojoyo, SKM, M.Kes.
1.8 Manfaat Riskesdas Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 memberikan manfaat bagi perencanaan pembangunan kesehatan berupa : • Tersedianya data dasar dari berbagai indikator kesehatan di berbagai tingkat administratif. • Stratifikasi indikator kesehatan menurut status sosial-ekonomi sesuai hasil Susenas 2007. Tersedianya informasi untuk perencanaan pembangunankesehatan yang berkelanjutan
1.9 Keterbatasan Riskesdas Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 memberikan manfaat bagi perencanaan pembangunan kesehatan berupa : • • •
Tersedianya data dasar dari berbagai indikator kesehatan di berbagai tingkat administratif. Stratifikasi indikator kesehatan menurut status sosial-ekonomi sesuai hasil Susenas 2007. Tersedianya informasi untuk perencanaan pembangunan kesehatan yang berkelanjutan.
1.10 PersetujuanEtik Riskesdas Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
6
BAB 2. 2.1
METODOLOGI RISKESDAS
Metodologi Riskesdas
2.1.1 Disain Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007adalah sebuah survei yang dilakukan secara cross sectional. Disain Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 terutama dimaksudkan untuk menggambarkan masalah kesehatan penduduk di seluruh pelosok Provinsi Sumatera Selatan , secara menyeluruh, akurat dan berorientasi pada kepentingan para pengambil keputusan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Berbagai ukuran sampling error termasuk didalamnya standard error, relative standard error, confidence interval, design effect dan jumlah sampel tertirnbang akan menyertai setiap estimasi variabel. Dengan disain ini, maka setiap pengguna informasi Riskesdas dapat memperoleh gambaran yang utuh dan rinci mengenai berbagai masalah kesehatan yang ditanyakan, diukur atau diperiksa. Laporan Hasil Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dapat menggambarkan masalah kesehatan di tingkat provinsi dan variabilitas antar kabupaten/kota. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 didisain untuk mendukung pengembangan kebijakan kesehatan berbasis bukti ilrniah. Disain Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dikembangkan dengan sungguh-sungguh rnernperhatikan teori dasar tentang hubungan antara berbagai penentu yang mempengaruhi status kesehatan rnasyarakat. Riskesdas Provins: Sumatera Selatan 2007 menyediakan data dasar yang dikurnpulkan meialui survei berskala nasional sehingga hasilnya dapat digunakan untuk penyusunan kebijakan kesehatan di tingkat provinsi bahkan sampai ke tingkat kabupaten/kota. Lebih ianjut, karena metodo!oginya hampir seluruhnya sama dengan metodologi Susenas 2007 (lihat penjelasan pada seksi berikut), data Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 mudah dikorelasikan dengan data Susenas 2007, atau dengan data survei lainnya seperti data kemiskinan yang menggunakan metodologi yang sama. Dengan demikian, para pembentuk kebijakan dan pengambil keputusan di bidang pembangunan kesehatan dapat menarik manfaat yang optimal dari ketersediaan data Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007.
2.2
Lokasi
Sampel Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 20072007 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 14 kabupaten/kota (dari jumlah keseluruhan sebanyak 14 kabupaten/kota) yang tersebar merata di Provinsi Sumatera Selatan .
2.3
Populasi dan Sampel
Populasi dalam Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 adalah seluruh rumah tangga di seluruh pelosok Provinsi Sumatera Selatan . Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas Provinsi Sumatera Selatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rnetodologi penghitungan dan cara penarikan sampel untuk Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan identik pula dengan two stage sampling yang digunakan dalam Susenas 2007. Berikut ini adalah uraian singkat cara penghitungan dan cara penarikan sampel dimaksud. 2.3.1 Penarikan Sampel Blok Sensus Seperti yang teiah diuraikan sebelurnnya, Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan menggunakan sepenuhnya sampei yang terpilih dari Susenas Provinsi Sumatera Selatan. Dari setiap kabupaten/kota yang rnasuk dalarn kerangka sampel kabupaten/ kota diambil
7
sejumlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Kemungkinan sebuah blok sensus masuk kedalam sampel blok sensus pada sebuah kabupaten/kota bersifat proporslonal terhadap jumlah rumah tangga pada sebuah kabupaten/kota (probability proportional to size). Bila dalam sebuah blok sensus terdapat lebih dari 150 (seratus lima puluh) rumah tangga maka dalam penarikan sampel di tingkat ini akan dibentuk sub-blok sensus. 2.3.2 Penarikan Sampel Rumah tangga Dari setiap blok sensus terpilih kemudian dipilih 16 (enam belas) rumah tangga secara acak sederhana (simple random sampling}, yanq-menjadl sampel rurnahtanqqa dengan jumlah ruman tangga di blok- sensus tersebut. SetaFa keseluruhan, jumlah sampel rumah tangga dart' 14 kabupate'n/kota datam Susenas Provins! Sumatera Selatan adalah 8640 (delapan ribu enam ratua empat puluh), sedanq Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan berhasil mengumpulkan 8421 rumah tangga. 2.3.3 Penarikan Sampel anggota Rumahtangga Selanjutnya, seluruh ,anggota rumah tangga dari setiap rumah tangga yang terpilih dari kedua proses penarikan sampel tersebut diatas diambil sebagai sampel individu. Dengan begitu, dari ··14 kabupaten/kota ·pada Susenas Provinsi Sumatera Selatan 2007 terdapat 36.056 (tigapuluh enam ribu limapuluh enam) sampel anggota rumah tangga. Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 berhasil mengumpulkan 33.358 individu anggota rumah tangga yang sama dengan Susenas. Penarikan sampel biomedis Sampel untuk penqukuran biomedis adalah anggota rumah tangga berusia lebih dari 1 (satu) tahun yang tinggal di blok sensus dengan klasifikasi perkotaan. 2.3.4
Penarikan sampel yodium
Ada 2 (dua) pengukuran yodium. Pertama, adalah pengukuran kadar yodium dalam garam yang dikonsumsi rurnah tangga, dan kedua adalah pengukuran yodium dalam urin. Pecgukuran kadar yodium -dalarn garam dimaksudkan untuk mengetahui jumlah rumah tangga.yang .menggunakan garam beryodium. Sedangkan pengukuran yodium dalarn urin adalah untuk menilai kemungkinan kelebihan konsumsi garam yodium pada penduduk. Pengukuran kadar yodium dalam garam dilakukan dengan test cepat menggunakan "iodina" dilakukan pada seluruh sampel rumah tangga. Dalam Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dilakukan test cepat yodlurn dalam garam.
8
2.4 Variabel Berbagai pertanyaan terkait dengan l<ebijakan kesehatan Indonesia dioperasionalisasikan menjadi pertanyaan riset dan akhirnya dikembangkari menjadl variabel yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai cara. Dalam Riskesdas Provinst Sumatera Selatan 2007 terdapat kurang lebih 600 variabel yang tersebar didalam 6 (enam) jenis kuesioner, dengan rincian variabel pokok sebagai berikut:
Kuesioner rumah tangga (RKP07.RT) a. b. c. d. e. f. g.
Blok I tentang pengenalan tempat (9 variabel); Blok II tentang keterangan rumah tangga (7 variabel); Blok Ill tentang keterangan pengumpul data (6 variabel); Blok IV tentang anggota rumah tangga (12 variabel); Blok V tentang mortalitas (10 variabel); Blok VI tentang akses dan pemanfaatan petayanan kesehatan (11 variabel); Blok VII tentang sanitasi lingkungan (17 variabel).
Kuesioner gizi (RKD07 .GIZI) a.
Blok VIII tentang konsumsi makanan rumah tangga 24 jam lalu.
Kuesioner individu (RKD07.IND) a.
Biok IX tentang keterangan wawancara individu (4 variabel);
b.
Blok X tentang keterangan individu dikelompokkan menjadi: • •
Blok X-A tentang identifikasi responden (4 variabel); Blok X-B tentang penyakit menular, tidak menular, dan riwayat penyakit turunan (50 variabel); • Blok X-C tentang ketanggapan pelayanan kesehatan denpan rincian untuk Pelayanan Rawat lnap (11 variabel) dan untuk Pelayanan Rawat Jalan (10 variabel); • Blok X-0 tentang pengetahuan, sikap dan perilaku untuk semua anggota rumah tangga umur ~ 10 tahun (35 variabel); • Blok X-E tentang disabilitas/ketidakrnampuan untuk semua anggota rumah tangga ~ 15 tahun (23 variabel); • Blok X-F tentanq kesehatan mental untuk semua anggot~ rumah tangga ~ 15 tahun (20 variabe!); • Blok X-G tentang imunisasi dan pemantauan pertumbuhan untuk semua anggota rumah ~angga berumur 0-59 bulan (11 variabel); • Blok X-H tentang kesehatan bayi (khusus untuk bayi berumur < 12 bulan (7 variabel); • Blok X-1 tentang kesehatan reproduksi - pertanyaan tambahan untuk 5 provinsi: NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua(6 variabel). a. Blok XI tentang pengukuran dan pemeriksaan (14 variabel);
9
Kuesioner autopsi verbal untuk umur <29 hari (RKD07.AV1) a. b. c. d. e. f.
Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel); Blok II tentang keterangan yang meninggal (6 variabel); Blok Ill tentang karakteristik ibu neonatal (5 variabel); Blok IVA tentang keadaan bayi ketika lahir (6 variabel); Blok IVB tentang keadaan bayi ketika sakit (12 variabel); Blok V tentang autopsi verbal kesehatan ibu neonatal ketika hamil dan betsalin (2 variabel); Blok VIA tentang bayi usia 0-28 hari termasuk lahir mati (4 variabel); Blok VIB tentang keadaan ibu (8 variabel);
g. h.
Kuesioner autopsi verbal untuk umur <29 hari - < 5 tahun (RKDo7.AV2) a. b. c.
Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel); Blok II tentang keterangan yang meninggal (7 variabel}; Blok Ill tentang autopsi verbal riwayat sakit bayi/balita berumur 29 hari - <5 tahun (35 variabel); Blok IV tentang resume riwayat sakit bayi/balita (6 variabel)
d.
Kuesioner autopsl verbal untuk umur 5 tahun keatas (RKD07.AV3) a. b. c.
Blok I tentang pengenalan tempat (7 variabel}; Blok II tentang keterangan yang meninggal (7 variabel); Blok lllA tentang autopsi verbal untuk umur 5 tahun keatas (44 variabel); Blok 1118 tentang autopsi verbal untuk perempuan urnur 1 O tahun keatas (4 variabel); Blok lllC tentang autopsi verbal untuk perempuan pernah kawin umur 10-54 tahun (19 variabel); Blok 1110 tentang autopsi verbal untuk laki-!aki atau perempuan yang berumur 15 tahun keatas (1 variabel); Blok IV tentang resume riwayat sakit untuk umur 5 tahun keatas (5 variabel).
d. e. f. g.
Catatan Selain keenam kuesioner tersebut diatas, terdapat 2 formullr yang digunakan untuk pengumpulan data tes cepat yodium garam (Form Garam) dan data yodium didalam urin (Form Pemeriksaan Urin}.
2.5 Alat Pengumpul Data dan Cara Pengumpulan Data Pelaksanaan Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 menggunakan berbagai alat pengumpul data dan berbagai cara pengumpulan data, dengan rincian sebagai berikut: a.
Pengumpulan data rumah tangga dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan Kuesioner RKD07.RT •
Responden untuk Kuesioner RK007.RT adalah Kepala Keluarga, atau lbu Rumah Tangga atau Anggota Rumah Tanqqa yang dapat memberikah informasi;
•
Dalam Kuesioner RKD07.RT terdapat verifikasi terhadap keterangan anggota rumah tangga yang dapat menunjukkan sejauh mana sampel Riskesdas 2007 identik dengan sampel Susenas 2007;
•
lnformasi mengenai kejadian kematian dalam rumah tangga di recall terhitung sejak 1 Juli 2004, termasuk didalamnya kejadian bayi lahir mati. lnformasi lebih lanjut mengenai kematian yang terjadi dalam 12 bulan sebelum wawancara dilakukan eksplorasi lebih lanjut melalui autopsi verbal dengan menggunakan kuesioner RKD07 .AV yang sesuai dengan umur anggota rumah tangga yang meninggal dimaksud.
10
,,
'b,
Pengumpulan data individu pada berbagai kelornpok' 'urnur dilakukan wawancara menggartakan Kuesioner RKD07.IND· •
deriqan
teknik
• Secara'utnurn, responden.untuk Kuesloner RJ:(D07.IND adalah setiap anggota rumah tangga:, Khµsu& untuk aoggota rurriah tangga .Yang ,t;>erusia kurang dari 15 tahun, dalam' kondisi sakit atau orang tua maka wawancara dilakukan terhadap anggota rumali tangg~, yang menjaq'i pendampinqnya; ' ' • • Anggota .rumah tar:igga semua..umur menjapi ,Uf'\it analisis .untuk pertanyaan mengenafpenyakit menular, penyakit tldak rnenula« dan penyak't keturunan sebagai 6erikut: lnfeksi Saluran Pernafasan Akut, P.nempnia, Qem,al"l) Tifoid, Malaria, Diare, Campak, Tuberkulosis Paru, Dernarn Berdarah pengue, Hepatitis, Filariasis, Asma, Gigi dan Mulut, Cedera, Penyakit Jaritunq, FMnyW
5 tahun menjadi unit analisis untuk pemeriksaan visus; • Anggota rumah tangga berumur ~ 12 tahun menjadi unit analisis untuk pemeriksaan gigi permanen; • Anggota rumah tangga berumur 6-12 tahun menjadi unit analisis untuk pemeriksaan urin. c.
Penqumpulan data kernatian dengan teknik autopsi verbal menggunakan RKD07.AV1, RKDO't:AV2 dan RKD07.AV3;
Kuesioner
d.
Pengumpulan data biomedis berupa spesimen darah dllakukan dl 33 provirisi di Indonesia dengan populasi penduduk di 'blok .sensus perkotaan • .di Indonesia. Penqarnbilan ·SG\QJpel darah dllakukan pada seluruh anggota rumah tangga (kecuali bayi) dari rurnah ta,ngga terpilih di blok sensus perkotaarr terpilih sesuai Susenas Provinsi Sumatera Selatan 2007. Rangkaian pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut: • Blok sensus 'perkotaan yang terpilih pada Susenas 2007, dipilih sejumlah 15% dari total blok sensus perkotaan.' • Jumlah blok sensus di daerah perkotaan yang terpilih berjumlah 971, dengan total sampel 15.536 ~T. • Sampel darah diambil dari seluruh anggota rumah tangga (kecuall, bayi) yang menanda-tangani .informed consent. Pengambilan darah tidak dilakukan pada anggota rumah tangga yang sakit berat, riwayat perdarahan dan menggunakan obat pengencer darah secara rutin.
11
Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah, data dikumpulkan dari-anqqota rumah tangga berumur ~ 15 tahun, kecuali wanlta hamiL (alasan etika). Responden terpilih memperoleh pembebanan sebanyak 75 gram glukosa oral setelah puasa 10-14 jam. Kliusus unttik responden yang sudah diketahui"'positif mendetita Diabetes Mellitus (berdasarkan konfirmasi dokter), maka hanya diberi pernbebanansebanyak 300 kalori (alasan medis dan etika). Penqambllan . darah , vena ditakui
Penqurnpulan data konsumsi garam beryodium rumah tangga untuk seluruh sampel rurriah tangga Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dilakukan, dengan tes cepat yodium menggunaka'n "iodina test".
f.
Pengamatan tingkat nasional· pada dampak konsumsi garam peryodium yang dinilai berdasarkan kadar yodiurn dalam urin, dengan melakukan pengumpulan garam beryodium p,ada rumah taogga bersamaan dengan pemeriksaan· kadar .yodium dalam urin pada anggota rumah tangga yang sama. Sampel 30. kabupaten/kota dipilih untuk pengamatan ini berdasarkan tingkat konsumsi garam yodium rumah tangga hasil Susenas 2005: •
Tinggi ·- meliputi Kabupaten Blitar, Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Nganjuk, Kota Pasuruan, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Sikka, Kabupaten Katingan, KotaTarakan dan Kabupaten Jeneponto:
•
Sedang - meliputi Kota Tengerang, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Semarang, ~ota Salatiga, Kota Sernaranq, Kabupaten Bantul, Kabupaten Dooggala, Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan Kata Gorontalo);
•
Buruk - meliputi Kabupafen Tapanuli Tengah, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Solok Selatan, Kota Dumai, Kota Metro, Kabupaten Karawang, Kabupaten Tapin, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Mappi. '
Cata tan. Pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 tidak dapat dilakukan serentak pada pertenqahan 2007, sehingga dalam analisis perlu beberapa penyesuaian agar komparabilitas data dari satu periode pengumpulan data. yang satu dengan periode pengumpulan data lainnya t:Japat terjaga dengan baik. Situasi ini'dlsebabkan oleh beberapa hpl berikut ini: a.
Kesiapan kabupaten/kota untuk berperanserta dalam· pelaksanaan Riskesdas 2007 arnat bervariasi, sehingga petaksanaan- dari-satu lokasi pengumpulan data ke lokasi lainnya mernerlukan koordinasl dan martajemen logistik ya'dg :furn it;
b.
Kondisi geografis dari sampel blok sensus terpilih amat bervariasi. Di daerah kepulauan can daerah terpencil -Oi seluruh wilayah Indonesia, pelaksanaan pengumpulan data dalarn berbagai situasi amat tergantung pada ketersediaan alat transpor.iketersedlaan tenaga pendarnpinq dan ketersediaan biaya operasional yang .memadai tepat pada waktunya.
c.
Untuk pengumpulan data biomedis, perlu duakukan pelatlhan yang intensif untuk p'et~gas pengambil spesimen dan manajemen speslrnen., Petuqas ,.dimaksud adalah para' analis atau petugas laboratorium dari rurnah .sakit atau laboratorium daerah.
12
Pelatihan dilakukan oleh peneliti dari Puslitbang Biomedis dan petugas Labkesda setempat. Pelatihan dilaksanakan di tiap provinsi.
2.6 Manajemen Data Manajemen data Riskesdas dilaksanakan oleh Tim Manajemen Data Pusat yang mengkoordinir Tim Manajemen Data dari Korwil I - IV. Urutan kegiatan manajemen data dapat diuraikan sebagai berikut. 2.6.1 Editing Editing adalah salah satu mata rantai yang secara potensial dapat menjadi the weakest link dalam pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas 2007. Editing mulai dilakukan oleh pewawancara semenjak data diperoleh dari jawaban responden. Di lapangan, pewawancara bekerjasama dalam sebuah tim yang terdiri dari 3 pewawancara dan 1 Ketua Tim. Peran Ketua tim Pewawancara sangat kritikal dalam proses editing. Ketua Tim Pewawancara harus dapat membagi waktu untuk tugas pengumpulan data dan editing segera setelah selesai pengumpulan data pada setiap blok sensus. FOKUs perhatian Ketua Tim Pewawancara adalah kelengkapan dan konsistensi jawaban responden dari setiap kuesicner yang rnasuk. l<egiatan ini seyogyanya dilaksanakan segera seteiah diserahkan oleh pewawancara. Ketua Tim Pewawancara harus mengkonsultasikan seluruh masalah editing yang dihadapinya kepada Penanggung Jawab Teknis (PJT) Kabupaten dan I atau Penangung Jawab Teknis (PJT) Provinsi. PJT Kabupaten dan PJT Provinsi bertugas untuk melakukan supervisi pelaksanaan pengumpulan data, memeriksa kuesioner yang telah diisi serta membantu mernecahkan masalah yang timbul di lapangan dan juga melakukan editing.
2.6.2 Entry Tim manajemen data yang bertanggungjawab untuk entry data harus mempunyai dan mau memberikan ekstra energi berkonsentrasi ketika memindahkan data dari kuesioner/formulir kedalam bentuk digital. Buku kode disiapkan dan digunakan sebagai acuan bila menjumpai masalah entry data. Kuesioner Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 mengandung pertanyaan untuk berbagai responden dengan kelompok umur yang berbeda. Kuesioner yang sama juga banyak mengandung skip questions yang secara teknis memerlukan ketelitian petugas entry data untuk menjaga konsistensi dari satu blok pertanyaan ke blok pertanyaan berikutnya. Petugas entry data Riskesdas merupakan bagian dari tim manajemen data yang harus memahami kuesioner Riskesdas dan program data base yang digunakannya. Prasyarat pengetahuan dan keterampilan ini menjadi penting untuk menekan kesalahan entry. Hasil pelaksanaan entry data ini menjadi bagian yang penting bagi petugas manajemen data yang bertanggungjawab untuk melakukan cleaning dan analisis data. 2.6.3 Cleaning Tahapan cleaning dalam manajemen data merupakan proses yang amat menentukan kualitas hasil Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007. Tim Manajemen Data menyediakan pedoman khusus untuk melakukan cleaning data Riskesdas. Perlakuan terhadap missing values, no responses, outliers amat menentukan akurasi dan presisi dari estimasi yang dihasilkan Riskesdas 2007. Petugas cleaning data harus melaporkan keseluruhan proses perlakuan cleaning kepada penanggung jawab analisis Riskesdas agar diketahui jumlah sampel terakhir yang digunakan untuk kepentingan analisis. Besaran numerator dan denominator dari suatu estimasi yang mengalami proses data cleaning merupakan bagian dari laporan hasil Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 Bila pada suatu saat data Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 dapat diakses oleh publik, maka informasi mengenai imputasi (proses data cleaning) dapat meredam munculnya pertanyaanpertanyaan mengenai kualitas data.
13
2. 7 Pengorganisasian dan Jadual Pengumpulan ~ata Pengumpulan data Riskesdas 2007 .dli'encanakai:i untuk dilakuk~n segera setelah selesainya pengumpulan data Susenas 2007. Pengorganisasian dan jadwal pengumpulan data Riskesdas 2007 disusun sebagai berikut:
2. 7 .1
Koordinator Wilayah 1 dengan penanggung- Ekologi & Status Kesehatarr untuk:jawab Pusli~bahg • • • • • • • •
2.7.2
Provinsi-NAD Provinsi Sumatra Utara Provinsi Sumatra Barat Provinsi Riau Provinsi Jambi Provinsi Sumatera Selatan Provins] Bangka Belitung Provinsi'kepulauan Riau
Koordinator Wilayah 2 dengan penanggung- jawab Puslitbang Biomedis dan •
Farmast •," ••t•-v• uhtuk: ' 11t.
• • • • • • s
•
'"'•
Provinsi OKI Jakarta Provinsi Banten Provinsi Jawa-Tenqah Provinsi,DI Yogyakarta Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Selatan Provinsi Kalimantan Timur
2.7.3 .Koordin.ator Wilayaj1 3 dengan penanggung-jawab Puslitbang Sistem dan Kebijakan K.esehat~n • • • • • • • •
2.7.4
Prbvinsi Provinsi Provinsi Provinsi : Provinsi Provinsi Rrovir\si Rrovinsi
Jawa Timur Bali NusaTenqqara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
Koordinator WiJayah4 dengan penanggung-jawab Puslitbang Gizi dan Makanan • • • • • • • • •
Provinsi Provinsi Provirlsi Provins! Provinsi Provinsl Provins! Provins! Provinsi
Jawa Barar Bengl
14
Jadual pengumpulan data yang diharapkan adalah segera setelah Susenas 2007 dikumpulkan, yaitu bulan Juli 2007. Untuk Riskesdas, pelaksanaan pengumpulan data bervariasi mulai dari Juli 2007 - Januari 2008 untuk kabupaten/kota di 28 Provinsi; dan Agustus - September 2008 untuk Kabupaten/Kota di 5 Provinsi: NTI, Maluku, Maluku Utara, PapuaBarat, dan Papua. 2.7.5
Keterbatasan Riskesdas
Keterbatasan Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 mencakup berbagai permasalahan non-random error. Banyaknya sampel blok sensus, sampel rumah tangga, sampel anggota rumah tangga serta luasnya cakupan wilayah merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007. Pengorganisasian Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 melibatkan berbagai unsur Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, pusat-pusat penelitian, balai/balai besar, loka, serta perguruan tinggi setempat. Proses pengadaan logistik untuk kegiatan Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007 terkait erat dengan ketersediaan biaya. Perubahan kebijakan pembiayaan dalam tahun anggaran 2007 dan prosedur administrasi yang panjang dalam proses pengadaan barang menyebabkan keterlambatan dalam kegiatan pengumpulan data. Keterlambatan pada fase ini telah menyebabkan keter!ambatan pada fase berikutnya. Berbagai keterlambatan tersebut memberikan kontribusi penting bagi berbagai keterbatasan dalam Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan 2007, sebagaimana uraian berikut ini: a.
Pembentukan kabupaten/kota baru hasil pemekaran suatu kabupaten/kota yang terjadi setelah penetapan blok sensus Riskesdas dari Susenas 2007, sehingga tidak menjadi bagian sampel kabupaten/kota Riskesdas (Lrhat Sub Bab 2.2.)
b.
Blok sensus tidak terjangkau, karena ketidak-tersediaan alat transportasi dimaksud, atau karena kondisi alarn yang tidak memungkinkan.
c.
Rumah tangga yang terdapat dalam DSRT Susenas 2007 ternyata tidak dapat dijumpai oleh Tim Pewawancara Riskesdas 2007.
d.
Bisa juga terjadi anggota rumah tangga dari rumah tangga yang terpilih dan bisa dikunjungi oleh Riskesdas, pada saat pengumpulan data dilakukan tidak ada di tempat.
e.
Pelaksanaan pengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga ada kemungkinan beberapa estimasi penyakit menular yang bersifat seasonal pada beberapa provinsi atau kabupaten/kota menjadi under-estimate atau over-estimate;
f.
Pelaksanaan pengumpulan data mencakup periode waktu yang berbeda sehingga estimasi jumlah populasi pada periode waktu yang berbeda akan berbeda pula. Pada Riskesdas, variabel tanggal pengumpulan data bisa digunakan pada saat melakukan anal is is;
g.
Meski Riskesdas dirancang untuk menghasilkan estimasi sampai tingkat kabupaten/kota, tetapi tidak semua estimasi bisa mewakili kabupaten/kota, terutama kejadian-kejadian yang freakuensinya jarang. Kejadian yang jarang seperti ini hanya bisa mewakili tingkat provinsi atau bahkan hanya tingkat nasional;
h.
Khusus untuk data biomedis, perkotaan nasional;
i.
Terbatasnya dana dan waktu realisasi pencairan menyebabkan pelaksanaan Riskesdas tidak serentak
menuju lokasi
estimasi yang dihasilkan hanya mewakili sampai tingkat
15
anggaran
yang
tidak
lancar,
Tabel 2.7.5.1 Jumlah Sampel Rumahtanqqa (RT) per Kabupaten/Kota menurut Susenas 2007 dan Riskesdas 2007 Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyu Asln Banyu Asin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan llir Kota Palembang Kota Prabumulih Kota Pagar Alam Kota Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
Jml Sampel RT-Susenas 2007
Jml Sa91p~I RT-Riske~das 2007
% Sampel RT Riskesdas /Susehas
736 704 608 608 640 704 512 608 608 608 512 512 512
731 679 588 607 630 635 508 604 607 603 748 499 475 507
99.3 96.4 96.7 99.'8 98.4 90.2 99.2 99.3 99.8 99.2 97.4 97.5 92.8 99.0
8640
8421
97,5
768
Tabel 2.7.2. Jumlah Sampel Anggota Rumah tangga (ART) per Kabupaten/kota menurut Susenas 2007 dan Riskesdas 2007 Jumlah Sampel ART-Susenas
Jumlah Sampel ART-Riskesdas
%Sampel ART Riskesdas /Sus enas
Kota Lubuk Linggau
3,088 2,746 2,612 2,590 2,620 2,889 2,105 2,549 2,290 2,609 3,475 2,099 2,141 2,243
3,100 2,623 1,871 2,467 2,424 2,459 2, 117 2,475 2,202 2,567 3,039 1,989 1,919 2,106
109.4 95.5 71.6 95.3 92.5 85.1 100.6 97.1 96.2 98.4 87.5 57.2 91.4 93.9
Sumatera Selatan
36,056
33,358
92,5
Kabupaten/Kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyu Asin Komering Ogan Ulu Og.an Komering Ulu Timur Ogan llir Kota Palembang Kota Prabumulih Kota Pagar Alam
16
2.8 Hasil Pehgolahan dan Analisls~Oafa lsyu terpenting dalam pengolahan dan analisis data Rlskesdas frovinsi sumatera Selatan 2007 adalah sampel Riskesdas 2007 yang itlentik dengan s~mpel Susenas 2007. Disain penarikan sampel Susenas 2007 adalah two stage sampling. Hasil pengukuran yang diperoleh dari two stage sampling design memer(ukan perlakuan khusus yang pengolahannya rnenggunakan paket perangkat lunak statistik konvenslonal seperti SPSS. Aplikasi .statistik yang tersedia didalam SPPS untul< mengolah dan merrqanallsis data seperti Riskesdas 2007 adalah SPSS Complex Samples. Aplikasi statistik ini memungkinkan penggunaan two stage sampling design seperti yang diimplementasikan di dalam Susenas 2007. Dengan penggunaan SPSS Complex Sample dalam pengolahan dan analisis data Riskesdas Provinsi Sumatera- Selatan 2007, maka validitas hasil ·analisis data dapat dioptimalkan. Pengolahan dan anatisis data dipresentasikan pada Bab Hasll Riskesdas. Riskesdas yang terdiri dari 6 Kuesioner dan 11 Blok Topik Analisis perlu menghitung jurnlah sampel yang dipergunakan untuk mendapatkan hasil analisis baik secara provinsi, kabupaten/kota, serta karakteristik penduduk. Jumlah sampel rumah tangga dar;i,pnggota rumah.tanqqa Riskesdas yang terkumpul seperti tercantum pada tabel 2.2, dan tabel 2.3. Berikut ini rincian jum!ah sampel yang dipergunakan untuk analisis data, tenitarna dari hasil pengukuran dan pemeriksaaan dan kelompok umur. Status gizi Untuk analisis status gizi, kelompok umur yang digunakan adalah balita, anak usia 6-14 tahun, wanita usia 15-45 tahun. dewasa usia 15 tahun keatas. Hipertensi Untuk analisis hasil pengukuran tekanan darah pada kelompok umur 18 tahun keatas Pemeriksaan katarak Untuk analisis pemeriksaan katarak adalah pada umur 30 tahun keatas Pemeriksaan visus Untuk analisis visus untuk umur 6 tahun keatas Pemeriksaan Gigi Analisis untuk umur 12 tahun keatas Perilaku dan Disabilitas
17
BAB 3. 3.1
HASJL DAN PEM-BAHASAN
Gambaran Umum Provinsi Sumatera Selatan
3.1.1
Letak Geografis dan Luas Wilay~h
Provinsi Sumatera Selatan terletak-antara 1 ° sampai 4° Lintang Selatan dan 102°samai 106° Bujur Timur denqanluas wilayah 8.701.742 tta terdiri dari peqununqan dan pesisir pantai dan dilintasi .oleh banyak sungai dan karenanya sering terjadi -banlir. Sebagian besar lahan terdiri dari hutan produksi, .lahan -pertanian, eksplorasi dan eksploitasi gas bumi dan bahan galian lainnnya seperti minyak tanah dan batu bara, Batas daerah-Sumatera Selatan-adalah di sebelah Utara dengan Provinsi Jambi, disebelah Selatan dengan Provinsi Lampung,disebelah Timur dengan Provinsi Bangka Belitung. Di pantai Timur tanahnya terdiri dari rawa-rawadan,_ payau y_apg dipengaruhi oleh, pasang .surut, Vegetasinya berupa tumbuhan palmase,Clan kayufawa (bakau). Semakin ke barat merupakan dataran tinggi dan terdapat daerah Bukit Asam. 3.1.2 Keadaan P,emerintahan
Sejak tahun 2004, kembali Rrovinsi Sumatera Selatan menqalarni pemekaran daerah, dari 11 (sebelas) kabupaten/kota menjadi 14 (empat belas) kabupaten/kota. Kabupaten yang mengalami pemekaran yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) menjadi Kabupaten OKU, OKU Selatan dan OKU Timur dan Kabupaten Ogan Komering llir (OKI) menjadi Kabupaten OKI dan Kabupaten Ogan llir. 3.1.3 Gambaran demografi Provinsi Sumatera Selatan
. . ·. ~I
·- -
I
Scbaran Hotspot Sumat
~., , I ·-··-·'.s,.aof?B.1.__,._,,__ Belitung_
i
,, 1:~000000
.
D
"' .. •Ktta"'n..,
•
K""aKa...t.pu""
,/\.._l'Jala"\A""'
I.~./' Iii'•""''" '/'Vs ..... v .111 •••• R ..
I
Apt·
t I
I I
I
O
I
t l..'.:''.?.:!pd~ate:,::s~eba~
3.1.4
__._£_j2;;::::..:._~~=j;:~--=·-:;-rt·E~::::::::!--. --·-5·······;::·-··"! ::=· : ::-'-'-'",.._J:: -: : :,• : ..... ":~ ---- --·-· ·- -····--
H~o~tsp~ot~di.:::::ww..:::::;:·,!,;••:!;::l<m~p '.::°' ~id;~fi-s·:.:.._· ..
1.:::.;;;;·.;.:.-:;;_ . . .,.... ! ~ ~th,.,.}!!,"'""'',! :
I
J
M.laJR"'"''"' rr~fc..'<1__
..
Keadaan Penduduk
Pendududk Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2006 Berjumlah 6.899.892 Jiwa (BPS, Susenas 2006). .Dengan komposisi 3.490.554 penduduk laki-Laki dan 3.409.342 penduduk perempuan. Penduduk Sumatera Selatan bertambah dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,7 persen per tahun.
18
Tabel .3.1.4.1 Tahun,Luas1laerah,
Rata-rataPenduduk Desa dan K-epadatan Penduduk per Km2menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera.Selatan, tahun2006
Jumlah Penduduk
Pertengahan
Kabupaten/ Kota
Jumlah penduduk
Jumlah Des a/ Kelurahan
Luas daerah (Ha)
Rata-rata penduduk perkk
Kepadatan penduduk perk~2
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir
259.292 672.192
146 293
370.192 1.717.817
4,18 3,68
70,04 39,13
Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
643.924 550.478 484.281 484.245 757.398 322.307
301 532 261 209 268 202
858.794 663.250 1.213.457 1.447.700 1.214.274 457.033
4,22 4,00 4,03 4,27 3,80 3,97
74,98 83,00 39,91 33,45 62,37 70,52
564.824 365.333 1.369.239 132.752 115.553 178.074
212 164 103 37 35 72
340.440 239.324 37.403 42.162 57.916 41.980
3,87 4, 16 4,53 4,29 4, 13 4, 12
165,91 152,65 3.660,77 314,86 424,19 424,19
8.701.742
4,09
79,29
Sumatera Selatan 6.899.892
2831
----
Sumber : Sadan Pusat StatistikProvinsi Sumatera Selatan Susenas 2006
Tingkat kepadatan penduduk Provinsi Sumatera Selatan sekitar 79,29 km2.Dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di Provins! Sumateraselatan ,Kota Palembang Mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi sebesar 3.660,77 orang per km2. Sedangkan kepadatan pendudukyang paling kecil adalah Kabupaten Musii Banyuasin yaitu 33,45 orang per km2.
19
Tabel 3.1.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil ·Susenas Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Selatan, tahun 2006 Kelompok Umur(tahun) 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15- 19 20-24 25-29 30-34 35 - 39 4o'-44 45-49 50-54 55- 59 60 + Jumlah
.Jenlskelarnln Laki-Laki 278.420 358.503 390.939 378.986 317.947 285.711 275.507 259.753 230.060 224.617 182.750 94.477 211.884 3.490.554
Jumlah
Perempuan 274.386 354.959 357.877 347.511 314._420 328.949 274.843 274.843 248.803 207.879 153.449 87.156 211.846
552.806 713.462 748.816 727.497 632.367 614.660 549.767 507.596 478.863 432.496 336.199 181.633 423.730
3.409.338
6899.892
Sumber: Sadan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan ,Susenas 2006 Penduduk menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 29,20% penduduk Sumatera Selatan berusia muda (0 - 14 tahun), 64,65% berusia produktif(15 - 59 tahun) dan hanya 6.14% yang berumur 60 tahun lebih,sehingga diperoleh angka ketergantungan (dependency ratio) penduduk Sumatera Selatan sebesar 49,93 artinya, setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekifar 50 orang penduduk usia tidak produktif. 3.1.5
Pendidikan
Sumber daya manusia akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Dari data Susenas 2006 data pendidikan disajikan dalam data partisipasi bersekolah,tingkat pendidikan penduduk dan kemampuan membaca dan menulis.
20
. • , . . •C ! TabeJ3.1.4.3-1 ,,,..,..,.., • • Persentase Partisipasi Bersekolah, Tingkat Pendidikan Penduduk dan Kemampuan Membaca dan Menulis ,Tahun.2006
Tahun 2006 Partisipasi menurut kelompok umur 07-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Tidak tamat SD SD/sederajat SL TP/~ederajat SLTA/sederajat SMK Aka demi Universitas/diplomalV S2/S3 % Melek huruf
L
p
Jumlah
96,54
97,15
81,25 51,06
85,87 54,71
96,84 '83,43 52,77
24,05 34,18 17,88
29,24 35,15
26,61 34,66
16,06 13,98 2,46 1,59 1,49 0,03 95,12
16,98 15,57 2,93 1,41 1,77 0,06
17,12 3,39 1,23 2,05 0,09 98,04
96,59
Sumber: B,adan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan *)Angka masih tergantung dengankabupaten induk
Secara umum di Sumatera Selatan Angka Partisipasi Se~pl~ti (APS) perernpuan lebih besar dari APS laki-laki kecuali pada kelornpok umur 7 - 12 tahun yang relative merata.ljazaliiSTTB teR:ingg'i yang dimiliki merupakan indicator pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi iiaz~h/STTByang dimiliki oleh rata-rata pe'rrduduksuatu negaradapat mencerminkantaraf intelektualitas suatu banqsa' Pada table diatas terlihat bahwa penduduk Sumatera Selatah berurnur 1 O tahun keat'asyang tidak' atati belurn mernilikl ijazah sebesar 26,61 persen, tamatSD/MI sederalat sebesar ~4,66' persen, SCTP/MTs sebesar 16,98 persen.' SMU/MA sederajat sebesar 15,57 persen, SMK sebesar 2,93 persen, diploma ampai perguruantinggi sebesar 3 persen. Ekonomi Ukuran yang digunakan sebagai kemakmuran suatu daerah adalah pendapatan per kapita. Pada·tahun 2006, estimasi pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku (dengan migas) Provinsi Sumatera Selatan sebesar 95~929.140 juta rupiah'. Sedangkan anqka pendapatan perkapita tanpa migas 63.500.445.
3.2 Respon Rate 3.2.1
Respon Rate Rumah Tangga
Pada pelaksanaan Riskesdas di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 sampel diambil mengacu kepada sampel Susenas. Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan Riskesdas di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 untuk 8640 Rumah Tangga (RT) sampel Susenas yang menjadi sampel Riskesdas sebanyak 8421 RT, persentase yang diperoleh untuk Provinsi Sumatera Selatan 97,5 persen.Kabupaten/kota dengan persentase tertinggi yaitu OKU Timur dan terendah Musi Banyuasin (90,2%). (tabel 3.2.1.1)
21
label 3.2.1.1 Response Rate Rumah Tangga Ris~esdas terhadap Susena~ di Provlnsl Sumatera " . . Selatan Kabupaten/Kota Ogan Kome~ng Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih pagar Alam Lubuk Linggau Sumatera Selatan
Riskesdas
Susenas
N
N
731 679 588 607 630 635 508 604 607 603 748 499 475 507 8421
736 704 608 608 640 704 512 608 608 608 768 512 512 512 8640
Riskesdas/ Susenas 99.3 96.4 96.7 99.8 98.4 9.0.4 99.2 99.3 99.8 99.2 97.4 97.5 92.8 99.0 97.S
3.2.2 Respon rate lndividu Jumlah individu pada sampel Susenas 36 056 orang yang jug~ menjadi sampel pelaksanaan Riskesdas di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007. Hasil yan,g diperoleh dari pelaksanaan Rlskesdas pi Provinsi Sumatera S.elatan tahun 2007 untuk 36056 oranq sampel .Susenas ~a.ng menjadi .sarnpe] :Riskesdas sebanyak 33358 orang, persentase yang- .diperoleh untuk Provinsi Sumatera Selatan 92,5 persen. Kabupaten/kota dengan pejsentase tertinggi yaitu Banyuasin (1 OQ,6) dan terendah Prabumulih (57,2%). (tabel 3.1.4.5)
22
Tabel 3.2.2.1 Response Rate lndividu Riskesdas terhadap Susenas • t: 1
Kabupaten/Kota
Riskesdas N
Susen as N
Ogan Kornering Ulu
3 100
3 088
Ogan Kornering llir Muara Enirn La hat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyu Asin
2 623 1 871 2467
2 746 2 612•
.
Ogan Kornering Ulu Selatan Ogan Kornering Ulu Timur Ogan llir Kota Palembang Kota Praburnulih Kota Pagar Alam Kota Lubuk Linggau
Sumatera' Selatan
2424 2 459 2 117 2 475 2 202 2 567 3 1 1 2
2 590 2620 2 889 2 105 2 549 2 290 2 609
Riskestlas/. Susenas,. I
100,4 95,5 71.6 95,3 92,5 85,1 100,6 97,1 96,2 98,4
039 989 919 106
3 475 2 099 2 141
87,5 57,2
2 243
93,9
33 358
36 056
92,5
91.4
3.3 Gizi 3.3.1
Status Gizi Balita
Status gizi balita'dlukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki presisi 0, 1 kg, panjang badan diukur dengan length-board d'engan presisi 0, 1 cm, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoiser dengan presisl 0, 1 cm. Variabel BB, dan" TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikatbr antropometri, yaitu; berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Untuk menilai status 9izi ·anak, maka angka berat badan dantlnqql.badan setiap balita dikonverslkan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan rnenqqunakan baku antropometri WHO 2006. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indit=-3,0 s/d Z-score <-2,0 Kategori Gizi Baik . Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0 Kategori Gizi Lebih Z-score >2,0 b. Berdasarkanindikator TB/U: Kategori Sangat Pendek Z-score < -3,0 Kategori Pendek Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0 Kategori Normal Z-score >=-2,0
23
c.
Berdasarkan indikator BB/TB: Kategori Sangat Kurus Z-score Kategori Kurus Z-score Kategori Normal Z-score Kategori Gemuk Z-score
< -3,0 >=-3,0' s/d Z-score <-2,0 >=-2,0 s/d Z-score <=2,0 >2,0
Perhitungan angka prevalensi : Prevalensi Prevalensi Prevalensi Prevalensi
gizi gizi gi?i gizi
buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x 100% kurang = (Jamlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x 100% baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x 100% lebih = (Jurnlah balita gizi l~bih/jumlah seluruh balita) x 100%
a. Status gizi ballta berdasarkan indikator 88/U Tabel 3.3'.1.2 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang didasarkan pada indikator BB/U. indikator BBiU memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum, tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk atau gizi buruk dan kurang mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Secara umum prevatensl gizi buruk di Provinsi Sumatera Selatan adalah 6,5% dan gizi kurang 11,7%. Sebanyak lima kabupaten/kota masih memiliki prevalensi gizi buruk di atas prevalensi Provinsi Sumatera Selatan. Sembilan kabupaten/kota lainnya sudah berada di bawah prevalensi Provinsi Surnatera Selatan, yaitu Palembang, Prabumulih, Pagar Alam, Lubuk Linggau, Lahat, OKU Selatan, OKU Timur, Banyuasin,Ogan llir. Prevalensi Provinsi Sumatera Selatan untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,2%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi -{RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka di Provinsi Sumatera Selatan target-target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belurrrmerata di 14 kabupaten/kota. Bila mengacu pada targ~t MDG·maka 9 kabupaten/kota yang sudah melampaui target, sedangkan untuk target RPJM sudah 1 O·kabupaten/kota yang melampaui .Jarget.· Ke 9 kabupaten/kota yang telah memenuhi kedua target adalah: Lahat, Lubuk Urrggau; Palembang, OKU Timur, Pagar Alam, OKU Timur, Banyuasin, 0KU Selatan, Ogan Komerinq Ulu .. Satu kabupaten/kota lainnya yaitu Ogan -llir hanya melampaui target RPJM. PrevaJensi gizi.lebih Provinsi Sumatera Selatan 6,7%:Terdapat 6 kabupaten/kota dengan prevalensi melebihi angka prevalensi Provins! Sumatera Selatan yaitu OKU Timur, Lubuk ldnggau, Lahat, Musi Banyuasin,Mllara Enim dan Banyuasin.
24
Tabet 3.3.1.1 Persentase Balita menurut Status Gizi (88/U).f dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kategori status gizi 88/U Kabupaten/kota Gizi buruk Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
7,4 8,3 13,0 4,4 7,2 8,6
Sumatera Selatan
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih
4,7
9,7 15,3 15, 1 5,4 13,4 11,4 9,6 11,6 8,9
6,4
13,3
0,7 1,2
12, 1 10,1
78,6 78,3 75,1 73,9 86,6 85,4
2,0 3,2
11,6 9,5
82,8 76, 1
3,3 3,5 11,3
6,5
11,7
75,0
6,7
4,8
4,6
77,4 71,9 64,9
5,4 4,5 7,0
80,4 73, 1 71,3
9,8 6,3 8,7 7,0 5,4 11,4 6,3
0,6
*)BB/U= Berat Sadan menurut Urnur
b. Status gizi balita berdasarkan indikator TB/U Tabel 3.3.1.2 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang didasarkan pada indikator TB/U. lndikator TB/U menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, artinya muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit secara berulang karena higiene dan sanitasi· yang kurang baik. Status pendek dan sangat pendek dalam diskusi selanjutnya digabung rnenjadi'satukategori dan disebut masalah kependekan. Prevalensimasalah kependekan pada balita di Provinsi Sumatera Selatan masih tinggi yaitu sebesar 44,7%. Enam kabupaten/kota memiliki prevalensi masalah kependekan di atas angka prevalensi Provinsi Sumatera Selatan.
25
Tabet 3.3.1.2 Persentase Balita menurut Status Gizi (TB/U)"' dan Kabupaten/Kota di Provlnsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2001 Kategori status gizi TB/U Kabupaten/kota Normal Sangat Pendek Pendek Ogan Komei"ing Ulu Ogan Komering llir Muara Enim
25,3 40,2 31,5
La hat Musi Rawas Musi Banyuasin
29,6 25,0
Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
18,3 17,4 12,6 13,9 23,7 12,2
24,8 26,4 33,0 22,5
19, 1 12,5 16,0
28,3 24,9
14,8 21,0 23,3
28,1
16,6 20,0 17,7 19,3
56,4 42,3 55,9 56,5 51,4 62,9 54,5 54,5 61,4 55,1 55,1 67,5
10,4
59,7 66,3
16,6
55,3
* TB/U= tinggi badan menurut umur
a.
Status gizi baiita berdasarkan indikator BB/TB
Tabe! 3.3.1.4 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang didasarkan pada indikator BB/TB. lndikator BB/TB menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun sehiaqqa tidak proporsional lagi dengan tinggi badannya dan anak menjadi kurus. Di samping mengindikasikan masalah gizi yang bersifat akut, indikator 88/TB juga dapat digunakan sebagai indikator kegemukan. Dalam hal ini be rat badan .anak melebihi proporsi normal terhadap tinggi badannya. Kegemukan ini dapat terjadi sebagai akibat dari pola makan yang kurang baik atau karena keturunan. Masalah kekurusan dan kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada rentannya terhadap berbagai penyakit degeneratif pada usia dewasa (Teori Barker). Salah satu indikator untuk menentul 5%. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kekurusan antara 10, 1 % - 15,0% , dan dianggap kritis bila prevalensi kekurusan sudah di atas 15,0% (UNHCR). Prevalensi kekurusan pada balita di Provinsi Sumatera Selatan adalah 15,8%. Hal ini berarti bahwa masalah kekurusan di Provinsi Sumatera Selatan rnasih merupakan masalah
26
kesehatan rnasyarakat. Jika dilihat untuk tiap kabupaten/kota maka prevalensi kekurusan di seluruh kabupater'!/lfota masjh berada di -atas, 5%, ~yang berarti rnasalah kekurusan masih merupasan masalah kesehatan masyarakat .di setiap kabupaten/kota. Dari14 kabupaten/kota 9" kabupaten/kota di' antaranya masuk dalam kategori serius dan 3 kabupaten/kota .rttasuk' dalam kateigori kritis Kedua 'kabupaten/kota yang tidak termasuk dalam kategori serius ataupun kritis adalah: Prabumulih, Ogan Komerjng llir. Berdasarkan indikator BBfTB juga dapat dilihat prevalensi kegemukan di kalangan balita ,di Provinsi Sumatera Selatan prevalensi kegemukan menurut indikator BBfTB adalah sebesar 20,9%. Tujuh kabupaten/kota memiliki masalah kegemukan pada balita di atas angka prevalensi Provinsi Surnatera Selatan. Tabet 3.3.1.3 Persentase Balita menurut Status Gizi (BB/TB)* dan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Rlskesdas' 2007 Kategori status gizl BB/TB Kabupaten/Kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
7,G 4,4 12,6 5,3 9,8 9,2 9,6
5,7
62,6 66,8 63,3 49,5 69,6
24,2 23,8 14,7 32,6 14,8 19,0 23,7
5,0 9,4 12,6 5,8 10,9 8,5 8,0 5,7 6,3
10,8 6,2 6,1 0,9 3,5 6,2 11,0
17'.,3 4,4 10, 1 7,2
7,9
7,9
*) BB/TB= Berat Badan menurut Tinggi Badan
27
60,8 58,2 53, 1 65,1 66,8 68,7 77,4 69, 1
28,2 23,1 20,9 1~.1 14,7 14,6
51,9
,29,8
63,4
20,9
b. Status gizi balita menurut karakteristik responden Untuk mempelajari kaitan antara status' gizi balita yang dldasarkan pada indikator 88/U, T8/U dan 88fT8 (sebaqai varlabel terikat) d&ngan karakteristiR responden meliputi kelompok umur, jenis kelamin, pendiC!ikaH KK, peker)aan KK, tempat ti riggal dan pendapatan per kapita (sebagai v'ariabel bebas), telah dilak!-Jkan. tabulasi silang antara variabel bebas dan terikat tersebut. 0
Tabel 3.3.1.5. menyajikan hasil tabulasi silang antara status gizi 88/U variabel-variabel karak!eri~tik responden,
balita dengan
Dari tabet 3.1.5. cfapat dilihaf bahwa secara umum ada kecenderunqan arah yang mengaitkan antara status gizi 88/U dengan karakteristik responden, yaitu: Ditinjau dari kelompok umur balita, maka terlihat bahwa prevalensi balita gizi kurang+buruk di Provinsi Sumatera Selatmi ·cukup tihggi dengan. rentang 12,9% -24,6%. Tertinggi pada kelompok urnur 0-5 tahun ,(24,6%) dan terendah umur 6-12· tahun. Terlihat prevalensi gizi kurang+buruk sangat tinggi pada usta balita dibawah 6 bulandan umur 24 bulan keatas. Menurut jenis kelamin terlihat perbedaan yang berarti pada gizi kurang+buruk antara balita laki-laki(19%) dengan balita perempuan (17,5%) dimana balita laki- laki lebih banyak yang mengalami gizi kurang+buruk, sedangkan balita yang memiliki status gizi lebih, lebih banyak pada balita perempuan (7,2%). Berdasarkan pendidikan kepala keluarga (KK) terlihat bahwa semakin rendah pendidikan KK maka semakin besar prevalensi balita glzi kurang+buruk. Sebaliknya, semakin tinggi pendidikan KK maka semakin tinggi prevalensi balita gizi lebih. Ditinjau dari jenis pekerjaan kepala keluarga, prevalensi balita gizi kurang+buruk paling tinggi pada kepala keluarga yang tidak ~erja/sekolah/ibu RT, sedangkan prevalensi balita yang memiliki status gizi baik dan lebih paling tinggi pada kepala keluarga yang memiliki jenis pekerjaan tetap (ABRl/Polri/PNS/BUMN. Menurut tempat tinggal, di desa(18,7%) jumlah balita yang gizi kurang+buruk lebih banyak daripada di kota(16,4%), sebaliknya di kota jumlah balita yang gizi baik(75,3%) dan gizi lebih(8,2%) lebih banyak daripada di desa dengan balita gizi baik (74,9%) dan gizi lebih lebih(6,4%) Tidak ditemukan pola hubungan yang jelas antara perubahan tingkat pengeluaran perkapita keluarga dengan prevalensi balita gizi kurang+buruk, prevalensi tertinggi balita gizi kur.ang+buruk ditemukan pada tingkat pengeluaran per kapita keluarga terkecil (kuintil1 (20,6%)) sedangkan untuk balita yang gizi baik pada tingkat pengeluaran per kapita keluarga menengah (kuintil 3 (78,5%)). Prevalensi balita dengan gizi lebih berkurang seiring dengan peningkatan pengeluaran perkapita keluarga hingga kuintil 4 dan mengalami peningkatan di kuintil 5, bahkan merupakan prevalensi terbesar untuk balita gizi lebih(8,6%) ..
28
Tabel 3.3.1.4 Persentase Balita menurut Status Gizi (88/U)*dan Karakteristik ReSJ?Ondendi Provinsi Sumatera Selatan, Rlskesdas 2007' Kategori status gizi,BB/U Karakteristik -Gizi Giz·i Gizi buruk Gizi lebih baik kurang Kelomook umur (bulan) 0-5 6 -11 12-23 24-35 36-47 48-60 Jenis kelamin Laki-laki Perernpuan Pendidikan KK Tdk tamat SD & Tdk sekolah Tamat SO Tamai SLTP Tamat SLTA Tamat PT Pekerjaan KK Tdk kerja/seko!ah/ibu RT TNl/Polri/PNS/BUMN Pegawai Swasta Wiraswasta/dagang/jasa Petani/nelayan Buruh & lainnya Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 *)BB/U= Berat Sadan menurut Umur
8,9 3,9 4,9 6,8 9,3 6,0
15,7 9,0 9,9 11,8 10,6 13,3
69,1 83,2 79,1 69,6 73,9 75,3
6,4 3,9 6,1 11,8 6,2 5,4
6,7 6,4
12,3 11, 1
74,6 75,3
6,4 7,2
8,8 6,8 4,5 6,3 4,5
15,9 13,0 10,8 9,6 3, 1
70,3 73,4 76,8 77,9 79,7
5,0 6,9 8,0 6,3 12,7
10,5 2,9 5,3 6,5 7,0 5,0
8,5 3,7 8,3 12, 1 12,9 12,8
77,1 82,8 76,5 73,3 73,5 77,5
3,9 10,6 10,0 8, 1 6,6 4,8
6,3 6,6
10, 1 12, 1
75,3 74,9
8,2 6,4
7,6 5,7 5, 1 7,9 6,7
13,0 13,5 10,5 11,9 8,9
71,7 74',6 78,5 74,5 75,8
7,7 6,2 5,9 5,8 8,6
Tabel 3.3.1.5. menyajikan hasil tabulasi silang antara status gizi TB/U dengan karakteristik responden. •
Prevalensi balita pendek+sangat pendek cenderung meningkat seiring bertambahnya umur pada balita umur 0-23 bulan. Prevalensi tertinggi pada umur balita 12-23 buian(56,7%).
•
Berdasarkanjenis kelamin, terlihat prevalensi pendek+sangat pendek pada balita lakilaki(35,7%) lebih tinggi daripada balita perempuan (33.5%).
•
Ditinjau dari segi pendidikan KK, terlihat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikanKK semakin rendah prevalensi balita pendek+sangat pendek.
29
Menurut pekerjaan utama KK jelas terlihat bahwa pada keluarga yang kepala keluarga tidak bekerja/sekolah/ibuRT prevatense ·balita pendek+sangat pendek paling tinggi (53,7%) sedangkan prevalensi balita yang normal paling tinggi pada pekerjaan utama KK TNl/Polri/PNS/BUMN(63,4%). •
Berdasarkan tempat iinggal, prevalensi balita pendek+sangat pendek yang tinggal desa (45,8%) lebih tinggi'dari balita yang tinggal.di kota (40,2%).
•
Tidak ditemukan pola hubungan yang jelas antara perubahan tingkat pengeluaran perkapita keluarga dengan prevalensi balita pendek+sangat pendek, prevalensi tertinggi pada tingkat penqeluaran perkaplta keluarga terkecil (kuintil1 (48,2%)).
Tabel 3.3.1.5 Persentase Balita menurut Status Gizi (TB/U)*dan Karakteristik Responden, Di Provinsi Sumatera SelatanRiskesdas 2007 Kategori status gizi TS/U Karakteristik Sangatpendek Pendek Normal Kelomook umur (bulan) 0-5 6 -11 12-23 24-35 36-47 48-60 Jenis kelamin Laki-laki Perernpuan Pendidikan KK Tdk tamat SD & Tdk sekolah Tarnat SD Tamai SLTP Tamat SLTA Tamat PT Pekerjaan KK Tdk kerja/sekolah/ibu RT TN1/Polri/PN S/BU MN Peqawai Swasta ' Wiraswasta/dagang/jasa Petani/nelayan Buruh & lainnya Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Pengeluaran per kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
31,5 28,6 32,8 28,9 29,9 24,1
17,9 21,5 13,9 12,5 17,0 18,4
50,6 49,9 53,3 58,6 53,1 57,4
27,8
28,4
17,9 15,2
54,3 56,5
33,8 30,8 26,1 22,1 27,3
17, 1 16,8 19, 1 15,3 10,7
49, 1 52,4 54,7 62,6 61,9
23,1 23,9 19,3 22',4 31,7 26,5
30,5 12,7 18,0 15,0 16,7 17,6
46,3 63,4 62,7 62,6 51,7 55,8
24,5 28,9
15,7 16,8
59,8 54,2
32,3 28,7 24,8 29,4 23,8
15,9 17,0 19,2 16,2 13,9
51,8 54,3 56,0 54,4 62,3
*)TB/U= Tinggi Sadan menurut Umur
30
Tabel 3.3.1.6. menyajikan hasil tabulasi silang antara status gizi BB!TB dengan karakteristik responden. Kajian deskriptif menunjukkan:
kaitan
antara
status
gizi
BB!TB
dengan
karakteristik
responden
1.
Prevalensi balita kurus+sangat kurus cenderung meningkat bersamaan dengan bertanibahnya umur anak untuk balita diumur 12-35 bulan, prevalensi balita kurus+sangat kurus tertinggi pada umur 24-35 bulan(17,4%). Prevalensi balita gemuk cenderung menurun seiring dengan bertambahnya umur anak kecuali pada balita umur 36-47 bulan.Keadaan demikian menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk mengetahui kenapa masalah yang berlawanan (kurus vs gemuk) dapat memiliki kecenderungan yang berbeda seiring dengan bertambahnya umur.
2.
Prevalensi balita kurus+sangat kurus balita laki-lak (16,0%) lebih tinggi dari balita perempuan(15,5%). Balita yang gemuk untuk perempuan (21,4%) cenderung lebih banyak daripada balita laki-laki(20,4%).
3.
Tidak ditemukan pola hubungan yang je!as antara tingkat pendidikan KK dengan prevalensi balita kurus+sangat kurus, prevalensi tertinggi pada tingkat pendidikan KK iamat Sivit\(17,6%) dan terendah pada tingkat pendidikan KK tamat PT(12,5%).
4.
Prevalensi balita kurus+sangat kurus menurut pekerjaan Pegawai Swasta(22,8%), Wiraswasta/Dagang/Jasa(19,0%) TNl/Polri/PNS/BUMN(11,2%)
5.
Prevalensi balita kurus+sangat kurus di kota(16,8%) lebih tinggi dari di desa(15,6%). Prevalensi balita gemuk di desa(21,3%) cenderung lebih tinggi dari di kota(19,0%).
6.
Tidak ditemukan po!a hubungan yang jelas antara perubahan tingkat pengeluaran perkapita keluarga dengan prevalensi balita kurus+sangat kurus dan balita gemuk . Prevalensi tertinggi untuk balita kurus+sangat kurus pada tingkat pengeluaran perkapita keluarga menengah (kuintil3 (17,3%)) dan untuk balita gemuk pada tingkat pengeluaran perkapita keluarga tertinggi (kuintil5 (23,6%).
31
utama KK dan
tertinggi pada terendahpada
Tabel 3.3.1.6 Persentase Ballta Balita menurut status Gizi.(BB/TB)* dan Karakteristik Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Responden di
Kat~go~i status giz' lj3/U
Karakteristik responden Kelompok 0- 5 6 -11
Sang at kurus
Normal
Gemuk
6,8 5,0
28,9
5,8 .8, 1
54,4 60,7 6t,4 64,3
"9,2 9,1
59,5 68,3
26,7 21,8 18,3 24,0 17,2
8,8 6,8
7,2 8,7
,6!3;6
20,4
63,1
21,4
8,6
7,6 7, 1
64,3
19,5 21,7
umur (bulan) 9,9 7,6 11,0
12-f3 24-35
9,3 7,3 5,5
36-47 48-60 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tdk tamat sd ~ tdk sekolah Tamat Tarnat Tamat Tamat
,
Kurus
SD SMP SMA PT
63,3 62,1 64,3 63,8
22,7 18, 1
9,3 6,8 9,9
62,2 67,9 56,1 61,6 63,4 65,8
23,4 20,9 21, 1 19,4 21,5 19, 1
8,3 7,8
8,5 7,8
64,2 63,2
19,0 21,3
1 2 3 4
7,8 6,6 8,2 7,8
63,4 66,6 60,3 65,6
21,0 19,6 22,4 18,4
Kuintil 5
9,4
7,8 7,2 9,1 8,2 7, 1
60,0
23,6
Pekerjaan Tdk Kerja/Sekolahilbu TNl/Polri/PNS/BUMN Pegawai Swasta
7,9 6,7 8,4 5,4 RT
Wiraswasta/Daga~g/Jasa Petani/Nelayan Buruh & lainnya Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil
7,3 3,4 8,0 9,7 8,3 5,1
8.5 9,2 7, 1 7, 1 7,8 14,8
23,6
perkapita
* BB/TB= berat badan menurut tinggi badan
32
J'
3.3.2 .&UitusG~i f!endl{duk Umur 6-14 TahutttUsia Sekolah) Tabel 3.3.2.1 meriggambarkan standas penennlan kekurusan dan berat badan lebih menurut nilai rerata IMT, umur dan jenis ketamin, who 2007 _, Status gizi penduduk umur 6-t4 tahun dapat dinilai berdasarkan 'rMT •yang dibedakan menurut · uraur dan jenis kelamin. Sebagai rujukan untuk menentukan.kurus, apabila nilai !MT kurang dari 2 standar deviasi (SD) dari nilai rerata, dan berat badan (B~} lebih jika nilai IMT lebih dari 2SD nilai rerata standar WHO 2007
label 3.3.2.1 5tandar PenentuanKekurusan dan Berat Sadan Lebi~~enuruf Nilai Rerata IMT, Umur dan Jenis Kelamin, WHO 2ub7 Umur (Tahun) 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Laki-laki
Perempuan
Rerata IMT
-250
+250
Rerata IMT
-280
15,3
13,0 13,2 13,3 13,5 13,7 14, 1 14,5 14,9 15,5
18,5 19,0 19,7 20,5 21,4 22,5 23,6
15,3 15,4 15,7 16, 1 16,6 17,3 18,0 18,8 19,6
12,7 12,7 12,9 13, 1 13,5 13,9 14,4 14,9
15,5 15,7 16, 1 16,4 16,9 17,5 18,2 19,0
24,8 25,9
15,5
+2SD 10,.,
I ",e... 19,8 20,6 21,5 22,6 23,7 24,9 26,2 27,3
Tabel 3.3.2.2 menunjukkkan prevalensi kekurusan dan BB lebih anak umur 6-14 tahun menurut jenis kelamin Berdasarkan standar WHO di atas, secara kabupaten/kota prevalensi kekurusan adalah 14,9% pada laki-laki d~Q, 13,8% pada perempuan. S~i;.lar;igkan_prevalensi.B8 lebih.pada laki' laki 16',0% daii per'emRua{;J 11,q%. Menurut kabupaten/kota 8anyuasin mempunyai prevalensi kekurusan tertinggi pada anak laki-laki (24,4%) dan pada -anak perempuan di Palembang (22,9°{o). ,Sedangkan prevalensi kekurusan tererfdah yaitu pada anak laki-laki di Palembahg t5,6%), dari pada anak perempuandi Lahat (4,7%) Lima kabupaten/kota dengan prevalensi kekurusan lebif tinggi dari prevalensi Provinsi Sumatera Selatar\ pada anak laki-laki adalali 8anyuasin(24~4%), Musi 8any.uasin (19, 1 %), Musi Rawas (18,5°
33
label 3.3.2.2 Prevalensi Kekurusan dan BB Lebih Anak Umur 6-14 tahun menurut Jenis Kelamin Dan Provinsi, Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera S~l~tan,
Riskesd,as 2007 Kabupaten/kota Ogan Kbmering Ulu dgan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
Laki-laki Kurus 14·,-s 12,3 13,8 11 ,3 18,5 19 11 24,4 13,0 12,2 9,3 5 ,6 15,5 16,7
'BB Lebih 7 ,8 12 :2 15,5 34,9 1,0 '1 17 ,3 20 ,0 20,3 18 1 11 ,5 13 ,6 7 ,4 20,2 10,3
14,9
16,0
9,8
I
Perempuan BB Lebih' Kurus 7 ,5 13'1 14 ,5,11 ,6 12,3 to ,3 4,7 28,9 6 ,6 15,~ 18,2 9 ,1 19,2 15,5 10,9 7 ,8 7 ,8 11 ,5 12,6 4,5 22,9 a- ,2 7 ,8 5,5 7 ,8 15,0 . 5 ,4 16,3 13,8 11 ,0
Tabel 3.3.2.3 menggambarkan prevalensi kekurusan dan BB lebih menurut karakteristik responden. Menurut tipe daerah, prevalensi kekurusan untuk laki-laki dan perempuan sedikit lebih tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan, sebaliknya prevalensi BB lebih untuk laki-laki sedikit lebih tinggi di perkotaan dan untuk perempua.. lebih tinggi di perdesaan Tidak tampak adanya kecenderungan antara tingkat pengeluaran perkapita dengan BB lebih baik pada laki-laki maupun perempuan. Tabet 3.3.2.3 Prevalensi Kekurusan dan BB Lebih Anak Umur '6-14Tahun rnenurut Karakteristik Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Laki-laki Perempuan Karakteristik BB Lebih Kurus Kurus 88 Lebih 14,2 13,6 Perkotaan 19,0 9'1 15,0 15,3 13,9 11 ,4 Perdesaan Kuintil 1 16,7 16 ,.1 13,0 11 ,9 14.,7 12 ,1 Kuintil 2 15,2 15I1 14,2 12,2 Kuintil 3 16,3 8,2 14,4 Kuintil 4 16,0 12,8 8,5 14,0 16,6 Kuintil 5 16 ,4 14, 1
3.3.3 Status Gizi Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas dinilai dengan lndeks Massa Tubuh (IMT). lndeks Massa Tubuh dihitung berdasarkan berat badan dan tinggi badan dengan rumus sebagai berikut : BB (kg/TBcmi2. Berikut ini adalah batasan IMT untuk menilai status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas : Kategori kurus IMT < 18,5
34
Kategori normal IMT >=18,5 - <24,9 Kategori BB lebih IMT >=25,0 - <27,0 Kategori obese IMT >=27,0 lndikator status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas yang lain adalah ukuran lingkar perut (LP) untuk mengetahui adanya obesitas sentral. Lingkar perut diukur dengan alat ukur yang terbuat dari fiberglass dengan presisi 0, 1 cm. Batasan untuk menyatakan status obesitas sentral berbeda antara laki-laki dan perempuan. Status gizi wanita usia subur (WUS) 15 - 45 tahun dinilai dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA dilakukan dengan pita LILA dengan presisi 0, 1 cm.
Status gizi dewasa berdasarkan indikator lndeks Massa Tubuh (IMT) Tabel 3.3.1 menyajikan prevalensi penduduk menurut status IMT di masing-masing kabupaten/kota. lstilah obesitas umum digunakan untuk gabungan kategori berat badan lebih (BB lebih) dan obese. Prevalensi obesitas umum di Provinsi Sumatera Selatan adalah 11,4% (6,6% BB lebih dan 4,8% obese). Ada 4 kabupaten/kota memiliki prevalensi obesitas umum di atas angka prevalens Provinsi Sumatera Selatan. Tiga kabupaten//kota yang memiliki prevalensi obesitas umum terendah adalah Ogan Komering llir, Ogan Komering Ulu Lahat. Sedangkan 3 kabupaten/kota dengan prevalensi obesitas umum tertinggi adalah: Prabumulih, OKIJ Timur, Pagar Alam. Tabel 3.3.3.1 Persentase Status Gizi Penduduk Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut IMT dan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kategori I MT Kabupaten/kota BB-Lebih Kurus Normal Obese Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKUSelatan OKUTimur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Sumatera Selatan Catatan: Kurus IMT <18,5; Obese: IMT >=27.
13,0 78,2 4,6 4,3 17,7 75,2 4,0 3, 1 13,3 77,4 5,8 3,5 8,7 82,2 7,1 2,0 15,9 72,8 5,3 6, 1 18,0 70, 1 6,2 5,7 12,0 76,5 7,6 4,0 13,4 77,1 5,5 4,0 11,0 71,8 11,0 6,3 22,3 69, 1 4,0 4,5 13,9 67,5 9,3 9,3 16,0 63,2 10,3 10,5 11,6 70,3 9,7 8,4 12,9 75,4 6,9 4,8 4,8 14,4 74,3 6,6 -,,--~--,-~c-=~-~~~~~~~~~ Normal: 18,5-24,9; BB lebih: IMT: 25-27;
35
Tabel 3.3.3.2 Prevalensi Obesitas Umum Penduduk Dewasa (15 Tahun Ke Atas) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota 'di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas
2007 Prevalensl obesitas umum (%) Kabupaten/kota
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki & Perempuan
2,6 1,5 2,4 1.,0 3,8 2,8 2,7 2,4 3,2 2.5 9,2 6,2 3,8
6,1 4,8 4,6 3, 1 8,5 8,7 5,3 5,7 9,6 6,5 9,4
4,3 3,1 3,5 2,0 6,1 5,7 4,0 6,3 4,5 9,3
14,6
1n i::. 1u1-.J
13,5 5,3 6,7
4,8
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Unggau
4,4
Sumatera Selatan
2,9
4,D
8,4 4,8
Tabel 3.3.3.2 prevalensi obesitas um urn penduduk dewasa (15 tahun ke alas) menurut jenis ke!amin dan kabupaten/kota Di Provinsi Sumatera Selatan prevalensi obesitas umum pada laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan perempuan (masing-masing 2,9% dan 6,7%). Tabel 3.3.3 menyajikan hasil tabulasi silang status gizi penduduk dewasa menurut IMT dengan beberapa variabel karakteristik responden. Dari tabel ini terlihat bahwa : Prevalensi obesitas umum lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding aaerah perdesaan. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan cenderung semakin tinggi prevalensi obesitas umum.
36
Tabel 3.3.. 3.3 " Persentase Status Gizi Dewasa (15 Tahun Ke J).tas) Menurut IMT dan Karakteristik Responden, di Provins! Sumatera Sefatan, Riskesdas 2007 Karakteristik Responden Pendidikan Tidak ta mat
rainat sb
..
SD
&
Tamai SLTP TamatSLTA Tamat PT Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran RT per . . Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
Kategori IMT Normal Bb lebih
Kurus 20,9 15,9 13,8 13,8 13,4 10,8
66,2 72,9 75,3 76,1
6,8 6,4 6,3
74,2 69,7
6,9 10,0
14,2 14,4 15,8 15,5 15,4 14, 1 11,0
70,7 75,1 74,8 75, 1
8,2 6,2 5,8 5,2 5,8 6,7 9,1
74,2 74, 1 73,5
5,8
Obese 7,1 4,4 4,5
3,8 5,5 9.4 6,9 4,3 3,6 4,3 4,6 5, 1 6,4
Catatan: - Kurus : IMT <18,5; Normal: 18,5-24,9; - BB lebih: !MT: 25-27; Obese: IMT >=27.
a.
Status gizi dewasa berdasarkan indikator Lingkar Perut (LP)
Tabel 3.3.3.4 dan Tabel 3.3.3.5 rnenyajikan prevalensi kabupaten/kota, jenis kelarnin dan karakteristik lain penduduk.
obesitas
sentral
menurut
Obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit, degeneratif. Untuk laki-laki denqan LP di atas 90 cm atau perempuan denqan LP di atas 80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO Asia-Pasifik, '2005).
37
Prevalensi obesitas sentral untuk tingkat nasional adalah 18,8%, prevalensi obesitas sentral untuk Provinsi Sumatera Selatan adalah 7,6%. Dari 14 kabupaten/kota hanya Kabupaten/kota Prabumulih yang rnemlllkl prevalensi obesitas sentral di atas angka prevalensi nasional, terdapat 7 kabupaten/kota yang·memiliki prevalensi obesitas sentral di atas angka prevalensi Pmvinsi Sumatera Selatan,
Tabel 3.3.3.4 Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/kota di ProvinsiSumatera Selatan, Rlskesdas 2007 Obesitas Sentral LP;L>90, 'P>80) * 7,6
Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin
7,9 8,3 3, 1
8,5
7,7
Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan Catatan:
*) LP= llngkar perut ; L =Laki-laki ; P
6,0 5,7 6,5
6,7 18,2 19,4 9,6 12,8
= Perempuan
7,6
Menurut kelompok umur, prevalensi obesitas sentral cendrung meningkat sampai umur 3544 tahun, selanjutnya berangsur menurun kembali. Prevalensi obesitas sentral pada perempuan (12,9%) lebih tingQi dibanding laki-laki (3, 1,%), Menurut tipe daerah'tampak lebih tinggi di daerah perkotaan (11,6%) dibandingkan daerah perdesaan (7, 1 %). Dernikianjuga semakin meningkat tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan, semakin tinggi prevalensi obesitas sentral. Tidak tampak pola kecendrungan antara obesitas sentral menurut tingkat pendidikan. Sedangkan menurut pekerjaan, prevalensi obesitas sentral paling tinggi pada ibu rumah tangga (Tabel 1.3.5).
38
Tabel 3.3.3.5 Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Sel~~an, Riskesdas 2007 Obesitas Sentral (LP;L>90, P>80)'*
Karakterlstlk Kelompok Umur (Tahun)
15-24 25-34 35-44
2,9 7,6 11,4 11,3
45-54 55-64 65-74 75+ Jenis Kelamin
10,3 8,8 2,8 3, 1
Laki-Laki Perempuan
12,9
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat Tamat Tamat Tamat
10,4 8,4 7,4 6,8 8,2 14,3
SD SMP SMA PT
Tidak Kerja
4,9
Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya
2,6 17,7
12,3 10,8 5,7 6,1
Perkotaan Perdesaan
11,6 7,1
Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3
5,6 6,8 8,1
Kuintil-4 Kuintil-5
8,6 10,2
Catatan: *) LP= lingkar perut : L =Laki-laki ; P = Perempuan
39
b. Status gizi Wanita Usia Subur (WUS) 15-45 tahun berdasarkan indikator Lingkar Lengan Atas (LILA) Tabel 3.3.3.6, Tabel 1.4.2, can Tabel WUS yang diukur dengan LILA.
3.3.3.7
menyajikan gambaran masalah gizi pada
Untuk menggambarkan adanya risiko kurang enegi kronis (KEK) dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi pada WUS digunakan ambang batas nilai rerata LILA dikurangi 1 SD, yang sudah disesuaikan dengan umur (age adjusted). Tabel 1.4.1 menggambarkan prevalensi KEK tingkat nasional berdasarkan umur. Nampak adanya kecenderungan dengan meningkatnya umur nilai rerata LILA juga meningkat. Untuk menilai prevalensi risiko KEK dilakukan dengan cara menghitung ULA lebih kecil 1 SD dari nilai rerata untuk setiap umur antara 15 sampai 45 tahun. Tabel 3.3.3.6 Nilai Rerata LILA Wanita Umur 15-45 tahun di ProvinsiSumatera
Setatan, Riskesdas
2007 Umur (Tahun) 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Rerata (cm) 23,8 24,2 24,4 24,6 24,7 24,9
Nilai Rerata LILA Standar Deviasi (SD) 2,62
2,57 2,53 2,62 2,60 2,72 2,78 2,80 2,92 2,94 2,98
25,0 25,1 25,4
25,6 25,8 25,9 26, 1 26,3 26,4 26,6 26,7
2,98
26,8
3,16 3,23
3,04
3,10 3, 14 3,17 3, 17
26,9
27,0
3,24 3,22
27,0 27,1 27,2
3,33
27,2
3,31
27,2 27,2 27,3 27,4
3,37
3,29
3,35 3,32 3,37 3,35 3,32 3,41
27,3 27,4 27,2
40
... . Ta~el 3.3.~.7 Prevalensi Risiko KEK Penduduk Wanita Umµr 15-45 Tahun ma-nu.rvt Kabupaten/kota di ProvinsiSumateraSelatan, Riskesdas 2007. ,
Risiko'KEK*
Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir
(o/o)
10,9 15,6 8,9 10, 1 12,2 17,9 14,8 4,7 11,7 14.7 9,3
Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
7,5 16,7 4,2
. KEK adalah
Sumatera Sela"tan
12,1
Catatan: Risiko bila nilai rerata LILA lebih kecil dari nilai rerata LILA nasional dikurangi 1 SD untuk setiap umur.
Tabel 3.3.3.8 rrienunjukkan prevalensi risiko KEK penduduk wanita umur 15-45 tahun Terdapat lima kabupaten/kota -denqan prevalensi risiko KEK di atas angka prevalensi Provinsi Sumatera Selatan (12, 1 %) yaitu Musi Banyuasin (17,9%), Pagar Alam(16,7%), Ogan Kornerinq llir (15,6%), Banyuasln (14,8%), ~gan llir (14,7%), Tabel 3.3.3.8 menunjukkan kecenderunqan risiko KEK berdasarkan tabulasi silang .antara prevalensi risiko KEK dengan karakteristik responden Berdasarkan tingkat pendidikan, gambaran kabupaten/kota menunjukkan pada tingkat pendidikan tertinggi (tamat PT) risiko KEK cenderung lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan terendah (tidak sekolah dan tidak tamat SO). Secara prevalensi risiko KEK lebih tinggi di daerah perdesaan (12,7%) dibanding perko.taan (9,5%). Tidak terdapat gambaran hubungan antara tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita dengan risiko KEK.
41
Tabet 3.3.3.8 Prevalensi Risiko KEK Penduduk Perempuan Umur 15-45 Tahun menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 ., Karakteristik KEK Pendic1Jf$qn _ Tidak Sekolah & Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran Kuintil - 1 Kuintil - 2 Kuintil - 3 Kuintil- 4 Kuintil - 5
13,0 12,5 11,4 10,9 14,2
9,5 12,7 12,5 12, 1 12,3 10,9 12,6
3.3.4 Konsumsi Energi dan Protein Prevalensi rumah tangga dengan masalah konsumsi "energi rendah" dan "protein rendah" dari data Riskesdas 2007 diperoleh berdasarkan jawaban responden untuk makanan yang di konsumsi anggota rumah tangga (!.\RT) dalam waktu 1 x 24 jam yang lalu. Responden adalah ibu rumah tangga atau anggota rurnah tangga lain yang biasanya menyiapkan rnakanan di rumah fangga (RT) tersebut. Rumah tangga dengari konsurnsi "energi rendah" adalah bila RT mengkonsumsi energi di bawah rerata konsumsi enerqi nasional dari data Riskesdas 2007, rerata konsumsi per kapita per hari penduduk Indonesia adalah 1789,9 kkal.. Sedangkan RT dengan konsumsi "protein rendah" adalah bila RT .mengkonsumsi protein di bawah rerata konsumsi energi nasional dari data R'iskesdas 2007, rerata energi konsumsi per kapita per hari penduduk Indonesia untuk energi adalah 62,5 gram untuk protein. Dalam penulisan Tabel 1.5.1 berikut disajikan angka rerata konsumsi energi dan protein per kaplta per hari, dan pada, Tabel 1 .. 5.2 sampai dengan Tabel 1.5.7, merupakan data prevalensi RT dengan konsumsi "energi rendah" dan konsurnsi "protein rendah". Prevalensi RT yang mengkonsumsi energi dan protein di atas rerata konsumsi energi dan protein.tidak disajikan. ' Tabel 3.3.4.1 menunjukkan kabupaten/kota
konsumsi energi dan protein per kapita per hari menurut
Rerata konsumsi per kapita per hari penduduk di Provinsi Sumatera Selatan adalah 1385 ,8 kkal untuk energi dan 49,6 gram untuk protein. Kabupaten/kota dengan angka konsumsi energi terendah adalah kabupaten/kota Ogan Komering llir (1299,0 kkal) dan angka konsumsi energi tertinggi adalah kabupaten/kota OKU Se Iatan (1596, 7 kkal). Kabupaten/kota dengan rerata konsumsi protein terendah adalah Musi Rawas(128,8 gram) dan rerata konsumsi protein tertinggi adalah Prabumulih (154,4 gram). Tidak ada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan rerata konsumsi energi di atas rerata nasional. Semua kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan rerata konsumsi protein di atas rerata nasional.
42
Tabel.3.·3.4.1. , . ,. Konsumsl Energi dan PrQtein Per KapiJa per Hari , menurut Kabupaten/kota di Provlnsl Sumatera·sefatan, Rlskesdas 2J)07'
Kabupaten/kota
,.
1 Energ~ . Rerata SD
k
Prqt~in. · ..--Rerata SD
Ogan ,Kom,ering Ulu Ogan-Komering llir
1.364 ,7·1299 ,0
181 .:4 457 ,8"
1}9 ,9 137 ,5
.47 ,4 481,4
Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
1422 ,4 1590,4 1404 ,9 1337 ,9 1397 ,3 1596 ,7 1337 ,1 1334 ,8
"493,9 491,8 490 ,9 473,0 489,3 490 ,6 472,7 471 ,9 473,2 487 ,5 466,7 499,6
149,5 152,9 128 ,8 147 ,5 151 ,0 144 ,6 138 ,2
50,0 49~9 45 ,3 49,9 50,0 49,7 48 ,6 49 ,8 49,8 49,8 45,9 49,9
Sumatera Selatan
1338 ,4 1388 ,9 1320 ,5 1479 ,4
1385,a
486,8
145'1 145,9 154 ,4 130'1 153 ,7
143,9
49,6
Tabel 3.3.4.2 Persentase RT dehgan Konsumsi Energi dan Protein Lebih Rendah dari Rerata Nasional di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/kota Energi Protein Ogan Korrterinq Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lahat. Musi'Rawas Musi 8anyuasin Banyuasin OKU .Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
63,5 70, 1 57,8 41,o 59,5 66,2 60,3 ,4.0,3 66,3 ·66,5 69,.~ 61, 1 68,0 52, 1
66, 1 62,5 50,6 47,1 71,3 52,5 49, 1 55,4 61,8 54,9 54,j 45,6 69,9 46,3
Sumatera Selatan
61,4
56,1
Catatan:
Berdasarkan angka rerata konsurnsienerqi data Riskesdas 2007
(1789,9kkal) dan Protein (62 5 gram) dari
Tabel 3.3.3.11 persentase rumah tangga dengan konsumsi energi dan protein lebih rendah dari rerata nasional Persentase RT dengan konsumsi "energi rendah" dan "protein rendah" yang 'berartl di bawah angka rerata nasional (1789.9 kkal dan 62 5 gram). Di Provinsi Sumatera Selatan persentase RT dengan konsumsi "energi rendah" adalah 61,4 % dan konsumsi "protein rendah" sebesar 56, 1 %. Sebanyak 7 kabupaten/kota dengan persentase konsumsi "energi rendah" di atas angka Provinsi Sumatera Selatan (61,4 %)
43
yaitu Kabupaten/kota Ogan Komering llir, Pagar Alam, Banyuaasin, Palembang dan Ogan Komering Ulu,
Ogan llir, OKU Timur, Musi
Sebanyak 5 kabupaten/kota denqarr preflalehsi konsurnsl' "protein rendah" di atas angka prevalensl di°Pro\.ihsi'Suma-tera Selatan (56:1·9.fo)' yaitu'Kabupaten/kota ·Musi Rawas, Pagar Alam, Ogan Komering Yiu, Ogan:Komering llir dan OKU Timur. ~r
;\Tabel 3.3.4.3
Persentase RT dengan Kt>nsumsi Energi dan Protein Lebih Rendah darl Rerata Nasional menurut lipe Daerah dan Tihgkat Pengeluaran Rumah Tangga per Kapita di , Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Karakteristik
Energi
Protein
Perkotaan
64,5
54,7
Perdesaan
59,9
57,0
Kuintil- 1
69,3
63,7
Kuintil - 2
65,2
60,6
Kuintil - 3
62,5
57,2
Kuintil- 4
57,5
52,9
Kuintil - 5
52,9
45,9
Tipe Daerah
Tingkat Pengeluaran per Kapita
Catatan: Berdasarkan angka rerata konsumsi energi (1789,9~af) dan Protein (62, 5 gram) dari data Riskesdas 2007
Tabel 3.3.3.11 menunjukkan persentase rumah tangg3 dengan konsumsi energi dan protein lebih rendah darf rerata nasional menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita Persentase RT di perkotaan dengan konsumsi "energi rendah" lebih tir.ggi dari RT di perdesaan sebaliknya persentase RT di perdesaan dengan konsumsi "protein rendah" lebih tinggi dari RT di perkotaan. Persentase RT dengan konsumsi "energi rendah" dan " protein rendah" menurut tingkat pengeluaran RT per kapita menunjukkan pola yang spesifik yaitu semakin tinggi tingkat pengeluaran RT per kapita semakin rendah persentase RT dengan konsumsi "energi rendah" dan "protein rendah". 3.3.5
Konsumsi Garam Beriodium
Prevalensi konsumsi garam beriodium Riskesdas 2007 diperoleh dari hasil isian pada kuesioner Blok II No 7 yang diisi dari hasi tes cepat garam iodium. Tes cepat dilakukan oleh petugas pengumpul data dengan mengunakan kit tes cepat (garam ditetesi·iarutan tes) pada garam yang qigunakan di rumah-tangga . .,,Fµmah tangga dinyatakan mempunyai "garam cukup iodium (~30 ppm KI03)" bila basil tes cepat garam berwarna biru/ungu tua; mempunyai "garam tidak cukup iodium (,;§30 ppm KI03)" bila hasil tes cepat garam berwama biru/ungu rnuda; dan dinyatakan- rnernpunyai "garam tidak ada iodium" 1 bila hasil tes cepat garam di rnmah-tangga tidak berwarna. Pada penulisan laporan ini yang disajikan hanya yang mempunyai garam cukup iodium (:: 30 ppm Kl03).
44
Tabel 3.3.5.1 Persentase Rumah-Tangga yang•Mempunyal
99,1 88,9 99,2
La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam
93,9 39,6 99,8 98,6 98,2 88,2 97,7 99,4 95,9 94,1 96,9
Lubuk Linggau
93,0
Sumatera Selatan
Tabel 3.3.3.12 memperlihatkan persentase rumah tangga· yang mernpunyai garam cukup iodium (.::: 30 ppm KI03) menurut kabupaten/kota. Di Provinsi Sumatera Selatan sudah 93,0% RT mernpunyai garam cukup iodium. Pencapaian ini sudah mencapai target nasional 201 O maupun target ICCIDD/UNICEFNVHO Universal Salt lodization (USI) atau "garam beriodium untuk semua" yaitu minimal 90% rumah tangga menggunakan garam cukup iodium terkecuali untuk Musi Rawas, OKU Timur dan Ogan Komering llir.
45
Tabet 3.3.5.2 Persentase Rumah-Tangga Mempunyai Garam Cukup !odium Menurut Karakteristik Responden Rumah tangga Karakteristik responden mempunyai garam cukup iodium (%) Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran per kapita
98,2 89,1 92,0 92,3
Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Pendidikan Kepala Keluarga Tidak tamat SD & Tidak sekolah Tamat SD
92,8 93,9 94,1
Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat PT Pekerjaan Kepala Keluarga Tidak bekerja/Sekolah/lbu rumah tangga PNS/TNl/Polri/BUMN Pegawai Swasta Wiraswasta/Pedagang/Pelayanan Jasa Petani/Nelayan Buruh/Lainnya
91,2 89,9 94,1 95,9 97,4 95,3 97, 1 95,8 96,2 89,0 95, 1
Tabel 3.3.5.2 memperlihatkan persentase rumah-tangga yang mempunyai garam cukup iodium ~30 ppm) menurut menurut karakteristik responden. Berdasarkan tempat tinggal persentase rumah-tangga yang mempunyai garam cukup iodium di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Ditinjau dari kuintil pengeluaran rumah-tangga per kapita semakin tinggi kuintil semakin tinggi persentase yang mempunyai garam cukup iodium. Demikian pula menurut pendidikan, semakin tinggi pendidikan kepala keluarga semakin tinggi persentase yang mempunyai garam cukup iodium terkecuali pada pendidikan tamat SD . Berdasarkan pekerjaan persentase tertinggi yang rnempunyai garam kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan PNS/TNl/Polri/BUMN.
46
cukup iodium pada
'3.4 Kesehatari lbu dari Anak 3.4.1
Statuslrnunlsasl
Departemen Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan lmvplsasi (PPI) pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak, Program irnunlsasl untuk penyakitpenyakit yang dapat dicega}l denqan imunisasi (PD31) pada anak yang dicakup dalam PPI adalah satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, empat kali imunisasi polio, satu kali imunisasi campak dan tiga kali imunisasi Hepatitis B (HB). lmunisasi BCG dlberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; imunisasi polio pada bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu, imunisasi DPT/HS pada bayi umur dua, tiga, empat bulan dengan interval minimal empat minggu, dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan. Dalam Riskesdas, informasi tentang cakupan tmunisasl ditanyakan pada ibu yang mempunyai balita umur 0 - 59 bulan. lnformasi tentang imunisasi dikumpulkan dengan tiga cara yaitu: Wawancara kepada ibu balita atau anggota rumah-tangga yang mengetahui, Catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), dan Catatan dalam Buku KIA. Bila salah satu dari ketiga sumber tersebut menyatakan bahwa anak sudah diimunisasi, disimpulkan bahwa anak tersebut sudah diimunisasi untuk jenis tersebut. Selain untuk tiap-tiap jenis imunisasi, anak disebut sudah mendapat imunisasi lengkap biia sudah mendapatkan semua jenis irnunlsasi satu kali BCG, tiga kali DPT, tiga kali polio, tiga kali HB dan satu kali imunisasi campak. Oleh karena jadwal tiap jenis irnunisasi berbeda, cakupan imunisasi yang dianalisis pada anak usia 12 - 59 bulan. Cakupan imunisasi pada anak umur 12 - 59 bulan dapat dilihat pada empat tabel (Tabel 3.4.1.1 std Tabel 3.4.1.2.). Tabel 3.4.1.3 dan Tabel 3.4.1.4 menunjukkan tiap jenis imunisasi yaitu BCG, tiga kali polio, tiga kali DPT, tiga kali HB,. dan campak menurut provinsi dan karakteristik. Tabel 3.4.1.3 dan 3.4.1.4 adalah cakupan .irnunisasi lengkap pada anak, yang merupakan gabungan dari tiap jenis imunisasi yang didapatkan oleh seorang anak. Tidak semua balita dapat diketahui status imunisasi (missing). Hal irii disebabkan karena beberapa alasan, yaitu ibu lupa anaknya sudah diimunisasi atau belum, ibu lupa berapa kali sudah dlimunisasi, ibu tidak mengetahui secara pasti. jenis irnunisasi, catatan dalam KMS tidak lengkap/tidak terisi, catatan dalam Buku KJA .tldak lengkfipltidak .teris], tidak dapat menunjukkan KMS/ Buku KIA karena hilang atau -tidak disimpan oleh ibu, subyek. yang ditanya tentang imunisasi bukan ibu balita, atau ketidakakuratan pewawancara saat proses wawancara dan pencatatan.
47
Tabel 3.4.1.1 Persentase Anak Umur 1.2-59 Bulan yang Mendapatkan lmunisasi Casar menurut Kabupaten/Kbta di ProvinshSumatera Selatan, Riskesdas 2007 Jenis lrnunlsasl Kabupaten/kota Ogan Komering Utu Ogan Komering llir
BCG
HB3
Campak
70,6 84,'3 62,3 41,7 83,2 77,5
44,4 84,8 80,0
81,2 72,4 86,7 82,1
78,3 61,3 64,9
61,3 61,6 63,5
90,3 84,8
Pagar Alam Lubuk Linggau
90,5 90,6 98,8 96,4 97,7 93,1
90,5 88,2
80,0 92,7 83,3
86,5 59,5 81,3
92,6 97,6 92,8
Sumatera Selatan
87,0
74,1
70,9
63,8
86,8
Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Paiernbang Prabumulih
91,5 84,7
94, 1 66,9
DPT3 92,0 68,2 58,4 77,5 61,7
Muaraenim La hat Musi Rawas
94,5 87,5 78,6 98,0 60,0 3·2,3
POLIO 3
90,8 63,2
96,9 90,0
59,7 66,7
81,4 97,5
49,2 44,3
75,2
71,3 62,4
71,4 90,0 88,5
89,0
Secara keseluruhan, cakupan imunisasi menurut jenisnya yang tertinggi sampai terendah adalah untuk BCG (87,0%), campak (86,0%), polio tiga kali (74, 1%), DPT tiga kali (70,9%) dan terendah hepatitis B (63,8%). Persentase cakupan imunisasi BCG yang paling tinggi adalah di Kabupten Kota Palembang (98,8%) •. dan yang palfng rendah adalah di Kabupaten Musi Rawas (60,0%). Cakupan muhisasi Polio '3 yang paling tinggi adalah pada Kabupten Ogan komering ulu (94, 1%), dan yang paling rendah Musi banyuasin (41,7%), Cakupan imunisasi Polio 3 yang paling tinggi adalah di Ogan komering ulu ·(-94-,1 %), dan yang paling rendah adalah di Kabupaten Musi Rawas (62,3%), Cakupan imunisasi DP3 yang paling tinggi adalah di Kabupaten Kota pagar alam (90,5%), dan yang paling rendah adalah di Musi Banyusin J44,4%). Untuk mempercepat eliminasi penyakit polio di seluruh dunia, WHO membuat rekomendasi untuk melakukan Pekan h'nunisasi Nasional (PIN). Indonesia melakukan PIN dengan memberikan satu dosis polio pada bulan September 1995, 1996, dan 1997. Pada tahun 2002, PIN dilaksanakan kembali denqan menambahkan imunisasi campak di beberapa daerah. Setelah adanya kejadian luar biasa (KLB) acute flacid paralysis (AFP) pada tahun 2005, PIN tahun 2005 dilakukan kembali dengan memberikan tiga kali/ dosis polio saja pada bulan September, Oktober, dan November. Pada tahun 2006 PIN diulang kembali dua kali/ dosis polio saja yang dilakukan pada bulan September dan Oktober 2006. Dengan adanya PIN tersebut, frekuensi imunisasi polio bisa !ebih dari seharusnya. Tetapi WHO menyatakan bahwa polio sebanyak tiga kali cukup memadai untuk imunisasi dasar polio.
48
Cakupan imunisasi hepatitis 8, yaitt..1 jehis imunisasi yang diprogramkan terakhir, paling tinggi adalah di Kabupaten Ogan komering ulu (90~8), dan yang :paling rendah Musi -oanyuasin (44,3%). lmunisaslhepatitis.B awalnya dlberikan terpisah dari DPT. Tetapi sejak tahun 2004 hepatitis B 'dlsatukan dengan. pemberian· DPT menjadi DPT/HB yang didistribusikan untuk 20 % target, tahun 2005 untuk 60% target, dan tahun 2006 rhencakup 100% target OPT/HB.'Walaupun vaRsin DPT/HS sudah didistribusikan untuk seluruh target, tetapi pelaksanaan di daerah dapaf berbeda tergantung darr stok. vaksin.DPT dan HB yang masih terpisah di tiap daerah. Untuk imunisasi campak , cakupan imunisasi campak yang paling tinggi adalah di Kabupaten Kota pagar alam (97,6) dan yang paling rendah Musi banyuasin (71 ,4%), Tabel 3.4.1.2 Persentase Anak Umur 12-59 Bulanyanq Mendapatkan lrnunlsasl Dasar menurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, \ Riskesdas 2007 Karakteristik responden Kelompok umur (bulan) 12 - 23 24-35 36-47 48- 59 Jenis kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah SD tidak tamat SD tamat SMP tamat SLTA tamat SLTA+ Pekerjaan Tidak bekerja lbu rumah tangga PNS/Polri/TNI Wiraswasta/swasta Petani/buruh/nelayan Lainnya Tempat tinggal Kota Des a Tingkat pengeluaran per kaplta Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
Tabel 3.4.1.3 menunjukkan orangtua dan daerah.
Jenis imunisasi BCG
P0LIO 3
DPT3
HB3
Campak
91,4 88,2 85,1 84,9
77,8 72,7 72,2 74,3
73,4 71,5 71,9 67,2
69,2 63,5 63,3 60,6
88,9 87,7 87,6 83,2
87,1 86,9
75,3 72,6
69,0 72,9
65,5 61,9
87,0 86,3
81,3 78,3 83,9 92, 1 94,0 96,7
56,8 70, 1 69,8 78,8 81,2 87,1
55,3 61,4 69, 1 74,1 79,8 84,4
41,0 53,8 60,2 67,0 75,5 80,2
75,6 77,6 83,7 91,0 93,7 98,9
94,9 100,0 80,0 96,3 90,1 85,3
79,4 100,0 80,0 87,7 80-,3 71,4
,73,5 100,0 80,0 84,6 73,9 69,0
65,6 100,0 80,0 79,7 71,0 60,2
90,6 100,0 80,0 98,0 91,5 84,1
92,0 85,8
84,6 71,5
82,9 68,0
77,7 60,5
92,5 85,3
65,6 100,0 80,0 79,7 71,0
70,6 73,3 77,4 80,3 86,4
69,1 72,6 68,2 79,2 78,1
60,7 60,8 67,3 73,3 75,3
84,3 86,3 88,5 90,4 94,0
cakupan tiap jenis imunisasi
rnenurut karakteristik
anak,
Dapat diketahui Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Umur 12- 59 Bulan Menurut Karakteristik umur. Cakupan imunisasi dasar yang paling tinggi adalah pada anak kelompok umur 12-59 bulan al: BCG (91,4%), Polio 3 (77,8%), DPT 3 (73,4%), HB 3 (69,2), dan
49
Campak (88,9%). Sedangkan cakupan imunisasi dasar yang paling rendah sebagian besar terdapat pada kelompok umur 48-59 bulan al: BCG (84,9%), DPT 3 (67,2%), HB 3 (60,6%), dan Campak (83,2%), Khusus untuk imunisasi polio 3 cakupannya paling rendah pada kelompok umur '36-47 bulan (72,2%).Bila dllihat.berdasarkan jenis kelamin, maka sebagian besar , kecuali DPT 3 cakupan imunisasi dasar anak umur 12"'59 bulan paling tinggi pada anak laki-laki dan paling rendah pada anak perempuan. Pada anak laki-laki cakupan imunisasi BCG·(87,1%), Polio 3 (75,3%), HB 3 (65,5%), dan campak (87,0%). Khusus untuk imunisasi DPT 3 cakupannya paling tinggi pada anak perempuan (65,5%). Cakupan imunisasi dasar anak umur 12-59 bulan berdasarkan tingkat pendidikan KK Cakupan untuk semua jenis tmunlsasi dasar yang paling tinggi adalah .pada ·KK yang berpendidikan SLTA ke atas (PT) yaitu: BCG (96,7%), Polio 3 (87,1%), DPT 3 (8,4,4%), HB 3 (80,2%), dan campak (98,9%). Cakupan imunisasi dasar anak umur 12-59 bulan yang paling rendah adalah sbb: qntuk irnunlsasi BCG pada KK yang pendidikan tidak tamat SD (78,3%)1 Polio 3 pada Kt< yapg tidak sekol'ah '(56',8<>,(o}, DPT3 pada KK yang tidak sekolah (55,3%), HB 3 pada KK yang tidak sekolah (41,0%) dan campak pada KK yang tidak sekolah (75,6%). Bila dilihat berdasarkan pekerjaan KK cakupan imunisasi dasar anak umur 12-59 bulan paling tinggi pada kelompok pekerjaan -KK sebagai lbu RT yaitu: BCG (100%) Polio 3 (100%), DPT 3 (100%), HB 3 (100%), dan campak (100%). Sedangkan cakupan imunisasi dasar anak umur 12-59 bulan yang paling rendah bervariasi. Cakupan imunisasi BCG yang paling rendah terdapat pada KK yang pekerjaannya sebagai PNS/PolriffNI (80,0%), Cakupan imunisasi Polio 3 yang paling rendah terdapat pada kelompok KK yang pekerjaan lainnya (71,4%). Cakupan imunisasi OPT 3 yang paling rendah terdapat pada kelompok KK yang pekerjaan lainnya (69,0%). Cakupan imunisasi Campak yang paling rendah terdapat pada kelompok KK yang pekerjaan PNS/POLRlffNI. Cakupan imunisasi dasar di perkotaan untuk imunisasi BCG (92,0%), POLIO 3 (84,6%), DPT 3 (82,9%), HB3 (77,7%) dan Campak (92,5%). Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, maka cakupan imunisasi dasar paling tinggi di daerah perkotaan di bandingkan dengan perdesaan. Cakupan imunisasi BCG paling tinggi kelompok yan tingkat pengeluaran perkapita nya berada pada kuintil -2 (100,0%) dan paling rendah pada kuintil 1 (65,6%). Cakupan imunisasi POLIO 3 paling tinggi pada kelompok yang tingkat pengeluaran perkapita nya berada pada kuintil -5 (86,4%) dan paling rendah pada kuintil-t (70,6%). Cakupan imunisasi OPT 3 paling tinggi pada kelornpok yang tingkat penqeluaran perkapita nya' berada pada kl.1intil-4 (79,2%) dan paling rendah pada kuintil-1 (65,6%). Cakupan imunisasi HB 3 paling tinggi pada kelompok yang tingkat pengeluaran perkapita nya berada pada kuintil-5 (75,3%) dan paling rendah pada kuintil-1 (60,7%). Cakupan imunisasi campak paling tinggi pada kelompok yang tingkat pengeluaran perkapita nya berada pada kuintil-5 (94,0%) dan paling rendah pada kuintil-1 (84,3%).
50
.. Tabel 3.4.1:3 Persentase Anak Umur 12-59 Bulan. yan9 Mendapatkan lmunisasi Dasar menurut Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Imunisasl dasar'
Kabupaten/Kota Lengkap Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muaraenim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumufih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
Tidaklengka~
Tldak sama sekali
73,9 35,9 28,5 39,6 32,1 22,2 43,9 40,5 44,8
22,5 52,5 58,5 60,4 44,2
46,9 54,8 64,9 43,2, 63,5
46,3 44,0 31,6 54,5 32,4
8,2 6,8 1,2 3,5 2,3 4,1
41,3
49,2
9,5
62,9 47,7 52,4 47,0
3,6 11,6 13,0 0,0 23,7 14,9 8,4 7, 1
Catatan: lmunisasi lengkap: BCG, DPT minimal 3 kali, Polio minimal 3 kali, Hepatitis 8 minimal 3 kali, Campak, menurut pengakuan atau catatan KMS/KIA.
Tabel 3.4.1.3 Dapat diketahui bahwa provinsi Sumatera Selatan persentase jenis imunisasi yang lengkap (41.3%),tidak lengkap (49,2%),.dan tidak diimunisasi sama sekali (9,5%). Persentase cakupan imunisasi lengkap paling tinggi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (73,9%) dan terendah di Kabupaten Muaraenim (28,5%). Persentase cakupan imunisasi tidak lengkap paling tinggi di Kabupaten Musi Banyuasin (62,9%) dan terendah -di Kabuj:>aten Ogan Komering Uhr- (22,5%). Persentase cakupan tidal< di imunisasi sama sekali paling tinggi di Kabupaten Musi Rawas (23,7%) dan terendah di Kabupaten kota Palembang(1,2%).
51
Tabet 3.4.1.4 Persentase Anak Umur 12-598ulan yang Mendapatkan lmunisasi Dasar·menurut Karakteristik Resp-ondeo.di Provinsi Sumatera Selatan, ' t "Riske~das:2007; Karakteristik responden Jenis· kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan KK Tidak bekerja lbu rumah tangga PNS/POLRl/TNI Wiraswasta Petani/nelayan/buruh Lainnya Tingkat pengeluaran Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Lengkap
lmt.hlisasi dasar TiClak lengkap
Tidaksama sekali
42,8 39,8
47,6 50,9
9,6 9,3
52,8
42,8
38,5
50,7
4,4 10,8
25,5 35,4 38,9 41,2 51, 1 57,3
58,8 47,7 48,7 54,3 44,5
45,0 100,0 80,0 56,7 45,8
52,5 0,0 0,0 41,5 49,4
38,6
49,8
42,0
45, 1 51, 1 56,9 40,3 42,0
40,6
15,7 16,8 12,4 4,5 4,5 2,1 2,5 0,0 20,0 1,8 4,8 11,7
per 38,2 38,5 52,7 54,5
12,9 t0,8 4,5 7,1 3,4
Catatan: lmunisasi lengkap: BCG, OPT minimal 3 kali, Polio minimal 3 kali, Hepatitis B minimal 3 kali, Campak, rnenurut pengakuan atau catatan KMS/KtA.
Tabel 3.4.1.4 menunjukkan cakupan imunisasi lengkap menurut karakteristik anak, keluarga dan daerah. Oapat di lihat bahwa persentase cakupan imunisasi lengkap anak umur 12-59 bulan paling tinggi diperkotaan (52,8%), dibandingkan dengan perdesaan (38,5%). Sedangkan untuk imunisasi tidak lengkap cakupannya paling tinggi di perdesaan (50,7%) dibandingkan dengan perkotaan (42,8%). Persentase cakupan tidak diimunisasi sama sekali paling tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan (4,4%).
52
Berdasarkan jehfs•kelamin, pada-artaktaki-lakl persentase cakupan lmunlsasi lengkap paling tinggi (42,8o/o), dioaridirigkan denqan peref11puroii(39,8%). Perseritase cakupan imunJsasi tidak lengkap paljng tinggi pada anak perempuan (50,9%) dibandingkan anak laki-laki. Persentase cakupan' tidak peroah sama .sekali dllmunlsasl paling tinggt pada anak laki-laki (9,6%) dibandinqkan perempuan (9,-3%) Persentase cakupan imunisasi lengkap paling tinggi terdapat pada kepala keluarga (KK) yang berpendidikan perguruan tinggi (lebih dari SMA) (57,3%).dan palil'lg rendah pada KK yang tidak sekolah (57,'3%). Persentase cakupan irhunisasi tidak lengkap paling tinggi terdapat pada kepala keluarga (KK) yang tidak sekolah (57,3%) dan paling rendah pada KK yang berpendidikan perguruan tinggi (lebih dari SMA) (40,6%). Persentase cakupan tidak imunisasi sama sekali paling tinggi terdapat pada kepala keluarga (KK) yang berpendidikan tidak tamat SD (16,8%) dan paling rendah pada KK yang berpendidikan pergurllan tinggi (lebih dari SMU) (2, 1 %). Persentase cakupan imunisasi lengkap paling tinggi terdapat pada KK yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga (100,0%) dan paling rendah pada KK'yang pekerjaannya lainnya (38,6%), Persentase cakupan imunisasi tidak lengkap paling tinggi bekerja (52,2%) dan paling rend~h pada KK yang pekerjaan
terdapat
pada
KK yang tidak
sebaqai wiraswasta (41,5%),
Persentase cakupan imunisasi tidak sama sekali paling tinggi terdapat pada KK yang pekerjaannya sebagai PNS/POLRl!TNI (20,0%) dan paling rendah pada KK yang pekerjaan sebagai wiraswasta/swasta (1,8%), Persentase .cakupan lmunisasi lengkap paling tir;ggi ferdapat pada kelo~pok kuintil-5 (54,5%) dan dan paling rendah pada kelompok kuiptill-2~ (38,2). Persentase cakupan imunisasi tidak lengkap paling tinggi terdapat pada .kelornpok kuintil-3. (56,9%) dan dan paling rendah pada kelornpok kuintill-4 (40,3%). Persentase cakupan imunisasi tidak sama sekali paling tinggi terdapat pada kelompok kuintil-1 (12,9%) dan dan paling rendah pada kelompok kuintill-5 (3,4%). 3.4..2
Pemantauan Pertumbuhan Balita
Pemantauan pertumbuhan balita sanqat, pentlnq dila1'<1ukan untuk mengetahuj adanya harnbatan pertumbuhan (groWth. fG1lt13ring) secara dini. Untuk menget~hui perturnbuhan tersebut, penimbangari balita setiap bulan sangat diperlukan, Penimbangan balita, dapat dilakukan di berbagai tempat seperti posyandu, polindes, puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain. Dalam Riskesdas 2007, ditanyakan frekuensi penimbangan dalam 6 bulan terakhir yang dikelompokkan menjadi "tidak pernah ditimbang dalam 6 bu Ian terakhir", ditimbang 1-3 kali yang berarti "penimbangan tidak teratur", dan 4-6 kali yang diartikan sebagai "penimbangan teratur". Data pemantauan pertumbuhan balita ditanyakan kepada ibu balita atau anggota rumah tangga yang mengetahui. Tabel 3.4.2.1 Pada Tabel 3.4.2.1 terlihat bahwa secara keseluruhan dalam enam bulan terakhir balita yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih), ditimbang 1-3 kali dan yang tidak. pernah ditimbang berturut-turut 31,5%, 28,9%, dan 39,6%. Cakupan penimbangan rutin bervariasi menurut kabupaten/kota dengan cakupan terendah di Lubuk Linggau (13, 1 %) dan tertinggi di Lahat (57,6%).
53
label 3.4.2.1 Pe.rsentase Balita menurut Fr;e~u,e.nsi,Penimbangan Enam Bulan Terf!~hir Kabupaten/t(ot~"di Provlnsl sumatere setatan, Riskesdas
Kabupaten/kota
Frekuensi penimbangan· · ' • ~ 4 kall 1-3 kali -T1da~pernah
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muaraenim
49.,5 27,3 28,2
Lahat Musi Rawas
57,6 19,9
Musi Banyuasin Banyuasin
19,4 34,6 31,9
-!
OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Ling~au
Sumatera Selatan
48,5 22,1 18,2 41,2 45,0 13, 1
31,5
15,..5 21,4 34,4 18,8 24,7
35, 1 51,3 37,4 23,5 55,5 26, 1
54,5 30,9 17,4 28,8
50,7 22,7
27,9 36,4 27,5 32,5 31, 1
50,0 45,5 31,4 22,5 55,7
28,9
39,6
~4.~
Tabel 3.4.2.2. Cakupan penimbangan balita menurut karakteristik anak, rumah tangga dan daerah dapat dilihat pada Tabel 3.4.2.2. Ter1ihat ada kecenderungan makin tinggi umur anak, makin rendah cakupan penimbangan rutin (2: 4 kali), kecuali untuk kelompok umu'r 36-47 bulan. Sebaliknya semakin tinggi umur' anak 'sernakin tinggi pula perseritase anak yang tidak pernah ditimb'ang. , · Cakupan penimbangan balita tidak berbeda antar jenis kelamin, tetapi sedikit berbeda menurut tipe daerah dengan cakupan penimbangan empat kali atau lebih dalam enam bulan terakhir sedikit lebih tinggi di daerah perkotaan (36,8%) dibanding. dldaerah perdesaan (30, 1 %). Tidak ditemukan adanya tren hubungan antara cakupan penimbangan rutln (~ 4 , Kali dalam 6 bulan) dengan tingkat pendidikan kepala l<eluarga, sebaliknya terlihat adanya lren 'hubunqan positif untuk cakupan penimbanqan balita den'gan tingkat pengeluafan per kapita. sampai di kuintil 4.
54
label. 3.4.2.2 Persentase Balita menurutFrekuensl Penlmbanqan Enam Bulan Terakhir dan Karakteristik .Responden_ di P~o'vinsiSumatera Selatan, Risk~das 2007 Karakteristik responden Umur (bulan) 6 - 11 12-23 24-35 36-47 48-59 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak seko!ah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan KK Tidak bekerja !bu rumah tangga PNS/POLRl/TNI Wiraswasta Petani/nelayan/buruh Lainnya Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Frekuensi penlmbangan (kali) 1-3 kali Tidak ~ 4 kali pernah 10,4 24,8 46,5 53,8 59,9
23,5 35,5 29,7 . 20,7 20,5
66,1 39,7 23,8 25,5 19,6
40,9 38, 1
27,6 30,4
31,5 31,5
53,8 44,4 40,4
25,6 21,0
20,5 34,6
29,7 25,2 35,3
29,9 36,3 32,5 25,4
38,5 32,2 44,8
29,9
29,0 66,7 34,9 38,5 40,1 27,8
22,6 8,3 32,6 28,3 28,9 22,2
25,0 32,6 33,2 31,0 50,0
35,0 40,7
28,2 29,1
36,8 30, 1
44,5 42,6 34,9 37,7
25,4 26,8 33,4 29, 1 31, 1
30, 1
35,8
55
48,4
30,5 31,6 33,1 33,1
'
Tabel 3.4.2.3 Pada tabel 2.2.3 terlihat bahwa posyandu secara ~~seluruhan rnerupakan tempat yang paling banyak dikunjungi untuk penimbangan ballta-yaltu sebesar 66,1%. Posyandu sebagai sarana penimbangan balita paling banyak terdapat di Ol
RS
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin
12,7 5,9 9,7 3, 1 3,0 1,0 22,2
OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
0,0 0,0 4,2
Sumatera SeIatan
Temeat eenimbangan anak Puskesmas Polin des Pos~andu 9,5 6,7
1,6 10,9
18.4 13,8 1,5
5,8 26,2
74,6 68, 1 65,0 56,9
Lainny:a 1,6 8,4 1,0 0,0 3,0 11,7 4,0
3,0 3,9 0,0
89.4 47,6
8,8 ,8 4,2 11,6 2,9 21,9 0,0
76,5 94,5 66,7
2,3 2,9 3,1 3,6
3, 1 22,2 46,5 22,9 3, 1 14,3
11,6 62,9 68,8 64,3
2,9 1,6 2,8 27,9 8,6 3, 1 17,9
6,4
15,6
6,2
66,1
5,6
35,9 17,5 11,8
56,3
Tabel 3.4.2.4 Tabel 3.4.2.4 menunjukkan tempat penimbangan balita menurut karakteristik anak, rumah tangga, dan tipe daerah. Pada tabel tersebut terlihat bahwa untuk tempat penimbangan balita posyandu ada pola kecenderungan semakin bertambah umur balita semakin berkurang balitayang menimbang di posyand, sebaliknya di RS semakin bertambah umur balita semakin banyak yang menimbang di RS.Baik di posyandu maupun di RS lebih banyak balita perempuan yang datang menimbang. Menurut tipe daerah persentase penimbangan balita di RS lebih banyak di perkotaan dari pada di perdesaan. Namun sebaliknya persentase penimbangan di puskesmas, polindes dan posyandu lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan. Ada hubungan negatif antara tingkat pendidikan kepala keluarga persentase penimbangan balita di posyandu Persentase penimbangan di posyandu pada balita dengan kepala keluarga yang bekerja sebagai ibu rumah tangga atau bekerja lainnya lebih tinggi dari pada kepala keluarga dengan jenis pekerjaan yang lain. Tidak terlihat adanya hubungan antara tingkat pengeluaran perkapita keiuarga dengan persentase penimbangan balita di posyandu.
56
.,
Tabel 3.4.2:4· )
Persentase Balita menurut'Tempat Penlmbangan Enam Bulan Terakhir dan Karakteri~.tik R~spo.nden di Provlnsl Slamatera Selatan, Riskesdas 2007 Karakteristik respond en (
Umur (bulan) 6 -11 12-23 24-35 36-47 48-59 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan KK Tidak bekerja lbu rumah tangga PN S/POLRl/TNI Wiraswasta Petani/nelayan/buruh La inn ya Tingkat pengeluaran per Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuinti( 4 Kuintil 5
RS
Tempat penimbangan anak Polindes Puskesmas P6s~andu
Lainn~a
76,0 66,0 62,0
3,6 5,5 6,0
66,5 57,3
4,5 7,3
8,3 4,7
64,3 68,0
6,3 4,7
15,2 15,7
5,4 6,7
59,8
7,6
67,9
5, 1
0,0
27,8
11, 1
4,8 6,4 5, 1
17,9 14,6 13,7
6,9 5,0 7.6
7,0 7,7
"18,5 10,3
5,3 17,9
61, 1 69,0 69, 1 67,5 63,0 48,7
0,0 1,4 5,0 6, 1 6,2 15,4
9,5 0,0 3,6 8,9 5,3 4,0
28,6 0,0 23,2 16,3 15, 1
9,5 0,0 14,3 5,4 6,2 8,0
52,4 100,0 53,6
0,0 0,0 5,4
60,6 68,8 80,0
8,9 4,6 0,0
6,3 4,5
17,9
6,3 6,3
65,2 71,7
4,3 3, 1
9,3 4;4 5,5
65,3 66,3 59,8
6,5 8,3 6,7
3,6 4,7 7,6
10,8 18,2 20,7
7,7 8,9
14,2 13,7
3,8 7,1 12,9
5,0 7,7
16, 1 15,0
12, 1 4,6
6,9 6,3 7,3
6,0 5,5
8,0
14} 12,0 14,6 20,7
Tabel 3.4.2.5 Tabel 3.4.2.5 menunjukkan kepemlllkan KMS menurut kabupaten/kota di mana secara keseluruhanhanya 23,6% balita yang mempunyai KMS dan dapat menunjukkan, sedangkan 49,6% mengatakan punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkan. Sisanya sebesar 26,8% tidak mempunyai KMS. Kepemilikan KMS dan dapat menunjukkan bervarisasi menurut kabupaten/kotaterendah di OKU Selatan (11,2%) dan tertinggi di Palembang (46,7%).
.
57
Tabel 3.4.2.5 Persentase Balita Menurut KepemilikanKMS dan Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumj!t~ra.s.elatan,· Riskesdas 2007 Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lah at Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
1
Kepemilikan KMS* 2
3
22,6 22,4
54,7 55,9
22,6 21,7
13,6 27,6 30,1
53,9 44,9
32,6 27,6 31,3
25,9 25,6 11,2 16, 1 23,6 46,7 41,8 25,0 27,5
23,6
Sumatera Selatan
38,6 26,4 58,5 69,6 44,6
47,8 15,9
19.Z
55,9 32,2 50,9
39,2 20,5 21, 1 7,3
61.4 40,6
13,6 31,9
49,6
26,8
* Catatan : 1 :;; Punya KMS dan dapat menunjukkan 2 Punya KMS, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain 3 Tidak punya l<MS
= =
Tabel 3.4.2.6 Ditinjau dari karakteristik anak, rumah tangga dan tipe daerah, seperti terlihat pada Tabel 3.4.2.6, menurut jenis kelamin persentase kepemilikan KMS menunjukkan lebih besar pada laki-laki (24, 1%) daripada perempuan (23,0%) .. Ada hubungan negatif antara kelompok umur dengan persentase kepemilikan KMS ( Punya KMS dan dapat menunjukkan) mulai umur balita 11 bulan keatas, Memiliki KMS tetapi tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain, menunjukkan peningkatan sampai umur balita 35 bulan, dan setelah itu terjadi penurunan .. Balita tidak punya KMS meningkat seiring_ dengan bertambahnya umur balita, sejak- umur 5 bulan ke atas,semakin bertambah umur ISalita semakin berkurang persentase kepemitikan KMS. Menurut tipe daerah, di perkotaan persentase kepemilikan KMS (27, 1 %) lebih tinggi dibandingkan daerah .perdesaan (22,8%). Sedangkan menurut karakteristik rumah tangga terlihat bahwa ada tren hubungan positif antara pendidikan kepala keluarga dengan kepemilikan KMS kecuali pada kepala keluarga SLTA keatas (perguruan tinggi .Menurut tingkat pengeluaran per kapita tidak ditemukan·adanya tren hubungan -denqan persentase kepemilikan KMS. Kepemilikan KMS persentase terendah menurut pekerjaan kepala keluarga terdapat pada kepala keluarga yang tidak bekerja.
58
Tabel 3.4.2.6 Persentase Balita Men'urJJtKepemilikan :KMS'dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Karakteristik
1
Keeemilikan KMS* 2
3
Umur (bulan)
0- 5 6 -11 12-23 24-35 36-47 48-59 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah Perkolaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan KK Tidak bekerja lbu rumah tangga PNS/POLRl/TNI Wiraswasta Petani/nelayan/buruh Lainnya Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 * Catatan : 1 2 3
= Punya
41.9 46,1 29,5 18,0 15,4 12,0
28.8 36, 1 49,2 57,5 55,0 51,9
29.3 17,8 21,3 24,5 29,7 36, 1
24,1 23,0
48,0 51,2
27,8 25,8
27, 1
22,8
53, 1 48,6
19,8 28,6
8,2 19,9 23,5 24,3 29, 1 24,4
44,3 48,4 47, 1 52,5 50,0 54,7
47,5 31,7 29,4 23,3 20,9 20,9
20,5 27,3 28,6 29,6 21,9 27,3
50,0 27,3 55,2 47,6 49,7 38,6
29,5 45,5 16,2 22,9 28,4 34,1
22,0 20,9 24,1 28,4 23,3
48, 1 51, 1 50,1 46,0 53,1
29,9 28,0 25,7 25,6 23,6
KMS dan dapat menunjukkan
= Punya KMS, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain = Tidak punya KMS
59
Persentase Kepemilikan
Tabel 3.4.2.7 Buku:KIA pada Eralita Menurut Kabupaten/Kota :Sumatera.Selatan, Riskesdas. ·2007 Kepemlllkan
Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan lfir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
buku KIA*
2 8,5 12, 1 1,6 6,2
28,3 24,2 38,4
3 63,2 63,7
18,6 19,4 12,4
60,1 75,3 73, 1 81,2
34,9 34, 1 17, 1
55,8 61,1 78.1 77,0 97,7
1I (\ 7 v1 ~
17,4 2,3 17,9
"7 • A I 1,-T
11,4 17,4
38,6 39,1
50,0 43,5
7,4 6,4 9,3 4,8 4,8 5,6 0,0
di Provinsi
25,0 67,8 7,1 Punya Buku KIA dan dapat menunjukkan Punya Buku KIA, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain Tidak punya Buku KIA
Sumatera Selatan • Catatan:
1 2 3
= = =
Tabel 3.4.2.7 Pada Tabel 3.4.2.7 menunjukkan kepemilikan Buku KIA secara keseluruhan lebih rendah dari kepemilikan KMS yaitu sebesar 7, 1 %. Kepemilikan buku KIA tersebut bervariasi antar kabupaten/kota dengan cakupan terendah di Palembang (0,0%) dan tertinggi di Lubuk Linggau (17,4%).
60
-'fabel
3.4.2.8
Sebaran Balita Menurut Kepemilikan Buku,KIA dan Katakferistik Responden di Provinsi Sumatera Selatan;'Riskesdas~2Q07 '
Kepemilikari buku KIA* 1 2 3
Karakteristik Umur (bulan)
0- 5 6- '11
20,5 10,9 6,8 5,8 5,4 2,5
14,2 25,9 31,5' 27,9 27,7 16,5
6,5,3 63,2 61,7 66,3 66,9 81,0
12-23 24-35 36-47 48-59 Jenis kelamin Laki-laki 71,0 5,7 23,3 Perempuan 8,9 26,9 64,2 Tipe daerah Perkotaan 5,7 23,3 71,0 Perdesaan 26,9 8,9 64,2 Pendidikan KK Tidak sekolah 0,0 26,2 73,8 Tidak tamat SD 5,6 22,4 72,1 Tamat SO 6,3 24,3 69,4 Tamat SMP 8,3 26,5 65,3 Tamat SMA 9,9 25,4 64,7 Tamat PT 8, 1 33,7 58,1 Pekerjaan KK 61,4 Tidak bekerja 11,4 27,3 lbu rumah tangga 8,3 0,0 91,7 PNS/POLRl/TNI 8,6 23,8 67,6 Wiraswasta 9,8 27,0 63,2 Petani/nelayan/buruh 24,9 6,2 68,9 Lainnya 11,4 18,2 70,5 Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 5,6 24,8 69,5 Kuintil 2 7,6 23,3 69,0 Kuintil 3 6,4 27,8 65,8 Kuintil 4 7,8 25, 1 67,1 Kuintil 5 8,8 23,8 67,4 * Catatan : 1 Punya Buku KIA dan dapat menunjukkan 2 = Punya Buku KIA, tidak dapat menunjukkan/ disimpan oleh orang lain 3 Tidak punya Buku KIA
= =
Tabel 3.4,2,8 Pada Tabel 3.4,2,8 kepemilikan Buku KIA dirinci menurut karakteristik anak, rumah tangga dan tipe daerah,Ditemukan adanya tren hubungan yang negatif antara Cakupan Buku KIA dengan kelompok umur, semakin bertambah umur balita semakin berkurang persentase kepemilikan Buku KIA , Menurut jenis kelamin persentase kepemilikan buku KIA lebih banyak pada balita perempuan (8,9%) daripada balita laki-laki (5,7%), Menurut tipe daerah kepemilikan Buku KIA lebih banyak pada balita perkotaan (9,4%) daripada balita di perdesaaan(6,7%), sedangkan menurut pekerjaan kepala keluarga dan tingkat pengeluaran perkapita keluarga tidak ditemukan adanya tren hubungan dengan persentase kepemilikan Buku KIA, 3.4.3 Distribusi Kapsul Vitamin A Kapsul vitamin A diberikan setahun dua kali pada bulan Februari dan Agustus, sejak anak berusia enam bu Ian, Kapsul merah (dosis 100,000 IU) diberikan untuk bayi umur 6 - 11 61
bulan dan kapsul biru (dosis 200,000 IU) untuk anak umur 12 - 59 bulan, Secara keseluruhan cakupan distribusi kapsul vitamin A untuk anak umur 6 - 59 bulan sebesar .62,8% .seperti terlihat dalarn, ;-abel .. 3.4.3,9~. Cakapan tersebut r barvariasl antar kabupaten/kota dengan cakupan-terendah di.Lubuk Linggau (38,3%) dan tertinggi di Ogan Komering Ulu-(74,0%), Tabel 3.4.3.10 menunjakkan perbedaan cakupan distribusi kapsul vitamin A menurut karakteristik anak, rumah tangga dan tipe daerah, terdapat variasi, Tampak adanya pola kecenderungan negatif cakupan pemberian kapsql vitamin A menurut umur, Sedangkan menurut jenis kelamin anak nampak adanya perbedaan balita perempuan (65, 1 %) lebil;l tinggi daripada balita laki-laki (60,7%), Cakupan lebih tiriggi terdapat di perkotaan (68, 1 %) dibandinqkan dengan di perdesaan (61,5%),Bila qilihat menurut pendidikan, pekerjaan kepala keluarga dan tingkat pengeluaran per kapita, terlihat tidak adanya hubungan dengan cakupan kapsul vitamin A,
Tabel 3.4.3.1 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan.Rtskesdas Kabupaten/kota
Menerima kapsul vitamin A
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Paqar Alam
74,0 62,1 63,1 68,8
59,9 61,6 68,6 47,0
66,9 69,3 40,3 74,0 73,2
Lubuk Linggau
38,3
Sumatera Selatan
62,8
62
,..
Tab.el~.,4.3.2
.
1-
,
J
••
...,
Persentase.Anak UJT1ur 6-59 Bulan yangJVlenerima~ctpsul Vjjamin A rnenurut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Karakteristik
Menerima kapsul vitamin A
Umur (bulan)
6 -11 12-23 24-35 36-47 48-59
71,4 68,8
62,1 61,8 53,4
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak sekolah Tidal< tamat SD
60,7 65,1 68,1
61,5 42,6 55,9 59,9 62,8
Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan KK Tidak bekerja lbu rumah tangga PNS/POLRl/TNI Wiraswasta
62,6
60,5 61,4
50,0 54,7 65,8
58,5
Petani/nelayan/buruh Lainnya Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4
67,4
55,8 65,0 61,9 66,0 . 66,7
Kuintil 5
3.4.4
Cakupan Pelayanan Kesehatan lbu dan Anak
Dalam Riskesdas 2007, dikumpulkan data tentang _pemeri,ksaan kehamilan, jenis pemeriksaan kehamilan, ukuran bayi lahir, penimbangan bayi lahir, pemeriksaan neonatus pada ibu yang mempunyai bayi, Data tersebut dikumpulkan dengan mewawancarai ibu yang mempunyai bayi umur 0 - 11 bulan, dan dikonfirmasi dengan catatan Buku KIA/KMS/catatankelahiran.
63
Tabel 3.4.4.1 Persentase lbu menurut...Persepsi tentang Ukuran Bayi Lahir dan Kabupateh/:Kota di, Pro'iinsi Sumatrera Selatan Riskesdas 2007 Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lahat Musi Rawas
.
.
.
Ukuran bayflahir menurut persepsi ibu °Kecil Normal Besar 9,5 27,8
76,2 50,0
14,3 22,2
7,5 11, 1 16,7 13,5
73,6 61, 1 66,7 51,4
18,9 27,8 16,7 35,1
29,4 5,0
58,8 75,0
11,8
Pagar Alam Lubuk Linggau
9,5 14,3 57,9 9, 1 11, 1 23,1
66,7 60,7 36,8 54,5 55,6 61,5
Sumatera Selatan
18,0
61,6
Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih
Catatan: Kecil Normal Besar
20,0 23,8 25,0 5,3 36,4 33,3 15,4
20,4
: Sangat kecil + Kecil : Normal : Besar + Sangat besar
Tabel 3.4.4.2 memperlihatkan persepsi ibu tentang ukuran bayi saat dilahirkan, walaupun berat badan bayi lahir tidak diketahui, Secara keseluruhan terdapat 18,0% ibu yang mempunyai persepsi "bahwa bayi yang dilahirkan berukuran kecil, 61,6% mempunyai persepsi ukuran bayi ·normal dan 20,4% mempunyai persepsl: ukuran bayinya besar, Persentase ukuran bayi kecil bervariasi antar kabupaten/kota, terendah di OKU Selatan (5,0%) dan tertinggi di Palembang·(57,9%),
64
Tabel 3.4.4.2 Persentase lbu menu cut Persepsi tenting J.JkliranBa~i L~hir dan Karakteristil,< Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Rlskesdas 2007 Ukuran bayi lahir menurut persepsi ibu Kecil Normal Besar
Karakteristik Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah
20,8 14,7
59,3 64,7
19,9 20,7
11,5 19,6
69,2 59,9
19,2 20,5
15,6 18,4
59,4 60,3
25,0 21,3
28,4 9, 1 16,7
51,9 71,4 66,7
19,8 19,5 16,7
0,0 25,7 18, 1 . 12,5
50,0 33,3 81,3 56,8 62,3 50,0
66,7 18,8 17,6 19,6 37,5
19,6 18,2 15,4 21,3
59,8 62,5 63,7 54,3
19,3 20,9 24,5
15,2
73,9
10,9
Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA TamatPT Pekerjaan KK Tidak bekerja lbu rurnah tangga PNS/POLRl/TNI Wiraswasta Petani/nelayan/buruh Lainnya Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Catatan: Kecil Normal Besar
0,0 0,0
50,0
20,7
: Sangat kecil + Kecil : Normal : Besar + Sangat besar
Tabel 3.4.4.3 rnenunjukkan persentase ibu menurut persepsi tentang ukuran bayi lahir dan karakteristikresponden Pada tabel tersebut terlihat bahwa lebih banyak persentase ibu yang mernpunyai bayi lakilaki rnenyatakan, bahwa ukuran bayinya kecil (20,8%) dibandingkan persentase ibu yang rnernpunyai bayi perempuan berukuran kecil (14,7%),. Sedangkan menurut tipe daerah, lebih banyak ibu di perdesaan (19,6%) yang rnernpunyai persepsi bayi yang dilahirkan berukurankecil dibanding di perkotaan (11,5%), Persentase persepsi ibu tentang ukuran bayinya dikaitkan dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan kepala keluarga serta tingkat pengeluaran per kapita tidak tarnpak adanya pola kecenderungan.
65
Tabel 3.4.4.3 Persentase Berat Sadan: Bayi"Baru Lahir 12 Bulan Terakhir menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Selatan,·Riskesdas ·!c
Berat badan bayl lahir'(gram) 2500-3999 >= 4000
Kabupaten/kota
< 2500
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lah at
6,7 12,5 18,9 20,0
Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan lfir Palembang
2007
~
93,3 87,5 81, 1
0,0 0,0 0,0 0,0
6,7 25,0 45,0
80,0 86,7 56,3 55,0
6,7 18,8 0,0
25,0 0,0 6,3
66,7 96,2 81,3
8,3 3,8 12,5
Prabumullh Pagar Alam Lubuk Linggau
33,3 11, 1 0,0 12,5
Surnatera Selatan
19,4
66,7
. 88,9
0,0 u,u ""
100,0 87,5
0,0 0,0
77,3
3,3
Tabel 3.4.4.4 menunjukkan persentase berat badan bayi baru lahir dari hasil penimbangan 12 bu!an terakhir menurut kabupaten/ kota Proporsi bayi berat lahir rendah (881:.R) sebesar 19,4%. Proporsi ini sebanding dengan persentase ibu yang mempunyai persepsi bahwa ukuran bayi pada saat lahir kecil yaitu sebesar 18,0% (Tabet 3.4.4.1). Lima kabupaten/kota mempunyai persentase BBLR tertinggi adalah Palembang (33,3%). Banyuasin (45,0%), Musi Banyuasin dan OKU Selatan (masing-masing 25,0%), Lahat (20,0%). Untuk OKU Timur dan Pagar Alam hampir tidak ada balita yang BBLR.
66
~ t TcJISeJ 3:4'.4.4~ Persentase-BeratBadan Bayi Baru Lahtr 12 Bulart Terakhir rnenurut Karakteristik di Provinsi sumatera Se}{l\an, Riskesdas 2007
Berat badan bayi lahir (gram) 2500-3999 >= 4000
Karakteristik
< 2500
Jenis kelamin Laki-laki
16,8
Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SiviA
Kuintil 4 Kuintil 5
20,8 19,4
77,4 77,0
1,9 3,7
10,0 19,4 16,0
80,0 80,6 76,5 78,8 74,5
10,0 0,0 7,4
19,2 23,5 22.2
Tamat PT Pekerjaan KK Tidak bekerja lbu rumah tangga PNS/POLRl/TNI Wiraswasta Petani/nelayan/buruh Lairfnya Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3
78,6 75,9
4,6
22,3
77,8
1,8
1,9 2,0 0,0
0,0 0,0 25,0 36,5 13,8 25,0
100,0 50,0 66,7 63,5 82,4 75,0
8,3 0,0. 3,8 0,0
20,4 6,8 20,0 27,3
77,6 93,2 75,4
2,0 0,0 4,6
69,1 73,3
3,6 6,7
20,0
0,0 50,0
Tabel 3.4.4.4 persentase berat badan bayi baru lahir 12 bulan terakhir menurut karakteristik Pada Tabel ~.4.4.5 terlihat bahwa persentase BBLR lebih tinggi pada bayi perernpuan (22,3%) dibanding laki-laki (16,8%), dan sedikit lebih tinggi di perkotaan (20,8%) dibanding di perdesaan (19,4%) Menurut karakteristik rumah tangga, proporsi BBLR tertinggi pada keiompok keluarga yang kepala keluarga wiraswasta (36,5%). Tidak tampak adanya pola kecenderungan hubungan antara persentase BBLR dengan pendidikan kepala keluarga dan tingkat pengeluaran per kapita.
67
Tabet 3.4.4.5 Cakupan Pemeriksactn,~-eh.aOJilan lbu yang Mempunyai Bayi menurut Kabupaten/, Kow.di_erq_vinsl. Sumatera ~elatan, ~iskesdas ~
~
'
·J
.•
I
'!
~aoup'aten7kota'
Ogan Komering Ulu Ogan Komering ilir Muara Enim Lah at Musi Rawas Musi Banyuasin
2007
Periksa ha.mil 85,7 54,3 81,1 72,2 56,8 35,1 67,6
Banyuasin OKU Selatan OKU Timur
81,0 73,8 71,4 100,0
Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
100,0 55,6 91,7
Sumatera Selatan
69,8
Tabel 3.4.4.5 Untuk mendapatkan informasi tentang riwayat pemeriksaan kehamilan ibu untuk bayi yang iahir dalam 12 buian terakhir, ibu ditanya tentang jenis pemeriksaan kehamilan apa saja yang pernah diterima, Diidentifikasi ada 8 jenis pemeriksaan kehamilan yaitu : a, pengukuran tinggi badan, b, pemeriksaan iekanan darah, c, pemeriksan tinggi fundus (perut), d, pemberian tablet Fe, e, pemberian imunisasi TT, f, penimbangan berat badan, g, Pemeriksaan hemoglobin, dan h, pemeriksaan urine. Riwayat pemeriksaan kehamilan pada ibu yang mempunyai bayi terdapat pada Tabel 3.4.4.6 yang memperlihatkan secara keseluruhan 69,8% ibu memeriksakan kehamilan, Cakupan pemeriksaan kehamilan terendah di Kabupaten/kota Musi Banyuasin (35, 1 %) dan tertinggi Palembang dan Prabumulih, masing-masing 100,0%,
68
Tabel 3;4;4.6 , , cakupan Pem~ri~~aa,n Kehamilan lbu yanQ Mel)lpunya} B.ayi menurut Karakteristik Responden, Riskesdas 2007 Karakteristik Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan KK
Perlksa hamil 93,7 64,0
Tidak sekolah Tidak tamat SD
64,7 60,9 64,5 75,3 79,5 91,7
Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA TamatPT Pekerjaan KK Tidak bekerja lbu rumah tangga PNS/POLRl/TNI
72.7 100,0 82,4 83,8
Wiraswasta Petani/nelayan/buruh Lainnya
65,5 62,5
Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 Kuintil 2
59,8 61,8 78,0 73,4 82,2
Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Tabel 3.4.4.6 Menurut karakteristik rumah tangga dan tipe daerah (Tabel 2,3,6), tarnpak bahwa cakupan pemeriksaan kehamilan lebih tinggi di perkotaan (93,7%) dibanding di perdesaan (64,0%), Cakupan periksa kehamilan tertinggi terdapat pada kelornpok keluarga dengan perkerjaan kepala keluarga sebagai ibu rumah tangga (100,0%) cfan tereridah pada kelompok keluarga dengan pekerjaan lainnya (62,5%),Terdapat kecenderungan hubungan positif antara eakupan pemeriksaan ibu hamil dengan tingkat pendidikan kepala keluarga mulai dari pendidikan SD tidak tamat sarnpal tamat perguruan tinggi, Berdasarkan pengeluaran per kapita, semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita, semakin' tinggi pula cakupan pemeriksaan kehamilan,kecuali di kuintil 4.
69
Tabel 3.4.4.7 Persentase lbu yang Merripunyat- Bayi menu rut Jen is Pemeriksaan Kehamllan dan· dan Kabupaten/Kota·di Provtnsl Sumatera Selatan, Riskesdas
'2001 Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
I
Jenis pelayanan*
c
d
100,0 94,7
94,4 83,3
94,4 82,4
69,8 69,2 40,0
97,7 100,0
97,7 100,0
90,2 100,0
100,0
90,0
69,2 75,6 81,3
92,9 95,7 93,8
78,6 100,0
58,1 45,0 68,4
100,0 95,2
76,5 74,2 80,0 68,4 72,7 100,0
93,8 100,0 95,0 72,2 90,9 80,0 90,9
88,2 93,5 90,0 42, 1 81,8
a
b
83,3 57,9
50,0 80,0 63,6
Sumatera Selatan 65,4 Jenis pelayanan kesehatan: a pengukuran tinggi badan b pemeriksaan tekanan darah c = pemeriksan tinggi fundus (perut) d pernberiantablet Fe
100,0 100,0 100,0 100,0
100,0
97,6
= = =
87,5 e f
g h
f
g
h
100,0 77,8
100,0 100,0
55,6 44,4
58,8 22,2
100,0 100,0
95,0
69,0 100,0 70,0
23,8 45,5 15,8
38,1 90,9 19,0
61,5 93,5
78,6 100,0
23, 1 25,6
23,1 32,6
50,0 68,8 10,0 36,8 27,3
52,9 68,8 28,6 5,6 45,5
0,0 33,3
0,0 45,5
34,5
39,1
90,3
e
80,0 90,0
95,2 78,6 95,7 93,8 93,5 90,5 100,0 100,0 100,0 100,0
83,3
96,2
= pemberian imunisasi TT = penirnbangan berat badan = pemeriksaan hemoglobin = pemeriksaan urine
Tabel 3.4.4,7 Tabel 3.4.4.7 menunjukkan delapan jenis pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil, Secara keseluruhan pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan tekanan darah 97,6%) dan penimbangan berat badan ibu (96,2%), Sedangkan jenis pemeriksaan kehamilan yang jarang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan hemoglobin (34,5%) dan pemeriksaan urine (39,1%), Variasi tiap jenis pemeriksaan menurut provinsi dapat dilihat lebih lanjut di Tabel 3.4.4.7. Tabel 3.4.4.8, Jenis pemeriksaan menurut tipe daerah dan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 3.4.4.8, Secara umum terlihat da1am tabel tersebut bahwa cakupan tiap jenis pemeriksaan kehamilan lebih tinggi di perkotaan(75,3%) dibanding di perdesaan '(62,6%) , Tdak terdapat kecenderungan hubungan antara pendidikan dan pekerjaan kepala keluarga serta tingkat pengeluaran perkapita keluarga pada tiap jenis pemeriksaan kehamilan, Namun sebaliknya tidak terdapat pola kecenderungan cakupan untuk tiap jenis pemeriksaan kehamilan dengan kepala keluarga,
70
'
, . · Tabet"3.4.4.B:, ~, , 1 ... Persentase lbu yang Mempunyai _Bayi menurut Jenis.Pemeriksaan Kehamilan..dan Karakteristik. Responden-·d~Provinsi.Sumatera Se Iatan, Riskesdas 2007
.
Karakteristik Tipe daerah Perkbtaan Perdesaan Pendidikan KK Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan KK Tidak bekerja lbu rumah tangga PNS/POLRl/TNI Wiraswasta Petani/ buruh/ neiayan Lainnya Tingkat penqeluaran per kapita Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Jenis pelayanan kesehatan: a = pengukurantinggi badan b = pemeriksaan tekanan darah c = pemeriksan tinggi fundus (perut) d = pemberian tablet Fe
Jenis pelayanan* d e f c
a
b
75,3
97,3
94,4
62,6
97,6
85,0
9,1
34,1 34,4 27,9
7,7 2,2 ,0 1,6
0,0 16,2 14,4 16,7 6,7
0,0
0,0
0,0
18,2 46,2
g
h
97,3 87,3
89,2 81,2
64,3 67,7
98,1
84,8
96,9
90,6
63,6 8,3 11,4 5,0 1,7 9,1
63,6 21, 1
9,1 12,8
13,5 16,4 11,5
3,3 ,0 3,3 0,0
40,0 60,5 66,7 77,0 64,4 33,3
81,8 63,2 63,2 67,2 48,3
0,0
36.4
14,3
0,0
12.5
12,5
12,5
12,5
62,5
50,0
0,0
0,0 0,0 8,2 15, 1 0,0
0,0 0,0 3,3 12,4
0,0
0,0 0,0 0,0
50,0 46,2 64,4
39,6 20,0
0,0 0,0 3,2 2,7 0,0
0,0
20,0
4,9 0,0
67,4 50,0
50,0 57,1 50,8 65,0 50,0
69, 1 63,0 60,6 71,0 65,7
94,5 98,2 97,1 100,0 97,3
90,6 87,3 82, 1 88,4 91,7
94,4 81,5 94,1 91,2 86, 1
85,2 70,9 88,2 82,4 91,7
96,4 96,4 95,7 95,6 94,6
26,9 48,1 25,8 31,8 47,1
28,3 38,9 36,8 39,7 55,9
21.4 19,4
e f g h
= pemberian imunisasiTT = penimbangan berat badan = pemeriksaan hemoglobin = pemeriksaan urine
. 71
14,3 19,7 16, 1
Tabel 3.4.4.9 Cakupan Pemeriksaan Neonatus menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Pemeriksaan neonatus Umur 0~7 hari Umur 8~28 hari
Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang
61,9 37, 1 35,2 66,7 58,3 23,7
Praburnulih
Pagar Alam Lubuk Linggau Sumatera Selatan
35,0 8,6 35,2 22,2 13,5 21,6 32,4
32,4 38,1 47,6 42,9
38, 1 21,4 32, 1
36,8 72,7 37,5
33,3 54,5 25,0
75,0
25,0
42,8
27,1
Tabel 3.4.4.9 Pemeriksaan neonatus dalam Riskesdas ditanyakan pada ibu yang mempunyai bayi, Dalarn Tabel 3.4.4.9 terlihat bahwa secara keseluruhan 42,8% neonatus umur 0-7 hari dan 27,1% neonatus umur 8-28 hari rnendapatkan pemeriksaan dari tenaga kesehatan, Pemeriksaan neonatus umur 0-7 hari terendah di Musi Banyuasin (23,7%) dan tertinggi di Lubuk Linggau (75,0%), Untuk neonatus umur 8-28 hari cakupan pemeriksaan kesehatan terendah di Ogan Komering llir (8,6%) dan tertinggi di Prabumulih (54,5%).
72
r
1 Tabel·3.4.4.10 •r • .cakupan Pemeriksaan Neo~atus menui:utl,{arakt~ris,tlk ·, Responden di- Provlnsl Sumatera Selatan, Riskesdas -2007
Pemerlksaan neonates •
Karakterlstlk
Um4r 0-7 hari
Tipe, cjaerab Perkotaan Perdesaan Jenis kelarnin L~k\-laki Perempuan Pendidikan KK Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT
62,0 38,4
41,8 23,5
40.1 46.2
27.3 26.6
17,6 31,3 40,1 56,8
6,3 23,4 27,7 28,4
56,4
32, 1 33,3
4~.7
Pekerjaan KK Tidak bekerja lbu rumah tangga PNS/POLRl/TNI Wiraswasta Petani/ buruh/ nelayan
36,4 66,7 75,0 50,0 41, 1 37,5
Lainnya Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil-1 Kuintil-2 Kyintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
ilJmur 8-28.:tlari
45,5 33.3 6,3 31,5 26,2 37,5
42,4
25,0
46,1 44,4 38,3 44,4
25,0 30,8 25,5 28,9
.I
Tabel 3.4.4.10 rnemberi gambaran tentanq perneriksaan neonatus ·rn~nyrut 1<ar~kteristik bayi, tlpe daerah d~n. rurnah tangga,.Menur,uttipe daerahdl perkotaan lebih ~ng~i dibanding di perdesaan, Untuk pemeriksaan neonafus umur 0 - 7 hari lebih banyak · pada' bayi pererripuan, seballknya untuk perneriksaan 8 - 28 hati· lebih banyak pada bay,i lakilaki.Untuk perneriksaan ·neonatus umur ·8 -28 hari terdapat hubungan positif antara pemeriksaan neonatus.dengan tingkat·pendidikan kepal~ ketuarqar Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala rumah -tangga semakin tinggi ·persentase cakupan pemeriksaan kesehatan pada neonates. Tidak ditemukan adanya trerr hubungan pekerjaan dan tingkat pengeluaran perkaplta dengan persentase pemeriksaanneonetus baik pada umur 0-7 hari maupun UmUF 8-28 hari,
73
3.5 Penyakit Menular Penyakit rnenular yang diteliti pada; Riskesdas 2007- terbatas' pada beberapa penyakit yang ditularkan oleh vektor, penyaklt- yarit) ditularkan· n'lelalui· udara atau percikan air liur, dan penyakit yang dltularkan melalui rnakanan atau air. Penyakit rnenular yang ditularkan oleh vektor adalah .{jlariasis, dernarn berdarah dengue (DBD), dan malaria. Penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), pneumonia dan campak, sedangkan penyakit yang ditulaskan rnefalul makanan atau air adalah penyakit tifoid, hepatitis, dan diare. Data yang diperoleh hanya merupakan prevalensi penyakit secara klinis dengan teknik wawancara dan menggunakan kuesloner baku (RKD07.IND), tanpa konfirmasi pemeriksaan laboratorium. Kepada responden ditanyakan apakah pernah didiagnosis rnenderlta penyakit tertentu oleh tenaqa kesehatan (D: diagnosis). Responden yang menyatakan tidak pernah didiagnosis, ditanyakan lagi apakah pernah/sedang menderita gejala klinis spesifik penyakit tersebut (G). Jadi prevalensi penyakit merupakan data yang didapat dari D maupun G (DG). Prevalensi penyakit akut dan penyakit yang sering dijumpai ditanyakan dalarn kurun waktu satu bulan terakhir, sedangkan prevalensi penyakit kronis dan musiman ditanyakan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir (lihat kuesioner RKD07.IND: Blok X no 801-22). Khusus malaria, selain prevalensi penyakit juga dinilai proporsi kasus malaria yang mendapat pengobatan dengan obat antimalaria program dalam 24 jam menderita sakit (0). Demikian pula diare, dinilai proporsi kasus diare yang mendapat pengobatan oralit (0). 3.5.1
Prevalensi Filariasis,
Demam Berdarah Dengue dan Malaria
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit kronis yan9. ditularkan melalui gigitan nyamuk, dan dapat rnenyebabkan kecacatan dan stigma. Umumnya penyakit ini diketahui setelah timbul gejala klinis kronis dan jcecacatan. Kepada responden yang menyatakan "tidak pernah didiagnosis filariasis oleh tenaga kesehatan" dalam 12 bulan terakhir ditanyakan gejala-gejala sebagai berikut : adanya radang pada kelenjar di pangkal paha, pembengkakan alat kelamin, pembengkakan payudara 'dan pembengkakan tungkai bawah atau atas. .~ Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi tular vektor yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan tidak sedikit menyeb'abkan kematian. Penyakit ini bersifat musiman yaitu biasanya pada musim hujan yang rnermrnqklnkan vektor penular (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) hidup di genangan air bersih. Kepada responden yang menyatakan "tidak pernah didiagnosis DBD oleh tenaga kesehatan" dalam 12 bulan terakhir ditanyakan apakah pernah menderita demam/panas, sakit kepala/pusing disertai nyeri .di1 ulu hatl/perut .kiri atas, mual dan muntah, lemas, kada'ng-kadang disertai blntik-bintik merah ai bawah kulit dan atau mlrnlsan, kakiftangan din'gin. ' Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatlan, ,_global. Penyaklt ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap.kualitas-bidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematlan. Penyakit ini dapat bersifat akut, laten atau kronis. Kepada-responcen yang rnenyatakan "tid~k pernah didiagnosis malaria oleh tenaga kesehatan" dalam satu bulan terakhir ditanyakan apakah pernah menderita panas tinggi.disertai menggigiL(perasaan.dingin}, panas natk turun secara berkala, berkeringat, sakit kepala atau tanpa gejala malaria. tetapi sudah minum obat antimalaria. Untuk responden yang rnenyatakan "pernah didiagnosis malaria oleh tenaga kesehatan" ditanyakan apakah mendapat pengobatan dengan obat program dalam 24 jam pertama menderita panas.
74
Tabel 3.5.1.1. Prevalensi Filariasis, Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Pemakaian Obat Program Malaria menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
D Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir
DG
Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir
0.1 0,0 0,0 0,0
0,0 0.1 0,0 0.1 0.1 0.4 0,0 0,0 0.1
0,0
0.0
Kota Palembang Kota Prabumulih
0,0 0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0 0,0
Muara Enim La hat Musi Rawas
Kota Pagar Alam Kota Lubuk Linggau
Surnatera Selatan
-----·
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0.0
0.1
Malaria
080
Filariasis
Kabupaten/kota
D
0.0 0.4 0,0 0.0 0,0 0.5 0.1 0,0 0.1 00 0.0 1.8 0,0 0,0
0.2
DG
0.0 0.9 0,0 0.3 0,0 1.3 0.1 0.1 0.4 0.3 0.1 2.1 0.0 0,0 0.4
D
1.6 0.1 0.3 3.1 1.3 2.0 0.0 3.1 0.7 0.3 1.2 0.6 1.0 1.7 1.0
DG
2.3 0.4 1.1 5.3 1.8 2.7 00 4.0 1.2 0.6 1.9 1.3 2.2 2.2 i .6
0
57.1 50.0 56.8 38.0 44.2 31.7 0,0 60.3 43.9 16.7 33.3 40.0 35.7 66.7 44.9
Catatan : D = Diagnosa oleh Nakes D/G= Di diagnosis oleh nakes atau dengan geja!a 0 pada Malaria = Minurn obat
Tabel 3.5.1.1 Tabel 3.5.1.1. menunjukkan bahwa dalam 12 bulan terakhir terakhir filariasis tersebar di 5 kabupaten/kota deriqan prevalensi klinis sebesar 1 %0 (rentang : 1 %0 - 0,4%0). yaitu kabupaten/kota Musi Banyuasin (4%o), Ogan Komering llir (1%o), Lahat (1%o), Musi Rawas (1%o), OKU Timur (1%o). Dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, kasus DBD klinis tersebar di 9 kabupaten/kota dengan prevalensi (DG) 0,4% (rentang : 0, 1 % - 2, 1 %).Terdapat 3 kabupaten/kota yang didapatkan prevalensi DBD klinis lebih tinggi dari angka prevalensi DBD di Sumatera Selatan, yaitu Prabumulih (2, 1 %), Musi Banyuasin (1,3%), Ogan Komering llir (0,9%). Tidak ditemukan kabupaten/kota dimana kasus DBD klinis lebih banyak didapatkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, khusus untuk kabupaten Banyuasin kasus DBD berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sama dengan DBD berdasarkan gejala klinis. Sedangkan di beberapa kabupaten/kota kasus DBD hanya berdasarkan gejala klinis yaitu Lahat, OKU Selatan, Palembang. Hal ini disebabkan gejala klinis DBD menyerupai penyakit infeksi virus lainnya. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Sumatera Selatan dengan angka prevaiensi yang beragam, kecuali untuk kabupaten Banyuasin tidak dijumpai adanya kasus malaria baik berdasarkan diagosa oleh tenaga kesehatan maupun dengan gejala klinis. Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, prevalensi malaria klinis di Provinsi Sumatera Selatan adalah 1,6% (rentang : 0,4% - 5,3%). Delapan kabupaten/kota dengan prevalensi malaria klinis !ebih tinggi daripada prevalensi malaria Provinsi Sumatera Selatan adalah Lahat (5,3%), OKU Selatan (4,0%), Musi Banyuasin (2,7%), Ogan Komering Ulu (2,3%), Paqar Alam (2,2%), Lubuk Linggau (2,2%), Palembang (1,9%), Musi Rawas (1,8%).
75
Meskipun demikian yang perlu menjadi perhatian adalah sebagian besar kasus malaria klinis terdeteksi bukan berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan .. Responden yang terdiagnosis sebagai malaria klinis dan mendapat pengobatan dengan obat malaria program dalam 24 jam menderita sakit hanya 44,9%. Ada 8 kabupaten/kota dengan proporsi pengobatan dengan obat malaria program cukup tinggi (>50%) yaitu Lubuk Linggau (66,7%), OKU Selatan (60,3%), Ogan Komering Ulu (57,1%) dan Muara Enim (56,8%) Dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, kasus DBD klinis tersebar di 9 kabupaten/kota dengan prevalensi (DG) 0,4% (rentang : 0, 1 % - 2, 1 %).Terdapat 3 kabupaten/kota yang didapatkan prevalensi DBD klinis lebih tinggi dari angka prevalensi DBD di Sumatera Selatan, yaitu Prabumulih (2, 1 %), Musi Banyuasin (1,3%), Ogan Komering llir (0,9%). Tidak ditemukan kabupaten/kota dimana kasus DBD klinis lebih banyak didapatkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, khusus untuk kabupaten Banyuasin kasus DBD berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sama dengan DBD berdasarkan gejala klinis. Sedangkan di beberapa kabupaten/kota kasus DBD hanya berdasarkan gejala klinis yaitu Lahat, OKU Selatan, Palembang. Hal ini disebabkan gejala klinis DBD menyerupai penyakit infeksi virus lainnya
76
Tabel 3.5.1.2 Prevalensl F..ilariasis, Demam Berdara~ .q_~ngue, M~l~ria dan Pernakalan Obat Program Malaria menurut Karakteristi~ Respohden dl'Provtnetsurnatera Selatan,-Riskesdas 2007 KarakterJstik responden Kelompok umur (tahun) <1
Filariasls
DBD DG
Malaria
D
DG
D
0,0
0,2
0,3
0,3
0,0 0,0
0,2 0,2
0,0 0,0 0,0 0, 1 0,0 0,0
0,2 0,0 0,0 0,0 0,2 0,1 0,0 0,0
>75 Jenis kelamin Laki-laki
0,0
0,4
0,3 0,2 0,0 0, 1 0,0 0,0 0,0
0,3 0,3 0,5 0,7 0,2 0,3 0,2 0,1 0,0
0,0
Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SO Tamat SD Tamat SMP
0,0
0, 1 0,0
0,2 0,1
0,4 0,4
0,0 0,0
0, 1 0, 1
0,3 0,1
0,7 0,3
0,2 0,0 0,0 0,0 0,0
0,4 0,1 0,0 0,1 0,0
0,3 0,1 0,1 0,2
0,5 0,4 0,3
0,0
0,0
Tidak kerja Sekolah
0,0 0,0
0,1 0,3
lbu RT
0,0 0,0 0,0 0,0
0,7 0,2 0,2 0,2 0,2 0,6 0,6
0,0 0,2 0,1 0,2
0,8
1,2 2,0
1-4 5-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74
Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan
Pegawai Wir(!_swasta Petani/Nelayan/ Lainnya
0,0 Tingkat pengeluaran per kapita
0,2 0,1
0, 1
D
DG
0,0 0,4 0,7
0,2
100,0
0,9
70,8 41,9 52,9 33,3 48,1 51,4 39,1 38,5 33,3
1,2 1,7 0,7
1,,3 1,5 2,1 1,7 2,0 2,5 1,2
1,1
0,0
1,1
1,7
0,9
1,6
47,9 41, 1
0,8 1,1
1,5 1,7
52, 1 43, 1 36,4 43,9
1,0 1,3 1,3
1,2
1,7
0,4 0,5 0,6
1,1 0,9 1,4 0,9 2,3
1,8 1,6 2;0 1,4 2,6
52,7 60,0
0,3 0,5 0,3
0,9 0,7 1,3
1,5 1,3 ·2,4
49,0 50,0 35,1
0,3 0,4 0,4
1,0 1,3
1,4 1,7 1,8
53,3 64,3 39,3 35,7
Kuintil_ 1 Kuintil_2 Kuintil_3 Kuintil_ 4
0,0
0,1
o.a
0,4
1,1
0,0 0,0 0,0
0, 1 0,1 0,1
0, 1 0,2
0,3 0,5 0,4
1,1 1,0
Kuintil_5
0,0
0,0
0,2 0, 1
77
0
0,3
0,9 1,1
2,8 2,0 1,7 1,6 1,3 1,7
36,8 46,7
1,1 1,1 1,0 0,9 1, 1
Tabel 3.5.1.2 Tabel 3.5.1.2 menunjukkan karakteristik responden deng9n ffariasls, DBD dan malaria
Filariasis klinis sudah ditemukan pada kelompok. umur ::;5 tahun sedangkan menurut jenis kelamin tldak ditemukan pada perempuan. Perbedaan prevalensi menurut tingkat pengeluaran rumah tangga (RT) per kapita tidak menunjukkkan adanya tren hubungan. Filariasis klinis lebih tinggi dldapatipada responden di perdesaan dan responden yang tidak sekolah, tidak bekerja dan petani/nelayan/buruhdan lpekerjaan lainnya. DBD dahuhr dikenal hanya sebagai penyakifpada anak-anak, namun kini banyak ditemukan pada pendenta dewasa. Prevalerrsi tertinggi ditemukan pada kelompok umur 25 - 34 tahun (0,7%) dan terendah pada umur diatas umur 75 tahun (0,0%). Tidak terlihat perbedaan prevalensi DBD pada laki-laki dan perempuan. DBD klinis dan kasus yang ter.deteksi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan relatif lebih tinggi di perkotaan. Tidak ditemukan adanya tren hubungan antara perubahan tingkat pengeluaran keluarga dengan prevalensi DBD klinis. Malaria tersebar harnpir merata di semua kelompok umur, hanya pada umur diatas 75 tahun tidak ditemukan kasus malaria klinis sedangkan untuk malaria yang didiagnosa oleh tenaga kesehatan tidak ditemukan pada ba'Yi (dibawah 1 tahun). Prevalensi tertinggi pada kefompok umur produktif (55 - 64 tahun).. Prevalensi penyakit ini relatif tidak ada perbedaan pada fakilak (1,7%)i dan perempuan (1,6%). Prevalensi malaria klinis di perdesaan febih besar dari prevafensi di perkotaan, dan cenderung tinggi pada responden dengan pendidikan tinggi, kelcmpok pekerja fainnya dan kefompok dengan tingkat pengeluaran RT per kapita terendah (kuintil 1 ). Walaupun prevalensi malaria klinis pada anak (<15 tahun) refatif febih rendah dari orang dewasa, tetapi proporsi pengobatan dengan obat malaria program cenderung lebih baik pada anak dibandingkan orang dewasa. Keadaan ini menunjukkan kewaspadaan dan kepedulian penanganan penyakit malaria pada anak sudah cukup baik di mana >50% malaria kfinis mendapat obat malaria program dalam 24 jam menderita sakit. Pengobatan dengan obat malaria program juga refatif febih baik (~50%) di daerah perkotaan, kelompok pendidikan tinggi, pegawai dan wiraswasta, dan kefompok dengan tingkat pengeluaran RT per kapita kuintil 4. 3.5.2
Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak
lnfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. ISPA yang mengenai jarinqan paru-paru atau ISPA berat, dapat menjadi pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada bafita. Dalam Riskesdas ini dikumpulkan data ISPA ,ringan dan pneumonia. Kepada responden qitanyakan apakah dalam satu bulan terakhir pernah didiagnosis !SPA/pneumonia oleh tenaga kesehatan. Bagi responden yang rnenyatakan tidak pernah, ditanyakan apakah pernah rnenderita gejala ISPA dan pneumonia. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular kronis yang menjadi isu global. Di Indonesia penyakit inl termasuk.salah satu prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, .serta sering mengakibatkan kematian. Wafaupun diagnosis pasti TB berdasarkan perneriksaan sputum BTA positif, diagnosis klinis sangat menunjang untuk diagnosis dini terutama pada penderita TB anak. Kepada respoden ditanyakan apakah dafam 12 bulan terakhir pernah dldiaqnosis TB ofeh tenaga kesehatan, dan bila tidak, ditanyakan apakah menderita gejala batuk lebih dari dua minggu atau batuk berdahak bercampur darah. Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Di Indonesia masih terdapat kantong-kantong penyakit carnpak sehingga tidak jarang terjadi KLB. Kepada
78
responden yang menyatakan tidak pernah didiagnosis campak oleh tenaga kesehatan, ditanyakan apakah, pernah menderita 1gejala demam tinggi dengan mata merah dan pen uh kotoran, serta ruam pada kulit terutarna di leher dan dada. Tabel 3.5.2.1 Prevalenst ISPA, Pneumonia, TB, dan'Campak menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 ISPA
Pneumonia
TB
Campak
Kabupaten/Kota
D Ogan Komering 3,6 Ogan Komering 6,7 Muara Enim 3,4 La hat 11, Musi Rawas 24, Musi Banyuasin 13, Banyuasin 23, OKU Selatan 4,0 OKU Timur 7,3 Ogan llir 1,0 Kota Palembang 2,2 Kota Prabumulih 2.1 Kota Pagar Alam 2,6 Kota Lubuk 5;8 Sumatera 10,1 Selatan
DG
D
DG
D
DG
D
DG
6,3 14,7 10,9 14,6 33,6 17,6 29,3 12,5 11,2 19,0 6,8 26,9 7, 1 18,6
1,0 0,4 0,1 0,8 0,6 4,0 0,3 0,5 0,6 0,2 0,1 0,6 0,6 0,6
1,0 0,6 0,6 1,5 1,1 4,7 0,4 1,3 1,2 1,1 0,2 2,4 0,7 0,9
0,1 0,4 0,1 0,3 0,4 0,5 0,2 0, 1 0,3 0,2 0,0 0,5 0,1 0,2
0,1 0,5 0,3 0,5 0,7 0,7 0,3 0,2 0,3 0,4 0,1 0,8 0, 1 0,2
0,9 0,2 0,0 0,7 0, 1 1,0 0,3 0,2
0,2 0,4 0,4 0,5 0,4 1,1 1,0 0,4 0,2 0,7 0, 1 1,3 0,3 0,2
17,5
0,8
1,3
0,2
0,4
0,4
0,5
0,2 0,3 0,3 0,3 0,2
nq
-·-
Tabel 3.5.2.1 Tabel ini menunjukkan prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak Prevalensi ISPA satu bufan terakhir di Provinsi Sumatera Sefatan adalah 17,5% (rentang: 6,3% - 33,6%) dengan 5 kabupaten/kota di antaranya mempunyai prevafensi di atas angka prevafensi Provinsi Sumatera Sefatan yaitu kabupaten/kota Musi Rawas (33,6%), Banyuasin (29,3%), Prabumulih (26,9%), Ogan llir (19,0%), Lubuk Linggau (18,6%). ' Prevalensi pneumonia satu bulan terakhir di Provinsi Sumatera Sefatan adalah 1,3% (rentang: 0,2% - 4,,7%). Tiga kabupaten/kota mempunyai prevalensi di atas angka prevalensi Provinsi Sumatera Selatan yaitu Musi Banyuasin (4,7%), Prabumulih (2,4%) dan Lahat (1,5%) .. Tuberkulosis paru klinis tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera dengan prevalensi 12 bulan terakhir adafah 0,4%. Lima kabupaten/kota di antaranya prevalensi di atas angka prevalensi Provinsi Sumatera Selatan yaitu Prabumulih Musi Rawas (0,7%), Musi Banyuasin (0,7 %), Ogan Komering llir (0,5%) dan Lahat
Selatan dengan (0,8%), (0,5%).
Prevalensi campak klinis 12 bulan terakhir di Provinsi Sumatera Selatan adalah 0,5%, untuk kabupaten/kota tertinggi di Prabumulih (1,3%) dan terendah di OKU Timur dan Lubuk Linggau, masing-masing (0,2%). Empat kabupaten/kota mempunyai prevalensi lebih tinggi dari angka Provinsi Sumatera Selatan yaitu Prabumufih (1,3%), Musi Banyuasin (1, 1 %), Banyuasin (1,0%) dan Ogan flir (0,7%).
79
Tabel: 3.5.2.2 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TB, dan Campak menur.ut Responden di Indonesia, Riskesdas 2007 ISPA
Karakteristik
responden
Karakteristik
TB
Pneumonia
Campak
PG
D
DG
D
DG
D
DG
Kelompok umur (tahun) <1 16,2 1-4 19,4 5-14 10,6
28,4 33,4 19,7
1,41,2 0,6
2,1
0,5 0,2 0, 1
2,4 1,9 0,4
3, 1 2,2 0,7
15-24 25-34 35-44
6,8 8,0 8,6
12;5 13,4 14,5
0,3
0,5 0,3 0,2 0, 1
0, 1 0,1 0,1
45-54 55-64 65-74 >75 Jenis Kelamin Laki-laki
10,0 12,0 11,7
0,2 0,0
15,2
17,2 19,0 18, 1 26,3
0,2 0,2 0,3 0,4 0,1
1,3
0,0 0,0
0,3 0,0
9,8 10,4
17,3 17,8
9,6 7,2
16, 1
0,9
15,2
0,6
12,6 9,4 9,2 7, 1
19,5 16,4 16, 1 12,7
1,6
Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan
6,8 9,8
12,7 14,3
1,0 0,9 0,8 0,6 0,3 0,6
Tidak kerja Sekolah lbu RT
9,3 7,8 7,1
14,9 13,8 14,3 15,2 13,6 17,0
Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP
D
Pegawai 9,3 Wiraswasta 6,6 's.o Petani/Nelayan/ Lainnya 10,6 Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil_1 10,0 '10,1 Kuintil_2
17,i
0,4 0,8 0,8 1,9 1,6
1,9 0,8 0,4 0,8 1,2
0,0 0,3 0,3
0,3 0,3
1,4 3,0
0,5 0,4
2,8
4,0 5, 1
1,2 1,1
0,8 0,7
1,3 1,2
0,3
0,5
0,4
0,6
0,2
0,3
0,3
0,5
1,9
0,4
0,3
0,0
0,7 0,2
0,2
,7
0,2
0,3
1,8 1,2 0,9 0,8 0,9
0,6 0,3 0,3 0,2 0,2 0, 1
0,9 0,7 0,3 0,3 0,3 0,5
0,2 0,1 0,2 0,1 0,1 0,3
0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,3
1,2
0,1
0,2
0,2
0,3
0,9 1,2
0,2 0,2 0,4 0,4
0,2 0,2 0,6 0,6 0,5
0,3 0,0 0, 1 0,0 0,2
0,3 0, 1 0,3 0,2 -0,4
0,6
o.~
0,4
0,5 0,3 0,4
0,6 0,5 0,6
0,5
0,6 0,4
0,7 0,6 0,6 0,8 1,0 0,8 0,7
1,3 1,4 1,4 1,2
0,3 0,4
0,8 0,5 2,6
0,7 0,9
1,2
0,4
0,5
1,3
0,6 0,8
1,1
Kuintil_ 4
10,3 10,7
18,2 18,5 17,7
1,2
0,2 0,2 0,2
0,4 0,3 0,3
Kuinti1_5
9,4
15,9
0,9
1,5
0,3
0,4
Kuinti1_3
17,3
80
0,3
Tabel ·3.5.2.2 Campak
rriem.Jnjukkan karakteristik responden denqan ISPA, Pneumonia, TB dan
·=c ,
Prevalensi !SPA tertinggi pada balita (<33%), sedanqkan terendah pada kelompok umur 15 - 24 tahun (12,5%). Prevalensi cenderung rneninqkat lagii sesuai dengan rheningkatnya umur. Prevalensi antara 1aki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di perkotaan. Prevalensi ISPA cenderunq lebih tinggi pada· kelornpok denqan pendidikan tidak sekolah. Prevalensi ISPA terendah tingkat pengeluaran RT per kapita terbesar . Prevalensi pneumonia cenderung menurun sesuai bertambahnya umur sampaii umur 24 tahun dan setelah itu menunjukkan peningkatan sesuai dengan bertambahnya umur. Pneumonia klinis terdeteksi relatif sama pada laki-laki dan perempuan. P,revalensi pneumonia satu setengah kali lebih banyak di perkotaan dibandinqkan di perdesaan. Prevalensi, pneumonia tertinggi pada kelompok yang memiliki pendldikan lebih rendah dan tingkat penqeluaran RT per kapita tertinggi. Prevalensi TB tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TB paru 20% lebih tinggi pada- faki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi di pedesaan dibandingkan perkotaan dan dua kali lebih tinggi pada pendidikan rendah dlbandinqkan pendidikan tinggi. Berdasarkan tinqkat penqeluaran perkapita rnaka terkecll prevatensi TB tertinggL Prevalensi campak tertinggi pada bayi di bawah 1 tahun (3, 1 %) dan masih cukup tinggi ditemukan pada usia di bawah 15 tahun. Prevalensi relatif sama pada laki-laki dan perempuan demikian pula di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan. Prevalensi campak relatif sama pada kelompok pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per kapita.
3.5.3 .Prevalensi Tifold, Hepatitis dan Diare Prevalensi demam tifoid diperoleh dengan menanyakan apakah pernah didiagnosis tifoid oleh tenaqa kesehatan dalam satu bulan terakbir. Responden yang menyatakan tidak pernah, ditanya apakah satu bu Ian terakhir pernah ·menderita gejala tifoid, seperti demam sore/malam hari kurang dari satu minggu, sakit kepala, lidah kotor dan tidak bisa buang air besar. Kasus hepatitis yang dideteksi pada survei Riskesdas adalah semua kasus hepatitis klinis tanpa mempertimbangkan penyebabnya. Prevalensi. hepatitis diperoleh dengan menanyakan apakah pernah dldiaqrrosis hepatitis oleh tenaga kesehatan dalam 12 bulan terakhir. Responden yang· menyataka'n tidak pernah didiagnosis hepatitis dalam 12 bulan terakhir, ditanyakan apakah dalam kurun waktu tersebut pernah menderita mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri.perut sebelah kanan atas, kencing warna air teh, serta kullt dan mata berwarna kuning. Prevalensi diare diukur denqan menanyakan apakah responden pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir. Responden yang menyatakan tidak pernah, ditanya apakah dalam satu bulan tersebut pernah menderita buang air besar >3 kali sehari dertgan kotoran'lembek/cair. Responden 'yang menderlta diare ditanya apakah minum oralit atau cairan gula garam.
81
Tabel 3.5.3.1 Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
·o Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lah at Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur dgan llir Kota Palembang Kota Prabumulih Kota Pagar Alam Kota Lubuk Unggau
Sumatera Selatan
DG
D
DG
1,3 0,5 0,8
1,4· 1,1 0,5
0,0 0,4 0,1
"0,0 0,8 0,1
1,0
0,6 1,0 1,9
0,2
0,4
0,3 0,4
0.4 2';5 2,3 1,0 1,3 0,5 0,8 1,0 0,4 2,5
2,3
Dia re
)ieRatiti~
T~foid
Kabupaten/kota
1,0 2,3 0,6 2,0 2,5 2, 1 2,5 2,2
1,3
0,2 0,0 0, 1 0, 1
0,8 0,0 0, 1
0,0 0,6 0,5 0,0 0,2
0, 1 0,6 0,8
0,2
O,:J
0, 1 0,2
0,3
D
DG
2,4 2,2 3,5 11, 1
3;0 3,0 6,0 14,2
8,B 8,4
12;0
7,8 3,1 3,2 9,0 2,8
9,6 8,0 3,8 3,5 11,3
5,3 0,0 5,8
3,2 7,4 5,4 7,5
5,6
7,0
0 74,5 3'5,8 30,6 87,5 40,4 38,9 73,3 71,2 71,7 48,6 70,0 41,7 64,9 74, 1
56,1
Tabel 3.5.3.1. menunjukkan bahwa prevalensi tifoid klinis di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1,3% (rentang: 0,5% - 2,5%}. Delapan kabupaten/kota rnernpunyai prevalensi di atas angka Provinsi Sumatera setatan yaitu Palembang (2,5%), Pagar Alam (2,5ro), OKU Selatan (2,3%)Lubuk Linggau (2,2%), Prabumulih (2,1%), Ogan-llir (2,0%), Musi Banyuasin (1,9%) dan Ogan' Komering Ulu ~1.4%). Kasus tifoid ini umumnya -terdeteksi berdasarkan gejala klinis., kecuali di kabupaten/kota Musi Banyuasin, Lubuk Linggau,, Banyuasin, dan OKU Tlrnur teblnbanyak terdeteksi berdasarkan diaqnosls oleh tenaga kesehatan. Hepatitis klinis terdeteksi hampir diseluruh kabupatenzkota di Provins! Sumatera Selatan, kecuali Ogan Komering Ulu dan Banyuasin. Prevalensi Hepatitis klinis di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 0,3% (rentang: 0,0% - 0,8%). Lima kabupaten/kota.mempunyai prevatensi di atas- angka prevalensi ·hepatitis diProvinsiSumatera Selatan yaitu Ogan Komering llir (0,8%}, Musi Banyuasin (0,8%), Prabumulih (0,8%), Palembang (0,6%) dan Musi Rawas (0,4%). Prevalensi diare klinis adalah 7,0% (rentang: 3,0% - 14,2%),,.tertinggi di kabupaten/kota Lahat, terendah di Ogan K-omering Ulu .dan Ogan Komering llir, .. Kasus c;fiare di ~~bagian besar kabupaten /kota (75%)-terdeteksi berdasarkan -dlaqnosis tenaqa kesehatan terkecuali di Pagar Alam dimana· tidak ada ditemukan diagnosis diare, oleh .tenaqa -kesehatan, Beberapa kabupaten/kota mempunyai prevalensi diare klinis >9% .(Lahat, Musi Rawas,Ogan llir, Musii Banyuasin). Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian. Di Provinsi Sumatera Selatan, proporsi responden diare klinis yang mendapat oralit adalah 56, 1 %. Enam kabupaten/kuta mempunyai proporsi pemberian oralit kurang dari proporsi Provinsi Sumatera Selatan yaitu kabupaten Ogan llir (48,6%), Prabumulih (41,7%), Musi Rawas(40,4%), Musi Banyuasin (38,9%), Ogan Komering llir (35,8%) dan Muara Enim (30,6%).
82
• .I 'I
·1
r»
Tabel 3.5:3.2 , Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare menurut Karakteristik Responden di. l?rovinsiSumatera Selatan, Risl(esdas·2007 Karakteristik responden Kelompokumur (tahun) <1 1-4 5-14 15-24 ?5-34 35-44 45-54 55-64 65-74 > 75 Jenis Kelamin Laki..1. laki Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Pendidikan Tidaksekolah Tidak tamatSD Tamatso TamatSMP TamatSMA TamatPT Pekerjaan Tidak kerja Sekolah lbuRI Pegawai Wiraswas~a Petani/nelayan/buruh l.alnnya Tingkatpenqeluaranper kapita Kuintil -1 Kuintil-2 Kuintil-3' Kuintil-4 Kuintil-5
Tifoid D DG 0,2
0.9
o.e
o.s
1,,3 0,9 1, 1
Hepatitis D PG
0,7 1,3 0,7 0,8
1,6 1,? 1,4 1.1 0,9 1,7 0,9 1,5
0,2 0.1 0,2 0, 1 0,4 0.1 0,2 0,3 0,0 0,0
1,0 0,9
1,3 1,2
0,9 1,0
1,5 1,2
0,8
1,1
0,9
1.2
o.s
1,1
1,4 0,6 1,2
1,8
o.s
1, 1 1,2
0,8 1,2 1,2 1,0 1,2 0,9 1,4
1,4 1,3 1,4 1,5 1,2 1,8
1, 1 0,8 1,3 0,7 1,0
1,4 1,1 1,5 0,9 1,4
1,1
012
D
Diare DG
0
0,2 0,2 0,6 0,2 0,5 0,3 0,6 0,0
15,2 12,8 5,6 4,0 4,4 4,7 5,3 5,9 4,3 5, 1
17,7 14,7 7,0 5,2 5,8 5,7 6,8 7,3 6,0 9, 1
69,9 61,1 56,7 54,4 52,6 '50,1 47,3 56,9 52,4 46,5
0,1 0,2
0,3 0,3
5,3 6,0
6,7 7,4
56,6 55,6
0, 1 0,2
0,4 0,3
4,3 5,9
5,9 7,3
60,9 55,2
0,3 0,2 0,1 0,3 0,2 0,4
0,5 0,4 0,2 0,4 0,2 1,0
5,3 5, 1 3,9 3,6 6,3
7,3. 6,6 6,3 5,2 4,5 7,5
55,3 44,2 53,4 52,0 58,3 59,6
0,2 0,1 0,4 0,1 0,3 0,1 0,6
0,4 0,2' 0,6 Q,5 0,6 0,3 1,0
4,6 3,9 5,4 3;7 5,1 4,7 4,2
6,2 5,5 6,1 5,2 6,3 6,0 6,2
54,5 50,7 57,5 49, 1 47,4 50,4 64,5
0,2 0,1
0,3
5,6 5,6' 5,9 5,7 5,3
7,5 6,9 7, 1 6,8 6,9
57',7 57,9 58,5 56,5 • 50,8
o,2
0;2
o·.1
0,3
0, 1 0,3
0,3 0,5
5,0
Tabel 3.5.3.2 menunjukkkan karakterisfik responden denqan tifoid, hepatltls. dan diare Tifoid klinis tersebar di seluruh kelompok umur dan merata pada umur dewasa. Prevalensi tifoid klipis banyakdltemukan pada kelompok umur sekolah (5 - 14 tahun) yaitu 1,6% dan relatif lebih'tinggi 'di wilayah perkotaan 'dlbandlnqkan perdesaan. Prevalensi tifoid ditemukan 'cenderunq lebih iin'ggi pada kelompok dengan pendidikan menengah (tamat SMP) dan tinqkatpenqeluarari RT per kapita mehengah (kuintil-S) Prevalensi hepatitis ~linis paling tinggi terdeteksi pada umur 25-34 tahun dan 65-74 tahun, lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di perdesaan, prevalensi tertinggi pada perididikan tertinggi (tamat PT), pekerjaan lainnya dan tingkat pengeluaran RT per kapita yang tertinggi .
83
Diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada bayi (15,2%). Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan. Prevalensi diare menurun seiring dengan p,enjngkatan tingkat pendidikan, terkecuali pada pendidikan · tamat PT. Prevalensi diare tertinggi -oada, fingkat pengeluaran RT per kapita rendah. Prevalensi diare yang tinggi pada bayi dan -anak. ballta tidak selalu diberi oralit, proporsi yang mendapat oralit pada ~e dua kelompok umur ·ter.sebut berturut-turut 69,9% dan 67,1%.
3.6 Penyakit Tidak Menufar 3.G.1
Penyakit Tldak Menular Utama, Penyakit Sendi, dan Penyakit Keturunan
Data penyakit tidak menular (PTM) yang disajikan meliputi penyakit sendi, asma, stroke, jantu.ng, OM, hipertensi, tumor/kanker, gangguan jiwa berat, buta warna, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis, rinitis, talasemiaa, dan hemofiliaa dianalisis berdasarkan jawaban responden "pernah didiagn9sis oleh tenaga kesehatan" (notasi D pada tabel) atau "rnempunyai gejala klinis PTM". Prevalensi PTM adalah gabungan kasus PTM yang pernah didiagnosis nakes dan kasus yang mempunyai riwayat gejala PTM (dinotasikan sebagai OG pada tabel). Cakupan atau jangkauan pelayanan tenaga kesehatan terhadap kasus PTM di masyarakat dihitung dari persentase setlap kasus PTM yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dibagi dengan persentase masing-masing kasus PTM yang ditemukan, baik berdasarkan diagnosis rnaupiin gejala (D dibagi DG). Penyakit sendi, hipertensi dan stroke ditanyakan kepada responden umur 15 tahun ke atas, sedangkan PTM lainnya ditanyakan kepada semua responden. Riwayat penyakit sendi, hipertensi, stroke dan asma ditanyakan dalam kurun waktu 12 bulan terakllir, dan untuk jenis PTM lainnya kurun waktu riwayat PTM adalah selama hidupnya. Untuk kasus penyakit jantung, riwayat pernah mengalami gejala penyakit jantung diniiai dari 5 pertanyaan dan disirnpulkan menjadi 4 gejala yang mengarah ke penyakit .jantung, yaitu penyakit jantung kongenital, angina, aritmia, dan dekompensasi kordis. Responden dikatakan memiliki gejala jantung jika pernah mengalami salah satu dari 4 gejala termaksud. Data hipertensi didapat dengan metode wawancara dan pengukuran. Hipertensi berdasarkan hasil pengukuran/pemeriksaan tekanan darah/tensi, ditetapkan rnenggunakan alat pengukur tensimeter digital. Tensimeter digital divalidasi dengan menggunakan standar baku pengukuran tekanan darah (sfigrnornanorneter air raksa manual). Penqukuran tensi dilakukan pada responden umur 15 tahun ke atas. Setiap responden diukur tensinya minimal 2 kali, jika hasil penqukuran ke dua berbeda lebih dari 10 mm Hg dibanding pengukuran pertama, maka dilakuK,qn pengukuran ke tiga. Dua data pengukuran dengan sensth terkecil dihitung reratanya sebagai hasil ukur tensi. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosjs JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ~ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ~ 90 mmHg. Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk usia 18 tahun keatas, maka prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tensi dihitung hanya pada penduduk umur 18 tahun ke atas. Menging9t penqukurart tekanan darah dilakukan pada ;P,enduduk1 15. tahun, ke atas maka temuan kasus .hipei;tensi pada usia 15-F tahun, sesuai kriterfa, JNC VIL f003 akan dilaporkan secara gar:is besar sebagai -tarnbahan informasi. Sela'in psnqukuran tekanan darah, responden juga diwawancarai tentang riwayet ,didiagn9sis oleh nakes atau riwayat mernlnum obat anti-hipertensi. Dalam penulisan tabe], kasus hlpertehsl berdasarkan hasil pengukuran diberi inisial U, kasus hlpertensi berdasarkan diagnosis nakes diberi inlslal D, dan gabungan kasus hipertensf berdasarkan diagnosis nakes dengan kasus hipertensiber'clasarkan riwayat minum obat hipertensi dibert istilah diagnosis/minum -obat dengan ihisial Db. j
84
Tabel 3 -:6.1..1· Preva}ensi ... Penyakit Persendlan, l:f tpertensl, dan Stroke menurut menu rut Kabupaten/Kota di Provinsi s.umater~;Selatan,-Riskesdas 2007
.
Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komerinq llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKUTimur Ogan llir Palembang
Penyakit Sendi (%) D
Hipertensi (%)
DIG
D
D/O
Stroke(%)
u
D
DIG
5,0
8,7
2.7
2,8
31,7
0.4
0,5
12,8
17,6
3,7
4,1
29,5
0,4
0,7
10,2
16, 1
5.4
5.4
43, 1
1,0
1,3
18,3
22,3
5,5
6,2
21,5
0.4
0,4
32,2
37, 1
7,6
7,6
22,8
0,3
0,3
32,8
36,4
14, 1
14,9
39,5
1,4
1,6
34,3
35,3
7,5
7,5
25,0
0,8
0,8
18, 1
24,3
6,6
6,7
41,5
0,4
0,4
8,3
10,7
3,8
4, 1
41,2
0,4
0,4
19,6
27,3
5,3
5,3
26,2
0,6
0,6
16,2
23,0
9,7
10,8
23,2
1,1
1,1
14, 1
27,1
11,0
11, 1
28,2
0',5
0,9
Prabumulih PagarAlam Lubuk Linggau
15,6
17,1
6,3
6,5
39,5
0,5
0,5
14,5
24,7
7,5
7,5
17,5
0,3
0,4
Sumatera Selatan
19,3
23,9
6,6
6,8
31,5
0,6
0,7
Catatan : D = Diagnosa oleh Nakes DIG= Didiagnosis oleh nakes atau dengan gejala 0/0 = Kasus minum obat atau didiagnosis oleh nakes U = Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah *) Penyakit Hipertensi dinilai pada penduduk berumur >=18 tahun
Tabel 3.6.1.1 Prevalensi penyakit sendi pada Provinsi Sumatera Selatan sebesar 23,9% dan prevalensi berdasarkan diagnosis nakes adalah 19,3%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi penyakit Persendian berdasarkan gejala dan. telah didiagnosis tenaqa kesehatan di Provinsi Sumatra Selatan berkisar antara 8,7% - 36,4%, dimana prevalensi di Ogan Komering Ulu ditemukan paling rendah dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya, sebaliknya Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin mempunyai prevalensi paling tinggi. Pada tabel di atas juga dapat dilillat bahwa prevalensi Hipertensi penduduk usia ~ 18 tahun di Surnatera Selatan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah 31,5%, berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6,6%, sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi adalah 6,8%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi Hipertensi berdasarkan diagnosis berkisar antara 2, 7% - 14, 1 %, berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau minum obat Hipertensi prevalensi dalam rentang 2,8% - 14,9%, dimana prevalensi hipertensi tertinggi di Kabupaten Musi Banyuasin dan terendah di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Memperhatikan angka prevalensi Hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan, pada umumnya tampak perbedaan prevalensi yang cukup besar dengan kisaran 17,5% di Kabupaten Lubuk Linggau - 43, 1 % di Kabupaten Muara Enim. Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai Stroke, prevalensi Stroke di Sumatera Selatan adalah 7 per 1000 penduduk. Menurut Kabupaten/Kota prevalensi Stroke berkisar antara 3%o -16%0, dan Kabupaten Musi Banyuasin mempunyai prevalensi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya, baik berdasarkan diagnosis maupun gejala .
85
Tabel 3.6.1.2 Prevalensi Penyakit Persendian, ·Hipertensi, dan Stroke menu rut Karakteristik Responden di ProvinsiSun\atera ·Selatan, Riskesdas 2007 ,
Karakteristik Responden
Peny~kit Sendi (%) Hipertensi (%)
.
Stroke(%)
D
DIG
D
DIO
u
D
DIG
3,3
4,1
1,0
1, 1
12,0
0,4
0,4
Umur 15-24 Tahun 25-34 Tahun
11,2
13,9
1,7
1,7
20,1
0,5
0,5
35-44 Tahun
20,7
26,2
6,0
6,1
31,7
0,2
0,2
45-54 Tahun
31,2
38,6
9,9
10,7
42,3
0,7
0,8
55-64 Tahun
43,7
52,8
15,4
16, 1
57,4
1,2
1,6
65-74 Tahun
50,3
61,6
22,2
22,3
64,9
2,9
3,4
75+ Tahun
50,8
63,1
23,0
23,7
72,0
2,3
3,5
Laki-Laki
18,4
22,9
5,7
5,8
31,4
0,6
0,7
Perempuan
20,3
24,9
7,5
7,8
31,7
0,7
0,8
Tidak Sekolah
37,8
46,6
15,9
16,6
49,5
1, 1
1,3
Tldak Tamat SD
28,9
35,5
10,0
10,5
43,5
r.o
1,4
Tamat SD
22,4
27,3
6,5
6,7
32,4
0,5
0,6
Tamat SMP
11,2
14, 1
3,9
4,0
23,7
0,6
0,6
Tamat SMA
9, 1
12,0
3, 1
3, 1
20,8
0,2
0,2
TamatPT
13,6
17, 1
7,0
7,6
28,9
1,1
1,3
Tidak Kerja
19,7
24,4
11,8
12, 1
35,6
1, 1
1,5
Sekolah
2,2
2,9
1,8
2,1
15,4
0,6
0,6
lbu RT
19,'8
23,9
5,5
6, 1
28,6
0,9
0,9
Pegawai
13, 1
16,3
5,6
5,7
29,3
0,3
0,3
Wiraswasta
17,8
24,4
5,8
6,0
32,8
0,6
0,8
Petani/Nelayan/Buruh
22,3
27,2
6,3
6,5
32,4
0,5
0,6
Lainnya
15,0
19, 1
7,3
7,3
27,1
0,0
0,3
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Tipe Daerah Perkotaan
13,0
18,6
6,0
6,3
30,9
0,7
0,9
Perdesaan
20,8
25,1
6,7
6,9
31,7
0,6
0,7
Kuintil 1
19,0
23,6
6,4
6,5
32,0
0,7
0,7
Kuinti 2
18,6
23,7
5,6
5,8
30,2
0,5
0,7
Kuintil 3
18,9
23,6
6,0
6,2
30,1
0,3
0,4
Kuintil 4
19, 1
23,4
6,8
6,9
31,9
0,7
0,8
Kuintil 5
21,4
25,8
7,8
8,2
33,9
0,8
0,9
Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga per Kapita
86
Tabel 3.6.1.3 responden
·menunju!
penyakit
P~rsendian,
tfipert~nsi,
dan Strol<evmenurut
karakteristik
Menurut kar_akterist!k.respor_'lden Sumatera Selatan, pada Tabel .3.6.1.2,..,qapat dilitiat bahwa berdasarkan umur, -prevalensi penyakit sendl, hipertensi maupun stroke meningkat s~suai~peningkatan umur responden. Menurut jenis -kelamin, 1 prevalensi penyakit sendi,hipertensi dan stroke lebiH·;tinggi pada laki-laki baik berdasarkan diagnosis, gejala maupun pengukuran tekanan darah. Pola prevalensi ~nyakit sendi dan .hipertensi cenderung tinggi pada tingkat pendidikan yang lebih rendah. Namun untuk strqke.lebih banyak.pada tingkat pendidikan rendah, menurun pada tingkat pendidikan menengah dan nampak sedikit meningkat kembali pada tingkat pendidikan Tamat PT. Berdasarkan pekerjaan responden, prevalensi penyakit Sendi, Hipertensi dan Stroke ditemukan lebih.tinggi pada repsonden yang tidak belkerja, diikuti 61eh ibu rumah tangga dan ditemukan paling rendah di kalangan .Pelaj~r. • Berdasarkan status ekonomi yang diukur melalui tingkat pengeluaran per kapita, prevalensi penyakit Sendi dan Hipertensi di Sumatera Selatan nampak cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat sosial ekonomi responden. Sedangkan Stroke banyak menimpa go!ongan ekonomi rendah dar1 tinggi (kuintil 1 dan kuintil 5). Prevalensi Penyakit
Tabel 3.6.1.3 Asma*, Jantung*, Diabetes* Dan Tumor** Berdasarkan Diagnosis Nakes Atau Gejala dan KabupatenlKota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Asma
Kabupaten/kota
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lah at Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih PagarAlam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
\
OM
Jantung
fO/_ I
,.,
"''
IOI\
\
IU/
\IO/
Tumor (%oj
\
D
DIG
D
DIG
D
DIG
D
0,6 1,3 1,5 1,5 3,1 2,6 1,2 1,5 0,6 1,4 0,2 1,9 2,3 1,2
0,8 1,9 1,9 2,0 4,7 3, 1 1,2 2,4 1,0 1,9 0,9 3,0 2,6 1,8
0,3 0,5 0,7 0,7 0,4 1,7 0,8 0,4 0,7 0,6 1,4 1,2 0,7 0,9
1,0 5,5 2,9 7,2 6,9 12, 1 5,0 1,8 1,2 5,5 2,8 4,7 8,0 2,7
0,3 0,5 0, 1 0,5 0, 1 1,0 0,3 0, 1 0,3 0,2 0,1 0,7 0:2 0,4
0,3 0,9 0.2 0,5 0,5 1,5 0,3 0,4 0,4 0,3 0, 1 1,0 0,2 0,4
0, 1 0, 1 0,0 0, 1 0,3 0,3 0,2 0, 1 0, 1 0,2 0,7 0,5 0,1 0,3
1,49
2,09
0;79
4,81
0,34
0,5
0,24
Catatan: = Diagnosa oleh nakes, D DIG = Di diagnosis oleh nakes atau degan gejala *) Peny, Asma, jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita penyakit atau mengalami gejala **) Penyakit tumor ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita tumor/kanker,
Tabel 3.6.1.4 Prevalensi penyakit Asma di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 1,5% dan berdasarkan .gelaja dan atau diagnosis tenaga kesehatan adalah 2, 1 %. Menurut Kabupaten/Kota prevalensi asma berdasarkan diagnosis berkisar antara 0,2% - 3,1% dan berdasarkan diagnosis dan atau gejala dalam rentang 0,9% - 4,7% dengan angka tertinggi di Kabupaten Musi Rawas dan terendah di Palembang. Prevalensi penyakit Jantung di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan diagnosis· tenaga kesehatan adalah 0,8% dan berdasarkan.qelaja dan atau diagnosis tenaga kesehatan adalah 5%. Menurut Kabupaten/Kota prevalensi Jantung berdasarkan diagnosis berkisar antara 0,3% - 1, 7% dan berdasarkan diagnosis dan atau gejala dalam rentang 1 % - 12, 1 % dengan angka tertinggi di Kabupaten Musi Banyuasin dan terendah di Ogan Komering Ulu. Prevalensi penyakit Diabetes di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 4%o dan berdasarkan gelaja dan atau diagnosis tenaga kesehatan adalah 87
6%0. Menurut Kabupaten/Kota prevalensi Diabetes berdasarkan diagnosis berkisar antara 1%o - 10%0 dan berdasarkan diagnosis dan atau gejala dalam rentang 1%o - 15%0 dengan angka tertinggi di Kabupaten Mµsi Banyuasin. Dalam,Riskesdas tahun 2007 Prevalensl_penyakit Tumor hanya didasarkan pada diagnosis oleh tenaga kesehatan. Di Provinsi Surnatera Setatan prevalensi tumor sebesar 2o/oo. Menur.ut-Kabupaten/Kotaprevalensi tumor berkisar antara 1%o - 7%o dengan angka tertinggi di Palembang.
Tabel 3.6.1.4 Prevalensi Penyakit Asma*, Jantung*, Diabetes" Dan Tumor** Berdasarkan Diagnosis Nakes Atau Gejala dan Karakteristik Respondeh di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas ·2001 Asma Jantung Tumor OM Karakteristik responden D DIG D DIG D DIG D Kelompok <1
umur
1-4 5-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+ Jenis kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan Tidak Kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buru Lainnya Tempat tinggal Kota Des a Tingkat pengeluaran Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
1,3 1,1 0,7 (\ 7
v,1
0,7 1,5 2,1 4,4 6,0 8,3
2,2 1,5 1,0 1,0 1,0 2,4 2,5 5,7 8.2
9.8
0,0 0,3
0,2 " ' U,"t
0,2 1,0 1,5
2,0 3,3 4,0
1,3 1,4 1,7 4,3 3,3 6,4 8,1 11, 1 14,3 18,4
0, 1
0,1
0,2
0,2
0,0 0,0
0,0 0,3 0,6 0,6
0, 1
0,5 0,7 2,2
0,0 0,0
0,0 0, 1
0,2
0,7
0,4 0,4
0,6
2,3 0,6
0,6
2,0
2,8
0,4
0,2
1,4
2,0
0,7
2, 1
0,8
4,5 5,3
0,3 0,4
0,5 0,5
0.1
1,6 3,5 2,3 1,7
5,2
1,7 1, 1
9,7 6,5
0,5 0,5
0,6
3,2
0,3 0,3
2,2
0,8
1,0 1,1 2,7
0,5 0,9 0,9
5,5 5,0 4,4 6,3
0,4 0,3 0,3 1,2
7,7 2,2 6,5
0,8 0,8 2,3 2,2 0,7 1,8
1,6 1,3 1,8 1,0
0,6 0,6
0,3
0, 1
0,7 0,5
0,4
1,7
0,7
0,5
0,7
0,2
0,0 0,6
0, 1 0,8 1,3 1,0 0,6 0,4
0,0
3,1
1,3
0,9
0,2
2,3 1,8 1,8 2,5 1,5
1,0 0,8
4,7
1,2
1,7 0,8
6,7 5,9
0,8
0,5
7,7
0,1
0,3
0, 1
0,5 0,9 0,3 0,2 0,0
1,1
1,4
0,9
2,2
0,7
4,7 5,0
0,7 0,3
0,9
1,6
0,4
0,4 0,2
1,5 1,5 1,5 1,3 1,7
2,2
0,5
4,9
0, 1
0,3
0,2
211
0,6
0,1
0,7
0,3 0,3
0,5
1,9 1,8 2,3
4,7 4,7 5,4 5,2
0,5 0,5
0,4 0,8 0,7
0,2 0,3
0,8
1,2
0, 1
Catatan: D = Diagnosa oleh Nakes, DIG= Di diagnosis oleh nakes atau dengan gejala. *) Penyakit asma, jantung, diabetes ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita penyakit atau mengalami gejala **) Penyakit tumor ditetapkan menurut jawaban pernah didiagnosis menderita tumor/kanker
88
Tabel 3.6.1.4 Penyakit Asma, Jantung dan Diabetes terdapat di semua kelompok urnur, sedangkan Tumor ditemukan mulai pada usia 15 tahun. KasusAsma ditemukan pada usla-bayi dan anak-anak, menurun jumlahnya. pada golongan usia 5-34 tahun dan meningkat lagi seiring bertambahnya umur dengan rnayoritas pada golongan usia lanjut. Prevalensl Jantung dan Diabetes meninci'kat seiring dengan bertambahnya umur (penyaklf degeneratif). Pada Tumor prevalensi paling tinggi ditemukan pada golongan umur 65-74 tahun.Prevalensi penyakit Asma, Jantung, Diabetes dan Tumor .cendrung lebih tinggi pada perempuan daripada lakilaki. Prevalensi penyakit Asma lebih tinggi pada responden yang tidak sekolah dan cenderung menurun pada tingkat pendidikan menengah dan'naik lagi pada gdlotigan pendidikan tinggi. Demlklan juga terdapat pola yang sama pada Jantung. Prevalensi Diabetes dan Tumor/Kanker lebih banyak ditemukan pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Tingginya penyakit asma dan jantung pada yahg tidak sekolah, kiranya perlu dilakukan penyuluhan pada kelompok yang tidak sekolah untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut maupun memperlambat komplikasi. Prevalensl Asma dan Jantung lebih tinggi pada kelompok yang tidak "bekerja tian diikuti kelompok nelayan/buruh/petani, Diabetes dan Tumor lebih tinggi pada peqawai sedangkan prevalensi tumor <:lijumpai lebih tinggi pacfa ibu rumah tangga. Prevalensi Asma dan Jantung lebih tinggi di desa, sebaliknya Diabetes dan Tumor/Kanker lebih banyak di kota. Prevalensi penyakit Asma, Jantung, Diabetes dan Tumor lebih tinggi pada kuintil 4 dan kuintil 5. Tabel 3.6.1.5 Prevalensi Penyakit Keturunan* {Gangguan Jiwa Berat, Buta Warna, Glaukoma, Sumbing, Dermatitis, Rinitis, Talasemiaa, Hemofilia) Menurut Provinsi Riskesdas 2007
Kabupaten/kota
-e.... ~
ro
...,-~ Oaan Komerina Ulu Oaan Komerina llir Muara Enim Lah at Musi Rawas Musi Banvuasin Banvuasin OKU Selatan OKU Timur Oaan llir Palembana Prabumulih Paaar Alam
I 11b11k I innnau Sumatera Selatan
--
~ ca
....::I ...ca ca
m
t:
E
--
.:t:.
1i
ca 0
::I
-~ o e.... ca -
~ 0
0)
t:
E
::I
0,0 0,0 1,1 0,0 1,6 3,0 0,3 1,7 0,1 1,9 1,2 1,1 1,0 0,7
0,2 1,3 2,6 0,0 3, 1 3,9 0,0 0,2 0,0 0,7 1,2 1,6 1,7 0,0
0,0 0,0 1,1 0,3 2,6 2,1 0,0 0,7 0,0 0,9 0,3 1,8 2,0 0,0
en 0,2 1,3 0,4 0,0 3,3 3,2 0,0 1,6 0,0 1,4 0,3 0,9 2,6 0,0
1 ,0
1 ,2
0,8
1 ,1
~
en
+::; +::;
..._ ca
E
(1) ~
c e....
-
-:e-
.!:2
.s::. 0::
ca n;~
~
en
t:
0
~
E (1)
to:: 0
en
e....
E
(1)
5,6 5,3 3,8 0,2 2,4 8,7 16,4 11,4 2,3
0,0 1,8 1,4 6,2 5,7 4,0 2,4 2,5 0,0 1, 1 4,0 9,5 3,7 1,7
0,0 0,0 1,2 0,0 0,0 3,3 0,0 0,6 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0
:::c 0,0 0,0 6,4 0,0 0,0 48,3 0,0 2,0 0,5 10,1 7,3 7,5 0,0 0,0
5,4
3 ,1
0,4
6,3
0,9 3,4 3,8 3,3 11,0
t-
Catatan: *) Penyakit keturunan ditetapkan rnenurut jawaban pernah mengalarni salah satu dari riwayat penyakit gangguan jiwa berat (skizofrenia), buta warna, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis, rinitis, talasernia, atau hernofilia.
89
Tabel 3.6.1.5 Prevalensi gangguan jiwa berat di Provinsi Sumatra tertinggi di Musi Banyuasin, terdapat hampir di
Selatan
adalah
1 % (kisaran
0 -3%),
sernua' kabupaten/kota, kecuali Ogan
Komering Ulu dan Ogan Komering llir. Prevalensi buta warna 1,2% (kisaran 0, 1 - 3,9%), tertinggi di Musi Banyuasin, diikuti Musi Rawas dan Muara Enim, namun tidak terdapat di Lahat, Banyuasin,OKU Timur dan Lubuk Linggau. Prevalensi glaucom,a di Sumatera Selatan adalah 0,8%, Bibir sumbing 1, 1 %, Thallasemia 0,4% dan Hemofili 6,3 (%0). Prevalensi Dermatitis dan Rhinitis di Provinsi Sumatera Selatan masinq-masinq adalah 5,4% dan 3,1% dengan kisaran 0,9% - 16,4% dan klsaran 0%- 9,5%. Masing-masing terbanyak di Prabumullh, sedangkan Rhinitis tidak ditemukan di Ogan Komering Ulu dan OKU Timur.
3.6,2 Gangguan Mental Emosional Di dalam kuesioner Riskesdas, pertanyaaan mengenai kesehatan mental terdapat di dalam kuesioner individu F01 -F20. Kesehatan mental dinilai dengan Self Reporting Questionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan SRO diberikan kepada anggota rumah 'tangga (ART) yang berusia ~ 15 tahun. Ke-20 butir pertanyaan ini mempunyai pilihan jawaban "ya" dan "tidak". Nilai batas pisah yang ditetapkan pada survei ini adalah 5/6 yang berarti apabila responden menjawab minimal 6 atau lebih jawaban "ya", maka responden tersebut diindikasikan mengalami gangguan mental emosional. Nilai batas pisah tersebut sesuai pene!itian uji validitas yang pernah dilakukan (Hartono, Sadan Litbangkes, 1995). Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila -terus berlanjut. SRQ memiliki keterbatasan karena hanya mengungkap status emosional individu sesaat (± 2 minggu) dan tidak dirancang untuk diagnostik gangguan jiwa secara spesifik. Oalarn Riskesdas 2007 pertanyaan dibacakan petugas wawancara kepada seluruh responden. Tabel d] bawah ini menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk berumur ~ 15 tahun. lndividu dinyatakan mengalami gangguan mental emosional apabila rnenjawab minimal 6 jawaban "Ya" kuesioner SRQ.
90
. Prevalensi Ganggua(l'l\llental
Tabel 3.6.2.1 ~ Emosional·pada Penduduk Berumur 1s·-Tahun
Ke Atas (berdasarkarr Self RepQrtlng Questionnair~20)* ·Clan Kabupaten/Kota di Provins! Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Kabupaten/kot1 Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim
Gangguan mental emosional ,5
5,2 6,2 5,1
Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin
3,7 6,2
8, 1
OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam
7,6 7,6 5,5 12,4 10,3
Lubuk Linggau
6,4 3, 1
Sumatera Selatan
6,3
*Nilai Batas Pisah (Cut off Point) ~ 6
Tabel 3.6.2.1 Di Provinsi Sumatera Selatan nilai batas pisah rata-rata 6,3%. Sedangkan menurut kabupaten/f
91
Tabet 3.6.2.2 Prevalensi Gangguan Menta1 Emoslonal pada Penduduk berumur
15 Tahun Ke Atas (berdasarkan. Se/tRepor;ting Questionnaire·20)* dan Karakteristik Responden di ' Provirisi Sumatera'5elatan, Riskesdas 2007 Gangguan Mental Emosional
Karakteristik responden Kelompok umur (tahun) 15-24
3,9
25-34 35-44
3,7 4,3
45-54
6,8 12,2
55-64 65-74 75+
19,9 29,9
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
5, 1
7,5
Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD
16,0
9,3
Tamat SD Tamat SD Tamat SMA
5,4 4,7 4,1
Tamat PT
6,2
Pekerjaan Tidak kerja Sekolah lbu RT Pegawai
11,7 4,4 6,1 5,3 4,9
Wiraswasta Petanl/nelayan/buruh Lainnya
5,8 8,1
Tempat tinggal Kota Desa Tingkat pengeluaran perkapita
5,7 6,5
5,7
Kuintil1 Kuintil 2 Kuintil Kuintil Kuintil *Nilai
6,5
5,7
3 4 5 Batas Pisah (Cut off Point) 2! 6
6,5
5,7
Tabel 3.6.2.2 Pada tabel ini, tampak prevalensi teringgi ditemukan pada kelompok usia > 75 tahun. Hal ini dimungkinkan oleh karena pada kelompok lanjut usia banyak mengalami masalah gangguan kesehatan fisik yang dapat mempengaruhi kesehatan mental emosional. Kelompok wanita lebih banyak yang mengalami gangguan mental emosional dibandingkan laki-laki. Berdasarkan pendidikan. tampak bahwa kerentanan terhadap gangguan mental emosional
92
dipengarJJIJhi oleh tingkat pendidikan. Semakin rendah tingkat pendldtkan, .semakin seseoranq mengalami gangguan mental ~mp~i9nal. Berdasarkan jenis pekerjaan, bahwa tidak bekerja merupakan kelompok yang terting'.gi mengalami.' gangguan emosional. Gangguan emosional cenderunq tidak Ciipengaruhi bleh lokasf tempat mauoun tingkat pengeluaran
mudah tampak mental tinggal
3.6,3 Peny~kit Mata _, • Data yang dikumpulkan unjuk rnenqetahui indikator .kesehatan mata meliputi penqukuran taiarn penglihatan menqqqnakan kartu Snellen (dengan atau tanpa pin,-hof(?), ri"'(ayat glauko,ma, riwayat katarak, operasi katarak. dan pemeriksaan segmen "anterior mata menggunakan pen-light. Prevalensi low vision dan kebutaan dihitung berdasarkan hasll.-penqukuran visus pada responden berusia enam tahun ke atas, P.revalensi katarak dihitung berdasarkan jawaban responden berusia 30, tahun .ke atas sesuai empat butir pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner lndlvlqq. Notasi D pada tabel 3.q.3.3 dan 3.q.3.4 adalah proporsi responden yarig mengaku pernah didiaqnosis katarak .oleh tenaga kesehatan dalarn 12 bulan terakhir, sedangkan DG adalah proporsi D ditambah proporsi responden yang mempunyai gejala utama katarak (perigiihatan berkabut dan silau), tetapi tldak pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Proporsi riwayat operasi katarak didapatkan dari responden yang mengaku pernah didiagnosis katarak dan pernah menjalani operasi katarak dalam 12 bulan terakhir. Keterbatasan pengumpulan data visus adalah tidak dilakukannya koreksi visus. tetapi dilakukan pemeriksaan visus tanpa pin-hole, dan jika visus lebih kecil dari 20/20 dilanjutkan dengan pin-hole. Keterbatasan pada pengumpulan data katarak adalah kemampuan pengumpul data (surveyor) yang bervariasi dalam menilai lensa mata menggunakan alat bantu pen-light, seflingga pemakaian lensa intra-OKUlar pada responden yang mengaku telah menjalani operasi katarak tidak dapat dikonfirmasi. Tabel 3.6.3.1 Proporsi Penduduk Usia 6 Tahun Ke Atas menurut Low Vision, Kebutaan (Dengan Atau Tanpa Koreksi Kacamata Maksimal) dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
Low Vision* 1 ,2 2 ,8 0,3 13 ,9 3 ,0 5 ,7 1 ,8 0,9 1 ,8
0,2 0,6
3 ,2
1 ,7
2 ,1 2,5 1 ,9 0,0
0,3 0,8 0,1
1 '1
0,3 0, 1
0,4
0,4 0,0
0,0
0, 1
3 ,1
Catatan: *)Kisaran visus: 3160 ~ X < 6/18 (20/60) pada mata terbaik **)Kisaran visus <3/60 pada mata terbaik
93
Kebutaan**
0,5
Tabel 3.6.3.1 :ra~~I ini menunNkkan sebaran proporsr low vision penduduk ·usia > 5 tahun menurut kabµapten/kota di Provinsi Sumatera S.elatan berkisar antara 0% (Lubuk linggau)' - 13,9% (Lahat) sedangkan kebutaan berkisar 0% (OKU Selatan dan OKU Timur) - 1,7% (Ogan llir). Diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab low· Visfon dan kebutaan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan di , tingka~ kabupaten. Mempertimbanqkan bahwa keadaan low vision dan kebutaan akan mengakibatkan seseoranq: kehifarigar:i kemandirlar] unfuk menjalankan aktivitas sehari-hari, maka penanqanan khusus untuk piemberikan kcreksi-penqliltatan maksimal bagi pendertta low vision dan kebutaan denqan ·penyebab yang dapat diperbaiki, tampaknya cukup esensial guna mengembalikan kemampuan penderita dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarganya. Tabel 3.6.3.2 Proporsi Penduduk Umur 6 Tahun Ke Atas menurut Low Vision, Kebutaan (Dengan Atau Tanpa Koreksl Kacamata· Maksimal) dan Karakteristik Responden Riskesdas 2007 Karakteristik responden
Low vision*(%)
Kebutaan" (%)
0,9
0,0 0,0 0,0
Kelornpok umur (tahun)
6- 14 15 -24 25-34 35-44 45-54 55-64 65- 74
1 ,2 1 ,2 1 ,6 4 ,1 10 ,1 19 '1 30 ,1
75+ Jenis kelarnin Laki-laki 2,8 Perempuan 3,3 Pendidikan Tidal< sekolah 12.8 Tidak tamat SD 4.8 Tamat SD 2.8 Tamat SD 2.7 Tamat SMA 1.5 TamatPT 2.6 Pekerjaan Tidak kerja 7.6 Sekolah 0.4 lbu RT 3.0 Pegawai 1.7 Wiraswasta 2.6 Petani/nelayan/buruh 3.8 Lainnya 3.5 Tipe Daerah Perkotaan 2.2 Perdesaan 3.4 Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita Kuintil 1 2.9 Kuintil 2 3.0 Kuintil 3 2. 7 Kuintil 4 3.7 Kuintil 5 3.0
0,2 0,5 1 ,0 4 ,4 10 ,4 ,3 ,6
4,3 1 ,0 0,4 0, 1 0, 1 0,1 2'1
0.0 0,4
0,0 0,2 0,4 0,8 0.3
0.5 0.4
0.6 0.4 0.5 0.4
*)Kisaran visus: 3/60 ;5_ X < 6/18 (2,0/60) pada mata terbaik **)Kisaran visus <3/60 pada mata terbaik
94
Tabel 3.6.3.3 Tabel ini memQerikan gambaran -sebaran proporsl low vision dan kebutaan menurut karakteristiR sosio-aemoqraft. Hasll riset menunjukkan bahwa. proporsi low vision makin meningkat sesuai' pertambahan usia dan meningkat tajam. pada kisatan usia 45 tahun
keatas,'sedangkan proporsi kebutaan meningkattajam pada golongan usia 55 tahun keatas. . Dalam tabel yang sama tarnpak pula bahwa proporsi low 'vision darr kebutaan pada perempuan cenderung lebih tin1mi dibanding laki-laki. Proporsi low vision dan kebutaan pada penduduk berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan, makin rendah tingkat pendidikan makin tinggi proporsinya, sementara itu sebaran terbesar juga berada pada kelompok penduduk yang tidak bekerja. Proporsi low vision dan kebutaan sedikit lebih tinggi di daerah perdesaan dibanding perkotaan, tetapi terdistribusi hampir merata di semua kuintil. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi low vision dan kebutaan tampaknya tidak berkaitan dengan rural atau urban dan tidak terfOKUs pada kelompok kuintil rendah. Tabel 3.6.3.3 Proporsi Penduduk Umur 30 Tahun keatas dengan Katarak menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/kota
D* (%)
DG** (%)
1,1
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
5,0 2,4 1,6 0,6 1,6 2,6 2,2 1, 1 1,0
7, 1 17,2 16,8 8, 1 8,2 28,6 5,5 19,7 4,9 18,6 8,2 18,5 13,5 7,1
Sumatera Selatan
2,5
12,8
2,8
0,6 9, 1 2,4
*)D = proporsi responden yang mengaku pernah didiagnosis katarak oleh tenaga kesehatan dalam 12 bulan terakhir. "*)DG= proporsi responden yang mengaku pernah didiagnosis katarak oleh tenaga kesehatan atau mempunyai gejala penglihatan berkabut dan silau dalam 12 bulan terakhir.
Tabel 3.6.3.3 Secara keseluruhan, tabel ini memperlihatkan bahwa proporsi penduduk usia 30 tahun keatas yang pernah didiagnosis Katarak dibanding penduduk yang mengaku memiliki gejala utama Katarak (penqlihatan berkabut dan silau) dalam 12 bulan terakhir adalah 1 :6 di tingkat provinsi. Hal yai;ig· sama juga dapat dilihat pada masing-masing kabupaten/kota,, -kecuali Lahat dan Banyuasin. Menurut kabupaten/kota, Proporsl penderita katarak, berdasarkan diagnosis oleh nakes terendah ditemukan di Muara Enim (0,6%) dan yang tertinggi di Lahat (9, 1 %) sedangkan berdasarkan gejala utama katarak 'terendah ditemukan di OKU Timur (4,9%) dan tertinggi di Musi Banyuasin (28,6%). Besarnya kesenjangan antara proporsi Katarak berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan berdasarkan pengakuan masyarakat, menunjukkan rendahnya cakupan pemeriksaan mata untuk mendeteksi adanya katarak ini. Hal ini dimungkingkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk
95
memeriksakan kesehatan matanya, meskipun mereka telah mengalami gejala gangguan penglihatan. label 3.6.3.4 Proporsi Penduduk Umur 30 Tahun i<e Atas dengan Katarak Me'nurut Karakteristik Responden, Riskesdas 2007
.
Karakteristik responden Kelompok umur (tahun)
D (%)
DG (%)
55-64
0,3 0,7 1,8 4,5 9,5
2,1 5,3 14,0 25,3 37,5
65-74
0,0
0,0
2,3
11,2
2,7
14,5
2,5 2,6 1,6
16,7 6,0 7,4
8,8 3,2 1,3 1,2 2,2 2,1
33,5 21,3 10,9 6,2 10,7 12, 1
2,2 2,6
12,7 16,0
1,8 2,4 2,5 3,2 2,3
12,6 13,6 12,6 12,6 12,3
0,3
2,1
30- ~4 35-44 45-54
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Lama Pendidikan <6
Tahun
7-12 Tahun
I Pekerjaan 1
Tidak kerja Sekolah lbuRT Pegawai Wiraswasta Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat kapita
pengeluaran
rum ah
tangga
Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3
-
per
Tabel 3.6.3.4 Proporsi Katarak herdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan meningkat sesuai pertambahan -usia, cenderung lebih besar pada perempuan dan sedikit lebih besar di daerah pedesaan. Bila dilihat berdasarkan je}1jang pendidikan, proporsi lebih besar pada penduduk dengan latar pendidikan 6 tahun atau kurang dan pada kelornpok penduduk yang tidak bekerja. Proporsi penderita katarak berdasarkan diagnosis lebili tinggi pada kelompok kuintil 4 dan terendah ditemukan pada kuintil 1 ..
96
Tabet 3.6.3.5.
Proporsl Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas.dengan.Katarak yang, Rernah Menjalani 'Operas! Katarak'dan Memakai Kacamata Pasca Operasi 1
me~ur1-1tKabupaten/Kota di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan flir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Operasi Katarak (%)
0,0 100 0.0 60 100 60 100 0.0 0.0 50.0 54.5 60.0 0,0
7'1 9,7 0.0 10 ,0 8,0 9,8 4,5 0.0 0.0 23 ,5 34 ,4 27 ,8 11 '1 22 ,2
0,0
12,6
Sumatera Se!atan
Pakal Kacamata Pasca Operasi (%)
57,8
Tabel 3.6.3.5 Proporsi operasi Katarak dalam 12 bulan terakhir terhadap penderita Katarak usia
97
Tabel 3.6.3.6 Persentase Penduduk Umur 30 Tahun Ke Atas dengan Katarak yang Pernah Menjalani Operasi Katarak Clan Mem"akai Kacamata Pasca Operas! menu rut Karakteristik Responden di .P.rovinsiSumatera S~latan, Riskesdas 2007 Operasi katarak (%)
Karakteristik responden
Paka] kacamata pasca operas!(%)
Kelompok umur (tahun)
30-34 35-44 45- 54 55-64 65- 74 75+
12,5 0,0 7 ,7
12,2 15 ,5 19,4
100,0 0,0 60,0 60,0 60,0 50,0
Jenis kelamin
12 ,2 13 ,0
Laki-laki p,,.r,,.mn11::>n
50,0 64,0
Lama pendidikan < 6
13,7
Tahun
9 ,2
7-12 Tahun
27,3
58'1 54,5 66,7
Pekerjaan Tidak kerja Sekolah lbu RT Pegawai Wiraswasta Petani/nelayan/buruh La inn ya Tipe daerah
.4
52,6 0,0
29,0 15 ,4
66,7
7 ,1
33,3 70,0
20
0,0
6,3 12,5
Perkotaan P"'r rlP!:.::>::>n
0,0
23 ,2
56,5
8 ,6
59, 1
Tingkat penqeluaran rumah tangga per kapita Kuintil 1 9 ,1 Kuintil 2 12,7 Kuintil 3 11 ,4
14,6 14,3
Kuintil 4 Kuintil 5
100
50,0
12,5 75,0 64,3 72,7
Tabel 3.6.3.6 Dilihat dari kelompok umur, proporsi operasi katarak lebih besar pada kelompok umur 55 tahun keatas dan kelompok umur 30-34 tahun. Proporsi operasi katarak pada laki-laki menurut tabel di atas, cenderung lebih rendah dibandingkan pada perempuan dengan selisih sedikit, hal ini sesuai dengan proporsi diagnosis katarak oleh nakes pada laki-laki yang lebih kecil juga.
98
Propers! operasi katarak lebih besar pada kelompok peJl~l:JqJ.Jk depgan latar pendidikan tinggi, kelompok pekerjaan :ibu rumati tangga darr lokasi ~i. daerah perkotaan. Hal ini mungkin berkaitan dengan kemudahan akses ke sarana kesehatan yang rnempunyai alat operasi di perkotaan pada umumnya lebih mudah dibanding di perdesaan
3.6.4' Kesehatan Gigi Untuk mencapai target pencapaian pelayanan kesehatan gigi 2010, telah dilakukan berbagai program, baik promotif, preventif, protektif; kuratif maupun rehabilitatif. Berbagai indikator dan target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi; penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M=O); penduduk umur 35-44 tahun memiliki minimal ?O gigi berfungsi sebesar 90%, dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi (edentulous) s2%; penduduk umur 65 tahun ke atas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi S5%. Terdapat lima langkah program indikator terkait penilaian pencapaian target gigi sehat 2010, yaitu: Sehat/
I
I
Rawan
Laten/Deteksi
keberhasilan
I Sakitl
I
program dan
Cacat/ 20
Prevalensi
lnsiden
% dentally Fit
% keluhan
%
% caries free
Expected
PTI
% dentally fit
% edentulous
DMF-T 12th
Trend
PTI
% protesa
I
RTI
DMF-T 15th
I
Ml
DMF-T 18th
I
CPITN
DMF-T
I
I
:~l
gigi
Performed Treatment lndex(PTI) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang ditumpat terhadap angka DMF.-T. PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap Required Treatment Index (RTI) merupakan anqka persentase dari jumlah gigi tetap yang karies terhadap angka DMF-T. RTI mengganibarkan. besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan. · Dalam Riskesdas 2007 ini dikumpulkan berbagai indikator kesehatan gigi.:mulut masyarakat, baik melalui wawancara maupun pemeriksaan gigi-mulut. Wawancara dilakukan terhadap semua kelompok umur, meliputi data rnasyarakat yang bermasalah gigimulut, perawatan yang dlterlrrra dari tenaga medis gigi, 'hilang seluruh gigi asli, jenis perawatan yang diterima dari tenaga medis gigi, dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi. Pemeriksaan gigi-mulut dilakukan pada kelompok umur 12 tahun ke atas dengan menggunakan instrumen genggam (kaca mulut dan senter). Tabel 3.6.4.1 menggambarkan prevalensi penduduk denqah rnasafah gigi-mulut dan yang menerima perawatan dari tenaqa medis gigi dalam 12 bulan terakhir menurut kabupaten/kota
99
Tabel 3.6.4.1 Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Mulut menurut Kabupaten/Kota di Provinsi·sumatera' Selatan, Riskesdas· 2007
Kabupaten/Kota
Bermasalah gimul
Menerima perawatan
darl tenaqa medis gigi
Ogan Komering Ulu Ogan Komering Uir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan l:ii Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Seiatan
5,7 16 ,7 14 ,1 16 ,6 23 ,4 14 ,9 18 ,0 18 ,7 7 ,6 32,2
19 ,2 20,6 17 ,8 10,3 16,8
23 ;2 27 ,3 18,9 38 ,8 26,8 27 ,2 59,2 22,2 36,5 8 .4 29 .4 34 ,2 34 ,3 19,0 27 ,6
Hilang seluruh gigi asli
0,8 1 ,8 0,9 0,7 0,7 2,0 0,8 0,8 1 ,2 2,5 1 ,3 0,9 0,7 0,3 1 '1
Termasuk tenaga medis gigi: perawat gigi, dokter gigi, atau dokter spesia!is kesehatan gigi dan mulut revalensi penduduk Provnsl Sumatera Selatan yang mempunyai masalah gigimulut dalam 12 bu Ian terakhir adalah 16,8% dan terdapat 1, 1 % penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Dari penduduk yang niempunyai masalah gigi-mulut terdapat 27 ,6% yang merierima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. Tujuh kabupaten/kota dengan prevalensi masalah gigi-mulut lebih tinggi dari angka prevalensi Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Ogan llir (32,2) ,Musr Rawas (23,4%), Prabumulih (20,6%),0KU Selatan (18,7%), Banyuasin (18,0) Pagar Alam (17,8%). Kabupaten/kota dengan prevalensi gigi-mulut terendah adalah Ogan Komering Ulu (5,7%) dan OKU Timur (7,6%). Dari yang mengalami masalah gigi-mulut, kabupaten/kota dengan persentase yang menerima perawatan/pengobatan gigi dari {enaga kesehatan gigi lebih tinggi dari angka prevalensl Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Banyuasin (59,2% ), Lahat (38,8%), OKU Timur (36,5%), Pagar Alam (34,4%), Prabumulih (34,2%), Palembang (29,4%). dan terendah di Ogan llir·(8,4%). Meskipun prevalensi penduduk yang mengalami hilang seluruh gigi asli terlihat relatif kecil 1, 1 %, namun terlihat tinggi di kabupaten/kota Ogan llir (2,5%), Musi Banyuasin (2,0%), dan Ogan Komering llir (1,8%). Prevalensi masalah gigi-mulut bervariasi menurut karakteristik responden. Prevalensi masalah gigi-mulut dan hilangnya seluruh gigi as!i menunjukkan kecenderungan menurut umur. Semakin tinggi umur, semakin meningkat prevalensi masalah gigi-mulut dan hilangnya seluruh gigi asli , terkecuali untuk kelompok umur 55 tahun prevalensi masalah gigi-mulut menurun kembali. Pada kelompok umur 45-54 tahun sudah ditemukan 1,3% hilang seluruh gigi asli, dan pada kelompok umur 65 tahun keatas hilangnya seluruh gigi mencapai 14,5%, jauh di atas target WHO 2010. Sedangkan yang menerima perawatan/pengobatan gigi tidak menunjukkan pola yang je!as menurut umur. Menurut jerus kelamin, prevalensi masalah gigi-mulut dan yang menerima perawatan/pengobatan gigi sedikit lebih tinggi pada perempuan (27,9%) dibandingkan
100
dengan laki-laki (27,3%). Menurut tipe daerah, prevalensi masalah gigi dan mulut sedikit ·lebjh tingg(di.perkofaan _(16,9%) dibandingkan derigan .di perdesaari (16,8%). sedanqkan prevalensiperfdudul<·yang rnenerlma pe(awatan/pengO'batan gigi di l?erdesaan-lebih rendah (26,5%) dibandingkan dengan di perkotaan (30,3%), prevalensi penduduk untuk kehilangan seluruh gigi asf tidak .ada perbedaan di perkotaan.rnaupun di perdesaan yaitu masingmasing 1, 1 %. .Prevalensi. masalah gigi-mulut 'dan hilangnya setur.l!Jl gigi asli tidak menuniukkan' hubunqan ,der:igan tin'gkat pengeluaran rumab tangga 'per kapita, kecuali dalam hal P.erawat~n/p~ngqbatangigi. Ada kecenderungan semakin tinggi- tingkat pengeluarari rurnah tangga, semakin besar persentase penduduk yang menerima perawatan/penqobatan gigi. Tabel 3.6.4.2 Prevalensi Penduduk Bermasalah Gigi-Mulut, menu rut Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera_ Selatan, Rlskesdas Menerima Hilang· Bermasalah Gigi Perawatan Dari Seluruh Karakteristik - Mulut Tenaga Medis GigiAsli
.
Kelompok umur (tahun) < 1 1 - 4 5 - 9 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65+ Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
6,9 21,6 20,6 21,5 26,6
1,1
28,1 27,4 30,9 26,6 26,5 30,7
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0, 1
29,6 31, 1 29, 1 22,1
32,0 31,3 29,5 24,7
0,4 1,8 5,9 17,6
22,5 24,3
28,3 30,7
1,4 1,8
21,9 24,4
37,0 25,5
1,3 1,8
22,7 23,4 23,5
23.~ 26,2 28,8 31,3
1,4 1,6
pengeluaran
23,7 23,7
37,6
101
1,6 1,7 1,6
Tabel 3.6..4.3 Persentase Penduduk yang Menerima Per4wC\tan/Pengob~ta11 Gjgi_ menurut Jenls Perawatan dan,Kabupaten/Kota di Pro.y'insLS~mate.ra.S~latan, Riskesdas 2007
Kabupaten/Kota
Ogan Komering Ogan Komering llir Muara Enim Lah at Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasln OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera
• ·iJehis·Perawatan Gigi Pemasangan -..Penamb~lan~ . gig( tirt.ian : Pengobatan Pencabut~~/ .. Jep~san/gigi Bedah Gigi 'tiru~ri :C,ekat 70,7 41 ,5 90,0 13,3 ~5,8 84 ,0 56 ,0 10,0 93 ,1 47 ,8 6,3 82,9 34 ,9 15 '1 73,0 42,0 20 ,0 90,3 54,9 5,8 16,5 6,8 98'1 90 ,2 44 ,3 23,0 88 ,4 26, 1 15,9 6 ,4 83 ,7 52,9 87 ,1 35 ,0 1 ,4 89,7 25 ,6 7 ,7 82 ,9 61 ,0 19,5 87 ,2 9,6 40,5
Kdnseling Perawatan/ K~bersihan Gigi, 17 ,5 6 ,0 16 ,4 17 ,1 14,0 15 ,5 22,3 24 ,6 13 ,0 16,3 14 ,3 13,7 31 ,7 16 ,1
Lainnya 2,4 11 ,7 2,0 2,0 2,7 4,9 11 ,5 4,3 6 ,4 1 ,4 3,4 ~ ? ( ... . 3,9
Tabel 3.6.4.3 menunjukkan jenis perawatan yang paling banyak diterima penduduk yang mengalami masalah gigi-mulut, yaitu 'pengobatan' (87,2%), disusul 'penambalan/pencabutan/bedah gigi' (40,5%). Konseling perawatan/ kebersihan gigi (16,1%)dan pemasangan gigi tituan-Iepasan atau gigi tiruan cekat (9,6%). Menurut kabupaten/kota di Provinsi Sumatera S,el.atan , pengobatan paling tinggi di OKU ·Selatan (98,1 %) terendah diOgan Komering Ulu (70,7). Penambalan/pencabutan/bedahgigi tertinggi di Lubuk Linggau (6~-.0%), dan terendah di OKU Selatan(1~,5°(o). Terdapat tujuh kabupaten/kota dengan angkq prevalensi pemasanqan gigi tiruan lepas/cekat lebih tinggi dari angka prevalensi di Provinsl Sumatera Selatan yaitu di OKU' Timur (23,0%), Musi Banyuasin (20,0%), Lubuk linggau (19,5%), Ogan llir (15,9%), Musi Rawas '(15,1%) Ogan Komering llir (13,3%) dan Muara Enim (10,0%).Kesadaran untuk rr\elakukan konseling relatif sedikit di semua kabupaten kota (16,1 %). Tabel 3.6.4.4 Tabel ini menjelaskan jenis pera\.vatanyang diterirna penduduk yang mengalami masalah gigi-mulut dalam 12 bulan terakhir menurut mempunyai masalah gigi dan mulut menurut jenis perawatan/pengobatan yang diterima dalam 12 bulan terakhir dan karakteristik responden. Tabel di bawah menunjukkan tidak ada pola yang jelas jenis perawatan gigi yang diterima menurut kelompok umur. Tetapi ada kecenderungan, semakin meningkat umur, semakin besar persentase yang melakukan penambalan/pencabutan/bedahgigi dan pemasangan gigi tiruan lepasan/gigi tiruan cekat. Pemasangan gigi tiruan sudah ditemui pada kelompok umur anak sekolah, dan mulai umur 55 tahun ke atas persentase yang melakukan
102
pernasanqan gigi tiruan .menul)juk~an peninqkatan.Khusus angf
Tabet 3.6.4.4 Persentase Penduduk yang Menerimatperawatan/Perigobatan'Gigi Jenis Perawatan dan Karakteristik Responden di Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Karakteristik responden Kelompok < 1 1-4
5-9 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65 + Jenis Kelamin Laki- laki Perernpuan Tipe daerah
"l
Pengobatan
Penambalan/ .pencabutan/ bedah mulut
Pernasangan tiruan lepasan/ gigi tiruan cekat
Konse!ing perawatan/ kebersihan gigi
91 ,? 84 ,7 92 ,4 86 ,6 85,0 91 ,0 85,0 83,8 84 ,4
16 ,7 38 ,7 33 ,3 37 ,7 36,9 42.,7 50 ,7 37 ,4 54,5
0,0 2 .4 1 .4 3 ,2 15,7 11 , 1 13 ,0 14, 1 14 ,3
20,8 12 ,9 11 '1 10 ,1 19 ,0 18,9 19,8 14'1 16 ,9
2 ,8 7 ,5 5 ,0 1 ,0 6'1 0,0
87 ,7 86 ,7
39 ,8 41 '1
8,3 10 ,8
16, 1 16 ,0
3.,3 4 ,4
39,8 41 '1
8,3 10:8
16, 1 16 ,0
3,3 4 ,4
35 ,4 35 ,1 41 , 1 41 ,6 46,5
10,3 10,2 12 , 1 7 ,0 9 ,6
18 ,5 13.,0 13,5 15 ,9 19,2
2 ,9
9191
Lain nya
umur
Perkotaan 87 ,7 Perdesaan 86,7 -Tinqkat pengeluaran rum ah tangga Kuintil-1 90,5 Kuintil-2 87 ,0 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
menurut Provinsi
87 ,9 85'1 87 ,4
103
0,0 3 ,2 1 ,4
5
.p
3 ,5 2,9 4 ,5
Tabel 3.6.4.5 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun_ke Atas yang Menggosok Gigi Setiap Har] dan Berperilaku Benar Menyikat Gigi menurut Kabupaten/Kota di Prpyi~i Sumat~ra , ~Selalan, Riskesdas 2007 WaJctu menggosc:>kgigi ' Kabupatenrkota: Gosok gigi S~sudah Sebelu Saafmandi S~sudah Lain setiap hari m tidur nya pagi/sore makan pagi b~hgan ma lam pag!.
.
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Mu'ara Ehim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Sumatera Selatan
97 .4 9.0 , 1 88 ,0 94 ,6 96,7 90,7 94 ,1 97 ,2 96 ,4 96,0 98 ,2 98 ,2 93 ,7 98 ,4 95 ,1
98,5 94 ,1 98,4 99 ,4 98 ,0 97 ,8 94 ,1 98, 1. 95,9 99,3 98, 1 98,3 98 ,3 92,7 97 ,3
5 ,4 8 ,4 6,5 17 ,1 3,8 21 ,1 20 ,1 5,3 13,6 9,9 13 ,8 17 , 1 15 ,0 6 ,2 11 ,5
16',1 16,0 13 ,8 20 ,1 9 ,7 20 ,2 32,0 10,0 27 ,6 15 ,7 27 ,5 20 ,8 33,0 26,7 20 ,4
13 .o 1,7 ,6 16I1 30'1 6 ,0 19 ~8 25,1 10,7 18,0 13,5 36,5
35 ,9 10,5 22 ,0 19,8
·'
4,8 2,2 1 ,0 2 ,1 1 11 1 ,1 3 ,4 1 ,1 1 ,3 ,3 2,5 2 ,9 ,7 1 ,4 1 ,9
Tabel 3.6.4.5 di atas menggambarkan perilaku penduduk umur 10 tahun ke atas yang berkaitan dengan kebiasaan menggosok gigi, dan kapan waktu menggosok gi~i dilakukan. Sebagian besar (95,1%) penduduk umur 10 tahun ke atas mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari. Dari mereka yang menggosok gigi setiap hari, sebagian besar dilakukan pada saat mandi pagi dan atau sore (97,3%). Hanya sedikit yang melakukannya pada saat setelah makan pagi (11,5%) dan sebelum tidur malam hari (19,8%). Delapan kabupaten/kota mempunyai persentase lebih tinggi dari angka persentase Provinsi Sumatera Selatan dalam hal kebiasaan menggosok gigi setiap hari, yaitu Lubuk Linggau (98,4%), Prabumulih dan Palembang masing-masing (98,2%), Ogan Komering Ulu (97,4%), OKU Selatan (97,2%), Musi Rawas (96,7%), OKU Timur (96,4%) dan Ogan !lir (96,0%). Dua belas kabupaten/kota dengan angka persentase lebih tinggi dari persentase Provinsi Sumatera Selatan untuk menggosok gigi saat setelah makan paqi, persentase lebih rendah di kabupaten/kota Lubuk Linggau' (92,7%), OKU Timur (95,9%), Banyuaslri Ban Ogan Komering llir (masing-masing 94,1 %).Sedangkan Kabupaten/kota dengan'persentase lebih tinggi dari angka persentase Provinsi Sumatera Sela'tariuntl.ik menggosok gigi sebelum tidur malam adalah Palembang (36,5%), Prabumulih (35,9%), Lahat-(30,1%),Banyuasin (25,1%); Lubuk Linggau (22,0%), Musi Rawas(6,0%).
104
Tabel 3.6.'4.6 menunjukkan penduduk sepuluh tahun k~ atC!s·y~ng rneriggosok gig! setiap hari darr berperilaku benar menyikat gigi menurut·karakteristik responden Perilaku penduduk dalam menggosok gigi menunjukkan·varlasi menurut karakteristik responden, menurut 9mur, persentase penduduk yang mempunyai kebiasaan menggosok gigi setlap hart mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya umur, kecuali pada kelompok.umur 10-14 tahun. Sed~ngkan menurut jenis kelamin pada perempuan lebih tinggi dari lakl-laki. Menurut tipe daerah, persentase penduduk menggosok gigi setiap hari lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Sedangkan menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga semakin tinggi penduduk yang berperilaku benar dalam menggosok gigi. Dalam hal waktu menggosok gigi, secara umum terdapat kecenderungan penurunan
persentasewaktu menggosok gigi seiring dengan dengan peningkatan urnur, terutama mulai umur 15 tahun ke atas. Persentase penduduk menggosok gigi saat sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki, terutama di perkotaan. Begitu pula menurut tingkat pengeluaran rumah tangga, persentase penduduk menggosok gigi saat mandi paqi dan atau sore dan sebelum tidur malarn mnenga!ami
peningkatanseiring dengan peningkatan pengeluaran rumah tangga per kapita. Tabel 3.6.4. 7 menyajikan persentase penduduk umur 1 O tahun ke atas yang berperilaku benar dalam menggosok gigi. Dikategorikan berperilaku benar dalam menggosok gigi bila seseorang mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari dengan cara yang benar, yaitu dilakukan pada saat sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
'
Tampak persentase penduduk yang berperilaku benar menggosok gigi masih sangat rendah, yaitu 6,7%. Kabupaten/kota dengan persentase penduduk lebih tinggi dari angka Provinsi Sumatera Selatan dalam berperilaku benar menggosok gigi adalah Banyuasin (13,9%), Prabumulih (12,7%), Lahat (12,0%), Musi Banyuasin dan Palembang (masingmasing 10,5%) dan terendah di Musi Rawas (2,2%)", Muara Enim (2,4%) dan OKU Selatan (2,9%).
105
label 3.6.4.6 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Menggosok Gigi Setiap Hari
dan Berperilaku Benar Menyikat Gigi menurut Karakteristik Responden di Provinsi ~umat~ra Selatan, Riskesdas 2007 Karakteristik responden
Saat rnandl pagi/sore
Waktu menggosok gigi Sesudah Sesudah Sebelu Lain bangu·n m tidur makan nya pagi malam pagi
96, 1 97 ,7 97 .2 97 .4 96 ,1 88,2 73,5
96,3 98,0 97 ,8 97 ,3 96,8 97 ,2 95,7
11 ,5 12,5 11 .4 11 ,6 10,6 10,6 9, 1
19,3 22,0 20,4 21 ,0 19,8 19,2 16,0
17 ,5 23,9 21 ,3 18,9 18, 1 15,4 11 ,9
1 ,6 2 ,1 2,0 1 ,9 1 ,8 2,2 2, 1
94,9 95,3
97 ,2 97 ,4
10,9 12,0
19,5 21 ,4
17 ,3 22,3
1 ,9 2,0
97 ,4 94,0
97 ,2 97 ,3
14,0
10 ,2
25.0 18,2
29 ,0 15,3
2,2 1 ,8
94,6 94,6 94,9 95,0 96,3
97 97 97 97 97
18,3 19,7 20,6 20,0 23 ,1
16,7 18 ,2 19,5 20 ,1 24,4
1 ,7 1 ,7
Gosok gigi setiap hal"i
Kelompok umur ( thn) 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65+ Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran Kuintil-t Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
10 ,6
,0 .1 ,1 ,5 ,6
10,8 11 ,4 10,9 13,6
2'1 2 ,1 2,0
Tabel 3.6.4.7 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Menggosok Gigi menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Berperilaku benar menggosok gigi
Kabupaten/Kota
Ya
Tidak
PagarAlam Lubuk Linggau
3.5 2.4 12.0 2.2 10.5 13.9 2.9 5.8 4.9 10.5 12.7 5.4 4.3
96.4 96.5 97.6 88.0 97.8 89.5 86.1 97.1 94.2 95.1 89.5 87.3 94.6 95.7
Sumatera Selatan
6.7
93.3
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih
3.6
106
Catalan.: • , Berperilaku benar menylkat gigi adal~ti. ofarm yang rnenylkat gigi setiap hari dengan cara yang benar (sesudah rnakan pagi dan sebelurn tidur malam). Perilaku benar menggosok gigi menunjukkan variasi menurut karakteristlk responden. Menurut umur, ada kecenderungan persentase penduduk berperilaku benar dalam menggosok gigi mengalami penurunan seiring denqan peningkatan -umur, terutama mulai umur 25 tahun ke atas. Sedangkan menurut jenis kelamin, -persentase.perilaku benar dalam menggosok gigi lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Begitu pula menurut tipe daerah, persentase penduduk berperilaku benar menggosok gigi lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Menurut tingkat penqeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pengefuaran rumah tangga, semakin tinggi persentase yang berperifaku benar dalam menggosok -gigi. Tabel 3.6.4.8 Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Menggosok Gigi menurut Karakteristik·Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Berperilaku benar menyikat gigi Ya Tidak
Karakteristik respdnden Kelompok umur (tahun) 10-14
15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65+
6.2 7.8 7.3 6.9 6.3 5.3 3.7
93.8 92.2 92.7 93.1 93.7 94.7 96.3
6.2 7.3
93.8 92.7
9.8 5.3
90.2 94.7
5.9 5.8 7.1 6.5 8.4
94.1 94.2 92.9 93.5 91.6
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Tipe daerah
Perkotaan Perdesaan Tingkat
Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
pengeluaran
per
Catalan: Berperilaku benar menyikat gigi adalah orang yang menyikat gigi setiap hari dengan cara yang benar (sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam).
107
Komponen
Tabet 3.6.4.9 D, M, F dan Index DMF-T Menurut Menurut Kabupaten/Kota ProvinsiSumatera ·Se Iatan, Riskesdas 2007 M-T (X)
D-T (X)
Kabupaten/kota
F-T
(X)
di
INDEX DMF-T (X) 4,3
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muaraenim
1 ,2
3,0
0,1
1 ,1
0,0
5,9
Lahat Musi Rawas
0,7
4,9 3 ,5' 1 ,6
4 ,7 2 ,4
2,6 3 ,3 3 ,1 5 ,9
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
4,5
0, 1
1 ,2
1 ,1
3t1
Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur
1 ,6 1 ,1 1 ,0 0,8
4 ,9
Oqan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam
1 ,0 0,8 1 ,0 0,8
lubuk Linggau
0,6
4,2
0,1
3 ,0
0,0
2, 1
0, 1
4,2 6 ,7 3,7
4,2 3 ,9 6,9 5 ,4 5 ,4 3 ,8 2,8
~~~~~~~~~~·
1 ,0
Sumatera Selatan
3,6
0-T: rata2 jumlah gigi berlubang per orang M-T: rata2 jumlah gigi dicabut/indikasi pencabutan F-T: rata2 jumlah gigi diturnpat DMF-T: rata2 jumlah kerusakan gigi per orang (baik yg inasih berupa decay, dicabut maupun
Komponen
0-T
Sumatera Selatan
(diturnpat)
Tabel 3.6.4.10 D, M, F dan Index DMF-T Menurut Menurut Kabupaten/Kota ProvinsiSumater.a Selatan, Riskesdas 2007
Kabupaten/!
4,7
0,1
M-T (X)
(X)
F-T (X)
di
INDEX DMF-T (X)
3 ,0
0, 1
4 ,9 3 ,5
0,0
5,9
0,0
0,7
1 ,6
0,0
4,7 2 ,4
1 ,1
3 ,1
0,0
4,2
1 ,6
4,9 2,6
0,0
6 ,7 3 ,7
1 ,2 1 ,1 1 ,2
1 '1 1 ,0 0,8 1 ,0 0,8 1 ,0 0,8
0,0 0,0
3,3 3t1
1 ,0
4,2
4 ,5
0,0 0,0 0, 1
4 ,2
0,1
3,0
0,0
3 ,8
2 ,1
0, 1
2,8
5,9
0,6
4 ,3
3,6
3 ,9 6 ,9 5 ,4 5,4
0,1
D-T: rata2 jumlah gigi berlubang per orang M-T: rata2 jumlah gigi dicabut/indikasi pencabutan F-T: rata2 jumlah gigi ditumpat DMF-T: rata2 jumlah kerusakan gigi per orang (baik yg masih berupa decay, dicabut maupun
108
4,7
(ditumpat)
Tabel 3.6.4.9 menyajikan komponen DMF-T rnenurut kabupatenlkota. lndeks DMF-T sebagai iodikator status kesehatan gigi,.merupal
0-T
M-T
F-T
(X)
(X)
(X)
0,5 0,6 0,8
0,2 0,2
1,2 0,9
3,3 16, 1
0,0 0,0 0,0 0,1 0,0
0,5
Index DMF-T
0,8 0,9 1,3 4,6 17,0
1,0
3,3 4,0
0,0 0, 1
4,3
1,0 0,9 1,1
3,6 3,6
0,1 0,0
4,5 4,7
1,1
3,4
0,0
4,6
1,0 1,0 1,0
3,7
0,0 0,0
4,7 4,7
0,0 0, 1
4,8 4,6
0,9
3,6 3,8 3,6
5,0
Catatan D-T : Rata2 jumlah gigi gigi berlubang per orang, M-T : Rata2 jumlah gigi dicabut/indikasipencabutan, F-T : Rata2 jumlah gigi ditumpat, DMF-T: Rata2 jumlah kerusakan gigi per orang (baik yg masih berupa decay, dicabut maupun ditumpat),
109
label 3.6.4.12 menyajikan prevalensi karies aktif dan pengalaman karies penduduk umur 12 tahun ke atas menurut kabupaten/kota. Dikategorikan karies aktif bila men:iiliki indeks D-T >O atau ·karies yang belurn tertangani dan mempunyai penqalamankarles bila ih'deks DMF-T >O.
label 3.6.4.12 Prevalensi Karies Aktif dan Pengalaman Karies Penduduk Umur 12 Tahun ke Atas rnenurut menurut'Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Risk~sdas 2007 Kabupaten/kota
Karies aktif
Pengalamankaries
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin
51 .o 44 ,2 56 ,2 30,9 44 ,1 55 ,6 47 ,0 51 ,7 25 ,4 44,9 40,7 52 ,7
75,8 75,8 78 ,4 48,8 67 ,2 86,8 70 ,4 73,0 55,6 82,0 79,0
33 ,4
65 ,0 53,5 71 ,2
Banyuasln OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam lubuk Linggau
Sumatera Selatan
29,0 51 ,0
81 ,8
Catatan: • Orang dengan karies aktif = orang yang memiliki D>O atau Karies yang belum tertangani. • Orang dengan pengalaman karies= orang yang memilki mernllikl DMFT >O.
Dari tabel di atas menunjukkan prevalensi karies sebesar 51,0% dan yang mempunyai pengalaman karies sebesar 71,2%. Terdapat empat kabupaten/kota, dengan prevalensi pengalaman karies lebih tinggi daripada prevalensi Provinsi Sumatera Selatan yaitu Muara Enim (56,2%), Musi Banyuasin (55,6%), OKU Selatan (51,7%, Prabumulih (52,7%).
110
Ta:beJ 3.6.4.3 . ·1 • r :
1·~
e,
Prevalensl Karles: Aktif dan. E?engalaman-Karies menur.ut Karakteristik Responden·di·Provinsi Sumatera Selatan,. Rlskesdas 2007 i
Karalderistik responden
'
Karies.aktif
'
Pengalaman karies
Kelornpok umur ( tahun)
12 15 18 35-44 65 + Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4
r
29,8 36,1 41,2 53,8 32,5
36,1 43,6 50,8 80,5 94,4
43,2 43,6
65,7 68,5
42,0 44,3
66,5 67,6
42,5 43,7 43,8 44,0
66,2 67,5 68,4
64,6
Kuintil-5 42,8 68,9 Catatan : Orang dengan karies aktif = orang yang merniliki D>O atau Karies yang belum tertangani. Orang dengan pengalarnan karies= orang yang memilki m'emiliKi DMFT >O.
Tabel 3.6.4.12 menyajikan prevalensi karies aktif dan pengalaman karies menunjukkan variasi rnenurut-karakteristik responden Dari tabel di atas menunjukkan prevalensi karies meningkat'sampai umur 35-44 tahun dan menurun kembali pada umur 65- tahun ke atas.Prevalensi karies. hamper sama antara lakilaki dan perempuan- tetap] di perdesaan sedikit lebih tinggi dibanqlnqkan di perkotaan. Menurut ting~at pengeluaran rurnah tangga, ada kecenderunqan semakin tinggi tingkat pengeluaran rurnah- tangga s,emakin besar, yang rnempunyai pengalaman karies, hal ini terjadi sampai tingkat pengeluar,an rumah ta.ngg~ pada k~uintil 4, .. , Prevalensi penqalarnan karles rpenurut umur, ada kecenderunqan sernakln meningkat _4mur, semakin rnenlngjcat yang rnernpunya], penqalarnan karles, Rengalaman karies, (DMF"!T>O) sedjkit lebih tinggi pada kelornpok perernpuan dan di perdesaan, Menurut tingkat -penqeluaran rumah tangga, ada kecenderunqan semakin tinggi tingkat ,pengeluaran rumah tangga semakin besar yang mempunyai pengalaman karies.
111
Tabel 3.6.4.14 Required Treatment Index .dan-Performed Treatment Index menurut Kabupaten/Kota di:.Provinsi'Sumatera Selatan, Riskesdas·2007 I
Kabupaten/kota
A•'
RTI PTI MTI .(D/DMF-"t)x100% (F/DMF-T)x100% (Mf[)MF-T)x100%
PagarAlam Lubuk Linggau
27.5 17.1 25.3 29.0 25.7 23.9 29.1 24.3 19.9 14.7 15.4 19.5 21.4 21.1
2.5 0.6 4.6
70.8 82.4 75.1 66.2 73.6 73.2 69.0 76.8 79.4 84.9 83.3 78.0 77.9 76.5
Sumatera Selatan
21.5
1.1
77.2
Ogan Komering Ulu Ogan Komering lfir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih
1.7 0.5 0.5 1.5 0.7 0.7 1.3 0.3 0.8 0.4 1.4
Tabet 3.6.4.14 rnenyajikan persentase gigi tetap yang ditumpat dan bersentase gigi tetap yang karies menurut kabupaten/kota Dari tabel di atas tarnpak PTI (motivasi seseorang untuk menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap) sanqaf rendah hanya 1, 1 %, sedangkan RTI (besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan) sebesar 21 ;'5%. Terdapat tujuh kabupaten/kota yang angka Rlf-nyatdlatas rerata-Provinsi Sumatera Selatan dan terdapat lima kabupaten/kota yang rnernpunyal 'nilai PTI di bawah rerata Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 3.6.4.14. rnenurjiukkan persentase PTI dan RTI dengan variasi menurut karakteristik responden. Menur'ut umur, persentase RTI mulai umur'15 tahun cenderung r'nenurun seiring rneriinqkatnya umur, sedar(g'kal'I 11ilai PTI meningkat sampai pada-urnur 18 tahun, untuk selanjutnya menurun. 'Sedangkan menurut jenis kelarnin, RTI pada laki-laki lebih tinggi, persentase PTI tidak berbeda pada taki-lakirnaupun perempuan, Nilai PTI di perkotaarr tiga kaf ieoih tinggi dibandingkan di perdesaan, ..sedangkan nilai RTI lebih tinggi di perkotaanMenurut tingkat pengeluaranrumah tangga per· kapita, ada kecenderungan 'semakln- tinggi Ungkat pengeluarail rumah tangga 'sernakin tinggi pula nilai PT!, tetapi sernakln menurun riilai RTl-nya. Berarti sen'lakin tinggi status ekonomi semakin baik motivasi penduduk untuK merawat kesehatan giginya.
112
', ~ . .... . . T.abp~3Mp:4.;15, ' i.; i - .. ,ci ! "': • '-Require'CFfreatrnent Index dan ~e(fOJJTU~d rr~~tmpo,t tndex.menurut KarakteristikRespondan -di P.rovin~t-aumatEtra.S.elatan, Rlskesdae' 2007 Karaktetistikresponden
RTI L (D/DMF-T)x100%
PTI (F/DMF-T)x100%_
·MTI ·1 (M/OMF-T)x100% l'
Kelompok umur ( tahun) 12 15
18 35-44 65 +
67,5 68,1 57,5
1,8
25,1 22,4
39,9 71,6
5,3
2,8 1,2 0,3
23,5 19,8
1,1 1,1
75,5
Perkotaan 19,6 Perdesaan 22,4 Tingkat pengeluaran rumah tangga
1,8 0,8
78,3
75,3 77,9
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tipe daerah
26,5
Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3
23,8 2U 21,9
0,8 0,9 1
Kuintil-4
21
0,9
~
94,8
78,7
76,7
77,3 77,8
Kuintil-5 20,2 1,8 77,4 Catatan: Performed Treatment lndex(PTI) merupakan angka persentase dari jumlah gigi tetap yang ditumpat terhadap angka DMF-T. PTI menggambarkan rnctivasl dari seseorang untuk ·menumpatkan giginya yang be(1ubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap Required Treatment Index (R11) merupakan angka persentase darr jumlah gfgi tetap ya.ng karies terhadap angka DMF-T. RTI menggambarkan besarnya kerusakan y;;,ng belum ditanqani dan memerlukan penumpatan/pencabutan.
Tabet 3.6.4.16 menyajjkan persentase glgi tetap yang dlturnpat dan per~sentase gigi tetap yang karies menurut kabupaten/kota. ••
,
113
Tabel 3.6.4.16 Proporsi Penduduk Umur 12· Tahun ke Atas menurut Fungsi Normal Gigi, Ecfentulous, Protesa dan Proviilsi Karakteristi .k Responclen di.Provlnsl · sumatera:Senttan, Rlskesdas 2007 · Karakteristik
Fungsi Normal
Edentulous
Protesa
Kelompok uniur ( tahun) 12 15
100,0 100,0
0,0
0,0 3 ,8
99 ,6 94,9 45,6
18 35-44 65 + Jenis kelarnin Laki- laki Perempuan Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran Kuintil-1
92 ,6 90'1 91 .8 91 '1
0,0 ,4 ,3 14 ,5
11 '1 14 ,3
1 ,3 1 ,6
8,3 10,8
1 .4 1 ,5
6.9
1 ,2
10,3 10 ,2 12,1 7 ,0
11 '1
rum ah tangga 92,3 90 ,9
Kuintil-2 1 ,7 Kuintil-3 91 ,3 1 ,5 Kuinti!-4 91 ,0 1 ,6 Kuintil-5 91 ,4 1 ,3 9 ,6 Catatan: Fungsi normal gigi = penduduk dengan minimal 20 gigi berfungsi (jurnlah gigi ~ 20) Edentulous= orang tanpa gigi Orang dengan preotesa = orang yang memakai protesa
Tabel 3.6.4.16 menunjukkan petsentase penduduk dengan fungsL normal gigi, edentulous dan penggunaan protesa bervariasi menurut karakteristik responden. Tampak persentase responden umur 35 - 44 tahun dengan fungsi gigi normal sebesar .94,9%, lebih tinggi .dari target WH0..2010. (90%) Sedangkan pada usia 65 tahun ke atas hanya 4p,6%, masih jauh di bawah target WHO (75%). Persentase edentulous penduduk urnur 65 tahun ke atas sebesar 17 ,6%, jauh lebih tinggi dari target WHO (5%). Edentulous lebih banyak dijumpai pada perempuan dan lebih tinggi di perdesaan. Tetapi menurut tingkat pengeluaran rumah tangga, fungsi normal gigi dan edentulous.tersebar merata pada semua tingkat pengeluaran rumah tangga.
3. 7 Cedera dan Disabilitas 3.7.1
Cedera
Data cedera diperoleh berdasarkan wawancara kepada responden semua umur tentang riwayat cedera dalam 12 bulan terakhir. Cedera didefinisikan sebagai Iuka atau trauma akibat faktor internal (dari diri sendiri) maupun eksternal (kecelakaan dan peristiwa lain yang menimbulkan rasa nyeri/sakit), baik disengaja ataupun tidak.
114
0)
.....
(") • I'--_ LO
0
CJ?.
NM
sjpeur ue)fepU!l 1se>111dwo)f
N
0
......
..... 0 dese 6unJ n)fJaJ/Je)feqJal
LO
LO
..- ..-
1se1peJ '>t!JJ>ta1a u1sa1111
0)
LO
M
0 !J!P 4nun9 e4esn
.....
-.:r_
we1e eue:>Ua9
0
0
-.:r_
..... 0
0
unoaraq uet.1eque6uap '("-" (V) )lelUO}I
.....
>1eqwal!a
0 (")
.....
LO
0
Ct
"
M
0
N
0)
I'--_ eo 0
epuaq e>1n1Jal
N_ 0)
0
0
LO
t--_ "
-.:t_
eJepn !SelJOdSUt!Jl uee>1e1a:>a)f
-...
eQ) <1l
0. I
::s
.a <1l ~
(0
"
N
(")
"=':. ..It)
co
0
N
0
0
LO
"
I'-_ -.:t_ O>
0)
"
0)
(")
..--
0
~~LO~;:j!;~~M~~M~~~
o.,...... o o "'-~ eJapa:J
(0
0
lne1 iselJodsueJJ uee>1e1a:>a)f JeJep !P 1selJodsueJl uee>1e1a:>a)f
C:O
q_ ~
N_OJ
NO!'--M"
&.0
c.o_c.o_oo co
M
~
"
.j>.(..)
U1U1.j>.Wl'-)U1.j>.
CnO,
-N~·CnNCJ>-~(D
O).j>.(..)(JOU1
<..><..>
00)
OlWU10>Nc.>.j>. -"NN.....,OtUIVJ
c.nNN:.....O
eo:....
woeo-_..
"'""'"'"'"'
00
O""""'
O-"
O."N
O.en
:,,.;..,
......,.0
oN
-"'OO
aU.
°N".s>.
;,.,O.C:n
°'°'
...a.oowco "'"°'°'°'°'
t.00.o
...a.o :...io.
(O.j>.0>U1"->
~~
"'en N
NO
....a.NNNN ·oi C.11
l'-).j>.c.)(,).j>.(Jl.j>. CX>
aw:...".s>.;,.,".i>.a
(O~~~~o;o; :.....c.n~to~-. . . ())
.:::i....P..c..JA!.n(J\VJO
N(..)CJl.j>.01(..) •.j>.
O>'.i>. (..)
O>O~N
Kecelakaan transportasi
udara (..) (..) w
.j>. 0)-.J 00 (..) (..) .j>."' (..)
:...iw:...i".i>.
"'°'
Ol .j>. 00>
~:....
a:,c..,,a,- ....... N~
"'"'
(,)(..)
".s>.:...i co
W.fl.....a.t..Jc..>.J)t..N
C..J-\.(J't
"'~ c.oc..no
Jatuh
:.a. lnNO
WO>C>U'l....i..,i:......4
0oi-J".s>.U.·"";,.,o,
Terluka bend a tajam/tump ul
Ol_...-"N-JN
.b.
Penyerangan
~ CrtCoNOO
Ditembak . "U d engan seruata ~ apt (1)
0
0
0
°'
OIWWWW-.JOOOO OOOl.OOO
~NO~
WW"-'WN...Jr....a.
NNNNNW
(Jl(..)(110)()01'->
N~
0
Kecelakaan transportasi di darat
Kecelakaan transportasi laut
VlN
~
~~~~~~.,.,
~~~~(Ooo Neo'°wN'.i>. 0.
--..J:....
enm~o.
Cedera
~NCoUiCnWCnCo
".!>.
'.i>.
O' 1')...a.
c;,.JWVJW~~_.,
CDC>
Nin-...a. O>Co1'.>N
O'l..J:i..NNWo
"'"'
o.c.,,
~Ol-c..t1N-NC:o
Kontak dengan bahan
"'
O'
o (1)
c.
(1)
iil 0
N 0
N
0
-1\)
0
_o
0.
".!>. oo
...... ~oo_.,
°'-""' :...i·w·-
Woo
..... o
r-.,".s>.eo
·"'".!>.
-""'
0
Co
0
00
m:....
".!>.
0
0
:...,
Tenggelam
Co
Mesin elektrik, radiasi
00
(n'"c.)
Terbakar/ter ku-rung asap
ol\)
00
:...,
0
'.,,.(..)
00
NO.
0
Usaha Bunuh diri
0 -.j>.
"' 0
:,,.o.
Bencana a lam
0
0.
':i>.N
WW._,-.JOOWN
-N-...a.t.o:....mwc.o
".!>.(..)
0
0
".!>.
Co
(0(11(..).j>.(,)I'-)
:...i'Nw'Nm·'°
Asfiksia
00
00
N:....
0
O>
Kompllkasi tindakan med is Lainnya
Tabel 3} ..A .~ Menurut kefo'tnpok umur , penyebab cedera-karena-jatuh tertinggi~pada kelompok umur 75 tahun keatas (92,9%),terendah 'pada umur 15-24 tahun (35, 1 %). Penyebab cedera karena kecelakaan transportasi di darat· tertinggi pada kelompok umur 15-24 tahun (54,9%), terendah urnur 1-4 tahun(4,7%) .. Penyebab cedera karena terluka benda tajam/tumpul yang menduduki perlnqkat tertinggi kelompok Ul)1Uf adalah 45-54 tahun (36,2%) dan terendah umur 75 tahun (7, 1 ~). Prevalensi cedera berdasarkan-pernbaqian kelornpok-jenis kelamin, tampak bahwa kejadian cedera lebih tinggi pada laki-laki (5,6%). Cedera yang disebabkan oleh jatuh lebih sering pada perernpuan (60,4%). Cedera yang disebabkan oleh kecelakaan transportasi di darat lebih tinggi pada laki-laki (37,4%). Cedera yang disebabkan oleh terluka benda ta]am/tumpul hampir sama pada laki-laki dan perempuan. Penyebab cedera yang hanya ditemukan pada perempuan yaitu ditembak, bencana alam dan usaha bunuh diri. Prevalensi cedera berdasarkan pembagian kelompok pendidikan , terlihat kejadian cedera paling tinggi pada kelompok tidak tamat SD (5,4%) dan tamat SMP (5,3%). Cedera yang disebabkan karena jatuh tertinggi pada kelompok tidak sekolah (73,5%), terendah tamat disebabkan l<,;:in::i.n,;:i kecelakaan transoortasi ni carat tartingni 1-· f-1'"' SMA (33 3 o'o) Cedera yanq pada kelompok tamat SMA (53,8%), terendah tidak sekolah (8,8%). Cedera yang disebabkan karena terluka benda tajam/tumpul tertinggi pada kelompok tidak sekolah (32,4%), terendah tamat SMA (23,3%). I
/(
•
O -
O
-
_.
_._
...
IO
.........
, -·
·-
, .. _
.......
,_,,
__
I
...
-·
I lo
I
-·
..... _
1,,-0
'-11
I
!:::jl
Prevalensi cedera berdasarkan pembagian kelompok pekerjaan, terlihat kejadian cedera paling tinggi pada kelompok dengan pekerjaan sekolah (5,4%), terendah mengurus RT (2,6%). Cedera yang disebabkan karena jatuh tertinggi pada kelompok dengan pekerjaan sekolah (56,4%), terendah pekerjaan lainnya (29,0%). Cedera yang disebabkan karena kecelakaan transportasi di darat tertinggi pada kelompok dengan pekerjaan wiraswasta (52,8%), terendah mengurus RT (25,9%). Cedera yang disebabkan karena terluka benda tajam/tumpul tertinggi pada kelompok dengan pekerjaan petani/nelayan/buruh (35,5%), terendah pekerjaan lainnya (9,7%). Prevalensi cedera berdasarkan pembagian kelompok tempat tinggal dan tingkat pengeluaran perkapita, terlihat kejadian cedera lebih tinggi di desa dan terendah pada tingkat pengeluaran perkapita paling tinggi (kuintil 5). Cedera yang disebabkan karena jatuh lebih tinggi di desa ,terbanyak pada tingkat pengeluaran perkapita paling rendah (kuintil 1 ). Cedera yang disebabkan karena kecelakaan transportasi di darat lebih tinggi di kota dan meningkat seiring dengan peningkatan pengeluaran perkapita. Cedera yang disebabkan karena terluka. benda tajam/tumpul lebih tinggi di desa, terendah pada tingkat penqeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).
117
Tabel 3.7.1.3 Prevalensi-Cedera Menurut Bagian Tubuh Terkena Cedera Menurut Kabupaten /kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 :t::
..,.lil:
-·-
.J ...
m~
c
Kabupaten/Kota Lo
~
Q)
..J
cu·~·«I
cu
E' ::s
c.!t(.
.!!! ]! ::s •C> e ... c C> ::s ::s cu cu
~ ca
.c
Ogan Komering Ulu
16,9
1,5
3,1
7,7
9,2
10,8
·26,2
9,2
29,2
40,0
Ogan Komering llir
15,1
3,4
4.5
5,7
13,6
29,4
43,0
6,8
40,8
20,0
5,4
9,3
10,1
26,4
55,8
10,1
32,6
28,7
5,3
6,7
10,7
32,0
30,7
4,0
25,3
16,0
7,8
Muara Enim La hat
32,0
Musi Rawas
20.8
1,9
11,3
16,0
22,6
20,8
14,2
8,5
22,6
23,6
Musi Banyu Asin
17,2
3,0
10,1
12,1
12,1
26,3
26,3
13, 1
34,3
22,2
Banyu Asin
23,9
3,0
4,5
10,4
22,4
26,9
1.3.4
40,3
20,9
5,8
10,1
36,2
42,0
2,9
47,8
46,4
3,0
9,1
18,2
39,4
27,3
51,5
17,0
29,8
17,0
9,6
48,9
35,1
Ogan Kornering Sela tan
Ulu
Ogan Timur
U!u
Komering
10, 1
2,9
15,2
12,1
Ogan llir
21,3
11,7
Kota Palembang
11,3
3,1
Kola Prabumulih
20,9
Kola Pagar Alam
13,6
3,0
8,3
Kata Lubuk Linggau
10,0
4,0
6,0
Sumatera
16,2
1,6
5,7
Selatan
11,7 5,0
7,5
12,5
22,5
5,0
29.4
31,9
7,0
7,0
13,9
18,3
4,3
30,4
33,0
23,5
29,5
34;8
9,1
33,3
28.8
2,0
22,0
32,0
46,0
2,0
46,0
14,0
8,2
13,3
24,4
32,1
7,~
35,0
27,8
12,9
*Bagiah tubuh terkena cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)·
Tabel 3.7.1.3 menunjukkan prevalensi cedera menurut bagian tubuh terkena cedera menurut kabupaten /kota Pembagian katagori bagian tubuh yang terkena cedera didasarkan pada klasifikasidari ICD10 (International Classification Diseases), yang mana dike!ompokkan ke da!am 10 kelompok yaitu bagian kepala; leher; dada; perut dan sekitarnya (perut,punggung, panggul); bahu dan sekitarnya (bahu dan lengan atas); siku dan sekitarnya (siku dan lengan bawah); pergelangan tangan dan tangan; lutut dan tungkai bawah; tumit dan kaki. Responden pada umumnya mengalami cedera di beberapa bagian tubuh (multiple injury). Prevalensi tertinggi bagian tubuh yang terkena cedera berdasarkan kabupaten di Sumatera Selatan tampak adalah sebagai berikut: bagian kepala di kabupaten Lahat (32,0%), bagian leher di kabupaten Ogan Komering llir (3,4%), bagian dada di kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (12,1%), bagian perut/punggung/panggul di kabupaten Musi Rawas (16,1%), bagian bahu/lengan atas di kabupaten Pagar Alam (23,5%), bagian siku/lengan bawah di kabupaten OKU Selatan (36,2%), bagian pergelangan tangan dan tangan di kabupaten Muara Enim (55,8%), bagian pinggul/tungkai atas di kabupaten Banyuasin (13,4%) ,bagian lutut dan tungkai bawah di kabupaten Ogan llir (48,9%), bagian tumut dan kaki di kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (51,5%). 118
0
......
......
a>. v.
I()
......
oo. ('t)
«>.
~v~~gi~~~~~
:c
4eMeq o ....- «>. «>. ....- ""· m. oo. 1e>16un uep ~mn1 Of'....-vOON
c: d)
"C
c:
~
o
co.
v. co. co.
0
I()
M
g~~~
tco NN
gi
O'>_ t-_
I()
I()
""·
co.
co ......
co .............
('t) ('t)
I()
v
N
M
M
0 M
M
0
a.
f/l d)
0::
o
.x
N
oo
m co.
M
M
0
:;;
oovcx>COCON
f/l
oo. oo Ot-00 NN
co.
"
r--•
t-.
t- •
co
I()
lO
·.:d) ~
...
11:1 ell
::s:::""'"' c: 0
11:1 Cl "ON 11:1 f/l c: 11:1 d)
"C
d)
.x
·-en
g>~
ca 2 ..... 11:1 2 E ::s :::s c: en d)
(.)
epuaq lJl?Meq uefiuaj 'ml!s
Cll
c:
Q)
...
..:.: I
t-
r--. o.
0
"
..--
..-- <.D
-e--'
r--
ON"
M
..-
N_ M
N
N ..-(") ('t)
I() (")
....... (")
"
lO
(")
O')
O')
I()
N
<'>
lO N
-e--'
(") "
(")
cp_
N..-N
N
I()
"
sei uefiue] 'n4e9
N
co
m
1n66ued' 6un66und 'lnJad
co. ·~ w,
N_ CO t-
O')
"
CX)
O')
.......
.......
0
0
"!.. "
·-
E ~ ~·:;:: d)
.,....
Q)
..c: II) :::l ..c: 02 ..0 ::s ~ ::::I ..c c: t::s 11:1 c: I- «i .~ C) c: 11:1 d) (II I-
M
N..--"
"C
Q)
~~
"
EQ)
0
epea
"C ... d) D..
IO "
t-_
co_
-e--
......
0
N
IO
t-
co
lO
o
lO_ ........
"!..oocolOMoo..--co..-
O')
NN
..-ociM..-o"
CO
00
...... N
NN
""· co. r-- ('t) ......
c: Q) "C
c: 0
a.
Ill
....
Q)
..:.: Ill
'i:
~
E(II
~
.s::.
co c: c: 0 co ro ..I<:'. ::I .I<:'. (!.) a.·U)
E 32 (I)
-0
L..
c:
0...
0...
Q)
(I)
..I<:'.
ro
-0
i=
0
(f)
II~1
A -I c: -· -· :::i
·co:J
c::r. ""' Ill -""":,...
'"O Cl)
:J
co ~ c: Ill
@ :J
~ ...... ~ ............
m
-....J-""c..>CX>en w"N mo~
N
m~
N
m ~ Kepala
0)
N
....... _.......
(J.)
c..n"N-....J
-"OUtWWO'IW
...... I\.)
0 I\)
Leher
w en 00 ""' °"" en _00 Dada N--""""' .......
c..n N Perut, ....... "" ""....J punggung , panggul
CONWWO
.............. N c..n
encocn"N""....J
0)
0
NNNNN
N
......
-"~~--"-"""
w (,.) 0) (,.) 01N-....JCD
(,.)
0)
co
--.!
(!)
...... .............. CD
N
---.i
oi
-"NNN_.N
~ Bahu,
N
w a» bi lengan atas
N--.J-....JCX>NN ~Siku, CD CX) -0) 0) N -_. lengan
(>.)
bawah
l (>.)::~~~·-~~
(,.)(>JO)(!)
N Ul
.......
"'I
WNW ex>
en
N 0> -.a.
coc..nmwm
i:x>
-N
CO
ex>
W
W
<...>WW
N
.j>..
m
I GI
~C::IQll~
i:x> n tangan dan ~ Pinggul, w ungkai tas
wwwww 1\)-....JO)
......
CD-""--""CD-'-
~~~·~~
o,·-.,.. "N "N ......
WWVJl\)I\.)(..)
en -"" co en -....J c..nenmm
l\lNWWNN
(O(O.j>..1\)->.(0
o -....J°O> ....... o Cr>
•.
:rab~I 3.7.1.5 menunjukkan ..karakteristik responden
prevalensi ·
cedera
rnenurut
baqi,ao
tubuh
terkena
dan
_
I
1
'
•
4ntuk bagian tubuh yan9' ierkena cedera berdasarkan karakteristik responden yaitu kelompok .umur, jenig. kelamin, pendldlkan, pekerjaan, .tempat tinggal 1·'dan ·tingkat pengeluaran perkapita terfihatbahwa cedera untuk bagiai:l kepala tertinggi pada kelompok : umur diba'«aJl 1 tahun dan :1-4 tahun, laki-laki , meningk&t seiring dengan peningkatan pendidikan, tidak bekerja ,, di kota.dan tertinggi pada ti11gkatpenqeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5)., Cede,ra pada ~agian ,leher tertinggi pada,. kelompok : urriur diatas 75 tahun, perempuan, tidak. sekolah,,.wir,aswa~ta tetapi untuk di, kota dan dldesa sarna dan tidak ditemukan adanya pengaruh tingkat ,pengeluaran perkapita. Cedera pada bagian dada paling banyak pada kelompok : umur ;35.-44 tabun, lakl-taki, tamat ~MP, wiraswasta, di kota dan tidak ditemukan adanya pe'ngaruh tingkat pengeluaran perkapita. Cedera pada bagian perut/punggung/panggul paling tinggi untuk'kelornpok : umur dibawah 1 tahun, laki-lak,tidak sekolah, pekerjaan lainnya,di kota dan ..tidak ditemukan adanya pengarnh tingkat pengeluaran perkapita. Ceders pada baqian baR'u/lengan atas tertinggi pada kelompok: umur 15-24 tahun, laki-laki, tamat-SMA, pekerjaan lainnya, dikota dan tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5). Cedera pada bagian siku/lengan bawah tertinggi pada kelompok : umur diatas 75 tahun, laki-laki, tarnat ~s~,,1A peqawai (neqri, swasta, ROLRf), di kota dan tidak ditemukan adanya pengaruh tingkat pengeluaran perkapita.Cedera pada bagian pergerangan tanqan dan tangan tertinggi pada kelompok : 25-34 'tahun.laki-laki, di kota, tidak tamat SD, petani/nelayan/buruh·dan terendah pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5). Cedera pada bagian pinggul/tungkai atas tertinggi pada kelompok : umur 75 tahun keatas dan 65-74 tahun.perernpuan, tidak sekolah, tidak bekerja,di kota dan tidak ditemukan adanya pengaruh tingkat pengeluaran perkapita. Cedera pada bagian lutut dan tungkai bawah tertinggi .pada kelompok : umur diatas 75 tahun, iaki-laki, tidak tamat SD, sekolah,di desa dan menlngkat seiring dengan peningkatan 'tinqkat pengeluaran perkapita . Cedera pada bagian tumit dan kaki tertinggi pada kelcmpok : umur 55-64 tahun, perempuan, tamat SMA, wiraswasta, di kota dan pada tinqkat-penqeluaran perkapita terkecil (kuintil 1 ). 1
Tabel 3.7.1.5 Prevalensi Jenis Cedera dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/kota
c:
...
C'CI ::I
..... c:
Cl)
cc Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih PagarAlam Lubuk Linggau ..Sumatera Selatan
.....Cl)
o .9! C'CI .:.::
::I
....J
... C'CI C'CI.:.:: .:.:: ::I ::I .Q
....J ... Cl)
.....
29,2 32,5 46,5 48,0 36,8 30,3 50,7 42,0 54,5 36,2 30,6 33,0 45,5 32,0
46,2 55,8 48,8 50,7 42,5 55,6 58,2 73,9 33,3 72,3 50,6 61 ,7 54,5 48,0
30,8 36,6 47 ,3 33,3 13,2 20,2 17 ,9 17 ,4 30,3 14,9 13,8 18 ,3 22,0 32,0
29,2
46,2
30,8
C'CI
.:.::
C'CI .Q C'CI
..:.::
::J ....J
1 ,5 1 ,9 3,9 2,7 ,9 2,9 6 ,1 3'1 ,9 3,0 6,0 1 ,5
* Jenis cedera jumlahnya bisa lebih dari satu (multiple injury)
121
- Cl
.!:::: c:
=
.:.::
C'CI Cl
I-
.s
... Cl)
Cl) ...
15 ,4 29'1 14,0 16,0 41 ,5_ 26,3 19 ,4 10'1 45,5 27 ,7 29,4 17 ,4 21 ,2 44,0 15 ,4
.c: Cl .1'9 c: C'CI~
a. .....::J·
C'CI ..... .:.:: 0 C'CI Cl ... Cl Cl) Cl
e
<
6,2 8,3 3'1
1 ,5 4,2 ,8
18,9 10'1 1 ,5 5,8 12'1 8,5 3,8 3,5 4,5 14,0
4,7 2,0
6,2
c.
c: C'CI c: ::I o
.s
..:.::
II)
::I .....
::J
...
~ Cl)
1 ,5 1 ,1 0,8 2,7 2,8
1 ,4
1 ,4
0,8 2,0 1 ,5
3,0 2,0 1 ,5
C'CI
>-
c: c:
"(U ....J
3,8 9 ,4 4,3 6 ,1 22,3 18,8 7 ,8
Tabet 3. 7 .1.6 menunjukkan Klasiftkasi
jenis
cedera
prevalensi di slnl
jenis cedera dan kabupaten/kota
rnerupakan
modifikasi
dari
klasitikasi
menurut
ICD-10
(International Classification Diseases). Jenis cedera dapat dlarfikan juga sebaqai jenis Iuka yang dialami oleh responden .yang' mengalami cedera. Preyalensi jenis cedera merupakan angka prevalensi dari responden yapg mengalami cedera. Jenis cedera yang dialami oleh responden bisa leblh dari satu jenis cedera (multiple injury). '· Prevalensi tertinggi 'Jenis cedera di Sumatera Selatan yaitu Iuka lecet (46:2%), Iuka terbuka (30,8%) dan benturan ·.(29,2%). Untuk masinq - masing '[enis cedera prevatensl fertinggi rnenurut kabupaten yaliu b_~turah 5~,5% 'di OKU'Jimur), Iuka lecet OKU Selatan' (73,9%), Iuka terbuka (Mu,ara Enim '(47,:}:i[o)•• Iuka. P~aka~'( OKU,'l)niur 6,1 %), terkilir ( OKU Timur 45,5%), patah ty,tang (Musi Raw?s18,9%); anggota getak terputus' (Musi Rawas 4,7%), keracuriah Paqar Alam 3,0%) dan untuk Iainnya Ogan llir'(22,3%). Tabel.3.7.1.6 erevalensi Jenis Cedera Menurut Karakteristik Pem;luduk di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007 c: ro ....
Karakteristik penduduk umur
1-4 5-14 15- 24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+ Jenis kelamin Laki-laki Peremouan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tama! SMP Tama! SMA Tamat PT .Pekeriaan • Tidak keria Sekolah lbu RT Peaawai wiraswasta Petani/nelavan/buruh Lainnva Temoat tinaaal Kot a Des a Tinakat Penaeluaran Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 _Kuin.tiL5__
ro
_'£
c
ro.><: QJ
co
:J .><: .0 :J ....
_J
_J
:J u
QJ
Kelomook < 1
0)
ro
:J
30,.0 42 .4 32.6 43.2 38.6 32 .1 32.3 37 .8 50.0 50.0
~
~
7 .1 14 .4 29.5 37 .7 27 .7 36.2 27 .0 25.0 7 .1
38 .4 36 .1
55.3 53.2
44 .1 31 37 .0 43.0 39.5 32.3
~~ :g g>
.0
f-
.,,
.><: .><: :J ro
_J
10.0 54 .1 64.0 55.9 54.8 50.3 43.8 41 .9 38.9 64.3
.... ro
10.0 2 .4 .3 1 .9 4.8 1 .9 3 .1 1 .4
Q)
....
2
ro s: en .,, c: ro -('(I o,
.a
0.:.::: Ol .,,
Ol '-- c.. c: Q) '--
~ oi2
7 .1
10.0 23.5 20.7 24.6 21 .9 35.2 25 .4 37 .8 22.2 35.7
10.0 1 .2 2.8 10 .5 6 .1 6.9 11 .5 6.8 8.3 7 .1
27 .6 22 .1
2 .4 1 .7
24 .2 26.3
'7 .2 6.3
i1 .2 3.2 49.9 58.5 55.2 48 .4
23.5 27 .0 30.0 34 .1 24.3 16 .1
2.9 1 .6 2.2 2.6 3.3
32 .4 29.0 26.3 20.7 26.7 38.7
2.9 El'.0 9 .4 6.3 10.0 9.7
38.2 37 .0 28 .4 33.9 49.6 36.7 35.5
52 '.6 58.0 37 .0 57 .1 67 .7 49.5 51 .6
24.9 21 .0 32 .1 21 .4 27 .6 35.3 19 .4
2.~ .8 2.5 3.6 3.9 2.7
22.5 23.5 33.3 25.0 30.7 26.0 35.5
9.2 5~3 8-.6 10.7 11 .0 7 .8 3.2
2.3
36.5 38.0
54.7 54.5
18.0 28.8
2.5 1 .9
28.6 23.5
7 .4 6.6
37 .1 39.7 33.6 36.3 43 Q
~5.7 51 .7 52 .4 56 !2
23.2 27 .1 30 .4 25.6 21 5
2.5 2.8 1 .4 1 .4 2 6
21 .1 27 .1 23.8 23 .1
6 .4 6.6 5.9 6.8 9 1
:o
I
58
9
28 7
c:
rn
.a:J
:J
0
ro '-QJ c: ::.:::
.,,
10.0 2 .4 3.2 3 .1 1 .5 1 .4 2.8
1 .8 1 .3 6 .2
ro >c: c:
'iij _J
30.0 8.2 13.6 3.2 3 .1
2.8
2 .3 2.7 8.3
2.0 0.9
1 .2 0.9
4.3 8.5
0.8 2.5 1 .9 1 .9
1 1 1 1
8.9 5.5 2.6
.6 .2 .5 .0
9.7 1 .2 3.6 .8 1 .9
4.0 11 .5 7 .4 1 .8 1 .6 1 .6 6.5
1 .2 1 .8
.7 1 .3
9.9 4 .1
1 .1 1 .6 1 .4 2.5
.7 .9 1 .4 1 .1 1 5
8.6 5.7 5.2 5.0 4 2
.4
1 .6 2.7 3.2
1 5
1 .2
Untuk jenis cedera berdasarkan karakteristtk r:esponden yaitu kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal dan tingkat pengeluaran perkapita terlihat bahwa untuk jenis cedera benturan tertinggi pada kelompok : umur 65-74 tahun dan 75 tahun ke atas, laki-laki, tidak. sekolah, wiraswasta,di desa dan pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).Jenis cedera Iuka lecet tertinggi pada kelornpok : umur: 75 tahun keatas, laki-laki, tamat SMP, wiraswasta, di kota dan pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).Jenis cedera Iuka terbuka tertingg;' pada kelompok : umur' 25.J.3'4 tahun, laki-laki,
122
.
.
tarnat, SMP, petanl/nelayan/buruh.dl desa d9.n t~r~11dalJ:P~da tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil '5): Jen is cedera ·Iuka bakar ,tertinggi .Rai;f P,:k~!9f11P.Ok,:, dibawah 1 tahun, lakilaki, tamat SMA, wiraswasta,dikpja dan .tiQ.~k ada pengaruh darl tingkat pengeluar:an perkapita, Je11i$ cedera ter~i~ir/t~regan9 ~e~i~ggi pada kelompok : umur 55-64 tahun, perempuan, tamat Per.gu~uan Tinggi, pekerjaan lainnya, 'di kota 'dan pada tingkat penqeluaran per~apit8- ~~rtinggr (.kuintil 5): Patah tulang tertihggi pada kelompok : umur 4554 tahuh, laki-lakl. tamat SMA.., wirasw.asta: di desa dan pada tingkat,p~geluaran perkapita -..tertinggi (kuintil 5)'. Jenis cedera anggota·gerak terputus tertinggi pada kelompok : umur 1524 tahun, laki-laki, tamat SQ, pekerjaan lainnnya, di desa, dan terendah pada ,tingkat pengeluaran perkapita terkecil (kuinti~ 1)~ denis cederakeracunan tertin~gi pada kelompok: umur dibawah 1 tahun,laki-laki, tidak tamat SD, pegawai (neqri, swasta, POLRI), di desa dan terendah pada ,tingkat pengeluaran perkapita terkecil (kuintil 1 ). Jenis ceders lainnya tertinggi pada kelompok : urnur dibawah 1 tahurr, perernpuan, tarnat Perguruan Tinggi keatas pekerjaan sekolah, dikota dan pada tingkat pengeluaran perkapita terendah (kuintil 1) dan tertinggi (kuintil.5). 3. 7 .2
Status Disabilitas/Ketidakmampuan
Status disabilitas uikumpulkan dari kelornpok penduduk umus 15 tahun ke atas berdasarkan pertanyaah yang dikembangkan oleh WHO dalam International Classification of functioning, Disability and Health (ICF). Tujuan pengukuran ini adaiah, untuk mendapatkan informasi mengenai kesulitan/ketidakmampuan yang dihadapi oleh penduduk terkait dengan fungsi tubuh, individu dan sosial. Responden diajak untuk menilai kondisi dirinya dalam satu bulan terakhir dengan menggunakan 20 pertanyaan inti dan 3 pertanyaan tambahan untuk mengetahui seberapa bermasalah disabilitas yang diaiami responden, sehingga memerlukan bantuan, orang lain. Sebelas pertanyaan pada kelompok pertama terkait dengan fungsi tubuh bermasalah, dengan pilihan jawaban sebagai berikut 1) Tidak ada; 2) Ringan; 3) Sedang; 4) Berat; dan 5) Sangat' berat. Sembilan pertanyaan terkait dengan fungsPindividu dan sosial dengan pilihan j~v,:aban sebaqai berikut, yaitu 1) Tidak ada: 2) Ringan; 3) Sedang; 4) Sulit; dan 5) Sangat sulit/tidak dapat melakukan. Tiga pertanyaan tarnbahan terkait dengan kemampuan responden untuk merawat diri, melakukan aktivitas/qerak atau berkomunikasi, dengan pilihan jawaban 1) Ya dan 2) Tidak. Dalam analisis, penilaian pada masing-masing [enis gangguan kernudlan diklasifikasikan menjadi 2 J
123
label 3.7.2.1 Persentase · Pehduduk Umur 15 tahun ke Atas Yarm Bermasalah Dalam Fungsi Tubuh11hdividu/Sosial di Provlns] Sumatera Selatan , Riskesdas 2001· '
Status dj_sabilitas
8c1•\9 82 ,9 86 ,4 87' ''3 sef .4 ,84 ,5 88 ,0 84 ,4 87 ,9 87 ,4 83 ,6 84.,5 91 ,3 91·,7 89 ,4 88,8
Melihat jarak jauh (20 m) Melihat jarakdekat (30' cm) Mendengar suara riorrrra! dalam ruangan
..
Men,dengar orang bicara dalam ruanq sunyi Merasa nyeri/rasa tidak nyaman Nafas pendek setelah latihan ringan Batuk1bersih selama 10 rnenlt tiap serangan Mengalami gangguan tidur Masalah kesehatan mempengaruhi emosi Kesulitan berdiri selama 30 menit Kesuiitan berjalan jauh ( 1 km) 'Kesulitan memusatkan pikiran 10 menit Memberslhkan seluruh tubuh Mengenakan pakaian Mengerjakan pekerjaan sehari-hari Paham 'pernbicaraan orang lain Bergau! dengan orang asin'g Memelihara persahabatan Me!akukan pekerjaan/tanggungjawab Berperan di kegiatan kemasyarakatan
Tabet ·3.7.2.2 rnenunjukkan persentase dalam fungsi tubuh/indtvidu/soslal
",:
~Sangat baik
86,3
87 ,2 87 ,3 85,5
~aik
Cukup
B\Jruk
9 ,5 9,2 8 ,0 7 ,4 8,7 8,9 7 ,6 9,3 7 ,4 6 ,9 8 ,4 9 ,7 5 ,6 5,3
·6,3 5,9 4;5 4,3 5,8 5 ,1 3,8 5,3 4, 1
2 ,1
6 ,1
6 7 7 7 7
,7 ,9 ,4 ,0 ,7
1 ,7.
4 ,4
1 ,0 0,8 1 ,0 1 ,3 0,4 0,9 0,5 1 ,0
5.,5 4,7
2,0 0 ,9
2 ,4 2 ,4
0,5
3,3 3 ,7 4,7 4,3 4,3 5 ,2
0,9 0,6 0 ,9 0,8
0,4
1 1 I
1 '1
Sang at buruk
0,3 0,3 0,2 '0,1 0,2 0 ,3 0,1 0,1 0 ,1 0,2 0 ,5 0 ,1 0 ,2 0 ,2 0,3 0 ,2 0 ,2
0,3 0,3 0 ,4
penduduk umur 15 tahun ke atas yang bermasalah
Tentar~ status stabilitas penduduk di Provinsi Surnatera Selatan yang betumur> 15 tahun tampak bahwa presentase melihat jarak jauh (20 m) dengan kualitas sangat baik sebesar .81..,9%, balk 9,5°/0, cukup' 6,3%, ·buruk 2, 1 % 'dan sangat buruk 0,3%. Presentase melihat [arak dekat (30 crri) del'igan kualitas sangat baik 82',9%, baik 9,2%, cukup 5;9%, buruk 1,7% dan sangat'buruk 0~"3%. Mer'ldengar suara normal dalam 'ruanqan dengan kualitas sangat baik 86,4%, baik 8,0%, cukup 4 ,5%, buruk 1,0%, dan sangat buruk 0,2%. Mendengar orang bicara dalam ruang sunyi dengan kualitas sangat baik 87,3%, baik 7,4%, cukup 4,3%, buruk 0,8%, dan sangat buruk 0, 1 %. Merasa nyeri/rasa tidak nyaman dengan kualitas sangat baik 84 ,4%, baik 8,7%, cukup 5,8%, buruk 1,0%, dan sangat buruk 0,2%. Nafas pendek setelah latihan ringan dengan kualitas sangat baik 84,5%, baik 8,9%, cukup 5, 1 %, buruk 1,3%, dan sangat buruk 0,3%. Batuk/bersin selama 10 menit tiap serangan dengan kualitas sangat baik 88,0%, baik 7,6%, cukup 3,8%, buruk 0,4%, dan sangat buruk 0, 1 %. Mengalami gangguan tidur dengan kualitas sangat baik 84,4%, baik 9,3%, cukup 5,3%, buruk 0,9%, dan sangat buruk 0, 1%. Masalah kesehatan mempengaruhi emosi dengan kualitas sangat baik 87 ,9% , baik 7,4%, cukup 4, 1 %, buruk 0,5%, dan sangat buruk 0,1%. Kesulitan berdiri selama 30 menit dengan kualitas sangat baik 87,4%, baik 6,9%, cukup 4,4%, buruk 1,0%, dan sanga_t buruk 0,2%. Kesulitan berjalan jauh (1 km) dengan kualitas sangat baik 83,6%, baik 8,4%, cukup 5,5%, bur.uk 2,0%, dan sangat buruk 0,5%. Kesulitan memusatkan pikiran 10 me'nit kualitas sangat balk 84,5%, baik 9,7%, cukup 4,7%, baik 0,9%, dan sangat buruk 0, 1%. Membersihkan seluruh tubuh dengan kualitas sangat baik 91,3%, baik 5,6%, cukup 2,4%, buruk 0,5%, dan sangat buruk 0,2%.
124
Mengenakan pakalan kuatlitas sangat .balk ·91 ,7%, ,baik,,513%, ..... . cukup .2,4%, buruk 0,4%,dan sanqat buruk 0,2%·: Menqerjakan-pekerjaan sehari-harl dengan kualitas sangat baik 89,4%, baik 6, 1 %, cukup 3. ,3%, buruk o.~°lo dan sangat buruk 0,3%. Paham pembicaraanorang lain dengan kualitas sangat baik ae,8%, balk 6,7%, cukup 3,7cyo, buruk 0,6%, dan sangat buruk 0,2%. Bergaul dengan orang asing dengan kualitas sanagat baik 86,3%, baik 7,9%, cukup 4,7%. buruk 0,9%, dan sangat buruk 0,2%. Memelihara persahabatan tfengan kualitas sangat baik ·87 i2%, balk 7,4%, cukup ·4,3%, buruk 0,8%, dan sangat buruk 0,3%. 'Melakukan pekerjaan/tanggungjawabdengan .kualitas sangaf baik 87,3%, baik 7,0%, cukup 4,3%, buruk 1, 1 %, dan sangat buruk 0,3%. Berperan di kegiatan kemasyarakatan kualitas sangat baik 85,5 %, baik 7,7%, cukup 5,2%, buruk 1,1%, dan sangat buruk 0,4%. \
label 3.7.2.2 Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun Keatas dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Kornering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Praburnulih Pagar Alam Lubuk Linggau Surnatera Selatan
Sangat masalah
0,7 2 ,3 3'1 1 ,8 1 ,4 2 ,8 2,9 2,3 0,9 2 ,2 1 ,2 1 ,5 1 ,0 0,9 2 ,1
Status disabilitas Masalah 4,9
Tidak masalah
14,0 17 ,4 19,8 16,5 17 ,5 8 ,7 17 ,4 13,9 15,6 12,1 17 ,2 31 '1 34,5 15,5
83 ,6 79 ,5 78 ,5 82 ,1 79 ,7 88 ,4 80 ,2 85 ,2 82 ,1 86 ,7 81 ,3 67 ,9 64 ,6 82 ,5
94 ,3
Tabel 3.7.2.3 menunjukkan prevalensi disabilitas penduduk umur 15 tahun keatas dan kabupaten/kota Persentase status disabilitas kabupaten Ogan Komering Ulu rnenjadi masalah sebesar 4,9% sementara yang tidak masalah sebesar 94,3%. Di kabupaten Ogan Komering llir status disabilitas yang sangat masalah sebesar 2,3%, yang merupakan masalah sebesar 14,0% dan tidak masalah sebesar 83,6%. Dl kabupaten Muara Enim status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 3, 1 %, masalah 17,4ro dan tidak merupakan ·masalah sebesar 79,5%. Di kabupaten Lahat status dtsabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 1,8%, masalah 19,8% dan tidak merupakan masalah sebesar 78,5%. Di kabupaten Musi Rawas status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 1,4%, masalah 16,5% dan tidak merupakan masalah sebesar 82, 1 %. Di kabupaten Musi Banyuasin.status,disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 2,8%, masalah 17,5% dan tidak merupakan masalah sebesar 79,7%. Di kabupaten Banyuasin status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 2,9%, masalah 8,7% dan tidak merupakan masalah sebesar 88,4%. Di kabupaten OKU Selatan status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 2,3%, masalah 17,4% dan tidak merupakan masalah sebesar 80,2%. Di kabupaten OKU Timur status disabilitas yang menjadi sangat masaiah sebesar 0,9,%, masalah 13 ,9% dan tidak merupakan masalah sebesar 85,2%. Di kabupaten Ogan llir status disabilitas yang menjadi
125
sangat jnasalah sebesar 2,2%, masalah 15,6% dan tidak merupakan masalah sebesar 82, 1 %. 'Di kabupaten Palembang status- disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 1,2%, masalaH 12, 1 % dan Udak merupakan masalah sebesar- 86,7% . Dl kabupaten Prabumulih status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 1,5%, masalah 17,2% dan tidak merupakan masalah sebesar 8113%. ,Di kabupaten Pagar Alam -status disabilitas yaAg menjadi sanqat masalah sebesar 1,0%, masalah 31, 1 % dan tldak merupakan masalah sebesar 67,9%. Di kabupaten Lubuk ·unggau status disabilitas. yang menjadi sangat masalah sebesar 0,9%, masalah 34,5% dan .tidak merupakan masalah sebesar 64 ,:6%. ·Secara umurn, persentase status disabilitas di Sumatera Selatan sangat masalah sebesar 2, 1 %, merupakan rnasalah sebesar 15,5% dan tidak merupakan masalah sebesar 82,5%.
Tabel 3.7.2.3 Prevalensi Disabilitas Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Menu_rutStatus dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Karakteristik responden Ketornpok urnur (tahun) 15-44 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 >75 Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan Pendidikan: Tidak sekolah Tidak tamat SD TamatSD TamatSMP Tamat SMA TamatSMA+ Pekerjaan: Tidak bekerja Sekolah Mengurus RT Pegawai (Negeri, Swasta, Polri) Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Tempat tinggal Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluarqn perkapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Sangat masalah
Masalah
Tidak masalah
0,2 0,4 0,6 2,7 4 ,9 11 ,0 23,5
6 .4 7 .7 11 ,5 20,8 38 ,6 50 ,0 54 ,3
93,3 91 ,9 87 ,9 76,6 56 .4 38 ,9 22,2
1 ,8 2 ,3
14,3 16,6
83,9 81 , 1
8,5 4,2 1 ,7 0,8 0 ,5 1 ,3
38,6 23 ,2 14,7 10, 1 9,2 14,0
52,9 72,6 83,6 89 ,1 90 ,4 84,7
6,6 0,4 1 ,5 0,7 1 ,0 1 ,7 3,5
20,2 7, 1 14,6 9,7 15 .1 16,2 18,3
73 ,1 92,5 83,9 89,6 83,9 82 ,1 78,2
2,2 2,0
15 ,4 15,5
82,4 82,5
1 2 2 1
15,3 15,6 14,5 15 ,4 16,5
82 ,8 82,$ 83 ,1 82,8 81 ,4
,9 ,1
,4 ,8
2'1
126
Tabel 3.7.i.3 menunlukkart prevalensi disabilitas penduduk umur 15 tahun keatas menurut status dan karakteristik· resp.pntre_n· Berdasarkan karakteristik umur tampak bahwa status disabilitas yang merupakan sangat masalah dan masalah persentasenya meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Sebaliknyacpersentase status disabilitas yang tidak masalah, menurun sesuai dengan bertambahnya umur. ' Berdasarkan jenis kelamin, persentase status disabilitas sangat masalah dan masalah lebih tinggi pada perempuan dibandingkari dengan laki-laki. Sebaliknya persentase tidak masalah pada laki-laki lebih tinggi. Berdasarkan tingkat pendidikan. persentase status disabilitas sangat masalah dan masalah yang paling tinggi tampak pada pendµduk dengan pendidikan terendah (tidak sekolah) kemudian menurun sesuai dengan bertambahnya tingkat pendidikan. Namun, persentase meningkat lagi pada penduduk dengan tingkat pendidikan tamat peguruan tinggi. Sebaliknya pada kolom tidak masalah, meningkat seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan tetapi mengalami r;>enurunan pada pendidikan perguruan tinggi. Berdasarkan pekerjaan, status disabllitas sangat masa!ah dan masalah persentase tertinggi tampak pada penduduk yang tidak bekerja. Dan pada kolom tidak masalah, tampak penduduk tidak bekerja prevalensi status disabilitasnya paling rendah. Berdasarkan tempat tinggal,status ekonomi, status disabilitas sangat masalah lebih tinggidi kota sedangkan status disabilitas masalah dan tidak masalah lebih tinggi di desa. Berdasarkan tingkat pengeluaran perkapita tampak bahwa persentase tertinggi status disabilitas di kolom sangat masaiah ada pada kuintil 3. Pada kolorn rnasalah tampak presentase tertinggi pada kuintii 5. Pada kolom tidak masalah, presentase tertinggi tampak pada kuintii 1.
3.8 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pengetahuan, sikap dan perilaku dalam Riskesdas 2007' ditanyakan kepada penduduk umur 10 tahun ke atas. Pengetahuan dan sikap yang berhubunqan dengan penyakit flu burung dan HIV/AIDS ditanyakan melalui wawancara individu.l Demikian juga perilaku higienis yang meliputi pertanyaan mencuci tangan pakai sabun, kebiasaan buang air besar, penggunaan tembakau/ perilaku merokok, minum minuman beralkohol, aktivitas fisik, perilaku konsumsi buah dan sayur, dan pola konsumsi makanan berisiko. Untuk mendapatkan persepsi yang sama, pada saat melakukan wawancara rnenqenai satuan standar minuman beralkohol, klasifikasi aktivitas fisik, dan porsi konsumsi buah dan sayur, digunakan kartu peraga.
3.8.1
Perilaku Merokok
Pada penduduk umur 10 tahun ke atas ditanyakan apakah merokok setiap hari, merokok kadang-kadang, mantan perokok atau tidak merokok. Bagi penduduk yang merokok setiap hari, ditanyakan berapa umur mulai merokok setiap hari dan berapa umur pertama kali merokok, termasuk penduduk yang belajar merokok. Pada penduduk yang merokok, yaitu yang merokok setiap hari dan merokok kadang-kadang, ditanyakan berapa rata-rata batang rokok yang dihisap per hari dan jenis rokok yang dihisap. Juga ditanyakan apakah merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain. Bagi mantan perokok ditanyakan berapa umur ketika berhenti merokok. Tabel 3.8.1.1. menunjukkan bahwa di Provinsi Sumatera Selatan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok tiap hari 25,4%. Persentase tertinggi ditemukan di Lahat (31,5%), diikuti dengan Musi Rawas (28,4%), sedangkan terendah di Kabupaten Muara Enim dan Lubuk Linggau (20,4%) ..
127
Tabel 3.8.1.1 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Kebiasaan Merokok dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumfltera. Selatan, Riskesdas 2007 ·lidak metokok
Perokok saat ihi Kabupaten/Kota Ogan Komerinq Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Tlmur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Sumatera
Selatan
Perokok setiap hari
P~rokok kadangkadang
Mantan perokok
Bukan perokok
27,8 27,8 20,4
6, 1 6,3 7,3
2,3 2,6 6,3
63,8 63,3 65,9
31,5
4,6 4,2
3,0
60,9
1,7 2,0 2,6
65,6 66,7
28,4 26,2 21,1 27,4 25,3 27,8
~.1 9, 1 7,7 5,7 3,6 6,3 2,9
24,4 24,6 27,5 20,4
5,2 9,9
25,4
5,1 2,5
67,2 62,5 68,2 66,8 64,1 70,0
1,1 1,6
66,2 68, 1
2,4 0,8 1,8
6,3
2,7
65,6
Tabel 3.8.1.2 menggambarkan perilaku merokok penduduk umur 10 tahun ke atas menurut karakteristik responden. Perilaku merokok hampir terjadi pada semua golongan umur, denqan kelompok terbesar pada golongan 25-64 tahun (rata-rata diatas 30%). Perokok laki-'laki (48,4%) 20 kali lebih tinggi dari pada perempuan yang merokok (2,2%). · · Menurut pentiidikan, propers! tertinggi pada penduduk tamat SMA (32,6 %), diikuti kelompok tamat SMP (27,5%). Menurut·tempat tinggal, perokok lebih banyak di pedesaan dibanding di perkotaan. Tidak tampak perbedaan pada tingkat pengeluaran perkapita per bulan, yaitu rata-rata 25 persen.
128
.
~ Tabet 3.8.1.2 Persentase Penduduk Ilmur 10-Tahun ke Atas menuruti<ebia'saan MerQkol$ dan Karakteristik Responden di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007 Perokok saat inl Karakteristik responden Kelompok umur (tahun) 10-14 15-24 25-34 35-44
0,8 19,4
Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD SD SMP SMA PT
Mantan perokok
Bukan perokok
0,9
0,3 0,5 1,0 2,4
18, 1
5,7 6,9 6,7 6,8
3,2 8,9 13,4 18, 1
55,7 51,9 58,1 57,0
48,4
11,2
2,2
1,2
4.9 0,5
35,5 96,1
23,3 19,9 25, 1 27,5 32,6
3,5 4,2
69.3 71,9 66,8 62,4 56,1
23,8
6,1
3,8 3,9 2,3 1,8 2,4 3,4
66,8
22,8 26,0
7, 1 6,1
2,6 2,7
67,6 65,2
6,1 6,1 6,3 5,8 6,7
2,6 2,5 2,4 3,3 2,8
67,0 66,2 66,8 64,7
35,3 32,3 21,7
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Perokok kadangkadang
8,3 7,1 6,7
31,8 35,3
45-54 55-64 65-74 75+
Tamat Tarnat Tamat Tamat
Perokok setiap hari
Tidak merokok
5,8 8,2 8,9
98,0 71,7 60,1 55,6
Tipe daerah Perkotaan Perdesaan
Tingkat pengeluaran per kaplta Kuintil 1 24,4 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4
25,2 24,6 26,2
Kuintil 5
27,9
62,5
Tabel 3.8.1.3 menunjukkan perilaku merokok saat ini dan rerata jumlah batang rokok yang dihisap menurut kabupaten/kota. Perokok saat ini adalah penduduk yang merokok setiap hari dan perokok kadang-kadang. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi perokok saat ini di Provinsi Sumatera Selatan rata-rata diatas 30%,tekecuali untuk Muara Enim (27,8%) dan Prabumulih (27,5%). Prevalensi paling tinggi di Kabupaten Lahat. Sedangkan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap di Provinsi ini adalah 12 batang per hari (satu bungkus rokok isi 12 batang). Rerata jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari paling banyak di Kota Pagar Alam (13-14 batang rokok per hari), sedangkan terendah di Kota Palembang (9-10 batang rokok per hari). 129
label 3.8.1.3 Prevalensi Perokok Saat ini dan Rerata Jumlafl Batang Rokok yang DihisapPenduduk Umur 10 Tahuh keAtas menurut Kabupaten/Kota dLPr:oy_insi~uwate,ra Se.Iatan, Rislcesdas 20'07 ~
Perokok Kabupaten/kota
saatlnl
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir
33,9 34,0 27,8
Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Paiembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Sumatera
Selatan
36,1 32,6 31,3
Rerata jumt~h batang rokok /hari 11,9 12,7 12,6 12,2 12,7 13,3
30,2 35,0 31,0 31,3 30,7 27,5
10,7 12,2 10,2 12,6 9,3 11,4
32,7 30,2
13,5 11,7
31,7
11,9
Tabel 3.8.1.4 menggambarkan prevalensi perokok saat ini dan rerata jumlah batang rokok yang dihisap per hari menurut karakteristik responden. Dari segi umur, kelompok umur 35-54 tahun mendominasi perokok saat ini. Jumlah batang rokok per hari yang dihisap berkisar antara 9-13 batang. Sedangkan laki-laki merupakan perokok saat ini terbesar dibanding perempuan. Laki-laki mengkonsumsi satu pak rokok isi 12 batang per hari, sedangkan perempuan rata-rata 9 batang. Jenjang pendidikan tamat SMA merupakan perokok saat ini yang paling besar sedangkan kelompok tidak tamat SD merupakan perokok saat ini yang paling kecil, walaupun rentang perbedaannya tidak terlalu jauh antara terbesar dan terkecil. Jumlah rokok yang dikonsumsi tidak dipengaruhi oleh jenjaag pendidikan. Dari segi daerah di desa lebih banyak yang merokok maupun jumlah rokok yang dihisap. Tidak ada perbedaan angka prevalensi bila dilihat dari tingkat pengeluaran responden,
130
Tabel
a.s.1:4
-,.
~ ~,
Prevalensi Perokok dan·R'erata Jumfah Batang ·Rokol
saatlnl
Kelornpok umur (tahun)
Rerata jumlah batang rokok /hari
.
10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
1,7 27,7 38,9 42,0 41, 1 39,2 28,5 24,8
9,1 11,0 12, 1 12,4 12,5 11,9 10,6 10, 1
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
59,6 3,4
12, 1 9,3
Tidak tamat SD Tamat SD Tarnat SMP Tamat SMA Tamat PT
26,8 24,1 30,9 35,7 41,5 30,0
11,4 12,4 12,2 11,6 11,8 11,7
Tipe daerah Perkotaan Perdesaan
29.9 32.1
11.7 ·12.0
30.5 .31.3 30.9 32.0 34.7
11.9 11.7 11.7 12.1 12.2
Pendidikan Tidak sekolah
Tingkat pengeluaran per: kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
.
-
Tabel 3.8.1.5 menunjukkan persentase penduduk umur 1 O tahun ke atas yang merokok menurut usia mulai merokok tiap hari. Usia mulai merokok tiap hari ini penting diketahui untuk melihat lamanya paparan rokok pada penduduk. Secara nasional persentase usia mulai merokok tiap hari umur 15-19 tahun menduduki tempat tertinggi, yaitu 38,2%. Untuk kelompok usia muda (5-9 tahun), Banyuasin menduduki tempat tertinggi (1, 7%).
131
Tabel 3.8~ 1.5 Persentase Penduduk Umuf;l Q ~ahup·ke Atas yang Merokok menurut Usia Mulai-Merokok Tiap Harl dan K~b~paten/Ko~ di Proyin~ISuf1.1_atera Se.Iatan, -Rl$l_ces~@~ ?007
"'
Kabupaten/kota
5-9
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim
0,3
La hat Musi Rawas
0,6 1,4
Musi Banyuasln 8anyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir
1,6 1,7
Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
0,3 0,7
Usia mulai merokok tiae hari {tahun} 2510.!14 15-19 20-24 :!:30 29
9,9 8,3 8,6 12,4 13,2
44,7 39,1
8,5· 10,3
33,9 47,5
11,9
12,3 10,5 12,0
29,3 40,5
10,0 16,3 21,2 5,0 12,9
10,0 13,8 17,8
39,2 32,0 47,3
18,3 8,9 8,7
0,6
7,7 15,8 5,1
43,6 42,8 39,0
1,0
11.0
38,2
0,9 0,8 1,4 0,0 0,6 1,3
35,0 40,7
2,0 1,8 9,7 0,4
1,2 1,4
Tidak tahu 33,3 38,4 34,5
2,3
0,9 0,2 1,7
3,8 0,9 3,5
0,0 2,8
17,0 52,6 27,3
3,4
29,0 30,2
3,2 1,0 3,3
23,1 41,5 19,5
20,5 11,2 14,7
5,2 1,2 3,3 7,7 2,6 4,0
3,8 2.0 0,6
16,0 24,3 36,2
12,5
3,3
1,7
32,3
Tabel 3.8.1.6 menunjukkan persentase penduduk umur 1 O tahun ke atas yang merokok menurut usia mulai merokok tiap hari dan karakteristik responden. Sebaran penduduk umur 1 O tahun ke atas yang merokok menurut usia mulai merokok tiap hari bervariasi pada kelompok umur. Pada, kelompok usia 10-14 tahun usia rnulai merokok terbesar setelah umur 10 tahun (60%), namun pada golongan umur ini juga mulai merokok tiap hari pada usia dibawah 10 tahun (10%). Terdapat kecenderungan usia mulai merokok tiap hari pada usia yang lebih dini, hal ini dapat dilihat pada kelompok umur 1'5-24 tahun yang mulai merokok tiap hari pada umur 15-19 tahun terbesar (56,5%), dan menurun pada kelompok-kelompok urnur -selaniutnya. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa usia 15-19 tahun adalah usia yang paling rentan dalam perilaku merokok. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin dalam hal usia mulai merokok tiap, dimana baik lakilaki maupun perempuan paling banyak memulai merokok tiap hari pada usia 15-19 tahun. Pola yang sama ditunjukkan bila dilihat pada jenjang pendidikan, jenis pekerjaan, lokasi tempat tinggal dan tingkat pengeluaran.
132
1.
~
I
I
Ta.bel318.1.s.,1····~ 1~n ,, ~..., 1:' ' ' ~ P~rsentC\~~ PendudukUmur 10 Tahu~·k~At~s yctng NJer9k9k>'!1eQ.urut Usia Mulai Merokok Tiap Hari dan Karc:Jkt,risiik~espc)nden di Provlnst Sumatera Selatan, Riskesd~s 2007 , ~
""j,
i":..
'
.•~.l
'
ir
.
...
Karakteristik responden
"
'Usla-mutal merokok tiap h'ciri (tah\j,n)
5-9
10-14
15-19
,20-24
10,0 0,8
60~0 22,3
0,4 1,1
9,,5 8,2 9,2 5,5 4,0 9,6
0,0 56,5 46,3 34,8 28,4 22,4 17,2 19,3
0,0 5,3 14,3 15,4 12,2 14,4 15,0 6,0
11,2 7,6
39,3 15,2
12,4 13,0 10,9 12.0 8,6 6,5
20,1 31,7 36,3 42,8 48,4 29,7
8,4 11,5
39,6 38,0
-rz, 1
12,6 12,3 12, 1
35,8
1/,6 13,5 12,8 13, 1 11,7
25-29
~30
Tidak tahu
o,6 0,0 2,6 4,2 4, 1 e
0,0 0,0 0,2 1,9 2,6
30,0 15, 1 26,7 34,3 42,5
5,0 6,6 6,0
5,0 5,3 4,8
46,9 48,5 54,2
12,6 10,0
3,3 2,4
1,2 11,4
31,5 50,2
10, 1 11,2
3,0 4,8
12,2 11,6
3,2 2,6 2,4 5,4
6,7 2,4 1,5 1,2 0,6 3,2
46,6 35,3 35,0 29,3 24,5 32,4
4:2 3,0
1,8 1,6
32,6 32,3
2,8
1,9
34,1
4,4 3,7 3,2
1,1 1,6 1,8 1,9'
31,5 32,5 '31,3
Kelompok umur (tahun) 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54
1,1 0,8 3,5 0,0
55-64 65-74 75+ Jenis kelamin Laki-laki 0,9 Perempuan 3, 1 Pendidikan Tidak sekolah 1,0 Tidak tamat SD 1,7 Tarnat SD 1,0 Tamat SMP 0,5 Tamat SMA 0,5 Tamat PT 3,2 Tipe daeraf Perkotaan 1,1 Perdesaan 0,9 Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 1,1 Kuintil 2 1.,3 Kuintil 3 0,5 Kuinti~4 0,9 Kuintil 5 1,0
8,7. 9,4
35,9 36,7 41,0 40,8
15,0 19,5
12,6
2.4
'32,8
Tabet 3.8.1.7 memperlihatkan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok menurut usia pertama kali merokok/mengunyah tembakau. Usia mulai merokok atau mengunyah tembakau mencakup juga penduduk yang baru pertama kali mencoba merokok atau mengunyah tembakau. Persentase tertinggi usia pertama kali merokok terdapat pada kelompok usia 15-19 tahun (32,4%), disusul usia 20-24 tahun (11,7%). Menurut provinsi, perokok yang mulai merokok pada usia 15;-19 tahun(34, 1 %) tertinggi dijumpai di Labatdan Prabumulih (masing-masing 47,6%). Perokok yang mulai merokok pertama kali pada usia 10-14 tahun terbanyak di Pagar Alam (21,2%). Sedangkan perokok dengan umur mulai merokok pada umur 5-9 tahun tertinggi di Musi Rawas (3,1%).
133
Tabet 3.8.1.7
to Tahun ke Atas yang Merokok menurut µsia.Pertaina Kali MerokoklMengQny,ahTem,bak~u,~ai;t K~upate.n/Kota di ·Pto'(irTSiSUtrfateraSPlatan,.Ris,k~sdas. 2091 Persentase Penduduk Umur
.
.
Usia-eertarrra'kali merokok/kun~ah tembakau {tahun} 255-'9 1'0-14 1520-24 ~~o . Tidak 19 29 'tahu-
Kabupate,n/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara-Enim
0,7 2,9 1,4
8,7 6,9
40,7 33,8
6,4 8,5
1,3 1,2
1,1 1,2
41, 145,5
9,6 11,0 16, 1
31,6 47,6 31, 1
5,7 2,8 6,3
1,8 0,3 1,6
.0,8 0,3
1,1
49;·1 3S., 1 40,7
Lahat Musi Rawas
2,8 3, 1
Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang
2, 1 2,7 1,0 2,4 1,7
9,6 8,4 12,2
34,0 29,3 29,5
3,3 0,3 2, 1
3,6 0,0 2,2
30-,5 54,8 42,4
34,9
Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
27, 1 39,3 47,6 33,9 37,4
5,0 1,2 2,5 2,6 1,6 1,8
3,5 0,9 4,5 2,6 0,5 0,4
27,8 49, 1
0,3 2,6 2, 1 1, 1
~.8 13,6 15,4 12,2 21,2 8,3
16,8 4,5 10,5 16,6 6,5 7,6 15,9 6,3 10, 1
41,0
Surnatera Selatan
2,1
10,6
34,1
8,6
1,8
1,5
41,3
30,3 16,4 34,4
Tabet 3.8.1.8 menggambarkan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok menurut usia pertama kali merokok/mengunyahtembakau dan karakteristik reponden. Sebaran penduduk umur 1 O tahun ke atas yang merokok menurut usia mulai merokok/mengunyahtembakau bervariasi pada kelompok umur. Pada kelompok usia 10-14 tahun u~ia mulai merokok/mengunyah tembakau terbesar pada umur 5-9 tahun (22%). Terdapat kecenderungan usia mulai merokok/mengunyahtembakau pada usia yang lebih dini, hal ini dapat dilihat pada kelompok umur 15-24 tahun yang mulai merokok /men_gunyah tembakau pada ur1;iu[ 15-19 tahun terbesar (56,5%), dan menurun pada kelompok-kelompok umur selanjutnya. bengan demikian -bisa dikatakan bahwa usia 15-19 tahun adalah usia yang paling rentan dalam perilaku merokok/mengunyahtembakau. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin dalam hal usia mulai merokok/mengunyah tembakau, dimana .balk laki-laki maupun perempuan paling banyak memulai merokok /mengunyah tembakau pada usia 15-19 tahun. Pola yang sama ditunjukkan bila dilihat pada berbagai latar belakang karakteristik. .J
•
, ..
134
.. l Tabel 3.8.1.8 Persenta'se Penduduk Umur; 10 Tahurr ke Atas yang Merokok menurut Usia Pertama Kali Merokok/ Mengunyah Tembakau dan Karakteristik Responden di
Karakteristik responden Kelompok 10-14
Usia pertama kali merokok/kunyahtembakau (tahun) 5-9
10-1'4
15-19
20-24
25-29
~30
Tidak tahu
21,9 2,2 1,3
17, 1 21,3 10,4 7,6
0,0 3,2
0,0
0,0
10,0 11,0 9,2 9,4 10,3
0,0 1,2 2,2 2,9 2,6 4,3
5,6
3,6
0,0 0,3 2,0 2,5 3,3 3,2 4,1
61,0 25,1
6,2
umur
15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+ Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
1,5
6,1
0,0 48,2 43,1 31,7 26,4 22,9 16,5 13,3
1,6 9,8
11,0 4,5
35,6 11,4
8,8 5,2
1,8 1,6
3,5
22.8 25,6 31,5 40, 1 44,6
2,0
26,4
7,3 7,1 8,7 8,1 9,6 15, 1
2,6 1,8 1,4 1,3 3,4
2,6
51,4 47,7 44,3 36,1 32,4 42,6
2,2 1,6 1,6 3,0
8,3 5,0 4,8
1,2
33,7 43,4 49,2 55,2 57,9 65,8
39,9 61,3
Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA TamatPT
4,9
7,1 11,2 11,0 11,6 9,9 4,9
Tipe daerah Perkotaan Perdesaan
2,2 2, 1
8,9 11,0
35,9 33,7
9,4 8,4
1,7 1,8
1,5 1,5
40,5 41',4
11,3 11,2 12,2 9,1 9,3
34,9 33,6 31,8 35,0 35,0
6,4 9,7 8,7
0,9 2,5 2,1 2,0 1,7
2,0 ,7
41,9 40,2
1,4 1,5 1,7
41,4 42,0 41,4
3,9 1,7 1,4 1,4
Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil-1 2,5 Kuintil-2 2,2 Kuintil-3 2,5 Kuintil-4 1,8 Kuintil-5 1,8
8,6 9,0
5,8 1,8 1, 1 1,4 1,0
Tabel 3.8.1.9 Tabel ini menunjukkan prevalensi perokok yang merokok dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga menurut kabupaten/kota Terdapat kecenderungan yang sangat merugikan kesehatan, dimana hampir 90% perokok di Provinsi Sumatra Selatan merokok didalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya. Jadi ada kemungkinan, anggota rumah tangga lainnya yang bukan perokok terkena asap rokok dari perokok aktif. Proporsi perokok aktif dalam rumah ketika bersama dengan
135
anggota rumah tangga lainnya terbesar di Kabupaten sedangkan terkecil di Kabupaten OKU Timur (75,4%).
Ogan Komering
Ulu (97,2%)
'Tabel 3.8.~.9 Prevalensl Perokok Dalam Rumah Ketika Bersama Anggota Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota di Provins! Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/kota
Perokok.merokok
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim la hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Paiembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
dalam rumah ketika bersama ART 97,2 92,5 79,9 90,8 91,8 94,9 86,1 95,5 75,4 93, 1
85,4 77,8 94,9 80, 1
Sumatera Selatan
---
89,1
Tabel 3.8.1.10 menunjukkan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok menurut jenis rokok yang dihisap dan kabupaten/kota Pada table ini dapat dilihat secara umum jenis rokok yang paling banyak diminati adalah rokok kretek dengan filter (60,5%), kemudian kretek tanpa filter (46,7%) dan rokok linting (13,1%). label 5.1.10 Persentase Penduduk Umur 1 O Tahun ke Atas yang Merokok menurut Jenis Rokok yang Dihisap dan Kabupaten/Kota di Provinsi SumateraSelatan, Riskesdas 2007 -lenis rokok yang dihisap Kabupaten/kot
Kretek dengan filter
Kretek tan pa filter
Roko k putih
Rokok tinting
Cangklong
Cerutu
Ogan Komering Ogan Komering Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
71,4 61,6 57,6 60,4 49,9 61,7 76,8 45,3 46,4 50.0 84,5 72,5 51, 1 78,3
52,8 37,3 53.0 54.0 62,3 32,9 28,7 65,7 51,6 49,9 43,2 46,5 69,8 32.,8
13,4 6,9 7,4 18,2 23,5 10,3 5,8 8,5 11,7 1,1 51,7 15,2 21,3 8,4
10,9 10,6 3,5 7,8 15,7 4,6 10,4 21.0 44,6 3,2 13,5 2,3 10,7 2,3
0,0 0,1 1.0 0,2 0,4 0,6 1,4 0,4 1,1 0,2 5,4 0.0 4,5 0,0
0,3 0,3 1.0 0,7 0,6 1,2 0,4 0,0 0,9 0,2 5,4 0.0 2,2 0,4
0,2 0,3 2,3 0,5 1,8 0,9 5,3 0,9 2,7 0,9 3, 1 1,2 1,7 0,0
0,0 0,3 0,5 0,2 0,2 0,0 0,2 0,2 0,0 0,0 0.0 0,0 0,6 0,5
Sumatera SeIatan
60,5
46,7
12, 1
13, 1
0,8
0,8
1,8
0,2
a
136
Tembaka
u dikunyah
Lain nya
Tabel 3.8.1.11 menunjukkan persentase penduduk umur . 1 o-tatum Ke, .atas yang merokok menurut jsnls rokok yang dltnsapdan karakteristik responden . Dapat dilihat bahwa .~ebagian besar pen"tlocfuk yang berurnur antara 1.0 - 44 .cenderunq memilih rokok kretek denqan filter, SE;ldangkan penduduk yang berumur 45 tahun keatas cenderung memilih rokok kretek fanpa filter dan rokok lintilig. Tarnpak pula bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan tidak sekolah dan tidak famat SD lebih memilih rokok ~retek tanpa filter dan rokok linting, sedangkan penduduk dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih rnernlllh. rokok kretek denqan filter. Bila dilhat dari tingkat ekonominya, kelompok kuintil 4 dan kuintil 5 lebih menyukai rokok kretek 'denqan filter, sebaliknya kelornpok-kuintl 1 sampai dengan 3 leih menyukai rokok kretek tanpa filter dan tinting. Secara keseluruhan, rokok kretek filter lebih banyak di konsumsi di Provinsi Sumatera Selatan (60,5%) yang diikuti rokok kretek tanpa filter (46, 7%) dan rokok lintin!iJ (13, 1 %). Tabet 3.8.1.11 Persentase Penduduk Umur 1 O Tahun ke Atas yang Merokok menurut Jen is Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden di Provinsi Sumatera Selatan,Riskesdas 2007 Jenls rokok yang dlhlsap Karakteristik responden
Kretek de,ngan filter
Kretek tan pa filter
Rokok putih
Rokok tinting
Cangk~ong
Cerutu
Tembakau dikunyah
Lain nya
Kelompok umur 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
62,7 79,6 68,9 57,9 50,2 36,5 33.0 26, 1
37,3 31,2 44,9 51.0 54,8 56,8 55,3 48,2
17,6 17,5 i2, 1 11,8 8,5 8,7 9,5 13,5
3,9 5,7 11,2 12,4 14,5 23,5 31,4 37,5
0,0 0, 1 1, 1 0.7 0,6 2.0 0,7 3,6
0,0 0,6 0,4 1,0 0,5 2,4 0,0 2,7
0,0 0,9 0,7 1,3 2, 1 4,3 6,4 17, 1
0,0 0, 1 0, 1 0,2 0,4 0,3 0,4 0,0
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
61,5 40.0
47,5 32.0
12,2 10,6
13.0 15, 1
0,8 0,6
0,8 0,6
0,7 26,5
0,2 0,6
Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA TamatPT
30,6 44,5 55,5 69,6 76,5 77,8
49,2 54.0 51,8 43,7 37,5 24,9
4,7 8,4 9,5 15.0 17,5 17,7
28,7 20,5 13,9 11,2 5,6 3,2
1,3 0,7 0,9 1.0 0,5 0.0
0,9 1,6 0,6 0,9 0,3 0,5
11,0 4.0 1,6 0,6 0,4 0.0
0,0 0,3 0,2 0,1 0, 1 1.0
Perkotaan Peri:lesaan
74.0 57,6
Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil-1 56,6 Kuintil-2 58,2 Kuintil-3 59,4 Kuintil-4 60,9 Kuintil-5 65,4
36,4 49.0
8,9 12,8
4,0 15,0
0,3 0,9
0,3 0,9
0,6" 2, 1
0,1 0,2
48,5 51.0 47,3 48,5 40,8
12,8 12.0 12,3 11, 1 12,2
15.0 13,5 13,8 12,7 11,6
1,3 0,8 1,2 0,5 0,4
1.0 0,7 0,5 0,8 0,9
2,4 2.0 1,7 0,9 2, 1
0, 1 0,4 0,2 0,0 0,3
137
3.8.2 Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Data frekuensi dan porsi asupan sayur- dan- buah dikumpulkan .d~l)gax1 1m~11ghitung jumlah hari konsurnsi dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari. Penduduk -dikategorikan 'cukup' konsumsl sayur dan buah apabila makan sayur dan/afau buah minimal 5 porsi per hari selar;na 7 hari-datam seminggu. Dikategorikan 'kt.Jrang' apabila konsumsi sayur dan buah·kurang dari ketentuan di atas.
Tabel 3.8.2.1 menunjukkan prevalensi kurang makanbuah dan sayur penduduk 10 tahun ke atasmenurut kabupaten/kota Secara keseluruhan, penduduk umur 10 tahun ke atas .kuranq konsumsi buah dan sayur sebesar 97,0%. Kabupaten/kota dengan prevalensi konsumsi buah dan sayur paling tinggi terdapat di Muara Enim (99,8% ). Sedangkan yang berada di bawah angka rata-rata Provinsi Sumatera Selatan yaitu Palembang (96, 1%), OKU Timur (93,7%), Pagar Alam (90, 1 %). Lubuk i.inggau (87,3°/~), Tabel 3.8.2.1 Prevalensl Kuranq Makar: Buah dan Sayur.Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/kota
Kurang makan buah dan sayur*)
Ogan Komering Ulu Oga11 Komering llir
98,9 97,8
Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam
99,8 97,3
98,6 93,7 99,4 96, 1 99,0 90, 1
Lubuk Linggau
87,3
98,4 99,3 99,0
Sumatera Selatan
97,0
Tabel 3.8.2.2 menunjukkan prevalensi kurang makan buah dan sayur penduduk 10 tahun ke atas menurut karakteristik responden Pada tabel ini kecukupan paling baik pada usia 35 - 44 tahun dengan perbandingan kecukupan !ebih baik pada laki-laki daripada perempuan. Berdasarkan pendidikan kecukupan terbanyak pada pendidikan tamat SMA keatas, dan status ekonomi kuintil 4 sampai kuintil 5.
138
Tab~I 3.8:2.2 Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk 1 o. tahun ke Atas menurut
Karakteristik Responden. di ProvinsiS..µm~ter~Sel.a~an, Riskesdas 2007 Karakteristik
Kurang makan buah dan sayyr*)
Kelompok Umur (Tahun) 10-14 15-24
97,5 96,7 97,1 96,4 96,7 97, 1 97,9 98,7
25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+ Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
96,7 97,2
Pendidikan Tidak sekoiah Tidak tamat SD Tamat SD TamatSMP
98, 1 98,0 97,5 96,9
Tamat SMA Tamat PT
95,7 93,0
Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan
95,4 97,7
Tingkat pengeluaran perkapita per bulan Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4
98,0 96,8 96,4 95,0
Kuintil-5
96,6
3.8.3 Perilaku Minum Minuman Beralkohol Salah satu faktor risiko kesehatan adalah kebiasaan. minum alkohol. lnformasi perilaku minum alkohol didapat dengan menanyakan kepada responden umur 10 tahun ke atas. Karena perilaku minum alkohol seringkali periodik maka ditanyakan perilaku minum alkohol dalam periode 12 bulan dan satu bulan terakhir. Wawancara diawali dengan pertanyaan apakah minum minuman beralkohol dalam 12 bulan terakhir. Untuk penduduk yang menjawab "ya" ditanyakan dalam 1 bulan terakhir, termasuk frekuensi, jenis minuman dan rata-rata satuan minuman standar.
139
Dilakukan kalibrasi terhadap berbagai persepsi ukuran yang digunakan responden, sehingga didapatkan ukuran standar, y.aitu. satu minuman standar setara dengan bir volume 285 mililiter. Tabel 3.8.3.1 menunjukkan menurut kabupaten/kota
prevalensl peminum alkohol 12 bulan .dan 1 bulan terakhir
Konsumsi alkohol dihitung berdasarkan konsumsi satu bulan dan satu tahun terakhir. Kabupaten denqan prevalensi konsumsi alkohol satu bulan terakhir terbesar di Kabupaten Musi Banyuasin (7,6%) dan diikuti oleh Kabupaten Musi Rawas (7,1%). Berdasarkan konsumsi alkohol satu tahun terakhir, kabupaten dengan prevalensi konsumsi terbesar di Kabupaten Musi Rawas (9,6%) dan diikuti Musi Banyuasin (8,2%) Tabet 3.8.3.1 Prevalensi Peminum Alkohoi 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Konsumsi Alkohol 12 Bulan Terakhir
Kabupaten/Kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin
Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
1,1
Banyuasin OKU Selatan OKU Timur
1,0 1.7 0,3 0,9 7,1 7,6 0,5 0,3
1.4
2,2 0,9 3,9 9,6 8,2 0,6 1,5 1,5 0,6 2,8 3,7 4,1
Konsumsi Alkohol 1 Bulan Terakhir
1,1
0,2 2,5 2,7 2,7 1,1
Sumatera Selatan
2,9
2,1
3.8.4 Perilakau Aktifitas Fisik Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Oikumpulkan data frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir untuk penduduk 1 O tahun ke atas. Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan 'cukup' apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 1 O menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam sate minggu. Selain frekuensi, dilakukan pula pengumpulan data intensitas, yaitu jumlah hari melakukan aktivitas 'berat', 'sedang' dan 'berjalan'. Perhitungan jum!ah menit aktivitas fisik dalam seminggu mempertimbangkan pula jenis aktivitas yang dilakukan, di mana aktivitas diberi pembobotan, masing-masing untuk aktivitas 'berat' empat kali, aktivitas 'sedang' dua kali terhadap aktivitas 'ringan' atau jalan santai. tabel 3.8.4.1 menunjukkan prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk 10 tahun ke atas menurut kabupaten/kota Hasil dalam tabel menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk kurang dalam melakukan aktivitas fisik (73,7%). Penduduk dengan aktifitas cukup yang tertinggi berada.di Kabupaten Lubuk Linggau (44,3%), Kabupaten Musi Banyuasin (38,3%) dan Kabupaten Lahat (35,2%).
140
Sedangl
.
KabupatenrKota
Kurang aktivitas fisik
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim
71,9 74,0 73,6
La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
64,8 76,8 61,7 76,5 75,3 81,3 83,6 73,3 69,S 80,2 55,7
Sumatera Selatan
73,7
*) Kurang aktivitas fisik adalah kegiatan kurnuiatif kurang dari 150 menit dalam seminggu
Tabel 3.8.4.2 menunjukkan prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk 10 tahun ke atas menurut karakteristik responden Pada tabel ini terlihat bahwa berdasarkan umur yang terbanyak melakukan aktifitas cukup berada pada umur ;: : 75 tahun dan 10-14 tahun, perempuan lebih banya aktif dibanding dengan laki-laki. Menurut tingkat pendidikan yang melakukan aktifitas cukup terbanyak pada tingkat tidak tamat SD (81.3%), dan di perkotaan aktifitas fisik lebih tinggi dibanding di perdesaan. Sedangkan responden dengan tingkat ekonomi lebih rendah memiliki aktifitas fisik lebih tinggi dibanding dengan kelompok tingkat ekonomi lainnya.
141
Tabet 3.8.4.2 Prevatensi Kurang Aktivitas Fisik Penduduk 1 O tahun '5e Atas menurut Karakteristik Responden di ProvinsiSumatera.Selatan, Rlsk~~<;las20.07
Karakteristik ~
,
' a
Kurang aktivitas fisik
1"'
Kelornpok urnu~ (Tahun) 10-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
'38,1 72,6 86,0. 87,9 84,5 72,9 53,1 33,3
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
74,7 72,6
Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA TamatPT
67,6 66,2 75,3 77,2 78,5 70,4
Tipe daerah
Perkotaan Perdesaan
68,3 74,9
Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4
71,8
72,3 74,1 76,0 74,3
Kuintil-5
3.8.5 Pengetahuan dan Sikap Flu Burung dan HIV/AIDS
a. Penqetahuaa dan Sikap terhadap Flu Burung Data mengenai pengetahuan dan sikap penduduk tentang flu burung dikumpulkan dengan didahului pertanyaan saringan : apakah pernah mendengar tentang flu burung. Untuk penduduk yang pernah mendengar, ditanyakan lebth lanjut pengetahuan tentang penularan dan sikapnya apabila ada unggas yang sakit atau mati mendadak.
142
">•
,
l?enduduk dianggap memiliki·pengetahuan tentartqpenularan'flu b'ucung ~ang·benat apabila menjawab cara penularan melalLii kontak 'Clengan µnggas_;sakit atau.kontak dengan.kotoran unggas/pupuk kandang. Penduduk dianggap bersikap benar bila menjawab salah satu : melaporkan kepada aparat terkait, atau membersihkan kandang unggas, atau mengubur/ membakar unggas sakit, apabila ada unggas yang. sakit dan mati mendadak. "Fabel. 3.8:5.1 meounjukkan persentase penduduk t~ tahun 'ke atas menurut pengetahuan ·Cfartsikap terttang flu burung.daozdan kabupaten/kota Dari tabel ini dapat diketahui bahwa penduduk yang yang pernah mendengar tentang flu burung memiliki persentase yang paling besar di Kabupaten Pagar Alam (80,2%) sedangkan 'untuk penqetahuart tentanq penceqahari'flu burung, d~n bersikap .benar tentang flu bu rung persentase yang paling besar di kabupatenlubuk Linggau (75%). Tabel 3.8.5.1 Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pengetahuan Dan Sikap Teh,tang Flu Burung dan dan Kabupaten/kota di Provins] SumateraSelatan, Rlskesdas 2007 Pernah mendengar tentang flu burung
Berpengetahuan benar tentang flu bu rung
Bersikap benar tentang flu burung
75,3 47,7 51,3
69,3 38,8 44, 1
68,0 33,5 43,6
Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKl} Selatan OKU Timur
60,8 37,8 37,7 75,3 47,7 51,3
53,5 28,8
52,7 23.7 31,4 72,9 54,5 38,1
Ogan llir Palerhbanq Prabumullh
60,8 37,8 37,7
32,8 63,1
Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
Kabupaten/Kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat
• •
33,0 74,5 57,8 37,7
32,5 66,2 70,6
80,2 64,1
66,0 55,6 75,7
63,5 75,2
40,4
49,0
47,5
*) Berpengetahuan benar apabila rnenjawab "Ya" kontak dengan unggas sakit atau kontak dengan kotoran unggas/9upuk kandanq **) Bersikap benar apabila menjawab "Ya" melaporkan' pada aparat terkait, membersihkan kandang unggas, atau rnengubur/mernbakar unggas yang sakit dan mati mendadak.
Tabel 3.8.5.2 menunjukkan persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut pengetahuan dan sikap tentang flu burung dan karakteristik responden Dari .tabel ini dapat diketahui bahwa penduduk yang• berumur antara 15 - 24 tahun yang pernah mendengar tentang flu burung memiliki persentase yang~ paling besar (67,9%). Begitu juga aengan penqetahuan tentang penceqahan flu bur.Ung,· kelompok umur ini memiliki persentase 'yang paling besar (61,0%) demikian jtfga dengan bersikap benar tentang flu burung (59,2-%). Responden laki-laki lebih banyak yang pernah mendengar tentang flu burung, lebih banyak tahu tentanq penceqahan, flu, b4fl}tJg, ,demikian juga bersikap benar tentang -flu burung dibandingkan peretnpuan. Semakin tinggi pendidikan semakin~baik'pengetahuan dan pemahaman serta tindakan penceqahan terhadap flu burunq maupun 'penanganan terhadap unggas yang dicurigai sebagai penyebab flu burung.
143
Responden yang tinggal di perkotaan, beJ<erja sebagai PNS/Polri!TNl/BUMN dan atau memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan dan • pernahaman serta tindakan -penceqahan tethadap flu .burung rnaupun-penanqanan terhadap .unggas-yang dicurigai sebagai penyebab flu bur.ung lebih baik.
Tabet 3.8.5.2 Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pengetahuan Dan Sikap Tentang Flu Burung dan Karakteristik Responden di Provlnst.Sumateraaelatan, Rlskesdas 2007
Karakteristik' responden
Pernah mendengar
Berpengetahuan b.enar*
Umur 32,1 10-14 tahun 3910 67,9 61,0 15-2~ tahun 57,9 25'-34tahun 64,8 54,6 35-44 tahun 61,6 45-54 tahun 45,2 52,9 55-64 tahun39,0' 33,2 65-74iahun 21,6 28,0 15,9 11,9 75+ tahun Jenis kelamin Laki-laki 59,4 52,5 52,2 45,4 Perempuan Pendidikan Tidak sekolah 22,8 28,7 29,7 Tidak tarnat SD 37,3 43,6 TamatSD 50,8 Tamat SMP 69,3 62,9 81,0 75,1 Tamat SMA Tarnat PT 86,7 80,7 Pekerjaan Tidak kerja 48,9 42,7 51,7 44,8 Sekolah lbu RT 58,4 51,0 79,7 PNS/~olri!TNl/BUMN 85,4 70,0 62,0 Wiraswasta Petani/nelayan/buruh 52,5 45,7 63,0 57,2 Lainn¥a Tipe daerah 72,8 66,1 Perkotaan Perdesaan 45,0 51,9 Tingkat penqeluaran rumah tangga per kapita Kuintil 1 , 50,6 44,9 Kuintil 2 53, 1 46,1 Kuintil 3 !i6.4 49,5 57,6 50,2 Kuintil 4 61, 1 53,8 Kuintil 5 Berpengetahuan benar apgbila menjawab "Ya" kontak dengan ,unggas sakit *) **)
Bersikap benar** 30,3 59,2 56,0 52,8 44,2 32,5 23,9 12,9 50,9 44,1 22,3 28,4 41,7 61,7 73,2 81,6 41,9 43,3 50,1 79,8 60,4 43,9 54,4 66,6 43,2 44,9 46, 1 49,5 50,2
53,8 atau kontak
dengan kotoran~ungga,s/p~upukkandang Bersikap, bena~..,. apabila.jnenjawab "Ya" melaporkan, pada aparat terkait, membersihkan kandanq 4ng9as, atau n:,engubur/membakarunggas yang sakit dan mati mendadak.
Penqet~huan dan Sikap ~erhadap HIV/AIDS Berkaitan .denqan HIV/AIDS, .penduduk ditanypkan apakah pernah rnendenqar tentang HIV/AIDS. Selanjutnya penduduk yang pernah mendengar ditanyakan lebih-lanjut ,rnengenai
144
l
>
pengetahuan tentang. p~nutaran virus· H'IV ke manusia (tujah pertanyaan), pencegahan HIV/AID~ (enam pertanyaan), dan -slkap apabila ada anggota keluarga yang menderita HIV/AIDS (lima pertanyaan). Penduduk dianggap berpengetahuan behar tentang penularan dan pencegahan HIV/AIDS apabila menlawab benar masing-masing 60%. Untuk sikap ditanyakan: bila ada anggota keluarga menderita HIV/AIDS apakah 'responden merahasiakan, membicarakan dengan ART lain, mengikuti konseling dan pengobatan, mencari pengobatan alternatif ataukah mengucilkan penderita. Tabel 3.8.6.1 menunjukkan persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut pengetahuan tentang HIV/AIDS dan kabupaten/kota Dari tabel ini dapat diketahui bahwa penduduk yang yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS dan pengetahun tentang penularan HIV/AIDS memiliki persentase yang paling besar di kabupaten Banyuasin. Sedangkan pengetahun tentang pencegahan HIV/AIDS persentase yang paling besar di Kabupaten Prabumulih Tabel 3.8.6.1 Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan Kabupaten/kota di Provinsi Surnatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota
Pernah mendengar
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Sumatera Selatan
57,9 29,5
Berpengetahuan* benar tentang penularan
Berpengetahuan** benar tentang pencegahan
57,9 29,5 24,9 40,3
29,3 9,4 9,3 29,7
23,6 19, 1 60,1
6,9 5,8 17,7 15,9 9,7 4,0
24,9 40,3 23,6 19, 1 60,1 33,1 16,5 21,9 47,3
47,3
58,3 34,2 59,2
58,3 34,2 59,2
32,3
34,5
13,9
34,5
33,1 16,5 21,9
12,0 36,7 18,5
* ) Berpengetahuanbenar tentang penularan adalah bila menjawab benar 4 dari 7 pertanyaan **) Berpengetahuan benar tentang pencegahan adalah bila menjawab benar 4 dari 6 pertanyaan Tabel 3.8.6.2 menunjukkan persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut pengetahuan tentang HIV/AIDS dan karakteristik responden Dari tabel ini dapat diketahui bahwa penduduk yang berumur antara 15 - 24 tahun yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS memiliki persentase yang paling besar (47, 1 %). Begitu juga dengan pengetahun tentang penularan HIV/AIDS, kelompok umur ini memiliki persentase yang paling besar (47,1%), pengetahun tentang pencegahan HIV/AIDS (18,7%). Tabel 3.8.6. Persentase Penduduk 10 tahun ke Atas menurut Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan Karakteristik Responden, Riskesdas 2007
145
~~r,nah
Karakteristik
mendenqar
Umur 10-14 tahun
45-54 tahun
34,9
14,2 14,0 14,2 14,4
50,5 51,4 51,1 48,9
14,7
12,9 11,6
47,4 42,8
7, 1
12,0
34,7
37,3 25,4
55-64 tahun 65-74 tahun 75+ tahun Jenis Kelarnin Laki-laki
penutaran'"
Berpengetahuan "~enar tentang pencegahan**
11,3
21,8 63,2 58,8 49,7
15-24 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun
Berpengetahuan benar tentang
48,0
14,0
Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan
40,9
13,8
50,1 48,5
3,7 17, 1
•A
...........A
32,9
10, 1
33,4 61,2 80, 1 89,7
9,5 11,8
33,4 38,2 47,0 57,4 68,8
Tidak kerja Sekolah lbu RT PNS/Polri/TNl/BUMN Wiraswasta Petani/nelayan/buruh
37,2 40,7 44,2 84,6
Lainnya Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Ktiintil 4 Kuintil 5
kapita
13,2 14,3 ·11,9 20,9
48,2 46,9 46,9 64,2
60,7 30,3 57, 1
12,5 11,0
62,5
13,5 14,3
40,9
33,2 per
15,6 26,3
14,2
51,9 39, 1 53,9 56,6
per 33,0 38,0 42,9 47,9
11,0
43,1
11,5 12,6 13,7
45,3 47,6 50,3
58,2
17,6
55,2
• ) Berpengetahuan benar tentang penularan adalah bila menjawab benar 4 dari 7 pertanyaan .. ) Berpengetahuan benar tentang pencegahan adalah bila menjawab benar 4 dari 6 pertanyaan
146
~.. . Tabel... 3.8.6.3 .
persentase Penduduk tQ. tahun k~ Atas menurut Si~ap Bil~ Ada A,nggot(! Keluarga .Menderita HIV/AIDS dan Kabupatenzkota di Provi..nsLSumatera Selatan, Riskesdas 20().7 .KabuP.aten/Kota ,, Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan !Ur Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
MerahaSiakan 61,8 34,4 47,1 46,6
Bicarakan Dg Art Lain
Cari Pengoba,tan Alternatif
Mengucilkan
69,3 56,5
3,2 3,8
60, 1 78,2 50,8 45,3
9,8 4,3 4,4
35,4 78,0
83,8 51,8 66,5 54,9 70,3 66,3 83,0 69,5 88,5 91,6 66, 1 60,8
93,9 83,2 79,7 94,9 90,3 67,0 87,3 80,2 92,7 89,0 87,9 98, 1 87,9 89, 1
76,3 85,4 44,1 38,2 82,8 67,8 64,0 67,7
6,0 3,7 16,0
40,0
67,3
87,0
66,0
5,6
11,0 16,3 37, 1 37,9 46,9 46,9 35,5 17,2
54,3 50, 1
Konseling & Pengobafan
5,8 3,9 3,5 4,1 .....:.,;," 11, 1
Tabet 3.8.6.3 menunjukkan persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut sikap bila ada anggota keluarga menderita HIV/AIDS dan kabupaten/kota Prevalensi penduduk Provinsi Sumatera Selatan, yang bersikap merahasiakan dan mengucilkan apabila ada ART yang menderita HIV/AIDS sebesar 45,6% (maslnq-maslnq 40,0% dan 5,6%). Sedangkan melakukan konseling dan pengobatan merupakan persentase tertinggi, sebesar 87,0%. Tabel 3.8.6.4 menunjukkan persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut slkap bila ada anggota keluarga menderita HIV/AIDS dan karakteristik responden Menurut kelompok umur, tidak menunjukkan adanya tren hubungan dengan sikap andaikata ada anggota keluarga menderita HIV/AIDS . Persentase perempuan lebih tinggi untuk sikap merahasiakan dan mengucilkan. Dari aspek pekerjaan, yang tidak memiliki pekerjaan relatif lebih banyak yang bersikap merahasiakan anggota keluarganya yang menderita HIV/AIDS dan yang bekerja sebagai PNS/Polri/TNl/BUMN lebih banyak mengucilkannya,demikian pula dengan penduduk perkotaan. Menurut tingkat pengeluaran, semakintinggi tingkat pengeluaran perkapita semakin kecil sikap merahasiakan.
147
Tabel 3.8.7.2 Persentase Penduduk 1 O tahun Ke Atas yang Berperilaku Benar dalam Hal Buang Air Besar dan Cucl Tangan menurutKarakterlstik'Responden, Riskesda$ 2007 Berperilaku benar dalam hal BAB*
Karakteristik responden Umur 10-14 tahun 15-24 tahun
58,2 59,9
Berperllaku benar dalam hal cuci tangan** 31,4
59,6 61,6
36,2 37,5 38,5
60,5 56,4 59,7
37, 1 35,2 32,0
75+ tahun Jenis Kelamin Laki-laki
59,4
24,6
59,7
Perempuan Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD
59,8
31,6 40,2
43,7 49,1
37,4 31,7
54,2 67, 1 79, 1
34,0 38,9 40,5
89,7
46,3
Sekolah lbu RT PNS/Polri/TNl/BUMN
60,2 63,4 63, 1 90,2
33,6 33,4 39,2 39,8
Wiraswasta Peta n i/nela yan/buru h
73,4 51,7
Lainnya Tipe daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran per kapita per bulan Kuintil 1
65,4
35,9 36,4 28,8
25-34 tahun 35-44 45-54 55-64 65-74
tahun tahun tahun tahun
Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Pekerjaan Tidak kerja
86,3 53,7
38,5 35,3
34,7
4'7, 1
Kuintil 2
35,5
Kuintil 3 Kuintil 4
36,6 34,8
53,8 59,5
Kuintil 5
37,6
64,6 72,1
*) Perilaku benar dalam BAB bila BAB di jamban **) Perilaku benar dalam cuci tangan bila cuci tangan pakai sabun sebelum makan, sebelurn menyiapkan makanan, setelah buang air besar, dan setelah menceboki bayi/anak, dan setelah mernegang unggas/binatang.
150
3.8. 7
Perilaku l:U$iup Bersih de\Q. S~haj :i
Riskesdas 2007 rnenqumpulkan 10 'lndikator tun!;n;Jl:il Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 1 yang terdiri dari enarn indikator'indi\iidu' dan ·e'nipat. -lndikator rumah tangga. lndikator individu meliputi pertolongan persalinan oleh •• tenaga kesehatan, bayi 0-6 bulan " mendapat ASI eksklusit, kepemilikan/ketersediaan -Jaminan Pemellharaan Kesehatan, penduduk tidak merokok, penduduk "cukup beraktivitas fisik; dan pendu.d.uk cukup mengonsumsi sayur dan buah. lndikator Rurnah Tangga melip.uti rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, akses jamban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (~8m2f orang), dan rumah tanqqa denqan lantai rumah bukantanah, Dalam penilaian PH.BS ada dua macam rumah tangga, yaitu r4[Tlah tangga dengan balita dan rurnah tangga tanpa balita. Untuk rurnah tangga· denqan balita dig'uoakan 1 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedanqkan unti.Jk rumah tarigga tanpa'balita terdiri dari 8 indlkator, sehingga nilai tertinggi delapan (8). PHBS diklasifikasikan• "kurang" apabila mehdapatkan nilai kurang dari enam (6) untuk rumah tangga mempunyai balita dan nilai kurang dari lima (5) untuk rumah tangga tanpa balita.
o
s.e.a.i
Tabel menunjukkan persentase rurnah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) balk rnenurut kabupatenrkota Hasil Riskesdqs 2007 menunjukkan proporsi rumah tangga denqan PHBS dengan klasifikasi baik di Kabupaten/Kota berturut-turut di Kota.Palembang (1~,4}, Kota Pagar Alam (18,8) dan Banyuasin (17,3), sedangkan kabupaten dengan nilai PHBS kurang hanya terdapat di Kabupaten Ogan Komering llir (4,7). Tabel 3.8.1 Persentase Rurnah Tangga yang Memenuhi Kriteria Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Baik menurut Kabupaten/Kota di Provinsi SumateraSelatan, Riskesdas 2007 RT dengan Kabupaten/kota PHBS Baik 9, 1 4,7 16,3 13,0 11,9 t.3,7 17,3
10,9
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang· Prabuliiulih Pagar Alam Lubuk l,.inggau
14,9
Sumatera Selatan
12,4 14,8 14,5 19,4 10,8
18,8
1
Program PHBS -adalah upaya untuk memberi pengalaman belajar.atau menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga, kelornpokdan masyarakat, dengan membukajalur komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat, melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat.
151
3.9 Akses dan Pemenfaatan-Pelayanan -Kesehatan Akses· dan Pejnanfaatan felayanan Kesehatan Kemudahan akses ke sarana pelajanan kesehatan berhubungan dengan beberapa faktor penentu, antara lc,fin jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan, serta status soslal-ekonorni dan .budaya, Dalam analisis ini, sarana pelayanan kesehatan dikelompokkan menjadi 'dua, yaitu: 3.9:1
Sarana 'petayahan kesehatan rumah 'sakit, puskesmas, puskesmas pembantu,. dokter praktek dan bidan praktek Upay? kesehatan belbasis mcis~arakat (UKBM) yaitu pelayanan posyandu, poskesdes, pos obatdesa. warunq obatdesa, dan ~oltndes/bidandi desa. .Ufttuk masing-masing kelompok pelayanan kesehatan tersebut dikaji akses rumah tangga ke sarana .pelayanan kesehatan .tersebut. Selaojutnya untuk WKBM dikaji tentang pemanfaatan dan jenis pelayanan yang diberikan/diterima oleh rumah .~angga/RT (rnasyarakat), termasuk alasan apabila responden tidak memanfaatkan UKSM dimaksud. Tabei 3.8.9.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Dan Waktu Tempuh Ke Sarana Pelayanan Kesehatan*1 Menurut Kabupaten Kota di Provlnsi Sumatera setatan, Riskesdas 2007 KABUPATEN/KOTA Ogan Komeri~g Uiu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir
59 .,9 52;9 54,9 31,8 ~"' 52,8 56,2
34,2 38,6 30,4 57,3 44,8 35,2
48,4 60
Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
•>
WAKTU TEMPUH KE YANKES <15' 16'-30' 31'-60' >60' 82,1 73,6 68,4 70,5 86
50 27,9 65,8
5,9 8,4 15 11 2,4 8,6 1,6 12 6
68,7 65,6 67,9 54,5
46,9 84,3
40,9 52,8 15,2
9,5 0,3 0,4
70,2 65,5 92,8
60, 1 85
35,4 14,2
4,4 0,8
54,3
39,5
6,2
28,1 49,6
Palembang Prabumulih Pagar Alam
CATATAN:
JARAK KE YANKES > SKM <1KM 1 -5.KM
n.3 20. 25, 1 21,7 13,6 23,7
1,8 3,3 3,6 4,1 0,2 6,7
10
4,8 3 2,9 3,6 0,2 0,9 0,2 7,6
24 21 35,8 19,8
7,4 9,7
77,1 79,1
31,2 4,41 18,3 18
3,2 2,2 3,8 1
0,6 0,8 1,8
72,7
20,8
4,3
2,2
3,5
2,3 0,3 0,1
Sarana Pelayanan Kesehatan: Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesrnas Pembantu, Dokter Praktek dan Bidan Praktek
Tabel 3.8.9.1 menunjukkan persentase rumah tangga menurut jarak dan waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan" menurut kabupaten kota , Di Provinsi Sumatera Selatac sebanyak 93,8% RT berada pada jarak kurang atau sama dengan 5 km dari sarana pelayanan kesehatan dan hanya 6,2% RT berada lebih dari 5 km. Kabupaten/kota dengan proporsi RT bertempat tinggal lebih dari 5 km ke sarana pelayanan kesehatan tertinggi adalah Kabupaten Muara Enim (15,0%) dan terendah adalah Kota Palembang (0,3%). Dari segi waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan nampak bahwa 72,7% penduduk dapat mencapai jce sarana .pelayanan kesehatan kurang atau sama dengan 15 menit dan
152
r
seban¥ak 20:8% penduduk dapat mencapai 'sarana pelayanan ·kesebatan dimaksud antara 16-30 rneriit. Dengah· dernikian di Provirrsl-SumateraSelatarr; masitt ada.sekitar 6,5% RT yang. memerlukan waktu. lebih dari setengah· jam .qntuk mencapai sarana kesehatan. Kabupaten/kota dengan proporsi tertinggi RT yang rnerrierlukan waktu tempuh lebih dari 30 menit ke .sarana kesehatan. adalah Kabupaten Qkl Selatan (11,1 %) ·dan yarrd terendah adalah Kabupaten Musi Rawas (0,4%).
label 3.8.9.2 F,>ersentase Rumah Tangga Menurut Jarak dan Waktu Tempuh Ke Sarana Pelayanan K~sehatan*1 danKarakterlstlk Rumah Tangga Di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Karakteristik responden Tempat tinggal Perkotaan Perdesaan Tingkat Kuintil 1 Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil
2 3 4 5
<1
Jarak dan Waktu tempuh ke yankes Km Menit <15 >5 16-30 31 -60 1 -5
>60
56,5 55,4
37,4 38,5
56,5 55,4
37,4 38,5 39,3 39,8 42,3
53.0 54,5 52, 1
6,1 6,0 6, 1 6,0 7,7 5,7 5,6
81,4 68,9
15,6 23,2
2,4 5,1
0,6 2,9
72 72,3 72,5
21,9 19,5 21,2 21, 1 20,4
4 5,2 4,4 3,7 4
2,1 3 1,9 2,2 1,6
73 74
CATATAN: •> Sarana Pelayanan Kesehatan: Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Dokter Praktek dan Bidan Praktek
Tabel 3.8.9.2 menyajikan informasi tentang jarak dan waktu ternpuh rumah tan,gga terhadap sarana pelayanan kesehatan menu rut karakteristik rurnah tangga. Berdasarkan tipe daerah, proporsi rumah tangga dengan jarak ke sarana pelayanan kesehatan >5 kilometer, antara perkotaan dan perdesaan tidak ada perbedaan yang mencolok hanya sedikit lebih tfnggi di perkotaan. Begitu pula proporsi rurnah tangga dengan waktu tempuh >30 menit, di perkotaan lebih rendah dibandingkan di perdesaan. Berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan semakin'tinqqt.tingkat-penqeluaran rumah tangga semakin jauh jarak, dan semakin singkat waktu tempuh ke sarana. pelayanan.kesehatan. '';
~
Tabel 3.8.10.3. rnenjelaskan akses rumah tangga ke UKBM, meliputi Posyandu, Poskesdes, dan Polihdes.
153
Tabet 3.8.9.3 Persentase Rumah Tangga Menurut J~ra~·Dan W;:t~tu Tempuh Upaya Kesehatan. Berbasis .Masyarakat* .dan, P.rovin~i,-Riskes~as '
l
2~9.7;
'"Waktu tein~uh ke ~ank'es
Jarak, ke ~ahkes
<1 km
J$~; .
'
,,,
l
(
<15'
16'-30'
31'-60'
>60'
79,9
18,9
1,2
89,5
6,6
1
2,9
Ogan Komering llir
71,2
'26,1
2,8
85,5
9, 1
3,5
1,8
Muara Enim
76,7
20,7
2,5
83,5
14
1,4
1,4
62'
3t,8
5,1
84,2
14
0,6
0,7
Ogan Komering Ulu
,
La hat
1 - 5 kni
>5km
Musi Rawas
66;9
31,9
1,1
90,1
9,6
0
0,3
Musi Banyuasin
56,5
'33,9
9,6
70,2
23
6,7
0,4
Banyuasin
51,3
47,1
1,6
67
24
9
0,4
61
26,8
12
68,5
21
2,7
7,8
51,4
46,6
2
73,7
23
2,8
0,3 0,7
OKU Selatan OKU Timur Ogan llir
69,2
28,5
2,2
83,8
12
3,4
Palembang
89
10,7
0,3
91,9
7,5
0,1
Prabumulih
n .d.
91,2
8,55
0,2
94,7
4,6
0
0,6
Pagar Alam
76,3
22,6
1,1
89,5
8,1
1,5
0,9
Lubuk Linggau
94,"9
5,07
0
89,4
8,7
0,8
1, 1
Sumatera Selatan
71,3.
25,7
3
83,1
13
2,3
1,5
-·
*) UKBM meliputi Posyandu, Poskesdes, Polindes
Dari segi jarak, nampak bahwa 71,3% rumah tangga berjarak kurang dari 1 km dan 25,7% berjarak 1-5 km dari UKBM. Kabupaten/kota dengan proporsi rumah tangga tertinggi berjarak lebih dari 5 km ke UKBM adalah Kabupaten OKU. selatan (12%) dan terendah di Kota Lubuk Linggau (0%). Dari segi waktu tempuh ke UKBM nampak bahwa 83, 1 % rumah tangga di Provinsi Sumatera Selatan dapat mencapai UKBM dalam waktu kurang dari atau sama dengan 15 menit. Sebanyak 13% rumah: tangga memerlukan waktu antara 16-30 rnenit, dan 3,8% rumah tangga yang tersisa rnemertukan waktu. lebih dari 30 menit. Kabupaten/kota dengan prcporsi rurnah-tanqga denqan waktu tempuh lebih dari 30 menit ke UKBM tertinggi adalah Kabupaten OKU '8elatari (10,5%) dan terendah di Kabupaten Musi f3awas (0,3%). label 3.8.9.4 Persentase-Rumah Tangga Menurut Jarak Dan Waktu Tempuh Ke Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat*1 dan Karakteristik-Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Set,a~n, Riskesdas 2007 Karakteristik tangga
rumah
JARAK KE UKBM
WAKTU TEMPUH ~E UKBM
< 1 km
1- 5 km
>5 km
~15'
16'-30'
31'-60'
>60'
79,9 67,4
19,3 28,6
0,8 4
92,5 78,9
6,22 16, 1
0,4 3,2
0,8 1,8
74,1
22,6
82,5 82,9 83,2 83,2 83,9
2,4 2,7 2,2 2,5
1,4 2 1,2 1,4
68,4
3,2 2,7 2,1
13,8 12,5 13,3 12,9
Kuintil 5
25,2 25,9 25,4 29,5
3,3 3,7
Kuintil 3 Kuintil 4
71 70,9 71,9
12,8
1,9
1,4
Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat Kuintil 1 Kuintil 2
pengeluaran
*) UKBM meliputi Posyandu, Poskesdes, Polindes
154
Berdasarkan tipe daerah, proporsi rumah tangga dengan jarak ke UKBM >5 kilometer, di perkotaan lebih rendah dipanpiqgkan dengan di perdesaan. Begi~u pula proporsi rumah tangga dengan i.:vakttJ tempuh >30 menit, dt perkotaan lebih rendah dibandi11gkan di perdesaan. Berdasarkan tingkat penqeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga semakin dekat jarak, dan semakin singkat waktu tempuh ke. UKBM. · Tabel 3.8.9.5 Persentase Rumah Tangga Yang Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes Menurut K:tbupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Kabupaten/Kota
Memanfaatkan
Tidak Memanfaatkan Tidak membutuhkan
Alasan lain
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lah at Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumu:ih Pagar Alam Lubuk Linggau
30,6 23,3 29,0 30,8 15, 1 51,8 52,0 28,3 18,9 36,5 19,9 23,1 20,2 25,0
65,8 64,5 56,7 40,6 77,7 30.4 34,6 56,4 68,6 54,2 68,1 69,3 77.4 25,0
3,6 12,3 14,3 28,6 7,2 17,8 13,3 15,3 12,5 9,4 12,0 7,5 2,4 50,0
Sumatera Selatan
27,8
58,7
13,5
Tabel 3.8.9.6. memberikan gambaran persentase: rumah tangga yang memanfaatkan pelayananposyandu atau poskesdes di tiap kabupaten/kotaselama tiga bulan terakhir. Secara keseluruhan, di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 27,8% rumah tangga memanfaatkan pelayanan di posyandu atau poskesdes. Sebanyak 58,7% rumah tangga menyatakan tidak membutuhkan pelayanan di posyandu atau poskesdes karena berbagai alasan, seperti tidak ada anggota rumah tangga (ART) yang sakit, tidak ada yang hamil atau tidak mempunyai bayi/balita. Sedangkan yang sebetulnya membutuhkan tetapi tidak memanfaatkanposyandu atau poskesdes adalah sebanyak 13,5% rumah tangga. Kabupaten/kota dengan persentase rumah tangga memanfaatkan pelayanan posyandu/poskesdesdengan alasan tidak membutuhkan tertinggi adalah Kabupaten Musi Rawas (77,7%) dan terendah adalah Kabupaten Musi Banyuasin (30,4%). Kabupaten/kota dengan persentase rumah tangga tidak memanfaatkan pelayanan posyandu/ poskesdes karena alasan lain tertinggi adalah Kabupaten Lahat (28,6%) dan terendah di Kabupaten Ogan Komering Ulu (3,6 %).
155
Tabel 3.8.9.6 Petsentase Rumah Titngga- Menarut Pemanfaatan Posyandu/Poskesdes KarakteristikRumah Tangga'di•Provinsl 5umatera Selatan, Riskesdas 2007
Karakteristik Rumah Tangga
Tldak Memanfaatkan Tidak· Memanfaatkan membutuhkan
Tip~ Oaerah Perkotaan Perdesaan
24,7 27,3
'dan
Alasan lain
68,0 63,3
7,3 9,4
Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1
33,5
57,9
8,5
Kuintit2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
29,5 26,5 23,3 17,9
62,3 64,9 68,3 73,6
8,3 8,5 8,4 8,5
Tabel 3.8.9.6 menggambarkan pemanfaatan posyandu/poskesdesberdasarkan karakteristik rumah tangga. T ampak bahwa persentase rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan posyandu/poskesdesdi perdesaan lebih besar dibandingkan dengan perkotaan. Bila ditinjau dari tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, nampak ada kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga semakin kurang memanfaatkan pelayanan posyandu/poskesdes. Tabel 3.8.10.7. menggambarkan jenis pelayanan posyandu/poskesdes yang pernah dimanfaatkan rumah tangga dalam tiga bulan terakhir. Tampak secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Selatan jenis pelayanan yang banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga adalah penimbangan (80,1%) dan suplemen gizi (68,3%). Hanya sedikit rumah tangga yang memanfaatkan posyandu/poskesdes untuk KIA (28,8%) dan konsultasi risiko peny_akit (29,0%).
156
Tabef 3.8.9.7 1 Psrsentase Rum ah Tangga yang M~manfaatkan- Posyandu/Poskesdes menu rut Jeri is Pelayanan dan Kabupaten/kota Cit Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 t
Kabupaten/Kota
I
Penimbang an
Penyuluhan
Im unisasi
98,5 ;88,f;{ 72,9
42,4 47,5 17,5 21,2 31,3 24,6 10,9 30,4 74,8 19,4
71, 1 63,3 44,3 39,8
Ogan K9meri9g Ogan Komering llir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam
72,2 85,5 69,6 58,4 78,0 100,0 69,2 87,1 92,1 89,5 62,1
Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
80,1
35,4 20,9 46,1 87,4 34,3
40,0 14,9
58,6 58,7 56,0 46,5 71, 1
30,5
63,3
40,2 47,8
PeHgobatan
PMT
Suplemen Gizi
Konsultasi Risiko Pen}'.akit
57,6 65,0 69,6 53,4
63,9 36,1 28,9 21,7
68,3 38,9 24,9 12,2
29 9,4 20,0 2,4
39,1 48,0 52,0 79,7 20,7 43,1 22,2
15,5 79,9 79,6 74,8 64,7 76,4 40,2 37,0
15,2 9,59 39,3 83, 1 8,57 49,2 36, 1 27,3
12, 1 12, 1
18,0 19,0 28,0
58,3 30,4
52,0 74,5
20,0 28,9
8,7 32,2
28,8
42,4
61, 1
63,9
KIA
KB
50,0 28,3 39,2 19,1 19,0 20,4 12,6 35,8 86,2 15,0 31,8 24,3
35,7 27,2 32,0 51,3 31,0
32,0 73, 1 12, 1 60,6 71, 1 52,0 14,9 33,9
58,0 9,4 20,0 24,0 12,0 9, 1 20,0
68,3
29,0
Tabel 3.8.9.8 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes menurut Jenis Pelayanan dan Karakteristik Rumah Tanggadi Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas
2007 Tipe Dae rah
I
Tipe Daerah Perkotaan
Penimbang an
Perdesaan
83,8 77, 1
Tingkat Kuintil 1 Kuintil 2
76,2 82,5
Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Penyuluhan
Im unisasi
KIA
KB
Pen gobatan
PMT
Suplemen Gizi
36,0
52,7
31, 1
40,9
47,2
41,4
27,4
42,9
27,5
43,3
69
26,5
50,0 47,0
30,3 26,8
43,0
48,2
33,0
42,0 47,0
61.,7 60,0 56,3
31,8
79, 1
32,5 28,5 32,2
33,3
19,4 18,2
86,3
30,5
44,9
28,9
42,3
62,6
33,3
32,0
19,0
77,8
26,9
38,2
22,7
35, 1
67,8
27,8
30,6
23,5
30,8 36,2
50,2 24,7
Konsultasi Risiko Penyakit
36,9 34,7
20,1 19,2 19,0
Tabel 3.8.9.8 menggambarkan jenis pelayanan posyandu/poskesdes yang pernah dimanfaatkan rumah tangga dalam tiga bulan terakhir menurut karakteristik rumah tangga. Menurut tipe daerah, untuk pelayanan penimbangan, imunisasi, KB, pengobatan, dan suplemen gizi lebih banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga di perkotaan daripada di perdesaan. Sedangkan pelayanan KB dan pengobatan di perdesaan lebih banyak daripada di perkotaan.
157
Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin- bany,ak yang menerima pelayanan penimbangan, -imunlsasi dan pelayanan risiko penyakit. Sebali.knya. uotuk penyuluhan, .KJfo..., KB, PMT dan suplemen gi~h semakin tii:iggi tingkat pepgeluaran ruinah 'taQgg~ rnaka semakin sedikit yang
menerima pelayanan tersebut. Tabel 3.8.10.. 9 menqqambarkan alasan utama rumah tangga tidak memanfaatkan pelayanan posyandu/poskesQesdalam tiga bulan terakhir (di luar yang tida~ membutuhkan). Tabel 3.8.9.9 Persentase Rumah Tangga Menµrut ~lasan Utama Tidak Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes (Di Luar Tidak Membutuhkan) dan Kabupaten/kota tfi Provinsi 'Sumatera Selatan, Riskesdas '2007 Kabupaten/Kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan tlir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
$umatera Selatan
~lasan Utama Tidak Memanfaatan Posyandu/Poskesdes letak layanan tdk tdk ada lainnya lengkap jauh posyandu 2, 1 11,0
0,5 0,8 Q7
7" I ,V
"•' 28,0 4,4 7, 1
3, 1 0,2 23,0 23,0 11,0 3,7
2,6 6,6 5,3
2,6 3,7
. ,..
'+,0
10,0 3,8 6,7
13.0 4,3 0,7 2,0 2,1
0,8 0,2 0,7 1,0 5,0
2,8 3,9 6,6 1,2 10,4 7,9 1,0 59,6
7,1
3,8
7,8
94,8 84,0 79,7 58,6 91,5 63,4 72,0 78,7 84,4 85,2 85,0 90,8 96,0 33,3
81,3
Pada rumah tangga yang sebetulnya membutuhkan pelayanan pasyandu/poskesdesdalarn tiga bulan terakhir tetapi tidak memanfaatkan diminta untuk menyebutkan alasannya. Sebanyak (89, 1 %) rumah tangga tidak memanfaatkan pelayanan di pasyandu/paskesdes karena dianggap tidak lengkap dan alasan lainnya. Sedangkan yang menjawab letak jauh dan tidak ada posyandu persentasenya masing-masingsebesar 7, 1 % dan 3,8%. Kabupaten/kota dengan persentase rumah tangga tertinggi menjawab "layanan tidak lengkap' adalah Kota Lubuk tinggau (59,6%)dan terendah adalah Kata Pagar Alam (1,0%). Untuk alasan "letak posyandu/poskesdes jauh" tertinggi·· d~ Kabupaten Musi Banyuasin (23,0%) dan Banyuasin (23,0%) sedangkan terendah di Kabupaten Musi Rawas (0,2%), sedangkan untuk alasan "tidak ada posyandu/poskesdes" tertinggi di Kabupaten Lahat (28,0%) dan terendah di Kata Palembang (0,2%).
158
c
Tabel 3:8."9.1 Persentase-Rumah Tarigga Menurut.Alasan Utama~Tidak Memanfaatkan P.osyandu/Poskesdes(Di Luar Tidak MembutatJkan) dan , KarakteristikRuntah Tangga di Provinsi·Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Alasan Tidak Memanfaatkan Posyandu/Poskesdes Karakteristik responden Tempat1inggal Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Letak jauh
ada Tdk posyandu
Layanan lengkap
tdk
4,5 9,4
1,1 6,1
10,4 5,7
84,1 78,8
7,0 8,2 8,4 6,3 i::; a ..,,..,
3,7 3,8 4,1 3,7
8,01 6,9 9,0 7,8
':! A ..,,-.
7h
81,3 81 78,4 82,2 83,2
Lainnya
per
',..,
Tabel 3.8.9.10 menggambarkan alasan utama (di luar tidak membutuhkan) memanfaatkan posyandu/poskesdes menurut karakteristik rumah tangga.
tidak
Berdasarkan tipe daerah, di perkotaan dan di perdesaan alasan 'jenis layanan posyandu/poskesdes tidak lengkap dan alasan lainnya' lebih mendominasi, sedangkan di perdesaan alasan yang banyak dipakai adalah 'letak jauh'. Ketidakberadaan posyandu/posi<esdes disebut sebagai alasan untuk tidak memanfaatkan pelayanan posyanou/poskesdes oleh rumah tangga dengan persentase di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Menurut- tingkat pengeluaran rumah tangga, nampak ada kecenderungan semakln tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin banyak yang menjawab alasan 'pelayanan tidak lengkap' dan semakin kecil yang menjawab alasan 'letakjauh'. Tabel 3.8.10.11 bulan terakhir.
menggambarkan pemanfaatan pelayanan polindes/bidan di desa dalam tiga
Sebanyak 26,0% rumah tangga menyatakan memanfaatkan pelayanan polindes/bidan di desa; 22,8% rumah tangga menyatakan tidak memanfaatkan dan 51,2% menyatakan tidak membutuhkan. I
..
!·,
Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan persentase rumah tangga tertinggi yang memanfaatkan pelayanan polindes/bidan di desa adalah Kabupatsn Banyuasin (51,36%) dan terendah di Kota Lubuk Linggau (11,7%). Sedangkan kabupaten/kota dengan persentase rumah taogga tertinggi untuk alasan tidak membutuhkan pelayanan polindes/bidan di desa, Kota Palembang menempati persentase tertinggi (67,71%), sedangkan terendah adalah Kabupaten Banyuasin (9,77%).
159
Tabel 3.8.9.11 Persentase Rumah Tangga YanQ-Memanfaatkan Polindes/Bidan Di Desa Menurut Kabupaten/kota di.Provinsi .Sumatera Selatan, .Riskesdas 2007
Kabupaten/Kota
Pemanfaafan Polindes/bidan oleh Rumah rangga Tidak Ttdak 1\llemanfaatkan Memanfaatkan Membutuhkan
Ogati Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Ehim Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan flir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
36,82 32,56 32;94 23,08 20,65 51,04 51,36 37,95 15,8 25,0 12,59 19,19 11,29 11,7
24,9 17,7 8,97 36,6 33,6 17,4 38,9 37, 1 13,0 7,81 19,7 14,1 42,7 50,0
38,27 49,74 58,09 40,32 45,78 31,57 9,77 24,93 71,25 67,19 67,71 66,67 45,97 38,3
Sumatera Selatan
26,01
22,8
51,22
La hat
Tabel 3.8.9.12 menggambarkan pemanfaatan polindes/bidan di desa dalam tiga bulan terakhlr menurut karakteristik rumah tangga. Secara keseluruhan lebih dari separuh rumah tangga, baik yang tinggal di daerah perdesaan maupun perkotaan, tidak membutuhkan pelayanan polindes/bidan di desa. Sedangkan persentase rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan polindes/bidan di desa di perdesaan (33,51%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan (16,21%). Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita nampak adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran, semakin sedikit yang memanfaatkan pelayanan polindes/bidan di desa dan semakin banyak yang tidak membutuhkan pelayanan polindes/bidan desa. Tabel 3.8.9.12 Persentase Rumah Tangga yang memanfaatkan Polindes/Bidan di Desa Menurut Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Karakteristik responden Tempat tinggal Perkotaan Pedesaan Tingkat Kuinti! 1 Kuintil 2 Kuintil 3
Pemanfaatan Polindes/bidan oleh Keluarga Tidak . Memanfaatkan Memanfaatkan Ttdak Membutuhkan 16,2
21,5
33,5
23,8
62,3 42,7
29,5
21,0
49,5
28,9
21,9
49,2
Kuintil 4
25,8 23,8
22,7 24,2
51,5 52,0
Kuintil 5
22,2
24,0
53,8
Dari rurnah tangga yang memanfaatkan pelayanan polindes/bidan di desa dalam tiga bulan terakhir, jenis pelayanan yang diterima dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pelayanan KIA dan pengobatan. Pelayanan KIA meliputi pemeriksaan kehamilan, persalinan, pemeriksaan ibu nifas, pemeriksaan neonatus, dan pemeriksaan bayi/balita. 160
Tabel
3.&9:.il 3 • meoggan'lbarkan
persentase
"rum,aflr ·tangga ~ yang
rnernantaatkan
r poliliae!s/bidan ai desa menurut jenis.)lelayanan .dan,Js.abupatenLkotai Jenis pelayanan yang paling bahyak' dimanfaatl
Menurut kabupaten/kota, pemanfaatan po(indes'/bidan di desa sebagai tempat pengobatan paling tinggi di Kabupaten OKU Selatan (92,7%) dan terendah di Kota Lubuk Linggau (45,5%). Untuk pelayanan KIA, pemeriksaan bayi/balita terbanyak dimanfaatkan .di Kabupaten OKU Timur (69,6%) dan terendah Kabupaten Musi Rawas (8,8%). Pemeriksaan kehamilan tertinggi dimanfaatkan di Palembang (72,3%) dan terendah di Kabupaten Ogan llir (4,2%). Pertolongan persalinan terbanyak dimanfaatkan di Kabupaten Ogan llir (29,0%) dan terendah di Kabupaten Ogan Timur (1,0%). Tabel 3.8.9.13 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polihdes/Bidan -Jenls Pelayanan dan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Ka bu paten/Ko ta Ogan Komering Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi-BaRyuasin Banyuasin OKtlSelatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
Kehamifan
P..ersalinan
5,5 11,7
1, 1 6,1
7,7 8,3 7,9 6,5 7,4
3,6
7,3 62,5 4,2 72,3 46,2
Pemeriksaan lbu Nifas 2.2
6.~ 3,1 3,5 1,7
6,0 2,6 4,6 6,5 1,9 1,0 29,o-·
4,5 5,3 1,9 1,0 24,0 10,0
11 7,1
23,1 13,0
14,0 6,3
15,1
1,1
Neonatus 2,2 5,2 2,9
2.4 4,3 4,5 6,2
di Desa menurut
Ba~i/Balita 11,6 18,4 36,3 41,2 8,8 16,6 16,2 34,4 69,6
Pengobatan 91,3 89,2
86.6 83,1 92, 1 95,6 89,2 92,7 68,0 89,6 77,7
10,0 1,1 20,0 20,0 8,3
24,0 35,0 42;9
5,6
9,1 5,6
50,0 45,5
92,1 50,0 45,5
2,2
2,2
25,5
86,7
7.1 14,0
Tabel 3.8.9.14 menggambarkan persentase rumah tangga yang memanfaatkan polindes/bidan di desa menurut jenis pelayanan dan karakteristik rumah tangga. Menurut tipe daerah, nampaknya rumah tangga di perkotaan lebih banyak memanfaatkan polindes/bidan di desa untuk pelayanan KIA, sedangkan di perdesaan lebih banyak yang memanfaatkan untuk pelayanan pengobatan. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita nampak kecenderungan, semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin sedikit yang mernantaatkan pelayanan polindes/bidan di desa untuk pemeriksaan bayi/balita. dan semakin meningkat yang memanfaatkan pemeriksaan kehamilan.
161
Tabet 3.8.9.14 Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polindes/Bldandi Desa menurut Jenls Pelayanan dan Karakteristik.RumahTangga di Provinsi Sumatera Selatan, ,, , .. - Ris~esdas 200,7"'
.
Karakteristik
responden
Kellamilan
Persatlnan
Pemeriksaan lbu Nifas
Neonatus
Bayi/Balita
Pengobatan
Tempat tinggal Kota
41,0
14,0
11,0
11
31,9
79;9
Des a
7,7
4,6
4,1
4,1
23,3
M.2
Kuintil 1
13,6
5,3
4,7
3,8
25,1
85,6
Kuintil 2
14,9
6,3
6,3
7,3
32,3
87,4
Kuintil 3
11,8
4,6
5,0
5,3
21,9
87, 1
Kuintil 4
17,2
7 ("\ I ,v
4,9
cv,v"
26,6
85,9
Kuintil 5
19, 1
8,7
6,4
5,6
19,5
87,3
Tingkat pengeluaran per kapita
Tabel 3.8.10.15 menggambarkan alasan utama rumah tangga. (di luar yang tidak membutuhkan) tidak memanfaatkan polindes/bidan di desa menurut kabupaten/kota. Rumah tangga yang tidak memanfaatkan pelayanan polindes/bidan di desa dalam tlga bulan terakhir diminta untuk menyampaikan alasannya. Alasan utama yang mengemukakan meliputi 'tidak ada polindes/bidan di desa' (6, 1 %), 'letak jauh' (4,5%), dan 'layanan tidak lengkap' (3, 1%). Persentase rumah tangga yang tidak memanfaatkan polindes/bidan di desa dengan alasan 'tidak ada polindes/bidan desa' tertinggi ditemukan di Kabupaten Lahat (28,0%) dan terkecil di Kabupaten Ogan llir (0,7%). Kabupaten Musi Banyuasin merupakan kabupaten dengan persentase rumah tangga tertinggi (17,0%) yang tidak memanfaatkan polindes/bidan desa dengan alasao 'letak polindes/bidan di desa jauh', dan persentase terendah Kata Prabu_mulih (0%). Sedangkan untuk alasan 'layanan tidak lengkap' persentase tertinggi -adalah Kota Lubuk Linggau (45,0%) dan terendah Kabupaten Ogan Komering Ulu (0%).
162
\
('! J
.,,µ ·, • Tabel 3~8.9.15 Persentas.eR4mah Tangg~·yang·Tidak Mem~nfaatkan. Polinde,s/Bidan di Desa ·~ ·Menurut Alasan Lain d~n-Proyinsi, Riskesd~s.2007
Kabupaten/Kota
'· ··Alasan.Tidak Memanfeatkan,Poslindesteidan' Letak Tdk ada ' . Layanan ' .jauh pollndes/bldan tldk k .,. Lainhya • f'I"' • eng a~
Ogan Kom~ring Ulu. Ogan Komering llir Muara.Enirn Lah Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
2,9 9,6 0,7 3,8 2;3 1'7,0 7,4 13,0 1,9 2,4
SumateraSelatan
4,5
at
3,3
o.o3,6 1,8
2,9 1,0 2,2 28,0 9,7 3,1
0,0 1,5 0,7 4, 1 0,2 4,6
3,6
2,3
8,0 5,8 0,7 6,9 3,7 0,9
1,3 0,9 0,7 2,7 3,7 0,9 45,0
3,6 6,1
60,6 73,8 86,8 52,4 57,7 64,5 20, 1 40,2 84,8 89,6 77,5 82,0 51,4 43,6
3,1
69,2
Tabel 3.8.9.16 menggambarkan persentase rumah tangga yang' tidak memanfaatkan polindes/bidan di desa dengan alasan utama (di luar yang tidak membutuhkan) menurut karakteristik rumah tangga. Menurut tipe daerah, persentase rumah tangga yang tidak memanfaatkan polindes/bidan di desa denqan alasan 'letak [auh' dan 'layanan tidak lengkap' lebih tinggi di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan. Sedangkan alasan 'tidak ada polindes/bidan di desa' lebih banyak ditemukan di perkotaan. Menµrutttingkat pengeluaran rumah tangga per kapita nampak kecenderungan, sernakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, sernakin sedikit yang tidak rnernanfaatkan polindes/bidan di desa dengan alasan 'letak jauh', dan semakin banyak yang mengajukan alasan 'pelayanan tidak lengkap'.
Tabel 3.8.9.16 Persentase'Rumah Tangga MenurutAlasan Utama Tid,ak-Meman_faat~~n Polindes/Bidan di Desa dan Karakteristik ~umah Tangga1 Riskesdas 2oq1 Karak'teri~tik r~mah' tangga Tipe Daerah Perkotaan
Alas(JnUtama Tidak:M~manfaatkan'Polindes/BDD " · Letak Tida~ ada Layanan jauh polinCie~/l)idan tdk leng~ap Lainnya 3,4 12,8
49,7 31,8
7,0 8,6
46,8
Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3
11,8 10, 1
39,2
6,9 7,3
42,1 42,9
7,6
Kuintil 4
7,8 5,5
43,0 45,0
Perdesaan Tingkat
Kuintil 5
39,7 40,0
9,4
38,7 37,9
163
8,5 9,3
39,9
47,3
Tabel 3.8.9.17. menyajikan informasi tentang pemanfaatan Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOO) dalam tiga bulan terakhir. · Secara keseluruhan seb'agian besar rurnah tarTgga· (69,5%) tidak mernbutuhkan PODNVOD. Persentase ·rumah tarigga yang· memanfaatkan' PODNVOD t~inggi di:1Kabupaten Musi
Banyuasint(39,0%) dcfn terendah-tf KabUpaten OKlJ.Timur (0;3%) .. Sedangkan persentase rum~Ji l~ngga· yang titlak memanfaatkarr P,ODIWOD karena tidak membutuhkan tertinggi di Kabtfpateri Musi ~awas (90,6%) dari terendah di Kota Prabumulih (13,1 %}.
Ta~el 3;8.9.17 Persentase Rumah Tangga ITR!tiurut Pemanfaatan Pos Obat Desai Warung Obat Desa dan Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, ·~ Riskesdas 2001· Kabupaten/Kota Ogan Komering Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan Ol
Suinatera ·Selatan
Pemanfaat~n POD/WOOoleh Rumah Tangga Tidak Memanfaatkan Membutuhkan Alasan lain 1,1 5,7 22,0 30,0 5,8 39,0 36,0 27,0 0,3 35,0 ,0,4 72,0 4,8 32,0
90,3 80,1 62,8 40,4 90,6 45,8 52,7 70,8 66,8 58,9 82,9 13, 1 84,0 51,9
8,7 14,0 15,0 30,0 3,6 15,0 11,0 2,2 33,0 6,~ 17,0 15,0 11,0 16,0
15,0
69,5
15,0
Tabel 3.&.9.18 menggambarkan pemanfaatan PODNVOD menurut karakteristik rumah tangga Persentase rurnah tangga y~mg memanfaatkap PODJVYOD lebih ,banyak di perdesaan (21. 0%) daripada di perkotaan (8, 7%)~, sebaliknya untuk rumah" tangga yang tidak mempu!4hkan leqil).banyak dj perkotaan (~9\6%). Menurut tingkat pehgelt.laran rumah tangga per kapita menunjul
164
Tabet 3.8'.9.18 .
Persentase Rum.~h,Tangga rne11u~4t Pemanfaatan P9s Obat Oe~a/ Warung Ot>at Desa dan Karakterlstik Ruma.hTangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riske$das 2.007 Karakteristik rumah tangga Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Tingkat pengeluaran Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Pemanfaatan POD/WOO oleh Rumah Tangga Memanfaatkan
Tidak Membutuhkan
Alasan lain
8,7 21,0
75,6 64,8
15,7 14,6
15,8 16,2 15,4 14,9 14,6
68,6 69,2 69,3 69,2 71,3
15,8 14,6 15,3 15,8 14,2
per
tabel 3.8.9.19 menggambarkan persentase rumah tangga menurut alasan utama tidak memanfaatkan pos obat desa/warung obat desa dan kabupaten/kota Rumah tangga yang tidak memanfaatkan PODNVOD diminta untuk menyebutkan alasannya. Sebagian besar rumah tangga (75, 1 %) tidak memanfaatkan PODNVOD dengan alasan utama 'tidak ada PODNVOD'. Rumah tangga yang tidak mernanfaatkan PODM/OD dengan alasan 'letak jaujl' tertinggi Kabupaten Musi Banyuasin (24%) dan terendah di Kabupaten Ogan Komering Ulu (0%). Musi Rawas (0%), OKU Selatan (0%). Kota Pagar Alam (0%) dan Kota Lubuk Linggau (0%). Yang menyatakan alasan 'tidak ada PODNVOD', tertinggi di Kabupaten Musi Rawas (95,8%) dan terendah di Kata Prabumulih (3,6%). Sedanqkan untuk alasan 'obat tidak lengkap', tertinggi di Kata Lubuk Linggau (20%) dan terendah di Kabupaten Ogan Kamedng llir, Musi Rawas dan OKU Timur (masing-masing 0,0%).
Tabel 3.8.9.1~ Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan Pos Obat Oesa/Warung Obat Desa dan Kabupaten/kota, Riskesdas 2007
.
Kabupaten/Kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering 1 lir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam
Alasan Tidak Memanfaatan POD/WOO oleh Rumah Tangga Obat tldak Tdk"ada Lainnya Lokasijauh POD/WOO lengkap 0,0 4,1 0,9 2,3 0,0 24,0 9,7 0,0 0,5 1,2 0,4 1,8 0,0
Lubuk Linggau
0,0
91,2 78,6 71,9 38,7 95,8 47,7 63,2 91,7 66,0 88,8 79,8 3,6 87,4 54,7
Sumatera Selatan
2,6
75,1
165
0,0 0,3 6,6 9,8 0,0 2,2 1,0 2,7 0,0 0,4 0,6 16,4 0,8 20,3
1,9
8.8 17.0 20.6 49.2 4.2 26.2 26.2 5.7 33.5 9.6 19.2 78.2
11.8 25.0
20.4
Tabel 3.8.9.20 menyajikan informasi tentang alasan utama memanfaatkan POD/WOO menururkarakterlstik rumah tangga. ·
rumah
tangga
tidak
Alasan utama terbanyak yang.dl1<elnilkak~1'n'~d~lah tidak adanya:POD/WOD. Tidak tampak perbedaan antara aaerah' perdesaan ·aan perkotaan- tialam. hal alasan utama untuk tidak memanfaatkan POD/WOO; begifu pula menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Tabet 3.8.9.20 Persentase Rumah Tangga Menurut Alasan Utama Tidak Memanfaatkan Pos Obat Desa/Warung Obat Desa dan Karakteristik Rumah Tangga, Riskesdas 2007 Alasan Utama Tidak Memanfaatan Karakteristik rumah tangga
Tipe Daerah Kot a Des a Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
3.9.2
Lokasi jauh
POD/WOO
Tdk ada POO/WOD
Obattidak lengkap
Lainnya
0,9
77,3
4, 1
73,3
1,6 2, 1
20,3 20,5 20,6 19,4 21,4 21,3 19,2
3,0
74,6
2,2 2,4
76,2 74,9
1,8 2,2 1,3
3,3
73,6 76,5
2,2
2, 1
1,8
Sarana dan Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan
Salah satu tujuan sistem kesehatan adalah ketanggapan (responsiveness),di samping peningkatan derajat kesehatan (health status) dan keadilan dalam pembiayaan dan pelayanan kesehatan (fairness of financing). Pada bagian ini dikumpulkan informasi tentang jenis sarana dan sumber pembiayaan yang paling sering dimanfaatkan oleh responden. ~~mbiayaa.(1 kesehatan meliputi untuk perawatan kesehatan rawat inap ,dan rawat jalan. Sumber biaya dibedakan menjadi sumber biaya sendiri/keluarg'a, Asuransi (Askes PNS, Jamsostek, Asabri, Askes Swasta dan JPK - Pemerintah-Daerah), Askeskin atau Surat Keterangan Tidak Mamp~.(SKTM), Dana Sehat, dan lainnya. Dari datini diperoleh gambaran tentangseberapa besar persentase rumah tangga yang telah tercakup oleh asuransi 'kesehatan, termasuk penggunaan Askeskin/SKTM yang salah sasaran. Seluruh penduduk diminta memberikan informasi tentang apakah yang bersangkutan pernah menjalani rawat inap dalam 5(1ima) tahun terakhir dan atau rawat jalan dalam 1 (satu) tahun terakhir. Mereka yang pernah rawat jalan maupun rawat inap diminta untuk menjelaskan dimana terakhir menjalani perawatan kesehatan, serta dari mana sumber biaya perawatan kesetlatan tersebut. Pihak-pihak yang menangggung biaya perawatan kesehatan tersebut bisa lebih dari satu.
166
Tabel 3.9.2.1 Persentase .Tempat Berobat Rawat lnap Menurut Kabupaten dan Kabupaten/Kota dlProvtnsl Sumatera Sefatan, Riskesdas 2007 T~i:npat berobat fawat inap'mehurut kal:iupaten Kabupaten/
.c .5c ·;:
kota
Cl)
(/')
0::: 2,3 2,6 0,9 1,3 2,0 2,0 0,9 0,9 1, 1 2,0
Ogan Komering Ulu Ogan K9mering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan flir Paiembang Prabumulih PagarAlam Lubuk Linggau Surnatera Selatan
~
a..
2,7 4,7 2, 1 5,0
1!8
II)
·;:
.5 II) C'CI
. z...
?:
(/') U)
~ U)
C'CI
:I 0::: ...J
0::: 1, 1 0,9 1.1 0,3 0,8 0,6 1,4 0,2 0,9 0,6 4,9 6,4 0,6 0,9
0,5 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,3 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
\2
011
c. C'CI .5
C'CI
E II)
C) Cl)
II)
Cl)
.:.:. II)
m U)
Cl>
.:.:.
:I
C'CI
z
a..
0::: 0,1 0,2 0, 1 0,0 0,2 0,2 0,5 0,1 0,5 0,0 0,3 2,5 0, 1 0,2
0,0 0,3 0,1 0,0 0,2 0,2 0,6 0,3 0,6 0,5 0,0 0,2 0,3 0,3
013
....
C'CI
0,4 0,8 0,2 0,0 0,4 0,1 0,3 0,4 0,6 0,4 2,2 1,6 0,4 0,4
'iii
0,0 0, 1 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0, 1 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0, 1
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
...J
o.o
015
013
>.
c c
.....EC'CI m
.:.:. C'CI C'CI C'CI
:E
?:
I= 0::: 95,6 95,1 97,6 98,2 96,3 96,8 96,1 97,9 96,1 96,5 89,8 84,6 96,6 93,0
95J!._
010
Tabel 39.2.1 menunjukkan persentase tempat berobat rawat inap menurut kabupaten dan kabupaten/kota Tabel diatas menunjukkan secara umum tempat berobat rawat inap yang paling banyak dikunjungi masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan adalah Rumah Sakit Pernerintah dengan persentase sebesar 1,8%, dan rumah Sakit Swasta (1,2%). Kabupaten yang tertinggi dalam memanfaatkan RS Pemerintah adalah Kota Lubuk Linggau sebesar (5%) dan Kota Prabumulih sebesar (4,7%).
Tabel 3.9.2.2 Persehtase Tempat Berobat Rawat lnap·Menurut Klasifikasi Desa dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2907 Tempat berobat
.c ....C'c:CI ·;:
Karakteristik rumahtangga
s
0:::
e,
0:::
CJ) 0:::
c.
C'CI
C'CI
E II)
z
?:
U) Cl)
II)
C) Cl)
C'CI
EQ)
kabupaten
'i:
II)
Q)
U)
rawat inap menurut
...
II)
Cl)
.:.:.
m U)
C'CI
:I ...J
II)
:I
a..
0:::
.5
C'CI
~ C'CI z
>.
c
....C'~CI
m
c: 'iii
...J
Tempat tinggal
.:.:.
C'CI
"C
i=
Kota
2,9
2,3
0,3
0,6
0,2
0:6
0,0
0,0
93,0
Des a
1,5
0,9
0,1
0,2
0,3
0,4
0,0
0,0
96,5
Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1
1,5
0,8
0, 1
0,2
0,3
0,3
0, 1
0,0
96,8
Kuintil 2
1,6
0,6
0
0,2
0,4
0,6
0,0
0,0
96,5
Kuintil 3
1,6
0,9
0,1
0,2
0,3
0,4
0,0
0,0
96,4
Kuintil 4
2,2
1,1
0,2
0,3
0,3
0,4
0,0
0,0
95,4
Kuintil 5
2, 1
0,1
0,4
0, 1
0,7
0,0
0,0
94,3
2,2
167
....
; C'CI
0:::
Tabel 3.9.2.2 menunjukkan persentase klasifikasidesadan karakteristikrumah tangga
tempat
berobat
rawat
inap
menurut
Menu rut ternpaf , tinggaf a.o~ara-; perkotaarr dan perdesaan mempunyai nilai hampir sebanding, sedangkan pemanfaatan RS pernerintah dan RS swasta lebih banyak di perkotaan. Tempat berobat rawat inap tidak mempunyai perbedaan yang cukup mencolok antara perkotaan dan perdesaan. Menurut tingkat pengeluaran perkapita,• bahwa antara kuintil satu sampai lima tidak terdapat perbedaan yang mencolok untuk berobat di RS Pemerintah.
Tabel 3.9.2.3 Persentase Sumber Pembiayaan- Rawat I nap Menurut Kabupaten dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Sumber Pembiayaan Rawat lnap Kabupaten/kota
Sendiri/ keluarga
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim
73,6 81,4
Askes/ Jamsostek
Askeskin/ SKTM
Dana Sehat
Lain-lain
La hat Musi Rawas
76,9 44,4 72,8
10,4 5,7 12,8 16,3 8,7
16,0 12,0 11,0 19,0
0,0 0,0
7,8 3,3
0,0 16
3,9
0,0 2,4 16,0
Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan
77,0 69,9 88,2
9.9 15,2 3,9
16,0 18,0
9,8
0,0 2,6 0,0 0,0
OKU Timur Oqan llir Palembang
3,6 18,9 9,9
5,9 11,0 3,9
1,1 0,0 0,1
2,3 6,0 27
Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
92,9 76,6 88, 1 69,3 80,0 82,3
29,1 10,8 7,6
6,5 9,2 14,0
0,0 1,5 0,0
2,9 3, 1 6,7
Sumatera Selatan
77,8
11,6
11,0
0,8
6,1
4, 1 1,3 0,0
Keteranqan :
=
Sendiri pembiayaan dibayar pasien atau keluarganya Askes/Jamsostek meliputi askes PNS, Jamsostek, Asabri·, Askes swasta, JPK Pemerintah Daerah Askeskin pembayaran dengan dana Askeskin atau menggunakan SKTM Lain-lain diganti perusahaan dan pembayaran oleh pihak lain di luar tersebut di atas
= =
=
Tabel 3.9.2.3 menunjukkan persentase sumber pembiayaan kabupaten dan kabupaten/kota
rawat inap menurut
Secara umum sebanyak 77,8% rumah tangga di Provinsi Sumatera Selatan menggunakan sumber Pembiayaan Rawat lnap berasal dari biaya sendiri/keluarqa.isebanyak 11',6% telah memanfaatkan askes/iarnsostek, sebesar 11 % memanfaatkan askeskin/SKTM, dan sebesar 0,8 % menggunakan dana sehat. Kabupaten yang tinggi dalam memanfaatkan askeskin/SKTM adalah Kabupaten Lahat (19%), dan yang paling kecil adalah Kabupaten Musi Rawas (3,9%) dan Kota Palembang (3,9%).
168
Tabel 3.9.2.4
Persentase ~~mber .Pemblayaan Rawat Jnap Menur!Jt Klasfflkas! Desa 'dan Karakteristik Rumah Tangga di Provir;-isiSumaterCJ selatan, Riskesd~s ~007 Sumber pemblayaan rawat inap
Karakteristik rumahtangga
Sendiri/ Keluarga
Askes/ Jamsostek
Askeskin/ SKTM
70, 1
22,0
10,3
Laln-Laln
Dana Sehat
Tempat tinggal Kota
0,0
3,2
81,5
6,8
11, 1
1,1
7,5
Kuintil 1
76,8
2,5
21,0
0,0
0,5
Kuintil 2
79,9
12,0
14,0
0,8
2,7
Kuintil 3
76,8
11,0
11,0
1,5
6,4
Kuintil 4
78,2
13,0
9, 1
1,4
5,8
Kuintil 5
78,0
17,0
4,3
0,2
12,0
Des a Tingkat pengeluaran perkapita
Tabel 3.9.2.4 menunjukkan persentase sumber pembiayaan klasifikasi desa dan karakteristik rumah tangga
rawat inap menurut
Menurut daerah tempat tinggal, sumber pembiayaan rawat inap di Provinsi Sumatera Selatan secara proporsi rumah tangga di perdesaan yang menggunakan sumber pembiayaan sendiri/keluarga lebih tinggi daripada di perkotaan. Sebaliknya sumber pembiayaandari Askes/Jarnsostekdan Askeskin/SKTM lebih tinggi di perkotaan daripada di perdesaan.
Dikaji menurut keadaan ekonomi RT, ada kecenderungansemakin mampu secara ekonomi semakin sedikit RT yang memanfaatkan dana sehat atau askeskin/sktm, sedangkan pemanfaatan askes/iamsostek semakin tinggi tingkat ekonomi semakin sedikit yang memanfaatkan Askes. Berbeda dengan sumber biaya sendiri/keluarga antara kuintil satu sampai kuintil lima mempunyai ang~a yang hampir seimbang. Tabel 3.9.2.5 Persentase Tempat Berobat Rawat Jalan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Tempat berobat rawat jalan
c:
Kabupaten/ kota
·.::Cl)
cc Cl) a:::
~ E .c: Cl C1S a::: Q. .... Cl)
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lah at Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Sumatera Selatan
0,8 1,0 0,3 2,5 1,5 1,5 0,6 0,4 1,0 0,7 0,9 2,2 1,5 1,0 1,0
0,3 0,3 0,6 0,9 0,4 0,3 1,4 0,2 0,6 0,3 3,9 3,1 0,2 0,3 0,8
0,0 0,0 0,0 1,6 0,3 0,3 0,9 0,3 0,3 0,0 0,6 0,3 0,1 0,2 0,4
169
2,5 7,0 9,5 19,0 10,0 9,3 23,0 11,0 3,7 14,0 4,7 8,3 3,0 8,9 11,0
II) Cl) ..:-:: II)
cf
C1S
» c: c:
II) II)
C1S
~
E
z
0,6 0,8 0,0 1,7 1,2 0,7 0,9 1,0 1,4 0,8 1,3 1,3 0,5
0, 1 0,9
·c;
C1S
9,9 18,0 6,2 9,5 20 4,3 8,2 16,0 8,4 18,0 23,0 14,0 8,2 5,6 12,0
..J
0,0 0,7 0,6 0,0 0,4 0,4 0,8 0,2
0, 1 0,3 0,0 0,1 0,2 0,2 0,4
0,7 1,9 0,0 0,2 1,2 0,2 0,4 0,1 0,0 0,8 0,0 0,1 0,5 0,3 0,5
.c: C1S
·-::I
E
Cl ...
0,3 0,6 1, 1 2, 1 1,3 0,2 0,5 0,2 0,3 0,2 0,1 0,2
0, 1 1,6 0,7
84,8 69,4 81,6 62,2 63,5 82,8 63, 1 71,2 84, 1 65,2 65,4 70,4 85,9 81,8 72,8
Tabel
menunjukkan . persentase tempat berobat
33.9.2.5
rawat jalan dan
kabupaten/kota Secara umum ternpat berobat rawat jalan yang .Paling banyak dikunjungi masyarakat di Provinsi Sumatera Selat§ln ad'alah Ten'aga Kesehatan' (Nakes) (12%) dan Rumah Sakit Bersalin (RSB) (11%}. KPb..upaten/kata yang tertinggi dalam memanfaatkan NAKES adalah Kata Palembang (23,0%) dan .yang terendah Kabupaten Musi Banyuasln (4,3%). Seaangkan Kat5upaten YC!ng • tertinggi dalain memanfaatkan RSB adalah Kabupaten Banyuasin (23,%) dan yang terendah adalah di Kata Pagar Alam yaitu sebesar 3%.
label 3.9.2.6 Persentase Tempat Berobat Rawat Jalan dan Karakteristik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007 Tempat berobat rawat jalan Karakteristik rumahtangga
....
·.:Cl)
I/)
~ E .c ~ cu (/) Q) 0:: 0... s:: ': (/):!:: cu
.s
Tem pat tinggal Kota 2, 1 Des a 0,8 Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil Kuintil Kuinti! Kuintil Kuintil
1 2 3 4 5
0,9 1,0 1,0 1,0 1,2
1,4 0,6 0,3 0,3 0,5 0,9 1,9
a&:
L.
~ cu C) (/) ::J Cl) 0:: ...J c:
co (/) 0::
Cl)
.lie:
I/)
cu
~ E a. ~
I/) Q)
.x cu
z
.......cu cu
co
>c: c:
"(U
...J !.'!:!
0,3 0,4
8,2 11,0
0,9 0,9
9,4 12,0
0,2 0,4
0,4 0,6
0,2 0,4 0,3 0,4 0,5
12,0 12,0 11,0 9,9 8,6
0,7 0,6 1 0,9 1,3
10,5 11, 1 12,2 12,5 12,7
0,3 0,2 0,4 0,5 0,5
.c
cu ~~
·-::I
0
E
...
0..,
= a: c
0,8 0,6
76,3 72,0
0,6
0,7
0,6 0,7 0,5 0,4
0,6 0,5 0,7 0,7
73,4 73,3 71,9 72,8 72,1
Tabel 3.8.10.6 menunjukkan persentase tempat berabat rawat jalan dan karakteristik rumah tangga Menurut tempat tinggal , bahwa di Perkotaan cenderung lebih banyak memanfaatkan RS P'emerintah dan RS Swasta daripada di perdesaan, sedangkan RSB dan NAKES lebih banyak dikunjungi di perdesaan daripada di perkotaan, walaupun perbedaannya tidak rriencolok, Dikaji menurut keadaan ekonoml RT, ada kecenderungan semakin mampu secara ekonami maka semakin tinggi berobat rawat jatan di RS Pemerintah dan NAKES. Sebaliknya tempat berobat jalan ke RSB terlihat semakin tinggi tingkat ekonomi semakin sedikit yang mengunjungi RSB.
170
Tabel 3.9.2.7
Persentase Sumber Pemblayaan Rawat Jalan dan Kabupaten/ kota di Provinsi ·.sumatera Selatarl', Riske~Cfas2007 .,.
Kabupaten/kota
r ..
.i.·
-Sendiril KeJuarga
Ogan Komertng.Ulu.> Ogan Komering llir Muara Enim
"87,3 89,5 '89,2
La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
58,7 90,8 88,8 69,4 97,6 94,3 92, 1 95,6 77,0 91,7 83,4
Sumatera Selatan
.Sumbef 'pemblayaan rawat jalan Askes/ A~keskin/ Dana Sehat SKTM .Jamsostek 4,4. 1,2 4,3 6,3 1,7
·6,6 5,7 5,4 25,0 3,7 6,4 27,0 1,2 1,2 1,9 1,3
>
3,6 3,6 1,2 2,2 5,4 3,0 17,0 2,7
7,5 84,3
3,7
Tabel 3.9.2.7 menunjukkan kabupaten/ kota
persentase
sumber
2,3 2,5
0,3 0,3 0,9 12,0 0,3 3,3 0,4· 0, 1 1,8
0,6 0,2 1,9 0,3 '0,3 0,3 0,0 1,3
0.0 0,0 0,2 0,0 0,0
2,2 1,2 4,5
Lain-Lain
7,4 4,3 3,9 6,0
9,6
1,4
pembiayaan '
rawat
1,5
jalan
dan
Pada tabel -ini , narnpak -bahwa 84,3% rumah tangg9 di Provinsi Sumatera Selatan menggunakan biaya sendiri/keluarga dalam sumber biaya rawat jalan,. 9,6% meoggunakan dana Askeskin/SKTM, 3,7% menggunakap Askes/Jamsostek, dan 1r4% r;nenggunakan dana sehat, Kabupaten/kota.yanq tertinggi dalam meman(aatkan ,J\skes/jamsostek a~alah Kota Prabumulib(17%) .dan terendah Kabupaten OKU Selatan (1,2%). Kabupaten yang paling tinggi dalam rnernanfaatkan ~skeskin/SKTM adalah Kabupaten Banyuasin (27.%) dan yang terendah adalah Kota Pagar Alam (1,2%).
Tabet 3.9!2.8. Persentase Sumb~r Pembiayaan Rawat Jalaii ·aan Karakteristil<·Rumah Tangga · di ProvinsiSµmatera setatan, Rlskesdas 2001 '
Karakteristik rumahtangga
Sendiri/ Keluarga
'
Askes/ Jamsostek
Askeskin/ SKTM
Dana Sehat
Lain-Lain
Tempat tinggal Kota
79.6
11,0
7,4
0,8
2,1
Des a
85.2
2,2
10,0
1,5
1,4
Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1
83,0
1, 1
14,0
1,2
0.5
Kuintil 2
85,0
1,6
12,0
1,8
1.1
Kuintil 3
86,0
2,4
9, 1
1,2
1.2
Kuintil 4
84,5
3,7
8,9
1,7
2.5
Kuintil 5
171
Tabel 3.9.2.8 tangg_a
menunjukkan persentase sumber pembiayaan rawat jalan dan karakteristik rumah
Menurut daerah · tempat .ti~ggal, . ~U~f3b tangga, ~i perkotaan lebih besar' dalam memanfaatkaa Askes/Jamsostek sedangkan Askeskin/SKTM le~ih ~besar dlmantaaikan oleh rumah tangga dl-perdesaarrdibandinqkan dl.perkotaan. Dikaji menurut keadaan e~orfomi rumah tangga, ada kecenderungan semakin mampu s~9ara ekonornl semakin 'sedlkit rum"al't' tangga yang memanfaatkan askeskin/sktm, sedanqkan pemanfaatan askes/jamsostek semakin tinggi tingkat ekonomi semakin besar yang memanfaatkan Askes/Jamsostek. Berl:5eda dengan sumber biaya . . sendiri/keluarga antara kuintil satu sampai kuintil lima tidak, ada perbedaan yang rnencolek (hampir seimbang) dalam pembiayaan rawat jalan.
3.9.3
Ketanggapan Pelayanan Kesehatan
Persepsi rnasyarakat pengguna pelayanan ~sehatan yang ,~erkaitan denqan non-medis dapat digunakan sebaqai salah. satu indikator ketanggapan terhadap pelayanan kesehatan. Ada 8 (delapan) domain ketari!)gapan untuk pelayanan rawat inap dan 7 (tujuh) domain · ketanggapan untuk pelayanan' rawat jalan. Penilaian untuk masinq-rnasinq domain dinyatakan kepada responden, berdasarkan pengaiamannya waktu memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan untuk rawat inap dan rawat jalan. Delapan domain ketanggapan untuk rawat inap terdiri dari : • Lama waktu menunggu untuk mendapat layanan kesehatan. • Keramahan petugas dalam menyapa dan berbicara. • Kejelasan petugas dalarn segala sesuatu terkalt dengan keluhan kesehatan yang diderita. • Kesempatan yang diberikan petugas untuk mengikut sertakan klien da!am panqambilan keputusan untuk memilih jenis perawatan yang diinginkan • Dapat berbicara secarapribadi dengan petuqas kesehatan dan terjamin kerahasiaan informasi tentang kondisi kesehatan klien. • Kebebasan klien unfukmemilih tempat dan petugas kesehatan yang melayaninya. • Kebersihan ruang rawat/p~layanan terrnasuk kamar rrrandi • Kemudahan dikunjungi keluarqa'atau teman. T!Jjuh ddmai ketanggapan untuk pelayanan rawat jatan sama dengan domain rawat inap, ke9uiltl domain ke delapan'{ kemudahari dikunjungi keluarqa/teman). Penduduk diminta untu'k rnenilai '!S~tiap'aspek ketangga'pan terhadap pelayanan-kesenatan diluar medts setama menjalani rawat inap dalam 5(1ima) tahun terakhirdah atau rawat'[alan 1(satu)tahun terakhir. Masing-masing domain ketanqqapan dinilai dalam 5(1ima) skala yaitu: (sangat baik, baik, cukup- buruk, sanqat, buruk) ... Uljltuk.memudfihkan penilaia[\aspek ketanggapan rawat jalan dan rawat inap ,pada .si~tem.1?elqY,anan kesehatan tersebut WHO membagi menjadi dua bagian besar yaitu 'balk' (sanqat baik dan baik) dan 'kuranq balk' (cukup,buruk dan sangat buruk). Penyajian hasil analisis/tabel selanjutnya hany~ rnencantumkan- persentase yang 'baik' saja.
172
,,. ~J Tab~l._3.9.3;j Persentase Rumah Tangga Patla Ketanggap~n P.elayanan Kesehatan Rawat lnap dan Kabupaten/Kota di Provlnsl Sumatera S~latan, Riskesdas 2007
::s. 0)
...
c cu .c. cu
.ll::
cu
0)
~
c ::s ::s
Kabupaten/kota
..
cu
E
'-
Cl)
C·cu (/) (/) cu
~-.ese Cl) ....
~
~.5
84,7 92,3 82,6
3,4 91,5 82,6 68,9 85,9 64,5
Ogan Komering ljlu Ogan Ko'mering llir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam
85,2 89,3 84,6 57,8 83,5 72,3 92,8 80,4 96,4 89,4 80,1 83,8 81,5
62,2 88,2 68,2 94,0 82,3 97,6 96,8
Lubuk Linggau
59,1
Sumatera Selatan
84,1
94,0 78,5 94,1 94,4
_c ·-cu(/) ..c,. E. ::s cu ;.'5
..... a.-
~
Cl)
84,7 88,3 80, 1 66,7 85,7 61,7 94,0 84,3 96,4 94,7 80,4
c cu cu
·;; cu cu
.c '-
Cl)
~
87,6 84,8 66,7 89,4 65,7 94,0 90,2 96,4 96,8 ·80,8
(/)
c J9 cu·cu (/)
.c.cu ae
.Q Cl) .Q ·Cl)
~
::s 82,5 88,4
62,2 91,8 61,8
82,4 62,2 91,8 56,7
OA f\ ""-r,v
o c i:: U'-"1'-'
82,4 95,3
80,4
8~,4 76,9
84,4 81,5 45,0
44,9
80,6 84,1 75,4 39,5
43,6
'84,3
84,7
83,2
82,9
87,6
82,9
=
"C ::s
0...
83 83,6 91,4
91,3 80,7 80,8 81,5 45,6
80,6 84,4 83, 1
c ·a, cu c
(/) .f!= s: =
95,3 88, 1 79,8
83,6 84,4 84,4 62,2 92,9 62,0 92,8 90,2 97,6 96,6
76,9
80,8 86, 1 81,5
38,2
38,2
80,5
83,4
78,9
Tabel 3.9.3.1 menunjukkan persentase rumah tangga pada ketanggapan pelayanan ~ kesehatan rawat in'ap . dan kabupaten/kota
..
Pada tabel ini menunjukkan bahwa, proporsi rumah fangga di Provirisi _Sumatera Selatan menilai ketariggapan pelayanan kesehatan rawat inap untuk waktu tunggu sebesar 84, 1 %, demikan pula untuk penilaian yang lain adalah keramahan sebesar 84,7%, kejelasari inforrnasl 83,2% , lkut dalarn 'penqambilan keputusan sebanyak 82,9%, kerahasiaan,87~6%, kebeb,asan memilih fasllitas 82,9% kebersihan ruangan sebesar 80,5% dan mudah untuk dikunjiingi sebesar 83,4%.
173
Tabet 3.9.3.2 Persentase Rumah Tangga Pada Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Rawat lnap dan Karakteristik Rumcth Tangga.di Provlnsl Sumatera Selatan, Rlskesdas
12007 ~ 0) 0)
Karakteristik rumaht~ngga
. Tempat tinggal Kota Desa Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuinlii 4 Kuintil 5
c: C'(J .c
-·~
~
82,9 84,6
83,6 85, 1
83,6
83,2
79,1 83,3 83,7 84,4 87,7
77,7
e
::J ::J
~
C'(J
cu
fl)
E
cu
cu a..
::J
~.= -~ 85,1
80,8 82,0 83,5 86,8
Q)
c
c:
e ·c;, cu c: .c .2, cu c: ,, ::J
~ a.
~2
:e :c
'iii cu .c
cu J:!! "' .c
Q)
G>::
fl)
cu
:5 fQ) .c Q)
·-
.c
cu a..
-::J ::J a.
~
(/)
c,%9 cu=
C'(J
cu -
Q;.o
Q)
83,4 80,3 82,1 87,5
C'(J
E ·a;--
E
c: C'(J
-C: ·.c cufl)
C·C'(J (/)
Q) .Q ·-
~
c:
cu 0)
cu
::J .)(.
83,, 1 82,8
84,5
82,9 82,9
80,9 80,3
84,3
84,2
77,9 83,3 81,6 82,4 85,2
79,0 83,8 83,5 86,5 84,6
75,8 83,7 82,7 84,0 83,9
72,3 78,2 78,6
77,0 80,0 84,0
82,6 84,7
86,0 84,0
82,9
Tabel ,3.9.3.2 persentase rumah tangga pada ketanggapan pelayanan kesehatan rawat inap dan karakteristik rumah tangga Menurut daerah tempat tinggal. rumah tangga di perkotaan dan di perdesaan dalam memberikan penilaian terhadap ketanggapan pelayanan kesehatan rawat inap di Provinsi Sumatera Selatan tidak penunjukkan perbedaan yang berarti, namun demikian secara persentase ada 3 alasan penilaian yang sedikit lebih tinggi di perdesaan daripada di perkotaan yaitu waktu tunggu, keramatian dan kejelasan informasi T.a~el 3.9.3.3 Persentase Rumah Tangga Pada Ketanggapan Pel,aY,c;tn~n,Kesehatan Rawat Jalan Menurut Kabupaten/kota diProvinsi Su~ateraSelatan, Riskesdas 2007 ' ::l
Kabupaten/kota
en en c:
-
:::J
::l
~
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Sumatera Selatan
c:
c:
cu .C· cu
E
C'(J
~
~
~-
Q)
ccu ·fl) fl)
C'(J
E Q; .... cu
·a;- .E
x.s
(/)
-·- c: ns .Q II) E ::i
.sVI cu
.cs cu ·rn= CIS VI
cu -
e
:5
-::J a. ::I
.... ~
~
Q)
cu
.c G)
~
cu
.Q Q) .... .Q Q)•-
~·a
c: cu :Sc
l!? cu .c a>
~~
93,7 89,5 88,1 70,1 94,8 49.4 91,8 90,6 91,5 92,9 95,4 87,6 83,0 59,0
92,8 88,3 87,2 77,7 95,8 50,2 95,1 91,6 92,0 95,5 94, 1 90,9 83,0 73,1
92,7 82,2 84,3 76, 1 93,1 48,3 95,0 87, 1 91,2 93,6 95,8 90,0 80,4 73,9
92,7 78,5 86,6 72,7 90,3 48,5 94,2 88,2 89,8 93,5 90,6 86, 1 79,7 73,9
92,2 78,7 86,6 73,4 92,1 46,0 94,9 88,2 90,9 95,1 96, 1 89,3 80, 1 72,6
93,7 78,1 86,3 77,3 96,9 39,8 94,4 88, 1 92,3 94, 1 97,5 85,6 76,7 71,8
93,3 82,5 90,6 69,3 90,9 39,2 87,8 84,4 88,1 93,7 99,2 89,7 81,8 72,2
86,6
88,5
86,4
84,9
85,7
86
84,1
174
ns
cn
c
ca
,
Tabet 3.9:3.3 menunjukkan persentase run:iah tangga pada ketanggapan pelayanan kesehatan rawat jalarfmenurut kabupaten/kota · · Pada tabet ini menunjukkan bahwa, proporsl rumah tangga ~i Prpvinsi .Sumatera Selatan menilai ketanggapan pelayanan kesehatan rawat jalan, untuk wak!u ~unggu sebesar ~6,6%, demikan pula untuk penilaian yang lain adalah keramahan sebesar 88,5%, kejelasan informasi 86,4% , lkut dalam pengambilan keputusan sebanyak 84,9%, kerahasiaan 85,7%, kebebasan memilih fasilitas 86%, dan kebersihan ruangan sebesar 84, 1 %.
Tabet 3.9.3.4 Persentase Rumah Tangga Pada K'et'\"9{(~P~n Pelaya~an Kesehatan Rawat Jalan dan l:(arakteristik Rumah Tangga di Provinsi ~um~tera Selatan, Riskesdas 2007 :J
0) 0)
Karakteristik rumahtangga
c:
C'O
:J
.x:
:J
E n:I ....
+-' +-'
.x n:I
:0
c:
C'O
C·-
n:I Ill Ill n:I
ns
EC'O
cu
II)
E
~o
c:
+-'
::I :J a. ...
c
C'O C'O
·u;
n:I .!: n:I
....
c
ns-~
Ill C'O
Ill ·ra rn .0 co
c C'O :S c: rn ra ...
0)
.0
~ c:
~·a.
~-
:S '1.)-
~ :=·
:J .x ... .x
86,9 88,8
86,3 86,4
85,5 84,8
86,5 85,5
87,7 85,7
86,0 83,7
88,1
86,0 83,8
84,3 83,7 86,1 86,2 84,2
85,2
85,9 83,4 87,0 87,1 86, 1
83,4
~
Tempat tinggal Kota Desa
s 84, 1 87, 1
Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
86, 1 82,8 38,2 88,2 87,4
86,6 89,4 90,5 87,8
Q) -
87,8 87,8 86,4
~
83,5 85,9 87,0 86,7
'"
...
C'::IO
79,8 85,6 86,0 85,3
Tabel 3.9.3.4 persentase rumah tangga pada ketanggapan pelayanan kesehatan rawat jalan dan karakteristik rumah tangga Menurut tempat tinggal, secara umum pelayanan kesehatan rawat jalan tidak ada perbedaan yang mencolok antara rumah tangga yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan, begitu juga menurut tingkat pengeluaran perkapita (kuintil), rnempunyai persentase yang seimbang antara kuintil satu samapi dengan kuintil lima
3.10 Kesehatan Lingkungan Data kesehatan lingkungan diambil dari dua sumber data, yaitu Riskesdas 2007 dan Kor Susenas 2007. Sesuai kesepakatan, data yang sudah ada di Kor Susenas tidak dikumpulkan ;lagi di Riskesdas, dan · dalam Riskesdas <;fit~myakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada di Kor Susenas. Dengan demikian penyajian beberapa variabel kesehatan lingkungan merupakan gabungan data Riskesdas dan Kor Susenas. Data yang dikumpulkan dalam survei ioi meliputi data air bersih keperluan rurnah tangga, sarana pembuangan kotoran manusia, sarana pembuangan air limbah (SPAL), pembuanqarr sampah, dan perumahan. Data tersebut bersifat fisik dalam rumah tangga, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap kepala rumah tangga dan pengamatan. 3.10.1 Air Keperluan Rumah tangga Menurut WHO, jumlah pemakaian air bersih rumah tangga per kapita sangat terkait dengan risiko kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan higiene. Rerata pemakaian air bersih individu adalah rerata jumlah pemakaian air bersih rumah tangga dalam sehari dibagi
175
dengan jumlah anggota rumah tangga. Rerata pemakaian individu ini kemudian dikelompokkan menjadi '<5 liter/orang/hari'·, '5-19,9 liter/orang/hari', '20-49,9 liter/orang/hari'. '50-99,9. liter/orang/hari' dan ·~100 Jit~r/orang/hari' .. Berdasarkan tinqkat. pelayanan, kategori tersebut dinyatakan sebagai 'tidak akses', 'akses kurang', 'akses dasar', 'akses menengah', dan 'akses optimal', Risiko kesehatan masyarakat pada f<elompok yang akses terhadap air bersih rendas ('tidak akses' dan 'akses 'kuranq') dikategorikan sebaqai mempunyai risiko . . ~ tmggr. Kepada kepala rumah tangga ditanyakan berapa rerata jumlah pemakaian air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga dalam sehari semalam. Tabel 3.10.1 Prevalensi Ruman T~ngga '!lenurut ~erata Pemakaian Air Bersih Per Orang Per Hari dan Kabupaten/Kota di Provlnsl Sumatera Selatan , Rfskesdas 2007 Rerata pemakaian air bersih per orang per hari (dalam liter)
Kabupaten/kota
Ogan Kornering U1u Ogan Komering llir Maara Enim
<5
5-19,9
0,0
3,6 6,1 5,1 16,0 3, 1
1,3 0,4 12,0 0,0 2,6
20-49,9
50-99,9
2:100
11,0
42,6
24,4 23,8 18,0 28,9 28,4 24,0 22,4 34,8 27,6 42,5 53,8 4,0 13,4
43,0 14.5 56.2 43.5 45.6 45.6 29,0 17.2 13.3 7.81 42,0 29.1 94.4 82.9
31,6
36.5
0,2
1,7
Lubuk Linggau
6,4 5,9 0,3 0,3 0,5 0,0 0,0
26,0 22,0 2,6 1,4 1,0 0,0 0,5
54,0 14,0 10,0 22,0 16,0 45,0 28,0 24,0 62,0 14,0 16,0 1,6 3,2
Sumatera Selatan
1,7
6,0
24,0
La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam
7,6
Tabel 7.1 menunjukkan prevalensi rumah tangga menurut rerata pemakaian air bersih per orang per hari dan kabupaten/kota Di Provinsi Sumatera Selatan, terdapat 7,7% rumah tangga yang pemakaian air bersihnya masih rendah (1,7% tidC!k akses dan 6,0% akses kurang), berarti rnempunyal risiko tinggi untuk menqalami gangguan kesehatan/penyakit. Sebesar 24,0% rumah tang.ga mempunyai akses dasar {minimal), 31,6% akses mehengah, dan 36,5% akses optimal. · Kabupaten/kota y,ang akses terhadap air bersih masih repdah (di atas 1, 7%) berturut-turut adalah Lahat, Musi Banyuasin, OKU Selatari dan OKU Timur. Bila mengacu pada kriteria Joint Monitoring Program WHO-Unicef, di mana batasan minimal akses untuk konsumsi air bersih adalah 20 liter/orang/hari, maka di provinsi Sumatera Selatan akses terhadap air bersih menurut jumlah pemakaian air per orang· per hari adalah 92,3% lebih tinggi dari angka nasional 85,6%. Dilihat dari karakteristik rumah tangga, rerata pemakaian air bersih per orang per hari menunjukkan perbedaan, baik menurut tipe daerah maupun menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kaplta.
176
-Persentase
Tabel.3.10.2 Rilmah Tangga.menurut Rerata Pemakaian:Air
Bersfh-Per Orang
P.er Hari darr KaYal
Rerata pemakalan air bersjh,per orang per hari (dalam liter)
'
.
<5
5-19,9
20-49,9
50•99,9
>100
0,5 2,6
2,0 9, 1
15,4 30,9
38,2 26,5
43,9 30,9
2,9 2,0 1,6 1,1 1,1
6,2 6,3 6,0 6,8 4,8
28,5 23,9 23,4 23,7 21,2
30,8 32,9 33,2 31,2 29,9
31,7 35,0 35,8 37,2 43,0
Tabel 3.10.2 menunjukkan persentase rumah tangga menurut rerata pemakaian air bersih per orang per hari dan karakteristik rumah tangga Persentase rumah tangga yang aksesnya rendah terhadap air bersih lebih tinggi di perdesaan (11.7%) dibandingkan dengan di perkotaan (2,5%). Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per -kapita, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga semakin tinggi akses terhadap aJr bersih optimal. Tabel 3.10.3 menunjukkan sebaran rumah tangga menu rut waktu dan jarak ke sumber air, ketersediaan air bersih dan kabupaten/kota Di samping jumlah pemakaian air bersih untuk keperluan rumah tangga, ditanyakan juga tentanq jarak dan waktu tempuh ke sumber air, serta persepsi tentang ketersediaan sumber air. Kepada kepala rumah tangga ditanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau surnber air bersih pulang pergi, berapa' jarak antara rumah dengan sumber air, dan bagaimana kemudahan 'dalam memperoleh air bersih.
177
Tabel 3.10.3 Sebaran Rumah Tangga menurut Waktu dan Jarak ke Sumber Air, Ketersediaan Air·Bersih.Oan KaHupat~ntt
Kabupaten/ kota
Riskesdas 2007
Lama Wfiktu p~n.Ja~ak Untuk Menjangkau Sumber Air Waktu Jarak (Menit) (Kilometer) >1 <30 2:30 S1
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat
100,0 99,6 96,5 98,7
0,0 0,4 3,5 1,3
96,0 98, 1 82,4 97,9
Musi Rawas Musi Banyuasin
96,6 99,4
93,2 67,3
Banyuasin
95,2
3,4 0,6 4,8
OKU Selatan OKU Timur Ogan llir
99,4 97,9 99,2 99,6 99,5 97,6
Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
100,0
0,6 2,1 0,8 0,4 0,5 2,4 0,0
100,0
1,5 .
90,2 96, 1 95,9 98,4
4,0 1,9 18,0 2,1 6,8 33,0 9,8 3,9
Ketersediaan Air Mudah Sepanjan g Tahun
Sulit Pada Musim Kemarau
69,8 54,3 41,4
29,9 45,3 58,5
0,4 0,4 0,1
56,9
40,4 34,9 68,6 76,6
2,7
63,8 29,7 22,4 88,6 59,8 56,5 78,6 61,3 82,3
98,9
1,0 2,0 4,0 1,1
55,3
11,4 39,7 43,0 21,3 38,7 17,7 44,1
93,8
6,2
59,8
39,6
99,0 98,0 96,0
4,1 1,6
Sulit Sepanjang Tahun
1,3 1,7 1,0 0,0 0,5 0,5 0,2 0,0 0,0 0,5
0,6
Di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 1,5% rumah tangga memerlukan rerata waktu ternpub ke sumber air lebih dari 30 menit. Terdapat Q kabupaten/kota, dengan persentase di atas 1,5%, tertinggi kabupaten Banyuasin (4,8%), disusul oleh Muara Enim (3,5%), Musi Rawas (3,4%), Kota Pagar Alam (2,4%) dan OKU Timur (2, 1 %). Dilihat dari jarak, di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 6,2% rumah tangga yang jarak tempuh ke sumber airnya lebih dari ·1 kilometer. Kabupaten/kota dengan proporsi jarak ke sumber air lebih dari 1 kilometer terbesar adalah Musi Banyuasin (33,0%), disusul oleh Muara Enim (18,0%) dan Banyuasin (9,8%). Dilihat dari ketersediaan air bersih dalam satu tahun, di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 59,8% rumah tangga yang air bersihnya tersedia sepanjang waktu. Terdapat 5 kabupaten dengan proporsi ketersediaan air bersih sepanjang tahun lebih keoil dari 59,8%, adalah Banyuasin, Muara Enim, Musi Banyuasin, Ogan Komering llir dan Kota Lubuk Linggau. Kabupaten Lahat (2,7%) dan Musi Banyuasin (1,7%) merupakan dua kabupaten yang paling tinggi proporsi rumah tangga dengan ketersediaan air bersih sulit sepanjang tahun. Tabel 3.10.4 persentase rumah tangga menurut waktu dan jarak ke sumber air,ketersediaan air bersih menurut karakteristik rumah tangga Akses air bersih menurut waktu, jarak dan ketersediaan air bersih bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
178
• . ·
Tabel ;3~10.~
Persentase-Rumah.Tanqqa Menurut Waktu dan-Jarak ke sumber Air, Ketersediaan Air Bersih Menurut KarakteristikRumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007
Karakteristik rumahtangga·
Lama Waktu Dan Jarak Untuk Menjangkau Sumber Air
<30 Tempat tinggal Kot a Desa
darak
Waktu (Menit)
99,4 97,8
Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1 98,4 Kuintil 2 98,4 Kuintil 3 98,4 Kuintil 4 98,9 Kuintil 5 98,4
~30
(Kilometer)
>1
~1
Ketersediaan Air Mudah Sepanjang Tahun
Sulit Pada Musim Kemarau
Sulit Sepanjang Tahun
0,6
98,0
2,0
71,8
28,0
2,2
90,5
9,5
50,6
48,5
0,2 0,9
. ,..
"" ::1.:>,.:>..,
6,7 7,6 5,2 5,8 6,0
57,3 56,4
4 i,9 43,1 41,0
0,5 0,6
37,3 34,8
0,4 0,6
1,0
1,6 1,6 1, 1 1,6
92,4 94,8 94,2 94,0
58,4 62,3 64,5
0,7
Proporsi rumah tangga yang waktu tempuh ke sumber airnya lebih dari 30 menit lebih tinggi di perdesaan (2,2%) dibandingkan dengan di perkotaan (0,6%). Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, tidak ada kecenderungan dengan proporsi waktu tempuh ke sumber air lebih dari 30 menit. Proporsi rurnah tangga yang jarak tempuh ke sumber airnya lebih dari 1 kilometer lebih tinggi di perdesaan (9,5%) dibandingkan dengan di perkotaan (2,0%). Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita tidak ada kecenderungan proporsi jarak tempuh ke sumber air. Begitu pula proporsi rumah tangga yang ketersediaan airnya mudah sepanjang tahun lebih tinggi di perkotaan (71,8%) dibandingkan dengan di 'perdesaan '(50,6%). Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan·proporsi rumah Jangga yang ketersediaan airnya mudah sepanjang waktu mengalami peningkatan sesuai dengan peningkatanpengeluar.anrumah tangga per kapita. Tabel 3.10.5 menunjukkan persentase rumah tangga menurut individu yang biasa mengambilair dalam rumah tangga dan kabupaten/kota · Dalam rangka memperoleh air untuk keperluan rumah tangga bila sumbernya berada di luar pekarangan,ditanyakan siapa yang biasanya mengambil air dalam rumah tangga tersebut, sebagai upaya untuk melihat aspek gender dan perlindungan anak. Aspek gender dalam pengambilanair bersih dapat dilihat pada Tabel 3.10.5.
179
Tabel 3.10.5 Persentase Rumah Tangga Menurut-lndividu Yang Biasa Mengambil Air Dalam Rumah Tangga· dan Kabupaten/Kota di Provlnsl Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Oral'lg Yang·Biasa Mengambil Air Dalam Rumah Tangga Kabupaten/kota
Lakl-lakl
Perempuan Dewasa
Anak (<12 Th)
Dewasa
Anak
Sumber dalam pekarangan
(<12 Th)
Ogan Komering Ulu Ogan Komering liir Muara Enim Lah at 'Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan lfir Palembang Prabumuflh Pagar Alam Lubuk Linggau
34,3 37,3 10,9 23,6 36,8 12, 1 23,6 42,7 62,9 70,1 7,9 4,5 12,0 3,7
0,4 2, 1 3,2 3,4 0,7 0,9 0,6 0,8 0,2 3,9 0,3 0,0 0,0 0,0
19, 1 22,0 16,6 27,9 13,6 28,5 50,0 24,4 12,8 12,8 11,8 17,2 4,0 16,9
1,1 1,2 0,3 7,4 0,7 1,5 1,2 0,6 1,1 1,6 0,3 0,5 0,0 1,6
45,1 37,5 69,0 37,7 48,1 56,9 24,6 31,6 23,0 11,7 79,7 77,8 84,0 77,8 .
Sumatera Selatan
24,4
1,1
19,7
1,1
53,7
Tabel di atas menunjukkan, di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 2,2% rumah tangga yang anak-anaknya mempunyai beban untuk mengambil air keperluan rumah tangga (1,1% wanita dan 1, 1 % anak laki-laki). Persentase perempuan yang bertanggung jawab dalam pengambilan air di rumah tanqqa lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kabupaten/kota di rnana anak-anak ikut berperan dalam pengambilan air untuk kebutuhan rumah tangga adalah Ogan llir, OKU Timur, OKU Selatan, Ogan Komering llir dan Musi Rawas. Sedangkan kabupaten/kota yang penqarnbllan airnya banyak dilakukan kaum perempuan adalah di Lahat, Ogan llir, Muara Enim, Oqan Kornerinq llir dan Musi Banyuasin. Tabel 3.10.6 menunjukkan persentase rumah tangga menurut a,nggota rumah tangga yang biasa mengambil air dan karakteristik rumah tangga Proporsi individu yang mengambil air bersih di rumah tangga menunjukkan variasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
180
1·'
Tabel 3.:fo.& 1 • •• '1 Persentase Rtimah Tangga menu rut Anggota Ru.mah Tangga Yang Biasa Mengambi' Air: dan Karakterlstik Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, , Riskesdas 2.007
.
Karakteristik rumahtangga Tempat tinggal Kota Des a Tingkat pengeluaran Kuintil 1· Kuintil Kuintii Kuintil Kuintil
2 3 4 5
Orang yang bias'3 rhengambil air dalam rumah tangga Laki-laki Perem~uan Sumber dalam Anak pekarangan Dewasa Dewasa Anak(<12 (<12 Th) Th} 10,8 34,9
0,5 1,6
14,0
0,8
24, 1
1,3
28,0
1,0
21,7
26,6 22,4 25,0
1,1 1,8 0,9 0,6
20,5 19,9 17,6
1,5 1,1 0,7
18,9
1.0
20,3
1,1
73,9 38,2 47,9 50,7 54,9 55,8 59,2
Perempuan dan anak-anak yang mengambil air di rumah tangga lebih tinggi di perdesaan (34,9% dan 2,9%) dibandingkan dengan di perkotaan (10,8% dan 1,3%). Sedangkan rnenurut tingkat penqeluaran rurnah t'3;ngga per kapita, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin rendah proporsi perempuan dan anak-anak yang bertugas mengambil air bersih untuk keperluan rumah tangga. Tabet 3.
io.
7 menunjukkan persentase rumah tangga menurut kualitas fisik air minum dan
kabupaten Data kualitas' fisik air untuk· keperiuan rninum rurnah tangga dikwl)pulkan deng.9(1 cara wawancara dan pengamatan, meliputi kekeruhan, bau, rasa, wama dan P,u,sa. Kateqori kualitas fisik air minum baik bila air tersebut tidak keruh, tidak berbau, tidakjJeras131 tidak berwarnadan tidak berbusa.
181
Tabel 3.10.7 Persentase Rumah Jangga menurut Kualitas Fisik Air Minum dan Kabupaten/Kota.di Provln~r Suinatera Selatan, Ri~kes~as 2007 KuaJitaS'Fisik Air Minurh (tJtama) · Kabupaten/kota ~eruh Ogan Komering Ulu Ogan.Komering llir Ml.Iara Enim
10,0
La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan iiir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
Berwarna ~ 11,0
Berasa
Berbusa
Berbau
Balk*)
0,7
0.4
0,7
88.4
16,0
18,0
9,6
7,0
7,8
79,6
8,0
2,5
0,9
0,4
0,4
91,9
5,1
3,5
0,3
0,3
0,5
93,4
6,6
5,4
0,9
0,7
2,0
92,3
29,0
23,0
13,0
5,3
1,3
60,8
12,0
19,0
17,0
0.4
2,1
73,9
3,3
2,2
1,9
0,3
1, 1
95,0
15,0
23,0
7,8
4, 1
7,1
74, 1
18,0
13,0
2,3
0,3
5,5
79,4
5,2
6,6
3,9
1,7
2,8
90,4
6,0
3,5
2,0
0,5
1,0
93,0
5,6
4,8
0,8
0,8
0,8
93,6
4,3
1,6
9,6
0,5
0,5
85,6
1Q,-O
11,0
5,7
2,0
2,9
84,8
Catatan : * Tidak Keruh, Berwarna. Berasa, Berbusa Dan Berbau
Di Provinsi Sumatera Selatan, persentase.rumah tangga dengan air minum berkualitas fisik baik sebesar 84,8%. Ada 3 kabupaten yang persentase kualitas fisik air n'linumnya di bawah rerata provinsi, terendah adalah kabupaten Musi Banyuasin (60,8%). Tabel 3.10.8 menunjukkarr sebaran rumah tangga menurut kualitas fisik air minum dan karakteristik rufnah tangga . Persentase kualitas fisik air minum rumah tangga yang baik bervariasi menurut tingkat penqeluaran rumah tangga per kapita.
182
I
l.
,~ Tabel 3.1..0.8 ~ r , - 1u,.1 .. Sebaran Rumah Tangga rrrenurut Kualitas FisJlt1Air Minum dan Karakteristik Rumah.T~nggC\.d_i PrQyi~~i sumatera-aelatan.Rlskesdas-znnz Karakteristik rumah tangga
Kualitas fisik air mlnum (utama) Keruh
Tempat ti,nggal Perkotaan s.s .. Perdesaan 14,0 Tingkat pengeluaran per kapita Kuintil 1 12,0 Kuintil 2 11,0 Kuintil 3 10,0 Kuintil 4 9,8 Kuintil 5 7,6
Beras a
Berbusa
Berbau
Baik*)
6,4 14,0
4,3 6,8
1,7 2,2
2,6 3,2
90,0 80,8
12,0 12,0 10,0
5,8 6,1 5,7 5,7 5, 1
1,9 1,9 2,3 2,1 1,7
2,7 3,4 3,2 3,5 1,9
83,5 83,0 84,9 84,6 87,8
.Berwarna
11,0
~.1 Catatan : • tidak kenih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa dan tidak berbau
Kualitas fisik air minum di Provinsi Sumatera Selatan dengan kualitas baik persentasenya lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan. Sedangkan kualitas air minum yanq-keruh dan berwarna lebih banyak di perkotaan daripada di perkotaan persentasenya masingmasing adalah 14,0% dan 14,0% .. Semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita rumah tangga sernakirf kecil persentase kekeruhan fisik air minum. Persentase kualitas fisik air minum baik tertinggi pada tingkat pengeluaran perkapita keluarga pada kuintil 5.
183
label 3.10.9 Sebaran Rumah Tangga menurut-aenls Sumber Air dan Kabupaten/Kota · \di Pr001insi·Sumatera!Selatan, .. Riske.s.<;Jas.~0.07 Jenis Sumber AidVnhom
C'll U)
C'll
...
Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
~ Q)
<
...
-o .c
u
Q)
E 4)
~ Ogan Komering Ogan Komering Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin
c
c
Kabupaten/ kota
O>
c:
-g ...J
2,9 0,8 3,5
0,3 0,2
2,9
2,5 4,8 0,3
9,9
0,5 0,4 1,5
3, 1
1,8
0,2 5,2 18,0
9,5 0,0 2,7 7,1
1,6 7,0 8,3 3,2
O>
~a.
c:
:::J
U)
:l
E E o :::J a. (I) ....
17,0 2,8 11,0
3,6
·n; C'll
2,2
...
40,9 44,6
4,9 0,9
53,9
14,0 17,0 15,0
3,3 0,0
1,8 O·,O
0,9
3, 1
Ci
c:
.....C'll:::J .c ...
'
C'll
>.
c: c
·;u ..J
14,0 8,3 7,8
18,0
0,0 2,3
5,6 13,0 18,0
0,0 0,0 0,0
0,8 0,0
11 ,0
1,7
0,4
0,8 1,1
as.o
35,0
2,4
51,7
31,0
0,0
5,6 0,4
0,2
31,5
23,0
0,2
0.4
3,3
1,7
8,2
45,0
0,2
20,0
11,0
16.0
0,2
29,0 3,5
0,0 0,0
0,3
72,6
1,0 6,4 0,3
1,0
0,8 3,0
17,3 21, 1
11,0
3,3
0,3 1,0
0,6
2,3
0,8
27,0
0,0
0,0
22,0
14,0
14,0 0,7
27,9
45,0 ·13,0
14, 1
0,0
0,0
2,0
2,0 8,7 1,6
6,3
0,0 3,2
23,0
1,6 1,6
0,0 21,0
2,6 1,5
10,0
56,5 47,6
4,2 15,0
60,1
9,0
0,0
18,0
5,4
2,2
34,2
15,0
1,0
Tabel 3.10.9 menunjukkan sebaran
0,9
0,0
0,5
1,6 0,5
0,3 0,6 1,5 0,0
0,0
0,5
1,2
8,3
7,0
0,7
0,0
rumah tangga menurut jenis sumber air dan
kabupaten/kota
Jenis sumber air minum paling tinggi di Provinsi Sumatera Selatan dari sumur terlindung (34,2%) terbanyak di OKU Timur (72,6%). Kata Palembang memilliki persentase tertinggi dalam hal sumber air minum berasal dari ledeng eceran (45%), air kemasan (18%) dan ledeng meteran(14%), terlihat kalau pemakaian air kemasan lebih banyak dari ledeng meteran.Untuk persentase tertinggi asal sumber air minum dari sumur bor/pompa di Ogan llir (14%), sumur tidak terlindung di Lahat (35%), mata air terlindung di Pagar Alam (21%), mata air tidak terlindung dan air sungai di OKU Selatan (11 % dan 29%), air hujan di Banyuasin (45%).
184
Tctbel 3:1o~1 o Sebaran Rumah 'rangga menurut-Jenls Sumber Air darr KarakteristikRurnah ,. Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Jenis Sumber Air Minum Karakteristik responden
c: cu
c:
"C
Cl)
"' ·- ... cu
... E
·<{
Tempat tinggal Kota Desa Tingkat pengeluaran Kuintil 1
C)
Cl)
.:ii:
c: cu
0 ...J ~ Cl)
C)
c: cu
c: ...
·Cl) "C ... Cl) Cl)
...J
E
...0
C)
.c cu ...
Cl.
:::J E E o ::$ n,
Cl) ::::,,
c
... :::J :::J ,,
E·5 :::J ... Cl) ~
~
C)
C)
:::J "C
... c ·-cu "C :::J cu ..,,.-c:
:s... c::::J E .5 :::J ... Cl) ~
cu L:
"C C)
-c cu "C
.!:: :::J
JS.5
ns ...
::!: ~
::!: ~
·caC) c
:::J
c cu '5'
... < < ..."'
.c:
11,0 1,2
1,4 2,8
23,9 42
6,2 21
0,4 1,4
0,3 2,0
2,6 13,
0,8 12,
0,4 0,8
10,8 12,9 19,8
5,8 6,1 7,8
1,3
34, 1
13 10 7,4
1,0
34,7 34,8
1,5 1,6 1,4
7, 1 6,9 6, 1
0,6 0,5
Kuintil 4 Kuintil 5
7,1 8,8
22,5 26,1
4,5
1,6 2,6 2, 1
18,3 17 12,6
0,7
Kuintil 2 Kuintil 3
6,5 7,4 5,8
1,3 0,4
6,6 4,1
7,2
3,2
14 10,9
1,2
3,1
32,8 34,5
0,7 0,5
0,7 1,2
1.1
-
7,5
sebaran rumah tangga menurut jenis surnber air dan
Jenis sumber air minum dari air kemasan, ledeng eceran dan ledeng meteran lebih tinggi di perkotaan daripada di perdesaan. Di perdesaan lebih banyak dari sumur bor, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai dan air hujan. Jenis sumber air minum dari air kemasan, ledeng·eceran dan sumur bor paling tinggi pada tingkat pengeluaran per kapita tertinggi (kuintil 5).
185
l
....I
15,0 38,0 1,5 3, 1 perkapita
Tabel 3.10.10 menunjukkan karakteristik rumah tangga
I
cu >. c: c: cu
Tabel 3.10.11 Sebaran Rumah Tangga menurut Jenis Tempat·Penampungan dan Pengolahan Air Minum Sebelum DigunakanLDiminum dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera" Selatan, Riskesdas ioo1 Tempat Penampungan
"'
Kabupaten/kota
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim
30,0 11,0 4,7 17,0 5,6
56,7 83,8 85,0
13,0 5,3
74,0
96,7
25
5;9
96,7 96,0
2,2
0,8 0,8
3,3
98,2 92, 1
6,8
3, 1 8,0
0,5 23,0 14,0
86,9
4,8 3,5
4,7 4,5 1,5
0,5 2,0 16,
28,0
0,0
98,4
0,8
16,0
0,5
97,9
4,3
0,0 1,1
0,8 0,5
9,8
85,8
Banyuasin OKU Selatan OKU Timur
7,0 6,6 12,0
90,6
2,3
90,9
2,5
Ogan llir Palernbanq Prabumulih
1,8 6,7 5,0
54.4 97,7
34,0 0,5
Pagar,Alam Lubuk Unggau
4,8
90,2 86,9 66,9 79,4
Sumatera Selatan
4,2
8,3
53,2
81,7
2,5
95,3
10,0
9,9
2,9 3,4 1,5
1,3 0,0 1,7 11,0 0,8 1,7
9,1
97,5 96,5 96,9 97,3 98,9
s
8,3 9,4 1,9 4,5 3,6 5,7
8,8 41,0 4,4
La hat Musi Rawas Musi Banyuasin
Penqolahan Air Minum Sebelum Digunakan Q) c: E:J >. :I e c: c: C'G ·.: I ~ c: C'G C'G ·c: (/) ..c: E c: E C'G Q) "C ·j C'G .:.c: ·...J m
95,3
8, 1
7,1
0,4 11,0
1,8
2,8
1,2
3,2 1,1 5,1
0,0
4,1
0,7
2,8 1,1 1,7
2,0
tabel 3.10.11 menunjukkan sebaran rumah tangga menuruf jenis tempat penampungandan pengolahan air minum sebelum digunakan/diminumdan kabupaten/kota Tempat penampungan air dan pengolahan air minum sebelum digunakan terbanyak di Sumatera Selatan dengan wadah tertutup (81,7%) dan dirnasak (98,9%). Di semua kabupaten tempat penampungan air terbanyak dengan wadah tertutup dan melakukan pengolahan air minum dengan cara dimasak. Pengolahan air minum sebelum digunakan dengan cara disaring,diberikan bahan kimia paling tinggi di Ogan Kornering llir.
186
Tabet 3.10.12
~ebaran Rumah :rangga M~nurut ~e.llJ~ Tem1?,~t Penampunqan Dan . : , PengoJahan Air Minum Sebel~'!l DigunaJ(an/Diminum dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 Penqolahan Air Minum Sebelum
Tempat Penampungah Karakteristik tangga
rum ah .c cu cu
.:ii: "'C ::::J
cu
-E
~~ Tempat tinggal Perkotaan 7,2 Perdesaan 9,2 Tingkat pengeluaran per kapita Kuintii 1 8,8 Kuintil 2 9,8 Kuintil 3 6,8 Kuintil 4 9,0 Kuintil 5 7,4
.c cu
Digunakan' C)
"'C
c.
cu
::::J
c
.c
ti)
cu~
"'C
c:
~~
-g
j:: ~
+.II
cu cu
"'C ::::J
87,9 77,0 81,6 79,3 83,0 80,2 84,3
E
.:ii:
c C)._
E
c ·a: cu
E
t/)
a
cu·-
~ "'C
cu >cI
C)
cu ti) cu
::::J ::::J
.:ii:
a
·-
c cu
c:
~cu E m::i2
"(U
~
4,9 14,0
18,0 2,6
92,7 97,2
5,2 8,6
4,0 4,2
2,8 1,4
9,6 11,0 10,0 11,0 8,3
6,4 7,7 7,9
96,7 95,9
7,8 8,6 6,9 6,4 5,8
4,8 4,7 4,2
2,0 1,1 2,3
4,3 2,6
2.2 2,4
96,2 94,2 93,4
11,0 13,0
tabel 3.10.12 menunjukkan sebaran rumah tangga menurut jenis tempat penampungan dan pengolahanair minum sebelurn digunakan/diminumdan karakteristik rumah tangga Penggunaan tempat penampungan air minum dengan wadah tertutup lebih banyak di perkotaan, paling tinggi pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).Sedangkan pengolahan air minum sebelum digunakan dimasak lebih banyak dilakukan di perdesaan dan paling tinggi pada tingkat pengeluaran perkapita terendah (kuintil 1 ). Tabet 3.10.13 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Rlskesdas 2007 Air Bersih Ku rang Akses"')
Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
Sumatera Selatan
36,8
63,2
34,3
65,7
44,1 60,9 48,7 65,5 31,6 69,8 41,6 56,3 26,5 29,1 16,0 14,9
55,9 39,1 51,3 34,5 68,4 30,2 58,4 43,8 73,5 70,9 84,0 85,1
38,9
61,1
Catatan: *) 20 ltr/org/hari dari sumber terlindung dim jarak 1 km atau waktu tempuh kurang dari 30 men it **) memiliki jamban jenis latrin + tangki septik
187
Tabel 3.10.14 menunjukkan persentase rumah tangga menurut akses terhadap air bersih dan kabupaten/kota Dengan rnemperhatikan volume kgnsli~s~ jenis sarana, dan jarak atau waktu tempuh ke sumber air, rnaka tingkat akses rijasyarakat'terhadap air bersih maslh -rendah, yaitu 61, 1 %, tertinggi Palefn!;)apg (73;5%)·dan terendah·OKU·Selatan '(30;2%). ·
. Tabet 3.10.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Air Bersih Dan Sanitasi dan Karakterlstlk Rumah Tc;Jngga di Provlnstsumatera Selatan, Riskesdas 2007 ·Air bersih Ku rang Akses*)
Karakteristik rurnahtanqqa Kota Des a Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1
26,9 48,1
73,1 51,9
47,7
Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4
43,6 34,4 37,3
52,3 56,4
Kuintil 5
31,9
65,6 62.7 68, 1
Catatan: *) 20 ltr/org/hari dari sumber terlindung dim jarak 1 km atau waktu tempuh kurang dari 30 menit **) memiliki jamban jenis latrin + tangki septik
Tabet 3.3.10.14 persentase rumah tangga menurut akses terhadap air bersih dan sanitasi dan karakteristik rumah tangga. Akses terhadap air bersih yang layak lebih banyak di kota, akses air bersih terbanyak pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).
3.10.2 Fasilitas buang air besar Data fasilitas buang air besar meliputi jenis penggunaan fasilitas buang air besar dan jenis fasilitas buang air besar. Data ini dlambil dari data rumah tangga Kor Susenas 2007.
188
Tabel 3.10.2.1 Persentase.Rumah Tangga,Menurut Penggun~ar;i Fasilitas Buan,g Air Besar Dan Kabupaten/Kota ·cr1 Provinsi Sematera Selatan, Risl<esdas 2007
.
Kabupaten/kota Ogan K.omering Ulu Ogan Komering llir Muata Enim
Sendiri 55,8 . 61,2 49,9 37,2
Jei:1is Penggunaan Bersama Umum 7,9 12,0
Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih
70,5 31,6 70,8 43,5
6,9 9,8 7,0 12,0 11,0 6,4 15,0 23,0
Pagar Alam Lubuk Linggau
La hat Musi Rawas Musi Banyuasin
Sumatera Selatan
61,2 59,4
4,0 1,4 3,8 2,9 2,2 4,0 7,4 6,4 2,7 0,8
0.),:::1
n..., "
..
11,U
"
4,8
76,9
16,0
45,6 76,6
14,0 7,4
0,5 16,0 1,1
65,8
11,0
4,0
'
Tidak ~akai 32,0 25,0 39,0 50,0 30,0 24,0 11,0 56,0 11,0 33,0 0,7 7,0 25,0 15,0
19,0
Tabel 3.10.2.1 menunjukkan persentase rumah tangga menurut penggunaanfasilitas buang air besar dan kabupaten/kota Rumah tangga di Provinsi Sumatera Selatan yang buang air besar dengan menggunakan fasilitas milik sendlri (65,8%), milik bersama (11,0%), fasilitas umum (4,-0%). Masih banyak rumah tangga di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan untuk buang air besar (BAB) tidak menggunakan fasilitas BAB (19,0%). Hal ini terutama terjadi di OKU Selatan (56%) dan Kabupaten t.ahat (50,0% ). Tabel 3.10.2.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Buanq Air Besar Dan Karakteristik Rumah Tangga di Provinsi Sumatera selatan, Riskesdas 2007 Karakteristik rumahtangga Tempat tinggal Kota Des a
Sendiri
_jenis penqquriaan Bersama Umum
80,5 54,5
11,9 10,4
4,1
Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1 Kuintil 2
51,6
14, 1
5,3
59,5
12,4
4,4
Kuintil 3 Kuintil 4
66,8 70,7
10, 1 10,3
Kuintil 5
80,0
8,4
4,4 3,5 2,6
189
4,0
Tidalt pakai 3,5 31,0 29,0 24,0 19,0 15,0 8,9
Tabel 3.10.2.2 menunjukkan persentase rumah tangga menurut penggunaan fasilitas buang air besar dan karakteristik rumah tangga .c
•
"
=
t
,,.
..I
•
Jika dibandingj
di
Jenis tempat buang air besar Kabupaten/kota
Leher angsa
Plengsengan
Lubuk Unggau
55,3 34,1 75,8 69,7 37,2 34,4 40,9 47,8 29,3 72,4 89,1 45,9 65,6 91,9
19,0 8,8 8,5 8,5 11,0 8,2 17,0 11,0 3,6 3,9 3,5 46,0 4,3 5,0
21,0 46,0 12,0 18,0 48,0 44,0 34,0 22,0 64,0 19,0 6,4 6,5 26,0 1,9
8,3 19,0 2,9 4,3 1,0 1,1 4,3 1,3
Sumatera Selatan
62,9
8,3
24,0
4,7
Ogan Komering Ulu Ogan Kornering llir Muara Enirn La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam
Cemplung/ cubluk
Tldak pakal 4,8 11,0 3,9 3,7 4,6
14,0
Tabel 3.10.2.3-menunjukkan persentase rumah tangga menurut tempat buang air besar dan kabupaten/kota Dilihat dari jenis sarana pernbuanqan kotoran menunjukkan bahwa rumah tangga yang menggunakan jamban jenis leher angsa di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan adalah leher angsa (62,9%), pelngsengan (8,3%), dan cemplung/cubluk (24,0%). Persentase rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa paling tinggi adalah Kabupaten Lubuk Linggau 91,9%) diikuti Kota Palembang (89,9%), yang menggunakan plengsengan adalah Kota Prabumulih (46,!)%), dan yang menggunakan jamban cemplung/cubluk adalah OKU Timur (64,6%). Masih ada rumah tangga yang BAB tidak pada tempatnya, ha! ini terutama di Kabupaten OKU Selatan (19,0o/o).
190
PerSentase
·Tabel 3:jQ.2.14· . , ~ Rumah Tangga JVlenurut:Tempat ESuangAir Besar Dan
Kabupa~en/Kota di Provlnsl-Sumatera Se(atan, Riskesdas 2007
.
.
Jenis tempat-buang;airbesar Karakteristikrumahtangga Tempat tinggal Kota Des a Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuinti' 5
Leber Angsa
Plengsengan
Cemplung/ ~ubluk
85, 1 39,1 62,9 51,9 56,4 63,6 64,6 74,4
6,4 10
6,8 43
8,3 7,0 8,5 8,9 8, 1
24 34,7 30, 1 21,9 23, 1
8,7
A A
A
I"+, I
Tidak pakai
1,7 7,9 4,7 6,4 5,0 5,6 4,2
2,8
Tabel 3.10.2.4 menunjukkan persentase rumah tangga menurut tempat buang air besar dan kabupaten/kota Persentase penggunaan tempat buang air besar bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Persentase rumah tanqqa yang menggunakan jarnban leher angsa di perkotaan (85, 1 %) lebih tinggi daripada di pedesaan (39, 1 %). Sebaliknya persentase rumah tangga di pedesaan (10,0%) yang menggunakan jamban cemplung/cubluk lebih tinggi daripada di pe~kbtaan (6,4%). ' ' Berdasarkan-tmqkat pengeluaran per kapita, persentase rumah tangga .yang menggunakan jamban leher anqsa semakin tinggi, sebaliknya persentase rumah tangga yang menggunakan jamban cemplung/cubluk -sernakin rendah. Tabel 3.10.2.5 menunjukkan sebaran rumah tangga menurut akses sanitasi dan kabupaten/kota . . , Menurut Joint M,011itoring Proqrarn WHQ(l.Jnicef,, akses sanitasi disebut 'baik' bila rumah tangga menggunakan sarana pembuangan kotoran sendiri dengan jenis sarana jamban leher angsa.
191
Tabel 3.10.2.5 Sebaran Rumah Tangga.Mepur.ut.Akses Sanitasi Dan Kabupaten/Kota Provinsi-Kepulauari~umatera-Selatan,.Riskesdas 2007
.
di
.
Sanitasi Kabupaten/kota
Ku rang
Ogan Komering Ulu Ogan KoQ'lering llir Muara Enim Lah at Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang
Baik*)
66,8 76,3 58,~ 73,7 75,9 79,0 67,1 82,3 77,4 65, 1
~33,2 23,7 41, 1 26,3 24,1 21,0 32,9 17,7 22,6 34,9
21,6
78,4
Pagar Alam Lubuk Linggau
63,1 60,8 28,2
36,9 39,2 71,8
Sumatera Selatan
55,5
44,5
Prabumulih
Catatan : *) Memiilki Jamban Jenis Latrin
Dengan memperhatikan volume konsumsi, jenis sarana, dan jarak atau waktu tempuh ke sumber air, maka tingkat akses masyarakat terhadap sanitasi di 14 kabupaten/kotaProvinsi Sumatera Selatao masih rendah yaitu 44,5%. Berdasarkan kabupaten/kota; persentase tertinggl rumah tangga ·}'aRg mempunyai akses baik terhadap .sarritasl' adalah Kota Palembang (78,4%), dan yang terendah adalah Kabupaten OKU Selatan (17,7%).
Tabel 3.10.2.6 Persentase Rumah Tangga Menurut ~~~es Sanitasi dan Karakteristik Rumah ·:rangga t)i Provlnsl Sumatf!ta Selatan,Risl'<esdas2007 ,.
~
•
.,.
.!
~
Karakteristik rumahtangga
Sanitasi Ku rang
Baik*)
Kota Des a Tingkat pengeluaran perkapita
27,5 76,8
72,5 23,2
Kuintil 1
70,3 63,8 54,4 51,2 38,0
29,7 36,2 45,6 48,8 62,0
Kuintil 2 Ku!ntil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Catatan : *) Memiliki Jamban Jenis Latrin
Tabel 3.10.2.6 menunjukkan persentase rumah karakteristik rumah tangga
tangga menurut akses sanitasi dan
Berdasarkan tipe daerah, persentase rumah tangga di perkotaan mempunyai akses terhadap sanitasi lebih tinggi (72,5%) dari pada rumah tangga di pedesaan (23,2%).
192
,,
Ii
Berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita, semakin tinggi pengeluaran .oerkapita maka semakin tinggi juga persentase rumah tangga yangmempunyai akses baik terhadapsanitasi •
1'
I
1
I•
r
l'a6et.3~10.2.f' - • ' • .. • Persentase Rumah tangg1;1·Menurut Tempat Pembuangan Akhir TfrJja dan Kabupaten/Kota di Provinsi Sum~tera .s,1atan •. Ris~e~das.2007 -·"
••
. '
i
Tempat Pe'fnbuarigan Akhir T'inja Kabupaten/kota
.
Tang~i/ ,spal ~
Kola ml· Sawah
41,S 22,9 40,9 33,1 24,5
1,8 0, 1 1,0
Ogan KomeringUlu Ogan Komering llir Muara Enim Lah Musi Rawas 'Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Aiam Lubuk Linggau
at
75,7
6,4 4,9 0,9 1.0 2,2 3,8 0,5 1,9 0,5 15,0 1,1
50,3
2,2
23,3 43.3 23,0 22,3 46,0 88,5 58,1 27,4
Sumatera Selatan
Sungai /Laut
Lo bang Tanah
32,0 39,0 35,0 44,0 24,0 32,0 17,0
Pantai I Tanah
5,6 2,0 31,0 15,0
21,0
3,2 1,8 4,1 1,1
2,2 1,3
19,Q 35,0 13,0 15,0 38,0 42,0 34,0 21,0 63,0 14,0 3,4
46,0 10,0 30,0
Lainnya
6,6 0,3 1,8 1,1 4,2
6,5 0,6 0,0 1,9
6,1 1,1 7,8
0,0 1,6
33,0 25,0
0,0 4,0 0,0
6,3
0,5
0,6 2,5 1,6 1,1
22,0
2,1
1,5
Tabel 3.10.2.7 menunjukkan persentase rumah tangga menurut tempat pembuangan akhir tinja dan kabupaten/kota Dilihat dari tempat pembuangan akhir tinja Sumatera Selatan hanya sebagian yang tempat pembuanqan akhir tinja· ke Tangki/SPAL '(50,3%); tertinggi Palembang (88,5 %) dan terendah OKU Timur (22,3%). Untuk tempat pembuangan akhir tinja yang tidak ke Tangki/SPAL ke lubang tanah (22%), sungai/laut (21 %) keadaan ini dapat mencernari Jlnqkunqan. label 3.10.2.8 PersentaseRumah Tangga Menu rut Tempat ,t?em~uangan AkQ{r Tinja dan Karakteristik Rumah Tangga di P'rovinsiSuinatera Selatan;_Riskesdas 2007 •'
Karakteristik rumahtangga
'
Tempat pembuangan Tangki/ Spal
Tempat tinggal Kot a Des a Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Ko lam/ Sawah
Sungaf/ Laut
akhlr'tlnja
Lobang Tan ah
Pantai/ Tanah
l,.ainnya
81,9 26,1
1,6 2,6
7,9 32
7,3 34
0,4 3,5
0,9 2, 1
37, 1 42,5 50,6 52,9 68,2
2,5 2,7 2,1 2,4 1,1
30,8 25,2 21, 1 17,7 12,3
24,4 24,6 22,8 24,2 16,3
2,9 2,8 1,9 1,8 1,3
2,3 2,3 1,4 1,1 0,8
193
Tabet 3.10.2.8 menunjukkan persentase rumah tangga menurut tempat pembuangan akhir tinja dan karakteristik rumah tangga Penggunaan tangki septik sebagai tempat kembuangan akhir tinja tebih banyak di kota dan m.eoinQ~at ~esuai ~enq~n peningkrta'.ri tingk~t pengel~~ran perkapita. •
3.10.3 Sarana Pehlbua~ga'n Air Lim bah Data penggunaary sal,uraq.R~mbuangan air limbah (SPAL) rumah tangga didapatkan dengan cara wawancara dan pengamatan.
Tabel 3.10.3.1 Persentase Rumah Tangga.Menurut Jeni~ Saluran Pembuangan Air Limbah dan Kabupaten/Kota di Provlnsl sumetera Selatan, Riskesdas 2007 Saluran pembuangan air llmbah
Kabupaten/kota
Terbuka
Ogan Komering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim La hat
58,3 44,4 62,9 62,2 51,2
Musi Rawas
Tertutup 8,6 12,0 8,4 13
Tidak ada 33,0 44,0 29,0 24,0 40,0
44,4
8,8 8,9
62,4 72,6
4,5 6,1
Ogan llir Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau
69,6 31,7 70,1 63,8 57,6 56,9
7,9 5,7 17,0, 28,0 3,2 34,0
63,0 13,0 8,5 39,0 9,6
Sumatera Selatan
60,5
12,o
28,0
Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur
47,0 33,0 21.0 23,0
~·
Tabet 3.10.3.1 menunjukkah persentase rumah tangga menurut jenis saturan.pembuangan Cfir limbah darrkabupaten/kota
,,
Di Provinsi Sumatera Setatan terdapat 72,5% rumah tangga yang menggunakan SPAL di rumahnya, baik SPAL jenis tertutup maupun terbuka, lsedikit ebih rendah dari angka nasionat (75, 1 %) Terdapat 8 kabupaten/kota yang proporsi rurnah tangga tidak memitiki SPAL le,_bih tinggi dari rerafa propers! maupim nasional,'1tertinggi adalah ·Ogan llir (63',0%), disusul oleh Musi Banyuasin {4-7.0%) dan Qgan l}omering lli,r (44,0%). Proporsi rumah tangga yang tidak menggunakpn SPAL bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
194
Tabel 3.10.3.2 Perseritase ·Runiah Tangga Menuruf J~riis Saluran Pem'buangan Air Lirriba'h dan Karakteristlk Rumah Tangga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007 Sa!uran Pembuanqan Air Limbah Karakteristik rumahtangga Tempat tinggal Kota
Des a
Terbuka
Tertutup
Tidak ada
68,5 54,4
17,0 7,8
14,4 37,8
56,9 60,0 62,4 61,9
7,9 9,6 9,7 13,0
35,3 30,3 27,9 25,3
61,3
19,0
19,6
Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil
1 2 3 4
Kuintil 5
Tabel 3.10.3.2 menunjukkan persentase rumah tangga menurut jenis saluran -pembuangan air limbah dan karakteristik rumah tangga )i daerah perdesaan, proporsi rumah tangga yang tidak menggunakan SPAL lebih dari dua kali pat (37,8%) dibandingkan dengan di perkotaan (14,4%). Menurut tingkat pengeluaran rumah :uJgga per kapita, semakin tinggi tingkat pengeluaran semakin rendah proporsi rumah tangga ang tidak memiliki SPAL. Proporsi dengan tingkat pengeluaran perkapita kuintil satu lebih tinggi lari kelompok pada kuintil lima (35,3% dan 25,3%)
195
3.10.4
Pembuangan
Sampah
Data pembuangan .sampah meliputi ketersediaan sampah di dalam dan di luar rumah.
ternpat pertarnpungap/
pembuangan
Tabel 3.10.4.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Penampungan Sampah Di Dalam Dan Di .Luar Ru111ah dan Kabupaten/Kota di Provinsi Su'matera Sefatan, Rlskesdas 2007 Penampungan sampah diluar rumah
Penampungan sampah dalam rumah Kabupaten/kota Ogan Kornering Ulu Ogan Komering llir Muara Enim
Tertutup 6,5 0,8 2,4 3,7
Terbuka
Terbuka 45,7 25,6 21,8
Tidak ada
4,4
21,0 13,0 27,0
69,1
Banyuasin OKU Selatan
5,4 8, 1
2,7 11,0
91,8 81,4
3,0 3,9
27,2 34,4
69,8 61,7
OKU Timur
12,0
7,4
1,6
47,7
Ogan llir Palembang Prabumulih
35,0 18,0
24,0 16,0
80,9 41,3
is.o
63,0 41,5 37,7
Pagar Alam Lubuk Linggau
1,6 5,8
Sumatera Selatan
10,0
1,8
64,6 95, 1 86,2 75,3
Tertutup 2,9 0,9 3,8 8,0 2,2 6,1
La hat Musi Rawas Musi Banyuasin
29,0 4,1 11,0
Tidak ada
oe A uv,..,.
52,4 17, 1 39,0
51,4 73,5 74,4 39,6
80,8 54,9
28,0 44,0 11,0
65,5 56,8 54,0 83,6
18,0 18,0 8,5
50,7 18,5 40,9 53,8
4,8 22,0
26,4 46,8
68,8 31,4
14,0
75,1
8,8
35,3
55,9
Tabel 3.10.4.1 menunjukkan persentase rumah tangga sampah di dalam dan di luar rumah dan kabupaten/kota
menurut jenis
penampungan
Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 24.0% rumah tangga yang memiliki tempat sampah di dalam rumah dan 31,2% rumah tangga memiliki tempat sampah di luar rumah. Tabel 3.10.4.2 menunjukkan persentase rumah tangga menurut jenis sampah di dalam dan di luar rurnah dan karakteristik rumah tangga
penampungan
Proporsi rumah tangga yang memiliki tempat sampah bervariasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita
196
J • Tabel..3.10.~.2 Persentase Ru.manJ"a,hgg.a Menuruf Jen is 'fi>eri~f!lpungan. ·~ampah Di D(!lam Dan Di t.uar'Rumah dan Karakteristik Rumah Tangga di Provlnslsumatera Selatan, Rlskesdas 2007
Karakteristjk rumahtangga
Penampungan sampah dalam rum ah Tertutup
Terbuka
Tidak ada
Penampungan sampah diluar rum ah Tertutup
Terbuka
Tidak ada
Tempat tinggal Kota Des a
17,0 5,5
16,8 12,6
66,3 81,9
15,0 3,9
41,8 30,3
43,0 65,8
Tingkat Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil Kuintil
pengeluaran perkapita 1 7,1 2 6,5 3 9,0 4 13,0 5 17,0
14,3 14,8 15,0 13,6 14,5
78,6 78,7 76,0 73,8 68,7
6,4 7,0
34,1 36,4 35,6 35,6 34,7
59,5 56,6 55,9 56,2 51,3
8,5 8,2 14,0
Tabel di atas menunjukkan di perkotaan proporsi rumah tangga yang memiliki tempat sampah lebih tinggi (33,8% dalam rumah dan 56,8% di luar rumah) dibandingkan dengan di perdesaan (18, 1 % dalam rumah dan 34,2% di iuar rumah). Menu rut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat keceaderungan semakin tinggj tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita semakin banyak yang memiliki tempat sampah, baik di dalam maupun di luar rumah. Proporsi yang mempunyai tempat sampah pada kuintil lima lebih besar ( 31% dan 48,7%) dari pada proporsi kuintil satu (21,4% dan 30,5%). 3.10.5 Perumahan Data perumahan yang dikumpulkan dan menjadi bagian dari persyaratan rumah sehat adalah jenis lantai rumah, kepadatan hun'fan, dan keberadaan hewan ternak dalam rumah. Data [enis lantai, luas lantai tumah dan jumlah anggota rumah tangga diambil dari Kor Susenas ~WO?, sedangkan data pemeliharaan ternak diambil dari Riskesdas 2007. Kepadatan hunian diperoleh dengan cara membagi jumlah anggota rulnah tangga ·dengan luas lantai rurnah dalam meter perseqi. Hasil perhitungan dikateqorikan sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, yaitu memenuhi syarat bila ~8m2/kapita (tidak ·pa'dat) dan tidak memenuhi syarat bila <8m2/kapita (padat).
Tabel 3.10.5.1 menunjukkan persentase rumah tangga menurut jenis lantai rumah dan kepadatan hunian dan kabupaten/kota Rumah tempat tinggal di Provinsi Sumatera Selatan masih ada 10 persen yang jenis lantainya tanah, dengan tingkat kepadatan hunian < 8 m2/ kapita sebesar 24 persen. Menurut kabupaten/kota, rumah tempat tinggal yang jenis lantainya tanah, persentasenya tertinggi pada Kabupaten OKU Timur (28%), sedangkan persentase kabupaten dengan kepadatan hunian tinggi terdapat di Kabupaten Lahat, Musi Banyuasin dan Kota Palembang.
197
Tabel 3.10.5.1 Persentase Rumah_ Tangga )\llenu~t Jenis Lantai Rumah Dan Kepadatan..Hunian dan Kabupaten/Kofa di Provinsl Sumatera Selatan, Riskesdas
.
Kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Ogan. Komering llir Muara Enim La hat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Uir Palembang Prabumulih Pagar Alam
'
.,
2007 .. .
..
•,
Kepadatan hunian < 8-M2/ > 8 M2/ Ka pita Kapita
Jenis lantai Bukan Tanah Tanah 9~.7 80,6 94,6 93,4 80,6 86,4 83,6 87,5 72,3 95,8 97,5 95,0
8,3 19,0 5,4 6,6 19,0 14,0 16,0 12,0 28,0 4,2 2,5
Lubuk Linggau
95,2 97,3
5,0 4,8 2,7
Sumatera Selatan
89,7
10,0
-
,.
79.4 80,7 76,0
21,0 19,0 24,0
69,9 86,9 70,3 78,5 79,7 91,6 71,9 69,5 80,4
30,0 13,0 30,0 22,0 20,0 8,4 28,0
7~.9
30,0 20,0 25,0 26,0
76-,1
24,0
75,2
Tabel3.10.5.2 menunjukkan persentase rumah tangga menurut jenis····1antai. rumah dan kepadatan hunian dan karakteristik rumah tangga · Menurut karakteristik latar belakang responden, perdesaan masih tetap memberi gambaran rumah sehat yang yang rendah dimana persentase rumah dengan jenis lantai tanah jauh lebih tinggi dari, di .perkotaan (1 S.7% berbandinq ~.2%). Peninqkatan tingkat ekonomi rnernpenqaruhl [enis lantai rumah dan kepadatan hunian, Pada quintil 1 dapat kita lihat tingginya persentase jenis lantai rurnah dari tanah (12.0%) dan kepadatan hunian < 8 m2/kapita (45,0%), yang kemudian secara umum menurun dengan meningkatnya ki.Jintil tingkat perigeluaran rumah tangga.
198
Tabel 3.10.5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantae Rurnah dan Kepadatan Hunian dan Karakteristik Rumah Tctngga di ProvinsiSumatera Selatan, Riskesdas 2007 Jenis lantai Karakteristik rumahtangga
1
Kepadatan hunian
~ukan Tanah
Tanah
96,8 84,3
3,2 15,7
87,8 86,7 90, 1
12,0 13,0
> 8 M2/
< 8 M2/
Ka pita
Ka pita
71,8
28,2 20,6
Tempat tinggal Kota Des a
79,4
Tingkat pengeluaran perkapita Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
90,8 92,9
9,9 9,2 7, 1
55,0 69,6 75,9 86,4 93,4
45,0 30,0 24,0 14,0 6,6
3.10.6 Hewan Ternak Peliharaan Dalam hal pemeliharaan ternak, data dikumpulkan dengan menanyakan kepada seluruh kepala rurnah tangga apakah memelihara binatang jenis unggas, ternak sedang (kambing, domba, babi, dll), ternak besar (sapi, kuda, kerbau, di!) atau binatang peliharaan seperti anjing, kucing dan keiinci. Bila di rumah ta1Jgga memelihara ternak, kemudian ditanyakan dan diamati apakah dipelihara di dalam rumah.
Tabel 3.10.6.1 menunjukkan persentase rumah tangga menurut tempat pemeliharaan ternak/hewan peliharaan dan kabupaten/kota Masyarakat yang memelihara unggas cukup tinggi ( dalam rumah dan di luar rumah) dibanding jenis ternak lain sebesar (33.3%). Pada beberapa kabupaten pemeliharaan unggas tersebut cukup tinggi seperti di Kabupaten Banyuasin (66, 1 %) dan OKU Timur (63,4%).
Tabel 3.10.6.2 menunjukkan persentase rumah tangga menurut tempat pemeliharaan ternak/hewan peliharaan dan karakteristik rumah tangga Dilihat dari daerah, masyarakat perdesaan jauh lebih tinggi dibanding perkotaan untuk pemeliharaan semua jenis ternak/hewan peliharaan. Untuk jenis ternak unggas di perdesaan sebesar 45% (pelihara di luar dan di dalam rurnah) sedangkan di perkotaan sebesar 17,8 persen .. Dilihat dari tingkat ekonomi, tidak terlihat perbedaan pola yang mencolok perbedaan persentase pemeliharaan ternak/ hewan.
199
., 0 s:: D) W
N-...J
}'JOO!
3D) D)
.....
:::; 3
W_.f>..f>.~N
Co m'N01wwoo-~000C>co".i:>.
.,
s:: r N
C.O
.......... rv ..... wc.n~m(.o.)c.>c.>tv c.>O)}'J~NW-...J~_..OO
eo·o
.....
ooo'N'"-...i"om'N'"-...i
w
co
3 ~ ~ ""
co <.n
:...
c.o
0)
Co
.......
.......
0(00(0t0(0(0(0(0(0CO(Ot0(0 ocoot0_CJ1 c.n-...i_-...iw_,:,.mco-...i o'N o co co ...... w w-...i"rv co·rv w co
.......
.._, CO ....... ~CX>tOWtOW---1_..}'JCX>-...J~ ""a·mao·;i..m"tvC:o(o w ....... <:o"tv'"-...i
N
'"a>
~
o
!'J!'>-Y' ............
_wco~_m
..... rv
ooOiow",:,.oo".i:>.(oi:o"tvco
~'.f~~~~col;S_~~'.f~~~ eo:i..coCJ1mo:r:..i-..>00>co:r:..mCJ1
...................
""0 3~ D)
:J"
D)
3
.....>:::s
CJ)
(')
ci
CJ)
CJ)
·c;
<X)
(')
0 r--_ a:i ...........
......0)
.a>
CJ)
OQ
<X)
<X)
0)
0)
0)
M
t--.
'
.5 ~
-
C)
O>
c:
M
,.;5• N" N"'N".,....
'(j
::::s
~ t;,
.5
c
<(
O>l'..!N·~~
e.c: cu ,cu .
cD a:i a:i cD so
-E
ccu ::s ... (')
0)
o» '
<X>
en
N
-co
cD cD cD cD CJ) CJ) 0)
0)
_ t'-
0)
E ..c:: I'll n!
-E cI'll :::i...
O>
0)
1.0 C') O'> CJ)
"
r-cD
CJ)
CJ)
0)
lO ci
0
t'- "'"· Ill cio o
O'l
M
0
..-
0
.....::::s
N
...::::s
<X)
lO LO
<X)
v-
O'l M
cimocia> 0) 0) 0) <X)
<X)
ra
C) C)
c:
r:.
.c: cu E ::::s a::: (1)
.s"'c:
(1)
e
(1)
0.
..-
0 N
c: (1) ::!:
... ..c:: cu cu ::::s
E
...
...J ::::s
E ..c:: n!
cu
-E cu ::::s c ...
M
..-
NM..-
r--. M
M M
BAB4. 4.1
PENUTUP
Ringkasan Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 20·07 adalah survai tingkat naslonal yang dilakukan oleh Sadan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI· dengan melibatkan BPS, organisasi profesi, perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerintah daerah, dan partisipasi masyarakat, untuk menyediakan informasi kesebatan yang berbasis bukti (evidence-based) untuk menunjang perencanaan bidang kesehatan ..kabupaten/ kota: Riskesdas mencakup sampel yang jauh lebih besar dari survei-survei kesehatan sebelurnnya seperti SKRT atau SDKI dan mencakup aspek kesehatan yang lebih luas: Riskesds 20b7 dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan tentang status kesehatan masyarakat di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, faktor-faktor yang melatarbelakanginya dan masaiah'kesehatan masyarakat yang spesifik di setiap wilayah. ..
Metodologi •
Penarikan sampel untuk Riskesdas 2007 identik pula dengan two stage sampling yang diqunakan dalam Susenas 2007. Riskesdas 2007 rnencakup sampel di 33 provinsi, 438 dari sebanyak 456 kabupaten/kota, 17150 dari 17.357 blok sensus 258.284 dari 277.630 rumah tangga. Diluar itu Riskesdas 2007, mengumpulkan 182 rupiah tangga dari 15 blok sensus dari 2 kabupaten di Papua yang tidak dikumpulkan oleh Susenas 2007.
•
Selanjutnya, seluruh anggota rumah tangga dari setiap rumah tangga yang terpilih dari kedua proses penarikan sampel tersebut diatas diambi! sebagai sampel individu. Dengan begitu, Riskesdas 2007 mencakup sarnpel 972.989 dari 1.134.225 anggota rumah tangga. Dari 2 kabupaten tambahan terkumpul 673 sarripel anggota rumah tangga.
•
Sampel untuk pengukuran biomedis adalah anggota rumah tangga berusia lebfh dari 1 (satu) tahun yang tinggal di blok sensus dengan klasifikasi perkotaan.Becara riasional, terkumpul 26.919 dai:~ 35.209 sampel anggota rumah tangga berasal 'dari :971 blok dari 294 kabupaten/kota Riskesdas 2007. Khusus untuk penqukuran 'gula darah, sampel diambil dari anggota rumah tangga berusia lebih dari 15 tahun yang b,erj1J.mlah 19.114 orang. "
•
Ada 2 cara penarikan sampel yodium, yaitu pengukuran kadar yodium dalam garam yang oikonsurns! rumah tangga, dan kedua adalah pengukuran yodium dalam urin. Untuk pengukuran kadaram yodium dalam garam, dilakukan test cepat yodium pada 257.065 sampel rumah tangga dari 438 kabupaten/kota, dan 162 rumah tangga dari 2 kabupaten di Papua. Untuk pengukuran kedua, dipilih secara acak 2 Rumah tangga yang mempunyai anak usia 6-12 tahun dari 16 rumah tangga per 'blok sensus di 30 kabupaten yang dapat mewakili secara nasional. Dari rumah tahgga yang terpilih, sampel garam rumah tangga diambil, dan juga sampel urin c:lari anak usia e:..12 tahun yang selanjutnya dikirim ke laboratorium Universitas Diponegoro, Balai GAKYMagelang, dan Puslitbang Gizi dan Makanan, Begor. Dengan cara itu didapatkan sampel 8473 anak usia 6-12 tahun yang dilakukan pengukuran kadar yodidm dalam urin.
•
Khusus di Provinsi Sumatera Selatan, Riskesdas 2007 berhasil mengumpulkan 8.421 sampel rumah tangga dan 33.358sampelanggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat
202
.~atti~ gizi Status gizi balita I
stafus giZr'balita 'dlukur berdasarkan umur, .herat .oadan (BB) dan tinggi badan (TB). dan disajikari dalam 'bentuk.tlqa indikator antropometri, yaitu: berat badan menuruf umur (BB/U), tin~g! badan rnenurut-umur'(Tb/U), dan berat badan rnenurut tinggi badan,(BB/rB) . ....,
j
-
•
;
•
Secara µmy.rp prevalensi gizi buruk tli Provinsi Suma_tera Selatan adalah 6,5% dan gizi kurang 11, 7%. Sebanyak lima kabupaten/kota masih memiliki -prevalensl gizi buruk di atas prevalensi Provinsi SumateraSelatan. Sembilan kabupaten/kdta laiAnya sudah berada ,di bawah .prevJ)lensi·Provirisi.$pma,tera S~l9tan, yaitu.Palernbanq., Prabumulih, Pagar Alam, Lubuk Linggau, OKU Selatan, OKU Timur, Banyuasin,Ogan llir.
•
Prevalenst Provlnsl-Sumatera Selatan untuk gizi. buruk dan kuranq adalah 18,2%. Bila .dibandinqkan -denqan target pencapaian program perbaikan gizi (R,PJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target fY,'.IDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maJ$a di Provinsi Sumatera Selatan tarqet-tarqet.tersebut sudah terlarnpaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 14 kabupaten/kota.
•
Bila mengacu pada target MDG maka 9 kabupaten/kota yang sudah melampaui target, sedangkan untuk target RPJM sudah 1 O kabupaten/kota yang melarnpau"i_target. Ke 9 kabupaten/kota yang telah memenuhi kedua target adalah: Lahat, Lubuk Linggau, Palembang, OK\..) Timur, Pagar Alam, OKU Timur, Banyuasin, OKU Selatan, Ogan Komering Ulu .. Satu kabupaten/kota lainnya yaifu Ogan llir hanya rnelampaui target RPJM.
•
Prevalensi gizi lebih Provinsi Sumatera Selatan 6,7%.Terdapat 6 kabupaten/kota dengan prevalensi ni'elebihi angka prevalensi .Provinsi Surnatera, Selatan yaitu OKU -Timur, Lubuk Linggau, Lahat, ,tviusi Banyuasin Muara Enim dan Banyuasin.
•
Prevalensi masalah kependekan pada balita di Provins! Sumatera Selatan -masih tinggi yaitu sebesar 44,7%. Enam kabupaten/kota memiliki prevalensi masalah kependekan di atas anqka prevalensi Provinsi Surnatera S.elatan.
•
Prevalensi kekurusan pada balita di Provinsi ·Sumatera Selatan .adalah 15,8%. Jika dilihat untuk tiap kabupaten/kota maka prevalensi kekurusan di seluruh kabupefen/kota masih berada di atas 5%, yang berarti masalah kekurusan masjh merupakan masalah kesehatan -~.asx~m~kpt di sefiap kabup~tenf~qta. Dari 14 kabupaten/kota 9 kabupaten/kota Q.i antaranya masuk dalarn ~ategq_rr serius 'dim 3 kabupaten/kota masuk dalam kateqof kritis Kedua kabupaten/k6ta yang iiaak terrnasuk dalam kategori serius ataupun kritis-adalah: Prabumulih, Ogan Komering llir.
•
Berdasarkan indikator BB[fB juga dapat dilihat prevalensi' ~~gemul
•
Ditinjay dari kelornpok, umur balita, maka terlihat bahwa prevalensi balita gizi kuranq+buruk.dl.Provins] Sumatera Selatan cukup tinggi, tertinggi pada kelornpok umur 0-5 tahun (2(6o/q.) dan ~efend..aQ·u,mur p-17 tahun. Terlihat prevalensi gizi klrranq+buruk sangat.tinggi pada usia,balita dibawah 6 bulan dan umur 24 bulan keatas, Balita lakilaki lebih banyak yang mengj=ll~mi g·izi kuranq+buruk; sedangkan 'oallta yang memiliki status gizi lebih, lebih banyak pada balita perempuan. Semakin rendah pendidikan KK maka semakin besar prevalensi balita gizi kurang+buruk'. Prevalensi balita gizi kurang+buruk paling tinggi pada kepala keluarga yang tidak kerja/sekolah/ibu RT, sedangkan prevalensi ballta yang memiliki status gizi baik dan lebih paling tinggi pada kepala keluarga yang memiliki jenis pekerjaan tetap (ABRl/Polri/PNS/BUMN. Di desa
"'
203
jumlah balita yang gizi kurang+buruk lebih banyak daripada di kota. sebaliknya di kota jumlah balita yang gizi baik dan gizi lebih . Tldak ditemukan pola hubungan Yfing jelas antara perubahan tingkat pengeluaran perkapita keluarga dengan prevalen!)i ballta gizi kurang+buruk. •
Pr~alensi 'balita pendek+sangat pendek cenderung meningkat .seiring._bertambahnya p~aa balita umuf·0-23 bulan. Prevalensi tertinggi pada umur balita 12-23 bulan, .b'alita lakl-lakl, pekerjaan .-utama KK tldak bekerja/sekolah/ibu R:r, Qalit~ yang tinggal desa • Tidak ditemukan pola hubungan yang jelas antara perubahan · tingkat penqeluaran .oerkapita keluarga dengan prevalensi balita pendek+sangat pendek . Sernakin tinggi tingkat pendidikan KK sema'kin rendah prevalensi balita':!pen'dek-l-sangat peodek. ·
umur
Status·Gizi Penduduk Usia Sekolah (umur 6-14 Tahon) I
,
•
Prevalensi kekurusan, di Provinsi SumateraSelatan berdasarkan IMT standar WHO, adalah 1419% pada laki-lakl dan 13,8% pada perempuan. Kabupaten/kota yang mehlpunyai prevalensi kekurusan tertinggi pada anak laki-laki di Banyuasin dan terendah pada anak laki-laki di Palembang sedangkan tertinggi pada anak- perempuan di Palembang dan terendah pada anak perernpuan di Lahat. '
•
Prevalensi berat badan lebih pada anak umur 6 - 14 tahun di Sumatera Selatan pada laki-laki 16,0% dan perempuan 11,0%. Prevalensi 88-lebih pada anak umur 6 - 14 tahun terendah pada anaR laki-!aki di Praburriulih (7,4%) , anak perempuan di Ogan llir
(4.5%). •
Prevalensi kekurusan untuk laki-laki dan perempuan sedikit lebih tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan, sebaliknya prevalensi BB lebih untuk laki-laki sedikit lebih tinggi di perkotaan d.an untuk perernpua . .lebih tinggi di perdesaan
Status GlzlPenduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Status gizi penduduk umur 15 tahun ke atas diriilai dengan lndeks Masa Tubuh (IMT) dan ukuran lingkar· perut (LP). Hasitnya adalah sbb: •
Prevalensi obesitas umum di Provinsi Sumatera Selatan adalah 11,4% (6,6% 88 lebih dan 4,8% obese). Tiga kabupaten//kota yang memiliki prevalensl obesitas umum ·terendah adalah Ogan Komering llir, Ogan Komering Ulu Lahat. Sedangkan 3 ·kabupatefl/kota 'dengah prevalensi obesitas umum ter;tinggi adalah: Prabumulih, OKU Timur, Pagar Alam.
•
Di Provinsi Sumatera Selatan prevalenst obesitas umum pada laki-laki lebih rendah ,qibandingkan denqan.peremouan (masing-masing 2,9% dan 6,7%).
•
Prevalensi obesitas urnurn lebih .tinggi di daerah perkotaan dibandinq daerah perdesaan. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan cenderung semakin tinggi prevalensl obesitas UIJlUm.
•
Prevalensi· obesitas sentral untuk Provinsi Sumatera Selatan adalah 7,6%. Dari 14 kabupaten/kota hanya Kabupaten/kota Prabumulih yang memiliki prevalensi obesitas sentral di atas angka prevalensi naslonal. Terdapat 7 kabupaten/kota yang memiliki -prevalensi obesitas sentral di atas anqka, prevalensi Proyinsi Sumatera Selatan. Menurut .kelompok umur, prevalensi obesitas sentral cendrunq menihgkat hanya sampai umur 35-44 tahun, lebih tinggi pada' perempuan empat Rali, , lebih tinggi di daerah perkotaan paling tinggi pada ibu rumah 'tangga. ,. Semakin, rneninqkat tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per 'bulan semakin ·tinggi prevalensi obesitas sentral. Tidak tampak pola kecendrunqan antara obesitas sen(ral rnenurut tingkat pendidikan, I
204
Situs gizi- Wanita Usia Subur
(WUS) f5-45 tahun
•
Risiko kurang energi kronis (Kl;:K) pada WUS digambarkan· denqan menggunakan LILA (lingkar. lengan atas) yang disesuaikan,dengan umur (age adjusted). Prevalensi risiko KEK di Provinsi Sumatera Selatan 12, 1 %, lima. kabupaten/kota dengan prevalensi lebih tinggi yaitu, Musi Banyuasin, Pagar Alam, Ogan Kornerinq llir, Banyuasin, Ogan llir .
•
Ppendidikan tertinggi (tamat PT) risiko ~EK cenderung lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan terendah (tldak sekolah dan tidak' tarnat SO), lebih tinggi di daerah perdesaan. Tidak terdapat gambaran hubungan antara tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita dengan risiko KEK.
KonsumsiEnergi Dan Protein Konsumsi energi dan protein diperoleh berdasarkan jawaban responden untuk makanan yang di konsumsi anggota rumah tangga (ART) dalam, waktu 1 x 24 jam yang lalu. Responden adalah ibu rumah tangga atau anggota rumah tangga lain yang biasanya menyiapkan makanan di rumah tangga (RT) tersebut, Rumah tangga disebut dengan konsumsi "energi rendah" adaiah biia ·rumah iangga mengkonsumsi enerqi di bawah rerata konsumsi energi nasional dari data Riskesdas 2007. Sedangkan rumah tangga dengan konsumsi "protein rendah" adalah bila·rumah tangga mengkonsumsi protein di bawah rerata konsumsi energi nasional dari data Riskesdas 2007. •
Rerata konsumsi per kapita per hari penduduk di Provinsi Sumatera Selatan adalah 1385 ,8 kkal untuk energi dan 49,6 gram untuk protein. Kabupaten/kota dengan angka konsumsi energi terendah adalah kabupaten/kota Ogan Komering l!ir (1299,0 l
•
Persentase RT dengan konsumsi "energi rendah" dan "protein rendah" yang berarti di bawah angka rerata nasional (1789.9 kkal dan 62 5 gram). Di Provinsi Sumatera Selatan persentase RT dengan konsurnsi "energi rendah" adalah 61,4 % dan konsumsi "protein rendah" sebesar 56, 1 %. Sebanyak 7 kabupaten/kota dengan persentase konsumsi "energi rendah" di atas angka Provinsi Sumatera Selatan (61,4 %) yaitu Kabupaten/kota Ogan Komering llir, Pagar Alam, Ogan llir, OKU Timur, Musi Banyuaasin, Palembang dan Ogan Komering Ulu .•
•
Sebanyak 5 kabupaten/kota denqan prevalensi konsumsi "protein rendah" di atas angka prevalensi di Provinsi Sumatera $elatan (56, 1 %) yaitu· Kabupaten/kota Musi Rawas, Pagar Alam, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering llir dan OKU Timur.
•
RT di perkotaan dengan konsumsi "energi rendah" lebih tinggi dari RT di perdesaan sebaliknya persentase RT di perdesaan dengan konsumsi "protein rendah" lebih tinggi dari RT di per}
205
Konsumsi garam beriodium Prevalensi konsumsi garam beriodium Rj~kesdas 2007 diperoleh dari tes cepat garam iodium. Rumah tangga dinyatakan rnempunyai "garam cukup iodium (2:30 ppm K103)" bila hasll tes cepat garam berwarna biru/ungu tua .. •
Di Provinsi Sumatera Selatan sudah 93,0% RT mempunyai garam cukup iodium. Pencapaian ini sudah mencapai target nasional 2010 maupun target ICCIDD/UNICEF/WHO Universal Salt lodization (USI) atau "garam beriodium untuk semua" yaitu minimal 90% rumah tangga menggunakan garam cukup iodium terkecuali untuk Musi Rawas, OKU Timur dan Ogan Komering llir.
Kesehatan lbu dan Anak Status lmunisasi Dalam Riskesdas, informasi tentang cakupan imunisasi ditanyakan pada ibu yang mempunyai balita umurO - ~9 bulan. lnformasi tentang imunisasi dikumpulkan dengan tiga cara yaitu wawancara kepada ibu balita atau anggota rumah-tangga yang mengetahui, catatan Kartu Menuju Sehat (KMS), atau catatan dalam Buku KIA. lmunisasi dianggap lengkap bila sudah mendapatkan semua jenis imunisasi satu kali BCG, tiga kali DPT, tiga kali polio, tiqa kali HB dan satu kali imunisasi campak. Oleh karena jadwal tiap jenis imunisasi berbeda, cakupan imunisasi yang dianalisis hanya pada anak usia 12 59 bulan. •
Secara keseluruhan. cakupan imunisasi menurut jenisnya yang tertinggi sampai terendah adalah untuk BCG (87,0%), campak (86,0%). polio tiga kali (74,1%), DPT tiga kali (70,9%) dan terendah hepatitis B (63,8%).
•
Persentase Cakupan lmunisasi Dasar Anak Umur 12- 59 bulan Menurut Karakteristik umur. Cakupan imunisasi dasar yang paling tinggi adalah pada anak kelompok umur 12-23 bulan al: BCG 'Polio 3 DPT 3 HB 3 dan Campak . Sedangkan cakupan imunisasi dasar yang paling rendah sebagian besar terdapat pada kelompok umur 4859 bulan al: BCG, DPT 3, HB 3, dan Campak. I
•
I
I
I
Cakupan untuk semua jenis imunisasi dasar yang paling tinggi adalah pada KK yang berpendidikan SLTA ke atas (PT), yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan yang tinggal di daerah perkotaan
Pemantauan Pertumbuhan Balita Dalarn Riskesdas 2007, ditanyakan frekuensi penimbangan· dalam 6 bulan terakhir yang dikelompokkan menjadi ''tidak pernah ditimbang dalam 6 bulan terakhir", ditimbang 1-3 kali yang berarti "penimbangan-tidak teratur", dan 4-6 kali yang diartikan sebagai 'penlrnbanqan teratur". Data pemantauan pertumbuhan balita ditanyakan kepada ibu .balita atau anggota rumahtangga yang mengetahui. •
Secara keseluruhan dalam enam bulan terakhir balita yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih), ditimbang 1-3 kali dan yang tidak pernah ditimbaflg berturut-turut 31,5%, 28,9%, dan 39,6%. Cakt..ipan penimbangan rutin bervarlasl menurut kabupaten/kota dengan cakupan terendah di Lubuk Linggau (13, 1 %) dan tertinggi di Lahat (57 ,6%).
•
T erlihat ada kecenderungan makin tinggi umur anak, makin rendah cakupan penimbangan rutin (:::: 4 kali), kecuali untuk kelompok umur 36-47 bulan, tidak berbeda antar jenis kelamin, tetapi sedikit berbeda menu rut tipe daerah ..
•
Posyandu secara keseturuhan merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi untuk penimbangan balita yaitu sebesar 66, 1 %. Posyandu sebagai sarana penimbangan balita paling banyak terdapat di OKU Timur (94,5%) dan terendah di Palembang.
206
Tempat penimbangan selain posyandu yang cukup tinggi antara lain Puskesmas seperti yang terdapat di Palembang.
'
•
Semakin bertarnbah umur balita- semakin berkurang balita yang menimbang di posyandu dan semakin banyak yang menimbang di RS. Baik di posyandu maupun di ~RS lebih banyak. balita perempuan yang' datang menimbang.Ada hubungan negatif antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan persentase penimbangan balita di posyandu. Persentase penimbangan balita di RS lebih banyak di· perkotaan sedangkan di puskesmas, pojipdes dan posyandu leblh banyak di perdesaan .. Ada hubungan negatif antara tingkat pendldikan kepala keluarga persentase pentrnbanqan balita di posyandu. Persentase penimbangan d.i posyandu pada balita dengan kepala keluarga yang bekerja sebagai ibu rumah tangga atau bekerja lainnya lebih tinggi
•
Hanya 23,6% ballta yang mempunyai KMS dan dapat menunjukkan, sedanqkan 49,6% mengatakan punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkan .. Sisanya sebesar 26,8% tidak mempunyai KMS. Kepemilikan KMS dan dapat rnenunjukkan bervarisasi menurut kabupaten/kota terendah di OKU Selatan (11,2%) dan 'tertinggi di Palembang (46,7%). Menurut jenis kelarntn persentase kepemilfkan KMS rnenunjukkan lebih besar pada lakilaki. Balita tidak punya KMS meningkat seiring dengan bertambahnya umur balita, sejak umur 5 bulan ke atas,semakin bertarribah umur balita semakin berkurang persentase kepemilikan KMS. Ada tren hubungan positif antara pendidikan kepala keluarga dengan kepemilikan KMS kecuali pada kepala keluarga SL TA keatas (perguruan tinggi
•
Kepemilikan Buku KIA secara keseluruhan lebih rendah dari kepemilikan KMS yaitu sebesar 7, 1 %. Kepemilikan buku KIA tersebut bervariasi antar kabupaten/kota dengan cakupan terendah di Palembang (0,0%) dan tertinggi di Lubuk Linggau (17,4%).
•
~emakin bertambah urnur balita semakin berkurang 'persentase kepemilikan Buku KIA , lebih tinggi pada balita perempuan dan lebih banyak pada balita perkotaan.
DistribusiKapsul Vitamin A •
Cakupan distribusi kapsul vitamin A untuk anak umur 6 - 59 bulan sebesar 62,8%, terenc:fah di Lubuk Linggau (38,3%) dan tertihggi di Ogan Komering Ulu (74,0%),
Cakupan Pelayanan lbu dan Anak Dalam Riskesdas 2007, dikumpulkan data tentang pemeriksaan kehamilan, jenis pemeriksaan kehamilan, ukuran bayi lahlt, penimbangan bayi lahir, pemeriksaan neonatus pada ibu yang mempunyai bayi. Data tersebut dikumpulkan dengan rnewawancaral ibu yang mempunyai bayi umur 0 7 11 bulan, dan dlkonflrmasl- dengan catatan Buku KIA/KMS/catatan kelahiran. •
Secara keseluruhan terdapat 18,0% ibu yang mempunyai persepsi bahwa bayi yang dllahirkan berukuran kecil, 61,6% mempunyai persepsi ukuran b_ayi normal dan 20,4% mempunyai persepsi ukuran bayinya "besar, Persentase ukuran bayi kecil bervariasi antar kabupaten/kota, terendah di OKU Selatan dan tertinggi di Palembang
•
Lebih banyak persentase ibu yang mempunyai bayi laki-laki menyatakan, bahwa ukuran bayinya kecil dibandingkan persentase ibu yang mempunyai bayi perempuan berukuran kecil. Sedangkan menurut tipe daerah, lebih banyak ibu di perdesaan yang mempunyai persepsi bayi yang dilahirkan berukuran kecil dibanding di perkotaan.
•
Proporsi bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 19,4%. Proporsi ini sebanding dengan persentase ibu yang mempunyai persepsi bahwa ukuran bayi pada saat lahir kecil yaltu sebesar 18,0% .Lima kabupaten/kota mempunyai persentase BBLR tertinggi adalah Palembang (33,3%). Banyuasin (45,0%), Musi Banyuasin dan OKU Selatan (masing-
207
masing 25,0%), Lahat (20,0%). Untuk OKU Timur dan Pagar Alam hampir tidak ada balita yang BBLR. •
Persentase BBLR lebih tinggi pada bayi perempuan (22,3%) dibanding laki-laki (16,8%), dan sedikit lebih tinggi di perkotaan, (20,8%) dibanding di perdesaan ·(19,4%) Menurut karakteristik' rumah tangga, proporsi .BBLR> tertinggi .pada kelompok keluarga yang kepala kefuarga wtraswasta (36,5%). Tidak fampak adanya pola kecenderungan bubungan antara persentase· BBLR dengan pendidikan kepala keluarga dan tingkat pengeluaran per kapita. .: ,,
•
Secara keseluruhan 69,8% ibu memeriksakan kehamilan, Cakupan pemeriksaan kehamilan terendah di Kabupaten/kota Musi Banyuasin (35, 1 %) dan tertinggi Palembang dan Praburnulih, masing-mpsin9100,0%,
•
Ccakupan pemeriksaan kehamilan lebih tinggi di perkotaan, Cakupan periksa kehamilan tertiriggi terdapat pada .kelompok keluarga denqan perkerjaan kepala keluarqa sebagai ibu rumah tangga dan terendah pada kelornpok ,!<,eluarga dengan pekerjaan lainnya .Terdapat kecenderunqan hubu'ngan 'posltlf antara cakupan pemeriksaan ibu hamil dengan tingkat pendidikan kepala keluarga mulal-dari pendidil
•
Pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan tekanan darah dan penimbangan berat badan ibu (96,2%), Sedangkan jenis pemeriksaan kehamilan yang jarang diiakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan hemoglobin dan pemeriksaan urine .
•
Cakupan tiap jenis pemeriksaan kehamilan iebih tinggi di perkotaan. Tidak terdapat kecenderungan hubungan antara pendidikan dan pekerjaan kepala keluarga serta tingkat pengeluaran perkapita keluarga pada tiap jenis perneriksaan kehamilan, Namun sebaliknya tidak terdapat pola kecenoerunqan cakupan untuk tiap jenis pemeriksaan kehamilan dengan kepala keluarga,
•
Secara keseluruhan 42,8% neonatus umur 0-7 hari dan 27,1% neonatus umur 8-28 hari mendapatkan pemeriksaan dari tenaga kesehatan, Pemeriksaan neonatus umur 07 hari terendah ·di Musi Banyuasin dan tertinggi di Lubuk Linggau Untuk neonatus umur 8-28 hari cakupan pemeriksaan kesehatan terendah di Ogan Komering Jlir"dan tertinggi di Prabumulih
•
Pemeriksaan neonatus menurut karakteristik bayi, tipe ·daerah dan rumah tangga, Menurut tipe daerah di perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan, Untuk perrteriksaan neonatus umur O - 7 hari lebih banyak pada bayi perempuan, sebaliknya untuk pemeriksaan 8 - 28 hari lebih banyak pada bayr lakl-laki.Untuk pemeriksaan neonatus umur 8 -28 hari terdapat hubungan positif antara perneriksaan neonatus dengan tingkat .pendidikan kepala keluarga Semakin tinggi tingkat penditlikan 'kepala rumah tangga semakin tinggi persentase cakupan pemeriksaan kesehatan pada neonatus, Tidak ditemukan adanya tren hubungan pekerjaan dan tingkat pengeluaran perkapita dengan persentase pemeriksaan neonetus baik pada umur 0-7 hari maupun umur 8-28 hati,.
208
Penyakit Menular •
Penyakit menular ,yang diteliti pada Rlskesdas 2007 terbatas pada beberapa penyakit yang ditularkan oleh vektor, penyakit yang ditularkan rnelalul udara atau percikan air liur, dan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air. Penyakit menular yang ditularkan oleh vektor. adalah filariasis, demam,berdar,ahdengue (DBD), dan malaria. Penyakit yang ditularkan melalui udara -atau percikan air liur adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), pneumonia dan campak, sedangkan penyakit yang ditularkanmelalui makanan atau air adalah penyakit tifoid, hepatitis, dan diare.
•
Kasus Filariasis tersebar di 5 kabupaten/kofa dengan prevalensi klinis sebesar 1%o (rentang : 1o/oo - 0,4%0). yaitu kabupaten/kota Musi,Banyuasin (4%o), Ggan Komering llir (1%o), Lahat (1%o), Musi Rawas (1%9), OKU Timur (1%o). kasus DBD klinis tersebar di 9 kabupaten/kota dengan prevalensi (DG) 0,4% (rentang : 0,1% - 2,1%).Terdapat 3 kabupaten/kotayang didapatkan prevalensi DBD klinis lebih tinggi dari angka prevalensi DBD di Sumatera Selatan, yaitu Prabumulih (2,1%), Musi Banyuasin (1,3%), Ogan Komering llir (0,9%).Tidak ditemukan kabupaten/kota dimana kasus DBP klinis lebih banyak didapatkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, khusus untuk kabupaten Banyuasin kasus DBD berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sama dengan DBD berdasarkan gejala klinis. Sedangkan di beberapa kabupaten/kota 'kasus DBD hanya berdasarkan gejala klinis yaitu Lahat, OKU Selatan, Palembang. Hal ini disebabkan gejala klinis DBD menyerupai penyakit infeksi virus lainnya. Filariasis klinis sudah ditemukan pada kelompok umur =:;5 tahun. Prevalensi DBD tertinggi ditemukan pada kelompok umur 25 - 34 tahun. Prevalensi malaria klinis di perdesaan Iebih besar. Pengobatan dengan obat malaria program juga relatif lebih baik (~50°/o) di daerah perkotaan, keiompok pendidikan tinggi; pegawai dan wiraswasta, dan kelompok dengan tingkat pengeluaran RT per kapita kuintil 4.
•
Di Provinsi Sumatera Selatan prevalensi ISPA 17,5% tertinggi pada balita, untuk pneumonia 1,3%, cenderung menurun sesuai bertambahnya umur sampaii umur 24 tahun dan setelah itu menunjukkan peningkatan sesuat dengan bertambahnya umur untuk Tuberkulosis 0,4%, tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun, tiga kali lebih tinggi di pedesaan dibandinqkan perkotaan dan dua 'kali lebih tinggi pada pendidikan rendah dibandlnqkan pendidikan tinggi. Berdasarkan tingkat pengeluaran perkapita maka terkecil prevalensi TB tertinggi, untuk Campak 0,15%; tertinggi pada bayi di bawah 1 tahun
•
Di Provinsi Sumatera Selatan prevalensi tifoid klinis 1,3%, kasus tifoid ini umumnya terdeteksi berdasarkan gejala klinis, banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah (5 - 14- tahun) yaitu 1,6% dan relatif lebih tinggi di wilayah perkotaan, ·cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan menengah (tamat SMP) dan tingkat pengeluaran RT per kapita menengah (kuintil 3). Preyalensi untuk Hepatitis klinis 0,3%, paling tinggi terdetekst pada -umur 25-34 tahun dan 65-74. tahun, leblh tinggi di perkotaan dibandingkan di perdesaan, prevalensi tertinggi pada pendidikan tertinggi (tamat PT), pekerjaan lainnya,dan tingkat pengeluaran RT per .kapita yang tertinggi. Prevalensi untuk Diare klinis adalah 7,0%, proporsi responden diare klinis yang mendapat oralit adalah 56,1 %.Prevalensi tertinggi terdeteksi pada bayi O 5,2%), di perdesaan, pada tingkat pengeluaran RT per kapita rendah. Prevalensi diare menurun seiring dengan peningkatan·tingkat pendidikan, terkecuali pada pendidlkan tamat PT. Prevalensi diare yang tinggi pada bayi dan anak balita tidak selalu diikuti dengan pemberian oralit, proporsi yang·mendapat oralit pada ke dua kelompok umur tersebut berturut-turut 69,9% dan 67,1%.
209
'I I
Penyakit Tidak Menular •
Data penyakit tidak menular (PTM) yang disajikan meliputi penyakit sendi, asma, stroke, jantung, OM, hipertensi, tumor/kahker; gangguan jiwa berat, buta wama, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis, rinitis, talasetnia, dan hemofilia diarralisls .berdasarkan jawaban responden "pemah dldlaqnosts oleh tenaga kesehatan" atau. .J'mempunyai· gejala klinis PTM". Prevalensi PTM adalah gabungan kasus PTM yang pemah didiagnosis nakes dan kasus yang mempunyai riwayat gejala PTM. Cakupah -atau jangkauan pelayanan tenaga kesehatan terhadap kasus PTM di masyarakat dihitung dari persentase setiap kasus PTM yang telah didiaqnosis oleh tenaga kesehatan dibagi dengan persentase masing-masingkasus PTM yang ditemukan, baik berdasarkan diagnosis maupun gejala
•
Prevalensi penyakit sendi pada Provinsi Sumatera Selatan sebesar 23,9% dan prevalensi berdasarkan dlaqnosis nakes atlalah 19,3%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi penyakit Persendian berdasarkan gejala dan -telah didiagnosis tenaga kesehatan di Provinsi Sumatra Selatan berkisar antara 8,7% -. 36,4%, dimana prevalensi di Ogan Komering Ulu diternukan paling rendah· dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya, sebaliknya Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin mempunyai prevalensi paling tinggi. Prevalensi Hipertensi penduduk usia ~ 18 tahun di Sumatera Seiatan berdasarkan hasil pengukuran tekanan daran adalah 31,5%,. berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6,6%, sementara berdasarkan diagnosis dan atau- riwayat minum obat hipertensi ada1ah 6,8%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi Hipertensl berdasarkan diagnosis berkisar antara 2, 7% 14,1%, berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau minum obat Hipertensi prevalensi dalam rentang 2,8% - 14,9%, dimana prevalensi hipertensi tertinggi di Kabupaten Musi Banyuasin dan terendah di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Memperhatikan angka prevalensi Hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan, pada umumnya tampak perbedaan prevalensi yang cukup besar dengan kisaran 17,5% di Kabupaten Lubuk Linggau - 43, 1 % di Kabupaten Muara Enim. Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai Stroke, prevalensi Stroke di Sumatera Selatan adalah 7 per 1 QOO penduduk. Kabupaten Musi Banyuasin mempunyai prevalensi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya.
•
Prevalensi penyakit Asma di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 1,5% dan berdasarkan gelaja dan atau diagnosis tenaga kesehatan adalah 2, 1 %. Menurut Kabupaten/Kota prevalensi asma berdasarkan diagnosis berkisar antara 0,2% - 3, 1 % dan berdasarkan diagnosis dan atau gejala dalam rentang 0,9% - 4, 7.% dengan angka tertinggi di Kabupaten Musi Rawas dan terendah di Palembang.
•
Prevalensi penyakit Jantung di· f>rovinsi Sumatera Selatan berdasark'an diagnosis tenaga kesehatan adalah 0,8% dan berdasarkan gelaja dan atau diagnosis tenaga kesehatan adalah 5%. Menurut· Kabupaten/Kota prevalensi Jantung berdasarkan diagnosis berkisar antara 0,3% - 1, 7% dan berdasarkan diagnosis dan atau gejala dalam rentang 1 % - 12, 1 % dengan angka tertinggi di Kabupaten Musi Banyuasin dan terendah di Ogan Komering Ulu.
•
Prevalensi penyakit Diabetes di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 4%o dan berdasarkan gelaja dan atau diagnosis tenaga kesehatan adalah 6%0. Menurut Kabupaten/Kota prevalensi Diabetes berdasarkan diagnosis berkisar antara 1o/oo - 10%o dan berdasarkan diagnosis dan atau gejala dalam rentang 1%o - 15%0 dengan angka tertinggi di Kabupaten Musi Banyuasin.
•
Dalam Riskesdas tahun 2007 Prevalensi penyakit Tumor hanya didasarkan pada diagnosis oleh tenaga kesehatan. Di Provinsi Sumatera Selatan prevalensi tumor
210
,r
sebesar' 2%o. 'Menurut~'Kabupaten/Kota -denqan'anqka tertinggl di Palernb'ang. •
prevalensi tumor berkisar antara 1%o - 7%o
~ ( •!}.. ' ~ '1 c Prevalensi 9.~ng9uan jiw?. berat di Provins! Sumatra: Selatan .adalah 1 % (kisaran O 3%), ~ertinggi di M1;1si Banyuasin: tefdagat harnplr dl ~~imua kabupaten/kota, kecuali Oga,n Komering Ulu dan Ogan Kom'erib,9 llir. Prevalensl buta warna 1,2%:(kisaran 0, 1 3,9%), tertinggi di Musi Bahyuasin, diikuti Musi 'Rawas dan 'Muara Enim, namun tidak terdapat di Lahat, Banyuasin,OKL> Timur dan Lubuk Linggau.Preva1ensi glaucoma di Surnatera Selatan adalah 0,8%, Bibir"Sumlling 1,1%, Thallasemia 0,4% dan-Hemoflli 6,3 {%0). Prevalensi Dermatitis dan Rhinitis' di Provinsi Sllmatera Selatan rnasinq-masinq adalah-5,4% dan 3,1% dengan kisaran 0,9% - 1.6,4%·dan kisaran 0% - 9,5%. Masingmasing·terbanyak di Prabumulih, sedangkan Rhinitis tidak diternukan.dl Ogan Komering Ulu dan OKU· Timur.
Gangguan Mental Emosional Kesehatan mental dinilai:..dengan Self Reporting Questionnaire (SRQ),yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan SRQ diberikan kepada anqqota rumah 'tanqqa (ART) yang berusia ~ 15 tahun. SRQ memiliki keterbatasan karena hanya mengungkap status emosional indiyidu sesaat (± 2 minggu) dan tidak dirancang untuk diagnostik gang.guan jiwa secara spesifik. Di Provinsi Sumatera Selatan nilai batas pisah rata-rata 6,3%. Sedangkan menurut kabupaten/kota nilai batas pisah ini bervariasi antara 3, 1 % - 12,4%, denqan nilai tertinggi di Palembang dan P,rabumulih sedangkan terendah di Lubuk Lingg~u dan Ogan Komering Ulu. prevalensi teringgi diterrrukan pada-kelornpok usia > i5 tahun. Hai ini dimungkinkan oleh karena pada kelompok lanjut usia banyak mengalami masalah gangguan kesehatan fisik yang dapat rnempenqaruhi' kesehatan mental emosional. Kelompok wanita lebih banyak yang menqalarni 'gangguan mental errtosional -dibandinqkan lakl-laki. Berdasarkan pendidikan, tampak bahwa kerentanan terhadap gangguan mental emosional dipengaruhhi oleh tingkat pendldikan. Semakin rendah tingkat- pendidikan, semakin musJfJh seseorang mengalami gangguan_ mental emosional: Berdasarkan jenls pekerjaan .• tarnpak bahwa tidak bekerja mer-upakan kelompok yang tertinggi mengalami gangguan mental ernosional. Gangguan. ernosional cenderung tidak dipengaruhi oleh lokasi tempat tinggal mauoun tingkat pengeluaran ·
Penyakit Mata •
Sebaran proporsi low vision penduduk usia > 5 tahun rnenurut kabuapten/kota di Provinsi Surnatera Selatan berkisar antara 0%· (Lubuk Linggau) - 13,9% (Lahat) sedangkan keputaan berkisar 0% (OKU Selatan" dan OKU' Jimur) - '1, 7% (Ogan llir).l?roporsi (ow vision makin meninqkat sesuai perfambaharr usia dan'rneninqkat tajam -pada.kisaran usla 45 tahun keatas, sedanqkan proporsi kebutaan rnenlnqkat tajam pada golongan -usla 55 tahun keatas. Dalarn tabel yang sama tarnpak pula bahwa proporsi low vision dan kebutaan pada perempuan cenderunq lebih tinggi diband(ng laki-laki. Proporsi low vision dan ,kebutaSln pada pendudl!k berpand!i;ig terbalik dengan tingkat pendidikan, makin J~ndah tingkat pend,i,c,1i,kan rnakln tinggi propotsinya, sementara itu sebaran terbesar jug a berada pada -kelornpok penduduk yang tidak, bekerja. Proporsi low vision dan kebutaan sedikit lebih tinggi dl daerah perdesaan dibanding perkotaan, tetapi terdistribusi ham~ir merata di sernua kuiritil.
•
Proporsi penduduk usia ;30, tahun keatas yang pernah' pidiagnosis Ka.tara,k dibanding penduduk yang, rnenqaku l);'lemiliki gejala utama Katarak (penglihatan berkabut dan silau) dalam 12 bulan te~~khir adalah 1 di tlnqkatprovinsi.Hal yang sama juga dapat dilihat pada rnaslnq-masinq kabupaten/kota, l<ecua(r Lahat dan Banyuasin. Menurut kabupaten/kota, Proporsi penderita katarak berdasarkan diagnosis oleh nakes terendah ditemukan di Muara Enim (0,6%) dan yang tertinggi di Lahat (9, 1 %) sedangkan
:p
211
berdasarkan gejala utama katarak terendah ditemukan di OKU Timur (4,9%) dan tertinggi di Musi Banyuasin (28,6%). Proporsi Katarak berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan meningkat sesuai pertambahan usia, cenderung lebih besar pada perempuan dan sedikit lebih besar di daerah pedesaan. Bila dilihat berdasarkan jenjang pendidikan, proporsi lebih besar pada penduduk dengan latar pendidikan 6 tahun atau kurang dan pada kelompok penduduk yang tidak bekerja. Proporsi penderita katarak berdasarkan diagnosis lebih tinggi pada kelompok kuintil 4 dan terendah ditemukan pada kuintil 1. •
Proporsi operasi Katarak dalam 12 bulan terakhir terhadap penderita Katarak usia ;::: 30 tahun keatas di tingkat provinsi adalah sebesar 12,6%, dengan kisaran terendah di Banyuasin (4,5%) dan tertinggi di Palembang (34,4%), tidak ada operasi katarak di Muarenim, OKU Selatan dan OKU Timur. Pemakaian kacamata pasca operasi katarak di tingkat provinsi adalah sebesar 57,8 % dengan proporsi 100 % berkacamata pasaca operasi pada Kabupaten OKI, Mura, dan Banyuasin dan tidak memakai kacamata pasca operasi terdapat di Kabupaten OKU, Pagar Alam dan Lubuk Linggau. , proporsi operasi katarak lebih besar pada kelompok umur 55 tahun keatas dan kelompok umur 30-34 tahun. Proporsi operasi katarak pada laki-laki menurut tabel di atas, cenderung lebih rendah dibandingkan pada perempuan dengan selisih sedikit, hal ini sesuai dengan proporsi diagnosis kaiarak oieh nakes pada iaki-iaki yang iebih kecii juga. Proporsi operasi katarak lebih besar pada kelompok penduduk dengan latar pendidikan tinggi, kelompok pekerjaan ibu rumah tangga dan lokasi di daerah perkotaan.
Kesehatan Gigi Untuk mencapai target pencapaian pe!ayanan kesehatan gigi 2010, telah dilakukan berbaqai program, baik promotif, preventif, protektif, kuratif maupun rehabi!itatif. Berbagai indikator dan target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12 tahun rnempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi; penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M=O); penduduk umur 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%, dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi (edentulous) :52%; penduduk umur 65 tahun ke atas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi :55%. •
Prevalensi penduduk Provnsi Sumatera Selatan yang mempunyai masalah gigi-mulut dalam 12 bu Ian terakhir adalah 16,8% dan terdapat 1, 1 % penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Dari penduduk yang mempunyai masalah gigi-mulut terdapat 27,6% yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. Semakin tinggi umur, semakin meningkat prevalensi masalah gigi-mulut dan hilangnya seluruh gigi asli , terkecuali untuk kelompok umur 55 tahun prevalensi masalah gigimulut menurun kembali. Prevalensi masalah gigi-mulut dan yang menerima perawatan/pengobatan gigi sedikit lebih tinggi pada perempuan prevalensi masalah gigi dan mulut sedikit lebih tinggi di perkotaan, sedangkan prevalensi penduduk yang menerima perawatan/pengobatan gigi di perdesaan lebih rendah. Prevalensi penduduk untuk kehilangan seluruh gigi asli tidak ada perbedaan di perkotaan maupun di perdesaan.Prevalensi masalah gigi-mulut dan hilangnya seluruh gigi asli tidak menunjukkan hubungan dengan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga, semakin besar persentase penduduk yang menerima perawatan/pengobatan gigi.
•
Jenis perawatan yang paling banyak diterima penduduk yang mengalami masalah gigimulut, yaitu 'pengobatan' (87,2%), disusul 'penambalan/pencabutan/bedah gigi' (40,5%). Konseling perawatan/ kebersihan gigi (16, 1 %)dan pemasangan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat (9,6%). Semakin meningkat umur, semakin besar persentase yang melakukan penambalan/pencabutan/bedah gigi dan pemasangan gigi tiruan lepasan/gigi tiruan cekat. Pemasangan gigi tiruan sudah ditemui pada kelompok
212
berdasarkan gejala utama katarak terendah ditemukan di OKU Timur (4,9%) dan tertinggi di- Musi Banyuasin (28,6%)_, Proporsl Katar~J~. berdasarkan diaqnosls oleh tenaga kesehatan meningkat sesuai pertambahan .usia, cenderunq lebih besar pada perempuan dan sedikit lebih besar di daerah pedesaan. Bila dilihat berdasarkan jenjang pendidfkan, proporsi 'leb1h !;)esar pada penduduk dengan latar pendidikan '6 tahun atau kurang dan Rada kelompok:.pendu~uk' yar'IQ tidak bekerja. Proporsi penderita katarak berdasarkan diagnosis 1ebih tinggi pa'da kelompok kuintll 4 dan tererrdarr ditemukan pada kuintil 1. · · · ' ' •
Proporsi operasi Katarak dalam 12 bulan terakhir terhadap penderita Katarak usia ~ 30 tahun keatas di..1ingkat provinsi adalah sebesar 12,6%, dengan klsaran terendah di Banyuasln (4;5%) dan tel'tinggi di Palembang (34,4%), tidak ada .qperasi katarak di Muarenim, OKU.Selatarr-dan OKU Timur. Pemakaian kacarnata pasca operasi katarak di tingkat provinsi adalah sebesar 57 ,8 % dengan pr.oporsi 100 % berkacarnata pasaca operasi pada Kabupaten OKI, Mura, dan Banyuasin dan tidak memakai kacamata pasca operasi terdapat di Kabupaten OKU, Paqar Alam dan Lubuk Linggau .. , proporsl operasi katarak lebih. besar pada kelornpok umur 55 ~ahun keatas dan kejornpok umur 30-:34 tahun. Proporsi operasi katarak pada laki-laki menurut tabel di atas, cenderung lebih rendah dibandingkan· pada perempuan dengan selisih sedikit, hat ini sesuai dengan proporsi diaqnosis katarak oieh nakes pada lakj-laki yang lebih ~ecii juga. Proporsi operasi katarak lebih besar pada kelornpok penduduk denqan latar pendidikan tinggi, kelompok pekerjaan ibu rumah tangga dan lokasi di daerah perkotaan.
Kesehatan Gigi Untuk mencapai target pencapalan pelayanan kesehatan gigi 2010, telah dilakukan eerbagai proqrarrt, baik promotif, preventif, protektif, kuratif maupun rehabi!itatif. Berbagai indlkator dan target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi jindeks DMF-T) sebesar ~ (satu) gigi; penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M=O); penduduk umur 35-44 tahtm memiliki minimal 20 gigi berfupqsi sebesar 90%, dan penduduk urnur- 35-44 tanpa gigi (edentulous'j s2%; penduduk umur- 65. tahun ke atas masih mempunyai gigi berfunqsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi s5%. •
Prevalensi penduduk Provnsi Sumatera S,elatan yang mernpunyal masalah gigi-mulut dalam 12 ·bulan terakhir adalah 16,8% dan terdapat 1~1% penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Dari penduduk yang mempunyai masalah gigi-mulut terdapat 27 ,6% yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. Sernakin tinggi umur, semakin meningkat prevalensi masatah gigi-mulut dan hilangnya seluruh gigi asli , terkecuali untuk kelompok umur 55 tahun prevalensi masalah gigimulut menarua kembafi. Prevalensi masalah gigi-niulut dan yang menerima ·perawatan/pengobatan gigi' sedlklt lebih tinggi 'pada perempuan prevalensi masalah gigi dan mulut sedikit lebih tinggi di' perkotaan, sedangkan prevalensi penduduk yang menerima perawatan/penqobatari gigi di-perdesaan lebih rendah.- Prevalensl penduduk urituk kehilangan seluruh gigi 'ctsli tidak ada perbedaan di perkotaan maupun di perdesaan.Prevalensi inasalah gigi-mulut dan hilangnya selutuh gigi· asli tidak menunjukkan- hubunqan penyan Jingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Ada kecenderungan sernakin tinggi tin~kat pengeluaran rurnah taflgga, semakin besar persenfase penduduk yang menerima perawatanrpenqobatan gfgi.
•
Jenis perawatan yang paling banyak diterima penduduk yang mengalami masalah gigimulut, yaitu 'pengobatan' (87,2%), disusul 'penambalan/pencabutan/bedah gigi' (40,5%). konseling perawatan/ kebersihan' gigi (16, 1 o/?)d.an pemasangan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat (9,6%). Sernakin meningkat umur, semakin besar persentase yang rnelakukah penambatanrpencabutanzbedab-qiqi dan pemasangan gigi tiruah lepasan/g[gi tirua'rr cekat. Pernasanqan ~igi tiruan sudah 'C1itemui pada. kelompok
212
'· umuranak''sekblah, 'dan mulai umur·:S5·tahun Ike atas persentase yang melakukan ·pemas·angan'gigi tiruafl.lnenunjukkan:'peningkatan. r. "' j
•
,,
~
r-
.....
Sebagian besar (95,f%) penduduk umur 1'0 iahµn·~~e, atas mernpunyal kebiasaan menggosok gigi -setiap hari. Persentase pencjuduk yang rnempunyal kebiasaan menggosok gi~i setiap hari menqalarnl penurunarr'seirinq dengan bertambahnya umur, ketu~li pada 'kelompok umur rn-14 .tahun, Sedangkan menurut jenls kelamin pada perernpuan lebih tihggi darl laki-laki. ·1 I
•
"j
I
ei
Menurut tipe daerah, persentase penduduk menggosok gigi, setiap hari lebih tinggi di perkotaan.Ada kecenderungan semakin tinggL tin.Qkat pengeluaran rumah tangga semakin ting.gi penduduJ< yang, berpedlaku benar dalam ir}en.ggosok gigi._ Dalam hal waktu menggosok gi~i, secara urnum, terdapat kecendenmqan penurunan.persentase waktu menggosok gigi seiring denga11;;S1engan peni6gkatan urnur, terutarna mural umur 15 tahun ke atas. Persentase penduduk nienggosok gigi saat sesudah rnakan pagi dan sebelum tidur malam lebih tinggi' pada perempuan dibandingkaq laki-laki, terutarna di perkotaan. Begitu pula menurut tingkat penqeliiaran rurriah tangga, persentase penduduk menggosok gigi saat mandi pagi dan atau, sore dan sebelurn .tidur malam mnengalami peningkatan seiring dengan peninqkatan' pengeluaran rumah tangga per kapita.
•
Penduduk yangrberperilaku benar menggosok gigi. masih sangat rendah, yaitu 6,7%. Kabupaten/kota dengan persentase penduduk lebih tinggi dari angka Provlnsi Sumatera Selatan dalam berperilaku benar menggosok gigi adalah Banyuasin (1-3,9%), Prabumulth ~12,7%), Lahat (12,0%), Musi-Banyuasin dan Palembang (masjng-masing 10,5%) dan terendah di Musi Rawas (2,2%), Mirara Enim (2,4%) dan OKU Selatan t2,9%). Persentase penduduk berperilaku benar dalarn menggosok gigi mengalami penurunan seiring dengan peningkatan urnur, terutama.mulal umur 25 tahun ke atas. ·Sedangkan menurut jenis kelamin, persentasa perilaku benar dalam menggosok gigi lebih tinggi pada perempuan dibaodingkan dengan laki-laki. Begitu pula menurut tipe daerah, persentase penduduk berperilaku benar menggosok gigi lebih tinggi di perkotaan •
•
Rata-rata kerusakan gigi pada penduduk di Provinsi Sumatera Selatan buah gigi per orang. Komponen yang terbesar adalah gigi dicabut/M-T sebesar 3,§ dapat dikatakan rata-rata penduduk Indonesia mempunyai 4 gigi yang· sudah dicabut atau indikasi pencabutan, -lndeks DMF!.T rnenurut umur .rhenujukkan ,j'umlah' kerusakan gigi meninqkat seiring denqan-penlngkatan umur. :Paa~ kelompok umur 35-44-tci.hun DMF-T tinggi (4,6), bahkarrpada kelompok-urnur di atas 65 tahun DMF-1 sudah rnenjadi 17,0 yang berarti ~erusakii'n ~(!j~i rata-rata 17 ,o buah pen orang. Babkan kornponen yang terbesa'r adalal1 M-T (rata-rata'qiqidlcabut) sebessr 16,1' per·oran'g.,DMF-T lebih tinggi pada perempuan dan di perdesaan. Sedangkan m1:lnurut tingkat "pengeluaran rumah tangga, DMF-T relatif sama pada kelornpok penduduk denga,n tingkat penqeluaran rumah,Jangga.ygr;ig·paling rendah-danwanq paling tinggi (kuintil-f- dan kuintil-5).
•
Prevalensi karies 'sebesar 51,0%' dan yang mempuhyai pehgalaman karies sebesar 71 ;2o;J. Terdapat' ernpat kabupaten/kota, dengan prevalensf penqalaman karies lebih tinggtdaripada prevalensr Provinsr Sumatera Selatan yaitu Muara Enim (56,2%), Musi Banyuasin (5S,6%), o·Ku Selafan (51,7%·, Prabumulih (52,7%). Prevalensi karies meningkat sampai umur 35-44 tahun dan menurun kembali pada umur 65 tahun ke atas. ~·
•
PTI (motivasl seseolanq untuk menumpatkan giglnya Yang berlub'ang dalam upaya mernpertaharrkari gigi' fetap) sanqat: rendah hanya" 1, 1 %, sedanqkan RTI· (besarnya kernsakan yang belum dita,ngani dan memerlukan penurnpatan/pencabutan) sebesar 21,5%. Menurut umur, persentase RTI mulai umur 15 tahun cenderund menurun seiring meningkatnya umur, sedangkan nilai PTI meningkat sampai pada umur 18
o
213
tahun, untuk selanjutnya menurun. Sedangkan menurut jenis kelamin, RTI pada laki-laki lebih tinggi, persentase Pl] tidak.be'rbeda pada-laki-laklmaupun perempuan.Nilai PTI di perkotaan tiga kali lebih tinggi dibandjng~n dj. perdesaan,. sedangkan nilai RTI lebih tinggi di perkotaan, sema,kin tinggi status ekonomi .semakin baik motivasi pendudllk untuk merawat kesehatan ~iginya. · · ' ~
•
Jo
1. ~
f
Oi Provinsi Sumatera:selatan- 91,3% pendudt.ik umur 12 tahun ke atas memiliki fungsi normal gigi (mempunyai minimal 20 gigi berfungsi). Proporsl edeQtU[QL!~ atau hilang seluruh gigi sebesar 1,5%. Secara umum 9,6% penduduk telah memakai protesa atau gigi tiruan lepas atau gigi tiruan cekat Tampak psrsentase responden umur 35 - 44 'tahun dengan fungsi gigi normal'sebesar 94,9%, lebih tinggi dari 'targel WHO 2010 (90%) Sedangkan pada usia 65 tahun ke atas h'ahya 45,6%,· masih jauh di' bawah target yvHo (75%). "Perse~tas.e edenuuous penduduk' umur 65 taliun ke atas sebesar 17,6%, jauh lebih ~inggi dari target WHO· (5%). Edentulous leblh banyak dijumpai pada perernpuan dan lebih tinggi di perdesaan. Tetapi rnenurut tingkat pengeluaran rurnah tanqqa, ful)psi, normal gigi -dan edentulous tersebar merata pada sernua tingkat penqeluaran rumah tangga.
Cedera dan Dlsablfltas. Ced era Data cedera diperoleh berdasarkan wawancara kepada responden semua umur tentang riwayat cedera dalam 12 Bulan terakhir. Cedera didefinisikan sebagai kecelakaan dan peristiwa yang sampai membuat kegiatan sehari-hari responden menjadi terganggu. Pembagian katagori bagian tubuh yang terkena cedera dldasarkari pada klasifikasidari ICD1 O (International Classification Diseases} yang mana dikelompokkan ke dalam 1 O kelompok yaltu baqian kepala; leher; dada; perut dan sekitarnya (perut,punggung, panggul); bahu dan sekitarnya (bahu dan lengan atas): silUJ -dan sekitarnya (siku dan lengan bawah); pergelangan tangan dan tangah; lutut dan tungkai bawah; tumit dan kaki. Responden pada urrfumnya mengalami cedesa dibeberapa bagian tubuh (multiple injury). •
Prevalensi teri:lnggi untuk cedera di Sumatera Selatan adalah Ogan Komering llir (10, 1 %), terendah OKU Timur (1,5%).Sementara untuk urutan penyebab cedera terbanyak jatuh (51 ;4%), kecelakaan transportasi di darat (33,0%) dan tefluka benda tajam/tumpliH23,6%) '-
,•
Menurut kelornpok umur, per'lyebab cedera karena-jatuh tertinggi pada kelompok umur 75 tahun keatas (92,9%),t~renpa,h pada _umur 15-24 ta~un (35, 1 %}. Penyebab cedera karena kecelakaan transportasi di .darat tertinggi pada kelompok .umur 15-24 tahun (54,,9%), terendah umur 1-4 tahun(4,7%) .. Penyebab' ceders' .k'ar~na terluka benda taiarretumpul y~ng menduduki peri'ngkat. tertinggi 'kelompok umur adalah 4~-54 tahun (36,2%) darj terendah ,Yl])W 75tah1:1n..(7,1 %).
•
Prevalensi cedera berdasarkan pembagian kelompok jenis kelamin, tampak bahwa kejadiah cedera leblh tihggi pada lakl-lakl (5,6%). Cedera.yang 'disebabkan-oleh jatuh' leoih sering pada perempuan (60 4%). -Cedera yang disebabkan oleh kecelakaan transportasi di darat l~bih tinggi pada laki-laki q?,40/p)."Cedera yan'g disebabkan oleh ~erluka benda ,tajaml\Urf1pUI hampir sama pada laki1-laki dan pere!llpuan. Penyebab ceders yang- hanya ditemukan pada perempuan yaitu ditembak, bencana alam dan usaha bunuh diri.
•
Prevalensi cedera berdasarkan pembagian kelompok pendidikan , terlihat kejadian cedera, paling tiriggi pac;la kelompok tidak tamat S.D ·(5,4%)' dan tamat .SMP (5,3%). Cede'rfl· ya~g ,disebabk~ri karena ,jatuh tertiriggi pada kelornpok tidak sekolah (73,5%), terendah, tarnat SM}\ (33,~%), Cedera yang disebabkan karena kecelakaan transportasl di .darat tertingg_i pada kelompok tamat SMA (53,8%), terendah tidak sekolah (8,8%).
214
Cedera yang disebabkan karena terluka benda tajam/tumpul t~rtioggi pada kelompok tidak sekolah (32,4%), terendah tamat SMA (23;3%) .
.
•
Prevalensi .cedera berdasarkan pembaqlan .kelomP.ok pekerjaan, terllhat kejadian cedera p~ling tinggi pada kelompok dengc!f'l pekerjaari sekolah (5,4°(o), terendah mengurus RT (2,6%). Cedera yang disebabkan karena jatuh tertinggi pada kelompok dengan pekerjaan -sekolah, (56,4%),. terendah pekeriaan lainnya. (29,0%). <::;edera yang .disebabkan karena kecelakaan transportasi di darat tertinggr pada kelompok dengan pekerjaan wiraswasta (52,8%), terendah mengurus RT (25,9%). Cedera yang disebabkan karena terluka benda tajam/tumpul tertinggi pada kelompok dengan pekerjaan petani/nelayan/buruh (35,5%), terendah pekerjaan lainnya (9,7%),
•
Prevalensi cedera berdasarkan pembagian kelompok ternpat tinggal dan tingkat penqeluaran perkaptta, terflhat kejadian cedera lebih tinggi di desa dan terendah pada tingkat pengeluarap perkapita paling tiriggi (kuintil 5). Cedera yang disebabkan karena jatuh lebih tinggi di desa ,terbanyak pada tingkat penqeluaran perkapita paling rendah (kuintil 1 ). Cedera yang disebabkari karena kecelakaah • transportasi di darat lebih tinggi di kota dan meningkat seiring dengan peningkatan pengeluaran perkaplta, Cedera yang disebabkan karena terluka benda tajam/tumpul lebih tinggi di desa, terendah pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).
•
Prevalensi tertinggi bagian tubuh yang terkena cedera berdasarkan kabupaten di Sumatera Selatan tampak adalah sebagai berikut: bagian kepala di kabupaten Lahat (32,0%), bagian leher di kabupaten Ogan Komering llir (3,4%), bagian dada di kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (12, 1 %),, bagian perut/punggung/panggul di kabupaten Musi Rawas (16,1%), bagian bahu/lengan atas di kabupaten Pagar Alam (23,5%), bagian siku/lengan bawah di kabupatenlahat (32,0%), bagian pergelangan tangan dan tangan di kabupaten Muara Enim (55,8%), bagian pinggul/tungkai atas di kabupaten Banyuasin (13,4%) ,bagian iutut dan tungkai bawah di kabupaten Ogan llir (48,9%), bagian tumut dan kaki di kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (51,5%).
•
cedera untuk bagian kepala tertinggi pada kelompok : umur dibawah 1 tahun dan 1-4 tahun, laki-laki , meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan, tidak bekerja , di kota dan tertinggi pada tingkat pengeluaran per'kapita' tertinggi (kuintil 5)., Cedera pada bagian leher ,tertinggi pada kelompok : umur diatas 75 tahuri, perempuan, tidak sekolah, wiraswasta tetapi untuk di kota dan.didesa sama dan tidak ditemukan adanya pengaruh tingkat pengeluaran perkapita. Cedera pada bagian dada paling banyak pada kelompok : umur .35-44 tahun, laki-laki, tamat SMP, ..wiraswasta, di kota dan tidak ditemukan adanya pengaruh tinqkat pengeluaran perkapita. · Cedera pada bagian perut/punggung/panggul paling tinggi untuk kelompok : umur dibawah 1 tahun, lakilak,tidak sekolah, pekerjaan lainnya,di kota dan tidak ditemukan adanya pengaruh tingkat pengeluaran perkapita. Cedera pada bagian bahu/lengan atas tertinggi pada kelompok: umur 15-24 tahun, laki-laki, tamat SMA, pekerjaan lainnya, dikota dan tingkat penqeluaran perkapita tertinggi (kuintil· 5),. Cedera pada bagia11 siku/lengan bawah tertinggi pada kelompok : umur diatas 'Z5 tahun, laki-laki, tamat SMA, pegawai (negri, swasta, POLRI), di kota dan tidak ditemukan adanya pengaruh tingkat pengeluaran perkapita.Cedera pada bagian pergelangpn tangan dan tangan tertinggi pada kelompok : 25-34 tahun,,laki-iaki, di kota, tidak tamat SD, petani/nelayan/buruh dan terendah pada tipgkat pengeluaran perkaplta tertinggi (kuintil 5). Cedera pada bagian pinggul/tungkai atas tertinggi pada kelornpok :, umur 75 tahun keatas dan 65-74 tahun,perempuan, tldak. sekolah, tidak bekerja,di . kota dan tldak ditemukan adanya pengaruh tingkat pengeluaran perkapita. Cedera pada bagian lutut dan tungkai bawah tertinggi pada kelompok : umur diatas 75 tahun, lakl-laki, tidak tamat SD, sekolah,di desa dan meningkat seiring dengan peningkatan tingkat pengeluaran perkapita . Cedera pada bagian tumit dan kaki tertinggi pada kelompok : umur 55-64 tahun, perempuan, tamat SMA, wiraswasta, di kota dan pada tingkat pengeluaran perkapita terkecil (kuintil 1 ). 215
•
Prevalensi tertinggi jenis cedera di Sumatera Selatan yaitu Iuka lecet (46,2%), Iuka terbuka (30,8%) dan benturan (29,2o/o). Untuk masing - masing [enis.cedera prevalensi tertinggi menurut kabupaten yaitu benturan 54,5% di O~U Timur), Iuka lecet OKU Selatan (73,9%), Iuka terbuka (Muara Enim (47,3%), Iuka bakar ( OKU Timur 6,1 %), terkilir ( OKU Timur 45,5%), patah.tulanq (Mu$i Rawas18,9%),.anggota gerak terputus (Musi Rawas 4, 7% ),"keracunan Pagar Alam '3;0%) dan untuk lairtn~a "Ogan llir (22,3%).
•
Untuk jenis cedera behturan tettir:iggi pada kelompok: umur 65-74 tahun dan 75 tahun ke atas, laki-laki, tidak sekolah, wiraswasta,di desa dan pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).Jenis cedera Iuka lecet tertinggi pada kelompok : umur 75 tahun keatas, laki-laki, tamat SMP, wiraswasta, di kota dan pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).Jenis cedera Iuka terbuka tertinggi pada kelompok : umur 25-34 tahun, laki-laki, tamat SMP, petani/nela'yan/buruh,di desa. dan terendah pada tingkatpengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5). Jenis cedera Iuka bakar tertinggi pada kelornpok : dibawah 1 tahun,laki-laki, tarnat SMA, wiraswasta,dikota dan tidak ada pengaruh daf tingkat pengeluaran perkapita. Jenis cedera terkilir/teregang tertinggi pada kelompok : umur 55-64 tahun, perernpuan, tamat Perguruan Tinggi, pekerjaan lainnya, di kota dan pada tingkat psnqeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5). Patah tulang tertinggi pada kelompok : umur 45-54 tahun, laki-laki, tamat SMA, wiraswasta, di desa dan pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5). Jenis cedera anggota gerak terputus tertinggi pada kelompok : umur 15-24 tahun, laki-laki, tamat SD, pekerjaan lainnnya, di desa dan terendah pada tingkat pengeluaran perkapita terkecil (kuintil 1 ). Jenis cedera keracunan tertinggi pada kelompok : umur dibawah 1 tahun,lakilaki, tidak tamat SD, pegawai (negri, swasta, POLRI), di desa dan terendah pada tingkat pengeluaran perkapita terkecil (kuintil 1 ). Jenis cedera lainnya tertinggi pada kelornpok : umur dibawah- 1 tahun, perempuan, tamat Perguruan Tinggi keatas pekerjaan sekolah, dikota dan pada tingkat pengeluaran perkapita terendah (kuintil 1} dan tertinggi (kuintil 5).
Disabilitas Status disabJlitas dikumpulkan dari kelornpok penduduk umur 15 tahun ke atas berdasarkan pertanyaan yang dikembangkan oleh WHO ,dalam International Classification of Functioning, Disability and Hea/th (ICF). Responden diajak untuk menilai kondisi dirinya dalam satu bulan terakhir dengan 111enggunakan 20 pertanyaan inti dan 3 pertanyaan tambahan untuk mengetahui seberapa bermasalah disabilitas y~mg dialami responden, sehingga memerlukan bantuan orang lain, •
Tentang status stabilitas penduduk di Provinsi Sumatera Selatan yang berumur> 15 tahun tampak bahwa presentase melihat jarak jauh (20 m) dengan kualitas sangat baik sebesar 81,9%, baik 9,5%, cukup 6,3%, buruk 2,1% dan sangat buruk 0,3%. Presentase melihat jarak dekat (30 cm) dengan kualitas sangat balk 82,9%, baik 9,2%, cukup 5,9%, buruk 1, 7% dan sangat buruk 0)%. Mendenqar suara normal dalam ruanqan denqan kualitas sangat baik 86,4%, baik 8,0o/o, cukiip 4 ,5%, 'buruk 1,0%, dan sangat buruk 0,2%. Mendengar orang bicara dalam ruang 'sunyi deng'an kualitas sangat baik 87,3%, baik ·7,4%, cukup 4,3%, buruk 0,8%, dan sangat 'buruk 0,1%. Merasa nyeri/rasa tidak nyaman dengan kualitas sangat baik 84 ,4%, baik·~.7%, cukup 5,8%, buruk 1,0%t dan sangat buruk 0,2°/o. Nafas pendek setelah lafihan ringan dengan kualitas sangat baik 84,So/o, baik 8,9%, cukup 5, 1 %, buruk 1,3%, dan sangat buruk 0,3%. Batuk/bersin selarna 1 O rnenit tiap serangan dengan· kualitas sangat baik 88,0%, baik 7,6%, cukup 3,8%, buruk 0,4%, dan sangat buruk 0, 1 %. Mengalanii gangguan tidur dengan kualitas sangat baik 84,4%, baik 9,3%, cukup 5,3%, buruk 0,9%, dan sangat buruk 0,1%. Masalah kesehatan mempengaruhi emosi dengan kualltas sangat baik 87 ,9%, baik 7,4%, cukup 4,1%, buruk 0,5%, dan sangat buruk 0,1%. Kesulitan berdiri selama 30 inenit dengan kualitas sangat baik 87,4%, 15aik 6,9%, cukup 4,4%, buruk 1,0%, dan sangat buruk 0,2%. Kesulitan berjalan jauh (1 km) dengan kua!itas
216
sangat baik 83,6%, baik 8,4..%, cukup 5,5%, buruk 2,0%, "Clan -sanqat buruk 0,5%. Kesulltan memusatkan pikiran ·10 rnenlt kualitas sanqat-balk 84,5%, baik 9,7%, cukup
4,7%,-baik 0,9%. dan sangat buruk 0, 1%. Membersihkanseluruh tubuh dengan kualitas " f sangat baik 91,3%, baik 5,6%, cukup 2,4%, ~uruk_ 0,,5%, dan sanqat buruk 0,2%. Mengenakan pakaian kuatlitas sandat ,bail< 91 ,7°(o, balk .5,3%, cukup 2,4%, buruk 0,4%,dan sangat buruk 0,2°/o. Mengerjakan pekerjaan sehari-hari dengan kualitas sangat ~aik, 89,4,%, baik 6, 1 o/~, cukup 3 ,3%, t;>,urul'< 0,9% dan sanqat buruk 0,3%. Paham pembicaraan .orang laln dengan' kualitas sanqarbalk 88,8%, baik"6, 7%, cukup 3,7%, buruk 0,6%, dan sangat bunlk ,0,2%. Berga,ul dengan orang asirtg dengan kualitas sanagat baik 86,3%, baik 7,9%, cukup ~;7%, buruk 0,9%, dan sangat buruk 0,2%. 'Memelihara persahabatan denqan kualitas sanqat balk 87,2%, baik 7,4%, cukup 4,3%, buruk 0,8%, dan sangat buruk 0,3%. Melakukan pekerjaan/tanggungjawabdengan kualitas sanqat-baik 87,3%, baik 7,0%, cukup 4,3%, buruk 1, 1 %, dan sangat buruk 0,3%. Berperan di kegiatan kemasyarakatan kualitas sangat baik 85,5 %, baik 7,7%, cukup 5,2%, buruk 1,1%, dan sangat buruk 0,4%. t
t.
"'
..
•
Persentase status disabilitas kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi masalah sebesar 4,9% sementara yang tidak masalah sebesar 94,3%. Di kabupaten Ogan Komering llir status disabilitas yang sangat masa!ah sebesar 2,3%, yang merupakan rnasalah sebesar 14,0% dan tidak masalah sebesar 83,6%. Di kabupaten Muara Enim status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 3,1%, masalah 17,4% dan tidak merupakan-rnasalahsebesar 79,5%. Qi kabupaten t.ahat status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 1,8%, masalah 19,8% dan tidak merupakan masalah sebesar 78,5%. Di kabupaten Musi Rawas status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 1,4%, masalah 16,5% dan tidak rnerupakan masalah sebesar 82, 1 %. Di kabupaten Musi Banyuasin.status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 2,8%, masalah 17,5% dan tidak merupakan masalah sebesar 79,7%. Di kabupaten Banyuasin status disabilitas yang r;nenjadi sangat masalah sebesar 2,9%, masalah 8,7% dan tidak merupakan masalah sebesar 88,4%. Di kabupaten OKU Selatan status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 2,3%, masalah 17,4% dan tidak merupakan masalah sebesar 80,2%. Di kabupaten OKU Timur status disabllitas yang menjadi sangat masalah sebesar 0,9,%, rnasalah 13 ,9% dan tidak merupakan masalah sebesar 85,2%. Di kabupaten Ogan llir status disabilitas yang rnenjadi sangat masalah sebesar-2,2%, masalah 15,6% dan tidak merupakan masalah sebesar 82, 1 %. Di kabupaten Palembang status disabilitas yang menjadi sangat masaiah sebesar 1,2%, masalah 12,1% dan tidak rnerupakan masalah sebesar 86,7%. Di 'kabupaten Prabumulih status disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar 1·,5%, masalah 17,2% dan tidak merupakan masalah sebesar 81,3%. Di kabupaten Pagar Alam status disabilitas yahg rnenjadi sangat -rnasalah sebesar 1,0%, 'masalah. 31,1 % dan tidak merupakan masalah sebesar 67,9%. Di kabupaten Lubuk Linggau status· disabilitas yang menjadi sangat masalah sebesar o,.go/o, masalah 34,5% dan tidak merupakan masalah sebesar 64 ,6%. Secara umum, persentase status disabilitas di Sumatera Selatan sangat masalah sebesar 2, 1 %, merupakan masalah sebesar 15,5% dan tidak merupakan rnasalah sebesar 82,5%.
•
Berdasarkan 'karakteristik umur tampak bahwa status disabilitas yang merupakan sangat masalah dan rnasalah persenfasenya meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Sebaliknya persentase status disabilitas yang tidak masalah menurun sesuai dengan bertambah_nya umur.
•
Berdasarkanjenis kelamin, persentase status disabilitas sangat masalah dan masalah lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Sebaliknya persentase tidak masalah pada laki-laki lebih tinggi.
•
Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase status disabilitas sangat masalah dan masalah yang paling tinggi tampak pada penduduk dengan pendidikan terendah (tidak sekolah) kemudian menurun sesuai dengan bertambahnyatingkat pendidikan. Namun, 217
persentase meningkat lagi pada penduduk dengan tingkat pendidikan tamat peguruan tinggi. Sebaliknya pada kolom tidak masalah, meningkat seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan tetapi mengalami penurunan pada pendidikan perguruan tinggi. •
'
Berdasarkan pekeriaan, !?ta.tu~ \fisa_billtas sangat rnasalah dan masalah, persentase tertinggi tarnpak pada pe.ndudu~ y_an~ \iaak bekerja. Dan pada kolorl) tidak masalah, tampak penduduk tidak bekerja prevalensi status disqbilitasnya paling rendah.Berdasarkan tempat tinggal,statu~ ekonomi, status disabilitas sangat masalah l~bih ti11ggidi kota sed,angkan status dlsabilltas masalah dan tidak masalah lebih tinggi di desa.Berdasarkan .tingkat penqeluaran perkapita tarnpak bahwa petsentase tertinggi status dlsaoilltas qi l kolom sangat masalah ada pada kuin.til 3. Pada kolom masalah tampak presentase tertinggi pada kuintil 5. Pada kolom Hdak masalah, presentase tertinggi tampak pada kuintil' 1: · ·
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pengetahuan, sikap dan perilaku dalam Riskesdas 2907 ditanyakan kepada penduduk umur 10 tahun ke atas. Pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengao penyakit flu burung dan HIV/AIDS ditanyakan melalui wawancara individu. Demikian juga perilaku higienis yang meliputi pertanyaan mencuci tangan pakai sabun. kebiasaan ·buang air besar, penggunaan tembakau/ perilaku merokok, minum minuman beralkohol, aktivitas fisik, perilaku konsumsi buah dan sayur, dan 'pdla konsumsi makanan berisiko. Untuk mendapatkan persepsi yang sama, pada saat melakukan wawancara mengenai satuan standar miriuman beralkohol, klasifikasi aktivitas fisik, dah porsi konsumsi buah dan sayur, digunakan kartu peraga.
Perilaku Merokok •
di Provinsi Sumatera Selatan persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok tiap hari 25,4%. Persentase tertinggi ditemukan di Lahat (31,5%), diikuti dengan .Musi Rawas (28,4%), sedangkan terendah di Kabupaten Muara Enim dan Lubuk Linggau (20,4%) .. Perilaku rnerokok hampir terjadi pada semua golongan umur, dengan kelornpok terbesar pada golongan 25-64 tahun (rata-rata diatas 30%). Perokok laki-laki (48,4%) 20 kali lebih tinggi dari pada perempuan yang rnerokok (2,2%) Menurut pendidikan, proporsi tertinggi pada penduduk tamat ·SMA (32,6 %), diikuti kelompok tarnat S~P (27,5%). Menurut tempat tinggal, perokok lebih banyak di pedesaan dibanding di _per1
•
Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi perokok saat ini di Provinsi Sumatera Selatan ratarata. diatas 30%,tekecuali untuk Muara Enim (27,8%) dan Prabumulih (27,5%). Prevalensi paling tinggi di Kabupaten Lahat. Sedangkan rata-rata [qrnlah batanq rokok yang dihisap di Provins! ini adalah 12 batang per hari (satu bungkus rokok isi 12 batang). Rerata _i.umlah batang rokok yang dikonsumsi per hari paliog banyak di Kota Pagar Alam (13-14 batang rokok per hari), sedangkan terendah pi Kata-Palembang (910 batang rokok per hari), Dari segi umur, kelompok umur 35-54 tahun mendominasi perokok saat ini. dumlah batang rokok per hari yang dihisap berklsar antara 9-13 batang. Sedangkan laki-laki merupakan perokok saat ini terbesar dlbanding perempuan. Laki-laki mengkonsumsi satu pak rokok isi 12 batang per hari, sedangkan perempuan rata-rata 9 batang. J_enjang pendidikan tamat SMA· merupakan perokok saat ini yang paling 'besar sedangkan kelompok tidak tamat SD merupakan perokok saat ini yang paling kecil, walaupuh rentang perbedaannya tidak terlalu jauh antara terbesar dan terkecil. Jumlah rokok yang dikonsumsi tidak dipengaruhi oleh ]enjang pendidikan. Dari segi daerah di desa lebih banyak yang merokok maupun jumlah rokok yang dihisap.Tidak ada perbedaan angka prevalensi bila dilihat dari tingkat pengeluaran
respondent •
Persentase usia mulai merokok tiap hari di Provinsi Sumatera Selatan untuk umur 1519 tahun menduduki tempat tertinggi, yaitu 38,2%. Untuk kelompok usia muda (5-9
218
tahun), Banyuasin menduduki tempat tertinggi (1,7%). Pada kelompok usia 10-14 tahun usia rnulal merokok'lerbesar setelah-umur-tu tahun (60%), narnun pada golongan umur ini juga mulai rnerokok tiap hari pada usia dibawah' 10 tahun (10%). Terdapat kecenderungan usia rnulat rnerokok tiap hari pada usia yang lebih dini, hal ini dapat dilihat pada R:elompok umur 15-24 tahun yang rnulai rnerokok tlaphari pada umur 15-19 tahun terbesar (56,5%), dan menurun pada kelompok-kelompok umur selanjutnya. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa usia 15-1 ~ tahun adalah usia yang paling rentan dalam perilaku merokok. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin dalam hal usia mulai merokok tiap, dimana baik laki-laki rnaupun perempuan paling banyak memulai merokok tiap hari pada usia 15-19 tahun. Pola yang sama ditunjukkan bifa dilihat pada jenjang pendidikan, jenis pekerjaan, lokasi tempat tinggal dan tingkat pengeluaran. •
Persentase tertinggi usia pertama kali merokok terdapat pada kelompok usia 15-19 tahun (32,4%), disusul usia 20-24 taflun (11,7%). Menurut provinsl, perokok yang mulai merokok pad a usia 15-19 tahun(34, 1 % ) tertinggi dijumpai di Lahatdan .Prabumulih (masing-masing 47,6%). Perokok yang mulai rnerokok .pertarna kali pada usia 10-14 tahun terbanyak di Pagar Alam (21,2%). Sedangkan perokok denqan umur mulai merokok pada umur 5-9 tahun tertinggi di Musi Rawas (3,1%). Pada kelompok usia 1014 tahun usia mu!ai merokok/mengunyah ternbakau terbesar pada umur 5-9 tahun (22%). Terdapat kecenderungan usia mulai merokok/mengunyah tembakau pada usia yang lebih dini,
•
Hampir 90% perokok di Provinsi Sumatra Selatan merokok didalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya. Tertinggi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (97,2%) sedangkan terendah di Kabupaten OKU Timur (75,4%).
•
Jenis rokok yang paling banyak dlminati adalah rokok kretek dengan filter (60,5%), kemudian kretek tanpa filter (46,7%) dan rokok linting ~13, 1 %). sebagian besar penduduk yang berumur antara, 10 - 44 cenderung memilih rokok kretek dengan filter, sedangkan penduduk yang berumur 45 tahun keatas cenderung memilih rokok kretek tanpa filter dan rokok linting. Tampak pula bahwa penduduk-denqan tingkat pendidikan tidak sekolah dan tidak tamat S8 lebih memilih rokok kretek tanpa filter dan rokok linting, sedangkan penduduk denqan tingkat pendidikan ·lebih tinggi akan lebih memilih rokok' kretek dengan filler. Bila dilhat dari tingkat ekonominya, kelompok kuintil 4 dan kuintil 5 lebih menyukai rokok kretek dengan filter, sebatiknya kelompok kuintl 1 sampai dengan 3 leih menyukai rokok kretek tanpa filter dan 'tinting. Secara keseluruhan, rokok kretek filter lebih banyak di korisumsi di Provinsi Sumatera Selatan (60,5%) yang diikuti rokok kretek tanpa filter (46,7%) dan rokok linting (13, 1 %).
Konsumsi Buah dan Sayur Data frekuensi dan porsi asupan sayur dan buah dikumpulkan dengan menghitung jumlah hari konsurnsi datam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari. Penduduk dikategorikan 'cukup' konsumsi sayur dan buah apabila rnakansayur dan/atau buah minimal 5 porsi per hari selama 7 .hari dalarn serninqqu. Dikategorikan 'kurang' apabila konsumsi sayur dan buah kurang darl ketentuan di atas. •
Secara keseluruhan, penduduk umur 1 O tahun ke atas kurang konsumsi buah dan sayur sebesar 97,0%. Kabupaten/kota denqan prevalensi, konsumsi buah dan sayur paling tinggi terdapat di Muara Enim (99,8% ). Sedangkan yang berada di bawah angka ratarata Provinsi Sumatera Selatan yaitu Palembang (96,1%), OKU Timur (93,7%), Pagar Alam (90,1%). Lubuk Linggau (87,30/q), Pada tabel ini kecukupan paling baik pada usia 35 - 44 tahun dengan perbandingan kecukupan lebih baik pada laki-laki daripada perempuan. Berdasarkan pendidikan kecukupan terbanyak pada pendidikan tamat SMA keatas, dan status ekonomi kuintil 4 sampai kuintil 5.
219
Alkohol •
Kabupaten dengan prevalensi konsumsi alkohol satu bulan .terakhir terbesar di Kabupaten Musi Banyuasin ('U3%) dan, diikuti oleh Kabupaten Musi Rawas (7,1%). Betdasarkan konsumsi .alkohol satu tahun terakhir, kabupaten dengan prevalensi konsumsi terbesardi Kabupaten Musi Rawas (9,6%) dan diikuti Musi Banyuasin (8,2%).
Aktifitas Fisik Data aktivitas fisik dikumpulkan dalam seminggu terakhir untuk penduduk 10 tahun ke atas. Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan 'cukup' apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 1 O men it dalam satu kegiatarr tan pa henti dan secara kumu,latif 150 men it selama lima hari dalam satu minggu. •
Sebagian besar-penduduk kurang dalam melakukan aktivitas fisik (73,7%). Penduduk dengan aktifitas cukup yang tertinggi berada di Kabupaten Lubuk Linggau (44,3%), Kabupaten Musi Banyuasin (38,3%) dan Kabupaten Lahat (35,2%). Sedangkan pehduduk kabupaten denqan aktifltas kurang paling tinggi berada di Kabupaten Ogan llir (83,6%) dan OKU Timur (81,3%). yang terbanyak melakukan aktifitas cukup berada pada umur ~ 75 tahun dan 10-14 tahun, perempuan lebih banya aktif dibanding dengan laJ
Flu Burung Data mengenai pengetahuan dan sikap penduduk tentang flu burung dikumpulkan dengan didahului pertanyaan saringan : apakah pernah mendengar tentang flu burung. Untuk penduduk yang pernah mendengar, ditanyakan lebih lanjut pengetahuan tentang penularan dan sikapnya apabila ada unggas yang sakit atau mati mendadak. •
Prevaleosi penduduk di provinsi Sumatera Selatan yang pernah mendengar tentang flu burung 64,7% .Di antara mereka, 49,0% rnerniliki pengetahuan yang benar dan 47,5% memiliki sikap yang benar. persentase yang paling besar di Kabupaten Paqar Alam (8012%) seda,ngkan untuk pengetahuan tentanq pencegahan flu buryng, dan bersikap benar tentang flu bunmg persentase yang paling besar di kabupatenlubuk Linggau (75%).Penduduk yang berumur antara 15 - 24 tahun, yang pernah mendengar tentang flu burung memiliki persentase yang paling besar (67,9%). Begitu juga dengan pengetahuan tentang pencegahan flu burung, kelompok umur ini memiliki persentase yang paling besar (61,0%) demikian juga dengan bersikap benar tentang flu burung (59,2%). Responden laki-laki lebih banyak yang pernah mendengar tentang flu burung, lebih banyak tahu tentang pencegahan flu burung, demikian juga bersikap benar ten,tang flu bunmq dibandingkan perempuan. Semakin tinggi pendidikan semakin baik pengetahuan dan pemahaman serta tindakan penceqahan terhadap flu burunq maupun penanganan terhadap unggas yang dicurigai sebagal penyebab flu burung. Responden yang tinggal di perkotaan, bekerja sebagai PNS/PolWTNl/BUMN dan atau inemiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi cenderung inemiliki pengetahuan dan pemahaman serta tindakan pencegahan terhat!ap flu ourunq maupun penangarian terhadap unggas yang dicurigai sebagai penyebab flu burung lebih baik .
HIV/AIDS •
Penduduk di Provinsi Sumatera Selatan 34,5% sudah pernah mendengar tentang HIV/AIDS; 34,5% di antaranya berpengetahuan benar tentang penularan HIV/AIDS dan 13,9% berpengetahuan benar tentang penceqaharf HIV/AIDS. penduduk yang yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS dan pengeta'hun tentang penularan HIV/AIDS memiliki persentase yang paling besar di kabupaten Banyuasin. penduduk yang
220
I
berumur antara 15 - 24 tahun yang pernatr rnendeogartetttal)g HIV/AIDS memiliki persentase yang paling besar (47,1%). B~gitu juga denqan, pengetahun tentang penularan HIV/AIDS, kelompok'utnurlni rnemillkf'persentase yari~ p~ling besar (47,1%) , pengetahun.tentanq penceqahan HIV/A,D.S (18\7'%}. •.
Prevalensi peliduduk Provinsi Sumatera Se!ataR,. yarig berslkap, 'merahaslakan dan mengucilkan apabila ada ART yang rnenderita HIV/AIDS sebesar 45,6% (masingmasing 40,0% dart 5,6%). Sedangkan melakukan konsellnq dan pengobatan merupakan persentase tertinggi, sebesar- 87,0%. Persentase perempuan ~ebih tinggi untuk sikap merahasiakan dan rnenqucilkan. Yang tids;ik· memilikk pel<erjaan relatif lebih banyak yang bersikap merahasial
Perilaku Higienis Perilaku higienis .yang dikumpulkan meliputi kebiasaan/perilaku b~ang air besar (BAB) dan perilaku mencuci tangan. Perilaku BAB yang dia~ggap benar adalah bila penduduk melakukannya di .jamban. Mencuci tanqan yang ben.fr adalah bila penduduk mencuci tangan dengan sabun sebelurn makan, sebelurn rnenyiapkan makanan, setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak, dan sefelah rnemeqanq unggas/binatang. Persentase Penduduk 1 O tahun keatas di Provinsi Sumatera Selatan yang- berperilaku benar dalam hal ·buang air besar 59,7% dan yang berperilaku benar dalam hal cuci tangan (35,9%). Penduduk yang berpentaku benar dalam hal BAB·memili~i persentase yang paling besar di kabllpaten Lubuk: Unggau, sedangkan untuk berperilaku benar dengan· cuci tangan tnemiliki persentase yang paling besar di kabupaten O~U Timur. Penduduk perempuan memiliki tingkat kebiasaan BAB ·(59,8%) dan rnencuci tangan dengan sabun (a0,2%) lebih baik dibanding pria. Pehduduk di daerah perkotaan memiliki tingkat kebiasaan BAB (86,3%) dan 'mencuci tangan dengan sabun (38,5%) iebih baik dibanding penduduk di daerah perdesaan. Kebiasaan BAB dan menouci tangan dengan sabun lebih baik pada yang bekerja sebagai PNS/PolriffNl/BUMN ,dan lebih baik seiring dengan peningkatan tingkat penqeluaran'perkapita perbulan.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Riskesdas ~007 mengumpulka,n 1 O indikator tunggal Perilaku Hid up Bersih dan Sehat (PHBS)2 yang terdlri- dari 'enarn indikator individu dan ernpat indikator rumah tangga. lndikator individU meliputi pertolonqan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif, tkepemilikan/ketersediaan Jaminan' Pernellharaan Kesehatan, penduduk tidak rrierokok, penduduk cukup beraktivitas fisik, -dan penduduk cukup mengonsumsi sayur dan bu'ah. Indikatcr Rumah Tangga meliputi rumah tangga memiliki akses terhadap air betsih, akses [arnban sehat, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (~8m2/ orang), dan rumah tangga dengan lantai rumah bukan tanah. Dalam penilaian PHBS ada dua macam rufnah tangga, yaitu .rurnah tangga dengan balita dan rumah tangga tan pa balita. Untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator, sehingga nilai ter:tinggi adalah 1 O; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita terdiri dari 8 indikator; sehingga · nilai tertinggi delapan (8). PHBS dlklasitikaeikan "kurang" apabila mendapatkari'nilal kutang dari enam (6) untuk rumah tangga rnempunyai balita dan nilai kuranq dari lima (5) untuk rumah tan~ga tanpa balita. •
Hasil Riskesdas ,2007.,menunjukkan proporsi rurnah, tangga cjengan PHBS dengan klasifikasi baik dl Kabupaten/Kota berturut-turut di Kota Palernbanq (19,4), Kota Pagar
221
Alam (18,8) dan Banyuasin hatlya terdapat di Kabupaten ..
~
..
(17,3), sedangkan kabupaten Ogan Komering llir (4,7}. •
..
dengan
nilai PHBS kurang
J
Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Ke~eh~b~n Oalam analisis ini, sarana pelayanan kesehatan dikelompokk§n menjadi. dua, yaitu: (1) Sarana pelayanan kesehatan rurnah, sRkit, puskesmas, P.US.~es,111a~ pembantu., dokter praktek darr-oldan praktek dan (~) JJpaya kesehatan berb~~is:. masyarak(:lt (UKBM) yaitu pelayanan posyandu, poskesdes, pos .obat desa, warung obat desa, dan ,polip~es/bidan di desa. Informasi penggµn€)an pelayanan kesehatan rumah saklt, puskesrnas, puskesmas pembantu, dokter- praktek dan l;>ida11 praktek rawat inap dalam 5 (lima) tahun.terakhir dan atau rawat jaian.., dalarn 1 (sat~) Jahun ~~.ra~hir, dlmana t'erakhif. menjalanl perawatan kesehatan, serta dari rnanasumben .b,laya perawatan kesehatan tersebut,
Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan Pemanfaatan posyandu •
Pemanfaatap .pelayanan posyandu atau poskesdes secara proporsi di tiap kabupaten/kota selama tig~I bulan terakhir di Provinsi Sumatera Selalan 'dengan alasan mernbutuhkan sebanyak 27 ,8% rurriah tangga tertir,ggl·dl Kabupaten Musi Rawas, dan sebanyak 58,7% tidak rnernbutuhkan degan berbaqai alasan fertinggi di Kabupaten Lahat, dan sfsanya se.~ltar 13',5% membutuhkan tetapi tldak memanfaatkan. Sedangkan pernantaatan pelayanan posyandu/poskesdes di perdesaan lebih besar daripada perkotaan. 'Dari tingkat pengeluaran per kapita, semakin tinggi pengeluaran rumah tangga cenderung kurang memanfaatkan pelayanan ,posyandu/poskesdes. Untuk jenis petayanah posyandu/poskesdes yang banyak- dirnanfaatkan adalah penimbangan (80, 1 %) dan suplernen gizi (68,3%), sedangkan pemanfaatan KIA cuma sekitar (28,8%) dan konsultasi risiko penyakit (29,0%). Pemanfaatan pelayanan -penlmbangan, penyuluhan, imunisasi, KIA, PMT, suplemen gizi dan konsultasi risiko penyakit lebih banyak di perkotaan daripada di perdesaan. Sedangkan pelayanan KB dan pengobatan di ·perdesaan leelh- banyak daripada di perkotaan. Tirigkat pengeluaran per kapita seinakln tinggi penqeluaran cenderung semakin banyak yang menerima pelayanan penimbangan, irnunisasi dan pelayanan risiko penyakit, sebaliknya untuk penyuluhan, KIA, KB, PMT dan suplemen gizi cenderung sernakin sedikit yar,ig menerima pelayanan tersebut. Proporsi dengan alasan utarna tidak memanfaatkan pelayanan posyandu/poskesdes di Provinsi Sumatera Selatan sebaRyak·89,1%·menga11gap tidak lengkap yaitu tertinggi -di Kota lubuk Linggau {59,6%)1 dengan alasan letaknya jauh 7,,1% di Kabupaten Musi Banyuasin (23,0%) dan Bahyuasin (23,0%), dan dengan alasan tidak ada posyandu 3,8 % di Kabupaten Lahat (28,0%). Pada umunya rumah tangga memiliki alasan utama ttdak memanfaatkan [enis layanan posyandu/poskssdes karena letaknya jaun, di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Tingkat penqeluaran rumah tanqqa-semakin .tinggJ cenderung semakln banyak yang menjawab alasan ~pelayanan tidak lengkap' dan semakin kecil yang menjawab alasan 'letak jauh'.
•
Di Provinsi Sumatera Selatan proporsi yang rnemanfaatkan petayanan polindes/bidan di desa sebanyak 26,0% rumah tangga, sebanyak 22,8% tidak memanfaatkan dan 51,2% tidak membutuhkan. Pemanlaatan pelayanan poliqdes/bldan di pesa tertfnggi di Kabupaten Banyuasin sebesat 51,36%, sedanqkan alasan.tidak mernbutuhkan tertinggi di Kota Palembang sebesar 67,7:1%. Secara umum baik di perkotaan maupun di perdesaan tidak rnembutuhkan pelayanan poltndes/bidan di desa. Tetapi secara pemanfaatannya di perdesaan layanan tersebut lebih dlrnanfaatkan darjpada di perkotaan, Tingkat pengeluaran per kapita semakin tinggi pengeluaran cenderung semakin sedlklt yang mernanfaatkan pelayanan polindes/bldan di desa dan semakin banyak yahg' tidak mernbutuhkan.Persentase rurnah tangga -di Provinsi Sumatera Selatan yang memanfaatkan polindes/bidan di desa dari jenis pelayanan KIA tertinggi adalah untuk pemeriksaan Keharnilan sebesar 1-5% dan pemeriksaan Bayi/Balita
222
/<
sebesar 25%, sedanqkan=pelayanan pengdbatarr m.encapai ..86,7%. Menurut tipe 'daerah, 'di perkotaan ·tebih banyak memanfaatkan polindesrbldan di desa untuk -., pelayanah·'KIA, sedclmgkan di perdesaan lebih ban yak yang metnanfaatkan pelayanan 'pengobatah~ KeriuJdian· tingkat penqeluararr per kapita sernakio tinggi pengeluaran ·cenderung semaRirf sediklt'yanq'rnemanfaatkan pelayanan polindesrbldan dLdesa untuk pemeriksaarr bayi/Qalita, dan semakin meningkat yan.g mernanfaatkan pemeriksaan ,f(ehamilan. Proporsi alasan utama rumah tangga y_smg mengemukakan tidak ~ n:ierr.i~'nfaatk~n pelayanan polindes/bidan ~i ·: ~.esa ' meliputi, ~ asalan ' :'tidak ada ,Polindes/bidari di desa' .(9. 1 %), 'letak jauh' "(4,5%),'"dan 'layanan tidak )~n_g~ap' (3, 1 %). Rurnah .tarigga ¥~ng: tidak rnernanfaatkan polindes/bidan di. desa dengan alasan 'letak [auh' tdan 'layanan' tidak lengkap'" leblh' tinggi di perqesaan daripada di _perkota~n. tetapi alasan .tidak ada polindes/bidan di desa' lebih banyak di perkotaan, Tingkat pengeluaran rumah tangga per ·kapita 'semakin tinggf penqeluaran cericferung semakin sedikit yang tidak rnemanfaatkan.polindeszbidan drdesa dengan alasan 'letak jauh', dan semakin banyak'yang IT)emiliki,alasan 'pelayanan tldak lengkap'. •
Pernanfaatan PODNVOD di Provins! Stimatera Se1atari, sebagian besar rumah tangga tidak- • rhembutl.Jhkan PODNVOD sebesar 69;5%. Untuk rumah tangga yang rnernanfaatkan tertinggi di Kabupaten ~.t?usi Banyuasin sebesar 39,0%, dan yang tidak memanfaatkan karena tidak membutuhkan tertinggi di Kabupaten Musi Rawas sebesar 90,6%: Rumah tangga yang memanfaatkan PODNVOD lebih banyak di perdesaan sebesar 21~0% daripada di perkotaan sekitar 8,Y%, tetap) yang tidak rnernbutuhkan lebih banyak di perkotaan sebesar 75,6%. Alasan 'utarna rumaf tangga tidak memanfaatkan PODNVOD karena ;•'tldak ada PODtWOb' sebesar 75, Rumah . .., . ,.... 1 %. tangga ¥ang tidak memarjfaatkan, karena alasan 'letak jauh' tertinggi KabLipaten Musi Banyuasin sebesar 24%, dengan alasan 'tidak ada PODNvOD', tertinggi'di' Kabupaten Musi Rawas,sebesar 95,~%. dan dengan alasan 'obat tidak lengkap' tertlnggi di Kota l.ubuk Linggau sebesar 20%. Baik di daerah perkotaan Qi9upun di perdes'aah dalam hal alasan utarna untuk tida~ memanfaatkan POC/V\{OD menunjukkan tidak ada perbedaan, beqitu pula.rnenurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
Sarana dan sumber pembiayaan pelayarrarr kesehatan r- '
•
Secara umum tempat berobat rawat inap ya11.g paling banyak 9ikunjungi rnasyarakat di Provinsi Sumatera Selatan adalah Rumah Sakit f?e!11e~intah dengan persentase sebesar 1,8%, dan rumah Sakit Swasta (1,2%). Kabupaten yang tertinggi dalam memanfaatkan RS Pemerintah adalah Kata Lubuk Linggau sebesar (5%) dan Kota Prabumulih sebesar (4,7%) ' ·
•
Menurut tembat tinggal antara perkotaan -dan -pardeeaen mempunyai nilai hampir sebanding, sedangkan pemanfaatan RS pemerlntah dan RS swasta lebih banyak di perkotaan. Tempat berobat rawat, inap tidak mempynyai perbedaan yang cukup mencolok antara perkotaan dan perdesaan. M~nu~ut tingkat penqeluaran perkapita, bahwaantara kuintil satu sampai lima tidak terdaoat perbedaan yang rnencolok untuk berobat di RS Pemerintah
•
Secara umum sebanyak 77,8% rumah tangga .di ProvinsL Sumatera Selatan menqqunakan sumber Pelnbiayaan Rawat lnap berasal- dari blaya sendlri/keluarqa, sebanyak 12% telah memanfaatkan askes/larnsostek- sebesar 11 % .memanfaatkan askeskir:t/SKTM, dan sebesar 0,8'-% rnenqqunakan dana-sehat. l;(abupaten' yang tinggi dalam memanfaatkan askeskin/SKTM adalah Kabupaten Lahat'(l'19P/o), dan yang paling kecil adalah Kabupaten Musi Rawas (3,9%) dan Kota Palembang (3,9%,.
•
Menurut daerab tempat ,tinggal, sumber pernbiayaan rawat i~aP. di Provinsi Sumatera .Selatan secara proporsi rumah tangga di perdesaan yang, menggunakan sumber pembiayaan sendiri/keluarga lebih tinggi daripada di perkotaan. Sebaliknya sumber
I
223
•
pembiayaan
dari
Askes/Jamsostek
dan
Askeskin/SKTM
lebih
tinggi
di
perkotaan
daripada di perdesaan. .Qikaji -rnenurut keadaan- .ekonoml RT,_.. ada. k~9,3nderungan semakin rnampu secara ekonomi .semakin sedikit RT·yang.rnem~n.fa.a.tk~t:hdana sehat atau·.askeskin/sktm. sedangkan pemanfaatan ,as~.e~~allJ~ostek.s~rnakir-tjpggi tingkat ekorromi setnakin sedikit yang -rnemanfaatkao, Askes. Berbeda .denqan, sumber biaya ,5endiri/keluarga antara ·kuintfl satu sampal-kuintit lima-mempunyal •;mgka ·yang hampir seimbang.
r
•
Secara umum tempat.oerobat rawat jalql) yang paling banyak a*unjungi masyarakat di Provins! Sumatera Selatanadalah Tenaga Kesehatan (Nakes) (12%) dan Rumah Sakit Bersalin (RSB) (11 %). Kabupaten/kota yang tertjnggi dalam rnemanfaatkan NAKES adalah Kota Palembang (23,0%) danyanq.terendah Kabupaten Musi Banyuasin (4,3%). 'Se<;langkan. Kabupaten_ yang tertinggi dalarri memanfaatl
•
Pada tabel ini narnpak bahwa 84,3% rumah tangga. di Provins! Sumatera Selatan menggunakan biaya sendiri/keluarga dalam surnber biaya rawat jalan, 9,6% menggunakan dana Askeskin/SKTM, 3,7% menggunakan Askeszfamsostek, dan 1,4% menggunakan dana sehat. Kabupaten/kota yang tertinggi dalam memanfaatkan ~skes{Jan:isostek adalah Kota Prabumulih(17%j dan terendah.Kabupaten dKU Selatan (1,2%)., Kabupaten yang. paling tinggi dalam memanfaatkan Asl<eskin/SKTM adalah Kabupaten Banyuasfn (27°zo) dan yang terendah adalah Kota Paqar Alam (1,2%). Menurut daerah ternpat tinggal, rumah tangga di perkotaan lebih besar dalam memanfaatl
Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Ada 8 (delapan) 'domain ketanqqapan untuk pelayanan rawat inap dan 7 (tujuh) domain ketanggapan untuK pelayanan ra~at.jalan Lama waktu menunggu unt~k mendapat layanan kesehalan.
Keramahan petugas dalarn 'menyapa dan berbicara. Kejelasan petuqas dalarn seg'ala sesuatu terkait dengan keluhan kesehatan yang diderita. Kesempatan yang diberikan petugas untuk mengikut sertakan klien dalam pangambilan keputusan untuk memilih jenis perawatan yang diinginkan Dapat berbicara ,secarapribadi dengan petugas kesehatan dan terjamin kerahasiaan informasi tentang·kondisi kesehatan klien. Kebebasan klien untukmemilih tempat dao. petugas keseh_atan yang melayantnya. Kebersihan ruanq.rawat/peiayanan termasu}< kamar mandl Kemudahan dikunjungi keluarga atau teman. Tujuh domai keta?iggapan untuk pelayanan rawat jalan sama denqan domain rawat inap, kecuali domain ke delapan ( kemudahan dikunjungi keluarqa/teman), Penduduk diminta '
-
224
untuk menilai setiap aspel< ketanggapan terhadap pelayanan.kesehatan diluar medis selama menjalani rawat inap dalam S(lima) tahun terakhirdan'atau-rawat'[alarr 1(satu)tahun terakhir. Masing-masing domain ketanggapan dlrtllai-dalam S(lima) skala yaitu: (sangat baik, baik, .cukup, buruk, sangat buruk). Untuk rnemudahkan penilaiarr aspek ~etanggap~m rawat jalan dan rawat inap pada sistem pelayanan kesehatan terseout WH9 membagi menjadi dua bagian besar yaitu 'baik' (sangat balk' dan batk) dan ·~urang baik' (cukup.buruk dan sangat buruk). P,enyajian hasil anallsis/tabel selanjutnya hanya rnencantumkan pers,entase yang 'baik' saja. I, •
Di Provinsi Sumatera Selatan menilai ketanggapan pelayanan kesehatan rawat inap untuk waktu tunggu sebesar 84, 1 %, demikan pula untuk penltalan yang lain adalah keramahan sebesar 84,7%, kejelasan informasi 8~.2% , lkut dalam pengambilan keputusan sebanyak 82,9%, kerahasiaan 87,6%, l<ebebasan memilih fasilitas 82,9% kebersihan ruangan sebesar 80,5% dan mudah untuk dikuajungi sebesar 83,4%. Menurut daerah tempat tinggal, rumah tangga di perkotaan dan di per.desaan dalam memberikan 'penilaian terhadap ketanggapan pelayanan kesehatan rawat inap di Provinsi Sumatera Selatan tidak penunjukkan perbedaan yang berarti, namun demikian secara persentase ada 3 alasan penilaian yang sedikit lebih .tinggi di perdesaan daripada di perkotaan yaitu waktu tunggu, keramahan dan kejelasan. informasi
•
Di Provinsi Sumatera ~elatan menilai ketanggapan pelayanan kesehatan rawat jalan untuk waktu tunggu sebesar 86,6%, demikan pula untuk penilaian yang lain adalah keramahan sebesar 88,5%, kejelasan informasi 86,4% , lkut dalam pengambilan keputusan sebanyak 84,9%, kerahasiaan 85,7%, kebebasan memilih fasilitas 86%, dan kebersihan ruangan sebesar 84, 1 %. Menurut tempat tinggal, secara urnurn pelayanan kesehatan rawat jalan tidak ada perbedaan yang -mencolok antara rumah tangga yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan, begitu juga menurut tingkat pengeluaran perkapita (kuintil) (Tabel 6.3.5) mempunyai persentase yang seimbang antara kuintil satu samapi dengan kuintil lima
Kesehatan Lingkungan Data kesehatan ·lingkungan diambil dari dua sumber data, yaitu Rlskesdas ~007 dan Kor Susenas 2007. Dengan -demikian penyajian beberapa variabel kesehatan lingkungan merupakan gabungan data Riskesdas dan Kor Susenas.
Air keperluan rumah tangga •
Di Provinsi Sumatera Selatan, terdapat 7,7% rumah tangga yang pemakaian air bersihnya masih rendah (1,7% tidak akses dan 6,0% akses kurang), berarti mempunyai risiko tinggi untuk rnenqalami gangguan keseha,tan/peny,akit. Seqesar 24,0% rumah tangga mempunyai akses dasar (minimal), 31,~% aks~s menengah, dan 36,5% akses optimal. Kabupaten/kota yang akses terhadap air bersih masih rendah (di atas 1,7%) berturut-turut adalah Lahat, Musi Banyuasin, OKU Selatan dan OKU Timur.
•
Bila mengacu pada kriteria Joint Monitoring Program WHO-Unicef, di mana batasan minimal akses untuk konsumsi air bersih adalah 20 liter/orang/hari, maka di provinsi Sumatera selatan akses terhadap air bersih menurut jurnlah pemakaian air per orang per hari adalah 92,3% lebih tinggi dari angka nasional 85,6%.
•
Oilihat dari karakteristik rumah tangga, rerata pemakaian air bersih per orang per hari menunjukkan perbedaan, baik menurut tipe daerah maupun menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita.
•
Di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 1,5% rumah tangga memerlukan rerata waktu tempuh ke sumber air lebih dari 30 menit. Terdapat 5 kabupaten/kota dengan persentase di atas 1,5%, tertinggi kabupaten Banyuasin (4,8%), disusul oleh Muara Enim (3,5%), Musi Rawas (3,4%), Kota Pagar Alam (2,4%) dan OKU Timur (2, 1 %).
225
Dilihat dari tempuh ke ke sumber oleh Muara
jarak, di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 6,2% rumah tangga yang jarak sumber airnya leblh-dad-t kilometer. Kabupaten/kota dengan proporsi jarak air lebih dari 1.kilometer·tethesar adalah Musi Banyuasio (33.0%), disusul Enim (18,Qo/o) dan.Banyuasin (9,8%).
•
Dilihat dari' ketersediaarr air berslh dalam satu tahun, di Provinsi sumatera Selatan tetdapat 59,8% rumal'IJ~u;igpa y~ng air berslhnya tersedia sepanjanq waktu .. Terdapat 5 kabupater'I dengan prosorsl 'kete'rsediaan air berslh sepanjang tahi:m lebih kecil dari 59,8o/o, adalah Banyuasln, Muara Enim, Musi Banyu'asin, Og~ri Komering)lir dan Kota Lubuk Linggau. Kabupaten Lahat (2,7%) dan Musi Banyuasin (1 ,7%) rnerupakan dua kabepaten yang paling tinggi proporsl rumah tangga dengan ketersediaan air bersih sulit sepanjang tahun.
•
Akses air bersih rnenurut waktu, jarak dan ketersediaan air bersih tipe daerah dan tingkat penqeluaran rumah tangga per kapita.
•
Proporsi rumah tangga yang waktu tempuh ke surnber airnya lebih dari 30 menit lebih .ti11ggi di perdesaan. Proporsi rumah tangga yang jarak tempuh ke sumber airnya lebih dari 1 kilometer lebih tinggi di perdesaan . Begitu pula proporsi rumah tangga yang ketersediaan airnya mudah· sepanjang tahun febih tinggi di perkotaan. Menurut tingkat pengeiuaran rumah tangga per kapita, ada kecenderungan proporsi rumah tangga yang ketersediaan airnya mudah sepanjang waktu mengalami peningkatan sesuai dengan peningkatan pengeluaran rumah tangga per kapita.
•
Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 2,2% rumah tangga yang anak-anaknya mempunyai beban untuk mengambil air keperluan rumah tangga (1, 1 % wanita dan 1, 1 % anak laki-laki). Persentase perempuan yang bertanggung jawab dalam pengambilan -air di rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kabupaten/kota di mana anak-anak ikut berperan dalam pengambilan air untuk kebutuhan rumah tangga adalah Ogan llir, OKU Timur, OKU Selatan, Ogan Komering llir dan Musi Rawas. Sedangkan kabupaten/kota yan·g pengambilan airnya banyak dilakukan kaum _perempuan adalah di Lahat, Ogan llir, Muara Enim, Ogan Komering llir dan Musi Banyuasin.Proporsi individu yang mengampJI air bersih di rumah tangga menunjukkan variasi menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tenaga perempuan dan anak-anak yang mengambil air di rumah tangga lebih tinggi di perdesaan (34,9% dan 2,9%) dibandingkan dengan di perkotaan (10,8% dan 1,3%). Sedangkan menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah .tangga per kapita semakin rendah proporsi perempuan dan anak-anak yarrg bertugas mengarnbil air 6ersih untuk keperluan rumah tangga.
bervariasi
menurut
• m Provinsi
Sumatera Selatan, persentase rumah tangga dengan air minum berkualitas fisik baik sebesar 84,8%. Ada 3 kabupaten yang persentase kualitas fisik air minumnya dl bawah rerata provinsi, terendah adalah' kabupaten Musi Banyuasin (f;>0,8%). Kualitas fisik air minum di Provinsi Sumatera Selatan denqan kualitas baik persentasenya lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan, Sedangkan kualitas air rnlnurn yang keruh dan berwarna lebih banyak di perkotaan daripada di perkotaan persentasenya masingmasing adalah 14,0% dan 14,0% .. Sernakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita rumah tangga semakin -kecil persentase kekeruhan fisik air minum. Persentase kualitas fisik air minum baik tertinggi pada tingkat pengeluaran perkapita keluarga pada kuintil 5
•
Jen is sumber air minum paling tinggi di Provinsi Sumatera Selatan dari sumur terlindung (34,2%) terbanyak di OKU Timur (72,6%). Kota Palembang rnernlllikl- persentase tertinggi dalam hal sumber air minum berasal dari ledeng eceran (45%), air kemasan (18%) dan ledeng meteran(14%), terlihat kalau pemakaian air kemasan lebih banyak dari ledeng meteran.Untuk persentase tertinggi asal sumber air rninurn dari sumur bor/pompa di Ogan llir (14%), sumur tidak terlindung di Lahat (35%), mata air terlindung
226
di Pagar Alam (21%), mata air tidak terlindung dan alr sirnpal di OKU Selatan (11% dan .29%), alr hujarT drBanyuasin·(45%). Jenis sumber.air minum dari air kemasan, ledeng eceran dan ledeng meteran lebih tinggi di' perkotaan. Di perdesaan lebih banyak dari sumur bor, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air ·sungai dan air hujan. Jenis sumber air minum dari air kemasan, ledeng eceran dan sumur bor paling tinggi pada tingkat pengeluaran per kapita tertinggi (kuintil 5). •
Tempat penampungan airdan pengolahan air minum sebelum digunakan terbanyak di Sumatera Selatan dengan wadah tertutup (81,7%) dan dimasak (98,9%). Di semua kabupaten tempat penampungan air terbanyak· dengan wadah tertutup dan melakukan pengolahan. air minum dengan cara dimasak. Pengolahan air minum sebelum digunakan dengan cara disaring,diberikan bahah kimia paling tinggi di Ogan Komering llir. Penqqunaarr tempafpenampungan air minum dengan wadah tertutup lebih banyak di perkotaan, paling tinggi pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).Sedangkan pengo!ahan air minum sebelum digunakan dimasak lebih banyak di!akukan di perdesaan dan paling tinggi pada tingkat pengeluaran perkapita terendah (kuintil 1 ).
•
Dengan memperhatikan volume konsumsi, jenis sarana, dan jarak atau waktu tempuh ke sumber air, maka tingkat akses masyarakat terhadap air bersih masih rendah, yaitu 61, 1 %, tertinggi Palembang (73,5%) dan terendah OKU Selatan (30,2%). Akses terhadap airbersih yang' layak lebih banyak di kota, akses air bersih terbanyak pada tingkat pengeluaran perkapita tertinggi (kuintil 5).
Fasilitas buang air besar •
Rumah tcingga di Provinsi Sumatera Selatan yang buang air besar dengan menggunakari fasilitas milik sendiri (65,8%), milik bersama (11,0%), fasilitas umum (4,0%). Masih banyak rumah tangga di di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan buang air besar (BAB) tidak menggunakan fasilitas· BAB (19.,0%). Hal ini terutama terjadi di OKU Selatan (56ro) dan Kabupaten Lahat (50,0% '). Daerah perkotaan lebih banyak (80,5%) menggunakan fasilitas buang' air -sendirl ,sementara di· perdesaan masih banyak yang tidak mempunyai fasilitas buang air besar. Jika ·dilihat antar tingkat penqeluaran per kapita, dapat dilihat bahwa sehiakin miskin rumah tangga maka persentase rumah tangga yang tidak merripunyai tasnitas semakin tinggi. Semakin rniskin rumah tangganya, maka semakin besar persentase rnmah BAB menggunakan fasilitas umum dalam membuang air besar. Sernakin miskin rumah tangga maka persentase rumah tangga yang tidak mempunyai fasilitas dan yang meriggunakan fasilitas umum semakin tinggi.
•
Dilihat dari jenis sarana pembuangan kotoran menunjukkan bahwa rumah tangga yang menggunakan jamban jenis leher angsa di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan adalah leher angsa (62,9%), pelngsengan (8,3%), dan cemplung/cubluk (24,0%).
•
Persentase.rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa paling tinggi adalah Kabupaten Lubuk Linggau 91,9%) diikuti Kota Palembang (89,9%), yang menggunakan plengsengan adalah Kota Prabumulih (46,0%), dan yang menggunakan jamban cemplung/cubluk ·adalah OKU Timur(64,6%). Masih ada rumah tangga yang BAB tidak pada tempatnya, hal ini terutama di Kabupaten OKU Selatan (19,0%) Persentase rumah tangga yang menggunakan [amban. leher angsa di perkotaan (85,1%) lebih tinggi daripada di pedesaan (39, 1 %). Sebaliknya persentase rumah tangga di pedesaan (10,0%) yang menggunakan jamban cemplung/cublak lebih tinggi daripada di perkotaan (6,4%).Berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita, persentase rumah tangga yang menggunakan jamban !eher angsa semakin tinggi, sebaliknya persentase rumah tangga yang menggunakan jamban cemplung/cubluk semakin rendah.
227
•
Dengan memperhatikan volume konsumsi, jenis sarana, dan jarak atau waktu tempuh ke sumber air, maka tingkat akses.masyarakat terhadap sanitasi di 14 kabupaten/kota Provinsi Sumatera .Selatan masih rendah .yaitu- 44,5%~ Berdasarkan -kabupaten/kota, persentase tertinggi rumah tangga yang mempunyai akses baik terhadap sanitasi adalah Kota Palembang (78,4%), dan ·yang terendah adalah Kabupaten OKU Selatan (17,7%). Berdasarkan tipe-daerah, persentase rumah tangga di perkotaan mempunyai akses terhadap sanitasi lebih tir'lggi--(72~5%) dari pada rumah tangga di pedesaan (23,2%). Berdasarkan tingkat penqeluaran per kapita, semakin tinggi pengeluaran perkapita maka semakin tinggi juga persentase rumah tangga yangmempunyai akses baik terhadapsanitasi · . · ·
•
Dilihat dari tempat pembuangan akhir tinja Sumatera Selatan hanya sebagian yang tempat pembuangan akhir tinja ke Tangki/SPAL (50,3%), tertinggi Palembang (88,5 %) dan terendah OKU Timur (22;3%). Untuk tempat pembuangan akhir tinja yang tidak ke Jangki/SPAL ke lubang tanah (22%), sµngai/laut (2~ %) keadaan ini dapat mencemari lingkungan. Penggtmaan taogki septik sebagai tempat pembuangan akhir, tinja lebih banyak
Sarana oernbuanca ... al .. ......... ,
•
1
,....._.,,.._,
~II~
II
U
li~h
llllllJCUI
...h
Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 72,5% rumah tangga yang menggunakan SPAL di rumahnya, baik SPAL jenis tertutup maupun terbuka, Sedikit lebih rendah dari angka naslonal (75, 1 %).Terdapat 8 kabupaten/kota yang proporsi rumah tangga tidak memiliki SPAL lebih tinggi dari rerata proporsi maupun nasional, tertinggj adalah Ogan llir (63,0%), disusul oleh Musi Banyuasin (47.0%) dan Ogan Komering llir (44,0%). Di perdesaan, proporsi rumah tangga yang tidak menggunakan SPAl lebih dari dua kali lipat dari di perkotaan. Semakin tinggi pengeluaran semakin rendah proporsi rumah tangga yang tidak memiliki SPAL. Proporsi dengan tingkat penqeluaran perkapita kuintil satu lebih tinggi dari kelompok pada kuintil lima
Pembuangan sampah •
Tabel.di atas.menunjukkan di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 24.0% rumah tangga yang memiliki ternpat sampah di dalam rumah dan 31,2% rumah tapgga memiliki tempat sampah-di luar rumah, di perkotaan proporsi rumah tangga yang memlllki tempat sampan lebih ti11ggi (33,8%'.!· dalam rumah dan 56,8% di luar rurnah) dibandingkan dengan di perdesaan (1J3,1% dalam rumah dan 34,2% di luar rumah}. Menurut tingkat pengeluaran rurnah tangga per kapita, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per.kapita semakin banyak yang memiliki tempat sampah, baik di dalam maupun di luar rumah. Proporsi yang .•mempunyai tempat sampah pada kuintil lima lebih besar ( 31 % dan 48,7%) dari pada proporsi kuintil satu (21,4% dan 30,5%).
Perumahan •
Ru mah tempat tinggal di Provinsi Sumatera Selatan masih ada 10 persen yang jenis lantainya tanah, dengan tingkat kepadatan human < 8 m2/ kapita sebesar 24 persen. Menurut kabupaten/kota, Fttmah tempat tinggal yang [ems -lantainya tanah, persentasenya tertjnggi .pada Kabupaten OKU Timur (28%), sedangkan persentase 1
228
m2/kapita (45,0%), yang kemudiari secara umum menurun dengan meningkatnya kuintil , ! ' • ·tingkat pengeluaran rumah tan"gga. i •
Masyarakat yang memelihara unggas cukup tinggi ( dalam rumah dan di luar rumah) dibanding jenis ternak lain sebesar (33.3%), pemeliharaan unggas cukup tinggi di Kabupaten Banyuasin (6!), 1 %) dan O~U Timur (63,4%). Dlllhat.dari daerah, .masyarakat perdesaan jauh lebih tinggi dibanding perkotaan untuk perneliharaan semua jenis ternak/hewan peliharaan. Untuk jenis 'ternak unggas di perdesaan sebesar 45% (pelihara df luar dan di dalam rumah) sedangkan di perkotaan sebesar 17,8 persen. Tidak terlihat perbedaan pola yang mencolok -perbedaan persentase pemeliharaan ternak/ hewan menurut tingkat pengeluaran perkaplta ..
4.2 Ucapan Terima Kasih Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yan..Q telah melimpahkan rahmat dan anugrahNya, kekuatan dan kesehatan sehingga Laporan Riskesdas Provinsi Sumatera Selatan inii dapat diselesaikan dan disajikan. Pertama-tama kami mengucapkan .terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan beserta seluruh jajaranya, khususnya Bapak Dr.H. Syahrui i Muhammad, MARS yang telah membantu dalam koordinasi dan perencanaan lapangan serta pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur beserta staf Poltekkes di Provinsi Sumatera Selatan yang telah ikut serta sebagai penanggung jawab teknis kabupaten/kota dan pengumpulan dan pengiriman data di lapangan. Ucapan terima kasih yang mendalam kami sampaikan kepada seluruh tenaga. lapangan (surveyor) di 14 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang telah dengan sabar dan tekun melaksanakan tugas wawancara dan pengukuran dalam 'rangka pengumpulan data Riskesdas. Kami tidak dapat menyebutkan satu per satu tetapi kepada sernua yang telah membantu hingga terwujudnya laporan ini kami mengucapkan banyak terima Rasih, dan kami mohon maaf untuk segala kekurangan yang ada pada penyampatan-laporanini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik kita semua. Akhirnya, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama yang bekerja- di bidang kesehatan.
229
DAFTAR PUSTAKA
1.
------------· Faktor Resiko Terjadinya · Hipertensi. http://www.klinik /hipertensi.htm. 2005
2. ------------3.
pria.com/datatopik
Hipertensi .. http:~/www.medicastore.com/penyakit/hiperten.htm.
9/20/2002
Abas B. Jahari, Sandjaja, Herman Sudirnan, SoekirmaR, ldrus Jus'at, Fasli Jalal, Dini Latief, Atmarita. Status gizi balita di Indoriesia sebelum dan selama krisis (Analisis data antropometri Susenas 1989 - 1999). Presiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta 29 Februari - 2 Maret 2000.
4. AMA (American Medical Association), 2001, Depression Linked With Increased Risk of Heart Failure Among Elderly With http://www.medem.com/MedLB/article_lD=ZZZUKQQ9EPC&sub_cat=73 5.
Hypertension, 8/24/2002.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular, Studi Morbiditas dan Disabilitas. Tahun 2002.
6. Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas den Disabilitas. Tahun 2002.
7.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Kesehatan /bu dan Anak.
8.
Badan Penelitlan dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan SKRT 2001: Studi Tindak Lanjut /bu Hamil.
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I. Laporan Data Susenas 2po1: Sietus Kesehatan Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Tahun 2002 10. Badan Pusat Statistik, Sadan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003. ORC Macro 2002-2003. 11. Balitbar'lgkes. Depkes RI. Operational Study an Integrated Community-Based Intervention Program on Common Risk Factors of Major Non-communicable Diseases in Depok Indonesia, 2006. 12. Basuki, B & Setianto, B. Age, Body Posture, Daily Working Load, Past Antihypertensive drugs and Risk of Hypertension: A Rural Indonesia Study. 2000. 13. Bedirhan Ustun. The International Classification Of Functioning, Disability And Health A Common Framework For Describing Health States. p.344-348, 2000 14. Bonita R et al. Surveillance of risk factors for non-communicable diseases: The WHO STEP wise approach. Summary.Geneva World Health Organization, 2001 15. Bonita R, de Courten M, Dwyer T et al, 2001, The WHO Stepwise Approach to Surveillance (STEPS) of NCO Risk Faktors, Geneva: World Health Organization 16. Bonita, R., de Courten, M., Dwyer, T., Jamrozik, K., Winkelmann, R. Surveillance Noncommunicable Diseases and Mental Health. The WHO STEPwise Approach to Surveillance (STEPS) of NCO Risk Factors. Geneva: World Health Organization, 2002. 17. Brotoprawiro, S dkk. Prevalensi Hipertensi pada Karyawan Salah Satu BUMN yang menjalani pemeriksaan kesehatan, 1999. Kelompok Kerja Serebro Vaskular FK UNPAD/RSHS". Disampaikan pada seminar hipertensi PERK!, 2002.
230
,.
18. CDC Growth Charts for the-United State : Methods and Development. Vital and Health .. Statistiqs. Department of Heal!l:t and Human Services.,Series 11, ~µmb~r 246, May 2002 19. CDC. State - Specific Trend in Self Report 3d glo'oeJ Pressure Screeriin·g and High Blood ,Pressure- United State~.·1991 -1999. 2002. MM.WR, 51(21):45p. 20. CDC. State-Specific Mortalify from Stroke and Distribution of· Place of Death United states, 20~2. MMWR. 51 (20), :,429. 21. Darmojo, 8. Mengamati· Penelitian Epldemloloqi.Hlpertensl pada seminar hypertensi PERKI, 2000. 22. Departemen Kesehatan R.I, 1999, Rencana Indonesia Sel)at 2010, Jakarta: Depkes RI
di Indonesia. Disampaikan
Pembangunan
Kesehatan
Menuju
23. Departemen Kesehatan R.I, .2003, Pemantauan Pertumbuhan Balita, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan-Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI' 24. Departemen Kesehatan R.I. ;2003. lndikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan lndikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan. 25. Departemen Kesehatan R.I. Panduan Berisiko Terpadu. Tahun 2002
Pengembangan
Sistem
Surveilans
Perilaku
26. Departemen Kesehatan R.I. Pusat ·Promosi Kesehatan. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Tahun 2002 .. 27. Departemen Kesehatan RI. SKRT 1995. Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 1997 28. Departemen Kesehatan, Direktorat Bagian I, Jakarta, Depkes,,2003.
Sadan
Epim-Kesma.
Penelitian Program
dan
lmunisasi
Pengembangan di Indonesia,
29. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta. 2001. 30. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI Jakarta 2004. 31. Djaja, S. et al. Statistik Penyakit.Pecyebab 32. George Alberty. Non Communicable 2001; 791.10: 9\}7.
Kematian, SKRT 1995
Disease. Tomorrow's
pandemic. Bulletin WHO
33'. Hartono IG. Psychiatric morbidity among patients attending the Bar\getayu community health centre in Indonesia. 1995 34. Hashimoto-K, lkewaki K, Yagi H, Nagasawa H, lmamoto S, Shibata T, Mochizuki S. Glucose Intolerance is Common in Japanese Patients With: Ac'ute CoronarySyndrome Who Were Not Previously Diagnosed With Diabetes. Diabetes Care 28: 1182 -1186, 2005. 35. International Classificatiqp Of Functioning, Disability And Health (ICF).World Organization, Geneva, 2001
Health
36. Jadoon, Mopamm~d Z,, Djn~~n B,, Bourne R,R,A,,, Shah S,_P,, Khan, ~ohammad A,, Johnson G,J,, et al, Prevalence of Blindness and .Visual Impairment in Paklstan: The Pakistan National '31indness ana Visual Impairment Survey, Investigative Ophthalmology and Visual Science, 2006;47:4749-55, 37. Janet. 'AS. Diet Obesitas dan hipertensi. http://www:surya.co.id 2002
/31072002 lfoa.phtml.
38. Kaplan NM. Clinical Hipertension, 81h Ed. Lippincott :Williams & Wilkins 2002. 39. Kaplan NM. Primary Hypertention Phatogenesis Baltimore: Williams and Wilkins Inc. 1998: 41-132
231
In : Clinical Hypertention,
ih
Ed.
40. Kristanti CM, Dwi Hapsari, Pradono dan Gigi di Indonesia. Analisis Data.
J dan Soemantri S, 2002. Status Kesehatan Surve.i Kesehatan Rumah Tangga,
41. Kristanti CM, Suhardi, dan Soemantri S, 1'997. 'status Indonesia. Seri Survei Kesehatan Rumah :rangga.
Kesehatan
42. Leonard G Gomella, Steven ·A Haist: Clinicians Pocket Reference, Publishing division, l,nte.rnatfon9l.ed_iji0,n, NY; 2004.
Mulut
Mulut dan Gigi di Mc. Grawhill
Medical
43. Mansjoer, A, dkk. Hipertensi di Indonesia .Kapita Selekta Kedokteran 1999 :518 - 521. '44. Muchtar & Fenida. Faktor-faktor yang be~hubun~an,Den.gan Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Hipertensi Ringan dan Sedang yang berobat di poli Ginjal Hipertensi, 1998. 45. Obesity and Diabetes in the Developing World -A· Growing Challenge 46. Parvez Hossain, M.D., Bisher Kawar, M.p., and Meguid El Nahas, M.D., Ph.D. The New England Journal of'Medlclne.Vol 356: 213-215, Jan 18, 2007 47. Perkeni. Konsensus Petlgelolaan dan Pencegahan DiabetesMellitus 2006. Jakarta: Perkeni,'2006:
Tipe 2 di Indonesia
48. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta: Perkeni, 2'006. 49. Petunjuk Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departernen Kesehatan RI., 2004 50. Policy Paper for Directorate General ot Publk: Health, June 2002 5·1. Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2005 52. Report of WHO. Definition and Diaquosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycaemia. Geneva: WHO, 2006, pp 9- 43. 53. Report of WHO. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycaemia. Geneva': WHO, 2006, pp 9-43. 54. Resolution WF-lA56:t.WHO Framework Convention on Tobacco Control. In: Fifty-sixth .worl<;f Health Assembly, 19-28 May 2003.Geneva, World Health Organization, 2003 55. Resolution WHA57.17.Global Strategy on diet.physical activity, and health'. ln:Fiftyseventh World· Health Assembly- 17-12 May 2004.Geneva, World Health Organization, 2004 56. Riset Kesehatan Dasar (R·iskesd~) 2007. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan.Litbanqkes, Depkes RI, 2007 57. Rose Men's. How To Keep Your Blood Pressure Under Control. News Health Recource, 1999 58. S.Soemantri, Sarirnqwar Djaja. Trend Pola Penyakit Penyebab Kematian Di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga 1992, 1995, 2001 59. Sandjaja, Titiek Sety6watf, Stldikno. Cakupan penimbanqarr'ballta di Indonesia. Makalah disajikan pada Simposlum Nasional Litbanq Kesehatan.Jakarta, 7-8 Desember 2005.
60. Sandjaja, Titiek Setyowqti,. Sudikno. Cakupan virarnin, A untuk bayi dan balita di Indonesia. Prosiding temu ltmiah dan Kongres XIII Persagi, Denpasar, 20-22 November 2005.
232
_,
r
. ..
!..1...
61. Sarimawar Djaja dan S. ·Soemantri. ,Perjal'anan:Transisi Epidemiologi di:' Indonesia dan { Jrnplika~i Penanga,Qa_1;mya.- Studi. Mwtalitas. Sµ,rvei ~ese;h~tan RUl'I)C}h.-J~mgga2001. Bulletin of Health Studies, volume ;31t Nof1J<;>( ,3 - ~OO~,_.{S$N: 0,12!i - 9695 ./SN = 724
1
62. Sarjm9~r Ojaja, Joke lrianto, tlsa Mulyo,no. Pola Penyakit Penyebab. Kematian Di Indonesia, SKRT 20Q1. The Journal of the Indonesian Medical Association, Volume 53, No 8, ISSN 0377-1121 ..
;;
'-I
•
~
'-'
63. Saw S-M,, Husain R,, Gazzard G,M,, Koh D,, Widjaja D,, Tan D,T,H, Causes of low vision· and p!indness ih rural Indonesia, British Journal of Ophthalmology 2003;87: 10758, 64. 'Seri Survei Kesenatan Rumah Tangga DepKes RI, ISSN: 0854-7971, No. 15 Th. 1999 65. Sinaga, S. dkk. Pola Sikap Penderita f.:lipertensi Terhadap Pengobatan Jangka Panjang, dalam Naskah Lengkap KOPAPDI VI, 1984, Penerbit'Ul-PRESS: 1439. 66. SK Menkes RI Nomor : 736a/Menkes/Xl/1989 Normal Anemia
tentang Definisi Anemia dan batasan
67. Sobel, BJ. & Bakris GL. Hipertensi, Pedoman Klinik Diagnosis & Terapy. 1999: 13 68. Sonny P.W., Agustina Lubis. Gambaran Rumah Sehat di Berbagai Provinsi Indonesia Berdasarkan Data SUSENAS 2001. Analisis lanjut Data Susenas - Surkesnas 2001. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes R.I. 69. Sri Hartini KS Kariadi. Laju Konversi Toleransi Glukosa Terganggu menjadi Diabetes di Singaparna, Jawa Barat. Disampaikan pada Konggres Nasional ke 5. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Bandung 9-13 April 2000 (SX111-1) 70. Sunyer FX. Medical hazard of obesity. Ann Intern Med. 1993 : 119. 71. Suradi & Sya'bani, M, et al. Hipertensi Borderline "White Coat" dan sustained " : Suatu Studi Komperatif terhadap Normotensi para karyawan usia 18 - 42 tahun di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta. Berkala llmu Kedokteran Vol. 29 (4), 1997. 72. Syah, B. Non-communicable Disease Surveillance and Prevention in South-East Asia Region, 2002. 73. The Australian Institute of Health and Welfare 2003. Indicators of Health Risk Factors: The AIHW view. AIHW Cat. No. PHE 47. Canberra: AIHW. P.2,3,8. 74. The WHO STEPwise approach to Surveillance of Noncommunicable Diseases 2003. STEPS Instrument for NCO Risk Factors (Core and expanded Version 1.3.) 75. Tim survei Depkes RI, Survei Kesehatan lndera Penglihatan dan Pendengaran 19931996, Depkes RI, Jakarta;1997, 76. U. Laasar. The Risk of Hypertension : Genesis and Detection. Dalam: Julian Rosenthal, Arterial Hypertension, Pathogenesis, Diagnosis, and Therapy, Springer-Verlag, New York Heidelberg Berlin, 1984 : 44.
77. Univ. Cape town, Department of Haematology. Haematology: An Aproach to Diagnosis and Management. Cape town, 2001. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, 2001, Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001, Jakarta: Badan Litbangkes. 78. WHO, 1995. Oral Health Care, Needs of the Community. A Public Health Report. 79. WHO. Assessing the iron status of populations: Report of a joint World Health Organization/Centers for Disease Control and Prevention technical consultation on the assessment of iron status at the population level, Geneva, Switzerland, April 2004 80. WHO. Auser's guide to the self reporting questionnaire.Geneva.1994.
233
81. WHO/SEARO. Surveillance of Major Non-communicable Diseases in South - East Asia Region, Report of an inter-country Consultatjon, 2005. 82. V\(KQ~ISH. WHQ-J~H Hypertension GUideline Committee. Management'of Hypertension Journal of Hypeftension, 1999 '
83. WHb-lSH. '\NHO-ISH Hypertenslon C;uideline Committee. Manaqemeht bf Hypertension journal of Hypertension, 2003
1999. Guidelines of The 1999. Gljidelihes
of The
84. W~rld Health Organization, 2003, The World Health Survey Programme, Geneva. 85. World Health Organization. 2003. The Surf Report 1., Surveillance of-Risk.Factors related to noncommunicable diseases: Current of global data. Geneva: WHO. p.15. 86. World Health Or~zation: International Classjflcation-of Diseases, Injuries and Causes of Death, Based on The Recommendation of The Ninth Revision Conference 1975 and Adopted b)<. The' Twenty Ninth WHA, 19·97, volume 1. · ·
234
LAMPI RAN
235
Lampiran 1
KEPUTUSAN
MENTERL~ESEHATAN REPUBLIK NOMOR 877/MENKES/SK/Xl/2006
INDONESIA
TENT ANG TIM RISET KESEHATAN
Menimbang
Mengingat
DASAR TAHUN 2006-2008
a.
bahwa untuk memenuhi kebutuhan informasi kesehatan yang optimal dan mempuayai lingkup nasional yang terintegrasi perlu dilakukan Riset Kesehatan Dasar yang merupakan pengembangan Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas);
b.
bahwa Riset Kesehatan Dasar dapat dimanfaatkan untuk penyediaan informasi berbasis survei Pembangunan Kesehatan menuju pencapaian strategi utama Departemen Kesehatan;
c.
bahwa dalam pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar diperlukan Tim Riset Kesehatan Dasar Tahun 2006 - 2008 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan;
1.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2.
Undang-undang Nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan llmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1995 Nomor 67, tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor 3609);
4.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/Menkes/SK/Vll/ 1999 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
5.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/ 1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
6.
Permenkes Nomor 1575/Menkes/Per/Xl/2005 Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
tentang
MEMUTUSKAN : Menetapkan Kesa tu
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI TENTANG TIM RISET KESEHATAN DASAR TAHUN 2006 - 2008
Kedua
Tim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2006-2008 terdiri dari Tim Penasehat, Tim Pengarah, Tim Pakar, Tirn Teknis, dan Tim Manajemen dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga
a.
Tim Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua bertugas : 1. Merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan Riskesdas. 2. Membahas berbagai masalah yang terkait dengan pelaksanaan Riskesdas. 3. Merumuskan dan menetapkan metodologi. 4. Memberi rekomendasi untuk meningkatkan keberhasilan dan manfaat pelaksanaan Riskesdas. 5. Melaporkan hasil Riskesdas tahun 2006-2008 kepada Menteri Kesehatan melalui Kepala Badan Litbangkes.
b.
Tim Pakar sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua bertugas : 1. Memberi masukan tentang aspek ilmiah dari proposal dan protokol dan pelaksanaan pengumpulan data, managemen data, analisis data serta publikasi hasil Riskesdas. 2. Mengidentifikasi dan membahas masalah pelaksanaan yang terkait dengan aspek ilmiah dari Riskesdas. 3. Memberi rekomendasi agar kaidah ilmiah dari Riskesdas tetap ditegakkan.
c.
Tim Teknis sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua bertugas: 1. Menyusun rencana kerja. 2. Menyusun pedoman kerja dan pengolahan data. 3. Melaksanakan sosialisasi. 4. Melaksanakan pelatihan. 5. Melaksanakan pengumpulan data dan pengolahan data. 6. Melakukan pengawasan pelaksanaan Riskesdas. 7. Melakukan desiminasi dan publikasi Riskesdas.
8. Menyusun laporan kegiatan. 9. Melaporkan kegiatan dan hasil kepada Ketua Tim Pengarah. d. Tim Manajemen sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua bertugas : 1. Mendukung administr,asi Riskesdas. 2. Melakukan administrasi keuangan. 3. Menyiapkan prasarana Riskesdas. 4. Melakukan administrasi ketenagaan Riskesdas. 5. Membuat laporan kegiatan kepada kepada Ketua Tim Pengarah melalui koordinasi dengan Tim Teknis. Keempat
Dalam melaksanakan tugas tim bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan melalui Kepala Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
Kelima
Biaya kegiatan Riskesdas dibebankan kepada anggaran DIPA Sadan Litbangkes, Departemen sumber lain yang tidak mengikat.
Kesehatan
dan sumber-
Keen am
Atas nama Menteri Kesehatan Kepala Sadan Litbang Kesehatan dapat membentuk Kelompok Kerja dan Tim Riset Kesehatan Dasar pada tingkat Propinsi dan Kab/kota.
Ketujuh
Dengan berlakunya Keputusan ini maka Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 358/Menkes/SKN/2006 tentang Tim Surkesnas tahun 2004 - 2006 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Kedelapan
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 3 Nopember 2006 MENTER! KESEHATAN RI
Lampi ran
Keputusan Menteri Kesehatan Norn or 877/MENKES/SK/Xl/2006 Tanggal : 3 Nopember 2006
TIM RISET KESEHATAN DASAR TAHUN 2006-2008
!. Tim Penasehat
: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Menter! Kesehatan R! Sekretaris Jenderal Depkes lnspektur Jenderal Depkes Dirjen Bina Pelayanan Medik Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dirjen Bina. Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SOM Kesehatan 9. Kepala Sadan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 10. Kepala Bad an Pusat Statistik
II. Tim Pengarah Ketua Ketua I Ketua II Sekretaris I Sekretaris 11 Anggota
Dr Triano Soendoro, Ph.D (Kepala Sadan Litbangkes) Deputi Statistik Sosial, Sadan Pusat Statistik Kepala Pusat Litbang Ekologi dan Status- Kesehatan Kepala Pusatlitbang GizLdan Makanan Dlrektur.Metodoloqi Statistik Sadan Pusat Statistik -
-
.SAM Bidang'Teknologi.Kesehatan dan Globalisasi SAM Sidang Pembiayaan dan Ekonomi Kesehatan SAM Sidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi SAM Bidang Mediko Legal Kepala Bad'ah Utbang Depdagri, Departemen Dalam Negeri Ketua Kornisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Direktur Statistik Ketahanan Sosial, Sadan Pusat Statistik Dir€ktur Statistik Kependudukan, Sadan Pusat Statistik Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Badan PPSDM Kesehatan Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Sadan PPSDM Kesehatan
Ill. Tim Pakar Prof. Dr. Sangkot Marzuki, MSc.Ph.D . .Prof. Dr. Sofia Mubarika Prof Bambang Sutisna -Prof Razak Thaha di-~ lrawan Yusuf, Ph.D. .dr. Widjaja Lukita, Ph.D. Dr. David Handoyo, PhD, Sp.PD. Soeharsono Soemantri, Ph.D. DR. Soedarti Soerbakti Dr Pratiwi Sudarmono, Ph.D. Dr Purnawan Junadi Ph:D. Dr. Susanna lmanuel, Sp.PK Dr. Yulianto Witjaksono, MGO.,Sp. OG., KFER Dr. Herawati Sudoyo, Ph.D
-
IV. Tim Teknis Ketua
DR. Sunarno Ranu Widjojo, SKM., MPH
Ketua I Ketua II Ketua Iii
Direktur Statistik-Kesra, Sadan Pusat Statistik Dr. Soewarta Kosen, MPH., Dr.PH Dr Julianty Pradono MS
Sekretaris I Sekretaris 11 Sekretaris Ill
Dr. Trihono., M.Kes Supraptini, SKM.,MM lndah Yuning Prapti, SKM., M.Kes
Tim Kerja Wilayah I Area Wilayah Propinsi Koordinator
NAO; Sumut; Sumbar; Jambi; Riau ; Kepulauan Riau ; Sumsel; Bangka Belitung
Dr. Faizatl Karim, Ml;'f:I (Kepala Pusat litbang Ekologi dan Status Kesehatan) Wakil Koordinator : Peneliti e.adan Litbangkes Penanggung Jawab Spesimen : Peneliti Badan Litbangkes Anggota Kepala Dinkes Propinsi Kepala BPS Propinsi Peneliti Sadan Litbangkes Direktur Poltekkes
Tim Kerja Wilayah II Area Wilayah Propinsi : DKl Jakarta;. Banten; Jateng; DI Jogjakarta; Kalteng; Kaltim; Kalbar; KaJsel. Koordinator
: Dr. Erna Tresnaningsih,,MOH., Ph.D (Kepala Pusat Litbang Biomedis dan Farmasi) Wakil Koordinator : Peneliti Sadan Litbangkes Penanggung Jawab Spesimen : Peneliti Sadan Litbangkes
Anggota Kepala Dinkes Propinsi Kepala BPS Propinsi Peneliti Sadan Litbangkes Direktur Po!tekkes
Tim Kerja Wilayah Ill Area Wilayah Propinsi : Bali; NTB; NTT; Jatim; Maluku; Maluku Utara; Papua Barat; Papua Koordinator
: Dr. Suwandi Makmur, MM (Kepala Pusat Litbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan) Wakil Koordinator : Peneliti Sadan Litbangkes Penanggung Jawab Spesimen : Peneliti Sadan Litbangkes Anggota Kepala Dinkes Propinsi Kepala BPS Propinsi Peneliti Sadan Litbangkes Direktur Poltekkes Tim Kerja Wilayah IV Area Wilayah Propinsi : Jabar; Bengkulu; Lampung; Sulut; Sulteng; Sulbar; Sulsel; Sultra; Gorontalo Koordinator Wakil Koordinator Penanggung Jawab Spesimen
DR. Sunarno Ranu Widjojo, SKM., MPH (Kepala Pusat Litbang Gizi dan Makanan) Peneliti Sadan Litbangkes Peneliti Sadan Litbangkes
Anggota Kepala Dinkes Propinsi Kepala BPS Propinsi Peneliti Sadan Litbangkes Direktur Poltekkes
V. Tim Manajemen Ketua ketua I ketua II Sekretaris Sekretaris 11
Org. Titte Kabul Adimidjaja, M.Sc.PH lndah Yuning Prapti, SKM.,,M.Kes Ors. Ondri Owi Sampoerno. Msi, Apt Ors. Muhamad Socheh, MM Budi Santoso,J:?H
Lampiran 2 Untuk Responden Kesmas
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan · Departemen Kesehataa-Rd ! Jalan Percetakan Negara 29 Jakarta 10560
INOONESIA SeHAT JOIO
RISET KESEHATAN DASAR 2007 NASKAH PENJELASAN*
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I mulai bulan Juli s/d Deseniber 2007 akan melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di 33 Propinsi di Indonesia yang mencakup 280.000 rumah tangga yang tersebar di 18.000 blok sensus. Riset ini bertujuan untuk mendapatkan berbagai data kesehatan masyarakat. Sasaran riset ini adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga yang terpilih. Akan dilakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan pada kepala rumah tangga dan semua anggota rumah tangga. Wawancarameliputi keterangan diri, riwayat kematian dalam rumah tangga, pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, konsumsi makanan, penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit turunan, ketidak mampuan, cedera, lmunisasi, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan,kecacatan dan kesehatan mental. Pengukuranyang dilakukan meliputi pengukurantinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar perut untuk dewasa dan lingkaran lengan atas untuk wanita umur 15-54 tahun. Pemeriksaan meliputi ketajaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium dalam garam. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam satu rumah tangga adalah sekitar 2 jam. Hanya dibacakan untuk responden yang akan diambil sampel urin dan contoh garam untuk pemeriksaan iodium. Rumah tangga Bapak/lbu juga termasuk dari sebagian rumah tangga yang akan diperiksa kadar iodiumnya. Untuk itu perlu dikumpulkan contoh garam yang digunakan sehari-hari untuk memasak sebanyak 3 sendok makan dan contoh urin (air seni) dari anak Bapak/ lbu bernama (usia 6-12 tahun) sebanyak 3 sendok makan. Partisipasi Bapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat menolak tanpa dikenakan sanksi apapun. Bpk/lbu/Sdr/Sdriakan mengetahui keadaan kesehatan dan sebagai tanda terima kasih, karnl akan memberikanpenggantianwaktu sebesar Rp. 20.000.- per keluarga. Semua informasi dan hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan kesehatan Bapak/lbu/Sdr/Sdri akan dirahasiakan dan disimpan di Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan - Departemen Kesehatan R.I, Jakarta dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan dan pengembanganilmu pengetahuan. Bila Bapak/lbu/Sdr/Sdri memerlukan penyelasan lebih lanjut mengenai riset ini, dapat menghubungi Badan Litbang Kesehatan - Departemen Kesehatan R.I, Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta 10560; Telp. (021) 4261088 ext 146, Telp/sms (021) 98264854, fax (021) 4209866, email [email protected] 1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotasetempat. 2. DR. Sunarno Ranu Widjaja, MPH (HP 0811848473)atau Keterangan: * Naskah Penjelasan hanya diberikan 1(satu)/ rumah tangga, dapat dibacakan beberapa kali untuk masing-masingresponden
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)* (INFORMED CONSENT) Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Sadan Litbangkes-Dep_artel'l)en Kesehatan R.I. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan 'dapat rnenolak atau mengundurkan diri sewaktuwaktu tanpa sanksi apapun.
Pernyataan bersedia diwawancara, diukur dan diperiksa Nomor Kode Sampel
················································ Nama Responden No.
Tgl/bln/thn
Urut ART
Tanda tangan/ Cap jempol diri sendiri
Tanda tangan/ Cap jempol Wali
I
Nama Saksi**
Tgl/bln/thn
Tanda Tangan
Keterangan: *PSP dibuat 2 rangkap, untuk: - Responden (1 lbr) - Tim pewawancara (1 lbr), kirim ke korwil bersama kuesioner ** Diluar tim pewawancara, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga atau KetuaRT
U9tuk Responden Biomedis
Sadan Penelitian dan Penqernbanqan Keseftatan Departemen Kesehatan R.I. Jalan P,ercetak~n. N.egafa 29 Jakarta 10560 RISET KE~EHATAN DASAR 2007 NASKAH PENJl=LASAN* Sadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Oepartemen Kesehatan RI mulai bulan Juli s/d Oesember 2007 ·akan melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di 33 Propinsi di Indonesia yang mencakup 280.000 rumah tanqqa-yanq tersebar di 18.000 bloksensus. Riset ini bertujuan lmtuk mendapatkan berbagai data kesehatan rnasyarakat dan data biomedis. Sasaran riset ini adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga yang terpilih. Akan dilakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan pada kepala rumah tangga dan semua anggota rumah tangga. Wawancara meliputi keteranqan diri, riwayat kematian dalam rumah tangga, pelayanan kesehatan, sanltasi linqkunqan, konsumsi makanan, penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit turunan, ketidak mampuan, cedera, imunisasi, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan, kecacatan dan kesehatan mental. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar perut untuk dewasa dan lingkaran lengan atas untuk wanita umur 15-54 tahun. Pemeriksaan meliputi ketajaman penglihatan mata, kesehatan gigi, kadar iodium dalam garam. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dalam satu rumah tangga adalah sekltar 2 jam. 1 Hanya dibacakan untuk responden yang akan diambil sampel urin dan contoh garam untuk pemeriksaan iodium. Rumah tangga Bapak/ lbu juga termasuk dari sebagian rumah tangga yang akan diperiksa kadar iodiumnya. Untuk itu perlu dikumpulkan contoh garam yang digunakan sehari-hari untuk memasak sebanyak 3 sendok makan dan contoh urin (air seni) dari anak Bapak/ lbu bernama (usia 6-12 tahun) sebanyak 3 sendok makan. Selain itu juga dilakukan pengambilan darah di laboratorium yang ditunjuk guna mengetahui penyakit yang mungkin terjadi berkaitan dengan penyakit menular, tidak menular, kelainan gizi dan kelainan bawaan. Yang diambil darahnya adalah semua anggota rumah tangga usia 1 tahun keatas. Untuk orang dewasa (umur ~ 15 tahun) yang akan diambil darahnya, perlu persiapan puasa 10 - 14 jam sebelum pengambilan darah, termasuk tidak merokok, tidak melakukan aktivitas berat, tidak sarapan, minum air putih tawar diperbolehkan. Bapak/ lbu/ Saudara akan diberi minuman 1 gelas yang mengandung gula sebelum diambil darahnya. Untuk wanita hamil, anak dan balita tidak perlu puasa. Darah vena yang akan diambil sebanyak 1 sendok makan (15 ml) pada dewasa, masing-masing 1 sendok teh (5 ml) pada wanita hamil, anak dan balita. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas pengambil darah yang terlatih. Dalam pengambilan darah akan ada sedikit rasa nyeri seperti digigit semut, namun tidak ada risiko yang membahayakan. Pengambilan darah diawasi oleh tim medis yang berpengalaman disertai peralatan yang memadai. Partisipasi Bapak/lbu/Sdr/Sdri adalah sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu-waktu dapat menolak tanpa dikenakan sanksi apapun. Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan mengetahui keadaan kesehatan dan sebagai tanda terima kasih, kami akan memberikan penggantian waktu sebesar Hp. 20.000.- per keluarga. Anggota keluarga yang terpilih diambil darahnya, akan mendapatkan uang pengganti transport Rp. 35.000.- per orang, dan disediakan makanan setelah pengambilan darah.
Anda akan mendapatkan hasil pemeriksaan gula darah, darah rutin atau kadar Hb bila peralatan otomatis tidak ada .. Jika terjadi sesuatu yang mernerlukan pertolongan dokter pada saat pengambilan darah maka Bpk/lbu/Sdr/Sdri akan seqera dlberi pertolonqan, bila perlu dirujuk ke Rumah Sakit dan biaya akan ditanggung oleh Badan l.'.'itbang Kesehatan.
Semua informasi dan hasil perneriksaan yang berkaitan dengan keadaan kesehatan Bapak/ lbu/ Sdr/ Sdri akan dirahasiakan pan disimpan di Sadan Penelitian dan Pengernbangan · Kesehatan-DepKes, Jakarta dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan dan pengembangan·ilmu penqetahuan, · Bila Bapak/ lbu/ Sdr/ Sdri memerlukan penyelasan lebih lanjut mengenai riset ini, dapat menghubungi Sadan Litbang Kesehatan-Departemen Kesehatan R.I, Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta 10560; Telp. (021) 4261088 ext 146, Telp/sms (02~) 98264854, fax (021) 4209866, email riskesdas"@litbariQ'.depl<es.go.id atau 1. Kepala Dinas Kesehatah Kabupaten/ Kota setempat 2. Dr. Sunarno Ranu Widjaja, MPH (HP 0811848473) 3. dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, DrPH (HP 0816855887) Keterangan: *Naskah Penjelasan hanya diberikan 1 (satu)/ rumah tangga, dapat dibacakan beberapa kali untuk masing-masing responden
PERSETUJUAN
SETELAH PENJELASAN(PSP)*
(INFORMED CONSENT) Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Sadan Litbangkes-Departemen Kesehatan RI. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela dan saya dapat menolak atau mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
Pernyataan bersedia diwawancara, diukur, diperiksa dan diambil darah Nama Responden
Nomor Stiker Tgl/bln/thn
Tanda tangan Cap jempol Wali**
Tanda tangan/ Cap jempol diri sendiri
I
I
I
Nama Saksi***
Tgl/bln/thn
Tanda Tangan
Keterangan * PSP dibuat 3 rangkap untuk: - Responden ( 1 lbr) - Pertinggal di Laboratorium Kesehatan Daerah/ RS/Swasta (1 lbr, dititip pada petugas lapangan/ puskesmas untuk diserahkan kepada petugas lab) - Tim Pewawancara (1 lbr), kirim ke Korwil bersama kuesioner
** bila responden berusia < 15 tahun atau responden sulit berkomunikasi *** Diluar tim pewawancara, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga atau KetuaRT
-Lampiran 3 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KESEHATAN BADAN P,ENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
RlSE1 KESEHAT AN DASAR 2007 PERTANYAAN RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU RKD07. RT
DD DD DOD DOD
Provinsi 2
Kabupaten/Kota"l
3
Kecamatan
4
Desa/Kelurahan 'J
5
Klasifikasi Desa/Kelurahan
1. Perkotaan
D
2. Perdesaan ,--
6
• ...,._-
t'
V
~
·~v
•
~
-:;
~
~<
"
-
-
.,.~"'"
t"
b. Nomor sub blok sensus
~~·'.~:a':~:·::~~.:}.~'.~ ~i, .:j. : _:\··~
7
Nomor Kode, Sampel
8
Nomor urut sampel rumah tangga
9
Alamat rumah
-j
..
•
•
.•
t ",
>.:;}...ii
DDDDD DD
1
Nama kepala rumah tangga: 2
Banyaknya anggota rumah tangga:
3
Banyaknya anggota rumah tangga yang diwawancarai:
4
Jumlah balita (umur di bawah 5 tahun):
5
DD DD
, Jumlah kematian ART dim periode 12 bulan sebelum survei dan dilakukan verbal otopsi:
6
Apakah Rumah tangga menyimpan garam?
1. Ya
7
Lakukan tes cepat lodium dan catat kandungan lodiumnya
1. Cukup (biru/ungu tua)
2. Tidak ~ Blok Ill
2. Tdk cukup (biru/ ungu muda)
D D D D
3. Tidak ada iodium (Tidak berwarna)
SAMPEL'GARAM DIAMBIL HANYA UNTUK 30 KAB/ KOTA TERRJLIH (LIHAT DAFTAR KAB/ KOTA DI PEDOMAN PENGISIAN) 8
.
t-.-
a. Nomor blok sensus
;
.SIJKER NOMOR GARA.NI (RUMAHJAN~GAJ ·-
Nama Pengumpul Data:
2
Tgl. Pengumpulan data: (tgl-bln-thn)
3
Tanda tangan PengLllrlpul Data
*) coret yang tidak perlu
TEMPEL STIKER DI SINI
_
DD-DD-DD
4
Nama Ketua Tim:
5
Tgl. Pengecekan: (tgl-bln-thn)
6
Tanda tangan Ketua Tim:
DD-DD-DD
IV. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA
No. urut ART
Hubungan dengan kepala rum ah tangga
Nama Anggota Rumah Tangga (ART)
Jen is Kelamin
. Jika umur< 1thn isikan "00" 1. Laki2 Jika umur 2. Perem- ~97thn lsikan pJJan "97"
[KODE]
(1)
(2)
(3)
1.
1
2.
D
3. 4.
5. ___
6.
r-
-
7. 8. 9. 10. 11.
12. 13.
14.
,___ 15.
D D D D D D D D D D D D D
Umur (tahu~)
(4)
.
(5)
Status i
Apakah sedang Hamil? {KODE)
[KODE)
[KODE]
(6)
(7)
(8)
DD D DD D DD D DD D DD D DDID DD D OD D DD D DD D DD D DD D DD D OD D
D D D D D D D D D D D D D D D
Khusus ~husus ART ~ 10 ART tahun peremPendiPekerjaan utams • puan dikan 10-54 Tertinggi tahun
.
(9)
D D D D D D --DD D DD D DD D DD D DD D DD D DD D DD D D DD D .
D D D D D I D D D D D D D D D
·oo ·o
--
1.Ya 2.Tidak
DD DD DD DD DD DD
I
1
--
•'
"'
ART semalarn tidurdi dalam kelambu?
1. Ya 2. Tidak .+kol.12. 8. TdkTahu -+ kol.12 {10)
Jika ya, apakah kelambu berinsektis id a?
Verifif
1. Ya 2. Tidak 8. Tidak Tahu
(11)
D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D . D D D D D
(12
[ [ [
[ [ [
[ [ [ [ [
[ [
[ [
-
Gl{t;IAKAN LEMBAR TAMBAHAN APABILA JUMLJ\!i ART >.15,0RANG Kodekolom3 Hubungan dengan kepala rumah tangga 1
= Kepaia rumah
tangga 2 = lstri/suami 3 = Anak 4 = Menantu 5 = Cucu
6 = Orang tua/ mertua 7 = Famili lain 8 = Pembantu rumah tanggii 9 = Lainnya
Kodekolom 6 Status Kawin 1 = Belum kawin 2 = Kawin 3 = Cerai hidup 4 = Cerai matl
-
'
·Kode kolom 7 Pendidlkan Tertjnggl 1 = Tidak pernah sekolah 2 = Tidak tamat SD 3=TamatSD 4 = Tamat SLTP 5=TamatSLtA 6 = Tamat Perguruan Tinggi
Kodekolom8 Pekerjaan Utama 01 ~Tidak kerja 02 = Sekolah 03 = !bu umah tangga 04 = TNl/Polri 05 = PNS 06 = Pegawai BUMN 07 = Pegawai swasta
08 ·= Wiraswasta/ Pedagang 09 = Pelayanan Jasa 10 = Petani 11 = Nelayan 12 = Buruh 13 = Lainnya
Kode kolom 12 Verlflkasi 1 = Tldak ada peruba 2= Ada perubahan 3 = Meninggai 4 = Pindah 5 = Lahir 6 = Anggota baru 7 = Tdk pemah ada RTsampel
-
.I,t I
•
Nama ART yang diwawancarai: :
.
;
'
•
•
DD
'.
No."Urut ART yangdiwawancarai: (lihafBlok'IV kol. 1)
'
KEJADIAN KEMATIAN SEJAK 1J.uu2004 (TER~SUK KEJADIAN BAYI LAHIR MATI) --·HANYA DALAM RUMAH TANGGA APAKAH ADA KEJADIAN KEMATIAN SEJAK 1JULI2004 KARENA PENYAKIT DI BAWAH INI: (BACAKAN PILIHANPENYAKIT) ISIKAN DENGAN l
a. Diare
D
e. Malaria
D
i. Hipertensi I Jantung
D
jn,
b. ISPA/ Pneumonia
D
f. DBD
D
j. Stroke
D
n. Hamil/ Bersalin/ Nifas
D
c. Campak
D
g. Sakit kuning
D
k. Kencing manis
D
o. Bayi lahir mati
D
d. TBC
D
h. Typhus
D
I. Kan~er/ Tumor
p. Lainnya, ..............
D
.D
Kecelakaan/cedera
D
JIKA TIDAK ADA KEJADIAN KEMATIAN SEJAK 1JULI2004 LANGSUt-fG KE BLOK VI No. Urut
Nama yang Meninggal
Hubungan dengan Kepala Rum ah Tangga
Bulan dan T ahun Kejadian Kematian sejak 1 Juli 2004
Jenis kelamin
1. Lk 2.Pr
[KODE]
(
(2)
(3)
----
(4)
(6)
(5)
---Bin DD
1.
D
Umur Saal Meninggal => < 1 th tulis dalam bulan => < 1 bulan tulis dalam hari ·=> < 1 hari tulis 00 pada kolom Hari => Lahir mati tulis 98 pada kolom hari => <: 97 thn tulis 97 pada kolom thn [ISi SALAH SATU BARIS
OD
D
[KODE]
(7)
rm.,
Untuk wanita umur 10 • 54 thn yang meninggal, apakah
Penyebab Utama Kematian
tarjacti pada: 1. Kehamilan 2. Keguguran 3. Melahirkan 4. Masa nifas (60 ~ setelah bersalinj 5. Lainnya
(8)
(9)
D
DD
Bulan
.........
ThnDD ·DD
Tahun
DD
Hari
DD
Bulan
DD
Tahun
Bin DD
2.
D
D
DD
D
.........
ThnDD '
Bin DD
3.
D·
D
DO
Harl
DD
Bulan
DD
Tahun
o·o
D
.........
ThnDD
Bin DD
4.
ou.,
I
[]
D
DD
D
DDaulan
ThnDD
•••••
DD
w •••
Tahun
Jika..terdapat kematian dalam periode 12 bulan sebelum survei sainpai cfengan survei berlangsung, maka lanjutkan dengan menggunakan'kuesionerRKP07.AV dengan melihat kolom 7 (umur saat meninggal) untuk memilih jenis kuesloner '
Kode kolom 8 Penyebab Kematian Kode kolom 4 Hubungan dengan kepala RT 1 = Kepala rumah tangga 6 = Orang tualmertua 2 = lstri/suami 7 = Famili lain 3 = Anak 8 = Pembantu rumah tangga 4 = Menantu 9 = Lainnya 5 = Cucu
01 = Diare 02 = ISPNradang paru 03 = Campak 04
= TBC
05 =Malaria
06 07 08 09 10
= Demam berdarah = Saki! kuning =Tilus = Hlpertensi/Jantung =Stroke
11 = Kencing manis 12 = Kanker!Tumor 13 = Kecelakaan/Cedera 14 = Hami!/Bersalin/Nifas 15 = bayi lahir mati 16 = penyakit lainnya .
-Kolom 7 Umur saat meninggal
GUNAKAN KUESIONER: < 29 hari (NEONATAL):
RKP07.AV1 29 hari - < 5 thn: RKD07.AV2 5 thn ke atas : RKD07.AV3
.......... l:(m,
Berepa jarak yang harus ditempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Ru mah Sakit,
1a
Ruskesmas, Pustu, Dokter praktek, Bidan Praktek}? ........... meter 'I
1b
Berapa waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu; Vokter praktek,' Blden-Praktek)?
2a
Berapa jarak yang harus-ditempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Posyandu, Poskesdes,' Polindes )?
.......... menit ...... :: .. Km ........... meter
2b
Berapa waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan terdekat (Posyandu, Poskesdes, Polindes)?
3
~pakah ~~r,sedia angkutan umum ke fasiiitas pelayanan kesehatan terdekat? (berlaku untuk P.1a dan P.2a)
1. Ya
4
Apakah rumah tangga ini pernah memanfaatkan pelayanan Posyandu/ Poskesdes dalam 3 bulan terakhir?
1. Ya 2. Tidak ~ P.6
I
5
.......... menit
.DD ODD
DOD DD ODD DOD
2. Tidak
D D
Jika ya, jenis pelayanan apa saja yang diterima: (BACAKAN POINT a SAMPAl·DENGAN i) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA. 2=TIDAK 7=TIDAK BERLAKU a. Penimbangan b. Penyuluhan c. lrnunisasi
D D D
D D D
d. KIA e.KB f. Pengobatan
g. Pemberian Makanan Tambahan h. Suplementasi gizi (Vit A. Fe, Multi gizi mikro)
D D
ol
i. Konsultasi risiko penyakit
LANJUTKAN KE P .7
6
Jika tidak memanfaatkan pelayanan Posyandu/ Poskesdes, apakah alasan utamanya?
1. Letak posyandu jauh
2. Tidak ada posyandu
3. Pelayanan tidak lengkap
4. Lainnya:
7
Apakah rumah tangga ini pernah memanfaatkan pelayanan Polindes/ Bidan Desa dalam 3 bulan terakhir?
8
Jika ya, jenis pelayanan apa saja yang diterima: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN f) ISIKAN150DE JAWABAN DENGAN 1=YA 2=TIDAK 7= TIDAK BERLAKU a. Pemeriksaan kehamilan
0
c. Pemeriksaan ibu nifas
b. Persalinan
O·
d. Pemeriksaan neonatus (<1 bulan)
D D
.
1. Ya 2. Tidak ~ P.9
e. Pemeriksaan bayi (1-11 bulan) dan/ atau anak balita (1- 4 tahun)
f. Pengobatan
D D D D
LANJUTKAN KE P.10
9
Jika tidak memanfaatkan pelayanan Polindes/ Bidan Desa, apakah alasan utamanya?
1. Letak po!indes/ bidan desa jauh 2. Tidak ada polindes/ bldan desa 10
l
3. Pelayanan tidak lengkap 4. Tidak membutuhkan
5. Lainnya:
.
Apakah rumah tangga ini pernah Memanfaatkan'pelayanan Pos Obat Oesa (POD)/ Warung Obat desa (WOO) dalam 3 bulan terakhir? • '
1··-~J-ik_a_ti_da_k_m~e-m-a-nfaatkan PODi3. WOO, apakah alasan utamanya? 1. Lokasi jauh Obat tidak lengkap 5. Lainnya: 2. Tidak ada POD/ WOO 4. Tidak membutuhkan
..
1.Ya ~VII 2. Tidak -
D
D
............
1.
Berapa jumlah pemakaian air untuk keperluan Rumah T angga?
2.
Berapajarak/lama waktu yangdibutuhkan untuk memperoleh air (pulang-pergi)?
DODD
liter/hari
a. Jarak .... Km
b.ODD D
b. Lama ... Menit
3.
Apakah di sekitar sumber air dalam radius <10 meter terdapat sumber pencemaran (air limbah/ cubluk/ tangki septik/ sampah)?
4.
Apakah air untuk semua kebutuhan rumah tangga diperoleh dengan mudah sepanjang tahun?
5.
6.
Bila sumber air terletak di luar pekarangan rumah, siapa yang biasanya mengambil air untuk keperluan Rumah Tangga
1. Ya 2. Tidak 3. Tidak ada sumber air 1. Ya (mudah)
1. Orang dewasa perempuan
2. Orang dewasa laki-laki 3. Anak laki-laki 4. Anak perempuan 5. Sumber air di dalam pekarangan rumah
D
b. Berwama
LJ
c. Berasa
D
d. Berbusa
D
e. Berbau
D
D
7.
Apakah jenis sarana/ tempat penarnpungan air minum sebelum dimasak? 1. Tidak ada/langsung dari sumber 2. Wadah/tandon terbuka 3. Wadah/tandon tertutup
8.
Bagaimana pengolahan air minum sebelum diminum/ digunakan? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) IS!KAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Langsung diminum
D b, Dimasak D c. Disaring D
d. Diberi bahan kimia
Dimana ternpat penampungan air lirnbah dari kamar rnandi/ tempat cuci/ dapur? 1. Penampungan tertutup di pekarangan/ SPAL 3. Penampungan di luar pekarangan 2. Penampungan terbuka di pekarangan 4. Tanpa penampungan (di tanah)
D
D e. Lainnya:
5. Langsung ke got/ sungai
10.
Bagaimana saluran pembuangan air limbah dari kamar mandi/ dapur/ ternpat cuci? 1. Saluran terbuka 2. Saluran tertutup 3. Tanpa saluran
11.
Apakah tersedia tempat pembuangan sampah di luar rumah?
1. Ya
12.
Bila ya, apa jenis tempat pengumpulan/ penampungan sampah rumah tangga di luar rumah tersebut?
a. Ternpat sampah tertutup
(BACAKAN POINT a DAN b) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN
b. Tempat sampah terbuka
1=YA ATAU 2=TIDAK
D D D
2. Tidak -?P.13
13.
Apakah tersedia tempat penampungan sampah basah (organik) di dalam rumah?
1. Ya
14.
Bila ya, apa jenis tempat pengumpulan/ penampungan sampah basah (organik) di dalam rumah?
a. Tempat sampah tertutup
(BACAKAN POINT a DAN b) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK
b. Tempat sampah terbuka
15.
D
2. Sulit di musim kemarau 3. Sulit sepanjang tahun
Bagaimana kualitasflslk.alr minum? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Keruh
9.
DD
a.
2. Tidak -?P.15
D D D D D D
Apakah Rumah Tangga ini selama sebulan yang lalu menggunakan bahan kimia yang termasuk dalam golongan bahan berbahaya dan beracun (83) di dalam rumah (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Pengharum ruangan (spray) b. Spray rambut/ deodorant spray c. Pembersih lantai d. Pengkilap kaca/ kayu/ logam
D D D D
e. Penghilang noda pakaian
f. Aki (Accu) g. Cat h. Racun serangga/ Pembasmi hama
D D D D
. 16.
Apa jenis ternak yang dipelihara? Dipelihara? Ternak/hewan peliharaan
1. Ya 2. Tidak 7 ternak berikutnya
a. Unggas (ayam,bebek, burung) b. Temak sedang (kambing,domba, babi) c. Temak besar (sapi,kerbau,kuda) d. Anjing, kucing, kelinci
17.
Dipelihara di : 3. Rumah tanpa kandang 2. Kandang luar rumah 4. Luar rumah tanpa kandang
1. Kandang dalem rumah
(1)
(2)
D D D D
D D D D
Jarak rumah ke sumber pencemaran? JIKA TIDAK TAHU JARAK KE SUMBER PENCEMARAN 71SIKAN 11888811 PADA KOLOM (2) JARAK (METER) JIKA TIDAK ADA SUMBER PENCEMARAN 7 ISIKAN "9999" PADA KOLOM (2) JARAK (METER) Sumber Pencemaran
Jarak (meter)
Sumber Pencemaran
Jarak (meter)
(1)
(2)
(1)
(2)
DODD
e. Terminal/stasiun kereta api/bandara
a. Jalan raya/ rel kereta api
I
b. T empat Pembuangan Sampah (Akhir/Sementara )/lncinerator/lPAL RS
10000
f. Bengkel
DDDD DODD
g. Jaringan listrik tegangan tinggi (SUIT/ SUTET)
c. lndustri/pabrik 1
I-
l
d. Pasar tradisional
h. Peternakan/ Rumah Potong Hewan (terrnasuk unggas)
DODD DODD DODD DODD
RAHASIA
RKD07.GIZI
Kutlp dari Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT
0-11
bulan
1 -3
tahun
4-6
tahun
7-9
tahun
10-12
tahun
13 - 15
tahun
16-18
tahun
19 - 29
tahun
30-49
tahun
50- 64
tahun
64
-tahun
>
-H
=+=
Jumlah
Waktu Mak an
Masakan/Menu
Jenis bah an makanan
Banyaknya yg dikonsumsi
••••••••••••••••••••••••••• -:
Waktu Makan
Masakan/Menu
·':
w.. •••••••••••••••••••••••••••••••••••
Jenis bahan makanan rarr
---------+----1--
RKD07.IND
RAHASIA
A01
Tuliskan nama dan nomor urut Anggota Rumah Tangga (ART)
NamaART
Nomor urut ART:
A02
Untuk ART pada A01 < 15 tahun/ kondisi sakit/ orang tua yang perlu didampingi, tuliskan nama dan nomor urut ART yang mendampingi
NamaART
Nomor urut ART:
DD DD
[N.~~AAJ pada pertanyaan d! bawah in! merujuk pada N,1\~.~A yang tercatat pada pertanyaan A01 PERTANYAAN 801-840 DITANYAKAN PADA SEMUA UMUR INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)/ INFLUENZA/ RADANG TENGGOROKAN 801
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA.] pernah didiagnosis menderita ISPA oleh tenaga kesehatan {dokter/ perawatl bidan)?
802
Dalarn 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah menderita panas disertai batuk berdahak/ kering atau pilek?
·---
~~~~~~~~-~~--~~---j
1. Ya 7 803 2. Tidak 1. Ya , 2. Tidak
D D
PNEUMONIA/ RADANG PARU
D
803
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah didiagnosis menderita Pneumonia oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawatl bidan)?
1. Ya ~ 805 2. Tidak
B04
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah menderita panas tinggi disertai batuk berdahak dan napas lebih cepat dan pendek dari biasa (cuping hidung) I sesak nafas dengan tanda tarikan dinding dada bagian bawah?
~: ~~ak
D
DEMAM TYPHOID {TIFUS PERUT) BOS
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah didiagnosis menderita Demam Typhoid oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya~ 807 2. Tidak
D
B06
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah menderita panas terutama pada sore malam hari > 1 minggu disertai sakit kepala, lidah kotor dengan pinggir merah, diare atau tidak bisa BAB?
1. Ya 2. Tidak
D
1.Ya~809 2. Tidak
D
1. Ya 2. Tidak ~ 810
D
1. Ya
D
MALARIA 807 808
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Mal_aria yang sudah dlkonfirmasi dengan pemeriksaan darah oleh'tenaqa kesehatan (dokter/ perawatl bidan)? Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah menderita panas tinggi dlsertai menggigil (perasaan dingin), panas naik turun secara berkala, berkeringat, sakit kepala atau tanpa gejala malaria tetapi sudah minum obat anti malaria?
f---1--
B09
Jika Ya, apakah [NAMA] mendapat pengobatan dengan obat program dalam 24 jam pertama menderita pan as?
2. Tidak
DIARE/ MENCRET 810
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Diare oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawatl bidan)?
1. Ya~ 812 2. Tidak
B 11
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah menderita buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari dengan kotoran/ tinja lembek atau cair?
1. Ya 2. Tidak-s 813
Apakah pada saat diare, diatasi dengan pemberian Oralit/ pemberian larutan gula garam/ cairan rumah tangga?
1. Ya 2. Tidak
f---f---
812
D D D
-
CAMPAK/ MORBILI B,3
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita campak oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya 7 815 2. Tidak
[
814
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah menderita p
1. Ya 2. Tidak
[
TUBERKULOSIS-PARU (TB PARU)
815
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernahdidiaqnosls menderita TB Paru'oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya 7 817 2. Tidak
[
816
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah menderita batuk ~ 2 minggu disertai dahak atau dahak bercampur darah/ batuk berdareh dan befat badan sulit bertambah/ menurun?
1. Ya
2. Tidak
[
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah didiagnosis menderita Demam Berdarah Dengue oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya 7 819 2. Tidak
[
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah menderita demam/panas, sakit kepala/ pusing disertai nyeri di uluhatif perut kiri atas, mual dan muntah, lemas kadang-kadang disertai bintik-bintik merah di bawahJwlit dan/ atau mimisan, kaki/ tangan dingin?
1. Ya 2. Tidak
[
1. Ya 7 821
[
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
817 818
l
-
-HEPATITIS/ SAKIT LIVER/ SAKIT KUNING 819
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pernah didiagnosis menderita Hepatitis oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
2. Tidak
820
Dalam 12 bulan terakhir apakah [NAMA] pernah menderita demam, lemah, gangguan saluran cerna, 1. Ya (mual, muntah, tidak nafsu makan), nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna seperti air teh pekat, 2. Tidak I mataataukulitberw_ar_n_a_ku_n_in~g_?~~~-~~~~~~~~~~~~~~--~~~~~~~~~~~~ FILARIASIS/ PENYAKIT KAKI GAJAH
821 822
[
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Filariasis oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan}?
2. Tidak
[
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah menderita radang pad a kelenjar di pangkal paha secara berulang, atau pembesaran alat kelamin/ payudara/ tungkai bawah dan atau atas (Filariasis/ kaki gajah)?
1. Ya 2. Tidak
[ [
1. Ya 7 823
ASMA/ MENGI/ BENGEK
l
823
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah didiagnosis menderita Asma oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya 7 825 2. Tidak
824
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah mengalami sesak napas disertai bunyi (mengi)/ Rasa tertekan di dada/ Terbangun karena dada terasa tertekan di pagi hari atau waktu lainnya, Serangan sesak napas/terengah-engah tanpa sebab yang jelas ketika tidak sedang berolah raga atau melakukan aktivitas fisik lainnya?
1. Ya 2. Tidak
[
GIGI DAN MULUT 825
1. Ya 2. Tidak 7 828
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NArvt.A) mempunyai masalah dengan gigi dan/atau mulut? -j--~~~-~~~~~~~~~~~-~~~~~~~~~~~~~~~~--ir-~~~~-+~-
826
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] menerima perawatan atau pengobatan dari perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis?
827
Janis perawatan atau pengobatan apa saja yang diterima untuk masalah gigi dan mulut yang [NAMA] alami? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Pengobatan b. Penarnbalan/ pencabutan/ bedah gigi atau mulut
828
D D
c. Pemasangan gigi palsu lepasan (protesa) atau gigi palsucekat (bridge) d. Konseling tentang perawatan/ kebersihan gigi dan mulut
Apakah [NAMA] telah kehilangan seluruh gigi asli?
D D
1. Ya 2. Tidak 7 828
e. Perawatan gigi lainnya. Ya, sebutkan .
J
1. Ya
2. Tidak
[
=n
CEDERA
'·'
''
. '830
Penyebab .cedera: (8ACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN p) ISIKAN KODE JAWA8AN DENGAN ~=YA ATAU 2=TID~K a. Kecelakaan transportasi di darat (bus/ truk, 'kereta'api, . motor, m?bil) b. Kecelakaanlransportasi laut c. Kecelakaan transportasi udara d. Jatuh e. Terluka karena benda tajam, benda tumpul f. Penyerangan (benda tumpul/ tajam, bahan kimia, dll)
831
2. Tidak' 833
D
i. 8encana alC\f!l (ge!Jlpa bum!, tsunami)
D
j. Usaha bunuh diri (mekanik, kimia)
D D D
I. Mesin elektrik, radiasi
0
n. Asfiksia (terpendam, tercekik, dll.)
m. Terbakar, terkurung asap
D
o. Komplikasi tindakan medis
h. Kontak dengan bahan beracun (binatang, tumbuhan, kimia)
D
p. Lainnya, Sebutkan ..............................
D D D D D D D D
k. Tenggelam
g. Ditembak dengan senjata api
n L._l
Bagian tubuh yang terkena cedera: (8ACAKAN POINT a SAMPAI DEf.lGAN j) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Kepala I
b. Leher c. Bagian dada 832
,1. Ya
DalartJ 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah mengalarrli cedera sehingga kegiatan sehari-hari - terganggu?
829
D D
D
d. Bagian perut, tulang punggung, tulang panggul e. Bagian bahu dan lengan alas
D D
rr
f. Bagian siku, lengan bawah
g. Bagian pergelangan tangan, dan tangan h. Bag[an pinggul dan t~Q9k.ai atas i. Bagian lutut dan tungkai bawah
D D
j. Bagian tumit dan kaki
D
I
D
Jenis cedera yang dialami : (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN I) ISIKAN KODE JAWA8AN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Benturan/ Luka me mar
D
c. Luka terbuka
b. Luka lecet
D
d. Luka bakar
D D
e. Terkilir, teregang
f. Patah tulang
D D
g. Anggota gerak terputus h. Keracunan
D D
i. Lainnya:
...............
D
PENYAKIT JANTUNG 633
834
., ' Apakah (NAMA) selama ini pemah didiagnosis menderita penyakit jantung oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya' 835 2. Tidak
D
Apakah [NAMA] pernah ada gejala/ riwayat: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWA8AN DENGAN 1=YAATAU 2=TIDAK
a.
EiiJ:>ir kebiruan saat menangis atau rnelakukan aktifitas
b. Nyeri dada/ rasa tertekan berat/ sesak nafas ketika berjalan terburu- buru/ mendaki/ berjalan biasa di jalan datar/ kerja berat/ jalan jauh
D D
c. Jantung berdebar-debar tanpa sebab d. Sesak nafas pada saat tidur tanpa bantal
D D
I
e. Tungkai bawah bengkak
D
PENYAKITl<ENCING MANIS (DIABETES MELLITUS) '
835
Apakah (NAMA) selama ini pemah didiagnosis menderita kencing manls olehtenaqa kesehatan (dokter/ perawatf bidan)? "' •
1. Ya' 837 2. Tidak
D
836
Apakah [NAMAj selama ini pemah mengalami gejala banyak makan, banyak kencing, banyak minum, lemas dan berat badan turun atau menggunakan obat untuk kencing manis?
1. Ya 2.ndak
D
TUMOR/KANKER 637
1.Ya
Apakah (NAMA) selama ini pemah didiagnosis menderita penyakit tumor/ kanker oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawatl bidan)?
DODD
638
Sejak kapan [NAMA] didiagnosis tumor tersebut? Thhun
839
Oimana lokasl tumor/ kanker tersebut: (BACAKAN,POINT a SAMP.;l OE~GAN m) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU,2=TIDAK ATAU 7.;TIDAK 8ERLAKU a. Mata, otak, dan bagian susunan syaraf pusat b. 6ibir, rongga mulut dan tenggorokan c. Kelenjar gondok dan kelenjar endokrin lain d. Sa!uran pernafasan {paru- paru) e. Payudara
D D D D D
D
2.Tidak 7 840
\.T"
f. Saluran cema (usus, hati) g. Saluran kemih h. Alat kelamin wanita: ovarium, cervix uteri i. Alat kelamin pria: Prostat
D D D D
c c
k. Jaringan lunak I. Tulang, tulang rawan
C
m. Darah
D
j. Kulit
PENYAKIT KETURUNAN/GENETIK 840
Apakah [NAMAJ ada riwayat keluhan menderita sebagai berikut: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h) ISIKAN KODE JAWA8AN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Gangguan jiwa {schizophrenia)(observasi) b. 8utawarna c. Glaukoma
'--
D D D
.d. 8ibir sumbing (observasi) e. Alergi dermatitis f. Alergi rhinitis
D D
g. Thalasemia h. Hemofilia
D D
D
JIKA ART UMU~;::. 15 TAHUN -7 841 • JIKA ART UMUR 14 TAf"!UN -7 KE BAGIAN C. KETANGGAPANPELAYANAN KESEHATAN o
s
PENYAKIT SENDI/ REMATIKI EN~OK 841
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah didiagnosis menderita penyakit sendi/Tematik/encok oleh tenaga kesehatan (dokterfaperawat/bidan)?
1. Ya 7 843 2. Tidak
[
842
Dal?m 12 bulan terakhir, apakah [NAl'v1A) pernah menderita sakit/ nyeri/ kaku/ bengkak di sekitar persendian, kaku di persendian l<etika bangun tidur atau setelah istirahat lama, yang timbul bukan karena kecelakaan?
1. Ya 2. Tidak
[
HIPERTENSI/ PENYAKIT TEKANAN DARAH TINGGI 843 644
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita hipertensi/ penyakit tekanan darah tin i oleh tena a kesehatan dokter/ erawat/ bidan ? Apakah saat ini [~AMA] masih minum obat antihipertensi?
1. Ya 7 845 2. Tidak 1. Ya 2. Tidak
-
[ [
STROKE 845
Dalam 12 bulan terakhir, apakah (NAlv'iA] pernah didiagnosis rnenderita stroke oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/;bidan)?
1.Ya 7 847 2. Tidak.
[
846
Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA) pemah mengalarni kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau pada otot wajah, atau gangguan pada suara (pelo) secara mendadak?
1. Ya 2. Tidak
[
• JIKA ART UMUR ~ 30 TAHUN -7 847 • JIKA ART'UMUR s 29 TAHUN -7 KE BAGIAN C. KETANGGAPANPELAYANAN KESEHATAN KATARAK (KHUSUS ART;::. 30 TAHUN) .,
847
Dalam 12 bulan terakhir, apakah salah satu atau kedua mata [NAMA] p~rnah.didi~gnosis/ dinyatakan katarak (lensa mata keruh) oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
1. Ya 7 849 2. Tidak 8. Tidak tahu
[
Dalam ·12 bulan terakhir, apakah '[N~MA] mengalami: (BACAKAN POINT a·DAN b) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAI\
648
a.D
a. Penglihatan berkabut/ berasap/ berembun atau tidak jelas?
b.D D D
b. Mempunyi')i masalah penglihatan berkaitan dengan sinar, seperti silau pada l~mpu/pencahayaan yang't_erang? ~
1. 'Ya
849 _ Dalam 12 bulan terakhir, apakah [NAMA] pemah operasi katarak?
2. Tidak-+ C '
850
1. Ya
Apakah setelah operasi katarak [NAMA) memakai kacamata?
2. Tidak
D?lam 5 tahun terakhir, dimana [NAMA) menjalani rawat inap terakhir? , 1. Ru mah Sakif Pemerintah 6. Praktek tenaga kesehatan 2. Rumah Saki! Swasta 7. Pengobat Tradlsionel 3. Rumah Sakit Di Luar Negeri 8. Lainnya (Sebutkan .)' 4. Rumah Sakit Bersalin/ Rumah Bersalin 9. Tidak Pernah menjalani rawat inap -7Cb01 5. Puskesmas ~--+-------------------------,-------Ca02 Berapa biaya yang dikeluarkan untuk rawat inap terakhir (dalam 5 tahun terakhir sebelum survei)? Rp ..
D
Ca01
-- ---~--
-----
DD.[jDD.DDD
Ca03 j
Darimana sumber biaya untuk rawat inap tersebut? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN I) lSIKAN KODE JAWABAN OENGAN 1=YA ~TAU 2=T\DAK
D
a. Biaya sendiri b. PT ASKES (pegawai) c. PT ASTEK/ Jamsostek d:ASABRI
D D D
D D D D
e. Askes Swasta
f. Dana Sehati JPKM g. Askeskin h. Jaminan Kesehatan Pemda
i. Kartu Sehat j. Penggantian biaya oleh perusahaan k. Surat Keterangan Tidak Mampu/ SKTM
r. Sumber
lain, Sebutkan ...........................
D D D D
Untuk pelayanan rawat inap yang terakhir, berilah penilaian dalam berbagai aspek dengan pilihan jawaban sbb: 1. SANGAT BAIK 2. BAIK 3. SEDANG 4. BURUK 5. SANGAT BURUK i
f
!
~
Ca04
Bagaimana [NAMA) menilai lama waktu menurggu sebelum mendapatpelayanan rawat inap?
Ca05
Bagaimana_[NAMA}menilai ke~amaha~ari-petugas kssehaten dalam menyapa dan berblcara?
Ca06
.B.agairnaoa.[NAMA) rn.anilai penqalamari'mendepatkan kejelasan tentang informa;i yang·terkait dengan penyakitnya dari petugas kesehatan? • - •
Ca07
Bagaimana [NAMA) menilai pengalarnan ikut serta dalam pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan atau pengobatannya? '
Ca08
Bagaimana [N!IMA) menilai var~ pelayanan kesehatan menjamin kerahasiaan atau dapat berbicara secara pribadi mengenai penyakitnya?
Ca09
Bagaimana [NAMArmenilai kebebasan memilih fasilitas, sarana dan petugas kesehatan?
Ca10
Bagaimana [NAMA) menilai kebersihan ruang rawat inap termasuk kamar mandi?
Ca11
Bagaimana [NAMA) menilai kemudahan dikunjungi_oleh keluarga ata).J teman ketika masih dirawat di fasilitas kesehatan?
.
.
D D D D D D D D
l
t
..
~ ... ._
Cb01
Dalam 1 tahun terakhir, dimana [NAMA) menjalani berobat jalan terakhid 06. Praktek tenaga kesehatan 01. Rumah Sakit Pemerintah 07. Pengobat Tradisional 02. Rumah Sakit Swasta 08. Lainnya (Sebutkan ) 03. ~umah Sakit Bersalin/ Rumah Bersalin 04. PuskesmaS/ Pustu/ Pusling/ Posyandu 09. Di rumah 10. Ti#k Pemah menjalani berobatjalan -7Cb10a 05. Poliklinik/ Balai Pengobatan Swasta
Cb02
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat jalan terakhir (dalam 1 tahun terakh·i~ sebelurn survei)? Rp ..
Cb03~·
Darimana sumber biaya 11l1luk berobat jalan terseb,ut? (BACAKAN PO!NT a SAMPAI DENGAN I)
.
DC
t,
DD.ODD.DOC
ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=Y~ A1A~ 2=TIDAK
D. D D D
a. Biaya sendiri b. PT ASKES (pegawai) c. PT ASTEK/ Jamsostek d. ASABRI
e. Ask~.s~,$~a~ta
f. Dana SehaU JPKM g. Askeskin h. Jaminan Kesehatan Pernda
D D D D
[ [ [ [
i. Kartu Sehat j. Penggantian biaya oleh perusahaan k. Surat .Keterangan Tidak Mampu/ SKTM I. Sumber lain, Sebutkan ........................
Untuk pelayanan, berobat jalan yang terakhir, berilah penilaian dalam berbagai aspek dengan pilihan jawaban sbb: 1. SANGAT BAIK 2. BAIK 3. SEDANG 4. BORUK 5. SANGA'FBURUK
I
Cb04
Bagaimana [NAMA] menllai lama wa~u menungg,u sebelum mendapat pelayanan berobatjalan?
[
Cb05
Bagaimana [NAMA] menilai kerarnahan dari petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara?
[
Cb06
Bagaimana [NAMA] menilai pengalaman mendapatkan kejelasan tentang informasi yang terkait dengan penyakitnya dari petuqas kesehatan?
[
Cb07
Bagaimana [NAMA] menilai pengalaman ikut serta dalam pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan atau pengobatannya?
[
Cb08
Bagaimana [NAMA] menilai cara pelayanan kesehatan menjamin kerahasiaan atau dapat berbicara secara pribadi mengenai penyakitnya?
[
Cb09
Bagaimana [NAMA] menilai kebebasan memilih fasilitas, sarana dan petugas kesehatan?
[
Cb10
Bagaimana [NAMA] menilai kebersihan ruang pelayanan berobatjalan termasuk kamar mandi? ISIKAN KODE "7" JIKA TEMPAT MENJALANI BEROBAT JALAN (Cb01) "DI RUMAH"
[
.
• • •
Cb10a
JIKA' ART UMUR 0 • 4 TAHUN -7 G. IMUNISASI DAN·PEMANTAUAN PERTUMBUHAN JIKA ART UMUR 5 • 9 TAHUN -7 XI. PE~GUKURAN dan 'PEMERIKSAAN JIKA ART UMUR ~10 TAHUN -7 D. PENGETAHUAN, SIKAP dan PERILAKU ...,
"'
,.
..
'"t!
I PENY~LUBUR_U_N_G~~~~~~--~~~~~~~~-·~~~~-~~~~~~~~~~~~. j 001 002
Apakah [NAMA) psmah mendenqar tentang penyakit flu burung pada manusia?
,
L
1.
Ya 2. Tidak-7 004
__
Sebutkan melaiui apa saja penularan kepada rnanusia? (POINT "a" SAMPAI "g" TIDAK DIBACAKAN). ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Udara b. Berdekatan dengan penderita c. Lalat
D d. Kontak dengan unggas sakit D e. Kontak kotoran unggas/Pupuk kandang D f. Makanan
D D D
g. Lainnya, sebutkan
······················· ······
D
r
003
Apa yang harus (NAMA] lakukan apabila ada unggas yang sakit atau mati rnendadak? (POINT "a" SAMPAI 'f" TIDAK OIBACAKAN). ISIKAN KOOE JAWABAN PENGAN 1=Y,A ATAU 2=TIOAK c. Mengubur/membakar unggas yang sakit e. Menjual a. Melaporkan pada aparat terkait dan mati mendadak b. Membersihkan kandang unggas
D
D D
0
d. Memasak dan memakan
D D
f. Lainnya: .....................
HIV/AIDS
11. Ya
I
2. Tidak 7 008
004
Apakah (NAMA) mengetahui tentang HIV/AIDS
005
Penularaan virus HIV/AIDS ke manusia melalui: (POIN"f a'SAMPAI OENGAN'h TIDAK OlBAt:AKAN) ISIKAN KODE JAWABAN OENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK g. Penularan dari ibu ke d. Penggunaan pisau cukur secara bersama-sama a. Hubungan seksual bayi selama hamil b. Jarum suntik c. Transfusi darah
006
D D D
e. Penularan dari ibu ke bayi saat persalinan
h. Lainnya: ...................
D D
D
f. Penularan dari ibu melalui ASI
Bagaimana mencegah HIV/AIDS? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN f) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU B=TIDAK TAHU a. Tidak berhubungan seksual dengan orang yang bukan pasangan tetap b.Tidak berhubungan seksual dengan pengguna narkoba suntik
007
D D
D
D D
c.Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali
D
e. Tidak menggunaan jarum suntik bersama
D
d. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
D
( Tidak menggunaan pisau cukur bersama
D
Andaikan ada anggota keluarga [NAMA) menderita HIV/AIDS, apa yang akan dilakukan? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN e) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 8=TIDAK TAHU
D D
a. Merahasiakan b. Membicarakan dengan anggota keluarga lain
D D
c. Konseling dan pengobatan d. Mencari pengobatan alternatif
e. Mengucilkan
D
PERILAKU HIGIENIS 008
Apakah.(NAMA) mencuci tangan pakai sabun? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN d) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIOAK
D D
a. Sebelum makan b. Sebelum menyiapkan makanan 009
010a D10b
c. Setelah buang air besar/ Setelah menceboki bayi d. Setelah memegang binatang (un~gas, kucing, anjing}
Dimana [NAMA) biasa buang air besar? 1. Jamban 3. Sungai/danaunaut 2. Kolam/sawah/selokan 4. Lubangtanah
5. Pantai/tanah lapang/ kebun/ halaman 6. Lainnya: ...........................
I 1. Ya
Apakah [NAMA) biasa rnenggosok gigi setiap hari?
2. Tidak 7 011
D D
D
D
Kapan saja [NAMA) menggosok gigi? (BACAKAN POINT a SAMPAI OENGAN e)
I ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK a. Saat mandi pagi dan/ sore b. Sesudah makan pagi
D D
c. Sesudah bangun pagi d. Sebelum tidur malam
D D
e. Lainnya, sebutkan ...........
D
PENGGUNAANTEMBAKAU 011
Apakah (NAMA) merokok/ mengunyah tembakau selama 1 bulan terakhir? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN) Ya, setiap hari 3. Tidak, sebelumnya pernah 7 016 2. Ya, kadang-kadang7 013 4. Tidak pernah sama sekali 7 018
012
Berapa umur [NAMA] mulai merokok/ mengunyah tembakau setiap hari ? ISIKAN DENGAN "88" JIKA RESPONOEN MENJAWAB TIDAK INGAT
............... tahun
013
Rata-rata berapa batang rokok/ cerutu/ cangklong (buah)/ tembakau (susur) yang (NAMA] hisap perhari?
........... batang
1.
D
00 DD
014
Sebutkan jenis rokok/ tembakau yang)>iasa (NAMAJ hisap/ kunyah: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h) ISIKAN"DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK.AT(i.l).8=T!DAK TAHU. a. Rokok kretek dengan filter b. Rokok kretek tanpa filter c. Rokok putih
D D D
d. Rokok linting e. Cangklong f. Cerutu
D D D
D D
g. Tembakau dikunyah (susur, nyirih, nginang) h. Lainnya:
.................. '
015
Apakah (NAMAJ biasa merokok di dalam rumah ketika bersama ART lain?
016
Berapa umur [NAMAJ ketika berhenti/ tidak merokok/ tidak mengunyah tembakau sama sekali? ISIKAN DENGAN "88" JIKA ~ESPONDEN MENJAWAB TIDAK INGAT
017
Berapa umur [NAMAJ ketika pertama kali merokok/ mengunyah tembakau? ISIKAN DENGAN""88" JIKA RESPONDEN MENJAWAB TIDAK INGAT
j 1. Ya~ 017
2. Tidak~ 017 ...............
tahun
............... tahun
D DD
DD
T
ALKOHOL Catatan (GUNAKAN KARl'lJ PERAGA): 1 satuan minuman standard yang mengandung 8-13 g etanol, misalnya terdapat dalam: 1 gelas/ botol kecil/ kaleng (285 - 330 ml} bir 1 gelas kerucut (60 mil aperitif 1 sloki (30 ml} whi~key 1 qelas kerucut (120 ml) anaaur 018
019 I 020
021a 021b
Apakah dalam 12 bulan terakhir [NAMA] mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol (minuman a!kohol bermerk: contohnya bir, whiskey, vodka, anggur/ wine, dll dan minuman tradisional: contohnya tuak, poteng, sopi)? Apakah dalarn 1 bulan terakhir (NAMA] pernah mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol?
1. Ya 2. Tidak ~ 022 1. Ya 2. Tidak ~ 022
Dalam 1 bulan terakhir seber°ipa sering (NAMA] minurn minuman beralkohol? (BACAKAN PILIHAN JAWABAN} 1. 5 hari atau Jebih tiap minggu 3. 1 - 3 hari tiap bulan 2. 1 - 4 hari tiap rninggu 4. < 1x tiap bulan 3. anggur/wine 11. Bir Jenis minuman beralkohol yang paling banyak dikonsumsi: 2. Whiskey/ Vodka 4. minuman tradisional Ketika minum minuman beralkohol, biasanya berapa rata-rata satuan minuman standar ........... satuan [NAMA] minum dalam satu hari? (GUNAKAN KARJU PERAGA} ISIKAN DENGAN "88" JIKA RESPONOEN MENJAWAB TIDAKJAHU
[J
C C C DC
AKTIVITAS FISIK (GUNAKAN KARTU PE~GA} Berikut adalah pertanyaan aktivitas fisik/ kegiatan jasmani yang berkaitan dengan pekerjaan, waktu senggang dan transportasi
1. Ya 2. Tidak 7 025
022
Apakah [NAMA] biasa melakukan aktivitas fisik berat, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya?
023
Biasanya berapa hari dalam seminggu, [NAMA] melakukan aktivitas fisik berat tersebut?
............. hari
024
Biasanya pada hari ketika [NAMA] melakukan aktivitas fisik berat, berapa total waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut?
............. jam
(ISi OALAM JAM DAN MENIT}
.......... menit
1. Ya 2. Tidak ~ 028
025
Apakah [NAl1r1AJ biasa melakukan aktivitas fisik sedang, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kalinya?
026
Biasanya berapa hari da!am seminggu, [NAMA] melakukan aktivitas fisik sedang tersebut?
027
Biasanya pada hari ketika [NAMA] melakukan aktivitas fisik sedang, berapa total waktu yang digunakan untuk melakukan selurup kegiatan tersebut?
............. jam
(ISi OALAM JAM DAN MENIT}
.......... menit
028
029
Apakah [NAMA] biasa berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayuh yang dilakukan terus-tnenerus paling sedikit selama 10 menit setiap kalinya? Biasanya berapa hari dalam.seminggu, [NAMA] berjalan kaki atau bersepeda selama paling sedikit 10 menit terus-menerus setiap kalinya?
............. hari
1. Ya 2. Tidak 7031 ............. hari
C C C DC C C C DC C C
. 030
Biasanya dalam sehari, berapa total waktu yang[NAMA] gunakan untuk berjalan kaki atau bersepeda?
............. jam
-
(ISi DALAM JAM DAN MENIT)
,
.
.......... menit
D DD
PERILAKU KONSUMSI 031
Blasanya .dalam 1 minggu, berapa hari [NAMA] makan buah-buahan segar? (GUNAKAN KARTU PERAGA) JIKA JAWABAN "O" ~ D33
....... hari
032
Berapa porsi rata-rata [NAMA) makan buah-buahan segardalam satu hari dari hari-hari tersebut? (GUNAKAN KARTU PERAGA)
....... porsi
033
Biasanya dalam 1 minggu, berapa hari [NAMA] mengkonsumsi sayur-sayuran segar? JIKA JAWABAN "O" 7 D35 (GUNAKAN KARTU PERAGA)
034
035
D D D
Makanan berlernak • •
d. Jeroan (usus, babat, paru) e.Makanan dibakar/dipanggang f.Makanan yang diawetkan
1. TIDAKADA 2. RINGAN
E03
E04
E05
3. SEDANG 4. BERAT
D D D
D
g.Minuman berkafein (kopi, dll) h.Bumbu penyedap (vetsin, kecap, trasi)
~
JIKA ART. UMUR 10·14 TAHUN-7 XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN JIKA ART UMUR ~15 T AHLIN 7, E. DISA_BILIT AS/ KETIDAKMAMPUAN
UNTUK PERTANYAAN E01- E11, BACAKAN PERT4NYAAN & ALTERNATiF JAWABAN. ISIKAN KODE'PILIHAN JAWABAN:
E02
...... .porsi
Biasanya berapa kali [Nt.MA] mengkonsumsi makanan berikut: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h)
bMakanan asin
E01
...... hari
• Berapa porsi rata-rata [NAMA) mengkonsumsi sayur-sayuran segar dalam sehari? (GUNAKAN KARTU PERAGA) TANYAKAN D35 TANPA KARTU PERAGA DAN ISIKAN KODE PILIHAN JAWAJ3AN: 5. < 3 kali per bulan 1. > 1 kali per hari 3. 3 - 6 kali'per minggu 2. 1 kali per.harl 4. 1 - 2 kali per mingg,u . 6. Tidak pernah
a. Makanani minuman manis
_
D D D D
E06
5. SANGAT BERA T
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] melihat dan mengenali orang di seberang jalan (kira-kira dalam jarak 20 meter) walaupun telah menggunakan kaca mata/ lensa kontak? Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] melihat dan mengenali obyek sepanjang lengan/ jarak baca (30 cm) walaupun telah menggunakan kaca mata/ lensa.kontak? Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] mendengar orang berbicara dengan suara normal yang berdiri di sisi lain dalam satu ruangan, walaupun telah menggunakan alat bantu dengar?
E07
D E08
D E09
D
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] mendengar orang berbicara dengan orang lain dalam ruangan yang sunyi, walaupun telah menggunakan alat bantu dengar?
D
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA) merasakan nyeri/ rasa tidak nyaman?
D
E10
E11
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA] merasakan napas pendek setelah melakukan latihan ringan. Misalnya naik tangga 12 trap?
D
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA) menderita batuk atau bersin selama 10 menit atau lebih dalam satu serangan?
D
Dalam t-bulan terakhir, seberepa-serinq [NAMA] mengalami gangguan tidur (misal mudah ngantuk, sering terbangun pada malam hari atau bangun lebih awal daripada biasanya) Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sering [NAMA] mengalami masalah kesehatan yang mempengaruhi keadaan emosi berupa rasa sedih dan tertekan?
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAMA] mengalami kesulitan berdiri dalam waktu 30 menit?
Dalarn 1 bulan terakhir, seberapa besar [NAM.A] mengalami kesulitan berjalan jauh sekitar satu kilometer?
D D D D
UNTUK PERTANYAAN E12-E20,
1.TIDAKADA
BACAKAN PERTANYAAN & ALTERNATIFJAWABAN. ISIKAN DENGAN KODE PILIHAN JAWABAN:
2.RINGAN
3. SEDANG ., 4. SULIT·
E12
Dalam 1 bulan terakhlr, seberapa sulit [NAMAJ dapat memusatkan pikiran pada kegiatan atau mengingat sesuatu selama 10 menit?
E13
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] membersihkanseluruh tubuh seperti mandi?
E14
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] mengenakan pakaian?
E15
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat meng~rj9kan pekerjaan sehari-hari? .
E16
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMAJ dapat memahami pembicaraan 9rang lain? N
D
.o D D D
~. SANGAT SIJLIT/ TIDAK DAPAT MELAKUKAN , . E17 Dalam 1 bulan terakhlr, seberapa sulit [NAMA] berinteraksi/bergaul dengan orang yang belum dikenal sebelumnya?
[
E18. Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat memelihara persahabatanr
[
E19
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat melakuksn pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya ~ebagai anggota rumah tangga?
[
E20
Dalam 1 bulan terakhir, seberapa sulit [NAMA] dapat berperan serta dalam kegiata,n kemasyarakatan (arisan, pengajian, keaqamaan, atau J<egiatan lain)?
[
"'"'-
UNTUK PERTANYAAN E21-: E23, BACAKAN & l~IKA.N PENGAN KODE 1=YAATAU 2=TIDAK E21
1
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA) membutuhkan bantuan orang lain untuk merawat diri (makan, mandi, berpakaian,dll) ------
-
---
[
E22
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas/ gerak (misalnya bangun tidur, berjalan dalam rumah atau keluar rumah)?
[
E23
Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] membutuhkan bantuan orang lain untuk berkomunikasi (berbicara dan dimengerti oleh lawan bicara)?
[
L
. Untuk lebih mengerti kofldisi kesehatan [NAMAJ kami akan mengajukan 20 pertanyaan yang memerlukanjawaban "Ya" atau "Tidak". Kalau [NAMA) kurang mengerti kami akan membacakan sekali lagi, namun kami tidak akan-menjelaskan/mendiskusikan. Jika [NAMA] ada pertanyaan akan kita bicarakan setelah selesai rnenjawab ke 201)ertanyaan.
.
ISIKAN DENGAN KODE 1:;YA ATAU 2=TIDAK
F01
Apakah [NAMA] sering menderita sakit kepala?
F02
Apakah [NAMA)'tidak nafsu makan?
F03
Apakah [NAMA) sulit tidur?
F04
Apakah [NAMA] mudah takut?
FOS
Apakall [NAMA) merasa tegang, cemas atau kuatir?
F06
Apakah tangan [NAMA] gemetar?
fi07
Apakah pencemaan [NAMA] tergangguiburuk?
FOS
Apakah [NAMA] sulit untuk berpikirjemih?
F09
Apakah [NAMA] merasa tidak bahagia?
F10
Apakah [NAMA) menangis lebih sering?
D D D D D D D D D D
F11
Apakah [NAMA) merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-hari?
[
F12
Apakah [NAMA] sulit untuk mengambil keputusan?
F13
Apakah pekerjaan [NAMA] sehari-hari terganggu?
F14
Apakah [NAMAftidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup?
F15
Apakah [NAMA] kehilangao.minatpada berbagai hal?
F16
Apakah [NAMA] merasa tidal
F17
Apakah [NAMA] mempunyai pikiran untuk mengakhirihidup?
[ [ [ [ [ [ [
F18
I Apakah [NAMA] merasa lelah sepanjang waktu?
F19
Apakah [NAMA] mengalami rasa tidak enak di perut?
[
F20
Apakah [NAMA] mudah lelah?
[
PERIKSA KEMBALI, PERTANYAAN F01 SAMPAI DENGAN F20 HARUS TERJAWAB LANJUTKAN KE 7 BLOK XI. PENGUKURAN dan PEMERIKSAAN
a1. Umur [NAMA] dalam bulan
a2. Jika Umur [NAMA]
< 1 bulan, tuliskan Umur dalam hari
b. Tanggal lahir: {Tgl-Bln-Thn) G02 G03
D
D
D
D
DD-DD-DD
Dalam 6 bulan terakhir, berapa kali [NAMA) ditimbang? JlfY\ TDK PERNAH DITIMBANG, ISi KODE "00" ATAU JIKA "TIDAK TAHU", ISi KODE 118811 -7 KE G04 Dimana [NAMA] pa!ing sering ditimbang? 1. Di RS 2. Puskesmas/ Pustu
3. Polindes
5. Lainnya:
4.Posyandu
kali
D
..
Apakah dalam 6 bulan terakhir [NAMA] mendapatkan kapsul vitamin A {GUNAKA~-KARTU PERAGA)
GOS
Apakah [NAMA] pernah mendapat imunisasi seperti: (INFORMASI DAPAT DIPEROLEH DARI BERBAGAI SUMBER) a. lmunisasi BCG terhadap TBC, yang biasanya mulai diberikan umur 1 hari dan disuntikkan di lengan atas atau paha serta meninggalkan bekas {scar)?
1. Ya
2. Tidak -7 G05.c 8. Tidak tahu-7 G05.c
1. Ya
b. Pada umur berapa [NAMA] diimunisasi BCG? {ISi HARi ATAU BULAN) (JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE 118811 UNTUK HARi DAN BULAN)
........ Bulan
............ Hart DD
c. lmunisasi polio, cairan merah muda atau putih yang biasanya mulai diberikan umur 2 bulan dan diteteskan ke mulut?
D
2. Tidak
G04
D
DD
2. Tidak -7 G05.f
1. Ya
8. Tidak lahu-7 G05.f
d. Pada umur berapa [NAMA] pertama kali diimunisasi polio? (JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE 118811 UNTUK BULAN)
D
............. Bulan DD
·~~~~~~~~~--~~----+-~~~~~~~~~~~~~~~~-l
e. Berapa kali [NAMA] diimunisasi polio?
.......... Kali
f. lmunisasi DPT yang biasanya disuntikkan di paha dan biasanya mulai diberikan umur 2 bulan bersama dengan imunisasi polio?
2. Tidak -7 GOS.h 8. Tidak tahu -7 GOS.h
1. Ya
.......... Kali
g. Berapa ka!i (NAMA] diimunisasi DPT? h. lmunisasi campak yang biasanya mulai diberikan umur 9 bulan dan disuntikkan di paha serta diberikan satu kali?
1. Ya
2. Tidak 8. Tidak tahu
i. lmunisasi Hepatitis B yang biasanya mulai diberikan umur 1 hari dan disuntikkan di paha?
1. Ya
2. Tidak -7 GOS 8. Tidak tah•J-7 GOS
j. Pada umur berapa (NAMA) pertama kali diimunisasi Hepatitis B? (ISi HARi ATAU BULAN) JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE 118811 UNTUK HARi DAN BULAN)
.......... HartDD
k, Berapa kali [NAMA] diimunisasi Hepatitis B? Dl antara imunisasi yang [NAMA] dapatkan dalam dua tahun terakhir apakah ada yang diperoleh pada saat PIN?,
GO?
Apakah [NAMA) mempunyai KMS? (Minta ditunjukkan KMS>
GOB
.......... BulanDD
.......... Kali
G06
1. Ya 2. Tidak
D D. D D D
3. Tidak pernah imunisasi
8. Tidak tahu
D D
D
1. Ya , dapat menunjukkan dengan catatan imunisasi. 3. Ya, tidak dapat menunjukkan -7G09 2. Ya, dapat menunlukkan tanpa catatan imunisasi -7G09 4. Tidak punya -7G09 Salin dari KMS, tanggal .... ./ bulan .... / tahun ..... imunisasi untuk setiap jenis imunisasi. TULIS '88' DI KOLOM 'TGUBLNITHN', JIKA KARTU MENUNJUKKAN BAHWA IMUNISASI DIBERIKAN, TETAPI TANGGAU BULAN/ TAHUN -NYA TIDAK ADA. TULIS '99' JIKA IMUNISASI TIDAK DIBERIKAN
----
a. BCG
DD1DD1DD
g. DPT2
DD1DD1DD
b. Polio 1
DD1DD1DD
h. DPT3
DD1DD1DD
c. Polio 2
DD1DD1DD
i. Campak
DD1DD1DD
I d. Polio 3
DD1DD1DD
j. Hepatitis B 1
DD1DD1DD
e. Polio 4
DD1DD1DD
k. Hepatitis B2
DD1DD1DD
f. DPT1
DD1DD1DD
I. Hepatitis B3
DD1DD1DD
G09
G10
Apakah [NAMA] mempunyai buku KIA?
1. Ya, dapat menunjukkan dengan catatan imunisasi
(Minta"ditunjukkan Buku KIA)
2.-Ya, dap9t menunjukkantanpa catatan imunisasi 7 G11a 3. Ya, tidak dapat menunjukkan 7 G11 4. Tida,k p~nya 7 Blok G11a
Salin dari Buku KIA, tanggal.... ./ bulan... ./ tahun..... imunisasi untuk setiap jenis imunisasi. TULIS '88' DI KOLOM 'TGUBLN/THN',JIKA KARTU MENUNJUKKANBAHWA IMUNISASI DIBERIKAN, TETAPI TANGGAU BULAN TAHUN ·NYA TiDAK ADA. TULIS '99' JIKA IMUNISASI TIDAK DIBERIKAN
DD1DD1DD DD1DD1DD DD1DD1DO DD1DD1DD DD1DD1DD DD1DD1DD
a.BCG b. Polio 1 c. Polio 2 d. Polio 3 e. Polio 4 f. DPT1
G11
.
.,
DD1DD1DD DD1DD1DD DD1DD1DD DD1DD1DD DD1DD1DD DD1DD1DD
g. DPT2 h. DPT3 i. Campak
j. Hepatitis B 1 k. Hepatitis 82 I. Hepatitis B3
Bila tidak dapat menunjukkan, siapakah yang menyimpan KMS/buku KIA tersebut? 2. Kader Posyandu 1. Bidan/ tenaga kesehatan
Gna
3. Lainnya ..................
¥. :"'.,
. 't,.;:
itt,
f''1 ·>--<•
·"-
iCi~·? •.
I
.:1fA:"K~SEAA¥a~·;e.1¥l'~{K~llsS~=ur.:t9'i<4lAyf:~ER~Mu~~l\$AN:)~~"·~' "\~<~·
;., .,.,(,
..
~
......
·--
..,
~Jllt.!.:l
""-
....
Menurut Saudara, Berat Badan [NAMA) ketika lahir : 1. Sangat kecil 2. Kecil
.
'ii!,,;.;
..,, ••h.~·-
3. Normal
• '.),--
~-
;;: :~ •..
-
~~-
4. Besar
li~~
....
'""''
~_' ',,~
.t ";
[
Apakah waktu lahir [NAMA] ditimbang
H03
Bila H02=Ya, berat lahir [NAMA] dalam ukuran (gram):
H04
Darimana sumber informasi berat [NAMA] lahir: 1. Buku KIA/ KMS/ catatan kelahiran
H05
Apakah ketika ibu mengandung bayi {NAMA] pernah memeriksakan kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat?
H06
Jika Ya, pelayanan kesehatan apakah yang diterima saat memeriksakan kehamilan pada dokter, bidan atau perawat? (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN h) ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK ATAU 8=TIDAK TAHU a. Pengukuran tinggi badan b. Pemeriksaan tekanan darah c. Pemeriksaan tinggi fundus (perut) d. Pemberian tablet Fe
[
2. Tidak 7 H05
1. Ya
DOD[ [
2. Pengakuan atau ingatan lbu/ ART lain
D D D D
Apakah·[NAMA] mendapat pelayanan kesehatan (dikunjungi/ mengunjungi) pada: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN b) ISIKAN DENGAN KODE 1=YA ATAU 2=TIDAK
.:~~::;,~t:
5. Sangat Besar
H02
H07
[
• JIKA ART UMUR 0 -11 BULAN-? LANJUT KE H01 .• JIKA ART UMUR 12 - 59 BULAN 7 XI. PENGUKURANdan PEMERIKSAAN
;
H01
C
1. Ya
[
2. Tidak 7 H07
e. Pemberian imunisasi TT f. Penimbangan berat badan g. Pemeriksaan hemoglobin h. Pemeriksaan urin a. 1 - 7 hari setelah lahir
I b. 8 - 28 hari sete:.::_j
C C C C
.r b. [
Tekanan darah {mmHg)
3
PEMERIKSAAN 1 a. Sistolik 1
b. Diastolik 1
d. Sistolik 2
e. Diastolik 2
DOD
ODD DOD
ODD
DOD DOD
c. Nadi 1
I
PEMERIKSAAN 2
f. Nadi 2
4 j Lingkar perut
5
~
6
. ~: 't- ,,~ ...
i.Nadi3
................... cm
DDD,D
DD,D :,: ,....,s
,.,.!
~1,4
J. •·-.,:
.....
:!
·~;
.
Apakah mata [NAMA) mengalami gangguan: (LAKUKAN PENGAMATANJ. KIRI
KANAN
7.
DOD ODD
ODD
Ungkar lengan atas (LILA) .:·
. ~.c
PEMERIKSAAN 3 Hanya dilakukan bila selisih pengukuran tekanan darah 1 dan 2 > 10 rnmH g. Sistolik 3 h. Diasto!ik 3
a.Juling
1. Ya
2. Tidak
a1.D
1. Ya
2. Tidak
a2.D
b. Pterigiurn
1. Ya
2. Tidak_
btO
1. Ya.
2. Tid~k
b2.'D
c. Parut kornea
1. Ya
2 .• Tidak
ct
1. Ya
2,. Tidak
c2 .. D
d. Lensa keruh/Katarak
1. Ya
2. Tidak
d1.D
1. Ya
2. Tidak
d2.D
Menggunakan kacamata ijauh dan atau dekat)?
1. Ya
0.
0
2. Tidak
PEMERIKSAAN VISUS: 1. Jika [NAMA) tidak menggunakan kacamata tetap lakukan pemeriksaan visus 2. Jika [NAMA) menggunakan kacamata, lakukan pemeriksaan vlsus dengan tetap memakai kacamata
8.
Tanpa Pinhole
a. Kanan:
00,000
b. Kiri:
9.
Dengan Pinhole
a. Kanan:
ODi.DOD
b. Kiri:
00,000 00,000
CATATAN UNTUK RESPONDEN YANG TIDAK DAPAT MELIHAT KARTU SNELLEN ATAU KARTU E 7 LAKUKAN HITUNG JARI:
1. ~ika [NAMA) dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 3 meter 7 TULIS 03/060 2. Jika [NAMA) dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 2 meter 7 TULIS 02/060 3. Jika [NAMA) dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 1 meter 7 TULIS 01/060 4. Jika [NAMA) hanya dapat me Ii hat GOYANGAN TAN GAN pad a jarak 1 meter 7 TULIS 01/300 5. Jika [NAMA] hanya dapat melihat SINAR SENTER 7 TULIS 01/888 6. Jika [NAMA] tidak dapat melihat sinar (BUTA TOTAL)7
TULIS 00/000
fo.
Fp-a-cfa setiap ruang dentogram di bawah1}1i:
Benfah'kode D-;M,'atau
D (decayed) = glgi berlubang
M (missing) = gigi1elah dicabut/ tinggal akar F (filling)= gigi ditambal CATATAN: JIKA PADA'GIGI ·YANG SAMA TEROAPAT LUBANG DAN JUGA TAMBALAN MAKA TULISKAN "OF" PADA SATU RUANG DENTOGRAM TERSEBUT '
8
7
6
8
7
6
5
(I) "Kanan 4. 3
4
5
Kiri (II)
2
2
3
2
2
(Ill) Kanan
4
3
3
4
5
5
6
6
7
7
8
8
Kiri (IV) DUSI OLEH PENGUMPUL DATA
l:D-T
DO
1 = lncisivus 1 (gigi,seri 1) 2 = lncisivus 2 (gigi seri 2) 3 = Caninus {taring)
l:M-T
DD
4
= Premolar
6
= Molar 1 (geraham besar 1 )
l (geraham ~ecil 1)
5 = Premolar 2 (geraham kecil 2)
Apakah tliambil spesimen darah
12.
STIKER NOMOR DARAH
13
Apakah diambil Urin (khusus ART umur 6-12 thn)
14.
STIKER NOMOR URIN
l:F-T
DD
7 = Molar 2 ~(geraham besar 2) 8 = Molar 3 (geraham besar 3)
1. Ya TEMPEL STIKER DI SINI
1. Ya
2. Tidak-7 KE CAT AT AN PENGUMPUL DATA
TEMPEL STIKER DI SINI
D
_
RISET KESEHAT AN DASAR -(RISKESDAS 2007) .... ,_ .
KUESIONER AUTOPSfVt:RBAL (AV)
RKD07.AV1
UNTUK UMUR < 29 HARi '
Kutip dari Blok fPENGENALAN TEMPAT RKD07.RT
1b. ~o.urut yg meninggal: Kutip dari RKD07.RT Blok V kolom 2
1 a.
Nama yang meninggal
2
Jenis Kelamin
1. Laki-laki
3
Tanggal Lahir
Tanggal _I
4
Tanggal meninggal
Tanggal _I bulan_/ tahun _
D DD/DD/DODD DDiDD/DDDD
2. Perempuan bulan _/ tahun _
Jika tanggal lahir dan tanggal yang meninggal sama, apakah bayi ketika lahir sempat bernafas, merintih/menangis lemah atau bergerak? Jika TIDAK7 BAYI LAHIR MAT!, tuliskan angka 98 pada PSa, Sb Jika YA 7 BAYI LAHIR AIDUP, tan a umur bai i saat menin al TULISKAN "88" BILA TIDAK TAHU
s
Umur saat meninggal
a.
DD
jam
t---+--·---------·----+--
b.
hari
DD
6
DD
1.
Nomor urut responden (Kutip dartRKD07:RT Blok IV Kolom 1) lsikan 00 'ika res onden tidak tin al di ru an tan a ini
2.
Bagaimana kesehatan ibu neonatal saat ini? 1. Sehat' 2. Sakit 3. Meninggal, penyebabnya -------
3.
Umur ibu pada saat melahirkan bayi yang meninggal?
4.
Berapa jumlah kehamilan (G), persalinan (P), keguguran (A) yang dialami ibu?
5.
Siapa saja yang menolong ibu ketika melahirkan bayi tersebut? 1.·Dokter
, 2. Bidan/Tenaga paramedis lainnya 3. Dukun
_
D
8. Tidak tahu
DD
tahun
a. Penolong Pertama
b. Penolong Terakhir
D
D
4. Family/keluarga 5. Lainnya
~ JIKA LAHIR MATI (JAWABAN BLOK II P SA DAN P SB ADAl.AH 98) 7 LANJUTKAN KE BLOKV P24
b. Bagaimana proses kelahiran bayi?
1. Normal
2. Cepat
3. Lama/sulit
c. Apakah bayi lahir normal atau dengan bantuan alat atau o erasi?
1. Normal
2. Vakum
3. Operasi
1
D
2. Tidak ada
8. Tidak tahu
Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
f. Apakah bayi dibedong segera setelah lahir?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Bagian tubuh apa yang1)ertama keluar ketika bayilahir:.?
1. Kepala
b. Apakah bayi lahir kembar?
1. Tunggal
2. Kembar
a. Tali pusar bayi dipotong de119an apa?
1. Gunting 2. Silet/pisau
3. Bambu 8. Tidak tahu
b. Apakah tali pusar keluar sebelurn bayi lahir?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
c. Apakah ada lilitan tali pusar di leher bayi?
1. Ada
2. Tidak ada
8. Tidak tahu
d. Apakah ada trauma tahir sehingga bayi te(luka? Sebutkan •
·1.
8.
e. Apakah saturan nafas bayi djbersihkan segerasetetah lahir? l
~
9.
~ 1.
1
,;.
_
2. Bokong/kaki
d. Tali pusar diobati dengan apa~
1. Tidak diberi apa-apa 2. Alkohol/ betadine
a. Apakah bayi seg~ra menangis setelah lahir?
1. Segera 2. Lambat
.
b. Jika menangis, apakah suaranya keras/ lemah?
10.
1. Ada,
3. Bahu/tangan
8. Tidak tahu
3. Ramuan daun/abu 8. Tidak tahu
3. Tidak menangis 7 P9c 8. Tidak tahu 7 P9c
1. Keras , 2. Lemah
3. Merintih 8. Tidak tahu
c. Bagaimana nafas bayi ketik~ la~J.r?
1. Normal 2 . .Sesak nafas
3. Tidak bemafas 8. Tidak tahu
d. Apakah bayi bergerak aktif atau lumpuh/ funglai?
1. f.ktif
2. Lumpuh/funglai
8. Tidak tahu
e . Bagaimana wama kuiit bayi ketika la.hir?
1. Kemerahan 2. Pucat
3. Kebiruan 4. Kuning
8. Tidak tahu
f. Apakah warna air ketuban?
1. Jernih 2. l<eruh
3. Kehijauan 8. Tidak tahu
g. Apakah kulit bayi terkelupas ?
1. Ya
2. Tidak
a. Apakah bayi ditimbang segera setelah lahir?
8. Tidak tahu 8. Tidak tahu ~ P10c
b. Jika ya, berapa berat badan bayi?
___
c. Jika tidak ditimbang, apakah bayi sangat kecil, febih kecil, -rata-rata, lebih besar atau sangat besar?
1. Sangat kecil 2. Lebih kecil dari rata-rata 3. Rata-rata/normal
A'))akah bayi dilahirkan dengan cacat bawaan:
D D D D D D D D D
,
D
DODD
gram 7 P11
4. Lebih besar 5. Sangat besar 8. Tidak tahu
D
(Tanyakan satu persatu kepada ibu/keluarga yang mendampingi)
a. Bibir/langjt-langit·sumbing
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Kepala besar (hidrosefalus)
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
c. Tidak ada tulang kepa!a belakang (anencephalus)
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
d. Benjolan pada dinding perut sekitar pusar (omphalocele)
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
e. Tidak ada !ubang dubur (atresia ani)
1. Ya
2. Tidak
8. -Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak
8~JidCl:,k tahu
Ceritakan gejala awal dan utama bayi ketika sakit? (kejang, demam, tubuh dingin, sesak, muntah, fainnya) TANYA KAN DAN CAT AT LAMANYA SAKIT
2
D D D D D D
13.
''""'
..
a. Bagaimana suara tangisan bayi? ~
14.
15.
I 16.
-
1. Normal 2. Melemah, hari 3. Tidak menangis, __ hari 4. Menangis dgn suara melengking tiba-tiba dan terus-menerus 8. Tidak tahu
b. Apakah ubun-ubun bayi menonjol?
1. Ya, __
a. Apakah wama tubuh bayi?
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Merah muda 2. Pucat
3. Kebiruan 4. Kun,ing
8. Tidak tahu
b. Apakah wama kaki/ tangan bayi?
1. Merah muda 2. Pucat
3. Kebiruan 4. Kuning
8. Tidak tahu
c. Apakah kulit bayi bergelembung?
1.Ya, __
2. Tidak 7 P15
8. Tidak tahu 7 P15
d. Jika ya, gelembung berisi apa?
1. Cairan jernih
a. Bagaimana sifat pernafasan bayi?
1. Nafas normal 2. Nafas cepat/ megap-megap, __ 8. Tidak tahu
hari
2. Cairan keruh/nanah
8. Tidak tahu
hari
b. Apakah ada batuk?
1. Ya,
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
c. Apakah cuping hidung kembang kempis ketika nafas?
1.Ya, __
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
d. Apakah ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam?
1. Ya, ___
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Apakah bayi kejang?
1. Ya, ___
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Apakah bay(mengalamipenurunan kesadaran? (bayi dibangunkan tetapi tidur terus)
1. Ya, ___
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu 4. Warna kuning, ___ hari 8. Tidak Tahu
17.
Bagaimana keadaan mata bayi?
1. Normal, __ 2. Cekung, __ 3. Belekan,
18.
a. Apakah mulut bayi mencucu, seperti mulut ikan?
1.Ya, __
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Apakah bibir berwarna kebiruan?
1. Ya,
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
c. Apakah mengeluarkan air liur terus-menerus?
1. Ya, ___
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
d. Apakah ada luka/bercak putih di dinding rongga mulut?
1. Ya, ___
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Apakab-bayidemam?
1. Ya, ___
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Apakah tubuh bayi dingin?
1. Ya,
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Apakah bayi muntah?
1. Ya, ___
hari
2. Tidak7P21a
8.Tidak tahu7 P21a
b. Bagaimana muntah tersebut terjadinya?
1. Sehabis minum ASI, __ hari
a. Apakah perut bayi kembung?
1. Ya, ___
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Apakah tertihat ada benjolan di perut?
1. Ya, ___
hari
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Apakah ada gangguan dalam buang air besar (BAB)?
1. Ya, ___
hari
2. Tidak7P23a
8. Tidak tahu7P23a
b. Jika ya, apakah gangguannya?
1. Diare, _
hari
a. Apakah diberi Air Susu lbu {ASI)?
1. Ya,
hari
b. Bagaimana bayi mengisap ASI? c. Apakah diberikan minuman/makananlain sebagai berikut? Oawaban dapat lebih dari satu)
19.
20.
21.
22.
23.
hari hari hari
2: Berulang:ulang,_hari
2. Tidak bisa BAB, __ hari 2. Tidak7P23c
8. Tidak tahu7P23c
1. Kua!
2. Lemah
3. Tidak bisa mengisap
1. Air putih 2. Air madu/gula 3. Airtajin
4. Air buah 5. Susu formula 6. Pisang
7. Nasi 8. Lainnya,
3
•
hari
-
24.
25.
Ketika ibu hamil, apakah mengafami ~ kompfikasi.? ~ ~ '
Tanyakan satu persatu gangguan/komplikasi
a. Tekanan darah tinggi dan atau bengkak
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Perdarahan
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
c. Nyeri perut hebat
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
d. Pusing, lernah, lesu, kunang-kunang
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
e. lbu kurus (kurang energi kronis)
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
f. Dernarn
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
g. Sesak napas, asthma, sakit jantung
1. Ya
2. Tidak
8. Tidaktahu
h. Radang paru, tuberculosis
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
i. Sakit kuning
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
j. Cedera/kecelakaan
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
k. Kejang
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
LJ
I. Lainnya,
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
D
Ketika ibu bersalin, apakah rnengalami kornplikasi?
I Tanyakan satu persatu gaogguao/kompllkasl
di bawah ini
di bawah ;0;
a. Sulit ketika melahirkan
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Perdarahan
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
c. Ketuban pecah dini
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
d. Kejang/ eklampsi
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
e. Tekanan darah tinggi
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
f. Nyeri perut hebat
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
g. Dernarn
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
h. Sesak nafas
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
Jenis kelamin dan umur bayi ketika dikandung: Berat badan lahir: Keadaan waktu lahir dan bagian tubuh yang keluar lebih dulu: Riwayat sakit:
4
0 D D D D D D 0 D D ...,
D D D D D 0 D D D
Umur ibu ketika melahirkan:
GPA: Penolong persalinan: Proses persalinan:
Komplikasi kehamilan:
Komplikasi persalinan:
26.
Kode ICD 10
Diagnosis Penyebab Kematian Bayi Usia 0-S hari (diisi oleh dokter) a. Penyakit atau keadaan utama janin/bayi yang menyebabkan kematian:
DDD.D
b. Penyakit atau keadaan lain janin/bayi yang menyebabkan kematian:
DDD.D
-
--
c. Penyakit/keadaan utama ibu yang mempengaruhi kematian bayi
DDD.D DDD.D
d. Penyakit/keadaan lain ibu yang mempengaruhi kematian bayi
e. Keadaan relevan lain yang menyebabkan kematian bayi/lain, tetapi
DDD.D
tidak berkaitan dengan penyakiUkeadaan janin/bayi maupun ibunya:
27.
a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)
DDD.D DDD.D
b. Penyakit perantara (lnteNening antecedent cause) I
,._._. c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death)
-
DDD.D
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit pada Rangkaian a-c
DDD.D
Telah diperiksa oleh Ketua Tim,
5
-
Kode ICD 10
Diagnosis Penyebab Kematian Bayi Usia 7 hari - 28 hari (diisi oleh dokter)
Nama:
..
Tanda tangan:
..
Tanggal:
.
--
RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 2007) KUESIONER AUTOPSI VERBAL (AV) UNTUK UMUR 29 hari • < 5 tahun
RAHASIA
RKD07.AV2
Kutip dari Blok I PENGENALAN TEMPAT RKD07.RT
1b. No.urut yg meninggal: ........ Kutip dari RKD07.RT Blok V kolom 2
I Narna yang rneninggal
1a
2. Perempuan
2
Jenis Kelarnin
1. Laki-laki
3
Tanggal Lahir
Tanggal _/
bulan _/
tahun -
4
Tanggal meninggal
Tanggal _I
bulan _/
tahun_
5
Umur saat meninggal
a ....... hari (<30 hari) ----
6
I
nn1no1onnn
DD
DD/DD/DODD b ....... bulan (< 5 tahun) DD
Di mana tempat rneninggal?
1.
DD b. Menurut responden, apa penyebab kematian [NAMA]? (termasuk keterangan dari perawat, bidan, dokter) c. Ceritakan riwayat sakit sebelum rneninggal:
2.
a. Apakah [NAMA) ketika lahir kecil atau berat badan kuran dari 2500 gram?
1. Ya
2. Tidak7P2c
b. Jika ya, berapa berat badan ketika lahir
3.
gram
c. Apakah [NAMA) lahir prematur?
1. Ya, __
a. Apakah [NAMAJ menderita cacat bawaan?
1. Ya
bln
2. Tidak
2. Tidak7P4a
D
8. Tidak tahu7 P2c
8. Tidak tahu
--8. Tidak tahu7P4a
DODD D D
b. Jika ya, sebutkan jenis cacatnya 4.
a. Apakah [NAMA] minum ASI ketika sakit? b. Jenis minuman/ makanan apa lagi yang diberikan? Qawaban dapat lebih dari satu)
1. Ya, menyusu kuat 2. Ya, menyusu Lemah
t. ASI saja 2. 3. 4. 5.
Air madu/gula Air putih Air buah Susu formula
1
3. Tidak bisa menyusu 4. Sudah tidak minum ASI 6. 7. 8. 9. 10.
Pisang Makanan bayi siap saji Bubur Nasi Lainnya,
_
c. Apakah [NAMA) pemah diimunisasi sebagai berikut: Diptheri, Pertusis, Tetanus
1. Ya, usia _,
Campak
1. Ya, usia
bu Ian
2. Tidak
8. Tidak .Tahu
Hepatitis
1. Ya, usia
bulan
2. Tidak
8. Tidak Tahu
2. Tidak
8. Tidak Tahl!. •
2. Tidak -?PS
8. Tidak tahu 7 PS
__
d. Apakah [NAMA) ada parut BCG
1. Ya
a. Apakah [NAMA) mengalami demam sebelum rneninqqal?
1. Ya,
b. Bagaimana sifat demamnya?
1. Terus menerus 2. Naik turun
c. Apakah (~Afv!A) pemah periksa darah utk mengetahui sakit malaria?
1. Ya
d. Bagaimana hasilnya? Jika positif, kapan diperiksa?
1. Positif,
e. Jika positif malaria, apakah diberi obat?
1. Ya
6.
Apakah [NAMA] kejang?
1. Ya, __
7.
a. Apakah [NAMA) batuk?
1. Ya, __
b. Jika ya, apakah sifat batuknya
1. Kering 2. Berdahak
5.
c. Apakah pernah minum obat anti TBC yang menyebabkan air seni berwarna merah? Jika ~a. kapan obat mulai diberikan?
1. Ya, __
8.
Apakah [NAMA) sesak nafas/ sulit bernafas?
9.
hr
, __
bulan
2. Tidak
8. Tidak Tahu
3. Menggigil 4. Berulana disertai kerinaat malam
8. Tidak tahu
2. Tidak -?PS
8. Tidak tahu 7 PS
2. Negatif
8. Tidak tahu
2. Tidak
8. Tidak tahu
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
hr_bln
2. Tidak7P8
8. Tidak tahu7P8
hr
3. Batuk terus menerus 8. Tidak tahu bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
, 1.Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
Apakah [NAMA] nafas dengan cepat?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
10.
Apakah dinding dada bagian bawah tertarik ke dalarn sewaktu menarik nafas?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
11.
Apakah [NAMA) sakit di daerah perut?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
12.
a. Apakah [NAMA] muntah-muntah?
1. Ya, __
hr
2. Tidak7P13
8. Tidak tahu7P13
b. Jika ya, apakah muntah disertai dengan darah berwarna kehitaman?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Apakah ada benjolan di sekitar leher?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Apakah ada benjolan yang tidak normal di perutnya?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
14.
Apakah perut [NAMA] membesar/membuncit?
1. Ya, __
hr _bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
15.
a. Apakah [NAMA] diare?
1. Ya, __
hr
2. Tidak7 P17
8. Tidak tahu7 P17
b. Apakah diare disertai lendir dan atau darah?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
16.
Apakah mata [NAMA] cekung/ haus/ kulit mengkerut/ lidak kencinq?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
17.
a. Apakah [NAMA] kurang gizi sebelum sakit?
1. Ya, __
bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
2. Tidak
8. Tidak tahu
13.
b. Apakah dalam beberapa bulan terakhir sebelum meninggal bera~ badan [NAMA] tidak naik? c. Apakah [NAMA) terlihat pucat terutama di bibir atau telaeak tangan?
I
I
1. Ya 1. Ya, __
hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
d. Apakah [NAMAj luka/sariawan di rongga mulut?
1. Ya, __
hr _bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
18. 19.
Apakah warna putih mata jadi kuning?
1. Ya, __
hr _bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
Apakah tubuh [NAMA] berwarna biru setelah beraktifitas atau menangis?
1. Ya, __
hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
20.
Apakah muka [NAMA] bengkak, terutama ke!opak mata?
1. Ya, __
hr _bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
21.
Apakah se!uruh tubuh [NAMA] bengkak?
1. Ya, __
hr ___ bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
Apakah pergelangan kaki/persendian lain bengkak?
1. Ya, __
hr _bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
[22.r
2
23.
Apakah [NAMA] menderita campak sebelum meninggal? .
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
24.
Apakah ada bintik-bintik merah di kulit?
1. Ya, __ hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
25.
Apakah [NAMA] mimisan?
1. Ya,_. _hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
26.
Apakah [NAMAJ sering ngantuk bukan pd jam tidur?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
27.
Apakah [NAMA) kaku kuduk (kaku di leher)?
1.Ya, __ hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
28.
Apakah [NAMAJ mengeluh sakit kepala?
1. Ya, __ hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
29.
Apakah seluruh tubuh [NAMAJ kaku?
1. Ya, __ hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
30.
Apakah [NAMAJ mengalami penurunan kesadaran?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
31.
Apakah [NAMA] mengalami lumpuh satu atau dua tungkai? ·1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
32.
Apakah [NAMA) mengalami gangguan kencing?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
33.
Apakah kencing bercampur darah?
1. Ya, __
hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Apakah (NAMA) pemah digigit anjing 6 bulan sebelum menin al atau oleh binatan lainn a? b. Jika ya, sebut jenis blnatanq apa (anjing, kera, ular, kalaien kin , dll ? a. Apakah [NAMA) pernah cedera karena kecelakaan lalu lintas atau lainn~a Qatuh, ten elam, terbakar, dll ?
1. Ya, __
hr
2. Tidak7 P35
8. Tidak tahu7 P35
2. Tidak 7 IV
8. Tidak tahu 7 IV
34.
35
1. Ya, __ hr_bln
b. Jika ya, sebut jenis kecelakaan dengan rinci c. Jika ya, sebut jenis cedera
Umur balita:
_
Berat badan lahir:
__,,gram
Prematur/ Cukup bulan:
_
Cacat bawaan: Riwayat sakit (tanda, gejala, lama sakit):
36.
Diagnosis Penyebab Kematian Bayi/ Balita (29 hari - < 5 tahun) (01151 OLEH DOKTER) a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)
Kode ICD 10
DDD.D
b. Penyakit perantara (Intervening antecedentcause)
DDD.D
c. Penyakit penyebab utama kematian (Underlying cause of death)
DDD.D
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan penyakit
DDD.D
pada rangkaian a-c
Telah diperiksa oleh Ketua Tim, Nama: Tanda tangan: Tanggal:
3
.. . _
RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS 2007) KUESIONER AUTOPSI VERBAL (AV) UNTUK UMUR 5 TAHUN KE ATAS
RAHASlA
RKD07.AV3
Kutip dari Blok I PENGENALAN TEMPAPRKD07.RT
1a
Nama yang meninggal
2
Jenis Kelamin
D
1 b. No.urut yg meni~ggal: ........ Kutip dari RKD07.RT Blok V kolom 2
1. Laki-laki
D
2. Perempuan
DDiDDiDDOD Tanggal _/ bulan _/ tahun _ 4 I Tanggal meninggal [JD/DD/DODD f----+----~------------+----------------'--~· ___ tahun Umur saat meninggal 5 DD Di mana tempat meninggal? 6 D Tanggal Lahir
3
Tanggal _/
bulan _/
tahun _
1a. Nomor responden (Kutip dari RKD07.RT Blok IV Kolom 1) lsikan 00 jika responden tidak tinggal di rumah tangga ini ....... b. Menurut responden, apa penyebab kematiannya? (termasuk keterangan dari perawat dan dokter)
DD _
c. Ceritakan riwayat sakit sebelum menin,ggal:
1.
1.Ya, __
Apakah [NAMA] demam/ panas tinggi sebelum meninggal?
.'
2.
a. Bagaimana sifat dernamnya? 1
I
3.
.hr
2. Tidak
1. Terus menerus
~· Naik turun disertai menggig}I
2. Naik turun
4. Berulang disertai keringat malam
b. Apakah [NAMAfpernah periksa darah utk mengetahui sakit malaria?
1. Ya
c. Bagaimana hasilnya? Jika positif, kapan diperiksa?
1. Positif, __
d. Jil
1. Ya
Apakah [NAMA] sesak nafas ketika melakukan pekerjaan rin an?
1. Ya, _hr
hr
_bin
1. Ya, _hr
Apakah seluruh tubuh [NAMA] bengkak?
1
_bin
8. Tidak tahu
2. Tidak 7P3
8. Tidak tahu -7 P3
2. Negatif
8. Tidak tahu
2. Tidak
8. Tidak tahu
2. Kadang-kadang
8. Tidak/ Tidak tahu
4. Apakah [NAMA] sesak nafas ketika tidur sehingga harus diganjal 1. Ya, _hr _bin ·2. Tidak 1---1--de_n~a.nbeberap~a~b~an~t~al~?---------~----1--.........,..,,,----,,--~-----------------i 1. Ya, __ hr _bin 2. Jidak 5. Apakah [NAMA] pernah mengeluh jantung berdebar-debar? 6.
8. Tidak tahu
2. Tidak
8. Tidak tahu 8. Tidak tahu 8. Tidak tahu
7.
Apakah pergelangan kakinya bengkak?
1.Ya,_hr_
8.
Apakah persendian lainnya benQkak?
1.Ya,_hr_bln
.
Apakah·[NAMA] nafasnya berbunyi/ mengi?
. 10. .
Apakah [NAMA) batuk lebih dari 2 minggu?
9. '
bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya, _;.hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya, __
2. Tidak7P12
. '
- .
11.
Jika ya~bagaimana sifat batµkny~?
12.
Apakah_INAMA] pemah minum obat anti TBC yang menyebabkan air seni berwarna merah?
13.
a. Apakah [N~MA] mengeluh nyeri dada h~bat?
.bln
8. Tidak tahu 7P12 ;
.
1. Kering 2. Berdahak
3. Dahak +.
8. TidaR tahu
1. Ya, _hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak7P14
8. Tidak tahu7P14
-
i
b. Jika ya, di bagian mana?
1. Kanan
c. Bagaimana sifat· nyerinya?
1. Hilang timbul
2. Terus-menerus
8. Tidak tahu
14.
Apakah [NAMA] nafasnya pendek-pendek dan cepat?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidaktahu
15.
Apakah ada tarikan dinding dada bagian bawah ketika bernafas?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
16.
Apakah [NAMA) perokok berat? Berapa lama merokok?
1. Ya,_thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Apakah [NAMA],menderita diare?
1. Ya, _hr_bln
2. Tidak 7 P19
8. Tidak tahu7 P19
b. Jika ya, apakah tinja bercampur dengan darah dan lendir?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
Apakah [NAMA] kekurangan cairan tubuh?
1. Ya, __ hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
19.
Apakah [NAMA) mengeluh sulit menelan?
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
20.
Apakah (NAMAJ sakit kepala?
1. Ya, _hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
21.
a. Apakah [NAMA] ada gangguan Buang Air Kecil (BAK)/ kencinq? ·' '
1.Ya,_hr_bln
2. Tidak ~ P22
8~ Tidak .tahu7 P22 -
b. Jika ya, gangguannya apa?
1. Tak dapat BAK 2. Sedikit-sedikit·
4: Lainnya, __
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
2. Tidak
8. Tidak tahu
~· .
I
.
;
2. Tengah
__ bin
.
.
3. Kiri
--
.
8. Tidak tahu
3. Ngompol
8. Tidak tahu
22.
Apakah [NAMA] nyeri ketika BAK/kencing?
23.
Apakah air seninya berwama merah?
1. Ya, _hr
24.
Apakah [NAMA] banyak makan, minum, dan sering BAK/ kencing?
1. Ya, _bln_thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
-25.
-Apakah [NAMA] pernah ada Iuka yang su!it sembuh?
1. Ya,_bln_thn
2. 'fidak
8. Tidak tahu
26.
Apakah [NAMA] ada rasa kesemutan di kaki/ tanganr
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
27.
a. Apakah (NAMA] mengalami nyeri perut?
1. Ya, _hr
2. Tidak 7 P28
8. Tidak tahu7 P28
b. Jika ya, pada perut bagian mana?
1. Di atas 2. Di bawah
3. Seluruh perut
8. Tidak tahu
a. Apakah ada benjolan di perutnya (tumor)?
1. Ya, _hr
2. Tidak 7 P29
8. Tidak tahu7 P29
b. Jika ya, pada perut bagian mana?
1. Di atas 2. Di bawah
3. Di tengah
8. Tidak tahu
a. Apakah perut [NAMA] membuncit/ membesar?
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak 7 P30
8. Tidak tahu7 P30
b. Jika ya, bagaimana timbulnya?
1. tiba-tlba < 1 minggu
2. bertahap ~ 1 minggu
28.
29.
2
_bin
_bin
_bin
8. Tidak tahu
'
30.
a. Apakah [NAMA) muntah-muntah ketika sakit?
1. Ya,_hr
2. Tidak 7 P31
8. Tidak tahu7
b. Jika ya, apakah muntahnya campur darah?
1. Ya,_hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
-
P31
31.
Apakah [NAMAJ bicara kaeau selama sakit parah?
t Ya, _hr_._bln .,
2. Tidak
8. Tidak tahu
32.
a. Apakah [NAMA) mengalami penurunan kesadaran?
1. Ya, _hr
2. Tidak 7 P33
8. Tidak tahu7
b. Jika ya, bagaimana proses penurunan kesadaran?
1. Mendadak
a. Apakah ada bagian tubuh [NAMA] yang lumpuh?
1. Ya, _hr_bln
2. Tidak 7 P34
8. Tidak tahu7
b. Jika ya, bagian tubuh mana yang lumpuh? Oaw<1ban dapat lebih dari satu)
1. Lengan kanan 2. Lengan kiri
3. Tungkaikanan
4. Tungkai kiri
a. Apakah seluruh tubuh (NAMA] kaku?
1.Ya,_hr_
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Apakah ada kaku kuduk?
1. Ya, _hr
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Apakah [NAMA] menderita kejang?
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak7 P36
8. Tidak tahu7P36
2. Tidak
8. Tidak tahu
2. Tidak
8. Tidak tahu
2. Tidak7P38c
8. Tidak tahu~ P38c
2. Tidak
8. Tidak tahu
2. Tidak
8. Tidak tahu
.
33.
34.
35.
b. Jika ya, berapa kali dalam sehari kejang? 36. 37. 38.
_bin
2. Bertahap beberapahari
bin _bin
8. Tidak tahu P34
.kali/ hari
Apakah berat badan [NAMA] turun secara mencolok sebelum meninggal? Apakah [NAMA] mengalami sariawan luas di mulut sebelum rneninqqal?
1. Ya,_hr_bln
a. Apakah (NAMA) menderita penyakit kulit?
1.Ya,_hr
I b. Jika ya, jelaskan gejala yang timbul pada kulit
P33
1.Ya,_hr_
bin __ bin
!
c. Apakah ada benjolan di sekitar leher
1. Ya,_bln
39.
Apakah [NAMA) tampak pucat?
1. Ya, _hr
40.
Apakah muka [NAMA] bengkak/ sembab?
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
41.
Apakah mata [NAMA] berubah jadi kuning?
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
42.
a. Apakah [NAMA] pernah cedera akibat kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan lainnya Qatuh, tenggelam, terbakar, ditusuk, keracunan, dll?
1. Ya, _hr
2. Tidak7 P43
8. Tidak tahu7 P43
2. Tidak7P44
8. Tidak tahu7P44
_bin
_bin
I I
b. Jika ya, sebut jenis kecelakaan dengan rincl c. Jika ya, sebut jenis cedera {patah tulang, gegar otak dll) 43.
a. Apakah [NAMA) pernah digigit oleh anjing 6 bulan sebelum meninqqal atau oleh binatanq lainnva? b. Jika ya, sebut jenis binatang (kera, aniino, ular, kalaienqkinq, serancca lain)
44
• • •
1. Ya,_hr_bln
I I
J
Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur.10 Tahun Ke Atas 7 1118 Jika YANG MENINGGAL adalah Lakl-Lak! Umur 15 Tahun Ke Atas 7 1110 Jika YANG MENINGGAL adalah Perempuan Umur 5·9 Tahun atau Lakl-Lakl Umur 5·14 Tahun 7 IV.RESUME
45.
Apakah [NAMA) ada Iuka atau benjolan pada payudara atau kulit payudara berkerut seperti kulit jeruk dan atau puting payudara keluar cairan kemerahan? l---+--46. Apakah [NAMA) keluar darah berlebihan pada saat datang bulan/ menstruasi? 1
3
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
47.
48.
a. Apakah [NAMA] mengalami perdarahan dari jalan lahir di luar siklus menstruasinya?
1. Ya, _hr
b. Jika ya, apakah perdarahan masih terus sampai rneninggal?
Apakah [NAMA] mengeluarkan cairan tidak normal dari jalan lahir?
_bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak
e. Tiqak tahu
1. Ya,_hr_bln
2. Tidak
8. Tidak tahu
Jika YANG MENINGGALadalah Perempuan Umur 10 • 54 Tahun PERNAH KAWIN 7 lllC Jika YANG MENINGGALadalah Perempuan Umur 10 • 54 Tahun BELUM KAWIN 7 P .67 Jika YANG MENINGGAl adalah Perempuan Umuf 55 Ke Atas>~ 1110 ,
49.
Apakah [NAMA] meninggal ketika sedang hamil?
1. Ya, __ bin
2. Tidak 7 P52
8. Tidak tahu 7 P52
50.
Apakah [NAMA] menderita tekanan darah tinggi ketika hamil (dikatakan oleh tenaga medis) atau kejang ?
1. Ya, hamil _bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
51.
Apakah [NAMA] mengalami perdarahar. hebat ketika hamil?
1. Ya, hamil _bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
LANJUTKAN KE P67 '52.
Apakah (NAMA] mengalami keguquran (umur keharnilan < 22 mingguf 5 bulan) sebelum meninggaf?
1.Ya7P67
2. Tidak
8. Tidak tahu
53.
Apakah [NAMA] meninggal pada saat melahirkan?
1. Ya
2. Tidak 7 P60
8. Tidak tahu 7 P60
54.
Apakah [NAMA] demam tinggi saat melahirkan?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
55.
Apakah [NAMA] kejang saat melahirkan?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
56.
Apakah [NAMA] mengalami perdarahan banyak sebelum bayi fahir?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
57.
Apakah [NAMA] sulitf lama (lebih dari 12 jam) ketika melahirkan?
1. Ya,_jam
2. Tidak
8. Tidak tahu
58.
Apakah ari-arinya sufit lahir?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
59.
Apakah [NAMA) mengalami perdarahan banyak (lebih dari 3 kain) setelah bayi lahir?
1. Ya
2. Tidak
8. Tidak tahu
--
LANJUTKAN KE P65a 60.
Apakah [NAMA] meninggal setelah ari-ari keluar samQai 60 hari?
1. Ya, hari ke _
2. Tidak-7 P67
8. Tidak tahu 7 P67a
61.
Apakah (NAMA] kejang setelah ari-ari keluar sampai 60 hari?
1. Ya, hari ke _
2. Tidak
8. Tidak tahu
62.
Apakah [NAMA] perdarahan setelah ari-ari keluar sampai 60 hari?
1. Ya, hari ke _
2. Tidak
8. Tidak tahu
63.
Apakah [NAMA) demam tinggi setelah melahirkan?
1. Ya, hari ke _
2. Tidak
8. Tidak tahu
Apakah ada cairan berbau busuk keluar dr jalan iahir setelah melahirkan?
1. Ya, hari ke'_
2. Tidak
8. Tidak tahu
a. Siapa saja yang menolong persalinan?
1. Dukun
b. Dengan cara apa bayi dilahirkan?
1. Lahir spontan 2. Vakum-7 P66a
c. Pada waktu bayi lahir, bagian tubuh mana yang keluar lebih dahulu?
1. Kepala 2. Bokong
3. Lengan/ kaki 8. Tidak tahu
a. Apakah [NAMA] melahirkan tunggal atau kembar?
1. Tunggal
2. Kembar
b. Bagaimana kondisi bayi [NAMA] setelah lahir?
1. Hidup 2. Meninggal
3. Kembar, satu bayi meninggal 4. Kembar, semua bayi menlnggal
I 64. I
~
I
65.
I
J
66.
I
-
2. Bidao
3. Ookter
4. Keluarga
3.0peasi Sectio -7 P66a 8. Tidak Tahu 7 P66a
,.
67
•
•
Jika YANG MENINGGALadalah Perempuan Umur 15 Tahun Ke Atas 7 1110 Jika YANG MENINGGALadalah Perempuan Umur 10-14 Tahun -7 IV.RESUME '
4
68
Apakah [NAMA] mempunyai riwayat/ pernah sakit: a. Darah tinggi/ sakit jantung
1. Ya,_bln_thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
b. Kencing manis
1. Ya, _bin
2. Tidak
8. Tidak tahu
c. Sakit radang sendi (artritis)
1.Ya,_bln_
thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
d. Sakit lambung/ maag
1.Ya,_bln_
thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
e. Sakit kuning
1. Ya, _bin _thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
1.Ya,_
thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
1. Ya, _bin _thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
f. Tuberkulosis/
Flek paru
g. Asthma
_thn
bin -
-----
h. Kegemukan (Obesitas)
1. Ya,_bln_
thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
i. Tumor/'kanker
1. Ya, _bin _thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
j. Peminum alkohol kronik
1. Ya,_bln_thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
k. Pengguna narkoba suntik atau pil
1. Ya,_bln_thn
2. Tidak
8. Tidak tahu
D D D D D D D D D D .---,
IV. RESUME RIWAYAT SAKIT 5 TAHUN KE ATAS'(OllSi OLEH PEWAWANCARA)
I Um""'~"h"m/oh: I Jenis kelamin: Penyakit yang diderita dan lamanya (Blok Ill D): Riwayat sakit (Blok Ill A-C. untuk tanda, gejala, lama sakit ):
69.
Diagnosis Penyebab Kematian Umur 5 Tahun Ke atas (diisi oleh dokter)
Kode ICD 10
a. Penyakit penyebab kematian langsung (Direct Cause)
DDD.D
b. Penyakit perantara (lnteNening antecedent cause)
DDD.D
c. Penyakit penyebab utama kematian (Undetfying cause of death)
d. Penyakit yang berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan
DDD.D dengan penyakit
DDD.D
pada rangkaian a- c
Telah diperiksa oleh Ketua Tim, Nama:
_
Tanda tangan:
_
Tanggal:
5
_
LJ