LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO 1. Gambaran Umum a) Secara geografi Desa Banaran, Kecamatan Pulung terletak di lereng Gunung Wilis sebelah Barat pada titik koordinat : UTM 9131595, Pada Elevasi : 843 m dpl; b) Luas wilayah desa Banaran sebanyak 30.74 km2 dan memiliki Jumlah penduduk sebanyak 2.288 jiwa serta Jumlah rumah sebanyak 529 rumah. c) Mata pencarian penduduk yang dominan adalah petani dan perantau (TKI, TKW dan buruh migran); d) Secara keseluruhan tutupan vegetasi pada hutan rakyat didominasi oleh jenis tanaman pertanian/holtikultura (jahe, jagung, ketela pohon, sengon), sedangkan pada hutan produksi didominasi oleh tanaman pinus yang berada pada bagian atas hutan rakyat (bukan lokasi longsor); e) Pengolahan lahan pada lahan milik sangat intensif dan teraseringnya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi. f) Tingkat kemiringan lahan pada lokasi bencana sebesar >50 % (sangat curam). g) Deskripsi Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo sbb : Luas Nama Desa Penutup Lahan (Ha) Banaran Bangunan Permukiman Desa (Berasosiasi dengan Vegetasi Pekarangan) 25.17 Hutan Lahan Tinggi Primer Kerapatan Tinggi 1,951.82 Hutan Tanaman 276.55 Kebun Campuran 84.20 Ladang/Tegalan dengan Palawija 35.68 Ladang/Tegalan Holtikultura 366.94 Semak 25.84 Total Penutup Lahan 2,766.20 Nama Desa BANARAN
Bentang Lahan Kaki Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik Kerucut Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik Lereng Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik Total Luas Bentang Alam
Luas (Ha) 467.02 1,136.89 1,162.29 2,766.20
Peta Lokasi Kejadian Bencana Tanah Longsor Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupatan Ponorogo
a. Riwayat Bencana 1) Sejak awal bulan maret 2017 dilokasi tersebut sudah timbul retakan tanah. Satu minggu sebelum kejadian bencana longsor hampir setiap hari turun hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. 2) Sejak tanggal 13 Maret 2017, Pemerintah Ponorogo telah merekomendasikan kepada seluruh warga yang bermukim dilokasi tersebut untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman; 3) Kejadian bencana tanah longsor terjadi pada hari sabtu tanggal 1 April 2017 pukul 07.30 WIB, saat itu warga yang berada di lokasi pengungsian pulang kerumah untuk membersihkan rumah, memberi makan ternak dan memanen hasil perkebunan seperti jagung dan jahe; b. Dampak Bencana 1) Tebing setinggi 100 meter longsor dan menimpa 28 (dua puluh delapan) rumah warga, tepatnya 4 RT di dukuh Tanggkil sebanyak 21 rumah dan Krajan sebanyak 7 rumah; data terakhir jumlah orang yang tertimbun longsoran tanah sebanyak 28 orang 2) Luasan terdampak sebesar ±15 hektar (2 ha kawasan hutan produksi dan 13 ha lahan milik masyarakat), longsoran tanah menimbun areal permukiman dan persawahan sepanjang 800 meter dan tertutupnya CEK DAM, aliran sungai gunung wilis serta 3 (tiga) sumber mata air lereng wilis;
3) Data sementara korban manusia sebanyak 28 orang, sudah berhasil dievakuasi sebanyak 2 orang dan 26 orang masih proses dalam proses evakuasi. (data : Hari Minggu, 2 April 2017 Jam 11.00 wib). Analisis Ekologis dan Strategi Pengendalian : a. Analisis Peta Rawan rawan Gerakan Tanah dari BIG) dan D3TLH P3EJawa
Hasil analisis peta antara peta D3TLH berbasis jasa ekosistem (P3EJawa) dengan peta Rawan Gerakan Tanah (BIG) adalah sbb : 1. Lokasi longsor pada kotak berwarna biru dengan arsiran merah muda berada pada wilayah dengan rawan gerakan tanah menengah (BIG) 2. Wilayah Longsor pada Kelas Jasa Ekosistem Pengaturan Perlindungan dan pencegahan Bencana Berada di Kelas Sedang (Arsiran Putih) dan sangat rendah (arsiran hitam) 3. Kelas Jasa EKosistem Sangat rendah (Arsiran Hitam), berdasarkan analisis Penutup lahan skala 1: 50.000 merupakan wilayah permukiman. 4. Penentuan Jasa EKosistem Pengaturan perlindungan dan Pencegahan Bencana berdasarkan karakteristik bentang lahan (morfologi dan morfogenesa) serta penutup Lahan.
5. Antara peta dari BIG dan P3EJawa secara umum berdasarkan kelas memiliki kesamaan yaitu kelas sedang dan menengah. Namun ada pembeda di bagian kelas D3TLH yang disusun oleh P3EJawa yaitu lokasi longsor sebagian berada di Jasa Ekosistem Pengaturan perlindungan dan Pencegahan Bencana kelas Sangat rendah.
b. Analisis Ekologis Desa Banaran merupakan wilayah dengan Jasa Ekosistem Pengaturan dan Perlindungn dan Pencegahan Bencana dalam Kelas Sedang yang berarti lahan tersebut sangat berpotensi terhadap kejadian bencana apabila dipicu oleh curah hujan dengan intensitas tinggi dan peruntukannya untuk tanaman semusim. Oleh karena itu jenis tanaman pengendali yang cocok adalah tanaman keras yang mempunyai fungsi penguat struktur tanah dan penahan laju aliran air (runnof).
Bentang lahan desa Banaran merupakan bagian dari kaki gunung Liman Dorowati material Piroklastik. Kandungan material atau batuan utama penyusun berupa bahan-bahan yang berasal dari piroklastik berupa material pelapukan yang gembur bersifat lepas dan gampang jenuh air. Bentang lahan dengan jenis tersebut diatas, permasalahan yang muncul adalah menjadi daerah rawan bencana.
Disamping
itu,
dengan
kondisi
tingkat
kemiringan
lahan
>50%
tidak
direkomendasikan untuk permukiman dan pertanian karena sangat rawan terhadap bencana (longsor) dan laju aliran air permukaan (run off) menjadi tidak terkendali.
Dilihat dari perspektif daya dukung dan daya tampung lingkungan berbasis jasa ekosistem, maka karakteristik bentang lahan Desa Banaran merupakan ekoregion dengan tingkat jasa ekosistem Sedang. Adapun penjelasan tingkat jasa ekosistem tersebut dapat dilihat pada table dan peta dibawah ini.
c. Strategi Pengelolaan Daerah Bencana Desa Banaran, Kecamatan Pulung Mengingat karakteristik ekoregion (bentang alam dan penutup lahan), kemiringan lahan serta menghindarkan bencana longsor yang berkelanjutan, maka strategi yang perlu dilakukan antara lain : 1) Revitalisasi pengelolaan Kawasan Lindung (penaatan RTRW); 2) Pengembangan Kawasan Wisata Alam Pegunungan dengan keaneka-ragaman hayatainya, Kawasan Budidaya Perkebunan, Tanaman Tahunan, dan Perikanan Darat; 3) Pengembangan dan pelatihan alih profesi mata pencaharian baru (ekonomi kreatif); 4) Pembuatan gully plug dan pemilihan jenis tanaman keras yang mempunyai fungsi lindung sesuai dengan tingkat kemiringan lahan; 5) Penyusunan Peta Rawan Bencana Kabupaten Ponorogo 6) Relokasi permukiman di sekitar lokasi bencana ke daerah yang lebih aman, berbasis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; 7) Kabupaten Ponorogo segera menghitung dan menetapkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembangunan (KLHS, RPPLH, RTRW) dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo.
TABEL KELAS JASA EKOSISTEM PENGATURA PERLINDUNGAN DAN PENCEGAHAN BENCANA DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO Nama Desa Banaran
Bentang Lahan Kaki Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik
Penutup Lahan Bangunan Permukiman Desa (Berasosiasi dengan Vegetasi Pekarangan) Hutan Lahan Tinggi Primer Kerapatan Tinggi
Sangat Rendah
Rendah
Grand Total
26.34
26.34
Hutan Tanaman
65.55
65.55
Kebun Campuran
16.53
16.53
35.68
35.68
297.74
297.74
333.42
25.17
82.08
Hutan Lahan Tinggi Primer Kerapatan Tinggi Semak
26.34 1,136.53
467.02 1,136.53 0.36
0.36 0.36
1,136.53
Hutan Lahan Tinggi Primer Kerapatan Tinggi
788.95
Hutan Tanaman Kebun Campuran
Lereng Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik Total Jumlah Total
Sangat Tinggi
25.17
Ladang/Tegalan Holtikultura
Kerucut Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik Total Lereng Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik
Tinggi
25.17
Ladang/Tegalan dengan Palawija Kaki Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik Total Kerucut Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik
Sedang
1,136.89 788.95
211.00
211.00
67.67
67.67
Ladang/Tegalan Holtikultura
69.20
69.20
Semak
25.48
25.48
94.68 25.53
94.68
278.67 612.09
788.95 82.08
1,951.82
1,162.29 2,766.20
TABEL EKOREGION DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO No
30
Ekoregion
Kaki Gunungapi Liman Dorowati Material Piroklastik
Luas (Ha)
41646.17
Luas (%)
0.87
Lokasi dan Karakteristik Bentanglahan Kediri, Madiun, Nganjuk, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung Material atau batuan utama penyusun berupa bahan-bahan piroklastik hasil pengendapan aliran lava, lahar, dan material jatuhan (airborne deposite), berupa pasir, kerikil, kerakal, dan bebatuan dengan berbagai ukuran.
Potensi Bahan galian mineral golongan C, berupa pasir, kerikil, kerakal, dan batu, sebagai bahan baku bangunan, industri semen, pembangunan jalan, dan infrastruktur fisik lainnya. Bentang lahan desa Banaran merupakan bagian dari kaki gunung Liman Dorowati material Piroklastik.Kandunga n material atau batuan utama penyusun berupa bahan-bahan yang berasal dari piroklastik berupa material pelapukan yang gembur bersifat lepas dan gampang jenuh air (Daerah rawan bencana).
Permasalahan
Daerah rawan bencana akibat ancaman aliran lava, lahar, dan awan panas, yang mengalir melalui lembahlembah sungainya, serta hujan abu yang dapat tersebar secara meluas. kondisi existing tingkat kemiringan lahan >50% peruntukan permukiman dan pertanian, sehingga sangat rawan terhadap bencana (longsor) dan laju aliran air permukaan (run off) menjadi tidak terkendali. Kabupaten Ponorogo belum menyusun dan menghitung daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Strategi Pengelolaan
Dikembangkan sebagai Kawasan Wisata Alam Pegunungan dengan keaneka-ragaman hayatainya, dan Kawasan Budidaya Perkebunan, Tanaman Tahunan, dan Perikanan Darat. Revitalisasi pengelolaan Kawasan Lindung (penaatan RTRW) Kabupaten Ponorogo segera menghitung dan menetapkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembangunan (KLHS, RPPLH, RTRW) dalam RPJMD Ponorogo