- 384 -
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM INFORMASI PUSKESMAS
PELAPORAN I.
DATA DASAR Data dasar Puskesmas wajib dibuat oleh setiap Puskesmas, setidaktidaknya setahun sekali. Data dasar diperlukan untuk mengetahui kemampuan wilayah dalam upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas, sebagai basis data dalam mengukur tingkat pencapaian kinerja program Puskesmas dan memahami situasi epidemiologi wilayah kerja Puskesmas. Data dasar Puskesmas meliputi: 1.
identitas Puskesmas;
2.
wilayah kerja Puskesmas;
3.
sumber daya Puskesmas meliputi: a. manajemen Puskesmas; b. gedung dan sarana Puskesmas; c.
jejaring Puskesmas, lintas sektor dan potensi sumberdaya Puskesmas;
d. sumber daya manusia kesehatan; e. 4.
ketersediaan dan kondisi peralatan Puskesmas;
sasaran program. Pada umumnya, data dasar diperoleh dari sumber data sekunder di lingkungan Dinas Kesehatan, maupun sektor lain, misal Kantor Camat, Kantor BPS dan sebagainya. Jenis data dan definisi operasional laporan data dasar Puskesmas sama dengan pencatatan data dasar Puskesmas seperti tercantum pada Tabel 1. Jenis Data dan Definisi Operasional Data Dasar Puskesmas. Contoh
instrumen
dan
cara
pengisiannya
juga
sama
dengan
- 385 -
pencatatannya seperti tercantum pada Formulir 1. Data Dasar Puskesmas. II.
DATA PROGRAM
A.
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT ESENSIAL 1.
Promosi Kesehatan Upaya promosi kesehatan dilaksanakan oleh semua program yang dilaksanakan Puskesmas. Jenis upaya promosi kesehatan adalah advokasi,
penggalangan
kemitraan,
pemberdayaan
masyarakat
melalui upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM), yang didukung oleh KIE, penyuluhan atau penyebarluasan informasi. Hasil setiap kegiatan upaya promosi kesehatan dibuat laporan kegiatan promosi kesehatan, dan dihimpun dalam register-register promosi kesehatan sesuai dengan jenis kegiatan promosi kesehatan. Pada umumnya bentuk pencatatan hasil kegiatan adalah formulir laporan kegiatan antara lain: laporan kegiatan penyuluhan kesehatan individu, laporan kegiatan kunjungan rumah, laporan kegiatan penyuluhan kesehatan kelompok dan laporan kegiatan upaya pemberdayaan masyarakat (UKBM), laporan pelaksanaan kegiatan advokasi,
laporan
kegiatan
penggalangan
kemitraan,
laporan
kegiatan penyebarluasan informasi, dan laporan pendataan jumlah desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM.
Beberapa
metode penyebarluasan informasi antara lain penyuluhan, konseling, bimbingan,
seminar,
diskusi,
media
(cetak,
elektronik,
sosial,
tradisional, dll). Dari laporan-laporan kegiatan ini kemudian dihimpun
dalam
berbagai register sesuai dengan masing-masing jenis kegiatan, dan dari register-register tersebut dapat dibuat berbagai bentuk laporan bulanan kegiatan promosi kesehatan umum dan program kesehatan tertentu. 1)
Sumber Data 1)
Register Penyuluhan Individu
2)
Register Kunjungan Rumah
3)
Register Penyuluhan Kelompok
4)
Register Pemberdayaan Masyarakat dalam Penguatan UKBM dan Kelompok Masyarakat
5)
Register UKBM yang Dibina Puskesmas
- 386 -
6)
Register Pelaksanaan Advokasi Bidang Kesehatan
7)
Register Penggalangan Kemitraan Bidang Kesehatan
8)
Register Keluaran Kemitraan Bidang Kesehatan
9)
Register Media Penyebarluasan Informasi
10) Register Desa yang Memanfaatkan Dana Desa 10% untuk UKBM 2)
Jenis Data, Definisi Operasional dan Instrumen Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Promosi Kesehatan tercantum dalam Tabel 134 Jenis Data dan
Definisi
Operasional
Laporan
Bulanan
Promosi
Kesehatan. Contoh instrumen Laporan Bulanan Promosi Kesehatan tercantum pada Formulir 134 Laporan Bulanan Promosi Kesehatan. Tabel 134 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Promosi Kesehatan NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
A. Promosi Kesehatan Umum 1.
Jumlah kegiatan advokasi
Frekuensi pelaksanaan advokasi
di tingkat desa/kelurahan
kepada pengambil kebijakan tingkat
dan kecamatan bidang
desa/kelurahan atau kecamatan di
kesehatan
bidang kesehatan baik instansi pemerintahan maupun swasta dalam satu bulan pelaporan.
2.
Jumlah kegiatan
Frekuensi pelaksanaan kunjungan atau
penggalangan kemitraan
pertemuan untuk penggalangan
dengan dunia usaha dan
kemitraan dengan dunia usaha dan
lintas sektor tingkat
lintas sektor tingkat desa/kelurahan
desa/kelurahan dan
dan kecamatan bidang kesehatan
kecamatan bidang
dalam satu bulan pelaporan.
kesehatan 3.
Jumlah kegiatan
Frekuensi melaksanakan kegiatan
pembinaan UKBM atau
pembinaan (misalnya fasilitasi,
- 387 -
NO.
JENIS DATA kelompok masyarakat
DEFINISI OPERASIONAL bimbingan teknis, peningkatan kapasitas oleh petugas Puskesmas) kepada UKBM dan forum Peduli Kesehatan yang diintegrasikan dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa seperti Pertemuan Desa, Penyegaran dan Orientasi Kader dan Toma, Survey Mawas Diri, Musyawarah Masyarakat Desa, serta pemantauan pada satu bulan pelaporan.
4.
Jumlah penyuluhan
Frekuensi penyuluhan kelompok
kelompok
potensial baik di dalam maupun di luar Puskesmas dalam satu bulan pelaporan
5.
Jumlah kunjungan rumah
Frekuensi kunjungan rumah/home care untuk keluarga dalam satu bulan pelaporan
6.
Jumlah jenis media yang
Jumlah jenis media
digunakan dalam
(cetak/elektronik/sosial/tradisional/lu
penyebaran informasi
ar ruang) yang digunakan untuk penyebaran informasi kepada masyarakat dalam satu bulan pelaporan
7.
Jumlah kegiatan
Frekuensi melaksanakan kegiatan
pembinaan UKGM pada
pembinaan kesehatan gigi dan mulut
kelompok masyarakat
masyarakat (dalam bentuk pelatihan kader, penyuluhan di Posyandu, PAUD, Posyandu lansia/Posbindu atau kelompok masyarakat lainnya) dalam satu bulan pelaporan
8.
Puskesmas melaksanakan
Puskemas melaksanakan kegiatan
Promosi Kesehatan
advokasi, penggalangan kemitraan, pemberdayaan masyarakat, dan penyebarluasan KIE pada satu bulan
- 388 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL pelaporan. Apabila Puskesmas tidak melaksanakan salah satu dari keempat kegiatan tersebut, berarti Puskesmas belum melakukan Promosi Kesehatan
9.
UKBM yang Dibina
Jenis, strata, dan jumlah UKBM yang
Puskesmas
diberikan fasilitasi, bimbingan teknis, dan peningkatan kapasitas kader oleh Puskesmas pada satu bulan pelaporan
a. Nomor urut
Cukup jelas
b. Desa/Kel/Kecamatan
Cukup jelas
c. Jenis UKBM
Jenis UKBM beserta tahapannya (apabila ada) misalnya Posyandu Mandiri, Posbindu, Poskesdes, Pos UKK Pratama, dll
d. Nama UKBM
Nama UKBM misalnya Posyandu Melati, Poskesdes Sehat Selalu, dll
e. Alamat UKBM
Alamat UKBM yang terdiri dari jalan, nomor, desa/kelurahan
f. Sumber pembiayaan
Sumber anggaran untuk pelaksanaan kegiatan UKBM, misalnya dana desa, dana sehat, dll
g. Kegiatan UKBM
Jenis kegiatan yang dilakukan oleh UKBM, misalnya Survei Mawas Diri, penyuluhan, kunjungan rumah, dll
h. Jumlah kader
Jumlah kader aktif yang ada di UKBM
i. Jumlah kader dilatih
Jumlah kader yang telah dilatih atau diorientasi tentang pemberdayaan masyarakat dalam semua topik kesehatan
B. Promosi Kesehatan Penyakit Menular
- 389 -
NO. 1
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Jumlah kegiatan
Frekuensi penyuluhan baik di dalam
Penyuluhan di Puskesmas
maupun di luar gedung Puskesmas
dan jaringannya dengan
yang meliputi penyuluhan individu,
topik diare
kunjungan rumah, dan penyuluhan kelompok dengan topik diare atau terkait diare
2
Jumlah kegiatan
Frekuensi penyuluhan baik di dalam
Penyuluhan di Puskesmas
maupun di luar gedung Puskesmas
dan jaringannya dengan
yang meliputi penyuluhan individu,
topik tifoid
kunjungan rumah, dan penyuluhan kelompok dengan topik tifoid atau terkait tifoid
3
Jumlah kegiatan
Frekuensi penyuluhan baik di dalam
Penyuluhan di Puskesmas
maupun di luar gedung Puskesmas
dan jaringannya dengan
yang meliputi penyuluhan individu,
topik hepatitis
kunjungan rumah, dan penyuluhan kelompok dengan topik hepatitis atau terkait hepatitis
4
Jumlah kegiatan
Frekuensi penyuluhan baik di dalam
Penyuluhan di Puskesmas
maupun di luar gedung Puskesmas
dan jaringannya topik
yang meliputi penyuluhan individu,
HIV/AIDS
kunjungan rumah, dan penyuluhan kelompok dengan topik HIV/AIDS atau terkait HIV/AIDS
5
Jumlah SLTP/SLTA yang
Jumlah sekolah setingkat SLTP/SLTA
terlaksana pelayanan
yang dilaksanakan atau dibuka
konseling/penyuluhan
pelayanan konseling kesehatan atau
individu kesehatan remaja
penyuluhan individu bagi murid
(HIV/AIDS)
sekolah tersebut tentang kesehatan remaja (HIV/AID)
C. Promosi Kesehatan Lingkungan
- 390 -
NO. 1
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Jumlah
Jumlah pasien yang telah pulang ke
klien/pasien/perseorangan
rumahnya atau orang lain atas indikasi
mendapat
tertentu dikunjungi petugas ke
konseling/penyuluhan
rumahnya agar mendapat layanan
kesehatan lingkungan di
konseling atau penyuluhan untuk
rumahnya (luar gedung)
peningkatan kesehatan lingkungan rumahnya
2
Jumlah
Jumlah pasien yang masih dirawat
klien/pasien/perseorangan
atau akan pulang, atau orang lain yang
mendapat konseling
datang ke Puskesmas mendapat
kesehatan/penyuluhan
layanan konseling atau penyuluhan
lingkungan di klinik
kesehatan lingkungan/pengendalian
sanitasi (dalam gedung)
penyakit berbasis lingkungan di ruang konseling/klinik sanitasi atau ruang lain yang sesuai
D. Promosi Kesehatan KIA, termasuk remaja 1
2
Jumlah Sekolah terlaksana
Jumlah sekolah yang mendapatkan KIE
kegiatan KIE/penyuluhan
atau penyuluhan kesehatan remaja
kesehatan remaja oleh
oleh tenaga kesehatan (penyuluhan
tenaga kesehatan
kelompok)
Jumlah kelompok remaja
Jumlah kelompok remaja di luar
diluar sekolah (karang
sekolah yang mendapatkan KIE atau
taruna, remaja mesjid,
penyuluhan kesehatan remaja oleh
gereja, pura, wihara, dll)
tenaga kesehatan (penyuluhan
yang mendapatkan
kelompok)
KIE/penyuluhan kesehatan remaja 3
Jumlah remaja
Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang
mendapatkan konseling
mendapatkan pelayanan konseling
oleh tenaga kesehatan
atau penyuluhan baik didalam gedung maupun diluar gedung (penyuluhan individu) semua topik
4
Jumlah remaja mendapat
Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang
- 391 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
KIE/penyuluhan
mendapatkan pelayanan konseling
kesehatan reproduksi
atau penyuluhan baik didalam gedung maupun diluar gedung (penyuluhan individu) tentang kesehatan reproduksi
E. Promosi Kesehatan Pelayanan Kesehatan 1
Jumlah SD/MI melaksanakan sikat gigi bersama
SD/MI yang melaksanakan kegiatan sikat gigi bersama di bawah bimbingan guru
2.
Jumlah SD/MI Jumlah murid yang melaksanakan melaksanakan aplikasi flour kumur-kumur dengan larutan yang mengandung flour sesuai dengan indikasi, pada saat pemeriksaan kesehatan gigi di sekolah
F. Promosi Kesehatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 1
Jumlah penduduk
Setiap orang yang mengikuti konseling
mengikuti konseling
perorangan atau penyuluhan
/penyuluhan kesehatan
perorangan untuk masalah diet,
perorangan sesuai topik:
berhenti merokok, potensi cedera dan
a. diet
IVA-SADANIS
b. berhenti merokok c. potensi cidera d. IVA-SADANIS G. Promosi Kesehatan Jiwa dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) 1.
Jumlah kegiatan
Kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa
penyuluhan kesehatan jiwa
dan NAPZA yang dilakukan oleh
masyarakat dan NAPZA di
Puskesmas dan jaringannya.
Puskesmas dan jaringannya Sasarannya adalah anak usia sekolah, remaja, usia dewasa termasuk kelompok ibu hamil dan menyusui, serta lansia H.
............... (judul program
Promosi kesehatan dilakukan oleh
promosi kesehatan)
semua program kesehatan dengan
- 392 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL sasaran sesuai prioritas program. Kegiatan dan hasil kegiatan wajib dicatat dalam formulir, dan register promosi kesehatan yang sesuai, dan dilaporkan dalam laporan bulanan ini.
a. .... (sasaran dan metode)
sasaran dan metode
b. .... (sasaran dan metode) dst
2.
Laporan promosi kesehatan sesuai
Laporan promosi kesehatan sesuai sasaran dan metode
….
Kesehatan Lingkungan Upaya kesehatan lingkungan yang wajib dilaporkan Puskesmas adalah upaya pengawasan kualitas air minum, upaya pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan, upaya pengawasan Tempat-Tempat Umum, upaya pengawasan rumah, Konseling Pelayanan Kesehatan Lingkungan, STBM/ODF. Hasil kegiatan upaya kesehatan lingkungan dicatat dalam berbagai instrumen pencatatan data kesehatan lingkungan sebagaimana dibahas pada bagian pencatatan kesehatan lingkungan. Hasil kegiatan ini direkapitulasi kedalam Laporan Bulanan Kesehatan Lingkungan. 1)
Sumber Data Register Inspeksi Kesehatan Lingkungan Sarana Air Minum Menurut Sarana dan Desa/Kelurahan Register
Inspeksi
Kesehatan
Lingkungan
Tempat
Pengelolaan Makanan Menurut Jenis Sarana Register Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tempat Tempat Umum Menurut Jenis Sarana Register Hasil Penilaian STBM 2)
Variabel Pelaporan Jenis data dan definisi operasional pada laporan bulanan kesehatan lingkungan, tercantum dalam Tabel 135 Jenis
- 393 -
Data dan Definisi Operasional pada Laporan Bulanan Kesehatan Lingkungan Contoh instrumen laporan bulanan kesehatan lingkungan tercantum pada Formulir 135 Laporan Bulanan Kesehatan Lingkungan. Tabel 135 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Kesehatan Lingkungan No 1.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Jumlah sarana air minum yang
Jumlah sarana air minum yang
dilakukan pengawasan kualitas air
dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan oleh petugas kesehatan lingkungan atau petugas terlatih lainnya sesuai dengan jenis sarananya, dengan hasil inspeksi dikelompokkan dalam kelompok berisiko rendah (R)/sedang (S), dan kelompok berisiko tinggi (T)/ amat tinggi (AT)
a. Jumlah sarana perpipaan
Cukup jelas
perusahaan air minum b. Jumlah sarana air minum
Cukup jelas
perpipaan non perusahaan (sarana komunal) c. Jumlah Sumur Gali
Cukup jelas
d. Jumlah Penampungan Air Hujan Cukup jelas e. Jumlah Perlindungan Mata Air
Cukup jelas
f. Jumlah Sumur Bor dengan
Cukup jelas
Pompa g. Jumlah Terminal Air dan mobil
Cukup jelas
- 394 -
No
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
tangki air 2
Jumlah Tempat Pengelolaan
Jumlah TPM dilakukan inspeksi
Makanan (TPM) dilakukan inspeksi
kesehatan lingkungan dengan
keehatan lingkungan
hasil inspeksi adalah memenuhi syarat kesehatan dan tidak memenuhi syarat kesehatan
a. Jumlah rumah makan/restoran
Cukup jelas
b. Jumlah Jasa Boga
Cukup jelas
c. Jumlah Depot Air Minum
Cukup jelas
memenuhi syarat d. Jumlah Sentra Makanan
Cukup jelas
Jajanan
3
e. Jumlah Kantin Sekolah
Cukup jelas
Jumlah Tempat-Tempat Umum
Jumlah TTU dilakukan inspeksi
(TTU) dilakukan inspeksi kesehatan
kesehatan lingkungan dengan
lingkungan
hasil memenuhi syarat kesehatan dan tidak memenuhi syarat
a. Jumlah Sarana Pendidikan 1) Jumlah Sekolah
Cukup jelas
2) Jumlah Pondok Pesantren
Cukup jelas
b. Jumlah Pasar Rakyat/Tradisional Cukup jelas c. Jumlah Pelayanan Kesehatan
Cukup jelas
d. Jumlah Tempat ibadah
Cukup jelas
e. Jumlah Hotel
Cukup jelas
f. Jumlah Terminal/stasiun
Cukup jelas
g. Jumlah Tempat rekreasi,
Cukup jelas
hiburan, wisata h. Jumlah Lapas/Rutan
Cukup jelas
- 395 -
No 4
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Jumlah Rumah yang dilakukan
Jumlah rumah dilakukan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan
inspeksi kesehatan lingkungan
yang memenuhi syarat kesehatan
dengan hasil memenuhi syarat kesehatan
5
6
Jumlah pasien / klien
Jumlah pasien / klien
mendapatkan pelayanan konseling
mendapatkan pelayanan
setiap hari kerja Puskesmas
konseling setiap hari kerja PKM.
Jumlah desa / kelurahan yang
Desa yang memenuhi kriteria
melaksanakan Kesehatan
Desa pelaksana STBM (kegiatan
lingkungan Total Berbasis
pembinaan/pemicuan, terbentuk
Masyarakat (STBM)
tim STBM, tersusunnya rencana kerja melaksanakan 5 pilar STBM)
7
Jumlah desa/kelurahan Stop BAB
Desa yang memenuhi kriteria
Sembarangan (Open Defecation
Desa Stop Buang Besar
Free)
Sembarangan (ODF) dan laporan verifikasi Tim Kecamatan
8
Sekolah yang melakukan deteksi
Deteksi dini tifoid adalah
dini tifoid bagi para penjamah
pemeriksaan adanya bakteri
makanan yang berjualan di sekolah
tifoid pada tinja setiap penjamah makanan yang ada disemua kantin di dalam lingkungan sekolah
9
Sekolah yang menerapkan kawasan
Ada kebijakan sekolah kawasana
tanpa rokok (KTR)
tanpa rokok, ada peringatan kawasan tanpa rokok dan tidak ditemukan orang yang merokok di ruang kelas, tempat-tempat umum dan halaman sekolah.
3.
Gizi, Kesehatan Ibu-Kesehatan Anak, dan Wanita Usia Subur (WUS)
- 396 -
Hasil kegiatan gizi, kesehatan ibu, anak dan imunisasi balita tercatat dalam Register Kohort Ibu, Register Kohort Bayi, Register Kohort Anak Balita dan PraSekolah, Register Imunisasi Anak dan Register Imunisasi WUS. Berdasarkan data dalam register ini dibuat laporan bulanan Kegiatan Gizi, Kesehatan Ibu, Anak dan Imunisasi Dasar Bagi Bayi, Imunisasi Lanjutan Bagi Batita dan Imunisasi Lanjutan Bagi WUS 1)
Sumber Data Register Kohort Ibu Register Kohort Bayi, Anak Balita dan Anak Prasekolah Register Imunisasi Anak Register Imunisasi WUS
2)
Variabel Laporan Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Gizi, Kesehatan Ibu, dan Kesehatan Anak, dalam
tercantum
Tabel 136 Jenis Data dan Definisi Operasional
Laporan Bulanan Gizi, Kesehatan Ibu, dan Kesehatan Anak Contoh instrumen laporan bulanan gizi, kesehatan ibu, dan kesehatan anak tercantum pada Formulir 136 Laporan Bulanan Gizi, Kesehatan Ibu, dan Kesehatan Anak. Tabel 136 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Gizi, Kesehatan Ibu, dan Kesehatan Anak NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
PROGRAM GIZI 1.
Jumlah ibu hamil terdaftar
Jumlah ibu hamil yang terdaftar
bulan ini
bulan ini pada suatu wilayah tertentu (Terdaftar sebagai ibu hamil dalam Register Kohort Ibu pada bulan laporan)
2
Jumlah Ibu hamil dapat tablet
Jumlah Ibu Hamil yang
tambah darah minimal 90 tablet
mendapatkan minimal 90 tablet tambah darah selama kehamilannya (hanya dicatat sekali saat telah
- 397 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL mendapat tablet 90 tablet atau lebih)
3
Jumlah ibu hamil anemia
Jumlah ibu hamil dengan kadar Hb <11,0 g/dl yang diperiksa pada saat pertama kali diperiksa kehamilannya (KA / Kunjungan Akses)
4
Jumlah Ibu Nifas dapat Vit. A
Jumlah ibu nifas (0 - 42 hari) yang
dosis tinggi (2 kapsul)
mendapat kapsul Vit. A dosis tinggi. Sebaiknya diberikan sesaat setelah melahirkan dan setelah 24 jam berikutnya
5
Jumlah Ibu Hamil KEK (kurang
Jumlah ibu hamil dengan ukuran
energi kronis)
lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm yang diperiksa pada saat kunjungan pertama (KA)
6
Jumlah Ibu Hamil KEK dapat
Jumlah ibu hamil KEK yang
PMT Ibu Hamil (baru)
mendapatkan makanan tambahan ibu hamil selama tiga bulan atau lebih
7
8
Jumlah Bayi 6-11 bulan
Jumlah bayi usia 6 - 11 bulan yang
mendapat Vit. A (100.000 IU)
mendapat vit. A bayi (100.000 IU)
Jumlah bayi mendapat ASI
Jumlah bayi yang sukses hanya
ekslusif
mendapat ASI sampai usia 6 bulan berturut-turut
9
Jumlah Balita (terdaftar bulan
Jumlah anak usia kurang dari 60
ini)
bulan yang ada pada suatu wilayah tertentu pada bulan ini (terdaftar pada Register Kohort Anak Balita dan Anak Prasekolah bulan tertentu)
10
11
Jumlah anak Balita dapat Vit. A
Jumlah anak usia 12 - 59 bulan yang
dosis tinggi (200.000 IU)
mendapat vit. A Balita (200.000IU)
Jumlah Balita punya Buku KIA
Jumlah Balita (Anak Usia kurang dari
(terdaftar bulan ini)
60 bulan) yang mempunyai
- 398 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL KMS/Buku KIA
12
Jumlah Balita ditimbang (D)
Jumlah Anak Usia kurang dari 60 bulan yang ditimbang di Posyandu/fasyankes bulan ini
13
Jumlah Balita ditimbang yang
Jumlah Balita, ditimbang di Posyandu
naik berat badannya (N)
/ fasyankes yang naik berat berat badannya
14
15
16
Jumlah Balita ditimbang yang
Jumlah Balita ditimbang yang tidak
tidak naik berat badannya (T)
naik berat berat badannya
Jumlah Balita ditimbang yang
Jumlah Balita ditimbang yang tidak
tidak naik berat badannya 2 kali
naik berat berat badannya dua kali
berturut-turut (2T)
berturut-turut
Jumlah Balita di bawah garis
Balita BGM adalah kasus baru Balita
merah (kasus baru balita BGM)
ditimbang yang hasil penimbangan berat badannya berada di bawah garis merah kurva pertumbuhan anak yang ada pada KMS/Buku KIA
17
Jumlah Balita kurus
Balita kurus adalah kasus baru Balita
(kasus baru balita kurus)
dengan status gizi kurus (BB/PB atau BB/TB -3 Standar Deviasi (SD) sampai dengan < -2 SD)
18
19
Jumlah Balita kurus mendapat
Jumlah Balita kurus yang mendapat
makanan tambahan (PMT)
makanan tambahan
Jumlah kasus Balita gizi buruk
Balita gizi buruk adalah kasus baru
(baru)
Balita dengan status gizi sangat kurus (BB/PB atau BB/TB < -3 SD) dan/atau terdapat tanda klinis gizi buruk
20
Jumah kasus balita gizi buruk
Jumlah Balita gizi buruk yang
ditangani (baru)
mendapat perawatan sesuai standar tata laksana anak gizi buruk
21
Jumlah Bayi dengan berat badan BBLR adalah kasus baru bayi lahir
- 399 -
NO.
JENIS DATA lahir rendah (BBLR)
DEFINISI OPERASIONAL hidup dengan berat badan lahir <2500 gram (dicatat sekali saja saat pertama kali diperiksa sejak lahir)
22
Jumlah bayi baru lahir
Jumlah bayi baru lahir yang
mendapat Inisiasi Menyusu Dini
diletakkan di dada ibu dalam waktu
(IMD) (baru)
minimal satu jam setelah lahir sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu
23
Jumlah remaja putri (anak
Jumlah remaja putri yang mendapat
sekolah SLTP/SLTA) yang telah
Tablet Tambah Darah (TTD) minimal
mendapat tablet tambah darah
13 butir dalam satu bulan.
(TTD) PROGRAM KESEHATAN IBU 1
Jumlah kunjungan KA Ibu Hamil Jumlah ibu hamil yang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal
2
Jumlah kunjungan K1 ibu hamil
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, pada trimester ke-1,
3
Jumlah kunjungan K4 ibu hamil
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3
4
Jumlah ibu nifas yang mendapat
Ibu nifas yang mendapatkan
pelayanan nifas lengkap (KF3)
pelayanan standar pada 6-48 jam sejak persalinan, 3-7 hari sejak persalinan dan 8-42 hari sejak persalinan
- 400 -
NO. 5
JENIS DATA Jumlah kunjungan ibu hamil
DEFINISI OPERASIONAL Jumlah Kunjungan Ibu hamil dengan
dengan faktor risiko (umur<20 th faktor resiko (umur<20 th atau >35th; atau >35th; paritas >4; jarak
paritas >4; jarak kehamilan <2thn;
kehamilan <2 th; LiLA <23,5 cm
LiLA <23,5 cm dan TB <145cm)
dan TB <145cm) (baru/ulang) 6
Jumlah ibu hamil risiko tinggi
Jumlah Bumil yang mempunyai
(perdarahan, infeksi, abortus,
resiko tinggi meliputi perdarahan,
keracunan kehamilan, partus
infeksi, abortus, keracunan
lama) yang ditangani:
kehamilan, partus lama yang ditangani.
a. Jumlah ibu hamil mengalami perdarahan
Jumlah kasus baru ibu hamil dengan perdarahan yang mendapatkan pelayanan
b. Jumlah ibu hamil dengan malaria
Jumlah kasus baru ibu hamil yang menderita malaria yang mendapatkan pelayanan
c. Jumlah ibu hamil dengan TB
Jumlah kasus baru ibu hamil dengan TB yang mendapatkan pelayanan
d. Jumlah ibu hamil dengan sifilis positif (laboratorium)
Jumlah kasus baru ibu hamil dengan Sifilis positif yang mendapatkan pelayanan
e. Jumlah ibu hamil dengan HIV Jumlah kasus baru ibu hamil dengan positif
HIV Positif yang mendapatkan pelayanan
f. Jumlah ibu hamil dengan infeksi lainnya
Jumlah kasus baru ibu hamil dengan Infeksi lainnya yang mendapatkan pelayanan
g. Jumlah keguguran
Jumlah kasus baru ibu hamil mengalami keguguran
h. Jumlah ibu hamil dengan hipertensi
Jumlah kasus baru ibu hamil dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
- 401 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
i. Jumlah ibu hamil preeklamsi
Cukup jelas
j. Jumlah ibu hamil dengan
Cukup jelas
eklamsia (keracunan kehamilan) k. Jumlah ibu melahirkan
Cukup jelas
dengan partus lama 7
Jumlah ibu hamil risiko tinggi
Cukup jelas
yang dirujuk ke RS 8
Jumlah ibu hamil yang
Kelas ibu yang membahas tentang
mengikuti kelas ibu hamil
kehamilan dan persalinan dan nifas dengan bimbingan tenaga kesehatan yang kompeten.
9
Jumlah ibu bersalin ditolong
Jumlah ibu bersalin yang mendapat
tenaga kesehatan (bidan/dokter)
pertolongan persalinan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (bidan/dokter)
10
Jumlah ibu bersalin di fasilitas
Jumlah ibu bersalin yang mendapat
pelayanan kesehatan
pertolongan persalinan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
11
Jumlah ibu bersalin dan nifas dengan risiko ditangani (perdarahan dan infeksi) a. Jumlah ibu bersalin dan nifas dengan pendarahan
Jumlah kasus baru ibu bersalin dan nifas dengan perdarahan yang mendapatkan pelayanan
b. Jumlah ibu bersalin dan nifas dengan infeksi
Jumlah kasus baru ibu hamil dan nifas dengan infeksi yang mendapatkan pelayanan
- 402 -
NO. 12
JENIS DATA Jumlah ibu bersalin dan nifas
DEFINISI OPERASIONAL Cukup jelas
dengan risiko dirujuk ke RS 13
14
Jumlah peserta KB aktif baru
KB aktif baru adalah PUS yang baru
dan lama
pertama kali menggunakan metode
a. IUD
kontrasepsi termasuk mereka pasca
b. Implan
keguguran, sesudah melahirkan atau
c. Tubektomi
pasca istirahat minimal tiga bulan
d. Vasektomi
KB aktif adalah PUS yang
e. Suntik
menggunakan metode kontrasepsi
f. Pil
termasuk KB aktif baru dan pus yang
g. Kondom
masih menggunakan alat kontrasepsi.
Jumlah Peserta KB Pasca
Adalah ibu yang mulai menggunakan
Persalinan (permetode
alat kontrasepsi secara langsung
kontrasepsi)
sesudah melahirkan (sampai dengan
a. IUD
42 hari sesudah melahirkan)
b. Implan c. Tubektomi d. Vasektomi e. Suntik f. Pil g. Kondom
PROGRAM KESEHATAN ANAK 1
Jumlah Kunjungan Neonatal
Jumlah neonatus yang telah
Pertama (KN1)
memperoleh 1 kali pelayanan Kunjungan Neonatal Sesuai Standar pada usia 6-48 jam setelah lahir
2
Jumlah Kunjungan Neonatal
Jumlah neonatus yang telah
Lengkap (KN lengkap)
memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal sesuai standar .minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada usia 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari
- 403 -
NO. 3
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Jumlah neonatus dengan
Jumlah neonatus dengan komplikasi
komplikasi yang ditangani
disatu wilayah kerja pada kurun
(baru/ulang)
waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr ), sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada MTBS
4
Jumlah neonatus yang
Jumlah neonatus (idealnya usia 48-
mendapat pelayanan skrining
72 jam) yang diambil sampel
hipotiroid kongenital (SHK)
darahnya untuk pemeriksaan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
5
6
Jumlah Balita yang telah
Jumlah balita (0-59 bulan) yang
mendapatkan pelayanan
mendapatkan pelayanan Stimulasi
stimulasi deteksi dan intervensi
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
dini tumbuh kembang (SDIDTK)
Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali
sebanyak 2 kali tahun ini
dalam tahun ini.
Jumlah anak prasekolah yang
Jumlah anak pra sekolah (60 - 72
mendapatkan pelayanan SDIDTK bulan) yang mendapatkan pelayanan sebanyak 2 kali dalam kurun 1
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
tahun
Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam tahun ini
7
Jumlah anak prasekolah yang
Jumlah anak TK/PAUD yang
dilakukan pemeriksaan indeks
diperiksa gigi untuk dinilai status
karies
kesehatan giginya dengan
- 404 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL menghitung jumlah gigi yang karies/berlubang, jumlah gigi yang hilang (tanggal/dicabut) dan jumlah gigi yang ditambal
8
Jumlah remaja (10-18 tahun)
Jumlah remaja usia 10-18 tahun
yang mendapatkan konseling
yang mendapatkan pelayanan
kasus baru remaja oleh tenaga
konseling baik didalam gedung
kesehatan
maupun diluar gedung pertama kali untuk setiap kasus tertentu
9
Jumlah anak dan remaja (umur
Jumlah anak dan remaja dengan
<20 tahun) dengan disabilitas
disabilitas yang mendapatkan
yang ditangani (kunjungan
pelayanan medis di Puskesmas
baru/lama) 10
Jumlah anak dan remaja (umur
Jumlah anak korban kekerasan
<20 tahun) korban kekerasan
(kekerasan seksual, kekerasan fisik,
yang ditangani (pelayanan
kekerasan emosional/psikis,
medis, visum, pelayanan
penelantaran dan trafiking) yang
konseling) (baru/ulang)
mendapatkan pelayanan kesehatan (konseling, medis, visum, rujuk, dll)
11
Jumlah anak korban kekerasan
Jumlah anak korban kekerasan yang
yang dirujuk (medis, psikososial,
mendapatkan rujukan medis dan
hukum)
atau rujukan psikososial dan atau rujukan hukum
4.
Imunisasi Hasil kegiatan imunisasi tercatat pada register kohort ibu, register kohort bayi, dan register kohort anak balita dan prasekolah, serta register imunisasi WUS, dan register imunisasi BIAS (pelaporan tahunan program).
1)
Sumber Data 1) Register Kohort Ibu 2) Register Kohort Bayi, Anak Balita dan Anak Prasekolah
- 405 -
3) Register Imunisasi Anak 4) Register Imunisasi WUS 5) Register Imunisasi BIAS 2)
Jenis Data, Definisi operasional, dan Instrumen Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Imunisasi, tercantum dalam
Tabel 137 Jenis Data dan
Definisi Operasional pada Laporan Bulanan Imunisasi Contoh instrumen Laporan Bulanan Imunisasi tercantum pada Formulir 137 Laporan Bulanan Imunisasi. Tabel 137 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Imunisasi NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
1
Kode Puskesmas
Cukup jelas
2
Nama Puskesmas
Cukup jelas
3
Jml PP
Jumlah Puskesmas pembantu yang ada saat laporan dibuat
4
Jml melapor
Jumlah Puskesmas pembantu yang ada dan membuat laporan bulanan imunisasi
5
Jml Poskesdes/bidan desa
Jumlah pos kesehatan desa atau bidan desa yang ada saat laporan dibuat
6
Jml melapor
Jumlah pos kesehatan desa dan bidan desa yang membuat laporan bulanan imunisasi
7
No
Wajib dibuat
8
Desa
Nama desa atau kelurahan
9
Sasaran bayi
Jumlah bayi lahir hidup, dipisahkan menurut jenis kelamin
10
Sasaran Surviving Infant
Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang bertahan hidup, dipisahkan menurut jenis kelamin
- 406 -
NO. 11
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi lahir hidup usia <24 jam
bulan) HB0 <24 jam dan HB0
dan 1-7 hari yang mendapatkan
1-7 hari
imunisasi Hepatitis B dalam kurun waktu satu bulan laporan
12
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi lahir hidup yang
bulan) BCG
mendapat imunisasi BCG dalam kurun waktu satu bulan laporan
13
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi (surviving infants) yang
bulan) DPT-HB-Hib (1)
mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib dosis pertama dalam kurun waktu satu bulan laporan
14
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi (surviving infants) yang
bulan) DPT-HB-Hib (2)
mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib dosis kedua yang diberikan dengan jarak minimal satu bulan setelah dosis pertama dalam kurun waktu satu bulan laporan
15
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi (surviving infants) yang
bulan) DPT-HB-Hib (3)
mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib dosis ketiga yang diberikan dengan jarak minimal satu bulan setelah dosis kedua dalam kurun waktu satu bulan laporan
16
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi lahir hidup yang
bulan) yang diimunisasi
mendapatkan imunisasi polio oral dosis
Polio1
pertama dalam kurun waktu satu bulan laporan
17
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi (surviving infants) yang
bulan) yang diimunisasi
mendapatkan imunisasi polio oral dosis
Polio2
kedua yang diberikan dengan jarak minimal satu bulan setelah dosis pertama dalam kurun waktu satu bulan laporan
- 407 -
NO. 18
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi (surviving infants) yang
bulan) yang diimunisasi Polio
mendapatkan imunisasi polio oral dosis
3
ketiga yang diberikan dengan jarak minimal satu bulan setelah dosis kedua dalam kurun waktu satu bulan laporan
19
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi (surviving infants) yang
bulan) yang diimunisasi Polio
mendapatkan imunisasi polio oral dosis
4
keempat yang diberikan dengan jarak minimal satu bulan setelah dosis ketiga dan bersamaan dengan satu dosis polio injeksi, dalam kurun waktu satu bulan laporan
20
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi (surviving infants) yang
bulan) yang diimunisasi IPV 1
mendapatkan imunisasi polio injeksi
dosis
satu dosis yang diberikan pada usia minimal 4 bulan hingga sebelum berusia 1 tahun, dalam kurun waktu satu bulan laporan
21
22
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi (surviving infants) yang
bulan) yang diimunisasi
mendapatkan imunisasi campak dalam
campak
kurun waktu satu bulan laporan
Hasil imunisasi bayi (0 - 11
Jumlah bayi (surviving infants) yang
bulan) yang mendapat
mendapat satu kali imunisasi Hepatitis
imunisasi dasar lengkap (IDL)
B, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB-Hib, empat kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak, dalam kurun waktu satu bulan laporan
23
Sasaran Baduta
Jumlah anak usia 18-24 bulan menurut jenis kelamin
24
Hasil imunisasi lanjutan
Jumlah anak usia 18-24 bulan yang
Baduta DPT-HB-Hib (DPT-HB-
mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib
Hib 4)
lanjutan sebanyak satu dosis dalam
- 408 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL kurun waktu satu bulan
25
Hasil imunisasi lanjutan
Jumlah anak usia 18-24 bulan yang
Baduta Campak (Campak 2)
mendapatkan imunisasi campak lanjutan sebanyak satu dosis dalam kurun waktu satu bulan
26
Sasaran WUS
Jumlah wanita usia subur (hamil atau tidak hamil) yang ada dalam bulan laporan
27
Hasil imunisasi lanjutan TT
Jumlah wanita usia subur (WUS) (15-
pada WUS - imunisasi TT1
39 tahun) yang mendapatkan imunisasi tetanus dosis pertama berdasarkan hasil skrining dalam kurun waktu satu bulan
28
Hasil imunisasi lanjutan TT
Jumlah WUS (15-39 tahun) yang
pada WUS - imunisasi TT2
mendapatkan imunisasi tetanus dosis kedua yang diberikan minimal satu bulan setelah dosis pertama berdasarkan hasil skrining dalam kurun waktu satu bulan
29
Hasil imunisasi lanjutan TT
Jumlah WUS (15-39 tahun) yang
pada WUS - imunisasi TT3
mendapatkan imunisasi tetanus dosis ketiga yang diberikan minimal enam bulan setelah dosis kedua berdasarkan hasil skrining dalam kurun waktu satu bulan
30
Hasil imunisasi lanjutan TT
Jumlah WUS (15-39 tahun) yang
pada WUS - imunisasi TT4
mendapatkan imunisasi tetanus dosis ke empat yang diberikan minimal satu tahun setelah dosis ketiga berdasarkan hasil skrining dalam kurun waktu satu bulan
31
Hasil imunisasi lanjutan TT
Jumlah WUS (15-39 tahun) yang
pada WUS - imunisasi TT5
mendapatkan imunisasi tetanus dosis
- 409 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL kelima yang diberikan minimal satu tahun setelah dosis ke empat berdasarkan hasil skrining dalam kurun waktu satu bulan
5.
Pengendalian Penyakit Menular Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular yang wajib dilaporkan adalah upaya pengendalian malaria, DBD, kecacingan, rabies, diare, hepatitis, TB, kusta, frambusia, HIV/AIDS, penyakit kelamin, ISPA-pneumonia, PD3I dan kegiatan surveilans serta penanggulangan kejadian luar biasa penyakit dan keracunan. Hasil
kegiatan
upaya
pencegahan
dan
pengendalian
penyakit
menular dicatat dalam berbagai instrument pencatatan data di Puskesmas, Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu dan bidan desa sebagaimana dibahas pada bagian pencatatan. 1)
Sumber Data 1)
Register Rawat Jalan
2)
Register Rawat Inap
3)
Register Pelayanan Laboratorium
4)
Register Rujukan Puskesmas
5)
Register Kematian Puskemas
6)
Register
Pencegahan
dan
Pengendalian
Penyakit
Menular 7)
Register Penderita Malaria
8)
Register Penderita Malaria Menurut Desa
9)
Register Kelambu Berinsektisida
10) Register Pemeriksaan Jentik Berkala Rumah dan Bangunan/Institusi (PJB-0) 11) Register Pemeriksaan Jentik Berkala Rumah dan Bangunan Menurut Kelurahan/Desa (PJB-1) 12) Register Pemeriksaan Jentik Berkala Institusi (PJB-2) 13) Register
Pemberantasan
Sarang
Puskesmas (PSN-DBD) (P-DBD)
Nyamuk
DBD
- 410 -
14) Daftar (Register) Pemeriksaan dan Pengobatan Cacing Anak Balita dan Prasekolah di Posyandu/ Anak sekolah di SD/MI 15) Register Pemeriksaan dan Pengobatan Cacing pada Anak Balita dan Prasekolah di Posyandu, dan Anak Sekolah di SD/MI Menurut Desa/Kelurahan 16) Register Penderita Gigitan Hewan Penular Rabies dan Rabies/Lyssa 17) Daftar Terduga TB (TB.06) 18) Register TB Fasilitas Kesehatan (TB.03) 19) Register Kohort Penderita Kusta 20) Register Pemeriksaan Kusta di Sekolah 21) Register Pemeriksaan Kusta di Desa/Kelurahan (Survei Kusta Desa) 22) Register Penderita Kusta Tipe MB 23) Register Penderita Kusta Tipe PB 24) Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah 25) Register Pemeriksaan Frambusia Menurut Sekolah 26) Penyelidikan dan Pengobatan Kasus Frambusia dan Kontak 27) Rekapitulasi Pencatatan dan Pelaporan Hasil Imunisasi Tingkat Puskesmas 28) Register Harian Kunjungan Layanan Rehidrasi Oral Aktif (LROA) 2)
Jenis Data, definisi operasional, dan instrumen Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Pengendalian Penyakit Menular, tercantum dalam
Tabel
138 Jenis Data dan Definisi Operasional pada Laporan Bulanan Pengendalian Penyakit Menular Contoh instrumen laporan bulanan pengendalian penyakit menular tercantum pada Formulir 138 Laporan Bulanan Pengendalian Penyakit Menular. Tabel 138 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Pengendalian Penyakit Menular NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
- 411 -
NO. 1.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
MALARIA a. Jumlah suspek malaria
Suspek malaria adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala demam atau riwayat demam dalam 48 jam terakhir dan tinggal di daerah endemis malaria atau adanya riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu terakhir sebelum sakit
b. Jumlah suspek malaria diperiksa mikroskopis/RDT
Jumlah suspek malaria diperiksa mikroskopis parasit malaria /RDT atau cara penegakan.
c. Jumlah malaria positif
Kasus malaria positif adalah seseorang dengan hasil pemeriksaan darah positif malaria berdasarkan pengujian mikroskopis parasit malaria atau RDT.
d. Malaria positif indigenous
Kasus malaria positif yang penularannya terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor. Secara teknis, kasus malaria indigenous adalah kasus tersangka malaria yang tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu sebelum sakit dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria (termasuk kasus introduce)
e. Malaria positif import
Kasus malaria positif yang penularannya terjadi di luar wilayah. Secara teknis kasus malaria impor adalah kasus tersangka malaria dengan riwayat bepergian kedaerah endemis malaria dalam 4 minggu terakhir sebelum menderita sakit dan hasil pemeriksaan
- 412 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL sediaan darah adalah positif malaria
`f. Jumlah malaria positif Plasmodium falsiparum
Kasus malaria positif P. Falsiparum adalah seseorang dengan hasil pemeriksaan darah positif malaria P. Falsiparum berdasarkan pengujian mikroskopis parasit malaria atau RDT.
g. Jumlah malaria positif diobati standar
Malaria positif diobati standar adalah kasus malaria positif yang mendapat pengobatan sesuai standar program.
h Jumlah kelambu
2.
Jumlah kelambu berinsektisida yang
berinsektisida yang dibagikan
diberikan kepada masyarakat melalui
di Puskesmas dibuat per desa,
kegiatan pembagian massal dan rutin
dusun atau fokus malaria
integrasi
DBD (Demam Berdarah Dengue)
DBD : demam tinggi mendadak 2 hari atau lebih, disertai tanda perdarahan (bintik merah pada kulit, mimisan, perdarahan gusi, muntah darah, berak darah). Pemeriksaan darah hematokrit naik 20% dan trombosit <100.00/mm2 dan/atau serologi positif Penderita demam berdarah dengue dirujuk oleh RS dan dilakukan investigasi oleh Puskesmas
a. Jumlah kelurahan/desa
Kelurahan/desa berisiko penularan DBD
berisiko penularan DBD (ada
yaitu apabila terdapat cluster DBD yang
kelompok/cluster dalam 3
mengindikasikan terjadinya penularan
tahun terakhir)
setempat DBD dalam 3 tahun terakhir Desa/kelurahan berisiko penularan DBD dibuat pada awal Januari Tahun program
b. Jumlah kelurahan/desa berisiko penularan DBD
Kelurahan/desa diperiksa jentik adalah dilakukan identifikasi jenis countener dan
- 413 -
NO.
JENIS DATA diperiksa jentik
DEFINISI OPERASIONAL ada tidaknya jentik dari rumah ke rumah, baik oleh petugas Puskesmas, atau oleh kader DBD di bawah supervisi petugas Puskesmas (100 rumah dipilih secara random)
c. Jumlah kelurahan/desa
Kelurahan/desa berisiko penularan DBD
berisiko penularan DBD bebas
bebas jentik adalah apabila 95 % atau
jentik
lebih rumah yang diperiksa tidak menemukan jentik (Angka Bebas Jentik/ ABJ 95 % atau lebih)
d. Jumlah sekolah diperiksa jentik (bulan ini)
Sekolah diperiksa jentik pada semua tempat yang dapat menjadi tempat berkembang-biak jentik di sekolah dan sekitar sekolah, baik oleh petugas Puskesmas, guru, staf sekolah, atau murid dengan bimbingan dari petugas Puskesmas
e. Jumlah sekolah bebas dari jentik
Sekolah bebas jentik adalah apabila tidak ditemukan jentik pada semua tempat yang dapat menjadi tempat berkembangbiak jentik di sekolah dan sekitar sekolah
f. Jumlah RS/klinik/ Puskesmas RS/klinik/Puskesmas diperiksa jentik yang diperiksa jentik
pada semua tempat yang dapat menjadi tempat berkembang-biak jentik, baik di lingkungan RS/klinik/ Puskesmas maupun sekitar RS/klinik/Puskesmas
g. Jumlah RS/Klinik/Puskesmas bebas dari jentik
RS/klinik/Puskesmas bebas jentik adalah apabila tidak ditemukan jentik pada semua tempat yang dapat menjadi tempat berkembang-biak jentik di lingkungan RS/klinik/Puskesmas dan sekitar RS/klinik/ Puskesmas
h. Jumlah tempat-tempat umum
TTU diperiksa jentik pada semua tempat
- 414 -
NO.
JENIS DATA diperiksa jentik
DEFINISI OPERASIONAL yang dapat menjadi tempat berkembangbiak jentik, baik di lingkungan TTU maupun sekitar, dilakukan oleh petugas Puskesmas, atau staf TTU dengan bimbingan dari petugas Puskesmas
i. Jumlah tempat-tempat umum bebas jentik
TTU bebas jentik adalah apabila tidak ditemukan jentik pada semua tempat yang dapat menjadi tempat berkembangbiak jentik di lingkungan TTU dan sekitar TTU
j. Jumlah fogging fokus
Jumlah kegiatan pemberantasan sarang nyamuk penular DBD dengan melalui cara pengabutan panas (pengasapan/fogging).
k. Jumlah desa /kelurahan dilakukan larvasidasi
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk penular DBD dengan melalui cara larvasidasi.
l. Jumlah desa/kelurahan
Jumlah desa/kelurahan yang
dilakukan pemberantasan
melaksanakan kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) 3M Plus
sarang nyamuk penular DBD dengan melalui cara 3M Plus.
3.
KECACINGAN a. Jumlah anak balita yang diperiksa tinjanya
Jumlah anak (1-4 tahun) yang diambil tinjanya dan dilakukan uji spesimen terhadap cacing perut
b. Jumlah anak prasekolah yang diperiksa tinjanya
Jumlah anak (5-6 tahun) yang diambil tinjanya dan dilakukan uji spesimen terhadap cacing perut
c. Jumlah anak sekolah (SD/MI) yang diperiksa tinjanya
Jumlah anak (7-12 tahun) yang diambil tinjanya dan dilakukan uji spesimen
- 415 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL terhadap cacing perut
Jumlah anak balita (1-4 tahun) Ditemukan cacing tanpa melihat jenisnya d. yang ditemukan positif telur cacing
pada
pemeriksaan
tinjanya Jumlah anak prasekolah (5-6 Ditemukan cacing tanpa melihat jenisnya e. tahun) yang ditemukan positif telur cacing pada pemeriksaan tinjanya f. Jumlah anak sekolah yang
Ditemukan cacing tanpa melihat jenisnya
ditemukan positif telur cacing pada pemeriksaan tinjanya g. Jumlah anak balita (1-4
Sesuai takaran
tahun) yang minum obat cacing (albendazole) h. Jumlah anak prasekolah (5-6
Sesuai takaran
tahun) yang minum obat cacing (albendazole) i. Jumlah anak sekolah (7-12
Sesuai takaran
tahun) yang minum obat cacing (albendazole) j. Jumlah SD/MI yang anak
Tidak melihat besarnya cakupan anak
didiknya mendapat obat cacing
yang mendapat obat cacing
(Albendazole) I tahun ini
k. Jumlah SD/MI yang anak
Tidak melihat besarnya cakupan anak
didiknya mendapat obat cacing
yang mendapat obat cacing
(Albendazole) II tahun ini
Jumlah ibu l. tinjanya
hamil
dites
cacing Pemeriksaan tinja untuk menemukan
m. Jumlah ibu hamil kecacingan
telur cacing perut tanpa melihat jenisnya Jumlah
ibu
hamil
kecacingan
yang
ditangani (mendapat
mendapat albendazole sesuai takaran.
albendazole) (baru/ulang)
Ibu hamil yang mendapat albendazole adalah ibu hamil trimester 2 dan 3 yang
- 416 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL keluar cacing pada saat buang air besar dan/atau hasil pemeriksaan tinjanya ditemukan telur cacing.
4.
PENYAKIT RABIES a. Jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)
Jumlah kasus gigitan hewan penular rabies yang dirawat atau diterima laporannya di Puskesmas, dibagi menutu jenis kelamin dan umur
b. Jumlah kasus GHPR yang
Kasus GHPR yang mendapatkan
mendapatkan Vaksin Anti
tatalaksana sesuai standar (cuci luka
Rabies (VAR) atau VAR dan
gigitan dengan sabun dan air mengalir
Serum Anti Rabies (SAR)
selama 10-15 menit; dan mendapatkan post exposure treatment/ VAR atau SAR)
c. Jumlah kasus Rabies (Kasus Lyssa) yang mendapatkan
Kasus rabies (positif) Mendapat VAR 1, 2 dan 3 atau SAR
VAR/SAR secara lengkap d. Jumlah kasus Rabies (Kasus Lyssa) yang tidak
Kasus rabies (positif) yang hanya mendapat VAR 1, atau Var 1, 2
mendapatkan VAR/SAR secara lengkap 5.
DIARE (GASTROINTERITIS) a. Jumlah bayi menderita diare mendapat oralit
Jumlah bayi yang mengalami diare dan mendapatkan oralit Diare – buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair
b. Jumlah bayi menderita diare mendapat Zink
c. Jumlah bayi menderita diare mendapat oralit dan Zink
Jumlah bayi yang mengalami diare dan mendapatkan zink
Jumlah bayi yang mengalami diare dan mendapatkan oralit & zink
- 417 -
NO.
JENIS DATA
d. Jumlah bayi menderita diare mendapat infus e. Jumlah anak balita menderita diare mendapat oralit f. Jumlah anak balita menderita diare mendapat Zink g. Jumlah anak balita menderita
DEFINISI OPERASIONAL Jumlah bayi yang mengalami diare dan mendapatkan zink Jumlah anak balita yang mengalami diare dan mendapatkan oralit Jumlah anak balita yang mengalami diare dan mendapatkan zink Jumlah anak balita yang mengalami diare
diare mendapat oralit dan Zink dan mendapatkan oralit dan zink h. Jumlah anak balita menderita diare mendapat infus i. Jumlah penderita diare
Jumlah anak balita yang mengalami diare dan mendapatkan infus Jumlah orang dengan usia > 5 tahun
berumur >5 tahun mendapat
yang mengalami diare dan mendapatkan
oralit
oralit
j. Jumlah penderita diare berumur >5 tahun mendapat
Jumlah usia > 5 tahun yang mengalami diare dan mendapatkan infus
infus 6.
HEPATITIS Jumlah kasus suspek
Suspek hepatitis adalah penderita dengan
hepatitis yang dirujuk
gejala awal demam, lelah, anoreksia, gangguan pencernaan (mual), dan diikuti gejala kuning, gatal , air kencing seperti warna teh Dirujuk dimaksudkan dirujuk ke RS (tipe B,C)
7.
TB PARU a. Jumlah pasien TB paru
TB paru terkonfirmasi bakteriologis
terkonfirmasi bakteriologis
apabila ditemukan salah satu dari :
(BTA/biakan/tes cepat) baru
1. ditemukan BTA (+) dari salah satu uji
diobati
dahak SPS (sewaktu-pagi-sewaktu) dengan pemeriksaan mikroskopis langsung 2. ditemukan BTA (+) pada biakan
- 418 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL 3. tes cepat positif TB paru baru artinya baru mulai diobati saat pengobatan ini, bukan pengobatan ulang atau lanjutan
b. Jumlah pasien TB paru terdiagnosis klinis (paru BTA negatif, rontgen positif) baru diobati
TB paru terdiagnosis klinis apabila BTA (), tetapi ditemukan tanda klinis dan penunjang (foto paru) yang ditetapkan oleh dokter terlatih TB. TB paru baru artinya baru mulai diobati
c. Jumlah pasien TB anak baru diobati
Anak umur 0-14 tahun dengan salah satu: 1. skor >6, 2. skor = 6 dan uji tuberkulin positif/ada kontak dan klinis positif 3. skor = 5, dengan BTA positif dan 2 gejala klinis (dokter) TB paru baru artinya baru mulai diobati
d. Jumlah pasien TB paru
Pasien TB paru sembuh adalah apabila
terkonfirmasi bakteriologis
hasil pemeriksaan bakteriologis positif
baru yang sembuh
pada awal pengobatan, kemudian menjadi negatif pada akhir pengobatan. Baru sembuh adalah dinyatakan sembuh pada bulan ini
e. Jumlah pasien TB paru
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologi
terkonfirmasi bakteriologis
mendapat pengobatan lengkap apabila
baru yang mendapat
pasien telah mendapat pengobatan
pengobatan lengkap
lengkap dengan hasil pemeriksaan bakteriologis akhir pengobatan tidak diketahui, tetapi salah satu hasil pemeriksaan bakteriologis sebelumnya adalah negatif. Baru diartikan ditetapkan telah selesai mendapat pengobatan lengkap bulan ini
f. Jumlah pasien TB paru
Pasien TB paru terdiagnosis klinis
- 419 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
terdiagnosis klinis (paru BTA
mendapat pengobatan lengkap apabila
negatif, rontgen positif) baru
pasien telah mendapat pengobatan
yang mendapat pengobatan
lengkap dengan hasil pemeriksaan
lengkap
bakteriologis akhir pengobatan tidak diketahui, tetapi salah satu hasil pemeriksaan bakteriologis sebelumnya adalah tetap negatif. Baru diartikan ditetapkan telah selesai mendapat pengobatan lengkap bulan ini
g. Jumlah pasien TB kambuh
Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi)
8
KUSTA Pada Puskesmas yang sudah menggunakan pendataan di komputer dapat hanya mengirimkan register pengobatan kusta (individu penderita) setiap bulan yang semula dikirimkan setiap triwulan. Dinas Kesehatan akan mengolah data dengan tampilan data yang sama a. Jumlah penderita kusta (MB dan PB) baru dengan cacat tingkat 0
Kusta ditemukan melalui satu atau le-bih tanda utama (Cardinal Sign) Kusta : (1) lesi kulit mati rasa, (2) penebalan syaraf tepi disertai dg gangguan fungsi saraf, (3) BTA kulit positif. Penderita kusta baru adalah baru ditemukan dan belum pernah pengobatan kusta Cacat Tk 0 : Tidak ditemukan kelainan
- 420 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL pada mata, tangan dan kaki
b. Jumlah penderita kusta (MB dan PB) baru dengan cacat tingkat 1
Kusta ditemukan satu tanda Cardinal Sign Kusta : (1) lesi kulit mati rasa, (2) penebalan syaraf tepi dg gangguan fungsi saraf, (3) BTA kulit positif Cacat Tk 1 : saat ditemukan telapak tangan/kaki tidak terlihat cacat, tetapi ada anestesi, kelemahan otot Penderita kusta baru adalah baru ditemukan dan belum pernah pengobatan kusta
c. Jumlah penderita kusta (MB
Cacat Tk 2 : saat ditemukan terdapat
dan PB) baru dengan cacat
lagoftalmus, cacat terlihat pada telapak
tingkat 2
tangan/kaki
d. Jumlah kasus indeks (MB dan
Jumlah penderita kusta baru (MB dan
PB) yang 20 orang kontaknya
PB) yang 20 orang kontaknya, atau lebih,
dilakukan pemeriksaan kusta
dilakukan pemeriksaan kusta. Pemeriksaan kusta pada kontak dilakukan setahun sekali, mulai tahun pertama penderita didiagnosis sampai 4 tahun berikutnya. Kontak penderita terdiri dari kontak serumah, tetangga, dan kontak social.
e. Jumlah penderita kusta (PB
Masih dalam pengobatan adalah
dan MB) lama masih dalam
penderita terdaftar minum obat kusta
pengobatan MDT
standar di Puskesmas dan belum dinyatakan default (gagal), mati, pindah atau ganti tipe
f Jumlah penderita kusta (PB)
Penderita kusta (MB) RFT apabila telah
yang telah menyelesaikan
mendapat pengobatan 12 blister dalam
pengobatan (RFT)
waktu 12-18 bulan, tanpa pemeriksaan laboratorium
- 421 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
g. Jumlah penderita kusta (PB)
Penderita kusta (PB) RFT apabila telah
yang telah menyelesaikan
mendapat pengobatan 6 blister dalam
pengobatan (RFT)
waktu 6-9 bulan, tanpa pemeriksaan laboratorium
h. Jumlah penderita kusta (PB) dinyatakan default
Penderita kusta (PB) default/mangkir apabila tidak minum MDT lebih dari 3 bulan berturut-turut atau kumulatif
i. Jumlah penderita kusta (MB) dinyatakan default
Penderita kusta (PB) default/mangkir apabila tidak minum MDT lebih dari 6 bulan berturut-turut atau kumulatif
9
FRAMBUSIA a. Jumlah penderita frambusia
Jumlah suspek frambusia yang
suspek diperiksa serologi
ditemukan di pelayanan pemeriksaan
(pemeriksaan cepat/RDT)
umum, pemeriksaan anak sekolah dan penyelidikan kasus frambusia yang dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan cepat (RDT)
b. Jumlah SD/MI diperiksa frambusia
SD/MI diperiksa frambusia adalah melakukan screaning suspek kasus frambusia dan konfirmasi dengan pemeriksan cepat untuk menemukan kasus frambusia konfirmasi diantara murid SD/MI terutama kelas 3, 4 dan 5
10
HIV-AIDS
a. Jumlah orang dites HIV
Jumlah orang yang dites dengan tiga reagen (tes HIV standar)
b. Jumlah orang dengan HIV positif
Jumlah orang yang dites dengan tiga reagen (tes HIV standar) dan hasil akhirnya positif
c. Jumlah ibu hamil dites HIV
Jumlah ibu hamil yang dites dengan tiga
- 422 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL reagen (tes HIV standar)
d. Jumlah ibu hamil dengan HIV positif
Jumlah ibu hamil yang dites dengan tiga reagen (tes HIV standar) dan hasil akhirnya positif
11
PENYAKIT KELAMIN
a.
Jumlah sifilis
b
pasien
yang
dites Jumlah orang yang dites sifilis melalui pendekatan laboratorium
Jumlah pasien positif sifilis
Jumlah pasien yang dites sifilis dan ditemukan positif sifilis
c.
Jumlah diobati
pasien
sifilis
yang Jumlah
orang
yang
dites
sifilis
dan
didiagnosis sifilis dini atau lanjut, dan diberikan pengobatan
d
Jumlah ibu hamil yang dites Jumlah ibu hamil yang dites sifilis melalui pendekatan laboratorium
sifilis
e.
Jumlah ibu hamil positif sifilis Jumlah ibu hamil yang dites sifilis dan didiagnosis sifilis dini atau lanjut
f.
Jumlah ibu hamil sifilis yang Jumlah ibu hamil yang dites sifilis dan diobati didiagnosis sifilis dini atau lanjut, dan diberikan pengobatan
12
ISPA a Jumlah kunjungan Balita
Jumlah seluruh kunjungan balita dengan
batuk atau kesukaran
keluhan/gejala
bernapas
bernapas
b Jumlah Balita batuk atau
batuk
atau
kesukaran
Jumlah seluruh balita batuk atau
kesukaran bernafas yang
kesukaran bernapas yang di hitung
dihitung napas atau dilihat
frekuensi napasnya dalam 1 menit penuh
ada tidaknya tarikan dinding dada kedalam
6.
Penyakit Tidak Menular
atau dilihat ada tidaknya Tarikan Dinding Dada bagian Bawah Kedalam (TDDK)
- 423 -
Upaya pengendalian penyakit tidak menular yang wajib dilaporkan adalah upaya tatalaksana penyandang PTM, deteksi dini kanker leher rahim dan payudara, dan pemeriksaan faktor risiko, terutama di posbindu PTM. Hasil kegiatan upaya pengendalian penyakit tidak menular dicatat dalam
berbagai
instrument
pencatatan
data
di
Puskesmas,
Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu dan bidan desa serta posbindu PTM sebagaimana dibahas sebelumnya. 1)
Sumber Data 1)
Buku Monitoring Faktor Risiko PTM
2)
Register Monitoring Faktor Risiko PTM
3)
Kartu
Pemeriksaan
Faktor
Risiko
Pengemudi
di
Terminal 4)
Register Pemeriksaan Faktor Risiko Pengemudi di Terminal
2)
5)
Register Rawat Jalan Puskesmas
6)
Register Rawat Inap Puskesmas
Jenis Data, Definisi operasional Jenis data dan definisi operasional pada laporan bulanan pengendalian penyakit tidak menular, tercantum dalam Tabel 139 Jenis Data dan Definisi Operasional pada Laporan Bulanan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Contoh instrumen laporan bulanan pengendalian penyakit tidak menular tercantum pada Formulir 139 Laporan Bulanan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Tabel 139 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Pengendalian Penyakit Tidak Menular NO.
JENIS DATA
1.
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara
DEFINISI OPERASIONAL
- 424 -
NO.
JENIS DATA
a. Jumlah perempuan 30-50
DEFINISI OPERASIONAL IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
tahun yang diperiksa IVA-
adalah pemeriksaan dengan cara
SADANIS
mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%) SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) adalah pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga medis terlatih
b. Persentase cakupan
Perempuan berusia 30-50 tahun
perempuan 30-50 tahun yang
diperiksa IVA-SADANIS dibagi dengan
diperiksa IVA-SADANIS
perempuan 30-50 tahun di suatu wilayah
c. Jumlah perempuan usia 3050 tahun dengan:
Perempuan berusia 30-50 tahun diperiksa IVA-SADANIS dengan hasil temuan
1) IVA positif
- Bercak putih dengan batas yang tegas dan meninggi, tidak mengkilap yang terhubung, atau meluas dari sambungan skuamo kolumnar (SSK)
2) dicurigai kanker leher rahim
- Ditemukan pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah berdarah atau luka bernanah/ulcer
3) kelainan ginekologi lain
- Ditemukan tanda-tanda kelainan selain IVA positif dan curiga kanker pada organ reproduksi
4) pap smear positif
- Ditemukan kelainan histopatologi pada leher rahim
5) IVA positif yang sudah dikrioterapi 6) benjolan payudara
- IVA positif yang sudah diterapi dengan terapi gas dingin (krioterapi) - Ditemukan benjolan abnormal/massa
- 425 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL pada payudara yaitu sekelompok sel yang saling menempel, dapat diakibatkan oleh abses, kista, tumor jinak, atau ganas
7) dicurigai kanker payudara
- Ditemukan tanda-tanda keganasan pada payudara
8) kelainan payudara
- kelainan payudara selain benjolan
lainnya 2.
abnormal dan curiga kanker payudara
Penemuan dini kanker pada
dilaporkan sebagai laporan kesakitan
anak usia <18 tahun
umum
Jumlah anak usia <18 tahun dengan : 1) Suspek leukemia
Penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang.
2) Suspek retinoblastoma
Tumor ganas di dalam bola mata yang berkembang dari sel retina
3) Suspek kanker nasofaring
Tumor ganas pada daerah antarahidung dan tenggorokan
4) Suspek osteosarcoma
Keganasan yang tumbuh dari tulang
5) Suspek limphoma
Keganasan primer jaringan limfoid yang
malignum 6) Suspek neuroblastoma
bersifat padat Tumor embrional dari sistem saraf simpatis yang berasal dari primitive neural crest
3.
Pemeriksaan Faktor Risiko PTM a. Jumlah penduduk berusia
Posbindu PTM adalah peran masyarakat
≥15 tahun melakukan
dalam melakukan kegiatan deteksi dini
pemeriksaan di Posbindu
dan pemantauan faktor risiko PTM
PTM
utama yang dilaksanakan secara
b. Jumlah penduduk berusia
terpadu, rutin, dan periodik.
- 426 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
≥15 tahun melakukan pemeriksaan di Posbindu PTM dengan masalah kesehatan : 1) merokok
Merokok dalam 1 bulan terakhir (perokok aktif)
2) kurang mengkonsumsi buah dan sayur
Makan sayur dan buah < 5 porsi sehari (1 porsi sayur adalah 1 mangkuk kecil “100 gram” dan buah adalah “70 gram“ sepotong pisang ambon kecil)
3) kurang melakukan aktivitas fisik 4) mengkonsumsi minuman beralkohol
Aktivitas fisik kurang dari 30 menit/hari (kurang dari 150 menit/minggu) Konsumsi minuman beralkohol dalam 1 bulan terakhir (minimal 1 sloki)
5) obesitas
IMT >25 kg/m2
6) obesitas sentral
Lingkar perut pria 90 cm, dan wanita 80 cm
7) kenaikan tekanan darah 8) hiperglikemia
Berdasarkan pengukuran tekanan darah saat pemeriksaan 140/90 mmHg Berdasarkan pemeriksaan gula darah sewaktu saat pemeriksaan >200 mg/dL
9) hiperkolesterolemia
Berdasarkan pemeriksaan kolesterol total darah saat pemeriksaan >190 mg/dL
10) hipertrigliserida
Berdasarkan pemeriksaan trigliserida darah >150 mg/dL
11) dislipidemia
Bila salah satu parameter hasil pemeriksaan lipid darah tidak normal
12) fungsi paru paru tidak normal
Berdasarkan pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE)
- 427 -
NO.
JENIS DATA 13) positif alkohol dalam pernafasan
DEFINISI OPERASIONAL Berdasarkan pengukuran kadar alkohol pernafasan saat pemeriksaan
14) positif amfetamin dalam Berdasarkan tes amfetamin pada air urine 4.
kencing yang diambil saat pemeriksaan
Jumlah penduduk mengikuti
Seseorang yang mendapat pelayanan
konseling kesehatan :
konseling PTM, baik di layanan konseling Puskesmas, Posbindu PTM atau tempat lain yang sesuai . Topik konseling sesuai permasalahan yang dihadapi orang tersebut
a. mengikuti konseling diet
Mengikuti penyuluhan dan konseling diet di Posbindu PTM/Puskesmas
b. mengikuti konseling berhenti merokok c. mengikuti konseling potensi cedera
Seseorang yang mendapatkan pelayanan konseling upaya berhenti merokok Seseorang yang mendapatkan pelayanan konseling terhadap cedera seperti cedera akibat kekerasan (kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, kecelakaan transport, keracunan, tenggelam, jatuh, terbakar, digigit ular), untuk menghilangkan trauma serta edukasi tentang pencegahan dan pengendalian cedera
d. mengikuti konseling IVASADANIS
Mengikuti penyuluhan dan konseling IVA-SADANIS di Posbindu PTM/Puskesmas
5.
Jumlah SLTP/SLTA yang
Sekolah yang menyelenggarakan CERDIK
melaksanakan CERDIK di
(Cek kesehatan secara berkala,
sekolah
Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola stres), termasuk didalamnya penerapan kawasan tanpa rokok disekolah
- 428 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
6.
Jumlah Pengemudi yang
Pengemudi adalah pengemudi bus
dilakukan pemeriksaan faktor
kendaraan umum Antar Kabupaten
risiko kesehatan pengemudi
Antar Provinsi (AKAP) dan Antar
di terminal dalam wilayah
Kabupaten Dalam Provinsi (AKDP) yang
Puskesmas
diperiksa faktor risiko kecelakaan lalu lintas darat
7.
Keperawatan Kesehatan Masyarakat Bentuk
pelayanan
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat
(PERKESMAS) yang dilaksanakan oleh perawat Puskesmas adalah asuhan keperawatan individu, asuhan keperawatan keluarga, dan asuhan
keperawatan
dalamnya
penyiapan
diberdayakan kesehatan
kelompok care
peran
yang
giver
sertanya
ada
dan
di
masyarakat,
atau
kader
dalam
wilayah
kesehatan
mengatasi
tempat
termasuk
di
untuk
permasalahan
tinggalnya.
Untuk
meningkatkan pengetahuannya, perawat Puskesmas menjadwalkan kegiatan diskusi refleksi kasus secara rutin di Puskesmas. Hasil kegiatan di atas dilaporkan dalam bentuk Laporan Bulanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat. 1)
Sumber Data 1)
Register Asuhan Keperawatan Individu Pelayanan RJ, GD, ODC dan RI
2)
Register Kohort Asuhan Keperawatan Keluarga
3)
Register Kohort Asuhan Keperawatan Kelompok
4)
Register
Data
Care
Giver
dalam
Pelayanan
Keperawatan Keluarga 5)
Register Data Kader
Kesehatan dalam Pelayanan
Keperawatan Kelompok dan Masyarakat 6) 2)
Laporan Kegiatan Refleksi Diskusi Kasus oleh Perawat
Jenis Data, Definisi Operasional, dan Instrumen Jenis data dan definisi operasional pada laporan bulanan keperawatan Tabel
140
Masyarakat.
kesehatan Laporan
masyarakat,
Bulanan
tercantum
Keperawatan
dalam
Kesehatan
- 429 -
Contoh instrumen laporan bulanan keperawatan kesehatan masyarakat tercantum pada Formulir 140 Laporan Bulanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Tabel 140 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat NO. 1.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Jumlah individu yang
Jumlah individu dalam hal ini adalah
mendapatkan asuhan
pasien Puskesmas pada bulan ini yang
keperawatan di rawat jalan
mendapatkan asuhan keperawatan di
bulan ini
ruang rawat jalan di Puskesmas maupun di wilayah kerja Puskesmas, contoh Puskesmas keliling
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah individu yang
Jumlah individu dalam hal ini adalah
mendapatkan asuhan
pasien Puskesmas pada bulan ini yang
keperawatan di gawat
mendapatkan asuhan keperawatan di
darurat bulan ini
ruang gawat darurat
Jumlah individu yang
Jumlah individu dalam hal ini adalah
mendapatkan asuhan
pasien Puskesmas pada bulan ini yang
keperawatan di rawat inap
mendapatkan asuhan keperawatan di
bulan ini
ruang rawat inap
Jumlah individu yang
Jumlah individu dalam hal ini adalah
mendapatkan asuhan
pasien Puskesmas pada bulan ini yang
keperawatan di one day
mendapatkan asuhan keperawatan di
care bulan ini
ruang rawat inap one day care
Jumlah keluarga binaan
Jumlah keluarga binaan baru dan
yang mendapatkan asuhan
lanjutan pada bulan ini yang
keperawatan keluarga
mendapatkan asuhan keperawatan
bulan ini (total)
keluarga
Jumlah keluarga binaan
Jumlah keluarga binaan baru pada bulan
yang mendapatkan asuhan
ini yang mendapatkan asuhan
keperawatan keluarga
keperawatan keluarga untuk kunjungan
bulan ini (binaan baru)
yang pertama
- 430 -
NO. 7.
JENIS DATA Jumlah keluarga binaan
DEFINISI OPERASIONAL Jumlah keluarga binaan pada bulan ini
dengan tingkat kemandirian yang menerima perawat dan menerima KM-I bulan ini
pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga
8.
Jumlah keluarga binaan
Jumlah keluarga binaan pada bulan ini
dengan tingkat kemandirian yang telah memenuhi KM-I dan KM-II bulan ini
selanjutnya tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran, dan melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran dari perawat
9.
Jumlah keluarga binaan
Jumlah keluarga binaan pada bulan ini
dengan tingkat kemandirian yang telah memenuhi KM-II dan KM-III bulan ini
selanjutnya mampu melakukan tindakan preventif secara aktif sesuai kasus/ anjuran perawat
10.
Jumlah keluarga binaan
Jumlah keluarga binaan pada bulan ini
dengan tingkat kemandirian yang telah memenuhi KM-III dan KM-IV bulan ini
selanjutnya mampu melakukan tindakan promotif secara aktif sesuai kasus/ anjuran perawat
11.
12.
13.
Jumlah kelompok binaan
Jumlah kelompok binaan baru dan
yang mendapatkan asuhan
lanjutan pada bulan ini yang
keperawatan kelompok
mendapatkan asuhan keperawatan
bulan ini (total)
kelompok
Jumlah kelompok binaan
Jumlah kelompok binaan baru pada bulan
yang mendapatkan asuhan
ini yang mendapatkan asuhan
keperawatan kelompok
keperawatan kelompok untuk kunjungan
bulan ini (binaan baru)
yang pertama
Jumlah kelompok binaan
Jumlah kelompok yang telah mandiri
swabantu bulan ini
pada bulan ini ditandai dengan adanya
- 431 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL komitmen dalam kelompok, adanya kerja sama untuk saling membantu dan mendukung sesama anggota kelompok, serta terbentuknya norma kelompok
14.
Jumlah pelaksanaan
Jumlah DRK dalam bulan ini yang
kegiatan diskusi refleksi
dilaksanakan oleh perawat di Puskesmas
kasus (DRK) oleh perawat
dalam rangka membahas permasalahan
dalam bulan ini
teknis/ kasus/ pencapaian prestasi terkait asuhan keperawatan, dibuktikan adanya laporan DRK sesuai Kepmenkes RI Nomor 836/Menkes/SK/VI /2005
15.
Jumlah care giver dalam
Jumlah care giver yang dilibatkan dalam
pelayanan keperawatan
pendampingan asuhan keperawatan di
keluarga yang terlibat bulan keluarga binaan untuk meningkatkan ini
pengetahuan keluarga binaan terhadap pemeliharaan kesehatan di wilayahnya
16.
Jumlah kader kesehatan
Jumlah kader kesehatan yang dilibatkan
dalam pelayanan
dalam pendampingan asuhan
keperawatan kelompok dan
keperawatan di kelompok binaan/darbin
masyarakat yang terlibat
untuk meningkatkan pengetahuan
bulan ini
kelompok dan masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan di wilayahnya
17.
Jumlah daerah binaan
Jumlah desa/kelurahan yang diberikan
keperawatan kesehatan
pelayanan perkesmas dalam bulan ini
masyarakat bulan ini
meliputi asuhan keperawatan keluarga dan/atau asuhan keperawatan kelompok dan masyarakat
B.
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT PENGEMBANGAN 1.
Usaha Kesehatan Sekolah dan Kesehatan Remaja Upaya kesehatan anak remaja di sekolah dan lingkungan sekolah terdiri atas: a.
Penjaringan kesehatan pada anak baru kelas 1, kelas 7 dan kelas 10
- 432 -
b.
Melakukan penyuluhan, promosi kesehatan
c.
Pembagian obat cacing dua kali setahun yaitu pada bulan Mei dan November,
d.
BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang biasa dilakukan pada bulan Oktober atau November,
e.
Pencabutan gigi susu sekali setahun,
f.
Pengamatan kesehatan lingkungan sekolah seperti pengawasan terhadap sumber air bersih, pengawasan kamar mandi/wc dan pengawasan terhadap kantin sekolah
g.
Pemeriksaan frambusia
h.
Pemeriksaan kusta
i.
Pelayanan kesehatan
j.
Bebas jentik sekolah
Kegiatan
yang
tersebut
di
atas,
dilaporkan
sesuai
dengan
penanggung jawab masing-masing program. 2.
Kesehatan Kerja, Olahraga dan Tradisional Komplementer Upaya kesehatan olahraga di Puskesmas antara lain pemberdayaan kelompok,
termasuk
penyuluhan;
pemeriksaan
kesehatan
olahragawan pada kelompok olahraga; pemeriksaan kebugaran masyarakat. Pemberdayaan kelompok olahraga merupakan kegiatan promosi
kesehatan,
pemberdayaan
sehingga
kelompok
pencatatan
olahraga
hasil
kegiatan
menggunakan
Register
Penyuluhan Kelompok yang digunakan pada kegiatan Promosi Kesehatan. Upaya kesehatan kerja di Puskesmas antara lain pemberdayaan kelompok
kerja,
pemberdayaan
institusi
tempat
kerja
dan
pemeriksaan potensi bahaya tempat kerja. Pemberdayaan kelompok pekerja dan tempat kerja dilaksanakan dengan menerapkan prinsip promosi
kesehatan,
sehingga
pencatatan
hasil
kegiatan
pemberdayaan kelompok kerja dan pemberdayaan institusi kerja menggunakan pencatatan kegiatan Promosi Kesehatan. Pemeriksaan potensi bahaya tempat kerja dilaksanakan pada setiap tempat
kerja
tertentu,
dengan
pencatatan
hasil
kegiatannya
menggunakan Laporan Pemeriksaan Bahaya Tempat Kerja, yang kemudian dihimpun dalam Register Pemeriksaan Potensi Bahaya Tempat Kerja.
- 433 -
Upaya kesehatan tradisional komplementer di Puskesmas antara lain pelayanan akupresur, pemberdayaan kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan
Tradisional
di
Posyandu.
Pelaksanaan
pelayanan
akupresur di lakukan di pelayanan umum, sehingga menggunakan instrumen register rawat jalan. 1)
Sumber Data Instrumen
yang
digunakan
pada
kesehatan
olahraga
adalah: 1)
Register
Promosi
Kesehatan
Kelompok
Olahraga.
Instrumen merujuk pada Register Promosi Kesehatan Kelompok di kegiatan promosi kesehatan 2)
Kartu Pemeriksaan Kesehatan Kelompok Olahraga
3)
Register Pemeriksaan Kesehatan Kelompok Olahraga
4)
Register Pemeriksaan Kebugaran Perorangan
Instrumen yang digunakan pada kesehatan kerja adalah: 1)
Register Promosi Kesehatan Kelompok Pekerja
2)
Register Promosi Kehatan Tempat Kerja, termasuk Pos UKK
3)
Register Pemeriksaan Potensi Bahaya Tempat Kerja
4)
Register Pelayanan Kesehatan Pos UKK
Instrumen pelayanan akupresur
2)
1)
Register Rawat Jalan (tindakan akupresur)
2)
Register Pelayanan Akupresur Puskesmas (jika ada)
Variabel Pelaporan Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Kesehatan Kerja, Olahraga, serta Tradisional dan Komplementer, tercantum dalam Tabel 141 Jenis Data dan Definisi Operasional
pada
Laporan
Bulanan
Kesehatan
Kerja,
Olahraga, dan Tradisional Komplementer Contoh instrumen Laporan Bulanan UKMP 2. Kesehatan Kerja, Olahraga, dan Tradkom tercantum pada Formulir 141 Laporan Bulanan UKMP 2. Kesehatan Kerja, Olahraga, Tradisional, dan Komplementer.
Tabel 141 Jenis Data dan Definisi Operasional
- 434 -
Laporan Bulanan Kesehatan Kerja, Olahraga, dan Tradisional Komplementer NO. 1.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Pelayanan kesehatan kerja dasar yang dilaksanakan di internal dan eksternal Puskesmas a. Jumlah kelompok pekerja yang dibina
Kelompok pekerja yang dibina adalah kelompok yang anggotanya dilaksanakan kegiatan peningkatan kesehatan pekerja dengan peningkatan pengetahuan, pengorganisasian, pemberdayaan dan pergerakan masyarakat pekerja. Kelompok pekerja antara lain kelompok pekerja makanan, kelompok perajin. (Register Promosi Kesehatan Kelompok – Pekerja)
b. Jumlah tempat kerja yang
Tempat kerja yang dilakukan pemetaan
diperiksa dan teridentifikasi potensi bahaya (fisik, kimia, biologi, potensi bahaya
ekonomi), terutama risiko lingkungan terhadap pekerja, potensi hazard, dan melaksanakan evaluasi serta pengendalian risiko tersebut untuk mempertahankan status kesehatan pekerja. (Laporan Pemeriksaan Potensi Bahaya Tempat Kerja Register Pemeriksaan Potensi Bahaya Tempat Kerja)
c. Jumlah tempat kerja yang dibina
Tempat kerja yang dibina adalah tempat kerja yang dilaksanakan kegiatan pendataan kelompok pekerja, sarana dan prasarana kesehatan kerja, identifikasi potensi bahaya pada kelompok pekerja tersebut, pengendalian bahaya, penyuluhan, pelatihan dan pemeriksaan kesehatan serta upaya pembinaan kesehatan kerja lainnya.
- 435 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL (Register Promosi Kesehatan Tempat Kerja (Institusi)
d. Jumlah kasus penyakit pada pekerja.
Jumlah kasus penyakit pada pekerja adalah jumlah kasus menurut jenis penyakit diantara pekerja. Pekerja yang dimaksud adalah semua orang yang berobat difasilitas pelayanan kesehatan berumur 15 tahun atau lebih.
e. Jumlah kasus penyakit
Seseorang menderita sakit akibat
akibat kerja pada pekerja
pekerjaannya atau akibat dari lingkungan
(di Puskesmas dan Tempat
kerjanya berobat ke Puskesmas dan
Kerja lain)
jejaringnya yang dibuktikan dengan diagnosis klinis akibat kerja (misal: stres akibat tempat kerja, menderita HIV pada dokter gigi, dsb)
f. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada pekerja
Kecelakaan akibat kerja adalah kejadian atau peristiwa yang tidak terduga, tidak dikehendaki, tidak disengaja terjadi dalam hubungan kerja menimbulkan cedera, kecacatan dan kematian. Kasus kecelakaan akibat kerja adalah seseorang berobat di Puskesmas karena menderita cedera, cacat atau kematian yang disebabkan kecelakaan akibat kerja, yang dibuktikan dengan adanya diagnosis klinis cedera akibat kerja
g. Jumlah Pekerja yang
Pelayanan kesehatan adalah kunjungan
mendapatkan pelayanan
ke Puskesmas (bagian pelayanan
kesehatan berdasarkan
kesehatan pekerja, atau bagian pelayanan
jenis pekerjaan
rawat jalan) untuk mendapatkan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Jenis pekerjaan adalah konstruksi,
- 436 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL pertambangan, manufaktur, fasilitas kesehatan, pertanian, perikanan, jasa atau pekerja berdasarkan faktor risiko ( Kategori BPS)
h. Jumlah pekerja yang mendapatkan pelayanan promotif, preventif
Jumlah pekerja yang mendapatkan pelayanan Puskesmas sesuai dengan jenis pelayanan: promotif, preventif,
dan/atau rehabilitatif
kuratif dan rehabilitatif.
berdasarkan jenis
Pekerja yang dimaksud adalah semua
pelayanan
orang yang berobat difasilitas pelayannan kesehatan berumur 15 tahun atau lebih.
i. Penerapan kewaspadaan
Penerapan kewaspadaan standar
standar di lingkungan
diterapkan setiap hari di Puskesmas dan
Puskesmas
jaringannya. Kewaspadaan standar yang dinilai adalah adanya tim K3, kebijakan tertulis penerapan K3, tersedia sarana cuci tangan untuk mencegah infeksi silang, pemakaian sarung tangan dan alat pelindung diri lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
2
Kesehatan Olahraga a. Jumlah kelompok olahraga
Jumlah kelompok olahraga atau
terdaftar di Puskesmas
instruktur olahraga yang terdaftar baru di
pada bulan ini
Puskesmas pada bulan ini (Register Data Dasar Kelompok Olahraga)
b. Jumlah kelompok olahraga yang dibina Puskesmas
Kelompok olah raga yang mendapat promosi kesehatan kelompok (pemberdayaan)
c. Jumlah kelompok olahraga
Kelompok olahraga atau instruktur
yang dilakukan
olahraga yang mendapat promosi
penyuluhan
kesehatan (penyuluhan)
- 437 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
d. Jumlah orang yang
Seseorang yang mendapat promosi
mendapatkan konsultasi
kesehatan perorangan (konseling)
kesehatan olahraga e. Jumlah kelompok olahraga
Kelompok olahraga atau instruktur
yang diperiksa kesehatan
olahraga yang anggotanya dilakukan
anggotanya
pemeriksaan kesehatan olahraga. (Register Pemeriksaan Kesehatan Kelompok Olahraga)
f. Jumlah orang yang diukur tingkat kebugaran jasmani
Cukup jelas (Register Pemeriksaan Kebugaran Perorangan)
g.
Jumlah orang yang
Cukup jelas
mendapatkan penanganan
Laporan khusus
cedera olahraga akut h.
Jumlah atlet yang dilayani
Cukup jelas
kesehatan pada even
Laporan khusus
olahraga 3
Jumlah POS UKK yang
Jumlah POS UKK yang dilakukan
dibina Puskesmas bulan
pembinaan, supervisi, konsultasi dalam
ini
bulan ini. Laporan khusus Register Promosi Kesehatan Tempat Kerja – Pos UKK
4.
Jumlah kunjungan kasus
Kasus yang memerlukan tindakan
dengan pelayanan
akupresur
akupresur di Puskesmas C.
UPAYA KESEHATAN PERORANGAN 1.
Pelayanan Puskesmas Upaya
Pelayanan
yang
wajib
dilaporkan
Puskesmas
adalah
kunjungan Puskesmas (kunjungan umum/pendaftaran, kunjungan rawat jalan umum Puskesmas, kunjungan rawat jalan gigi & mulut), kunjungan rawat tinggal, dan keperawatan kesehatan masyarakat.
- 438 -
Setiap pengunjung Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas Pembantu,
Puskesmas
Keliling,
bidan
desa)
terdaftar
sebagai kunjungan Puskesmas, yang dicatat dalam Register Kunjungan Puskesmas. Jika pengunjung Puskesmas dan jaringannya mendapat beberapa pelayanan, maka setiap tujuan
pelayanan
tersebut
tercatat
dalam
Register
Kunjungan Puskesmas
Bagi Puskesmas Pembantu dan bidan desa yang belum menerapkan sistem pencatatan dalam Register Kunjungan, maka data kunjungan Puskesmas dicatat dalam masingmasing Register Rawat Jalan, atau Register Kesehatan Ibu Anak.
Hasil kegiatan upaya pelayanan rawat jalan dicatat dalam Register
Rawat
Jalan
Puskesmas,
demikian
juga
di
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan bidan desa, dan hasil kegiatan upaya pelayanan rawat inap dicatat dalam Register Rawat Inap Puskesmas.
Setiap orang (penderita, laboratorium, dll) yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lain dicatat dalam Register Rujukan Puskesmas. Demikian juga dengan rujukan balik.
Hasil kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat dicatat dalam Laporan Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Data laporan keperawatan kesehatan masyarakat ini dihimpun dan dikelompokkan dalam Register Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
1)
Sumber Data 1)
Register Kunjungan Puskesmas
2)
Register Rawat Jalan Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas Pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa)
2)
3)
Register Rawat Inap Puskesmas
4)
Register Rujukan Puskesmas
5)
Register Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Jenis Data, Definisi Operasional, dan Instrumen Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Pelayanan Puskesmas, tercantum dalam Tabel 142 Jenis
- 439 -
Data dan Definisi Operasional pada Laporan Bulanan Pelayanan Puskesmas Contoh instrumen Laporan Bulanan Pelayanan Puskesmas tercantum pada Formulir 142 Laporan Bulanan Pelayanan Puskesmas. Tabel 142 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Pelayanan Puskesmas
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
I
KUNJUNGAN PUSKESMAS
1.
Jumlah kunjungan
Kunjungan Puskesmas adalah orang yang
Puskesmas (baru dan
berkunjung ke Puskesmas/jaringannya
ulang)
untuk mendapat pelayanan perorangan, baik dalam gedung maupun luar gedung (Puskesmas Keliling, pemeriksaan anak sekolah, dsb) Kunjungan Puskesmas Baru adalah kunjungan Puskesmas pertama kali dalam satu tahun tertentu Kunjungan Puskesmas Lama adalah Kunjungan Puskesmas kedua atau kunjungan berikutnya dalam satu tahun tertentu
2.
Jumlah kunjungan
Kunjungan dengan Kartu Sehat adalah
dengan Kartu sehat (baru
seseorang yang mendapat pelayanan
dan ulang)
perorangan di Puskesmas dan jaringannya dengan sumber pembiayaan Kartu Sehat (Kartu Indonesia Sehat, Kartu Sehat Provinsi, dsb), baik sebagai bagian dalam sistem JKN atau bukan dalam sistem JKN
3.
Jumlah kunjungan peserta
Kunjungan peserta JKN adalah seseorang
JKN
yang mendapat pelayanan perorangan di Puskesmas dan jaringannya dengan sumber pembiayaan jaminan kesehatan nasional,
- 440 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL termasuk kunjungan peserta JKN yang dibiayai dari Kartu Sehat
4.
Jumlah kunjungan peserta
Kunjungan peserta ansuransi kesehatan
asuransi kesehatan lainnya
lainnya adalah seseorang yang mendapat pelayanan perorangan di Puskesmas dan jaringannya dengan sumber pembiayaan jaminan kesehatan selaian JKN, termasuk kunjungan peserta ansuransi selain JKN yang dibiayai dari Kartu Sehat
5.
Jumlah kasus baru yang
Jumlah orang yang mendapat pelayanan
dirujuk ke fasilitas
dalam/luar gedung yang kemudian dirujuk
pelayanan kesehatan
ke RS (fasyankes sekunder)
sekunder 6.
7.
8.
Jumlah kasus penyakit
Jumlah orang yang mendapat pelayanan
tidak menular dirujuk ke
dalam/luar gedung yang kemudian dirujuk
fasilitas pelayanan
ke RS karena menderita penyakit tidak
sekunder
menular bermasalah
Jumlah kasus baru yang
Jumlah kasus yang dirujuk ke fasyankes
dirujuk balik dari
sekunder, kemudian datang kembali ke
fasilitas pelayanan
Puskesmas atas rujukan balik fasyakes
kesehatan sekunder
sekunder
Jumlah rujukan dari
Jumlah orang yang mengalami gangguan
Posbindu PTM ke
kesehatan karena penyakit tidak menular di
Puskesmas
Posbindu PTM dirujuk ke Puskesmas
II
RAWAT TINGGAL
1
Jumlah semua penderita
Cukup jelas
dirawat inap Puskesmas 2
Jumlah ibu hamil,
Cukup jelas
melahirkan, nifas dengan gangguan kesehatan dirawat inap 3
Jumlah anak berumur <5 Cukup jelas
- 441 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
th sakit dirawat inap 4
Jumlah penderita
Cukup jelas
cedera/kecelakaan dirawat inap 5
Jumlah penderita
Cukup jelas
penyakit tidak menular dirawat inap 6
Jumlah penderita yang
Cukup jelas
keluar dari rawat inap Puskesmas 7
Jumlah hari rawat semua Cukup jelas penderita rawat inap
III
KEBIDANAN
1
Jumlah persalinan di
Cukup jelas
tolong bidan 2
Jumlah ibu dan bayi
Cukup jelas
yang di rawat gabung 3
Jumlah kegiatan refleksi
Cukup jelas
diskusi kasus kebidanan di Puskesmas IV
PELAYANAN FISIOTERAPI
1
Jumlah kunjungan
Cukup jelas
fisioterapi kasus muskuloskeletal 2
Jumlah kunjungan
Cukup jelas
fisioterapi kasus neurologi 3
Jumlah kunjungan
Cukup jelas
fisioterapi kasus kardiorespirasi 4
Jumlah kunjungan
Cukup jelas
- 442 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
fisioterapi kasus tumbuh kembang anak 5
Jumlah kunjungan
Cukup jelas
fisioterapi kasus lain-lain 6
Jumlah kegiatan promotif Cukup jelas dan preventif fisioterapi pada kelompok
V
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
1
Jumlah penambalan gigi
Cukup jelas
tetap 2
Jumlah penambalan gigi
Cukup jelas
sulung 3
Jumlah pencabutan gigi
Cukup jelas
tetap 4
Jumlah pencabutan gigi
Cukup jelas
sulung 5
Jumlah pembersihan
Cukup jelas
karang gigi 6
Jumlah premedikasi/
Cukup jelas
pengobatan 7
Jumlah pelayanan
Cukup jelas
rujukan gigi 8
Jumlah SD/MI
Cukup jelas
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut 9
Jumlah murid SD/MI
Cukup jelas
perlu perawatan kesehatan gigi 10
Jumlah murid SD yang mendapat perawatan
Cukup jelas
- 443 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
kesehatan gigi 11
Jumlah pemasangan gigi
Cukup jelas
tiruan 12
Jumlah ibu hamil yang
Cukup jelas
mendapatkan perawatan gigi 13
Jumlah TK/PAUD yang
Cukup jelas
dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut VI
PELAYANAN LABORATORIUM
1
Jumlah pemeriksaan
Cukup jelas
hematologi 2
Jumlah pemeriksaan
Cukup jelas
kimia klinik 3
Jumlah pemeriksaan
Cukup jelas
urinalisa 4
Jumlah pemeriksaan
Cukup jelas
mikrobiologi dan parasitologi 5
Jumlah pemeriksaan
Cukup jelas
imunologi 6
Jumlah pemeriksaan
Cukup jelas
tinja VII
PELAYANAN FARMASI
Cukup jelas
1
Jumlah resep dari rawat
Cukup jelas
jalan 2
Jumlah resep dari rawat
Cukup jelas
inap 3
Jumlah konseling obat
Cukup jelas
- 444 -
NO. 4.
JENIS DATA Jumlah pemberian
DEFINISI OPERASIONAL Cukup jelas
informasi obat 5.
Jumlah penggunaan
Jumlah pasien ISPA non-Pneumonia yang
antibiotik pada ISPA Non- mendapatkan antibiotik Pneumonia Jumlah kasus ISPA Non-
Jumlah pasien yang terdiagnosa menderita
Pneumonia
penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung hingga batang paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung (sinus paranasal) rongga telinga tengah dan pleura serta tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat dengan kode ICD X: J 00; J 01; J 04; J 05; J 06; J 10; J 11
6.
Jumlah antibiotik
penggunaan Jumlah pasien Diare non-Spesifik yang pada Diare mendapatkan antibiotik
Non-Spesifik Jumlah kasus Diare Non- Jumlah pasien yang terdiagnosa menderita Spesifik
penyakit
diare
non
infeksi
atau
tidak
dispesifikasikan lebih lanjut, dengan gejala tidak terjadi kenaikan suhu tubuh penderita dan tidak ditemukan lendir atau darah di feses penderita dengan kode ICD X: A 09; K 52
7.
Jumlah
penggunaan Jumlah pasien Myalgia yang mendapatkan
injeksi pada Myalgia
injeksi
Jumlah kasus Myalgia
Jumlah pasien yang terdiagnosa menderita penyakit Mialgia atau yang bisa disebut nyeri otot adalah suatu keadaan dimana
- 445 -
NO.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL badan terasa pegal-pegal, dapat diakibatkan oleh olah raga yang menyebabkan tubuh merengang terlalu banyak. Mialgia tanpa adanya cedera biasanya disebabkan oleh infeksi dari virus dengan kode ICD X: M 79.1
8.
Jumlah item obat semua Jumlah
item
obat
resep
lembar resep
Jumlah resep
Jumlah lembar resep
2.
yang
tertulis
dalam
Kesakitan Umum Hasil kegiatan yang telah dicatat petugas Puskesmas sebagaimana dibahas pada bagian pencatatan kegiatan Puskesmas kemudian dihimpun dan dikelompokkan secara teratur setiap minggu dan setiap
bulan
sesuai
kebutuhannya.
Hasil
kegiatan
tersebut
dilaporkan setiap awal minggu dan atau setiap awal bulan berikutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Khusus Puskesmas Sentinel juga melaporkan secara langsung kepada Menteri Kesehatan melalui surat pos, faksimili, surat elektronik (email) atau pelaporan online sesuai dengan Pedoman Puskesmas Sentinel. Laporan Bulanan Kesakitan Umum merupakan laporan jumlah kejadian kesakitan (kasus) yang mendapat pelayanan di Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan bidan desa), baik rawat jalan maupun rawat inap, serta pos-pos pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pada saat terjadi kejadian luar biasa penyakit dan keracunan, dalam periode waktu satu bulan kalender. 1)
Sumber Data Register Rawat Jalan Puskesmas Register Rawat Inap Puskesmas Register Rawat Jalan Puskesmas Pembantu Register Rawat Jalan Puskesmas Keliling
- 446 -
Register Penderita Pada KLB penyakit dan keracunan di pos-pos
pelayanan
di
luar
fasilitas
pelayanan
kesehatan 2)
Jenis data, Definisi Operasional dan Instrumen Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Kesakitan Umum, tercantum dalam Tabel 143 Jenis Data dan Definisi Operasional pada Laporan Bulanan Kesakitan Umum Contoh instrumen Laporan Bulanan Kesakitan Umum tercantum pada Formulir 143 Laporan Bulanan Kesakitan Umum. Tabel 143 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Kesakitan Umum
NO 01
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
KELOMPOK UMUM
1
Alergi makanan
2
Chikungunya
3
Demam dengue dan demam berdarah dengue a. Demam berdarah dengue b. Demam dengue
4
Filariasis
5
Infeksi pada Umbilikus
6
Kandidiasis Mulut
7
Keracunan makanan
8
Lepra
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
- 447 -
NO 9
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Leptospirosis
10
Malaria
11
Morbili
12
Reaksi Anafilaktik
13
Syok
14
TB selain Paru (ekstra Paru)
TB Ekstraparu adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang (Buku Pedoman Nasional TB 2014)
15
Tuberkulosis (TB) Paru
16
Tuberkulosis dengan HIV
17
Varisela
02
DARAH, PEMBENTUKAN DARAH DAN SISTEM IMUN
1
Anemia defisiensi besi
2
HIV/ AIDS tanpa komplikasi
3
Leukemia
4
Limfadenitis
5
Limfoma Maligna
6
Lupus Eritematosus Sistemik
7
Thalasemia
03
DIGESTIVE
1
Ankilostomiosis
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari
- 448 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL rumah sakit Puskesmas.
2
Apendisitis Akut
3
Askariasis
4
Atresia dengan atau tanpa fistula
5
Bibir dan langit-langit sumbing
6
Bibir sumbing
7
Demam tifoid
8
Disentri basiler dan disentri amuba
9
Gastritis
10
Gastroenteritis (Kolera dan Giardiasis)
11
Gastroschisis
12
Hemoroid grade 1-2
13
Hepatitis A
14
Hepatitis B
15
Hepatitis C
melalui
rujuk
balik
ke
Seseorang tanpa atau dengan gejala (demam/anoreksia/gangguan perncernaaan/ ikterik/kencing seperti teh) atau orang yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi tertular hepatitis C dan hasil pemeriksaan laboratorium anti (VHC) reaktif
Hepatitis D 16
Seseorang yang telah terinfeksi hepatitis B dan hasil pemeriksaan laboratorim (anti VHD) reaktif
17
Hepatitis E
Seseorang tanpa atau dengan gejala (demam/anoreksia/gangguan
- 449 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL perncernaaan/ ikterik/kencing seperti teh) dan menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium (anti VHE) reaktif
18
Intoleransi makanan
19
Kanker Kolorektal
20
Kolesistitis
21
Langit-langit sumbing
22
Malabsorbsi makanan
23
Omphalocele
24
Parotitis
25
Perdarahan gastrointestinal
26
Peritonitis
27
Refluksgastroesofageal
28
Skistosomiasis
29
Strongiloidiasis
30
Taeniasis
31
Ulkus mulut
04
MATA
1
Astigmatisme
2
Benda asing di konjungtiva
3
Blefaritis
4
Buta senja
5
Episkleritis
6
Glaukoma akut
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
- 450 -
NO
JENIS DATA
7
Glaukoma kronis
8
Hifema
9
Hipermetropia
10
Hordeolum
11
Katarak kongenital
12
Katarak pada pasien dewasa
13
Konjungtivitis
DEFINISI OPERASIONAL
a. Konjungtivitis alergi b. Konjungtivitis infeksi 14
Laserasi kelopak mata
15
Low Vision
16
Mata kering
17
Miopia ringan
18
Perdarahan subkonjungtiva
19
Presbiopia
20
Pterygium
21
Retinoblastoma
22
Retinopati Diabetik
23
Trauma kimia mata
24
Trikiasis
05
TELINGA
1
Benda asing ditelinga
2
Mastoiditis
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
- 451 -
NO
JENIS DATA
3
Otitis Eksterna
4
Otitis Media Akut
5
Otitis Media Supuratif Kronik
6
Presbiakusis
7
Serumen Prop
8
Tuli akibat bising
9
Tuli kongenital
06
KARDIOVASKULER
1
Angina Pektoris Stabil
2
Cardiorespiratory arrest
3
Gagal Jantung akut dan kronik
4
Hipertensi Esensial
5
Infark Miokard
6
Takikardia
07
MUSKULOSKELETAL
1
Artritis Reumatoid
2
Artritis, Osteoartritis
3
Fraktur Terbuka
4
Fraktur tertutup
DEFINISI OPERASIONAL
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan oleh rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
- 452 -
NO
JENIS DATA
5
Lipoma
6
Osteoporosis
7
Osteosarkoma
8
Polimialgia Reumatik
9
Reduction Deformity
10
Talipes
11
Vulnus
08
NEUROLOGI
1
Anencephaly
2
Bells’ Palsy
3
Delirium
4
Epilepsi
5
Kejang Demam
6
Malaria Serebral
7
Meningo/Encephalocele
8
Migren
9
Neuroblastoma
10
Rabies
11
Status Epileptikus
12
Stroke
13
Tension Headache
14
Tetanus
DEFINISI OPERASIONAL
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
- 453 -
NO
JENIS DATA
15
Tetanus Neonatorum
16
Transient Ischemic Attack (TIA)/
17
Vertigo
09
PSIKIATRI
1
Demensia
2
Gangguan Anxietas
DEFINISI OPERASIONAL
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas. Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas. Termasuk di dalamnya adalah gangguan anxietas fobik, gangguan anxietas lainnya, gangguan obsesif kompulsif, reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian, gangguan disosiatif (konversi), gangguan somatoform dan gangguan neurotik lainnya.
3
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
4
Gangguan Depresi
Diagnosis Praktik
ditetapkan
Klinis
bagi
sesuai dokter
Panduan di
FKTP,
pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau rumah
diagnosis sakit
yang
melalui
ditetapkan rujuk
balik
dari ke
- 454 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL Puskesmas.
5
Gangguan Penggunaan Napza
Diagnosis Praktik
ditetapkan
Klinis
bagi
sesuai dokter
Panduan di
FKTP,
pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau
diagnosis
rumah
sakit
Puskesmas.
yang
ditetapkan
melalui
rujuk
Termasuk
di
dari
balik
ke
dalamnya
gangguan penggunaan alkohol, opioid, kanabinoid,
sedatif-hipnotik,
stimulansia
lain,
kokain,
halusinogenika,
tembakau, pelarut yang mudah menguap dan penggunaan zat multipel serta zat psikoaktif lainnya. 6
Gangguan Perkembangan dan
Diagnosis
Perilaku Pada Anak dan Remaja
Praktik
ditetapkan
Klinis
bagi
sesuai dokter
Panduan di
FKTP,
pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau
diagnosis
rumah
sakit
yang
ditetapkan
melalui
Puskesmas.
rujuk
Termasuk
dari
balik
ke
didalamnya
gangguan perkembangan psikologis dan gangguan perilaku dan emosional dengan onset pada masa kanak dan remaja. 7
Gangguan Psikotik
Diagnosis Praktik
ditetapkan
Klinis
bagi
sesuai dokter
Panduan di
FKTP,
pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau rumah
diagnosis sakit
Puskesmas.
yang
melalui Termasuk
ditetapkan rujuk di
balik
dari ke
dalamnya
adalah skizofrenia, gangguan skizotipal, gangguan
waham
menetap,
gangguan
psikotik akut dan sementara, gangguan waham induksi, gangguan skizoafektif, gangguan psikotik non-organik lainnya
- 455 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL maupun yang tidak tergolongkan.
8
Gangguan Somatoform
Diagnosis Praktik
ditetapkan
Klinis
bagi
sesuai dokter
Panduan di
FKTP,
pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau
diagnosis
rumah
sakit
yang
ditetapkan
dari
melalui
rujuk
balik
ke
ditetapkan
sesuai
Panduan
Puskesmas. 9 10 1
Insomnia RESPIRASI Asma Bronkial
Diagnosis Praktik
Klinis
bagi
dokter
di
FKTP,
pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau rumah
diagnosis sakit
Puskesmas. 2
Asfiksia
3
Benda Asing di Hidung
4
Bronkitis Akut
5
Difteria
6
Epistaksis
7
Faringitis Akut
8
Furunkel pada hidung
9
Influenza
10
Kanker nasofaring
11
Kanker Paru
.
yang
melalui
ditetapkan rujuk
balik
dari ke
- 456 -
NO
JENIS DATA
12
Laringitis Akut
13
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
14
Pertusis (Batuk Rejan)
15
Pneumonia Aspirasi
16
Pneumonia, Bronkopneumonia
DEFINISI OPERASIONAL
a. Bronkopneumonia b. Pneumonia 17
Pneumotoraks
18
Rinitis Akut
19
Rinitis Alergi
20
Rinitis vasomotor
21
Sinusitis Akut
22
Status Asmatikus
23
Tonsilitis a. Tonsilitis Akut b. Tonsilitis Kronis
11 1
KULIT Akne Vulgaris Ringan
Diagnosis Praktik
ditetapkan
Klinis
bagi
sesuai dokter
Panduan di
FKTP,
pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau rumah
diagnosis sakit
Puskesmas. 2
Cutaneus Larva Migrans
3
Dermatitis Atopik
yang
melalui
ditetapkan rujuk
balik
dari ke
- 457 -
NO
JENIS DATA
4
Dermatitis Kontak Alergi
5
Dermatitis Kontak Iritan
6
Dermatitis Numularis
7
Dermatitis Perioral
8
Dermatitis Popok
9
Dermatitis Seboroik
10
Dermatofitosis a. Tinea capitis dan tinea barbea b. Tinea corporis c. Tinea cruris d. Tinea manuum e. Tinea pedis f. Tinea Unguium
11
Erisipelas
12
Eritrasma
13
Exanthematous drug Eruption
14
Fixed Drug Eruption
15
Frambusia RDT (+) konfirmasi/probable
16
Herpes Simplek
17
Herpes Zoster
18
Hidradenitis supuratif
19
Liken Simpleks Kronik(Neurodermatitis Sirkumkripta)
20
Luka bakar derajat I dan II
21
Miliaria
22
Moluskum Kontagiosum
23
Pedikulosis Kapitis
24
Pedikulosis Pubis
25
Pioderma
DEFINISI OPERASIONAL
- 458 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
a. Abses, furuncke dan carbuncle b. Impetigo c. Pioderma 26
Pitiriasis Rosea
27
Pitiriasis versikolor
28
Reaksi Gigitan Serangga
29
Sindrom Stevens Johnson
30
Skabies
31
Skrofuloderma
32
Ulkus pada tungkai
33
Urtikaria
34
Veruka Vulgaris
12
METABOLIK ENDOKRIN DAN NUTRISI
1
Diabetes Mellitus Tipe 1
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
2
Diabetes Mellitus Tipe 2
3
Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
4
Hiperurisemia – Gout Arthritis
5
Hipoglikemia
6
Hipotiroid kongenital
7
Lipidemia
8
Malnutrisi Energi Protein
9
Obesitas
10
Tirotoksikosis
13
GINJAL DAN SALURAN KEMIH
- 459 -
NO 1
JENIS DATA Epispadia
DEFINISI OPERASIONAL Diagnosis Praktik
ditetapkan
Klinis
bagi
sesuai dokter
Panduan di
FKTP,
pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau
diagnosis
rumah
sakit
yang
ditetapkan
dari
melalui
rujuk
balik
ke
ditetapkan
sesuai
Panduan
Puskesmas. 2
Fimosis
3
Hipertropi prostat
4
Hypospadia
5
Infeksi Saluran Kemih
6
Parafimosis
7
Penyakit Ginjal Kronik
8
Pielonefritis tanpa komplikasi
14 1
KESEHATAN WANITA Abortus
Diagnosis Praktik
Klinis
bagi
dokter
di
FKTP,
pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau rumah
diagnosis sakit
Puskesmas. a. Abortus Inkomplit b. Abortus Komplit 2
Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan
3
Cracked Nipple
4
Eklampsi
5
Hiperemesis Gravidarum
6
Inverted Nipple
7
Kanker Serviks
8
Kehamilan Normal
9
Ketuban Pecah Dini
yang
melalui
ditetapkan rujuk
balik
dari ke
- 460 -
NO
JENIS DATA
10
Mastitis
11
Perdarahan Post Partum
12
DEFINISI OPERASIONAL
Persalinan Lama
13
Pre Eklampsia
14
Ruptur Perineum tingkat I-2
15
Tumor Payudara
15
PENYAKIT KELAMIN
1
Fluor Albus
2
Sifilis
3
Gonore
4
Vaginitis
5
Vulvitis
Diagnosis ditetapkan sesuai Panduan Praktik Klinis bagi dokter di FKTP, pedoman pelayanan kesehatan di FKTP atau diagnosis yang ditetapkan dari rumah sakit melalui rujuk balik ke Puskesmas.
Tabel 144 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Kesakitan Berdasarkan Gejala, Penyebab Penyakit atau Kondisi Pasien NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
01
INFEKSI PADA USUS
1
Diare tanpa dehidrasi
Diare tanpa disertai tanda dehidrasi
2
Diare dengan dehidrasi ringan-
diare dengan 2 keadaan gelisah/rewel,
sedang
mata cekung, haus, turgor lambat.
Diare dengan dehidrasi berat
diare dengan 2 keadaan
3
lesu/lunglai/tidak sadar, mata cekung, malas/tidak mau minum, turgor sangat lambat.
- 461 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
02
INFEKSI PADA SALURAN PERNAFASAN
1
Pneumonia berat
Anak umur 2 bulan - <5th menderita sakit batuk/sesak nafas dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam Anak umur <2 bulan menderita sakit batuk/sesak nafas dengan nafas cepat 60 kali/menit atau lebih dan atau ada tarikan dinding dada bagian bawah yang kuat
03
INFEKSI UMUM BAKTERI
1
Demam tifoid probable
Sindrom klinis telah lengkap dengan bukti pemeriksaan laboratorium
2
Demam tifoid konfirmasi
Sindrom klinis telah lengkap dengan bukti pemeriksaan laboratorium yang sesuai Etiologik, biakan atau PCR menemukan bakteri tifoid
04 1
INFEKSI UMUM VIRUS Acute flaccid paralysis (AFP)
Anak berumur kurang dari 15 tahun menunjukkan gejala lumpuh layuh (flaccid) dan perkembangan sakitnya cepat (akut), dan bukan disebabkan ruda paksa
2
Hepatitis klinis (ikterik/warna
Demam, badan lemas, mual, selaput mata
urine seperti teh)
berwarna kuning, dan air kencing berwarna seperti air the
05
GANGGUAN MATA DAN ADNEKSA
1
Buta
Jika tajam penglihatan satu atau kedua mata setelah koreksi maksimal ≤ 3/60
06
KECELAKAAN DAN KERACUNAN
- 462 -
NO 1
2
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Cedera akibat kecelakaan
Kerusakan pada jaringan fungsi tubuh
transport
karena kecelakaan sarana transportasi
Cedera akibat tenggelam
Kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan.
3
Cedera akibat jatuh
Kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi sebagai akibat dari seseorang terpeleset, terperosok, terjatuh dari ketinggian secara tidak disengaja ke tempat yang lebih rendah dari semula (ketinggian) baik yang disebabkan karena penyakit kronik maupun multifaktorial.
4
Cedera akibat terbakar
Kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi sebagai akibat rusaknya sebagian atau seluruh lapisan sel kulit karena cairan panas, benda panas atau api, termasuk didalamnya kerusakan kulit karena radiasi sinar ultraviolet, zat radioaktif, zat kimia, sengatan listrik, dan kerusakan saluran pernapasan karena trauma inhalasi.
5
Cedera akibat digigit ular
Kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh akibat dari gigitan ular berbisa.
- 463 -
NO 6
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Cedera atau gangguan kesehatan
Kerusakan pada struktur atau fungsi
akibat kekerasan fisik
tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi akibat perbuatan terhadap seseorang yang menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik (perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat dan diprioritaskan pada kekerasan secara fisik (dipukul, ditendang, ditampar, dll) yang dialami oleh subyek.
7
Gangguan kesehatan akibat
Menderita sakit atau gangguan kesehatan
kekerasan mental
lainnya, baik fisik atau psikis, sebagai akibat dari adanya tindakan kekerasan mental
8
Gangguan kesehatan akibat
Secara garis besar, dampak kekerasan
kekerasan seksual
seksual dibagi menjadi 3, yaitu gangguan fisik (termasuk gangguan psikosomatis), gangguan
kognitif,
psikososial
dan
atau
gangguan
psikoemosional.
Gangguan fisik secara jelas dapat dilihat melalui
pemeriksaan
kesehatan,
yaitu
mengalami beberapa gangguan kesehatan fisik,
terutama
di
bagian
organ
reproduksi. Gangguan fisik yang dialami korban kekerasan seksual tidak hanya gangguan kesehatan fisik yang dapat dilihat, namun bisa saja berupa gangguan psikosomatis.
Gangguan
psikosomatis
terjadi jika korban kekerasan seksual terus bagian
mengeluh
sakit
tubuhnya
pada (misal:
beberapa organ
reproduksi), padahal dalam pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
- 464 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL kesehatan (misal: dokter) tidak ditemukan gangguan apapun3. Korban kekerasan seksual juga berisiko mengalami gangguan kognitif, misal, merasa dirinya telah menjadi “sampah”, menganggap pria adalah jahat, seks itu sakit, dan pola pikir negatif lainnya. Gangguan psikososial atau psikoemosional yang terjadi pada korban kekerasan seksual menyangkut bagaimana mereka mengekspresikan emosi mereka setelah kejadian yang menimpanya dan bagaimana mereka menjalin hubungan dengan orang lain. Ada korban yang hanya diam menanggapinya, ada pula yang mengekspresikannya secara agresif lewat kata-kata. Bentuk gangguan ini tentu nantinya akan berpengaruh terhadap komunikasi mereka dengan orang lain.
9
Keracunan bahan kimia (bukan
Seseorang yang menderita sakit akibat
makanan)
bahan kimia tertentu yang masuk dalam tubuh korban tidak melalui makanan
10
Keracunan makanan
Seseorang yang menderita sakit akibat makan makanan beracun atau mengandung bahan racun
07
GANGGUAN (CEDERA, PENYAKIT) AKIBAT KERJA
1
Sakit akibat kerja
Menderita sakit non cedera/kecelakaan, baik fisik atau psikis, yang disebabkan karena pekerjaannya atau lingkungan kerjanya.
2
Cedera/kecelakaan akibat kerja
Seseorang menderita cedera sebagai akibat pekerjaannya atau lingkungan
- 465 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL kerjanya, misalnya tangan terisis pisau pada pekerja dapur.
08
GANGGUAN MENTAL
1
Percobaan Tindakan Bunuh Diri
Sesuai dengan pedoman diagnosis di fasilitas pelayanan primer
09
PENYAKIT LAINNYA
1
Trauma Lahir
Sesuai dengan pedoman diagnosis di fasilitas pelayanan primer
10
KELAINAN BAWAAN LAINNYA
1
Kembar siam
Sesuai dengan pedoman diagnosis di fasilitas pelayanan primer
3.
Kesakitan Gigi dan Mulut Laporan Bulanan Kesehatan Gigi dan Mulut dibuat berdasarkan himpunan dan pengelompokan jumlah kasus kesehatan gigi dan mulut
yang
berobat
ke
Puskesmas
menurut
jenis
gangguan
kesehatan gigi dan mulut, dalam periode waktu satu bulan kalender. 1)
Sumber Data Sumber data untuk laporan bulanan kesehatan gigi dan mulut bersumber dari Register Rawat Jalan Gigi & Mulut Puskesmas
2)
Variabel Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Kesakitan gigi dan mulut, tercantum dalam
Tabel 145
Jenis Data dan Definisi Operasional pada Laporan Bulanan Kesakitan Gigi dan Mulut Contoh instrumen Laporan Bulanan Kesakitan Gigi dan Mulut tercantum pada formulir 145 Laporan Bulanan Kesakitan Gigi dan Mulut.
Tabel 145
- 466 -
Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Kesakitan Gigi dan Mulut NO 1.
2.
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Persistensi gigi sulung
Diagnosa kasus gigi sulung belum
(K00.6)
tanggal, gigi tetap pengganti sudah erupsi.
Impaksi M3 Klasifikasi IA
Diagnosa kasus kesukaran/kegagalan
(K01.1)
erupsi molar ke tiga karena malposisi, kekurangan tempat, terhalang gigi lain, tertutup tulang tebal danatau jaringan lunak lainnya.
3.
Karies Gigi (K02)
kasus karies gigi meliputi karies terhenti, demineralisasi permukaan halus, aproksimal karies dini, lesi putih, karies email tanpa kavitas, karies dentin dan karies mencapai pulpa vital gigi sulung, dalam 1 bulan
4.
Penyakit jaringan keras gigi
kasus atrisi, abrasi, erosi, OH buruk,
lainnya (K03)
perubahan warna mahkota eksterna, dan dentin hipersensitif, dalam 1 bulan
5.
Penyakit pulpa dan jaringan
kasus hiperemia pulpa gigi tetap muda,
periapikal (K04)
iritasi pulpa gigi tetap muda, pulpitis irreversibel akar tunggal atau akar jamak lurus, pulpitis reversibel/pulpitis awal gigi sulung/dewasa muda, nekrosis pulpa dan abses periapikal, dalam 1 bulan
6.
Gingivitis dan Penyakit
kasus gingivitis akut akibat plak
Periodontal (K05)
mikrobial, abses periodontal, periodontitis kronis dengan kehilangan jaringan periodontal ringan sampai sedang, dalam 1 bulan
7.
Anomali Dentofasial (K07)
kasus maloklusi klas I (distoklusi, mesioklusi, overjet, overbite, open bite, crossbite, oklusi posterior lingual gigi RB, anomali letak gigi karena prematur loss,
- 467 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL kelainan fungsi dentofasial, dalam 1 bulan
8.
Gangguan gigi dan jaringan
kasus kelainan fungsi sistem
penyangga lainnya (K08)
pengunyahan karena kehilangan semua gigi, satu atau sebagian gigi, danakar gigi tertinggal
9.
Stomatitis dan lesi-lesi
kasus stomatitis aphtosa rekuren (ulcer
berhubungan (K12)
rekuren pada mukosa mulut, tanpa tanda-tanda penyakit lain) dan ulkus traumatik, dalam 1 bulan
10.
Angular Cheilitis (K13.0)
kasus angular cheilitis (retakan/belahan/fissura di area sudut mulut yang dikelilingi area kemerahan), dalam 1 bulan
11.
Eritema Multiformis (L51)
kasus Eritema multiformis (peradangan akut pada kulit dan membran mukosa dengan lesi multiformis, khas berupa vesikel/bula yang mudah pecah dan berdarah), dalam 1 bulan
12.
Nyeri orofasial (R51)
kasus nyeri orofasial (nyeri daerah orofasial yang disebabkan penyakit inflamasi yang berasal dari pulpa/struktur penyangga gigi), dalam 1 bulan
13.
Fraktur Mahkota yang tidak
kasus fraktur pada mahkota yang tidak
merusak pulpa (S02.5)
merusak pulpa (tanpa disertai gejala/ rasa sakit pulpa belum terbuka), dalam 1 bulan
4.
Kesakitan Terbanyak (umum, gigi dan mulut) Puskesmas
- 468 -
Laporan Bulanan Data Kesakitan Terbanyak dibuat berdasarkan himpunan dan pengelompokan jumlah data kesakitan warga berobat ke Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, baik rawat jalan maupun rawat inap, bidan desa, serta pospos pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pada saat terjadi kejadian luar biasa penyakit dan keracunan), dalam periode waktu satu bulan kalender. 1)
Sumber Data Register Rawat Jalan Puskesmas Register Rawat Inap Puskesmas Register Rawat Jalan Puskesmas Pembantu Register Puskesmas Keliling Register Rawat Jalan bidan desa/pos kesehatan desa Register Penderita Pada KLB penyakit dan keracunan di pos-pos
pelayanan
di
luar
fasilitas
pelayanan
kesehatan Register Rawat Jalan Gigi dan Mulut 2)
Jenis Data, dan Instrument Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Kesakitan Terbanyak tercantum dalam
Tabel 146 Jenis
Data dan Definisi Operasional pada Laporan Bulanan Kesakitan Terbanyak Contoh instrumen Laporan Bulanan Kesakitan Terbanyak tercantum pada formulir 146 Laporan Bulanan Kesakitan Terbanyak. Tabel 146 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Kesakitan Terbanyak NO 1.
JENIS DATA Jenis Penyakit Terbanyak
DEFINISI OPERASIONAL Merupakan jenis penyakit yang terdata berdasarkan jumlah kasus baru terbanyak yang terdapat di Puskesmas
2.
Kode ICD X
Cukup jelas
3.
Jumlah Kasus Baru
Ks B (Kasus baru) adalah kasus yang
- 469 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL datang berobat untuk pertama kalinya pada sakit tersebut
4.
Jumlah Kasus Lama
Ks L (Kasus lama) adalah kasus yang datang berobat untuk kedua kalinya atau lebih pada episode sakit yang sama dengan berobat pertama
5.
Kejadian Kematian Puskesmas Laporan Bulanan Data Kematian Puskesmas dibuat berdasarkan data Register Kematian Puskesmas, dalam periode satu bulan kalender. 1)
Sumber Data Sumber data laporan bulanan data kematian Puskesmas bersumber dari Register Kematian Puskesmas.
2)
Jenis Data, Definisi Operasional dan Instrumen Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Data Kematian,
tercantum dalam
Tabel 147 Jenis Data
dan Definisi Operasional pada Laporan Bulanan Data Kematian Contoh
instrumen
Laporan
Bulanan
Data
Kematian
Puskesmas tercantum pada formulir 147 Laporan Bulanan Data Kematian di Puskesmas. Tabel 147 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Data Kematian di Puskesmas
NO 1.
JENIS DATA Tanggal Pendataan
DEFINISI OPERASIONAL Tanggal dilakukan pendataan
Kematian 2.
Identitas Warga yang
Identitas lengkap warga yang meninggal,
meninggal
Nomor Induk Kependudukan, Nomor Kepala Keluarga, Nama Kepala Keluarga, alamat lengkap warga yang meninggal, jenis kelamin,
- 470 -
serta tanggal lahir 3.
Tanggal meninggal
Cukup jelas
4.
Lokasi meninggal
Lokasi spesifik kejadian kematian, nama jalan
5.
Sebab kematian
Sebab kematian harus dilaporkan secara jelas disertai dengan kode ICD X. sebab kematian harus dilaporkan juga dengan sebab langsung, sebab dasar (sebab tidak langsung), dan penyakit penyerta.
6.
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas dan jejaringnya mendapatkan obat dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas
Kesehatan
Provinsi
dan
Kementerian
Kesehatan, serta dari sumber pengadaan obat lainnya. Obat yang diterima Puskesmas dimasukkan dalam Ruang Farmasi Puskesmas (tercatat dalam Kartu Stok Obat), dan diditribusikan ke unit-unit dan jejaring Puskesmas (resep dari pelayanan umum, gigi, kesehatan ibu dan anak, program pengendalian penyakit menular, gizi, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan bidan desa). Sehari-hari,
obat
yang
digunakan
unit-unit
di
Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan bidan desa dicatat dalam Register Ruang Farmasi, dan Kartu Stok Obat Ruang Farmasi. Berdasarkan penerimaan dan pemakaian obat yang tercatat dalam Kartu Stok Obat setiap jenis obat di masing-masing unit Puskesmas, setiap akhir bulan unit-unit Puskesmas membuat LPLPO unit. Data penggunaan obat dalam LPLPO unit dihimpun oleh Puskesmas dalam LPLPO Puskesmas, dan LPLPO Puskesmas ini yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap awal bulan berikutnya. 1)
Sumber Data Register Ruang Farmasi setiap unit dan jaringan Puskesmas Kartu Stok Ruang Farmasi setiap unit dan jaringan Puskesmas LPLPO unit-unit dan jaringan Puskesmas Kartu Stok Gudang Obat Puskesmas
2)
Jenis Data, Definisi Operasional, dan Instrumen
- 471 -
Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Pemakaian
dan
tercantum dalam
Lembar
Permintaan
Tabel 148
Obat
(LPLPO)
Jenis Data dan Definisi
Operasional pada Laporan Bulanan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Contoh
instrumen
Laporan
Bulanan
Pemakaian
dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) tercantum pada Formulir 148 Laporan Bulanan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Tabel 148 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Bulanan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) NO 1.
JENIS DATA Detail Informasi
DEFINISI OPERASIONAL Informasi lengkap mengentai obat, yaitu kode obat, nama obat, satuan
2.
Jumlah obat
Jumlah obat yang dimaksud termasuk informasi lengkap mengai stok awal obat, jumlah penerimaan berdasarkan jenis obat, jumlah pemakaian, jumlah permintaan obat berdasarkan setiap jenis obat.
3.
Sumber pendanaan
Sumber pendanaan setiap jenis obat
obat
berdasarkan (APBD I, APBD II, Dana Alokasi Khusus , Program, dan Sumber Pendanaan Lainnya)
D.
LAPORAN MINGGUAN DAN LAPORAN KHUSUS Dalam rangka penerapan SKD-KLB dan respon penyakit menular potensi KLB/wabah, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memerlukan data perkembangan penyakit potensi KLB yang dihimpun oleh Puskesmas di seluruh wilayah kerjanya. Untuk maksud tersebut, maka Puskesmas berkewajiban melaporkan secara teratur perkembangan penyakit potensi KLB di wilayah kerjanya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara teratur mingguan/bulanan menggunakan formulir Laporan Data Mingguan Penyakit Potensi KLB
- 472 -
Disamping itu, jika terjadi dugaan KLB, Puskesmas juga berkewajiban membuat laporan adanya dugaan dengan menggunakan formulir laporan KLB (<24 jam) (W1).
Bagan 51.Skema Laporan Mingguan Data Penyakit Menular Potensi KLB
1.
Laporan Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB (SKD-R KLB) 1)
Penggunaan Laporan Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB merupakan laporan rekapitulasi data kesakitan (kasus baru) sejumlah penyakit potensi KLB di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan bidan desa, menurut jenis penyakit dan desa/kelurahan pada minggu tertentu Jenis penyakit menular potensi KLB yang dilaporkan sesuai
dengan
kebutuhan
pemantauan
perkembangan
penyakit potensi KLB setempat, baik di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas
Kesehatan
Provinsi
dan
Kementerian Kesehatan. 2)
Sumber Data Data untuk Laporan Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB diperoleh dari data kesakitan (kasus baru) pada Register Rawat Jalan, Register Rawat Inap, Register Rawat Jalan (berobat) di Puskesmas Keliling, di Puskesmas (induk), Register Rawat Jalan Puskesmas Pembantu dan
- 473 -
Register Rawat Jalan pos kesehatan desa/bidan desa, serta data kematian pada Register Kematian Puskesmas. Data ini telah dihimpun Puskesmas dalam Register Data Mingguan Masing-masing Penyakit Menular Potensi KLB 3)
Jenis Data, Definisi Operasional dan Cara Pengisian Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB tercantum dalam Tabel 149 Laporan Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB Contoh
instrumen
Laporan
Data
Mingguan
Menular Potensi KLB dan cara pengisiannya
Penyakit tercantum
pada Formulir 149 Laporan Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB
Tabel 149 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
1
Kode Puskesmas
Cukup Jelas
2
Nama Puskesmas
Cukup Jelas
3
Tahun
Tahun pendataan
4
Jumlah Pustu/
Cukup jelas
Poskesdes/ bides yg ada : 5
Jumlah yg
Cukup jelas
melapor 6
Desa/Kelurahan
Cukup jelas
7
Minggu Ke
yaitu minggu kejadian kesakitan atau saat berobat
8
Nama Penyakit
Sesuai dengan jenis penyakit yang ditentukan oleh
(Kasus/Meninggal) Kepala Dinas Kesehatan setempat atau kebutuhan masing-masing Puskesmas Kepala Dinas Kesehatan menetapkan jenis penyakit yang harus dilaporkan oleh Puskesmas dalam
- 474 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL formulir Laporan Data Mingguan Penyakit Menular Kepala Dinas Kesehatan menetapkan jenis-jenis penyakit yang harus dilaporkan oleh Puskesmas dengan memperhatikan Keputusan Menteri Kesehatan terkait dengan jenis-jenis penyakit potensi wabah/KLB Jenis penyakit yang harus dilaporkan dapat berubah-ubah sesuai perkembangan penyakit menular dan kebutuhan pemantauannya. Pada saat ini, Kementerian Kesehatan menetapkan 21 jenis penyakit yang wajib dilaporkan dalam laporan mingguan penyakit potensi wabah. (lihat pada tabel dibawah ini *).
9
Kasus
Jumlah kasus selama seminggu pemantauan yang sesuai dengan desa/kelurahan tertentu dan jenis penyakitnya. Jumlah kasus pada minggu sebelumnya tidak boleh digabung, tetapi dibuat nama desa dengan minggu ke yang terpisah
10
Meninggal
Jumlah kasus meninggal selama seminggu pemantauan yang sesuai dengan desa/kelurahan tertentu dan jenis penyakitnya
11
Jumlah meninggal Jumlah orang yang meninggal selama seminggu (total)
pemantauan yang sesuai dengan desa/kelurahan tertentu untuk semua jenis penyebab kematian
*) Daftar jenis penyakit yang wajib dilaporkan Puskesmas secara berkala mingguan sesuai Buku Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respons, oleh Direktorat SIMKAR-KESMA, Ditjen PPPL, Kementerian Kesehatan, Tahun 2011, adalah sebagai berikut : 1.
Diare Akut
2.
Malaria Konfirmasi
3.
Tersangka Demam Dengue
4.
Pneumonia
- 475 -
5.
Diare Berdarah
6.
Tersangka Demam Tifoid
7.
Jaundice Akut
8.
Tersangka DBD
9.
Tersangka Flu Burung pada Manusia
10. Tersangka Campak 11. Tersangka Difteri 12. Tersangka Pertussis 13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak) 14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies 15. Tersangka Antrax 16. Demam yg tdk diketahui sebabnya 17. Tersangka Kolera 18. Kluster Penyakit yg tdk diketahui 19. Tersangka Meningitis/Encephalitis 20. Tersangka Tetanus Neaonatorum 21. Tersangka Tetanus 22. Jumlah kunjungan 2.
Laporan KLB 24 Jam (W1) 1)
Penggunaan Laporan KLB (24 Jam) (W1) adalah formulir pencatatan hasil
kegiatan
konfirmasi
dugaan
adanya
KLB
yang
sekaligus digunakan sebagai laporan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang adanya dugaan KLB (24 jam) (W1) 2)
Sumber Data Sumber data Formulir Laporan KLB 24 jam (W1) adalah hasil penyelidikan dugaan adanya KLB
3)
Jenis data, Definisi Operasional dan Cara Pengisian (W1) Jenis data dan definisi operasional pada Laporan KLB 24 Jam (W1) tercantum dalam Tabel 150 Laporan KLB 24 Jam (W1) Contoh instrumen Formulir Laporan KLB 24 Jam (W1) dan cara pengisiannya tercantum pada Formulir 150 Laporan KLB 24 Jam (W1)
- 476 -
Beberapa jenis penyakit tertentu yang ditemukan di wilayah Puskesmas, disamping dilaporkan melalui laporan data mingguan penyakit potensi KLB, wajib diikuti dengan serangkaian
penyelidikan
dan
laporan,
antara
lain
penemuan kasus AFP (sistem surveilans AFP dan virus polio liar), kasus campak (system surveilans campak dalam rangka eliminasi campak), kasus tetanus neonatorum, dan sebagainya. Formulir
pencatatan
penyelidikan
penyakit
tertentu
tersebut dan formulir laporannya tidak menggunakan formulir laporan KLB 24 jam, tetapi tatacara penyelidikan dan formulir pencatatan dan laporannya sesuai dengan pedoman penyelidikan dan pelaporan masing-masing jenis penyakit tertentu tersebut.
Tabel 150 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Kejadian Luar Biasa / Wabah (W1) NO 1
JENIS DATA Nomor
DEFINISI OPERASIONAL No. surat yang dikeluarkan oleh Puskesmas
2
Tujuan Laporan
Tujuan
pelaporan
kasus luar biasa 3
Kode Puskesmas
Cukup jelas
4
Nama Puskesmas
Cukup jelas
5
Tanggal/bulan/tahun
Cukup jelas
kejadian diketahui terjadi 6
Desa/Kelurahan
Cukup jelas
7
Kecamatan
Cukup jelas
8
Jumlah kasus/korban
Cukup jelas
9
Jumlah korban meninggal
Cukup jelas
10
Gejala – tanda dari kasus –
Cukup jelas
kasus yang dicurigai sebagai
kajadian
- 477 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
kasus KLB 11
Diagnosis KLB/Tersangka
Cukup jelas
penyakit 12
Tindakan yang telah diambil
Jenis tindakan yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan dalam menangani kasus kejadian luar biasa
13
Petugas dan daftar kontak
Nama Petugas pananggung jawab
yang dapat dihubungi
dan nomor kontak yang bisa dihubungi
E.
LAPORAN TAHUNAN PROGRAM 1)
Sumber Data a)
Promosi Kesehatan 1. Register
Pemberdayaan
Masyarakat
dalam
Penguatan UKBM dan Kelompok Masyarakat 2. Register UKBM yang Dibina Puskesmas 3. Register
Penggalangan
Kemitraan
Bidang
Kesehatan 4. Register Keluaran Kemitraan Bidang Kesehatan 5. Register Desa yang Memanfaatkan Dana Desa 10% untuk UKBM b)
Pengendalian Filariasis 1. Kartu Rawat Jalan Penderita Filariasis 2. Register Penderita Filariasis Kronis 3. Laporan hasil kegiatan POPM filariasis desa/pos POPM
c)
Imunisasi Anak Sekolah Laporan Imunisasi di Sekolah (BIAS)
d)
Kesehatan Lingkungan 1. Kartu Inspeksi Kesehatan Lingkungan 2. Register
Inspeksi
menurut desa
Kesehatan
Lingkungan
- 478 -
e)
Program
Pelayanan
Kesehatan
Tradisional
dan
Komplementer 1. Register Tenaga Penyehat Tradisonal 2. Register Posyandu pelaksana kegiatan asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional f)
Pelaksanaan K3 Di Lingkungan Puskesmas Dokumen terkait
2)
Jenis Data, Definisi Operasional dan Instrumen Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Tahunan Program tercantum dalam Tabel 151 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Tahunan Program Contoh instrumen laporan tahunan program kesehatan terdapat pada Formulir 151 Laporan Tahunan Program Tabel 151 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Tahunan Program
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
1
PROMOSI KESEHATAN
a
Desa yang Memanfaatkan Dana
Jumlah desa yang memanfaatkan dana
Desa minimal untuk UKBM di
desa dari dana desa yang diterima
Wilayah Kerja Puskesmas AA
untuk pemberdayaan masyarakat di UKBM dalam satu tahun pelaporan
a.
Nomor urut
Cukup jelas
b. Nama Desa
Cukup jelas
c.
Total dana desa yang diterima dalam
Total Dana Desa
satu tahun d. Jumlah Anggaran Kegiatan
e.
Jumlah anggaran kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat di
pemberdayaan masyarakat di UKBM
UKBM
yang sumber dananya dari dana desa
Presentase (%)
Diisi persentase dana desa yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat di UKBM, merupakan hasil dari jumlah anggaran kegiatan
- 479 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL pemberdayaan masyarakat di UKBM yang sumber pendanaannya dari dana desa dibagi total dana desa dikali 100
b
UKBM di wilayah kerja Puskesmas
Jenis, strata, dan jumlah UKBM yang diberikan fasilitasi, bimbingan teknis, dan peningkatan kapasitas kader oleh Puskesmas pada satu tahun pelaporan
a. Nomor urut
Cukup jelas
b. Puskesmas
Nama Puskesmas
c. Posyandu Pratama
Jumlah Posyandu dengan frekuensi penimbangan <8 kali, dengan jumlah kader <5, cakupan D/S <50%, cakupan kumulatif KIA <50%, Cakupan kumulatif KB <50%, cakupan kumulatif imunisasi <50%, cakupan dana sehat <50%
d. Posyandu Madya
Jumlah Posyandu dengan frekuensi penimbangan >8 kali, dengan jumlah kader ≥5, cakupan D/S <50%, cakupan kumulatif KIA <50%, Cakupan kumulatif KB <50%, cakupan kumulatif imunisasi <50%, cakupan dana sehat <50%
e. Posyandu Purnama
Jumlah Posyandu dengan frekuensi penimbangan > 8 kali, dengan jumlah kader ≥5, cakupan D/S ≥50%, cakupan kumulatif KIA ≥50%, Cakupan kumulatif KB ≥50%, cakupan kumulatif imunisasi ≥50%, cakupan dana sehat <50% dan mampu menyelenggarakan program tambahan
f.
Posyandu Mandiri
Jumlah Posyandu dengan frekuensi penimbangan > 8 kali, dengan jumlah
- 480 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL kader ≥5, cakupan D/S ≥50%, cakupan kumulatif KIA ≥50%, Cakupan kumulatif KB ≥50%, cakupan kumulatif imunisasi ≥50%, cakupan dana sehat ≥50% dan mampu menyelenggarakan program tambahan
g. Poskesdes
Jumlah Poskesdes sebagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa
h. Posbindu PTM
Jumlah Posbindu PTM aktif yang menyelenggarakan kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.
i. Posyandu Lansia
Jumlah wadah pelayanan kepada lansia di masyarakat dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif
j. Pos TB Desa
Jumlah Pos TB desa sesuai dengan kriteria pada pedoman program terkait
k. Posmaldes
Jumlah Pos Malaria Desa sesuai dengan kriteria pada pedoman program terkait
l. Poskestren
Jumlah Pos Kesehatan Pesantren
- 481 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL (POSKESTREN) sebagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) di lingkungan Pondok Pesantren, dengan prinsip dari, oleh, dan untuk warga pondok pesantren yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif dengan binaan Puskesmas setempat
m. Pos UKK
Jumlah Pos UKK sesuai dengan kriteria pada pedoman program terkait
n. UKBM Lainnya
Jumlah UKBM lainnya sesuai dengan kriteria pada pedoman program terkait
o. Jumlah Kader
Jumlah kader aktif yang ada di UKBM
p. Jumlah kader yang dilatih
Jumlah kader yang telah dilatih atau diorientasi tentang pemberdayaan masyarakat dalam semua topik kesehatan
c
Kemitraan Bidang Kesehatan
Jumlah dunia usaha dan lintas sektor yang bekerjasama yang diikat dengan MoU dan atau PKS atau dokumen lainnya dengan Puskesmas tingkat desa/kelurahan dan kecamatan untuk mengatasi masalah kesehatan atau meningkatkan kesehatan masyarakat. Memorandum of Understanding (MoU) adalah perjanjian pendahuluan yang mengatur dan memberikan kesempatan kepada para pihak untuk mengadakan studi kelayakan terlebih dahulu sebelum membuat perjanjian yang lebih terperinci dan mengikat para pihak
- 482 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL nantinya. Perjanjian Kerja Sama (PKS) adalah tindak lanjut MoU yang sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak (kepala Puskesmas dan Mitra) berisi ruang lingkup pekerjaan, tujuan, anggaran, dan mekanisme pelaporan dalam satu tahun
a. Nomor urut
Cukup jelas
b. Nama mitra
Nama dunia usaha atau lintas sektor yang bekerjasama dalam bidang kesehatan
c. Alamat Mitra
Alamat mitra yang bekerjasama
d. Bentuk kemitraan
Bentuk perjanjian, (MoU, PKS, atau dokumen lainnya)
e. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaksanaan kemitraan, misalnya nama pekerjaan/kegiatan, tujuan, anggaran, dan mekanisme pelaporan
f.
Lokasi Kemitraan
Nama lokasi desa/kelurahan / kecamatan tempat kemitraan dilakukan
d
Jumlah SD/sederajat yang
SD atau sekolah sederajat yang
memiliki UKS
terdapat organisasi UKS dan terdapat kegiatan UKS pada tahun laporan
e.
Jumlah SLTP/sederajat yang
SLTP atau sekolah sederajat yang
memiliki UKS
terdapat organisasi UKS dan terdapat kegiatan UKS pada tahun laporan
2
PENGENDALIAN FILARIASIS a
jumlah penderita filariasis
Penderita filariasis kronis adalah
kronis terdaftar (per desa dan
seseorang yang pernah terdata sebagai
golongan umur)
penderita filariasis dengan gejala
- 483 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL penderita kronis dikurangi jumlah yang meninggal atau pindah.
b
jumlah penduduk mendapat
POPM filariasis diberikan kepada setiap
obat pencegahan massal
orang sasaran setahun sekali pada
filariasis (per desa)
daerah endemis filariasis selama minimal 5 tahun berturut-turut Jumlah penduduk mendapat obat tersebut sesuai dengan laporan pelaksaaan POPM per desa
3
IMUNISASI ANAK SEKOLAH (BIAS) (menurut sekolah dan jenis kelamin) a
Jumlah anak kelas 1 SD
Cukup jelas
(sederajat) yang diimunisasi campak (pada BIAS Campak)*) b
Jumlah anak kelas 1 SD
Cukup jelas
(sederajat) yang diimunisasi DT (pada BIAS DT) *) c
Jumlah anak kelas 2 dan 3 SD
Cukup jelas
(sederajat) yang diimunisasi Td (pada BIAS Td) *) d
Jumlah Desa/Kelurahan UCI
Desa/kelurahan UCI adalah jumlah
(menurut desa) **)
anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap >80 % setahun kegiatan (Januari-Desember)
*) dibuat laporan menurut sekolah dan jenis kelamin (jumlah sasaran, jumlah cakupan, % cakupan) **) dibuat laporan menurut desa/kelurahan (jumlah sasaran, jumlah cakupan, % cakupan)
4
KESEHATAN LINGKUNGAN
- 484 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
a. Sarana Air Minum 1) Perpipaan PAM
Jelas, lihat pada laporan bulanan
2) Perpipaan non PAM (sarana
Jelas, lihat pada laporan bulanan
komunal) 3) Depot Air Minum
Jelas, lihat pada laporan bulanan
4) Sumur Gali
Jelas, lihat pada laporan bulanan
5) Penampungan Air Hujan
Jelas, lihat pada laporan bulanan
6) Perlindungan Mata Air
Jelas, lihat pada laporan bulanan
7) Sumur Bor dengan Pompa
Jelas, lihat pada laporan bulanan
8) Terminal air
Jelas, lihat pada laporan bulanan
9) Mobil Tangki
Jelas, lihat pada laporan bulanan
10) Tingkat risiko pencemaran
Diukur sesuai pedoman untuk masingmasing jenis sarana air minum sesuai dengan inspeksi kesehatan lingkungan terakhir pada tahun laporan (belum dilaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan/IKL, rendah, sedang, tinggi, amat tinggi, dan bersertifikat)
b. Rumah dan Jamban 1) Jumlah Rumah
Jelas, lihat pada laporan bulanan
2) Jumlah Jamban
Jelas, lihat pada laporan bulanan
3) Klasifikasi Standar Kesehatan Diukur sesuai pedoman untuk masingmasing jenis sarana sesuai dengan inspeksi kesehatan lingkungan terakhir pada tahun laporan (belum dilaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan/IKL, tidak memenuhi syarat kesehatan, memenuhi syarat kesehatan dan bersertifikat) 5. PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DAN
- 485 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
KOMPLEMENTER a. Jumlah tenaga Penyehat
Tenaga Hattra yang diusulkan oleh
Tradisional (Hattra) di wilayah Puskesmas dan kemudian mendapat Puskesmas terdaftar (STPT)
surat tanda penyehat tradisional dari Dinas Kesehatan
b. Jumlah posyandu yang
Posyandu yang melaksanakan kegiatan
melaksanakan asuhan Mandiri belajar dan praktek kesehatan Kesehatan Tradisional
6.
tradisional diantara peserta posyandu
PELAKSANAAN K3 DI LINGKUNGAN PUSKESMAS
a. Terdapat kebijakan tertulis
Dibuat ketetapan dan dikampanyekan
pelaksanaan K3 di
atau perinagatan K3 melalui berbagai
Lingkungan Sekolah
media
b. Tim K3 di Puskesmas (SK Kepala Puskesmas) c. Penerapan Kewaspadaan
Tim yang ditetapkan dengan keputusan kepala Puskesmas Cuci tangan pakai sabun, masker,
Standar di Lingkungan
peringatan kewaspadaan dan penetapan
Puskesmas
tim K3 Puskesmas. Disesuaikan dengan pedoman yang berlaku
F.
LAPORAN KELAHIRAN Setiap kelahiran di jejaring Puskesmas wajib segera dilaporkan ke Puskesmas setempat. Pelaporan bayi baru lahir menggunakan instrumen formulir bayi baru lahir sebagai berikut: 1)
Penggunaan Formulir Bayi Baru Lahir digunakan untuk mendata kondisi bayi ketika lahir
2)
Sumber Data Sumber data pada Formulir Bayi Baru Lahir bersumber dari pemeriksaan yang dilakukan ketika bayi baru lahir.
3)
Jenis Data, Definisi Operasional, Instrumen dan Cara Pengisian
- 486 -
Jenis data dan definisi operasional pada Formulir Bayi Baru Lahir tercantum dalam Tabel 152 Jenis Data dan Definisi Operasional pada Formulir Bayi Baru Lahir Contoh instrumen formulir bayi baru lahir dan cara pengisiannya tercantum pada Formulir 152 Formulir Bayi Baru Lahir. Tabel 152 Jenis Data dan Definisi Operasional Formulir Bayi Baru Lahir NO 1.
JENIS DATA Nama dan tanda tangan
DEFINISI OPERASIONAL Cukup jelas
pemeriksa 2.
Nama bayi
Cukup jelas
3.
Jenis kelamin
Cukup jelas
4.
Nama orangtua
Cukup jelas
5.
NKK
Cukup jelas
6.
Alamat
Cukup jelas
7.
Tanggal dan jam lahir
Cukup jelas
8.
Umur kehamilan saat lahir
Umur kehamilan pada waktu persalinan
Pemeriksaan : 9.
Postur, tonus, aktivitas
10. Kulit bayi
Cukup jelas Kondisi kulit bayi ketika lahir
11. Pernapasan ketika bayi tidak Cukup jelas menangis 12. Detak jantung
Cukup jelas
13. Suhu ketiak
Cukup jelas
14. Kepala
Cukup jelas
15. Mata
Cukup jelas
16. Mulut
Cukup jelas
- 487 -
NO
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
17. Perut dan tali pusat
Cukup jelas
18. Punggung dan tulang
Cukup jelas
belakang 19. Lubang anus
Cukup jelas
20. Alat kelamin
Cukup jelas
21. Berat badan
Cukup jelas
22. Panjang badan
Cukup jelas
23. Lingkar kepala
Cukup jelas
Asuhan/konseling : 24. IMD
Inisiasi menyusu dini
25. Salep mata
Cukup jelas
26. Suntikan vitamin K1
Cukup jelas
27. Imunisasi hepatitis
Cukup jelas
28. Rawat gabung
Cukup jelas
29. Memandikan bayi
Cukup jelas
30. Konseling menyusui
Cukup jelas
31. Tanda bahaya padi bayi
Cukup jelas
32. Perawatan bayi
Cukup jelas
Catatan medis
Cukup jelas
33. Waktu pemeriksaan
Cukup jelas
kembali/kunjungan neonatal G.
Laporan Penetapan Sebab Kematian di Jejaring Puskesmas Warga
meninggal
di
fasilitas
pelayanan
yang
merupakan
jejaring
Puskesmas maka petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan), wajib membuat Laporan Penetapan Sebab Kematian dan dilaporkan kepada Puskesmas setempat.
- 488 -
1)
Penggunaan Laporan Penetapan Sebab Kematian merupakan salah satu sumber data laporan kematian di Puskesmas.
2)
Sumber Data Data pada Laporan Penetapan Sebab Kematian bersumber dari hasil pemeriksaan dokter, bidan, atau perawat serta dokumen
rekam
medis
pasien
meninggal
di
jejaring
Puskesmas. 3)
Jenis Data, Definisi Operasional, Instrumen dan Cara Pengisian Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Penetapan Sebab Kematian tercantum dalam dan
Definisi
Operasional
Tabel 153 Jenis Data
Laporan
Penetapan
Sebab
Kematian. Contoh instrumen laporan penetapan sebab kematian dan cara pengisiannya tercantum pada Formulir 153 Laporan Penetapan Sebab Kematian. Tabel 153 Jenis Data dan Definisi Operasional Laporan Penetapan Sebab Kematian NO 1.
JENIS DATA Fasilitas Pelayanan
DEFINISI OPERASIONAL Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kesehatan 2.
Kab/Kota
Cukup jelas
3.
Provinsi
Cukup jelas
4.
Nama
Nama lengkap sesuai KTP
5.
NIK
Nomor Induk Kependudukan
6.
Tempat tanggal lahir
Cukup jelas
7.
Umur
Umur saat meninggal
8.
Jenis Kelamin
Laki-laki (L) atau Perempuan (P)
9.
Alamat
Alamat lengkap Desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi
- 489 -
NO
JENIS DATA
10. Tanggal dan jam
DEFINISI OPERASIONAL Cukup jelas
meninggal 11. Lokasi meninggal
Tempat/lokasi meninggal
12. Sebab langsung
Sebab langsung yang menyebabkan kematian
13. Sebab tidak langsung
Sebab tidak langsung yang menyebabkan kematian
14. Penyakit penyerta/ kondisi tertentu
antara lain pembunuhan, bunuh diri, BBLR, kelainan bawaan, hamil, NAPZA, HIV, stroke, hipertensi, sakit jantung, DM, kanker, gagal ginjal, PPOK
15. Tanggal surat dibuat
Tanggal ketika surat dibuat
16. Nama dan tempat
Ditulis nama pemeriksa dg
bertugas dokter/bidan/
gelar/jabatan fungsionalnya
perawat yang membuat surat keterangan
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
NILA FARID MOELOEK