ISSN 0216 - 3128
126
Muzakky, dkk.
KOREKSI KONSENTRASI LOGAM Ti, Cr DAN Mn TERHADAP DEBIT AIR SUNGAI CODE,YOGYAKARTA Muzakky, Agus Taftazani Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
ABSTRAK KOREKSI KONSENTRASI LOGAM Ti, Cr DAN Mn TERHADAP DEBIT AIR SUNGAI CODE,YOGYAKARTA. Telah dilakukan koreksi konsentrasi logam Ti, Cr dan Mn terhadap debit di dalam badan air sungai Code, Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbandingkan secara langsung data konsentrasi logam antara satu lokasi dengan lokasi lain di dalam sampel air sungai Code dari hulu hingga hilir. Dari hasil percobaan didapat bahwa dengan melalui persamaan cukup sederhana ternyata dapat dilakukan koreksi debit terhadap konsentrasi logam Ti, Cr dan Mn disepanjang sungai Code. Berdasarkan harga koefisien determinasi (R2) yang telah terkoreksi debit, ternyata semua logam Ti, Cr dan Mn mempunyai harga di atas 0,600, berarti keberadaan ketiga logam tersebut cukup merata disepanjang sungai dari titik 1 hingga di titik 11. Akibatnya ke tiga logam Ti, Cr dan Mn perlu dilakukan koreksi konsentrasi dengan debit terlebih dahulu sebelum melangkah ke dalam penelitian selanjutnya. Dari perbedaan harga koefisien determinasi (R2) antara koreksi debit dengan nonkorekasi pada logam Ti, Cr dan Mn masing-masing adalah 0,1257; 0,0429 dan 0,0396. Kata kunci : Koreksi debit, koefisien determinasi (R2), sungai Code.
ABSTRACT CORRECTION CONCENTRATION OF Ti, Cr AND Mn METALS WITH WATER DEBIT OF CODE RIVER, YOGYAKARTA. The correction of Ti, Cr and Mn metals with debit on the water body of Code river, Yogyakarta has been done. The target of this research is to compare directly metals concentration data between one of location with other location in water sample of Code river from upstream to downstream. From the experimental result was proven the concentration with debit of Ti, Cr and Mn metals alongside Code river could be corrected. According to coefficient of determination (R2) result of the debit corrected proved that all of Ti, Cr and Mn metals have value above 0.600, this mean that the existence of the three metals are distributed evenly enough alongside Code river from location 1 to 11. So three metals Ti, Cr and Mn is necessarily corrected with debit before the concentration continuing to the further research.. From the different results of coefficient determination (R2) between corrected and non-corrected debits of Ti, Cr and Mn metals were 0,1257; 0,0429 and 0,0396. Keywords: Debit corection, coefficient of determination (R2), Code river.
PENDAHULUAN
P
encemaran di lingkungan perairan sungai dapat terjadi antara lain, (1) karena masih kurangnya peraturan pemerintah yang jelas tentang fungsi dan kegunaan sungai, dan (2) masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan perairan sungai sehingga sungai sering dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir limbah rumah tangga atau kegiatan industri. Kreteria lingkungan sungai yang sehat harus memenuhi baku mutu air yang ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian ini sengaja memilih wilayah perairan sungai code yang mempunyai potensi terhadap pencemaran berbagai logam yang cukup tinggi dari berbagai sumber seperti pelapukan batuan dan mineral (Mg, Ti, Mn, V, Cr, Cd, Hg, As, Se dan lain lain), buangan limbah pertanian (As,Cd ,Mn ,Zn dan Se), industri (Zn, Ti, Cr, Cd dan lain lain), limbah domestik (Ti, Zn, Se, Hg, As dan lain lain)(1) sehingga perairan sungai Code diperkirakan
tidak memenuhi syarat baku mutu air. Dilaporkan oleh Anonim(2), bahwa hasil evaluasi kualitas sungai Code hingga tahun 2005 secara umum hampir seluruhnya masuk ke dalam golongan C, yakni hanya layak dipakai untuk tujuan irigasi. Limbah-limbah industri maupun perkotaan setiap detiknya mengalir melalui saluran-saluran perkotaan dan pembuangan limbah terus menerus mencemari perairan sungai hingga ke hilir sungai. Bilamana sisa-sisa tersebut dilepaskan ke perairan sungai, akan terjadi perubahan nilai dari perairan itu baik kualitas maupun kuantitas, sehingga perairan dapat dianggap tercemar (3) Karakteristik debit air sungai Code dari hulu hingga hilir akan tergantung dari (1) letak geografis, (2) kedalaman sungai, (3) lebar sungai (4) adanya bendungan dan (5) adanya masukan air selokan atau air irigasi dan anak sungai. Bila sumber kecepatan masukan kontaminan logam kedalam sungai dianggap konstan, maka monitoring pulutan logam disepanjang sungai biasanya
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
Muzakky, dkk.
ISSN 0216 - 3128
dilakukan melalui pengukuran konsentrasi di dalam air sungai pada titik-titik lokasi sampling tertentu. Lokasi sungai dengan debit besar pengukuran konsentrasi logam dalam air akan mengalami kesalahan yang tinggi, jika hal ini dibandingkan dengan pengukuran di lokasi sungai yang rendah debitnya. Hal ini dapat dimengerti karena adanya kesalahan pengenceran. Perbedaan debit disetiap lokasi pengambilan sample tersebut, akan membuat kesulitan dalam memperbandingkan secara langsung data konsentrasi logam antara satu lokasi dengan lokasi lain di dalam sampel air sungai Code, akibat naik turunnya debit. Untuk itu diperlukan suatu langkah perhitungan koreksi konsentrasi logam dengan debit air sungai, sehingga diharapkan studi minitoring logam dari hulu hingga hilir di sepanjang sungai Code dapat lebih jelas diperbandingankan. Pernyataan diatas memperjelas bahwa penelitian tentang cara melakukan koreksi konsentrasi logam terhadap debit sungai sangat menarik untuk dilakukan. Penelitian akan melakukan koreksi logam Ti, Cr dan Mn yang terdapat dalam badan air dengan debit di sepanjang sungai Code, Yogyakarta. Logam-logam tersebut dipilih karena terletak pada periode tabel yang sama, kemudian logam Ti, Cr dan Mn banyak sebagai hasil pelapukan batuan/ mineral beku magma, dan merupakan polutan yang dikeluarkan oleh industri penyamakan kulit. Kemudian sebagai olah data dipakai “Coefficient of determination (R2)” yang dinyatakan oleh Mendenhall(4). Kelebihan metoda ini dipilih karena cukup sederhana, dapat menerangkan secara kuantitatip besarnya hubungan variasi penyebab yang ada pada sumbu y dapat diterangkan dengan sumbu x secara kurva linear, yang rumusnya tertera pada persamaan 1. Notasi SSE merupakan “Sum of square of the deviation” dan SSyy adalah “Sum of square of the deviation” dengan bentuk rerata.
R
2
=1−
SSE
SS
Stasiun 1
127
TEORI
Berdasarkan Anonim(2), pada musim kemarau selama tahun 2003-2005 debit sungai Code dari hulu hingga hilir cenderung mengalami kenaikan debit. Gejala kenaikan ini wajar karena di sepanjang sungai Code terdapat beberapa masukan air (“inlet channels”) dari beberapa sumber seperti irigasi sawah, anak sungai, air permukaan (“runoff”), limbah kota, industri, rumah sakit, kolam ikan dll. Akibatnya akan membuat kesulitan dalam memperbandingkan secara langsung data konsentrasi logam satu lokasi dengan lokasi lain di Untuk itu dalam sample air sungai Code(2). diperlukan suatu langkah koreksi konsentrasi logam dalam air ([L]air) dengan cara mengalikan rasio debit blangko (mata air/jembatan Boyong) dengan debit di lokasi berikutnya yaitu(3),
[L]air Q2 = Konsentrasi logam dengan debet...(2) Q1 Notasi Q1 dan Q2, masing-masing adalah pengukuran debit (L/menit) di lokasi pengambilan sample ke 1 (mata air) dan pengukuran debit pada lokasi berikurnya.
TATA KERJA 1. Letak Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 11 lokasi yaitu dari hulu sampai hilir sungai Code Yogyakarta. Berdasarkan letak geografis yang diukur menggunakan alat GPS V (Global Positioning System), personal navigator buatan “Garmin”, yang di ukur langsung di lokasi lapangan, dengan hasil posisi letak bujur timur dan lintang selatan dapat dilihat pada Tabel 1.
.......... .......... ...( 1)
yy
Lokasi
Tabel 1. Letak geografi lokasi Penelitian Bujur Timur Lintang Selatan
2
Mata air Turgo Jembatan. Boyong
1100, 25’, 566” 1100, 24’, 750”
070, 35’, 065” 070, 37’, 436 “
3
Jembatan Ngentak.
1100, 23’, 359”
070, 43’, 365”
Jembatan Ringroad utara
1100, 22’,499”
070, 45’, 108”
Jembatan Sarjito
1100, 22’, 223”
070, 46’, 720”
Jembatan Tukangan
1100, 22’, 182”
070, 47’, 648”
7
Jembatan Tungkak
1100, 22’, 478”
070, 48’, 927”
8
Jembatan Karangkajen
1100, 22’, 511”
070, 49’, 529”
9
Jembatan Ringroad selatan
1100, 22’, 517”
070, 50’, 176”
10
Jembatan Ngoto
1100, 22’, 519”
070, 50’, 527”
11
Jembatan Pacar,Wonokromo
1100, 22’, 999”
070, 52’, 361”
4 5 6
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
Muzakky, dkk.
ISSN 0216 - 3128
Berdasarkan Anonim(2), dan hasil pengamatan dan sketsa lokasi, ternyata sumber pencemar sungai Code tidak terlepas dari pengaruh pemanfaatan lahan serta perilaku penduduk dari Kabupaten Sleman, Kota hingga Kabupaten Bantul dalam perilaku membuangan sampah atau limbah industri. Sampah ataupun limbah tersebut bisa berasal dari kegiatan pertanian, industri penyamakan kulit, percetakan, rumah sakit, jasa restoran, sentral industri tahu tempe dan permukiman. 2. Alat- alat Seperangkat alat Current meter tipe TH-02, buatan Totonas pengukur debit sungai Code. Seperangkat reaktor Kartini beserta Fasilitas Iradiasi Lazy Susan, yang digunakan untuk mengaktivasi sampel diperlukan fluks rata–rata 5.1 x 1010 cm-2 det-1 dan daya 100 Kw. Seperangkat alat spektrometer gamma, dengan spesifikasi alat ini adalah HPGE Coaxial detector model GC 1018 seri 4922305 yang dilengkapi dengan software “ 3. Bahan-bahan Sampel air dan sedimen sungai Code yang diambil di bulan Agustus 2005, masing-masing sebanyak 10 liter/ lokasi untuk air dan 2 kg/ lokasi untuk sedimen. Aseton teknis, HNO3 dan aquades buatan laboratorium PTAPB-BATAN, Yogyakarta. Standar campuran Ti, Cr dan Mn masing-masing 1 ppm. Cara kerja Sampel air. Sampel air dalam jerigen diambil 1 liter untuk disaring kotorannya dengan kertas saring sehingga kotoran yang terdapat didalamnya terbuang. Air sungai hasil penyaringan sebanyak 1 Liter tersebut kemudian dipekatkan 50 kali hingga dengan alat pendingin kering, menjadi 20 mL dan dari sampel tersebut diambil sebanyak 1 mL di isikan dalam vial dan ditutup, selanjutnya masing–masing vial dimasukkan dalam kelongsong dan siap untuk dilakukan iradiasi dengan reaktor Kartini. Pengukuran debit air. Pengukuran debit air sungai dilakukan di tengah sungai Code memakai alat pengukur debit current meter buatan Totonas. Selanjutnya dengan menggunakan alat “TH-02 current meter” diukur debit pada masing-masing lokasi di bawah jembatan sepanjang sungai Code (m/s). Kemudian di ukur kedalaman (m) dan lebar sungai (m), selanjutnya data di tranfer menggunakan perangkat lunak excel menjadi debit (m3/s). Penentuan TSS. Penentuan TSS dilakukan dengan mengambil sebanyak 1 liter air sungai Code
disaring dengan kertas saring mikro 0,45 µm dengan alat corong yang dilengkapi alat vakum. Hasil endapan di keringkan diatas oven pada suhu 105oC, dan selanjutnya ditimbang hingga berat tetap serta dihitung harga TSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran debit air sungai Code di sebelas titik sampling ternyata, profil debit di setiap titik sampling di sepanjang sungai Code tersebut tidak selalu sama, dan cenderung mengalami kenaikan dari titik ke 1 hingga di titik ke 11. Gejala tersebut karena perbedaan karakteristik debit air sungai dari hulu hingga hilir dan akan tergantung dari sifat (1) letak geografis, (2) kedalaman sungai, (3) lebar sungai (4) adanya bendungan dan (5) adanya masukan air irigasi dan anak sungai (2). Perkecualian pengukuran debit terjadi di titik ke 7 yaitu pada jembatan Tungkak, karena pengukuran debit pada lokasi tersebut dilakukan diatas masukan saluran pembuangan air domistik. Akibatnya, hasil pengukuran debit pada lokasi 7 tersebut lebih kecil dari lokasi ke 6, walaupun begitu secara umum debit air sungai Code akan cenderung mengalami kenaikan dari hulu hingga hilir. 1200
1000
965,8
956
10
11
894,8 775,5
800
D ebit, l/d t
128
631,2 607,5 600
516,7
400
231,6 200
29,2
70,1
97,4
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi sampling
Gambar 1. Profil debit di sepanjang sungai Code di 11 lokasi sampling Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa pengaruh debit akan mengakibatkan kesulitan dalam memperbandingkan secara langsung data konsentrasi logam antara satu lokasi dengan lokasi lain di dalam sample air sungai Code. Akibatnya perlu dilakukan koreksi debit terhadap konsentrasi logam(3). Penelitian ini yang dipakai sebagai koreksi adalah debit di lokasi sampel pertama yaitu mata air sungai code di Boyong, dengan alasan lokasi ini belum banyak masukan air dari daerah disekelilingnya (persamaan 2). Gambar 2 dibawah dapat ditunjukan perbandingan antara koreksi debit dan non koreksi terhadap konsentrasi logam Ti
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
Muzakky, dkk.
ISSN 0216 - 3128
di sepanjang sungai Code. Ternyata hasil koefisien determinasi (R2) pada Gambar 2 tersebut menunjukan bahwa konsentrasi logam Ti yang telah terkoreksi debit mempunyai harga yang lebih besar dari pada non koreksi, dengan harga masing-masing adalah 0,9654 dan 0,8397. 0,9 R2 = 0,9654
0,02500
0,7
0,02000
0,5
2
R = 0,8397
0,01500
0,3
0,01000
0,1
0,00500 0,00000
[T i]* d a la m a ir, m g /l
[T i] d a la m a ir, m g /l
0,03000
-0,1 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
129
koreksi, dengan harga masing-masing adalah 0,946 dan 0,9031. Perbedaan harga koefisien determinasi (R2) dari data terkoreksi dan non koreksi cukup signifikan yaitu 0,0429. Kemudian Gambar 4 juga dapat ditunjukan perbandingan antara koreksi debit dan non koreksi terhadap konsentrasi logam Mn di sepanjang sungai Code. Ternyata hasil koefisien determinasi (R2) pada Gambar 4 tersebut menunjukan bahwa konsentrasi logam Mn yang telah terkoreksi debit mempunyai harga yang lebih besar dari pada non koreksi, dengan harga masing-masing adalah 0,8329 dan 0,7933. Ternyata perbedaan harga koefisien determinasi (R2) dari data terkoreksi dan non koreksi cukup signifikan yaitu 0,0396.
Lokasi sampling
Mn Linear (non koreksi)
Linear (terkoreksi)
0,0500
Perbandingan harga koefisien determinasi (R2) antara logam Ti terkoreksi debit dengan non koreksi di sepanjang sungai Code.
Perbedaan harga koefisien determinasi (R2) pada Gambar 2 yang cukup signifikan yaitu 0,1257 hal tersebut, berarti bahwa dalam setiap perhitungan konsentrasi logam Ti diperlukan koreksi debit terdahulu sebelum menarik kesimpulan dari beberapa fenomena alam seperti distribusi, dinamika, penyebaran dll dari logam Ti di sepanjang sungai Code. 4,5 R2 = 0,946
0,12000
3,5
0,10000 2,5
0,08000 0,06000
1,5
R2 = 0,9031
0,04000
0,5
0,02000
[Cr]* dalam air, mg/l
[Cr] dalam air,mg/l
0,14000
-0,5
0,00000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
lokasi sam pling
Gambar
3.
non koreksi
terkoreksi
Linear (non koreksi)
Linear (terkoreksi)
Perbandingan harga koefisien determinasi (R2) antara logam Cr terkoreksi debit dengan non koreksi di sepanjang sungai Code.
Selanjutnya Gambar 3 dapat ditunjukan perbandingan antara koreksi debit dan non koreksi terhadap konsentrasi logam Cr di sepanjang sungai Code. Ternyata hasil koefisien determinasi (R2) pada Gambar 3 tersebut menunjukan bahwa konsentrasi logam Cr yang telah terkoreksi debit mempunyai harga yang lebih besar dari pada non
[M n ] d alam air, m g /l
2,
terkoreksi 1,8 R2 = 0,8329
0,0400
1,3
0,0300 0,8
R2 = 0,7933
0,0200
0,3
0,0100 0,0000
[M n ]* d alam air, m g /l
Gambar
non koreksi
-0,2 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11
lokasi sampling
Gambar 4.
non koreksi
tekoreksi
Linear (non koreksi)
Linear (tekoreksi)
Perbandingan harga koefisien determinasi (R2) antara logam Mn terkoreksi debit dengan non koreksi di sepanjang sungai Code.
Dari Gambar 2, 3 dan 4 di atas dapat dibuat evaluasi seperti terlihat pada Tabel 1. Ternyata pada tabel 2 tersebut dapat diperlihatkan bahwa perbedaan harga koefisien determinasi (R2) dari Ti, Cr dan Mn cenderung mengalami penurunan. Hal ini berarti logam Ti cenderung paling banyak terdapat di dalam air sungai atau keberadaan logam Ti paling merata disepanjang air sungai Code dari pada logam Cr dan Mn. Akibatnya guna memperbandingkan secara langsung data konsentrasi logam Ti, dari satu lokasi dengan lokasi lain di dalam sampel air di sepanjang sungai Code, perlu dilakukan koreksi konsentrasi dengan debit terlebih dahulu dengan persamaam 2. Pada Tabel 1, dapat diperlihatkan bahwa harga koefisien determinasi (R2) yang telah terkoreksi dengan debit berturut-turut untuk logam Ti, Cr dan Mn mempunyai harga di atas 0,600. Berarti hal ini bahwa keberadaan ketiga logam tersebut cukup merata disepanjang sungai dari titik
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
Muzakky, dkk.
ISSN 0216 - 3128
130
1 hingga di titik 11. Akibatnya selain Ti, logam Cr dan Mn juga perlu dilakukan koreksi konsentrasi dengan debit terlebih dahulu dengan persamaan 2. Tabel
1.
Evaluasi hasil harga koefisien determinasi (R2) koreksi dan non koreksi untuk logam Ti, Cr dan Mn.
melalui selokan mataram disebelah utara RS Sarjito. Peningkatan konsentrasi TSS terus cenderung naik hingga di lokasi ke 11, hal ini dikarenakan banyaknya masukan limbah industri, rumah sakit dan domestik dll.
loga m
koreksi
non koreksi
beda
Bedasarkan keberadaan SS pada Gambar 5 tersebut, kemungkinan logam Ti akan lebih terikat kuat didalam SS dari pada logam Cr dan Mn. Hal ini sesuai dengan sifat afinitas dan elektronegatifitas logam (dalam satu periode) didalam gugus silanol sesuai dengan urutan(6).
Ti
0,9654
0,8397
0,1257
TI > Cr > Mn
Cr
0,946
0,9031
0,0429
Mn
0,8329
0,7933
0,0396
Akibat dari sifat afinitas logam terhadap gugus silanol tersebut, di sepanjang sungai Code logam Ti akan cenderung tinggal didalam badan air dan sedikit berpindah kedalan sedimen dari pada logam Cr dan Mn. Fenomena ini sekaligus menjawab mengapa harga koefisien determinasi (R2) dari logam TI > Cr > Mn (tabel 1).
Berdasarkan Anonim(2), di dalam badan air sungai Code terdapat “suspended solid” (SS) yang berfungsi sebagai kelasi logam (ligand). Material SS tersebut sebagai material anorganik, akan didominasi oleh gugus fungsianal silanol (-Si≡O-) dari beberapa group silika(6). Padatan tersuspensi (suspended solid, SS) dalam air sungai Code, akan bertindak sebagai “carrier” logam dari satu tempat ke tempat lain, bahkan akan memacu nasib logam seperti terjadinya proses sedimentasi dan distribusi logam ke dalam sedimen. Keberadaan SS tersebut dapat dalam bentuk tanah liat berupa campuran beberapa material organik (senyawa humat dan derivatnya), besi-oksi-hidroksida, mineral phyllosilikate, karbonat , sulfida dan aluminium (5). Gambar 5 berikut hasil pengukuran “total suspended solid” (TSS), di sepanjang sungai Code pada 11 titik lokasi sampling sungai Code. 1000
316,25 338,125 366,25
482,5
150,3125 100
TSS, mg/l
57,880
10
KESIMPULAN Melalui persamaan cukup sederhana ternyata dapat digunakan untuk melakukan koreksi debit terhadap konsentrasi logam Ti, Cr dan Mn disepanjang sungai Code. Berdasarkan harga koefisien determinasi (R2) yang terkoreksi debit ternyata logam Ti, Cr dan Mn mempunyai harga di atas 0,600, berarti keberadaan ketiga logam tersebut cukup merata disepanjang sungai dari titik 1 hingga di titik 11. Akibatnya ke tiga logam Ti, logam Cr dan Mn perlu dilakukan koreksi konsentrasi dengan debit terlebih dahulu dengan persamaan 2. Sedangkan perbedaan harga koefisien determinasi (R2) antara koreksi debit dengan nonkorekasi pada logam Ti, Cr dan Mn masing-masing sebesar 0,1257; 0,0429 dan 0,0396. Dari sifat afinitas logam TI > Cr > Mn terhadap gugus silanol yang terdapat SS, maka di sepanjang sungai Code logam Ti akan cenderung tinggal di dalam badan air, lebih terikat pada SS dan sedikit berpindah kedalan sedimen dari pada logam Cr dan Mn.
4,0625 4,375 2,8125
UCAPAN TERIMAKASIH
1,5625 1,0233 1 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Lokasi sampling
Gambar 5.
Profil debit di sepanjang sungai Code di 11 titik sampling
Dari Gambar 5, terlihat bahwa memperlihatkan bahwa konsentrasi TSS di sepanjang sungai Code dari hulu hingga hilir terus meningkat dari lokasi 1 hingga 11. Peningkatan konsentrasi menyolok terjadi di lokasi 6, hal ini terjadi karena adanya masukan air sungai Progo
Dengan selesainya pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Sihono, Mulyono, Sukirno ST, Suhardi, Sukadi dan Bambang Ir AMD yang terlah banyak membantu dalam melakukan iradiasi dan analisis logam secara AAN.
DAFTAR PUSTAKA 1.
ROSS.S.M.,(1994)., Toxic Metals in Soil-Plant Systems., John Wiley & Sons., New York (1994).
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
Muzakky, dkk.
2. 3.
4.
5.
6.
ISSN 0216 - 3128
ANONIM,., Laporan Monitoring Kualitas Air, Balai PSDA Progo,Opak, Oyo dan Code (2003, 2004 dan 2005). STUMM.W., AND MORGAN.J.J., (1991)., Aquatic Chemistry., An Introduction Emphasizing Chemical Equibria in Natural Water., John Wiley & Sons., New York (1991). MENDENHALL.W., AND SINCICH.T.,., Statistic for Engineering and The Sciences., Prentice-Hall International,Inc., New Jersey (2003). RATE.,A.W., ROBERTSON A., BORG.A., (2000)., Distribution of Heavy Metals in NearShore Sediments of The Swan River Estuary, Western Australia., Water, Air and Soil pollution, 124, p.155-168 (2000). BOLT.G.H., BOODT.M.D., HAYES.M.H.B., AND MCBRIDE.M.B.,., Interctions at the soil colloid-soil solution interface., Kluwer Academic Publishers (1998).
131
TANYA JAWAB Tri Handini • Bagaimana pengaruhnya terhadap antara sebelum dan sesudah debit ?
logam
Muzzaky ¾ Sebelum koefisien determinasi <0,8, sedangkan setelah dapat mencapai >0,9. Supardjo • Bagaimana teknik pengambilan sampel ?. • Apakah tidak sebaiknya dilakukan analisis sampel di musim hujan/ lahar dingin ?. • Kenapa tidak dilakukan analisis logam berat lainnya yang kemungkinan ada ?. Muzzaky ¾ Pengambilan secara 2 demensi yaitu 2 tepi dan kedalaman. ¾ Musim hujan parameter semakin tinggi sehingga tidak dilakukan . lahar dingin tidak saya lakukan. ¾ Sudah, bahkan ada 10 buah, tetapi yang menarik hanya ke 3 logam ini, karena toksisitasnya tinggi.
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007