Indra Surya Atmaja1/ Koreksi Efek Pull-Up Pada Data Seismik Menggunakan Metode Pre Stack Depth Migration (PSDM)
83
KOREKSI EFEK PULL-UP PADA DATA SEISMIK MENGGUNAKAN METODE PRE STACK DEPTH MIGRATION (PSDM) Indra Surya Atmaja, Sudarmaji Program Studi Geofisika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
[email protected]
Abstrak – Telah dilakukan metode Pre-Stack Depth Migration untuk analisis data seismik yang difokuskan pada identifikasi efek pull-up penampang sismik. Efek pull-up terjadi pada litologi batupasir akibat perbedaan kecepatan pada shale dan carbonat. Metode Pre-Stack Depth Migration lebih lanjut digunakan untuk mengetahui apakah efek pull-up tesebut bersifat pull-up minimum atau pull-up maksimum. Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa efek pulup dapat besifat nyata dan dapat juga bersifat semu.. Metode Pre-Stack Depth Migration ini diharapkan mampu menampilkan penampang seismik yang lebih baik untuk identifikasi lapisan dan kenampakan efek pull-up-nya. Metode Pre-Stack Depth Migration menggunakan input data berupa kecepatan RMS, setelah melalui transformasi dix maka didapat kecepatan interval. Kecepatan interval ini akan dibuat model kecepatan interval dan digunakan dalam proses migrasi kawasan kedalaman. Kecepatan interval selalu mengalami perbaikan hingga didapatkan model kecepatan interval terbaik dan saat dilakukan proses migrasi kawasan kedalaman akan didapatkan penampang seismik kawasan kedalaman baik. Hasil penelitian menemukan bahwa efek pull-up merupakan efek pull-up yang bersifat maksimum atau hanya berupa efek pull-up semu. Kata kunci: Pre-Stack Depth Migration, pull-up, kecepatan RMS, kecepatan interval Abstract – Pre-Stack Depth Migration had been used to analyze seismic data focused on identifying pull-up effect of seismic section. The pull-up effect occurein sandstone caused by differences of velocity ib shale and carbonat. Moreover, Pre-Stack Depth Migration method is used to understand whether the pull-up effect has the minimum pullup quality or maximum pull-up.It is based on the fact that the pull up effect is not only able to have the real quality but also apparent quality. Pre-Stack Depth Migration method is expected to be able to display the better seismic section to identify the layer and appearance of pull-up effect. Pre-Stack Depth Migration uses the RMS velocity data which is transformed to produce the interval velocity using dix transformation. The interval velocity would be created its interval velocity model and used in the process of depth domain migration. The interval velocity experiences progress of its model until gets the best seismic section. There is the result of research discovering that pull-up effect in “SS” line. It is the pull-up effect which has maximum quality or it is only the apparent pull-up effect. Key words: Pre-Stack Depth Migration, pull-up, RMS velocity, Interval Velocity I. PENDAHULUAN Kompleksitas dan keragaman kondisi lapangan merupakan salah satu hal yang membutuhkan perhatian khusus yang bertujuan untuk mendapatkan berbagai informasi yang sangat penting akan keberadaan kondisi bawah permukaan. Sebelumnya teknik PSTM (PreStack Time Migration) merupakan teknik awal yang sangat popular dilakukan untuk mendapatkan penampang bawah permukaan, namun seiring berjalannya waktu diketahui bahwa teknik tersebut memiliki beberapa kelemahan salah satunya saat digunakan pada daerah dengan kondisi litologi cukup kompleks, oleh karena itu muncul teknik baru yaitu PSDM (Pre-Stack Depth Migration). Pada beberapa kasus daerah dengan litologi yang menghasilkan efek pull-up metode PSDM dapat menjadi solusi identivikasi efek tersebut. A.Tujuan Penelitian 1. Membuat penampang Pre Stack Depth Migration.
2. Mengidentifikasi efek pull-up pada penampang seismik PSTM dengan menggunakan metode PSDM. 3. Membandingkan hasil penampang seismik hasil PSTM-scale to depth dengan penampang seismik hasil pengolahan dengan metode PSDM. B.Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal, yaitu: 1. Data seismik pre-stack yang digunakan merupakan data gather yang telah dilakukan proses sebelumnya. 2. Penampang PSTM dari pengolahan sebelumnya. 3. Data kecepatan RMS. 4. Proses yang dilakukan hanya sebatas pengolahan PSDM. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geologi Regional Lokasi penelitian terletak di Provinsi Jawa Timur (Gambar 1) Lokasi tersebut terletak pada bagian selatan
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Surakarta 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823
84
Indra Surya Atmaja1/ Koreksi Efek Pull-Up Pada Data Seismik Menggunakan Metode Pre Stack Depth Migration (PSDM)
dari Cekungan Laut Jawa Timur (North East Java Sea Basin).
Formasi ini terletak tidak selaras di atas batuan PraTersier. Formasi Ngimbang sendiri terdiri atas perulangan antara batupasir, serpih dan lanau dengan sisipan tipis batubara [2]. III. DASAR TEORI A.Metode Seismik Pantul Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang menjalar di dalam bumi [3]. Terdapat dua jenis gelombang yang digunakan dalam analisa seismik pantul yaitu gelombang Primer (P/Longitudinal/Compressional) yang gerakan partikelnya searah dengan arah penjalarannya dan gelombang Sekunder (S/Transversal/Shear) dengan gerakan partikel tegak lurus terhadap arah penjalarannya. Gambar 3. memberikan ilustrasi mengenai pola pergerakan partikel dan penjalaran gelombang Primer (P) dan Sekunder (S).
Gambar 1. Lokasi penelitian Cekungan Laut Jawa Timur [1].
Cekungan Laut Jawa Timur ( North East Java Sea Basin) termasuk dalam klasifikasi cekungan sedimen dengan produksi hidrokarbon. B. Stratigrafi Regional Kolom Stratigrafi regional seperti pada Gambar 2. Gambar 3. Pola penjalaran gelombang dan pergerakan partikel pada gelombang P (kiri) dan pola penjalaran dan pergerakan partikel pada gelombang S (kanan).
B. Kirchhoff Pre Stack Migration Migrasi Kirchhoff dapat dimodifikasikan dengan mudah menjadi migrasi sebelum stack dalam kawasan waktu maupun migrasi sebelum stack dalam kawasan kedalaman. Pada dasarnya migrasi Kirchhoff merupakan prosedur penjumlahan difraksi. Penjumlahan pada migrasi ini dapat dilakukan jika kurva difraksinya sedah diketahui. Kurva difraksi diperoleh dari persamaan [4] 2
4( x s − x d ) 2R T 2 = = Td2 + v2 v Gambar 2. Kolom stratigrafi daerah penelitian [1].
a. Formasi Tuban Tersusun oleh dominasilapisan batulempung dengan sisipan batugamping. Semakin ke selatan berubah menjadi fasies serpih dan batulempung. Diendapkan pada lingkungan neritik sedang-neritik dalam. b. Formasi Kujung Ciri litologi pada formasi ini adalah napal pada bagian bawah formasi, batulempung pada bagian atas dan didominasi batugamping bioklastik. c. Formasi Ngimbang
2
(1)
R = jarak difraktor ke penerima, v = kecepatan, Td = two way time, xs = posisi sumber.penerima di permukaan. xd = posisi penerima di permukaan. T = waktu offset Kirchoff pre stack migration menjumlahkan seluruh titik data di sepanjang kurva difraksi sebelum stack dan menandai hasilnya ke puncaknya IV. METODE PENELITIAN Secara garis besar metode pengolahan data pada Pre Stack Depth Migration dapat dilihat pada diagram alir Gambar 4.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Surakarta 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823
Indra Surya Atmaja1/ Koreksi Efek Pull-Up Pada Data Seismik Menggunakan Metode Pre Stack Depth Migration (PSDM)
85
menuju refine kedua (b), hal tersebut menunjukkan bahwa pembuatan model kecepatan interval yang dilakukan sudah tepat.
Gambar 4. Metode pengolahan data Pre Stack Depth Migration.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penampang PSTM Penampang yang didapat saat proses penelitian adalah penampang PSTM yang belum mendapatkan tambahan informasi horizon. Penampang PSTM ini akan menjadi bahan awal pembuatan penampang PSDM. Pada penelitian dilakukan analisis berbagai anomali yang terlihat pada penampang PSTM tersebut diantaranya anomali akibat adanya efek pull-up. Horizon yang menjadi pusat penelitian adalah horizon nomor 2, nomor 3 dan nomor 4. Dapat dilihat adanya efek pull-up sessuai dengan ilustrasi pada Gambar 5.
Gambar 6. Hasil refine model kecepatan interval: (a) model kecepatan refine pertama, (b) model kecepatan refine kedua, (c) model kecepatan refine ketiga, dan (d) refine model kecepatan keempat. Gambar 5. Kesesuaian kenampakan efek pull-up pada penampang PSTM dengan model penyebab efek pull-up.
B. Analisis Model Kecepatan Awal, Gather, dan Perbaikan Model Kecepatan Interval Analisis kecepatan merupakan bagian yang sangat penting dari penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan penampang PSDM yang dihasilkan akan sangat bergantung dari kecepatan interval yang dihasilkan. Kecepatan interval yang dihasilkan merupakan hasil dari analisa kecepatan berdasarkan model yang dibuat. Model tersebut dibuat berdasarkan picking horizon. Pada Gambar 6 terlihat bahwa perubahan kecepatan atau model tidak terlalu besar kecuali dari refine pertama (a)
C. Analisis Penampang PSDM Pada penelitian dilakukan empat kali perbaikan atau refine pada penampang PSDM hingga didapatkan hasil akhir yang cukup baik, penentuan baik buruknya hasil dapat dilihat dari semakin baik atau tidaknya penampang yang dihasilkan, semakin baik kemenerusan lapisan pada penampang dan juga dari semakin flat atau tidaknya gather yang didapatkan. Berikut Gambar 7, 8 dan 9 urutan hasil perubahan penampang PSDM dimulai dari hasil perbaikan yang pertama hingga yang terakhir, akan dapat terlihat bagaimana perubahan penampang yang terjadi, mulai dari kemenerusan lapisan yang belum terlihat dengan baik hingga didapat penampang dengan kemenerusan lapisan yang baik.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Surakarta 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823
86
Indra Surya Atmaja1/ Koreksi Efek Pull-Up Pada Data Seismik Menggunakan Metode Pre Stack Depth Migration (PSDM)
Gambar 7. Penampang PSDM hasil refine pertama.
Gambar 10. Perbandingan (a) penampang PSTM dan (b) penampang PSDM.
Gambar 8. Penampang PSDM hasil refine kedua.
Gambar 9. Penampang PSDM hasil refine ketiga.
D. Perbandingan Penampang PSTM dengan Penampang PSDM, dan Perbandingan Penampang PSTM Scale To Depth dengan Penampang PSDM Tujuan akhir dari penelitian ini adalah melihat apakah efek pull-up pada penampang seismik tersebut merupakan efek pull-up minimum ataukah efek pull-up maksimum, selain itu juga untuk melihat adanya peningkatan kualitas kemenerusan lapisan pada penampang seismik. Pada pembahasan kali ini akan diperlihatkan dua buah gambar yang menunjukkan penampang PSTM dan penampang PSDM dari data seismik yang sama. Penampang PSTM merupakan penampang yang dianggap masih memiliki ambiguitas cukup besar pada zona yang difokuskan untuk penelitian ini. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 11. Perbandingan (a) penampang PSTM scale to depth dan (b) penampang PSDM.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Surakarta 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823
Indra Surya Atmaja1/ Koreksi Efek Pull-Up Pada Data Seismik Menggunakan Metode Pre Stack Depth Migration (PSDM)
Zona yang diindikasikan terjadi efek pull-up yaitu zona yang diberi tanda kotak A juga terlihat adanya koreksi terhadap efek pull-up, sehingga terlihat bahwa kenampakan yang mirip antiklin atau kenampakan yang seperti tertarik ke atas tersebut dapat dihilangkan. Gambar 10 menunjukkan bahwa efek pull-up yang ada pada penampang PSTM (a) dapat terkoreksi dengan baik. Pada penampang PSTM ada zona yang tertarik ke atas atau zona yang mengalami efek pull-up yang ditunjukkan anak panah. Efek tersebut tidak diketemukan lagi pada penampang PSDM. Gambar 10 sekaligus membuktikan bahwa jika metode PSDM tidak selalu membuat lapisan menjadi lurus namun metode ini hanya berusaha menampilkan penampang sesuai kenampakan aslinya. Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa meskipun penampang PSTM sudah di-scale ke kawasan kedalaman efek pull up tetap masih nampak. Hal itu disebabkan karena proses scaling tidak dapat menghilangkan efek pull-up. Proses scaling hanya akan mengubah penampang dari domain waktu ke domain kedalaman tanpa banyak mengubah kenampakan stuktur pada penampang. Dari hasil penampang PSDM dapat dilihat bahwa ternyata efek pull-up tersebut adalah efek pull up maksimum yaitu hanya kenampakan antiklin atau naikan semu belaka. Hasil penampang PSDM untuk refine yang ke empat ini merupakan hasil final dari penelitian. Penampang tersebut dirasa sudah cukup baik untuk menunjukkan koreksi efek pull-up yang ada pada data seismik penampang PSTM. VI. KESIMPULAN Bedasarkan dari data yang tersedia, hasil proses PSDM dengan perbaikan empat kali maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa pembuatan penampang PSDM telah dapat dilakukan dengan baik dan menghasilkan penampang PSDM memiliki kualitas baik.
87
Efek pull-up pada penampang PSTM dapat diidentivikasi dan dapat dikoreksi dengan metode PSDM dan disimpulkan bahwa efek pull-up tersebut adalah efek pull-up maksimum. Perbandingan hasil antara penampang PSTM-scale to depth dan PSDM menunjukkan beberapa perbedaan yang cukup baik di mana kekurangan-kekurangan pada penampang PSTM dapat diperbaiki pada penampang PSDM. PUSTAKA [1]
[2]
[3] [4]
Toni Simo, Rizky P., Sekti., Hakiki, F., Sun M., Myers R.D., and Fullmer, S., Reservoir Characterization and Simulation of an Oligocene-Miocene Isolated Carbonate Platform: Banyu Urip Field, East Java Basin, Indonesia, 2012 Koesoemadinata., R,P., Geologi minyak dan gas bumi. Jilid 1. Edisi ke II, Institut Teknologi Bandung. Bandung, 1980. Waluyo., Seismologi. , Diktat Kuliah Program Studi Geofisika, Fakultas MIPA, UGM, Yogyakarta, 2002. Claerbout, J.F., Imaging the Earth’s Interior, Blockwell Scientific Publication, 1985.
TANYA JAWAB Sismanto, Lab Geofisika UGM ? Apa kriteria yang digunakan terhadap data seismic untuk dikoreksi efek pull up atau tidak? Indra Surya Atmaja, UGM Geofisika √ Zona interest yang menjadi pusat penelitian dikaji kondisi geologinya, apakah ada formasi dengan perselingan velocity rendah-tinggi dan perbedaan ketebalan litologi dan dilihat pada seismic section apakah ada zona yang mirip antiklin yang diatasnya ada kenampakan reef.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Surakarta 23 Maret 2013 ISSN : 0853-0823