KONTRIBUSI KINERJA MENGAJAR GURU DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif di SMP Sub Rayon 2 Ciamis) Oleh: Angga Gumilar Abstrak Berhasil tidaknya perbuatan belajar itu tergantung kepada macam-macam faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar menjadi dua golongan, yaitu: (1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yaitu kita sebut faktor individual. (2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Rumusan masalah adalah: 1) Bagaimana gambaran deskriptif kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis? 2) Bagaimana kontribusi kinerja mengajar guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis? 3) Bagaimana kontribusi iklim sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis? 4) Bagaimana kontribusi kinerja mengajar guru dan iklim sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis? Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: 1) Gambaran deskriptif kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis. 2) Kontribusi kinerja mengajar guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis. 3) Kontribusi iklim sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis. 4) Kontribusi kinerja mengajar guru dan iklim sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tesis ini adalah deskriptif eksplanantori. Unit analisis adalah guru. Pengolahan data statistik menggunakan SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Gambaran aktual pada SMP Sub-Rayon 2 Ciamis tentang kinerja mengajar guru berada pada kriteria baik, iklim sekolah berada pada kriteria kondusif dan prestasi belajar siswa berada pada kriteria baik. 2) Kinerja mengajar guru berkontribusi positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub-Rayon 2 Ciamis. 3) Iklim Sekolah berkontribusi positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub-Rayon 2 Ciamis. 4) Kinerja mengajar guru dan iklim sekolah berkontribusi positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub-Rayon 2 Ciamis. . Kata kunci: Kinerja Mengajar Guru, Iklim Sekolah, Prestasi Belajar Siswa
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 ayat (6) bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pada kenyataannya bahwa, pendidikan belum sepenuhnya memberikan pencerahan pada masyarakat melalui nilai manfaat dari pendidikan itu sendiri. Kenyataan ini dibuktikan dengan rendahnya kualitas lulusan. Pendidikan menjadi kawasan politisasi dari kalangan elit, bahkan yang CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
lebih parah lagi perburuan proyek yang akibatnya pendidikan menjadi biasa. Masyarakat akan terus mempertanyakan mau dibawa ke mana pendidikan ini, karena relevansinya dengan kebutuhan masyarakat masih rendah. Bahkan menyiapkan sumber daya manusia melalui pendidikan sebagai penerus tidak memenuhi harapan masyarakat dan lebih ironisnya terjadi krisis moral sebagai bangsa bermartabat. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. 79
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Rendahnya kualitas sumber daya manusia juga akan menjadi batu sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era persaingan mutu. Jika bangsa Indonesia ingin berkiprah dalam percaturan global, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menata sumber daya manusia, baik dari aspek intelektual, spiritual, kreativitas, moral, maupun tanggung jawab. Penataan sumber daya tersebut perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004: 4). Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Pemerintah telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu pendidikan meningkat, diantaranya dengan perbaikan kurikulum penataran bagi guru-guru, pemyempurnaan buku-buku pelajaran dan penambahan alat peraga. Namun demikian mutu pendidikan yang dicapai belum seperti apa yang diharapkan. Perbaikan yang telah dilakukan pemerintah tidak ada artinya, jika tanpa dukungan dari guru, orang tuas siswa, siswa dan masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan belajar. Hasil kegiatan belajar yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik. Setiap orang pasti mendambakan prestasi belajar yang tinggi, baik orang tua, siswa dan lebih-lebih bagi guru. Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal tidak lepas dari kondisi-kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikhis. Memperoleh prestasi belajar yang baik tidaklah mudah, banyak faktor yang CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
mempengaruhi. Faktor siswa memegang peranan dalam mencapai prestasi belajar yang baik, karena siswa yang melakukan kegiatan belajar perlu memiliki karakter belajar yang positif. Proses belajar mengajar merupakan salah satu hal utama dalam menjawab semua permasalahan tersebut. Proses belajar mengajar tersebut ditopang oleh tiga komponen yaitu siswa, guru dan peralatan serta perlengkapan. Sardiman (2005: 125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar. Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. Tugas Keprofesionalan Guru menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah “Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.” Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan marupakan bentuk kinerja guru. Apabila kinerja guru meningkat, maka berpengaruh pada peningkatan kualitas keluaran atau outputnya. Oleh karena itu perlu dukungan 80
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
dari berbagai pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Untuk mengetahui kinerja mengajar guru di bawah ini disajikan data prestasi belajar siswa melalui nilai Ujian Akhir Semester (UAS) Genap selama 4 tahun terakhir, seperti pada tabel 1.1 berikut ini:
Bedasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai Ujian Akhir Semester Genap pada SMPN 1 Kawali terjadi fluktuatif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, sedangkan untuk pelajaran matematika terdapat peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 6,45 pada tahun ajaran 2008/2009 namun belum optimal. Selanjutnya mata pelajaran lain pada tiap tahun mengalami kenaikan dan di atas nilai KKM yang telah di tentukan. Dari data tersebut terjadinya fluktuatif pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris serta meningkatnya nilai mata pelajaran matematika dan IPA apakah dipengaruhi oleh kinerja mengajar guru dan iklim organisasi? Hasil penelitian Listiani (2005:53) menunjukkan bahwa: “Secara simultan atau bersama-sama antara kinerja mengajar guru dan iklim sekolah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas II SMK Negeri 5 Semarang sebesar 46,7% sedangkan 53,3% ditentukan faktor lain.” Kinerja mengajar guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Pidarta (1988) dalam Sardiman (2005: 72). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu : a ) Kepemimpinan kepala sekolah, b ) CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
Iklim sekolah, c ) Harapan-harapan, dan d ) Kepercayaan personalia sekolah. Kinerja guru juga dipengaruhi oleh iklim sekolah. Iklim sekolah adalah suasana bekerja, belajar, berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi pendidikan (Pidarta 1988: 176). Dengan terciptanya iklim sekolah yang kondusif, maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja dan terpacu untuk bekerja lebih baik. Hal tersebut mencerminkan bahwa suasana sekolah yang kondusif sangat mendukung peningkatan kinerja guru, sehingga diharapkan menghasilkan prestasi belajar siswa yang optimal. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti atau mengkaji lebih dalam tentang: ”Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif di SMP Sub Rayon 2 Ciamis)”. 2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berhasil tidaknya perbuatan belajar itu tergantung kepada macam-macam faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menjadi dua golongan, yaitu: (1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yaitu kita sebut faktor individual. (2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berhasil tidaknya perbuatan belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal bersumber dari siswa dengan segala aspeknya dan faktor-faktor eksternal yaitu yang bersumber dari luar siswa juga dengan segala aspeknya. Prestasi belajar yang dicapai pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah penelitiannya sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran deskriptif kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis? 2. Bagaimana kontribusi kinerja mengajar guru terhadap peningkatan prestasi 81
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis? 3. Bagaimana kontribusi iklim sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis? 4. Bagaimana kontribusi kinerja mengajar guru dan iklim sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang : 1. Gambaran deskriptif kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis. 2. Kontribusi kinerja mengajar guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis. 3. Kontribusi iklim sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis. 4. Kontribusi kinerja mengajar guru dan iklim sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP sub-Rayon 2 Ciamis. 4. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah Penelitian ini berguna bagi para pengelola pendidikan dalam pemberdayaan kinerja mengajar guru, iklim sekolah, dan prestasi belajar siswa sehingga diharapkan dapat memberikan masukan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para peneliti lanjutan guna menambah wawasan keilmuannya. b. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran terhadap pengelola pendidikan. Kegunaan penelitian ini sebagai penyempurnaan dan perbaikan kinerja mengajar guru, iklim sekolah, dan prestasi belajar siswa. Kemudian dapat juga digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan guna kinerja mengajar guru, iklim sekolah, CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
dan prestasi belajar siswa. Sedangkan bagi penulis sendiri dirasakan sangat bermanfaat dalam rangka memperluas wawasan penulisan karya ilmiah dalam konteks pendidikan sosial. B. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 1. Kajian Pustaka a. Prestasi Belajar Siswa Kata prestasi kiranya telah membudaya dalam kehidupan masyarakat kita. Apabila kita ditanya apa yang dimaksud dengan prestasi, cukup sulit menjelaskannya. Untuk memberikan gambaran tentang kata prestasi penulis mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa, “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan”. (Depdikbud, 1995 : 787). Berdasarkan arti kamus tersebut rumusan kata prestasi adalah hasil yang telah diperoleh dari sesuatu yang telah dikerjakan. Pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah, “Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” (Depdikbud, 1995 : 787). Sedangkan menurut Betha Nurina Sari (http://artikel.us/art05-57.html : 2004) prestasi belajar adalah, “Suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu”. Sejalan dengan pendapat Betha, Arifin (dalam Bayu Endro, http://library.gunadarma.ac.id : 2004) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah, “Hasil usaha dalam menguasai pelajaran dan dapat memberikan kepuasan tertentu kepada seseorang khususnya individu yang berada pada bangku sekolah”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pengertian prestasi belajar, lalu dikaitkan dengan siswa, dapat dirumuskan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa terhadap suatu mata 82
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
pelajaran yang dapat dilihat dari nilai tes, nilai tugas, atau nilai rapor. Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Prestasi belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka yang diberikan guru berdasarkan pengamatan atau keduanya yaitu hasil tes serta pengamatan guru pada waktu peserta didik melakukan proses belajar mengajar. Untuk mengetahui prestasi belajar yang sudah dicapai diperlukan alat untuk mengetahuinya atau alat pengukurannya. Salah satu alat ukur pencapaian prestasi belajar adalah dengan evaluasi. Evaluasi dapat berupa tugas, ulangan harian, atau ulangan semester. b. Kinerja Mengajar Berangkat dari pemikiran bahwa kinerja merupakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan pekerjaan, maka kinerja guru merupakan pelaksanaan kerja seorang guru sesuai dengan tugas-tugasnya yang diembannya. Tugas-tugas guru pada prinsipnya terkandung dalam kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru. Sedarmayanti (2007: 90) mendefinisikan kompetensi sebagai “kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan”. Dalam hubungannya dengan tugas profesional tenaga kependidikan, kompetensi menunjukkan pada perbuatan yang rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu ini penting agar dapat dibedakan antara seorang aktor yang dapat memerankan seorang guru dengan guru sebenarnya. Kinerja atau prestasi kerja adalah pengertian dari performance. Prestasi kerja dalam bahasa Inggris disebut achievement. To achieve artinya dapat dicapai. Bernadin dan Russel (l992;378) mendefinisikan kinerja sebagai berikut:” performance is defined as the record of outcames produced on a specified jib fungction or activity during a specified time period”. Artinya hasil yang diperoleh atas pelaksanaan suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu dalam CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
kurun waktu tertentu. Adikusumo (l998:2) mengartikan performance atau kinerja sebagai berikut: “performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika” LAN RI, (200l: 39). Berdasarkan pengertian di atas jadi kinerja organisasi adalah hasil yang dapat dicapai atas pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab organisasi melalui hasil kerja seseorang dan atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu dengan cara yang benar. Diharapkan setiap orang atau sekelompok kerja yang ada dalam suatu organisasi selalu dapat mencapai kinerja yang ditetapkan. Kalau setiap orang atau sekelompok kerja dapat mencapai kinerja yang ditetapkan, maka kinerja setiap bidang tugas dalam suatu unit atau organisasi akan tercapai dengan baik. Kalau setiap bidang atau unit kerja dapat mencapai kinerja yang ditargetkan maka kinerja organisasi akan tercapai dengan baik. Dengan demikian kinerja organisasi merupakan kumulasi kinerja individuindividu dan kelompok kerja dalam suatu organisasi. LAN RI, (200l: 40). Kinerja sebagai hasil dari suatu proses atau pekerjaan. Oleh karena itu setiap pegawai harus memiliki kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan melaksanakan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya atau yang dipercayakan. Dalam setiap melakukan tugas atau pekerjaan ada suatu kegiatan memproses atau mengubah input menjadi suatu keluaran yang bernilai tambah sebagai produk atau hasil kerja yang disebut kinerja. Produk itu berupa barang dan atau jasa. Produk itu berguna atau bermanfaat bagi pengguna (pelanggan). Masih ada pihak beranggapan bahwa hanya pekerjaan operasional atau proyek yang mempunyai hasil. Anggapan itu tidak benar, semua pekerjaan ada hasilnya 83
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
hanya bentuk atau wujudnya yang berbeda LAN RI, (200l: 40). c. Iklim Sekolah Sekolah merupakan organisasi atau wadah untuk bekerja sama dalam upaya melakukan pekerjaan berkaitan dengan aktivitas pendidikan. Organisasi merupakan suatu wahana yang teratur dari kelompok orang, masing-masing membawa maksud sendiri dalam rangka mencari tujuan tertentu dari kelompok orang, masing-masing membawea maksud sendiri dalam rangka mencari tujuan tertentu. Heresy dan Blanchard (1998:9), menemukakan bahwa organisasi merupakan system sosial terdiri dari subsistem manusia, subsistem teknologi, subsistem administrasi dan subsistem informasi. Subsistem yang paling penting dalam organisasi adalah subsistem manusia, manusialah sebenarnya yang akan menentukan tercapi atau tidak tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu, manusia yang bekerja pada organisasi perlu dipelihara dan diberikan stimulus dan fasilitas yang dapat nenigkatkan gairah kerjanya. Iklim organisasi apabila dikaitkan dengan guru-guru dalam bekerja sama melaksanakan kondisi limgkungan organisasi sekolah dimana guru-guru melaksanakan tugasnya. Hoy dan Miskel (2001:430) menambahkan bahwa lingkungan kerja yag kurang mendukung seperti lingkungan fisik pekerjaan dan hubungan keurang serasi antara seseorang guru dengan guru lainnya lkut menyebabkan kinerja akan buruk. Hoy dan Miskel (2001:431), mengemukakan bahwa: Organization climate is a relatively enduring quality of scool environment that experience by teachers affect their behavior, and is besed om their collective perpection of behavior in school. A climate emerges through the interaction of members and exchange of sentiment omong them. The climate of a school is its “personality”. Artinya bahwa iklim organisasi adalah kualitas lingkungan sekolah yang berlangsung secara relativ yang dialami leh CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
guru memengaruhi sikap-sikapnya dan itu berdasarkan kepada kepentingan secara bersama tentang “sikap” di sekolah. Suatu iklim timbul melalui interaksi dari anggota dan pertukaran perasaan diantara mereka iklim organisasi sekolah adalah keperibadianya. Dikatakan lebih lanjut, bahwa ada “tiga konsep” iklim yang berbeda telah digambarkan dan dianalisis (“there different conceptualization of climate were described and analyzed”). Yaitu (1) iklim terbuka, yaitu adanya karakteristik yang efektif, (2) iklim sehat, yaitu adanya dinamika yang lebih sehat dari sekolah yang lebih besar adalah kepercayaan dan keeterbukaan dalam hubungan antar anggota dan prestasi siswa, (3) iklim social, iklim social dai sekolah tersusun dalam rangkauan kesatuan yang panjang dalam orientasi pengawasan murid dari penjagaan sampai ke perikemanusiaan. Penjagaan adalah pengawasan baku, timbul dalam konsentrasi utamanya adalah pemerintah. Sekolah berfikir kemanusiaan adalah karakter dengan penekanan pada disiplin pribadi siswa dan tukar pendapat pengalamen dan kegiatan siswa dan guru. Dengan demikian, iklim organisasi sekolah data didefinisikan sebagai suasana lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial pekerjaan yang dapat dirasakan oleh orangorang yang terlibat didalam proses pembelajaran, langsung atau tudak langsung yang tercipta akibat kondisi kultural organisasi sekolah tersebut Iklim organisasi merupakan hal yang perlu mendapat perhatian seorang manajer pendidikan (kepala sekolah) karena faktor tersebut sedikitnya ikut mempengaruhi tingkah laku kepala sekolah dan pegawai. Dengan demikian hendaknya organisasi yang berkembang secara dinamis akan berdampak positif bagi bagi kelangsungan dan keuntungan organisasi. salah satu cara dalam pengembangan organisasi adalah tercapainya iklim organisasi yang kondusif. Iklim tidak dapat disentuh dan disentuh namun ia ada seperti udara dalam ruangan berputar dan berpengaruh terhadap kejadian disuatu organisasi. Membahas tentang iklim 84
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
organisasi, kita sebenamya sedang membahas sifat-sifat atau ciri yang dirasa dalam lingkungan kerja dan timbul terutama karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan yang dianggap mempengaruhi tingkah laku kemudian. Selanjutnya Litwin dan Stringers (Davis 2000 :105) memberikan dimensi iklim organisasi terdiri : 1) Rasa tanggungjawab; 2) Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan; 3) Ganjaran atau Reward; 4) Rasa persaudaraan; 5) Semangat Tim. Hillrieger dan Slocum mengemukakan definisi iklim organisasi adalah suatu set atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota organisasi, yang disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem, terhadap anggota lingkungannya. Sedangkan Wayne (dalam Hasibuan, 2007:23) Iklim adalah konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan gaya hidup suatu organisasi, apabila gaya hidup itu dapat ditingkatkan, kemungkinan besar tercapai peningkatan prestasi kerja. Sedang yang dimaksud dengan Iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Definisi tersebut menjelaskan lingkungan tempat para pegawai bekerja. Iklim organisasi di definisikan sebagai seperangkat ciri internal yang membedakan satu sekolah dari yang lain yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Dapat dikatakan bahwa iklim organisasi sekolah adalah kondisi sekolah yang diwujudkan berdasarkan seperangkat nilai atau norma, kebiasaan yang ditunjang sarana dan prasarana. Salah satu penelitian yang lebih memberikan harapan mengenai dimensi iklim telah dilakukan oleh Campbell dan rekan-rekannya (1980:114) dalam usaha mereka mengembangkan ukuran yang relatif dan independent dari dimensi Iklim. Dengan menggunakan analisis gugusan atas daftar isian mereka yang unik, para peneliti ini mengidentifikasi sepuluh dimensi ilklim pada tingkat organisasi secara keseluruhan. Dimensi-dimensi itu menurut Campbell (1980:114) adalah sebagai berikut: CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
1) Struktur tugas. Tingkat perincian metode yang dipakai untuk melakukan tugas oleh organisasi; 2) Hubungan imbalan-hukuman. Tingkat batas pemberian imbalan tambahan seperti promosi dan kenaikan gaji didasarkan pada prestasi dan jasa dan bukan pada pertimbangan-pertimbangan lain seperti senioritas, favoritas, dan seterusnya; 3) Sentralisasi keputusan. Batas keputusan-keputusan penting dipusatkan pada manajemen atas; 4) Tekanan pada prestasi. Keinginan pihak pekerja organisasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik dan memberikan sumbangannya bagi sasaran karya organisasi; 5) Tekanan pada latihan dan pengembangan. Tingkat batas organisasi berusaha meningkatkan prestasi individu melalui kegiatan latihan dan pengembangan yang tepat; 6) Keamanan versus resiko. Tingkat batas tekanan dalam organisasi menimbulkan perasaan kurang aman dan kecemasan pada para anggotanya; 7) Keterbukaan versus ketertutupan. Tingkat batas orang-orang lebih suka berusaha menutupi kesalahan mereka dan menampilkan diri secara baik daripada berkomunikasi secara bebas dan bekerjasama; 8) Status dan semangat. Perasaan umun diantara para individu bahwa organisasi merupakan tempat bekeria yang baik; 9) Pengakuan dan umpan balik. Tingkat batas seorang individu mengetahui apa pendapat atasannya dan manajemen mengenal pekerjaannya serta tingkat batas dukungan mereka atas dirinya; 10) Kompetensi dan keluwesan organisasi secara umum. Tingkat batas organisasi mengetahui apa tujuannya dan mengejarnya secara luwes dan kreatif Termasuk juga batas organisasi mengantisipasi masalah, mengembangkan metode baru, dan mengembangkan keterampilan baru 85
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
pada pekerja sebelum masalahnya menjadi gawat. Bukti-bukti menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan jelas antara iklim dengan kepuasan kerja. Khususnya ditemukan bahwa iklim yang lebih konsultatif, terbuka dan mementingkan pekerja biasanya dihubungkan dengan sikap kerja yang lebih positif. Iklim dapat mempengaruhi motivasi, prestasi dan kepuasan kerja. Iklim mempengaruhi hal itu dengan membentuk harapan pegawai tentang konsekuensi yang akan timbul dari berbagai tindakan. Para pegawai mengharapkan imbalan, kepuasan, frustasi atas dasar persepsi mereka terhadap iklim organisasi. Iklim organisasi di sekolah bisa bisa bergerak dari yang menyenangkan ke netral, sampai dengan tidak menyenangkan. Tetapi pada umumnya manager, kepala sekolah dan pegawai menginginkan lklim yang menyenangkan karena menyangkut keuntungan seperti prestasi yang lebih baik, kepuasan kerja dan dapat menimbulkan semangat kerja. Para pegawai merasa bahwa Iklim yang menyenangkan apabila mereka melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menimbulkan perasaan berharga. Mereka sering kali menginginkan pekerjaan yang menantang, yang memuaskan secara intrinsik. Kebanyakan pegawai juga menginginkan tanggung jawab dan kesempatan untuk berhasil. Mereka ingin didengarkan dan diperlukan sebagi orang yang bernilai. Para pegawai merasa bahwa organisasi benarbenar memperhatikan kebutuhan dan masalah mereka. Iklim yang timbul merupakan arena penetapan keputusan mengenai prestasi. Bilamana iklim bermanfaat bagi kebutuhan individu (misalnya, memperhatikan kepentingan pekerja dan berorientasi prestasi), maka kita dapat mengharapkan tingkah laku – kearah tujuan yang tinggi. Sebaliknya, bilamana iklim yang timbul bertentangan dengan tujuan, kebutuhan dan motivasi pribadi, dapat diharapkan bahwa prestasi maupun kepuasan akan berkurang. Dengan perkataan lain hasil akhir atau CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
tingkah laku ditentukan oleh interaksi antara kebutuhan individu dan lingkungan organisasi yang mereka rasakan. Tingkat prestasi, kepuasan dan sebagainya yang dihasilkan kemudian mengumpan balik dan memberikan sumbangan bukan saja pada iklim lingkungan kerja yang bersangkutan, tetapi juga pada kemungkinan perubahan kebijakan dan praktek manajemen. Menurut Wayne dalam Hasibuan(2007:23) unsur khas yang membentuk iklim yang menyenangkan adalah: 1) Kualitas kepemimpinan, 2) kadar kepercayaan, 3) Komunikasi, ke atas dan ke bawah, 4) Perasaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat, 5) Tanggung jawab, 6) Imbalan yang adil, 7) Tekanan pekerjaan yang nalar, 8) Kesempatan, 9) Pengendalan, struktur, dan birokrasi yang nalar, 10) Keterlibatan pegawai, keikutsertaan. Rangkaian pertama variabel yang dianggap mempengaruhi iklim organisasi ditemukan dalam struktur organisasi. Bukti yang ada menunjukkan bahwa makin tinggi “penstrukturan” suatu organisasi (yaitu semakin tinggi tingkat sentralisasi, formalisasi, orientasi pada peraturan, dan seterusnya) lingkungan akan terasa makin kaku, tertutup dan penuh ancaman. Dengan demikian makin besar autonomy dan kebebasan menentukan tindakan sendiri yang diberikan kepada individu dan makin banyak perhatian ditujukan kepada pekerjanya, akan makin baik (yaitu terbuka, penuh kepercayaan, bertanggung jawab) iklim kerjanya.33 Standard kinerja yang dipakai oleh sebuah organisasi berpengaruh atas iklim. Misalnya, sebuah studi oleh Burns dan Stalker menemukan bahwa teknologi rutin (misalnya lini rakit) cenderung menciptkan iklim yang berorientasi pada peraturan dan kaku. dengan tingkat kepercayaan dan kreatifitas rendah. Teknologi yang lebih dinamis atau berubah-ubah (seperti teknik ruang angkasa) sebaliknya akan menjurus kepada komunikasi yang lebih terbuka, kepercayaan, kreativitas, dan penerimaan tanggung jawab pribadi untuk penyelesaian 86
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
tugas. Kebijakan dan praktek manajemen juga dapat mempengaruhi iklim. Misalnya tampak bahwa para manajer yang memberikan lebih banyak umpan balik, autonomy, dan identitas tugas bawahannya ternyata sangat membantu terciptanya iklim yang berorientasi pada prestasi, di mana para pekerja merasa lebih bertanggung jawab atas pencapaian sasaran organisasi dan kelompok. Jadi gaya manajemen pimpinan yang lebih mendukung pekerja dan lebih demokratis dalam keputusan akan mempengaruhi pekerjaan pegawai. Para pekerja merasa bahwa iklim akan menyenangkan apabila mereka melakuan sesuatu yang bermanfaat dan menimbulkan perasaan berharga. Mereka seringkali menginginkan sesuatu pekerjaan yang menantang, yang memuaskan secara intrinsik. Kebanyakan pegawai juga menginginkan tanggung jawab dan kesempatan untuk berhasil. Mereka ingin didengarkan dan diperlukan sebagai orang yang bernilai. Para pegawai ingin merasa organisasi benar-benar memperlihatkan kebutuhan dan masalah mereka. Komitmen organisasi adalah rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi, keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iklim organisasi adalah refleksi dari nilainilai umum, norma, sikap tingkah laku dan perasaan kepala sekolah terhadap organisasi sekolah. Tanggapan tersebut akibat terjadinya interaksi antara struktur organisasi yang terbuka, standard kinerja yang dinamis, rasa tanggung jawab guru, keterlibatan/keikutsertaan kepala sekolah dalam organisasi, pengakuan atas hasil pekerjaan, gaya manajemen yang mendukung dan konsisten/komitmen dalam mengemban tugas. 2. Kerangka Pemikiran Salah satu tolok ukur untuk menilai keberhasilan pembelajaran adalah hasil yang dicapai siswa dalam belajar. Meskipun hingga saat ini alat yang digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan belajar belum diketahui tingkat keobjektivitasnya, tingkat ketepatannya maupun tingkat keandalannya, namun keberhasilan siswa dalam belajar yaitu prestasi belajar yang dicapai diupayakan optimal. Pengertian prestasi belajar menurut Ngalim Purwanto (2002:101) adalah, “Suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sesuai dengan yang telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu”. Sedangkan menurut Slameto (www.indoskripsi.com, 2007) adalah sebagai berikut: “Merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang.” Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator dari berhasil atau tidaknya siswa dalam pengalaman belajar, yaitu berdasarkan beberapa hasil tes yang dilaksanakan sekolah. Berhasil tidaknya perbuatan belajar itu tergantung kepada macam-macam faktor. Ngalim Purwanto (2002:102) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menjadi dua golongan, yaitu: “(1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yaitu kita sebut faktor individual. (2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial.” Berdasarkan pendapat 87
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
tersebut dapat disimpulkan bahwa berhasil tidaknya perbuatan belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal bersumber dari siswa dengan segala aspeknya dan faktor-faktor eksternal yaitu yang bersumber dari luar siswa juga dengan segala aspeknya. Prestasi belajar yang dicapai pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut misalnya kinerja mengajar guru. Guru memiliki tugas sebagai pengajar yang melakukan transfer pengetahuan. Selain itu, guru juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Untuk itu guru harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, yang bekerja dengan kinerja yang tinggi. Kinerja guru akan menjadi optimal, bila diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik kepala sekolah, iklim sekolah, guru, dan karyawan maupun anak didik. Untuk mencapai kinerja guru yang baik, dibutuhkan adanya kepemimpinan yang efektif. Selain kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah juga berpengaruh terhadap pencapaian kinerja guru yang baik. Kepemimpinan yang efektif dapat tercipta apabila kepala sekolah memiliki sifat, perilaku dan keterampilan yang baik untuk memimpin sebuah organisasisekolah. Dalam perannya sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu untuk mempengaruhi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan yaitu guru dan iklim sekolah yang akhirnya mencapai tujuan dan kualitas sekolah. Kinerja guru juga dipengaruhi oleh iklim sekolah. Agar di sekolah tercipta guru yang berkarakter baik, disyaratkan harus ada iklim kerja yang kondusif yang memungkinkan para guru bekerja secara profesional, tenang dan penuh konsentrasi. 2.3 Hipotesis Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kinerja mengajar guru berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
belajar siswa di SMP Sub Rayon 2 Ciamis. 2. Iklim sekolah berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub Rayon 2 Ciamis. 3. Kinerja mengajar guru dan iklim sekolah berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub Rayon 2 Ciamis. C. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Kinerja Mengajar Guru (X1) dan Iklim Sekolah (X2), Prestasi Siswa (Y). Berdasarkan ketiga objek penelitian ini, maka dapat dianalisis sebagai berikut: pertama : Gambaran deskriptif kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan prestasi belajar siswa, kedua: Kontribusi kinerja mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa; Ketiga: Kontribusi iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa; dan Keempat: Kontribusi kinerja mengajar guru dan iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah guru di SMPN sub rayon 2 Ciamis. 2. Metode dan Desain Penelitian Jenis Penelitian ini adalah survey sedangkan metodenya yaitu deskriptif analitis. 3. Operasionalisasi Variabel Pada penelitian ini ditetapkan tiga jenis variabel yang akan diukur, yaitu : 1. Variabel bebas (independent variable) dengan notasi (X) yaitu variable yang memberikan pengaruh kepada variable terikat. Notasi (X) adalah kinerja mengajar guru (X1) dan iklim sekolah (X2). 2. Variabel terikat (Dependend Variable) dengan Notasi (Y) yaitu variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. Variabel tersebut adalah prestasi siswa (Y)
88
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
4. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah kinerja mengajar guru, iklim sekolah dan prestasi siswa SMP Sub-Rayon 2 Ciamis yang berjumlah 446. Sementara itu, sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan sebagai objek penelitian. Sampel tersebut adalah guru sebanyak 82 orang. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh ketiga data penelitian, penulis menggunakan kuesioner berupa skala likert, masing-masing 5 pilihan (option). Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kinerja mengajar guru 12 soal, iklim sekolah 16 soal, dan prestasi siswa 20 soal. 6. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis Semua data yang telah terkumpul dianalisis sehingga dapat diketahui makna dari data yang berhasil dikumpulkan dan hasil penelitiannyapun akan dapat diketahui. Dalam pelaksanaan pengolahan data melalui bantuan computer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions), dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut dengan memeriksa setiap jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. (2) Menentukan bobot nilai setiap kemungkinan jawaban pada setiap item, variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya. Melihat deskripsi variabel yang diamati, maka setiap indikator dicari ukuran statistik yang menunjukan gejala pusat pengelompokan (measure of central tendency). (3) Menganalisa besarnya pengaruh dihitung dengan cara membandingkan jumlah skor mentah dengan skor kriterium, dinyatakan dalam persen (%). Selanjutnya untuk menguji signifikansi digunakan uji t satu sampel (one sample t tes). (4) Untuk mengetahui hubungan fungsional antar variabel digunakan metode Regresi CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
yang digunakan adalah regresi linear sederhana dan regresi linear ganda. Menguji hipotesis, ada beberapa hal yang perlu dikerjakan dahulu, yaitu mendeskripsikan data, menghitung persyaratan analisis, kemudian dilanjutkan dengan menguji hipotesis. Statistik yang digunakan untuk menguji tiga hipotesis adalah uji t satu sampel (one sample t tes) Sedangkan statistik yang digunakan untuk menguji hipotesisi asosiatif adalah Uji korelasi Pearson Produk Momen. Untuk menguji korelasi adalah digunakan Uji t dan Uji F (korelasi ganda). D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil perhitungan statistik terhadap data hasil penelitian dapat ditafsirkan pengaruh masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Kontribusi kinerja mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub-Rayon 2 Kabupaten Ciamis Pengujian terhadap hubungan antara X1 dengan Y dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson’s. Uji ini dilakukan karena masing-masing variabel yang diuji memenuhi syarat untuk pengujian korelasi ini. Hasil pengolahan statistic dengan bantuan program SPSS 16.0. Berdasarkan lampiran 2.11 diketahi bahwa angka koefisien korelasi (r) sebesar 0,515 degan kategori korelasi sedang (Lampiran 2.18). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja mengajar guru dan prestasi belajar siswa termasuk dalam kategori korelasi sedang. Kemudian dari tabel tersebut diketahui bahwa koefisien korelasi ganda r2 sebesar 0,265 merupakan indeks determinasi atau prosentase kontribusi X1 terhadap Y. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kinerja mengajar guru berkontribusi sebesar 26,5% terhadap prestasi belajar siswa sedangkan 73,5% kontribusinya oleh faktor lain. Berdasarkan lampiran 2.12 dapat dijelaskan bahwa, nilai thitung sebesar 5,375 dengan df1=derajat kebebasan pembilang 1 dan df2 = derajat kebebasan penyebut 80 89
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
nilai ttabel = 2,000 pada taraf signifikansi 0,05 (thitung>ttabel) dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (0,000< 0,05) menunjukan model regresi signifikan artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis pertama penelitian ini yang menyatakan: “Kinerja mengajar guru berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub Rayon 2 Ciamis.” diterima. 2. Kontribusi iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMP SubRayon 2 Kabupaten Ciamis Pengujian terhadap hubungan antara X2 dengan Y dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson’s. Uji ini dilakukan karena masing-masing variabel yang diuji memenuhi syarat untuk pengujian korelasi ini. Hasil pengolahan statistik dengan bantuan program SPSS 16.0. Berdasarkan lampiran 2.13 diperoleh angka koefisien korelasi (r) sebesar 0,493, pada korelasi sedang (Lampiran 2.18) dengan demikian iklim sekolah dan prestasi belajar siswa mempunyai hubungan sedang. Kemudian dari tabel tersebut diketahui bahwa koefisien korelasi ganda r2 sebesar 0,243 merupakan indeks determinasi atau prosentase kontribusi X2 terhadap Y. Dengan demikian iklim sekolah berkontribusi sebesar 24,3% terhadap prestasi belajar siswa sedangkan 75,7% kontribusinya oleh faktor lain. Berdasarkan lampiran 2.14 dapat dijelaskan bahwa, nilai thitung sebesar 5,068 dengan df1=derajat kebebasan pembilang 1 dan df2 = derajat kebebasan penyebut 80 nilai ttabel = 2,000 pada taraf signifikansi 0,05 (thitung>ttabel) dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (0,000<0,05) menunjukkan model regresi signifikan artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis kedua penelitian ini yang menyatakan: “Iklim sekolah berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub Rayon 2 Ciamis.” diterima.
CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
3. Kontribus kinerja mengajar guru dan iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub-Rayon 2 Kabupaten Ciamis Pengujian terhadap hubungan antara X1 dan X2 dengan Y dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson’s. Uji ini dilakukan karena masingmasing variabel yang diuji memenuhi syarat untuk pengujian korelasi ini. Hasil pengolahan statistik dengan bantuan program SPSS 16.0 Berdasarkan lampiran 2.15 diperoleh angka koefisien korelasi (r) sebesar 0,661, pada korelasi kuat (Lampiran 2.18) dengan demikian kinerja mengajar guru dan iklim sekolah dengan prestasi belajar siswa mempunyai hubungan yang kuat. Kemudian dari tabel tersebut diketahui bahwa koefisien korelasi ganda r2 sebesar 0,437 merupakan indeks determinasi atau prosentase kontribusi X1 dan X2 terhadapY. Dengan demikian dapat dinyatakan kinerja mengajar guru dan prestasi belajar siswa berkontribusi sebesar 43,7% terhadap prestasi belajar siswa sedangkan 56,3% kontribusinya oleh faktor lain, misalnya sarana dan prasarana, motivasi kerja, budaya organisasi, kepemimpinan kepala sekolah dan lainnya. Berdasarkan lampiran 2.16 dapat diketahui bahwa, nilai Fhitung sebesar 30,686 dengan df1=derajat kebebasan pembilang 1 dan df2 = derajat kebebasan penyebut 79 nilai Ftabel = 3,96 (lampiran 2.21) pada taraf signifikansi 0,05 (Fhitung>Ftabel) dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (0,000< 0,05) menunjukkan model regresi signifikan artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis ketiga penelitian ini yang menyatakan: “Kinerja mengajar guru dan iklim sekolah berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub Rayon 2 Ciamis.” diterima. Selanjutnya, dicari persamaan regresinya antara kinerja mengajar guru dan iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan lampiran 2.17 diperoleh model yang menggambarkan kontribusi variabel X1 dan variabel X2 terhadap variabel Y melalui persamaan regresi 90
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
sebagai berikut: Y^ = a + b1X1+b2X2 = 73,781 + 0,329 X1 + 0,442 X2, dimana X1 = kinerja mengajar guru, X2 = iklim sekolah dan Y = prestasi belajar siswa; Konstanta sebesar 73,781 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan (X=0) maka Y adalah 73,781. Koefisien regresi sebesar 0,329 untuk variabel kinerja mengajar guru menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor dalam kinerja mengajar guru (X1) akan meningkatkan skor sebesar 0,329 terhadap prestasi belajar siswa. Selain itu koefisien regresi sebesar 0,442 untuk variabel iklim sekolah (X2) akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,442 terhadap prestasi belajar siswa. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut : 1. Gambaran aktual pada SMP Sub-Rayon 2 Ciamis tentang kinerja mengajar guru berada pada kriteria baik, iklim sekolah berada pada kriteria kondusif dan prestasi belajar siswa berada pada kriteria baik. 2. Kinerja mengajar guru berkontribusi positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub-Rayon 2 Ciamis. Artinya semakin baik kinerja mengajar guru maka semakin meningkat prestasi belajar siswa. 3. Iklim Sekolah berkontribusi positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap prestasi belajar siswa di SMP Sub-Rayon 2 Ciamis. Artinya semakin kondusif iklim sekolah maka semakin meningkat prestasi belajar siswa. 4. Kinerja mengajar guru dan iklim sekolah berkontribusi positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap prestasi belajar siswa di SMP SubRayon 2 Ciamis. Artinya semakin baik kinerja mengajar guru dan semakin kondusif iklim sekolah maka semakin meningkat prestasi belajar siswa. CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
F. DAFTAR PUSTAKA Adikusumo, Amir HD, 1998., Mamajemen Pola Terpadu. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara-RI Atmosudirdjo. 2001. Pedoman Penyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Arikunto, S, 2001, Pengaruh Hasil Tes Akademik Terhadap Kepribadian Mahasisw, Laporan Penelitian, tidak diterbitkan. Campbell, R.F at al, 1980, Introduction to Educational Administration, Boston: Allyn Bacon, Inc. Davis, Keith, & Newstorm, W., John. 2000. Human Behaviour At Work: Organizational Behaviour, New York: Mc Graw Hill International. Depdikbud, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Endro, B. Hubungan Antara Kesesakan yang Terjadi di Dalam Kelas Terhadap Prestasi Belajar Siswa (online). Tersedia : http://library.gunadarma.ac.id. [23 Mei 2007] Engkoswara, 2001, Menuju Indonesia Modern 2020, Bandung: Yayasan Amal Keluarga. Hersey, Paul dan Blanchard, K.H, 1998, Manajement of Organization Behavior, New York:Engliwood clifs. Malayu, H. S.P.Hasibuan, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarata: Bumi Aksara.. _____________________, 2007, Organisasi dan Motivasi, Jakarata: Bumi Aksara.
91
Angga Gumilar
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Mulyasa, E, 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung. PT.Rosdakarya. _____________, Profesional. Rosdakarya.
2004. Menjadi Guru Bandung. Remaja
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pembelajaran Pidarta, M, 1988, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Surabaya: Sarana Press. Purwanto, Ngalim, 2002, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Rosda Karya. Ridwan, 2007 Rumus dan Data Untuk Penelitian, Bandung Alfabeta. Robbin, S.P, 1991, Organization Behaviour: Controversies an Aplication. London: Prentice Hall International. Inc. Sagala, S, 2004, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfa Beta. ________, 2007, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfa Beta. Sardiman, A.M, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sedarmayanti, 2007, Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi untuk Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan. Bandung: Masdar Maju. Slameto, 2007, Pengaruh Motivasi dan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Akutansi. www.indoskripsi.com. Sudrajat, Akhmad, 2007, Kinerja Guru, tersedia: http://akhmadsudrajat. wordpress.com ( 12 Januari 2008) CAKRAWALA GALUH Vol. I No. 8 Maret 2012
Sufyaman, 2004, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, Bandung Apfabeta. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta. Surya, M, 1994, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisi. Tarigan, D. 2006. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Kalor dan Perpindahannya (online). Tersedia : http://sps.upi.edu. [23 Mei 2007] Umar, Husein, 2000, Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Jakarta Depdiknas. Vincent Gaspersz, 2003, Iso 9000:2000 and Continual Quality Improvement. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta Widodo, Slamet, 2008, Meningkatkan Produktivitas Sekolah, tersedia http://media.diknas.go.id// Wijaya, Cece, dkk, 2000, Statistika Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
RIWAYAT PENGARANG Angga Gumilar, S. Pd. adalah dosen di Program Studi Pendidikan Akuntansi FKIP Universitas Galuh Ciamis.
92