Proceeding Tugas Akhir-Juni 2015
1
Kompensasi Kesalahan Sensor Berbasis Descriptor Dengan Performa ๐ป๐ปโ pada Winding Machine Hendra Antomy, Trihastuti Agustinah Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected]
Abstrak โ Kesalahan pada sensor dapat terjadi pada sistem kontrol dengan umpan balik sehingga mengakibatkan sistem mengalami penurunan stabilitas dan performa. Fault Tolerant Control (FTC) adalah metode untuk mengkompensasi kesalahan pada komponen sistem, salah satunya adalah kesalahan sensor. FTC dapat disusun dengan cara mendesain estimator untuk mengestimasi besarnya kesalahan sensor yang terjadi. Kompensasi dilakukan dengan cara mengurangkan estimasi kesalahan sensor dengan keluaran sistem. Pada makalah ini, FTC untuk kesalahan sensor diterapkan pada sistem winding machine. Estimator dirancang menggunakan pendekatan sistem descriptor dan didesain memenuhi performa ๐ฏ๐ฏโ . Permasalahan dalam desain estimator dirumuskan dalam bentuk Linear Matrix Inequality (LMI). Untuk merancang kontroler nominal, sistem winding machine direpresentasikan sebagai model fuzzy Takagi-Sugeno (T-S). Berdasarkan model tersebut, aturan kontroler disusun menggunakan konsep Parallel Distributed Compensation (PDC) dengan struktur kontrol servo tipe 1. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan dapat menjaga performa dan stabilitas sistem saat terjadi kesalahan sensor. Selain itu, estimator memenuhi performa ๐ฏ๐ฏโ dengan ๐ณ๐ณ๐๐ -Gain kurang dari tingkat pelemahan yang ditentukan. Kata Kunci โ Fault Tolerant Control, Kompensasi Kesalahan Sensor, Descriptor System, Performa Hโ, Fuzzy Takagi-Sugeno, Linear Matrix Inequality, Sistem Winding Machine
I. PENDAHULUAN Sistem kontrol modern mengandalkan sistem kontrol yang canggih untuk memenuhi kinerja dan kebutuhan keamanan. Desain kontrol umpan balik konvensional untuk sistem yang kompleks dapat mengakibatkan kinerja yang tidak memuaskan, atau bahkan ketidakstabilan. Hal ini dikarenakan otomasi sistem sangat rentan terhadap kesalahan pada sensor atau aktuator. Pada umumnya, penggunaan sensor tidak dapat dihindari, mengingat kontrol umpan balik memerlukan sensor untuk mengukur keluaran sistem sebagai umpan balik. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, pendekatan baru dalam desain sistem kontrol dikembangkan untuk mentolerir kerusakan komponen sehingga stabilitas dan performa sistem tetap terjaga. Hal ini sangat penting untuk sistem yang membutuhkan tingkat keselamatan tinggi. Dalam sistem tersebut, konsekuensi dari kesalahan kecil dalam komponen dapat berakibat kerugian yang besar [1]. Winding machine merupakan plant yang membutuhkan performa dan stabilitas yang tinggi. Pada winding machine menjaga tegangan material merupakan hal yang wajib dilakukan. Tegangan material ini berpengaruh terhadap kondisi material. Jika tegangan terlalu kecil maka mengakibatkan pemborosan material, sedangkan jika tegangan terlalu besar maka material mengalami
pamanjangan berlebihan, perubahan bentuk, bahkan robek. Variabel lain yang penting dalam sistem ini adalah kecepatan motor. Motor digunakan untuk memutar roller pada bagian rewind roller dan unwind roller. Kecepatan motor yang rendah menyebabkan produktifitas menurun, sedangkan kecepatan yang terlalu tinggi menyebabkan tegangan yang tidak stabil [2]. Untuk memenuhi kebutuhan keamanan tersebut diperlukan sistem kontrol yang mampu mendeteksi adanya kesalahan dan memberikan sebuah tindakan agar kesalahan tersebut dapat ditoleransi. Metode dan strategi kontrol ini disebut sebagai Fault Tolerant Control (FTC). Secara umum terdapat dua macam metode dalam FTC, yaitu Passive Fault Tolerant Control schemes (PFTCs) dan Active Fault Tolerant Control schemes (AFTCs). Pada metode PFTCs, parameter kontroler dibuat tetap dan didesain menggunakan kontrol robust untuk memastikan sistem kontrol tetap mampu mengatasi kesalahan dari komponen sistem. Pada metode ini, tidak diperlukan informasi kesalahan secara on-line maupun konfigurasi ulang kontroler, tapi memiliki batas kesalahan yang bisa ditangani. Sedangkan metode AFTCs, parameter dari kontroler dikonfigurasi ulang sesuai dengan informasi kesalahan yang didapatkan secara on-line guna meningkatkan stabilitas dan performa dari keseluruhan sistem saat terjadi kesalahan pada komponen [1]. Fault hiding merupakan salah satu metode AFTCs. Metode ini bertujuan untuk mengkompensasi kesalahan sensor yang terjadi, sehingga kesalahan pada sensor dapat dihilangkan. Kompensasi dilakukan dengan cara mengurangkan keluaran sistem dengan estimasi besarnya kesalahan sensor yang terjadi. Untuk mengestimasi kesalahan sensor tersebut digunakan estimator kesalahan sensor. Estimator kesalahan sensor telah dibahas pada [3] dan [4] dengan menggunakan metode yang berbeda. Perancangan estimator kesalahan sensor dapat menggunakan metode Extended State Observer (ESO) yang dijelaskan pada [3]. Parameter pada ESO dicari menggunakan Singular Value Decomposition (SVD) dan merupakan sebuah observer diskrit. Hasil estimasi observer ditambahkan pada sinyal kontrol. Penambahan ini berfungsi sebagai kompensasi kesalahan sensor yang terjadi. Dengan demikian kompensasi diberikan dengan cara menambah atau mengurangkan sinyal kontrol dengan sinyal kompensasi sehingga sistem menerima sinyal kontrol yang mirip dengan sinyal kontrol yang diterima saat kesalahan sensor tidak terjadi. Metode ini memiliki kelemahan, antara lain observer ini menghasilkan estimasi kesalahan yang belum sempurna,
Proceeding Tugas Akhir-Juni 2015
2
dengan terdapat kesalahan estimasi dan kompensasi yang diberikan tidak mampu menghilangkan efek kesalahan sensor dengan sempurna. Perancangan estimator berbasis augmented descriptor system dijelaskan pada [4]. Berbeda dengan ESO, hasil estimasi observer ditambahkan pada bagian keluaran. Sehingga variabel yang diumpan balik merupakan variabel yang telah dikompensasi. Metode ini menghasilkan performa dan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan ESO. Hal ini dikarenakan kompensasi yang diberikan tidak mempengaruhi sinyal kontrol secara langsung. Pada makalah ini akan dilakukan perancangan sistem kontrol toleransi kesalahan sensor yang diterapkan pada winding machine. Estimator berbasis augmented descriptor system dirancang untuk mengestimasi kesalahan sensor. Hasil estimasi digunakan untuk melakukan kompensasi pada keluaran sistem. Permasalahan desain estimator akan diubah kedalam bentuk Linear Matrix Inequality (LMI). Kontrol nominal dirancang menggunakan kontroler fuzzy dengan struktur servo tipe 1. Gain kontroler ditentukan dengan metode kontrol optimal. Makalah ini terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian II membahas mengenai Sistem Winding-Machine. Pada bagian III membahas tentang desain kontrol nominal. Perancangan estimator kesalahan sensor dibahas pada Bab IV. Hasil pengujian simulasi disajikan pada Bab V. Akhirnya, kesimpulan dari makalah ini diberikan pada bagian VI. II. SISTEM WINDING MACHINE Winding machine adalah sebuah sistem yang umum dijumpai pada industri manufaktur, fabrikasi, transportasi material seperti kertas, besi, alumunium foil, dan film. Gambar 1 merupakan bentuk fisik dari winding machine. Terdapat tiga komponen utama pada winding machine, yaitu rewind roller, master speed roller dan unwind roller [5]. Masing-masing elemen tersebut diputar oleh penggerak elektrik berupa motor DC. Material yang berbentuk gulungan mula-mula berada di unwind roller. Material ini kemudian digulung kembali menuju rewind roller. Kecepatan material diatur oleh master speed roller [2]. Dinamika sistem winding machine dapat dinyatakan dengan persamaan state sebagai berikut: 1 [๐ฅ๐ฅ ๐ฅ๐ฅ + ๐ด๐ด๐ด๐ด(๐ฅ๐ฅ3 โ ๐ฅ๐ฅ4 )] ๐ฟ๐ฟ1 3 1 1 ๐ฅ๐ฅฬ 2 = [๐ฅ๐ฅ5 ๐ฅ๐ฅ2 โ ๐ฅ๐ฅ3 ๐ฅ๐ฅ1 + ๐ด๐ด๐ด๐ด(๐ฅ๐ฅ5 โ ๐ฅ๐ฅ3 )] ๐ฟ๐ฟ2 ๐ฝ๐ฝ๐๐ ๐
๐
1 ๐
๐
12 (๐ฅ๐ฅ โ ๐ฅ๐ฅ1 ) ๐ฅ๐ฅฬ 3 = โ 1 ๐ฅ๐ฅ3 + ๐ข๐ข1 + ๐ฝ๐ฝ1 ๐ฝ๐ฝ1 ๐ฝ๐ฝ1 2 ๐ฝ๐ฝ๐๐ ๐
๐
0 1 ๐ฅ๐ฅฬ 4 = โ 0 ๐ฅ๐ฅ4 โ ๐ข๐ข0 + [๐
๐
02 ๐ฅ๐ฅ1 โ ๐ง๐ง0 ๐ฅ๐ฅ42 ] ๐ฝ๐ฝ0 ๐ฝ๐ฝ0 ๐ฝ๐ฝ0 ๐ฝ๐ฝ๐๐ ๐
๐
2 1 ๐ฅ๐ฅฬ 5 = โ 2 ๐ฅ๐ฅ5 + ๐ข๐ข2 + [โ๐
๐
22 ๐ฅ๐ฅ2 + ๐ง๐ง2 ๐ฅ๐ฅ52 ] ๐ฝ๐ฝ2 ๐ฝ๐ฝ2 ๐ฝ๐ฝ2 dengan ๐๐๐ค๐ค ๐ฝ๐ฝ0 ๏ฟฝ โ 2๐๐๐๐๐๐ ๐ก๐ก๐ค๐ค ๐
๐
02 ๏ฟฝ 2๐๐ ๐
๐
02 ๐๐๐ค๐ค ๐ฝ๐ฝ2 ๐ง๐ง2 = ๏ฟฝ โ 2๐๐๐๐๐๐ ๐ก๐ก๐ค๐ค ๐
๐
22 ๏ฟฝ 2๐๐ ๐
๐
22
State pada sistem (1) menyatakan variabel sistem winding machine sebagai berikut: ๐ฅ๐ฅ1 : Tegangan material pada unwinder roller (N) ๐ฅ๐ฅ2 : Tegangan material pada rewinder roller (N) ๐ฅ๐ฅ3 : Kecepatan transport material pada master speed roller (m/s) ๐ฅ๐ฅ4 : Kecepatan transport material pada unwinder roller (m/s) ๐ฅ๐ฅ5 : Kecepatan material pada rewinder roller (m/s) ๐ข๐ข0 : Torsi penggerak pada unwinder roller (N.m) ๐ข๐ข1 : Torsi penggerak pada master speed roller (N.m) ๐ข๐ข2 : Torsi penggerak pada rewinder roller (N.m)
Parameter sistem winding machine yang digunakan pada makalah ini diberikan pada Tabel 1 dengan material yang diproses adalah lembaran alumunium. Tabel 1 Parameter Sistem Winding Machine Parameter Besaran (Satuan) ๐ฟ๐ฟ1
๐ฟ๐ฟ2 ๐ด๐ด ๐ธ๐ธ
๐ฝ๐ฝ๐๐0 ๐ฝ๐ฝ๐๐1 ๐ฝ๐ฝ๐๐2 ๐
๐
0 ๐
๐
1 ๐
๐
2
๐ฅ๐ฅฬ1 =
๐ง๐ง0 =
Gambar 1 Sistem Winding Machine
๐ฝ๐ฝ0 ๐ฝ๐ฝ1
๐ฝ๐ฝ2
(1)
๐๐๐ค๐ค ๐ก๐ก๐๐ ๐ก๐ก๐ค๐ค
Jarak antara unwind dengan master speed roller (๐๐) Jarak antara rewind dengan master speed roller (๐๐) Luas penampang material (๐๐2 ) Modulus Young material (๐๐. ๐๐โ2 ) Koefisien gesekan bearing pada unwind roller (๐๐. ๐๐. ๐ ๐ ) Koefisien gesekan bearing pada master speed roller (๐๐. ๐๐. ๐ ๐ ) Koefisien gesekan bearing pada rewind roller (๐๐. ๐๐. ๐ ๐ ) Jari-jari unwind roller (๐๐) Jari-jari master speed roller (๐๐) Jari-jari rewind roller (๐๐) Momen inersia bagian unwind roller (๐๐๐๐. ๐๐2 ) Momen inersia bagian master speed roller (๐๐๐๐. ๐๐2 ) Momen inersia bagian rewind roller (๐๐๐๐. ๐๐2 ) Ketebalan material (๐๐) Massa jenis material (๐๐๐๐. ๐๐โ3 ) Lebar material (๐๐)
Nilai 3,00 3,00
2,40 ร 10โ4 10,0 ร 106 2,25 2,25 2,25 1,75 1,00 1,75
1,50 1,20 1,50
1,20 ร 10โ4 2700,00 2,0
III. DESAIN KONTROLER FUZZY SERVO TIPE 1
Pada bagian ini membahas tentang perancangan kontroler nominal untuk memenuhi persoalan tracking pada winding machine. Struktur kontrol yang digunakan adalah kontroler servo tipe 1 dengan plant tanpa integrator. Gain kontroler ditentukan dengan metode kontrol optimal. Sistem pada (1)
Proceeding Tugas Akhir-Juni 2015
3
direpresentasikan sebagai model fuzzy T-S. Kontroler nonlinear disusun berdasarkan skema PDC.
a. Model fuzzy Takagi-Sugeno [6] Pembahasan awal pada bagian ini membahas tentang pemodelan fuzzy T-S sistem winding machine. Aturan ke-i dari model fuzzy untuk sistem nonlinear adalah sebagai berikut: ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ โ ๐๐: ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ ๐๐1 (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐๐๐1 ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด โฆ ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐ (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐โ๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑฬ (๐ก๐ก) = ๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐๐๐ ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) ๐ฒ๐ฒ(๐ก๐ก) = ๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐๐๐ ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) ๐๐ = 1,2, โฆ , ๐๐
Gambar 2 Blok Diagram Sistem Kontrol Menggunakan Kontroler Servo Tipe 1 (2)
dengan ๐๐ adalah jumlah aturan fuzzy, ๐๐ adalah jumlah himpunan fuzzy dalam satu aturan, ๐๐๐๐๐๐ adalah himpunan fuzzy, dan ๐๐(๐ก๐ก) โ ๐๐๐๐ merupakan variabel premis sistem fuzzy. Inferensi fuzzy yang digunakan pada (2) menggunakan penghubung AND (operator product) dan metode defuzzifikasi yang digunakan adalah center (weighted) average. Bentuk keseluruhan model fuzzy T-S (2) dapat dinyatakan sebagai persamaan (3)-(4). ๐๐
๐ฑ๐ฑฬ (๐ก๐ก) = ๏ฟฝ โ๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ[๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐๐๐ ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก)]
(3)
๐ฒ๐ฒ(๐ก๐ก) = ๏ฟฝ โ๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ[๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐๐๐ ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก)]
(4)
๐๐=1 ๐๐
dengan
๐๐=1
โ๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ =
๐๐๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ
โ๐๐๐๐=1 ๐๐๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ ๐๐
๐๐๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ = ๏ฟฝ ๐๐๐๐๐๐ ๏ฟฝ๐๐๐๐ (๐ก๐ก)๏ฟฝ
(5)
๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) โ ๐ฑ๐ฑ(โ) ๏ฟฝ ๐๐(๐ก๐ก) โ ๐๐(โ)
(8)
๏ฟฝ ๐๐ ๐๐๏ฟฝ๐๐ + ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ ๐ฎ๐ฎ๐๐ ๐๐๏ฟฝฬ๐๐ = ๐๐
(9)
dengan
๏ฟฝ ๐๐ = ๏ฟฝ๐๐๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐๐ = ๏ฟฝ ๐๐ ๐๐๏ฟฝ, ๐๐ ๐๐ 0 โ๐๐ 0 ๏ฟฝ ๏ฟฝ โฎ [๐๐ ๐ฎ๐ฎ๐๐ = โ ๐๐๐๐, ๐๐ =
โ๐๐ ๐๐ ]
(10)
๏ฟฝ dapat ditentukan dengan metode kontrol Gain kontroler ๐๐ optimal, yaitu dengan metode optimisasi Linear Quadratic ๏ฟฝ , sehingga (LQ). Metode ini bertujuan untuk mencari gain ๐๐ meminimumkan indeks performa (11). โ
๐ฝ๐ฝ = ๏ฟฝ (๐๐๏ฟฝ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๏ฟฝ๐๐ + ๐ฎ๐ฎ๐๐๐๐ ๐๐๐ฎ๐ฎ๐๐ )๐๐๐๐
(11)
๏ฟฝ๐๐๐๐ ๐๐ + ๐๐๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ + โ๐๐๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ ๐๐โ๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐๐๐ ๐๐ + ๐๐ = ๐๐ ๐๐
(12)
๏ฟฝ = ๐๐โ๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ ๐๐ ๐๐
(13)
dengan ๐๐ โฅ 0 dan ๐๐ > 0 adalah matriks pembobot yang ditentukan. Untuk menyelesaikan permasalahan optimisasi pada (11) dapat dilakukan dengan cara menyelesaikan aljabar Riccati seperti pada (12).
(6)
Diasumsikan bahwa ๐๐๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ โฅ 0 dan โ๐๐๐๐=1 ๐๐๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ > 0; ๐๐ = 1,2, โฆ , ๐๐ untuk semua ๐ก๐ก, maka dapat disimpulkan bahwa: โ๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ โฅ 0 ๐๐
๏ฟฝ โ๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ = 1
๏ฟฝ dapat dihitung dengan menyelesaikan Gain kontroler ๐๐ persamaan (13).
Selanjutnya aturan kontroler disusun dengan mengadopsi skema PDC. Jika semua state terukur, maka aturan kontroler fuzzy (14) digunakan untuk mendesain sistem kontrol fuzzy.
๐๐=1
b. Kontroler Servo Tipe 1 [7] Gambar 2 merupakan struktur kontrol servo tipe 1 ketika plant tidak memiliki integrator. Bila kita amati, terdapat dua gain kontroler, yaitu ๐๐ dan ๐๐ ๐๐ .Diasumsikan sinyal referensi adalah unit step dengan step time=0 dan final value=r. Berdasarkan Gambar 2, pada saat ๐ก๐ก > 0 dinamika sistem dapat ditulis sebagai persamaan (7). ๐๐ ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) ๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ + ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) + ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐ซ๐ซ 0 0 ๐๐(๐ก๐ก) 1
๐๐๏ฟฝ๐๐ (๐ก๐ก) = ๏ฟฝ
0
๐๐=1
๐ฑ๐ฑฬ (๐ก๐ก) ๐๐ ๏ฟฝ ฬ ๏ฟฝ=๏ฟฝ โ๐๐ ๐๐(๐ก๐ก)
steady state diinginkan ๐๐ฬ(โ) = 0. Sehinga diperoleh bahwa ๐ฒ๐ฒ(โ) = ๐ซ๐ซ. Dengan mengurangkan dinamika sistem saat steady state terhadap (7), maka diperoleh persamaan (9).
(7)
Diinginkan sistem (7) stabil asimtotik sehingga ๐ฑ๐ฑ(โ), ๐๐(โ), dan ๐ฎ๐ฎ(โ) mendekati nilai konstan. Pada kondisi
๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ โ ๐๐: ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ ๐๐1 (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐๐๐1 ๐ด๐ด๐๐๐๐ โฆ ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐ (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐โ๐๐๐๐ ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) = โ๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐(๐ก๐ก) ๐๐ = 1,2, โฆ , ๐๐
(14)
๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) = ๏ฟฝ โ๐๐ ๏ฟฝ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ ๏ฟฝโ๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐(๐ก๐ก)๏ฟฝ
(15)
Keluaran dari kontroler fuzzy pada secara keseluruhan dapat dinyatakan oleh persamaan (15). ๐๐
๐๐=1
Proceeding Tugas Akhir-Juni 2015
4
Sesuai dengan definisi pada (12), maka untuk menentukan nilai gain pada masing-masing aturan adalah dengan menyelesaikan persamaan (16). ๏ฟฝ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ + ๐๐๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ + โ๐๐๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ ๐๐โ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ + ๐๐๐๐ = ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐
(16)
๐๐ ๏ฟฝ, 0
๏ฟฝ ๐๐ = ๏ฟฝ๐๐๐๐ ๏ฟฝ , ๐๐ ๐๐ 0
๏ฟฝ ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ + ๐๐ ๏ฟฝ ๐ฎ๐ฎ + ๐ฝ๐ฝ ๏ฟฝ (๐ก๐ก, ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ, ๐ฎ๐ฎ) + ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ ๐๐ ๐๐๏ฟฝ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝฬ = ๐๐
(21)
๐ฒ๐ฒ๐๐ = ๐๐๏ฟฝ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ + ๐๐๐๐
dengan
๏ฟฝ ๐๐ = ๏ฟฝ ๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐ โ๐๐๐๐
Sesuai dengan definisi sistem descriptor, maka dapat disusun sebuah sistem descriptor gabungan yang menggabungkan state pada (18) dengan vektor kesalahan sensor (๐๐๐ ๐ ). Sistem ini dapat ditulis sebagai (21)-(22).
๐๐ = 1,2, โฆ , ๐๐
(22)
dengan
IV. DESAIN ESTIMATOR KESALAHAN SENSOR BERBASIS DESCRIPTOR
Salah satu metode AFTC adalah rekonstruksi kesalahan sensor. Metode ini bertujuan untuk mengestimasi besarnya kesalahan sensor. Hasil estimasi digunakan untuk kompensasi kesalahan. Untuk mengestimasi kesalahan sensor dapat dirancang sebuah estimator. Perancangan estimator pada metode ini dapat digunakan dengan pendekatan augmented descriptor system. Gambar 3 merupakan diagram blok sistem kontrol dengan fault estimator. Vektor ๐ฑ๐ฑ ๐๐ merupakan state sistem yang telah dikompensasi sedangkan ๐ฒ๐ฒ๐๐ adalah keluaran sistem yang telah dikompensasi.
๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ = ๏ฟฝ๐๐ ๐๐๏ฟฝ, ๏ฟฝ = ๏ฟฝ๐๐๏ฟฝ ๏ฟฝ, ๐๐ ๐๐ ๐๐๏ฟฝ = ๏ฟฝ ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ (๐ก๐ก, ๐ฑ๐ฑ, ๐ฎ๐ฎ) = ๏ฟฝ๐ฝ๐ฝ(๐ก๐ก, ๐ฑ๐ฑ, ๐ฎ๐ฎ)๏ฟฝ, ๐ฝ๐ฝ ๐๐๏ฟฝ = [๐๐ ๐๐๐๐ ] ๐๐ ๐ฑ๐ฑ ๐๐๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ = ๏ฟฝ ๐๐ ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ = ๏ฟฝ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐๐๐ร๐๐ ๏ฟฝ , ๐ ๐
Sistem (21)-(23) merupakan sistem descriptor gabungan. Vektor ๐ฑ๐ฑ dan ๐๐๐ ๐ merupakan descriptor state.
b. Estimator Kesalahan Sensor
Estimator kesalahan sensor dapat didesain berdasarkan sistem descriptor gabungan pada (21)-(22). Tujuan dari estimator ini adalah mengestimasi descriptor state (๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ). Descriptor state pada sistem (21)-(22) dapat diestimasi menggunakan state โ space estimator dalam bentuk (24)(25). ๏ฟฝ โ ๐๐ ฬ ๐๐ ๐๐๏ฟฝ๏ฟฝ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ + ๏ฟฝ๐๐ ๏ฟฝ โ ๐๐ ฬ ๐๐ ๐๐๏ฟฝ๐ฎ๐ฎ + ๐๐ ฬ ๐๐ ๐ฒ๐ฒ๐๐ + ๐ฝ๐ฝ ๏ฟฝ ๏ฟฝ๐ก๐ก, ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ , ๐ฎ๐ฎ๏ฟฝ ๐ณ๐ณ๏ฟฝฬ = ๏ฟฝ๐๐ ฬ ๐๐ ๐๐๏ฟฝ๏ฟฝโ๐๐ ๏ฟฝ๐ณ๐ณ๏ฟฝ โ ๐๐ ฬ ๐๐ ๐ฒ๐ฒ๐๐ โ ๐๐ ฬ ๐๐ ๐๐๐๐๏ฟฝ ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ = ๏ฟฝ๐๐๏ฟฝ + ๐๐
Gambar 3 Diagram Blok Sistem Kontrol dengan Fault Estimator
a. Sistem Descriptor Sistem descriptor merupakan sebuah sistem yang menggabungkan state dengan persamaan diferensial dan state tanpa persamaan diferensial. Sistem descriptor memiliki bentuk umum yang dinyatakan pada (17). ๏ฟฝ
๏ฟฝ๐๐ ๏ฟฝ ๐ฎ๐ฎ ๏ฟฝฬ = ๐๐ ๏ฟฝ + ๐๐ ๐๐๐๐ ๏ฟฝ ๏ฟฝ + ๐๐๐๐ ๐ฒ๐ฒ = ๐๐๐๐
(17)
Tinjau sebuah sistem nonlinear Lipschitz dengan gangguan masukan dan kesalahan sensor pada (18)-(19) [8]. ๐ฑ๐ฑฬ = ๐๐๐๐ + ๐๐๐๐ + ๐ฝ๐ฝ(๐ก๐ก, ๐ฑ๐ฑ, ๐ฎ๐ฎ) + ๐๐๐๐ ๐๐ ๐ฒ๐ฒ๐๐ = ๐๐๐๐ + ๐๐๐๐ + ๐๐๐ ๐ ๐๐๐ ๐
(18) (19)
dengan ๐ฑ๐ฑ โ ๐๐๐๐ adalah vektor state, ๐ฎ๐ฎ โ ๐๐๐๐ adalah sinyal kontrol, ๐ฒ๐ฒ๐๐ โ ๐๐๐๐ adalah vektor keluaran dengan kesalahan sensor, ๐ฝ๐ฝ(๐ก๐ก, ๐๐, ๐๐) โ ๐๐๐๐ adalah vektor fungsi nonlinear dengan konstanta Lipschitz ๐๐, ๐๐๐ ๐ โ ๐๐๐๐ adalah vektor kesalahan sensor, ๐๐ โ ๐๐๐๐ adalah gangguan terbatas pada sistem yang tidak diketahui, serta ๐๐๐๐ โ ๐๐๐๐ร๐๐ merupakan matriks pembobot gangguan. Konstanta Lipschitz yang ditentukan harus memenuhi pertidaksamaan (20). โ๐ฝ๐ฝ(๐ก๐ก, ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ, ๐ฎ๐ฎ) โ ๐ฝ๐ฝ(๐ก๐ก, ๐ฑ๐ฑ, ๐ฎ๐ฎ)โ โค ๐๐โ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ โ ๐ฑ๐ฑโ
(20)
(23)
(24) (25)
ฬ ๐๐ merupakan gain proportional dan derivatif ฬ ๐๐ dan ๐๐ dengan ๐๐ estimator. Agar estimator kokoh terhadap gangguan pada sistem, maka dalam mendesain estimator harus memenuhi performa ๐ป๐ปโ . Hal ini bertujuan untuk melemahkan efek gangguan pada sistem sehingga vektor error estimasi ๐๐๏ฟฝ(๐ก๐ก) = ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ (๐ก๐ก) โ ๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ(๐ก๐ก) stabil dengan performa ๐ป๐ปโ . Secara matematis performa ini dapat dituliskan pada persamaan (26). ๐๐
๐๐ ๐๐ โ๐๐๏ฟฝ(๐ก๐ก)โ2 ๏ฟฝโซ0 {๐๐๏ฟฝ(๐ก๐ก) ๐๐๏ฟฝ(๐ก๐ก)}๐๐๐๐ = โค ๐พ๐พ โ๐๐(๐ก๐ก)โ2 ๐๐ ๏ฟฝโซ0 ๐๐ ๐๐(๐ก๐ก)๐๐ ๐๐(๐ก๐ก)๐๐๐๐
(26)
Untuk sistem (21)-(22) terdapat estimator dalam bentuk (24)-(25) apabila terdapat matriks simetris positif definit ๏ฟฝ โ ๐๐(๐๐+๐๐)ร๐๐ yang memenuhi: ๏ฟฝ โ ๐๐(๐๐+๐๐)ร(๐๐+๐๐) dan matriks ๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ๐๐ ๐๐๏ฟฝ โ๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ + ๐๐ ๏ฟฝ๐๐๏ฟฝ โ1 ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ ๏ฟฝ๐๐๏ฟฝ โ1 ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ โ๐๐ โก ๏ฟฝ ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐ ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2 โ๐๐ ๐๐ โ ๐๐ ๐๐ + ๐๐ ๐๐ + ๐๐ โข ๏ฟฝ ๐
๐
๐๐ ๐๐๏ฟฝ โ๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ โ๐๐ โ๐พ๐พ 2 ๐๐ โข โฃ ๏ฟฝ ๐๐๏ฟฝ โ๐๐ ๐๐ ๐๐ dengan
ฬ ๐๐ ๐๐๏ฟฝ ๐๐๏ฟฝ = ๐๐๏ฟฝ + ๐๐ ฬ ๐๐ = ๐๐๏ฟฝ๐๐ ๏ฟฝ โ1 ๐๐ ๏ฟฝ ๐๐
๏ฟฝ๐๐๏ฟฝ โ1 โค ๐๐ โฅ < ๐๐ ๐๐ โฅ โ๐๐ โฆ
(27)
(28) (29)
Proceeding Tugas Akhir-Juni 2015 ๐๐ ฬ ๐๐ = ๏ฟฝ ๐๐ร๐๐ ๏ฟฝ , ๐๐ ๐๐๐๐ร๐๐
๐๐๐๐๐๐๐๐๏ฟฝ๐๐๐๐ร๐๐ ๏ฟฝ = ๐๐
5
(30)
Syarat pole region digunakan untuk meletakkan pole estimator pada daerah yang ditentukan [9]. Pada makalah ini pole region yang digunakan adalah half plane region. LMI (31) merupakan syarat LMI region dengan half plane region. ๏ฟฝ๐๐ ๐๐๏ฟฝ โ๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ + ๐๐ ๏ฟฝ๐๐๏ฟฝ โ1 ๐๐ ๏ฟฝ โ ๐๐๏ฟฝ ๐๐ ๐๐ ๏ฟฝ๐๐ โ ๐๐ ๏ฟฝ๐๐๏ฟฝ + ๐๐ 2 ๐๐ + ๐๐ + 2ฮฑ๐๐ < 0 (31) ๐๐
Dalam mendesain estimator kesalahan sensor, maka LMI (27) dan (31) harus terpenuhi dengan ๐พ๐พ adalah tingkat pelemahan yang diinginkan dan ๐ผ๐ผ adalah batas daerah half plane yang diinginkan. Gain estimator dapat dihitung dengan menyelesaikan persamaan (27)-(31).
c. Kompensasi Kesalahan Sensor
State ๐๐ฬ๐ ๐ adalah hasil estimasi kesalahan sensor. Persamaan (32) menyatakan hubungan antara ๐๐ฬ๐ ๐ dan state estimator. ๐๐ฬ๐ ๐ = [๐๐๐๐ร๐๐
๐๐๐๐ ]๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ
(32)
Mengurangkan state keluaran (19) dengan (32), maka diperoleh keluaran terkompensasi seperti pada (33). ๐ฒ๐ฒ๐๐ = ๐ฒ๐ฒ๐๐ โ ๐๐ฬ๐ ๐ = ๐ฒ๐ฒ๐๐ โ [๐๐๐๐ร๐๐
๐๐๐๐ ]๐ฑ๐ฑ๏ฟฝ
(33)
V. HASIL SIMULASI
Model fuzzy untuk sistem (1) dibangun dari hasil linearisasi pada lima titik kerja dengan variabel premis ๐ฅ๐ฅ3 , yaitu ๐ฅ๐ฅ3 = 0 m/s, ๐ฅ๐ฅ3 = 1 m/s, ๐ฅ๐ฅ3 = 2 m/s, ๐ฅ๐ฅ3 = 3 m/s dan ๐ฅ๐ฅ3 = 4 m/s. Berikut adalah aturan plant model fuzzy T-S pada sistem winding machine: ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ โ 1: ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐1 (sekitar 0 m/s) ๐๐โ๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑฬ (๐ก๐ก) = ๐๐1 ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐1 ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) ๐ฒ๐ฒ(๐ก๐ก) = ๐๐1 ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐1 ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ โ 2: ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐2 (sekitar 1 m/s) ๐๐โ๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑฬ (๐ก๐ก) = ๐๐2 ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐2 ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) ๐ฒ๐ฒ(๐ก๐ก) = ๐๐2 ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐2 ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) โฎ โฎ โฎ ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ โ 5: ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐5 (sekitar 4 m/s) ๐๐โ๐๐๐๐ ๐ฑ๐ฑฬ (๐ก๐ก) = ๐๐5 ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐5 ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) ๐ฒ๐ฒ(๐ก๐ก) = ๐๐5 ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐5 ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก)
dengan
0 0 800 โ800 0 โก 0 0 โ800 0 800 โค โข โฅ 0 0 โฅ ๐๐1 = โขโ0,83 0,83 โ1,87 0 0 โ1,50 0 โฅ โข 2,04 โฃ 0 โ2,04 0 0 โ1,50โฆ 0,33 0 800 โ800 0 โกโ0,33 0,33 โ800 0 800 โค โข โฅ 0 0 โฅ ๐๐2 = โขโ0,83 0,83 โ1,87 0 0 1,15 0 โฅ โข 2,04 โฃ 0 โ2,04 0 0 โ4,15โฆ
0,67 0 โกโ0,67 0,67 โข ๐๐3 = โขโ0,83 0,83 0 โข 2,04 โฃ 0 โ2,04 1 0 โก โ1 1 โข ๐๐4 = โขโ0,83 0,83 0 โข 2,04 โฃ 0 โ2,04 1,33 0 โกโ1,33 1,33 โข ๐๐5 = โขโ0,83 0,83 0 โข 2,04 โฃ 0 โ2,04
800 โ800 0 โ800 0 800 โค โฅ โ1,87 0 0 โฅ 0 3,79 0 โฅ 0 0 โ6,79โฆ 800 โ800 0 โ800 0 800 โค โฅ โ1,87 0 0 โฅ 0 6,44 0 โฅ 0 0 โ9,44โฆ 800 โ800 0 โ800 0 800 โค โฅ โ1,87 0 0 โฅ 0 9,08 0 โฅ 0 0 โ12,08โฆ 0 0 0 โก 0 0 0 โค โข โฅ 0,83 0 โฅ ๐๐1 = ๐๐2 = โฏ = ๐๐5 = โข 0 0 0 โฅ โขโ1,17 โฃ 0 0 1,17โฆ 1 0 0 0 0 ๐๐1 = ๐๐2 = โฏ = ๐๐5 = ๏ฟฝ0 1 0 0 0๏ฟฝ 0 0 1 0 0 ๐๐1 = ๐๐2 = โฏ = ๐๐5 = ๐๐
Fungsi keanggotaan untuk model fuzzy T-S (34) secara matematis adalah sebagai berikut: ๐๐1 ๏ฟฝ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก)๏ฟฝ = โ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) + 1, ๐ฅ๐ฅ (๐ก๐ก), ๐๐2 ๏ฟฝ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก)๏ฟฝ = ๏ฟฝ 3 โ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) + 2, ๐ฅ๐ฅ (๐ก๐ก) โ 1, ๐๐3 ๏ฟฝ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก)๏ฟฝ = ๏ฟฝ 3 โ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) + 3, ๐ฅ๐ฅ (๐ก๐ก) โ 2, ๐๐4 ๏ฟฝ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก)๏ฟฝ = ๏ฟฝ 3 โ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) + 4, ๐๐5 ๏ฟฝ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก)๏ฟฝ = ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) โ 3,
0 โค ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) โค 1 0 โค ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) โค 1 1 โค ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) โค 2 1 โค ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) โค 2 2 โค ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) โค 3 2 โค ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) โค 3 3 โค ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) โค 4
3 โค ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) โค 4
(35)
Pada makalah ini, nilai nilai ๐๐ dan R pada masing-masing aturan kontroler adalah sebagai berikut: ๐๐1 = ๐๐2 = โฏ = ๐๐5 = 20 ร ๐๐8 ๐๐1 = ๐๐ 2 = โฏ = ๐๐ 5 = 0.1 ร ๐๐3
Dengan demikian dapat disusun aturan kontroler yang bersesuaian dengan model aturan plant (34) sebagai berikut:
(34)
๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ โ 1: ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐1 (sekitar 0 m/s) ๐๐โ๐๐๐๐ ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) = โ๐๐1 ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐ ๐๐1 ๐๐(๐ก๐ก) ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ โ 2: ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐2 (sekitar 1 m/s) ๐๐โ๐๐๐๐ ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) = โ๐๐ 2 ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐ ๐๐2 ๐๐(๐ก๐ก) โฎ โฎ โฎ ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ โ 5: ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ ๐ฅ๐ฅ3 (๐ก๐ก) ๐๐๐๐ ๐๐5 (sekitar 4 m/s) ๐๐โ๐๐๐๐ ๐ฎ๐ฎ(๐ก๐ก) = โ๐๐ 5 ๐ฑ๐ฑ(๐ก๐ก) + ๐๐ ๐๐5 ๐๐(๐ก๐ก)
dengan
10,60 ๐๐1 = ๏ฟฝ 6,17 2,06
2,06 โ6,17 10,60
70,25 โ106,48 116,34 โ50,18 โ70,25 โ24,78
24,78 โ50,18๏ฟฝ 106,48
Proceeding Tugas Akhir-Juni 2015 10,63 ๐๐ 2 = ๏ฟฝ 6,23 2,04 10,65 ๐๐ 3 = ๏ฟฝ 6,29 2,03 10,66 ๐๐ 4 = ๏ฟฝ 6,36 2,02 10,68 ๐๐ 5 = ๏ฟฝ 6,42 2,00 12,10 ๐๐ ๐๐1 = ๏ฟฝ 7,02 2,04 12,14 ๐๐ ๐๐2 = ๏ฟฝ 6,97 2,01 12,17 ๐๐ ๐๐3 = ๏ฟฝ 6,92 1,98 12,20 ๐๐ ๐๐4 = ๏ฟฝ 6,88 1,95 12,23 ๐๐ ๐๐5 = ๏ฟฝ 6,84 1,93
2,06 โ6,19 10,66 2,06 โ6,20 10,71 2,06 โ6,22 10,76 2,06 โ6,24 10,80 2,04 โ7,02 12,10 2,07 โ7,08 12,07 2,10 โ7,14 12,03 2,13 โ7,19 11,99 2,17 โ7,25 11,95
70,50 116,72 โ70,34 70,66 117,24 โ70,33 70,74 117,90 โ70,25 70,74 118,68 โ70,10 โ7,02 10,07 ๏ฟฝ 7,02 โ6,95 10,06 ๏ฟฝ 7,10 โ6,88 10,06 ๏ฟฝ 7,17 โ6,82 10,05 ๏ฟฝ 7,25 โ6,77 10,03 ๏ฟฝ 7,31
6 โ108,81 โ50,36 โ24,73 โ111,22 โ50,47 โ24,64 โ113,70 โ50,53 โ24,52 โ116,24 โ50,53 โ24,38
24,73 โ50,24๏ฟฝ 104,57 24,64 โ50,24๏ฟฝ 102,74 24,52 โ50,18๏ฟฝ 100,98 24,38 โ50,07๏ฟฝ 99,28
mampu menghasilkan estimasi kesalahan sensor yang akurat. Gambar 5 merupakan grafik nilai ๐ฟ๐ฟ2 -gain estimator terhadap gangguan yang terjadi pada sistem. Efek gangguan pada masukan juga mampu dilemahkan di bawah tingkat pelemahan yang ditentukan. Untuk mengetahui tingkat keakuratan estimasi, maka dilakukan uji performa Integral Absolute Error (IAE). Hasil uji performa ini disajikan pada Tabel 2.
(a)
(36)
Untuk perancangan estimator diasumsikan seluruh state terukur dan nilai ๐พ๐พ yang dipilih adalah sebesar 0,2 dan ๐ผ๐ผ = 10. Menyelesaikan LMI (27) dan (31), diperoleh gain estimator sebagai berikut: 6,22 โ5,07 โก 4,91 6,94 โข โ14,62 โ5,07 โข 21,08 โข 28,09 1,00 6,89 ฬ ๐๐ = โข ๐๐ 13,47 โ9,55 โข 13,47 โข 9,55 โขโ28,95 โ11,21 โข 55,18 42,95 โฃ 1,97 16,07 ฬ ๐๐ = ๏ฟฝ๐๐5ร5 ๏ฟฝ ๐๐ ๐๐5
407,59 โ390,28 5,60 โ4,67 โ165,27 28,92 11,19 13,57 โ9,24 โ336,88
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ = ๐๐ = [๐ฝ๐ฝ1
๐ฝ๐ฝ5 ]๐๐
โ420,76 0,18 โ21,83 383,34 โค โฅ 4,62 165,57 โฅ 5,80 45,74 โฅ โ45,49 6,03 โฅ โ55,14 โ1,98 โฅ โ42,92 โ16,07โฅ 9,36 336,86 โฅ 13,50 92,70 โฅ โ92,80 13,36 โฆ
(37)
Pada makalah ini pengujian dilakukan dengan kesalahan terjadi pada ๐ฆ๐ฆ1 , ๐ฆ๐ฆ2 dan ๐ฆ๐ฆ3 dengan kesalahan bias fault. Secara matematis kesalahan ini dapat ditulis sebagai (38). ๐ฝ๐ฝ2
โฆ
(b)
(c) Gambar 4 Perbandingan Hasil Estimasi ๐๐ฬ๐ ๐ dengan Kesalahan Sensor pada: (a) ๐ฆ๐ฆ1 ; (b) ๐ฆ๐ฆ2 ; (c) ๐ฆ๐ฆ3
(38)
dengan ๐ฝ๐ฝ1 , ๐ฝ๐ฝ2 , โฆ , ๐ฝ๐ฝ5 adalah besarnya bias fault pada keluaran sistem [10]. Kesalahan sensor terjadi pada ๐ก๐ก = 10 detik. Nilai ๐๐ yang dipilih pada makalah ini adalah: ๐๐ = [0,3
0,3 0,3
0
0]๐๐
Sedangkan gangguan masukan direpresentasikan sebagai fungsi random terdistribusi normal dengan mean sebesar 0 dan variance sebesar 0,01. Gambar 4 merupakan hasil estimasi state kesalahan sensor (๐๐ฬ๐ ๐ ) pada ๐ฆ๐ฆ1 , ๐ฆ๐ฆ2 dan ๐ฆ๐ฆ3 . Dapat dilihat bahwa estimator
Gambar 5 ๐ณ๐ณ๐๐ -Gain dari Performa Estimator
Berdasarkan Tabel 2, performa estimator sudah sangat baik dalam mengestimasi kesalahan sensor. Bila dibandingkan dengan ๐ฆ๐ฆ1 dan ๐ฆ๐ฆ2 , estimasi kesalahan sensor pada ๐ฆ๐ฆ3 memiliki performa yang lebih baik. Hal ini
Proceeding Tugas Akhir-Juni 2015
7
dikarenakan pada ๐ฆ๐ฆ3 tidak dipengaruhi oleh gangguan masukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi state tanpa gangguan masukan lebih baik dibandingkan state dengan gangguan masukan.
yang diberikan. Kontroler fuzzy hasil desain dapat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan.
Tabel 2 Performa IAE Berdasarkan Hasil Pengujian
[1] Y. Zhang and J. Jiang, "Bibliographical Review on Reconfigurable Fault-Tolerant Control Systems," Annual Reviews in Control, vol. 32, pp. 229-252, 2008. [2] G. Voss and K. Hefti, "Importance and Method of Tension Control (Coil Winding Process)," Proceedings of the Electrical Insulation Conference 1997 and Electrical Manufacturing and Coil Winding Conference, pp. 617-523, 1997. [3] H. Noura, D. Sauter and F. Hamelin, "Fault-tolerant control in dynamic systems: Application to a winding machine," IEEE Control Systems Magazines, vol. 20, pp. 33-49, 2000. [4] Z. Gao and S. Ding, "Sensor Fault Reconstruction and Sensor Compensation for a Class of Nonlinear StateSpace Systems Via a Descriptor System Approach," IET Control Theory Application, pp. 578-585, 2007. [5] W. Zhou, "Robust and Decentralized Control of Web Winding Systems," 2007. [6] A. Benzaouia and A. E. Hajjaji, Advanced TakagiSugeno Fuzzy Systems; Delay and Saturation, Switzerland: Springer, 2014. [7] K. Ogata, Modern Control Engineering, New Jersey: Prentice-Hall, 1997. [8] H. K. Khalil, Nonlinear Systems, 2 ed., New Jersey: Prentice Hall, 1996. [9] U. Mahato, Low Gain Controller Design with Regional Pole Placement Constraints, Odisha: Rourkela National Institute of Technology, 2013. [10] M. Blanke, M. Kinnaert, J. Lunze and M. Staroswiecki, Diagnosis and Fault-Tolerant Control Second Edition, Berlin: Springer, 2006. [11] S. Boyd, L. E. Ghaoui, E. Feron and V. Balakrishnan, Linear Matrix Inequalities in System and Control Theory, Philadelphia: Society for Industrial and Applied Mathematics (SIAM), 1994. [12] P. Gahinet, A. Nemirovski, A. J. Laub and M. Chilali, LMI Control Toolbox For Use with MATLAB, Massachusetts: Mathworks, Inc, 1995. [13] H. Noura, D. Thelliol, J.-C. Ponsart and A. Chamseddine, Fault Tolerant Control Systems Design and Practical Applications, London: Springer, 2009. [14] K. Zhou, Essentials of Robust Control, Beijing: Prentice Hall, 1999.
Keluaran
๐ฆ๐ฆ1 ๐ฆ๐ฆ2 ๐ฆ๐ฆ3
IAE Error Estimasi
0,0706 0,0704 0,0003
IAE pada Keluaran Sistem Dengan Tanpa Kompensasi Kompensasi
1,0330 0,9314 2,4010
7,2590 3,7880 6,3290
IAE pada Hasil Kompensasi
1,0050 0,9036 2,4010
(a)
(b)
(c) Gambar 6 Perbandingan Respon Sistem Dengan dan Tanpa Kompensasi; (a) ๐ฆ๐ฆ1 ; (b) ๐ฆ๐ฆ2 ; (c) ๐ฆ๐ฆ3 VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian simulasi pada sistem winding machine, dapat diambil kesimpulan bahwa estimator kesalahan sensor yang didesain mampu menjaga performa sistem saat terjadi kesalahan sensor dan gangguan pada sistem. Estimator kokoh terhadap gangguan pada sistem. Hal ini dibuktikan dengan ๐ฟ๐ฟ2 -gain estimator yang kurang dari tingkat pelemahan ๐พ๐พ yang ditentukan. Sinyal keluaran yang dikompensasi bebas terhadap kesalahan sensor dan gangguan pada sistem. Hasil perancangan kontroler dapat membuat respon keluaran winding machine mengikuti sinyal referensi
DAFTAR PUSTAKA