KOMPAS Minggu, 25 Mei 2008
SELAMATKAN MLATEN KAMI Tri Harso Karyono Bioskop Roxi tinggal kenangan, Stadion Menteng disulap menjadi ’rumah kaca’, Pasar Johar tinggal menunggu waktu, serta sederet daftar bangunan lama yang seharusnya dilindungi, sebagai bagian dari Sejarah Arsitektur Indonesia, satu demi satu dihapus. Tidak ada satupun yang mampu melawan kekuasaan ekonomi pasar. Seakan kehidupan hanya sebatas uang dan isi perut. Nilai‐nilai sejarah serta gambaran perjalanan kota bukan lagi merupakan aset negara yang perlu diwariskan kepada generasi selanjutnya untuk dipelihara dan dipelajari.
Sumber: Bagoes P. Wiryomartono
Blok Perumahan Sewa Mlaten: Konsep rancangan Karsten yang cenderung tidak linear sebagaimana konsep rancangan permukiman di Eropa pada umumnya
Di tengah maraknya aksi pembongkaran bangunan bersejarah di berbagai kota serta
penggusuran permukiman golongan bawah di kota‐kota besar di Indonesia belakangan ini, kita
perlu bercermin pada pemikiran Thomas Karsten, arsitek berkebangsaan Belanda, yang berhasil menyodorkan pemecahan menarik terhadap penyediaan tempat tinggal warga ekonomi lemah di beberapa pusat kota di Indonesia.
Karsten yang dilahirkan di Belanda tahun 1884 dan menikmati pendidikan di Technische
Hogeschool Delft, Belanda, banyak menghasilkan karya arsitektur perkotaan di Indonesia. Salah satu karya yang menonjol adalah permukiman sewa Mlaten di Semarang. Perencanaan permukiman sewa ini ditujukan untuk para pekerja kelas bawah yang bekerja di pusat kota Semarang, termasuk mereka yang bekerja di para pemilik perumahan kelas menengah dan kelas atas di sekitar perumahan sewa ini.
Tri H. Karyono Rumah Asli – Salah satu rumah asli karya Karsten – di antara beberapa ‐ yang masih bertahan Perubahan Rumah Sewa Mlaten
Perumahan Mlaten ini dirancang Ir. Thomas Karsten sekitar tahun 1924 dan merupakan perumahan sewa yang diperuntukan bagi masyarakat ekonomi lemah di masa pemerintahan
Hindia Belanda. Rancangan rumah bertipe kecil hingga 15 m2 merupakan salah satu model perancangan rumah sederhana di Indonesia pada masa Hindia Belanda. Sejumlah rumah bertipe besar dan diperuntukkan bagi kelompok sosial menengah ke atas cukup banyak dirancang oleh Karsten dan arsitek Belanda pada masa itu. Tri H. Karyono Terawat – Salah satu rumah asli yang masih cukup terawat dengan baik. Dengan perawatan yang baik, arsitektur bangunan tetap memiliki tampilan estetika yang menarik Sayangnya, setelah 84 tahun sejak dibangun, kondisi perumahan saat ini sangat mengkhawatirkan. Sebagian besar rumah asli sudah dibongkar digantikan rumah‐rumah baru yang berbeda sama sekali dalam bentuk arsitekturnya.
Perubahan mulai nampak setelah Belanda meninggalkan Indonesia dan pengelolaan
dialihkan ke pemerintah Indonesia, meskipun ketika itu perubahan masih terbatas pada ‘perluasan’ rumah di halaman belakang. Perubahan ini berlangsung terus meskipun saat itu rumah masih dalam status ‘sewa'. Situasi ini terjadi dikarenakan kelemahan sistem pengawasan
dari pihak pemerintah Indonesia. Menurut Ardiyanto, Tyas Susanti dan Tjahjono – peneliti bidang Arsitektur dan Perkotaan Universitas Soegiyapranata, Semarang, perubahan semacam ini sebenarnya sudah berlangsung sejak 1970.
Dari 663 unit rumah yang ada saat ini hanya tersisa sekitar 15% rumah asli yang belum
dimodifikasi. Modifikasi rumah terjadi karena berbagai alasan baik bersifat fungsional maupun estetika. Perubahan denah bangunan umumnya terjadi karena perubahan susunan keluarga ‐ baik penambahan, pengurangan jumlah anggota keluarga, atau pergantian penghuni, perubahan ekonomi, perubahan kebutuhan, dan sebagainya.
Tri H. Karyono
MCK Umum ‐ mulai beralih fungsi sebagai penyimpanan sepeda dan tempat jemuran serta tempat menyimpan benda‐benda milik penghuni yang berdekatan. Air dari PDAM tidak lagi mengalir, sehingga MCK tidak berfungsi.
Penelitian penulis terkait kenyamanan termal warga yang menghuni rumah‐rumah asli dan
rumah modifikasi menunjukkan bahwa rumah modifikasi tidak memperbaiki tingkat
kenyamanan termal penghuni. Artinya, penghuni rumah modifikasi cenderung tetap merasakan panas sebagaimana penghuni rumah asli. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa modifikasi rumah tidak diarahkan untuk memperbaiki kenyamanan termal rumah namun lebih ke penambahan ruang dan perubahan wajah rumah agar terlihat lebih ’modern’. Penelitian ini juga mengindikasikan penghuni rumah merasakan udara yang semakin panas dari waktu ke waktu. Diperkirakan hal ini disebabkan berkurangnya vegetasi di sekitar kawasan serta bertambahnya permukaan tanah yang diperkeras dengan beton dan aspal sehingga menaikkan suhu udara kawasan perumahan ini.
Tri H. Karyono Subsidi ‐ Kondisi rumah asli yang telah rusak. Seandainya ada semacam subsidi untuk mempertahankan rumah asli, rumah semacam ini mungkin masih dapat bertahan lama Selamatkan Rumah Sewa Thomas Karsten Pemberlakukan aturan baru sejak tahun 1998 di mana rumah dapat dibeli atau dimiliki oleh penghuni merupakan awal buruk terjadinya perubahan bentuk rumah secara besar‐besaran.
Dalam waktu dekat rumah asli hanya tinggal kenangan, seluruhnya akan musnah dihancurkan dan diganti dengan rumah baru.
Tri H. Karyono Rumah Modifikasi – Salah satu rumah yang dimodifikasi dengan menghancurkan rumah asli tanpa menyisakan bentuk awal sama sekali. Tanpa usaha pelestarian, kawasan perumahan ini akan berisi rumah‐rumah dengan wajah semacam yang banyak dijumpai di tempat lain di Indonesia. Karya Thomas Karsten yang sangat memperhatikan kebutuhan rakyat golongan bawah akan hilang dalam waktu cepat, kecuali ada pihak‐pihak tertentu yang bersedia mengulurkan tangan. Perlu ada pihak yang punya itikad membeli dan mempertahankan beberapa rumah dalam keadaan seperti ketika pertama kali dirancang oleh Karsten. Perlu kiranya dilakukan upaya mempertahankan rumah‐rumah asli yang masih tersisa dalam rangka pelestarian sejarah
arsitektur di Indonesia.. Jika seluruh rumah asli kemudian dimodifikasi dengan alasan apapun, niscaya akan terjadi 'penghapusan' sejarah. Salah satu peninggalan karya arsitektur yang dianggap baik yang pernah ada di Indonesia akan hilang.
Seandainya modifikasi sukar dihindarkan, perubahan bentuk asli menjadi bentuk 'baru'
seyogyanya tetap memperhatikan bentuk lama (asli). Karakter arsitektur rumah asli harus tetap dipertahankan. Untuk maksud tersebut diperlukan kepedulian pihak‐pihak terkait seperti Pemda setempat, ikatan arsitek (IAI) setempat, atau institusi pelestarian sejarah dan budaya setempat. perlu turun tangan dan mengambil peran untuk mempertahankan sebagian peninggalan yang masih tersisa.
Penyelesaian penyediaan rumah untuk masyarakat golongan bawah yang dilakukan
Thomas Karsten 80 tahun lalu masih dapat diadikan contoh. Melalui sistem sewa, selain terjangkau masyarakat ekonomi bawah, pengendalian kawasan lebih terjamin. Penyewa hanya dapat menempati tidak memiliki hak untuk merubah bangunan. Penyewa dapat berganti setiap waktu sesuai keperluan untuk mendekati tempat kerjaan, atau menyesuaikan dengan jumlah anggota keluarga. Ketika anggota keluarga bertambah dan diperlukan rumah dengan ukran lebih besar, penghuni tidak perlu mmperbesar rumah, namun pindah mencari rumah dengan ukuran yang lebih sesuai. Dengan konsep semacam ini, arsitektur bangunan akan tetap terjaga dan terkendali. Pelestarian arsitektur bangunan maupun arsitektur kota menjadi sesuatu yang tidak lagi mustahil. TRI HARSO KARYONO Guru Besar Arsitektur Universitas Tarumanagara dan Peneliti Utama di Balai Bear Teknologi Energi (B2TE), BPPT, Serpong.