Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
KOMBINASI METODE AHP DAN SET COVERING PROBLEM DALAM PENENTUAN LOKASI PANGKALAN TNI ANGKATAN LAUT (LANAL) Joko Purnomo dan Suparno Program Magister – Manajemen Operasional – Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email : email:
[email protected]
ABSTRAK Bentuk geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan 17.499 pulau dan luas laut yang mencapai 5,8 juta km2, garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km dan wilayah daratan seluas 2, 2 juta km2 serta posisi silang yang terletak diantara dua benua dan dua samudera, memungkinkan terjadinya kerawanan-kerawanan seperti pelanggaran wilayah, pengambilan kekayaan laut tanpa ijin, penyelundupan, perompakan dan sabotase dalam melaksanakan tugas pokok TNI AL menggunakan Sistem Senjata Armada Terpadu dengan Pangkalan TNI AL sebagai salah satu komponennya, dimana merupakan ujung tombak dalam mendukung tugastugas operasi TNI AL, baik dimasa damai maupun dimasa krisis. Pangkalan TNI AL yang telah di gelar di wilayah Indonesia belum mampu secara optimal untuk mendukung satuan operasional dan melaksanakan tugas-tugas Pembinaan Potensi, teritorial dan ke-Kamla-an, mengingat adanya keterbatasan sarana dan prasarana. Pihak Pimpinan TNI AL telah mengeluarkan kebijakaan untuk melakukan pengembangan dan perubahan lokasi Pangkalan tersebut, namun terkendala oleh permasalahan yang sangat kompleks. Pada penelitian ini digunakan metode kombinasi metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan set covering problem dalam penentuan lokasi Pangkalan TNI AL. Penelitian ini bermaksud menentukan lokasi Pangkalan TNI AL yang dikaitkan dengan kemampuan jelajah KRI dalam berpatroli di sektor-sektor patroli yang harus diamankan. Pemecahan solusi dilaksanakan dengan membuat suatu model matematis dalam bentuk integer linear programming dengan hasil zero-one. Penelitian dilakukan dengan dua fungsi tujuan yaitu memaksimalkan bobot Pangkalan TNI AL dan memaksimalkan coverage KRI yang berangkat dari Pangkalan dalam melaksanakan patrolinya. Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan coverage tiga jenis KRI yaitu KRI jenis Parchim , FPB dan PC menghasilkan 10 Pangkalan TNI AL yang terpilih untuk dapat mengcover seluruh sektor patroli TNI AL yang ada diwilayah Koarmatim. Kata kunci : Analytical Hierarchy Process (AHP), KRI, Pangkalan TNI AL, Set Covering Problem
PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang memiliki kepulauan dengan wilayah yang sebagian besar (2/3) adalah wilayah laut dan sisanya (1/3) adalah luas wilayah yang terdiri dari daratan yang terhimpun dengan gugusan pulau-pulau
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
sehingga konsekuensinya Indonesia harus dapat mengendalikan dan mengamankan seluruh wilayah lautan yang dimilikinya sesuai dengan ketetapan dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982 (Subroto,1983). Mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 17.499 pulau dan luas laut yang mencapai 5,8 juta km2, garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km dan wilayah daratan seluas 2, 2 juta km2 serta posisi silang yang terletak diantara dua benua dan dua samudera, memungkinkan terjadinya kerawanan-kerawanan seperti pelanggaran wilayah, pengambilan kekayaan laut tanpa ijin, penyelundupan, perompakan dan sabotase (Hamzah, 1984). Sebagai komponen utama pertahanan negara di laut, TNI AL bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara yaitu mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wialyah, melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa, melaksanakan operasi militer selain perang dan ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Dalam upaya penyelenggaraan pertahanan negara di laut, TNI AL melaksanakan tugas-tugas yang merupakan pengejahwantahan dari tiga peran TNI AL yang bersifat universal yaitu perang militer, peran polisionil dan peran diplomasi (Mabes TNI AL, 2005). Pangkalan TNI AL sebagai salah satu komponen integral dari SSAT merupakan ujung tombak kekuatan didalam melaksanakan dukungan terhadap tugas operasi tempur laut terutama sebagai pendukung bagi pergerakkan tugas operasi KRI. Peranan Pangkalan TNI AL sebagai tempat pengembangan kekuatan laut ke daerah operasi atau “deployment forces position” akan memiliki arti penting dalam menunjang tugas operasi TNI AL sebagai satuan operasi keamanan dalam negeri di laut. Dalam taktik operasi yang dilaksanakan saat ini sebagai kebijakan efisiensi gelar operasi maka dilaksanakan taktik menunggu dengan pangkalan sebagai titik tunggu KRI. Sehingga sesuai dengan fungsi dan letak posisinya, pangkalan merupakan komponen strategis dalam melakukan fungsi pemeliharaan dan perawatan material dan personel serta dapat memberikan dukungan kecepatan reaksi gerak unsur penindak KRI untuk menuju posisi kejadian di laut. Wilayah laut Indonesia yang sangat luas, didalamnya ada potensi sumber daya alam laut yang melimpah dan menjadikan potensi ancaman terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara. Banyaknya kasus pelanggaran berupa pelanggaran wilayah oleh kapal negara asing, illegal fishing dan illegal logging yang terjadi di perairan terotial Indonesia menunjukkan bahwa belum sepenuhnya wilayah laut Indonesia tercover oleh Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), disini terlihat peranan Pangkalan TNI AL sebagai titik tunggu dan tempat pengembangan kekuatan ke laut sangat diperlukan keberadaanya. Lokasi Pangkalan TNI AL yang ada saat ini, ada beberapa Pangkalan yang dirasakan kurang tepat lokasinya untuk menjalankan Strategi Pertahanan Maritim Indonesia (SPMI), sehingga Pimpinan TNI AL berencana untuk melakukan relokasi berberapa Pangkalan TNI AL. Mengingat banyaknya kriteria yang digunakan dalam menentukan lokasi pangkalan TNI AL serta kondisi anggaran pertahanan negara yang terbatas dan kemampuan jelajah KRI yang terbatas pula maka harus ada prioritas dalam upaya pengembangan pangkalan sehingga dapat memberikan kontribusi langsung kepada gelar operasi TNI AL. Dalam penulisan ini akan menggunakan suatu metode kombinasi antara metode analytical hierarchy process (AHP) dengan metode set covering yang dapat membantu proses penentuan lokasi Pangkalan TNI AL sebagai pangkalan KRI dalam melaksanakan tugasnya untuk mengamankan wilayah laut Republik Indonesia. Dengan adanya penentuan lokasi Pangkalan TNI AL yang tepat, maka akan dapat
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-28-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
mendukung tugas operasi KRI serta mengoptimalkan pengalokasian dana untuk biaya operasional pertahunnya, mengoptimalkan luasan yang dijangkau untuk diamankan (Coverage Area) dan mengoptimalkan jarak patroli yang ditempuh. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah “Bagaimana menentukan lokasi Pangkalan TNI AL yang tepat yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebuah pangkalan serta posisinya dapat mengcover seluruh wilayah laut Indonesia agar dapat meningkatkan dukungan operasional terhadap gelar patroli KRI ?“. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut : a. Menentukan kriteria-kriteria yang tepat untuk menentukan lokasi sebuah Pangkalan TNI AL . b. Menentukan lokasi Pangkalan TNI AL yang tepat agar dapat mendukung tugas patroli KRI. c. Membuat suatu model optimasi dalam penentuan lokasi Pangkalan TNI AL dengan metode kombinasi antara metode AHP dan set covering problem. d. Menentukan lokasi Pangkalan TNI AL yang dapat mengcover seluruh wilayah laut Indonesia. Manfaat Penelitian Setelah dilakukan penelitian diharapkan diperoleh manfaat sebagai berikut : a. Memberikan gambaran tentang kondisi Pangkalan TNI AL yang ada sekarang ini. b. Memberikan gambaran tentang penentuan lokasi Pangkalan TNI AL yang tepat dengan metode kombinasi antara metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan metode Set Covering Problem agar dapat mendukung tugas patroli KRI secara langsung. c. Memberikan masukan kepada TNI AL tentang metode dalam penentuan lokasi Pangkalan TNI AL untuk membangun TNI AL yang Besar, Kuat dan Profesional. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Penelitian hanya ditujukan pada penentuan lokasi Pangkalan TNI AL di wilayah Indonesia bagian timur dengan memperhatikan kriteria pendirian Pangkalan TNI AL serta jarak jelajah dari KRI yang digunakan untuk berpatroli. b. KRI yang digunakan adalah KRI jenis patroli yang dimiliki oleh TNI AL. c. Waktu patroli KRI ditentukan/sesuai ketentuan dari Mabes TNI AL. Asumsi-asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Seluruh Pangkalan TNI AL yang ada, memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi Lantamal. b. KRI yang digunakan dalam kondisi siap operasi sesuai spesifikasinya. c. Kemampuan organisasi dan personel yang dimiliki memadai.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-28-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
METODE PENELITIAN Suatu penelitian ilmiah memerlukan sebuah kerangka yang sistematis agar dapat mempermudah pelaksanaan penelitian nanti. Dengan adanya kerangka penelitian ini diharapkan proses dan hasil yang diperoleh nantinya akan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya metodologi penelitian ditampilkan pada gambar 1. Observasi Pendahuluan
A
Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian
Optimalisasi Pangkalan yang Memenuhi Kriteria
Pengembangan Model Studi Lapangan
Studi Pustaka
Penerapan Model Set Covering Problem
Perumusan Masalah
Sesuai ? Ya
Pengumpulan Data Penerapan Metode AHP
Tidak
Analisa dan Pembahasan Hasil
A
Kesimpulan dan Saran Gambar 1. Metodologi penelitian
PENGUMPULAN DATA Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Tahap awal untuk kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara kepada para pejabat di lingkungan Koarmatim yang memiliki kompetensi kepakaran mengenai masalah Pangkalan TNI AL, guna mendapatkan gambaran obyektif secara langsung tentang kebutuhan untuk pengembangan Pangkalan TNI AL serta faktorfaktor mendasar yang menyusun suatu pangkalan TNI AL. Selain itu dilakukan pula studi pustaka melalui referensi-referensi dari publikasi TNI AL yang merupakan data sekunder pada penelitian ini. Selain pengumpulan data sekunder juga dilakukan kegiatan pengumpulan data primer melalui kegiatan wawancara dan penyebaran kuisioner untuk mendapatkan data dari responden. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dari lapangan maupun data sekunder yang diperoleh dari Koarmatim serta referensi-referensi lain yang menunjang penelitian ini. Data yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain : Data kemampuan KRI, Pangkalan TNI AL serta sektor patroli yang ada dibawah pengawasan Koarmatim.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-28-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
PENGOLAHAN DATA Dari data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data. Tahap pengolahan data ini meliputi : penyusunan model matematis dan proses optimasi. Penyusunan model matematis dan proses optimasi dilaksanakan dengan menggunakan penyelesaian IntegerLinear Programming (ILP), dengan tahapan : a. Penentuan Variabel Keputusan (decision variable) b. Penetuan Fungsi Tujuan (objective function) c. Penentuan Fungsi Kendala (constrains) d. Proses Optimasi Untuk pengolahan data terhadap formulasi model matematis tersebut dilaksanakan melalui perhitungan optimasi dengan bantuan program Excel Solver. Langkah Penyelesaian Model Matematis Dalam langkah pertama ini akan menempatkan 17 Pangkalan TNI AL yang berada dibawah Koarmatim yang akan dijadikan sebagai pangkalan bagi 27 buah KRI untuk melaksanakan operasinya ke 11 sektor operasi di wilayah Koarmatim. Penempatan Pangkalan TNI AL yang akan dipilih mempertimbangkan kualitas dari Pangkalan TNI AL yang ada serta jarak Pangkalan TNI AL yang ada ke 11 sektor patroli. Pemecahan masalah dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : Menentukan Varibel Keputusan (decision variable) Keputusan pada masalah ini adalah apakah sebuah Pangkalan TNI AL akan dipilih sebagai pangkalan bagi KRI yang akan melaksanakan operasinya ke 11 sektor operasi yang ada. Bentuk dari variabel keputusannya adalah integer dan 0-1 (zero-one), variabel keputusannya terdiri atas 17 Pangkalan TNI AL yang akan dijadikan sebagai pangkalan bagi 27 buah KRI untuk melaksanakan operasinya ke 11 sektor patroli yang ada. Bentuk dasar Xij artinya KRI dari Pangkalan ke-i, ditugaskan ke Sektor Patroli ke-j dan kembali ke Pangkalan ke-i. dengan : i = Pangkalan dengan i = (1,...,17) j = Sektor patroli dengan j = (1,...,11) Dimana :Xij = 1 , jika KRI ditugaskan dari Pangkalan i ke Sektor Patroli j Xij = 0 , jika KRI tidak ditugaskan dari Pangkalan i ke Sektor Patroli j Menentukan Fungsi Tujuan (objective function) Dalam permasalahan ini fungsi tujuannya adalah memaksimalkan bobot dari Pangkalan TNI AL yang dijadikan sebagai alternatif dan memaksimalkan coverage dari Pangkalan TNI AL yang dijadikan sebagai alternatif. Fungsi Tujuan Memaksimalkan bobot dari Pangkalan TNI AL n
Max Z =
n
∑∑ i
Cij Xij
j
Max Z = Memaksimalkan bobot dari Pangkalan TNI AL Cij = Nilai Bobot AHP dari tiap Pangkalan i (1-17) ke Sektor Patroli j (1-11) Xij = KRI yang ditugaskan dari Pangkalan i (1-17) ke Sektor Patroli j (1-11)
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-28-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
Memaksimalkan coverage dari Pangkalan TNI AL n
Max Z =
n
∑∑ i
Dij Xij
j
Max Z = Memaksimalkan coverage dari Pangkalan TNI AL Dij = Jarak coverage dari tiap Pangkalan i (1-17) ke Sektor Patroli j (1-11) Xij = KRI yang ditugaskan dari Pangkalan i (1-17) ke Sektor Patroli j (1-11) Fungsi Tujuan Gabungan Fungsi Tujuan Gabungan pada penelitian ini digunakan untuk menggabungan antara fungsi tujuan pertama dan fungsi tujuan kedua dengan menggunakan pendekatan metode Fungsi Utilitas (Utility Function) yang merupakan salah satu teknik penyelesaian multi obyektif programming (MOP). n
n
∑∑
Max Z = i
Wij Xij
j
Max Z = Memaksimalkan nilai utilitas dari Pangkalan TNI AL Wij = Bobot dari nilai utilitas tiap Pangkalan i (1-17) ke Sektor Patroli j (111) Xij = KRI yang ditugaskan dari Pangkalan i (1-17) ke Sektor Patroli j (1-11) ANALISA DAN PEMBAHASAN Untuk KRI Kelas Parchim Hasil optimasi output dari program excel solver untuk KRI kelas Parchim yang mempunyai jarak coverage 2347 Nm (Nautical mil) memperlihatkan bahwa dari 17 Pangkalan TNI AL yang ada terpilih 10 Pangkalan TNI AL. Untuk KRI Kelas FPB Hasil optimasi output dari program excel solver untuk KRI kelas FPB yang mempunyai jarak coverage 3283 Nm (Nautical mil) memperlihatkan bahwa dari 17 Pangkalan TNI AL yang ada terpilih 10 Pangkalan TNI AL. Untuk KRI Kelas PC Hasil optimasi output dari program excel solver untuk KRI kelas Parchim yang mempunyai jarak coverage 2131 Nm (Nautical mil) memperlihatkan bahwa dari 17 Pangkalan TNI AL yang ada terpilih 10 Pangkalan TNI AL. KESIMPULAN Dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan metode optimasi yang berasal dari kombinasi metode AHP dan Set Covering Problem dapat digunakan untuk menentukan posisi lokasi Pangkalan TNI AL dengan jumlah yang minimal dan mempunyai bobot Pangkalan yang besar serta dapat mengcover seluruh lautan wilyah Indonesia bagian timur. 2. Dengan menggunakan tiga jenis kapal patroli yaitu jenis KRI kelas Parchim yang mempunyai jarak jangkauan/coverage 2347, kelas FPB yang mempunyai jarak jangkauan/coverage 3283 dan kelas PC yang mempunyai jarak jangkauan/coverage 2131, dimana ketiga jenis KRI tersebut digunakan oleh TNI AL dalam
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-28-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
3.
melaksanakan tugas patroli laut untuk mengcover 11 sektor patroli yang berada di wilayah Koarmatim dan terpilih 10 (sepuluh) Pangkalan TNI AL dari 17 (tujuh belas) Pangkalan TNI AL yang dijadikan alternatif terpilih yaitu Pangkalan TNI AL Surabaya, Banyuwangi, Makasar, Balikpapan, Kupang, Maumere, Tahuna, Ternate, Tual dan Jayapura. Tujuh Pangkalan yang tidak terpilih merupakan Pangkalan TNI AL yang kurang tepat lokasinya, karena bobot Pangkalannya yang relatif lebih kecil serta kurang maksimal bila digunakan sebagai titik tunggu KRI dalam melaksanakan tugas patroli laut karena kurang maksimal dalam mengcover lautan Indonesia. Adapun Pangkalan TNI AL yang tidak terpilih yaitu Pangkalan TNI AL Semarang, Mataram, Manado, Tarakan, Toli-toli, Ambon dan Merauke.
DAFTAR PUSTAKA Basuki, A. (2006). Optimasi Penempatan Skadron Tempur dengan Metode Set Covering Problem. Tugas Akhir Sarjana. STTAL, Surabaya. Ciptomulyono, Udisubakti, Bustanul A.N., Rr. Marina L. Annif K. & Aprilitasari (2000). Pengembangan model Optimasi Keputusan Multikriteria-MCDM (Multi Criteria Decision Making) untuk Evaluasi dan Pemilihan Proyek. Laporan Hasil Penelitian. Jurusan Teknik Industri-ITS, Surabaya. Daskin, Mark S. (1995). Network and Discrete Location: Models, algorithms and Applications. John Wiley and Sons, New York. Farahani, R.Z., and Asgari, N. (2006). Combination of MCDM and Covering Techniques in a Hierarchical Model for Facility Location: A Case Study. European Journal of Operational Research. Hamzah, A. (1984). Laut Teritorial dan Perairan Indonesia. Akademia Pressindo, Jakarta. Heragu, Sunderesh S. (1997). Facilities Design. PWS Publishing Company, Boston. Hidayat, N. (2007). Penentuan Lokasi Pembangunan Instalasi Rawat Inap Baru Menggunakan Metode Set covering dan Analisa Penagruhnya Terhadap Indonesia Sehat 2010 di Tulungangung. Tugas Akhir Sarjana. T. Industri – ITS, Surabaya. Mabes TNI AL (1996). Buku Petunjuk Tempur Pertahanan Laut Pangkalan.. Jakarta. Mabes TNI AL (2005). Rancangan Postur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut. Jakarta. Mabes TNI AL (2007). Data Hidro Oseanografi Lautan Indonesia. Jawatan Hidro Oseanografi, Jakarta. Mulyono, S. (1999). Operation Research. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Presiden Republik Indonesia (2002). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara. Jakarta.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-28-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Agustus 2008
Saaty, Thomas L. (1993). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin : Proses Hirarki Analitik untuk Pengambil Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Soepijono (2006). Analisa Strategik Pengembangan Pangkalan Armada Wilayah Timur Dalam 5 – 10 Tahun Mendatang. Dikreg Seskoal, Jakarta. Subroto, S. dan Wahyono (1983). Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional. Edisi Pertama. Suya Indah, Jakarta. Suhirwan (2007). Studi Perbandingan Kemampuan dan Alokasi KRI TNI AL ke Sektor Patroli Wilayah Laut Indonesia Barat dengan Metode Set Covering Problem. Thesis. MMT – ITS, Surabaya. Tabucanon, Mario T. (1988). Multiple Criteria Decision Making in Industry. Division of Industrial Engineering and Management, Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand. Tarmansyah, Umar (2006). Strategi Penguatan Kedaulatan Wilayah Negara di Laut Dalam Rangka Menghadapi Kejahatan dan Pelanggaran Wilayah Perairan Nusantara. STT No. 2289 Volume 9 Nomor 17 Tahun 2006.
ISBN : 978-979-99735-6-6 A-28-8