KIAT BERYUKTA DENGAN VAJRASATTVA DAN KUNCI MEDITASI 金剛薩埵相應密訣及禪定要訣
Sumber: Dharmadesana Vajracarya Lian Ming, 28 Maret 2010 Diterjemahkan oleh: Lianhua Shian
Terlebih dahulu kita bersembah sujud kepada Mahamulacarya Liansheng, sembah sujud kepada para Guru silsilah Zhenfo zong, sembah sujud kepada adinata Homa hari ini, Vajrasattva Bodhisattva, sembah sujud kepada para Buddha Bodhisattva mandala, para Dharmapala, asta gatyah dan para dewata pelindung Dharma. Selamat sore para bhiksu, pengurus, para perwakilan pengurus berbagai vihara, para saudara Sedharma dan para umat sekalian. (tepuk tangan hadirin). Pembahasan hari ini adalah mengenai Vajrasattva dan Catur Prayoga. Baru saja kita melaksanakan api homa Vajrasattva, saat baru menghaturkan dupa, ada dua adinata yang hadir, yaitu adinata api homa hari ini, Vajrasattva Bodhisattva, sangat jelas sekali dan yang kedua adalah Padmasambhava, ini sangat mengherankan, karena saya sendiri tidak menekuni Sadhana Padmasambhava, mungkin karena vihara Anda berjopdoh dengan Padmasambhava. Begitu mulai Vajrasattva telah hadir, kemudian di samping ada Padmasambhava, terus nampak, sejak persembahan dupa, namaskara, sampai saat saya duduk di atas Dharmasana, Beliau terus ada,jadi semoga Anda sekalian dapat memperoleh adhistana dari Vajrasattva, Padmasambhava dan para Buddha Bodhisattva, supaya karmawarana dapat terkikis. (tepuk tangan hadirin). Hari ini kita membahas Catur Prayoga, kita harus mempunyai suatu pemikiran, jika Anda belum lama bersarana, usia juga sudah tidak muda lagi, maka Anda harus benar-benar tekun. Jika Anda telah lama bersarana, namun belum beryukta, maka Anda harus lebih tekun lagi, ini merupakan pemikiran yang sangat penting. Kunci utama dalam Catur Prayoga adalah 'harus konsisten'. Sebenarnya tidak hanya Catur Prayoga, sadhana apapun yang ditekuni, yang terpenting selain silsilah dari Mahamulacarya dan adhistana Buddha Bodhisattva adalah 'konsisten'. Tidak ada keberhasilan dalam sadhana apapun yang diperoleh dari kemalasan. Juga tidak ada sebuah keberhasilan bhavana yang diperoleh dari kesombongan dan merendahkan orang lain. Semua keberhasilan sadhana adalah berasal dari ketekunan dan kesungguhan, pemikiran seperti ini sangat penting. Kita harus paham akan pandangan yang demikian, maka barulah bisa mencapai keberhasilan dalam bhavana.
H. 1 / 9
Banyak orang mempunyai aneka ragam kontak batin, misalnya dapat melihat setan, melihat cahaya dan mendengar suara, sesungguhnya hal yang dmeikian bukanlah yukta. Karena, saat setan ingin Anda melihatnya, maka Anda pun akan mampu melihatnya. Jika dia tidak ingin Anda lihat, maka Anda tidak akan melihatnya. Ini bukan kemampuan Anda sendiri, melainkan kemampuan yang diberikan oleh alam roh, kekuatan semacam ini bisa lenyap kapan saja. Maka, jika sadhaka membuat kontak batin sebagai patokan keberhasilan, berarti Anda telah salah arah. Jadi terlebih dahulu kita harus membahas apa motivasi Anda? Supaya Anda mempunyai motivasi yang benar, dengan demikian barulah mencapai keberhasilan yang sesungguhnya. Namun jika Anda tidak mempunyai motivasi dan arah yang benar, tidak peduli berapa puluh tahun bhavana Anda tidak akan mungkin mencapai keberhasilan. Karena sudah salah arah. Dulu, saat saya menerima wawancara, ada satu kali orang bertanya: "Kenapa demikian lama bersadhana sama sekali tidak ada kontak batin? Tidak ada pencapaian apapun? Juga tidak ada keberhasilan apapun?" Saya balik bertanya kepadanya: "Yang Anda sebut sebagai keberhasilan, pencapaian dan kontak batin, apakah semua itu adalah hal yang sama?" Dia menjawab: "Ya!" Maka saya bertanya: "Jadi Anda menekuni Buddha Dharma melakukan bhavana adalah demi kontak batin baru merasa ada kemajuan?" Dia tidak menjawab. Sebenarnya banyak yang sama saja, sering kali tidak paham untuk apa sebenarnya menekuni Buddha Dharma? Apakah Anda sungguh memahami? Apakah Anda demi mengejar ilmu gaib dan kesaktian baru menekuni Buddha Dharma? Apakah demi kesuksesan bisnis? Kita harus paham, sebenarnya inti penekunan Buddha Dharma ada di mana? Karena semua yang di luar titik tersebut adalah "menyimpang", maksudnya adalah asalkan Anda tidak keluar dari inti utama ini, maka tidak peduli apakah Anda juga ada permohonan harta, memohon menyempurnakan hubungan relasi maupun memohon hal wajar lainnya adalah boleh saja. Hanya saja jangan sampai menyimpang dari inti utama ini. Jadi harus bagaimanakah supaya bisa beryukta dengan Catur Prayoga? Demi apa Anda beryukta? Apakah demi memohon harta semata? Ataukah demi kontak batin semata? Atau demi melihat Bodhisattva? Atau Anda ingin beryukta dengan hati Vajrasattva? Jika ingin beryukta dengan hati Vajrasattva, apakah Anda memahami hati-Nya? Jika Anda tidak paham hati-Nya, hanya bertolok ukur pada kontak batin, maka walaupun Anda telah bersadhana selama lima puluh tahun juga tidak akan beryukta! Paling banyak Anda hanya memperoleh kontak batin belaka.
H. 2 / 9
Kita bahas mengenai Catur Prayoga, sebelum kita bisa beryukta dengan Sadhana Vajrasattva, kita harus jelas tujuan kita mendalami Buddha Dharma, jika Anda masih belum memahami hal ini, maka bisa dipastikan jalan yang harus Anda tempuh akan makin jauh. Atau sampai akhirnya Anda mempunyai kekuatan besar namun Anda sama sekali tidak punya hati Bodhisattva, Anda sama sekali tidak paham hati-Nya, sehingga begitu emosi Anda timbul, di mana kesaktian Anda juga besar, maka bisa-bisa Anda berniat mencelakai pihak lawan, benar tidak? Sebab Anda sama sekali tidak memahami hati-Nua, Anda tidak mampu merealisasikan hati Vajrasattva, Anda hanya menekuni sadhana, menekuni kesaktian, hanya mengejar kontak batin-Nya (pertolongan luar), mengejar kesaktian tingkat rendah, sehingga begitu emosi Anda memuncak maka Anda bisa mencelakai orang. Apa jadinya kalau demikian ? Maka dari itulah, ini adalah akibat bersadhana tanpa membina hati, sampai tua pun juga tetap saja kosong. Saat kita melakukan bhavana, harus memahami bagaimanakan hati Vajrasattva itu, dengan demikian baru secara alamiah timbul kontak batin, yaitu kontak batin yang timbul karena Anda memahami hati Nya, sehingga dengan alamiah pula timbul kekuatan Dharma, dengan demikian barulah akan menghasilkan yukta. Jadi , kita jangan memutar balikkan tujuan, kita bukan mengejar kontak batin dan kekuatan baru dikatakan beryukta dengan hati-Nya. Kita harus beryukta dengan hati-Nya, barulah dengan alamiah muncul abhijna, dengan alamiah muncul fenomena kontak batin. Pandangan ini harus jelas! Dengan demikian, Anda pasti sudah jelas. Jika masih belum paham, boleh bertanya. Catur Prayoga sendiri tidak sepenuhnya sama dengan Sadhana Vajrasattva Bodhisattva, ini haruslah jelas. Catur Prayoga sendiri ada empat macam di dalamnya, yaitu Mahanamaskara – Mahapujana, Catur Sarana dan Mantra Sataksara dari Vajrasattva (Baizimingzhou), empat macam ini merupakan Catur Prayoga. Kemudian, yang disebut sebagai Panca Prayoga dan Sad prayoga, perbedaannya ada pada Guruyoga dan dan Sadhana Melepaskan Kemelekatan Pada Jasmani (Sadhana Persembahan Diri), keduanya ini dimasukkan menjadi Sad Prayoga. Jadi yang dimaksud dengan Catur Prayoga hanya empat macam hal yang tadi. Kenapa kita melakukan Mahanamaskara ? Karena kita mempunyai “kesombongan” batin, karena pada saat melakukan Mahanamaskara kita juga sedang menaklukkan kesombongan batin kita. Saat kita melakukan Mahapujana, yang biasanya tidak mengetahui bagaimana melakukan penghormatan kepada Buddha, juga saat bekal bhavana kita tidak cukup, maka saat kita melakukan penekunan Mahapujana (persembahan agung), selain semakin menambah bekal bhavana kita, juga sekaligus dapat belajar bagaimana menghormati Buddha
H. 3 / 9
Bodhisattva. Jadi, Mahanamaskara adalah menyembuhkan kesombongan batin, Mahapujana adalah menyembuhkan batin kita yang tidak mempunyai rasa penghormatan tulus. Selanjutnya adalah Catur Sarana, kita seringkali lupa bahwa diri ini adalah siswa Buddha, bahwa kita adalah siswa sarana Mahamulacarya, bahwa kita menekuni Dharma, bahwa kita harus menghormati Sangha. Jadi Catur Sarana adalah bersarana pada Guru – Buddha – Dharma dan Sangha. Karena tidak terbiasa untuk mengingatkan diri sendiri bahwa kita adalah seorang sadhaka, kita adalah siswa Buddha. Maka saat setiap hari Anda menekuni Catur Sarana, ini dapat menyembuhkan penyakit lupa kita akan Empat Perlindungan utama, karena Catur Sarana adalah mengokohkan ingatan kita bahwa kita adalah siswa Buddha, kita harus mentaati sila dan sebagainya. Terakhir adalah Mantra Sataksara, merupakan prayoga yang ke-empat. Vajrasattva merupakan Vajradhara yang ke-enam, Pancadhyani Buddha adalah Panca Vajradhara. Saat Pancadhyani Buddha menyatu, bertransformasi menjadi Vajradhara yang ke-enam, yaitu Vajrasattva. Sehingga Vajrasattva mempunyai Dharmabhala dari Pancadhyani Buddha, dalam Tantrayana dikatakan bahwa Dharmabhala Vajrasattva adalah yang terbesar. Secara umum dalam Tantrayana ada tiga Pangeran Dharma, yaitu Avalokiteshvara Bodhisattva, Pangeran Dharma dari Padmakula nan maitrikaruna, yang mewakili Belas Kasih Yang Utama. Pangeran Dharma yang ke-dua adalah Manjushri Bodhisattva yang mewakili Prajna Yang Utama. Ketiga adalah Vajrapani, yang mewakili kekuatan, Pangeran Dharma dalam Tantrayana adalah Vajrapani, atau Vajracitta, atau Vajrasattva, ketiga nama ini adalah satu adanya. Merupakan Pangeran Dharma yang menggunakan metode kekuatan dalam Tantrayana. Vajrasattva Bodhisattva mewakili Dharmabhala Yang Utama, ketiga Pangeran Dharma ini disebut Tiga Pelindung Utama, artinya adalah tiga Adinata yang patut dijadikan tempat berlindung. Ada tiga kegunaan Mantra Sataksara: Karena mantra ini merupakan mantra kesunyataan, maka dengan melafalnya 21 kali, mampu mengikis karmawarana. Ikrar utama dari Vajrasattva adalah untuk menyingkirkan semua karmawarana dan rintangan bagi sadhaka. Kegunaan yang ke-dua adalah karena mantra Sataksara Vajrasattva merupakan manifestasi penggabungan Panca Dhyani Buddha, maka saat Anda menjapa Mantra Sataksara, berarti sama dengan menerima adhistana dan abhiseka dari Pancadhyani Buddha dan Vajrasattva Bodhisattva, jadi mantra ini merupakan mantra yang sangat unggul. Kegunaan yang ketiga adalah, saat Anda melafalkan mantra panjang Sataksara, berbagai ketidak sempurnaan dalam proses sadhana, seperti misalnya saat menjapa mantra kita salah dalam melafalkan aksaranya, atau saat melakukan Mahapujana Anda kurang berkonsentrasi, ini dinamakan tidak sempurna. Jadi saat Anda melafalkan Mantra Sataksara, semua ketidak sempurnaan dalam sadhana dan tata cara menjadi sempurna.
H. 4 / 9
Merupakan sebuah mantra yang menyempurnakan segalanya. Setelah Anda sekalian mendengarkan ketiga manfaat ini, apakah Anda sudah paham ? (suara tepuk tangan hadirin) jadi inilah empat macam dalam Catur Prayoga. Seorang yang baru saja bersarana, yang langsung ditekuni adalah Catur Prayoga. Kita tahu bahwa Vajrasattva adalah Vajradhara, Beliau sendiri adalah Maha Bodhisattva yang berada di atas bhumi ke-delapan. Saat siswa yang baru saja bersarana dan menekuni Catur Prayoga, jika harus sepenuhnya beryukta dengan Vajrasattva baru boleh menekuni Guruyoga, ini akan sedikit sukar. Karena sangat sukar menginginkan seorang yang baru saja bersarana pada Buddha harus bersadhana sampai mencapai di atas bhumi ke-delapan, kemudian baru menekuni Sadhana Guruyoga. Ini adalah suatu hal yang sangat sukar. Jadi yukta dalam Catur Prayoga tidak sama dengan yukta dengan Sadhana Vajrasattva Yidam Yoga, poin ini sangat penting. Apa tujuan dari Catur Prayoga itu sendiri ? Yaitu empat hal yang baru saja kita ulas, Mahanamaskara, Mahapujana, Catur Sarana dan Mantra Sataksara. Saat Anda menekuni sadhana sampai beberapa lama dan sudah sangat matang dengan segala tata cara sadhana luar, seperti saat Anda melakukan Mahapujana, Anda bisa memperoleh kontak Buddha Bodhisattva hadir menerima pujana; Saat Anda melakukan Mahanamaskara, Anda menjumpai bahwa Anda sudah tidak ada kesombongan lagi, sudah tawar pada hasrat kesombongan. Maupun sraddha Vajra Anda telah kokoh; Saat Anda melakukan pertobatan dengan penjapaan Mantra Sataksara untuk mengikis karmawarana, Anda dapat memperoleh petunjuk mimpi yang manggala, fenomena hasil dari pertobatan telah nampak. Jadi pada saat itu, Anda sudah boleh memulai Sadhana Guruyoga. Apakah itu fenomena keberhasilan pertobatan? Yaitu sebuah fenomena dalam samadhi, atau dalam mimpi, dengan cara sebelum tidur Anda berdoa memohon adhistana Mahamulacarya dan Vajrasattva, supaya dalam tidur Anda memperoleh petunjuk mimpi, bermimpi Buddha, Bodhisattva, Mulacarya, atau nampak matahari, bulan yang terang, air yang jernih dan sejuk, bermimpi kita duduk di ketinggian, terbang, memperoleh adhistana Buddha Bodhisattva, bermimpi cahaya yang terang, ini semua adalah fenomena keberhasilan pertobatan, bermakna terkikisnya karmawarana. Saat itu Anda boleh memulai Sadhana Guruyoga. Namun saat Anda menekuni Sadhana Guruyoga, apakah sudah tidak perlu lagi menekuni Catur Prayoga? Sebenarnya bukan demikian, saat kita menekuni Sadhana Guruyoga, kita juga melakukan Mahanamaskara, Mahapujana, Catur Sarana dan Mantra Sataksara, jadi sesungguhnya kita juga masih melakukan penekunan Catur Prayoga. Jadi bukan berarti karena kita sudah menekuni Sadhana Guruyoga, lantas kita mencampakkan Catur Prayoga, bukan demikian, melainkan kita menambahkan ke dalamnya. Kelak suatu hari nanti Anda mencapai yukta dalam Sadhana Guruyoga, saat kita menekuni Sadhana Yidam Yoga, juga
H. 5 / 9
masih melakukan Mahanamaskara, Mahapujana, Catur Sarana dan Mantra Sataksara, sebelum memasuki tahap inti sadhana Yidam, kita juga terlebih dahulu melafalkan mantra hati Guru 108 kali, sehingga ini juga sama yaitu menggabungkan Catur Prayoga dan Guru Yoga kedalamnya, jadi menekuni Sadhana Yidam Yoga juga bukan berarti kita mencampakkan Guruyoga dan Catur Prayoga, apakah sekarang Anda sudah paham ? (suara tepuk tangan hadirin) Fenomena keberhasilan pertobatan sangatlah penting ! Catur Prayoga yang kita tekuni bukanlah Sadhana Yidam Vajrasattva Bodhisattva, karena inti dari Catur Prayoga adalah yang baru saja kita ulas. Setelah kita memahami maknanya ini, akhirnya kita mengerti bahwa sesungguhnya yang diharapkan dari penekunan Catur Prayoga adalah demikian, dengan demikian lebih mudah untuk mencapai yukta dengan Sadhana Catur Prayoga, ini sangatlah penting. Jadi saat kita jelas akan pemikiran ini, sesungguhnya penekunan catur Prayoga tidaklah sukar. Namun jika kita menjadikan Vajrasattva Bodhisattva sebagai yidam, ini juga baik sekali, karena semua Tantra adalah bermanifestasi dari Vajrasattva! (suara tepuk tangan hadirin) Saat Anda beryukta dengan Yidam Vajrasattva Bodhisattva, maka semua adinata dalam Tantrayana dengan segera Anda dapat beryukta, karena coba kita lihat Hevajra, Beliau juga merupakan manifestasi dari Vajrasattva. Raga Vidyaraja juga merupakan manifestasi Vajrasattva, Samanthabadra Bodhisattva juga manifestasi Vajrasattva. Samanthabadra Bodhisattva merupakan Vajrasattva bagi sekte eksoterik, dalam Tantrayana Samanthabadra Bodhisattva disebut Vajrasattva. Semua sadhana dalam Tantrayana diwariskan oleh Vajrasattva, sehingga jika Anda beryukta dengan Vajrasattva maka semua adinata dalam Tantrayana tidak ada yang tidak bisa beryukta. Maka dari itulah, yang paling baik adalah kita mampu mendalami satu sadhana saja, jika tidak, Anda suka melompat kesana kemari, maka selamanya tidak akan mungkin mencapai yukta! Sebenarnya harus bagaimana supaya kita bisa memperoleh keberhasilan dan yukta dalam bhavan ? Yang paling utama adalah kita harus mempunyai konsistensi yang kuat, juga mempunyai ketekunan, Mantra Panjang Sataksara dari Vajrasattva sungguh bukan main-main, jika Anda menjapanya genap seratus ribu kali, sungguh luar biasa. Saya beritahu Anda, saya sudah menjapanya seratus ribu kali (Acarya tertawa, suara tepuk tangan hadirin) sungguh luar biasa ! Banyak orang yang bertanya, bagaimana supaya bisa menjapanya genap seratus ribu kali? Saya beritahu Anda, harus mempunyai “Tekad baja”, harus menjapa dengan tekad baja, dengan demikian akan menjapanya sampai genap. Saya beritahu Anda, jika Anda sungguh mampu menggenapinya, akan tidak sama, benar-benar berbeda! (suara tepuk tangan hadirin)
H. 6 / 9
Sebenarnya jika Anda sunguh tidak ada waktu, maka setiap malam lafalkan seratus delapan kali, mungkin butuh empat puluh lima menit, sepulangnya nanti coba Anda lakukan selama satu minggu, maka kontak batin akan segera muncul, jika Anda memohon kontak batin, maka kontak batin akan segera timbul. Jadi tiap malam sebelum Anda tidur, japalah 108 kali, sambil mengamati wujud Vajrasattva Bodhisattva. Sesungguhnya masih ada kiat lain dalam menjapa mantra, karena sebenarnya banyak sekali kiat dan rahasia penjapaan mantra. Seperti kami yang sudah mengunjungi banyak vihara, banyak vihara yang menjapanya dengan lantang, baik sekali. Saya ingat dulu ada beberapa Dharmaduta yang mengatakan kepada mereka: “Buddha Bodhisattva ada di langit, kalian harus menjapanya dengan lantang, dengan demikian Beliau yang ada di langit dapat mendengarnya dengan jelas.” Sehingga semuanya di sana langsung menjapanya dengan sangat lantang, sampai-sampai urat uratnya nampak, sungguh sangat menderita. Sebenarnya bukan demikian. Jika kita minta ketua berdiri di pinggir jalan sambil menjapa mantra, kemudian minta Bhiksu Lianji untuk mendengarnya dari sini, apakah kedengaran? Tidak mungkin. Tidak mungkin kedengaran, jika di tepi jalan saja tidak kedengaran, apakah jika Buddha Bodhisattva sungguh berada di atas langit bisa mendengar Anda? (tawa hadirin) Kita sebagai siswa Buddha harus tahu bahwa Buddha Bodhisattva bukan bersemayam di atas, Buddha Bodhisattva bersemayam dalam hati Anda. (suara tepuk tangan hadirin) Saat Anda berteriak mati-matian, jika Beliau sungguh di atas langit juga tidak mungkin bisa kedengaran, karena Anda menganggap tidak ada Buddha dalam hati Anda, sehingga tidak peduli bagaimanapun Anda menjapanya, Buddha juga tidak akan mungkin hadir. Namun asalkan dalam hati Anda ada Buddha, tidak peduli apakah Anda menjapanya dengan bersuara atau tidak, Buddha Bodhisattva akan selalu hadir, karena dalam hati Anda ada Buddha, ini sangat penting. Tapi kenapa ada kalanya kita harus melafalkan nama Buddha dengan lantang? Karena kita hendak mematahkan pikiran kacau. Misalnya kita duduk di sana menjapa mantra, melafalkan nama Buddha, atau bermeditasi, saat Anda bervisualisasi kehadiran yidam Anda, tiba-tiba Anda melihat bayangan anak Anda sedang bermain game tidak mengerjakan PR, sehingga dalam benak Anda langsung terbesit: “Aduh! Bagaimana bisa demikian! Aku harus segera mengawasinya!” Sebenarnya ini tidak benar. Sehingga saat pikiran kacau timbul, kita dapat melafalkan nama Buddha dengan lantang, menyingkirkan bayangan anak Anda, suku kata terakhir dalam Mantra Sataksara “Hum Pei”, dilafalkan dengan lantang, maka setelah “Hum Pei” semua kekacauan pikiran tidak akan ada lagi. Anak Anda akan dipukul enyah, bukan anak Anda mati, tapi yang dipukul mundur adalah pikiran kacau. Jadi pelafalan Buddha dengan lantang dapat membantu untuk mematahkan pikiran kacau.
H. 7 / 9
Tapi kita tidak mungkin mampu melafalkan mantra dengan lantang selama satu sampai dua jam terus menerus, jika Anda melafalkan 108 kali Mantra Sataksara dengan lantang, maka besok suara Anda akan menjadi seksi. (tertawa) Jadi kita sudah paham bahwa pelafalan dengan suara lantang adalah untuk mengenyahkan kekacauan pikiran, saat pikiran Anda sudah mulai terpusat, maka pelafalan yang semula lantang kita ubah menjadi pelafalan lirih. Tidak ada yang dapat melambangkan batin, sehingga dalam Tantrayana menggunakan prana untuk melambangkan batin, disebut prana batin. Saat prana Anda tidak stabil, maka batin Anda juga tidak dapat tenang. Saat prana Anda stabil, maka batin Anda juga akan tenang. Maka dalam Tantrayana, prana digunakan untuk mewakili batin. Saat Anda melakukan pelafalan dengan lantang sampai urat-urat Anda kelihatan menonjol, nafas juga kencang dan tidak teratur, bagaimana mungkin batin Anda bisa tenang? Jadi pelan-pelan dari pelafalan lantang menjadi pelafalan lirih, dari pelafalan lirih menjadi pelafalan tanpa suara, saat itu prana dan batin Anda yang semula kacau, berubah menjadi makin lembut, konsentrasi Anda secara perlahan berubah menjadi pengamatan kedalam, kemudian Anda memvisualisasikan kehadiran yidam, memvisualisasikan batin yidam Anda dan wujud yidam telah tiada, suara mantra juga tiada, batin Anda ada di dalam Vajrasattva, hanya ada pikiran yang murni yaitu Vajrasattva, perlahan sampai akhirnya hati Anda menjadi terhubung dengan hati Vajrasattva, apakah semua telah mengerti ? (suara tepuk tangan hadirin) Maka, saat kita menjapa mantra sambil memperhatikan Buddha Bodhisattva, misalnya kita menjapa mantra sambil melihat rupa Mahamulacarya, kita harus mempunyai pemikiran bahwa Mahamulacarya yang ada di hadapan kita adalah benar-benar hidup, kita harus memvisualisasikan Beliau adalah hidup, mata-Nya dapat bergerak, tangan-Nya dapat bergerak, cahaya-Nya dapat bergerak, Anda menjapa mantra sambil memperhatikan Beliau. Saat kita mengundang kehadiran Buddha Bodhisattva hadir di hadapan kita, jangan memvisualisasikan sebuah patung batu atau logam yang hadir, harus memvisualisasikan yang hidup, saat kita menjapa mantra dengan memvisualisasikan Buddha yang demikian, memvisualisasikan melihat yang benar-benar hidup, kemudian Anda mulai menjapa mantra “Om Gulu Liansheng Xidi Hum”. Saat Anda menjapa mantra harus ingat dua macam hal yang sangat penting. Yang pertama adalah saat Anda menjapa mantra harus seakan-akan menjapa untuk didengar-Nya, seperti Beliau berdiri di sini dan Anda ada dihadapan-Nya, menjapakan mantra untuk didengarNya, ini merupakan sebuah pemikiran yang sangat penting. (suara tepuk tangan hadirin) Pemikiran yang kedua adalah, saat Anda menjapa mantra untuk didengar-Nya, Anda harus yakin bahwa Beliau sungguh mendengarnya, hati-Nya sungguh mendengar Anda, tiap aksara memasuki hati-Nya, bahkan hati Anda terhubung dengan hati-Nya. Tiap Anda menjapa mantra, semua berubah menjadi Padmakumara dan Vajrasattva di hati Anda, kemudian saat Anda sedang menjapa mantra, menjadi Anda menjapa Buddha Anda. Anda menjapa Buddha
H. 8 / 9
Anda, Anda menjapa Buddha Anda sendiri, ini suatu pemikiran yang penting. Apakah Anda mengerti? (suara tepuk tangan hadirin) Oleh karena itu, saat Anda menjapakan 108 kali mantra Sataksara Vajrasattva setiap malam, jika Anda menjapa dengan cara yang saya berikan tadi, saat sudah menjapa setengahnya, Anda akan menyadari dua hal, yaitu yang pertama adalah mata Anda akan lelah, karena Anda melihat dalam waktu lama! Saat mata Anda lelah, Anda bisa menutup mata, maka Vajrasattva yang baru Anda lihat akan muncul, karena Anda sudah melihatnya sangat lama (tawa hadirin) Sungguh ! Beliau akan muncul. Kemudian setelah Anda terbiasa lama memperhatikan Vajrasattva, melewati pelatihan banyak kali, Anda akan melihat di mana-mana adalah Vajrasattva, melihat di puncak ubun-ubun tiap orang bersemayam Vajrasattva, saat itu, lama kelamaan akan menjadi hati yang setara, mengertikah Anda? Ini sangat penting. (suara tepuk tangan hadirin) Saat tiap malam Anda melihat Vajrasattva Bodhisattva kemudian menjapa Mantra Sataksara, Anda juga akan menyadari satu hal lagi selain mata Anda menjadi lelah, akan timbul keinginan untuk tidak lagi melanjutkan penjapaan. Saat Anda sudah merasa bahwa batin Anda telah dalam kondisi stabil, tubuh Anda juga stabil, Vajrasattva dengan Anda telah menyatu sepenuhnya, Anda boleh tidak melanjutkan penjapaan, tidak perlu 108 kali, saat itu juga Anda berhenti, kemudian memasuki samadhi. Saat itulah hati benarbenar terjalin dengan hati Vajrasattva. Seperti yang tadi dijelaskan, Vajrasattva dari yang berwujud menjadi tidak berwujud, perlahan berubah menjadi hati Anda yang hanya terpaut pada Vajrasattva Bodhisattva. Apa yang dimaksud dengan terpaut dengan Vajrasattva Bodhisattva? Seperti halnya dengan anak, orangtua atau cucu Anda, jika mereka sekarang ada di Hongkong, Taiwan atau Tiongkok, tidak bersama Anda, kemudian saat Zhongqiujie atau tahun baru imlek, Anda akan merindukan mereka, benar tidak? Apakah Anda memvisualisasikan kemunculan mereka? Tidak. Namun kenapa bisa ada ikatan emosi ini? Yaitu karena batin terpaut seperti yang tadi dikatakan mengenai terpaut pada Buddha Bodhisattva. Seperti halnya batin Anda bisa terpaut pada keluarga Anda, gunakanlah itu untuk mentautkan hati Anda pada Vajrasatva Bodhisattva, dari yang berwujud menjadi tanpa wujud, dari ada mantra menjadi tiada mantra, akhirnya yang tersisa hanya “Batin”, Anda terjalin menjadi satu dengan Vajrasattva Bodhisattva, kemudian memasuki samadhi. Tiap hari demikian, maka akan segera memperoleh keberhasilan. (suara tepuk tangan hadirin) Terakhir semoga Anda sekalian segera mencapai keberhasilan dalam bhavana, segalanya lancar dan manggala. Om Mani Padme Hum (tepuk tangan hadirin)
-Selesai-
H. 9 / 9