PENGARUH CAMPURAN PASIR SUNGAI PENGGARON TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBUATAN BATA MERAH DI SEPANJANG SUNGAI PENGGARON PEDURUNGAN KIDUL, KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Eko Nugroho Julianto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102 E-mail :
[email protected]
Abstract: Influence sand mixture of Penggaron River to quality of brick which yielded from as long as Penggaron River require to conducted research by giving addition raw material with different sand mixture at each treatment of research covering; group without sand mixture, group with sand mixture 5 %, group with sand mixture 10 % and group with sand mixture 15 % so that from the treatment each group can know the difference of its quality. With existence of sand mixture [at] clay raw material have positive and negative influence. When make-up the quality seen form physically sand mixture will be more profit. But from strength, sand mixture will be more harm because existence of sand mixture result degradation of strength depress. The result from analysis of sand mixture and clay raw material that taken from riverbank of Penggaron, hence mixing best composition is 95% sand and 5% clay to be got quality in good shape, because having small decrease and transformation and reduction of its strength not too much. Beside that, processing of raw material have to really accurate to made strength depress in high. Keywords : brick, clay, sand mixture, quality Abstrak: Untuk mengetahui pengaruh campuran pasir Sungai Penggaron terhadap kualitas bata merah yang dihasilkan dari sepanjang Sungai Penggaron perlu dilakukan penelitian yaitu dengan cara memberikan penambahan pada bahan baku dengan campuran pasir yang berbeda pada tiap kelompok perlakuan penelitian yang meliputi; kelompok tanpa campuran pasir, kelompok dengan campuran pasir 5 %, kelompok dengan campuran pasir 10 % dan kelompok dengan campuran pasir 15 % sehingga dari masing masing kelompok perlakuan tersebut dapat diketahui perbedaan kualitas hasilnya. Dengan adanya campuran pasir pada bahan baku tanah liat mempunyai pengaruh yang positif dan di sisi lain ada juga pengaruh negatifnya. Bila mengutamakan peningkatan kualitas bentuk yang dilihat secara fisik campuran pasir akan lebih menguntungkan. Tetapi bila dilihat dari kekuatan, campuran pasir akan lebih merugikan karena dengan adanya campuran pasir mengakibatkan penurunan kuat tekan. Setelah diadakan penelitian penambahan campuran pasir pada bahan baku tanah liat yang diambil dari tepi sungai Penggaron Pedurungan Kidul Kota Semarang, maka pencampuran yang memiliki komposisi paling baik adalah 95% tanah liat dan pasir sebanyak 5% agar didapatkan kualitas bentuk yang baik, karena mempunyai perubahan bentuk dan penyusutan yang kecil dan pengurangan kekuatannya tidak terlalu banyak. Selain itu penggolahan bahan mentahnya harus benar-benar teliti agar didapatkan kuat tekan yang tinggi. Kata kunci : bata merah, tanah liat, campuran pasir, kualitas.
PENDAHULUAN Untuk
bidang Ekonomi antara lain : pertanian, industri,
memenuhi
kebutuhan
akibat
pertambangan,
energi,
perhubungan,
pengaruh adanya urbanisasi di Kota Semarang,
pariwisata, perdagangan, sumber alam dan
maka Pemerintah dengan bantuan pihak swasta
lingkungan
mengadakan penyesuaian hingga dilaksanakan
Pembangunan
pembangunan
pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
sarana
dan
prasarana
baik
hidup. Sosial
Sedangkan Budaya
secara fisik maupun non fisik terutama di bidang
teknologi,
ekonomi dan sosial budaya. Pembangunan di
perumahan dan permukiman.
kesehatan,
Pengaruh Campuran Pasir Sungai Penggaron Terhadap Kualitas Hasil Pembuatan Bata – Eko Nugroho Julianto
antara
untuk lain;
kependudukan,
181
Dari pembangunan tersebut terutama
tanah liat yang digunakan pada pembuatan bata
yang bersifat pembangunan fisik diharapkan
merah
terpenuhi secara
umumnya
biasanya diambilkan tanah lain yang banyak
merupakan
mengandung pasir atau endapan pasir yang ada
produk dari Industri yang mempunyai Standar
di sekitar Sungai Penggaron. Karena Sungai
Industri yang telah ditetapkan. Disamping itu
Penggaron terletak di dataran rendah, jadi pasir
banyak juga digunakan bahan yang diproduksi
yang diendapkannya mempunyai
oleh industri-industri kecil, seperti bahan untuk
butiran yang sangat halus. Dengan demikian,
dinding yang terbuat dari batako dan bata
maka pasir tersebut dapat digunakan sebagai
merah.
bahan-bahan
campuran/pengurus tanah liat plastis untuk
tersebut yaitu bata merah sering digunakan baik
bahan produksi bata merah. Agar diperoleh
pada bangunan gedung-gedung kantor, gedung
perbandingan bahan pengurus yang sesuai,
pendidikan
perumahan-perumahan
maka perlu dilakukan suatu penelitian sehingga
rakyat dengan pertimbangan mudah dalam
akan diperoleh bata merah yang memiliki
pemasangannya.
kualitas baik dan sesuai dengan standar yang
bahan-bahan
kualitas.
yang
Salah
digunakan
satu
diantara
maupun
memberikan
Pada
Selain
itu
kenyamanan,
juga
ketenangan
akan dan
di
sepanjang
Sungai
Penggaron
fraksi-fraksi
ditentukan.
keamanan yang lebih tinggi bagi penghuninya. Bata merah yang banyak dikonsumsi di Kota
Semarang
umumnya
diproduksi
oleh
LANDASAN TEORI Pengertian Bata Merah
sentra-sentra industri kecil di pinggiran kota,
Bata merah adalah unsur bangunan
yaitu dari sentra Karangawen Demak, sentra
yang digunakan untuk pembuatan konstruksi
Pedurungan, sentra Gunungpati, dan sentra
bangunan, dibuat dari tanah dengan atau tanpa
Boja. Namun mengenai kualitas produknya
campuran bahan-bahan lain, dibakar pada suhu
belum pernah diujikan. Seperti yang ada di
yang cukup tinggi hingga tidak dapat hancur agi
sentra
bila direndam dalam air. (SII 0021,1978).
Pedurungan
tepatnya
di
sepanjang
Bata merah dibagi menjadi dua jenis;
Sungai Penggaron Pedurungan Kidul, setelah diadakan pra-survey ternyata bahan baku yang
yaitu
digunakan diambil dari tanah liat jenis alluvial
berlobang, yang termasuk jenis bata merah
yang telah lama
pejal adalah bata yang berlobang kurang dari
diendapkan oleh air sungai.
Sehingga mengakibatkan tanah liat menjadi
bata
merah
pejal
dan
bata
merah
15% luas potongan datarnya.
terlalu plastis/gemuk yang akan mengakibatkan kualitas
bata
merah menjadi kurang
baik
Bahan Pembuatan Bata Merah
(penyusutannya akan besar, sehingga timbul retak-retak) Usaha
Bahan
utama pembuatan bata merah
adalah tanah liat atau yang biasa disebut untuk
mengatasi
atau
dengan lempung. Tanah liat bukanlah suatu
mengurangi penyusutan ini dapat ditempuh
mineral tunggal, tetapi merupakan kumpulan
dengan jalan menambahkan bahan
mineral
pengurus
dan
bahan-bahan
seperti tanah berpasir atau pasir kali yang lolos
mempunyai senyawa-senyawa
ayakan 1,4 mm. Bahan tambahan/pengurus
halus.
182 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 – Juli 2009, hal: 181 - 190
kolloid yang
yang sangat
Komponen-komponen utama di dalam
Proses pembentukan bata dilakukan dengan
lempung adalah: silika, alumina, mineral yang
cara pembentukan masa lempung plastis lunak,
mengandung alkali, senyawa besi, senyawa
yaitu pencetakan dengan tangan menggunakan
calsium,
alat cetak kayu, alat press ulir, press ungkit atau
senyawa
barium,
senyawa
magnesium, senyawa titan, senyawa mangan,
press pukul.
senyawa alumina, bahan karbon dan air.
Proses pengeringan dilakukan dengan
Bahan tambahan atau bahan campuran
memperhatikan sifat-sifat pengeringan bahan
yang digunakan untuk pengurus tanah liat pada
baku, sehingga dihasilkan barang kering yang
pembuatan bata merah adalah tanah yang
memenuhi ketentuan bentuk, nilai susut yang
banyak mengandung pasir atau pasir kali yang
rendah dan kekuatan kering yang tinggi. Cara
lolos saringan 1,4 mm dan tidak mengandung
pengeringan
butir-butir kapur. Pasir untuk campuran tanah
dengan pengeringan alam, menggunakan atap
liat adalah
penutup pada bahan yang dikeringkan atau
pasir yang mempunyai diameter
yang
umum
dilakukan
butir 0,062 mm sampai 1,410 mm (Balai
menggunakan
Penelitian dan Pengembangan Industri,1982:5).
meletakkan bahan yang dikeringkan.
rak-rak
dibawah
atap
yaitu
untuk
Pembakaran dilakukan setelah batu Proses pembuatan bata merah Proses
pembuatan
bata bata
merah
menurut Balai Penelitian dan Pengembangan
benar-benar
kering.
Pembakaran
ini
dilakukan di dalam tungku dengan bahan bakar kayu.
industri (1982:23) adalah sebagai berikut : Kualitas Bata Merah (SNI.15-2094-1991)
a. Penggalian bahan mentah tanah liat; b. Persiapan bahan mentah;
Kualitas bata merah dapat dilihat dari
c. Pemerataan campuran;
kualitas dari bahan dasarnya dan kualitas dari
d. Pembentukan;
produknya.
e. Pengeringan.
berdasarkan sifat-sifat tanah liat sebagai bahan
Tanah liat diambil dari daerah setempat yang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku pembuatan bata merah. Tanah liat yang telah digali kemudian diangkut ke pabrik
Kualitas
bahan
dasar
dilihat
bata merah adalah Sifat Plastis, Susut Kering dan Susut Bakar Sifat plastis adalah sifat suatu zat, yang
dan
memungkinkan zat itu berubah bentuk selama
ditimbun di luar selama 2-3 hari atau lebih
dari luar bekerja suatu gaya, dan dengan
dengan maksud memberi kesempatan tanah
berhentinya gaya-gaya
liat untuk pelapukan karena pengaruh panas
bentuk juga berhenti, bentuk terakhir tetap dan
matahari dan air atau embun.
tidak kembali kebentuk asal.
Selanjutnya
pemerataan
campuran,
Susut
kering
dari luar perubahan
adalah
pengurangan
yaitu menghomogenkan lempung yang sudah
panjang benda uji keadaan plastis ke keadaan
direndam dalam air dengan cara diaduk hingga
kering udara, diperhitungkan terhadap keadaan
merata, dilakukan di tempat pemeraman (bak
plastis. Penyusutan ini ditentukan dalam angka
beton/sumuran) dengan cara diinjak-injak atau
prosentase. Susut kering tidak boleh lebih dari
dicangkul
hingga
beberapa
pengulangan.
Pengaruh Campuran Pasir Sungai Penggaron Terhadap Kualitas Hasil Pembuatan Bata – Eko Nugroho Julianto
183
10%,
sebab
bila
terlalu
besar
akan
menyebabkan perubahan-perubahan bentuk. Susut
bakar
adalah
ditahannya. Dari kuat tekan yang dihasilkan, bata merah dapat digolongkan tingkat mutunya.
pengurangan
Kuat tekan bata merah pejal menurut Yayasan
panjang suatu benda uji dari keadaan kering
Dana Normalisasi Indonesia (NI-10) Syarat kuat
udara sesudah dibakar, diperhitungkan terhadap
tekan tiap kelas / tingkat mutu bata
keadaan kering udara.
adalah seperti tabel berikut ini.
Kualitas bata (hasil produksi) menurut Standar Industri Indonesia (SNI.15-2094-1991) dilihat dari pandangan luar, ukuran bata merah standar, kadar garam, dan kuat tekan. Pandangan luar bata merah pejal harus berbentuk
prisma
segiempat
mempunyai rusuk-rusuk
Tabel 2. Kuat tekan bata merah pejal menurut NI-10
Mutu bata merah tingkat I tingkat II tingkat III
panjang,
yang siku-siku
dan
tajam, bidang-bidang datar yang rata dan tidak menunjukkan retak-retak.
Tabel 1. Ukuran bata merah standar
Panjang Lebar Tebal
Antara
Ukuran 2 (mm) 230 110 50
tekannya
tidak diperbolehkan 20 %
lebih
rendah dari harga rata-rata terendah untuk
bata-bata
Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diijinkan untuk bata merah pejal menurut SII 0021 (1978:2) seperti tabel
Penyimpangan maksimum (%) 3 4 5
dengan
terbesar dan bata dengan ukuran selisih
> 100 kg/cm² 80 kg/cm² - 100 kg/cm² 60 kg/cm² - 80 kg/cm².
tingkat mutunya.
SNI.15-2094-1991 adalah seperti tabel berikut.
Ukuran
kuat tekan rata-rata
Dari tiap-tiap benda percobaan, kuat
Ukuran bata merah standar menurut
Ukuran 1 (mm) 240 115 52
merah
ukuran terkecil,
maksimum yang diperbolehkan ialah :
berikut ini. Tabel 3. Kuat tekan bata merah pejal menurut SII 0021 Kelas 25 50 100 150 200 250
Kuat tekan rata-rata 25 Kg/cm² 50 Kg/cm² 100 Kg/cm² 150 Kg/cm² 200 Kg/cm² 250 Kg/cm²
untuk panjang 10 mm; lebar 5 mm; tebal 4 mm. Pasir Sungai Penggaron Pasir
Kadar Garam Garam
yang
dapat
larut
dan
membahayakan tidak boleh menyebabkan lebih dari 50 % permukaan bata merah pejal tertutup dengan tebal akibat pengkristalan garam-garam tersebut
(Standar
Industri Indonesia
0021,
digunakan
Sungai
sebagai bahan
untuk mendapatkan
pada
campuran pasir
yang
tepat. Sehingga bata merah yang dihasilkan mempunyai angka penyusutan yang kecil. Pasir di Sungai Penggaron merupakan pengendapan
Kuat tekan bata merah adalah kekuatan terhadap
dari
butiran-butiran
hasil
pengkikisan batu-batuan kecil yang telah hancur
Kuat Tekan Bata Merah
maksimal
campuran
yang
pembuatan bata merah di Penggaron berfungsi
1978:2).
bata
Penggaron
beban
yang
karena
golakan
air
selama
mengalir
di
sepanjang sungai. Pasir tersebut mengendap di sepanjang
sungai,
184 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 – Juli 2009, hal: 181 - 190
semakin
jauh
pasir
diendapkan dari tempat asalnya semakin kecil
c. Timbangan dengan ketelitian sampai 10
pula butirannya. Karena pasir yang diendapkan
gram, digunakan untuk mengukur berat bata
di
merah.
sepanjang sungai Penggaron
mempunyai
besar butir yang relatif halus, sehingga pasir tersebut
memenuhi
syarat
untuk
d. Cetakan untuk membuat benda uji kuat
bahan
tekan.
campuran tanah liat pada pembuatan bata
e. Mesin
merah di lokasi setempat.
uji tekan
yang
digunakan
untuk
pengujian kuat tekan bata merah. f. Bejana dituangkan air suling yang digunakan
CARA PENELITIAN
untuk pengujian kadar garam yang larut dan
Bahan
membahayakan. Bahan yang dipakai untuk pengujian
keplastisan, susut kering dan susut bakar
Urutan penelitian
adalah adonan lempung. Pasir sungai yang
Penelitian
dilaksanakan
dengan
memiliki diameter butir 0,062 mm sampai 1,410
tahapan sebgai berikut :
mm
a. Bahan dasar pembuatan bata merah diuji
(Balai
Penelitian
dan
Pengembangan
Industri,1982:5), bahan ini digunakan sebagai
keplastisannya dengan
campuran untuk pengurus tanah liat pada
adonan lempung (tanpa campuran pasir) dan
pembuatan bata merah yang diperoleh dari
campuran antara adonan lempung dengan
Sungai
pasir
Penggaron.
Dalam
pengujian
atau
sungai
cara menggulung
penggaron
sesuai
dengan
pengamatan pandangan luar, warna dan berat,
komposisi yang telah ditentukan sampai
bahan yang digunakan bata merah utuh yang
berbentuk silinder dengan diameter 2 cm,
sudah dibakar. Bahan yang dipakai untuk
panjang 20 cm.
pengujian kuat tekan adalah bata merah, semen
b. Penentuan susut kering dan susut bakar
portland type I (nusantara), pasir muntilan, dan
dapat dilakukan sebagai berikut : Lempung
papan tebal 6 mm dan plat besi yang sudah
yang diperiksa digiling halus (hingga tembus
dilumuri pelumas.
saringan nyamuk), kemudian ditambah air secukupnya
Alat
dibentuk
benda
uji
dengan
bentuk prisma siku-siku dengan ukuran 1 x 5 Alat-alat yang dipakai dalam penelitian
x 12 cm. Setelah dikeringkan dengan cara
ini adalah :
alamiah
a. Alat penyiku, digunakan untuk pengamatan
untuk
pandangan luar
kemudian
dilakukan
mendapatkan
nilai
pengukuran
susut
kering.
Setelah dilakukan pembakaran, benda uji
b. Callipers atau alat sejenis dengan ketelitian
diukur kembali untuk mendapatkan nilai susut
sampai 1 mm, digunakan untuk melakukan
bakar. Bersamaan dengan pembuatan benda
pengukuran susut kering, susut bakar serta
uji untuk susut kering dan susut bakar dibuat
pengukuran terhadap penyimpangan ukuran
pula bata merah dengan ukuran standar
bata merah.
sesuai SNI.15-2094-1991. c. Setelah kering bakar, bata merah yang dibuat sesuai dengan SNI.15-2094-1991 diamati
Pengaruh Campuran Pasir Sungai Penggaron Terhadap Kualitas Hasil Pembuatan Bata – Eko Nugroho Julianto
185
bentuk luarnya yang meliputi kerataan pada
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
bidang
Hasil Pengujian Penyusutan Tanah Liat
datarnya,
menujukkan
retak-retak
atau tidak, rusuk-rusuknya/siku-sikunya tajam
Hasil pengujian penyusutan tanah liat
atau tidak, dan rapuh atau tidak rapuh. Selain
yang dilakukan menghasilkan nilai susut kering
bentuk fisik, juga diamati warna yang terjadi
dan susut bakar yang dapat dilihat pada tabel
akibat
berikut ini.
dilakukannya
pembakaran
serta
pengkuran terhadap penyimpangan ukuran terhadap standar yang ditentukan.
Tabel 4. Hasil pengujian penyusutan bata merah Benda Uji
d. Bata yang diukur penyimpangan ukurannya kemudian digunakan untuk membuat benda uji untuk pengujian kuat tekan dengan cara
Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D
Susut kering (%) 10,5 9,3 9,02 9,00
susut bakar (%) 0,49 0,41 0,36 0,18
batu bata dipotong dengan gergaji menjadi
Dari hasil pengujian, untuk susut kering
sama besar, tiap-tiap bata merah disatukan
kelompok A yang sedikit menyimpang dari
dengan potongan lainnya dengan adukan
ketentuan (susut keringnya > 10 %), untuk
setebal 6 mm, bidang-bidangnya pun dilapisi
kelompok B, C dan D sudah memenuhi syarat.
dengan adukan setebal 6 mm. Pembuatan
Untuk susut bakar kelompok A, B, C dan D
benda uji ini dilakukan dalam cetakan yang
masih dalam batas yang ditentukan yaitu,
telah dipersiapkan sebelumnya. Keesokan
kurang dari 2 %. Dengan adanya campuran
harinya dapat dilepas, sesudah itu benda-
pasir pada bahan baku, tanah liat mengalami
benda tersebut lalu direndam dalam air
pengurangan
bersih (suhu ruangan) selama 24 jam,
penyusutan pada waktu bata merah dikeringkan
kemudian diangkat dan bidang-bidangnya
maupun penyusutan bata merah pada waktu
diseka
dibakar. Jadi semakin banyak campuran pasir
dengan
kain
lembab
untuk
menghilangkan air yang berlebihan. Benda-
dalam
penyusutannya
baik
penyusutannya semakin kecil
benda uji setelah itu ditekan dengan mesin tekan hingga hancur. Kecepatan penekanan diatur hingga sama dengan 2kg/cm²/detik. e. Tiap
bata
dari kelompok perlakuan dapat diketahui bahwa
masing-
Kelompok contoh A tanpa campuran pasir
masing bejana dituangkan air suling ± 250
termasuk dalam kriteria Agak Plastis. Kelompok
ml. Bejana-bejana beserta benda-benda uji
contoh B dengan campuran pasir 5 % dan
dibiarkan dalam ruang yang mempunyai
Kelompok C dengan campuran pasir 10 %
penggantian udara yang baik. Bila sudah
termasuk dalam kriteria Sedikit Plastis dan
beberapa hari air telah dihisap dan bata
untuk Kelompok D dengan campuran pasir 15 %
kelihatan
termasuk dalam kriteria Tidak Plastis.
yang
datar.
dibiarkan
Kemudian
bata-bata
pengeluaran permukaannya.
berdiri
Hasil pengujian keplastisan bahan baku
pada
bidangnya
ditempatkan
Hasil Uji Plastis Tanah Liat
Dalam
lagi
hingga
diperiksa
bunga-bunga
putih
kering. tentang pada
Dari
hasil
pengujian,
kelompok
A
mempunyai keplastisan yang tinggi dibanding kelompok B, C dan D, sedang kelompok D mempunyai keplastisan yang paling rendah
186 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 – Juli 2009, hal: 181 - 190
dibanding kelompok A, B, dan C. Jadi dengan adanya
campuran
pasir
Hasil Pengujian Ukuran Bata
mengakibatkan
Pengujian ukuran bata dilakukan untuk
penurunan tingkat keplastisan pada bahan
mengetahui
bakutanah liat. Jadi semakin banyak campuran
contoh bata merah yang dibuat. Ukuran standar
pasir tingkat keplastisannya akan menurun.
yang digunakan adalah dari SNI.15-2094-1991. Setelah
angka
diadakan
penyimpangan
pengontrolan
ukuran
terhadap
standar-standar yang terdapat dalam SNI.152094-1991 didapatkan penyimpangan ukuran rata-rata seperti terdapat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil pengujian penyimpangan ukuran rata-rata bata merah menurut SNI.15-2094-1991 Standar 190.90.65 (mm) 27,89 4,69 20,15 30,49 5,23 19,59 31,56 5,44 19,16 32,86 5,96 19,07
Benda uji Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
panjang lebar tebal panjang lebar tebal panjang lebar tebal panjang lebar tebal
Hasil Pengujian Pandangan Luar
Standar 190.140.65 (mm) 27,89 44,31 20,15 30,49 44,77 19,59 31,56 44,56 19,16 32,86 44,04 19,07
Standar 230.110.55 (mm) 12,11 15,31 10,15 9,51 14,77 9,59 8,44 14,56 9,16 7,14 14,04 9,07
rata, menunjukkan retak-retak atau tidak, rusuk-
Dalam pengujian pandangan luar, yang
rusuknya/siku-sikunya tajam atau tidak yang
diteliti adalah bentuk bidang, warna dan berat
terakhir
rapuh
atau
tidak.
Semuanya
ini
rata-rata dari masing-masing benda uji bata
diyatakan dalam frekuensi relatif seperti pada
merah. Pengujian bentuk bidang dinyatakan
Tabel 6.
dengan bidang-bidang datarnya rata atau tidak Tabel 6. Hasil pengujian pandangan luar pengujian terhadap Rata (%) Tidak rata (%) Siku (%) Tidak siku (%) Retak (%) Tidak retak (%) Rapuh (%) Tidak rapuh (%) Warna Berat (kg)
Semua
benda uji Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D 80 100 100 90 20 0 0 10 60 90 100 100 40 10 0 0 20 0 0 20 80 100 100 80 0 0 20 30 100 100 80 70 Warna permukaan sama, yaitu kekuning-kuningan. Sedangkan warna penampang belahannya merata 1,26 1,30 1,32 1,35
hasil
standar yang telah ditentukan SNI.15-2094-
rata-rata
1991. namun demikian, penyimpangan ini tidak
mempunyai ukuran yang menyimpang dari
begitu bermasalah karena dalam SNI.15-2094-
pengujian
Kelompok
penyimpangan
perlakuan ukuran
Pengaruh Campuran Pasir Sungai Penggaron Terhadap Kualitas Hasil Pembuatan Bata – Eko Nugroho Julianto
187
1991 mengijinkan produsen membuat bata yang
Hasil pengujian Kuat Tekan Berdasar
bentuk dan ukurannya menyimpang apabila ada
standar
SNI.15-2094-1991,
pembeli.
hasil pengujian kuat tekan contoh-contoh dalam
Disamping itu tiap produsen mempunyai ukuran-
penelitian ini tidak memenuhi syarat Mutu I, II, III
ukuran lokal yang berbeda antara daerah yang
pada Kelas 25, 50, 100, 150, 200 maupun 250
satu dengan daerah yang lainnya.
pada Standar Industri Indonesia (SNI.15- 2094-
persetujuan
antara
penjual
dan
Berdasarkan pengamatan warna bagian
1991). Dengan demikian bata merah dari
luar untuk Kelompok A, Kelompok B, Kelompok
keempat kelompok perlakuan dalam penelitian
C dan Kelompok D semuanya berwarna merah
semuanya
hanya
kekuning-kuningan.
konstruksi
bangunan
potongannya
Dan
Kelompok
pada A,
penampang
Kelompok
B,
dapat
digunakan
yang
pada
bersifat
non
struktural, seperti dinding penyekat/pembatas.
Kelompok C dan Kelompok D menunjukkan
Setelah dilakukan uji lebih lanjut, maka
warna yang merata. Dengan demikian semua
tampak adanya beda signifikan, yaitu pada uji
kelompok tidak mempunyai perbedaan warna
beda antar kelompok perlakuan menggunakan
baik warna permukaan bidangnya maupun
Analisa
warna pada penampang potongannya. Jadi
kelompok perlakuan hasil kuat tekan Kelompok
dengan penambahan pasir pada perlakuan
contoh A menunjukkan kuat tekan yang tertinggi
kelompok tidak mempengaruhi warna bata
dibanding Kelompok contoh B, C, dan D.
merah
warna
Sedang untuk Kelompok D menunjukkan kuat
tergantung dari kandungan logam dalam bahan
tekan yang terendah dibanding Kelompok A, B
bakunya.
kekuning-kuningan
dan C. Dengan hasil tersebut dapat dikatakan
logam
semakin banyak campuran pasirnya semakin
yang
dihasilkan,
Warna
menunjukkan kandungan
karena
besi lebih
dominan dari kandungan logam lainnya. Untuk Kelompok A (tanpa campuran
Varians.
Untuk
perbandingan
tiap
turun kuat tekannya. Setelah dilakukan uji keberartian
dan
kelinieran
regresi
dapat
pasir) mempunyai berat rata-rata 1,256 Kilo
diketahui bahwa pengaruh campuran pasir
gram, Kelompok B (dengan campuran pasir 5%)
terhadap kuat tekan bata merah mempunyai
mempunyai berat rata-rata 1,297 Kilogram,
kecepatan penurunan sebesar 58,362. Jadi
Kelompok C (dengan ácampuran pasir 10%)
semakin banyak campuran pasir akan semakin
mempunyai berat rata-rata 1,318 dan kelompok
turun
D (dengan campuran pasir 15%) mempunyai
penurunan kuat tekan dapat diketahui bahwa
berat rata-rata 1,345 Kilogram. Dari data di atas
setiap penambahan pasir 1 % akan mengurangi
Kelompok A mempunyai berat rata-rata yang
kekuatan tekan bata merah sebesar 2,76 %.
paling rendah dibanding kelompok B, C dan D,
Tabel 7. Hasil pengujian Kuat Tekan.
untuk kelompok D mempunyai berat yang paling tinggi dibanding kelompok A, B, dan C. Dari data di atas juga menunjukkan semakin banyak campuran pasirnya semakin besar berat bata
kuat
Benda Uji Kel. A Kel. B Kel. C Kel. D
tekannya.
Berdasar
Kuat Tekan (Kg/cm²) rerata max min 21,57 28,41 15,38 17,84 23,94 10,47 14,60 17,00 12,94 12,92 26,41 8,37
merah yang dihasilkan.
188 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 – Juli 2009, hal: 181 - 190
kecepatan
Standar Deviasi 4,482 3,541 1,249 5,037
Hasil Pengujian Kadar Garam
1) Pengaruhnya terhadap Bentuk, yaitu
Hasil pengujian kadar garam yang larut dan
membahayakan
pada
Kelompok
A,
dengan
adanya
campuran
pasir
perubahan bentuk produk bata merah
Kelompok B, Kelompok C dan Kelompok D
akan
semuanya mempunyai kadar garam yang sama
permukaannya
yaitu kurang dari 50 % permukaan bata merah
lebih
tertutup oleh lapisan tipis akibat pengkristalan
penyusutan
garam yang terlarut atau dapat dikatakan kadar
campuran pasirnya terlalu banyak bata
garam
merah
yang
larut
pada
semua
kelompok
berkurang lebih
siku,
sehingga rata,
sudutnya
peretakkan
karena
berkurang.
Tetapi
menunjukkan
jika
gejala
kerapuhan/kekuatannya berkurang.
perlakuan tidak membahayakan. Jadi dengan penambahan campuran
2) Pengaruh terhadap Berat, yaitu dengan
pasir sungai Penggaron pada bahan baku bata
adanya campuran pasir berat bata
merah tidak mempengaruhi jumlah kadar garam
merah
yang terlarut, hal ini karena letak sungai
meskipun
Penggaron jauh dari laut sehingga tidak terjadi
semakin banyak campuran pasirnya
interusi air laut pada aliran sungai Pengaron.
semakin berat bata yang dihasilkan.
Kadar garam akan tergantung dari asal air yang
d. Dilihat dari perbandingan pada masing-
digunakan untuk pembentuk optimum pada
masing kelompok perlakuan benda uji
bahan baku dan asal pasir yang digunakan
dapat
untuk bahan campuran.
campuran pasirnya, penyimpangan ukuran
mengalami relatif
kecil
ditentukan
penambahan sekali.
semakin
Jadi
banyak
dari cetakannya semakin kecil tau dapat KESIMPULAN
dikatakan penyusutannya berkurang.
Berdasarkan hasil dan pembahasan
e. Pengaruh campuran pasir terhadap kuat
pengaruh
tekan bata merah, yaitu semakin banyak
campuran pasir sungai Penggaron terhadap
campuran pasirnya semakin turun kuat
kualitas dari hasil pembuatan bata merah di
tekan bata merah yang dihasilkan.
maka
dapat
ditarik
kesimpulan
sepanjang sungai Penggaron sebagai berikut : 1. Kualitas Bahan dan Hasil Pembuatan Bata
2. Kualitas Hasil Pembuatan Bata Merah yang tidak terpengaruh karena adanya campuran
Merah yang terpengaruh karena adanya
pasir sungai Penggaron.
campuran pasir sungai Penggaron adalah:
a. Kualitas Pandangan luar.
a. Penyusutan bahan baku pembuatan bata
Dari hasil pengamatan kualitas pandangan
merah, yaitu semakin banyak campuran
luar
pasir penyusutanya semakin kecil.
campuran pasir adalah warna, baik warna
b. Keplastisan bahan baku pembuatan bata merah, yaitu semakin banyak campuran pasir
tingkat
keplastisannya
menurun. c. Kualitas pandangan luar bata merah :
akan
yang
tidak
terpengaruh
adanya
permukaan maupun warna penampang belahannya. b. Kadar garam Dari pengamatan kadar garam yang larut dan membahayakan tidak menunjukkan perbedaan pengaruh adanya campuran
Pengaruh Campuran Pasir Sungai Penggaron Terhadap Kualitas Hasil Pembuatan Bata – Eko Nugroho Julianto
189
pasir.
Semua
Kelompok
perlakuan
mempunyai kadar garam yang sama yaitu kurang dari 50 %.
DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. 1982. Prosesì Pembuatan Bata dan Genteng. Ujung Pandang : Departemen Perindustrian. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. 1985. Proses Pembuatan Bata Merah Pejal. Banda Aceh : Departemen Perindustrian. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. 1991. Standar Nasional Indonesia Mutu dan Cara Uji Bata Merah Pejal (SNI.15-
2094-1991). Jakarta Perindustrian.
:
Departemen
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 1978. Bata Merah Sebaga iBahan Bangunan (NI-10). Bandung : Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Cipta Karya. 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982). Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum. Iramanti, Ir. 1987. Laporan Penelitian Mutu Tanah Liat Sebagai Bahan Baku Bahan Bangunan. Semarang : Departemen Perindustrian. Sutopo Edi Widjojo. 1986. Ilmu Bahan Bangunan 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
.
190 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 11 – Juli 2009, hal: 181 - 190