Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
KEY SUKSES FAKTOR ENTREPRENEUR ACTIVITY BERDASAR GENDER DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN. (STUDI UKM DI KABUPATEN SEMARANG
Dra. Sri Suprapti,SE,MM
[email protected] Joko Riyanto,SE,MM Joko
[email protected] Abstraksi Dalam perkembangan jaman seperti saat ini dunia intrepreneur tidak hanya didominasi oleh kaum pria tetapi kaum perempuan juga telah mengambil bagian ini.Perempuan bekerja saat inipun telah banyak kita temui, posisi jabatannya beragam.Tetapi sebagai perempuan akan lebih tertarik untuk bekerja dengan pengaturan waktu yang lebih fleksibel dikarenakan untuk perempuan yang telah berkeluarga hal ini sebagai pertimbangan untuk tetap dapat mengurus keluarga. Perempuan hadir dalam dunia usaha dan dunia kerja mempunyai beberapa alasan, diantaranya emansipasi, pendidikan yang semakin tinggi, membantu ekonomi keluarga, pengembangan diri dll. Dalam kenyataan masih banyak wanita bekerja sebagai entrepreneur berposisi sebagai co- intrepreneur . Penelitian ini diharapkan dapat menjadi proses pembelajaran dan menambah keilmuan dibidang kewirausahaan berdasar perbedaan gender dan hubungan dengan pengembangan usaha UMKM di Kabupaten Semarang, sehingga kewirausahaan perempuan dapat dipandang sebagai kekuatan utama untuk inovasi dan penciptaan lapangan kerja .dan dapat mengurangi kesenjangan gender dan standar hidup , terutama di negara-negara berkembang, dan para instansi terkait dapat memberikan fasilitas yang memadai dalam pengembangan UKM perempuan khususnya Kabupaten Semarang.Serta mengetahui factor-faktor dominan yang dapat mempengaruhi wirausaha perempuan. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha wanita di Kabupaten Semarang yang bergerak dibidang pengolahan makanan dan pengrajin, dengan jumlah sampel 60 responden. Metode pengumpulan data menggunakan quesioner yang dibagikan kepada responden dilokasi penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Hasil olah data menggunakan program SPSS versi 17 diperoleh nilai Component Matrix masing-masing faktor adalah faktor ekonomi (X1) 0,746, faktor tehnologi (X2) 0,981, faktor sosio demografi (X3) 0,957, faktor persepsi (X4) 0,968, faktor kurang percaya diri(X5) 0,988. Kelima faktor memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap aktivitas perempuan dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang adalah kurang percaya diri.
Kata Kunci: Key Sukses, Entrepreneur, Gender, Pengembangan 60
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
1.PENDAHULUAN
perekonomian
1.2.Latar Belakang Masalah
Kabupaten
Di Indonesia UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dalam
sangatlah
menciptakan
Argumentasi
ini
penting
terutama
kesempatan
didasarkan
kerja.
kenyataan
sebagian
besarmasyarakat
Semarang.
Disperindag,terdapat
1.341
Data unit
usaha
industri kecil formal yang menyerap tenaga kerja 10.918 orang dan 7.975 unitusaha industri
rumah
tangga
dengan
16.324
bahwa, satu pihak, jumlah angakatan kerja
tenagakerja. Usaha itu tersebar merata di 19
di Indonesia sangat berlimpah mengikuti
Kecamatanyang ada.Struktur industri kecil
jumlah penduduk yang besar dan di lain
berdasarkan klasifikasi usahayakni makanan
pihak usaha besar tidak sanggup menyerap
(24,87 %), bahan bangunan 16,04 %,meubel
semua
13,82 %, konveksi/produk tekstil 11,25 %
pencari
pekerjaan.
Ketidak
sanggupan usaha besar dalam menciptakan
danindustri lainnya 34,02 %.
kesempatan kerja yang besar, disebabkan
Berdasarkan
data
tersebut
memang pada umumnya kelompok usaha
kesempatan/peluang kerja yang ditawarkan
tersebut relatif padat modal, sedangkan
terbesar di UKM sangat besar.Namun dari
UKM relatif padat karya (Tambunan,2002)
data tersebut belum terlihat berapakah yang
(ANTARA22/9’12)
Biro
Humas
Jateng menuliskan , jumlah usaha mikro
terdistribusikan peranan perempuan dalam kontribusi usaha.
kecil menengah di Kabupaten Semarang,
Dalam perkembangan jaman seperti
Jawa Tengah, meningkat setelah beberapa
saat ini dunia intrepreneur tidak hanya
perusahaan besar melakukan pemutusan
didominasi oleh kaum pria tetapi kaum
hubungan
terhadap
perempuan juga telah mengambil bagian
karyawannya.Jumlah UMKM di Kabupaten
ini.Perempuan bekerja saat inipun telah
Semarang tahun 2010 tercatat 25.496 unit,
banyak
sebanyak 994 unit di antaranya bergerak di
beragam.Tetapi sebagai perempuan akan
bidang
lebih
kerja
aneka
jasa,
4.856
bidang
kita
tertarik
temui,
posisi
untuk
jabatannya
bekerja
dengan
perdagangan, 8.550 bidangpengolahan, dan
pengaturan waktu yang lebih fleksibel
11.096 bidang pertanian.
dikarenakan untuk perempuan yang telah
Industri kecil merupakan bagian dari sektor
riil
yang
menggerakkan
roda
berkeluarga hal ini sebagai pertimbangan untuk tetap dapat
mengurus keluarga. 61
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
Perempuan hadir dalam dunia usaha
dan dunia kerja mempunyai beberapa alasan,
diantaranya emansipasi, pendidikan yang
2. Faktor apa yang paling dominan
semakin
tinggi,
membantu
ekonomi
mempengaruhi
perempuan
dalam
keluarga, pengembangan diri dll. Dalam
aktivitas
kenyataan masih banyak wanita bekerja
pengembangan Usaha Mikro Kecil
sebagai entrepreneur berposisi sebagai co-
Menengah(UMKM) di Kabupaten
intrepreneur .
Semarang?
Kewirausahaan
perempuan
telah
diidentifikasi sebagai kekuatan utama untuk
kewirausahaan
terhadap
1.3.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
inovasi dan penciptaan lapangan kerja
mempengaruhi
(Orhan
Hambatan
aktivitas kewirausahaan
memiliki
2. Untuk mengetahui faktor
dan
kewirausahaan
Scott
2001).
gender
dapat
perempuan
dalam
yang
dampak negatif terhadap daya saing suatu
paling dominan yang mempengaruhi
negara,
perempuan
produktivitas,
dan
potensi
dalam
aktivitas
pertumbuhan (Bardasi et al.2007). Namun,
kewirausahaan
sementara
telah
pengembangan Usaha Mikro Kecil
mengurangi kesenjangan gender dan standar
Menengah(UMKM) di Kabupaten
hidup perempuan meningkat, terutama di
Semarang.
pertumbuhan
ekonomi
terhadap
negara-negara berkembang, pertumbuhan
2.Tinjauan Pustaka
tersebut meskipun penting belum identik
2.1.Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
dengan kesetaraan ekonomi (Harrison dan
Pemberdayaan ekonomi masyarakat
Bluestone 1988)
menurut Hutomo (2000), adalah penguatan
1.2.Rumusan Masalah
pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan
Berdasarkan uraian latar belakang
penguasaan
distribusi
dan
pemasaran,
diatas pokok permasalahan yang akan
penguatan masyarakat untuk mendapatkan
dibahas dalam penelitian ini adalah:
gaji/upah yang memadai, dan penguatan
apa
yang
masyarakat untuk memperoleh informasi,
perempuan
dalam
pengetahuan dan ketrampilan, yang harus
kewirausahaan
di
dilakukan secara multi aspek, baik dari
1. Faktor-faktor mempengaruhi aktivitas
Kabupaten Semarang?
aspek masyarakatnya sendiri, maupun aspek 62
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
kebijakannya. Dengan dukungan kebijakan
kemandirian.
dari pemerintahan setempat diharapkan akan
perubahan
tumbuh dan berkembangnya usaha akan
pengalokasian
semakin
sumberdaya; (2) penguatan kelembagaan;
lancar
karena
keikutsertaan
Langkah-langkah struktur,
pemerintah serta penyediaan infrastruktur
(3)
yang memadai.
pemberdayaan
Menurut
Sumodiningrat
meliputi:
sumber
penguasaan
proses (1)
pemberdayaan
teknologi;
dan
sumberdaya
(4)
manusia.
(1999),
Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup
perekonomian rakyat adalah perekonomian
hanya dengan peningkatan produktivitas,
yang
rakyat.
memberikan kesempatan berusaha yang
Perekonomian yang deselenggarakan oleh
sama, dan hanya memberikan suntikan
rakyat adalah bahwa perekonomian nasional
modal
yang berakar pada potensi dan kekuatan
dijamin adanya kerjasama dan kemitraan
masyarakat secara luas untuk menjalankan
yang erat antara yang telah maju dengan
roda
yang masih lemah dan belum berkembang.
diselenggarakan
oleh
perekonomian
sendiri.Pengertian warga
negara.
rakyat
mereka adalah
Pemberdayaan
sebagai
stumulan,
tetapi
harus
semua
Pada era otonomisasi saat ini, konsep
ekonomi
pengembangan ekonomi kerakyatan harus
rakyat merupakan usaha untuk menjadikan
diterjemahkan
ekonomi yang kuat, besar, modern, dan
operasional berbasiskan ekonomi domestik
berdaya saing tinggi dalam mekanisme
pada tingkat kabupaten dan kota dengan
pasar yang benar. Masih dirasakan kendala-
tingkat kemandirian yang tinggi. Namun
kendala
demikian
untuk
pengembangan
ekonomi
dalam
perlu
bentuk
program
ditegaskan
bahwa
rakyat,diantaranya perbedaan gender yang
pengembangan ekonomi kerakyatan pada
masih cukup dirasakan,kendala struktural,
era
maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus
ditejemahkan
dilakukan melalui perubahan struktural.
territorial.Tapi
otonomisasi
saat
ini
tidak
harus
dalam
perspektif
sebaiknya
dikembangkan
Perubahan struktural yang dimaksud
dalam perspektif ‘regionalisasi’ di mana di
adalah perubahan dari ekonomi tradisional
dalamnya terintegrasi kesatuan potensi,
ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke
keunggulan, peluang, dan karakter sosial
ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten ke
budaya.
ekonomi pasar, dari ketergantungan ke 63
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
2.2. Peran Jenis Kelamin.
sebagai titik-titik yang berlawanan dalam
Hurlock (1984: 456) mengartikan
satu
kontinum
yang
bipolar.
Model
peran jenis kelamin sebagai: “Patterns of
nontradisional dimulai tahun 1970-an ketika
behavior for members of the two sexes
sejumlah penulis (antara lain Bem, 1974;
approved and accepted by the social group
Constantinople, 1973, dan Spence, Helmrich
with which the individual is identified”.
&
Lerner (1983) dalam Freieda (2009)
Stapp,
1974,
menyatakan
dalam
bahwa
Bass,
maskulinitas
1990) dan
mendefinisikan sex role sebagai seperangkat
feminitas lebih sesuai dikonseptualiasikan
perilaku yang ditetapkan secara sosial bagi
terpisah,
orang-orang dengan kelompok jenis kelamin
independen. Berdasarkan konsep ini, Bem
tertentu.Peran
(1978) dalam Freieda (2009) menyatakan
jenis
kelamin
merupakan
dimensi
yang
mengikutsertakan apa yang dipercayai oleh
terdapat
kultur tentang perilaku yang berbeda dan
berdasarkan respons seseorang terhadap
karakteristik
skala maskulinitas dan feminitas pada
tertentu
orang
yang
empat
klasifikasi
kepribadian
diasosiasikan merupakan anggota dari tiap
Bem Sex Role Inventory (BSRI), yaitu:
jenis
pengertian
(1) Sex-typed, yakni seorang laki-laki yang
kultur, Ward (dalam Hurlock, 1984: 456)
mendapat skor tinggi pada maskulinitas dan
mendefinisikan peran jenis kelamin sebagai:
mendapat skor yang rendah pada feminitas.
“A culturally defined sex role reflects those
Pada perempuan, mendapat skor yang tinggi
behaviors and attitudes that are generally
pada feminitas dan mendapat skor yang
agreed upon within a culture as being either
rendah pada maskulinitas.
masculin or femini
(2) Cross-Sex-Typed, yakni laki-laki yang
kelamin.
Berdasarkan
Bem (1978) dalam Freieda (2009)
memperoleh skor tinggi pada feminitas,
dalam menyatakan ada dua model orientasi
namun memperoleh skor yang rendah pada
peran
berdasarkan
maskulinitas. Sebaliknya pada perempuan
psychological well being, yakni model
memiliki skor yang tinggi pada maskulinitas
tradisional dan model nontradisional.Model
dan skor yang rendah pada feminitas.
tradisional
(3) Androginy,
jenis
maskulinitas
kelamin
berpandangan dan
feminitas
bahwa dipandang
yakni
laki-laki
atau
perempuan yang mendapat skor tinggi pada 64
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
maskulinitas dan pada feminitas.
kewirausahaan tentunya didefinisikan pada
(4) Undifferentiated, yaitu laki-laki atau
tingkat makro,
perempuan yang memperoleh skor rendah
pengaruh positif tentang kewirausahaan.
baik pada maskulinitas maupun feminitas.
Pengangguran bisa terlibat dalam kegiatan
3.3. Faktor ekonomi
kewirausahaan dan menyebabkan pelaku
Penelitian empiris pada perbedaan
memulai
pegangguran memiliki
bisnis
mereka
sendiri
gender diantara pemilik usaha perempuan
digunakan
sumber pendapatan.
dan
klasifikasi
pengusaha
pemilik
penelitian
usaha
laki-laki,didalam
menunjukan adanya perbedaan
peluang
pengusaha
dan
Menurut
kebutuhan
dan
diperkenalkan
pada
gender dalam kewirausahaan.faktor-faktor
laporan GEM 2007, dengan meningkatnya
yang
pengangguran tingkat kenaikan kebutuhan
mempengaruhi
kegiatan
kewirausahaan dan menciptakan perbedaan
aktivitas
gender dalam kerangka kerja. Kerangka
et,al,2005). Satu hal dapat disimpulkan
kerja ini bertujuan untuk penataan sejumlah
bahwa
faktor yang mempengaruhi perempuan dan
berpengaruhpositif dalam jumlah pengusaha.
laki-laki ketika melakukan bisnis, serta
Selanjutnya
menyediakan dukungan untuk analisis faktor
menganggap
yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan
mengurangi
perempuan dan laki-laki ketika mereka
meningkatkan
memulai
usaha
mempekerjakan orang lain .Mereka lebih
penyelidikan
lanjut menyimpulkan bahwa persaingan di
mereka,
dan dan
mengembangkan selanjutnya
adanya alasan untuk perbedaan gender. Terbukti spektrum yang luas dari
pasar
kewirausahaan
(Reynolds
meningkatnyakewirausahaan
yang
Verheul
et
al
kewirausahaan
(2006) dapat
pengangguran,dan modal
manusia
disebabkan
oleh
dengan
kegiatan
kewirausahaan mendorong kinerja yang
faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi
lebih
akitivitas
akibatnya
pengangguran dapat berhubung ke peluang
membedakan kegiatan usaha gender antara
bisnis yang hilang.Oleh karena itu pada
perempuan
tingkat Makro, dapat dikatakan bahwa
kewirausahaan
dan
dan
laki-laki
dalam
kewirausahaan. Pengangguran dan hubungannya dengan
baik,
pengangguran
dan
tingginya
mempengaruhi
tingkat
aktivitas
kewirausahaan sedemikian rupa sehingga mengurangi tingkat pengangguran.Hal ini 65
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
sesuai
yang
disebutkan
sebelumnya
dalam pelayanan dan ritel industry (
menunjukan perempuan diwakiili terutama
Coleman
Verheul&Thurik 2001) yang berpendapat
dalam jasa dan
secara
(Coleman,2002,Swinney
umum
pengangguran
memiliki
2002,Swinney
et
al
2006
sektor ritel ekonomi etal
2006)
pengaruh besar pada pengusaha perempuan
Verheul&Thurik 2001.Berdasarkan asumsi
dari pada pengusaha laki-laki.
penelitian dan kesimpulan diatas selanjutnya
2.4.Teknologi faktor
menyimpulkan bahwa teknologi memeliki
Umumnya
sektor
tekhnologi
pengaruh
signifikan
terhadap
tinggi dianggap berpengaruh positif terhadap
kewirausahaan
usaha kecil karena berperan memperoleh
pengusaha perempuan sebagian besar hadir
keuntungan dari menciptakan produk baru
dalam pelayanan sektor ritel ekonomi.
baru dan diggunakan untuk pembuatan jasa
2.5.Sosio Demografis Faktor
dan tekhnik baru, memperkerjakan teknologi baru
dan
metode
meyebabkan
inovatif
sebagai
Pendidikan dan pelatihan diantara berbagai
faktor
yang
mempengaruhi
aktivitas kewirausahaan, pendidikan dan
dapat
latar belakangpelatihan dipandang sebagai
membuat potensi untuk memulai usaha baru
salah satu kendala yang mungkin ketika
(Wennerkres et al 2005, Wennerkres2006).
memperoleh dukungan keuangan eksternal
Selain itu menerapkan teknologi informasi
(Coleman,2002)
dan teknologi tinggi berarti membantu
khususnya. Menurut Verheul&Stel (2007)
komunikasi dalam hal
peningkatan tingkat pendidikan pengusaha
baru,
yang
produk
dan
dan
layanan
transformasi
akhirnya
laki-laki
aktivitas
selanjutnya
mengurangi biaya,
dan
investasi
formal,
dan memberi kesempatan usaha kecil untuk
menyebabkan
meningkatkan
mereka.
kewirausahaan,
Selanjutnya,berdasarkan tinjauan literatur
produkstivitas.
banyak peneliti menganggap perempuan
diklaim sebagai factor penting ketika
yang
memulai
daya
memimpin
kemungkinannya
saing
bisnis untuk
lebih terlibat
kecil
meningkatnya pendapatan Selain
aktivitas
itu
dan
pendidikan
kewirausahaan.
dalam
Sebagaian peneliti telah meneliti tingkat
pengembangan tekhnologi. Mereka lebih
pendidikan seperti Bosma et al (2004)
lanjut menyatakan bahwa perempuan yang
Swinney et al (2006) dan Verheul & Stel
memimpin bisnis sebagian besar diwakili
(2007)
membedakan
hubungan
positif 66
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
antara tingkat pendidikan yang tinggi dari
tingkat
pendiri atau pemilik bisnis yang secara
sesudahya dalam hal perbedaangender,
keseluruhan berpengaruh terhadap kinerja
Verheul et al 2006 menunjukan bahwa
bisnis. Pelatihan dianggap sebagai unsur
otang laki-laki yang tidak puas dengan
penting didalam seseorang meningkatkan
pekerjaan mereka dan kehidupan yang
kinerja,
pelatihan
tentang
lebih mugkin untuk membuat memulai
memulai
sebuah
bisa
untuk menciptakan bisnis mereka sendiri
memberikan dukungan yang diperlukan dan
dari pada perempuan yang tidak puas.
memberikan
Selanjutnya mereka meyimpulkan bahwa
tambahan bisnis
baru
keyakinan tambahan, yang
berhubungan
dengan
kewirausahaan
dan
pengamatan
pengusaha
kegiatan
kekhasan.
Dalam
perempuan
yang
lebih
tinggi.
Kepuasan
dengan cara yang positif kepuasan hidup mempengaruhi
lebih
pada
perempuan,
aktivitas kewirausahaan perempuan lebih
pelatihan tentang memulai bisnis baru
dipengaruhi
dipandang sebagai asset berharga.
kehidupan ,masyarakat dan selanjutnya
tingkat
kepuasan
kondisi yang dapat diterima untuk memulai
2.6.Persepsi Faktor Tingkat
oleh
hidup
bisnis dari pada laki-laki. Keluarga juga
mempengaruhi aktivitas kewirausahaan dan
diindikasikan berpengaruh terhadap usaha
berdasarkan
pengamatan
perempuan.
negara
Eropa
di
kepuasan
yang
pada dibuat
tingkat oleh
Keluarga adalah aparat dasar dari
Noorderhaven et al 2004.Pangsa pasar
masyarakat
perkembangan
pengusaha tampaknya lebih tinggi di
sosialisasi introjeksi nilai-nilai masyarakat
negara-negara dimana orang yang kurang
dan pembentukan identitas ,kepribadian
puas dengan masyarakat mereka tinggal
dilakukan
dan kehidupan mereka secara umum,
internalisasi dari kultur melalui berbagai
semakin
tinggi
pengalaman
mereka
mencari
dalam
dan
anak,proses
keluarga
situasi
proses
kemungkinan
bahwa
mengaktifkan
kesempatan
untuk
proses psikologis yang menyebabkan suatu
memulai bisnis mereka sendiri, mengingat
perilaku terbiasa untuk dilakukan (Triadis
bahwa ada kondisi yang baik untuk
1994).
memulai bisnis mereka yang puas yang menjadi pengusaha cenderung untuk ke 67
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
bahwa perempuan kurang mungkin untuk
2.7.Kurang Percaya Diri Beberapa penelitian juga melihat takut
kemajuan melalui proses kewirausahaan
gagal sebagai kemungkinan pengahalang
denganresiko-aversion, lebih penting bagi
dalam
peempuan dari pada laki-laki pengusaha.
kegiatan
melakukan
kewirausahaan
kegiatan
pengusaha
dan pada
Secara
umumnya. Di dalam hal perbedaan gender,
kurang
Grilo&Irigoyen(2006)
dalam
pengusaha
perempuan bersedia
menyimpulkan
untuk mengambil resiko dan lebih konservatif
umum
memilih
strategi
pertumbuhan (Coleman,2002) dan karena
pada kemampuan sendiri untuk menjadai seorang
wirausaha
(Verheul&
Thurik,2001).
itu mereka mungkin kurang percaya diri 3.Metode Penelitian relevan dan obyek yang digunakan sebagai
3.1.Jenis Penelitian Penelitian
yang
dilaksanakan
bahan
analisis untuk
mencapai
tujuan
merupakan studi eksplorasi yaitu guna
penelitian (Husaini Usman 1995,20). Dalam
memahami
penelitian ini peneliti menggunakan metode
karakteristik
masalah
yang
diteliti, karena belum banyak literatur yang
pengumpulan
membahas
masalah
sebagai metode utama, yang akan diberikan
Bambang
1999:59).
sejenis
(Nur
Berdasarkan
dan hasil
data
kepada para
dengan
pengusaha
perempuan
Kabupaten
penelitian
mengembangkan
dokumentasi sebagai metode pelengkap
teori/hipotesis yang perlu diuji melalui
akan diperoleh dari literature-buku dan
penelitian-penelitian berikutnya. Penelitian
jurnal.
ini dilaksanakan karena masih ada masalah
3.3.Analisis Data
perbedaan
perlakuan
terhadap
kewirausahaan berdasarkan gender.
Sedang
di
analisis data yang terkumpul dalam studi ini, dapat
Semarang.
quesionare
metode
Pembahasan hasil dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Adapun metode analisis yang digunakan adalah
3.2.Metode Pengumpulan Data
analisis factor. Dalam Ghozali (2011),
Pengumpulan data adalah langkah dari
tujuan
utama
analisis
factor
adalah
penelitian untuk mendapatkan data yang
mendefinisikan struktur suatu data matrik 68
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
Hasil olah data computer dengan
dan menganalisis struktur saling hubungan (korelasi) antar sejumlah besar variable (test
program SPSS versi 17 adalah sebagai
score, test item, jawaban questioner) dengan cara mendefinisikan satu set kesamaan variabel atau dimensi dan sering disebut dengan
factor.
menemukan
Analisis
suatu
cara
factor
berikut: Tabel V.47
ingin
KMO and Bartlett's Test
meringkas
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Approx. ChiSphericity Square
(summarize) informasi yang ada dalam variable asli (awal) menjadi satu set dimensi
Df
baru atau variate (factor). Analisis factor
Sig.
.625 626.731 10 .000
mengidentifikasi struktur hubungan antar
Sumber: Data primer yang diolah, tahun
variable atau responden dengan cara melihat
2013
korelasi atau variable atau korelasi antar
Berdasarkan hasil uji KMO terlihat
responden. Cara untuk menentukan analisis
pada table V.47 diatas menunjukkan KMO
factor dalam penelitian ini adalah melihat
diatas 0,50, yaitu 626,731
matrik korelasi secara keseluruhan. Untuk
dengan Bartlett’s Test of Sphericity =
menguji apakah terdapat korelasi antara
626.731 dan signifikan pada 0,000, maka
antar variabel digunakan uji Bartlett test of
analisis faktor dapat diteruskan. Dari ke lima
sphericity. Jika hasilnya signifikan berarti
variabel
matrik korelasi memiliki korelasi signifikan
ekstraksi komputer menjadi satu factor, dan
dengan
satu
sejumlah
variabel.
Olah
data
begitu juga
yang dianalisis ternyata hasil
factor mampu menjelaskan 86,94%
komputer dengan program SPSS versi 17.
variasi. Nilai yang ditunjukkan adalah cukup
4.Hasil dan Pembahasan
tinggi yang mampu menunjukkan keandalan dapat
model dalam analisis factor. Adapun sisanya
tidaknya digunakan analisis factor adalah
sebesar 13,06 % diterangkan oleh factor-
data matrik harus memiliki korelasi yang
faktor lain diluar kajian ini. Hasil ekstraksi
cukup (sufficient correlation). Uji Bartlett
computer dapat dilihat pada table V.48 pada
Of Sphericity merupakan uji statistic untuk
halaman
menetukan ada tidaknya korelasi antar
kelima variabel dianalisis dengan melihat
variable.
component Matrix seperti pada table V.50
Asumsi
yang
mendasari
lampiran.Langkah
berikutnya
69
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
(Orhan dan Scott 2001). Apabila dikaitkan
Tabel V.50 Component Matrix
dengan factor tenologi, umumnya tehnologi
a
Component
tinggi dianggap berpengaruh positif terhadap
1
usaha kecil karena berperan memperoleh
fakt.ekonomi (X1)
.746
fakt.tehknologi (X2)
.981
fakt.Demografis(X3)
.957
baru.Selain ketiga factor diatas, sodio
fakt.persepsi (X4)
.968
demografi
fakt.percaya diri(X5)
.988
keuntungan
menciptakan
mempunyai
produk
pengaruh
yang
sangat kuat terhadap keberadaan wanita
Extraction Method: Principal Component Analysis. a.
dari
dalam mengembangkan usaha. Didalam
1 components extracted.
variable
sosio
demografi
disebutkan
pendidikan dan pelatihan diantara berbagai Berdasarkan hasil perhitungan component matrix pada tabel V.50 diketahui variabel X1 (factor ekonomi) mempunyai nilai yang paling rendah namun dengan loading factor diatas 0,50 sedangkan paling tinggi variabel percaya
diri
yaitu
0,988.
Hal
ini
menunjukkan kelima variabel mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keberadaan pengusaha wanita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian M.S. Kabir,Xuexi Hou, Rahima Akther, Jing Wang & Lijia Wang (2012). Sebagian besar ibu rumah tangga di daerah pedesaan dan perkotaan Bangladesh berkontribusi terhadap pendapatan keluarga melalui partisipasi aktif dalam tanaman, ternak dan lain sebagainya. Disamping itu kewirausahaan
perempuan
telah
diidentifikasi sebagai kekuatan utama untuk inovasi dan penciptaan lapangan kerja
factor
yang
kewirausahaan.
mempengaruhi Dalam
aktivitas
pengamatan
pengusaha perempuan, pelatihan tentang memulai bisnis baru dipandang sebagai asset berharga. Namun variabel percaya diri mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap
kesuksesan seseorang dalam
mengembangkan
usahanya
terutama
pengusaha wanita. Selain ketiga factor diatas,
sodio
pengaruh
yang
demografi sangat
mempunyai
kuat
terhadap
keberadaan wanita dalam mengembangkan usaha. Didalam variable sosio demografi disebutkan
pendidikan
dan
pelatihan
diantara berbagai factor yang mempengaruhi aktivitas kewirausahaan. Dalam pengamatan pengusaha perempuan, pelatihan tentang memulai bisnis baru dipandang sebagai asset berharga. Namun variable kurang percaya 70
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
diri mempunyai pengaruh yang paling kuat
kewirausahaan khususnya pada wanita. Hal
terhadap
ini bisa disebabkan wanita mempunyai
kesuksesan seseorang dalam
mengembangkan
usahanya
terutama
pengusaha wanita. Takut gagal sebagai
peran ganda sehingga kurang bisa maksimal dalam mengelola usahanya.
kemungkinan penghalang dalam kegiatan Rotasi Faktor
aktivitas kewirausahaan perempuan
Alat penting untuk intrerpretasi faktor
dalam pengembangan Usaha Mikro
adalah factor rotation. Namun hasil ekstraksi
Kecil dan Menengah di Kabupaten
komputer menjadi satu factor sehingga tidak
Semarang adalah kurang percaya
perlu dilakukan rotasi.
diri.
5. Penutup
5.2. Saran
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat
diberikan saran sebagai berikut:
diambil
beberapa
kesimpulan
sebagai
berikut:
kesimpulan
1. Sebagai
diatas
seorang
dapat
wirausaha
hendaknya tidak sekedar berpikir
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan
dalam
kewirausahaan
adalah
aktivitas
dapat
memperoleh
penghasilan
tambahan, tetapi berusaha mengikuti
faktor
perkembangan
ekonomi, faktor tehnologi, faktor
meningkatkan
sosio demografi, faktor persepsi, dan
formal
faktor kurang percaya diri, dengan
menambah
nilai Component Matrix masing-
ketrampilan supaya dapat bersaing
masing faktor adalah faktor ekonomi
dengan pengusaha lain dan usaha
(X1) 0,746, faktor tehnologi (X2)
yang dikelola semakin maju dan
0,981, faktor sosio demografi (X3)
berkembang
0,957, faktor persepsi (X4) 0,968,
2. Sebagai
tehnologi pendidikan
maupun
non
formal,
pengetahuan
seorang
baik
dan
wirausaha
faktor kurang percaya diri(X5) 0,988
sebaiknya mempunyai rasa percaya
2. Dari kelima faktor tersebut yang
diri yang kuat bahwa usaha yang
paling
dominan
mempengaruhi
dikelola
akan
berhasil. 71
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
DAFTAR PUSTAKA Adoram, G. (2011). "Gender Differences and Their Impact on Entrepreneurial Ventures Guy AdoramAdvances In ManagementVol. 4 (2) Feb. Bardasi E, B. M., & Guzman C. (2007). "Gender, entrepreneurship, and competitiveness in Africa.". Bem, S. L. (1978). "Bem sex-role inventory: Professionalmanual." Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press,Inc. Brown, B. (1989). "Patners in Life ini also inBusiness." Wall Street Journal,NewYork, Dow Jones Co. Coleman, S. (2002). "Constraints Faced By Females Small Business Owners: Evidence From TheData.." Journal of Developmental Entrepreneurship17(2): 151-174. Lardin Korawijayanti, T. T. L. (2009). "Pngaruh pengembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Keberdayaan Perempuan di jawa Tengah." RagamVol 9 ,No.2. Linda Ariany Mahastanti, Y. W. N. (2010). "Peranan Wanita Pendamping Suami
Menjalankan Bisnis Keluarga Dalam Pengembangan BisnisStudi Industri Kecil Kerupuk Di TuntangKabupaten Semarang. Jurnal
Mangunsong, F. (2009). "Faktor Intrapersonal, Interpersonal, Dan KulturalPendukung Efektivitas Kepemimpinan PerempuanPengusaha Dari Empat Kelompok Etnis Di Indonesia, MAKARA, SOSIAL HUMANIORAVOL. 13, NO. 1: 19-28
Muske G, F. M. A. K. J. E., C. a. Family, et al. (2002). "Business Evaluating the Differenceby industry type, proceedings of theUS Association for Small Businessand Entrepreneurship." AnnualConferenceApril. Tsyganova, T. (2010). "In Entrepreneurship:Evidence From Gem DataOrganizations And Markets In Emerging EconomiesVOL. 1, No. 1(1). Verheul, I., & Van Stel, A (2007). "Entrepreneurial Diversity and Economic Growth. .http://hdl.handle.net/1765/10619 (accessed February 15, 2009. Wennerkers, S. ( 2006). "Entrepreneurship at country level. Economic and noneconomic determinants.PhD diss., Erasmus University Rotterdam. http://repub.eur.nl/ (accessed February 15, 2009)
Siasat Bisnis , April 2010 Vol. 14 No. 1: Hal: 43-58. M.S. Kabir, X. H., Rahima Akther, Jing Wang & Lijia Wang (2012). "Impact Of Small Entrepreneurship On Sustainable Livelihood AssRural Poor Women In BangladeshIntemational Joumal of Economics and FinanceVol. 4, No. 3. 72