213
KETERAMPILAN TIK GURU PRODUKTIF SMK DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Herry Fitriyadi SMK Negeri 2 Amuntai
[email protected]
Abstrak: Keterampilan TIK Guru Produktif SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Implementasinya dalam Pembelajaran. Guru sebagai aktor utama dalam proses pendidikan dituntut harus dengan cepat memperbaharui pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), tak terkecuali guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dalam realitas masih minimnya implementasi TIK dalam pembelajaran dan adanya kendala internal dan eksternal SMK dalam pelaksanaan program TIK. Berdasarkan hal-hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi penguasaan keterampilan TIK guru produktif SMK dan implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK, serta mengidentifikasi kendala-kendala yang menjadi penghambat implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan. Kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut: 1) Keterampilan TIK guru produktif SMK secara keseluruhan termasuk dalam kategori rendah. 2) Implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK secara keseluruhan termasuk dalam kategori menengah. 3) Kendala-kendala implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK berkaitan dengan kebijakan pemerintah daerah, pendanaan program, pengembangan profesional di bidang TIK, ketersediaan sumber daya TIK, dan penggunaan TIK di sekolah. Kata kunci: keterampilan TIK, implementasi TIK
THE ICT SKILLS OF PRODUCTIVE TEACHERS IN VHS IN THE REGENCY OF HULU SUNGAI UTARA AND THE IMPLEMENTATION IN TEACHING Abstract: The ICT Skills of Productive Teachers in VHS in the Regency of Hulu Sungai Utara and the Implementation in Teaching. The teachers as the main actors in the process of education is required to quickly renew their knowledge, skills and competence in the field of Information and Communicaton Technology (ICT), no exception vocational high schools (VHS) productive teachers’, in reality the lack of implementation of ICT in learning, and the internal and external constraints in the implementation of ICT in VHS. Based on these things, this study was conducted to investigate the ICT skill mastery of productive teachers in VHS and the ICT implementation in the productive teaching in VHS, and to identify the constraints that inhibit theICT implementation in productive teaching in VHS in the Regency of HSU, the Province of South Kalimantan. The conclusions of the study are as follows. 1) The VHS productive teachers’ ICT skills in general are in the low category. 2) The ICT implementation in productive teaching in VHS in general is in the moderate category. 3) The constraints in the ICT implementation in productive teaching in VHS are related to the local government’s policies, program funding, professional development in ICT, availability of ICT resources, and ICT utilization in schools. Keywords: ICT skills, ICT implementation
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
214
sekolah yang tidak merata dan tidak dengan
PENDAHULUAN Tantangan pendidikan pada abad ke-21
mudah bisa disesuaikan.
adalah membangun masyarakat berpengetahuan
Realitas saat ini guru-guru di Indonesia
(knowledge-based society) yang dapat dibangun
pada umumnya masih banyak yang belum
melalui pengintegrasian Teknologi Informasi
mengimplementasikan TIK dalam pembelajaran.
dan
proses
Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana
Dalam konteks pendidikan,
yang lengkap dan memadai di suatu sekolah
Komunikasi
pembelajaran. sesungguhnya
(TIK)
peran
sebagai
maupun yang merupakan milik pribadi guru,
untuk memungkinkan
sering tidak diiringi dengan kemampuan para
terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan
guru untuk memanfaatkannya sebagai media
efisien serta menyenangkan. Dalam hal ini TIK
pendukung
dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan,
sehingga peralatan TIK tersebut masih terkesan
bukan tujuan itu sendiri.
hanya
“enabler” atau alat
TIK
dalam
adalah
Dalam pendidikan modern, guru dituntut
pembelajaran
dijadikan
secara
pajangan
optimal,
sebagai
simbol
kekinian teknologi.
untuk mampu mengintegrasikan TIK dalam
Di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU)
proses pembelajaran. Dilihat dari sisi peran TIK
Provinsi Kalimantan Selatan, perkembangan
bagi guru, maka pengintegrasian TIK dalam
pengimplementasian TIK dalam pembelajaran
proses pembelajaran seharusnya memungkinkan
secara lebih terarah dimulai pada tahun 2003
dirinya
fasilitator,
sejak dibentuknya Jaringan Informasi Sekolah
kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan
(JIS) Amuntai, sebagai salah satu pelaksanaan
teman belajar dan (2) dapat memberikan pilihan
program dari Direktorat Pembinaan SMK
dan tanggung jawab yang besar kepada siswa
Kemendikbud.
untuk mengalami peristiwa belajar (UNESCO,
selanjutnya
2002: 22-23).
kelembagaan cenderung stagnan, karena semua
untuk:
(1)
menjadi
Guru sebagai aktor utama dalam proses
kegiatan
Dalam
kegiatan
tergantung
perkembangan
JIS
pada
Amuntai
secara
program
dan
pendidikan di sekolah perlu mendapatkan
pendanaan dari pemerintah pusat. Namun secara
perhatian lebih melalui kegiatan pelatihan dan
individu beberapa anggota JIS Amuntai tetap
pendidikan yang sistematis dalam penguasaan
berupaya untuk mengembangkan TIK untuk
TIK. Guru yang dituntut harus dengan cepat
bidang pendidikan secara
mengupdate pengetahuan, keterampilan, dan
terbentuknya Komunitas e-edukasi Hulu Sungai
kompetensinya dalam bidang TIK, ternyata
Utara (EDUHUSURA) pada tahun 2009, dengan
tidak dapat begitu saja dengan mudah dalam
kegiatan utama melaksanakan pelatihan TIK
upaya menguasai bidang TIK ini. Banyak
untuk
kendala mulai dari faktor usia, dukungan sarana
SMA/MA/SMK di Kabupaten HSU, selain juga
peralatan, kesempatan, dukungan kebijakan dari
senantiasa
atasan, hingga ketersediaan infrastruktur di
keterampilan TIK sesama guru di sekolah.
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
guru
TK/RA,
mendorong
mandiri sampai
SD/MI,
SMP/MTs,
terjadinya
sharing
215
Sementara di sisi lain peran aktif Dinas
Berangkat
dari
hal-hal
yang
telah
Pendidikan Kabupaten HSU dalam upaya
dikemukakan sebelumnya, maka sangat penting
mendorong dan memfasilitasi pengintegrasian
untuk diteliti dan dikaji lebih mendalam tentang
TIK dalam proses pembelajaran di sekolah dapat
keterampilan TIK guru produktif SMK di
dikatakan sangat minim, karena lebih pada
Kabupaten HSU dan implementasinya dalam
tataran koordinasi pelaksanaan program seperti
pembelajaran,
pada program ICT Center, Jardiknas, dan
menjadi penghambat implementasi tersebut.
Schoolnet.
kendala-kendala
yang
Rumusan permasalahan yang dibahas
Seperti halnya pada satuan pendidikan lainnya,
serta
upaya
implementasi
TIK
dalam
dalam penelitian ini sebagai berikut. 1.
pembelajaran di sekolah menengah kejuruan (SMK) diduga juga menghadapi banyak kendala
Seberapa jauh keterampilan TIK guru produktif SMK di Kabupaten HSU?
2.
Seberapa jauh implementasi TIK dalam
yang dapat mengganggu upaya implementasi
pembelajaran produktif SMK di Kabupaten
tersebut, baik pada mata pelajaran normatif,
HSU?
adaptif, maupun produktif. Kendala-kendala
3.
Kendala-kendala apa saja yang menjadi
tersebut baik yang bersifat internal yang
penghambat
berhubungan dengan kemampuan sekolah, guru,
pembelajaran produktif SMK di Kabupaten
siswa,
HSU?
kurikulum,
maupun
yang
bersifat
eksternal yang berhubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholder). Lebih produktif
khusus
dalam
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for
untuk
TIK
TIK
pembelajaran
bahwa TIK adalah teknologi yang digunakan
media belajar, memfasilitasi guru
untuk berkomunikasi dan untuk membuat,
mengembangkan alat peraga, meningkatkan
mengelola dan mendistribusikan informasi. Dari
keterampilan
animasi
definisi yang luas, TIK termasuk komputer,
untuk meningkatkan pemahaman siswa dari hal
internet, telepon, televisi, radio, dan peralatan
yang abstrak menjadi visual, dalam rangka
audiovisual (UNESCO, 2008: 11).
dalam
idealnya
Education and Commonwealth of Learning,
digunakan
sebagai
SMK,
implementasi
menggunakan
meningkatkan
produktivitas
hasil
meningkatkan
interaksi
belajar,
belajar,
Bondan
S.
Prakoso
dan
Rakhmat
dan
Januardy (2005: 6) mengemukakan bahwa
memamerkan produk belajar yang pada akhirnya
program TIK di lingkungan Kemendikbud
meningkatkan
kebanggaan
siswa
serta
dirancang, disusun, dan dilaksanakan agar dapat
meningkatkan
akuntabilitas
guru
dalam
memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi
meningkatkan kapasitas pribadi siswa sesuai
semua
pihak,
khususnya
komunitas
dengan tujuan pembelajaran yang telah sekolah
Kemendikbud, yaitu: pimpinan, guru, siswa,
tetapkan.
pegawai, dan alumni.
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
216
Banyak perubahan yang terjadi dalam
ditransfer, dan digunakan sebagai alat untuk
pendidikan, dimana TIK merupakan salah satu
membantu transformasi pembelajaran dalam
kekuatan pendorongnya. Salah satu bentuk
hubungannya
perubahan itu adalah meningkatnya akses ke
lainnya
TIK di kalangan siswa dan guru baik di rumah
pemecahan masalah (MCEETYA, 2005: 2).
maupun di sekolah, tak terkecuali di Indonesia.
dengan
seperti
keterampilan
membaca,
penting
berhitung
dan
Definisi lainnya bahwa keterampilan TIK
Sebagaimana yang dilansir oleh Communication
adalah
and Information Unit UNESCO Bangkok (2008:
teknologi digital, alat komunikasi atau jaringan
6-10) bahwa penggunaan TIK di lingkungan
untuk memecahkan masalah informasi dengan
pendidikan
tepat
di
Indonesia
yang
telah
kemampuan
sesuai
untuk
fungsinya
dalam
informasi
paling dominan adalah untuk email; (2) TIK
dikemukakan oleh CETF (2008: 3) bahwa
dimasukkan dalam kurikulum di beberapa
keterampilan TIK/digital adalah kemampuan
sekolah; (3) pusat pelatihan swasta menawarkan
untuk menggunakan peralatan komunikasi dan
kursus singkat terkait TIK (misalnya, MS
teknologi
Office, desain web, animasi); (4) anggaran telah
mengakses,
dialokasikan untuk fasilitas TIK dan koneksi
mengevaluasi,
internet di sekolah; dan (5) pelatihan komputer
mengkomunikasikan informasi sesuai fungsinya
dasar disediakan untuk guru. Sama halnya
dalam masyarakat berpengetahuan. Demikian
dengan negara-negara lain, Indonesia bertekad
juga
untuk memanfaatkan penggunaan TIK untuk
kemampuan individu untuk menggunakan TIK
meningkatkan daya saing nasional.
secara tepat untuk mengakses, mengelola dan
juga
terjadi
dalam
cara
digital
bahwa
mengevaluasi
2005:
3).
masyarakat
teridentifikasi, yaitu: (1) penggunaan TIK yang
Perubahan
(ETS,
menggunakan
dan/atau
mengelola,
Hal
jaringan
untuk
mengintegrasikan,
membuat
keterampilan
informasi,
senada
dan
TIK
adalah
mengembangkan
pandang memahami keterampilan TIK. Pada
pemahaman baru, dan berkomunikasi dengan
awalnya, keterampilan TIK didefinisikan hanya
orang lain untuk berpartisipasi secara efektif
sebagai
dalam masyarakat (MCEETYA, 2005: 2).
keterampilan
kemampuan
untuk
teknis,
aplikasi
Keterampilan TIK/digital dapat dirinci
pengolah kata atau aplikasi database, kadang-
dalam beberapa komponen. Nutt (2010: 14)
kadang bahkan keterampilan pemrograman.
mengemukakan bahwa keterampilan digital
Dewasa ini, definisi keterampilan TIK adalah
mencakup tiga kemampuan, yaitu kemampuan
keterampilan digital sebagai kompetensi dalam
untuk: (1) menggunakan teknologi digital, alat
konteks yang lebih luas (Ilomäki, 2008: 11-12).
komunikasi atau jaringan untuk menemukan,
Keterampilan TIK adalah kompetensi pada
mengevaluasi, menggunakan, dan menciptakan
bidang
mencerminkan
informasi; (2) memahami dan menggunakan
pemerataan yang luas dalam keterampilan
informasi dalam berbagai format dari berbagai
penggunaan TIK. Keterampilan TIK diadaptasi,
sumber ketika disajikan melalui komputer; dan
pembelajaran,
menggunakan
misalnya
yang
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
217
(3) melakukan tugas mereka secara efektif
tentang kisi-kisi kompetensi keterampilan TIK
dalam lingkungan digital, yaitu keterampilan
yang akan diteliti tingkat penguasaannya, yaitu
yang mencakup kemampuan untuk membaca
pada aplikasi: (1) navigasi file komputer; (2)
dan menginterpretasikan media, mereproduksi
email; (3) internet; (4) pengolah kata/naskah; (5)
data dan gambar melalui manipulasi digital,
presentasi; (6) pengolah angka/lembar kerja; dan
serta
(7) database.
mengevaluasi
pengetahuan
baru
dan yang
menerapkan diperoleh
dari
Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap
lingkungan digital. Hal senada dan lebih rinci
penguasaan keterampilan TIK tersebut dengan
dikemukakan ETS (2005: 4) bahwa terdapat
membagi menjadi tiga tingkat penguasaan,
tujuh komponen keterampilan TIK sebagai
yaitu: rendah, menengah, dan tinggi.
berikut: (1) menentukan (define); (2) mengakses (access);
(3)
(4)
tercantum dalam Undang-Undang RI No. 14
mengintegrasikan (integrate); (5) mengevaluasi
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab
(evaluate); (6) membuat (create); dan (7)
IV Bagian Kedua Pasal 20 bahwa dalam
mengkomunikasikan (communicate).
melaksanakan tugas keprofesionalannya guru
Dari
mengelola
beberapa
(manage);
Salah satu kewajiban guru sebagaimana
definisi
tentang
wajib
meningkatkan
dan
mengembangkan
keterampilan TIK dan cakupan kompetensi
kualifikasi akademik dan kompetensi secara
penguasaan dan pemanfaatan TIK yang telah
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
dikemukakan
dapat
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hal
disimpulkan bahwa keterampilan TIK adalah
tersebut dipertegas lagi dalam Peraturan Menteri
keterampilan digital sebagai kompetensi dalam
Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007
konteks yang lebih luas, mencakup kemampuan
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
untuk: menggunakan teknologi digital, alat
Kompetensi Guru bahwa salah satu kompetensi
komunikasi atau jaringan untuk menemukan,
guru
mengevaluasi, menggunakan, dan menciptakan
memanfaatkan
informasi;
menggunakan
pembelajaran, yaitu memanfaatkan TIK dalam
informasi dalam berbagai format dari berbagai
pembelajaran yang diampu. Disebutkan juga
sumber; dan melakukan tugas secara efektif
bahwa salah satu kompetensi guru dalam bidang
dalam
Dengan
Profesional adalah memanfaatkan TIK untuk
mempertimbangkan kondisi objektif tentang
mengembangkan diri, yaitu memanfaatkan TIK
perkembangan TIK di Kabupaten HSU yang
dalam berkomunikasi dan pengembangan diri.
menjadi
sebelumnya,
memahami
lingkungan
tempat
dan
maka
digital.
TIK
Pedagogik untuk
adalah
kepentingan
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74
yang
Tahun 2008 tentang Guru pada Bab I Pasal 1
digunakan oleh Department of Education and
ayat (21) disebutkan bahwa Sekolah Menengah
Training
Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk
ICT
Western
Teacher
Australia
maka
bidang
dengan
mengadaptasi
penelitian,
dalam
Survey
seperti
yang
dikemukakan oleh AES (2006: 8) dirumuskan
satuan
pendidikan
formal
yang
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
218
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada
didominasi untuk guru menjadi berpusat pada
jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan
siswa. Lebih lanjut UNESCO (2005: 161)
dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat
menyatakan
atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama
lingkungan belajar dan mengajar yang baru, TIK
atau setara SMP atau MTs. Mata pelajaran yang
menawarkan
disajikan di SMK dikelompokkan menjadi mata
memberikan
pelajaran: normatif, adaptif, dan produktif.
memfasilitasi belajar anak-anak yang memiliki
Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka
gaya belajar dan kemampuan yang berbeda,
penyebutan guru SMK disesuaikan dengan
termasuk
kelompok mata pelajaran yang diampu, yaitu:
beruntung secara sosial, cacat mental dan fisik,
guru mata pelajaran normatif, guru mata
yang berbakat, dan mereka yang tinggal di
pelajaran adaptif, dan guru mata pelajaran
daerah terpencil; (b) membuat belajar lebih
produktif.
efektif, melibatkan indra lebih dalam konteks
bahwa
dalam
berbagai
keuntungan
dan
untuk:
(a)
kesempatan
lambat
penciptaan
dalam
belajar,
kurang
Dari beberapa definisi tentang guru dan
multimedia dan lebih banyak koneksi dalam
SMK yang telah dikemukakan sebelumnya,
konteks hypermedia; dan (c) menyediakan
maka dapat disimpulkan bahwa guru produktif
konteks internasional yang lebih luas untuk
SMK
mendekati masalah sebagai respon yang lebih
adalah
mempunyai
pendidik
profesional
kedudukan
sebagai
yang tenaga
peka terhadap kebutuhan lokal.
profesional pengampu mata pelajaran produktif pada
satuan
pendidikan
formal
Dalam
konteks
Indonesia,
UNESCO
yang
(2004: 80-81) mengemukakan bahwa pada
menyelenggarakan pendidikan kejuruan yaitu
sejumlah sekolah di Indonesia TIK telah
SMK.
digunakan secara terpadu dalam pendidikan. Suroso dan Adi Winanto (2009: 6)
Guru yang mempunyai kompetensi TIK ditunjuk
menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran
sebagai koordinator TIK, yang bertanggung
TIK dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu
jawab atas pengelolaan penggunaan TIK di
pembelajaran dapat berupa: (1) alat bantu
sekolah. Realitas yang ada adalah kebanyakan
mengajar bagi guru; (2) alat bantu interaksi
koordinator TIK tidak memiliki latar belakang
antara guru dengan siswa; dan (3) alat bantu
pendidikan TIK. Oleh karena itu, melatih
belajar bagi siswa.
mereka dalam TIK yang berhubungan dengan
Penggunaan TIK dalam sistem sekolah di
keterampilan yang diperlukan. JIS (Jaringan
Asia-Pasifik, sebagaimana yang dikemukakan
Informasi Sekolah), sebuah program diprakarsai
UNESCO (2003: 9) bahwa seperti di bagian lain
oleh
di dunia telah tersebar luas dan berkembang.
memberikan pelatihan TIK bagi guru dalam
Banyak
jaringan.
yang
percaya
bahwa
TIK
akan
mendorong guru untuk mentransformasi proses belajar
dan
mengajar,
dari
yang
sangat
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
Direktorat
Dari
PSMK,
beberapa
bertujuan
kajian
untuk
tentang
implementasi TIK dalam pembelajaran yang
219
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
ketepatan pengiriman konten; (2) administrasi,
disimpulkan
harus
dimana sistem harus menyediakan sumber daya
memandang TIK dari sudut pandang pedagogi.
yang memadai dan dukungan untuk integrasi
Dalam hal ini TIK tidak hanya tentang berapa
teknologi; (3) pembelajaran, dimana TIK harus
macam peralatan teknologi dan keterampilan
digunakan untuk meningkatkan pembelajaran;
TIK yang dimiliki,
(4) pengajaran, dimana guru harus siap untuk
bahwa
pendidikan
namun lebih kepada
bagaimana guru menggunakan produk teknologi
menggunakan
TIK
dan keterampilan TIK dalam mewujudkan
memfasilitasi
belajar
pembelajaran yang menarik dan bermanfaat bagi
pengembangan konten yang dapat menjadi
siswa. Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap
mahal dan memakan waktu, dan konten itu
implementasi TIK dalam pembelajaran tersebut
sendiri dapat memiliki umur simpan pendek,
dengan
sementara
membagi
menjadi
tiga
tingkat
untuk
mengajar
siswa;
mengembangkan
dan
dan
dan
(5)
menjaga
implementasi, yaitu: rendah, menengah, dan
kualitas tinggi produk pembelajaran yang up-to-
tinggi.
date merupakan tantangan utama bagi TVET. Upaya untuk mengimplementasikan TIK
dalam
pembelajaran,
kendala-kendala
yang
ternyata
Bondan
S.
Prakoso
dan
Rakhmat
menghadapi
Januardy (2005: 12-15) mengemukakan bahwa
menjadi penghambat
dalam konteks Indonesia terdapat lima jenis
upaya implementasi tersebut.
kendala yang dihadapi saat ini dalam proses
Sebagaimana dikemukakan oleh Pelgrum
pengembangan TIK, yaitu : (1) dukungan
(2001: 173), bahwa hasil survey yang dilakukan
kebijakan dari pemerintah daerah; (2) pendanaan
terhadap sekolah di 24 negara menunjukkan
dan kesinambungan program; (3) implementasi
hambatan serius yang dirasakan oleh praktisi
program;
pendidikan dalam upaya mewujudkan tujuan
infrastruktur
mereka terkait TIK, antara lain: (1) kurangnya
pengembangan lokal konten.
jumlah komputer; (2) guru tidak memiliki
Dari
(4)
ketersediaan
dan
kajian
teknologi
konektifitas;
tentang
dan
(5)
kendala-kendala
pengetahuan/keterampilan; (3) kesulitan untuk
implementasi TIK dalam pembelajaran yang
mengintegrasikan
(4)
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
supervisi dari staf tidak cukup; dan (5) tidak
diidentifikasi kendala-kendala yang potensial
cukup kesempatan mengikuti pelatihan.
menjadi penghambat, yaitu: dukungan kebijakan
dalam
pembelajaran;
Dalam lingkup pendidikan dan pelatihan
dari
pemerintah
daerah,
dan
kejuruan, menurut Haughey sebagaimana yang
kesinambungan
dikutip UNESCO (2005: 116) diidentifikasi lima
program, ketersediaan teknologi infrastruktur
isu kebijakan dan perhatian sehubungan dengan
dan konektifitas, dan pengembangan lokal
hambatan terhadap implementasi TIK dalam
konten.
pembelajaran: (1) infrastruktur yang tepat harus tersedia untuk menjamin pemerataan akses dan
program,
pendanaan
implementasi
Balanskat, Blamire, dan Kefala (2006: 5) mengemukakan
beberapa
temuan
tentang
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
220
kompetensi dan penggunaan TIK oleh guru,
bahwa TIK tidak hanya sebagai alat untuk
antara lain: (1) guru pengajar sains, matematika,
membuat bahan pelajaran, tetapi juga sebagai
ilmu komputer, dan yang aktif di pendidikan
alat untuk menyampaikan, kolaborasi, dan
kejuruan adalah pengguna komputer paling
diskusi meskipun masih terbatas; Buntat, Saud,
intensif di kelas, dengan penggunaan lebih dari
Dahar,
50% pada pelajaran mereka; (2) dampak
mengemukakan bahwa TIK memainkan peranan
terbesar yang ditemukan terkait dengan guru
penting
yang merupakan pengguna berpengalaman dan
pengajaran. Perubahan sangat penting untuk
yang dari awal sudah terlibat jauh dengan
program VET dalam mendukung pengembangan
integrasi TIK dalam pembelajaran; dan (3) guru
tenaga kerja; Omar dan Paryono (2008: 17)
belum memanfaatkan potensi kreatif TIK dan
mengemukakan bahwa TIK dalam pendidikan
melibatkan lebih banyak siswa aktif dalam
telah diidentifikasi sebagai trend dan isu teratas
produksi pengetahuan.
dalam VET; dan Summak dan Samancioğlu
Beberapa hasil penelitian lain terkait TIK
Arifin,
dan
untuk
(2011: 1)
Zaid
membantu
(2010:
guru
mengemukakan bahwa
dan pendidikan kejuruan antara lain: Paryono
perbedaan
signifikan
dan Quito (2010: 2-22) mengemukakan bahwa
implementasi
di bidang pendidikan dan pelatihan kejuruan
komputer berdasarkan gender dan usia.
TIK
dan
antara skor
645)
dalam
terdapat tingkat
penggunaan
(Vocational Education and Training/VET),
Kerangka pikir dalam penelitian ini
integrasi TIK tidak hanya pilihan tapi juga
sebagaimana tergambar pada Gambar 1
sebuah
berikut:
kebutuhan untuk
membuat
proses
pendidikan lebih menarik. Temuan penelitian
Peranan TIK dalam Aspek Proses Belajar Mengajar sebagai Alat Bantu Pembelajaran
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
Kendala-kendala Implementasi TIK
Implementasi TIK dalam Pembelajaran Produktif SMK
Gambar 1.
Kerangka pikir penelitian
Gambar di atas menunjukkan bahwa
dalam pembelajaran produktif SMK, TIK
dalam lingkup peranan TIK dalam aspek proses
digunakan sebagai alat bantu pembelajaran,
belajar mengajar, maka pada implementasi TIK
yaitu alat bantu untuk: mengajar bagi guru,
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
221
belajar bagi siswa, interaksi antara guru dan
Education and Training Western Australia, yang
siswa. Di sisi lain, diasumsikan penguasaan
disesuaikan dengan tujuan penelitian.
keterampilan
TIK
guru
produktif
SMK
Instrumen
pengumpulan
data
yang
merupakan penunjang untuk implementasi TIK
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
dalam
1.
pembelajaran
sebaliknya
produktif
terdapat
SMK,
kendala-kendala
dan yang
Kuesioner
Implementasi
Pembelajaran,
terdiri
TIK
dari
dalam
26
item
menjadi pengambat implementasi TIK dalam
pernyataan/pernyataan dengan empat buah
pembelajaran produktif SMK.
alternatif
Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk
mengumpulkan
informasi
tentang
jawaban
menggunakan skala
Likert. 2.
Kuesioner Kendala-kendala Implementasi
penguasaan keterampilan TIK guru produktif
TIK dalam Pembelajaran, terdiri dari 48
SMK, implementasi TIK dalam pembelajaran
item pernyataan/pernyataan dengan dua
produktif SMK, dan untuk mengidentifikasi
buah alternatif jawaban menggunakan skala
kendala-kendala
Guttman.
yang
menghambat
implementasi TIK dalam pembelajaran.
3.
Soal Tes Unjuk Kerja Keterampilan TIK, terdiri dari 10 buah tes unjuk kerja, pada
METODE
masing-masing tes unjuk kerja terdapat
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
indikator-indikator
menggunakan pendekatan survei. Penelitian
keterampilan TIK.
dilaksanakan
pada
empat
unit
SMK
di
Kabupaten HSU, yaitu: SMKN 1 Amuntai,
kompetensi
Pengujian validitas instrumen sebagai berikut.
SMKN 2 Amuntai, SMKN 3 Amuntai, dan SMK Shalatiyah Bitin. Waktu pelaksanaan
Pengujian Validitas Isi Dalam penelitian ini, untuk menguji
penelitian ini dimulai dari bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru produktif SMK di Kabupaten HSU berjumlah 45 orang yang tercatat sebagai guru aktif pada saat
Jenis data penelitian ini adalah data secara statistik
deskriptif. Instrumen penelitian ini disusun dengan
mengadaptasi
implementasi
TIK
dan
dari
ahli
(expert
judgement),
yaitu
dikonsultasikan dengan dosen di lingkungan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mempunyai keahlian di bidang TIK, dalam hal
penelitian dilaksanakan.
kuantitatif. Data dianalisis
validitas isi digunakan pertimbangan pendapat
indikator-indikator indikator-indikator
ini dengan Dr. Eko Marpanaji, M.T. dan Dr. Ratna Wardani, M.T. Pengujian Validitas Konstruk Untuk
pengujian
validitas
konstruk,
dilakukan dengan cara: (1) analisis faktor, yaitu
kompetensi keterampilan TIK pada ICT Teacher
dengan
Survey yang digunakan oleh Department of
instrumen
mengkorelasikan dalam
antar
suatu
skor
butir
faktor,
dan
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
222
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total;
belahan genap, sehingga instrumen penelitian
dan
dinyatakan reliabel.
(2)
analisis
butir,
yaitu
dengan
mengkorelasikan antara skor butir dengan skor
Untuk dapat menjawab rumusan masalah
total. Dari kedua analisis tersebut akan diperoleh
dan pertanyaan penelitian, maka dilakukan
koefisien korelasi (rxy) yang akan diuji untuk
langkah-langkah analisis sebagai berikut.
memvalidasi konstruk instrumen, yaitu dengan kriteria: jika rxy > 0,3 maka faktor atau butir
Analisis Penguasaan Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
tersebut valid.
1.
Menentukan Kompetensi
Untuk kuesioner Implementasi TIK dalam
skor:
Prosedur
Indikator
Keterampilan TIK,
Bobot
Kendala-
Indikator Kompetensi Keterampilan TIK,
kendala Implementasi TIK dalam Pembelajaran,
Indikator Kompetensi Keterampilan TIK,
setelah dilakukan analisis faktor dan analisis
Bobot Kompetensi Keterampilan TIK, dan
butir, hasil perhitungan menunjukkan koefisien
Kompetensi Keterampilan TIK.
Pembelajaran
maupun
kuesioner
korelasi besarnya lebih dari 0,3. Dengan
2.
Memetakan Kompetensi Keterampilan TIK,
demikian demikian instrumen memiliki validitas
dengan mengikuti kurva normal, dengan
konstruk yang baik.
cara menghitung rerata ideal (Mi) dan
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan
konsistensi
internal
(internal
simpangan
baku
ideal
(SBi)
Kompetensi Keterampilan TIK dengan
consistency), yaitu dengan cara mencobakan
menggunakan rumus sebagai berikut.
instrumen sekali saja. Perhitungan koefisien
Rerata ideal (Mi ) =
reliabilitas instrumen (ri) dengan data skor interval adalah dengan menggunakan teknik
skor
. (X
+X
)
(1)
Simpangan baku ideal (SBi ) =
Alfa Cronbach. Untuk kuesioner Implementasi
. (X
−X
)
(2)
TIK dalam Pembelajaran, setelah dilakukan perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas = 0,963 > 0,6. Dengan demikian demikian instrumen
dinyatakan
reliabel.
Perhitungan
koefisien reliabilitas instrumen (ri) dengan data skor
dikotomi
dan
jumlah
Keterangan: Xmaks =
skor maksimum kompetensi
Xmin =
skor minimum kompetensi
Tabel 1.
Kategori Penguasaan Kompetensi
butir
pernyataan/pernyataan genap adalah dengan
Skor Kompetensi
menggunakan teknik Spearman Brown cara pertama yaitu Teknik Belahan Ganjil-Genap.
X < (Mi - 1 SBi)
Untuk kuesioner Kendala-kendala Implementasi
(Mi - 1 SBi) ≥ X > (Mi + 1 SBi)
TIK dalam Pembelajaran, setelah dilakukan perhitungan diperoleh ada hubungan antara pengukuran belahan ganjil dengan pengukuran
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
X ≥ (Mi + 1 SBi)
Kategori Penguasaan Kompetensi Rendah Menengah Tinggi
223
3.
Menentukan skor: Bobot Keterampilan TIK
Tabel 3.
dan Keterampilan TIK. 4.
Kategori Implementasi TIK dalam Pembelajaran
Skor Implementasi
Katergori
TIK dalam
Implementasi TIK
kriteria pada ICT Teacher Survey yang
Pembelajaran
dalam Pembelajaran
digunakan oleh Department of Education
X < (Mi - 1 SBi)
Rendah
Memetakan produktif
Keterampilan SMK,
dengan
TIK
guru
mengadaptasi
and Training Western Australia (AES, (Mi - 1 SBi) ≥ X >
2006: 5-6), yaitu:
Menengah
(Mi + 1 SBi) Tabel 2.
Kategori Penguasaan Ketermapilan TIK Skor
Kategori Penguasaan
Keterampilan TIK
Keterampilan TIK
0,00 s.d. 39,89
Rendah
39,90 s.d 60,59
Menengah
60,60 s.d. 100,00
Tinggi
X ≥ (Mi + 1 SBi)
Tinggi
Mengelompokkan Guru SMK Berdasarkan Skor Keterampilan TIK dan Skor Implementasi TIK dalam Pembelajaran 1.
Menghitung proporsi untuk sembilan kelompok, untuk memperoleh gambaran
Analisis Implementasi Pembelajaran 1.
TIK
dalam
jawaban pada kuesioner. Menentukan
skor
perolehan
total
berdasarkan hasil jawaban pada kuesioner, dengan cara menjumlahkan keseluruhan skor perolehan item pernyataan/pertanyaan. 3.
Memetakan
Implementasi
TIK
dalam
Pembelajaran, dengan mengikuti kurva normal, dengan acuan:
keterampilan
TIK
dan
implementasi TIK dalam pembelajaran.
Menentukan skor perolehan tiap item pernyataan/pertanyaan berdasarkan hasil
2.
penguasaan
2.
Selanjutnya dari kesembilan kelompok tersebut
di
atas
menjadi
lima
dikelompokkan
kelompok,
yaitu:
lagi (1)
penguasaan keterampilan TIK tinggi dan implementasi TIK dalam pembelajaran tinggi; (2) penguasaan keterampilan TIK lebih tinggi daripada implementasi TIK dalam
pembelajaran;
keterampilan
TIK
(3)
penguasaan
seimbang
dengan
implementasi TIK dalam pembelajaran; (4) implementasi TIK dalam pembelajaran lebih
tinggi
daripada
keterampilan TIK; dan (5)
penguasaan penguasaan
keterampilan TIK rendah dan implementasi TIK dalam pembelajaran rendah.
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
224
Analisis Kendala-kendala Implementasi TIK dalam Pembelajaran 1.
Tidak
pada
tiap
item
pernyataan/pernyataan. Mengidentifikasi sepuluh besar kendala implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi dari masing-masing variabel berdasarkan hasil tes unjuk kerja maupun penyebaran kuesioner, hasilnya dapat dijelaskan
%
Kurang dari 20 tahun
0
0,00
21 hingga 25 tahun
3
6,67
26 hingga 35 tahun
29
64,44
36 hingga 45 tahun
5
11,11
46 hingga 55 tahun
8
17,78
Lebih dari 55 tahun
0
0,00
Sudah bersertifikat profesi
8
17,78
Belum bersertifikat profesi
37
82,22
SMK Negeri 1 Amuntai
16
0,36
SMK Negeri 2 Amuntai
20
0,44
SMK Negeri 3 Amuntai
6
0,13
SMK Shalatiyah Bitin
3
0,07
Karakteristik Responden Karakteristik Responden
Karakteristik
Pemasaran
3
6,67
Administrasi Perkantoran
4
8,89
Usia
Tingkat Profesionalitas
Unit Kerja
sebagaimana di bawah ini.
Tabel 4.
Responden Jumlah
Menghitung besaran prosentase jawaban Ya dan
2.
Karakteristik
Responden Jumlah
%
Gender
Kompetensi Keahlian
Laki-laki
26
57,78
Akuntansi
4
8,89
Perempuan
19
42,22
Teknik Komputer Jaringan
2
4,44
Multimedia
3
6,67
Tata Boga
4
8,89
Tata Busana
9
20,00
Teknik Gambar Bangunan
3
6,67
Teknik Kendaraan Ringan
4
8,89
Teknik Sepeda Motor
3
6,67
Teknik Elektro
6
13,33
Status Kepegawaian Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS)
35
77,78
Guru Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
4
8,89
Guru Tetap Yayasan (GTY)
0
0,00
Guru Tidak Tetap (GTT)
6
13,33
Pendidikan Terakhir D.3
5
11,11
D.4/S.0
0
0,00
S.1
39
86,67
S.2
1
2,22
Perolehan Skor Kecenderungan Kompetensi Ketermapilan TIK Keseluruhan
perolehan
kecenderunagn kompetensi keterampilan TIK dirangkum sebagaimana gambae berikut.
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
skor
Proporsi (%)
225
100 84,44 90 82,22 80 70 60 48,89 46,67 48,89 50 42,22 40,67 37,78 35,56 33,33 40 31,11 28,89 30 22,22 22,22 20,00 20,00 17,78 15,56 13,33 20 10 2,22 0,00 0 Navigasi file komputer Internet/www Presentasi Database Rendah
Gambar 2.
Menengah
Tinggi
Rangkuman skor kecenderungan kompetensi keterampilan TIK
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
Proporsi (%)
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
42,22
35,56 22,22
Guru Produktif SMK (45) Rendah Menengah Tinggi
Gambar 3.
Keterampilan TIK guru produktif SMK secara keseluruhan
Berdasarkan Gambar 3 di atas, dari keseluruhan 45 orang guru, terdapat 42,22% termasuk
dalam
kategori
rendah,
22,22%
yang ditunjukkan oleh prosentase terbesar pada pemetaan tersebut. Hal
ini
menunjukkan bahwa
masih
termasuk dalam kategori menengah, dan 35,56%
diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan
termasuk
keterampilan
TIK
demikian secara keseluruhan keterampilan TIK
menunjang
implementasi
guru produktif SMK di Kabupaten HSU
pembelajaran. Upaya agar guru harus dengan
termasuk dalam kategori rendah, sebagaimana
cepat mengupdate pengetahuan, keterampilan,
dalam
kategori
tinggi.
Dengan
tersebut,
agar TIK
dapat dalam
dan kompetensinya dalam bidang TIK, mungkin Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
226
tidak dapat begitu saja dengan mudah dilakukan.
sarana/peralatan,
kesempatan,
dukungan
Penyebabnya selain faktor perkembangan TIK
kebijakan dari atasan, hingga ketersediaan
yang sangat cepat, di sisi lain terdapat kendala-
infrastruktur di sekolah yang tidak merata dan
kendala umum mulai dari faktor usia, dukungan
tidak dengan mudah bisa disesuaikan.
Implementasi TIK dalam Pembelajaran Produktif SMK 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Proporsi (%)
64,44
28,89 6,67 Guru Produktif SMK (45) Rendah Menengah
Gambar 4.
Tinggi
Implementasi TIK dalam pembelajaran produktif SMK secara keseluruhan
Berdasarkan Gambar 4 di atas, dari
lingkungan belajar dan mengajar yang baru,
keseluruhan 45 orang guru, terdapat 6,67%
yaitu keuntungan dan kesempatan untuk: (1)
termasuk
64,44%
memfasilitasi belajar anak-anak yang memiliki
termasuk dalam kategori menengah, dan 28,89%
gaya belajar dan kemampuan yang berbeda,
termasuk
termasuk
dalam
dalam
kategori
kategori
rendah,
tinggi.
Dengan
lambat
dalam
belajar,
kurang
demikian secara keseluruhan implementasi TIK
beruntung secara sosial, cacat mental dan fisik,
dalam
di
yang berbakat, dan mereka yang tinggal di
Kabupaten HSU termasuk dalam kategori
daerah terpencil; (2) membuat belajar lebih
menengah, sebagaimana yang ditunjukkan oleh
efektif, melibatkan indra lebih dalam konteks
prosentase terbesar pada pemetaan tersebut.
multimedia dan lebih banyak koneksi dalam
pembelajaran
Hal
ini
produktif
SMK
menunjukkan bahwa
masih
konteks hypermedia; dan (3) menyediakan
diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan
konteks internasional yang lebih luas untuk
implementasi TIK tersebut, agar peranan TIK
mendekati masalah sebagai respon yang lebih
dalam aspek proses belajar mengajar sebagai
peka terhadap kebutuhan lokal.
alat bantu pembelajaran mencapai hasil yang maksimal. Guru harus dapat menyambut apa yang
ditawarkan
TIK
dalam
penciptaan
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
Pengelompokkan Guru Produktif SMK Berdasarkan Skor Keterampilan TIK dan Skor Implementasi TIK dalam Pembelajaran
227
Tabel 5.
Pengelompokkan Guru Produktif SMK Berdasarkan Skor Keterampilan TIK dan Skor Implementasi TIK dalam Pembelajaran secara Keseluruhan Skor Implementasi TIK dalam Pembelajaran
Proporsi Guru SMK dalam Tiap Kelompok Skor Penguasaan Keterampilan TIK
Tinggi
Menengah
Rendah
Tinggi
17,78 %
17,78%
0,00%
Menengah
4,44%
17,78%
0,00%
Rendah
6,67%
28,89%
6,67%
Dari 45 orang guru diperoleh gambaran
Sebanyak
6,67%
guru
menunjukkan
penguasaan keterampilan TIK dan implementasi
penguasaan keterampilan TIK rendah dan
TIK dalam pembelajaran, yaitu
implementasi TIK dalam pembelajaran rendah.
Sebanyak 17,78% guru menunjukkan penguasaan
keterampilan
TIK
tinggi
dan
implementasi TIK dalam pembelajaran tinggi.
Hal
ini
menunjukkan bahwa
masih
diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan baik keterampilan TIK maupun implementasi
Sebanyak 17,78% guru menunjukkan
TIK. Satu hal yang harus menjadi perhatian
penguasaan keterampilan TIK lebih tinggi
adalah perkembangan TIK yang sangat cepat,
daripada implementasi TIK dalam pembelajaran.
terkadang membuat penggunanya belum siap
Sebanyak 17,78% guru menunjukkan
untuk memanfaatkannya secara maksimal. Hal
penguasaan keterampilan TIK seimbang dengan
inilah yang menjadi tantangan bagi guru untuk
implementasi TIK dalam pembelajaran.
mencapai kondisi yang ideal yaitu keterampilan
Sebanyak 40,00% guru menunjukkan
TIK tinggi dan implementasi TIK juga tinggi.
implementasi TIK dalam pembelajaran lebih tinggi daripada penguasaan keterampilan TIK.
Kendala-kendala Implementasi TIK dalam Pembelajaran Produktif SMK Kendala Terkait Dukungan Kebijakan dari Pemerintah Daerah
Tabel 6.
Tabel 3. Kendala Terkait Dukungan Kebijakan dari Pemerintah Daerah
Faktor-faktor Kebijakan Pemerintah Daerah
Komitmen pemerintah daerah untuk pengembangan TIK Supervisi dari Dinas Pendidikan Tim Kerja bidang TIK di Dinas Pendidikan Bantuan teknis dari Dinas Pendidikan
Apakah mengetahuinya? Ya (Jumlah) 40,00% (18) 37,78% (17) 17,78% (8) 28,89% (13)
Tidak (Jumlah) 60,00% (27) 62,22% (28) 82,22% (37) 71,11% (32)
Jika mengetahuinya, apakah hal tersebut mendukung implementasi TIK? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah) 83,33% 16,67% (15) (3) 64,71% 35,29% (11) (6) 100,00% 0,00% (8) (0) 76,92% 23,08% (10) (3) Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
228
Besaran prosentase kendala menunjukkan
di era otonomi daerah yang menuntut inisiatif
masih diperlukannya kebijakan yang lebih jelas
dan kreativitas masing-masing daerah terutama
dan terarah dari pemerintah daerah, khususnya
untuk pengembangan TIK.
Dinas Pendidikan selaku pemangku kepentingan utama bidang pendidikan di daerah, terlebih lagi Tabel 7.
dan
Kendala Terkait Pendanaan dan Kesinambungan Program Apakah mengetahuinya?
Faktor-faktor Pendanaan dan Kesinambungan Program
Ya (Jumlah) 31,11% (14) 46,67% (21) 8,89% (4)
Dukungan dana dari Dinas Pendidikan Dukungan dana dari anggaran sekolah Dukungan dana dari pihak swasta/ masyarakat
Besaran prosentase kendala menunjukkan masih diperlukannya komitmen yang lebih berpihak pada
Kendala Terkait Pendanaan Kesinambungan Program
hal-hal penting pada
saat
Jika mengetahuinya, apakah hal tersebut mendukung implementasi TIK?
Tidak (Jumlah) 68,89% (31) 53,33% (24) 91,11% (41)
Ya (Jumlah) 78,57% (11) 85,71% (18) 75,00% (3)
Tidak (Jumlah) 21,43% (3) 14,29% (3) 25,00% (1)
pendidikan adalah tanggung jawab bersama pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Kendala Terkait Implementasi Program
perencanaan anggaran pendidikan, mengingat Tabel 8. Pengembangan Profesional di Bidang TIK Pelatihan penggunaan komputer dasar Pelatihan Pengolah kata/naskah Pelatihan Internet Pelatihan Manajemen file Pelatihan Email Pelatihan Presentasi Pelatihan Pengolah angka/lembar kerja Pelatihan Database Pelatihan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran
Kendala Terkait Implementasi Program
Apakah pernah mengikuti? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah) 66,67% (30) 55,56% (25) 42,22% (19) 24,44% (11) 26,67% (12) 40,00% (18) 33,33% (15) 8,89% (4) 35,56% (16)
33,33% (15) 44,44% (20) 57,78% (26) 75,56% (34) 73,33% (33) 60,00% (27) 66,67% (30) 91,11% (41) 64,44% (29)
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
Apakah dikelola oleh sekolah? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah) 60,00% (18) 72,00% (18) 57,89% (11) 45,45% (5) 50,00% (6) 50,00% (9) 46,67% (7) 50,00% (2) 37,50% (6)
40,00% (12) 28,00% (7) 42,11% (8) 54,55% (6) 50,00% (6) 50,00% (9) 53,33% (8) 50,00% (2) 62,50% (10)
Apakah pengelolaan tersebut efektif? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah) 83,33% (15) 77,78% (14) 81,82% (9) 100,00% (5) 100,00% (6) 88,89% (8) 100,00% (7) 100,00% (2) 83,33% (5)
16,67% (3) 22,22% (4) 18,18% (2) 0,00% (0) 0,00% (0) 11,11% (1) 0,00% (0) 0,00% (0) 16,67% (1)
229
Besaran prosentase kendala menunjukkan masih diperlukannya inisiatif program dan strategi pengembangan profesional yang lebih
Tabel 9.
terarah dari pemangku kepentingan di masa yang akan datang. Kendala Terkait Ketersediaan Infrastruktur dan Konektifitas
Teknologi
Kendala Terkait Ketersediaan Teknologi Infrastruktur dan Konektifitas Apakah tersedia?
Sumber daya TIK
Komputer/Laptop untuk guru Komputer/Laptop pribadi Akun email pribadi Intranet sekolah Internet sekolah (LAN/hotspot) Internet pribadi Webcam Printer Kamera digital Scanner Handycam/camcoder Program aplikasi khusus (CAD, dll.) LCD projector Komputer/Laptop di kelas Komputer/Laptop di laboratorium Komputer/Laptop di perpustakaan Komputer/Laptop di ruang Jurusan Dukungan teknis, perawatan, perbaikan
Ya (Jumlah)
Tidak (Jumlah)
80,00% (36) 84,44% (38) 66,67% (30) 68,89% (31) 66,67% (30) 24,44% (11) 26,67% (12) 95,56% (43) 75,56% (34) 80,00% (36) 55,56% (25) 37,78% (17) 93,33% (42) 20,00% (9) 82,22% (37) 77,78% (35) 82,22% (37) 77,78% (35)
20,00% (9) 15,56% (7) 33,33% (15) 31,11% (14) 33,33% (15) 75,56% (34) 73,33% (33) 4,44% (2) 24,44% (11) 20,00% (9) 44,44% (20) 62,22% (28) 6,67% (3) 80,00% (36) 17,78% (8) 22,22% (10) 17,78% (8) 22,22% (10)
Jika tersedia, pernahkah menggunakannya? Ya Tidak (Jumlah) (Jumlah)
Ya (Jumlah)
Tidak (Jumlah)
94,44% (34) 89,47% (34) 90,00% (27) 70,97% (22) 76,67% (23) 90,91% (10) 75,00% (9) 83,72% (36) 64,71% (22) 63,89% (23) 52,00% (13) 64,71% (11) 76,19% (32) 100,00% (9) 59,46% (22) 42,86% (15) 78,38% (29) 62,86% (22)
79,41% (27) 97,06% (33) 96,30% (26) 81,82% (18) 82,61% (19) 90,00% (9) 100,00% (9) 100,00% (36) 100,00% (22) 100,00% (23) 100,00% (13) 81,82% (9) 100,00% (32) 100,00% (9) 100,00% (22) 93,33% (14) 93,10% (27) 81,82% (18)
20,59% (7) 2,94% (1) 3,70% (1) 18,18% (4) 17,39% (4) 10,00% (1) 0,00% (0) 0,00% (0) 0,00% (0) 0,00% (0) 0,00% (0) 18,18% (2) 0,00% (0) 0,00% (0) 0,00% (0) 6,67% (1) 6,90% (2) 18,18% (4)
5,56% (2) 10,53% (4) 10,00% (3) 29,03% (9) 23,33% (7) 9,09% (1) 25,00% (3) 16,28% (7) 35,29% (12) 36,11% (13) 48,00% (12) 35,29% (6) 23,81% (10) 0,00% (0) 40,54% (15) 57,14% (20) 21,62% (8) 37,14% (13)
Apakah mudah untuk diakses?
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
230
Besaran prosentase kendala menunjukkan
diperlukan
diperlukannya perhatian lebih lanjut dalam
penunjang.
manajemen sumber daya TIK tersebut, agar
juga
penyediaan
prasarana
Kendala Terkait Pengembangan Lokal Konten
dapat dimanfaatkan secara maksimal Untuk itu Tabel 10.
Kendala Terkait Pengembangan Lokal Konten
Penggunaan TIK di sekolah Sekolah saya memiliki arah yang jelas dalam bagaimana menggunakan TIK untuk meningkatkan pembelajaran siswa Sekolah saya mendorong penggunaan TIK oleh semua guru Sekolah saya memberikan dukungan strategis yang sama untuk semua guru Penggunaan TIK didorong dalam praktik belajar dan mengajar di sekolah Penggunaan TIK disediakan akses yang sesuai Guru di sekolah saya didorong untuk berpartisipasi dalam pengembangan profesional Guru di sekolah saya didukung untuk berpartisipasi dalam pengembangan profesional TIK digunakan untuk memonitor, mengevaluasi dan melaporkan prestasi siswa di sekolah saya Sumber daya TIK yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan TIK untuk guru dan siswa Guru di sekolah saya didorong untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK Sekolah saya memberikan penghargaan bagi guru yang mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK Media pembelajaran berbasis TIK yang dibuat guru mendapat penilaian angka kredit Besaran prosentase kendala menunjukkan
1.
masih diperlukannya penciptaan iklim yang kondusif
yang
penggunaan
mendukung
TIK
penyempurnaan
di
optimalnya
sekolah
manajemen
Tidak (Jumlah) 31,11% (14) 13,33% (6) 20,00% (9) 13,33% (6) 31,11% (14) 15,56% (7) 13,33% (6) 28,89% (13) 60,00% (27) 13,33% (6) 75,56% (34) 82,22% (37)
Tidak mengetahui adanya dukungan dana dari pihak swasta/ masyarakat (91,11%).
2.
melalui
pengembangan
Ya (Jumlah) 68,89% (31) 86,67% (39) 80,00% (36) 86,67% (39) 68,89% (31) 84,44% (38) 86,67% (39) 71,11% (32) 40,00% (18) 86,67% (39) 24,44% (11) 17,78% (8)
Tidak pernah mengikuti pelatihan Database (misal MS-Access) (91,11%).
3.
sekolah.
Tidak mengetahui adanya Tim Kerja bidang TIK di Dinas Pendidikan (82,22%).
Selanjutnya dari keseluruhan kendala
4.
Tidak adanya penilaian angka kredit untuk
tersebut di atas dapat diidentifikasi sepuluh
media
besar
(82,22%).
kendala
implementasi
TIK
dalam
pembelajaran produktif SMK, yaitu: Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
pembelajaran
berbasis
TIK
231
5.
6.
Tidak tersedianya komputer/laptop di kelas
HSU
(80,00%).
pemerintah daerah dalam bidang TIK,
Tidak
pernah
mengikuti
pelatihan
Manajemen File (75,56%). 7.
Tidak
tersedianya
Tidak
program,
kebijakan
pengembangan
internet
pribadi
sumber daya TIK, dan penggunaan TIK di sekolah.
adanya
penghargaan
pengembangan
9.
pendanaan
dengan
profesional di bidang TIK, ketersediaan
(75,56%). 8.
berkaitan
media
untuk
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data,
pembelajaran
pembahasan, dan simpulan di atas, maka
berbasis TIK (75,56%).
implikasinya adalah keterampilan TIK guru
Tidak pernah mengikuti pelatihan Email
produktif
(73,33%).
terhadap implementasi TIK dalam pembelajaran
10. Tidak tersedianya webcam (73,33%).
SMK
produktif
rendah
SMK,
serta
akan
berdampak
berpotensi
untuk
mempengaruhi hasil pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa kendala implementasi
TIK
dalam
pembelajaran
Teknologi informasi adalah
suatu
alat
produktif SMK berkaitan dengan kebijakan
kemampuan
pemerintah
menggunakannya.
daerah,
pendanaan
program,
untuk Tiap
dan komunikasi
yang
membutuhkan
memiliki individu
dan memiliki
pengembangan profesional di bidang TIK,
kemampuan yang berbeda untuk memiliki dan
ketersediaan sumber daya TIK, dan penggunaan
menggunakannya
TIK di sekolah.
kesenjangan digital (digital divide). Kemajuan
sehingga
memunculkan
dan sifat teknologinya serta harga perangkatnya SIMPULAN DAN SARAN
menyebabkan tingkat perbedaan pemanfaatan
Keterampilan TIK guru produktif SMK, implementasi
pengembangan TIK untuk memenuhi kebutuhan
kendala-kendala
dengan cara menyiapkan fasilitas penghubung
pembelajaran
TIK yang lengkap dengan personelnya untuk
produktif SMK di Kabupaten HSU, dapat
dapat mengeliminasi faktor penyebab terjadinya
disimpulkan sebagai berikut.
kesenjangan digital tersebut dalam jangka
1.
Keterampilan TIK guru produktif SMK di
pendek.
Kabupaten
dalamnya guru dan siswa harus disiapkan sejak
SMK,
implementasi
dalam
rencana
pembelajaran
produktif
TIK
TIK. Untuk itu diperlukan suatu
serta
TIK
HSU
dalam
secara
keseluruhan
termasuk dalam kategori rendah. 2.
3.
SMK
di
Kabupaten
pendidikan,
termasuk di
dini menjadi akrab dengan TIK.
Implementasi TIK dalam pembelajaran produktif
Institusi
HSU
Terkait
kendala-kendala
implementasi
TIK, perlunya disadari bahwa tidak semua
termasuk dalam kategori menengah.
kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi
Kendala-kendala implementasi TIK dalam
melalui pendekatan teknologi, karena akar
pembelajaran produktif SMK di Kabupaten
permasalahannya tidak selalu terletak pada
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK
232
ketidakmampuan
dalam
mengembangkan
teknologi yang sesuai, tetapi kadang lebih disebabkan oleh faktor-faktor non-teknologi, misalnya kebijakan yang tidak kondusif bagi pengguna TIK. Mengingat luasnya hal-hal yang terkait serta luasnya dampak yang ditimbulkan, maka
untuk
dapat
mengembangkan
memanfaatkan TIK secara
dan
sistematik dan
berkelanjutan, dibutuhkan suatu usaha untuk mengintegrasikan dan menyamakan langkah berbagai kebijakan kedalam suatu kerangka kebijakan yang terpadu. DAFTAR PUSTAKA AES. 2006. Teacher ICT Skills: Evaluation of the Information and Communication Technology Knowledge and Skill Levels of Western Australian Government School Teachers, http://www.aes.asn.au/conferences/200 6/papers/012%20Karen%20Trimmer .pdf. (Diakses 30 Juli 2011). Balanskat, A., Blamire, R., & Kefala, S. 2006. The ICT Impact Report, A Review of Studies of ICT Impact on Schools in Europe. European Schoolnet in the framework of the European Commission’s ICT cluster. Bondan S. Prakoso & Rakhmat Januardy. 2005. Cetak Biru Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Depdiknas. Jakarta: Ditjen Mandikdasmen, Depdiknas. Buntat, Y., Saud M., S., Dahar A., et al. 2010. Computer Technology Application and Vocational Education: A Review of Literature and Research. European Journal of Social Sciences. 14, Artikel 4, http://www.eurojournals.com/ejss_14_4_ 15.pdf. (Diakses 25 Juli 2011). CETF. 2008. California ICT Digital Literacy Assessments and Curriculum Framework, http://www.ictliteracy.info/rf.pdf/Californ ia%20ICT%20Assessments%20and%20C
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2, Juni 2012
urriculum%20Framework. pdf. (Diakses 20 Juli 2011). Depdiknas. 2008. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74, Tahun 2005, tentang Guru. ________. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16, Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. ________. 2005. Undang-Undang RI Nomor 14, Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen. ETS. 2005. Beyond Technical Competence: Literacy in Information and Communication Technology Work,
http://www.ets.org/Media/Tests/ICT_ Literacy/pdf/ICT_Beyond_ Technical_Competence.pdf. (Diakses 22 Juli 2011). Ilomäki, L. 2008. The Effects of ICT on School: Teachers’ and Students’ Perspectives. Finland: Department of Teacher Education. University of Turku. MCEETYA. 2005. National Assessment Program Information and Communication Technology Literacy 2005 Years 6 and 10, An Assessment Domain for ICT Literacy, http://www.iste.org/Libraries/PDFs/Austr alia_ICT_Assessment.sflb.ashx/. (Diakses 21 Juli 2011). Nutt, J. 2010. Professional Educators and The Evolving Role of ICT in Schools, http://www.cfbt.com/ evidenceforeducation/pdf/ICTinSchoolsweb.pdf. (Diakses 31 Juli 2011). Omar, M. S. H. & Paryono. 2008. Current trends and issues in VTET: Seameo Voctech’s response, http://ojs.voctech.org/index.php/seavern/a rticle/view/78/108. (Diakses 30 Juli 2011). Paryono & Quito, B. G. 2010. Meta-Analysisof ICT Integration in Vocational and Technical Education in Southeast Asia,
http://www.academicjournals.org/ajb m/PDF/pdf2011/ 18Aug/Saud%20et%20al.pdf. (Diakses 30 Juli 2011). Pelgrum, W. J. 2001. Obstacles To The Integration of ICT in Education: Results
233
From A Worldwide Educational Assessment, http://www. users.ntua.gr/vvesk/ictedu/article5_ pelgrum.pdf. (Diakses 30 Juli 2011). Summak, M. S. & Samancıoğlu, M.. 2011. Assessment of Technology Integration in Vocational Education and Training Schools. International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology (IJEDICT). 7, Artikel 1259,
http://www.ijedict.dec.uwi.edu/includ e/getdoc.php?id=4465&article= 1259...pdf. (Diakses 25 Juli 2011). Suroso & Adi Winato. 2009. Pemanfaatan ICT Dalam Pembelajaran dan Peningkatan Profesionalisme Guru,
http://www.pjjpgsd.dikti.go.id/file.php /1/repository/dikti/BA_ DIPBPJJ_BATCH_1/Manajemen%20Ber basis%20Sekolah/UNIT%209.pdf. (Diakses 25 Juli 2011) UNESCO. 2008. Strategy Framework for Promoting ICT Literacy in The AsiaPacific Region. Bangkok: Asia and
Pacific Regional Bureau for Education, UNESCO Bangkok. ________. 2005. ICT in Schools: A Handbook for Teachers or How ICT Can Create New, Open Learning Environments. Division of Higher Education, UNESCO. ________. 2005. ICT Application in Technical and Vocational Education and Training. Specialized Training Course. Moscow: Institute for Information Technologies in Education, UNESCO. ________. 2004. Integrating ICTs Into Education: Lessons Learned. Bangkok: Asia and Pacific Regional Bureau for Education, UNESCO Bangkok. ________. 2003. Developing and Using Indicators of ICT Use in Education. Bangkok: Asia and Pacific Regional Bureau for Education, UNESCO Bangkok. ________. 2002. Information and Communication Technologies in Teacher Education: A Planning Guide. Division of Higher Education, UNESCO.
Keterampilan TIK Guru Produktif SMK