Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
KERANGKA KERJA PENGEMBANGAN APLIKASI TV DIGITAL BERBASIS SOFTWARE
Yuliana Rachmawati K1 1
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Email : yuliana@akprind.ac.id
ABSTRAK Dunia komunikasi termasuk pertelevisian mengikuti aturan yang berkembang. Konversi digitalisasi juga merambah berbagai pihak untuk bersiap mengikuti kemajuan. Tidak hanya Institusi resmi baik pemerintah maupun swasta yang merambah dunia ini, tetapi secara personal/kelompok masyarakat dimungkinkan membangun komunitasnya sendiri. Hal ini akan menimbulkan persoalan serius dikemudian hari jika negara kita tidak mengelola/menanggapi dengan baik paparan digitalisasi ini. Kemudahan-kemudahan upload download ataupun perkembangan e-comerce yang begitu cepat membuat orang dengan mudah menambah, mengurangi informasi membeli peralatan device komunikasi yg diperlukan dllnya. Dengan demikian akan semakin deras pula arus informasi yg bisa didapatkan dan disebarluaskan. Jika dibiarkan tanpan pengelolaan bisa jadi conten siaran nasional akan tenggelam dan bahkan dengan mudah diambil alih oleh bangsa lain. Penelitian ini memberikan usulan kerangka kerja yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut.
PENDAHULUAN Era Digital merupakan konvergensi antara Communication (Komunikasi), Computer (Komputer) dan Conten (Isi/Materi). Dalam pemaparan yg lebih spesifik dan strategis adalah terbukanya semua program televisi dan komputer di mobilephone. Era digital pun memberikan banyak keuntungan yang antara lain : Demokratisasi bagi para creator di seluruh pelosok Indonesia di kota maupun di desa karena mereka mendapatkan akses yang setara. Terjadi peningkatan kebutuhan kerja (job opportunity) bagi orang-orang muda karena bisa di “sambi” dan berkantor di rumah. Produk Creativity : menulis artikel, buku, novel, skrip film, naskah iklan , strategi marketing, desain produk, desain logo, desain lagu, desain baju, obat-obatan, resep makanan, dll. Dapat dilakukan berdasarkan target dan tidak memerlukan jam kerja tetap. Akses data dan informasi lebih terbuka. Tidak lagi melewati birokrasi yang “jelimet” . Promosi lebih mudah dan murah lewat Twitter, Facebook, Kaskus, Friendster, dan Myspace Perusahaan yang bergerak internet, bisa memperkecil jumlah karyawan misalnya desain untuk produk apapun bisa ditawaran secara terbuka lewat internet. Sehingga sebuah konsep produk dididesain oleh puluhan ribu orang. Konsep terbaik bisa dipilih untuk mengembangkan produk kita dan kita sendiri yang akan diproduksi. Marketing dan sales lebih mudah lewat online karena target konsumennya jutaan orang di seluruh dunia . Selain itu Sistem open source memungkinkan tersedianya software gratis yang bisa dikembangkan menurut kepentingan pemakai dengan kualitas sama, bahkan lebih baik dari yang di produksi oleh microsoft atau produsen software dunia lainnya. Keuntungan lain misalnya :p roduksi Film akan berkembang cepat karena tersedianya perangkat promosi melalui jalur online, Seluruh dunia diproduksi 10 ribu film bioskop. Padahal ajang penghargaan film seperti Academy Award atau Golden Globe dan Festival-Festival Film sangat terbatas lewat akses online Film-Film bisa diproduksi lebih cepat dan lebih luas, Pencarian dana untuk membuat film bioskop lebih mudah karena sebuah konsep produksi film bisa ditawarkan kepada ribuan calon investor meskipun unit share kecil, Bioskop bisa dibangun kebih banyak dengan tidak lagi memutar copy film 35 mm yang mahal, lewat satelit Film Bioskop secara digital bisa dikirim alngsung ke bioskop-bioskop. Akan lahir entrepreneur – entrepreneur muda yang lebih produktif dan kreatif menyingkirkan entrepreneur tua yang akan ketinggalan krn tidak mampu catch up perkembangan teknologi yang ada . Akan lahir konsep bisnis model yang berbeda yang sifatnya lebih mudah , lebih gampang terakses dan lebih murah. Akan berkembang Kampus-Kampus online dimana perkuliahan diberikan melalui internet dan mahasiswa tidak lagi harus kuliah ke kampus namun bisa belajar di rumah. Sehingga di masa depan Universitas hanya menjadi centre of excellence saja dan tidak menerima lagi ribuan mahasiswa seperti sekarang ini. B-375
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Berbagai perangkatpun telah bermigrasi dari sistem analog ke sistem digital (untuk Indonesia kecuali siaran televisi). Meskipun pemerintah melalui Depkominfo pada 21 Maret 2007 surat nomor No:07/P/M.KOMINFO/3/2007 telah menetapkan Standard Siaran TV Digital Terestrial DVB-T di Indonesia. PEMBAHASAN Tugas BPPT di Indonesia dalam merealisasikan standarisasi TV digital di Indonesia untuk workgroup perangkat adalah sbb: 1. Membuat spesifikasi teknik peralatan pemancar dan alat bantu penerima siaran digital 2. Melakukan koordinasi dengan perusahaan elektronika nasional, untuk pembuatan alat bantu penerima siaran digital 3. Menyusun langkah-langkah persiapan industri dalam negeri dalam rangka pengembangan alat bantu penerima siaran digital 4. Melakukan evaluasi alat bantu penerima siaran digital produksi dalam negeri 5. Menyusun rekomendasi untuk diusulkan kepada Steering Committee Terlihat beberapa point diatas baru sebatas perangkat teknologi untuk membantu terealisirnya standart digital penyiaran di Indonesia. Conten Penyiaran TV Digital merupakan hal yang sangat crusial, jika hanya terfokus pada sisi hardware maka siaran TV Digital di Indonesia tidak lebih dari perluasan jaringan TV Digital di Dunia. Sedangkan Indonesia sendiri begitu kaya akan kebudayaan maupun produk asli Indonesia, yang seharusnya diekpose lebih mendunia. Berangkat dari masalah tersebut, maka pengembangan pengelolaan Conten TV Digital menjadi hal yang amat penting apabila Indonesia tidak ingin kehilangan jati dirinya. Jika dari sisi hardware telah terealisasi dengan baik, seyogyanya diimbangi dengan sisi sofware yang akan menjadi core dari industri digital ini. Untuk itulah diperlukan suatu aplikasi berbasis software dalam rangka menyambut era digital Pertelevisian di Indonesia. Fokus utama pengembangan TV Digital adalah pada masalah Hardware/Infraktruktur/Standart yg akan diberlakukan. Ide penelitian ini adalah mengusulkan suatu kerangka kerja untuk implementasi Pengembangan aplikasi TV Digital berbasis Software di Indonesia. Pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) menyediakan 800 sampai 900 Set-Top Box (semacam decoder yang mengubah sinyal siaran TV digital ke sinyal analog) untuk uji coba siaran televisi digital. Dirjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) Depkominfo, Freddy Tulung, didampingi Menkominfo, Muhammad Nuh, dalam jumpa pers di kantor Depkominfo, Jumat (8/8) mengatakan, 900 Set-Top Box tersebut akan disiapkan oleh satu perusahaan dalam negeri pemenang tender dengan dana sebesar Rp1,2 Miliar dari pemerintah. Depkominfo sendiri telah mengundang lima perusahaan dalam negeri untuk ikut tender pengadaan Set-Top Box, yaitu PT Inti (Industri Telekomunikasi Indonesia), PT LEN, PT. Panasonic Gobel, PT Polytron Indonesia dan PT. Panggung Electric Citrabuana Surabaya. Pemenang tender akan membuat set-top box yang mempunyai tiga kemampuan dengan spesifikasi yang ditentukan pemerintah, yaitu mengkonversi siaran analog ke digital, untuk Sistem Peringatan Dini Bencana (Early Warning System), dan pendeteksian/monitoring siaran TV yang dilihat pemirsa. Soft Launching Menkominfo Muhammad Nuh, soft launching uji coba siaran TV digital di wilayah Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) direncanakan diresmikan oleh Wapres, Jusuf Kalla, pada 13 Agustus 2008 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) TVRI. Nuh mengatakan, uji coba yang dilakukan sekitar 6 bulan sampai 9 bulan ini dilakukan oleh LPP TVRI dan RRI sebagai penyedia isi siaran (content provider) dan Telkom sebagai penyedia jaringan (network provider). Depkominfo sendiri telah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) No.27/P/M.Kominfo/8/2008 tentang uji coba siaran digital tersebut yang dilakukan baik untuk siaran TV terestrial maupun siaran TV bergerak (mobile). Menkominfo menargetkan siaran digital dapat dilakukan secara penuh di seluruh Indonesia pada 2011 atau 2012.Keuntungan menggunakan teknologi siaran digital yaitu penggunaan kanal dan frekuensi yang lebih efisien dan optimal. B-376
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Pada analog, satu kanal hanya untuk satu siaran, dengan digital satu kanal bisa untuk empat siaran tv tergantung multiplexer (alat transmiter yang mengubah siaran analog ke siaran digital). Bila siaran digital telah diimplementasikan, pemerintah akan mengkhususkan satu kanal untuk siaran pendidikan yang bisa dimasuki oleh Pustekkom Diknas (Depdiknas) yang mengembangkan konten pendidikan tapi belum bisa berperan lebih karena belum mempunyai slot frekuensi untuk siaran. Depkominfo sendiri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 07/P/M.KOMINFO/3/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia, yaitu ditetapkan bahwa standarDigital Video Broadcasting for Terrestial (DVB-T) sebagai standar penyiaran televisi digital terestrial tidak bergerak di Indonesia. Data saat ini di Indonesia terdapat 11 TV berizin siaran nasional, 97 TV berizin regional, 30 TV berlangganan (60% TV kabel, 20% satelit dan 20% Terestrial) serta ada sekitar 300 izin baru yang tak terlayani karena sudah tak tersedia lagi kanal TV. Sementara itu, dengan siaran TV digital, setiap satu kanal yang lebarnya 7-8 MHz bisa dipakai oleh enam program siaran TV, sehingga selain terjadi optimasi frekuensi jugaoptimasi bandwidth. (http://berita.kapanlagi.com/ekonomi/nasional/900-set-top-box-disiapkan-untuk-uji-coba-tv-digitalhww3s4r.html, 2008) Pemerintah memasyarakatkan rencana penyelenggaraan televisi digital dengan melibatkan 1.500 orang dari 33 provinsi. Mereka berasal dari lembaga penyiaran, institusi terkait, dan masyarakat pemirsa televisi. Dari tiap provinsi itu, akan diambil 45 orang. Direktur Penyiaran Departemen Komunikasi dan Informatika Agnes Widianti mengatakan sosialisasi ini untuk menghimpun pendapat masyarakat tentang standar penyiaran televisi digital video broadcasting terrestrial, yang diadopsi dari Eropa. DVB-T adalah si bungsu dari sistem utama DVB — DVB-C untuk kabel dan DVB-S untuk satelit. Hebatnya lagi, DVB adalah teknologi standar terbuka (open standard) yang berarti pengembangannya secara bisnis bisa sangat luas. Uji-coba DVB-T di Indonesia sudah dilakukan oleh TVRI dan RCTI pada Juli-Desember 2006. Kemudian DVB-H, adaptasi DVB-T untuk telepon seluler, memungkinkan siaran MetroTV, SCTV dan TVRI sudah bisa dinikmati di mobile phone tertentu Indonesia memiliki jumlah stasiun radio dan TV terbesar kedua setelah Cina. Negeri ini punya satu TV publik, 10 TV swasta nasional, 70 TV swasta lokal, dua TV kabel, satu TV satelit dan lebih dari 1.800 stasiun radio. (http://blog.tempointeraktif.com/ekonomibisnis/sosialisasi-tv-digital-dvb-t/) Perspektif bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran di era digital juga mengalami perubahan yang sangat berarti baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi jasa pelayanannya. Pada pemanfaatan kanal frekuensi akan terjadi efisiensi penggunaan kanal yang sangat berarti. Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa diisi oleh satu program saja nantinya akan bisa diisi antara empat sampai enam program sekaligus. Sepuluh program siaran TV-swasta Nasional saat ini yang menduduki juga 10 kanal di UHF (Ultra High Frequency) hanya menduduki 2 atau 3 kanal saja. Di sisi lain pendudukan kanal-kanal saat ini untuk sistem tranmisi analog juga tidak hemat karena antara kanal yang berdekatan harus ada 1 kanal kosong sebagai kanal perantara. Kanal perantara ini tidak ada disistem digital dan kanal frekuensi di sistem digital bisa dimanfaatkan secara berurutan. Bentuk jasa pelayanan sistem penyiaran digital secara blok jaringan juga akan terpisah-pisah yaitu mulai dari penyedia program (content creators) kemudian akan dikirim ke content agregators yang berfungsi sebagai pendistribusi program yang kemudian program itu diubah dalam bentuk format MPEG2 atau MPEG4. Lalu dikirim ke ‘MPEG2 multiplexer providers’ dan kemudian disalurkan ke berbagai pemirsa melalui jaringan pemancar TV Digital oleh ‘transport providers’. Masing-masing bentuk jasa pelayanan di atas bisa membentuk badan usaha yang disesuaikan dengan kompetensi jasa pelayanan tersebut. Dengan pemisahan ini maka masing-masing bisa lebih terkonsentrasi pada bidang bisnisnya sendiri sehingga masyarakat pemirsa TV akan memperoleh kualitas pelayanan yang lebih beragam dan tentunya lebih baik. Pada sistem penyiaran TV Digital dimungkinkan munculnya jasa-jasa layanan baru seperti informasi-informasi laporan lalu lintas, ramalan cuaca, berita,olahraga, pendidikan, bursa saham, kesehatan dan informasi-informasi layanan masyarakat lainnya. Para penyedia content hanya terkonsentrasi pada isi program saja dan tidak perlu mengurus penyiapan infrastruktur jaringan dan pengoperasiannya. Penyedia content hanya membayar sewa jaringan transmisi saja atau bisa dijual kepada content distributor B-377
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Gambar 1 Contoh TV Online di Indonesia Selain contoh di atas, banyak situs sejenis mulai dari sekedar blog pribadi sampai station resmi seperti RCTI, SCTV, Trans dllnya. Beragam dan kemudahan upload dunia penyiaran ini menjadikan Indonesia perlu mengatur dan mengelola pertelevisian digital yang akan siaran di Indonesia. USULAN KERANGKA KERJA Berikut merupakan draft kerangka kerja yang harus direalisasikan depkominfo untuk menghadapi digitalisasi komunikasi terutama bidang siaran pertelevisian di Indonesia: 1. Membuat peraturan resmi spesifikasi siaran digital 2. Melakukan koordinasi dengan perusahaan telekomunikasi nasional, untuk penyusunan siaran digital 3. Menyusun persiapan industri software dalam negeri dalam rangka pengembangan software siaran digital terutama yang berkaitan dengan conten. 4. Melakukan evaluasi siaran digital produksi dalam negeri 5. Menyatukan pengelolaan siaran digital pertelevisian di Indonesia Hasil Prototype Pengelolaan siaran TV berbasis Software :
B-378
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
KESIMPULAN 1. Konsep kerangka kerja pada pembangunan perangkat lunak untuk mengembangkan model aplikasi TV Digital berbasis Software di Indonesia masih perlu dibuat Undang-Undang khusus, berlandaskan Hukum. 2. Bagi investor bidang komunikasi dan komputer akan mempunyai arahan yang jelas pada investasi yang sesuai dengan bidang usahanya. 3. Bagi masyarakat akan memperoleh panduan baik sebagai pengguna ataupun sebagai penyelenggara conten siaran TV Digital. DAFTAR PUSTAKA BPPT, 2010., Perkembangan Teknologi TV Digital Teresterial (DVB-T) di Indonesia, Prospek & Layanan, International Seminar and Workshop Research and Commercial Application onMultimedia Broadcasting Universitas Islam Sultan Agung, Semarang. Budi Putra., access 2011, Sosialisasi TV Digital,http://blog.tempointeraktif.com/ekonomibisnis/sosialisasi-tv-digital-dvb-t/ Kapanlagi.com., 2008, Artikel, http://berita.kapanlagi.com/ekonomi/nasional/900-set-top-boxdisiapkan-untuk-uji-coba-tv-digital-hww3s4r.html Komisaris Trans Corp, 2010, Business Creative in Digital Age.,International Seminar and Workshop Research and Commercial Application onMultimedia Broadcasting Universitas Islam Sultan Agung, Semarang. Rudi Lumanto, 2010., Menuju Era Sistem Penyiaran Digital di Indonesia., International Seminar and Workshop Research and Commercial Application onMultimedia Broadcasting Universitas Islam Sultan Agung, Semarang. Wikipedia., acces 2011, Televisi Digital di Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_digital_di_Indonesia
B-379