Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19November 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Keragaman Burung Air di KawasanNPLCT Arutmin Indonesia Tanjung Pemancingan Kotabaru, Kalimantan Selatan Riefani maulana khalid1, Soendjoto M. Arief2 1Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl Hasan Basri, Banjarmasin 70123 Kalimantan Selatan. Tel. +62-812-55118112, email:
[email protected] 2Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Ahmad yani Km 36, Banjarbaru 70714 Kalimantan Selatan. Tel. +0511-472290, Fax. 0511-4772290, email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman burung air di areal North Pulau Laut Coal TerminalPT. Arutmin Indonesia Tanjung Pemancingan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Komunitas burung diidentifikasi pada kawasan hutan mangrove (HM), hutan sekunder (HS), permukiman (mess) dan perkantoran (PMPK),lahan terbuka, padang rumput dan semak belukar (LT-PRSB), serta telaga dan tepi pantai (T-TPt). Studi dilakukan dalam 2 tahap pengambilan data yang dilakukan pada bulan Desember 2012 – Januari 2012 dan bulan April - Mei 2013.Pengumpulan data dilakukan dengan frekuensi 10 hari pada tiap tahap pengambilan data. Penelitian dimulai pada pagi hari (pukul 06.00-11.00) dan siang hari (pukul 13.0018.00).Metode yang digunakan adalah titik/lingkar kelimpahan dan penjelajahan di tipe-tipe habitat.Analisa dilakukan dengan mendata tipe habitat, waktu perjumpaan, nama spesies, jumlah individu yang dijumpai, frekuensi relatif kehadiran spesies burung air di satu tipe habitat dan keanekaragaman spesies burung air. Hasil studi menunjukan kehadiran 15 spesies dari 6 famili.Famili Accipitridae (2 spesies), Alcedinidae (5 spesies), Ardeidae (4 spesies), Rallidae (1 spesies), Recurvirostridae (1 spesies), dan Scolopacidae (1 spesies). Tiga belas spesies burung dilindungi PP Nomor 7 Tahun 1999, yaitu: Haliaeetus leucogaster, Haliastur indus, Alcedo atthis, Alcedo meninting, Pelargopsis capensis, Todirhamphus chloris, Todirhamphus sanctus, Ardea sumatrana, Ardeola speciosa, Butorides striata, Egretta sacra, Himantopus leucocephalus, dan Numenius phaeopus. Spesies Haliaetus leucogaster dan Haliastur industermasuk dalam spesies dengan kategoriAppendix II pada Convention on International Trade in Endangered Species (CITES). Kata kunci: burung air, dilindungi, spesies.
PENDAHULUAN Latar Belakang PT. Arutmin Indonesiamerupakan perusahaan tambang batubara internasional yang mempunyai areal operasi dibagian tenggara Pulau Kalimantan (Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Kotabaru) Provinsi Kalimantan Selatandengan luas 70.153 hektar (PT. Bumi Resources Tbk. 2013).Areal operasi terdiri atas areal Senakin, Satui, Batu Mulia, Batulicin, dan Asam-asam.Untuk memudahkan pengiriman batubara,PT Arutmin Indonesia mengoperasikan fasilitas pelabuhan bongkar muat batubara North Pulau Laut Coal Terminal (PT. AI-NPLCT) yang terletak di Tanjung PemancinganPulau Laut Utara, Kabupaten KotabaruProvinsi Kalimantan Selatan.Batubara dari areal tambang dibongkar dari tongkang, ditumpuk sementara, dan dimuat ke kapal untuk diangkut B-181
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
ke konsumen di dalam negeri dan luar negeri melalui areal pelabuhan PT. AI-NPLCT.Jarak tempuh tongkang dari areal tambang Senakin ke PT. AI-NPLCT adalah 45 km (± 24 jam perjalanan pulang pergi), sedangkan dari areal tambang Satui, Mulia, Asam-asam, dan Batulicin adalah 130 km(± 40 jam pulang pergi).Luas areal PT. AI-NPLCT sekitar 98 hektar.Di atas lahan ini terdapat terminal batubara 20 hektar,kolam pengendapan1 hektar, kompleks industri 5,25 hektar, permukiman untuk karyawan 6 hektar, daerah rekreasi 2 hektar, dan daerah penyangga 63,75 hektar(PT. Bumi Resources Tbk. 2013). Burung air merupakan jenis burung yang sangat tergantung pada lahan basah meliputi: rawa, paya, hutan bakau/hutan payau, muara sungai/estuarin, danau, sawah, sungai dan pantai sebagai tempat mencari makan, istirahat dan berkembang biak (Sibuea et al. 1995). Keberadaan burung air pada suatu habitat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan, ketinggian dan kualitas air, ketersediaan makanan, tempat berlindung dan bersarang, dan predator.Struktur komunitas burung merefleksikan adanya seleksi habitat, karena burung memiliki kebutuhan spesifik untuk memperoleh makan, bercumbu (courting), kawin (mating), dan aktivitas lainnya.Burung air dapat dijumpai hidup secara soliter maupun berkelompok, umumnya dalam kelompok yang sangat besar dengan jumlah individu banyak.Hal ini merupakan salah satu upaya perlindungan diri pada saat mencari makan.Pembentukan kelompok pada saat makan bertujuan untuk mengusik mangsa yang bersembunyi di dalam lumpur (Sibuea et al. 1995).Sebagian besar burung air adalah penghuni tetap daerah tropis dan subtropis.Komunitas burung air sangat ideal dijadikan indikator bagi perubahan lingkungan dan untuk monitoring kondisi lingkungan pada lahan basah hal ini sangat erat hubungannya dengan kebutuhan spesifik burung air untuk memperoleh makan, berbiak, berpasangan dan aktivitas lainnya (Rose dan Scott, 1994). Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini memfokus pada burung-burung air yang ditemukan pada areal PT. AI-NPLCT. Tujuannyaadalah untuk mengetahui keragaman burung air di areal North Pulau Laut Coal TerminalPT. Arutmin Indonesia Tanjung Pemancingan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap pengambilan data yang dilakukan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013 dan bulan April - Mei 2013.Pengumpulan data dilakukan dengan frekuensi 8 hari pada tiap tahap pengambilan data. Tempat penelitian adalah areal PT AI-NPLCTyang terletak di Tanjung Pemancingan.Di areal ini diidentifikasi lima tipe habitat bagi fauna. Kelima tipe habitat itu adalah: 1) HM: Hutan Mangrove yang terletak sepanjang pantaiatau sedikit ke darat di sebelah barat areal PT. AI-NPLCT, 2) HS: Hutan Sekunder yang terletak di areal Tanjung Pemancingan PT. AI-NPLCT, 3) PMPK: Permukiman (mess) dan perkantoranbelukar yang terletak di areal Tanjung Pemancingan PT. AI-NPLCT, 4) LT-PR-SB: LahanTerbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar yang terletak di areal Tanjung Pemancingan PT. AI-NPLCT, 5) T-TPt: Telaga dan Tepi Pantai yang terdiri atas,Telaga Mangapul,Telaga Mutiara,Telaga Abidin,Telaga Abdul Fatah, Telaga Hafis, dan Tepi PantaiBerbatu Karang yang membentang di sebelah timur areal PT AI-NPLCT atau di utara dan selatan pelabuhan bongkar muat batubara.
B-182
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Pengumpulan Data Obyek penelitian adalah spesies burung air diurnal. Metode yang digunakan adalah titik/lingkar kelimpahan dan penjelajahan di tipe-tipe habitat. Burung air diidentifikasi langsung secara visual. Selanjutnya didata tipe habitat, waktu perjumpaan, nama spesies, dan jumlah individu yang dijumpai. Penelitian dimulai pada pagi hari (pukul 06.00-11.00) dan siang hari (pukul 13.00-18.00). Pengamatan langsung secara visual diterapkan untuk obyek yang ditemukan dengan mata telanjang dan teropong binokuler.Semua spesies difoto dengan kamera yang dilengkapi dengan lensa zoomNikon (70 x 300 mm) dan lensa tele Nikon (80 x 400 mm). Dengan demikian, morfologi spesies dapat terekam dengan jelas. Foto-foto dikoleksi sebagai bahan untuk identifikasi spesies atau dokumentasi laporan. Identifikasi jenis burung air juga dilakukan langsung di lapangan berdasarkan bentuk morfologinya, dengan merujuk Howes dkk. (2003), MacKinnon et al. (2010)dan pustakapustaka lain yang relevan (terutama yang berkenaan dengan spesies di wilayah Kalimantan).Spesies diidentifikasi berdasarkan pada (i) bentuk dan ukuran tubuh, paruh, dan kaki, (ii) warna bulu pada tubuh, paruh, dan kaki, (iii) ciri-ciri khas yang tampak, serta (iv) suara yang dihasilkan. Analisis Data Data ditabulasi menurut unit waktu dan tipe habitat. Durasi satu unit waktu untuk burung air 20 menit (total unit waktu 36 unit), dikarenakan kondisinya yang relatif sulit dijumpai atau ditemukan.Berdasarkan pada unit waktu, frekuensi relatif kehadiran spesies burung air di satu tipe habitat dan keanekaragaman jenis burung air dihitung. Rumus dasarnya adalah sebagai berikut. Jumlah unit waktu kehadiran spesies ke-i Fspesies = ————————————————————— Jumlah semua unit waktu Frekuensi spesies ke-i FRk = —————————————————————————— x 100% Jumlah frekuensi semua spesies di satu tipe habitat H’ = -Σ (pi. Ln. pi) H’ = indeks keanekaragaman Shannon, pi = ni/N, perbandingan antara jumlah individu spesies ke-i dengan jumlah total individu, ni = jumlah suatu jenis, N = jumlah seluruh jenis yang ada dalam contoh.
Tingkat keanekaragaman spesies dianalisis berdasarkan kriteria Lee et al., (1978), yaitu: Sangat Tinggi H> 3,0; Tinggi jika H> 2,0; Sedang jika 1,6
B-183
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
Fauna and Flora).Kedua status terakhir ini diperoleh dengan mengakses informasi yang bersumber dari lembaga internasional tersebut melalui internet. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Spesies dan Status Fauna Pada penelitian ini teridentifikasi 15 spesies dari 6 famili (Tabel 1), yaitu: Famili Accipitridae (2 spesies), Alcedinidae (5 spesies), Ardeidae (4 spesies), Rallidae (1 spesies), Recurvirostridae (1 spesies), dan Scolopacidae (1 spesies). Hasil identifikasi sesuai dengan pendapat McKinnon (1998) yang mengungkapkan bahwa famili burung air yang banyak terdapat di Indonesia sekitar 12 famili dan familli yang memiliki jumlah jenis cukup banyak (wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali) adalah Ardeidae dan Alcedinidae.Jumlah spesies kemungkinanakan bertambah pada penelitian selanjutnya, dikarenakan masih ada spesies yang belum ditemukan pada areal PT. AI-NPLCT. Beberapa spesies yang belum ditemukan oleh peneliti, walaupun pernah dilaporkan secara lisanoleh staf PT. AI-NPLCT dan masyarakat sekitar tentang keberadaanDendrocygna javanica (Belibis) dan Leptoptilos javanicus (Bangau Tongtong). Pada daerah penelitian tidak ditemukan spesies fauna yang termasuk kategoriendemik Borneo atau Kalimantan.Spesies yang perlu diperhatikan adalah burung-burung yang dilindungi berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Statusnya pun hampir punah dan dikategorikan dalam Appendix I CITES. Pada Penelitian teridentifikasi 13 spesies burung yang dilindungi PP Nomor 7 Tahun 1999, yaitu: Haliaeetus leucogaster (Elang Laut Perut Putih), Haliastur indus (Elang Bondol) Alcedo atthis(Raja Udang Erasia), Alcedo meninting (Raja Udang Meninting), Pelargopsis capensis(Pekaka Emas), Todiramphus/ Todirhamphus chloris (Cekakak Sungai), Todiramphus/ Todirhamphus sanctus(Cekakak Suci), Ardea sumatrana (Cangak Laut), Ardeola speciosa (Blekok Sawah), Butorides striataatau Butorides striatus(Kokokan Laut), Egretta sacra(Kuntul Karang), Himantopus leucocephalus (Gagang Bayam Timur), dan Numenius phaeopus(Gajahan Pengala).Spesies Haliaeetus leucogaster (Elang Laut Perut Putih) dan Haliastur indus (Elang Bondol) termasuk dalam spesies dengan kategoriAppendix II pada Convention on International Trade in Endangered Species (CITES). Aktivitas yang mengancam kelestarian burung air, yaitu: perburuan liar dan kerusakan habitat.
B-184
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Tabel 1. Kehadiran Burung Air di PT. AI-NPLCT dan Statusnya No.
Kelas dan Famili
Nama Ilmiah
Nama Indonesia
Nama Internasional
Status PP 7/99
IUCN
CITES
1. 2.
Accipitridae Accipitridae
Haliaeetus leucogaster Haliastur indus
Elang-laut perut-putih Elang bondol
White-bellied Fish-eagle Brahminy Kite
Ya Ya
LC-d LC-d
Ap. II Ap. II
3. 4.
Alcedinidae Alcedinidae
Alcedo atthis Alcedo meninting
Raja-udang erasia Raja-udang meninting
Common Kingfisher Blue-eared Kingfisher
Ya Ya
LC-u LC-d
-
5. 6.
Alcedinidae Alcedinidae
Pelargopsis capensis Todiramphus/ Todirhamphus chloris
Pekaka emas Cekakak sungai
Stork-bellied Kingfisher Collared Kingfisher
Ya Ya
LC-d LC-d
-
7. 8.
Alcedinidae Ardeidae
Todiramphus/ Todirhamphus sanctus Ardea sumatrana
Cekakak suci Cangak laut
Sacred Kingfisher Great-billed Heron
Ya Ya
LC-i LC-d
-
9. 10.
Ardeidae Ardeidae
Ardeola speciosa Butorides striata, B. Striatus
Blekok sawah Kokokan laut
Javan Pond-heron Striated Heron
Ya Ya
LC-u LC-d
-
11. 12.
Ardeidae Rallidae
Egretta sacra Amaurornis phoenicurus
Kuntul karang Burak-burak/ Koreo Padi
Pacific Reef-egret White-brested Waterhen
Ya -
LC-s LC-u
-
13. 14.
Recurvirostridae Scolopacidae
Himantopus leucocephalus Numenius phaeopus
Gagang-bayam timur Gajahan pengala
White-headed Stilt Whimbrel
Ya Ya
LC-s LC-d
-
15.
Scolopacidae
Actitis hypoleucos;Tringa hypoleucos
Trinil pantai
Common Sandpiper
-
LC-d
-
Catatan:
1. PP No. 7/1999 = Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 2. Status keterancaman menurut IUCN (2012): - EN = Endangered (hampir punah); VU = Vulnerable (rawan); NT = Near Threatened (hampir terancam); LC = Least Concern (kurang/sedikit -
diprihatinkan); NA = has not yet been assessed for the IUCN Red List (belum dinilai untuk Buku Merah IUCN). kecenderungan populasi: d = decreasing (menurun); i = increasing (bertambah); s = stable (stabil); u = unknown (tidak diketahui).
3. Kategori perdagangan dalam CITES:
B-185
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
-
Appendix I = semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan; perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu,
-
misalnya untuk riset ilmiah. Appendix II = jenis
yang
statusnya
belum
terancam,
B-186
tetapi
akan
terancam
punah
apabila
dieksplotasi
berlebihan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Kehadiran Spesies Fauna dan Penggunaan Tipe Habitat Burung air banyak mendatangi areal PT. AI-NPLCT karena habitat yang masih terjaga dan ketersediaan makanan yang cukup berlimpah, sehingga burung air dapat mengekspresikan rangkaian aktivitas kehidupannya, baik sebagian maupun semuanya, seperti mencari pakan, membangun atau memiliki sarang, mengerami telur, dan bahkan mengasuh anak.Hal ini dapat terlihat pada keanekaragaman burung air di daerah PT. AI-NPLCT yang termasuk dalam kriteria tinggi H’= 2.99382. Kondisi habitat dengan berbagai spesies hidupan (baik tumbuhan, hewan, maupun jasad renik) atau interaksi antarhidupan dan interaksi hidupan dengan komponen fisik disekitarnya (seperti tanah, air, udara) menciptakan lingkungan atau habitat yang membuat burung air aman dan nyaman.Ketidaksamaan habitat disebabkan oleh faktor ketersediaan sumber daya pakan yang berbeda (kuantitas dan kualitas) serta persaingan yang terjadi antar-fauna dalam pemanfaatan sumber daya (ruang dan waktu). Pada tipe habitat Permukiman/mess dan perkantoran teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Cekakak Sungai (FRk = 3.39807), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Elang Laut Perut Putih, Elang Bondol, Raja Udang Erasia, Raja Udang Meninting, Cekakak Suci, Blekok Sawah, Kokokan Laut, Kuntul Karang, Ganggang Bayam Timur, Gajahan Pengala, dan Trinil Pantai. Pada tipe habitat Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Blekok Sawah (FRk = 3.88351), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Elang Laut Perut Putih, Raja Udang Erasia, Raja Udang Meninting, Pekakak Emas, Cangak Laut, Kokokan Laut, Kuntul Karang, Ganggang Bayam Timur, Gajahan Pengala. Pada tipe habitat Hutan Mangrove teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Cekakak Sungai (FRk = 12.62142), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Elang Bondol, Raja Udang Erasia, Cangak Laut, Kokokan Laut, Kuntul Karang, Ganggang Bayam Timur, dan Gajahan Pengala. Pada tipe habitat Hutan Sekunder teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Cekakak Sungai (FRk = 9.22334), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Raja Udang Erasia, Cangak Laut, Kokokan Laut, Kuntul Karang, Ganggang Bayam Timur, dan Gajahan Pengala. Pada tipe habitat Telaga dan Tepi Pantai teridentifikasi waktu kehadiran yang tinggi pada burung Kokokan Laut dan Burak-burak (FRk = 3.39807), sedangkan burung air yang tidak teridentifikasi pada daerah tersebut, yaitu Cekakak Sungai dan Blekok sawah (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir semua burung air yang teridentifikasi merupakan jenis burung pemangsa ikan, hal ini berkaitan dengan morfologi burung dan sumber daya alam yang terdapat di kawasan ini. Rose dan Scoot (1994) menyatakan, lokasi mencari makan pada burung biasanya dipilih berdasarkan perbedaan bentuk dan ukuran tubuh setiap jenis serta makanan yang disukai. Beberapa spesies burung air yang ditemukan bergantung pada keberadaan ikan di laut, perairan sekitar hutan mangrove, dan telaga-telaga buatan pada areal PT. AI-NPLCT. Selain ikan, jenis mangsa yang dapat diperoleh di daerah ini adalah hewan-hewan air lain seperti udang, kepiting, ular air, kodok, serta mamalia kecil seperti tikus dan tupai. Perairan laut yang surut menyebabkan karang-karang dapat terlihat hingga sejauh 100 m. Karang-karang dimanfaatkan untuk mencari makan atau istirahat oleh spesies burung yaitu Kuntul Karang, Cangak Laut, Gagang-Bayam Timur, Gajahan Pengala, dan Trinil Pantai. Spesies burung Elang Laut Perut Putih dan Elang Bondol mudah terlihat terbang tinggi di atas areal PT. AI-NPLCT.Pohon yang tingggi menjadi tempat spesies Elang ini untuk hinggap, istirahat, dan bersarang. Untuk Raja Udang Erasia, Raja Udang Meninting, Pekaka Emas, B-187
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
Cekakak Sungai, Cekakak Suci, Blekok Sawah, dan Kokokan Laut terlihat pada tumbuhan kering di sekitar perairan telaga dan hutan mangrove (Tabel 3). Burung dapat beranekaragam, melimpah, lestari, dan berhasil menciptakan relung yang khusus bagi dirinya sendiri untuk mengurangi kompetisi atas kebutuhan sumber daya (pakan) dan sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan.Haliastur Indus danHaliaeetus leucogaster terlihat sedang terbang melayang di atas laut dan telaga-telaga buatan PT. AI-NPLCT, diduga keduanya sedang mengamati mangsa di laut dan telaga. Keduanya juga tampak bertengger di pohon bakau dan pohon sengon, masing-masing dijumpai pada lokasi yang berbeda.Burung air Egretta sacra mencari mangsa di daerah pesisir pantai atau muara sungai yang berlumpur dan menjadi pemangsa ikandengan cara berdiri pada suatu tempat atau mengikuti mangsa. Kelompok burung Todirhamphus chloris memiliki pola mencari makan yang berbeda, yaitu terbang di sekitar mangsa atau berdiri mengamati mangsa dari atas dahan atau tempat yang tinggi, kemudian akan menukik masuk ke dalam air untuk menangkap mangsa yang sedang berenang. Perbedaan pola dan cara memperoleh mangsa ini diduga mampu menciptakan kebersamaan antara beberapa jenis burung untuk dapat hidup dan mencari mangsa pada waktu dan lokasi yang sama. Habitat yang masih terjaga dan ketersediaan makanan yang melimpah di lokasi penelitian menyebabkan burung migran singgah dan menjadikan areal PT. AI-NPLCT sebagai stop over (tempat singgah) bagi burung air migran dari jalur Asia-Australia. Burung yang diduga menggunakan daerah penelitiansebagai habitat sementara dalam kegiatan migrasinya seperti: Gagang Bayam Timur dan Trinil Pantai. Burung ini ditemukan berada di perairan laut sekitar PT. AI-NPLCT. Kemudian burung terbang ke luar areal PT AI-NPLCT.Tingginya spesies burung air migran dibandingkan spesies burung residen menyebabkan terjadinya fluktuasi jumlah spesies maupun individu burung air.Bagi burung migran selain lokasi berbiak, lokasi yang penting adalah tempat persinggahan saat melakukan migrasi untuk memperoleh makanan sebagai sumber energinya untuk kembali ke lokasi berbiak.Umumnya burung air migran ditemukan pada September sampai Maret bertepatan dengan musim hujan, diduga pada bulan-bulan tersebut tersedia sumber makan berlimpah. Tabel 2. Frekuensi Relatif dan Keanekaragaman Spesies Burung Air Pada Suatu Tipe Habitat Nama Indonesia/Nama Latin Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster)
Elang Bondol (Haliastur indus)
Tipe Habitat
Pi Ln Pi
Frekuensi
Frekuesi
Spesies
Relatif
HM
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
HS
0.03661
-0.12109
0.3333
5.82527
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
TTPt
0.00458
-0.02465
0.0556
0.97088
HM
0
0
0
0
HS
0.00458
-0.14115
0.3056
5.33983
0
0
0
0
LTPRSB
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
TTPt
0.00686
-0.03420
0.0556
0.97088
HM
0
0
0
0
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
PMPK
Raja Udang Erasia (Alcedo atthis)
Pi
B-188
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
TTPt
0.00458
-0.02465
0.0278
0.48544
HM
0.00458
-0.02465
0.0556
0.97088
HS
0.00915
-0.04296
0.0833
1.45632
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
TTPt
0.01144
-0.05115
0.1389
2.42719
HM
0.00458
-0.02465
0.0556
0.97088
HS
0.00686
-0.03420
0.0833
1.45632
PMPK
0.00458
-0.02465
0.0278
0.48544
0
0
0
0
TTPt
0.01144
-0.05115
0.1111
1.94176
Cekakak Sungai
HM
0.11670
-0.25069
0.7222
12.62142
(Todiramphus/Todirhamphus chloris)
HS
0.06865
-0.18389
0.5278
9.22334
PMPK
0.01831
-0.07324
0.1944
3.39807
LTPRSB
0.02517
-0.09268
0.1944
3.39807
TTPt
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
HM
0.02059
-0.07996
0.1667
2.91263
HS
0.03204
-0.11023
0.2222
3.88351
0
0
0
0
0.02059
-0.07996
0.1389
2.42719
Raja Udang Meninting (Alcedo meninting)
Pekaka emas (Pelargopsis capensis)
LTPRSB
Cekakak Suci (Todiramphus/Todirhamphus sanctus)
PMPK LTPRSB Cangak laut (Ardea sumatrana)
Blekok sawah (Ardeola speciosa)
TTPt
0
0
0
0
HM
0
0
0
0
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
TTPt
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
HM
0.09611
-0.22511
0.1111
1.94176
HS
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
PMPK LTPRSB TTPt
0
0
0
0
0.18307
-0.31083
0.2222
3.88351
0
0
0
0
Kokokan laut
HM
0
0
0
0
(Butorides striata/Butorides striatus)
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB
0
0
0
0
TTPt
0.01602
-0.06622
0.1944
3.39807
Kuntul Karang
HM
0
0
0
0
(Egretta sacra)
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
LTPRSB Burak-burak
0
0
0
0
TTPt
0.00229
-0.08644
0.0833
1.45632
HM
0.04348
-0.13633
0.2500
4.36895
B-189
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
(Amaurornis phoenicurus)
HS
Gagang Bayam Timur (Himantopus leucocephalus)
4.85439
0.00686
-0.03420
0.0278
0.48544
0.06178
-0.17202
0.3889
6.79614
TTPt
0.03204
-0.11023
0.1944
3.39807
HM
0
0
0
0
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
0
0
0
0
TTPt
0.01144
-0.05115
0.0278
0.48544
HM
0
0
0
0
HS
0
0
0
0
PMPK
0
0
0
0
0
0
0
0
TTPt
0.00458
-0.02465
0.0278
0.48544
HM
0.00458
-0.02465
0.0556
0.97088
HS
0.00229
-0.01391
0.0278
0.48544
0
0
0
0
LTPRSB
0.00915
-0.04296
0.0833
1.45632
TTPt
0.01144
-0.05115
0.1111
1.94176
1
-2.99382
5.7222
100
PMPK
Jumlah Indeks Keanekaragaman Catatan:
0.2778
PMPK
LTPRSB
Trinil pantai (Actitis hypoleucos/Tringa hypoleucos)
-0.10456
LTPRSB
LTPRSB Gajahan Pengala (Numenius phaeopus)
0.02975
H`= -∑PiLn Pi = 2.99382
HM (Hutan Mangrove), HS (Hutan Sekunder), PMPK (Permukiman/mess dan perkantoran), LTPRSB (Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar) dan TTPt (Telaga dan Tepi Pantai).
B-190
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
Tabel 3. Kehadiran Burung Air dan Lokasi Temuan Nama Ilmiah Haliaeetus leucogaster Haliastur indus
Alcedo atthis Alcedo meninting
Pelargopsis capensis
Todiramphus/ Todirhamphus chloris
Todiramphus/
Tipe
Pengamatan
Habitat
I
II
HM
0
1
Lokasi Temuan Bertengger pada tanaman bakau, Terbang di laut
HS
6
10
Terbang menuju hutan sekunder menuju menara (sarang), Bertengger pada tanaman Sengon
HS LTPRSB
7 1
13 0
Terbang menuju hutan sekunder, Bertengger pada tanaman Sengon Terbang diatas Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar
TTPt
2
1
Terbang di atas telaga dan laut, Bertengger pada tanaman Sengon di tepi telaga
TTPt
2
0
HM HS
0 0
2 4
Bertengger diatas tumbuhan bakau, Terbang diantara tumbuhan bakau Terbang menuju hutan sekunder
TTPt
4
1
Bertengger pada tumbuhan kering di tepi telaga (Mangapul, Mutiara, dan hafis) dan tumbuhan bakau. Terbang menuju hutan mangrove dan diantara tumbuhan bakau.
HM HS
2 0
0 3
Terbang diantara tumbuhan bakau, Bertengger diatas tumbuhan bakau Terbang menuju hutan sekunder, Bertengger pada tumbuhan di hutan sekunder
PMPK
0
2
TTPt
3
2
Terbang menuju hutan sekunder, Terbang menuju hutan mangrove Bertengger pada tumbuhan kering di tepi dan tengah telaga (Mangapul), Terbang menuju hutan sekunder dan hutan
HM HS
14 6
37 24
Terbang menuju hutan mangrove dan diantara tumbuhan bakau serta bertengger diatas tumbuhan bakau Terbang menuju hutan sekunder dan bertengger pada tumbuhan di hutan sekunder
PMPK LTPRSB
4 3
4 8
Bertengger pada tumbuhan kering, Terbang menuju hutan sekunder dan menuju hutan mangrove Bertengger pada tumbuhan kering, Terbang menuju hutan sekunder dan menuju hutan mangrove
TTPt
1
0
Bertengger pada tumbuhan kering di tepi telaga (Mangapul, Mutiara, dan hafis), tumbuhan di hutan sekunder, dan tumbuhan bakau. Terbang menuju hutan sekunder dan hutan mangrove
HM
0
9
Terbang menuju hutan mangrove dan diantara tumbuhan bakau, serta bertengger diatas tumbuhan bakau
Bertengger pada tumbuhan kering di tepi telaga (Mangapul dan Mutiara), Terbang menuju hutan mangrove, Bertengger diatas tumbuhan bakau
mangrove
B-191
Riefani Maulana Khalid dan Soendjoto M. Arief/ Keragaman Burung Air
HS
0
14
Terbang menuju hutan sekunder, Bertengger pada tumbuhan di hutan sekunder.
LTPRSB
0
9
Bertengger pada tumbuhan kering dan tumbuhan pibus, Terbang diatas lapangan berumput, menuju hutan sekunder, dan menuju hutan mangrove
TTPt
1
0
Bertengger pada tumbuhan kering di tepi dan tengah telaga (Mangapul dan Mutiara), Terbang menuju hutan mangrove dan di laut, Berdiri dan berjalan di tepi pantai batu berkarang dan pada batu berkarang,
HM
0
34
Bertengger pada tumbuhan kering, Terbang menuju hutan mangrove
HS LTPRSB
0 35
1 45
Terbang menuju hutan sekunder, Bertengger pada tumbuhan di hutan sekunder Berjalan di tengah lapangan bola, Terbang menuju hutan mangrove
Butorides striata, Butorides striatus
TTPt
4
3
Bertengger diatas tumbuhan kering di tepi dan tengah telaga (Mangapul), Terbang menuju hutan mangrove, Terbang diantara tumbuhan bakau, Bertengger diatas tumbuhan bakau
Egretta sacra
TTPt
6
4
Berdiri dan berjalan di tepi pantai batu berkarang dan pada batu karang, serta terbang di laut
Amaurornis phoenicurus
HM HS
7 7
12 6
Berdiri dan berjalan hutan mangrove Berdiri dan berjalan hutan sekunder
PMPK LTPRSB
0 12
3 15
Berdiri dan berjalan di tepi hutan mangrove dan sekunder, serta menuju telaga (Mangapul dan Mutiara) Berdiri dan berjalan di lapangan berumput
TTPt
5
9
Berdiri dan berjalan di tepi telaga (Mangapul, Mutiara, Abidin, dan Abdul Fatah)
Himantopus leucocephalus
TTPt
5
0
Berdiri di pantai berpasir diantara batu karang pada perairan laut yang surut
Numenius phaeopus
TTPt
2
0
Berdiri dan berjalan di tepi pantai batu berkarang dan pada batu karang
Actitis hypoleucos;
HM
0
2
Terbang menuju hutan mangrove
Tringa hypoleucos
HS PMPK
0 0
1 0
Terbang menuju hutan sekunder Berdiri dan berjalan di tengah lapangan berumput dan tepi jalan menuju telaga (Mangapul dan Mutiara)
LTPRSB TTPt
1 5
3 0
Berdiri dan berjalan di tengah lapangan berumput, dan tepi jalan Berdiri dan berjalan di tepi telaga (Mangapul dan Abdul Fatah) dan tepi pantai dekat hutan mangrove
Todirhamphus sanctus
Ardea sumatrana Ardeola speciosa
Catatan 1. Pertemuan I = Bulan D2012 - Januari 2013 dan pertemuan II = Bulan April - Mei 2013 2.
Lokasi temuan: HM (Hutan Mangrove), HS (Hutan Sekunder), PMPK (Permukiman/mess dan perkantoran), LTPRSB (Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar) dan TTPt (Telaga dan Tepi Pantai)
B-192
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurdik Biologi FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19Oktober 2013 ISBN: 978-602-95166-2-3
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Pada penelitian ini teridentifikasi 15 spesies dari 6 famili (Tabel 1), yaitu: Famili Accipitridae (2 spesies), Alcedinidae (5 spesies), Ardeidae (4 spesies), Rallidae (1 spesies), Recurvirostridae (1 spesies), dan Scolopacidae (1 spesies). Jumlah spesies keseluruhan ini diduga masih bisa bertambah, karena beberapa spesies yang pernah ditemukan masyarakat belum bisa ditemukan oleh peneliti. Keanekaragaman burung air di arealPT. AI-NPLCT termasuk tinggi H’= 2.99382. Kehadiran spesies fauna dikarenakanketersediaanhabitat yang mendukung. Kondisi ini harus dipelihara dan ditingkatkan. Cekakak Sungai merupakan burung air yang paling tinggi kehadirannya pada daerah Permukiman/mess dan perkantoran, Hutan Mangrove, dan Hutan Sekunder. Pada tipe habitat Lahan Terbuka, Padang Rumput, dan Semak Belukar, serta Telaga dan Tepi Pantai teridentifikasi kehadiran yang tinggi pada burung Blekok Sawah, Kokokan Laut dan Burak-burak/Koreo padi. Rekomendasi Tanpa mengabaikan spesies-spesies fauna lainnya, direkomendasikan untuk tetap memerhatikan spesies-spesies burung air dan menjaga kelestarian habitat hidupnya. DAFTAR PUSTAKA Howes, J., D. Bakewell, dan Y. Rusila-Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Bogor: Wetlands International-Indonesia Programme. IUCN.
2012. The IUCN Red List of Threatened 2012.2.
. 10 Januari 2013.
Species.
Version
MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam). Bogor: Burung Indonesia. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. PT Bumi Resources Tbk. 2013. Arutmin Indonesia. . 12 Januari 2013. Rose, P.M. and D.A. Scott. 1994. Waterfowl Population Sibuea, T.Th, Y. Rusila-Noor, M.J. Silvius, dan A. Susmianto. 1995. Burung Bangau, Pelatuk Besi dan Paruh Sendok di Indonesia. Panduan untuk Jaringan Kerja. Jakarta: PHPA & Wetlands International-Indonesia Programme
B-193