e-Jipbiol Vol. 1: 57-64, Juni 2013 ISSN : 2338-1795
Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi Density and Presence Frequency of Gastropoda Freshwater in Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi Magfirah Kariono.1, Achmad Ramadhan2, Bustamin2 ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Tadulako 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan P.MIPA, FKIP Universitas Tadulako E-mail:
[email protected] Abstract This research aim: To know density and presence frequency of gastropoda freshwater in Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. This research applies method survey with retrieval technique of data applies line transect (transect line) in three locations that is Desa Kalawara, Pandere and Pakuli in each kinds of habitat that is irrigation channel, rice field and pool. Population in this research is all types gastropoda the freshwater is location observation iran, Gastropoda Kecamatan Gumbasa, while sample in this research that is all types gastropoda freshwater found in some habitats in three research locations. Result of research indicates that there is 8 type gastropoda is assorted habitat that is Pomacea canaliculata, Lymnaea rubiginosa, Belamya javanica, Melanoides tuberculata, Thiara scabra, Gyraulus convexiusculus, Melanoides plicaria and Indoplanorbis exustus. As a whole, density and presence frequency in domination by Melanoides tuberculata, with number of individuals 1536 ind/m2 and frequency equal to 4,00%. Keyword: density, presence frequency, Gastopoda freshwater Abstrak Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui kepadatan dan frekuensi kehadiran gastropoda air tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik pengambilan data menggunakan line transect (garis transek) di tiga lokasi yaitu Desa Kalawara, Pandere dan Pakuli pada setiap macam habitat meliputi saluran irigasi, sawah dan kolam. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis gastropoda air tawar yang ada dilokasi pengamatan Kecamatan Gumbasa, sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu semua jenis gastropoda air tawar yang ditemukan di beberapa habitat di tiga lokasi penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 8 jenis gastropoda diberbagai macam habitat yaitu Pomacea canaliculata, Lymnaea rubiginosa, Belamya javanica, Melanoides tuberculata, Thiara scabra, Gyraulus convexiusculus, Melanoides plicaria dan Indoplanorbis exustus. Kepadatan dan frekuensi kehadiran di dominasi oleh Melanoides tuberculata, dengan jumlah individu sebanyak 1.536 ind/m2 dan frekuensi sebesar 4,00%. Kata Kunci: kepadatan, frekuensi kehadiran, Gastopoda air tawar
PENDAHULUAN Sulawesi merupakan pulau terbesar keempat di Indonesia setelah Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan 174.600 km2 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi, 2011). Pulau ini dibatasi oleh Selat Makasar di bagian barat dan terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku dan terletak diantara 2022' Lintang Utara dan 3048'
Lintang Selatan, serta 119022' dan 124022' Bujur timur (Fajar, 2012). Propinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu propinsi yang memiliki beragam flora dan fauna, diantaranya ada yang spesifik bahkan ada yang bersifat endemik yang tidak dijumpai di daerah-daerah lain Indonesia. Kecamatan Gumbasa adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sigi, dilihat dari letak geografisnya, gastropoda air tawar dapat ditemui dikecamatan tersebut,
Kariono et al.,
karena habitat dari jenis-jenis gastropoda air tawar terdapat dilokasi ini. Apabila ditinjau dari segi ekologinya, keberadaan dari populasi siput air tawar ini tidak terlepas dari jumlah spesies dalam satu habitatnya. Parameter dari aspek biologi yang dapat dikaji dalam ekologi hewan invertebrata ini ialah kepadatan maupun frekuensi kehadirannya pada setiap habitat. Gastropoda air tawar umumnya ditemukan tersebar dan berkembang pada berbagai macam habitat seperti sawah, saluran irigasi, sungai, selokan dan danau atau telaga. Dari beberapa jenis-jenis siput ada diantaranya merupakan inang perantara parasit cacing trematoda, misalnya pada jenis gastropoda spesies Lymnaea rubiginosa dan Melanoides tuberculatta. Widjajanti (2004) mengemukakan bahwa sekitar 17 juta orang diseluruh dunia dilaporkan menderita penyakit fasciolisis. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kepadatan dan frekuensi kehadiran gastropoda air tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepadatan dan frekuensi kehadiran gastropoda air tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey yakni mendata dan menghitung kepadatan serta frekuensi kehadiran dari gastropoda air tawar yang ditemukan pada lokasi. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2012 sampai dengan Februari 2013. Sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ditiga desa yaitu Desa Pakuli, Pandere dan Kalawara Kecamatan Gumbasa, kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi jenis-jenis gastropoda yang ditemukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Teknik identifikasi yang dilakukan meliputi ciri-ciri morfologi yaitu panjang shell, lebar shell, whorls, panjang aperture, spiral sculpture (transverse sculpture), axial sculpture, bentuk shell dan jumlah spire. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis gastropoda air tawar yang ada dilokasi pengamatan Kecamatan Gumbasa, 58
sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu semua jenis gastropoda yang tercuplik di beberapa habitat di tiga lokasi penelitian. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pH meter, DO meter, hygrometer, cakram sechi, sepatu bot, sarung tangan, tapis, plastik transparan, tali dan patok kayu, kertas label, kamera canon, jangka sorong, buku identifikasi (Jutting, 1956) serta alat tulis menulis, sedangkan bahan yang digunakan adalah semua jenis gastropoda air tawar yang diperoleh serta air sebagai habitat sementara dari sampel. Tahap Pengambilan Sampel Gastropoda Cara yang akan dilakukan dalam pengambilan sampel gastropoda yaitu sebagai berikut: 1. Menentukan wilayah lokasi penelitian yang akan diteliti dan menempatkan kuadrat/ plot berpetak (Michael, 1994). Penempatan kuadrat dilakukan secara sistematis menurut garis transek dan berdasarkan keberadaan gastropoda yang dianggap mewakili tempat tersebut. 2. Pengambilan sampel dilakukan di 3 desa yaitu Kalawara, Pandere dan Pakuli. Sampel diambil di 3 habitat air tawar yaitu saluran irigasi, sawah dan kolam. 3. Pada setiap lokasi pengamatan membuat 3 garis transek disetiap habitat sepanjang 10 meter, dimana setiap garis transek ditempatkan 3 plot dengan ukuran 1m x 1m dan dalam satu habitat terdapat 3 garis transek, jarak antara satu garis transek dengan garis transek lainnya dalam satu habitat adalah 3 meter. 4. Kemudian dibuat plot dengan ukuran kuadrat 1m x 1m sebanyak 3 plot dalam satu garis transek, dengan jarak antara plot yang satu dengan plot lainnya yaitu 3 meter, jadi jumlah plot pada pengambilan sampel sebanyak 9 plot untuk satu habitat gastropoda air tawar. 5. Kemudian dilakukan pengukuran faktor fisik kimia lingkungan pada setiap habitat. 6. Dilakukan pengambilan sampel pada setiap plot, dengan kriteria pengambilan sampel pada daerah sawah yaitu padinya telah berumur 5 minggu. Selanjutnya untuk pengambilan sampel pada daerah kolam diakukan dengan cara mengayak tanah/lumpur, sedangkan pada daerah
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
saluran irigasi penempatan garis transek tidak bisa lurus seperti pada sawah, karena biasanya keberadaan gastropoda hanya pada bagian tepi saja. Setelah itu dilakukan pengambilan gambar dengan menggunakan kamera. 7. Semua jenis gastropoda yang ditemukan dimasukkan kedalam plastik transparan berukuran besar yang telah berisi air, serta dilengkapi pipet plastik dan diberi label. Tahap Identifikasi Gastropoda Identifikasi gastropoda dilakukan di Laboratorium Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tadulako. Adapun pada saat identifikasi, dilakukan pengamatan anatomi dari sampel yang ditemukan. Cara mengidentifikasi yaitu dengan mengukur panjang shell, lebar shell, whorls, panjang aperture, spiral sculpture (transverse sculpture), axial sculpture, bentuk shell dan jumlah spire dan alat yang digunakan yaitu menggunakan jangka sorong dan kaca pembesar (lup). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh perubahan faktor fisik kimia perairan terhadap kehadiran dari gastropoda air tawar itu sendiri. Analisis Data Kepadatan populasi dan frekuensi kehadiran dihitung berdasarkan rumus dibawah ini (Odum, 1971). Kepadatan Populasi D= ( ) D= Density atau Kepadatn populasi Frekuensi Kehadiran F=
F= Frekuensi Kehadira (Odum, 1971). HASIL PENELITIAN Jumlah Gastropoda Air Tawar yang ditemukan dari lokasi penelitian di berbagai habitat Adapun jenis serta jumlah gastropoda yang ditemukan di tiga desa lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah gastropoda air tawar yang diperoleh di Desa Kalawara Habitat Saluran Irigasi
Sawah
Kolam
Jumlah
Genus 1. Pomacea 2. Lymnaea 3. Belamya 4. Melanoides 5. Thiara 1. Pomacea 2. Lymnaea 3. Belamya 4. Melanoides 1. Pomacea 2. Lymnaea 3. Belamya 4. Melanoides 5. Thiara
5
Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat di Desa Kalawara pada tiga habitat berbeda pada saluran irigasi dan kolam terdapat 5 genus dan 5 spesies, sedangkan pada habitat sawah hanya terdapat 4 genus dan 4 spesies. Dari ketiga habitat tersebut, jumlah terbanyak terdapat pada habitat sawah. Hal ini dapat
59
Jumlah Spesies 1. P. canaliculata 2. L. rubiginosa 3. B. javanica 4. M. tuberculatta 5. T. scabra 1. P. canaliculata 2. L. rubiginosa 3. B. javanica 4. M. tuberculata 1. P. canaliculata 2. L. rubiginosa 3. B. javanica 4. M. tuberculatta 5. T. scabra 5
Individu 424
605
283
1.312
disebabkan karena habitat sawah merupakan tempat efektif berkembangnya jenis gastropoda air tawar yang berupa makanan. Menurut Budiman (1991) bahwa kekayaan jenis Mollusca disuatu habitat sangat bergantung pada kemampuan jenis untuk beradaptasi terhadap kondisi lokal dan jumlah tipe habitat
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kariono et al.,
didalam ekosistem yang dapat mengakomodasi
jenis untuk hidup baik.
Tabel 2. Jumlah gastropoda air tawar yang diperoleh di Desa Pandere Habitat Saluran Irigasi
Sawah
Kolam
Jumlah
Genus 1. Pomacea 2. Lymnaea 3. Belamya 4. Melanoides 5. Thiara 6. Melanoides 1. Pomacea 2. Lymnaea 3. Belamya 4. Melanoides 1. Pomacea 2. Belamya 3. Melanoides 4. Thiara 5. Melanoides 5
Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat dilihat untuk habitat saluran irigasi ditemukan jumlah terbanyak yaitu 455 individu. Hal ini dikarenakan saluran irigasi habitat yang cocok untuk gastropoda khususnya jenis Melanoides tuberculatta, karena saluran irigasi yang dijadikan lokasi pengambilan sampel memiliki air yang dangkal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Jutting
Jumlah Spesies 1. P. canaliculata 2. L. rubiginosa 3. B. javanica 4. M. tuberculatta 5. M. scabra 6. M. plicaria 1. P. canaliculata 2. L. rubiginosa 3. B. javanica 4. M. tuberculata 1. P. canaliculata 2 B. javanica 3. M. tuberculatta 4. T. scabra 5. M. plicaria 5
60
243
373
1.071
(1956), yang mengemukakan bahwa kebanyakan gastropoda air tawar ditemukan pada perairan dangkal dan beraliran tenang seperti rawa, sawah serta kolam, akan tetapi lain halnya dengan spesies Melanoides tuberculatta menyukai habitat air beraliran agak deras serta bagian dasar yang agak berlumpur, sehingga pad siput ini hampir semua habitat dapat dihuninya.
Tabel 3. Jumlah gastropoda air tawar yang diperoleh di Desa Pakuli Jumlah Habitat Genus Spesies Saluran Irigasi 1. Pomacea 1. P. canaliculata 2. Lymnaea 2. L. rubiginosa 3. Belamya 3. B. javanica 4. Melanoides 4. M. tuberculatta 5. Thiara 5. T. scabra Sawah 1. Pomacea 1. P. canaliculata 2. Belamya 2. B. javanica 3. Melanoides 3. M. tuberculatta 4. Thiara 4. T. scabra Kolam 1. Pomacea 1. P. canaliculata 2. Melanoides 2 M. tuberculatta 3. Thiara 3. T. scabra 4. Gyraulus 4. G. convexiusculus 5. Indoplanorbis 5. I. exustus Jumlah 5 5 Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa pada saluran irigasi jumlah spesies yang ditemukan
Individu 455
Individu 650
461
244
1.355
lebih banyak dibandingkan dengan habitat sawah dan kolam. hal tersebut sama halnya
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
pada pengambilan sampel di Desa Pandere, yang mana saluran irigasi merupakan habitat dari gastropoda yang berair dangkal, sehingga memungkinkan perkembangan gastropoda
lebih cepat, selain itu faktor fisik kimia lingkungan serta ketersediaan makanan pada habitat tersebut.
Tabel 4. Faktor Fisik Kimia Lingkungan Lokasi Penelitian Paramater Suhu Udara (0C) Suhu Air (0C) pH Air Kelembaban (%) DO Air (mg/L)
Lokasi Kalawara Pandere Pakuli Kalawara Pandere Pakuli Kalawara Pandere Pakuli Kalawara Pandere Pakuli Kalawara Pandere Pakuli
Pada tabel faktor fisik kimia lingkungan diatas, untuk tiga desa pengambilan sampel, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil dari pengukuran parameter tersebut, masih dalam batasan toleransi untuk pertumbuhan serta perkembangan gastropoda air tawar. Pada tabel 1 sampai pada tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa pada saat pengambilan sampel dilokasi penelitian ditemukan 8 spesies dan 8 genus dari jumlah individu keseluruhan sebanyak 3.944. Jumlah spesies terbanyak yang ditemukan yaitu pada Desa Pandere dan Pakuli, sedangkan untuk jumlah spesies ditemukan yaitu pada Desa Pandere dan Pakuli, sedangkan untuk jumlah spesies paling sedikit ditemukan di Desa Kalawara. Adapun jenis-jenis gastropoda air tawar yang ditemukan dari ketiga desa (Pandere, Kalawara dan Pakuli) yaitu Pomacea canaliculata, Lymnaea rubiginosa, Bellamya javanica, Melanoides tuberculata, Thiara scabra, Gyraulus convexiusculus, Melanoides plicaria, dan Indoplanorbis exustus. Penyebaran jenis-jenis gastropoda air tawar tersebut pada habitat yang berbeda tergantung dari kemampuan adaptasi setiap jenis terhadap kondisi lingkungan habitatnya. Menurut Jutting (1956), kebanyakan gastropoda air tawar ditemukan pada perairan
61
Saluran Irigasi 31,7-33,0 30,2-31,0 31,2-33,2 30,2-29,0 29,3-29,0 26,7-25,0 7,6-7,0 7,8-7,7 8,5-8,0 67,6-66,1 70-59 71,5-70,5 8-7 9-7 7,2-7.0
Macam Habitat Sawah
Kolam
31,7-30,4 30,0-31,2 32,0-30,1 28,0-27,1 32,0-30,0 27,0-26,5 7,8-7,1 8,1-8,0 8,3-8,1 70,4-69,0 72-69 65,7-64 7,2-7,0 8,1-8,0 9,8-8,2
3,0-28,0 30,2-29,5 30,5-30,2 31,2-30,0 30,4-30,0 28,0-26,7 7,7-6,0 8,1-7,3 8,2-8,0 73-70 69-66 60,3-60 8,2-8,0 10,5-9,7 10,8-10,0
dangkal dan beraliran tenang, seperti rawa, sawah serta kolam, sedangkan untuk spesies Melanoides tuberculata menyukai habitat air beraliran agak deras serta bagian dasar yang berlumpur, sehingga untuk siput ini hampir semua habitat dapat dihuninya PEMBAHASAN Kepadatan Gastropoda Air Tawar di Berbagai Macam Habitat Kepadatan gastropoda air tawar di berbagai macam habitat dengan 3 lokasi berbeda yaitu di Desa Kalawara, Pandere dan Pakuli dapat dilihat bahwa ternyata lokasi berengaruh terhadap kepadatan populasi Pomacea canaliculata, Lymnaea rubiginosa, Bellamnya javanica, Melanoides tuberculata, Thiara scabra, Gyraulus convexiusculus, Melanoides plicaria dan Indoplanorbis exustus, hal ini dapat disebabkan karena pada ketiga lokasi pengambilan sampel, faktor fisik kimia lingkungan sangat berperan, untuk Desa Pakuli pada pengukuran semua parameter lingkungan yang meliputi suhu udara, suhu air, pH air, kelembaban dan DO air masih sesuai dengan batas toleransi kehidupan gastropoda air tawar, sehingga pada Desa Pakuli diperoleh jumlah spesies terbanyak dibandingkan pada Desa Kalawara dan Pandere. e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kariono et al.,
Pengambilan sampel dari ketiga lokasi berbeda dilakukan diberbagai macam habitat yakni saluran irigasi, sawah dan kolam. Pemilihan tempat pengambilan sampel ini, disesuaikan dengan habitat dari objek penelitian yang akan diteliti yaitu keong. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sutrisnawati (2001), yaitu gastropoda air tawar umumnya ditemukan tersebar dan berkembang pada berbagai macam habitat, seperti sawah, saluran irigasi, sungai, selokan dan danau/telaga. Distribusi penyebaran gastropoda air tawar ini umumnya meliputi daerah yang sangat luas, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang mempunyai ketinggian 2000 m di atas permukaan air laut. Dari berbagai macam habitat yang telah dikemukakan, stadium dewasa gastropoda air tawar sering ditemukan pada tanaman air, batang padi, pematang sawah, lumpur, tepi kolam, tepi sungai, batu, dasar sungai, batang kayu yang lapuk dan daundaun, untuk jenis Gyraulus convexiusculus dan Indoplanorbis exustus tidak ditemukan pada Desa Kalawara dan Pandere karena pada kedua desa tersebut untuk habitat kolam tanaman air disekitarnya sangat kurang bahkan tidak ada, sehingga keberadaan jenis keong tersebut tidak ditemukan. Dari hasil yang diperoleh untuk 8 spesies yang ditemukan dilokasi penelitian, yang memiliki kepadatan paling tinggi terdapat pada spesies Melanoides tuberculata dengan jumlah individu sebanyak 1.536, spesies ini mempunyai jumlah yang tinggi dari ketiga macam habitat yang diamati, dengan jumlah terbanyak terdapat dihabitat sawah. Hal ini disebabkan karena substrat dari sawah yang berlumpur dan digenangi air sangat sesuai dengan kemampuan adaptasi dari gastropoda, sedangkan untuk sifat fisik kimia lingkungan kimianya mendukung Individu yang memiliki jumlah paling sedikit yaitu Gyraulus convexiusculus dengan jumlah individu 7 dan Indoplonorbis exustus dengan jumlah individu 5. Kedua jenis ini sama sekali tidak dijumpai di Desa Kalawara dan Desa Pandere. Menurut Jutting (1956), bahwa kedua jenis siput ini pada umumnya sering dijumpai pada habitat-habitat yang banyak ditumbuhi oleh tumbuhan air, sebab jenis ini memanfaatkan tumbuhan air untuk meletakkan telur-telurnya. Hasil pengamatan dilapangan, menunjukkan bahwa habitat kolam di Desa
62
Pakuli memiliki tumbuhan air jauh lebih banyak dan bervariasi dibanding lokasi lain. Kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisik yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi (Soetjipto, 1993). Apabila dibandingkan dengan pengukuran faktor fisik kimia lingkungan pada saat pengambilan sampel, tidak jauh berbeda dengan pendapatpendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan jumlah individu pada setiap lokasi pengambilan sampel yaitu faktor fisik kimia lingkungan, adapun untuk faktor fisik mencakup suhu, kelembaban, kecerahan dan kedalaman. Faktor kimia meliputi pH air dan DO (Kadar Oksigen Terlarut). Pada setiap lokasi pengambilan sampel terdapat perbedaan dalam setiap pengukuran, akan tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan dan sesuai dengan batas toleransi kemampuan adaptasi dari jenisjenis gastropoda yang diperoleh. Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Berbagai Macam Habitat di Daerah Kalawara, Pandere dan Pakuli Frekuensi adalah besaran yang mengukur jumlah repetisi per satuan waktu dari setiap fenomena atau kejadian. Frekuensi kehadiran gastropoda air tawar, dapat dilihat dari kedelapan spesies yang ditemukan, yang mempunyai frekuensi kehadiran tertinggi untuk semua lokasi pengambilan sampel yaitu Melanoides tuberculata dengan frekuensi kehadiran sebesar 11,54% dan 36 kali muncul pada saat pengambilan sampel disetiap plot amatan. Pada semua lokasi pengambilan sampel untuk 3 desa spesies ini juga mempunyai frekuensi kehadiran yang tinggi. Frekuensi kehadiran terendah terdapat pada spesies Indoplonorbis exustus dengan frekuensi kehadiran 0,33%, dan spesies ini pula hanya muncul sebanyak 3 kali pada setiap pengambilan sampel dan Gyraulus convexiusculus dengan frekuensi kehadiran 1,22% dan hanya muncul sebanyak 11 kali. Adapun perbedaan frekuensi kehadiran untuk setiap spesies dikarenakan adanya pengaruh faktor fisik kimia perairan, dimana untuk spesies yang memiliki frekuensi
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
kehadiran tertinggi disebabkan karena lokasi pengambilan sampel menunjukkan bahwa lingkungannya masih sesuai dengan habitat gastropoda. Spesies yang memiliki frekuensi kehadiran terendah, disebabkan pula karena faktor fisik kimia perairan ataupun perubahan lingkungan. Tingginya nilai jenis hewan ini diduga karena spesies tersebut telah mampu beradaptasi dan cocok hidup pada lingkungan itu. Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang diperoleh mempunyai kisaran toleransi yang cukup tinggi terhadap faktor lingkungan, spesies ini mampu berkembangbiak dengan cepat dan mempunyai daerah jelajah yang digunakan untuk mencari sumber daya yang diperlukan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah individu terbanyak terdapat pada pengulangan pertama atau pada pagi hari. Hal ini dimaksudkan karena pada pagi hari suhu lingkungan dan perairan dalam kisaran yang rendah, sehingga memungkinkan perkembangbiakan gastropoda cepat. Hal demikian sesuai dengan literatur yang ada mengenai kemampuan adaptasi dari gastropoda air tawar yaitu pada kisaran suhu 24-320C (Edward, 1988). Karena pada pagi hari suhu lingkungan masi rendah, maka hal inilah yang memungkinkan banyaknya gastropoda yang ditemukan pada pagi hari. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Suryanto dan Utojo (1993) yang menyatakan bahwa kisaran suhu optimum untuk mendukung kehidupan gastropoda berkisar antara 24-32 0C. Dari ketiga lokasi pengambilan sampel, jumlah individu terbanyak terdapat pada daerah Pakuli dengan jumlah individu sebesar 1.357, sedangkan jumlah terkecil terdapat pada daerah Pandere dengan jumlah individu 1.278. Hal ini sesuai dengan kondisi fisik kimia lingkungan yang diukur di tiga lokasi penelitian yang menunjukkan bahwa Desa Pakuli sangat cocok sebagai habitat berkembangnya jenis-jenis keong air tawar. Misalnya pada pengukuran pH perairan, untuk hewan gastropoda umumnya dapat hidup secara optimal pada lingkungan dengan kisaran pH 5,0-9,0 (Munarto, 2010).
tertinggi dari tiga lokasi penelitian yakni Melanoides tuberculatta dan ari 8 spesies yang ditemukan, yang mempunyai frekuensi kehadiran tertinggi yaitu Melanoides tuberculata.
KESIMPULAN DAN SARAN
Suryanto dan Utojo. (1993). Avertebrata Air Jilid I. Penebit Swadaya. Jakarta.
Kesimpulan Dari ke 8 jenis gastropoda air tawar yang ditemukan, yang memiliki jumlah individu terbanyak atau yang memiliki kepadatan
63
Saran Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai kondisi lingkungan yang mempengaruhi kepadatan maupun frekuensi gastropoda air tawar serta penelitian tentang dominansi jenis-jenis gastropoda air tawar pada berbagai habitat gastropoda tersebut. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi. (2011). Kabupaten Sigi Dalam Angka. Penerbit Rio. Palu. Budiman, A. (1991). Penelahan Beberapa Gatra Ekologi Mollusca Bakau di Indonesia. Disertasi. Fakultas Pascasarjana UI. Jakarta. Edward. (1988). Kualitas Perairan Waisarisa dan Suberdaya Perikanan. Biosmart. Fajar. (2012). Provinsi Sulawesi Tengah. [Online]. Tersedia http://www.Fajar 2012.co.id/news. Provinsi Sulawesi Tengah. [13 Nopember 2012]. Jutting, W.S.S. (1956). Systimatic Studies on The Non Marine Mollusca of The Indo Australian Archipelago. V. Critical Revision on The Javanese Fresh Water Gastropods. Treubia. Michael, P. (1994). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Munarto. (2010). Studi Komunitas Gastropoda Di Situ Salam Kampus Universitas Indonesia Depok. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sutrisnawati. (2001). Beberapa Aspek Biologi Gastropoda Air Tawar Serta Potensinya Sebagai Inang Perantara Parasit Cacing Thrematoda Pada Manusia
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013
Kariono et al.,
Didaerah Lembah Napu Sulawesi Tengah. Tesis. UNPAD Press. Bandung. Soetjipto.(1993). Dasar-Dasar Ekologi hewan. Fakultas Biologi UGM.Yogyakarta. Widjajanti, S. (2004). Fasciolisis Pada Manusia Mungkinkah Trjadi di Indonesia?. Jurnal Balai Penelitian Veteiner. [Online]. Tersedia peternakan.litbang.deptan.go.id /fullteks/wartazoa/wazo142-4.pdf. [26 Agustus 2013].
64
e-Jipbiol Vol 1, Juni 2013