KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE 56 GT DI KOTA SIBOLGA SUMATERA UTARA
KARTA JAYA HATORANGAN TAMBUNAN
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Purse Seine 56 GT di Kota Sibolga Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2014
Karta Jaya H Tambunan NIM C44090009
ABSTRAK KARTA JAYA H TAMBUNAN. Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Purse Seine 56 GT di Kota Sibolga Sumatera Utara. Dibimbing oleh MULYONO S BASKORO dan ROZA YUSFIANDAYANI. Berdasarkan ukuran jaring, purse seine di Sibolga dibedakan menjadi dua jenis yaitu pukat rapat dengan panjang maksimal 750 meter, dan pukat tongkol dengan panjang maksima 1.000 meter. Akibat penurunan jumlah produksi ikan pelagis kecil di sekitar perairan Sibolga mengakibatkan nelayan beralih menggunakan pukat tongkol yang sebelumnya didominasi pukat rapat. Produktivitas purse seine di Sibolga sebesar 6.025,3 ton/tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pukat tongkol serta mengetahui kelayakan usaha melalui analisis finansial. Metode yang digunakan adalah survei dan experimental fishing. Usaha perikanan purse seine 56 GT memperoleh keuntungan Rp. 557.816.018 per tahun dengan jumlah trip 25 trip/tahun. Alat tangkap purse seine ini layak untuk dikembangkan berdasarkan nilai R/C ratio sebesar 1,34 dan lama pengembalian invetasi dalam waktu 1-2 tahun. Kata kunci: analisis finansial , perairan Sibolga, purse seine
ABSTRACT KARTA JAYA H TAMBUNAN. The Business Feasibility of 56 GT Purse Seine Fisheries in Sibolga of North Sumatera. Supervised by MULYONO S BASKORO and ROZA YUSFIANDAYANI. Based on the size of fishing gear, purse seine in Sibolga divided into two types: pukat rapat with a maximum length of 750 meters, and pukat tongkol maximum length 1,000 meters. Due to a decrease the production of small pelagic fish in the Sibolga waters have impact fishermen used pukat tongkol with previously dominated pukat rapat. Productivity of purse seine in Sibolga is 6,025.3 ton/year. This study aims to describe the pukat tongkol and determine the feasibility of through financial analysis. The method used was a survey and experimental fishing. Purse seine fisheries with 56 GT have Rp. 557,816,018 per year with 25 trips per year. Purse seine fishing gear proper developed based on R/C ratio of 1.34 and payback period within 1-2 years. Keywords: financial analysis , Sibolga waters, purse seine
KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE 56 GT DI KOTA SIBOLGA SUMATERA UTARA
KARTA JAYA HATORANGAN TAMBUNAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Purse Seine 56 GT di Kota Sibolga Sumatera Utara Nama : Karta Jaya Hatorangan Tambunan NIM : C44090009 Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, MSc Pembimbing I
Dr Roza Yusfiandayani, SPi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumerdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih pada penelitian yang dilakukan di Kota Sibolga, Teluk Tapian Nauli pada bulan Februari – Maret 3013 ini adalah Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Purse Seine 56 GT di Sibolga Sumatera Utara. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1) Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, MSc dan Dr Roza Yusfiandayani, SPi selaku komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada penulis selama meyelesaikan skripsi; 2) Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA selaku penguji dan Dr Yopi Novita, SPi MSi selaku komisi pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi; 3) Orang tua tercinta, Ibu Orlide Simanjuntak beserta keluarga besar yang senantiasa memberikan doa dan dukungan selama penulis menjalankan masa studi di IPB. 4) Teman-teman PSP 46; 5) Pihak terkait yang tidak disebutkan satu persatu atas bantuan dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pemabaca. Bogor, Juli 2014
Karta Jaya H Tambunan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
4
Tempat dan Waktu Penelitian
4
Alat Penelitian
4
Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
4
Metode Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Teknis
7 7
Analisis Finansial
15
Pembahasan
17
KESIMPULAN DAN SARAN
19
Kesimpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL 1 Spesifikasi komponen alat tangkap purse seine di Sibolga 2 Jabatan, tugas, dan sistem bagi hasil nelayan purse seine di Sibolga 3 Musim penangkapan ikan berdasarkan musim ikan dan musim angin di Sibolga 4 Produktivitas perikanan purse seine di Sibolga 5 Pembiayaan operasional nelayan purse seine 56 GT per trip dan per tahun di Sibolga 6 Harga hasil tangkapan purse seine 56 GT 7 Hasil analisis finansial purse seine 56 GT 8 Beberapa skenario sistem bagi hasil antara pemilik usaha dengan ABK perikanan purse seine
9 11 13 15 16 16 16 18
DAFTAR GAMBAR 1 Peta lokasi penelitian 2 Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 2007-2011 3 Bentuk umum alat tangkap purse seine di Sibolga 4 Bentuk umum kapal purse seine di Sibolga 5 Jumlah tenaga kerja per armada penangkapan ikan tahun 2011 6 Konstruksi rumpon di Sibolga 7 Metode pengopersian purse seine di Sibolga 8 Produksi alat tangkap di Sibolga tahun 2011
4 8 9 10 11 12 14 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Dokumentasi penelitian Perhitungan analisis finansial perikanan purse seine 56 GT Perincian pendapatan nelayan purse seine 56 GT Perhitungan cash flow perikanan purse seine 56 GT
21 21 23 24
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Sibolga merupakan salah satu Kotamadya yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di Pantai Barat Sumatera dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang merupakan satu kesatuan wilayah penangkapan ikan (fishing ground) bagi nelayan di Sibolga. Menurut data statistik KKP (2011) potensi perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan 572 (Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda) sebesar 565.100 ton/tahun, sementara produksi perikanan di WPP tersebut mencapai rata-rata 503.738 ton/tahun, sehingga sisa potensi yang bisa dimanfaatkan sekitar 61.362 ton/tahun. Jumlah ikan yang didaratkan di Sibolga mempunyai rata-rata 46.278,07 ton/tahun (DKP Sibolga 2012). Berdasarkan data tersebut tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di Sibolga belum optimal dan kemungkinan masih bisa ditingkatkan. Potensi perikanan di WPP 572 didominasi oleh jenis ikan pelagis kecil sebesar 315.900 ton/tahun (KKP 2011) sehingga dibutuhkan alat tangkap yang bertujuan untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil. Menurut Brandt (2005), bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang cenderung bergerombol. Prinsip pengoperasian purse seine ditujukan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol dengan cara melingkari gerombolan ikan tersebut, kemudian bagian bawah jaring dikerutkan dengan menarik tali kolor (purse line) melalui cincin-cincin yang terdapat pada bagian tali ris bawah dan jaring akan berbentuk seperti mangkuk. Salah satu dampak positif dari penggunaan purse seine adalah kemampuannya menghasilkan hasil tangkapan dalam jumlah besar sehingga memberikan keuntungan yang besar dan tentunya akan membutuhkan investasi yang besar pula (Harahap 2006). Armada perikanan kelas menengah dan besar sangat erat hubungannya dengan nelayan Sibolga, dimana alat tangkap yang banyak dioperasikan nelayan adalah purse seine dan pancing ulur. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sibolga (2012), jumlah alat tangkap purse seine di Sibolga pada tahun 2011 berjumlah 106 unit sedangkan pancing ulur berjumlah 168 unit. Tahun 2004 mengalami penurunan dari 198 unit menjadi 152 unit. Berdasarkan survei awal yang dilakukan, hal ini disebabkan karena ada beberapa kapal ukuran di bawah 30 GT tidak melakukan operasi penangkapan karena semakin jauhnya fishing ground, sehingga pemilik purse seine dengan ukuran kapal di bawah 30 GT beralih menggunakan kapal ukuran di atas 50 GT. Semakin bertambahnya ukuran kapal maka alat tangkap yang dioperasikan juga akan semakin bertambah dan juga biaya investasi yang semakin meningkat. Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji kelayakan usaha purse seine di atas 56 GT dari aspek teknis dan finansial. Aspek finansial menyangkut modal dan keuntungan yang diperoleh serta sejauh mana usaha ini layak untuk dikembangkan. Aspek teknis menyangkut peralatan dan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya ikan berupa alat tangkap, kapal, alat bantu peanangkapan, serta sarana penangkapan lainya.
2 Perumusan Masalah Tingkat pemanfaatan rata-rata sumberdaya ikan di kota Sibolga setiap tahun mencapai 14,6 % dari potensi Pantai Barat Sumatera (DKP Sibolga 2012). Hal ini menandakan masih kurang optimalnya pemanfaatan sumberdaya perikanan di kota Sibolga. Hasil wawancara dengan nelayan purse seine 56 GT terdapat beberapa faktor permasalahan yang terkait dengan hal ini adalah (1) adanya penurunan jumlah upaya penangkapan yang disebabkan oleh karena penjualan kapal yang memiliki ukuran kecil secara besar-besaran untuk digantikan dengan kapal besar, (2) lokasi fishing ground yang semakin jauh sehingga membutuhkan biaya operasional yang tinggi, (3) adanya kegiatan illegal fishing yang dilakukan oleh kapal-kapal asing maupun nelayan lokal. Jumlah alat tangkap purse seine di Sibolga sejak tahun 2004 mengalami penurunan (DKP Sibolga 2012). Hal ini dipengaruhi oleh faktor fishing ground yang semakin jauh sehingga tingkat keefektifan alat tangkap purse seine yang didominasi ukuran kapal di bawah 30 GT semakin menurun. Tahun 2006 pengusaha perikanan purse seine dengan ukuran kapal di bawah 30 GT beralih kepada purse seine dengan ukuran kapal di atas 50 GT. Penambahan ukuran kapal akan berdampak pada jumlah produksi dan investasi yang ditanamkan untuk satu unit penangkapan ikan. Secara langsung hal ini akan berpengaruh pada tingkat pendapatan pemilik kapal (investor) dan ABK. Hal inilah yang mendorong penelitian ini perlu dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha perikanan purse seine dengan ukuran kapal di atas 56 GT yang ada di kota Sibolga. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan alat tangkap purse seine di atas 56 GT yang ada di wilayah perairan Sibolga. (2) Menghitung nilai produktivitas alat tangkap purse seine yang ada di wilayah perairan Sibolga. (3) Menganalisis aspek finansial dari penggunaan purse seine di atas 56 GT di perairan laut Sibolga.
Manfaat Penelitian Manfaat yang nantinya diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) Memberikan masukan kepada pemerintah setempat terkait pengelolaan perikanan purse seine di wilayah perairan Sibolga. (2) Memberikan informasi supaya dapat dilakukan pengembangan perikanan purse seine di wilayah perairan Sibolga di masa yang akan datang.
3 Perikanan purse seine di Sibolga
Sumberdaya ikan pelagis kurang dimanfaatkan
Jumlah purse seine menurun tahun 2004
Kelayakan Purse seine 56 GT belum pernah diteliti
-------------------------------------------------------------------------------------------- Permasalahan
Aspek teknis
Aspek finansial
-------------------------------------------------------------------------------------------- Input 1. Unit penangkapan purse seine 56 GT 2. Produktivitas 3. Sistem operasional 4. Rumpon
Analisis kelayakan usaha
-------------------------------------------------------------------------------------------- Proses Kelayakan teknis
Kelayakan usaha
-------------------------------------------------------------------------------------------- Output
Pengembangan usaha perikanan purse seine 56 GT
-------------------------------------------------------------------------------------------- Tujuan Keterangan: ------ = batasan bagian alur pemikiran = alur pemikiran
Gambar 1 Kerangka penelitian
4
METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pendahuluan dilaksanakan terlebih dahulu pada bulan Agustus 2012 untuk melakukan survei awal. Pengambilan data dan experimental fishing dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2013 yang berlokasi di wilayah perairan Sibolga dan tangkahan yang ada di sekitar Teluk Tapian Nauli Kota Sibolga, Sumatera Utara.
Keterangan:
= Lokasi penelitian
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk dokumentasi, stopwatch, alat tulis, data sheet, serta lembar kuisioner untuk wawancara. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit kapal purse seine 56 GT dan satu unit rumpon.
Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan experimental fishing. Metode survei merupakan penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau daerah (Nazir 1983). Metode experimental fishing dilakukan dengan uji coba
5 penangkapan secara langsung dengan menggunakan purse seine KM. Maskapai Nusantara. Survei dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lapangan tempat nelayan mendaratkan hasil tangkapannya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara, pengisian kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan. Pengambilan responden dilakukan dengan cara sampling atau pengambilan contoh. Jumlah kapal yang dijadikan sampel sebanyak 5 unit kapal purse seine dengan ukuran 56 GT dengan responden berjumlah 5 orang. Kelima responden tersebut merupakan nahkodan atau kepala kamar mesin kapal purse seine. Pemilihan responden dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sibolga serta melakukan studi pustaka. Jenis data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah: 1. Aspek teknis yang berhubungan dengan keragaan purse seine di Sibolga 1) Ukuran dan jumlah unit penangkapan purse seine; 2) Konstruksi dan metode pengoperasian menggunakan purse seine 56 GT; 3) Musim dan daerah penangkapan ikan purse seine 56 GT; 4) Konstruksi rumpon; 5) Komposisi hasil tangkapan dan jumlah trip per musim. 2. Aspek finasial 1) Biaya investasi awal unit penangkapan purse seine 56 GT; 2) Biaya operasional nelayan per trip; 3) Harga jual hasil tangkapan; 4) Pendapatan nelayan. Jenis data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1. Jumlah unit penangkapan yang ada di Sibolga selama tahun 2007-2011; 2. Produksi perikanan di Sibolga selama tahun 2007-2011; 3. Peta lokasi daerah penangkapan pure seine 56 GT; 4. Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis, keadaan perikanan, kependudukan. Metode Analisis Data Analisis Teknis Aspek teknis yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui keefektifan operasi penangkapan dengan purse seine antara lain konstruksi purse seine, metode penangkapan, komposisi hasil tangkapan, musim dan daerah penangkapan ikan (Aminah 2010). Penilaian aspek teknis lebih dititik beratkan pada penilaian produktifitas alat tangkap yang dilihat dari data sekunder. Produktivitas merupakan suatu alat ukur untuk mengetahui apakah sebuah alat tangkap itu sudah efesien secara teknis atau tidak. Produktivitas juga merupakan pembanding antara hasil penangkapan dengan semua input sumberdaya yang dipergunakan (Hanafiah 1986). Penghitungan nilai produktivitas perikanan purse seine menggunakan data sekunder dengan menggunakan persamaan berikut.
6 ( (
J J J
) )
( ) ( ) ( ) ( )
Analisis Finansial Analisis finansial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis dari segi investasi dan pendapatan usaha perikanan purse seine. Analisis finansial yang dilakukan diantaranya adalah analisis usaha dan analisis kelayakan usaha perikanan purse seine di Kota Sibolga. Suatu usaha dapat dijalankan, bila diharapkan: (1) memberikan keuntungan untuk memenuhi setiap kewajiban untuk jangka pendek, (2) berkembangnya kemampuan untuk membiayai operasi terutama dari modal sendiri dan bukan kreditpada suatu saat, dan (3) dapat membayar semua beban pembiayaan. Kelayakan finansial harus mengungkapkan secara terperinci apakah usaha atau kegiatan ekonomi akan menguntungkan dalam suasana persaingan, risiko bisnis, kondisi perekonomian, tidak stabil dan lain-lain (Telaunbanua 2009). Analisis finansial dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai. Analisis finansial yang dilakukan antara lain analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue Cost Ratio), analisis Return of Investment (ROI), dan analisis payback period. Secara matematis formula yang digunakan untuk menghitung analisis pendapatan usaha menurut Djamin dalamAminah (2010) adalah :
= TR - TC Keterangan: π = Keuntungan TR = Penerimaan total TC = Total biaya
Ketentuan : TR > TC, maka usaha mengalami keuntungan TR < TC, maka usaha mengalami kerugian TR = TC, maka usaha tidak untung maupun tidak rugi. Sebuah usaha perlu dilakukan analisis keuangan yang bertujuan membandingkan kinerja antar periode atau untuk mengevaluasi proyek investasi. Metode yang perlu digunakan adalah membandingkan seluruh sumberdaya yang keluar dengan laba usaha yang diperoleh. Menghitung besar keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi yang ditanam menggunakan persamaan Glueck dan Jauch dalam Yusfiandayani (1997).
7 I
I Keterangan: ROI = Return On Investment (tingkat pengembalian) LB = Laba Bersih I = Jumlah investasi yang ditanam
Analisis revenue cost ratio digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan atau tidak. Suatu usaha dikatakan untung dan layak dilanjutkan apabila R/C ratio > 1 (Sugiarto et al. 2002). RC Ratio dapat diperoleh melalui rumus:
Keterangan: TR = Total Penerimaan (Total Revenue) TC = Total Biaya (Total Cost)
Analisis payback period digunakan untuk dapat menghitung waktu yang diperlukan oleh net benefit untuk mengembalikan seluruh biaya investasi yang telah digunakan untuk kegiatan usaha perikanan. Adapun formulauntuk menghitung nilai payback period adalah sebagai berikut (Glueck dan Jauch dalam Yusfiandayani 1997): I Keterangan: = Payback Period PP LB = Laba Bersih I = Jumlah investasi yang ditanam
Kriteria: Jika payback period lebih pendek waktunya dari maksimum ketentuan payback period maka usaha tersebut layak untuk dilanjutkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Teknis Unit Penangkapan Ikan Jumlah unit penangkapan purse seine menempati urutan ketiga terbanyak setelah pancing ulur dan bubu. Tahun 2011 ada 106 unit penangkapan purse seine yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Sibolga maupun di tangkahan yang ada di sekitarnya. Jumlah ini mengalami penambahan satu unit penangkapan dari tahun sebelumnya (DKP Sibolga 2012). (1) Alat Tangkap Purse Seine Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1991), purse seine adalah sejenis alat tangkap yang terdiri dari jaring yang membentang antara tali ris atas yang dilengkapi sejumlah pelampung dan tali ris bawah yang dipasang pemberat.
8 Hubungan antara pelampung dan pemberatnya sangat erat agar jaring bisa membuka dan membentang dengan baik. Bagian tali ris bawah digantungkan purse (cincin), dimana pada cincin terdapat purse line (tali kolor) yang berfungsi untuk mengerucutkan bagian bawah jaring. Jumlah alat tangkap purse seine di Sibolga tahun 2008 sampai 2010 relatif konstan dengan jumlah 105 unit, pada tahun 2007 mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penambahan (Gambar 3). 107
106
Jumlah (unit)
106
105
105
105
2008
2009
2010
105 104 103
102
102 101 100 2007
2011
Tahun Gambar 3 Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 2007-2011 Jaring yang dioperasikan oleh nelayan Sibolga memiliki panjang 500-1.000 meter dan lebar 60-80 meter. Berdasarkan panjang jaring, nelayan di Sibolga membedakan purse seine menjadi dua jenis yaitu pukat rapat dengan panjang maksimal 750 meter dan pukat tongkol dengan panjang maksimal 1000 meter. Konstruksi pukat cincin terdiri dari beberapa komponen seperti tali ris atas (head rope), tali ris bawah (foot rope), sayap (wing), badan (body), kantong (bunt), serampat atas (upper selvedge), dan serampat bawah (lower selvedge), pelampung, pemberat serta dilengkapi dengan tali kolor (purse line). Benang sintesis banyak digunakan sebagai bahan komponen pukat cincin, antara lain polyamide (PA), nylon dan polyethylene (PE). Bagian jaring yang terbuat dari benang PA digunakan sebagai komponen utama pembuat jaring dengan ukuran mata jaring berkisar antara 3-4 cm. Jaring yang terbuat dari bahan PE digunakan pada jaring serampat dengan ukuran mata jaring 2 inchi. Serampat bertujuan untuk memperkuat pukat cincin sewaktu dioperasikan terutama pada waktu hauling. Tali ris bawah berfungsi untuk menggantungkan cincin dan pemberat, tali ini terbuat dari polyethylene dengan diameter 15 mm dan panjang 1000 meter. Tali kolor (purse line) berguna untuk mengerucutkan pukat cincin pada bagian bawah saat hauling, jika seluruh ring telah terkumpul maka cincin pada bagian bawah akan berkumpul menjadi satu dan jaring akan membentuk seperti mangkuk. Pelampung yang digunakan alat tangkap purse seine di Sibolga umumnya berwarna kuning dan putih dengan ukuran diameter 11 cm dan panjang 20 cm. Melalui lubang dari cincin-cincin tersebut dimasukkan tali kerut (purse line). Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah hitam (plumbum) dengan panjang 38 mm dan diameter lubang 16 mm. Gambaran umum komponen alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Gambar 4.
9
Keterangan: A = Kantong B = Badan sayap C = Sayap D = Selvadge (Srampad) E = Tali ris atas
F G H I J
= Tali ris bawah = Pemberat = Pelampung = Tali kolor (purse line) = Cincin
Gambar 4 Bentuk umum alat tangkap purse seine di Sibolga Spesifikasi alat tangkap purse seine di Sibolga dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Spesifikasi komponen alat tangkap purse seine di Sibolga Keterangan gambar Bahan Spesifikasi Kantong Polyamide Mesh size = 3 cm Badan jarring Polyamide Mesh size = 3-4 cm Sayap Polyamide Mesh size = 4 cm Selvadge (Srampad) Polyethylene Mesh size = 2 inchi Tali ris atas Polyethylene Panjang = 1000 m Tali ris bawah Polyethylene Panjang = 1000 m Pemberat Timah Berat @ 3 kg Pelampung Polyvinyl chloride Ø = 11 cm, panjang = 20 cm Tali kolor Polyethylene Panjang = 1.500 meter Cincin Besi Ø = 5 cm (2) Kapal Purse Seine Perikanan purse seine di perairan Sibolga tergolong pada perikanan skala kecil dan menengah. Nelayan Sibolga menggunakan kapal dengan ukuran 10-100 GT untuk menangkap ikan pelagis yang dilengkapi dengan alat navigasi serta alat bantu penangkapan lainnya. Kapal juga dilengkapi dengan dua buah sampan untuk membantu proses setting dan hauling. Bahan utama pembuatan kapal purse seine adalah kayu yang terdapat di sekitar daerah Sibolga maupun Tapanuli Tengah. Jenis-jenis kayu yang digunakan
10 adalah kayu meranti, damar laut dan kayu rasak. Kapal purse seine di Sibolga umumnya mempunyai panjang total kapal (LOA ) 15-28 meter dengan lebar kapal (B) 3,5-7 meter dan tinggi kapal (D) 2 meter. Mesin utama berkekuatan 120-370 PK dengan merek yang berbeda seperti Yamaha, Nissan, dan Mitsubishi. Kapal yang digunakan dalam penelitian ini adalah KM. Maskapai Nusantara berukuran 56 GT yang mempunyai jarak fishing ground antara 300 mil sampai dengan 500 mil dari fishing base. Kapal tersebut memiliki beberapa ruang yaitu ruang kemudi, ruang mesin, rumah ABK, palka beserta gudang. Ruang palka terdapat pada haluan bagian bawah kapal yang terdiri dari 4 pintu untuk tempat hasil tangkapan, 2 pintu untuk tempat air es, dan 2 pintu untuk tempat air bersih. Bentuk umum kapal purse seine yang dapat dilihat pada Gambar 5.
(a) Tampak atas Keterangan: A1 : Palka tempat air es A2 : Palka tempat hasil tangkapan A3 : Palka tempat air bersih
B : Ruang kemudi C : Rumah nelayan D : Gudang
(b) Tampak samping Gambar 5 Bentuk umum kapal purse seine di Sibolga Sumber: Harahap 2006 (3) Nelayan dan Sistem Bagi Hasil Nelayan adalah bagian dari unit penangkapan yang mempunyai peran penting dalam keberhasilan sebuah operasi penangkapan ikan. Keberhasilan ini sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan unit penangkapan ikan yang dimiliki. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sibolga jumlah nelayan yang bekerja untuk perikanan purse seine pada tahun 2011 berjumlah 4.240 jiwa dari total nelayan Sibolga yang berjumlah 7.775 jiwa. Jumlah tenaga kerja per armada penangkapan ikan di Sibolga pada tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 6.
11
Jumlah Tenaga Kerja
5000 4240 4000 3000 2000 1000 0
1352 300
192
0
170
441
840 50
190
Gambar 6 Jumlah tenaga kerja per armada penangkapan ikan tahun 2011 Jumlah nelayan dalam satu unit perikanan purse seine umumnya berjumlah 45 orang yang terdiri dari nelayan tetap danjuga nelayan sambilan. Nelayan tetap adalah kapten kapal, juru mesin, juru masak dan juru sampan, sedangkan lainnya adalah nelayan sambilan. Sistem bagi hasil produksi hasil tangkapan purse seine di Sibolga setelah dikeluarkan semua biaya operasional adalah 60% untuk pemilik dan 40% untuk ABK. Jabatan, tugas masing-masing ABK dan sistem bagi hasil dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jabatan, tugas, dan sistem bagi hasil nelayan purse seine di Sibolga Jumlah Jumlah Persentase No. Jabatan Tugas Bagian ABK (%) 1. Nahkoda Juru mudi 3 1 5,83 Wakil Pengganti tugas 2. 2 1 3,88 Nahkoda nakhoda Mengoperasikan dan 3. KKM 2 1 3,88 merawat mesin kapal Pengganti atau 4. Wakil KKM 1,5 1 2,91 menemani KKM Juru Menurunkan dan 5. 2 3 11,65 Lampung menaikkan pelampung Membantu merapikan 6. Juru Sampan 1,5 2 5,83 pelingkaran jaring Menurunkan dan 7. Juru Batu 2 2 5,83 menarik pemberat Menyediakan makanan 8. Juru Masak 2 2 7,77 dan minuman nelayan Mengatur posisi 9. Juru Haluan 1,5 2 5,83 kapalsaat tambat labuh. Menurunkan dan 10. ABK Biasa 1 30 46,60 menarik jaring Total 45 100
12 (4) Alat Bantu Penangkapan Ikan Alat bantu penangkapan yang digunakan dalam satu unit purse seine di Sibolga adalah rumpon dan cahaya yang berfungsi mengumpulkan ikan di suatu area penangkapan. Serok berfungsi untuk memindahkan hasil tangkapan dari perairan ke atas kapal, power block berfungsi untuk menggulung tali kolor dengan tenaga mesin, sampan yang berfungsi untuk membantu saat proses setting maupun hauling. Alat navigasi seperti GPS, kompas, fish finder, dan radio komunikasi sangat berguna untuk membantu posisi rumpon dan untuk melakukan operasi penangkapan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan bahwa rumpon yang digunakan nelayan Sibolga telah mempunyai teknologi yang baik. Hal ini dapat terlihat dari material yang digunakan seperti pengapung dari plat besi yang diisi dengan sterefoam cor, tali pemberat terbuat dari rantai dan tali serat sintesis, pemberat terbuat dari coran beton seberat 1.800 kg dan material pemikat dari daun nibung yang dipasang pada kedalaman perairan sekitar 2.000 meter. Menurut hasil wawancara dengan nelayan pembuatan 6 unit rumpon dapat mencapai Rp. 45.562.500, sedangkan untuk cahaya, nelayan Sibolga umunya menggunakan lampu halogen dengan ukuran 1.000 watt dengan jumlah 38-42 buah. Konstruksi rumpon di Sibolga dapat dilihat pada Gambar 7. Keterangan: A = Pengapung (besi berisi sterofoam cor) B = Sayatan ban luar truk C = Segel D = Rantai (15 meter) E = Kili-kili F = Pemberat pegas G = Tali PA H = Kili-kili I = Pemberat J = Tali PA K = Pemikat (daun nibung) L = Pemberat
Gambar 7 Konstruksi rumpon di Sibolga Daerah dan Musim Penangkapan Ikan Kapal purse seine yang berukuran 10-30 GT beroperasi selama 6-10 hari dengan jarak fishing base ke fishing ground berkisar antara 25 mil sampai dengan 200 mil dengan waktu tempuh 2-12 jam pelayaran. Mereka biasanya melakukan penangkapan di sekitar pulau Mursala, Pantai Barat Sumatera yang meliputi daerah Padang, Aceh dan ada juga yang sampai ke Bengkulu. Beda halnya dengan kapal yang berukuran di atas 50 GT yang beroperasi selama 10-14 hari bahkan
13 ada yang sampai 16 hari dengan jarak fishing ground sejauh 200-500 mil. Mereka biasanya melakukan penangkapan di laut lepas dengan waktu tempuh 2 hari pelayaran untuk mencapai fishing ground. Musim penangkapan di wilayah perairan Sibolga dikelompokkan menjadi tiga musim. Musim puncak terjadi pada bulan Februari sampai Mei, musim paceklik terjadi pada bulan Juni sampai bulan Oktober. Musim sedang terjadi pada bulan November sampai Januari (Tabel 3). Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan Sibolga berlangsung sepanjang tahun (Nontji 2007). Tabel 3 Musim penangkapan ikan berdasarkan musim ikan dan musim angin di Sibolga Musim ikan
DPI
Bulan Musim DPI angin
Puncak Feb
Mrt
Apr
Paceklik Mei
Peralihan 1
Jun
Jul Ag Musim timur
Sep
Sedang Okt Nov Peralihan 2
Des Jan Musim barat
Metode Pengoperasian Purse Seine Kapal yang digunakan dalam penelitian adalah KM. Maskapai Nusantara yang melakukan operasi penangkapan selama 16 hari. Nelayan terlebih dahulu mempersiapkan perbekalan selama operasi sebelum menuju fishing ground. Waktu yang dibutuhkan nelayan untuk sampai di fishing ground adalah selama dua hari. Selama perjalanan menuju fishing ground, nelayan masih melakukan pencarian fishing ground walaupun sebenarnya mereka sudah mempunyai daerah penangkapan di sekitar rumpon. Nelayan mencari fishing ground berdasarkan pengetahuan mereka seperti terdapatnya burung camar di atas permukaan perairan dan adanya buih di tengah-tengah perairan menjadi alat nelayan untuk menentukan sebuah fishing ground. Nelayan juga menggunakan fish finder untuk mendeteksi gerombolan ikan di dalam perairan. Saat kapal berada di kawasan rumpon, kapal ditambatkan pada pengapung rumpon kemudian pada pukul 18.00 WIB tali tambat kapal dilepas dan kapal mengapung sambil menyalakan lampu hingga pukul 04.00 WIB. Pukul 04.30 WIB satu persatu lampu mulai dimatikan dan yang tinggal adalah lampu sampan yang telah diturunkan terlebih dahulu. Nelayan kemudian menurunkan pelampung tandayang diikuti dengan penurunan jaringyang diletakkan di sisi kanan kapal sembarikapal bergerak melingkar ke arah kanan dengan kecepatan 7 knot. Apabila kapal berada pada posisi pelampung tanda, maka tali kolor (purse line) ditarik menggunakan penggulung (roller) sehingga bagian bawah jaring akan mengerucut. Berikutnya adalah nelayan menarik pelampung dan jaring sehingga yang tertinggal dalam air adalah bagian kantong. Ikan yang terkumpul dalam kantong ini kemudain diangkat ke atas dek menggunakan serok untuk disortir sebelum dimasukkan ke dalam palka. Proses hauling selesai, kemudian alat tangkap dibersihkan, disusun dan diperbaiki kembali untuk memudahkan pengoperasian selanjutnya. Bagan alir metode pengoperasian purse seine dapat dilihat pada Gambar 8.
14 Mulai fishing base Menuju fishing ground Tiba di fishing ground Penyalaan lampu mulai dari malam hari sampai pagi jam 04.30 WIB dengan keadaan kapal mengapung Pemadaman lampu secara bertahap ± 30 menit Penurunan jaring (setting) ± 1 jam Penarikan jaring (hauling) ± 3 jam Pengangkatan hasil tangkapan ± 1 jam Penanganan hasil tangkapan dan merapikan jaring ± 2 jam
Ya
Lama trip kurang dari 18 hari dan perbekalan mencukupi
Tidak
Kembali ke fishing base ± 2 hari
Selesai Gambar 8 Metode pengoperasian purse seine di Sibolga
15 Jenis dan Jumlah Hasil Tangkapan Ikan-ikan yang menjadi hasil tangkapan purse seine umumnya adalah ikan pelagis yang hidup bergerombol terutama ikan cakalang dan baby tuna. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama trip dan di tangkahan yang ada di Sibolga dapat diketahui bahwa jenis ikan yang umumnya tertangkap adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), yellowfintuna (Thunnus albacares), dan bluefintuna (Thunnus thynnus) untuk kapal yang beroperasi di atas 50 GT. Produksi hasil tangkapan purse seine selama 6-8 kali setting dalam satu trip penangkapan adalah 10-14 ton pada musim puncak, musim sedang hanya mendapatkan 5-7 ton, sedangkan pada musim paceklik nelayan hanya mendapatkan 2-3 ton. Produktivitas Produktivitas purse seine di Sibolga pada tahun 2011 menempati urutan ke dua setelah perikanan pukat ikan (trawl) yang pengoperasiannya illegal (Gambar 9). 10566.1 Produksi (ton/trip)
10200 8200 6200
6025.3 4282.1
4200
2663.1
2838.4
2200 395.5
524.9
Pancing
Bubu
200 Pukat Cincin
Bagan Perahu
Jaring Insang
Pukat Ikan (trawl)
Trammel Net
Gambar 9 Produksi alat tangkap di Sibolga tahun 2011 Produktivitas perikanan purse seine per trip adalah sebesar 6.025.300 kg per trip. Sedangkan setiap unit penangkapan purse seine mempunyai produktivitas sebesar 57.383,81 kg per unit dalam satu trip (Tabel 4). Tabel 4 Produktivitas perikanan purse seine di Sibolga Produktivitas Nilai Akhir Per trip 6.025.300 Per kapal 57.383,81 Per hari operasi 4.781,98 Per nelayan 1.434,59
Satuan (kg) (kg/unit/trip) (kg/unit/hari) (kg/org/trip)
Analisis Finansial Hasil tangkapan purse seine dengan menggunakan kapal 56 GT menunjukkan produksi ikan pelagis yang sangat besar. Penambahan upaya tentunya akan mengakibatkan terjadinya penambahan biaya. Purse seine 56 GT melakukan operasional penangkapan ikan rata-rata 25 trip dalam setahun dengan
16 biaya operasional sebesar Rp. 1.314.109.132 dalam satu tahun dan setiap tripnya menghabiskan biaya rata-rata sebesar Rp. 22.770.000 (Tabel 5). Tabel 5 Pembiayaan operasional nelayan purse seine 56 GT per trip dan per tahun di Sibolga No. Uraian Satuan Nilai Akhir 1. Biaya Operasional Nelayan Per Trip Ransum Rp./trip 4.773.000 Solar Rp./trip 15.288.750 Oli Rp./trip 521.250 Minyak Tanah Rp./trip 108.250 Rumpon Rp./trip 2.078.750 Sub Total Rp./trip 22.770.000 2. Biaya Operasional Tahunan Biaya Operasional Rp./tahun 569.250.000 Biaya Retribusi Rp./tahun 110.671.120 Gaji Anak Buah Kapal Rp./tahun 634.188.012 Total Biaya Operasional Rp./tahun 1.314.109.132 *Harga bahan bakar diasumsikan pada saat penelitian di tahun 2013 Solar = Rp. 4.500 per liter; Oli= Rp. 10.000 per liter; Minyak tanah = Rp. 10.000 per liter
Hasil tangkapan pada umumnya di daratkan di tangkahan yang ada di sekitar pantai Sibolga. Keberadaan tangkahan ini sangat berdampak pada penentuan harga ikan. Berdasarkan wawancara pada nelayan, harga ikan berbeda-beda di setiap tangkahan. Rata-rata harga ikan di Sibolga dikelompokkan ke dalam tiga kelompok seperti yang terdapat pada Tabel 6. Tabel 6 Harga hasil tangkapan purse seine 56 GT Harga (Rp.) Hasil Tangkapan Musim Puncak Musim Sedang Cakalang 10.000 11.500 Baby Tuna 15.500 17.500
Musim Paceklik 15.000 23.000
Analisis finansial yang dilakukan antara lain analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue Cost Ratio), Payback Period (PP), dan analisis Return of Investment (ROI). Hasil penelitian menunjukkan usaha perikanan purse seine di atas 50 GT menunjukkan keuntungan yang cukup besar bagi pemilik usaha (Tabel 7). Tabel 7 Hasil analisis finansial purse seine 56 GT No. Aspek Analisis Finansial Satuan 1. Investasi Awal Rp. 2. Total Penerimaan Rp./tahun 3. Total Pengeluaran Rp./tahun 4. Keuntungan Rp./tahun 5. R/C Ratio 6. Return of Investment (ROI) % 7. Payback Period Tahun
Nilai Akhir 775.927.500 2.213.422.400 1.655.606.382 557.816.018 1,34 71,89 1,39
17 Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis usaha perikanan purse seine 56 menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 557.816.018 dan waktu pengembalian investasi selama 1,39 tahun.
Pembahasan Kapal purse seine di Sibolga mempunyai panjang 15-28 meter, lebar 3,5-7 meter dan tinggi 2 meter. Kapal ini tergolong besar jika dibandingkan dengan kapal purse seine yang berada di pesisir utara pulau Jawa, yaitu panjang kapal minimal 15-18 meter, lebar 3-5 meter dan dalam 1,5 meter (Yusron 2005 dalam Tanjaya 2011). Dibandingkan dengan kapal purse seine yang ada di Pekalongan, ukuran kapal purse seine yang ada di Sibolga lebih kecil dibandingkan dengan di Pekalongan. Menurut Hufiadi dalam Tanjaya (2011) panjang kapal purse seine di Pekalongan minimal 30,2 meter, lebar minimal 5 meter dan dalam 2,5 meter. Ukuran jaring purse seine di beberapa daerah juga berbeda-beda. Sebagai contoh, purse seine yang dioperasikan nelayan Banda Aceh untuk menangkap cakalang memiliki panjang yang berkisar mulai dari 600 m hingga 1.350 m, lebar dari 60 hingga 85 m (Chaliluddin 2002 dalam Tanjaya 2011), di Pekalongan panjang jaring 350-600 meter dengan lebar 90-110 meter, di Kabupaten Maluku Tenggara panjang jaring antara 200-400 m dan lebar 60-75 m (Tanjaya 2011). Ukuran kapal purse seine di Sibolga tergolong besar jika dibandingkan dengan beberapa daerah, akan tetapi ukuranya lebih kecil jika dibandingkan dengan kapal purse seine yang ada di Pekalongan. Jaring purse seine di Sibolga juga tergolong ukuran besar jika dibandingkan dengan di daerah lain. Nelayan purse seine di Sibolga menggunakan rumpon dan cahaya untuk mengumpulkan ikan dalam catchable area. Lampu yang digunakan saat operasi mempunyai total daya di atas 30.000 watt. Hal ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 mengenai jalur penangkapan ikan dan penempatan alat penangkapan ikan dan alat b , ≥ 30 G ≤ 16.000 w . H oleh nelayan yang kurang tahu terhadap peraturan pemerintah dan keinginan nelayan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Jenis ikan yang tertangkap oleh purse seine di atas 50 GT adalah ikan perenang cepat seperti Cakalang (Katsuwonus pelamis), Tuna (Thunus sp), dan Tongkol (Euthynnus sp). Saat operasi penangkapan dengan menggunakan KM. Maskapai Nusantara, proses setting hanya dilakukan pagi hari saja. Malam hari nelayan memancing di sekitar rumpon untuk menambah pendapatan. Selain gaji dari pemilik kapal dan hasil memancing, nelayan juga mendapatkan penghasilan dari hasil tangkapan yang sudah dipisahkan untuk dijual oleh nahkoda di tengah laut. Hasil penjualan ini tidak masuk ke dalam kas pemilik kapal. Penjualan ikan di tengah laut ini akan mengakibatkan data produksi perikanan tangkap di Sibolga kurang akurat, karena tidak sesuai dengan hasil tangkapan yang sesungguhnya. Menurut wawancara dengan nelayan, sistem bagi hasil antara pemilik kapal dengan ABK kurang mencukupi, mengingat besarnya risiko, tenaga, waktu serta penderitaan yang dialami oleh nelayan dalam memperoleh hasil tangkapan, sehingga mereka menjual sebagian hasil tangkapan di tengah laut.
18 Purse seine merupakan alat tangkap ke dua paling produktif di Sibolga setelah alat tangkap pukat ikan (trawl). Keberadaan trawl ini membuat nelayan purse seine merasa khawatir akan ketersediaan stok ikan di sekitar perairan Sibolga yang semakin hari semakin menurun. Faktor lain adalah praktek illegal fishing yang dilakukan oleh kapal-kapal asing terutama yang berasal dari negara Thailand yang memiliki teknologi dan perlengkapan yang canggih mengakibatkan terjadinya konflik sosial antara nelayan. Penggunaan bom untuk menangkap ikan juga masih kerap dilakukan oleh nelayan lokal sehingga mengakibatkan kerusakan pada habitat ikan. Hasil analisis finansial usaha menunjukkan bahwa usaha perikanan purse seine 56 GT layak dikembangkan jika melihat nilai R/C ratio > 1 yang menunjukkan usaha ini layak dilanjutkan. Berdasarkan perhitungan cash flow dengan perkiraan 10 tahun produksi, pengusaha mendapatkan rata-rata keuntungan bersih Rp. 610.270.268 per tahun. Sistem bagi hasil yang berlaku di Sibolga yaitu 60 % untuk pemilik kapal dan 40% untuk nelayan ABK. Meningkatkan pendapatan para ABK tersebut hendaknya sistem bagi hasil yang berlaku selama ini perlu ditingkatkan lagi. Harga ikan yang berlaku di setiap tangkahan perlu diawasi oleh Dinas Pemerintahan setempat untuk mengurangi risiko permainan harga di tangkahan yang ada di Kota Sibolga. Jumlah pendapatan yang diperoleh ABK pada beberapa skenario dalam sistem pembagian keuntungan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Beberapa skenario sistem bagi hasil antara pemilik usaha dengan ABK perikanan purse seine Sistem bagi hasil Rata-rata pendapatan Pengusaha ABK Pengusaha (Rp/tahun) ABK (Rp/orang/tahun) 60 40 557.816.018 21.743.589 55 45 478.542.517 24.461.538 50 50 399.269.015 27.179.486 45 55 319.995.514 29.897.435 40 60 240.722.012 32.615.384 Berdasarkan tabel di atas, disarankan sistem pembagian hasil antara pemilik dengan ABK masih bisa ditingkatkan menjadi 40:60. Hal ini sangat terlihat jelas jumlah keuntungan yang didapatkan oleh kedua pihak, dimana nelayan sudah memperoleh pendapatan yang lebih baik dan pemilikpun mendapatkan keuntungan yang cukup banyak yaitu sebesar Rp. 240.722.012 per tahun, dimana investasi perusahaan masih bisa kembali pada tahun ke tiga. Berdasarkan sistem bagi hasil yang berlaku, nelayan ABK biasa hanya mendapatkan upah rata-rata Rp. 483.190,87 per orang per trip, jika ditambah dengan hasil memancing selama satu trip bisa mencapai Rp. 1.000.000 lebih. Keberadaan tangkahan di Sibolga membuat jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Sibolga rendah. Hal ini terlihat pada saat penelitian, bahwa kapal yang mendaratkan hasil tangkapanya di PPN Sibolga sangat sepi, berbanding terbalik dengan tangkahan-tangkahan yang ada di Sibolga. Menurut wawancara dengan pegawai PPN Sibolga bahwa tangkahan ini sudah lebih dahulu beroperasi di Sibolga dibandingkan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) milik pemerintah, sehingga aktivitas pedaratan ikan di tangkahan ini lebih ramai dari TPI PPN Sibolga, padahal tangkahan tersebut termasuk tempat pendaratan ikan yang masih illegal (Simatupang 2010).
19
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil dari penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap purse seine di Sibolga mempunyai panjang 15-28 meter, lebar 3,5-7 meter dan tinggi kapal 2 meter yang terbuat dari bahan utama kayu, dengan mesin utama 120-170 PK. Jaring yang digunakan nelayan Sibolga umumnya mempunyai panjang 500-1000 meter dan lebar 60-80 meter dengan bahan polyamide dan polyethylene. (2) Produktivitas purse seine di Sibolga adalah 57.383,81 kg per kapal dalam satu trip. (3) Penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine 56 GT memerlukan biaya operasional Rp. 22.770.000 per trip dengan lama operasi 12-16 hari. Usaha perikanan purse seine di atas 50 GT memperoleh keuntungan sebesar Rp. 557.816.018 per tahun dengan jumlah trip 25 trip/tahun. Usaha ini layak untuk dikembangkan berdasarkan nilai R/C ratio sebesar 1,34 dan lama pengembalian invetasi dalam jangka waktu 1-2 tahun.
Saran Saran dari penelitian ini adalah: (1) Pemerintah perlu meninjau ulang kapal purse seine yang menggunakan lampu di atas 1.600 watt untuk mencegah penggunaan daya lampu yang berlebihan. (2) Perlu dilakukan penelitian untuk menghitung optimasi armada penangkapan yang disesuaikan dengan stok persediaan ikan di fishing ground. (3) Sistem bagi hasil yang berlaku perlu ditinjau ulang, karena penghasilan nelayan kurang mencukupi untuk kehidupan yang layak.
20
DAFTAR PUSTAKA Aminah S. 2010. Model Pengelolaan dan Investasi Optimal Sumberdaya Rajungan dengan Jaring Rajungan di Teluk Banten [Skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.144 hal. Brandt AV. 2005. Fish Catching Methods of The World. 3rd Edition. Stratfordupon-Avon : Warwickshire: Avon Litho Ltd. 418 pp. [Ditjen] Direktorat Jenderal Perikanan. 1991. Petunjuk Dasar Purse Seine dan Lampara Dasar. Departemen Pertanian, Jakarta, 24 hal. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sibolga.2012. Buku Tahunan Statistik Perikanan Kotamadya Sibolga.Hasil Survey Produksi Perikanan.Sibolga. Fridman AL. 1986. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkap Ikan. Diterjemahkan oleh Badan Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang. 1988. Calculations For Fishing Gear Design. 304 hal. Hanafiah AM. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. 208 hal. Harahap H. 2006. Optimasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga Provinsi Sumatera Utara [Tesis]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.187 hal. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Jalur Penangkapan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta (ID). Nazir M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. 622 hal. Nikijuluw VPH. 2005. Politik Ekonomi Perikanan Bagaimana dan Kemana Bisnis Perikanan?. Jakarta: PT.FERACO. Nontji A. 2007. Laut Nusantata. Jakarta (ID): Djambatan. 372 hal. Simatupang SM. 2010. Dampak Tangkahan Terhadap Pendaratan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Musantara Sibolga, Tenaga Kerja dan Pendapatan Daerah [Skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Istitut Pertanian Bogor.122 hal. Sugiarto, Sudjana R, Kelana S, Herlambang T, Brastoro. 2002. Ekonomi Mikro: Sebuah Kebijakan Komperhensif. Jakarta (ID): Gramedia PustakaUtama. 514 hal. Tanjaya E. 2011. Kajian Perikanan Purse Seine Mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara. [Tesis]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Telaunbanua SJ. 2009. Studi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Nias [Tesis]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.216 hal. Yusfiandayani R. 1997. Studi Tentang Perikanan Mini Purse Seine di Lempasing, Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung dan Prospek Pengembangannya. [Skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 92 hal.
21 Lampiran 1 Dokumentasi penelitian
a) Kompas
b) GPS
c) Fish finder
d) Radio komunikasi
e) Cincin (ring)
f) Lampu halogen
g) Pelampung
h) Pelampung rumpon
i) Kapal purse seine
Lampiran 2 Perhitungan analisis finansial perikanan purse seine 56 GT No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
I. Investasi Unit 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 38 1 2 6
Keterangan Kapal Sampan Mesin penggerak Generator set Mesin pembuat Es Alat Tangkap Kompas Radio komunikasi GPS Fish Finder Lampu Mesin pompa air Mesin Sampan Rumpon Lain-lain Total Investasi
Satuan unit unit unit unit unit unit buah buah buah buah buah unit unit unit
Jumlah (Rp.) 371.250.000 6.000.000 76.125.000 16.225.000 13.125.000 166.250.000 500.000 8.000.000 3.000.000 6.000.000 29.640.000 6.000.000 24.000.000 45.562.500 4.250.000 775.927.500
22 Lampiran 2 Lanjutan II. Biaya Tetap No. 1 2
6
Keterangan SIUP Biaya Penyusutan - Kapal Utama - Mesin penggerak - Generator set - Alat tangkap - Mesin Es - Mesin pompa air - Mesin sampan Biaya Pemeliharaan - Kapal - Mesin
Unit
900,000
Jumlah (Rp/tahun) 900,000
unit unit unit unit unit unit unit
33,412,500 6,470,625 1,379,125 31,587,500 1,181,250 1,140,000 2,160,000
33,412,500 6,470,625 1,379,125 31,587,500 1,181,250 1,140,000 4,320,000
unit unit
88,218,750 113,200,00 0 59,687,500 51,968,750
88,218,750 113,200,000
Satuan
1
tahun
1 1 1 1 1 1 2 1 6
Harga (Rp.)
- Alat Tangkap 1 unit 59,687,500 - Rumpon 6 unit 51,968,750 Total Biaya Tetap 393,466,000 III. Biaya Tidak Tetap 1 Ransum 25 trip/tahun 4,773,000 119.325.000 2 Solar 3,500 Liter/trip 4,500 382.218.750 3 Oli 50 Liter/trip 10,000 13.031.250 4 Minyak tanah 10 Liter/trip 10,000 2.706.250 5 Biaya retribusi 5% Persen 110.671.120 6 Bagi hasil 40% Persen 634.188.012 Total Biaya Tidak Tetap 1.262.140.382 TOTAL BIAYA 1.655.606.382 IV. Penerimaan 1 Musim Puncak a. Cakalang 735.625.000 b. Baby Tuna 543.860.900 2 Musim Sedang a. Cakalang 462.760.000 b. Baby Tuna 142.135.000 3 Musim Paceklik a. Cakalang 249.691.500 b. Baby Tuna 79.350.000 TOTAL PENERIMAAN 2.213.422.400 557.816.018 Keuntungan Bersih 1,34 R/C 1,39 tahun PP 71,89% ROI
23 Lampiran 3 Perincian pendapatan nelayan purse seine 56 GT Jabatan
Bagian
Nahkoda Wakil Nahkoda KKM Wakil KKM Juru Lampung Juru Sampan Juru Batu Juru Masak Juru Haluan ABK Biasa
3 2 2 1,5 2 1,5 1,5 2 1,5 1
Jumlah (orang) 1 1 1 1 3 2 2 2 2 25
Jumlah Bagian 3 2 2 1,5 6 3 3 4 3 25
Pendapatan Nelayan Rp/Org/Trip Rp/org/thn 36.239.314,97 1.449.572,60 24.159.543,31 966.381,73 24.159.543,31 966.381,73 18.119.657,49 724.786,30 24.159.543,31 966.381,73 18.119.657,49 724.786,30 18.119.657,49 724.786,30 24.159.543,31 966.381,73 18.119.657,49 724.786,30 12.079.771,66 483.190,87
24 Lampiran 4 Perhitungan cash flow perikanan purse seine 56 GT Tahun Produksi
Keterangan 0 INFLOW a. Penerimaan
1 0
2213422400
2 2213422400
3 2213422400
4 2213422400
5 2213422400
6 2213422400
7 2213422400
8 2213422400
9 2213422400
10 2213422400
b. Nilai Sisa Modal Kapal
37125000
Alat Tangkap
8312500
Mesin
15165000
Mesin (air+Sampan) Total Inflow
2700000 -
2213422400
2213422400
2213422400
2213422400
2224434900
2213422400
2213422400
2213422400
2213422400
2265712400
OUTFLOW a. Investasi Kapal Sampan
371250000 6000000
Mesin penggerak
76125000
Generator Set
16225000
Mesin Pembuat Es
13125000
Alat Tangkap Kompas
166250000
8000000
GPS
3000000
Fish Finder
6000000
Mesin Pompa Air
166250000
500000
Radio Komunikasi
Lampu
6000000
29640000 6000000
29640000
29640000 6000000
29640000
25
Lampiran 4 Lanjutan Tahun Produksi Keterangan
0
1
Mesin Sampan
24000000
Rumpon
45562500
Lain-lain
2
3
4
5
6
7
8
9
10
24000000
4250000
4250000
4250000
4250000
4250000
4250000
4250000
4250000
4250000
4250000
4250000
775927500
4250000
4250000
4250000
33890000
34250000
176500000
33890000
4250000
4250000
33890000
Ransum
0
119325000
119325000
119325000
119325000
119325000
119325000
119325000
119325000
119325000
119325000
Solar
0
382218750
382218750
382218750
382218750
382218750
382218750
382218750
382218750
382218750
382218750
Oli
0
13031250
13031250
13031250
13031250
13031250
13031250
13031250
13031250
13031250
13031250
Minyak tanah
0
2706250
2706250
2706250
2706250
2706250
2706250
2706250
2706250
2706250
2706250
Biaya retribusi
0
110671120
110671120
110671120
110671120
110671120
110671120
110671120
110671120
110671120
110671120
Bagi hasil
0
634188012
634188012
634188012
634188012
634188012
634188012
634188012
634188012
634188012
634188012
0
1262140382
1262140382
1262140382
1262140382
1262140382
1262140382
1262140382
1262140382
1262140382
1262140382
Kapal
0
88218750
88218750
88218750
88218750
88218750
88218750
88218750
88218750
88218750
88218750
Mesin
0
113200000
113200000
113200000
113200000
113200000
113200000
113200000
113200000
113200000
113200000
Alat Tangkap
0
59687500
59687500
59687500
59687500
59687500
59687500
59687500
59687500
59687500
59687500
Rumpon
0
51968750
51968750
51968750
51968750
51968750
51968750
51968750
51968750
51968750
51968750
e. SIUP
0
900000
900000
900000
900000
900000
900000
900000
900000
900000
900000
Total Biaya Tetap
0
313975000
313975000
313975000
313975000
313975000
313975000
313975000
313975000
313975000
313975000
775927500
1580365382
1580365382
1580365382
1610005382
1610365382
1752615382
1610005382
1580365382
1580365382
1610005382
-775927500
633057018
633057018
633057018
603417018
614069518
460807018
603417018
633057018
633057018
655707018
Total Biaya Investasi b. Biaya Operasional
Total Biaya Tidak tetap c. Biaya Perawatan
Total Outflow NET BENEFIT
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada 05 Agustus 1990. Penulis merupakan anak ke sembilan dari sembilan bersaudara dari pasangan Asnaman Tambunan (Alm) dengan Orlide Simanjuntak. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA HKBP 2 Tarutung dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar di Program Studi Pemanfaat Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah di IPB penulis pernah aktif di berbagai organisasi seperti Organisasi Mahasiswa Daerah PARTARU Tarutung, Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) yang tergabung dalam komisi kesenian, Himpunan Keprofesian mahasiswa PSP yaitu HIMAFARIN sebagai staf divisi Infokom pada tahun 2010/2011, serta mengikuti berbagai kepanitiaan pada acara-acara yang diselenggarakan oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB.