eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2016, 4 (3): 728-742 ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru Pada PAUD/KB TK Islam ‘Aqila Di Samarinda Febri Ajeng Rahayu 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa signifikan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru Pada PAUD/KB TK Islam ‘Aqila di Samarinda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala Sekolah Paud/Kb Tk Islam ‘Aqilla Samarinda belum mampu melaksanakan peranannya sebagai pendidik dengan menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan memberikan dorongan dan nasehat; sebagai manajer dengan memberdayakan guru melalui kerjasama, mengikutsertakan guru dalam penataran, dan melibatkan guru dalam pengambilan keputusan; sebagai administrator dengan mengelola administrasi dan keuangan; sebagai supervisor dengan melakukan pengawasan dan penyusunan program supervisi pendidikan; sebagai pemimpin dengan memberikan petunjuk, meningkatkan kemauan guru, dan membuka komunikasi dua arah; sebagai inovator dengan memberikan teladan dan mengembangkan model pembelajaran yang inovatif; sebagai motivator dengan memberikan motivasi kepada guru, serta mengatur lingkungan fisik dan suasana kerja. Kendala yang dihadapi oleh Kepala Sekolah yaitu kepala sekolah merasa kesulitan dalam memahami sifat atau karakter guru dan pegawai, dan kendala lainya kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai motivator Kepala Sekolah tidak tegas dalam memberikan punishment (hukuman) atau sanksi kepada guru yang tidak displin. Saran utama bagi PAUD/KB TK Islam ‘Aqila di Samarinda adalah terus meningkatkan kepuasan pelanggan (pengguna jasa) dengan meningkatkan melalui peningkatan kualitas dan memberikan kualitas yang sesuai dengan yang distandarkan pada bidang pendidikan dan komitmen dalam mendidik dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah. Kata Kunci : Kepemimpinan Kepala sekolah dan Motivasi Kerja Guru Pendahuluan Sekolah merupakan sarana tempat belajar siswa untuk menuntut ilmu. Sarana dan prasarana yang memadai akan menunjang semangat dan keberhasilan para siswa. Keberhasilan prestasi belajar siswa di sekolah juga didukung dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Kedua faktor tersebut salah satunya adalah faktor Kepala Sekolah dan guru, dari kedua faktor tersebut sangat menentukan terhadap 1
Mahasiswa Program S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru (Febri)
peningkatan prestasi belajar siswa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perannya sangat penting untuk membantu guru dan muridnya. Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan seseorang yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membentuk tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan dalam bekerja, Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik. Bila tidak motivasi maka ia tidak akan berhasil untuk mendidik/mengajar. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan kepala sekolah yang ingin menggerakkan bawahannya/guru untuk mengerjakan tugasnya haruslah mampu memotivasi guru tersebut sehingga guru akan memusatkan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Kepala sekolah harus benar-benar menjalin komunikasi aktif dan setiap saat mengadakan evaluasi terhadap tugas pengajaran yang telah dilakukan oleh guru. Hal ini dapat tercermin dari pola kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah kepada bawahannya. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok atau bawahannya dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah. Namun demikian, untuk menciptakan kondisi tersebut nampaknya masih memerlukan proses agar Kepala Sekolah dapat meningkatkan efektivitas kerja guru. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi sementara di PAUD/KB TK Islam „Aqila Kota Samarinda, terdapat masalah yaitu : Kurangnya motivasi dan pengawasaan yang diberikan Kepala Sekolah kepada guru sehingga berakibat turunnya semangat para guru dan kurangnya pantauan dalam proses belajar mengajar, Kurangnya kedisiplinan waktu, misalnya ada guru yang datangnya Terlambat, dikarenakan tidak adanya sanksi yang diberikan jika terlambat datang. Maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dalam cakupan yang lebih spesifik dengan judul “Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru Pada PAUD/KB TK Islam „Aqila di Samarinda”. Kerangka Dasar Teori Pengertian manajemen Manajemen telah banyak disebut sebagai seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuek melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan itu sendiri melainkan dibantu oleh bawahaannya. Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan. 729
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 728-742
Dengan memanajemen maka daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan ditingkatkan. Berikut pendapat atau pengertian manajemen menurut beberapa para ahli: Menurut Hasibuan (2005:1) definisi manajemen adalah sebagai berikut :“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Sumber daya manusia Menurut Malayu S.P Hasibuan (2005:10) definisi manajemen sumber daya manausia sebagai berikut : Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efesien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Henry Simamora (2001:3) mengatakan “Manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengolahan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.” Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Franch dalam T. Hani Handoko, (2001:3) yaitu : ”Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu proses penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya oleh organsiasi” Pengertian Kepemimpin Menurut Oteng Sutisna sedarwan denim (2006:204) mengemukakan bahwa “ kepemimpinan adalah kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi social untuk menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerjasama kearah tercapainya tujuan. Sedangkan menurut Danim dan Suparno (2009), memberikan definisi kepemimpinan sebagai kemampuan memengaruhi dan member arah yang terkandung didalam diri pribadi pemimpin. Pentingnya kepemimpinan adalah untuk membimbing, mengarahkan atau mempengaruhi prilaku anggota dalam melakukan aktivitas-aktivitas pencapaian tujuan. Adapun pengertian kepemimpinan itu sendiri bersifat universal. Artinya bahwa kepemimpinan itu berlaku dan terdapat pada berbagai bidang kehidupan manusia. Teori Motivasi Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Adanya berbagai kebutuhan akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha memenuhi kebutuhannya. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaanya.
730
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru (Febri)
Maslow dalam Muchlas (2005:183) mengenai kebutuhan manusia dengan menyusun hirarkinya, yang mendorong manusia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, dan membuat dirinya menjadi aktif dinamis, kebutuhan tersebut ialah : a. Kebutuhan fisiologis, seperti sandang, pangan, papan, udara, air dan lainlain. b. Kebutuhan rasa aman, perlindungan fisik, pendapatan pekerjaan, jaminan hari tua, dan lain-lain. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan kerja di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan dan pada waktu jam-jam tertentu. c. Kebutuhan sosial, kebutuhan bergaul, diakui masyarakat, berkawan, berkeluarga, mencintai serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. d. Kebutuhan harga diri, untuk memuaskan egonya, seperti memiliki mobil bagus, berpakaian indah, punya rumah bagus dan memiliki gelar dan seterusnya. e. Kebutuhan aktualisasi diri, dipenuhi dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi optimnal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar buasa yang sulit dicapai orang lain. Motivasi Kerja Guru Semantara itu, Campbell dalam Winardi (2002:4) menyatakan bahwa motivasi memiliki hubungan dengan pengarahan perilaku, kekuatan reaksi setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan tertentu, dan persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu. Motivasi sangat penting dalam menunjang keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Danim (2004) mengatakan motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologis yang mendorong individu atau kelompok orang untuk mencapai hasil tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Metode Penelitian Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, penelitian dalam penulisan skripsi ini bertujuan untuk memecahkan masalah seperti yang telah di rumuskan sebelumnya dan untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap motivasi kerja Guru PAUD/KB TK Islam „Aqila di Samarinda. Untuk itu di adakan analisa data dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di rumuskan sebelumnya. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yang bersifat asosiatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan mengetahui pengaruh sebab akibat dari kedua variabel yang di teliti. Pada penelitian ini penulis mengambil dua variable untuk diketahui hubunganya yaitu antara Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai (variabel bebas) dengan Motivasi Kerja Guru sebagai (variabel terikat). 731
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 728-742
Analisis dan Pembahasan Analisis Data Analisis yang akan dilakukan dalam penulisan ini yaitu melihat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel bebas terhadap motivasi kerja guru sebagai variabel terikat, serta analisis keeratan kedua variabel tersebut. Dalam pemecahan permasalahan ini, langkah-langkah yang akan di tempuh adalah sebagai berikut : a. Menghitung nilai korelasi antara nilai variabel kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel (X) dengan variabel kinerja guru (Y). b. Menghitung nilai regresi antara total nilai variabel kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel (X) dengan variabel kinerja guru (Y). Untuk itu maka diperlukan data-data nilai variabel X dan Y yang diperoleh dari hasil kuesioner dapat dilihat pada rekapan nilai pada halaman lampiran. Selanjutnya untuk melakukan perhitungan perlu persiapan table perhitungan yang memuat nilai masing-masing variabel (X dan Y), seperti yang terlihat pada halaman lampiran. Untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah penulis ajukan tersebut dapat diterima atau tidak, maka untuk lebih jelasnya di lakukan pengujian terhadap hipotesis tersebut. Analisis Korelasi Product Moment Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier (searah bukantimbal balik) antara dua variabel atau lebih.Kegunaan korelasi product moment adalah untuk mengetahui derajat hubungan dan kontribusi variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent), Untuk menyatakanada atau tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y, dan untuk menyatakanbesarnya sumbangan variabel satu terhadap yang lainnya yang dinyatakan dalam persen.
732
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru (Febri)
= 0,461 Dari hasil perhitungan di atas yang menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh hasil 0,461 artinya bahwa sesuai dengan pedoman untuk memberikan interpretasi yang dikemukakan oleh Sugiyono berada pada interval 0,40 – 0,599 yang termasuk dalam kategori tingkat hubungan Sedang antara Kepemimpinan Kepala Sekolah pada Motivasi Kerja Guru di Paud/Kb Tk Islam A‟qilla Samarinda. Dengan kata lain, Nilai (0,461) < (0,754), maka di tolak di terima jadi tidak ada hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru Ho = r hitung ≥ r tabel diterima H1 = r hitung > r tabel ditolak Persamaan Regresi linier Sederhana Regresi linier sederhana adalah metode statistic yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel faktor penyebab (X) terhadap variabel akibatnya, maka digunakan rumus Y = a + bx. Untuk mencari a, dengan rumus sebagai berikut :
Jadi, persamaan regresinya adalah : Y = a + bx Y = 2.465 + 0,240 X Keterangan : 733
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 728-742
a = 2.465 adalah suatu konstan yang mempengaruhi motivasi kerja guru pada Sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqilla Samarinda tanpa dipengaruhi oleh perubahan nilai hubungan kepemimpinan kepala sekolah. b = 0,240 adalah koefisien regresi yang mempengaruhi motivasi kerja guru pada Sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqilla Samarinda, artinya bahwa setiap perubahan nilai hubungan kepemimpinan kepala sekolah maka motivasi kerja akan mengalami perubahan sebesar 0,240. Dari persamaan tersebut diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada Sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqilla di Samarinda. Uji T (Persial) Uji t (parsial) dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur pengaruh antara variabel X (hubungan kepemimpinan kepala sekolah) terhadap variabel Y (motivasi kerja guru). Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5%. (uji dilakukan 2 sisi karena untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan, jika 1 sisi di gunakan untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau lebih besar) Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesa yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering di gunakan dalam penelitian) dengan rumus sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka di peroleh 1,309
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan
sebesar
untuk kesalahan r
5% uji dua pihak dan dk = N – 2 ( 7 – 2 ) = 5, maka di peroleh 2,571 dengan kata lain, nilai (1,309) < (2,571) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di Paud/Kb Tk Islam „Aqilla Pembahasan Berikut ini penulis akan membahas hasil dari penelitian terhadap pembuktian hipotesis antara Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) dengan Motivasi Kerja Guru (Y) pada sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqilla di Samarinda. 734
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru (Febri)
Pada hasil penelitian ini diperoleh persamaan regresi Y = 2.465 + 0,240 X. setelah dilakukan uji statistik regresi diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi hanya sebesar 0,240 kepada motivasi kerja guru. Hasil uji t juga menjelaskan bahwa variabel kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja guru. Selanjutnya dari hasil analisis korelasi product moment diketahui bahwa terdapat hubungan yang sedang antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru. Hal ini sesuai dengan interprestasi Sugiyono, (2008:231). Berdasarkan analisis data secara parsial yaitu mencari pengaruh setiap dimensi dan indikator yang berpengaruh paling dominan terhadap motivasi kerja guru pada Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda dengan tingkat kepercayaan 100% maka diketahui bahwa indikator pembinaan kepada guru merupakan indikator yang memberikan berpengaruh paling dominan terhadap motivasi kerja guru. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Kepala sekolah sebagai Educator Berdasarkan hasil analisis pada dimensi kepala sekolah sebagai Educator ditemukan bahwa indikator kepala sekolah memberikan pembinaan kepada guru sudah baik. Hal ini dibuktikan oleh deskripsi data penelitian yang menunjukan tanggapan dari sebagian besar responden yang menyatakan 100% setuju bahwa semua guru mendapatkan pembinaan dari kepala sekolah seperti guru diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan dan seminar pendidikan. Hasil analisis pada indikator kepala sekolah memberikan pembinaan kepada siswa cukup baik. Hal ini dibuktikan oleh deskripsi data penelitian yang menunjukan tanggapan dari sebagian besar responden yang menyatakan setuju kepala sekolah memberikan pembinaan kepada siswa. Secara mendasar pembinaan kepada siswa merupakan program yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa secara optimal seperti melalui ekstrakurikuler dan latihan dasar kepemimpinan. Hal tersebut ditegaskan oleh Mulyasa (2007:43) tentang pembinaan kesiswaan adalah segala kegiatan yang meliputi perencanaan, pengawasan, penilaian, dan berkembang sebagai manusia seutuhnya dengan tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila. Kepala Sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda telah melaksanakan perannya dengan baik sebagai educator dengan memberikan pembinaan kepada guru dan siswa. Kepala sekolah sebagai sosok panutan di lingkungan sekolah perlu memberikan contoh dan tindakan kepada warga sekolah. Sebagai seorang educator, maka kepala sekolah memberikan contoh kepada para guru tentang bagaimana mengelola kelas, menangani para murid, dan memberikan pendidikan dengan baik dan tuntas. B. Kepala sekolah sebagai manajer Berdasarkan hasil analisis pada dimensi kepala sekolah sebagai manajer ditemukan bahwa kepala sekolah telah melakukan evaluasi program, Hal ini dibuktikan oleh deskripsi data penelitian yang menunjukan tanggapan 735
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 728-742
dari sebagian besar responden yang menyatakan setuju bahwa kepala sekolah melakukan evaluasi program. Manfaat evaluasi program dalam pendidikan adalah, evaluasi program sama artinya dengan kegiatan supervise. Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau melanjutkan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan berupa penghentian program, merevisi program, dan menyebarluaskan program. Hal tersebut ditegaskan oleh Arikunto dan jabar (2010:1) evaluasi program adalah sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Hasil analisis pada indikator kepala sekolah pemberdayaan guru pada pelaksanaan program, diketahui bahwa sebagian besar guru memberikan jawaban ragu ragu. Artinya para guru belum sepenuhnya yakin bahwa kepala sekolah telah memberdayakan guru dalam setiap pelaksanaan program. Hal ini dibuktikan oleh deskripsi data penelitian yang menunjukan tanggapan dari sebagian besar responden yang menyatakan setuju Kepala sekolah pemberdayaan guru pada pelaksanaan program. Pada dasarnya pemberdayaan merupakan pelepasan atau pembebasan, bukan pengendalian energi manusia yang dilakukan dengan meniadakan segala peraturan, prosedur, perintah dan lain-lain yang tidak perlu, yang merintangi organisasi untuk mencapai tujuannya. hal tersebet ditegaskan oleh Majid (2005:6) kopetensi yang dimiliki setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kopetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan propesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. C. Kepala Sekolah Sebagai Administrator Berdasarkan hasil analisis pada dimensi Kepala Sekolah Sebagai Administrator ditemukan bahwa indikator Kepala sekolah pengadministrasian pelaksanaan program, terdapat pengaruh yang kurang signifikan terhadap motivasi kerja guru. Hal ini dibuktikan oleh deskripsi data penelitian yang menunjukan tanggapan dari sebagian besar responden yang menyatakan masih ragu kepala sekolah pengadministrasian pelaksanaan program. Pada dasarnya kepala sekolah harus menjalani fungsi dan tugasnya sebagai administrator, karena administrasi sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa sokongan dari kepala sekolah. Hasil analisis pada indikator Kepala sekolah mendokumentasikan hasil pelaksanaan program, terdapat pengaruh yang kurang signifikan terhadap motivasi kerja guru, sehmgga. Hal ini dibuktikan oleh deskripsi data penelitian yang menunjukan tanggapan dari sebagian besar responden yang menyatakan ragu Kepala sekolah mendokumentasikan hasil pelaksanaan program. Secara mendasar pembinaan kepada siswa merupakan program yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa secara optimal seperti melalui ekstrakurikuler dan latihan dasar kepemimpinan, hal tersebet ditegaskan oleh Mulyasa (2007:43) tentang pembinaan kesiswaan adalah segala kegiatan yang meliputi perencanaan, pengawasan, penilaian, dan 736
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru (Febri)
berkembang sebagai manusia seutuhnya dengan tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila. D. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Berdasarkan hasil analisis pada dimensi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ditemukan bahwa indikator Kepala sekolah membuat program supervisi dengan baik, akan tetapi sebagian besar responden menyatakan bahwa program supervise tersebut belum dijalankan dengan baik oleh kepala sekolah. Pada dasarnya kepala sekolah harus menjalani fungsi dan tugasnya sebagai supervisor. Kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Fakta dilapangan pada Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda para guru menganggap bahwa kepala sekolah belum mampu merealisasikan sejumlah program yang telah disusun dalam rencana supervisinya. Hal tersebut perlu segera diperbaiki karena fungsi kepala sekolah sebagai supervisor merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Supervisi juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan berhati-hati dalam bekerja (Mulyasa, 2007: 111). E. Kepala Sekolah Sebagai Leader Berdasarkan hasil analisis pada dimensi Kepala Sekolah sebagai leader ditemukan bahwa indikator Kepala sekolah memberi keteladan telah diapresisasi dengan baik oleh para guru. Namun, para guru merasa bahwa kepala sekolah belum mampu mengambil keputusan yang tepat sebagai seorang leader. Di lingkungan sekolah, kepala sekolah perperan sangat penting sebagai leader. Sekolah memerlukan sosok yang tegas dan patut diteladani oleh para warga sekolah. Proses belajar mengajar sebagai core bussinees Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda dapat dirasakan manfaat dan keberhasilannya Karena ketegasan dan keteladan dari seorang kepala sekolah sebagai seorang leader. Ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Mulyasa (2007: 115) bahwa kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Fakta yang diperoleh penulis tentang peran kepala sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda sebagai leader yang belum maksimal menjadi masukan kepada Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda untuk meningkatkan kapasitas kepala sekolah melalui sejumlah pelatihan yang bisa diikuti oleh kepalas sekolah. F. Kepala Sekolah Sebagai Innovator Berdasarkan hasil analisis pada dimensi Kepala Sekolah sebagai innovator ditemukan bahwa indikator Kepala sekolah memberi gagasan yang baru dalam proses pembelajar telah diapresisasi dengan baik oleh para guru. 737
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 728-742
Namun, para guru merasa bahwa kepala sekolah belum mampu memberikan inovasi baru dalam upaya pencapaian misi sekolah. Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda sebagai unit bisnis dari yayasan Anggita Mulya Perlu sejumlah inovasi agar unit bisnis ini tetap profitable dan tetap bertahan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mendukung misi bisnis ini maka sejumnlah inovasi harus terus dilakukan secara periodik dan terus menerus. Kepalas sekolah sebagai innovator memegang peranan penting. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan. Kepala sekolah diharapkan dapat menjalin komunikasi dengan bermacam macam pihak untuk mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan keteladanan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. G. Kepala Sekolah Sebagai Motivator Berdasarkan hasil analisis pada dimensi Kepala Sekolah sebagai motivator ditemukan bahwa indikator Kepala sekolah memberikan penghargaan dan sangsi kepada guru dinilai belum baik oleh para guru. Demikian pula halnya dengan indikator suasana kerja kondusif yang diciptakan oleh kepala sekolah. Motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya sangat perlu diberikan oleh kepala sekolah. Sebagai orang pertama di sekolah, maka motivasi yang diberikan oleh kepala sekolah sangat mempengaruhi cara kerja, semangat, serta proses pencapaian tujuan organisasi oleh para guru. Motivasi yang diberikan oleh kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkordinasikan, menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Menganalisa fakta dilapangan tentang fungsi kepala sekolah sebagai motivator, maka penulis menyadari bahwa kapasitas kepala sekolah dalam memberikan motivasi perlu ditingkatkan dengan cara mengikuti sejumlah pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas pembinaan sumber daya manusia oleh pemimpin. H. Faktor Motivasional Para Guru Berdasarkan hasil analisis pada dimensi faktor motivasional, diketahui bahwa para guru merasa bangga atas pekerjaannya sebagai seorang guru / pendidik. Kebanggan mereka sebagai guru berbanding terbalik dengan keyakinan mereka bahwa Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda memberi kesempatan kepada para guru untuk berprestasi. Keraguan tersebut muncul karena para guru merasa bahwa pengabdian mereka sebagai guru didalam kelas adalah motivasi utama mereka bekerja.
738
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru (Febri)
Prestasi yang sering diperoleh Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda adalah prestasi para murid sehingga para guru fokus pada membimbing murid-murid untuk berprestasi. Kondisi ini perlu diperbaiki karena sebagai mahluk social, para guru perlu menyadari bahwa mereka harus memenuhi kebutuhan eksistensi dirinya dengan cara berprestasi.\ Berdasarkan wawancara dengan guru, beberapa orang guru merasa mereka tidak fokus untuk mengejar prestasi karena mereka kurang mendapatkan informasi tentang lomba-lomba yang dapat diikuti oleh para guru. I. Faktor Pemeliharaan Berdasarkan hasil analisis pada dimensi faktor pemeliharaan, diketahui bahwa sebagian besar guru merasa ragu bahwa sekolah merupakan tempat kerja yang menyenangkan. Demikian pula dengan dimensi perhatian kesehatan dan kesejahteraan, para guru menyatakan bahwa mereka ragu telah mendapatkannya. Fakta dilapangan yang penulis peroleh bahwa setiap guru telah mendapatkan asuransi kesehatan berupa BPJS. Namun, apabila guru harus ijin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mereka menemui berbagai kendala yang membuat mereka merasa tidak nyaman karena dianggap lalai atau mengabaikan tugas di sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat kerja yang menyenangkan. Didalam sekolah terdapat berbagai aktivitas yang dapat membuat guru enjoy dalam bekerja. Keraguan bahwa sekolah adalah tempat kerja yang menyenangkan muncul karena pola komunikasi yang belum terjalin dengan baik antara pimpinan dan para guru. Secara personal pimpinan adalah sosok yang sangat baik, namun dalam koordinasi tugas dan tanggung jawab di sekolah ada beberapa hambatan komunikasi yang dirasakan oleh beberapa orang guru. Yayasan yang menaungi Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda perlu memfasilitasi hambatan komunikasi yang dialami oleh pimpinan dan para guru guna kelancaran kegiatan operasional sekolah. J. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru Berdasarkan hasil perhitungan melalui analisis regresi linier sederhana dan uji t yang telah penulis lakukan sebelumnya, diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah tidak berhubungan dengan motivasi kerja guru. Artinya, motivasi kerja yang selama ini dimiliki oleh para guru tidak disebabkan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Banyak hal yang dapat mempengaruhi motivasi kerja guru, namun pada objek penelitian ini disimpulkan bahwa para guru termotivasi atas faktor faktor lain yang tidak diteliti saat ini (kepemimpinan). Penulis menduga bahwa para guru adalah mereka yang terpanggil secara ikhlas untuk mendidik para murid dan motivasi mereka muncul secara internal. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, secara pribadi, sosok kepala sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda adalah orang yang baik dan 739
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 728-742
telah bersungguh sungguh menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin di Paud/Kb Tk Islam „Aqila Samarinda. Namun, seiring perkembangan jaman pola kepemimpinan perlu penyesuaian dengan kondisi terkini. Kepala sekolah perlu untuk mengkomunikasikan setiap kebijakan dengan para guru, karena di bisnis pendidikan, guru adalah ujung tombak pelayanan terhadap para murid. Apabila guru merasa terlibat dan berperan dalam setiap kebijakan sekolah maka implemenatsi kebijakan menjadi lebih mudah dan efektif. Penutup Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Paud/Kb Tk Islam‟Aqilla di Samarinda a. Berdasarkan hasil uji t disimpulkan bahwa kepemimpina kepala sekolah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi kerja guru pada Sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqilla, b. Dengan menggunakan analisis product moment, diperoleh hasil bahwa kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan motivasi kerja guru pada Sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqilla yaitu sebesar 0,461 (lebih kecil dari r table) c. Dalam analisis regresi linier yang telah diuraikan sebelumnya didapat persamaan regresi sederhana Y = 2.465 + 0,240X. artinya kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif dengan motivasi kerja guru pada Sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqilla. Apabila kepemimpinan kepala sekolah ditingkatkan maka motivasi kerja guru yang dihasilkan akan mengalami peningkatan dan memiliki hubungan yang signifikan. Kendala yang dihadapi oleh Kepala Sekolah Paud/Kb Tk Islam „Aqilla Samarinda yaitu kepala sekolah merasa kesulitan dalam memahami sifat atau karakter guru dan pegawai, dan kendala lainya kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai motivator Kepala Sekolah tidak tegas dalam memberikan punishment (hukuman) atau sanksi kepada guru yang tidak displin. Kepala Sekolah hendaknya memiliki ketegasan dalam pemberian punishment (hukuman) yang dilakukan guru apabila ada yang melanggar peraturan sekolah yang telah ditetapkan bersama, seperti dalam hal kedisiplinan dan Kepala Sekolah hendaknya lebih mendahulukan kepentingan sarana dan prasana belajar mengajar yang diperlukan oleh guru dan siswa. Kepala Sekolah hendaknya meningkatkan komunikasi dengan guru agar bisa memahami sifat dan karakter guru yang ada di sekolah. Kepala Sekolah hendaknya lebih sering menjalin komunikasi kepada orang tua siswa yaitu dengan mengundang orang tua siswa dalam rapat rutin setiap bulan yang diadakan di sekolah. Kepala Sekolah agar dapat meminta kritik dan saran dari orang tua murid demi kemajuan sekolah Karena hubungan Kepala Sekolah dengan masyarakat maupun orang tua pada hakikatnya merupakan sarana yang sangat berperan dalam pengembangan sekolah, karena 740
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru (Febri)
sekolah memerlukan masukan dari masyarakat maupun orang tua dalam menyusun program yang revelan, sekaligus memerlukan dukungan dalam melaksanakan program tersebut. Bagi guru agar dapat meningkatkan kompetensi dan kinerja kerjanya terutama dalam penggunaan metode-metode pembelajaran yang tentu saja disesuaikan dengan kondisi sekolah, dan lebih termotivasi lagi untuk menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif. Namun motivasi yang paling penting bagi guru adalah motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri untuk terdorong mengajar dimana guru mempunyai kesadaran diri dalam meningkatkan efektivitas kerjanya. Bagi stakeholder dalam hal ini pemerintah, masyarakat, ataupun para orang tua murid, agar dapat ikut meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberian respon yang positif terhadap Kepala Sekolah. Dalam hal ini dapat berupa partisipasi orang tua dalam kehadiran dirinya dalam rapat yang diadakan secara rutin di sekolah, atau menjalin komunikasi secara intensif apabila memang terdapat masalah. Hubungan sekolah dengan masyarakat maupun orang tua pada hakikatnya merupakan sarana yang sangat berperan dalam pengembangan sekolah, karena sekolah memerlukan masukan dari masyarakat maupun orang tua dalam menyusun program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan dalam melaksanakan program tersebut. Daftar Pustaka Sudrajat, ahmad. (2012). Kompetenei Guru Dan Perannya Sebagai Kepala Sekolah. Laporan magang. Sumatra. Kriyantono. (2010). Teknik praktis riset komunikasi: disertai contoh praktis riset media, public relation, advertising. Komunikasi organisaso, komunisasi pemasaran. Kencana. Jakarta Gomes Faustino Cardosa, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi kedua, Yogyakarta, Penerbit Andi Yogyakarta. Hasibuan, Malayu, 2005. Manajemen: Dasar, Pengertian,, dan Masalah. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Susilo Martoyo. (2001). Manajemen tenaga kerja rancangan dalam pendayagunaan dan pengembangan unsusr tenaga kerja. Sinar Baru. Bandung. Hasibuan, Malayu SP, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Bumi Aksara. Jakarta. T. Hani Handoko. (2001). Manajemen personalia dan sumber daya manusia, edisi kedua. BPFE. Yogyakarta Wahjosumijo, 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan permasalahannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Menurut Mulyasa (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 741
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 728-742
Mulyasa. 2012. Metode Penelitian Adminitrasi Publik, Alfabeta, Bandung. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Penerbit Alfabeta. Bandung. Akdon. (2002). Identifikasi Faktor-Faktor Kemampuan Manajerial Yang Diperlukan Dalam Implementasi school Based Management (SBM) Dan Implikasinya Terhadap Program Pembinaan Kepala Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Akdon. (2007). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Dewa Ruchi. Bandung Alice Tjandralila Rahardja. 2004. Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta. Jurnal Pendidikan Penabu. Dewantara, Ki Hadjar. (1997). Karya Ki Hadjar Dewantara bagian Pertama Pendidikan. Yogyakarta: MLTS Engkay Karweti. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Faktor yang Mempengaruihi Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SLN di Kabupaten Subang. Jurnal Penelitian Pendidikan vol. 11 No. 2 Hermino, Agustinus. (2014). Kepemimpina Kependidikan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka belajar. Mangkunegara, A P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Rahman dkk. (2005). Peran Strategis kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung: Alqaprint jatinagor bekerjasama dengan Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) Siswojo, Dwi dkk. (2007). Ilmu Pendidkan. Yogyakarta: UNY press. Sudrajat, ahmad. (2012). Kompetenei Guru Dan Perannya Sebagai Kepala Sekolah. Laporan magang. Sumatra. Sumantri, suryana. (2001). Perilaku Organisasi. Bandung: Universitas Padjdjaran. Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Winardi. (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grasindo Persada. Undang-Undang R.I. Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2009. Bandung: Citra Umbara. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-Undang R.I. Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2009. Bandung: Citra Umbara. Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara.
742