1
2
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa buku saku yang berisikan anjuran akan pentingnya pemanfaatan dan pelestarian sumber daya laut melalui pendekatan agama dapat dicetak ulang. Cetak ulang ini dilakukan guna memenuhi permintaan yang cukup banyak dari para peminat buku ini. Besar harapan kami semoga isi dan pesan yang terkandung dalam buku ini selain dapat menambah pengetahuan tentang ilmu kelautan juga dapat memberikan pesan pelestarian sumber daya laut, khususnya terumbu karang, untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Akhirnya, sebagai umat beriman kita wajib memelihara sumber daya alam dari laut untuk masa depan Bangsa Indonesia, terutama bagi anak - cucu kita. Jakarta, November 2006 Direktur NPIU COREMAP II -LIPI
Prof. Dr. Ir. Ono Kurnaen Sumadhiharga, MSc.
3
iv
Ucapan Terima Kasih Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak dan perkenan-Nya maka Buku Saku ini dapat diselesaikan. Terima kasih kepada Romo Y.R. Widadaprayitno SJ dan Romo V. Rudy Hartono Pr, yang telah berkenan mengkaji dan memberikan masukan yang bernilai bagi penyempurnaan naskah buku ini. Untuk Dr. Ir. Sugiarta Wirasantosa MSc. terima kasih atas masukan yang diberikan dari sudut pandang agama Kristen. Mudah-mudahan kehadiran Buku Saku ini dapat bermanfaat dalam memberikan pemahaman tentang pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam serta kewajiban manusia untuk menjaga dan memeliharanya secara lestari sesuai dengan ajaran Tuhan sendiri.
Jakarta, November 2006 Penulis
v
Daftar Isi
vi
Kata Pengantar
iii
Ucapan Terima Kasih
vi
Daftar Isi
vi
BAB I. Pendahuluan
I
BAB II. Kekayaan Alam sebagai Anugerah Tuhan bagi Manusia
6
BAB III Kekayaan Alam Indonesia, Pemanfaatan, dan Permasalahannya
14
BAB IV Kerusakan Alam dan Peringatan Tuhan
24
BAB V Umat Manusia Bertanggung Jawab Melestarikan Ciptaan Tuhan
31
BAB VI Melaksanakan Kewajiban Melestarikan Ciptaan Tuhan melalui Program-Program Pengelolaan Lingkungan
38
BAB VII Kesimpulan
45
Daftar Pustaka
47
BAB I. Pendahuluan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam darat dan laut yang melimpah serta keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Kesuburan, keindahan, serta kekayaan alamnya menjadikan Indonesia sebagai zamrud khatulistiwa. Keadaan ini harus disyukuri sebagai anugerah Tuhan Allah Pencipta langit dan bumi yang telah menunjukkan kasih dan kebesaranNya bagi bangsa kita dengan memberikan kekayaan alam yang berlimpah-Iimpah. Kesuburan dan kekayaan Indonesia telah banyak dijadikan inspirasi bagi penyair dan pengarang lagu, serta dituangkan dalam lukisan. Sayangnya, pengelolaan sumber daya alam, baik sumber daya alam darat maupun laut belumlah sepenuhnya mengacu kepada kesadaran untuk melestarikan sumber daya tersebut bagi keberlanjutannya di masa depan. Dulu,manusia hidup berdampingan dengan alam, mengambil hasil sumber daya berdasarkan kebutuhan hidup semata, tetapi dengan semakin padatnya penduduk Indonesia, maka terjadilah persaingan dalam memanfaatkan sumberdaya. Sebagian masyarakat masih hidup di hutan dan mengelola sumber daya alam 1
secara tradisional (misalnya suku Talang Mamak, Kubu/ Anak Dalam, Dayak, Kadai, Wamena, Asmat, Dani, dsb, atau suku Anak Laut dan suku Bajo yang menyatu dengan kehidupan di laut, dan sebagian masyarakat lain, serta pemerintah, memanfaatkan sumberdaya alam untuk tujuan ekonomi dan pembangunan, misalnya usaha kehutanan, perikanan, pertambangan, pengembangan pemukiman, pembangunan infrastruktur, dsb. Apabila pemanfaatan sumber daya alam ini dilaksanakan secara berlebihan, akan terjadi perusakan kekayaan alam yang sangat merugikan bagi kita semua, yang pada akhirnya akan menimbulkan kehancuran bagi manusia dan lingkungan secara bersama-sama seperti: - Penggundulan hutan-hutan di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan akibat pencurian kayu dan penebangan habis; - Kebakaran hutan akibat pembukaan lahan untuk perkebunan, ladang, dan lain-lain; - Perburuan terhadap satwa dan tumbuhan langka dan yang dilindungi; - Penggunaan pestisida yang berlebihan dalam pertanian; Penangkapan ikan dan biota laut lain dengan menggunakan bahan dan alat yang merusak, misalnya bom, bius atau racun sianida, bubu dan jaring dasar; Penambangan batu karang untuk bahan bangunan, kapur dan cindera mata; - Penambangan pasir laut dan pesisir secara berlebihan; Pembangunan pemukiman dan kawasan industri di wilayah pesisir tanpa mempedulikan tata ruang dan daya dukung lingkungan; - Pencemaran akibat limbah industri dan rumah tangga; - Pemanfaatan sumber air bersih yang berlebihan. 2
Sebagai negara agraris dan maritim, sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani yang sangat menggantungkan kehidupannya pada lahan dan kesuburan tanah, dan sebagian lagi adalah nelayan yang menggantungkan hidup pada hasil perikanan dan hasil laut Iainnya. Dari hasil pengusahaan lahan dan laut inilah, sebagian besar penduduk Indonesia dapat memenuhi segala kebutuhan hidup mereka seharihari, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan anak-anak. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk meningkat pulalah kebutuhan hidupnya, akibatnya pemanfaatan sumber daya alam darat dan lautpun semakin meningkat dan sering dilakukan tanpa memperhatikan kelestariannya. Maka, terjadilah kerusakan-kerusakan sumber daya alam yang diakibatkan oleh kegiatan pemanfaatan yang tidak ramah Iingkungan, baik di darat maupun laut. Selain akibat tekanan ekonomi, kerusakan sumber daya alam terjadi karena masyarakat belum sepenuhnya menyadari pentingnya memelihara dan melestarikan sumber daya alam bagi kelangsungan hidup generasi mendatang. Karena itu, sebagai umat yang percaya bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu di bumi ini bukan untuk dirusakkan atau dihancurkan, melainkan 3
untuk dipelihara dan dilestarikan, kita harus memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan laut secara bertanggung jawab. Artinya adalah kita wajib menjaga, mengelola dan memelihara sumber-sumber ini agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kita tidak hanya bertanggung jawab kepada diri sendiri atau kepada bangsa Indonesia, tetapi kita memiliki tanggungjawab global kepada dunia. Hutan-hutan di Indonesia yang berfungsi sebagai paru-paru dunia, serta kekayaan sumber-sumber energi, baik yang terbarui maupun yang tak terbarui yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dunia telah membuat upaya pelestarian kekayaan alam Indonesia menjadi penting dalam kerangka global. Untuk itu, perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya melaksanakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari melalui kegiatan komunikasi masyarakat. Kegiatan komunikasi masyarakat lebih efektif apabila dilakukan melalui tokoh-tokoh panutan yang disegani dalam masyarakat, seperti tokoh-tokoh agama dan guru. Upaya ini sangat penting untuk dilakukan karena pemanfaatan sumber daya alam darat dan laut secara bertanggung jawab, secara jelas tercantum di dalam Alkitab, baik dalam Kitab Perjanjian Lama maupun Kitab Perjanjian Baru, yang menjadi pegangan hidup umat 4
Kristiani. Untuk membantu para tokoh agama dan guru dalam upaya memberikan bimbingan kepada seluruh lapisan masyarakat tentang pentingnya melestarikan sumber daya alam, maka perlu disusun suatu pedoman pelestarian lingkungan berdasarkan kajian Alkitab, yaitu dengan mengacu kepada ayat-ayat yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pengelolaan sumber daya alam dan tanggung jawab manusia dalam melaksanakan firman Tuhan. Buku saku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para tokoh agama dan guru dalam upaya membimbing seluruh umat Kristiani untuk melaksanakan firman Allah. Dengan bersumber pada Alkitab, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kita semua akan semakin menyadari betapa besar kurnia yang telah diberikan Tuhan kepada kita, sekaligus mengingatkan kita akan tanggung jawab yang telah diberikan Tuhan kepada umat manusia dalam memanfaatkan dan menjaga kelestarian ciptaan-Nya. Buku saku ini juga ditujukan untuk memberikan pemahaman mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam serta kewajiban manusia untuk menjaga dan memeliharanya secara lestari dengan bersumber pada Alkitab.
5
BAB II. Kekayaan Alam sebagai Anugerah Tuhan bagi Manusia Tuhan menciptakan langit dan bumi beserta segenap isinya untuk kita manusia. Kekayaan alam yang melimpah adalah anugerah Tuhan yang patut kita syukuri dan lestarikan, karena semuanya diciptakan berkat kebesaran dan kasihNya kepada seluruh umat manusia. Borrong (2002) menuliskan kutipan dari Bunga-bunga Kecil Santo Fransiskus untuk menggambarkan kebesaran Allah Maha Pencipta sebagai berikut:
“Saudaraku burung-burung, kalian memandang kepada Allah sang Pencipta, dan senantiasa memuji Dia di segala tempat. Dia telah memberikan kepada kalian kebebasan untuk terbang kemanapun kalian mau dan Dia telah menghiasi kalian dengan keindahan. Dia juga telah memelihara dan melestarikan jenis kalian dalam bahtera Nuh sehingga kalian tidak punah. Lagipula, kalian memandang kepadaNya karena udara yang telah diberikan kepada kalian. Selanjutnya kalian tidak menabur dan tidak menuai namun Allah memberi kalian makan. Allah juga memberikan kalian sungai-sungai dan air terjun yang kalian minum. Dia memberi kalian gunung-gunung dan lembah sebagai tempat bernaung dan pohon-pohon tinggi sebagai tempat membuat sarang. Karena kalian tidak tahu menjahit dan memintal, Allah mendandani kalian dan anak-anak kalian: kalian bisa melihat betapa besarnya kasih Allah kepada kalian melalui pemberian yang begitu banyak kepada kalian. Maka jagalah diri kalian, saudara-saudaraku hai burungburung, dari dosa tak tahu berterima kasih dan selalulah mengingat untuk mempersembahkan pujian kepada Allah”.
6
Kutipan tadi menunjukkan bahwa burung/makhluk hidup dan segala keindahan yang ada di bumi ini adalah ciptaan Tuhan yang dijadikan berdasarkan kebesaran kasih-Nya. Apabila burung-burung dapat menghargai kasih karunia Tuhan, tentunya kita manusia harus bisa berbuat lebih baik dari itu, dan mampu menjaga kelangsungan ciptaan agung yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Peran Tuhan sebagai pencipta yang dengan kasih-Nya memberikan ciptaan ini untuk dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, dikisahkan secara lengkap dalam Kitab Kejadian sebagai berikut: Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kej 1:1). Berfirmanlah Allah: “Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik (Kej 1:9-10). Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya : “Berkembang biaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak” (Kej I :21-22). Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik (Kej I: 25). Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kej I: 26).
7
Maka Allah menciptakan manusia menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; lakilaki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej 1:27-28). Berfirmanlah Allah: “Lihatlah Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya” Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik (Kej I: 29-31).
Tuhan menciptakan manusia sebagai ciptaan tertinggi/ termulia, yang diberi akal budi/perasaan hati dan menjadi makhluk hidup yang paling utama dibandingkan seluruh ciptaan-Nya yang lain. Dunia diciptakan untuk manusia, dan ketika Tuhan memberikan bumi ini kepada manusia, bumi beserta isinya dalam keadaan sempurna. Melalui kasih karunia-NyaTuhan telah menyiapkan alam semesta beserta isinya yang diperlukan untuk menunjang kehidupan sebelum la menciptakan manusia. Kita diciptakan untuk memanfaatkan dan memelihara ciptaan-Nya dan bukan untuk merusak atau menghancurkannya. Ya, dunia diciptakan untuk manusia dan karenanya manusia menerima tanggung jawab khusus untuk bertindak sebagai pengelola/pemelihara ciptaan-Nya. Deane-Drummond (1996) menegaskan bahwa Allah memerintahkan manusia menguasaiciptaandanmengelolabumi,tugasyangberisimandat untuk memelihara dan bukan mandat untuk mengeksploitasi. 8
Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkan-Nya dalam Taman firdaus untuk mengusahakan dan memeliharanya (Kej 2 : 15).
Pada mulanyaTuhan telah memberikan yang terbaik kepada manusia,tetapi manusia telah menyalahgunakan kepercayaan Tuhan dan menyerah kepada bujukan setan. Dengan memakan buah pohon terlarang, Adam dan Hawa telah melanggar aturan yang dibuat Tuhan sendiri dan karenanya mereka harus menerima hukuman dari akibat perbuatannya. Mereka terusir dari Taman Firdaus dan menderita sengsara karena dosanya sendiri. Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan buah dari pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dan padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil, sebab engkau debu danakan kembali menjadi debu”(Kej3:16-19). 9
Tuhan menyediakan Taman Firdaus yang indah dan penuh segala jenis buah-buahan maupun hewan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup Adam dan Hawa. Manusia adalah ciptaan Allah yang harus mensyukuri segala yang diterimanya, tetapi rasa ingin tahu dan kesombongan bahwa dengan memakan buah pohon terlarang mereka akan bisa seperti Allah telah membuat mereka terusir dari segala kenyamanan hidup. Akibatnya, manusia harus bekerja keras untuk mempertahankan keberadaannya. Mereka harus mengolah tanah, bekerja selama berbulan-bulan sebelum bisa memetik hasilnya pada waktu panen. Berulang kali manusia mencobai Tuhan dan berulang kali pulaTuhan mengampuni dosa-dosa mereka.Tetapi ketika dilihat Tuhan bahwa kejahatan manusia telah melampaui batas toleransi, maka Tuhan bermaksud membinasakan ciptaan-Nya.
10
Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa la telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. (Kej 6 : 5-6)
Berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi”(Kej.6:13)
Meskipun demikian, Tuhan masih memberi kesempatan agar yang baik bisa terus bertahan dan berlanjut kehidupannya. Oleh sebab itu, sejak kejadian di jaman Nabi Nuh Tuhan telah mengajarkan kepada kita arti pelestarian atau konservasi untuk mencegah kepunahan hidup makhluk ciptaan-Nya. Ajaran ini dapat kita simak dari kisah Nabi Nuh sebagai berikut:
Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian Ku dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu; engkau bersama-sama dengan anakanakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu. Dan dari segala makhluk, dari semuanya haruslah engkau bawa satu pasang ke dalam bahtera itu, supaya terpelihara hidupnya bersama-sama dengan engkau; jantan dan betina harus kaubawa. Dan segala jenis burung dan dari segala jenis hewan, dari segala jenis binatang melata di muka bumi, dan semuanya itu harus datang satu pasang kepadamu, supaya terpelihara hidupnya. Dan engkau bawalah bagimu segala apa yang dapat dimakan; kumpulkanlah itu padamu untuk menjadi makanan bagimu dan bagi mereka (Kej 6: 18).
Pada hari itu juga masuklah Nuh serta Sem, Ham, dan Yafet, anak-anak Nuh, dan isteri Nuh, dan ketiga isteri anak-anaknya bersama-sama dengan dia ke dalam bahtera itu, mereka itu dan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata yang merayap di bumi dan segala jenis burung, yakni segala jenis yang berbulu dan bersayap dari segala yang hidup dan bernyawa datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu. Dan yang masuk itu adalah jantan dan betina dari segala yang hidup, seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh, lalu Tuhan menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh (Kej 7 : 13-16) 11
Lalu berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri anak-anakmu; segala binatang yang bersama-sama dengan engkau, segala yang hidup: burung-burung, hewan dan segala binatang melata yang merayap di bumi, suruhlah keluar bersama-sama dengan engkau, supaya semua itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi. (Kej 1 : 16-I1)Beranak cuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau” (Kej 9: 1-3).
Dan Allah berfirman:” Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala mahkluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: BusurKu Ku taruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu nampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjianKu yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala mahkluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup. (Kej 9 : 12-15) 12
Kisah tadi menunjukkan bahwa betapapun murkanyaTuhan atas kejahatan manusia, Dia tetap berusaha menyelamatkan ciptaan-Nya dari kepunahan. Prinsip kelestarian/konservasi yang telah diajarkan oleh Tuhan Sang Pencipta ini sudah seharusnya kita terapkan dalam tingkah laku sehari-hari dan dipakai sebagai landasan dalam upaya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Ya,Tuhan telah memberikan janji-Nya kepada Nabi Nuh bahwa la tidak akan menurunkan air bah untuk menghancurkan bumi, dan la menepati janji itu. Sayangnya, justru tingkah laku manusialah yang memicu timbulnya bencana alam dimana-mana. Pembangunan yang tidak mengikuti prinsip-prinsip konservasi; gedung-gedung bertingkat yang dibuat dari beton tanpa memperhitungkan hilangnya tempat resapan air; dan sampah-sampah rumah tangga yang menumpuk di selokan dan sungai-sungai, telah menyebabkan banjir di musim penghujan. Selain itu, pembukaan lahan-lahan hutan untuk pertanian, perkebunan, dan pemukiman telah menyebabkan kebakaran hutan, sehingga selain kerugian ekonomi juga menyebabkan hilangnya tempat tinggal bagi berbagai satwa liar. Haruskah semua ini dibiarkan terus terjadi? Kalau Tuhan, Sang Pencipta memenuhi janji-Nya untuk tidak mendatangkan air bah yang akan menghancurkan umat manusia, kenapa kita sebagai ciptaan-Nya malah melakukan kegiatan-kegiatan yang merusak lingkungan dan dapat menimbulkan bencana? Sudah saatnyalah bagi kita semua untuk bertindak sesuai dengan keinginan Tuhan untuk memelihara dan melestarikan ciptaanNya dan bukan untuk merusakkannya. 13
BAB III Kekayaan Alam Indonesia, Pemanfaatan, dan Permasalahannya
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah baik di daratan maupun lautan. Hutan Indonesia merupakan hutan tropis nomor tiga terluas di seluruh dunia, dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, kaya dengan berbagai flora dan fauna. Selain itu, Indonesia juga mempunyai laut yang sangat luas dengan kekayaan sumber daya hayati dan non hayati yang memiliki potensi dan nilai ekonomi tinggi. Keindahan alam bawah laut dengan warna warni terumbu karang serta ikan-ikan yang berenang riang, duyung, penyu, serta biota laut lain termasuk jenis-jenis yang Iangka dan dilindungi membuat Indonesia dikenal sebagai surga bagi wisata bahari. Indonesia dengan luas daratan 1.916.600 km2, atau hanya 1,3% luas daratan dunia, ternyata memiliki: 12% mamalia dunia (515 jenis), 7,3% reptil dan amphibi (511 & 270 jenis), 17% burung (1.531 jenis) yang ada di dunia. 14
Kekayaan fauna ini ditambah dengan kekayaan floranya, yaitu dengan keberadaan hutan hujan tropis telah menjadikan Indonesia sebagai negara “megadiversity” atau negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Mittermeier dkk (1997) memperkirakan sekurangkurangnya 38.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi, 477 jenis palem, dan > 175 jenis kayu hutan yang bernilai ekonomis tinggi terdapat di Indonesia. Kekayaan alam inilah yang telah menarik perhatian bangsabangsa Eropa untuk datang ke Indonesia, melakukan perdagangan hasil bumi, seperti merica, pala, tebu, kopi, coklat, cengkeh dan lain-lainnya, yang kemudian berakhir dengan dijadikannya Indonesia sebagai negara jajahan Belanda selama 3,5 abad, diikuti pendudukan oleh bangsa Jepang selama 3,5 tahun, sampai Indonesia berhasil memperjuangkan kemerdekaannya di tahun 1945. Pada era Orde Baru, hutan merupakan sumber daya alam utama untuk meningkatkan pembangunan perekonomian Indonesia. Selama dekade 1990 produk-produk kayu berada pada urutan ketiga komoditi 15
ekspor Indonesia, dan sekitar 800.000 lowongan pekerjaan bergantung kepada industri-industri berbasis hutan (Atje dkk, 2001). Pendapatan pemerintah dalam bentuk royalti di sektor kehutanan mencapai lebih dari US $ I, I miliar per tahunnya (World Bank, 2001). Sayangnya eksploitasi hutan demi kepentingan ekonomi jangka pendek telah merusak keuntungan sosial dan lingkungan jangka panjang. Lahan hutan Indonesia menurun pada tingkat yang mengkhawatirkan: perkiraan terkini menunjukkan bahwa antara tahun 1995 dan 1997 terjadi pengurangan luas hutan sebesar 1,8 juta hektar per tahun. Keadaan ini bahkan lebih buruk lagi di tahun 2001. World Bank (2001) memperkirakan bahwa hutan dataran rendah kering di Sumatra, yang merupakan hutan produksi utama dan penting bagi konservasi keanekaragaman hayati akan berhenti berfungsi sebagai hutan produksi dan habitat satwa liar pada tahun 2005. Hal yang sama akan terjadi di Kalimantan pada tahun 2010. Hal ini terutama disebabkan karena keserakahan dan kecerobohan manusia, korupsi, dan lemahnya penegakan hukum. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah membuka pintu menuju reformasi di segala bidang, termasuk kehutanan. Menyadari hal ini, pemerintah mulai mengalihkan perhatian kepada upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam lain di Indonesia, yaitu sumber daya kelautan. Sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.508 pulau, wilayah laut Indonesia sangatlah luas, yaitu sekitar 5,8 juta km2, 16
yang terdiri atas 3,1 juta km2 laut lepas dan 2,7 km2 zona ekonomi eksklusif dengan panjang pantai sekitar 81.000 km. Wilayah pesisir dan laut sangat kaya dengan hutan bakau, terumbu karang dan padang lamun. Terdapat kurang lebih: 2.500 jenis moluska, 2.000 jenis krustasea, 6 jenis penyu laut, 30 jenis mamalia laut, dan >200 jenis ikan. Indonesia memiliki kurang lebih 75.000 km2 terumbu karang, atau 12-15% dari total terumbu karang dunia, meliputi: > 400 jenis karang batu dari 76 genera, dan 210 jenis karang lunak, sehingga
menjadikan
Indonesia sebagai pusat keanekaragaman karang dunia. Sumber daya alam laut dan pesisir memiliki manfaat penting bagi kehidupan umat manusia, baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial dan ekologi. Manfaat ekonomi berupa sumber-sumber penghidupan,
17
penghasilan dan pendapatan dari hasil laut,seperti: ikan, udang, kepiting, rumput laut,teripang, mutiara, dan masih banyak lainnya. Laut merupakan sumber penghidupan bagi sebagian umat manusia yang saat ini dapat dijadikan andalan utama sebagai pengganti sumber daya hutan yang telah rusak. Untuk mencegah terulangnya kesalahan masa lalu, maka sumber daya laut dan pesisir harus dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Laut adalah sumber makanan (misalnya kerang, ikan, udang, kepiting, rumput laut), yang selain bergizi, juga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Mutiara yang dihasilkan oleh kerang mutiara merupakan perhiasan yang bernilai tinggi. Beberapa hasil laut, seperti rumput laut dan terumbu karang, merupakan bahan obat-obatan yang sangat berguna untuk kesehatan, dan bahan dasar pembuatan kosmetika. Laut juga memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai tempat lalu lintas yang dapat menghubungkan manusia dari satu pulau ke pulau yang lain. Sebenarnya Tuhan menganugerahkan semua kekayaan alam ini adalah untuk dimanfaatkan secara lestari, dan tidak untuk dihabiskan hanya dalam satu atau dua generasi, tetapi kita dalam ke “aku” an kita sering terbawa oleh keinginan menguasai dan memiliki semuanya untuk kepentingan sendiri. Kodrat manusia inilah yang sering mengaburkan pikiran manusia untuk melakukan yang terbaik bagi kepentingan bersama dan bagi masa depan generasi penerus dan bukannya untuk kepentingan sesaat. 18
..
Bumi diciptakan untuk didiami, untuk dihuni dan tidak dibiarkan kosong atau hancur (Yes 45: 18).
..
Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit, Dialah Allah-yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, dan la menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi la membentuknya untuk didiami: “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain”. (Yes 45:18)
Karena itu Tuhan menganugerahkan kekayaan alam yang berlimpah-Iimpah agar nyaman bagi manusia untuk mendiami bumi, dan memberikan kuasa serta tanggung jawab kepada manusia untuk memeliharanya, seperti yang tertera dalam Mazmur 8:4-10.
Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan: apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama dengan Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu: segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang, burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya namaMu diseluruh bumi (Mzm 8:4-10).
19
Benar, sungguh besar kuasa-Nya, dan begitu besar kasih-Nya kepada manusia, kepada kita bangsa Indonesia, yang memiliki laut yang sangat luas, yang dipenuhi ikan-ikan dan terumbu karang serta kekayaan laut lainnya, dan yang tanahnya subur dan memberi hasil berlimpah-Iimpah seperti yang digambarkan dalam kutipan Mazmur sebagai berikut:
© Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia. (Mzm 104: 14-15) © Betapa banyak perbuatanMu, ya TUHAN, sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaanMu. Lihat laut itu, besar dan luas wilayahnya, disitu bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. (Mzm 104:24-25) © Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan. (Mzm 104:21-28)
20
Ajaran yang dituliskan dalam Kitab Nabi Yesaya, Imamat, dan Ulangan menjelaskan kepada kita tentang berkat yang akan kita terima apabila kita hidup menurut kehendak Tuhan, karena hasil alam yang kita peroleh bukan sematamata hasil jerih payah kita, melainkan juga merupakan berkat ketaatan kita kepada Tuhan.
>
Sekiranya engkau memperhatikan perintahperintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanniu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti. (Yes 48 : 18)
>
Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasil dan pohon-pohon di ladangmu akan memberi buah. (Ima 26 : 3-4)
>
Dan akan terjadi, karena kamu mendengarkan peraturanperaturan itu serta melakukannya dengan setia, maka terhadap engkau TUHAN, Allahmu, akan memegang perjanjian dan kasih setia-Nya yang diikrarkann-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu. la akan mengasihi engkau, memberkati engkau dan membuat engkau banyak; la akan memberkati buah kandunganmu dan basil bumimu, gandum dan anggur serta minyakmu, anak lembu sapimu dan anak kambing dombamu, di tanah yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepadamu (Ulg 7:12-13).
21
>
Sebab Tuhan, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri yang dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri, dimana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, dimana engkau tidak akan kekurangan apapun; suatu negeri yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kau gali tembaga (Ulg 8:1-9).
>
Maka janganlah kau katakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini (Ulg 8: I1).
Dengan berpegang kepada perintah Tuhan dan selalu bersyukur atas karuniaNya, manusia akan menerima berkat yang melimpah, karena Tuhan selalu teguh memegang janji yang telah diberikan kepada umat-Nya, seperti yang dituliskan dalam Amsal 3:9-10. Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbunglumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya (Amsal 3:9-10).
Tuhan juga memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk tidak merusak alam tanpa alasan yang jelas. 22
¨
Apabila dalam memerangi suatu kota, engkau lama mengepungnya untuk direbut, maka tidak boleh engkau merusakkan pohon-pohon disekelilingnya dengan mengayunkan kapak kepadanya; buahnya boleh engkau makan, tetapi batangnya janganlah kau tebang, sebab pohon yang di padang itu bukan manusia, jadi tidak patut ikut kau kepung (UIg 20: 19).
¨
Hanya pohon-pohon, yang engkau tahu tidak menghasilkan makanan, boleh kau rusakkan dan kau tebang untuk mendirikan pagar pengepungan terhadap kota yang berperang melawan engkau, sampai kota itu jatuh (Ulg 20:20).
Tuhan menunjukkan bahwa tiap-tiap orang sudah memiliki bagiannya masing-masing, dan tidak pada tempatnya jika seseorang merampas hak orang lain hanya untuk menunjukkan siapa yang lebih berkuasa, atau untuk kepentingan ekonomi semata (Yesaya 5:8). Tuhan juga menunjukkan perlunya membagi anugerahNya dengan mereka yang kurang beruntung, yang di dalam Alkitab dituliskan sebagai orang asing, anak yatim, dan para janda, seperti yang tertera dalam Kitab Ulangan sebagai berikut: >
Celakalah mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan mencekau ladang demi ladang, sehingga tidak tempat bagi orang lain dan hanya kamu sendiri tinggal didalam negeri (Yes 5 : 8)
>
Janganlah menggeser batas tanah sesamamu yang telah ditetapkan oleh orang-orang dahulu di dalam milik pusaka yang akan kau miliki di negeri yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milikmu. (UIg 19 : 14)
>
Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim, dan janda - supaya Tuhan, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu. (UIg 24:19).
23
BAB IV Kerusakan Alam dan Peringatan Tuhan Kerusakan alam yang terjadi di Indonesia merupakan pencerminan dari keserakahan manusia dan ketidak taatan terhadap prinsip-prinsip pelestarian alam yang telah ditunjukkan dalam Kitab Ulangan 22, ayat 6 sebagai berikut: Apabila engkau menemui di jalan sarang burung di salah satu pohon atau di tanah dengan anakanak burung atau telur-telur di dalamnya, dan induknya sedang duduk mendekap anak-anak atau telur-telur itu, maka janganlah engkau mengambil induk itu bersama-sama dengan anak-anaknya.(UI 22: 6)
Ketidaktaatan manusia terhadap perintah Tuhan telah mengakibatkan timbulnya bencana dan kerusakan alam. Sebenarnya Tuhan sudah memberikan berbagai peringatan kepada umatNya mengenai ancaman kerusakan lingkungan alam semesta. Peringatan Tuhan tentang ancaman kerusakan alam tertuang setidaknya dalam Kitab Nabi Hosea dan Injil Matius sebagai berikut:
Hanya mengutuk, berbohong, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah. Sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh penduduknya akan merana; juga binatangbinatang di padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di laut akan mati lenyap (Hos 4: 2-3).
24
>
“Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan diatas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” (Mat 1:24-27)
Tuhan menciptakan manusia seperti gambaran-Nya, untuk memanfaatkan dan memelihara kelestarian ciptaanNya yang lain, dan manusia dilahirkan dengan sifat-sifat yang berbeda, yang menjadi suatu keunikan tersendiri. Keunikan ini haruslah dikembangkan sebagai wujud tanggung jawab kepada Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya. Sayangnya, tanggung jawab ini sering disalah gunakan, ada yang mau melakukan segala sesuatu sesuai dengan firman Tuhan sehingga apa yang dilakukannya bermanfaat bagi sesama, tetapi ada juga yang melakukan perbuatan semena-mena yang merugikan sesamanya dan dan merusak alam semesta. Kekayaan alam berlimpah-limpah telah diciptakan Tuhan untuk dapat dinikmati seluruh umat, tetapi pada kenyataannya seringkali dikuasai hanya oleh segelintir orang yang haus kekuasaan. Rasa serakah inilah yang telah menimbulkan permasalahan serius dan menyebabkan kerusakan sumber daya alam dunia, termasuk Indonesia, padahal telah dituliskan dalam Mazmur bahwa:
25
“Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan” (Mzm 49:21)
Abad 21 menandai dimulainya milenium baru, tetapi abad ini juga menunjukkan awal dimulainya bencana akibat kerusakan sumber daya alam dan dilampauinya daya dukung Iingkungan.Akibat kemarau panjang, sudah mulai tampak tanda-tanda akan terjadinya krisis penyediaan air bersih dan menurunnya pasokan listrik apabila PLTA tidak dapat berfungsi penuh. Pencurian kayu di wilayah perbatasan bahkan sudah berdampak pada bergesernya tanda batas antara Indonesia dan Malaysia. Kebakaran hutan, kekeringan di sawah-sawah, mulai terbatasnya sumber daya energi seperti minyak bumi, dan masih banyak lagi contoh lain, mulai menyadarkan kita untuk mengubah perilaku dari perilaku yang merusak dan boron menjadi perilaku yang bertanggung jawab dan didasarkan pada prinsip kelestarian/keberlanjutan. Saat ini kerusakan hutan di Indonesia diperkirakan telah mencapai 1.6 juta ha/tahun dan 67% dari kerusakan tersebut terjadi akibat konversi hutan menjadi tempat pemukiman atau transmigrasi, perkebunan, dan juga akibat pengembangan rawa. Kebakaran hutan di tahun 1997-1998 telah menghanguskan lebih dari 8 juta ha lahan hutan. Akibatnya, lahan yang gundul dan tandus kini diperkirakan telah mencapai 30% dari total area 26
hutan produksi. Selain mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar bagi Indonesia, kerusakan dan kebakaran hutan juga berdampak pada kelestarian satwa serta tumbuh-tumbuhan di hutan tersebut. Selain kerusakan hutan, telah terjadi juga kerusakan sumber daya kelautan dan perikanan akibat maraknya pencurian maupun penangkapan ikan dengan cara-cara merusak. Kerugian yang diakibatkan oleh pencurian sumber daya ikan saja diperkirakan mencapai $ 2-4 miliar per tahun. Banyak orang yang ingin mendapatkan hasil laut sebanyakbanyaknya dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang pendek, sehingga mereka menggunakan teknologi dan bahan yang merusak, seperti penggunaan bahan peledak atau bom, bahan beracun seperti potasium sianida, bubu dan lain-lainnya. Penggunaan peledak/bom untuk menangkap ikan merupakan penyebab utama kerusakan terumbu karang di Indonesia. Cesar (1997) melaporkan bahwa penangkapan ikan dengan peledak/bom memberikan keuntungan jangka pendek sebesar Rp 75 juta per km2, padahal kerugian jangka panjang yang ditimbulkan dari hilangnya penerimaan perikanan saja telah mencapai sekitar Rp 430 juta per km2, sedangkan jumlah kerugian total yang meliputi perikanan, perlindungan pantai, turisme, dan lain-lain dapat mencapai kisaran antara Rp 490 juta sampai Rp 3.8 miliar per km2. 27
Selain penggunaan peledak, penangkapan ikan hidup, terutama ikan-ikan karang yang bernilai ekonomi tinggi, seperti ikan kerapu dan ikan Napoleon serta ikan-ikan hias banyak dilakukan dengan menggunakan potas (racun sianida). Sampai saat ini dampak langsung penggunaan potas masih menjadi bahan perdebatan, karena potasium mudah sekali terlarut dalam air. Dampak lebih banyak terjadi akibat kerusakan fisik, yaitu pembongkaran karang untuk menangkap kerapu atau lobster. Kerusakan ini cukup memprihatinkan karena armada penangkapan ikan hidup tergolong sebagai armada besar. Diperkirakan kerugian jangka panjang yang disebabkan oleh penggunaan potas dapat mencapai kisaran Rp 200 juta sampai Rp 2,3 miliar per km’. Eksploitasi yang berlebihan di daerah pesisir dan laut, seperti tangkap lebih (over fishing), pariwisata yang tidak ramah lingkungan, misalnya menginjak-injak karang, mengambil karang hidup untuk hiasan atau cendera mata dan penempatan jangkar kapal atau perahu secara sembarangan, dan pengambilan/penambangan karang untuk dijadikan bahan bangunan dan kapur telah menyebabkan kerusakan pada sumber daya pesisir dan laut. Selain itu, penebangan dan konversi hutan mangrove di wilayah pesisir secara berlebihan untuk berbagai tujuan, seperti bahan 28
bangunan, kayu bakar, bahan pembuatan arang dan dijadikan areal tambak, permukiman, atau perkantoran telah menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem mangrove, yang kemudian juga mempengaruhi kualitas ekosistem padang lamun dan terumbu karang. Penebangan hutan mangrove tidak hanya berdampak pada berkurangnya areal hutan saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah dampak ekologi dan biologi yang akibatkannya, yaitu hilangnya pelindung pantai dari hempasan ombak dan badai, sehingga terjadi abrasi pantai serta hilangnya tempat berkembang biaknya ikan, kepiting dan udang. Kondisi ini tidak hanya merugikan diri kita sendiri melainkan juga masyarakat banyak dan generasi yang akan datang. Ada dua kelompok manusia yang melakukan perusakan sumber daya alam darat maupun laut, yaitu kelompok yang serakah yang dipicu oleh keserakahannya mengambil hasil sumber daya alam secara semena-mena dan berlebihan, dan karena itu seringkali melakukan kegiatan yang merusak sumber daya alam. Kelompok kedua adalah mereka yang tergolong miskin dan tidak mempunyai akses terhadap sumber-sumber ekonomi. Karena kemiskinannya dan untuk mempertahankan hidup keluarganya, mereka terpaksa melakukan kegiatan yang merusak sumber daya alam. Seringkali mereka menjadi kepanjangan tangan dari pemilik modal untuk melakukan perusakan 29
seperti menjadi buruh penebangan kayu ilegal, buruh pengebom atau pembius ikan, buruh pengeruk pasir laut, atau buruh penebang hutan bakau. Kerusakan sumber daya alam dan krisis ekonomi telah menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin di Indonesia. Dilaporkan bahwa jumlah pengangguran telah mencapai 40 juta dan jumlah penduduk miskin mencapai 100 juta (Kompas 17 Agustus 2003). Keadaan ini sangat ironis mengingat kekayaan alam yang berlimpah-limpah yang telah dianugerahkan Allah kepada bangsa dan negara Indonesia. Hal ini terjadi karena kita tidak melaksanakan tanggung jawab untuk memelihara kekayaan alam dan hidup tidak taat terhadap Firman Allah. Untuk mempertahankan kelestarian alam maka kita haruslah memanfaatkan sumber daya alam darat dan laut secara adil dan lestari, agar kita semua dapat memenuhi tanggung jawab kita kepada generasi yang akan datang.
30
BAB V Umat Manusia Bertanggung Jawab Melestarikan Ciptaan Tuhan Tuhan telah memberikan anugerah yang berlimpah-Iimpah kepada masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, berupa sumber daya alam pesisir dan taut yang sangat kaya dan beraneka ragam. Kekayaan yang sudah tersedia ini merupakan anugerah Tuhan agar seluruh umat-Nya dapat memanfaatkan anugerah ini bagi kehidupan dan kesejahteraan seluruh anggota masyarakat. Sebagai umat beriman, kita wajib bersyukur atas semua anugerah yang telah diberikan kepada kita, yang berupa kekayaan sumber daya alam, bumi yang subur, hutan yang lebat dengan keaneka-ragaman flora dan faunanya, laut yang luas dengan kekayaan ikan, terumbu karang, lamun dan biota laut lainnya. Kita menyadari bahwa tidak semua bangsa di dunia ini yang mempunyai kekayaan sumber daya alam dan laut seperti bangsa Indonesia, karena itu kita harus bersyukur dan berusaha mengelolanya secara bertanggung jawab agar terjamin kelestariannya. Bagaimana Tuhan memperkenalkan prinsip-prinsip konservasi/pelestarian sumber daya kepada umatNya? Pada bagian sebelumnya sudah dikemukakan bahwa Tuhan menciptakan langit, bumi dan segenap isinya untuk dimanfaatkan dan dipelihara, dan Tuhan juga telah mengatur bagaimana kita sebagai ciptaan-Nya dapat memanfaatkan kekayaan alam yang dianugerahkan-Nya secara berkelanjutan. 31
Tuhan bahkan telah memperkenalkan prinsip-prinsip konservasi/pelestarian alam sejak jaman Nabi Nuh (Kej 6:18, 7:13-17), jauh sebelum Yesus Kristus dilahirkan. Karena itu sudah menjadi kewajiban kita untuk mengingat kembali bahwa kita manusia, yang diciptakan Tuhan menurut gambaran diri-Nya, berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alam yang telah dianugerahkan kepada kita semua. Selain kewajiban untuk bersyukur, melaksanakan perintah Tuhan dan memeliharakan ciptaan-Nya, kita juga diingatkan agar berbuat kebajikan dan membagikan sebagian dari anugerah dan karunia yang kita peroleh kepada sesama, terutama kepada mereka yang kurang beruntung (UI 23:2425, 24:19). Manusia juga dituntut untuk saling mengasihi dan mau membuka hati kepada sesama (I Yoh 3:17-18). Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak anakKu, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. (I Yoh 3:17-18)
Tuhan juga telah mengajarkan tentang pelestarian hewan melalui firman tentang induk burung dan anak-anaknya (Ulangan 22:6). Peraturan tentang melepasan induk burung, merupakan ajaran tentang bagaimana melaksanakan pelestarian sumber daya/species (jenis) hewan tertentu. Jadi pengambilan/penangkapan burung tersebut dilakukan dengan dengan memberikan kesempatan bagi jenis burung tersebut untuk berkembang biak lagi. 32
Sayangnya, pada penangkapan ikan dengan pukat harimau semua jenis ikan dengan ukuran apa saja akan tertarik oleh jaring/pukat sehingga terjadi penangkapan berlebih yang tidak efisien, karena sebenarnya hasil tangkapan yang diincar oleh nelayan adalah udang, sehingga jenisjenis ikan yang dianggap kurang bernilai ekonomis sering dibuang begitu saja. Penangkapan dengan peledak biasanya juga mematikan ikan-ikan kecil serta biota laut lain yang ada di lokasi ledakan. Tambahan lagi sekurang-kurangnya 30% ikan yang terkena ledakan tidak dapat diambil karena tenggelam, terbawa arus, atau hancur. Kegiatan-kegiatan semacam ini dilakukan tanpa mempertimbangkan unsur pelestarian maupun penciptaan. Manusia dengan sadar menghancurkan makhluk-makhluk hidup lainnya, padahal untuk menciptakan seekor semutpun ia tak bisa. Tuhan juga memperkenalkan prinsip-prinsip pelestarian melalui firman-Nya tentang hari dan tahun Sabat (Keluaran 31:15-17 dan Imamat 25:1-7).
Enam tahunlah lamanya engkau menabur di tanahmu dan mengumpulkan hasilnya, tetapi pada tahun ketujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja, supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan dimakan binatang hutan. Demikian juga kau lakukan dengan kebun anggurmu dan kebun zaitunmu (Kel 23:10-I I).
Enam harilah Iamanya engkau melakukan pekerjaanmu, tetapi pada hari ketujuh haruslah engkau berhenti, supaya lembu dan keledaimu tidak bekerja dan supaya anak budakmu perempuan dan orang asing melepaskan lelah (Kel 23:12).
Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada Sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh la berhenti bekerja untuk beristirahat (Kel 31:15, 17).
33
Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu, tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kau taburi dan kebun anggurmu janganlah kau rantingi. Dan apa yang tumbuh sendiri dari penuaianmu itu, janganlah kau tuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang tidak dirantingi, janganlah kau petik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian penuh bagi tanah itu. Hasil tanah selama sabat itu haruslah menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing diantaramu, yang semuanya tinggal padamu. Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makanannya (Im 5:3-1).
Sebenarnya prinsip sabat ini sama dengan rotasi tanaman atau buka tutup sasi di Maluku dan sasisen di Irian. Masa istirahat diperlukan untuk mengurangi eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Kalau nelayan di Papua, NTT, Maluku dan tempat-tempat lain menghentikan kegiatan menangkap ikan pada hari Minggu, maka ada kesempatan untuk memulihkan stok ikan yang sudah ditangkapi selama 6 hari sebelumnya, karena setelah I hari beristirahat para nelayan akan mengarahkan perahu-perahu mereka ke lokasi-lokasi penangkapan yang lain. Sama juga dengan pelaksanaan tutup sasi, dimana sumber daya di lokasi tutup sasi itu tidak boleh diganggu atau dipanen sampai tiba masa untuk buka sasi, yang pada prakteknya mirip dengan pelaksanaan tahun sabat. Kegiatan peladangan berpindah tradisional yang dilakukan suku Dayak, misalnya, juga mengikuti siklus sehingga tanah dibiarkan beristirahat selama beberapa tahun setelah digarap terus menerus sebagai ladang selama kurang Iebih 2-3 tahun. 34
Sayangnya, sekarang pembakaran hutan dilakukan untuk membuka lahan hutan menjadi lahan-lahan perkebunan atau pemukiman. Akibatnya, berbagai jenis tanaman hutan yang tadinya memiliki kesempatan beregenerasi menjadi punah, dan kesuburan tanah juga tidak bisa pulih karena diusahakan secara intensif. Sebagai makhluk Tuhan yang sadar lingkungan, kita tidak mungkin membiarkan perusakan sumber daya alam ini berlanjut, karena itu kita harus mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama memanfaatkan, mengelola, menjaga, dan melestarikan sumber daya alam, dan mengaitkan permasalahan ini dengan ajaran-ajaran Tuhan sendiri. Pemanfaatan kekayaan alam adalah hak semua orang, karena itu pemeliharaan dan pelestarian kekayaan alam adalah kewajiban semua orang. Setiap umat manusia pada hakekatnya dapat berbuat baik dan tidak melakukan perusakan terhadap sumber daya alam darat dan laut. Beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk berbuat baik dan tidak melakukan perusakan, antara lain: Membuang sampah dan Iimbah rumah tangga pada tempatnya dan tidak sembarangan Melakukan prinsip-prinsip 3R: “Reduce, Reuse, Recycle “ (Mengurangi, Memanfaatkan Kembali, Mendaur Ulang) Menggunakan armada dan alat tangkap yang ramah Iingkungan, seperti pancing dan jaring apung, dan tidak menggunakan bahan dan alat yang merusak terumbu karang dan ekosistemnya, seperti bom, bius atau racun potassium sianida, jaring dasar, bubu dan akar tuba 35
Menangkap ikan dan biota laut atau menebang kayu sesuai dengan ukuran dan aturan yang berlaku Melaksanakan kegiatan wisata yang ramah lingkungan dengan cara, antara lain: tidak menebang kayu untuk membuat api unggun di hutan-hutan wisata, tidak menembak atau mengganggu hewan-hewan liar, tidak mengambil bunga-bunga atau tanaman liar yang dilindungi seperti eidelweis atau anggrek hitam, tidak menginjak-injak terumbu karang, tidak mengambil karang hidup untuk cindera mata, tidak membuang jangkar perahu atau kapal wisata secara sembarangan, Tidak melakukan penambangan karang, terutama yang masih hidup untuk keperluan bahan bangunan dan kapur Melaporkan orang-orang yang melakukan perusakan sumber daya alam darat dan laut kepada petugas yang berwenang. Dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban untuk memelihara dan melestarikan ciptaan Tuhan, kita umat manusia akan dapat memanfaatkan dan menikmati sumber daya alam darat dan laut secara berkelanjutan. Jadi, kekayaan alam darat dan laut baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang tetap dapat menikmati anugerah Tuhan yang bersumber pada kekayaan dan keanekaragaman flora dan fauna serta kekayaan alam non hayati yang terdapat di darat dan di laut, serta memanfaatkannya untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. 36
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang bernurani harus mengambil tanggung jawab secara nyata, dengan memanfaatkan, menjaga, memelihara, dan melestarikan ciptaan lain yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Borrong (2002) menyatakan bahwa manusia seharusnya malu untuk memetik sesuatu yang tidak ditanamnya dan yang tidak dirawatnya. Menebang pohon yang tidak kita tanam atau menangkap ikan di laut lepas hanya berdasarkan pertimbangan keuntungan ekonomi tanpa mempertimbangkan kelestarian sumber daya tersebut, merupakan tindakan semena-mena. Yesus telah mengajarkan kepada kita dalam doa kepada BapaNya, yaitu: “berikanlah kepada kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat 6:11). Jadi sudah sepantasnya kalau kita memenuhi kebutuhan hidup secukupnya, secara selektif, tidak rakus atau boros, tidak serakah, tidak merusak. Sumber daya alam disediakan Tuhan untuk seluruh umatNya, karena itu sebagai umat yang beriman kita haruslah menjaga kesinambungan dan ketersediaan sumber daya alam darat dan laut untuk sesama kita, baik generasi sekarang maupun yang akan datang.
37
BAB VI Melaksanakan Kewajiban Melestarikan Ciptaan Tuhan melalui Program-Program Pengelolaan Lingkungan.
Kebiasaaan-kebiasaan masyarakat daerah sering merupakan cerminan kebijaksanaan manusia atas ciptaan Tuhan. Borrong (2002) mengambil contoh tradisi masyarakat Sulawesi Tengah memanfaatkan kayu hitam (eboni) tanpa merusaknya. Sebelum jaman Belanda, masyarakat menggunakan kayu eboni tua yang diambil dari pohon eboni yang tumbang. Mereka tidak pernah menebang pohon tersebut atau memperdagangkannya. Tetapi diperkirakan dengan meningkatnya perdagangan hasil bumi Indonesia pada jaman Belanda, kayu ebonipun dikembangkan sebagai salah satu komoditi hasil hutan yang banyak diminati di Eropa, dan sejak itu eboni mulai ditebangi. Dengan diprioritaskannya hasil hutan sebagai sumber devisa negara, setelah Indonesia merdeka dan terutama di era Orde Baru, kayu eboni menjadi salah satu andalan hasil hutan dari Luwu dan Mamuju. Kayu ini sangat laku dan mahal harganya, sehingga diburu orang. Akibatnya, eboni sekarang menjadi salah satu jenis pohon yang terancam punah, karena penebangannya tidak diikuti dengan penanaman kembali, sedangkan eboni hanya tumbuh di lokasi-lokasi tertentu. Kondisi ini menunjukkan eksploitasi sumber daya alam yang hanya dilandasi pertimbangan untuk mencapai keuntungan ekonomi semata tidak akan mungkin menjamin kelestarian sumber daya alam tersebut dan kesinambungan pemanfaatannya bagi generasi yang akan datang. 38
Tradisi/kebijaksanaan tradisional juga berperan penting dalam melestarikan sumber daya laut. Misalnya tradisi Silelebas atau pengaturan pengambilan hasil laut secara bergilir di Taka Bonerate, yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh Panglima Menteng. Dalam sistem ini dilakukan pengaturan jadwal mengambil hasil-hasil laut, sehingga terdapat jadwal panen yang berbeda-beda bagi setiap jenis biota/ikan. Sistem ini memberikan kesempatan bagi biota laut untuk berkembang, dan mencegah panen yang berlebihan atau ancaman punah. Sayangnya, sejak kemerdekaan Indonesia, terutama dengan terbukanya akses hubungan laut antar pulau, banyak nelayan luar yang mencari ikan di perairan Taka Bonerate, sehingga sistem Silelebas tidak berfungsi lagi. Hal-hal yang demikian menimbulkan kerugian besar, karena akhirnya banyak praktek penangkapan ikan secara merusak, seperti penggunaan bom dan bius yang susah dikontrol. Disamping itu penangkapan berlebihan juga menjadi masalah serius di Taka Bonerate. Kondisi ini juga terjadi di banyak tempat lain di Indonesia, seperti rusaknya hutan-hutan lindung di Sumatra dan Kalimantan, kerusakan terumbu karang di perairan Padaido,Taman Nasional Komodo, hilangnya efektifitas Sasi di Maluku, dll. Banyak kegiatan pengelolaan lingkungan, baik yang dibiayai dengan hibah dan dilaksanakan oleh berbagai LSM, maupun yang dibiayai melalui pinjaman luar negeri, yang diarahkan untuk mengatasi kerusakan alam di berbagai wilayah Indonesia. Misalnya, TNC di Taman Nasional Komodo, Program NRM di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Lampung. 39
Sebagian besar kerusakan-kerusakan sumber daya alam di Indonesia berpangkal pada tingkah laku manusia. Tingkah laku yang merusak biasanya dilakukan karena beberapa alasan, seperti ketidaktahuan, ketidak pedulian, keserakahan, maupun tekanan ekonomi, oleh karena itu penyadaran dan komunikasi masyarakat menjadi komponen tak terpisahkan dari upaya-upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Upaya mengelola dan melestarikan sumber daya alam darat dan taut sangat penting dan mendesak untuk dilakukan. Hal ini sudah mulai disadari oleh berbagai kalangan, termasuk, pemerintah, LSM, akademisi dan masyarakat lainnya. Sebagai wujud kesadaran akan tanggung jawab memelihara dan melestarikan kekayaan alam laut Indonesia secara berkelanjutan, pemerintah Indonesia mengembangkan satu program nasional yang diberi nama COREMAP (Coral reef Rehabilitation and Management Program) atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. Program COREMAP bertujuan untuk: “Melindungi, memperbaiki, serta memanfaatkan terumbu karang dan ekosistem yang terkait dengannya secara berkelanjutan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir”. Program ini dikembangkan mengingat bahwa sekitar 70% terumbu karang Indonesia berada dalam kondisi rusak, padahal Indonesia dianggap sebagai pusat keanekaragaman karang dunia. Selain itu terumbu karang memiliki fungsi yang sangat penting sebagai habitat ikan dan udang, sehingga kerusakan terumbu karang akan mempengaruhi penerimaan perikanan. 40
Program ini terdiri atas 5 komponen yaitu : Komunikasi Masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya pengelolaan terumbu karang secara berkelanjutan. CRITC yang mencakup kegiatan penelitian, pengumpulan dan diseminasi informasi, serta pelatihan teknis. MCS, yaitu pemantauan, pengendalian, dan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan terumbu karang PBM (Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat) untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut secara Iestari. Pembangunan Kapasitas untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan ketrampilan para pemangku kepentingan. Kegiatan komunikasi masyarakat ditekankan kepada peningkatan pemahaman, kesadaran, dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan dan menjaga terumbu karang agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Berbagai upaya telah dilakukan melalui berbagai media, seperti TV, Radio, media cetak (koran, majalah), dakwah dan sekolah. Untuk mendukung kegiatan ini, bermacam-macam pesan penyadaran telah dituangkan ke dalam berbagai buku, VCD, kaset, brosur, leaflet, poster, kaos, topi, pin, nyanyian, 41
stiker dan permainan-permainan. Kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat (PBM) yang dikembangkan oleh COREMAP sangat sejalan dengan hak dan kewajiban manusia untuk memanfaatkan dan menjaga kelestarian sumber daya laut, khususnya ekosistem terumbu karang. Masyarakat, khususnya masyarakat pesisir, terlibat secara aktif dalam melindungi, merehabilitasi dan memanfaatkan terumbu karang secara lestari. Tujuan utama dari PBM adalah meningkatkan kemampuan masyarakat pesisir untuk merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengontrol pengelolaan terumbu karang. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai kegiatan PBM dilakukan, antara lain: (I) penyediaan mata pencaharian alternatif agar masyarakat tidak melakukan kegiatan yang merusak terumbu karang, (2) penyediaan sarana dan prasarana penunjang, (3) peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat, (4) peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang, dan (5) peningkatan kemampuan masyarakat agar dapat memanfaatkan, menjaga dan melindungi terumbu karang di daerah masing-masing.
Strategi COREMAP yang lain adalah memantau, mengontrol dan menegakkan aturan-aturan lokal dan hukum, dikenal dengan istilah MCS. 42
Tujuan utama kegiatan MCS adalah memberantas kegiatan yang merusak ekosistem terumbu karang, seperti pengeboman dan pembiusan. Dalam kegiatan ini, unsur-unsur penegak hukum, seperti Polisi Airud, kejaksaan dan Pengadilan, dan masyarakat harus bekerjasama dan bahu membahu dalam mengatasi pelanggaran hukum yang mengakibatkan rusaknya sumber daya terumbu karang di sekitar mereka. Untuk mendukung strategi, program dan kegiatannya, COREMAP mengembangkan pusat riset, informasi dan pelatihan yang biasa disebut CRITC. Data dan informasi sangat diperlukan untuk perencanaan dan pemantauan kegiatan COREMAP Melalui CRITC kita dapat mengetahui potensi, kondisi dan permasalahan sumber daya laut, khususnya ekosistem terumbu karang, baik dari aspek ekologi maupun sosial. Kita juga dapat memantau perkembangan kondisi terumbu karang dan keterlibatan masyarakat dalam penyelamatan sumber daya laut tersebut. Untuk meningkatkan kemampuan, baik aparat maupun masyarakat, maka COREMAP juga memfasilitasi berbagai pelatihan sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan dakwah dalam penyadaran masyarakat beragama Islam telah dilaksanakan di Selayar dan Taka Bonerate. Yayasan Melania menyusun Buku Pedoman Dakwah Terumbu Karang, yang terbukti cukup efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya mengelola terumbu karang secara berkelanjutan. 43
Untuk mengetahui tanggapan tentang ajaran Alkitab (Alkitab) bagi upaya meningkatkan kesadaran masyarakat Kristen tentang pentingnya melakukan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, COREMAP telah melakukan lokakarya pengelolaan terumbu karang melalui kajian Alkitabiah di Biak, Papua, dan Kupang, NTT. Hasil Iokakarya tersebut menunjukkan bahwa penggunaan ajaran Alkitab merupakan alat yang efektif guna melaksanakan program-program komunikasi/ penyadaran masyarakat tentang pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam. Karena itu, keberadaan buku ini sangat diperlukan, guna membantu para pemuka agama, guru, dan LSM` dalam melakukan komunikasi dan kampanye penyadaran masyarakat di Iingkungan masyarakat Kristen (Katolik, Protestan, dan Iainnya) di Papua, Maluku, NTT, Sulut, dan Sumut.
44
BAB VII Kesimpulan Tuhan menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya untuk kemakmuran dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Sebagai ciptaan yang paling mulia di muka bumi, manusia mendapatkan kepercayaan dari Tuhan untuk memelihara, menjaga, dan melestarikan kekayaan alam, dan bukan sekedar memanfaatkan atau menguasainya. Dari uraian dan bahasan di dalam Bab bab terdahulu, dan dalam kaitannya dengan ajaran Alkitab, dapat disimpulkan bahwa: I . Sumber daya alam darat dan laut diciptakan Tuhan dalam keadaan baik untuk menunjang kehidupan manusia. 2. Manusia diberi tanggung jawab untuk memanfaatkan, mengelola, menjaga, dan melestarikan sumber daya alam. 3. Pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian/ konservasi, dalam artian kekayaan alam yang kita nikmati hari ini harus mampu kita wariskan kepada generasi yang akan datang. 4. Pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi-fungsi sosial, misalnya pemberian hasil untuk anak-anak yatim piatu, janda-janda, dan orang-orang yang membutuhkan. 5. Ketaatan terhadap Firman Tuhan akan memberikan berkat yang berlimpah serta penghasilan memadai dari pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Manusia harus berusaha untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara baik dan bijaksana, karena ciptaan Tuhan tidak disediakan hanya untuk generasi sekarang, tetapi merupakan titipan dari generasi yang 45
akan datang. Tuhan telah memperingatkan agar manusia tidak hanya memikirkan kebutuhan dirinya pribadi dan keperluan duniawi saja, melainkan juga memperhatikan kebutuhan sesama umat dan kehidupan yang akan datang. Karunia Tuhan diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, karena itu kita wajib berbuat kebajikan kepada sesama dan memberikan sebagian dari anugerah yang kita terima kepada orang-orang yang membutuhkan. Tuhan akan memberikan berkat atau kutuk, tergantung kepada perilaku masing-masing orang dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang telah disediakanNya bagi manusia. Sebagai wujud syukur, manusia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab mengelola dan menjaga sumber daya alam darat dan taut secara lestari/ berkelanjutan.
Mazmur 9:5 “Marilah kita bersorak-sorak untuk TUHAN Biarlah kita menghadapi wajah-Nya dengan nyanyian syukur.... Sebab TUHAN adalah Allah yang besar dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada ditangan-Nya, puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya. Masuklah, marilah kita sujud menyembah. Berlutut dihadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita.”
46
Daftar Pustaka Atje,R., L.Christanty,TFeridhanusetiawan, dan Kurnya Roesad. 2001. Hutan sebagai Aset Strategis. Dalam: Analisis CS/S. Tahun XXX/2001. No.2. Hal. 124-136. Borrong, R.P. 2002. ADVEN dan Kepedulian Terhadap LINGKUNGAN. UPI STT Jakarta. 42 hal. Cesar,H. 1997. Nilai Ekonomi Terumbu Karang Indonesia. The World Bank, Wash ington,D.C. COREMAP, 2001. Final report COREMAP Midterm review 1998-2000. Jakarta: COREMAP PMO. Deane-Drummond,C. 1996.A handbook in Theology and Ecology. IOREC/WWF SCM Press Ltd. London. Haidle, H. 2002. Penciptaan (Judul Asli: Creation).Adolos, Jakarta. Lembaga Alkitab Indonesia. 1996. ALKITAB. Deuterokanonika. (ed.4). LAI Jakarta. Mittenmeier,R.A., PR.Gil & C.G.Mittenmeier. 1997. Megadiversity: Earth’s Biologically Wealthiest Nations. CEMEX, S.A. Quebec Printing Inc, Canada. World Bank, 200 1. “Indonesia: Environment and Natural Resource Management in a Time of Transition”. Washington: World Bank.
47