PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, KOMPETENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR DAN KEHATI-HATIAN AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS ( Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Malang ) Lepinus Kogoya1), Ahmad Mukoffi2), Hari Purnomo3) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Email:
[email protected]
ABSTRAK Profesionalisme auditor, kompetensi auditor, pengalaman auditor dan kehatihatian auditor perlu diterapkan dalam menjalankan tugas sebagai auditor sehingga auditor mampu mempertimbangan tingkat materialitasnya demi kelangsungan perusahaan yang diaudit dan kepercayaan klien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor, kompetensi auditor, pengalaman auditor dan kehati-hatian auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas secara parsial dan simultan. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dengan mengunakan metode kuantitatif. Sampel penelitian ini menggunakan metode teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner. Metode analisa data yang di gunakan adalah Regresi Linier berganda dengan mengunakan program SPSS. Hasil uji F membuktikan bahwa profesionalisme auditor, kompetensi auditor, pengalaman auditor dan variabel kehati-hatian auditor berpengaruh secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dengan nilai sebesar 32.347. Berdasarkan hasil uji t membuktikan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh secara parsial terhadap pertimbangan tingkat materialitas dengan nilai sebesar 4,654. Adapun kompetensi auditor berpengaruh secara parsial terhadap pertimbangan tingkat materialitas dengan nilai sebesar 2,919, pengalaman auditor berpengaruh secara parsial terhadap pertimbangan tingkat materialitas sebesar 2,692 dan kehati-hatian auditor berpengaruh secara parsial terhadap pertimbangan tingkat materialitas sebesar 3,170. Dengan demikian maka auditor dalam melakukan tugas audit harus berpatokan kepada tujuan auditor yaitu memberi pelayanan harus berdasarkan fakta, jujur dan transparansi.
Kata Kunci: Profesionalisme Auditor, Kompetensi Auditor, Pengalaman Auditor, Kehati-hatian Auditor, Pertimbangan Tingkat Materialitas dan Kota Malang.
THE EFFECT OF AUDITOR PROFESSIONALISM, AUDITOR COMPETENCE, EXPERIENCE OF AUDITOR AND AUDITOR PRUDENTIAL TO THE MATERIALITY LEVEL CONSIDERATION (Case Study On Public Accounting Firm In Malang) Lepinus Kogoya1), Ahmad Mukoffi2), Hari Purnomo3) Accounting Department Faculty of Economics University of Tribhuwana Tunggadewi Malang Email:
[email protected]
ABSTRACT Professionalism of Auditor, Auditor Competence, Experience of Auditor and Auditor Prudential need to be applied in performing their duties as auditor so the auditor is able to make consideration the level of materiality for the survival of the company being audited and trust of clients. The purpose of this study was to determine the effect of professionalism of auditors, auditor competence, experience of auditor and auditor prudential/prudence auditor to the consideration of materiality level partially and simultaneously. The research conducted was the research using quantitative methods. This study samples used purposive sampling method. Data collection technique used by researchers is the questionnaire. Data analysis method used is multiple linear regression by using SPSS. F-test result prove that the professionalism of auditors, the competence of auditors, auditor experience and auditor prudential variables affect simultaneously to the consideration of the materiality level with a value of 32 347. Based on t test result prove that the professionalism of auditors partially affect to tthe materiality level consideration with a value of 4.654. The auditor competence partially take effect on the consideration materiality level with a value of 2.919, auditor experience partially affect on the consideration of materiality level of 2,692 and auditor prudential partially affect on consideration of the materiality level of 3.170. Thus, the auditor in performing audit duty/assignment should be based on the purpose of the auditor is to provide service must be based on the fact, honesty and transparency. Keywords: Professionalisme of Auditor, Auditor Competence, Auditor Experience and Auditor Prudential/Prudence Auditor, Consideration of Materiality Level.
PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat atau persaingan dengan semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan agar dapat bertahan dalam menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola
usaha. Salah saji kebijakan yang selalu ditempuh oleh pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu auditor sebagai pihak yang diangkap independen. Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya,
melainkan juga untuk kepentingan pihak yang lainnya mempunyai kepentingan atas laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Statement of Financial AccountingConcept (SFAC) No.2, menyatakan bahwa relevansi dan reliabilitas adalah dua kualitas utama yang membuat informasi akuntansi berguna untuk pembuatan keputusan. Untuk itu dapat mencapai kualitas relevan dan reliable maka laporan keuangan perlu diaudit oleh auditor untuk memberikan jaminan kepada pemakai bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, auditor harus peningkatkan kinerja, agar menghasilkan audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Untuk meningkatkan kinerja, auditor memiliki sikap profesional dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan. Gambaran umum tentang Profesionalisme seorang auditor menurut Hall (1968) dalam Herawati dan Susanto (2009), tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian pada kompetensi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap tingkat materialitas dan berhubungan dengan rekan-rekan auditor dengan profesionalisme yang tertinggi, kebebasan auditor yang akan terjamin. Misalnya kasus yang terjadi adalah kasus yang menimpa salah saji akuntan publik yaitu Drs. Hans Burhanuddin Makarao, yang dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena tidak mematuhi
Standar Auditing-Standar Profesional Akuntan Publik dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon pada tahun buku 2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh yang cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. Profesionalisme kompetensi seseorang auditor juga harus mempunyai pengalaman yang cukup baik, agar dapat membuat keputusan dalam laporan auditan. Auditor yang menanggapi pengalaman yang berbeda-beda pula dalam memandang dan menanggapi informasi diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberikan kesimpulan audit terhadap obyek diperiksa berupa pemberian pendapat. Pada saat auditor mempertimbangkan keputusan mengenai pendapat apa yang akan dinyatakan dalam laporan audit, material atau tidaknya informasi, mempengaruhi jenis pendapat yang akan diberikan oleh auditor. Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan profesional dan pengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas suatu laporan keuangan tidak akan sama tergantung pada ukuran laporan keuangan tersebut.Selain itu tingkat materialitas tergantung pada dua aspek yaitu aspek kondisional dan aspek situasional. Aspek kondisional adalah aspek yang seharusnya terjadi. Auditor menentukan materialitas secara standar, artinya dalam menentukan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan, antar auditor harus sama dengan tanpa ada pengaruh antara lain, umum ataupun gender. Pada kenyataannya dalam menentukan tingkat materialitas
antar auditor berbeda-beda sesuai dengan aspek situasionalnya. Aspek situasional adalah aspek yang sebenarnya terjadi, yaitu Profesionalisme Auditor itu sendiri. Auditor sering dilema etika dalam menjalani karier bisnis (Mulyadi, 2002). Misalnya klien mengancam untuk mencari auditor baru atau perusahaan memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian.Untuk adanya tekanan dari pihak auditor memerlukan independensi. Misalnya sekalipun auditor dibayar oleh klien auditor harus memiliki kebebasan yang cukup baik untuk melakukan audit. Auditor akan menjadi sepenuhnya tidak independen apabila auditor mendapatkan imbalan yang lebih agar dapat memberikan pendapat yang wajar tanpa pengecualian. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan variabel kompetensi auditor pengalaman auditor sebagai variabel independen. Penelitian ini menggunakan variabel kompetensi auditor karena menurut peneliti permasalahan mengenai kompetensi yang sudah menjadi perkembangan auditor di Indonesia. Kompetensi auditor bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal dibidang auditing dan akuntansi, pengalaman praktik yang memadai bagi pekerjaan yang sedang dilakukan oleh mengikuti pendidikan profesional yang berkelanjutan. Selain itu, pengalaman auditor merupakan salah saji informasi penting dalam tugas audit disamping pengetahuan. Namun, terletak pada penambahan dan banyak auditor yang memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai melakukan pemeriksaan laporan keuangan ketidak cermatan serta sikap kehati-hatian auditor yang tidak dipergunakan dengan baik, sehingga seringkali terjadi
kesalahan dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Dalam laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji informasi dalam laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penelitian ini dimotivasi dengan masih banyak kasus yang terjadi pada Kantor Akuntan Publik (KAP), baik mengenai profesionalisme auditor kompetensi maupun auditor. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2003), Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada penambahan yang didasarkan pada pendapat bahwa akuntan publik yang lebih atau bertambah pengetahuan dalam melakukan proses audit khususnya dalam memberikan pertimbangan tingkat materialitas dalam audit atas laporan keuangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor, kompetensi auditor, pengalaman auditor dan kehati-hatian auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas secara parsial dan simultan.
KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Herawati dan Susanto (2009) mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme Auditor, Kompetensi Auditor, Pengalaman Auditor dan Kehati-hatian Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas” studi kasus Kantor Akuntan Publik di Kota Malang. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari Kantor Akuntan Publik di Kota Malang, serta melakukan kuesioner dan wawacara guna mempermudah dalam
penelitian. Analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan menghasilkan datadata yang sifatnya kualitatif deskriptif yaitu mencoba memberikan gambaran yang menyeluruh tentang objek yang diteliti. Profesionalisme Auditor Pengertian Profesionalisme Menurut Pengertian Umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, sedangkan profesionalisme adalah suatu atribut individu yang penting tanpa melihat dari sesuatu pekerjaan merupakan suatu kompetensi atau tidak (Lekatompessy, 2003 dalam Herawati dan Susanto, 2009:3). Kompetensi adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan tersebut diperoleh untuk hidup, sedangkan profesionalisme dapat diartikan bersifat auditor atau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan atau latihan audit (Badudu dan Sutan, 2002:848). Secara sederhana, profesionalisme berarti bahwa auditor wajib melaksanakan tugas-tugasnya dengan kesungguhannya dan kecermatan. Sebagai seorang profesional, auditor harus menghindari dan ketidak jujuran. Arens et al. (2003) dalam Noveria (2006:3) mendefinisikan profesionalisme sebagai tanggung jawab individu untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang peraturan masyarakat yang ada. Profesionalisme juga merupakan elemen-elemen dari motivasi yang memberikan sumbangan pada seseorang agar mempunyai kinerja tugas yang tinggi (Guntur dkk, 2002 dalam Ifada dan M. Ja’far, 2005:13). Sebagai profesional, auditor mengakui tanggungjawab terhadap
masyarakat, terhadap klien terhadap rekan-rekan seprofesi, termasuk dalam berperilaku yang terhormat, sekalipun merupakan pengorbanan pribadi. Seorang auditor harus dapat dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standarstandar yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), antara lain (Wahyudi dan Aida, 2006:28): 1. Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu standar atau ide-ide dari perilaku yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), seperti standar professional dan kompetensi. 2. Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan. 3. Inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya. 4. Ketetapan kompetensi yang seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya. Kompetensi Auditor Standar Umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 200) menyebutkan bahwa auditor harus dilaksanakan oleh seorang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup bagi auditor. Sedangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporan, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesional dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan. Standar umum pertama menegaskan bahwa betapapun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, yang termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam stadar auditing, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman yang memadai dalam bidang auditing. Dalam mengenai Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertidak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing .Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalan praktik audit. Pengalaman Auditor Pengalaman Auditor adalah pengalaman dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segilamanya waktu, banyaknya penugasan maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani (Asih, 2006:26). Alasan yang paling umum dalam suatu masalah adalah ketidak mampuan menghasilkan dugaan yang tepat. Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005:119) menemukan bahwa makin banyak Pengalaman Auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
Definisi lain menyebutkan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.Suatu pembelajaran juga mencakup perubahan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktik (Knoers & Haditono, 1999 dalam Asih, 2006:12). Kehati- hatian Auditor Kehati-hatian auditor profesional mengharuskan auditor untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketetuan. Hal ini mengandung artinya bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesionalnya dengan sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuannya ( Neni Meidawati,2001). Pertimbangan Materialitas
Tingkat
Pengertian Tentang Tingkat Materialitas Materialitas secara umum merupakan pertimbangan tingkat utama dalam menentuka laporan keuangan audit yang tepat diterbitkan. Financial Accounting Standar Bord (FASB) mendefikasikan materialitas, yaitu besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut karena, adanya penghilangkan atau salah saji tersebut. Oleh karena itu auditor
bertanggunjawab menentukan apakah terhadap salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakitkan perubahan atas atau pengaruh terhadap orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dengan mengunakan metode kuantitatif. Sampel penelitian ini menggunakan metode teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner. Metode analisa data yang di gunakan adalah Regresi Linier berganda dengan mengunakan program SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil analisa data sebagai berikut: Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-hatian Auditor (X4) Terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y). Hasil uji regresi diketahui pada tabel berikut: Tabel 1 : Uji Regresi Linear Berganda
Variabel Constant
B Unstandardized Coefficients 10,033
(X1)
0,667
(X2)
0,418
(X3)
0,345
(X4) 0,564 R Square = 0,812 Sumber : Diolah, 2015 Dari tabel dapat dibuat persamaan regresi untuk mengukur tingkat pengaruh dari variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-Hatian Auditor (X4) Terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y). Adapun persamaan regresi sebagai berikut: Y : a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Y : 10,033+ 0,667+ 0,418+ 0,345+ 0,564X Dari persamaan regresi dapat diartikan bahwa, ketika tidak Variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-hatian Auditor (X4) maka nilai Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) sebesar nilai konsana yaitu sebesar 10,033 namun ketika Variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-hatian Auditor (X4) masing-masing bertambah 1 maka nilai variabel Kinerja karyawan dan Dosen (Y) sebesar 12,027. Dengan demikian makna dari nilai regresi masing-masing variabel sebagai berikut: Y = variabel terikat yang nilainya akan diprediksi oleh Variabel Bebas yaitu Variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-hatian Auditor (X4)
X1 = koefisien regresi (X1) sebesar 0,667 dengan tanda menyatakan bahwa Variabel Profesionalisme Auditor (X1) mempunyai hubungan Dan Pengaruh Terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y). X2 = koefisien regresi (X2) sebesar 0,418 dengan tanda menyatakan bahwa Variabel Kopetensi Auditor (X2) Mempunyai hubungan dan Pengaruh Terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y). X3 = koefisien regresi (X3) sebesar 0,345 dengan tanda menyatakan bahwa Variabel Pengalaman Auditor (X3) mempunyai hubungan dan Pengaruh Terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y). X4 = koefisien regresi (X4) sebesar 0,564 dengan tanda menyatakan bahwa Variabel Kehati-hatian Auditor (X4) mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y). Dari hasil analisa didapatkan nilai R Square sebesar 0,812 Variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-hatian Auditor (X4) mempunyai Pengaruh Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) sebesar 81,2%. Pengujian Hipotesis Tujuan pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui pengaruh Variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-hatian
Auditor (X4) Terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y). Penjelasan sebagai berikut. 1. Uji F (Simultan) Uji F secara simultan yaitu uji statistuik untuk mengetahui pengaruh Variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kopetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-hatian Auditor (X4) Terhadap Variable Pertimbangan Tingkat Materialistis (Y) secara bersama atau universal, berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel berikut. Tabel 2 : Hasil Uji F Variabel
F hitung
F tabel
Sig
(X1), (X2), 32,347 2,640 0,000 (X3), (X4) Sumber : Diolah, 2015 Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan Ftabel dengan Fhitung nilai Fhitung sebesar 32.347 (Sig. F = 0,000). Jadi Fhitung > Ftabel (32.347 > 2,640) yang berarti bahwa secara simultan (bersama-sama) Variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-hatian Auditor (X4) Berpengaruh Terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y). 2.
Uji t (Parsial)
Uji t di lakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing item Variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehati-hatian Auditor (X4) terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y), adapun besarnya nilai masing-masing pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat diketahui pada tabel berikut:
dapat
Tabel 3 : Hasil Uji t
(X1)
t hitung 4,654
(X2)
2,919
(X3)
2,692
(X4)
3,170
Variabel
t tabel
2,021
Beta
Sig t
0,733
0,000
0,551
0,015
0,517
0,019
0,614
0,008
Sumber : Diolah, 2015 Berdasarkan tabel, didapatkan nilai thitung variabel profesionalisme auditor (X1) sebesar 4,654 lebih besar dari ttabel sebesar 2,021 dengan nilai Beta 0,733 artinya variabel profesionalisme auditor (X1) berpengaruh secara parsial terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y) sebesar 73,3%. Sedangkan nilai thitung variabel kompetensi auditor (X2) sebesar 2,919 lebih besar dari ttabel sebesar 2,021 dengan Beta 0,213 yang artinya 2,919 berpengaruh secara parsial terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y) sebesar 21,3%. Adapun nilai thitung variabel pengalaman auditor (X3) sebesar 2,692 lebih besar dari ttabel sebesar 2,021 dengan nilai Beta 0,433 yang artinya Variabel Pengalaman Auditor (X3) Berpengaruh Secara Parsial Terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) sebesar 43,3%, dan nilai thitung Variabel Kehati-Hatian Auditor (X4) sebesar 3,170 lebih besar dari ttabel sebesar 2,021 dengan nilai Beta 0,298 yang artinya Variabel Kehati-hatian Auditor (X4) berpengaruh secara parsial terhadap Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) Sebesar 29,8%. Sedangkan didapatkan nilai siknifikan dibawah 0,050 yang artinya variabel Profesionalisme Auditor (X1), Variabel Kompetensi
Auditor (X2), Variabel Pengalaman Auditor (X3) dan Variabel Kehatihatian Auditor (X4) berpengaruh secara siknifikan terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisa yang telah disajikan dalam penelitian ini diketahui bahwa variabel profesionalisme auditor (X1), variabel kompetensi auditor (X2), variabel pengalaman auditor (X3) dan variabel kehati-hatian auditor (X4) berpengaruh terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y) dengan nilai Unstadardized Coefficients (B) untuk variabel profesionalisme auditor (X1) sebesar 0,667, variabel kompetensi auditor (X2) sebesar 0,418, variabel pengalaman auditor (X3) sebesar 0,345, dan variabel kehati-hatian auditor (X4) sebesar 0,564. Hasil uji F membuktikan bahwa variabel profesionalisme auditor (X1), variabel kompetensi auditor (X2), variabel pengalaman auditor (X3) dan variabel kehati-hatian auditor (X4) berpengaruh secara simultan terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y) dengan nilai F sebesar 32.347. Sedangkan hasil uji t membuktikan bahwa variabel profesionalisme auditor (X1) berpengaruh secara parsial terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y) dengan nilai sebesar 4,654. Adapun variabel kopetensi auditor (X2) berpengaruh secara parsial terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y) dengan nilai sebesar 2,919, variabel pengalaman auditor (X3) berpengaruh secara parsial terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y) sebesar 2,692 dan variabel kehati-hatian auditor (X4)
berpengaruh secara parsial terhadap variabel pertimbangan tingkat materialistis (Y) sebesar 3,170. Mengingat variabel profesionalisme auditor, variabel kompetensi auditor, variabel pengalaman auditor dan variabel kehati-hatian auditor berpengaruh terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas, maka untuk mempertimbangkan tingkat materialitas auditor harus berpatokan kepada tujuan auditor yaitu memberi pelayanan kepada klien harus berdasarkan fakta, jujur dan transparansi. Profesionalisme seorang auditor dapat diartikan bahwa auditor harus memiliki keahlian dan keterampilan baik yang didapatkan melalui pendidikan maupun latihan audit. Secara sederhana, profesionalisme berarti bahwa auditor wajib melaksanakan tugas-tugasnya dengan kesungguhannya dan kecermatan. Sebagai seorang profesional, auditor harus menghindari dan ketidak jujuran serta bertanggung jawab. Adapun perlu diperhatikan oleh seorang auditor dalam menjalankan aktivitasnya yakni menjaga sifat kejujuran, keberanian, bijaksana dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan klien sebagai dasar bagi pengambilan keputusan. Adapun variabel profesionalisme auditor dalam penelitian sebagai tolak ukur dalam menilai pertimbangan tingkat materialitas. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh auditor yakni auditor harus memiliki kualitas terhadap pekerjaan dan kualitas kepribadiaannya sehingga menimbulkan kepercayaan kepada kliennya dan dalam faktor ini mengharuskan auditor dalam segala hal terutama berterus terang dalam batasan objek pemeriksaan karena pelayanan pada masyarakat dan kepercayaan dari masyarakat tidak
dapat dikalahkan demi kepentingan pribadi. Sesuai standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit atas penyusunan laporan, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesional dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Auditor independen yang memikul tanggung jawab akhir atas suatu perikatan, harus menggunakan pertimbangan matang dalam setiap tahap pelaksanaan supervisi dan dalam review terhadap hasil pekerjaan dan pertimbanganpertimbangan yang dibuat asistennya. Pada gilirannya, para asisten harus juga memenuhi tanggung jawabnya menurut tingkat dan fungsi pekerjaan mereka masing-masing. Auditor yang sudah berpengalaman biasanya lebih dapat mengingat kesalahan atau kekeliruan yang tidak wajar dan lebih selektif terhadap informasi-informasi yang relevan dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman (Meidawati, 2001 dalam Asih, 2006:13). Sebagaimana yang disebutkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) bahwa persyaratan yang dituntut dari seorang auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai yang biasanya diperoleh dari praktikpraktik dalam bidang auditing
sebagai auditor independen. Pengalaman kerja dapat memper dalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin meningkat seorang auditor melakukan pekerjaan yang sama,semakin terampil dan semakin cepat auditor menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seorang, pengalaman kerjanya semakin karya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja (Simanjuntak, 2005:27). Sedangkan yang perlu dilakukan seorang auditor dalam menjalankan aktivitas harus secara kehati-hatian. Kehati-hatian auditor profesional mengharuskan auditor untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung artinya bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesionalnya dengan sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuannya (Meidawati, 2001). Sedangkan yang harus diperhatikan oleh seorang auditor dalam menjalankan tugasnya yaitu kehatihatian dalam pemeriksaan, dimana diharapkan auditor untuk bertanggung jawab dan professional dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor juga di tuntut untuk menyajikan dan mengungkapkan fakat secara wajar. Dalam mengaudit sebuah perusahaan maka seorang auditor harus memiliki keahlian sendiri dan memiliki pengetahuan yang luas baik diperoleh melalui Pengalaman maupun dari pengetahuan studinya. Adapun Pengalaman auditor merupakan salah satu elemen penting dalam tugas audit disamping pengetahuan, sehingga tidak mengherankan apabila cara berfikir dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dalam pengambilan keputusan akan lebih meyakinkan
bagi sebuah perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat dan mencari penyebab kesalahan. KESIMPULAN Kesimpuan 1. Hasil uji t membuktikan bahwa Profesionalisme Auditor, Kompetensi Auditor, Pengalaman Auditor dan KehatiHatian Auditor berpengaruh secara parsial terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Auditor, maka auditor dalam melakukan tugas audit harus berpatokan kepada tujuan auditor yaitu memberi pelayanan harus berdasarkan fakta, jujur dan transparansi. Profesionalisme dan Kompetensi seorang auditor dapat diartikan bahwa auditor harus memiliki keahlian dan keterampilan baik yang didapatkan melalui pendidikan maupun latihan audit sehingga auditor mampu mempertimbangan tingkat materialitasnya. 2. Berdasarkan hasil uji f membuktikan bahwa Profesionalisme Auditor, Kompetensi Auditor, Pengalaman Auditor dan KehatiHatian Auditor berpengaruh secara simultan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Auditor, sehingga seorang auditor di tuntut untuk menyajikan dan mengungkapkan fakta secara wajar dalam mengaudit sebuah perusahaan. Seorang auditor harus memiliki keahlian tersendiri dan memiliki pengetahuan yang luas baik diperoleh melalui pengalaman maupun dari pengetahuan studinya.
Saran 1. Diharapkan auditor selalu berpatokan kepada keadilan dan kejujuran dalam menjalankan tugas sebagai auditor sehingga hasil audit bisa dipertanggung jawabkan demi kelangsungan perusahaan yang diaudit. Sedangkan Profesionalisme Auditor, Kompetensi Auditor, Pengalaman Auditor dan Kehatihatian Auditor perlu diterapkan dalam menjalankan tugas sebagai auditor sehingga auditor mampu mempertimbangan tingkat materialitasnya demi kelangsungan perusahaan yang diaudit dan kepercayaan klien. 2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dalam melakukan penelitian menambah jumlah sampel penelitian sehingga hasil penelitian ini bisa diperkuat lagi demi meningkatkan wawasan yang berkompeten.
DAFTAR PUSTAKA Asih. (2006). Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing. Skripsi. Tidak Dipublikasikan Hastuti, dkk. ( 2003 ). Hubungan antara Profesionalisme dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan.Prosiding Simposium Nasional Akuntansi. Herawati dan Susanto. (2009). Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.11 No.1
Martiyani. (2010). Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya Jawa Timur Mulyadi. (2002). Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Simanjuntak. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. FE UII Simamora. (2005). Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: Gramedia PustakaUtama. Lepinus kogoya (2015) pengaruh Profesionalisme Auditor, Kompetensi Auditor, Pengalaman Auditor Dan Kehati-hatian Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Di Kota Malng.