KARAKTERISTIK ATRIBUT DAN PERSEPSI MAHASISWA ARSITEKTUR DALAM PROSES KONSULTASI DI JAFT UNDIP Aspar Mala Amri *), Aswin Taufiq Pradana **), Jumratul Akbar ***), Rizqi Dwi Herawati ****)
ABSTRAK: Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Sedangakan atribut adalah kualitas lingkungan yang dirasakan sebagai pengalamnan manusia dan merupakan hasil produk interaksi antara perilaku individu / kelompok dalam suatu organisasi dengan settingnya. Mahasiswa Arsitektur Universitas Diponegoro sendiri, konsultasi adalah kegiatan yang sangat rutin dilakukan. Proses konsultasi tersebut bukan hanya melibatkan antara mahasiswa dengan dosen, tetapi juga antara mahasiswa, dosen dengan lingkungan, yang dinamakan konsep atribut. Setiap mahasiswa bisa saja mempunyai persepsi dan atribut yang berbeda-beda disaat proses konsultasi. Dari perbedaan-perbedaan tersebut, maka tiap mahasiswa juga akan mempunyai bayangan lingkungan (ruang) yang cocok untuk melakukan proses konsultasi yang berbeda-beda pula, agar mereka dapat merasa optimal dan maksimal dalam melakukan proses konsultasi. Kata kunci : persepsi, atribut, konsultasi, mahasiswa ABSTRACT: Perception is an understanding process or meaning of information to stimulus. Attribute is the quality of felt environment as experience of human being and represent result of interaction product between individual behavior/group in organization with setting. The Architecture Student of Diponegoro University, consultation is very routine activity. The Consultation process not only between student with lecturer, but also student, lecturer with environment, and this it attribute concept. Every student might possibly have attribute and perception which different each other moment process consultation. Of differences, hence every student also will have environmental shadow which suited for process consultancy which different each other also, so that they earn to feel maximal and optimal in process consultancy. Key Words : perception, attribute, consultation, university student Pendahuluan
proses dialog yang mengarah kepada sebuah
Mahasiswa adalah mahluk sosial yang selalu
keputusan.
melakukan berbagai aktifitas baik di lingkungan
Proses konsultasi bukan hanya melibatkan antara
tempat
lingkungan
mahasiswa dengan dosen, tetapi juga antara
kampus. Ketika berada di lingkungan kampus,
mahasiswa, dosen dengan lingkungan, yang
mahasiswa berinteraksi dengan mahasiswa lain
dinamakan konsep atribut. Atribut ini dalam
maupun dengan para dosen. Salah satu bentuk
proses konsultasi akan menghasilkan persepsi
interaksi mahasiswa dengan dosen-dosen di
berperilaku (khususnya kenyamananan) saat
kampus adalah dalam bentuk proses konsultasi
konsultasi.
(asistensi).
Setiap mahasiswa bisa saja mempunyai persepsi
Konsultasi menurut wiktionary adalah sebuah
dan atribut yang berbeda-beda disaat proses
pertemuan atau konferensi untuk saling bertukar
konsultasi. Hal ini diantaranya dipengaruhi oleh
informasi dan saran. Konsultasi didefinisikan
jenis kelamin, lama konsultasi, kondisi fisik
oleh Audit Commission (1999) sebagai sebuah
(misalnya berat badan), dll.
tinggalnya
maupun
di
*),**),***),****), Mahasiswa Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Karena setiap mahasiswa mempunyai persepsi
dan 2009 Reguler 1 dan 2, tentang fenomena
yang berbeda-beda, maka tiap mahasiswa juga
perilaku mahasiswa pada saat proses konsultasi
akan mempunyai bayangan lingkungan (ruang)
terhadap tuntutan atribut persepsi mahasiswa
yang cocok untuk melakukan proses konsultasi
yang keberadaannya dipengaruhi oleh setting
yang berbeda-beda pula, agar mereka dapat
ruang.
merasa optimal dan maksimal dalam melakukan
Variabel pada penelitian ini terbagi menjadi 2,
proses konsultasi.
yaitu variabel tergantung (terikat) dan variabel bebas. Variabel tergantung/terikat penelitian ini
Tujuan Penelitian
adalah
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
pengamatan
mengetahui
karakteristik
mahasiswa terhadap ruang. Sedangkan variabel
mahasiswa saat proses konsultasi. sedangkan
bebas pada penelitian ini adalah atribut persepsi
secara khusus penelitian ini bertujuan untuk ;
kenyamanan mahasiswa pada saat melakukan
mengetahui
proses konsultasi.
dan
menganalisis
minat,
respon
dan
harapan
setting
ruang
minat,
dengan
respon
indikator
dan
harapan
mahasiswa JAFT ketika proses konsultasi, mengetahui karakteristik atribut (kenyamanan,
Kajian Pustaka
aksesibilitas, dan aktifitas) mahasiswa saat
Teori Atribut
konsultasi, mengetahui hubungan persepsi dan
Menurut J. Wiesman (1981) ada tiga komponen
atribut mahasiswa dalam proses konsultasi, dan
yang mempengaruhi interaksi antara manusia
mengetahui setting ruang yang nyaman untuk
dengan
kosultasi.
tersebut
lingkungannya, disebut
kerangka
interaksi
sistem
perilaku
model
lingkungan, model tersebut yaitu: a. Setting fisik disebut lingkungan fisik, tempat
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan
tinggal manusia. Setting dapat dilihat dalam
metode Kuantitatif Rasionalistik. Penelitian ini
dua hal, yaitu komponen dan property.
merupakan penelitian perilaku yang berkaitan dengan
hubungan
lingkungannya
antara
(setting),
manusia
lewat
dan
pemahaman
b. Fenomena Perilaku individu manusia yang menggunakan setting fisik dengan tujuan tertentu.
rasionalistik dengan fenomena dan data yang
c. Organsisai,
terjadi di lapangan untuk menemukan suatu
sebagai
kesimpulan atau rekomendasi serta temuan baru.
mempunyai
organisasi
institusi
atau
hubungan
dapat
dipandang
pemilik dengan
yang setting.
Kualitas hubungan antara setting dengan Obyek dan Variabel Penelitian
organisasi disebut atribut atau “Fenomena
Sasaran obyek penelitian ini adalah Mahasiswa
Perilaku”.
Jurusan Arsitektur FT UNDIP Angkatan 2008
Adapun atribut yang muncul dari interkasi
stimulus yang diterimanya, yaitu sebagai proses
tersebut antara lain: Aktivitas, aksesbilitas,
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
kenyamanan, keamanan, visibilatas dan lain-lain.
stimulus yang diterima oleh individu sehingga
digambarkan
merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan
dalam
skema
Atribut
atau
Fenomena Perilaku (J.Weisman 1981), lihat
aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.
gambar 1
Menurut Sarwono, Sarlito Wirawan (1992). Perilaku manusia merupakan pusat perhatian
LINGKUNGAN LUAR
dalam ORGANISASI Obyek Kebijakan
Fenomena Perilaku disebut Atribut
INDIVIDU Tujuan Perilaku
SETTINH FISIK Properti Komponen
antara
manusia
dengan
lingkungannya. Manusia mengindrakan obyek dilingkungannya,
hasil
pengindraanya
akan
diproses hingga timbul makna tentang obyek - Aktivitas - Aksesibilitas - Kenyamanan
SISTEM PERILAKU LINGKUNGAN
hubungan
tersebut,
ini
dinamakan
persepsi,
yang
selanjutnya menibulkan reaksi , Proses hubungan
- Keamanan
manusia dengan lingkungannya sejak individu
- Visibilitas
berinteraksi melalui pengindaraanya sampai terjadi reaksi digambarkan dalam skema persepsi (Paul A. Bell), lihat gambar 2.
Gambar 1. Skema Model Sistem Lingkungan – Perilaku Sumber : J. Wiesman 1981
Teori Setting Penggunaan istilah seting dipakai dalam kajian arsitektur lingkungan (fisik) dan perilaku, yang menunjuk pada hubungan integrasi antara ruang (lingkungan fisik secara spasial) dengan segala aktivitas individu/sekelompok individu dalam kurun waktu tertentu. Menurut Schoggen dalam Sarwono, 2001, pengertian seting diartikan sebagai tatanan suatu
Teori Persepsi Lingkungan
lingkungan yang dapat mempengaruhi Perilaku
Setiawan
manusia, artinya ditempat yang sama, perilaku
enviromental
manusia
lingkungan adalah interpersepsi tentang suatu
dapat
berbeda
kalau
setingnya
B.
Haryadi
(1995),
perception
atau
menyatakan persepsi
(tatanannya) berbeda.
setting oleh individu, berdasarkan latar belakang
Teori Persepsi
budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut.
Menurut Moskowitz dan Orgel 1969 dalam
Setiap individu mempunyai persepsi lingkungan
Walgito, B 1994, persepsi adalah merupakan
yang berbeda, karena latar belakang budaya yang
proses yang terintegrasi dari individu terhadap
berbeda, kelompok
namun individu
dimungkinkan tertentu,
beberapa mempunyai
kecenderungan persepsi lingkungan yang sama
tidak seperti pembatas, tetapi melalui konteks
atau mirip karena kemiripan latar belakang
fisik yang diubah, sedangkan faktor indera
budaya, nalar dan pengalamanannya. Tujuan
seperti, visual, aural, olfactory, tactile dan
utama kajian arsitektur lingkungan dan perilaku
hubungan persepsi ikut mengambil peranan.
sebenarnya adalah untuk memahami keragaman
Teori Ruang Personal
persepsi
perbendahaaran
Ruang personal adalah ruang di sekeliling
tentang persepsi lingkungan semakin bertambah.
individu, yang selalu di bawa kemana saja orang
Lebih lanjut B. Setiawan Haryadi (1995),
pergi, dan orang akan merasa terganggu jika
menyatakan
perceived
atau
ruang tersebut diinterferensi (Gifford, 1987).
lingkungan
yang
adalah
Artinya, kebutuhan terhadap ruang personal
merupakan produk atau bentuk dari persepsi
terjadi ketika orang lain hadir. Ketidakhadiran
lingkungan seseorang atau sekelompok orang.
orang lain, kebutuhan tersebut tidak muncul.
Mempelajari
berati
Ruang personal biasanya berbentuk buble dan
mempelajari tentang proses cognitive, afeksi,
bukan semata-mata ruang personal tetapi lebih
serta kognisi seseorang atau sekelompok orang
merupakan ruang interpersonal.
terhadap lingkungannya.
Fungsi
Teori Persepsi Ruang
mendapatkan kenyamanan, melindungi diri, dan
Menurut Hall, E (1966), kemampuan manusia
merupakan
didalam memahami ruang yang dibuat untuk
penelitian
memenuhi kebutuhannya, sangat tergantung dari
dilakukan oleh Edward Hall yang bertujuan
bagaimana interksi antara manusia dengan
meneliti
lingkungan binaan (dibuat untuk memenuhi
mengirimkan
kebutuhannya), dan bagaimana pengaruh ruang
kebutuhan dasar manusia untuk mengelola ruang
atau lingkungan binaan tersebut terhadap sikap
yang
dan tingkah laku manusia.
memperhatikan jarak digunakan antar orang
Ada faktor yang menyakut pemahaman tentang
yang
ruang (tingkah laku), yaitu faktor psikologi dari
menyimpulkan seberapa jauh kualitas hubungan
pemakai, bagaimana persepsinya mengenai suatu
interpersonal
ruang, dan bagaimana kebutuhan interaksi
dikategorikan sebagai jarak intim. Jarak personal
sosialnya.
dilakukan dalam jarak 3,5 – 7 meter. Jarak intim
lingkungan
Pemahaman
agar
terpersepsikan
persepsi
ruang
enviromental
lingkungan
dapat
ruang
personal
sarana besar
ruang
komunikasi. mengenai
dengan
sedang
personal
sebagai
Menurut
cara
Hall,
proxemics.
berbicara,
mereka.
untuk
Salah satu
ruang
personal
pesan.
disebut
adalah
ada
Dengan
pengamat
Jarak 0
–
dapat
45
cm
membentuk
dilakukan oleh orang yang memang benar-benar
pemahaman karakteristik bidang, Zeizel (1975),
mempunyai kualitas hubungan psikis sangat erat,
mengatakan karakteristik bidang dari seluruh
jarak personal dilakukan dalam berinteraksi
tempat dapat merubah kemampuan seseorang
dengan
untuk bersatu atau berpisah, karakteristik bidang
dilakukan individu yang tidak dikenal atau
teman
atau
sahabat,
jarak
sosial
transaksi
bisnis,
sedangkan
jarak
publik
konsultasi adalah 3-4 orang. Dari grafik tersebut
dilakukan oleh para public figure (Fisher, 1984;
juga diketahui bahwa maksimal jumlah ideal dari
Gifford, 1997).
kelompok dalam konsultasi adalah 5 orang,
Brokemann dan Moller (1975) menemukan
karena apabila sudah 6 orang sudah dirasakan
bahwa jarak menengah adalah yang paling baik
sesak oleh mahasiswa
untuk konseling atau konsultasi. Pola ini
Metode Konsultasi
ditemukan pada eksperimen yang dilakukan Stone dan Morden (1976) untuk para mahasiswa, di mana mereka lebih suka mendiskusikan topic pribadi dengan konselor atau dosennya pada jarak 1,5 m ketimbang pada jarak 0,3 m atau 2,7 m. Karena jarak ini secara cultural sesuai dengan komunikasi jenis itu, maka hal ini mendukung prediksi Hall (1968) yang menyatakan bahwa penyimpangan terhadap jarak yang sesuai akan menimbulkan pengaruh negative. Perlu dicatat, hal ini tidak boleh digeneralisasi untuk dua orang
Grafik 2. Jumlah anggota kelompok yang ideal saat konsultasi Sumber : analisa
asing dalam situasi non klinis (Skotko &
Metode yang disukai mahasiswa/i untuk proses
Langmayer, 1977).
konsultasi
adalah
dengan
menggunakan
kertas/paper. Jadi bahan-bahan mahasiswa yang Hasil Penelitian
akan
dikonsultasikan
ke
dosen
berupa
Jumlah kelompok yang ideal
kertas/paper, hal ini dianggap lebih efisien dan tidak memberatkan mahasiswa dibandingkan konsultasi dengan menggunakan laptop.
Grafik 1. Jumlah anggota kelompok yang ideal saat konsultasi Sumber : analisa
Menurut mahasiswa/i JAFT Undip, jumlah anggota kelompok yang ideal untuk proses
Gambar 3. Proses konsultasi dengan kertas Sumber : dokumen pribadi
Posisi yang nyaman buat konsultasi
Waktu yang nyaman buat konsultasi
Grafik 3. Posisi yang nyaman buat konsultasi Sumber : analisa
Grafik 4. Waktu yang nyaman buat konsultasi Sumber : analisa
Posisi yang paling disukai (nyaman) mahasiswa
Menurut mahasiswa/i waktu yang nyaman
saat konsultasi adalah dengan duduk di kursi
(disukai) untuk proses konsultasi adalah antara
ataupun juga di sofa. Dengan kondisi ini
08.00-12.00. Secara lebih rincinya yaitu sekitar
mahasiswa dapat lebih merasa nyaman untuk
jam 10.00-12.00. Waktu ini dianggap nyaman
konsultasi ke dosen. Mahasiswa tidak terlalu
buat konsultasi karena waktunya tidak terlalu
suka untuk berkonsultasi dengan duduk lesehan,
pagi tetapi juga tidak terlalu siang, sehingga
karena hal ini dapat membuat mahasiswa marasa
pada waktu ini mahasiswa masih bisa lebih fokus
capek. Akan tetapi kondisi ini terkadang tidak
terhadap
dipedulikan oleh dosen, padahal posisi dalam
konsultasi diadakan >12.00 maka suasana yang
konsultasi
panas (udara panas karena matahari) membuat
dapat
mempengaruhi
kosentrasi
mahasiswa/i ketika konsultasi.
kegiatan-kegiatannya.
Apabila
mereka kurang berkosentrasi lagi. Jarak yang nyaman buat konsultasi
Gambar 4. Posisiposisi saat konsultasi Sumber : dokumen pribadi
Grafik 5. Jarak kenyamanan mahasiswa dan dosen ketika konsultasi (jenis kelamin sama) Sumber : analisa
3. Mahasiswa/i sebagian besar bersemangat (menyukai) berkonsultasi dengan dosen yang menuntut cepat kemajuan mahasiswanya. 4. Mahasiswa/i
merasa
tidak
nyaman
jika
berkonsultasi bersamaan dengan senior 5. Mahasiswa/i jarang menghubungi dosendosen
melalui
telepon
untuk
janjian
konsultasi. 6. Mahasiswa/i merasa sangat keberatan apabila
Grafik 6. Jarak kenyamanan mahasiswa dan dosen ketika konsultasi (jenis kelamin berbeda) Sumber : analisa
berkonsultasi di hari weekend di kampus
Apabila mahasiswa/i berkonsultasi dengan dosen yang berjenis kelamin sama, maka mahasiswa
Respon mahasiswa JAFT untuk konsultasi
atau mahasiswi memasang jarak yang tidak
Respon mahasiswa/i terhadap proses konsultasi
terlalu jauh dengan dosennya yaitu sekitar 0,3-
di JAFT diantaranya adalah :
1,5 m. Hal ini sesuai dengan hasil eksperimen
1. Mahasiswa/i
akan
merasa
nyaman
jika
Stone dan Morden (1976) yang menemukan
berkonsultasi dengan setting meja/kursi yang
bahwa para mahasiswa lebih suka berdiskusi
melingkar (huruf U) dibandingkan dengan
dengan konselor atau dosennya pada jarak 1,5 m.
setting meja/kursi yang lurus.
Sedangkan apabila mahasiswa/i berkonsultasi dengan dosen yang berbeda jenis kelaminnya
2. Mahasiswa tidak setuju apabila ruang yang digunakan untuk konsultasi panas
maka mahasiswa maupun mahasiswi sudah
3. Mahasiswa/i kurang setuju apabila harus
mulai memasang jarak yaitu antar 1,5-2,7 m
berkonsultasi ditempat yang meja dosennya
(dapat dilihat pada grafik dibawah), hal ini dapat
berdekatan dengan meja dosen lain tanpa
disebabkan karena malu ataupun juga dapat
sekat. 4. Mahasiswa/i tidak setuju apabila konsultasi
disebabkan untuk memperoleh rasa aman.
diadakan di rumah dosen 5. Mahasiswa/i akan lebih suka berkonsultasi
Minat mahasiswa JAFT untuk konsultasi Minat-minat mahasiwa/i JAFT untuk proses
secara bersama-sama dibandingkan sendirian.
konsultasi diantaranya adalah : 1. Mahasiswa sangat senang jika berkonsultasi
Harapan mahasiswa JAFT untuk konsultasi
dengan dosen yang berpenampilan menarik
Harapan mahasiswa/i terhadap proses konsultasi
dan wangi.
di JAFT adalah :
2. Mahasiswa/i
lebih
mau
pendapat/ide/mengajukan
menyampaikan pertanyaan
roses konsultasi dibandingkan di kelas.
dip
1. Mahasiswa/i menginginkan ada sebuah ruang khusus untuk proses konsultasi.
2. Mahasiswa/i menginginkan ruang konsultasi memiliki pengkondisian udara (alami dan buatan) yang baik.
- Setting meja/kursi yang melingkar (berbentuk huruf U) - Tersedianya kursi yang cukup untuk peserta
3. Mahasiswa tidak menginginkan apabila harus mengantre terlalu lama untuk konsultasi dengan dosen
konsultasi maupun dosen - Luasnya cukup untuk jumlah kelompok konsultasi yang ideal (3-5 orang)
4. Mahasiwa/i menginginkan adanya sebuag ruang konsultasi di outdoor (berbentuk seperti taman). 5. Mahasiswa/i
ingin
agar
ruang
untuk
konsultasi tersedia cukup kursi.
Kesimpulan Setting ruang konsultasi yang nyaman Indoor - Ruang
konsultasi
tersebut
memiliki
aksesibilitas yang baik (mudah dijangkau oleh mahasiswa/i maupun dosen). - Memilki tingkat privasi yang cukup tinggi - Luas ruangan tersebut cukup untuk jumlah kelompok konsultasi yang ideal (3-5 orang) sehingga
tidak
menimbulkan
kesesakan
(crowded)
Gambar 5. Ruang konsultasi indoor Sumber : analisis
- Memiliki sistem penghawaan yang cukup baik. - Setting meja/kursi yang melingkar (berbentuk huruf U). - Tersedianya kursi yang cukup untuk peserta konsultasi maupun dosen Outdoor - Berbentuk seperti taman - Ruang
konsultasi
tersebut
memiliki
aksesibilitas yang baik (mudah dijangkau oleh mahasiswa/i maupun dosen).
Gambar 6. Ruang konsultasi outdoor Sumber : analisis
Minat, respon, dan harapan saat konsultasi
misalnya pengaruh bahan, warna, dan
Dari penelitian juga memperoleh minat, respon,
bentuk furniture di ruang konsultasi untuk
dan harapan mahasiswa/i saat konsultasi:
kenyamanan mahasiswa.
- Metode konsultasi yang disukai
(paling
diminati) oleh mahasiswa/i adalah dengan
Daftar Pustaka
cara diskusi menggunakan kertas/paper
Haryadi
- Posisi yang paling nyaman saat konsultasi
Arsitektur
Sarwono, Sarlito Wirawan, 1992 Psykologi
antara jam 10.00-12.00
Lingkungan , Grasindo PT. Gramedia
tertarik
berkonsultasi
dengan dosen yang berpenampilan menarik
Widiasarana Indonesia: Jakarta Weisman, J, 1981, Modeling Environmental
dan wangi
Behavior System, Journal of Man
- Mahasiswa/i lebih bersemangat berkonsultasi dengan dosen yang menuntut cepat kemajuan mahasiswa/i-nya.
Environmental Relation, Pensilvania. Tesis 1. Tony Subrata, 2008, Hubungan Seting Trotoar
Saran a. Bagi
1995,
Depdikbud, Jakarta
- Waktu yang nyaman untuk konsultasi adalah
lebih
Setyawan,
Lingkungan dan Perilaku, Dirjen Dikti,
adalah dengan duduk di kursi
- Mahasiswa/i
B,
Jurusan
Arsitektur
Universitas
Dengan
Tuntutan
Atribut
Persepsi Pedagang Kaki Lima, Program
Diponegoro
Pasca Sarjana Magister Teknik Arsitektur
- Perlu adanya ruang khusus konsultasi di
Universitas Diponegoro Semarang.
JAFT
Undip
yang
sesuai
dengan
karakteristik mahasiswa.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng
- Bagi dosen diharapkan memperhatikan waktu
konsultasi
yang
Internet
ideal
bagi
mahasiswa untuk proses konsultasi
_psikologi_lingkungan/bab1-pendahuluan.pdf (diunduh pada 30-03-2011) http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng
- Bagi dosen diharapkan memperhatikan
_psikologi_lingkungan/bab3ambient_co
pembagian jumlah kelompok konsultasi
ndititon_ dan_architectural_features.pdf
yang ideal untuk mahasiswa/i.
(diunduh pada 15-02-1011)
b. Bagi Peneliti - Perlu dilanjutkan penelitian yang sama, hanya respondennya perlu diperluas tidak hanya dari mahasiswa/i tetapi juga dari dosen. - Perlu dilanjutkan penelitiann yang lebih dispesifikkan ke setting ruang konsultasi,
