JUMAI.
SAINTIFlKA.
VOI.UME II NO.2.
DESEMBER 2010
KARAKTERISASlTEMPATPERJNDUKANAedesDANPOTENSIPENULARAN DEMAMBERDARAHDENGUE(DBD)DIKELURAHANPURBAYAN KECAMATANKOTAGEDE, YOGYAKARrA Ajeng Bekti P., Esna Dilli N., dan Doni Marisi S. Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281
ABS1RAK Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus darifamili Flaviviridae dan ditularkan melalui perantara nyamuk dari genus Aedes. Tiap tahunnya terjadi peningkatan kasus DBD di Indonesia bahkan cenderung menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah. Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi angka kesakitan adalah dengan pengendalian vektor. Pada tahun 2009, tercatat terjadi beberapa kasus DBD di Kelurahan Purbayan, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari karakteristik tempat perindukan nyamuk Aedes dan potensi terjadinya penularan DBD. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2009. Metode yang digunakan adalah metode jelajah dengan mengambil 50 titik sampling dalam radius 100 meter. Survei dilakukan dengan memeriksa setiap tempat yang dianggap potensial sebagai tempat perindukan, baik di dalam ataupun di luar rumah. Larva nyamuk dikoleksi dan diidentifikasi. Kuisioner disampaikan saat koleksi larva. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik, kemudian ditentukan nilai Container index (CI), Home index (HI) dan Angka Bebas lentik (ABl). Hasi/ penelitian menunjukkan bahwa di Kel.Purbayan didapati larva nyamuk Aedes aegypti (35,71%) dan Aedes albopictus (53,58%). Karakter tempat perindukan yang potensial berupa bak mandi semen (CI 10%), ember plastik (2,86%), padasan tanah liat (2,86%), bak WC semen (0,71%), ban bekas (0,71%), tempat minum burung (0,71%), aquarium (0,71%), dan pot bunga gantung (0,71%). Secara keseluruhan nilai HI sebesar 48%, nilai ABl mencapai 52% dengan kontainer positifjentik lebih banyak terdapat di luar rumah (64,29%}. Sehingga disimpulkan bahwa Kelurahan Purbayan sangat berpotensi terjadi penularan DBD dengan jenis jentik yang mendominasi adalah Aedes albopictus. Kata Kunci : Tempatperindukan, Ae.aegypti, Ae.albopictus, DBD, Kelurahan Purbayan
PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakityang disebabkanoleh virus dari farnili Flaviviridae dan ditularkan melalui perantara nyamuk dari genus Aedes. Penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, dan pada tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia telah terjangkit DBD (Kristina dkk.,2004). Jumlah kasus menoojukkankecenderunganmeningkat, baik dalamjumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan cenderung menjadi kasus KLB (KejadianLuar Biasa). Hingga Maret 2004 jumlah penderita DBD mencapai 26.015 orang dengan jumlah kematian 389 orang. KLB umumnya terjadi setiap 3 tahoo, namun jika lingkoogan mendukoog dapat terjadi setiap tahun .(Anonim,2006). KLB terakhir tercatat
..
pada tahoo 2006 yakni terdapat 80.837 kasus DBD di Indonesia dengan jumlah korban meninggal sebanyak 1.099 orang, dan merupakan angka tertinggi di kawasan Asia Tenggara.Selanjutnyapada taboo 2007 tercatat kasus DBD sebesar 8.019 orang (sampai 31 Januari2007)(WHO,2007). Yogyakarta merupakan daerah dengan kasus DBD tinggi yang tesebar di seluruh wilayahnya. Pada tahun 1998 tercatat angka kematian DBD mencapai klimaks sebanyak 1.638jiwa. Data terbaruyang diperolehtanggal 7 Desember 2009 tercatat korban meninggal sebanyak 609jiwa (Dinkes.Yogyakarta,2009). Pada tahun 2009, setidaknya terdapat dua kasus DBD di Kelurahan Purbayan,Kecarnatan Kotagede, Yogyakarta. (Dinkes. Yogyakarta, 1
JURNAL SAINTIFIKA.
VOLUME II NO.2,
DESEMBER
2010
2009). Kelurahan Purbayan memiliki kondisi pemukiman yang padat dan kurang tertata. Banyaknya tempat penampungan air di setiap rumah serta lokasi yang dekat dengan alur transportasi yang ramai dapat memperbesar peluang berkembangnya vektor nyamuk. Banyaknya rumah kuno yang kurang dirawat, dan penampungan air yang modem (plastik ataupun logam) maupun tradisional (gentong dan padasan) dapat berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk vektor. peningkatan potensi penularan DBD dapat disebabkan oleh perindukan nyamuk vektor yang tersebar luas di tempat tinggal masyarakat dan fasilitas umum. Umumnya, penyakit ini dibawa oleh vektor nyamukAedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini dapat bersarang di dalam ataupun di luar rumah. Penanggulanganvektor ini telah banyak dilakukan, antara lain dengan penggunaan larvasida dan pengasapan (fo!!jging). Akan tetapi, penggunaan larvasida temyata memberi dampak turut membunuh organisme non target, sedangkan pengasapan (fogging) justru meningkatkan r'esistensi nyamuk Aedes (Kristina dkk., 2004). Penanggulangan vektor ini seharusnya dititikberatkan pada pengendalian populasi. Hal ini dapat dilakukan dangan mempelajari karakteristik habitat atau tempat perindukan, serta siklus hidup nyamuk vektor. Untuk itu diperlukan pendalaman ilmu tentang habitat vektor terse but dan pamantauan kepadatan populasi nyamuk vektor untuk membantu dalam pemberantasan (sarang) nyamuk dan mengadakan evahiasi terhadap ancaman DBD.
Kecamatan Kota Gede, Yogyakarta dan kemudiandisajikansecaradeskriptif Pene1itian ini dilakukan pada bulan Oktober-November tahun 2009, dengan metode jelajah pada 50 rumah secara random dengan jarak tiap titik sampling::!:1 00 meter pada 5 RW(RW 1,2,3,4 dan 5). Masing-masing RW dipilih 10 rumah secara acak. Curah hujan rerata tercatat 1.5002.500 mmltahun dan suhu udara rerata 32°C. Penentuan titik sampling didasarkan pemerataaninformasilokasiditemukanyakasus penderita DBD. Pada setiap titik di periksa karaktertempatpenampunganairyang dimiliki, baik yang berada di dalam rumah maupun yang di luar rumah disertai pengisian borang kuisionerterhadappemilikpemilik rumah.
TUJUAN
adanyalarvaataupupaAedes. .
Koleksi Larva dan Karakterisasi Tempat Perindukan Koleksi larva dilakukan pada Tempat Penampungan Air (TPA) yang positif larva pada 50 rumah di lokasi penelitian. Dinding t~mpat penampungan juga diamati adanya telur, larva, dan pupa yang menempel. Larva nyamuk di ambil menggunakan Pasteur pipet. Larva yang terambil kemudian dimasukkan ke dalam plastik klip yang telah diberi label. Hal inijuga dilakukan pada pupa. Selanjutnyahasil tersebut di identifikasi menggunakan kunci determinasi di Laboratorium Parasitologi,Fak. Biologi,UGM. Karakteristiktempatperindukan yang positif dicatat dalam tabel. Hasil yang diperoleh dicatat dalam tabel untuk kemudian dilakukan perhitungan House Index (HI) yang merupakan persentase rumah yang positif; dan perhitungan Container Index (CI) yang merupakan persentase kontainer (tempat penampunganair) yang di dalamnyaditemukan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik tempat perindukan nyamukAedes serta potensi penularan demam berdarah dengue (DBD) di Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta.
MElODEPENEUIIAN Spot Survei Surveiiniberupapenggambaranvariabelvariabel pengamatan di Kelurahan Purbayan,
2
IdentifIkasi Larva dan Nyamuk Larva koleksi di lapangan kemudian dipelihara dalam botol jam di Laboratonum Parasitologi. Dilihat apakah larva terse but termasuk dalam genus Aedes, untuk genus selainAedes dimatikan. Sedangkan larva yang .
termasuk genus Aedes diidentifikasiulang, apakah larva tefsebut termasuk spesies Aedes aegypti atau spesies lain dengan mengamati bentuk si~ir(comb) dibawah mikroskop.Untuk
JURNA!. SAINTlFlKA,
pupa di pelihara hingga menjadi nyamuk. Kemudian diidentifikasimelaluibagianskutum dan lyre apakah termasuk genus Aedes atau tidak. Spesies nyamuk ditentukan menggunakan buku determinasi dan buku kunci dan Ditjen DP2M & PL. Analisis Hasil Keseluruhan hasil pengamatan dan identifikasi yang di dapat dari lapangan selanjutnya dianalisis dengan metode statistik sederhana kemudian dibandingkan pula dengan data terbaru dari Dinkes Yogyakarta, dan disajikan dalam tabel dan diagram. Maka dapat dilihat dengan jelas nilai tertinggi dan terendah sehingga mudah untuk dipantau dan dihubungkan dengan hasil kuisioner yang diperoleh.
HASILDANPEMBAHASAN Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Yogyakarta dipilih sebagai daerah penelitian dikarenakan daerah ini inemiliki susunan rumah yang padat, rapat dan kurang tertata yang mengakibatkan sinar matahari sukar masuk. Hal ini membuat kelembaban udaranya tinggi. Banyaknya Tempat
VOLUME II NO.2,
DESEMBER 2010
Penampungan Air (TPA) di setiap rumah serta laju mobilitas warga yang tinggi dapat memperbesar peluang berkembangnya Aedes (vektor DBD) sehingga meningkatkanjumlah kasus DBD ditengah masyarakat. Penelitian dilakukanpada bulan Oktober-November2009, di~arenakan sudah memasuki musim hujan, sehingga potensi tempat perindukan tergenang air sangat besar. Pengambilan larva di TPA,sepertipada bak mandi akan diambi1310 larva tergantung dari banyaknya larva di TPA tersebut. Jika larva kurang dari 3, maka seluruh larva diambil. Jika jumlah larvanya banyak (>15) maka diambil 10 larva. Tidak semua tempat larvanya mudah diambil. Untuk TPA yang luas dengan larva kurang dari tiga sangat sulit diambil.Hal ini diantisipasidengan melihat kebiasaan larva. Larva Aedes bersifat bottomfeeder yaitu ketika melihat cahaya atau bayangan maka larva akan segera turun ke dasar, dan akan muncul lagi.beberapa waktu kemudian (Supartha, 2008). Kebiasaan bottom feeder dapat digunakanuntuk identifikasilarva. Berdasarkan hal itu, untuk beberapa TPAyang tidakdapatdiambillarvanya,larvanyatermasuk anggotaAedes. Berdasarkan identifikasi larva dan nyamuk secara keseluruhan di peroleh sebagian besar larva adalah genusAedes, yaitu jenis Ae.aegypti dan Ae.albopictus.
Tabell. Karakterisasi TPATempat perindukan nyamuk tipe kontainer Bak mandi Bak we Tandon air Gentong Ember air Dispenser Tempat minum burung Ban bekas Aquarium Padasan Kaleng bekas Vas bunga Pot bungagantung Drum air Loyang bekas
I
55 6 2 6 34 8
kontainer positif 14 1 0 0 4 0
Container Index (CI%) 10% 0,71% 0 0 2,86% 0
7 1 4 11 2 1
1 1 1 4 0 0
0,71% 0,71% 0,71% 2,86% 0 0
Ae. albopictus Ae. Albopictus Ae. Albopictus Ae. Albopictus, Ae. Aegypti
1 1 1
1 0 1
0,71% 0 0,71%
Ae. Albopictus
I
kontainer
Jenis nyamuk pada kontainer positif Ae. Albopictus, Ae. AeRVpti Ae. Albopictus, Ae. AefOlpti
-
Ae. Albopictus, Ae. AeRVpti -
-
Ae. Albopictus, Ae. Aegypti 3
JURNAL SAINTIFlKA,
dapat disebabkan oleh ketersediaan makanan larva yang berkaitan dengan bahan dasar TPA. Hal ini ditunjukkan oleh kebolehjadian hidup yang tinggi mikroorganisme, yang menjadi makanan larva, pada dinding TPA yang kasar seperti semen dan lebih sulit tumbuh pada TPA yang licin seperti keramik, kaca, dan plastik. Tabel3. Letak Kontainer yang Ditemukan di Kelurahan Purbayan Tabun 2009. Letak Kontainer
Diperiksa
Positif larva
(%) Kontainer Positif
73 67
10 18
35,71 64,29
140
28
100
Dalam Luar
\
Jumlah
Berdasarkan letak TPA, didapatkan bahwa TPA yang terletak di luar rumah berpeluang lebih besar untuk terdapat larva Aedes (disajikan pada tabel 3). Hal ini disebabkan oleh kondisi TPA yaI).g tidak terpelihara di luar rumah akibat tidak dipakai lagi. Selain itu kondisi sekitar yang gelap dan kelembaban udara yang tinggi akibat kurangnya cahaya membuat udara cenderung lembab, seperti pada barang-barang yang terletakdi pojokan,memberikanrasa amanbagi nyamuk untuk bertelur. Akibatnya, telur yang diletakkan lebih banyak danjumlah larva yang terbentuk lebih banyak pula. Selain itu suasana gelapinenyebabkanlarvamenjaditidak terhhat sehingga tidak bisadicidukataudibersihkan. Tabel4. Keadaan TPAyang Ditemukan di Keluraban Purbayan Tabun 2009 \.
l:
~
-
Penutup
Diperiksa
Positif larva
% Kontainer Postitif
Ada
66
11
39,29
Tidak ada
74
17
60,71
Jumlah
140
28
100
Pada tabel4 diketahui bahwa TPA yang diperiksa umumnya tidak berpenutup yaitu sebanyak 74 TPA. Sementara TPA yang berpenutup ditemukan sebanyak 66 TPA.Dari
VOLUME II NO.2.
DESEMBER
2010
66 TPA dengan penutup, 11 TPA diantaranya positif larva. Hal ini dikarenakan TPA berpenutup digunakan sebagai tampunganair cadangan yang jarang digunakan dan jarang dibersihkan. Kebolehjadian nyamuk dapat bertelur pada TPA berpenutup disebabkan penutupnya tidak rapat atau ada bagian yang berlubang, dan menyebabkan nyamuk dapat bertelur di tempat tersebut. Sedangkan yang tidak berpenutup 17 diantaranya positiflarva. Hasil survei menunjukkan TPAtanpa penutup lebih banyak mengandung larva dibandingkan dengan yang berpenutup. Hal ini disebabkan pada TPA tanpa penutup. Tabel5. Keadaan Kontainer di Kecamatan Purbaya Jenis larva Aedes aegypti . Aedes albopictus Ae.aegypti, dan Ae.albopictus Jumlab
Jumlah kontainer positif 10
% Jentik 35,71
15
53,58
3
10,71
28
100
Hasil identifikasi larva menunjukkan terdapat 2 spesies Aedes, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Larva Ae.albopictus mendominasi hasil tangkapan yaitu berada di 15titik kontainer.SehingganyamukAe.aegypti disini bukan merupakan vektor utama dalam penularan penyakit DBD. Hal ini disebabkan temp at hidup dan tempat perindukan Ae.aegyptiyang adadi dalam lingkunganrumah lebih mendapat perhatian warga untuk dijaga kebersihannya sedangkan pada nyamuk Ae.albopictusmerupakanvektorprimer. Hal ini dikarenakan habitat ash nyamukAe.albopictus berada di kebun dan di luar rumah, seperti kaleng bekas yang -ada di tempat sampah. Tempat perindukannya cenderung kurang mendapat perhatian dari warga dan sewaktuwaktu dapat dengan mudah digenangi air terlebih saat hujan tiba, sehingga memperbanyak tempat perindukan Ae.albopictus. 5
JURNALSAunlflKA,VOLUMEIINO.2,DESEMBER2010
Ditemukannya Ae.aegypti dan Ae.albopictus secara bersamaan, dikarenakan banyak TPA yang terletak dipinggir rumah. Kondisi ini memungkinkan kedua jenis nyamuk menggunakan tempat itu sebagai tempat perindukan. Ae.albopictus dan Ae.aegypti menganggaptempat itu merupakanwilayahnya karena kondisi lingkungannya sesuai. Dari50rumahyangdiamatisebanyak48% positif Aedes. Hubungan keberadaan Ae.aegypti dan Ae.albopictus dengan kasus DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ) menunjukkan penurunan kesadaran masyarakat terhadap bahaya DBD. Data ABJ dari Dinkes Yogyakarta untuk Kel.Purbayan sebesar 93,81 % sedangkan ABJ penelitian diperoleh sebanyak 52%. Hal ini mengindikasikan peningkatan potensi penularan DBD di Kel.Purbayan. Perbedaan presentase ABJ ini dikarenakanjumlah rumah yang diperiksa berbeda. Pada penelitian ini diperiksa 50 rumah, sedangkan Dinkes memeriksa100rumah.
hewan yang menularkan,jenis nyamuk vektor dan cara menghindari DBD. Usaha konvensionalyang telah dilakukanmasyarakat adalah dengan menggunakan temephos (Abate dan sebagian dengan Sumilarv). Akan tetapi penggunaanya belum rutin, yang dikarenakan masyarakat masih mengandalkan pemberian oleh Dinas Kesehatansetempat.Sebanyak64% masyarakatpemah mendapatpenyuluhanDBD dengan antusiasmemasyarakatuntuk diadakan penyuluhan kembali masih cukup besar (84%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesismengenaikaraktertempat perindukan nyamuk Aedes di Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kota Gede, Yogyakarta adalah tempat yang dapat digenangi air dan genangan itutidakmengalir,sepertibak air,dapatditerima. Kelurahan Purbayan juga sangat berpotensi terjadi penularan DBD. Pengurangan sumber vektor melalui partisipasi masyarakat merupakan metode efektif untuk pelaksanaan program pengendalian jangka panjang dan berkelanjutan, serta merupakan strategi pengendalian inti untuk DBD. Akan tetapi,
Tabel6. Jumlah Rumah yang Positif Aedes (48%) Dihubungkan dengan ABJ dan Kasus DBD di kelurahan Purbayan.
I
Rumah
total 50
ASJ
(+)Aedes 48 %
Dinkes 93,81%
ABJ dari Dinkes relatif rendah jikadibandingkan ASJ standar yakni 95 %. Sehingga tidak mengherankan j ika Kel.Purbayan masih terdapat kasus DBD. Perbedaan angka ABJ penelitian dengan ABJ Dinkes juga disebabkan karena adanya sifat fluktuatif jumlah populasi vektor. Pada saat penelitian dilakukan sudah memasuki musim hujan sehingga meningkatkan jumlah TPA yang potensial sebagaitempat perindukan.Jika setiap TPA rumah warga yang ada kurang dirawat, seperti menguras dan menutup TPA, akan memudahkan nyamuk menyelesaikan siklus hidupnya. Untuk itu, peningkatan pengetahuan warga mengenai penyakit tersebut dapat menekanjumlah kasus DBD. Warga masyarakat Kel. Purbayan telah mengetahui tentang penyakit, penyebab,
.
I
I
6
Penelitian 52% perlu disadari bahwa untuk mendapatkan partisipasipenuh masyarakat diperlukanwaktu yang tidak sebentar karena hal tersebut didasarkan pada perubahan perilaku. Untuk itulahdiperlukanadanya kerjasamaantar setiap elemen masyarakat yang berada di wilayah tersebut, mulai dari tingkat kelurahan sampai lembaga terkait (Dinkes Yogyakarta). Dengan demikian diharapkan angka kasus DBD di Kel.Purbayan secara umum dapat diturunkan.
KESIMPUIAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa jenis tempat perindukanmempengaruhijumlah larva nyamuk vektor. Karakteristik tempat perindukan nyamuk Aedes yang ditemukan di
JURNAL SAINTIFIKA.
VOLUME II NO.2.
D£S£MBER
2010
Kelurahan Purbayan berupa bak mandi (10%) yang terbuat dari semen diikuti oleh ember air (2,86%) dari plastik , padasan (2,86%) dari tanah li~t, bak we (0,71%) dari semen, ban bekas (0,71%) dari karet,tempatminumburung (0,71%)dariplastik,aquarium(O,71%) darikaca, dan pot bunga gantung (0,71%) dari tanah liat. Jenis larva yang ditemukan adalah dari jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictusNilai HI mencapai 48 %, sehinggaKelurahan Purbayan sangat berpotensi terjadi penularan DBD dengan dengan jenis jentik Aedes albopictus.yang mendominasi.
DAFTARPUSTAKA Anonim.2006.Pests andDisease library.http:/ /www.padil.gov.au/img.aspx?id.Diakses pada20 Februari201O. Dinas Kesehatan Yogyakarta. 2009. Profil pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan (PPM&PL) tahun 2008 dan tahun 2009. Yoyakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Hasyim M., Sukowati S., Kusriastuti R., MuchlastriningsihE.1005. Situasi vektor demam berdarah saat kejadian luar biasa (KLB) di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.Jakarta: Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol.XV No.2:14-18. KristinaI.,WulandarjL. 2004.Demamberdarah dengue. http://www.litbang.depkes. go.id/maskes.html. Diakses pada 22 Februari2010. Supartha IW. 2008. Pengendalian terpadu vektor virus demam berdarah dengue, Aedes aegypti Linn. dan Aedes albopictus Skuse (Diptera: Culicidae). PertemuanIlmiah,3-6 September2008. World Health Organization. 2007. Panduan lengkap pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah dengue. Regional Office for South East Asia in NewDelhi. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.
7